139 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

15
139 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016 PEMBELAJARAN ALJABAR BERBASIS NILAI-NILAI AKHLAK UNTUK MEMBENTUK SIKAP KEBERAGAMAAN MAHASISWA SEMESTER I UNIT 1 PRODI TADRIS MATEMATIKA STAIN MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE T.A 2015/2016 Oleh : Rosimanidar 1 1 Dosen Prodi TMA Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak agar membentuk sikap keberagamaan mahasiswa prodi Tadris matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Harus diakui bahwa pembelajaran aljabar selama ini masih mengutamakan pencapaian tujuan pendidikan matematika yang bersifat material, tetapi kurang memperhatikan pencapaian tujuan pendidikan matematika yang bersifat formal, yakni untuk menata nalar mahasiswa dan membentuk kepribadiannya. Hal ini dapat dilihat dari sikap keberagamaan mahasiswa yang belum terbentuk dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah mahasiswa masih memberikan sikap negatif terhadap pembelajaran aljabar, minat mahasiswa belajar aljabar masih rendah serta masih terjadinya krisis akhlak di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran yang ada yang terdiri atas dua tindakan. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa semester I unit 1 Prodi Tadris Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe TA. 2015/2016. Pengumpulan data dilakukan melalui angket. Hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak yaitu nilai terkait dengan hablun minannas yaitu nilai tolong menolong, rasa hormat, dan perhatian, sedangkan nilai yang

Transcript of 139 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

139 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

PEMBELAJARAN ALJABAR BERBASIS NILAI-NILAI

AKHLAK UNTUK MEMBENTUK SIKAP

KEBERAGAMAAN MAHASISWA SEMESTER I

UNIT 1 PRODI TADRIS MATEMATIKA

STAIN MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE

T.A 2015/2016

Oleh : Rosimanidar1

1Dosen Prodi TMA Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak agar membentuk

sikap keberagamaan mahasiswa prodi Tadris matematika STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe. Harus diakui bahwa pembelajaran

aljabar selama ini masih mengutamakan pencapaian tujuan

pendidikan matematika yang bersifat material, tetapi kurang

memperhatikan pencapaian tujuan pendidikan matematika yang

bersifat formal, yakni untuk menata nalar mahasiswa dan

membentuk kepribadiannya. Hal ini dapat dilihat dari sikap

keberagamaan mahasiswa yang belum terbentuk dengan baik.

Salah satu penyebabnya adalah mahasiswa masih memberikan

sikap negatif terhadap pembelajaran aljabar, minat mahasiswa

belajar aljabar masih rendah serta masih terjadinya krisis akhlak

di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu perlu dilakukan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian

praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan memperbaiki praktik

pembelajaran yang ada yang terdiri atas dua tindakan. Subjek

penelitiannya adalah mahasiswa semester I unit 1 Prodi Tadris

Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe TA. 2015/2016.

Pengumpulan data dilakukan melalui angket. Hasil penelitian

diperoleh bahwa pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak

yaitu nilai terkait dengan hablun minannas yaitu nilai tolong

menolong, rasa hormat, dan perhatian, sedangkan nilai yang

Rosimanidar 140

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

berhubungan dengan hablun minannafsi (diri sendiri) yaitu teliti,

hemat, cermat, kerja keras, tekun, jujur, tegas, bertanggung

jawab, pantang menyerah, percaya diri, dan disiplin yang dapat

diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar melalui kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, sehingga sikap

keberagamaan berkriteria baik bagi mahasiswa semester 1 unit 1

Prodi Tadris matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.

Kata Kunci: Pembelajaran Aljabar, Nilai-Nilai Akhlak, Nilai Hablun Minannas,

Nilai Hablun Minannafsi, Sikap Keberagamaan.

Abstract

This study aimed to describe a form of learning algebra-based

moral values in order to form the religious attitudes the of students

Tadris mathematics program STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.

It should be recognized that learning algebra is still a priority for

achievement the goals of mathematics education is materials. The

students still get low motivation to reach the formal form of

mathematics educational process, namely to organize student

reasoning and form a personality. It can be seen from the religious

attitude of students who have not formed properly. One reason is

the student still leave a negative attitude towards learning algebra,

algebra student interest is still low and still the moral crisis among

the students. Therefore, it is necessary to Action Research (PTK).

PTK is a practical research conducted in class and aims to

improve the existing teaching practices consisting of two acts.

Subject of research is the first semester students Prodi Tadris unit

1 Mathematical STAIN Malikussaleh Lhokseumawe TA.

2015/2016. Data collected through questionnaires. The result

showed that the learning of algebra-based moral values is the

value associated with hablun minannas value mutual help, respect,

and attention, while the value associated with hablun minannafsi

(yourself) that is thorough, thrifty, careful, hard work,

perseverance , honest, assertive, responsible, unyielding,

confidence, and discipline that can be internalized in learning

algebra through initial activity, core activities, and the activities of

the cover, so it could live out the criteria of good for students

141 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

Semester 1 unit 1 Prodi Tadris mathematics STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe.

Keywords : Learning Algebra, Values Morals, Hablun Minannas Values, Hablun

Minannafsi Values, Attitudes Religiosity.

A. Pendahuluan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan pendidikan

tersebut tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat direalisasikan salah satunya

melalui pendidikan di perguruan tinggi sebagaimana yang berlaku pada program

studi (Prodi) Tadris Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

berkompetensi untuk (a). Menghasilkan tenaga pendidik berkarakter Qur’ani yang

kompeten dan profesional dilingkungan masyarakat, madrasah/sekolah, pondok

pesantren dan masyarakat luar sekolah. (b). Menyiapkan tenaga peneliti dan

penulis dalam bidang pendidikan matematika yang diintegrasikan dengan nilai-

nilai Islam dan (c). Menciptakan model pendidikan matematika yang Islami,

relevan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Kompetensi yang dimiliki oleh Prodi Tadris Matematika sangat sesuai

dengan kompetensi yang harus miliki oleh seorang guru dalam Permendiknas no.

16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru yang dikembangkan secara utuh

dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,

dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Sehingga ini menjadi tanggung jawab Prodi Tadris Matematika untuk melahirkan

calon-calon guru sesuai kompetensi di atas.

Terkait dengan keempat kompetensi yang dikemukakan di atas, yang

menjadi banyak permasalahan terutama dikalangan mahasiswa adalah kompetensi

profesional dan kompetensi kepribadian. Kompetensi profesional dalam hal

penguasaan materi dan kompetensi kepribadian salah satu aspeknya adalah

menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, tegas, manusiawi, bertakwa dan

berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Rosimanidar 142

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

Kompetensi kepribadian yang berakhlak mulia merupakan modal utama

keberhasilan seorang calon guru.

Hal ini dikuatkan dengan pandangan Daniel Goleman, bahwa keberhasilan

seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi

(EQ) dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Seseorang yang

mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan

belajar, bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya. Sebaliknya para pemuda

dalam hal ini mahasiswa yang berkhlak mulia atau mempunyai kecerdasan emosi

tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh mahasiswa

seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, pembunuhan,

perilaku copy-paste, plagiarisme, sopan-santun, malas belajar dan sebagainya.

Krisis-krisis akhlak tersebut dapat terjadi terutama disebabkan karena rendahnya

sikap keberagamaan seorang mahasiswa. Sikap keberagamaan adalah kemantapan perilaku

seseorang mahasiswa yang terlihat dalam pola kehidupannya dalam melaksanakan

ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya sebagai pedoman hidup, meliputi

keyakinan, peribadatan atau praktik agama, penghayatan, pengamalan dan pengetahuan

agama (Jalaluddin, 2003: 225). Adapun indikator-indikator dari sikap keberagamaan yaitu

keterlibatan tingkat ritual, keterlibatan ideologis, keterlibatan intelektual, keterlibatan

pengalaman dan keterlibatan secara konsisten pada dimensi aqidah, ibadah dan akhlak

(Saifullah, 2010: 18).

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa sikap keberagamaan

melalui akhlak mulia seseorang dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Di

antaranya berdasarkan penelitian di Harvard University, Amerika Serikat, yang

ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan

kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri

dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya

ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill.

Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak

didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa

mutu pendidikan akhlak sangat urgen untuk ditingkatkan, salah satunya dapat

dintegrasikan dalam pembelajaran yang diberikan selama dua belas tahun dari

sejak SD sampai dengan SMA, porsi jam pembelajaran yang paling banyak yaitu

pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematika adalah proses membantu siswa mempelajari matematika

dengan menggunakan perencanaan yang tepat, mewujudkannya sesuai kondisi yang tepat

pula sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Hasil tersebut merupakan tujuan yang telah

dirumuskan dan merupakan akibat dari interaksi antara guru yang mengajar dan murid

yang belajar matematika (Sudjana, 1998: 43).

143 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

Matematika yang dipelajari di sekolah adalah matematika yang materinya

dipilih sedemikian rupa agar mudah dialihfungsikan kegunaannya dalam

kehidupan siswa yang mempelajarinya, salah satu materinya adalah aljabar.

Aljabar adalah bagian dari matematika yang mempelajari hubungan dan sifat-sifat

dari bilangan dengan menggunakan simbol-simbol umum. Operasi yang

merupakan dasar ilmu aljabar dan aritmatika adalah penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian. Dalam ilmu aljabar, huruf dapat digunakan untuk

merepresentasikan bilangan. Dengan menggunakan huruf-huruf dan simbol-simbol

matematis, kita dapat menggunakan ekspresi aljabar yang singkat untuk

menggantikan kalimat verbal yang panjang.

Materi aljabar adalah salah satu kompetensi yang harus dikuasai

mahasiswa saat belajar matematika di Sekolah yaitu pada tingkatan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2013, yaitu

mampu menyelesaikan operasi bentuk aljabar. Di saat belajar aljabar, penguasaan

kompetensi itu sangat penting karena akan menjadi prasyarat utama saat

mahasiswa belajar Aljabar pada tahap-tahap berikutnya, misalnya saat belajar

persamaan, pertisaksamaan, sistem persamaan, fungsi, persamaan garis dan

lainnya. Penguasaan konsep dasar aljabar ini sangat membantu mahasiswa Prodi

Tadris Matematika dalam mengikuti mata kuliah aljabar elementer pada semester 1

(satu) dikarenakan deskripsi mata kuliahnya mencakup matematika sekolah di

tingkat SMP.

Hasil pengalaman peneliti pada saat mengajar aljabar elementer diperoleh

hasil belajar aljabar mahasiswa masih rendah pada penyelesaikan operasi

penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dan bentuk aljabar,

menerjemahkan kalimat cerita menjadi kalimat matematika dalam bentuk

Persamaan Linier Satu Variabel (PLSV) dan Sistem Persamaan Linier Dua

variabel (SPLDV) serta menyelesaikan persamaan-persamaan tersebut.

Fakta menunjukkan bahwa selama ini, pembelajaran aljabar di sekolah

bahkan di perguruan tinggi lebih mengutamakan pencapaian tujuan pendidikan

matematika yang bersifat material, tetapi kurang memperhatikan pencapaian tujuan

pendidikan matematika yang bersifat formal, yakni untuk menata nalar mahasiswa

dan membentuk kepribadiannya. Hal ini dapat dipahami, mengingat tidak sedikit

dosen yang melaksanakan pembelajaran semata-mata untuk menyampaikan materi

perkuliahan atau transfer pengetahuan. Dosen masih sedikit yang mengetahui

bagaimana pengaruh pembelajaran yang telah dilaksanakan dan bagaimana

merancang pembelajaran aljabar sehingga dapat mengembangkan nilai-nilai aljabar

pada mahasiswa. Bahkan pada umumnya dosen kurang mengetahui adanya nilai-

nilai aljabar. Nilai-nilai aljabar tersebut semestinya juga merupakan bagian dari

Rosimanidar 144

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

nilai-nilai akhlak yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Nilai-nilai akhlak

berbeda halnya dengan nilai-nilai etika dan moral yang merupakan nilai-nilai hasil

pemikiran manusia, adat istiadat atau tradisi atau ideologi yang bersifat lokal dan

situasional. Fenomena yang biasa terjadi, pembelajaran aljabar selama ini terpatri

kebiasaan dengan urutan sajian sebagai berikut: (1) diajarkan

teori/definisi/teorema, (2) diberikan contoh-contoh, (3) diberikan latihan soal.

Pembelajaran tidak diawali dengan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-

hari mahasiswa (Soedjadi,, 2001: 5).

Akibatnya mahasiswa menirukan saja apa yang diajarkan dosen, tanpa

terlibat aktif menemukan rumus/pengertian. Dosen sangat jarang bahkan tidak

pernah menanamkan nilai-nilai akhlak dalam proses pembelajaran aljabar. Berikut

ini disajikan salah satu contoh dari nilai akhlak yang terdapat pada pembelajaran

aljabar. Misalkan, ketika menyelesaikan persamaan 83 x , dapat diselesaikan

dengan seperti yang disajikan berikut ini.

83 x (apabila ingin mendapatkan nilai x, tentu 3 pada sebelah

kiri dieliminasi)

3833 x (Kedua ruas ditambahkan dengan 3, ini menunjukkan ada

suatu penanaman sifat adil).

38 x

11 x

Kemudian diperiksa apakah x = 11, merupakan penyelesaian untuk

persamaan 83 x ?. Untuk memeriksa nilai x yang sudah diperoleh dengan cara

mensubstitusi atau memasukkan nilai x = 11 ke persamaan tersebut, sehingga

diperoleh:

83 x

8311?

(?

artinya apakah seharusnya sama dengan)

8=8

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa x = 11 adalah

penyelesaian atau solusi untuk persamaan 83 x . Contoh di atas merupakan

salah satu contoh sikap teliti dan cermat pada menyelesaikan soal matematika

dengan langkah demi langkah sehingga memperoleh hasil yang benar, dan adanya

unsur sikap ini perlu ditanamkan oleh dosen untuk mahasiswa di saat

pembelajaran aljabar. Sehingga besar kemungkinan hasilnya tidak akan ada

kesalahan dan ia mendapat nilai yang memuaskan.

Dengan demikian pembelajaran aljabar sangat tepat berbasis nilai-nilai

akhlak. Hal ini dikarenakan karena nilai-nilai yang termuat pada pembelajaran

145 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

aljabar bagian dari nilai-nilai akhlak. Pembelajaran aljabar memiliki karakteristik

konsisten dalam sistemnya. Nilai konsistensi dalam Islam adalah Istiqamah.

Istiqamah adalah berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser,

karena akar kata Istiqamah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Dalam

kehidupan sehari-hari sangat diperlukan adanya sikap dan nilai istiqamah ini,

sehingga akan tumbuhnya sikap keberanian (Syaja’ah), ketenangan (Ithmi’nan)

dan optimis (Tafa’ul). Jika setiap mahasiswa yang telah terbiasa dengan berpikir

matematika maka akan istiqamah dalam menjalankan kebenaran. Misalkan sikap

istiqamah seorang mahasiswa dalam menutup aurat, seperti pakaian yang

digunakan tidak transparan, kemudian tetap semangat dan tidak malas dalam

belajar matematika, karena mahasiswa tersebut sadar akan pentingnya belajar

matematika dengan tanpa kenal lelah dan tak mengenal kamus menyerah. Oleh

karena itu, setiap materi aljabar harus dapat menanamkan nilai istiqamah ini untuk

membentuk tata nalar dan kepribadian mahasiswa. Sehingga dapat terbentuk

mahasiswa yang mempunyai sikap keberagamaan yang mengarah kepada

pembentukan manusia ahli pikir dan zikir, dapat menjadi uswah hasanah bagi anak

didiknya sehingga tujuan pendidikan nasional dan kompetensi Prodi tadris

Matematika dapat terwujud.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan tujuan untuk mendeskripsikan sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris

matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe melalui pembelajaran aljabar

berbasis nilai-nilai akhlak.

B.Metodologi Penelitian

Tempat yang dijadikan lokasi penelitian adalah mahasiswa Prodi Tadris

Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Pemilihan lokasi ini didasarkan

pada pertimbangan sebagai berikut: (1). Mahasiswa sudah menguasai konsep

aljabar sekolah. (2). Matakuliah agama diberikan pada kurikulum hampir 50%. (3).

Rekutmen awal ada tes baca Al-Qur’an dan (4). Mahasiswa hampir 50% berasal

dari pesantren dan Madrasah Aliyah.

Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pembelajaran aljabar berbasis nilai-

nilai akhlak untuk meningkatkan sikap keberagamaan mahasiswa prodi Tadris

Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Data yang dikumpul dalam

penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penjelasan tentang pembelajaran aljabar

berbasis nilai-nilai akhlak untuk meningkatkan sikap keberagamaan mahasiswa

prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Penelitian ini lebih

menekankan pada proses pembelajaran daripada hasil akhir pembelajaran itu

Rosimanidar 146

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

sendiri, maksudnya proses pembelajaran yang baik akan memberikan hasil akhir

yang baik pula. Pembelajaran akan berlangsung dalam setting alami. Data hasil

penelitian berupa kata-kata dan dipaparkan sesuai dengan kejadian dalam

penelitian dan analisis data dilakukan secara induktif. Dalam penelitian ini, peneliti

merencanakan dan merancang pembelajaran aljabar. Peneliti adalah instrumen

utama, karena peneliti yang merencanakan, merancang, mengumpulkan data,

menganalisis data, menarik kesimpulan dan membuat laporan.

Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini

termasuk kedalam penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan

salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan

untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Penelitian

tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru

dilapangan. Singkatnya penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis

yang dilakukan dikelas dan bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah bersumber dari hasil

angket mahasiswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah satu kelas mahasiswa

semester 1 (satu) unit 1 Prodi Tadris Matematika STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe Tahun Akademik 2015/2016. Angket dimaksudkan untuk

mengetahui peningkatan sikap keberagamaan semua mahasiswa terhadap

pembelajaran yang telah mereka ikuti. Angket diberikan setelah semua tindakan

berakhir. Tiap instrumen disediakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju,

setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Untuk skor tiap butir instrumen

berbeda sesuai dengan sifat butir instrumen, yaitu positif atau negatif. Butir-butir

instrumen yang bersifat positif memiliki urutan 4,3,2,1, artinya jika responden

memilih jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Sedangkan untuk instrumen

yang bersifat negatif memiliki urutan 1,2,3,4, artinya jika responden memilih

jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4.

Adapaun teknik analisis data yang digunakan adalah model air (flow

model) meliputi kegiatan(1) mereduksi data.(2) menyajikan data, dan(3) menarik

kesimpulan serta verifikasi. Pengecekan keabsahan data akan digunakan teknik

kriteria derajat kepercayaan yang dikembangkan oleh moleong yaitu(1)

Triangulasi,( 2) Ketekunan pengamatan dan (3) Pemeriksaan sejawat.

Sedangkan tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah (1)

Tahap pra tindakan yang terdiri dari refleksi awal, menetapkan dan merumuskan

jenis tindakan dan (2) Tahap pelaksanaan tindakan. Yang dilakukan pada tahap ini

adalah meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) yang akan membentuk suatu

147 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

siklus. Siklus ini akan dilakukan terus menerus sampai kriteria yang ditetapkan

dalam setiap tindakan tercapai.

Kriteria keberhasilan untuk penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika

sikap keberagamaan dengan kriteria baik.

C.Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data yang diperoleh dari penelitian tentang sikap keberagamaan

mahasiswa dari angket adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Skor Angket Sikap Keberagamaan

Mahasiswa

No Responden Skor Klasifikasi

1 AR 49 Baik

2 AF 42 Baik

3 EM 48 Baik

4 JF 45 Baik

5 TR 46 Baik

6 RMS 48 Baik

7 IM 49 Baik

8 DAH 48 Baik

9 Ma 48 Baik

10 RS 50 Sangat Baik

11 HN 49 Baik

12 MU 45 Baik

13 NS 46 Baik

14 Try 45 Baik

15 RR 49 Baik

16 ES 47 Baik

17 RM 51 Sangat Baik

18 Ku 44 Baik

19 Sa 46 Baik

20 RA 44 Baik

21 Zu 44 Baik

Sumber Data: Data Olahan Peneliti, 2015

Instrumen yang dipakai untuk mengukur sikap keberagamaan terdiri dari 15

pertanyaan, yang masing-masing item mempunyai empat alternatif jawaban dengan rentang

skor 4-1 untuk pernyataan positif dan skor 1-4 pernyataan negatif. Skor harapan terendah

Rosimanidar 148

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

adalah 15 sedangkan total skor harapan tertinggi adalah 60. Berdasarkan total skor harapan

tersebut dapat ditentukan interval skor masing-masing kelas atau jenjang yang

menggambarkan sikap keberagamaan mahasiswa yang terdiri dari empat tingkatan yaitu

mampu melaksanakan dengan sangat baik, baik, cukup dan kurang.

Data sikap keberagamaan yang dikumpulkan dari responden sebanyak 21 secara

kuantitatif menunjukkan bahwa skor minimum yang didapat adalah 15 dan skor total

maksimumnya adalah 60. Rentang jumlah skor maksimum yang mungkin diperoleh adalah

60-15= 45. Interval kelas sebanyak empat, maka lebar kelas intervalnya adalah 45 : 4

=11,25=11.

Dari hasil angket, dapat dibuat distribusi frekuensi untuk variabel Sikap

keberagamaan sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Keberagamaan

No Kriteria Interval Jumlah Persentase

(%)

1. Sangat baik 50 -60 2 9,5

2. Baik 39 –49 19 90,5

3. Cukup 28-38 0 0

4 Kurang 15-27 0 0

Total 21 100

Gambar 1. Grafik Sikap Keberagamaan

Data dari tabel 2 dan gambar 1 di atas menunjukkan bahwa 21 responden

90,5% sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe sesudah diterapkan pembelajaran aljabar berbasis

nilai-nilai akhlak dengan kriteria baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

149 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe pada dimensi akhlak diterapkan pembelajaran aljabar berbasis nilai-

nilai akhlak dengan kriteria baik.

Berikut akan iuraikan hasil perhitungan kuesioner sikap keberagamaan mahasiswa

pada dimensi akhlak yaitu nilai hablun minannas, yaitu nilai-nilai yang harus

dikembangkan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia dan nilai-nilai yang

berhubungan dengan diri sendiri (hablun minannafsi).

1.Akhlak Hablun Minannas

a. Sikap Tolong Menolong

Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai nilai tolong

menolong, rata-rata sikap mahasiswa memiliki persentase tertinggi 90,5% dalam katagori

setuju. Hal ini berarti 90,5% mahasiswa setuju apabila ada teman mendapat kesusahan,

maka ikut merasakan kesedihan teman dan berusaha membantunya.

b.Sikap Rasa Hormat dan Memberi Perhatian

Rata-rata sikap mahasiswa untuk memiliki rasa hormat persentase tertinggi

57,14% dalam katagori setuju. Hal ini berarti 57,14% mahasiswa setuju ketika sedang

asyik mengerjakan tugas kuliah, ibu meminta membelikan sesuatu, maka akan segera

membelikannya.

Sikap memberi perhatian, rata-rata sikap mahasiswa memiliki persentase tertinggi

76,19% dalam katagori sangat setuju. Hal ini berarti 76,19% mahasiswa sangat setuju

memperhatikan dosen disaat menjelaskan materi perkuliahan.

2.Akhlak Hablun Minannafsi

a.Sikap Teliti, Cermat dan Hemat

Rata-rata sikap mahasiswa untuk teliti memiliki persentase tertinggi 52,4% dalam

katagori tidak setuju. Hal ini berarti 52,4% mahasiswa tidak setuju merasa bisa

menyelesaikan soal-soal aljabar, tetapi jawabannya masih salah, dikarenakan terburu-buru

ingin cepat mengumpulkan lembar jawaban. Sedangkan yang sangat setuju dan setuju

totalnya 47,6%, jadi 52,4% mahasiswa sudah terbiasa teliti.

Sikap mahasiswa mengenai sikap cermat, rata-rata sikap mahasiswa untuk

memiliki persentase tertinggi 61,9% dalam katagori setuju. Hal ini berarti 61,9%

mahasiswa setuju bahwa pada saat menyelesaikan soal-soal aljabar, perlu memikirkan dulu

konsep apa yang akan digunakan bisa menyelesaikan soal-soal aljabar.

Sikap mahasiswa mengenai sikap hemat, rata-rata mahasiswa memiliki persentase

tertinggi 57,2% dalam katagori tidak setuju. Hal ini berarti 57,2% tidak setuju dan 9,5%

sangat tidak setuju bahwa setiap tahun membeli sepasang sepatu baru. Jadi ada 66, 7%

mahasiswa terbiasa hidup hemat.

b. Sikap Kerja Keras, Tekun dan Ulet

Rosimanidar 150

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap kerja keras, rata-

rata sikap kerja keras mahasiswa memiliki persentase tertinggi 61,9% dalam katagori

setuju. Hal ini berarti 61,9% setuju bahwa penasaran kalau ada soal aljabar yang belum

bisa diselesaikan, yang menunjukkan adanya sikap berusaha pantang menyerah terhadap

sesuatu hal.

Sikap mahasiswa mengenai sikap tekun, rata-rata sikap tekun mahasiswa memiliki

persentase tertinggi 57,1% dalam katagori setuju dan 38,1% sangat setuju. Hal ini berarti

95,2 % jika ada soal yang tidak bisa dikerjakan, mahasiswa akan membaca buku dan

berdiskusi dengan teman. Hal ini menunjukkan sikap tekun mahasiswa dalam mengerjakan

sesuatu.

Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap ulet, rata-rata sikap

ulet mahasiswa memiliki persentase tertinggi 47,6% dalam katagori setuju dan 42,9%

sangat setuju. Hal ini berarti 90,5 % mahasiswa berdo’a dan menyerahkan hasilnya kepada

Allah setelah menyelesaikan soal-soal aljabar. Mahasiswa pada katagori ini telah

menerapkan sikap tawakal dan bersungguh-sungguh dengan usahanya.

c. Sikap Jujur, Tegas dan Tanggung Jawab

Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap jujur, rata-rata sikap

jujur mahasiswa memiliki persentase tertinggi 76,2% dalam katagori tidak setuju

menyontek jawaban teman kalau ada soal yang tidak bisa diselesaikan.

Sikap tegas mahasiswa memiliki persentase tertinggi 81% dalam katagori setuju

berusaha menyelesaikan tugas kuliah secara sistematis. Sedangkan rata-rata sikap tegas

mahasiswa memiliki persentase tertinggi 66,7% dalam katagori setuju kalau dosen belum

hadir, tetap menunggu dosen sampai selesai jam perkuliahan.

d. Sikap Pantang Menyerah dan Percaya Diri

Sikap mahasiswa mengenai sikap pantang menyerah, rata-rata sikap pantang

menyerah mahasiswa memiliki persentase tertinggi 71,4% dalam katagori setuju setiap soal

aljabar yang diberikan, pasti ada penyelesaiannya. Sedangkan rata-rata sikap percaya diri

mahasiswa memiliki persentase tertinggi 81% dalam katagori setuju setiap tugas kuliah

tidak dikerjakan di kampus.

e. Sikap Disiplin

Hasil perhitungan kuesioner sikap mahasiswa mengenai sikap disiplin, rata-rata

sikap disiplin mahasiswa memiliki persentase tertinggi 52,4% dalam katagori sangat setuju

sudah hadir ke ruang kuliah sebelum dosen hadir.

Sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe sesudah diterapkan pembelajaran aljabar berbasis

nilai-nilai akhlak dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

aljabar diharapkan tidak hanya mempersiapkan mahasiswa secara kognitif tetapi

juga pembentukan sikap. Pembentukan sikap tersebut yaitu sikap keberagamaan

yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-

151 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

rata sikap keberagamaan mahasiswa setelah tindakan dalam katagori baik yang

terkait terkait nilai-nilai akhlak hablun minannas yaitu nilai tolong menolong dan

rasa hormat dan perhatian, sedangkan nilai yang berhubungan dengan hablun

minannafsi (diri sendiri).yaitu teliti, hemat & cermat, kerja keras, tekun & ulet,

jujur, tegas & bertanggung jawab, pantang menyerah & percaya diri serta disiplin.

Pada saat pembelajaran berlangsung mahasiswa termotivasi untuk belajar aljabar

karena lebih terkesan. Meskipun karena jumlah pertemuan terbatas membatasi

mahasiswa dalam memahami nilai-nilai akhlak yang dapat

diinternalisasikan.Penerapan nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran dapat

membentuk kompetensi kepribadian mahasiswa sebagai calon guru yang akan

menjadi teladan bagi anak didiknya kedepan. Sebagaimana tercantum dalam

Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi guru yaitu

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan mata pelajaran matematika di sekolah

khususnya pada jenjang SMP sebagai persiapan calon pendidik bagi mahasiswa, salah

satunya adalah: memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap

ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dan tujuan dari pembelajaran aljabar

adalah (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola

pikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan (2) Mempersiapkan siswa

meggunakan aljabar dan pola pikir aljabar dalam kehidupan sehari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan (Soedjadi, 2000: 43).

D.Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan bahwa dapat disimpulkan hal-

hal berikut.

1.Nilai-nilai akhlak terkait dengan hablun minannas yaitu nilai tolong menolong

dan rasa hormat dan perhatian, sedangkan nilai yang berhubungan dengan hablun

minannafsi (diri sendiri).yaitu teliti, hemat & cermat, kerja keras, tekun & ulet,

jujur, tegas & bertanggung jawab, pantang menyerah & percaya diri serta disiplin

yang dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran aljabar melalui kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.

2.Pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak dapat membentuk sikap

keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe.

Rosimanidar 152

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

3.Sikap keberagamaan mahasiswa Prodi tadris matematika STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe melalui pembelajaran aljabar berbasis nilai-nilai akhlak dengan

kriteria baik.

Daftar Pustaka

Abdusysyakir. (2007). Ketika Kyai mengajar matematika. Malang:UIN-Malang Press.

Adinawan, M. Cholik & Sugijono.(2000). Matematika untuk SMP Kelas VIII.

Jakarta:Erlangga.

Anni, Catharina Tri. (2005). Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri

Semarang.

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

As’ari, A. R. 2000. Mengapa Perlu Penelitian Tindakan. Makalah disampaikan dalam

pelatihan Action Research tingkat Nasional bagi srtuktur inti. Jakarta: Cipete.

Asmani, Jamal. M. (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,

dan Menyenangkan). Yogyakarta:DIVA Press.

Bakar, Abu Aceh. (1963). Mutiara Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.

Barnett Rich dan Philip A. Schmidt. (2002). Aljabar Elementer Schaum’s outlines. Edisi

Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Bishop, Alan. dkk. (2000). Values in Mathematics Education: Making Values

Teaching Explisit in the Mathematics Classroom.

Bodiono, Eddy, Mencari Roh PAKEM, Majalah Teachers Guide edisi No. 10 tahun ke

IV,http:// teachers guideonline.blogspot.com, diakses tanggal 8 Oktober 2011.

Chasanah, Siti Uswatul. (2006). Internalisasi Nilai-nilai Agama Islam Dalam Pembinaan

Mental Melalui Pembiasaan Dan Keteladanan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah: UIN

Malang.

Depdiknas. (2007). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: Mata

Pelajaran Matematika, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Indrawati dkk. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreaktif, Efektif dan Menyenangkan. Jakarta:

PPPPTK IPA Program BERMUTU.

John Bird. (2004). Matematika Dasar (Teori dan Aplikasi Praktis). Edisi Ketiga.

Jakarta:Erlangga.

Lithanta, Agus. Alat Peraga perkalian Model Matrik sebagai media Pembelajaran

Matematika yang Menyenangkan, http://www.docstoc.com, di akses

tanggal 25 juli 2011.

Lusia Riyati Maningrum.(2007). Keefektifan Penerapan Pendekatan PAKEM

dengan Media CD Interaktif Dalam Pembelajaran Matematika Sub Pokok

Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran Pada Siswa Kelas VIII SMP

153 Pembelajaran Aljabar Berbasis Nilai-Nilai Akhlak

Itqan, Vol. VII, No. 1, Januari - Juni 2016

Pangudi Luhur Giriwoyo Wonogiri. Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Maleong, L.J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda

Karya.

Nuharini, Dewi, dkk. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasi untuk /MTs Kelas

VIII. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas.

Rosimanidar. (2010). Pembelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Melalui

Pendekatan Kontekstual Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP/MTs

Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara. Laporan Penelitian : Dana APBN-P.

STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.

Rahaju, Endah.B, dkk. (2008). Matematika Contextual Teaching and Learning

untuk SMP/MTs Kelas VIII. Edisi 4. Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas.

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung:Alfabeta.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Setiawan. (2004). Pembelajaran Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA.

Penulisan Modul Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta: Depdiknas

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika.

Sri Neni. (2012). Penerapan Pembelajaran Model PAKEM untuk Meningkatkan

prestasi Belajar Siswa pada Mata pelajaran Matematika konsep Kubus,

Jurnal UMP.

Supartono. (2006). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik untuk

Materi Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 1 Bubulan Bojonegoro. Mathedu ;

Volume 1 No. 2. Surabaya: Program Studi Pendidikan Matematika PPS-UNESA.

Supinah. (2009). Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Yogyakarta:

Depdiknas.

USAID. (2006). Asyik Belajar Dengan PAKEM: Matematika. Jakarta: Program MBE.