Menilai Perkembangan Metakognitif Siswa dalam Belajar Matematika

11

Transcript of Menilai Perkembangan Metakognitif Siswa dalam Belajar Matematika

1

MENILAI PERKEMBANGAN METAKOGNITIF SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA1

Oleh: Rahmah Johar2 dan Meliyana3

Abstrak

Pembelajaran matematika tidak hanya ditekankan pada pengetahuan faktual dan keterampilan prosedural, namun dibutuhkan juga pemahaman matematika yang dapat membuat belajar lebih bermakna. Untuk itu, siswa tidak cukup hanya memiliki kemampuan menghitung (proses kognisi), tetapi juga kemampuan lain, seperti memonitor dan mengontrol (aktifitas metakognisi) pada setiap tahapan yang dilakukan. Aktifitas metakognisi ini sering kurang dikembangkan secara baik oleh guru dalam pembelajaran sehingga perkembangan metakognisi siswa berlangsung secara alami. Oleh karena itu dibutuhkan upaya guru untuk meningkatkan perkembangan metakognisi siswa dengan cara memilih model pembelajaran yang dapat mendorong kemampuan metakognisi siswa dan mengembangkan instrumen untuk menilai perkembangan metakognisi siswa. Makalah ini akan membahas tentang instrumen untuk menilai perkembangan metakognisi siswa dan hasil penelitian tentang perkembangan metakognisi siswa melalui model pembelajaran kooperatif pada materi kesebangunan di kelas IX SMP Negeri 8 Banda Aceh. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas. Data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan metakognitif siswa selama proses belajar melalui model pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Kata kunci: metakognitif, perkembangan metakognitif PENDAHULUAN Banyak upaya yang telah dan sedang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti menerapkan model ataupun pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Khusus untuk pembelajaran matematika, pembelajaran matematika tidak hanya ditekankan pada pengetahuan faktual dan keterampilan prosedural, namun dibutuhkan juga pemahaman matematika yang dapat membuat belajar lebih bermakna. Untuk itu, siswa tidak cukup hanya memiliki kemampuan menghitung (proses kognisi), tetapi juga kemampuan lain, seperti memonitor dan mengontrol (aktifitas metakognisi) pada setiap tahapan yang dilakukan. Aktifitas metakognisi ini sering kurang dikembangkan secara baik oleh guru dalam pembelajaran sehingga perkembangan metakognisi siswa berlangsung secara alami. Oleh karena itu dibutuhkan upaya guru untuk meningkatkan perkembangan metakognisi siswa dengan cara memilih model pembelajaran yang dapat mendorong kemampuan metakognisi siswa dan mengembangkan instrumen untuk menilai perkembangan metakognisi siswa. 1 Disampaikan pada Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan di Aula Gedung Baru FKIP Unsyiah pada

tanggal 24 Juni 2010 2 Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 3 Guru MTsN Model Meulaboh 1, Aceh Barat

Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Johar (2006:30) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivis. Teori pembelajaran konstruktivis pada dasarnya menekankan pada siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai pada pembelajaran yang berpusat pada siswa(student centered) dibandingkan pembelajaran yang menjadikan kompetensi sebagi acuan pencapaian tujuan pendidikan (Competency Based Curriculum) dan bukan semata-mata pada pembelajaran yang berpusat pada produk (Product Oriented Instruction).

Banyak perbedaan pendapat diantara para ahli dalam mengartikan metakognisi. Secara umum metakognisi merupakan pengetahuan seseorang dan kontrol terhadap proses-proses kognitif yang dimilikinya (Baker dan Anderson dalam www.damandiri.or.id). Bruning, et al (1995:99) menyatakan bahwa “metacognition refers to knowledge people have about their own thought processes” metakognisi berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang proses berfikir mereka sendiri. Untuk lebih jelas, dalam makalah ini pengertian metakognisi merujuk pada pendapat Burns, et al (1986) yang menyatakan bahwa, metakognitif mencakup; mengetahui apa yang sudah diketahui/dimiliki, mengetahui ketika mengerti/ memahami hal baru dari apa yang baru selesai dibaca, mengetahui bagaimana pemahaman itu dapat dicapai, dan mengetahui mengapa sesuatu/ hal tersebut dapat/ tidak dapat dipahami. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan selalu melaksanakan pembimbingan siswa kearah ini sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan (www.afakhriati.wordpress.com).

Untuk menilai kemampuan metakognisi seseorang, NCREL (dalam www.damandiri.or.id) mengidentifikasi indikator-indikator metakognisi dan membaginya menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Mengembangkan rencana aksi, meliputi pertanyaan-pertanyaan:

a. Pengetahuan awal apakah yang akan menolongku mengerjakan tugas-tugas? b. Dengan cara apakah saya mengarahkan pikiranku? c. Pertama kali saya harus melakukan apa? d. Mengapa saya membaca bagian ini? e. Berapa lama saya menyelesaikan tugas ini?

2. Memantau rencana aksi, meliputi pertanyaan-pertanyaan: a. Bagaimana saya melakukan aksi? b. Apakah saya berada pada jalur yang benar? c. Bagaimana seharusnya saya melakukan? d. Informasi apakah yang penting untuk diingat? e. Haruskah saya melakukan dengan cara berbeda? f. Haruskah saya menyesuaikan langkah-langkah aksi dengan tingkat kesukaran ? g. Jika tidak memahami, apakah yang perlu dilakukan?

3. Mengevaluasi rencana aksi, meliputi pertanyaan-pertanyaan: a. Seberapa baik saya telah melakukan aksi?

b. Apakah cara berpikirku menghasilkan lebih banyak atau kurang sesuai dengan harapanku?

c. Apakah saya telah melakukan secara berbeda? d. Bagaimana saya menerapkan cara berpikir ini terhadap masalah yang lain? e. Apakah saya perlu kembali mengerjakan tugas ini untuk mengisi kekosongan

pemahamanku? Dalam penelitian ini, untuk menilai kemampuan metakognisi siswa dibatasi

untuk empat pertanyaan berikut. 1. Apa yang kamu lakukan saat mengerjakan soal ini? 2. Dengan cara apakah kamu menyelesaikan soal-soal ini? Apakah ada cara yang

lain? 3. Jika kamu tidak memahami apa yang telah dipelajari, apa yang kamu lakukan? 4. Apakah kamu selalu memeriksa kembali langkah-langkah penyelesaian tugas

yang diberikan oleh guru? mengapa? Menurut MKPBM (2001:96), beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk

menolong anak mengembangkan kesadaran metakognisinya antara lain melalui kegiatan-kegiatan berikut ini: 1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang berfokus pada apa dan mengapa seperti “apa

yang kamu lakukan saat mengerjakan soal ini?”, “kesalahan apa yang sering kamu lakukan dalam mengerjakan soal ini?”, “mengapa?”, “apa yang kamu lakukan jika kamu menghadapi jalan buntu dalam menyelesaikan masalah?”, “apakah cara ini dapat membantu kamu?”, “mengapa kamu harus memeriksa kembali pekerjaan yang sudah selesai?”, “pemecahan masalah apa yang menurut kamu paling mudah/sukar?”, “mengapa?”;

2. Kembangkan berbagai aspek pemecahan masalah yang dapat meningkatkan prestasi anak, seperti: suatu masalah dapat diselesaikan dalam beberapa alternatif penyelesaian, masalah tertentu memerlukan waktu lama untuk diselesaikan, dan tidak selamanya masalah itu memuat informasi yang lengkap;

3. Dalam proses pemecahan suatu masalah, anak harus secara nyata melakukannya secara mandiri atau berkelompok sehingga mereka merasakan langsung liku-liku proses untuk menuju pada suatu penyelesaian.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan metakognitif siswa melalui model pembelajaran kooperatif pada materi kesebangunan di kelas IX SMP Negeri 8 Banda Aceh. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK terdiri dari beberapa siklus. Oleh karena itu data tentang perkembangan metakognitif siswa yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan pada setiap siklus. Proses pengamatan berlangsung selama pelaksanaan kegiatan di setiap siklus. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh satu orang mahasiswa prodi pendidikan matematika FKIP Unsyiah. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Makalah ini

hanya membahas tentang hasil pengamatan dan refleksi terhadap perkembangan metakognitif siswa.

Penelitian dilaksanakan di kelas IX SMP Negeri 8 Banda Aceh. Siswa yang diamati perkembangan metakognitifnya sebanyak 6 orang. Data perkembangan metakognitif siswa dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif berupa rata-rata dari jawaban siswa terhadap empat pertanyaan metakognitif yang telah dijelaskan pada bagian pendahuluan. Kriterian penskoran kemampuan metakognitif adalah sebagai berikut.

Skor 0: siswa tidak memberikan jawaban Skor 1: siswa memberikan jawaban tidak sesuai sesuai dengan yang diharapkan Skor 2: siswa memberikan jawaban sebagian kecil sesuai dengan yang

diharapkan Skor 3: siswa memberikan jawaban sekitar setengah yang sesuai dengan yang

diharapkan Skor 4: siswa memberikan jawaban hampir sesuai dengan yang diharapkan Skor 5: siswa memberikan jawaban sesuai dengan yang diharapkan Kriteria kemampuan metakognitif siswa dilihat dari rata-rata skor kemampuan

metakognitif (RKM) siswa sebagai berikut. 1,00 ≤ RKM < 1,50 tidak baik 1,50 ≤ RKM < 2,50 kurang baik 2,50 ≤ RKM < 3,50 cukup baik 3,50 ≤ RKM < 4,50 baik 4,50 ≤ RKM ≤ 5,00 sangat baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Adapun hasil penelitian dan pembahasan diuraikan pada setiap pertemuan sebagai berikut.

a. Hasil Pengamatan Perkembangan Metakognitif Siswa Pertemuan Pertama

Hasil pengamatan perkembangan metakognitif siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari lembar metakognitif dapat dilihat secara ringkas pada tabel berikut. Tabel Perkembangan Metakognitif Siswa pada Pertemuan I

No. Nama Siswa Rata-rata Kemampuan

Metakognitif Siswa pada Pertemuan I

Kategori

1. Muhammad Arif 3,5 Baik 2. Ferizal 3,25 Cukup Baik 3. Yuyun Maghfirah 3,25 Cukup Baik 4. Yuni murfira 3,25 Cukup Baik 5. M. Shaleh 2,25 Kurang Baik 6. Siti Maghfirah 2,25 Kurang Baik

Berdasarkan tabel di atas, perkembangan metakognitif siswa pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa satu orang siswa mempunyai kemampuan metakognitif baik, tiga orang cukup baik dan dua orang dalam kategori kurang baik.

Berdasarkan analisis deskriptif kemampuan metakognitif, pada pertemuan pertama diperoleh hanya satu orang siswa yang mempunyai kemampuan metakognitif pada kategori baik, tiga orang siswa pada kategori cukup baik, dan dua orang siswa pada kategori kurang baik. Berdasarkan hasil jawaban siswa pada lembar pertanyaan metakognitif, pada pertanyaan “jika kamu tidak memahami apa yang telah dipelajari, apa yang kamu lakukan?” sebagian besar siswa menjawab mereka akan bertanya kepada guru jika tidak memahami apa yang telah dipelajari atau bertanya kepada teman yang lebih mengerti. Sedangkan pada pertanyaan “apakah kamu selalu memeriksa kembali langkah-langkah penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru? mengapa?” sebagian besar siswa menjawab “ya, mereka selalu memeriksa kembali langkah-langkah penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru karena mereka takut tugas yang dikerjakan terdapat kesalahan atau kesilapan dan memeriksa kembali tugas tersebut dapat membantu memahami apa yang telah dipelajari. Pada pertanyaan “apa yang kamu lakukan saat mengerjakan soal ini?” kebanyakan siswa belum terarah dalam menjawab pertanyaan tersebut. Hanya beberapa siswa yang menjawab membaca dengan baik soal yang diberikan dan memperhatikan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal. Oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru perlu memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam melaksanakan tugasnya bersama dengan anggota kelompok yang lain dan mendorong siswa memberikan jawaban yang lebih bervariasi dalam menjawab lembar pertanyaan metakognitif.

Guru juga perlu memberikan tugas rumah kepada siswa, yaitu meminta siswa membaca tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke pertemuan II. b. Hasil Pengamatan Perkembangan Metakognitif Siswa Pertemuan Kedua

Hasil pengamatan perkembangan metakognitif siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari lembar metakognitif dapat dilihat secara ringkas pada tabel berikut. Tabel Perkembangan Metakognitif Siswa pada Pertemuan II

No. Nama Siswa Rata-rata Kemampuan

Metakognitif Siswa pada Pertemuan II

Kategori

1. Muhammad Arif 4 Baik

2. Ferizal 3,5 Baik

3. Yuyun Maghfirah 3,25 Cukup Baik

4. Yuni murfira 3,25 Cukup Baik

5. M. Shaleh 2,5 Kurang Baik

6. Siti Maghfirah 2,5 Kurang Baik

Berdasarkan tabel di atas, hasil pengamatan perkembangan metakognitif siswa pada pertemuan kedua menunjukkan bahwa dua orang siswa mempunyai kemampuan metakognitif baik, dua orang cukup baik dan dua orang dalam kategori kurang baik.

Berdasarkan analisis deskriptif kemampuan metakognitif, pada pertemuan kedua diperoleh dua orang siswa yang mempunyai kemampuan metakognitif pada kategori baik, dua orang siswa pada kategori cukup baik, dan dua orang siswa pada kategori kurang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada kemampuan metakognitif siswa. Hal ini berdasarkan hasil jawaban siswa pada lembar pertanyaan metakognitif yang lebih bervariasi dari jawaban pada pertemuan pertama, pada pertanyaan “jika kamu tidak memahami apa yang telah dipelajari, apa yang kamu lakukan?” sebagian besar siswa menjawab mereka akan bertanya kepada guru jika tidak memahami apa yang telah dipelajari dan bertanya kepada teman yang lebih mengerti. Ada juga beberapa siswa yang menjawab membuka kembali catatan atau buku teks jika tidak memahami apa yang telah dipelajari. Sedangkan pada pertanyaan “apakah kamu selalu memeriksa kembali langkah-langkah penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru? mengapa?” sebagian besar siswa menjawab “ya, mereka selalu memeriksa kembali langkah-langkah penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru karena mereka takut tugas yang dikerjakan terdapat kesalahan atau kesilapan dan memeriksa kembali tugas tersebut dapat membantu memahami apa yang telah dipelajari”. Pada pertanyaan ”apa yang kamu lakukan saat mngerjakan soal ini?” siswa memberikan jawaban yang lebih variatif. Ada beberapa siswa menjawab yang dilakukan pertama kali pada saat mngerjakan soal adalah membaca soal yang diberikan, memperhatikan gambar yang diberikan, memahami apa yang ditanyakan, dan membuka kembali buku catatan/buku teks jika tidak memahami apa yang ditanyakan. Oleh karena itu pada pertemuan berikutnya guru perlu memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam melaksanakan tugasnya bersama dengan anggota kelompok yang lain.

Selain itu guru juga perlu memotivasi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan metakognitif siswa dengan merangsang cara berfikir mereka dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan mereka menyelesaikan suatu masalah. Guru juga perlu memberikan tugas rumah kepada siswa, yaitu meminta siswa membaca tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke pertemuan III.

c. Hasil Pengamatan Perkembangan Metakognitif Siswa Pertemuan Ketiga

Hasil pengamatan perkembangan metakognitif siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari lembar metakognitif dapat dilihat secara ringkas pada tabel berikut.

Tabel Perkembangan Metakognitif Siswa pada Pertemuan III

No. Nama Siswa Rata-rata Kemampuan

Metakognitif Siswa pada Pertemuan III

Kategori

1. Muhammad Arif 4 Baik

2. Ferizal 3,5 Baik

3. Yuyun Maghfirah 3,25 Cukup Baik

4. Yuni murfira 3,25 Cukup Baik

5. M. Shaleh 2,5 Kurang Baik

6. Siti Maghfirah 2,5 Kurang Baik Berdasarkan tabel di atas, hasil pengamatan perkembangan metakognitif

siswa pada pertemuan ketiga menunjukkan bahwa dua orang siswa mempunyai kemampuan metakognitif baik, dua orang cukup baik dan dua orang dalam kategori kurang baik.

Berdasarkan analisis deskriptif kemampuan metakognitif, pada pertemuan ketiga diperoleh keenam orang siswa mempunyai kemampuan metakognitif pada kategori baik, hal ini berdasrkan jawaban siswa pada lembar metakognitif lebih variatif dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika siswa selalu dimotivasi kemampuan metakognitifnya dengan berbagai pertanyaan yang dapat merangsang cara berpikir mereka maka akan terdapat peningkatan pada kemampuan metakognitifnya.

Berdasarkan pengamatan pada RPP I hingga RPP III diketahui bahwa metakognitif dapat dilatih, hal ini sesuai dengan pendapat Nur (dalam Nurdin:2007) menyatakan bahwa mengajarkan strategi-strategi metakognitif dapat membawa ke arah peningkatan hasil belajar mereka secara nyata. Lebih jauh dijelaskan bahwa penguasaan siswa atas suatu bacaan lebih baik jika mereka diajarkan untuk bertanya pada mereka sendiri pertanyaan-pertanyaan siapa, apa, dimana, dan bagaimana pada saat mereka membaca.

PENUTUP

Perkembangan metakognitif siswa selama proses belajar melalui model pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Dengan demikian metakognitif dapat dilatihkan. Oleh karena itu, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif sambil melakukan aktifitas metakognitif. Guru hendaknya memberikan dorongan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan metakognitif mereka.

DAFTAR PUSTAKA Baker dan Anderson dalam www.damandiri.or.id. Diakses tanggal 3 Maret 2008 Bruning, et al (1995) Cognitive Psychology and Instruction. USA Burns, et al (1986) dalam www.afakhriati.wordpress.com. Diakses tanggal 3 Maret

2008 Johar (2006). Strategi Belajar Mengajar. FKIP Unsyiah Meliyana (2008). Perkambangan Metakognitif Siswa melalui Model Pembelajaran

Kooperatif pada Materi Kesebangunan di Kelas IX SMP Negeri 8 Banda Aceh. Skripsi: Universitas Syiah Kuala

MKPBM (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-

Universitas Pendidikan Indonesia Nurdin (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika yang

Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Negeri Makassar

REL (dalam www.damandiri.or.id) Diakses tanggal 3 Maret 2008