MENILAI SIFAT TANAH UNTUK PRODUKSI TANAMAN TEH DI DAERAH TROPIS

32
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari empat komponen yaitu mineral 45 %, air 25 %, udara 25 %, dan bahan organik 5 %. Dalam bidang pertanian ilmu tanah sangat penting untuk dipelajari dan diketahui, karena tanah merupakan salah satu komponen kehidupan makhluk hidup terutama tumbuhan. Tanah merupakan media tumbuh bagi tumbuhan yang ada di bumi ini, sebagai tempat berpijak manusia dan hewan, serta sebagai tempat hidup organisme tanah. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi fisik, kimia, dan bioligi tanah baik. Tanaman yang tumbuh terjadi karena adanya interaksi antara tanah dan tumbuhan, dimana tanah menopang tumbuhan dan menyediakan segala kebutuhan tumbuhan. Tanaman memiliki akar yang berfungsi untuk menyerap unsur hara makro dan mikro, air, udara dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang berperan penting dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Ilmu tanah yang dipelajari memiliki hubungan yang sangat erat dengan cabang ilmu lain seperti Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah, mengenai pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika

Transcript of MENILAI SIFAT TANAH UNTUK PRODUKSI TANAMAN TEH DI DAERAH TROPIS

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari

empat komponen yaitu mineral 45 %, air 25 %, udara 25

%, dan bahan organik 5 %. Dalam bidang pertanian ilmu

tanah sangat penting untuk dipelajari dan diketahui,

karena tanah merupakan salah satu komponen kehidupan

makhluk hidup terutama tumbuhan. Tanah merupakan media

tumbuh bagi tumbuhan yang ada di bumi ini, sebagai

tempat berpijak manusia dan hewan, serta sebagai tempat

hidup organisme tanah. Tumbuhan dapat tumbuh dengan

baik apabila kondisi fisik, kimia, dan bioligi tanah

baik. Tanaman yang tumbuh terjadi karena adanya

interaksi antara tanah dan tumbuhan, dimana tanah

menopang tumbuhan dan menyediakan segala kebutuhan

tumbuhan. Tanaman memiliki akar yang berfungsi untuk

menyerap unsur hara makro dan mikro, air, udara dari

dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam

tanah terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang

berperan penting dalam penyediaan unsur hara bagi

tanaman. Ilmu tanah yang dipelajari memiliki hubungan

yang sangat erat dengan cabang ilmu lain seperti

Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai aspek

geologi tanah, mengenai pembentukan tanah

(pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika

dan kimia), dan klasifikasi tanah. Edaphologi, yaitu

ilmu yang mempelajari hubungan air, tanah, dan tanaman

mengenai sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

Teh (Camelia sinensis) merupakan komoditas tanaman

perkebunan yang dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi

menjadi minuman. Indonesia merupakan salah satu negara

yang mengandalkan beberapa komoditas perkebunan yang

salah satunya adalah teh. Teh merupakan salah satu

komoditas perkebunan yang sudah dikembangkan di

indonesia sebagai negara tropis dan telah menembus

pasaran internasional, teh di ekspor keberbagai negara

besar eropa seperti jerman. Teh selama ini telah mampu

memberikan dampak positif terhadap penambahan devisa

negara, sebagai salah satu sasaran utama yang ingin

dicapai dalam sektor komoditas non-migas. Produksi dan

pengembangan komoditas teh merupakan salah satu core

businnes suatu perkebunan. Pengembangan produk unggulan

terus dilakukan seiring dengan upaya pemerintah untuk

terus mendorong penguatan perekonomian nasional. Dengan

adanya peningkatan dan upaya menjaga kualitas teh tetap

baik dengan pengembangan komoditas teh yang unggul

merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

meningkatkan daya saing perekonomian.

Teh merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari

daerah sub tropis diduga berasal dari pegunungan

Himalaya. Tanaman teh dapat tumbuh baik bila ditanam di

dataran tinggi baik daerah tropis maupun sub tropis

pada ketinggian 800 – 1200 Mdpal. Tanah yang cocok

untuk tanaman teh adalah tanah yang subur dengan

kemasaman tanah 4,5 – 6,0. Tanah yang baik untuk

pertanaman teh yaitu tanah andisol, yaitu tanah yang

berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan dari

letusan gunung berapi, batuapung, sinder, lava, dan

sebagainya. Permasalahan dalam pengembangan teh pada

daerah tropis merupakan salah satu hal yang perlu

diperhatikan. Masalah tersebut dapat berupa sifat tanah

(fisik, kimia, dan biologi).

1. Kondisi cuaca

Terhambatnya kegiatan produksi, seringkali

disebabkan oleh cuaca hujan. Jika hujan deras, para

pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi secara

ptimal, khususnya pada pemetikan pucuk teh segar

dilapangan. Hasil dari pemetikan the tersebut akan

mengandung banyak air yang meneybabkan selisih

timbangan dilapangan dan di pabrik.

2. Kondisi Iklim

Kondisi iklim yang tidak mendukung seringkali

menjadi penyebab dalam produktivitas teh yang

berfluktuasi dan cenderung menurun yaitu pada produksi

pucuk dan the basah yang pada akhirnya berdampak pada

teh jadi yang dihasilkan. Namun pada dasarnya faktor

produksi dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

1. Fixed Input yaitu faktor-faktor yang tidak dapat

dirubah dengan segera untuk memenuhi faktor-faktor

produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya : tanah,

gedung mesin dan sebagainya.

2. Variable Input yaitu faktor-faktor produksi yang

dapat dirubah dengan segera sesuai dengan perubahn

produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya: bahan

mentah, tenaga kerja, dan lain-lain.

Selain itu pengaruh terhadap produksi teh di

daerah tropika yaitu mengenai lahan (tanah) terutama

ditinjau dari sudut luas lahan dan tingkat

kesuburannya. Namun pada umumnya lahan untuk perkebunan

teh baik di pulau jawa atau sumatera kondisi tanah nya

sudah mendukung baik dari segi kesuburan maupun luas

lahannya. Mungkin lahan di daerah pulau jawa lebih

subur dibanding pulau sumatera karena pulau jawa

terdapat banyak pegunungan dan gunung berapai, dimana

tanah yang baik untuk komoditas teh adalah tanah

andisol yaitu tanah yang berasal dari letusan gunung

berapi dari abu vulkanik. Selanjutnya faktor pemberian

pupuk juga tidak kalah pentingnya dibanding kedua

faktor produksi yang telah disebutkan diatas. Pemupukan

pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kandungan

unsur hara mikro dan makro dalam tanah untuk

meningkatkan produksi tanaman, karena pupuk dianggap

sebagai nutrisi bagi tanaman sehingga akan mempengaruhi

hasil yang diperoleh. Penggunaan pupuk secara tepat dan

teratur akan dapat meningkatkan hasil produksi baik

secara kualitas maupun kuantitasnya.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui masalah produksi tanaman teh pada

iklim tropis

2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi tanah terhadap

produksi tanaman teh.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi tanaman teh

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /

dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Theales

Famili : Theaceae 

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis (L.)O.K

Tanaman teh merupakan tanaman perdu subtropis yang

selalu berdaun hijau. Secara umum, lingkungan fisik

yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah

keadaan iklim dan tanah. Tanaman teh tidak tahan

terhadap kekeringan, yang dapat mengakibatkan produksi

dan produktivitas tanaman teh menurun. Menurut tanaman

Rahman et al (2010), klon jenis asam yang kebanyakan

tanaman di daerah tropis mempunyai hasil ekonomis yang

tinggi akan tetapi tidak toleran terhadap cuaca

ekstrim. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan

melakukan seleksi klon klon teh yang tahan terhadap

cekaman kekeringan sehingga adanya perubahan iklim

global tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman

teh.

2.2 Tekstur Tanah

Sifat fisik tanah yaitu sifat yang berhubungan

dengan elemen penyusunan massa tanah yang ada. Dalam

keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian

yaitu butiran padat (solid), bagian air (water) dan

bagian udara (air). Keberadaan materi air dan udara

biasanya menempati pada ruangan antara butiran atau

pori pada massa tanah tersebut. Berat tanah memiliki

hubungan yang erat dengan volume tanah dalam tiga fase

yang dipisahkan yaitu berupa butiran padat, air dan

udara (Das, 1998).

Tekstur tanah adalah perbandingan relative antara

tiga golongan fraksi tanah, yaitu pasir, debu, dan

lempung. Fraksi tanah dikelompokkan berdasarkan ukuran

tertentu yang dapat berupa tanah kasar ataupun tanah

yang halus. Pola sebaran tanah pada masing-masing

horizon memberikan ciri yang tidak sama yaitu semakin

dalam jeluk maka tekstur tanah yang dihasilkan akan

semaikn halus (Rajamuddin, 2009).

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir

pasir (diameter 2,00 - 0,05 mm), debu (0,005 - 0,02 mm)

dan liat (<0,002 mm) di dalam tanah. Tekstur tanah

adalah sifat tanah yang sangat penting yang

mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah yang

berguna bagi penetrasi akar dan kemampuan pengikatan

air oleh tanah. Oleh sebab itu, peranan tanah pada

bidang pertanian sangatlah penting karena tanah

merupakan media alami bagi tumbuhan untuk hidup dan

berkembang (Nugroho, 2009).

2.3 Kadar Lengas Tanah

Lengas tanah sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan luas daun tanaman, dimana cekaman lengas

tanah 50% KL dan 150% KL akan menurunkan total luas

daun per tanaman. Lengas tanah 100% KL menghasilkan

total luas daun per tanaman lebih besar dan berbeda

nyata dengan lengas tanah 50% KL Lengas tanah rendah

menyebabkan absorbsi air dan unsur hara oleh akar

tanaman terhambat dan mempengaruhi proses difusi CO2 ke

dalam tanaman yang selanjutnya akan berpengaruh negatif

terhadap laju fotosintesis (Anshar, 2011)

Gerakan lengas tanah juga dipengaruhi oleh sifat

fisik tanah yang berkaitan dengan kemampuan tanah

meloloskan air (permeabilitas), yaitu ukuran

butir/tekstur, bentuk dan pori-pori tanah, serta tebal

selaput lengas/hidratasi zarah. Tekstur tanah, dalam

hal ini kadar liat (clay), berpengaruh terhadap

kemampuan tanah menyerap dan mengikat air. Tanah dengan

sifat fisik tanah yang berbeda memiliki pola penurunan

lengas tanah yang berbeda (Suharyatun, 2013).

2.4 Pori-Pori Tanah

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan

kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah

adalah dalam kaitanya dengan perubahan sifat-sifat

tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia

tanah serta bahan organik merupakan pembentuk granulasi

dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan

agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan

pemantap agregat tanah yang sangat baik. Demikian pula

dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena

ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat

terbentuknya agregat. Bahan organik umumnya ditemukan

di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya

sekitar 3 – 5 %, tetapi berpengaruh terhadap sifat-

sifat tanah (Tolaka et al,2013).

Meningkatnya total ruang pori tanah pada tanah

yang diperlakukan dengan pengolahan tanah dan mulsa

organik. Pengolahan tanah menyebabkan menurunnya

kepadatan tanah, sementara bahan organik merupakan

salah satu faktur yang dapat meningkatkan kegemburan

tanah. Pengolahan tanah yang disertai pemberian bahan

organik sebagai mulsa mampu menjaga kegemburan tanah

psamment untuk tidak segera kembali memadat, karena

mulsa yang diberikan selain mampu berfungsi untuk

melindungi tanah dari proses pemadatan juga

menggemburkan tanah. Keadaan ini sangat menguntungkan

untuk kondisi perakaran tanaman (Adrinal, 2012).

Faktor pengolahan tanah pada setiap awal musim

tanam mejadi faktor pendukung tingginya porositas tanah

di lahan. Dosis pemupukan NPK dapat meningkatkan pori

makro dalam tanah yang berpengaruh pada meningkatnya

porositas tanah. Setiap porositas memiliki perlakuan

yang bervariasai diantaranya dari 56% sampai 70% dengan

stadart deviasi 1,4% sampai 6,7%. Namun rerata

porositas untuk masing-masing perlakuan penambahan

pupuk NPK bervariasi dari 61, 1% sampai 62,9% (Arsa,

2010).

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

3.1.1 Proses Pembentukan Tanah

Pembentukan tanah yang awalnya dari batuan induk

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim,

mikroorganisme, bahan organik, topografi, dan waktu.

Iklim sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan

tanah, karena iklim merupakan kondisi atmosfer dalam

jangka waktu yang sangat lama dimana iklim terdiri dari

curah hujan, temperatur, kelembapan, dan intensitas

cahaya. Sedangkan mikroorganisme sangat berpengaruh

terhadap pembentukan tanah dimana mikroorganisme

berinteraksi dengan tanah dan bahan-bahan di dalamnya

dimana mikroorganisme sebagai dekomposer bahan tersebut

menjadi bahan organik tanah. Bahan organik tanah

berasal dari dekomposisi mikroorganisme yang kemudian

menjadi bahan penyusun tanah. Topografi atau tinggi

rendahnya permukaan bumi menjadi sangat penting

terhadap pembentukan tanah, karena apabila topografinya

miring maka pembentukan tanah akan semakain sulit

karena tanah mengalami erosi yang sangat cepat sehingga

sulit membentuk lapisan tanah.

Faktor pembentukan tanah merupakan kedaaan atau

kakas (force) lingkungan berdaya menggerakkan proses

pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan

tanah berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung

dengan tihapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi

bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk tanah

menjadi bahan penysun tanah, dan (3) menata bahan

penyusun tanah menjadi tubuh tanah. Berikut faktr-

faktor pembentuk tanah:

Faktor Lain Vegetasi, hewan curah

hujan, suhuOrganisme IklimBahan Induk Topografi

Sifat Kimia & fisika Ketinggian Lereng,

Kedalaman air tanah

WaktuTingkat perkembangan tanah, (muda, dewasa, tua)

Umur tanah (tahun)Asal muasal proses pembentukan tanah diawali :

TANAH

1) Perubahan/pelapukan batuan (fisik & kimia) batuan

akan menjadi lunak & berubah komposisinya.

a. Pelapukan fisik

Pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang

menyebabkan bebatuan menjadi hancur terfragmentasi

menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Proses

ini dapat terjadi akibat perubahan suhu yang

drastis misalnya penurunan dan peningkatan suhu

yang menyebabkan fraksi penyusun tanah berkontraksi

dan berekspansi sehingga menyebabkan batuan retak

dan akhirnya pecah. Selain itu pelapukan dapat juga

dilakukan oleh air dimana air masuk pada retakan-

retakan tersebut kemudian membeku yang menyebabkan

membesarnya retakan yang memicu hancurnya batuan

induk tersebut. Akar tanaman yang mampu menembus

retakan-retakan pada batuan induk juga dapat memicu

pecahnya batuan induk menjadi partikel yang lebih

kecil. Pelapukan batuan induk juga di akibatkan

karena hantaman butiran-butiran air hujan yang

terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu

yang cukup lama. Pada intinya pelapukan fisika

terjadi melalui pembekuan dan pencairan, pemanasan

dan pendinginan menyebabkan ekspansi dan kontraksi

difrensiasi yang dapat memecahkan mineral,

pembasahan dan pengeringan yang dapat mengembangkan

dan mengkerutkan tanah, dan aktivitas

mikroorganisme.

b. Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi atau transformasi merupakan

proses yang menyertai proses pelapukan fisik dan

dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam

komposisi kimiawi maupun komposisi mineral

(dekomposisi) penyusun bebatuan. Melalui proses

tersebut bagian permukaan fragmen dapat kehilangan

sebagian mineral penyusunnya atau perubahan

komposisi kimianya yang kemudian menyebabkan

terbentuknya minerl-mineral sekunder. Mekanisme

yang terjadi dalam transformasi kimiawi adalah

pelarutan, hidratasi, hidrolisis, oksidasi, dan

reduksi, serta karbonatasi. Proses pelarutan

merupakan terlarutnya garam ke dalam air. atau

NaCl + H2O Na+ + Cl + H2O. Hidratasi merupakan

proses terbentuknya mantel hidrat pada permukaan

bebatuan. Apabila suatu mineral terendam dalam

air, maka bidang permukaan, rusuk dan sudut

kristalnya akan dijenuhi molekul-molekul air dan

membentuk lapisan air, yang berfungsi sebagai

isolator mineral terhadap pengaruh dari luar.

Hasil proses hidratasi menyebabkan mineral makin

lunak, makin tinggi daya melarut dan makin besar

pula volumenya sehingga meningkatkan kepekatan

bahan induk untuk menglami proses genesis menjadi

tanah. Hidrolisis, bebatuan hasil iosinasi air

berfungsi selaku asam lemah menjadi ion H+ dan OH-

namun yang aktif hanya ion H+. Proses hidrolisis

sederhana dapat berupa pertukarn ion-ion alkali

pada kisi-kisi kristal mineral oleh ion H+ yang

menghasilkan senyawa asam alumino-silikat atau

asam ferro-silikat dan membebaskan hidroksida-

alkali. Pada fase selanjutnya terjadi pemisahan

asam silikat yang disertai modifikasi dari lapisan

pada kisi-kisi kristalnya. Reaksi Oksidasi

merupakan reaksi kimia yang menyebabkan

berkurangnya elektron baik melalui penambahan

oksigen maupun tanpa oksigen yang dominan karena

udara mengandung oksigen. Proses oksidasi terhadap

batuan umumnya terjadi lewat oksidasi senyawa besi

(Fe) dan mangan (Mn) yang memiiki bentuk reduksi

dan oksidasi. Transformasi bentuk reduksi-oksidasi

kemudian memicu terjadinya pelapukan bebatuan

secara kimiawi. Sedangkan reduksi merupakan proses

kebalikan dari oksidasi, dimana terjadi

pengambilan elktron yang mengakibatkan penambahan

elektron baik melalui penambahan oksigen atau

tanpa oksigen. Proses selanjutnya adalah

karbonatasi, merupakan proses yang mengakibatkan

bereaksinya asam karbonat dengan basa-basa

membentuk basa karbonat. Asam karbonat terbentuk

karena terdapat gas CO2 yang melimpah di dalam

tanah akibat proses dekomposisi bahan organik

tanah atau terbawa oleh air hujan. asam karbonat

memiliki pengaruh besar terhadap pelapukan

bebatuan terutama di daerah yang panas dan lembab.

2) Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan

sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah, karena

masih menunjukkan struktur batuan induk…..(horizon C)

3) Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya

bahan induk tanah berubah menjadi tanah.

3.1.2 Produksi Tanaman Teh Derah Tropis

Tanaman teh berasal dari daerah sub tropis,

tanaman teh cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis

besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kesesuaian

iklim dan tanah. Faktor iklim yang harus diperhatikan

seperti suhu udara yang baik berkisar 13 - 15 derajat

C, kelembaban relatif pada siang hari yaitu >70%, curah

hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan

penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2

bulan. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat

mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar

matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30

derajat C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat. Pada

ketinggian 400 – 800 mdpal kebun-kebun teh memerlukan

pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu

perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu

tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran

tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain

yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus

menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat

mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada

penyebaran hama dan penyakit.

Persaingan perdagangan teh di pasar dunia

merupakan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan

produksi teh baik kualitas maupun kuantitasnya.

Produksi teh di Indonesia ditinjau dari sentra produksi

teh yang hampir menyebar ke berbagai daerah, yaitu

pulau jawa, dan pulau sumatera. Daerah Lumajang

merupakan salah satu daerah dipulau jawatimur yang

mengusahakan tanaman teh. Laju pertumbuhan areal

penanaman setiap tahun dari tahun 1984-1989 mencapai

3,2%. Hal ini tercermin dari perhatian pemerintah

terhadap usaha pengembangan, pembudayaan dan perluasan

terhadap usaha tanaman teh hingga keberbagai daerah

lain ( Nazzarudin et al., 1996). Luas lahan perkebunan

teh yang semakin berkurang bukan menjadi penghambat

untuk meningkatkan produksi teh. Dalam usaha

pengembangan dan peningkatan mutu hasil tanaman teh

akan selalu dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat

membatasi, antara lain serangan hama dan patogen.

Menghadapi masalah hama dan patogen tidaklah mudah,

karena terbatasnya pengetahuan tentang pengendaliannya

atau bilamana pengetahuan itu telah ada namaun sarana

dan prasarana belum ada. Tanaman mengalami sakit, tidak

normal pertumbuhan dan perkembangannyasehingga hasil

tanaman mengalami penurunan. Sekitar 65 persen dari

produksi teh Indonesia diekspor. Negara-negara utama

tujuan ekspor adalah Jerman, Rusia, Inggris, dan

Pakistan. Ekspor didominasi oleh perkebunan besar, baik

milik negara maupun swasta, sedangkan sebagian besar

petani lebih berorientasi pasar domestik (Indonesia

memiliki tingkat konsumsi teh yang rendah per kapita).

3.1.3 Sifat Fisik Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis

Teh akan tumbuh dengan baik pada tanah yang

berhumus dan bersifat gembur yang memiliki kemampuan

menghisap air yang sagat baik hingga ke dasar tanah.

Humus adalah lapisan sisa-sisa bahan organik yang telah

mengalami penguraian menjadi fraksi-fraksi yang lebih

stabil. Lapisan ini terjadi karena proses pengendapan

akibat adanya pencucian dari lapisan di atasnya.

Humus merupakan lapisan bahan organik yang berasal dari

daun, kayu dan lainnya yang menjadi lapuk sesudah

mengalami proses pelapukan di atas permukaan tanah.

Ciri-ciri humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai

terutama pada lapisan tanah atas sehingga tidak stabil

terutama apabila terjadi perubahan regim suhu,

kelembapan dan aerasi. Humus bersifat koloidal seperti

liat tetapi amorfous, luas permukaan dan daya jerap

jauh melebihi liat dengan kapasitas tukar kation 150-

300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g. Humus

mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia

seperti Ca, Mg, dan K, humus juga merupakan sumber

energi jasad mikro serta memberikan warna gelap pada

tanah. Kondisi tanah yang berhumus sangat bermanfaat

bagi pertumbuhan tanaman teh di daerah tropis. Humus

merupakan sumber makanan bagi tanaman teh untuk

membantu proses pertumbuhannya dan meningkatkan

produksinya. Serta akan berperan baik bagi pembentukan

dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan

utama dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah

dan air. Selain keadaan tanah yang berhumus tanah

tanaman teh juga harus memiliki sifat dengan kadar

lengas. Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan

air yang terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-

butir tanah. Penyerapa air tanaman teh oleh perakaran

tergantung pada persediaan kelembaban air dalam tanah.

Kapasitas simpanan tanah tergantung pada tekstur,

kedalaman dan struktur tanah. Ketersediaan lengas tanah

tergantung pada potensial air, distribusi akar dan

suhu. Lengas tanah tersedia bagi akar dalam dua cara,

yaitu : akar tumbuh ke dalam tanah atau lengas bergerak

ke akar.  Aktivitas akar tidak diketahui dengan baik

karena seluruh informasi terbenam dalam tanah dan

sangat sedikit usaha untuk menggalinya kecuali untuk

mengukur panjang, kedalaman dan volume tanah yang

ditempati. Sehingga kadar lengas sangat berperan dalam

proses pertumbuhan perakaran tanaman teh.

Pada tanah tropika banyak memiliki retakan atau

(ped) dalam kebanyakan horison. Akan tetapi, ped tropika

ini kecil dan kadang-kadang tidak terlihat jelas batas-

batasannya dan tidak membentuk agregat struktur seperti

bongkahan. Di daerah tropika lebih banyak ditemukan

tanah yang berwarna merah dan coklat, akan tetapi tanah

hitam juga di temukan secara luas di daerah rendah.

Faktor yang mepengaruhi warna tanah tropika adalah

perbandigan silikon, besi dan humus yang terkandung

oleh tanah tropika, untuk tanah merah dan dan coklat di

sebabkan oleh adanya zat besi dan derajat oksidasi yang

tinggi. Tanah hitam terbentuk dalam keadaaan anaerob di

mana pori pori tanah tertutupi. Tanah hitam memiliki

sifat lebih basa dari pada tanah merah yang kehilangan

basanya karena terbawa air.

Menurut Satymidjaja (2000) jenis jenis tanah yang

sesuai untuk ditanami teh berupa Andosol, Podsolik

Merah Kuning, Latosol, Regosol, Litosol, dan Aluvial.

Berikut ini klasifikasi tanah menurut Supraptoharjo dan

Dudal (1961):

1. Tanah andisol merupakan tanah yang berwarna hitam

kelam, sangat porous, mengandung bahan organik dan

lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit

silika, alumina atau hodroxida-besi. Tanah yang

terbentuk dari abu vulkanik ini umumnya ditemukan

didaerah dataran tinggi paling tidak berada > 400 m

di atas permukaan laut (Darmawijaya, 1990). Andisol

adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik

seperti abu vulkan, batu apung, silinder, lava dan

sebagainya, dan atau bahan volkanik lastik yang

fraksi koloidnya didominasi oleh mineral kompleks

Al-humus. Sifat atau ciri-cirinya tanah andisol

adalah tekstur tanahnya geluh berdebu dengan

struktur tanahnya remah kelapisan bawah agak gumpal.

Pada umumnya tanah andisol berwarna agak coklat

kekelabuan hingga hitam. Bahan induk, bahan induknya

abu atau tuf volkan dengan konsistensi gembur dan

bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang

berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan

daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi. Tanah

andisol mengandung bahan organik pada horison A

sekitar 10-30 % sedangkan pH tanahnya adalah masam

sampai netral (pH 4,5-6,0).

2. Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk di daerah

yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara

rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di

daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di

daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan

lebih dari 2500 mm per tahun. Tanah podzolik

memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan

warna merah atau kuning, memiliki tekstur yang

lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta

memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang

tinggi. Daya simpan unsur hara sangat rendah karena

sifat lempungnya yang beraktivitas rendah. Kejenuhan

unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga

tidak memadai untuk tanaman semusim. Kadar bahan-

bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan

tanah. Daya simpan air sangat rendah sehingga mudah

mengalami kekeringan.

3. Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol.

Tanah ini mempunyai lapisan solum tanah yang tebal

sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5

meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon

tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah

merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan

bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi biasanya

sekitar 5% saja. Kemasaman tanah berkisar antara, pH

4,5-6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur

seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat,

sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi

adalah gembur. Dari warna bisa dilihat unsur

haranya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada

umumnya kandungan unsur hara ini dari rendah sampai

sedang. Mudah sampai agak sukar merembes air, oleh

sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak

cepat sampai agak lambat, daya menahan air cukup

baik dan agak tahan terhadap erosi. Regosol

merupakan jenis tanah ini masih muda, belum

mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir,

struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas,

pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari

bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir

pantai. tanah regosol memiliki tekstur kasar dari

bahan albik dan tidak dijumpai horison penciri

lainnya kecuali okrik, hostol atau sulfuric dengan

kadar pasir kurang dari 60 persen pada kedalaman

antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah.

Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di

daerah pinggir pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.

3.1.3 Sifat Biologi Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis

Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup

baik tumbuhan maupun hewan dari yang besar sampai yang

sangat kecil (mikroorganisme). Sifat biologi tanah

terutama populasi mikroorganisme merupakan parameter

penting guna menduga produktivitas suatu lahan karena

mikroorganisme tanah merupakan pemecah primer, sehingga

perlu untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah

yang didekati dengan pengukuran respirasi tanah,

populasi total bakteri, dan populasi total jamur pada

beberapa tipe penggunaan lahan di tanah Andisol,

Inceptisol, dan Vertisol.

Dari ke 3 jenis tanah di atas tanah yang sesuai

dengan ciri-ciri sifat fisika, biologi dan kimia

sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal

adalah jenis tanah andisol. Hal ini sesuai dengan

pernyataa Tanah andisol sangat mendukung terhadap

produksi teh, hal ini sesuai dengan pernyataan Kimble,

et al, (1999), banyak bagian dunia memanen hasil

pertanian teh yang sangat tinggi di tanah Andisol.

Akumulasi debu yang melapuk menjadi tanah Andisol

menyebabkan tanah ini menjadi subur. Konsekuensinya,

ketersediaan P menjadi sedikit dalam tanah, dimana P

mendukung kesuksesan produksi teh pada tanah Andisol.

Walaupun Andisol mengandung kemasaman yang tinggi

karena berasal dari bahan induk asam, penambahan bahan

kapur dapat meredakan keracunan Al atau dengan

alternatif lain menanam tanaman yang toleran terhadap

kemasaman. Sedangkan jenis tanah yang tidak cocok untuk

di tanami tanaman teh adalah jenis litosol.

Total Mikroorganisme Tanah

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme.

Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada

yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada

pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah.

Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung

jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur

hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh

terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Selanjutnya,

jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah

digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks),

tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.

Jumlah Fungi Tanah

Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah

tanaman teh di daerah tropis. Fungi tidak berklorofil

sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi

dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam

tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan

jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak

karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam

suasana masam tidak akan terjadi.

Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat ( P )

Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah

ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar

103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan

enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat

melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang

diberikan

Fungsi bakteri tanah turut serta dalam semua

perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi

enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah

bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan

mereka sangat bergantung dari keadaan tanah tanaman teh

daerah tropis. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai

di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah

berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan

berubah dengan musim.

Total Respirasi Tanah

Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan

tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran

respirasi ( mikroorganisme ) tanah merupakan cara

pertama kali di gunakan untuk menentukan tingkat

aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi

telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter

lain berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah

seperti bahan organik tanah, transformasi N. Hasil

antara pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme.

3.1.5 Sifat Kimia Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis

Tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki

kesuburan yang cukup, namun mudah tercuci dan tererosi

bentuk wilayah yang pada umunya miring. Kadar kation

basah dan fosfor rendah, dan kadar nitrogen rendah.

Pada tanaman teh menghendaki tanah yang masam dengan pH

berkisar antara 4,5-6,0. Tiga unsur hara pembatas

(dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P, K.

ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha

meningkatkan produksi daun. Daun yang rontok, baik dari

daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki kesuburan

tanah.

Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat

dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi

indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation

(KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK

merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan

(cation exchangable) pada permukaan koloid yang

bermuatan negatif. Kapasitas tukar kation (KTK)

menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan

dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK,

makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi

rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan

bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK

yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH

tanah.

Kandungan bahan organik dalam tanah budidaya

tanaman teh merupakan salah satu faktor yang berperan

dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian.

Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan

kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan

kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-

Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan

interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam

ekosistem tanah. kandungan bahan organik dalam bentuk

C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang

dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah

tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi

mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan

bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.

Kandungan bahan organik antara lain sangat erat

berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat

meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik

dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi

tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan

terjadinya pemadatan tanah.

C-organik penting untuk mikroorganisme, tidak

hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai

pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi

karakteristik agregat dan air tanah. Seringkali ada

hubungan langsung antara persentase C-organik total dan

karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah

pada zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan

dengan aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh

Gambung, C-organik tanah juga digunakan untuk

menentukan dosis pupuk yang akan diaplikasikan.

Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam

organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan

meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah yang

dicirikan dengan meningkatnya kandungan C-organik

tanah.

3.1.6 Pengaruh Pemupukan Terhadap Tanah Perkebunan Teh

Daerah Tropis

Salah satu usaha untuk meningkatkan dan menjaga

kesuburan tanah adalah melalui pemupukan yang benar dan

sesuai kebutuhan.

1. Pemberian Pupuk Unsur Hara Makro

Pemberian pupuk dengan kandungan unsur hara seperti

N, P dan K perlu dilakukan untuk mengembalikan unsur

hara yang hilang. Pupuk majemuk Phonska dengan

kandungan N, P dan K, masing-masing 15-15-15.

2. Pemberian Bahan Organik

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang

paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan

atau sintetis. Pada umumnya pupuk organik mencegah

teerjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah

(crusting) dan retakan tanah. Definisi yang

dikemukakan oleh International Organization for Standardization

(ISO) bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau

bahan karbon , pada umumnya berasal dari tumbuhan dan

atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara

spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung

nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan atau hewan.

Pupuk organik yang sering digunakan adalah kompos.

Kompos adalah pupuk organik buatan manusia yang

dibuat dari proses pembusukan sisa buangan makhluk

hidup (tanaman maupun hewan). Pemberian bahan

organik yang berasal dari hijauan dan limbah tebu,

dapat meningkatkan ketersediaan P. Makanismenya dapat

dijelaskan sebagai akibat dari proses mineralisasi

bahan organik sisa tanaman yang menyebabkan

terjadinya khelasi antara Fe dan Al pada tanah, masam

organik. Proses ini menyebabkan Fe menjadi tidak

aktif dalam menjerap P. Bahan organik juga

meningkatkan KTK tanah, mengikat unsur N, P dan S

dalam bentuk organik sehingga terhindar dari

pencucian, melarutkan sejumlah unsur, meningkatkan

jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah.

3. Penggunaan Pupuk Kandang

Menurut Adi dan Ferita (2010) menyatakan bahwa Pupuk

kandang ayam relative lebih cepat terdekomposisi

serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika

dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan

pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang kambing memiliki

tekstur yang khas yakni butiran-butiran yang agak

sukar dipecah secara fisik sehingga sangat

berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan

penyediaan haranya.

BAB 5. PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. Pembentukan tanah yang awalnya dari batuan induk

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim,

mikroorganisme, bahan organik, topografi, dan waktu.

2. Tanah yang cocok untuk wilayah perkebunan teh

adalah : andosol, aluvial, regosol, podsolik,

litosol, dan latosol

3. Tanaman teh hidup pada tanah yang masam dengan pH

berkisar antara 4,5-6,0. Tiga unsur hara pembatas

(dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P,

K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha

meningkatkan produksi daun. Daun yang rontok, baik

dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki

kesuburan tanah.

4. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang

bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan

pendauran unsur hara.

DAFTAR PUSTAKA

Adrinal, A. Saidi, Gusmini. 2012. Perbaikan SifatFisiko-Kimia Tanah Psamment Dengan PemulsaanOrganik Dan Olah Tanah Konservasi Pada BudidayaJagung. Solum, 9(1) : 25-35.

Anshar, M., dkk. 2011. Pengaruh Lengas Tanah Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Lokal Bawang

Merah Pada Ketinggian Tempat Berbeda. Agroland.

18(1) : 8-14.

Ardi dan FebritaIstino, 2010. Pengaruh PemberianBeberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap PertumbuhanTanaman Teh (Camellia Sinensis L.) Muda SetelahDi-Centering. 11 (3) : 1-11

Arsa, I. W., Y. Setiyo, I. M. Nada, 2010. KajianRelevansi Sifat Piskokimia Tanah Pada Kualitas DanProduktifitas Kentang (Solanum Tuberosum L).Agroteknologi, 3(1) : 1-10.

Ewuaie, J. 1990. Ekologi Tropika. Bandung; ITB.

Das, B.M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsipRekayasa Geoteknik) Jilid I. Erlangga, Jakarta.

Dudal, dan Supraptoharjo. 1961. Klasifikasi Tanah Indonesia.Bogor: Pusat Penelitian Tanah (PPT).

Hermantoro. 2011. Prediksi Kadar Bahan Organik Tanah DenganPengolahan Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan MenggunakanTelepon Genggam. Jogyakarta; Teknik Pertanian danBiosistem Fakultas Teknologi Pertanian.

Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia danKesuburan Tanah Pada Lokasi Rencana Hutan TanamanIndustri PT Prima Multibuwana. Hutan Tropis Borneo.10(27): 222-229.

Rajamuddin, U. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan TanahPada Lahan Persawahan Di Desa Kaluku TingguKabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Agroland. 16(1):45-52.

Rahman, H., I.H. Khalil, F.M. Abbasi, Z.T. Khanzada,S.M.A. Shah, Z. Shah, dan H. Ahmad. 2010.Cytomorphological characterization of teacultivars. Pakistan Journal Botani, 42 (1) : 485-495

Suharyatun, S., dkk. 2013. Sebaran Lengas Tanah AkibatPembuatan Lorong Pengatus Dangkal Pada TanahSawah. Agritech. 33(3) : 1-7.

Tolaka, W., Wardah., dan Rahmawati. 2013. Sifat FisikTanah Pada Tahun Primer, Agroforestri Dan KebunKakao Di Subdas Wera Saluopa Desa Leboni KecamatanPamona Puselemba Kabupaten Poso. Warta Rimba, 1,(1): 1-8.