PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM ...

103
PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (Studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Boarding School Depok) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun oleh: MIRA KHUMAIROH 108011000147 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Transcript of PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM ...

PEMBINAAN AKHLAK SISWA

MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL

(Studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah

Boarding School Depok)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun oleh:

MIRA KHUMAIROH

108011000147

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H/2013 M

Tl

b#

PEMBINAAN AKTILAK SISWAMELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL

(studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan Islam (S.pd.I)

Disusun oleh:

Mira Khumairoh

NrM. 10801t000r47

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

: 195809181987012001

1434HJ2013 M

F

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding

School (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)" disusun oleh

Mira Khumairoh, Nomor Induk Mahasiswa 108011000147, Jurusan pendidikan

Agama Islam. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang

berhak untuk diujikan pada sidan g Munaqasaft sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh

Fakultas.

Jakarta, 13 April20l3

Yang Mengesahkan,

809181987012001

l , i

t 'Il

$'r'

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudur: o'pembinaan Akhrak siswa Merarui program Boarding

school (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding Schoor Depok),, diajukankepada Fakultas Irmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) uIN syarif HidayatuilahIakarta dan terah dinyatakan lurus daram ujian munaqosah pada tanggar 14 Mei2013 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penuris berhak memperoreh gerarsarjana sl (s.Pd.I) daram bidang pendidikan Agama Isram.

panitia sidang Munaqasan Jakarta' 16 Mei 2013

Tanggal

P/r.tusSekertaris (Sekertaris Jurusan/program Studi)

Tanda TanganKetua Panitia

Bahrissalim" MANIP. 19680307 199803 1 002

r\rr. ryoluJt6'2tJtJ033 1 001

Penguji I

M. Zuhdi. Ph. DNIP. 19720704 199703 | 002

Penguji 2

Drs. HA. Gholib. MANrP. 19s4101s 1979021

19670328 200033

trb/t

/akB

NIP. 19s20520 198103 I 001

k'/ lii '

i

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama . Mira KhurnairohNIM : 108011000147

Jurusan : pendidikan Agama IslamAngkatan Tahun :200g/2009

Alamat : Jl. Rawadenok RT. 02101 No. 52 Kel. Rangkapanaya Baru Kec. pancoran Mas Depok.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

skripsi ini berjudul "Pembinaan Akhlak Siswa Melalui progrant Boarding school(studi kasus di MTs Ar-Hidayah'Boarding schoor Depok),, adarah benar hasirkarya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama

NIP

Dosen Jurusan

: Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.A:195809181987012001

: Pendidikan Agarna Islam

Demikian surat pemyataan ini sayamenerima segala konsekuensi apabila

buat dengan sesungguhnya dan saya siapskripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, l3 April20l3

Yang Menyatakan,

NtM. lQsor iooot+z

i

ABSTRAK

Mira Khumairoh Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING

SCHOOL (Studi Kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)

Akhir-akhir ini dunia pendidikan menyajikan fakta yang memprihatinkan.

Persoalan penyimpangan perilaku siswa sampai pada titik yang mencengangkan,

di mana lembaga pendidikan formal mengalami kegagalan membentuk sikap dan

perilaku siswa. Tawuran antar sekolah, siswa masuk dalam pengaruh narkoba

yang mematikan, terjebak pola hidup yang jauh dari nilai-nilai sosial dan agama.

Fakta demikian mengharuskan lembaga pendidikan memikir ulang proses

pembelajaran di sekolah dan di rumah.

Keprihatinan kondisi pendidikan kemudian banyak disikapi oleh

pendidikan Islam, termasuk sekolah Al-Hidayah Boarding School. Untuk

menanggulangi kenakalan-kenakalan siswa, HBS menawarkan program sekolah

berbasis asrama agar mampu memantau secara langsung untuk membentuk

perilaku siswa agar mampu bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan dan

nilai-nilai islami.

Program sekolah berasrama HBS kemudian dikaji dengan pendekatan

deskriptif untuk merekam bagaimana pengembangan kualitas pribadi siswa

dengan nilai-nilai islam yang dilakukan oleh HBS. Penelitian yang dilakukan di

sekolah Al-Hidayah Boarding School menggunakan pendekatan kualitatif

sehingga mampu menjelaskan perubahan perilaku siswa dan mengetahaui

kendala dan hambatan yang dihadapi HBS dalam melakukan pengembangan

akhlak siswa.

Pendidikan berbasis asrama yang terdapat pada sekolah HBS di Depok

Jawa barat ini menunjukkan hasil yang efektif untuk melakukan pembinaan

akhlak siswa. Program-program yang diselenggarakan mampu mempengaruhi

sikap siswa meskipun harus diawali dengan usaha pembiasaan. Dan tidak bisa

dinapikan juga usaha pengembangan perilaku siswa juga harus berhadapan

dengan hambatan yang luar biasa seperti keterbatasan guru untuk memonitoring

dengan ketat karena hanya sebagain kecil saja guru yang menetap di lingkungan

asrama sekolah. Akan tetapi secara umum berdasarkan parameter yang tersedia

terdapat perubahan yang sangat signifikan pada akhlak siswa dengan sistem

boarding school.

Key: Pembinaan Akhlak Siswa

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis curahkan kepada Allah Swt. atas limpahan

rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Juga şalawat dan salam penulis haturkan kepada

sayyidina Muhammad Saw. sebagai uswah hasanah suluruh umat manusia.

Dalam menulis skripsi ini tentu tidak selamanya berjalan mulus, banyak

terdapat hambatan-hambatan yang didapati penulis namun semua itu dapat dilalui

oleh penulis atas rahmat dan kehendak dari Allah Swt serta dukungan-dukungan

dari orang-orang yang turut memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis

dapat bangkit kembali dan menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bahrissalim M.Ag. dan Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag. selaku Ketua dan Sekretaris

Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah membimbing penulis dalam

perkuliahan sampai selesai

3. Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi, penulis

ucapkan banyak terimakasih atas kesediannya meluangkan waktu disela-sela

kesibukan beliau untuk membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh

ketelitian dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi.

4. Tanenji, M.A. selaku dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing serta

memberikan motivasi, saran dan nasihat kepada penulis untuk tetap semangat dan

bersungguh-sungguh dalam menjalani setiap fase-fase dalam perkuliahan.

5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meberikan

kemudahan kepada penulis dengan fasilitas dan pelayanan yang baik.

6. Segenap Staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan

Iman Jama’ sebagai sumber referensi bagi skripsi penulis.

iii

7. Anshari Jayadi M.A, Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok dan para guru

yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian

skripsi ini.

8. Terkhusus orang tua tercinta; Ayahanda Saipudin Zuhri S.Ag dan Ibunda Ida

Farida S.Pd serta adik-adikku Miftahul Rizki dan M. Zaid An-Nashohi,

terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan atas doa, nasihat, dukungan

serta kasih sayang yang tiada henti mereka curahkan kepada penulis. Juga kepada

keluarga besar H. Mugni bin H. Hanafi dan H. M. Nur bin H. Nipan yang telah

memberikan banyak dukungan serta doa kepada penulis.

9. Kepada Deden Supriadi S.Pd.I yang telah dengan setia mendampingi penulis serta

memberikan dukungan, motivasi dan bantuan kepada penulis dengan penuh

ketulusan, penulis ucapkan banyak terimakasih.

10. Terimakasih kepada Armidis S.Pd yang telah memberikan inspirasi serta bantuan

kepada penulis.

11. Terimakasih kepada para sahabat: Devi Febrina, Siti Rahimah, Epip Yukhopipah,

Ade Sri Rahayu dan seluruh sahabat PAI C yang penulis tidak dapat sebutkan

namanya secara keseluruhan. Teman-teman PAI Angkatan 2008. Juga kepada

sahabat PPKT. Serta Sahabat IKMD. Semoga tali silaturrahim kita tetap terjaga

selamanya. Amin.

Tentu masih banyak lagi pihak-pihak yang turut membantu dalam

penulisan skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara

keseluruhan penulis ucapkan banyak terimakasih. Jazakallah Khairon Kaśiron.

Tangerang, 13 April 2013

Penulis,

Mira Khumairoh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran pendidikan dalam membangun peradaban manusia tidak diragukan

lagi. Pendidikan menjadi alat yang efektif untuk membangun kesadaran manusia

agar mampu menciptakan kehidupan sosial yang tentram. Hal utama yang mesti

diperhatikan dari usaha membangun kehidupan yang damai itu adalah membentuk

perilaku manusia agar bertindak sesuai dengan ketentuan dan nilai yang berlaku

dalam masyarakat. Dengan demikian dalam rangka membina akhlak siswa

tersebut, pendidikan juga dijadikan lembaga dalam menyemai nilai-nilai islami

sehingga bisa tercipta kehidupan sosial yang harmonis baik hubungannya dengan

dunia sekitarnya atau pun hubungan dengan sang pencipta atau yang dikenal

dengan hubungan vertikal.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu

maupun masyarakat dan bangsa menempati posisi penting, sebab jatuh bangunnya

suatu masyarakat tergantung kepada akhlak yang dimiliki. Jika akhlaknya baik,

maka sejahteralah lahir dan batinnya. Tetapi, jika akhlaknya rusak, maka akan

rusak pula kehidupan masyarakat tersebut.1

Usaha pembinaan akhlak pun mesti digalakkan baik melalui lembaga

pendidikan mapun lembaga sosial lainnya melalui. Hal ini dikarenakan akhlak

merupakan tujuan dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan yang

1 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,

2007), h. 1

2

sungguh-sungguh. Pembinaan ini bertujuan membentuk pribadi-pribadi muslim

yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat pada kedua orang

tua, serta sayang pada sesama makhluk Tuhan. Sebaliknya, kalau anak-anak

terlepas dari pembinaan orang tua, sekolah dan lingkungan sosial maka akan

menghasilkan anak-anak yang nakal, berperilaku menyimpang, melakukan

berbagai perbuatan tercela.

Upaya pembentukaan akhlak manusia juga selaras dengan tujuan

pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Pasal 3 bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pembinaan semacam ini semakin diperlukan mengingat besarnya

tantangan lingkungan dan tuntutan global yang menghadang kehidupan. Dampak

dari kemajuan IPTEK misalnya sangat sangat mempengaruhi perilaku manusia.

Kecanggihan teknologi saat ini memudahkan orang dalam berkomunikasi tanpa

mengenal ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi dibelahan dunia mana pun

dalam hitungan menit dapat dilihat diberbagai Negara melalui internet, faximile,

film, buku-buku. Tentu dengan segala konsekuensi dan dampak negatifnya.

Begitu pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup

materialistik dan hedonistik semakin menggejala dan menjadi trend hidup yang

dalam lingkungan kita dewasa ini.3 Ini semua adalah ekses dari kemajuan

teknologi yang terkadang merongrong akhlak dan nilai timur yang selama ini kita

anut.

Pada sisi yang lain, fenomena yang sering disajikan seperti kurangnya

waktu bersama keluarga karena sibuk dengan beban kerja yang menumpuk

sehingga mengabaikan peran vitalnya sebagai orang tua yang seharusnya

membimbing anaknya. Kurangnya alokasi waktu untuk keluarga berakibat negatif

pada pertumbuhan anak. Anak sering mengekspresi kekesalannnya melalui

2 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005)

Cet ke-4, h. 310 3 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h 157.

3

tindakan-tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran hanya untuk mencari

perhatian keluarga. Oleh karena itu, dengan perubahan lingkungan sosial yang

begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi

perkembangan pribadi anak. Tantangan seperti meluasnya peredaran obat

terlarang, narkotik, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga menumbuhkan

kekhawatiran pada para orang tua.4

Salah satu contohnya yaitu perkelahian antar individu, atau antar

kelompok (tawuran) sering terjadi di antara pelajar belakangan ini. Bahkan tidak

hanya antar pelajar SMU, tapi mahasiswa antar kampus pun sering terlibat dalam

tawuran seperti ini. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan,

tawuran ini sering terjadi. Di Jakarta misalnya tawuran terjadi antar sekolah SMK,

menewaskan seorang pelajar berumur 17 tahun menderita luka karena terkena

lemparan batu dibagian kepala, luka tusuk di selangkangan paha kiri. Pada

akhirnya meninggal dunia.5

Peristiwa itu menambah daftar korban akibat tawuran pelajar. Data

Komnas Perlindungan Anak mencatat jumlah tawuran pelajar pada 2012

mencapai 339 kasus dan 82 orang tewas. Jumlah itu meningkat 165% dari 128

kasus pada tahun sebelumnya. Jika mengacu pada data tersebut menyajikan fakta

bahwa angka tawuran semakin meningkat.6

Dari data-data di atas, perilaku siswa mengkhawatirkan masyarakat,

khususnya para orang tua yang mengharapkan anak-anak berperilaku baik dan

berakhlak terpuji. Para orang tua berupaya mencari jalan keluar dari kekhawatiran

itu dengan menyerahkan tanggung jawab pembinaan anak-anaknya pada lembaga

pendidikan dan melakukan pembinaan akhlak anak-anaknya kepada lembaga

sekolah. Dalam rangka menjawab persoalan tersebut sistem pendidikan

menawarkan pendidikan formal di sekolah sekaligus adanya sistem pengawasan

terpadu di luar sekolah atau biasa dikenal dengan sistem boarding school.

Boarding school sendiri merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menerapkan

4 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,

(Jakarta: Rajawali,Pers, 2009), h.152-153. 5 http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/

6 http://alfinasj.blogspot.com/2012/01/tawuran-pelajar.html

4

pola pendidikan seperti pondok pesantren. Para siswanya tinggal di asrama dan

diasuh langsung dari Pembina asrama dan guru. Model ini menerapkan pola

pendidikan terpadu antara penekanan pada pendidikan agama yang di kombinasi

dengan kurikulum pengetahuan umum yang menekankan pada penguasaan sains

dan teknologi.

Fenomena baru dalam lingkungan sekolah formal kita menyita perhatian

penulis untuk mengetahui lebih dalam tentang proses-proses program yang

dilakukan di sekolah Al–Hidayah Boarding School Depok, dalam membina

akhlak peserta didiknya.

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti bermaksud mengangkatnya ke

dalam penulisan skripsi dengan judul “PEMBINAAN AKHLAK SISWA

MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (studi kasus di MTs Al-

Hidayah Boarding School Depok)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-

msalah dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Keterbatasan orang tua dalam memberikan perhatian dan pengawasan

kepada anak selama masa pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Kesibukan orang tua menjadikan kurangnya kasih sayang yang akhirnya

anak melampiaskan perilakunya sesuai keinginanannya sendiri tanpa

mempedulikan etika dan sopan santun.

3. Meningkatnya kenakalan anak karena dampak dari perkembangan teknologi

dan akses informasi yang pesat sehingga mempengaruhi perilaku dan

kehidupan mereka.

4. Timbulnya kekhawatiran orang tua terhadap perubahan lingkungan sosial

yang cenderung bersifat negatif (akhlak tercela).

5

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memudahkan pokok persoalan dalam penelitian

ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Pembinaan akhlak yang dimaksud adalah pembinaan sikap dan perilaku

siswa terhadap Allah, Rasul-Nya, Orangtua (termasuk Kyai/Ustadz) dan

santun dalam pergaulan melalui program yang diselenggarakan di Al-

Hidayah Boarding school Depok di luar kegiatan kurikuler.

2. Strategi pembinaan akhlak dalam boarding school yang dibahas mencakup

tujuan dan kegiatan tentang peran dan tanggung jawab.

3. Perilaku moral siswa sebagai hasil dari strategi pembinaan akhlak, faktor

pendukung dan penghambat serta jalan yang ditempuh untuk

menyelesaikannya.

4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa HBS tahun 2012/2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang akan diteliti dan

dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pembinaan akhlak siswa MTs Al-

Hidayah Boarding School melalui program Boarding School. Berikut di

sampaikan pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pembinaan akhlak, yaitu:

“Bagaimana pembinaan akhlak siswa melalui program boarding school yang

dilakukan di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok?”

6

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh sekolah

dalam melakukan pembinaan akhlak anak MTs Al-Hidayah Boarding School

melalui program Boarding School.

1. Untuk mengetahui program Boarding School dalam pembinaan akhlak

siswa yang dilaksanakan di MTs Al-Hidayah.

2. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh

pengasuh, pengurus, siswa dalam pembinaan akhlak.

3. Untuk mengetahui strategi dan alat pendidikan yang dikembangkan dalam

pembinaan akhlak.

4. Untuk mengetahui perilaku moral siswa MTs Al-Hidayah sebagai wujud

dari pembinaan akhlak.

5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pembinaan akhlak.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi Guru Al-Hidayah Boarding School

Untuk dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam pembinaan

akhlak anak.

3. Bagi Siswa Al-Hidayah Boarding School

Untuk memberikan pengetahuan tentang pembinaan akhlak agar melekat

dalam dirinya.

4. Bagi masyarakat

Untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang pembinaan akhlak

melalui Boarding School.

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah………………………………………1

B. IdentifikasiMasalah …………………………………………..4

C. PembatasanMasalah………………………………………….5

D. PerumusanMasalah …………………………………………..5

E. TujuanPenelitian ……………………………………………..6

F. ManfaatPenelitian ……………………………………………6

BAB II KAJIAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN YANG

RELEVAN

A. PembinaanAkhlakdalamPendidikanIslam

1. PengertianPembinaanAkhlak ……………………………7

2. RuangLingkupAkhlak …………………………………..11

3. StrategiPembinaanAkhlak……………………………...18

4. Alat yang EfektifdalamPembinaanAkhlak …………….24

B. Boarding School

1. Pengertian Boarding School ……………………………..29

2. Unsur-unsur Boarding School……………………………30

3. Program Boarding School ……………………………….32

4. AspekPositif Boarding School ………………………….34

C. KerangkaBerfikir ……………………………………………36

D. HasilPenelitian yang Relevan ………………………………36

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. TempatdanWaktuPenelitian ……………………………….38

B. Setting Penelitian……………………………………………39

C. MetodePenelitian ……...….…………………………………40

D. ProsedurPengumpulan Data …………………………….…..41

E. ProsedurPengolahan Data danAnalisis Data………………..45

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. ProfilMTsAl-HidayahBoarding SchoolDepok ……………51

B. Program PembinaanAkhlak Boarding School ……………...56

C. PerandanTanggungjawabPengelola Boarding School

dalamPembinaanAkhlak………………………………………

…..66

D. StrategidanalatpendidikandalampembinaanAkhlak ……..69

E. Sikapdanperilakusiswasebagaiwujuddaripembinaanakhlak

………………………………………………………………..77

F. FaktorPendukungdanPenghambatpembinaanakhlak……………

…………………………………………...80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………….81

B. Saran …………………………………………………………82

DAFTAR PUSTAKA …..…………..….………………………………………83

LAMPIRAN

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembinaan Akhlak dalam Pendidikan Islam

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan didefinisikan

sebagai kegiatan membangun, mendirikan, mengusahakan supaya menjadi lebih

baik.Secara etimologi pembinaan berarti proses dan cara; penyempurnaan,

pembaharuan, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif

untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.1

Sedangkan secara terminologi pembinaan diartikan sebagai upayakegiatan

yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan dan

mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar mampu menghayati

dan mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.2

Dari pengertian di atas dapat dirangkum pengertian pembinaan merupakan

usaha sungguh-sungguh yang dilaksanakan secara sadar, sistematis dan terencana

dalam membentuk kepribadian sesuai dengan potensi dan tujuan yang diharapkan.

Sedangkan akhlak berasal dari kata arab, yang kemudian diserap menjadi

bahasa Indonesia. Kalau ditinjau menurut bahasa akhlak adalah bentuk jamak dari

kata khuluq (khuluqun), padanan kata tersebut dalam dalam bahasa Indonesia

adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi‟at.Secara sederhana, akhlak

1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), Edisi 3, h. 152 2BP4 Pusat, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta: TT, 1984), h. 3.

8

bisa didefinisikan sebagai sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah

laku), mungkin baik mungkin buruk.”3

Pada dasarnya, banyak pendapat para ahli mencoba merangkum pengertian

akhlak dalam sebuah definisi sesuai perspektifnya. Seperti yang dilakukan oleh

Abdul Hamid Yunus yang membuat definisi akhlak sebagai berikut:

األخالق هى صفبث االوسبن األدبيت4

“Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa

berfikir dan pertimbangan.”

Selain Abdul Hamid Yunus, ada pula pengertian yang ditulis oleh Ibrahim

Anis dalam al-Mu‟jam al-Wasith sebagai berikut:

الخلك حبل للىفس راسخت عىهب تصذر االفعبل مه خيز او شز مه غيز حبجت الى

5فكز ورؤيت[Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah

macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan

pemikiran dan pertimbangan].

Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang didefinisikan oleh dua tokoh

sebelumnya, Imam al-Ghazali mengartikan akhlak sebagai berikut:

الخلك عببرة عه هيئت فى الىفس راسخت عىهب تصذراالوفعبل بسهىلت ويسز مه

6غيز حبجت الى فكز ورؤيت[Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan

pemikiran dan pertimbangan].

Walaupun masing-masing ahli mendefinisikan akhlak dengan beragam

redaksi namun semuanya masih diikat dalam satu kesamaan paradigma dalam

memandang akhlak.Ketiga ahli ini masih menekan pengertian akhlak dalam pada

usaha reflektif atau sudah menjadi kebiasaan dalam bertingkah laku.Semuanya

dipandang sebagai kebiasaan yang sering dilakukan sehingga untuk

melakukannya tidak perlu pertimbangan akal.Semuanya dilakukan dengan

sistematis tanpa perintah dari akal.

3Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008), h. 346 4Abd. Hamid Yunus, Da‟irah al-Ma‟arif, II, (Cairo: Asy‟syab, t.t), h. 436.

5Ibrahim Anis, Al-Mu‟jam al-Wasith, (Mesir: Darul Ma‟arif, 1972), h. 202.

6Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Darur Riyan, 1987), Jilid. III, h. 58.

9

Abuddin Nata dalam bukunya Pendidikan Dalam

PersfektifHaditsmenjelaskan lima ciri bisa digolongkan dengan dalam perbuatan

akhlak. Diantaranya Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi

kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang.Kedua perbuatan akhlak

merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran.

Ketiga, perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan. Keempat,

perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara. Kelima,

perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah.7 Penjelasan ini tidak jauh

berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh ahli etika sebelumnya, dimana

penekanan masih terdapat pada sikap spontanitas yang melekat pada seseorang

untuk melakukan sebuah tindakan.

Kalau diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak

sebagaimana tersebut di atas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi,

yaitu suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan

lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan

sudah menjadi kebiasaan.Oleh karena itu wujud akhlakadalah keadaan yang

melekat pada jiwa manusia.Ini sesuai dengan pendapat Muhammad Daud Ali pada

kutipan berikut ini:

Suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlak, apabila telah

memenuhi beberapa syarat diantaranya adalah (1) dilakukan berulang-

ulang, apabila dilakukan sekali saja atau jarang-jarang maka tidak dapat

dikatakan akhlak.(2) Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau

ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan

baginya. Apabila suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan

ditimbang-timbang, apabila terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan

akhlak.8

Tentang istilah akhlak dalam bahasa Indonesia sering dipakai dengan

moral atau etika. Istilah moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yangartinya

adalah adat kebiasaan. Dalam kamus Bahasa Indonesia moral artinya ajaran

tentang baik buruk yang di terima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,

7Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000).h. 274.

8Muhammad Daud Ali,op.cit.,h. 348.

10

budi pekerti, akhlak.Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan

batas-batas suatu sifat, perangai, perbuatan yang layak dikatakan benar, salah,

baik, buruk. Sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya

kebiasaan.Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan

buruk.9Penjelasan ini sesuai pula dengan apa yang dikemukakan Ibnu Maskawih

yang memandang persoalan akhlak tidak dibatasi pemaknaannya pada etika baik

saja, tetapi berdasarkan pada nilai yang berkembang di dalam masyarakat itu

sendiri. Maka persepsi tentang akhlak pun sangat flexible. Banyak nilai yang

berkembang dalam masyarakat justru berlawanan dengan nilai arab bahkan islam

itu sendiri, namun Maskawih dapat mengakomodirnya dalam bingkai konsep

akhlak seperti yang dijelaskannya.

Meskipun demikian, ada ahli yang cenderung membedakan akhlak dengan

etika.Umumnya pembedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang

menentukan yang baik dan yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala

sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta

norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang

lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan

nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat

dan diri sendiri. Penentuan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan

perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah al-

Qur‟an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan sunnah beliau

yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis.

Penentuan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat

istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat disuatu

masa.Oleh karena itu, dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat

tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku

selama masa tertentu disuatu tempat tertentu.Konsekuensinya, akhlak

Islam bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif (nisbi).10

Uraian diatas dapat dipahami bahwa pembinaan akhlak merupakanusaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana

9ibid, h. 353-354.

10ibid, h. 355-356.

11

pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina

secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Menurut Ali Daud, Jika

program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik,

sistematik,dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepatserta

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau

orang-orang yang baik akhlaknya.11

2. Ruang Lingkup Akhlak

Dalam islam, Al-Qur‟an dan hadist yang menjadi sumber pelajaran bagi

seorang muslim telah menjelaskan nilai-nilai etika islam. Sebagian akhlak baik

tersebut misalnya dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan

yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan

sebagai khalik.

Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empatalasan

manusia perlu berakhlak kepada Allah.Pertama, karena Allah yang telah

menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dari air yang

ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dengan

demikian, sudah sepantasnya manusia berterimakasih kepada yang

menciptakan-Nya. Kedua, karena Allah yang telah memberikan

perlengkapan panca indera, penciptaan yang sempurna. Ketiga, karena Allah

yang telah menyediakan berbagai bahan yang diperlukan bagi kelangsungan

hidup manusia. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan

diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Meskipun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada

manusia sebagaimana disebutkan diatas, bukanlah menjadi alasan Allah

perlu dihormati. Bagi Allah, dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi

11

Abuddin Nata, op.cit., h. 158.

12

kemuliaan-Nya. Akan tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah

sewajarnya manusia menunjukkan sikap akhlak yang pas kepada Allah.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan

kegiatan menanam nilai-nilai akhlak kepada Allah. Diantara nilai-nilai hal

yang dituntut untuk berakhlak kepada Allah seperti 1) Iman, yaitu sikap

batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. 2) Ihsan, yaitu kesadaran

yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau bersama

manusia dimanapun manusia berada. 3) Takwa, yaitu sikap yang sadar

bahwa kita selalu diawasi olehNya. Itu dapat dimanifestaikan dalam sikap

menjauhi diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.4) Ikhlas, yaitu sikap

murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh

keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan bathin, tertutup maupun

terbuka.5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan

penuh harapan kepada-Nya.6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terimakasih

atas nikmat yang diberikanNya. 7) Sabar, sikap tabah menghadapi segala

kepahitan dan cobaan dariNya.12

Sementara itu menurut Quraish Shihab mengatakan bahwa:

“titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran

bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian

agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu

menjangkaunya.13

Berdasarkan pernyataan diatas, berkenaan akhlak kepada Allah

dilakukan dengan cara banyak memuji-Nya. Selanjutnya sikap tersebut

diteruskan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu menjadikan

Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW

Akhlak terhadap Rasul adalah beriman kepada Rasul. Dikatakan iman

bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu yang diyakini, akan tetapi

harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Amal perbuatan yang dijelaskan di

12

Muhammad Alim, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. ke-2, h. 152-154. 13

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 262

13

dalam Al-qur‟an dan Al-hadis, tentang bagaimana bersikap kepada

Rasulullah SAW, itulah yang dinamakan akhlak kepada Rasulullah SAW.

Dalam hal beriman kepada Rasul, Allah memerintahkan manusia agar

meneladani yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sebagai Nabi penutup,

Nabi Muhammad ditugasi membawa wahyu dan risalah yang berisi pokok-

pokok aqidah, ibadah dan akhlak yang berlaku sepanjang masa yang wajib

diteladani setiap muslim.

Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan

oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai

berikut:

1) Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW

2) Mengucapkan shalawat dan salam

3) Taat kepada Rasulullah SAW

4) Cinta kepada Rasulullah SAW

5) Percaya atas semua berita yang disampaikan Rasulullah SAW

6) Tidak boleh mengabaikan Rasulullah SAW

7) Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW

8) Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW

9) Laksanakan hukum Allah SWT dan Rasulullah SAW

10) Berhadaqah sebelum bertanya kepada Rasulullah SAW (pada masa

hidupnya)

11) Jangan berumpah, tetapi amalkan ajaran Rasulullah SAW

12) Berbicara dengan suara rendah

13) Bermusyawarah dengan Rasulullah SAW (pada masa hidupnya).14

c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-quran berkaitan dengan

perlakuan terhadap sesama manusia, diantaranya:

1) Akhlak terhadap orang tua

Sebagai seorang anak wajib patuh dan taat terhadap perintah

orang tua dan tidak durhaka kepada kepada mereka. Terutama, kepada

ibu yang telah berjuang mengandung, melahirkan serta membesarkan

anak-anaknya dengan kasih sayang yang tidak terbatas. Begitu pula

seorang Ayah yang berperan besar, ia bertanggung jawab untuk hal-

hal yang bersifat financial dan harus menghidupi keluarganya

14

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Ciputat: Karya mulia, 2005), h. 73-74

14

sertapendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu, seorang anak dituntut

untuk tidak mengecewakannya dan berbakti kepada kedua orang tua,

bersikap baik meskipun ia kurang menyenangkan hatinya, berkata

halus dan mulia, berkata lemah lembut, berbuat baik kepada kedua

orang tua yang sudah meninggal dengan cara mendoakan kedua orang

tua, menempati janji kedua orang tua, memuliakan teman-teman orang

tua dan bersilaturrahmi dengan orang yang mempunyai hubungan

dengan orang tua. Seperti yang diajarkan kitab suci kita yang

mengajarkan bahwa kita harus berbicara dengan tutur kata yang

lembut, sesuai dengan berfirmaNya dalam al-Qur‟an:

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu

bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara

keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan

rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu

kecil".(Q.S. Al-Isra, 17: 23-24).15

Oleh karena itu, berdasarkan firman Allah diatas, kita sebagai

anak harus patuh kepada kedua orang tua, berkata halus dan mulia

serta jangan sampai sekali-kali membentak kedua orang tua, karena

kedua orangtualah yang membesarkan dari kecil hingga dewasa.

15ibid, h. 79-84

15

2) Akhlak Terhadap Guru

Akhlak terhadap guru merupakan cerminan seorang murid yang

patuh dan taat terhadap perintah dan menjalankan segala aturan yang

terdapat di dalam lingkungan sekolah yang harus diperhatikan siswa-

siswi terhadap guru nya adalah “sikap murid sebagai pribadi dalam

menuntut ilmu murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar

dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran,

menghafal dan mengamalkannya.”16

Dalam Islam posisi guru adalah

sebagai orang tua, akhlak yang harus dimiliki siswa terhadap guru

diantaranya:Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya

dengan tulus dan ikhlas,tundukdan patuh terhadap semua perintah dan

nasihat guru, jujur dan setia bersama guru, bersikap rendah hati,

lembut dan santun kepada guru, tidak berjalan di depan guru ketika

berjalan bersamanya, tidak meninggikan suara ketika berbicara

dengan guru.17

Dengan demikian seorang siswa harus menghormati dan patuh

terhadap guru, karena guru merupakan orang tua kedua disekolah.

3) Akhlak terhadap Teman

Manusia sebagai makhluk hidup individual juga makhluk sosial

yaitu manusia tidak dapat hidup seorang diri, tetapi membutuhkan

orang lain.Rasulullah telah memberikan pedoman dalam pergaulan

tersebut.Dari Abu Musa radhiyallaahu „anhu, dia berkata:

عه الىبي صلى اهلل عليه وسلم لبل مثل الجليس الصبلح والسىء كحبمل المسك

ووبفخ الكيز فحبمل المسك إمب أن يحذيك وإمب أن تبتبع مىه وإمب أن تجذ مىه

ريحب طيبت ووبفخ الكيز إمب أن يحزق ثيببك وإمب أن تجذ ريحب خبيثت

“Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk seperti penjual

minyak wangi dan pandai besi.Penjual minyak wangi mungkin ia

16

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 102 17

Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru (http://fidela19salju.blogspot.com/),

(Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul: 19:35). Lihat juga terjemahan Ta‟limul muta‟allim:

Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Kudus: Menara Kudus, 2007) Edisi revisi, h 38.

Dalam kita ini Al-Ghazali menjelaskan bagaimana akhlak murid kepada gurunya.

16

memberi hadiah minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya

atau kamu akan mendapatkan aroma yang wangi sedangkan pandai

besi mungkin akan mengakibatkan bajumu terbakar atau kamu akan

mendapatkan aroma yang tidak sedap darinya.” (H.R Muslim)18

Akhlak terhadap teman dapat dilakukan dengan cara sebaagai

beikut:

a) Hendaklah memilih teman yang baik serta berakhlaq yang terpuji

b) Berkunjung kerumahnya, serta bergaul bersamanya dengan baik

c) Merasa kehilangan ketika temannya tidak ada, dan menanyakan

keberadaannya kepada orang lain

d) Menjenguknya dan menghiburnya ketika terkena musibah

e) Menolongnya ketika membutuhkan

f) Ikut merasakan kesedihan serta kesusahan yang dialami oleh teman

g) Hendaklah menutup aib temannya

h) Bila temannya berbuat salah, maafkanlah dan tetap berbaik sangka

kepadanya

i) Tidak terlalu banyak bergurau dengan teman karena hal itu dapat

menyakitkan hatinya dan membuat permusuhan

j) Selalu menghormati teman, dan memanggilnya dengan nama

terbaiknya

k) Selalu memberikan masukan kepada teman dan meluruskan

kesalahannya

l) Selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikannya

m) Menepati janji dan tulus dalam menjalin tali persahabatan karena

hal itu dapat mewujudkan rasa cinta kasih dan saling saying

menyayangi serta penuh pengertian dalam persahabatan

n) Sahabat sejati adalah sahabat yang mencintai sahabatnya seperti

mencintai dirinya sendiri.

18

„Abdurrahman bin Nashir As-Sa‟di, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits

Pilihan,Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, (Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006), Cet. ke-

1 h. 251-253.

17

4) Akhlak kepada lingkungan hidup

Alam merupakan segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi

beserta isinya, selain Allah.Allah melalui al-Qur‟an mewajibkan

kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta seluruh isinya.

Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk

mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.Manusia diturunkan

ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam

seisinya.Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban

terhadap alam sekitarnya, yaitu melestarikan dan memeliharanya

dengan baik.Bahkan dengan sangat terang Tuhan memberikan catatan

kepada manusia untuk tidak membuat kerusakan di

bumiNya.Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur‟an surat al-

Qashash ayat 77:

Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu

melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat

baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik,

kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan”. (Q.S. al-Qhashash: 77)

Oleh karena itu, akhlak terhadap lingkungan hidup antara lain

sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan

memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna

(hewan dan tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk

kepentingan manusia dan makhluk lainnya serta sayang terhadap

sesama makhluk.19

19

Muhammad Daud Ali, op.cit., h. 359

18

3. Strategi Pembinaan Akhlak

Strategi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitustrategia yang

berarti ilmu perang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi diartikan

sebagai ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsauntuk

melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Sedangkan

menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau metode

yang secara umum memiliki pengertian garis besar haluan untuk bertindak dalam

usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.20

JR. David, juga mengartikan

bahwa strategi adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.21

Secara sederhana strategi adalah upaya yang terencana untuk mencapai

tujuan. Dalam bahasa yang lain penggunaan strategi biasa disamakan dengan

siasat atau cara. Maka dapat dipahami bahwa strategi kalau dirincikan dapat

diterjemahkan dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk

mencapai tujuannya.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah

suatu cara yang bersifat umum digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan agar terjadi kesesuaian dengan teknik danoutput yang

diinginkan.Strategi juga dapat disimpulkan sebagai suatu rencana tindakan dan

rangkaian kegiatan yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai

sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.Strategi dapat juga diartikan sebagai

siasat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang mencakup metode dan teknik.

Adapun yang dimaksud dengan metode adalah cara itu sendiri. Sedangkan yang

dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan kegiatan khusus dalam

menggunakan suatu metode tertentu.atau dapat diartikan dengan tindakan praktis

yang diterjemahkan dari strategi berupa langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam menacapai tujuan.

Dalam pembinaan akhlak, strategi harus menyentuh kepada aspek-aspek

manusia atau unsur-unsur insaniyah yang terdiri dari akal, amarah dan syahwat.

20

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 5. 21

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006), h. 124.

19

Sebagai yang dikemukakan oleh Ibnu Al-Jauzi bahwa di dalam diri manusia

mempunyai tiga unsur penting;1) unsur akal (juz‟ „aqli), 2)unsur amarah (juz‟

ghadhabi),3) unsur hawa bafsu (juz‟ syahwani).22

Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, struktur kerohanian manusia

menjadi empat unsur, yaitu nafs, qalb, ruh dan akal.23

Al-nafs menurut Imam Al-

Ghazali mempunyai dua arti, pertama adalah kekuatan hawa marah dan syahwat

yang dimiliki oleh manusia.Dan pengertian inilah menurut mayoritas ulama‟

tasawuf. Mereka berkata sebagaimana hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh

Ibn Abbas yang artinya“Musuhmu yang paling membahayakan adalah nafsumu

yang terletakdiantara dua lambungmu”.24

Apabila nafs menenggelamkan diri dalam kejahatan, mengikutinafsu

amarah, syahwat dan godaan syetan, maka dinamakan nafs al-ammarah.Bahkan

dalam hal ini Imam Al-Ghazali mengatakan “jadikanlahsebuah kekalahan dalam

jiwamu (nafs).Maksudnya adalah himbauan agarmemposisikan jiwa pada poros

bawah, sehingga jiwa (nafs) tidak merajalelamenerjang syari‟at.

Sedangkan nafs dalam pengertian yang kedua adalah merupakanhakikat,

diri, dan dzat manusia karena mempunyai sifat yang latif, rabbani,dan rohani.

Nafs dalam pengertian yang pertama di atas merupakanbentuknya yang tidak

kembali pada Allah swt dan jauh dari Allah swt,sedang dalam pengertian yang

kedua adalah merupakan nafs al-muthmainnahyang diridloi oleh Allah swt.25

Qalb (hati), Imam Al-Ghazali membagi menjadi duabagian.Pengertian

bagian pertama adalah berupa fisik, maksudnya adalahjantung yang merupakan

segumpal daging yang terletak pada dada sebelahkiri. Sedangkan pengertian

bagian kedua adalah hati dalam pengertianmetafisik yang merupakan karunia

Tuhan yang halus (latifah) bersifatruhaniah, menjadi sasaran perintah, hukuman

dan tuntutan Tuhan.Pengertian inilah yang menjadi hakikat manusia dan yang

berhubungandengan ilmumukasyafah.26

22

Abdurrahman Ibnu Al-Jauzi, Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asy‟ari Khatib, (Jakarta:

Zaman, 2010), h. 14. 23

Al-Ghazali, Ihya‟ Ulum al-Din, (Bairut: Dar al-Kutub al-„Ilmiah,2002), juz III, h. 45. 24

ibid,h. 4. 25

Al-Ghazali, Ihya‟ Ulum al-Din, juz III, h 5. 26

Al-Ghazali Pokok Ajaran Al-qur‟an. h. 4.

20

Selanjutnya tentang al-ruh, jenis ini juga mempunyai banyak arti.Jika

dalam bahasa Arab, ruh diartikan sebagai nyawa dan jiwa. Begitu jugadalam

bahasa Indonesia ruh dipahami sebagai lawan dari kata jasmani, yaituruhani.

Namun jika dikaitkan kembali dalam bahasa Arab, ruh dapat berartisemua

makhluk yang tidak berjasad, seperti jin, malaikat, dan setan.

Sebagaimana mendefinisikan kata al-qalb dengan pengertianmetafisik,

Imam Al-Ghazali juga memaknai ruh sebagai sesuatu yang indah,bersifat

ketuhanan yang mengalahkan akal dan pemahaman dalammenentukan hakikat

kebenaran.27

Sehingga dengan adanya ruh ini menjadifaktor penting dalam

mendukung aktifitas manusia, sebab tanpa adanya ruh,manusia tidak akan dapat

berpikir dan merasa.

Istilah keempat adalah al-aql (akal).Pada umumnyaakal diartikan sebagai

pusat segala kecakapan yang dimiliki manusia,karena akal dapat menjadi tolak

ukur kecakapan manusia. Ada pula yangmengartikan akal dengan otak.Imam Al-

Ghazali juga membagi pengertianakal menjadi dua bagian.Pertama akal

merupakan pengetahuan mengenaihakikat segala sesuatu, dalam hal ini akal

diibaratkan sebagai sifat ilmuyang terletak dalam hati. Adapun pengertian yang

kedua adalah akal rohaniyang memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri (al-

mudrik li al-ulum) yangtak lain adalah jiwa (al-qalb) yang bersifat halus dan

menjadi esensimanusia.28

Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur insaniyah yang menjadi objek

pembinaan akhlak merupakan prosesmenghilangkan atau membersihkan sifat-sifat

tercela yang ada pada diri danmenanamkan atau mengisi jiwa dengan sifat-sifat

terpuji sehinggamemunculkan tingkah laku yang sesuai dengan sifat-sifat Tuhan.

Menurut Imam Al-Ghazali, strategi pembinaan akhlak dapat dilaksanakan

dengan jalan tazkiyah al-nafs, mujahadah dan riyadlah.29

Tazkiyah al-nafs

memiliki arti penyucian diri atau jiwa. Secara bahasa, tazkiyah al-nafs berasal dari

dua kata yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki-

27

Ibid. 28

Al-Ghazali,Isi Pokok Ajaran Al-qur‟an., h. 5. 29

Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989),h. 5.

21

tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata thahhara-

yuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian.30

Tazkijah al-nafs bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan

tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq,

puasa, haji, dzikir, fikir, tilawah al-Qur‟an, renungan, muhasabah dan dzikrul-

maut. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna dan dampak bagi

seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan Iainnya. Hasil yang paling

nyata ialah adab dan mu‟amalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada

Allah berupa pelaksanaan hak-haknyatermasuk di dalamnya adalah jihad di jalan-

Nya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam dan taklif

Ilahi.

Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisirnya tauhid ikhlas,

sabar, syukur, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepada-Nya, di dalam

hati. Dan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal tersebut

seperti riya‟, „ujub, ghurur marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan

demikian jiwa menjadi tersucikan lalu hasil-hasilnya nampak pada

terkendalikannya anggota badan sesuai dengan perintah Allah dalam berhubungan

dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan manusia.

Selanjutnya strategi pembinaan akhlak menurut al-ghazaliadalah

Mujâhadah dan Riyâdhah.Istilahmujâhadah dan riyâdhah dikenal sebagai strategi

dalam melahirkan akhlak yang baik. Mujâhadah menurut bahasa artinya

bersungguh-sungguh agar sampai kepada tujuan.Secara lebih luas, mujâhadah

adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu

(keinginan-keinginan) serta segala macam ambisi pribadi supaya jiwa menjadi

suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa saja yang bersifat

suci, sehingga ia berhak memperoleh pelbagai pengetahuan yang hakiki tentang

Allah dan kebesaran-Nya.31

Dengan demikian, mujâhadah merupakan tindakan perlawanan terhadap

nafsu, sebagaimana usaha memerangi semua sifat dan perilaku buruk yang

30

Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: Multi

Karya Grafika, 1996), h. 496 31

Ibrahim Mustafa, dkk., Al-Mu‟jam al-Wasîth, (Istanbul:Al-Da‟wah,, TT), h. 142.

22

ditimbulkan oleh nafsu amarahnya, yang lazimdisebut mujâhadah al-

nafs.32Berkaitan dengan ini, Allah SWT. Berfirman:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-

benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan

Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

(QS. Al-Ankabut, 29: 69).

Indikator dari keberhasilan mujâhadah adalah munculnya kebiasaan dari

seseorang untuk menghiasi dirinya dengan dzikrullah sebagai cara untuk

membersihkan hatinya dan sebagai upaya untuk mencapai musyahadah

(merasakan adanya kehadiran Allah).33

Adapun riyâdhah artinya “latihan”. Maksudnya adalah latihan rohaniah

untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad (badan).

Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau

pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya

dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulia. Pekerjaan yang

termasuk kedalam amalan riyâdhah adalah mengurangi makan, mengurangi tidur

untuk salat malam, menghindari ucapan yang tidak berguna, dan berkhalwat yaitu

menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi dengan ibadah, agar bisa terhindar

dari perbuatan dosa.34

Tujuan riyâdhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun

badannya, agar roh tetap suci.35Oleh karena itu, riyâdhah haruslah dilakukan

secara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan.Riyâdhah yang dilakukan

dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik

terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt. Bagi

seorang sufi riyâdhah merupakan sarana untuk mengantarkan dirinya lebih lanjut

pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakekat.36

32

Achmad Suyuti, Percik-Percik Kesufian,(Jakarta: Pustaka Amani, 2006), h. 125. 33

Labib MZ, Memahami Ajaran Tasawuf, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001), h. 39. 34

Achmad Suyuti, op.cit., h.125-126. 35

Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafndo, 1994), h. 17. 36

S. Al Aziz dan Moh. Saifulloh. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Terbit

Terang, 1998), h. 104.

23

Mujâhadah dan riyâdhah yang dilakukan akan mendatangkan cahaya di

dalam kalbu seseorang. Dengan kesungguhan ber-mujâhadah dan ber-riyâdhah,

Allah akan menumbuhkan rasa manisnya amal ibadah di hati, sehingga ia semakin

tekun beribadah. Iabenar-benar akan merasakan nikmatnya shalat, puasa, zikir,

dan ketaatan lainnya. Dan akhirnya Allah akan menumbuhkan dalam dirinya sifat-

sifat terpuji, seperti ikhlas, tuma‟ninah, sabar, jujur, istiqamah dan selalu gemar

beribadah. Bagi seseorang yang sudah bersungguh-sungguh melakukan

mujâhadah dalam ibadahnya, biasanya akan menerima nur dari Allah yang datang

ke hatinya, sehingga hati itu mengalami keadaan (hâl) yang bermacam-macam.

Ada yang merasakan keresahan dan ketakutan yang sangat kepada Allah, atau rasa

cinta yang besar kepada Allah, atau munculnya rasa kasih sayang kepada semua

makhluk Allah, atau menimbulkan gairah menegakkan agama Allah, dan bahkan

ada yang mendapatkan kasyf (tersingkapnya rahasia batin) atau musyâhadah.

Sebagaimana menurut al-Ghazali di atas, tazkiyah al-nafs, mujâhadah dan

riyâdhahadalah strategi dalam melahirkan akhlak yang mulia juga merupakan

latihan rohaniah dalam rangka menyucikan jiwa, agar hati diliputi nur Ilahiah,

tersingkapnya rahasia batin (mukâsyafah), merasakan nikmat dan lezatnya

beribadah.

Dalam buku Berbisnis Dengan Allah, al-Ghazali mengemukakan,

sesungguhnya tujuan mujahadah dan riyadlah dengan melakukan amal shalih

adalah untuk menyempurnakan dan mensucikan jiwa serta untuk mendidik

akhlak. Jiwa dan tubuh bersifat saling mempengaruhi, apabila jiwa sempurna dan

suci maka perbuatan tubuh akan baik, begitu juga apabila tubuh baik maka jiwa

akan baik.37

Jadi, strategi untuk menyucikan jiwa adalah dengan membiasakan diri

untuk melakukan perbuatan yang dilakukan oleh jiwa yang suci dan sempurna.

Apabila hal tersebut dilakukan dengan terus-menerus, maka jiwa akan terbiasa

dan selalu terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan sempurna dan

akan menjadi perangai dan akhlak baginya.

37

Imam Al-Ghazali, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002), h. 93.

24

Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperolehkebahagiaan.Salah

satu dari kebahagiaan adalah orang yang menyucikandirinya, yaitu suci dari sifat

dan perangai buruk, suci lahir dan bathin.Sebaliknya, jiwa yang kotor dan

perangai yang tercela membawakesengsaraan di dunia dan di akhirat.Dengan

melaksanakan strategi pembinaan akhlak ini diharapkan segala kebahagiaan dapat

diraih baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat.

4. Alat yang Efektif dalam Pembinaan Akhlak

Menurut Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa

akhlak adalah hasil usaha (Muktasabah). Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha

pembinaan akhlak melalui berbagai macam cara terus dikembangkan. Ini

menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini membawa

hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang berakhlak mulia, taat

kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama

makhluk Tuhan.38

Di kalangan ahli tasawuf dikenal sistem pembinaan mental, dengan istilah

takhalli, tahalli, dan tajalli.Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan

jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat itulah yang dapat mengotori jiwa

manusia.Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji

(mahmudah).39

Jadi, dalam rangka pembinaan mental atau terapi kesehatan,

penyucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang

dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, kemudian jiwa yang

bersih diisi dengan sifat-sifat terpuji, hingga akhirnya sampailah pada tingkat

yang berikutnya yang disebut dengan tajalli, yaitu tersingkapnya tabir sehingga

diperoleh pancaran Nur Ilaahi.40

Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan

dalam pembinaan akhlak.Menurut Abdurrahman An-nahlawy alat yang efektif

38Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)h. 156-157

39M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta:Amzah,

2007), h. 38 40

ibid, h. 25

25

untuk pembinaan akhlak diantaranya yaitu keteladanan, pembiasaan, nasihat dan

mendidik melalui kedisiplinan.

a. Keteladanan

Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber

dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia.

Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa

merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan

kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anak-anak

cenderung meniru orang dewasa, kaum lemah cenderung meniru kaum

kuat, serta bawahan cenderung meniru atasannya.41

Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan

memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir, dan

sebagainya. Mayoritas ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan

dengan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil.Hal ini

disebabkan karena pada umumnya dalam belajar lebih mudah

menangkap yang konkrit dibandingkan yang abstrak.42

Abdullah Ulwan mengatakan bahwa pendidik akan merasa lebih

mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Akan tetapi anak

didik akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu jika melihat

pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang

disampaikannya.43

Untuk itu Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai hamba

dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan

pendidikan Islam44

, melalui firman-Nya ini:

41

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani, 1995)h. 263 42

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 178 43

Abdullah Alwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, (Beirut: Dar-al-Salam, 1978), h. 633 44

Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit, h. 260

26

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik……”. (Q.S. Al-Ahzab: 21)

b. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan.Yang

dimaksud dengan kebiasaan adalah cara-cara bertindak dan hampir-

hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya).

Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat

penting, terutama bagi anak-anak, karena belum mengenal mana yang

baik dan buruk. Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu

akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan

segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk

diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua.Untuk mengubahnya sering

kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.45

Metode ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah amaliah,

seperti jamaah shalat, kesopanan terhadap guru, pergaulan terhadap

sesama siswa, sehingga tidak asing dijumpai disekolah, sebagaimana

seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya, maka siswa

dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.

Metode ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan

kepribadian, jika seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat terpuji,

lalu tersimpan dalam sistem otak sehingga aktifitas yang dilakukan oleh

siswa tercover secara positif.

c. Memberi Nasihat

Secara etimologi, kata nasihat berasal dari bahasa arab yaitu nashaha

yang artinya bersih dari noda dan tipuan. Sedangkan yang dimaksud

dengan nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan

dengan tujuan menghindarkan seseorang yang dinasihati dari bahaya

45

Hery Noer Aly, op.cit., h. 184-185

27

serta menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan

manfaat.46

Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam

pendidikan Islam.Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan

pengaruh yang baik kedalam jiwa.Dengan metode ini pula, pendidik

mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik

kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan.Cara yang dilakukan

hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus.47

Menurut Abdurrahman An-

Nahlawi nasihat yang tulus ialah orang yang memberi nasihat tidak

berorientasi kepada kepentingan material pribadi.Dan pendidik yang

memberi nasihat yang tulus hendaknya menghindarkan diri dari segala

bentuk sifat riya dan pamrih agar tidak menodai keikhlasannya sehingga

kewibawaannya dan pengaruhnya terhadap jiwa peserta didik tidak

menjadi hilang.48

d. Mendidik kedisiplinan

Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan/

peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan yang dimaksud adalah

bukanlah karena paksaan tetapi kepatuhan akan dasar kesadaran tentang

nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.49

Metode ini

identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.Tujuannya adalah untuk

menumbuhkan kesadaran siswa tentang sesuatu yang dilakukan tersebut

tidak benar, sehingga siswa tidak mengulanginya lagi.

Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu

harus dugunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendak

diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman:

1) Hukuman adalah metode kuratif, yaitu tujuan hukuman ialah

memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan

46

Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit., h. 253 47

Hery Noer Aly, op.cit., h. 191 48

Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit., h. 253 49

M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. 1, h.

40

28

memelihara peserta didik lainnya, bukan untuk balas dendam. Oleh

sebab itu, pendidik hendaknya tidak menjatuhkan hukuman dalam

keadaan marah.

2) Hukuman dapat digunakan apabila metode lain, seperti nasihat dan

peringatan tidak berhasil guna dalam memperbaiki peserta didik.

Abdullah Ulwan mengemukakan langkah-langkah yang hendak

diperhatikan dalam memperbaiki peserta didik. Langkah-langkah yang

dimaksud adalah mengingatkannya akan kesalahan dengan memberi

pengarahan, membujuk, memberi isyarat, mencela, mengucilkan,

hukuman yang mengandung pendidikan bagi orang lain.

3) Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu

diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

4) Hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik hendaknya dapat

dimengerti olehnya, sehingga peserta didik sadar akan kesalahannya

dan tidak mengulanginya lagi.

5) Hukuman psikis lebih baik dibandingkan hukuman fisik.

6) Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya di perhatikan prinsip logis,

yaitu hukuman yang sesuai dengan jenis kesalahan.50

7) Hukuman hendaknya disesuaikan dengan perbedaan latar belakang

kondisi peserta didik. Abdullah Ulwan mengemukakan bahwa peserta

didik mempunyai kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan

ataupun respon yang dilahirkan.Demikian pula dalam hal

tempramen.Ada peserta didik yang temperamennya tenang, ada yang

temperamennya sedang, dan ada pula yang mudah

bergejolak.Semuanya disebabkan oleh faktor lingkungan, kematangan,

dan pendidikan. Atas dasar itu, ada anak yang dapat diperbaiki dengan

dipandang dengan muka masam, ada yang perlu dicela, dan ada pula

yang perlu dipukul.51

50

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam.., h. 200-202. 51

Abdullah Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam…h. 760-761

29

Sebagain besar lembaga pendidikan masih menggunakan metode hukuman

punishman untuk membentuk kepribadian siswa agar bersikap sesuai dengan

lingkungannya.Namun metode ini bukanlah satu-satunya yang dilakukan untuk

membina akhlak siswa, biasanya hanya dijadikan apabila siswa sudah berkelakuan

di luar batas kewajaran.

B. Boarding School

1. Pengertian Boarding School

Boarding school diartikan sebagai sekolah berasrama. Dalam kamus besar

bahasa Indonesia asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang

untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang

kepala asrama.52

Menurut Dr. Nurhayati Djamas, Boarding School adalah lembaga

pendidikan yang menerapkan pola pendidikan yang siswanya tinggalbersama di

asrama yang dibina langsung oleh pengasuh lembaga pendidikan tersebut dengan

model terpadu antara pendidikan agama yang dikombinasi dengan kurikulum

pengetahuan umum.53

Dari beberapa definisi di atas dapat di fahami bahwa Boarding School

adalah sebutan bagi sebuah Lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan

pendidikan yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya berinteraksi

dalam waktu 24 jam setiap harinya dengan mengkombinasikan antara pendidikan

agama dan pendidikan umum.

Istilah Boarding School sendiri bukanlah sebuah lembaga pendidikan yang

baru di Indonesia, karena pendidikan model asrama tersebut telah lama

dilaksanakan di Negara ini yaitu pendidikan pesantren.Menurut Zamakhsyari

Dofir pesantren menurut sistem yang dianut terbagi menjadi 2 yakni pesantren

salafi yaitu pesantren yang masih menggunakan sistem pendidikan tradisional dan

52

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), edisi ke-3, h. 72 53

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009), h. 157

30

pesantren khalafi (modern) yaitu pesantren yang telah menerapkan sistem

pendidikan modern (klasikal) dengan pendidikan tradisonal.Dalam lembaga ini

diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu untuk

diterapkan dalam kehidupan mereka.Sedangkan di lingkungan sekolah mereka

dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif.54

Boarding School ini muncul pada masa awal 1990-an, beberapa tokoh

muslim modern melakukan pembaharuan terkait model pendidikan Islam yang

selama ini berjalan di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat semakin

berkembangnya teknologi informasi yang berdampak pada bersinggungnya antar

budaya Negara. Disamping itu juga, beberapa kelompok masyarakat khususnya

dari kalangan kelas menengah atas dengan latar belakang orang tua seperti para

professional yang tidak punya cukup waktu untuk mengurusi dan mengawasi

anak-anak mereka biasanya menitipkan anaknya ke lembaga yang boarding

school.

2. Unsur-unsur Boarding School

Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan

boarding school dengan baik, diperlukan sebuah keterpaduan dari setiap unsur

yang ada di boarding school.Terdapat beberapa unsur dalam boarding school,

diantaranya asrama, siswa, pengasuh, materi pelajaran.55

Sedangkan menurut

Madania, terdapat beberapa unsur dalam boarding school, diantaranya yaitu

asrama, pengasuh, siswa, masjid.56

Dari uraian di atas, dapat di kemukakan bahwa unsur-unsur dari boarding

school terdiri dari:

54

Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 16-17 55

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, h.157-

159 56

ibid.,h. 160-162.

31

a. Asrama

Asramaadalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk

sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang

kepala asrama.

b. Pengasuh

Pengasuh merupakan penanggung jawab sekaligus sebagai orang tua para

siswa di asrama.Pengasuh memiliki pengaruh yang besar di lingkungan

asrama.Nilai-nilai yang menjadi ciri khas pesantren yang mengutamakan

pendidikan agama serta nilai-nilai pada aspek sosial yang membentuk

pola relasi sosial ditransmisikan melalui pendidikan di asrama terhadap

pembentukan pribadi dan watak siswa.57

c. Siswa

Para siswa yang diterima dilembaga ini adalah siswa terbaik dari

pesantren-pesantren yang telah memiliki basis pengetahuan agama yang

cukup.

d. Masjid

Masjid merupakan pusat kegiatan keagamaan sebagai pengembangan

kegiatan ekstra kurikuler, seperti shalat berjamaah dan tadarus (belajar

al-Qur‟an). Pelaksanaan shalat berjamaah dimasjid merupakan keharusan

bagi siswa dengan menerapkan ketentuan overlimits, yaitu siswa hanya

diperbolehkan tidak mengikuti shalat berjamaah lima kali dalam

seminggu yang diabsen oleh piket masjid dari siswa sendiri. Apabila

ketentuan overlimits ini dilanggar siswa, maka akan mendapatkan sanksi

seperti tidak diperbolehkan pulang kerumah orang tua pada saat orang

lain pulang. Penerapan ketentuan ini dimaksudkan untuk menanamkan

disiplin keagamaan pada siswa.

e. Materi Pelajaran

Pembinaan keagamaan siswa yang merupakan bagian dari program

pengasuhan yang diperkaya dengan menerapkan berbagai kegiatan yang

57

Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, (Jakarta: UIN Press,

2009), h. 140

32

berdimensi keagamaan. Meskipun Boarding school tidak sama persis

dengan pendidikan di pesantren, sekolah ini menerapkan prinsip

pendidikan sejalan dengan tradisi di pesantren, seperti tadarus al-quran

(belajar al-Quran), muhadharah (public speech) dan lain-lain.

Model pendidikan Boarding School adalah salah satu bentuk lembaga

pendidikan hasil modifikasi antara model pendidikan islam dilembaga pendidikan

tradisional pesantren dan pendidikan klasikal. Sekolah model ini menawarkan

pendidikan terpadu antara pendidikan agama yang komprehensif bagi

pembentukan pribadi yang kuat secara agama, perwujudan perilaku yang

berakhlak mulia dan diperkaya dengan perkembangan sains dan teknologi.58

.

3. Program Boarding School

Program-program yang diselenggarakan oleh boarding school untuk

mencapai tujuan yang diharapkan berbeda antara satu lembaga dengan lembaga

yang lain, karena tidak ada ketentuan atau ketetapan baku yang mengharuskan

adanya keselarasan seperti pada sekolah-sekolah regular pada umumnya.

Penyelenggaraan program disesuaikan dengan visi misi masing-masing lembaga

boarding school tersebut.Namun, secara umum karakteristik boarding school

dapat dilihat dari aspek-aspek penerapan kurikulum dan metode pendidikan

dengan alokasi waktu yang menyeimbangkan antara pendidikan agama bagi

pembentukan watak dan pribadi siswa dengan kurikulum umum serta pada aspek

kedisiplinan.59

Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih

menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan

(ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu

agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap

siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school

yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang

58

Nurhayati Djamas, op.cit., h. 152 59

Ibid., h. 157

33

lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing,

kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu

diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa

diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam.

Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan

sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi

secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa,

komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara

leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran,

kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi,

tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan

dipantau oleh para guru / pembimbing.60

Keseluruhan proses pendidikan boarding school diarahkan pada

penguasaan sains dan teknologi, pengembangan kepribadian serta pembentukan

watak siswa, maka kurikulum yang diterapkan merupakan penjabaran dari ketiga

unsur tersebut. Setidaknya ada tiga program pendidikan yang diselenggarakan

oleh sebuah boarding school, yaitu:

a. Kegiatan Kurikuler

Kegiatan ini merupakan substansi pembelajaran yang ditempuhdalam

satu jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan

oleh pemerintah. Kegiatan kurikuler ini dilaksanakan melalui tatap muka

di sekolah untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan

ciri khas dan potensi daerah. Substansi muatan lokal ini ditentukan oleh

satuanpendidikan terkait.

b. Ekstrakurikuler

Untuk menunjang program pembelajaran akademis di boarding school,

maka diperlukan program ekstrakurikuler untuk membentuk karakter

siswa, menyalurkan minat dan bakat serta meningkatkan prestasi non-

akademis siswa. Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar

60

Abd A‟la, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), h. 49

34

yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka untuk membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,

dan minat mereka serta memperluas wawasan atau kemampuan,

peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan yang telah dipelajari.

Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah:

1) meningkatkan dan memantapkan pembangkan bakat, minat,

kemampuan, dan keterampilan dalam upaya pembinaan pribadi.

2) mengenali hubungan antar pelajaran dalam kehidupan di masyarakat

c. Keagamaan

Pembinaan keagamaan siswa yang merupakan bagian dari kepengasuhan

asrama diperkaya dengan menerapkan kegiatan yang sejalan dengan

prinsip pesantren, seperti Shalat berjama‟ah, tadarus Al-Qur‟an,

pengajian kitab dan sebagainya. Hal ini bertujuan pada pembentukan

pribadi keagamaan siswa. Di samping itu, sebagai nilai tambah dan

keunggulan boarding school juga diselenggarakan program-program

unggulan seperti penguasaan bahasa asing, teknologi, tahfidh Al-Qur‟an

dan lain sebagainya.61

4. Segi-segi Positif Boarding School dalam Pendidikan

Ada beberapa segi positif Boarding School jika dibandingkan dengan

pendidikan sekolah regular.yaitu:

a. Program Pendidikan Paripurna

Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan

akademis sehingga banyak aspek kehidupan anak yang tidak tersentuh.

Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan

program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama

dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari

program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft

skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan

61

Sarbini, Pendidikan Kepatuhan Anak,http://www.slideshare.net/iniabras/pembinaan-

kepatuhan-peserta-didik-di-sekolah. Diakses 20 Januari 2013pukul 22.30.

35

pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga

implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

b. Lingkungan yang Kondusif

Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek

sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau

bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang

dewasa yang ada di Boarding School adalah guru. Siswa tidak bisa lagi

diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek

kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam

kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita

mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai

tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam

membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat

mengimplementasikan agama secara baik.

c. Siswa yang heterogen

Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar

belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari

berbagai daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat

kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini

sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa

berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik

bagi anak untuk melatih anak dan menghargai pluralitas.

d. Jaminan Keamanan

Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan

siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola

pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib

dibuat sangat lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar

“dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat.

Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan

kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak narkoba, terhindar dari

36

pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan),

serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.62

C. Kerangka Berfikir

Masa remaja merupakan masa penting dalam perkembangan dan

pertumbuhan manusia.Pembentukan akhlak manusia sejatinya harus diajarkan

sejak dini agar kelak anak-anak mempunyai kecakapan sosial seperti yang

diharapkan oleh lingkungannya.

Sekolah seperti yang diyakini selama ini merupakan lembaga strategis

untuk menyemai nilai-nilai islam ke dalam kehidupan manusia. Namun dibalik

itu semua, kondisi lingkungan kita dewasa ini selalu diintai oleh pengaruh-

pengaruh dari luar yang akan merusak tatanan nilai-nilai yang kita anut selama

ini. Untuk membantu pembinaan akhlak terhadap siswa/pelajar maka sekolah

boarding school hadir sebagai solusi alternatif yang dapat membantu anak

dalam membentuk pribadinya menjadi lebih baik.Oleh karena itu, boarding

school menawarkan beberapa program yang bertujuan membantu

perkembangan anak.Atas dasar itu maka penting untuk memberikan program-

program yang efektif kepada siswa.Dan ini menjadi unggulan sekolah dengan

system boarding school dibanding sekolah pada umumnya.Para murid

mengikuti pendidikan regular dari pagi hingga siang di sekolah kemudian

dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di

malam harinya. Selama 24 jam anak didik berada dibawah pengawasan para

guru pembimbing.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Sejauh ini, beberapa penelitian yang membahas tentang Pembinaan

akhlak telah banyak dilakukan. Namun masing-masing penelitian tersebut

memiliki fokus penelitian yang berbeda-beda. Adapun beberapa penelitian

62

Jonar Maknun, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School

berbasis keunggulan lokal, (Pdf, JPTA FPTK UPI), h. 11

37

yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tema

yang diambil peneliti yang dijadikan telaah atau rujukan antara lain:

Skripsi Abdul Razak yang berjudul “Peran Lembaga Pendidikan Islam

Adzkia Islamic School Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam

Meningkatkan Akhlak Siswa”63

penelitian yang dilakukan Abdul Rozak pada

persoalan peran lembaga pendidikan dalam meningkatkan akhlak siswa.

Skripsi Robi Zulia yang berjudul “Peranan Yayasan Pesantren Islam

(YPI) Boarding School of Cipete (BSC) Al-Futuwwah dalam Pembinaan

Keagamaan Anak Pemulung Kel. Cipete Utara, Cipete, Jakarta

Selatan”64

menekankan pada persoalan peran kelembagaan yayasan pesantren

islam (YPI) BSC dalam melakukan pembinaan keagamaan anak pemulung.

Penelitian ini berbeda dari kedua penelitian di atas.Skripsi yang

mengangkat judul “Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding

School (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)”menekankan

pada pembentukan akhlak siswa melalui program-program yang ditawarkan

oleh boarding school di Al-Hidayah Boarding School Depok dalam membina

akhlak siswa. Jika dalam penelitian Robi Zulia menakankan aspek pembinaan

agama yang mempunyai cakupan lebih luas maka penelilitian ini justru

spektrumnya lebih spesifik dan terarah. Selain itu, penelitian mengambil

tempat yang berbeda dan waktu yang tidak sama dengan penelitian lainnya.

63

Abdul Razak, Peran Lembaga Pendidikan Islam Adzkia Islamic School Dompet Peduli

Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam Meningkatkan Akhlak Siswa, (UIN Jakarta; 2010). 64

Robi Zulia, Peranan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Boarding School of Cipete (BSC)

Al-Futuwwah dalam Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Kel. Cipete Utara, Cipete, Jakarta

Selatan (UIN Jakarta; 2009).

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukanpada program-program yang di selenggarakan di

MTs. Al-HidayahBoarding School/ HBSyang terletak di Jl. Keadilan Raya

Rawadenok RT. 02/01 Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat. Adapun proses

penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan

Maret 2013 dengan melakukan pengamatan dan penelitian langsung di lapangan

untuk memperoleh serta mengumpulkan data yang dilakukan secara insidental

(sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).Rangkaian kegiatan penelitian

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Kegiatan Penelitian

No Hari, Tanggal dan

Bulan Kegiatan Keterangan

1 Senin, 14 Januari 2013 Observasi Sekolah

2 Senin, 4 Februari 2013 Wawancara I Kepsek

3 Senin,18 Februari 2013 Wawancara II Pembina Asrama

4 Rabu, 20 Februari 2013 Wawancara III Guru-Guru

5 Senin, 4 Maret 2013 Pengumpulan Data Sekolah

6 Rabu, 13 Maret 2013 Pengolahan data -

7 Rabu, 20 Maret 2013 Penulisan Laporan -

39

B. Setting Penelitian

Perkembangan pendidikan Islam dewasa ini mengalami kemajuan yang

semakin pesat. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam juga

dihadapkan dengan persoalan kekinian menyita perhatian lembaga pendidikan

untuk dituntaskan sehingga terjadi perubahan besar dalam manajemennya.

Banyak pesantren mendirikan sekolah umum seperti SMK, SMA, MAK untuk

dapat merespon dinamika tersebut. Tuntutan ini agaknya memperkuat alasan

mengapa pesantren Al-Hidayah juga harus membenahi diri dengan menggantikan

namanya menjadi sekolah berasrama atau Al-Hidayah Boarding School.

Pada awal berdirinya, lembaga pendidikan ini bernama pondok pesantren,

lembaga keagamaan yang berkonsentrasi pada sains Islam dan pembentukan

akhlak siswa. Namun perjalanannya untuk memberikan materi-materi pendidikan

Islam mendapat tantangan ketika bersentuhan dengan dunia luar yang kompetitif.

Atas dasar itulah kemudian lembaga ini pada tahun 2008 pesantren Al-Hidayah

menjadi Boarding School. Perubahan ini ini kemudian berpengaruh terhadap

muatan kurikulum sekolah begitu pula sistem pengelolaannya.

Salah satu konsekuensi dari perubahan tersebut adalah masuknya mata

pelajaran umum yang selama ini tidak diajarkan di sekolah.Menurut manajemen

sekolah perubahan ini sesuai dengan tuntutan awal untuk menjadikan lembaga ini

menjadi sekolah berasrama. Meskipun terjadi perubahan namun sekolah tetap

mempertahankan idealismenya untuk membentuk generasi-genarasi yang cakap

dan berakhlak luhur seperti tujuan tertinggi pendidikan islam. Keberadaan sekolah

dengan berasrama ini juga akan mempermudah mengelola dan membentuk akhlak

luhur siswa.

Dikotomi sains islam dan ilmu umum kemudian dirangkum menjadi

keunggulan di sekolah Al-Hidayah Boarding School. Dimana terjadi integrasi

keilmuan yang mendorong kognitif siswa untuk mengetahui ilmu agama tetapi

juga mempunyai kecakapan dalam bidang-bidang sosial lainnya.Hal tersebut

40

sangat seirama dengan cita-cita sekolah yang tercantum dalam visi, misi dan

tujuan umum sekolah.

Apakah tujuan ideal pendidikan islam itu masih tetap terjaga dalam sekolah

yang sudah mengadopsi sistem sekolah modern, atau justru berbalik arah ketika

muatan ilmu ilmu lebih dominan dalam desain kurikulum. Penelitian ini berusaha

menemukan langkah-langkah strategis sekolah sehingga mampu mendidik dan

membentuk perilaku siswa ditengah jadwal yang padat.

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research) dilakukan

untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mendatangi langsung obyek

penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

Kualitatif.Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.1 Penelitian ini

berusaha mengungkapkan, menggambarkan berbagai kondisi atau fenomena

realitabudaya interaksi edukasi dan program yang relevan untuk pembinaan

akhlak di MTs. Al-Hidayah Boarding School. Dengan ini, peneliti mampu

memahami dan memberikan makna terhadap rangkaian gambaran realita di

sekolahtersebut.Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode Naturalistic

yaitu peneliti masuk dan menghabiskan waktu di sekolah, kelompok masyarakat,

dan lokasi-lokasi lain untuk mempelajari seluk beluk pendidikan.2

Penelitiandigunakan untuk memperoleh data dan mengidentifikasi bagaimana

proses pembinaan akhlak siswa yang berlangsung di MTs. Al-Hidayah Boarding

School.

1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1997), cet. ke-8, h. 3 2Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.

2-3

41

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini bersifat interaktif, berlangsung dalam

lingkaran yang saling tumpang tindih.Langkah-langkahnya biasanyadisebut

strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan dan data yang

telah diperoleh. Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu

penelitian dengan penelitian lainnya, tetapi di dalamnnya ada variasi:

1. Perencanaan

Meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan

pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan

lokasi yang dipilih serta informasn-informan sebagai sumber data.

Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan

sampel purposif.

2. Memulai Pengumpulan Data

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan

hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab

dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber

data.Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah

dipilih kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju.Pengumpulan data

melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan, dan data

dokumen.Data dikelompokkan secara intnesif kemudian diberi kode agar

memudahkan dalam analisis data.

3. Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data diintensifkan dengan wawancara yang lebih

mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih

intensif.Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai

dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak

ditemukan data baru lagi.Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan

dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integratif.

42

4. Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi

penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi.Batas akhir

penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian

kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian

terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang

diteliti.Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan

semua informasi yang dibutuhkan atau ditemukan lagi data baru.

Secara konkrit Langkah-langkah pengumpulan datayang dilaksanakan

adalah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan sasaran yang ingin dicapai melalui program perubahan

yang akan dilakukan setelah dilaksanakannya proses pembinaan akhlak

yang dilakukan selama 24 jam di sekolah.

b. Mengidentifikasikan variabel-variabel sentral yang terdapat dalam

membentuk akhlak santri. Diantaranya seperti pihak sekolah melakukan

pembinaan melalui program-program serta parameter dalam mengukur

keberhasilan sikap siswa sebagai hasil dari pembinaan.

c. Pemilihan metode yang sesuai untuk mengumpulkan data serta

penentuan metode yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang akurat.

d. Mengkondisikan target penelitian, jenis dan mutu informasi yang

diperlukan, penggunaan informasi yang terkumpul, berbagai instrumen

lain yang dapat digunakan.

e. Melakukan wawancara untuk memperoleh data secara detail dari dua

narasumber yakni kepala sekolah dan pengurus asrama. Wawancara

dengan kepala sekolah mengarah pada manajerial sekolah sedangkan

dengan pengurus asrama mengarah pada sikap keseharian siswa serta

kurikulum-kurikulum yang tidak tertulis. Penelusuran ini sangat penting

karena pada umumnya sekolah berasrama banyak mengandung

kurikulum-kurikulum disepakati dengan tidak tertulis.

43

f. Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data seperti hasil wawancara dan

hasil observasi.

g. Analisis Data

h. Evaluasi Efektivitas Pengumpulan data

Proses penelitian ini dilaksanakan sejak awal penyerahansurat izin

penelitian hingga selesai, dengan harapan peneliti ini dapatdiselesaikan dengan

jangka waktu kurang lebih 3 bulan. Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

a) Menyusun rancangan penelitian

b) Memilih lapangan penelitian

c) Mengurus perizinan

d) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

e) Memilih dan memanfaatkan informan

f) Meyiapkan perlengkapan penelitian.

g) Persoalan etika penelitian

2. Tahap pekerjaan lapangan

a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

b) Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena dan

c) Wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan

d) Berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap analisis data

a) Analisis selama pengumpulan data

b) Analisis setelah pengumpulan data

c) Penyusunan trianggulasi data laporan penelitian berdasarkan hasil data

yangdiperoleh.3

3Lexy J. Moleong, op.cit., h. 127.

44

Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan tersebut, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang

terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.Metode ini penulis

gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung

keadaan dan kondisi sekolah dalam pembinaan akhlak di MTs. Al-

Hidayah Boarding School.Observasi yang digunakan adalah observasi

non-partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai

penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik

penelitian.Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan

pada situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya.4

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini sebagai pelengkap data yang berupa buku-buku,

majalah, transkip, notulen rapat, catatan harian, agenda dan lain-

lain.5Metode ini peneliti gunakan untuk melengkapi data-data yang

berhubungan dengan fokus penelitian dalam penelitian ini.

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.Adapun jenis wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara baku terbuka yaitu

wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.6Dalam hal

ini, yang diwawancarai (interviewee) adalah kepala sekolah MTs. Al-

Hidayah Boarding School dan pembina asrama.

4Lexy J. Moleong, op.cit.,h. 37-40

5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 158

6Lexy J. Moleong, op.cit., h. 135-136

45

E. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dimulai sejak awal penelitian dengan memilah dan memilih

data yang sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan. Prosedur pengolahan data

yang dilaksanakan adalah dengan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, display

data, analisis data, kesimpulan dan verikikasi, keabsahan hasil dan narasi analisis.

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-

hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah

berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah

peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data

sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Display Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan

dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk

melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Analisis Data

Teknik Analisis data yang penulis lakukan meliputi beberapa langkah,

berikut sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu

model analisis data mengalir(Flow Model) yaitu:

a. Pengumpulan Data

Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang

terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.

b. Reduksi Data

Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara,

dan dokumentasi. Setelah dibaca dan dipelajari, maka langkah

selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan

46

erat dengan proses penyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,

mengabstraksikan dan mentransformasikan data mentah yang

diperoleh dari hasil penelitian.

c. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis

data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang

memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan.Bentuk

penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif

adalah teks naratif yang menceritakan panjang lebar temuan

penelitian.

d. Penarikan Kesimpulan

Langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik

kesimpulan. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif,

artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga

komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari observasi,

wawancara dan pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan

dan smber-sumber belajar yang sedemikian banyak di reduksi untuk

dipilih mana yang paling tepat untuk di sajikan. Proses pemilihan data

difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah,

penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian

yang terkait dengan fokus penelitian.7

Dari teori teknik analisis data yang dikemukakan di atas, kemudian

penulis dalam prosesnya memiliki langkah-langkah yang dilakukan untuk

menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengetahui proses

pembinaan akhlak melalui MTs. Al-Hidayah Boarding School. Adapun

langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Setelah selesai mengumpulkan data, kemudian dilanjutkan dengan

pencatatan dan pendataan informasi terkait dengan temuan di

lapangan sehingga memudahkan pencatatan dan pendataan terkait

dengan temuan di lapangan tanpa harus menunggu proses pengamatan

berakhir.

7Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Uin Syarif

Hidayatullah, 2011), h. 60-61.

47

b) Setelah data terkumpul kemudian peneliti mereduksi data-data

tersebut dengan mengklasifikasi dan kategorisasi terkait dengan

pembinaan akhlak meliputi strategi, proses, pengawasan dan evaluasi

program MTs. Al-Hidayah Boarding School.

c) Setelah reduksi data dilakukan, analisis data dilanjutkan dengan

melakukan penyusunan pokok-pokok temuan secara sistematis yang

menjadi fokus kajian penelitian agar makna peristiwanya semakin

jelas.

d) Dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan

memperhatikan faktor keunggulan maupun kekurangan terkait dengan

pembinaan Akhlak di MTs. Al-Hidayah Boarding School. Pada tahap

ini peneliti dapat mengambil kesimpulan yang kemudian bisa

dijadikan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan

atau kebijakan sekolah.

4. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah

menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data yang sudah diproses

atau ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola

pemecahan permasalahan yang dilakukan.

5. Meningkatkan Keabsahan Hasil

a. Kredibilitas (Validitas Internal)

Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui:

1) Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di

lapangan;

2) Pengamatan secara terus menerus;

3) Trianggulasi, baik metode, dan sumber untuk mencek kebenaran

data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh

sumber lain, dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap

hubungan sejumlah data.8

8Lexy J. Moleong, op.cit., h. 178

48

4) Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan

dan kritik dalam proses penelitian;

5) Menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai

kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk

rekaman, tulisan, copy-an , dll;

6) Memberi check, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh

guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan

atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.

b. Transferabilitas

Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh

pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila

para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang

jelas tentang konteks dan fokus penelitian.

c. Dependabilitas dan Conformabilitas

Dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan pembimbing

dan dengan pakar lain dalam bidangnya guna

membicarakanpermasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam

penelitian berkaitandengan data yang harus dikumpulkan.

6. Narasi Hasil Analisis

Pembahasan dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam

bentuk teks tertulis atau bentuk-bentuk gambar mati atau hidup seperti

foto dan video dan lain-lain.Hal-hal yang perlu dinarasikan dan

diperhatikan yakni; 1) Menentukan bentuk (form) yang akan digunakan

dalam menarasikan data dalam bentuk kerangka atau outline dan lain-

lain. 2) Hubungkan bagiamana hasil yang berbentuk narasi itu

menunjukan tipe/bentuk keluaran yang sudah di disain sebelumnya, dan.

3) Menjelaskan bagaimana keluaran yang berupa narasi itu

mengkoparasikan antara teori dan literasi-literasi lainnya yang

mendukung topik.Narasi tersebut menjelaskan detail-detail korelasi

antara topik pembahasan dengan dengan menggunakan parameter teoritis

yang dipakai dalam penelitian ini.

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Al-Hidayah Boarding School Depok

1. Sejarah Singkat Al-Hidayah Boarding School Depok

Perkembangan Islam di Depok, Jawa Barat, selalu dikaitkan dengan

keberadaan sebuah yayasan yang bernama Al-Hidayah. Yayasan Pesantren yang

terletak di jalan Keadilan Raya, Rawadenok RT 02/01 Pancoran Mas Depok-Jawa

Barat ini merupakan yayasan tertua di daerah Depok dan sudah memberi kontribusi

besar pada perkembangan Islam di daerah Depok.

Hanya berselang beberapa tahun pasca kemerdekaan republik Indonesia

tepatnya pada tahun 1948 yayasan Al-Hidayah didirikan oleh seorang ulama

terkemuka yang berasal dari Hadramaut yaitu Habib Muhammad bin Yahya. Di tahun

1948 yayasan ini belum resmi beroperasi dan baru menjalan aktivitas keagamaan

setahun setelah pendiriannya pada tahun 1949. Dapat dipastikan, sebenarnya

kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibawa Habib Muhammad sudah dimulai sebelum

kemerdekaan itu sendiri diproklamasikan. Dengan demikian, kontribusinya dalam

50

mengembangkan Islam dengan jangka yang relatif lama tentu memberi dampak yang

cukup besar. Banyak ulama-ulama yang dikaderkan Habib Muhammad yang berhasil

menjadi pemuka-pemuka agama yang ternama seperti H. Abdul Muthalib bin

Abdurrahman, K.H Maisar Yunus dan banyak lagi lainnya.

Keberhasilan Habib Muhammad Yahya dalam mengembangkan Islam sangat

dirasakan oleh masyarakat sekitarnya, ini dibuktikan dengan banyaknya kader-kader

yang dididiknya menjadi pemuka agama. Tidak terbatas dalam bidang keagamaan

saja bahkan sebagian kadernya banyak menjadi tokoh masyarakat yang perannya pun

tidak bisa dinapikan dalam lingkungan masyarakatnya sendiri. Hal itu disadari oleh

Habib Muhammad dalam rangka meneruskan dakwah dan syi’arnya sehingga beliau

dengan serius mengkader murid-muridnya yang diarahkan untuk menggantikan

posisinya. Kader-kadernya kemudian mengembangkan yayasan ini, mereka adalah H.

Nipan bin Mutan, H. Maarif bin H Nipan, K.H Maisar Yunus, K.H Abdul Muthalib

bin H. Abdurrahim, K.H. Jayadi bin H Kian, K.H. Sanusi bin Ciik, Ustadz Sa’adullah

bin H. Kian, K.H Asmat. Nama-nama tersebut menjadi penerus dan pengembang

yayasan Al-Hidayah dan sebagian mereka sempat mengisi pucuk pimpinan yayasan

Al-Hidayah.

Yayasan Al-Hidayah ini bergerak di bidang pendidikan Islam sehingga semua

tingkatan sekolah formal itu disediakan oleh yayasan. Awalnya yayasan mendirikan

Madrasah Ibtidayah setingkat SD, kemudian Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah

Aliyah (MA), Pondok Pesantren, Taman pendidikan Al-Quran dan Taman kanak-

kanak Raudhatul Athfal. Khusus pondok pesantrennya setelah wafat genarasi awal

dari kader Habib Muhammad, pondok ini sekarang dipimpin oleh K.H. Hilmi Zaini

Thahir, MA, dan ketua yayasannya adalah K.H. Drs. Rahman Hakim, M.A.

Pondok pesantren Al-Hidayah yang merupakan satu sub pendidikan dari

yayasan Al-Hidayah yang berdiri pada tahun 1996. Pada awal berdirinya pondok ini

mengadopsi sistem belajar pada umumnya yang terdapat di pesantren-pesantren

51

nusantara salafi dengan model sorogan.1 Jam belajar pun dibagi menjadi dua yaitu

materi pelajaran umum seperti matematika, bahasa inggris, fisika, biologi dan materi

pelajaran agama seperti tafsir, fiqih dan lain-lainnya. Untuk pelajaran agama itu

dijadwalkan sebelum masuk sekolah formal, biasanya sehabis shalat subuh, setelah

ashar dan pada malam hari. Semantara pada jam 07. 30 sampai jam 15.00 santri

diberikan mata pelajaran umum. Rutinitas belajar di pesantren ini sangat padat, semua

santri memang benar-benar dididik dan diasuh dengan melakukan kegiatan rutinitas.

Sistem yang diadopsi pesantren ini pun menemukan kebuntuan, disenyalir

diakibatkan oleh sistem pembelajaran yang tidak relevan dan terlalu klasik sehingga

pesantren mengalami kemunduran. Untuk merespon dinamika tersebut pihak

stokeholders mengambil sikap untuk menggantikannya dengan sistem pembelajaran

yang lebih efektif dan akomodatif.

Sistem pembalajaran yang lama dinilai tidak bisa mengadaptasi

perkembangan luar sehingga mengalami pelemahan kualitas lulusan ketika bersaing

dengan lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena itu, atas inisiatif pengurus pada

tahun 2008 pesantren ini berubah nama menjadi Al-Hidayah Boarding School atau

sering disingkat HBS. Perubahan nama ini untuk mengalih perspektif masyarakat

yang cenderung berpandangan sempit perihal kemampuan pendidikan khususnya

dalam sains dan pengetahuan . Dengan adanya perubahan tersebut pada level yang

lain teradapat perubahan pada kegiatan dan materi-materi di pondok pesantren Al-

Hidayah. Yang sangat dirasakan adalah perhatian sangat besar terhadap kegiatan

menghapal Al-Quran dan banyak lagi kegiatan baru sebagai dampak dari perubahan

pondok Al-Hidayah. Bahkan perubahan itu membawa kamajuan yang lebih pesat,

kreatifitas dan bakat anak yang pada sistem yang lama tidak tercover justru dapat

1 Model sorogan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar diberikan melalui ceramah

dimana santri membentuk sebuah kelompok belajar bersama kajiannya di depan Syaikh. Kelompok-

kelompok pengajian ini disebut halaqoh atau Bandongan dalam istilah Jawa. Model belajar-mengajar

seperti ini juga diterapkan seperti yang terdapat sistem surau di Minangkabau dan pesantren-pesantren

salafi nusantara lainnya. Lihat Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan

Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003) h 14

52

dikembangkan dengan sistem yang baru ini. Berikut ini, profile Al-Hidayah sekolah

boarding school.

Sekolah yang telah melakukan transformasi ini masih berstatus swasta seperti

pesantren sekolah islam pada umumnya. Namun terbilang mandiri meski pun tidak di

support penuh pendanaannya oleh pemerintah daerah, namun sistem yayasan seperti

ini justru tidak pernah mengandalkan bantuan dan pendanaan pemerintah karena

yayasanlah sepenuhnya bertanggungjawab untuk mencari solusi jika menyangkut

masalah finansial. Kemandirian sekolah juga bisa terlihat sebagaimana pendirian

awalnya, sekolah ini justru mulai tumbuh dari tanah yang diwakafkan kepada pihak

sekolah. Data ini menguatkan bahwa sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan

yang baik untuk membangun generas-generasi yang berkualitas.

Selain itu pula, sebagai sekolah islam yang sadar akan tuntutan dan perubahan

yang dinamis dalam masyarakat kita, sekolah HBS masih menunjukkan kualitas yang

baik bagi usernya. Itu bisa dilihat dari kualitas yang diberikan melalui akreditasi

sekolah, dimana pemerintah memberi nilai A kepada sekolah Al-Hidayah Boarding

School.

2. Visi, Misi dan Tujuan

Al-Hidayah Boarding School termasuk lembaga pendidikan tertua di daerah

Depok, tetapi tidak ada jaminan bahwa sekolah seperti ini mampu menyesuaikan diri

dengan perkembangan zaman yang cukup cepat dan komplek. Oleh karena itu,

perubahan nama dari pondok pesantren menjadi sekolah Boarding School juga harus

diikuti dengan perubahan cara pandang bagaimana merespon dinamika kemasyarakat.

Salah satunya adalah dengan memperkuat landasan penyatuan dua lembaga

(pesantren dan sekolah umum). Konsep tersebut bisa dirangkum dalam sebuah

pandangan besar seperti visi dan misi sekolah. Berikut ini adalah visi, misi dan tujuan

pendidikan yang diidealkan oleh sekolah Al-Hidayah Boarding School:

53

a. Visi

Menjadi lembaga pendidikan yang terdepan dalam mengembangkan dan

memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai islam secara kaffah.

b. Misi

1) Mengembangkan dan memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berbasis nilai-nilai Islam.

2) Mengajarkan nilai-nilai entrepreneurship dan life skill dalam

menghadapi tantangan global.

3) Mengembangkan kemampuan tahsin dan tahfidz Al-Qur’an.

4) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris.

5) Mengembangkan dakwah Islam.

c. Tujuan Umum Pendidikan

1) Memiliki hapalan minimal 12 Juz dan surat pilihan

2) Mampu membaca Al-Quran

3) Memiliki kemampuan mempraktekkan fiqih amaliah

4) Mahir berbahasa Arab dan Inggris

5) Memiliki hapalan do’a ma’tsurat

6) Memliki jiwa entrepreneurship dan life skill

7) Beraqidah lurus

8) Beribadah dengan benar

9) Berakhlak mulia

10) Berilmu dan berwawasan luas

11) Berbadan sehat dan kuat

12) Terampil, mandiri

13) Bermanfaat bagi masyarakat,agama dan bangsa

54

B. Program Boarding School dalam Pembinaan Akhlak

Salah satu keunggulan yang terdapat pada model pendidikan yang

mengadopsikan sistem boarding school adalah kegiatan siswa yang padat dalam

rangka membentuk kepribadian siswa. Semua siswa hidup bersama dan bergaul

dengan sesama teman dalam sebuah asrama yang disediakan pihak sekolah. Semua

kegiatan pada dasarnya mengarah pada pembentukan perilaku siswa sehingga sesuai

dengan tuntutan agama dan lingkungannya. Oleh karena itu, rutinitas sekolah harus

dipandang sebagai usaha dan tanggungjawab sekolah mendidik akhlak siswanya.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bersifat komplementer yakni saling mendukung

dan melengkapi antara sekolah dan asrama. Jadi, ketika siswa memutuskan untuk

masuk ke sekolah ini semua siswa sudah ditetapkan jadwalnya sedemikian rupa

sehingga terjadi keseimbangan antara kegiatan sekolah dengan kegiatan asrama.

Dari kegiatan yang ditawarkan sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

kegiatan sekolah formal dan kegiatan ke-asrama-an. Namun secara garis besarnya

bisa dibaca pada skema dibawah ini.

1. Program Kurikuler

Program kurikuler merupakan program yang sudah dijadwalkan oleh pihak

sekolah yang harus diikuti oleh semua siswa HBS sehingga aktifitas siswa jadwalnya

sudah diatur dan didesign oleh sekolah. Adapun kurikulum yang digunakan di Al-

Hidayah Boarding School Depok adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan).

Kegiatan kurikuler ini berlangsung setiap hari selain hari minggu. Dimulai

pada Pukul 07.00 sampai 15.00, khususnya siswa kelas 9 yang akan menghadapi

ujian nasional untuk kegiatan belajar mengajar ini durasinya ditambah jam

pembelajarannya.

Di antara mata pelajaran yang dipelajari di sekolah diantaranya mata pelajaran

Bahasa Indonesia, Matematika, Biologi, Fisika, Agama, IPS, Bahasa Inggris dan

beberapa mata pelajaran yang menjadi pelajaran muatan lokal yang dikembangkan

berdasarkan kultur yang sesuai dengan sekolah. Sistem pengajaran mata pelajaran

55

tersebut dilaksanakan menurut sistem formal, sebagaimana sekolah yang lain, sistem

ini berbeda dengan sistem bandongan yang menjadi ciri khas di pesantren.

2. Kegiatan Extrakurikuler

Selain program kurikuler sekolah Al-Hidayah Boarding School mempunyai

program ekstra kurikuler yang berkonsentrasi untuk mengembangkan bakat yang

dimiliki oleh siswa. Secara definitive dapat dijelaskan bahwa program ektrakurikuler

adalah program tambahan di luar jam sekolah formal untuk mengembangkan

kompetensi siswa.

Berdasarkan brosur sekolah HBS, ekstra kurikuler tercakup pada kegiatan

aplikatif sesuai hobi dan minat siswa. Arenanya terdapat dalam pengembangan

psikomotorik siswa seperti menjahit, bela diri, nagham, nasyid, namun ada dua materi

yang terdapat pada kurikuler juga ada dalam ekstra kurikulker seperti Dirasat Kitab.2

Peneliti menanyakan hal tersebut untuk memperjelas program-programnya kepada

Anshori Jayadi M.A selaku direktur HBS. Untuk menjelaskannya mata pelajaran

Fikih dan Hadits diajarkan pada jam sekolah formal, materi yang diajarkan sesuai

dengan ketentuan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan pengajian

kitab (Dirasat Kitab), selain mempelajari materi yang berbeda juga menggunakan

metode pengajaran yang berbeda yaitu sistem bandongan.

Di sekolah HBS dapat dibagi menjadi tiga kegiatan utama. Pertama kegiatan

kurikuler mencakup mata pelajaran formal seperti sekolah-sekolah umumnya. Kedua

ektsra kurikuler mencakup kegiatan yang mengembangkan hard skill siswa serta

keterampilan lainnya. Ketiga kegiatan keagamaan yang sangat samar, terkadang

tumpang tindih dengan program ektsra kurikuler namun cenderung pada

pengembangan sikap islami. Salah satu contohnya adalah pengajian kitab yang bisa

masuk pada ektsra juga bisa masuk dalam kategori keagamaan. Sekolah HBS

cenderung memisahkan eskul yang menekankan pada skill aplikatif dengan

keagamaan yang menekan pada pemahaman nilai agama melalui pengajian.

2 Dilihat di Brosur Sekolah Al-Hidayah Boarding School Depok

56

Pengajian kitab itu dilaksanakan dua kali dalam seminggu, malam Senin dan

malam Sabtu. Pada malam Senin mempelajari kitab Safinatunnajah, malam Sabtu

kitab Tafsir Jalalein. Terkadang juga terdapat perubahan kitab yang dipelajari pada

Dirasat Kitab. Bagi siswa yg 3 kali tidak mengikuti dirasat kitab akan diberikan

sanksi lari dilapangan.3

Kegiatan ekstrakurikuler menurut Anshori Jayadi sangat signifikan

mempengaruhi pembentukan kepribadian siswa. Anshori Jayadi mencontohkan

kegiatan pramuka, pada dasarnya membentuk pribadi yang bertanggungjawab

minimal pada dirinya sendiri. Kegiatan seperti ini juga menumbuhkan kepedulian

siswa pada lingkungan sekolahnya sehingga banyak sekali keterlibatan siswa dalam

membantu masyarakat sekitar dalam gotongroyong maupun acara lain seperti

persiapan maulid.4

Kalau prestasi diukur melalui apresiasi sekolah HBS juga banyak sekali

mendapat penghargaan dan kejuaraan dalam beberapa event. Pada tahun 2009

mendapat juara I dalam lomba Tahfidz Qur’an (Gebyar Ramadhan) tingkat remaja,

dan tahun 2010 mendapat juara II MTQ tingkat kota Depok. Pada cabang yang lain

tahun 2010 sekolah HBS pernah mendapat juara I lomba Bulu tangkis putri tingkat

tingkat kota Depok, juara III Tenis meja putri sekota depok, juara II lomba atlet lari

100m sekota Depok.5

Jika dicermati program ektrakurikuler ini dapat diklasifikasi menjadi lima

cabang, di antaranya:

a) Mempelajari Al-Quran

Al-Quran merupakan sumber utama yang dijadikan pedoman kehidupan. Oleh

karena itu sekolah HBS berkomitmen untuk mempelajarinya secara detail, tidak

sekedar membaca tetapi juga menghafal, sima’an Al-Quran dan mempelajari isi

3 Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18

Februari 2013 di asrama putri. 4 Wawancara dengan Anshori Jayadi adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok,

Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor. 5 Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa 12

Februari 2013 di ruang kantor.

57

kandungan Al-Quran. Kegiatan-kegiatan itu langsung dipandu oleh dewan guru HBS.

Sima’an Al-Quran dilaksanakan dengan cara membaca Al-Quran secara bergantian,

dan yang lain menyimaknya. Kalau terdapat kesalahan dalam pembacaan, makhraj,

tajwid rekan yang lain akan memberikan koreksiannya.

Selain mempelajari Al-Quran hal yang ditekankan juga kepada siswa adalah

pengamalan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari dalam

bentuk yang lain bisa dilihat dengan mempelajari tafsirnya, mencermati kandungan-

kandungan ayat dan menerapkannya ke dalam kehidpan.

b) Dasar Agama dan Ibadah

Selain konsisten mengembangkan kecakapan intelektual dan psikomotorik,

HBS memandang aspek agama merupakan aspek vital bagi pertumbuhan dan

perkembangan siswa. Program-program agama menjadi titik tekan bagi terbentuknya

siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan agama dan mampu

bersikap sebagai orang yang beragama dalam lingkungannya.

Pada sisi agama, HBS mencoba mengembangkan kecakapan siswa tidak

sekedar mengetahui dan memahami materi namun mampu bersikap seperti nilai-nilai

yang diajarkan di dalam Islam. Pola ini dikembangkan mengingat kemampuan dalam

bidang agama kadang-kadang tidak menunjukkan hasil yang berbanding lurus

pengetahuannya. Namun di sinilah letak peran bagi boarding school, yang tidak

sekedar mengajarkan pengetahuan dalam bentuk materi-materi tetapi juga turut

memantau perkembangan siswa. Selain itu pula, pihak boarding school juga berperan

melalui guru-gurunya memberikan contoh tauladan yang baik untuk ditiru oleh

siswanya. Dengan demikian kemampuan siswa dalam bidang agama tidak hanya

sekedar pemahaman materi yang _ormative tetapi pemahaman yang menjadi sumber

tingkah lakunya.

58

Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang agama, HBS

memberikan program-program keagamaan, antara lain:

Table I

No Nama Kegiatan Target Manfaat

1 Zikir Menguasai qiraah

mahmudah

~ Mendekatkan diri dengan

Tuhan melalui zikir

2 Praktek fiqih

amaliah

(Sholat Berjamaah)

Melaksanakan sholat

jamaah setiap 5 waktu

~ Melatih kedisiplinan siswa

mengerjakan solat tepat pada

waktunya

3 Dirasat kitab Menguasai materi

tentang nilai-nilai

akhlak

~Mengamalkan nilai-nilai

akhlak dalam kehidupan

sehari-hari

4 Ziarah kubur Siswa menghargai

nikmat Tuhan dalam

bentuk kesehatan dan

hidup.

~Meningkatkan ketaqwaan

kepada Allah SWT

*data ini diolah dari hasil penelitian

Dalam tradisi yang hidup di HBS, zikir merupakan sarana mengingat

kekuasaan Allah. Menurutnya zikir tidak terbatas hanya pada mengingat Allah akan

tetapi zikir juga turut memberikan kenyamanan hati bagi seorang muslim. Kemudian

jika dijalankan dengan konsekuen akan memantapkan hati untuk mengimani-Nya.

Pada aspek spiritualnya, zikir mampu mengantarkan diri pada derajat

keimanan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Level keimanan dari yakin menjadi

haqqul yaqin. Atas dasar itu pula dalam keyakinannya jika zikir dijalankan dengan

baik ikhlas, zikir akan membuahkan hasil keberkahan dalam kehidupan muslim.

Kalimat-kalimat yang menjadi isi dalam kegiatan zikir ini ialah kalimat-

kalimat thaibah yang memuji Allah. Zikir tersebut adalah Zikrul Ghafilin yaitu terdiri

59

dari bacaan al-qur’an surat al-fatihah, ayat kursi, asma’ul husna, istigfar, shalawat dan

tahlil. Kegiatan ini pun dibacakan secara bersama-sama dengan terlebih dahulu

bertawasul mengirimkan Ummul Kitab kepada syaikh-syaikh seperti Gus Mik Kediri,

Hamim Jazuli, Hamid Abdullah Pasuruan. Zikir ini dilaksanakan sebanyak dua kali

dalam sebulan yaitu setiap malam Rabu. Tokoh-tokoh sekolah juga mengambil peran

dalam kegaiatan tersebut. Adapun zikir tersebut dipimpin oleh Ustadz Saifuddin

Zuhri.6

Setelah zikir ada pula Dirasat Kitab misalnya memberikan pengetahuan bagi

siswa tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan apa saja larangan

yang tidak boleh dilakukan. Pengajaran ini lebih menekankan pada penguasaan

materi tentang nilai-nilai akhlak. Setelah mengetahui seperangkat nilai ini siswa

ditugaskan untuk menerapkannya, lalu mendapat pantauan secara ketat oleh guru atau

pembina asrama sehingga nilai-nilai yang dipelajari dapat langsung diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan cara seperti inilah kegiatan-kegiatan itu mempunyai

pengaruh besar dalam pembinaan akhlak siswa.

Kegiatan yang lain juga adalah secara bersama-sama melakukan ziarah kubur

setelah subuh ke makam pendiri sekolah Al-Hidayah Boarding School, yaitu K.H.

Muhammad bin Yahya. Kegiatan ziarah ini dipimpin langsung oleh K.H. Arif

Rahman Hakim yaitu ketua yayasan Al-Hidayah. Untuk pelaksanaanya dimulai

dengan membaca Q.S Al-fatihah dan tahlil kemudian dilanjutkan dengan tausiah.

K.H. Arif Rahman Hakim memberikan tausiah tentang keteladanan para pendiri Al-

Hidayah dan manfaat berziarah kubur. Ziarah ini diikuti oleh seluruh siswa putra

sedangkan bagi siswi putri dirasah al-Qur’an di Masjid. Nilai-nilai dalam kegiatan

ziarah ini adalah mengingatkan manusia tentang Pencipta dan kematian, sehingga

kelak siswa mampu bersikap lebih baik dalam akhlaknya. Manfaat lain yang dapat

dipetik dari ziarah adalah mengaharap keberkahan melalui bertawasul kepada syaikh-

6 Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin, 11

Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri.

60

syaikh yang disebutkan dalam ziarah tersebut.7 Doktrin ini berangkat dari

kepercayaan kepada ideologi Ahlussunnah Waljama’ah.8

Selain tiga aspek di atas, peran sekolah juga tidak berhenti pada program-

program yang bersifat formal—tertulis sesuai dengan tata tertib HBS—tetapi juga

program non formal yang biasanya tidak tertulis dan cenderung menjadi tradisi-tradisi

yang hidup dalam sebuah lembaga sekolah. Hubungan antara kyai dan santri seperti

banyak terdapat di pesantren dan sekolah Islam adalah salah satu contoh bahwa

tradisi seperti ini mampu membantu pembentukan akhlak tanpa harus terikat pada

peraturan-peraturan formal. Tradisi semacam ini adalah ikatan batin antara siswa dan

kyai yang sulit dilacak melalui perspektif formal. Kepatuhan ini bukan kepatuhan

mutlak yang menapikan pertimbangan lain, namun tetap bersumber pada nilai-nilai

Islam yang hidup. Penghormatan pada guru sebagai ta’lim dalam pengetahuan umum

seperti yang diajarkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim bahwa penghormatan itu

syarat mutlak untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang berkah. Dasar inilah yang

mempengaruhi pola pendekatan guru dan siswa di sekolah HBS. Keteladanan yang

dicontohkan guru kemudian menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengikuti akhlaknya

serta mengubah tindakannya jika tidak sesuai dengan arahan guru.

c) Kebahasaan (Arab dan Inggris)

Sekolah Al-Hidayah Boarding School mengadopsi metode-metode

pembelajaran bahasa dari pesantren ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Bahasa diajarkan secara rutin dan bertahap kepada semua siswa Al-Hidayah. Pada

tingkat kelas satu di sekolah ini penggunaan bahasa masih diberi kemudahan untuk

7 Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus

Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013. 8 Ahlusunnah Waljamaah yang dianut sekolah HBS dapat dibaca melalui ormas NU yang

merupakan organisasi formal yang menganut paham tersebut. Dalam paham keagamaannya NU

menganut empat mazhab, Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafi’i sedangkan dalam Tauhid mengikuti

Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Maturidi dan dalam Tasauf Al-Ghazali dan Juned Al Bagdadi.

di sekolah ini secara Fiqih banyak menganut Syafi’I sedangkan Tasaufnya mengadospi Al Ghazali.

Ormas inilah yang mempengaruhi tradisi tawasul yang meyakini bahwa berdo’a melalui orang-orang

menempati maqom tertentu akan membantu seseorang untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.

(Lihat di Khalimi, Ormas-Ormas Islam, , Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 332 )

61

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, diberi kemudahan sambil

menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mempelajari dasar-dasar bahasa.

Namun setelah masuk ke kelas dua maka siswa tidak dibolehkan menggunakan

bahasa Indonesia dan daerah untuk dijadikan alat berkomunikasi dalam percakapan

sehari-hari. Jika terdapat siswa yang tidak menggunakan Bahasa Arab atau Inggris

maka akan diberikan sanksi dengan membayar denda dalam bentuk uang dan dihitung

dari banyaknya kata yang digunakan oleh siswa.9

Pembelajaran bahasa diajarkan secara intensif kepada siswa. Secara formal

materi bahasa diajarkan pada sekolah (program kurikuler), biasanya pembelajaran di

sekolah hanya sebatas pemberian materi grammar yang mesti dikuasai. Sedangkan

penerapan dari pengetahuannya ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari dengan

menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan pergaulan.

Selain itu, penggunaan bahasa dalam lingkungan asrama dan sekolah didukung pula

dengan program pendukung muhadtsah yaitu kegiatan menghafal mofradat sebagai

sarana pendukung penguasaan bahasa sehingga mampu berkomunikasi dengan baik.

Proses program muhadatsah di sekolah Al-Hidayah dimonitoring oleh kakak kelas

yang diberi kepercayaan oleh guru untuk memantau adik-adik kelasnya.

Untuk memperkokoh dalam menggunakan bahasa maka siswa juga diajarkan

menggunakan Bahasa Arab atau Inggris dalam kegiatan muhadharah. Siswa secara

bergantian 5 sampai 6 orang menyampaikan ceramah. Dalam seminggu kegiatan

muhadarah dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu malam jumat dan malam Minggu.

Kegiatan ini merupakan ekstra kurikuler yang rutin diselenggarakan untuk

mengembangkan kecakapan siswa dalam berbahasa. Penggunaan dua bahasa ini

diterapkan sesuai dengan visi dan misi sekolah secara disiplin jika tidak

menggunakan maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan sanksi yang sudah

disepakati.10

9 Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18

Februari 2013 di asrama putri. 10

Wawancara dengan Amshori Jayadi M.A, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor.

62

d) Olah Raga

Ektrakurikuler lainnya adalah olah raga. Ada beberapa cabang olah raga yang

diselenggarakan di sekolah Al-Hidayah Boarding School yaitu bela diri, futsal dan

volli. Pada pagi hari juga diselenggarakan olahraga untuk membentuk fisik yang

sehat pada siswa sehingga dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan

semangat tinggi.

Olah raga diadakan setiap selesai shalat ashar, pukul 15.30 sampai 17.00

tetapi olah raga yang seperti bela diri dijadwalkan pada waktu yang ditetapkan. Dan

hanya diikuti oleh siswa yang berminat saja.

Pada jam sekolah pelaksanaan olah raga secara bersama-sama antara siswa

dan siswinya. Berbeda pula ketika oleh raga pada saat setelah shalat subuh, selain

dilaksanakan secara terpisah, seluruh siswa diwajibkan memakai pakaian yang sopan.

Untuk laki-laki harus menggunakan celana dibawah lutut sesuai auratnya dan untuk

siswinya tetap memakai pakaian olah raga pantas yang menutup aurat dan tidak

memakai pakaian yang ketat yang memperlihatkan bentuk tubuh. Siswinya wajib

memakai pakaian yang longgar. Oleh karena itu nilai-nilai yang dapat diambil dari

olahraga adalah adab dalam berpakaian.

e) Seni

Ada tiga macam kegiatan seni yang masuk dalam ektrakurikuler yang

diselenggarakan di Al-Hidayah Boarding School yaitu rawi, nagham dan marawis.

kesemuanya termasuk dalam dalam menegakkan syiar Islam melalui pintu seni.

Rawi adalah membaca sejarah rasul yang bermanfaat untuk memberikan

pemahaman tentang perjuangan nabi dalam menegakkan nilai-nilai islam. Rawi ini

dibaca oleh siswa di masjid setelah menunaikan ibadah shalat Magrib. Secara

bergantian masing-masing siswa membacanya dengan nada indah.

Pada dasarnya kegiatan seni bertujuan untuk mengolah rasa dan hati siswa

untuk mempunyai kepekaan terhadap nilai-nilai seni. Penghargaan tersebut akan

membentuk siswa yang akan menghargai tradisi-tradisi yang lahir dari seni dan

mampu menariknya menjadi sikap yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari.

63

Di beberapa sekolah apresiasi seni masih sangat lemah karena terpaku bahwa seni

masih berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Akibatnya siswa tidak mampu berekspresi

nilai-nilai budayanya. Rawi dan Marawis adalah contoh bahwa dari rasa seni juga

mampu membentuk pribadi-pribadi fleksibel dan adaptif terhadap nilai budaya.

Selain itu, apresiasi ini juga bisa menekan aktifitas negatif dengan menyibukkan diri

pada nilai estetiknya.

Nagham adalah seni membaca al-quran dengan tajwid yang fasih dengan

nada. Belajar nagham ini dibimbing langsung oleh ustadz Umar Syarif pada malam

Minggu setelah Magrib. Ayat-ayat yang dipelajari ditetapkan langsung oleh ustadz

yang mengajar. Dengan adanya nagham tersebut, memberikan manfaat kepada siswa

untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan suara yang dimilikinya, agar dapat

diasah dengan baik untuk menciptakan suara yang bagus dalam membaca al-Qur’an.

Selain rawi dan naghom di Al-Hidayah Boarding School ada pula

ektrakurikuler marawis. Biasanya dibentuk beberapa siswa kemudian membentuk

satu kelompok dengan memegang masing-masing alat musik dan vokal.

Kegiatan ektrakurikuler ditengah jadwal yang sangat padat diselenggarakan

Al-Hidayah boarding school bertujuan untuk membentuk siswa yang kompeten.

Kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler tersebut mengisi kemampuan siswa pada tiga

ranah yang vital, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.11

Dengan kompetensi yang

dicapai diantaranya membentuk akhlak siswa yang sesuai dengan nilai-nilai islam,

mampu menghapal Al-Qur’an dan penguasaan bahasa asing dengan baik. Maka

jelaslah dari materi-materi yang diberikan sekolah Al-Hidayah mengarahkan siswa

menjadi manusia yang kaffah sesuai dengan visinya.12

11

Wawancara dengan Anshori jayadi M.A. adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School

Depok, Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor. 12

Terminologi manusia yang kaffah sering sekali dipakai untuk menggambarkan manusia

yang seutuhnya. Kaffah sendiri di dalam kamus munawir diartikan seluruhnya (tanpa terkecuali)

sehingga dapat dipahami manusia kaffah yang dikehendaki dalam visi tersebut ialah membentuk

manusia yang dapat menjawab setiap persoalan yang dihadapi baik itu pada bidang agama, begitu pula

dalam bidang hubungan kemasyarakat. Dalam bahasa yang lain, manusia kaffah juga bisa dipahami

dengan insan kamil.

64

Selain mengisi kemampuan pengetahuan HBS juga berkomitmen membantu

siswa dengan memberikan keterampilan-keterampilan psikomotorik sebagai bekal

pengalaman dan kemampuan praktis untuk menghadapi dunia kerja. Keterampilan ini

memberi manfaat besar bagi pengembangan skill siswa, bahkan tidak jarang

kemampuan ini jauh lebih membantu mereka bisa hidup dan bersosialisasi secara baik

dengan lingkungannya dibanding materi pelajaran lain.

Program-program ektrakurikuler turut membentuk kepribadian dan

perkembangan siswa sehingga mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya.

Maka program ektrakurikuler ini, selain bisa menanamkan sikap kemandirian,

kepedulian dan kedisiplinan juga mampu mengembangkan potensi-potensi

psikomotorik siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang ini dalam visi

HBS termasuk dari bagian pengembangan pendidikan life skill yang juga menjadi

fokus dari tujuan pendidikan di sekolah HBS ini.13

C. Peran dan Tanggungjawab Pengelola Boarding School dalam Pembinaan

Akhlak

Pesantren dan boarding school pada dasarnya sulit dibedakan. Hal tersebut

karena tradisi-tradisi pesantren sudah menjadi bagian penting dari keberadaan sekolah

umum yang berlatar belakang Barat seperti boarding school. Pada awalnya, seperti

yang ditulis Nurhayati Djamas14

bahwa sistem sekolah seperti boarding school

merupakan gabungan dari sekolah umum dan pondok pesantren. Maka

konsekuensinya kedua unsur inilah yang mewarnai tradisi yang ada di boarding

school yang marak sejak era 1990-an ini.

Dengan demikian dapat disimpulkan ada dua yang sangat mempengaruhi

pembentukan akhlak siswa. Keduanya yaitu guru dan sistem sekolah berasrama.

sistem sekolah berasrama dengan strategi pembiasaanya mampu membentuk sikap

13

Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012, lampiran visi

dan misi sekolah. 14

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo, 2009), h 157.

65

siswa sehingga diresapi menjadi akhlak. Begitu pula guru yang memberikan

pengayaan tauladan yang baik untuk dicontoh dan ditiru. Keduanya bila dikelola

dengan maksimal akan mengantar siswa pada akhlak mulia sesuai misi sekolah.

Sekolah HBS mempunyai tujuan pendidikan jangka panjang seperti yang

terdapat pada tujuan akhirnya yakni membentuk siswa yang berakhalak mulia. Dalam

rangka mencapai tujuan tersebut pihak sekolah sudah memberikan tugas kepada

masing-masing guru. Sedangkan pengasuh boarding mengontrol seluruh siswa

selama 24 jam dengan sistem pembagian otoritasya kepada guru-guru. Pola seperti ini

bisa juga dijumpai pada sekolah berbasis pesantren, namun tanggung jawab

institusional tetap berada pada pengasuh sekolah.

Sekolah HBS juga menerapkan hal yang sama seperti pesantren, setiap asrama

didampingi oleh seorang guru untuk memantau perkembangan-perkembangan siswa.

Di samping itu, pendamping juga bertugas memberikan arahan jika terdapat

kesalahan maupun tindakan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah. Guru

yang dibebankan mengasuh asrama juga mengajar di sekolah formal. Pemberian

wewenang dari pengasuh itu merupakan cara mengatur dan mengasuh siswa secara

sistematis.

Jika pada jam pelajaran formal guru mengajar sesuai dengan mata pelajaran

yang diampunya, maka diluar jam sekolah guru dengan intens memantau tingkah laku

siswa. Dan ini tugas yang dibebankan pada setiap guru Al-Hidayah Boarding School.

Tentu selain tugas-tugas yang lain seperti mendampingi anak didik di asrama,

mamantau setiap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.

Tujuan ini konsisten dijalankan oleh sekolah melalui berbagai media.

Tanggungjawabnya membentuk akhlak siswa diberikan dengan cara pembiasaan-

pembiasaan tanpa meninggalkan pantau secara langsung oleh pihak terkait seperti

guru, penjaga sekolah dan lain-lain. Kadang-kadang juga pentauan juga dapat

dilakukan oleh kakak kelas yang lebih tinggi untuk memberikan bantuan kepada adik

kelas jika terdapat kesulitan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh

pihak sekolah.

66

Pengelolaan semacam itu merupakan pengaruh dari pola pesantren yang pada

awalnya terdapat dalam sekolah HBS. Menurut Ansori Jayadi, transformasi tersebut

adalah usaha lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan

tuntutan zaman yang semakin meningkat. Atas dasar itu pula, HBS tentu tidak seperti

lembaga yang memang berdiri dengan boarding school karena HBS cikal bakalnya

tumbuh dari pesantren dan bertransformasi menjadi HBS.

Perubahan yang terdapat di lembaga pendidikan menjadi sekolah berasrama

HBS tidak serta merta meninggalkan kultur yang sudah tertanam di HBS, tradisi

seperti kedudukan kyai dalam pesantaren tetap terjaga. Hubungan antara kyai dan

siswa dapat terihat pada sisi peran dan tanggungjawab HBS terhadap siswa-siswanya.

Kyai tetap menempati kedudukan sentral dalam meninjau, mengasuh dan memonitor

setiap perilaku-perilaku siswa.15

Sebuah kultur yang tetap terjaga di Al-Hidayah Boarding School ini adalah

peran kyai sebagai simbol yang otoritatif dalam sebuah pesantren. Pada umumnya,

lembaga pendidikan islam seperti HBS menganggap penyelenggaraan pendidikan

sepenuhnya sangat tergantung pada sosok kyai. Posisinya sebagai pemimpin dan

pemilik HBS semakin memperkuat otoritasnya dalam menentukan kebijakan-

kebijakan strategis pesantren. Sumber otoritas itu pun menandakan bahwa

manajemen pondok pesantren harus bergantung pada ketokohan kyai. Otoritas itu pun

tidak dianggap melebihi wewenangnya sebagai pemimpin HBS, karena walaupun

pelaksanaan pada kebijakan-kebijakan sekolah bergantung pada kyai namun tetap

mengedepankan mekanisme yang biasa hidup dalam tradisi-tradisi pesantren seperti

musyawarah dan lain-lain. Hal-hal semacam ini meskipun tidak tercatat dalam tata

tertib dan menjadi ketentuan khusus namun ini selalu tetap tumbuh dan terjaga di

sekolah HBS ini. Ini menandakan bahwa HBS tetap berkomitmen menjaga nilai-nilai

15

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,

Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor.

67

yang telah dikembangkan dalam lingkungan pondok pesantren dan menerapkannya

ke dalam sekolah modern.

Pada sisi lain peran dan tanggungjawab lembaga juga bisa dilacak melalui

hubungan strategis kyai dalam membina perilaku dan akhlak siswa. Keduanya bisa

dilihat dari dua level, pertama pengelolaan yang bersifat kelembagaan dan tata tertib

sekolah biasanya dipantau langsung oleh pihak asrama atau guru pada level yang lain

bisa juga dilihat dari hubungan yang terbangun antara santri dan kyai. Hubungan

tersebut lebih bersifat unformal tidak seperti hubungan santri dengan pengelola

asrama lainnya.

Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi di pesantren tak terkecuali

pada sistem pengelolaannya tradisi seperti semacam ini tetap bertahan.

Kecenderungan yang terjadi di pesantren belakangan ini yang menganggap otoritas

tunggal kyai mulai berkurang tetap mengalami perubahan meskipun tidak seperti

yang dituduh Nurhayati, justru sejak berubah menjadi boarding school sekolah ini

juga tetap menjaga sumber otoritas utama kyai apalagi terkait dengan pembinaan

akhlak siswa. Tidak bisa dinapikan juga bahwa pengelolaan dan kelembagaan sekolah

telah banyak diserahkan kepada pihak-pihak guru yang dipercaya oleh kyai untuk

ditanganinya.

Transmisi nilai dalam membentuk peribadi yang berakhlak mulia dikemas

dengan baik oleh pihak sekolah. Di antara manifestasi tanggungjawab sekolah

tersebut direalisasikan dalam bentuk program-program yang ditawarkan untuk

membantu siswa mengembangkan kemampuan dan kecakapan-kecakapan lain seperti

afektif dan motoriknya.

D. Strategi dan Alat Pendidikan dalam Pembinaan Akhlak

Pesantren mempunyai cara sendiri ketika melakukan pembinaan akhlak siswa-

siswanya. Al-Hidayah Boarding School sebagai lembaga pendidikan islam yang

meneruskan tradisi-tradisi pesantren mempunyai kesamaan cara dalam melakukan

pembinaan akhlak. Pembinaan yang dilakukan didasarkan atas pandangan mereka

68

terhadap manusia. Pandangan tersebut akan mempengaruhi cara yang dipilih dalam

melakukan pembinaan secara islami.

Seperti yang umum ditemukan di pesantren, pembinaan akhlak anak dimulai

dari pembiasaan-pembiasaan aktifitas keagamaan. Kemudian diperkuat dengan

instrumen lain agar siswa bisa beradaptasi dengan etika yang dipegang teguh dan

terawat dalam tradisi sekolah. Begitu pula dengan sekolah Al-Hidayah Boarding

School, strategi pembinaan akhlak banyak bertumpu pada peran kyai dan guru–guru

sebagai tokoh dan teladan bagi sumber perilaku siswa.

Pada sekolah HBS, strategi pembinaan dilihat dari tiga tahapan. Setiap

tahapan mempunyai orientasi sendiri, sehingga pembinaan akhlak tidak dianggap

sikap yang datang dengan konstan tetapi melalui proses kemudian mengental menjadi

pandangan hidup yang membatin. Ada empat tahapan yang menjadi acuan pembinaan

di sekolah HBS, yakni tahap penyadaran, modelling, riyadhah dan pemantauan.

1. Penyadaran.

Tahapan pertama ini merupakan dasar bagi tahapan setelahnya karena dalam

tahapan penyadaran siswa dibekali dengan materi-materi dengan nilai baik dan buruk

dengan bersumber pada dasar-dasar Islam. Klasifikasi baik-buruk itu menggunakan

acuan nilai atau norma Islam dan tradisi yang ada di HBS. Tetapi sekolah HBS

menuangkan ukuran baik-buruk tersebut ke dalam aturan-aturan sekolah yang telah

ditetapkan. Ketetapan aturan-aturan tersebut bukan saja didasarkan pada nilai-nilai

Islami tetapi juga asas kepatutan. Aturan-aturan yang ditetapkan adalah ukuran untuk

menentukan apa yang menjadi kewajiban, larangan dan perintah sehingga apa pun

tindakan siswa harus sesuai dengan aturan sekolah. Aturan semacam ini menjadi

penyadaran bagi setiap siswa di sekolah HBS dan setiap siswa wajib mengetahui

aturan ketika memilih masuk di HBS.16

16

Sebelum mendaftar menjadi siswa, sekolah menawarkan aturan-aturan yang ditetapkan

sekolah yang mesti dipatuhi oleh siswa. Jika melanggar dari ketentuan tersebut maka aka nada sanksi.

Untuk memperkuat kesepakatan siswa dengan sekolah maka siswa harus menandatangi surat

pernyataan akan mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan sekolah. Wawancara dengan Ansori

Jayadi, 14 Februari 2013 ruang kantor.

69

Penyadaran pada tingkat yang lain juga diperkuat dengan pengajaran-

pengajaran materi tentang keislaman khususnya yang berkaitan dengan akhlak.

Pemberian materi di sini sebenarnya ada dua macam, pertama materi yang dijelaskan

melalui jam pelajaran pada sekolah formal lalu yang tidak bisa ditinggal adalah

pemberian materi oleh kyai atau dewan guru. Yang terdapat di sekolah HBS, setiap

malam setelah selesai menunaikan shalat Isya, kyai selalu memberikan tausiyahnya

kepada siswa. Tausiyah kyai berisi nasehat-nasehat tentang akhlak dan anjuran kyai

untuk selalu berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan. Bukan hanya itu, kyai pun

selalu mengingatkan siswa tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa agar

tidak mengulanginya lagi. Terkadang kalau kesalahan sudah masuk dalam kategori

larangan-larangan di sekolah dewan guru atau pengasuh asrama akan memberikan

sanksi sesuai dengan ketentuan dan tingkat kesalahannya.

2. Modelling

Pada umumnya siswa lebih mudah menerima materi pelajaran dan pola tingkah

laku yang langsung dipraktikkan oleh guru dan dewan pengasuh untuk ditiru.

Karenanya sangat diperlukan guru-guru yang mempunyai etika yang baik sehingga

proses tranmisi nilai kepada siswa lebih cepat dan efektif. Modelling atau

percontohan adalah pemberian contoh yang baik oleh guru untuk kemudian ditiru

oleh siswa-siswanya.

Guru merupakan sumber utama tuntunan bagi siswa, selain sebagai mitra dalam

pembelajaran guru juga mengemban tugas yakni membentuk akhlak siswa. Dengan

demikian siswa perlu menghadirkan guru yang berkualitas dan bertingkah laku baik

sesuai dengan tuntutannya sebagai pengajar sehingga tingkah laku yang baik itu pula

bisa ditularkan pada siswanya.

Ada banyak kegiatan yang diselenggarakan pihak sekolah untuk memberikan

contoh pada siswanya. Hal yang paling sederhana dapat dijumpai ketika melakukan

shalat jamaah lima waktu di mesjid yang dijalankan tidak hanya oleh siswa tetapi

guru juga ikut terlibat dalam kegiatan. Guru menjadi imam dalam pelaksanaan shalat

jamaah, untuk menularkan kemampuan dan tingkah laku tersebut guru sering sekali

70

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran sebagai imam atau

muazin dalam pelaksanaan shalat.

Selain itu, dalam shalat malam qiamul lail guru terlibat langsung menjadi imam

dan memberi tausiyah tentang keutamaan shalat malam. Dan itu menjadi agenda rutin

setiap guru di sekolah hidayah. Selain shalat malam, guru dan pengasuh juga

mengimami shalat duha. Tauladan ini kemudian menular dengan sendirinya kepada

siswa sehingga menjadi amalan rutinitas melalui pembiasaan-pembiasaan.

Keterlibatan secara langsung dewan guru dalam amalan pada awalnya memang

dibentuk oleh hubungan yang erat antara keduanya. Siswa memosisikan guru sebagai

tauladan dikerenakan keterlibatannya secara nyata bukan sebatas memberi

pengetahuan tentang norma lalu diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pola demikian

sangat efektif membentuk akhlak siswa karena mensyaratkan kedekatan antara siswa

dan pengajar. Guru dijadikan sebagai sumber utama sebagai tauladan bagi siswa.

Komitmennya mengajar dan memberi contoh yang baik juga bisa terlihat pada

kegiatan sehari-hari. Di beberapa kegiatan ektrakurikuler misalnya guru selalu

memosisikan dirinya sebagai mitra yang baik dalam pengembangan akhlak. Tahfiz

Al-Quran yang sejatinya program siswa tetapi guru juga diwajibkan menghafal surat-

surat yang ditentukan agar mampu menekan motivasi kepada siswa. Selain itu, dalam

doktrin akhlak tersebut guru adalah manifestasikan dari pengetahuan itu sendiri

sehingga posisinya selalu diteladani karena jika siswa bertindak keluar dari apa yang

dicontohkan guru akan menghilangkan berkah dari pengatahuan yang diajarkan

kepada siswa. sehingga hubungan demikan akan memperkuat posisi guru sebagai

teladan bagi semua siswa.

3. Riyadhah

Tahapan ini adalah latihan melakukan kegiatan atau ritual keagamaan agar bisa

menjadi tradisi dalam pribadi-pribadi siswa. Dalam arti yang sederhana riyadhah

merupakan upaya pembiasaan tanpa harus dikontrol oleh guru atau pembimbing

asrama dan pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.

71

Riyadhah juga bisa diartikan upaya melatih dirinya berbuat baik dengan cara

berusaha memahami perbuatan yang dilakukannya, berbuat dengan sikap yang ikhlas,

tidak tercampur dengan sikap riya’ dan memperbanyak melakukan kebenaran dalam

pergaulan, baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia maupun terhadap

lingkungan hidupnya. Riyadhah juga bisa dipahami dengan selalu tetap

berkonsentrasi terhadap Allah ketika melaksanakan suatu perkataan baik, sehingga

tidak dipengaruhi lagi oleh lingkungan. Penglihatan dan pendengarannya tidak

dipengaruhi oleh sesuatu di sekelilingnya kecuali bertindak sesuai dengan tuntunan

hati.

Akhlak seperti dalam pengertian awal merupakan hasil dari pembiasaan yang

terus menerus dilakukan oleh siswa. Latihan-latihan adalah langkah setelah siswa

sudah mempunyai standar pengetahuan tentang nilai-nilai yang harus menjadi

panduan mereka dalam bertingkah laku. Langkah selanjutnya adalah

mengaktualisasikan diri dengan mengatur segala tindakan melalui aturan-aturan yang

disepakati bersama siswa. Aturan itu kemudian dijalankan dengan kontinu sehingga

sampai pada sikap yang kita beri nama akhlak.

Tahapan Riyadhah ini akan memacu intensitas pengamalan nilai-nilai yan telah

diajarkan sehingga membentuk akhlak mulia. Perilaku tanpa pertimbangan untuk

melakukannya, seperti yang dijelaskan Abuddin Nata adalah akhlak. Dan sekolah

HBS melakukan pembiasaan tersebut dengan mengembangkannya menjadi rutinitas

sehingga bisa teraplikasi dengan baik dalam sikap keseharian. Anjuran utama melalui

riyadah yang tampak cukup jelas di HBS adalah qiyamul lail, puasa senin-kamis,

bahkan ada yang melakukan puasa daud. Dari pembiasaan-pembiasaan seperti inilah

kemudian terpatri dalam sikap keseharian yang tidak memerluka pikiran dan

prtimbangan untuk melakukaknya lagi. Pada titik inilah yang pembiasaan itu sudah

menjadi akhlak baik bagi siswa.

Metode riyadhah ini memberikan penghayatan mendalam dalam ritual

keagamaan. Latihan dengan menggunakan langkah pembiasaan sangat membantu

siswa melaksanakan tingkah laku sesuai anjuran. Hasil dari pembiasaan itu sangat

72

dirasakan oleh siswa. Shalat malam, pada awalnya dikerjakan dengan sangat susah

tetapi dengan sendirinya membentuk akhlak siswa tanpa sadar. Hanya saja

dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam upaya pembiasaan tersebut disamping

bimbingan yang intens oleh pihak sekolah.

Terkait dengan pembiasaan yang disebutkan di atas, sekolah melatih sikap itu

melalui shalat berjamaah. Model pembiasaan ini dalam islam akan mengikat secara

batiniyah sehingga ketika meninggalkan atau bersikap berlawanan dengan nilai yang

di lingkungannya maka mereka akan merasa teralienasi dari diri dan lingkungannya.

Argumentasi yang lebih mendalam juga pernah diungkapkan Al-Ghazali bahwa

akhlak mulia itu terbentuk melalui pembiasaan sehingga itu menjadi tabiat dan

termanifestasi ke dalam perilaku baik lainnya. Berikut ini kutipannya :

Demikian pula bagi orang yang menginginkan dirinya berhasil berbudi

pekerti tawadhu’ (tidak congkak) dan ia telah dikuasai oleh sikap takabur.

Maka jalannya adalah dia harus membiasakan melakukan perbuatan-

perbuatan orang tawadhu’ dalam waktu yang lama. Ia harus memaksakan

dirinya pada yang demikian dan membebaninya sehingga yang demikian

menjadi budi pekerti dan tabiat baginya. Kemudian mudahlah melakukan

baginya.17

Ketiga tahapan tersebut di atas dalam praktiknya sangat membantu untuk

melakukan pembinaan akhlak siswa. Tahapan ketiga membentuk satu kesatuan yang

komplementer membentuk akhlak siswa karena seperti dijelaskan pada bagian awal

bahwa ketiganya punya kecenderungan yang saling menguatkan. Tahapan awal

sebagai pengenalan nilai melalui materi pelajaran sehingga mempunyai kecakapan

dalam mengenal ―baik-buruk‖ sesuai ukuran islam. Tanpa pengenalan awal pada

tahap penyadaran tentu tidak akan mungkin masuk ke tahap selanjutnya. Karena

tahapan kedua dan ketiga adalah realisasi dari pemahaman tentang nilai pada tahapan

awal.

17

Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, terjemahan (Semarang: As-syifa, 1994) cetakan I,

Juz V.

73

Tahapan-tahapan ini menurut Ansori Jayadi berhasil membentuk kepribadian

siswa di Al-Hidayah Boarding School. Keberhasilan ini dapat diamati melalui

perubahan-perubahan siswa yang sudah pernah menetap di sekolah.

Sebelum melakukan tindakan seorang harus mengenal nilai baik dan

buruk, lalu bisa menentukan dan melaksanakan nilai tersebut dalam

kesehariannya. Tahapan-tahapan pembinaan akhlak seperti ini sangat

membantu membentuk peribadi siswa. Dan kita bisa menyaksikan

perubahan sikap siswa bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai tersebut

dengan baik.18

Aspek lain yang bisa dirasakan secara langsung adalah tingkah lakunya sesama

teman. Saling menolong kalau dalam kesusahan, dan sifat seperti ini tidak tumbuh

begitu saja dalam pribadi siswa tetapi melalui proses yang disebut dengan kesadaran

dan riyadhah. Latihan-latihan inilah yang kemudian mengental memebentuk pribadi

yang baik dan diterima dalam lingkungan sosial.19

Selain itu, keberhasilan dalam membentuk akhlak siswa juga bisa dilihat dari

tingkah lakunya terhadap kedua orang tua, guru atau orang yang lebih tua.

Penghormatan siswa HBS dibanding siswa lain tentu akan berbeda. Siswa dalam

praktiknya yang dapat dilihat misalnya degan mencium tangan orang yang lebih tua

ketika bersalaman sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua.

Melaksanakan shalat secara berjamaah meskipun tanpa disuruh dan dipantau oleh

pembimbing. Artinya, penerapan pengetahuannya tentang agama sudah masuk dalam

kategori akhlak karena sudah mampu melakukannya tanpa memerlukan

pertimbangan dan perintah. Hal semacam ini meskipun sulit diukur dalam bentuk

angka-angka tetapi sudah menjadi tradisi dalam sekolah HBS dan bisa dilat melalui

observasi. Inilah yang membedakan dengan sekolah-sekolah umum biasa yang tidak

18

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,

Depok, Senin, 4 Februari 2013. 19

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,

Depok, Senin, 4 Februari 2013.

74

memakai sistem berasrama karena tidak terlatih dan terbiasa dengan kegiatan-

kegiatan seperti ini.

Pada sisi akhlak sosial siswa HBS juga lebih menonjol dibanding yang lain.

Pembekalan kecakapan psikomotorik mampu membuat mereka lebih mandiri dan

bertanggungjawab kepada diri sendiri.20

Kemandirian itu terbukti dengan beberapa

alumninya yang menekuni dunia usaha seperti menjahit, dan lain-lain. Dalam bahasa

sederhana pembentukan akhalak baik itu secara hubungan dengan manusia maupun

hubungan dengan Tuhan yang diterapkan di sekolah Hidayah Boarding School dapat

digolong berhasil.

Dapat dimengerti bahwa cara-cara pembinaan yang ditempuh oleh sekolah Al-

Hidayah Boarding School mengadopsi dari cara yang dianjurkan oleh Imam Ghazali

dalam kitabnya Minhajul ‘abidin. Menurut penulis, ada kesamaan langkah apa yang

diterapkan di sekolah dengan apa yang ditulis oleh Al-Ghazali di dalam bukunya21

.

Misalnya, ‘uqbatu ilmi mempunyai kesamaan dengan jalan penyadaran akan nilai

baik dan buruk, begitu pula pada tahapan selanjutanya seperti anjuran penyucian jiwa

untuk meningkatkan intensitas perilaku baik.

4. Pantauan

Setelah melalui tahapan-tahapan awal tadi yang penting juga adalah pantauan

dari guru, pembina asrama atau pengasuh sekolah. Sekolah boarding school

melakukan kontrolnya melalui mekanisme pentapan aturan-aturan untuk menilai

sejauhmana perkembangan pembinaan akhlak efektif dijalankan.

Langkah yang dilakukan pihak sekolah selain mengukur capaian melalui

aturan-aturan juga memberikan nasehat secara kontinu agar siswa selalu konsisten

dengan komitmennya untuk menjalankan nilai-nilai yang harus dilakukan oleh siswa.

Pemberian nasehat oleh pengasuh disampaikan setiap selesai melakukan shalat.

20

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,

Depok, Senin, 4 Februari 2013. 21

Dalam buku ini, Imam Ghazali menganjurkan untuk mengetahui tentang nilai-nilai serta

instrument lain yang harus dimiliki. Dalam arti lain adalah menganjurkan penguasaan ilmu seperti

perihal yang berkaitan dengan kwajiban syariat. Lihat Imam Al-Ghazali, Minhajjul ‘Abidin, (Thoha

Putra: Semarang) h. 6.

75

Peran guru dan pengasuh untuk memonitoring perilaku siswa adalah tugas

mutlak karena kontrol secara langsung akan membantu guru untuk memetakan

persoalan yang terdapat pada siswa dan membaca kecenderungan siswanya. Guru

sebagai pemegang otoritas tertinggi juga tidak berhenti pada pengawasan saja tetapi

menjalankan sanksi-sanksi yang disepakati dengan siswa jika terdapat pelanggaran.

Sanksi yang terdapat pada sekolah HBS juga sangat beragam diukur sesuai

dengan tingkat kesalahan yang dilanggar. Bagi siswa yang kabur dari asrama tanpa

izin dari pengasuh akan dicukur licin (botak). Jika tidak mencapai target hapalan

quran dengan surat-surat yang lain. Selain itu siswa tidak diizinkan pulang pada saat

libur seperti libur puasa.

Pada dasarnya sanksi yang ada di sekolah HBS menekan kesadaran siswa untuk

berperilaku sesuai keinginan sekolah, melatih kedisiplinan. Hal ini tergambar pada

poin-poin sanksi yang dicantum, di mana sanksi mental untuk melatih kesadaran

lebih diutamakan dibanding sanksi fisik yang cenderung tidak efektif melatih

kesadaran siswa.

E. Sikap dan Perilaku Siswa manifestasi Pembinaan Akhlak

Program-program pendidikan di sekolah dan di asrama adalah bagian dari

proses pembentukan akhlak yang menjadi target yang ingin dicapai sekolah. Proses

pendidikan tersebut harus diukur melalui manifestasi sikap yang ditanamkan selama

berproses di sekolah maupun di asrama. Salah satu parameternya untuk mengukur

keberhasilan pembinaan akhlak melalui boarding school maka dapat dilihat dari dua

elemen. Pertama ukurannya dapat ditinjau dari akhlak siswa secara vertikal terhadap

sang pencipta sedangkan yang lain yang juga tidak bisa lepas dari penilaian kita

adalah akhlak siswa terhadap lingkungannya (akhlak sosial). Kedua cara ini

setidaknya mampu menjelaskan apakah terdapat perkembangan pada siswa pasca

pembinaan atau tidak.

Elemen pertamanya adalah akhlak siswa kepada Tuhannya. Untuk mengukur

perkembangan ini, umumnya hanya bisa dilihat dari perilaku siswa dalam ubudiyah-

76

nya. Diantaranya manifestasi sikap akhlak itu misalnya bisa terlihat pada tingkat

amaliahnya seperti melakukan shalat berjamaah, berpuasa senin-kamis, melakukan

wirid-wirid yang ma’tsurat.22

Ritual keagamaan—zikir, dirosat kitab, rawi dan lainnya—merupakan

manifestasi sikap ketakwaan siswa kepada penciptanya. Kegiatan keagaaman

mendorong siswa bersikap sesuai dengan ajaran, hal itu bisa tercermin pada

intensitasnya melaksanakan shalat karena merasa hal tersebut merupakan

kewajibannya sebagai makhluk. Meningkatnya amal ubudiyah itu salah satunya

memang disebabkan karena pengetahuan mereka dibidang agama juga meningkat.

Sehingga mampu membentuk kebiasaan yang tanpa paksaan dari Pembina asrama

dan pengasuh sekolah, pada tahap inilah kesadaran itu menjadi akhlak karena bisa

dilakukan dengan spontan tanpa pengawasan sekali pun. Sikap itu kemudian tertuang

pada tindakan untuk melakukan dan menunaikan ibadah-ibadah syar’i serta

menunjukkan bahwa terdapat kesadaran siswa untuk menunaikan ibadah sebagai

manifestasi ketakwaannya. Ini merupakan bentuk dari manifestasi pembinaan akhlak

yang selalu diajarkan oleh sekolah kepada seluruh siswa. Sebenarnya, sikap-sikap

semacam ini bukan saja menyentuh pada pengetahuan mereka tentang bagaimana

menjadi hamba Tuhan yang baik, tetapi harus menyentuh pada tindakan dan sikap

secara amali.

Kedua akhlak sosial. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang

membutuhkan lembaga-lembaga sosial agar bisa mengembangkan diri. Untuk bergaul

dalam sebuah lingkungan membutuhkan kecakapan sosial yang tinggi, mengerti etika

22 Parameter yang digunakan untuk mengukur capaian pembinaan akhlak dalam karya ilmiah ini

menggunakan data afektif siswa yang terdapat pada buku raport dan absensi kegiatan. Berdasarkan

nilai afektif dalam bentuk angka berkisar 98 persen dalam kategori baik. sedangkan ukuran yang

digunakan melalui absensi kegiatan juga sangat baik Karena disetiap absensi kegiatan yang

berhualangan relative tidak ada, kalau pun ada itu adalah siswa yang berhalangan keras. Begitu pula

jika diukur melalui aturan yang ditetapkan menurut Ansori Jayadi tidak ada pelanggaran berat yang

dilanggar siswa semenjak 2013 ini. Data ini menjelaskan bahwa intensitas yang ada dalam setiap even

atau laporan-laporan yang tersedia menunjukkan bahwa pembentukan akhlak melalui boarding school

sangat baik karena mendapat control ektra dari guru dan pengasuh sekolah. Wawancara dengan Ansori

Jaya, Depok 14 Februari 2013.

77

dan batas kepatutan dalam lingkungannya agar bisa diterima dalam lingkungan

tersebut. Kecakapan sosial seperti ini juga tidak lepas dari perhatian sekolah sebagai

pengembang kepribadian siswa. Sekolah menyiapkan model pembinaan dan tujuan

khusus untuk mengembangkan akhlak sosial ini. Akhlak sosial menurut sekolah HBS

lebih bertumpu pada nilai-nilai yang membuat mereka bisa bersosialisasi dengan baik

di lingkungannya.23

Motifnya pun bukan pada hitungan pahala seperti ritual ubudiyah

tetapi pada kapatutan sikap di depan masyarakat sehingga mereka bisa diterima

dengan baik di lingkungannya.

Nilai-nilai yang dikembangkan sekolah untuk menanamkan kesadaran sosial itu

diantaranya sikap tanggungjawab. Sekolah melatih agar bertanggungjawab minimal

kepada dirinya sendiri. Penanaman kesadaran tentang tanggungjawab ini benar-benar

dilatih melalui program-program ekstrakurikuler atau pun keagamaan. Dalam ekstra

kurikuler misalnya kegiatan seperti Pramuka melatih siswa bertanggungjawab

terhadap apa yang mereka lakukan. Jika dianggap melanggar maka konsekuensi

hukumannya harus mereka terima sebagai tanggungjawab dan cara mengakui

kesalahannya.

Selain itu, sekolah selalu menanamkan sikap kasih-mengasihi antara sesama

teman. Dalam bentuk nyatanya, sikap ini bisa dilihat pada kepedulian siswa ketika

teman-temannya sedang mengalami kesusahan. Ketika ada yang sakit, teman

seasrama dengan baik merawat dan menjaganya.24

Dalam kondisi yang jauh dari

orang tua, mendorong mereka untuk saling peduli dan saling mengasihi, sikap

semacam ini sangat kental dan sangat menjiwai siswa-siswa di Al-Hidayah Boarding

School. Ini hanya satu elemen saja dari wujud dari pembinaan akhlak yag dilakukan

oleh sekolah dan dirasakan oleh siswa. Wujud yang lain juga bisa dilihat dari

kemandirian siswa. Semua aktifitas di sekolah dikerjakan dengan sendiri, mulai dari

23

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,

Depok, Senin, 20 Februari 2013 24

Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Senin 18 Februari

2013.

78

hal-hal kecil seperti menyiapkan buku pelajaran ketika handak sekolah sampai ke hal

yang besar, semuanya dilakukan secara mandiri.

Semua sikap-sikap itu lebih pada pengembangan pribadi—dalam bahasa HBS

akhlak sosial—agar kelak ketika mereka terjun ke dunia yang nyata seperti dalam

kehidupan masyarakat mereka benar-benar siap. Kecakapan akhlak sosial yang

diterapkan pada sekolah adalah bentuk dari komitmen sekolah menyiapkan generasi-

generasi yang kuat dan mampu menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan nyata.

F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Akhlak

Akhlak menempati target tertinggi dan menjadi tujuan akhir dari pendidikan di

Al-Hidayah Boarding School. Target pendidikan untuk membentuk kepribadian

siswa sesuai dengan nilai-nilai islam itu juga sesuai dengan misi Rasulullah SAW.

انما بعثت التمم مكارم االخالق

Artinya : Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.

(H.R. Ahmad)25

Dalam rangka mewujudkan target besar tersebut program-program yang sudah

dicanangkan terkadang juga mengalami kebuntuan dan hambatan.26

Hambatan besar

dari kegiatan pembentukan kepribadian itu bisa terdapat dari sistem program yang

belum bisa bekerja maksimal memantau perkembangan siswa, pada sisi yang lain

juga bisa terdapat dari individu siswa sendiri. Akan tetapi secara global akhlak siswa

termasuk dalam kategori baik karena tidak ada pelanggaran keras yang dilakukan

siswa HBS.27

25

Moh. Ardani, op.cit., h. 26 26

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,

Depok, Senin, 4 Februari 2013. 27

Ukuran ini mengacu pada peraturan-peraturan siswa. Menurut kepala sekolah HBS tidak

ditemukan siswa-siswa yang melanggar larangan-larangan keras yang sudah ditetapkan sekolah.

79

Faktor penghambat proses pembinaan akhlak di sekolah HBS adalah

keragaman karakteristik siswa yang mempunyai kecenderungan sendiri-sendiri,

datang dari berbagai latar belakang keluarga. Mengelola emosional siswa yang

beragam tersebut memerlukan perhatian dan perlakuan khusus untuk bisa

mengakomodir kecenderungan mereka. Pengelolaan itu sering terabaikan karena

jumlah guru yang berada di sekolah yang tidak berimbang dengan siswa yang

ditampung. Akibatnya, banyak mereka yang menyangkal perintah-perintah dari guru

yang seharusnya menjadi agenda hariannya seperti menghafal Al-Qur’an, shalat

berjamaah dan rutinitas lainnya. Pengabaian ini tentu menjadi penghambat bagi

proses pembiasaan siswa untuk selalu menjalankan perintah dan aturan-aturan yang

sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Padahal pembiasaan merupakan alat bagi

sekolah untuk menanamkan nilai-nilai islam kepada para siswa. Kasus seperti ini

biasanya terjadi pada siswa baru yang belum mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan barunya.

Namun pihak sekolah selalu mencari jalan untuk penyelesaian itu dengan

menambah intensitas guru-guru memantau siswa di asrama, terutama pada awal-awal

tahun ajaran baru.

Selain itu pula, tidak bisa dinapikan faktor penghambat juga terdapat pada

institusi sekolah atau guru itu sendiri. Seperti sistem pengelolaan yang ditawarkan

pihak sekolah yang intensitasnya sangat terbatas, sehingga rasio guru yang menjadi

pemantau siswa di asrama tidak sebanding dengan jumlah siswa. Dampaknya banyak

perilaku-perilaku siswa yang lepas dai pantauan guru dan pengawas asrama.

Sedangkan pada dimensi lain, proses pembentukan akhlak siswa melalui sistem

sekolah berasrama sangat beragam pula. Hal utama yang membantu proses

pembentukan sikap siswa ialah lingkungan sekolah yang mendukung terbentuknya

siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan tujuan

pendidikan di HBS. Lingkungan berasrama jauh berbeda dengan sekolah biasa yang

Sejauh ini, parameter yang untuk mengukur capaian-capaian yang dicanangkan selalu mengacu pada

aturan-aturan siswa. Hasil wawancara bersama kepala sekolah HBS, Jayadi Ansori 2013

80

hanya menghabiskan aktu sekitar 7 sampai 8 jam sehari. Sekolah berasrama seperti

HBS adalah sistem sekolah 24 jam. Selama waktu itu pula proses pembelajaran

bukan saja dalam bentuk materi diajarkan kepada siswa-siswa tetapi juga

keteladanan. Intensitas waktu yang panjang akan sangat membantu sekolah

menghasilkan siswa-siswa berkualitas bukan hanya dibidang psikomotorik tetapi juga

menjadi alat ampuh membentuk kepribadian siswa (afektif).

Hal lain yang menjadi unggulan sekolah berasarama dalam membentuk akhlak

siswa adalah aturan-aturan sekolah secara rinci. Peraturan-peraturan yang ditetapkan

akan melatih dan terus memantau perkembangan siswa dengan segala bentuk

penyimpangannya. Jika terdapat pelanggaran-pelanggaran maka akan diberikan

sanksi sesuai dengan kesalahan. Model aturan ini sangat positif untuk membangun

kesadaran siswa sehingga pembiasaan melalui aturan-aturan tersebut mampu

membentuk akhlak sesuai dengan capaian-capaian yang telah tertulis dalam tujuan

pendidikan.

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari ulasan mengenai pembinaan akhlak di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa di MTs AL-Hidayah Boarding School Depok terdapat dua bentuk program

pembinaan akhlak yaitu melalui program kurikuler dan ekstrakurikuler. Adapun

program kurikuler memberi pengetahuan dan kecerdasan siswa dalam bentuk

pengetahuan materi-materi. Sedangkan program ekstrakurikuler berorientasi

membentuk kecakapan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya.

Yang memegang peran sentral dalam melaksanakan pembinaan akhlak adalah

pengasuh sekolah untuk memonitoring setiap aktivitas siswa 24 jam, begitu pula

guru/pengurus dengan rutin memantau perkembangan siswa. Untuk mewujudkan

akhlak mulia, Al-Hidayah Boarding School menggunakan empat tahap strategi yaitu,

pertama Penyadaran—pengisian materi tentang akhlak, pertimbangan baik dan

buruk—kemudian kedua Modelling yakni pemberian contoh yang baik, ketiga

Riyadhah yaitu latihan untuk meningkatkan intensitas amaliyah serta yang keempat

Pantauan yaitu melakukan kontrol terhadap siswa dibantu dengan peraturan-peraturan

dan sanksi yang sudah ditetapkan. Empat tahapan ini menggunakan beberapa strategi

82

acak seperti strategi pembiasaan dan teladan yang diberikan oleh guru dalam bentuk

mencontohkan akhlak yang baik terhadap siswanya.

Wujud perilaku siswa Al-Hidayah Boarding School masuk dalam kategori

baik. Manfestasinya dapat dilihat dari indikasi perilaku siswa seperti tidak pernah

terjadi tawuran antar siswa atau antar sekolah yang melibatkan sekolah Al-Hidayah

Boarding School dan tidak melanggar syariat agama. Intensitas kegiatan-kegiatan

keagamaan sesuai absensi juga sangat rajin, ini menunjukkan bahwa perilaku siswa di

sekolah HBS cukup baik. Akan tetapi terdapat dua faktor yang menghambat

pembinaan akhlak di HBS, Pertama minimnya guru dan pengasuh yang menetap di

asrama membuat pembinaan akhlak di asrama tidak terkontrol dengan baik. Kedua

karakteristik siswa dengan latarbelakang yang beragam turut penghambat proses

pembinaan akhlak.

B. Kritik dan Saran

Mengingat lembaga pendidikan sebagai lembaga penyemaian nilai-nilai

kehidupan maka penting untuk memberi saran sebagai bahan koreksi atas kelemahan-

kelamahan yang terdapat di sekolah MTs Al-Hidayah Boarding School, antara lain:

1. Menurut pengamatan peneliti, muatan kurikulum di sekolah Al-Hidayah

Boarding School sangat padat sarat muatan akademik sehingga

mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Harus ada pengurangan muatan

kurikulum sehingga terbangun model pembelajaran praktis dan aplikatif dan

menyenangkan tanpa harus bergelut dengan kepadatan kurikulum yang

terkadang tidak membantu mengembangkan kecakapan-kecakapan siswa.

2. Sebagian besar guru yang mengajar di sekolah Al-Hidayah Boarding School

menetap di luar lingkungan sekolah akibatnya banyak siswa yang tidak

terpantau dengan baik perkembangan akhlaknya. Untuk itu, harus ada

kebijakan strategis menanggulangi persoalan tersebut agar proses

pembinaan dan bimbingan yang lebih maksimal dapat diberikan oleh pihak

sekolah kepada siswa-siswanya.

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Amzah,

2007

Anis,Ibrahimm Al-Mu’jam al-Wasith, Mesir: Darul Ma’arif, 1972

Alim, Muhammad, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011

Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999)

An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani, 1995)

Abd A’la, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006)

Ali, Atabik & Zuhdi Mudlor, Ahmadm Kamus Kontemporer Al-Asri, Yogyakarta:

Multi Karya Grafika, 1996

Al Aziz S. dan Saifulloh.Moh, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Terbit

Terang, 1998

Alwan, Abdullah, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Beirut: Dar-al-Salam, 1978

A.S, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo, 2003

Azra, Azymardi, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi

Jakarta: Logos, 2003

Bin Nashir As-Sa’di Abdurrahman, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99

Hadits Pilihan, Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Malang: Cahaya

Tauhid Press, 2006

Bahri Djamarah, Saiful, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

BP4 Pusat, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: TT, 1984

Djamasm Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,

Jakarta: Rajawali,Pers, 2009

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2005

84

Daud, Ali Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Uin

Syarif Hidayatullah, 2011

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005

Hamid, Yunus Abd., Da’irah al-Ma’arif, II, Cairo: Asy’syab, t.t

Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan, 1987

_____________, Ihya’ ‘Ulumuddin terjemahan As-syifa: Semarang, 1994 Juz V

_____________, Ihya’ Ulum al-Din, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 2002, juz III

____________, terjemahan Ta’limul muta’allim: Bimbingan bagi Penuntut Ilmu

Pengetahuan Kudus: Menara Kudus, 2007

_____________, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002

Ibnu Al-Jauzi, Abdurrahman Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asy’ari Khatib,

Jakarta: Zaman, 2010

J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1997

Mustafa,Ibrahim, dkk., Al-Mu’jam al-Wasîth,Istanbul: Al-Da’wah,, TT

MZ,Labib, Memahami Ajaran Tasawuf,Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

__________, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2001

85

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999

Sarbini, Pendidikan Kepatuhan Anak, http://www.slideshare.net/iniabras/pembinaan-

kepatuhan-peserta-didik-di-sekolah. Diakses 20 Januari 2013 pukul 22.30.

Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006

Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989

Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Jakarta: UIN Press,

2009

Suyuti,Achmad Percik-Percik Kesufian, Jakarta: Pustaka Amani, 2006

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Profil sekolah Al-Hidayah Boarding School HBS dan hasil

Qomar, Mujamil, Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, Jakarta: Erlangga, 2006

Wawancara bersama Esalaila (Pembina asrama), pada hari Rabu, 20 februari 2013

Wawancara dengan kepala sekolah, Ansori Jayadi, pada hari Kamis 14 Februari

2013.

Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa

12 Februari 2013

Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin,

11 Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri

Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus

Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013

Maknun, Jonar, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School

berbasis keunggulan lokal, Pdf, JPTA FPTK UPI

Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru

(http://fidela19salju.blogspot.com/), (Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul:

19:35).

86

Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012,

lampiran visi dan misi sekolah.

http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/

http://alfinasj.blogspot.com/2012/01/tawuran-pelajar.html

GEDUNG AL-HIDAYAH BOARDING SCHOOL

(KANTOR-KELAS-ASRAMA PUTRA)

GEDUNG AL-HIDAYAH BOARDING SCHOOL

(ASRAMA PUTRI)

Muhadatsah

Muhadhoroh

Olah Raga

Marawis

sr l.,rl : .;

Nomor : Un.01/F.1/KM.01 .3/. . . . . . . .12012L a m p . : -Hal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.

Ibr"r Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh, M.APembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.

Jakarta. 22 Maret 2012

Assalamu' alaikum wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama

NIM

Jurusan

Semester

Judul Skripsi

Mira Humairoh

10801 I 000147

PAI

VIII (Delapan)

PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING

SCHOOL (Study Kasus di Mts Al-Hidayah Boarding School Depok)

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal22 Maret 2012,abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judultersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungiJurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s al amu' al aikum wr.w b.

ikan Aeama Islam

.Agr99803 l 002

Tembusan:l. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs,

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 CiDutat 1 5412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revis i : : 01Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

I) , .I

;

fuo'

Nomor : Un.01/F.1/KM.O1 .Stlg-6a.ndlzLamp. : Ouiline/proposal

Hal : Permohonan lzin penelit ian

Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 25 September 2012

Kepada Yth.

[epala Sekolah MTs Al-Hidayah Boarding Schoot DepokDiTempat

Assal am u'al ai ku m wr.wb.Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama : Mira KhumairohNIM : 10801 1OOO147Jurusan : Pendidikan Agama lslam (pAl)Semester : lX (Sembilan)

Judul skripsi : "PEMBENTUKAN AKHLAK sISwA MELALUI PROGRAMBOARDING scHool, (studi kasus di Mts Al-Hidayah Boarding schoolDepok)"

adalah benar mahasiswa/i Fakultas l lmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penerit ian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelit ian dimaksud

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalam u' al ai ku m wr.wb.ERlal#. - " 9 1

ikan Aganra lslanr

.Ag199803 I 002

KEMENTENIAN NGEIVINUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 s412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : rtfxFn-Axboe2tg t . rerbt t : .1 Maret 2010

SURAT PERMOHONANIZIN PENELITIAN

''1,.IIl

l*l

cr,.>*.^,Y I qt-e+J:ijl 4*1 "<Jl

:<.-r-^YAYASAN AL.HIDAYAH

AL-IIIDAYAIT BOAKDING SCNOOTDDPOK - JAIilIA BARAT

'URAT KETERANGANNomor : SK-065/H BS/IV | zOLg

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : AMSORITAYADI, M.Ag

Jabatan : DlrekturPonpesAhHldayah BoardingSchool

Dengan ini menerangkan bahwa:

Nama

NIM

Tempatfigl. Lahir

Status

Jurusan

Semester

Alamat

MIRA KHUMAIROH

1080umo147

Depok, 01 fanuarl.1990

Mahasiswi Fakultas llmu Tarbiyah & Keguruan UlN rakarta

Pendidikan Agama lslam (PAl)

X (Sepuluh)

Rawadenok Rt.02/01 Kel. Rangkapan Jaya Baru

Kec, Pancoran Mas, Kota Depok 164:14

Adalah benar telah melakanakan penelitian/riset (Studi Kasus) di Pesantren Al-Hidayah Boarding School

(HBS) Depok, dari tanggal 02 Januarl 2OL3 s/d 06 Aprll 2013 dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudulIPEMBINAAN AKHIAK SISWA MEIATUI PROGRAM BOARDING SCHOOL".

Demikian surat keterangan ini dibuaL untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tembusan:L Yth,Ketu.YayasenAl-Hidayah2. Plmplnan Pondok Pesantrcn Al-Hldayah Boarding School3. Arsip

HBS LEARNING GENTER: