kepemimpinan perempuan dalam mengembangkan pondok ...

96
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN DINIYYAH AL-AZHAR DI MUARA BUNGO JAMBI SKRIPSI OLEH : NANSIANA TK. 161241 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Transcript of kepemimpinan perempuan dalam mengembangkan pondok ...

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN

PONDOK PESANTREN DINIYYAH

AL-AZHAR DI MUARA BUNGO

JAMBI

SKRIPSI

OLEH :

NANSIANA

TK. 161241

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI 2020

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN

PONDOK PESANTREN DINIYYAH

AL-AZHAR DI MUARA BUNGO

JAMBI

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1)

dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam

Acc Munaqosah DP II (2 Mei 2020)

Acc Munaqosah DP I (3 Mei 2020)

OLEH:

NANSIANA

TK. 161241

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI 2020

ii

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365

NOTA DINAS

Kode

Dokumen

Kode Formulir Berlaku

Tgl

No Revisi Tgl

Revisi

Halaman

In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-01 25-02-2013 R-0 - 1 dari 20

Hal : Nota Dinas

Lampiran : -

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan keguruan

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Di Jambi

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan

perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:

Nama : Nansiana

NIM : TK. 161241

Judul Skripsi :Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Program Studi Manajemen Pendidikan Islam sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia Manajemen

Pendidikan Islam.

Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat segera

dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, 03 Mei 2020

Mengetahui

Pembimbing I

Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I

NIP.19750801 200312 2 003

iii

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365

NOTA DINAS

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku

Tgl

No

Revisi

Tgl

Revisi

Halaman

In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-01 25-02-2013 R-0 - 1 dari 20

Hal : Nota Dinas

Lampiran : -

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan keguruan

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi

Di Jambi

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan

perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:

Nama : Nansiana

NIM : TK. 161241

Judul Skripsi :Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Program Studi Manajemen Pendidikan Islam sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia Manajemen

Pendidikan Islam.

Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat segera

dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jambi, 02 Mei 2020

Mengetahui

Pembimbing II

Aris Dwi Nugroho M.Pd.I, M. SHS

NIP.19830501 201101 1 011

v

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) dari Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya

saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari

hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan

hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

Jambi, 3 Mei 2020

Nansiana

TK. 161241

vi

KEMENTRIAN AGAMA

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKUTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Nama

NIM

Pembimbing I

Judul Skripsi

Jurusan/Program Studi

:

:

:

:

:

Nansiana

TK. 161241

Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I

Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo jambi

Manajemen Pendidikan Islam

No. Tangggal Konsultasi

Ke- Materi Bimbingan

Tanda Tangan

Pembimbing

1 12-09-2019 I Penyerahan Surat Penunjukkan

Dosen Pembimbing dan

Bimbingan Proposal

2 04-11-2019 II Perbaikan Judul, Tanda Penulisan,

dan Singkatan

3 05-11-2019 III Perbaikan Isi Proposal BAB I, II

dan BAB III

4 13-11-2019 IV ACC Seminar Proposal

5 04-12-2019 V Perbaikan dan Persiapan untuk

Seminar

6 29-01-2020 VI ACC Riset dan Pengesahan Judul

7 20-04-2020 VII Perbaikan dari BAB I sampai

BAB V

8 02-05-2020 VII ACC Skripsi

Jambi, 3 Mei 2020

Dosen Pembimbing I

Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I

NIP.19750801 200312 2 003

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Resi Tgl.Revisi Halaman

In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-02 R-0 -

vii

KEMENTRIAN AGAMA

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKUTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

Nama

NIM

Pembimbing II

Judul Skripsi

Jurusan/Program Studi

:

:

:

:

:

Nansiana

TK. 161241

Aris Dwi Nugroho M.Pd.I, M. SHS

Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

Manajemen Pendidikan Islam

No. Tangggal Konsultasi

Ke- Materi Bimbingan

Tanda Tangan

Pembimbing

1 12-09-2019 I Penyerahan Surat Penunjukkan

Dosen Pembimbing dan Bimbingan

Proposal

2 25-10-2019 II Perbaikan BAB I dan BAB II

3 30-10-2019 III Perbaikan Isi Proposal dan Kajian

Teoritik 4 13-11-2019 IV ACC Seminar Proposal

5 05-01-2020 V Perbaikan Penulisan, Pengutipan,

Teori dan Instrumen Pengumpulan

Data

6 27-01-2020 VI ACC Riset dan Pengesahan Judul

7 01-05-2020 VII ACC Skripsi

Jambi, 2 Mei 2020

Dosen Pembimbing II

Aris Dwi Nugroho M.Pd.I, M. SHS

NIP.19830501 201101 1 011

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Resi Tgl.Revisi Halaman

In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-02 R-0 -

viii

PERSEMBAHAN

Allahumma Sholli ‘alasayyidina Muhammad wa’alaaali sayyidina Muhammad.

Alhamdulilah yaAllah, karena sudah menghadirkan orang-orang berarti

disekeliling saya. Yang selalu memberi semangat dan doa, sehingga skripsi saya

ini dapat diselesaikan.

Kupersembahkan Skripsi ini untuk Kedua Orang Tua terkasih Bapak Haryono

dan Mamak Winarsih. Apa yang saya dapatkan hari ini, belum mampu

membayar semua kebaikan, keringat, dan juga air mata kalian.. Semoga ini dapat

membahagiakan kalian sebagai langkah awal kesuksesanku.

Dan untuk saudara kandungku abang Suryanto, abang Ari dan adik-adikku

Dika dan Dimas. Karna kalian adalah semangatku.

Dan kupersembahkan Kepada Dosen Pembimbingku terima kasih karena sudah

menjadi orang tua kedua saya di Kampus. Terima kasih atas bantuannya,

nasehatnya, dan ilmunya yang selama ini dilimpahkan pada saya dengan rasa tulus

dan ikhlas.

Dan tidak sangat saya lupakan jasamu Sahabatku Siti hafisah yang telah menjadi

dosen pembimbing ketigaku, selalu ada untukku dikala susah maupun senang,

selalu menemaniku dan telah menjadi bagian dari keluargaku. Terimakasih

sahabatku.

Kupersembahkan untuk Almamaterku, Jurusanku Manajemen Pendidikan Islam,

Ketua Jurusanku, Fakultasku, terimaksih sedalam-dalamnya.

Asrama Ma’had Al-Jami’ah tempat tinggalku selama 4 Tahun. Dan disini juga

saya dipertemukan dengan orang-orang hebat para Ustadz dan Ustadzah,

Mudabbir dan Mudabbiroh terkhususnya lagi Demisioner 7. Thanks about this

place my Hijrah, penemuan jati diriku dan kedewasaanku.

ix

MOTTO

ا فجاءت إحدىهما تمشى على ٱستحياء قالت إن أبى يدعىك ليجزيل أجر ما سقيت لىا فلم

لميه ٱلقصص قال ل تخف وجىت مه ٱلقىم ٱلظ ا جاءيۥ وقص علي فلم

Artinya:“ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu

berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu

agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak)

kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan

kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut.

Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu" (QS: Al-Qashas ayat, 25)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

berkat Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Laporan Penelitian Kepemimpinan Perempuan ini. Pelaksanaan penulisan ini

merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu

(S1) dalam bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Islam, di Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penelitian ini

berjudul “Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi”.

Penulisan Penelitian Kepemimpinan Perempuan ini dapat terwujud berkat

bantuan dan jasa dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D Selaku Rektor UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

2. Ibu Dra. Hj. Fadlilhah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Mahmud MY,S.Ag.,M.Pd Selaku Ketua Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I dan Bapak Aris Dwi Nugroho M.Pd.I,

M. SHS selaku pembimbing skripsi I dan II yang telah banyak meluangkan

waktu untuk membimbing saya dan memberi banyak ilmu serta solusi pada

setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan pengetahuan yang sangat

bermanfaat selama masa perkuliahan.

6. Seluruh staf dan karyawan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah

memberikan bantuan kepada penulis.

xi

7. H. M. Hafizh El-Yusufi, S.Pd.I., M.M. selaku Direktur Yayasan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi. dan Umi Hj. Rosmaini,

M.Pd.I selaku pimpinan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi. yang telah memberikan kemudahan penulis memperoleh data

di lapangan.

8. Majelis guru dan karyawan serta para santri Pondok Pesantren Diniyyah Al-

Azhar di Muara Bungo Jambi.

9. Bapak tersayang Hariyono, Ibu tercinta Winarsih dan saudara kandungku

abang Anto, abang Ari, Adik-adik ku Dika dan Dimas yang telah memberikan

doa dan motivasi tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Ustadz-Ustadzah, yang telah memberikan ruangan dan tanggungan hidup saya

di Ma’had Al-Jami’ah.

11. Rekan demisioner 07 Putra dan putri, dan Pengurus Putri Ma’had Al-Jami’ah

yang telah membantu kesulitan-kesulitan bagi penulis.

12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi dan teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen

Pendidikan Islam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki.

Akhirnya penulis berharap semoga ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Jambi, 3 Mei 2020

Penulis

Nansiana

TK. 161241

xii

ABSTRAK

Nama : Nansiana

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Judul :“Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi”

Skripsi ini membahas tentang Peran Kepemimpinan Perempuan dalam

Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan

observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan

adalah reduksi, display dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data yang

digunakan yakni sumber, teknik dan waktu. Penelitian menemukan bahwa peran

kepemimpinan sangatlah berpengaruh dalam suatu organisasi terlebih utamanya

dalam suatu lembaga pendidikan Islam. Di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar

Peran Kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini adalah sebagai Individu Terbaik bagi

Instansinya, sebagai pemimpin Informal dan sebagai teladan bagi komunitasnya.

Semua itu adalah peran kepemimpinan yang dimiliki Ibu Hj. Rosmaini sehingga

beliau dapat mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar menjadi

Pondok pesantren yang memiliki instansi terbaik seprovinsi jambi serta dalam

mengembangkan kurikulumnya dan proses belajar mengajar di Pondok Pesantren

Ibu Hj. Rosmaini selaku pimpinan Pondok pesantren telah bekerjasamaa dengan

Yayasan Cakrawala Insan Azhari untuk menjadikan program pendidikan ini

adalah salah satu program unggulan yang dimiliki oleh pondok pesantren

Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo Jambi. Hasil penelitian ini menyarankan agar

kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini jadi motivasi bagi generasi muda memberikan

perubahan yang baik terhadap tempat tinggalnya terutama dalam bidang

pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.

Kata Kunci : Kepemimpinan Perempuan, Perkembangan Pondok Pesantren

xiii

ABSTRACT

Name : Nansiana

Study program : Islamic Education Management

Title :"The Role of Women's Leadership in Developing Diniyyah

Al-Azhar Islamic Boarding School in Muara Bungo Jambi"

This thesis discusses the Role of Women's Leadership in Developing the Diniyyah

Al-Azhar Islamic Boarding School in Muara Bungo Jambi. This research is a

descriptive qualitative research using observation, interviews and documentation.

The data analysis technique used was reduction, display and conclusion drawing.

The data validity technique used was the source, technique and time. Research

finds that the role of leadership is very influential in an organization, especially in

an Islamic educational institution. At the Diniyyah Al-Azhar Islamic Boarding

School the Leadership Role of Mrs. Hj. Rosmaini is the Best Individual for the

Institution, as an Informal leader and as a role model for his community. These

are all leadership roles that Mrs. Hj has. Rosmaini so that he can develop the

Diniyyah Al-Azhar Islamic Boarding School into a boarding school that has the

best institution in Jambi province and in developing its curriculum and teaching

and learning process at the Mrs. Hj. Rosmaini as the head of the Islamic boarding

school has collaborated with the Cakrawala Insan Azhari Foundation to make this

education program one of the flagship programs owned by the Diniyyah Al-Azhar

Islamic boarding school Muara Bungo Jambi. The results of this study suggest

that the leadership of Mrs. Hj. Rosmaini is a motivation for the younger

generation to give good changes to their place of residence, especially in the field

of education which is very important in one's life

Keywords: Women's Leadership, Development of Islamic Boarding Schools

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i

NOTA DINAS ....................................................................................................ii

PENGESAHAN .................................................................................................iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................v

KARTU KONSULTASI PEMBIMBING .......................................................vi

PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii

MOTTO .............................................................................................................ix

KATA PENGANTAR .......................................................................................x

ABSTRAK .........................................................................................................xii

ABSRACT ...........................................................................................................xiii

DAFTAR ISI ......................................................................................................xiv

DAFTAR TABEL .............................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

B. Fokus Penelitian ......................................................................................4

C. Rumusan Masalah ...................................................................................4

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................5

E. Kegunaan Penelitian................................................................................5

BAB II KERANGKA TEORI

A. Kajian Teoritik ......................................................................................6

1. Konsep Kepemimpinan Perempuan ..................................................6

a. Pengertian Kepemimpinan ..........................................................6

b. Tipe-tpe Kepemimpinan..............................................................7

c. Kepemimpinan dalam Islam .......................................................9

2. Perempuan .........................................................................................10

a. Pengertian Perempuan .................................................................10

b. Kepemimpinan Perempuan .........................................................11

c. Hambatan Kepemimpinan Perempuan ........................................13

3. Pondok Pesantren ..............................................................................14

a. Pengertian Pondok Pesantren ......................................................15

b. Tujuan Pondok Pesantren ............................................................16

c. Fungsi Pondok Pesantren ............................................................17

d. Prinsip-Prinsip Pondok Pesantren ...............................................18

xv

e. Unsur-Unsur Pondok Pesantren ..................................................19

f. Tipologi Pondok Pesantren dengan perkembangannya ..............21

g. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren .............................24

h. Kepemimpinan Pondok Pesantren ..............................................26

B. Studi Relevan .........................................................................................28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian ...................................................31

B. Setting dan Subjek Penelitian .................................................................31

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................32

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................33

E. Teknik Analisis Data ...............................................................................34

F. Teknik Keabsahan Data ..........................................................................36

G. Jadwal Penelitian .....................................................................................37

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Historis Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ................................38

2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ..............41

3. Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ...................42

4. Keadaan Santri Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ....................44

5. Keadaan Sarana Prasarana Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar...46

6. Perkembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar .....................49

7. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ...51

B. Temuan Khusus

1. Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi .....................52

2. Kendala Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi .....................56

3. Upaya Kepemimpinan Perempuan dalam mengatasi kendala dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi .....................................................................................58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................61

B. Saran ........................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Skripsi .................................................................... 37

Tabel 4.1 Nama-nama Ustadz dan Mata Pelajarannya ......................................... 43

Tabel 4.2 Jumlah Santi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ............................ 45

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Diniyyah AL-Azhar............. 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk mencapai

suatu tujuan dengan visi dan misi yang kuat. Jika berbicara tentang

kepemimpinan, didalam benak masyarakat umumnya identik dengan kaum Adam,

namun jika ditelaah perempuan juga memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak jauh

berbeda keahliannya dalam memberi arahan, berorasi maupun beretorika atau

bahkan memberi gagasan, dan sama-sama memiliki kedudukan, derajat, hak serta

kewajiban yang sama (Zakiyah, 2018, hal. 2).

Golongan konservatif menilai bahwa perempuan hanya bisa berperan

sebagai ibu rumah tangga, mendidik anak dan melayani suami, dan tidak boleh

mempunyai aktivitas di luar rumah, karena hal tersebut adalah tugas kaum laki-

laki. Stereotip tersebut sudah terinternaliasi dalam diri laki-laki maupun

perempuan secara wajar sehingga dianggap sebagai sesuatu yang benar adanya

dan merupakan pemberian Tuhan (Wahyuni & Arifin, 2016, hal. 2).

Sebagian umat Islam melarang perempuan menjadi pemimpin yang

didasarkan pada bunyi tekstual Al-Qur‟an dan hadis. yaitu dalam Q.S. an-Nisa

ayat 34 yang berbunyi:

امىن عهى انىساء بما جال قى بعضهم عهى بعض وبما أوفقىا مه انر م الل فض

تي تخافىن وانل انحات قاوتات حافظات نهغيب بما حفظ الل أمىانهم فانص

ن أطعىكم فل وشىزهه فعظىهه واهجروهه في انمضاجع واضربىهه فإ

ا كان عهيا كبيرا تبغىا عهيهه سبيلا إن الل

Artinya ; “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang

lain (wanita) dan arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian

dari harta mereka sebab itu maka wanita yang shalehah, ialah taat

kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh

karena Allah telah memelihara mereka wanita-wanita ang kamu

khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah

mereka di tempat tidur mereka, dan pukulah mereka. kemudian jika

mereka mentaatimu maka, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk

2

memisahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar ”

(Q.S. An-Nisa: 34).

Pesantren termasuk lembaga pendidikan paling tua di Indonesia yang punya

daya tahan luar biasa bahkan punya pengaruh besar dalam waktu yang lama

hingga ratusan tahun. Selain memenuhi prasyarat dasar dengan kehadiran figur

seorang kyai, santri, pondok, kajian kitab-kitab kuning, dan bangunan masjid yang

menjadi episentrum kegiatan santri dan masyarakat, masih banyak faktor lain

yang membuat sebuah pesantren mampu bertahan selama puluhan bahkan ratusan

tahun dengan daya pengaruh dan sumbangsih yang besar. Dan agar tak ditelan

zaman harus turut aktif menjadi penggerak terdepan perubahan sosial di tengah-

tengah masyarakat, tidak hanya berhenti menjadi lembaga pendidikan dan penjaga

moralitas agama semata. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang

mengajarkan ilmu-ilmu keislaman, dipimpin oleh kiai sebagai pemangku/pemilik

pondok pesantren dan dibantu oleh ustadz-ustdzah, guru yang mengajarkan ilmu-

ilmu keislaman kepada santri, melalui metode dan tekhnik yang khas (Kompri, ,

2018, hal. 2).

Menguak rahasia bagaimana para kyai merintis, mengembangkan, dan

memajukan pesantren sambil mendayung di antara dua arus yang saling bertolak

belakang antara mempertahankan tradisi dan mengakomodasi modernisasi.

Menelusuri jejak para pimpinan pondok pesantren yang punya sumbangan besar

dalam merajut wawasan kebangsaan Indonesia. Menyajikan ulasan mendalam

tentang dinamika kehidupan pesantren-pesantren yang pengaruhnya di tanah air

cukup besar, bahkan melintas batas hingga mancanegara. Kyai sebagai salah satu

unsur dominan dalam kehidupan sebuah pesantren, ia mengatur perkembangan

pesantren dengah keahlian, kedalaman ilmu, karismatik, dan ketrampilan.

Sehingga tidak jarang sebuah pesantren tanpa memiliki manajemen yang rapi,

sebab segala sesuatu terletak pada kebijaksanaan dan keputusan kyai (Munfa‟atun,

2012, hal. 2018 ).

Widodo mengemukakan dalam sebuah buku karangannya “Perempuan

Tangguh” Sebagai lembaga pendidikan dengan otoritas tertinggi yang biasanya

berada ditangan kyai, maka hal ini justru berbeda, unik dan menarik karena

pemimpin pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi berada

3

dalam wewenang perempuan (nyai), namun beliau akrab disapa „Umi‟. Pada

tahun 1977 Ponpes Diniyyah resmi berdiri walaupun hanya kegiatan mengaji dan

madrasah, tapi bermula itulah kemudian menjadi besar. pada tahun 1978 sekolah

tersebut menerima satu orang murid da langsung dibina oleh Dra. Hj. Rosmaini,

MS,M.Pd.I dan Ibunda Ernawati. Perjalaan pun dimulai, Bupati Bungo

menyerahkan tanah seluas 11,5 hektar untuk pengembanga Ponpes Diniyyah. Dan

akhirnya mimpi jadi nyata. Diniyyah menjadi besar dengan berbagai jenjang

pendidikan dimulai dari TK, SDIT, SMPIT, MTS, dan MA Diniyyah. Masing-

masing sekolah yang dimiliki oleh Umi (sapaan akrabnya) memiliki cirri khas

masing-masing seperti TK Diniyyah dengan khasnya memiliki fasilitas Town For

Kids yang mencontoh pendidikan yang ada di Singapura. SDIT Diniyyah dengan

program unggulannya Tahfidz, Studi Intensif, Dhuha bersama, dan khusus untuk

pelajaran bahasa inggris ada fasilitas Town For Kids. Lain halnya dengan SMPIT

Al-Azhar 3 Muara Bungo, memiliki program unggulan yang memfokuskan pada

bidang Sains. Program unggulan lainnya yaitu Club seni, English Clup, Bela diri,

Tahfiz, dan Mentoring (2018, hal. 2-4)

Uniknya di SMPIT karena mereka punya program mentoring dimana anak-

anak dibina oleh guru secara intensif baik sisi ibadah maupun lainya. MTS dan

MA Diiyyah tak kalah menariknya berbagai reformasi pendidikan dilakukan agar

Diniyyah bisa Go Internasional. Salah satu program yang menarik adalah

pertukaran pelajar. Baru-baru ini santri MA Diniyyah ke Thailand selama dua

minggu untuk berguru kesana. Dan pelajar Thailand juga akan ke Diniyyah untuk

menggali ilmu di sana. Untuk bahasa biasannya santri di bawa untuk belajar

intensif bahasa Iggris di Pare Jawa Timur selama liburan semester. Tahfiz juga

menjadi andalan utama di Diniyyah karena untuk santri MA Diniyyah di targetkan

untuk lolos ke Universitas Kairo (Mesir), Madinah, dan negara Timur tengah

lainnya. Untuk menunjang kegiatan Tahfiz tersebut maka pihak yayasan

mengundang guru langsung dari Mesir Syeh Ibrohim Al-Wakeel (2018, hal. 67).

Diniyyah bukan hanya focus pada dunia pendidikan saja tapi untuk sosial

masyarakatnya juga ada. Salah satu kegiatan yang sangat menggigit yaitu yang

dilakukan oleh santri MA Diniyyah akni Program Pengabdian Masyarakat (PPM)

4

yang dilakukan diberbagai daerah di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat tepatnya

di Pariaman. Selain itu santri MTS dan MA biasannya dibulan Ramadhan

melaksanakan safari Ramadhan memberikan ceramah agama dan kegiatan lainya

untuk menyemarakkan Ramadhan. Berbagai kegiatan dilakukan agar Diniyyah

kedepannya lebih baik. Mulai tahun 2013 diadakannya hajatan besar yang setiap

satu tahun diadakan yakni DINIYYAH EXPO ( 2018, hal. 70)

Kegiatan ini bertujuan untuk mensyiarkan kegiatan Diniyyah, dan

memberikan syiar Islam ke pada masyarakat luas, dan sampai sekarang Pondok

Pesantren Diniyyah memiliki cabang di kota jambi dan Muara Tebo . Berangkat

dari pembahasan di atas penulis mengadakan penelitian yang dituangkan dalam

bentuk skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Perempuan dalam

Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah

Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah

Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi. Dalam hal ini terkait dengan peran

kepemimpinan dan perkembangan yang ada pada sebuah pesantren.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan dapat ditegaskan

bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

2. Bagaimana Kendala Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

3. Bagaimana upaya Kepemimpinan Perempuan dalam mengatasi Kendala

Pengembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-azhar di Muara Bungo

Jambi?

5

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Ingin mengetahui peran yang dilakukan kepemimpinan perempuan

dalam mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi.

2. Ingin mengetahui kendala apa saja yang dialami kepemimpinan

perempuan dalam mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-

Azhar di Muara Jambi.

3. Ingin mengetahui upaya untuk mengatasi kendala pada kepemimpinan

perempuan dalam mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-

Azhar di Muara Bungo Jambi.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Untuk memberi penjelasan tentang kepemimpinan perempuan dalam

mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi.

2. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang telah penulis terima dari

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Untuk memberi konstribusi kepada pihak pondok pesantren Diniyyah Al-

Azhar di Muara Bungo Jambi.

4. Sebagai prasyaratan untuk menyelesaikan program sarjana Strata Satu

(S1) dalam jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

Kerangka teori ini di maksudkan untuk menegaskan arah pembahasan skripsi

untuk mengungkapkan beberapa pendapat para ahli dalam menjelaskan judul

skripsi ini, dan memperjelas konsep-konsep berhubungan dengan permasalahan

yang akan dibahas sebagai pijakan dasar penelitian. Adapun yang dimuat antara

lain:

1. Konsep Kepemimpinan Perempuan

a. Pengertian Kepemimpinan

Miftah Thohah mengemukakan bahwa “Suatu organisasi akan berhasil

atau gagal sebagian bisa ditentukan oleh kepemimpinannya”. Pengertian

tersebut menjelaskan pada kita bahwa keberhasilan organisasi dalam

menjalankan programnya didukung oleh kepemimpinan yang baik pula.

oleh karena itu, kepemimpinan yang baik harus mampu dipahami dan

diterapkan secara baik dalam diri pimpinan (Badrudin, 2015, hal.163)

Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh

setiap pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan

oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan paran

anggotanya. Pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan

kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan juga tingkat prestasi suatu

organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan penting dalam

membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan (Fitriyani, 2015,

hal. 1).

Menurut Purwanto mengemukakan bahwa “kepemimpinan adalah

suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik untuk membuat

sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut

atau simpatisipan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala

apa yang dikehendakinnya membuat orang lain begitu antusias atau

bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan rela berkorban untuknya.

Secara tidak langsung, dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

7

memotovasi (mendorong) agar orang lain melakukan suatu kegiatan

(Kompri 2018, hal.166).

Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan, permulaan dan proses

yang bersifat untuk memengaruhi suatu kelompok”. Adapun indikator-

indikator dari kepemimpinan yang telah disebut tersebut yaitu:

1) Dengan adanya kepemimpinana diharapkan adanya pengaruh

yaitu berupa keteladanan, kewibawaan, dan kecakapan dari

pimpinan.

2) Memperoleh informasi yang baik yang diterima oleh bawahannya

sehingga dapat dimengerti dan dapat melaksanakan tujuan

organisasi.

3) Pengambilan keputusan

4) Dapat memotivasi bawahannya dan memberikan penghargaan.

Dari beberapa pengertian di atas maka pada hakikatnya

kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk membimbing,

mempengaruhi, menggerakkan, mengarahkan, dan memberi contoh

teladan prilaku orang lain dalam kerjannya dengan menggunakan

kekuasaan (Badrudin, 2015, hal. 164).

b. Tipe-tipe Kepemimpinan

G.R Terry (1960) dikutip Siswanto (2005,hal.158-160)

mengemukakan bahwa sebagai salah seorang pengembang ilmu

manajemen mengemukakan tipe kepemimpinan sebagai berikut:

1) Kepemimpinan Pribadi

Seorang manajer dalam melaksanakan tindakannya selalu

dilakukan dengan cara kontak pribadi. Intruksi disampaikan secara

oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh manajer yang

bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut oleh

perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan maupun

kegiatannya sangatlah kecil. Akibatnya, pelaksanaannya selain

mudah juga sangat efektif dan memang bisa dilakukan tanpa

mengalami prosedural yang berbelit.

8

2) Kepemimpinan Nonpribadi

Segala peratura dan kebijakan yang berlaku pada perusahaan

melalui bawahannya atau menggunakan media nonpribadi, baik

rencana, instruksi, maupun program penyeliaannya. Pada tipe ini,

program pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan dan harus

diaplikasikan.

3) Kepemimpinan Otoriter

Pimpinan yang bertipe otoriterb iasanna bekerja secara sungguh-

sungguh, teliti, dan cermat. Manajer bekerja menurut peraturan dan

kebijakan yang berlaku dengan ketat. meskipun agak kaku dan

segala instruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan, para

bawahan tidak berhak mengomentarinya. karena manajer

beranggapan bahwa dialah yang bertindak sebagai pengemudi yang

akan bertanggung jawab atas segala kompleksitas organisasi.

4) Kepemimpinan Demokratis

Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan

bahwa ia merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen

perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen tersebut

bertanggung jawab terhadap perusahan. oleh karena itu, agar

seluruh bawahan merasa turut bertanggung jawab maka mereka

harus berpatisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan, evaluasi,

dan penyeliaan.

5) Kepemimpinan Paternalistik

Kepemimpinan paternalistic dicirikan oleh suatu pengaruh yang

bersifat kebapakan dalam hubungan antara manajer dengan

perusahaan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan

arah, tindakan, dan prilaku ibarat pesan seorang bapak pada

anaknya.

6) Kepemimpinan Menurut Bakat

9

Tipe kepemimpinan menurut bakat biasannya muncul dari

kelompok informal yang didapatkan dari pelatihan meskipun tidak

langsung. Dengan adannya sistem persaingan, dapat menimbulkan

perbedaan pendapat yang seru dari kelompok yang bersangkutan.

biasannya akan muncul pemimpin yang memiliki kelemahan

diantara mereka yang ada dalam kelompok tersebut menurut

keahliannya di mana ia terlibat di dalamnya.

c. Kepemimpinan dalam Islam

Munfa‟atun ( 2018, hal. 6-8) Ada beberapa istilah (term) yang biasa

digunakan dalam Islam yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan,

istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Khalifah

Dalam Islam istilah kepeemimpinan juga lazim disebut khalifah.

Khalifah artinya umat pengganti, bentuk jamaknya adalah

Khulafaaur wa khalifu (Munawwir, 1997, hal. 363). Manusia

adalah wakil, pengganti nabi Muhammad dalam fungsinya sebagai

kepala negara. Al-Qur‟an menyebutkan kata khalifah dalam QS.

Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

لئنت إي جاعو في الزض ا قاىىا أتجعو فيه خييفت وإذ قاه زبل ىي

س ىل قاه إي دك وقد سبح بح ح اء و يفسد فيها ويسفل اىد

ى ا ل تعي أعي

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para

Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang

khalifah di muka bumi“. Mereka berkata: “Mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal

kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

Engkau?“ Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa

yang tidak kamu ketahui“. (Q.S Al-Baqarah:30).

10

2) Imam

Istilah lain yang bisa digunakan dalam term Islam berkaitan

dengan kepmimpinan adalah imam/imamah. Imam jamaknya

adalah ayyamatu wa a‟immatun yang artinya pemimpin, orang

yang diikuti, komandan, pasukan, petunjuk jalan. Atau dapat juga

berarti muka, dimuka, dihadapan (Shihab, 2002, hal. 157).

3) Amir

Istilah lain yang bisa digunakan dalam term Islam berkaitan dengan

term Islam kepemimpinan adalah amir, Amir adalah jamaknya

umaraau yang artinya pangeran, putra mahkota, raja, kepala,

pemimpin, penguasa, penuntun (Munawwir, 1997, hal. 38)

Dalam Islam, kepemimpinan dan adanya peran pemimpin merupakan

fitrah. Kondisi ini terlahir sebagai akibat diri beragam keampuan,

kehendak, kemauan, pikiran, sifat masing-masing pada manusia.

Selanjutnya dijelaskan keadaan ini melahirkan orang yang menjadi

pemimpin dari sejumlah orang yang lebih banyak. terlahirnya sosok-sosok

yang menjadi pemimpin ini karena kemampuannya dalam mewujudkan

kepemimpinan (Kompri, 2018, hal. 169).

2. Perempuan

a. Pengertian Perempuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perempuan diartikan sebagai

manusia yang mempunyai puki (alat kemaluan), dapat menstruasi, hamil,

melahirkan anak, dan menyusui (KBBI, 2002, hal. 856) Menurut

Moenawar Chalil dalam bukunya yang berjudul: "Nilai Wanita"

menjelaskan bahwa perempuan, yang disebut juga wanita, puteri, istri, ibu,

adalah sejenis makhluk dari bangsa manusia yang halus kulitnya, lemah

sendi tulangnya dan agak berlainan bentuk serta susunan tubuhnya dengan

bentuk dan susunan tubuh laki-laki (Rosita, 2017, hal. 26).

Fakta sejarah menjelaskan bahwa perempuan adalah kelompok yang

sangat diuntungkan oleh kehadiran Muhammad Rasulullah SAW. Nabi

mengajarkan keharusan merayakan kelahiran bayi perempuan di tengah

11

tradisi Arab yang memandang aib kelahiran bayi perempuan. Nabi

memperkenalkan hak waris bagi perempuan di saat perempuan

diperlakukan hanya sebagai objek atau bagian dari komoditas yang

diwariskan. Nabi menetapkan mahar sebagai hak penuh kaum perempuan

dalam perkawinan ketika masyarakat memandang mahar itu sebagai hak

para wali. Nabi melakukan koreksi total terhadap praktek poligami yang

sudah mentradisi dengan mencontohkan perkawinan monogami selama 28

tahun. Bahkan, sebagai ayah, Nabi melarang anak perempuannya Fatimah

dipoligami. Nabi memberi kesempatan kepada perempuan menjadi imam

shalat dikala masyarakat hanya memposisikan laki-laki sebagai pemuka

agama. Nabi mempromosikan posisi ibu yang sangat tinggi, bahkan

derajatnya lebih tinggi tiga kali dari ayah di tengah masyarakat yang

memandang ibu hanyalah mesin produksi. Nabi menempatkan istri sebagai

mitra sejajar suami di saat masyarakat hanya memandangnya sebagai

obyek seksual belaka. Fakta historis tersebut melukiskan secara terang-

benderang bahwa Nabi melakukan perubahan yang sangat radikal dalam

kehidupan masyarakat, khususnya kaum perempuan. Dari posisi

perempuan sebagai obyek yang dihinakan dan dilecehkan menjadi subyek

yang dihormati dan diindahkan. Nabi memproklamirkan keutuhan

kemanusiaan perempuan setara dengan saudara mereka yang laki-laki.

Keduanya sama-sama manusia, sama-sama berpotensi menjadi khalifahfi

al-ardh (pengelola kehidupan di bumi). Tidak ada yang membedakan di

antara manusia kecuali prestasi takwanya, dan soal takwa hanya Allah

semata yang berhak menilai.Tugas manusia hanyalah berlomba-lomba

berbuat baik (2017, hal.17).

b. Kepemimpinan Perempuan

Wahyuni & Arifin (2016, hal. 3) Kepemimpinan selalu menuai pro

dan kontra ketika diperhadapkan dengan masalah identitas biologis.

Apalagi jika ditinjau dari sudut pandang agama. Dalam Islam, ulama

memberikan argumen yang berbeda-beda dalam menginterpretasikan

figur kepemimpinan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

12

Ada ulama yang secara keras melarang kepemimpinan perempuan dan

ada pula yang mencoba mensejajarkan posisi laki-laki dan perempuan

secara equal. Penafsiran tersebut bermula dari interpretasi yang berbeda

dalam memberikan penalaran terhadap teks-teks al-Qur‟an dan Hadits

maupun ijma‟ sahabat. Berikut beberapa dalil yang mendukung

maupun menolak kepemimpinan perempuan dilihat dari sudut pandang

para ulama:

1) Dalil yang Menolak Kepemimpinan Perempuan

Pendapat ini dikemukakan oleh al-Ghazali dan al-Qalqasyandi,

(sebagaimana dikutip Hamidah, 2011) bahwa perempuan tidak

bisa menjadi pemimpin/imam karena memiliki kekurangan di

dalam dirinya, yaitu: tidak bisa menikahkan dirinya sendiri,

apalagi menjadi wali orang lain. Menurut Syafiq Hasyim

bahwa peranan manusia dibedakan menjadi dua wilayah, publik

(al-wilayah al-„amah) dandomestik (al-wilayah al-khashah).

Wilayah publik adalah tempat laki-laki sedangkan domestik

adalah tempat perempuan. Dalil-dalil yang dikemukakan

untuk memperkuat argumen di atas adalah surah Al-Baqarah

(2):228 yang berbunyi:

ثلثت ق فسه بأ طيقاث يتسبص ا واى ينت أ سوء ول يحو ىه

أحق الخس وبعىىته واىيى بالل يؤ م إ ه في أزحا خيق الل

با ثو اىري عييه أزادوا إصلحا وىه ىل إ في ذ ه عسوف بسد ى

عزيز حني دزجت والل جاه عييه وىيس

Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka

menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,

jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan

suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,

jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita

mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut

cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu

tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al Quran (2): 228).

13

Ayat di atas dijadikan dalil oleh sebagian ulama bahwa

perempuan harus selalu dirumah, tidak menampakkan diri dan harus

berhijab dari dunia luar, khususnya dari laki-laki.

Selain ayat-ayat diatas, ada Hadis Nabi yang cukup popular yang

sering menjadi acuan ulama berargumen tidak cocoknya

perempuan menjadi pemimpin yang berbunyi:

سأة ا سه وىى أ يفيح قى ىArtinya: “Tidak bahagia suatu kaum yang menyerahkan urusannya

kepada perempuan” (HR. Bukhari) (Sahih Bukhari, (9); 4073).

Selain hadis di atas ada juga hadis yang cukup popular yaitu

“perempuan kurang agama kurang akal”. Hadits ini dijadikan

dalil untuk melarang kaum perempuan masuk wilayah politik,

karena perempuan memiliki kekurangan akal dan agama,

sedangkan wilayah politik memerlukan rasionalitas mendalam.

2) Dalil yang Mendukung Kepemimpinan Perempuan

Perempuan mempunyai hak penuh dalam politik sebagaimana

laki-laki. Kelompok ini menjelaskan konsep „adalah (keadilan)

dan musawah (kesamaan) dalam Islam yang merupakan prinsip

ajaran Islam. Ayat tersebut adalah Q.S At-Taubah (9): 7 yang

berbunyi:

ى ميف ينى هدت ع وعد زسىىهۦ إل ٱىري عهد عد ٱلل شسمي ي

يحب ٱلل إ ىا ىه فٱستقي ىا ىن ا ٱستق ف سجد ٱىحسا عد ٱى

تقي ٱى

Artinya:“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi

Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali

orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan

mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka

berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus

14

(pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang bertakwa”( QS. At-Taubah (9):7).

Ayat di atas menjelaskan bahwa anatara laki-laki dan

perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam

berpolitik. Sebagaimana laki-laki perempuan juga memiliki hak

mengatur masyarakat umum (wilayah al-„am). Mereka memiliki hak

yang sama untuk memerintahkan yang ma‟ruf dan mencegah yang

mungkar.

c. Hambatan Kepemimpinan Perempuan

Menutrut Zakiyah (2018, hal. 50-55), mengemukakan ada beberapa

hambatan pada kepemimpinan perempuan, yaitu:

1). Hambatan Teologis, yaitu perempuan diciptakan dari rusuk laki-

laki. Sehingga posisi wanita berada di bawah bayang-bayang laki-

laki. Wanita tidak dapat berbuat banyak seperti laki-laki. Cerita ini

secara psikologis menjadi salah satu faktor penghambat

perempuan untuk mengambil peran yang berarti dalam

kehidupan bermasyarakat.

2). Hambatan Sosial Budaya, yaitu pandangan ini melihat perempuan

sebagai makhluk yang pasif, lemah, perasa, dan

berketergantungan. Sebaliknya laki-laki dinilai sebagai makhluk

yang aktif, kuat, cerdas dan mandiri. Pandangan ini pula

menempatkan lak-laki secara sosio-kultural lebih tinggi derajatnya

dibanding perempuan

3) Hambatan Sikap Pandang, yaitu Hambatan sikap pandang yang

antara lain dimunculkan oleh pandangan dikotomis antara tugas

perempuan dan laki-laki, pada dasarnya sudah terkikis pada

kelas masyarakat yang berpendidikan. Namun beda halnya pada

masyarakat yang berpendidikan rendah sebagian masih

menjalankan sikap pandang tentang pembagian kerja antara

laki-laki dan perempuan.

15

4) Hambatan Historis, yaitu disebabkan kurangnya nama perempuan

dalam sejarah dimasa lalu yang tampil sebagai pemimpin. Hal ini

dipakai untuk membenarkan ketidak mampuan wanita untuk

berkiprah seperti halnya laki-laki.

3. Pondok Pesantren

a. Pengertin Pondok Pesantren

Pesantren tergolong sebagai lembaga pendidikan tertua dalam sejarah

pendidikan di Indonesia. secara bahasa, ada yng mengatakan bahwa istilah

pesantren berasal dari kata pesantri-an. Kata “santri” diambil dari bahasa

Jawa yang artinya adalah “murid”. Kata “pesantren” juga sering

dipadupadankan dengan kata “pondok”. Kata “pondok” diambil dari

bahasa Arab yaitu „Funduq‟ yang berarti “penginapan”. Sehingga istilah

“pondok pesantren” merujuk pada satu nama yaitu penginapan para murid

(Dhuri & Fadlan, 2015, hal. 4).

Menurut Ziemek (1988), kata pondok berasal dari kata funduq (Arab)

yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang

merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh

dari tempat asalnya. Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang

diimbuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti menunjukkan tempat,

maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai

gabungan kata santri (manusia baik) dengan suku kata (suka menolong),

sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-

baik. Terlepas dari itu, karena yang dimaksudkan dengan istilah pesantren

dalam pembahasan ini adalah suatu lembaga pendidikan dan

pengembangan agama Islam di Tanah Air (khususnya Jawa) dimulai dan

dibawa oleh Wali Songo, maka model pesantren di Pulau Jawa juga mulai

berdiri dan berkembang bersamaan dengan zaman Wali Songo. Karena itu

tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang pertama didirikan

adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik

Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi (Kompri, 2018, hal. 2).

16

Sementara Halim, dkk. (2005, hal. 247) Pesantren juga bisa dikatakan

sebagai lembaga pendidikan yang disajikan sebagai wadah untuk

memperdalam agama dan sekaligus sebaga pusat penyebaran agama.

Karena di pesantrenlah agama diajarkan dengan semangat dan di pesantren

pulalah ajaran agama disebarkan. Pesantren secara sederhana dapat

didefinisikan menurut karakteristik yang dimilikinya, tempat belajar para

santri.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat

dipahami, bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam di

mana para santrinya tinggal di pondok yang dipimpin oleh kyai. Para

santri tersebut mempelajari, memahami dan mendalami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pada pentingnya

moral keagamaan sebagai pedoman perilakunya dalam kehidupan sehari-

hari (Kompri, 2018, hal. 3).

b. Tujuan Pondok Pesantren

Arifin (1991) dikutip Kompri (2018, hal. 7), bahwa tujuan pendidikan

pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri dengan

penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan

mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan,

mengajari sikap dan tingkah laku yang bermoral, dan menyiapkan para

santri untuk hidup sederhana.

Mujammil Qomar dikutip Kompri (2018, hal.8) mengungkapkan

dua tujuan pendididikan pesantren:

1) Tujuan umum yaitu membina warga negara agar berkepribadian

Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa

keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta

menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,

masyarakat, dan Negara.

17

2) Tujuan khusus, yaitu:

a) Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi orang

Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,

memiliki kecerdasan siswa/santri untuk menjadi manusia

Muslim selaku kader-kader ulama dan mubalig, yang berjiwa

ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan ajaran

Islam secara utuh dan dinamis.

b) Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan

manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan

negara.

c) Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro

(keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya).

d) Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap

dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan

mental spiritual.

e) Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha

pembangunan masyarakat bangsa.

c. Fungsi Pondok Pesantren

Sarijdo, dkk. dikutip Kompri (2018, hal. 10) mempertegas, fungsi

pesantren pada kurun wali songo adalah mencetak calon ulama dan

mubalig yang militan dalam menyiarkan agama Islam. Seiring dengan

perkembangan zaman fungsi pesantren pun ikut bergeser dan berkembang,

sejalan dengan perubahan-perubahan sosial kemasyarakatan. Menurut

Ma‟shum ada tiga fungi pesantren, yaitu:

1) Fungsi Religius (diniyyah)

2) Fungsi Sosial (ijtimaiyah)

3) Fungsi edukasi

18

Ketiga fungsi ini masih berjalan sampai sekarang. sejalan ketiga

fungsi tersebut, Jazuli, dkk.(2006) mempertegas lagi bahwa:

a) Fungsi pertama adalah menyiapkan santri mendalami dan menguasai

ilmu agama Islam tafaqquhfiddin, yang diharapkan dapat mencetak

kader-kader ulama dan turut mencerdaskan bangsa

b) Dakwah menyebarkan Islam, dan ketiga benteng pertahanan moral

bangsa dengan landasan akhlakul karimah.

Fungsi pesantren bukan hanya edukasi dan dakwah, akan tetapi juga

sebagai center pertahanan akhlakul karimah, pencetak manusia

Indonesia berdedikasi tinggi dengan spritualitas, intelektualitas,

berketerampilan dan terbuka dengan perkembangan zaman.

d. Prinsip-prinsip Pondok Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang multidimensional niscaya

tidak akan bertahan diterpa berbagai badai perubahan zaman. Dimuka

telah diuraikan bagaimana fungsinya yang demikian komprehensif dalam

sejarah Indonesia, yang bukan hanya memfungsikan diri sebagaipencetak

masyarakat yang melek huruf dan budaya, akan tetapi ia juga berfungsi

sebagai mesin pertahanan spiritual dan moral serta memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia dan berperan serta membangun dan memajukan

bangsa Indonesia. realitas sejarah memperlihatkan kepada kita, bagaimana

pesantren tetap eksis dalam perubahan zaman. Kesemuanya terjadi,

disebabkan pesantren memiliki prinsip-prinsip nilaiyang melandasinnya

(Kompri, 2018,hal.11).

Menurut Mastuhu, dikutip Kompri (2018,hal.11), pesantren

mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Teosentris

Teosentris artinya sistem pendidikan pesantren mendasarkan

falsafah pendidikannya pada falsafah teosentris.

2) Sukarela dan mengabdi

Karena mendasarkan kegiatan pendidikan sebagai suatu ibadah,

penyelenggaraan pesantren dilaksanakan secara sukarela (ikhlas)

19

dan mengabdi semata-mata dalam rangka beribadah kepada Allah

SWT.

3) Kearifan

Kearifan yakni bersikap perilaku sabar, rendah hati, patuh kepada

ketentuan hukum agama, tidak merugikan orang lain, dan

mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama menjadi titik

tekan dalam kehidupan pesantren dalam rangka mewujudkan sikap

arif.

4) Kesederhanaan

Salah satu nilai luhur pesantren dan menjadi pedoman perilaku

warganya adalah penampilan sederhana, dalam artian tetap

berkemampuan, bersikap dan berpikir wajar, profesional dan tidak

merugikan orang lain.

5) Kolektivitas

Pesantren menekankan pentingnya kolektivitas daripada

individualisme. Implikasi dari prinsip ini, di pesantren berlaku

pendapat bahwa dalam masalah hak seseorang harus mendahulukan

kepentingan orang lain, sedangkan dalam masalah kewajiban, dia

harus mendahulukan kewjibannya sendiri sebelum orang lain.

6) Mengatur kegiatan bersam

Merujuk kepada nilai-nilai pesantren yang bersifat relatif, santri,

dengan bimbingan ustaz dan kiai, mengatur hampir semua kegiatan

proses belajarnya sendiri.

7) Kebebasan terpimpin

Prinsip ini digunakan pesantren dalam menjalankan kebijakan

kependidikannya.

8) Mandiri

Dalam kehidupan pesantren, sifat mandiri tampakjelas. Sikap ini

dapat dilihat dari aktivitas keseharian santri dalam mengatur dan

bertenggung jawab atas keperluannya sendiri.

20

9) Mengamalkan ajaran-ajaran Islam

Pesantren sangat mementingkan pengamalan nilai-nilai ajaran

agama dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupannya

selalu dalam rambu-rambu hukum Islam.

10) Tempat mencari ilmu dan mengabdi

Ilmu bersifat suci dan tidak terpisah dari bagian agama, sehingga

modern berpikir pun berangkat dari keyakinan dan berakhir pada

kepastian. Ilmu tidak dipandang sebagai kemampuan berpikir

metodologis, tetapi sebagai berkah.

11) Restu Kiai

Dalam kehidupan pesantren, semua aktivitas warga pesantren

sangat tergantung pada restu kiai, baik ustaz, pengurus, maupun

santri.

e. Unsur Pondok Pesantren

Dalam ulasannya mengenai pesantren, Dhofier dikutip Kompri (2018,

hal. 24-25) mengemukakan lima unsur pokok yang menjadi elemen dasar

dari tradisi pesantren, yakni pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab

Islam klasik, santri dan kiai. Dengan demikian, unsur-unsur tradisi

pesantren dapat dikategorikan lagi menjadi tiga kelompok:

a) Sarana Perangkat Keras; Pondok dan Masjid

Dalam suatu pesantren, pondok dan masjid merupakan dua

bangunan yang sangat penting. Pondok pada dasarnya adalah asrama

pendidikan Islam tradisional di mana para santri tinggal bersama dan

mendapat bimbingan dari kiai. Pondok, asrama bagi santri, ini

sekaligus menjadi ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya

dengan sistem pendidikan tradisional lainnya di masjid-masjid, surau,

bahkan madrasah pada umumnya. Kehadiran masjid tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan pesantren yang dianggap sebagai tempat

paling tepat untuk mendidik santri, terutama praktik sembahyang lima

waktu, khotbah dan sembahyang Jumat, dan pengajian kitab-kitab

21

Islam klasik. Jadi, masjid merupakan tempat sentral bagi transformasi

dan isnad ilmu di pesantren.

b) Kiai dan Santri

Berbicara tentang seorang pimpinan dalam pondok pesantren tidak

terlepas daripada sosok seorang kiai. Pada kalangan pesantren kiai

merupakan aktor utama. Kiailah vang merintis pesantren, mengasuh,

menentukan mekanisme belajar dan kurikulum, serta mewarnai dalam

kehidupan sehari-hari sesuai dengan keahlian dan kecenderungan

yang dimilikinya. Karena itu, karekteristik pesantren dapat

diperhatikan melalui profil kiainya. Kiai dan santri dalam tradisi

pesantren adalah dua entitas yang tak dapat dipisahkan. Kiai adalah

elemen yang paling esensial dan kehadirannya merupakan sesuatu

yang niscaya. Walau hanya sebagai orang biasa, tetapi sebagai

seorang alim, arif, jawaban atas berbagai persoalan, sifatnya yang

tawaduk, ikhlas, orang-orang umumnya nempatkannya sebagai figur

yang sangat sakral. Sehingga eksistensi kiai sesungguhnya merupakan

pemimpin non formal bagi masyarakat.

Kompri (2018, hal. 26) Dengan kelebihan berbagai dimensi

tersebut, kiai merupakan figur dan pemimpin sentral dalam suatu

pesantren. Santri, biasanya berkonotasi pada siswa yang belajar pada

suatu pesantren untuk mempelajari kitab-kitab klasik. Oleh karena itu,

santri merupakan elemen lain yang juga sangat penting setelah kiai.

Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat dua

kelompok santri.

1) Santri mukim, yaitu murid-murid berasal dari yang jauh dan

menetap dalam kelompok pesantren kepentingan pesantren

sehari-hari; mereka jugamemikul tanggung jawab mengajar

santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.

2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di

sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam

22

pesantren. Untuk mengikuti pelajar pesantren, mereka bolak-

balik (ngaji) dari rumahnya sendiri.

c) Aktivitas Intelektual; Pengajian Kitab-kitab Islam Klasik

Tujuan utama para santri untuk berguru ke pesantren tidak lain

adalah belajar agama. Pelajaran-pelajaran agama biasanya didapat dari

menggali kitab-kitab Islam klasik yang memang tersedia banyak di

pesantren. Mungkin lantaran warna/jenis kertasnya yang berwarna

kuning, kitab-kitab Islam klasik tersebut, sebagaimana telah disinggung

di awal, disebut dengan kitab kuning. Kendati pada perkembangan

berikutnya, kitab-kitab yang berwarna putihpun dianggap sebagai kita

kuning. Dalam komunitas pesantren tradisional (salafiy dan semi

salafiy), pengajian kitab-kitab Islam klasik ini sangatlah penting.

Bahkan pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama

karangan-karangan ulama merupakan satu-satunya pengajaran

formalkan dalam lingkungan pesantren.

f. Tipologi Pondok Pesantren dengan Perkembangannya

Dahuri, & Fadlan (2015, hal. 2) mengemukakan Berdasarkan berbagai

tingkatan konsistensi dengan sistem lama dan keterpengaruhan oleh sistem

modern, secara garis besar pondok pesantren menurut Departemen Agama

RI, dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

1) Pondok Pesantren Salafiyah

Salaf artinya "lama", "dahulu", atau "tradisional". Pondok

pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan

pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang

berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran agama Islam

dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada

kitab-kitab klasik, berbahasa Arab seperti kitab-kitab kuning,yang

merupakan karangan para ulama di abad pertengahan Islam.

2) Pondok Pesantren Khalafiyah ('Ashriyah)

Khalaf artinya "kemudian" atau "belakangan", sedangkan ashri

artinya "sekarang" atau "modern". Pondok pesantren khalafiyah adalah

23

pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan

pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal, baik madrasah

(MI, MTs, dan MA), maupun sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK) atau

nama lainnya. dn yang pelajarannya didominasi kurikulum umum

sesuai dengan kurikulum pemerintah.

3) Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi

Pondok Pesantren salafiyah dan khalifiyah sebagaimana penjelasan

di atas. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren

yang berada di antara rentangan dua pengertian di atas. pesntren ini

mengelompokan santri ke dalam kelas untuk diajarkan kitab kuning dan

pelajaran umum. bedanya untuk pelajaran-pelajaran agama hanya

diajarkan sesuai dengan kebutuhan.

Departemen Agama RI, dikutip Cahyadi (2017, hal. 50), bahwa ada

beberapa potensi yang dimiliki pondok pesantren, yaitu:

1) Jumlahnya yang sangat besar secara kuantitas

Jumlah yang sangat besar dari pondok pesantren merupakan potensi

kuantitatif yang dapat diberdayakan menjadi sumber daya yang

amat berarti bagi pengembangan pondok pesantren sendiri dan

masyarakat. Jumlah yang besar ini menunjukkan pula besarnya

peranan yang dimainkan oleh pondok pesantren dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa.

2) Mengakar dan dipercaya oleh masyarakat

Keberadaan pondok pesantren yang berasal dari masyarakat, maka

keterikatan pondok pesantren dengan masyarakat pendukungnya

merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

pondok pesantren sekarang ini. Keterkaitan menjadikan pondok

pesantren sebagai lembaga keagamaan dan pendidikan yang

mengakar pada masarakat.

3) Fleksibilitas waktu

Berbeda dengan lembaga pendidikan formal lainnya, lembaga

pondok pesantren memiliki „keberlangsungan hidup‟ yang cukup

24

lama. Bahkan dapat dikatakan 24 jam sehari, sehingga konsentrasi

mereka untuk belajar dan berupaya mengembangkan diri dalam

pondok pesantren dapat dilakukan secara terpadu tanpa

mengganggu salah satu kepentingan. Kegiatan non-formal

sekalipun dapat dilaksanakan dalam lingkungan pondok pesantren.

baik itu kegiaan sosial, budaya, maupun ekonomi.

Sebagai lembaga pengembangan dan pembentukan karakter Dengan

titik berat pada pendidikan agama dan tinggal dalam suatu asrama,

maka pondok pesantren telah menjadikan dirinya sebagai lembaga

pengembangan karakter di mana mereka belajar untuk tanggung jawab

dalam mengurusi dirinya, belajar dan berkehidupan berdampingan

dengan masyarakat.

Perkembangan pondok pesantren akan terus maju beriring dengan

kebutuhan masyarakat yang menuntut penyelenggaran pendidikan pondok

pesantren yang tidak hanya terbatas pada penguasaan terhadap ilmu-ilmu

agama saja, sehingga pondok pesantren secara dinamis bergeser untuk ikut

menyelenggarakan bentuk pendidikan yang berorientasi pada penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Bentuk kelembagaan seperti ini, secara

alamiah terjadi karena fungsi pondok pesantren tidak hanya sebagai

lembaga pendidikan semata. Pondok pesantren juga berperan sebagai agen

of change didalam kehidupan sosial masyarakat (Cahyadi, 2017, hal. 8).

g. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren

Kurikulum adalah tahapan dan tingkatan penyampaian materi pelajaran

yang dapat diimplementasikan secara efektif serta dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat menguasai dan memahami

implementasi kurikulum dalam membuat perangkat pembelajaran dan guru

memahami peserta didiknya , dapat menggunakan metode yang bervariasi

dalam mengajar, mampu mengikuti perkeembangan mutakhir, dapat

menyiapkan proses pembelajaran, dan juga mampu menghubungkan

pengalaman yang lalu yang perlu dikembangkan (Kompri, 2018, hal. 114).

25

Kompri (2018, hal, 115-136) yang berjudul Manajemen dan

Kepemimpinan Pondok Pesantren. Ada beberapa hal yang menjadi

Pengembangan kurikulum pondok pesantren, yaitu:

1) Orientasi Kurikulum Pondok Pesantren

Kurikulum pendidikan di Pesantren saat ini tak sekedar fokus pada

kitab-kitab klasik (baca:ilmu agama) tetapi juga memasukkan banyak

mata pelajaran dan keterampilan umum di pesantren saat ini dikotomi

ilmu mulai tidak populer beberapa pesantren bahkan mendirikan

lembaga pendidikan umum yang berada di bawah Kementrian

Pendidikan Nasional RI. Dalam konteks pendidikan di pesantren

Nurcholis Madjid mengatakan, yang dikutip oleh Abdurrahman

Mas‟ud, dkk., bahwa istilah kurikulum tak terkenal di dunia pesantren

walaupun sebenar materi pendidikan sudah ada di dalam pesantren

terutama pada praktik pengajaran bimbingan rohani dan latihan

kecakapan dalam kehidupan di pesantren. Kurikulum pondok pesantren

tradisional sebagai lembaga pendidikan non formal yang mempelajari

kitab-kitab klasik, meliputi:

a) Nahwu sharaf

b) Balaghah

c) Tauhid

d) Tafsir Hadis

e) Mantik

f) Tasawuf

g) Bahasa Arab

h) Fiqih

i) Ushul Fiqh

j) Akhlak.

Program kegiatan pesantren salaf biasannya meliputi:

a) Bagian Ubidiyah

b) Ta‟lim wa Tahfidz Al-Qur‟an

c) Kuliah Syariah

26

d) Pendalaman Fiqih

e) Pendalaman Ilmu Agama selain fiqih

f) Penguasaan Nahwu-Sharaf

g) Pengajian Kitab kuning

Salah satu ciri utama pesantren yang membedakan dengan lembaga

pendidikan Islam lainnya adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik

(kitab kuning) sebagai kurikulumnya. Bagi pesantren, menurut Daulay

(1991), kitab kuning sangatlah penting untuk memfasilitasi proses

pemahaman kegamaan yang mendalam sehingga mampu merumuskan

penjelasan yang tepat mengenai ajaran Islam (Al-qur‟an dan Hadis Nabi).

Untuk menjadikan pesantren tetap sebagai pusat kajian keislaman, maka

pengembangan kurikulum pesantren pada pesantren modern dengan tetap

memelihara dan mempertahankan kitab kuning yang terintegrasi dengan

kurikulum pendidikan formal disesuaikan dengan kebutuhan santri, yaitu

kurikulum pesantren yang dicirikan semata-mata mengajarkan ilmu

agama bersumber pada kitab kuning (kitab klasik), mengimbangkan

antara ilmu agama dengan ilmu umum (yang diajarkan pada pendidikan

formal), memberikan ilmu keterampilan dengan tekanan ilmu agama, dan

melaksanakan pengajian kitab-kitab klasik, pendidikan pada madrasah,

dan pendidikan pada sekolah umum.

2) Metodologi Pembelajaran Pondok Pesantren

Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari tentang

metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran. Pondok pesantren

dengan kekhasannya memiliki sejumlah metode yang digunakan dalam

pembelajaran yaitu:

a) Metode Tradisional yaitu: Sorogan, Wetonan, Ceramah,

Muhawarah, Hiwar, Mudzakarah, Majelis Ta‟lim, Tahfidz,

Fathul kutub, Muqoronah.

b) Metode Kombinasi yaitu: Karya Wisata dan Diskusi

27

h. Kepemimpinan Pondok Pesantren

1) Gaya-gaya kepemimpinan di pondok pesantren

Kompri (2018, hal. 188-194) mengemukakan, beberapa gaya

kepemimpinan di pondok pesantren sebagai berikut:

a) Karismatik, yaitu gaya kepemimpinan di mana pemimpin

menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat energik

dalam mendorong untuk maju.

b) Paternalistik, yaitu gaya kepemimpinan yang bersifat

kebapakan, yang memandang pengikutnya yang belum dewasa

itu perlu di kembangkan. pemimpin semacam ini bersikap

terlalu melindungi, karenanya hamper tidak pernah memberi

kesempatan pada bawahannya untuk berinisiatif dan

berimajinasi.

c) Autoktarikdi , yaitu kepemimpinan yang berdasarkan atas

kekuasaan mutlak segala keputusan berada di satu tangan.

d) Demokratis, yaitu selalu berpihak kepada anggotannya, dengan

berpegang pada prinsip mewujudkan kebenaran dan keadilan

untuk kepentingan bersama. Pada corak kepemimpinan ini

sangat menghargai pada potensi setiap individu dan mau

menerima aspirasi bawahan dan menghargai keahlian

bawahannya.

2) Tradisi Kepemimpinan Pondok Pesantren

Ginanjar dikutip Kompri (2018, hal. 176-177) Estafet pergantian

kepemimpinan yang ada di pesantren biasanya turun-temurun dari

pendiri ke anak, ke menantu, kecucu, atau ke santri senior. Artinya, ahli

waris pertama adalah anak laki-laki, yang senior dan dianggap cocok

oleh kiai dan masyarakat untuk menjadi kiai, baik dari segi

kealimannya (moralitas/akhlak) maupun dari segi ke dalaman ilmu

agamanya. Jika hal ini tidak mungkin, misalnya karena pendiri tidak

punya anak laki-laki yang cocok untuk menggantikannya, maka ahli

waris kedua adalah menantu, kemudian sebagai ahli waris ketiga adalah

28

cucu. Jika semuanya tidak mungkin, maka ada kemungkinan

dilanjutkan oleh bekas santri senior. Suksesi kepemimpinan pesantren

sebagaimana digambarkan di atas tidak hanya berlaku bagi pesantren

yang berstatus sebagai yayasan, tetapi juga berlaku bagi pesantren-

pesantren yang berstatus pribadi. Meskipun secara resmi sudah ada

ketentuan bahwa ahli waris pendiri tidak dengan sendirinya menjadi

pengganti. Menurut C.G. Kesuma (2013), tradisi kepemimpinan

pesantren biasanya turun-temurun dari pendiri ke anak, ke menantu, ke

cucu atau ke santri senior. Artinya, ahli waris pertama adalah anak laki-

laki, yang senior dan dianggap cocok oleh kiai dan masyarakat untuk

menjadi kiai, baik dari segi kealimannya (moralitas/ akhlak) maupun

dari segi kedalaman ilmu agamanya. Jika hal ini tidak mungkin,

misalnya karena pendiri tidak punya anak laki-laki yang cocok untuk

meggantikannya, maka ahli waris kedua adalah menantu, kemudian

sebagai ahli waris ketiga adalah cucu.

B. Studi Relevan

Berhubungan dengan bahasan penelitian yang penulis kerjakan, terdapat

beberapa penelitian yang pernah dilakukan. hasil penelitian ini penulis jadikan

bahan kajian awal yang mana studi relevan ini dalah memuat hasil-hasil penelitin

terdahulu terkait dengan focus atau judul yang diteliti. hasil penelitian tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Istiqomah (NIM, 101311038), dengan judul Kepemimpinan

Perempuan Di Pondok Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Hajroh Basyir

Salafiyah Kajen Margoyoso Pati).

Penelitian ini dilakukan oleh Istiqomah yang diajukan kepada Fakultas

Tarbiyah Jurusan Manajemen Dakwah UIN Wali Songo Semerang 2014. yang

bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan Hj. Shafwah di pondok

pesantren Hajroh Basyir Salafiyah Kajen Margoyoso Pati, Faktor yang

menjadi pendukung dan penghambat kepemimpinannya. jenis penelitian ini

adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sumber dan jenis data berupa data

primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah informasi

29

langsung dari Hj. Shafwah. Data sekunder diperoleh melalui arsip,

dokumen, visi dan misi, dan struktur organisasi yang terdapat di pondok

pesantren Hajroh Basyir Salafiyah Kajen Margoyoso Pati. Teknik

pengambilan data meliputi: observasi, interview, dan dokumentasi. Teknik

analisis data menggunakan metode induktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahw. 1). tipe kepemimpinan yang ada

pada Nyai Hj. Shafwa adalah, kepemimpinan demokratis,Hj. Shafwah

sebagai seorang pemimpin menghargai ustad ustadzah, pengurus pondok dan

santri secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan,pengambilan keputusan

berdasarkan musyawarah dan berorientasi pada keputusan bersama. 2). faktor

pendukung kepemimpinannya yaitu; keluarga, SDM yang berkualitas,

dukungan dari wali santri, sarana dan prasarana yang memadai, santri dan

dukungan dari masyarakat sekitar. 3). faktor penghambatnya yaitu;

kurangnya kesadaran santri terhadap kebersihan, minimnya jumlah ustadz

-ustdzah, dan banyaknya pondok pesantren di lingkungan pondok pesantren

Hajroh Basyir Salafiyah.

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa persamaan dan perbedaan

pada pembahasan peneliti, yaitu: persamaan mendasar penelitin ini dengan

peneliti sebelumnnya ialah terletak pada pimpinan pondok pesantren

berwenang pada seorang perempuan. kemudian perbedaanny adalah terletak

pada tempat dan waktu penelitian dan pembahasan mengenai faktor pendukung

kepemimpinan perempuan.

2. Jurnal Sains dan Teknologi, Muhyiddin Zainul Arifin, dengan judul Peran

Kepemimpinan Nyai Di Pondok Pesantren (Studi Multi Situs di Pondok

Pesantren Al-Lathifiyah II Tambakberas Jombang, Pondok Pesantren Nur

Khadijah Den Anyar Jombang dan Pondok Pesantren Al-Hikmah Purwoasri

Kediri, 2014).

Penelitian ini dilakukan oleh Muhyiddin zainul arifin, yang diajukan

kepada STAI bahrul Ulum Tambakberas Jombang. yang bertujuan untuk

mengetahui: a). Peran Kepemimpinan Nyai: 1). pelayanan yang baik,

2).penjaga yang bertanggung jawab, b). Peran kepemimpinan Nyai menurut

30

Covey: Berdasarkan temuan lintas situs tentang peran kepemimpinan Nyai

menurut Covey dalam pondok pesantren dapat disimpulkan sebagai berikut:

1). pencari alur, 2). penyelaras, 3). Pemberdaya. penelitian menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif berarti membicarakan sebuah

metode penelitian yang didalamnya mencakup pandangan-pandangan

filsafati mengenai disiplin inquiry dan mengenai realitas object yang

distudi dalam ilmu-ilmu social dan tingkah laku, bukan sekedar

membicarakan metode penelitian yang sifatnya teknis metodologis dalam

pekerjaan penelitian. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memahami

perilaku manusia dari kerangka acuan si pelaku sendiri, yakni bagaimana

si pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya yang

disebut persepsi emik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: bahwa

kepemimpinan Nyai dalam pondok pesantren terdiri dari peran sebagai

pelayan dan peran sebagai penjaga, peran pencari alur, peran penyelaras, dan

peran pemberdaya.

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa persamaan dan perbedaan

pada pembahasan peneliti, yaitu: persamaan mendasar penelitin ini dengan

peneliti sebelumnnya ialah terletak pada peran kepemimpinan nyai dalam

pesantren, dan perbedaaanna adalah oleh tempat dan waktu serta

pengaplikasiannya pimpinan pondok tersebut.

3. Jurnal Pendidikian Islam, Rahmat Arofah Hari Cahyadi, dengan judul

Pengembangan Pondok Pesantren (2017).

Penelitian ini dilakukan oleh Rahmat Arofah Hari Cahyadi, yang diajukan

kepada Pengembang Kelembagaan, Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur Jl.

Raya Juanda II No 26 Sidoarjo. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

potensi pondok pesantren dan peran pondok pesantren terhadap

perkembangannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa potensi yang

dimiliki oleh pondok pesantren yaitu: a). jumlahnya yang sangat besar secara

kuantitas, b). mengakar dan dipercaya oleh masyarakat, c). fleksibilitas waktu,

d). sebagai lembaga dan pengembangan dari pembentukan karakter. dan peran

31

pondok pesantren terhadap pengembangannya adalah; berperan sebagai

lembaga sosial kemasyarakatan dan lembaga perekonomian.

Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa persamaan dan perbedaan

pada pembahasan peneliti, yaitu: persamaan mendasar penelitin ini dengan

peneliti sebelumnnya ialah terletak pada potensi-potensi dan tipology yang

terdapat pada pondok pesantren , dan perbedaannya adalah oleh tempat dan

waktu serta peran pengelolaan lembaga masyarakat sosial dan lembaga

perekonomiannya.

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan

metode deskriptif analisis. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian

yang mengungkap situasi sosial dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar,

dibentuk oleh kata-kata berdasarkan tekhnik pengumpulan dan analisis data yang

relevan diperoleh dari situasi yang alamiah (Djam’an dan Aan, 2014,hal.25)

Metode deskriptif analisis yaitu data yang diperoleh (berupa kat-kata,

gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik,

melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekadar

angka dan frekuensi. Peneliti segera melakukan analisis data dengan

memberipemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian

naratif (Margono, 2014, hal. 39).

Dengan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi

yang jelas, mengenai Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting penelitian

Lokasi penelitin ini adalah lembaga pendidikan di Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi, dengan alasan bahwa pondok

pesantren ini sudah sejak lama menjadi pondok pesantren modern dan

menjadi salah satu pondok pesantren yang berprestasi terlebih lagi dibawah

pimpinan yang notabene seorang perempuan dengan segala kelemahan dan

keterbatasan. tetapi dengan ridho Allah SWT serta dorongan dan dukungan

dari simpatisan maka berdirilah Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Al-

Azhar di Muara Bungo Jambi.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah dengan key informan yaitu Pimpinan pondok

pesantren. kemudian dengan informan tambahan yaitu, Ustadz/Ustadzah,

santri, dan masyarakat Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar.

33

Dengan menggunakan purposive sampling yang mana menggunakan

pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik penelitian dan memilih subjek

atau objek sebagai unit analisis (Djam’an dan Aan, 2014, hal. 48).

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti secara

langsung dari sumbernya, tanpa adanya perantara, yakni data yang

diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi)

yang mencakup informasi tentang peran kepemimpinan perempuan dalam

mengembangkan pondok pesantren, apa saja kendala kepemimpinan

perempuan dalam mengembangkan Pondok Pesantren dan upaya

kepemimpinan perempuan dalam mengatasi endala pengembangan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-azhar di Muara Bungo Jambi.

b) Data Skunder

Data skunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya dan dari pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan,

seperti buku, laporan, dan majalah yang sifatnya dokumentasi. data

sekunder yang dimaksudkan oleh peneliti adalah data-data yang diambil

mengenai gambaran umum Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muaro Bungo Jambi, data tersebut meliputi historis, profil, geografis,

struktur organisasi, keadaan guru, santri serta sarana dan prasarana Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek data yang diperoleh (Suaidi, 2014). Sumber

data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a) Manusia, yakni pimpinan pondok pesantren, Ustadz/Ustadzah, santri

dan Masyarakat

b) Arsip

c) Kejadian atau peristiwa

d) Dokumentasi

34

D. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, pengamatan dan

pencatatan yang dilakukan terhadap objek tempat terjadi atau berlangsungnya

peristiwa, sehingga berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi

langsung. Sedang observasi tidak langsung adalah pengamatan yang

dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan

diselidiki, seperti peristiwa tersebut melalui film, rangkaian slide, atau

rangkaian photo (Margono, 2014, hal. 158-159).

Dengan metode ini peneliti secara langsung mengadaakan pengamatan

mengenai kepemimpinan Perempuan dalam mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan

dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti

melakukan interaksi dan komunikasi atau percakapan antara pewawancara

dan terwawancara dengan maksud menghimpun informasi dari interview.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau

Tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam

karena ingin mengeksplorasi informan secara holistic dan jelas dari informan.

Tekhnik wawancara yang penulis gunakan ialah dengan metode wawancara

semi-struktur yang termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana

pelaksananya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur.Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2013, hal. 233).

Data yang penulis kumpulkan guna menjadi kelengkapan data observasi

mengenai kegiatan yang berkaitan dengan pimpinan pondok pesantren dalam

35

mempengaruhi tenaga pendidiknya dalam kegiatan proses belajar mengajar

ataupun mengawasi tenaga pendidiknya dalam pengelolaannya.

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan maslah yang diteliti,

sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan

perkiraan. Metode ini untuk memperoleh data yang berkenaan dengan,

struktur organisasi, historis dan geografis, jumlah guru dan jumlah santri,

indeks prestasi, serta keadaan sarana dan prasarana, dan sebagainya (Baswori

dkk, 2008, hal. 158).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, dan sesudahnya.

Nasution (1988) menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan dan

menjelaskan masalah, sebelum terjunke lapangan, dan berlangsung terus sampai

penulisan hasil penelitian (Sugiyono, 2013, hal. 245).

Rijali (2018) mengemukakan alam penelitian kualitatif, konseptualisasi,

kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar “kejadian” yang diperoleh

ketika kegiatan lapangan berlangsung. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan

data dan analisis data tidak mungkin dipisahkan satu.

Dalam analisis data ini menggunakan teknik:

1. Analisis Reduksi

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus

selama penelitian berlangsung. bahkan sebelum data benar-benar terkumpul

sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi,

dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data

meliputi: (1) meringkas data, (2) mengkode, (3) menelusur tema, (4)

membuat gugus-gugus (2018, hal. 91-92).

Analisis ini dilakukan melalui seleksi ketat atas data, ringkasan atau uraian

singkat, dan menggolongkannya ke dalam pola yang lebih luas pada

36

Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.

2. Analisis Display

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks

naratif berbentuk catatan lapangan,matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu

bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat

apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya

melakukan analisis kembali (2018, hal. 93).

Analisis Display akan dilakukan lebih rinci pada data-data yang

membuktikan Perkrmbangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi.

3. Analisis Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus

selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti

kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola

(dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini

ditangani secara longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah

disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi

lebih rinci dan mengakar dengan kokoh (2018, hal.94).

Analisis penarikan kesimpulan dilakukan selama penelitian berlangsung dan

untuk memperjelas suatu hasil dari setiap data yang didapatkan selama berada

di lapangan.

Analisis ini untuk menjawab permasalahan pada Kepemimpinan

Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo Jambi.

37

F. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data bisa dilakukan melalui triangulasi data, Sugiyono

mengatakan triangulasi dari Wilian Wiersma (1986) Triangulasi is

qualitativecross-validation. It assesses the suffiency of the data according to the

convergence of multiple data sources or multiple data collection

procedures.Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan

data, dan waktu (2013, hlm.273). Dengan demikian menggunakan triangulasi

sumber triangulasi pengumpulan data, dan waktu.

1. Triangulasi Sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu yaitu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari saat narasumber masih

segar, akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.

38

G. Jadwal Penelitian Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Skripsi

No

Kegiatan

Bulan / Minggu

Sept

2019

Okt

2019

Nov

2019

Dec

2019

Jan

2020

Feb

2020

Mart

2020

Apr

2020

Mei

2020

Juni

2020

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan Proposal √ √

2 Penunjukan dosen

pembimbing

3 Perbaikan Proposal √ √

4 Izin Seminar dan Perbaikan

Hasil Proposal

√ √

5 Pengajuan Izin Riset √

6 Pengumpulan Data √ √ √ √

7 Verivikasi dan Analisis

Data

8 Konsultasi Pembimbing √

9 Perbaikan Skripsi √

10 Agenda Skripsi √ √

39

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. TEMUAN UMUM

1. Historis Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar (YPPD)

Muara Bungo, Jambi merupakan cita-cita pendirinya, Ibu Hj. Rosmaini MS.

Sejak beliau masih duduk di Perguruan Diniyyah Putri, Padang Panjang,

Sumatera Barat pada tahun 1972. Cita-cita ini didorong oleh keinginan untuk

memajukan daerah kelahiran beliau jika dibandingkan dengan daerah-daerah

lain waktu itu masih jauh ketinggalan disegala bidang. Pada tahun 1973,

beliau yang masih berstatus mahasiswi dalam kedudukannya sebagai ketua

Senat didikuti oleh Pengurus Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang

dalam satu tim yang terdiri dari: Ibu Hj. Ratina Yusuf, guru tertua, Rosmaini

MS dan Zarni Z. dipercaya untuk menjalankan kupon sumbangan dan

menjalani rute dari Padang Panjang - Muaro Bungo - Jambi dan sekitarnya –

Palembang -Tanjung Karang dan Jakarta. Dari inilah beliau mendapatkan

pengalaman berharga mengenai kemajuan yang telah dicapai oleh daerah lain

dibandingkan dengan keadaan di Jambi. Semua itu menambah kuatnya cita-

cita beliau untuk memajukan daerah melalui pendidikan.

Pada tahun 1975 setelah menamatkan pendidikan pada tingkat Sarjana

muda di fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) Diniyyah Putri Padang Panjang.

Dan pada tahun itu juga beliau pulang ke kampung halaman dan mulai

menjajaki usaha pendirian Pondok Pesantren Diniyyah Putri yang beliau cita-

citakan. Pada tahun 1976 dengan berbekal surat mandat dari Pimpinan

Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang, Beliau mulai merintis pendirian

Diniyyah Putri di Muara Bungo. Tahun 1977 berdirilah sebuah Perguruan

Islam di Muara Bungo, tepatnya 5 Agustus 1977, dengan nama Yayasan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar.

40

Terbukti bahwa keikhlasan dan panggilan jiwa telah membuat sesuatu

yanperhitungan Matematika Allah SWT. Untuk mengembangkan pendidikan

di Jambi, atas saran Bapak H. Kadir Basalamah yang pada saat itu menjabat

Dirjen. Bimas Islam serta dukungan Buya Moh. Natsir mantan perdana

Menteri RI dan Walikota Jambi Bapak Drs. H. Azhari, maka pada tahun

1987 dibukalah Perguruan Al-Azhar Jambi di Kota Provinsi, pada tahun

2000 Allah SWT mempertemukan Ibu Pimpinan Yayasan dengan Bapak Dr.

Fasli Jalal, Ph.D. salah seorang putra dari Bapak H. Jalal Ibrahim, mantan

Kepala Sekolah Kuliyatul Mu’alimat Islamiyah (KMI) Pondok Pesantren

Diniyyah Putri Padang Panjang. Bapak Fasli Jalal yang kemudian berkenan

menjadi penasihat ahli di Yayasab selalu memberikan dorongan dan

dukungan yang sangat berarti dalam pengelolaan dan pengembangan

Yayasan serta penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Diniyyah

Muara Bungo dan di Perguruan Al-Azhar Jambi.

Pada saat ini Perguruan Al-Azhar Jambi telah banyak mengukir

prestasi di tingkat Kabupaten, Provinsi bahkan tingkat Nasional. maka pada

tahun 1987 dibukalah Perguruan Diniyyah Al-Azhar di kota Jambi, dan

berkembang sampai ke Muaro Tebo Sampai saat ini YPPD Jambi yang

membawahi perguruan Al-Azhar Jambi memiliki total siswa dan santri 2012

orang dengan tenaga guru dan dosen 201 orang. Yang lebih membanggakan

beberapa diantara para alumninya sekarang ini dapat melanjutkan

pendidikannya di Kairo, Mesir.

Adapun VISI dan MISI YPPD Muara Bungo Jambi adalah sebagai

berikut:

a) VISI

Menjadi lembaga pendidikan Islam terkemuka yang terus menerus

menyeimbangkan pola pengajaran terpadu: Al-Qur’an, dan Hadits dan

keilmuan modern dalam rangka pembentukan generasi muda Islam

Indonesia yang cerdas, profesional, beriman dan bertaqwa serta

memilki militansi dakwah dan siap menghadapi perubahan dan

tantangan zaman.

41

b) MISI

(1). Membentuk generasi Islam yang berjiwa Islami dan

melahirkan pendidikan yang cakap, aktif dan kreatif serta

bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan

agama atas dasar kemurnian pengabdian kepada Allah SWT.

(2). Mengembangkan pola pengajaran Islam berbasis teknologi

mutakhir dengan peningkatan mutu secara berkelanjutan dan

berkesinambungan sebagai upaya untuk memperkaya khazanah

pendidikan Islam sampai akhir zaman.

(3). Merancang, mengembangkan dan memberikan pengajaran

Islam sebagai upaya praktis untuk meningkatkan mutu masyarakat

dalam kehidupan bangsa yang bermartabat.

c) SEMBOYAN

(1). Sekolah adalah medan dakwah kami

(2). Siswa adalah amanah dakwah kami

(3). Islam Kaffah adalah cita-cita dakwah kami

1. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo Jambi

Sebagai satuan organisasi tidak akan terlepas dari suatu struktur

organisasi kepengurusan. Dengan adanya kepengurusan maka akan

menjalankan roda-roda organisasi. Maju atau mundurnya suatu organisasi

sangat ketergantungan pada manusia yang duduk di kepengurusan tersebut.

Kemudian tugas seorang pemimpin untuk mengatur dan memberikan

kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh

karena pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab

secara penuh dan konsekuen.

Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggaraan organisasi kerja,

diselenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah, karena organisasi

dilaksanakan untuk menciptakan proses serangkaian yang terarah pada

tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk

mencapai tujuan organisasi itu harus disusun sebagai tata laksana yang

42

dapat melaksanakan tugasnya masing-masing baik tujuan umum maupun

tujuan khusus menurut jenis dan tingkatannya masing-masing. Adapun

susunan atau struktur organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar

Muara Bungo adalah sebagai beriku:

Susunan pengurus Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo jambi tahun 2015-2025

Ketua Pimpinan : Dra. Hj. Rosmaini,M.Pd.I

Dewan Pembina : H. Maksum Malim

Direktur Pendidikan : H. M. Hafidz El-yusufi, M.M

Kesekretariatan :Fauzan, S.Kom

Divisi Pengajaran

Kepala MA : Sunandar, S.Si

Kepala MTS : Eri Rahayu, S.Hum

Divisi Pembina

Ketua Pembina Putra :Hadromi, S.Pd

Ketua Pembina Putri :Aprilia Saputri, S.Pd

Divisi Keuangan :Zuhriyah, S.Ag

2. Keadaan Ustadz

Peranan ustadz sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah penting

didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat santri dalam

memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran.

Keberhasilan dalam setiap bidang studi tentunya didukung oleh semangat

ustdz dalam menyampaikan materi pelajaran.

Ustadz di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar memiliki kemampuan

yang tidak kalah saing pengetahuannya oleh ustdz-ustadz lainnya. Pada

penerimaan ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo ini mereka diwajibkan memiliki hafalan sebanyak 2 juz Al-

Qur’an, sedangkan untuk ustadz-ustadzah yang mengajarkan kurikulum Al-

Azhari maka diwajibkan memiliki hafalan sebanyak 5 juz Al-Qur’an.

Dengan usia yang terbilang masih muda dan dengan berbagai disiplin ilmu

43

yang dimiliki oleh para ustadz itu diharapakan akan tercapai tujuan

pendidikan di Pondok Pesantren tersebut.

Ustadz di Pesantren ini memang patut diacungi jempol, karena

keteguhan mereka untuk tetap mengabdi di Pondok Pesantren Diniyyah Al-

Azhar, walaupun gaji yang mereka terima tidak terlalu besar namun ada

beberapa hal yang menyebabkan mereka tetap bertahan di Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar, hal ini terungkap dari hasil observasi, seperti apa yang

dikatakan oleh Bapak fauzan selaku kesekretariatan Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi pada tanggal 5 maret 2020

mengenai peran ustadz/ustadzah di Pondok pesantren bahwa:

Kami mengajar di Pondok Pesantren ini sebenernya adalah sebagai

bentuk pengabdian terhadap pesantren guna untuk mengamalkan ilmu

yang telah di dapat untuk untuk para santri supaya santri tersebut bisa

menjadi kaderisasi yang baik yang dapat berguna bagi nusa dan

bangsa, bahagia dunia serta akhirat.

Adapun ustadz yang berada di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar

yang sudah berkeluarga mendapatkan fasilitas yang lengkap seperti rumah,

serta perabotan rumah tangga yang telah disediakan oleh Pihak Pondok

Pesantren. Beberapa ustadz yang mengajarkan kitab kuning/kurikulum Al-

Azhari yaitu:

Tabel 4. 1

Ustadz di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi beserta Mata Pelajarannya

No Nama Mata Pelajaran

1. Ummu Fadhilah, Amd. Keb -Ilmu kalam

-Tafsir Azhari

2. Lukman Hakim -Im.Qur’an Azhari

-Mantiq Azhari

3. Ul-Husni, S.Pd -Fiqih Azhari

4. Risa Hidayah, S.ag -Akidah Akhlak

5. Hayatin Nupus, S.Hum -Nahwu Sorof

44

-Balagah

6. Sutiyah, S.Pd -Hadist

7. H. Himus -Ilmu Fiqih

8. Edi Antoni -Mutholaah

9. Tedi Ardiansyah -Aqidatul Awam

10. H. M. Zulfaddhli E,LC -Tauhid Azhari

11. Nurjani Yusuf -Qur’an Hadist

12. Rahmawati, S.Pd -Nahwu Shorof

3. Keadaan Santri

Santri merupakan peserta didik atau objek pendidikan yang berasal dari

masyarakat sekitar ataupun masyarakat luar daerah. Santri, biasanya

berkonotasi pada siswa yang belajar pada suatu pesantren untuk

mempelajari kitab-kitab klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen

lain yang juga sangat penting setelah kiai. Walaupun demikian, menurut

tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri yaitu santri kalong dan santri

mukim. Biasanya kalau santri kalong itu adalah murid-murid yang berasal

dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam

pesantren. Untuk mengikuti pelajar pesantren, mereka bolak-balik (ngaji)

dari rumahnya sendiri.

Di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo jambi terdiri

dari 2 bentuk santri, yaitu santri kalong dan santri mukim. Namun antara

santri kalong dan santri mukim sangat berbeda jauh jumlahnya. Karena

santri yang mukim di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo

Jambi hanya santri yang sekolah MTs dan Aliyah saja.

Hal ini dipertegas oleh Ustadz Tamrin selaku sesepuh sekaligus ketua

sekretaris Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

pada tanggal 5 maret 2020 keberadaan santri dan pestasi santri di Pondok

pesantren bahwa:

Di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar yang termasuk sekolah Full

Day, Pondok ini tetap menyediakan asrama. Namun hanya untuk

45

jenjang MTs dan MA , tapi bukan berarti SMP dan SMAnya tidak ada.

Tetap ada untuk mereka yang tidak mau tinggal di asrama. Dan tidak

menyediakan untuk jenjang SD karena tidak adanya pemantauan

khusus. Jadi sulit untuk diterapkan disini, sementara jika sudah

kejenjang MTs atau MA itu sudah dikatakan mandiri.

Jumlah keseluruhan santri mukim di Pondok Pesantren Diniyyah Al-

Azhar tahun ajaran 2019-2020 berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis

kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Keadaan santri Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo Jambi tahun ajaran 2019-2020

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Putra Putri

1. VII A 28

2. VII B 25

3. VII C 27

4. VII D 32

5. VII E 32

6. VII F 31

7. VII G 29

8. VII H 25

9. VIII A 15

10. VIII B 11

11. VIII C 22

12. VIII D 18

13. VIII E 22

14. IX A 30

15. IX B 26

16. IX C 25

17. X A 29

18. X B 30

46

19. XI A 28

20. XI B 28

21. XII A 26

22. XII B 32

Jumlah 251 320 571

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan adalah segala peralatan dan

perlengkapan yang secara langsung maupun tidak langsung dipergunakan

guna menunjang kegiatan belajar santri khususnya dalam proses belajar

mengajar. Fasilitas didalam suatu institusi pendidikan tentu sangat

membantu dalam hal proses belajar mengajar. Seperti Masjid, Ruang kelas

mengaji, pendopo, kursi, Papan tulis, media elektronik seperti audio visual,

komputer, serta alat-alat dan media pengajian lainnya yang dibutuhkan.

seperti yang dikatakan oleh Ibu Aprilia saputri selaku Ketua pembina putri,

pada tanggal 3 Maret 2020 bahwa:

Dan keunikan dan perbedaan yang dimiliki Pondok Pesantren Diniyyah

Al-Azhar Muara Bungo Jambi yaitu pada bentuk bangunan gedung

serta suasana lingkungan sehingga terkesan megah dan asri daripada

pondok pesantren lainnya.

Kemudian dipertegas lagi oleh Bapak Hadromi, selaku Ketua pembina

putra, pada tanggal 3 Maret 2020 bahwa:

Dari kedua cabang Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo

yang berada di Jambi dan di tebo memiliki keragaman dari bentuk/jenis

bangunan gedungnya, warnanya dan suana lingkungannya yang

didesain senyaman mungkin, semua itu adalah hasil pemikiran dari Ibu

Hj. Rosmaini.

Keadaan sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Diniyyah

Al-Azhar merupakan institusi terbaik yang menyediakan fasilits, sarana

terlengkap yang berada di provinsi Jambi sehingga sangat menunjang dan

membantu proses pembelajaran.

47

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi.

No Jenis Jumlah Keterangan

1. Masjid 1 Unit Baik

2. Asrama 5 unit Baik

3. Laboraturium Komputer 1 unit Baik

4. Laboraturium IPA,MTK

dan IPS

3 unit Baik

5. Peralatan musik dan

olahraga lengkap

26 unit Baik

6. Kebun pratikum 1 h Baik

7. Mini market 1 unit Baik

8. Wifi Baik

9. DIAZ Outbound Baik

10. Depot Air 1 unit Baik

11. Perpustakaan 3 unit Baik

12. Bicycle Rent 1 unit Baik

13. Alat keterampilan dan seni 10 buah Baik

14. DIAZ Bakery 1 unit Baik

15. Arena Bermain Baik

16. DIAZ Business Centre 1 unit Baik

17. Aula 1 unit Baik

18. Kendaraan Operasional 3 unit Baik

19. Sanggar Musik 1 unit Baik

20. DIAZ Medical Centre 1 unit Baik

21. DIAZ Islamic Bank 1 unit Baik

22. DIAZ Cafe 1 unit Baik

23. Pendopo 1 unit Baik

24. Panggung Baik

48

25. Lapangan Olahraga

(Basketball,Volleyball,

Badminton, Sepak Bola,

Tenis Meja, Futsal, dan

takraw)

3 unit Baik

26. Rumah dewan asatidz 2 unit Baik

27. Ruang Kelas 100 buah Baik

Berdasarkan tabel di atas, maka sarana dan prasarana dimiliki Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo sangat memadai. Baik dari

proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang

perkembangan pendidikan.

5. Perkembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi

Handiyani dkk. (2014) Perkembangan pondok pesantren ini adalah

bentuk gambaran mengenai usaha pimpinan pondok pesantren dalam

mengembangakn Pendidikan Islam di Muara Bungo.

a) Periode 1977-1982

Pada periode ini Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara

Bungo hanya mempunyai 43 santri yang terdiri dari 2 lokal walaupun

hanya kegiatan mengaji dan madrasah, sedangkan gurunya adalah Ibu

Hj. Rosmaini dan Ernawati. Mata Pelajaran yang diajarkan adalah

Peraktek Ibadah dan Tafsir Al-Qur’an. Pada setiap akhir semester

dilakukan evaluasi terhadap para santri untuk melihat kelemahan dan

kekurangannya agar dapat dijadikan pedoman untuk masa yang akan

datang.

b) Periode 1983-1993

Pada periode ini Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara

Bungo di kecamatan rimbo tengah dengan jumlah santri 740 yang

terdiri dari 20 lokal dengan guru berjumlah 12 orang diantarannya:

Rahmawati, Herawati, M. Arifin, Dra. Suaibah, Nur Zawi Yusuf,

49

Azwan, Surmawaati, M.Samvil, Nilawati, Yuladina Rahmi, Asmawati,

Hera Hayati. Pada periode ini mata pelajaran yang diajarkan yaitu:

Aqidah Ahklak, Qu’an Hadist, Fiqih, B.Inggris, B. Indonesia, B. Arab,

dan Matematika.

c) Periode 1994-2009

Pada periode ini santrinya berjumlah 582 semakin berkurang, hal

ini disebabkan oleh kecendrungan masyarakat yang kurang berminat

memasukan anaknya ke sekolah swasta dan sekolah agama. Selain itu

kendala yang dihadapi Ibu Hj. Rosmaini adalah belum optimalnya

disiplin guru dan karyawan serta banyak diantara pengajar yang kurang

profesional. Sekolah diantaranya tingkat TK, SDIT, MTS, dan MA.

Dengan mata pelajaran Aqidah Akhlak, Qu’an Hadist, Fiqih, Bahasa

Arab, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika,

dan PPKN.

d) Periode 2010-2014

Pada periode ini santrinya berjumlah 3.963 orang yang terdiri dari

30 lokal di periode ini Ibu Hj.Rosmaini membuka satu sekolah lagi

yaitu SMP IT. Dan bertambahnya jumlah guru sebanyak 65 orang. Ibu

Hj.Rosmaini mendirikan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ini

dengan cara berdaqwah diberbagai daerah, sekaligus mempromosikan

Pondok Pesantren Diniyyahh Al-Azhar Muara Bungo. Ibu Hj.Rosmaini

juga mendirikan sekolah yang bernama Perguruan Al-Azhar Jambi

yang merupakan pengembangan program Yayasan Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo yang berdiri sejak tahun 1977.

Perguruan Al-Azhar Jambi berdiri karna ada arahan dan dukungan dari

beberapa tokoh penting. Ibu Hj. Rosmaini juga mendirikan Perguruan

Al-Azhar Tebo pada tahun 2010, dengan jenjang pendidikannya yaitu

SD IT, SMP IT, dan SMA IT (2014).

e) Periode 2014-2020

Pada Periode ini Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Muara

Bungo semakin memperlihatkan kualitas serta kuantitas pendidikan

50

yang modern di Provinsi Jambi. Mengedepankan syariat agama islam,

dan selalu terbuka terhadap perkembangan zaman menyeret Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar selalu bersemangat untuk menjadi

pondok yang dapat diminati oleh seluruh masyarakat.

Dikutip WWW.Alazhar Jambi.Com:

Alhamdulillah, dengan segala usaha dan upaya Ibunda Dra Hj

Rosmaini, MS.M.Pd.I dan dibantu dengan Ust H.M.Hafizh El-

Yusufi,S.Pd.I,MM Ponpes Diniyyah Muara Bungo terus

berkembang dan maju demi masyarakat Bungo khususnya.

Tidak luput dengan peran serta dukungan para guru dan karyawan

yang memiliki dedikasi tinggi terhadap Ponpes Diniyyah Muara Bungo.

Kedepannya, Ponpes Diniyyah Muara Bungo terus berusaha

menjadikan sekolah favorit dan diminati disemua kalangan masyarakat

Indonesia khususnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. dan sampai

saat ini Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

adalah pondok pesantren yang institusinya terbaik yang menyediakan

fasilitas, program pendidikan dan sarana terlengkap yang berada di

provinsi Jambi dengan tujuan :

a) Terwujudnya lembaga pendidikan Islam yang mampu

mengantisipasi tuntutan sumber daya manusia di masa yang

akan datang

b) Terbentuknya siswa yang memiliki aqidah yang benar, akhlak

yang mulia, akal yang cerdas, fisik yang kuat, dan amal yang

baik.

6. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar

di Muara Bungo Jambi

Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara

Bungo saat ini tak sekedar fokus pada kitab-kitab klasik (baca:ilmu agama)

tetapi juga memasukkan banyak mata pelajaran dan keterampilan umum.

Seperti yang dikatakan oleh Ustadz Tamrin selaku sesepuh

sekaligus Ketua Kesektariatan pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:

51

Tipe Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo adalah

dengan tipologi Pondok Pesantren Kombinasi/Campuran yang

memadupadankan sistem salafiyah dan khalifiyah di campur,

seperti kegiatan ataupun mata pelajaran pada Pondok tersebut,

adapun program-program dari Pondok tersebut yaitu: 1) Program

Pendidikan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi yaitu: PAUD Dhuafa, Play Group/PAUD Diniyyah, TK

Islam Diniyyah, SDIT Diniyyah, MTs Diniyyah, MA Diniyyah,

Kelas Multi Media TK Islam, SDIT dan MTs.Diniyyah, Sosial

Kemasyarakatan, dan Ekonomi. 2) Program Unggulan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi yaitu:

Pembinaan hafalan Qur’an dengan target lulusan minimal 1 juz,

Pembinaan ibadah harian siswa melalui kegiatan mentoring dan

mutabaah amalan yaumiyah, pembinaan intensif dibidang Sains,

seni, pramuka, olahraga dan PMR, Kunjungan edukatif kepusat

ilmu pengetahuan dan teknologi, International Scout Jamboree,

Student exchange dan studi tour ke manca negara seperti Malaysia,

Singapura, Thailand, dan Jepang dan Pembekalan Pengabdian

Masyarakat. 3) Kegiatan Ekstrakurikuler Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi yaitu: Pramuka,

Marching Band, Silat, Gambar Bercerita, Seni lukis dan Kaligrafi,

Seni Tari, Muhadharah, Pantomim, Menganyam, Tilawah Qur’an,

Pidato 3 Bahasa, Grup Bahasa, Grup Sains, Futsal, Grup Olahraga,

Modelling & Presenter, Kompangan, Tahfizul Qur’an, Grup

Matematika.

Dan pada tahun 2019 Pondok Pesantren Diniyyah telah bekerjasama

dengan yayasan Cakrawala Insan Azhari yaitu sebagai sekolah Islam cabang

Al-Azhar Al-Sharif Mesir yang dimana dalam kerjasama ini penerapan

kurikulum Al Azhar Mesir akan membantu penguatan kualitas para santri

MA Diniyyah Al Azhar Bungo dalam penguatan wawasan ilmu keagamaan

berskala internasional. Tanpa meninggalkan kurikulum 2013 dan

kementerian agama sebagai kurikulum pemerintahan.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sunandar selaku Kepala MA

Diniyyah Al-Azhar pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:

“Perpaduan kurikulum Al Azhar Mesir dengan kurikulum

pemerintah akan meningkatkan kualitas daya saing santri dalam

menghadapi tantangan imtak dan iptek di era globalisasi ini,” ujar

Sunandar. Diakuinya juga, penerapan kurikulum ini baru berlaku

hanya bagi santri kelas 10 MA saja, sedangkan kelas 11 dan 12 MA

tetap menggunakan kurikulum kepesantrenan dan kurikulum

pemerintah seperti sebelumnya. Kurikulum Al Azhar Mesir ini

52

memuat beberapa mata pelajaran (mapel) penting dalam penguatan

karakter dan wawasan keislaman. Beberapa mapel yang menjadi

bagian pengajaran kegiatan belajar mengajar di tingkat MA adalah

Mapel Fiqh, Tafsir, Hadist, Ulum Hadist, Ulum Quran, Tauhid,

Ibnu Aqil, Shorof, Adab & Nushush, Manthiq, Balaghoh,

Mutholaah & Insya’.

Sebagaimana penjelasan di atas. Sebagian besar yang ada sekarang

adalah pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di

atas. pesntren ini mengelompokan santri ke dalam kelas untuk diajarkan

kitab kuning dan pelajaran umum. bedanya untuk pelajaran-pelajaran agama

hanya diajarkan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pondok pesantren

Diniyyah Al-Azhar Tradisional sebagai lembaga pendidikan non formal

yang mempelajari kitab-kitab klasik, meliputi:

a) Nahwu sharaf

b) Balaghah

c) Tauhid

d) Tafsir Hadis

e) Tasawuf

f) Bahasa Arab

g) Fiqih

h) Ushul Fiqh

i) Akhlak.

j) Manthiq Azhari

k) Ilmu Kalam

l) Muthola’ah

m) Tafsir Azhari

n) Tauhid Azhari

o) Tahfidz Al-Qur’an

p) Kuliah Syariah

q) Pendalaman Fiqih

r) Pendalaman Ilmu Agama selain fiqih

s) Penguasaan Nahwu-Sharaf

53

t) Pengajian Kitab kuning

Melalui konsep ini, Diniyyah Al-Azhar Jambi berharap dapat

meluluskan siswa yang berkualitas dengan cara:

1. Menanam sejak dini nilai-nilai Islam yang bersifat universal,

sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta

didik;

2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi pribadi anak

dengan mengikuti program tahfizh (menuntaskan 18 juz selama 6

tahun dengan metode kurikulum Mesir);

3. Menjadikan anak akrab dengan penguasaan bahasa Arab dan

Inggris dengan membiasakan berkomunikasi menggunakan 2

bahasa sehari-hari;

4. Memiliki kemampuan akademik dan non-akademik;

5. Memiliki jiwa leadership dan entrepreneurship melalui berbagai

program sekolah dan Memiliki sikap berani, percaya diri, disiplin,

bertanggung jawab dan berakhlak mulia.

B. TEMUAN KHUSUS

1. Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

Kompri (2018, hal. 78) Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia,

pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berperadaban.

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan model khas tersendiri

bersaing hingga kini, bahkan model pondok pesantren tidak lapuk dimakan

zaman dengan segala perubahannya.

Pengembangan Pondok Pesantren dapat dilakukan melalui dua aspek

yaitu; pondok pesantren sebagai satuan pendidikan dan pondok pesantren

sebagai wadah satuan pendidikan. Pondok pesantren sebagai satuan

pendidikan berupa pondok pesantren muaddalah sedangkan pondok

pesantren sebagai wadah satuan pendidikan merupakan induk dari

penyelenggraan satuan lembaga pendidikan lainnya. Pengembangan pondok

54

pesantren juga dapat dikembangkan melalui peran pondok pesantren yang

tidak sekedar berperan sebagai lembaga pendidikan, namun juga berperan

sebagai lembaga sosial kemasyarakatan dan lembaga perekonomian

masyarakat (Cahyadi, 2017, hal. 9).

Peningkatan disegala bidang pada lembaga pendidikan harus lebih

gencar agar minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di pondok

pesantren. Seperti halnya pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi yang menjadi salah satu pondok pesantren favorit karena

disetiap tahunnya melakukan peningkatan dalam mengelola pondok

pesantren.

Perempuan sering digambarkan sebagai sosok yang lembut,

cenderung mengalah, lebih lemah,kurang aktif dan keinginan untuk

mengasuh. Sebaliknya, laki-laki sering ditampilkan sebagai seseorang

yang besar, dominan, lebih kuat, lebih aktif, otonomi serta agresi. Pada

perkembangan sekarang sudah banyak bermunculan perempuan sebagai

pemimpin dalam berbagai bidang, sehingga perempuan mempunyai tugas

tambahan yaitu selain sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pemimpin.

Reformasi di Indonesia telah memberikan harapan yang besar bagi

kaum perempuan yang selama ini terpasung dalam segala hal.

Kebangkitan kaum perempuan dalam era globalisasi pola kehidupan

telah membawa perubahan dalam perkembangan pembangunan. Pada masa

saat ini, pada diri perempuan melekat multi peran, tidak lagi terpaku pada

peranan menjadi istri atau ibu semata-mata, tetapi telah terorientasi pada

pemanfaatan kualitas eksistensinya selaku manusia.

Peran kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini akrab dengan sapaan Umi di

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi, antara lain

adalah:

1) Sebagai individu terbaik bagi institusinya, Menurut Wahjosumidjo (2001)

dikutip Kompri (2018, hal. 205-208) yaitu sesuai dengan perkembangan

zaman dan kemajuan dunia pendidikan menuntut dunia pendidikan untuk

berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan

55

keinginan masyarakat. Agar dapat memenuhi misi dan fungsinya sebagai

lembaga pendidikan, keagamaan dan pengembangan masyarakat serta

diharapkan perkembangan pondok pesanten dimasa mendatang adalah

suatu perkembangan yang mengarah pada peningkatan peran dan kualitas

pondok pesantren secara riil, sehingga keberadaannya dapat menjawab

tantangan dan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan ketentuan

zamannya, dan eksistensinya pun tidak sekedar pelengkap dalam proses

perkembangan masyarakat.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Roslaini selaku masyarakat yang

disekitar Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo pada

tanggal 7 Maret 2020, bahwa:

Rosmaini adalah perempuan yang mengutamakan pendidikan

khususnya di Kabupaten Muara Bungo. Sifat pekerja keras membuat

Rosmaini ini menjadi pelopor yang berbasis agama versi umum yaitu

kurikulum yang berdasarkan Departemen Agama yang di ajarkan

50% agama dan 50% umum bukan di Kabupaten Muara Bungo saja,

tetapi sudah sampai ke Kabupaten lain dan tingkat provinsi. Selain

itu beliau juga meluaskan pendidikannya ke provinsi Sumatera

Barat, khususnya di Kota Pariaman tepatnya di Kecamatan Sungai

Geringging. Pada saat dirumah H. Ramli Umar inilah awal dari

perjuangan untuk mendirikan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar

di Muara Bungo yang besar seperti saat ini. Dengan modal tanah

inilah Rosmaini mendirikan Madrasah Tsanawiyah yang merupakan

cikal bakal pembangunan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar

Muara Bungo, karen adukungan yang kuat dari Pemerintahan,

Rosmaini semakin kuat melihat latar belakang Kabupaten Muara

Bungo yang pada saat itu masih tertinggal. Dan sampai pada saat ini

Rosmaini membangun Pondok Pesantren yang modern dan terus

mengikuti perkembangan zaman yakni yang sesuai dengan

kurikulum Departemen Agama, karena jauhnya anak-anak Muara

Bungo yang menuntut ilmu dengan menghabiskan banyak uang dan

waktu yang banyak, keinginan untuk membantu anak-anak tak

mampu dan merubah pandangan masyarakat Muara Bungo terhadap

Pondok Pesantren yang selalu rendah.

2) Sebagai Pemimpin Informal, menurut Kompri dikutip Muhtarom (2005,

hal. 16), yaitu dilingkungan umat Islma pada umumya , ulama atau kiai

merupakan pemimpin informal, yang diakui dan diterima

kepemipinannya tanpa batas waktu tertentu. Pemimpin informal itu tidak

56

lain adalah orang yang tidak pernah mendapatkan pengangkatan formal

sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul,

dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu memengaruhi

kondisi psikis dan prilaku suatu kelompok/masyarakat.

Kepemimpinannya bisa disebabkan karena dari atasan, karena

keturunan/warisan, karena dipilih pendukungannya atau karena

kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi dan situasi tertentu.

Hal ini dipertegas lagi oleh Ketua pembina putri Pondok pesantren

Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo Ibu Aprilia Saputri pada tanggal 3

Maret 2020 bahwa:

Seorang Rosmaini yang menduduki posisinya sebagai pemimpin

harus menjalankan perannya dengan baik karena peran mempunyai

pengaruh terhadap individu. Dalam kehidupan ditengah-tengah

masyarakat luas, seorang Rosmaini selain sebagai pengasuh

pengasuh Pondok Pesantren, beliau juga sebagai pemimpin

masyarakat, sesepuh, figure yang dituakan serta penentu langkah

pergerakan pesantren. Karena beliau memiliki peran universal, tidak

hanya dalam bidang pendidikan.

Dan dipertegas lagi oleh santri putri pondok pesantren Diniyyah Al-

Azhar Najla putri pada tanggal 9 Maret 2020, bahwa:

Umi Aji adalah sesosok Pemimpin yang luar biasa, beliau adalah

Perempuan tangguh yang bisa membangun Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar sampai bisa menjadi sebesar ini.

Rafli Hidayat selaku santri putra diniyyah al-azhar pada tanggal 9

Maret 2020 mengatakan bahwa:

Meskipun Umi Aji sesosok perempuan tapi Umi Aji sangat kuat, dan

tegas dalam membimbing dan mengasuh kami. Kadang suka marah-

marah, tapi marahnya ketika melihat kesalahan.

3) Sebagai teladan bagi komunitasnya, menurut Kompri dikutip Horikoshi

(1987) yaitu kiai Sebagai pemimpin informal memilki keunggulan, baik

secara moral maupun sebagai seorang alim, karena pengaruhnya yang

dipercaya oleh sebagian kalangan publik. Pengaruh kiai tergantung pada

loyalitas komunitas terbatas yang didorong oleh perasaan utang budi,

namun sepenuhnya ditentukan oleh kualitas kekarismaan mereka.

57

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Nila selaku Ustadzah di Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo pada tanggal 10 Maret

2020, bahwa:

Rosmaini Sebagai salah satu komunitas masyarakat muslim yang

mendidik dan berdakwah di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo Jambi berupaya menjalin hubungan akrab dengan

semua pihak dan semua kalangan, terutama dengan pemerintah dan

masyarakat dan menjunjung tinggi akhlak mulia terhadap semua

orang, terutama dalam menyikapi perbedaan pendapat, sehingga

melahirkan sifat pantang untuk memaki, menghukumi dan

menggunjing.

Dari observasi penulis di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo Jambi terlihat bahwa Kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini

adalah Demokratis, yaitu selalu berpihak kepada anggotannya, dengan

berpegang pada prinsip mewujudkan kebenaran dan keadilan untuk

kepentingan bersama. Pada corak kepemimpinan ini sangat menghargai

pada potensi setiap individu dan mau menerima aspirasi bawahan dan

menghargai keahlian bawahannya terlihat penulis ketika Ibu Hj.

Rosmaini sedang mengadakan Rapat Koordinasi bersama para ustadz,

beliau sangat menghargai pendapat para anggotanya dan tegas dalam

memberikan suatu peraturan yang sudah ditetapkan.

2. Kendala Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

Kendala yang dihadapi oleh kepemimpinan perempuan dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi adalah:

1) Hambatan Teologis, yaitu perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki.

Sehingga posisi wanita berada di bawah bayang-bayang laki-laki.

Perempuan tidak dapat berbuat banyak seperti laki-laki. Cerita ini secara

psikologis menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk

mengambil peran yang berarti dalam kehidupan bermasyarakat.

58

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rahmawati selaku masyarakat yang

disekitar Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo pada

tanggal 7 Maret 2020, bahwa:

Dalam kepemimpinan Ibu Aji hambatan teologis ini tidak ditemukan

lagi sebagai hambatan yang berarti, karena beliau bukanlah tipe

perempuan pasif. Justru sebaliknya, beliau sangatlah aktif bahkan di

usia senjanya saat ini saja beliau masih mampu sana sini untuk tetap

mengembangkan Pondok Pesantrennya, meskipun saat ini kekuasaan

pesantrennya diserahkan kepada Anak-ananya namun beliau tetap

selalu eksis dalam pengembangan pesantrennya. Dan beliau adalah

seorang perempuan yang sangat mandiri, sebelum beliau menikah

beliau sudah membangun pondok pesantren ini, jadi sampai saat ini

suami beliau sangat mendukung apasaja kegiatan Ibu Aji.

2) Hambatan Sosial Budaya, yaitu pandangan ini melihat perempuan

sebagai makhluk yang lemah, perasa, dan berketergantungan.

Sebaliknya laki-laki dinilai sebagai makhluk yang aktif, kuat,

cerdas dan mandiri. Pandangan ini pula menempatkan lak-laki secara

sosio-kultural lebih tinggi derajatnya dibanding perempuan.

Dilanjutin dengan perkataan Ibu Rahmawati bahwa:

Ibu Aji, beliau sesosok perempuan tangguh dalam segala hal

terutama dalam mewujudkan cita-citanya yaitu mendirikan

sebuah Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi.

3) Hambatan Sikap Pandang, yaitu Hambatan sikap pandang yang

antara lain dimunculkan oleh pandangan dikotomis antara tugas

perempuan dan laki-laki, pada dasarnya sudah terkikis pada kelas

masyarakat yang berpendidikan. Namun beda halnya pada

masyarakat yang berpendidikan rendah sebagian masih menjalankan

sikap pandang tentang pembagian kerja antara laki-laki dan

perempuan.

Tanggapan Roslaini selaku masyrakat sekitar Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi bahwa:

Rosmaini sebagai pimpinan Pondok Pesantren tidak pernah

mendapat larangan dari suaminya berkaitan dengan tugas sebagai

pimpinan. Bahkan suaminya sangat mendukung aktifitas dan

59

profesinya sebagai pimpinan pondok pesantren. Bahkan suaminya

selalu mendampingi kemana beliau pergi, seperti mengisi acara

Formal dalam kegiatan-kegiatan di pondok pesantren atau pun di

lembaga pendidikan lainnya.

4) Hambatan Historis, yaitu disebabkan kurangnya nama perempuan

dalam sejarah dimasa lalu yang tampil sebagai pemimpin. Hal ini

dipakai untuk membenarkan ketidak mampuan wanita untuk

berkiprah seperti halnya laki-laki.

Dilanjutin dengan perkataan Nenek Roslaini bahwa:

Namun hambatan tersebut tidak berlaku bagi Rosmaini pimpinan

pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo, bahkan

Rosmaini sendiri sangat merasa di hargai dan di tokohkan di

lingkungan dimana beliau berada. Bahkan masyarakat disana

menganggap Rosmaini adalah seorang tokoh pendidikan, pernah

dijelaskan juga dalam sebuah buku yang berjudul Perempuan

Tangguh bahwa Rosmaini seperti Dewi Pertiwi yang

memperjuangkan pendidikan dalam wewenamg seorang

perempuan.

Dapat dipahami bahwa berdasarkan teori ada beberapa kendala

dalam kepemimpinan perempuan, namun setelah peneliti melihat hasil

observasi dan wawancara bisa dipahami bahwa menjadi seorang

Pemimpin dalam kiprahnya seorang perempuan tidak lah menjadi

penghalang besar bagi Ibu Hj. Rosmaini, Justu itu adalah sebuah

tantangan yang harus dihadapi.

3. Upaya Kepemimpinan Perempuan dalam mengatasi Kendala

Pengembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-azhar di Muara

Bungo Jambi

Berdirinya Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo Jambi

adalah respon terhadap keinginan masyarakat Jambi untuk meningkatkan

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi yang kaya dengan

sumber daya alam dan memiliki letak yang strategis ditinjau dari peluang

perdagangan antar bangsa. Berdasarkan hasil temuan di lapangan

bahwasanya Upaya yang dilakukan oleh Ibu Hj. Rosmaini dalam hal

kepemimpinan adalah :

60

a) Berkomitmen kuat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih

Hal ini dipertegas oleh Bapak Tamrin selaku Sesepuh sekaligus ketua

sekretariatan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:

Ibu Aji adalah seorang perempuan yang memiliki komitmen yang

kuat terhadap Al-Qur’an dan sunah-sunah nabi, sampai-sampai

kegiatan santri setiap senin dan kamis diwajibkan untuk berpuasa

sunah, kemudian seorang yang tegas dalam menegakkan

peraturan, namun tidak keras. Dengan begitu santripun akan

terbiasa akan melakukan hal-hal sunah dan tetap harus memiliki

akhlak yang mulia.

b) Pantang berputus asa

Berputus asa adalah kata-kata yang tidak pernah ada dalam diri Ibu

Hj. Rosmaini. Ibu Hj. Rosmaini selalu berkomitmen untuk

memajukan daerah kelahirannya. Karena beliau tidak ingin daerah

kelahirannya menjadi daerah yang masih jauh ketinggalan disegala

bidang. Dengan berbagai rintangan yang beliau hadapi untuk

mendirikan Pondok Pesantren Diniyyah terdapat beberapa relawan

yang membantu pembangunan pondok pesantren tersebut. Maka

terbukti bahwa keikhlasan dan panggilan jiwa telah membuat sesuatu

yang jauh dari kemungkinan sehingga berdirilah Pondok pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.

Seperti yang di sampaikan oleh Ustadz Dani selaku sekretaris pribadi

Ibu Hj. Rosmaini pada tanggal 10 Maret 2020 bahwa:

Umi Aji tidak pernah mengeluh dalam hal apapun, terutama

tentang pendidikan. Umi Aji sangat semangat sekali untuk

menyalurkan ilmu-ilmunya dan mengembangan pendidikan di

Pondok pesantren ini. Tidak pernah sedikitpun sya mendengar

keluhannya, kecuali keluhan keadaan tubuhnya sekarang ini yang

sudah mulai lemah. Ya, karna faktor umur yang saat ini sudah

berusia lebih dari setengah Abad.

61

c) Tidak berbangga diri dan tidak merendahkan orang lain

Dan disampaikan lagi oleh Ibu Nila selaku Ustadzah di Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi pada tanggal 10

Maret 2020 bahwa:

Umi, kalau ada melihat kesalahan sedikit beliau langsung marah.

Namun setelah itu nanti orang yang dimarahinnya tadi dipanggil

dan beliau tidak malu untuk meminta maaf atas kemarahan beliau

tadi. Umi itu pemimpin yang mengayomi, tegas tapi tidak keras.

Dan sangat peduli kepada pendidikan, sehingga beliau membuka

beasiswa kepada Anak dari guru yang mengajar di Pondok Ini.

Alhamdulillah Adik saya pun mendapatkan beasiswa lantaran

karana saya belum punya anak, jadi beasiswa itu saya berikan

kepada dua adik saya.

d) Aktif berdakwah secara bijak

Disambung oleh Bapak Tamrin selaku Sesepuh sekaligus ketua

sekretariatan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:

Beliau juga orangnya sangat peduli terutama peduli dalam hal

pendidikan, jadi beliau banyak membuka beasiswa bagi

masyarakat yang kurang mampu, beasiswa prestasi, beasiswa

untuk anak yatim piatu dan beasiswa untuk anak dari guru yang

mengajar disini untuk disekolahkannya. Dan itu adalah slah satu

cara beliau untuk berdakwak juga. Dulu beliau selalu berdakwak

kepelosok-pelosok untuk menyiarkan syari’at Islam dan untuk

memperkenalkan Pondok pesantrennya. Dengan begitu

masyarakatpun banyak yang tau pondok pesantrennya sehingga

tidak sedikit anak-anak dari masyarakat yang di sekolahkan

disini.

Dapat dipahami berdasarkan upaya yang dilakukan oleh Ibu

Hj.Rosmaini adalah bentuk tekad yang sudah tertanam dalam jiwa

seorang pemimpin dan memberikan dampak positif dan kepedulian yang

besar terhadap pendidikan dan masyarakat.

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan pondok pesantren juga dapat dikembangkan melalui peran

pondok pesantren terutama pimpinan pondok pesantrennya yang tidak sekedar

berperan sebagai lembaga pendidikan, namun juga berperan sebagai lembaga

sosial kemasyarakatan dan lembaga perekonomian masyarakat.

Perempuan sering digambarkan sebagai sosok yang lembut, cenderung

mengalah, lebih lemah,kurang aktif dan keinginan untuk mengasuh.

Sebaliknya, laki-laki sering ditampilkan sebagai seseorang yang besar,

dominan, lebih kuat, lebih aktif, otonomi serta agresi. Pada perkembangan

sekarang sudah banyak bermunculan perempuan sebagai pemimpin dalam

berbagai bidang, sehingga perempuan mempunyai tugas tambahan yaitu selain

sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pemimpin. Kebangkitan kaum

perempuan dalam era globalisasi pola kehidupan telah membawa perubahan

dalam perkembangan pembangunan. Pada masa saat ini, pada diri perempuan

melekat multi pera, tidak lagi terpaku pada peranan menjadi istri atau ibu

semata-mata, tetapi telah terorientasi pada pemanfaatan kualitas eksistensinya

selaku manusia.

Ibu Hj. Rosmaini adalah salah satu penggerak pendidikan, dan telah

menjawab segala kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan Sumber Daya

Manusia di provinsi yang kaya dengan sumber daya alam dan memiliki letak yang

strategi ditinjau dari peluang perdagangan. Dengan menjadi seorang pimpinan

yang notabenenya seorang Perempuan itu bukanlah menjadi penghambat bagi Ibu

Hj. Rosmaaini. Beliau tetap menjalan peran kepemimpinannya dengan sangat apik

dan sesuai kebutuhan anggotanya, yaitu 1). Menjadi individu terbaik bagi

institusinya.

63

2) Sebagai Pemimpin Informal, dan 3). Sebagai teladan bagi komunitasnya, Ibu

Hj.Rosmaini memiliki pengaruh yang dipercaya oleh sebagian kalangan publik.

Pengaruh ibu Hj.Rosmaini sebagai salah satu komunitas masyarakat muslim yang

mendidik dan berdakwah di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi berupaya menjalin hubungan akrab dengan semua pihak dan semua

kalangan, terutama pemerintah dan masyarakat.

B. Saran

1. Setelah meneliti dan mempelajari bagaimana usaha Ibu Hj. Rosmaini dalam

memajukan Pendidikannya, maka sebagai generasi muda agar bisa

meneladani dan dapat memberikan perubahan yang baik terhadap tempat

tinggalnya.

2. Dalam Perkembangan Pondok Pesantren harus mengadakan

parenting/pelatihan-pelatihan khusus terhadap para ustadz. sehingga dapat

meningkatkan Mutu Pondok Pesantren dibidang Sumber Daya Manusia

sesuai dengan keahliannya.

64

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’anulkarim dan terjemahannya. 20187. Bandung:

Diponegoro

Ahmad Rijali. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Al Hadrarah Vol. 17 No. 33

Annisa Fitriyani. (2015). Gaya Kepemimpinan. Jurnal Tapis Vol. 11 No. 2.

Badruddin. (2015). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung:Alfabeta.

Buletin. (2014) TRENDY.Pondok Pesantren Diniyyah. Edisi Perdana Januari.

Dahuri Olman & Fadlan M. Nida’. (2015). Pesantren-Pesantren Berpengaruh Di

Indonesia. Jakarta:Erlangga.

Handiani Merry, Dkk. (2014). HJ. Rosmaini: Pendiri Pondok Pesantren Diniyyah

Di Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Muara Bungo tahun 1977-2014.

Jurnal Pendidikan Islam.Vol.1 No.1

https://alazharjambi.com/15/sejarah

https://www.google.com/search?client=firefoxbdd&q=perkembangan+pondok+pe

santren+diniyyah+al-azhar+muara+bungo+jambi+pada+periode+2014

Istiqomah. (2014). Kepemimpinan Perempuan di Pondok Pesantren. Skripsi UIN

Wali Songo. Semarang

Kompri. (2018). “Manajemen Dan Kepemipinan Pondok Pesantren”. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Margono. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakaarta:Rineka Cipta.

Muhyiddin Zainul Arifin. (2014). Peran Kepemimpinan Nyai di Pondok

Pesantren. Jurnal Sains & Teknologi Vol.7

Munfa’atun. (2012). Kepemimpinan Kyai Dalam Meningkatkan Disiplin Santri.

Skripsi UIN Sulthan Thaha Saifuddin. Jambi.

Rahmat Arofah Hari Cahyadi. (2017). Pengembangan Pondok Pesantren. Jurnal

Pendidikan Islam Vol. 1 No. 1.

65

Rochmad Widodo. (2018). Perempuan Tangguh. Jakarta:PT Rajasa

Rosita. (2017). Peran Perempuan Sebagai Pendidik Perspektif M. Quraish

Shihab. Skripsi UIN Raden Intan Lampung

Santori Djam’an Dan Komariah Aan. (2014). Motodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Siswanto. (2005). Pengantar Manajemen.Jakarta, Bumi Aksara

Siti. Zakiyah. (2018). Kepemimpinan Perempuan Pada Madrasah Aliyah Di

Kabupaten Bone. Jurnal Al-Maiyyah Vol. 11 No.1.

Sri Wahyuni, Zainal Arifin. (2016). Kepemimpinan Demokratis Nyai Dalam

Pengembangan Pondok Pesantren. Journal Of Management In Education

(JMIE) Vol.1 No. 1.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuntitatif, Dan R&D.

Bandung:Alfabeta.

Tim Penusun. (2018). Panduan Penulisan Skripsi. UIN Sulthan Thaha Saifuddin.

Jambi.

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Judul :KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN

PONDOK PESANTREN DINIYYAH AL-AZHAR DI MUARA

BUNGO JAMBI

A. Observasi

a. Peran kepemimpinan Umi dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

b. Kendala kepemimpinan Umi dalam mengembangkan Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

c. Upaya kepemimpinan Umi dalam mengatasi kendala-kendala dalam

mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi

d. Tipologi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

e. Perkembangan pendidikan pada Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar

di Muara Bungo Jambi

B. Wawancara

1. Wawancara Kepada Pimpinan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo jambi

a. Bagaimana peran kepemimpinan perempuan dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi?

b. Apasaja kendala kepemimpinan perempuan dalam

mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi?

c. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala kepemimpinan

perempuan?

d. Bagaimanakah pertumbuhan dan pengembangan pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

e. Bagaimana pengembangan kurikulum Pondok Pesantren Diniyyah

Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

f. Apakah ada kerjasama yang dibangun oleh pihak Pondok

pesantren dengan publik (masyarakat, atau lembaga pendidikan

lainnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

g. Bagaimana dengan prestasi siswa/I di Pondok Pesantren Diniyyah

Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

h. Keunikan apa yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Diniyyah Al-

Azhar di Muara Bungo Jambi?

2. Wawancara Divisi Pengajaran

a. Bagaimana peran kepemimpinan Umi pada pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

b. Bagaimana kepemimpinan Umi dalam mengatasi suatu kendala

kepemimpinannya dalam mengembangkan Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi??

c. Apakah kepemimpinan Umi sampai saat ini masih tetap bergensi

dalam mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo Jambi?

d. Apasajakah Program-program unggulan Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

e. Tipologi seperti apakah yang diterapkan pada Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

f. dan bagaimanakah metodologi pembelajaran dalam Pondok

Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

3. Wawancara Guru

a. Bentuk peran seperti apakah yang diterapkan oleh Umi dalam

mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muaro

Bungo Jambi?

b. Bagaimana Peranan guru dalam membantu pengembangan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

4. Wawancara Santri

a. Bagaimana peran kepemimpinan Umi pada Pondok Pesantren

Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

b. Hal apa yang sangat dikagumi pada Umi selama menjadi pimpinan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?

5. Wawancara Masyarakat

a. Bagaimana peran kepemimpinan Umi terhadap masyarakat?

b. Program Pendidikan apa yang sangat dirasakan oleh masyarakat?

C. Pedoman Dokumentasi

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi

3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara

Bungo Jambi

4. Daftar Prestasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo

Jambi

5. Program-Program perkembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-

Azhar di Muara Bungo Jambi

6. Tipologi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

7. Keadaan sarana dan prasarana Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di

Muara Bungo Jambi

DAFTAR RESPONDEN DAN INFORMAN

Tabel 5 Daftar Responden

No Nama Jabatan

1. Ust. H. Thamrin Satuan Pengawasan Internal YPPD

Tabel 8 Daftar Irforman

No Nama Jabatan

1. Najla Putri Santri Puti YPPD Al-Azhar

2. Rafl Hidayat Santri Putra YPPD Al-Azhar

3. Fauzan, S.Kom Kesekretariatan YPPD

4. Sunandar, S.Si Devisi Pengajaran

5. Aprilia Saputri, S.Pd Ketua Pembina Putri

6. Hadromi, S.Pd Ketua Pembina Putra

7. Roslaini Masyarakat Sekitar YPPD

8. Rahmawati Masyarakat Sekitar YPPD

9.

Nila, S.Pd Ustadzah YPPD

10. Dani Sekretaris Pribadi Umi Rosmaini

SURAT PERNYATAAN RESPONDEN SUBJEK

PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Najla Putri

Tempat/Tanggal Lahir :Rantau Ikil, 19 Mei 2003

Jabatan : Santri Putri Kelas II MA

Alamat :Lembun, Kec. Morgo Tabir

Dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* nama saya dan nama

lokasi penelitian dicantumkan dalam laporan penelitian skripsi mahasiswa berikut

ini,

Nama :NANSIANA

Nim :TK. 161241

Jurusan :Manajemen Pendidikan Islam

Judul Skripsi :Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan

Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jambi, 9 Maret2020

Yang menyatakan

Najla Putri

DOKUMENTASI

Lapangan Utama Lapangan ke dua

Masjid Pendopo

Gedung Asrama Putra

Gedung Asrama Putri

Galeri Prestasi Santri

Perumahan Dinas Pondok Pesantren Kendaraan Operasional

Penyewaan Sepeda DIAZ Bakery

Tempat Makan Dapur Umum

Laboraturium Bahasa Perpustkaan

Aula Ruang Sekretariatan

Mini Market Toko Buku

Taman DIAZ

DOKUMENTASI WAWANCARA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)

Nama : Nansiana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tgl lahir : Aceh, 20 November 1997

Alamat :Ds. Sumber Agung Rt 20 Rw 06

Kec. Sungai gelam Kab.Muara

Jambi.

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat email : [email protected]

No. Kontak : 0823-3919-5981

Pengalaman Pendidikan Formal

1.

2.

3.

SD, tahun tamat

MTs, tahun tamat

MA, tahun tamat

: SDN 184/1X Sumber Agung Jambi, 2009

: MTs Mamba’ul Ulum Talang Bakung Jambi, 2012

: MA Mamba’ul Ulum Talang Bakung Jambi, 2015

Pengalaman Non Formal

1. Pelatihan Kepengurusan La_ PASMA Ma’had Al-Jami’ah 2017-2019

Pengalaman Organisasi

1. Ketua Bidang Keamanan La_PASMA Ma’had Al- Jami’ah UIN STS Jambi

tahun periode 2018-2019

2. Ketua Porsi Ma’had Al-Jami’ah Putri UIN STS Jambi 2019