ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
Transcript of ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM ...
ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM
MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KELARUTAN
DAN HASIL KALI KELARUTAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ade Ira Nurjanah
NIM. 1112016200015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAIIAN
Skripsi berjudul Analisis Level Metakognitif Siswa dalam Memecahk*n
Masilah padl Materi Kelrrutan dan Hasil KaIi Kelamtan disusun oleh Ade
Ira Nurjanah, NIM. l1120rc2}00l5, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Pendidikan IPA, Fakultas IImu Tarbiyah dan KeguruarS Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbin$n dan dinyatakan sah sebagai
karya ihniah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
J akarta, 1 3 Desemb er 201 6
Yang mengesahkan,
Dila Fairusi. M.SiNIP. 19850330 201503 2 003
PemQimbing I Pembimbing IIY-'-'--= -A*-.J.---il t -.(t ;- 4*
Burhanudin Milama. M.PdNIP.19770201 200801 I 001
KEMENTERIAN AGAMAUTN JAKARTAFITKjl- lr. H. .luanda No 95 Ciputat 1-i112 Inddvda
FORM GR)
No. I)okumen : FITK-FR-AKD-089-1'gl. 1'erbit : 1 Maret 2010
No. Itevisi: : 01
Ha1 t/tSURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tempat/Tgl.Lahir
NIM
Jurusan i Prodi
Judul Skripsi
Ade Ira Nurjanah
Serang, 30 Januari 1995
1 1 1201620001 5
Pendidikan Kimia
Analisis Level Metakognitif Siswa
Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil
dalam Memecahkan
KaIi Kelarutan
Dosen Pembimbing : 1. Burhanudin Milama, M.Pd
2.Dila Fairusi" M.Si
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta. 14 Desember 2016Mahasiswa Ybs.
Ade Ira NurianahNIM. 1112016200015
v
ABSTRAK
Ade Ira Nurjanah, NIM. 1112016200015, Program Studi Pendidikan Kimia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul:
Analisis Level Metakognitif Siswa dalam Memecahkan Masalah pada Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI IPA 2
SMAN 9 Tangerang Selatan
Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau
pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Dalam memecahkan masalah
kimia, memerlukan keterlibatan metakognitif. Setiap siswa memiliki kemampuan
metakognitif yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan
dengan subjek penelitian sebanyak 33 siswa dari kelas XI IPA 2. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif sehingga datanya berupa hasil tes
essai. Hasil tes essai tersebut dianalisis dan ditentukan level metakognitifnya
berdasarkan indikator yang telah dibuat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Aware Use,
sebanyak 63,64 % siswa berada pada level metakognitif Strategic Use dan
sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Relective Use. Siswa
yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas berada pada level
metakognitif Reflective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang sedang di
dalam kelas berada pada level metakognitif Strategic Use. Dan siswa yang
memiliki hasil belajar yang rendah di dalam kelas berada pada level metakognitif
Aware Use. Rata-rata level metakognitif siswa berada pada level metakognitif
Strategic Use, karena rata-rata siswa dapat menggunakan dan menyadari strategi
yang tepat dalam menyelesaikan masalah, tidak hanya mampu memahami
masalah.
Kata Kunci: pemecahan masalah, level metakognitif, hasil belajar.
vi
ABSTRACK
Ade Ira Nurjanah, NIM. 1112016200015, Chemical Departement, The Faculty
of Tarbiya and Education, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Analysis of
Students Metacognitive Level on Solving Probem of Molarity and Molarity
Times. A Descriptive Quantitative Research in XI Science of SMAN 9
Tangerang.
Metacognitive is knowledge and understanding of cognitive process, or
knowledge of mind and it’s work. Metacognitive is needed on solving problem.
Every single of students has different metacognitive abilities. This research is to
describe students metacognitive level on solving chemicals molarity problem.
This research was held in SMAN 9 Tangerang, by 33 students of XI science 2 as
the subject research. This research is a quantitative descriptive by the essay results
as the data. This results is analyzed and the metacognitive level is stated based on
the indicators. As the results of this research is 18,18% students are in Aware Use
level, 63,64% in metacognitive Strategic Use level and 18,18% in metacognive
Reflective Use level. Metacognitive Reflecive Use are the level for the high score
students. Metacognitive Strategic Use are for middle score students. And
metacognitive Aware Use for the low score students. Metacognitive Strategic Use
level as the average. Most of the students be able to use and realized the right
strategy on solving problems.
Key word: solving problem, metacognitive level, learning results.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam dan
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya
yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul Analisis Level Metakognitif Siswa dalam
Memecahkan Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan dibuat
untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
menyelesaikan skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku dosen pembimbing I sekaligus
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Salamah Agung, S.Si, Apt, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing
akademik.
4. Ibu Dila Fairusi, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Ahmad Nana Mahmur, M.Pd selaku kepala sekolah tempat penulis
melakukan penelitian.
6. Bapak Rudinanto, S.Pd selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum di
sekolah tempat penulis melakukan penelitian.
7. Seluruh Siswa/Siswi Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Tengerang Selatan
sebagai subjek penelitian.
8. Ayahanda dan ibunda tercinta. Berkat didikan, doa, dan pengorbanan
keduanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii
9. Achmad Asep Saepullah selaku kakak yang tak henti-hantinya
mengingatkan, memotivasi, dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
10. Adik-adik tersayang yang selalu menghibur dan memberikan dorongan
semangat penulis.
11. Teman-teman terdekat. Rian raditya, Qurotul aina, Mutia angraeni, Siti
masitoh, Ipa ida rosita, Farhatunnisa, Eka yulli kartika, dan yang lainnya
yang selalu memberi dukungan semangat dan motivasi dalam pembuatan
skripsi ini.
12. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2012 khususnya mahasiswa
pendidikan kimia kelas A yang telah membantu penulis dengan berbagai
pendapat dan tenaganya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Ungkapan kata memang tidak akan cukup untuk kebaikan kalian semua.
Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
pada kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
yang terdahulu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh
dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
melimpahkan rahmat, taufik,dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal
alamin
Jakarta, Desember 2016
Ade Ira Nurjanah
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
E. Tujuan Penelitan ............................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Pemecahan Masalah .................................................... 7
2. Langkah-langkah dalam Pemecahan Masalah ........................... 8
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah ............. 10
4. Rintangan Dalam Memecahkan Masalah ..................................... 11
5. Metakognitif ............................................................................... 12
6. Level Metakognitif ...................................................................... 16
B. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
1. Kelarutan .................................................................................... 18
2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan ....................................................... 19
x
3. Hubungan Antara Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan ............. 20
4. Pengaruh Penambahan Ion Senama Terhadap Kelarutan ............ 20
5. Pengaruh pH terhadap Kelarutan .............................................. 21
6. Reaksi Pengendapan ..................................................................... 21
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 21
D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 26
B. Metode Penelitian ............................................................................... 26
C. Alur Penelitian ............................................................................... 26
D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 27
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 27
G. Kalibrasi Instrumen ............................................................................... 28
H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 30
BAB IV HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 34
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 36
1. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Tinggi ....................... 36
2. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Sedang ...................... 42
3. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Rendah ....................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 58
B. Saran .................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................... 64
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Indikator Soal Instrumen Tes ........................................................ 27
Tabel 3.2 : Kriteria Reliabilitas ....................................................................... 29
Tabel 3.3: Kriteria Tingkat Kesukaran............................................................. 30
Tabel 3.4: Kriteria Daya Beda ........................................................................ 30
Tabel 3.5: Kriteria Penentuan Kategori ........................................................... 31
Tabel 3.6: Kriteria Level Metakognitif ............................................................ 31
Tabel 4.1: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa ............................................... 34
Tabel 4.2: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi ................. 35
Tabel 4.3: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang ............... 35
Tabel 4.4: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah ................ 36
Tabel 4.5: Analisis Per-butir Soal Kelompok Tinggi ...................................... 36
Tabel 4.6: Analisis Per-butir Soal Sedang ....................................................... 42
Tabel 4.7: Analisis Per-butir Soal Kelompok Rendah ..................................... 51
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 25
Gambar 3.1: Bagan Alur Penelitian ................................................................. 26
Gambar 4.1: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi ................ 39
Gambar 4.2: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi ................ 40
Gambar 4.3: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 45
Gambar 4.4: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 47
Gambar 4.5: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 49
Gambar 4.6: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah ............... 53
Gambar 4.7: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah ............... 55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Tes Level Metakognitif ............................ 64
Lampiran 2: Rubrik Penilaian ........................................................................ 68
Lampiran 3: Instrumen Tes Level Metakognitif Sebelum Validasi ............... 84
Lampiran 4: Hasil Validitas Dosen Ahli ........................................................ 86
Lampiran 5: Hasil Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran & Daya Beda
(Anates) ...................................................................................... 134
Lampiran 6: Instrumen Tes Level Metakognitif Sesudah Validasi .............. 139
Lampiran 7: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa ............................................ 140
Lampiran 8: Hasil Belajar dan Hasil Tes Level Metakognitif ...................... 144
Lampiran 9: Hasil Tes Level Metakognitif Tiap Kelompok ......................... 145
Lampiran 10: Hasil Tes Level Metakognitif Per-butir Soal.......................... 147
Lampiran 11: Lembar Uji Referensi ............................................................. 150
Lampiran 12: Foto-Foto Penelitian ............................................................... 150
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembenahan mutu pendidikan terus-menerus dilakukan oleh pemerintah
demi terciptanya suatu negara yang berkualitas serta mampu bersaing dengan
negara-negara lain. Salah satunya melalui perubahan kurikulum. “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (LeKDiS, 2005, hal.
11).
Kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan demi
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Saat ini kurikulum yang baru saja
diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan
perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Di dalam kurikulum 2013, salah satu kecerdasan yang dituntut adalah
kecerdasan metakognitif siswa. Tuntutan terhadap kecerdasan metakognitif itu
disebutkan dalam kompetensi inti nomor 3 yang berbunyi “memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah” (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013, hal. 10).
Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau
pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya (Desmita, 2010, hal. 132).
Kecerdasan metakognitif diperlukan dalam pemecahan masalah khususnya
pemecahan masalah kimia. “Kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
benda atau materi di alam raya dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat-
2
sifat tertentu menjadi bentuk-bentuk lain dengan sifat-sifat yang berbeda”
(Petrucci, 1985, hal. 1).
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2009) mengemukakan bahwa:
Mata pelajaran kimia berorientasi pada misi utamanya, yaitu:
pengembangan kenetraan (literasi kimia); memperkenalkan kimia
kepada siswa sekolah menengah agar mereka memiliki pondasi yang
memadai dan tertarik untuk mempelajari kimia atau disiplin lain yang
terkait diperguruan tinggi; pengembangan kemampuan berpikir
ilmiah, dalam pengertian penumbuhan kemampuan memecahkan
masalah dengan menggunakan cara berpikir dalam kimia, yang
mengandalkan observasi, analisis, dan eksperimentasi; dan
penumbuhan kesadaran tanggung jawab moral berkenaan dengan
penggunaan proses dan produk kimia (hal. 226).
Selain itu, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2009) juga mengemukakan
bahwa agar pembelajaran kimia itu menarik, mudah dicerna, serta bermanfaat
bagi siswa, ada lima prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu:
1. Pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan pemahaman
peserta didik yang kuat terhadap pengetahuan dasar kimia.
2. Pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan kemampuan
peserta didik melakukan penyelidikan dan memecahkan masalah.
3. Pembelajaran kimia harus mampu memperluas wawasan peserta
didik mengenai dampak sosial dan lingkungan yang terkait pada
penerapan dan penggunaan proses dan produk kimia di masyarakat.
4. Pembelajaran kimia harus mampu memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologis peserta didik.
5. Pembelajaran kimia harus mampu mencerahkan peserta didik
tentang karir masa depan yang terkait kimia (hal. 232).
Jika dilihat dari misi utama mata pelajaran kimia dan prasyarat yang perlu
dipenuhi oleh suatu pembelajaran kimia agar pembelajaran kimia itu menarik,
mudah dicerna, serta bermanfaat bagi siswa salah satu misi utama dan prayaratnya
itu adalah kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan cara berfikir dalam kimia, yang mengandalkan observasi, analisis
dan eksperimentasi. Jadi, memecahkan masalah kimia merupakan aktivitas yang
penting dalam belajar kimia.
3
Yeo (2004) menjelaskan bahwa untuk memecahkan masalah tergantung
pada lima faktor di antaranya keterperincian, keahlian, pengetahuan atau konsep,
proses metakognitif, dan perbuatan. Proses metakognitif menjadi salah satu faktor
dalam memecahkan masalah. Metakognitif itu sendiri ialah istilah yang secara
literal berarti “berpikir mengenai berpikir”. Metakognitif mencakup pemahaman
dan keyakinan pembelajar mengenai proses kognitifnya sendiri dan bahan
pelajaran yang akan dipelajari, serta usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses
berperilaku dan berpikir yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya
(Ormrod, 2008, hal. 369).
Dalam memecahkan masalah, ada beberapa langkah yang harus ditempuh.
Seperti yang dikemukakan oleh Bransford & Stain (1993) dalam Santrock (2008)
ada empat langkah dalam memecahkan masalah, yaitu: mencari dan memahami
masalah; menyusun strategi pemecahan masalah yang baik; mengeksplorasi
solusi; serta memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari
waktu ke waktu.
Dari empat langkah pemecahan masalah tersebut, setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, ada siswa yang hanya mampu mencari dan
memahami masalah, ada juga siswa yang mampu menyelesaikannya sampai tahap
akhir yaitu memikirkan dan mendefinisikan problem dan solusi dari waktu ke
waktu. Adanya perbedaan kemampuan tersebut terjadi karena setiap siswa
memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang berbeda-beda.
Aktivitas siswa dalam penggunaan kesadaran antara kognitif dan fungsi
metakognitif dalam memecahkan masalah kimia menjadi karakteristik pola
berpikir yang berbeda pada setiap siswa. Dalam memecahkan masalah, siswa akan
menghadapi masalah yang belum pernah ia temui maupun yang pernah ia temui.
Hal itu dapat melatih siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah, sehingga kemampuan
berpikirnya meningkat. Setiap siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan
metakognitif yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan metakognitif yang baik dan ada juga siswa yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang kurang. Kurangnya pengetahuan
4
dan keterampilan metakognitif siswa akan mengganggu proses belajar siswa dan
pemecahan masalah.
“Metakognitif memiliki dampak pada pengawasan dan pengendalian
proses-proses pengambilan informasi dan proses-proses inferensi yang
berlangsung dalam sistem memori” (Solso, Maclin, O & Maclin, M, 2007, hal.
266). Untuk meningkatkan keterampilan metakognitif, diperlukan
adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa dalam proses berpikirnya. Namun,
setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu
masalah. Beberapa siswa secara sadar memperhatikan masalah yang diberikan
dengan menyelesaikannya secara hierarkis tetapi ada juga siswa yang hanya asal-
asalan menjawab ketika dihadapkan pada soal. Hal ini dikarenakan tingkat
kesadaran atau tingkat metakognitif yang berbeda. Menurut Swartz & Perkins
(1998) tingkat metakognitif terdiri atas 4 tingkatan yaitu Tacit Use, Aware Use,
Strategic Use dan Reflective Use.
Setiap siswa memiliki tingkat metakognitif yang berbeda-beda. Hal ini
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sophianingtyas dan Sugiarto
(2013) dalam jurnalnya yang berjudul identifikasi level metakognitif siswa dalam
memecahkan masalah materi perhitungan kimia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa level metakognitif pada siswa berbeda-beda. Level metakognitif pada
kelompok tinggi adalah reflective use, level metakognitif pada kelompok sedang
adalah strategic use, dan level metakognitif pada kelompok rendah adalah aware
use.
Selain itu, Al-khayat (2012) juga meneliti tentang level metakognitif dalam
jurnalnya yang berjudul The Levels of Creative Thinking and Metacognitive
Thinking Skills of Intermediate School in Jordan University. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan secara statistik yang signifikan antara rata-
rata kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam berpikir secara kreatif dan
metakognitif. Siswa laki-laki memiliki kemampuan metakognitif yang lebih baik
dibandingkan dengan perempuan.
Karena adanya perbedaan level metakognitif pada siswa dalam
memecahkan masalah, maka perlu adanya analisis level metakognitif siswa dalam
5
memecahkan masalah. Masalah yang diambil pada penelitian ini adalah pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
dipilih karena dalam memecahkan masalah tersebut memerlukan kemampuan
berpikir yang kompleks dan pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan
keterlibatan metakognitif. Selain itu juga, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
merupakan materi perhitungan dan dalam memecahkan masalah tersebut
diperlukan langkah-langkah pemecahan masalah yang berurutan. Analisis level
metakognitif siswa tersebut perlu dilakukan agar guru dapat memilih dan
menentukan pola-pola pengajaran dan model pembelajaran yang lebih baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dapat di
identifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang berbeda-
beda.
2. Banyak siswa hanya asal-asalan menjawab ketika dihadapkan pada
soal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi maka untuk
menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan pembatasan masalah.
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Level metakognitif siswa yang digunakan adalah level metakognitif siswa
menurut Swartz dan Perkins.
2. Langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah menurut Bransford &
Stain.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat
pada penelitian ini adalah “Bagaimana level metakognitif siswa dalam
memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?”
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah:
1. Bagi peneliti dan peneliti berikutnya, merupakan wahana uji kemampuan
terhadap bekal teori yang peneliti peroleh di bangku kuliah, sebagai upaya
untuk mengembangkan ilmu serta sebagai referensi terhadap penelitian yang
relevan degan pokok bahasan yang sejenis.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini mampu memberi informasi pada guru
mengenai level metakognitif siswa dan dengan adanya identifikasi level
metakognitif dapat digunakan oleh guru dalam memilih dan menentukan
pola-pola pengajaran dan model pembelajaran yang lebih baik.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk menetapkan suatu
kebijakan yang berhubungan dengan pembelajaran kimia di sekolah.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Pemecahan Masalah
Abror (1993, hal. 127) mengemukakan bahwa “berpikir manusia
merupakan proses yang dinamis. Dinamika berpikir ini dimungkinkan
oleh pengalaman yang luas, perbendaharaan bahasa yang kaya dan
didukung oleh pendidikannya yang baik dan ketajaman dalam berpikir.
Puncak berpikir yang sebenarnya adalah terletak pada kemampuannya
dalam memecahkan masalah”. Menurut Ormrod (2008, hal. 393)
“pemecahan masalah adalah menggunakan (yaitu mentransfer)
pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk menjawab
pertanyaan yang belum terjawab atau situasi yang sulit”.
Menurut Solso, Maclin O & Maclin M (2007, hal. 434)
“Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang bertujuan untuk
menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik”.
Sementara itu, Metallideu dalam Mataka, dkk (2014) mengemukakan
bahwa pemecahan masalah adalah perilaku yang diarahkan pada tujuan
yang membutuhkan representasi mental yang tepat dari masalah dan
berikutnya aplikasi metode atau strategi tertentu untuk bergerak dari awal
atau keadaan saat ini ke keadaan tujuan yang diinginkan. Santrock (2008,
hal. 368) mengemukakan bahwa ”pemecahan masalah adalah mencari
cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan”. Hal lain diungkap oleh
Slameto (1991) bahwa:
Berpikir, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu
yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan
erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak
dapat dipecahkan tanpa berpikir dan banyak masalah
memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau
kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda,
8
gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan
sesuatu, itu mencakup pemecahan masalah ( hal. 139).
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pemecahan
masalah adalah mencari cara yang tepat untuk menemukan suatu solusi
atau jalan keluar untuk suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan
dan keterampilan yang sudah ada. Memecahkan masalah memerlukan
kemampuan berpikir yang kompleks.
2. Langkah-langkah dalam Pemecahan Masalah
Menurut Dewey dalam Slameto (1991) “langkah-langkah dalam
pemecahan masalah adalah sebagai berikut: kesadaran akan adanya
masalah; merumuskan masalah; mencari data dan merumuskan hipotesa-
hipotesa; menguji hipotesa-hipotesa dan kemudian menerima hipotesa-
hipotesa yang benar” (hal. 141). Bransford & Stein (1993) dalam
Santrock (2008) juga telah melakukan usaha untuk menspesifikasikan
langkah-langkah yang harus dilalui individu untuk menyelesaikan
masalah secara efektif. Berikut empat langkah pemecahan masalah:
1) Mencari dan memahami masalah.
2) Menyusun strategi pemecahan masalah yang baik. Setelah
siswa menemukan masalah dan mendefinisikannya secara
jelas, mereka perlu menyusun strategi untuk memecahkannya.
Diantara strategi yang efektif adalah menentukan subtujuan,
menggunakan alogaritma, dan mengandalkan heuristic.
Menentukan sub tujuan adalah menentukan tujuan
intermediate yang membuat siswa bisa berada dalam posisi
yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi final.
Alogaritma adalah strategi yang menjamin solusi atas satu
persoalan. Analisis cara tujuan adalah sebuah heuristic dimana
seseorang mengidentifikasi tujuan dari suatu masalah, menilai
situasi yang ada sekarang, dan mengevaluasi apa-apa yang
dibutuhkan untuk mengurangi perbedaan antara dua kondisi
tersebut.
3) Mengeksplorasi solusi. Perlu dipertimbangkan kriteria untuk
efektivitas solusi.
4) Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi
dari waktu ke waktu. Orang yang pandai dalam memecahkan
9
masalah biasanya termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya
dan membuat kontribusi yang orisinil (hal. 371).
Sementara itu, Hayes (1989) dalam dalam Solso, Maclin, O &
Maclin, M (2007) mengemukakan beberapa tahapan pemecahan masalah,
yaitu:
1) Mengidentifikasi permasalahan.
2) Representasi masalah.
3) Memecahkan sebuah solusi.
4) Merealisasikan rencana.
5) Mengevaluasi rencana.
6) Mengevaluasi solusi (hal. 437).
Hal penting lain diungkap oleh Abror (1993) bahwa ada beberapa
teknik yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah, antara lain:
1) Berpikir reflektif
Berpikir reflektif adalah pertimbangan yang kuat, tetap
dan cermat terhadap keyakinan atau bentuk pengetahuan
apapun yang cenderung dianggap benar. Ada tingkat-tingkat
persiapan, kesiapan dan reaksi mental yang berbeda selama
kegiatan berpikir tersebut. Tingkatan-tingkatan tersebut
digambarkan oleh Dewey, yang dikenal dengan sebutan
langkah-langkah dalam suatu kegiatan berpikir reflektif
sebagai berikut: Kesadaran akan masalah; Memahami masalah;
Mengelompokkan data; Merumuskan hipotesis; Menerima atau
menolak hipotesis; Menerima atau menolak kesimpulan.
2) Berpikir kreatif
Berpikir kreatif sebagai salah satu teknik pemecahan
masalah, mempunyai tingkat-tingkat, yaitu:
a. Persiapan (preparation), yang bersifat pendahuluan.
b. Inkubasi (incubation), yang mengingkari masalah yang
dihadapi dalam beberapa saat.
c. Iluminasi (illumination), yaitu proses bangkitnya pikiran
yang jernih atau yang menuntut atau mengarahkan
gagasan yang menyatakan hipotesis yang membawa ke
pemecahan masalah.
d. Pembuktian dan perluasan.
3) Belajar dengan menemukan (learning by discovery)
Belajar dengan menemukan mengacu kepada situasi
mengajar yaitu siswa mencapai tujuan instruksional dengan
10
memperoleh bimbingan yang terbatas atau tak diberikan
bimbingan sama sekali dari guru (hal. 128).
Dalam penelitian ini, digunakan langkah dalam pemecahan
masalah menurut Bransford & Stein. Langkah dalam pemecahan
masalah tersebut digunakan karena sesuai untuk mengukur level
metakognitif siswa.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah
Ormrod (2008) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemecahan masalah adalah:
1) Memori kerja menempatkan batas atas mengenai seberapa
banyak siswa dapat berpikir pada saat mereka mengerjakan
suatu soal.
2) Bagaimana siswa menyandikan (encode) suatu masalah
mempengaruhi pendekatan mereka dalam usahanya untuk
memecahkannya.
Strategi berikut ini dapat membantu para siswa menyandikan
soal secara efektif tanpa membuatnya menjadi korban set
mental yang tidak produktif: sajikan soal secara konkret;
doronglah siswa untuk membuat soal-soal menjadi konkret
bagi diri mereka sendiri; tunjukkan aspek-aspek apa saja dari
soal tersebut yang dapat dipecahkan siswa; berikan soal-soal
yang terlihat berbeda dipermukaannya namun mensyaratkan
prosedur pemecahan masalah yang sama atau mirip; campurlah
jenis-jenis soal yang dikerjakan para siswa pada satu sesi
latihan; mintalah siswa bekerja dalam kelompok untuk
mendefinisikan beberapa cara mempresentasikan suatu soal.
3) Siswa biasanya memecahkan soal secara lebih efektif bila
mereka mempunyai basis pengetahuan yang menyeluruh dan
terintegrasi baik yang relevan dengan topik itu.
11
4) Pemecahan masalah yang sukses tergantung pada kesuksesan
pemanggilan kembali (retrieval) pengetahuan yang relevan.
5) Pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan
metakognitif.
Proses-proses metakognitif memainkan peran penting tidak
hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam pemecahan
masalah. Ketika soal-soal cukup kompleks dan menantang,
para pemecah masalah yang efektif umumnya melakukan hal-
hal di bawah ini:
a. Mengidentifikasi satu atau lebih tujuan yang harus
diselesaikan untuk mencapai solusi masalah.
b. Memecah soal-soal menjadi dua atau lebih subsoal.
c. Merencanakan suatu pendekatan yang sistematik dan
berurutan untuk menyelesaikan soal dan berbagai
subsoalnya.
d. Terus-menerus memonitor dan mengevaluasi kemajuan
mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya.
e. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin
menghalangi kemajuan mereka.
f. Beralih ke strategi yang baru jika strategi yang ada tidak
efektif (hal. 398).
4. Rintangan Dalam Memecahkan Masalah
Menurut Santrock (2008) beberapa rintangan yang lazim ditemui
dalam memecahkan masalah adalah:
1) Fiksasi, adalah menggunakan strategi sebelumnya dan gagal
untuk melihat problem dari sudut pandang baru yang segar.
2) Kurangnya motivasi dan persistensi.
3) Kontrol emosional yang kurang memadai. Emosi dapat
membantu atau merintangi pemecahan masalah. Pada saat
orang sangat termotivasi, pemecah masalah yang baik sering
kali dapat mengontrol emosinya dan berkonsentrasi pada solusi
masalah (hal. 373).
12
5. Metakognitif
“Dalam beberapa dekade belakangan ini, istilah metakognitif telah
mendapat perhatian yang besar bagi sejumlah ahli psikologi. Bahkan
dalam literatur-literatur pendidikan di negara-negara maju, istilah
metakognitif telah menjadi sebuah kata yang membuzer, tanpa adanya
konsensus tentang apa itu metakognitif, bagaimana mengukurnya, dan
bagaimana hubungannya dengan faktor-faktor lain“(Desmita, 2010, hal.
131). “Metakognitif menolong orang mengerjakan tugas-tugas kognitif
secara lebih efektif” (Santrock, 2007, hal. 304). Selain itu juga, menurut
Desmita (2010, hal. 132) “metakognitif memiliki arti yang sangat
penting, karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri
dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif kita di masa mendatang”.
John Flavell (1976) dalam Aurah, Casady, dan McConnell (2014),
secara sederhana mengartikan metakognitif sebagai “thinking about
thinking”. Sementara itu, Shetty (2014) mengemukakan bahwa
metakognitif berasal dari kata meta dan kognitif. Meta yang artinya
sesudah atau diatas dan kognitif yang artinya untuk mengetahui. Jadi
secara harfiah, metakognitif diartikan sebagai kognitif tentang kognitif,
pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir tentang apa yang
dipikirkannya. Meichenbaum, Burland, Gruson, & Camron dalam Yamin
(2013, hal 29) mengemukakan bahwa “metakognitif sebagai kesadaran
orang akan mesin pengetahuan sendiri dan bagaimana mesin itu bekerja”.
Menurut Matlin dalam Amin & Sukestiyarno (2015) metakognitif
adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif atau berpikir
mengenai berpikir seseorang. Desmita (2010, hal. 132) mengemukakan
“metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi,
atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya”. Solso, Maclin O &
Maclin M (2007) mengemukakan bahwa:
Metakognitif secara umum merupakan bagian dari kemampuan
memonitor diri terhadap pengetahuan pribadi (self knowledge
13
monitoring). Metamemori termasuk dalam kategori
metakognisi yang mengacu pada kemampuan mengetahui apa
yang anda ingat. Kita dapat mengerahkan kendali atas proses-
proses metakognitif kita untuk secara aktif mencari informasi,
namun sebagian besar monitoring terhadap memori
berlangsung secara otomatis (terutama monitoring awal
terhadap memori, yang dilakukan sebelum suatu pencarian
terhadap informasi yang sfesifik) (hal. 266).
Menurut Purpura (1997) dalam Desmita (2010, hal. 133)
“metakognitif merupakan fungsi eksekutif yang membentuk dan
membimbing bagaimana seseorang menggunakan pikirannya dan
merupakan proses kognitif yang paling tinggi dan canggih”. Sementara
itu, Djiwandono (2012, hal. 168) mengemukakan bahwa “metakognitif
adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta
hasil-hasilnya. Ketika anak-anak berkembang, mereka menjadi lebih
cermat dalam pengertian bagaimana mengontrol dan memonitor belajar
mereka sendiri, bagaimana menggunakan bahasa, dan sebagainya”
Hal lain diungkapkan oleh Solso, Maclin O & Maclin M (2007)
bahwa:
Metakognitif memiliki dampak pada pengawasan dan
pengendalian proses-proses pengambilan informasi dan proses-
proses inferensi yang berlangsung dalam sistem memori.
Monitoring mengacu pada cara kita mengevaluasi apa yang
telah kita ketahui (atau tidak kita ketahui). Proses-proses yang
terlibat dalam monitoring metakognitif meliputi Ease of
learning Judgement (pertimbangan pemudahan pembelajaran),
Judgement of learning (pertimbangan mengenai hasil
pembelajaran), Feeling of Knowing Judgements (pertimbangan
mengenai perasaan mengetahui), dan Confidence in retrieved
answers ( keyakinan terhadap jawaban-jawaban yang diingat).
Kendali metakognisi meliputi strategi-strategi pembelajaran
seperti Allocation of Study Time (alokasi waktu belajar),
Termination of Study (tindakan mengakhiri belajar), Selection
of memory Search Strategies (strategi-strategi pemilihan
pencarian memori), dan decisions to Terminate the Search
(keputusan-keputusan untuk mengakhiri pencarian) (hal. 266).
14
Kuhn (2002) dalam Murti (2011) mendefinisikan “metakognitif
sebagai kesadaran dan menejemen dari proses dan produk kognitif yang
dimiliki seseorang, atau secara sederhana disebut “berpikir mengenai
berpikir”. Secara umum metakognitif dianggap sebagai suatu konstruk
multidimensi”.
Sementara Statt (1998) dalam McGregor (2007) mendefinisikan
bahwa metakognitif adalah pengetahuan atau kesadaran proses kognitif.
Ormrod (2008, hal. 369) mengemukakan bahwa “metakognitif ialah
istilah yang secara literal berarti “berpikir mengenai berpikir”.
Metakognisi mencakup pemahaman dan keyakinan pembelajar mengenai
proses kognitifnya sendiri dan bahan pelajaran yang akan dipelajari, serta
usaha-usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berprilaku dan berpikir
yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya”.
Menurut Margaret W. Matlin (1995) dalam Desmita (2012, hal.
137) “metakognitif adalah knowledge and awareness about cognitive
processes-or our thought about thingking”. Intinya, metakognitif adalah
suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri dan bagaimana kognitif kita
bekerja dan mengaturnya, yang akan meningkatkan proses belajar dan
memori.
Lebih lanjut, Desmita (2010) mengemukakan bahwa:
Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa ingin
tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita sendiri
sendiri. Metakognitif ini memiliki arti yang sangat penting
karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri
dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi
strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita dimasa
mendatang. (hal 132)
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa metakognitif
memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses
kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efesien.
Dalam pembelajaran kimia khususnya dalam pemecahan masalah,
metakognitif mempunyai peranan yang penting.
15
Menurut Kaune dalam Yamin (2013, hal. 35) “kemampuan
metakognitif merupakan kemampuan yang melihat kembali proses
berpikir yang dilakukan seseorang”. “Metakognitif tidak sama dengan
kognitif atau proses berpikir. Metakognitif merupakan suatu kemampuan
di mana individu berdiri di luar kepalanya dan mencoba untuk
memahami cara ia berpikir atau memahami proses kognitif yang
dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan,
pengontrolan dan evaluasi” (Desmita, 2010, hal. 133).
Brown dalam Jayapraba (2013) mengemukakan bahwa
metakognitif dibagi kedalam dua kategori yaitu pengetahuan tentang
kognisi dan pengaturan tentang kognisi. Pengetahuan tentang kognisi
mengacu kepada kegiatan yang melibatkan kesadaran refleksi pada suatu
kemampuan kognitif dan kegiatan. Sementara itu pengaturan tentang
kognisi mengacu pada kegiatan yang menyangkut mekanisme pengaturan
diri selama upaya berkelanjutan untuk belajar. Menurut Santrock (2007,
hal. 307) seorang remaja memiliki kapasitas yang meningkat untuk
memonitor dan menangani sumberdaya-sumberdaya kognitif
dibandingkan dengan anak-anak, sehingga ia mampu memenuhi tuntutan
tugas pembelajaran secara efektif. Peningkatan kemampuan metakognitif
ini menyebabkan fungsi kognitif dan pembelajaran menjadi lebih efektif.
Djiwandono (2002) menyatakan bahwa karena anak yang lebih kecil
tidak mempunyai perkembangan kemampuan metakognitif, mereka
mengalami kesulitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengenal ketika suatu masalah menjadi lebih sulit, dan
pendekatan baru diperlukan.
2) Menyimpulkan bahwa suatu asumsi itu benar berdasarkan
informasi yang ada.
3) Meramalkan hasil dengan menggunakan strategi belajar khusus
dalam suatu situasi yang diberikan.
4) Mencoba untuk memonitor cara belajar dan mau mengubah
pendekatan jika diperlukan (hal. 170).
“Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pengetahuan
metakognitif menguntungkan pembelajaran di sekolah, dan siswa yang
16
kurang menguasai pengetahuan metakognitif ini, guru dapat
mengajarkannya kepada mereka” (Desmita, 2010, hal. 137). Kemampuan
metakognitif siswa tidak muncul dengan sendirinya, tetapi memerlukan
latihan sehingga menjadi kebiasaan. Suherman dalam Santrock, J. W
(2004, hal 20) menyatakan bahwa perkembangan metakognitif siswa
akan dapat diupayakan melalui cara dimana siswa dituntut untuk
mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk
merefleksi tentang apa yang dia observasi. Oleh karena itu, penting bagi
pendidik (termasuk orangtua) untuk mengembangkan kemampuan
metakognitif baik melalui pembelajaran ataupun mengembangkan
kebiasaan di rumah.
Ormrod (2008) menyatakan bahwa contoh metakognitif meliputi
hal-hal berikut ini:
1) Merefleksikan hakikat umum berpikir, belajar, dan
pengetahuan
2) Mengetahui batasan-batasan pembelajaran (learning) dan
kapabilitas memori
3) Mengetahui tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi
secara realitas dalam suatu periode tertentu
4) Merencanakan pendekatan yang masuk akal terhadap tugas
belajar
5) Mengetahui dan mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif
untuk belajar dan mengingat materi baru
6) Memonitor pengetahuan dan pemahaman seseorang, misalnya
mengenali ketika seseorang sudah atau belum mempelajari
sesuatu dengan sukses (hal. 370).
6. Level Metakognitif
Metakognitif berkaitan dengan proses berpikir siswa tentang
berpikirnya agar menemukan strategi yang tepat dalam memecahkan
masalah. Keterampilan metakognitif sangat penting dalam memecahkan
masalah kimia, sehingga keterampilan tersebut perlu ditingkatkan.
Menurut Hosseynilar & Kasaei (2013) setiap siswa memiliki kemampuan
metakognitif yang berbeda-beda dan setiap siswa juga memiliki
kecepatan berpikir yang berbeda. Untuk meningkatkan keterampilan
17
metakognitif, diperlukan adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa
pada setiap langkah berpikirnya. “Kesadaran (consciousness) adalah
kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di
lingkungannya (sepperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungan
sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori,
pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik” (Solso, Maclin O & Maclin
M, 2007, hal. 240). Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam menghadapi masalah. Berikut ini tingkat
kesadaran/tingkat metakognitif siswa dalam berpikir ketika
menyelesaikan suatu masalah oleh Swartz dan Perkins (1998), yaitu:
1) Tacit use adalah penggunaan pemikiran tanpa kesadaran.
Jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan tanpa berpikir tentang keputusan tersebut. Dalam
hal ini, siswa menerapkan strategi atau keterampilan tanpa
kesadaran khusus atau melalui coba-coba dan asal menjawab
dalam memecahkan masalah.
2) Aware use adalah penggunaan pemikiran dengan
kesadaran. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran
siswa mengenai apa dan mengapa siswa melakukan
pemikiran tersebut. Dalam hal ini, siswa menyadari bahwa ia
harus menggunakan suatu langkah penyelesaian masalah
dengan memberikan penjelasan mengapa ia memilih
penggunaan langkah tersebut.
3) Strategic use adalah penggunaan pemikiran yang bersifat
strategis. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan
individu dalam proses berpikirnya secara sadar dengan
menggunakan strategi-strategi khusus yang dapat
meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam hal ini, siswa
sadar dan mampu menyeleksi strategi atau keterampilan
khusus untuk menyelesaikan masalah.
18
4) Reflective use adalah penggunaan pemikiran yang bersifat
reflektif. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi
individu dalam proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau
bahkan selama proses berlangsung dengan mempertimbangkan
kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya. Dalam hal ini,
siswa menyadari dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan
dalam langkah- langkah penyelesaian masalah (hal. 421).
McGregor (2002, hal. 216) berpendapat lain mengenai level
metagognitif, berikut level metakognitif menurut McGregor:
1) Level pertama, menyadari berpikir dan mampu untuk
menggambarkan hal itu.
2) Level kedua, mengembangkan tanggung jawab dari strategi
berpikir/proses kognitif yang digunakan dan setelah
digunakan.
3) Level ketiga, refleksi evaluatif prosedur (sebelum/
selama/sesudah).
4) Level keempat, transfer pengalaman prosedural dan
pengetahuan untuk konteks lain.
5) Level kelima, menghubungkan pemahaman konseptual dengan
cara mengalami.
Hofer & Pintrich; Perkins, 1995; Schneider & Lockl, 2002 dalam
Ormrod, (2008, hal. 370) mengemukakan bahwa “semakin banyak
pembelajar tahu tentang proses berpikir dan belajar, yaitu semakin besar
kesadaran metakognitif mereka, semakin baik proses belajar dan prestasi
yang mungkin mereka capai”.
B. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
1. Kelarutan
Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat
yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Satuan kelarutan dapat
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3
atau 100 g pelarut pada
temperature yang ditentukan (Keenan, 1999, hal 378). Sastrohamidjojo
(2010, hal. 239) mengemukakan bahwa “kelarutan zat dalam suatu pelarut
19
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu suhu, sifat solvent, sifat solute, dan
tekanan”.
a. Suhu
“Kelarutan dari kebanyakan garam anorganik dalam air akan
bertambah dengan naiknya suhu” (Brady, hal. 623). Adanya panas
mengakibatkan semakin renggangnya jarak antarmolekul zat padat,
sehingga kekuatan gaya antarmolekul semakin lemah dan mudah
terlepas oleh gaya tarik dari molekul-molekul air (Sudarmo, 2013:
288).
b. Sifat solvent
“Prinsip like dissolves like sangat umum digunakan dalam
bidang kimia. Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul
solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan
dengan molekul-molekul solvent” (Sastrohamidjojo (2010, hal. 239).
c. Sifat solute
“Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi
solute-solute dan solute-solvent. Seperti, pada suhu kamar jumlah
sukrosa yang dapat larut dalam air adalah 1311 gram per liter larutan.
Ini adalah empat kali lebih besar dari pada kelarutan NaCl”
(Sastrohamidjojo, 2010, hal. 240).
d. Tekanan
“Apabila tiba-tiba tekanan gas dinaikkan, berarti molekul-
molekulnya akan dimampatkan, sehingga akan mempercepat
kelarutannya” (Brady, 2000, hal. 626).
2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan
Perak kromat sedikit larut dalam air. Kesetimbangan dalam larutan
jenuhnya ialah: (Petrucci, 1985, hal. 331)
Ag2CrO4 (p) 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq)
“Tetapan hasil kali kelarutan adalah tetapan kesetimbangan garam
20
atau basa yang sukar larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan sama dengan
konsentrasi molar ion-ion penyusun dari larutan jenuh garam yang sukar
larut dalam air, masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien
stoikiometri di dalam reaksi kesetimbangan” (Chang, 2005, hal. 145).
Persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk Ag2CrO4 sesuai dengan
persamaan diatas adalah: (Petrucci, 1985, hal. 331)
Ksp = [Ag+]
2 [CrO4
2-]
3. Hubungan Antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Secara umum hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali
kelarutan (Ksp) untuk elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut:
(Purba, 2006, hal. 268)
AxBy(s) xAy+
(aq) + yBx-
(aq)
s xs ys
Ksp = [Ay+
]x [B
x-]
y
= (xs)x (ys)
y
= xx y
y s
(x+y)
4. Pengaruh Penambahan Ion Senama Terhadap Kelarutan
Chang (2005) mengemukakan bahwa:
Suatu zat elektrolit umumnya lebih mudah larut dalam
pelarut air murni daripada dalam air yang mengandung salah
satu ion dari elektrolit tersebut. Hal ini sesuai dengan Asas Le
Chatelier, sistem dalam keadaan setimbang menanggapi
peningkatan salah satu pereaksi dengan cara menggeser
kesetimbangan ke arah pereaksi tersebut diberi aksi. Jika AgNO3
dilarutkan dalam larutan AgCl jenuh, ternyata kelarutan AgNO3
dalam larutan-larutan lebih kecil. Hal ini disebabkan karena
sebelum AgNO3(s) terionisai menjadi Ag+
(aq) , di dalam larutan
sudah terdapat ion Ag+
dari AgCl
AgNO3(s) Ag+
(aq) + NO3-(aq)
AgCl(s) Ag+
(aq) + Cl-(aq)
21
Penambahan Ag+
dari AgNO3 menggeser kesetimbangan ke kiri
atau dari arah zat yang ditambah, sehingga AgNO3 yang larut
makin sedikit. Dengan demikian, adanya ion senama memperkecil
kelarutan (hal. 151).
5. Pengaruh pH terhadap kelarutan
Purba (2007) mengemukakan bahwa:
Tingkat keasaman (pH) larutan dapat mempengaruhi kelarutan
dari berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih mudah
larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih
sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang
berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan
yang bersifat asam kuat (hal. 272).
6. Reaksi Pengendapan
“Dengan mengetahui aturan kelarutan dan hasil kali kelarutan, kita
dapat memprediksi apakah terbentuk endapan jika mencampur dua larutan
atau menambah senyawa dapat larut ke dalam larutan” (Chang, 2005, hal.
149).
Menurut Petrucci (1987), pengendapan dari larutan ialah:
a. Pengendapan terjadi jika Q > Ksp
b. Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp
c. Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (hal. 337).
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitaria Sophianingtyas dan Bambang
Sugiarto, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Surabaya Tahun 2013 dengan judul
“Identifikasi Level Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Materi Perhitungan Kimia”.
Level metakognitif pada kelompok tinggi yang terdiri dari subjek T1 dan
T2 adalah Reflective use, level metakognitif pada kelompok sedang yang
22
terdiri dari subjek S1 dan S2 adalah Strategic Use, dan level metakognitif
pada kelompok rendah yang terdiri dari subjek R1 dan R2 adalah Aware
Use.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu dan Utiya Azizah tahun 2012
dengan judul “Students Metacognition Level Through of Implementation
of Problem Based Learning with Metacognitive Strategies at SMAN 1
Manyar”.
Melalui implementasi problem base learning dengan strategi
metakognitif dapat meningkatkan penguasaan metakognitif siswa.
Sebanyak 33,33% siswa berada pada level metakognitif Aware Use,
sebanyak 43,33% siswa berada pada level metakognitif Strategic Use,
dan sebanyak 23,34% siswa berada pada level metakognitif Reflective
Use.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nahil M Aljaberi & Eman Gheith Tahun
2015 dengan judul “University Student Level of Metacognitive
Thingking and their Ability to Solve Problems”
Mahasiswa Universitas Petra memiliki tingkat menengah berpikir
metakognitif, dan bahwa variabel jenis kelamin, fakultas, jurusan SMA,
dan tahun saat ini di universitas itu tidak berpengaruh pada tingkat
berpikir metakognitif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa
tersebut mengalami kurangnya kemampuan dalam memecahkan masalah
matematika dan ilmiah; tidak ada signifikansi korelasi antara tingkat
pemikiran metakognitif dalam skala keseluruhan dan kemampuan untuk
memecahkan masalah matematika dan ilmiah. Namun, ada korelasi yang
signifikan antara beberapa faktor pemikiran metakognitif dan
kemampuan untuk memecahkan masalah matematika, dan ini adalah:
pengetahuan prosedural, evaluasi, kesalahan memilih dan mengelola
pengetahuan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Al-khayat (2012) yang berjudul “The
Levels of Creative Thinking and Metacognitive Thinking Skills of
Intermediate School in Jordan University”. Hasil penelitiannya
23
menunjukkan bahwa ada perbedaan secara statistik yang signifikan
antara rata-rata kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam
berfikir secara kognitif dan metakognitif serta berpikir tingkat tinggi
metakognitif dari sudut pandang siswa. Siswa laki-laki memiliki
kemampuan metakognitif yang lebih baik dibandingkan dengan
perempuan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Zoubi (2013) yang berjudul “The level
of metacognitive thinking among special education students”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa siswa pendidikan khusus di Najran
University, Arab Saudi yang terdiri dari (282) siswa yang dijadikan
sampel memiliki tingkat pemikiran metakognitif yang tinggi yang
didukung dengan prestasi akademik tinggi. Namun, tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik yang dapat dikaitkan dengan jenis
kelamin atau tingkat studi.
D. Kerangka Berpikir
Memecahkan masalah kimia merupakan aktivitas penting dalam belajar
kimia. Memecahkan masalah kimia memerlukan kemampuan berpikir kompleks.
Pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan metakognitif.
Metakognitif memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses
kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efisien.
Dalam memecahkan masalah ada beberapa langkah yang harus dilakukan,
yaitu mencari dan memahami masalah; menyusun strategi pemecahan yang baik;
mengeksplorasi solusi; serta memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu.
Setiap siswa memiliki jenjang atau level metakognitif yang berbeda dalam
memecahkan masalah kimia. Untuk meningkatkan keterampilan metakognisi,
diperlukan adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa dalam proses berpikirnya.
Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menanggapi
suatu masalah. Beberapa siswa secara sadar memperhatikan masalah yang
diberikan dengan menyelesaikannya secara hierarkis tetapi ada juga siswa yang
24
hanya asal-asalan menjawab ketika dihadapkan pada soal. Hal ini
dikarenakan tingkat kesadaran atau tingkat metakognitif yang berbeda. Menurut
Swartz & Perkins tingkat metakognitif siswa dalam memecahkan masalah ada
empat yaitu: tacit use, aware use, strategic use dan reflective use.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengidentifikasi level
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan berdasarkan langkah dalam pemecahan masalah. Kerangka berpikir
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
25
Dilihat Dari
Langkah Pemecahan Masalah Level Metakognitif
Tacit Use
Menyusun strategi pemecahan yang
baik
Mengeksplorasi solusi
Memikirkan dan mendefinisikan
kembali problem dan solusi dari
waktu ke waktu
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Mencari dan memahami masalah
Aware Use
Strategic Use
Reflective Use
Masalah Pada Materi Kelarutan
dan Hasil Kali Kelarutan
Siswa Memperhatikan Masalah Siswa hanya Asal-asalan Menjawab
Level Metakognitif Siswa Berbeda-beda
Dihasilkan Level Metakognitif
yang berbeda-beda
Level Metakognitif Siswa
Berbeda-beda
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. Adapun
waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitan ini adalah pada bulan Mei
semester genap tahun 2016.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
desktiptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik tingkat
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan.
C. Alur Penelitian
Penelitian ini meliputi beberapa tahapan, dimulai dari persiapan,
pelaksanaan dan analisis data. Seluruh tahapan tersebut tergambar pada gambar
3.1 alur penelitian di bawah ini.
Bagan 3.1 Alur Penelitian
Analisis Keterampilan yang Dituntut dalam Kompetensi Inti dalam
Kurikulum 2013
Pemilihan Materi
Pembuatan Instrumen
Pengujian Instrumen
Pengolahan Data
Analisis dan Pembahasan
Pembahasan
Penarikan Kesimpulan
27
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 5 kelas.
Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diambil satu dari
lima kelas yang ada. Adapun sampel yang terpilih adalah semua siswa kelas XI
IPA 2.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa tes. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dimana
seluruh siswa kelas XI IPA mengikuti ulangan harian materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk
tes esai yang bertujuan untuk melihat level metakognitif siswa dalam
memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Soal-soal
diambil dari beberapa sumber dan diadaptasikan untuk tujuan penelitian.
Instrumen tes ini menggunakan soal dengan kompetensi dasar memprediksi
terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan data
hasil kali kelarutan (Ksp).
Tabel 3.1 Indikator Soal Instrumen Tes
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator
Memahami, menerapkan,
dan menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
Memprediksi
terbentuknya
endapan dari suatu
reaksi berdasarkan
prinsip kelarutan dan
Menentukan cara
menyatakan kelarutan (C3)
Menentukan hubungan
tetapan hasil kali kelarutan
dengan kelarutan (C3)
28
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena
dan kejadian dalam bidang
kerja spesifik untuk
memecahkan masalah
hasil kali kelarutan Memprediksi terbentuknya
endapan dari suatu reaksi
berdasarkan prinsip
kelarutan dan hasil kali
kelarutan (C5)
Menemukan pengaruh pH
terhadap kelarutan (C4)
Menemukan pengaruh ion
senama terhadap kelarutan
(C4)
G. Kalibrasi Instrumen
Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka instrumen harus dikalibrasi agar
dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diinginkan. Kalibrasi itu meliputi
uji validitas, uji reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda.
1) Validitas instrumen
“Validitas atau kesahihan menunjukkan pada kemampuan suatu instrumen
(alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur”(Suharsaputra, 2014, hal. 98).
Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, maka validitas
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pengujian validitas konstruksi
dan validitas isi (Sugiyono, 2013, hal. 123).
a. Pengujian validitas konstruksi
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli
(judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori
tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.
b. Pengujian validitas isi
Untuk instrumen berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan (Arikunto, 2007, hal. 167).
29
Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien. Berdasarkan
uji validitas menggunakan program Anates V4. Jika rhitung> rtabel maka butir soal
dikatakan valid. Dari 12 butir soal yang diujikan didapat 7 butir soal yang valid,
namun hanya 6 soal dalam instrumen.
2) Reliabilitas instrumen
Reliabilitas tes adalah tingkat ke ajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten
(tidak berubah-ubah) (Sofyan, dkk, 2006, hal. 105).
“Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan
maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest
(stability), equivalen, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas
instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada
instrumen dengan teknik tertentu” (Sugiyono, 2013, hal 130).
Instrumen level metakognitif diukur reliabilitasnya dengan menggunakan
Anates. Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut: (Arifin, 2009, hal
257)
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas
Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran
Reliabilitas
r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah Buruk Sekali
0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah Buruk
0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang Cukup
0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi Baik
r11 > 0,80 Sangat Tinggi Sangat Baik
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan Anates V4 didapatkan
nilai reliabilitas seluruh item adalah 0,7 termasuk dalam kategori baik.
3) Taraf kesukaran
Taraf kesukaran butir soal akan digunakan AnatesV4. Menurut Arifin
(2009, hal. 272) kategori taraf kesukaran butir soal adalah sebagai berikut.
30
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran
Kriteria Indeks Klasifikasi
Tingkat
Kesukaran
TK < 0,3 Sukar
0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang
TK > 0,70 Mudah
Hasil pengujian taraf kesukaran seluruh butir soal dengan menggunakan Anates V4
secara lengkap terdapat dalam lampiran 4.
4) Daya pembeda
Analisis Daya pembeda butir soal akan digunakan AnatesV4. Indeks daya
beda butir soal bergerak dari -1 sampai +1, semakin tinggi indeks daya beda
butir soal tersebut menunjukkan bahwa semakin dapat membedakan peserta tes
yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dan siswa yang kurang pandai.
Kategori indeks daya beda butir soal menurut Ebel dalam Arifin (2009, hal. 274)
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Daya Beda
Kriteria Indeks Klasifikasi
Daya beda
DP < 0,20 Jelek
0,20 ≤ DP < 0,30 Cukup
0,30 ≤ DP < 0,40 Baik
D ≥ 0,40 Baik Sekali
Hasil pengujian daya beda seluruh butir soal dengan menggunakan Anates V4
secara lengkap terdapat dalam lampiran 4.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
1. Membagi peserta didik dalam 3 kelompok yaitu kelompok tinggi,
sedang dan rendah. Penentuan kelompok didasarkan pada hasil belajar
siswa di dalam kelas, 25% siswa yang memiliki hasil belajar tinggi,
50% siswa yang memiliki hasil belajar sedang dan 25% siswa yang
memiliki hasil belajar rendah (Indriati, dkk, 2012)
31
2. Mencocokan jawaban tes tulis dengan alternatif jawaban.
3. Memberi skor pada masing-masing soal tes tulis peserta didik.
4. Membagi peserta didik dalam 3 kriteria yaitu kriteria tinggi, sedang,
dan rendah. Penentuan kriteria ini diambil dari skor yang didapat oleh
siswa dalam tes level metakognitif dengan kriteria:
Tabel 3.5 Kriteria Penentuan Kriteria
Kriteria Skor Siswa (x)
Tinggi x ≥ mean + SD
Sedang Mean + SD > x > mean – SD
Rendah x < mean – SD
(Sudijono, 2005, hal. 451)
5. Menganalisis tes tulis berdasarkan langkah pemecahan masalah untuk
mendeskripsikan level metakognitif peserta didik dalam memecahkan
masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
6. Menentukan level metakognitif peserta didik dalam memecahkan
masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tiap soal
berdasarkan ketentuan berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Level Metakognitif
Tingkat
Metakognitif Indikator Metakognitif
Tacit Use
Siswa memusatkan perhatian langsung pada
pertanyaan dalam masalah, sehingga fokusnya
hanya pada jawaban.
Siswa memberi penjelasan yang tidak menentu,
memberi jawaban yang tidak beralasan.
Siswa tidak menyadari kalau hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan apa yang diketahui.
32
Siswa menyelesaikan masalah dengan hanya
mencoba-coba (kurang memahami masalah yang
diberikan).
Siswa tidak mengetahui apa yang tidak
diketahuinya.
Memiliki kelemahan dalam menguasai materi
serta menganalisis masalah.
Aware Use
Siswa mengalami kebingungan ketika membaca
masalah.
Siswa mengambil suatu keputusan yang dilatar
belakangi suatu alasan tertentu.
Siswa menyadari kelemahan yang dimiliki.
Siswa mengetahui apa yang tidak diketahuinya.
Siswa memahami masalah yang diselesaikannya.
Siswa menguasai konsep kimia yang mendasari
masalah tersebut.
Strategic Use
Siswa menyadari kemampuannya.
Siswa umumnya mengetahui apa yang
dilakukannya.
Siswa memberikan argumen yang mendukung
pemikirannya (mencoba-coba, mengecek dan
merevisi apa yang dipikirkan).
Siswa memiliki cara untuk meyakinkan apa yang
dibuat.
Siswa menggunakan strategi yang memunculkan
kesadaran.
Siswa memiliki kemampuan dalam menguasai
konsep kimia yang berkaitan dengan masalah
yang diberikan.
Reflective Siswa dalam menyelesaikan masalah selalu
33
Use mengecek setiap langkah dan langsung
melakukan revisi.
Siswa menggunakan berbagai strategi untuk
menunjukkan atau meningkatkan ketepatan
berpikirnya.
Siswa menganalisis masalah sebelum
menyelesaikannya.
Siswa menguasai konsep kimia yang mendasari
masalah yang diberikan.
Kriteria level metakognitif ini diadopsi dari Theresia Laurens
(2010) dalam jurnalnya yang berjudul penjenjangan metakognisi
siswa yang valid dan reliabilitas dengan mengalami beberapa
perubahan sesuai dengan kebutuhan.
7. Menentukan tingkat metakognitif peserta didik dalam memecahkan
masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan
level metakognitif yang dominan (Rahayu & Azizah, 2012)
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan untuk analisis adalah hasil tes peserta didik subjek
penelitian. Data diidentifikasi level metakognitif peserta didik berdasarkan
indikator yang dibuat.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang di dapat yaitu berupa hasil tes level metakognitif siswa
yang telah diberikan materi tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 2 di SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan. Setelah siswa diberikan materi tentang kelarutan
dan hasil kali kelarutan, siswa tersebut diberikan ulangan harian (tes level
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan). Berikut disajikan data mengenai perolehan hasil tes level
metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan.
Tabel 4.1 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelas XI IPA 2 di SMA
Negeri 9 Tangerang Selatan
No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Tacit Use 0 0
2 Aware Use 6 18,18
3 Strategic Use 21 63,64
4 Reflective Use 6 18,18
Jumlah 33 100
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa sebanyak 6 atau 18,18 % siswa
memiliki level metakognitif Aware Use, sebanyak 21 atau 63,64 % siswa
memiliki level metakognitif Strategic Use, dan sebanyak 6 atau 18,18 % siswa
memiliki level metakognitif Reflective Use. Untuk mengetahui lebih lanjut,
berikut disajikan data hasil tes level metakognitif perkelompok. Kelompok
35
dibuat berdasarkan hasil tes formatif di dalam kelas. Ada tiga kelompok, yaitu
kelompok tinggi, sedang dan rendah.
1. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tingi
Tabel 4.2 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi
No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Tacit Use 0 0
2 Aware Use 0 0
3 Strategic Use 3 33
4 Reflective Use 6 67
Jumlah 9 100
Berdasarkan Tabel 4.2 siswa yang memiliki kemampuan tinggi di
dalam kelas (siswa kelompok tinggi) memiliki hasil yang bagus juga ketika
dilakukan tes level metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan. Sebanyak 3 atau 33 % siswa kelompok tinggi berada pada level
metakognitif Strategic Use dan sebanyak 6 atau 67 % siswa kelompok
tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Rata-rata hasil tes
level metakognitif siswa pada kelompok tinggi berada pada level
metakognitif Reflective Use.
2. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang
Tabel 4.3 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang
No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Tacit Use 0 0
2 Aware Use 0 0
3 Strategic Use 15 100
4 Reflective Use 0 0
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 4.3 siswa yang memiliki kemampuan sedang di
dalam kelas (siswa kelompok sedang) memiliki hasil yang cukup bagus
36
ketika dilakukan tes level metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan. Sebanyak 15 atau 100% siswa kelompok sedang berada pada
level metakognitif Strategic Use.
3. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah
Tabel 4.4 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah
No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Tacit Use 0 0
2 Aware Use 6 67
3 Strategic Use 3 33
4 Reflective Use 0 0
Jumlah 9 100
Berdasarkan Tabel 4.4 siswa yang memiliki kemampuan rendah di
dalam kelas memiliki hasil yang bervariasi ketika dilakukan tes level
metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sebanyak 3 atau
33% siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Strategic Use
dan sebanyak 6 atau 67% siswa kelompok rendah berada pada level
metakognitif Aware Use. Rata-rata hasil tes level metakognitif siswa pada
kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware use.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Tinggi
Tabel 4.5 Analisis Per-butir Soal Kelompok Tinggi
No Hasil analisis
Siswa 1 soal: Siswa 2 soal: Siswa 3 soal:
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1
Mencari dan
memahami masalah
(menuliskan
diketahui & ditanya
secara lengkap)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
Menyusun stategi
pemecahan yang
baik (menuliskan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
37
rencana
penyelesaian
masalah)
3
Mengeksplorasi
solusi
(menyelesaikan
masalah dengan
benar)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4
Memikirkan dan
mendefinisikan
kembali problem
dan solusi dari
waktu ke waktu
(melakukan
evaluasi)
√ √ √ - √ - √ - √ √ √ - √ - √ - √ √
5 Level metakognitif R R R S R S R S R R R S R S R S R R
6 Kesimpulan level
metakognitif Reflective Use Reflective Use Reflective Use
Keterangan : ( √ ) = Ya
( - ) = Tidak
( 0 ) = Tidak mengerjakan soal
( R ) = Reflective Use
( S ) = Strategic Use
( A ) = Aware Use
( T ) = Tacit Use
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa siswa kelompok tinggi berada
pada level metakognitif Reflective Use dan Strategic Use. Pada beberapa
soal subjek kelompok tinggi berada pada level metakognitif Strategic
Use dan pada beberapa soal lainnya berada pada level metakognitif
Reflective Use. Siswa kelompok tinggi mampu menuliskan data-data
yang diketahui dan ditanyakan di dalam soal. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa kelompok tinggi mampu memahami masalahnya dengan
benar. Selain itu juga, siswa kelompok tinggi mampu merencanakan
langkah-langkah penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalahnya
dengan benar serta pada beberapa soal siswa kelompok tinggi juga
melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan hasil
akhirnya.
38
Dalam penelitian ini, siswa kelompok tinggi atau siswa yang memiliki
hasil belajar yang tinggi di dalam kelas memiliki hasil yang bagus juga
atau dikategorikan tinggi ketika dilakukan tes level metakognitif dalam
menyelesaikan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Al-Zoubi (2013) &
Nurmaliah (2009) bahwa siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi
memiliki level metakognitif yang tinggi juga. Tetapi, dalam penelitian ini
ada dua siswa yang memiliki hasil tes yang dikategorikan sedang seperti
yang tercantum dalam Lampiran 8. Hal ini dapat terjadi karena dalam
menyelesaikan masalah siswa tersebut melewatkan langkah-langkah
tertentu sehingga mengurangi skor atau nilai yang diperoleh sehingga
hasil tes level metakognitifnya hanya masuk dalam kategori sedang.
Akan tetapi, meskipun memiliki kategori yang berbeda, semua siswa
kelompok tinggi berada pada level metakognitif yang sama yaitu
Strategic Use dan Reflective Use. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), peserta didik pada
kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Dalam
penelitian yang lain, penelitian yang dilakukan oleh Mahromah dan
Manoy (2013) bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi tergolong
pada tingkat metakognitif Strategic Use.
Pada beberapa soal, siswa kelompok tinggi berada pada level
metakognitif Reflective Use. Sementara itu, pada beberapa soal yang lain
berada pada level metakognitif Strategic Use. Ketika berada di level
metakognitif Reflective Use siswa kelompok tinggi mampu
merefleksikan pemikirannya kembali tidak hanya mampu mengetahui
dan memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian masalah
dengan baik tetapi juga mampu mengambil keputusan secara sadar dalam
memecahkan masalah dan mempertimbangkan perolehan hasilnya.
Ketika berada di level metakognitif Strategic Use siswa kelompok tinggi
mampu memahami masalah karena dapat mengungkapkan dengan jelas,
39
mampu mengetahui cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
serta tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya.
Berikut disajikan data hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi
(siswa 1) pada soal no 1 dengan soal: “Dalam 4 liter air pada 250C dapat
larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan
Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)”. Pada soal ini, siswa
kelompok tinggi (siswa 1) berada pada level metakognitif Reflective Use.
Gambar 4.1 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi Soal 1
Berdasarkan hasil tes tulis siswa 1 pada soal no 1 terlihat adanya
penulisan Diket dan Dit. Makna Diket merupakan diketahui dan Dit
adalah ditanya. Jadi dengan menuliskan diket (diketahui) dan dit
(ditanya), siswa 1 telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan
masalah, yaitu volume air, suhu, massa Ag2CrO4, dan Mr Ag2CrO4.
Siswa 1 juga menuliskan data yang ditanya, yaitu kelarutan atau
dituliskan dengan lambang S. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 sudah
dapat mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas
metakognitifnya.
Pada Gambar 4.1 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada
bagian ini siswa 1 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa
40
mencari mol Ag2CrO4 terlebih dahulu kemudian mencari kelarutan
Ag2CrO4. Mol Ag2CrO4 yang dihasilkan benar dan jawaban kelarutan
Ag2CrO4 juga benar. Proses mendapatkan mol dan kelarutan Ag2CrO4
tersebut juga benar. Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 1 melakukan
proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan
dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur
penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar,
dan hasil yang diperoleh juga benar.
Pada Gambar 4.1, siswa 1 menuliskan kata Jadi diakhir jawabannya.
Penulisan kata Jadi ini menunjukkan bahwa siswa 1 melakukan proses
evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada
aktivitas metakognitifnya.
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 1 dapat memahami
masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian
masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, dan melakukan
evaluasi selama proses pemecahan masalah, serta hasil akhirnya. Hasil
analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 menjelaskan
bahwa siswa 1 berada pada level metakognitif Reflective Use.
Pada soal yang lain, siswa kelompok tinggi (siswa 1) memiliki level
metakognitif yang berbeda, seperti pada soal no 6. Pada soal ini siswa 1
berada pada level metakognitif Strategic Use. Pada Gambar 4.2 terdapat
hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi (siswa 1) pada soal no 6
dengan soal “Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl
yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1
X 10-10
”.
Gambar 4.2 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi Soal 6
41
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 1 pada soal no 6 terlihat adanya
penulisan Dik dan Dit. Jadi dengan menuliskan dik (diketahui) dan dit
(ditanya), siswa 1 telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan
masalah, yaitu Ksp AgCl dan konsentrasi NaCl. Siswa 1 juga menuliskan
data yang ditanya yaitu pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl
dalam larutan NaCl. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 sudah dapat
mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas
metakognitifnya.
Pada Gambar 4.2 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada
bagian ini siswa 1 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa
mencari kelarutan AgCl terlebih dahulu baru kemudian memberikan
kesimpulan bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam larutan NaCl. Kelarutan dan kesimpulan yang diambil
benar. Akan tetapi, strategi penyelesaian masalah yang digunakan oleh
siswa 1 kurang tepat, seharusnya siswa 1 mencari kelarutan AgCl dalam
air terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan AgCl dalam larutan
NaCl, setelah itu dibandingkan nilai kelarutannya dan diambil berupa
kesimpulan bagaimana pengaruh ion senama Cl tersebut terhadap
kelarutannya. Dalam hal ini siswa 1 sudah memahami konsepnya secara
matang bahwa ion senama itu akan memperkecil kelarutannya sehingga
siswa 1 tidak mencari kelarutan AgCl dalam air terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 1 melakukan proses solusi dalam
menyelesaikan masalah akan tetapi kurang melakukan aktivitas
pemantauan dalam aktivitas metakognitif. Siswa 1 menuliskan prosedur
penyelesaian masalah, prosedur yang digunakan kurang tepat akan tetapi
hasil yang diperoleh benar.
Pada Gambar 4.2 juga terdapat penulisan kata Jadi diakhir
jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 melakukan proses
evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada
aktivitas metakognitifnya akan tetapi proses evaluasi yang dilakukan
kurang teliti.
42
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 1 dapat mencari dan
memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah
penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, kurang
melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan hasil
akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator
pada tabel 3.2 siswa 1 berada pada level metakognitif Strategic Use.
Berdasarkan hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi di atas,
terlihat bahwa siswa kelompok tinggi dapat berada pada level
metakognitif Strategic Use dan Reflective Use. Karena level metakognitif
yang dominan pada kelompok tinggi adalah Reflective Use, maka siswa
kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophiningtyas dan
Sugiarto (2013), peserta didik pada kelompok tinggi berada pada level
metakognitif Reflective Use. Siswa kelompok tinggi berada pada level
metakognitif Reflective Use karena siswa kelompok tinggi mampu
merefleksikan pemikirannya kembali tidak hanya mampu memahami
masalah dan merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik,
tetapi juga mampu mengambil keputusan secara sadar dalam
memecahkan masalah dan mempertimbangkan perolehan hasilnya.
(Safitri & Saleh, 2015)
2. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Sedang
Tabel 4.6 Analisis Per-butir Soal Kelompok Sedang
No Hasil analisis
Siswa 10 soal: Siswa 11 soal: Siswa 15 soal:
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1
Mencari dan
memahami masalah
(menuliskan
diketahui & ditanya
secara lengkap)
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 0
2
Menyusun stategi
pemecahan yang
baik (menuliskan
rencana
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 0
43
penyelesaian
masalah)
3
Mengeksplorasi
solusi
(menyelesaikan
masalah dengan
benar)
√ √ √ - √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ 0
4
Memikirkan dan
mendefinisikan
kembali problem
dan solusi dari
waktu ke waktu
(melakukan
evaluasi)
- - - - √ - √ - - - - - √ - √ - √ 0
5 Level metakognitif S S S A R S R S S A S S R S R A R -
6 Kesimpulan level
metakognitif Strategic Use Strategic Use Strategic Use
Keterangan : ( √ ) = Ya
( - ) = Tidak
( 0 ) = Tidak mengerjakan soal
( R ) = Reflective Use
( S ) = Strategic Use
( A ) = Aware Use
( T ) = Tacit Use
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa siswa kelompok sedang
memiliki level metakognitif Strategic Use. Pada beberapa soal siswa
kelompok sedang berada di level metakognitif Reflective Use dan
beberapa soal lainnya berada di level metakognitif Strategic Use dan
Aware Use. Akan tetapi, level metakognif yang dominan pada kelompok
sedang adalah Strategic Use, sehingga level metakognitifnya Strategic
Use.
Ketika berada di level metakognitif Reflective Use, siswa kelompok
kemampuan sedang mampu merefleksikan pemikirannya kembali, tidak
hanya mampu mengetahui, memahami masalah, dan merencanakan
strategi penyelesaian masalah dengan baik, tetapi juga mampu
mengambil keputusan secara sadar dalam memecahkan masalah dan
mempertimbangkan perolehan hasilnya. Ketika berada di level
44
metakognitif Strategic Use, siswa kelompok sedang mampu memahami
masalah dengan benar, mampu menuliskan strategi penyelesaian masalah
dan menyelesaikan masalah dengan benar, menguasai konsep kimia yang
berkaitan dengan masalah yang diberikan, mampu menyadari kesalahan
konsep (rumus) dan cara menghitung namun tidak dapat memperbaikinya
dan tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya.
Ketika berada di level metakognitif Aware Use, siswa kelompok
sedang mampu memahami masalah dengan baik dan menguasai konsep
kimia yang mendasari masalah tersebut. Akan tetapi, siswa kelompok
sedang mengalami kesulitan dan kebingungan ketika menentukan rumus
dan cara menghitung yang akan digunakan sehingga tidak dapat
melanjutkan apa yang akan dikerjakannya. Menurut Mahromah dan
Manoy (2013) “Siswa dengan tingkat metakognisi Aware Use
mempunyai aktivitas-aktivitas metakognisi, seperti siswa mampu
memahami masalah karena dapat mengungkapkan dengan jelas, mampu
menyadari kesalahan konsep (rumus) dan cara menghitung namun tidak
dapat memperbaikinya, dan tidak melakukan evaluasi terhadap hasil
pemikirannya”.
Berikut disajikan beberapa hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok
sedang masing-masing level. Seperti pada Gambar 4.3 terdapat hasil tes
tulis perwakilan siswa kelompok sedang (siswa 15) pada soal no 3
dengan soal “Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan
CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp
Ca(OH)2 = 8 x 10-6
)”.
45
Gambar 4.3 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 3
Berdasarkan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 3 terlihat bahwa
siswa 15 mampu mencari dan memahami masalah dengan benar. Siswa
15 menuliskan data-data yang diketahui dan ditanyakan dari soal untuk
menyelesaikan masalah.
Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa siswa 15 berusaha untuk
mencari jawabannya dengan cara mencari mol masing-masing zat
terlebih dahulu, mencari konsentrasi dari masing-masing unsur
penyusunnya, kemudian mencari Qsp dari Ca(OH)2. Setelah itu, diambil
berupa kesimpulan apakah terbentuk endapan atau tidak dengan cara
membandingkan dengan nilai Ksp. Mol dari masing-masing zat,
konsentrasi dari masing-masing unsur penusunnya, Qsp yang dihasilkan,
46
dan kesimpulan yang diambil benar. Cara serta persamaan reaksi yang
dituliskan juga benar. Berdasarkan hasil analisis di atas siswa 15
melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas
pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan
prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan
benar dan hasil yang diperoleh juga benar.
Pada Gambar 4.3 juga terdapat penulisan kata Jadi di akhir
jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 melakukan proses
evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada
aktivitas metakognitifnya.
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan
memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah
penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar,
melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, serta hasil
akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator
pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif Reflective Use.
Pada soal yang lain, siswa 15 berada pada level metakognitif Strategic
Use. Seperti pada soal no 2 dengan soal “Sebanyak 100 mL larutan jenuh
magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg
MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19).
Pada Gambar 4.4 terdapat hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 2.
47
Gambar 4.4 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 2
Berdasarkan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 2 terlihat bahwa
siswa 15 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan benar
dalam aktivitas metakognitifnya. Hal ini dapat kita lihat dari adanya
penulisan Dik dan Dit. Siswa 15 telah menuliskan data-data untuk
48
menyelesaikan masalah yaitu volume MgF2, massa MgF2, dan Mr MgF2.
Siswa 15 juga menuliskan data yang ditanya, yaitu hasil kali kelarutan
MgF2 atau dituliskan dengan lambang Ksp.
Pada Gambar 4.4 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada
bagian ini siswa 15 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa
mencari rumus Ksp MgF2 terlebih dahulu kemudian mencari mol MgF2,
kelarutan MgF2, baru kemudian mencari Ksp MgF2. Rumus Ksp MgF2
yang dihasilkan benar, jawaban mol MgF2 yang dihasilkan kurang tepat,
kelarutan MgF2 yang dihasilkan dan Ksp MgF2 yang dihasilkan juga
kurang tepat. Proses mendapatkan rumus Ksp benar, proses mendapatkan
mol, kelarutan dan Ksp MgF2 tersebut juga benar akan tetapi ketika
melakukan perhitungan jawaban yang dihasilkan kurang tepat.
Berdasarkan hasil analisis di atas siswa 15 melakukan proses solusi
dalam menyelesaikan masalah tetapi kurang melakukan aktivitas
pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan
prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan
benar akan tetapi hasil yang diperoleh kurang tepat.
Pada Gambar 4.4 siswa 15 menuliskan kata Jadi diakhir jawabannya.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 melakukan proses evaluasi dalam
menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada aktivitas
metakognitifnya. Akan tetapi dalam proses evaluasinya, siswa 15 kurang
teliti sehingga salah dalam mengambil kesimpulan.
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan
memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah
penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah dengan hasil yang kurang
tepat, kurang melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah dan
hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan
indikator pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif
Strategic Use.
Pada soal yang lain, siswa 15 berada pada level metakognitif Aware
Use. Seperti pada soal no 4 dengan soal “Diketahui tetapan hasil kali
49
kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12
. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam
air murni; b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12; c.
Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya?”. Pada Gambar 4.5
disajikan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 4.
Gambar 4.5 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 4
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 15 pada soal no 4 terlihat adanya
penulisan Dik dan Dit. Makna Dik merupakan diketahui dan Dit adalah
ditanya. Jadi siswa kelompok sedang telah menuliskan data untuk
menyelesaikan masalah, yaitu Ksp Mg(OH)2. Siswa 15 juga menuliskan
data yang ditanya yaitu kelarutan kelarutan Mg(OH)2 dalam air, kelarutan
Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 dan pengaruh pH terhadap
kelarutan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 sudah dapat mencari dan
memahami masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya.
Pada Gambar 4.5 juga terdapat tulisan jawab, pada bagian ini siswa
15 tidak menuliskan strategi penyelesaian masalahnya, akan tetapi siswa
15 berusaha untuk langsung menjawabnya dengan mencari rumus Ksp
terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan Mg(OH)2 dalam air.
Rumus serta kelarutan yang dihasilkan benar, cara serta persamaan reaksi
50
yang digunakan juga benar akan tetapi siswa 15 tidak dapat menjawab
masalahnya sampai selesai. Siswa 15 tidak mampu menjawab pertanyaan
kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12, dan melihat bagaimana
pengaruh pH tersebut terhadap kelarutannya. Berdasarkan hasil analisis
di atas siswa 15 kurang melakukan proses solusi dalam menyelesaikan
masalah dan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang
meliputi tidak menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai
dan tidak mampu menyelesaikan masalah sampai tuntas.
Pada Gambar 4.5 juga terlihat bahwa siswa 15 tidak menyelesaikan
masalahnya sampai tuntas dan tidak memberikan kesimpulan diakhir
jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 tidak melakukan
proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada
aktivitas metakognitifnya.
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan
memahami masalah dengan benar, tidak merencanakan langkah-langkah
penyelesaian masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan
benar, dan tidak melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah
dan hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan
indikator pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif Aware
Use.
Hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok sedang (siswa 15) di atas
menunjukkan bahwa pada beberapa soal siswa kelompok sedang berada
pada level metakognitif Reflective Use dan pada beberapa soal yang lain
berada pada level metakognitif Strategic Use dan Aware Use. Karena
level metakognitif yang dominan pada kelompok sedang adalah Strategic
Use, maka level metakognitif siswa kelompok sedang adalah Strategic
Use. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), peserta didik dengan skor sedang
berada di level metakognitif Strategic Use. Siswa kelompok sedang
berada pada level metakognitif Strategic Use karena siswa kelompok
51
sedang menggunakan dan menyadari strategi yang tepat dalam
menyelesaikan masalah, tidak hanya mampu memahami masalah.
3. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Rendah
Tabel 4.7 Analisis Per-butir Soal Kelompok Rendah
No Hasil analisis
Siswa 28 soal: Siswa 29 soal: Siswa 30 soal:
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1
Mencari dan
memahami masalah
(menuliskan
diketahui & ditanya
secara lengkap)
√ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0
2
Menyusun stategi
pemecahan yang
baik (menuliskan
rencana
penyelesaian
masalah)
√ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0
3
Mengeksplorasi
solusi
(menyelesaikan
masalah dengan
benar)
√ - √ - 0 0 √ - √ - 0 0 √ - √ - 0 0
4
Memikirkan dan
mendefinisikan
kembali problem
dan solusi dari
waktu ke waktu
(melakukan
evaluasi)
- - - - 0 0 - - - - 0 0 - - - - 0 0
5 Level metakognitif S A S A 0 0 S A S A 0 0 S A S A 0 0
6 Kesimpulan level
metakognitif Aware Use Aware Use Aware Use
Keterangan : ( √ ) = Ya
( - ) = Tidak
( 0 ) = Tidak mengerjakan soal
( R ) = Reflective Use
( S ) = Strategic Use
( A ) = Aware Use
( T ) = Tacit Use
52
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa siswa kelompok rendah hanya
mengerjakan empat soal dari enam soal yang ada. Siswa kelompok
rendah sebenarnya mampu memahami masalah yang tidak mereka
kerjakan. Akan tetapi, waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal
sudah habis. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelompok rendah kurang
mampu berpikir secara cepat sehingga membutuhkan waktu yang lebih
banyak untuk mengerjakan dan menyelesaikan masalah.
Dalam Tabel 4.7 juga terlihat bahwa level metakognitif siswa
kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use. Dimana
siswa mampu memahami masalah akan tetapi tidak dapat menuliskan
prosedur yang sesuai dan tidak melakukan evaluasi. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Safitri dan Saleh (2015) siswa yang berada ditingkat
kelas rendah dapat tergolong pada level metakognitif Aware Use dan
juga dapat tergolong pada tingkat Tacit Use. Dalam penelitian ini, tidak
ada siswa yang berada pada level metakognitif Tacit Use, karena semua
siswa dapat mencari dan memahami masalahnya dengan benar. Menurut
Safitri dan Saleh (2015) siswa berada pada level metakognitif Tacit Use
jika: siswa kurang mampu memahami masalah dengan baik; siswa
kurang mampu merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan
baik; siswa kurang mampu menyadari konsep dan cara hitung yang
digunakan dengan baik; dan siswa kurang mampu melakukan evaluasi
dengan baik.
Dalam Tabel 4.7 juga terlihat bahwa pada beberapa soal siswa
kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use dan pada
beberapa soal lainnya siswa kelompok rendah berada pada level
metakogitif Strategic Use. Akan tetapi, level metakognitif yang dominan
pada siswa kelompok rendah adalah Aware Use sehingga level
metakognitif siswa kelompok rendah adalah Aware Use. Ketika berada di
level metakognitif Strategic Use siswa kelompok rendah mampu
memahami masalah dengan benar, mampu menuliskan strategi
penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar,
53
menguasai konsep kimia yang berkaitan dengan masalah yang diberikan,
mampu menyadari kesalahan konsep (rumus) dan cara menghitung
namun tidak dapat memperbaikinya dan tidak melakukan evaluasi
terhadap hasil pemikirannya.
Ketika berada di level metakognitif Aware Use, siswa kelompok
rendah mampu memahami masalah dengan baik, menguasai konsep
kimia yang mendasari masalah tersebut akan tetapi mengalami kesulitan
dan kebingungan ketika menentukan rumus dan cara menghitung yang
akan digunakan sehingga siswa kelompok rendah tidak dapat
melanjutkan apa yang akan dikerjakannya.
Pada Gambar 4.6 terdapat hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok
rendah (siswa 30) pada soal no 3 dengan soal: “Apakah terbentuk
endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10
mL larutan NaOH 0,02 M? (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6
)”. Pada soal ini
siswa kelompok rendah (siswa 30) berada pada level metkognitif
Strategic Use.
Gambar 4.6 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah Soal 3
54
Pada Gambar 4.6 terlihat adanya penulisan Dik dan Dit. Siswa 30
telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan masalah, yaitu volume
dari CaCl2 dan NaOH yang dituliskan dengan V CaCl2 dan V NaOH ,
molaritas CaCl2 dan NaOH yang dituliskan dengan M CaCl2 dan M
NaOH, serta hasil kali kelarutan dari Ca(OH)2 yang dituliskan dengan
lambang Ksp Ca(OH)2. Siswa 30 juga menuliskan data yang ditanya,
yaitu apakah akan terbentuk endapan dari Ca(OH)2. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa 30 sudah dapat mencari dan memahami
masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya.
Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa siswa 30 berusaha untuk
menyelesaikan masalahnya. Pada bagian ini siswa 30 tidak menuliskan
strategi penyelesaian masalahnya. Akan tetapi, siswa 30 berusaha untuk
langsung menjawab pertanyaannya dengan mencari mol masing-masing
zat telebih dahulu, mencari konsentrasi dari masing-masing unsur
penyusunnya, kemudian mencari Qsp dari Ca(OH)2. Setelah itu diambil
berupa kesimpulan apakah terbentuk endapan atau tidak dengan cara
membandingkan nilai Qsp Ca(OH)2 dengan nilai Ksp. Mol dari masing-
masing zat yang dihasilkan benar, konsentrasi dari masing-masing unsur
penusun suatu zat yang dihasilkan kurang sesuai, Qsp yang dihasilkan
juga kurang sesuai, dan kesimpulan yang diambil juga kurang sesuai.
Cara serta persamaan reaksi yang dituliskan benar hanya tejadi kesaahan
pada saat menentukan konsentrasi dari masing-masing unsur penyusun
suatu zat sehingga menghasilkan Qsp dan kesimpulan yang salah juga.
Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 30 kurang melakukan proses
solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan dalam
aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur penyelesaian
masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar tetapi hasil yang
diperoleh kurang tepat.
Pada gambar 4.6 juga terdapat penulisan kata Kesimpulan diakhir
jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 30 melakukan proses
evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada
55
aktivitas metakognitifnya akan tetapi aktivitas evaluasi yang dilakukan
kurang teliti.
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 30 dapat memahami
masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian
masalah, menyelesaikan masalah dengan benar, dan melakukan evaluasi
selama proses pemecahan masalah tetapi kurang melakukan evaluasi
pada hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan
indikator pada Tabel 3.2 siswa 30 berada pada level metakognitif
Strategic Use.
Pada soal yang lain, siswa kelompok rendah (siswa 30) berada pada
level metakognitif Aware Use. Seperti terlihat pada Gambar 4.7 terdapat
hasil pekerjaan perwakilan siswa kelompok rendah (siswa 30) pada soal
no 2 dengan soal “Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida
(MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat.
Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)”.
Gambar 4.7 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah Soal 2
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 30 pada soal no 2 terlihat bahwa
siswa 30 menuliskan data-data yang diketahui dan ditanyakan. Hal ini
56
menunjukkan bahwa siswa 30 sudah dapat mencari dan memahami
masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya.
Pada Gambar 4.7 terlihat bahwa siswa 30 berusaha untuk
menyelesaikan masalah pada no 2 akan tetapi siswa 30 mengalami
kebingungan saat menyelesaikan masalah. Siswa 30 tidak dapat
menuliskan rencana penyelesaian masalahnya. Akan tetapi, siswa 30
berusaha untuk langsung menjawabnya dengan mencari rumus Ksp
terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan Mg(OH)2 dalam air.
Rumus yang dihasilkan benar, akan tetapi kelarutan yang dihasilkan
kurang tepat. Siswa 30 tidak mampu menyelesaikan masalah no 2 hingga
tuntas. Siswa 30 tidak mampu menjawab pertanyaan kelarutan Mg(OH)2
dalam larutan dengan pH 12, dan melihat bagaimana pengaruh pH
tersebut terhadap kelarutannya. Berdasarkan hasil analisis di atas, siswa
30 kurang mampu melakukan proses solusi dalam menyelesaikan
masalah dan tidak melakukan aktivitas pemantauan dalam aktivitas
metakognitif yang meliputi, menuliskan prosedur penyelesaian masalah
dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar akan tetapi tidak dapat
menyelesaikannya sampai selesai sehingga hasil yang diperoleh kurang
tepat.
Pada Gambar 4.7 juga terlihat bahwa siswa 30 tidak menyelesaikan
masalahnya sampai tuntas sehingga tidak memberikan kesimpulan
diakhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 30 melakukan
proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada
aktivitas metakognitifnya.
Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 30 dapat memahami
masalah dengan benar, tidak menuliskan langkah-langkah rencana
penyelesaian masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan
benar, tidak melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan
hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan
indikator pada Tabel 3.2 siswa 30 berada di level metakognitif Aware
Use.
57
Berdasarkan hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok rendah (siswa
30) di atas menunjukkan bahwa pada beberapa soal siswa kelompok
rendah berada pada level metakognitif Strategic Use dan pada beberapa
soal yang lain berada pada level metakognitif Aware Use. Karena level
metakognitif yang dominan pada kelompok rendah adalah Aware Use,
maka level metakognitif siswa kelompok rendah adalah Aware Use. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophiningtyas dan
Sugiarto (2013), siswa dengan skor rendah berada pada level
metakognitif Aware Use. Siswa kelompok rendah berada pada level
metakognitif Aware Use karena siswa menyadari segala sesuatu yang
dilakukan dalam memecahkan masalah, mengetahui apa yang diketaui
dan ditanyakan, dan menyadari bahwa ia harus menggunakan suatu
langkah penyelesaian masalah dengan memberikan penjelasan mengapa
ia memilih penggunaan langkah tersebut. Akan tetapi, siswa yang berada
pada level metakognitif Aware Use tidak mampu menjelaskan mengapa
ia menggunakan langkah tersebut atau memberikan alasan yang kurang
jelas (Rahayu & Azizah, 2012).
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Aware Use,
sebanyak 63,64 % siswa berada pada level metakognitif Strategic Use dan
sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Reflective Use.
Siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas (kelompok
tinggi) memiliki hasil tes level metakognitif yang tinggi. Siswa yang
memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas berada pada level
metakognitif Reflective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang sedang
di dalam kelas (kelompok sedang) berada pada level metakognitif Strategic
Use. Dan siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah di dalam kelas
(kelompok rendah) berada pada level metakognitif Aware Use.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk melatih kemampuan penggunaan fungsi metakognitif siswa
sebaiknya guru sering meminta siswa untuk menjelaskan setiap
jawaban yang diperolehnya baik secara lisan maupun tertulis.
2. Dalam melakukan penskoran sebaiknya guru menggunakan pedoman
penskoran dengan cara memberi skor yang berbeda-beda pada
masing-masing soal tergantung dari tingkat kesulitan soal dan
memberi skor pada setiap langkah penyelesaiannya.
3. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai model yang tepat untuk
meningkatkan level metakognitif siswa.
59
4. Dilakukan penelitian lebih mendalam tentang aktivitas metakognisi
siswa dan hubungannya dengan pemecahan masalah pada materi
kimia yang lain.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogakarta: PT Tiara Wacana.
Aljaberi, N. M., & Gheith, E. (2015). University Students’ Level of Metacognitive
Thinking and their Ability to Solve Problems. American International
Journal of Contemporary Research, 5(3), 121-134.
Al-Khayat, M. M. (2012). The Level of Creative Thinking and Metacognitive
Thinking Skill of Intermediate School in Jordan: Survey Study. Canadian
Social Science, 8(4), 52-61.
Al-Zoubi, S. M. (2013). The Level of Metacognitive Thinking Among Special
Education Students. Prime Research on Education (PRE), 3(2), 437-441.
Amin, I & Sukestiyarno.(2015). Analysis Metacognitive Skills On Learning
Mathematics In High School. International Journal of Education and
Research, 3(3), 213-222.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aurah, C. M., Casady, J.C., MCConnell, T. J. (2014). Genetics Problem Solving
In High School Testing In Kenya: Effects Of Metacognitive Prompting
During Testing. Electronic Journal of Science Education, 18(8), 1-26.
Brady, J. E. (2000). Kimia Universitas asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
_____. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Hosseinilai, F & Kasaei, M. A. (2013). The effect of using cognitive and meta
cognitive strategy on creativity level academic achievement of high school
students. International Research Journal of Applied and Basic Sciences,
7(2), 114-123.
61
Indriati, M., & Syafrianti, T. (2012). Penerapan Moel Pembelajaran Kooperatif
Teknik Think Pair Square (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII, SMP Islam YLPI Pekan Baru. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
582-590. ISBN: 978-979-16353-8-7.
Jayapraba. (2013). Metacognitive Instruction And Cooperative Learning-
Strategies For Promoting Insightful Learning In Science. International
Journal on New Trends in Education and Their Implications, 4(1), 165-172.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
Jakarta: Kemendikbud.
Laurens, T. (2010). Penjenjangan Metakognisi Siswa yang Valid dan Reliabilitas.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 17(2), 201-213.
LeKDiS. (2005). Standar Nasonal Pendidikan (PP RI No 19 Tahun
2005).Ciputat: Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial.
Mahromah, L. A., & Manoy, J. T. (2013). Identifikasi Tingkat Metakognisi
Peserta didik dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan
Perbedaan Skor Matematika. MATHEdunesa, 2(1), 1-8.
Mataka, L. M., William, W., Cobern, Megan, L., Grunert, Jacinta, M., George, A.
(2014). The Effect of Using an Explicit General Problem Solving Teaching
Approach on Elementary Pre-Service Teachers’ Ability to Solve Heat
Transfer Problems. International Journal of Education in Mathematics,
Science and Technology, 2(3), 164-167.
McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning, A Guide to
Thinking Skills in Education. New York: Open University Press.
Murti, H. A. S. (2011). Metakognisi dan Theory of Mind (ToM). Jurnal Psikologi
Pitutur, 1(2), 53-64.
Nurmaliah, C. (2009). Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa SMP Negeri di
Kota Malang Berdasarkan Kemampuan Awal, Tingkat Kelas, dan Jenis
Kelamin. Jurnal Biologi Edukasi, 1(2), 18-21.
62
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R. H. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 1. Bogor: Erlangga.
_____. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1.
Bogor: Erlangga.
Purba, M. (2007). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Rahayu, P., & Azizah, U. (2012). Students’ Metacognition Level Through Of
Implementation Of Problem Based Learning With Metacognitive Strategies
At Sman 1 Manyar. Unesa Journal of Chemical Education, 1(1), 164-173.
Safitri, K. R., & Saleh, M. (2015). Analisis Pemecahan Masalah Matematika
Menggunakan Metakognisi. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UMS, 470-485. ISBN : 978.602.361.002.0
Sastrohamidjojo, H. (2010). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Satrock, J. W. (2004). Strategi Belajar. Jakarta: Bhineka Cipta.
_____. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
_____. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana.
Shetty, G. (2014). A Study of the Metacognition Levels of Student Teachers On
The Basis Of Their Learning Styles. IOSR Journal of Research & Method in
Education (IOSR-JRME), 4(1), 43-51.
Slameto. (1991). Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS).
Jakarta: Bumi Aksara.
Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta:
Erlangga.
Sophianingtyas, F., & Sugiarto, B. (2013). Identifikasi Level Metakognitif Siswa
dalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia. UNESA Journal of
Chemical Education. 2(1), 21-27.
Sofyan, A, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.
Jakarta: UIN Jakarta Press
Sudarmo, U. (2013). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
63
Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Swartz, R & Chang, A. (1998). Intructional Strategies for Thinking Classroom.
Singapura: National Institute of Education.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama.
Yamin, M. (2013). Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP
Press Group.
Yeo, K. K. J. (2004). Mathematical Problem Solving in The Primary and
Secondary Levels. Email: [email protected].
64
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Soal
Memahami, menerapkan,
dan menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural,
dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
humaniora dalam
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian dalam bidang
kerja spesifik untuk
Memprediksi
terbentuknya endapan
dari suatu reaksi
berdasarkan prinsip
kelarutan dan hasil kali
kelarutan
Menentukan cara
menyatakan kelarutan
(C3)
1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut
sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4.
Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16;
Cr = 52; Ag = 108)
2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut
dalam 100 mL air. Tentukan kelarutan
Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1
(Ar O
=16; Cr = 52; Ag = 108)
Menentukan hubungan
tetapan hasil kali
kelarutan dengan
kelarutan (C3)
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh
magnesium flourida (MgF2) pada 180C
diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat.
Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg =
24; F = 19)
65
memecahkan masalah Memprediksi
terbentuknya endapan
dari suatu reaksi
berdasarkan prinsip
kelarutan dan hasil kali
kelarutan (C5)
4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M
AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M
K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan
Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12
5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10
mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan
10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2
= 8 x 10-6
)
6. Apakah akan terbentuk endapan bila
kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M
ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika
diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x
10-10
7. Apakah akan terbentuk endapan bila
kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M
ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2
0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
?
66
Menemukan pengaruh
pH terhadap kelarutan
(C4)
8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan
Mg(OH)2 = 2 x 10-12
. Tentukan:
a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni
b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan
dengan pH = 12.
c. Bagaimana pengaruh pH terhadap
kelarutannya.
Menemukan pengaruh
ion senama terhadap
kelarutan (C4)
9. Diketahui kelarutan AgCl dalam air murni
10-5
mol/L-1
. Tentukan kelarutannya dalam
larutan 0,01 M AgNO3 dan jelaskan
bagaimana pengaruh ion senama (Ag)
tersebut terhadap kelarutan!
10. Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni
yaitu 8,43 x 10-5
mol L-1
pada 250C.
Tentukanlah kelarutan Ag2CrO4 dalam
larutan AgNO3 0,1 M dan jelaskan
bagaimana pengaruh ion senama (Ag)
tersebut terhadap kelarutannya! (Ksp
Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12
)
67
11. Hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x
10-6
. Tentukan kelarutannya dalam air dan
dalam larutan KBr 0,20 M. serta jelaskan
bagaimana pengaruh ion senama (Br)
tersebut terhadap kelarutannya!
12. Hitung kelarutan perak klorida (dalam
g/L) dalam air murni dan dalam larutan
NaCl 0,1 M. serta jelaskan bagaimana
pengaruh ion senama (Cl) tersebut terhadap
kelarutan. Jika diketahui Ksp AgCl = 1 X
10-10
68
Lampiran 2
Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Soal Jawaban Rubrik Penilaian Komentar
1. Dalam 4 liter air pada
250C dapat larut
sebanyak-banyaknya
13,28 gram Ag2CrO4.
Tentukan kelarutan
Ag2CrO4. (Ar O =16;
Cr = 52; Ag = 108)
1. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 4 L Ar O =16
T = 250C Ar Cr = 52
m = 13, 28 gram Ar Ag = 108
Ditanya : s Ag2CrO4….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan
rumus:
.
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan
untuk menghitung mol diperlukan data Mr
Ag2CrO4
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)
= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))
= 332
Jumlah mol Ag2CrO4 =
Kelarutan Ag2CrO4 =
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam
4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram
Ag2CrO4 adalah
2
1
3
2
2
2
2
Skor = 14
69
2. Sebanyak 4,35 mg
Ag2CrO4 dapat larut
dalam 100 mL air.
Nyatakan kelarutan
Ag2CrO4 tersebut
dalam mol L-1
(Ar O
=16; Cr = 52; Ag =
108)
2. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52
m = 4,35 mg Ar O =16
Ditanya : s Ag2CrO4….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan
rumus:
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan
untuk menghitung mol diperlukan data Mr
Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah terlebih
dahulu satuannya menjadi gram.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)
= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))
= 332 gram/mol
Jumlah mol Ag2CrO4 =
s =
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam
4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL air
adalah
2
1
3
2
2
2
2
Skor = 14
3. Sebanyak 100 mL
larutan jenuh
3. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L
2
70
magnesium flourida
(MgF2) pada 180C
diuapkan dan
diperoleh 7,6 mg
MgF2 padat.
Berapakah Ksp MgF2
pada 180C? (Ar Mg =
24; F = 19)
T = 180C Ar Mg = 24
m = 7,6 gram Ar F = 19
Ditanya : Ksp MgF2….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp
MgF2 = [Mg2+
][F-]
2 diperlukan data tambahan yaitu s
MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol dan
Mr MgF2
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F)
= (1 x 24) + (2 x 19)
= 62 gram/mol
Jumlah mol MgF2 =
kelarutan (s) =
mol/L
MgF2(s) Mg2+
(aq) + 2F-(aq)
s s 2s
Ksp MgF2 = [Mg2+
][F-]2
= s (2s)2
= 4s3
= 4(1,22 x 10-3
)3
= 7,2634 x 10-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x 10-9
1
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 25
71
4. Dicampurkan 100 ml
larutan 0,006 M
AgNO3 dan 100 ml
larutan 0,002 M
K2CrO4. Tentukan
apakah terjadi
endapan Ag2CrO4 bila
Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-
12
4. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V AgNO3 = 100 ml
V K2CrO4 = 100 mL
M AgNO3 = 0,006 M
M K2CrO4 = 0,002 M
Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik :
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara
[Ag+]
2×[CrO4
2-]. Untuk menentukan Q diperlukan
data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat
setelah kedua larutan dicampur
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q >
Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka
larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan
tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan
dicampur dihitung dengan persamaan:
[AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M
[K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M
Reaksi ionisasi masing-masing zat:
AgNO3 Ag+ + NO3
-
0,003 0,003 0,003
2
1
4
1
2
2
2
2
72
K2CrO4 2K+ + CrO4
2-
0,001 0,002 0,001
Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO4
2-] = 0,001
M
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4
2-
Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]
2 × [CrO4
2-]
= (0,003)2 × (0,001) = 9×10
-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9
) > Ksp (4×10-12
)
berarti Ag2CrO4 mengendap
2
2
1
2
2
3
2
Skor = 29
5. Apakah terbentuk
endapan Ca(OH)2 jika
10 mL larutan CaCl2
0,2 M dicampur
dengan 10 mL larutan
NaOH 0,02 M (Ksp
Ca(OH)2 = 8 x 10-6
)
5. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V CaCl2 = 10 ml
V NaOH = 10 mL
M CaCl2 = 0,2 M
M NaOH = 0,02 M
Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara
[Ca2+
][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan data
tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat
setelah kedua larutan dicampur
2
1
4
73
membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q >
Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka
larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan
tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) =
CaCl2(aq) Ca2+
(aq) + 2Cl-(aq)
0,1 M 0,1 M 0,2 M
Molaritas (NaOH setelah dicampur)=
NaOH(aq) Na+
(aq) + OH-(aq)
0,01 M 0,01 M 0,01 M
Jadi konsentrasi ion Ca2+
dalam campuran = 0,1 M dan
konsentrasi ion OH- = 0,01 M
Ca(OH)2 Ca2+
+ 2OH-
Q untuk Ca(OH)2 = [Ca2+
][OH-]2
= 0,1 x (0,01)2
= 1 x 10-5
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka
pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Skor = 29
6. Apakah akan
terbentuk endapan
bila kedalam 200 ml
BaCl2 0,004 M
ditambahkan 600 mL
6. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V BaCl2 = 200 ml
V K2SO4 = 600 mL
M BaCl2 = 0,004 M
M K2SO4 = 0,008 M
2
74
K2SO4 0,008 M. Jika
diketahui dari tabel
nilai Ksp BaSO4 = 1,1
x 10-10
Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10
Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara
[Ba2+
][SO42-
]. Untuk menentukan Q diperlukan
data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat
zat setelah kedua larutan dicampur
Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q > Ksp
maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan
belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat
jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) =
BaCl2 Ba2+
+ 2Cl-
0,001 M 0,001M 0,002M
Molaritas K2SO4 setelah dicampur =
K2SO4 2K+ + SO4
2-
0,006 M 0,012M 0,006M
BaSO4 Ba2+
+ SO43-
Q BaSO4 = [Ba2+
][SO42-
]
= (0,001)(0,006)
= 6×10-6
1
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
75
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka
terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran tersebut
2
Skor = 29
7. Apakah akan
terbentuk endapan
bila kedalam 100 mL
larutan Na3PO4 0,001
M ditambahkan 100
ml larutan Ca(NO3)2
0,001 M Ksp
Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
7. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V Na3PO4 = 100 ml
V Ca(NO3)2 = 100 mL
M Na3PO4 = 0,001 M
M Ca(NO3)2 = 0,001 M
Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara
[Ca2+
]3[PO4
3-]
2. Diperlukan data tambahan yaitu
konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua
larutan dicampur
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q >
Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka
larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan
tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) =
Na3PO4 3Na+ + PO4
3-
0,0005 M 0,0015M 0,0005M
2
1
4
2
2
2
76
Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur =
Ca(NO3)2 Ca2+
+ 2NO3-
0,0005 M 0,0005M 0,001M
Ca3(PO4)2 3Ca2+
+ 2 PO43-
Q Ca3(PO4)2 = [Ca2+
]3[PO4
3-]
2
= (0,0005)3(0,0005)
2
= 3,125×10-17
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp,
maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran
tersebut
2
2
2
2
2
2
2
2
Skor = 29
8. Diketahui tetapan
hasil kali kelarutan
Mg(OH)2 = 2 X 10-12
.
Tentukan:
a. Kelarutan
Mg(OH)2 dalam
air murni.
b. Kelarutan
Mg(OH)2 dalam
larutan dengan pH
= 12.
c. Bagaimana
pengaruh pH
8. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12
Ditanya: a. s dalam air =…?
b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …?
c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s
Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 digunakan
rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp
Mg(OH)2 = [Mg2+
][OH-]
2 . Diperlukan data
tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air
maupun dalam larutan dengan pH 12 yaitu
konsentrasi Mg2+
dan OH- dalam air maupun dalam
2
1
4
77
terhadap
kelarutannya.
larutan dengan pH 12.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air
sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH
terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh
dimana [Mg2+
][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1
Mg(OH)2 (s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
s s 2s
[Mg2+
][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
(s)(2s)2 = 2 x 10
-12
4s3
= 2 x 10-12
s = 7,94 x 10-5
mol L-1
Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5
mol L-1
Dalam larutan dengan pH 12
pH = 12 pOH = 2
[OH-] = 1 x 10
-2 mol L
-1
Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh,
misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1
Mg(OH)2 (s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
x x 2x
konsentrasi ion OH-
dalam larutan = (1 x 10-2
) + 2x.
substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
78
kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai
berikut
[Mg2+
] [OH-]
2 = Ksp Mg(OH)2
(x) {(1 x 10-2
) + 2x}2 = 2 x 10
-12
Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2
, maka (1 x
10-2
) + 2x ≡ 1 X 10-2
. persamaan diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
(x) (1 x 10-2
)2 = 2 x 10
-12
x = 2 x 10-8
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2 dalam
air adalah 7,94 x 10-5
mol L-1
dan kelarutan Mg(OH)2
dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8
mol L-1
.
Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH terhadap
kelarutan adalah dapat memperkecil kelarutannya.
2
1
1
2
2
Skor = 34
9. Bagaimana pengaruh
ion senama Ag dari
kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam
AgNO3 0,01 M jika
diketahui kelarutan
AgCl dalam air murni
10-5
mol/L-1
.
9. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5
Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl
yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …??
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M
digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan
yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-]. Diperlukan data
tambahan untuk menghitung kelarutan dalam
larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp AgCl dan
konsentrasi Ag+ dan Cl
- dalam larutan AgNO3.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
2
1
4
79
AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga
diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap
kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+
+ Cl-
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-] = ( (
Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 Ag+ + NO3
-
0,01 0,01 0,01
Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1
Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+
+ Cl-
Dalam larutan terdapat:
[Ag+] = 0,01 + a 0,01
[Cl-] = a
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-]
10-10
= (0,01) × (a) a = 10-8
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam
larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8
mol l-1
. Jika dibandingkan
dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi,
pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
Skor = 26
80
10. Jika diketahui
kelarutan Ag2CrO4
dalam air murni yaitu
8,43 x 10-5
mol L-1
pada 250C. Tentukan
bagaimana pengaruh
ion senama Ag dari
kelarutan Ag2CrO4
yang dilarutkan dalam
larutan AgNO3 0,1 M.
(Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x
10-12
)
10. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5
mol L-1
T = 250C
Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12
Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4
yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1
M digunakan rumus hubungan Ksp dengan
kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO4
2-].
Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M konsentrasi
Ag+ dan CrO4
2- dalam larutan AgNO3.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga
diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap
kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion Ag+
dan 0,1M ion NO3-
AgNO3 Ag+
+ NO3-
0,1M 0,1M 0,1M
Ag2CrO4(s) 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq)
s 2s s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]
2[CrO4]
-
2,4 ×10-12
= (0,1)2(s)
2,4 ×10-12
= 0,01 s
s = 2,4 ×10-10
2
1
4
2
2
2
2
2
2
1
2
81
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam
larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10
mol L-1
, kira-kira 351
ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air
murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2
Skor = 24
11. Jika diketahui
hasil kali kelarutan
PbBr2 ialah 8,9 x 10-6
.
Bagaimana pengaruh
ion senama Br dari
kelarutan PbBr2 yang
dilarutkan dalam
larutan KBr 0,20 M.
11. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6
Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2
yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2 dalam
larutan KBr 0,02 M digunakan rumus hubungan
Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp PbBr2 = [Pb2+
]Br-
]2
. Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam air maupun dalam larutan KBr
0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+
dan Br-
dalam air
maupun dalam larutan KBr.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan KBr,
dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh
bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan
nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air
PbBr2 Pb2+
+ 2Br-
s s 2s
Ksp PbBr2 = [Pb2+
][Br-]
2
8,9 x 10-6
= (s)(2s)2
2
1
4
2
2
2
82
8,9 x 10-6
= 4s3
s = 1,3055 x 10-2
Dalam larutan KBr
KBr K+ + Br
-
0,2 M 0,2M 0,2 M
Ksp PbBr2 = [Pb2+
][Br-]
2
8,9 x 10-6
= (s)(0,2)2
8,9 x 10-6
= 0,04s
s = 2,225 x 10-4
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam
larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4
mol L-1
, kira-kira 57 kali
lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni.
Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 31
12. Bagaimana
pengaruh ion senama
Cl dari kelarutan
AgCl yang dilarutkan
dalam larutan NaCl
0,1 M, jika diketahui
Ksp AgCl = 1 X 10-10
.
12. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10
Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl
dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl =
[Ag+][Cl
-]. Diperlukan data tambahan untuk
menghitung kelarutan dalam air maupun dalam
larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+
dan Cl-
dalam air maupun dalam larutan NaCl.
2
1
4
83
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan NaCl
dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh
bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan
nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air
AgCl Ag+
+ Cl-
s s s
Ksp AgCl = [Ag+][Cl
-]
1 x 10-10
= (s)(s)
1 x 10-10
= s2
s = 1 x 10-5
Dalam larutan AgNO3
NaCl Na+ + Cl
-
0,1 M 0,1M 0,1M
Ksp AgCl = [Ag+][Cl
-]
1 x 10-10
= (s)(0,1)
1 x 10-10
= 0,1s
s = 1 x 10-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam
larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9
mol L-1
, kira-kira 10 ribu
kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air
murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 31
84
Lampiran 3
UJI COBA INSTRUMEN TES
LEVEL METAKOGNITIF SISWA
Nama :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Petunjuk :
1. Berdoalah sebelum mengisi soal!
2. Bacalah soal dengan teliti, kemudian selesaikan lebih dahulu soal yang kamu
anggap mudah!
3. Dalam menjawab soal tuliskan apa yang diketahui, ditanya, rencana
penyelesaian, perhitungan dan kesimpulannya!
4. Periksalah kembali hasil kerjaanmu sebelum dikumpulkan!
5. Dilarang bekerja sama dengan teman!
__________________________________________________________________
1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram
Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Tentukan
kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1
(Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C
diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada
180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M
K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x
10-12
5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M
dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6
)
85
6. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M
ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp
BaSO4 = 1,1 x 10-10
7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001
M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-
20?
8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12
. Tentukan:
a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni
b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12.
c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.
9. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan
dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5
mol/L-1
.
10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5
mol L-1
pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan
Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4
x 10-12
)
11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6
. Bagaimana
pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan
KBr 0,20 M.
12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan
dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10
.
86
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Soal
Kesesuaian
soal dengan
Indikator Komentar
Ya Tidak
Memahami,
menerapkan, dan
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual,
prosedural, dan
metakognitif
berdasarkan rasa
ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, dan
humaniora dalam
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
Memprediksi
terbentuknya
endapan dari suatu
reaksi berdasarkan
prinsip kelarutan
dan hasil kali
kelarutan
Menentukan cara
menyatakan
kelarutan (C3)
1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat
larut sebanyak-banyaknya 13,28
gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan
Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag =
108)
2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat
larut dalam 100 mL air. Tentukan
kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam
mol L-1
(Ar O =16; Cr = 52; Ag =
108)
Menentukan
hubungan tetapan
hasil kali
kelarutan dengan
kelarutan (C3)
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh
magnesium flourida (MgF2) pada
180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg
MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2
pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
87
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena
dan kejadian dalam
bidang kerja spesifik
untuk memecahkan
masalah
Memprediksi
terbentuknya
endapan dari
suatu reaksi
berdasarkan
prinsip kelarutan
dan hasil kali
kelarutan (C5)
4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006
M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002
M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi
endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4
= 4 x 10-12
5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2
jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M
dicampur dengan 10 mL larutan
NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x
10-6
)
6. Apakah akan terbentuk endapan bila
kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M
ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008
M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp
BaSO4 = 1,1 x 10-10
7. Apakah akan terbentuk endapan bila
kedalam 100 mL larutan Na3PO4
0,001 M ditambahkan 100 ml
larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp
Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
?
88
Menemukan
pengaruh pH
terhadap
kelarutan (C4)
8. Diketahui tetapan hasil kali
kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12
.
Tentukan:
a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air
murni
b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam
larutan dengan pH = 12.
c. Bagaimana pengaruh pH
terhadap kelarutannya.
Menemukan
pengaruh ion
senama terhadap
kelarutan (C4)
9. Bagaimana pengaruh ion senama
Ag dari kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M
jika diketahui kelarutan AgCl dalam
air murni 10-5
mol/L-1
.
10. Jika diketahui kelarutan
Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43
x 10-5
mol L-1
pada 250C. Tentukan
bagaimana pengaruh ion senama Ag
dari kelarutan Ag2CrO4 yang
dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1
M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12
)
11. Jika diketahui hasil kali
kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6
.
Bagaimana pengaruh ion senama Br
dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan
89
dalam larutan KBr 0,20 M.
12. Bagaimana pengaruh ion
senama Cl dari kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1
M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X
10-10
.
A. Kesimpulan Validator
Lingkari jawaban berikut ini sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu:
a. Layak digunakan dilapangan tanpa ada revisi
b. Layak digunakan dilapangan dengan revisi
c. Tidak layak digunakan
B. Komentar & Saran:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
90
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI
Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Soal Jawaban Rubrik
Penilaian
Komentar
1. Dalam 4 liter air pada
250C dapat larut
sebanyak-banyaknya
13,28 gram Ag2CrO4.
Tentukan kelarutan
Ag2CrO4. (Ar O =16;
Cr = 52; Ag = 108)
1. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 4 L Ar O =16
T = 250C Ar Cr = 52
m = 13, 28 gram Ar Ag = 108
Ditanya : s Ag2CrO4….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan
rumus:
.
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4
dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr
Ag2CrO4
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)
= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))
= 332
Jumlah mol Ag2CrO4 =
2
1
3
2
2
91
Kelarutan Ag2CrO4 =
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4
dalam 4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya
13,28 gram Ag2CrO4 adalah
2
2
Skor = 14
2. Sebanyak 4,35 mg
Ag2CrO4 dapat larut
dalam 100 mL air.
Nyatakan kelarutan
Ag2CrO4 tersebut
dalam mol L-1
(Ar O
=16; Cr = 52; Ag =
108)
2. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52
m = 4,35 mg Ar O =16
Ditanya : s Ag2CrO4….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan
rumus:
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4
dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr
Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah
terlebih dahulu satuannya menjadi gram.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)
= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))
= 332 gram/mol
Jumlah mol Ag2CrO4 =
2
1
3
2
2
92
s =
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4
dalam 4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL
air adalah
2
2
Skor = 14
3. Sebanyak 100 mL
larutan jenuh
magnesium flourida
(MgF2) pada 180C
diuapkan dan
diperoleh 7,6 mg
MgF2 padat.
Berapakah Ksp MgF2
pada 180C? (Ar Mg =
24; F = 19)
3. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L
T = 180C Ar Mg = 24
m = 7,6 gram Ar F = 19
Ditanya : Ksp MgF2….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp
MgF2 = [Mg2+
][F-]
2 diperlukan data tambahan yaitu s
MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol
dan Mr MgF2
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F)
= (1 x 24) + (2 x 19)
= 62 gram/mol
2
1
3
2
93
Jumlah mol MgF2 =
kelarutan (s) =
mol/L
MgF2(s) Mg2+
(aq) + 2F-(aq)
s s 2s
Ksp MgF2 = [Mg2+
][F-]2
= s (2s)2
= 4s3
= 4(1,22 x 10-3
)3
= 7,2634 x 10-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x
10-9
2
2
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 25
4. Dicampurkan 100 ml
larutan 0,006 M
AgNO3 dan 100 ml
larutan 0,002 M
K2CrO4. Tentukan
apakah terjadi
endapan Ag2CrO4
bila Ksp Ag2CrO4 = 4
x 10-12
4. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V AgNO3 = 100 ml
V K2CrO4 = 100 mL
M AgNO3 = 0,006 M
M K2CrO4 = 0,002 M
Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik :
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
2
1
94
perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara
[Ag+]
2×[CrO4
2-]. Untuk menentukan Q
diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi
masing-masing zat setelah kedua larutan
dicampur
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q
> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp
maka larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan
dicampur dihitung dengan persamaan:
[AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M
[K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M
Reaksi ionisasi masing-masing zat:
AgNO3 Ag+ + NO3
-
0,003 0,003 0,003
K2CrO4 2K+ + CrO4
2-
0,001 0,002 0,001
Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO4
2-] =
4
1
2
2
2
2
2
2
95
0,001 M
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4
2-
Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]
2 × [CrO4
2-]
= (0,003)2 × (0,001) = 9×10
-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9
) > Ksp (4×10-
12) berarti Ag2CrO4 mengendap
1
2
2
3
2
Skor = 29
5. Apakah terbentuk
endapan Ca(OH)2
jika 10 mL larutan
CaCl2 0,2 M
dicampur dengan 10
mL larutan NaOH
0,02 M (Ksp Ca(OH)2
= 8 x 10-6
)
5. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V CaCl2 = 10 ml
V NaOH = 10 mL
M CaCl2 = 0,2 M
M NaOH = 0,02 M
Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara
[Ca2+
][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan
data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing
zat zat setelah kedua larutan dicampur
membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q
> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
2
1
4
96
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp
maka larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) =
CaCl2(aq) Ca2+
(aq) + 2Cl-(aq)
0,1 M 0,1 M 0,2 M
Molaritas (NaOH setelah dicampur)=
NaOH(aq) Na+
(aq) + OH-(aq)
0,01 M 0,01 M 0,01 M
Jadi konsentrasi ion Ca2+
dalam campuran = 0,1 M dan
konsentrasi ion OH- = 0,01 M
Ca(OH)2 Ca2+
+ 2OH-
Q untuk Ca(OH)2 = [Ca2+
][OH-]2
= 0,1 x (0,01)2
= 1 x 10-5
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,
maka pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Skor = 29
6. Apakah akan
terbentuk endapan
6. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V BaCl2 = 200 ml
2
97
bila kedalam 200 ml
BaCl2 0,004 M
ditambahkan 600 mL
K2SO4 0,008 M. Jika
diketahui dari tabel
nilai Ksp BaSO4 = 1,1
x 10-10
V K2SO4 = 600 mL
M BaCl2 = 0,004 M
M K2SO4 = 0,008 M
Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10
Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara
[Ba2+
][SO42-
]. Untuk menentukan Q diperlukan
data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing
zat zat setelah kedua larutan dicampur
Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q >
Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka
larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka
larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) =
BaCl2 Ba2+
+ 2Cl-
0,001 M 0,001M 0,002M
Molaritas K2SO4 setelah dicampur =
K2SO4 2K+ + SO4
2-
0,006 M 0,012M 0,006M
1
4
2
2
2
2
2
2
98
BaSO4 Ba2+
+ SO43-
Q BaSO4 = [Ba2+
][SO42-
]
= (0,001)(0,006)
= 6×10-6
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,
maka terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran
tersebut
2
2
2
2
2
Skor = 29
7. Apakah akan
terbentuk endapan
bila kedalam 100 mL
larutan Na3PO4 0,001
M ditambahkan 100
ml larutan Ca(NO3)2
0,001 M Ksp
Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
7. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V Na3PO4 = 100 ml
V Ca(NO3)2 = 100 mL
M Na3PO4 = 0,001 M
M Ca(NO3)2 = 0,001 M
Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara
[Ca2+
]3[PO4
3-]
2. Diperlukan data tambahan yaitu
konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua
larutan dicampur
2
1
4
99
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q
> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp
maka larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) =
Na3PO4 3Na+ + PO4
3-
0,0005 M 0,0015M 0,0005M
Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur =
Ca(NO3)2 Ca2+
+ 2NO3-
0,0005 M 0,0005M 0,001M
Ca3(PO4)2 3Ca2+
+ 2 PO43-
Q Ca3(PO4)2 = [Ca2+
]3[PO4
3-]
2
= (0,0005)3(0,0005)
2
= 3,125×10-17
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp,
maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran
tersebut
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Skor = 29
100
8. Diketahui tetapan
hasil kali kelarutan
Mg(OH)2 = 2 X 10-
12. Tentukan:
a. Kelarutan
Mg(OH)2 dalam
air murni.
b. Kelarutan
Mg(OH)2 dalam
larutan dengan
pH = 12.
c. Bagaimana
pengaruh pH
terhadap
kelarutannya.
8. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12
Ditanya: a. s dalam air =…?
b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …?
c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s
Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12
digunakan rumus hubungan Ksp dengan
kelarutan yaitu: Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+
][OH-]2
.
Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam air maupun dalam larutan
dengan pH 12 yaitu konsentrasi Mg2+
dan OH-
dalam air maupun dalam larutan dengan pH 12.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air
sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH
terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan
jenuh dimana [Mg2+
][OH-]
2 = Ksp Mg(OH)2
Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1
Mg(OH)2 (s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
s s 2s
2
1
4
2
2
101
[Mg2+
][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
(s)(2s)2 = 2 x 10
-12
4s3
= 2 x 10-12
s = 7,94 x 10-5
mol L-1
Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5
mol L-1
Dalam larutan dengan pH 12
pH = 12 pOH = 2
[OH-] = 1 x 10
-2 mol L
-1
Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh,
misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1
Mg(OH)2 (s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
x x 2x
konsentrasi ion OH-
dalam larutan = (1 x 10-2
) + 2x.
substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan
kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan
sebagai berikut
[Mg2+
] [OH-]
2 = Ksp Mg(OH)2
(x) {(1 x 10-2
) + 2x}2 = 2 x 10
-12
Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2
, maka (1 x
10-2
) + 2x ≡ 1 X 10-2
. persamaan diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
(x) (1 x 10-2
)2 = 2 x 10
-12
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
1
102
x = 2 x 10-8
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2
dalam air adalah 7,94 x 10-5
mol L-1
dan kelarutan
Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8
mol L-1
. Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH
terhadap kelarutan adalah dapat memperkecil
kelarutannya.
2
2
Skor = 34
9. Bagaimana pengaruh
ion senama Ag dari
kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam
AgNO3 0,01 M jika
diketahui kelarutan
AgCl dalam air
murni 10-5
mol/L-1
.
9. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5
Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl
yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …??
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M
digunakan rumus hubungan Ksp dengan
kelarutan yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-].
Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp
AgCl dan konsentrasi Ag+ dan Cl
- dalam larutan
AgNO3.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air
sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion
senama terhadap kelarutan nya.
2
1
4
103
Tahap mengeksplorasi solusi:
Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+
+ Cl-
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-] = ( (
Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 Ag+ + NO3
-
0,01 0,01 0,01
Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1
Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+
+ Cl-
Dalam larutan terdapat:
[Ag+] = 0,01 + a 0,01
[Cl-] = a
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-]
10-10
= (0,01) × (a) a = 10-8
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam
larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8
mol l-1
. Jika dibandingkan
dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi,
pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
Skor = 26
104
10. Jika diketahui
kelarutan Ag2CrO4
dalam air murni yaitu
8,43 x 10-5
mol L-1
pada 250C. Tentukan
bagaimana pengaruh
ion senama Ag dari
kelarutan Ag2CrO4
yang dilarutkan
dalam larutan AgNO3
0,1 M. (Ksp Ag2CrO4
= 2,4 x 10-12
)
10. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5
mol L-1
T = 250C
Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12
Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan
Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M
…?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3
0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan
kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]
2[CrO4
2-].
Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M
konsentrasi Ag+ dan CrO4
2- dalam larutan
AgNO3.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air
sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion
senama terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion
Ag+ dan 0,1M ion NO3
-
AgNO3 Ag+
+ NO3-
0,1M 0,1M 0,1M
2
1
4
2
2
105
Ag2CrO4(s) 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq)
s 2s s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]
2[CrO4]
-
2,4 ×10-12
= (0,1)2(s)
2,4 ×10-12
= 0,01 s
s = 2,4 ×10-10
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4
dalam larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10
mol L-1
, kira-
kira 351 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya
dalam air murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil
kelarutan.
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 24
11. Jika diketahui
hasil kali kelarutan
PbBr2 ialah 8,9 x 10-
6. Bagaimana
pengaruh ion senama
Br dari kelarutan
PbBr2 yang
dilarutkan dalam
larutan KBr 0,20 M.
11. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6
Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2
yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2
dalam larutan KBr 0,02 M digunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp
PbBr2 = [Pb2+
]Br-]
2 . Diperlukan data tambahan
untuk menghitung kelarutan dalam air maupun
2
1
4
106
dalam larutan KBr 0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+
dan Br- dalam air maupun dalam larutan KBr.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
KBr, dengan nilai kelarutan dalam air sehingga
diperoleh bagaimana pengaruh ion senama
terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air
PbBr2 Pb2+
+ 2Br-
s s 2s
Ksp PbBr2 = [Pb2+
][Br-]
2
8,9 x 10-6
= (s)(2s)2
8,9 x 10-6
= 4s3
s = 1,3055 x 10-2
Dalam larutan KBr
KBr K+ + Br
-
0,2 M 0,2M 0,2 M
Ksp PbBr2 = [Pb2+
][Br-]
2
8,9 x 10-6
= (s)(0,2)2
8,9 x 10-6
= 0,04s
s = 2,225 x 10-4
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
107
larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4
mol L-1
, kira-kira 57
kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air
murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil
kelarutan.
Skor = 31
12. Bagaimana
pengaruh ion senama
Cl dari kelarutan
AgCl yang dilarutkan
dalam larutan NaCl
0,1 M, jika diketahui
Ksp AgCl = 1 X 10-10
.
12. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10
Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl
yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl
dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl
= [Ag+][Cl
-]. Diperlukan data tambahan untuk
menghitung kelarutan dalam air maupun dalam
larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+
dan Cl-
dalam air maupun dalam larutan NaCl.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
NaCl dengan nilai kelarutan dalam air sehingga
diperoleh bagaimana pengaruh ion senama
terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air
AgCl Ag+
+ Cl-
s s s
2
1
4
2
2
108
Ksp AgCl = [Ag+][Cl
-]
1 x 10-10
= (s)(s)
1 x 10-10
= s2
s = 1 x 10-5
Dalam larutan AgNO3
NaCl Na+ + Cl
-
0,1 M 0,1M 0,1M
Ksp AgCl = [Ag+][Cl
-]
1 x 10-10
= (s)(0,1)
1 x 10-10
= 0,1s
s = 1 x 10-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam
larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9
mol L-1
, kira-kira 10 ribu
kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air
murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil
kelarutan.
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 31
110
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Soal
Kesesuaian
soal dengan
Indikator Komentar
Ya Tidak
Memahami,
menerapkan, dan
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual,
prosedural, dan
metakognitif
berdasarkan rasa
ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, dan
humaniora dalam
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena
Memprediksi
terbentuknya
endapan dari suatu
reaksi berdasarkan
prinsip kelarutan
dan hasil kali
kelarutan
Menentukan cara
menyatakan
kelarutan (C3)
1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat
larut sebanyak-banyaknya 13,28
gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan
Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag =
108)
2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat
larut dalam 100 mL air. Tentukan
kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam
mol L-1
(Ar O =16; Cr = 52; Ag =
108)
Menentukan
hubungan tetapan
hasil kali
kelarutan dengan
kelarutan (C3)
3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh
magnesium flourida (MgF2) pada
180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg
MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2
pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
Memprediksi
terbentuknya
4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006
M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002
111
dan kejadian dalam
bidang kerja spesifik
untuk memecahkan
masalah
endapan dari
suatu reaksi
berdasarkan
prinsip kelarutan
dan hasil kali
kelarutan (C5)
M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi
endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4
= 4 x 10-12
5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2
jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M
dicampur dengan 10 mL larutan
NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x
10-6
)
6. Apakah akan terbentuk endapan bila
kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M
ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008
M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp
BaSO4 = 1,1 x 10-10
7. Apakah akan terbentuk endapan bila
kedalam 100 mL larutan Na3PO4
0,001 M ditambahkan 100 ml
larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp
Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
?
Menemukan
pengaruh pH
terhadap
kelarutan (C4)
8. Diketahui tetapan hasil kali
kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12
.
Tentukan:
a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air
murni
b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam
larutan dengan pH = 12.
112
c. Bagaimana pengaruh pH
terhadap kelarutannya.
Menemukan
pengaruh ion
senama terhadap
kelarutan (C4)
9. Bagaimana pengaruh ion senama
Ag dari kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M
jika diketahui kelarutan AgCl dalam
air murni 10-5
mol/L-1
.
10. Jika diketahui kelarutan
Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43
x 10-5
mol L-1
pada 250C. Tentukan
bagaimana pengaruh ion senama Ag
dari kelarutan Ag2CrO4 yang
dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1
M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12
)
11. Jika diketahui hasil kali
kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6
.
Bagaimana pengaruh ion senama Br
dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan
dalam larutan KBr 0,20 M.
12. Bagaimana pengaruh ion
senama Cl dari kelarutan AgCl yang
114
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI
Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Soal Jawaban Rubrik
Penilaian
Komentar
1. Dalam 4 liter air pada
250C dapat larut
sebanyak-banyaknya
13,28 gram Ag2CrO4.
Tentukan kelarutan
Ag2CrO4. (Ar O =16;
Cr = 52; Ag = 108)
1. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 4 L Ar O =16
T = 250C Ar Cr = 52
m = 13, 28 gram Ar Ag = 108
Ditanya : s Ag2CrO4….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan
rumus:
.
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4
dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr
Ag2CrO4
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)
= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))
= 332
Jumlah mol Ag2CrO4 =
2
1
3
2
2
115
Kelarutan Ag2CrO4 =
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4
dalam 4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya
13,28 gram Ag2CrO4 adalah
2
2
Skor = 14
2. Sebanyak 4,35 mg
Ag2CrO4 dapat larut
dalam 100 mL air.
Nyatakan kelarutan
Ag2CrO4 tersebut
dalam mol L-1
(Ar O
=16; Cr = 52; Ag =
108)
2. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52
m = 4,35 mg Ar O =16
Ditanya : s Ag2CrO4….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan
rumus:
Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4
dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr
Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah
terlebih dahulu satuannya menjadi gram.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)
= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))
= 332 gram/mol
Jumlah mol Ag2CrO4 =
2
1
3
2
2
116
s =
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4
dalam 4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL
air adalah
2
2
Skor = 14
3. Sebanyak 100 mL
larutan jenuh
magnesium flourida
(MgF2) pada 180C
diuapkan dan
diperoleh 7,6 mg
MgF2 padat.
Berapakah Ksp MgF2
pada 180C? (Ar Mg =
24; F = 19)
3. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L
T = 180C Ar Mg = 24
m = 7,6 gram Ar F = 19
Ditanya : Ksp MgF2….?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp
MgF2 = [Mg2+
][F-]
2 diperlukan data tambahan yaitu s
MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol
dan Mr MgF2
Tahap mengeksplorasi solusi:
Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F)
= (1 x 24) + (2 x 19)
= 62 gram/mol
2
1
3
2
117
Jumlah mol MgF2 =
kelarutan (s) =
mol/L
MgF2(s) Mg2+
(aq) + 2F-(aq)
s s 2s
Ksp MgF2 = [Mg2+
][F-]2
= s (2s)2
= 4s3
= 4(1,22 x 10-3
)3
= 7,2634 x 10-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x
10-9
2
2
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 25
4. Dicampurkan 100 ml
larutan 0,006 M
AgNO3 dan 100 ml
larutan 0,002 M
K2CrO4. Tentukan
apakah terjadi
endapan Ag2CrO4
bila Ksp Ag2CrO4 = 4
x 10-12
4. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V AgNO3 = 100 ml
V K2CrO4 = 100 mL
M AgNO3 = 0,006 M
M K2CrO4 = 0,002 M
Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik :
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
2
1
118
perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara
[Ag+]
2×[CrO4
2-]. Untuk menentukan Q
diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi
masing-masing zat setelah kedua larutan
dicampur
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q
> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp
maka larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan
dicampur dihitung dengan persamaan:
[AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M
[K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M
Reaksi ionisasi masing-masing zat:
AgNO3 Ag+ + NO3
-
0,003 0,003 0,003
K2CrO4 2K+ + CrO4
2-
0,001 0,002 0,001
Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO4
2-] =
4
1
2
2
2
2
2
2
119
0,001 M
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4
2-
Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]
2 × [CrO4
2-]
= (0,003)2 × (0,001) = 9×10
-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9
) > Ksp (4×10-
12) berarti Ag2CrO4 mengendap
1
2
2
3
2
Skor = 29
5. Apakah terbentuk
endapan Ca(OH)2
jika 10 mL larutan
CaCl2 0,2 M
dicampur dengan 10
mL larutan NaOH
0,02 M (Ksp Ca(OH)2
= 8 x 10-6
)
5. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V CaCl2 = 10 ml
V NaOH = 10 mL
M CaCl2 = 0,2 M
M NaOH = 0,02 M
Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara
[Ca2+
][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan
data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing
zat zat setelah kedua larutan dicampur
membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q
> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
2
1
4
120
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp
maka larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) =
CaCl2(aq) Ca2+
(aq) + 2Cl-(aq)
0,1 M 0,1 M 0,2 M
Molaritas (NaOH setelah dicampur)=
NaOH(aq) Na+
(aq) + OH-(aq)
0,01 M 0,01 M 0,01 M
Jadi konsentrasi ion Ca2+
dalam campuran = 0,1 M dan
konsentrasi ion OH- = 0,01 M
Ca(OH)2 Ca2+
+ 2OH-
Q untuk Ca(OH)2 = [Ca2+
][OH-]2
= 0,1 x (0,01)2
= 1 x 10-5
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,
maka pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Skor = 29
6. Apakah akan
terbentuk endapan
6. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V BaCl2 = 200 ml
2
121
bila kedalam 200 ml
BaCl2 0,004 M
ditambahkan 600 mL
K2SO4 0,008 M. Jika
diketahui dari tabel
nilai Ksp BaSO4 = 1,1
x 10-10
V K2SO4 = 600 mL
M BaCl2 = 0,004 M
M K2SO4 = 0,008 M
Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10
Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara
[Ba2+
][SO42-
]. Untuk menentukan Q diperlukan
data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing
zat zat setelah kedua larutan dicampur
Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q >
Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka
larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka
larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) =
BaCl2 Ba2+
+ 2Cl-
0,001 M 0,001M 0,002M
Molaritas K2SO4 setelah dicampur =
K2SO4 2K+ + SO4
2-
0,006 M 0,012M 0,006M
1
4
2
2
2
2
2
2
122
BaSO4 Ba2+
+ SO43-
Q BaSO4 = [Ba2+
][SO42-
]
= (0,001)(0,006)
= 6×10-6
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,
maka terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran
tersebut
2
2
2
2
2
Skor = 29
7. Apakah akan
terbentuk endapan
bila kedalam 100 mL
larutan Na3PO4 0,001
M ditambahkan 100
ml larutan Ca(NO3)2
0,001 M Ksp
Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
7. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui V Na3PO4 = 100 ml
V Ca(NO3)2 = 100 mL
M Na3PO4 = 0,001 M
M Ca(NO3)2 = 0,001 M
Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20
Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita
perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara
[Ca2+
]3[PO4
3-]
2. Diperlukan data tambahan yaitu
konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua
larutan dicampur
2
1
4
123
Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q
> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp
maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp
maka larutan tepat jenuh
Tahap mengeksplorasi solusi:
Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) =
Na3PO4 3Na+ + PO4
3-
0,0005 M 0,0015M 0,0005M
Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur =
Ca(NO3)2 Ca2+
+ 2NO3-
0,0005 M 0,0005M 0,001M
Ca3(PO4)2 3Ca2+
+ 2 PO43-
Q Ca3(PO4)2 = [Ca2+
]3[PO4
3-]
2
= (0,0005)3(0,0005)
2
= 3,125×10-17
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp,
maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran
tersebut
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Skor = 29
124
8. Diketahui tetapan
hasil kali kelarutan
Mg(OH)2 = 2 X 10-
12. Tentukan:
a. Kelarutan
Mg(OH)2 dalam
air murni.
b. Kelarutan
Mg(OH)2 dalam
larutan dengan
pH = 12.
c. Bagaimana
pengaruh pH
terhadap
kelarutannya.
8. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12
Ditanya: a. s dalam air =…?
b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …?
c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s
Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12
digunakan rumus hubungan Ksp dengan
kelarutan yaitu: Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+
][OH-]2
.
Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam air maupun dalam larutan
dengan pH 12 yaitu konsentrasi Mg2+
dan OH-
dalam air maupun dalam larutan dengan pH 12.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air
sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH
terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan
jenuh dimana [Mg2+
][OH-]
2 = Ksp Mg(OH)2
Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1
Mg(OH)2 (s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
s s 2s
2
1
4
2
2
125
[Mg2+
][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2
(s)(2s)2 = 2 x 10
-12
4s3
= 2 x 10-12
s = 7,94 x 10-5
mol L-1
Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5
mol L-1
Dalam larutan dengan pH 12
pH = 12 pOH = 2
[OH-] = 1 x 10
-2 mol L
-1
Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh,
misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1
Mg(OH)2 (s) Mg2+
(aq) + 2OH-(aq)
x x 2x
konsentrasi ion OH-
dalam larutan = (1 x 10-2
) + 2x.
substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan
kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan
sebagai berikut
[Mg2+
] [OH-]
2 = Ksp Mg(OH)2
(x) {(1 x 10-2
) + 2x}2 = 2 x 10
-12
Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2
, maka (1 x
10-2
) + 2x ≡ 1 X 10-2
. persamaan diatas dapat ditulis
sebagai berikut:
(x) (1 x 10-2
)2 = 2 x 10
-12
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
1
126
x = 2 x 10-8
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2
dalam air adalah 7,94 x 10-5
mol L-1
dan kelarutan
Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8
mol L-1
. Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH
terhadap kelarutan adalah dapat memperkecil
kelarutannya.
2
2
Skor = 34
9. Bagaimana pengaruh
ion senama Ag dari
kelarutan AgCl yang
dilarutkan dalam
AgNO3 0,01 M jika
diketahui kelarutan
AgCl dalam air
murni 10-5
mol/L-1
.
9. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5
Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl
yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …??
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M
digunakan rumus hubungan Ksp dengan
kelarutan yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-].
Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp
AgCl dan konsentrasi Ag+ dan Cl
- dalam larutan
AgNO3.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air
sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion
senama terhadap kelarutan nya.
2
1
4
127
Tahap mengeksplorasi solusi:
Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+
+ Cl-
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-] = ( (
Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 Ag+ + NO3
-
0,01 0,01 0,01
Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1
Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+
+ Cl-
Dalam larutan terdapat:
[Ag+] = 0,01 + a 0,01
[Cl-] = a
Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl
-]
10-10
= (0,01) × (a) a = 10-8
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam
larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8
mol l-1
. Jika dibandingkan
dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi,
pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
Skor = 26
128
10. Jika diketahui
kelarutan Ag2CrO4
dalam air murni yaitu
8,43 x 10-5
mol L-1
pada 250C. Tentukan
bagaimana pengaruh
ion senama Ag dari
kelarutan Ag2CrO4
yang dilarutkan
dalam larutan AgNO3
0,1 M. (Ksp Ag2CrO4
= 2,4 x 10-12
)
10. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5
mol L-1
T = 250C
Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12
Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan
Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M
…?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3
0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan
kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]
2[CrO4
2-].
Diperlukan data tambahan untuk menghitung
kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M
konsentrasi Ag+ dan CrO4
2- dalam larutan
AgNO3.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air
sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion
senama terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion
Ag+ dan 0,1M ion NO3
-
AgNO3 Ag+
+ NO3-
0,1M 0,1M 0,1M
2
1
4
2
2
129
Ag2CrO4(s) 2Ag+
(aq) + CrO42-
(aq)
s 2s s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]
2[CrO4]
-
2,4 ×10-12
= (0,1)2(s)
2,4 ×10-12
= 0,01 s
s = 2,4 ×10-10
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4
dalam larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10
mol L-1
, kira-
kira 351 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya
dalam air murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil
kelarutan.
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 24
11. Jika diketahui
hasil kali kelarutan
PbBr2 ialah 8,9 x 10-
6. Bagaimana
pengaruh ion senama
Br dari kelarutan
PbBr2 yang
dilarutkan dalam
larutan KBr 0,20 M.
11. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6
Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2
yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2
dalam larutan KBr 0,02 M digunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp
PbBr2 = [Pb2+
]Br-]
2 . Diperlukan data tambahan
untuk menghitung kelarutan dalam air maupun
2
1
4
130
dalam larutan KBr 0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+
dan Br- dalam air maupun dalam larutan KBr.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
KBr, dengan nilai kelarutan dalam air sehingga
diperoleh bagaimana pengaruh ion senama
terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air
PbBr2 Pb2+
+ 2Br-
s s 2s
Ksp PbBr2 = [Pb2+
][Br-]
2
8,9 x 10-6
= (s)(2s)2
8,9 x 10-6
= 4s3
s = 1,3055 x 10-2
Dalam larutan KBr
KBr K+ + Br
-
0,2 M 0,2M 0,2 M
Ksp PbBr2 = [Pb2+
][Br-]
2
8,9 x 10-6
= (s)(0,2)2
8,9 x 10-6
= 0,04s
s = 2,225 x 10-4
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
131
larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4
mol L-1
, kira-kira 57
kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air
murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil
kelarutan.
Skor = 31
12. Bagaimana
pengaruh ion senama
Cl dari kelarutan
AgCl yang dilarutkan
dalam larutan NaCl
0,1 M, jika diketahui
Ksp AgCl = 1 X 10-10
.
12. Tahap mencari dan memahami masalah:
Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10
Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl
yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …?
Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:
Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl
dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus
hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl
= [Ag+][Cl
-]. Diperlukan data tambahan untuk
menghitung kelarutan dalam air maupun dalam
larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+
dan Cl-
dalam air maupun dalam larutan NaCl.
Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan
NaCl dengan nilai kelarutan dalam air sehingga
diperoleh bagaimana pengaruh ion senama
terhadap kelarutan nya.
Tahap mengeksplorasi solusi:
Dalam air
AgCl Ag+
+ Cl-
s s s
2
1
4
2
2
132
Ksp AgCl = [Ag+][Cl
-]
1 x 10-10
= (s)(s)
1 x 10-10
= s2
s = 1 x 10-5
Dalam larutan AgNO3
NaCl Na+ + Cl
-
0,1 M 0,1M 0,1M
Ksp AgCl = [Ag+][Cl
-]
1 x 10-10
= (s)(0,1)
1 x 10-10
= 0,1s
s = 1 x 10-9
Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem
dan solusi dari waktu ke waktu:
Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam
larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9
mol L-1
, kira-kira 10 ribu
kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air
murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil
kelarutan.
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
Skor = 31
Lampiran 5.KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL=================================
Jumlah Subyek= 17Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.763 Sangat Signifikan 2 2 0.349 - 3 3 0.786 Sangat Signifikan 4 4 0.651 Sangat Signifikan 5 5 0.660 Sangat Signifikan 6 6 0.320 - 7 7 0.484 Signifikan 8 8 0.460 - 9 9 0.338 - 10 10 0.400 - 11 11 0.032 - 12 12 0.515 Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
RELIABILITAS TES================
Rata2= 194.35Simpang Baku= 13.43KorelasiXY= 0.53Reliabilitas Tes= 0.70Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 Nurul anjar wati 88 99 187 2 2 Muthia Alvita 98 109 207 3 3 Lathifa Utami 96 98 194 4 4 Lia Agustina 78 103 181 5 5 Zagiyatul Nin... 96 101 197 6 6 Annisa Nur Asifa 93 97 190 7 7 Husnul Khotimah 98 108 206 8 8 Munirotus saadah 93 100 193 9 9 Dyah Fadjar 103 100 203 10 10 Annisa Mutian... 95 94 189 11 11 Fernando 100 111 211 12 12 Galih Ginajar 93 112 205 13 13 Mita 101 101 202 14 14 Fia Salsa 86 102 188 15 15 Ulfah 103 104 207 16 16 Siti Khoirunnisa 91 98 189 17 17 Nurul 74 81 155
KELOMPOK UNGGUL & ASOR
Page 1
Lampiran 5.======================
Kelompok UnggulNama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
1 2 3 4 5 No Urt 1 2 3 4 5 1 11 Fernando 211 11 9 20 24 22 2 2 Muthia Alvita 207 9 9 22 24 23 3 15 Ulfah 207 11 11 22 24 23 4 7 Husnul Khotimah 206 9 9 22 24 23 5 12 Galih Ginajar 205 9 11 22 24 22 Rata2 Skor 9.80 9.80 21.60 24.00 22.60 Simpang Baku 1.10 1.10 0.89 0.00 0.55
6 7 8 9 10 No Urt 6 7 8 9 10 1 11 Fernando 211 25 22 25 22 12 2 2 Muthia Alvita 207 23 22 25 22 12 3 15 Ulfah 207 23 22 21 22 13 4 7 Husnul Khotimah 206 23 22 25 22 11 5 12 Galih Ginajar 205 25 20 21 20 13 Rata2 Skor 23.80 21.60 23.40 21.60 12.20
Simpang Baku 1.10 0.89 2.19 0.89 0.84
11 12 No Urt 11 12 1 11 Fernando 211 3 16 2 2 Muthia Alvita 207 0 16 3 15 Ulfah 207 3 12 4 7 Husnul Khotimah 206 0 16 5 12 Galih Ginajar 205 0 18 Rata2 Skor 1.20 15.60 Simpang Baku 1.64 2.19
Kelompok AsorNama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
1 2 3 4 5 No Urt 1 2 3 4 5 1 16 Siti Khoirunnisa 189 9 11 22 22 22 2 14 Fia Salsa 188 9 9 20 22 19 3 1 Nurul anjar wati 187 9 9 20 24 23 4 4 Lia Agustina 181 5 5 13 24 19 5 17 Nurul 155 5 9 13 15 19 Rata2 Skor 7.40 8.60 17.60 21.40 20.40 Simpang Baku 2.19 2.19 4.28 3.71 1.95
6 7 8 9 10 No Urt 6 7 8 9 10 1 16 Siti Khoirunnisa 189 22 19 21 16 11 2 14 Fia Salsa 188 22 22 25 2 12 3 1 Nurul anjar wati 187 23 23 18 13 13 4 4 Lia Agustina 181 25 19 21 22 12 5 17 Nurul 155 22 18 17 16 11 Rata2 Skor 22.80 20.20 20.40 13.80 11.80
Simpang Baku 1.30 2.17 3.13 7.36 0.84
11 12 No Urt 11 12
Page 2
Lampiran 5. 1 16 Siti Khoirunnisa 189 3 11 2 14 Fia Salsa 188 14 12 3 1 Nurul anjar wati 187 0 12 4 4 Lia Agustina 181 0 16 5 17 Nurul 155 3 7 Rata2 Skor 4.00 11.60 Simpang Baku 5.79 3.21
DAYA PEMBEDA============
Jumlah Subyek= 17Klp atas/bawah(n)= 5Butir Soal= 12Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang BakuNama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%) 1 1 9.80 7.40 2.40 1.10 2.19 1.10 2.19 17.14 2 2 9.80 8.60 1.20 1.10 2.19 1.10 1.10 8.57 3 3 21.60 17.60 4.00 0.89 4.28 1.95 2.05 16.00 4 4 24.00 21.40 2.60 0.00 3.71 1.66 1.57 8.97 5 5 22.60 20.40 2.20 0.55 1.95 0.91 2.43 7.59 6 6 23.80 22.80 1.00 1.10 1.30 0.76 1.31 3.45 7 7 21.60 20.20 1.40 0.89 2.17 1.05 1.33 4.83 8 8 23.40 20.40 3.00 2.19 3.13 1.71 1.76 8.82 9 9 21.60 13.80 7.80 0.89 7.36 3.32 2.35 30.00 10 10 12.20 11.80 0.40 0.84 0.84 0.53 0.76 1.67 11 11 1.20 4.00 -... 1.64 5.79 2.69 -... -9.03 12 12 15.60 11.60 4.00 2.19 3.21 1.74 2.30 12.90
TINGKAT KESUKARAN=================
Jumlah Subyek= 17Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 61.43 Sedang 2 2 65.71 Sedang 3 3 78.40 Mudah 4 4 78.28 Mudah 5 5 74.14 Mudah 6 6 80.34 Mudah 7 7 72.07 Mudah 8 8 64.41 Sedang 9 9 68.08 Sedang 10 10 50.00 Sedang 11 11 8.39 Sangat Sukar 12 12 43.87 Sedang
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL=================================
Jumlah Subyek= 17Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.763 Sangat Signifikan 2 2 0.349 -
Page 3
Lampiran 5. 3 3 0.786 Sangat Signifikan 4 4 0.651 Sangat Signifikan 5 5 0.660 Sangat Signifikan 6 6 0.320 - 7 7 0.484 Signifikan 8 8 0.460 - 9 9 0.338 - 10 10 0.400 - 11 11 0.032 - 12 12 0.515 Signifikan
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
REKAP ANALISIS BUTIR=====================
Rata2= 194.35Simpang Baku= 13.43KorelasiXY= 0.53Reliabilitas Tes= 0.70Butir Soal= 12Jumlah Subyek= 17Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 2.19 17.14 Sedang 0.763 Sangat Signifikan 2 2 1.10 8.57 Sedang 0.349 - 3 3 2.05 16.00 Mudah 0.786 Sangat Signifikan 4 4 1.57 8.97 Mudah 0.651 Sangat Signifikan 5 5 2.43 7.59 Mudah 0.660 Sangat Signifikan 6 6 1.31 3.45 Mudah 0.320 - 7 7 1.33 4.83 Mudah 0.484 Signifikan 8 8 1.76 8.82 Sedang 0.460 - 9 9 2.35 30.00 Sedang 0.338 - 10 10 0.76 1.67 Sedang 0.400 - 11 11 -... -9.03 Sangat Sukar 0.032 - 12 12 2.30 12.90 Sedang 0.515 Signifikan
Page 4
Lampiran 5Lampiran 5Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda (Anates)
DATA MENTAH===========
Jumlah Subyek= 17Jumlah Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR
Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama|Skor Ideal -> 14 14 25 29 29 29 29 34 26 1 1 Nurul anjar wati 9 9 20 24 23 23 23 18 13 2 2 Muthia Alvita 9 9 22 24 23 23 22 25 22 3 3 Lathifa Utami 9 9 20 22 23 22 22 17 22 4 4 Lia Agustina 5 5 13 24 19 25 19 21 22 5 5 Zagiyatul Ningsih 9 9 20 24 23 23 21 21 20 6 6 Annisa Nur Asifa 9 9 19 24 23 23 20 17 22 7 7 Husnul Khotimah 9 9 22 24 23 23 22 25 22 8 8 Munirotus saadah 11 9 20 24 22 22 18 17 22 9 9 Dyah Fadjar 11 9 20 24 23 23 19 25 16 10 10 Annisa Mutiandini 9 9 20 15 23 23 18 24 22 11 11 Fernando 11 9 20 24 22 25 22 25 22 12 12 Galih Ginajar 9 11 22 24 22 25 20 21 20 13 13 Mita 9 11 20 22 23 22 20 17 22 14 14 Fia Salsa 9 9 20 22 19 22 22 25 2 15 15 Ulfah 11 11 22 24 23 23 22 21 22 16 16 Siti Khoirunnisa 9 11 22 22 22 22 19 21 16 17 17 Nurul 5 9 13 15 19 22 18 17 16
Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 10 11 12 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 10 11 12 Nama|Skor Ideal -> 24 31 31 1 1 Nurul anjar wati 13 0 12 2 2 Muthia Alvita 12 0 16 3 3 Lathifa Utami 12 0 16 4 4 Lia Agustina 12 0 16 5 5 Zagiyatul Ningsih 12 3 12 6 6 Annisa Nur Asifa 12 0 12 7 7 Husnul Khotimah 11 0 16 8 8 Munirotus saadah 12 0 16 9 9 Dyah Fadjar 12 14 7 10 10 Annisa Mutiandini 12 3 11 11 11 Fernando 12 3 16 12 12 Galih Ginajar 13 0 18 13 13 Mita 13 7 16 14 14 Fia Salsa 12 14 12 15 15 Ulfah 13 3 12 16 16 Siti Khoirunnisa 11 3 11 17 17 Nurul 11 3 7
Page 1
139
Lampiran 6
INSTRUMEN TES
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Nama :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Petunjuk :
1. Berdoalah sebelum mengisi soal!
2. Bacalah soal dengan teliti, kemudian selesaikan lebih dahulu soal yang kamu
anggap mudah!
3. Dalam menjawab soal tuliskan apa yang diketahui, ditanya, rencana
penyelesaian, perhitungan dan kesimpulannya!
4. Periksalah kembali hasil kerjaanmu sebelum dikumpulkan!
5. Dilarang bekerja sama dengan teman!
__________________________________________________________________
1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram
Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)
2. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C
diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada
180C? (Ar Mg = 24; F = 19)
3. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M
dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6
)
4. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12
. Tentukan:
a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni
b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12.
c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.
5. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan
dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5
mol/L-1
.
6. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan
dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10
.
144
Lampiran 8
Hasil Belajar Dan Hasil Tes Level Metakognitif Siswa di SMA Negeri 9
Tangerang Selatan Kelas XI IPA 4
No Responden Hasil
Belajar
Hasil Tes Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan Kriteria Level Metakognitif
1 Siswa 1 93 82.55 Tinggi Reflective Use
2 Siswa 2 88 81.21 Tinggi Reflective Use
3 Siswa 3 88 75.81 Tinggi Strategic Use
4 Siswa 4 85 70.47 Sedang Strategic Use
5 Siswa 5 85 80.54 Tinggi Reflective Use
6 Siswa 6 85 76.51 Tinggi Reflective Use
7 Siswa 7 85 77.85 Tinggi Reflective Use
8 Siswa 8 85 77.18 Tinggi Reflective Use
9 Siswa 9 85 69.13 Sedang Strategic Use
10 Siswa 10 84 64.43 Sedang StrategicUse
11 Siswa 11 83 60.40 Sedang StrategicUse
12 Siswa 12 83 67.11 Sedang StrategicUse
13 Siswa 13 80 58.39 Sedang StrategicUse
14 Siswa 14 80 58.39 Sedang StrategicUse
15 Siswa 15 80 57.72 Sedang StrategicUse
16 Siswa 16 80 58.39 Sedang StrategicUse
17 Siswa 17 80 55.03 Sedang StrategicUse
18 Siswa 18 75 55.03 Sedang StrategicUse
19 Siswa 19 75 49.66 Sedang StrategicUse
20 Siswa 20 75 46.31 Sedang StrategicUse
21 Siswa 21 68 50.24 Sedang StrategicUse
22 Siswa 22 65 35.57 Sedang StrategicUse
23 Siswa 23 65 42.28 Sedang StrategicUse
24 Siswa 24 65 42.28 Sedang StrategicUse
25 Siswa 25 60 36.91 Sedang StrategicUse
26 Siswa 26 60 38.93 Sedang StrategicUse
27 Siswa 27 60 35.57 Sedang StrategicUse
28 Siswa 28 60 35.57 Sedang Aware Use
29 Siswa 29 60 32.89 Rendah Aware Use
30 Siswa 30 60 32.89 Rendah Aware Use
31 Siswa 31 58 26.17 Rendah Aware Use
32 Siswa 32 55 19.46 Rendah Aware Use
33 Siswa 33 55 14.76 Rendah Aware Use
Jumlah 2445 1763.77 - -
Rata-rata 74.09 53.51 Sedang Strategic Use
SD 19.08 - -
145
Lampiran 9
Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Tiap kelompok
1. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi
No Responden
Hasil Tes
Kelarutan dan
Hasil Kali
Kelarutan
Kriteria Level Metakognitif
1 Siswa 1 82.55 Tinggi Reflective Use
2 Siswa 2 81.21 Tinggi Reflective Use
3 Siswa 3 75.81 Tinggi Strategic Use
4 Siswa 4 70.47 Sedang Strategic Use
5 Siswa 5 80.54 Tinggi Reflective Use
6 Siswa 6 76.51 Tinggi Reflective Use
7 Siswa 7 77.85 Tinggi Reflective Use
8 Siswa 8 77.18 Tinggi Reflective Use
9 Siswa 9 69.13 sedang Strategic Use
Rata-rata 76.80 Tinggi Reflective Use
2. Hasil Tes Level Metakognitif Kelompok Sedang
No Responden
Hasil Tes
Kelarutan dan
Hasil Kali
Kelarutan
Kriteria Level Metakognitif
1 Siswa 10 64.43 Sedang Strategic Use
2 Siswa 11 60.40 Sedang Strategic Use
3 Siswa 12 67.11 Sedang Strategic Use
4 Siswa 13 58.39 Sedang Strategic Use
5 Siswa 14 58.39 Sedang Strategic Use
6 Siswa 15 57.72 Sedang Strategic Use
7 Siswa 16 58.39 Sedang Strategic Use
8 Siswa 17 55.03 Sedang Strategic Use
9 Siswa 18 55.03 Sedang Strategic Use
10 Siswa 19 49.66 Sedang Strategic Use
11 Siswa 20 46.31 Sedang Strategic Use
12 Siswa 21 50.24 Sedang Strategic Use
13 Siswa 22 35.57 Sedang Strategic Use
14 Siswa 23 42.28 Sedang Strategic Use
15 Siswa 24 42.28 Sedang Strategic Use
Rata-rata 53.42 Sedang Strategic Use
146
3. Hasil Tes Level Metakognitif Kelompok Rendah
No Responden
Hasil Tes
Kelarutan dan
Hasil Kali
Kelarutan
Kriteria Level Metakognitif
1 Siswa 25 36.91 Sedang Strategic Use
2 Siswa 26 38.93 Sedang Strategic Use
3 Siswa 27 36.91 Sedang Strategic Use
4 Siswa 28 34.23 Sedang Aware Use
5 Siswa 29 32.89 Rendah Aware Use
6 Siswa 30 32.89 Rendah Aware Use
7 Siswa 31 26.17 Rendah Aware Use
8 Siswa 32 19.46 Rendah Aware Use
9 Siswa 33 14.76 Rendah Aware Use
Rata-rata 30.55 Rendah Aware Use
147
Lampiran 10
Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Per-Butir Soal
Siswa
Level Metakognitif Kesimpulan Level
Metakognitif
Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6
Siswa 1 Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use
Siswa 2 Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use
Siswa 3 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use
Siswa 4 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use
Siswa 5 Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Reflective Use Reflective Use
Siswa 6 Reflective Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use
Siswa 7 Reflective Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use
Siswa 8 Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use
Siswa 9 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use
Siswa 10 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use
Siswa 11 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use
148
Siswa 12 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use
Siswa 13 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use
Siswa 14 Reflective Use Aware Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use
Siswa 15 Reflective Use Strategic Use Reflective Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use
Siswa 16 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use Aware Use Strategic Use
Siswa 17 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use
Siswa 18 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Strategic Use - Strategic Use
Siswa 19 Reflective Use Aware Use Strategic Use Strategic Use - - Strategic Use
Siswa 20 Reflective Use Strategic Use Strategic Use - Aware Use - Strategic Use
Siswa 21 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use
Siswa 22 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use
Siswa 23 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use
Siswa 24 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use
Siswa 25 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use
Siswa 26 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use
Siswa 27 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use
Siswa 28 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use
149
Siswa 29 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use
Siswa 30 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use
Siswa 31 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use
Siswa 32 Strategic Use Strategic Use Aware Use - - - Aware Use
Siswa 33 Strategic Use Aware Use - - - - Aware Use