Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish ...

126
Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish Shihab Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjanah Pendidikan Disusun Oleh : Shara Savitri 1113011000031 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish ...

Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish Shihab

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi persyaratan

Mendapatkan Gelar Sarjanah Pendidikan

Disusun Oleh :

Shara Savitri

1113011000031

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

i

ABSTRAK

Shara Savitri, NIM 11130000031. Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan

dalam Pernikahan Menurut M. Quraish Shihab, Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemikiran M. Quraish Shihab yang

tertuang dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasi yaitu untuk

mengetahui pendidikan akhlak untuk perempuan menurut M. Quraish Shihab.

Fokus penelitian ini adalah akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami.

Adapun Jenis Penelitian digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode

penelitian kepustakaan (library research) atau penulisan berdasarkan literrature

dan metode studi dokumentasi. Memfokuskan pada data primer karya M. Quraish

Shihab yakni, Pengantin Al Qur‟an :Kalung Permata buat Anak-Anakku. Karya

M.Quraish Shihab, Jakarta : Lentera Hati, 2007. Dalam analisis data

menggunakan analisis isi (content analisysis). Dengan fokus kajian yang dibahas

dalam penelitian ini adalah akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami

menurut M.Quraish Shihab.

Dalam skripsi ini dibahas pemikiran dan gagasan perilah pendidikan akhlak

perempuan terfokus pada akhlak perempuan sebagai istri kepada suami menurut

M. Quraish Shihab, yaitung mencangkup dalam beberapa hal, diantaranya :

Perempuan sebagai istri harus memahami dan menjalakan tanggung jawab, untuk

mendengarkan, mematuhi, mentaati perintah suami, yang merupakan pemimpin

dalam rumah tangga. Dengan memberikan pelayanan yang terbaik dalam hal

huubungan seksual, memenuhi kebutuhan penglihatan, agar perempuan sebagai

istri senantiasa berpenampilan menarik dihadapan suami, memenuhi kebutuhan

pendengaran dengan berkata lemah lembut tanpa meninggikan suara dihadapan

suami, memenuhi kebutuh penciuman dan perabaan dengan senantiasa merawat

diri, suami dan anak. Serta memenuhi kebutuhan pengecapan dengan

memerhatikan waktu dan menyediakan makan untuk suami

Kata Kunci: Pendidikan Akhlak, Perempuan, Pernikahan, M. Quraish

Shihab

ii

ABSTRACT

Savitri, NIM 11130000031. The Concept of the Moral Education of Women

in Marriage According to M. Quraish Shihab, Thesis of the Department of

Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif

Hidayatullah State Islamic University, 2020.

This study aims to explore the thoughts of M. Quraish Shihab contained in books

or published manuscripts, namely to find out the moral education for women

according to M. Quraish Shihab. The focus of this research is the morals of

women as wives to husbands. The type of research used is qualitative research

with library research methods or writing based on literacy and documentation

study methods. Focusing on the primary data by M. Quraish Shihab namely, The

Bride of the Qur'an: A Gem Necklace for My Children. The work of M. Quraish

Shihab, Jakarta: Lentera Hati, 2007. In data analysis using content analysis. With

the focus of the study discussed in this study is the morals of women as wives to

husbands according to M. Quraish Shihab.

In this thesis the thoughts and ideas of female moral education are discussed

focused on the character of women as wives to husbands according to M. Quraish

Shihab, which includes in several ways, including: Women as wives must

understand and carry out responsibilities, to listen, obey, obey orders husband,

who is a leader in the household. By providing the best service in terms of sexual

intercourse, meeting vision needs, so that women as wives always look attractive

in front of their husbands, meet their hearing needs by saying softly without

raising their voices in front of their husbands, fulfilling the needs of smell and

touch by always caring for themselves, husband and children . And meet the needs

of taste by watching the time and providing food for the husband

Keywords: Moral Education, Women, Marriage, M. Quraish Shihab

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahin

Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam yang senantiasa

melimpahkan anugerah, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi, yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlak

Perempuan Dalam Pernikahan Menurut Quraish Shihab. Shalawat teriringkan

salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, manusia pilihan Allah swt yang

diutus untuk memperbaiki akhlak manusia, serta menjadi rahmat bagi seluruh

alam semesta.

Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa banyak tantangan dan pengorbanan yang dilalui. Namun

dengan keberkahan dari untaian doa, kesungguhan hati serta perjuangan untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan dan

motivasi dari beberapa pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Hj. Sururin, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dan Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc.MA.,

selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Periode Tahun 2014-2019, yang senantiasa

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Muhammad Sholeh Hasan, Lc. selaku Dosen Penasehat Akademik yang

senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh studi SI di

Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

iv

7. Dr. Abdul Ghofur, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa

memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Pimpinan dan seluruh staff karyawan/i Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

selalu memberikan pelayanan yang baik dan menjadi ruang ternyaman

menyelesaikan skripsi ini.

9. Dr. Tubagus Wahyudi, St.,Msi., MCHt., CHI., (Om Bagus) dan Dwi Andiani

Widiastuti (Mba Wi), yang selalau mengajarkan kebaikan, keberkahan,

kesabaran dan keiklasan dalam menjalani kehidupan. Beserta kakak-kaka

Dewan Wali, Kaka-Kaka Senior Kesulthonana dan keluarga besar Kahfi

BBC Motivator School terkhusus untuk teman seperjuangan angkatan 16,

yang selalu mendukung, mendoakan, dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kedua orang tua penulis, alm. Bapak Subur, yang selalau tmenjadi inspirasi

penulis untuk bersemangat kuliah, berjuang menjalani kehidupan hingga

menyelesaikan jenjang pendidikan S1 ini, dan teruntuk Mama Sapuroh

tersayang dengan penuh perjuangan, keiklasan dan kesabaran membantu

kakak dalam bentuk moril dan materil, selalu memberikan kepercayaan

kepada kaka untuk menjalani kehidupan ini serta selalu mengiringi dengan

untaian doa, serta limpahan kasih sayang yang tak terhingga dan tak

terbalaskan, berhasil mengantarkan penulis menyelesaikan jenjang

pendidikan S1. (Semoga selalu berada dalam limdungan Allah swt serta

membalas segala kebaikan dan perjuangan mama dan bapak).

11. Adik tercinta Ahmad Khoirul Rizal, Kakek H. Jamhuri dan Kakek Murtadi

serta seluruh keluarga besar yang senantiasa, mendukung secara moril dan

materil, serta selalu mengiringi dengan untaian doa, serta limpahan kasih

sayang, sehingga berhasil mengantarkan penulis menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

12. Yang teristimewa Annisa Hendrayana, Raisa Rindraida, Faizah Zatul Hilmi

dan Ahmad Jamalullael, yang selalu mendampingi penulis, sebagai partner

bercerita, tempat berbagi penulis dalam suka dan duka, bertukar pendapat,

v

13. memberikan motivasi, inspirasi serta mengingatkan, bantuan dan

membimbing penulis agar tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

14. Kaka-kaka inspiratif Irfan Hilmi, Muhammad Priyo Atmojo dan Edy Fajar

Prasetyo, yang telah memberikan inspirasi, motivasi, sehingga penulis

bersemangat menyelesaikan skripsi ini, serta Muhammad Kamaluddin Umar

yang telah membantu menemani saat pengawali masuk di UIN dan selalu

menjadi pengingat, penyemangat penulis pengakhiri perkulian di UIN.

Terima kasih telah menginspirasi.

15. Kepada Keluarga Besar TK Bunga Puspita, untuk Kepada Sekolah Miss

Firda Afrilia Haimi, S.Pd,I. M.M, rekan-rekan guru Miss Rahma, Miss Mala,

Miss Tuti dan Miss Nurul, yang telah memberikan pembelajaran,

pengalaman, dan kekeluargaan serta memberikan semnagat kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi.

16. Kepada Sahabat terbaik, Himmatul „Ulya, Fajriyatul Laili, dan Minten

Apriani, sahabat seperjuangan, yang telah menjadi keluarga selama berkuliah

di UIN, memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, memotivasi

dan senantiasa menemani dan tempat berbagi penulis dalam suka dan duka.

17. Kepada Sahabat dalam berjuang Muhyiddin, Khoruddin, Dena Putri, Khudia,

Miftah Habibi, Anday, Rizki Muajadi, Ahmad Naufal, Appipuddin,

Fadhlurrahman, serta Kaka-kaka senior Syahrul Falach yang telah mengenal

dinamika kampus, perkuliahan, keorganisasian serta kekekuargaan selama

kuliah di UIN Jakarta.

18. Kepada Sahabat tercinta, Aida Rahma Ilmia, Fanni Apriliani, Rini Oktaviani,

Chairunnisa, Meiryan Meiriza, Winda Yunika, teman, sahabat dan kaka

terbaik, yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini,

motivasi, dan senantiasa menemani dan tempat berbagi penulis dalam suka

dan duka.

19. Kepada teman-teman keluarga besar UKM Himpunan Qori dan Qoriah

Mahasiswa, yang telah mejadi tepat penulis mengembangkan diri, bakat dan

keilmuan organisasi, serta tempat kuliah kedua selama di UIN Jakarta,

teruntuk teman-teman berhimpun, mengembangkan diri, melahirkan

pengalaman selama berada di HMJ PAI periode 2013-2014, DEMA FITK

vi

periode 2016, HMI distrik PAI, FK2i, Excellant Community, Public

Speaking Tarbiyah Community, dsb.

20. Keluarga besar Karya Salemb Empat (KSE UIN JKT), untuk para donatur,

teman-teman pengurus, anggota yang telah memberikan penulis mengalaman,

keilmuan dan mengembangkan diri, berorganisasi terutama telah memberikan

bantuan materil selama penulis berkuliah yang sangat bermanfaat.

21. Teman-teman seperjuangan semasa kuliah, teruntuk kelas A PAI 2013, yang

berjuang bersama menjalani dinamika perkuliahan, serta memberikan

bimbingan, bantuan dan motivasi kepada penulis, terkusus, Nur Najmi Laila,

teman berjuang selama PPKT di SMAN 90, Rikfi Arfan Balaraja dan

Almirshad Romza yang telah membantu mengingatkan penulis untu

menyelesaikan skripsi serta teman-teman Keluarga Besar Pendidikan Agama

Islam angkatan 2013, 2014 dan 2015.

22. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut

memberikan motivasi dan telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan,

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga

skripsi ini memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai calon pendidik dan

secara umum bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk

generasi masa depan. Aamiin

\Wassalamu‟alaikum wr.wb

Jakarta, 20 Januari 2020

Penulis

SHARA SAVITRI

1113011000031

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 9

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 10

D. Perumusan Masalah ............................................................................ 10

E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan ................................................................ 11

2. Pengertian Akhlak ....................................................................... 14

3. Pengertian Pendidikan Akhlak .................................................... 17

4. Dasar Pendidikan Akhlak ............................................................ 19

5. Pembentukan Akhlak .................................................................. 19

6. Tujuan Pendidikan Akhlak .......................................................... 21

B. Perempuanp

1. Pengertian Perempuan ................................................................ 25

2. Karakteristik Perempuan ............................................................ 28

3. Peran Perempuan dalam Pandangan Islam ................................. 31

C. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan ............................................................... 34

2. Anjuran Menikah dalam Islam ................................................... 35

viii

3. Tujuan Perniakahan ..................................................................... 36

D. Akhlak Perempuan dalam Pernikahan

1. Kriteria Perempuan Idaman dalam Pernikahan ......................... 42

2. Perempuan dalam Memilih Calon Suami .................................... 36

3. Hak dan Kewajiban Suami Istri ................................................... 43

4. Perbuatan Buruk Istri terhadap Suami ......................................... 55

E. Penelitian yang Relevan ................................................................ 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 58

B. Metode Penelitian............................................................................. 58

C. Fokus Penelitian .............................................................................. 59

D. Prosedur Penelitian .......................................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Biografi M. Qurasih Shihab ........................................................ 63

2. Pendidikan M. Qurasih Shihab .................................................... 64

3. Jabatan dan Karier M. Qurasih Shihab ........................................ 65

4. Karya-Karya Qurasih Shihab ...................................................... 67

B. Pendidikan Akhlak Perempuan dalam Pernikahan

Menurut Quraish Shihab .............................................................. 70

C. Relevansi Pendidikan Akhlak Perempuan Dalam Pernikahan

Menurut M.Quaraish Shihab Dengan Konteks Kehidupan

Perempuan Modern ....................................................................... 97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 104

B. Saran .............................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 107

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan akan mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu

menjadi orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah

yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt.1

Melalui pendidikan dapat melahirkan perilaku yang baik yang disebut akhlakul

karimah atau akhlak yang mulia dalam kehidupan baik kepada sesama maupun

kepada Allah. Menjalankan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk

merupakan syarat mutlak untuk mencapai kebahagiaan, kedamaian, kenyamanan

hidup umat manusia dan alam sekitarnya.2 Dalam mencapai kebahagiaan hidup

dunia dan akhirat tak semerta-merta begitu mudahnya didapatkan, pastilah akan

menghadapi rintangan, godaan dan ujian yang sangat membutuhkan sebuah usaha,

perjuangan bahkan pengorbanan agar senantiasa menjalankan kehidupan dengan

berakhlakul karimah.

Memiliki akhlakul karimah berpengaruh besar terhadap keberlangsungan

kehidupan. Sehingga Islam menempatkan akhlak dalam posisi sangat signifikan

yang harus di pegang teguh para pemeluknya, sampai sampai perilaku yang baik

(akhlakul karimah) menjadi tolak ukur bagi kualitas kebaikan seseorang.3 Akhlak

merupakan mutiara kehidupan yang dapat membedakan makhluk manusia dengan

makhluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilanglah

derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia dan turunlah

kederajat binatang, bahkan tanpa akhlak manusia akan lebih hina, lebih jahat dan

lebih buas dari binatang buas. Dan manusia yang demikian itu adalah sangat

bahaya.4

1 Ansori, Transformasi Pendidikan Islam , (Jakarta: Gaung Persada Presis, 2010), cet ke-1,

h.3. 2 Heny Narendrany Hidayat, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2009), h.16. 3 Veithzal Rivai Zainal, Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Quran, (Jakartal: Salemba

Diniyah, 2018). h.257. 4 Heny, Op.cit., h.17.

2

Namun, masalah yang jelas terlihat di dunia Islam saat ini, yaitu : sebagian

umat Islam telah meninggalkan akhlak mulia yang diseru oleh agamanya yang

bersumber dari Al Quran dan sunah.5 Disisi lain, musuh-musuh Islam telah

memperalat kaum wanita untuk dijadikan pemuas nafsu setan generasi muda di

negara-negara Islam. Mereka lakukan hal itu sejak zaman kebangkitan ilmu

pengetahuan (renaissance) dan industrialisasi.6 Selain itu, musuh-musuh

Islamyang menginginkan mereka (bangsa-bangsa muslim) agar terjerumus dalam

lumpur kesenangan, permainan, melepas rasa malu dan memalingkan mereka dari

syariat Tuhan melalui media-media, baik cetak, audio maupun visual.7 Sehingga

perempuan menjadi korban dari iklan media yang mempropagandakan

pembatasan keturunan, anti poligami, tetapi justru melegalkan perselingkuhan,

hubungan kekasih gelap dan wanita simpanan.8

Pada zaman modernisasi menawarkan bentuk “rumah tangga modern” bagi

kaum wanita, yakni ia harus sering meninggalkan rumah. Ia mesti aktif dalam

meniti karirnya.9 Sementara di rumahnya ia dalam keadaan lelah, terbebani, urat

syaraf bergejolak hingga ia tak mampu lagi walau hanya menyunggingkan

senyuman lembut untuk suaminya, ia tidak lagi menjadikan dirinya sumber

ketenangan bagi suami dan anak-anaknya yang masih kecil.10

Sehingga,

memelihara dan mendidik anak serta mengurus suami telah menjadi pekerjaan

rutin yang membosankan dan kuno. Karena itu wanita dapat saja menyerahkan

anaknya kepada baby sister (pengasuh bayi bayaran), kemudian mengalihkan

tanggung jawabnya kepada para guru di taman kanak-kanak, sekolah dasar,

sekolah menengah dan seterusnya sehingga anak itu dewasa.

Konsekuensi dari itu semua adalah timbulnya keterasingan dan kesepian

yang tiada tara diantara sesama anggota keluarga. Tugas dan fungsi pemimpin dan

anggota keluarga pun mulai bergeser. perempuan tidak puas dengan

5 Veithzal Rivai Zainal, Op.cit., h.46.

6 Abdur Rahman Hasan, Metode Merusak Akhlak dari Barat,Terj. As‟ad, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1994), Cet VI, h. 17. 7Abu Maryam bin Zakaria, 40 Kebiasaan Buruk Wanita,Terj. dari, Akhtaa‟Taqa‟ufiihaaAn-

Nisaa‟ oleh Ahmad Rifa‟i Usman, (Jakarta:Pustaka Al-Kausar, 2003),Cet I, h. 160. 8 Ibid., h.111.

9 Ibnu Musthafa,Wanita Islam Menjelang Tahun 2000, (Bandung: Mizan, 1995), Cet IV, h.

39. 10

Abu Maryam, op.cit., h.187.

3

kedudukannya sebagai istri dan ibu yang hanya bertugas mengurus suami dan dan

anak-anaknya.11

Konsekunsi yang lebih buruk dari modernisasi adalah keengganan

para wanita untuk memiliki anak, karena ia tidak ingin kesibukannya sebagai

wanita karir terganggu.12

Di sisi yang lain, makin banyaknya wanita yang mandiri, atau dikenal

dengan sebutan wanita karier, yang mereka itu mampu menafkahi diri mereka

sendiri, gejalanya makin banyak yang menentang suami dan minta cerai. Bahkan

seakan ada trend di kalangan artis ramai-ramai menggungat cerai kepada

suaminya. Bahkan banyak pula yang mengumandangkan aib suaminya. Padahal

wanita yang minta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang syar‟i itu diancam

oleh Rosulullah Shallallahu „Alaihi wa sallam tidak akan mendapatkan bau surga.

Sedangkan menumandangkan aib suami, kalau menyangkut ranjang, maka

termasuk seburuk-buruk manusia kedudukannya di Hari Kiamat.13

Gambaran diatas menunjukan problematika akhlak yang melanda

perempuan. Hal tersebut wujud kesuksesan musuh-musuh Islam untuk

menghancurkan akhlak generasi Islam terutama perempuan dan menjauhkan

mereka dari kaidah hukum Islam yang sebenarnya. Padahal di awal kehadiran

Islam pada masa Arab Jahiliyah. Islam berjuang mengakhiri penindasan orang

zalim atas wanita.14

Dikarnakan keadaan wanita sebelum datangnya Islam secara

keseluruhan selalu menderita, di hina, mengalami berbagai macam siksaan,

kepedihan tidak pernah mencicipi rasa kemerdekaan dan tidak pernah menghirup

udara kemuliaan.15

Masyarakat Arab Jahiliah sangat benci terhadap anak

perempuan. Allah SWT berfirman :16

رأحدىم باألنثى ظل وجهو مسوداوىوكظيم ) ( ي ت وارى من القوم من سوء مابشر بو ٨٥وأذابش

(٨٥أيسكو على ىون أم يدسو ف الت راب أالسآء مايكمون)

11 Ibid. h.3.

12 Ibnu Musthafa, Op. cit., h.39-40.

13 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta:

Pustaka al-kausar, 2007), h.8-9. 14

Ukasyah Abdulmannan Athibi, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, Terj. Tad-huuru

Akhlaaqun-Nisaa‟i oleh Chairul Halim, (Jakarta:Gema Insani Press,1988), Cet I, h.79. 15

Ibid., h. 77. 16

Ibid., h. 76.

4

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)

anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat

marah. ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan

buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan

memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan

menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah

buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS. An Nahl 58-59).

Keadaan perempuan pada masa Arab Jahiliah mereka diperlakukan bukan

hanya inferior secara sosial tetapi juga ibarat benda. Mempunyai anak perempuan

merupakan tanda kehinaan dan banyak orang tua yang mengubur hidup-hidup

anak perempuannya.17

Perempuan dianggap sebagai sumber masalah dalam

kehidupan masyarakat. Sehingga mereka melakukan hal tersebut hanya karena

takut akan kehinaan, celaan, dan kefakiran yang akan menimpa. Oleh sebab itu,

menguburkannya hidup-hidup dianggap solusi terbaik untuk melepaskan diri dari

kesengsaraan.18

Padahal Islam memberitahukan tentang kekuatan atau potensi wanita,

kesehatan fitrahnya, besar beban yang dipikulkan ke pundaknya dan pentingnya

tugas yang harus dia lakukan dalam kehidupan.19

Sehingga mengabaikan

perempuan berarti mengabaikan setengah dari potensi masyarakat, dan

melecehkan mereka berarti melecehkan seluruh manusia karena tidak seorang

manusia pun kecuali Adam dan hawa as, yang tidak lahir melalui perempuan.20

Dan benar bahwa Islam telah memuliakan wanita secara umum dan

mengangkat derajatnya.21

Bahkan tidak diragukan lagi bahwa Islam memberikan

perhatian khusus kepada wanita karena wanita adalah separuh dari masyarakat

17

Mai Yamani, Feminisme & Islam :Persefektif Hukum Dan Sastra , Terj. oleh Purwanto (

Bandung: Nuansa), h.134. 18

Muhammad Ali al-allawi,The Great Women :Mengapa Wanita Harus Merasa Tidak

Lebih Mulia, Terj.Uluwwul Himmah „Inda An-Nisa oleh El Hadi Muhammad, (Jakarta:Pena Pundi

Aksara, 2006), Cet II, h. 22-23. 19

Ukasyah, Op. cit., h. 80. 20

M. Qurasih Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks Dari Nikah Mut‟ah Sampai

Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 33. 21

Muhammad Ali, Op.cit., h. 31.

5

dan anggota penting yang sangat berpengaruh dalam kehidupan.22

Dialah yang

membentuk masyarakat dan berjuang untuk kemajuan dan kejayaannya. Di atas

pundaknya terpikul nasib dan masa depan bangsa.23

Disisi yang lain, Perempuan juga memiliki peranan yang sangat besar dalam

lingkungan keluarga hingga mampu mengubah kehidupan bangsa, apabila

perempuan mampu menjalankan kewajiban sesuai kodratnya secara optimal.

Tugas utama wanita adalah membina keluarga dan mengatur rumah serta

memelihara keharmonisan rumah tangga sepanjang masa dan untuk semua

generasi.24

Karena itu pula peranan yang paling agung dan besar bagi seorang

perempuan adalah sebagai ibu.25

Dalam menjalankan tugas menjadi istri sekaligus ibu untuk melahirkan

generasi-generasi yang cerdas dan unggul sangat diperlukan pendidikan. Maka

dari itu, syariat Islam menganjurkan untuk memberi perhatian lebih terhadap anak

perempuan. Allah menganugerahkan pahala bagi orang yang membimbing dan

memperlakukan mereka dengan baik.26

Rosulullah saw. Bersabda :

من اب تلى من الب نات بشىء فأحسن إليهن كن لو ست را من النار

Barag siapa yang diuji dengan sesuatu melalui anak-anak

perempuan, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, maka niscaya

mereka akan menjadi perlindungnya dari api neraka. (HR Bukhari dan

Muslim).

Akan tetapi, realitas menunjukan bahwa anak perempuan sekarang ini,

belajar beragam disiplin ilmu yang tidak sesuai dengan kemampuan dan

potensinya, bahkan tidak ada kaitannya dengan kehidupan pribadinya maupun dua

fungsi esensial yang akan dijalankannya, sebagai seorang istri bagi suaminya dan

22

Ukasyah, Op. cit., h. 44. 23

Ibid, h. 74. 24

Kamil Musa, Anak Perempuan Dalam Konsep Islam, (Jakarta:CV FIRDAUS,1994) Cet

ke I, h.82 25

M. Qurasih Shihab, Op.cit. h.272. 26

Muhammad Ali al-allawi, Op.cit.h.10.

6

ibu bagi anak-anaknya.27

Seharusnya pendidikan bagi perempuan harus juga

mendukung tugasnya sebagai istri sekaligus ibu.

Aktifitas seorang perempuan tidak lain adalah mengasuh anak-anaknya di

dalam rumah suami. Oleh karena itu janganlah ia sampai tergoda dan terpedaya

dengan tipuan setan. Rosulullah saw, mengisyaratkan akan hal ini dalam

sabdanya,28

راعية على ب يث ز و جهاوالمرأة

Seorang perempuan adalah pemimpin yang bertanggung jawab

mengurus rumah suamninya.

Sebagai anak perempuan yang identik dengan “ratu rumah tangga”, maka

lazimnya di ajari tentang cara memasak, mencuci dan mejahit, sebab ketiga hal

tersebut merupakan keahlian dasar yang sangat lazim untuk dimiliki oleh setiap

wanita.29

Seorang anak perempuan seyogianya belajar masalah keperawatan dan

prinsip-prinsip umum dunia medis, mengingat ia kelak akan menjadi seorang ibu

yang harus menjalankan fungsi pengasuhan dan perawatan bersama seorang ayah.

Selain itu, seorang anak perempuan perlu belajar cara mereparasi perabot rumah

tangga, memenuhi kebutuhan rumah yang telah menunggunya esok hari.

Sebaiknya ia juga mempelajari masalah ekonomi karena ia akan menjadi orang

yang diberi kepercayaan untuk menyesuaikan kebutuhan materi dalam

rumahnya.30

Semestinya perempuan sebagai istri memiliki peran dan kontribusi untuk

keksuksesan sebuah keluarga dan karir suami, namun sangat disayangkan tidak

sedikit pula kariri suami hancur karena faktor istri tidak tahu diri, istri yang ingin

hidup mewah di atas penderitaan suami. Padahal, kemampuan suami terbatas

hingga mendorong suaminya bersedia melakukan tindakan tak terpuji seperti

27

Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Remaja,terj.Ad-Daur

At-Tarbawy Li Al Walidain ft Tansyi‟ah Al-Fatah Al Muslimah ft Marhalah Al-Murahaqah (Al-Juz

Ats-Tsaniy) oleh Aan Wahyudin, (Jakarta: AMZAH, 2007), Cet ke I,h.237. 28

Abdul Mun‟im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan,(Jakarta:GEMA INSANI,2005) Cet

ke II, h.172. 29

Kamil Musa, Op.cit,h.83 30

Hannan Athiyah Ath-Thuri, Op.cit,h.236.

7

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), hanaya demi membahagian hati sang

istri.31

Kemerosotan akhlak yang banyak terjadi di kalangan perempuan-

perempuan Indonesia sekarang ini salah satu penyebabnya adalah karena

kurangnya pendidikan terhadap mereka.32

Padahal pendidikan ini bisa

mengarahkan generasi sejak masa kecilnya, menjaga mereka dari penyimpangan

Jahiliyyah, menumbuhkan tingkah laku, perasaan dan pemikirannya menurut

fitrah, mempersiapkan mereka agar menjadi batu bata yang tepat dan baik dalam

masyarakat Muslim.33

Keluarnya wanita dari batasan-batasan yang telah digariskan untuk mereka

adalah pembangkangan terhadap aturan hidup dan undang-undang fitrah illahi.

Juga berarti penjauhan diri dari kebenaran dan kesempurnaan, sekaligus

merupakan penyakit sosial yang harus diobati dengan segala cara. Sehingga

dibutuhkan, materi agama bagi perempuan merupakan kebutuhan untuk lebih

meningkatkan martabatnya sebagai manusia dan sebagai tuntunan selama hidup

ke arah yang lebih mulia.34

Pendidikan agama sebagai pendidikan yang menanamkan nilai-nilai moral

spriritual atau sering disebut dengan akhlak. Dan dalam bidang pertumbuhan

spriritual dan moral, pendidikan yang baik dapat menolong individu menguatkan

iman, akidah, dan pengetahuan terhadap tuhanNya dengan hukum-hukum, ajaran-

ajaran dan moral agamanya.35

Selain itu, mempelajari akhlak dapat membuka

mata hati seseorang untuk mengetahui yang baik ataupun yang buruk. Begitupula

memberikan pengertian apa faedahnya jika berbuat baik dan apa pula bahayanya

jika berbuat kejahatan.36

31

Hasbi Indra, Potret Wanita Shalihah, (Jakarta: Penamadani, 2004), h.18. 32

Jajat Burhanuddin, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

2002), h.127. 33

Khalid Ahmad Asy Santuh, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga Muslim, (Jakarta:

Pustaka al-Kausar, 1991), h. 35. 34

Achmad Syarifudin, Peran Strategi Kaum Perempuan Dalam Mewujudkan Masyarakat

Religi, An Nisa‟a: Jurnal Kajian Gender dan Anak, Vol. 12, Nomor 01, Juni 2017,

(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa diunduh pada 28 Juni 2019 pukul 20.00 WIB). 35

Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988), Cet

II, h. 35. 36

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Quran, (Jakarta: AMZAH,

2007), Cet I, h. 16.

8

Aspek yang dikaji dalam penelitian ini fokus terhadap akhlak perempuan.

Maraknya pemberitaan mengenai problematika kemunduran moral, nilai dan

akhlak perempuan yang mengakibatkan timbulnya permasalahan-permasalahan

seperti pelecahan seksual, anak-anak yang terlantar dari pengasuhan seorang ibu,

perceraiaan, perselingkuahan dan efek negatif lainnya, Oleh karena itu, harus

segera di bentengi dengan pendidikan terutama pendidikan akhlak, sebagai perisai

diri dari kemaksiatan.

Penyusun memilih tokoh M. Quraish Shihab karena beliau tokoh muslim

Indonesia memiliki karya-karya yang banyak membahas khusus mengenai

perempuan terutama yang berjudul Pengantin Al Qur‟an : Kalung Permata buat

Anak-Anakku. Selain itu juga terdapat karya M. Qurasih Shihab yang dijadikan

reverensi pendukung dalam penelitian ini yang membahas terkait nasihat-nasihat

yang bisa dijadikan rujukan suami istri dalam menjalani kehidupan berumah

tangga, yakni yang berjudul Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah

Mut‟ah Sampai Nikah Sunnah, Dari Bias Lama Sampai Bias Baru.Serta karya

buku yang berjudul 1001 Tanya Jawab Seputar Perempuan.

Berdasarkan uraiaan diatas, penyusun merasa perlu untuk mengadakan

sebuah penelitian ilmiah, penyusun berinisiatif untuk mengangkat sebuah judul

tentang Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan dalam Pernikahan Menurut

M.Quraish Shihab.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Terdapat problematika kehidupan akibat kerusakan akhlak perempuan masa

kini berdampak pada kerusakan pada kehidupan pernikahan seperti,

perselisihan, perselingkuhan, bahkan terjadinya perceraian.

2. Masih banyaknya perempuan yang kurang mengetahui, memahami dan

menerapkan akhlak yang harus dimiliki perempuan dalam pernikahan,

seperti : taat dan berbakti terhadap suami, menjalakan tanggung jawab

secara baik dan benar, melayani suami, mewujudkan ketenangan dan

kebahagiaan pada suami dsb.

9

3. Kurangnya perhatian orang tua, masyarakat dan lembaga pendidikan

terhadap pentingnya pembinaaan akhlak perempuan mulai sejak usia dini

untuk mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas dan kewajiban selama

pernikahan dengan baik yang berlandaskan ajaran agama Islam.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan mengingat luasnya

pembahasan, perlu adanya pembatasan masalah dalam pembahasan ini. Agar

permasalahan tidak melebar, maka pembatasan masalah pada penelitian ini,

difokuskan kepada pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan yakni akhlak

perempuan sebagai istri terhadap suami menurut M.Quraish Shihab.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan pokok

permasalahnnya yakni

1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap

suami menurut M.Quraish Shihab ?

2. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak perempuan dalam

pernikahan dengan konteks kehidupan perempuan modern ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan utamanya ialah untuk menjawab

permasalahan dalam latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan

lainnya diantaranya :

a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang konsep pendidikan akhlak

perempuan dalam pernikahan menurut M.Quraish Shihab terutama akhlak

perempuan sebagai istri terhadap suami.

b. Memperluasa khazanah keilmuan melalui relevansi konsep pendidikan

akhlak perempuan dalam pernikahan menurut M.Quraish Shihab terhadap

kehidupan perempuan modern.

2. Manfaat penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

10

a. Manfaat teoritis, memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan

terhadap pemikiran M.Quraish Shihab terhadap pendidikan akhlak

perempuan dalam pernikahan sehingga menambah khazanah keilmuan yang

baru.

b. Manfaat praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pendidikan bagi para pembaca dari Mahasiswa, Pendidik, instansi

pendidikan maupun masyarakat luas untuk dapat lebih memahami nilai-nilai

akhlak bagi perempuan menurut M. Quraish Shihab. Serta dapat dijadikan

perspektif baru dalam rangka mengaplikasikan nilai akhlak perempuan

dalam kehidupan pernikahan.

c. Manfaat akademis, pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan

menurut M. Quraish Shihab dapat memperluas perspektif sebagai upaya

perkembangan pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang.

11

BAB II

Kajian Teori

A. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan37

yang merupakan padanan lafal al-tarbiyah38

dalam

bahasa Arab dan education39

dalam bahasa inggris, memiliki makna dan

cangkupan yang sangat luas. Ia mencangkup proses perubahan dan

pertumbuhan semua aspek kemanusiaan, dari aspek jiwa, kecerdasan,

keterampilan, akhlak, keimanan, dan bahkan pertumbuhan fisik dan jiwa

sosialnya.40

Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara.41

37

Dalam KBBI, Pendidikan berasal dari kata “didik”, mendapat awalan “pe” dan akhiran

“an”, berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Lihat Abdullah Syukri

Zarkasyi,Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:Rajagrafindo Persada,2005),

cet 1 h.19. 38

Kata al-tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik

dan memelihara. Lihat Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan

Islam,(Jakarta: Media Gaya Pratama,2001), cet.1 h.86. 39

Dalam bahasa Inggris, “education” (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik)

artinya memberi peningkatan (to eclite, to give rise to) dan mengembangkan (to evolve, to

develop)”. Lihat Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), cet. 18, h.32. 40

Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru, (Jakarta: UIN Press, 2016), h.90 41

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Bab I

Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1

12

Dalam definisi yang lain, Pendidikan adalah suatu proses untuk

mendewasakan manusia atau kata lain pendidikan merupakan suatu upaya

untuk “memanusiakan” manusia. Melalui pendidikan manusiadapat tumbuh

dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat

melaksanakan tugas sebagai manusia.42

Senada dengan pendapat Ibrahim Amini dalam buku yang berjudul

Agar Tak Salah Mendidik, mengemukakan bahwa, pendidikan adalah

mengembangkan potensi yang ada dalam diri dan secara perlahan-lahan

bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.43

Sehingga pendidikan memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang

konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pendidikan pun menekankan

aspek produktifitas dan kreatifitas manusia sehingga mereka bisa berperan

serta berprofesi dalam kehidupan masyarakat.44

Fuad Ihsan, mengemukakan bahwa pendidikan ialah usaha manusia

untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi

pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan

jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).45

Sejalan dengan

yang di ungkapkan Ki Hajar Dewantara yang sering dikenal sebagai bapak

Pendidikan Nasional dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan, bahwa

pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi

pekerti (kekuatan bathin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras

dengan alam dan masyarakat.46

Pendidikan yang diselenggarkan oleh umat manusia selalu

disandarkan pada pandangan hidup atau falsafah yang dianut oleh

masyarakat yang bersangkutan, karena setiap masyarakat mempunyai

falsafah atau pandangan hidup sendiri. Falsafah pendidikan Islam adalah

pandangan manusia muslim, berdasarkan ajaran agamanya, tentang proses

42

Heri Jauhari, Fikih pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.1. 43

Ibrahim Amini, Agar tak Salah Mendidik,(Jakarta:al-Huda,2006), Cet.I, h.5. 44

Tatang Samsi, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,2012), h.16. 45

Fuad Ihsan,Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2003), h.7. 46

Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an,(Jakarta, UIN Jakarta Press,

2005), h.180.

13

pemindahan nilai dan norma serta usaha pengembangan potensi, bakat atau

kemampuan manusia agar dapat menentukan status, tugas dan fungsinya di

dunia ini dalam menjalankan hidupnya menuju ke akhirat kelak.47

Dr. Muhammad Fadil Al Djamaly, Guru besar Pendidikan di

Universitas Tunisia, mengungkapkan bahwa pendidikan yang harus

dilakukan oleh umat Islam adalah pendidikan keberagamaan yang

berdasarkan keimanan yang berdiri diatas filsafat pendidikan yang bersifat

menyeluruh berlandaskan iman pula.menurutnya iman yang benar menjadi

dasar dari setiap pendidikan yang benar, karena iman yang benar

memimpin manusia ke arah akhlak mulia. Aklak mulia memimpin manusia

ke arah mendalami hakekat dan menuntut ilmu yang benar, sedangkan ilmu

yang benar memimpin manusia ke arah amal saleh.48

Abdurrahman al-Nahlawi memandang bahwa pendidikan Islam

merupakan suatu proses penataan individual dan sosial yang dapat

menyebabkan seorang tunduk dan taat kepada Islam dan menerapkannya

secara sempurna dalam kehidupan individu dan masyarakat.49

Disisi yang

lain, M Yusuf al Qardhawi sebagaiamana yang dikutip oleh Azyumardi

Azra, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia

seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan

keterampilannya.50

Sejalan dengan pernyataan diatas, menurut para ahli pendidikan Islam

telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah

memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka

ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka,

menanamkan rasa fadhillah (keutamaan), membiasakan mereka dengan

47

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers), h.181. 48

M Arifin, Filasafat Pendidikan Islam, (Jakarta: BINA AKSARA, 1987), h.15-16. 49

Toto Suharto, Filsafat pendidikan Islam, (Jogyakarta: Ar Ruzz Media,2011), h. 22. 50

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

(Jakarta: Kalimah, 2001), cet 8, h.5.

14

kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang

suci seluruhnya, ikhlas dan jujur.51

b. Pengertian Akhlak

Definisi akhlak, kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari

khuluqun خلق52

yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabiat.53

Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan

perkataan khalqun ق yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya خل

dengan khaliq خالق yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun

ق yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul مخلو

sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq

dengan makhluq.54

Menurut pandangan Nurcholis Majid menjelaskan bahwa istilah

akhlak atau khuluq merupakan akar yang sama dengan khalaq, khaliq dan

makhluq, dimana semuanya mengacu pada pandangan dasar islam mengenai

penciptaan manusia yaitu manusia diciptakan dalam kebaikan, kesucian dan

kemuliaan (ahsan at taqwum)55

, manusia akan terbimbing ke arah akhlak

yang mulia jika beriman kepada Allah SWT, dengan syarat mereka

menerjemahkan imannya menjadi tingkah laku yang bertanggung jawab

terhadap sesama manusia.56

Selanjutnya dalam bahasa kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap

yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin

buruk.57

Akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada

pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif,

mungkin negatif, mungkin baik, mungkin buruk. Yang menentukan itu baik

51

Abuddin Nata, Op.cit 52

Kata Khuluq terdapat dalam surat al Qalam ayat 4, yang artinya : moral atau budi pekerti 53

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h.11. 54

Ibid. 55

Kata ahsan at taqwum terdapat dalam Surah At-Tin ayat 4 , yang artinya : Sesungguhnya

Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 56

Veithzal Rivai Zainal, Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Quran, (Jakartal: Salemba

Diniyah, 2018), h.14. 57

Muhammad Daud Ali, Op cit, h. 346.

15

atau buruk adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat

istiadat.58

Selain itu, menurut Dzakia Darajat, akhlak merupakan kelakuan yang

timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,pikiran, perasaan, bawaan,

dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak

yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

Dari kelakuan ini lahirlah perasaan moral (moral sance), yang terdapat

di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana

yang baik mana yang jahat, mana yang bermanfaat mana yang tidak

berguna, mana yang cantik mana yang buruk.59

Pendapat para pakar mengenai akhlak, termasuk menurut Ibn

Miskawaih (w 421 H / 1030 M) yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak

terdahulu dan terkemuka secara singkat mengatakan, bahwa akhlak

adalah:60

دا عبة الا ال اف عا لا من غىر فكر و ال ر ية حا ل لن فس

Sifat yang tertaman dalam jiwa yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.

Imam Al-Ghazali berpendapat mengenai pengertian akhlak,

sebagaimana yang dikutip karangan A. Mustofa mengemukakan definisi

akhlak sebagai berikut :

اللق عبارة عن ىيئة ف الن فس راسخة عن ها تصد راألف عال بسهولة ويسر

من غي حاجة ال فكر وروية

Akhlak ialah sesuatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang

daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak

memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).61

58

Ibid. h.348. 59

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV

RUHAMA, 1995), h.10. 60

Abudun Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.3. 61

A. Mustofa, Op it, h.12-14.

16

Dari beberapa definisi tersebut, kita dapat mengetahui kriteria-

kriteria perbuatan akhlak, sebagai berikut:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat

dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiaanya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat

melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keaadaan

tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila.

3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri

orang yang mengerjakan tanpa ada paksaan atau tekanan dari

luar.

4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena

bersandiwara.62

5. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah

perbuatan yang dilakukan yang dilakukan karena ikhlas semata-

mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena

ingin mendapatkan suatu pujian.63

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa

akhlak adalah sifat atau perilaku manusia yang telah terlatih dan tertanam

dalam diri manusia dapat bersifat baik maupun buruk sehingga

mempengaruhi pikiran, perasaan, perbuatan dan ucapan begitu mudah,

cepat, spontan dan tanpa perlu adanya pemikiran terlebih dahulu dalam

menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari.

Dalam perspektif Islam, terdapat prinsip-prinsip yang menjadi falsafah

akhlak dalam Islam yakni kepercayaan akan pentingnya akhlak dalam

hidup, akhlak sebagai sikap yang mendalam dalam jiwa, akhlak sebagai

sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan

62

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam : Upaya Pembentukan Pemikiran Dan

Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosyadakarya, 2006), h.151-152. 63

Abuddin Nata, Op.cit,h.8.

17

masyarakat, akhlak sesuai dengan fitrah manusia.64

Akhlak juga mempunyai

kedudukan sangat penting dalam ajaran Islam, yakni untuk mencapai

keridhaan Allah.

c. Pengertian Pendidikan Akhlak

M.Athiyah al-Abrashi65

yang menyatakan bahwa esensi sesungguhnya

dari pendidikan Islam dalam mengenai pendidikan akhlak. Akhlak

merupakan dasar utama dalam pembentukan pribadi manusia yang utuh.

Oleh karena itu pendidikan yang mengarahkan terbentunya pribadi yang

berakhlak merupakan hal pertama yang harus dilakukan karena akan

melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.66

Selain itu, perhatian Islam yang paling penting dan paling besar

adalah pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan akhlak Islam.67

Oleh karena itu jika seseorang mengaku dirinya muslim dan tidak memiliki

akhlak yang mulia, maka ia tidak termasuk dalam kategori muslim yang

benar-benar beriman.68

Manusia yang beriman yakni yang memiliki kesempurnaan dalam

akhlak karna akhlak menjadi tolak ukur baik atau tidak perilaku manusia

dihadapan Tuhan Nya dan ciptaan Nya. Hal ini sejalan dengan pengertian

dari ilmu akhlak yang dikutip dari karangan Asmaran yang mendefinisikan

ilmu akhlak sebagai berikut :

Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas perbuatan manusia dan

mengajarkan perbuatan baik dan buruk yang harus dikerjakan dan perbuatan

jahat yang harus dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan, manusia dan

makhluk alam sekelilingnya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan

nilai-nilai moral.69

64

Abuddin Nata, Pendidikan Persfektif Al-Qur‟an, h.68. 65

M. Athiyah al-Abrashi, Al-Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falasifatuha, (Mesir: Isa al-babi al-

Halabi,1969), h.129-128 66

Veithzal Rivai Zainal, h.307. 67

Abuddin Nata, h.68. 68

Muhammad Abdurrahman , Akhlak: Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, (

Jakarta: Rajawali Press, 2016), h.53. 69

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994), h.5-6.

18

Menurut Ali Abdul Halim Mahmud dalam karyanya Tarbiyah al-

Khuluqiyyah pendidikan akhlak adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun

rohani, melalui penamaan nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta

menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat

diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku,

berfikir dan berbudi pekerti luhur menuju terbentuknya manusia yang

berakhlak mulia, dimana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman

dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya

pertimbangan dan pemikiran.70

Dari beberapa pendapat diatas menekankan pentingnya pendidikan

akhlak dalam kehidupan manusia. Pendidikan yang tidak dilandasi dengan

akhlak, maka tidak akan tercapai kesempurnaan jiwa manusia. Dikarenakan

tujuan dari pendidikan akhlak yakni menciptakan dan menyukseskan tujuan

tertinggi agama Islam, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat,

kesempurnaan jiwa masyarakat, mendapat keridhaan, keamanan, rahmat,

dan mendapat kenikmatan yang telah di janjikan oleh Allah SWT. Bagi

orang-orang baik dan bertaqwa.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

pendidikan akhlak ialah usaha yang dilakukan secara sadar maupun

disengaja untuk menghasilkan pemahaman dan pembiasaan membentuk

perilaku yang baik, benar dan bagus didasari nilai-nilai ajaran Islam

dilakukan tanpa adanya proses pemikiran, pertimbangan ataupun penelitian

sehingga menjadi manusia yang seutuhnya dari segi akal, hati, rohani dan

jasmani untuk menjalani segala aspek kehidupan dengan sebaik-baiknya

menuju kebahagiaan didunia dan diakhirat.

70

Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah al-Khuluqiyyah, (Jakarta:Gema Insani, 2004) h.121.

19

2. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar ajaran agama Islam, bersumber di dalam Al-Qur‟an71

dan Hadis72

,

termasuk ajaran mengenai akhlak. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan

dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik ataupun

buruk. Memberikan informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat

dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah

perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.73

Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui

baik atau buruknya dari suatu tindakan yang dapat dilakukan ataupun ditinggalkan

untuk mencapaikan kesempurnaan akhlak. Standar pengukuran baik atau buruk

dari akhlak manusia adalah Al-Qur‟an dan Hadis. Sehingga akhlak yang baik

yang tertera didalam Al-Qur‟an dan Hadis harus dilakukan dan dijadikan sebagai

pedoman hidup umat Islam sedangkan akhlak yang buruk yang tertera didalam

Al-Qur‟an dan Hadis harus ditinggalkan atau tidak untuk dilakukan apalagi

dijadikan sebagai pedoman hidup.

3. Pembentukan Akhlak

Jika dilihat dari segi proses terbentuknya akhlak telah dijelaskan didalam

kitab Dairatul Ma‟arif, yang telah dikutip dalam karya Abuddin Nata, secara

singkat mengenai akhlak yang diartikan:74

اال خال ق ىي صفا ت ا ال نسا ن ا ال د بية

Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik

Pegertian diatas menjelaskan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa

manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu

71

Ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan mengenai akhlak,diantaranya terdapat dalam surat Al-

Ahzab ayat 21 yang artinya:“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan

yang banyak mengingat Allah.” Juga terdapat dalam surat al Qalam ayat 4:“Dan sesungguhnya

engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” 72

Hadits Nabi yang menjelaskan mengenai akhlak, sebagaimana Rosulullah sawbersabda

yang artinya: ”Bertaqwalah kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.”(HR. Ahmad,

Tirmizi,Ibnu Majah) 73

A Musthofa, h.149. 74

Abuddin Nata, Op.cit,h.4.

20

dapat lahir berupa berbuatan baik, disebut akhlak yang mulia sedangkan perbuatan

buruk disebut akhlak tercela hal ini sesuai dengan pembinaannya.

Akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan

sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri

manusia. Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan

baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan

menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya.

Dari uraian diatas menyatakan bahwa sifat yang baik yang telah tertanam

dalam diri manusia dibentuk dari pembinaan dan pelatihan yang baik agar

menghasilkan perilaku yang baik pula dalam kehidupan. Sama halnya Sifat

yang buruk dibentuk dari pembinaan dan pelatihan yang buruk pula sehingga

menghasilkan perilaku yang buruk dalam kehidupan. Hal ini mempertegas

bahwa sifat-sifat yang dimiliki manusia merupakan hasil dari pendidikan,

pembinaan dan pelatihan.

Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh,

dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaaan yang terprogram

dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.

Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah

hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang

ada dalam diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu

syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan

cara dan pendekatan yang tepat.75

Maka dari itu dalam pembentukan akhlak membutuhkan sarana dan

program pendidikan yang terancang dengan baik, sehingga pendidikan akhlak

perlu dilakukan dengan cara :

1. Menumbuh-kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada

iman dan taqwa. Untuk ini perlu pendidikan agama.

75

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Akhlak Mulia, (Jakarta: PT Rajawali Pers,2015), h.135

21

2. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-Qur‟an lewat ilmu

pengetahuan, pengalaman dan latihan, agar dapat membedakan mana

yang baik dan mana yang jahat.

3. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada manusia

kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya. Selanjutnya

kemauaan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.

4. Latihan melakukan yang baik serta mengajak orang lain untuk bersama-

sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.

5. Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga

perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak terpuji,

kebiasaan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara wajar dalam

diri manusia.76

4. Tujuan Pendidikan Akhlak

1. Membentuk Manusia yang Sempurna

Dengan bantuan akhlak dapat dirumuskan tujuan pendidikan yang

secara keseluruhan mengarahkan kepada terbentuknya manusia yang baik,

manusia yang berakhlak mulia, manusia yang sempurna serta manusia yang

berkepribadian muslim. Tujuan pendidikan secara umum diarahkan pada

keinginan untuk mewujudkan manusia yang sempurna (insan kamil) yaitu

manusia yang terbetuk seluruh potensi cita, rasa dan karsanya yang

didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Maka dari itu, mencapai suatu

akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.77

Selain itu, Pendidikan akhlak bertujuan untuk membina kualitas

manusia prima dengan ciri-ciri antara lain :

1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan

2. Berakal sehat atau mempunyai kemampuan akademik yaitu mampu

mengembangkan kecerdasannya dengan mencintai ilmu terutama yang

sesuai dengan bakatnya.

76

Zakiah Daradjat,Op.cit.,h.12. 77

Abuddin Nata,Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an,(Jakarta: PT Raja Grafindo),h.180

22

3. Mempunyai kematangan kepribadian, berbudi luhur, jujur, amanah,

berani, qanaah, sabar/tangguh, syukur, bertanggung jawab, cinta tanah

air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan

sosial, dan percaya diri.

4. Mempunyai keterampilan belajar, bekerja, dan beramal sholeh,

disiplin (taat,tepat,ajeg) bekerja keras, mandiri, penuh perilaku yang

inovatif dan kreatif, sehat jasmani dan rohani.78

5. Membentuk manusia yang taat kepada Allah SWT

Pendidikan akhlak bertujuan supaya setiap muslim mempunyai budi

pekerti, tingkah laku, perangai serta adat istiadat yang baik sesuai dengan

ajaran Islam, yakni yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadis.79

Sejalan dengan tujuan hidup setiap orang muslim, yaitu membentuk

manusia yang beribadah kepada Allah SWT. Manusia yang senantiasa

tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya

baik dalam ibadah yang makhdah seperti sholat, puasa, zakat, haji,

shodaqoh maupun melaksanakan aktifitas baik yang menjadi rutinitas

sehari-hari dalam bidang ekomoni, pendidikan, politik, sosial, budaya dll.

Hal ini telah tertera dalam Al-Qur‟an Qs al Dzariyat ayat 56, Allah SWT

menyatakan:

{٦٥}وماخلقت الن واإلنس إاللي عبدون

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah Ku. (QS. Adz Dzaariyat:56).

Sehingga dari segi fungsi dan perannya sebagai hamba Allah dan

khalifah Allah fi al ardhi pendidikan islam bertujuan untuk mendidik

manusia agar mampu melakukan aktivitas yang bernilai ibadah sekaligus

mampu mengemban amanah sebagai khalifah Allah fi al ardhi dalam

78

Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogyakarta:Ar

Ruzz Media, 2016), h.120. 79

Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 25.

23

memelihara jagat raya ini.80

Rumusan tujuan ini muncul karena dipengaruhi

oleh penafsiaran ayat Al-Qur‟an sebagai berikut :

ف األرض خليفة قالوا أتعل فيها من وإذ قال ربك للمالئكة إن جاعل

س لك قال إن أعلم ما ال ي مآء ونن نسبح بمدك ون قد فسد فيها ويسفك الد

{٠٣ت علمون }

Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para

Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di

muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Rabb berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS.

Al Baqarah ayat 30).

Berdasarkan ayat tersebut, tugas hidup manusia adalah menjalankan

fungsinya kekhalifahannya di muka bumi. Fungsi ini menuntut manusia

untuk melaksanakan berbagai aktifitas vital dalam memakmurkan bumi dan

mengenali sumber daya dan pembendaharaannya, sambil tetap

memeperhatikan kehendak Allah di dalamnya dan melaksanakan syari‟at

Allah guna merealisasikan tatanan ilahi.81

2. Mencapai Kebahagiaan Dunia dan di Akhirat

Tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Al-Qur‟an dan Hadis.82

Disisi yang

lain, perbuatan akhlaki mempunyai tujuan langsung yang dekat. Yaitu harga

80

Muhammad Kosim, Pemikiran Pendidikan Islam IBN Khaldun Kritis, Humanis dan

Religius, (Jakarta,PT RINEKA CIPTA,2012), h.63. 81

Abuddin Nata,Pendidikan Persfektif Al-Qur‟an,h.183-184. 82

M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an,(Jakarta;AMZAH,2007),

h.11.

24

diri, dan tujuan jauh adalah ridha Allah SWT melalui amal sholeh dan

jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat, firman Allah SWT :83

ن يا حسنة وقيل للذين ات قوا ماذآ أنزل ربكم قالوا خي را للذين أحسنوا ف ىذه الد

{٠٣} ولدار األخرة خي ر ولنعم دار المتقي

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa:"Apakah

yang telah diturunkan oleh Rabbmu" Mereka menjawab:"(Allah telah

menurunkan) kebaikan".Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini

mendapat (pembalasan) yang baik.Dan sesungguhnya kampung

akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang

yang bertaqwa, (QS. An Nahl ayat 30).

3. Meningkatkan Derajat Manusia

Ilmu akhlak lebih utama orang yang tidak tahu ilmu akhlak.

Pengetahuan ilmu akhlak itu dapat mengantarkan seseorang ke jenjang

kemuliaan akhlak, karena dengan ilmu itu dia akan menyadari mana

perbuatan yang baik yang mengantarkan kebahagiaan dan mana perbuatan

yang jahat yang bakal menjerumuskan kepada kesesatan dan kecelakaan.84

افسحوا ي فسح اهلل لكم وإذا ياأي ها الذين ءامنوا إذا قيل لكم ت فسحوا ف المجالس ف

قيل انشزوا فانشزوا ي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات واهلل با

{١١}ت عملون خبي

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", lapangkanlah

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.Dan apabila

dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadallah ayat 11)

83

Zakiah Daradjat,h.11 84

A Musthofa, h.33

25

Kandungan surat al Mujadallah ayat 11 menjelaskan terkait motivasi

yang kuat agar orang giat menuntut ilmu pengetahuan, yaitu dengan

memberikan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah SWT.85

4. Menuntun Kepada Kebaikan

Pengetahuan akhlak adalah ilmu yang mengundang kepada kebaikan,

serta memberikan tuntunan kepadanya. Ilmu akhlak bukan sekadar

memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga

mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci

dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan manfaat

bagi manusia.86

B. Perempuan

1. Pengertian Perempuan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perempuan berarti

jenis kelamin, yakni orang atau manusiayang memiliki rahim, mengalami

menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.87

Dalam pengertian lain

Perempuan adalah per-empu-an. Empu artinya ibu atau peribuan, perkumpulan

daripada suami dan anak-anaknya.88

Di dalam Al Qur‟an, terdapat surat yang banyak membicarakan hal-hal

yang berhubungan dengan wanita, yakni surat An Nisa dalam ayat pertama,

Allah Berfirman :

ياأي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم من ن فس واحدة وخلق من ها زوجها وبث

اهلل كان عليكم رقيبا من هما رجاال كثيا ونسآء وات قوا اهلل الذي تسآءلون بو واألرحام إن

{١}

85

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002),h.157. 86

Ibid, h.33. 87

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, cet 2, ed.3, 2002), h.856 88

Hamka, Lembaga hidup, (Jakarta:Republik,2015),h.257

26

Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah

menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan

isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-

laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah nyang

dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama

lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah

selalu menjga dan mengawasi kamu. (Qs. An-Nisa ayat 1).

Dalam Surat An Nisa ayat pertama ini menerangkan bahwasannya asal-

usul kejadian manusia adalah satu. Ada 2 macam tafsir yang dimaksud dengan

satu itu tafsir pertama menyatakan bahwa pada awalnya Allah hanya

menciptakan satu diri saja Adam. Kemudian dari dirinya yakni satu tulang

rusuknya itulah diambilkan Allah buat menjadi isterinya itulah Hauwa.

Sedangkan pada tafsir lainnya yang dimakud dengan nafsin wahidatin

(dari diri yang satu), bukanlah semata-mata tubuh yang kasar. Melainkan

pengertian biasa, yaitu diri. Diri manusia itu hakikatnya ialah satu, kemudian

dibagi menjadi dua bagian, satu bagian laki-laki dan satu lagi bagian

perempuan. Bahwasanya pada hakikatnya jenisnya tetap satu yaitu manusia,

baik laki-laki maupun perempuan sama-sama manusia. Namun kemudian

dibelah dua sehingga keduanya memiliki ketertarikan bahwasannya yang satu

memerlukan yang lain sehingga hidup belum lengkap apabila keduanya belum

dipertemukan atau disatukan.89

Al Qur‟am menerangkan bahwa perempuandan laki-laki diciptakan oleh

Allah dengan derajat yang sama. Tidak ada syarat dalam Al-Qur‟an bahwa

perempuan (Hawa) yang diciptakan oleh Allah adalah suatu ciptaan yang

mempunyai martabat yang lebih rendah dari laki-laki pertama (Adam).90

Dikarenakan kedudukannya sama-sama sebagai manusia. Namun secara

hakikat ialah satu sehingga saling membutuhkan, melindungi, menyayangi dan

tetap saling memerlukan yang lain sehingga hidup belumlah lengkap apabila

89

Hamka, Kedudukan Perempuan dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Pajimas,1973), h.5-6 90

Hujaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta : Ghalia Indonesia,

cet I, 2010), h.92.

27

belum menyatu antara laki-laki dan perempuan, di satukan dalam mahligai

pernikahan sehingga terpelihara dan selamatlah hidup diantara keduanya.

Dalam surat an Nisa ayat 1, pada kata Arham yaitu silaturrahmi atau

kasih sayang, dan hubungan diantara satu sama lain. Sebab manusia tidak dapat

datang sendiri ke dalam dunia. Sejak didalam kandungan dipimpin dengan

kasih ibu dan sayang bapak. Sehingga lembaga didalam diri ibu dinamakan

rahim.91

Kata Ar Rahim menunjukan kasih sayang kepada orang –orang yang

tepat dan mengunakannya sesuai kehendak dan keridhaan Allah. Kata Rahim

adalah rahmat terhadap jiwa dan hati yang bersifat bathiniah, berupa

keselamatan abadi di akhirat. Manifestasi sifat Rahim didalam diri orang

beriman muncul sebagai rasa syukur kepada Allah swt, yang telah

menganugerahkan-Nya dan juga kemampuan untuk memelihara dan membagi

kasih sayang yang telah dianugerahkan.92

Allah swt telah menganugerahkan rahim kepada perempuan didalam

dirinya, jika dikaitkan dengan makna kata Ar Rahim sebagai tempat orang-

orang yang tepat menunjukan bahwa rahim perempuan hanya tempat laki-laki

pilihan yang berhak menyentuh dan membuahi rahim yakni laki-laki yang telah

menikahinya.

Selain itu juga rahim perempuan itulah tempat janin dikandung. Setiap

perempuan yang dianugerahkan kehamilan selalu ada raut wajah walaupun

dalam proses kehamilan selama sembilan bulan sepuluh hari dengan penuh

pengorbanan serta perjuangan Allah swt memberikan kemampuan bagi setiap

perempuan untuk memelihara serta memberikan kasih sayang kepada janin

yang dikandungnya, yang kelak menjadi anak nya sebagai penyelamat di

akhirat.

91

Hamka, Op.cit,.h.7 92

Rachmad Ramadhan, Quantum Asma‟ul Husna, (Jogjakarta: Safirah, cet I, 2013), h.96

28

2. Karakteristik Perempuan

Allah SWT menciptakan sesuatu berpasang - pasangan, keberpasangan

inilah dapat mengandung perbedaan dan persamaan. Persamaan dan perbedaan

inilah yang harus diketahui dan dipahami manusia agar manusia mampu

bekerja dalam menjalani kehidupan. Tetapi jangan sampai persamaan ataupun

perbedaan menjadi sebuah permasalah.

Perempuan diciptakan sebagai pasangan laki-laki, dan sangat jelas

terlihat perbedaan dan persamaan yang ada diantara keduanya, tak jarang

percekcokan di lingkungan pertemanan, masyarakat bahkan kehiduapan rumah

tangga ditimbulkan karna tidak adanya saling memahami persamaan dan

perbedaan yang ada. Padahal Allah menciptakan kekurangan serta perbedaan-

perbedaan yang ada di antara perempuan dan laki-laki, agar tercipta

kesempurnaan diantara keduanya, yang tak bisa berjalan sendiri untuk

mencapai kesempurnaan tersebut, karna perempuan dan laki-laki diciptakan

untuk saling melengkapi dengan saling mengetahui dan memahami

keistimewaan dan kekurangan yang ada.

Secara Neurolopsikologi yang membahas hubungan fungsi neurologi

dengan perilaku, kognisi dan emosi, menjelaskan bahwa Allah menciptakan

struktur otak dan hormonal pada manusia antar laki-laki dan perempuan

berbeda ini mempengaruhi perilaku dan kepribadian keduanya. Diantranya

perbedaan dalam struktur fisik, organ reproduksi dan cara berpikir.

Jika dilihat dari struktur fisik perbedaan antara lelaki dan perempuan

terlihat nyata sejak lahir, kemudian semakin nyata sesuai dengan pertumbuhan

usianya, misalnya rambut kepala perempuan lebih subur sehingga lebih

panjang dan halus dari lelaki sedangkan lelaki pada usia dewasa tumbuh

rambut pada area tertentu seperti dagu (jenggot), di atas bibir (kumis) dan

bagian dada. Bagian kerongkongan pun lebih menonjol (tumbuh jakun)

daripada perempuan. Sedangkan otot – otot perempuan tidak sekekar otot

lelaki. Tubuh lelaki lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan perempuan,

sedangkan dilihat dari pertumbuhannya perempuan lebih cepat. Suara

29

perempuan jauh lebih halus dibandingkan lelaki. Itulah antara lain perbedaan

yang dapat diketahui dengan mudah melalui panca indra.93

Karakteristik perempuan serta perbedaan yang terjadi diantara laki-laki

dan perempuan berkaitan dengan perbedaan struktur otak, hormonal, dan

perbedaan ukuran. Sehingga mempengaruhi emosi, tingkah laku seksual,

kemampuan berbicara serta cara berpikir.

Menurut Murtadha Muthahhari, seorang ulama terkemuka Iran yang

dikutip dalam buku karya M. Quraish Shibab menyatakan bahwa “ kemampuan

paru-paru lelaki menghirup udara lebih besar/ banyak daripada perempuan, dan

denyut jantung perempuan lebih cepat dari pada lelaki. Lelaki Secara umum

juga cenderung kepada olahraga, berburu, atau melakukan pekerjaan yang

melibatkan gerakan dibandingkan perempuan. Lelaki secara umum cenderung

kepada tantangan dan perkelahian, sedangkan perempuan cenderung kepada

kedamaian dan keremahan. Lelaki lebih agresif dan suka ribut. Sementara

perempuan lebih tenang dan tentram.94

Hal tersebut jika dikaitkan dengan fungsi struktur otak bahwasanya

aktivitas otak kaum laki-laki lebih banyak terjadi pada daerah limbic temporal.

Daerah ini adalah pengatur emosi yang berhubungan dengan aksi motorik,

teristimewa perilaku yang suka memukul jika sedang marah.

Laki-laki yang beringat, apalagi ketika marah dengan emosi tak

terkontrol akan disalurkan melalui pukulan tangan, tendangan kaki, dan

makian. Sebaliknya pada kaum perempuan aktifitas otaknya lebih banyak

terjadi pada cingulate gyrus bertanggung jawab dalam mengontrol ekspresi

emosi. Sehingga ketika marah seorang perempuan cenderung membelalakkan

matanya dari pada memukul, menendang dan memaki.95

93

Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera

Hati, 2005), h.9-10 94

Ibid,.h.11-12 95

Taufiq Pasak, Revolusi IQ/ED/SQ: Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Neurosains Mutakhir, (Bandung: Mizan, 2008),h.135

30

Sistem limbik itu memang berperan penting dalam pegatur emosi,

bersama dengan komponen di dekatnya amigdala, emosi manusia diatur.

Seorang perempuan memiliki kemampuan kontrol emosi yang lebih baik

daripada laki-laki, akan memiliki kemungkinan lebih besar berhasil mengelola

kecerdasan emosi.96

pada otak manusia terdapat Korpus Kolosum yang

ukurannya relatif lebih besar daripada laki-laki, demikian juga dengan

komponen comissura anterior. Keberadaan dua komponen itu dapat

menerangkan mengapa ekspresi-ekspresi emosional perempuan lebuh dalam

dan ekspresif dibandingkan laki-laki.97

Selanjutnya, pakar psikologi Mesir, Zakaria Ibrahim, menuliskan bahwa,

“perempuan memiliki kecenderungan masokhisme / mencintai diri sendiri yang

berkaitan dengan kecenderungan untuk menyakiti diri (berkorban) demi

melanjutkan keturunan. Kecintaan kepada dirinya yang disertai dengan

kecenderungan itu menjadikan perempuan kuasa mengatasi kesulitan dan sakit

yang memang telah menjadi kodrat yang harus dipikulnya khususnya ketika

haid, mengandung dan melahirkan, serta menyusukan dan membesarkan anak.

Karena adanya rasa sakit itu pula, Allah SWTmenganugerahinya kenikmatan

yang bukan saja dalam hubungan seks seperti halnya lelaki melainkan juga

dalam memelihara anak-anaknya. Ini berbeda dengan lelaki. Tanpa kenikmatan

itu,anak akan terlantar karena suami yang harus keluar rumah mencari nafkah

buat istri dan anak-anaknya.98

Walaupun setiap kodrat yang harus dijalani perempuan bukan termasuk

hal yang mudah bahkan harus mempertaruhkan nyawa demi anak-anaknya.

Dikarenakan Allah memberikan anugerah kekuatan serta rasa kasih sayang

yang dimiliki perempuan yang ia akan berikan kepada orang-orang pilihan

termasuk kepada anak - anaknya sebagaimana bersesuaian dengan makna kata

rahim. Rahim pula lah yang menjadi tempat seorang ibu mengandung anaknya

dengan penuh kasih sayang dan perlindungan. Maka perempuan yang

diamanahkan Allah memiliki banyak anak, Allah pula memberikan kekuatan

96

Ibid.,h.137 97

Ibid.,h.131 98

Quraish Shihab, Perempuan:......., h.13-14

31

sejalan dengan amanah yang diberikan. Karna Allah memberikan beban kepada

hamba Nya sesuai dengan kesanggupan nya.

Selain itu karakteristik perempuan identik dengan suka berbicara atau

sifat cerewet perempuan ternyata memiliki dasar biologis. Dalam mengumbar

kata-kata perempuan memang lebih hebat dibandingkan laki-laki. Perempuan

lebih verbalis dan memiliki pembendaharaan kata termasuk jarang melakukan

kesalahan berbahasa. Efeknya perempuan lancar mengungkapkan masalah -

masalah emosional yang mereka rasakan (status emosi). perempuan mampu

menata kata dan kalimatnya secara teratur, memilih jenis kata (aspek

linguistik) yang dapat melukiskan perasaannya, dan memilih intonasi dan

aksentuasi tertentu yang mendukung emosinya (aspek paralinguistik).99

Hal ini

dikarenakan Penghubung belahan otak, korpus kolosum memiliki lebih banyak

serabutnya dan memang lebih tebal pada perempuan. Dengan itu, aliran

informasi lebih cepat dan lebih banyak. Dari belahan kanan ke belahan kiri

(sehingga emosi dapat diceritakan dengan mudah dalam pengungkapan baik

dalam bentuk kata atau kalimat) hal tersebut berlangsung lebih baik pada

perempuan dibandingkan laki-laki.

Perbedaan cara dan gaya hubungan seks antara laki-laki dan perempuan

juga dipengaruhi oleh inti ventromedial hipotalamus, daerah ini banyak

terdapat serabut saraf yang peka terhadap hormon seks yang disebut esterogen.

Sedangkan pada daerah preoptik medial bagian ini yang mengatur

tingkah laku seks 2,5-3 kali besar laki-laki dari pada perempuan. Selain itu

dalam urusan seks. Perempuan lebih pemalu laki-laki justru lebih agresif.100

3. Peran Perempuan dalam pandnagan Islam

Ketika Islam lahir di Arabia, perempuan menempati kedudukan yang amat

rendah. Mereka diperlakukan bukan hanya inferior secara sosial tetapi juga ibarat

benda. Mempunyai anak perempuan merupakan tanda kehinaan dan banyak orang

99

Taufiq Pasak, Op.cit.,h.131 100

Taufiq Pasak, Op.cit.,h.126

32

tua yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya.101

Al-Qur‟an menjelaskan

perilaku keji tersebut, Allah berfirman:

وإذا بشر أحدىم باألنثى ظل وجهو مسودا وىو كظيم ي ت وارى من القوم من

ف الت راب أالسآء مايكمون سوء مابشر بو أيسكو على ىون أم يدسو

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan

(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan

dia sangat marah. ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,

disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia

akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan

menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah

buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (Qs.an-Nahl ayat 58-59).

Islam memberikan perhatian yang besar untuk anak perempuan. Syariat

ajaran Islam menganjurkan orang tua untuk memberikan perhatian yang lebih

untuk anak perempuan. Allah menganugerahkan pahala bagi orang yang

membimbing dan memperlakukan anak perempuan dengan baik.102

Rosulullah

Saw.Bersabda :

ا من اميار هين نن ل ستء فأحسن ا من ابتل من امبيات بش

Barang siapa yang diuji dengan sesuatu melalui anak-anak

perempuan, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, maka niscaya

mereka akan menjadi perlindungnya dari api neraka. (HR Bukhari dan

Muslim).

Dalam Islam perempuan diciptakan untuk mendampingi laki-laki,

perempuan dan laki-laki diciptakan untuk menyempurnakan kehidupan,

dikarenkan keduanya saling melengkapi, membutuhkan, menjaga, melindungi

sesuai dengan tugas dan peranannya diciptakan oleh Allah SWT. Begitu pula

peranan perempuan didalam hubungan pernikahan ialah sebagai seorang istri bagi

101

Mai Yamani terj purwanto, Feminisme & Islam :Persefektif Hukum Dan Sastra,

(Bandung:Nuansa), h.134. 102

Muhammad Ali al-Allawi, The Great Women,terj. Uluwwul Himmah „Inda An-Nisa,

(Jakarta: Pena Pundi Aksara, cet II, 2006), h.10.

33

suaminya. Setelah menjadi istri bagi suaminya, perempuan tampil dan

bertanggung jawab dalam melayani suami dan anak-anaknya, serta siap mengatasi

berbagai masalah rumah tangga bersama suaminya.103

Istri memiliki perana penting sebagai pemimpin rumah tangga, dan

bertanggung jawab dalam menjalani tugasnya dengan sebaik-baiknya. Selain itu

perempuan bertugas untuk memelihara rumah tangga, hamil, melahirkan,

mengasuh anak dan menjadi berteduhnya suami guna mendapatkan ketenangan.

Ketika suami datang dari kerja dan kelelahan setelah bersusah payah mencari

nafkah, disambut oleh sang istri dengan senyuman dan kasih sayang, dengan itu

semua kepenatan suami akan hilang. 104

Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita

muslimah dalam perkawinan dalam Islam rupanya salah satu tanda kekuasaan

Allah karena istri dijadikan oleh Allah sebagai penyejuk, penghibur dan penenang

suami dalam rumah tangga yang penuh dengan limpahan mawaddah yang murni

dan kasih sayang yang lembut. Sesuai dengan firman Allah :

ة ود هيا وجؾل بيك متسكوا ا ن أهفسك أزواجا م ومن ءايثه أن خوق مك م

ن ة ا لوم يتفكرون ورح {١١} ف ذل أليت م

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar Ruum ayat 21).

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa seorang istri yang mampu

memberikan pelayanan yang terbaik untuk sang suami, sekaligus menjalankan

tanggung jawabnya dalam rumah tangga dengan sebaik-baiknya, tanpa keluh

kesah merupakan ciri dari istri sholehah yang memiliki kecantikan hati dan

prilaku. Sehingga Rosulullah telah menetapkan satu ketentuan yang sungguh

menakjubkan terkait pelayanan seorang istri kepada suaminya, beliau

menegaskan, seorang istri yang mau melayani suaminya dengan baik tanpa

103

Hasbi Indra, Potret Wanita Sholeha, (Jakarta : Pena Madani, cet II, 20014), h.19. 104

Hujaemah,Op.cit,.h.97.

34

mengharapkan imbalan dan dengan hati yang tulus, niscaya diganjar pahala

yang agung.105

.

Perempuan dijadikan kepala dalam rumah tangga. Untuk menjadi ibu,

pendidik dan pengasuh yang utama. Kasih sayang yang diletakkan Allah

kepada seorang ibu akan tercermin pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa

dilakukan oleh siapapun selain seorang ibu.106

Tugas pertama yang harus

ditunaikan seorang ibu adalah melahirkan anak dan merawatnya, karena ibu

adalah orang yang paling banyak mencurahkan waktu untuk anaknya,

khususnya di fase-fase awal perkembangan anak.107

C. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau tepatnya “keberpasangan” merupakan ketetapan illahi

atas segala makhluk. Keberpasang/perkawinan telah dikenal umat manusia

sejak awal kehadirannya di pentas bumi ini dan hingga kini tersebar di semua

masyarakat manusia.108

Selain itu, naluri bagi setiap makhluk memiliki

pasangan, sehinga di tegaskan dalam Al-Qur‟an melalui firman Allah SWT :

ا اليؾومون ا ثيبت األرض ومن أهفسهم ومم ي خوق األزواج كها مم بحان ال {٠٥}س

Maha Suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri

mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Ya Sin:36)

Perkawinan atau pasangan adalah sunnatullah, dalam arti ketetapan

Tuhan yang diberlakukannya terhadap semua makhluk. Berdasarkan literatur

fiqh berbahasa Arab perkawinan atau pernikahan disebut dengan dua kata,

105

Abd Qadir Mansur, Buku Pintar Fikih Muslimah terj Fiqh al Mar‟ah al Muslimah min al

Kitab wa al Sunnah,oleh Muhammad Zaenah Arifin, (Jakarta:Zaman, 2005), h.180. 106

Amru Khalid, Rumah Seindah Syurga terj. Al-Jannah fii Buyutiina oleh M Abdul

Ghofur, (Jakarta : Katulistiwa Press,2016),h.129 107

Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak 2 terj. Fann Tarbiyah al aulaad Fii al

Islam oleh Muhammad Muahson Anasy, (Jakarta: Pustaka al Kausar,2001), h.201 108

Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur‟an, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku,

(Jakarta : Lentera Hati, 2016), h.3

35

yaitu nikah ( نكاح) dan zawaj ( زواج).109

Kata zawaj berarti “pasangan”.

Sedangkan kata nikah ( نكاح) yang menurut bahasa artinya kebersamaan,

menjalin ikatan antara suami istri110

, mengumpulkan, saling memasukan yang

digunakan untuk arti bersetubuh (wathi)111

dan ucapan ikatan nikah (al

„aqdu).112

Dengan nikah diharapkan jiwaraga, cita-cita dan harapan, upaya dan

kesungguhan suami istri menyatu, karena mereka telah dinikahkan.

Dalam pasal 1 Bab I Undang-undang No 1 Tahun 1974 tanggal 2 Januari

1974 dinyatakan :

Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.

Pernikahan dalam Islam merupakan ikatan antara dua jiwa yang paling

kuat yang disambungkan oleh Allah agar keduanya merasakan kedamaian,

ketentraman, ketenangan dan kesenangan yang halal lagi baik.

2. Anjuran Menikah dalam Islam

Ajaran Islam sangat menganjurkan kepada lelaki dan perempuan untuk

menikah bila telah tiba saatnya. Sehingga ajaran Islam melarang seseorang

untuk terus membujang atau hidup sendiri. Hal ini ditegaskan di dalam Al-

Qur‟an :

امحني من ؼبادك وا م هللا من فضل وهللا وأىكحوا األيمى مك وامص ن يكوهوا فلرأء يغن

مأئك ا

{٠١}واسػ ؽومي

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara

kamu, zdan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba

sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

109

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam dan Indonesia antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2007), h.35. 110

Musifin, Perkawinan dan Masalahnya,(Pustaka al Kausar, 1993), h.17. 111

Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta : Kencana, 2003), h.7. 112

Hartono Ahmad, Wanita Jodoh Poligami dan Perselingkuhan, (Pustaka al Kausar,

2007), h.79.

36

memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas

(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur ayat 32).

Bagi lelaki dan perempuan yang telah saatnya untuk menikah, serta disertai

dorongan biologis (nafsu syahwat) yang kuat, maka sangat dianjurkan untuk

segera menikah daripada mereka melakukan tindakan yang diharamkan agama.

Menikah lebih baik, walaupun belum memiliki kemampuan secara ekomonis

untuk menafkahi istrinya. Yakinlah Allah yang akan melapangkan rezeki-Nya.113

3. Tujuan Pernikahan

a. Menghasilkan Keturunan (Anak)

Tujuan asasi dari orang-orang yang saleh dalam memperoleh

keturunan yakni memiliki anak yang menyembah Allah sehingga dia

memperoleh pahalanya setelah kematiannya.114

Untuk memperoleh hal

tersebut sesuai dengan syariat Islam yang sangat menganjurkan pernikahan,

bagi setiap manusia di muka bumi ini. Memperoleh anak dari pernikahan

menjadi dasar disyariatkannya perintah untuk menikah.

Sehingga pernikahan memiliki tujuan utama untuk membentuk

generasi Islam yang tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT dan

menjalankan sunnah Rosulullah. Dengan hal ini ketia seorang manusia telah

lahir dari sebuah pernikahan yang sah, maka ayah ibunya, suami istri

tersebut telah ikut serta dalam proses penciptaan generasi yang diridhai oleh

penciptaNya.115

Memperoleh keturunan dari pernikahan menjadi cara untuk

mendekatkan diri kepada Allah, berikut ini tujuan memperoleh anak:

1. Mencari keridhaan Allah dnegan memperoleh anak, demi

mempertahankan kelangsungan jenis manusia.

113

Hasbi Indra,Op.cit.,h.74. 114

Syaikh Imad Zaki al Barudi, Tafsir Wanita terj Tafsir Al-Qur‟an al Azhim Li an Nisa

oleh Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka al Kausar.2003),h.168. 115

Halimah Alaydrus, Muhasabah Cinta, (Jakarta: Wafa Production, 2018), Cet.III, h.8.

37

2. Mencari keridhaan Rosulullah SAW.dengan memperbanyak umat,

yang kelak pada Hari Kiamat akan menjadi kebanggaannya di antara

umat-umat lain.

3. Mengharapkan berkah dan doa anak-anaknya yang saleh,

sepeninggalnya.

4. Mengharapkan syafaat dari anaknya apabila meninggal dunia

sebelumnya, yakni ketika belum mencapai usia dewasa.116

b. Penyaluran Gejolak Syahwat

Pernikahan bertujuan untuk memenuhi tuntunan syahwat. Demi

menjaga diri kita semua dari jerat-jerat setan dan agar tidak jatuh dalam

lumpur maksiat. Oleh sebab itulah Rosulullah bersabda,

“wahai para anak muda! barangsiapa di antara kamu mampu

untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Sebab dia lebih mampu

untuk menahan pandangan dan lebih mampu membentengi kemaluan.

Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia puasa saja,

sebab dia bisa menjadi penangkal.”117

Dari sabda Rosulullah diatas menyatakan bahwa pernikahan menjadi

anjuran agama untuk membentengi diri terhadap godaan setan, mematahkan

keinginan sangat kuat yang memenuhi pikiran, mencegah bencana akibat

dorongan syahwat, menundukkan pandangan mata dan menjaga kemaluan

dari perbuatan terlarang.118

c. Menggapai Ketenangan dan Ketentaram Hidup

Setiap manusia yang menikah sangat mendamkan ketenangan dan

ketentraman dalam hidupnya. Sebagaiaman yang telah dijelaskan dalam Al-

Qur‟an, Allah SWT juga memerintahkan untuk menikah. Tujuannya, agar

seseorang itu merasa tenang dan tentram karena ada yang melindunginya.119

Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur‟an surah ar-Rum ayat 21 :

116

Al Imam Abu Hamid al Ghazali, Menyingkap Hakikat Perkawinan terj. Kitab Adab an

Nisa oleh Muhammad Bagir, (Bandung: Mizan, 2014),h.25. 117

Ibid.,h.165. 118

Al Imam Abu Hamid al Ghazali, Op.cit., h.46. 119

Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), h.132.

38

ي ة وهي ءاياته أى خلق لكن ه ىد أفسكن أزواجا لتسكىا إليها وجعل بيكن ه

{١١ورحوة إى في ذلك أليات لقىم يتفكروى }

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di

antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS.

Ar Ruum ayat 21).

Ayat diatas merupakan garansi dari Allah SWT bahwa seorang yang

menikah dengan jalan yang benar dan sesuai syariat dan tuntunana Islam,

maka hidupnya akan menjadi tentram. Sehingga segala persoalan yang kita

hadapi juga bisa diselesaikan dengan mudah. Beberapa penelitian pun

menyatakan bahwa menikah dapat menghilangkan stres, lebih mampu

mengendalikan emosi, dan terhindar dari depresi.

Dikarenakan setelah menikah ke mana pun dan kapan pun bisa pergi

berdua dengan pasangan. Saat santai, bersama pasangan. Saat sakit pun, kita

adayang menemani. Demikian juga saat sedang galau, pasangan mampu

memberikan kesejukan.120

D. Akhlak Perempuan dalam Pernikahan

1. Kriteria Perempuan Idaman dalam Pernikahan

Menurut Imam al ghazali, sebagaimana dikatakannya dalam kitab

Ihya‟Ulum al Din, ada depalan ciri utama yang mesti ada pada diri seorang

perempuan agar ikatan pernikahannya menjadi langgeng, yaitu :

a. Agama

Seorang perempuan atau seorang istri hendaknya tidak malu untuk

belajar tentang agama,121

karena rumah tangga yang dikepalai oleh istri yang

120

Abdul Syukur al-Azizi, Sakinah Mawaddah wa Rahmah, (Yogyakarta: DIVA Press,

2017), h.106-107. 121

Zaitunah Subhan, Al-Qur‟an dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender dalam

Penafsiran,(Jakarta: Prenada Media Group,2015), h.83.

39

beragama dan berpendidikan adalah laksana surga di dunia.122

Sehingga

Rosulullah SAW.selalu menekankan kepada kaum laki-laki untuk mencari

calon pendamping hidup yang agamanya kuat.123

yaitu mampu menjalankan

ajaran agama-agamanya dengan baik.124

b. Akhlak yang Baik

Perempuan yang memiliki akhlak yang baik, akan membawa suami

dan anak-anaknya untuk senantia taat dan patuh kepada perintah Allah SWT

dan menjauhi larangnnya. Karna sebaik-baiknya manusia adalah yang baik

akhlaknya. Sedangkan Istri yang berakhlak buruk selalu mengucapkan kata-

kata yang tidak baik, tidak mau mensyukuri nikmat Allah, dan lebih banyak

mendatangkan kesusahan ketimbang kebahagiaan dan ketenangan. Sebagian

oarang Arab mengatakan:

“Janganlah engkau menikahi enam macam perempuan, yaitu

perempuan yang suka mengeluh, perempuan yang selalu mengungkit-

ungkit kebaikan suami, perempuan yang lebih bersimpati pada laki-

laki lain, perempuan yang selalu menginginkan segala sesuatu dan

membebani pundak laki-laki, serta perempuan yang banyak bicara.”125

c. Wajah yang Cantik

Kecantikan pada diri wanita sering mendorong keinginan kaum laki-

laki untuk mengawininya, walaupun mengabaikan agamanya. Memang tak

dapat disangkal bahwa kecantikan seorang istri sering merupakan

pendorong timbulnya kemesraan dan kecintaan.126

Adapun perintah untuk

memperhatikan agama perempuan dalam pernikahan, namun sama sekali

tidak melarang seseorang untuk mencari perempuan yang berwajah cantik

untuk dijadikan istri.

d. Mahar yang Ringan

Perempuan yang memudahkan calon suaminya untuk menikah,

dengan mahar yang ringan adalah sebaik-baiknya perempuan. Hal ini

berdasarkan yang diriwayatkan Aisyah r.a, Rosulullah saw. Bersabda:

122

Hamka,Op.cit., 123

Abd Qadir Mansur,Op.cit., h.211. 124

Ibid.,h.210. 125

Abd Qadir Mansur, Buku Pintar Fikih Wanita, h.212. 126

Al Imam Abu Hamid al Ghazali, Op.cit., h.94.

40

“Perempuan yang membawa berkah adalah yang mudah

menikahinya dan sedikit maharnya.”127

e. Bisa Melahirkan Banyak Anak (Tidak Mandul)

Memiliki keturunan merupakan tujuan dari pernikahan. Berdasarkan

hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan al Nasa‟i dari Ma‟qal ibn

Yasar, Rosulullah SAW.bersabda,

“Nikahilah perempuan yang bisa melahirkan banyak anak (al-

walid) dan yang penyayang (al-wadud).”

Kondisi kesehatan reproduksi calon istrinya menjadi hal yang perlu

diperhatikan bagi seorang laki-laki jika ingin menikahi seorang perempuan,

yakni Sehingga dijelaskan dalam Ihya‟ Ulum al-Din. Al-Ghazali

mengatakan. “ jika dia belum pernah memiliki suami, sedangkan kondisi

dan keadaannya tidak diketahui secara pasti, hendaknya laki-laki yang mau

menikahinya memerhatikan kesehatan dan waktu mudanya.jika dia sehat

dan masih perawan, biasanya dia bisa melahirkan banyak anak.”128

f. Masih Perawan

Perempuan yang masih peawan atau belum pernah berhubungan

dengan laki-laki sebelum pernikahan, menunjukan dirinya patuh kepada

perintah Allah SWT. untuk tidak mendekati perbuatan zina. Sehingga ikatan

pernikahan menjadi kuat dan cinta yang istri berikan kepada suaminya lebih

tulus. Sebagaimana sabda Rosulullah ketika Jabir bin abdullah r.a menikahi

seorang janda :

هال بم ؼبا و ثال ؼبم

“Mengapa bukan perawan sehingga kamu dapat bercumbu

(lebih mesra) dengannya, begitu pula sebaliknya.”

Perempuan yang masih perawan tidak punya pengalaman dengan

lelaki lin, maka dia akan merasa puas dengan suami pertamanya. Dia juga

127

Abd Qadir Mansur, Op.cit., h.216. 128

Farid Nu‟man Hasan, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2019),

h.218.

41

tidak akan membandingkan anatar suaminya dengan lelaki lain. Dia lebih

mudah diatur.129

g. Nasab atau Keturunan yang Unggul

Perempuan sebagai ibu bagi anak-anaknya, menjadi pendidik pertama

terhadap anak-anaknya. Sebagai pendidik, seorang ibu mendapatkan

pengalaman yang diperolehnya dari proses didikan orang tuanya terdahulu

serta harus menimba ilmu sebanyak-banyaknya sebagai bekal seorang ibu

untuk diajarakan kepada anak-anaknya.

Seorang perempuan atau ibu jika didik oleh keluarga yang baik, tentu

saja dia akn mendidik anak-anaknya dengan cara yang baik pula begitu pula

sebaliknya.130

Didikan atau pergaulan ayah bundanya terutama bundanya

seketika kecilnya sangat menentukan tingkah laku anak.131

Sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-Daylami dalam kitab

Musnad al-Firdaus, dan Abu Musa al-Maidani dalam kitab Tadhyi‟ al-

„Umr wa al-Ayyam diriwaytkan pula oleh Anas bahwa Nabi bersabda :

“Nikahilah perempuan dari keluarga yang shaleh, sesungguhnya

keturunan itu sangat menetukan.”

h. Bukan dari Kerabat Dekat Suami

Dalam kitab al-Mughni dijelaskan, alasan lebih dipilihnya perempuan

asing untuk menjadi istri adalah bahwa anak yang akan dilahirkan itu lebih

kuat dan cerdas. Oleh karena itu dikatakan : “nikahilah perempuan-

perempuan yang asing dan jangan menikahi perempuan-permepuan yang

kan memberimu anak yang lemah.”132

129

Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Ensiklopedia Etika Islam: Begini Semestinya

Muslim Berprilaku, terj. Mausu‟ah Al-Adab Al-Islamiyyah Al-Murattabah Ala Al-Huruf Al-

Hijaiyyah oleh Muhammad Isnaini, (jakarta; Maghfirah pustaka, 2005), h.502-503 130

Farid Nu‟man Hasan, Fikih perempuan Kontemporer, h.219. 131

Hamka, Lembaga, h.280. 132

Farid Nu‟man Hasan, Op.cit., h.219.

42

2. Perempuan dalam Memilih Calon Suami

Diantara wujud penghormatan Islam terhadap wanita adalah

memeberikannya hak untuk memilih suami. Orang tua tidak boleh memaksa

putrinya untuk menikah dengan lelaki yang tidak disenangi, namun dalam hal

ini tetap memerlukan nasihat dan bimbingan dari kedua orang tua, demi

kebaikan dirinya. Berikut ini tujuan Islam memberikan kebebasan kepada

wanita memilih calon suami, yaitu :

1. Sebagai pengakuan terhadap nilai dan martabat wanita, dan ia bukanlah

komoditi yang bisa diperjualbelikan oleh walinya.

2. Agar tercapai kesepakatan yang merupakan salah satu dasar dari

kebahagiaan suami istri, bila perkawinan itu berlangsung melalui pilihan

masing-masing dan suka sama suka.

3. Bila wanita dipaksa untuk kawin dengan lelaki yang ia tidak cintainya,

itu berarti kegagalan dalam kehidupannya, untuk itu islam meletakkan

batas dan ketentuan agar perkawinan dilandasi dengan kasih sayang,

ketenangan dan kemantapan. Hal ini tidak akan tercapai bila perkawinan

dipaksakan.133

Setiap perempuan menginginkan mendapatkan pasangan calon suami yang

ideal, yaitu wajah yang ganteng dan rupawan, memiliki harta yang melimpah,

memiliki pekerjaaan yang halal dan baik, cerdas dari aspek pendidikan, berasal

dari keluarga yang baik, sehat secara lahir dan bathin, berakhlak mulia, hingga

taat dalam beribadah, serta bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai suami.

Bila mengalami kesulitan untuk memilih pendamping hidup yang ideal seperti

yang telah dijelaskan, pilihlah yang perangainya baik dan taat dalam beribadah

kepada Allah SWT.

133

Sa‟id „Abdu L-Aziz Al Jandul, Wanita dibawah Naungan Islam, terj. al-Jinsu‟n na‟im fi

zhillil islam oleh Syafril Halim, (Jakarta: CV. Firdaus, 1991),h.55.

43

3. Hak dan Kewajiban Suami Istri

a. Hak Suami atas Istri

1. Ditaati oleh istri dalam hal-hal yang tak melanggar syariat Islam

(maksiat). Dalam melaksanakan urusan rumah tangga selama suami

menjalankan ketentuan-ketentuan Islam yang berhubungan dengan

kehidupan suami istri.

2. Suami berhak merasa aman dikarenakan istri mampu menjaga harta

suami, serta mengatur nafkahnya untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga, yakni dengan tidak boros dalam berbelanja kebutuhan rumah

tangga. Serta meminta izin ketika ingin membelanjankannya.134

3. Suami berhak merasa tenang dikarenakan istri mampu menjaga

dirinya (kehormatan diri) dengan tidak berdandan dan berhias yang

terlalu mencolok ketika keluar rumah, tidak menerima tamu laki-laki

ketika suami tidak dirumah.

4. Suami mendapatkan pelayanan yang baik dari istri dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan suami, misalnya, dengan menyiapkan

keperluan makan dan pakaian suami, tidak menolak jika diajak

berhubungan suami istri kecuali ada alasan syar‟i serta menjaga

penampilan, sikap dan perilaku saat di rumah sehingga membuat

suami nyaman di rumah.135

5. Suami berhak mendapatkan perlakuan baik untuk orang tua dan

kerabat suami dari istrinya serta dijaga rahasia dan kekurangan

suami oleh istrinya.136

6. Membantu suami dalam mendidik anak137

134

Mahmud Ash Shabbagh, Keluarga Bahagia dalam Islam terj. As-Sa‟adah Az-Zaujiyah

Fil Islam, (Yogyakarta: CV Pustaka Mantiq,1993), h.160. 135

Zaenal Arifin dan Muh Ansori, Fiqih Munakahat, (Jawa Barat : CV Jaya Star Nine,

2019), h.128. 136

Ibid, h.129. 137

Kasmuri Selamat, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan Perkawinan),

(Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h.73.

44

7. Istri hendaknya menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang

dapat menyusahkan suami dan tidak menunjukan keadaan yang tidak

senangi suami.138

b. Kewajiban suami atas Istri

1) Memberi maskawin (Mahar)

Maskawin atau mahar adalah pemberian suami kepada istrinya

sebelum, sesudah atau padawaktu berlangsungnya akad sebagai

pemberian wajib yang tidak dapat diganti dengan lainnya. Maskawin

adalah imbangan untuk dapat menjima‟ istri dan sebagai tanda

kerelaannya untuk digauli oleh suaminya serta memperkokoh ikatan

batin dan menimbulkan kasih sayang dari istri ke suami sebagai teman

hidup.139

2) Memberikan pembinaan terhadap istri baik secara mental

(membentuk sikap dan kepribadian istri) dan spriritual

(menguatkan keimanan dan ketakwaan istri) untuk menjalankan

bahtera rumah tangga.

3) Memberikan Nafkah atas Istri

Diantara kewajiban seorang suami atas istri untuk memenuhi hak

istrinya adalah kewajiban memberi nafkah. Pemberian nafkah atas istri

tidak akan berhenti selama ikatan pernikahan tidak terputus. Dan

didalam pasal 80 KHI menyatakan bahwa dari penghasilan seorang

suami harus menanggung keperluan hidup berumah tangga sesuai

kemampuannya diantaranya : nafkah, kiswah (pakaian), dan tempat

kediaman bagi istri, selain itu suami juga wajib menanggung biaya

kebutuhan rumah tangga, biaya perawatan, biaya pengobatan bagi istri

dan anak serta biaya pendidikan bagi anak.140

138

Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta : PT Raja Grafindo,

2009), h.158. 139

Zaenal Arifin dan Muh Ansori, Op, cit., h.129. 140

Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016)

h.115-116.

45

4) Melakukan pergaulan yang baik141

Suami harus melakukan pergaulan yang baik terhadap istrinya.

Suami harus bersikap lembut dan penuh kebaikan dalam ucapan

maupun perbuatan, seperti memberikan perhatian, memberikan

panggilan yang baik untuk istri, bercanda mesra dengan istri, berkata

jujur dan berprilaku adil terhadap istri. Dan tidak menyakiti baik

dengan kekerasan fisik ataupun bathin dari ucapan maupun perbuatan

suami terhadap istri. Bahkan sikap suami dapat menjadi tauladan yang

baik bagi istrinya.

c. Hak Istri atas Suami

1. Mendapatkan mahar dari suami

2. Mendapatkan nafkah dari suami

3. Mendapatkan hak waris

Istri berhak mendapatkan hak waris ketika suaminya meninggal

dunia, Islam telah mengaturnya sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam al Qur‟an :

بػ مم فوك امر ن كن مهن ول فا هن ول م يكن م ن م

ا ترنن ومك هصف ماترك أزواجك ا

فا ك ول م يكن م ن م

ا ترنت ا بػ مم ن كن مك من بؾد وصية يوصني بأأودين ومهن امر

يورث لكل ن كن رجلن بؾد وصية ثوصون بأأودين وا ا ترنت م فوهن امثمن مم ول

ن كهوا أنث من ذل دس فا نما امس فوك واحد م ول أخ أوأخت فهم أو امرأة

ن هللا وهللا ؽومي كء ف امثوث من بؾد وصية يوص بأأودين غي مضأر وصية م ش

{ {١١حومي

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai

anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu

mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah

dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar

141

Zaenal Arifin dan Muh Ansori, Op, cit.,h.133.

46

hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu

tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu

mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari

harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu

buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika

seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak

meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi

mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang

saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari

kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-

saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu

dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat

olehnya atau atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak

memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang

demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah. Dan

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (QS. An Nisa ayat

12)

4. Mendapat keadilan dalam poligami

Hak istri yang dipoligami mendapatkan keadilan dari suami.

Dalam hal material yakni membagi tempat, waktu bersama istri-istri,

dan juga adil dalam memberi nafkah serta keadilan dalam pemberiaan

perasaan sayang, cinta dan kasih sayang.142

d. Kewajiban Istri terhadap Suami

Dalam agama Islam berikut ini kewajiban istri terhadap suami :

1. Taat dan berbakti kepada suami

Taat dan berbakti kepada suami, hormat dan tunduk kepada suami

merupakan akhlak yang baik dengan mementingkan, memperhatikan

urusan suami dan memelihara hak-haknya dari pagi sore dan malah

hari, memberikan kasih sayang, kelembuatan dan kesejukan hingga

142

Ibid., h.140

47

mendatangakan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan suami. Hal

tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur‟an :

ل هللا بؾضهم ؽل بؾض وبمأأهفلوا من سأء بما فض امون ؽل ام امرجال كو

امحات كاهت ات حافغات نوغيب بما حفظأموامهم فامص

{٠٣} هللا واالت

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh

karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)

telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu

maka Wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi

memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah

telah memelihara (mereka) ....... (QS Al Baqarah ayat 34).

2. Istri wajib minta izin terlebih dahulu kepada suaminya ketika

hendak keluar rumah. Istri yang amanah dan berbakti adalah istri

yang senantiasa menjaga kehormatan diri dan suaminya, terutama

ketika suaminya tidak ada dirumah. Seorang istri yang amanah

tidak akan keluar rumah tanpa keperluan yang mendesak tanpa

seizin suami. Bahkan, untuk pergi ke masjid pun, seorang istri

harus meminta izin kepada suami.

3. Seorang istri tidak boleh membiarkan rumahnya dimasuki oleh

laki-laki lain kecuali atas izin suaminya.143

Terutama tamu yang

dibenci suaminya ke dalam rumah, apalagi bermesraan dengan

lelaki lain.144

Maka dari itu istri senantiasa menundukan

pandangan pada lelaki yang lain.Wanita muslimah yang bertakwa

kepada akan selalu menundukkan pandangan pada pria lain , hal

ini merupakan bentuk pengamalan dari firman Allah dalam Al-

Qur‟an :

143

Ibid,h.306. 144

Adi Junjunan,Op.cit.,h.7.8

48

فغن فروجن واليبدين زيتن ومؤمات يغضضن من أبصارهن وي وكل ن

ن واليبدين زيتن مرهن ؽل جيوب الماعهر منا وميضبن بن أو ا ال مبؾوهتن أو ءابأئ

ا

ن أو خوانن أو بن ا خوان

ن أو أبيأء بؾوهتن أو ا ن أو ءابأء بؾوهتن أو أبيأئ بن أخوات

ن أو ماموكت أيمانن أو امتاب ين مم وسأئ فل ال ربة من امرجال أو امطؾني غي أول اال

ل فني من زيتن وثوبوا ا سأء واليضبن بأرجوهن ميؾل ماي هللا يغهروا ؽل ؼورات ام

ه اممؤمون مؾوك يؾا أي {٠١} ثفوحون ج

Katakanlah kepada wanita yang beriman:"Hendaklah

mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan

mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka

kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah

menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka,

atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera

mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara

mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau

putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita

Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-

pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap

wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat

wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan bertaubatlah

kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntung. (QS. An Nuur:31)

Wanita yang menahan pandangannya pada pria lain (bukan

suami) termasuk wanita baik-baik (tidak liar), suatu sifat yang disenangi

oleh kaum pria karena merupakan bukti kebersihan perasaan dan

terpeliharaan dirinya serta keselamatan penglihatannya. Bahkan sifat ini

49

merupakan sifat yang paling baik atau suci bagi wanita yang memiliki

iffah (kesucian diri).

4. Istri tidak menceritakan wanita lain kepada suaminya

Seorang istri hendaknya tidak menceritakan wanita lain kepada

suaminya, baik temannya maupun kenalannya. Hal ini dilarang didalam

Islam dikarenakan Islam menginginkan ketenangan hati dan pikiran,

tidak kegelisahan oleh khayalan dan pikiran yang akan dapat

membandingkan istrinya dengan wanita lain yang dapat

menguncangkan perasaan atau hati, sehingga ia tidak berkonsentrasi

dan tidak tenang melakukan aktifitas kerjanya, yang juga akan

mengakibatkan timbulnya fitnah dan penyelewengan bahkan

perselingkuhan.145

5. Istri berhias atau menjaga penampilan hanya untuk suami

Istri yang membiarkan dirinya kumal, memakai pakaian lusuh dan

tidak sedap dipandang oleh suami, sementara ketika menyambut tamu

atau keluar rumah untuk menghadiri suatu acara atau pertemuan, ia

berdandan rapih adalah istri yang durhaka kepada suami.146

Selalu

menutup aurat selain kepada suaminya.147

Sehingga Istri senantiasa

bersih, baik badannya, pakaiannya penampilannya maupun

kemolekannya.148

Maka dari itu seorang perempuan yang telah menikah dan

memiliki anak harus tetap menjaga penampilannya agar cantik dan

menarik serta menyenangkan hati jika dipandang suami. Hendaknya

senantiasa berdandan dan bersolek, namun yang harus menjadi

perhatian perempuan ialah yang ia lakukan hanya menyenangkan hati

suami, bukan untuk menjadi pusat perhatian lawan jenis selain suami.

145

Muhammad Ali Hasan, Op.cit., h.169-170 146

Ibid, h.166-167 147

Butsainah as-Sayyid al-Iraqi, 1000 Tips Menikmati Surga Rumah Tangga terj. Alfu

Fhaiqah Lissa‟adatiz Zaujiyah oleh Najib Junaidi, (Surabaya: CV Fitrah Mandiri, 2006), Cet II, h. 148

Ibid, h.75.

50

6. Berilah perhatian sepenuhnya ketika suami mengajak berbicara.

149

Ketika suami mengajak berbicara, istri berkewaiban

memperhatikan pembicaraan secara baik dan seksama. Sehingga istri

tidak boleh meninggalkan suami yang sedang berbicara. Istri juga tidak

boleh membantah suaminya dengan keras, bersikaplah yang bijaksana.

untuk sementara sebaiknya mengikuti kehendak suaminya, setelah

suasananya memungkinkan kalau pertimbangkan suami itu tidak cocok,

ajukan suatu pertimbangan lain dengan cara yang sabar dan bijaksana

sehingga tujuan kedua pihak bisa tercapai.

Namun, yang harus diperhatikan apabila dalam kondisi suami

marah karena suatu hal, hendaklah istri berlaku sabar dan diam untuk

sementara, jangan dibantah atau ditentang karena dapat menimbulkan

suasana yang semakin tegang dan panas yang akan mengganggu

kehidupan rumah tangga. Ataupun dalam kondisi istri sedang marah

dengan suami jangan terlalu banyak adu argumentasi dan berdebat

dengan suami, dan menghitung-hitung kesalahan suami hanya akan

menumbuhkan kebencian dan memperburuk hubungan.

7. Berhati-hati dalam menyampaikan persoalan keluarga, terutama

ketika suami sedang kelelahan. Carilah waktu yang tepat dan

rileks. Istri juga harus berusaha menciptakan suasana damai yang

dibutuhkan suami.150

8. Istri tidak meminta bercerai tanpa alasan syar‟i151

Wanita muslimah yang paham ajaran agamanya tidak boleh lupa

bahwa diantara amalnya yang paling baik setelah beribadah, adalah

keberhasilannya mengambil hati suami atau menyenangkan hati suami.

Yakni istri membuat suami merasa senang dan sejuk hatinya bersama

dengannya.

149

Hujaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, h.111-112. 150

Veithzal Rivai Zainal, h.234 151

Adi Junjunan, Energi Cinta untuk Keluarga, (Jakarta: Niaga Swadaya, 2009), h.78.

51

9. Menyenangkan Hati Suami

Dalam menyenangkan hati suami, istri memperhatikan

penampilan dan pakaian suami dengan memberitahu suami tentang

pakaian tertentu yang ingin ia kenakan, dan pilihkanlah pakaian yang

akan suami kenakan serta menemani ketika suami memakai pakaian

hingga keluar rumah.152

Mengetahui dan memberikan pelayanan terbaik

untuk makanan kesukaan suami. Selain itu perhatikan hidangan

makanannya agar siap saji begitu suami pulang dari pekerjaannya.

Supaya dia tidak merasa muak dan bosan menunggu.153

Istri

menyambut suami pulang kerja (mencari nafkah) dengan mesra dan

berwajah ceria, gembira dan senyuman yang manis untuk melenyapkan

keletihan dan beban pikiran suami. Istri dilarang membanding-

bandingkan suami dengan pasangan orang lain, atau mengunggulkan

suami tetangga dihadapan suami.

Istri harus bisa menyenangkan hati suami dengan menjaga

perasaan suami sehingga jangan pernah sekali-kali seorang istri

membandingkan suami dengan orang lain, hal ini tentu saja akan

melukai hati suami, karena seorang suami tentu saja ingin terlihat baik

di depan mata dan hati istrinya. Istri yang mau berterima kasih kepada

suaminya dan mau bersyukur kepada Allah SWT. Selalu berusaha

mencari sesuatu yang menyenangkan suaminya dengan kecantikan

jasmani, rohani dan akalnya,154

baik dalam bentuk pakaian, makanan

maupun tingkah laku.155

10. Istri yang pandai mengontrol rasa cemburu

Setiap manusia memiliki rasa cemburu, baik wanita maupun laki-

laki. Cemburu adalah potensi kebaikan yang disebut dengan ghirah.

Rasa ini mampu menggerakkan hati ketika mata melihat sesuatu yang

152

Butsainah as-Sayyid al-Iraqi, 1000 Tips Menikmati Surga Rumah Tangga, h.86-87. 153

Ibid. h.97. 154

Ibid.,h.73. 155

Ibid.h.78.

52

tidak baik dan tidak menyenangkan. Dalam kehidupan rumah tangga,

cemburu adalah bumbu Yng menambahkan cita rasa dalam racikan

kasih sayang suami istri. Tanpa cemburu, cinta bisa saja menjadi

hambar. Namun, cemburu pun perlu diletakkan pada tempatnya dan

dikontrol agar tidak liar dan menjadi bibit-bibit kehancuran rumah

tangga. Ibarat api, cemburu bisa berkobar dan membakar istana cinta

sehingga menjadi aarng dan abu. Karenanya istri yang menyadari ini

akan pandai menjaga perasaannya dan prasangkanya.156

11. Tidak Melakukan Puasa Sunnah Kecuali Izin Suami

Jika seorang suami ada dirumah, istri hendaknya meminta izin

ketika ingin berpuasa sunah, hal ini di lakukan untuk mengantisipasi

apabila suami mengajak istri untuk melakukan kewajibannya di siang

hari. Karena melayani suami merupakan tanggung jawab yang harus di

laksanakan oleh istri. Akan tetapi jika istri melakukan puasa untuk

mengganti puasa wajib maka suami tidak boleh melarang istri untuk

melakukan puasa tersebut.

12. Berbuat baik kepada mertua dan keluarga suami

Berbakti kepada mertua atau orang tua dari suami dan

menghormati keluarga suami merupakan bentuk bakti dan taat kepada

suami. Wanita muslimah yang mengerti agamanya tahu bahwa manusia

yang paling besar haknya untuk ditunaikan oleh seorang pria adalah

ibunya. Maka seorang muslimah akan selalu membantu suaminya untuk

berbakti kepada ibunya dengan cara menghormati ibunya tersebut.

Seorang istri muslimah harus mempergauli orang tua suami

(mertua) dengan lembut dan dengan sikap yang terpuji serta

menghadapi dengan bahasa atau cara yang lebih baik, yaitu dengan cara

memelihara keseimbangan hubungan dengan mertua dan juga suami.157

13. Istri Mendukung suami dalam Melakukan Kebaikan

156

Misran Jusan dan Armansyah, Op.cit, h.308-309. 157

Op.cit,.h.150-151

53

Istri membantu suami untuk mentaati Allah dengan mengingatkan

suami untuk melakukan amal-amal yang enggan ia kerjakan atau lupa

dengan cara yang baik. Selain itu seorang istri mendukung suami

mencari nafkah yang halal. Istri membantu suami dalam

menyumbangkan pemikiran, pendapat, dorongan, yang meneguhkan

untuk membantu suami agar menggelorakan semangat hidup dalam

mencari nafkah yang halal dan memotivasinya agar ia mampu

menunaikan tugas hidupnya.

Istri mendukung suami untuk mengeluarkan harta di jalan Allah

(bersedekah), bukan untuk berfoya-foya dan bersenang-senang. Namun

dalam hal mengeluarkan harta di jalan Allah swt. istri tidak

mengeluarkan harta suami sedikit pun kecuali dengan izin suami (baik

digunakan untuk shodaqoh atau berinfak maupun untuk kebutuhan

sehari-hari).Semua ini bergantung kepada izin dan kerelaan dan

keridhaan sang suami. Bila seorang istri berinfak dengan seizin suami,

tetapi suaminya itu tidak menyuruhnya, maka sang istri mendapat

setengah dari pahala infaq tersebut. Sedangkan jika tanpa seizin

suaminya maka ia mendapat dosa. Apabila istri menginfakkan uang

suaminya pada saat suaminya tidak berada disisinya namun jika suami

mengetahui tindakannya bersedekah dengan uang jerih payahnya,

suaminya tidak akan marah dan bahkan meridhainya, maka

diperbolehkan bagi istri mengeluarkan infak tersebut.158

4. Perbuatan Buruk Istri terhadap Suami

Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang istri yang berprilaku dan

tindaknya dianggap durhaka sebagai berikut :

1. Suami sudah menyediakan tempat tinggal dan istrinya tidak mau

menempatinya tanpa alasan yang jelas, atau seorang istri sering keluar

rumah tanpa izin dan restu dari suaminya, dan tidak ada keperluan yang

sangat mendesak (darurat).

158

Muhammad Ali Al Hasyimi, Jati Diri Seorang Muslim terj. Syakhshiyyatul Mar‟ah Al-

Muslimah Oleh M Abdul Ghoffar, (Jakarta : Al Kausar, 2012), h.155.

54

2. Suami istri tinggal di rumah milik istrinya kemudian istrinya mengusir

suaminya tanpa alasan yang jelas dan dibenarkan oleh syariat agama

3. Suami yang sudah mampu menyediakan rumah untuk istrinya namun

istrinya masih bertahan di rumah rang tuanya dan tidak mau pindah tanpa

alasan yang jelas juga.

4. Seorang istri melakukan pekerjaan tanpa dibarengi suaminya atau

muhrimnya meskipun perjalanannya yang dilakukan merupakan kewajiban

agama seperti menunaikan ibadah haji, karena perjalanannya seorang istri

yang tidak disertai suaminya atau muhrimnya termasuk perbuatan

maksiat.159

Seorang suami yang telah mendapati tanda-tanda atau mendapatkan

informasi dari orang lain bahwa istrinya bertindak tanduk yang mengarah

durhaka kepada suaminya maka suami yang bersangkutan secepatnya

memberikan nasihat dengan menggunakan komunikasi yang terbaik dan penuh

keterbukaan. Jika masih mengulangi kesalahan lagi maka tidakan yang harus

dilakukan suami adalah pisah tidur, tetapi perilaku istri masih berlanjut maka

sikap suami dibenarkan memukul istrinya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-

Qur‟an:160

فعظوىن واىجروىن ف المضاجع واضربوىن فإن تافون نشوزىن

{٤٣أطعنكم فالت ب غوا عليهن سبيال إن اهلل كان عليا كبيا }

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka

nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka

menta'atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk

menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

(QS. An Nisa ayat 34).

159

Muhammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta :

Darussalam, 2004), h.213. 160

Ibid., h.212.

55

E. Hasil penelitian yang Relevan

Dari hasil penelusuran mengenai penelitian terdahulu, diperoleh beberapa

masalah yang berkaitan dengan yang akan diteliti. Sehingga penelitian-

penelitian tersebut digunakan sebagai acuan untuk memahami Pendidikan

Akhlak untuk Perempuan dalam Pernikahan yang akan menjadi objek dalam

penelitian ini diantaranya adalah :

1. Gustin Ambarsih, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2019 dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-

Nilai Pendidikan Akhlak Untuk Peserta Didik Menurut M. Quraish

Shihab dalam Buku Yang Hilang Dari Kita : Akhlak”. Dalam skripsi ini

membahas ide dan gagasan perihal nilai-nilai pendidikan akhlak untuk

peserta didik menurut M. Quraish Shihab yang tertuang dalam buku

Yang Hilang dari Kita: Akhlak, Yaitu meliputi toleransi, kedisiplinan,

Al-Haya‟/malu. Ada beberapa sopan santun untuk peserta didik yang

juga terkandung dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Yaitu sopan

santun terhadap Allah swt, sopan santun terhadap Ibu-Bapak, sopan

santun murid dan guru, sopan santun terhadap sahabat/teman dan sopan

santun terhadap berbicara.

Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis terletak pada

kesamaan dalam menggunakan penelitian kepustakaan yaitu library

research, dan sama-sama variabelnya melibatkan tokoh M. Quraish

Shihab. Sedangkan perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis

terletak pada masalah yang dibahas dalam penelitian. Skripsi karya Gusti

Ambarsih membahas masalah Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak untuk

Peserta Didik sedangkan skripsi penulis membahas masalah Pendidikan

Akhlak Perempuan dalam Pernikahan.

2. Siti Muhadiroh, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

tahun 2018 dalam skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak

Istri terhadap Suami dalam Kitab al-Mar‟ah ash-Sholihah Karya KH

Masruhan al Maqhfuri”. Dalam penelitian ini membahas tentang

menunjukkan bahwa konsep pendidikan akhlak istri terhadap suami

dalam kitab Al-Mar‟ah Ash-Shalihah yaitu di dalam suatu rumah tangga

56

hendaknya memiliki hubungan komunikasi yang baik, seorang istri harus

menjaga kehormatan baik pada dirinya maupun suaminya, menjaga

penampilan diri agar suami merasa betah jika berada di dekat istri,

meminta izin suami ketika ingin pergi keluar rumah serta taat terhadap

perintah suami.

Persamaan skripsi karya Siti Muhadiroh dengan skripsi penulis

terletak pada kesamaan dalam permasalahan yang diteliti yakni

pendidikan akhlak dan sama-sama menggunakan penelitian kepustakaan

yaitu library research. Sedangkan perbedaan skripsi tersebut dengan

skripsi penulis adalah jika skripsi karya Siti Muhadiroh membahas

konsep pendidikan akhlak Akhlak Istri terhadap Suami dalam Kitab al-

Mar‟ah ash-Sholihah Karya KH Masruhan al Maqhfuri sedangkan

penelitian penulis Konsep pendidikan akhlak perempuan dalam

pernikahan menurut M. Quraish Shihab.

3. Moh Ali Mashudi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Surabaya tahun

2014 dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

Perempuan Shalihah Perspektif al-Qur‟an dan Relevansinya dengan

Realitas Kehidupan Perempuan Modern (Studi tentang Nilai-nilai

Pendidikan Akhlak Perempuan Salihah dalam Qur‟an Surah al-Nisa‟ ayat

34, 35, 36 dan al-Ahzab ayat 59 Perspektif Tafsir Perspektif Tafsir Ibnu

Kathir, al-Azhar, dan al-Misbah)”. Dalam skripsi ini membahas tentang

nilai-nilai pendidikan akhlak perempuan shalihah yang terkandung dalam

surat al-Nisa‟ ayat 34, 35, 36 dan al-Ahzab ayat 59, antara lain: Taat

kepada Allah, taat kepada suami, berbuat baik kepada orang tua, karib

kerabat, anak yatim dan fakir miskin, tetangga, teman sejawat, ibnu sabil,

para budak serta perintah memakai jilbab. Kedua, pendidikan akhlak

perempuan salihah dalam ayat tersebut masih sangat jauh dari kata relevan

dengan realitas kehidupan perempuan modern sehingga memang sangat

penting untuk ditanamkan, dikembangkan dan diajarkan kepada generasi

muda.

Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis terletak pada

kesamaan dalam permasalahan yang diteliti yakni pendidikan akhlak

57

perempuan dan sama-sama menggunakan penelitian kepustakaan yaitu

library research. Sedangkan perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi

penulis adalah jika skripsi karya Moh Ali Mashudi membahas pendidikan

akhlak perempuan perspektif Al-Qur‟an dan relevansinya dengan realitas

kehidupan perempuan modern sedangkan penelitian penulis pendidikan

akhlak perempuan menurut M. Quraish Shihab.

Kesimpulan dari 3 judul skripsi yang penulis ambil dengan tujuan untuk

mengkomparasi atau membandingkan dengan skripsi yang penulis buat, secara

khusus skripsi-skripsi itu dibuat dengan metode kualitatif . Perbedaan

penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian di atas, penulis ingin

memaparkan bagaimana “Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan dalam

Pernikahan Menurut Quraish Shihab”. Dalam penelitian yang penulis buat

memaparkan terkait akhlak-akhlak perempuan dalam pernikahan yakni dalam

menjalankan peranannya sebagai seorang istri terhadap suami. Metode yang

digunakan adalah metode penelitian kepustakaan (library Research) dengan

pendekatan tehnik analisis deskriptiif. Untuk pengumpulan data dilakakan

dengan cara membaca, menelaah buku-buku, majalah, surat kabar dan bahan-

abahan informasi lainnya, terutama yang berkaitan dengan judul skripsi yang di

buat oleh penulis.

58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai Konsep Pendidikan Akhlak

Perempuan dalam Pernikahan Menurut Quraish Shihab. Dalam penelitian ini

objek yang dibahas adalah pandangan M. Quraish Sihab mengenai pendidikan

akhlak bagi perempuan dalam pernikahan.

Adapun pengaturan waktu penulis dalam melakukan penelitian di mulai

sejak bulan Agustus sampai dengan bulan November 2019, digunakan untuk

mengumpulkan berbagai macam sumber-sumber tertulis yang berupa buku-buku,

jurnal, dsb yang terdapat di perpustakaan, internet serta sumber yang mendukung

penelitian, terutama yang berkaitan dengan pendidikan akhlak perempuan dalam

pernikahan menurut M.Quraish Shihab, sebagai penguat dalam penulisan skripsi

ini. Kemudian menyusun dan menganalisi data-data dari sumber-sumber yang

telah ditemukan dalam bentuk penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode library

research atau penulisan berdasarkan literature dan metode studi dokumentasi.

Studi dokumentasi atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada

analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteknya. Penelitian ini

untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang dalam buku atau naskah-naskah

yang terpublikasikan.161

Metode studi dokumentasi ini digunakan untuk menggali pemikiran

M.Quraish Shihab yang tertuang dalam karya-karyanya yang berkaitan dengan

pendidikan akhlak, perempuan dan pernikahan. M. Quraih Shihab sebagai pakar

tafsir memiliki perhatian yang besar terhadap perempuan, terbukti ada beberapa

karya beliau yang membahas berkaitan dengan perempuan. Dalam hal ini penulis

akan meneliti perihal pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan yang

161

Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:

Alfabeta,2015), Cet. XXII, h. 2

59

menjadi fokusnya adalah akhlak istri terhadap suami yang tertuang di dalam

karangan M.Quraish Shihab terutama pada buku Pengantin Al Qur‟an :Kalung

Permata buat Anak-Anakku.

C. Fokus Penelitian

Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi

pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang

yang dipandang ahli.162

Selain itu fokus penelitian harus dapat pemusatan

konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian

harus diungkapkan secara jelas untuk mempermudah peneliti sebelum melakukan

penelitian adalah garis besar dari penelitian serta analisa hasil penelitian akan

lebih terarah.

Fokus penelitian pada penulisan ini adalah pemikiran Quraish Shihab yang

berkaitan dengan pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan, dan terfokus

pada akhlak yang harus dimiliki seorang istri terhadap suami yang berdasarkan

pemikiran dan pandangan Quraish Shihab.

Cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif analitik

adalah menjelaskan tentang pengertian dan konsep dari sumber yang berkaitan

sebagai penunjang terhadap pembahasan yang akan diteliti, baik berupa dalil-dalil

Al-Qur‟an dan Hadis dan juga disiplin ilmu pengetahuan lainnya yang menunjang

pembahasan penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Dalam buku karangan Dr. Sugiyono dijelaskan bahwa metode penelitian

adalah cara ilmiah yang rasional, empiris, dan sistematis untuk mendapatkan data

dengan tujuan yang bersifat penemuan, pembuktian serta pengembangan yang

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.163

Suatu

metode penelitian mempunyai rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini

menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, sehingga

dengan rancangan atau prosedur tersebut dapat diketahui metode, jenis dan

162

Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011) ,

h. 378- 379 163

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Loc.cit.

60

pendekatan apa yang tepat untuk digunakan dalam penelitian tersebut. Adapun

proses yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :

E. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam Skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk

memperoleh data penelitian, dari berbagai macam teori yang diperoleh darim

kepustakaan. Selain itu dalam penyusunan penelitian skripsi ini menggunakan

pendekatan yang bersifat deskriptif.

Sebagaimana yang telah dikutip oleh Nazir, penelitian deskriptif yaitu

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku

dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.164

Selain itu,

penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan

deskriptif mengenai kata-kata maupun tertulis. Penelitian kualitatif adalah suatu

pendekatan yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individu atau kelompok.

Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan

konsep dari tokoh yang diteliti untuk memudahkan memahami dan

menghubungkan jalan pikiran maupun makna yang terkandung didalamnya secara

komprehensif.

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan informasi yang

berhubungan dengan tujuan penelitian, sehingga penulis membutuhkan dari

beberapa literatur yang digunakan yang terbagi menjadi dua sumber, diantaranya

:

a. Sumber Primer

Sumber primer yakni sumber data yang langsung berkaitan dengan

objek research. Dalam hal ini yang menjadi sumber primer adalah karya

164

Moh. Nizar, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, cet. IV, hal 63-64.

61

M. Quraish Shihab yakni, Pengantin Al Qur‟an : Kalung Permata buat

Anak-Anakku. Karya M.Quraish Shihab, Jakarta : Lentera Hati, 2007

b. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang tidak langsung berkaitan

dengan tema pokok bahasan penelitian atau data yang diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Beberapa sumber data yang digunakan

penyusun untuk penelitian ini di antaranya seperti :

1. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut‟ah Sampai

Nikah Sunnah, Dari Bias Lama Sampai Bias Baru. Karya M.Qurasih

Shihab, Jakarta: Lentera Hati, 2005.

2. 1001 Tanya Jawab Seputar Perempuan. Karya M.Qurasih Shihab,

Jakarta: Lentera Hati, 2011

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, prosedur pengumpulan data menggunakan

pendekatan kepustakaan (Library Research). Sesuai dengan metode yang

digunakan, maka pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi.

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat

berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dalam kajian

ini penulis mengandalkan data yang bersumber dari dokumen yang penulis kaji,

yakni karya M. Quraish Shihab yang berkaitan dengan pendidikan akhlak

perempuan dalam pernikahan.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari dan

menganalisis literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan

diteliti dengan mengumpulkan sumber referensi berupa buku-buku, jurnal, dan

literatur ilmiah lainnya dari karya para pakar, intelektual, praktisi, maupun para

pengambil kebijakan yang berkompeten, yang mana karya-karya tersebut

mempunyai keterkaitan dengan kajian-kajian yang telah diteliti.

Dengan demikian, penulis melakukan pencarian dengan membaca karya-

karya M quraish Shihab terutama buku yang berjudul Pengantin Al Quran

62

sebagai sumber primer dan buku-buku karya-karya lainya seperti Perempuan:

Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut‟ah Sampai Nikah Sunnah, Dari Bias

Lama Sampai Bias Baru. Dan buku yang berjudul 1001 Tanya Jawab Seputar

Perempuan. Sebagai seumber sekundernya. Setelah penulis mendapatkan data

telah terkumpul, maka penelis menelaah secara sistematik dalam hubungannya

dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi yang akan

dipergunakan untuk bahan penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Sebagaiamana yang telah dijelaskan, sumber dan jenis data yang telah

diperoleh pada penelitiaan ini adalah data tertulis berupa teks book yang

memberikan informasi lebih tentang seorang tokoh M. Quraish Shihab serta

mengenai pandangan, pemikirannya mengenai pendidikan akhlak perempuan

dalam pernikahan terutama akhlak istri terhdap suami. Setelah memperoleh data-

data tersebut peneliti mengelola data tersebut dengan cara membacanya,

memahami, lalu menganalisis, kemudian menarik kesimpulan. Analisis data

menggunakan analisis isi (content analysis). Dengan fokus yang dikali dalam

penelitian ini adalah pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan terfokus

pada akhlak istri terhadap suami menurut M.Quraish Shihab.

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Biografi M. Quraish Shihab

Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16

Februari 1944.165

Ayahnya bernama Prof. KH Abdrurahman Shihab, seorang

ulama dan guru besar dalam bidang tafsir,166

dan Ibunya bernama Asma

Aburisah (1912-1984). Sebagai putra dari seorang guru besar, Muhammad

Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap

bidang studi tafsir dari ayahnya selalu disisakan waktunya, pagi dan petang,

untuk membaca Alquran dan kitab-kitab tafsir. Sering kali beliau mengajak

anak-anaknya duduk bersama. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah

menyampaikan petuah-petuah keagamaannya yang berupa ayat-ayat Alquran,

atau petuah Nabi, sahabat atau pakar Alquran.167

Saudara Kandungnya adalah Nur Shihab (1937), Wardah Shihab

(1942), Ali Shihab (1948), Umar Shihab (1939), dan Alwi Shihab (1946).

Muhammad Quraish Shihab memiliki seorang istri yang bernama Fatmawati.

165

M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan,1994),h.6 166

Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus

yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Beliau pun pribadi yang

berpikiran progresif, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan.

Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya,

yaitu Jami‟atul Khair, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang

belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan pemikiran Islam.

Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki hubungan yang erat dengan sumber-sumber

pembaruan di Timur Tengah seperti Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Banyak guru-guru yang

didatangkan ke lembaga tersebut, di antaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan,

Afrika. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan

tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi

swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga

tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–

1977. Lihat Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di akses pada

tanggal 5 November 2019 di dapat dari http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab . 167

M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran....., h.14

64

Pasangan ini dikaruniai 5 orang anak yaitu Najeela Shihab168

, Najwa

Shihab169

, Nasya Shihab, Nahla Shihab, dan Ahmad Shihab.170

2. Pendidikan Quraish Shihab

Pendidikan formal Quraish Shihab dimulai dari sekolah dasar di Ujung

pandang. Setelah itu ia melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di

kota Malang sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Falaqiyah

di kota Malang.

Dikarenakan benih kecintaan kepada studi Alquran telah bersemayam

di jiwa Quraish Shihab sejak kecil sehingga, untuk mendalami studi

keislamannya, Quraish Shihab dikirim oleh ayahnya Prof. KH Abdrurahman

Shihab ke al-Azhar, Cairo, pada tahun 1958 diterima di kelas dua tsanawiyah

dan Quraish Shihab bersedia mengulang setahun untuk mendapatkan

kesempatan melanjutkan studi saya di jurusan tafsir, walaupun jurusan-

jurusan lainnya pada fakultas lain sudah membuka pintu lebar-lebar untuk

beliau. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada

Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih

gelar LC (setingkat sarjana S1). Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab

berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-

168

Najelaa Shihab lahir di Kota Surakarta, 11 September 1976, mempunyai panggilan akrab

Elaa. Najelaa dibesarkan dalam keluarga yang memiliki catatan penting dalam kontribusi terhadap

masyarakat luas. Najelaa adalah putri sulung dari M. Quraish Shihab seorang cendekia Muslim

Indonesia dalam ilmu-ilmu Alquran, seorang penulis, seorang ulama, dan mantan Menteri Agama

di Kabinet Pembangunan VII (1998). Abi, panggilan Najelaa kepada ayahnya, telah memberikan

pengaruh besar dalam perjalanannya selama ini dan banyak nilai positif keluarga yang membentuk

Najelaa seperti sekarang. Empat saudara kandung Najelaa lainnya adalah Najwa Shihab, Nasywa

Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab. Najelaa adalah seorang pendidik yang telah mendirikan

dan menginisiasi organisasi pendidikan sebagai bentuk kontribusi dalam reformasi pendidikan

Indonesia yang utuh melalui karya-karya nyatanya. 169

Najwa Shihab, S.H. yang akrab dipanggil Nana (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 16

September 1977; umur 42 tahun adalah mantan pembawa acara berita di stasiun televisi Metro TV.

Ia pernah menjadi anchor program berita prime time Metro Hari Ini, Suara Anda dan program

bincang-bincang Mata Najwa. Najwa adalah putri kedua Quraish Shihab, Menteri Agama era

Kabinet Pembangunan VII. Nana menikah dengan Ibrahim Assegaf, dan sudah memiliki satu

orang anak laki-laki yang akrab dipanggil Izzat (17 tahun). Lihat Wikipedia: Ensiklopedia Bebas,

Biorgafi Najwa Shihab di akses pada tanggal 09 November 2019dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Najwa_Shihab 170

Fahrul Abd Muid, Ayat-Ayat Kelautan dalam Tafsir Al Misbah, Disertasi Program

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017,h.30-31

65

I‟jaz at-Tasryri‟i Alquran al-Karim (kemukjizatan Alquran al-Karim dari

Segi Hukum)”.171

Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk meneruskan

studinya di Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis,

Universitas Al-Azhar. Hanya dalam waktu dua tahun (1982) dia berhasil

menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Nazm al-Durar li al-Biqai Tahqiq

wa Dirasah" dan berhasil dipertahankan dengan nilai Suma Cum Laude. 172

3. Jabatan dan Karier Quraish Shihab

Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan suasana

baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya

berbagai aktivitas yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Setelah

selesai mengenyam pendidikan strata 2 dan meraih gelar M.A. Pada tahun

1973 Quraish Shihab dipanggil pulang ke Ujung pandang oleh ayahnya yang

ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN

Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan

sampai tahun 1980. Di samping menduduki jabatan resmi itu, ia juga sering

memwakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas

pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai

jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia

bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang

pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Dicelah-

celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas

penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia

(1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).173

Tahun 1984 Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia

pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN

Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Alquran di Program

171

M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran..., h.6 172

Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:

Rajagrafindo, 2005) Cet 1-3,h.363 173

M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran..., loc.cit.

66

Sl, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Pengabdiannya di bidang pendidikan di

samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya

menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-

1996 dan 1997-1998).174

Tak terbatas dilapangan akademis, karna di samping mengajar, ia juga

dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan. Di antaranya adalah sebagai

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1985-1998), anggota

MPR RI 1982-1987 dan 1987-2002 dan pada tahun 1998 dipercaya menjadi

Menteri Agama RI,175

kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa

dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir

merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo, beliau juga

sebagai anggota Lajnah Pentashhih Alquran Departemen Agama sejak 1989,

anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989) dan ketua

lembaga Pengembangan. Beliau juga terlibat dalam beberapa organisasi

profesional, antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan

Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Dapertemen Pendidikan dan

Kebudayaan, dan sebagai asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim

se-Indonesia (ICMI), 176

Di samping kegiatan tersebut, Quraish Shihab juga dikenal sebagai

penulis terbukti beliau sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian

journal for Islamic Studies, Ulumul Qur 'an, Mimbar Ulama, dan Refleksi

jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.

174

M.Quraish Shihab terpilih menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2

periode.Pertama periode 1992-1996 berdasarkan Keputusan Presiden No272/M tahun

1992,tetanggal 13 Oktober 1992. Kedua periode 1997-2001 dengan Keputusan Presiden No.18M

tahun 1997, tetanggal 6 Februari 1997. Namun pada periode kedua ini hanya menjalani sampai

Maret 1998 karena beliau dipercaya menduduki posisi Mentri Agama RI pada Kabinet terakhir

Presiden Soeharto. Fahrul Abd Muid, Ayat-Ayat Kelautan dalam Tafsir Al Misbah, Disertasi

Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017,h.31 175

M.Quraish Shihab, Lentera Alquran:Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung:

Mizan,1994), h.5 176

Biografi Tokoh: Kumpulan Biografi dan Profil Tokoh Terkenal, Tokoh Agama Quraish

Shihab, di akses pada 9 November 2019 pukul 15.00 wib didapat dari https://bio.or.id/biografi-

quraish-shihab/.

67

Sebagai pelabuan puncak ilmiahnya, beliau menjadi pendiri sekaligus

Direktur Pusat Studi Alquran (PSQ).177

Selain sebagai seorang penulis, beliau pun sebagai seorang penceramah

yang handal. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia

tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya

menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi

lugas, rasional, dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil

sebagai penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan

masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di sejumlah masjid bergengsi di

Jakarta, seperti Masjid al-Tin dan Fathullah, di lingkungan pejabat

pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah stasiun televisi atau

media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan. Beberapa stasiun televisi,

seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program khusus selama Ramadhan

yang diasuh olehnya. 178

4. Karya-Karya M. Quraish Shihab

Di tengah-tengah berbagai aktivitas sosial, keagamaan tersebut, Quraish

Shihab juga tercatat sebagai penulis yang sangat prolifik. Buku-buku yang ia

tulis antara lain berisi kajian di sekitar epistemologi Alquran hingga

menyentuh permasalahan hidup dan kehidupan dalam konteks masyarakat

Indonesia kontemporer. Beberapa karya tulis yang telah dihasilkannya antara

lain:179

1) Karya Disertasi: Durar li al-Biga'i (1982)

2) Tafsir Al Manar:Keisti : Kemewaan dan Kelemahannya. (Ujung

Pandang, IAIN Alauddin,1984)

177

Pusat Studi Alquran (PSQ) adalah lembaga yang memiliki visi untuk membumikan

nilai-nilai Alquran ditengah Masyarakat yang pruralistik. Untuk mencapai visinya, lembaga ini

memiliki berbagai program yang dijalani sejak tahun 2004. Dan Pusat Studi Alquran itu sendiri

didirikan oleh Prof.Dr.M.Quraish Shihab,MA. Berlokasi di yang berkedudukan di Jalan Pisangan,

Ciputat,Tangerang. Lihat Pusat Studi Alquran diakses pada tanggal 9 November 2019 pukul16.00

wib didapat dari https://psq.or.id/ 178

Abuddin Nata,Op.Cit.h.364 179

Lihat Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di akses

pada tanggal 5 November 2019 pukul 15.30 wib didapat dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab.

68

3) Mahkota Tuntunan Illahi: Tafsir Surat Al-Fatihah,(Jakarta:

Untagama,1988).

4) Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco,

1990)

5) Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);

6) Membumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Jakarta: Mizan,1992)

7) Lentera Alquran Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung:Mizan,1994)

8) Studi Kritis Tafsir Al-Manar Karya Muhammad Abduh dan M.Rasid

Rida, (Bandung: Pustaka Hidayah,1994)

9) Hidangan Illahi dalam Ayat-Ayat Tahlil, (Jakarta: Lentera Hati, 1996)

10) Menyingkap Tabir Illahi : Asma‟Al Husna dakan Perspektif Alquran,

(Jakarta: Lentera Hati,1998).

11) Mu'jizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan

Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan,1997).

12) Tafsir Alquran Al-Karim atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan

Turunannya, (Bandung: Pustaka Hidayah,1997)

13) Sejarah dan Ulum Alquran,(Jakarta:Pustaka Firdaus,1999)

14) Fatwa-Fatwa Seputar Tafsir Alquran, (Bandung:Mizan 1999)

15) Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, (Jakarta:

Lentera Hati, 2000) hingga tahun 2004 sudah mencapai 14 jilid.

16) Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah Pandangan Ulama Masa Lalu dan

Cendikiawan Kontemporer, (Jakarta: Lentera Hati,2004)

17) Logika Agama :Kehidupan Wahyu dan Batasan-Batasan Akal dalam

Islam, (Jakarta: Lentera Hati,2005)

18) Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai Persoalan Umat,

(Bandung: Mizan,2005).

19) Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera

Hati, 2005)

20) Wawasan Alquran tentang Zikir dan Do‟a, (Jakarta: Lentera

Hati,2006).

69

21) Menabur Pesan Illahi: Hidup Bersama Alquran, (Bandung: Mizan,

2006).

22) Asma‟ Al-Husna dalam Perspektif Alquran, (Jakarta: Lentera

Hati,2007).

23) Secercah Cahaya Illahi: Hidup Bersama Alquran, (Bandung:

Mizan,2007).

24) Ayat-Ayat Fitanah: Sekelumit Keadaban Islam di Tengah Purbasangka,

(Jakarta: Lentera hati,2008).

25) M.Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda

Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati,2008).

26) Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pembelajaran dari Al-Fatihah dan Juz

„Amma, (Jakarta: Lentera Hati,2008).

27) Membumikan Alquran, Jilid II, (Jakarta: Lentera Hati,2011).

28) Alquran dan Maknanya, (Jakarta: Lentera Hati,2010)

29) M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda

Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2010).

30) Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, (Jakarta

: Lentera Hati, 2016)

31) Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam Sorotan Alquran dan

Hadith Sahih, (Jakarta: Lentera Hati,2011).

32) Yang Hilang dari Kita: Akhlak (Jakarta: Lentera Hati, 2016)

Dari beberapa karya diatas, buku yang berjudul Pengantin Alquran

merupakan gabungan dari tiga buku yang Quraish Shihab susun sebagai nasihat

untuk tiga orang putri Quraish Shihab ketika masing-masing akan memasuki pintu

perkawinan. Buku pertama Quraish Shihab berjudul Untaian Permata buat

Anakku, yang diperuntukan buat Najeelaa‟ dan Ahmad Fikri (menikah tahun

1995). Yang kedua, Pengantin Alquran : Kado buat Anakku, diperuntukan bagi

Najwa dan Ibrahim (menikah tahun 1997). Dan yang ketga Kalung Mutiara:buat

Anakku,yang disusun dalam rangka pernikahan Nasywa dan Riza (tahun 2005).180

180

Sekapur Sirih dalam M.Quraish Shihab, Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan

untuk Anak-Anakku, (Jakarta : Lentera Hati, 2016).

70

B. Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Dalam Pernikahan Menurut

M. Quraish Shihab

Menurut Muna Hilmi dalam bukunya yang berjudul, al-Hubb fi Ashr

al‟Aulamah yang dikutip dalam buku yang berjudul Perempuan: Dari Cinta,

Sex hingga Nikah Mut‟ah, karya Quraish Shihab menerangkan bahwa

perempuan yang tidak menikah lebih rawan mengalami gangguan yakni

merasa kesepian jika hidup sendiri dikarenakan manusia tidak akan bertahan

menyendiri sepanjang hidupnya. Kesepian itulah yang mengantarnya sering

melamun, gelisah dan takut dibandingkan perempuan yang telah menikah. Ini

adalah akibat perasaan kesepiaan, ketiadaan ketenangan, cemburu terhadap

perempuan yang memiliki suami, dan kekurangan kehangatan emosi.181

Dari pernyataan diatas, hal tersebut dikarenakan mendambakan pasangan

merupakan fitrah manusia sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung

setelah dewasa. Kesendirian, dan lebih hebat lagi keterasingkan, sungguh dapat

menghantui manusia, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial,

makhluk yang membawa sifat “ketergantungan”.“Khalaqal al-insan min

„alaq”, terdapat dalam Alquran surat al Alaq ayat 2. Kata “alaq” menurut

Quraish Shihab dalam Tafsir al Misbah dapat dipahami sebagai sifat manusia

sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi selalu bergantung

kepada selainnya.182

Dalam hal ini menegaskan bahwa perempuan yang tidak

menikah merasakan kesepian, ketiadaan ketenangan, gelisah bahkan takut,

dikarenakan setiap makhluk termasuk perempuan membutuhkan pasangan

yang mampu mendampingi kehidupannya.

Padahal Alquran183

telah menjelaskan bahwa setiap makhluk yang Allah

ciptakan berpasang-pasangan. Setiap makhluk yang diciptakan Allah saw.

memiliki pasangan seperti halnya kanan dan kiri, malam dan siang, baik dan

181

Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera

Hati, 2005), h.127. 182

Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2001) vol 15, h.459. 183

Ayat Alquran yang menjelaskan manusia berpasang-pasangan terdapat dalam Surat ad-

Dzariyat ayat 49 yang artinya: “Segala sesuatu telah Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya

kamu mengingat (kebesaran Allah).” Dan terdapat dalam Surat Yasin ayat 36 yang artinya : Maha

Suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari

71

buruk, positif dan negatif, perempuan dan laki-laki, jantan dan betina. Sehingga

berupaya untuk bertemu dengan pasangannya. Oleh karena itu agama

mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara pria dan wanita dan kemudian

mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya perkawinan dan beralihlah

kerisauan pria dan wanita menjadi sakinah atau ketentraman184

. Quraish Shihab

dalam bukunya Pengantin Alquran, perkawinan merupakan kebutuhan manusia

dan betapa keberpasangan dalam bingkai kesucian, melahirkan ketentraman,

kebahagiaan, dan kenikmatan lahir dan bathin.185

Maka dari itu hal ini dapat

membuktikan bahwa wanita yang tidak menikah, sehingga tidak memiliki

pasangan dalam hidupnya maka sulit mendapatkan ketentraman, kebahagiaan,

dan kenikmatan lahir dan bathin.

Hal di atas diperkuat dengan penilaian masyarakat yang menyatakan

bahwa perempuan yang berdampingan dengan lelaki yang terikat dengan

pernikahan “lebih terhormat” ketimbang yang berjalan sendirian. Masyarakat

masih memandang sebelah mata kepada perempuan yang begitu bebas dan

tanpa pasangan. sehingga membangun rumah tangga melalui pernikahan jauh

lebih baik dari pada membiarkan anak perempuan sendirian.186

Alquran187

pun

sangat menganjurkan untuk perempuan dan lelaki untuk menikah dari pada

membujang atau hidup sendiri. Allah memerintahkan kepada orang tua atau

wali untuk mendukung perkawinan muda - mudi, dan tidak terlalu

mempertimbangkan kemampuan materi calon pasangan, tetapi dalam saat yang

sama memerintahkan mereka yang tidak memiliki kemampuan material untuk

184

Quraish Shihab, Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai Persoalan Umat,

(Bandung: Mizan,2005), h.192. 185

Quraish Shihab, Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, (Jakarta

: Lentera Hati, 2016), h.4. 186

Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera

Hati, 2005), h.135. 187

Ayat Alquran yang menjelaskan anjuran menikah, terdapat dalam surah an Nur ayat 32

yang artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, zdan orang-orang

yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui.

72

menahan diri dengan melakukan puasa karena hal tersebut mampu menjaga

dirinya dari hawa nafsu dan memelihara kesuciannya.188

Namun bagi perempuan maupun lelaki dianjurkan untuk menikah jika sudah

memiliki kesiapan fisik, mental maupun keuangan selain itu pemahaman terkait

ajaran agama Islam yang akan dijadikan fondasi yang akan memperkuat tali

hubungan pernikahan.189

Demi terciptanya tujuan pernikahan yang sakinah,

mawaddah dan wa rahman.

Quraish Shihab memberikan penekanan bahwa mewujudkan pernikahan

yang sakinah, mawaddah dan wa rahman tidak datang begitu saja, namun harus

diperjuangkan. Bahkan didalam Alquran menegaskan bahwa tujuan

disyariatkannya pernikahan adalah untuk sakinah, mawaddah dan wa rahman

namun bukan berarti bahwa setiap pernikahan otomatis melahirkan sakinah,

mawaddah dan wa rahman. Sebagaimana Quraish Shihab menjelaskan dalam

Tafsir al Misbah Quran surah ar-Rum ayat 21, ayat ini bermakna: diantara

perempuan dan lelaki diberikan oleh Allah potensi untuk menjalin sakinah,

mawaddah dan wa rahman melalui penerapan tuntunan –tuntunan-Nya.

Dalam hal ini sebagaiman yang tertera pada buku Pengantin Alquran

Quraish Shihab190

mengungkapkan bahwa dalam urusan pernikahan, terdapat

sistem dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam hukum

agama Islam yang harus ditaati. Hubungan pernikahan bisa langgeng dan bahagia

apabila pasangan antara perempuan dan lelaki mengikuti sistem dan ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk keharmonisan dan kebahagiaan

pernikahan, ataupun sebaliknya menjalankan sistem yang ditetapkan untuk

melahirkan dampak kegagalan dalam pernikahan, yang berujung perceraian.

Maka dari pernyataan diatas, berikut ini merupakan pendidikan akhlak

perempuan dalam pernikahan menurut Quraish Shihab, dalam penelitian ini

188

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.56. 189

Quraish Shihab, Membumikan Alquran.....,h. 254. 190

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.85.

73

penulis memfokuskan pada akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami, yang

peneliti sajikan berdasarkan data yang telah dianalisis :

1. Memahami Tanggung Jawab Sebagai Istri

Dalam pernikahan perempuan maupun laki-laki memiliki tangung

jawabnya masing-masing yang harus dijalankan. Keduanya harus saling

memahami dan melengkapi berkaitan dengan pembagian tanggung jawab

sebagai istri maupun suami, serta menjalankan tanggung jawabnya dengan

baik sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunnah Nabi, Quraish Shihab juga

menyebutkan pada prinsipnya suami menjadi pemimpin dalam keluarganya

serta bertanggung jawab untuk memberi nafkah untuk memenuhi kebutuhan

istri dan anak-anaknya191

terdiri dari sandang, pangan, papan dan hiburan.

Sejalan dengan penafsiran Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan

Alquran berkata pada ayat 34 surat an Nisa yang berbunyi arrija qowwa mu

na „alan nisa yang memiliki arti laki-laki, pemimpin perempuan. Kata ar-

rijal dipahami bukan berarti laki-laki secara umum, akan tetapi adalah

suami, yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan perintah bahwa

suami adalah pemimpin (qowwam) bagi istrinya, seperti ditegaskan pada

lanjutan ayat adalah karena mereka (para suami) menafkahkan sebagian

harta untuk istri-istri mereka.192

Dalam mengarungi bahtera pernikahan, sebagai pemimpin suami

memiliki peran untuk bertanggung jawab memenuhi kebutuhan istri secara

nafkah maupun kasih sayang, sebagai pelindung agar istri merasa aman,

mengarahkan istri agar senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah swt dan

suami. Istri pun berkewajiban untuk mendengarkan, mematuhi, mentaati

perintah suami agar dapat bersinergi mencapi tujuan pernikahan.

Akhlak utama seorang istri kepada suaminya, ialah memiliki

kepatuhan dan ketaatannya kepada perintah suami. Bahkan Allah

menegaskan bagi perempuan yang menjadi istri apabila enggan taat kepada

191

Quraish Shihab, Perempuan....., h.339. 192

Quraish Shihab, Wawasan Alquran...., h.414-415.

74

suami dalam hal-hal yang telah diajarkan oleh agama, ia tergolong istri yang

nusyuz. Sehingga suami berhak memberikan pendidikan melalui nasehat dan

bimbingan, sekalipun dalam bentuk hukuman dengan meninggalkannya di

tempat tidur agar istri merasa sadar bahwa suaminya sudah tidak tertarik

dengan kecantikan dan rayuannya, sehingga dapat meninggalkan serta

mencari pengganti istrinya. Maka sebagai perempuan yang telah nusyuz

maka hendaklah segera sadar, dan mencari jalan pemecahan masalah. Dan

menjadi jalan terakhir bagi perempuan yang nusyus ialah suami memukul

istri jika memang itu ada manfaatnya.193

Dengan demikian, semestinya perempuan sebagai istri mengetahui

dan menjalakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya dalam urusan

membina rumah tangga dengan memperhatikan pertumbuhan fisik serta

perkembangan jiwa anak-anaknya.194

Selain itu untuk menciptakan

ketenangan bagi seluruh anggota keluarga, menjadi tanggung jawab

bersama diantara suami dan istri.195

Hal ini sebagai bentuk ikhiar seorang

perempuan sebagai istri dalam menjalankan bahtera pernikahan dengan

kepatuhan dan ketaannya kepada suami.

2. Menerima dan Memahami Perbedaan yang ada diantara Suami

Hidup bersamaaan dalam hubungan pernikahan pastilah terdapat

perbedaan-perbedaan yang menghiasi dinamika kehidupan berkeluarga.

Quraish Shihab menyatakan bahwa untuk menciptakan keluarga yang

harmoni, diantara sepasang lelaki dan perempuan diperlukan saling

memahami perbedaan dan menyadari kesamaan-kesamaan. Dalam saat yang

sama masing-masing harus mengakui kelebihan dan kekurangan pasangan

dan bersedia menerima, sehingga akan menimbulkan rasa saling

penghargaan kendati masih terdapat perbedaan-perbedaan.

Dan berikut ini perbedaan-perbedaan yang harus dipahami seorang

istri terhadap suaminya :

193

Quraish Shihab, Perempuan....,h.318-323 194

Quraish Shihab, Perempuan...., h.297-298. 195

Quraish Shihab, Pengantin Alquran...., h.188.

75

3. Memahami perbedaan Tingkah Laku Suami Sebelum dengan

Sesudah Menikah

Tayangan film dan sinetron romantis yang sering di tonton

masyarakat, membangun asumsi masa-masa indah berpacaran yang penuh

dengan keromantisan, kebahagiaan, keramahan, kasih sayang, tawa canda

dan sendagurau akan berlanjut ke dalam kehidupan sesudah menikah.

Sedangkan Quraish Shihab telah memaparkan bahwa pada masa

perkenalannya lebih banyak menonjolkan sifat-sifat imitatif, yang tentu saja

setelah perkawinan berlangsung beberapa lama, sifat tersebut akan

dikalahkan oleh sifat dasar atau aslinya.196

Sebelum menikah menunjukan

kepribadian yang selalu ingin sempurna dihadapan kekasih yang

dicintainya, memilih pakaian terbaik, selalu memberikan perhatian, kasih

sayang yang paripurna. Sedangkan setelah menikah, menganggap bahwa

kekasih atau pasangannya telah menjadi miliknya seutuhnya, barulah

terlihat dan nampak kepribadiaan dan kebiasaan yang berbeda yang

ditunjukan pada sebelum menikah, karna setelah menikah tak ada lagi yang

yang tertutupi semua akan nampak jelas tanpa kepura-puraan.

Perubahan inilah yang dapat menimbulkan kesalah pahaman serta

berkurangnya kadar cinta, hal tersebut disebabkan perempuan sebagai istri

tidak mampu menerima perubahan sikap suami sebelum dengan sesudah

menikah apalagi perubahannya lebih kearah negatif seperti berkurangnya

perhatian, kasih sayang, mudah marah, pelit dsb. Yang tidak bersesuaian

dengan sikap atau kebiasaan sebelum menikah atau pada masa pacaran yang

begitu indah.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa rentang waktu yang lama

dalam berpacaran, tak menjamin saling memahami tingkah laku suami atau

istri setelah menikah. Berpacaran hanya akan memunculkan kepribadian

yang sempurna dihadapan pasangannya, dikarnakan apabila menemukan

ketidak cocokan sangat mudah untuk mengakhiri hubungan sehinga satu

sama lainnya saling menjaga sikap dihadapan pasangannya. Namun

196

Ibid., h.139.

76

nampaknya berbeda setelah menikah, akan mengetahui sebenar-benarnya

keprbadian suami, sikap yang selama ini tertutupi ataupun ditutupi selama

pacaran.

4. Perbedaan dalam Menyelesaikan Masalah

Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,

8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, mengenai konteks perbedaan

dalam menghadapi kesulitan, perlu diketahui bahwa lelaki jika menghadapi

permasalahan, ia enggan berbicara ataupun mendengarkan istrinya, sikap

yang ditunjukan suami ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Namun,

semestinya istri tidak perlu tersinggung dengan sikap suami yang seakan

tidak membutuhkan bantuanya dalam menghadapi masalah.

Hal ini dikarenakan suami ingin menampakkan kemampuannya dalam

mengambil keputusan yang cepat dan tepat sehingga membutuhkan

konsentrasi penuh untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Membuat suami tidak ingin diganggu bahkan dilihat oleh siapapun dan

terlihat lebih banyak diam. Suami juga enggan menerima saran kecuali jika

dia merasa tidak mampu atau merasa bahwa saran itu bersumber dari

seorang yang melebihi kemampuannya. Berbeda dengan perempuan yang

lebih senang menguraikan persoalan yang dihadapinya kepada pihak lain,

yang dipercayainya. Disinilah jika perempuan tidak menyadari hal ini dia

beranggapan dirinya tidak didengar atau dilecehkan.197

Dalam hal ini

penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan suami dan istri

dalam menyelesaikan masalah, suami yang memilih untuk diam dan enggan

berbicara, sedangkan perempuan lebih senang mengungkapkan

problematika kehidupannya.

Maka dari itu, penulis menyatakan bahwa perempuan sebagai istri

hendaknya tidak langsung memberikan nasehat kepada suami, berilah

nasehat jika ia memintanya, karena pada saat itulah suami sudah sangat

membutuhkan nasehat dan bantuan dari istri. Ketika suami tidak meminta

197

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....,.h.126-128

77

solusi ataupun sekedar berbagi cerita mengenai permasalahan yang sedang

dihadapinya bukan berarti suami tak menghargai istri sebagai pendamping

hidupnya akan tetapi suami membutuhkan waktu untuk menyelesaikan

permasalahannya sendiri.

Dengan demikian, perempuan sebagi istri ketika mendapati suami

memiliki masalah, ciptakan ketenangan dan kebahagiaan didalam

pikirannya, sehingga memudahkan suami mendapatkan solusi. Dengan tidak

memaksanya untuk berbagi cerita ataupun mendengarkan nasihat. Namun,

buatlah penghormatan kepada suami, dengan memberikan kepercayaan

kepada suami atas kemampuannya, bahwa ia bisa menyelesaikan

permasalahnya.

5. Perbedaan Kebutuhan antara Suami dan Istri

Setiap pasangan harus mampu mengetahui memenuhi kebutuhan

masing-masing, kebutuhan suami dan istri tentulah berbeda-beda dan

beranekagamannya. Dalam buku karya Quraish Shihab yang berjudul

Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, dijelaskan perbedaan-

perbedaan kebutuhan diantara suami dan istri, diantaranya : istri

mendambakan perhatian sedangkan suami mendambakan kepercayaan, istri

menuntut pengertian sedangkan suami menuntut penerimaan, istri

merindukan penghormatan sedangkan suami mengharapkan penghargaan,

istri meminta penegasan sedangkan suami meminta persetujuan, istri

membutuhkan cinta dan jaminan sedangkan suami membutuhkan

kekaguman dan dorongan. Dan akhirnya suami istri tidak dapat hidup

bersama tanpa kesetiaan. Sehingga Quraish Shihab menegaskan suami dan

istri harus memiliki kesadaran dan memahami perbedaan diantara

kebutuhan-kebutuhan masing-masing .198

Kebutuhan antara suami dan istriitu sangatlah berbeda, sehingga untuk

menjalalani pernikahan yang bahagia seorang perempuan sebagai istri

semestinya tidak terlalu mementingkan dirinya sendiri atau yang sering

198

Quraish Shihab, Perempuan...., h.174.

78

didengar yaitu egois terhadap kemauan diri dan hanya mementingkan

kebutuhan dirinya saja. Akan tetapi, pernikahan tidak dijalani oleh seorang

perempuan saja, ada sosok lelaki yang menjadi suami yang perlu dilayani

dan dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Dari beberapa uraian diatas terkait dengan perbedaan-perbedaan yang

terjadi diantara perempuan dan laki-laki sebagai suami istri sebagai

mitrasejajar yang harmonis dalam menjalani kehidupan pernikahan, harus

ditandai adanya sikap dan perilaku saling perduli, menghormati,

menghargai, membantu dan mengisi serta dilandasi rasa saling asih, asah

dan asuh. Hal tersebut akan mewujudkan ketenangan, ketentraman dan

kedamaian dalam berkeluarga.199

6. Mampu Menjaga Diri

a. Menjaga Penampilan dan Kecantikan Diri Hanya untuk Suami

Perempuan sebagai istri, menjaga kehormatan dirinya dengan akhlak

yang baik, menjaga penampilan dan kecantikan diri hanya untuk suami.

Berpenampilan yang cantik dan menawan yang mampu menyenangkan

pandangan suami, karana ciri istri sholihah ialah jika dipandang

menyenangkan. Apabila istri enggan menjaga penampilan sehingga

tubuhnya tak terurus, berpenampilan kumal, berwajah kusam tak

menggairahkan, tubuh menghasilkan bau yang tak sedap sehingga suami

enggan mendekati, alhasil memicu terjadi penyelewengan mencari

perempuan lain.

Dalam buku Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-

Anakku, menerangkan bahwa mata mempunyai peranan yang penting dalam

menghangatkan cinta. Mata yang melihat penampilan seseorang mempunyai

pengaruh yang besar dalam tumbuh dan berkembangnya cinta. Karena itu

perhatikanlah penampilan khususnya dimata kekasih, jangan sampai

matanya tertuju kepada sesuatu yang buruk pada diri kalian. Selain itu

199

Zaitunah Subhan, Menggagas Fikih Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta: el-Kahfi,

2008), h.272.

79

perintah agama pun mengencamkan untuk tidak mengundang kesusilaan

atau rangsangan pada selain pasangan yakni suami, serta tidak berusaha

melihat pada selain pasangan apa yang dilarang oleh agama untuk

melihatnya.200

Selain itu, apabila seorang istri untuk merawat kecantikannya

membutuhkan bantuan dari penyedia layanan kecantikan, Quraish Shihab

menyatakan bahwa yang menangani upaya kecantikan tersebut adalah

perempuan juga, atau suami sendiri bukan dengan lawan jenis apalagi yang

bukan mahramnya walaupun pada prinsipnya upaya mempercantik diri

untuk suami dianjurkan oleh Islam, namun harus tetap menjaga syariat

Islam. Hal ini dikarenakan Allah tidak mengizinkan seorang perempuan

dipegang oleh lelaki selain suaminya atau dalam batasan-batasan tertentu

oleh mahramnya, kecuali dalam keadaan darurat atau kebutuhan mendesak.

Mempercantik diri dengan luluran, potong ramput atau manikur, bukanlah

hal-hal yang dinilai agama sebagai darurat atau kebutuhan mendesak selain

itu bahan yang digunakan adalah bahan yang halal201

b. Pamit Kepada Suami jika Keluar Rumah

Keselamatan fisik ataupun jiwa seorang istri merupakan tanggung

jawab dari suami. Maka ketika istri hendak keluar rumah menjadi perbuatan

terpuji jika seorang istri memberitahu suami dan meminta izin suami. Selain

itu pandangan Quraish Shihab terkait izin suami dibagi menjadi dua

kategori, yakni izin umum dan izin khusus. Izin umum yakni izin yang

diberikan suami terhadap hal-hal yang dilakukan istri dan selama ini telah

diizinkan suami, maka izin yang dimaksud disini dengan memberi tahu ke

mana tujuannya, baik sebelum, atau dalam perjalanan, atau setelah istri

pergi ketempat tujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan izin khusus

adalah dalam hal-hal yang penting. Seperti : pergi keluar kota/negeri,

berkunjung ketempat berbahaya, dan semacamnya. sehingga memberikan

ketenangan kepada suami ketika istri berada diluar rumah. Dalam hal ini

200

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.37- 38. 201

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda

Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2010). h.188 dan198.

80

istri harus berkata jujur dalam memberikan informasi yang diberikan kepada

suami, jika tidak maka akan berdosa.202

Dengan syarat seorang istri jika diperbolehkan berpergian keluar

rumah tidak melakukan maksiat dan hendaknya sesuai dengan keperluan.

Sebab pada dasarnya seorang perempuan diharuskan tinggal dirumahnya

guna melakukan perintah Allah Ta‟ala kepadanya. Sebagaimana Allah

berfirman :203

كة وأطؾن هللا وكرن ف بيوتكن والثبجن الة وءاثني امز ثبج امجاهوية األول وأكمن امص

ما يريد هللا ميذهب ؼيك امرجس أهل امبيت ويطهرك ثطهيا ه{٠٠}ورسول ا

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu

berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang

dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah

dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak

menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan

kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al Ahzab ayat 33).

Maka dari itu, sebenarnya pernikahan bukanlah sebuah ikatan yang

membuat perempun terkekang dari segala aktifitas di luar rumah, namun

Islam begitu menjaga kemulian perempuan sehingga untuk melindungi

kemuliaan tersebut, perempuan yang telah menikah diwajibkan untuk

meminta izin ketika beraktifitas kepada suami, hal ini dilakukan karena

suami adalah figur yang paling bertanggung jawab atas apapun yang terjadi

dengan istrinya sehingga ia perlu menjaga dan memastikan istrinya dalam

keadaan yang baik ketika tidak sedang bersama.

Selain itu, pamit ketika ingin keluar rumah kepada suami untuk

melindungi perempuan dari berbagai macam fitnah, dan kecurigaan serta

memberikan rasa tenang kepada suami yang sedang mencari nafkah untuk

202

Ibid,. h.129. 203

Syaikul Islam Ibn Taimiyyah, dkk, Setiap Problem Suami Istri Ada Solusinya, terj. Kullu

Musykilati Zaujiyyah wa laha Hall oleh Syaiful Mujahidin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2008),

h.536

81

memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Karna apabila istri sering

pergi keluar rumah, dapat berdampak buruk jika tidak dapat mengkontrol

diri seperti : terlantarnya pekerjaan rumah serta perhatian kepada anak dan

suami. Terlebih ketika suami pulang kerja namun istri tidaka ada dirumah.

c. Tidak Memasukan Lelaki ke dalam Rumah, tanpa Seizin Suami

Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,

8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku menyatakan bahwa jangan

lakukan hal-hal yang dapat menimbulkan kecurigaan. Hindarilah tempat

atau kegiatan yang bisa mengundang kecemburuan, kalaupun terpaksa

berada dalam posisi yang dapat menimbulkannya, maka bersegeralah

menjelaskan duduk persoalan.204

Dalam hal ini menerangkan bahwa apabila

seorang perempuan atau istri memasukkan lelaki kedalam rumah berakibat

akan mengundang kecurigaan dari suami bahkan menimbulkan

kecemburuan. Apalagi perempuan atau istri sedang sendiri di rumah

sehingga berkhalwat dengan lawan jenis termasuk hal yang dilarang

didalam agama Islam. Maka dari itu agar terhindar dari hal tersebut

sebaiknya perempuan atau istri tidak memasukan lelaki kedalam rumah,

tanpa seizin suami.

d. Memberikan Kepercayaan kepada Suami

Terjalinnya kepercayaan diantara suami istri merupakan kunci

terikatnya tali pernikahan yang kuat. Apabila muncul benih-benih keraguan

dalam pernikahan, Quraish Shihab pun mengungkapkan bahwa hal tersebut

akan mampu meruntuhkan bangunan cinta yang mengundang hilangnya

kepercayaan. Akibatnya mengubah gambaran (image) indah pasangan

menjadi buruk kehangatan menjadi kebekuan, kasih sayang menjadi

kebencian. Selain itu, menimbulkan ketidakharmonisan dalam rumah

tangga, ditambah dengan mulai mencari perhatian yang lain dikarnakan

hilangnya ketenangan dengan pasangannya, tak jarang hingga berujung pada

perselingkuhan.

204

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.187.

82

Kepercayaan adalah sebuah kunci keharmonisan rumah tangga, suami

istri tak selamanya selalu bersama dalam menjalani aktifitas, adakalanya

suami dan istri saling berjauhan dikarnakan suami bekerja merantau di luar

kota. Dengan adanya kepercayaan ini membuat kecurigaan dan

kekhawatiran dapat teratasi.

Untuk menghindari persoalan tersebut, maka sebagaimana yang telah

diungkapkan Quraish Shihab, tidak boleh melakukan suatu perbuatan

ataupun perkataan yang dapat menimbulkan kecemburuan atau keraguan

dalam hati pasangannya205

. Dalam hal ini perempuan sebagai istri wajib

merasa cukup denagn suaminya dan ridha kepadanya serta penuh cinta

kepadanya. Karena itu janganlah perempuan sebagai istri melayangkan

pandangan kepada laki-laki lain, dan hendaklah menutup pintu rapat-rapat

jangan sampai ada lubang fitnah terhadap dirinya dengan jangan bercakap-

cakap dengan lelaki lain.206

Sebagai bentuk iktiar untuk tidak menimbulkan

benih-benih kecurigaan, keraguan, kekhawatiran bahkan kecemburuan

ketika suami berada diluar rumah.

Hal ini dikarenakan rasa cemburu yang berlebihan dapat menjadi

penyebab pertengkaran dalam rumah tangga, bahkan dapat mengakibatkan

perceraian. Rasa cemburu ini dapat dihilangkan dengan kemauan istri untuk

selalu memenuhi hak-hak suaminya. Sehingga tidak tersisa lagi

kecemburuan di hati suami kepada istrinya, karena istri selalu menaruh

perhatian pada suaminya.207

Menciptakan terpenuhinya perhatian dan kasih

sayang bagi seorang suami dari istrinya sehingga tak lagi mencari perhatian

dengan perempuan lain.

e. Mampu Menjaga Harta Suami

Ketika suami tidak berada dirumah perempuan sebagai istri bukan

hanya mampu menjaga dirinya tetapi juga menjaga harta suami dengan baik.

yakni tidak mengeluarkan harta suami tanpa seizin suami baik untuk

205

Ibid,. h185-186. 206

Yusuf Qardawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer terj. Hadyul Islam Fatawi Mu‟ashiraholeh

As‟ad Yasin, (Jakarta: Gema Insan Press, 1996),h.626. 207

Muhammad Rasyid al-Umayyid, Kepada Wanita Mukminah terj. Ila Mu‟minah oleh M

Nur Wakhid, (Yogyakarta:Mitra Pustaka, 1999), h.12-13.

83

kebutuhan rumah tangganya atau bahkan dalam hal bersedekah. Sebab, saat

ini banyak istri yang sesuka hatinya berbelanja tanpa sepengetahuan suami,

bahkan diluar batas hingga sangat boros. Perilaku ini dapat berakibat tidak

baik terhadap perekonomian keluarga sehingga berujung kemiskinan.

Bahkan dalam penggunaan harta suami untuk bersedekah, harus

dengan sepengetahuan dan seizin suami. Dalam hal ini Quraish Shihab

menjelaskan bahwa bersedekah haruslah milik pribadi, bukan dari milik

orang lain, dalam praktiknya Quraish Shihab pula menerangkan bahwa tidak

di harus dipraktikan secara ketat maksudnya adalah jika seorang perempuan

atau istri telah diberikan wewenang mengatur pengeluaran dari penghasilan

dan harta suami, serta berkeyakinan bahwa suami tidak akan keberatan

berdasarkan pengalamannya berumah tangga, seorang perempuan atau istri

dibenarkan untuk bersedekah dengan mempertimbangkan jumlah yang

wajar dan sasaran yang tepat. Namun sebaiknya seorang perempuan atau

istri menyampaikan terlebih dahulu tentang sedekah itu kepada suami.208

Agar tidak menimpulkan kecurigaan penyalahgunaan keuangan, dan suami

merasa tenang bahwa istrinya telah mempergunakan keuangan secara baik.

Dengan demikian, apabila perempuan tak mampu menjaga harta

suami, sering mengeluarkan harta tanpa seizin suami secara berlebih hingga

sangat boros, maka segera bertaubatlah dan jangan mengulanginya lagi jika

tidak ingin menimbulkan dampak-dampak buruk dari perilakunya tersebut.

Perilaku tersebut juga dapat berpotensi menyakiti hati suami, karna sebagai

seorang istri ia tak mampu menjaga amanah dan kepercayaan yang

diberiakan suami kepadanya dalam hal menjaga harta. Juga dapat

menandakan rendahnya akhlak istri kepada suami.209

208

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.142. 209

Nor Fadilah, Akibat-Akibat Fatal Durhaka Kepada Suami, (Jogyakarta: DIVA Press,

2013), h.64

84

7. Mememuhi kebutuhan Suami Lahir dan bathin

a. Kebutuhan Lahir

Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,

8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, meyatakan bahwa kaitan indra

pengecap dengan cinta karena hubungan dengan makanan. Memang

seseorang dapat kagum pada yang lain, karena kepandaiannya memasak dan

menghidangkan makanan berselera, sampai-sampai ada yang menyatakan

“cinta bermula dari perut, naik ke mata, dan bersemayam di hati.” Ada juga

yang berkata bahwa “jika anda bermaksud membunuh pasangan anda maka

hidangkanlah untuknya makanan yang lezat”. Yang dimaksud adalah

makanan yang berkadar gula dan kolestrerol tinggi, serta segala macam

yang bertentangan dengan tuntunan kesehatan. Memerhatikan waktu-waktu

makan suami merupakan salah satu faktor yang mendorong mantapnya cinta

dan dapat membuktikan keperdulian, sekaligus merupakan salah satu aspek

dari tugas ibu rumh tangga.210

Selain memenuhi kebutuhan makanan suami, Quraish Shihab

berpendapat dalam buku yang berjudul: Pengantin Alquran, 8 Nasihat

Perkawinan untuk Anak-Anakku, terdapat kutipan yang berbunyi:

“Perhatikanlah tempat-tempat, dimana mata suamimu dapat tertuju, jangan

sampai matanya tertuju pada yang buruk pada dirimu.” Dari nasihat ini

dapat dipahami bahwa perempuan sebagai istri harus memperhatikan

kebersihan dan keindahan rumahnya, terutama tempat-tempat yang sering

dikunjungi suami, seperti kamar tidur, kamar mandi ruang keluarga, ruang

kerja bahkan seluruh ruang yang ada dirumah. Selain itu yang lebih penting

adalah penampilan dan kecantikan dirinya ketika dihadapan suami.

Menjaga kebersihan diri serta menggunakan wangi-wangian yang

disukai suami, sesuai pendapat Quraish Shihab mampu membangkitkan

gairah mendekat serta membangkitkan kesenangan dan melahirkan

210

Quraish Shihab,Pengantin Alquran....., h.45.

85

imajinasi,211

sehingga mampu membuat suami merasakan kenyamanan dan

kebahagiaan ketika bersama istrinya. Ataupun sebaliknya ketika seorang

istri tak mampu menjaga kebersihan diri hingga menimbulkan bau yang

tidak disukai suami seperti bau badan, bau mulut dll akan membuat suami

menjauh dari istrinya. Sebagai mana nasihat yang menyatakan bahwa “Dan

janganlah pula hidung suamimu menghirup, kecuali harus semerbak dari

mu”.

Dari pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang harus

diperhatikan oleh seorang perempuan sebagai istri dalam memenuhi

kebutuhan makanan suaminya sebagai berikut :

1) Seorang perempuan atau istri memperhatikan waktu makan suami,

yakni jangan sampai suami dibiarkan menunggu terlalu lama ketika

ingin makan dikarnakan makanan belum tersedia.

2) Masaklah makanan kesukaan atau selera suami agar menambah

kecintaannya.selain itu masaklah makanan yang sehat dan bergizi

untuk kesehatan suami.

3) Menjaga kebersihan diri, keindahan tempat tinggal, kerapian pakaian

untuk menyenangkan hati suami.

b. Kebutuhan Bathin (Seksual)

Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,

8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, serta dalam buku yang berjudul

Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai Persoalan Umat,

meyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan seksual merupakan tujuan utama

perkawinan, dan dengan demikian fungsi utamanya adalah reproduksi

manusia. Bahkan, berhubungan seks dengan pasangan dinilai sebagai

sedekah sebagai mana sabda Nabi Muhammad saw. :

و ف بضػ أ حد ك صد كة

Maksudnya: Hubungan seks kalian adalah sedekah.

211

Ibid., h.42.

86

Dan dalam pandangan ajaran Islam, seks bukanlah sesuatu yang kotor

atau najis, tetapi bersih dan harus selalu bersih. Maka hubungan tersebut

harus dimulai dalam suasana suci bersih, tidak dilakukan dalam keadaan

kotor.212

Sehingga sebelum memulai melakukan hubungan seksual

hendaklah membaca doa sebelum melakukan hubungan seksual diantara

suami istri agar terhindar dari campur tangan syeitan.

Quraish Shihab pun menjelaskan terkait adanya perbedaan antara

lelaki dan perempuan dalam rangsangan berahi. Lelaki sangat mudah

terangsang, berbeda dengan perempuan. Kebutuhan seksual lelaki dapat

muncul seketika. Dengan hanya “melihat” bagian-bagian tubuh perempuan

atau mendengar suara yang mendesah, lelaki sudah dapat terangsang dan

gairah nafsunya meningkat, bahkan bisa menggelora. Namun, tidak

sebaliknya bagi perempuan. Disisi lain perempuan dapat “melayani” walau

tanpa terangsang, sedangkan lelaki tidak demikian.213

Berdasarkan pernyataan diatas, untuk meghindari perbuatan yang

dapat menjerumuskan suami pada perbuatan yang haram seperti suami

mencari kepuasan seksual selain dengan istrinya maka istri tidak berhak

untuk menolak ajakan suami untuk menunaikan hasratnya berhubungan

seksual sejalan dengan yang dijelaskan dalam agama yakni menyalurkan

hasrat seksual serta menjauhkan diri dari perbuatan berzina adalah tujuan

utama dari pernikahan. Oleh sebab itu seorang perempuan sebagai istri

apabila tidak ada alasan yang dapat menolak ajakan suami maka istri wajib

datang, tidak menampakkan keletihan dihadapan suami, ataupun pura-pura

sibuk ketika suaminya mengajak berhubungan seksual pada jam berapa saja,

baik malam maupun siang.

Apabila diwaktu siang hari suami mengajak berhubungan seksual

Quraish Shihab pun menjelaskan bahwa Islam membenarkan pemenuhan

kebutuhan biologis secara sah, maka puasa sunnah seorang istri, harus

212

Ibid,. h.70. 213

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.131.

87

dibatalkannya jika suaminya mengharapkan untuk melakukan hubungan

dengannya.214

Hal ini dapat terjadi jika suami sedang berada dirumah pada

siang hari maka sebaiknya istri meminta izin jika ingin berpuasa sunnah,

sikap perempuan yang meminta izin untuk beribadah walaupun ibadah

sunnah kepada suami menandakan bahwa perempuan ini memiliki

pengetahuan yang baik terhadap ajaran Islam.

Selain itu pandangan Quraish Shihab yang menyatakan bahwa

perempuan wajib memenuhi ajakan pasangannya untuk berhubungan

seksual apabila tidak ada alasan yang syar‟i untuk melakukan penolakan

seperti haid, nifas, sakit (yang tidak memungkinkan melakukannya).

Sebagaimana Nabi saw, telah menegaskan :

Apabila seorang suami mengajak istrinya kempembaringan lalu ia tak

menyambutnya dan suami marah karena sikapnya itu, maka malaikat

mengutuk sang istri hingga pagi. (HR. Bukhari dan Muslim).215

Jangan kan untuk seorang menolak tanpa ada alasan yang jelas,

menolak permintaan suami untuk berhubungan seksual untuk melakukan

ibadah sunah seperti shalat tarawih lebih utama melayani terlebih dahulu

permintaan suami sebagaimana yang terdapat dalam buku yang berjudul

Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui,

Quraish shihab menjawab pertanyaan menolak ajakan suami untuk

berhubungan seksual karena akan tarawih, menyatakan bahwa menolak

ajakan suami, tidaklah tepat, namun jika tetap melaksanakan sholat tarawih,

tetap sah, selama memenuhi syarat-syarat, walaupun menolak ajakan suami.

Hanya akan lebih utama jika memenuhi ajakan suami baru sholat berjamaah

dengan suami di rumah.216

214

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.72. 215

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.130. 216

Ibid,. h.140.

88

Namun, apabila istri sedang haid diperbolehkan untuk menolak ajakan

suami berhubungan seksual sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shibab

dalam bukunya yang berjudul Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal

Perempuan yang Patut Anda Ketahui, Quraish Shihab menjawab pertanyaan

seorang perempuan, yang menanyakan tentang batasan yang diperbolehkan

ketika istri haid serta tentang kebenaran hubungan seks yang dilakukan istri

ketika belum mandi hadas, yakni izin untuk sebadan adalah setelah terhenti

haid dan istri mandi. Sebelum mandi, kendati haid berhenti, tetap

terlarang.217

Larangan ini, sejalan dengan pandangan kesehatan, menurut

dokter berhubungan seksual ketika haid itu suatu yang menimbulkan

penyakit bahkan Nabi pun membenarkan hal ini, sehingga dilarang

berhubungan seksual pada saat istri sedang haid.218

f. Berkomunikasi secara Baik dengan Suami

Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam menjalin

sebuah hubungan pernikahan, komunikasi yang baik dalam hubungan

pernikahan mampu mempererat tali kasih dan keromantisan antara suami

istri, sedangkan komunikasi yang buruk mampu menghancurkan hubungan

pernikahan. Ironisnya banyak pasangan suami istri yang tak mampu

mempertahankan mahligai rumah tangga dikarenakan kesalahpahaman

dalam komunikasi sebagai pemicu pertengkaran dan hilangnya kedamaian

dalam rumah tangga yang berujung perceraian. Sehingga diperlukan

pengetahuan terhadap cara berkomunikasi yang baik antar istri dan suami.

Berikut ini akhalak istri dalam berkomunikasi yang baik dengan suami,

diantaranya :

a. Berbicara yang Lembut dan Penuh Cinta

Menurut Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul: Pengantin

Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, memaparkan bahwa

Perempuan dianugerahi oleh Allah kemampuan berbicara lebih cepat dan

217

Ibid,. h.156-157. 218

Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,

1994), h.63

89

lebih banyak dibandingkan lelaki.219

Kata-kata yang indah mampu

menyuburkan Cinta.220

Dan jangan sampai suara merenggangkan hubungan

kasih sayang bersama pasangan.221

Perempuan sebagai istri seharusnya

sadar dengan suara dan kata yang akan diungkapkan kepada suami suami.

Kata setiap kata dan bunyi yang dikeluarkan akan memiliki pengaruh besar

terhadap lawan bicara. Apabila berkatalah penuh kelembutan dan

kenyamanan dalam berkomunikasi dengan suami, agar mampu

menimbulkan gairah cinta dan menambah kasih sayang, sedangkan suara

dan kata yang menyakitkan hati dan memecahkan gendang telinga mampu

menghilangkan rasa simpati hingga meredam getaran cinta yang ada.

Dalam berkomunikasi atau berdialog, jangan memaki, jangan juga

mengkritik terlalu pedas, hal ini dikarenakan pernikahan itu dilandasi oleh

cinta, dan tiada cinta tanpa perhatian dan penghormatan kepada pasangan.

melecehkan dengan sikap maupun ucapan bertolak belakang dengan

penghormatan kepada pasangan. melecehkan pasangannya, sama halnya

dengan melecehkan diri sendiri. Selain itu jangan sampai suara istri lebih

keras dari suami, karna ketika perempuan sebagai istri membentak suami

dan menyakiti hatinya dengan geram, maka periku demikian termasuk

perilaku kotor yang sangat dibenci malaikat.222

b. Perbedaan Pendapat Diselesaikan dengan Jalan Musyawarah

atau Berdialog

Pernikahan yang sukses bukan saja ditandai oleh tidak adanya

pertengkaran antara suami istri, karena bisa saja pertengkaran tidak terjadi

bila salah satu pasangan meneriman semua yang dikehendaki oleh

pasangannya. Perbedaan yang ada dalam pernikahan, yang sebenarnya

mengeratkan hubungan pernikahan, karna adanya perbedaan itu, suami dan

istri dipersatukan untuk saling melengkapi, menutupi kekurangan dengan

kelebihan masing-masing.

219

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.82 220

Quraish Shihab, Perempuan...., h. 82. 221

Quraish Shihab,Pengantin Alquran...., h.40-41. 222

Nor Fadilah, Op.cit., h.50

90

Dalam buku yang berjudul M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal

Perempuan yang Patut Anda Ketahui karya Quraish Shihab, menjelaskan

mengenai seorang istri dapat saja tidak bersependapat dengan suami bahkan

membantahnya, tetapi tentu saja itu dalam batasan - batasan kesopanan dan

argument yang kuat. Bukan hanya orang bijak yang berpesan agar suami

istri selalu melakukan dialog, Tuhan pun dalam Alquran yang

memerintahkan agar mereka bermusyawarah atau berdialog. Memang dalam

bercinta terkadang bahasa diam lebih ekspresif daripada bahasa lisan. Ini

dapat terjadi apabila kedua pihak memasang/memiliki reciver yang peka,

dan ini hanya dapat diwujudkan pada situasi kemesraan dan kesempatan.

Tetapi dalam keadaan beda pendapat, maka sering kali ada gangguan pada

alat penerima sinyal itu, sehingga diperlukan dialog dengan suara yang

terdengar, bahkan boleh jadi agak sedikit keras, tetapi jangan sampai

didengar oleh orang asing yang bukan keluarga dekat yang bijaksana.223

Bahkan dilarang keras seoran perempuan sebagai istri menceritakan rahasia

rumah tangga dan rahasia suaminya kepada orang lain, sekalipun kepada

sahabat karibnya.

Jika hal tersebut terjadi, sebaiknya perempuan sebagai istri memiliki

keterampilan menyampaikan pandangannya secara baik. terkadang

kelemahan dalam menyampaikan pandangan, kebutuhan atau keinginan,

menjadi mitra bicara menduga sesuatu yang lain, sehingga menolak apa

yang harus diterima. Selain itu mampu mendengar secara efektif

argumentasi atau pandangan dari suaminya, sehingga tidak segera

memberikan penilaian baik atau buruk terhadap gagasan yang disampaikan

kepadanya.224

Dengan begitu penulis dapat menyimpulkan bahwa apabila

perempuan sebagai istri dengan suami menemukan perbedaan pendapat,

pandangan, dan penilaian yang berawal kesalahpahaman hingga berujung

223

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.132 224

Quraish Shihab,Pengantin Alquran, h.141

91

pertengkaran. Maka perempuan sebagai istri sebaiknya melakukan

musyawarah dan berdialog dengan suami.

Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam bermusyawarah ataupun berdialog yakni

sebagai berikut :

1. Perempuan sebagai istri sebaiknya mencari waktu yang tepat dan

menciptakan suasana yang tenang, damai dan santai bagi suami ketika

ingin bermusyawarah ataupun berdialog hal ini memudahkan

menemukan solusi persoalan. Namun jangan dilakukan dalam kondisi

suami sedang amarah.

2. Berbicara dengan jelas agar pesan yang ingin disampaikan mudah

dipahami.

3. Jangan sampai orang lain mengetahui kesalah pahaman ataupun

pertengkaran yang terjadi dalam pernikahan. Maka perempuan sebagai

istri harus mampu menjaga rahasia suami.

4. Apabila membutuhkan pendapat, pandangan dan penilaian dari pihak

lain seperti keluarga, maka carilah keluarga dekat yang bijaksana

sehingga mampu memberikan solusi persoalan secara baik.

c. Mencari Penyelesaian Terbaik Apabila ada Perbedaan

Pandangan

Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,

8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, menyatakan bahwa tidak mudah

melakukan komunikasi antara pihak yang memiliki perbedaan-perbedaan,

namun untuk memahami perbedaan itu, dibutuhkan keluwesan untuk

menerima perbedaan pendapat pasangannya serta saling pengertian, tidak

menuntut atau menang sendiri, tidak pula harus terus menerima dan

mengalah

Apabila dalam berdiskusi, menemukan perbedaan pendapat sehingga

tidak membuahkan hasil maka hentikanlah sejenak dan alihkan pembicaraan

92

dengan yang lain, dan tunggu kesempatan berikutnya dengan merenungkan

lebih dalam argumentasi suami, atau dengan cara lain untuk meluluhkan hati

suami dalam menyelesaikan persoalan yang tadinya mengganjal dapat

menggunakan kalimat:”boleh jadi engkau yang benar.”225

Perilaku tersebut

menunjukan bentuk penghormatan perempuan sebagai istri terhadap

suaminya. Maka dari itu, perempuan sebagai istri sebaiknya mengetahui

tentang perbedaan-perbedaan, sebagaimana pandangan Quraish Shihab yang

menyatakan tujuan tersebut untuk memanfaatkannya meraih kesepahaman

dalam rangka menciptakan kebahagiaan rumah tangga.

d. Menjaga Rahasia Suami

Dalam berkomunikasi antara suami istri diperlukan saling keterbukaan

dengan pasangan, semua yang diketahui oleh salah seorang pasangan harus

diketahui keduanya. Namun walaupun begitu menurut Qurash Shihab tidak

semua apa yang diketahui atau dialami pasangan diketahui oleh pihak lain,

sekalipun dengan pihak yang terdekat. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada

pihak lain yang ikut campur sehingga dapat menggangu ketentramaan

rumah tangga.226

Penulis pun dapat menyimpulkan bahwa perempuan

sebagai istri tidak diperkenankan membuka rahasia atau aib dari suami

walaupun kepada keluarga ataupun sahabat terdekatnya.

e. Memberikan Nasihat secara Baik dan Benar Kepada Suami

Apabila seorang suami melakukan kesalahan, Quraish Shihab dalam

hal ini menerangkan bahwa agama tidak melarang istri menegur dan marah

pada suaminya jika itu sesuai dengan tempatnya, dan sesuai alasan yang

dibenarkan di dalam agama. Namun, juga tidak langsung memberikan saran

apalagi nasihat kepada suami sebagaimana yang tertera dalam buku yang

berjudul: Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku,

karya Quraish Shihab menyatakan bahwa Salah satu keluhan yang paling

sering terdengar dari banyak suami adalah bahwa istrinya selalu ingin

mengarahkannya, bahkan merasa tanggung jawab atasnya dan bermaksud

225

Ibid,. h.190. 226

Ibid,.h.197

93

“menguasainya secara penuh”. Sebenarnya jika seorang istri berusaha

mengarahkan dan memberinya aneka nasihat. Walaupun sebenarnya jika

seorang istri berusaha mengarahkan dan memberinya aneka nasihat. Itu

adalah cinta dan sifat keibuaan perempuan yang selau merasa khawatir

terhadap anak atau kekasihnya.227

Dengan begitu memberikan nasihat atau

mengarahkan suami demi kebaikannya perlu juga diiringi dengan cara yang

baik pula.

Namun apabila memiliki suami yang tempramen, keras kepala dan

cepat emosi, sehingga ketika diberi nasehat ataupun saran tetapi masih tetap

membangkang bahkan tidak berubah, yang dapat dilakukan seorang istri

untuk mengahadapi situasi seperti ini ialah seorang perempuan sebagai istri

dapat berdiskusi dan bermusyawarah dalam mencari solusi terbaik dalam

permasalah yang sedang dihadapi, jika cara ini tidak belum menemukan titik

temu maka seorang perempuan sebagai istri dapat meminta bantuan kepada

keluarganya untuk mencari jalan penyelesaian, namun kalau tetap gagal,

maka bisa menempuh jalan pengadilan untuk menyelesaikan. Selain itu,

dalam hal ini menurut Quraish Shihab tidak dibenarkan untuk seorang istri

memukul suami apabila salah, dikarnakan secara fisik, laki-laki lebih

memilki kekuatan dibandingkan perempuan.228

g. Mendukung Suami agar Berprestasi dalam Bidangnya

Seorang suami menurut Quraish Shihab sangat membutuhkan

dorongan-dorongan dari istrinya, baik berupa penghargaan dan rasa bangga

atas hasil usaha pekerjaan yang dilakukan sehingga dirinya dinilai penting

oleh istrinya. Hal ini disebabkan karna istri yang berhasil adalah yang

mampu menjadi jembatan kesuksesan bagi suaminya, sehingga suami

mampu meningkatkan kemampuannya dan berhasil mencapai kariernya.

Doa istri adalah faktor penentu mencairkan kebuntuan masalah. Kesabaran

istri melewati masa-masa sulit mencapai keberhasilan membuat semangat

227

Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.126 228

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.127-128

94

suami semakin melejit.229

Namun, apabila perempuan dan menciptakan

ketidaktenangan dirumah sehingga membuat suami tidak produktif untuk

meningkatkan karirnya.

Menciptakan ketenangan di hati suami ketika berada diluar rumah

dengan mampu menjaga diri, mengasuh dan mendidik anak-anaknya serta

menjaga harta suami dengan sebaik-baiknya. Quraish Shihab juga

menegaskan bahwa seorang istri tidak usah terlalu menuntut dari suami apa

yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi ciptakanlah suasana ketenangan

yang dapat mendorongnya lebih berprestasi dalam bidangnya.

Maka dari itu bahwa istri sangat berperan dalam keberhasilan karier

suami. Dikarenakan para suami dalam bekerja mencari nafkah dalam

kondisi menanggung tanggung jawab yang besar terhadap istri dan anak-

anaknya, pekerjaan yang penuh persaingan yang ketat, lingkungan pekerjaan

yang terkadang harus dikelilingi orang-orang yang memiliki sifat-sifat

buruk, iri hati, hasut dan dengki, kondisi lelah setelah bekerja dan hasil

pekejaan yang tak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.

Hal ini sangat mempengaruhi beban psikologis seorang suami

sehingga membutuhkan istri yang mampu memberikan senyuman yang

indah sepulang suami bekerja, menyambutnya dengan suka cita dengan

menciptakan ketenangan, kenyamanan dan damai bagi suami, sehingga

mampu memotivasi suami untuk melakukan segala kewajiban, mampu

menghibur suami dikala sedih melanda serta saling mengerti dan membantu

dalam meringankan beban yang ditanggung suami.230

h. Memberikan Perhatian kepada Orang tua dan Keluarga Suami

Suami dan istri terlahir dari rahim seorang ibu selama sembilan bulan,

memberikan nutrisi dari air susunya, menyinari dengan kasih sayang, lalu

229

Adrian Mafatihallah, Lepas Dari Lapas Hidup, Terapi Islami Agar Hidup Lebih

Bermakna , (Jakarta : Republika ,2017), h.251 230

Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Tantangan Wanita Muslimah terj. Musyakillat fii Thariiq

al-Mar‟ah al-Muslimah oleh Wawan Djunaedi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h.137-138

95

kedua orang tuanya mendidik, membesarkan dengan tulus dan ikhlas

mencurahkan perhatian sepanjang hidup hingga menjadi lelaki dan

perempuan yang sempurna hingga menghantarkan sampai menuju jenjang

pernikahan.

Setelah menikah suami istri harus tetap berbakti kepada orang tuanya

serta berbakti kepada orang tua pasangan (mertua) serta menghormati sanak

keluarga. Menjalankan hak dan kewajiban sebagaimana batasan-batasan

yang telah diajarkan dalam agama. Penghormatan istri kepada mertuanya

seperti orang tuanya sendiri merupakan akhlak islami yang sangat mendasar

serta menunjukkan kemuliaan jiwa dan kemuliaan garis keturunan.231

Menurut Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul: Pengantin

Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, Perhatian yang

dilakukan seorang istri kepada orang tua suami ataupun sebaliknya,

sebaiknya dilakukan dengan penuh keterbukaan agar saling mengetahui agar

tidak menimbulkan kesalah pahaman. Perhatian yang ditujukan kepada

orang tua dan keluarga besar tidak selalu memberikan materi (uang), namun

dapat dilakukan melalui silaturrahmi, kunjungan, menanyakan kabar melalui

telephon, dengan hal ini bapak dan ibu serta keluarga besar tidak merasa

kehilangan anak atau keluarganya setelah menikah.

Selain itu apabila seorang mertua lelaki sedang mengalami sakit dan

harus melayani bahkan memandikannya, Quraish Shihab menyatakan bahwa

memandikannya tidak ada halangan jika memang kondisinya tidak ada yang

lain yang mampu menggantikan, selain itu juga sebaiknya mengurangi

pandangan terhadap auratnya atau kalau terpaksa harus memegangnya

hendaknya tidak secara langsung, tetapi menggunakan kaus tangan atau

semacamnya. Menurut Quraish Shihab, hal ini dikarenakan mertua telah

menjadi bapak atau ibu bagi menatunya, sehingga memberi pelayanan dan

231

Dr Muhammad bin Ibrahim al-Hamad, Trilogi Pernikahan Resep Mujarab Memperbaiki

kesalahan-kesalahan seputar rumah tangga, (Jakarta : Griya Ilmu, 2016), h.275

96

memenuhi kebutuhkan yang baik kepadanya termasuk perbuatan yang

terpuji. 232

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang

perempuan sebagai istri hendaknya berterima kasih kedua orang tua suami

atas segala kasih sayang dan pengorbanan yang telah dicurahkan kepada

suami sampai ia menjadi pendamping yang baik. Dengan tetap menjaga

jalinan silaturrahmi dengan kedua orang tua dan keluarga suami, menjaga

hubungan baik bagaimanapun mereka tetap menjadi kedua orang tua suami

walaupun sudah menikah, serta memberikan pelayanan terbaik seperti orang

tua sendiri. Agar kebahagaiaan, ketenangan dan keberkahan hidup

menghiasi ikatan pernikahan.

i. Mampu Menciptakan Keseimbangan Ekonomi

Menurut Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul: Pengantin

Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, seorang istri harus

mampu menciptakan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.

Disisi lain, walaupun kewajiban mencari nafkah untuk memenuhi keutuhan

istri dan anak-anak secara wajar dibebankan kepada suami, tetapi istri

hendaknya dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan wajar itu, bahkan

kalau perlu ikut bekerja mencari nafkah. Menjadi sebuah catatan penting

yang perlu dihayati oleh perempuan sebagai istri, yaitu betapa pun

penghasilan istri melebihi penghasilan suami, tetapi itu tidak berarti ia harus

mendikte suami sesuai kehendaknya.

Namun, Jika seorang suami bekerja, mencari nafkah dan berhasil

meraihnya, dan istri pun bekerja maka istri tidak berkewajiban memberikan

penghasilannya kepada suami, karena itu adalah tanggung jawab suaminya.

Jika suami bekerja mencari nafkah dan istri mengarahkan pandangannya

lebih banyak kepada rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya. Maka apa

yang dilakukannya ketika itu merupakan salah satu bentuk dari saling bantu

membantu dan saling melengkapi untuk satu fungsi yang harus diemban.

232

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.64

97

Selain itu di dalam buku yang berjudul M. Quraish Shihab Menjawab;

101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui karya Quraish Shihab,

terkait permasalahan jika dalam keadaan memaksa seorang istri

meninggalkan suami bahkan harus keluar negeri demi mencari uang karena

kesulitan ekonomi dan suami pun tidak memperoleh peluang bekerja

menjelaskan bahwa tidak dibenarkan seorang perempuan ke luar negeri dan

hidup di sana tanpa ada mahram yang menemani, bahkan untuk bekerja di

sana. Namun tidak dinilai berdosa apabila mendapatkan peluang

pekerjaannya di dalam negeri sehingga dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya dan keluarganya.233

Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan

bahwa dalam memenuhi ekonomi keluarga secara utuh menjadi tanggung

jawab penuh seorang suami, namun istri juga harus menjaga keseimbangan

ekonomi dengan cara bijaksana dalam mengelola keuangan keluarga.

C. Relevansi Pendidikan Akhlak Perempuan dalam Pernikahan

Menurut Quraish Shihab dengan Konteks Kehidupan Pernikahan

Perempuan Modern

1. Kenyataan Kehidupan Perempuan pada Masa Modern

Pada masa kini, tuntunan kehidupan modern telah mengakibatkan

pergeseran tatanan nilai kehidupan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan

manusia dalam mengembangkan teknologi dan informasi yang pesat tak

berimbang dengan kemajuan akhlak manusia. Alhasil Perkembangan Dunia

semakin maju namun disisi lain manusia makin terperosok kedalam kehancuran

akhlak. Manusia terlena dalam kebahagiaan dunia yang penuh dengan

fatamorgana, hingga luput dalam menggapai kebahagian akhirat yang nyata dan

kekal.

Ironisnya, perempuan yang memiliki peranan penting dalam

keberhasilan membangun sebuah peradaban mengalami kerusakan akhlak. Hal

ini menjadi cara para musuh-musuh Islam untuk mengahancurkan masa depan

233

Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.204

98

Islam dengan merusak akhlak perempuan. Berikut ini problematika kehidupan

yang dihadapi perempuan :

a. Kurangnya Pendidikan Pra Nikah bagi Perempuan

Pernikahan adalah ibadah yang dilakukan seumur hidup. Penuh

dengan tantangan yang harus dihadapi. Bagi perempuan setelah menikah

akan menyandang status sebagai istri. Sehingga menjalani peranan sebagai

istri bukanlah perkara yang mudah, sepanjang sisa hidup akan terus

mendampingi, mentaati dan melayani suami sebaik-baiknya. Namun, jika

tidak diiringi dengan kesiapan mental dan keilmuan yang baik, alhasil akan

timbul kekacauan dalam kehidupan pernikahan. Maka dari itu, seorang

perempuan harus memperoleh pendidikan yang baik sebagai kesiapan diri

dan keilmuannya untuk memasuki gerbang pernikahan.

Namun ironisnya, lembaga pendidikan seakan tidak menganggap

penting pendidikan pra nikah bagi peserta didik terutama perempuan,

sehingga materi pembelajaran di sekolah tidak cukup mendukung keilmuan

terkait persiapan diri seorang perempuan menjalani peranan di dalam

pernikahan. karena itulah orang tua memiliki tanggung jawab untuk

memberikan pengetahuan dan pendidikan pra nikah kepada anak-anaknya

terlebih kepada anak perempuan, dengan memberikan nasihat tentang dasar-

dasar dan adab pernikahan misalnya tentang adab-adab istri kepada

suami.234

Seharusnya perempuan mendapatkan pembelajaran mengenai kisah-

kisah perempuan muslimah yang terhormat agar perempuan masa kini

mengenal dan meneladani sifat-sifatnya, perempuan juga pendidikan

mengenai pengenalan dan pengamalan terhadap tugas-tugas perempuan

234

Misran Jusan dan Armansyah, Prophetic Parenting For Gils (Cara Nabi Mendidik Anak

Perempuan), (Yogyakarta: Pro-U Media, 2016), h.283.

99

yang harus dijalankan ketika sebagi istri dalam pernikahan, agar bisa dengan

bijaksana menjalankan dengan baik tanggung jawabnya diantaranya :235

1. Perempuan setelah menjadi istri berkewajiban melayani kebutuhan

makan suami, maka perempuan perlu diajarkan tentang ilmu memasak

dari jenis-jenis alat masak, bahan baku dan resep pembuatan makan.

2. Perempuan sebagai istri, akan merawat dan menjaga suami serta anak-

anaknya, maka perempuan perlu diajarkan ilmu keperawatan,

mengetahui gejala penyakit dan penanggulangannya, macam-macam

obat, cara merawat orang sakit dsb.

3. Perempuan sebagai istri, berkewajiban menciptakan keindahan,

kenyamanan, kebersihan rumah, maka perempuan perlu dilatih untuk

membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan rumah.

b. Perempuan yang Bekerja

Pada zaman modern saat ini, keterbukaan lapangan pekerjaan untuk

perempuan bekerja saat ini sangat terbuka luas, perempuan kini mampu

mengisi berbagai macam posisi jabatan di dunia pekerjaan. Sehingga

memberikan peluang yang besar untuk perempuan berkarier. Tawaran gaji

yang menggiurkan sejalan dengan tuntutan ekonomi yang semakin

meningkat, terkadang perempuan tak lagi mampu memilah dan memilih

pekerjaan.

Ironisnya syariat agama tak lagi dihiraukan demi mendapatkan pundi-

pundi rupiah. Alhasil pekerjaan yang mengharuskan menampilkan

keindahan bentuk tubuh, menanggalkan hijab yang merupakan kewajiban

setiap perempuan untuk mengenakannya, bahkan rela menjual harga dirinya.

Padahal bagi perempuan sebagai istri wajib menjaga dirinya, menampakkan

keindahan diri hanya untuk suami, namun jika berkerja ia harus

menampakkan kecantikannya demi mendapatkan pekerjaan.

235

Muhamamd Ali Al-Bar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam : Kodrat Kewanitaan,

Emansiapasi dan Pelecehan Seksual terj. Amal Al-Mar‟ah fi Al, Mizan oleh Amir Hamzah,

(Jakarta: pustaka Azzam, 1998), h.173

100

Perempuan yang bekerja, dapat menimbulkan problematika dalam

kehidupan pernikahannya, tak jarang perempuan harus meninggalkan suami

dan anaknya untuk mengejar karier dan jabatan. Pekerjaan yang harus

menyita waktu, tenaga dan pikiran dari pagi hingga malam sehingga

membuat suami dan anak terlantar. Bahkan ada perempuan yang rela tuk

menunda kehamilan demi memenuhi tuntutan pekerjaan. Selain itu, bisa

menyebabkan stress dan perasaan tertekan dalam pekerjaan dibawa ke

lingkungan keluarga, membuat kondisi emosi perempuan tidak stabil

berakibat suami dan anak menjadi pelampiasan kemarahan, sehingga

memicu terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang berujung ketenangan

dalam pernikahan menghilang.

Pada prinsipnya, Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja,

selama pekerjaan yang dilakukan tidak melanggar norma dan ketentuan

agama serta mampu menghindari dampak-dampak buruk dari pekerjaan

yang di lakukan terhadap diri, keluarga dan lingkungan. Ketika perempuan

telah memasuki gerbang pernikahan ada hal yang perlu diperhatikan

perempuan yakni tugas dan tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Keputusan

perempuan berkarier setelah menikah, harus mampu menjalankan tanggung

jawab ganda secara berimbang, yakni tanggung jawab sebagai istri untuk

suaminya, ibu bagi anak-anaknya dan sebagai perempuan yang berkarier.

Tanggung jawab tersebut harus dijalani dengan benar dan baik.

Namun yang menjadi perhatian bagi perempuan yang telah menikah

ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum memutuskan

untuk bekerja, diantaranya : pemberian izin suami untuk bekerja, karna

setelah menikah suami yang bertanggung jawab untuk memberi nafkah dan

memenuhi kebutuhan rumah tangga istri dan anak-anaknya. Ada beberapa

alasan ketika suami mengizinkan istri untuk bekerja diantaranya, agar

keilmuan istri bermanfaat bagi masyarakat, agar istri tidak merasa bosan dan

jenuh dirumah, agar istri bisa menghargai hasil kerja suami karan

mengetahui sulitnya mencari uang, serta membantu suami memenuhi

101

kebutuhan hidup terutama jika suami sakit dan tak mampu bekerja atau

bekerja namun hasilnya tak mampu menutupi kebutuhan.

Apabila perempuan memiliki keputusan untuk bekerja setelah

menikah, dengan seizin suami, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dan dijalankan seoarang perempuan sebagai istriyang bekerja diantaranya :

Menyediakan pelayanan terbaik untuk suami seperti: memperhatikan

waktu dan makanan kesukaan suami serta memenuhi kebutuhan seksual

dengan berpenampilan menarik dihadapan suami.

Menjalin komunikasi yang baik dengan memberikan kabar agar suami

merasa tenang dan meluangkan waktu untuk bercerita, senda gurau dengan

suami untuk menjaga kehangatan hubungan suami istri

Mengusahakan pulang bekerja lebih awal dibandingakan suami, untuk

dapat menyambut suami dengan wajah yang ceria, tubuh yang wangi untuk

melepas lelah suami. Akan tetapi ada juga suami yang tidak mengizinkan

istrinya untuk bekerja, apalagi suami sudah mampu memenuhi kebutuhan

keluarga serta di khawatirkan apabila bekerja dapat menghalangi istri untuk

melakukan kewajiban atas suami dan rumah tangganya. Dalam hal ini suami

dan istri harus mampu kelola dengan baik dan bijaksana,

mempertimbangkan dampak dan pengaruh dari keputusan yang akan

diambil agar tidak berimbas pada kehancuran rumah tangga dan berakhir

dengan memilih salah satunya suami atau kerja.

Maka dari itu perempuan yang bekerja dengan memiliki kemandirian

secara finansial bukan cara untuk keluar dan menghindar dari tanggung

jawab sebagi istri, bukan berarti harus melawan kewajiban, bukan pula

untuk merendahkan kepemimpinan kepala keluarga. Tetapi perempuan

yang bekerja setelah menikah sebagai usaha membantu perekonomian

keluarga, dengan menjaga kehormatan dan tanggung jawabnya.

c. Mudahnya Perempuan Mengugat Cerai

102

Kekacauan dalam pernikahan, dapat bermula dari buruknya

komunikasi diantara suami dan istri, yang sering kali berselisih paham

dengan berbagai perbedaan yang ada. Sehingga pertengkaran menjadi

sebuah rutinitas berdampak ketenangan didalam rumah menghilang, jika ini

yang terjadi suami akan mencari ketenangan diluar rumah, yang sebenarnya

menjadi tanggung jawab istri untuk menjadikan rumah sebagai tempat yang

menenangkan dan menentramkan bagi seluruh anggota rumah.

Tak ayal perselingkuhan, perceraian bahkan kriminalisasi antara

suami istri santer terdengar dari berita-berita media elektronik, cetak dan

online menghiasi pemberitaan setiap harinya. Dalam jurnal yang berjudul

Tingginya Angka Cerai Gugat (Khulu‟) Di Indonesia : Analisis Kritis

Terhadapm Penyebab Dan Alternatif Solusi Mengatasinya karya Isnawati

Rais menyatakan bahwa faktor penyebab perceraian didominasi oleh faktor

perselisihan, yakni suami istri sudah kehilangan rasa harmonis yang

mencapai angka 2393 dari 6708 atau dengan prosentase 36%. Berdasarkan

hasil responden perselisihan berawal dari persoalan yang sepele, yang tak

kunjung diselesaikan hingga muncul persoalan-persoalan baru yang makin

menumpuk. Selain itu penyebab istri menggungat cerai dikarnakan sering

mengalah ketika menghadapi suami, akan tetapi suami tidak mau mengerti

dan menyadari apa yang terjadi dirumah.236

Ketidak harmonisan yang terjadi didalam pernikahan yang disebabkan

faktor perselisihan, disinilah menunjukan betapa pentingnya membangun

komunikasi yang baik dintara suami istri, dengan melakukan musyawarah

dan berdialog ketika terjadi perbedaan pendapat, serta penyampaian

dilakukan secara baik dan jelas sehingga pesan tersampaikan dengan baik

menjadi solusi untuk mengurangi ketegangan perselisihan. Terjadi

perselisihan sebenarnya adalah hal yang wajar karna setelah menikah

perbedaan-perbedaan diantara suami istri tidak hilang, namun keduanya

harus saling mengenal, memahami, menghormati perbedaan tersebut hingga

236

Isnawati Rais, Tingginya angka cerai gugat (Khulu‟) di Indonesia : analisis kritis

terhadapm penyebab dan alternatif solusi mengatasinya, Al-Adalah, Vol.XII, No.1 Juni 2014, h.7-

8.

103

pada akhirya perbedaan tersebut menjadi pelengkap untuk saling mengisi

dan menyempurnakan hubungan pernikahan.

d. Finansial Istri Lebih Tinggi daripada Suami

Bagi perempuan yang memiliki harta yang bergelimang yang

diperolehnya dari warisan orang tua ataupun bekerja, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan hidup. Dapat membentuk kepribadian perempuan

mandiri dalam finansial, membuat perempuan dapat membeli apa saja yang

diinginkan serta memenuhi kebutuhan dirinya tanpa harus menunggu

pemberian dari orang lain bahkan suami.

Yang terjadi kini, kedudukan ekonomi istri lebih tinggi dari pada

suami dapat menjadi pemicu kerusakan rumah tangga, hal ini terjadi apabila

suami merasa inferior terhadap dirinya dibawah istri sehingga ia tidak

mampu menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga dengan baik.

Selain itu, perempuan yang memiliki kemandirian secara ekonomi, serta

kelebihan harta dibandingkan suami, mengakibatkan perempuan berani

mengambil keputusan untuk bercerai, karena mereka tidak menggantungkan

hidupnya secara ekonomi terhadap suaminya sehingga berpandangan bahwa

setelah perceraian terjadi hidupnya tidak akan terlantar.237

237

Isnawati Rais, Tingginya angka cerai gugat (Khulu‟) di Indonesia : analisis kritis

terhadapm penyebab dan alternatif solusi mengatasinya, Al-Adalah, Vol.XII, No.1 Juni 2014, h.2.

104

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisia yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya terhadap obyek penelitian yaitu konsep pendidikan akhlak perempuan

sebagai istri terhadap suami dalam pernikahan menurut Quraish Shihab, maka

penulis dapat menyimpulkan beberapa poin yang menjadi jawaban dari rumusan

masalah pada penelitian ini, sebagai berikut:

1. Konsep pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami dalam

pernikahan menurut Quraish Shihab, sebagai berikut :

a. Perempuan sebagai istri hendaknya memahami tanggung jawab sebagai

istri yakni untuk mendengarkan, mematuhi, mentaati perintah suami,

yang merupakan pemimpin dalam rumah tangga, agar mampu

menjalankan peranannya sebagai istri berjalan dengan baik, benar dan

bagus berstandarkan Alquran dan Hadis.

b. Perempuan sebagai istri hendaknya memenuhi kebutuhan-kebutuhan

suami terutama kebutuhan seksual sebagai tujuan perkawinan selain itu

kebutuhan yang bersesuaian dengan fungsi panca indra seperti kebutuhan

penglihatan, penciuman, pengecapan, pendengaran dan perabaan.

c. Perempuan sebagai istri hendaknya ketika berbicara mampu menguatkan

rasa cinta kepada suami dengan bahasa yang lembut. Memaki, mencaci

dan berselisih paham dengan suami mampu menghilangkan rasa cinta,

maka bermusyawarah dan berdialog dengan penyampaian yang baik serta

pemilihan waktu dan kondisi yang tepat.

d. Perempuan sebagai istri bijaksanalah mengelola keuangan demi menjaga

keseimbangan ekonomi. Sekalipun mengharuskan untuk bekerja dengan

izin suami. Terutama ketika suami sakit dan tak mampu mencari nafkah.

e. Perempuan sebagai istri hendaknya menampakkan cinta dan kebanggan

terhadap suami, mampu menjaga diri, dalam hal penampilan dan

kecantikan hanya untuk suami, menjaga harta suami, pamit kepada suami

jika keluar rumah, tidak memasukan lelaki kedalam rumah, tanpa izin

105

suami, memberi kepercayaan kepada suami. Memberikan perhatian

kepada orang tu dan keluarga suami.

f. Perempuan sebagai istri hendaknya menghadapi perbedaan dengan saling

menghargai, menghormati dan mengisi kekurangan dan kelebihan

pasangan. Perbedaan diantara suami seperti : perbedaan tingkah laku,

kebutuhan, karakter, latar belakang keluarga dan pendidikan, perbedaan

cara pandang, pemberian penilaian dan perhatian ataupun dalam

menyelesaiakan masalah adalah warna dalam kehidupan rumah tangga

untuk mewujudkan keharmonisan dalam pernikahan.

2. Relevansi konsep pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap

suami dalam pernikahan dengan konteks kehidupan perempuan modern

yaitu problematika yang timbul pada kehidupan perempuan modern saat ini

terjadi akibat dari kemunduran akhlak perempuan yang berdampak kepada

ikatan pernikahan. Pendidikan akhlak perempuan sebagai istri sangat

dibutuhkan untuk memberikan pembinaan dan pembiasaan untuk memiliki

akhlak yang baik dalam menjalani kehidupan pernikahan yang penuh

dengan tantangan dan ujian, mulai dari permasalahan perbedaan pendapat,

buruknya hubungan komunikasi antara suami dan istri, kurangnya saling

menerima keadaan, bahkan yang sering terjadi adalah permasalah ekonomi

yang sering menjadi faktor penyebab kehancuran pernikahan.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Bagi para perempuan

a. Pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami dalam

pernikahan telah dijelaskan dalam Alquran dan Sunnah namun penulis

menyarankan para perempuan begitu penting untuk memiliki

kesadaran beragama untuk mampu mengamalkan serta

menginternalisakan hal tersebut dalam kehidupan pernikahan demi

membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

106

b. Bagi para perempuan yang belum menikah hendaknya mempelajari

akhlak bagi perempuan dalam pernikahan, sebagai pedoman untuk

menjalani kewajiban sebagai istri dengan memahami peranan yang

harus dilakukan, berupa tugas dan tanggung jawab sebagai seorang

istri. Pengetahun ini demi mempersiapakan mental, fisik dan

pengetahuan perempuan ketika berstatus seorang istri setelah

menikah.

c. Bagi para perempuan yang telah berstatus sebagai istri, mempelajari

pendidikan akhlak bagi perempuan dalam pernikahan, sebagai

tambahan ilmu untuk merawat, mempertahankan dan melanggengkan

hubungan pernikahan dengan mengetahui bagaimana cara memahami

perbedaan yang ada diantara suami, mengatasi masalah dalam

pernikahan, cara memberikan pelayan terbaik untuk suami, diberikan

pengetahun terkait hingga mewujudkan pernikahan yang harmonis.

2. Bagi Lembaga Pendidikan Islam

Kini pendidikan akhlak menjadi hal yang paling penting ditengah gejolak

kerusakan akhlak diberbagai sektor kehidupan, terutama pada akhlak

perempuan yang menjadi tolak ukur masa depan agama dan negara. Perempuan

yang secara fitrahnya akan menjadi seorang istri membangun keluarga serta

peradaban manusia, sehingga sangat dibutuhkan pondasi untuk menjalani tugas

dan tanggung jawabnya. Disinilah peran lembaga pendidikan Islam yang harus

mampu mendidik perempuan mempersiapkan menjadi istri ideal yang taat dan

patuh kepada Allah SWT serta suami. Demi terciptanya keluarga yang

harmonis, menghasilkan generasi terbaik untuk agama dan negara. Kehancuran

negara dimulai dari kehancuran keluarga yang didalamnya terdapat

perempuan-perempuan yang rusak akhlaknya.

107

DAFTAR PUSTAKA

Abd Muid, Fahrul. 2017. Ayat-Ayat Kelautan dalam Tafsir Al Misbah. Disertasi

Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Abdu L-Aziz Al Jandul, Sa‟id. 1991. Wanita dibawah Naungan Islam. terj. Al-

Jinsu‟n Na‟im Fi Zhillil Islam oleh Syafril Halim. Jakarta: CV. Firdaus.

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Quran. Cet I .

Jakarta: AMZAH.

Abdulmannan Athibi, Ukasyah. 1988. Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya. Cet I

.Terj. Tad-huuru Akhlaaqun-Nisaa‟i oleh Chairul Halim. Jakarta: Gema

Insani Press.

Abdurrahman, Muhammad. 2016. Akhlak : Menjadi Seorang Muslim Berakhlak

Mulia.Jakarta: Rajawali Press.

Ahmad Jaiz, Hartono. 2007. Wanita antara Jodoh Poligami dan Perselingkuhan.

Jakarta: Pustaka al-kausar.

Al-Azizi, Abdul. 2017. Syukur Sakinah Mawaddah wa Rahmah. Yogyakarta:

DIVA Press.

Al-Abrashi, M. Athiyah. 1969. al-tarbiyah al islamiyah wa Falasifatuha. Mesir:

Isa al-babi al-Halabi.

Al-Hamad, Dr. Muhammad bin Ibrahim, 2016. Trilogi Pernikahan Resep

Mujarab Memperbaiki Kesalahan - Kesalahan Seputar Rumah Tangga.

Jakarta : Griya Ilmu.

Al-Ghazali, Al Imam Abu Hamid. 2014. Menyingkap Hakikat Perkawinan terj.

Kitab Adab an Nisa oleh Muhammad Bagir. Bandung: Mizan.

Ali al-allawi, Muhammad. 2006. The Great Women : Mengapa Wanita Harus

Merasa Tidak Lebih Mulia. Cet II. Terj. Uluwwul Himmah „Inda An-Nisa

oleh El Hadi Muhammad. Jakarta: Pena Pundi Aksara.

Ali Al-Bar, 1998. Muhamamd Wanita Karir dalam Timbangan Islam : Kodrat

Kewanitaan. Emansiapasi dan Pelecehan Seksual terj. Amal Al-Mar‟ah fi

Al. Mizan oleh Amir Hamzah. Jakarta: pustaka Azzam.

Ali Al Hasyimi, Muhammad. 2012. Jati Diri Seorang Muslim terj. Syakhshiyyatul

Mar‟ah Al-Muslimah Oleh M Abdul Ghoffar. Jakarta : Al Kausar.

108

Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam : Upaya Pembentukan

pemikiran dan kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosyadakarya.

Ansori, 2010. Transformasi Pendidikan Islam. cet 1. Jakarta: Gaung Persada

Presis.

Anwar, Rosihan. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Amini, Ibrahim. 2006. Cet. I. Agar tak Salah Mendidik. Jakarta: al-Huda.

Arifin, M. 1987. Filasafat Pendidikan Islam. Jakarta. BINA AKSARA.

Arifin, Zaenal dan Muh Ansori. 2019. Fiqih Munakahat. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

As-Sayyid al-Iraqi. 2006. Butsainah 1000 Tips Menikmati Surga Rumah Tangga.

Cet II. terj. Alfu Fhaiqah Lissa‟adatiz Zaujiyah oleh Najib

Junaidi.Surabaya: CV Fitrah Mandiri.

Ash Shabbagh, Mahmud. 1993. Keluarga Bahagia dalam Islam terj. As-Sa‟adah

Az-Zaujiyah Fil Islam. Yogyakarta: CV Pustaka Mantiq.

Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak.Jakarta : PT RAJA GRAFINDO.

Asmawi, Muhammad. 2004. Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan.

Yogyakarta : Darussalam.

Asy Santuh, Khalid Ahmad. 1991. Pendidikan anak putri dalam keluarga muslim.

Jakarta: Pustaka al-Kausar.

Athiyah Ath-Thuri, Hannan. 2007. Mendidik Anak Perempuan Di Masa Remaja.

Cet I. terj. Ad-Daur At-Tarbawy Li Al Walidain ft Tansyi‟ah Al-Fatah Al

Muslimah ft Marhalah Al-Murahaqah Al-Juz Ats-Tsaniy oleh Aan

Wahyudin. Jakarta: AMZAH.

Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Abdul 2005. Ensiklopedia Etika Islam: Begini

Semestinya Muslim Berprilaku. terj. Mausu‟ah Al-Adab Al-Islamiyyah Al-

Murattabah Ala Al-Huruf Al-Hijaiyyah oleh Muhammad Isnaini. Jakarta :

Maghfirah Pustaka.

Azra, Azyumardi. 2001. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju

Milenium Baru. Cet 8. Jakarta: Kalimah.

Burhanuddin, Jajat. 2002. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

109

Daradjat, Zakiah. 1995 Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:

CV RUHAMA.

Daud Ali, Muhammad Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

El-Fikri. 2014Syahruddin Sejarah Ibada. Jakarta: Republika.

Halim Mahmud, Ali Abdul. 2004. Tarbiyah al-Khuluqiyyah. Jakarta: Gema

Insani.

Halimah Alaydrus. 2018. Muhasabah Cinta. Cet. III. Jakarta: Wafa Production.

Hamka. Lembaga Hidup. 2015. Jakarta: Republik.

Hamka. 1973. Kedudukan Perempuan dalam Islam. Jakarta : Pustaka Pajimas.

Hasan, Farid Nu‟man. 2019. Fiqih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Gema

Insani.

Ihsan. Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Indra, Hasbi. 2014. Potret Wanita Sholeha. Cet II. Jakarta : Pena Madani.

Islam Ibn Taimiyyah, Syaikul dkk. 2008. Setiap Problem Suami Istri Ada

Solusinya. terj. Kullu Musykilati Zaujiyyah wa laha Hall oleh Syaiful

Mujahidin. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Junjunan, Adi. 2009. Energi Cinta untuk Keluarga. Jakarta: Niaga Swadaya.

Jusan, Misran dan Armansyah. 2016. Prophetic Parenting For Gils Cara Nabi

Mendidik Anak Perempuan. Yogyakarta: Pro-U Media.

Jauhari, Heri. 2008. Fikih pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Khalid, Amru. 2016. Rumah seindah syurga terj. Al-Jannah fii Buyutiina oleh M

Abdul Ghofur. Jakarta : Katulistiwa Press.

Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam IBN Khaldun Kritis.

Humanis dan Religius. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Langgulung, Hasan. 1988. Asas-Asas Pendidikan Islam. Cet II .Jakarta: Pustaka

Al Husna.

Mafatihallah, Adrian. 2017. Lepas Dari Lapas Hidup. Terapi Islami Agar Hidup

Lebih Bermakna . Jakarta : Republika.

Mansur, Abd Qadir. 2005. Buku Pintar Fikih Muslimah terj Fiqh al Mar‟ah al

Muslimah min al Kitab wa al Sunnah.oleh Muhammad Zaenah Arifin.

Jakarta: Zaman.

110

Mardani. 2016. Hukum Keluarga Islam Di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia

Group.

Maryam, Abu. 2003. 40 Kebiasaan Buruk Wanita. Cet. I. Terj.

Akhtaa‟Taqa‟ufiihaaAn-Nisaa‟ oleh Ahmad Rifa‟i Usman. Jakarta: Pustaka

Al-Kausar.

Moelong, Lexy J. 2014.Metodologi penelitian Kualiatatif. Cet. 18. Bandung:

Rosda Karya.

Muhammad Al-Jamal, Ibrahim. 2000. Tantangan Wanita Muslimah terj.

Musyakillat fii Thariiq al-Mar‟ah al-Muslimah oleh Wawan Djunaedi.

Jakarta: Pustaka Azzam.

Mun‟im Ibrahim, Abdul. 2005Mendidik Anak Perempuan. Cet. II. Jakarta:GEMA

INSANI.

Musa, Kamil. 1994. Anak Perempuan Dalam Konsep Islam. Cet. I. Jakarta: CV

FIRDAUS.

Musifin. 1993. Perkawinan dan Masalahnya. Pustaka al Kausar.

Mustofa. A. 1999. Akhlak Tasawuf . Bandung: CV. Pustaka Setia.

Musthafa. Ibnu. 1995. Wanita Islam Menjelang Tahun 2000. Cet IV. Bandung:

Mizan.

Narendrany Hidayat, Heny. 2009. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa.

Jakarta: UIN Jakarta Press.

Nata, Abuddin. 2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Nata, Abuddin. 2005 Tokoh - Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia.

Cet. 1-3 Jakarta: Rajagrafindo.

Nata, Abuddin. 2005. Pendidikan Dalam Perspektif Alquran.Jakarta. UIN Jakarta

Press.

Nata, Abudun. 2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.

Nata, Abbudin. 2015. Akhlak Tasawuf dan Akhlak Mulia. Jakarta: PT Rajawali

Pers.

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. cet. IV. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nizar. Samsul. 2001. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. cet.1.

Jakarta: Media Gaya Pratama.

111

Pusat Study Alquran. 2019. Visi dan Missi Pusat Study Alquran. Diunduh tanggal

9 November 2019 pukul16.00 wib didapat dari https://psq.or.id/

Qardawi, Yusuf. 1996. Fatwa-Fatwa Kontemporer terj. Hadyul Islam Fatawi

Mu‟ashiraholeh As‟ad Yasin. Jakarta: Gema Insan Press.

Rahman Hasan, Abdur. 1994. Metode Merusak Akhlak dari Barat. Cet VI. Terj.

As‟ad. Jakarta: Gema Insani Press.

Rahman Ghozali. Abdul. 2003. Fiqih Munakahat. Jakarta : Kencana.

Rais, Isnawati 2014. Tingginya Angka Cerai Gugat Khulu‟ Di Indonesia: Analisis

Kritis Terhadapm Penyebab Dan Alternatif Solusi Mengatasinya. Al-

Adalah. Vol.XII. No.1 Juni.

Rasyid al-Umayyid, Muhammad. 1999. Kepada wanita Mukminah terj. Ila

Mu‟minah oleh M Nur Wakhid. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional . Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1.

Lembaran Negara Ri Tahun 2003, Sekretariat Negara. Jakarta.

Rivai Zainal, Veithzal. 2018. Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Quran. Jakarta:

Salemba Diniyah.

Rosyada, Dede. 2016. Madrasah dan Profesionalisme Guru. Jakarta: UIN Press.

Said Mursi, Muhammad. 2001. Seni Mendidik Anak 2 terj.Fann Tarbiyah al

aulaad Fii al Islam oleh Muhammad Muahson Anasy. Jakarta: Pustaka al

Kausar.

Salim, Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2016. Studi Ilmu Pendidikan Islam.

Jogyakarta: Ar Ruzz Media.

Syukri Zarkasyi, Abdullah. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan

Pesantren. Cet.1. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Samsi, Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Selamat, Kasmuri. 1998. Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga Panduan

Perkawinan. Jakarta: Kalam Mulia.

Suharto, Toto. 2011. Filsafat pendidikan Islam. Jogyakarta: Ar Ruzz Media.

112

Shihab, M. Qurasih. 2005. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks Dari Nikah

Mut‟ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru. Jakarta:

Lentera Hati.

Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Shihab. M.Quraish. 1994. Lentera Alquran:Kisah dan Hikmah Kehidupan.

Bandung: Mizan.

Shihab. M. Quraish. 1994. Membumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Shihab. M. Quraish. 2016. Pengantin Alquran. 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-

Anakku. Jakarta : Lentera Hati.

Shihab. M. Quraish. 2001. Tafsir Al Misbah. vol 15. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab. M. Quraish. 2000. Secercah Cahaya Illahi (Hidup Bersama Alquran).

Jakarta: Mizan.

Shihab, M. Quraish. 2005. Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Shihab, M. Quraish. 2010. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan

yang Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lentera Hati.

Subhan, Zaitunah. 2008. Menggagas Fikih Pemberdayaan Perempuan. Jakarta:

el-Kahfi.

Subhan, Zaitunah. 2015. Alquran dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender

dalam Penafsiran.Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiyono. 2011 Metode Penelitian Kombinasi mixed Methods. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif. dan R&D. Cet. XXII.

Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan. cet. 18. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Syaodih, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : remaja Rosda

karya.

Syarifuddin, Amir. 2007. Hukum Perkawinan Islam dan Indonesia antara Fiqh

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta : Kencana.

113

Syarifudin, Achmad. 2017. Peran Strategi Kaum Perempuan Dalam Mewujudkan

Masyarakat Religi. An Nisa‟a: Jurnal Kajian Gender dan Anak. Vol. 12.

Nomor 01. Juni http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa diunduh pada

28 Juni 2019 pukul 20.00 WIB

Tahido, Yanggo, Hujaemah. 2010. Fikih Perempuan Kontemporer. cet I. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Pasak, Taufiq. 2008. Revolusi IQ/ED/SQ: Menyingkap Rahasia Kecerdasan

Berdasarkan Al-Qur‟an dan Neurosains Mutakhir, Bandung: Mizan.

Tihami. 2009. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta : PT Raja

Grafindo.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Wijaya, Rony. Artikel : Biografi Tokoh: Kumpulan Biografi dan Profil Tokoh

Terkenal. Tokoh Agama Quraish Shihab. di akses pada 9 November 2019

pukul 15.00 wib didapat dari https://bio.or.id/biografi-quraish-shihab/.

Wikipedia. 2019. Ensiklopedia Bebas. Biografi Tokoh Ki Hajar Dewantara di

akses pada tanggal 20 Oktober 2019 di dapat dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara

Wikipedia. 2019. Ensiklopedia Bebas. Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di

akses pada tanggal 5 November 2019 di dapat dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab.

Wikipedia. 2019. Ensiklopedia Bebas. Biorgafi Najwa Shihab di akses pada

tanggal 09 November 2019 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Najwa_Shihab

Wikipedia: Ensiklopedia Bebas. Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di akses

pada tanggal 5 November 2019 pukul 15.30 wib didapat dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab.

Yamani, Mai. 2000. Feminisme & Islam : Persefektif Hukum Dan Sastra. Terj.

oleh Purwanto. Bandung: Nuansa.

Zaki al Barudi, Syaikh Imad. 2003. Tafsir Wanita terj Tafsir Alquran al Azhim Li

an Nisa oleh Samson Rahman. Jakarta: Pustaka al Kausar.