ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM ...

173
ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ade Ira Nurjanah NIM. 1112016200015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM ...

ANALISIS LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM

MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KELARUTAN

DAN HASIL KALI KELARUTAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ade Ira Nurjanah

NIM. 1112016200015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

LEMBAR PENGESAIIAN

Skripsi berjudul Analisis Level Metakognitif Siswa dalam Memecahk*n

Masilah padl Materi Kelrrutan dan Hasil KaIi Kelamtan disusun oleh Ade

Ira Nurjanah, NIM. l1120rc2}00l5, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan

Pendidikan IPA, Fakultas IImu Tarbiyah dan KeguruarS Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbin$n dan dinyatakan sah sebagai

karya ihniah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan

yang ditetapkan oleh fakultas.

J akarta, 1 3 Desemb er 201 6

Yang mengesahkan,

Dila Fairusi. M.SiNIP. 19850330 201503 2 003

PemQimbing I Pembimbing IIY-'-'--= -A*-.J.---il t -.(t ;- 4*

Burhanudin Milama. M.PdNIP.19770201 200801 I 001

iii

KEMENTERIAN AGAMAUTN JAKARTAFITKjl- lr. H. .luanda No 95 Ciputat 1-i112 Inddvda

FORM GR)

No. I)okumen : FITK-FR-AKD-089-1'gl. 1'erbit : 1 Maret 2010

No. Itevisi: : 01

Ha1 t/tSURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan i Prodi

Judul Skripsi

Ade Ira Nurjanah

Serang, 30 Januari 1995

1 1 1201620001 5

Pendidikan Kimia

Analisis Level Metakognitif Siswa

Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil

dalam Memecahkan

KaIi Kelarutan

Dosen Pembimbing : 1. Burhanudin Milama, M.Pd

2.Dila Fairusi" M.Si

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta. 14 Desember 2016Mahasiswa Ybs.

Ade Ira NurianahNIM. 1112016200015

v

ABSTRAK

Ade Ira Nurjanah, NIM. 1112016200015, Program Studi Pendidikan Kimia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul:

Analisis Level Metakognitif Siswa dalam Memecahkan Masalah pada Materi

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI IPA 2

SMAN 9 Tangerang Selatan

Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau

pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Dalam memecahkan masalah

kimia, memerlukan keterlibatan metakognitif. Setiap siswa memiliki kemampuan

metakognitif yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan

dengan subjek penelitian sebanyak 33 siswa dari kelas XI IPA 2. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kuantitatif sehingga datanya berupa hasil tes

essai. Hasil tes essai tersebut dianalisis dan ditentukan level metakognitifnya

berdasarkan indikator yang telah dibuat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

adalah sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Aware Use,

sebanyak 63,64 % siswa berada pada level metakognitif Strategic Use dan

sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Relective Use. Siswa

yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas berada pada level

metakognitif Reflective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang sedang di

dalam kelas berada pada level metakognitif Strategic Use. Dan siswa yang

memiliki hasil belajar yang rendah di dalam kelas berada pada level metakognitif

Aware Use. Rata-rata level metakognitif siswa berada pada level metakognitif

Strategic Use, karena rata-rata siswa dapat menggunakan dan menyadari strategi

yang tepat dalam menyelesaikan masalah, tidak hanya mampu memahami

masalah.

Kata Kunci: pemecahan masalah, level metakognitif, hasil belajar.

vi

ABSTRACK

Ade Ira Nurjanah, NIM. 1112016200015, Chemical Departement, The Faculty

of Tarbiya and Education, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Analysis of

Students Metacognitive Level on Solving Probem of Molarity and Molarity

Times. A Descriptive Quantitative Research in XI Science of SMAN 9

Tangerang.

Metacognitive is knowledge and understanding of cognitive process, or

knowledge of mind and it’s work. Metacognitive is needed on solving problem.

Every single of students has different metacognitive abilities. This research is to

describe students metacognitive level on solving chemicals molarity problem.

This research was held in SMAN 9 Tangerang, by 33 students of XI science 2 as

the subject research. This research is a quantitative descriptive by the essay results

as the data. This results is analyzed and the metacognitive level is stated based on

the indicators. As the results of this research is 18,18% students are in Aware Use

level, 63,64% in metacognitive Strategic Use level and 18,18% in metacognive

Reflective Use level. Metacognitive Reflecive Use are the level for the high score

students. Metacognitive Strategic Use are for middle score students. And

metacognitive Aware Use for the low score students. Metacognitive Strategic Use

level as the average. Most of the students be able to use and realized the right

strategy on solving problems.

Key word: solving problem, metacognitive level, learning results.

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam dan

junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya

yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul Analisis Level Metakognitif Siswa dalam

Memecahkan Masalah pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali kelarutan dibuat

untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

menyelesaikan skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku dosen pembimbing I sekaligus

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Salamah Agung, S.Si, Apt, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing

akademik.

4. Ibu Dila Fairusi, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ahmad Nana Mahmur, M.Pd selaku kepala sekolah tempat penulis

melakukan penelitian.

6. Bapak Rudinanto, S.Pd selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum di

sekolah tempat penulis melakukan penelitian.

7. Seluruh Siswa/Siswi Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Tengerang Selatan

sebagai subjek penelitian.

8. Ayahanda dan ibunda tercinta. Berkat didikan, doa, dan pengorbanan

keduanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

viii

9. Achmad Asep Saepullah selaku kakak yang tak henti-hantinya

mengingatkan, memotivasi, dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

10. Adik-adik tersayang yang selalu menghibur dan memberikan dorongan

semangat penulis.

11. Teman-teman terdekat. Rian raditya, Qurotul aina, Mutia angraeni, Siti

masitoh, Ipa ida rosita, Farhatunnisa, Eka yulli kartika, dan yang lainnya

yang selalu memberi dukungan semangat dan motivasi dalam pembuatan

skripsi ini.

12. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2012 khususnya mahasiswa

pendidikan kimia kelas A yang telah membantu penulis dengan berbagai

pendapat dan tenaganya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Ungkapan kata memang tidak akan cukup untuk kebaikan kalian semua.

Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

pada kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika

penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan

yang terdahulu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh

dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah

melimpahkan rahmat, taufik,dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal

alamin

Jakarta, Desember 2016

Ade Ira Nurjanah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACK ................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

E. Tujuan Penelitan ............................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Pemecahan Masalah .................................................... 7

2. Langkah-langkah dalam Pemecahan Masalah ........................... 8

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah ............. 10

4. Rintangan Dalam Memecahkan Masalah ..................................... 11

5. Metakognitif ............................................................................... 12

6. Level Metakognitif ...................................................................... 16

B. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

1. Kelarutan .................................................................................... 18

2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan ....................................................... 19

x

3. Hubungan Antara Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan ............. 20

4. Pengaruh Penambahan Ion Senama Terhadap Kelarutan ............ 20

5. Pengaruh pH terhadap Kelarutan .............................................. 21

6. Reaksi Pengendapan ..................................................................... 21

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 21

D. Kerangka Berpikir ............................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 26

B. Metode Penelitian ............................................................................... 26

C. Alur Penelitian ............................................................................... 26

D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 27

F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 27

G. Kalibrasi Instrumen ............................................................................... 28

H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 30

BAB IV HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 34

B. Analisis dan Pembahasan .................................................................... 36

1. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Tinggi ....................... 36

2. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Sedang ...................... 42

3. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Rendah ....................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 58

B. Saran .................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60

LAMPIRAN .................................................................................................... 64

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Indikator Soal Instrumen Tes ........................................................ 27

Tabel 3.2 : Kriteria Reliabilitas ....................................................................... 29

Tabel 3.3: Kriteria Tingkat Kesukaran............................................................. 30

Tabel 3.4: Kriteria Daya Beda ........................................................................ 30

Tabel 3.5: Kriteria Penentuan Kategori ........................................................... 31

Tabel 3.6: Kriteria Level Metakognitif ............................................................ 31

Tabel 4.1: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa ............................................... 34

Tabel 4.2: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi ................. 35

Tabel 4.3: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang ............... 35

Tabel 4.4: Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah ................ 36

Tabel 4.5: Analisis Per-butir Soal Kelompok Tinggi ...................................... 36

Tabel 4.6: Analisis Per-butir Soal Sedang ....................................................... 42

Tabel 4.7: Analisis Per-butir Soal Kelompok Rendah ..................................... 51

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 25

Gambar 3.1: Bagan Alur Penelitian ................................................................. 26

Gambar 4.1: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi ................ 39

Gambar 4.2: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi ................ 40

Gambar 4.3: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 45

Gambar 4.4: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 47

Gambar 4.5: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang ............... 49

Gambar 4.6: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah ............... 53

Gambar 4.7: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah ............... 55

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Tes Level Metakognitif ............................ 64

Lampiran 2: Rubrik Penilaian ........................................................................ 68

Lampiran 3: Instrumen Tes Level Metakognitif Sebelum Validasi ............... 84

Lampiran 4: Hasil Validitas Dosen Ahli ........................................................ 86

Lampiran 5: Hasil Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran & Daya Beda

(Anates) ...................................................................................... 134

Lampiran 6: Instrumen Tes Level Metakognitif Sesudah Validasi .............. 139

Lampiran 7: Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa ............................................ 140

Lampiran 8: Hasil Belajar dan Hasil Tes Level Metakognitif ...................... 144

Lampiran 9: Hasil Tes Level Metakognitif Tiap Kelompok ......................... 145

Lampiran 10: Hasil Tes Level Metakognitif Per-butir Soal.......................... 147

Lampiran 11: Lembar Uji Referensi ............................................................. 150

Lampiran 12: Foto-Foto Penelitian ............................................................... 150

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembenahan mutu pendidikan terus-menerus dilakukan oleh pemerintah

demi terciptanya suatu negara yang berkualitas serta mampu bersaing dengan

negara-negara lain. Salah satunya melalui perubahan kurikulum. “Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (LeKDiS, 2005, hal.

11).

Kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan demi

tercapainya tujuan pendidikan nasional. Saat ini kurikulum yang baru saja

diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan

perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Di dalam kurikulum 2013, salah satu kecerdasan yang dituntut adalah

kecerdasan metakognitif siswa. Tuntutan terhadap kecerdasan metakognitif itu

disebutkan dalam kompetensi inti nomor 3 yang berbunyi “memahami,

menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang

kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah” (Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2013, hal. 10).

Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau

pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya (Desmita, 2010, hal. 132).

Kecerdasan metakognitif diperlukan dalam pemecahan masalah khususnya

pemecahan masalah kimia. “Kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana

benda atau materi di alam raya dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat-

2

sifat tertentu menjadi bentuk-bentuk lain dengan sifat-sifat yang berbeda”

(Petrucci, 1985, hal. 1).

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2009) mengemukakan bahwa:

Mata pelajaran kimia berorientasi pada misi utamanya, yaitu:

pengembangan kenetraan (literasi kimia); memperkenalkan kimia

kepada siswa sekolah menengah agar mereka memiliki pondasi yang

memadai dan tertarik untuk mempelajari kimia atau disiplin lain yang

terkait diperguruan tinggi; pengembangan kemampuan berpikir

ilmiah, dalam pengertian penumbuhan kemampuan memecahkan

masalah dengan menggunakan cara berpikir dalam kimia, yang

mengandalkan observasi, analisis, dan eksperimentasi; dan

penumbuhan kesadaran tanggung jawab moral berkenaan dengan

penggunaan proses dan produk kimia (hal. 226).

Selain itu, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2009) juga mengemukakan

bahwa agar pembelajaran kimia itu menarik, mudah dicerna, serta bermanfaat

bagi siswa, ada lima prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu:

1. Pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan pemahaman

peserta didik yang kuat terhadap pengetahuan dasar kimia.

2. Pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan kemampuan

peserta didik melakukan penyelidikan dan memecahkan masalah.

3. Pembelajaran kimia harus mampu memperluas wawasan peserta

didik mengenai dampak sosial dan lingkungan yang terkait pada

penerapan dan penggunaan proses dan produk kimia di masyarakat.

4. Pembelajaran kimia harus mampu memenuhi kebutuhan fisik dan

psikologis peserta didik.

5. Pembelajaran kimia harus mampu mencerahkan peserta didik

tentang karir masa depan yang terkait kimia (hal. 232).

Jika dilihat dari misi utama mata pelajaran kimia dan prasyarat yang perlu

dipenuhi oleh suatu pembelajaran kimia agar pembelajaran kimia itu menarik,

mudah dicerna, serta bermanfaat bagi siswa salah satu misi utama dan prayaratnya

itu adalah kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dengan

menggunakan cara berfikir dalam kimia, yang mengandalkan observasi, analisis

dan eksperimentasi. Jadi, memecahkan masalah kimia merupakan aktivitas yang

penting dalam belajar kimia.

3

Yeo (2004) menjelaskan bahwa untuk memecahkan masalah tergantung

pada lima faktor di antaranya keterperincian, keahlian, pengetahuan atau konsep,

proses metakognitif, dan perbuatan. Proses metakognitif menjadi salah satu faktor

dalam memecahkan masalah. Metakognitif itu sendiri ialah istilah yang secara

literal berarti “berpikir mengenai berpikir”. Metakognitif mencakup pemahaman

dan keyakinan pembelajar mengenai proses kognitifnya sendiri dan bahan

pelajaran yang akan dipelajari, serta usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses

berperilaku dan berpikir yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya

(Ormrod, 2008, hal. 369).

Dalam memecahkan masalah, ada beberapa langkah yang harus ditempuh.

Seperti yang dikemukakan oleh Bransford & Stain (1993) dalam Santrock (2008)

ada empat langkah dalam memecahkan masalah, yaitu: mencari dan memahami

masalah; menyusun strategi pemecahan masalah yang baik; mengeksplorasi

solusi; serta memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi dari

waktu ke waktu.

Dari empat langkah pemecahan masalah tersebut, setiap siswa memiliki

kemampuan yang berbeda-beda, ada siswa yang hanya mampu mencari dan

memahami masalah, ada juga siswa yang mampu menyelesaikannya sampai tahap

akhir yaitu memikirkan dan mendefinisikan problem dan solusi dari waktu ke

waktu. Adanya perbedaan kemampuan tersebut terjadi karena setiap siswa

memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang berbeda-beda.

Aktivitas siswa dalam penggunaan kesadaran antara kognitif dan fungsi

metakognitif dalam memecahkan masalah kimia menjadi karakteristik pola

berpikir yang berbeda pada setiap siswa. Dalam memecahkan masalah, siswa akan

menghadapi masalah yang belum pernah ia temui maupun yang pernah ia temui.

Hal itu dapat melatih siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan

yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah, sehingga kemampuan

berpikirnya meningkat. Setiap siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan

metakognitif yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan metakognitif yang baik dan ada juga siswa yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang kurang. Kurangnya pengetahuan

4

dan keterampilan metakognitif siswa akan mengganggu proses belajar siswa dan

pemecahan masalah.

“Metakognitif memiliki dampak pada pengawasan dan pengendalian

proses-proses pengambilan informasi dan proses-proses inferensi yang

berlangsung dalam sistem memori” (Solso, Maclin, O & Maclin, M, 2007, hal.

266). Untuk meningkatkan keterampilan metakognitif, diperlukan

adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa dalam proses berpikirnya. Namun,

setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu

masalah. Beberapa siswa secara sadar memperhatikan masalah yang diberikan

dengan menyelesaikannya secara hierarkis tetapi ada juga siswa yang hanya asal-

asalan menjawab ketika dihadapkan pada soal. Hal ini dikarenakan tingkat

kesadaran atau tingkat metakognitif yang berbeda. Menurut Swartz & Perkins

(1998) tingkat metakognitif terdiri atas 4 tingkatan yaitu Tacit Use, Aware Use,

Strategic Use dan Reflective Use.

Setiap siswa memiliki tingkat metakognitif yang berbeda-beda. Hal ini

dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sophianingtyas dan Sugiarto

(2013) dalam jurnalnya yang berjudul identifikasi level metakognitif siswa dalam

memecahkan masalah materi perhitungan kimia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa level metakognitif pada siswa berbeda-beda. Level metakognitif pada

kelompok tinggi adalah reflective use, level metakognitif pada kelompok sedang

adalah strategic use, dan level metakognitif pada kelompok rendah adalah aware

use.

Selain itu, Al-khayat (2012) juga meneliti tentang level metakognitif dalam

jurnalnya yang berjudul The Levels of Creative Thinking and Metacognitive

Thinking Skills of Intermediate School in Jordan University. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada perbedaan secara statistik yang signifikan antara rata-

rata kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam berpikir secara kreatif dan

metakognitif. Siswa laki-laki memiliki kemampuan metakognitif yang lebih baik

dibandingkan dengan perempuan.

Karena adanya perbedaan level metakognitif pada siswa dalam

memecahkan masalah, maka perlu adanya analisis level metakognitif siswa dalam

5

memecahkan masalah. Masalah yang diambil pada penelitian ini adalah pada

materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

dipilih karena dalam memecahkan masalah tersebut memerlukan kemampuan

berpikir yang kompleks dan pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan

keterlibatan metakognitif. Selain itu juga, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

merupakan materi perhitungan dan dalam memecahkan masalah tersebut

diperlukan langkah-langkah pemecahan masalah yang berurutan. Analisis level

metakognitif siswa tersebut perlu dilakukan agar guru dapat memilih dan

menentukan pola-pola pengajaran dan model pembelajaran yang lebih baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dapat di

identifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif yang berbeda-

beda.

2. Banyak siswa hanya asal-asalan menjawab ketika dihadapkan pada

soal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi maka untuk

menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan pembatasan masalah.

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Level metakognitif siswa yang digunakan adalah level metakognitif siswa

menurut Swartz dan Perkins.

2. Langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah menurut Bransford &

Stain.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat

pada penelitian ini adalah “Bagaimana level metakognitif siswa dalam

memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?”

6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

level metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah:

1. Bagi peneliti dan peneliti berikutnya, merupakan wahana uji kemampuan

terhadap bekal teori yang peneliti peroleh di bangku kuliah, sebagai upaya

untuk mengembangkan ilmu serta sebagai referensi terhadap penelitian yang

relevan degan pokok bahasan yang sejenis.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini mampu memberi informasi pada guru

mengenai level metakognitif siswa dan dengan adanya identifikasi level

metakognitif dapat digunakan oleh guru dalam memilih dan menentukan

pola-pola pengajaran dan model pembelajaran yang lebih baik.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk menetapkan suatu

kebijakan yang berhubungan dengan pembelajaran kimia di sekolah.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Pemecahan Masalah

Abror (1993, hal. 127) mengemukakan bahwa “berpikir manusia

merupakan proses yang dinamis. Dinamika berpikir ini dimungkinkan

oleh pengalaman yang luas, perbendaharaan bahasa yang kaya dan

didukung oleh pendidikannya yang baik dan ketajaman dalam berpikir.

Puncak berpikir yang sebenarnya adalah terletak pada kemampuannya

dalam memecahkan masalah”. Menurut Ormrod (2008, hal. 393)

“pemecahan masalah adalah menggunakan (yaitu mentransfer)

pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk menjawab

pertanyaan yang belum terjawab atau situasi yang sulit”.

Menurut Solso, Maclin O & Maclin M (2007, hal. 434)

“Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang bertujuan untuk

menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik”.

Sementara itu, Metallideu dalam Mataka, dkk (2014) mengemukakan

bahwa pemecahan masalah adalah perilaku yang diarahkan pada tujuan

yang membutuhkan representasi mental yang tepat dari masalah dan

berikutnya aplikasi metode atau strategi tertentu untuk bergerak dari awal

atau keadaan saat ini ke keadaan tujuan yang diinginkan. Santrock (2008,

hal. 368) mengemukakan bahwa ”pemecahan masalah adalah mencari

cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan”. Hal lain diungkap oleh

Slameto (1991) bahwa:

Berpikir, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu

yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan

erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak

dapat dipecahkan tanpa berpikir dan banyak masalah

memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau

kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda,

8

gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan

sesuatu, itu mencakup pemecahan masalah ( hal. 139).

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pemecahan

masalah adalah mencari cara yang tepat untuk menemukan suatu solusi

atau jalan keluar untuk suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan

dan keterampilan yang sudah ada. Memecahkan masalah memerlukan

kemampuan berpikir yang kompleks.

2. Langkah-langkah dalam Pemecahan Masalah

Menurut Dewey dalam Slameto (1991) “langkah-langkah dalam

pemecahan masalah adalah sebagai berikut: kesadaran akan adanya

masalah; merumuskan masalah; mencari data dan merumuskan hipotesa-

hipotesa; menguji hipotesa-hipotesa dan kemudian menerima hipotesa-

hipotesa yang benar” (hal. 141). Bransford & Stein (1993) dalam

Santrock (2008) juga telah melakukan usaha untuk menspesifikasikan

langkah-langkah yang harus dilalui individu untuk menyelesaikan

masalah secara efektif. Berikut empat langkah pemecahan masalah:

1) Mencari dan memahami masalah.

2) Menyusun strategi pemecahan masalah yang baik. Setelah

siswa menemukan masalah dan mendefinisikannya secara

jelas, mereka perlu menyusun strategi untuk memecahkannya.

Diantara strategi yang efektif adalah menentukan subtujuan,

menggunakan alogaritma, dan mengandalkan heuristic.

Menentukan sub tujuan adalah menentukan tujuan

intermediate yang membuat siswa bisa berada dalam posisi

yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi final.

Alogaritma adalah strategi yang menjamin solusi atas satu

persoalan. Analisis cara tujuan adalah sebuah heuristic dimana

seseorang mengidentifikasi tujuan dari suatu masalah, menilai

situasi yang ada sekarang, dan mengevaluasi apa-apa yang

dibutuhkan untuk mengurangi perbedaan antara dua kondisi

tersebut.

3) Mengeksplorasi solusi. Perlu dipertimbangkan kriteria untuk

efektivitas solusi.

4) Memikirkan dan mendefinisikan kembali problem dan solusi

dari waktu ke waktu. Orang yang pandai dalam memecahkan

9

masalah biasanya termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya

dan membuat kontribusi yang orisinil (hal. 371).

Sementara itu, Hayes (1989) dalam dalam Solso, Maclin, O &

Maclin, M (2007) mengemukakan beberapa tahapan pemecahan masalah,

yaitu:

1) Mengidentifikasi permasalahan.

2) Representasi masalah.

3) Memecahkan sebuah solusi.

4) Merealisasikan rencana.

5) Mengevaluasi rencana.

6) Mengevaluasi solusi (hal. 437).

Hal penting lain diungkap oleh Abror (1993) bahwa ada beberapa

teknik yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah, antara lain:

1) Berpikir reflektif

Berpikir reflektif adalah pertimbangan yang kuat, tetap

dan cermat terhadap keyakinan atau bentuk pengetahuan

apapun yang cenderung dianggap benar. Ada tingkat-tingkat

persiapan, kesiapan dan reaksi mental yang berbeda selama

kegiatan berpikir tersebut. Tingkatan-tingkatan tersebut

digambarkan oleh Dewey, yang dikenal dengan sebutan

langkah-langkah dalam suatu kegiatan berpikir reflektif

sebagai berikut: Kesadaran akan masalah; Memahami masalah;

Mengelompokkan data; Merumuskan hipotesis; Menerima atau

menolak hipotesis; Menerima atau menolak kesimpulan.

2) Berpikir kreatif

Berpikir kreatif sebagai salah satu teknik pemecahan

masalah, mempunyai tingkat-tingkat, yaitu:

a. Persiapan (preparation), yang bersifat pendahuluan.

b. Inkubasi (incubation), yang mengingkari masalah yang

dihadapi dalam beberapa saat.

c. Iluminasi (illumination), yaitu proses bangkitnya pikiran

yang jernih atau yang menuntut atau mengarahkan

gagasan yang menyatakan hipotesis yang membawa ke

pemecahan masalah.

d. Pembuktian dan perluasan.

3) Belajar dengan menemukan (learning by discovery)

Belajar dengan menemukan mengacu kepada situasi

mengajar yaitu siswa mencapai tujuan instruksional dengan

10

memperoleh bimbingan yang terbatas atau tak diberikan

bimbingan sama sekali dari guru (hal. 128).

Dalam penelitian ini, digunakan langkah dalam pemecahan

masalah menurut Bransford & Stein. Langkah dalam pemecahan

masalah tersebut digunakan karena sesuai untuk mengukur level

metakognitif siswa.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah

Ormrod (2008) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

pemecahan masalah adalah:

1) Memori kerja menempatkan batas atas mengenai seberapa

banyak siswa dapat berpikir pada saat mereka mengerjakan

suatu soal.

2) Bagaimana siswa menyandikan (encode) suatu masalah

mempengaruhi pendekatan mereka dalam usahanya untuk

memecahkannya.

Strategi berikut ini dapat membantu para siswa menyandikan

soal secara efektif tanpa membuatnya menjadi korban set

mental yang tidak produktif: sajikan soal secara konkret;

doronglah siswa untuk membuat soal-soal menjadi konkret

bagi diri mereka sendiri; tunjukkan aspek-aspek apa saja dari

soal tersebut yang dapat dipecahkan siswa; berikan soal-soal

yang terlihat berbeda dipermukaannya namun mensyaratkan

prosedur pemecahan masalah yang sama atau mirip; campurlah

jenis-jenis soal yang dikerjakan para siswa pada satu sesi

latihan; mintalah siswa bekerja dalam kelompok untuk

mendefinisikan beberapa cara mempresentasikan suatu soal.

3) Siswa biasanya memecahkan soal secara lebih efektif bila

mereka mempunyai basis pengetahuan yang menyeluruh dan

terintegrasi baik yang relevan dengan topik itu.

11

4) Pemecahan masalah yang sukses tergantung pada kesuksesan

pemanggilan kembali (retrieval) pengetahuan yang relevan.

5) Pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan

metakognitif.

Proses-proses metakognitif memainkan peran penting tidak

hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam pemecahan

masalah. Ketika soal-soal cukup kompleks dan menantang,

para pemecah masalah yang efektif umumnya melakukan hal-

hal di bawah ini:

a. Mengidentifikasi satu atau lebih tujuan yang harus

diselesaikan untuk mencapai solusi masalah.

b. Memecah soal-soal menjadi dua atau lebih subsoal.

c. Merencanakan suatu pendekatan yang sistematik dan

berurutan untuk menyelesaikan soal dan berbagai

subsoalnya.

d. Terus-menerus memonitor dan mengevaluasi kemajuan

mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya.

e. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin

menghalangi kemajuan mereka.

f. Beralih ke strategi yang baru jika strategi yang ada tidak

efektif (hal. 398).

4. Rintangan Dalam Memecahkan Masalah

Menurut Santrock (2008) beberapa rintangan yang lazim ditemui

dalam memecahkan masalah adalah:

1) Fiksasi, adalah menggunakan strategi sebelumnya dan gagal

untuk melihat problem dari sudut pandang baru yang segar.

2) Kurangnya motivasi dan persistensi.

3) Kontrol emosional yang kurang memadai. Emosi dapat

membantu atau merintangi pemecahan masalah. Pada saat

orang sangat termotivasi, pemecah masalah yang baik sering

kali dapat mengontrol emosinya dan berkonsentrasi pada solusi

masalah (hal. 373).

12

5. Metakognitif

“Dalam beberapa dekade belakangan ini, istilah metakognitif telah

mendapat perhatian yang besar bagi sejumlah ahli psikologi. Bahkan

dalam literatur-literatur pendidikan di negara-negara maju, istilah

metakognitif telah menjadi sebuah kata yang membuzer, tanpa adanya

konsensus tentang apa itu metakognitif, bagaimana mengukurnya, dan

bagaimana hubungannya dengan faktor-faktor lain“(Desmita, 2010, hal.

131). “Metakognitif menolong orang mengerjakan tugas-tugas kognitif

secara lebih efektif” (Santrock, 2007, hal. 304). Selain itu juga, menurut

Desmita (2010, hal. 132) “metakognitif memiliki arti yang sangat

penting, karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri

dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk

meningkatkan kemampuan kognitif kita di masa mendatang”.

John Flavell (1976) dalam Aurah, Casady, dan McConnell (2014),

secara sederhana mengartikan metakognitif sebagai “thinking about

thinking”. Sementara itu, Shetty (2014) mengemukakan bahwa

metakognitif berasal dari kata meta dan kognitif. Meta yang artinya

sesudah atau diatas dan kognitif yang artinya untuk mengetahui. Jadi

secara harfiah, metakognitif diartikan sebagai kognitif tentang kognitif,

pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir tentang apa yang

dipikirkannya. Meichenbaum, Burland, Gruson, & Camron dalam Yamin

(2013, hal 29) mengemukakan bahwa “metakognitif sebagai kesadaran

orang akan mesin pengetahuan sendiri dan bagaimana mesin itu bekerja”.

Menurut Matlin dalam Amin & Sukestiyarno (2015) metakognitif

adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif atau berpikir

mengenai berpikir seseorang. Desmita (2010, hal. 132) mengemukakan

“metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi,

atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya”. Solso, Maclin O &

Maclin M (2007) mengemukakan bahwa:

Metakognitif secara umum merupakan bagian dari kemampuan

memonitor diri terhadap pengetahuan pribadi (self knowledge

13

monitoring). Metamemori termasuk dalam kategori

metakognisi yang mengacu pada kemampuan mengetahui apa

yang anda ingat. Kita dapat mengerahkan kendali atas proses-

proses metakognitif kita untuk secara aktif mencari informasi,

namun sebagian besar monitoring terhadap memori

berlangsung secara otomatis (terutama monitoring awal

terhadap memori, yang dilakukan sebelum suatu pencarian

terhadap informasi yang sfesifik) (hal. 266).

Menurut Purpura (1997) dalam Desmita (2010, hal. 133)

“metakognitif merupakan fungsi eksekutif yang membentuk dan

membimbing bagaimana seseorang menggunakan pikirannya dan

merupakan proses kognitif yang paling tinggi dan canggih”. Sementara

itu, Djiwandono (2012, hal. 168) mengemukakan bahwa “metakognitif

adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta

hasil-hasilnya. Ketika anak-anak berkembang, mereka menjadi lebih

cermat dalam pengertian bagaimana mengontrol dan memonitor belajar

mereka sendiri, bagaimana menggunakan bahasa, dan sebagainya”

Hal lain diungkapkan oleh Solso, Maclin O & Maclin M (2007)

bahwa:

Metakognitif memiliki dampak pada pengawasan dan

pengendalian proses-proses pengambilan informasi dan proses-

proses inferensi yang berlangsung dalam sistem memori.

Monitoring mengacu pada cara kita mengevaluasi apa yang

telah kita ketahui (atau tidak kita ketahui). Proses-proses yang

terlibat dalam monitoring metakognitif meliputi Ease of

learning Judgement (pertimbangan pemudahan pembelajaran),

Judgement of learning (pertimbangan mengenai hasil

pembelajaran), Feeling of Knowing Judgements (pertimbangan

mengenai perasaan mengetahui), dan Confidence in retrieved

answers ( keyakinan terhadap jawaban-jawaban yang diingat).

Kendali metakognisi meliputi strategi-strategi pembelajaran

seperti Allocation of Study Time (alokasi waktu belajar),

Termination of Study (tindakan mengakhiri belajar), Selection

of memory Search Strategies (strategi-strategi pemilihan

pencarian memori), dan decisions to Terminate the Search

(keputusan-keputusan untuk mengakhiri pencarian) (hal. 266).

14

Kuhn (2002) dalam Murti (2011) mendefinisikan “metakognitif

sebagai kesadaran dan menejemen dari proses dan produk kognitif yang

dimiliki seseorang, atau secara sederhana disebut “berpikir mengenai

berpikir”. Secara umum metakognitif dianggap sebagai suatu konstruk

multidimensi”.

Sementara Statt (1998) dalam McGregor (2007) mendefinisikan

bahwa metakognitif adalah pengetahuan atau kesadaran proses kognitif.

Ormrod (2008, hal. 369) mengemukakan bahwa “metakognitif ialah

istilah yang secara literal berarti “berpikir mengenai berpikir”.

Metakognisi mencakup pemahaman dan keyakinan pembelajar mengenai

proses kognitifnya sendiri dan bahan pelajaran yang akan dipelajari, serta

usaha-usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berprilaku dan berpikir

yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya”.

Menurut Margaret W. Matlin (1995) dalam Desmita (2012, hal.

137) “metakognitif adalah knowledge and awareness about cognitive

processes-or our thought about thingking”. Intinya, metakognitif adalah

suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri dan bagaimana kognitif kita

bekerja dan mengaturnya, yang akan meningkatkan proses belajar dan

memori.

Lebih lanjut, Desmita (2010) mengemukakan bahwa:

Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa ingin

tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita sendiri

sendiri. Metakognitif ini memiliki arti yang sangat penting

karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri

dapat memandu kita dalam menata suasana dan menyeleksi

strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita dimasa

mendatang. (hal 132)

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa metakognitif

memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses

kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efesien.

Dalam pembelajaran kimia khususnya dalam pemecahan masalah,

metakognitif mempunyai peranan yang penting.

15

Menurut Kaune dalam Yamin (2013, hal. 35) “kemampuan

metakognitif merupakan kemampuan yang melihat kembali proses

berpikir yang dilakukan seseorang”. “Metakognitif tidak sama dengan

kognitif atau proses berpikir. Metakognitif merupakan suatu kemampuan

di mana individu berdiri di luar kepalanya dan mencoba untuk

memahami cara ia berpikir atau memahami proses kognitif yang

dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan,

pengontrolan dan evaluasi” (Desmita, 2010, hal. 133).

Brown dalam Jayapraba (2013) mengemukakan bahwa

metakognitif dibagi kedalam dua kategori yaitu pengetahuan tentang

kognisi dan pengaturan tentang kognisi. Pengetahuan tentang kognisi

mengacu kepada kegiatan yang melibatkan kesadaran refleksi pada suatu

kemampuan kognitif dan kegiatan. Sementara itu pengaturan tentang

kognisi mengacu pada kegiatan yang menyangkut mekanisme pengaturan

diri selama upaya berkelanjutan untuk belajar. Menurut Santrock (2007,

hal. 307) seorang remaja memiliki kapasitas yang meningkat untuk

memonitor dan menangani sumberdaya-sumberdaya kognitif

dibandingkan dengan anak-anak, sehingga ia mampu memenuhi tuntutan

tugas pembelajaran secara efektif. Peningkatan kemampuan metakognitif

ini menyebabkan fungsi kognitif dan pembelajaran menjadi lebih efektif.

Djiwandono (2002) menyatakan bahwa karena anak yang lebih kecil

tidak mempunyai perkembangan kemampuan metakognitif, mereka

mengalami kesulitan dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Mengenal ketika suatu masalah menjadi lebih sulit, dan

pendekatan baru diperlukan.

2) Menyimpulkan bahwa suatu asumsi itu benar berdasarkan

informasi yang ada.

3) Meramalkan hasil dengan menggunakan strategi belajar khusus

dalam suatu situasi yang diberikan.

4) Mencoba untuk memonitor cara belajar dan mau mengubah

pendekatan jika diperlukan (hal. 170).

“Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pengetahuan

metakognitif menguntungkan pembelajaran di sekolah, dan siswa yang

16

kurang menguasai pengetahuan metakognitif ini, guru dapat

mengajarkannya kepada mereka” (Desmita, 2010, hal. 137). Kemampuan

metakognitif siswa tidak muncul dengan sendirinya, tetapi memerlukan

latihan sehingga menjadi kebiasaan. Suherman dalam Santrock, J. W

(2004, hal 20) menyatakan bahwa perkembangan metakognitif siswa

akan dapat diupayakan melalui cara dimana siswa dituntut untuk

mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk

merefleksi tentang apa yang dia observasi. Oleh karena itu, penting bagi

pendidik (termasuk orangtua) untuk mengembangkan kemampuan

metakognitif baik melalui pembelajaran ataupun mengembangkan

kebiasaan di rumah.

Ormrod (2008) menyatakan bahwa contoh metakognitif meliputi

hal-hal berikut ini:

1) Merefleksikan hakikat umum berpikir, belajar, dan

pengetahuan

2) Mengetahui batasan-batasan pembelajaran (learning) dan

kapabilitas memori

3) Mengetahui tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi

secara realitas dalam suatu periode tertentu

4) Merencanakan pendekatan yang masuk akal terhadap tugas

belajar

5) Mengetahui dan mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif

untuk belajar dan mengingat materi baru

6) Memonitor pengetahuan dan pemahaman seseorang, misalnya

mengenali ketika seseorang sudah atau belum mempelajari

sesuatu dengan sukses (hal. 370).

6. Level Metakognitif

Metakognitif berkaitan dengan proses berpikir siswa tentang

berpikirnya agar menemukan strategi yang tepat dalam memecahkan

masalah. Keterampilan metakognitif sangat penting dalam memecahkan

masalah kimia, sehingga keterampilan tersebut perlu ditingkatkan.

Menurut Hosseynilar & Kasaei (2013) setiap siswa memiliki kemampuan

metakognitif yang berbeda-beda dan setiap siswa juga memiliki

kecepatan berpikir yang berbeda. Untuk meningkatkan keterampilan

17

metakognitif, diperlukan adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa

pada setiap langkah berpikirnya. “Kesadaran (consciousness) adalah

kesiagaan (awareness) seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di

lingkungannya (sepperti pemandangan dan suara-suara dari lingkungan

sekitarnya) serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori,

pikiran, perasaan, dan sensasi-sensasi fisik” (Solso, Maclin O & Maclin

M, 2007, hal. 240). Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang

berbeda-beda dalam menghadapi masalah. Berikut ini tingkat

kesadaran/tingkat metakognitif siswa dalam berpikir ketika

menyelesaikan suatu masalah oleh Swartz dan Perkins (1998), yaitu:

1) Tacit use adalah penggunaan pemikiran tanpa kesadaran.

Jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengambilan

keputusan tanpa berpikir tentang keputusan tersebut. Dalam

hal ini, siswa menerapkan strategi atau keterampilan tanpa

kesadaran khusus atau melalui coba-coba dan asal menjawab

dalam memecahkan masalah.

2) Aware use adalah penggunaan pemikiran dengan

kesadaran. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran

siswa mengenai apa dan mengapa siswa melakukan

pemikiran tersebut. Dalam hal ini, siswa menyadari bahwa ia

harus menggunakan suatu langkah penyelesaian masalah

dengan memberikan penjelasan mengapa ia memilih

penggunaan langkah tersebut.

3) Strategic use adalah penggunaan pemikiran yang bersifat

strategis. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan

individu dalam proses berpikirnya secara sadar dengan

menggunakan strategi-strategi khusus yang dapat

meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam hal ini, siswa

sadar dan mampu menyeleksi strategi atau keterampilan

khusus untuk menyelesaikan masalah.

18

4) Reflective use adalah penggunaan pemikiran yang bersifat

reflektif. Jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi

individu dalam proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau

bahkan selama proses berlangsung dengan mempertimbangkan

kelanjutan dan perbaikan hasil pemikirannya. Dalam hal ini,

siswa menyadari dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan

dalam langkah- langkah penyelesaian masalah (hal. 421).

McGregor (2002, hal. 216) berpendapat lain mengenai level

metagognitif, berikut level metakognitif menurut McGregor:

1) Level pertama, menyadari berpikir dan mampu untuk

menggambarkan hal itu.

2) Level kedua, mengembangkan tanggung jawab dari strategi

berpikir/proses kognitif yang digunakan dan setelah

digunakan.

3) Level ketiga, refleksi evaluatif prosedur (sebelum/

selama/sesudah).

4) Level keempat, transfer pengalaman prosedural dan

pengetahuan untuk konteks lain.

5) Level kelima, menghubungkan pemahaman konseptual dengan

cara mengalami.

Hofer & Pintrich; Perkins, 1995; Schneider & Lockl, 2002 dalam

Ormrod, (2008, hal. 370) mengemukakan bahwa “semakin banyak

pembelajar tahu tentang proses berpikir dan belajar, yaitu semakin besar

kesadaran metakognitif mereka, semakin baik proses belajar dan prestasi

yang mungkin mereka capai”.

B. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

1. Kelarutan

Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat

yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Satuan kelarutan dapat

dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3

atau 100 g pelarut pada

temperature yang ditentukan (Keenan, 1999, hal 378). Sastrohamidjojo

(2010, hal. 239) mengemukakan bahwa “kelarutan zat dalam suatu pelarut

19

dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu suhu, sifat solvent, sifat solute, dan

tekanan”.

a. Suhu

“Kelarutan dari kebanyakan garam anorganik dalam air akan

bertambah dengan naiknya suhu” (Brady, hal. 623). Adanya panas

mengakibatkan semakin renggangnya jarak antarmolekul zat padat,

sehingga kekuatan gaya antarmolekul semakin lemah dan mudah

terlepas oleh gaya tarik dari molekul-molekul air (Sudarmo, 2013:

288).

b. Sifat solvent

“Prinsip like dissolves like sangat umum digunakan dalam

bidang kimia. Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul

solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan

dengan molekul-molekul solvent” (Sastrohamidjojo (2010, hal. 239).

c. Sifat solute

“Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi

solute-solute dan solute-solvent. Seperti, pada suhu kamar jumlah

sukrosa yang dapat larut dalam air adalah 1311 gram per liter larutan.

Ini adalah empat kali lebih besar dari pada kelarutan NaCl”

(Sastrohamidjojo, 2010, hal. 240).

d. Tekanan

“Apabila tiba-tiba tekanan gas dinaikkan, berarti molekul-

molekulnya akan dimampatkan, sehingga akan mempercepat

kelarutannya” (Brady, 2000, hal. 626).

2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan

Perak kromat sedikit larut dalam air. Kesetimbangan dalam larutan

jenuhnya ialah: (Petrucci, 1985, hal. 331)

Ag2CrO4 (p) 2Ag+

(aq) + CrO42-

(aq)

“Tetapan hasil kali kelarutan adalah tetapan kesetimbangan garam

20

atau basa yang sukar larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan sama dengan

konsentrasi molar ion-ion penyusun dari larutan jenuh garam yang sukar

larut dalam air, masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien

stoikiometri di dalam reaksi kesetimbangan” (Chang, 2005, hal. 145).

Persamaan tetapan hasil kali kelarutan untuk Ag2CrO4 sesuai dengan

persamaan diatas adalah: (Petrucci, 1985, hal. 331)

Ksp = [Ag+]

2 [CrO4

2-]

3. Hubungan Antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Secara umum hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali

kelarutan (Ksp) untuk elektrolit AxBy dapat dinyatakan sebagai berikut:

(Purba, 2006, hal. 268)

AxBy(s) xAy+

(aq) + yBx-

(aq)

s xs ys

Ksp = [Ay+

]x [B

x-]

y

= (xs)x (ys)

y

= xx y

y s

(x+y)

4. Pengaruh Penambahan Ion Senama Terhadap Kelarutan

Chang (2005) mengemukakan bahwa:

Suatu zat elektrolit umumnya lebih mudah larut dalam

pelarut air murni daripada dalam air yang mengandung salah

satu ion dari elektrolit tersebut. Hal ini sesuai dengan Asas Le

Chatelier, sistem dalam keadaan setimbang menanggapi

peningkatan salah satu pereaksi dengan cara menggeser

kesetimbangan ke arah pereaksi tersebut diberi aksi. Jika AgNO3

dilarutkan dalam larutan AgCl jenuh, ternyata kelarutan AgNO3

dalam larutan-larutan lebih kecil. Hal ini disebabkan karena

sebelum AgNO3(s) terionisai menjadi Ag+

(aq) , di dalam larutan

sudah terdapat ion Ag+

dari AgCl

AgNO3(s) Ag+

(aq) + NO3-(aq)

AgCl(s) Ag+

(aq) + Cl-(aq)

21

Penambahan Ag+

dari AgNO3 menggeser kesetimbangan ke kiri

atau dari arah zat yang ditambah, sehingga AgNO3 yang larut

makin sedikit. Dengan demikian, adanya ion senama memperkecil

kelarutan (hal. 151).

5. Pengaruh pH terhadap kelarutan

Purba (2007) mengemukakan bahwa:

Tingkat keasaman (pH) larutan dapat mempengaruhi kelarutan

dari berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih mudah

larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih

sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang

berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan

yang bersifat asam kuat (hal. 272).

6. Reaksi Pengendapan

“Dengan mengetahui aturan kelarutan dan hasil kali kelarutan, kita

dapat memprediksi apakah terbentuk endapan jika mencampur dua larutan

atau menambah senyawa dapat larut ke dalam larutan” (Chang, 2005, hal.

149).

Menurut Petrucci (1987), pengendapan dari larutan ialah:

a. Pengendapan terjadi jika Q > Ksp

b. Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp

c. Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (hal. 337).

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitaria Sophianingtyas dan Bambang

Sugiarto, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Negeri Surabaya Tahun 2013 dengan judul

“Identifikasi Level Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah

Materi Perhitungan Kimia”.

Level metakognitif pada kelompok tinggi yang terdiri dari subjek T1 dan

T2 adalah Reflective use, level metakognitif pada kelompok sedang yang

22

terdiri dari subjek S1 dan S2 adalah Strategic Use, dan level metakognitif

pada kelompok rendah yang terdiri dari subjek R1 dan R2 adalah Aware

Use.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu dan Utiya Azizah tahun 2012

dengan judul “Students Metacognition Level Through of Implementation

of Problem Based Learning with Metacognitive Strategies at SMAN 1

Manyar”.

Melalui implementasi problem base learning dengan strategi

metakognitif dapat meningkatkan penguasaan metakognitif siswa.

Sebanyak 33,33% siswa berada pada level metakognitif Aware Use,

sebanyak 43,33% siswa berada pada level metakognitif Strategic Use,

dan sebanyak 23,34% siswa berada pada level metakognitif Reflective

Use.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nahil M Aljaberi & Eman Gheith Tahun

2015 dengan judul “University Student Level of Metacognitive

Thingking and their Ability to Solve Problems”

Mahasiswa Universitas Petra memiliki tingkat menengah berpikir

metakognitif, dan bahwa variabel jenis kelamin, fakultas, jurusan SMA,

dan tahun saat ini di universitas itu tidak berpengaruh pada tingkat

berpikir metakognitif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa

tersebut mengalami kurangnya kemampuan dalam memecahkan masalah

matematika dan ilmiah; tidak ada signifikansi korelasi antara tingkat

pemikiran metakognitif dalam skala keseluruhan dan kemampuan untuk

memecahkan masalah matematika dan ilmiah. Namun, ada korelasi yang

signifikan antara beberapa faktor pemikiran metakognitif dan

kemampuan untuk memecahkan masalah matematika, dan ini adalah:

pengetahuan prosedural, evaluasi, kesalahan memilih dan mengelola

pengetahuan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Al-khayat (2012) yang berjudul “The

Levels of Creative Thinking and Metacognitive Thinking Skills of

Intermediate School in Jordan University”. Hasil penelitiannya

23

menunjukkan bahwa ada perbedaan secara statistik yang signifikan

antara rata-rata kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam

berfikir secara kognitif dan metakognitif serta berpikir tingkat tinggi

metakognitif dari sudut pandang siswa. Siswa laki-laki memiliki

kemampuan metakognitif yang lebih baik dibandingkan dengan

perempuan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Zoubi (2013) yang berjudul “The level

of metacognitive thinking among special education students”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa siswa pendidikan khusus di Najran

University, Arab Saudi yang terdiri dari (282) siswa yang dijadikan

sampel memiliki tingkat pemikiran metakognitif yang tinggi yang

didukung dengan prestasi akademik tinggi. Namun, tidak ada perbedaan

yang signifikan secara statistik yang dapat dikaitkan dengan jenis

kelamin atau tingkat studi.

D. Kerangka Berpikir

Memecahkan masalah kimia merupakan aktivitas penting dalam belajar

kimia. Memecahkan masalah kimia memerlukan kemampuan berpikir kompleks.

Pemecahan masalah yang kompleks mensyaratkan keterlibatan metakognitif.

Metakognitif memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses

kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efisien.

Dalam memecahkan masalah ada beberapa langkah yang harus dilakukan,

yaitu mencari dan memahami masalah; menyusun strategi pemecahan yang baik;

mengeksplorasi solusi; serta memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu.

Setiap siswa memiliki jenjang atau level metakognitif yang berbeda dalam

memecahkan masalah kimia. Untuk meningkatkan keterampilan metakognisi,

diperlukan adanya kesadaran yang harus dimiliki siswa dalam proses berpikirnya.

Namun, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menanggapi

suatu masalah. Beberapa siswa secara sadar memperhatikan masalah yang

diberikan dengan menyelesaikannya secara hierarkis tetapi ada juga siswa yang

24

hanya asal-asalan menjawab ketika dihadapkan pada soal. Hal ini

dikarenakan tingkat kesadaran atau tingkat metakognitif yang berbeda. Menurut

Swartz & Perkins tingkat metakognitif siswa dalam memecahkan masalah ada

empat yaitu: tacit use, aware use, strategic use dan reflective use.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengidentifikasi level

metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil

kali kelarutan berdasarkan langkah dalam pemecahan masalah. Kerangka berpikir

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

25

Dilihat Dari

Langkah Pemecahan Masalah Level Metakognitif

Tacit Use

Menyusun strategi pemecahan yang

baik

Mengeksplorasi solusi

Memikirkan dan mendefinisikan

kembali problem dan solusi dari

waktu ke waktu

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Mencari dan memahami masalah

Aware Use

Strategic Use

Reflective Use

Masalah Pada Materi Kelarutan

dan Hasil Kali Kelarutan

Siswa Memperhatikan Masalah Siswa hanya Asal-asalan Menjawab

Level Metakognitif Siswa Berbeda-beda

Dihasilkan Level Metakognitif

yang berbeda-beda

Level Metakognitif Siswa

Berbeda-beda

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. Adapun

waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitan ini adalah pada bulan Mei

semester genap tahun 2016.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

desktiptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik tingkat

metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil

kali kelarutan.

C. Alur Penelitian

Penelitian ini meliputi beberapa tahapan, dimulai dari persiapan,

pelaksanaan dan analisis data. Seluruh tahapan tersebut tergambar pada gambar

3.1 alur penelitian di bawah ini.

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Analisis Keterampilan yang Dituntut dalam Kompetensi Inti dalam

Kurikulum 2013

Pemilihan Materi

Pembuatan Instrumen

Pengujian Instrumen

Pengolahan Data

Analisis dan Pembahasan

Pembahasan

Penarikan Kesimpulan

27

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 9 Tangerang Selatan tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 5 kelas.

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diambil satu dari

lima kelas yang ada. Adapun sampel yang terpilih adalah semua siswa kelas XI

IPA 2.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa tes. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dimana

seluruh siswa kelas XI IPA mengikuti ulangan harian materi kelarutan dan hasil

kali kelarutan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk

tes esai yang bertujuan untuk melihat level metakognitif siswa dalam

memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Soal-soal

diambil dari beberapa sumber dan diadaptasikan untuk tujuan penelitian.

Instrumen tes ini menggunakan soal dengan kompetensi dasar memprediksi

terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan data

hasil kali kelarutan (Ksp).

Tabel 3.1 Indikator Soal Instrumen Tes

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator

Memahami, menerapkan,

dan menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan

metakognitif berdasarkan

rasa ingin tahunya tentang

Memprediksi

terbentuknya

endapan dari suatu

reaksi berdasarkan

prinsip kelarutan dan

Menentukan cara

menyatakan kelarutan (C3)

Menentukan hubungan

tetapan hasil kali kelarutan

dengan kelarutan (C3)

28

ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dalam wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena

dan kejadian dalam bidang

kerja spesifik untuk

memecahkan masalah

hasil kali kelarutan Memprediksi terbentuknya

endapan dari suatu reaksi

berdasarkan prinsip

kelarutan dan hasil kali

kelarutan (C5)

Menemukan pengaruh pH

terhadap kelarutan (C4)

Menemukan pengaruh ion

senama terhadap kelarutan

(C4)

G. Kalibrasi Instrumen

Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka instrumen harus dikalibrasi agar

dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diinginkan. Kalibrasi itu meliputi

uji validitas, uji reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda.

1) Validitas instrumen

“Validitas atau kesahihan menunjukkan pada kemampuan suatu instrumen

(alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur”(Suharsaputra, 2014, hal. 98).

Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, maka validitas

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pengujian validitas konstruksi

dan validitas isi (Sugiyono, 2013, hal. 123).

a. Pengujian validitas konstruksi

Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli

(judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi

tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori

tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.

b. Pengujian validitas isi

Untuk instrumen berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan

dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran

yang telah diajarkan (Arikunto, 2007, hal. 167).

29

Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka korelasi koefisien. Berdasarkan

uji validitas menggunakan program Anates V4. Jika rhitung> rtabel maka butir soal

dikatakan valid. Dari 12 butir soal yang diujikan didapat 7 butir soal yang valid,

namun hanya 6 soal dalam instrumen.

2) Reliabilitas instrumen

Reliabilitas tes adalah tingkat ke ajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh

mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten

(tidak berubah-ubah) (Sofyan, dkk, 2006, hal. 105).

“Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan

maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest

(stability), equivalen, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas

instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada

instrumen dengan teknik tertentu” (Sugiyono, 2013, hal 130).

Instrumen level metakognitif diukur reliabilitasnya dengan menggunakan

Anates. Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut: (Arifin, 2009, hal

257)

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran

Reliabilitas

r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah Buruk Sekali

0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah Buruk

0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang Cukup

0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi Baik

r11 > 0,80 Sangat Tinggi Sangat Baik

Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan Anates V4 didapatkan

nilai reliabilitas seluruh item adalah 0,7 termasuk dalam kategori baik.

3) Taraf kesukaran

Taraf kesukaran butir soal akan digunakan AnatesV4. Menurut Arifin

(2009, hal. 272) kategori taraf kesukaran butir soal adalah sebagai berikut.

30

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran

Kriteria Indeks Klasifikasi

Tingkat

Kesukaran

TK < 0,3 Sukar

0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang

TK > 0,70 Mudah

Hasil pengujian taraf kesukaran seluruh butir soal dengan menggunakan Anates V4

secara lengkap terdapat dalam lampiran 4.

4) Daya pembeda

Analisis Daya pembeda butir soal akan digunakan AnatesV4. Indeks daya

beda butir soal bergerak dari -1 sampai +1, semakin tinggi indeks daya beda

butir soal tersebut menunjukkan bahwa semakin dapat membedakan peserta tes

yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dan siswa yang kurang pandai.

Kategori indeks daya beda butir soal menurut Ebel dalam Arifin (2009, hal. 274)

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Daya Beda

Kriteria Indeks Klasifikasi

Daya beda

DP < 0,20 Jelek

0,20 ≤ DP < 0,30 Cukup

0,30 ≤ DP < 0,40 Baik

D ≥ 0,40 Baik Sekali

Hasil pengujian daya beda seluruh butir soal dengan menggunakan Anates V4

secara lengkap terdapat dalam lampiran 4.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah

1. Membagi peserta didik dalam 3 kelompok yaitu kelompok tinggi,

sedang dan rendah. Penentuan kelompok didasarkan pada hasil belajar

siswa di dalam kelas, 25% siswa yang memiliki hasil belajar tinggi,

50% siswa yang memiliki hasil belajar sedang dan 25% siswa yang

memiliki hasil belajar rendah (Indriati, dkk, 2012)

31

2. Mencocokan jawaban tes tulis dengan alternatif jawaban.

3. Memberi skor pada masing-masing soal tes tulis peserta didik.

4. Membagi peserta didik dalam 3 kriteria yaitu kriteria tinggi, sedang,

dan rendah. Penentuan kriteria ini diambil dari skor yang didapat oleh

siswa dalam tes level metakognitif dengan kriteria:

Tabel 3.5 Kriteria Penentuan Kriteria

Kriteria Skor Siswa (x)

Tinggi x ≥ mean + SD

Sedang Mean + SD > x > mean – SD

Rendah x < mean – SD

(Sudijono, 2005, hal. 451)

5. Menganalisis tes tulis berdasarkan langkah pemecahan masalah untuk

mendeskripsikan level metakognitif peserta didik dalam memecahkan

masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

6. Menentukan level metakognitif peserta didik dalam memecahkan

masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tiap soal

berdasarkan ketentuan berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Level Metakognitif

Tingkat

Metakognitif Indikator Metakognitif

Tacit Use

Siswa memusatkan perhatian langsung pada

pertanyaan dalam masalah, sehingga fokusnya

hanya pada jawaban.

Siswa memberi penjelasan yang tidak menentu,

memberi jawaban yang tidak beralasan.

Siswa tidak menyadari kalau hasil yang diperoleh

tidak sesuai dengan apa yang diketahui.

32

Siswa menyelesaikan masalah dengan hanya

mencoba-coba (kurang memahami masalah yang

diberikan).

Siswa tidak mengetahui apa yang tidak

diketahuinya.

Memiliki kelemahan dalam menguasai materi

serta menganalisis masalah.

Aware Use

Siswa mengalami kebingungan ketika membaca

masalah.

Siswa mengambil suatu keputusan yang dilatar

belakangi suatu alasan tertentu.

Siswa menyadari kelemahan yang dimiliki.

Siswa mengetahui apa yang tidak diketahuinya.

Siswa memahami masalah yang diselesaikannya.

Siswa menguasai konsep kimia yang mendasari

masalah tersebut.

Strategic Use

Siswa menyadari kemampuannya.

Siswa umumnya mengetahui apa yang

dilakukannya.

Siswa memberikan argumen yang mendukung

pemikirannya (mencoba-coba, mengecek dan

merevisi apa yang dipikirkan).

Siswa memiliki cara untuk meyakinkan apa yang

dibuat.

Siswa menggunakan strategi yang memunculkan

kesadaran.

Siswa memiliki kemampuan dalam menguasai

konsep kimia yang berkaitan dengan masalah

yang diberikan.

Reflective Siswa dalam menyelesaikan masalah selalu

33

Use mengecek setiap langkah dan langsung

melakukan revisi.

Siswa menggunakan berbagai strategi untuk

menunjukkan atau meningkatkan ketepatan

berpikirnya.

Siswa menganalisis masalah sebelum

menyelesaikannya.

Siswa menguasai konsep kimia yang mendasari

masalah yang diberikan.

Kriteria level metakognitif ini diadopsi dari Theresia Laurens

(2010) dalam jurnalnya yang berjudul penjenjangan metakognisi

siswa yang valid dan reliabilitas dengan mengalami beberapa

perubahan sesuai dengan kebutuhan.

7. Menentukan tingkat metakognitif peserta didik dalam memecahkan

masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan

level metakognitif yang dominan (Rahayu & Azizah, 2012)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang digunakan untuk analisis adalah hasil tes peserta didik subjek

penelitian. Data diidentifikasi level metakognitif peserta didik berdasarkan

indikator yang dibuat.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang di dapat yaitu berupa hasil tes level metakognitif siswa

yang telah diberikan materi tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA 2 di SMA

Negeri 9 Tangerang Selatan. Setelah siswa diberikan materi tentang kelarutan

dan hasil kali kelarutan, siswa tersebut diberikan ulangan harian (tes level

metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan). Berikut disajikan data mengenai perolehan hasil tes level

metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan.

Tabel 4.1 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelas XI IPA 2 di SMA

Negeri 9 Tangerang Selatan

No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tacit Use 0 0

2 Aware Use 6 18,18

3 Strategic Use 21 63,64

4 Reflective Use 6 18,18

Jumlah 33 100

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa sebanyak 6 atau 18,18 % siswa

memiliki level metakognitif Aware Use, sebanyak 21 atau 63,64 % siswa

memiliki level metakognitif Strategic Use, dan sebanyak 6 atau 18,18 % siswa

memiliki level metakognitif Reflective Use. Untuk mengetahui lebih lanjut,

berikut disajikan data hasil tes level metakognitif perkelompok. Kelompok

35

dibuat berdasarkan hasil tes formatif di dalam kelas. Ada tiga kelompok, yaitu

kelompok tinggi, sedang dan rendah.

1. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tingi

Tabel 4.2 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi

No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tacit Use 0 0

2 Aware Use 0 0

3 Strategic Use 3 33

4 Reflective Use 6 67

Jumlah 9 100

Berdasarkan Tabel 4.2 siswa yang memiliki kemampuan tinggi di

dalam kelas (siswa kelompok tinggi) memiliki hasil yang bagus juga ketika

dilakukan tes level metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan. Sebanyak 3 atau 33 % siswa kelompok tinggi berada pada level

metakognitif Strategic Use dan sebanyak 6 atau 67 % siswa kelompok

tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Rata-rata hasil tes

level metakognitif siswa pada kelompok tinggi berada pada level

metakognitif Reflective Use.

2. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang

Tabel 4.3 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Sedang

No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tacit Use 0 0

2 Aware Use 0 0

3 Strategic Use 15 100

4 Reflective Use 0 0

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 4.3 siswa yang memiliki kemampuan sedang di

dalam kelas (siswa kelompok sedang) memiliki hasil yang cukup bagus

36

ketika dilakukan tes level metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali

kelarutan. Sebanyak 15 atau 100% siswa kelompok sedang berada pada

level metakognitif Strategic Use.

3. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah

Tabel 4.4 Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Rendah

No Level Metakognitif Jumlah Siswa Persentase (%)

1 Tacit Use 0 0

2 Aware Use 6 67

3 Strategic Use 3 33

4 Reflective Use 0 0

Jumlah 9 100

Berdasarkan Tabel 4.4 siswa yang memiliki kemampuan rendah di

dalam kelas memiliki hasil yang bervariasi ketika dilakukan tes level

metakognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sebanyak 3 atau

33% siswa kelompok rendah berada pada level metakognitif Strategic Use

dan sebanyak 6 atau 67% siswa kelompok rendah berada pada level

metakognitif Aware Use. Rata-rata hasil tes level metakognitif siswa pada

kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware use.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Tinggi

Tabel 4.5 Analisis Per-butir Soal Kelompok Tinggi

No Hasil analisis

Siswa 1 soal: Siswa 2 soal: Siswa 3 soal:

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

1

Mencari dan

memahami masalah

(menuliskan

diketahui & ditanya

secara lengkap)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2

Menyusun stategi

pemecahan yang

baik (menuliskan

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

37

rencana

penyelesaian

masalah)

3

Mengeksplorasi

solusi

(menyelesaikan

masalah dengan

benar)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4

Memikirkan dan

mendefinisikan

kembali problem

dan solusi dari

waktu ke waktu

(melakukan

evaluasi)

√ √ √ - √ - √ - √ √ √ - √ - √ - √ √

5 Level metakognitif R R R S R S R S R R R S R S R S R R

6 Kesimpulan level

metakognitif Reflective Use Reflective Use Reflective Use

Keterangan : ( √ ) = Ya

( - ) = Tidak

( 0 ) = Tidak mengerjakan soal

( R ) = Reflective Use

( S ) = Strategic Use

( A ) = Aware Use

( T ) = Tacit Use

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa siswa kelompok tinggi berada

pada level metakognitif Reflective Use dan Strategic Use. Pada beberapa

soal subjek kelompok tinggi berada pada level metakognitif Strategic

Use dan pada beberapa soal lainnya berada pada level metakognitif

Reflective Use. Siswa kelompok tinggi mampu menuliskan data-data

yang diketahui dan ditanyakan di dalam soal. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa kelompok tinggi mampu memahami masalahnya dengan

benar. Selain itu juga, siswa kelompok tinggi mampu merencanakan

langkah-langkah penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalahnya

dengan benar serta pada beberapa soal siswa kelompok tinggi juga

melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan hasil

akhirnya.

38

Dalam penelitian ini, siswa kelompok tinggi atau siswa yang memiliki

hasil belajar yang tinggi di dalam kelas memiliki hasil yang bagus juga

atau dikategorikan tinggi ketika dilakukan tes level metakognitif dalam

menyelesaikan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Al-Zoubi (2013) &

Nurmaliah (2009) bahwa siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi

memiliki level metakognitif yang tinggi juga. Tetapi, dalam penelitian ini

ada dua siswa yang memiliki hasil tes yang dikategorikan sedang seperti

yang tercantum dalam Lampiran 8. Hal ini dapat terjadi karena dalam

menyelesaikan masalah siswa tersebut melewatkan langkah-langkah

tertentu sehingga mengurangi skor atau nilai yang diperoleh sehingga

hasil tes level metakognitifnya hanya masuk dalam kategori sedang.

Akan tetapi, meskipun memiliki kategori yang berbeda, semua siswa

kelompok tinggi berada pada level metakognitif yang sama yaitu

Strategic Use dan Reflective Use. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), peserta didik pada

kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Dalam

penelitian yang lain, penelitian yang dilakukan oleh Mahromah dan

Manoy (2013) bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi tergolong

pada tingkat metakognitif Strategic Use.

Pada beberapa soal, siswa kelompok tinggi berada pada level

metakognitif Reflective Use. Sementara itu, pada beberapa soal yang lain

berada pada level metakognitif Strategic Use. Ketika berada di level

metakognitif Reflective Use siswa kelompok tinggi mampu

merefleksikan pemikirannya kembali tidak hanya mampu mengetahui

dan memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian masalah

dengan baik tetapi juga mampu mengambil keputusan secara sadar dalam

memecahkan masalah dan mempertimbangkan perolehan hasilnya.

Ketika berada di level metakognitif Strategic Use siswa kelompok tinggi

mampu memahami masalah karena dapat mengungkapkan dengan jelas,

39

mampu mengetahui cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

serta tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya.

Berikut disajikan data hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi

(siswa 1) pada soal no 1 dengan soal: “Dalam 4 liter air pada 250C dapat

larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan

Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)”. Pada soal ini, siswa

kelompok tinggi (siswa 1) berada pada level metakognitif Reflective Use.

Gambar 4.1 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi Soal 1

Berdasarkan hasil tes tulis siswa 1 pada soal no 1 terlihat adanya

penulisan Diket dan Dit. Makna Diket merupakan diketahui dan Dit

adalah ditanya. Jadi dengan menuliskan diket (diketahui) dan dit

(ditanya), siswa 1 telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan

masalah, yaitu volume air, suhu, massa Ag2CrO4, dan Mr Ag2CrO4.

Siswa 1 juga menuliskan data yang ditanya, yaitu kelarutan atau

dituliskan dengan lambang S. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 sudah

dapat mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas

metakognitifnya.

Pada Gambar 4.1 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada

bagian ini siswa 1 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa

40

mencari mol Ag2CrO4 terlebih dahulu kemudian mencari kelarutan

Ag2CrO4. Mol Ag2CrO4 yang dihasilkan benar dan jawaban kelarutan

Ag2CrO4 juga benar. Proses mendapatkan mol dan kelarutan Ag2CrO4

tersebut juga benar. Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 1 melakukan

proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan

dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur

penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar,

dan hasil yang diperoleh juga benar.

Pada Gambar 4.1, siswa 1 menuliskan kata Jadi diakhir jawabannya.

Penulisan kata Jadi ini menunjukkan bahwa siswa 1 melakukan proses

evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada

aktivitas metakognitifnya.

Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 1 dapat memahami

masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian

masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, dan melakukan

evaluasi selama proses pemecahan masalah, serta hasil akhirnya. Hasil

analisis dan kesesuaian dengan indikator pada Tabel 3.2 menjelaskan

bahwa siswa 1 berada pada level metakognitif Reflective Use.

Pada soal yang lain, siswa kelompok tinggi (siswa 1) memiliki level

metakognitif yang berbeda, seperti pada soal no 6. Pada soal ini siswa 1

berada pada level metakognitif Strategic Use. Pada Gambar 4.2 terdapat

hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi (siswa 1) pada soal no 6

dengan soal “Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl

yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1

X 10-10

”.

Gambar 4.2 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Tinggi Soal 6

41

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 1 pada soal no 6 terlihat adanya

penulisan Dik dan Dit. Jadi dengan menuliskan dik (diketahui) dan dit

(ditanya), siswa 1 telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan

masalah, yaitu Ksp AgCl dan konsentrasi NaCl. Siswa 1 juga menuliskan

data yang ditanya yaitu pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl

dalam larutan NaCl. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 sudah dapat

mencari dan memahami masalah dengan benar dalam aktivitas

metakognitifnya.

Pada Gambar 4.2 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada

bagian ini siswa 1 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa

mencari kelarutan AgCl terlebih dahulu baru kemudian memberikan

kesimpulan bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam larutan NaCl. Kelarutan dan kesimpulan yang diambil

benar. Akan tetapi, strategi penyelesaian masalah yang digunakan oleh

siswa 1 kurang tepat, seharusnya siswa 1 mencari kelarutan AgCl dalam

air terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan AgCl dalam larutan

NaCl, setelah itu dibandingkan nilai kelarutannya dan diambil berupa

kesimpulan bagaimana pengaruh ion senama Cl tersebut terhadap

kelarutannya. Dalam hal ini siswa 1 sudah memahami konsepnya secara

matang bahwa ion senama itu akan memperkecil kelarutannya sehingga

siswa 1 tidak mencari kelarutan AgCl dalam air terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 1 melakukan proses solusi dalam

menyelesaikan masalah akan tetapi kurang melakukan aktivitas

pemantauan dalam aktivitas metakognitif. Siswa 1 menuliskan prosedur

penyelesaian masalah, prosedur yang digunakan kurang tepat akan tetapi

hasil yang diperoleh benar.

Pada Gambar 4.2 juga terdapat penulisan kata Jadi diakhir

jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 1 melakukan proses

evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada

aktivitas metakognitifnya akan tetapi proses evaluasi yang dilakukan

kurang teliti.

42

Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 1 dapat mencari dan

memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah

penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar, kurang

melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan hasil

akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator

pada tabel 3.2 siswa 1 berada pada level metakognitif Strategic Use.

Berdasarkan hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok tinggi di atas,

terlihat bahwa siswa kelompok tinggi dapat berada pada level

metakognitif Strategic Use dan Reflective Use. Karena level metakognitif

yang dominan pada kelompok tinggi adalah Reflective Use, maka siswa

kelompok tinggi berada pada level metakognitif Reflective Use. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophiningtyas dan

Sugiarto (2013), peserta didik pada kelompok tinggi berada pada level

metakognitif Reflective Use. Siswa kelompok tinggi berada pada level

metakognitif Reflective Use karena siswa kelompok tinggi mampu

merefleksikan pemikirannya kembali tidak hanya mampu memahami

masalah dan merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik,

tetapi juga mampu mengambil keputusan secara sadar dalam

memecahkan masalah dan mempertimbangkan perolehan hasilnya.

(Safitri & Saleh, 2015)

2. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Sedang

Tabel 4.6 Analisis Per-butir Soal Kelompok Sedang

No Hasil analisis

Siswa 10 soal: Siswa 11 soal: Siswa 15 soal:

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

1

Mencari dan

memahami masalah

(menuliskan

diketahui & ditanya

secara lengkap)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 0

2

Menyusun stategi

pemecahan yang

baik (menuliskan

rencana

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 0

43

penyelesaian

masalah)

3

Mengeksplorasi

solusi

(menyelesaikan

masalah dengan

benar)

√ √ √ - √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ - √ 0

4

Memikirkan dan

mendefinisikan

kembali problem

dan solusi dari

waktu ke waktu

(melakukan

evaluasi)

- - - - √ - √ - - - - - √ - √ - √ 0

5 Level metakognitif S S S A R S R S S A S S R S R A R -

6 Kesimpulan level

metakognitif Strategic Use Strategic Use Strategic Use

Keterangan : ( √ ) = Ya

( - ) = Tidak

( 0 ) = Tidak mengerjakan soal

( R ) = Reflective Use

( S ) = Strategic Use

( A ) = Aware Use

( T ) = Tacit Use

Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa siswa kelompok sedang

memiliki level metakognitif Strategic Use. Pada beberapa soal siswa

kelompok sedang berada di level metakognitif Reflective Use dan

beberapa soal lainnya berada di level metakognitif Strategic Use dan

Aware Use. Akan tetapi, level metakognif yang dominan pada kelompok

sedang adalah Strategic Use, sehingga level metakognitifnya Strategic

Use.

Ketika berada di level metakognitif Reflective Use, siswa kelompok

kemampuan sedang mampu merefleksikan pemikirannya kembali, tidak

hanya mampu mengetahui, memahami masalah, dan merencanakan

strategi penyelesaian masalah dengan baik, tetapi juga mampu

mengambil keputusan secara sadar dalam memecahkan masalah dan

mempertimbangkan perolehan hasilnya. Ketika berada di level

44

metakognitif Strategic Use, siswa kelompok sedang mampu memahami

masalah dengan benar, mampu menuliskan strategi penyelesaian masalah

dan menyelesaikan masalah dengan benar, menguasai konsep kimia yang

berkaitan dengan masalah yang diberikan, mampu menyadari kesalahan

konsep (rumus) dan cara menghitung namun tidak dapat memperbaikinya

dan tidak melakukan evaluasi terhadap hasil pemikirannya.

Ketika berada di level metakognitif Aware Use, siswa kelompok

sedang mampu memahami masalah dengan baik dan menguasai konsep

kimia yang mendasari masalah tersebut. Akan tetapi, siswa kelompok

sedang mengalami kesulitan dan kebingungan ketika menentukan rumus

dan cara menghitung yang akan digunakan sehingga tidak dapat

melanjutkan apa yang akan dikerjakannya. Menurut Mahromah dan

Manoy (2013) “Siswa dengan tingkat metakognisi Aware Use

mempunyai aktivitas-aktivitas metakognisi, seperti siswa mampu

memahami masalah karena dapat mengungkapkan dengan jelas, mampu

menyadari kesalahan konsep (rumus) dan cara menghitung namun tidak

dapat memperbaikinya, dan tidak melakukan evaluasi terhadap hasil

pemikirannya”.

Berikut disajikan beberapa hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok

sedang masing-masing level. Seperti pada Gambar 4.3 terdapat hasil tes

tulis perwakilan siswa kelompok sedang (siswa 15) pada soal no 3

dengan soal “Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan

CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp

Ca(OH)2 = 8 x 10-6

)”.

45

Gambar 4.3 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 3

Berdasarkan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 3 terlihat bahwa

siswa 15 mampu mencari dan memahami masalah dengan benar. Siswa

15 menuliskan data-data yang diketahui dan ditanyakan dari soal untuk

menyelesaikan masalah.

Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa siswa 15 berusaha untuk

mencari jawabannya dengan cara mencari mol masing-masing zat

terlebih dahulu, mencari konsentrasi dari masing-masing unsur

penyusunnya, kemudian mencari Qsp dari Ca(OH)2. Setelah itu, diambil

berupa kesimpulan apakah terbentuk endapan atau tidak dengan cara

membandingkan dengan nilai Ksp. Mol dari masing-masing zat,

konsentrasi dari masing-masing unsur penusunnya, Qsp yang dihasilkan,

46

dan kesimpulan yang diambil benar. Cara serta persamaan reaksi yang

dituliskan juga benar. Berdasarkan hasil analisis di atas siswa 15

melakukan proses solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas

pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan

prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan

benar dan hasil yang diperoleh juga benar.

Pada Gambar 4.3 juga terdapat penulisan kata Jadi di akhir

jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 melakukan proses

evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada

aktivitas metakognitifnya.

Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan

memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah

penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar,

melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, serta hasil

akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan indikator

pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif Reflective Use.

Pada soal yang lain, siswa 15 berada pada level metakognitif Strategic

Use. Seperti pada soal no 2 dengan soal “Sebanyak 100 mL larutan jenuh

magnesium flourida (MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg

MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19).

Pada Gambar 4.4 terdapat hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 2.

47

Gambar 4.4 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 2

Berdasarkan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 2 terlihat bahwa

siswa 15 sudah dapat mencari dan memahami masalah dengan benar

dalam aktivitas metakognitifnya. Hal ini dapat kita lihat dari adanya

penulisan Dik dan Dit. Siswa 15 telah menuliskan data-data untuk

48

menyelesaikan masalah yaitu volume MgF2, massa MgF2, dan Mr MgF2.

Siswa 15 juga menuliskan data yang ditanya, yaitu hasil kali kelarutan

MgF2 atau dituliskan dengan lambang Ksp.

Pada Gambar 4.4 juga terdapat tulisan jwb yang berarti jawab, pada

bagian ini siswa 15 menuliskan strategi penyelesaian masalah berupa

mencari rumus Ksp MgF2 terlebih dahulu kemudian mencari mol MgF2,

kelarutan MgF2, baru kemudian mencari Ksp MgF2. Rumus Ksp MgF2

yang dihasilkan benar, jawaban mol MgF2 yang dihasilkan kurang tepat,

kelarutan MgF2 yang dihasilkan dan Ksp MgF2 yang dihasilkan juga

kurang tepat. Proses mendapatkan rumus Ksp benar, proses mendapatkan

mol, kelarutan dan Ksp MgF2 tersebut juga benar akan tetapi ketika

melakukan perhitungan jawaban yang dihasilkan kurang tepat.

Berdasarkan hasil analisis di atas siswa 15 melakukan proses solusi

dalam menyelesaikan masalah tetapi kurang melakukan aktivitas

pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan

prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan

benar akan tetapi hasil yang diperoleh kurang tepat.

Pada Gambar 4.4 siswa 15 menuliskan kata Jadi diakhir jawabannya.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 melakukan proses evaluasi dalam

menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada aktivitas

metakognitifnya. Akan tetapi dalam proses evaluasinya, siswa 15 kurang

teliti sehingga salah dalam mengambil kesimpulan.

Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan

memahami masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah

penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah dengan hasil yang kurang

tepat, kurang melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah dan

hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan

indikator pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif

Strategic Use.

Pada soal yang lain, siswa 15 berada pada level metakognitif Aware

Use. Seperti pada soal no 4 dengan soal “Diketahui tetapan hasil kali

49

kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12

. Tentukan: a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam

air murni; b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12; c.

Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya?”. Pada Gambar 4.5

disajikan hasil tes tulis siswa 15 pada soal no 4.

Gambar 4.5 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Sedang Soal 4

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 15 pada soal no 4 terlihat adanya

penulisan Dik dan Dit. Makna Dik merupakan diketahui dan Dit adalah

ditanya. Jadi siswa kelompok sedang telah menuliskan data untuk

menyelesaikan masalah, yaitu Ksp Mg(OH)2. Siswa 15 juga menuliskan

data yang ditanya yaitu kelarutan kelarutan Mg(OH)2 dalam air, kelarutan

Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 dan pengaruh pH terhadap

kelarutan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 sudah dapat mencari dan

memahami masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya.

Pada Gambar 4.5 juga terdapat tulisan jawab, pada bagian ini siswa

15 tidak menuliskan strategi penyelesaian masalahnya, akan tetapi siswa

15 berusaha untuk langsung menjawabnya dengan mencari rumus Ksp

terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan Mg(OH)2 dalam air.

Rumus serta kelarutan yang dihasilkan benar, cara serta persamaan reaksi

50

yang digunakan juga benar akan tetapi siswa 15 tidak dapat menjawab

masalahnya sampai selesai. Siswa 15 tidak mampu menjawab pertanyaan

kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12, dan melihat bagaimana

pengaruh pH tersebut terhadap kelarutannya. Berdasarkan hasil analisis

di atas siswa 15 kurang melakukan proses solusi dalam menyelesaikan

masalah dan aktivitas pemantauan dalam aktivitas metakognitif yang

meliputi tidak menuliskan prosedur penyelesaian masalah dengan sesuai

dan tidak mampu menyelesaikan masalah sampai tuntas.

Pada Gambar 4.5 juga terlihat bahwa siswa 15 tidak menyelesaikan

masalahnya sampai tuntas dan tidak memberikan kesimpulan diakhir

jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 15 tidak melakukan

proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada

aktivitas metakognitifnya.

Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 15 dapat mencari dan

memahami masalah dengan benar, tidak merencanakan langkah-langkah

penyelesaian masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan

benar, dan tidak melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah

dan hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan

indikator pada Tabel 3.2 siswa 15 berada pada level metakognitif Aware

Use.

Hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok sedang (siswa 15) di atas

menunjukkan bahwa pada beberapa soal siswa kelompok sedang berada

pada level metakognitif Reflective Use dan pada beberapa soal yang lain

berada pada level metakognitif Strategic Use dan Aware Use. Karena

level metakognitif yang dominan pada kelompok sedang adalah Strategic

Use, maka level metakognitif siswa kelompok sedang adalah Strategic

Use. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sophiningtyas dan Sugiarto (2013), peserta didik dengan skor sedang

berada di level metakognitif Strategic Use. Siswa kelompok sedang

berada pada level metakognitif Strategic Use karena siswa kelompok

51

sedang menggunakan dan menyadari strategi yang tepat dalam

menyelesaikan masalah, tidak hanya mampu memahami masalah.

3. Analisis dan Pembahasan Siswa Kelompok Rendah

Tabel 4.7 Analisis Per-butir Soal Kelompok Rendah

No Hasil analisis

Siswa 28 soal: Siswa 29 soal: Siswa 30 soal:

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

1

Mencari dan

memahami masalah

(menuliskan

diketahui & ditanya

secara lengkap)

√ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0

2

Menyusun stategi

pemecahan yang

baik (menuliskan

rencana

penyelesaian

masalah)

√ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0 √ √ √ √ 0 0

3

Mengeksplorasi

solusi

(menyelesaikan

masalah dengan

benar)

√ - √ - 0 0 √ - √ - 0 0 √ - √ - 0 0

4

Memikirkan dan

mendefinisikan

kembali problem

dan solusi dari

waktu ke waktu

(melakukan

evaluasi)

- - - - 0 0 - - - - 0 0 - - - - 0 0

5 Level metakognitif S A S A 0 0 S A S A 0 0 S A S A 0 0

6 Kesimpulan level

metakognitif Aware Use Aware Use Aware Use

Keterangan : ( √ ) = Ya

( - ) = Tidak

( 0 ) = Tidak mengerjakan soal

( R ) = Reflective Use

( S ) = Strategic Use

( A ) = Aware Use

( T ) = Tacit Use

52

Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa siswa kelompok rendah hanya

mengerjakan empat soal dari enam soal yang ada. Siswa kelompok

rendah sebenarnya mampu memahami masalah yang tidak mereka

kerjakan. Akan tetapi, waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal

sudah habis. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelompok rendah kurang

mampu berpikir secara cepat sehingga membutuhkan waktu yang lebih

banyak untuk mengerjakan dan menyelesaikan masalah.

Dalam Tabel 4.7 juga terlihat bahwa level metakognitif siswa

kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use. Dimana

siswa mampu memahami masalah akan tetapi tidak dapat menuliskan

prosedur yang sesuai dan tidak melakukan evaluasi. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Safitri dan Saleh (2015) siswa yang berada ditingkat

kelas rendah dapat tergolong pada level metakognitif Aware Use dan

juga dapat tergolong pada tingkat Tacit Use. Dalam penelitian ini, tidak

ada siswa yang berada pada level metakognitif Tacit Use, karena semua

siswa dapat mencari dan memahami masalahnya dengan benar. Menurut

Safitri dan Saleh (2015) siswa berada pada level metakognitif Tacit Use

jika: siswa kurang mampu memahami masalah dengan baik; siswa

kurang mampu merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan

baik; siswa kurang mampu menyadari konsep dan cara hitung yang

digunakan dengan baik; dan siswa kurang mampu melakukan evaluasi

dengan baik.

Dalam Tabel 4.7 juga terlihat bahwa pada beberapa soal siswa

kelompok rendah berada pada level metakognitif Aware Use dan pada

beberapa soal lainnya siswa kelompok rendah berada pada level

metakogitif Strategic Use. Akan tetapi, level metakognitif yang dominan

pada siswa kelompok rendah adalah Aware Use sehingga level

metakognitif siswa kelompok rendah adalah Aware Use. Ketika berada di

level metakognitif Strategic Use siswa kelompok rendah mampu

memahami masalah dengan benar, mampu menuliskan strategi

penyelesaian masalah dan menyelesaikan masalah dengan benar,

53

menguasai konsep kimia yang berkaitan dengan masalah yang diberikan,

mampu menyadari kesalahan konsep (rumus) dan cara menghitung

namun tidak dapat memperbaikinya dan tidak melakukan evaluasi

terhadap hasil pemikirannya.

Ketika berada di level metakognitif Aware Use, siswa kelompok

rendah mampu memahami masalah dengan baik, menguasai konsep

kimia yang mendasari masalah tersebut akan tetapi mengalami kesulitan

dan kebingungan ketika menentukan rumus dan cara menghitung yang

akan digunakan sehingga siswa kelompok rendah tidak dapat

melanjutkan apa yang akan dikerjakannya.

Pada Gambar 4.6 terdapat hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok

rendah (siswa 30) pada soal no 3 dengan soal: “Apakah terbentuk

endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan 10

mL larutan NaOH 0,02 M? (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6

)”. Pada soal ini

siswa kelompok rendah (siswa 30) berada pada level metkognitif

Strategic Use.

Gambar 4.6 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah Soal 3

54

Pada Gambar 4.6 terlihat adanya penulisan Dik dan Dit. Siswa 30

telah menuliskan data-data untuk menyelesaikan masalah, yaitu volume

dari CaCl2 dan NaOH yang dituliskan dengan V CaCl2 dan V NaOH ,

molaritas CaCl2 dan NaOH yang dituliskan dengan M CaCl2 dan M

NaOH, serta hasil kali kelarutan dari Ca(OH)2 yang dituliskan dengan

lambang Ksp Ca(OH)2. Siswa 30 juga menuliskan data yang ditanya,

yaitu apakah akan terbentuk endapan dari Ca(OH)2. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa 30 sudah dapat mencari dan memahami

masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya.

Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa siswa 30 berusaha untuk

menyelesaikan masalahnya. Pada bagian ini siswa 30 tidak menuliskan

strategi penyelesaian masalahnya. Akan tetapi, siswa 30 berusaha untuk

langsung menjawab pertanyaannya dengan mencari mol masing-masing

zat telebih dahulu, mencari konsentrasi dari masing-masing unsur

penyusunnya, kemudian mencari Qsp dari Ca(OH)2. Setelah itu diambil

berupa kesimpulan apakah terbentuk endapan atau tidak dengan cara

membandingkan nilai Qsp Ca(OH)2 dengan nilai Ksp. Mol dari masing-

masing zat yang dihasilkan benar, konsentrasi dari masing-masing unsur

penusun suatu zat yang dihasilkan kurang sesuai, Qsp yang dihasilkan

juga kurang sesuai, dan kesimpulan yang diambil juga kurang sesuai.

Cara serta persamaan reaksi yang dituliskan benar hanya tejadi kesaahan

pada saat menentukan konsentrasi dari masing-masing unsur penyusun

suatu zat sehingga menghasilkan Qsp dan kesimpulan yang salah juga.

Berdasarkan hasil analisis diatas siswa 30 kurang melakukan proses

solusi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas pemantauan dalam

aktivitas metakognitif yang meliputi menuliskan prosedur penyelesaian

masalah dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar tetapi hasil yang

diperoleh kurang tepat.

Pada gambar 4.6 juga terdapat penulisan kata Kesimpulan diakhir

jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 30 melakukan proses

evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada

55

aktivitas metakognitifnya akan tetapi aktivitas evaluasi yang dilakukan

kurang teliti.

Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 30 dapat memahami

masalah dengan benar, merencanakan langkah-langkah penyelesaian

masalah, menyelesaikan masalah dengan benar, dan melakukan evaluasi

selama proses pemecahan masalah tetapi kurang melakukan evaluasi

pada hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan

indikator pada Tabel 3.2 siswa 30 berada pada level metakognitif

Strategic Use.

Pada soal yang lain, siswa kelompok rendah (siswa 30) berada pada

level metakognitif Aware Use. Seperti terlihat pada Gambar 4.7 terdapat

hasil pekerjaan perwakilan siswa kelompok rendah (siswa 30) pada soal

no 2 dengan soal “Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida

(MgF2) pada 180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat.

Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)”.

Gambar 4.7 Hasil Tes Tulis Perwakilan Siswa Kelompok Rendah Soal 2

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa 30 pada soal no 2 terlihat bahwa

siswa 30 menuliskan data-data yang diketahui dan ditanyakan. Hal ini

56

menunjukkan bahwa siswa 30 sudah dapat mencari dan memahami

masalah dengan benar dalam aktivitas metakognitifnya.

Pada Gambar 4.7 terlihat bahwa siswa 30 berusaha untuk

menyelesaikan masalah pada no 2 akan tetapi siswa 30 mengalami

kebingungan saat menyelesaikan masalah. Siswa 30 tidak dapat

menuliskan rencana penyelesaian masalahnya. Akan tetapi, siswa 30

berusaha untuk langsung menjawabnya dengan mencari rumus Ksp

terlebih dahulu baru kemudian mencari kelarutan Mg(OH)2 dalam air.

Rumus yang dihasilkan benar, akan tetapi kelarutan yang dihasilkan

kurang tepat. Siswa 30 tidak mampu menyelesaikan masalah no 2 hingga

tuntas. Siswa 30 tidak mampu menjawab pertanyaan kelarutan Mg(OH)2

dalam larutan dengan pH 12, dan melihat bagaimana pengaruh pH

tersebut terhadap kelarutannya. Berdasarkan hasil analisis di atas, siswa

30 kurang mampu melakukan proses solusi dalam menyelesaikan

masalah dan tidak melakukan aktivitas pemantauan dalam aktivitas

metakognitif yang meliputi, menuliskan prosedur penyelesaian masalah

dengan sesuai, prosedur yang digunakan benar akan tetapi tidak dapat

menyelesaikannya sampai selesai sehingga hasil yang diperoleh kurang

tepat.

Pada Gambar 4.7 juga terlihat bahwa siswa 30 tidak menyelesaikan

masalahnya sampai tuntas sehingga tidak memberikan kesimpulan

diakhir jawabannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa 30 melakukan

proses evaluasi dalam menyelesaikan masalah dan aktivitas evaluasi pada

aktivitas metakognitifnya.

Berdasarkan data tertulis diperoleh bahwa siswa 30 dapat memahami

masalah dengan benar, tidak menuliskan langkah-langkah rencana

penyelesaian masalah dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan

benar, tidak melakukan evaluasi selama proses pemecahan masalah, dan

hasil akhirnya. Berdasarkan hasil analisis dan kesesuaian dengan

indikator pada Tabel 3.2 siswa 30 berada di level metakognitif Aware

Use.

57

Berdasarkan hasil tes tulis perwakilan siswa kelompok rendah (siswa

30) di atas menunjukkan bahwa pada beberapa soal siswa kelompok

rendah berada pada level metakognitif Strategic Use dan pada beberapa

soal yang lain berada pada level metakognitif Aware Use. Karena level

metakognitif yang dominan pada kelompok rendah adalah Aware Use,

maka level metakognitif siswa kelompok rendah adalah Aware Use. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophiningtyas dan

Sugiarto (2013), siswa dengan skor rendah berada pada level

metakognitif Aware Use. Siswa kelompok rendah berada pada level

metakognitif Aware Use karena siswa menyadari segala sesuatu yang

dilakukan dalam memecahkan masalah, mengetahui apa yang diketaui

dan ditanyakan, dan menyadari bahwa ia harus menggunakan suatu

langkah penyelesaian masalah dengan memberikan penjelasan mengapa

ia memilih penggunaan langkah tersebut. Akan tetapi, siswa yang berada

pada level metakognitif Aware Use tidak mampu menjelaskan mengapa

ia menggunakan langkah tersebut atau memberikan alasan yang kurang

jelas (Rahayu & Azizah, 2012).

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Aware Use,

sebanyak 63,64 % siswa berada pada level metakognitif Strategic Use dan

sebanyak 18,18 % siswa berada pada level metakognitif Reflective Use.

Siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas (kelompok

tinggi) memiliki hasil tes level metakognitif yang tinggi. Siswa yang

memiliki hasil belajar yang tinggi di dalam kelas berada pada level

metakognitif Reflective Use. Siswa yang memiliki hasil belajar yang sedang

di dalam kelas (kelompok sedang) berada pada level metakognitif Strategic

Use. Dan siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah di dalam kelas

(kelompok rendah) berada pada level metakognitif Aware Use.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk melatih kemampuan penggunaan fungsi metakognitif siswa

sebaiknya guru sering meminta siswa untuk menjelaskan setiap

jawaban yang diperolehnya baik secara lisan maupun tertulis.

2. Dalam melakukan penskoran sebaiknya guru menggunakan pedoman

penskoran dengan cara memberi skor yang berbeda-beda pada

masing-masing soal tergantung dari tingkat kesulitan soal dan

memberi skor pada setiap langkah penyelesaiannya.

3. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai model yang tepat untuk

meningkatkan level metakognitif siswa.

59

4. Dilakukan penelitian lebih mendalam tentang aktivitas metakognisi

siswa dan hubungannya dengan pemecahan masalah pada materi

kimia yang lain.

60

DAFTAR PUSTAKA

Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogakarta: PT Tiara Wacana.

Aljaberi, N. M., & Gheith, E. (2015). University Students’ Level of Metacognitive

Thinking and their Ability to Solve Problems. American International

Journal of Contemporary Research, 5(3), 121-134.

Al-Khayat, M. M. (2012). The Level of Creative Thinking and Metacognitive

Thinking Skill of Intermediate School in Jordan: Survey Study. Canadian

Social Science, 8(4), 52-61.

Al-Zoubi, S. M. (2013). The Level of Metacognitive Thinking Among Special

Education Students. Prime Research on Education (PRE), 3(2), 437-441.

Amin, I & Sukestiyarno.(2015). Analysis Metacognitive Skills On Learning

Mathematics In High School. International Journal of Education and

Research, 3(3), 213-222.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aurah, C. M., Casady, J.C., MCConnell, T. J. (2014). Genetics Problem Solving

In High School Testing In Kenya: Effects Of Metacognitive Prompting

During Testing. Electronic Journal of Science Education, 18(8), 1-26.

Brady, J. E. (2000). Kimia Universitas asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

_____. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Djiwandono, S. E. W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

Hosseinilai, F & Kasaei, M. A. (2013). The effect of using cognitive and meta

cognitive strategy on creativity level academic achievement of high school

students. International Research Journal of Applied and Basic Sciences,

7(2), 114-123.

61

Indriati, M., & Syafrianti, T. (2012). Penerapan Moel Pembelajaran Kooperatif

Teknik Think Pair Square (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII, SMP Islam YLPI Pekan Baru. Prosiding

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

582-590. ISBN: 978-979-16353-8-7.

Jayapraba. (2013). Metacognitive Instruction And Cooperative Learning-

Strategies For Promoting Insightful Learning In Science. International

Journal on New Trends in Education and Their Implications, 4(1), 165-172.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

Jakarta: Kemendikbud.

Laurens, T. (2010). Penjenjangan Metakognisi Siswa yang Valid dan Reliabilitas.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 17(2), 201-213.

LeKDiS. (2005). Standar Nasonal Pendidikan (PP RI No 19 Tahun

2005).Ciputat: Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial.

Mahromah, L. A., & Manoy, J. T. (2013). Identifikasi Tingkat Metakognisi

Peserta didik dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan

Perbedaan Skor Matematika. MATHEdunesa, 2(1), 1-8.

Mataka, L. M., William, W., Cobern, Megan, L., Grunert, Jacinta, M., George, A.

(2014). The Effect of Using an Explicit General Problem Solving Teaching

Approach on Elementary Pre-Service Teachers’ Ability to Solve Heat

Transfer Problems. International Journal of Education in Mathematics,

Science and Technology, 2(3), 164-167.

McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning, A Guide to

Thinking Skills in Education. New York: Open University Press.

Murti, H. A. S. (2011). Metakognisi dan Theory of Mind (ToM). Jurnal Psikologi

Pitutur, 1(2), 53-64.

Nurmaliah, C. (2009). Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa SMP Negeri di

Kota Malang Berdasarkan Kemampuan Awal, Tingkat Kelas, dan Jenis

Kelamin. Jurnal Biologi Edukasi, 1(2), 18-21.

62

Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. H. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat

Jilid 1. Bogor: Erlangga.

_____. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1.

Bogor: Erlangga.

Purba, M. (2007). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Rahayu, P., & Azizah, U. (2012). Students’ Metacognition Level Through Of

Implementation Of Problem Based Learning With Metacognitive Strategies

At Sman 1 Manyar. Unesa Journal of Chemical Education, 1(1), 164-173.

Safitri, K. R., & Saleh, M. (2015). Analisis Pemecahan Masalah Matematika

Menggunakan Metakognisi. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika UMS, 470-485. ISBN : 978.602.361.002.0

Sastrohamidjojo, H. (2010). Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press

Satrock, J. W. (2004). Strategi Belajar. Jakarta: Bhineka Cipta.

_____. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

_____. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana.

Shetty, G. (2014). A Study of the Metacognition Levels of Student Teachers On

The Basis Of Their Learning Styles. IOSR Journal of Research & Method in

Education (IOSR-JRME), 4(1), 43-51.

Slameto. (1991). Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS).

Jakarta: Bumi Aksara.

Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta:

Erlangga.

Sophianingtyas, F., & Sugiarto, B. (2013). Identifikasi Level Metakognitif Siswa

dalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia. UNESA Journal of

Chemical Education. 2(1), 21-27.

Sofyan, A, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.

Jakarta: UIN Jakarta Press

Sudarmo, U. (2013). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

63

Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.

Bandung: PT Refika Aditama.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Swartz, R & Chang, A. (1998). Intructional Strategies for Thinking Classroom.

Singapura: National Institute of Education.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama.

Yamin, M. (2013). Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP

Press Group.

Yeo, K. K. J. (2004). Mathematical Problem Solving in The Primary and

Secondary Levels. Email: [email protected].

64

Lampiran 1

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Soal

Memahami, menerapkan,

dan menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural,

dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan

humaniora dalam

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan

kejadian dalam bidang

kerja spesifik untuk

Memprediksi

terbentuknya endapan

dari suatu reaksi

berdasarkan prinsip

kelarutan dan hasil kali

kelarutan

Menentukan cara

menyatakan kelarutan

(C3)

1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut

sebanyak-banyaknya 13,28 gram Ag2CrO4.

Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16;

Cr = 52; Ag = 108)

2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut

dalam 100 mL air. Tentukan kelarutan

Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1

(Ar O

=16; Cr = 52; Ag = 108)

Menentukan hubungan

tetapan hasil kali

kelarutan dengan

kelarutan (C3)

3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh

magnesium flourida (MgF2) pada 180C

diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat.

Berapakah Ksp MgF2 pada 180C? (Ar Mg =

24; F = 19)

65

memecahkan masalah Memprediksi

terbentuknya endapan

dari suatu reaksi

berdasarkan prinsip

kelarutan dan hasil kali

kelarutan (C5)

4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M

AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M

K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan

Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12

5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10

mL larutan CaCl2 0,2 M dicampur dengan

10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2

= 8 x 10-6

)

6. Apakah akan terbentuk endapan bila

kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M

ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika

diketahui dari tabel nilai Ksp BaSO4 = 1,1 x

10-10

7. Apakah akan terbentuk endapan bila

kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001 M

ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2

0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

?

66

Menemukan pengaruh

pH terhadap kelarutan

(C4)

8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan

Mg(OH)2 = 2 x 10-12

. Tentukan:

a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni

b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan

dengan pH = 12.

c. Bagaimana pengaruh pH terhadap

kelarutannya.

Menemukan pengaruh

ion senama terhadap

kelarutan (C4)

9. Diketahui kelarutan AgCl dalam air murni

10-5

mol/L-1

. Tentukan kelarutannya dalam

larutan 0,01 M AgNO3 dan jelaskan

bagaimana pengaruh ion senama (Ag)

tersebut terhadap kelarutan!

10. Kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni

yaitu 8,43 x 10-5

mol L-1

pada 250C.

Tentukanlah kelarutan Ag2CrO4 dalam

larutan AgNO3 0,1 M dan jelaskan

bagaimana pengaruh ion senama (Ag)

tersebut terhadap kelarutannya! (Ksp

Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12

)

67

11. Hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x

10-6

. Tentukan kelarutannya dalam air dan

dalam larutan KBr 0,20 M. serta jelaskan

bagaimana pengaruh ion senama (Br)

tersebut terhadap kelarutannya!

12. Hitung kelarutan perak klorida (dalam

g/L) dalam air murni dan dalam larutan

NaCl 0,1 M. serta jelaskan bagaimana

pengaruh ion senama (Cl) tersebut terhadap

kelarutan. Jika diketahui Ksp AgCl = 1 X

10-10

68

Lampiran 2

Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Soal Jawaban Rubrik Penilaian Komentar

1. Dalam 4 liter air pada

250C dapat larut

sebanyak-banyaknya

13,28 gram Ag2CrO4.

Tentukan kelarutan

Ag2CrO4. (Ar O =16;

Cr = 52; Ag = 108)

1. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 4 L Ar O =16

T = 250C Ar Cr = 52

m = 13, 28 gram Ar Ag = 108

Ditanya : s Ag2CrO4….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan

rumus:

.

Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan

untuk menghitung mol diperlukan data Mr

Ag2CrO4

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)

= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))

= 332

Jumlah mol Ag2CrO4 =

Kelarutan Ag2CrO4 =

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam

4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram

Ag2CrO4 adalah

2

1

3

2

2

2

2

Skor = 14

69

2. Sebanyak 4,35 mg

Ag2CrO4 dapat larut

dalam 100 mL air.

Nyatakan kelarutan

Ag2CrO4 tersebut

dalam mol L-1

(Ar O

=16; Cr = 52; Ag =

108)

2. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52

m = 4,35 mg Ar O =16

Ditanya : s Ag2CrO4….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan

rumus:

Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4 dan

untuk menghitung mol diperlukan data Mr

Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah terlebih

dahulu satuannya menjadi gram.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)

= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))

= 332 gram/mol

Jumlah mol Ag2CrO4 =

s =

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam

4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL air

adalah

2

1

3

2

2

2

2

Skor = 14

3. Sebanyak 100 mL

larutan jenuh

3. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L

2

70

magnesium flourida

(MgF2) pada 180C

diuapkan dan

diperoleh 7,6 mg

MgF2 padat.

Berapakah Ksp MgF2

pada 180C? (Ar Mg =

24; F = 19)

T = 180C Ar Mg = 24

m = 7,6 gram Ar F = 19

Ditanya : Ksp MgF2….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp

MgF2 = [Mg2+

][F-]

2 diperlukan data tambahan yaitu s

MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol dan

Mr MgF2

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F)

= (1 x 24) + (2 x 19)

= 62 gram/mol

Jumlah mol MgF2 =

kelarutan (s) =

mol/L

MgF2(s) Mg2+

(aq) + 2F-(aq)

s s 2s

Ksp MgF2 = [Mg2+

][F-]2

= s (2s)2

= 4s3

= 4(1,22 x 10-3

)3

= 7,2634 x 10-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x 10-9

1

3

2

2

2

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 25

71

4. Dicampurkan 100 ml

larutan 0,006 M

AgNO3 dan 100 ml

larutan 0,002 M

K2CrO4. Tentukan

apakah terjadi

endapan Ag2CrO4 bila

Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-

12

4. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V AgNO3 = 100 ml

V K2CrO4 = 100 mL

M AgNO3 = 0,006 M

M K2CrO4 = 0,002 M

Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik :

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara

[Ag+]

2×[CrO4

2-]. Untuk menentukan Q diperlukan

data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat

setelah kedua larutan dicampur

Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q >

Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka

larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan

tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan

dicampur dihitung dengan persamaan:

[AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M

[K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M

Reaksi ionisasi masing-masing zat:

AgNO3 Ag+ + NO3

-

0,003 0,003 0,003

2

1

4

1

2

2

2

2

72

K2CrO4 2K+ + CrO4

2-

0,001 0,002 0,001

Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO4

2-] = 0,001

M

Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4

2-

Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]

2 × [CrO4

2-]

= (0,003)2 × (0,001) = 9×10

-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9

) > Ksp (4×10-12

)

berarti Ag2CrO4 mengendap

2

2

1

2

2

3

2

Skor = 29

5. Apakah terbentuk

endapan Ca(OH)2 jika

10 mL larutan CaCl2

0,2 M dicampur

dengan 10 mL larutan

NaOH 0,02 M (Ksp

Ca(OH)2 = 8 x 10-6

)

5. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V CaCl2 = 10 ml

V NaOH = 10 mL

M CaCl2 = 0,2 M

M NaOH = 0,02 M

Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara

[Ca2+

][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan data

tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat zat

setelah kedua larutan dicampur

2

1

4

73

membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q >

Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka

larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan

tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) =

CaCl2(aq) Ca2+

(aq) + 2Cl-(aq)

0,1 M 0,1 M 0,2 M

Molaritas (NaOH setelah dicampur)=

NaOH(aq) Na+

(aq) + OH-(aq)

0,01 M 0,01 M 0,01 M

Jadi konsentrasi ion Ca2+

dalam campuran = 0,1 M dan

konsentrasi ion OH- = 0,01 M

Ca(OH)2 Ca2+

+ 2OH-

Q untuk Ca(OH)2 = [Ca2+

][OH-]2

= 0,1 x (0,01)2

= 1 x 10-5

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka

pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Skor = 29

6. Apakah akan

terbentuk endapan

bila kedalam 200 ml

BaCl2 0,004 M

ditambahkan 600 mL

6. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V BaCl2 = 200 ml

V K2SO4 = 600 mL

M BaCl2 = 0,004 M

M K2SO4 = 0,008 M

2

74

K2SO4 0,008 M. Jika

diketahui dari tabel

nilai Ksp BaSO4 = 1,1

x 10-10

Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10

Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara

[Ba2+

][SO42-

]. Untuk menentukan Q diperlukan

data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing zat

zat setelah kedua larutan dicampur

Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q > Ksp

maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka larutan

belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan tepat

jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) =

BaCl2 Ba2+

+ 2Cl-

0,001 M 0,001M 0,002M

Molaritas K2SO4 setelah dicampur =

K2SO4 2K+ + SO4

2-

0,006 M 0,012M 0,006M

BaSO4 Ba2+

+ SO43-

Q BaSO4 = [Ba2+

][SO42-

]

= (0,001)(0,006)

= 6×10-6

1

4

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

75

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp, maka

terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran tersebut

2

Skor = 29

7. Apakah akan

terbentuk endapan

bila kedalam 100 mL

larutan Na3PO4 0,001

M ditambahkan 100

ml larutan Ca(NO3)2

0,001 M Ksp

Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

7. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V Na3PO4 = 100 ml

V Ca(NO3)2 = 100 mL

M Na3PO4 = 0,001 M

M Ca(NO3)2 = 0,001 M

Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara

[Ca2+

]3[PO4

3-]

2. Diperlukan data tambahan yaitu

konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua

larutan dicampur

Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q >

Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka

larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka larutan

tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) =

Na3PO4 3Na+ + PO4

3-

0,0005 M 0,0015M 0,0005M

2

1

4

2

2

2

76

Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur =

Ca(NO3)2 Ca2+

+ 2NO3-

0,0005 M 0,0005M 0,001M

Ca3(PO4)2 3Ca2+

+ 2 PO43-

Q Ca3(PO4)2 = [Ca2+

]3[PO4

3-]

2

= (0,0005)3(0,0005)

2

= 3,125×10-17

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp,

maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran

tersebut

2

2

2

2

2

2

2

2

Skor = 29

8. Diketahui tetapan

hasil kali kelarutan

Mg(OH)2 = 2 X 10-12

.

Tentukan:

a. Kelarutan

Mg(OH)2 dalam

air murni.

b. Kelarutan

Mg(OH)2 dalam

larutan dengan pH

= 12.

c. Bagaimana

pengaruh pH

8. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12

Ditanya: a. s dalam air =…?

b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …?

c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s

Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12 digunakan

rumus hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp

Mg(OH)2 = [Mg2+

][OH-]

2 . Diperlukan data

tambahan untuk menghitung kelarutan dalam air

maupun dalam larutan dengan pH 12 yaitu

konsentrasi Mg2+

dan OH- dalam air maupun dalam

2

1

4

77

terhadap

kelarutannya.

larutan dengan pH 12.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air

sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH

terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh

dimana [Mg2+

][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2

Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1

Mg(OH)2 (s) Mg2+

(aq) + 2OH-(aq)

s s 2s

[Mg2+

][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2

(s)(2s)2 = 2 x 10

-12

4s3

= 2 x 10-12

s = 7,94 x 10-5

mol L-1

Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5

mol L-1

Dalam larutan dengan pH 12

pH = 12 pOH = 2

[OH-] = 1 x 10

-2 mol L

-1

Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh,

misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1

Mg(OH)2 (s) Mg2+

(aq) + 2OH-(aq)

x x 2x

konsentrasi ion OH-

dalam larutan = (1 x 10-2

) + 2x.

substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan

2

2

2

2

1

2

1

1

2

2

2

78

kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan sebagai

berikut

[Mg2+

] [OH-]

2 = Ksp Mg(OH)2

(x) {(1 x 10-2

) + 2x}2 = 2 x 10

-12

Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2

, maka (1 x

10-2

) + 2x ≡ 1 X 10-2

. persamaan diatas dapat ditulis

sebagai berikut:

(x) (1 x 10-2

)2 = 2 x 10

-12

x = 2 x 10-8

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2 dalam

air adalah 7,94 x 10-5

mol L-1

dan kelarutan Mg(OH)2

dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8

mol L-1

.

Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH terhadap

kelarutan adalah dapat memperkecil kelarutannya.

2

1

1

2

2

Skor = 34

9. Bagaimana pengaruh

ion senama Ag dari

kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam

AgNO3 0,01 M jika

diketahui kelarutan

AgCl dalam air murni

10-5

mol/L-1

.

9. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5

Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl

yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …??

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M

digunakan rumus hubungan Ksp dengan kelarutan

yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-]. Diperlukan data

tambahan untuk menghitung kelarutan dalam

larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp AgCl dan

konsentrasi Ag+ dan Cl

- dalam larutan AgNO3.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

2

1

4

79

AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga

diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap

kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+

+ Cl-

Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-] = ( (

Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 Ag+ + NO3

-

0,01 0,01 0,01

Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1

Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+

+ Cl-

Dalam larutan terdapat:

[Ag+] = 0,01 + a 0,01

[Cl-] = a

Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-]

10-10

= (0,01) × (a) a = 10-8

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam

larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8

mol l-1

. Jika dibandingkan

dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi,

pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.

2

2

2

2

2

2

1

2

2

2

Skor = 26

80

10. Jika diketahui

kelarutan Ag2CrO4

dalam air murni yaitu

8,43 x 10-5

mol L-1

pada 250C. Tentukan

bagaimana pengaruh

ion senama Ag dari

kelarutan Ag2CrO4

yang dilarutkan dalam

larutan AgNO3 0,1 M.

(Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x

10-12

)

10. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5

mol L-1

T = 250C

Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12

Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan Ag2CrO4

yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,1

M digunakan rumus hubungan Ksp dengan

kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO4

2-].

Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M konsentrasi

Ag+ dan CrO4

2- dalam larutan AgNO3.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air sehingga

diperoleh bagaimana pengaruh ion senama terhadap

kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion Ag+

dan 0,1M ion NO3-

AgNO3 Ag+

+ NO3-

0,1M 0,1M 0,1M

Ag2CrO4(s) 2Ag+

(aq) + CrO42-

(aq)

s 2s s

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]

2[CrO4]

-

2,4 ×10-12

= (0,1)2(s)

2,4 ×10-12

= 0,01 s

s = 2,4 ×10-10

2

1

4

2

2

2

2

2

2

1

2

81

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4 dalam

larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10

mol L-1

, kira-kira 351

ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air

murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.

2

Skor = 24

11. Jika diketahui

hasil kali kelarutan

PbBr2 ialah 8,9 x 10-6

.

Bagaimana pengaruh

ion senama Br dari

kelarutan PbBr2 yang

dilarutkan dalam

larutan KBr 0,20 M.

11. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6

Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2

yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2 dalam

larutan KBr 0,02 M digunakan rumus hubungan

Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp PbBr2 = [Pb2+

]Br-

]2

. Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam air maupun dalam larutan KBr

0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+

dan Br-

dalam air

maupun dalam larutan KBr.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan KBr,

dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh

bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan

nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air

PbBr2 Pb2+

+ 2Br-

s s 2s

Ksp PbBr2 = [Pb2+

][Br-]

2

8,9 x 10-6

= (s)(2s)2

2

1

4

2

2

2

82

8,9 x 10-6

= 4s3

s = 1,3055 x 10-2

Dalam larutan KBr

KBr K+ + Br

-

0,2 M 0,2M 0,2 M

Ksp PbBr2 = [Pb2+

][Br-]

2

8,9 x 10-6

= (s)(0,2)2

8,9 x 10-6

= 0,04s

s = 2,225 x 10-4

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam

larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4

mol L-1

, kira-kira 57 kali

lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air murni.

Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.

2

1

2

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 31

12. Bagaimana

pengaruh ion senama

Cl dari kelarutan

AgCl yang dilarutkan

dalam larutan NaCl

0,1 M, jika diketahui

Ksp AgCl = 1 X 10-10

.

12. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10

Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl

dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl =

[Ag+][Cl

-]. Diperlukan data tambahan untuk

menghitung kelarutan dalam air maupun dalam

larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+

dan Cl-

dalam air maupun dalam larutan NaCl.

2

1

4

83

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan NaCl

dengan nilai kelarutan dalam air sehingga diperoleh

bagaimana pengaruh ion senama terhadap kelarutan

nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air

AgCl Ag+

+ Cl-

s s s

Ksp AgCl = [Ag+][Cl

-]

1 x 10-10

= (s)(s)

1 x 10-10

= s2

s = 1 x 10-5

Dalam larutan AgNO3

NaCl Na+ + Cl

-

0,1 M 0,1M 0,1M

Ksp AgCl = [Ag+][Cl

-]

1 x 10-10

= (s)(0,1)

1 x 10-10

= 0,1s

s = 1 x 10-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam

larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9

mol L-1

, kira-kira 10 ribu

kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air

murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.

2

2

2

2

1

2

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 31

84

Lampiran 3

UJI COBA INSTRUMEN TES

LEVEL METAKOGNITIF SISWA

Nama :

Kelas :

Hari/Tanggal :

Petunjuk :

1. Berdoalah sebelum mengisi soal!

2. Bacalah soal dengan teliti, kemudian selesaikan lebih dahulu soal yang kamu

anggap mudah!

3. Dalam menjawab soal tuliskan apa yang diketahui, ditanya, rencana

penyelesaian, perhitungan dan kesimpulannya!

4. Periksalah kembali hasil kerjaanmu sebelum dikumpulkan!

5. Dilarang bekerja sama dengan teman!

__________________________________________________________________

1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram

Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)

2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 mL air. Tentukan

kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1

(Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)

3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C

diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada

180C? (Ar Mg = 24; F = 19)

4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006 M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002 M

K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4 = 4 x

10-12

5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M

dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6

)

85

6. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M

ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008 M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp

BaSO4 = 1,1 x 10-10

7. Apakah akan terbentuk endapan bila kedalam 100 mL larutan Na3PO4 0,001

M ditambahkan 100 ml larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-

20?

8. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12

. Tentukan:

a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni

b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12.

c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.

9. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan

dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5

mol/L-1

.

10. Jika diketahui kelarutan Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43 x 10-5

mol L-1

pada 250C. Tentukan bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan

Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4

x 10-12

)

11. Jika diketahui hasil kali kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6

. Bagaimana

pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan dalam larutan

KBr 0,20 M.

12. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan

dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10

.

86

Lampiran 4

LEMBAR VALIDASI

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Soal

Kesesuaian

soal dengan

Indikator Komentar

Ya Tidak

Memahami,

menerapkan, dan

menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual,

prosedural, dan

metakognitif

berdasarkan rasa

ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan,

teknologi, seni,

budaya, dan

humaniora dalam

wawasan

kemanusiaan,

kebangsaan,

Memprediksi

terbentuknya

endapan dari suatu

reaksi berdasarkan

prinsip kelarutan

dan hasil kali

kelarutan

Menentukan cara

menyatakan

kelarutan (C3)

1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat

larut sebanyak-banyaknya 13,28

gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan

Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag =

108)

2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat

larut dalam 100 mL air. Tentukan

kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam

mol L-1

(Ar O =16; Cr = 52; Ag =

108)

Menentukan

hubungan tetapan

hasil kali

kelarutan dengan

kelarutan (C3)

3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh

magnesium flourida (MgF2) pada

180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg

MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2

pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)

87

kenegaraan, dan

peradaban terkait

penyebab fenomena

dan kejadian dalam

bidang kerja spesifik

untuk memecahkan

masalah

Memprediksi

terbentuknya

endapan dari

suatu reaksi

berdasarkan

prinsip kelarutan

dan hasil kali

kelarutan (C5)

4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006

M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002

M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi

endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4

= 4 x 10-12

5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2

jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M

dicampur dengan 10 mL larutan

NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x

10-6

)

6. Apakah akan terbentuk endapan bila

kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M

ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008

M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp

BaSO4 = 1,1 x 10-10

7. Apakah akan terbentuk endapan bila

kedalam 100 mL larutan Na3PO4

0,001 M ditambahkan 100 ml

larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp

Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

?

88

Menemukan

pengaruh pH

terhadap

kelarutan (C4)

8. Diketahui tetapan hasil kali

kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12

.

Tentukan:

a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air

murni

b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam

larutan dengan pH = 12.

c. Bagaimana pengaruh pH

terhadap kelarutannya.

Menemukan

pengaruh ion

senama terhadap

kelarutan (C4)

9. Bagaimana pengaruh ion senama

Ag dari kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M

jika diketahui kelarutan AgCl dalam

air murni 10-5

mol/L-1

.

10. Jika diketahui kelarutan

Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43

x 10-5

mol L-1

pada 250C. Tentukan

bagaimana pengaruh ion senama Ag

dari kelarutan Ag2CrO4 yang

dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1

M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12

)

11. Jika diketahui hasil kali

kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6

.

Bagaimana pengaruh ion senama Br

dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan

89

dalam larutan KBr 0,20 M.

12. Bagaimana pengaruh ion

senama Cl dari kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1

M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X

10-10

.

A. Kesimpulan Validator

Lingkari jawaban berikut ini sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu:

a. Layak digunakan dilapangan tanpa ada revisi

b. Layak digunakan dilapangan dengan revisi

c. Tidak layak digunakan

B. Komentar & Saran:

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………

90

Lampiran 4

LEMBAR VALIDASI

Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Soal Jawaban Rubrik

Penilaian

Komentar

1. Dalam 4 liter air pada

250C dapat larut

sebanyak-banyaknya

13,28 gram Ag2CrO4.

Tentukan kelarutan

Ag2CrO4. (Ar O =16;

Cr = 52; Ag = 108)

1. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 4 L Ar O =16

T = 250C Ar Cr = 52

m = 13, 28 gram Ar Ag = 108

Ditanya : s Ag2CrO4….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan

rumus:

.

Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4

dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr

Ag2CrO4

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)

= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))

= 332

Jumlah mol Ag2CrO4 =

2

1

3

2

2

91

Kelarutan Ag2CrO4 =

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4

dalam 4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya

13,28 gram Ag2CrO4 adalah

2

2

Skor = 14

2. Sebanyak 4,35 mg

Ag2CrO4 dapat larut

dalam 100 mL air.

Nyatakan kelarutan

Ag2CrO4 tersebut

dalam mol L-1

(Ar O

=16; Cr = 52; Ag =

108)

2. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52

m = 4,35 mg Ar O =16

Ditanya : s Ag2CrO4….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan

rumus:

Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4

dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr

Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah

terlebih dahulu satuannya menjadi gram.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)

= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))

= 332 gram/mol

Jumlah mol Ag2CrO4 =

2

1

3

2

2

92

s =

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4

dalam 4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL

air adalah

2

2

Skor = 14

3. Sebanyak 100 mL

larutan jenuh

magnesium flourida

(MgF2) pada 180C

diuapkan dan

diperoleh 7,6 mg

MgF2 padat.

Berapakah Ksp MgF2

pada 180C? (Ar Mg =

24; F = 19)

3. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L

T = 180C Ar Mg = 24

m = 7,6 gram Ar F = 19

Ditanya : Ksp MgF2….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp

MgF2 = [Mg2+

][F-]

2 diperlukan data tambahan yaitu s

MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol

dan Mr MgF2

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F)

= (1 x 24) + (2 x 19)

= 62 gram/mol

2

1

3

2

93

Jumlah mol MgF2 =

kelarutan (s) =

mol/L

MgF2(s) Mg2+

(aq) + 2F-(aq)

s s 2s

Ksp MgF2 = [Mg2+

][F-]2

= s (2s)2

= 4s3

= 4(1,22 x 10-3

)3

= 7,2634 x 10-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x

10-9

2

2

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 25

4. Dicampurkan 100 ml

larutan 0,006 M

AgNO3 dan 100 ml

larutan 0,002 M

K2CrO4. Tentukan

apakah terjadi

endapan Ag2CrO4

bila Ksp Ag2CrO4 = 4

x 10-12

4. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V AgNO3 = 100 ml

V K2CrO4 = 100 mL

M AgNO3 = 0,006 M

M K2CrO4 = 0,002 M

Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik :

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

2

1

94

perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara

[Ag+]

2×[CrO4

2-]. Untuk menentukan Q

diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi

masing-masing zat setelah kedua larutan

dicampur

Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q

> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp

maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp

maka larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan

dicampur dihitung dengan persamaan:

[AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M

[K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M

Reaksi ionisasi masing-masing zat:

AgNO3 Ag+ + NO3

-

0,003 0,003 0,003

K2CrO4 2K+ + CrO4

2-

0,001 0,002 0,001

Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO4

2-] =

4

1

2

2

2

2

2

2

95

0,001 M

Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4

2-

Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]

2 × [CrO4

2-]

= (0,003)2 × (0,001) = 9×10

-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9

) > Ksp (4×10-

12) berarti Ag2CrO4 mengendap

1

2

2

3

2

Skor = 29

5. Apakah terbentuk

endapan Ca(OH)2

jika 10 mL larutan

CaCl2 0,2 M

dicampur dengan 10

mL larutan NaOH

0,02 M (Ksp Ca(OH)2

= 8 x 10-6

)

5. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V CaCl2 = 10 ml

V NaOH = 10 mL

M CaCl2 = 0,2 M

M NaOH = 0,02 M

Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara

[Ca2+

][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan

data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing

zat zat setelah kedua larutan dicampur

membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q

> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp

2

1

4

96

maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp

maka larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) =

CaCl2(aq) Ca2+

(aq) + 2Cl-(aq)

0,1 M 0,1 M 0,2 M

Molaritas (NaOH setelah dicampur)=

NaOH(aq) Na+

(aq) + OH-(aq)

0,01 M 0,01 M 0,01 M

Jadi konsentrasi ion Ca2+

dalam campuran = 0,1 M dan

konsentrasi ion OH- = 0,01 M

Ca(OH)2 Ca2+

+ 2OH-

Q untuk Ca(OH)2 = [Ca2+

][OH-]2

= 0,1 x (0,01)2

= 1 x 10-5

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,

maka pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Skor = 29

6. Apakah akan

terbentuk endapan

6. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V BaCl2 = 200 ml

2

97

bila kedalam 200 ml

BaCl2 0,004 M

ditambahkan 600 mL

K2SO4 0,008 M. Jika

diketahui dari tabel

nilai Ksp BaSO4 = 1,1

x 10-10

V K2SO4 = 600 mL

M BaCl2 = 0,004 M

M K2SO4 = 0,008 M

Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10

Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara

[Ba2+

][SO42-

]. Untuk menentukan Q diperlukan

data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing

zat zat setelah kedua larutan dicampur

Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q >

Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka

larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka

larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) =

BaCl2 Ba2+

+ 2Cl-

0,001 M 0,001M 0,002M

Molaritas K2SO4 setelah dicampur =

K2SO4 2K+ + SO4

2-

0,006 M 0,012M 0,006M

1

4

2

2

2

2

2

2

98

BaSO4 Ba2+

+ SO43-

Q BaSO4 = [Ba2+

][SO42-

]

= (0,001)(0,006)

= 6×10-6

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,

maka terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran

tersebut

2

2

2

2

2

Skor = 29

7. Apakah akan

terbentuk endapan

bila kedalam 100 mL

larutan Na3PO4 0,001

M ditambahkan 100

ml larutan Ca(NO3)2

0,001 M Ksp

Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

7. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V Na3PO4 = 100 ml

V Ca(NO3)2 = 100 mL

M Na3PO4 = 0,001 M

M Ca(NO3)2 = 0,001 M

Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara

[Ca2+

]3[PO4

3-]

2. Diperlukan data tambahan yaitu

konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua

larutan dicampur

2

1

4

99

Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q

> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp

maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp

maka larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) =

Na3PO4 3Na+ + PO4

3-

0,0005 M 0,0015M 0,0005M

Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur =

Ca(NO3)2 Ca2+

+ 2NO3-

0,0005 M 0,0005M 0,001M

Ca3(PO4)2 3Ca2+

+ 2 PO43-

Q Ca3(PO4)2 = [Ca2+

]3[PO4

3-]

2

= (0,0005)3(0,0005)

2

= 3,125×10-17

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp,

maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran

tersebut

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Skor = 29

100

8. Diketahui tetapan

hasil kali kelarutan

Mg(OH)2 = 2 X 10-

12. Tentukan:

a. Kelarutan

Mg(OH)2 dalam

air murni.

b. Kelarutan

Mg(OH)2 dalam

larutan dengan

pH = 12.

c. Bagaimana

pengaruh pH

terhadap

kelarutannya.

8. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12

Ditanya: a. s dalam air =…?

b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …?

c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s

Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12

digunakan rumus hubungan Ksp dengan

kelarutan yaitu: Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+

][OH-]2

.

Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam air maupun dalam larutan

dengan pH 12 yaitu konsentrasi Mg2+

dan OH-

dalam air maupun dalam larutan dengan pH 12.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air

sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH

terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan

jenuh dimana [Mg2+

][OH-]

2 = Ksp Mg(OH)2

Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1

Mg(OH)2 (s) Mg2+

(aq) + 2OH-(aq)

s s 2s

2

1

4

2

2

101

[Mg2+

][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2

(s)(2s)2 = 2 x 10

-12

4s3

= 2 x 10-12

s = 7,94 x 10-5

mol L-1

Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5

mol L-1

Dalam larutan dengan pH 12

pH = 12 pOH = 2

[OH-] = 1 x 10

-2 mol L

-1

Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh,

misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1

Mg(OH)2 (s) Mg2+

(aq) + 2OH-(aq)

x x 2x

konsentrasi ion OH-

dalam larutan = (1 x 10-2

) + 2x.

substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan

kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan

sebagai berikut

[Mg2+

] [OH-]

2 = Ksp Mg(OH)2

(x) {(1 x 10-2

) + 2x}2 = 2 x 10

-12

Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2

, maka (1 x

10-2

) + 2x ≡ 1 X 10-2

. persamaan diatas dapat ditulis

sebagai berikut:

(x) (1 x 10-2

)2 = 2 x 10

-12

2

2

1

2

1

1

2

2

2

2

1

1

102

x = 2 x 10-8

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2

dalam air adalah 7,94 x 10-5

mol L-1

dan kelarutan

Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8

mol L-1

. Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH

terhadap kelarutan adalah dapat memperkecil

kelarutannya.

2

2

Skor = 34

9. Bagaimana pengaruh

ion senama Ag dari

kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam

AgNO3 0,01 M jika

diketahui kelarutan

AgCl dalam air

murni 10-5

mol/L-1

.

9. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5

Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl

yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …??

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M

digunakan rumus hubungan Ksp dengan

kelarutan yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-].

Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp

AgCl dan konsentrasi Ag+ dan Cl

- dalam larutan

AgNO3.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air

sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion

senama terhadap kelarutan nya.

2

1

4

103

Tahap mengeksplorasi solusi:

Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+

+ Cl-

Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-] = ( (

Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 Ag+ + NO3

-

0,01 0,01 0,01

Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1

Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+

+ Cl-

Dalam larutan terdapat:

[Ag+] = 0,01 + a 0,01

[Cl-] = a

Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-]

10-10

= (0,01) × (a) a = 10-8

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam

larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8

mol l-1

. Jika dibandingkan

dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi,

pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.

2

2

2

2

2

2

1

2

2

2

Skor = 26

104

10. Jika diketahui

kelarutan Ag2CrO4

dalam air murni yaitu

8,43 x 10-5

mol L-1

pada 250C. Tentukan

bagaimana pengaruh

ion senama Ag dari

kelarutan Ag2CrO4

yang dilarutkan

dalam larutan AgNO3

0,1 M. (Ksp Ag2CrO4

= 2,4 x 10-12

)

10. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5

mol L-1

T = 250C

Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12

Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan

Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M

…?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3

0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan

kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]

2[CrO4

2-].

Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M

konsentrasi Ag+ dan CrO4

2- dalam larutan

AgNO3.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air

sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion

senama terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion

Ag+ dan 0,1M ion NO3

-

AgNO3 Ag+

+ NO3-

0,1M 0,1M 0,1M

2

1

4

2

2

105

Ag2CrO4(s) 2Ag+

(aq) + CrO42-

(aq)

s 2s s

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]

2[CrO4]

-

2,4 ×10-12

= (0,1)2(s)

2,4 ×10-12

= 0,01 s

s = 2,4 ×10-10

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4

dalam larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10

mol L-1

, kira-

kira 351 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya

dalam air murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil

kelarutan.

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 24

11. Jika diketahui

hasil kali kelarutan

PbBr2 ialah 8,9 x 10-

6. Bagaimana

pengaruh ion senama

Br dari kelarutan

PbBr2 yang

dilarutkan dalam

larutan KBr 0,20 M.

11. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6

Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2

yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2

dalam larutan KBr 0,02 M digunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp

PbBr2 = [Pb2+

]Br-]

2 . Diperlukan data tambahan

untuk menghitung kelarutan dalam air maupun

2

1

4

106

dalam larutan KBr 0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+

dan Br- dalam air maupun dalam larutan KBr.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

KBr, dengan nilai kelarutan dalam air sehingga

diperoleh bagaimana pengaruh ion senama

terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air

PbBr2 Pb2+

+ 2Br-

s s 2s

Ksp PbBr2 = [Pb2+

][Br-]

2

8,9 x 10-6

= (s)(2s)2

8,9 x 10-6

= 4s3

s = 1,3055 x 10-2

Dalam larutan KBr

KBr K+ + Br

-

0,2 M 0,2M 0,2 M

Ksp PbBr2 = [Pb2+

][Br-]

2

8,9 x 10-6

= (s)(0,2)2

8,9 x 10-6

= 0,04s

s = 2,225 x 10-4

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam

2

2

2

2

1

2

2

2

2

2

1

2

2

107

larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4

mol L-1

, kira-kira 57

kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air

murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil

kelarutan.

Skor = 31

12. Bagaimana

pengaruh ion senama

Cl dari kelarutan

AgCl yang dilarutkan

dalam larutan NaCl

0,1 M, jika diketahui

Ksp AgCl = 1 X 10-10

.

12. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10

Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl

yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl

dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl

= [Ag+][Cl

-]. Diperlukan data tambahan untuk

menghitung kelarutan dalam air maupun dalam

larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+

dan Cl-

dalam air maupun dalam larutan NaCl.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

NaCl dengan nilai kelarutan dalam air sehingga

diperoleh bagaimana pengaruh ion senama

terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air

AgCl Ag+

+ Cl-

s s s

2

1

4

2

2

108

Ksp AgCl = [Ag+][Cl

-]

1 x 10-10

= (s)(s)

1 x 10-10

= s2

s = 1 x 10-5

Dalam larutan AgNO3

NaCl Na+ + Cl

-

0,1 M 0,1M 0,1M

Ksp AgCl = [Ag+][Cl

-]

1 x 10-10

= (s)(0,1)

1 x 10-10

= 0,1s

s = 1 x 10-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam

larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9

mol L-1

, kira-kira 10 ribu

kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air

murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil

kelarutan.

2

2

1

2

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 31

109

110

Lampiran 4

LEMBAR VALIDASI

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Soal

Kesesuaian

soal dengan

Indikator Komentar

Ya Tidak

Memahami,

menerapkan, dan

menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual,

prosedural, dan

metakognitif

berdasarkan rasa

ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan,

teknologi, seni,

budaya, dan

humaniora dalam

wawasan

kemanusiaan,

kebangsaan,

kenegaraan, dan

peradaban terkait

penyebab fenomena

Memprediksi

terbentuknya

endapan dari suatu

reaksi berdasarkan

prinsip kelarutan

dan hasil kali

kelarutan

Menentukan cara

menyatakan

kelarutan (C3)

1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat

larut sebanyak-banyaknya 13,28

gram Ag2CrO4. Tentukan kelarutan

Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag =

108)

2. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat

larut dalam 100 mL air. Tentukan

kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam

mol L-1

(Ar O =16; Cr = 52; Ag =

108)

Menentukan

hubungan tetapan

hasil kali

kelarutan dengan

kelarutan (C3)

3. Sebanyak 100 mL larutan jenuh

magnesium flourida (MgF2) pada

180C diuapkan dan diperoleh 7,6 mg

MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2

pada 180C? (Ar Mg = 24; F = 19)

Memprediksi

terbentuknya

4. Dicampurkan 100 ml larutan 0,006

M AgNO3 dan 100 ml larutan 0,002

111

dan kejadian dalam

bidang kerja spesifik

untuk memecahkan

masalah

endapan dari

suatu reaksi

berdasarkan

prinsip kelarutan

dan hasil kali

kelarutan (C5)

M K2CrO4 . Tentukan apakah terjadi

endapan Ag2CrO4 bila Ksp Ag2CrO4

= 4 x 10-12

5. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2

jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M

dicampur dengan 10 mL larutan

NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x

10-6

)

6. Apakah akan terbentuk endapan bila

kedalam 200 ml BaCl2 0,004 M

ditambahkan 600 mL K2SO4 0,008

M. Jika diketahui dari tabel nilai Ksp

BaSO4 = 1,1 x 10-10

7. Apakah akan terbentuk endapan bila

kedalam 100 mL larutan Na3PO4

0,001 M ditambahkan 100 ml

larutan Ca(NO3)2 0,001 M. Ksp

Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

?

Menemukan

pengaruh pH

terhadap

kelarutan (C4)

8. Diketahui tetapan hasil kali

kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12

.

Tentukan:

a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air

murni

b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam

larutan dengan pH = 12.

112

c. Bagaimana pengaruh pH

terhadap kelarutannya.

Menemukan

pengaruh ion

senama terhadap

kelarutan (C4)

9. Bagaimana pengaruh ion senama

Ag dari kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M

jika diketahui kelarutan AgCl dalam

air murni 10-5

mol/L-1

.

10. Jika diketahui kelarutan

Ag2CrO4 dalam air murni yaitu 8,43

x 10-5

mol L-1

pada 250C. Tentukan

bagaimana pengaruh ion senama Ag

dari kelarutan Ag2CrO4 yang

dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1

M. (Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12

)

11. Jika diketahui hasil kali

kelarutan PbBr2 ialah 8,9 x 10-6

.

Bagaimana pengaruh ion senama Br

dari kelarutan PbBr2 yang dilarutkan

dalam larutan KBr 0,20 M.

12. Bagaimana pengaruh ion

senama Cl dari kelarutan AgCl yang

113

dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1

M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X

10-10

.

114

Lampiran 4

LEMBAR VALIDASI

Rubrik Penilaian Instrumen Tes Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Soal Jawaban Rubrik

Penilaian

Komentar

1. Dalam 4 liter air pada

250C dapat larut

sebanyak-banyaknya

13,28 gram Ag2CrO4.

Tentukan kelarutan

Ag2CrO4. (Ar O =16;

Cr = 52; Ag = 108)

1. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 4 L Ar O =16

T = 250C Ar Cr = 52

m = 13, 28 gram Ar Ag = 108

Ditanya : s Ag2CrO4….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan

rumus:

.

Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4

dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr

Ag2CrO4

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)

= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))

= 332

Jumlah mol Ag2CrO4 =

2

1

3

2

2

115

Kelarutan Ag2CrO4 =

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4

dalam 4 liter air yang dapat larut sebanyak-banyaknya

13,28 gram Ag2CrO4 adalah

2

2

Skor = 14

2. Sebanyak 4,35 mg

Ag2CrO4 dapat larut

dalam 100 mL air.

Nyatakan kelarutan

Ag2CrO4 tersebut

dalam mol L-1

(Ar O

=16; Cr = 52; Ag =

108)

2. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 100 mL= 0,1L Ar Ag = 108 Ar Cr =52

m = 4,35 mg Ar O =16

Ditanya : s Ag2CrO4….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh s Ag2CrO4 menggunakan

rumus:

Diperlukan data tambahan yaitu mol Ag2CrO4

dan untuk menghitung mol diperlukan data Mr

Ag2CrO4 dan massa yang diketahui diubah

terlebih dahulu satuannya menjadi gram.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr Ag2CrO4 = ((2 x Ar Ag) + (1 x Ar Cr) + (4 x Ar O)

= ((2 x 108) + (1 x 52) + (4 x 16))

= 332 gram/mol

Jumlah mol Ag2CrO4 =

2

1

3

2

2

116

s =

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4

dalam 4,35 mg Ag2CrO4 yang dapat larut dalam 100 mL

air adalah

2

2

Skor = 14

3. Sebanyak 100 mL

larutan jenuh

magnesium flourida

(MgF2) pada 180C

diuapkan dan

diperoleh 7,6 mg

MgF2 padat.

Berapakah Ksp MgF2

pada 180C? (Ar Mg =

24; F = 19)

3. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L

T = 180C Ar Mg = 24

m = 7,6 gram Ar F = 19

Ditanya : Ksp MgF2….?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memperoleh Ksp MgF2 menggunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan dari MgF2 yaitu: Ksp

MgF2 = [Mg2+

][F-]

2 diperlukan data tambahan yaitu s

MgF2. Untuk menghitung s MgF2, diperlukan data mol

dan Mr MgF2

Tahap mengeksplorasi solusi:

Mr MgF2 = (1 x Ar Mg) + (2 x Ar F)

= (1 x 24) + (2 x 19)

= 62 gram/mol

2

1

3

2

117

Jumlah mol MgF2 =

kelarutan (s) =

mol/L

MgF2(s) Mg2+

(aq) + 2F-(aq)

s s 2s

Ksp MgF2 = [Mg2+

][F-]2

= s (2s)2

= 4s3

= 4(1,22 x 10-3

)3

= 7,2634 x 10-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh Ksp MgF2 = 7,2634 x

10-9

2

2

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 25

4. Dicampurkan 100 ml

larutan 0,006 M

AgNO3 dan 100 ml

larutan 0,002 M

K2CrO4. Tentukan

apakah terjadi

endapan Ag2CrO4

bila Ksp Ag2CrO4 = 4

x 10-12

4. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V AgNO3 = 100 ml

V K2CrO4 = 100 mL

M AgNO3 = 0,006 M

M K2CrO4 = 0,002 M

Ksp Ag2CrO4 = 4 x 10-12

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ag2CrO4?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik :

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

2

1

118

perlu mengetahui nilai Q Ag2CrO4 dengan cara

[Ag+]

2×[CrO4

2-]. Untuk menentukan Q

diperlukan data tambahan yaitu konsentrasi

masing-masing zat setelah kedua larutan

dicampur

Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q

> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp

maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp

maka larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Konsentrasi masing-masing zat setelah kedua larutan

dicampur dihitung dengan persamaan:

[AgNO3] = 100 × 0,006 = 200 × M2 M2 = 0,003 M

[K2CrO4] = 100 × 0,002 = 200 × M2 M2 = 0,001 M

Reaksi ionisasi masing-masing zat:

AgNO3 Ag+ + NO3

-

0,003 0,003 0,003

K2CrO4 2K+ + CrO4

2-

0,001 0,002 0,001

Dalam larutan terdapat : [Ag+] = 0,003 M; [CrO4

2-] =

4

1

2

2

2

2

2

2

119

0,001 M

Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4

2-

Qc [Ag2CrO4] = [Ag+]

2 × [CrO4

2-]

= (0,003)2 × (0,001) = 9×10

-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan ternyata Qc (9×10-9

) > Ksp (4×10-

12) berarti Ag2CrO4 mengendap

1

2

2

3

2

Skor = 29

5. Apakah terbentuk

endapan Ca(OH)2

jika 10 mL larutan

CaCl2 0,2 M

dicampur dengan 10

mL larutan NaOH

0,02 M (Ksp Ca(OH)2

= 8 x 10-6

)

5. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V CaCl2 = 10 ml

V NaOH = 10 mL

M CaCl2 = 0,2 M

M NaOH = 0,02 M

Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q Ca(OH)2dengan cara

[Ca2+

][OH-]2. Untuk menentukan Q diperlukan

data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing

zat zat setelah kedua larutan dicampur

membandingkannilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q

> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp

2

1

4

120

maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp

maka larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (CaCl2 setelah dicampur) =

CaCl2(aq) Ca2+

(aq) + 2Cl-(aq)

0,1 M 0,1 M 0,2 M

Molaritas (NaOH setelah dicampur)=

NaOH(aq) Na+

(aq) + OH-(aq)

0,01 M 0,01 M 0,01 M

Jadi konsentrasi ion Ca2+

dalam campuran = 0,1 M dan

konsentrasi ion OH- = 0,01 M

Ca(OH)2 Ca2+

+ 2OH-

Q untuk Ca(OH)2 = [Ca2+

][OH-]2

= 0,1 x (0,01)2

= 1 x 10-5

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,

maka pada pencampuran itu terbentuk endapan Ca(OH)2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Skor = 29

6. Apakah akan

terbentuk endapan

6. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V BaCl2 = 200 ml

2

121

bila kedalam 200 ml

BaCl2 0,004 M

ditambahkan 600 mL

K2SO4 0,008 M. Jika

diketahui dari tabel

nilai Ksp BaSO4 = 1,1

x 10-10

V K2SO4 = 600 mL

M BaCl2 = 0,004 M

M K2SO4 = 0,008 M

Ksp Ca(OH)2 = 1,1 x 10-10

Ditanya: Apakah terbentuk endapan BaSO4?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q BaSO4 dengan cara

[Ba2+

][SO42-

]. Untuk menentukan Q diperlukan

data tambahan yaitu konsentrasi masing-masing

zat zat setelah kedua larutan dicampur

Membandingkan nilai Q dengan Ksp. Jika Q >

Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp maka

larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp maka

larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (BaCl2 setelah dicampur) =

BaCl2 Ba2+

+ 2Cl-

0,001 M 0,001M 0,002M

Molaritas K2SO4 setelah dicampur =

K2SO4 2K+ + SO4

2-

0,006 M 0,012M 0,006M

1

4

2

2

2

2

2

2

122

BaSO4 Ba2+

+ SO43-

Q BaSO4 = [Ba2+

][SO42-

]

= (0,001)(0,006)

= 6×10-6

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Q > Ksp,

maka terbentuk endapan BaSO4 dalam campuran

tersebut

2

2

2

2

2

Skor = 29

7. Apakah akan

terbentuk endapan

bila kedalam 100 mL

larutan Na3PO4 0,001

M ditambahkan 100

ml larutan Ca(NO3)2

0,001 M Ksp

Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

7. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui V Na3PO4 = 100 ml

V Ca(NO3)2 = 100 mL

M Na3PO4 = 0,001 M

M Ca(NO3)2 = 0,001 M

Ksp Ca3(PO4)2 = 2 x 10-20

Ditanya: Apakah terbentuk endapan Ca3(PO4)2?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk memprediksi terbentuknya endapan kita

perlu mengetahui nilai Q Ca3(PO4)2 dengan cara

[Ca2+

]3[PO4

3-]

2. Diperlukan data tambahan yaitu

konsentrasi masing-masing zat zat setelah kedua

larutan dicampur

2

1

4

123

Membandingkan nilai Q dengan nilai Ksp. Jika Q

> Ksp maka terbentuk endapan, jika Q < Ksp

maka larutan belum jenuh dan jika Q = Ksp

maka larutan tepat jenuh

Tahap mengeksplorasi solusi:

Molaritas (Na3PO4 setelah dicampur) =

Na3PO4 3Na+ + PO4

3-

0,0005 M 0,0015M 0,0005M

Molaritas Ca(NO3)2 setelah dicampur =

Ca(NO3)2 Ca2+

+ 2NO3-

0,0005 M 0,0005M 0,001M

Ca3(PO4)2 3Ca2+

+ 2 PO43-

Q Ca3(PO4)2 = [Ca2+

]3[PO4

3-]

2

= (0,0005)3(0,0005)

2

= 3,125×10-17

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai Q > Ksp,

maka terbentuk endapan Ca3(PO4)2 dalam campuran

tersebut

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

Skor = 29

124

8. Diketahui tetapan

hasil kali kelarutan

Mg(OH)2 = 2 X 10-

12. Tentukan:

a. Kelarutan

Mg(OH)2 dalam

air murni.

b. Kelarutan

Mg(OH)2 dalam

larutan dengan

pH = 12.

c. Bagaimana

pengaruh pH

terhadap

kelarutannya.

8. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 2 x 10-12

Ditanya: a. s dalam air =…?

b. s dalam larutan dengan pH = 12 = …?

c. pengaruh pH terhadap kelarutan = …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk menghitung s Mg(OH)2 dalam air dan s

Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH 12

digunakan rumus hubungan Ksp dengan

kelarutan yaitu: Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+

][OH-]2

.

Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam air maupun dalam larutan

dengan pH 12 yaitu konsentrasi Mg2+

dan OH-

dalam air maupun dalam larutan dengan pH 12.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

dengan pH 12 dengan nilai kelarutan dalam air

sehingga diperoleh bagaimana pengaruh pH

terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan

jenuh dimana [Mg2+

][OH-]

2 = Ksp Mg(OH)2

Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1

Mg(OH)2 (s) Mg2+

(aq) + 2OH-(aq)

s s 2s

2

1

4

2

2

125

[Mg2+

][OH-]2 = Ksp Mg(OH)2

(s)(2s)2 = 2 x 10

-12

4s3

= 2 x 10-12

s = 7,94 x 10-5

mol L-1

Jadi kelarutan dalam air sebesar 7,94 x 10-5

mol L-1

Dalam larutan dengan pH 12

pH = 12 pOH = 2

[OH-] = 1 x 10

-2 mol L

-1

Mg(OH)2 akan larut hingga menjadi larutan jenuh,

misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1

Mg(OH)2 (s) Mg2+

(aq) + 2OH-(aq)

x x 2x

konsentrasi ion OH-

dalam larutan = (1 x 10-2

) + 2x.

substitusi data ini ke dalam persamaan tetapan

kesetimbangan Mg(OH)2 menghasilkan persamaan

sebagai berikut

[Mg2+

] [OH-]

2 = Ksp Mg(OH)2

(x) {(1 x 10-2

) + 2x}2 = 2 x 10

-12

Oleh karena dapat diduga bahwa x < 1 x 10-2

, maka (1 x

10-2

) + 2x ≡ 1 X 10-2

. persamaan diatas dapat ditulis

sebagai berikut:

(x) (1 x 10-2

)2 = 2 x 10

-12

2

2

1

2

1

1

2

2

2

2

1

1

126

x = 2 x 10-8

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Mg(OH)2

dalam air adalah 7,94 x 10-5

mol L-1

dan kelarutan

Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 x 10-8

mol L-1

. Sehingga didapatkan bahwa pengaruh pH

terhadap kelarutan adalah dapat memperkecil

kelarutannya.

2

2

Skor = 34

9. Bagaimana pengaruh

ion senama Ag dari

kelarutan AgCl yang

dilarutkan dalam

AgNO3 0,01 M jika

diketahui kelarutan

AgCl dalam air

murni 10-5

mol/L-1

.

9. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui : s AgCl dalam air = 10-5

Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl

yang dilarutkan dalam AgNO3 0,01 M …??

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s dalam larutan AgNO3 0,01 M

digunakan rumus hubungan Ksp dengan

kelarutan yaitu Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-].

Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam larutan AgNO3 0,01 M yaitu Ksp

AgCl dan konsentrasi Ag+ dan Cl

- dalam larutan

AgNO3.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air

sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion

senama terhadap kelarutan nya.

2

1

4

127

Tahap mengeksplorasi solusi:

Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+

+ Cl-

Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-] = ( (

Reaksi Ionisasi AgNO3: AgNO3 Ag+ + NO3

-

0,01 0,01 0,01

Misalkan kelarutan AgCl sekarang = a mol l-1

Reaksi ionisasi AgCl : AgCl Ag+

+ Cl-

Dalam larutan terdapat:

[Ag+] = 0,01 + a 0,01

[Cl-] = a

Ksp AgCl = [Ag+] × [Cl

-]

10-10

= (0,01) × (a) a = 10-8

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam

larutan 0,01 M AgNO3 = 10-8

mol l-1

. Jika dibandingkan

dengan kelarutan dalam air itu jauh lebih kecil. Jadi,

pengaruh ion senama memperkecil kelarutan.

2

2

2

2

2

2

1

2

2

2

Skor = 26

128

10. Jika diketahui

kelarutan Ag2CrO4

dalam air murni yaitu

8,43 x 10-5

mol L-1

pada 250C. Tentukan

bagaimana pengaruh

ion senama Ag dari

kelarutan Ag2CrO4

yang dilarutkan

dalam larutan AgNO3

0,1 M. (Ksp Ag2CrO4

= 2,4 x 10-12

)

10. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui: s Ag2CrO4 dalam air = 8,43 x 10-5

mol L-1

T = 250C

Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x 10-12

Ditanya : pengaruh ion senama Ag dari kelarutan

Ag2CrO4 yang dilarutkan dalam larutan AgNO3 0,1 M

…?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3

0,1 M digunakan rumus hubungan Ksp dengan

kelarutan yaitu Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]

2[CrO4

2-].

Diperlukan data tambahan untuk menghitung

kelarutan dalam larutan AgNO3 0,1 M

konsentrasi Ag+ dan CrO4

2- dalam larutan

AgNO3.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

AgNO3 dengan nilai kelarutan dalam air

sehingga diperoleh bagaimana pengaruh ion

senama terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Larutan AgNO3 mengandung 0,1 M mengandung ion

Ag+ dan 0,1M ion NO3

-

AgNO3 Ag+

+ NO3-

0,1M 0,1M 0,1M

2

1

4

2

2

129

Ag2CrO4(s) 2Ag+

(aq) + CrO42-

(aq)

s 2s s

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]

2[CrO4]

-

2,4 ×10-12

= (0,1)2(s)

2,4 ×10-12

= 0,01 s

s = 2,4 ×10-10

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan Ag2CrO4

dalam larutan AgNO3 0,1M = 2,4 ×10-10

mol L-1

, kira-

kira 351 ribu kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya

dalam air murni, jadi pengaruh ion senama memperkecil

kelarutan.

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 24

11. Jika diketahui

hasil kali kelarutan

PbBr2 ialah 8,9 x 10-

6. Bagaimana

pengaruh ion senama

Br dari kelarutan

PbBr2 yang

dilarutkan dalam

larutan KBr 0,20 M.

11. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp PbBr2 = 8,9 x 10-6

Ditanya : pengaruh ion senama Br dari kelarutan PbBr2

yang dilarutkan dalam larutan KBr 0,20 M …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Menghitung s PbBr2 dalam air dan s PbBr2

dalam larutan KBr 0,02 M digunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp

PbBr2 = [Pb2+

]Br-]

2 . Diperlukan data tambahan

untuk menghitung kelarutan dalam air maupun

2

1

4

130

dalam larutan KBr 0,02 M yaitu konsentrasi Pb2+

dan Br- dalam air maupun dalam larutan KBr.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

KBr, dengan nilai kelarutan dalam air sehingga

diperoleh bagaimana pengaruh ion senama

terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air

PbBr2 Pb2+

+ 2Br-

s s 2s

Ksp PbBr2 = [Pb2+

][Br-]

2

8,9 x 10-6

= (s)(2s)2

8,9 x 10-6

= 4s3

s = 1,3055 x 10-2

Dalam larutan KBr

KBr K+ + Br

-

0,2 M 0,2M 0,2 M

Ksp PbBr2 = [Pb2+

][Br-]

2

8,9 x 10-6

= (s)(0,2)2

8,9 x 10-6

= 0,04s

s = 2,225 x 10-4

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan PbBr2 dalam

2

2

2

2

1

2

2

2

2

2

1

2

2

131

larutan KBr 0,2M = 2,225 x 10-4

mol L-1

, kira-kira 57

kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air

murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil

kelarutan.

Skor = 31

12. Bagaimana

pengaruh ion senama

Cl dari kelarutan

AgCl yang dilarutkan

dalam larutan NaCl

0,1 M, jika diketahui

Ksp AgCl = 1 X 10-10

.

12. Tahap mencari dan memahami masalah:

Diketahui Ksp AgCl = 1 x 10-10

Ditanya pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl

yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0,1 M …?

Tahap menyusun strategi pemecahan yang baik:

Untuk menghitung s AgCl dalam air dan s AgCl

dalam larutan NaCl 0,1 M digunakan rumus

hubungan Ksp dengan kelarutan yaitu: Ksp AgCl

= [Ag+][Cl

-]. Diperlukan data tambahan untuk

menghitung kelarutan dalam air maupun dalam

larutan NaCl 0,1 M yaitu konsentrasi Ag+

dan Cl-

dalam air maupun dalam larutan NaCl.

Membandingkan nilai kelarutan dalam larutan

NaCl dengan nilai kelarutan dalam air sehingga

diperoleh bagaimana pengaruh ion senama

terhadap kelarutan nya.

Tahap mengeksplorasi solusi:

Dalam air

AgCl Ag+

+ Cl-

s s s

2

1

4

2

2

132

Ksp AgCl = [Ag+][Cl

-]

1 x 10-10

= (s)(s)

1 x 10-10

= s2

s = 1 x 10-5

Dalam larutan AgNO3

NaCl Na+ + Cl

-

0,1 M 0,1M 0,1M

Ksp AgCl = [Ag+][Cl

-]

1 x 10-10

= (s)(0,1)

1 x 10-10

= 0,1s

s = 1 x 10-9

Tahap memikirkan dan mendefinisikan kembali problem

dan solusi dari waktu ke waktu:

Dari hasil perhitungan diperoleh kelarutan AgCl dalam

larutan NaCl 0,1M = 1 x 10-9

mol L-1

, kira-kira 10 ribu

kali lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air

murni. Jadi, pengaruh ion senama memperkecil

kelarutan.

2

2

1

2

2

2

2

2

1

2

2

Skor = 31

133

Lampiran 5.KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL=================================

Jumlah Subyek= 17Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.763 Sangat Signifikan 2 2 0.349 - 3 3 0.786 Sangat Signifikan 4 4 0.651 Sangat Signifikan 5 5 0.660 Sangat Signifikan 6 6 0.320 - 7 7 0.484 Signifikan 8 8 0.460 - 9 9 0.338 - 10 10 0.400 - 11 11 0.032 - 12 12 0.515 Signifikan

Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:

df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208

Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

RELIABILITAS TES================

Rata2= 194.35Simpang Baku= 13.43KorelasiXY= 0.53Reliabilitas Tes= 0.70Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 Nurul anjar wati 88 99 187 2 2 Muthia Alvita 98 109 207 3 3 Lathifa Utami 96 98 194 4 4 Lia Agustina 78 103 181 5 5 Zagiyatul Nin... 96 101 197 6 6 Annisa Nur Asifa 93 97 190 7 7 Husnul Khotimah 98 108 206 8 8 Munirotus saadah 93 100 193 9 9 Dyah Fadjar 103 100 203 10 10 Annisa Mutian... 95 94 189 11 11 Fernando 100 111 211 12 12 Galih Ginajar 93 112 205 13 13 Mita 101 101 202 14 14 Fia Salsa 86 102 188 15 15 Ulfah 103 104 207 16 16 Siti Khoirunnisa 91 98 189 17 17 Nurul 74 81 155

KELOMPOK UNGGUL & ASOR

Page 1

Lampiran 5.======================

Kelompok UnggulNama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

1 2 3 4 5 No Urt 1 2 3 4 5 1 11 Fernando 211 11 9 20 24 22 2 2 Muthia Alvita 207 9 9 22 24 23 3 15 Ulfah 207 11 11 22 24 23 4 7 Husnul Khotimah 206 9 9 22 24 23 5 12 Galih Ginajar 205 9 11 22 24 22 Rata2 Skor 9.80 9.80 21.60 24.00 22.60 Simpang Baku 1.10 1.10 0.89 0.00 0.55

6 7 8 9 10 No Urt 6 7 8 9 10 1 11 Fernando 211 25 22 25 22 12 2 2 Muthia Alvita 207 23 22 25 22 12 3 15 Ulfah 207 23 22 21 22 13 4 7 Husnul Khotimah 206 23 22 25 22 11 5 12 Galih Ginajar 205 25 20 21 20 13 Rata2 Skor 23.80 21.60 23.40 21.60 12.20

Simpang Baku 1.10 0.89 2.19 0.89 0.84

11 12 No Urt 11 12 1 11 Fernando 211 3 16 2 2 Muthia Alvita 207 0 16 3 15 Ulfah 207 3 12 4 7 Husnul Khotimah 206 0 16 5 12 Galih Ginajar 205 0 18 Rata2 Skor 1.20 15.60 Simpang Baku 1.64 2.19

Kelompok AsorNama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

1 2 3 4 5 No Urt 1 2 3 4 5 1 16 Siti Khoirunnisa 189 9 11 22 22 22 2 14 Fia Salsa 188 9 9 20 22 19 3 1 Nurul anjar wati 187 9 9 20 24 23 4 4 Lia Agustina 181 5 5 13 24 19 5 17 Nurul 155 5 9 13 15 19 Rata2 Skor 7.40 8.60 17.60 21.40 20.40 Simpang Baku 2.19 2.19 4.28 3.71 1.95

6 7 8 9 10 No Urt 6 7 8 9 10 1 16 Siti Khoirunnisa 189 22 19 21 16 11 2 14 Fia Salsa 188 22 22 25 2 12 3 1 Nurul anjar wati 187 23 23 18 13 13 4 4 Lia Agustina 181 25 19 21 22 12 5 17 Nurul 155 22 18 17 16 11 Rata2 Skor 22.80 20.20 20.40 13.80 11.80

Simpang Baku 1.30 2.17 3.13 7.36 0.84

11 12 No Urt 11 12

Page 2

Lampiran 5. 1 16 Siti Khoirunnisa 189 3 11 2 14 Fia Salsa 188 14 12 3 1 Nurul anjar wati 187 0 12 4 4 Lia Agustina 181 0 16 5 17 Nurul 155 3 7 Rata2 Skor 4.00 11.60 Simpang Baku 5.79 3.21

DAYA PEMBEDA============

Jumlah Subyek= 17Klp atas/bawah(n)= 5Butir Soal= 12Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang BakuNama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%) 1 1 9.80 7.40 2.40 1.10 2.19 1.10 2.19 17.14 2 2 9.80 8.60 1.20 1.10 2.19 1.10 1.10 8.57 3 3 21.60 17.60 4.00 0.89 4.28 1.95 2.05 16.00 4 4 24.00 21.40 2.60 0.00 3.71 1.66 1.57 8.97 5 5 22.60 20.40 2.20 0.55 1.95 0.91 2.43 7.59 6 6 23.80 22.80 1.00 1.10 1.30 0.76 1.31 3.45 7 7 21.60 20.20 1.40 0.89 2.17 1.05 1.33 4.83 8 8 23.40 20.40 3.00 2.19 3.13 1.71 1.76 8.82 9 9 21.60 13.80 7.80 0.89 7.36 3.32 2.35 30.00 10 10 12.20 11.80 0.40 0.84 0.84 0.53 0.76 1.67 11 11 1.20 4.00 -... 1.64 5.79 2.69 -... -9.03 12 12 15.60 11.60 4.00 2.19 3.21 1.74 2.30 12.90

TINGKAT KESUKARAN=================

Jumlah Subyek= 17Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 61.43 Sedang 2 2 65.71 Sedang 3 3 78.40 Mudah 4 4 78.28 Mudah 5 5 74.14 Mudah 6 6 80.34 Mudah 7 7 72.07 Mudah 8 8 64.41 Sedang 9 9 68.08 Sedang 10 10 50.00 Sedang 11 11 8.39 Sangat Sukar 12 12 43.87 Sedang

KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL=================================

Jumlah Subyek= 17Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.763 Sangat Signifikan 2 2 0.349 -

Page 3

Lampiran 5. 3 3 0.786 Sangat Signifikan 4 4 0.651 Sangat Signifikan 5 5 0.660 Sangat Signifikan 6 6 0.320 - 7 7 0.484 Signifikan 8 8 0.460 - 9 9 0.338 - 10 10 0.400 - 11 11 0.032 - 12 12 0.515 Signifikan

Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:

df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208

Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

REKAP ANALISIS BUTIR=====================

Rata2= 194.35Simpang Baku= 13.43KorelasiXY= 0.53Reliabilitas Tes= 0.70Butir Soal= 12Jumlah Subyek= 17Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 2.19 17.14 Sedang 0.763 Sangat Signifikan 2 2 1.10 8.57 Sedang 0.349 - 3 3 2.05 16.00 Mudah 0.786 Sangat Signifikan 4 4 1.57 8.97 Mudah 0.651 Sangat Signifikan 5 5 2.43 7.59 Mudah 0.660 Sangat Signifikan 6 6 1.31 3.45 Mudah 0.320 - 7 7 1.33 4.83 Mudah 0.484 Signifikan 8 8 1.76 8.82 Sedang 0.460 - 9 9 2.35 30.00 Sedang 0.338 - 10 10 0.76 1.67 Sedang 0.400 - 11 11 -... -9.03 Sangat Sukar 0.032 - 12 12 2.30 12.90 Sedang 0.515 Signifikan

Page 4

Lampiran 5Lampiran 5Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda (Anates)

DATA MENTAH===========

Jumlah Subyek= 17Jumlah Butir Soal= 12Nama berkas: C:\USERS\ASEP\DOCUMENTS\ANATES...AUR

Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama|Skor Ideal -> 14 14 25 29 29 29 29 34 26 1 1 Nurul anjar wati 9 9 20 24 23 23 23 18 13 2 2 Muthia Alvita 9 9 22 24 23 23 22 25 22 3 3 Lathifa Utami 9 9 20 22 23 22 22 17 22 4 4 Lia Agustina 5 5 13 24 19 25 19 21 22 5 5 Zagiyatul Ningsih 9 9 20 24 23 23 21 21 20 6 6 Annisa Nur Asifa 9 9 19 24 23 23 20 17 22 7 7 Husnul Khotimah 9 9 22 24 23 23 22 25 22 8 8 Munirotus saadah 11 9 20 24 22 22 18 17 22 9 9 Dyah Fadjar 11 9 20 24 23 23 19 25 16 10 10 Annisa Mutiandini 9 9 20 15 23 23 18 24 22 11 11 Fernando 11 9 20 24 22 25 22 25 22 12 12 Galih Ginajar 9 11 22 24 22 25 20 21 20 13 13 Mita 9 11 20 22 23 22 20 17 22 14 14 Fia Salsa 9 9 20 22 19 22 22 25 2 15 15 Ulfah 11 11 22 24 23 23 22 21 22 16 16 Siti Khoirunnisa 9 11 22 22 22 22 19 21 16 17 17 Nurul 5 9 13 15 19 22 18 17 16

Nomor Nomor No. Butir Baru -----> 10 11 12 Urut Subyek No. Butir Asli ---> 10 11 12 Nama|Skor Ideal -> 24 31 31 1 1 Nurul anjar wati 13 0 12 2 2 Muthia Alvita 12 0 16 3 3 Lathifa Utami 12 0 16 4 4 Lia Agustina 12 0 16 5 5 Zagiyatul Ningsih 12 3 12 6 6 Annisa Nur Asifa 12 0 12 7 7 Husnul Khotimah 11 0 16 8 8 Munirotus saadah 12 0 16 9 9 Dyah Fadjar 12 14 7 10 10 Annisa Mutiandini 12 3 11 11 11 Fernando 12 3 16 12 12 Galih Ginajar 13 0 18 13 13 Mita 13 7 16 14 14 Fia Salsa 12 14 12 15 15 Ulfah 13 3 12 16 16 Siti Khoirunnisa 11 3 11 17 17 Nurul 11 3 7

Page 1

139

Lampiran 6

INSTRUMEN TES

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Nama :

Kelas :

Hari/Tanggal :

Petunjuk :

1. Berdoalah sebelum mengisi soal!

2. Bacalah soal dengan teliti, kemudian selesaikan lebih dahulu soal yang kamu

anggap mudah!

3. Dalam menjawab soal tuliskan apa yang diketahui, ditanya, rencana

penyelesaian, perhitungan dan kesimpulannya!

4. Periksalah kembali hasil kerjaanmu sebelum dikumpulkan!

5. Dilarang bekerja sama dengan teman!

__________________________________________________________________

1. Dalam 4 liter air pada 250C dapat larut sebanyak-banyaknya 13,28 gram

Ag2CrO4. Tentukan kelarutan Ag2CrO4. (Ar O =16; Cr = 52; Ag = 108)

2. Sebanyak 100 mL larutan jenuh magnesium flourida (MgF2) pada 180C

diuapkan dan diperoleh 7,6 mg MgF2 padat. Berapakah Ksp MgF2 pada

180C? (Ar Mg = 24; F = 19)

3. Apakah terbentuk endapan Ca(OH)2 jika 10 mL larutan CaCl2 0,2 M

dicampur dengan 10 mL larutan NaOH 0,02 M (Ksp Ca(OH)2 = 8 x 10-6

)

4. Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 x 10-12

. Tentukan:

a. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni

b. Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12.

c. Bagaimana pengaruh pH terhadap kelarutannya.

5. Bagaimana pengaruh ion senama Ag dari kelarutan AgCl yang dilarutkan

dalam AgNO3 0,01 M jika diketahui kelarutan AgCl dalam air murni 10-5

mol/L-1

.

6. Bagaimana pengaruh ion senama Cl dari kelarutan AgCl yang dilarutkan

dalam larutan NaCl 0,1 M, jika diketahui Ksp AgCl = 1 X 10-10

.

144

Lampiran 8

Hasil Belajar Dan Hasil Tes Level Metakognitif Siswa di SMA Negeri 9

Tangerang Selatan Kelas XI IPA 4

No Responden Hasil

Belajar

Hasil Tes Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan Kriteria Level Metakognitif

1 Siswa 1 93 82.55 Tinggi Reflective Use

2 Siswa 2 88 81.21 Tinggi Reflective Use

3 Siswa 3 88 75.81 Tinggi Strategic Use

4 Siswa 4 85 70.47 Sedang Strategic Use

5 Siswa 5 85 80.54 Tinggi Reflective Use

6 Siswa 6 85 76.51 Tinggi Reflective Use

7 Siswa 7 85 77.85 Tinggi Reflective Use

8 Siswa 8 85 77.18 Tinggi Reflective Use

9 Siswa 9 85 69.13 Sedang Strategic Use

10 Siswa 10 84 64.43 Sedang StrategicUse

11 Siswa 11 83 60.40 Sedang StrategicUse

12 Siswa 12 83 67.11 Sedang StrategicUse

13 Siswa 13 80 58.39 Sedang StrategicUse

14 Siswa 14 80 58.39 Sedang StrategicUse

15 Siswa 15 80 57.72 Sedang StrategicUse

16 Siswa 16 80 58.39 Sedang StrategicUse

17 Siswa 17 80 55.03 Sedang StrategicUse

18 Siswa 18 75 55.03 Sedang StrategicUse

19 Siswa 19 75 49.66 Sedang StrategicUse

20 Siswa 20 75 46.31 Sedang StrategicUse

21 Siswa 21 68 50.24 Sedang StrategicUse

22 Siswa 22 65 35.57 Sedang StrategicUse

23 Siswa 23 65 42.28 Sedang StrategicUse

24 Siswa 24 65 42.28 Sedang StrategicUse

25 Siswa 25 60 36.91 Sedang StrategicUse

26 Siswa 26 60 38.93 Sedang StrategicUse

27 Siswa 27 60 35.57 Sedang StrategicUse

28 Siswa 28 60 35.57 Sedang Aware Use

29 Siswa 29 60 32.89 Rendah Aware Use

30 Siswa 30 60 32.89 Rendah Aware Use

31 Siswa 31 58 26.17 Rendah Aware Use

32 Siswa 32 55 19.46 Rendah Aware Use

33 Siswa 33 55 14.76 Rendah Aware Use

Jumlah 2445 1763.77 - -

Rata-rata 74.09 53.51 Sedang Strategic Use

SD 19.08 - -

145

Lampiran 9

Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Tiap kelompok

1. Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Kelompok Tinggi

No Responden

Hasil Tes

Kelarutan dan

Hasil Kali

Kelarutan

Kriteria Level Metakognitif

1 Siswa 1 82.55 Tinggi Reflective Use

2 Siswa 2 81.21 Tinggi Reflective Use

3 Siswa 3 75.81 Tinggi Strategic Use

4 Siswa 4 70.47 Sedang Strategic Use

5 Siswa 5 80.54 Tinggi Reflective Use

6 Siswa 6 76.51 Tinggi Reflective Use

7 Siswa 7 77.85 Tinggi Reflective Use

8 Siswa 8 77.18 Tinggi Reflective Use

9 Siswa 9 69.13 sedang Strategic Use

Rata-rata 76.80 Tinggi Reflective Use

2. Hasil Tes Level Metakognitif Kelompok Sedang

No Responden

Hasil Tes

Kelarutan dan

Hasil Kali

Kelarutan

Kriteria Level Metakognitif

1 Siswa 10 64.43 Sedang Strategic Use

2 Siswa 11 60.40 Sedang Strategic Use

3 Siswa 12 67.11 Sedang Strategic Use

4 Siswa 13 58.39 Sedang Strategic Use

5 Siswa 14 58.39 Sedang Strategic Use

6 Siswa 15 57.72 Sedang Strategic Use

7 Siswa 16 58.39 Sedang Strategic Use

8 Siswa 17 55.03 Sedang Strategic Use

9 Siswa 18 55.03 Sedang Strategic Use

10 Siswa 19 49.66 Sedang Strategic Use

11 Siswa 20 46.31 Sedang Strategic Use

12 Siswa 21 50.24 Sedang Strategic Use

13 Siswa 22 35.57 Sedang Strategic Use

14 Siswa 23 42.28 Sedang Strategic Use

15 Siswa 24 42.28 Sedang Strategic Use

Rata-rata 53.42 Sedang Strategic Use

146

3. Hasil Tes Level Metakognitif Kelompok Rendah

No Responden

Hasil Tes

Kelarutan dan

Hasil Kali

Kelarutan

Kriteria Level Metakognitif

1 Siswa 25 36.91 Sedang Strategic Use

2 Siswa 26 38.93 Sedang Strategic Use

3 Siswa 27 36.91 Sedang Strategic Use

4 Siswa 28 34.23 Sedang Aware Use

5 Siswa 29 32.89 Rendah Aware Use

6 Siswa 30 32.89 Rendah Aware Use

7 Siswa 31 26.17 Rendah Aware Use

8 Siswa 32 19.46 Rendah Aware Use

9 Siswa 33 14.76 Rendah Aware Use

Rata-rata 30.55 Rendah Aware Use

147

Lampiran 10

Hasil Tes Level Metakognitif Siswa Per-Butir Soal

Siswa

Level Metakognitif Kesimpulan Level

Metakognitif

Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6

Siswa 1 Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use

Siswa 2 Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use

Siswa 3 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use

Siswa 4 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use

Siswa 5 Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Reflective Use Reflective Use

Siswa 6 Reflective Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use

Siswa 7 Reflective Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use

Siswa 8 Reflective Use Reflective Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Reflective Use

Siswa 9 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use

Siswa 10 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use

Siswa 11 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use Strategic Use Strategic Use

148

Siswa 12 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Strategic Use Strategic Use Strategic Use

Siswa 13 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use

Siswa 14 Reflective Use Aware Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use

Siswa 15 Reflective Use Strategic Use Reflective Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use

Siswa 16 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use Aware Use Strategic Use

Siswa 17 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use

Siswa 18 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Strategic Use - Strategic Use

Siswa 19 Reflective Use Aware Use Strategic Use Strategic Use - - Strategic Use

Siswa 20 Reflective Use Strategic Use Strategic Use - Aware Use - Strategic Use

Siswa 21 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use Reflective Use - Strategic Use

Siswa 22 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use

Siswa 23 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use

Siswa 24 Reflective Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use

Siswa 25 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use

Siswa 26 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use

Siswa 27 Strategic Use Strategic Use Strategic Use Aware Use - - Strategic Use

Siswa 28 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use

149

Siswa 29 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use

Siswa 30 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use

Siswa 31 Strategic Use Aware Use Strategic Use Aware Use - - Aware Use

Siswa 32 Strategic Use Strategic Use Aware Use - - - Aware Use

Siswa 33 Strategic Use Aware Use - - - - Aware Use

160

Lampiran 11

Foto Penelitian