Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish ...
Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Menurut Quraish Shihab
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjanah Pendidikan
Disusun Oleh :
Shara Savitri
1113011000031
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
ABSTRAK
Shara Savitri, NIM 11130000031. Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan
dalam Pernikahan Menurut M. Quraish Shihab, Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemikiran M. Quraish Shihab yang
tertuang dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasi yaitu untuk
mengetahui pendidikan akhlak untuk perempuan menurut M. Quraish Shihab.
Fokus penelitian ini adalah akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami.
Adapun Jenis Penelitian digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode
penelitian kepustakaan (library research) atau penulisan berdasarkan literrature
dan metode studi dokumentasi. Memfokuskan pada data primer karya M. Quraish
Shihab yakni, Pengantin Al Qur‟an :Kalung Permata buat Anak-Anakku. Karya
M.Quraish Shihab, Jakarta : Lentera Hati, 2007. Dalam analisis data
menggunakan analisis isi (content analisysis). Dengan fokus kajian yang dibahas
dalam penelitian ini adalah akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami
menurut M.Quraish Shihab.
Dalam skripsi ini dibahas pemikiran dan gagasan perilah pendidikan akhlak
perempuan terfokus pada akhlak perempuan sebagai istri kepada suami menurut
M. Quraish Shihab, yaitung mencangkup dalam beberapa hal, diantaranya :
Perempuan sebagai istri harus memahami dan menjalakan tanggung jawab, untuk
mendengarkan, mematuhi, mentaati perintah suami, yang merupakan pemimpin
dalam rumah tangga. Dengan memberikan pelayanan yang terbaik dalam hal
huubungan seksual, memenuhi kebutuhan penglihatan, agar perempuan sebagai
istri senantiasa berpenampilan menarik dihadapan suami, memenuhi kebutuhan
pendengaran dengan berkata lemah lembut tanpa meninggikan suara dihadapan
suami, memenuhi kebutuh penciuman dan perabaan dengan senantiasa merawat
diri, suami dan anak. Serta memenuhi kebutuhan pengecapan dengan
memerhatikan waktu dan menyediakan makan untuk suami
Kata Kunci: Pendidikan Akhlak, Perempuan, Pernikahan, M. Quraish
Shihab
ii
ABSTRACT
Savitri, NIM 11130000031. The Concept of the Moral Education of Women
in Marriage According to M. Quraish Shihab, Thesis of the Department of
Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University, 2020.
This study aims to explore the thoughts of M. Quraish Shihab contained in books
or published manuscripts, namely to find out the moral education for women
according to M. Quraish Shihab. The focus of this research is the morals of
women as wives to husbands. The type of research used is qualitative research
with library research methods or writing based on literacy and documentation
study methods. Focusing on the primary data by M. Quraish Shihab namely, The
Bride of the Qur'an: A Gem Necklace for My Children. The work of M. Quraish
Shihab, Jakarta: Lentera Hati, 2007. In data analysis using content analysis. With
the focus of the study discussed in this study is the morals of women as wives to
husbands according to M. Quraish Shihab.
In this thesis the thoughts and ideas of female moral education are discussed
focused on the character of women as wives to husbands according to M. Quraish
Shihab, which includes in several ways, including: Women as wives must
understand and carry out responsibilities, to listen, obey, obey orders husband,
who is a leader in the household. By providing the best service in terms of sexual
intercourse, meeting vision needs, so that women as wives always look attractive
in front of their husbands, meet their hearing needs by saying softly without
raising their voices in front of their husbands, fulfilling the needs of smell and
touch by always caring for themselves, husband and children . And meet the needs
of taste by watching the time and providing food for the husband
Keywords: Moral Education, Women, Marriage, M. Quraish Shihab
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahin
Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam yang senantiasa
melimpahkan anugerah, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi, yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlak
Perempuan Dalam Pernikahan Menurut Quraish Shihab. Shalawat teriringkan
salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, manusia pilihan Allah swt yang
diutus untuk memperbaiki akhlak manusia, serta menjadi rahmat bagi seluruh
alam semesta.
Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak tantangan dan pengorbanan yang dilalui. Namun
dengan keberkahan dari untaian doa, kesungguhan hati serta perjuangan untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan dan
motivasi dari beberapa pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Hj. Sururin, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dan Ibu Hj. Marhamah Saleh, Lc.MA.,
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Periode Tahun 2014-2019, yang senantiasa
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Muhammad Sholeh Hasan, Lc. selaku Dosen Penasehat Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh studi SI di
Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
iv
7. Dr. Abdul Ghofur, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Pimpinan dan seluruh staff karyawan/i Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
selalu memberikan pelayanan yang baik dan menjadi ruang ternyaman
menyelesaikan skripsi ini.
9. Dr. Tubagus Wahyudi, St.,Msi., MCHt., CHI., (Om Bagus) dan Dwi Andiani
Widiastuti (Mba Wi), yang selalau mengajarkan kebaikan, keberkahan,
kesabaran dan keiklasan dalam menjalani kehidupan. Beserta kakak-kaka
Dewan Wali, Kaka-Kaka Senior Kesulthonana dan keluarga besar Kahfi
BBC Motivator School terkhusus untuk teman seperjuangan angkatan 16,
yang selalu mendukung, mendoakan, dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kedua orang tua penulis, alm. Bapak Subur, yang selalau tmenjadi inspirasi
penulis untuk bersemangat kuliah, berjuang menjalani kehidupan hingga
menyelesaikan jenjang pendidikan S1 ini, dan teruntuk Mama Sapuroh
tersayang dengan penuh perjuangan, keiklasan dan kesabaran membantu
kakak dalam bentuk moril dan materil, selalu memberikan kepercayaan
kepada kaka untuk menjalani kehidupan ini serta selalu mengiringi dengan
untaian doa, serta limpahan kasih sayang yang tak terhingga dan tak
terbalaskan, berhasil mengantarkan penulis menyelesaikan jenjang
pendidikan S1. (Semoga selalu berada dalam limdungan Allah swt serta
membalas segala kebaikan dan perjuangan mama dan bapak).
11. Adik tercinta Ahmad Khoirul Rizal, Kakek H. Jamhuri dan Kakek Murtadi
serta seluruh keluarga besar yang senantiasa, mendukung secara moril dan
materil, serta selalu mengiringi dengan untaian doa, serta limpahan kasih
sayang, sehingga berhasil mengantarkan penulis menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
12. Yang teristimewa Annisa Hendrayana, Raisa Rindraida, Faizah Zatul Hilmi
dan Ahmad Jamalullael, yang selalu mendampingi penulis, sebagai partner
bercerita, tempat berbagi penulis dalam suka dan duka, bertukar pendapat,
v
13. memberikan motivasi, inspirasi serta mengingatkan, bantuan dan
membimbing penulis agar tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.
14. Kaka-kaka inspiratif Irfan Hilmi, Muhammad Priyo Atmojo dan Edy Fajar
Prasetyo, yang telah memberikan inspirasi, motivasi, sehingga penulis
bersemangat menyelesaikan skripsi ini, serta Muhammad Kamaluddin Umar
yang telah membantu menemani saat pengawali masuk di UIN dan selalu
menjadi pengingat, penyemangat penulis pengakhiri perkulian di UIN.
Terima kasih telah menginspirasi.
15. Kepada Keluarga Besar TK Bunga Puspita, untuk Kepada Sekolah Miss
Firda Afrilia Haimi, S.Pd,I. M.M, rekan-rekan guru Miss Rahma, Miss Mala,
Miss Tuti dan Miss Nurul, yang telah memberikan pembelajaran,
pengalaman, dan kekeluargaan serta memberikan semnagat kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi.
16. Kepada Sahabat terbaik, Himmatul „Ulya, Fajriyatul Laili, dan Minten
Apriani, sahabat seperjuangan, yang telah menjadi keluarga selama berkuliah
di UIN, memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, memotivasi
dan senantiasa menemani dan tempat berbagi penulis dalam suka dan duka.
17. Kepada Sahabat dalam berjuang Muhyiddin, Khoruddin, Dena Putri, Khudia,
Miftah Habibi, Anday, Rizki Muajadi, Ahmad Naufal, Appipuddin,
Fadhlurrahman, serta Kaka-kaka senior Syahrul Falach yang telah mengenal
dinamika kampus, perkuliahan, keorganisasian serta kekekuargaan selama
kuliah di UIN Jakarta.
18. Kepada Sahabat tercinta, Aida Rahma Ilmia, Fanni Apriliani, Rini Oktaviani,
Chairunnisa, Meiryan Meiriza, Winda Yunika, teman, sahabat dan kaka
terbaik, yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini,
motivasi, dan senantiasa menemani dan tempat berbagi penulis dalam suka
dan duka.
19. Kepada teman-teman keluarga besar UKM Himpunan Qori dan Qoriah
Mahasiswa, yang telah mejadi tepat penulis mengembangkan diri, bakat dan
keilmuan organisasi, serta tempat kuliah kedua selama di UIN Jakarta,
teruntuk teman-teman berhimpun, mengembangkan diri, melahirkan
pengalaman selama berada di HMJ PAI periode 2013-2014, DEMA FITK
vi
periode 2016, HMI distrik PAI, FK2i, Excellant Community, Public
Speaking Tarbiyah Community, dsb.
20. Keluarga besar Karya Salemb Empat (KSE UIN JKT), untuk para donatur,
teman-teman pengurus, anggota yang telah memberikan penulis mengalaman,
keilmuan dan mengembangkan diri, berorganisasi terutama telah memberikan
bantuan materil selama penulis berkuliah yang sangat bermanfaat.
21. Teman-teman seperjuangan semasa kuliah, teruntuk kelas A PAI 2013, yang
berjuang bersama menjalani dinamika perkuliahan, serta memberikan
bimbingan, bantuan dan motivasi kepada penulis, terkusus, Nur Najmi Laila,
teman berjuang selama PPKT di SMAN 90, Rikfi Arfan Balaraja dan
Almirshad Romza yang telah membantu mengingatkan penulis untu
menyelesaikan skripsi serta teman-teman Keluarga Besar Pendidikan Agama
Islam angkatan 2013, 2014 dan 2015.
22. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut
memberikan motivasi dan telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga
skripsi ini memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai calon pendidik dan
secara umum bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk
generasi masa depan. Aamiin
\Wassalamu‟alaikum wr.wb
Jakarta, 20 Januari 2020
Penulis
SHARA SAVITRI
1113011000031
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 10
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan ................................................................ 11
2. Pengertian Akhlak ....................................................................... 14
3. Pengertian Pendidikan Akhlak .................................................... 17
4. Dasar Pendidikan Akhlak ............................................................ 19
5. Pembentukan Akhlak .................................................................. 19
6. Tujuan Pendidikan Akhlak .......................................................... 21
B. Perempuanp
1. Pengertian Perempuan ................................................................ 25
2. Karakteristik Perempuan ............................................................ 28
3. Peran Perempuan dalam Pandangan Islam ................................. 31
C. Pernikahan
1. Pengertian Pernikahan ............................................................... 34
2. Anjuran Menikah dalam Islam ................................................... 35
viii
3. Tujuan Perniakahan ..................................................................... 36
D. Akhlak Perempuan dalam Pernikahan
1. Kriteria Perempuan Idaman dalam Pernikahan ......................... 42
2. Perempuan dalam Memilih Calon Suami .................................... 36
3. Hak dan Kewajiban Suami Istri ................................................... 43
4. Perbuatan Buruk Istri terhadap Suami ......................................... 55
E. Penelitian yang Relevan ................................................................ 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 58
B. Metode Penelitian............................................................................. 58
C. Fokus Penelitian .............................................................................. 59
D. Prosedur Penelitian .......................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Biografi M. Qurasih Shihab ........................................................ 63
2. Pendidikan M. Qurasih Shihab .................................................... 64
3. Jabatan dan Karier M. Qurasih Shihab ........................................ 65
4. Karya-Karya Qurasih Shihab ...................................................... 67
B. Pendidikan Akhlak Perempuan dalam Pernikahan
Menurut Quraish Shihab .............................................................. 70
C. Relevansi Pendidikan Akhlak Perempuan Dalam Pernikahan
Menurut M.Quaraish Shihab Dengan Konteks Kehidupan
Perempuan Modern ....................................................................... 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 104
B. Saran .............................................................................................. 105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 107
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan akan mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu
menjadi orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah
yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah Swt.1
Melalui pendidikan dapat melahirkan perilaku yang baik yang disebut akhlakul
karimah atau akhlak yang mulia dalam kehidupan baik kepada sesama maupun
kepada Allah. Menjalankan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk
merupakan syarat mutlak untuk mencapai kebahagiaan, kedamaian, kenyamanan
hidup umat manusia dan alam sekitarnya.2 Dalam mencapai kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat tak semerta-merta begitu mudahnya didapatkan, pastilah akan
menghadapi rintangan, godaan dan ujian yang sangat membutuhkan sebuah usaha,
perjuangan bahkan pengorbanan agar senantiasa menjalankan kehidupan dengan
berakhlakul karimah.
Memiliki akhlakul karimah berpengaruh besar terhadap keberlangsungan
kehidupan. Sehingga Islam menempatkan akhlak dalam posisi sangat signifikan
yang harus di pegang teguh para pemeluknya, sampai sampai perilaku yang baik
(akhlakul karimah) menjadi tolak ukur bagi kualitas kebaikan seseorang.3 Akhlak
merupakan mutiara kehidupan yang dapat membedakan makhluk manusia dengan
makhluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilanglah
derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia dan turunlah
kederajat binatang, bahkan tanpa akhlak manusia akan lebih hina, lebih jahat dan
lebih buas dari binatang buas. Dan manusia yang demikian itu adalah sangat
bahaya.4
1 Ansori, Transformasi Pendidikan Islam , (Jakarta: Gaung Persada Presis, 2010), cet ke-1,
h.3. 2 Heny Narendrany Hidayat, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2009), h.16. 3 Veithzal Rivai Zainal, Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Quran, (Jakartal: Salemba
Diniyah, 2018). h.257. 4 Heny, Op.cit., h.17.
2
Namun, masalah yang jelas terlihat di dunia Islam saat ini, yaitu : sebagian
umat Islam telah meninggalkan akhlak mulia yang diseru oleh agamanya yang
bersumber dari Al Quran dan sunah.5 Disisi lain, musuh-musuh Islam telah
memperalat kaum wanita untuk dijadikan pemuas nafsu setan generasi muda di
negara-negara Islam. Mereka lakukan hal itu sejak zaman kebangkitan ilmu
pengetahuan (renaissance) dan industrialisasi.6 Selain itu, musuh-musuh
Islamyang menginginkan mereka (bangsa-bangsa muslim) agar terjerumus dalam
lumpur kesenangan, permainan, melepas rasa malu dan memalingkan mereka dari
syariat Tuhan melalui media-media, baik cetak, audio maupun visual.7 Sehingga
perempuan menjadi korban dari iklan media yang mempropagandakan
pembatasan keturunan, anti poligami, tetapi justru melegalkan perselingkuhan,
hubungan kekasih gelap dan wanita simpanan.8
Pada zaman modernisasi menawarkan bentuk “rumah tangga modern” bagi
kaum wanita, yakni ia harus sering meninggalkan rumah. Ia mesti aktif dalam
meniti karirnya.9 Sementara di rumahnya ia dalam keadaan lelah, terbebani, urat
syaraf bergejolak hingga ia tak mampu lagi walau hanya menyunggingkan
senyuman lembut untuk suaminya, ia tidak lagi menjadikan dirinya sumber
ketenangan bagi suami dan anak-anaknya yang masih kecil.10
Sehingga,
memelihara dan mendidik anak serta mengurus suami telah menjadi pekerjaan
rutin yang membosankan dan kuno. Karena itu wanita dapat saja menyerahkan
anaknya kepada baby sister (pengasuh bayi bayaran), kemudian mengalihkan
tanggung jawabnya kepada para guru di taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah menengah dan seterusnya sehingga anak itu dewasa.
Konsekuensi dari itu semua adalah timbulnya keterasingan dan kesepian
yang tiada tara diantara sesama anggota keluarga. Tugas dan fungsi pemimpin dan
anggota keluarga pun mulai bergeser. perempuan tidak puas dengan
5 Veithzal Rivai Zainal, Op.cit., h.46.
6 Abdur Rahman Hasan, Metode Merusak Akhlak dari Barat,Terj. As‟ad, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1994), Cet VI, h. 17. 7Abu Maryam bin Zakaria, 40 Kebiasaan Buruk Wanita,Terj. dari, Akhtaa‟Taqa‟ufiihaaAn-
Nisaa‟ oleh Ahmad Rifa‟i Usman, (Jakarta:Pustaka Al-Kausar, 2003),Cet I, h. 160. 8 Ibid., h.111.
9 Ibnu Musthafa,Wanita Islam Menjelang Tahun 2000, (Bandung: Mizan, 1995), Cet IV, h.
39. 10
Abu Maryam, op.cit., h.187.
3
kedudukannya sebagai istri dan ibu yang hanya bertugas mengurus suami dan dan
anak-anaknya.11
Konsekunsi yang lebih buruk dari modernisasi adalah keengganan
para wanita untuk memiliki anak, karena ia tidak ingin kesibukannya sebagai
wanita karir terganggu.12
Di sisi yang lain, makin banyaknya wanita yang mandiri, atau dikenal
dengan sebutan wanita karier, yang mereka itu mampu menafkahi diri mereka
sendiri, gejalanya makin banyak yang menentang suami dan minta cerai. Bahkan
seakan ada trend di kalangan artis ramai-ramai menggungat cerai kepada
suaminya. Bahkan banyak pula yang mengumandangkan aib suaminya. Padahal
wanita yang minta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang syar‟i itu diancam
oleh Rosulullah Shallallahu „Alaihi wa sallam tidak akan mendapatkan bau surga.
Sedangkan menumandangkan aib suami, kalau menyangkut ranjang, maka
termasuk seburuk-buruk manusia kedudukannya di Hari Kiamat.13
Gambaran diatas menunjukan problematika akhlak yang melanda
perempuan. Hal tersebut wujud kesuksesan musuh-musuh Islam untuk
menghancurkan akhlak generasi Islam terutama perempuan dan menjauhkan
mereka dari kaidah hukum Islam yang sebenarnya. Padahal di awal kehadiran
Islam pada masa Arab Jahiliyah. Islam berjuang mengakhiri penindasan orang
zalim atas wanita.14
Dikarnakan keadaan wanita sebelum datangnya Islam secara
keseluruhan selalu menderita, di hina, mengalami berbagai macam siksaan,
kepedihan tidak pernah mencicipi rasa kemerdekaan dan tidak pernah menghirup
udara kemuliaan.15
Masyarakat Arab Jahiliah sangat benci terhadap anak
perempuan. Allah SWT berfirman :16
رأحدىم باألنثى ظل وجهو مسوداوىوكظيم ) ( ي ت وارى من القوم من سوء مابشر بو ٨٥وأذابش
(٨٥أيسكو على ىون أم يدسو ف الت راب أالسآء مايكمون)
11 Ibid. h.3.
12 Ibnu Musthafa, Op. cit., h.39-40.
13 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita antara Jodoh Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta:
Pustaka al-kausar, 2007), h.8-9. 14
Ukasyah Abdulmannan Athibi, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, Terj. Tad-huuru
Akhlaaqun-Nisaa‟i oleh Chairul Halim, (Jakarta:Gema Insani Press,1988), Cet I, h.79. 15
Ibid., h. 77. 16
Ibid., h. 76.
4
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat
marah. ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan
buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS. An Nahl 58-59).
Keadaan perempuan pada masa Arab Jahiliah mereka diperlakukan bukan
hanya inferior secara sosial tetapi juga ibarat benda. Mempunyai anak perempuan
merupakan tanda kehinaan dan banyak orang tua yang mengubur hidup-hidup
anak perempuannya.17
Perempuan dianggap sebagai sumber masalah dalam
kehidupan masyarakat. Sehingga mereka melakukan hal tersebut hanya karena
takut akan kehinaan, celaan, dan kefakiran yang akan menimpa. Oleh sebab itu,
menguburkannya hidup-hidup dianggap solusi terbaik untuk melepaskan diri dari
kesengsaraan.18
Padahal Islam memberitahukan tentang kekuatan atau potensi wanita,
kesehatan fitrahnya, besar beban yang dipikulkan ke pundaknya dan pentingnya
tugas yang harus dia lakukan dalam kehidupan.19
Sehingga mengabaikan
perempuan berarti mengabaikan setengah dari potensi masyarakat, dan
melecehkan mereka berarti melecehkan seluruh manusia karena tidak seorang
manusia pun kecuali Adam dan hawa as, yang tidak lahir melalui perempuan.20
Dan benar bahwa Islam telah memuliakan wanita secara umum dan
mengangkat derajatnya.21
Bahkan tidak diragukan lagi bahwa Islam memberikan
perhatian khusus kepada wanita karena wanita adalah separuh dari masyarakat
17
Mai Yamani, Feminisme & Islam :Persefektif Hukum Dan Sastra , Terj. oleh Purwanto (
Bandung: Nuansa), h.134. 18
Muhammad Ali al-allawi,The Great Women :Mengapa Wanita Harus Merasa Tidak
Lebih Mulia, Terj.Uluwwul Himmah „Inda An-Nisa oleh El Hadi Muhammad, (Jakarta:Pena Pundi
Aksara, 2006), Cet II, h. 22-23. 19
Ukasyah, Op. cit., h. 80. 20
M. Qurasih Shihab, Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks Dari Nikah Mut‟ah Sampai
Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 33. 21
Muhammad Ali, Op.cit., h. 31.
5
dan anggota penting yang sangat berpengaruh dalam kehidupan.22
Dialah yang
membentuk masyarakat dan berjuang untuk kemajuan dan kejayaannya. Di atas
pundaknya terpikul nasib dan masa depan bangsa.23
Disisi yang lain, Perempuan juga memiliki peranan yang sangat besar dalam
lingkungan keluarga hingga mampu mengubah kehidupan bangsa, apabila
perempuan mampu menjalankan kewajiban sesuai kodratnya secara optimal.
Tugas utama wanita adalah membina keluarga dan mengatur rumah serta
memelihara keharmonisan rumah tangga sepanjang masa dan untuk semua
generasi.24
Karena itu pula peranan yang paling agung dan besar bagi seorang
perempuan adalah sebagai ibu.25
Dalam menjalankan tugas menjadi istri sekaligus ibu untuk melahirkan
generasi-generasi yang cerdas dan unggul sangat diperlukan pendidikan. Maka
dari itu, syariat Islam menganjurkan untuk memberi perhatian lebih terhadap anak
perempuan. Allah menganugerahkan pahala bagi orang yang membimbing dan
memperlakukan mereka dengan baik.26
Rosulullah saw. Bersabda :
من اب تلى من الب نات بشىء فأحسن إليهن كن لو ست را من النار
Barag siapa yang diuji dengan sesuatu melalui anak-anak
perempuan, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, maka niscaya
mereka akan menjadi perlindungnya dari api neraka. (HR Bukhari dan
Muslim).
Akan tetapi, realitas menunjukan bahwa anak perempuan sekarang ini,
belajar beragam disiplin ilmu yang tidak sesuai dengan kemampuan dan
potensinya, bahkan tidak ada kaitannya dengan kehidupan pribadinya maupun dua
fungsi esensial yang akan dijalankannya, sebagai seorang istri bagi suaminya dan
22
Ukasyah, Op. cit., h. 44. 23
Ibid, h. 74. 24
Kamil Musa, Anak Perempuan Dalam Konsep Islam, (Jakarta:CV FIRDAUS,1994) Cet
ke I, h.82 25
M. Qurasih Shihab, Op.cit. h.272. 26
Muhammad Ali al-allawi, Op.cit.h.10.
6
ibu bagi anak-anaknya.27
Seharusnya pendidikan bagi perempuan harus juga
mendukung tugasnya sebagai istri sekaligus ibu.
Aktifitas seorang perempuan tidak lain adalah mengasuh anak-anaknya di
dalam rumah suami. Oleh karena itu janganlah ia sampai tergoda dan terpedaya
dengan tipuan setan. Rosulullah saw, mengisyaratkan akan hal ini dalam
sabdanya,28
راعية على ب يث ز و جهاوالمرأة
Seorang perempuan adalah pemimpin yang bertanggung jawab
mengurus rumah suamninya.
Sebagai anak perempuan yang identik dengan “ratu rumah tangga”, maka
lazimnya di ajari tentang cara memasak, mencuci dan mejahit, sebab ketiga hal
tersebut merupakan keahlian dasar yang sangat lazim untuk dimiliki oleh setiap
wanita.29
Seorang anak perempuan seyogianya belajar masalah keperawatan dan
prinsip-prinsip umum dunia medis, mengingat ia kelak akan menjadi seorang ibu
yang harus menjalankan fungsi pengasuhan dan perawatan bersama seorang ayah.
Selain itu, seorang anak perempuan perlu belajar cara mereparasi perabot rumah
tangga, memenuhi kebutuhan rumah yang telah menunggunya esok hari.
Sebaiknya ia juga mempelajari masalah ekonomi karena ia akan menjadi orang
yang diberi kepercayaan untuk menyesuaikan kebutuhan materi dalam
rumahnya.30
Semestinya perempuan sebagai istri memiliki peran dan kontribusi untuk
keksuksesan sebuah keluarga dan karir suami, namun sangat disayangkan tidak
sedikit pula kariri suami hancur karena faktor istri tidak tahu diri, istri yang ingin
hidup mewah di atas penderitaan suami. Padahal, kemampuan suami terbatas
hingga mendorong suaminya bersedia melakukan tindakan tak terpuji seperti
27
Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Remaja,terj.Ad-Daur
At-Tarbawy Li Al Walidain ft Tansyi‟ah Al-Fatah Al Muslimah ft Marhalah Al-Murahaqah (Al-Juz
Ats-Tsaniy) oleh Aan Wahyudin, (Jakarta: AMZAH, 2007), Cet ke I,h.237. 28
Abdul Mun‟im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan,(Jakarta:GEMA INSANI,2005) Cet
ke II, h.172. 29
Kamil Musa, Op.cit,h.83 30
Hannan Athiyah Ath-Thuri, Op.cit,h.236.
7
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), hanaya demi membahagian hati sang
istri.31
Kemerosotan akhlak yang banyak terjadi di kalangan perempuan-
perempuan Indonesia sekarang ini salah satu penyebabnya adalah karena
kurangnya pendidikan terhadap mereka.32
Padahal pendidikan ini bisa
mengarahkan generasi sejak masa kecilnya, menjaga mereka dari penyimpangan
Jahiliyyah, menumbuhkan tingkah laku, perasaan dan pemikirannya menurut
fitrah, mempersiapkan mereka agar menjadi batu bata yang tepat dan baik dalam
masyarakat Muslim.33
Keluarnya wanita dari batasan-batasan yang telah digariskan untuk mereka
adalah pembangkangan terhadap aturan hidup dan undang-undang fitrah illahi.
Juga berarti penjauhan diri dari kebenaran dan kesempurnaan, sekaligus
merupakan penyakit sosial yang harus diobati dengan segala cara. Sehingga
dibutuhkan, materi agama bagi perempuan merupakan kebutuhan untuk lebih
meningkatkan martabatnya sebagai manusia dan sebagai tuntunan selama hidup
ke arah yang lebih mulia.34
Pendidikan agama sebagai pendidikan yang menanamkan nilai-nilai moral
spriritual atau sering disebut dengan akhlak. Dan dalam bidang pertumbuhan
spriritual dan moral, pendidikan yang baik dapat menolong individu menguatkan
iman, akidah, dan pengetahuan terhadap tuhanNya dengan hukum-hukum, ajaran-
ajaran dan moral agamanya.35
Selain itu, mempelajari akhlak dapat membuka
mata hati seseorang untuk mengetahui yang baik ataupun yang buruk. Begitupula
memberikan pengertian apa faedahnya jika berbuat baik dan apa pula bahayanya
jika berbuat kejahatan.36
31
Hasbi Indra, Potret Wanita Shalihah, (Jakarta: Penamadani, 2004), h.18. 32
Jajat Burhanuddin, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
2002), h.127. 33
Khalid Ahmad Asy Santuh, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga Muslim, (Jakarta:
Pustaka al-Kausar, 1991), h. 35. 34
Achmad Syarifudin, Peran Strategi Kaum Perempuan Dalam Mewujudkan Masyarakat
Religi, An Nisa‟a: Jurnal Kajian Gender dan Anak, Vol. 12, Nomor 01, Juni 2017,
(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa diunduh pada 28 Juni 2019 pukul 20.00 WIB). 35
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988), Cet
II, h. 35. 36
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Quran, (Jakarta: AMZAH,
2007), Cet I, h. 16.
8
Aspek yang dikaji dalam penelitian ini fokus terhadap akhlak perempuan.
Maraknya pemberitaan mengenai problematika kemunduran moral, nilai dan
akhlak perempuan yang mengakibatkan timbulnya permasalahan-permasalahan
seperti pelecahan seksual, anak-anak yang terlantar dari pengasuhan seorang ibu,
perceraiaan, perselingkuahan dan efek negatif lainnya, Oleh karena itu, harus
segera di bentengi dengan pendidikan terutama pendidikan akhlak, sebagai perisai
diri dari kemaksiatan.
Penyusun memilih tokoh M. Quraish Shihab karena beliau tokoh muslim
Indonesia memiliki karya-karya yang banyak membahas khusus mengenai
perempuan terutama yang berjudul Pengantin Al Qur‟an : Kalung Permata buat
Anak-Anakku. Selain itu juga terdapat karya M. Qurasih Shihab yang dijadikan
reverensi pendukung dalam penelitian ini yang membahas terkait nasihat-nasihat
yang bisa dijadikan rujukan suami istri dalam menjalani kehidupan berumah
tangga, yakni yang berjudul Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah
Mut‟ah Sampai Nikah Sunnah, Dari Bias Lama Sampai Bias Baru.Serta karya
buku yang berjudul 1001 Tanya Jawab Seputar Perempuan.
Berdasarkan uraiaan diatas, penyusun merasa perlu untuk mengadakan
sebuah penelitian ilmiah, penyusun berinisiatif untuk mengangkat sebuah judul
tentang Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan dalam Pernikahan Menurut
M.Quraish Shihab.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Terdapat problematika kehidupan akibat kerusakan akhlak perempuan masa
kini berdampak pada kerusakan pada kehidupan pernikahan seperti,
perselisihan, perselingkuhan, bahkan terjadinya perceraian.
2. Masih banyaknya perempuan yang kurang mengetahui, memahami dan
menerapkan akhlak yang harus dimiliki perempuan dalam pernikahan,
seperti : taat dan berbakti terhadap suami, menjalakan tanggung jawab
secara baik dan benar, melayani suami, mewujudkan ketenangan dan
kebahagiaan pada suami dsb.
9
3. Kurangnya perhatian orang tua, masyarakat dan lembaga pendidikan
terhadap pentingnya pembinaaan akhlak perempuan mulai sejak usia dini
untuk mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas dan kewajiban selama
pernikahan dengan baik yang berlandaskan ajaran agama Islam.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan mengingat luasnya
pembahasan, perlu adanya pembatasan masalah dalam pembahasan ini. Agar
permasalahan tidak melebar, maka pembatasan masalah pada penelitian ini,
difokuskan kepada pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan yakni akhlak
perempuan sebagai istri terhadap suami menurut M.Quraish Shihab.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan pokok
permasalahnnya yakni
1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap
suami menurut M.Quraish Shihab ?
2. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlak perempuan dalam
pernikahan dengan konteks kehidupan perempuan modern ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan utamanya ialah untuk menjawab
permasalahan dalam latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan
lainnya diantaranya :
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang konsep pendidikan akhlak
perempuan dalam pernikahan menurut M.Quraish Shihab terutama akhlak
perempuan sebagai istri terhadap suami.
b. Memperluasa khazanah keilmuan melalui relevansi konsep pendidikan
akhlak perempuan dalam pernikahan menurut M.Quraish Shihab terhadap
kehidupan perempuan modern.
2. Manfaat penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
a. Manfaat teoritis, memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan
terhadap pemikiran M.Quraish Shihab terhadap pendidikan akhlak
perempuan dalam pernikahan sehingga menambah khazanah keilmuan yang
baru.
b. Manfaat praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pendidikan bagi para pembaca dari Mahasiswa, Pendidik, instansi
pendidikan maupun masyarakat luas untuk dapat lebih memahami nilai-nilai
akhlak bagi perempuan menurut M. Quraish Shihab. Serta dapat dijadikan
perspektif baru dalam rangka mengaplikasikan nilai akhlak perempuan
dalam kehidupan pernikahan.
c. Manfaat akademis, pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan
menurut M. Quraish Shihab dapat memperluas perspektif sebagai upaya
perkembangan pendidikan di masa sekarang dan yang akan datang.
11
BAB II
Kajian Teori
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan37
yang merupakan padanan lafal al-tarbiyah38
dalam
bahasa Arab dan education39
dalam bahasa inggris, memiliki makna dan
cangkupan yang sangat luas. Ia mencangkup proses perubahan dan
pertumbuhan semua aspek kemanusiaan, dari aspek jiwa, kecerdasan,
keterampilan, akhlak, keimanan, dan bahkan pertumbuhan fisik dan jiwa
sosialnya.40
Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional pengertian pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.41
37
Dalam KBBI, Pendidikan berasal dari kata “didik”, mendapat awalan “pe” dan akhiran
“an”, berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Lihat Abdullah Syukri
Zarkasyi,Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:Rajagrafindo Persada,2005),
cet 1 h.19. 38
Kata al-tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik
dan memelihara. Lihat Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan
Islam,(Jakarta: Media Gaya Pratama,2001), cet.1 h.86. 39
Dalam bahasa Inggris, “education” (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik)
artinya memberi peningkatan (to eclite, to give rise to) dan mengembangkan (to evolve, to
develop)”. Lihat Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), cet. 18, h.32. 40
Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru, (Jakarta: UIN Press, 2016), h.90 41
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1
12
Dalam definisi yang lain, Pendidikan adalah suatu proses untuk
mendewasakan manusia atau kata lain pendidikan merupakan suatu upaya
untuk “memanusiakan” manusia. Melalui pendidikan manusiadapat tumbuh
dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat
melaksanakan tugas sebagai manusia.42
Senada dengan pendapat Ibrahim Amini dalam buku yang berjudul
Agar Tak Salah Mendidik, mengemukakan bahwa, pendidikan adalah
mengembangkan potensi yang ada dalam diri dan secara perlahan-lahan
bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.43
Sehingga pendidikan memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang
konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pendidikan pun menekankan
aspek produktifitas dan kreatifitas manusia sehingga mereka bisa berperan
serta berprofesi dalam kehidupan masyarakat.44
Fuad Ihsan, mengemukakan bahwa pendidikan ialah usaha manusia
untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan
jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).45
Sejalan dengan
yang di ungkapkan Ki Hajar Dewantara yang sering dikenal sebagai bapak
Pendidikan Nasional dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan, bahwa
pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi
pekerti (kekuatan bathin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras
dengan alam dan masyarakat.46
Pendidikan yang diselenggarkan oleh umat manusia selalu
disandarkan pada pandangan hidup atau falsafah yang dianut oleh
masyarakat yang bersangkutan, karena setiap masyarakat mempunyai
falsafah atau pandangan hidup sendiri. Falsafah pendidikan Islam adalah
pandangan manusia muslim, berdasarkan ajaran agamanya, tentang proses
42
Heri Jauhari, Fikih pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.1. 43
Ibrahim Amini, Agar tak Salah Mendidik,(Jakarta:al-Huda,2006), Cet.I, h.5. 44
Tatang Samsi, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,2012), h.16. 45
Fuad Ihsan,Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2003), h.7. 46
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an,(Jakarta, UIN Jakarta Press,
2005), h.180.
13
pemindahan nilai dan norma serta usaha pengembangan potensi, bakat atau
kemampuan manusia agar dapat menentukan status, tugas dan fungsinya di
dunia ini dalam menjalankan hidupnya menuju ke akhirat kelak.47
Dr. Muhammad Fadil Al Djamaly, Guru besar Pendidikan di
Universitas Tunisia, mengungkapkan bahwa pendidikan yang harus
dilakukan oleh umat Islam adalah pendidikan keberagamaan yang
berdasarkan keimanan yang berdiri diatas filsafat pendidikan yang bersifat
menyeluruh berlandaskan iman pula.menurutnya iman yang benar menjadi
dasar dari setiap pendidikan yang benar, karena iman yang benar
memimpin manusia ke arah akhlak mulia. Aklak mulia memimpin manusia
ke arah mendalami hakekat dan menuntut ilmu yang benar, sedangkan ilmu
yang benar memimpin manusia ke arah amal saleh.48
Abdurrahman al-Nahlawi memandang bahwa pendidikan Islam
merupakan suatu proses penataan individual dan sosial yang dapat
menyebabkan seorang tunduk dan taat kepada Islam dan menerapkannya
secara sempurna dalam kehidupan individu dan masyarakat.49
Disisi yang
lain, M Yusuf al Qardhawi sebagaiamana yang dikutip oleh Azyumardi
Azra, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya.50
Sejalan dengan pernyataan diatas, menurut para ahli pendidikan Islam
telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah
memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka
ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka,
menanamkan rasa fadhillah (keutamaan), membiasakan mereka dengan
47
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers), h.181. 48
M Arifin, Filasafat Pendidikan Islam, (Jakarta: BINA AKSARA, 1987), h.15-16. 49
Toto Suharto, Filsafat pendidikan Islam, (Jogyakarta: Ar Ruzz Media,2011), h. 22. 50
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: Kalimah, 2001), cet 8, h.5.
14
kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang
suci seluruhnya, ikhlas dan jujur.51
b. Pengertian Akhlak
Definisi akhlak, kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun خلق52
yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat.53
Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun ق yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya خل
dengan khaliq خالق yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun
ق yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul مخلو
sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq
dengan makhluq.54
Menurut pandangan Nurcholis Majid menjelaskan bahwa istilah
akhlak atau khuluq merupakan akar yang sama dengan khalaq, khaliq dan
makhluq, dimana semuanya mengacu pada pandangan dasar islam mengenai
penciptaan manusia yaitu manusia diciptakan dalam kebaikan, kesucian dan
kemuliaan (ahsan at taqwum)55
, manusia akan terbimbing ke arah akhlak
yang mulia jika beriman kepada Allah SWT, dengan syarat mereka
menerjemahkan imannya menjadi tingkah laku yang bertanggung jawab
terhadap sesama manusia.56
Selanjutnya dalam bahasa kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap
yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin
buruk.57
Akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada
pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif,
mungkin negatif, mungkin baik, mungkin buruk. Yang menentukan itu baik
51
Abuddin Nata, Op.cit 52
Kata Khuluq terdapat dalam surat al Qalam ayat 4, yang artinya : moral atau budi pekerti 53
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h.11. 54
Ibid. 55
Kata ahsan at taqwum terdapat dalam Surah At-Tin ayat 4 , yang artinya : Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 56
Veithzal Rivai Zainal, Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Quran, (Jakartal: Salemba
Diniyah, 2018), h.14. 57
Muhammad Daud Ali, Op cit, h. 346.
15
atau buruk adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat
istiadat.58
Selain itu, menurut Dzakia Darajat, akhlak merupakan kelakuan yang
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,pikiran, perasaan, bawaan,
dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak
yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dari kelakuan ini lahirlah perasaan moral (moral sance), yang terdapat
di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana
yang baik mana yang jahat, mana yang bermanfaat mana yang tidak
berguna, mana yang cantik mana yang buruk.59
Pendapat para pakar mengenai akhlak, termasuk menurut Ibn
Miskawaih (w 421 H / 1030 M) yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak
terdahulu dan terkemuka secara singkat mengatakan, bahwa akhlak
adalah:60
دا عبة الا ال اف عا لا من غىر فكر و ال ر ية حا ل لن فس
Sifat yang tertaman dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Imam Al-Ghazali berpendapat mengenai pengertian akhlak,
sebagaimana yang dikutip karangan A. Mustofa mengemukakan definisi
akhlak sebagai berikut :
اللق عبارة عن ىيئة ف الن فس راسخة عن ها تصد راألف عال بسهولة ويسر
من غي حاجة ال فكر وروية
Akhlak ialah sesuatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).61
58
Ibid. h.348. 59
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV
RUHAMA, 1995), h.10. 60
Abudun Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.3. 61
A. Mustofa, Op it, h.12-14.
16
Dari beberapa definisi tersebut, kita dapat mengetahui kriteria-
kriteria perbuatan akhlak, sebagai berikut:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiaanya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat
melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keaadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakan tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena
bersandiwara.62
5. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan yang dilakukan karena ikhlas semata-
mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena
ingin mendapatkan suatu pujian.63
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa
akhlak adalah sifat atau perilaku manusia yang telah terlatih dan tertanam
dalam diri manusia dapat bersifat baik maupun buruk sehingga
mempengaruhi pikiran, perasaan, perbuatan dan ucapan begitu mudah,
cepat, spontan dan tanpa perlu adanya pemikiran terlebih dahulu dalam
menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari.
Dalam perspektif Islam, terdapat prinsip-prinsip yang menjadi falsafah
akhlak dalam Islam yakni kepercayaan akan pentingnya akhlak dalam
hidup, akhlak sebagai sikap yang mendalam dalam jiwa, akhlak sebagai
sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan
62
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam : Upaya Pembentukan Pemikiran Dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosyadakarya, 2006), h.151-152. 63
Abuddin Nata, Op.cit,h.8.
17
masyarakat, akhlak sesuai dengan fitrah manusia.64
Akhlak juga mempunyai
kedudukan sangat penting dalam ajaran Islam, yakni untuk mencapai
keridhaan Allah.
c. Pengertian Pendidikan Akhlak
M.Athiyah al-Abrashi65
yang menyatakan bahwa esensi sesungguhnya
dari pendidikan Islam dalam mengenai pendidikan akhlak. Akhlak
merupakan dasar utama dalam pembentukan pribadi manusia yang utuh.
Oleh karena itu pendidikan yang mengarahkan terbentunya pribadi yang
berakhlak merupakan hal pertama yang harus dilakukan karena akan
melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.66
Selain itu, perhatian Islam yang paling penting dan paling besar
adalah pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan akhlak Islam.67
Oleh karena itu jika seseorang mengaku dirinya muslim dan tidak memiliki
akhlak yang mulia, maka ia tidak termasuk dalam kategori muslim yang
benar-benar beriman.68
Manusia yang beriman yakni yang memiliki kesempurnaan dalam
akhlak karna akhlak menjadi tolak ukur baik atau tidak perilaku manusia
dihadapan Tuhan Nya dan ciptaan Nya. Hal ini sejalan dengan pengertian
dari ilmu akhlak yang dikutip dari karangan Asmaran yang mendefinisikan
ilmu akhlak sebagai berikut :
Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas perbuatan manusia dan
mengajarkan perbuatan baik dan buruk yang harus dikerjakan dan perbuatan
jahat yang harus dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan, manusia dan
makhluk alam sekelilingnya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
nilai-nilai moral.69
64
Abuddin Nata, Pendidikan Persfektif Al-Qur‟an, h.68. 65
M. Athiyah al-Abrashi, Al-Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falasifatuha, (Mesir: Isa al-babi al-
Halabi,1969), h.129-128 66
Veithzal Rivai Zainal, h.307. 67
Abuddin Nata, h.68. 68
Muhammad Abdurrahman , Akhlak: Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, (
Jakarta: Rajawali Press, 2016), h.53. 69
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994), h.5-6.
18
Menurut Ali Abdul Halim Mahmud dalam karyanya Tarbiyah al-
Khuluqiyyah pendidikan akhlak adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun
rohani, melalui penamaan nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta
menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku,
berfikir dan berbudi pekerti luhur menuju terbentuknya manusia yang
berakhlak mulia, dimana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman
dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya
pertimbangan dan pemikiran.70
Dari beberapa pendapat diatas menekankan pentingnya pendidikan
akhlak dalam kehidupan manusia. Pendidikan yang tidak dilandasi dengan
akhlak, maka tidak akan tercapai kesempurnaan jiwa manusia. Dikarenakan
tujuan dari pendidikan akhlak yakni menciptakan dan menyukseskan tujuan
tertinggi agama Islam, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
kesempurnaan jiwa masyarakat, mendapat keridhaan, keamanan, rahmat,
dan mendapat kenikmatan yang telah di janjikan oleh Allah SWT. Bagi
orang-orang baik dan bertaqwa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan akhlak ialah usaha yang dilakukan secara sadar maupun
disengaja untuk menghasilkan pemahaman dan pembiasaan membentuk
perilaku yang baik, benar dan bagus didasari nilai-nilai ajaran Islam
dilakukan tanpa adanya proses pemikiran, pertimbangan ataupun penelitian
sehingga menjadi manusia yang seutuhnya dari segi akal, hati, rohani dan
jasmani untuk menjalani segala aspek kehidupan dengan sebaik-baiknya
menuju kebahagiaan didunia dan diakhirat.
70
Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah al-Khuluqiyyah, (Jakarta:Gema Insani, 2004) h.121.
19
2. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar ajaran agama Islam, bersumber di dalam Al-Qur‟an71
dan Hadis72
,
termasuk ajaran mengenai akhlak. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan
dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik ataupun
buruk. Memberikan informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat
dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah
perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.73
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui
baik atau buruknya dari suatu tindakan yang dapat dilakukan ataupun ditinggalkan
untuk mencapaikan kesempurnaan akhlak. Standar pengukuran baik atau buruk
dari akhlak manusia adalah Al-Qur‟an dan Hadis. Sehingga akhlak yang baik
yang tertera didalam Al-Qur‟an dan Hadis harus dilakukan dan dijadikan sebagai
pedoman hidup umat Islam sedangkan akhlak yang buruk yang tertera didalam
Al-Qur‟an dan Hadis harus ditinggalkan atau tidak untuk dilakukan apalagi
dijadikan sebagai pedoman hidup.
3. Pembentukan Akhlak
Jika dilihat dari segi proses terbentuknya akhlak telah dijelaskan didalam
kitab Dairatul Ma‟arif, yang telah dikutip dalam karya Abuddin Nata, secara
singkat mengenai akhlak yang diartikan:74
اال خال ق ىي صفا ت ا ال نسا ن ا ال د بية
Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik
Pegertian diatas menjelaskan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu
71
Ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan mengenai akhlak,diantaranya terdapat dalam surat Al-
Ahzab ayat 21 yang artinya:“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah.” Juga terdapat dalam surat al Qalam ayat 4:“Dan sesungguhnya
engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” 72
Hadits Nabi yang menjelaskan mengenai akhlak, sebagaimana Rosulullah sawbersabda
yang artinya: ”Bertaqwalah kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.”(HR. Ahmad,
Tirmizi,Ibnu Majah) 73
A Musthofa, h.149. 74
Abuddin Nata, Op.cit,h.4.
20
dapat lahir berupa berbuatan baik, disebut akhlak yang mulia sedangkan perbuatan
buruk disebut akhlak tercela hal ini sesuai dengan pembinaannya.
Akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan
sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri
manusia. Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan
baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan
menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya.
Dari uraian diatas menyatakan bahwa sifat yang baik yang telah tertanam
dalam diri manusia dibentuk dari pembinaan dan pelatihan yang baik agar
menghasilkan perilaku yang baik pula dalam kehidupan. Sama halnya Sifat
yang buruk dibentuk dari pembinaan dan pelatihan yang buruk pula sehingga
menghasilkan perilaku yang buruk dalam kehidupan. Hal ini mempertegas
bahwa sifat-sifat yang dimiliki manusia merupakan hasil dari pendidikan,
pembinaan dan pelatihan.
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh,
dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaaan yang terprogram
dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah
hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang
ada dalam diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu
syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan
cara dan pendekatan yang tepat.75
Maka dari itu dalam pembentukan akhlak membutuhkan sarana dan
program pendidikan yang terancang dengan baik, sehingga pendidikan akhlak
perlu dilakukan dengan cara :
1. Menumbuh-kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada
iman dan taqwa. Untuk ini perlu pendidikan agama.
75
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Akhlak Mulia, (Jakarta: PT Rajawali Pers,2015), h.135
21
2. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-Qur‟an lewat ilmu
pengetahuan, pengalaman dan latihan, agar dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang jahat.
3. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada manusia
kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya. Selanjutnya
kemauaan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.
4. Latihan melakukan yang baik serta mengajak orang lain untuk bersama-
sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.
5. Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga
perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak terpuji,
kebiasaan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara wajar dalam
diri manusia.76
4. Tujuan Pendidikan Akhlak
1. Membentuk Manusia yang Sempurna
Dengan bantuan akhlak dapat dirumuskan tujuan pendidikan yang
secara keseluruhan mengarahkan kepada terbentuknya manusia yang baik,
manusia yang berakhlak mulia, manusia yang sempurna serta manusia yang
berkepribadian muslim. Tujuan pendidikan secara umum diarahkan pada
keinginan untuk mewujudkan manusia yang sempurna (insan kamil) yaitu
manusia yang terbetuk seluruh potensi cita, rasa dan karsanya yang
didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Maka dari itu, mencapai suatu
akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.77
Selain itu, Pendidikan akhlak bertujuan untuk membina kualitas
manusia prima dengan ciri-ciri antara lain :
1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan
2. Berakal sehat atau mempunyai kemampuan akademik yaitu mampu
mengembangkan kecerdasannya dengan mencintai ilmu terutama yang
sesuai dengan bakatnya.
76
Zakiah Daradjat,Op.cit.,h.12. 77
Abuddin Nata,Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an,(Jakarta: PT Raja Grafindo),h.180
22
3. Mempunyai kematangan kepribadian, berbudi luhur, jujur, amanah,
berani, qanaah, sabar/tangguh, syukur, bertanggung jawab, cinta tanah
air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan
sosial, dan percaya diri.
4. Mempunyai keterampilan belajar, bekerja, dan beramal sholeh,
disiplin (taat,tepat,ajeg) bekerja keras, mandiri, penuh perilaku yang
inovatif dan kreatif, sehat jasmani dan rohani.78
5. Membentuk manusia yang taat kepada Allah SWT
Pendidikan akhlak bertujuan supaya setiap muslim mempunyai budi
pekerti, tingkah laku, perangai serta adat istiadat yang baik sesuai dengan
ajaran Islam, yakni yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadis.79
Sejalan dengan tujuan hidup setiap orang muslim, yaitu membentuk
manusia yang beribadah kepada Allah SWT. Manusia yang senantiasa
tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya
baik dalam ibadah yang makhdah seperti sholat, puasa, zakat, haji,
shodaqoh maupun melaksanakan aktifitas baik yang menjadi rutinitas
sehari-hari dalam bidang ekomoni, pendidikan, politik, sosial, budaya dll.
Hal ini telah tertera dalam Al-Qur‟an Qs al Dzariyat ayat 56, Allah SWT
menyatakan:
{٦٥}وماخلقت الن واإلنس إاللي عبدون
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah Ku. (QS. Adz Dzaariyat:56).
Sehingga dari segi fungsi dan perannya sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah fi al ardhi pendidikan islam bertujuan untuk mendidik
manusia agar mampu melakukan aktivitas yang bernilai ibadah sekaligus
mampu mengemban amanah sebagai khalifah Allah fi al ardhi dalam
78
Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogyakarta:Ar
Ruzz Media, 2016), h.120. 79
Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 25.
23
memelihara jagat raya ini.80
Rumusan tujuan ini muncul karena dipengaruhi
oleh penafsiaran ayat Al-Qur‟an sebagai berikut :
ف األرض خليفة قالوا أتعل فيها من وإذ قال ربك للمالئكة إن جاعل
س لك قال إن أعلم ما ال ي مآء ونن نسبح بمدك ون قد فسد فيها ويسفك الد
{٠٣ت علمون }
Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para
Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Rabb berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS.
Al Baqarah ayat 30).
Berdasarkan ayat tersebut, tugas hidup manusia adalah menjalankan
fungsinya kekhalifahannya di muka bumi. Fungsi ini menuntut manusia
untuk melaksanakan berbagai aktifitas vital dalam memakmurkan bumi dan
mengenali sumber daya dan pembendaharaannya, sambil tetap
memeperhatikan kehendak Allah di dalamnya dan melaksanakan syari‟at
Allah guna merealisasikan tatanan ilahi.81
2. Mencapai Kebahagiaan Dunia dan di Akhirat
Tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran Al-Qur‟an dan Hadis.82
Disisi yang
lain, perbuatan akhlaki mempunyai tujuan langsung yang dekat. Yaitu harga
80
Muhammad Kosim, Pemikiran Pendidikan Islam IBN Khaldun Kritis, Humanis dan
Religius, (Jakarta,PT RINEKA CIPTA,2012), h.63. 81
Abuddin Nata,Pendidikan Persfektif Al-Qur‟an,h.183-184. 82
M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an,(Jakarta;AMZAH,2007),
h.11.
24
diri, dan tujuan jauh adalah ridha Allah SWT melalui amal sholeh dan
jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat, firman Allah SWT :83
ن يا حسنة وقيل للذين ات قوا ماذآ أنزل ربكم قالوا خي را للذين أحسنوا ف ىذه الد
{٠٣} ولدار األخرة خي ر ولنعم دار المتقي
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa:"Apakah
yang telah diturunkan oleh Rabbmu" Mereka menjawab:"(Allah telah
menurunkan) kebaikan".Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
mendapat (pembalasan) yang baik.Dan sesungguhnya kampung
akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang
yang bertaqwa, (QS. An Nahl ayat 30).
3. Meningkatkan Derajat Manusia
Ilmu akhlak lebih utama orang yang tidak tahu ilmu akhlak.
Pengetahuan ilmu akhlak itu dapat mengantarkan seseorang ke jenjang
kemuliaan akhlak, karena dengan ilmu itu dia akan menyadari mana
perbuatan yang baik yang mengantarkan kebahagiaan dan mana perbuatan
yang jahat yang bakal menjerumuskan kepada kesesatan dan kecelakaan.84
افسحوا ي فسح اهلل لكم وإذا ياأي ها الذين ءامنوا إذا قيل لكم ت فسحوا ف المجالس ف
قيل انشزوا فانشزوا ي رفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات واهلل با
{١١}ت عملون خبي
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu:"Berlapang-lapanglah dalam majlis", lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.Dan apabila
dikatakan:"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadallah ayat 11)
83
Zakiah Daradjat,h.11 84
A Musthofa, h.33
25
Kandungan surat al Mujadallah ayat 11 menjelaskan terkait motivasi
yang kuat agar orang giat menuntut ilmu pengetahuan, yaitu dengan
memberikan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah SWT.85
4. Menuntun Kepada Kebaikan
Pengetahuan akhlak adalah ilmu yang mengundang kepada kebaikan,
serta memberikan tuntunan kepadanya. Ilmu akhlak bukan sekadar
memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga
mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci
dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan manfaat
bagi manusia.86
B. Perempuan
1. Pengertian Perempuan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perempuan berarti
jenis kelamin, yakni orang atau manusiayang memiliki rahim, mengalami
menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.87
Dalam pengertian lain
Perempuan adalah per-empu-an. Empu artinya ibu atau peribuan, perkumpulan
daripada suami dan anak-anaknya.88
Di dalam Al Qur‟an, terdapat surat yang banyak membicarakan hal-hal
yang berhubungan dengan wanita, yakni surat An Nisa dalam ayat pertama,
Allah Berfirman :
ياأي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم من ن فس واحدة وخلق من ها زوجها وبث
اهلل كان عليكم رقيبا من هما رجاال كثيا ونسآء وات قوا اهلل الذي تسآءلون بو واألرحام إن
{١}
85
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002),h.157. 86
Ibid, h.33. 87
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, cet 2, ed.3, 2002), h.856 88
Hamka, Lembaga hidup, (Jakarta:Republik,2015),h.257
26
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah nyang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah
selalu menjga dan mengawasi kamu. (Qs. An-Nisa ayat 1).
Dalam Surat An Nisa ayat pertama ini menerangkan bahwasannya asal-
usul kejadian manusia adalah satu. Ada 2 macam tafsir yang dimaksud dengan
satu itu tafsir pertama menyatakan bahwa pada awalnya Allah hanya
menciptakan satu diri saja Adam. Kemudian dari dirinya yakni satu tulang
rusuknya itulah diambilkan Allah buat menjadi isterinya itulah Hauwa.
Sedangkan pada tafsir lainnya yang dimakud dengan nafsin wahidatin
(dari diri yang satu), bukanlah semata-mata tubuh yang kasar. Melainkan
pengertian biasa, yaitu diri. Diri manusia itu hakikatnya ialah satu, kemudian
dibagi menjadi dua bagian, satu bagian laki-laki dan satu lagi bagian
perempuan. Bahwasanya pada hakikatnya jenisnya tetap satu yaitu manusia,
baik laki-laki maupun perempuan sama-sama manusia. Namun kemudian
dibelah dua sehingga keduanya memiliki ketertarikan bahwasannya yang satu
memerlukan yang lain sehingga hidup belum lengkap apabila keduanya belum
dipertemukan atau disatukan.89
Al Qur‟am menerangkan bahwa perempuandan laki-laki diciptakan oleh
Allah dengan derajat yang sama. Tidak ada syarat dalam Al-Qur‟an bahwa
perempuan (Hawa) yang diciptakan oleh Allah adalah suatu ciptaan yang
mempunyai martabat yang lebih rendah dari laki-laki pertama (Adam).90
Dikarenakan kedudukannya sama-sama sebagai manusia. Namun secara
hakikat ialah satu sehingga saling membutuhkan, melindungi, menyayangi dan
tetap saling memerlukan yang lain sehingga hidup belumlah lengkap apabila
89
Hamka, Kedudukan Perempuan dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Pajimas,1973), h.5-6 90
Hujaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
cet I, 2010), h.92.
27
belum menyatu antara laki-laki dan perempuan, di satukan dalam mahligai
pernikahan sehingga terpelihara dan selamatlah hidup diantara keduanya.
Dalam surat an Nisa ayat 1, pada kata Arham yaitu silaturrahmi atau
kasih sayang, dan hubungan diantara satu sama lain. Sebab manusia tidak dapat
datang sendiri ke dalam dunia. Sejak didalam kandungan dipimpin dengan
kasih ibu dan sayang bapak. Sehingga lembaga didalam diri ibu dinamakan
rahim.91
Kata Ar Rahim menunjukan kasih sayang kepada orang –orang yang
tepat dan mengunakannya sesuai kehendak dan keridhaan Allah. Kata Rahim
adalah rahmat terhadap jiwa dan hati yang bersifat bathiniah, berupa
keselamatan abadi di akhirat. Manifestasi sifat Rahim didalam diri orang
beriman muncul sebagai rasa syukur kepada Allah swt, yang telah
menganugerahkan-Nya dan juga kemampuan untuk memelihara dan membagi
kasih sayang yang telah dianugerahkan.92
Allah swt telah menganugerahkan rahim kepada perempuan didalam
dirinya, jika dikaitkan dengan makna kata Ar Rahim sebagai tempat orang-
orang yang tepat menunjukan bahwa rahim perempuan hanya tempat laki-laki
pilihan yang berhak menyentuh dan membuahi rahim yakni laki-laki yang telah
menikahinya.
Selain itu juga rahim perempuan itulah tempat janin dikandung. Setiap
perempuan yang dianugerahkan kehamilan selalu ada raut wajah walaupun
dalam proses kehamilan selama sembilan bulan sepuluh hari dengan penuh
pengorbanan serta perjuangan Allah swt memberikan kemampuan bagi setiap
perempuan untuk memelihara serta memberikan kasih sayang kepada janin
yang dikandungnya, yang kelak menjadi anak nya sebagai penyelamat di
akhirat.
91
Hamka, Op.cit,.h.7 92
Rachmad Ramadhan, Quantum Asma‟ul Husna, (Jogjakarta: Safirah, cet I, 2013), h.96
28
2. Karakteristik Perempuan
Allah SWT menciptakan sesuatu berpasang - pasangan, keberpasangan
inilah dapat mengandung perbedaan dan persamaan. Persamaan dan perbedaan
inilah yang harus diketahui dan dipahami manusia agar manusia mampu
bekerja dalam menjalani kehidupan. Tetapi jangan sampai persamaan ataupun
perbedaan menjadi sebuah permasalah.
Perempuan diciptakan sebagai pasangan laki-laki, dan sangat jelas
terlihat perbedaan dan persamaan yang ada diantara keduanya, tak jarang
percekcokan di lingkungan pertemanan, masyarakat bahkan kehiduapan rumah
tangga ditimbulkan karna tidak adanya saling memahami persamaan dan
perbedaan yang ada. Padahal Allah menciptakan kekurangan serta perbedaan-
perbedaan yang ada di antara perempuan dan laki-laki, agar tercipta
kesempurnaan diantara keduanya, yang tak bisa berjalan sendiri untuk
mencapai kesempurnaan tersebut, karna perempuan dan laki-laki diciptakan
untuk saling melengkapi dengan saling mengetahui dan memahami
keistimewaan dan kekurangan yang ada.
Secara Neurolopsikologi yang membahas hubungan fungsi neurologi
dengan perilaku, kognisi dan emosi, menjelaskan bahwa Allah menciptakan
struktur otak dan hormonal pada manusia antar laki-laki dan perempuan
berbeda ini mempengaruhi perilaku dan kepribadian keduanya. Diantranya
perbedaan dalam struktur fisik, organ reproduksi dan cara berpikir.
Jika dilihat dari struktur fisik perbedaan antara lelaki dan perempuan
terlihat nyata sejak lahir, kemudian semakin nyata sesuai dengan pertumbuhan
usianya, misalnya rambut kepala perempuan lebih subur sehingga lebih
panjang dan halus dari lelaki sedangkan lelaki pada usia dewasa tumbuh
rambut pada area tertentu seperti dagu (jenggot), di atas bibir (kumis) dan
bagian dada. Bagian kerongkongan pun lebih menonjol (tumbuh jakun)
daripada perempuan. Sedangkan otot – otot perempuan tidak sekekar otot
lelaki. Tubuh lelaki lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan perempuan,
sedangkan dilihat dari pertumbuhannya perempuan lebih cepat. Suara
29
perempuan jauh lebih halus dibandingkan lelaki. Itulah antara lain perbedaan
yang dapat diketahui dengan mudah melalui panca indra.93
Karakteristik perempuan serta perbedaan yang terjadi diantara laki-laki
dan perempuan berkaitan dengan perbedaan struktur otak, hormonal, dan
perbedaan ukuran. Sehingga mempengaruhi emosi, tingkah laku seksual,
kemampuan berbicara serta cara berpikir.
Menurut Murtadha Muthahhari, seorang ulama terkemuka Iran yang
dikutip dalam buku karya M. Quraish Shibab menyatakan bahwa “ kemampuan
paru-paru lelaki menghirup udara lebih besar/ banyak daripada perempuan, dan
denyut jantung perempuan lebih cepat dari pada lelaki. Lelaki Secara umum
juga cenderung kepada olahraga, berburu, atau melakukan pekerjaan yang
melibatkan gerakan dibandingkan perempuan. Lelaki secara umum cenderung
kepada tantangan dan perkelahian, sedangkan perempuan cenderung kepada
kedamaian dan keremahan. Lelaki lebih agresif dan suka ribut. Sementara
perempuan lebih tenang dan tentram.94
Hal tersebut jika dikaitkan dengan fungsi struktur otak bahwasanya
aktivitas otak kaum laki-laki lebih banyak terjadi pada daerah limbic temporal.
Daerah ini adalah pengatur emosi yang berhubungan dengan aksi motorik,
teristimewa perilaku yang suka memukul jika sedang marah.
Laki-laki yang beringat, apalagi ketika marah dengan emosi tak
terkontrol akan disalurkan melalui pukulan tangan, tendangan kaki, dan
makian. Sebaliknya pada kaum perempuan aktifitas otaknya lebih banyak
terjadi pada cingulate gyrus bertanggung jawab dalam mengontrol ekspresi
emosi. Sehingga ketika marah seorang perempuan cenderung membelalakkan
matanya dari pada memukul, menendang dan memaki.95
93
Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2005), h.9-10 94
Ibid,.h.11-12 95
Taufiq Pasak, Revolusi IQ/ED/SQ: Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-
Qur‟an dan Neurosains Mutakhir, (Bandung: Mizan, 2008),h.135
30
Sistem limbik itu memang berperan penting dalam pegatur emosi,
bersama dengan komponen di dekatnya amigdala, emosi manusia diatur.
Seorang perempuan memiliki kemampuan kontrol emosi yang lebih baik
daripada laki-laki, akan memiliki kemungkinan lebih besar berhasil mengelola
kecerdasan emosi.96
pada otak manusia terdapat Korpus Kolosum yang
ukurannya relatif lebih besar daripada laki-laki, demikian juga dengan
komponen comissura anterior. Keberadaan dua komponen itu dapat
menerangkan mengapa ekspresi-ekspresi emosional perempuan lebuh dalam
dan ekspresif dibandingkan laki-laki.97
Selanjutnya, pakar psikologi Mesir, Zakaria Ibrahim, menuliskan bahwa,
“perempuan memiliki kecenderungan masokhisme / mencintai diri sendiri yang
berkaitan dengan kecenderungan untuk menyakiti diri (berkorban) demi
melanjutkan keturunan. Kecintaan kepada dirinya yang disertai dengan
kecenderungan itu menjadikan perempuan kuasa mengatasi kesulitan dan sakit
yang memang telah menjadi kodrat yang harus dipikulnya khususnya ketika
haid, mengandung dan melahirkan, serta menyusukan dan membesarkan anak.
Karena adanya rasa sakit itu pula, Allah SWTmenganugerahinya kenikmatan
yang bukan saja dalam hubungan seks seperti halnya lelaki melainkan juga
dalam memelihara anak-anaknya. Ini berbeda dengan lelaki. Tanpa kenikmatan
itu,anak akan terlantar karena suami yang harus keluar rumah mencari nafkah
buat istri dan anak-anaknya.98
Walaupun setiap kodrat yang harus dijalani perempuan bukan termasuk
hal yang mudah bahkan harus mempertaruhkan nyawa demi anak-anaknya.
Dikarenakan Allah memberikan anugerah kekuatan serta rasa kasih sayang
yang dimiliki perempuan yang ia akan berikan kepada orang-orang pilihan
termasuk kepada anak - anaknya sebagaimana bersesuaian dengan makna kata
rahim. Rahim pula lah yang menjadi tempat seorang ibu mengandung anaknya
dengan penuh kasih sayang dan perlindungan. Maka perempuan yang
diamanahkan Allah memiliki banyak anak, Allah pula memberikan kekuatan
96
Ibid.,h.137 97
Ibid.,h.131 98
Quraish Shihab, Perempuan:......., h.13-14
31
sejalan dengan amanah yang diberikan. Karna Allah memberikan beban kepada
hamba Nya sesuai dengan kesanggupan nya.
Selain itu karakteristik perempuan identik dengan suka berbicara atau
sifat cerewet perempuan ternyata memiliki dasar biologis. Dalam mengumbar
kata-kata perempuan memang lebih hebat dibandingkan laki-laki. Perempuan
lebih verbalis dan memiliki pembendaharaan kata termasuk jarang melakukan
kesalahan berbahasa. Efeknya perempuan lancar mengungkapkan masalah -
masalah emosional yang mereka rasakan (status emosi). perempuan mampu
menata kata dan kalimatnya secara teratur, memilih jenis kata (aspek
linguistik) yang dapat melukiskan perasaannya, dan memilih intonasi dan
aksentuasi tertentu yang mendukung emosinya (aspek paralinguistik).99
Hal ini
dikarenakan Penghubung belahan otak, korpus kolosum memiliki lebih banyak
serabutnya dan memang lebih tebal pada perempuan. Dengan itu, aliran
informasi lebih cepat dan lebih banyak. Dari belahan kanan ke belahan kiri
(sehingga emosi dapat diceritakan dengan mudah dalam pengungkapan baik
dalam bentuk kata atau kalimat) hal tersebut berlangsung lebih baik pada
perempuan dibandingkan laki-laki.
Perbedaan cara dan gaya hubungan seks antara laki-laki dan perempuan
juga dipengaruhi oleh inti ventromedial hipotalamus, daerah ini banyak
terdapat serabut saraf yang peka terhadap hormon seks yang disebut esterogen.
Sedangkan pada daerah preoptik medial bagian ini yang mengatur
tingkah laku seks 2,5-3 kali besar laki-laki dari pada perempuan. Selain itu
dalam urusan seks. Perempuan lebih pemalu laki-laki justru lebih agresif.100
3. Peran Perempuan dalam pandnagan Islam
Ketika Islam lahir di Arabia, perempuan menempati kedudukan yang amat
rendah. Mereka diperlakukan bukan hanya inferior secara sosial tetapi juga ibarat
benda. Mempunyai anak perempuan merupakan tanda kehinaan dan banyak orang
99
Taufiq Pasak, Op.cit.,h.131 100
Taufiq Pasak, Op.cit.,h.126
32
tua yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya.101
Al-Qur‟an menjelaskan
perilaku keji tersebut, Allah berfirman:
وإذا بشر أحدىم باألنثى ظل وجهو مسودا وىو كظيم ي ت وارى من القوم من
ف الت راب أالسآء مايكمون سوء مابشر بو أيسكو على ىون أم يدسو
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan
(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan
dia sangat marah. ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia
akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) Ketahuilah, alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (Qs.an-Nahl ayat 58-59).
Islam memberikan perhatian yang besar untuk anak perempuan. Syariat
ajaran Islam menganjurkan orang tua untuk memberikan perhatian yang lebih
untuk anak perempuan. Allah menganugerahkan pahala bagi orang yang
membimbing dan memperlakukan anak perempuan dengan baik.102
Rosulullah
Saw.Bersabda :
ا من اميار هين نن ل ستء فأحسن ا من ابتل من امبيات بش
Barang siapa yang diuji dengan sesuatu melalui anak-anak
perempuan, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, maka niscaya
mereka akan menjadi perlindungnya dari api neraka. (HR Bukhari dan
Muslim).
Dalam Islam perempuan diciptakan untuk mendampingi laki-laki,
perempuan dan laki-laki diciptakan untuk menyempurnakan kehidupan,
dikarenkan keduanya saling melengkapi, membutuhkan, menjaga, melindungi
sesuai dengan tugas dan peranannya diciptakan oleh Allah SWT. Begitu pula
peranan perempuan didalam hubungan pernikahan ialah sebagai seorang istri bagi
101
Mai Yamani terj purwanto, Feminisme & Islam :Persefektif Hukum Dan Sastra,
(Bandung:Nuansa), h.134. 102
Muhammad Ali al-Allawi, The Great Women,terj. Uluwwul Himmah „Inda An-Nisa,
(Jakarta: Pena Pundi Aksara, cet II, 2006), h.10.
33
suaminya. Setelah menjadi istri bagi suaminya, perempuan tampil dan
bertanggung jawab dalam melayani suami dan anak-anaknya, serta siap mengatasi
berbagai masalah rumah tangga bersama suaminya.103
Istri memiliki perana penting sebagai pemimpin rumah tangga, dan
bertanggung jawab dalam menjalani tugasnya dengan sebaik-baiknya. Selain itu
perempuan bertugas untuk memelihara rumah tangga, hamil, melahirkan,
mengasuh anak dan menjadi berteduhnya suami guna mendapatkan ketenangan.
Ketika suami datang dari kerja dan kelelahan setelah bersusah payah mencari
nafkah, disambut oleh sang istri dengan senyuman dan kasih sayang, dengan itu
semua kepenatan suami akan hilang. 104
Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita
muslimah dalam perkawinan dalam Islam rupanya salah satu tanda kekuasaan
Allah karena istri dijadikan oleh Allah sebagai penyejuk, penghibur dan penenang
suami dalam rumah tangga yang penuh dengan limpahan mawaddah yang murni
dan kasih sayang yang lembut. Sesuai dengan firman Allah :
ة ود هيا وجؾل بيك متسكوا ا ن أهفسك أزواجا م ومن ءايثه أن خوق مك م
ن ة ا لوم يتفكرون ورح {١١} ف ذل أليت م
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar Ruum ayat 21).
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa seorang istri yang mampu
memberikan pelayanan yang terbaik untuk sang suami, sekaligus menjalankan
tanggung jawabnya dalam rumah tangga dengan sebaik-baiknya, tanpa keluh
kesah merupakan ciri dari istri sholehah yang memiliki kecantikan hati dan
prilaku. Sehingga Rosulullah telah menetapkan satu ketentuan yang sungguh
menakjubkan terkait pelayanan seorang istri kepada suaminya, beliau
menegaskan, seorang istri yang mau melayani suaminya dengan baik tanpa
103
Hasbi Indra, Potret Wanita Sholeha, (Jakarta : Pena Madani, cet II, 20014), h.19. 104
Hujaemah,Op.cit,.h.97.
34
mengharapkan imbalan dan dengan hati yang tulus, niscaya diganjar pahala
yang agung.105
.
Perempuan dijadikan kepala dalam rumah tangga. Untuk menjadi ibu,
pendidik dan pengasuh yang utama. Kasih sayang yang diletakkan Allah
kepada seorang ibu akan tercermin pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa
dilakukan oleh siapapun selain seorang ibu.106
Tugas pertama yang harus
ditunaikan seorang ibu adalah melahirkan anak dan merawatnya, karena ibu
adalah orang yang paling banyak mencurahkan waktu untuk anaknya,
khususnya di fase-fase awal perkembangan anak.107
C. Pernikahan
1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan atau tepatnya “keberpasangan” merupakan ketetapan illahi
atas segala makhluk. Keberpasang/perkawinan telah dikenal umat manusia
sejak awal kehadirannya di pentas bumi ini dan hingga kini tersebar di semua
masyarakat manusia.108
Selain itu, naluri bagi setiap makhluk memiliki
pasangan, sehinga di tegaskan dalam Al-Qur‟an melalui firman Allah SWT :
ا اليؾومون ا ثيبت األرض ومن أهفسهم ومم ي خوق األزواج كها مم بحان ال {٠٥}س
Maha Suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Ya Sin:36)
Perkawinan atau pasangan adalah sunnatullah, dalam arti ketetapan
Tuhan yang diberlakukannya terhadap semua makhluk. Berdasarkan literatur
fiqh berbahasa Arab perkawinan atau pernikahan disebut dengan dua kata,
105
Abd Qadir Mansur, Buku Pintar Fikih Muslimah terj Fiqh al Mar‟ah al Muslimah min al
Kitab wa al Sunnah,oleh Muhammad Zaenah Arifin, (Jakarta:Zaman, 2005), h.180. 106
Amru Khalid, Rumah Seindah Syurga terj. Al-Jannah fii Buyutiina oleh M Abdul
Ghofur, (Jakarta : Katulistiwa Press,2016),h.129 107
Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak 2 terj. Fann Tarbiyah al aulaad Fii al
Islam oleh Muhammad Muahson Anasy, (Jakarta: Pustaka al Kausar,2001), h.201 108
Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur‟an, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku,
(Jakarta : Lentera Hati, 2016), h.3
35
yaitu nikah ( نكاح) dan zawaj ( زواج).109
Kata zawaj berarti “pasangan”.
Sedangkan kata nikah ( نكاح) yang menurut bahasa artinya kebersamaan,
menjalin ikatan antara suami istri110
, mengumpulkan, saling memasukan yang
digunakan untuk arti bersetubuh (wathi)111
dan ucapan ikatan nikah (al
„aqdu).112
Dengan nikah diharapkan jiwaraga, cita-cita dan harapan, upaya dan
kesungguhan suami istri menyatu, karena mereka telah dinikahkan.
Dalam pasal 1 Bab I Undang-undang No 1 Tahun 1974 tanggal 2 Januari
1974 dinyatakan :
Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
Pernikahan dalam Islam merupakan ikatan antara dua jiwa yang paling
kuat yang disambungkan oleh Allah agar keduanya merasakan kedamaian,
ketentraman, ketenangan dan kesenangan yang halal lagi baik.
2. Anjuran Menikah dalam Islam
Ajaran Islam sangat menganjurkan kepada lelaki dan perempuan untuk
menikah bila telah tiba saatnya. Sehingga ajaran Islam melarang seseorang
untuk terus membujang atau hidup sendiri. Hal ini ditegaskan di dalam Al-
Qur‟an :
امحني من ؼبادك وا م هللا من فضل وهللا وأىكحوا األيمى مك وامص ن يكوهوا فلرأء يغن
مأئك ا
{٠١}واسػ ؽومي
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, zdan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
109
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam dan Indonesia antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2007), h.35. 110
Musifin, Perkawinan dan Masalahnya,(Pustaka al Kausar, 1993), h.17. 111
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta : Kencana, 2003), h.7. 112
Hartono Ahmad, Wanita Jodoh Poligami dan Perselingkuhan, (Pustaka al Kausar,
2007), h.79.
36
memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur ayat 32).
Bagi lelaki dan perempuan yang telah saatnya untuk menikah, serta disertai
dorongan biologis (nafsu syahwat) yang kuat, maka sangat dianjurkan untuk
segera menikah daripada mereka melakukan tindakan yang diharamkan agama.
Menikah lebih baik, walaupun belum memiliki kemampuan secara ekomonis
untuk menafkahi istrinya. Yakinlah Allah yang akan melapangkan rezeki-Nya.113
3. Tujuan Pernikahan
a. Menghasilkan Keturunan (Anak)
Tujuan asasi dari orang-orang yang saleh dalam memperoleh
keturunan yakni memiliki anak yang menyembah Allah sehingga dia
memperoleh pahalanya setelah kematiannya.114
Untuk memperoleh hal
tersebut sesuai dengan syariat Islam yang sangat menganjurkan pernikahan,
bagi setiap manusia di muka bumi ini. Memperoleh anak dari pernikahan
menjadi dasar disyariatkannya perintah untuk menikah.
Sehingga pernikahan memiliki tujuan utama untuk membentuk
generasi Islam yang tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT dan
menjalankan sunnah Rosulullah. Dengan hal ini ketia seorang manusia telah
lahir dari sebuah pernikahan yang sah, maka ayah ibunya, suami istri
tersebut telah ikut serta dalam proses penciptaan generasi yang diridhai oleh
penciptaNya.115
Memperoleh keturunan dari pernikahan menjadi cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah, berikut ini tujuan memperoleh anak:
1. Mencari keridhaan Allah dnegan memperoleh anak, demi
mempertahankan kelangsungan jenis manusia.
113
Hasbi Indra,Op.cit.,h.74. 114
Syaikh Imad Zaki al Barudi, Tafsir Wanita terj Tafsir Al-Qur‟an al Azhim Li an Nisa
oleh Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka al Kausar.2003),h.168. 115
Halimah Alaydrus, Muhasabah Cinta, (Jakarta: Wafa Production, 2018), Cet.III, h.8.
37
2. Mencari keridhaan Rosulullah SAW.dengan memperbanyak umat,
yang kelak pada Hari Kiamat akan menjadi kebanggaannya di antara
umat-umat lain.
3. Mengharapkan berkah dan doa anak-anaknya yang saleh,
sepeninggalnya.
4. Mengharapkan syafaat dari anaknya apabila meninggal dunia
sebelumnya, yakni ketika belum mencapai usia dewasa.116
b. Penyaluran Gejolak Syahwat
Pernikahan bertujuan untuk memenuhi tuntunan syahwat. Demi
menjaga diri kita semua dari jerat-jerat setan dan agar tidak jatuh dalam
lumpur maksiat. Oleh sebab itulah Rosulullah bersabda,
“wahai para anak muda! barangsiapa di antara kamu mampu
untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Sebab dia lebih mampu
untuk menahan pandangan dan lebih mampu membentengi kemaluan.
Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia puasa saja,
sebab dia bisa menjadi penangkal.”117
Dari sabda Rosulullah diatas menyatakan bahwa pernikahan menjadi
anjuran agama untuk membentengi diri terhadap godaan setan, mematahkan
keinginan sangat kuat yang memenuhi pikiran, mencegah bencana akibat
dorongan syahwat, menundukkan pandangan mata dan menjaga kemaluan
dari perbuatan terlarang.118
c. Menggapai Ketenangan dan Ketentaram Hidup
Setiap manusia yang menikah sangat mendamkan ketenangan dan
ketentraman dalam hidupnya. Sebagaiaman yang telah dijelaskan dalam Al-
Qur‟an, Allah SWT juga memerintahkan untuk menikah. Tujuannya, agar
seseorang itu merasa tenang dan tentram karena ada yang melindunginya.119
Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur‟an surah ar-Rum ayat 21 :
116
Al Imam Abu Hamid al Ghazali, Menyingkap Hakikat Perkawinan terj. Kitab Adab an
Nisa oleh Muhammad Bagir, (Bandung: Mizan, 2014),h.25. 117
Ibid.,h.165. 118
Al Imam Abu Hamid al Ghazali, Op.cit., h.46. 119
Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), h.132.
38
ي ة وهي ءاياته أى خلق لكن ه ىد أفسكن أزواجا لتسكىا إليها وجعل بيكن ه
{١١ورحوة إى في ذلك أليات لقىم يتفكروى }
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS.
Ar Ruum ayat 21).
Ayat diatas merupakan garansi dari Allah SWT bahwa seorang yang
menikah dengan jalan yang benar dan sesuai syariat dan tuntunana Islam,
maka hidupnya akan menjadi tentram. Sehingga segala persoalan yang kita
hadapi juga bisa diselesaikan dengan mudah. Beberapa penelitian pun
menyatakan bahwa menikah dapat menghilangkan stres, lebih mampu
mengendalikan emosi, dan terhindar dari depresi.
Dikarenakan setelah menikah ke mana pun dan kapan pun bisa pergi
berdua dengan pasangan. Saat santai, bersama pasangan. Saat sakit pun, kita
adayang menemani. Demikian juga saat sedang galau, pasangan mampu
memberikan kesejukan.120
D. Akhlak Perempuan dalam Pernikahan
1. Kriteria Perempuan Idaman dalam Pernikahan
Menurut Imam al ghazali, sebagaimana dikatakannya dalam kitab
Ihya‟Ulum al Din, ada depalan ciri utama yang mesti ada pada diri seorang
perempuan agar ikatan pernikahannya menjadi langgeng, yaitu :
a. Agama
Seorang perempuan atau seorang istri hendaknya tidak malu untuk
belajar tentang agama,121
karena rumah tangga yang dikepalai oleh istri yang
120
Abdul Syukur al-Azizi, Sakinah Mawaddah wa Rahmah, (Yogyakarta: DIVA Press,
2017), h.106-107. 121
Zaitunah Subhan, Al-Qur‟an dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender dalam
Penafsiran,(Jakarta: Prenada Media Group,2015), h.83.
39
beragama dan berpendidikan adalah laksana surga di dunia.122
Sehingga
Rosulullah SAW.selalu menekankan kepada kaum laki-laki untuk mencari
calon pendamping hidup yang agamanya kuat.123
yaitu mampu menjalankan
ajaran agama-agamanya dengan baik.124
b. Akhlak yang Baik
Perempuan yang memiliki akhlak yang baik, akan membawa suami
dan anak-anaknya untuk senantia taat dan patuh kepada perintah Allah SWT
dan menjauhi larangnnya. Karna sebaik-baiknya manusia adalah yang baik
akhlaknya. Sedangkan Istri yang berakhlak buruk selalu mengucapkan kata-
kata yang tidak baik, tidak mau mensyukuri nikmat Allah, dan lebih banyak
mendatangkan kesusahan ketimbang kebahagiaan dan ketenangan. Sebagian
oarang Arab mengatakan:
“Janganlah engkau menikahi enam macam perempuan, yaitu
perempuan yang suka mengeluh, perempuan yang selalu mengungkit-
ungkit kebaikan suami, perempuan yang lebih bersimpati pada laki-
laki lain, perempuan yang selalu menginginkan segala sesuatu dan
membebani pundak laki-laki, serta perempuan yang banyak bicara.”125
c. Wajah yang Cantik
Kecantikan pada diri wanita sering mendorong keinginan kaum laki-
laki untuk mengawininya, walaupun mengabaikan agamanya. Memang tak
dapat disangkal bahwa kecantikan seorang istri sering merupakan
pendorong timbulnya kemesraan dan kecintaan.126
Adapun perintah untuk
memperhatikan agama perempuan dalam pernikahan, namun sama sekali
tidak melarang seseorang untuk mencari perempuan yang berwajah cantik
untuk dijadikan istri.
d. Mahar yang Ringan
Perempuan yang memudahkan calon suaminya untuk menikah,
dengan mahar yang ringan adalah sebaik-baiknya perempuan. Hal ini
berdasarkan yang diriwayatkan Aisyah r.a, Rosulullah saw. Bersabda:
122
Hamka,Op.cit., 123
Abd Qadir Mansur,Op.cit., h.211. 124
Ibid.,h.210. 125
Abd Qadir Mansur, Buku Pintar Fikih Wanita, h.212. 126
Al Imam Abu Hamid al Ghazali, Op.cit., h.94.
40
“Perempuan yang membawa berkah adalah yang mudah
menikahinya dan sedikit maharnya.”127
e. Bisa Melahirkan Banyak Anak (Tidak Mandul)
Memiliki keturunan merupakan tujuan dari pernikahan. Berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan al Nasa‟i dari Ma‟qal ibn
Yasar, Rosulullah SAW.bersabda,
“Nikahilah perempuan yang bisa melahirkan banyak anak (al-
walid) dan yang penyayang (al-wadud).”
Kondisi kesehatan reproduksi calon istrinya menjadi hal yang perlu
diperhatikan bagi seorang laki-laki jika ingin menikahi seorang perempuan,
yakni Sehingga dijelaskan dalam Ihya‟ Ulum al-Din. Al-Ghazali
mengatakan. “ jika dia belum pernah memiliki suami, sedangkan kondisi
dan keadaannya tidak diketahui secara pasti, hendaknya laki-laki yang mau
menikahinya memerhatikan kesehatan dan waktu mudanya.jika dia sehat
dan masih perawan, biasanya dia bisa melahirkan banyak anak.”128
f. Masih Perawan
Perempuan yang masih peawan atau belum pernah berhubungan
dengan laki-laki sebelum pernikahan, menunjukan dirinya patuh kepada
perintah Allah SWT. untuk tidak mendekati perbuatan zina. Sehingga ikatan
pernikahan menjadi kuat dan cinta yang istri berikan kepada suaminya lebih
tulus. Sebagaimana sabda Rosulullah ketika Jabir bin abdullah r.a menikahi
seorang janda :
هال بم ؼبا و ثال ؼبم
“Mengapa bukan perawan sehingga kamu dapat bercumbu
(lebih mesra) dengannya, begitu pula sebaliknya.”
Perempuan yang masih perawan tidak punya pengalaman dengan
lelaki lin, maka dia akan merasa puas dengan suami pertamanya. Dia juga
127
Abd Qadir Mansur, Op.cit., h.216. 128
Farid Nu‟man Hasan, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2019),
h.218.
41
tidak akan membandingkan anatar suaminya dengan lelaki lain. Dia lebih
mudah diatur.129
g. Nasab atau Keturunan yang Unggul
Perempuan sebagai ibu bagi anak-anaknya, menjadi pendidik pertama
terhadap anak-anaknya. Sebagai pendidik, seorang ibu mendapatkan
pengalaman yang diperolehnya dari proses didikan orang tuanya terdahulu
serta harus menimba ilmu sebanyak-banyaknya sebagai bekal seorang ibu
untuk diajarakan kepada anak-anaknya.
Seorang perempuan atau ibu jika didik oleh keluarga yang baik, tentu
saja dia akn mendidik anak-anaknya dengan cara yang baik pula begitu pula
sebaliknya.130
Didikan atau pergaulan ayah bundanya terutama bundanya
seketika kecilnya sangat menentukan tingkah laku anak.131
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-Daylami dalam kitab
Musnad al-Firdaus, dan Abu Musa al-Maidani dalam kitab Tadhyi‟ al-
„Umr wa al-Ayyam diriwaytkan pula oleh Anas bahwa Nabi bersabda :
“Nikahilah perempuan dari keluarga yang shaleh, sesungguhnya
keturunan itu sangat menetukan.”
h. Bukan dari Kerabat Dekat Suami
Dalam kitab al-Mughni dijelaskan, alasan lebih dipilihnya perempuan
asing untuk menjadi istri adalah bahwa anak yang akan dilahirkan itu lebih
kuat dan cerdas. Oleh karena itu dikatakan : “nikahilah perempuan-
perempuan yang asing dan jangan menikahi perempuan-permepuan yang
kan memberimu anak yang lemah.”132
129
Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Ensiklopedia Etika Islam: Begini Semestinya
Muslim Berprilaku, terj. Mausu‟ah Al-Adab Al-Islamiyyah Al-Murattabah Ala Al-Huruf Al-
Hijaiyyah oleh Muhammad Isnaini, (jakarta; Maghfirah pustaka, 2005), h.502-503 130
Farid Nu‟man Hasan, Fikih perempuan Kontemporer, h.219. 131
Hamka, Lembaga, h.280. 132
Farid Nu‟man Hasan, Op.cit., h.219.
42
2. Perempuan dalam Memilih Calon Suami
Diantara wujud penghormatan Islam terhadap wanita adalah
memeberikannya hak untuk memilih suami. Orang tua tidak boleh memaksa
putrinya untuk menikah dengan lelaki yang tidak disenangi, namun dalam hal
ini tetap memerlukan nasihat dan bimbingan dari kedua orang tua, demi
kebaikan dirinya. Berikut ini tujuan Islam memberikan kebebasan kepada
wanita memilih calon suami, yaitu :
1. Sebagai pengakuan terhadap nilai dan martabat wanita, dan ia bukanlah
komoditi yang bisa diperjualbelikan oleh walinya.
2. Agar tercapai kesepakatan yang merupakan salah satu dasar dari
kebahagiaan suami istri, bila perkawinan itu berlangsung melalui pilihan
masing-masing dan suka sama suka.
3. Bila wanita dipaksa untuk kawin dengan lelaki yang ia tidak cintainya,
itu berarti kegagalan dalam kehidupannya, untuk itu islam meletakkan
batas dan ketentuan agar perkawinan dilandasi dengan kasih sayang,
ketenangan dan kemantapan. Hal ini tidak akan tercapai bila perkawinan
dipaksakan.133
Setiap perempuan menginginkan mendapatkan pasangan calon suami yang
ideal, yaitu wajah yang ganteng dan rupawan, memiliki harta yang melimpah,
memiliki pekerjaaan yang halal dan baik, cerdas dari aspek pendidikan, berasal
dari keluarga yang baik, sehat secara lahir dan bathin, berakhlak mulia, hingga
taat dalam beribadah, serta bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai suami.
Bila mengalami kesulitan untuk memilih pendamping hidup yang ideal seperti
yang telah dijelaskan, pilihlah yang perangainya baik dan taat dalam beribadah
kepada Allah SWT.
133
Sa‟id „Abdu L-Aziz Al Jandul, Wanita dibawah Naungan Islam, terj. al-Jinsu‟n na‟im fi
zhillil islam oleh Syafril Halim, (Jakarta: CV. Firdaus, 1991),h.55.
43
3. Hak dan Kewajiban Suami Istri
a. Hak Suami atas Istri
1. Ditaati oleh istri dalam hal-hal yang tak melanggar syariat Islam
(maksiat). Dalam melaksanakan urusan rumah tangga selama suami
menjalankan ketentuan-ketentuan Islam yang berhubungan dengan
kehidupan suami istri.
2. Suami berhak merasa aman dikarenakan istri mampu menjaga harta
suami, serta mengatur nafkahnya untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, yakni dengan tidak boros dalam berbelanja kebutuhan rumah
tangga. Serta meminta izin ketika ingin membelanjankannya.134
3. Suami berhak merasa tenang dikarenakan istri mampu menjaga
dirinya (kehormatan diri) dengan tidak berdandan dan berhias yang
terlalu mencolok ketika keluar rumah, tidak menerima tamu laki-laki
ketika suami tidak dirumah.
4. Suami mendapatkan pelayanan yang baik dari istri dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan suami, misalnya, dengan menyiapkan
keperluan makan dan pakaian suami, tidak menolak jika diajak
berhubungan suami istri kecuali ada alasan syar‟i serta menjaga
penampilan, sikap dan perilaku saat di rumah sehingga membuat
suami nyaman di rumah.135
5. Suami berhak mendapatkan perlakuan baik untuk orang tua dan
kerabat suami dari istrinya serta dijaga rahasia dan kekurangan
suami oleh istrinya.136
6. Membantu suami dalam mendidik anak137
134
Mahmud Ash Shabbagh, Keluarga Bahagia dalam Islam terj. As-Sa‟adah Az-Zaujiyah
Fil Islam, (Yogyakarta: CV Pustaka Mantiq,1993), h.160. 135
Zaenal Arifin dan Muh Ansori, Fiqih Munakahat, (Jawa Barat : CV Jaya Star Nine,
2019), h.128. 136
Ibid, h.129. 137
Kasmuri Selamat, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan Perkawinan),
(Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h.73.
44
7. Istri hendaknya menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang
dapat menyusahkan suami dan tidak menunjukan keadaan yang tidak
senangi suami.138
b. Kewajiban suami atas Istri
1) Memberi maskawin (Mahar)
Maskawin atau mahar adalah pemberian suami kepada istrinya
sebelum, sesudah atau padawaktu berlangsungnya akad sebagai
pemberian wajib yang tidak dapat diganti dengan lainnya. Maskawin
adalah imbangan untuk dapat menjima‟ istri dan sebagai tanda
kerelaannya untuk digauli oleh suaminya serta memperkokoh ikatan
batin dan menimbulkan kasih sayang dari istri ke suami sebagai teman
hidup.139
2) Memberikan pembinaan terhadap istri baik secara mental
(membentuk sikap dan kepribadian istri) dan spriritual
(menguatkan keimanan dan ketakwaan istri) untuk menjalankan
bahtera rumah tangga.
3) Memberikan Nafkah atas Istri
Diantara kewajiban seorang suami atas istri untuk memenuhi hak
istrinya adalah kewajiban memberi nafkah. Pemberian nafkah atas istri
tidak akan berhenti selama ikatan pernikahan tidak terputus. Dan
didalam pasal 80 KHI menyatakan bahwa dari penghasilan seorang
suami harus menanggung keperluan hidup berumah tangga sesuai
kemampuannya diantaranya : nafkah, kiswah (pakaian), dan tempat
kediaman bagi istri, selain itu suami juga wajib menanggung biaya
kebutuhan rumah tangga, biaya perawatan, biaya pengobatan bagi istri
dan anak serta biaya pendidikan bagi anak.140
138
Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta : PT Raja Grafindo,
2009), h.158. 139
Zaenal Arifin dan Muh Ansori, Op, cit., h.129. 140
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016)
h.115-116.
45
4) Melakukan pergaulan yang baik141
Suami harus melakukan pergaulan yang baik terhadap istrinya.
Suami harus bersikap lembut dan penuh kebaikan dalam ucapan
maupun perbuatan, seperti memberikan perhatian, memberikan
panggilan yang baik untuk istri, bercanda mesra dengan istri, berkata
jujur dan berprilaku adil terhadap istri. Dan tidak menyakiti baik
dengan kekerasan fisik ataupun bathin dari ucapan maupun perbuatan
suami terhadap istri. Bahkan sikap suami dapat menjadi tauladan yang
baik bagi istrinya.
c. Hak Istri atas Suami
1. Mendapatkan mahar dari suami
2. Mendapatkan nafkah dari suami
3. Mendapatkan hak waris
Istri berhak mendapatkan hak waris ketika suaminya meninggal
dunia, Islam telah mengaturnya sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam al Qur‟an :
بػ مم فوك امر ن كن مهن ول فا هن ول م يكن م ن م
ا ترنن ومك هصف ماترك أزواجك ا
فا ك ول م يكن م ن م
ا ترنت ا بػ مم ن كن مك من بؾد وصية يوصني بأأودين ومهن امر
يورث لكل ن كن رجلن بؾد وصية ثوصون بأأودين وا ا ترنت م فوهن امثمن مم ول
ن كهوا أنث من ذل دس فا نما امس فوك واحد م ول أخ أوأخت فهم أو امرأة
ن هللا وهللا ؽومي كء ف امثوث من بؾد وصية يوص بأأودين غي مضأر وصية م ش
{ {١١حومي
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai
anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar
141
Zaenal Arifin dan Muh Ansori, Op, cit.,h.133.
46
hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika
seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang
saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari
kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat
olehnya atau atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak
memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang
demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (QS. An Nisa ayat
12)
4. Mendapat keadilan dalam poligami
Hak istri yang dipoligami mendapatkan keadilan dari suami.
Dalam hal material yakni membagi tempat, waktu bersama istri-istri,
dan juga adil dalam memberi nafkah serta keadilan dalam pemberiaan
perasaan sayang, cinta dan kasih sayang.142
d. Kewajiban Istri terhadap Suami
Dalam agama Islam berikut ini kewajiban istri terhadap suami :
1. Taat dan berbakti kepada suami
Taat dan berbakti kepada suami, hormat dan tunduk kepada suami
merupakan akhlak yang baik dengan mementingkan, memperhatikan
urusan suami dan memelihara hak-haknya dari pagi sore dan malah
hari, memberikan kasih sayang, kelembuatan dan kesejukan hingga
142
Ibid., h.140
47
mendatangakan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan suami. Hal
tersebut sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur‟an :
ل هللا بؾضهم ؽل بؾض وبمأأهفلوا من سأء بما فض امون ؽل ام امرجال كو
امحات كاهت ات حافغات نوغيب بما حفظأموامهم فامص
{٠٣} هللا واالت
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu
maka Wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka) ....... (QS Al Baqarah ayat 34).
2. Istri wajib minta izin terlebih dahulu kepada suaminya ketika
hendak keluar rumah. Istri yang amanah dan berbakti adalah istri
yang senantiasa menjaga kehormatan diri dan suaminya, terutama
ketika suaminya tidak ada dirumah. Seorang istri yang amanah
tidak akan keluar rumah tanpa keperluan yang mendesak tanpa
seizin suami. Bahkan, untuk pergi ke masjid pun, seorang istri
harus meminta izin kepada suami.
3. Seorang istri tidak boleh membiarkan rumahnya dimasuki oleh
laki-laki lain kecuali atas izin suaminya.143
Terutama tamu yang
dibenci suaminya ke dalam rumah, apalagi bermesraan dengan
lelaki lain.144
Maka dari itu istri senantiasa menundukan
pandangan pada lelaki yang lain.Wanita muslimah yang bertakwa
kepada akan selalu menundukkan pandangan pada pria lain , hal
ini merupakan bentuk pengamalan dari firman Allah dalam Al-
Qur‟an :
143
Ibid,h.306. 144
Adi Junjunan,Op.cit.,h.7.8
48
فغن فروجن واليبدين زيتن ومؤمات يغضضن من أبصارهن وي وكل ن
ن واليبدين زيتن مرهن ؽل جيوب الماعهر منا وميضبن بن أو ا ال مبؾوهتن أو ءابأئ
ا
ن أو خوانن أو بن ا خوان
ن أو أبيأء بؾوهتن أو ا ن أو ءابأء بؾوهتن أو أبيأئ بن أخوات
ن أو ماموكت أيمانن أو امتاب ين مم وسأئ فل ال ربة من امرجال أو امطؾني غي أول اال
ل فني من زيتن وثوبوا ا سأء واليضبن بأرجوهن ميؾل ماي هللا يغهروا ؽل ؼورات ام
ه اممؤمون مؾوك يؾا أي {٠١} ثفوحون ج
Katakanlah kepada wanita yang beriman:"Hendaklah
mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan
mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka
kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah
menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera
mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan bertaubatlah
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung. (QS. An Nuur:31)
Wanita yang menahan pandangannya pada pria lain (bukan
suami) termasuk wanita baik-baik (tidak liar), suatu sifat yang disenangi
oleh kaum pria karena merupakan bukti kebersihan perasaan dan
terpeliharaan dirinya serta keselamatan penglihatannya. Bahkan sifat ini
49
merupakan sifat yang paling baik atau suci bagi wanita yang memiliki
iffah (kesucian diri).
4. Istri tidak menceritakan wanita lain kepada suaminya
Seorang istri hendaknya tidak menceritakan wanita lain kepada
suaminya, baik temannya maupun kenalannya. Hal ini dilarang didalam
Islam dikarenakan Islam menginginkan ketenangan hati dan pikiran,
tidak kegelisahan oleh khayalan dan pikiran yang akan dapat
membandingkan istrinya dengan wanita lain yang dapat
menguncangkan perasaan atau hati, sehingga ia tidak berkonsentrasi
dan tidak tenang melakukan aktifitas kerjanya, yang juga akan
mengakibatkan timbulnya fitnah dan penyelewengan bahkan
perselingkuhan.145
5. Istri berhias atau menjaga penampilan hanya untuk suami
Istri yang membiarkan dirinya kumal, memakai pakaian lusuh dan
tidak sedap dipandang oleh suami, sementara ketika menyambut tamu
atau keluar rumah untuk menghadiri suatu acara atau pertemuan, ia
berdandan rapih adalah istri yang durhaka kepada suami.146
Selalu
menutup aurat selain kepada suaminya.147
Sehingga Istri senantiasa
bersih, baik badannya, pakaiannya penampilannya maupun
kemolekannya.148
Maka dari itu seorang perempuan yang telah menikah dan
memiliki anak harus tetap menjaga penampilannya agar cantik dan
menarik serta menyenangkan hati jika dipandang suami. Hendaknya
senantiasa berdandan dan bersolek, namun yang harus menjadi
perhatian perempuan ialah yang ia lakukan hanya menyenangkan hati
suami, bukan untuk menjadi pusat perhatian lawan jenis selain suami.
145
Muhammad Ali Hasan, Op.cit., h.169-170 146
Ibid, h.166-167 147
Butsainah as-Sayyid al-Iraqi, 1000 Tips Menikmati Surga Rumah Tangga terj. Alfu
Fhaiqah Lissa‟adatiz Zaujiyah oleh Najib Junaidi, (Surabaya: CV Fitrah Mandiri, 2006), Cet II, h. 148
Ibid, h.75.
50
6. Berilah perhatian sepenuhnya ketika suami mengajak berbicara.
149
Ketika suami mengajak berbicara, istri berkewaiban
memperhatikan pembicaraan secara baik dan seksama. Sehingga istri
tidak boleh meninggalkan suami yang sedang berbicara. Istri juga tidak
boleh membantah suaminya dengan keras, bersikaplah yang bijaksana.
untuk sementara sebaiknya mengikuti kehendak suaminya, setelah
suasananya memungkinkan kalau pertimbangkan suami itu tidak cocok,
ajukan suatu pertimbangan lain dengan cara yang sabar dan bijaksana
sehingga tujuan kedua pihak bisa tercapai.
Namun, yang harus diperhatikan apabila dalam kondisi suami
marah karena suatu hal, hendaklah istri berlaku sabar dan diam untuk
sementara, jangan dibantah atau ditentang karena dapat menimbulkan
suasana yang semakin tegang dan panas yang akan mengganggu
kehidupan rumah tangga. Ataupun dalam kondisi istri sedang marah
dengan suami jangan terlalu banyak adu argumentasi dan berdebat
dengan suami, dan menghitung-hitung kesalahan suami hanya akan
menumbuhkan kebencian dan memperburuk hubungan.
7. Berhati-hati dalam menyampaikan persoalan keluarga, terutama
ketika suami sedang kelelahan. Carilah waktu yang tepat dan
rileks. Istri juga harus berusaha menciptakan suasana damai yang
dibutuhkan suami.150
8. Istri tidak meminta bercerai tanpa alasan syar‟i151
Wanita muslimah yang paham ajaran agamanya tidak boleh lupa
bahwa diantara amalnya yang paling baik setelah beribadah, adalah
keberhasilannya mengambil hati suami atau menyenangkan hati suami.
Yakni istri membuat suami merasa senang dan sejuk hatinya bersama
dengannya.
149
Hujaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, h.111-112. 150
Veithzal Rivai Zainal, h.234 151
Adi Junjunan, Energi Cinta untuk Keluarga, (Jakarta: Niaga Swadaya, 2009), h.78.
51
9. Menyenangkan Hati Suami
Dalam menyenangkan hati suami, istri memperhatikan
penampilan dan pakaian suami dengan memberitahu suami tentang
pakaian tertentu yang ingin ia kenakan, dan pilihkanlah pakaian yang
akan suami kenakan serta menemani ketika suami memakai pakaian
hingga keluar rumah.152
Mengetahui dan memberikan pelayanan terbaik
untuk makanan kesukaan suami. Selain itu perhatikan hidangan
makanannya agar siap saji begitu suami pulang dari pekerjaannya.
Supaya dia tidak merasa muak dan bosan menunggu.153
Istri
menyambut suami pulang kerja (mencari nafkah) dengan mesra dan
berwajah ceria, gembira dan senyuman yang manis untuk melenyapkan
keletihan dan beban pikiran suami. Istri dilarang membanding-
bandingkan suami dengan pasangan orang lain, atau mengunggulkan
suami tetangga dihadapan suami.
Istri harus bisa menyenangkan hati suami dengan menjaga
perasaan suami sehingga jangan pernah sekali-kali seorang istri
membandingkan suami dengan orang lain, hal ini tentu saja akan
melukai hati suami, karena seorang suami tentu saja ingin terlihat baik
di depan mata dan hati istrinya. Istri yang mau berterima kasih kepada
suaminya dan mau bersyukur kepada Allah SWT. Selalu berusaha
mencari sesuatu yang menyenangkan suaminya dengan kecantikan
jasmani, rohani dan akalnya,154
baik dalam bentuk pakaian, makanan
maupun tingkah laku.155
10. Istri yang pandai mengontrol rasa cemburu
Setiap manusia memiliki rasa cemburu, baik wanita maupun laki-
laki. Cemburu adalah potensi kebaikan yang disebut dengan ghirah.
Rasa ini mampu menggerakkan hati ketika mata melihat sesuatu yang
152
Butsainah as-Sayyid al-Iraqi, 1000 Tips Menikmati Surga Rumah Tangga, h.86-87. 153
Ibid. h.97. 154
Ibid.,h.73. 155
Ibid.h.78.
52
tidak baik dan tidak menyenangkan. Dalam kehidupan rumah tangga,
cemburu adalah bumbu Yng menambahkan cita rasa dalam racikan
kasih sayang suami istri. Tanpa cemburu, cinta bisa saja menjadi
hambar. Namun, cemburu pun perlu diletakkan pada tempatnya dan
dikontrol agar tidak liar dan menjadi bibit-bibit kehancuran rumah
tangga. Ibarat api, cemburu bisa berkobar dan membakar istana cinta
sehingga menjadi aarng dan abu. Karenanya istri yang menyadari ini
akan pandai menjaga perasaannya dan prasangkanya.156
11. Tidak Melakukan Puasa Sunnah Kecuali Izin Suami
Jika seorang suami ada dirumah, istri hendaknya meminta izin
ketika ingin berpuasa sunah, hal ini di lakukan untuk mengantisipasi
apabila suami mengajak istri untuk melakukan kewajibannya di siang
hari. Karena melayani suami merupakan tanggung jawab yang harus di
laksanakan oleh istri. Akan tetapi jika istri melakukan puasa untuk
mengganti puasa wajib maka suami tidak boleh melarang istri untuk
melakukan puasa tersebut.
12. Berbuat baik kepada mertua dan keluarga suami
Berbakti kepada mertua atau orang tua dari suami dan
menghormati keluarga suami merupakan bentuk bakti dan taat kepada
suami. Wanita muslimah yang mengerti agamanya tahu bahwa manusia
yang paling besar haknya untuk ditunaikan oleh seorang pria adalah
ibunya. Maka seorang muslimah akan selalu membantu suaminya untuk
berbakti kepada ibunya dengan cara menghormati ibunya tersebut.
Seorang istri muslimah harus mempergauli orang tua suami
(mertua) dengan lembut dan dengan sikap yang terpuji serta
menghadapi dengan bahasa atau cara yang lebih baik, yaitu dengan cara
memelihara keseimbangan hubungan dengan mertua dan juga suami.157
13. Istri Mendukung suami dalam Melakukan Kebaikan
156
Misran Jusan dan Armansyah, Op.cit, h.308-309. 157
Op.cit,.h.150-151
53
Istri membantu suami untuk mentaati Allah dengan mengingatkan
suami untuk melakukan amal-amal yang enggan ia kerjakan atau lupa
dengan cara yang baik. Selain itu seorang istri mendukung suami
mencari nafkah yang halal. Istri membantu suami dalam
menyumbangkan pemikiran, pendapat, dorongan, yang meneguhkan
untuk membantu suami agar menggelorakan semangat hidup dalam
mencari nafkah yang halal dan memotivasinya agar ia mampu
menunaikan tugas hidupnya.
Istri mendukung suami untuk mengeluarkan harta di jalan Allah
(bersedekah), bukan untuk berfoya-foya dan bersenang-senang. Namun
dalam hal mengeluarkan harta di jalan Allah swt. istri tidak
mengeluarkan harta suami sedikit pun kecuali dengan izin suami (baik
digunakan untuk shodaqoh atau berinfak maupun untuk kebutuhan
sehari-hari).Semua ini bergantung kepada izin dan kerelaan dan
keridhaan sang suami. Bila seorang istri berinfak dengan seizin suami,
tetapi suaminya itu tidak menyuruhnya, maka sang istri mendapat
setengah dari pahala infaq tersebut. Sedangkan jika tanpa seizin
suaminya maka ia mendapat dosa. Apabila istri menginfakkan uang
suaminya pada saat suaminya tidak berada disisinya namun jika suami
mengetahui tindakannya bersedekah dengan uang jerih payahnya,
suaminya tidak akan marah dan bahkan meridhainya, maka
diperbolehkan bagi istri mengeluarkan infak tersebut.158
4. Perbuatan Buruk Istri terhadap Suami
Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang istri yang berprilaku dan
tindaknya dianggap durhaka sebagai berikut :
1. Suami sudah menyediakan tempat tinggal dan istrinya tidak mau
menempatinya tanpa alasan yang jelas, atau seorang istri sering keluar
rumah tanpa izin dan restu dari suaminya, dan tidak ada keperluan yang
sangat mendesak (darurat).
158
Muhammad Ali Al Hasyimi, Jati Diri Seorang Muslim terj. Syakhshiyyatul Mar‟ah Al-
Muslimah Oleh M Abdul Ghoffar, (Jakarta : Al Kausar, 2012), h.155.
54
2. Suami istri tinggal di rumah milik istrinya kemudian istrinya mengusir
suaminya tanpa alasan yang jelas dan dibenarkan oleh syariat agama
3. Suami yang sudah mampu menyediakan rumah untuk istrinya namun
istrinya masih bertahan di rumah rang tuanya dan tidak mau pindah tanpa
alasan yang jelas juga.
4. Seorang istri melakukan pekerjaan tanpa dibarengi suaminya atau
muhrimnya meskipun perjalanannya yang dilakukan merupakan kewajiban
agama seperti menunaikan ibadah haji, karena perjalanannya seorang istri
yang tidak disertai suaminya atau muhrimnya termasuk perbuatan
maksiat.159
Seorang suami yang telah mendapati tanda-tanda atau mendapatkan
informasi dari orang lain bahwa istrinya bertindak tanduk yang mengarah
durhaka kepada suaminya maka suami yang bersangkutan secepatnya
memberikan nasihat dengan menggunakan komunikasi yang terbaik dan penuh
keterbukaan. Jika masih mengulangi kesalahan lagi maka tidakan yang harus
dilakukan suami adalah pisah tidur, tetapi perilaku istri masih berlanjut maka
sikap suami dibenarkan memukul istrinya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-
Qur‟an:160
فعظوىن واىجروىن ف المضاجع واضربوىن فإن تافون نشوزىن
{٤٣أطعنكم فالت ب غوا عليهن سبيال إن اهلل كان عليا كبيا }
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
menta'atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(QS. An Nisa ayat 34).
159
Muhammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta :
Darussalam, 2004), h.213. 160
Ibid., h.212.
55
E. Hasil penelitian yang Relevan
Dari hasil penelusuran mengenai penelitian terdahulu, diperoleh beberapa
masalah yang berkaitan dengan yang akan diteliti. Sehingga penelitian-
penelitian tersebut digunakan sebagai acuan untuk memahami Pendidikan
Akhlak untuk Perempuan dalam Pernikahan yang akan menjadi objek dalam
penelitian ini diantaranya adalah :
1. Gustin Ambarsih, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2019 dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-
Nilai Pendidikan Akhlak Untuk Peserta Didik Menurut M. Quraish
Shihab dalam Buku Yang Hilang Dari Kita : Akhlak”. Dalam skripsi ini
membahas ide dan gagasan perihal nilai-nilai pendidikan akhlak untuk
peserta didik menurut M. Quraish Shihab yang tertuang dalam buku
Yang Hilang dari Kita: Akhlak, Yaitu meliputi toleransi, kedisiplinan,
Al-Haya‟/malu. Ada beberapa sopan santun untuk peserta didik yang
juga terkandung dalam buku Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Yaitu sopan
santun terhadap Allah swt, sopan santun terhadap Ibu-Bapak, sopan
santun murid dan guru, sopan santun terhadap sahabat/teman dan sopan
santun terhadap berbicara.
Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis terletak pada
kesamaan dalam menggunakan penelitian kepustakaan yaitu library
research, dan sama-sama variabelnya melibatkan tokoh M. Quraish
Shihab. Sedangkan perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis
terletak pada masalah yang dibahas dalam penelitian. Skripsi karya Gusti
Ambarsih membahas masalah Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak untuk
Peserta Didik sedangkan skripsi penulis membahas masalah Pendidikan
Akhlak Perempuan dalam Pernikahan.
2. Siti Muhadiroh, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
tahun 2018 dalam skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak
Istri terhadap Suami dalam Kitab al-Mar‟ah ash-Sholihah Karya KH
Masruhan al Maqhfuri”. Dalam penelitian ini membahas tentang
menunjukkan bahwa konsep pendidikan akhlak istri terhadap suami
dalam kitab Al-Mar‟ah Ash-Shalihah yaitu di dalam suatu rumah tangga
56
hendaknya memiliki hubungan komunikasi yang baik, seorang istri harus
menjaga kehormatan baik pada dirinya maupun suaminya, menjaga
penampilan diri agar suami merasa betah jika berada di dekat istri,
meminta izin suami ketika ingin pergi keluar rumah serta taat terhadap
perintah suami.
Persamaan skripsi karya Siti Muhadiroh dengan skripsi penulis
terletak pada kesamaan dalam permasalahan yang diteliti yakni
pendidikan akhlak dan sama-sama menggunakan penelitian kepustakaan
yaitu library research. Sedangkan perbedaan skripsi tersebut dengan
skripsi penulis adalah jika skripsi karya Siti Muhadiroh membahas
konsep pendidikan akhlak Akhlak Istri terhadap Suami dalam Kitab al-
Mar‟ah ash-Sholihah Karya KH Masruhan al Maqhfuri sedangkan
penelitian penulis Konsep pendidikan akhlak perempuan dalam
pernikahan menurut M. Quraish Shihab.
3. Moh Ali Mashudi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Surabaya tahun
2014 dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak
Perempuan Shalihah Perspektif al-Qur‟an dan Relevansinya dengan
Realitas Kehidupan Perempuan Modern (Studi tentang Nilai-nilai
Pendidikan Akhlak Perempuan Salihah dalam Qur‟an Surah al-Nisa‟ ayat
34, 35, 36 dan al-Ahzab ayat 59 Perspektif Tafsir Perspektif Tafsir Ibnu
Kathir, al-Azhar, dan al-Misbah)”. Dalam skripsi ini membahas tentang
nilai-nilai pendidikan akhlak perempuan shalihah yang terkandung dalam
surat al-Nisa‟ ayat 34, 35, 36 dan al-Ahzab ayat 59, antara lain: Taat
kepada Allah, taat kepada suami, berbuat baik kepada orang tua, karib
kerabat, anak yatim dan fakir miskin, tetangga, teman sejawat, ibnu sabil,
para budak serta perintah memakai jilbab. Kedua, pendidikan akhlak
perempuan salihah dalam ayat tersebut masih sangat jauh dari kata relevan
dengan realitas kehidupan perempuan modern sehingga memang sangat
penting untuk ditanamkan, dikembangkan dan diajarkan kepada generasi
muda.
Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis terletak pada
kesamaan dalam permasalahan yang diteliti yakni pendidikan akhlak
57
perempuan dan sama-sama menggunakan penelitian kepustakaan yaitu
library research. Sedangkan perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi
penulis adalah jika skripsi karya Moh Ali Mashudi membahas pendidikan
akhlak perempuan perspektif Al-Qur‟an dan relevansinya dengan realitas
kehidupan perempuan modern sedangkan penelitian penulis pendidikan
akhlak perempuan menurut M. Quraish Shihab.
Kesimpulan dari 3 judul skripsi yang penulis ambil dengan tujuan untuk
mengkomparasi atau membandingkan dengan skripsi yang penulis buat, secara
khusus skripsi-skripsi itu dibuat dengan metode kualitatif . Perbedaan
penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian di atas, penulis ingin
memaparkan bagaimana “Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan dalam
Pernikahan Menurut Quraish Shihab”. Dalam penelitian yang penulis buat
memaparkan terkait akhlak-akhlak perempuan dalam pernikahan yakni dalam
menjalankan peranannya sebagai seorang istri terhadap suami. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian kepustakaan (library Research) dengan
pendekatan tehnik analisis deskriptiif. Untuk pengumpulan data dilakakan
dengan cara membaca, menelaah buku-buku, majalah, surat kabar dan bahan-
abahan informasi lainnya, terutama yang berkaitan dengan judul skripsi yang di
buat oleh penulis.
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah mengenai Konsep Pendidikan Akhlak
Perempuan dalam Pernikahan Menurut Quraish Shihab. Dalam penelitian ini
objek yang dibahas adalah pandangan M. Quraish Sihab mengenai pendidikan
akhlak bagi perempuan dalam pernikahan.
Adapun pengaturan waktu penulis dalam melakukan penelitian di mulai
sejak bulan Agustus sampai dengan bulan November 2019, digunakan untuk
mengumpulkan berbagai macam sumber-sumber tertulis yang berupa buku-buku,
jurnal, dsb yang terdapat di perpustakaan, internet serta sumber yang mendukung
penelitian, terutama yang berkaitan dengan pendidikan akhlak perempuan dalam
pernikahan menurut M.Quraish Shihab, sebagai penguat dalam penulisan skripsi
ini. Kemudian menyusun dan menganalisi data-data dari sumber-sumber yang
telah ditemukan dalam bentuk penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode library
research atau penulisan berdasarkan literature dan metode studi dokumentasi.
Studi dokumentasi atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada
analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteknya. Penelitian ini
untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang dalam buku atau naskah-naskah
yang terpublikasikan.161
Metode studi dokumentasi ini digunakan untuk menggali pemikiran
M.Quraish Shihab yang tertuang dalam karya-karyanya yang berkaitan dengan
pendidikan akhlak, perempuan dan pernikahan. M. Quraih Shihab sebagai pakar
tafsir memiliki perhatian yang besar terhadap perempuan, terbukti ada beberapa
karya beliau yang membahas berkaitan dengan perempuan. Dalam hal ini penulis
akan meneliti perihal pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan yang
161
Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,2015), Cet. XXII, h. 2
59
menjadi fokusnya adalah akhlak istri terhadap suami yang tertuang di dalam
karangan M.Quraish Shihab terutama pada buku Pengantin Al Qur‟an :Kalung
Permata buat Anak-Anakku.
C. Fokus Penelitian
Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi
pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang
yang dipandang ahli.162
Selain itu fokus penelitian harus dapat pemusatan
konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian
harus diungkapkan secara jelas untuk mempermudah peneliti sebelum melakukan
penelitian adalah garis besar dari penelitian serta analisa hasil penelitian akan
lebih terarah.
Fokus penelitian pada penulisan ini adalah pemikiran Quraish Shihab yang
berkaitan dengan pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan, dan terfokus
pada akhlak yang harus dimiliki seorang istri terhadap suami yang berdasarkan
pemikiran dan pandangan Quraish Shihab.
Cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif analitik
adalah menjelaskan tentang pengertian dan konsep dari sumber yang berkaitan
sebagai penunjang terhadap pembahasan yang akan diteliti, baik berupa dalil-dalil
Al-Qur‟an dan Hadis dan juga disiplin ilmu pengetahuan lainnya yang menunjang
pembahasan penelitian.
D. Prosedur Penelitian
Dalam buku karangan Dr. Sugiyono dijelaskan bahwa metode penelitian
adalah cara ilmiah yang rasional, empiris, dan sistematis untuk mendapatkan data
dengan tujuan yang bersifat penemuan, pembuktian serta pengembangan yang
digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.163
Suatu
metode penelitian mempunyai rancangan penelitian tertentu. Rancangan ini
menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, sehingga
dengan rancangan atau prosedur tersebut dapat diketahui metode, jenis dan
162
Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011) ,
h. 378- 379 163
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Loc.cit.
60
pendekatan apa yang tepat untuk digunakan dalam penelitian tersebut. Adapun
proses yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :
E. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam Skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk
memperoleh data penelitian, dari berbagai macam teori yang diperoleh darim
kepustakaan. Selain itu dalam penyusunan penelitian skripsi ini menggunakan
pendekatan yang bersifat deskriptif.
Sebagaimana yang telah dikutip oleh Nazir, penelitian deskriptif yaitu
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.164
Selain itu,
penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan
deskriptif mengenai kata-kata maupun tertulis. Penelitian kualitatif adalah suatu
pendekatan yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individu atau kelompok.
Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan
konsep dari tokoh yang diteliti untuk memudahkan memahami dan
menghubungkan jalan pikiran maupun makna yang terkandung didalamnya secara
komprehensif.
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan informasi yang
berhubungan dengan tujuan penelitian, sehingga penulis membutuhkan dari
beberapa literatur yang digunakan yang terbagi menjadi dua sumber, diantaranya
:
a. Sumber Primer
Sumber primer yakni sumber data yang langsung berkaitan dengan
objek research. Dalam hal ini yang menjadi sumber primer adalah karya
164
Moh. Nizar, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999, cet. IV, hal 63-64.
61
M. Quraish Shihab yakni, Pengantin Al Qur‟an : Kalung Permata buat
Anak-Anakku. Karya M.Quraish Shihab, Jakarta : Lentera Hati, 2007
b. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang tidak langsung berkaitan
dengan tema pokok bahasan penelitian atau data yang diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Beberapa sumber data yang digunakan
penyusun untuk penelitian ini di antaranya seperti :
1. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut‟ah Sampai
Nikah Sunnah, Dari Bias Lama Sampai Bias Baru. Karya M.Qurasih
Shihab, Jakarta: Lentera Hati, 2005.
2. 1001 Tanya Jawab Seputar Perempuan. Karya M.Qurasih Shihab,
Jakarta: Lentera Hati, 2011
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, prosedur pengumpulan data menggunakan
pendekatan kepustakaan (Library Research). Sesuai dengan metode yang
digunakan, maka pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi.
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dalam kajian
ini penulis mengandalkan data yang bersumber dari dokumen yang penulis kaji,
yakni karya M. Quraish Shihab yang berkaitan dengan pendidikan akhlak
perempuan dalam pernikahan.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari dan
menganalisis literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian yang akan
diteliti dengan mengumpulkan sumber referensi berupa buku-buku, jurnal, dan
literatur ilmiah lainnya dari karya para pakar, intelektual, praktisi, maupun para
pengambil kebijakan yang berkompeten, yang mana karya-karya tersebut
mempunyai keterkaitan dengan kajian-kajian yang telah diteliti.
Dengan demikian, penulis melakukan pencarian dengan membaca karya-
karya M quraish Shihab terutama buku yang berjudul Pengantin Al Quran
62
sebagai sumber primer dan buku-buku karya-karya lainya seperti Perempuan:
Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut‟ah Sampai Nikah Sunnah, Dari Bias
Lama Sampai Bias Baru. Dan buku yang berjudul 1001 Tanya Jawab Seputar
Perempuan. Sebagai seumber sekundernya. Setelah penulis mendapatkan data
telah terkumpul, maka penelis menelaah secara sistematik dalam hubungannya
dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi yang akan
dipergunakan untuk bahan penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Sebagaiamana yang telah dijelaskan, sumber dan jenis data yang telah
diperoleh pada penelitiaan ini adalah data tertulis berupa teks book yang
memberikan informasi lebih tentang seorang tokoh M. Quraish Shihab serta
mengenai pandangan, pemikirannya mengenai pendidikan akhlak perempuan
dalam pernikahan terutama akhlak istri terhdap suami. Setelah memperoleh data-
data tersebut peneliti mengelola data tersebut dengan cara membacanya,
memahami, lalu menganalisis, kemudian menarik kesimpulan. Analisis data
menggunakan analisis isi (content analysis). Dengan fokus yang dikali dalam
penelitian ini adalah pendidikan akhlak perempuan dalam pernikahan terfokus
pada akhlak istri terhadap suami menurut M.Quraish Shihab.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Biografi M. Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16
Februari 1944.165
Ayahnya bernama Prof. KH Abdrurahman Shihab, seorang
ulama dan guru besar dalam bidang tafsir,166
dan Ibunya bernama Asma
Aburisah (1912-1984). Sebagai putra dari seorang guru besar, Muhammad
Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap
bidang studi tafsir dari ayahnya selalu disisakan waktunya, pagi dan petang,
untuk membaca Alquran dan kitab-kitab tafsir. Sering kali beliau mengajak
anak-anaknya duduk bersama. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah
menyampaikan petuah-petuah keagamaannya yang berupa ayat-ayat Alquran,
atau petuah Nabi, sahabat atau pakar Alquran.167
Saudara Kandungnya adalah Nur Shihab (1937), Wardah Shihab
(1942), Ali Shihab (1948), Umar Shihab (1939), dan Alwi Shihab (1946).
Muhammad Quraish Shihab memiliki seorang istri yang bernama Fatmawati.
165
M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan,1994),h.6 166
Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus
yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Beliau pun pribadi yang
berpikiran progresif, Abdurrahman percaya bahwa pendidikan adalah merupakan agen perubahan.
Sikap dan pandangannya yang demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya,
yaitu Jami‟atul Khair, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang
belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan pemikiran Islam.
Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki hubungan yang erat dengan sumber-sumber
pembaruan di Timur Tengah seperti Hadramaut, Haramaian dan Mesir. Banyak guru-guru yang
didatangkan ke lembaga tersebut, di antaranya Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan,
Afrika. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan
tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi
swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga
tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–
1977. Lihat Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di akses pada
tanggal 5 November 2019 di dapat dari http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab . 167
M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran....., h.14
64
Pasangan ini dikaruniai 5 orang anak yaitu Najeela Shihab168
, Najwa
Shihab169
, Nasya Shihab, Nahla Shihab, dan Ahmad Shihab.170
2. Pendidikan Quraish Shihab
Pendidikan formal Quraish Shihab dimulai dari sekolah dasar di Ujung
pandang. Setelah itu ia melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di
kota Malang sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al-Falaqiyah
di kota Malang.
Dikarenakan benih kecintaan kepada studi Alquran telah bersemayam
di jiwa Quraish Shihab sejak kecil sehingga, untuk mendalami studi
keislamannya, Quraish Shihab dikirim oleh ayahnya Prof. KH Abdrurahman
Shihab ke al-Azhar, Cairo, pada tahun 1958 diterima di kelas dua tsanawiyah
dan Quraish Shihab bersedia mengulang setahun untuk mendapatkan
kesempatan melanjutkan studi saya di jurusan tafsir, walaupun jurusan-
jurusan lainnya pada fakultas lain sudah membuka pintu lebar-lebar untuk
beliau. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada
Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih
gelar LC (setingkat sarjana S1). Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab
berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-
168
Najelaa Shihab lahir di Kota Surakarta, 11 September 1976, mempunyai panggilan akrab
Elaa. Najelaa dibesarkan dalam keluarga yang memiliki catatan penting dalam kontribusi terhadap
masyarakat luas. Najelaa adalah putri sulung dari M. Quraish Shihab seorang cendekia Muslim
Indonesia dalam ilmu-ilmu Alquran, seorang penulis, seorang ulama, dan mantan Menteri Agama
di Kabinet Pembangunan VII (1998). Abi, panggilan Najelaa kepada ayahnya, telah memberikan
pengaruh besar dalam perjalanannya selama ini dan banyak nilai positif keluarga yang membentuk
Najelaa seperti sekarang. Empat saudara kandung Najelaa lainnya adalah Najwa Shihab, Nasywa
Shihab, Ahmad Shihab, dan Nahla Shihab. Najelaa adalah seorang pendidik yang telah mendirikan
dan menginisiasi organisasi pendidikan sebagai bentuk kontribusi dalam reformasi pendidikan
Indonesia yang utuh melalui karya-karya nyatanya. 169
Najwa Shihab, S.H. yang akrab dipanggil Nana (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 16
September 1977; umur 42 tahun adalah mantan pembawa acara berita di stasiun televisi Metro TV.
Ia pernah menjadi anchor program berita prime time Metro Hari Ini, Suara Anda dan program
bincang-bincang Mata Najwa. Najwa adalah putri kedua Quraish Shihab, Menteri Agama era
Kabinet Pembangunan VII. Nana menikah dengan Ibrahim Assegaf, dan sudah memiliki satu
orang anak laki-laki yang akrab dipanggil Izzat (17 tahun). Lihat Wikipedia: Ensiklopedia Bebas,
Biorgafi Najwa Shihab di akses pada tanggal 09 November 2019dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Najwa_Shihab 170
Fahrul Abd Muid, Ayat-Ayat Kelautan dalam Tafsir Al Misbah, Disertasi Program
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017,h.30-31
65
I‟jaz at-Tasryri‟i Alquran al-Karim (kemukjizatan Alquran al-Karim dari
Segi Hukum)”.171
Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Mesir untuk meneruskan
studinya di Program Pascasarjana Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis,
Universitas Al-Azhar. Hanya dalam waktu dua tahun (1982) dia berhasil
menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Nazm al-Durar li al-Biqai Tahqiq
wa Dirasah" dan berhasil dipertahankan dengan nilai Suma Cum Laude. 172
3. Jabatan dan Karier Quraish Shihab
Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan suasana
baru dan disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya
berbagai aktivitas yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Setelah
selesai mengenyam pendidikan strata 2 dan meraih gelar M.A. Pada tahun
1973 Quraish Shihab dipanggil pulang ke Ujung pandang oleh ayahnya yang
ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN
Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan
sampai tahun 1980. Di samping menduduki jabatan resmi itu, ia juga sering
memwakili ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas
pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai
jabatan, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia
bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang
pembinaan mental, dan sederetan jabatan lainnya di luar kampus. Dicelah-
celah kesibukannya ia masih sempat merampungkan beberapa tugas
penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia
(1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).173
Tahun 1984 Quraish Shihab untuk melanjutkan kariernya. Untuk itu ia
pindah tugas dari IAIN Ujung Pandang ke Fakultas Ushuluddin di IAIN
Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Alquran di Program
171
M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran..., h.6 172
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajagrafindo, 2005) Cet 1-3,h.363 173
M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran..., loc.cit.
66
Sl, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Pengabdiannya di bidang pendidikan di
samping melaksanakan tugas pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya
menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-
1996 dan 1997-1998).174
Tak terbatas dilapangan akademis, karna di samping mengajar, ia juga
dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan. Di antaranya adalah sebagai
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1985-1998), anggota
MPR RI 1982-1987 dan 1987-2002 dan pada tahun 1998 dipercaya menjadi
Menteri Agama RI,175
kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir
merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo, beliau juga
sebagai anggota Lajnah Pentashhih Alquran Departemen Agama sejak 1989,
anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989) dan ketua
lembaga Pengembangan. Beliau juga terlibat dalam beberapa organisasi
profesional, antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan
Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Dapertemen Pendidikan dan
Kebudayaan, dan sebagai asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI), 176
Di samping kegiatan tersebut, Quraish Shihab juga dikenal sebagai
penulis terbukti beliau sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian
journal for Islamic Studies, Ulumul Qur 'an, Mimbar Ulama, dan Refleksi
jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.
174
M.Quraish Shihab terpilih menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2
periode.Pertama periode 1992-1996 berdasarkan Keputusan Presiden No272/M tahun
1992,tetanggal 13 Oktober 1992. Kedua periode 1997-2001 dengan Keputusan Presiden No.18M
tahun 1997, tetanggal 6 Februari 1997. Namun pada periode kedua ini hanya menjalani sampai
Maret 1998 karena beliau dipercaya menduduki posisi Mentri Agama RI pada Kabinet terakhir
Presiden Soeharto. Fahrul Abd Muid, Ayat-Ayat Kelautan dalam Tafsir Al Misbah, Disertasi
Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017,h.31 175
M.Quraish Shihab, Lentera Alquran:Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung:
Mizan,1994), h.5 176
Biografi Tokoh: Kumpulan Biografi dan Profil Tokoh Terkenal, Tokoh Agama Quraish
Shihab, di akses pada 9 November 2019 pukul 15.00 wib didapat dari https://bio.or.id/biografi-
quraish-shihab/.
67
Sebagai pelabuan puncak ilmiahnya, beliau menjadi pendiri sekaligus
Direktur Pusat Studi Alquran (PSQ).177
Selain sebagai seorang penulis, beliau pun sebagai seorang penceramah
yang handal. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia
tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya
menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi
lugas, rasional, dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil
sebagai penceramah dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan
masyarakat. Kegiatan ceramah ini ia lakukan di sejumlah masjid bergengsi di
Jakarta, seperti Masjid al-Tin dan Fathullah, di lingkungan pejabat
pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah stasiun televisi atau
media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan. Beberapa stasiun televisi,
seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program khusus selama Ramadhan
yang diasuh olehnya. 178
4. Karya-Karya M. Quraish Shihab
Di tengah-tengah berbagai aktivitas sosial, keagamaan tersebut, Quraish
Shihab juga tercatat sebagai penulis yang sangat prolifik. Buku-buku yang ia
tulis antara lain berisi kajian di sekitar epistemologi Alquran hingga
menyentuh permasalahan hidup dan kehidupan dalam konteks masyarakat
Indonesia kontemporer. Beberapa karya tulis yang telah dihasilkannya antara
lain:179
1) Karya Disertasi: Durar li al-Biga'i (1982)
2) Tafsir Al Manar:Keisti : Kemewaan dan Kelemahannya. (Ujung
Pandang, IAIN Alauddin,1984)
177
Pusat Studi Alquran (PSQ) adalah lembaga yang memiliki visi untuk membumikan
nilai-nilai Alquran ditengah Masyarakat yang pruralistik. Untuk mencapai visinya, lembaga ini
memiliki berbagai program yang dijalani sejak tahun 2004. Dan Pusat Studi Alquran itu sendiri
didirikan oleh Prof.Dr.M.Quraish Shihab,MA. Berlokasi di yang berkedudukan di Jalan Pisangan,
Ciputat,Tangerang. Lihat Pusat Studi Alquran diakses pada tanggal 9 November 2019 pukul16.00
wib didapat dari https://psq.or.id/ 178
Abuddin Nata,Op.Cit.h.364 179
Lihat Wikipedia: Ensiklopedia Bebas, Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di akses
pada tanggal 5 November 2019 pukul 15.30 wib didapat dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab.
68
3) Mahkota Tuntunan Illahi: Tafsir Surat Al-Fatihah,(Jakarta:
Untagama,1988).
4) Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco,
1990)
5) Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama);
6) Membumikan Alquran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Jakarta: Mizan,1992)
7) Lentera Alquran Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung:Mizan,1994)
8) Studi Kritis Tafsir Al-Manar Karya Muhammad Abduh dan M.Rasid
Rida, (Bandung: Pustaka Hidayah,1994)
9) Hidangan Illahi dalam Ayat-Ayat Tahlil, (Jakarta: Lentera Hati, 1996)
10) Menyingkap Tabir Illahi : Asma‟Al Husna dakan Perspektif Alquran,
(Jakarta: Lentera Hati,1998).
11) Mu'jizat Alquran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan,1997).
12) Tafsir Alquran Al-Karim atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunannya, (Bandung: Pustaka Hidayah,1997)
13) Sejarah dan Ulum Alquran,(Jakarta:Pustaka Firdaus,1999)
14) Fatwa-Fatwa Seputar Tafsir Alquran, (Bandung:Mizan 1999)
15) Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, (Jakarta:
Lentera Hati, 2000) hingga tahun 2004 sudah mencapai 14 jilid.
16) Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah Pandangan Ulama Masa Lalu dan
Cendikiawan Kontemporer, (Jakarta: Lentera Hati,2004)
17) Logika Agama :Kehidupan Wahyu dan Batasan-Batasan Akal dalam
Islam, (Jakarta: Lentera Hati,2005)
18) Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan,2005).
19) Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2005)
20) Wawasan Alquran tentang Zikir dan Do‟a, (Jakarta: Lentera
Hati,2006).
69
21) Menabur Pesan Illahi: Hidup Bersama Alquran, (Bandung: Mizan,
2006).
22) Asma‟ Al-Husna dalam Perspektif Alquran, (Jakarta: Lentera
Hati,2007).
23) Secercah Cahaya Illahi: Hidup Bersama Alquran, (Bandung:
Mizan,2007).
24) Ayat-Ayat Fitanah: Sekelumit Keadaban Islam di Tengah Purbasangka,
(Jakarta: Lentera hati,2008).
25) M.Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda
Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati,2008).
26) Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pembelajaran dari Al-Fatihah dan Juz
„Amma, (Jakarta: Lentera Hati,2008).
27) Membumikan Alquran, Jilid II, (Jakarta: Lentera Hati,2011).
28) Alquran dan Maknanya, (Jakarta: Lentera Hati,2010)
29) M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda
Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2010).
30) Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, (Jakarta
: Lentera Hati, 2016)
31) Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam Sorotan Alquran dan
Hadith Sahih, (Jakarta: Lentera Hati,2011).
32) Yang Hilang dari Kita: Akhlak (Jakarta: Lentera Hati, 2016)
Dari beberapa karya diatas, buku yang berjudul Pengantin Alquran
merupakan gabungan dari tiga buku yang Quraish Shihab susun sebagai nasihat
untuk tiga orang putri Quraish Shihab ketika masing-masing akan memasuki pintu
perkawinan. Buku pertama Quraish Shihab berjudul Untaian Permata buat
Anakku, yang diperuntukan buat Najeelaa‟ dan Ahmad Fikri (menikah tahun
1995). Yang kedua, Pengantin Alquran : Kado buat Anakku, diperuntukan bagi
Najwa dan Ibrahim (menikah tahun 1997). Dan yang ketga Kalung Mutiara:buat
Anakku,yang disusun dalam rangka pernikahan Nasywa dan Riza (tahun 2005).180
180
Sekapur Sirih dalam M.Quraish Shihab, Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan
untuk Anak-Anakku, (Jakarta : Lentera Hati, 2016).
70
B. Konsep Pendidikan Akhlak Perempuan Dalam Pernikahan Menurut
M. Quraish Shihab
Menurut Muna Hilmi dalam bukunya yang berjudul, al-Hubb fi Ashr
al‟Aulamah yang dikutip dalam buku yang berjudul Perempuan: Dari Cinta,
Sex hingga Nikah Mut‟ah, karya Quraish Shihab menerangkan bahwa
perempuan yang tidak menikah lebih rawan mengalami gangguan yakni
merasa kesepian jika hidup sendiri dikarenakan manusia tidak akan bertahan
menyendiri sepanjang hidupnya. Kesepian itulah yang mengantarnya sering
melamun, gelisah dan takut dibandingkan perempuan yang telah menikah. Ini
adalah akibat perasaan kesepiaan, ketiadaan ketenangan, cemburu terhadap
perempuan yang memiliki suami, dan kekurangan kehangatan emosi.181
Dari pernyataan diatas, hal tersebut dikarenakan mendambakan pasangan
merupakan fitrah manusia sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung
setelah dewasa. Kesendirian, dan lebih hebat lagi keterasingkan, sungguh dapat
menghantui manusia, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial,
makhluk yang membawa sifat “ketergantungan”.“Khalaqal al-insan min
„alaq”, terdapat dalam Alquran surat al Alaq ayat 2. Kata “alaq” menurut
Quraish Shihab dalam Tafsir al Misbah dapat dipahami sebagai sifat manusia
sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi selalu bergantung
kepada selainnya.182
Dalam hal ini menegaskan bahwa perempuan yang tidak
menikah merasakan kesepian, ketiadaan ketenangan, gelisah bahkan takut,
dikarenakan setiap makhluk termasuk perempuan membutuhkan pasangan
yang mampu mendampingi kehidupannya.
Padahal Alquran183
telah menjelaskan bahwa setiap makhluk yang Allah
ciptakan berpasang-pasangan. Setiap makhluk yang diciptakan Allah saw.
memiliki pasangan seperti halnya kanan dan kiri, malam dan siang, baik dan
181
Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2005), h.127. 182
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2001) vol 15, h.459. 183
Ayat Alquran yang menjelaskan manusia berpasang-pasangan terdapat dalam Surat ad-
Dzariyat ayat 49 yang artinya: “Segala sesuatu telah Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat (kebesaran Allah).” Dan terdapat dalam Surat Yasin ayat 36 yang artinya : Maha
Suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
71
buruk, positif dan negatif, perempuan dan laki-laki, jantan dan betina. Sehingga
berupaya untuk bertemu dengan pasangannya. Oleh karena itu agama
mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara pria dan wanita dan kemudian
mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya perkawinan dan beralihlah
kerisauan pria dan wanita menjadi sakinah atau ketentraman184
. Quraish Shihab
dalam bukunya Pengantin Alquran, perkawinan merupakan kebutuhan manusia
dan betapa keberpasangan dalam bingkai kesucian, melahirkan ketentraman,
kebahagiaan, dan kenikmatan lahir dan bathin.185
Maka dari itu hal ini dapat
membuktikan bahwa wanita yang tidak menikah, sehingga tidak memiliki
pasangan dalam hidupnya maka sulit mendapatkan ketentraman, kebahagiaan,
dan kenikmatan lahir dan bathin.
Hal di atas diperkuat dengan penilaian masyarakat yang menyatakan
bahwa perempuan yang berdampingan dengan lelaki yang terikat dengan
pernikahan “lebih terhormat” ketimbang yang berjalan sendirian. Masyarakat
masih memandang sebelah mata kepada perempuan yang begitu bebas dan
tanpa pasangan. sehingga membangun rumah tangga melalui pernikahan jauh
lebih baik dari pada membiarkan anak perempuan sendirian.186
Alquran187
pun
sangat menganjurkan untuk perempuan dan lelaki untuk menikah dari pada
membujang atau hidup sendiri. Allah memerintahkan kepada orang tua atau
wali untuk mendukung perkawinan muda - mudi, dan tidak terlalu
mempertimbangkan kemampuan materi calon pasangan, tetapi dalam saat yang
sama memerintahkan mereka yang tidak memiliki kemampuan material untuk
184
Quraish Shihab, Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan,2005), h.192. 185
Quraish Shihab, Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, (Jakarta
: Lentera Hati, 2016), h.4. 186
Quraish Shihab, Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2005), h.135. 187
Ayat Alquran yang menjelaskan anjuran menikah, terdapat dalam surah an Nur ayat 32
yang artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, zdan orang-orang
yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.
72
menahan diri dengan melakukan puasa karena hal tersebut mampu menjaga
dirinya dari hawa nafsu dan memelihara kesuciannya.188
Namun bagi perempuan maupun lelaki dianjurkan untuk menikah jika sudah
memiliki kesiapan fisik, mental maupun keuangan selain itu pemahaman terkait
ajaran agama Islam yang akan dijadikan fondasi yang akan memperkuat tali
hubungan pernikahan.189
Demi terciptanya tujuan pernikahan yang sakinah,
mawaddah dan wa rahman.
Quraish Shihab memberikan penekanan bahwa mewujudkan pernikahan
yang sakinah, mawaddah dan wa rahman tidak datang begitu saja, namun harus
diperjuangkan. Bahkan didalam Alquran menegaskan bahwa tujuan
disyariatkannya pernikahan adalah untuk sakinah, mawaddah dan wa rahman
namun bukan berarti bahwa setiap pernikahan otomatis melahirkan sakinah,
mawaddah dan wa rahman. Sebagaimana Quraish Shihab menjelaskan dalam
Tafsir al Misbah Quran surah ar-Rum ayat 21, ayat ini bermakna: diantara
perempuan dan lelaki diberikan oleh Allah potensi untuk menjalin sakinah,
mawaddah dan wa rahman melalui penerapan tuntunan –tuntunan-Nya.
Dalam hal ini sebagaiman yang tertera pada buku Pengantin Alquran
Quraish Shihab190
mengungkapkan bahwa dalam urusan pernikahan, terdapat
sistem dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam hukum
agama Islam yang harus ditaati. Hubungan pernikahan bisa langgeng dan bahagia
apabila pasangan antara perempuan dan lelaki mengikuti sistem dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk keharmonisan dan kebahagiaan
pernikahan, ataupun sebaliknya menjalankan sistem yang ditetapkan untuk
melahirkan dampak kegagalan dalam pernikahan, yang berujung perceraian.
Maka dari pernyataan diatas, berikut ini merupakan pendidikan akhlak
perempuan dalam pernikahan menurut Quraish Shihab, dalam penelitian ini
188
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.56. 189
Quraish Shihab, Membumikan Alquran.....,h. 254. 190
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.85.
73
penulis memfokuskan pada akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami, yang
peneliti sajikan berdasarkan data yang telah dianalisis :
1. Memahami Tanggung Jawab Sebagai Istri
Dalam pernikahan perempuan maupun laki-laki memiliki tangung
jawabnya masing-masing yang harus dijalankan. Keduanya harus saling
memahami dan melengkapi berkaitan dengan pembagian tanggung jawab
sebagai istri maupun suami, serta menjalankan tanggung jawabnya dengan
baik sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunnah Nabi, Quraish Shihab juga
menyebutkan pada prinsipnya suami menjadi pemimpin dalam keluarganya
serta bertanggung jawab untuk memberi nafkah untuk memenuhi kebutuhan
istri dan anak-anaknya191
terdiri dari sandang, pangan, papan dan hiburan.
Sejalan dengan penafsiran Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan
Alquran berkata pada ayat 34 surat an Nisa yang berbunyi arrija qowwa mu
na „alan nisa yang memiliki arti laki-laki, pemimpin perempuan. Kata ar-
rijal dipahami bukan berarti laki-laki secara umum, akan tetapi adalah
suami, yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan perintah bahwa
suami adalah pemimpin (qowwam) bagi istrinya, seperti ditegaskan pada
lanjutan ayat adalah karena mereka (para suami) menafkahkan sebagian
harta untuk istri-istri mereka.192
Dalam mengarungi bahtera pernikahan, sebagai pemimpin suami
memiliki peran untuk bertanggung jawab memenuhi kebutuhan istri secara
nafkah maupun kasih sayang, sebagai pelindung agar istri merasa aman,
mengarahkan istri agar senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah swt dan
suami. Istri pun berkewajiban untuk mendengarkan, mematuhi, mentaati
perintah suami agar dapat bersinergi mencapi tujuan pernikahan.
Akhlak utama seorang istri kepada suaminya, ialah memiliki
kepatuhan dan ketaatannya kepada perintah suami. Bahkan Allah
menegaskan bagi perempuan yang menjadi istri apabila enggan taat kepada
191
Quraish Shihab, Perempuan....., h.339. 192
Quraish Shihab, Wawasan Alquran...., h.414-415.
74
suami dalam hal-hal yang telah diajarkan oleh agama, ia tergolong istri yang
nusyuz. Sehingga suami berhak memberikan pendidikan melalui nasehat dan
bimbingan, sekalipun dalam bentuk hukuman dengan meninggalkannya di
tempat tidur agar istri merasa sadar bahwa suaminya sudah tidak tertarik
dengan kecantikan dan rayuannya, sehingga dapat meninggalkan serta
mencari pengganti istrinya. Maka sebagai perempuan yang telah nusyuz
maka hendaklah segera sadar, dan mencari jalan pemecahan masalah. Dan
menjadi jalan terakhir bagi perempuan yang nusyus ialah suami memukul
istri jika memang itu ada manfaatnya.193
Dengan demikian, semestinya perempuan sebagai istri mengetahui
dan menjalakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya dalam urusan
membina rumah tangga dengan memperhatikan pertumbuhan fisik serta
perkembangan jiwa anak-anaknya.194
Selain itu untuk menciptakan
ketenangan bagi seluruh anggota keluarga, menjadi tanggung jawab
bersama diantara suami dan istri.195
Hal ini sebagai bentuk ikhiar seorang
perempuan sebagai istri dalam menjalankan bahtera pernikahan dengan
kepatuhan dan ketaannya kepada suami.
2. Menerima dan Memahami Perbedaan yang ada diantara Suami
Hidup bersamaaan dalam hubungan pernikahan pastilah terdapat
perbedaan-perbedaan yang menghiasi dinamika kehidupan berkeluarga.
Quraish Shihab menyatakan bahwa untuk menciptakan keluarga yang
harmoni, diantara sepasang lelaki dan perempuan diperlukan saling
memahami perbedaan dan menyadari kesamaan-kesamaan. Dalam saat yang
sama masing-masing harus mengakui kelebihan dan kekurangan pasangan
dan bersedia menerima, sehingga akan menimbulkan rasa saling
penghargaan kendati masih terdapat perbedaan-perbedaan.
Dan berikut ini perbedaan-perbedaan yang harus dipahami seorang
istri terhadap suaminya :
193
Quraish Shihab, Perempuan....,h.318-323 194
Quraish Shihab, Perempuan...., h.297-298. 195
Quraish Shihab, Pengantin Alquran...., h.188.
75
3. Memahami perbedaan Tingkah Laku Suami Sebelum dengan
Sesudah Menikah
Tayangan film dan sinetron romantis yang sering di tonton
masyarakat, membangun asumsi masa-masa indah berpacaran yang penuh
dengan keromantisan, kebahagiaan, keramahan, kasih sayang, tawa canda
dan sendagurau akan berlanjut ke dalam kehidupan sesudah menikah.
Sedangkan Quraish Shihab telah memaparkan bahwa pada masa
perkenalannya lebih banyak menonjolkan sifat-sifat imitatif, yang tentu saja
setelah perkawinan berlangsung beberapa lama, sifat tersebut akan
dikalahkan oleh sifat dasar atau aslinya.196
Sebelum menikah menunjukan
kepribadian yang selalu ingin sempurna dihadapan kekasih yang
dicintainya, memilih pakaian terbaik, selalu memberikan perhatian, kasih
sayang yang paripurna. Sedangkan setelah menikah, menganggap bahwa
kekasih atau pasangannya telah menjadi miliknya seutuhnya, barulah
terlihat dan nampak kepribadiaan dan kebiasaan yang berbeda yang
ditunjukan pada sebelum menikah, karna setelah menikah tak ada lagi yang
yang tertutupi semua akan nampak jelas tanpa kepura-puraan.
Perubahan inilah yang dapat menimbulkan kesalah pahaman serta
berkurangnya kadar cinta, hal tersebut disebabkan perempuan sebagai istri
tidak mampu menerima perubahan sikap suami sebelum dengan sesudah
menikah apalagi perubahannya lebih kearah negatif seperti berkurangnya
perhatian, kasih sayang, mudah marah, pelit dsb. Yang tidak bersesuaian
dengan sikap atau kebiasaan sebelum menikah atau pada masa pacaran yang
begitu indah.
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa rentang waktu yang lama
dalam berpacaran, tak menjamin saling memahami tingkah laku suami atau
istri setelah menikah. Berpacaran hanya akan memunculkan kepribadian
yang sempurna dihadapan pasangannya, dikarnakan apabila menemukan
ketidak cocokan sangat mudah untuk mengakhiri hubungan sehinga satu
sama lainnya saling menjaga sikap dihadapan pasangannya. Namun
196
Ibid., h.139.
76
nampaknya berbeda setelah menikah, akan mengetahui sebenar-benarnya
keprbadian suami, sikap yang selama ini tertutupi ataupun ditutupi selama
pacaran.
4. Perbedaan dalam Menyelesaikan Masalah
Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,
8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, mengenai konteks perbedaan
dalam menghadapi kesulitan, perlu diketahui bahwa lelaki jika menghadapi
permasalahan, ia enggan berbicara ataupun mendengarkan istrinya, sikap
yang ditunjukan suami ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Namun,
semestinya istri tidak perlu tersinggung dengan sikap suami yang seakan
tidak membutuhkan bantuanya dalam menghadapi masalah.
Hal ini dikarenakan suami ingin menampakkan kemampuannya dalam
mengambil keputusan yang cepat dan tepat sehingga membutuhkan
konsentrasi penuh untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Membuat suami tidak ingin diganggu bahkan dilihat oleh siapapun dan
terlihat lebih banyak diam. Suami juga enggan menerima saran kecuali jika
dia merasa tidak mampu atau merasa bahwa saran itu bersumber dari
seorang yang melebihi kemampuannya. Berbeda dengan perempuan yang
lebih senang menguraikan persoalan yang dihadapinya kepada pihak lain,
yang dipercayainya. Disinilah jika perempuan tidak menyadari hal ini dia
beranggapan dirinya tidak didengar atau dilecehkan.197
Dalam hal ini
penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan suami dan istri
dalam menyelesaikan masalah, suami yang memilih untuk diam dan enggan
berbicara, sedangkan perempuan lebih senang mengungkapkan
problematika kehidupannya.
Maka dari itu, penulis menyatakan bahwa perempuan sebagai istri
hendaknya tidak langsung memberikan nasehat kepada suami, berilah
nasehat jika ia memintanya, karena pada saat itulah suami sudah sangat
membutuhkan nasehat dan bantuan dari istri. Ketika suami tidak meminta
197
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....,.h.126-128
77
solusi ataupun sekedar berbagi cerita mengenai permasalahan yang sedang
dihadapinya bukan berarti suami tak menghargai istri sebagai pendamping
hidupnya akan tetapi suami membutuhkan waktu untuk menyelesaikan
permasalahannya sendiri.
Dengan demikian, perempuan sebagi istri ketika mendapati suami
memiliki masalah, ciptakan ketenangan dan kebahagiaan didalam
pikirannya, sehingga memudahkan suami mendapatkan solusi. Dengan tidak
memaksanya untuk berbagi cerita ataupun mendengarkan nasihat. Namun,
buatlah penghormatan kepada suami, dengan memberikan kepercayaan
kepada suami atas kemampuannya, bahwa ia bisa menyelesaikan
permasalahnya.
5. Perbedaan Kebutuhan antara Suami dan Istri
Setiap pasangan harus mampu mengetahui memenuhi kebutuhan
masing-masing, kebutuhan suami dan istri tentulah berbeda-beda dan
beranekagamannya. Dalam buku karya Quraish Shihab yang berjudul
Perempuan: Dari Cinta, Sex hingga Nikah Mut‟ah, dijelaskan perbedaan-
perbedaan kebutuhan diantara suami dan istri, diantaranya : istri
mendambakan perhatian sedangkan suami mendambakan kepercayaan, istri
menuntut pengertian sedangkan suami menuntut penerimaan, istri
merindukan penghormatan sedangkan suami mengharapkan penghargaan,
istri meminta penegasan sedangkan suami meminta persetujuan, istri
membutuhkan cinta dan jaminan sedangkan suami membutuhkan
kekaguman dan dorongan. Dan akhirnya suami istri tidak dapat hidup
bersama tanpa kesetiaan. Sehingga Quraish Shihab menegaskan suami dan
istri harus memiliki kesadaran dan memahami perbedaan diantara
kebutuhan-kebutuhan masing-masing .198
Kebutuhan antara suami dan istriitu sangatlah berbeda, sehingga untuk
menjalalani pernikahan yang bahagia seorang perempuan sebagai istri
semestinya tidak terlalu mementingkan dirinya sendiri atau yang sering
198
Quraish Shihab, Perempuan...., h.174.
78
didengar yaitu egois terhadap kemauan diri dan hanya mementingkan
kebutuhan dirinya saja. Akan tetapi, pernikahan tidak dijalani oleh seorang
perempuan saja, ada sosok lelaki yang menjadi suami yang perlu dilayani
dan dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Dari beberapa uraian diatas terkait dengan perbedaan-perbedaan yang
terjadi diantara perempuan dan laki-laki sebagai suami istri sebagai
mitrasejajar yang harmonis dalam menjalani kehidupan pernikahan, harus
ditandai adanya sikap dan perilaku saling perduli, menghormati,
menghargai, membantu dan mengisi serta dilandasi rasa saling asih, asah
dan asuh. Hal tersebut akan mewujudkan ketenangan, ketentraman dan
kedamaian dalam berkeluarga.199
6. Mampu Menjaga Diri
a. Menjaga Penampilan dan Kecantikan Diri Hanya untuk Suami
Perempuan sebagai istri, menjaga kehormatan dirinya dengan akhlak
yang baik, menjaga penampilan dan kecantikan diri hanya untuk suami.
Berpenampilan yang cantik dan menawan yang mampu menyenangkan
pandangan suami, karana ciri istri sholihah ialah jika dipandang
menyenangkan. Apabila istri enggan menjaga penampilan sehingga
tubuhnya tak terurus, berpenampilan kumal, berwajah kusam tak
menggairahkan, tubuh menghasilkan bau yang tak sedap sehingga suami
enggan mendekati, alhasil memicu terjadi penyelewengan mencari
perempuan lain.
Dalam buku Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-
Anakku, menerangkan bahwa mata mempunyai peranan yang penting dalam
menghangatkan cinta. Mata yang melihat penampilan seseorang mempunyai
pengaruh yang besar dalam tumbuh dan berkembangnya cinta. Karena itu
perhatikanlah penampilan khususnya dimata kekasih, jangan sampai
matanya tertuju kepada sesuatu yang buruk pada diri kalian. Selain itu
199
Zaitunah Subhan, Menggagas Fikih Pemberdayaan Perempuan, (Jakarta: el-Kahfi,
2008), h.272.
79
perintah agama pun mengencamkan untuk tidak mengundang kesusilaan
atau rangsangan pada selain pasangan yakni suami, serta tidak berusaha
melihat pada selain pasangan apa yang dilarang oleh agama untuk
melihatnya.200
Selain itu, apabila seorang istri untuk merawat kecantikannya
membutuhkan bantuan dari penyedia layanan kecantikan, Quraish Shihab
menyatakan bahwa yang menangani upaya kecantikan tersebut adalah
perempuan juga, atau suami sendiri bukan dengan lawan jenis apalagi yang
bukan mahramnya walaupun pada prinsipnya upaya mempercantik diri
untuk suami dianjurkan oleh Islam, namun harus tetap menjaga syariat
Islam. Hal ini dikarenakan Allah tidak mengizinkan seorang perempuan
dipegang oleh lelaki selain suaminya atau dalam batasan-batasan tertentu
oleh mahramnya, kecuali dalam keadaan darurat atau kebutuhan mendesak.
Mempercantik diri dengan luluran, potong ramput atau manikur, bukanlah
hal-hal yang dinilai agama sebagai darurat atau kebutuhan mendesak selain
itu bahan yang digunakan adalah bahan yang halal201
b. Pamit Kepada Suami jika Keluar Rumah
Keselamatan fisik ataupun jiwa seorang istri merupakan tanggung
jawab dari suami. Maka ketika istri hendak keluar rumah menjadi perbuatan
terpuji jika seorang istri memberitahu suami dan meminta izin suami. Selain
itu pandangan Quraish Shihab terkait izin suami dibagi menjadi dua
kategori, yakni izin umum dan izin khusus. Izin umum yakni izin yang
diberikan suami terhadap hal-hal yang dilakukan istri dan selama ini telah
diizinkan suami, maka izin yang dimaksud disini dengan memberi tahu ke
mana tujuannya, baik sebelum, atau dalam perjalanan, atau setelah istri
pergi ketempat tujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan izin khusus
adalah dalam hal-hal yang penting. Seperti : pergi keluar kota/negeri,
berkunjung ketempat berbahaya, dan semacamnya. sehingga memberikan
ketenangan kepada suami ketika istri berada diluar rumah. Dalam hal ini
200
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.37- 38. 201
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda
Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2010). h.188 dan198.
80
istri harus berkata jujur dalam memberikan informasi yang diberikan kepada
suami, jika tidak maka akan berdosa.202
Dengan syarat seorang istri jika diperbolehkan berpergian keluar
rumah tidak melakukan maksiat dan hendaknya sesuai dengan keperluan.
Sebab pada dasarnya seorang perempuan diharuskan tinggal dirumahnya
guna melakukan perintah Allah Ta‟ala kepadanya. Sebagaimana Allah
berfirman :203
كة وأطؾن هللا وكرن ف بيوتكن والثبجن الة وءاثني امز ثبج امجاهوية األول وأكمن امص
ما يريد هللا ميذهب ؼيك امرجس أهل امبيت ويطهرك ثطهيا ه{٠٠}ورسول ا
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang
dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah
dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al Ahzab ayat 33).
Maka dari itu, sebenarnya pernikahan bukanlah sebuah ikatan yang
membuat perempun terkekang dari segala aktifitas di luar rumah, namun
Islam begitu menjaga kemulian perempuan sehingga untuk melindungi
kemuliaan tersebut, perempuan yang telah menikah diwajibkan untuk
meminta izin ketika beraktifitas kepada suami, hal ini dilakukan karena
suami adalah figur yang paling bertanggung jawab atas apapun yang terjadi
dengan istrinya sehingga ia perlu menjaga dan memastikan istrinya dalam
keadaan yang baik ketika tidak sedang bersama.
Selain itu, pamit ketika ingin keluar rumah kepada suami untuk
melindungi perempuan dari berbagai macam fitnah, dan kecurigaan serta
memberikan rasa tenang kepada suami yang sedang mencari nafkah untuk
202
Ibid,. h.129. 203
Syaikul Islam Ibn Taimiyyah, dkk, Setiap Problem Suami Istri Ada Solusinya, terj. Kullu
Musykilati Zaujiyyah wa laha Hall oleh Syaiful Mujahidin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2008),
h.536
81
memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Karna apabila istri sering
pergi keluar rumah, dapat berdampak buruk jika tidak dapat mengkontrol
diri seperti : terlantarnya pekerjaan rumah serta perhatian kepada anak dan
suami. Terlebih ketika suami pulang kerja namun istri tidaka ada dirumah.
c. Tidak Memasukan Lelaki ke dalam Rumah, tanpa Seizin Suami
Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,
8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku menyatakan bahwa jangan
lakukan hal-hal yang dapat menimbulkan kecurigaan. Hindarilah tempat
atau kegiatan yang bisa mengundang kecemburuan, kalaupun terpaksa
berada dalam posisi yang dapat menimbulkannya, maka bersegeralah
menjelaskan duduk persoalan.204
Dalam hal ini menerangkan bahwa apabila
seorang perempuan atau istri memasukkan lelaki kedalam rumah berakibat
akan mengundang kecurigaan dari suami bahkan menimbulkan
kecemburuan. Apalagi perempuan atau istri sedang sendiri di rumah
sehingga berkhalwat dengan lawan jenis termasuk hal yang dilarang
didalam agama Islam. Maka dari itu agar terhindar dari hal tersebut
sebaiknya perempuan atau istri tidak memasukan lelaki kedalam rumah,
tanpa seizin suami.
d. Memberikan Kepercayaan kepada Suami
Terjalinnya kepercayaan diantara suami istri merupakan kunci
terikatnya tali pernikahan yang kuat. Apabila muncul benih-benih keraguan
dalam pernikahan, Quraish Shihab pun mengungkapkan bahwa hal tersebut
akan mampu meruntuhkan bangunan cinta yang mengundang hilangnya
kepercayaan. Akibatnya mengubah gambaran (image) indah pasangan
menjadi buruk kehangatan menjadi kebekuan, kasih sayang menjadi
kebencian. Selain itu, menimbulkan ketidakharmonisan dalam rumah
tangga, ditambah dengan mulai mencari perhatian yang lain dikarnakan
hilangnya ketenangan dengan pasangannya, tak jarang hingga berujung pada
perselingkuhan.
204
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.187.
82
Kepercayaan adalah sebuah kunci keharmonisan rumah tangga, suami
istri tak selamanya selalu bersama dalam menjalani aktifitas, adakalanya
suami dan istri saling berjauhan dikarnakan suami bekerja merantau di luar
kota. Dengan adanya kepercayaan ini membuat kecurigaan dan
kekhawatiran dapat teratasi.
Untuk menghindari persoalan tersebut, maka sebagaimana yang telah
diungkapkan Quraish Shihab, tidak boleh melakukan suatu perbuatan
ataupun perkataan yang dapat menimbulkan kecemburuan atau keraguan
dalam hati pasangannya205
. Dalam hal ini perempuan sebagai istri wajib
merasa cukup denagn suaminya dan ridha kepadanya serta penuh cinta
kepadanya. Karena itu janganlah perempuan sebagai istri melayangkan
pandangan kepada laki-laki lain, dan hendaklah menutup pintu rapat-rapat
jangan sampai ada lubang fitnah terhadap dirinya dengan jangan bercakap-
cakap dengan lelaki lain.206
Sebagai bentuk iktiar untuk tidak menimbulkan
benih-benih kecurigaan, keraguan, kekhawatiran bahkan kecemburuan
ketika suami berada diluar rumah.
Hal ini dikarenakan rasa cemburu yang berlebihan dapat menjadi
penyebab pertengkaran dalam rumah tangga, bahkan dapat mengakibatkan
perceraian. Rasa cemburu ini dapat dihilangkan dengan kemauan istri untuk
selalu memenuhi hak-hak suaminya. Sehingga tidak tersisa lagi
kecemburuan di hati suami kepada istrinya, karena istri selalu menaruh
perhatian pada suaminya.207
Menciptakan terpenuhinya perhatian dan kasih
sayang bagi seorang suami dari istrinya sehingga tak lagi mencari perhatian
dengan perempuan lain.
e. Mampu Menjaga Harta Suami
Ketika suami tidak berada dirumah perempuan sebagai istri bukan
hanya mampu menjaga dirinya tetapi juga menjaga harta suami dengan baik.
yakni tidak mengeluarkan harta suami tanpa seizin suami baik untuk
205
Ibid,. h185-186. 206
Yusuf Qardawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer terj. Hadyul Islam Fatawi Mu‟ashiraholeh
As‟ad Yasin, (Jakarta: Gema Insan Press, 1996),h.626. 207
Muhammad Rasyid al-Umayyid, Kepada Wanita Mukminah terj. Ila Mu‟minah oleh M
Nur Wakhid, (Yogyakarta:Mitra Pustaka, 1999), h.12-13.
83
kebutuhan rumah tangganya atau bahkan dalam hal bersedekah. Sebab, saat
ini banyak istri yang sesuka hatinya berbelanja tanpa sepengetahuan suami,
bahkan diluar batas hingga sangat boros. Perilaku ini dapat berakibat tidak
baik terhadap perekonomian keluarga sehingga berujung kemiskinan.
Bahkan dalam penggunaan harta suami untuk bersedekah, harus
dengan sepengetahuan dan seizin suami. Dalam hal ini Quraish Shihab
menjelaskan bahwa bersedekah haruslah milik pribadi, bukan dari milik
orang lain, dalam praktiknya Quraish Shihab pula menerangkan bahwa tidak
di harus dipraktikan secara ketat maksudnya adalah jika seorang perempuan
atau istri telah diberikan wewenang mengatur pengeluaran dari penghasilan
dan harta suami, serta berkeyakinan bahwa suami tidak akan keberatan
berdasarkan pengalamannya berumah tangga, seorang perempuan atau istri
dibenarkan untuk bersedekah dengan mempertimbangkan jumlah yang
wajar dan sasaran yang tepat. Namun sebaiknya seorang perempuan atau
istri menyampaikan terlebih dahulu tentang sedekah itu kepada suami.208
Agar tidak menimpulkan kecurigaan penyalahgunaan keuangan, dan suami
merasa tenang bahwa istrinya telah mempergunakan keuangan secara baik.
Dengan demikian, apabila perempuan tak mampu menjaga harta
suami, sering mengeluarkan harta tanpa seizin suami secara berlebih hingga
sangat boros, maka segera bertaubatlah dan jangan mengulanginya lagi jika
tidak ingin menimbulkan dampak-dampak buruk dari perilakunya tersebut.
Perilaku tersebut juga dapat berpotensi menyakiti hati suami, karna sebagai
seorang istri ia tak mampu menjaga amanah dan kepercayaan yang
diberiakan suami kepadanya dalam hal menjaga harta. Juga dapat
menandakan rendahnya akhlak istri kepada suami.209
208
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.142. 209
Nor Fadilah, Akibat-Akibat Fatal Durhaka Kepada Suami, (Jogyakarta: DIVA Press,
2013), h.64
84
7. Mememuhi kebutuhan Suami Lahir dan bathin
a. Kebutuhan Lahir
Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,
8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, meyatakan bahwa kaitan indra
pengecap dengan cinta karena hubungan dengan makanan. Memang
seseorang dapat kagum pada yang lain, karena kepandaiannya memasak dan
menghidangkan makanan berselera, sampai-sampai ada yang menyatakan
“cinta bermula dari perut, naik ke mata, dan bersemayam di hati.” Ada juga
yang berkata bahwa “jika anda bermaksud membunuh pasangan anda maka
hidangkanlah untuknya makanan yang lezat”. Yang dimaksud adalah
makanan yang berkadar gula dan kolestrerol tinggi, serta segala macam
yang bertentangan dengan tuntunan kesehatan. Memerhatikan waktu-waktu
makan suami merupakan salah satu faktor yang mendorong mantapnya cinta
dan dapat membuktikan keperdulian, sekaligus merupakan salah satu aspek
dari tugas ibu rumh tangga.210
Selain memenuhi kebutuhan makanan suami, Quraish Shihab
berpendapat dalam buku yang berjudul: Pengantin Alquran, 8 Nasihat
Perkawinan untuk Anak-Anakku, terdapat kutipan yang berbunyi:
“Perhatikanlah tempat-tempat, dimana mata suamimu dapat tertuju, jangan
sampai matanya tertuju pada yang buruk pada dirimu.” Dari nasihat ini
dapat dipahami bahwa perempuan sebagai istri harus memperhatikan
kebersihan dan keindahan rumahnya, terutama tempat-tempat yang sering
dikunjungi suami, seperti kamar tidur, kamar mandi ruang keluarga, ruang
kerja bahkan seluruh ruang yang ada dirumah. Selain itu yang lebih penting
adalah penampilan dan kecantikan dirinya ketika dihadapan suami.
Menjaga kebersihan diri serta menggunakan wangi-wangian yang
disukai suami, sesuai pendapat Quraish Shihab mampu membangkitkan
gairah mendekat serta membangkitkan kesenangan dan melahirkan
210
Quraish Shihab,Pengantin Alquran....., h.45.
85
imajinasi,211
sehingga mampu membuat suami merasakan kenyamanan dan
kebahagiaan ketika bersama istrinya. Ataupun sebaliknya ketika seorang
istri tak mampu menjaga kebersihan diri hingga menimbulkan bau yang
tidak disukai suami seperti bau badan, bau mulut dll akan membuat suami
menjauh dari istrinya. Sebagai mana nasihat yang menyatakan bahwa “Dan
janganlah pula hidung suamimu menghirup, kecuali harus semerbak dari
mu”.
Dari pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa yang harus
diperhatikan oleh seorang perempuan sebagai istri dalam memenuhi
kebutuhan makanan suaminya sebagai berikut :
1) Seorang perempuan atau istri memperhatikan waktu makan suami,
yakni jangan sampai suami dibiarkan menunggu terlalu lama ketika
ingin makan dikarnakan makanan belum tersedia.
2) Masaklah makanan kesukaan atau selera suami agar menambah
kecintaannya.selain itu masaklah makanan yang sehat dan bergizi
untuk kesehatan suami.
3) Menjaga kebersihan diri, keindahan tempat tinggal, kerapian pakaian
untuk menyenangkan hati suami.
b. Kebutuhan Bathin (Seksual)
Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,
8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, serta dalam buku yang berjudul
Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai Persoalan Umat,
meyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan seksual merupakan tujuan utama
perkawinan, dan dengan demikian fungsi utamanya adalah reproduksi
manusia. Bahkan, berhubungan seks dengan pasangan dinilai sebagai
sedekah sebagai mana sabda Nabi Muhammad saw. :
و ف بضػ أ حد ك صد كة
Maksudnya: Hubungan seks kalian adalah sedekah.
211
Ibid., h.42.
86
Dan dalam pandangan ajaran Islam, seks bukanlah sesuatu yang kotor
atau najis, tetapi bersih dan harus selalu bersih. Maka hubungan tersebut
harus dimulai dalam suasana suci bersih, tidak dilakukan dalam keadaan
kotor.212
Sehingga sebelum memulai melakukan hubungan seksual
hendaklah membaca doa sebelum melakukan hubungan seksual diantara
suami istri agar terhindar dari campur tangan syeitan.
Quraish Shihab pun menjelaskan terkait adanya perbedaan antara
lelaki dan perempuan dalam rangsangan berahi. Lelaki sangat mudah
terangsang, berbeda dengan perempuan. Kebutuhan seksual lelaki dapat
muncul seketika. Dengan hanya “melihat” bagian-bagian tubuh perempuan
atau mendengar suara yang mendesah, lelaki sudah dapat terangsang dan
gairah nafsunya meningkat, bahkan bisa menggelora. Namun, tidak
sebaliknya bagi perempuan. Disisi lain perempuan dapat “melayani” walau
tanpa terangsang, sedangkan lelaki tidak demikian.213
Berdasarkan pernyataan diatas, untuk meghindari perbuatan yang
dapat menjerumuskan suami pada perbuatan yang haram seperti suami
mencari kepuasan seksual selain dengan istrinya maka istri tidak berhak
untuk menolak ajakan suami untuk menunaikan hasratnya berhubungan
seksual sejalan dengan yang dijelaskan dalam agama yakni menyalurkan
hasrat seksual serta menjauhkan diri dari perbuatan berzina adalah tujuan
utama dari pernikahan. Oleh sebab itu seorang perempuan sebagai istri
apabila tidak ada alasan yang dapat menolak ajakan suami maka istri wajib
datang, tidak menampakkan keletihan dihadapan suami, ataupun pura-pura
sibuk ketika suaminya mengajak berhubungan seksual pada jam berapa saja,
baik malam maupun siang.
Apabila diwaktu siang hari suami mengajak berhubungan seksual
Quraish Shihab pun menjelaskan bahwa Islam membenarkan pemenuhan
kebutuhan biologis secara sah, maka puasa sunnah seorang istri, harus
212
Ibid,. h.70. 213
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.131.
87
dibatalkannya jika suaminya mengharapkan untuk melakukan hubungan
dengannya.214
Hal ini dapat terjadi jika suami sedang berada dirumah pada
siang hari maka sebaiknya istri meminta izin jika ingin berpuasa sunnah,
sikap perempuan yang meminta izin untuk beribadah walaupun ibadah
sunnah kepada suami menandakan bahwa perempuan ini memiliki
pengetahuan yang baik terhadap ajaran Islam.
Selain itu pandangan Quraish Shihab yang menyatakan bahwa
perempuan wajib memenuhi ajakan pasangannya untuk berhubungan
seksual apabila tidak ada alasan yang syar‟i untuk melakukan penolakan
seperti haid, nifas, sakit (yang tidak memungkinkan melakukannya).
Sebagaimana Nabi saw, telah menegaskan :
Apabila seorang suami mengajak istrinya kempembaringan lalu ia tak
menyambutnya dan suami marah karena sikapnya itu, maka malaikat
mengutuk sang istri hingga pagi. (HR. Bukhari dan Muslim).215
Jangan kan untuk seorang menolak tanpa ada alasan yang jelas,
menolak permintaan suami untuk berhubungan seksual untuk melakukan
ibadah sunah seperti shalat tarawih lebih utama melayani terlebih dahulu
permintaan suami sebagaimana yang terdapat dalam buku yang berjudul
Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui,
Quraish shihab menjawab pertanyaan menolak ajakan suami untuk
berhubungan seksual karena akan tarawih, menyatakan bahwa menolak
ajakan suami, tidaklah tepat, namun jika tetap melaksanakan sholat tarawih,
tetap sah, selama memenuhi syarat-syarat, walaupun menolak ajakan suami.
Hanya akan lebih utama jika memenuhi ajakan suami baru sholat berjamaah
dengan suami di rumah.216
214
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.72. 215
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.130. 216
Ibid,. h.140.
88
Namun, apabila istri sedang haid diperbolehkan untuk menolak ajakan
suami berhubungan seksual sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shibab
dalam bukunya yang berjudul Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal
Perempuan yang Patut Anda Ketahui, Quraish Shihab menjawab pertanyaan
seorang perempuan, yang menanyakan tentang batasan yang diperbolehkan
ketika istri haid serta tentang kebenaran hubungan seks yang dilakukan istri
ketika belum mandi hadas, yakni izin untuk sebadan adalah setelah terhenti
haid dan istri mandi. Sebelum mandi, kendati haid berhenti, tetap
terlarang.217
Larangan ini, sejalan dengan pandangan kesehatan, menurut
dokter berhubungan seksual ketika haid itu suatu yang menimbulkan
penyakit bahkan Nabi pun membenarkan hal ini, sehingga dilarang
berhubungan seksual pada saat istri sedang haid.218
f. Berkomunikasi secara Baik dengan Suami
Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam menjalin
sebuah hubungan pernikahan, komunikasi yang baik dalam hubungan
pernikahan mampu mempererat tali kasih dan keromantisan antara suami
istri, sedangkan komunikasi yang buruk mampu menghancurkan hubungan
pernikahan. Ironisnya banyak pasangan suami istri yang tak mampu
mempertahankan mahligai rumah tangga dikarenakan kesalahpahaman
dalam komunikasi sebagai pemicu pertengkaran dan hilangnya kedamaian
dalam rumah tangga yang berujung perceraian. Sehingga diperlukan
pengetahuan terhadap cara berkomunikasi yang baik antar istri dan suami.
Berikut ini akhalak istri dalam berkomunikasi yang baik dengan suami,
diantaranya :
a. Berbicara yang Lembut dan Penuh Cinta
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul: Pengantin
Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, memaparkan bahwa
Perempuan dianugerahi oleh Allah kemampuan berbicara lebih cepat dan
217
Ibid,. h.156-157. 218
Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,
1994), h.63
89
lebih banyak dibandingkan lelaki.219
Kata-kata yang indah mampu
menyuburkan Cinta.220
Dan jangan sampai suara merenggangkan hubungan
kasih sayang bersama pasangan.221
Perempuan sebagai istri seharusnya
sadar dengan suara dan kata yang akan diungkapkan kepada suami suami.
Kata setiap kata dan bunyi yang dikeluarkan akan memiliki pengaruh besar
terhadap lawan bicara. Apabila berkatalah penuh kelembutan dan
kenyamanan dalam berkomunikasi dengan suami, agar mampu
menimbulkan gairah cinta dan menambah kasih sayang, sedangkan suara
dan kata yang menyakitkan hati dan memecahkan gendang telinga mampu
menghilangkan rasa simpati hingga meredam getaran cinta yang ada.
Dalam berkomunikasi atau berdialog, jangan memaki, jangan juga
mengkritik terlalu pedas, hal ini dikarenakan pernikahan itu dilandasi oleh
cinta, dan tiada cinta tanpa perhatian dan penghormatan kepada pasangan.
melecehkan dengan sikap maupun ucapan bertolak belakang dengan
penghormatan kepada pasangan. melecehkan pasangannya, sama halnya
dengan melecehkan diri sendiri. Selain itu jangan sampai suara istri lebih
keras dari suami, karna ketika perempuan sebagai istri membentak suami
dan menyakiti hatinya dengan geram, maka periku demikian termasuk
perilaku kotor yang sangat dibenci malaikat.222
b. Perbedaan Pendapat Diselesaikan dengan Jalan Musyawarah
atau Berdialog
Pernikahan yang sukses bukan saja ditandai oleh tidak adanya
pertengkaran antara suami istri, karena bisa saja pertengkaran tidak terjadi
bila salah satu pasangan meneriman semua yang dikehendaki oleh
pasangannya. Perbedaan yang ada dalam pernikahan, yang sebenarnya
mengeratkan hubungan pernikahan, karna adanya perbedaan itu, suami dan
istri dipersatukan untuk saling melengkapi, menutupi kekurangan dengan
kelebihan masing-masing.
219
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.82 220
Quraish Shihab, Perempuan...., h. 82. 221
Quraish Shihab,Pengantin Alquran...., h.40-41. 222
Nor Fadilah, Op.cit., h.50
90
Dalam buku yang berjudul M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal
Perempuan yang Patut Anda Ketahui karya Quraish Shihab, menjelaskan
mengenai seorang istri dapat saja tidak bersependapat dengan suami bahkan
membantahnya, tetapi tentu saja itu dalam batasan - batasan kesopanan dan
argument yang kuat. Bukan hanya orang bijak yang berpesan agar suami
istri selalu melakukan dialog, Tuhan pun dalam Alquran yang
memerintahkan agar mereka bermusyawarah atau berdialog. Memang dalam
bercinta terkadang bahasa diam lebih ekspresif daripada bahasa lisan. Ini
dapat terjadi apabila kedua pihak memasang/memiliki reciver yang peka,
dan ini hanya dapat diwujudkan pada situasi kemesraan dan kesempatan.
Tetapi dalam keadaan beda pendapat, maka sering kali ada gangguan pada
alat penerima sinyal itu, sehingga diperlukan dialog dengan suara yang
terdengar, bahkan boleh jadi agak sedikit keras, tetapi jangan sampai
didengar oleh orang asing yang bukan keluarga dekat yang bijaksana.223
Bahkan dilarang keras seoran perempuan sebagai istri menceritakan rahasia
rumah tangga dan rahasia suaminya kepada orang lain, sekalipun kepada
sahabat karibnya.
Jika hal tersebut terjadi, sebaiknya perempuan sebagai istri memiliki
keterampilan menyampaikan pandangannya secara baik. terkadang
kelemahan dalam menyampaikan pandangan, kebutuhan atau keinginan,
menjadi mitra bicara menduga sesuatu yang lain, sehingga menolak apa
yang harus diterima. Selain itu mampu mendengar secara efektif
argumentasi atau pandangan dari suaminya, sehingga tidak segera
memberikan penilaian baik atau buruk terhadap gagasan yang disampaikan
kepadanya.224
Dengan begitu penulis dapat menyimpulkan bahwa apabila
perempuan sebagai istri dengan suami menemukan perbedaan pendapat,
pandangan, dan penilaian yang berawal kesalahpahaman hingga berujung
223
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.132 224
Quraish Shihab,Pengantin Alquran, h.141
91
pertengkaran. Maka perempuan sebagai istri sebaiknya melakukan
musyawarah dan berdialog dengan suami.
Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam bermusyawarah ataupun berdialog yakni
sebagai berikut :
1. Perempuan sebagai istri sebaiknya mencari waktu yang tepat dan
menciptakan suasana yang tenang, damai dan santai bagi suami ketika
ingin bermusyawarah ataupun berdialog hal ini memudahkan
menemukan solusi persoalan. Namun jangan dilakukan dalam kondisi
suami sedang amarah.
2. Berbicara dengan jelas agar pesan yang ingin disampaikan mudah
dipahami.
3. Jangan sampai orang lain mengetahui kesalah pahaman ataupun
pertengkaran yang terjadi dalam pernikahan. Maka perempuan sebagai
istri harus mampu menjaga rahasia suami.
4. Apabila membutuhkan pendapat, pandangan dan penilaian dari pihak
lain seperti keluarga, maka carilah keluarga dekat yang bijaksana
sehingga mampu memberikan solusi persoalan secara baik.
c. Mencari Penyelesaian Terbaik Apabila ada Perbedaan
Pandangan
Dalam karya buku Quraish Shihab, yang berjudul: Pengantin Alquran,
8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, menyatakan bahwa tidak mudah
melakukan komunikasi antara pihak yang memiliki perbedaan-perbedaan,
namun untuk memahami perbedaan itu, dibutuhkan keluwesan untuk
menerima perbedaan pendapat pasangannya serta saling pengertian, tidak
menuntut atau menang sendiri, tidak pula harus terus menerima dan
mengalah
Apabila dalam berdiskusi, menemukan perbedaan pendapat sehingga
tidak membuahkan hasil maka hentikanlah sejenak dan alihkan pembicaraan
92
dengan yang lain, dan tunggu kesempatan berikutnya dengan merenungkan
lebih dalam argumentasi suami, atau dengan cara lain untuk meluluhkan hati
suami dalam menyelesaikan persoalan yang tadinya mengganjal dapat
menggunakan kalimat:”boleh jadi engkau yang benar.”225
Perilaku tersebut
menunjukan bentuk penghormatan perempuan sebagai istri terhadap
suaminya. Maka dari itu, perempuan sebagai istri sebaiknya mengetahui
tentang perbedaan-perbedaan, sebagaimana pandangan Quraish Shihab yang
menyatakan tujuan tersebut untuk memanfaatkannya meraih kesepahaman
dalam rangka menciptakan kebahagiaan rumah tangga.
d. Menjaga Rahasia Suami
Dalam berkomunikasi antara suami istri diperlukan saling keterbukaan
dengan pasangan, semua yang diketahui oleh salah seorang pasangan harus
diketahui keduanya. Namun walaupun begitu menurut Qurash Shihab tidak
semua apa yang diketahui atau dialami pasangan diketahui oleh pihak lain,
sekalipun dengan pihak yang terdekat. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada
pihak lain yang ikut campur sehingga dapat menggangu ketentramaan
rumah tangga.226
Penulis pun dapat menyimpulkan bahwa perempuan
sebagai istri tidak diperkenankan membuka rahasia atau aib dari suami
walaupun kepada keluarga ataupun sahabat terdekatnya.
e. Memberikan Nasihat secara Baik dan Benar Kepada Suami
Apabila seorang suami melakukan kesalahan, Quraish Shihab dalam
hal ini menerangkan bahwa agama tidak melarang istri menegur dan marah
pada suaminya jika itu sesuai dengan tempatnya, dan sesuai alasan yang
dibenarkan di dalam agama. Namun, juga tidak langsung memberikan saran
apalagi nasihat kepada suami sebagaimana yang tertera dalam buku yang
berjudul: Pengantin Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku,
karya Quraish Shihab menyatakan bahwa Salah satu keluhan yang paling
sering terdengar dari banyak suami adalah bahwa istrinya selalu ingin
mengarahkannya, bahkan merasa tanggung jawab atasnya dan bermaksud
225
Ibid,. h.190. 226
Ibid,.h.197
93
“menguasainya secara penuh”. Sebenarnya jika seorang istri berusaha
mengarahkan dan memberinya aneka nasihat. Walaupun sebenarnya jika
seorang istri berusaha mengarahkan dan memberinya aneka nasihat. Itu
adalah cinta dan sifat keibuaan perempuan yang selau merasa khawatir
terhadap anak atau kekasihnya.227
Dengan begitu memberikan nasihat atau
mengarahkan suami demi kebaikannya perlu juga diiringi dengan cara yang
baik pula.
Namun apabila memiliki suami yang tempramen, keras kepala dan
cepat emosi, sehingga ketika diberi nasehat ataupun saran tetapi masih tetap
membangkang bahkan tidak berubah, yang dapat dilakukan seorang istri
untuk mengahadapi situasi seperti ini ialah seorang perempuan sebagai istri
dapat berdiskusi dan bermusyawarah dalam mencari solusi terbaik dalam
permasalah yang sedang dihadapi, jika cara ini tidak belum menemukan titik
temu maka seorang perempuan sebagai istri dapat meminta bantuan kepada
keluarganya untuk mencari jalan penyelesaian, namun kalau tetap gagal,
maka bisa menempuh jalan pengadilan untuk menyelesaikan. Selain itu,
dalam hal ini menurut Quraish Shihab tidak dibenarkan untuk seorang istri
memukul suami apabila salah, dikarnakan secara fisik, laki-laki lebih
memilki kekuatan dibandingkan perempuan.228
g. Mendukung Suami agar Berprestasi dalam Bidangnya
Seorang suami menurut Quraish Shihab sangat membutuhkan
dorongan-dorongan dari istrinya, baik berupa penghargaan dan rasa bangga
atas hasil usaha pekerjaan yang dilakukan sehingga dirinya dinilai penting
oleh istrinya. Hal ini disebabkan karna istri yang berhasil adalah yang
mampu menjadi jembatan kesuksesan bagi suaminya, sehingga suami
mampu meningkatkan kemampuannya dan berhasil mencapai kariernya.
Doa istri adalah faktor penentu mencairkan kebuntuan masalah. Kesabaran
istri melewati masa-masa sulit mencapai keberhasilan membuat semangat
227
Quraish Shihab, Pengantin Alquran....., h.126 228
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.127-128
94
suami semakin melejit.229
Namun, apabila perempuan dan menciptakan
ketidaktenangan dirumah sehingga membuat suami tidak produktif untuk
meningkatkan karirnya.
Menciptakan ketenangan di hati suami ketika berada diluar rumah
dengan mampu menjaga diri, mengasuh dan mendidik anak-anaknya serta
menjaga harta suami dengan sebaik-baiknya. Quraish Shihab juga
menegaskan bahwa seorang istri tidak usah terlalu menuntut dari suami apa
yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi ciptakanlah suasana ketenangan
yang dapat mendorongnya lebih berprestasi dalam bidangnya.
Maka dari itu bahwa istri sangat berperan dalam keberhasilan karier
suami. Dikarenakan para suami dalam bekerja mencari nafkah dalam
kondisi menanggung tanggung jawab yang besar terhadap istri dan anak-
anaknya, pekerjaan yang penuh persaingan yang ketat, lingkungan pekerjaan
yang terkadang harus dikelilingi orang-orang yang memiliki sifat-sifat
buruk, iri hati, hasut dan dengki, kondisi lelah setelah bekerja dan hasil
pekejaan yang tak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.
Hal ini sangat mempengaruhi beban psikologis seorang suami
sehingga membutuhkan istri yang mampu memberikan senyuman yang
indah sepulang suami bekerja, menyambutnya dengan suka cita dengan
menciptakan ketenangan, kenyamanan dan damai bagi suami, sehingga
mampu memotivasi suami untuk melakukan segala kewajiban, mampu
menghibur suami dikala sedih melanda serta saling mengerti dan membantu
dalam meringankan beban yang ditanggung suami.230
h. Memberikan Perhatian kepada Orang tua dan Keluarga Suami
Suami dan istri terlahir dari rahim seorang ibu selama sembilan bulan,
memberikan nutrisi dari air susunya, menyinari dengan kasih sayang, lalu
229
Adrian Mafatihallah, Lepas Dari Lapas Hidup, Terapi Islami Agar Hidup Lebih
Bermakna , (Jakarta : Republika ,2017), h.251 230
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Tantangan Wanita Muslimah terj. Musyakillat fii Thariiq
al-Mar‟ah al-Muslimah oleh Wawan Djunaedi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h.137-138
95
kedua orang tuanya mendidik, membesarkan dengan tulus dan ikhlas
mencurahkan perhatian sepanjang hidup hingga menjadi lelaki dan
perempuan yang sempurna hingga menghantarkan sampai menuju jenjang
pernikahan.
Setelah menikah suami istri harus tetap berbakti kepada orang tuanya
serta berbakti kepada orang tua pasangan (mertua) serta menghormati sanak
keluarga. Menjalankan hak dan kewajiban sebagaimana batasan-batasan
yang telah diajarkan dalam agama. Penghormatan istri kepada mertuanya
seperti orang tuanya sendiri merupakan akhlak islami yang sangat mendasar
serta menunjukkan kemuliaan jiwa dan kemuliaan garis keturunan.231
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul: Pengantin
Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, Perhatian yang
dilakukan seorang istri kepada orang tua suami ataupun sebaliknya,
sebaiknya dilakukan dengan penuh keterbukaan agar saling mengetahui agar
tidak menimbulkan kesalah pahaman. Perhatian yang ditujukan kepada
orang tua dan keluarga besar tidak selalu memberikan materi (uang), namun
dapat dilakukan melalui silaturrahmi, kunjungan, menanyakan kabar melalui
telephon, dengan hal ini bapak dan ibu serta keluarga besar tidak merasa
kehilangan anak atau keluarganya setelah menikah.
Selain itu apabila seorang mertua lelaki sedang mengalami sakit dan
harus melayani bahkan memandikannya, Quraish Shihab menyatakan bahwa
memandikannya tidak ada halangan jika memang kondisinya tidak ada yang
lain yang mampu menggantikan, selain itu juga sebaiknya mengurangi
pandangan terhadap auratnya atau kalau terpaksa harus memegangnya
hendaknya tidak secara langsung, tetapi menggunakan kaus tangan atau
semacamnya. Menurut Quraish Shihab, hal ini dikarenakan mertua telah
menjadi bapak atau ibu bagi menatunya, sehingga memberi pelayanan dan
231
Dr Muhammad bin Ibrahim al-Hamad, Trilogi Pernikahan Resep Mujarab Memperbaiki
kesalahan-kesalahan seputar rumah tangga, (Jakarta : Griya Ilmu, 2016), h.275
96
memenuhi kebutuhkan yang baik kepadanya termasuk perbuatan yang
terpuji. 232
Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang
perempuan sebagai istri hendaknya berterima kasih kedua orang tua suami
atas segala kasih sayang dan pengorbanan yang telah dicurahkan kepada
suami sampai ia menjadi pendamping yang baik. Dengan tetap menjaga
jalinan silaturrahmi dengan kedua orang tua dan keluarga suami, menjaga
hubungan baik bagaimanapun mereka tetap menjadi kedua orang tua suami
walaupun sudah menikah, serta memberikan pelayanan terbaik seperti orang
tua sendiri. Agar kebahagaiaan, ketenangan dan keberkahan hidup
menghiasi ikatan pernikahan.
i. Mampu Menciptakan Keseimbangan Ekonomi
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul: Pengantin
Alquran, 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku, seorang istri harus
mampu menciptakan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
Disisi lain, walaupun kewajiban mencari nafkah untuk memenuhi keutuhan
istri dan anak-anak secara wajar dibebankan kepada suami, tetapi istri
hendaknya dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan wajar itu, bahkan
kalau perlu ikut bekerja mencari nafkah. Menjadi sebuah catatan penting
yang perlu dihayati oleh perempuan sebagai istri, yaitu betapa pun
penghasilan istri melebihi penghasilan suami, tetapi itu tidak berarti ia harus
mendikte suami sesuai kehendaknya.
Namun, Jika seorang suami bekerja, mencari nafkah dan berhasil
meraihnya, dan istri pun bekerja maka istri tidak berkewajiban memberikan
penghasilannya kepada suami, karena itu adalah tanggung jawab suaminya.
Jika suami bekerja mencari nafkah dan istri mengarahkan pandangannya
lebih banyak kepada rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya. Maka apa
yang dilakukannya ketika itu merupakan salah satu bentuk dari saling bantu
membantu dan saling melengkapi untuk satu fungsi yang harus diemban.
232
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.64
97
Selain itu di dalam buku yang berjudul M. Quraish Shihab Menjawab;
101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui karya Quraish Shihab,
terkait permasalahan jika dalam keadaan memaksa seorang istri
meninggalkan suami bahkan harus keluar negeri demi mencari uang karena
kesulitan ekonomi dan suami pun tidak memperoleh peluang bekerja
menjelaskan bahwa tidak dibenarkan seorang perempuan ke luar negeri dan
hidup di sana tanpa ada mahram yang menemani, bahkan untuk bekerja di
sana. Namun tidak dinilai berdosa apabila mendapatkan peluang
pekerjaannya di dalam negeri sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya.233
Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam memenuhi ekonomi keluarga secara utuh menjadi tanggung
jawab penuh seorang suami, namun istri juga harus menjaga keseimbangan
ekonomi dengan cara bijaksana dalam mengelola keuangan keluarga.
C. Relevansi Pendidikan Akhlak Perempuan dalam Pernikahan
Menurut Quraish Shihab dengan Konteks Kehidupan Pernikahan
Perempuan Modern
1. Kenyataan Kehidupan Perempuan pada Masa Modern
Pada masa kini, tuntunan kehidupan modern telah mengakibatkan
pergeseran tatanan nilai kehidupan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan
manusia dalam mengembangkan teknologi dan informasi yang pesat tak
berimbang dengan kemajuan akhlak manusia. Alhasil Perkembangan Dunia
semakin maju namun disisi lain manusia makin terperosok kedalam kehancuran
akhlak. Manusia terlena dalam kebahagiaan dunia yang penuh dengan
fatamorgana, hingga luput dalam menggapai kebahagian akhirat yang nyata dan
kekal.
Ironisnya, perempuan yang memiliki peranan penting dalam
keberhasilan membangun sebuah peradaban mengalami kerusakan akhlak. Hal
ini menjadi cara para musuh-musuh Islam untuk mengahancurkan masa depan
233
Qurasih Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan....., h.204
98
Islam dengan merusak akhlak perempuan. Berikut ini problematika kehidupan
yang dihadapi perempuan :
a. Kurangnya Pendidikan Pra Nikah bagi Perempuan
Pernikahan adalah ibadah yang dilakukan seumur hidup. Penuh
dengan tantangan yang harus dihadapi. Bagi perempuan setelah menikah
akan menyandang status sebagai istri. Sehingga menjalani peranan sebagai
istri bukanlah perkara yang mudah, sepanjang sisa hidup akan terus
mendampingi, mentaati dan melayani suami sebaik-baiknya. Namun, jika
tidak diiringi dengan kesiapan mental dan keilmuan yang baik, alhasil akan
timbul kekacauan dalam kehidupan pernikahan. Maka dari itu, seorang
perempuan harus memperoleh pendidikan yang baik sebagai kesiapan diri
dan keilmuannya untuk memasuki gerbang pernikahan.
Namun ironisnya, lembaga pendidikan seakan tidak menganggap
penting pendidikan pra nikah bagi peserta didik terutama perempuan,
sehingga materi pembelajaran di sekolah tidak cukup mendukung keilmuan
terkait persiapan diri seorang perempuan menjalani peranan di dalam
pernikahan. karena itulah orang tua memiliki tanggung jawab untuk
memberikan pengetahuan dan pendidikan pra nikah kepada anak-anaknya
terlebih kepada anak perempuan, dengan memberikan nasihat tentang dasar-
dasar dan adab pernikahan misalnya tentang adab-adab istri kepada
suami.234
Seharusnya perempuan mendapatkan pembelajaran mengenai kisah-
kisah perempuan muslimah yang terhormat agar perempuan masa kini
mengenal dan meneladani sifat-sifatnya, perempuan juga pendidikan
mengenai pengenalan dan pengamalan terhadap tugas-tugas perempuan
234
Misran Jusan dan Armansyah, Prophetic Parenting For Gils (Cara Nabi Mendidik Anak
Perempuan), (Yogyakarta: Pro-U Media, 2016), h.283.
99
yang harus dijalankan ketika sebagi istri dalam pernikahan, agar bisa dengan
bijaksana menjalankan dengan baik tanggung jawabnya diantaranya :235
1. Perempuan setelah menjadi istri berkewajiban melayani kebutuhan
makan suami, maka perempuan perlu diajarkan tentang ilmu memasak
dari jenis-jenis alat masak, bahan baku dan resep pembuatan makan.
2. Perempuan sebagai istri, akan merawat dan menjaga suami serta anak-
anaknya, maka perempuan perlu diajarkan ilmu keperawatan,
mengetahui gejala penyakit dan penanggulangannya, macam-macam
obat, cara merawat orang sakit dsb.
3. Perempuan sebagai istri, berkewajiban menciptakan keindahan,
kenyamanan, kebersihan rumah, maka perempuan perlu dilatih untuk
membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan rumah.
b. Perempuan yang Bekerja
Pada zaman modern saat ini, keterbukaan lapangan pekerjaan untuk
perempuan bekerja saat ini sangat terbuka luas, perempuan kini mampu
mengisi berbagai macam posisi jabatan di dunia pekerjaan. Sehingga
memberikan peluang yang besar untuk perempuan berkarier. Tawaran gaji
yang menggiurkan sejalan dengan tuntutan ekonomi yang semakin
meningkat, terkadang perempuan tak lagi mampu memilah dan memilih
pekerjaan.
Ironisnya syariat agama tak lagi dihiraukan demi mendapatkan pundi-
pundi rupiah. Alhasil pekerjaan yang mengharuskan menampilkan
keindahan bentuk tubuh, menanggalkan hijab yang merupakan kewajiban
setiap perempuan untuk mengenakannya, bahkan rela menjual harga dirinya.
Padahal bagi perempuan sebagai istri wajib menjaga dirinya, menampakkan
keindahan diri hanya untuk suami, namun jika berkerja ia harus
menampakkan kecantikannya demi mendapatkan pekerjaan.
235
Muhamamd Ali Al-Bar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam : Kodrat Kewanitaan,
Emansiapasi dan Pelecehan Seksual terj. Amal Al-Mar‟ah fi Al, Mizan oleh Amir Hamzah,
(Jakarta: pustaka Azzam, 1998), h.173
100
Perempuan yang bekerja, dapat menimbulkan problematika dalam
kehidupan pernikahannya, tak jarang perempuan harus meninggalkan suami
dan anaknya untuk mengejar karier dan jabatan. Pekerjaan yang harus
menyita waktu, tenaga dan pikiran dari pagi hingga malam sehingga
membuat suami dan anak terlantar. Bahkan ada perempuan yang rela tuk
menunda kehamilan demi memenuhi tuntutan pekerjaan. Selain itu, bisa
menyebabkan stress dan perasaan tertekan dalam pekerjaan dibawa ke
lingkungan keluarga, membuat kondisi emosi perempuan tidak stabil
berakibat suami dan anak menjadi pelampiasan kemarahan, sehingga
memicu terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang berujung ketenangan
dalam pernikahan menghilang.
Pada prinsipnya, Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja,
selama pekerjaan yang dilakukan tidak melanggar norma dan ketentuan
agama serta mampu menghindari dampak-dampak buruk dari pekerjaan
yang di lakukan terhadap diri, keluarga dan lingkungan. Ketika perempuan
telah memasuki gerbang pernikahan ada hal yang perlu diperhatikan
perempuan yakni tugas dan tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Keputusan
perempuan berkarier setelah menikah, harus mampu menjalankan tanggung
jawab ganda secara berimbang, yakni tanggung jawab sebagai istri untuk
suaminya, ibu bagi anak-anaknya dan sebagai perempuan yang berkarier.
Tanggung jawab tersebut harus dijalani dengan benar dan baik.
Namun yang menjadi perhatian bagi perempuan yang telah menikah
ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum memutuskan
untuk bekerja, diantaranya : pemberian izin suami untuk bekerja, karna
setelah menikah suami yang bertanggung jawab untuk memberi nafkah dan
memenuhi kebutuhan rumah tangga istri dan anak-anaknya. Ada beberapa
alasan ketika suami mengizinkan istri untuk bekerja diantaranya, agar
keilmuan istri bermanfaat bagi masyarakat, agar istri tidak merasa bosan dan
jenuh dirumah, agar istri bisa menghargai hasil kerja suami karan
mengetahui sulitnya mencari uang, serta membantu suami memenuhi
101
kebutuhan hidup terutama jika suami sakit dan tak mampu bekerja atau
bekerja namun hasilnya tak mampu menutupi kebutuhan.
Apabila perempuan memiliki keputusan untuk bekerja setelah
menikah, dengan seizin suami, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dan dijalankan seoarang perempuan sebagai istriyang bekerja diantaranya :
Menyediakan pelayanan terbaik untuk suami seperti: memperhatikan
waktu dan makanan kesukaan suami serta memenuhi kebutuhan seksual
dengan berpenampilan menarik dihadapan suami.
Menjalin komunikasi yang baik dengan memberikan kabar agar suami
merasa tenang dan meluangkan waktu untuk bercerita, senda gurau dengan
suami untuk menjaga kehangatan hubungan suami istri
Mengusahakan pulang bekerja lebih awal dibandingakan suami, untuk
dapat menyambut suami dengan wajah yang ceria, tubuh yang wangi untuk
melepas lelah suami. Akan tetapi ada juga suami yang tidak mengizinkan
istrinya untuk bekerja, apalagi suami sudah mampu memenuhi kebutuhan
keluarga serta di khawatirkan apabila bekerja dapat menghalangi istri untuk
melakukan kewajiban atas suami dan rumah tangganya. Dalam hal ini suami
dan istri harus mampu kelola dengan baik dan bijaksana,
mempertimbangkan dampak dan pengaruh dari keputusan yang akan
diambil agar tidak berimbas pada kehancuran rumah tangga dan berakhir
dengan memilih salah satunya suami atau kerja.
Maka dari itu perempuan yang bekerja dengan memiliki kemandirian
secara finansial bukan cara untuk keluar dan menghindar dari tanggung
jawab sebagi istri, bukan berarti harus melawan kewajiban, bukan pula
untuk merendahkan kepemimpinan kepala keluarga. Tetapi perempuan
yang bekerja setelah menikah sebagai usaha membantu perekonomian
keluarga, dengan menjaga kehormatan dan tanggung jawabnya.
c. Mudahnya Perempuan Mengugat Cerai
102
Kekacauan dalam pernikahan, dapat bermula dari buruknya
komunikasi diantara suami dan istri, yang sering kali berselisih paham
dengan berbagai perbedaan yang ada. Sehingga pertengkaran menjadi
sebuah rutinitas berdampak ketenangan didalam rumah menghilang, jika ini
yang terjadi suami akan mencari ketenangan diluar rumah, yang sebenarnya
menjadi tanggung jawab istri untuk menjadikan rumah sebagai tempat yang
menenangkan dan menentramkan bagi seluruh anggota rumah.
Tak ayal perselingkuhan, perceraian bahkan kriminalisasi antara
suami istri santer terdengar dari berita-berita media elektronik, cetak dan
online menghiasi pemberitaan setiap harinya. Dalam jurnal yang berjudul
Tingginya Angka Cerai Gugat (Khulu‟) Di Indonesia : Analisis Kritis
Terhadapm Penyebab Dan Alternatif Solusi Mengatasinya karya Isnawati
Rais menyatakan bahwa faktor penyebab perceraian didominasi oleh faktor
perselisihan, yakni suami istri sudah kehilangan rasa harmonis yang
mencapai angka 2393 dari 6708 atau dengan prosentase 36%. Berdasarkan
hasil responden perselisihan berawal dari persoalan yang sepele, yang tak
kunjung diselesaikan hingga muncul persoalan-persoalan baru yang makin
menumpuk. Selain itu penyebab istri menggungat cerai dikarnakan sering
mengalah ketika menghadapi suami, akan tetapi suami tidak mau mengerti
dan menyadari apa yang terjadi dirumah.236
Ketidak harmonisan yang terjadi didalam pernikahan yang disebabkan
faktor perselisihan, disinilah menunjukan betapa pentingnya membangun
komunikasi yang baik dintara suami istri, dengan melakukan musyawarah
dan berdialog ketika terjadi perbedaan pendapat, serta penyampaian
dilakukan secara baik dan jelas sehingga pesan tersampaikan dengan baik
menjadi solusi untuk mengurangi ketegangan perselisihan. Terjadi
perselisihan sebenarnya adalah hal yang wajar karna setelah menikah
perbedaan-perbedaan diantara suami istri tidak hilang, namun keduanya
harus saling mengenal, memahami, menghormati perbedaan tersebut hingga
236
Isnawati Rais, Tingginya angka cerai gugat (Khulu‟) di Indonesia : analisis kritis
terhadapm penyebab dan alternatif solusi mengatasinya, Al-Adalah, Vol.XII, No.1 Juni 2014, h.7-
8.
103
pada akhirya perbedaan tersebut menjadi pelengkap untuk saling mengisi
dan menyempurnakan hubungan pernikahan.
d. Finansial Istri Lebih Tinggi daripada Suami
Bagi perempuan yang memiliki harta yang bergelimang yang
diperolehnya dari warisan orang tua ataupun bekerja, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan hidup. Dapat membentuk kepribadian perempuan
mandiri dalam finansial, membuat perempuan dapat membeli apa saja yang
diinginkan serta memenuhi kebutuhan dirinya tanpa harus menunggu
pemberian dari orang lain bahkan suami.
Yang terjadi kini, kedudukan ekonomi istri lebih tinggi dari pada
suami dapat menjadi pemicu kerusakan rumah tangga, hal ini terjadi apabila
suami merasa inferior terhadap dirinya dibawah istri sehingga ia tidak
mampu menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga dengan baik.
Selain itu, perempuan yang memiliki kemandirian secara ekonomi, serta
kelebihan harta dibandingkan suami, mengakibatkan perempuan berani
mengambil keputusan untuk bercerai, karena mereka tidak menggantungkan
hidupnya secara ekonomi terhadap suaminya sehingga berpandangan bahwa
setelah perceraian terjadi hidupnya tidak akan terlantar.237
237
Isnawati Rais, Tingginya angka cerai gugat (Khulu‟) di Indonesia : analisis kritis
terhadapm penyebab dan alternatif solusi mengatasinya, Al-Adalah, Vol.XII, No.1 Juni 2014, h.2.
104
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisia yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya terhadap obyek penelitian yaitu konsep pendidikan akhlak perempuan
sebagai istri terhadap suami dalam pernikahan menurut Quraish Shihab, maka
penulis dapat menyimpulkan beberapa poin yang menjadi jawaban dari rumusan
masalah pada penelitian ini, sebagai berikut:
1. Konsep pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami dalam
pernikahan menurut Quraish Shihab, sebagai berikut :
a. Perempuan sebagai istri hendaknya memahami tanggung jawab sebagai
istri yakni untuk mendengarkan, mematuhi, mentaati perintah suami,
yang merupakan pemimpin dalam rumah tangga, agar mampu
menjalankan peranannya sebagai istri berjalan dengan baik, benar dan
bagus berstandarkan Alquran dan Hadis.
b. Perempuan sebagai istri hendaknya memenuhi kebutuhan-kebutuhan
suami terutama kebutuhan seksual sebagai tujuan perkawinan selain itu
kebutuhan yang bersesuaian dengan fungsi panca indra seperti kebutuhan
penglihatan, penciuman, pengecapan, pendengaran dan perabaan.
c. Perempuan sebagai istri hendaknya ketika berbicara mampu menguatkan
rasa cinta kepada suami dengan bahasa yang lembut. Memaki, mencaci
dan berselisih paham dengan suami mampu menghilangkan rasa cinta,
maka bermusyawarah dan berdialog dengan penyampaian yang baik serta
pemilihan waktu dan kondisi yang tepat.
d. Perempuan sebagai istri bijaksanalah mengelola keuangan demi menjaga
keseimbangan ekonomi. Sekalipun mengharuskan untuk bekerja dengan
izin suami. Terutama ketika suami sakit dan tak mampu mencari nafkah.
e. Perempuan sebagai istri hendaknya menampakkan cinta dan kebanggan
terhadap suami, mampu menjaga diri, dalam hal penampilan dan
kecantikan hanya untuk suami, menjaga harta suami, pamit kepada suami
jika keluar rumah, tidak memasukan lelaki kedalam rumah, tanpa izin
105
suami, memberi kepercayaan kepada suami. Memberikan perhatian
kepada orang tu dan keluarga suami.
f. Perempuan sebagai istri hendaknya menghadapi perbedaan dengan saling
menghargai, menghormati dan mengisi kekurangan dan kelebihan
pasangan. Perbedaan diantara suami seperti : perbedaan tingkah laku,
kebutuhan, karakter, latar belakang keluarga dan pendidikan, perbedaan
cara pandang, pemberian penilaian dan perhatian ataupun dalam
menyelesaiakan masalah adalah warna dalam kehidupan rumah tangga
untuk mewujudkan keharmonisan dalam pernikahan.
2. Relevansi konsep pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap
suami dalam pernikahan dengan konteks kehidupan perempuan modern
yaitu problematika yang timbul pada kehidupan perempuan modern saat ini
terjadi akibat dari kemunduran akhlak perempuan yang berdampak kepada
ikatan pernikahan. Pendidikan akhlak perempuan sebagai istri sangat
dibutuhkan untuk memberikan pembinaan dan pembiasaan untuk memiliki
akhlak yang baik dalam menjalani kehidupan pernikahan yang penuh
dengan tantangan dan ujian, mulai dari permasalahan perbedaan pendapat,
buruknya hubungan komunikasi antara suami dan istri, kurangnya saling
menerima keadaan, bahkan yang sering terjadi adalah permasalah ekonomi
yang sering menjadi faktor penyebab kehancuran pernikahan.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Bagi para perempuan
a. Pendidikan akhlak perempuan sebagai istri terhadap suami dalam
pernikahan telah dijelaskan dalam Alquran dan Sunnah namun penulis
menyarankan para perempuan begitu penting untuk memiliki
kesadaran beragama untuk mampu mengamalkan serta
menginternalisakan hal tersebut dalam kehidupan pernikahan demi
membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
106
b. Bagi para perempuan yang belum menikah hendaknya mempelajari
akhlak bagi perempuan dalam pernikahan, sebagai pedoman untuk
menjalani kewajiban sebagai istri dengan memahami peranan yang
harus dilakukan, berupa tugas dan tanggung jawab sebagai seorang
istri. Pengetahun ini demi mempersiapakan mental, fisik dan
pengetahuan perempuan ketika berstatus seorang istri setelah
menikah.
c. Bagi para perempuan yang telah berstatus sebagai istri, mempelajari
pendidikan akhlak bagi perempuan dalam pernikahan, sebagai
tambahan ilmu untuk merawat, mempertahankan dan melanggengkan
hubungan pernikahan dengan mengetahui bagaimana cara memahami
perbedaan yang ada diantara suami, mengatasi masalah dalam
pernikahan, cara memberikan pelayan terbaik untuk suami, diberikan
pengetahun terkait hingga mewujudkan pernikahan yang harmonis.
2. Bagi Lembaga Pendidikan Islam
Kini pendidikan akhlak menjadi hal yang paling penting ditengah gejolak
kerusakan akhlak diberbagai sektor kehidupan, terutama pada akhlak
perempuan yang menjadi tolak ukur masa depan agama dan negara. Perempuan
yang secara fitrahnya akan menjadi seorang istri membangun keluarga serta
peradaban manusia, sehingga sangat dibutuhkan pondasi untuk menjalani tugas
dan tanggung jawabnya. Disinilah peran lembaga pendidikan Islam yang harus
mampu mendidik perempuan mempersiapkan menjadi istri ideal yang taat dan
patuh kepada Allah SWT serta suami. Demi terciptanya keluarga yang
harmonis, menghasilkan generasi terbaik untuk agama dan negara. Kehancuran
negara dimulai dari kehancuran keluarga yang didalamnya terdapat
perempuan-perempuan yang rusak akhlaknya.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abd Muid, Fahrul. 2017. Ayat-Ayat Kelautan dalam Tafsir Al Misbah. Disertasi
Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Abdu L-Aziz Al Jandul, Sa‟id. 1991. Wanita dibawah Naungan Islam. terj. Al-
Jinsu‟n Na‟im Fi Zhillil Islam oleh Syafril Halim. Jakarta: CV. Firdaus.
Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Quran. Cet I .
Jakarta: AMZAH.
Abdulmannan Athibi, Ukasyah. 1988. Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya. Cet I
.Terj. Tad-huuru Akhlaaqun-Nisaa‟i oleh Chairul Halim. Jakarta: Gema
Insani Press.
Abdurrahman, Muhammad. 2016. Akhlak : Menjadi Seorang Muslim Berakhlak
Mulia.Jakarta: Rajawali Press.
Ahmad Jaiz, Hartono. 2007. Wanita antara Jodoh Poligami dan Perselingkuhan.
Jakarta: Pustaka al-kausar.
Al-Azizi, Abdul. 2017. Syukur Sakinah Mawaddah wa Rahmah. Yogyakarta:
DIVA Press.
Al-Abrashi, M. Athiyah. 1969. al-tarbiyah al islamiyah wa Falasifatuha. Mesir:
Isa al-babi al-Halabi.
Al-Hamad, Dr. Muhammad bin Ibrahim, 2016. Trilogi Pernikahan Resep
Mujarab Memperbaiki Kesalahan - Kesalahan Seputar Rumah Tangga.
Jakarta : Griya Ilmu.
Al-Ghazali, Al Imam Abu Hamid. 2014. Menyingkap Hakikat Perkawinan terj.
Kitab Adab an Nisa oleh Muhammad Bagir. Bandung: Mizan.
Ali al-allawi, Muhammad. 2006. The Great Women : Mengapa Wanita Harus
Merasa Tidak Lebih Mulia. Cet II. Terj. Uluwwul Himmah „Inda An-Nisa
oleh El Hadi Muhammad. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Ali Al-Bar, 1998. Muhamamd Wanita Karir dalam Timbangan Islam : Kodrat
Kewanitaan. Emansiapasi dan Pelecehan Seksual terj. Amal Al-Mar‟ah fi
Al. Mizan oleh Amir Hamzah. Jakarta: pustaka Azzam.
Ali Al Hasyimi, Muhammad. 2012. Jati Diri Seorang Muslim terj. Syakhshiyyatul
Mar‟ah Al-Muslimah Oleh M Abdul Ghoffar. Jakarta : Al Kausar.
108
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam : Upaya Pembentukan
pemikiran dan kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosyadakarya.
Ansori, 2010. Transformasi Pendidikan Islam. cet 1. Jakarta: Gaung Persada
Presis.
Anwar, Rosihan. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Amini, Ibrahim. 2006. Cet. I. Agar tak Salah Mendidik. Jakarta: al-Huda.
Arifin, M. 1987. Filasafat Pendidikan Islam. Jakarta. BINA AKSARA.
Arifin, Zaenal dan Muh Ansori. 2019. Fiqih Munakahat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
As-Sayyid al-Iraqi. 2006. Butsainah 1000 Tips Menikmati Surga Rumah Tangga.
Cet II. terj. Alfu Fhaiqah Lissa‟adatiz Zaujiyah oleh Najib
Junaidi.Surabaya: CV Fitrah Mandiri.
Ash Shabbagh, Mahmud. 1993. Keluarga Bahagia dalam Islam terj. As-Sa‟adah
Az-Zaujiyah Fil Islam. Yogyakarta: CV Pustaka Mantiq.
Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak.Jakarta : PT RAJA GRAFINDO.
Asmawi, Muhammad. 2004. Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan.
Yogyakarta : Darussalam.
Asy Santuh, Khalid Ahmad. 1991. Pendidikan anak putri dalam keluarga muslim.
Jakarta: Pustaka al-Kausar.
Athiyah Ath-Thuri, Hannan. 2007. Mendidik Anak Perempuan Di Masa Remaja.
Cet I. terj. Ad-Daur At-Tarbawy Li Al Walidain ft Tansyi‟ah Al-Fatah Al
Muslimah ft Marhalah Al-Murahaqah Al-Juz Ats-Tsaniy oleh Aan
Wahyudin. Jakarta: AMZAH.
Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Abdul 2005. Ensiklopedia Etika Islam: Begini
Semestinya Muslim Berprilaku. terj. Mausu‟ah Al-Adab Al-Islamiyyah Al-
Murattabah Ala Al-Huruf Al-Hijaiyyah oleh Muhammad Isnaini. Jakarta :
Maghfirah Pustaka.
Azra, Azyumardi. 2001. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Cet 8. Jakarta: Kalimah.
Burhanuddin, Jajat. 2002. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
109
Daradjat, Zakiah. 1995 Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
CV RUHAMA.
Daud Ali, Muhammad Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
El-Fikri. 2014Syahruddin Sejarah Ibada. Jakarta: Republika.
Halim Mahmud, Ali Abdul. 2004. Tarbiyah al-Khuluqiyyah. Jakarta: Gema
Insani.
Halimah Alaydrus. 2018. Muhasabah Cinta. Cet. III. Jakarta: Wafa Production.
Hamka. Lembaga Hidup. 2015. Jakarta: Republik.
Hamka. 1973. Kedudukan Perempuan dalam Islam. Jakarta : Pustaka Pajimas.
Hasan, Farid Nu‟man. 2019. Fiqih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Gema
Insani.
Ihsan. Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Indra, Hasbi. 2014. Potret Wanita Sholeha. Cet II. Jakarta : Pena Madani.
Islam Ibn Taimiyyah, Syaikul dkk. 2008. Setiap Problem Suami Istri Ada
Solusinya. terj. Kullu Musykilati Zaujiyyah wa laha Hall oleh Syaiful
Mujahidin. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Junjunan, Adi. 2009. Energi Cinta untuk Keluarga. Jakarta: Niaga Swadaya.
Jusan, Misran dan Armansyah. 2016. Prophetic Parenting For Gils Cara Nabi
Mendidik Anak Perempuan. Yogyakarta: Pro-U Media.
Jauhari, Heri. 2008. Fikih pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Khalid, Amru. 2016. Rumah seindah syurga terj. Al-Jannah fii Buyutiina oleh M
Abdul Ghofur. Jakarta : Katulistiwa Press.
Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam IBN Khaldun Kritis.
Humanis dan Religius. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Langgulung, Hasan. 1988. Asas-Asas Pendidikan Islam. Cet II .Jakarta: Pustaka
Al Husna.
Mafatihallah, Adrian. 2017. Lepas Dari Lapas Hidup. Terapi Islami Agar Hidup
Lebih Bermakna . Jakarta : Republika.
Mansur, Abd Qadir. 2005. Buku Pintar Fikih Muslimah terj Fiqh al Mar‟ah al
Muslimah min al Kitab wa al Sunnah.oleh Muhammad Zaenah Arifin.
Jakarta: Zaman.
110
Mardani. 2016. Hukum Keluarga Islam Di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Maryam, Abu. 2003. 40 Kebiasaan Buruk Wanita. Cet. I. Terj.
Akhtaa‟Taqa‟ufiihaaAn-Nisaa‟ oleh Ahmad Rifa‟i Usman. Jakarta: Pustaka
Al-Kausar.
Moelong, Lexy J. 2014.Metodologi penelitian Kualiatatif. Cet. 18. Bandung:
Rosda Karya.
Muhammad Al-Jamal, Ibrahim. 2000. Tantangan Wanita Muslimah terj.
Musyakillat fii Thariiq al-Mar‟ah al-Muslimah oleh Wawan Djunaedi.
Jakarta: Pustaka Azzam.
Mun‟im Ibrahim, Abdul. 2005Mendidik Anak Perempuan. Cet. II. Jakarta:GEMA
INSANI.
Musa, Kamil. 1994. Anak Perempuan Dalam Konsep Islam. Cet. I. Jakarta: CV
FIRDAUS.
Musifin. 1993. Perkawinan dan Masalahnya. Pustaka al Kausar.
Mustofa. A. 1999. Akhlak Tasawuf . Bandung: CV. Pustaka Setia.
Musthafa. Ibnu. 1995. Wanita Islam Menjelang Tahun 2000. Cet IV. Bandung:
Mizan.
Narendrany Hidayat, Heny. 2009. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Nata, Abuddin. 2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Nata, Abuddin. 2005 Tokoh - Tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia.
Cet. 1-3 Jakarta: Rajagrafindo.
Nata, Abuddin. 2005. Pendidikan Dalam Perspektif Alquran.Jakarta. UIN Jakarta
Press.
Nata, Abudun. 2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.
Nata, Abbudin. 2015. Akhlak Tasawuf dan Akhlak Mulia. Jakarta: PT Rajawali
Pers.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. cet. IV. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nizar. Samsul. 2001. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. cet.1.
Jakarta: Media Gaya Pratama.
111
Pusat Study Alquran. 2019. Visi dan Missi Pusat Study Alquran. Diunduh tanggal
9 November 2019 pukul16.00 wib didapat dari https://psq.or.id/
Qardawi, Yusuf. 1996. Fatwa-Fatwa Kontemporer terj. Hadyul Islam Fatawi
Mu‟ashiraholeh As‟ad Yasin. Jakarta: Gema Insan Press.
Rahman Hasan, Abdur. 1994. Metode Merusak Akhlak dari Barat. Cet VI. Terj.
As‟ad. Jakarta: Gema Insani Press.
Rahman Ghozali. Abdul. 2003. Fiqih Munakahat. Jakarta : Kencana.
Rais, Isnawati 2014. Tingginya Angka Cerai Gugat Khulu‟ Di Indonesia: Analisis
Kritis Terhadapm Penyebab Dan Alternatif Solusi Mengatasinya. Al-
Adalah. Vol.XII. No.1 Juni.
Rasyid al-Umayyid, Muhammad. 1999. Kepada wanita Mukminah terj. Ila
Mu‟minah oleh M Nur Wakhid. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional . Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1.
Lembaran Negara Ri Tahun 2003, Sekretariat Negara. Jakarta.
Rivai Zainal, Veithzal. 2018. Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Quran. Jakarta:
Salemba Diniyah.
Rosyada, Dede. 2016. Madrasah dan Profesionalisme Guru. Jakarta: UIN Press.
Said Mursi, Muhammad. 2001. Seni Mendidik Anak 2 terj.Fann Tarbiyah al
aulaad Fii al Islam oleh Muhammad Muahson Anasy. Jakarta: Pustaka al
Kausar.
Salim, Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2016. Studi Ilmu Pendidikan Islam.
Jogyakarta: Ar Ruzz Media.
Syukri Zarkasyi, Abdullah. 2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan
Pesantren. Cet.1. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Samsi, Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Selamat, Kasmuri. 1998. Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga Panduan
Perkawinan. Jakarta: Kalam Mulia.
Suharto, Toto. 2011. Filsafat pendidikan Islam. Jogyakarta: Ar Ruzz Media.
112
Shihab, M. Qurasih. 2005. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks Dari Nikah
Mut‟ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai Bias Baru. Jakarta:
Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 1994. Membumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.
Shihab. M.Quraish. 1994. Lentera Alquran:Kisah dan Hikmah Kehidupan.
Bandung: Mizan.
Shihab. M. Quraish. 1994. Membumikan Alquran Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.
Shihab. M. Quraish. 2016. Pengantin Alquran. 8 Nasihat Perkawinan untuk Anak-
Anakku. Jakarta : Lentera Hati.
Shihab. M. Quraish. 2001. Tafsir Al Misbah. vol 15. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab. M. Quraish. 2000. Secercah Cahaya Illahi (Hidup Bersama Alquran).
Jakarta: Mizan.
Shihab, M. Quraish. 2005. Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu‟i atas Berbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Shihab, M. Quraish. 2010. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan
yang Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lentera Hati.
Subhan, Zaitunah. 2008. Menggagas Fikih Pemberdayaan Perempuan. Jakarta:
el-Kahfi.
Subhan, Zaitunah. 2015. Alquran dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender
dalam Penafsiran.Jakarta: Prenada Media Group.
Sugiyono. 2011 Metode Penelitian Kombinasi mixed Methods. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif. dan R&D. Cet. XXII.
Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan. cet. 18. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syaodih, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : remaja Rosda
karya.
Syarifuddin, Amir. 2007. Hukum Perkawinan Islam dan Indonesia antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta : Kencana.
113
Syarifudin, Achmad. 2017. Peran Strategi Kaum Perempuan Dalam Mewujudkan
Masyarakat Religi. An Nisa‟a: Jurnal Kajian Gender dan Anak. Vol. 12.
Nomor 01. Juni http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa diunduh pada
28 Juni 2019 pukul 20.00 WIB
Tahido, Yanggo, Hujaemah. 2010. Fikih Perempuan Kontemporer. cet I. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Pasak, Taufiq. 2008. Revolusi IQ/ED/SQ: Menyingkap Rahasia Kecerdasan
Berdasarkan Al-Qur‟an dan Neurosains Mutakhir, Bandung: Mizan.
Tihami. 2009. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta : PT Raja
Grafindo.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Wijaya, Rony. Artikel : Biografi Tokoh: Kumpulan Biografi dan Profil Tokoh
Terkenal. Tokoh Agama Quraish Shihab. di akses pada 9 November 2019
pukul 15.00 wib didapat dari https://bio.or.id/biografi-quraish-shihab/.
Wikipedia. 2019. Ensiklopedia Bebas. Biografi Tokoh Ki Hajar Dewantara di
akses pada tanggal 20 Oktober 2019 di dapat dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara
Wikipedia. 2019. Ensiklopedia Bebas. Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di
akses pada tanggal 5 November 2019 di dapat dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab.
Wikipedia. 2019. Ensiklopedia Bebas. Biorgafi Najwa Shihab di akses pada
tanggal 09 November 2019 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Najwa_Shihab
Wikipedia: Ensiklopedia Bebas. Biografi Tokoh Muslim Quraish Shihab di akses
pada tanggal 5 November 2019 pukul 15.30 wib didapat dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab.
Yamani, Mai. 2000. Feminisme & Islam : Persefektif Hukum Dan Sastra. Terj.
oleh Purwanto. Bandung: Nuansa.
Zaki al Barudi, Syaikh Imad. 2003. Tafsir Wanita terj Tafsir Alquran al Azhim Li
an Nisa oleh Samson Rahman. Jakarta: Pustaka al Kausar.