Representasi Demokrasi dalam Situs Berita Islam Voa ... - OSF

15
Representasi Demokrasi dalam Situs Berita Islam Voa-Islam dan ArRahmah 1 Detta Rahmawan, 1 justito Adiprasetio, 1 preciosa Alnashava Janitra 1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran email: [email protected]; Abstract Indonesia is seen as one of the most stable, democratic country with freedom of press and dynamic civil society. However, over the years various Islamist political parties and Islamist groups are emerging and frequently promote the idea of Islamic Law to replace the secular- democratic political system in Indonesia. Some of these groups use several websites to spread their ideology to the public and as a form of resistance to the “mainstream” news. In such context, this study uses descriptive method to explore how some Islamist websites portray the concept of democracy according to what they believe. Several articles from VOA-Islam and ArRahmah has been analysed as examples of Islamic websites in Indonesia. Throughout the analysis, it has been found that these websites frequently agitate the idea of “anti-democracy”. They claimed that democracy is a failing system, because it is expensive, it creates a political oligarchy, and it goes against the teachings of the Quran. Moreover, these islamist websites often used information from the member of HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) a well-known organization which oppose democracy, as their primary sources. In short, the narrative offered does not lead to a healthy and productive discussion. instead, it has the potential to exaggerate ideological polarization among the people. Keywords: Democracy, Islamist News Websites, Islamism Abstrak Indonesia dipandang sebagai salah satu negara demokratis yang paling stabil dengan kebebasan pers dan masyarakat sipil yang dinamis. Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, berbagai partai politik dan kelompok dengan ideologi Islamisme yang cenderung keras muncul dan kerap mempromosikan gagasan mengenai hukum Islam untuk menggantikan sistem politik sekuler-demokratis di Indonesia. Beberapa kelompok ini menggunakan teknologi media digital termasuk beragam situs-situs untuk menyebarkan ideologi mereka ke publik dan sebagai bentuk perlawanan terhadap berita arus utama. Terkait dengan permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengeksplorasi bagaimana beberapa situs berita Islam menggambarkan konsep demokrasi secara sepihak, sesuai dengan apa yang mereka yakini bahwa demokrasi adalah konsep yang tidak baik. Beberapa artikel dari VOA- Islam dan ArRahmah telah dianalisis sebagai contoh situs-situs Islam di Indonesia. Melalui hasil analisis yang telah dilakukan, terlihat bahwa situs-situs ini sering mengagitasi gagasan "anti-demokrasi". Mereka mengklaim bahwa demokrasi adalah sistem yang gagal, karena sistem demokrasi "mahal", menciptakan oligarki politik, dan bertentangan dengan ajaran Al- Quran. Situs-situs berita Islam ini sering menggunakan informasi dari anggota HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) sebuah organisasi yang secara terbuka menentang demokrasi, sebagai sumber utama mereka. Singkatnya, narasi yang ditawarkan tidak mengarah pada diskusi yang sehat dan produktif. Alih-alih, narasi yang ada berpotensi membesar-besarkan polarisasi ideologis antar masyarakat. 1

Transcript of Representasi Demokrasi dalam Situs Berita Islam Voa ... - OSF

Representasi Demokrasi dalam Situs Berita Islam Voa-Islam dan ArRahmah

1 Detta Rahmawan, 1justito Adiprasetio, 1preciosa Alnashava Janitra

1Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaranemail: [email protected];

Abstract

Indonesia is seen as one of the most stable, democratic country with freedom of press anddynamic civil society. However, over the years various Islamist political parties and Islamistgroups are emerging and frequently promote the idea of Islamic Law to replace the secular-democratic political system in Indonesia. Some of these groups use several websites to spreadtheir ideology to the public and as a form of resistance to the “mainstream” news. In suchcontext, this study uses descriptive method to explore how some Islamist websites portray theconcept of democracy according to what they believe. Several articles from VOA-Islam andArRahmah has been analysed as examples of Islamic websites in Indonesia. Throughout theanalysis, it has been found that these websites frequently agitate the idea of “anti-democracy”.They claimed that democracy is a failing system, because it is expensive, it creates a politicaloligarchy, and it goes against the teachings of the Quran. Moreover, these islamist websitesoften used information from the member of HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) a well-knownorganization which oppose democracy, as their primary sources. In short, the narrative offereddoes not lead to a healthy and productive discussion. instead, it has the potential to exaggerateideological polarization among the people.

Keywords: Democracy, Islamist News Websites, Islamism

Abstrak

Indonesia dipandang sebagai salah satu negara demokratis yang paling stabil dengankebebasan pers dan masyarakat sipil yang dinamis. Namun, dalam beberapa tahun belakanganini, berbagai partai politik dan kelompok dengan ideologi Islamisme yang cenderung kerasmuncul dan kerap mempromosikan gagasan mengenai hukum Islam untuk menggantikan sistempolitik sekuler-demokratis di Indonesia. Beberapa kelompok ini menggunakan teknologi mediadigital termasuk beragam situs-situs untuk menyebarkan ideologi mereka ke publik dan sebagaibentuk perlawanan terhadap berita arus utama. Terkait dengan permasalahan tersebut,penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengeksplorasi bagaimana beberapa situsberita Islam menggambarkan konsep demokrasi secara sepihak, sesuai dengan apa yangmereka yakini bahwa demokrasi adalah konsep yang tidak baik. Beberapa artikel dari VOA-Islam dan ArRahmah telah dianalisis sebagai contoh situs-situs Islam di Indonesia. Melaluihasil analisis yang telah dilakukan, terlihat bahwa situs-situs ini sering mengagitasi gagasan"anti-demokrasi". Mereka mengklaim bahwa demokrasi adalah sistem yang gagal, karenasistem demokrasi "mahal", menciptakan oligarki politik, dan bertentangan dengan ajaran Al-Quran. Situs-situs berita Islam ini sering menggunakan informasi dari anggota HTI (HizbutTahrir Indonesia) sebuah organisasi yang secara terbuka menentang demokrasi, sebagaisumber utama mereka. Singkatnya, narasi yang ditawarkan tidak mengarah pada diskusi yangsehat dan produktif. Alih-alih, narasi yang ada berpotensi membesar-besarkan polarisasiideologis antar masyarakat.

1

Kata Kunci: Demokrasi, Situs Berita Islam, Islamisme

PENDAHULUAN

Sebagai negara yang saat ini memiliki populasi muslim terbesar di dunia, Indonesiatelah dianggap sebagai salah satu negara demokratis yang paling stabil dengankebebasan pers yang dianggap cukup baik dan masyarakat sipil yang dinamis (FCO,2012). Namun beberapa tahun belakangan ini, berbagai partai politik dan kelompok-kelompok serta organisasi masyarakat yang menganut ideologi Islamisme yangcenderung keras muncul dan kerap mempromosikan gagasan hukum Islam untukmenggantikan sistem politik sekuler-demokratis di Indonesia. Fenomena ini juga bisadilihat pada laporan dari HRW (Human Rights Watch) yang mengatakan bahwa sejakSoeharto jatuh, kelompok Islam konservatif telah berkembang dalam pengaruh politik,salah satunya karena partai politik dan beberapa kelompok masyarakat sipil yangmemiliki ideologi Islam yang cenderung garis keras beroperasi di luar sistem politiktelah tumbuh dalam ukuran, jumlah, dan kecanggihan (Human Rights Watch, p 14).

Dalam konteks itu, beberapa kelompok Islam di Indonesia menggunakan situs webtertentu sebagai media untuk mendukung agenda berita politik mereka dan menyebarkanideologi mereka ke publik. Beberapa kelompok Islam garis keras di Indonesiamenggunakan beragam media digital dan situs-situs tertentu sebagai media untukmendukung agenda berita politik mereka dan sebagai bentuk perlawanan terhadap berita"arus utama". Mereka sering menggunakan pernyataan dan bahasa yang bersifatprovokatif untuk membangun narasi dan gagasan demokrasi sesuai dengan apa yangmereka yakini, yaitu konsep yang buruk dan bertentangan dengan ajaran Islam.

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis bagaimana ArRahmah dan VOA-Islam,sebagai contoh situs berita Islam di Indonesia, menggambarkan demokrasi sebagai"ideologi yang mengerikan" dan tidak bermanfaat bagi warga negara Indonesia sembarimenekankan pentingnya penerapan Hukum Islam secara kaffah di Indonesia. Bagianpertama dari penelitian ini berisi penjelasan tentang pergerakan Islamisme besertauraian singkat situs-situs berita Islam dalam konteks pasca reformasi di Indonesia.Bagian kedua dalam tulisan ini menjelaskan beberapa teori yang berkaitan denganmedia dalam perspektif kritis. Beberapa artikel dari ArRahmah dan VOA-Islam akandipilih dan dianalisis sebagai contoh. Kemudian, bagian terakhir dari penelitian ini akanmerangkum semua penjelasan yang telah dijelaskan dan menyarankan kemungkinanpenelitian lebih lanjut

Islamisme di IndonesiaTerdapat berbagai kajian mengenai interpretasi tentang Islam sebagai agama dan

sebagai gerakan politik. Dalam wacana akademis beberapa ilmuwan telah mencobauntuk "mengkategorikan" Islam sebagai agama, sebagai ideologi ataupun sebagaigerakan politik, dengan berbagai label seperti; Islam fundamentalis, Islam radikal, Islamliberal, Islam moderat, Islam tradisional, dan sebagainya (Brown, 2010). Namun, Brown(2010) juga mengingatkan bahwa para ilmuwan yang mempelajari Islam harussepenuhnya menyadari bahwa semua label yang disematkan kepada Islam memilikikecenderungan untuk bersifat bias, dan menggeneralisir permasalahan serta perbedaanyang kompleks dalam Islam, ia mengingatkan bahwa; "[konsep] tentang Islam… secarainheren beragam" (2010, hal 333). Label yang disematkan kepada Islam kerapbermasalah, terutama di dunia "barat" karena beberapa di antaranya terkait dengan

2

gagasan lain yang cenderung negatif seperti: "terorisme" (lihat contoh dalam; Bhatia,2009; Brown, 2010; Bamualim, 2011; Human Rights Watch, 2013).

Oleh karena itu, dalam tulisan ini kami memilih kata "Islamisme" yang secarakhusus mengacu pada ideologi atau gerakan politik Islam yang perlu dilepaskan dariterorisme atas nama Islam (Azzam, 2006, hal 1129), selain itu, dari perspektif sejarahdan politik, satu konsep penting tentang Islamisme adalah tentang pentingnya penerapanHukum Islam (Syariah) (Azzam, 2006). Dapat dikatakan bahwa asumsi utama ideologiIslamisme bertentangan dengan ide demokrasi yang dikembangkan dan dipromosikanoleh banyak negara di Barat, tentang peran penting dari “kedaulatan rakyat”. Sepertidikemukakan oleh Bassam Tibi dalam buku “Islam dan Islamisme”, bahwa krisisdemokrasi di dunia arab dipandang sebagai akibat dari tidak digunakannya hukum Islamsecara ketat dan menyeluruh [ CITATION Tib16 \l 1033 ].

Penelitian lain terkait dengan Islamisme, seperti dilakukan oleh Azzam (2006),menyoroti perkembangan Islamisme sampai bisa dianggap sebagai gerakan yangbersifat global. Namun Ia tidak menyebutkan secara spesifik tentang gerakan danperkembangan Islamisme di Indonesia. Konteks politik tentang Islamisme di Indonesiadapat ditemukan misalnya dari studi Mujani & Liddle (2009) tentang prosesdemokratisasi di Indonesia setelah jatuhnya rezim otoriter Suharto pada tahun 1999.Mereka menulis bahwa sebagian besar partai politik yang berpartisipasi dalam tigapemilihan parlemen nasional (1999, 2004, dan 2009) menerapkan ideologi demokrasisekuler meskipun mayoritas warganya adalah Muslim (2009, hal 576).

Penting untuk dicatat bahwa dalam penelitian mereka istilah "sekuler" mengacusecara khusus pada sistem politik yang tidak secara eksklusif bersekutu dengan ataubertentangan dengan agama tertentu, melainkan yang dimaksud dengan sekuler dalamkonteks Indonesia merujuk pada ideologi "Pancasila" (dari bahasa Sanskerta, secaraharfiah, Lima Prinsip) Dan "kepercayaan pada Tuhan yang tinggi (Ketuhanan YangMaha Esa) sebagai prinsip pertama dalam Pancasila (Mujani & Liddle, 2009, hal 577).Pancasila (sebagai prinsip politik yang sekuler) telah diimplementasikan oleh banyakpartai politik Indonesia. Namun, adapula beberapa pihak yang juga secara terbukamenyatakan bahwa mereka menganut Islam sebagai sebuah ideologi dan platformpolitik seperti contohnya adalah Partai Persatuan Pembangunan dan Partai PersatuanPembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (Mujani & Liddle, 2009).

PKS, misalnya, dapat dianggap sebagai salah satu partai Islam terkuat diIndonesia yang memiliki kader yang militan dan jaringan yang besar di Indonesia(Tomsa, 2012). Selain itu, kelompok Islam lainnya di luar sistem politik resmi juga telahberkembang dalam jumlah besar. Kelompok atau organisasi massa Islam misalnyaadalah; Forum Umat Islam (FUI), Forum Komunikasi Muslim Indonesia, (Forkami),Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan Gerakan Islam Reformis(Gerakan Islam) Reformis, Garis) (Human Rights Watch, 2013). Meskipun demikian,dari berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai islamisme, dikatakan bahwaideologi islamisme di Indonesia tidak serta merta dapat dilekatkan dengan organisasiatau partai politik tertentu [ CITATION Sak13 \l 1033 ].

Di antara kelompok-kelompok ini, dua kelompok sangat menonjol di Indonesia,salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI yang terkenal sikapnya secaraterbuka untuk "menghidupkan kembali Khilafah Islam di Indonesia" (Nawab & Osman,2010) sementara Front Pembela Islam atau FPI terkenal karena pemimpinnya RizieqSyihab yang gemar mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait denganpemerintahan, dan serinya kelompok ini menggunakan kekerasan untuk memberlakukan

3

“amar ma'ruf nahi munkar” (memerintahkan yang benar dan melarang yang salah)(Bamualim, 2011). Keberadaan kelompok-kelompok ini sebagian besar terlihat ketikamereka melakukan demonstrasi publik terhadap berbagai hal yang mereka anggap tidakpantas seperti; Kontes kecantikan “Miss World” (Roberts, 2013), perayaan HariValentine, (The Daily Star, 2013; The Telegraph, 2013), hingga rangkaian aksi belaislam terkait dengan kasus penistaan agama oleh mantan Gubernur DKI, Ahok[ CITATION Kam17 \l 1033 ]. Secara umum, dapat dikatakan bahwa organisasi sepertiHTI dan FPI kerap muncul di media mainstream Indonesia dengan isu-isu yangcenderung negatif. Oleh karena itu, kelompok-kelompok ini sering mengeluh bahwacitra mereka telah digambarkan oleh media arus utama secara tidak adil (Hartawan,2012; Budiasa, 2017) Situs Berita Islamisme di Indonesia

Saat ini dapat dikatakan bahwa terjadi perkembangan pesat penetrasi Internetdan pengguna media digial di Indonesia. Apalagi bagi generasi muda, banyak darimereka yang saat ini semakin beralih pada media-media online, dan mulaimeninggalkan media cetak atau media konvensional lainnya. Perkembangan pesat inijuga didukung oleh semakin terjangkaunya harga Smartphone, yang menyebabkankonsumsi informasi makin banyak yang bersifat mobile dan semakin terpersonalisasi[ CITATION Vol17 \l 1033 \m WeA14]. Beragam konten dan informasi yang sebelumera internet sulit untuk dikonsumsi kini dapat menyebar secara luas dengan mudah dancepat. Dengan adanya media-media digital, informasi mengalir tanpa henti, dandimanfaatkan oleh banyak pihak, salah satunya adalah oleh para Islamis di Indonesia.

Dapat dikatakan bahwa Ideologi Islamisme yang cenderung ‘keras’ di Indonesiatidak mendapat tempat di media-media massa mainstream. Meskipun demikian,penelitian Sakai & Fauzia (2013) menyebutkan bahwa penyebaran islamisme terjadidengan cepat melalui pertemuan-pertemuan keagamaan dimana mereka dapat bertemulangsung dan saling berbagi materi, serta juga melalui berbagai media-media online.Jennifer Yang Hui (2010) telah mempelajari situs-situs berita Islam di Indonesia danmenekankan bagaimana situs-situs tersebut memberikan informasi tentang "perspektifdan agenda Islam dalam demokrasi pasca-Soeharto" (halaman 186). Dia mencatatbahwa beberapa situs yang dianalisisnya mengandung konten provokatif yang dapatdigunakan sebagai media propaganda ideologi ekstremis. Namun, dia juga mencatatbahwa "banyak partisipan/pengunjung [website] tersebut cenderung lebihmemperhatikan masalah praktis daripada keinginan untuk terlibat dalam tindakanterorisme" (Hui, 2010, hal 186).

Dibandingkan dengan media arus utama, situs-situs berita Islamisme diIndonesia memiliki karakteristik unik tersendiri. Tentu secara umum situs ini berfungsisebagai portal berita untuk menyebarkan informasi tentang Islamisme di Indonesia baikitu dalam konteks politik maupun non-politik. Namun, terbukti bahwa situs-situs inijuga sering memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan Muslim di luar Indonesia danmenyebarkan "sentimen anti-Yahudi" (Hui, 2010, hal 174). Penelitian lain jugamemperlihatkan hal serupa bahwa situs-situs ini kerap memperlihatkan keadaan parapenganut Islam di negara-negara selain Indonesia, namun tentunya berbagai beritadikurasi secara ketat, sehingga yang banyak ditampilkan adalah berita tentang Islamterkait dengan Jihad, perang melawan negara-negara dan ideologi yangdikategorisasikan sebagai ‘musuh islam’, serta konflik-konflik yang terkait Islamlainnya, yang kebanyakan terjadi di negara-negara Timur Tengah. Selain itu beberapainformasi mendalam tentang penerapan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari juga

4

salah satu informasi yang kerap dikonsumsi oleh para Islamis, seperti dipaparkansebagai berikut;

Islamists’ passion for knowledge related to Islam is also seen in the typesof information they sought...Islamists and non-Islamists have the sameconcerns relating to Muslim suffering and struggles in conflict areas,calling for jihad in Palestine, activation of deviate sects and cults inIslam, and support for a fatwa (edict) prohibiting secularism, pluralism,and liberalism. Islamists are far more eager to seek information that canmake all aspects of their life Islamic, such as Islamic finance, Islamiccriminal law, establishment of a khilafah islamiyah/Islamic state, and theimplementation of Islamic by-laws [ CITATION Sak13 \l 1033 ].

Selain itu, situs ini juga telah digunakan untuk mengiklankan aktivitas yangdilakukan oleh organisasi tertentu seperti HTI yang secara teratur menggunakan situs-situs ini untuk meberitakan mengenai Konferensi Khilafah Internasional tahunannya(halaman 180). Di antara beberapa berita dan informasi tentang Islamisme yang tersebarmelalui situs-situs ini, satu hal yang perlu dicatat adalah bagaimana mereka secarakonsisten mempromosikan gagasan hukum islam (syariah) dan selalumembandingkannya dengan ide-ide demokrasi. Mereka menggunakan provokasi,bahasa manipulatif, dan sering menggunakan kata-kata dalam bahasa Arab dari AlQuran (Kitab Suci untuk Islam) untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka katakanadalah kebenaran yang seharusnya diikuti oleh semua umat Islam di Indonesia.

METODEMedia massa selalu memiliki kekuatan untuk menyebarkan konten berisi informasi yangdapat mempengaruhi opini publik tentang isu-isu tertentu. Kemunculan berbagai jenismedia massa seperti koran, radio, dan televisi telah menjadikan media sebagai sumberinformasi penting bagi masyarakat. Namun, para ilmuwan percaya bahwa berita adalah"proses yang terstruktur", dan selalu merupakan "representasi dari sudut pandangtertentu" (Fowler, 1991, hal 209).

Selanjutnya, berita dibangun melalui teks media yang "dibuat dan diperbaharuimelalui berbagai penggunaan bahasa" (Matheson, 2005, hal 2). Terkait dengan kajianatau studi mengenai teks dan Bahasa terutama di media, ada sebuah "orientasi alternatif"dalam ilmu linguistik yang disebut Critical wacana analysis (CDA) yang juga dianggapsebagai sebuah "teori wacana sosial" (Fairclough, Discourse and Social Change, 1992,hal 92). Menurut perspektif ini, "teks" harus dianalisis tidak hanya melalui analisiswacana yang disusun secara linguistik tetapi juga melalui pemahaman teori sosial danpolitik yang relevan untuk mengungkapkan kekuatan dan ideologi di dalam teks (lihatFairclough, 1989; 1992; 1995).

Dapat dikatakan bahwa "kelompok-kelompok kuat" yang dimaksud dalampenelitian ini tidak mengacu pada kelas penguasa atau kapitalis seperti yang tertulisdalam buku-buku Matheson, namun dalam konteks ini, kelompok-kelompok inimerujuk pada kelompok-kelompok Islam yang menunjukkan kekuatan dan kekuasaanmereka melalui situs-situs Islamisme seperti ArRahmah dan VOAIslam karena merekatidak memiliki kekuatan untuk melakukannya di media arus utama. Studi inimengeksplorasi apa yang dikomunikasikan oleh kelompok-kelompok Islamisme dalamteks yang ada dan untuk kepentingan siapa teks tersebut ada (MacDonald, 2003, hal 22).

5

Kami mengidentifikasi "tema dan argumen utama" di dalam teks (Tonkiss, 2006,hal 378), memeriksa pilihan kata-kata yang digunakan untuk membangun sebuahrealitas, dan melihat dari dekat tentang "pelabelan" yang dibangun (Fowler, 1991, hal94). Setelah itu, dapat ditemukan pola-pola yang menunjukkan bahwa ada gagasankhusus yang terus dibangun dengan cara tertentu. Perspektif kritis dalam menganalisisteks yang ada dalam media berarti bahwa kajian ini tidak semata-mata mencari "makna"dalam teks individual. Semua pola dan hal lain yang mungkin muncul dalam prosesharus dipertimbangkan dan dianalisis bersama sebagai wacana; "Kita seharusnya tidakmempelajari teks sebagai dokumen tentang sesuatu yang lain, tetapi sebagai wacanayang merupakan bagian dari jaringan hubungan kekuatan dan identitas" (Matheson,2005, hal 9).

STUDI KASUS: VOA-ISLAM & ARRAHMAH.COMPenetrasi Internet menurut Bunt (2006) di berbagai negara Muslim seperti Indonesia,memberikan jalan bagi apa yang ia sebut sebagai sebuah "revolusi informasi Islam"yang juga kemudian memiliki pengaruh signifikan terkait penggunaan internet olehberbagai gerakan Islam secara online, atau "aktivisme Islam siber". Penetrasi Internetdan media digital telah memberikan ruang yang sebelumnya tidak tersedia melaluimedia tradisional ataupun media mainstream (Bunt, 2006, hlm. 153-161).

Ruang ini adalah arena baru yang dapat digunakan untuk berbagai gerakan yangbersifat konsolidasi serta peningkatan jaringan komunikasi antar mereka atau antarpihak-pihak yang berideologi sama (Islamis) serta antara mereka dengan muslim di luarlingkaran mereka secara umum. Kelompok-kelompok ini membangun dan mengelolasebuah komunitas virtual yang terbentuk lewat kesamaan ideologis melintasi batasan-batasan fisik. Melalui situs-situs ini identitas Islam yang bersifat lokal dan globaldibentuk dan dikomunikasikan di dalam komunitas tersebut [ CITATION Whi99 \l1033 ].

Internet dan media digital juga dipandang memainkan peran kunci dan menjadialat baru bagi para Islamis untuk menyebarkan identitas yang bersifat kolektif, mengaturtindakan kolektif, menciptakan ruang yang tidak lagi dibatasi untuk melakukanpertukaran gagasan, dan membangun jaringan. Namun tentu saja penggunaan internetterkait dengan gerakan Islamis tidak dapat dilihat sebagai sebuah fenomena tunggal.Seperti halnya dengan ideologi Islam yang memiliki beragam cabang dan kekhasanmasing-masing dalam setiap negara, begitu pula gerakan Islamis juga akan selalu terkaitdengan kondisi sosio-kultural yang ada, dan juga melihat faktor infrastruktur teknologiyang ada pada negara tersebut, kompleksitas yang ada dalam sebuah gerakan Islamdijelaskan dalam uraian sebagai berikut;

This unitary approach to the relationship between Islamic movements andthe internet is problematic at least in two ways. First, it fails to readaccurately the nature of contemporary Islamic movements. Just like socialmovements in general, Islamic movements are in reality far from unitaryor monolithic entities. They are in fact dynamic entities with many faces,being in constant flow and motion... Second, it is primarily problematicbecause regarding Islamic movements as monolithic entities hinders anadequate understanding of the nuances of the internet’s significance forIslamic movements. In fact, the significance or insignificance of the

6

internet for an Islamic movement is influenced by intra-movementdifference, complexity and dynamics (Iqbal, 2017, hlm. 15).

Penelitian ini difokuskan pada beberapa artikel dari VOA-Islam danArRahmah.com yang membahas tentang demokrasi dalam konteks Indonesia (daftarartikel terlampir). ArRahmah dan VOAIslam adalah contoh dua situs berita Islampopuler yang menawarkan berita dan artikel terkait Islam yang sebagian besar ditulisdalam bahasa Indonesia. Menurut Alexa.com, sebuah perusahaan yang kerap digunakanuntuk meneliti rangking atau performa dari sebuah situs, kueri penelusuran teratas, ataubeberapa kata kunci yang kerap digunakan untuk situs ini adalah; “Berita dunia Islam”,“Berita Islam” dan sebagainya. Khalayak dari dua situs ini pada umumnya adalah; "Priayang berada di rentang usia 25-34, punya anak, tidak memiliki pendidikan tinggi danmenjelajah situs ini dari rumah" (Alexa, n.d.).

VOA-Islam, menurut keterangan dalam situsnya, beroperasi sejak 1 Juni 2009.Tujuan pembentukan situs ini adalah karena menurut mereka umat Islam menjadi umatyang termarjinalkan dan kerap mendapat label negatif seperti teroris, fundamentalis, dll.Oleh karena itu situs VOA-Islam menjadi situs yang menyuarakan berbagai bpergerakanserta berita Islam. Dalam situsnya terdapat keterangan lengkap mengenai redaksipenulis VOA-Islam. Namun ketika ditelusuri lewat Internet, tidak ada informasi daripemilik situs yang bernama Sabrun Jamil. Situs ini termasuk dalam salah satu situs yangsempat diblok oleh Kominfo karena banyak dari artikelnya yang menyinggung isuSARA [ CITATION Pri17 \l 1033 ].

Arrahmah.com adalah sebuah situs berita Islam yang dimiliki oleh MuhammadJibriel. Namanya sempat masuk menjadi salah satu pihak yang terkait dengan kasuspengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Mega Kuningan, Jakarta, 2009. Iaterkena kasus pemalsuan dokumen dan tuduhan penyembunyian informasi. Sepertidijelaskan dalam Kompas.com, Jibriel telah terbukti menyembunyikan informasikeberadaan Noordin M Top dan Saefudin Zuhri dan juga bersalah atas kasuspenyalahgunaan paspor. Setelah menjalani persidangan ia terkena vonis lima tahunpenjara, namun pada November 2012, setelah menjalani hukuman selama tiga tahunJibriel dibebaskan bersyarat [CITATION Yus17 \l 1033 ].

Arrahmah.com juga, menurut salah satu penelitian, adalah bagian dari jaringankomunitas Arrahmah yang memang kerap mempromosikan ideologi jihad dan salafis(Iqbal, 2017). Sampai saat ini, komunitas ini tetap eksis juga dengan berbagai donasiuang yang diberikan oleh para pembacanya. Situs ini pernah termasuk dalam salah satusitus yang diblokir oleh Kominfo karena dianggap memiliki konten bermuatanradikalisme menurut rekomendasi Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).Meskipun demikian, dalam beberapa wawancara di media, Jibriel selalu menegaskanbahwa situs yang dimilikinya bukan merupakan situs radikal, namun hanya menyiarkanberita dan informasi mengenai perjuangan Islam yang masih dikemas dalam kaidahJurnalistik (Abba, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASANDalam sebuah artikel yang berjudul "Omong kosong Demokrasi" (12/01/17) VOA-Islam menampilkan sebuah artikel oleh Aktivis HTI Firdaus Bayu yang menjelaskanbeberapa kasus yang terjadi di Indonesia, yang, menurutnya memperlihatkan"kebohongan" demokrasi, "inkonsistensi" proses demokrasi dengan Kehendak"mayoritas" rakyat Indonesia, dan seruan untuk kembali ke Islam. Dalam artikel ini,

7

kasus-kasus seperti kenaikan harga BBM, kasus Freeport dan kasus penistaan agamayang dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau kerapdisebut Ahok dijadikan sebagai contoh dari bagaimana pemerintah selalu berusahamemanipulasi rakyat dengan dalih demokrasi. Kemudian di akhir artikelnya, FirdausBayu mengingatkan bahwa demokrasi membuat syariah islam “terpenjara”.

Contoh tampilan dari situs VOA-Islam.com

Kemudian, ada pula artikel opini redaksi berjudul "Demokrasi Tak RamahSyariat Islam" (20/01/17). Dimana pihak redaksi VOA-Islam berpendapat bahwa dariwaktu ke waktu demokrasi terus menghancurkan kemurnian jihad Islam dan menekansuara-suara dari muslim. Artikel ini juga menekankan bahwa umat Islam akan selaluberhadapan dengan para musuh-musuhnya yang dalam hal ini dapat berarti “tokoh-tokoh liberal, sekuler, plural, aliran sesat berjedok kebhinekaan dan demokrasi” serta“komprador asing” dan “aseng”, dimana asing di sini dapat diartikan merujuk padapihak negara lain terutama negara Barat, dan aseng adalah masyarakat etnis Cina yangkerap dituding sebagai pihak yang menguasai perekonomian negara Indonesia. Dalamnarasi ini kembali ide demokrasi dipertentangkan langsung dengan syariat Islam, dannarasi “Kita dan Mereka” digunakan untuk memisahkan masyarakat Islam denganmasyarakat non-muslim. Narasi ini tentunya berbahaya dan berpotensi menimbulkanpermusuhan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku danagama.

Artikel terkait demokrasi lainnya dapat dilihat dalam tulisan oleh Wijaya KurniaSantoso yang menyebutkan bahwa dirinya adalah “Syabab HTI Nganjuk” berjudul"Mahalnya Memilih Pemimpin dalam Sistem Demokrasi", (06/03/17) VOA-Islammembahas bagaimana pemilihan yang merupakan bagian dari proses demokrasi diIndonesia sangat mahal dan memberikan kesempatan untuk korupsi. Beberapa datamengenai biaya penyelenggaraan pemilu serentak sebagai bagian dari proses demokrasidipaparkan dengan asumsi bahwa biaya besar tersebut rawan penyelewengan dan

8

berpotensi untuk dikorupsi. Kemudian tulisan ini ditutup dengan seruan bahwa sudahsewajarnya demokrasi menjadi sistem yang gagal, rusak dan berbiaya mahal karenademokrasi adalah hasil dari pemikiran manusia yang harus segera “ditinggalkan dandicampakkan” dan menyerukan umat Islam agar “kembali” pada syariat Islam.

Menarik dicatat bahwa cukup banyak artikel di VOA-Islam membahas tentangPilkada DKI Jakarta 2017 seperti dua artikel yang telah dipaparkan sebelumnya danmasih banyak artikel lain misalnya saja artikel berjudul “Demokrasi Biang Perpecahandalam Memilih Pemimpin Muslim” (19/03/17) dan “Pesta Demokrasi Sudah Usai,What’s Next?” (03/05/17).

VOA-Islam sering menekankan secara eksplisit pada dampak negatif Demokrasidi Indonesia, misalnya saja, penekanan bahwa demokrasi adalah sistem yang gagal,merusak dan menghabiskan banyak biaya. Selain memberikan paparan bahwademokrasi itu mahal, VOA-Islam menyebut demokrasi telah gagal menghilangkanoligarki politik. Oligarki yang memungkinkan kekuasaan hanya dimiliki oleh kapitalisminoritas, kelas politik dan elite partai. VOA-Islam menuduh bahwa pemimpin partaipolitik, mayoritas saat ini adalah penguasa kaya raya. Politisi bermain dengan duawajah, bermain dengan kekuasaan sambil mengumpulkan kekayaan.

Berikutnya, perspektif serupa tentang demokrasi juga dapat ditemukan dalamberita-berita yang terdapat dalam situs ArRahmah. Salah satu artikel dari situsArRahmah misalnya, berjudul "Masalahnya adalah Demokrasi Sendiri" (11/04/2017),yang memperlihatkan bagaimana mereka membingkai demokrasi sebagai sistem korup.Selain mempromosikan sekularisme, demokrasi juga membuat kesenjangan sosialmenjadi lebih luas. Mereka berpendapat bahwa sistem ini cenderung menindas orangmiskin. Dalam demokrasi, kekayaan hanya untuk mereka yang memiliki akses terhadapkekuasaan. Artikel ini ditulis dengan cukup baik dibandingkan dengan tulisan lainnyakarena menggunakan beberapa data yang diambil dari beberapa sumber sepertiRepublika, yang juga merujuk kepada tulisan Nanat Fatah Natsir, Mantan PresidiumICMI Pusat, dan Mantan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, ataupun dariekonom Faisal Basri. Namun sayangnya data dan sumber yang digunakan tidakdituliskan dengan lengkap dan seperti halnya tulisan lain, argumen yang disampaikanmasih kental dengan nuansa menyalahkan demokrasi dari satu sisi.

9

Contoh tampilan dari situs ArRahmah.com

Artikel lain tentang demokrasi berjudul "Demokrasi Myanmar MenunjukkanKebencian yang Mendalam" (16/02/2017). Artikel ini dengan jelas menyatakan bahwademokrasi, terutama di Myanmar, adalah sistem yang menunjukkan kebencianmendalam kepada etnis Rohingya sebagai komunitas Muslim yang bersifat minoritas.Artikel ini mewakili salah satu pemahaman tentang demokrasi menurut para penganutideologi islamisme sebagai sumber masalah yang harus dihindari masyarakat karenadampak negatifnya terhadap kemanusiaan. Penulis artikel ini juga mengatakan bahwademokrasi adalah sistem yang “beracun” dan penawarnya adalah syariat islam, sepertidikemukakan sebagai berikut “Tragedi ini justru akan menjadikan umat mampumengambil pelajaran tentang hakikat demokrasi dan nasionalisme yang bisu dan beku.Sebab, umat semakin tidak percaya kepada sistem demokrasinya yang beracun. Saatnyakita bersama, berjuang dengan sungguh-sungguh bagi tegaknya kembali syariah danKhilafah”1

Representasi demokrasi sebagai sumber masalah juga dapat dilihat pada artikellain berjudul, "Terkait Arab Spring, Direktur CIA direktur CIA sebut AS terlalu inginmemaksakan demokrasi di negara-negara Arab" (20/10/2017). Demokrasi ditudingsebagai penyebab terjadinya konflik dan ketidakstabilan negara-negara di Tunisia,Mesir, Bahrain, dan wilayah Timur Tengah lainnya. Artikel ini mengutip CNN sebagaisumber berita utamanya dan menitik berattkan peran demokrasi sebagai sebab utamaketidakstabilan politik di negara-negara Arab tanpa kemudian memasukkan analisis lainterkait situasi kondisi di daerah tersebut. Arab Spring sendiri telah menjadi sebuah topikyang banyak dibahas dalam berbagai kajian dan perspektif. Dan menggunakan ideologidemokrasi sebagai penyebab utama bersifat menafikan berbagai situasi kondisi politik

1

https://www.arrahmah.com/2017/02/16/demokrasi-myanmar-menunjukkan-kebencian-yang-mendalam/

10

yang sebenarnya terjadi, dan termasuk juga peran kelompok islam garis keras dariberbagai ideologi yang berbeda yang ingin berkuasa.

Dua artikel yang telah disebutkan di atas menarik karena ArRahmah berusahamembingkai demokrasi sebagai konsep yang bermasalah di negara-negara lain selainIndonesia. Pemilihan Myanmar dengan Rohingnya dan Arab Spring tentu jugadilakukan untuk membentuk kesan bahwa seakan-akan penderitaan yang dialami umatMuslim di dua daerah tersebut secara langsung disebabkan oleh demokrasi.

KESIMPULANIndonesia adalah salah satu negara dengan populasi penganut agama Islam

terbesar yang memiliki sistem politik sekuler-demokratis yang dinamis dan (FCO,2012). Dalam iklim demokrasi ini, mulai muncul juga berbagai partai politik Islamis dankelompok Islamis dengan agenda Islamisme mereka di Indonesia muncul. Pascareformasi, kelompok Islam konservatif telah berkembang dalam berbagai ruang politik,bahkan beberapa organisasi yang memiliki ideologi Islam yang cenderung garis kerassemakin banyak bermunculan (Human Rights Watch, p 14). Dalam konteks itu,beberapa kelompok yang berideologi Islamisme di Indonesia menggunakan beragamsitus sebagai media untuk mendukung agenda berita politik mereka dan menyebarkanideologi mereka ke publik. Situs-situs ini juga dianggap sebagai bentuk perlawananterhadap berita "arus utama".

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis bagaimana VOA-Islam danArRahmah, sebagai contoh situs berita Islam di Indonesia, menggambarkan demokrasisebagai konsep yang buruk, negatif, tidak bermanfaat bagi warga negara Indonesia, danbertentangan dengan hukum Islam sembari menekankan pentingnya penerapan SyariatIslam di Indonesia. Melalui hasil analisis, dapat terlihat dengan jelas bahwa VOA-Islamdan ArRahmah secara terbuka menolak gagasan bahwa Indonesia adalah negarasekuler-demokratis. Dalam artikelnya, mereka kerap menggunakan istilah dari bahasa Arabyang bersumber dari Quran sebagai legitimasi atas argumennya. Dua situs yang kamiteliti secara konsisten menciptakan ilusi tentang "kejahatan" demokrasi denganmelakukan pelabelan yang selalu negatif. Asosiasi ini berguna sebagai alat persuasiyang menciptakan 'perspektif moral tentang kehidupan' 'dan' 'mengaktifkan asosiasiemosi yang tidak disadari' (Bhatia, 2009, hal 280).

Dengan menunjuk label-label ini, mereka mencoba membangun gagasan tentangdemokrasi dengan penggambaran emosional dan menakutkan yang berkaitan denganhal-hal yang dianggap haram (dilarang) atau dikutuk dalam Islam. Sepanjang analisiskami, ide mengenai syariat Islam sebagai pengganti demokrasi juga terus didengungkan.Analisis ini juga menunjukkan kedekatan posisi ideologis yang dimiliki VOA-Islam danArRahmah dengan gagasan umum Islamisme bahwa;

"...Pemahaman politik tentang Islamisme berpusat pada kode hukumalternatif, syariah...Islamisme dan pelaksanaan syariah adalah tentangkepercayaan agama, tapi juga [dianggap] menghormati peraturan hukumdan hak asasi manusia…pendukung Syariah [percaya] bahwa iamenawarkan keamanan bagi warga Muslim melawan tirani diktator..."(Azzam, 2006, hal 1130).Demokrasi tentunya bukanlah sebuah system pemerintahan yang tanpa cela.

Dalam sejarah panjang Indonesia, Negara ini juga telah beberapa kali mengalamipergantian sistem pemerintahan dan juga memasuki era Reformasi setelah sebelumnyaberada dalam rezim yang otoriter. Ideologi dan gagasan politik tentang Islam juga telah

11

mewarnai berbagai sendi kehidupan politik di Indonesia. Namun tentunya akan menjadimasalah apabila situs berita Islam seperti VOA-Islam dan ArRahmah menawarkan sudutpandang dan narasi yang sangat sepihak dan selalu memberikan nuansa negatif tentangdemokrasi. Apalagi, beberapa kritik yang dibangun oleh situs-situs ini tidak mengarahpada potensi terjadinya diskusi yang sehat dan produktif demi kemajuan bersama. Carapemberitaan dan sudut pandang yang dibangun dikhawatirkan justru akan semakinmembelah masyarakat kepada sentiment “kita lawan mereka” dimana “Kita” di sinidigeneralisasi secara luas sebagai umat Muslim, dan “mereka” adalah pihak-pihak yangmembela ide-ide demokrasi.

Indonesia adalah negara kepulauan yang luas dan secara kultural beragam.Dalam keragaman yang ada ini tentunya terdapat berbagai ideologi dan pandangan ataugerakan politik yang berbeda. Dibutuhkan kedewasaan untuk melakukan dialog yangsehat tanpa kemudian saling menjelekkan satu-sama lain tanpa dasar yang jelas. Terkaitdengan Islam, tentunya diperlukan keragaman cara pandang dalam melihat posisi Islamdi Indonesia. Situs berita Islam dengan sudut pandang yang lebih mencerahkan, logis,dan ilmiah tentu lebih dibutuhkan sebagai alternatif bacaan bagi umat Islam. Kajianmengenai Islam sebagai ideologi dan gerakan politik di Indonesia saat ini telah menjadiperhatian banyak kalangan akademis. Tulisan ini hanya melihat dua situs berita Islam,dan oleh karena itu hasilnya tidak dapat dijadikan generalisasi dalam melihat beragamsitus berita Islam lainnya di Indonesia. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan denganmengambil sampel penelitian yang lebih luas dan menggunakan metode lain sepertianalisis isi kuantitatif untuk melihat secara lebih umum mengenai konsep demokrasimenurut pandangan dari berbagai situs berita Islam di Indonesia.

LAMPIRAN: DAFTAR ARTIKEL“Omong Kosong Demokrasi”http://www.voa-islam.com/read/world-analysis/2017/01/12/48345/omong-kosong-demokrasi/#sthash.JB07gWLq.dpbs “Demokrasi tak ramah Syariat Islam”http://www.voa-islam.com/read/opini/2017/04/20/50132/demokrasi-tak-ramah-syariat-islam/#sthash.x90qwzNQ.dpbs “Pesta Demokrasi telah usai, What's Next?”http://www.voa-islam.com/read/world-analysis/2017/05/03/50407/pesta-demokrasi-telah-usai-whats-next/#sthash.T5OHpIe8.dpbs

“Demokrasi biang perpecahan dalam memilih pemimpin muslim”http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2017/03/19/49514/demokrasi-biang-perpecahan-dalam-memilih-pemimpin-muslim/#sthash.z7In5TX0.dpbs “Mahalnya memilih pemimpin dalam system demokrasi”http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2017/03/06/49260/mahalnya-memilih-peminpin-dalam-sistem-demokrasi/#sthash.ixY3YBN1.dpbs“Terkait Arab Spring, Direktur CIA sebut AS terlalu ingin memaksakan demokrasi dinegara-negara Arab”https://www.arrahmah.com/2017/01/10/terkait-arab-spring-direktur-cia-sebut-as-terlalu-ingin-memaksakan-demokrasi-di-negara-negara-arab/ “Demokrasi Myanmar menunjukkan kebencian yang mendalam”

12

https://www.arrahmah.com/2017/02/16/demokrasi-myanmar-menunjukkan-kebencian-yang-mendalam/“Masalahnya adalah demokrasi itu sendiri”https://www.arrahmah.com/masalahnya-adalah-demokrasi-itu-sendiri/

DAFTAR PUSTAKA

Abba, G. (2015, 4 7). Diambil dari Kompas.com: http://nasional.kompas.com/read/2015/04/07/18333321/Pemilik.Arrahmah.com.Konten.Kami.Terkait.Perjuangan.Islam.tetapi.Tidak.Radikal

Alexa. (n.d.). Alexa.com. Retrieved June 10, 2013, from http://www.alexa.com/

Azzam, M. (2006). Islamism Revisited. International Affairs, 82(6), 1119-1132.

Bamualim, C. S. (2011). Islamic Militancy and Resentment against Hadhramis in Post-Suharto Indonesia: A Case Study of Habib Rizieq Syihab and His Islamic Defenders Front. Comparative Studies of South Asia, Africa and The Middle East, 31(2), 267-281.

Bhatia, A. (2009). The discourses of terrorism. Journal of Pragmatics, 41(2), 279–289.

Brown, M. (2010). Representations of Islamic fundamentalism and the Ahmed Zaoui case. Islam and Christian–Muslim Relations, 21(4), 331-341.

Budiasa, M. (2017). Mediatisasi Aksi Massa Islam 2 Desember 2016. Jurnal Komunikasi Profetik, 10(1), 35-49.

Bunt, G. R. (2006). Towards an Islamic Information Revolution? In E. Poole, & E. J. Richardson (Eds.), Muslims and the News Media (pp. 153-164). London: I.B. Tauris.

Fairclough, N. (1989). Language and Power. London: Longman.

Fairclough, N. (1992). Discourse and Social Change. Cambridge: Polity Press.

Fairclough, N. (1995). Critical Discourse Analysis: The critical study of language. London: Longman.

FCO. (2012). British Foreign Commonwealth Office. Retrieved January 15, 2012, from http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-living-abroad/travel-advice-by-country/country-profile/asia-oceania/indonesia/

Fowler, R. (1991). Language in the News. London and New York: Routledge.

Hartawan, T. (2012). Tempo.co. Diambil dari https://m.tempo.co/read/news/2012/02/18/063384813/fpi-anggap-media-pendorong-citra-negatif#8uOsPeGf5LCyFczw.97

Hui, Y. J. (2010). The Internet in Indonesia: Development and Impact of Radical Websites. Studies in Conflict & Terrorism, 33(2), 171-191.

13

Human Rights Watch. (2013). In Religion’s Name. New York: Human Rights Watch.

Iqbal, M. A. (2017). researchrepository.murdoch.edu. Retrieved from http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/36066/1/iqbal2017.pdf

Kami, M. I. (2017, Mei 09). news.detik.com. Diambil dari detik.com: https://news.detik.com/berita/3495942/putusan-sidang-penistaan-agama-dan-rangkaian-aksi-bela-islam

MacDonald, M. (2003). Exploring Media Discourse. London: Hodder and Straughton.

Matheson, D. (2005). Media Discourses: Analysing Media Texts. Berkshire: Open University Press.

Mujani, S. R., & Liddle, W. (2009). MUSLIM INDONESIA’S SECULAR DEMOCRACY. Asian Survey, 49(4), 575-590.

Nawab, M., & Osman, M. (2010). Reviving the Caliphate in the Nusantara: Hizbut Tahrir Indonesia's Mobilization Strategy and Its Impact in Indonesia. Terrorism and Political Violence, 22(4), 601-622.

Prihadi, D. S. (2017, Januari 3). Diambil dari cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170103101914-185-183699/kominfo-blokir-voa-islam-dan-10-situs-sara-lainnya

Roberts, G. (2013). ABC News. Retrieved Jun 8, 2013, from http://www.abc.net.au/news/2013-06-08/islamists-threaten-to-shut-down-indonesian-beauty-pageant/4741714

The Daily Star. (2013). The Daily Star Lebanon. Retrieved Jun 16, 2013, from http://www.dailystar.com.lb/News/International/2013/Feb-14/206427-indonesia-conservatives-protest-against-valentines-day.ashx#axzz2Vk7dJhxa

The Telegraph. (2013). The Telegraph. Retrieved Jun 4, 2013, from http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/indonesia/9870906/Islamic-radicals-protest-sexy-Valentines-Day-in-Indonesia.html

Tibi, B. (2016). Islam dan Islamisme. Bandung: Mizan Pustaka.

Tomsa, D. (2012). Moderating Islamism in Indonesia : Tracing Patterns of Party Changein the Prosperous Justice Party. Political Research Quarterly, 65(3), 486-498.

Tonkiss, F. (2006). Analysing text and speech: content and discourse analysis. In C. Seale (Ed.), Researching Society and Culture (pp. 367-382). London: Sage.

Vollmer, C. (2017). 2017 Entertainment and Media Trends. Diambil dari strategyand.pwc.com: https://www.strategyand.pwc.com/trend/2017-entertainment-and-media-trends

We Are Social. (2017, January 24). Diambil dari wearesocial.com: http://wearesocial.com/blog/2017/01/digital-in-2017-global-overview

14

Whine, M. (1999). Islamist Organizations on the Internet. Terrorism and Political Violence, 11(1), 123-132.

Yusuf, O. (2016, 06 16). Diambil dari Tekno.Kompas.Com: http://tekno.kompas.com/read/2016/06/16/14341867/jibriel.tegaskan.arrahmah.bukan.situs.radikal.dan.ia.bukan.tersangka

15