kepemimpinan perempuan dalam mengembangkan pondok ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of kepemimpinan perempuan dalam mengembangkan pondok ...
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN
PONDOK PESANTREN DINIYYAH
AL-AZHAR DI MUARA BUNGO
JAMBI
SKRIPSI
OLEH :
NANSIANA
TK. 161241
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2020
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN
PONDOK PESANTREN DINIYYAH
AL-AZHAR DI MUARA BUNGO
JAMBI
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1)
dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam
Acc Munaqosah DP II (2 Mei 2020)
Acc Munaqosah DP I (3 Mei 2020)
OLEH:
NANSIANA
TK. 161241
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2020
ii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365
NOTA DINAS
Kode
Dokumen
Kode Formulir Berlaku
Tgl
No Revisi Tgl
Revisi
Halaman
In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-01 25-02-2013 R-0 - 1 dari 20
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan
perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:
Nama : Nansiana
NIM : TK. 161241
Judul Skripsi :Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Program Studi Manajemen Pendidikan Islam sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia Manajemen
Pendidikan Islam.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat segera
dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Jambi, 03 Mei 2020
Mengetahui
Pembimbing I
Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I
NIP.19750801 200312 2 003
iii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365
NOTA DINAS
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku
Tgl
No
Revisi
Tgl
Revisi
Halaman
In.08-PS-05 In.08-FM-PS-05-01 25-02-2013 R-0 - 1 dari 20
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi
Di Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan
perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari:
Nama : Nansiana
NIM : TK. 161241
Judul Skripsi :Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Program Studi Manajemen Pendidikan Islam sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam dunia Manajemen
Pendidikan Islam.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir saudari di atas dapat segera
dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Jambi, 02 Mei 2020
Mengetahui
Pembimbing II
Aris Dwi Nugroho M.Pd.I, M. SHS
NIP.19830501 201101 1 011
v
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat. Jl Jambi-Ma Bulian KM 16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36365
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan
hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
Jambi, 3 Mei 2020
Nansiana
TK. 161241
vi
KEMENTRIAN AGAMA
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKUTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nama
NIM
Pembimbing I
Judul Skripsi
Jurusan/Program Studi
:
:
:
:
:
Nansiana
TK. 161241
Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I
Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo jambi
Manajemen Pendidikan Islam
No. Tangggal Konsultasi
Ke- Materi Bimbingan
Tanda Tangan
Pembimbing
1 12-09-2019 I Penyerahan Surat Penunjukkan
Dosen Pembimbing dan
Bimbingan Proposal
2 04-11-2019 II Perbaikan Judul, Tanda Penulisan,
dan Singkatan
3 05-11-2019 III Perbaikan Isi Proposal BAB I, II
dan BAB III
4 13-11-2019 IV ACC Seminar Proposal
5 04-12-2019 V Perbaikan dan Persiapan untuk
Seminar
6 29-01-2020 VI ACC Riset dan Pengesahan Judul
7 20-04-2020 VII Perbaikan dari BAB I sampai
BAB V
8 02-05-2020 VII ACC Skripsi
Jambi, 3 Mei 2020
Dosen Pembimbing I
Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I
NIP.19750801 200312 2 003
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Resi Tgl.Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-02 R-0 -
vii
KEMENTRIAN AGAMA
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKUTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nama
NIM
Pembimbing II
Judul Skripsi
Jurusan/Program Studi
:
:
:
:
:
Nansiana
TK. 161241
Aris Dwi Nugroho M.Pd.I, M. SHS
Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
Manajemen Pendidikan Islam
No. Tangggal Konsultasi
Ke- Materi Bimbingan
Tanda Tangan
Pembimbing
1 12-09-2019 I Penyerahan Surat Penunjukkan
Dosen Pembimbing dan Bimbingan
Proposal
2 25-10-2019 II Perbaikan BAB I dan BAB II
3 30-10-2019 III Perbaikan Isi Proposal dan Kajian
Teoritik 4 13-11-2019 IV ACC Seminar Proposal
5 05-01-2020 V Perbaikan Penulisan, Pengutipan,
Teori dan Instrumen Pengumpulan
Data
6 27-01-2020 VI ACC Riset dan Pengesahan Judul
7 01-05-2020 VII ACC Skripsi
Jambi, 2 Mei 2020
Dosen Pembimbing II
Aris Dwi Nugroho M.Pd.I, M. SHS
NIP.19830501 201101 1 011
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Resi Tgl.Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-02 R-0 -
viii
PERSEMBAHAN
Allahumma Sholli ‘alasayyidina Muhammad wa’alaaali sayyidina Muhammad.
Alhamdulilah yaAllah, karena sudah menghadirkan orang-orang berarti
disekeliling saya. Yang selalu memberi semangat dan doa, sehingga skripsi saya
ini dapat diselesaikan.
Kupersembahkan Skripsi ini untuk Kedua Orang Tua terkasih Bapak Haryono
dan Mamak Winarsih. Apa yang saya dapatkan hari ini, belum mampu
membayar semua kebaikan, keringat, dan juga air mata kalian.. Semoga ini dapat
membahagiakan kalian sebagai langkah awal kesuksesanku.
Dan untuk saudara kandungku abang Suryanto, abang Ari dan adik-adikku
Dika dan Dimas. Karna kalian adalah semangatku.
Dan kupersembahkan Kepada Dosen Pembimbingku terima kasih karena sudah
menjadi orang tua kedua saya di Kampus. Terima kasih atas bantuannya,
nasehatnya, dan ilmunya yang selama ini dilimpahkan pada saya dengan rasa tulus
dan ikhlas.
Dan tidak sangat saya lupakan jasamu Sahabatku Siti hafisah yang telah menjadi
dosen pembimbing ketigaku, selalu ada untukku dikala susah maupun senang,
selalu menemaniku dan telah menjadi bagian dari keluargaku. Terimakasih
sahabatku.
Kupersembahkan untuk Almamaterku, Jurusanku Manajemen Pendidikan Islam,
Ketua Jurusanku, Fakultasku, terimaksih sedalam-dalamnya.
Asrama Ma’had Al-Jami’ah tempat tinggalku selama 4 Tahun. Dan disini juga
saya dipertemukan dengan orang-orang hebat para Ustadz dan Ustadzah,
Mudabbir dan Mudabbiroh terkhususnya lagi Demisioner 7. Thanks about this
place my Hijrah, penemuan jati diriku dan kedewasaanku.
ix
MOTTO
ا فجاءت إحدىهما تمشى على ٱستحياء قالت إن أبى يدعىك ليجزيل أجر ما سقيت لىا فلم
لميه ٱلقصص قال ل تخف وجىت مه ٱلقىم ٱلظ ا جاءيۥ وقص علي فلم
Artinya:“ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu
berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu
agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak)
kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan
kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut.
Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu" (QS: Al-Qashas ayat, 25)
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkat Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Laporan Penelitian Kepemimpinan Perempuan ini. Pelaksanaan penulisan ini
merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1) dalam bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Islam, di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penelitian ini
berjudul “Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi”.
Penulisan Penelitian Kepemimpinan Perempuan ini dapat terwujud berkat
bantuan dan jasa dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D Selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dra. Hj. Fadlilhah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Mahmud MY,S.Ag.,M.Pd Selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr. Siti Raudhatul Jannah, M.Pd.I dan Bapak Aris Dwi Nugroho M.Pd.I,
M. SHS selaku pembimbing skripsi I dan II yang telah banyak meluangkan
waktu untuk membimbing saya dan memberi banyak ilmu serta solusi pada
setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan pengetahuan yang sangat
bermanfaat selama masa perkuliahan.
6. Seluruh staf dan karyawan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
xi
7. H. M. Hafizh El-Yusufi, S.Pd.I., M.M. selaku Direktur Yayasan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi. dan Umi Hj. Rosmaini,
M.Pd.I selaku pimpinan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi. yang telah memberikan kemudahan penulis memperoleh data
di lapangan.
8. Majelis guru dan karyawan serta para santri Pondok Pesantren Diniyyah Al-
Azhar di Muara Bungo Jambi.
9. Bapak tersayang Hariyono, Ibu tercinta Winarsih dan saudara kandungku
abang Anto, abang Ari, Adik-adik ku Dika dan Dimas yang telah memberikan
doa dan motivasi tiada henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Ustadz-Ustadzah, yang telah memberikan ruangan dan tanggungan hidup saya
di Ma’had Al-Jami’ah.
11. Rekan demisioner 07 Putra dan putri, dan Pengurus Putri Ma’had Al-Jami’ah
yang telah membantu kesulitan-kesulitan bagi penulis.
12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi dan teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki.
Akhirnya penulis berharap semoga ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Jambi, 3 Mei 2020
Penulis
Nansiana
TK. 161241
xii
ABSTRAK
Nama : Nansiana
Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam
Judul :“Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi”
Skripsi ini membahas tentang Peran Kepemimpinan Perempuan dalam
Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan
adalah reduksi, display dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data yang
digunakan yakni sumber, teknik dan waktu. Penelitian menemukan bahwa peran
kepemimpinan sangatlah berpengaruh dalam suatu organisasi terlebih utamanya
dalam suatu lembaga pendidikan Islam. Di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar
Peran Kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini adalah sebagai Individu Terbaik bagi
Instansinya, sebagai pemimpin Informal dan sebagai teladan bagi komunitasnya.
Semua itu adalah peran kepemimpinan yang dimiliki Ibu Hj. Rosmaini sehingga
beliau dapat mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar menjadi
Pondok pesantren yang memiliki instansi terbaik seprovinsi jambi serta dalam
mengembangkan kurikulumnya dan proses belajar mengajar di Pondok Pesantren
Ibu Hj. Rosmaini selaku pimpinan Pondok pesantren telah bekerjasamaa dengan
Yayasan Cakrawala Insan Azhari untuk menjadikan program pendidikan ini
adalah salah satu program unggulan yang dimiliki oleh pondok pesantren
Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo Jambi. Hasil penelitian ini menyarankan agar
kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini jadi motivasi bagi generasi muda memberikan
perubahan yang baik terhadap tempat tinggalnya terutama dalam bidang
pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang.
Kata Kunci : Kepemimpinan Perempuan, Perkembangan Pondok Pesantren
xiii
ABSTRACT
Name : Nansiana
Study program : Islamic Education Management
Title :"The Role of Women's Leadership in Developing Diniyyah
Al-Azhar Islamic Boarding School in Muara Bungo Jambi"
This thesis discusses the Role of Women's Leadership in Developing the Diniyyah
Al-Azhar Islamic Boarding School in Muara Bungo Jambi. This research is a
descriptive qualitative research using observation, interviews and documentation.
The data analysis technique used was reduction, display and conclusion drawing.
The data validity technique used was the source, technique and time. Research
finds that the role of leadership is very influential in an organization, especially in
an Islamic educational institution. At the Diniyyah Al-Azhar Islamic Boarding
School the Leadership Role of Mrs. Hj. Rosmaini is the Best Individual for the
Institution, as an Informal leader and as a role model for his community. These
are all leadership roles that Mrs. Hj has. Rosmaini so that he can develop the
Diniyyah Al-Azhar Islamic Boarding School into a boarding school that has the
best institution in Jambi province and in developing its curriculum and teaching
and learning process at the Mrs. Hj. Rosmaini as the head of the Islamic boarding
school has collaborated with the Cakrawala Insan Azhari Foundation to make this
education program one of the flagship programs owned by the Diniyyah Al-Azhar
Islamic boarding school Muara Bungo Jambi. The results of this study suggest
that the leadership of Mrs. Hj. Rosmaini is a motivation for the younger
generation to give good changes to their place of residence, especially in the field
of education which is very important in one's life
Keywords: Women's Leadership, Development of Islamic Boarding Schools
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
NOTA DINAS ....................................................................................................ii
PENGESAHAN .................................................................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................v
KARTU KONSULTASI PEMBIMBING .......................................................vi
PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii
MOTTO .............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................x
ABSTRAK .........................................................................................................xii
ABSRACT ...........................................................................................................xiii
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Fokus Penelitian ......................................................................................4
C. Rumusan Masalah ...................................................................................4
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................5
E. Kegunaan Penelitian................................................................................5
BAB II KERANGKA TEORI
A. Kajian Teoritik ......................................................................................6
1. Konsep Kepemimpinan Perempuan ..................................................6
a. Pengertian Kepemimpinan ..........................................................6
b. Tipe-tpe Kepemimpinan..............................................................7
c. Kepemimpinan dalam Islam .......................................................9
2. Perempuan .........................................................................................10
a. Pengertian Perempuan .................................................................10
b. Kepemimpinan Perempuan .........................................................11
c. Hambatan Kepemimpinan Perempuan ........................................13
3. Pondok Pesantren ..............................................................................14
a. Pengertian Pondok Pesantren ......................................................15
b. Tujuan Pondok Pesantren ............................................................16
c. Fungsi Pondok Pesantren ............................................................17
d. Prinsip-Prinsip Pondok Pesantren ...............................................18
xv
e. Unsur-Unsur Pondok Pesantren ..................................................19
f. Tipologi Pondok Pesantren dengan perkembangannya ..............21
g. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren .............................24
h. Kepemimpinan Pondok Pesantren ..............................................26
B. Studi Relevan .........................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian ...................................................31
B. Setting dan Subjek Penelitian .................................................................31
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................32
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................33
E. Teknik Analisis Data ...............................................................................34
F. Teknik Keabsahan Data ..........................................................................36
G. Jadwal Penelitian .....................................................................................37
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Historis Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ................................38
2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ..............41
3. Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ...................42
4. Keadaan Santri Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ....................44
5. Keadaan Sarana Prasarana Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar...46
6. Perkembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar .....................49
7. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ...51
B. Temuan Khusus
1. Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi .....................52
2. Kendala Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi .....................56
3. Upaya Kepemimpinan Perempuan dalam mengatasi kendala dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi .....................................................................................58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................61
B. Saran ........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Skripsi .................................................................... 37
Tabel 4.1 Nama-nama Ustadz dan Mata Pelajarannya ......................................... 43
Tabel 4.2 Jumlah Santi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ............................ 45
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Diniyyah AL-Azhar............. 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk mencapai
suatu tujuan dengan visi dan misi yang kuat. Jika berbicara tentang
kepemimpinan, didalam benak masyarakat umumnya identik dengan kaum Adam,
namun jika ditelaah perempuan juga memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak jauh
berbeda keahliannya dalam memberi arahan, berorasi maupun beretorika atau
bahkan memberi gagasan, dan sama-sama memiliki kedudukan, derajat, hak serta
kewajiban yang sama (Zakiyah, 2018, hal. 2).
Golongan konservatif menilai bahwa perempuan hanya bisa berperan
sebagai ibu rumah tangga, mendidik anak dan melayani suami, dan tidak boleh
mempunyai aktivitas di luar rumah, karena hal tersebut adalah tugas kaum laki-
laki. Stereotip tersebut sudah terinternaliasi dalam diri laki-laki maupun
perempuan secara wajar sehingga dianggap sebagai sesuatu yang benar adanya
dan merupakan pemberian Tuhan (Wahyuni & Arifin, 2016, hal. 2).
Sebagian umat Islam melarang perempuan menjadi pemimpin yang
didasarkan pada bunyi tekstual Al-Qur‟an dan hadis. yaitu dalam Q.S. an-Nisa
ayat 34 yang berbunyi:
امىن عهى انىساء بما جال قى بعضهم عهى بعض وبما أوفقىا مه انر م الل فض
تي تخافىن وانل انحات قاوتات حافظات نهغيب بما حفظ الل أمىانهم فانص
ن أطعىكم فل وشىزهه فعظىهه واهجروهه في انمضاجع واضربىهه فإ
ا كان عهيا كبيرا تبغىا عهيهه سبيلا إن الل
Artinya ; “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (wanita) dan arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka sebab itu maka wanita yang shalehah, ialah taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara mereka wanita-wanita ang kamu
khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukulah mereka. kemudian jika
mereka mentaatimu maka, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
2
memisahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar ”
(Q.S. An-Nisa: 34).
Pesantren termasuk lembaga pendidikan paling tua di Indonesia yang punya
daya tahan luar biasa bahkan punya pengaruh besar dalam waktu yang lama
hingga ratusan tahun. Selain memenuhi prasyarat dasar dengan kehadiran figur
seorang kyai, santri, pondok, kajian kitab-kitab kuning, dan bangunan masjid yang
menjadi episentrum kegiatan santri dan masyarakat, masih banyak faktor lain
yang membuat sebuah pesantren mampu bertahan selama puluhan bahkan ratusan
tahun dengan daya pengaruh dan sumbangsih yang besar. Dan agar tak ditelan
zaman harus turut aktif menjadi penggerak terdepan perubahan sosial di tengah-
tengah masyarakat, tidak hanya berhenti menjadi lembaga pendidikan dan penjaga
moralitas agama semata. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang
mengajarkan ilmu-ilmu keislaman, dipimpin oleh kiai sebagai pemangku/pemilik
pondok pesantren dan dibantu oleh ustadz-ustdzah, guru yang mengajarkan ilmu-
ilmu keislaman kepada santri, melalui metode dan tekhnik yang khas (Kompri, ,
2018, hal. 2).
Menguak rahasia bagaimana para kyai merintis, mengembangkan, dan
memajukan pesantren sambil mendayung di antara dua arus yang saling bertolak
belakang antara mempertahankan tradisi dan mengakomodasi modernisasi.
Menelusuri jejak para pimpinan pondok pesantren yang punya sumbangan besar
dalam merajut wawasan kebangsaan Indonesia. Menyajikan ulasan mendalam
tentang dinamika kehidupan pesantren-pesantren yang pengaruhnya di tanah air
cukup besar, bahkan melintas batas hingga mancanegara. Kyai sebagai salah satu
unsur dominan dalam kehidupan sebuah pesantren, ia mengatur perkembangan
pesantren dengah keahlian, kedalaman ilmu, karismatik, dan ketrampilan.
Sehingga tidak jarang sebuah pesantren tanpa memiliki manajemen yang rapi,
sebab segala sesuatu terletak pada kebijaksanaan dan keputusan kyai (Munfa‟atun,
2012, hal. 2018 ).
Widodo mengemukakan dalam sebuah buku karangannya “Perempuan
Tangguh” Sebagai lembaga pendidikan dengan otoritas tertinggi yang biasanya
berada ditangan kyai, maka hal ini justru berbeda, unik dan menarik karena
pemimpin pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi berada
3
dalam wewenang perempuan (nyai), namun beliau akrab disapa „Umi‟. Pada
tahun 1977 Ponpes Diniyyah resmi berdiri walaupun hanya kegiatan mengaji dan
madrasah, tapi bermula itulah kemudian menjadi besar. pada tahun 1978 sekolah
tersebut menerima satu orang murid da langsung dibina oleh Dra. Hj. Rosmaini,
MS,M.Pd.I dan Ibunda Ernawati. Perjalaan pun dimulai, Bupati Bungo
menyerahkan tanah seluas 11,5 hektar untuk pengembanga Ponpes Diniyyah. Dan
akhirnya mimpi jadi nyata. Diniyyah menjadi besar dengan berbagai jenjang
pendidikan dimulai dari TK, SDIT, SMPIT, MTS, dan MA Diniyyah. Masing-
masing sekolah yang dimiliki oleh Umi (sapaan akrabnya) memiliki cirri khas
masing-masing seperti TK Diniyyah dengan khasnya memiliki fasilitas Town For
Kids yang mencontoh pendidikan yang ada di Singapura. SDIT Diniyyah dengan
program unggulannya Tahfidz, Studi Intensif, Dhuha bersama, dan khusus untuk
pelajaran bahasa inggris ada fasilitas Town For Kids. Lain halnya dengan SMPIT
Al-Azhar 3 Muara Bungo, memiliki program unggulan yang memfokuskan pada
bidang Sains. Program unggulan lainnya yaitu Club seni, English Clup, Bela diri,
Tahfiz, dan Mentoring (2018, hal. 2-4)
Uniknya di SMPIT karena mereka punya program mentoring dimana anak-
anak dibina oleh guru secara intensif baik sisi ibadah maupun lainya. MTS dan
MA Diiyyah tak kalah menariknya berbagai reformasi pendidikan dilakukan agar
Diniyyah bisa Go Internasional. Salah satu program yang menarik adalah
pertukaran pelajar. Baru-baru ini santri MA Diniyyah ke Thailand selama dua
minggu untuk berguru kesana. Dan pelajar Thailand juga akan ke Diniyyah untuk
menggali ilmu di sana. Untuk bahasa biasannya santri di bawa untuk belajar
intensif bahasa Iggris di Pare Jawa Timur selama liburan semester. Tahfiz juga
menjadi andalan utama di Diniyyah karena untuk santri MA Diniyyah di targetkan
untuk lolos ke Universitas Kairo (Mesir), Madinah, dan negara Timur tengah
lainnya. Untuk menunjang kegiatan Tahfiz tersebut maka pihak yayasan
mengundang guru langsung dari Mesir Syeh Ibrohim Al-Wakeel (2018, hal. 67).
Diniyyah bukan hanya focus pada dunia pendidikan saja tapi untuk sosial
masyarakatnya juga ada. Salah satu kegiatan yang sangat menggigit yaitu yang
dilakukan oleh santri MA Diniyyah akni Program Pengabdian Masyarakat (PPM)
4
yang dilakukan diberbagai daerah di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat tepatnya
di Pariaman. Selain itu santri MTS dan MA biasannya dibulan Ramadhan
melaksanakan safari Ramadhan memberikan ceramah agama dan kegiatan lainya
untuk menyemarakkan Ramadhan. Berbagai kegiatan dilakukan agar Diniyyah
kedepannya lebih baik. Mulai tahun 2013 diadakannya hajatan besar yang setiap
satu tahun diadakan yakni DINIYYAH EXPO ( 2018, hal. 70)
Kegiatan ini bertujuan untuk mensyiarkan kegiatan Diniyyah, dan
memberikan syiar Islam ke pada masyarakat luas, dan sampai sekarang Pondok
Pesantren Diniyyah memiliki cabang di kota jambi dan Muara Tebo . Berangkat
dari pembahasan di atas penulis mengadakan penelitian yang dituangkan dalam
bentuk skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Perempuan dalam
Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah
Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah
Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi. Dalam hal ini terkait dengan peran
kepemimpinan dan perkembangan yang ada pada sebuah pesantren.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan dapat ditegaskan
bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
2. Bagaimana Kendala Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
3. Bagaimana upaya Kepemimpinan Perempuan dalam mengatasi Kendala
Pengembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-azhar di Muara Bungo
Jambi?
5
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Ingin mengetahui peran yang dilakukan kepemimpinan perempuan
dalam mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi.
2. Ingin mengetahui kendala apa saja yang dialami kepemimpinan
perempuan dalam mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-
Azhar di Muara Jambi.
3. Ingin mengetahui upaya untuk mengatasi kendala pada kepemimpinan
perempuan dalam mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-
Azhar di Muara Bungo Jambi.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Untuk memberi penjelasan tentang kepemimpinan perempuan dalam
mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi.
2. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang telah penulis terima dari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
3. Untuk memberi konstribusi kepada pihak pondok pesantren Diniyyah Al-
Azhar di Muara Bungo Jambi.
4. Sebagai prasyaratan untuk menyelesaikan program sarjana Strata Satu
(S1) dalam jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
Kerangka teori ini di maksudkan untuk menegaskan arah pembahasan skripsi
untuk mengungkapkan beberapa pendapat para ahli dalam menjelaskan judul
skripsi ini, dan memperjelas konsep-konsep berhubungan dengan permasalahan
yang akan dibahas sebagai pijakan dasar penelitian. Adapun yang dimuat antara
lain:
1. Konsep Kepemimpinan Perempuan
a. Pengertian Kepemimpinan
Miftah Thohah mengemukakan bahwa “Suatu organisasi akan berhasil
atau gagal sebagian bisa ditentukan oleh kepemimpinannya”. Pengertian
tersebut menjelaskan pada kita bahwa keberhasilan organisasi dalam
menjalankan programnya didukung oleh kepemimpinan yang baik pula.
oleh karena itu, kepemimpinan yang baik harus mampu dipahami dan
diterapkan secara baik dalam diri pimpinan (Badrudin, 2015, hal.163)
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh
setiap pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan
oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan paran
anggotanya. Pemimpin dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan
kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan juga tingkat prestasi suatu
organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan penting dalam
membantu kelompok, individu untuk mencapai tujuan (Fitriyani, 2015,
hal. 1).
Menurut Purwanto mengemukakan bahwa “kepemimpinan adalah
suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik untuk membuat
sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut
atau simpatisipan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala
apa yang dikehendakinnya membuat orang lain begitu antusias atau
bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan rela berkorban untuknya.
Secara tidak langsung, dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
7
memotovasi (mendorong) agar orang lain melakukan suatu kegiatan
(Kompri 2018, hal.166).
Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan, permulaan dan proses
yang bersifat untuk memengaruhi suatu kelompok”. Adapun indikator-
indikator dari kepemimpinan yang telah disebut tersebut yaitu:
1) Dengan adanya kepemimpinana diharapkan adanya pengaruh
yaitu berupa keteladanan, kewibawaan, dan kecakapan dari
pimpinan.
2) Memperoleh informasi yang baik yang diterima oleh bawahannya
sehingga dapat dimengerti dan dapat melaksanakan tujuan
organisasi.
3) Pengambilan keputusan
4) Dapat memotivasi bawahannya dan memberikan penghargaan.
Dari beberapa pengertian di atas maka pada hakikatnya
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk membimbing,
mempengaruhi, menggerakkan, mengarahkan, dan memberi contoh
teladan prilaku orang lain dalam kerjannya dengan menggunakan
kekuasaan (Badrudin, 2015, hal. 164).
b. Tipe-tipe Kepemimpinan
G.R Terry (1960) dikutip Siswanto (2005,hal.158-160)
mengemukakan bahwa sebagai salah seorang pengembang ilmu
manajemen mengemukakan tipe kepemimpinan sebagai berikut:
1) Kepemimpinan Pribadi
Seorang manajer dalam melaksanakan tindakannya selalu
dilakukan dengan cara kontak pribadi. Intruksi disampaikan secara
oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh manajer yang
bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut oleh
perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan maupun
kegiatannya sangatlah kecil. Akibatnya, pelaksanaannya selain
mudah juga sangat efektif dan memang bisa dilakukan tanpa
mengalami prosedural yang berbelit.
8
2) Kepemimpinan Nonpribadi
Segala peratura dan kebijakan yang berlaku pada perusahaan
melalui bawahannya atau menggunakan media nonpribadi, baik
rencana, instruksi, maupun program penyeliaannya. Pada tipe ini,
program pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan dan harus
diaplikasikan.
3) Kepemimpinan Otoriter
Pimpinan yang bertipe otoriterb iasanna bekerja secara sungguh-
sungguh, teliti, dan cermat. Manajer bekerja menurut peraturan dan
kebijakan yang berlaku dengan ketat. meskipun agak kaku dan
segala instruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan, para
bawahan tidak berhak mengomentarinya. karena manajer
beranggapan bahwa dialah yang bertindak sebagai pengemudi yang
akan bertanggung jawab atas segala kompleksitas organisasi.
4) Kepemimpinan Demokratis
Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan
bahwa ia merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen
perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen tersebut
bertanggung jawab terhadap perusahan. oleh karena itu, agar
seluruh bawahan merasa turut bertanggung jawab maka mereka
harus berpatisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan, evaluasi,
dan penyeliaan.
5) Kepemimpinan Paternalistik
Kepemimpinan paternalistic dicirikan oleh suatu pengaruh yang
bersifat kebapakan dalam hubungan antara manajer dengan
perusahaan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan
arah, tindakan, dan prilaku ibarat pesan seorang bapak pada
anaknya.
6) Kepemimpinan Menurut Bakat
9
Tipe kepemimpinan menurut bakat biasannya muncul dari
kelompok informal yang didapatkan dari pelatihan meskipun tidak
langsung. Dengan adannya sistem persaingan, dapat menimbulkan
perbedaan pendapat yang seru dari kelompok yang bersangkutan.
biasannya akan muncul pemimpin yang memiliki kelemahan
diantara mereka yang ada dalam kelompok tersebut menurut
keahliannya di mana ia terlibat di dalamnya.
c. Kepemimpinan dalam Islam
Munfa‟atun ( 2018, hal. 6-8) Ada beberapa istilah (term) yang biasa
digunakan dalam Islam yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan,
istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Khalifah
Dalam Islam istilah kepeemimpinan juga lazim disebut khalifah.
Khalifah artinya umat pengganti, bentuk jamaknya adalah
Khulafaaur wa khalifu (Munawwir, 1997, hal. 363). Manusia
adalah wakil, pengganti nabi Muhammad dalam fungsinya sebagai
kepala negara. Al-Qur‟an menyebutkan kata khalifah dalam QS.
Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
لئنت إي جاعو في الزض ا قاىىا أتجعو فيه خييفت وإذ قاه زبل ىي
س ىل قاه إي دك وقد سبح بح ح اء و يفسد فيها ويسفل اىد
ى ا ل تعي أعي
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi“. Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?“ Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui“. (Q.S Al-Baqarah:30).
10
2) Imam
Istilah lain yang bisa digunakan dalam term Islam berkaitan
dengan kepmimpinan adalah imam/imamah. Imam jamaknya
adalah ayyamatu wa a‟immatun yang artinya pemimpin, orang
yang diikuti, komandan, pasukan, petunjuk jalan. Atau dapat juga
berarti muka, dimuka, dihadapan (Shihab, 2002, hal. 157).
3) Amir
Istilah lain yang bisa digunakan dalam term Islam berkaitan dengan
term Islam kepemimpinan adalah amir, Amir adalah jamaknya
umaraau yang artinya pangeran, putra mahkota, raja, kepala,
pemimpin, penguasa, penuntun (Munawwir, 1997, hal. 38)
Dalam Islam, kepemimpinan dan adanya peran pemimpin merupakan
fitrah. Kondisi ini terlahir sebagai akibat diri beragam keampuan,
kehendak, kemauan, pikiran, sifat masing-masing pada manusia.
Selanjutnya dijelaskan keadaan ini melahirkan orang yang menjadi
pemimpin dari sejumlah orang yang lebih banyak. terlahirnya sosok-sosok
yang menjadi pemimpin ini karena kemampuannya dalam mewujudkan
kepemimpinan (Kompri, 2018, hal. 169).
2. Perempuan
a. Pengertian Perempuan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perempuan diartikan sebagai
manusia yang mempunyai puki (alat kemaluan), dapat menstruasi, hamil,
melahirkan anak, dan menyusui (KBBI, 2002, hal. 856) Menurut
Moenawar Chalil dalam bukunya yang berjudul: "Nilai Wanita"
menjelaskan bahwa perempuan, yang disebut juga wanita, puteri, istri, ibu,
adalah sejenis makhluk dari bangsa manusia yang halus kulitnya, lemah
sendi tulangnya dan agak berlainan bentuk serta susunan tubuhnya dengan
bentuk dan susunan tubuh laki-laki (Rosita, 2017, hal. 26).
Fakta sejarah menjelaskan bahwa perempuan adalah kelompok yang
sangat diuntungkan oleh kehadiran Muhammad Rasulullah SAW. Nabi
mengajarkan keharusan merayakan kelahiran bayi perempuan di tengah
11
tradisi Arab yang memandang aib kelahiran bayi perempuan. Nabi
memperkenalkan hak waris bagi perempuan di saat perempuan
diperlakukan hanya sebagai objek atau bagian dari komoditas yang
diwariskan. Nabi menetapkan mahar sebagai hak penuh kaum perempuan
dalam perkawinan ketika masyarakat memandang mahar itu sebagai hak
para wali. Nabi melakukan koreksi total terhadap praktek poligami yang
sudah mentradisi dengan mencontohkan perkawinan monogami selama 28
tahun. Bahkan, sebagai ayah, Nabi melarang anak perempuannya Fatimah
dipoligami. Nabi memberi kesempatan kepada perempuan menjadi imam
shalat dikala masyarakat hanya memposisikan laki-laki sebagai pemuka
agama. Nabi mempromosikan posisi ibu yang sangat tinggi, bahkan
derajatnya lebih tinggi tiga kali dari ayah di tengah masyarakat yang
memandang ibu hanyalah mesin produksi. Nabi menempatkan istri sebagai
mitra sejajar suami di saat masyarakat hanya memandangnya sebagai
obyek seksual belaka. Fakta historis tersebut melukiskan secara terang-
benderang bahwa Nabi melakukan perubahan yang sangat radikal dalam
kehidupan masyarakat, khususnya kaum perempuan. Dari posisi
perempuan sebagai obyek yang dihinakan dan dilecehkan menjadi subyek
yang dihormati dan diindahkan. Nabi memproklamirkan keutuhan
kemanusiaan perempuan setara dengan saudara mereka yang laki-laki.
Keduanya sama-sama manusia, sama-sama berpotensi menjadi khalifahfi
al-ardh (pengelola kehidupan di bumi). Tidak ada yang membedakan di
antara manusia kecuali prestasi takwanya, dan soal takwa hanya Allah
semata yang berhak menilai.Tugas manusia hanyalah berlomba-lomba
berbuat baik (2017, hal.17).
b. Kepemimpinan Perempuan
Wahyuni & Arifin (2016, hal. 3) Kepemimpinan selalu menuai pro
dan kontra ketika diperhadapkan dengan masalah identitas biologis.
Apalagi jika ditinjau dari sudut pandang agama. Dalam Islam, ulama
memberikan argumen yang berbeda-beda dalam menginterpretasikan
figur kepemimpinan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
12
Ada ulama yang secara keras melarang kepemimpinan perempuan dan
ada pula yang mencoba mensejajarkan posisi laki-laki dan perempuan
secara equal. Penafsiran tersebut bermula dari interpretasi yang berbeda
dalam memberikan penalaran terhadap teks-teks al-Qur‟an dan Hadits
maupun ijma‟ sahabat. Berikut beberapa dalil yang mendukung
maupun menolak kepemimpinan perempuan dilihat dari sudut pandang
para ulama:
1) Dalil yang Menolak Kepemimpinan Perempuan
Pendapat ini dikemukakan oleh al-Ghazali dan al-Qalqasyandi,
(sebagaimana dikutip Hamidah, 2011) bahwa perempuan tidak
bisa menjadi pemimpin/imam karena memiliki kekurangan di
dalam dirinya, yaitu: tidak bisa menikahkan dirinya sendiri,
apalagi menjadi wali orang lain. Menurut Syafiq Hasyim
bahwa peranan manusia dibedakan menjadi dua wilayah, publik
(al-wilayah al-„amah) dandomestik (al-wilayah al-khashah).
Wilayah publik adalah tempat laki-laki sedangkan domestik
adalah tempat perempuan. Dalil-dalil yang dikemukakan
untuk memperkuat argumen di atas adalah surah Al-Baqarah
(2):228 yang berbunyi:
ثلثت ق فسه بأ طيقاث يتسبص ا واى ينت أ سوء ول يحو ىه
أحق الخس وبعىىته واىيى بالل يؤ م إ ه في أزحا خيق الل
با ثو اىري عييه أزادوا إصلحا وىه ىل إ في ذ ه عسوف بسد ى
عزيز حني دزجت والل جاه عييه وىيس
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka
menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan
suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu
tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al Quran (2): 228).
13
Ayat di atas dijadikan dalil oleh sebagian ulama bahwa
perempuan harus selalu dirumah, tidak menampakkan diri dan harus
berhijab dari dunia luar, khususnya dari laki-laki.
Selain ayat-ayat diatas, ada Hadis Nabi yang cukup popular yang
sering menjadi acuan ulama berargumen tidak cocoknya
perempuan menjadi pemimpin yang berbunyi:
سأة ا سه وىى أ يفيح قى ىArtinya: “Tidak bahagia suatu kaum yang menyerahkan urusannya
kepada perempuan” (HR. Bukhari) (Sahih Bukhari, (9); 4073).
Selain hadis di atas ada juga hadis yang cukup popular yaitu
“perempuan kurang agama kurang akal”. Hadits ini dijadikan
dalil untuk melarang kaum perempuan masuk wilayah politik,
karena perempuan memiliki kekurangan akal dan agama,
sedangkan wilayah politik memerlukan rasionalitas mendalam.
2) Dalil yang Mendukung Kepemimpinan Perempuan
Perempuan mempunyai hak penuh dalam politik sebagaimana
laki-laki. Kelompok ini menjelaskan konsep „adalah (keadilan)
dan musawah (kesamaan) dalam Islam yang merupakan prinsip
ajaran Islam. Ayat tersebut adalah Q.S At-Taubah (9): 7 yang
berbunyi:
ى ميف ينى هدت ع وعد زسىىهۦ إل ٱىري عهد عد ٱلل شسمي ي
يحب ٱلل إ ىا ىه فٱستقي ىا ىن ا ٱستق ف سجد ٱىحسا عد ٱى
تقي ٱى
Artinya:“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi
Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali
orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan
mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka
berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus
14
(pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertakwa”( QS. At-Taubah (9):7).
Ayat di atas menjelaskan bahwa anatara laki-laki dan
perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam
berpolitik. Sebagaimana laki-laki perempuan juga memiliki hak
mengatur masyarakat umum (wilayah al-„am). Mereka memiliki hak
yang sama untuk memerintahkan yang ma‟ruf dan mencegah yang
mungkar.
c. Hambatan Kepemimpinan Perempuan
Menutrut Zakiyah (2018, hal. 50-55), mengemukakan ada beberapa
hambatan pada kepemimpinan perempuan, yaitu:
1). Hambatan Teologis, yaitu perempuan diciptakan dari rusuk laki-
laki. Sehingga posisi wanita berada di bawah bayang-bayang laki-
laki. Wanita tidak dapat berbuat banyak seperti laki-laki. Cerita ini
secara psikologis menjadi salah satu faktor penghambat
perempuan untuk mengambil peran yang berarti dalam
kehidupan bermasyarakat.
2). Hambatan Sosial Budaya, yaitu pandangan ini melihat perempuan
sebagai makhluk yang pasif, lemah, perasa, dan
berketergantungan. Sebaliknya laki-laki dinilai sebagai makhluk
yang aktif, kuat, cerdas dan mandiri. Pandangan ini pula
menempatkan lak-laki secara sosio-kultural lebih tinggi derajatnya
dibanding perempuan
3) Hambatan Sikap Pandang, yaitu Hambatan sikap pandang yang
antara lain dimunculkan oleh pandangan dikotomis antara tugas
perempuan dan laki-laki, pada dasarnya sudah terkikis pada
kelas masyarakat yang berpendidikan. Namun beda halnya pada
masyarakat yang berpendidikan rendah sebagian masih
menjalankan sikap pandang tentang pembagian kerja antara
laki-laki dan perempuan.
15
4) Hambatan Historis, yaitu disebabkan kurangnya nama perempuan
dalam sejarah dimasa lalu yang tampil sebagai pemimpin. Hal ini
dipakai untuk membenarkan ketidak mampuan wanita untuk
berkiprah seperti halnya laki-laki.
3. Pondok Pesantren
a. Pengertin Pondok Pesantren
Pesantren tergolong sebagai lembaga pendidikan tertua dalam sejarah
pendidikan di Indonesia. secara bahasa, ada yng mengatakan bahwa istilah
pesantren berasal dari kata pesantri-an. Kata “santri” diambil dari bahasa
Jawa yang artinya adalah “murid”. Kata “pesantren” juga sering
dipadupadankan dengan kata “pondok”. Kata “pondok” diambil dari
bahasa Arab yaitu „Funduq‟ yang berarti “penginapan”. Sehingga istilah
“pondok pesantren” merujuk pada satu nama yaitu penginapan para murid
(Dhuri & Fadlan, 2015, hal. 4).
Menurut Ziemek (1988), kata pondok berasal dari kata funduq (Arab)
yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh
dari tempat asalnya. Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang
diimbuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti menunjukkan tempat,
maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai
gabungan kata santri (manusia baik) dengan suku kata (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-
baik. Terlepas dari itu, karena yang dimaksudkan dengan istilah pesantren
dalam pembahasan ini adalah suatu lembaga pendidikan dan
pengembangan agama Islam di Tanah Air (khususnya Jawa) dimulai dan
dibawa oleh Wali Songo, maka model pesantren di Pulau Jawa juga mulai
berdiri dan berkembang bersamaan dengan zaman Wali Songo. Karena itu
tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang pertama didirikan
adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik
Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi (Kompri, 2018, hal. 2).
16
Sementara Halim, dkk. (2005, hal. 247) Pesantren juga bisa dikatakan
sebagai lembaga pendidikan yang disajikan sebagai wadah untuk
memperdalam agama dan sekaligus sebaga pusat penyebaran agama.
Karena di pesantrenlah agama diajarkan dengan semangat dan di pesantren
pulalah ajaran agama disebarkan. Pesantren secara sederhana dapat
didefinisikan menurut karakteristik yang dimilikinya, tempat belajar para
santri.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat
dipahami, bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam di
mana para santrinya tinggal di pondok yang dipimpin oleh kyai. Para
santri tersebut mempelajari, memahami dan mendalami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pada pentingnya
moral keagamaan sebagai pedoman perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari (Kompri, 2018, hal. 3).
b. Tujuan Pondok Pesantren
Arifin (1991) dikutip Kompri (2018, hal. 7), bahwa tujuan pendidikan
pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri dengan
penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan
mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan,
mengajari sikap dan tingkah laku yang bermoral, dan menyiapkan para
santri untuk hidup sederhana.
Mujammil Qomar dikutip Kompri (2018, hal.8) mengungkapkan
dua tujuan pendididikan pesantren:
1) Tujuan umum yaitu membina warga negara agar berkepribadian
Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan menanamkan rasa
keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta
menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama,
masyarakat, dan Negara.
17
2) Tujuan khusus, yaitu:
a) Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi orang
Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,
memiliki kecerdasan siswa/santri untuk menjadi manusia
Muslim selaku kader-kader ulama dan mubalig, yang berjiwa
ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan ajaran
Islam secara utuh dan dinamis.
b) Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan
negara.
c) Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro
(keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya).
d) Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap
dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan
mental spiritual.
e) Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha
pembangunan masyarakat bangsa.
c. Fungsi Pondok Pesantren
Sarijdo, dkk. dikutip Kompri (2018, hal. 10) mempertegas, fungsi
pesantren pada kurun wali songo adalah mencetak calon ulama dan
mubalig yang militan dalam menyiarkan agama Islam. Seiring dengan
perkembangan zaman fungsi pesantren pun ikut bergeser dan berkembang,
sejalan dengan perubahan-perubahan sosial kemasyarakatan. Menurut
Ma‟shum ada tiga fungi pesantren, yaitu:
1) Fungsi Religius (diniyyah)
2) Fungsi Sosial (ijtimaiyah)
3) Fungsi edukasi
18
Ketiga fungsi ini masih berjalan sampai sekarang. sejalan ketiga
fungsi tersebut, Jazuli, dkk.(2006) mempertegas lagi bahwa:
a) Fungsi pertama adalah menyiapkan santri mendalami dan menguasai
ilmu agama Islam tafaqquhfiddin, yang diharapkan dapat mencetak
kader-kader ulama dan turut mencerdaskan bangsa
b) Dakwah menyebarkan Islam, dan ketiga benteng pertahanan moral
bangsa dengan landasan akhlakul karimah.
Fungsi pesantren bukan hanya edukasi dan dakwah, akan tetapi juga
sebagai center pertahanan akhlakul karimah, pencetak manusia
Indonesia berdedikasi tinggi dengan spritualitas, intelektualitas,
berketerampilan dan terbuka dengan perkembangan zaman.
d. Prinsip-prinsip Pondok Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang multidimensional niscaya
tidak akan bertahan diterpa berbagai badai perubahan zaman. Dimuka
telah diuraikan bagaimana fungsinya yang demikian komprehensif dalam
sejarah Indonesia, yang bukan hanya memfungsikan diri sebagaipencetak
masyarakat yang melek huruf dan budaya, akan tetapi ia juga berfungsi
sebagai mesin pertahanan spiritual dan moral serta memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dan berperan serta membangun dan memajukan
bangsa Indonesia. realitas sejarah memperlihatkan kepada kita, bagaimana
pesantren tetap eksis dalam perubahan zaman. Kesemuanya terjadi,
disebabkan pesantren memiliki prinsip-prinsip nilaiyang melandasinnya
(Kompri, 2018,hal.11).
Menurut Mastuhu, dikutip Kompri (2018,hal.11), pesantren
mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Teosentris
Teosentris artinya sistem pendidikan pesantren mendasarkan
falsafah pendidikannya pada falsafah teosentris.
2) Sukarela dan mengabdi
Karena mendasarkan kegiatan pendidikan sebagai suatu ibadah,
penyelenggaraan pesantren dilaksanakan secara sukarela (ikhlas)
19
dan mengabdi semata-mata dalam rangka beribadah kepada Allah
SWT.
3) Kearifan
Kearifan yakni bersikap perilaku sabar, rendah hati, patuh kepada
ketentuan hukum agama, tidak merugikan orang lain, dan
mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama menjadi titik
tekan dalam kehidupan pesantren dalam rangka mewujudkan sikap
arif.
4) Kesederhanaan
Salah satu nilai luhur pesantren dan menjadi pedoman perilaku
warganya adalah penampilan sederhana, dalam artian tetap
berkemampuan, bersikap dan berpikir wajar, profesional dan tidak
merugikan orang lain.
5) Kolektivitas
Pesantren menekankan pentingnya kolektivitas daripada
individualisme. Implikasi dari prinsip ini, di pesantren berlaku
pendapat bahwa dalam masalah hak seseorang harus mendahulukan
kepentingan orang lain, sedangkan dalam masalah kewajiban, dia
harus mendahulukan kewjibannya sendiri sebelum orang lain.
6) Mengatur kegiatan bersam
Merujuk kepada nilai-nilai pesantren yang bersifat relatif, santri,
dengan bimbingan ustaz dan kiai, mengatur hampir semua kegiatan
proses belajarnya sendiri.
7) Kebebasan terpimpin
Prinsip ini digunakan pesantren dalam menjalankan kebijakan
kependidikannya.
8) Mandiri
Dalam kehidupan pesantren, sifat mandiri tampakjelas. Sikap ini
dapat dilihat dari aktivitas keseharian santri dalam mengatur dan
bertenggung jawab atas keperluannya sendiri.
20
9) Mengamalkan ajaran-ajaran Islam
Pesantren sangat mementingkan pengamalan nilai-nilai ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupannya
selalu dalam rambu-rambu hukum Islam.
10) Tempat mencari ilmu dan mengabdi
Ilmu bersifat suci dan tidak terpisah dari bagian agama, sehingga
modern berpikir pun berangkat dari keyakinan dan berakhir pada
kepastian. Ilmu tidak dipandang sebagai kemampuan berpikir
metodologis, tetapi sebagai berkah.
11) Restu Kiai
Dalam kehidupan pesantren, semua aktivitas warga pesantren
sangat tergantung pada restu kiai, baik ustaz, pengurus, maupun
santri.
e. Unsur Pondok Pesantren
Dalam ulasannya mengenai pesantren, Dhofier dikutip Kompri (2018,
hal. 24-25) mengemukakan lima unsur pokok yang menjadi elemen dasar
dari tradisi pesantren, yakni pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab
Islam klasik, santri dan kiai. Dengan demikian, unsur-unsur tradisi
pesantren dapat dikategorikan lagi menjadi tiga kelompok:
a) Sarana Perangkat Keras; Pondok dan Masjid
Dalam suatu pesantren, pondok dan masjid merupakan dua
bangunan yang sangat penting. Pondok pada dasarnya adalah asrama
pendidikan Islam tradisional di mana para santri tinggal bersama dan
mendapat bimbingan dari kiai. Pondok, asrama bagi santri, ini
sekaligus menjadi ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya
dengan sistem pendidikan tradisional lainnya di masjid-masjid, surau,
bahkan madrasah pada umumnya. Kehadiran masjid tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan pesantren yang dianggap sebagai tempat
paling tepat untuk mendidik santri, terutama praktik sembahyang lima
waktu, khotbah dan sembahyang Jumat, dan pengajian kitab-kitab
21
Islam klasik. Jadi, masjid merupakan tempat sentral bagi transformasi
dan isnad ilmu di pesantren.
b) Kiai dan Santri
Berbicara tentang seorang pimpinan dalam pondok pesantren tidak
terlepas daripada sosok seorang kiai. Pada kalangan pesantren kiai
merupakan aktor utama. Kiailah vang merintis pesantren, mengasuh,
menentukan mekanisme belajar dan kurikulum, serta mewarnai dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan keahlian dan kecenderungan
yang dimilikinya. Karena itu, karekteristik pesantren dapat
diperhatikan melalui profil kiainya. Kiai dan santri dalam tradisi
pesantren adalah dua entitas yang tak dapat dipisahkan. Kiai adalah
elemen yang paling esensial dan kehadirannya merupakan sesuatu
yang niscaya. Walau hanya sebagai orang biasa, tetapi sebagai
seorang alim, arif, jawaban atas berbagai persoalan, sifatnya yang
tawaduk, ikhlas, orang-orang umumnya nempatkannya sebagai figur
yang sangat sakral. Sehingga eksistensi kiai sesungguhnya merupakan
pemimpin non formal bagi masyarakat.
Kompri (2018, hal. 26) Dengan kelebihan berbagai dimensi
tersebut, kiai merupakan figur dan pemimpin sentral dalam suatu
pesantren. Santri, biasanya berkonotasi pada siswa yang belajar pada
suatu pesantren untuk mempelajari kitab-kitab klasik. Oleh karena itu,
santri merupakan elemen lain yang juga sangat penting setelah kiai.
Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat dua
kelompok santri.
1) Santri mukim, yaitu murid-murid berasal dari yang jauh dan
menetap dalam kelompok pesantren kepentingan pesantren
sehari-hari; mereka jugamemikul tanggung jawab mengajar
santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di
sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam
22
pesantren. Untuk mengikuti pelajar pesantren, mereka bolak-
balik (ngaji) dari rumahnya sendiri.
c) Aktivitas Intelektual; Pengajian Kitab-kitab Islam Klasik
Tujuan utama para santri untuk berguru ke pesantren tidak lain
adalah belajar agama. Pelajaran-pelajaran agama biasanya didapat dari
menggali kitab-kitab Islam klasik yang memang tersedia banyak di
pesantren. Mungkin lantaran warna/jenis kertasnya yang berwarna
kuning, kitab-kitab Islam klasik tersebut, sebagaimana telah disinggung
di awal, disebut dengan kitab kuning. Kendati pada perkembangan
berikutnya, kitab-kitab yang berwarna putihpun dianggap sebagai kita
kuning. Dalam komunitas pesantren tradisional (salafiy dan semi
salafiy), pengajian kitab-kitab Islam klasik ini sangatlah penting.
Bahkan pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama
karangan-karangan ulama merupakan satu-satunya pengajaran
formalkan dalam lingkungan pesantren.
f. Tipologi Pondok Pesantren dengan Perkembangannya
Dahuri, & Fadlan (2015, hal. 2) mengemukakan Berdasarkan berbagai
tingkatan konsistensi dengan sistem lama dan keterpengaruhan oleh sistem
modern, secara garis besar pondok pesantren menurut Departemen Agama
RI, dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1) Pondok Pesantren Salafiyah
Salaf artinya "lama", "dahulu", atau "tradisional". Pondok
pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan
pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang
berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran agama Islam
dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada
kitab-kitab klasik, berbahasa Arab seperti kitab-kitab kuning,yang
merupakan karangan para ulama di abad pertengahan Islam.
2) Pondok Pesantren Khalafiyah ('Ashriyah)
Khalaf artinya "kemudian" atau "belakangan", sedangkan ashri
artinya "sekarang" atau "modern". Pondok pesantren khalafiyah adalah
23
pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan
pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal, baik madrasah
(MI, MTs, dan MA), maupun sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK) atau
nama lainnya. dn yang pelajarannya didominasi kurikulum umum
sesuai dengan kurikulum pemerintah.
3) Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi
Pondok Pesantren salafiyah dan khalifiyah sebagaimana penjelasan
di atas. Sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren
yang berada di antara rentangan dua pengertian di atas. pesntren ini
mengelompokan santri ke dalam kelas untuk diajarkan kitab kuning dan
pelajaran umum. bedanya untuk pelajaran-pelajaran agama hanya
diajarkan sesuai dengan kebutuhan.
Departemen Agama RI, dikutip Cahyadi (2017, hal. 50), bahwa ada
beberapa potensi yang dimiliki pondok pesantren, yaitu:
1) Jumlahnya yang sangat besar secara kuantitas
Jumlah yang sangat besar dari pondok pesantren merupakan potensi
kuantitatif yang dapat diberdayakan menjadi sumber daya yang
amat berarti bagi pengembangan pondok pesantren sendiri dan
masyarakat. Jumlah yang besar ini menunjukkan pula besarnya
peranan yang dimainkan oleh pondok pesantren dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2) Mengakar dan dipercaya oleh masyarakat
Keberadaan pondok pesantren yang berasal dari masyarakat, maka
keterikatan pondok pesantren dengan masyarakat pendukungnya
merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
pondok pesantren sekarang ini. Keterkaitan menjadikan pondok
pesantren sebagai lembaga keagamaan dan pendidikan yang
mengakar pada masarakat.
3) Fleksibilitas waktu
Berbeda dengan lembaga pendidikan formal lainnya, lembaga
pondok pesantren memiliki „keberlangsungan hidup‟ yang cukup
24
lama. Bahkan dapat dikatakan 24 jam sehari, sehingga konsentrasi
mereka untuk belajar dan berupaya mengembangkan diri dalam
pondok pesantren dapat dilakukan secara terpadu tanpa
mengganggu salah satu kepentingan. Kegiatan non-formal
sekalipun dapat dilaksanakan dalam lingkungan pondok pesantren.
baik itu kegiaan sosial, budaya, maupun ekonomi.
Sebagai lembaga pengembangan dan pembentukan karakter Dengan
titik berat pada pendidikan agama dan tinggal dalam suatu asrama,
maka pondok pesantren telah menjadikan dirinya sebagai lembaga
pengembangan karakter di mana mereka belajar untuk tanggung jawab
dalam mengurusi dirinya, belajar dan berkehidupan berdampingan
dengan masyarakat.
Perkembangan pondok pesantren akan terus maju beriring dengan
kebutuhan masyarakat yang menuntut penyelenggaran pendidikan pondok
pesantren yang tidak hanya terbatas pada penguasaan terhadap ilmu-ilmu
agama saja, sehingga pondok pesantren secara dinamis bergeser untuk ikut
menyelenggarakan bentuk pendidikan yang berorientasi pada penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bentuk kelembagaan seperti ini, secara
alamiah terjadi karena fungsi pondok pesantren tidak hanya sebagai
lembaga pendidikan semata. Pondok pesantren juga berperan sebagai agen
of change didalam kehidupan sosial masyarakat (Cahyadi, 2017, hal. 8).
g. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren
Kurikulum adalah tahapan dan tingkatan penyampaian materi pelajaran
yang dapat diimplementasikan secara efektif serta dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Guru dituntut untuk dapat menguasai dan memahami
implementasi kurikulum dalam membuat perangkat pembelajaran dan guru
memahami peserta didiknya , dapat menggunakan metode yang bervariasi
dalam mengajar, mampu mengikuti perkeembangan mutakhir, dapat
menyiapkan proses pembelajaran, dan juga mampu menghubungkan
pengalaman yang lalu yang perlu dikembangkan (Kompri, 2018, hal. 114).
25
Kompri (2018, hal, 115-136) yang berjudul Manajemen dan
Kepemimpinan Pondok Pesantren. Ada beberapa hal yang menjadi
Pengembangan kurikulum pondok pesantren, yaitu:
1) Orientasi Kurikulum Pondok Pesantren
Kurikulum pendidikan di Pesantren saat ini tak sekedar fokus pada
kitab-kitab klasik (baca:ilmu agama) tetapi juga memasukkan banyak
mata pelajaran dan keterampilan umum di pesantren saat ini dikotomi
ilmu mulai tidak populer beberapa pesantren bahkan mendirikan
lembaga pendidikan umum yang berada di bawah Kementrian
Pendidikan Nasional RI. Dalam konteks pendidikan di pesantren
Nurcholis Madjid mengatakan, yang dikutip oleh Abdurrahman
Mas‟ud, dkk., bahwa istilah kurikulum tak terkenal di dunia pesantren
walaupun sebenar materi pendidikan sudah ada di dalam pesantren
terutama pada praktik pengajaran bimbingan rohani dan latihan
kecakapan dalam kehidupan di pesantren. Kurikulum pondok pesantren
tradisional sebagai lembaga pendidikan non formal yang mempelajari
kitab-kitab klasik, meliputi:
a) Nahwu sharaf
b) Balaghah
c) Tauhid
d) Tafsir Hadis
e) Mantik
f) Tasawuf
g) Bahasa Arab
h) Fiqih
i) Ushul Fiqh
j) Akhlak.
Program kegiatan pesantren salaf biasannya meliputi:
a) Bagian Ubidiyah
b) Ta‟lim wa Tahfidz Al-Qur‟an
c) Kuliah Syariah
26
d) Pendalaman Fiqih
e) Pendalaman Ilmu Agama selain fiqih
f) Penguasaan Nahwu-Sharaf
g) Pengajian Kitab kuning
Salah satu ciri utama pesantren yang membedakan dengan lembaga
pendidikan Islam lainnya adalah adanya pengajaran kitab-kitab klasik
(kitab kuning) sebagai kurikulumnya. Bagi pesantren, menurut Daulay
(1991), kitab kuning sangatlah penting untuk memfasilitasi proses
pemahaman kegamaan yang mendalam sehingga mampu merumuskan
penjelasan yang tepat mengenai ajaran Islam (Al-qur‟an dan Hadis Nabi).
Untuk menjadikan pesantren tetap sebagai pusat kajian keislaman, maka
pengembangan kurikulum pesantren pada pesantren modern dengan tetap
memelihara dan mempertahankan kitab kuning yang terintegrasi dengan
kurikulum pendidikan formal disesuaikan dengan kebutuhan santri, yaitu
kurikulum pesantren yang dicirikan semata-mata mengajarkan ilmu
agama bersumber pada kitab kuning (kitab klasik), mengimbangkan
antara ilmu agama dengan ilmu umum (yang diajarkan pada pendidikan
formal), memberikan ilmu keterampilan dengan tekanan ilmu agama, dan
melaksanakan pengajian kitab-kitab klasik, pendidikan pada madrasah,
dan pendidikan pada sekolah umum.
2) Metodologi Pembelajaran Pondok Pesantren
Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari tentang
metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran. Pondok pesantren
dengan kekhasannya memiliki sejumlah metode yang digunakan dalam
pembelajaran yaitu:
a) Metode Tradisional yaitu: Sorogan, Wetonan, Ceramah,
Muhawarah, Hiwar, Mudzakarah, Majelis Ta‟lim, Tahfidz,
Fathul kutub, Muqoronah.
b) Metode Kombinasi yaitu: Karya Wisata dan Diskusi
27
h. Kepemimpinan Pondok Pesantren
1) Gaya-gaya kepemimpinan di pondok pesantren
Kompri (2018, hal. 188-194) mengemukakan, beberapa gaya
kepemimpinan di pondok pesantren sebagai berikut:
a) Karismatik, yaitu gaya kepemimpinan di mana pemimpin
menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat energik
dalam mendorong untuk maju.
b) Paternalistik, yaitu gaya kepemimpinan yang bersifat
kebapakan, yang memandang pengikutnya yang belum dewasa
itu perlu di kembangkan. pemimpin semacam ini bersikap
terlalu melindungi, karenanya hamper tidak pernah memberi
kesempatan pada bawahannya untuk berinisiatif dan
berimajinasi.
c) Autoktarikdi , yaitu kepemimpinan yang berdasarkan atas
kekuasaan mutlak segala keputusan berada di satu tangan.
d) Demokratis, yaitu selalu berpihak kepada anggotannya, dengan
berpegang pada prinsip mewujudkan kebenaran dan keadilan
untuk kepentingan bersama. Pada corak kepemimpinan ini
sangat menghargai pada potensi setiap individu dan mau
menerima aspirasi bawahan dan menghargai keahlian
bawahannya.
2) Tradisi Kepemimpinan Pondok Pesantren
Ginanjar dikutip Kompri (2018, hal. 176-177) Estafet pergantian
kepemimpinan yang ada di pesantren biasanya turun-temurun dari
pendiri ke anak, ke menantu, kecucu, atau ke santri senior. Artinya, ahli
waris pertama adalah anak laki-laki, yang senior dan dianggap cocok
oleh kiai dan masyarakat untuk menjadi kiai, baik dari segi
kealimannya (moralitas/akhlak) maupun dari segi ke dalaman ilmu
agamanya. Jika hal ini tidak mungkin, misalnya karena pendiri tidak
punya anak laki-laki yang cocok untuk menggantikannya, maka ahli
waris kedua adalah menantu, kemudian sebagai ahli waris ketiga adalah
28
cucu. Jika semuanya tidak mungkin, maka ada kemungkinan
dilanjutkan oleh bekas santri senior. Suksesi kepemimpinan pesantren
sebagaimana digambarkan di atas tidak hanya berlaku bagi pesantren
yang berstatus sebagai yayasan, tetapi juga berlaku bagi pesantren-
pesantren yang berstatus pribadi. Meskipun secara resmi sudah ada
ketentuan bahwa ahli waris pendiri tidak dengan sendirinya menjadi
pengganti. Menurut C.G. Kesuma (2013), tradisi kepemimpinan
pesantren biasanya turun-temurun dari pendiri ke anak, ke menantu, ke
cucu atau ke santri senior. Artinya, ahli waris pertama adalah anak laki-
laki, yang senior dan dianggap cocok oleh kiai dan masyarakat untuk
menjadi kiai, baik dari segi kealimannya (moralitas/ akhlak) maupun
dari segi kedalaman ilmu agamanya. Jika hal ini tidak mungkin,
misalnya karena pendiri tidak punya anak laki-laki yang cocok untuk
meggantikannya, maka ahli waris kedua adalah menantu, kemudian
sebagai ahli waris ketiga adalah cucu.
B. Studi Relevan
Berhubungan dengan bahasan penelitian yang penulis kerjakan, terdapat
beberapa penelitian yang pernah dilakukan. hasil penelitian ini penulis jadikan
bahan kajian awal yang mana studi relevan ini dalah memuat hasil-hasil penelitin
terdahulu terkait dengan focus atau judul yang diteliti. hasil penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Istiqomah (NIM, 101311038), dengan judul Kepemimpinan
Perempuan Di Pondok Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Hajroh Basyir
Salafiyah Kajen Margoyoso Pati).
Penelitian ini dilakukan oleh Istiqomah yang diajukan kepada Fakultas
Tarbiyah Jurusan Manajemen Dakwah UIN Wali Songo Semerang 2014. yang
bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan Hj. Shafwah di pondok
pesantren Hajroh Basyir Salafiyah Kajen Margoyoso Pati, Faktor yang
menjadi pendukung dan penghambat kepemimpinannya. jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sumber dan jenis data berupa data
primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah informasi
29
langsung dari Hj. Shafwah. Data sekunder diperoleh melalui arsip,
dokumen, visi dan misi, dan struktur organisasi yang terdapat di pondok
pesantren Hajroh Basyir Salafiyah Kajen Margoyoso Pati. Teknik
pengambilan data meliputi: observasi, interview, dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan metode induktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahw. 1). tipe kepemimpinan yang ada
pada Nyai Hj. Shafwa adalah, kepemimpinan demokratis,Hj. Shafwah
sebagai seorang pemimpin menghargai ustad ustadzah, pengurus pondok dan
santri secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan,pengambilan keputusan
berdasarkan musyawarah dan berorientasi pada keputusan bersama. 2). faktor
pendukung kepemimpinannya yaitu; keluarga, SDM yang berkualitas,
dukungan dari wali santri, sarana dan prasarana yang memadai, santri dan
dukungan dari masyarakat sekitar. 3). faktor penghambatnya yaitu;
kurangnya kesadaran santri terhadap kebersihan, minimnya jumlah ustadz
-ustdzah, dan banyaknya pondok pesantren di lingkungan pondok pesantren
Hajroh Basyir Salafiyah.
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa persamaan dan perbedaan
pada pembahasan peneliti, yaitu: persamaan mendasar penelitin ini dengan
peneliti sebelumnnya ialah terletak pada pimpinan pondok pesantren
berwenang pada seorang perempuan. kemudian perbedaanny adalah terletak
pada tempat dan waktu penelitian dan pembahasan mengenai faktor pendukung
kepemimpinan perempuan.
2. Jurnal Sains dan Teknologi, Muhyiddin Zainul Arifin, dengan judul Peran
Kepemimpinan Nyai Di Pondok Pesantren (Studi Multi Situs di Pondok
Pesantren Al-Lathifiyah II Tambakberas Jombang, Pondok Pesantren Nur
Khadijah Den Anyar Jombang dan Pondok Pesantren Al-Hikmah Purwoasri
Kediri, 2014).
Penelitian ini dilakukan oleh Muhyiddin zainul arifin, yang diajukan
kepada STAI bahrul Ulum Tambakberas Jombang. yang bertujuan untuk
mengetahui: a). Peran Kepemimpinan Nyai: 1). pelayanan yang baik,
2).penjaga yang bertanggung jawab, b). Peran kepemimpinan Nyai menurut
30
Covey: Berdasarkan temuan lintas situs tentang peran kepemimpinan Nyai
menurut Covey dalam pondok pesantren dapat disimpulkan sebagai berikut:
1). pencari alur, 2). penyelaras, 3). Pemberdaya. penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif berarti membicarakan sebuah
metode penelitian yang didalamnya mencakup pandangan-pandangan
filsafati mengenai disiplin inquiry dan mengenai realitas object yang
distudi dalam ilmu-ilmu social dan tingkah laku, bukan sekedar
membicarakan metode penelitian yang sifatnya teknis metodologis dalam
pekerjaan penelitian. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memahami
perilaku manusia dari kerangka acuan si pelaku sendiri, yakni bagaimana
si pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya yang
disebut persepsi emik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: bahwa
kepemimpinan Nyai dalam pondok pesantren terdiri dari peran sebagai
pelayan dan peran sebagai penjaga, peran pencari alur, peran penyelaras, dan
peran pemberdaya.
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa persamaan dan perbedaan
pada pembahasan peneliti, yaitu: persamaan mendasar penelitin ini dengan
peneliti sebelumnnya ialah terletak pada peran kepemimpinan nyai dalam
pesantren, dan perbedaaanna adalah oleh tempat dan waktu serta
pengaplikasiannya pimpinan pondok tersebut.
3. Jurnal Pendidikian Islam, Rahmat Arofah Hari Cahyadi, dengan judul
Pengembangan Pondok Pesantren (2017).
Penelitian ini dilakukan oleh Rahmat Arofah Hari Cahyadi, yang diajukan
kepada Pengembang Kelembagaan, Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur Jl.
Raya Juanda II No 26 Sidoarjo. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi pondok pesantren dan peran pondok pesantren terhadap
perkembangannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa potensi yang
dimiliki oleh pondok pesantren yaitu: a). jumlahnya yang sangat besar secara
kuantitas, b). mengakar dan dipercaya oleh masyarakat, c). fleksibilitas waktu,
d). sebagai lembaga dan pengembangan dari pembentukan karakter. dan peran
31
pondok pesantren terhadap pengembangannya adalah; berperan sebagai
lembaga sosial kemasyarakatan dan lembaga perekonomian.
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa persamaan dan perbedaan
pada pembahasan peneliti, yaitu: persamaan mendasar penelitin ini dengan
peneliti sebelumnnya ialah terletak pada potensi-potensi dan tipology yang
terdapat pada pondok pesantren , dan perbedaannya adalah oleh tempat dan
waktu serta peran pengelolaan lembaga masyarakat sosial dan lembaga
perekonomiannya.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif analisis. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian
yang mengungkap situasi sosial dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar,
dibentuk oleh kata-kata berdasarkan tekhnik pengumpulan dan analisis data yang
relevan diperoleh dari situasi yang alamiah (Djam’an dan Aan, 2014,hal.25)
Metode deskriptif analisis yaitu data yang diperoleh (berupa kat-kata,
gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik,
melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekadar
angka dan frekuensi. Peneliti segera melakukan analisis data dengan
memberipemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian
naratif (Margono, 2014, hal. 39).
Dengan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi
yang jelas, mengenai Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting penelitian
Lokasi penelitin ini adalah lembaga pendidikan di Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi, dengan alasan bahwa pondok
pesantren ini sudah sejak lama menjadi pondok pesantren modern dan
menjadi salah satu pondok pesantren yang berprestasi terlebih lagi dibawah
pimpinan yang notabene seorang perempuan dengan segala kelemahan dan
keterbatasan. tetapi dengan ridho Allah SWT serta dorongan dan dukungan
dari simpatisan maka berdirilah Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Al-
Azhar di Muara Bungo Jambi.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah dengan key informan yaitu Pimpinan pondok
pesantren. kemudian dengan informan tambahan yaitu, Ustadz/Ustadzah,
santri, dan masyarakat Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar.
33
Dengan menggunakan purposive sampling yang mana menggunakan
pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik penelitian dan memilih subjek
atau objek sebagai unit analisis (Djam’an dan Aan, 2014, hal. 48).
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti secara
langsung dari sumbernya, tanpa adanya perantara, yakni data yang
diperoleh secara langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi)
yang mencakup informasi tentang peran kepemimpinan perempuan dalam
mengembangkan pondok pesantren, apa saja kendala kepemimpinan
perempuan dalam mengembangkan Pondok Pesantren dan upaya
kepemimpinan perempuan dalam mengatasi endala pengembangan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-azhar di Muara Bungo Jambi.
b) Data Skunder
Data skunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya dan dari pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan,
seperti buku, laporan, dan majalah yang sifatnya dokumentasi. data
sekunder yang dimaksudkan oleh peneliti adalah data-data yang diambil
mengenai gambaran umum Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muaro Bungo Jambi, data tersebut meliputi historis, profil, geografis,
struktur organisasi, keadaan guru, santri serta sarana dan prasarana Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muaro Bungo Jambi.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek data yang diperoleh (Suaidi, 2014). Sumber
data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a) Manusia, yakni pimpinan pondok pesantren, Ustadz/Ustadzah, santri
dan Masyarakat
b) Arsip
c) Kejadian atau peristiwa
d) Dokumentasi
34
D. Tekhnik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek tempat terjadi atau berlangsungnya
peristiwa, sehingga berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi
langsung. Sedang observasi tidak langsung adalah pengamatan yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan
diselidiki, seperti peristiwa tersebut melalui film, rangkaian slide, atau
rangkaian photo (Margono, 2014, hal. 158-159).
Dengan metode ini peneliti secara langsung mengadaakan pengamatan
mengenai kepemimpinan Perempuan dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan
dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti
melakukan interaksi dan komunikasi atau percakapan antara pewawancara
dan terwawancara dengan maksud menghimpun informasi dari interview.
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau
Tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam
karena ingin mengeksplorasi informan secara holistic dan jelas dari informan.
Tekhnik wawancara yang penulis gunakan ialah dengan metode wawancara
semi-struktur yang termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana
pelaksananya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur.Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2013, hal. 233).
Data yang penulis kumpulkan guna menjadi kelengkapan data observasi
mengenai kegiatan yang berkaitan dengan pimpinan pondok pesantren dalam
35
mempengaruhi tenaga pendidiknya dalam kegiatan proses belajar mengajar
ataupun mengawasi tenaga pendidiknya dalam pengelolaannya.
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan maslah yang diteliti,
sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan
perkiraan. Metode ini untuk memperoleh data yang berkenaan dengan,
struktur organisasi, historis dan geografis, jumlah guru dan jumlah santri,
indeks prestasi, serta keadaan sarana dan prasarana, dan sebagainya (Baswori
dkk, 2008, hal. 158).
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, dan sesudahnya.
Nasution (1988) menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjunke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian (Sugiyono, 2013, hal. 245).
Rijali (2018) mengemukakan alam penelitian kualitatif, konseptualisasi,
kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar “kejadian” yang diperoleh
ketika kegiatan lapangan berlangsung. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan
data dan analisis data tidak mungkin dipisahkan satu.
Dalam analisis data ini menggunakan teknik:
1. Analisis Reduksi
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus
selama penelitian berlangsung. bahkan sebelum data benar-benar terkumpul
sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi,
dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data
meliputi: (1) meringkas data, (2) mengkode, (3) menelusur tema, (4)
membuat gugus-gugus (2018, hal. 91-92).
Analisis ini dilakukan melalui seleksi ketat atas data, ringkasan atau uraian
singkat, dan menggolongkannya ke dalam pola yang lebih luas pada
36
Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.
2. Analisis Display
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks
naratif berbentuk catatan lapangan,matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat
apa yang sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya
melakukan analisis kembali (2018, hal. 93).
Analisis Display akan dilakukan lebih rinci pada data-data yang
membuktikan Perkrmbangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi.
3. Analisis Penarikan Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus
selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola
(dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini
ditangani secara longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah
disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi
lebih rinci dan mengakar dengan kokoh (2018, hal.94).
Analisis penarikan kesimpulan dilakukan selama penelitian berlangsung dan
untuk memperjelas suatu hasil dari setiap data yang didapatkan selama berada
di lapangan.
Analisis ini untuk menjawab permasalahan pada Kepemimpinan
Perempuan dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo Jambi.
37
F. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data bisa dilakukan melalui triangulasi data, Sugiyono
mengatakan triangulasi dari Wilian Wiersma (1986) Triangulasi is
qualitativecross-validation. It assesses the suffiency of the data according to the
convergence of multiple data sources or multiple data collection
procedures.Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu (2013, hlm.273). Dengan demikian menggunakan triangulasi
sumber triangulasi pengumpulan data, dan waktu.
1. Triangulasi Sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu yaitu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari saat narasumber masih
segar, akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.
38
G. Jadwal Penelitian Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Skripsi
No
Kegiatan
Bulan / Minggu
Sept
2019
Okt
2019
Nov
2019
Dec
2019
Jan
2020
Feb
2020
Mart
2020
Apr
2020
Mei
2020
Juni
2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal √ √
2 Penunjukan dosen
pembimbing
√
3 Perbaikan Proposal √ √
4 Izin Seminar dan Perbaikan
Hasil Proposal
√ √
5 Pengajuan Izin Riset √
6 Pengumpulan Data √ √ √ √
7 Verivikasi dan Analisis
Data
√
8 Konsultasi Pembimbing √
9 Perbaikan Skripsi √
10 Agenda Skripsi √ √
39
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. TEMUAN UMUM
1. Historis Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar (YPPD)
Muara Bungo, Jambi merupakan cita-cita pendirinya, Ibu Hj. Rosmaini MS.
Sejak beliau masih duduk di Perguruan Diniyyah Putri, Padang Panjang,
Sumatera Barat pada tahun 1972. Cita-cita ini didorong oleh keinginan untuk
memajukan daerah kelahiran beliau jika dibandingkan dengan daerah-daerah
lain waktu itu masih jauh ketinggalan disegala bidang. Pada tahun 1973,
beliau yang masih berstatus mahasiswi dalam kedudukannya sebagai ketua
Senat didikuti oleh Pengurus Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang
dalam satu tim yang terdiri dari: Ibu Hj. Ratina Yusuf, guru tertua, Rosmaini
MS dan Zarni Z. dipercaya untuk menjalankan kupon sumbangan dan
menjalani rute dari Padang Panjang - Muaro Bungo - Jambi dan sekitarnya –
Palembang -Tanjung Karang dan Jakarta. Dari inilah beliau mendapatkan
pengalaman berharga mengenai kemajuan yang telah dicapai oleh daerah lain
dibandingkan dengan keadaan di Jambi. Semua itu menambah kuatnya cita-
cita beliau untuk memajukan daerah melalui pendidikan.
Pada tahun 1975 setelah menamatkan pendidikan pada tingkat Sarjana
muda di fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) Diniyyah Putri Padang Panjang.
Dan pada tahun itu juga beliau pulang ke kampung halaman dan mulai
menjajaki usaha pendirian Pondok Pesantren Diniyyah Putri yang beliau cita-
citakan. Pada tahun 1976 dengan berbekal surat mandat dari Pimpinan
Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang, Beliau mulai merintis pendirian
Diniyyah Putri di Muara Bungo. Tahun 1977 berdirilah sebuah Perguruan
Islam di Muara Bungo, tepatnya 5 Agustus 1977, dengan nama Yayasan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar.
40
Terbukti bahwa keikhlasan dan panggilan jiwa telah membuat sesuatu
yanperhitungan Matematika Allah SWT. Untuk mengembangkan pendidikan
di Jambi, atas saran Bapak H. Kadir Basalamah yang pada saat itu menjabat
Dirjen. Bimas Islam serta dukungan Buya Moh. Natsir mantan perdana
Menteri RI dan Walikota Jambi Bapak Drs. H. Azhari, maka pada tahun
1987 dibukalah Perguruan Al-Azhar Jambi di Kota Provinsi, pada tahun
2000 Allah SWT mempertemukan Ibu Pimpinan Yayasan dengan Bapak Dr.
Fasli Jalal, Ph.D. salah seorang putra dari Bapak H. Jalal Ibrahim, mantan
Kepala Sekolah Kuliyatul Mu’alimat Islamiyah (KMI) Pondok Pesantren
Diniyyah Putri Padang Panjang. Bapak Fasli Jalal yang kemudian berkenan
menjadi penasihat ahli di Yayasab selalu memberikan dorongan dan
dukungan yang sangat berarti dalam pengelolaan dan pengembangan
Yayasan serta penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Diniyyah
Muara Bungo dan di Perguruan Al-Azhar Jambi.
Pada saat ini Perguruan Al-Azhar Jambi telah banyak mengukir
prestasi di tingkat Kabupaten, Provinsi bahkan tingkat Nasional. maka pada
tahun 1987 dibukalah Perguruan Diniyyah Al-Azhar di kota Jambi, dan
berkembang sampai ke Muaro Tebo Sampai saat ini YPPD Jambi yang
membawahi perguruan Al-Azhar Jambi memiliki total siswa dan santri 2012
orang dengan tenaga guru dan dosen 201 orang. Yang lebih membanggakan
beberapa diantara para alumninya sekarang ini dapat melanjutkan
pendidikannya di Kairo, Mesir.
Adapun VISI dan MISI YPPD Muara Bungo Jambi adalah sebagai
berikut:
a) VISI
Menjadi lembaga pendidikan Islam terkemuka yang terus menerus
menyeimbangkan pola pengajaran terpadu: Al-Qur’an, dan Hadits dan
keilmuan modern dalam rangka pembentukan generasi muda Islam
Indonesia yang cerdas, profesional, beriman dan bertaqwa serta
memilki militansi dakwah dan siap menghadapi perubahan dan
tantangan zaman.
41
b) MISI
(1). Membentuk generasi Islam yang berjiwa Islami dan
melahirkan pendidikan yang cakap, aktif dan kreatif serta
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan
agama atas dasar kemurnian pengabdian kepada Allah SWT.
(2). Mengembangkan pola pengajaran Islam berbasis teknologi
mutakhir dengan peningkatan mutu secara berkelanjutan dan
berkesinambungan sebagai upaya untuk memperkaya khazanah
pendidikan Islam sampai akhir zaman.
(3). Merancang, mengembangkan dan memberikan pengajaran
Islam sebagai upaya praktis untuk meningkatkan mutu masyarakat
dalam kehidupan bangsa yang bermartabat.
c) SEMBOYAN
(1). Sekolah adalah medan dakwah kami
(2). Siswa adalah amanah dakwah kami
(3). Islam Kaffah adalah cita-cita dakwah kami
1. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo Jambi
Sebagai satuan organisasi tidak akan terlepas dari suatu struktur
organisasi kepengurusan. Dengan adanya kepengurusan maka akan
menjalankan roda-roda organisasi. Maju atau mundurnya suatu organisasi
sangat ketergantungan pada manusia yang duduk di kepengurusan tersebut.
Kemudian tugas seorang pemimpin untuk mengatur dan memberikan
kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang harus ditempuh
karena pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
secara penuh dan konsekuen.
Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggaraan organisasi kerja,
diselenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah, karena organisasi
dilaksanakan untuk menciptakan proses serangkaian yang terarah pada
tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai organisasi kegiatan kerja maka untuk
mencapai tujuan organisasi itu harus disusun sebagai tata laksana yang
42
dapat melaksanakan tugasnya masing-masing baik tujuan umum maupun
tujuan khusus menurut jenis dan tingkatannya masing-masing. Adapun
susunan atau struktur organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar
Muara Bungo adalah sebagai beriku:
Susunan pengurus Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo jambi tahun 2015-2025
Ketua Pimpinan : Dra. Hj. Rosmaini,M.Pd.I
Dewan Pembina : H. Maksum Malim
Direktur Pendidikan : H. M. Hafidz El-yusufi, M.M
Kesekretariatan :Fauzan, S.Kom
Divisi Pengajaran
Kepala MA : Sunandar, S.Si
Kepala MTS : Eri Rahayu, S.Hum
Divisi Pembina
Ketua Pembina Putra :Hadromi, S.Pd
Ketua Pembina Putri :Aprilia Saputri, S.Pd
Divisi Keuangan :Zuhriyah, S.Ag
2. Keadaan Ustadz
Peranan ustadz sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah penting
didalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat santri dalam
memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran.
Keberhasilan dalam setiap bidang studi tentunya didukung oleh semangat
ustdz dalam menyampaikan materi pelajaran.
Ustadz di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar memiliki kemampuan
yang tidak kalah saing pengetahuannya oleh ustdz-ustadz lainnya. Pada
penerimaan ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo ini mereka diwajibkan memiliki hafalan sebanyak 2 juz Al-
Qur’an, sedangkan untuk ustadz-ustadzah yang mengajarkan kurikulum Al-
Azhari maka diwajibkan memiliki hafalan sebanyak 5 juz Al-Qur’an.
Dengan usia yang terbilang masih muda dan dengan berbagai disiplin ilmu
43
yang dimiliki oleh para ustadz itu diharapakan akan tercapai tujuan
pendidikan di Pondok Pesantren tersebut.
Ustadz di Pesantren ini memang patut diacungi jempol, karena
keteguhan mereka untuk tetap mengabdi di Pondok Pesantren Diniyyah Al-
Azhar, walaupun gaji yang mereka terima tidak terlalu besar namun ada
beberapa hal yang menyebabkan mereka tetap bertahan di Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar, hal ini terungkap dari hasil observasi, seperti apa yang
dikatakan oleh Bapak fauzan selaku kesekretariatan Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi pada tanggal 5 maret 2020
mengenai peran ustadz/ustadzah di Pondok pesantren bahwa:
Kami mengajar di Pondok Pesantren ini sebenernya adalah sebagai
bentuk pengabdian terhadap pesantren guna untuk mengamalkan ilmu
yang telah di dapat untuk untuk para santri supaya santri tersebut bisa
menjadi kaderisasi yang baik yang dapat berguna bagi nusa dan
bangsa, bahagia dunia serta akhirat.
Adapun ustadz yang berada di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar
yang sudah berkeluarga mendapatkan fasilitas yang lengkap seperti rumah,
serta perabotan rumah tangga yang telah disediakan oleh Pihak Pondok
Pesantren. Beberapa ustadz yang mengajarkan kitab kuning/kurikulum Al-
Azhari yaitu:
Tabel 4. 1
Ustadz di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi beserta Mata Pelajarannya
No Nama Mata Pelajaran
1. Ummu Fadhilah, Amd. Keb -Ilmu kalam
-Tafsir Azhari
2. Lukman Hakim -Im.Qur’an Azhari
-Mantiq Azhari
3. Ul-Husni, S.Pd -Fiqih Azhari
4. Risa Hidayah, S.ag -Akidah Akhlak
5. Hayatin Nupus, S.Hum -Nahwu Sorof
44
-Balagah
6. Sutiyah, S.Pd -Hadist
7. H. Himus -Ilmu Fiqih
8. Edi Antoni -Mutholaah
9. Tedi Ardiansyah -Aqidatul Awam
10. H. M. Zulfaddhli E,LC -Tauhid Azhari
11. Nurjani Yusuf -Qur’an Hadist
12. Rahmawati, S.Pd -Nahwu Shorof
3. Keadaan Santri
Santri merupakan peserta didik atau objek pendidikan yang berasal dari
masyarakat sekitar ataupun masyarakat luar daerah. Santri, biasanya
berkonotasi pada siswa yang belajar pada suatu pesantren untuk
mempelajari kitab-kitab klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen
lain yang juga sangat penting setelah kiai. Walaupun demikian, menurut
tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri yaitu santri kalong dan santri
mukim. Biasanya kalau santri kalong itu adalah murid-murid yang berasal
dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam
pesantren. Untuk mengikuti pelajar pesantren, mereka bolak-balik (ngaji)
dari rumahnya sendiri.
Di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo jambi terdiri
dari 2 bentuk santri, yaitu santri kalong dan santri mukim. Namun antara
santri kalong dan santri mukim sangat berbeda jauh jumlahnya. Karena
santri yang mukim di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo
Jambi hanya santri yang sekolah MTs dan Aliyah saja.
Hal ini dipertegas oleh Ustadz Tamrin selaku sesepuh sekaligus ketua
sekretaris Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
pada tanggal 5 maret 2020 keberadaan santri dan pestasi santri di Pondok
pesantren bahwa:
Di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar yang termasuk sekolah Full
Day, Pondok ini tetap menyediakan asrama. Namun hanya untuk
45
jenjang MTs dan MA , tapi bukan berarti SMP dan SMAnya tidak ada.
Tetap ada untuk mereka yang tidak mau tinggal di asrama. Dan tidak
menyediakan untuk jenjang SD karena tidak adanya pemantauan
khusus. Jadi sulit untuk diterapkan disini, sementara jika sudah
kejenjang MTs atau MA itu sudah dikatakan mandiri.
Jumlah keseluruhan santri mukim di Pondok Pesantren Diniyyah Al-
Azhar tahun ajaran 2019-2020 berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Keadaan santri Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo Jambi tahun ajaran 2019-2020
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Putra Putri
1. VII A 28
2. VII B 25
3. VII C 27
4. VII D 32
5. VII E 32
6. VII F 31
7. VII G 29
8. VII H 25
9. VIII A 15
10. VIII B 11
11. VIII C 22
12. VIII D 18
13. VIII E 22
14. IX A 30
15. IX B 26
16. IX C 25
17. X A 29
18. X B 30
46
19. XI A 28
20. XI B 28
21. XII A 26
22. XII B 32
Jumlah 251 320 571
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan adalah segala peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung maupun tidak langsung dipergunakan
guna menunjang kegiatan belajar santri khususnya dalam proses belajar
mengajar. Fasilitas didalam suatu institusi pendidikan tentu sangat
membantu dalam hal proses belajar mengajar. Seperti Masjid, Ruang kelas
mengaji, pendopo, kursi, Papan tulis, media elektronik seperti audio visual,
komputer, serta alat-alat dan media pengajian lainnya yang dibutuhkan.
seperti yang dikatakan oleh Ibu Aprilia saputri selaku Ketua pembina putri,
pada tanggal 3 Maret 2020 bahwa:
Dan keunikan dan perbedaan yang dimiliki Pondok Pesantren Diniyyah
Al-Azhar Muara Bungo Jambi yaitu pada bentuk bangunan gedung
serta suasana lingkungan sehingga terkesan megah dan asri daripada
pondok pesantren lainnya.
Kemudian dipertegas lagi oleh Bapak Hadromi, selaku Ketua pembina
putra, pada tanggal 3 Maret 2020 bahwa:
Dari kedua cabang Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo
yang berada di Jambi dan di tebo memiliki keragaman dari bentuk/jenis
bangunan gedungnya, warnanya dan suana lingkungannya yang
didesain senyaman mungkin, semua itu adalah hasil pemikiran dari Ibu
Hj. Rosmaini.
Keadaan sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Diniyyah
Al-Azhar merupakan institusi terbaik yang menyediakan fasilits, sarana
terlengkap yang berada di provinsi Jambi sehingga sangat menunjang dan
membantu proses pembelajaran.
47
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi.
No Jenis Jumlah Keterangan
1. Masjid 1 Unit Baik
2. Asrama 5 unit Baik
3. Laboraturium Komputer 1 unit Baik
4. Laboraturium IPA,MTK
dan IPS
3 unit Baik
5. Peralatan musik dan
olahraga lengkap
26 unit Baik
6. Kebun pratikum 1 h Baik
7. Mini market 1 unit Baik
8. Wifi Baik
9. DIAZ Outbound Baik
10. Depot Air 1 unit Baik
11. Perpustakaan 3 unit Baik
12. Bicycle Rent 1 unit Baik
13. Alat keterampilan dan seni 10 buah Baik
14. DIAZ Bakery 1 unit Baik
15. Arena Bermain Baik
16. DIAZ Business Centre 1 unit Baik
17. Aula 1 unit Baik
18. Kendaraan Operasional 3 unit Baik
19. Sanggar Musik 1 unit Baik
20. DIAZ Medical Centre 1 unit Baik
21. DIAZ Islamic Bank 1 unit Baik
22. DIAZ Cafe 1 unit Baik
23. Pendopo 1 unit Baik
24. Panggung Baik
48
25. Lapangan Olahraga
(Basketball,Volleyball,
Badminton, Sepak Bola,
Tenis Meja, Futsal, dan
takraw)
3 unit Baik
26. Rumah dewan asatidz 2 unit Baik
27. Ruang Kelas 100 buah Baik
Berdasarkan tabel di atas, maka sarana dan prasarana dimiliki Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo sangat memadai. Baik dari
proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang
perkembangan pendidikan.
5. Perkembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi
Handiyani dkk. (2014) Perkembangan pondok pesantren ini adalah
bentuk gambaran mengenai usaha pimpinan pondok pesantren dalam
mengembangakn Pendidikan Islam di Muara Bungo.
a) Periode 1977-1982
Pada periode ini Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara
Bungo hanya mempunyai 43 santri yang terdiri dari 2 lokal walaupun
hanya kegiatan mengaji dan madrasah, sedangkan gurunya adalah Ibu
Hj. Rosmaini dan Ernawati. Mata Pelajaran yang diajarkan adalah
Peraktek Ibadah dan Tafsir Al-Qur’an. Pada setiap akhir semester
dilakukan evaluasi terhadap para santri untuk melihat kelemahan dan
kekurangannya agar dapat dijadikan pedoman untuk masa yang akan
datang.
b) Periode 1983-1993
Pada periode ini Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara
Bungo di kecamatan rimbo tengah dengan jumlah santri 740 yang
terdiri dari 20 lokal dengan guru berjumlah 12 orang diantarannya:
Rahmawati, Herawati, M. Arifin, Dra. Suaibah, Nur Zawi Yusuf,
49
Azwan, Surmawaati, M.Samvil, Nilawati, Yuladina Rahmi, Asmawati,
Hera Hayati. Pada periode ini mata pelajaran yang diajarkan yaitu:
Aqidah Ahklak, Qu’an Hadist, Fiqih, B.Inggris, B. Indonesia, B. Arab,
dan Matematika.
c) Periode 1994-2009
Pada periode ini santrinya berjumlah 582 semakin berkurang, hal
ini disebabkan oleh kecendrungan masyarakat yang kurang berminat
memasukan anaknya ke sekolah swasta dan sekolah agama. Selain itu
kendala yang dihadapi Ibu Hj. Rosmaini adalah belum optimalnya
disiplin guru dan karyawan serta banyak diantara pengajar yang kurang
profesional. Sekolah diantaranya tingkat TK, SDIT, MTS, dan MA.
Dengan mata pelajaran Aqidah Akhlak, Qu’an Hadist, Fiqih, Bahasa
Arab, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, Bahasa Inggris, Biologi, Fisika,
dan PPKN.
d) Periode 2010-2014
Pada periode ini santrinya berjumlah 3.963 orang yang terdiri dari
30 lokal di periode ini Ibu Hj.Rosmaini membuka satu sekolah lagi
yaitu SMP IT. Dan bertambahnya jumlah guru sebanyak 65 orang. Ibu
Hj.Rosmaini mendirikan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar ini
dengan cara berdaqwah diberbagai daerah, sekaligus mempromosikan
Pondok Pesantren Diniyyahh Al-Azhar Muara Bungo. Ibu Hj.Rosmaini
juga mendirikan sekolah yang bernama Perguruan Al-Azhar Jambi
yang merupakan pengembangan program Yayasan Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo yang berdiri sejak tahun 1977.
Perguruan Al-Azhar Jambi berdiri karna ada arahan dan dukungan dari
beberapa tokoh penting. Ibu Hj. Rosmaini juga mendirikan Perguruan
Al-Azhar Tebo pada tahun 2010, dengan jenjang pendidikannya yaitu
SD IT, SMP IT, dan SMA IT (2014).
e) Periode 2014-2020
Pada Periode ini Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Muara
Bungo semakin memperlihatkan kualitas serta kuantitas pendidikan
50
yang modern di Provinsi Jambi. Mengedepankan syariat agama islam,
dan selalu terbuka terhadap perkembangan zaman menyeret Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar selalu bersemangat untuk menjadi
pondok yang dapat diminati oleh seluruh masyarakat.
Dikutip WWW.Alazhar Jambi.Com:
Alhamdulillah, dengan segala usaha dan upaya Ibunda Dra Hj
Rosmaini, MS.M.Pd.I dan dibantu dengan Ust H.M.Hafizh El-
Yusufi,S.Pd.I,MM Ponpes Diniyyah Muara Bungo terus
berkembang dan maju demi masyarakat Bungo khususnya.
Tidak luput dengan peran serta dukungan para guru dan karyawan
yang memiliki dedikasi tinggi terhadap Ponpes Diniyyah Muara Bungo.
Kedepannya, Ponpes Diniyyah Muara Bungo terus berusaha
menjadikan sekolah favorit dan diminati disemua kalangan masyarakat
Indonesia khususnya Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. dan sampai
saat ini Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
adalah pondok pesantren yang institusinya terbaik yang menyediakan
fasilitas, program pendidikan dan sarana terlengkap yang berada di
provinsi Jambi dengan tujuan :
a) Terwujudnya lembaga pendidikan Islam yang mampu
mengantisipasi tuntutan sumber daya manusia di masa yang
akan datang
b) Terbentuknya siswa yang memiliki aqidah yang benar, akhlak
yang mulia, akal yang cerdas, fisik yang kuat, dan amal yang
baik.
6. Perkembangan Kurikulum Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar
di Muara Bungo Jambi
Kurikulum pendidikan di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara
Bungo saat ini tak sekedar fokus pada kitab-kitab klasik (baca:ilmu agama)
tetapi juga memasukkan banyak mata pelajaran dan keterampilan umum.
Seperti yang dikatakan oleh Ustadz Tamrin selaku sesepuh
sekaligus Ketua Kesektariatan pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:
51
Tipe Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo adalah
dengan tipologi Pondok Pesantren Kombinasi/Campuran yang
memadupadankan sistem salafiyah dan khalifiyah di campur,
seperti kegiatan ataupun mata pelajaran pada Pondok tersebut,
adapun program-program dari Pondok tersebut yaitu: 1) Program
Pendidikan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi yaitu: PAUD Dhuafa, Play Group/PAUD Diniyyah, TK
Islam Diniyyah, SDIT Diniyyah, MTs Diniyyah, MA Diniyyah,
Kelas Multi Media TK Islam, SDIT dan MTs.Diniyyah, Sosial
Kemasyarakatan, dan Ekonomi. 2) Program Unggulan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi yaitu:
Pembinaan hafalan Qur’an dengan target lulusan minimal 1 juz,
Pembinaan ibadah harian siswa melalui kegiatan mentoring dan
mutabaah amalan yaumiyah, pembinaan intensif dibidang Sains,
seni, pramuka, olahraga dan PMR, Kunjungan edukatif kepusat
ilmu pengetahuan dan teknologi, International Scout Jamboree,
Student exchange dan studi tour ke manca negara seperti Malaysia,
Singapura, Thailand, dan Jepang dan Pembekalan Pengabdian
Masyarakat. 3) Kegiatan Ekstrakurikuler Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi yaitu: Pramuka,
Marching Band, Silat, Gambar Bercerita, Seni lukis dan Kaligrafi,
Seni Tari, Muhadharah, Pantomim, Menganyam, Tilawah Qur’an,
Pidato 3 Bahasa, Grup Bahasa, Grup Sains, Futsal, Grup Olahraga,
Modelling & Presenter, Kompangan, Tahfizul Qur’an, Grup
Matematika.
Dan pada tahun 2019 Pondok Pesantren Diniyyah telah bekerjasama
dengan yayasan Cakrawala Insan Azhari yaitu sebagai sekolah Islam cabang
Al-Azhar Al-Sharif Mesir yang dimana dalam kerjasama ini penerapan
kurikulum Al Azhar Mesir akan membantu penguatan kualitas para santri
MA Diniyyah Al Azhar Bungo dalam penguatan wawasan ilmu keagamaan
berskala internasional. Tanpa meninggalkan kurikulum 2013 dan
kementerian agama sebagai kurikulum pemerintahan.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sunandar selaku Kepala MA
Diniyyah Al-Azhar pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:
“Perpaduan kurikulum Al Azhar Mesir dengan kurikulum
pemerintah akan meningkatkan kualitas daya saing santri dalam
menghadapi tantangan imtak dan iptek di era globalisasi ini,” ujar
Sunandar. Diakuinya juga, penerapan kurikulum ini baru berlaku
hanya bagi santri kelas 10 MA saja, sedangkan kelas 11 dan 12 MA
tetap menggunakan kurikulum kepesantrenan dan kurikulum
pemerintah seperti sebelumnya. Kurikulum Al Azhar Mesir ini
52
memuat beberapa mata pelajaran (mapel) penting dalam penguatan
karakter dan wawasan keislaman. Beberapa mapel yang menjadi
bagian pengajaran kegiatan belajar mengajar di tingkat MA adalah
Mapel Fiqh, Tafsir, Hadist, Ulum Hadist, Ulum Quran, Tauhid,
Ibnu Aqil, Shorof, Adab & Nushush, Manthiq, Balaghoh,
Mutholaah & Insya’.
Sebagaimana penjelasan di atas. Sebagian besar yang ada sekarang
adalah pondok pesantren yang berada di antara rentangan dua pengertian di
atas. pesntren ini mengelompokan santri ke dalam kelas untuk diajarkan
kitab kuning dan pelajaran umum. bedanya untuk pelajaran-pelajaran agama
hanya diajarkan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pondok pesantren
Diniyyah Al-Azhar Tradisional sebagai lembaga pendidikan non formal
yang mempelajari kitab-kitab klasik, meliputi:
a) Nahwu sharaf
b) Balaghah
c) Tauhid
d) Tafsir Hadis
e) Tasawuf
f) Bahasa Arab
g) Fiqih
h) Ushul Fiqh
i) Akhlak.
j) Manthiq Azhari
k) Ilmu Kalam
l) Muthola’ah
m) Tafsir Azhari
n) Tauhid Azhari
o) Tahfidz Al-Qur’an
p) Kuliah Syariah
q) Pendalaman Fiqih
r) Pendalaman Ilmu Agama selain fiqih
s) Penguasaan Nahwu-Sharaf
53
t) Pengajian Kitab kuning
Melalui konsep ini, Diniyyah Al-Azhar Jambi berharap dapat
meluluskan siswa yang berkualitas dengan cara:
1. Menanam sejak dini nilai-nilai Islam yang bersifat universal,
sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik;
2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi pribadi anak
dengan mengikuti program tahfizh (menuntaskan 18 juz selama 6
tahun dengan metode kurikulum Mesir);
3. Menjadikan anak akrab dengan penguasaan bahasa Arab dan
Inggris dengan membiasakan berkomunikasi menggunakan 2
bahasa sehari-hari;
4. Memiliki kemampuan akademik dan non-akademik;
5. Memiliki jiwa leadership dan entrepreneurship melalui berbagai
program sekolah dan Memiliki sikap berani, percaya diri, disiplin,
bertanggung jawab dan berakhlak mulia.
B. TEMUAN KHUSUS
1. Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
Kompri (2018, hal. 78) Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia,
pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berperadaban.
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan model khas tersendiri
bersaing hingga kini, bahkan model pondok pesantren tidak lapuk dimakan
zaman dengan segala perubahannya.
Pengembangan Pondok Pesantren dapat dilakukan melalui dua aspek
yaitu; pondok pesantren sebagai satuan pendidikan dan pondok pesantren
sebagai wadah satuan pendidikan. Pondok pesantren sebagai satuan
pendidikan berupa pondok pesantren muaddalah sedangkan pondok
pesantren sebagai wadah satuan pendidikan merupakan induk dari
penyelenggraan satuan lembaga pendidikan lainnya. Pengembangan pondok
54
pesantren juga dapat dikembangkan melalui peran pondok pesantren yang
tidak sekedar berperan sebagai lembaga pendidikan, namun juga berperan
sebagai lembaga sosial kemasyarakatan dan lembaga perekonomian
masyarakat (Cahyadi, 2017, hal. 9).
Peningkatan disegala bidang pada lembaga pendidikan harus lebih
gencar agar minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di pondok
pesantren. Seperti halnya pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi yang menjadi salah satu pondok pesantren favorit karena
disetiap tahunnya melakukan peningkatan dalam mengelola pondok
pesantren.
Perempuan sering digambarkan sebagai sosok yang lembut,
cenderung mengalah, lebih lemah,kurang aktif dan keinginan untuk
mengasuh. Sebaliknya, laki-laki sering ditampilkan sebagai seseorang
yang besar, dominan, lebih kuat, lebih aktif, otonomi serta agresi. Pada
perkembangan sekarang sudah banyak bermunculan perempuan sebagai
pemimpin dalam berbagai bidang, sehingga perempuan mempunyai tugas
tambahan yaitu selain sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pemimpin.
Reformasi di Indonesia telah memberikan harapan yang besar bagi
kaum perempuan yang selama ini terpasung dalam segala hal.
Kebangkitan kaum perempuan dalam era globalisasi pola kehidupan
telah membawa perubahan dalam perkembangan pembangunan. Pada masa
saat ini, pada diri perempuan melekat multi peran, tidak lagi terpaku pada
peranan menjadi istri atau ibu semata-mata, tetapi telah terorientasi pada
pemanfaatan kualitas eksistensinya selaku manusia.
Peran kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini akrab dengan sapaan Umi di
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi, antara lain
adalah:
1) Sebagai individu terbaik bagi institusinya, Menurut Wahjosumidjo (2001)
dikutip Kompri (2018, hal. 205-208) yaitu sesuai dengan perkembangan
zaman dan kemajuan dunia pendidikan menuntut dunia pendidikan untuk
berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan
55
keinginan masyarakat. Agar dapat memenuhi misi dan fungsinya sebagai
lembaga pendidikan, keagamaan dan pengembangan masyarakat serta
diharapkan perkembangan pondok pesanten dimasa mendatang adalah
suatu perkembangan yang mengarah pada peningkatan peran dan kualitas
pondok pesantren secara riil, sehingga keberadaannya dapat menjawab
tantangan dan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan ketentuan
zamannya, dan eksistensinya pun tidak sekedar pelengkap dalam proses
perkembangan masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Roslaini selaku masyarakat yang
disekitar Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo pada
tanggal 7 Maret 2020, bahwa:
Rosmaini adalah perempuan yang mengutamakan pendidikan
khususnya di Kabupaten Muara Bungo. Sifat pekerja keras membuat
Rosmaini ini menjadi pelopor yang berbasis agama versi umum yaitu
kurikulum yang berdasarkan Departemen Agama yang di ajarkan
50% agama dan 50% umum bukan di Kabupaten Muara Bungo saja,
tetapi sudah sampai ke Kabupaten lain dan tingkat provinsi. Selain
itu beliau juga meluaskan pendidikannya ke provinsi Sumatera
Barat, khususnya di Kota Pariaman tepatnya di Kecamatan Sungai
Geringging. Pada saat dirumah H. Ramli Umar inilah awal dari
perjuangan untuk mendirikan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar
di Muara Bungo yang besar seperti saat ini. Dengan modal tanah
inilah Rosmaini mendirikan Madrasah Tsanawiyah yang merupakan
cikal bakal pembangunan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar
Muara Bungo, karen adukungan yang kuat dari Pemerintahan,
Rosmaini semakin kuat melihat latar belakang Kabupaten Muara
Bungo yang pada saat itu masih tertinggal. Dan sampai pada saat ini
Rosmaini membangun Pondok Pesantren yang modern dan terus
mengikuti perkembangan zaman yakni yang sesuai dengan
kurikulum Departemen Agama, karena jauhnya anak-anak Muara
Bungo yang menuntut ilmu dengan menghabiskan banyak uang dan
waktu yang banyak, keinginan untuk membantu anak-anak tak
mampu dan merubah pandangan masyarakat Muara Bungo terhadap
Pondok Pesantren yang selalu rendah.
2) Sebagai Pemimpin Informal, menurut Kompri dikutip Muhtarom (2005,
hal. 16), yaitu dilingkungan umat Islma pada umumya , ulama atau kiai
merupakan pemimpin informal, yang diakui dan diterima
kepemipinannya tanpa batas waktu tertentu. Pemimpin informal itu tidak
56
lain adalah orang yang tidak pernah mendapatkan pengangkatan formal
sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul,
dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu memengaruhi
kondisi psikis dan prilaku suatu kelompok/masyarakat.
Kepemimpinannya bisa disebabkan karena dari atasan, karena
keturunan/warisan, karena dipilih pendukungannya atau karena
kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi dan situasi tertentu.
Hal ini dipertegas lagi oleh Ketua pembina putri Pondok pesantren
Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo Ibu Aprilia Saputri pada tanggal 3
Maret 2020 bahwa:
Seorang Rosmaini yang menduduki posisinya sebagai pemimpin
harus menjalankan perannya dengan baik karena peran mempunyai
pengaruh terhadap individu. Dalam kehidupan ditengah-tengah
masyarakat luas, seorang Rosmaini selain sebagai pengasuh
pengasuh Pondok Pesantren, beliau juga sebagai pemimpin
masyarakat, sesepuh, figure yang dituakan serta penentu langkah
pergerakan pesantren. Karena beliau memiliki peran universal, tidak
hanya dalam bidang pendidikan.
Dan dipertegas lagi oleh santri putri pondok pesantren Diniyyah Al-
Azhar Najla putri pada tanggal 9 Maret 2020, bahwa:
Umi Aji adalah sesosok Pemimpin yang luar biasa, beliau adalah
Perempuan tangguh yang bisa membangun Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar sampai bisa menjadi sebesar ini.
Rafli Hidayat selaku santri putra diniyyah al-azhar pada tanggal 9
Maret 2020 mengatakan bahwa:
Meskipun Umi Aji sesosok perempuan tapi Umi Aji sangat kuat, dan
tegas dalam membimbing dan mengasuh kami. Kadang suka marah-
marah, tapi marahnya ketika melihat kesalahan.
3) Sebagai teladan bagi komunitasnya, menurut Kompri dikutip Horikoshi
(1987) yaitu kiai Sebagai pemimpin informal memilki keunggulan, baik
secara moral maupun sebagai seorang alim, karena pengaruhnya yang
dipercaya oleh sebagian kalangan publik. Pengaruh kiai tergantung pada
loyalitas komunitas terbatas yang didorong oleh perasaan utang budi,
namun sepenuhnya ditentukan oleh kualitas kekarismaan mereka.
57
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Nila selaku Ustadzah di Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo pada tanggal 10 Maret
2020, bahwa:
Rosmaini Sebagai salah satu komunitas masyarakat muslim yang
mendidik dan berdakwah di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo Jambi berupaya menjalin hubungan akrab dengan
semua pihak dan semua kalangan, terutama dengan pemerintah dan
masyarakat dan menjunjung tinggi akhlak mulia terhadap semua
orang, terutama dalam menyikapi perbedaan pendapat, sehingga
melahirkan sifat pantang untuk memaki, menghukumi dan
menggunjing.
Dari observasi penulis di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo Jambi terlihat bahwa Kepemimpinan Ibu Hj. Rosmaini
adalah Demokratis, yaitu selalu berpihak kepada anggotannya, dengan
berpegang pada prinsip mewujudkan kebenaran dan keadilan untuk
kepentingan bersama. Pada corak kepemimpinan ini sangat menghargai
pada potensi setiap individu dan mau menerima aspirasi bawahan dan
menghargai keahlian bawahannya terlihat penulis ketika Ibu Hj.
Rosmaini sedang mengadakan Rapat Koordinasi bersama para ustadz,
beliau sangat menghargai pendapat para anggotanya dan tegas dalam
memberikan suatu peraturan yang sudah ditetapkan.
2. Kendala Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
Kendala yang dihadapi oleh kepemimpinan perempuan dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi adalah:
1) Hambatan Teologis, yaitu perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki.
Sehingga posisi wanita berada di bawah bayang-bayang laki-laki.
Perempuan tidak dapat berbuat banyak seperti laki-laki. Cerita ini secara
psikologis menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk
mengambil peran yang berarti dalam kehidupan bermasyarakat.
58
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rahmawati selaku masyarakat yang
disekitar Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo pada
tanggal 7 Maret 2020, bahwa:
Dalam kepemimpinan Ibu Aji hambatan teologis ini tidak ditemukan
lagi sebagai hambatan yang berarti, karena beliau bukanlah tipe
perempuan pasif. Justru sebaliknya, beliau sangatlah aktif bahkan di
usia senjanya saat ini saja beliau masih mampu sana sini untuk tetap
mengembangkan Pondok Pesantrennya, meskipun saat ini kekuasaan
pesantrennya diserahkan kepada Anak-ananya namun beliau tetap
selalu eksis dalam pengembangan pesantrennya. Dan beliau adalah
seorang perempuan yang sangat mandiri, sebelum beliau menikah
beliau sudah membangun pondok pesantren ini, jadi sampai saat ini
suami beliau sangat mendukung apasaja kegiatan Ibu Aji.
2) Hambatan Sosial Budaya, yaitu pandangan ini melihat perempuan
sebagai makhluk yang lemah, perasa, dan berketergantungan.
Sebaliknya laki-laki dinilai sebagai makhluk yang aktif, kuat,
cerdas dan mandiri. Pandangan ini pula menempatkan lak-laki secara
sosio-kultural lebih tinggi derajatnya dibanding perempuan.
Dilanjutin dengan perkataan Ibu Rahmawati bahwa:
Ibu Aji, beliau sesosok perempuan tangguh dalam segala hal
terutama dalam mewujudkan cita-citanya yaitu mendirikan
sebuah Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi.
3) Hambatan Sikap Pandang, yaitu Hambatan sikap pandang yang
antara lain dimunculkan oleh pandangan dikotomis antara tugas
perempuan dan laki-laki, pada dasarnya sudah terkikis pada kelas
masyarakat yang berpendidikan. Namun beda halnya pada
masyarakat yang berpendidikan rendah sebagian masih menjalankan
sikap pandang tentang pembagian kerja antara laki-laki dan
perempuan.
Tanggapan Roslaini selaku masyrakat sekitar Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi bahwa:
Rosmaini sebagai pimpinan Pondok Pesantren tidak pernah
mendapat larangan dari suaminya berkaitan dengan tugas sebagai
pimpinan. Bahkan suaminya sangat mendukung aktifitas dan
59
profesinya sebagai pimpinan pondok pesantren. Bahkan suaminya
selalu mendampingi kemana beliau pergi, seperti mengisi acara
Formal dalam kegiatan-kegiatan di pondok pesantren atau pun di
lembaga pendidikan lainnya.
4) Hambatan Historis, yaitu disebabkan kurangnya nama perempuan
dalam sejarah dimasa lalu yang tampil sebagai pemimpin. Hal ini
dipakai untuk membenarkan ketidak mampuan wanita untuk
berkiprah seperti halnya laki-laki.
Dilanjutin dengan perkataan Nenek Roslaini bahwa:
Namun hambatan tersebut tidak berlaku bagi Rosmaini pimpinan
pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo, bahkan
Rosmaini sendiri sangat merasa di hargai dan di tokohkan di
lingkungan dimana beliau berada. Bahkan masyarakat disana
menganggap Rosmaini adalah seorang tokoh pendidikan, pernah
dijelaskan juga dalam sebuah buku yang berjudul Perempuan
Tangguh bahwa Rosmaini seperti Dewi Pertiwi yang
memperjuangkan pendidikan dalam wewenamg seorang
perempuan.
Dapat dipahami bahwa berdasarkan teori ada beberapa kendala
dalam kepemimpinan perempuan, namun setelah peneliti melihat hasil
observasi dan wawancara bisa dipahami bahwa menjadi seorang
Pemimpin dalam kiprahnya seorang perempuan tidak lah menjadi
penghalang besar bagi Ibu Hj. Rosmaini, Justu itu adalah sebuah
tantangan yang harus dihadapi.
3. Upaya Kepemimpinan Perempuan dalam mengatasi Kendala
Pengembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-azhar di Muara
Bungo Jambi
Berdirinya Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Muara Bungo Jambi
adalah respon terhadap keinginan masyarakat Jambi untuk meningkatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Provinsi yang kaya dengan
sumber daya alam dan memiliki letak yang strategis ditinjau dari peluang
perdagangan antar bangsa. Berdasarkan hasil temuan di lapangan
bahwasanya Upaya yang dilakukan oleh Ibu Hj. Rosmaini dalam hal
kepemimpinan adalah :
60
a) Berkomitmen kuat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih
Hal ini dipertegas oleh Bapak Tamrin selaku Sesepuh sekaligus ketua
sekretariatan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:
Ibu Aji adalah seorang perempuan yang memiliki komitmen yang
kuat terhadap Al-Qur’an dan sunah-sunah nabi, sampai-sampai
kegiatan santri setiap senin dan kamis diwajibkan untuk berpuasa
sunah, kemudian seorang yang tegas dalam menegakkan
peraturan, namun tidak keras. Dengan begitu santripun akan
terbiasa akan melakukan hal-hal sunah dan tetap harus memiliki
akhlak yang mulia.
b) Pantang berputus asa
Berputus asa adalah kata-kata yang tidak pernah ada dalam diri Ibu
Hj. Rosmaini. Ibu Hj. Rosmaini selalu berkomitmen untuk
memajukan daerah kelahirannya. Karena beliau tidak ingin daerah
kelahirannya menjadi daerah yang masih jauh ketinggalan disegala
bidang. Dengan berbagai rintangan yang beliau hadapi untuk
mendirikan Pondok Pesantren Diniyyah terdapat beberapa relawan
yang membantu pembangunan pondok pesantren tersebut. Maka
terbukti bahwa keikhlasan dan panggilan jiwa telah membuat sesuatu
yang jauh dari kemungkinan sehingga berdirilah Pondok pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi.
Seperti yang di sampaikan oleh Ustadz Dani selaku sekretaris pribadi
Ibu Hj. Rosmaini pada tanggal 10 Maret 2020 bahwa:
Umi Aji tidak pernah mengeluh dalam hal apapun, terutama
tentang pendidikan. Umi Aji sangat semangat sekali untuk
menyalurkan ilmu-ilmunya dan mengembangan pendidikan di
Pondok pesantren ini. Tidak pernah sedikitpun sya mendengar
keluhannya, kecuali keluhan keadaan tubuhnya sekarang ini yang
sudah mulai lemah. Ya, karna faktor umur yang saat ini sudah
berusia lebih dari setengah Abad.
61
c) Tidak berbangga diri dan tidak merendahkan orang lain
Dan disampaikan lagi oleh Ibu Nila selaku Ustadzah di Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi pada tanggal 10
Maret 2020 bahwa:
Umi, kalau ada melihat kesalahan sedikit beliau langsung marah.
Namun setelah itu nanti orang yang dimarahinnya tadi dipanggil
dan beliau tidak malu untuk meminta maaf atas kemarahan beliau
tadi. Umi itu pemimpin yang mengayomi, tegas tapi tidak keras.
Dan sangat peduli kepada pendidikan, sehingga beliau membuka
beasiswa kepada Anak dari guru yang mengajar di Pondok Ini.
Alhamdulillah Adik saya pun mendapatkan beasiswa lantaran
karana saya belum punya anak, jadi beasiswa itu saya berikan
kepada dua adik saya.
d) Aktif berdakwah secara bijak
Disambung oleh Bapak Tamrin selaku Sesepuh sekaligus ketua
sekretariatan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi pada tanggal 5 Maret 2020 bahwa:
Beliau juga orangnya sangat peduli terutama peduli dalam hal
pendidikan, jadi beliau banyak membuka beasiswa bagi
masyarakat yang kurang mampu, beasiswa prestasi, beasiswa
untuk anak yatim piatu dan beasiswa untuk anak dari guru yang
mengajar disini untuk disekolahkannya. Dan itu adalah slah satu
cara beliau untuk berdakwak juga. Dulu beliau selalu berdakwak
kepelosok-pelosok untuk menyiarkan syari’at Islam dan untuk
memperkenalkan Pondok pesantrennya. Dengan begitu
masyarakatpun banyak yang tau pondok pesantrennya sehingga
tidak sedikit anak-anak dari masyarakat yang di sekolahkan
disini.
Dapat dipahami berdasarkan upaya yang dilakukan oleh Ibu
Hj.Rosmaini adalah bentuk tekad yang sudah tertanam dalam jiwa
seorang pemimpin dan memberikan dampak positif dan kepedulian yang
besar terhadap pendidikan dan masyarakat.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan pondok pesantren juga dapat dikembangkan melalui peran
pondok pesantren terutama pimpinan pondok pesantrennya yang tidak sekedar
berperan sebagai lembaga pendidikan, namun juga berperan sebagai lembaga
sosial kemasyarakatan dan lembaga perekonomian masyarakat.
Perempuan sering digambarkan sebagai sosok yang lembut, cenderung
mengalah, lebih lemah,kurang aktif dan keinginan untuk mengasuh.
Sebaliknya, laki-laki sering ditampilkan sebagai seseorang yang besar,
dominan, lebih kuat, lebih aktif, otonomi serta agresi. Pada perkembangan
sekarang sudah banyak bermunculan perempuan sebagai pemimpin dalam
berbagai bidang, sehingga perempuan mempunyai tugas tambahan yaitu selain
sebagai ibu rumah tangga juga sebagai pemimpin. Kebangkitan kaum
perempuan dalam era globalisasi pola kehidupan telah membawa perubahan
dalam perkembangan pembangunan. Pada masa saat ini, pada diri perempuan
melekat multi pera, tidak lagi terpaku pada peranan menjadi istri atau ibu
semata-mata, tetapi telah terorientasi pada pemanfaatan kualitas eksistensinya
selaku manusia.
Ibu Hj. Rosmaini adalah salah satu penggerak pendidikan, dan telah
menjawab segala kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan Sumber Daya
Manusia di provinsi yang kaya dengan sumber daya alam dan memiliki letak yang
strategi ditinjau dari peluang perdagangan. Dengan menjadi seorang pimpinan
yang notabenenya seorang Perempuan itu bukanlah menjadi penghambat bagi Ibu
Hj. Rosmaaini. Beliau tetap menjalan peran kepemimpinannya dengan sangat apik
dan sesuai kebutuhan anggotanya, yaitu 1). Menjadi individu terbaik bagi
institusinya.
63
2) Sebagai Pemimpin Informal, dan 3). Sebagai teladan bagi komunitasnya, Ibu
Hj.Rosmaini memiliki pengaruh yang dipercaya oleh sebagian kalangan publik.
Pengaruh ibu Hj.Rosmaini sebagai salah satu komunitas masyarakat muslim yang
mendidik dan berdakwah di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi berupaya menjalin hubungan akrab dengan semua pihak dan semua
kalangan, terutama pemerintah dan masyarakat.
B. Saran
1. Setelah meneliti dan mempelajari bagaimana usaha Ibu Hj. Rosmaini dalam
memajukan Pendidikannya, maka sebagai generasi muda agar bisa
meneladani dan dapat memberikan perubahan yang baik terhadap tempat
tinggalnya.
2. Dalam Perkembangan Pondok Pesantren harus mengadakan
parenting/pelatihan-pelatihan khusus terhadap para ustadz. sehingga dapat
meningkatkan Mutu Pondok Pesantren dibidang Sumber Daya Manusia
sesuai dengan keahliannya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur’anulkarim dan terjemahannya. 20187. Bandung:
Diponegoro
Ahmad Rijali. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Al Hadrarah Vol. 17 No. 33
Annisa Fitriyani. (2015). Gaya Kepemimpinan. Jurnal Tapis Vol. 11 No. 2.
Badruddin. (2015). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung:Alfabeta.
Buletin. (2014) TRENDY.Pondok Pesantren Diniyyah. Edisi Perdana Januari.
Dahuri Olman & Fadlan M. Nida’. (2015). Pesantren-Pesantren Berpengaruh Di
Indonesia. Jakarta:Erlangga.
Handiani Merry, Dkk. (2014). HJ. Rosmaini: Pendiri Pondok Pesantren Diniyyah
Di Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Muara Bungo tahun 1977-2014.
Jurnal Pendidikan Islam.Vol.1 No.1
https://alazharjambi.com/15/sejarah
https://www.google.com/search?client=firefoxbdd&q=perkembangan+pondok+pe
santren+diniyyah+al-azhar+muara+bungo+jambi+pada+periode+2014
Istiqomah. (2014). Kepemimpinan Perempuan di Pondok Pesantren. Skripsi UIN
Wali Songo. Semarang
Kompri. (2018). “Manajemen Dan Kepemipinan Pondok Pesantren”. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Margono. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakaarta:Rineka Cipta.
Muhyiddin Zainul Arifin. (2014). Peran Kepemimpinan Nyai di Pondok
Pesantren. Jurnal Sains & Teknologi Vol.7
Munfa’atun. (2012). Kepemimpinan Kyai Dalam Meningkatkan Disiplin Santri.
Skripsi UIN Sulthan Thaha Saifuddin. Jambi.
Rahmat Arofah Hari Cahyadi. (2017). Pengembangan Pondok Pesantren. Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 1 No. 1.
65
Rochmad Widodo. (2018). Perempuan Tangguh. Jakarta:PT Rajasa
Rosita. (2017). Peran Perempuan Sebagai Pendidik Perspektif M. Quraish
Shihab. Skripsi UIN Raden Intan Lampung
Santori Djam’an Dan Komariah Aan. (2014). Motodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Siswanto. (2005). Pengantar Manajemen.Jakarta, Bumi Aksara
Siti. Zakiyah. (2018). Kepemimpinan Perempuan Pada Madrasah Aliyah Di
Kabupaten Bone. Jurnal Al-Maiyyah Vol. 11 No.1.
Sri Wahyuni, Zainal Arifin. (2016). Kepemimpinan Demokratis Nyai Dalam
Pengembangan Pondok Pesantren. Journal Of Management In Education
(JMIE) Vol.1 No. 1.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuntitatif, Dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Tim Penusun. (2018). Panduan Penulisan Skripsi. UIN Sulthan Thaha Saifuddin.
Jambi.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul :KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENGEMBANGKAN
PONDOK PESANTREN DINIYYAH AL-AZHAR DI MUARA
BUNGO JAMBI
A. Observasi
a. Peran kepemimpinan Umi dalam mengembangkan Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
b. Kendala kepemimpinan Umi dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
c. Upaya kepemimpinan Umi dalam mengatasi kendala-kendala dalam
mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi
d. Tipologi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
e. Perkembangan pendidikan pada Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar
di Muara Bungo Jambi
B. Wawancara
1. Wawancara Kepada Pimpinan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo jambi
a. Bagaimana peran kepemimpinan perempuan dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi?
b. Apasaja kendala kepemimpinan perempuan dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi?
c. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala kepemimpinan
perempuan?
d. Bagaimanakah pertumbuhan dan pengembangan pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
e. Bagaimana pengembangan kurikulum Pondok Pesantren Diniyyah
Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
f. Apakah ada kerjasama yang dibangun oleh pihak Pondok
pesantren dengan publik (masyarakat, atau lembaga pendidikan
lainnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
g. Bagaimana dengan prestasi siswa/I di Pondok Pesantren Diniyyah
Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
h. Keunikan apa yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Diniyyah Al-
Azhar di Muara Bungo Jambi?
2. Wawancara Divisi Pengajaran
a. Bagaimana peran kepemimpinan Umi pada pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
b. Bagaimana kepemimpinan Umi dalam mengatasi suatu kendala
kepemimpinannya dalam mengembangkan Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi??
c. Apakah kepemimpinan Umi sampai saat ini masih tetap bergensi
dalam mengembangkan Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo Jambi?
d. Apasajakah Program-program unggulan Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
e. Tipologi seperti apakah yang diterapkan pada Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
f. dan bagaimanakah metodologi pembelajaran dalam Pondok
Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
3. Wawancara Guru
a. Bentuk peran seperti apakah yang diterapkan oleh Umi dalam
mengembangkan pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muaro
Bungo Jambi?
b. Bagaimana Peranan guru dalam membantu pengembangan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
4. Wawancara Santri
a. Bagaimana peran kepemimpinan Umi pada Pondok Pesantren
Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
b. Hal apa yang sangat dikagumi pada Umi selama menjadi pimpinan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi?
5. Wawancara Masyarakat
a. Bagaimana peran kepemimpinan Umi terhadap masyarakat?
b. Program Pendidikan apa yang sangat dirasakan oleh masyarakat?
C. Pedoman Dokumentasi
1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi
3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara
Bungo Jambi
4. Daftar Prestasi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo
Jambi
5. Program-Program perkembangan Pondok Pesantren Diniyyah Al-
Azhar di Muara Bungo Jambi
6. Tipologi Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
7. Keadaan sarana dan prasarana Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di
Muara Bungo Jambi
DAFTAR RESPONDEN DAN INFORMAN
Tabel 5 Daftar Responden
No Nama Jabatan
1. Ust. H. Thamrin Satuan Pengawasan Internal YPPD
Tabel 8 Daftar Irforman
No Nama Jabatan
1. Najla Putri Santri Puti YPPD Al-Azhar
2. Rafl Hidayat Santri Putra YPPD Al-Azhar
3. Fauzan, S.Kom Kesekretariatan YPPD
4. Sunandar, S.Si Devisi Pengajaran
5. Aprilia Saputri, S.Pd Ketua Pembina Putri
6. Hadromi, S.Pd Ketua Pembina Putra
7. Roslaini Masyarakat Sekitar YPPD
8. Rahmawati Masyarakat Sekitar YPPD
9.
Nila, S.Pd Ustadzah YPPD
10. Dani Sekretaris Pribadi Umi Rosmaini
SURAT PERNYATAAN RESPONDEN SUBJEK
PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Najla Putri
Tempat/Tanggal Lahir :Rantau Ikil, 19 Mei 2003
Jabatan : Santri Putri Kelas II MA
Alamat :Lembun, Kec. Morgo Tabir
Dengan ini menyatakan BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* nama saya dan nama
lokasi penelitian dicantumkan dalam laporan penelitian skripsi mahasiswa berikut
ini,
Nama :NANSIANA
Nim :TK. 161241
Jurusan :Manajemen Pendidikan Islam
Judul Skripsi :Peran Kepemimpinan Perempuan dalam Mengembangkan
Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar di Muara Bungo Jambi
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jambi, 9 Maret2020
Yang menyatakan
Najla Putri
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Nama : Nansiana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Aceh, 20 November 1997
Alamat :Ds. Sumber Agung Rt 20 Rw 06
Kec. Sungai gelam Kab.Muara
Jambi.
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat email : [email protected]
No. Kontak : 0823-3919-5981
Pengalaman Pendidikan Formal
1.
2.
3.
SD, tahun tamat
MTs, tahun tamat
MA, tahun tamat
: SDN 184/1X Sumber Agung Jambi, 2009
: MTs Mamba’ul Ulum Talang Bakung Jambi, 2012
: MA Mamba’ul Ulum Talang Bakung Jambi, 2015
Pengalaman Non Formal
1. Pelatihan Kepengurusan La_ PASMA Ma’had Al-Jami’ah 2017-2019
Pengalaman Organisasi
1. Ketua Bidang Keamanan La_PASMA Ma’had Al- Jami’ah UIN STS Jambi
tahun periode 2018-2019
2. Ketua Porsi Ma’had Al-Jami’ah Putri UIN STS Jambi 2019