STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN LEMBAGA

18
Makalah Pendidikan Disampaikan pada Lomba Karya Tulis Jambore PKBM Berprestasi Provinsi Jawa Barat 3 – 5 September 2013 di Lembang, Bandung STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN LEMBAGA Muhamad Alwi Mujahid, S. Si Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat YASPIMIDA menyelenggarakan pendidikan masyarakat bernuansa pondok pesantren, yang terbukti merupakan sistem pendidikan tertua yang mengakar di masyarakat. Pendidikan masyarakat yang memiliki cakupan target beragam memerlukan pendekatan holistik-integratif sehingga dibutuhkan kemitraan yang kuat dan padu antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah, dunia usaha/industri dan masyarakat.

Transcript of STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN LEMBAGA

Makalah Pendidikan

Disampaikan padaLomba Karya TulisJambore PKBM Berprestasi Provinsi Jawa Barat3 – 5 September 2013 di Lembang, Bandung

STRATEGI MENGEMBANGKANKEMITRAAN DALAM RANGKA

MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Muhamad Alwi Mujahid, S. Si

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat YASPIMIDA menyelenggarakan pendidikanmasyarakat bernuansa pondok pesantren, yang terbukti merupakan sistem

pendidikan tertua yang mengakar di masyarakat. Pendidikan masyarakat yangmemiliki cakupan target beragam memerlukan pendekatan holistik-integratifsehingga dibutuhkan kemitraan yang kuat dan padu antara penyelenggara

pendidikan dengan pemerintah, dunia usaha/industri dan masyarakat.

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN LEMBAGAMuhamad Alwi Mujahid, S. Si

PendahuluanPusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)adalah satu bentuk lembaga pendidikan yangberasal dari masyarakat, dikelola olehmasyarakat dan berorientasi pada kemajuanmasyarakat. Setiap permasalahan yang terdapatdalam suatu masyarakat akan menjadi variabelpenentu dari karakteristik PKBM itu.Keterkaitan antara PKBM dan masyarakat telahmenjadi simbiosis mutualisme dan tidak terpisahkandari ekosistem pendidikan kemasyarakatan.

PKBM YASPIMIDA berlokasi di KecamatanKebonpedes Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.Masyarakat di Kebonpedes memiliki permasalahanyang nyata : permasalahan ekonomi, sosial danpendidikan. Ketiga permasalahan itu ternyatasaling berkaitan, yang apabila sedikit lebihdiperdalam akan mereduksi menjadi permasalahansosial, yaitu perilaku konservatif. Perilaku inilah yang memicu rendahnyatingkat keterbukaan masyarakat akan informasi dan teknologi baru,pandangan hidup yang terbatas kebutuhan ekonomi sederhana, dan pemahamanyang sempit terhadap idealisme hidup. Permasalahan ini nyatanya tidaklahdapat diselesaikan secara parsial, namun perlu pendekatan holistik-integratif dari pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat. PKBM YASPIMIDAdihadapkan dengan permasalahan masyarakat yang multidimensional, sehingga

Kesimpulan 1

Permasalahanyang kompleks

Pendidikan masyarakat

berkaitan denganproblematika

kemasyarakatan yangsangat kompleks.

Pemecahan masalahkemasyarakatan tidakdapat dilakukan hanya

dari satu sisipendidikan saja, tetapi

juga diperlukanpendekatan sosial dan

ekonomi.

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

diperlukan kemitraan yang kuat dan komprehensif agar dapat melingkupisetiap sisi permasalahan ini.

Kesimpulan 2

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Sejarah PendirianYayasan Pendidikan Islam Miftahul Huda (YASPIMIDA)merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yangmenyelenggarakan sistem pendidikan formal maupunnon-formal, berlandaskan asas keislaman, Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945. Selain dari kegiatanpendidikan, YASPIMIDA memiliki sejumlah kegiatansosial sebagai bagian integral dari masyarakatsekitarnya. Pembentukan yayasan ini dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat saat ini –terutama umat Islam – yang sangat memprihatinkan,baik dalam segi intelektualitasnya maupunmoralitasnya. Padahal sebagaimana telah diketahui,bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalahberagama Islam, namun jika komponen terbesar daribangsa Indonesia ini mengalami keterpurukan, akanberimbas pada kondisi bangsa secara keseluruhan.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh YASPIMIDA telahmemperoleh legalitas formal dari KementerianAgama, Kementerian Pendidikan, KementerianKoperasi dan Kementerian Sosial. KeberadaanYayasan sendiri telah mendapatkan pengakuan negaraberupa badan hukum no. 70 tanggal 18 April 1996.Dalam menjalankan kegiatannya,YASPIMIDA selalubekerjasama dengan lembaga pemerintahan daerahsehingga mendapat dukungan penuh baik daripemerintah maupun masyarakat.

Pada awalnya YASPIMIDA berdiri dalam bentuk Pondok Pesantren (Ponpes)Miftahul Huda, pada hari senin tanggal 25 Oktober 1982M/8 Muharram 1403H,bertempat di Kampung Cikaret Jl. Goalpara Desa Sukamekar KecamatanSukaraja Kabupaten Sukabumi, sebagai cabang dari Pondok PesantrenMiftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya. Pendirian Ponpes Miftahul Hudadiresmikan oleh Bupati Kabupaten Sukabumi Drs. Zainudin pada pukul 10.30,dan sore harinya diresmikan kembali oleh pimpinan Ponpes Miftahul HudaManonjaya, Tasikmalaya, Al-Mukarrom KH. Khoer Affandi pada pukul 14.45WIB.

Kesimpulan 3

Profil Umum

NamaPondok Pesantren

Miftahul Huda

AlamatKp. Bojongringkung RT.02/01 Desa SasagaranKec. Kebonpedes Kab.Sukabumi, Jawa Barat

PendiriK. Ade HasanRidwanullah

Tanggal Pendirian25 Oktober 1982

Ciri Khas KajianUtama

Kitab Kuning 12 Fan,‘Ullumul Quran

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Pada tahun 1990 Ponpes Miftahul Huda pindah alamat ke tempat yangberlanjut sampai saat ini, yaitu Kampung Bojongringkung Desa SasagaranKecamatan Baros (sekarang Kecamatan Kebon Pedes) Kabupaten Sukabumi.

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutanmasyarakat, maka Pondok Pesantren Miftahul Hudamenyelenggarakan kegiatan pendidikan umum, baikformal maupun non-formal, Untuk mendapatkanlegalitas kegiatannya perlu dibentuk yayasanpendidikan, sehingga dibentuklah YayasanPendidikan Islam Miftahul Huda (YASPIMIDA). Adapunpembentukan yayasan baru dilakukan pada tanggal 18April 1996.

Secara garis besar, kegiatan yang diselenggarakanoleh YASPIMIDA terbagi dalam empat bidang, yaitu:bidang Kesejahteraan Sosial (Kesos), bidangPendidikan, bidang Dakwah dan bidang Pembangunan.Masing-masing bidang kegiatan memiliki program-program khusus yang telah mendapat pengesahan daripemerintah. Pada umumnya kegiatan yayasan dititikberatkan pada bidang sosial, karena kondisi sosialmasyarakat sekitar yang memprihatinkan, sehinggamembutuhkan perhatian lebih dan tindakan yangcepat.

Bidang Kesejahteraan Sosial (Kesos) bertujuan membantu masyarakat interndan sekitar yayasan dalam hal sosial ekonomi. Kegiatan yang dilakukandalam bidang ini adalah Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) MiftahulHuda dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Habbatunnada.Koppontren Miftahul Huda bergerak dalam jenis simpan-pinjam, yang dirasasangat dibutuhkan baik oleh kalangan santri maupun masyarakat. Sumberdana koperasi berasal dari Program Pengembangan Kegiatan Ekonomi Rakyat(P2KER) yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil &Menengah dalam rangka menggalakkan kegiatan ekonomi kerakyatan. AdapunLKSA Habbatunnada merupakan kegiatan panti sosial dengan target anak-anakyatim-piatu dan dhu’afa yang berasal dari masyarakat ekonomi lemah.Jumlah anak binaan LKSA yaitu 24 orang. Kegiatan ini didanai langsung dandilatih oleh Kementerian Sosial.

LKSA Habbatunnada telah banyak menyelenggarakan kegiatan sosialkemasyarakatan. Setiap tahun, LKSA Habbatunnada melakukan Bakti Sosial

Kesimpulan 4

KegiatanYayasan

Kesos

LKSA HabbatunnadaKoppontren Miftahul

Huda

PendidikanDiniyah Takmiliyah

AwaliyahPKBM Sentra TKI

PAUD KOBER & TKQPondok Pesantren

Majelis Ta’lim

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

berupa khitanan massal dan santunan anak kurang mampu yang selalu diikutidengan antusias oleh banyak warrga masyarakat. Tidak jarang acaradimeriahkan pula oleh perlombaan-perlombaan yang disponsori oleh pihakluar, seperti Bank BJB dan Indosat. Bahkan para donatur pun ikut serta,baik memberikan santunan berupa uang maupun barang. Sehingga acara iniselalu dinantikan oleh warga masyarakat. Untuk kegiatan harian, LKSAHabbatunnada membentuk Usaha Ekonomi Produktifberupa waserda dan konveksi, keuntungan darikegiatan ini membantu membiayai anak asuh baikdalam hal pendidikan maupun kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, demi mewujudkankemandirian anak panti, LKSA Habbatunnada melaluiprogram Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat,menyelenggarakan pelatihan keterampilan yangdilaksanakan di Dinsos Jabar setiap tahun bagianak asuh terpilih, disertai dengan bantuanperalatan yang diperlukan untuk melanjutkanberwirausaha.

Bidang pendidikan bertujuan membentuk insan muliaberwawasan luas, kreatif dan mandiri. Secaraformal, YASPMIDA menyelenggarakan kegiatan dalambidang pendidikan berupa Diniyah TakmiliyahAwaliyah. Untuk program non formal bidangpendidikan berupa: Pusat Kegiatan BelajarMasyarakat (PKBM), dan Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD). Sedangkan untuk pendidikan informalberupa Pondok Pesantren dan Majelis Ta’lim.

Dasar PemikiranSetelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, bangsa yang baru lahir iniharus menghadapi permasalahan yang jauh lebih berat dari penjajahan,yaitu kemiskinan dan kebodohan. Betapa tidak, semenjak kepemimpinanPresiden Soekarno sampai saat ini dua permasalahan besar bangsa Indonesiaini masih belum terselesaikan sepenuhnya. Berbagai kebijakan telahdicanangkan pemerintah, namun efektifitasnya masih kurang mengena.

Berkaitan dengan masalah pendidikan – bagian yang akan dibahas dalammakalah ini – pada tahun 1974, ketika REPELITA I mencapai kesimpulannya,tim khusus pemerintah berkaitan dengan teknologi pendidikan, khususnya

Kesimpulan 5

DasarPemikiran

1. Institusionalisasi

teknologi pendidikan yang mengakar di masyarakat.

2. Integrasi pendidikan formal dengan PAUDNI membentuk pendidikan nasional berbasis masyarakat,dengan kurikulum pendidikan formal dibentuk berdasarkan kompetensi masyarakat dengan indikator PAUDNI.

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

dalam bidang media edukasi, dibentuk langsung di bawah kewenangan menteripendidikan dan kebudayaan. Tim ini dibentuk dengan tujuan merumuskangaris haluan kebijakan dalam penggunaan media edukasi dalam rangkameningkatkan aksesibilitas pendidikan bagi masyarakat1, yaitu :

1. Seluruh kegiatan harus didasarkan pada program dan kebijakan yangberlaku.

2. Perencanaan penggunaan media edukasi harus disusun melalui analisiskebutuhan yang mendalam, dan berorientasi pada pencarian solusi makropermasalahan pendidikan.

3. Prioritas dalam pembangunan pendidikan diberikan pada pemerataan danrelevansi pendidikan.

4. Aplikasi konsep dan prinsip-prinsip teknologi pendidikan diawali darititik paling strategis yaitu pendidik.

5. Media edukasi dibangun dan dikembangkan tidak boleh bersifateksperimental, namun harus melalui metode yang telah terbuktiefektifitasnya di berbagai kondisi, khususnya di Indonesia.

Dari berbagai kajian dan penelitian disimpulkan bahwa implementasi limakebijakan ini harus diawali dari titik strategis yaitu unit atau lembagapendidikan, sehingga arah selanjutnya adalah institusionalisasi teknologipendidikan dalam suatu sistem pendidikan yang telah terbuktikeberhasilannya dan mengakar di masyarakat Indonesia.

Dasar pemikiran berikutnya berasal dari kebijakan pemerintah saat ini,yaitu Permendiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. Dalam sudut pandang tertentu peraturan ini nampak sebagaidikotomisasi dunia pendidikan menjadi pendidikan formal, non formal daninformal, namun apabila kita berpegang pada prinsip sebelumnya bahwakebijakan baru harus merupakan kontinuasi dari kebijakan sebelumnya, makapergeseran istilah lama “pendidikan luar sekolah” menjadi “pendidikananak usia dini, non formal dan informal (PAUDNI)” hanyalah bersifatsuperficial. PAUDNI sebagaimana tercantum dalam Permendiknas ini adalahbenar-benar ”pendidikan luar sekolah”, sehingga jelas terdapat

1 SEAMEO-JAPAN SEMINAR ON EDUCATIONAL MEDIA AND INNOVATION, Tokyo, 27 October – 1 November 1980submission from Minister of Education and Culture of Indonesia :

1. All activities have to be started from existing programs and policies.2. Plans have to be developed through an analysis of needs, and oriented toward finding a macro

solution to educational problems.3. Priority in educational development is to be given to achieving equity and relevance in education.4. Application of educational technology concepts and principles is to be started from the most strategic

point which is the teacher.5. Educational media developed and utilized, should not be experimental in nature, but which has been

proven its effectiveness elsewhere, especially in settings like Indonesia.

Kesimpulan 6

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

keterkaitan antara pendidikan formal (sekolah) dengan PAUDNI (luarsekolah), sebagaimana dua himpunan yang mutually dependent yaitu pendidikanformal sebagai subset dari pendidikan luar sekolah. Logika iniberdasarkan hakikat bahwa masyarakat dalam rentang usia sekolah adalahsubset dari masyarakat pada umumnya. Masyarakat umum memang belum tentubersekolah, tetapi siswa-siswa sekolah sudah pasti bermasyarakat. Setiapsiswa (pendidikan formal) berhak mendapatkan pendidikan anak usia dini,non formal dan informal yang relevan.

Bagan 1 Permendiknas Nomor 20 Tahun 2003

Relevansi pemilihan jenis layanan PAUDNI bagi usia sekolah memang tidakdituangkan dalam Permendiknas nomor 20 Tahun 2003, namun merekasebetulnya tanpa disadari telah melakukan pemilihan layanan PAUDNItersebut. Pendidikan berkaitan dengan kursus, keterampilan dan pelatihanyang merupakan bagian dari PAUDNI acapkali dipilih oleh siswa dan bahkanmahasiswa untuk menunjang soft skill yang kelak akan mereka perlukan dalambermasyarakat. Sayangnya pihak sekolah atau lembaga pendidikan tinggitidak mengintegrasikan program soft skills tersebut ke dalam kurikulum tingkatsatuan pendidikannya. Padahal jenis kursus, keterampilan dan pelatihanyang diminati oleh peserta didiknya justru menjadi indikator pentingkompetensi lokal yang dimiliki oleh satuan pendidikan tersebut. Karenaitu kita perlu menterjemahkan Permendiknas nomor 20 Tahun 2003 dalamsudut pandang berikut,

Kesimpulan 7

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Bagan 2 Penyesuaian Permendiknas Nomor 20 Tahun 2003

Dalam bagan ini terlihat pembagian ranah objek PAUDNI yang beraneka ragamkarena menyangkut rentang usia yang panjang sejak lahir sampai tua, namuntidak terjadi konflik antara satu subbagian dengan yang lainnya karenaterpisahkan oleh dua ranah yang berbeda, yaitu pendidikan formal dan nonformal. Tidak terjadi lagi tumpang tindih antara pendidikan kursus danpelatihan (kurlat) dengan pendidikan masyarakat, karena kurlatdititikberatkan pada program penunjang soft skills pendidikan formal non-kejuruan, mulai dari Sekolah Dasar sampai Universitas. Sedangkanpendidikan masyarakat ditujukan pada masyarakat yang tidak/belum sempatmengenyam pendidikan formal, maupun bagi para lulusan yang hendak menjadibagian dari masyarakat, yang tentunya memiliki kekhasan yang berbeda ditiap daerah di nusantara.

Dengan penyesuaian ini diharapkan terjadi keterpaduan sistem pendidikanantara “sekolah” dengan “luar sekolah” menjadi Sistem Pendidikan NasionalBerbasis Masyarakat yang seterusnya disebut sebagai “Pendidikan berbasisMasyarakat”. Terlihat jelas bahwa dalam sistem pendidikan ini pendidikanformal adalah spektrum pendidikan nasional, yang kurikulumnya justrudibentuk berdasarkan kompetensi masyarakat dengan indikator PAUDNI.Pendidikan informal tidak lagi menjadi bagian marjinal pendidikannasional, tetapi justru mewarnai relung-relung pendidikan nasional, halini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional : membangun manusiaIndonesia seutuhnya dan bangsa Indonesia seluruhnya.

Kesimpulan 8

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Kedua pemikiran ini mendasari pembentukan pendidikan berbasis masyarakatbernuansa pondok pesantren (boarding school)2. Mengapa? Karena pondokpesantren :

• merupakan institusi pendidikan tertua yang mengakar di masyarakat.• mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan sosiologi

masyarakat.• merupakan sistem pendidikan sekaligus pranata sosial.• dapat diterapkan pada agama apapun sehingga tidak mencegah

pluralisme bangsa, bahkan membentuk masyarakat ilmiah yang majemuk.• mempunyai fleksibilitas tinggi dalam penerapan teknologi pendidikan.

Dengan implementasi pendidikan berbasis masyarakat di pondok pesantrendiharapkan dapat :

• mencegah germinasi terorisme dan radikalisme di pondok pesantrenmaupun sekitarnya.

• mencegah kriminalitas anak-anak usia sekolah dengan implementasipendidikan sepanjang hari sepanjang hayat.

• mengatasi pengangguran yang sebagian besar terjadi pada usia pascasekolah (SMA) akibat ketidakterampilan bekerja dan berwirausahasedangkan biaya kuliah tidak cukup.

Penyelenggaraan Pendidikan berbasis MasyarakatPendidikan berbasis masyarakat kami yakini dapat memenuhi solusi makropermasalahan pendidikan nasional, karena dalam sistem ini kompetensimasyarakat benar-benar diakomodasikan. Namun diperlukan beberapa langkahstrategis dalam penyelenggaraannya secara nasional, yang dapat dilakukanbaik oleh pemerintah maupun stakeholder pendidikan, yaitu :

1. Instalasi pendidikan formal dan non formal di lingkungan pondokpesantren.

2. Orientasi boarding school pada sekolah-sekolah formal yang ada, denganmengimplementasikan sistem PAUDNI, baik secara keseluruhan maupunparsial.

2 Sistem pendidikan pondok pesantren yang dimaksud di sini bersifat fleksibel dengan peristilahan yang beraneka ragam. Unsur utama dari sistem pendidikan ini adalah adanya atmosfir pendidikan informal (keteladanan) yang nyata baik berupa karantina maupun seperangkat aturan yang mengikat. Kata pesantren itu sendiri sebetulnya tidak mengandung unsur ajaran agama tertentu, karena secara etimologi berasal dari kata pesinatriaan yang berarti pembentukan jiwa ksatria.

Kesimpulan 9

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

3. Peningkatan guru-guru PAUDNI dalam kualitas dan kuantitas, bahkandengan memanfaatkan guru dan dosen (Pendidikan Formal) yangdiperbantukan.

4. Pendidikan formal sebagai spektrum pendidikan berbasis masyarakat,justru dengan kurikulum yang dibentuk sesuai dengan kompetensimasyarakat dengan indikator PAUDNI.

5. Standar kelulusan selain akademik juga mempertimbangkan keterampilankerja.

6. Menghilangkan citra buruk Pendidikan Kesetaraan sebagai “Pasar GelapIjasah” dengan menjadikan Pendidikan Kesetaraan sebagai kontinuasiPendidikan Keaksaraan.

7. Membangun kemitraan yang kuat antara pemerintah, masyarakat dandunia kerja.

Kemitraan merupakan satu langkah strategis bagi tiap unit pendidikanuntuk menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat. Jika dilihat dalamBagan 2, terutama pada bagian inti (bagian II), ketiga aspek pendidikan:formal, non formal dan informal, harus dikorporasikan secara padu, danhal ini tidak mungkin dapat tercapai tanpa adanya kemitraan. Walaupunpada bagian-bagian yang lain memang memiliki overlapping yang lebih sedikit,namun tetap saja jika ditinjau secara sistemik masih berkaitan denganbidang II, karena masing-masing bermuara pada tujuan yang sama, yaitumembentuk masyarakat belajar, berkarya dan berbudaya.

Strategi Menjalin KemitraanAspek KelembagaanKemitraan memegang peranan penting bagi PKBM YASPIMIDA, sehinggakeberlangsungannya harus senantiasa dijaga. Upaya PKBM YASPIMIDA untukmenjaga kemitraan ini adalah dengan melembagakannya melalui beberapaprogram tertentu yang bersifat multi-partisipatif. Bahkan mengingat PKBMadalah lembaga pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat, maka perludipertimbangkan partisipasi masyarakat dalam kelembagaan. Lembaga-lembagayang dihasilkan dari kemitraan yaitu : PKBM Sentra TKI, Kelompok UsahaWanita, Kegiatan Bina Usaha, Pengurangan Pekerja Anak-Program KeluargaHarapan (PPA-PKH), dan Sentra Desa Vokasi (dalam proses).

Akibat dari terbentuknya lembaga-lembaga tersebut, maka PKBM YASPIMIDAharus dapat beradaptasi dengan perubahan struktural, pembagian kerjaantar komponen, bahkan visi dan misi pun harus disesuaikan. Peningkatan

Kesimpulan 10

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

kapabilitas pengelola beserta seluruh pengurusnya harus terus diupayakanmelalui pembinaan-pembinaan dari instansi-instansi pemerintah maupunDunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) yang berkaitan di bidangnya masing-masing. Interaksi sosial dengan masyarakat pun harus semakin intensifberkaitan dengan sumber input dari program-program yang akan dijalankan.Informasi mengenai problematika di masyarakat harus diketahui oleh PKBMkarena sangat menentukan jenis program yang akan dijalankan.

Aspek ProgramSebuah organisasi dibentuk untuk dapat mencapai tujuan bersama melaluiprogram-program yang diikat oleh seperangkat aturan-aturan. Dari sudutpandang ini jelas diketahui bahwa keberadaan program-program dalam suatuorganisasi adalah penentu keberhasilannya dalam mencapai tujuan.Perumusan program-program harus memperhatikan efisiensi danefektifitasnya, beserta segala resiko yang dimilikinya.

Secara umum, program-program di PKBM YASPIMIDA yang berbasis kemitraandapat digambarkan pada bagan di samping.

PKBM YASPIMIDA yang dalam kegiatannya berbasis kemitraan, harus mampu merumuskan program-program yang dapat mengakomodasi seluruh kepentingan mitra PKBM. Komponen instansi pemerintah, DU/DI dan masyarakat harus mewarnai setiap kebijakan dalam suatu program. Eksekusi yang tepat dari setiap program akan mempererat jalinan kemitraan dari sebelumnya, sehingga akan menjadi sumber kekuatan untuk dapat menjalankan program berikutnya.

Strategi PelaksanaanProgram-program berbasis kemitraan harus dijalankan secara well-executed withproper time and condition. Jika tidak, maka PKBM YASPIMIDA akan mengalami dua

kegagalan, yaitu kebuntuanprogram dan hilangnya mitraakibat dari berkurangnyakepercayaan. Faktorkepercayaan inilah yangmenjadi kunci pemersatusetiap komponen mitra yangada. Bukan merupakan halyang mudah untuk mendapatkepercayaan, mengingat

kepercayaan adalah sumber kebenaran, kepercayaan berkaitan dengan cara

Kesimpulan 11

Hubungan Kemitraan antara Program Pendidikandengan Pemerintah, Dunia Usaha/Industri dan

Program PKBM

DU/DI

Instansi Pemerinta

hMasyaraka

t

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

pandang setiap pribadi terhadap hidupnya. Kepercayaan hanya dapatdiperoleh melalui ketulusan niat yang disertai dengan pembuktian yangnyata. Dengan demikian, setiap kebijakan dalam suatu program harusdiawali dengan ketulusan niat, dikerjakan dengan sepenuh hati dan dapatdibuktikan hasilnya. Selain dari itu, untuk memperkuat hubungankemitraan, setiap kebijakan juga perlu memperhatikan kepentingan darisetiap mitra. Pengetahuan akan kebutuhan setiap mitra hanya akan didapatmelalui hubungan interpersonal yang baik. Bertambahnya kekuatan yangdimiliki dapat dijadikan sebagai modal untuk memulai program-programberikutnya.

Secara lebih spesifik mengenai langkah-langkah eksekusi program dapatdigambarkan sebagai berikut,

Bagan 4 Skema Pemberdayaan Kemitraan dalam Siklus Eksekusi Program Pendidikan BerbasisMasyarakat

Berikut diberikan contoh program pendidikan masyarakat yaitu pada programPKBM Sentra TKI YASPIMIDA Tahun 2011 :

Kesimpulan 12

Bekerjasama dengan TUKSesuai standar nasional dan kebutuhan DU/DI

Penempatan kerja pada DU/DIPembukaan Wirausaha di masyarakat

Pembinaan oleh Instansi PemerintahRujukan kebutuhan DU/DI

Perizinan dari Instansi PemerintahSosialisasi kepada Masyarakat

Inisialisasi

ProgramProgram Berjalan

EvaluasiTindak Lanjut

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Bagan 5 Contoh Penerapan Kemitraan dalam Program PKBM Sentra TKI 2011

Dalam bagan ini akan dijelaskan tahapan identifikasi dan tindak lanjutprogram PKBM Sentra TKI yang secara dominan berkaitan erat dengankemitraan :

Identifikasi dan Seleksi Calon Peserta DidikIdentifikasi dan seleksi terhadap calon peserta program perlu dilakukanuntuk mengetahui kondisi objektif dan kebutuhan belajar calon sasaranbaik yang memiliki minat untuk menjadi tenaga kerja maupun mantan TKI.Identifikasi untuk calon tenaga kerja di luar negeri mengumpulkaninformasi tentang: nama, usia, jenis kelamin, pendidikan; dan negara yangdiminati. Sedangkan untuk mantan TKI memuat informasi tentang: nama,usia, jenis kelamin, pendidikan; dan pengalaman bekerja di luar negeri.

Dalam melakukan identifikasi dan seleksi terhadap calon peserta program,dipertimbangkan persyaratan sebagai berikut:

pemuda/i yang berusia 18 tahun ke atas, prioritas usia produktif umur 18 –30 tahun;

belum memiliki perkerjaan tetap atau pengangguran; pendidikan minimal tamatan SMP, diutamakan lulusan Paket B, atau Paket C;

bersedia mengikuti program sampai dengan selesai.

Kesimpulan 13

Persiapan

Identifikasi dan Seleksi Warga BelajarIdentifikasi dan Seleksi Tutor, Pelatih dan NarasumberIdentifikasi Jenis KeterampilanPenyusunan program pembelajaran

Pelaksanaan

Pembelajaran teoriPraktekTugas MandiriKonsultasi

Evaluasi

Ujian TulisUjian Praktek

Tindak Lanjut

Kerjasama dengan Lembaga/Instansi/Perusahaan Mitra yang relevanBimbingan kerja sebelum penempatan oleh Lembaga/Instansi/Perusahaan MitraPenempatan kerja di Lembaga/Instansi/Perusahaan Mitra secara proporsionalBimbingan bagi lulusan yang akan berwirausaha

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Identifikasi Calon Tutor/Pelatih/Narasumber TeknisCalon tutor/pelatih/narasumber teknis harus memenuhi persyaratanberikut :

Memiliki pengalaman dan keahlian dibidang ketenagakerjaaan khususnyabidang pelatihan calon tenaga kerja ke luar negeri;

Bersedia membelajarkan dan melatih peserta program sampai selesai; Bersedia memfasilitasi peserta yang telah menyelesaikan program

pembelajaran dan pelatihan untuk bekerja di luar negeri, atauberwirausaha.

Identifikasi dan Seleksi Jenis Keterampilan Ketenagakerjaan yang akan DiberikanDalam merancang dan merumuskan program pembelajaran dan pelatihan,dilakukan melalui proses partisipatif dengan melibatkan calon pesertaprogram. Program pembelajaran dan pelatihan yang dirumuskan memuatstandar kompetensi dasar, tujuan, materi, metoda, dan media yangdibutuhkan serta alat pengujian kompetensi.

Tindak Lanjut ProgramRencana yang disusun untuk menindaklanjuti selesainya program ini yaitu :

1. Bekerjasama dengan Butik Rabbani Sukabumi dalam pembinaan dan penempatantenaga kerja.

2. Bekerjasama dengan PT. Korin (perusahaan wig) dalam pembinaan danpenempatan tenaga kerja.

3. Bekerjasama dengan Bank BJB dalam permodalan wirausaha.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan dalam menjalin kemitraan, yaitu :

Faktor Spiritual : Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal (silaturahmi). Dengan silaturahmi manusiabertambah usianya (fungsi proteksi), bertambah rezekinya (fungsi ekonomi),dan terjaga keturunannya (fungsi sosial).

Faktor Sosial : Manusia adalah makhluk sosial yang salingmembutuhkan, ketika seseorang mengetahui kebutuhan orang lain danmenolongnya, maka terbentuklah hubungan sosial.

Faktor Legal : Manusia hidup bermasyarakat dalam wadah negara yangmemiliki hukum. Manusia yang taat hukum berarti telah memperkuathubungannya dengan negara.

Kesimpulan 14

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Faktor Eksternal : Setiap manusia memiliki suratan takdirtersendiri, mengenai usianya, rezekinya serta jodohnya. Segalasesuatu yang terjadi pada dirinya, dengan siapa ia bertemu, darimana ia mendapatkan rezeki, telah diatur oleh Allah SWT. Sikap kitaadalah menerima segala fenomena yang ada dengan berbaik sangkakepada Allah, bahwa hal itu adalah yang terbaik baginya. Berusahamenjadi air namun tidak menjadi buih.

Kesimpulan 15

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

KesimpulanPasca kemerdekaan Indonesia dihadapkan pada musuh yang paling beratsepanjang sejarah, yaitu kebodohan dan kemiskinan. Berbagai upayapemerintah telah dilakukan untuk memerangi musuh besar ini, kendatipundemikian kemenangan masih belum sepenuhnya diraih. Pendidikan nasionalmenjadi kunci penting dalam dinamika kehidupan bangsa, namun sayang dalamaplikasinya di lapangan masih belum berorientasi pada pembangunanmasyarakat. Para lulusan pendidikan hanya sebatas mendapatkan “legalitasformal”, namun masih jauh dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnyayang diharapkan. Pendidikan masih bertumpu pada pendidikan formal,sedangkan dunia pendidikan “luar sekolah” acapkali kurang diperhatikan,padahal dua dunia itu seharusnya berpadu dalam harmoni pembangunannasional.

Indonesia membangun bangsa Indonesia seluruhnya untuk membentukmasyarakat belajar, berkarya dan berbudaya. Ketiga aspek pembentuk cirikhas kebangsaan ini pada saat ini akan diraih kembali dengan Kurikulum2013 yang di dalamnya terdapat norma penilaian berlandaskan sikap,pengetahuan dan keterampilan. Apabila ranah penilaian sikap dibantudengan pendidikan informal dan ranah keterampilan dibantu denganpendidikan non formal, maka sempurnalah sistem pendidikan nasional yangkita miliki.

Pondok Pesantren yang selama ini menjadi momok mengerikan bagi negarabahkan dunia, seharusnya dikembalikan pada citra yang seharusnya, sebagairole model dalam pembentukan masyarakat Indonesia yang agamis, toleran danberadab. Pondok Pesantren bukanlah milik sebagian golongan saja, tetapijustru telah menjadi bagian dalam sejarah perjuangan negara. Semenjakdahulu pondok pesantren dikenal sebagai katalisator masyarakat ilmiahyang majemuk, namun akhir-akhir ini nama besarnya seolah tercoreng olehpelaku fitnah keji yang hanya bertujuan merusak tatanan kehidupan bangsa.

Daftar Pustaka

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Kesimpulan 16

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMANDIRIANLEMBAGA

Salinan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Kemdiknas.

Kesimpulan 17