remediasi miskonsepsi siswa menggunakan model inkuiri ...

13
REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI GERAK ROTASI DI SMK Edi, Tomo, Haratua Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penerapan model inkuiri terbimbingdalam meremediasi miskonsepsi siswa pada materi gerak rotasi di kelas X SMKN 1 Mempawah Timur. Metode penelitianyang digunakanadalah pre-eksperimental design tipe one group pre-test post-test design. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas AgribisnisProduksi Tanamanberjumlah 15 orang yang dipilih secara random sampling dengan teknik intact group. Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata persentase miskonsepsi siswa pada pre-test sebesar 84,24% danpost-test sebesar 50,90%. Dari penghitungan uji Binomial didapat rata-rata p(0,046519) < ߙ(0,05) untuk P=Q=½, sehinggaterjadi perubahan miskonsepsi siswa yang signifikan tentang gerak rotasi. Dari penghitungan effect size diperoleh sebesar 1,6588 berkategori tinggi. Jadi, remediasi menggunakan model inkuiri terbimbing efektif untuk memperbaiki miskonsepsi siswa. Kata Kunci: remediasi, inkuiri terbimbing, gerak rotasi Abstract: The aim of this research is to investigate the effectiveness of application the Guided Inquiry Model on remedied students’ misconception about rotation motion subject of class X in SMKN 1 Mempawah Timur. The method of the research is pre-experimental by one-group pre-test-post test design. The sample of this research is 15 students in Plants ProductionAgribisnisclass which are chosen by random in technic of intact group. Based on the analysis of data, the result of the mean percentage of students’ misconception is 84.24% at pre-test and 50.90% at post-test. The result of calculation Binomial test is p(0.06519)< α(0.05) for P = Q = ½, it meansthe change ofstudents’misconception happenedsignificantly about rotation motion. The result of calculation effect sizeis 1.6588 with high level. So, the remediation use Guided Inquiry Model is effectiveto correct students’ misconception. Keywords: remediation, guided inquiry, rotation motion embelajaran IPA dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- P 1

Transcript of remediasi miskonsepsi siswa menggunakan model inkuiri ...

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKANMODEL INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI

GERAK ROTASI DI SMK

Edi, Tomo, HaratuaProgram Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penerapan model inkuiri terbimbingdalam meremediasi miskonsepsi siswa pada materi gerak rotasi di kelas X SMKN 1 Mempawah Timur. Metodepenelitianyang digunakanadalah pre-eksperimental design tipe one group pre-test post-test design. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas AgribisnisProduksi Tanamanberjumlah 15 orang yang dipilih secara random sampling dengan teknik intact group. Berdasarkan analisis data diperoleh rata-rata persentase miskonsepsi siswa pada pre-test sebesar 84,24% danpost-test sebesar 50,90%. Dari penghitungan uji Binomial didapat rata-rata p(0,046519) < (0,05)untuk P = Q = ½, sehinggaterjadi perubahan miskonsepsi siswa yang signifikan tentang gerak rotasi. Dari penghitungan effect size diperoleh sebesar 1,6588 berkategori tinggi. Jadi, remediasi menggunakan model inkuiri terbimbing efektif untuk memperbaiki miskonsepsi siswa.

Kata Kunci: remediasi, inkuiri terbimbing, gerak rotasi

Abstract: The aim of this research is to investigate the effectiveness of application the Guided Inquiry Model on remedied students’misconception about rotation motion subject of class X in SMKN 1 Mempawah Timur. The method of the research is pre-experimental by one-group pre-test-post test design. The sample of this research is 15 students in Plants ProductionAgribisnisclass which are chosen by random in technic of intact group. Based on the analysis of data, the result of the mean percentage of students’ misconception is 84.24% at pre-test and 50.90% at post-test. The result of calculation Binomial test is p(0.06519)< α(0.05) for P = Q = ½, it meansthe change ofstudents’misconception happenedsignificantly about rotationmotion. The result of calculation effect sizeis 1.6588 with high level. So, the remediation use Guided Inquiry Model is effectiveto correctstudents’ misconception.

Keywords: remediation, guided inquiry, rotation motion

embelajaran IPA dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-P

1

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses suatu penemuan (BNSP, 2007: 13). Secara singkat, pembelajaran IPA juga harus diarahkan kepada proses inkuiri. Pertanyaan refelktifnya, apakah pembelajaran berbasis proses penemuan sudah diterapkan dengan baik di sekolah.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang termasuk program adaptif di SMK berdasarkan kurikulum KTSP. Di dalam pembelajaran, program adaptif diberikan tidak hanya sebatas memahami dan menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” hal tersebut harus dilakukan. Dengan kata lain, siswa SMK diharapkan dapat sepenuhnya menguasai konsep-konsep fisika yang kemudian diaplikasikan ke dalam praktek.

Dari hasil TIMSS 2011 untuk Sains, Indonesia menempati urutan ke-40 dari 42 negara. Sedangkan hasil PIRLS untuk Sains, Indonesia menempati urutan ke-42 dari 45 negara. Hasil ini menunjukkan Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 2007 (Driana, 2012). Dengan kata lain, kemampuan siswa-siswa di Indonesia pada bidang Sains masih tergolong rendah dan menurun untuk saat ini.

Juniardi (2009) melakukan penelitian mengenai miskonsepsi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pontianak tentang dinamika rotasi. Sebanyak 36 siswa (100%) menganggap bahwa bentuk benda tidak berpengaruh terhadap nilai energi kinetik rotasi. Sebanyak 36 siswa (100%) menganggap bahwa tidak ada pengaruh terhadap laju rotasi ketika semua penduduk di Bumi pindah ke khatulistiwa. Sebanyak 28 siswa (77,8%) menganggap bahwa letak gaya tidak mempengaruhi percepatan sudut batang (Juniardi, 2009). Dari data tersebut, persentase miskonsepsi tiap indikator masih cukup tinggi. Dengan kata lain, dalam mempelajari materi dinamika rotasi siswa masih mengalami kesulitan memahami konsep.

Hasil prariset yang dilakukan di SMKN 1 Mempawah Timur menemukan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep gerak rotasi dan siswa mengalami miskonsepsi. Diantaranya, siswa menganggap bahwa semakin kecil lengan momen pada lengan sepanar dengan gaya yang sama maka semakin mudah membuka baut. Siswa mengangap bahwa silinder pejal dan bola pejal sama mudahnya digelindingkan ke atas bidang miring karena memiliki massa dan jari-jari yang sama. Siswa menganggap bahwa letak gaya tidak mempengaruhi percepatan sudut batang yang berputar. Siswa menganggap bentuk benda tidak mempengaruhi energi kinetik rotasi. Siswa menganggap momentum sudut dua buah silinder (berbeda massa) dalam satu poros adalah sama karena memiliki kecepatan sudut yang sama.

Menurut Suparno (2005: 52) metode mengajar dapat berperan dalam menciptakan miskonsepsi apabila guru tidak kritis dalam memilih metode yang tepat dalam pembelajaran. Hasil pengamatan di SMKN 1 Mempawah Timur metode mengajar guru masih berisi ceramah dan menulis. Model pembelajaran berbasis penemuan (inkuiri) belum pernah diterapkan di sekolah tersebut. Adapun tahapan pembelajaran di kelas yang pertama, guru menjelaskan tiap-tiap konsep sambil menggambar objek di papan tulis. Kedua, siswa ditanya sudah mengerti

2

atau tidak. Setelah dijawab mengerti, barulah diberikan contoh soal dan kemudian latihan.

Penyebab miskonsepsi siswa dari hasil prariset adalah reasoning yang tidak lengkap dan intuisi yang salah. Menurut Suparno (2005: 60) miskonsepsi siswa disebabkan oleh reasoning yang tidak lengkap atau salah dikarenakan informasi yang didapat siswa saat pembelajaran tidak lengkap atau salah.Suparno (2005: 38)berpendapat bahwa intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi.Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagsannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti.

Siswa yang mengalami miskonsepsi perlu diobati melalui kegiatan remediasi dalam pembelajaran. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan oleh siswa (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 22 unit 6). Salah satu yang dapat diterapkan yaitu dengan model inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing sangat cocok diterapkan di SMKN 1 Mempawah Timur karena belum terbiasanya siswa dengan proses pembelajaran inkuiri. Sejalan dengan pendapat Suhaeti (2011: 19) bahwa inkuiri terbimbing diterapkan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.

Menurut Agung (dalam Andriani, 2011: 133) pembelajaran inkuiriterbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang pelaksanaanya gurumenyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Dalam prosesinkuirinya siswa dibimbing oleh guru dan petunjuk LKS. Intensitas bimbinganguru akan dikurangi apabila siswa sudah terbiasa dengan proses inkuirinya.

Menurut David M. Hanson (dalam Sofiani, 2011: 17-18) tahapanpembelajaran model inkuiri terbimbing adalah Orientasi, eksplorasi, pembentukankonsep, aplikasi, dan penutup. Pada fase eksplorasi siswa melakukan observasi,mengumpulkan data, dan menganalisis data dari percobaan. Pada tahap ini siswadihadapkan pada kenyataan konsep dan mulai diperbaiki miskonsepsinya. Setelahmelakukan percobaan siswa mengobservasi gejala fisika dan apabia tidak sesuaidengan konsepsi awal maka akan terjadi konflik kognitif dipemikiran mereka.Sehingga miskonsepsi siswa akan dirubah dan diobati secara perlahan-lahan.Menurut Paul Suparno (2005: 81) kiat mengatasi miskonsepsi yang disebabkanreasoning tidak lengkap dan intuisi yang salah adalah menghadapkan siswa padakenyataan, rasionalitas, dan anomali. Lebih lanjut untuk memperkuat reasoningsiswa, guru memberikan validasi terhadap kesimpulan siswa di fase penutup.

Model inkuiri terbimbing sudah pernah diteliti sebelumnya dan terbuktiberpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Erlina Sofiani(2011: 56) melaporkan bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh terhadaphasil belajar fisika siswa pada konsep listrik dinamis di SMP Negeri 1 Sukajaya.Nely Andriani (2011: 136) melaporkan bahwa model inkuiri terbimbing efektifditerapkan dalam mata pelajaran fisika pokok bahasan cahaya di SMPN 2 MuaraPadang. Narni Lestari Dewi (2013: 9) melaporkan hasil belajar siswa padapelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing lebih baik model konvensional diSD Negeri kelurahan Kaliuntu.

Berdasarkan uraian di atas, cukup beralasan model inkuiri terbimbing diterapkan untuk meremediasi miskonsepsi siswa di SMKN 1 Mempawah Timur. Selain itu, penelitian yang serupa belum pernah dilakukan di sekolah tersebut. Jadi, penelitian ini dilakukan untuk meremediasi miskonsepsi siswa tentang gerak rotasi menggunakan model inkuiri terbimbing di kelas X SMKN 1 Mempawah Timur.

METODEPenelitian ini menggunakan bentuk pre-eksperimental design dengan tipe

one group pre-test post-test design. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1 Rancangan Penelitian One Group Pre-test Post-testKelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

(Sugiyono, 2011: 110)Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 1 Mempawah

Timur yang berjumlah 70 orang dengan sampel penelitian berjumlah 16 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu teknik sampling intact group, yaitu memilih salah satu kelas utuh secara acak (random). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pengukuran berupa tes tertulis. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 11 soal Multiple Choice dengan Reasoning terbuka dengan 3 alternatif pilihan. Multiple choice dengan Reasoningterbuka adalah tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang disertai alasan dari siswa. Proses validasi dilakukan oleh 3 orang validator yaitu dua orang dosen pendidikan fisika FKIP UNTAN dan satu orang guru fisika di SMKN 1 Mempawah Timur sehingga telah layak digunakan di lapangan. Setelah soal diujicobakan dan hasilnya dianalisis diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,4273(kategori sedang).

Data hasil tes dianalisis dengan mencari persentase miskonsepsi siswasebelum dan setelah dilakukan remediasi. Pada penelitian ini digunakan uji Binomial untuk mengetahui signifikansi perubahan konseptual siswa setelah diremediasi. Selain itu, untuk mengetahui efektivitas penggunaan model inkuiri terbimbing dalam proses remediasi, digunakan perhitungan effect size.

Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap,yaitu: 1) tahap persiapan dan 2) tahap peaksanaan.Tahap PersiapanLangkah – langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: 1) membuat surat permohonan riset dan surat tugas, 2) mengadakan observasi ke sekolah yang bertujuan untuk menentukan subjek dan waktu pelaksanaan penelitian, 3) menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, alat peraga dan LKS, dan 4) menyiapkan instrumen penelitian berupa soal pre-test dan post-test.Tahap Pelaksanaan Langkah – langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: 1) mengujicobakan soal tes ke sekolah lain, 2) memberi pre-test untuk mengetahui

3

jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum dan sesudah dilaksanakan remediasi, 3) pelaksanaan remediasi menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi gerak rotasi, 4) memberikan post-test untuk mengetahui penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi, 5) menganalisis data, 6) menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data, dan 7) menyusun laporan.HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMKN 1 Mempawah Timur yang telah mempelajari materi gerak rotasi. Siswa yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas X Agribisnis Produksi Tanaman yang berjumlah 16 orang. Namun siswa yang terhitung dalam pengolahan data hanya 15orang dikarenakan 1siswa tidak hadir ketika perlakuan. Rata – rata persentasemiskonsepsi siswa padapre-test dan post-test disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2 Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Mengalami Miskonsepsi Sebelumdan Setelah Remediasi

IndikatorPre-test Post-test

S0 S0% St St%Membandingkan tingkat kemudahan membuka baut menggunakan Sepanar dengan faktor lengan momen yang berbeda.

9 60% 5 33,33%

Membandingkan pengaruh kemiringan gaya terhadap besarnya momen gaya pintu

14 93,33% 9 60%

Menentukan arah putaran benda tegar akibat dua gaya yang sama besar apabila dikerjakan pada jarak yang berbeda dari pusat batang

13 86,66% 8 53,33%

Menentukan arah putaran benda tegar akibat dua gaya yang berbeda apabila dikerjakan pada jarak yang sama dari pusat batang

14 93,33% 9 60%

Membandingkan besarnya momentum sudut terhadap pengaruh momen inersia

11 73,33% 8 53,33%

Membandingkan besarnya momentum sudut terhadap pengaruh massa dan jari-jari

12 80% 6 40%

Membandingkan tingkat kemudahan bola pejal dan silinder pejal yang digelindingkan di atas bidang datar kasar terhadap pengaruh momen inersia

12 80% 6 40%

Membandingkan tingkat kemudahan batang yang diputar terhadap pengaruh letak sumbu rotasi

15 100% 8 53,33%

Menganalisis percepatan sudut dua benda yang sebagian terbuat dari kayu dan sebagian dari besi, apabila gaya yang dikerjakan sama dan tidak slip

14 93,33% 9 60%

Menganalisis percepatan sudut batang apabila 11 73,33% 7 46,66%

dikerjakan gaya yang sama dan tidak slip, terhadap pengaruh lengan momenMembandingkan energi kinetik rotasi terhadap pengaruh konstanta momen inersia

14 93,33% 9 60%

Rata-rata persentase 84,24% 50,90%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat rata – rata persentase jumlah siswa yangmengalami miskonsepsi sebelum remediasi (hasil pre-test) menggunakan model inkuiri terbimbing sebesar 84,24%. Padaindikator“membandingkan tingkat kemudahan batang yang diputar terhadap pengaruh letak sumbu rotasi” terdapatmiskonsepsi paling banyak sebesar 100% (15 orang). Sedangkan pada indikator “Membandingkan tingkat kemudahan membuka baut menggunakan sepanar dengan faktor lengan momen yang berbeda” terdapat miskonsepsi paling sedikit sebesar 60% (9 orang).

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat rata – rata persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi setelah remediasi (hasil post-test) menggunakan modelinkuiri terbimbing sebesar 50,90%. Jika dibandingkan dengan hasil pre-test maka dapat dikatakan remediasi menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi dinamika rotasi menurunkan rata-rata persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi. Dimana penurunannya sebesar 33,34%.

Untuk menentukan signifikansi perubahan miskonsepsi siswa sebelum dansesudah remediasi menggunakan model inkuiri terbimbingdapat menggunakan uji Binomial. Dari penghitungan uji Binomial untuk tiapkonsep diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3 Rekapitulasi hasil uji Binomial tiap konsep

No. Soal

A B C D p αSignifikan/Tidak

Signifikan

1 0 6 5 4 0,0625 0,05 Tidak Signifikan2 0 1 9 5 0,03125 0,05 Signifikan3 1 1 7 6 0,0625 0,05 Tidak Signifikan4 0 1 9 5 0,03125 0,05 Signifikan5 0 4 8 3 0,125 0,05 Tidak Signifikan6 1 2 5 7 0,03515 0,05 Signifikan7 0 4 6 5 0,03125 0,05 Signifikan8 0 0 8 7 0,0078125 0,05 Signifikan9 0 1 9 5 0,03125 0,05 Signifikan10 0 4 7 4 0,0625 0,05 Tidak Signifikan11 0 1 9 5 0,03125 0,05 Signifikan

Total 2 25 82 56 0,046519 0,05 Signifikan

Uji Binomial yang digunakan untuk sampel kecil dengan nilai kurang dari 25.

5

Keterangan:A = Jumlah siswa yang menjawab benar pada Pre-test, dan salah pada Post-testB = Jumlah siswa yang menjawab benar pada Pre-test, dan benar pada Post-testC = Jumlah siswa yang menjawab salah pada Pre-test, dan salah pada Post-testD = Jumlah siswa yang menjawab salah pada Pre-test, dan benar pada Post-test

Berdasarkan uji Binomial pada Tabel 3 di atas diperoleh rata-rata (0,046519) < (0,05)untuk = = 1/2. Hal ini menunjukkan bahwa secara umumterjadiperubahan konseptual siswa yang signifikan tentang gerak rotasi antara sebelum dan sesudah diberikan remediasi menggunakan model inkuiri terbimbing.

Dari perhitungan effect size diperoleh nilai Es = 1,6588 (tergolong tinggi).Dengan demikian, model inkuiri terbimbing efektif dalam meremediasi miskonsepsi siswa tentang gerak rotasidi SMKN 1 Mempawah Timur. Hal tersebut sesuai dengan harga effect size, yaitu jika ES> 0,7 maka efektivitasnya tergolong tinggi.

PembahasanBerdasarkan bentuk miskonsepsi yang ditemukan dapat disebabkan oleh

beberapa faktor. Menurut Suparno (2005: 29) secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

Penyebab miskonsepsi yang diduga berasal dari siswa adalah reasoning yang tidak lengkap (Suparno, 2005: 38). Alasan tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan tidak lengkap saat pembelajaran. Dari miskonsepsi yang ditemukan besar kemungkinan informasi yang didapat siswa saat pembelajaran sebelumnya hanya sebatas cara berhitung. Guru berpusat pada contoh soal yang melatih kemampuan berhitung, sehingga ketika ditanya soal yang berhubungan dengan konsep siswa tidak mampu menjawab. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara salah dan menyebabkan timbulnya miskonsepsi siswa.

Selain reasoning yang tidak lengkap intuisi siswa yang salah juga diduga ikut menjadi penyebab miskonsepsi siswa. Menurut Paul Suparno (2005: 38) intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagsannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Intuisi siswa yang salah terhadap konsep gerak rotasi dikarenakan dalam pembelajaran siswa tidak selalu dihadapkan pada fenomena atau kenyataan alam yang terkait konsep fisika. Akibatnya,konsepsi-konsepsi siswa yang terbentuk berdasarkan intuisi sendiri tidak sesuai dengan konsepsi ilmuan dan mengalami miskonsepsi.

Cara mengajar juga dapat menyebabkan miskonsepsi siswa apabila guru langsung menjelaskan ke dalam bentuk matematika (Suparno, 2005: 53). Mungkin saat pembelajaran, siswa dapat menyelesaikan soal tentang konsep gerak rotasi yang hanya memasukkan angka ke dalam rumus. Tetapi siswa tidak dapat

6

menjelaskan secara fisis dari jawaban akhir yang dikerjakannya. Hal ini dikarenakan guru kurang menekankan penjelasan tentang konsep di awal pembelajaran.

Berdasarkan penyebab miskonsepsi siswa yaitu, reasoning yang tidak lengkap, intuisi siswa yang keliru, dan cara mengajar guru dapat diperbaiki dengan memilih kiat-kiat yang tepat. Menurut Paul Suparno (2005: 81) penyebab model reasoning yang tidak lengkap dan intuisi siswa yang keliru, kiatmengatasinya dihadapkan pada kenyataan, anomali, dan rasionalitas. Cara mengajar guru yang langsung masuk kebentuk matematika dapat diatasi memulai pembelajaran dengan gejala nyata baru (Suparno, 2005:82).

Penyebab miskonsepsi siswa harus disesuaikan dengan tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing agar remediasi yang dilakukan tepat sasaran. Menurut David M. Hanson (dalam Sofiani, 2011: 17) tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu orientasi, eksplorasi, pembentukan konsep, aplikasi, dan penutup.

Pada tahap pertama (orientasi), menggali pengetahuan awal siswa sehingga siswa tertarik dan siap untuk mengikuti proses pembelajaran. Pada tahap ini pengetahuan awal siswa sudah didapat berdasarkan pre-testdan saat pembelajaran guru menyajikan masalah dalam bentuk gambar dari soal pre-test. Menurut Paul Suparno (2005: 82) memberi kesempatan siswa mengungkapkan gagasan merupakan kiat mengatasi miskonsepsi dari segi mengajar guru.

Pada tahap orientasi siswa tidak antusias untuk mengungkapkan hipotesis mereka hanya beberapa siswa yang menunjuk tangan. Dari awal, sudah terlihat bahwa keingintahuan sebagian besar siswa di kelas untuk mengetahui sesuatu tidak terlalu kuat. Kemungkinan penyajian masalah dalam bentuk gambar kurang dapat menunjukkan fenomena atau gejala fisika yang dianggap ganjil bagi siswa, sehingga siswa lebih cenderung untuk tidak mengungkapkan ide-idenya. Hal tersebut belum sesuai dengan pendapat C.V. Schwarz & Y.N. Gwekwerere (dalamNurtafita, 2011: 14) bahwa inkuiri terbimbing meminta siswa menyampaikan ide-ide mereka sebelum pembelajaran dengan menyelidiki sebuah gejala ataufenomena yang mereka anggap ganjil.

Tahap kedua yaitu (eksplorasi), guru mengajak siswa untuk melakukan observasi melalui kegiatan percobaan sederhana. Dalam tahap ini percobaan setiap konsep menggunakan alat peraga yang bertujuan menghadapkan siswa pada kenyataan. Karena dengan menghadapkan siswa kepada kenyataan dan rasionalitas dapat mengobati miskonsepsi dari penyebab reasoning tidak lengkapdan intuisi yang salah (Suparno, 2005: 82).

Dari observasinya, gejala fisika tidak diungkapkan secara bebas oleh siswa. Percobaan yang dilakukan sudah dirumuskan gejala fisikanya di LKS oleh guru. Jadi siswa hanya memilih gejala yang dialami saat percobaan yang telah dirumuskan. Dalam hal ini, guru hanya membantu siswa yang kesulitan memahami arahan LKS dan mengarahkan dalam merangkai alat, sehingga memungkinkan terjadinya proses tebakan saat memilih gejala fisika yang diobservasi siswa.

Waktu yang direncanakan pada tahap eksplorasi tidak sesuai dengan yang sudah direncanakan lebih dari 45 menit. Hal ini dikarenakan, sulitnya mengajak

7

siswa untuk melakukan kegiatan observasi dalam percobaan. Siswa yang aktif hanya beberapa orang dari tiap kelompok dan hanya mengandalkan teman. Padahal guru sudah mengantisipasi meberikan LKS kepada setiap siswa sebagai tanggung jawab masing-masing. Akibatnya siswa yang pasif hanya menyalin data yang telah ditemukan oleh temannya. Sehingga kerja kelompok menjadi tidak maksimal karena hanya sedikit siswa yang bekerja dan selesai lebih lama dari waktu yang sudah direncanakan. Menurut Jerome Bruner (dalam Khasanah, 2011: 14) salah satu kelemahan model inkuiri adalah siswa yang terbiasa dengan pembelajaran tradisional biasanya agak sulit memberi dorongan mengikuti pembelajaran inkuiri.

Dari segi mengajar guru gaya model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengatasi penyebab miskonsepsi. Model pembelajaran yang berangkat dari fakta menuju teori (Trianto, 2007: 134). Pertama, siswa diajak melihat suatu gejala dan pengaruhnya atau mempraktekkannya. Kedua, siswa membuat hubungan kualitatif dari faktor-faktor yang mempengaruhi gejala tersebut. Ketiga, dijelaskan konsep fisika apa yang terkait dari gejala tersebut dan menuliskan persamaan kuantitatif. Dengan gaya pembelajaran seperti ini, akan meminimalisir cara mengajar guru yang langsung kebentuk matematika.

Tahap ketiga (pembentukan konsep), dalam tahap ini siswa dengan masing-masing kelompoknya melakukan aktifitas diskusi. Setiap siswa dari masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk memaparkan hasil yang mereka dapatkan. Pada tahap ini siswa menemukan hubungan kualitatif dari faktor-faktor yang mempengaruhi suatu konsep (LKS lampiran A-7). Meskipun demikian, pada tahap ini arahan dan bimbingan guru sangat dibutuhkan.

Bentuk bimbingan dan arahan guru adalah berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa sampai pada kesimpulannya. Kesimpulan yang dibuat di LKS hanya melengkapi kalimat dengan kata kunci. Jadi, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru yaitu kembali menekan dari data yang diperoleh di tahap eksplorasi.

Proses diskusi yang dilaksanakan dalam tahap ini yaituuntuk membuat kesimpulan dari percobaan. Dari kesimpulan yang dipresentasikan semua kelompok sudah sesuai dengan konsep. Tetapi saat proses diskusi guru tidak dapat secara maksimal memantau kegiatan siswa. Ada kemungkinan siswa yang pasif saat percobaan ketika berdiskusi hanya menyalin kesimpulan dari temannya. Ditambah lagi kesimpulan yang dibuat hanya melengkapi kata kunci. Sehingga tidak dapat dipastikan secara keseluruhan perubahan konseptual siswa berdasarkan pengalaman atau kenyataan yang didapat saat percobaan.

Terkait perubahan konseptual siswa saat berdiskusi ada kemungkinan konsepsi awal mereka dirubah total, tidak dibuang hanya menambahkan, atau mengisi konsepsi mereka. Setelah diremediasi ada siswa yang mengalami proses akomodasi, asimilasi, dan yang tidak tahu menjadi tahu.

Pada tahap keempat (aplikasi konsep) dalam tahap ini siswa mengerjakan soal pre-test dan membuktikan hipotesis mereka. Soal yang dikerjakan adalah konsep momen gaya (nomor 1 dan 2), resultan momen gaya (nomor 3 dan 4), dan konsep percepatan sudut (nomor 9 dan 10). Pada tahap ini guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk membentuk kepercayaan diri dalam membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan di awal pembelajaran.

Dalam proses ini sebagian siswa dapat dengan percaya diri mengerjakan soal pre-test terlepas dari guru, tetapi sebagian siswa masih kebingungan dalam mengaplikasikan konsep. Terlihat masih banyak siswa yang bertanya kepada guru. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pasifnya beberapa siswa saat percobaan, belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran inkuiri, siswa yang kurang banyak bertanya ditahap-tahap sebelumnya, atau mungkin kurang jelasnya arahan dan bimbingan guru kepada siswa.

Tahap kelima (penutupan), pada tahap ini guru mengakhiri kegiatan belajar dengan membuat validasi terhadap hasil yang telah siswa dapatkan. Validasi diarahkan kepada presentasi setiap kelompok terhadap pembuktian hipotesis. Bentuk validasi guru hanya berupa lisan yang disampaikan langsung ke siswa.

Dari hasil presentasi semua kelompok membuktikan hipotesis dengan alasan yang tepat dan lengkap. Jadi guru hanya menguatkan kembali tentang konsepsi siswa yang sudah benar. Pada tahap ini juga reasoning siswa yang belum lengkap menjadi lengkap.

Hasil temuan dari penelitian ini adalah penerapan model inkuiri terbimbing di SMKN 1 Mempawah Timur dapat menurunkan rata-rata persentase miskonsepsi siswa sebesar 33,34% pada materi gerak rotasi. Rata-rata persentase miskonsepsi siswa yang didapat pada pre-test sebesar 84,24 % dan post-test sebesar 50,90%.

Dari hasil uji Binomial untuk sampel kecil ( < 25) dinyatakan bahwa secara umum perubahan miskonsepsi siswa terjadi secara signifikan setelah diremediasi menggunakan model inkuiri terbimbing. Nilai rata-rata (0,046519) < (0,05)dan nilai = = 1/2. Hal ini dikarenakan tidak alasan untuk menyatakan bahwa yang miskonsepsi sebelum perlakuan lebih besar atau yang tidak miskonsepsi lebih besar.

Remediasi dengan menggunakan model inkuiri terbimbing ini secara umum efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa di kelas X SMKN 1 Mempawah Timur pada materi gerak rotasi. Temuan ini dapat dilihat dari penghitungan effect size didapatkan nilai ( = 1,6588), sesuai dengan kriteria effect size yaitu > 0,7 berkategori tinggi. Indrawati (dalam Trianto, 2007: 134) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif apabila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun-rumpun pemrosesan informasi. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri. Nely Andriani (2011: 136) melaporkan model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif diterapkan dalam mata pelajaran fisika pokok bahasan cahaya di SMPN 2 Muara Padang.

Model inkuiri terbimbing sudah pernah diteliti sebelumnya dan terbuktiberpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Erlina Sofiani(2011: 56) melaporkan bahwa model inkuiri terbimbing berpengaruh terhadaphasil belajar fisika siswa pada konsep listrik dinamis di SMP Negeri 1 Sukajaya.Nely Andriani (2011: 136) melaporkan bahwa model inkuiri terbimbing efektifditerapkan dalam mata pelajaran fisika pokok bahasan cahaya di SMPN 2 MuaraPadang. Nani Lestari Dewi (2013: 9) melaporkan hasil belajar siswa pada

9

pelajaran IPA dengan model inkuiri terbimbing lebih baik model konvensional diSD Negeri kelurahan Kaliuntu.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan maka simpulan dalam penelitianini adalah remediasi menggunakan model inkuiri terbimbingefektif untuk mengatasi miskonsepsi siswa di SMKN 1 Mempawah Timurtentang gerak rotasi. Rata – rata persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada pre-test sebesar 84,24% dan rata – rata persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada post-test sebesar 50,90%.Dengan demikian, terjadi penurunan rata-rata persentase miskonsepsi siswa sebesar 33,34 %.Selain itu, terjadi perubahan konseptual yang signifikan pada siswa sebelum dan sesudah dilakukan remediasi menggunakan model inkuiri terbimbing, yaitu diperoleh (0,046519) < (0,05)untuknilai = = 1/2. Efektivitas penggunaan model inkuiri terbimbingpada penelitian ini tergolong tinggi, yaitu Es = 1,6588.

Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan keterbatasan dalam

penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) sebaiknyajika memungkinkan percobaan dilaksanakan di luar kelas agar mendapatkan suasana berbeda. (2) sebaiknya alat peraga yang digunakan adalah alat-alat praktek SMK yang ada konsep gerak rotasinya.(3)untuk penelitian berikutnya di tempat yang sama mengklasifikasikan siswa ditinjau dari minat belajar dan menghubungkan terhadap perubahan konseptual siswa. (4) sebaiknyaperangkat pembelajaran seperti RPP dan LKS divalidasi terlebih dahulu dan menggunakan Observer saat remediasi. (5) sebaiknya LKS inkuiri terbimbing harus dirancang dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa pada suatu kesimpulan.

DAFTAR RUJUKANAndriani, Nely. (2011). Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VII SMP Negeri 2 Muara Padang. Jurnal Ilmu Pendidikan.(Online). (http://www.prosiding.papsi.org/index.php/SFN/article/viewFile/210/221, 12 Juni 2013 ).

BNSP. (2007). Standar Isi Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Dewi, Narni Lestari. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA. Jurnal Ilmu Pendidikan.(online). (http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/download/512/304, 12 Juni 2013).

Driana, Elin. (2012, 14 Desember, hal:1). Gawat Darurat Pendidikan.Kompas.

10

Juniardi. (2009). Deskripsi Miskonsepsi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pontianak tentang Gerak Rotasi. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi).

Nurtafita, Nita. (2011). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Kalor. Jurnal Ilmu Pendidkan.(online).(http://www.universitasislamnegeri.ac.id, 12juni 2013).

Sofiani, Erlina. (2011). Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis. Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online). (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1468/1/101069-ERLINA%20SOFIANI-FITK.pdf, 12 Juni 2013).

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhaeti. (2011). Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains melalui Model Inkuiri Terbimbing pada topik Energi Bunyi. Jurnal Ilmu Pendidikan. (online). (http://repository.upi.eduoperatoruploads_pgsd_0804964.pdf, 12 juni 2013).

Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Sutrisno, Leo. Hery Kresnadi dan Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: PJJ S1 PGSD.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka.

11

12