[Material Bahan Bangunan Konstruksi] Solusi Membangun Rumah Tropis Modern
MENILAI SIFAT TANAH UNTUK PRODUKSI TANAMAN TEH DI DAERAH TROPIS
Transcript of MENILAI SIFAT TANAH UNTUK PRODUKSI TANAMAN TEH DI DAERAH TROPIS
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
empat komponen yaitu mineral 45 %, air 25 %, udara 25
%, dan bahan organik 5 %. Dalam bidang pertanian ilmu
tanah sangat penting untuk dipelajari dan diketahui,
karena tanah merupakan salah satu komponen kehidupan
makhluk hidup terutama tumbuhan. Tanah merupakan media
tumbuh bagi tumbuhan yang ada di bumi ini, sebagai
tempat berpijak manusia dan hewan, serta sebagai tempat
hidup organisme tanah. Tumbuhan dapat tumbuh dengan
baik apabila kondisi fisik, kimia, dan bioligi tanah
baik. Tanaman yang tumbuh terjadi karena adanya
interaksi antara tanah dan tumbuhan, dimana tanah
menopang tumbuhan dan menyediakan segala kebutuhan
tumbuhan. Tanaman memiliki akar yang berfungsi untuk
menyerap unsur hara makro dan mikro, air, udara dari
dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam
tanah terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang
berperan penting dalam penyediaan unsur hara bagi
tanaman. Ilmu tanah yang dipelajari memiliki hubungan
yang sangat erat dengan cabang ilmu lain seperti
Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai aspek
geologi tanah, mengenai pembentukan tanah
(pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika
dan kimia), dan klasifikasi tanah. Edaphologi, yaitu
ilmu yang mempelajari hubungan air, tanah, dan tanaman
mengenai sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Teh (Camelia sinensis) merupakan komoditas tanaman
perkebunan yang dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi
menjadi minuman. Indonesia merupakan salah satu negara
yang mengandalkan beberapa komoditas perkebunan yang
salah satunya adalah teh. Teh merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang sudah dikembangkan di
indonesia sebagai negara tropis dan telah menembus
pasaran internasional, teh di ekspor keberbagai negara
besar eropa seperti jerman. Teh selama ini telah mampu
memberikan dampak positif terhadap penambahan devisa
negara, sebagai salah satu sasaran utama yang ingin
dicapai dalam sektor komoditas non-migas. Produksi dan
pengembangan komoditas teh merupakan salah satu core
businnes suatu perkebunan. Pengembangan produk unggulan
terus dilakukan seiring dengan upaya pemerintah untuk
terus mendorong penguatan perekonomian nasional. Dengan
adanya peningkatan dan upaya menjaga kualitas teh tetap
baik dengan pengembangan komoditas teh yang unggul
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
meningkatkan daya saing perekonomian.
Teh merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari
daerah sub tropis diduga berasal dari pegunungan
Himalaya. Tanaman teh dapat tumbuh baik bila ditanam di
dataran tinggi baik daerah tropis maupun sub tropis
pada ketinggian 800 – 1200 Mdpal. Tanah yang cocok
untuk tanaman teh adalah tanah yang subur dengan
kemasaman tanah 4,5 – 6,0. Tanah yang baik untuk
pertanaman teh yaitu tanah andisol, yaitu tanah yang
berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan dari
letusan gunung berapi, batuapung, sinder, lava, dan
sebagainya. Permasalahan dalam pengembangan teh pada
daerah tropis merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan. Masalah tersebut dapat berupa sifat tanah
(fisik, kimia, dan biologi).
1. Kondisi cuaca
Terhambatnya kegiatan produksi, seringkali
disebabkan oleh cuaca hujan. Jika hujan deras, para
pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi secara
ptimal, khususnya pada pemetikan pucuk teh segar
dilapangan. Hasil dari pemetikan the tersebut akan
mengandung banyak air yang meneybabkan selisih
timbangan dilapangan dan di pabrik.
2. Kondisi Iklim
Kondisi iklim yang tidak mendukung seringkali
menjadi penyebab dalam produktivitas teh yang
berfluktuasi dan cenderung menurun yaitu pada produksi
pucuk dan the basah yang pada akhirnya berdampak pada
teh jadi yang dihasilkan. Namun pada dasarnya faktor
produksi dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:
1. Fixed Input yaitu faktor-faktor yang tidak dapat
dirubah dengan segera untuk memenuhi faktor-faktor
produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya : tanah,
gedung mesin dan sebagainya.
2. Variable Input yaitu faktor-faktor produksi yang
dapat dirubah dengan segera sesuai dengan perubahn
produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya: bahan
mentah, tenaga kerja, dan lain-lain.
Selain itu pengaruh terhadap produksi teh di
daerah tropika yaitu mengenai lahan (tanah) terutama
ditinjau dari sudut luas lahan dan tingkat
kesuburannya. Namun pada umumnya lahan untuk perkebunan
teh baik di pulau jawa atau sumatera kondisi tanah nya
sudah mendukung baik dari segi kesuburan maupun luas
lahannya. Mungkin lahan di daerah pulau jawa lebih
subur dibanding pulau sumatera karena pulau jawa
terdapat banyak pegunungan dan gunung berapai, dimana
tanah yang baik untuk komoditas teh adalah tanah
andisol yaitu tanah yang berasal dari letusan gunung
berapi dari abu vulkanik. Selanjutnya faktor pemberian
pupuk juga tidak kalah pentingnya dibanding kedua
faktor produksi yang telah disebutkan diatas. Pemupukan
pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kandungan
unsur hara mikro dan makro dalam tanah untuk
meningkatkan produksi tanaman, karena pupuk dianggap
sebagai nutrisi bagi tanaman sehingga akan mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Penggunaan pupuk secara tepat dan
teratur akan dapat meningkatkan hasil produksi baik
secara kualitas maupun kuantitasnya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah produksi tanaman teh pada
iklim tropis
2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi tanah terhadap
produksi tanaman teh.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi tanaman teh
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis (L.)O.K
Tanaman teh merupakan tanaman perdu subtropis yang
selalu berdaun hijau. Secara umum, lingkungan fisik
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah
keadaan iklim dan tanah. Tanaman teh tidak tahan
terhadap kekeringan, yang dapat mengakibatkan produksi
dan produktivitas tanaman teh menurun. Menurut tanaman
Rahman et al (2010), klon jenis asam yang kebanyakan
tanaman di daerah tropis mempunyai hasil ekonomis yang
tinggi akan tetapi tidak toleran terhadap cuaca
ekstrim. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan
melakukan seleksi klon klon teh yang tahan terhadap
cekaman kekeringan sehingga adanya perubahan iklim
global tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman
teh.
2.2 Tekstur Tanah
Sifat fisik tanah yaitu sifat yang berhubungan
dengan elemen penyusunan massa tanah yang ada. Dalam
keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian
yaitu butiran padat (solid), bagian air (water) dan
bagian udara (air). Keberadaan materi air dan udara
biasanya menempati pada ruangan antara butiran atau
pori pada massa tanah tersebut. Berat tanah memiliki
hubungan yang erat dengan volume tanah dalam tiga fase
yang dipisahkan yaitu berupa butiran padat, air dan
udara (Das, 1998).
Tekstur tanah adalah perbandingan relative antara
tiga golongan fraksi tanah, yaitu pasir, debu, dan
lempung. Fraksi tanah dikelompokkan berdasarkan ukuran
tertentu yang dapat berupa tanah kasar ataupun tanah
yang halus. Pola sebaran tanah pada masing-masing
horizon memberikan ciri yang tidak sama yaitu semakin
dalam jeluk maka tekstur tanah yang dihasilkan akan
semaikn halus (Rajamuddin, 2009).
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir
pasir (diameter 2,00 - 0,05 mm), debu (0,005 - 0,02 mm)
dan liat (<0,002 mm) di dalam tanah. Tekstur tanah
adalah sifat tanah yang sangat penting yang
mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah yang
berguna bagi penetrasi akar dan kemampuan pengikatan
air oleh tanah. Oleh sebab itu, peranan tanah pada
bidang pertanian sangatlah penting karena tanah
merupakan media alami bagi tumbuhan untuk hidup dan
berkembang (Nugroho, 2009).
2.3 Kadar Lengas Tanah
Lengas tanah sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan luas daun tanaman, dimana cekaman lengas
tanah 50% KL dan 150% KL akan menurunkan total luas
daun per tanaman. Lengas tanah 100% KL menghasilkan
total luas daun per tanaman lebih besar dan berbeda
nyata dengan lengas tanah 50% KL Lengas tanah rendah
menyebabkan absorbsi air dan unsur hara oleh akar
tanaman terhambat dan mempengaruhi proses difusi CO2 ke
dalam tanaman yang selanjutnya akan berpengaruh negatif
terhadap laju fotosintesis (Anshar, 2011)
Gerakan lengas tanah juga dipengaruhi oleh sifat
fisik tanah yang berkaitan dengan kemampuan tanah
meloloskan air (permeabilitas), yaitu ukuran
butir/tekstur, bentuk dan pori-pori tanah, serta tebal
selaput lengas/hidratasi zarah. Tekstur tanah, dalam
hal ini kadar liat (clay), berpengaruh terhadap
kemampuan tanah menyerap dan mengikat air. Tanah dengan
sifat fisik tanah yang berbeda memiliki pola penurunan
lengas tanah yang berbeda (Suharyatun, 2013).
2.4 Pori-Pori Tanah
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan
kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah
adalah dalam kaitanya dengan perubahan sifat-sifat
tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia
tanah serta bahan organik merupakan pembentuk granulasi
dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan
agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan
pemantap agregat tanah yang sangat baik. Demikian pula
dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena
ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat
terbentuknya agregat. Bahan organik umumnya ditemukan
di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya
sekitar 3 – 5 %, tetapi berpengaruh terhadap sifat-
sifat tanah (Tolaka et al,2013).
Meningkatnya total ruang pori tanah pada tanah
yang diperlakukan dengan pengolahan tanah dan mulsa
organik. Pengolahan tanah menyebabkan menurunnya
kepadatan tanah, sementara bahan organik merupakan
salah satu faktur yang dapat meningkatkan kegemburan
tanah. Pengolahan tanah yang disertai pemberian bahan
organik sebagai mulsa mampu menjaga kegemburan tanah
psamment untuk tidak segera kembali memadat, karena
mulsa yang diberikan selain mampu berfungsi untuk
melindungi tanah dari proses pemadatan juga
menggemburkan tanah. Keadaan ini sangat menguntungkan
untuk kondisi perakaran tanaman (Adrinal, 2012).
Faktor pengolahan tanah pada setiap awal musim
tanam mejadi faktor pendukung tingginya porositas tanah
di lahan. Dosis pemupukan NPK dapat meningkatkan pori
makro dalam tanah yang berpengaruh pada meningkatnya
porositas tanah. Setiap porositas memiliki perlakuan
yang bervariasai diantaranya dari 56% sampai 70% dengan
stadart deviasi 1,4% sampai 6,7%. Namun rerata
porositas untuk masing-masing perlakuan penambahan
pupuk NPK bervariasi dari 61, 1% sampai 62,9% (Arsa,
2010).
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
3.1.1 Proses Pembentukan Tanah
Pembentukan tanah yang awalnya dari batuan induk
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim,
mikroorganisme, bahan organik, topografi, dan waktu.
Iklim sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan
tanah, karena iklim merupakan kondisi atmosfer dalam
jangka waktu yang sangat lama dimana iklim terdiri dari
curah hujan, temperatur, kelembapan, dan intensitas
cahaya. Sedangkan mikroorganisme sangat berpengaruh
terhadap pembentukan tanah dimana mikroorganisme
berinteraksi dengan tanah dan bahan-bahan di dalamnya
dimana mikroorganisme sebagai dekomposer bahan tersebut
menjadi bahan organik tanah. Bahan organik tanah
berasal dari dekomposisi mikroorganisme yang kemudian
menjadi bahan penyusun tanah. Topografi atau tinggi
rendahnya permukaan bumi menjadi sangat penting
terhadap pembentukan tanah, karena apabila topografinya
miring maka pembentukan tanah akan semakain sulit
karena tanah mengalami erosi yang sangat cepat sehingga
sulit membentuk lapisan tanah.
Faktor pembentukan tanah merupakan kedaaan atau
kakas (force) lingkungan berdaya menggerakkan proses
pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan
tanah berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung
dengan tihapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi
bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk tanah
menjadi bahan penysun tanah, dan (3) menata bahan
penyusun tanah menjadi tubuh tanah. Berikut faktr-
faktor pembentuk tanah:
Faktor Lain Vegetasi, hewan curah
hujan, suhuOrganisme IklimBahan Induk Topografi
Sifat Kimia & fisika Ketinggian Lereng,
Kedalaman air tanah
WaktuTingkat perkembangan tanah, (muda, dewasa, tua)
Umur tanah (tahun)Asal muasal proses pembentukan tanah diawali :
TANAH
1) Perubahan/pelapukan batuan (fisik & kimia) batuan
akan menjadi lunak & berubah komposisinya.
a. Pelapukan fisik
Pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang
menyebabkan bebatuan menjadi hancur terfragmentasi
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Proses
ini dapat terjadi akibat perubahan suhu yang
drastis misalnya penurunan dan peningkatan suhu
yang menyebabkan fraksi penyusun tanah berkontraksi
dan berekspansi sehingga menyebabkan batuan retak
dan akhirnya pecah. Selain itu pelapukan dapat juga
dilakukan oleh air dimana air masuk pada retakan-
retakan tersebut kemudian membeku yang menyebabkan
membesarnya retakan yang memicu hancurnya batuan
induk tersebut. Akar tanaman yang mampu menembus
retakan-retakan pada batuan induk juga dapat memicu
pecahnya batuan induk menjadi partikel yang lebih
kecil. Pelapukan batuan induk juga di akibatkan
karena hantaman butiran-butiran air hujan yang
terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu
yang cukup lama. Pada intinya pelapukan fisika
terjadi melalui pembekuan dan pencairan, pemanasan
dan pendinginan menyebabkan ekspansi dan kontraksi
difrensiasi yang dapat memecahkan mineral,
pembasahan dan pengeringan yang dapat mengembangkan
dan mengkerutkan tanah, dan aktivitas
mikroorganisme.
b. Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi atau transformasi merupakan
proses yang menyertai proses pelapukan fisik dan
dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam
komposisi kimiawi maupun komposisi mineral
(dekomposisi) penyusun bebatuan. Melalui proses
tersebut bagian permukaan fragmen dapat kehilangan
sebagian mineral penyusunnya atau perubahan
komposisi kimianya yang kemudian menyebabkan
terbentuknya minerl-mineral sekunder. Mekanisme
yang terjadi dalam transformasi kimiawi adalah
pelarutan, hidratasi, hidrolisis, oksidasi, dan
reduksi, serta karbonatasi. Proses pelarutan
merupakan terlarutnya garam ke dalam air. atau
NaCl + H2O Na+ + Cl + H2O. Hidratasi merupakan
proses terbentuknya mantel hidrat pada permukaan
bebatuan. Apabila suatu mineral terendam dalam
air, maka bidang permukaan, rusuk dan sudut
kristalnya akan dijenuhi molekul-molekul air dan
membentuk lapisan air, yang berfungsi sebagai
isolator mineral terhadap pengaruh dari luar.
Hasil proses hidratasi menyebabkan mineral makin
lunak, makin tinggi daya melarut dan makin besar
pula volumenya sehingga meningkatkan kepekatan
bahan induk untuk menglami proses genesis menjadi
tanah. Hidrolisis, bebatuan hasil iosinasi air
berfungsi selaku asam lemah menjadi ion H+ dan OH-
namun yang aktif hanya ion H+. Proses hidrolisis
sederhana dapat berupa pertukarn ion-ion alkali
pada kisi-kisi kristal mineral oleh ion H+ yang
menghasilkan senyawa asam alumino-silikat atau
asam ferro-silikat dan membebaskan hidroksida-
alkali. Pada fase selanjutnya terjadi pemisahan
asam silikat yang disertai modifikasi dari lapisan
pada kisi-kisi kristalnya. Reaksi Oksidasi
merupakan reaksi kimia yang menyebabkan
berkurangnya elektron baik melalui penambahan
oksigen maupun tanpa oksigen yang dominan karena
udara mengandung oksigen. Proses oksidasi terhadap
batuan umumnya terjadi lewat oksidasi senyawa besi
(Fe) dan mangan (Mn) yang memiiki bentuk reduksi
dan oksidasi. Transformasi bentuk reduksi-oksidasi
kemudian memicu terjadinya pelapukan bebatuan
secara kimiawi. Sedangkan reduksi merupakan proses
kebalikan dari oksidasi, dimana terjadi
pengambilan elktron yang mengakibatkan penambahan
elektron baik melalui penambahan oksigen atau
tanpa oksigen. Proses selanjutnya adalah
karbonatasi, merupakan proses yang mengakibatkan
bereaksinya asam karbonat dengan basa-basa
membentuk basa karbonat. Asam karbonat terbentuk
karena terdapat gas CO2 yang melimpah di dalam
tanah akibat proses dekomposisi bahan organik
tanah atau terbawa oleh air hujan. asam karbonat
memiliki pengaruh besar terhadap pelapukan
bebatuan terutama di daerah yang panas dan lembab.
2) Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan
sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah, karena
masih menunjukkan struktur batuan induk…..(horizon C)
3) Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya
bahan induk tanah berubah menjadi tanah.
3.1.2 Produksi Tanaman Teh Derah Tropis
Tanaman teh berasal dari daerah sub tropis,
tanaman teh cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis
besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kesesuaian
iklim dan tanah. Faktor iklim yang harus diperhatikan
seperti suhu udara yang baik berkisar 13 - 15 derajat
C, kelembaban relatif pada siang hari yaitu >70%, curah
hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan
penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2
bulan. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat
mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar
matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30
derajat C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat. Pada
ketinggian 400 – 800 mdpal kebun-kebun teh memerlukan
pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu
perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu
tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran
tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain
yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus
menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat
mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada
penyebaran hama dan penyakit.
Persaingan perdagangan teh di pasar dunia
merupakan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan
produksi teh baik kualitas maupun kuantitasnya.
Produksi teh di Indonesia ditinjau dari sentra produksi
teh yang hampir menyebar ke berbagai daerah, yaitu
pulau jawa, dan pulau sumatera. Daerah Lumajang
merupakan salah satu daerah dipulau jawatimur yang
mengusahakan tanaman teh. Laju pertumbuhan areal
penanaman setiap tahun dari tahun 1984-1989 mencapai
3,2%. Hal ini tercermin dari perhatian pemerintah
terhadap usaha pengembangan, pembudayaan dan perluasan
terhadap usaha tanaman teh hingga keberbagai daerah
lain ( Nazzarudin et al., 1996). Luas lahan perkebunan
teh yang semakin berkurang bukan menjadi penghambat
untuk meningkatkan produksi teh. Dalam usaha
pengembangan dan peningkatan mutu hasil tanaman teh
akan selalu dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat
membatasi, antara lain serangan hama dan patogen.
Menghadapi masalah hama dan patogen tidaklah mudah,
karena terbatasnya pengetahuan tentang pengendaliannya
atau bilamana pengetahuan itu telah ada namaun sarana
dan prasarana belum ada. Tanaman mengalami sakit, tidak
normal pertumbuhan dan perkembangannyasehingga hasil
tanaman mengalami penurunan. Sekitar 65 persen dari
produksi teh Indonesia diekspor. Negara-negara utama
tujuan ekspor adalah Jerman, Rusia, Inggris, dan
Pakistan. Ekspor didominasi oleh perkebunan besar, baik
milik negara maupun swasta, sedangkan sebagian besar
petani lebih berorientasi pasar domestik (Indonesia
memiliki tingkat konsumsi teh yang rendah per kapita).
3.1.3 Sifat Fisik Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Teh akan tumbuh dengan baik pada tanah yang
berhumus dan bersifat gembur yang memiliki kemampuan
menghisap air yang sagat baik hingga ke dasar tanah.
Humus adalah lapisan sisa-sisa bahan organik yang telah
mengalami penguraian menjadi fraksi-fraksi yang lebih
stabil. Lapisan ini terjadi karena proses pengendapan
akibat adanya pencucian dari lapisan di atasnya.
Humus merupakan lapisan bahan organik yang berasal dari
daun, kayu dan lainnya yang menjadi lapuk sesudah
mengalami proses pelapukan di atas permukaan tanah.
Ciri-ciri humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai
terutama pada lapisan tanah atas sehingga tidak stabil
terutama apabila terjadi perubahan regim suhu,
kelembapan dan aerasi. Humus bersifat koloidal seperti
liat tetapi amorfous, luas permukaan dan daya jerap
jauh melebihi liat dengan kapasitas tukar kation 150-
300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g. Humus
mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia
seperti Ca, Mg, dan K, humus juga merupakan sumber
energi jasad mikro serta memberikan warna gelap pada
tanah. Kondisi tanah yang berhumus sangat bermanfaat
bagi pertumbuhan tanaman teh di daerah tropis. Humus
merupakan sumber makanan bagi tanaman teh untuk
membantu proses pertumbuhannya dan meningkatkan
produksinya. Serta akan berperan baik bagi pembentukan
dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan
utama dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah
dan air. Selain keadaan tanah yang berhumus tanah
tanaman teh juga harus memiliki sifat dengan kadar
lengas. Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan
air yang terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-
butir tanah. Penyerapa air tanaman teh oleh perakaran
tergantung pada persediaan kelembaban air dalam tanah.
Kapasitas simpanan tanah tergantung pada tekstur,
kedalaman dan struktur tanah. Ketersediaan lengas tanah
tergantung pada potensial air, distribusi akar dan
suhu. Lengas tanah tersedia bagi akar dalam dua cara,
yaitu : akar tumbuh ke dalam tanah atau lengas bergerak
ke akar. Aktivitas akar tidak diketahui dengan baik
karena seluruh informasi terbenam dalam tanah dan
sangat sedikit usaha untuk menggalinya kecuali untuk
mengukur panjang, kedalaman dan volume tanah yang
ditempati. Sehingga kadar lengas sangat berperan dalam
proses pertumbuhan perakaran tanaman teh.
Pada tanah tropika banyak memiliki retakan atau
(ped) dalam kebanyakan horison. Akan tetapi, ped tropika
ini kecil dan kadang-kadang tidak terlihat jelas batas-
batasannya dan tidak membentuk agregat struktur seperti
bongkahan. Di daerah tropika lebih banyak ditemukan
tanah yang berwarna merah dan coklat, akan tetapi tanah
hitam juga di temukan secara luas di daerah rendah.
Faktor yang mepengaruhi warna tanah tropika adalah
perbandigan silikon, besi dan humus yang terkandung
oleh tanah tropika, untuk tanah merah dan dan coklat di
sebabkan oleh adanya zat besi dan derajat oksidasi yang
tinggi. Tanah hitam terbentuk dalam keadaaan anaerob di
mana pori pori tanah tertutupi. Tanah hitam memiliki
sifat lebih basa dari pada tanah merah yang kehilangan
basanya karena terbawa air.
Menurut Satymidjaja (2000) jenis jenis tanah yang
sesuai untuk ditanami teh berupa Andosol, Podsolik
Merah Kuning, Latosol, Regosol, Litosol, dan Aluvial.
Berikut ini klasifikasi tanah menurut Supraptoharjo dan
Dudal (1961):
1. Tanah andisol merupakan tanah yang berwarna hitam
kelam, sangat porous, mengandung bahan organik dan
lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit
silika, alumina atau hodroxida-besi. Tanah yang
terbentuk dari abu vulkanik ini umumnya ditemukan
didaerah dataran tinggi paling tidak berada > 400 m
di atas permukaan laut (Darmawijaya, 1990). Andisol
adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik
seperti abu vulkan, batu apung, silinder, lava dan
sebagainya, dan atau bahan volkanik lastik yang
fraksi koloidnya didominasi oleh mineral kompleks
Al-humus. Sifat atau ciri-cirinya tanah andisol
adalah tekstur tanahnya geluh berdebu dengan
struktur tanahnya remah kelapisan bawah agak gumpal.
Pada umumnya tanah andisol berwarna agak coklat
kekelabuan hingga hitam. Bahan induk, bahan induknya
abu atau tuf volkan dengan konsistensi gembur dan
bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang
berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan
daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi. Tanah
andisol mengandung bahan organik pada horison A
sekitar 10-30 % sedangkan pH tanahnya adalah masam
sampai netral (pH 4,5-6,0).
2. Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk di daerah
yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara
rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di
daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di
daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan
lebih dari 2500 mm per tahun. Tanah podzolik
memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan
warna merah atau kuning, memiliki tekstur yang
lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta
memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang
tinggi. Daya simpan unsur hara sangat rendah karena
sifat lempungnya yang beraktivitas rendah. Kejenuhan
unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga
tidak memadai untuk tanaman semusim. Kadar bahan-
bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan
tanah. Daya simpan air sangat rendah sehingga mudah
mengalami kekeringan.
3. Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol.
Tanah ini mempunyai lapisan solum tanah yang tebal
sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5
meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon
tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah
merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan
bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi biasanya
sekitar 5% saja. Kemasaman tanah berkisar antara, pH
4,5-6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur
seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat,
sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi
adalah gembur. Dari warna bisa dilihat unsur
haranya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada
umumnya kandungan unsur hara ini dari rendah sampai
sedang. Mudah sampai agak sukar merembes air, oleh
sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak
cepat sampai agak lambat, daya menahan air cukup
baik dan agak tahan terhadap erosi. Regosol
merupakan jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir,
struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas,
pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari
bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir
pantai. tanah regosol memiliki tekstur kasar dari
bahan albik dan tidak dijumpai horison penciri
lainnya kecuali okrik, hostol atau sulfuric dengan
kadar pasir kurang dari 60 persen pada kedalaman
antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah.
Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di
daerah pinggir pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
3.1.3 Sifat Biologi Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup
baik tumbuhan maupun hewan dari yang besar sampai yang
sangat kecil (mikroorganisme). Sifat biologi tanah
terutama populasi mikroorganisme merupakan parameter
penting guna menduga produktivitas suatu lahan karena
mikroorganisme tanah merupakan pemecah primer, sehingga
perlu untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah
yang didekati dengan pengukuran respirasi tanah,
populasi total bakteri, dan populasi total jamur pada
beberapa tipe penggunaan lahan di tanah Andisol,
Inceptisol, dan Vertisol.
Dari ke 3 jenis tanah di atas tanah yang sesuai
dengan ciri-ciri sifat fisika, biologi dan kimia
sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal
adalah jenis tanah andisol. Hal ini sesuai dengan
pernyataa Tanah andisol sangat mendukung terhadap
produksi teh, hal ini sesuai dengan pernyataan Kimble,
et al, (1999), banyak bagian dunia memanen hasil
pertanian teh yang sangat tinggi di tanah Andisol.
Akumulasi debu yang melapuk menjadi tanah Andisol
menyebabkan tanah ini menjadi subur. Konsekuensinya,
ketersediaan P menjadi sedikit dalam tanah, dimana P
mendukung kesuksesan produksi teh pada tanah Andisol.
Walaupun Andisol mengandung kemasaman yang tinggi
karena berasal dari bahan induk asam, penambahan bahan
kapur dapat meredakan keracunan Al atau dengan
alternatif lain menanam tanaman yang toleran terhadap
kemasaman. Sedangkan jenis tanah yang tidak cocok untuk
di tanami tanaman teh adalah jenis litosol.
Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme.
Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada
yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada
pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah.
Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung
jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur
hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh
terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Selanjutnya,
jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah
digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks),
tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.
Jumlah Fungi Tanah
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah
tanaman teh di daerah tropis. Fungi tidak berklorofil
sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi
dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam
tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan
jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak
karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam
suasana masam tidak akan terjadi.
Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat ( P )
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah
ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar
103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan
enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat
melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang
diberikan
Fungsi bakteri tanah turut serta dalam semua
perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi
enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah
bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan
mereka sangat bergantung dari keadaan tanah tanaman teh
daerah tropis. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai
di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah
berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan
berubah dengan musim.
Total Respirasi Tanah
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan
tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran
respirasi ( mikroorganisme ) tanah merupakan cara
pertama kali di gunakan untuk menentukan tingkat
aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi
telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter
lain berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N. Hasil
antara pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme.
3.1.5 Sifat Kimia Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis
Tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki
kesuburan yang cukup, namun mudah tercuci dan tererosi
bentuk wilayah yang pada umunya miring. Kadar kation
basah dan fosfor rendah, dan kadar nitrogen rendah.
Pada tanaman teh menghendaki tanah yang masam dengan pH
berkisar antara 4,5-6,0. Tiga unsur hara pembatas
(dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P, K.
ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha
meningkatkan produksi daun. Daun yang rontok, baik dari
daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki kesuburan
tanah.
Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat
dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi
indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation
(KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK
merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan
(cation exchangable) pada permukaan koloid yang
bermuatan negatif. Kapasitas tukar kation (KTK)
menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan
dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK,
makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi
rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan
bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK
yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH
tanah.
Kandungan bahan organik dalam tanah budidaya
tanaman teh merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian.
Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan
kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan
kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-
Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam
ekosistem tanah. kandungan bahan organik dalam bentuk
C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang
dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah
tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan
bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat
meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik
dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi
tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah.
C-organik penting untuk mikroorganisme, tidak
hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai
pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi
karakteristik agregat dan air tanah. Seringkali ada
hubungan langsung antara persentase C-organik total dan
karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah
pada zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan
dengan aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh
Gambung, C-organik tanah juga digunakan untuk
menentukan dosis pupuk yang akan diaplikasikan.
Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam
organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan
meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah yang
dicirikan dengan meningkatnya kandungan C-organik
tanah.
3.1.6 Pengaruh Pemupukan Terhadap Tanah Perkebunan Teh
Daerah Tropis
Salah satu usaha untuk meningkatkan dan menjaga
kesuburan tanah adalah melalui pemupukan yang benar dan
sesuai kebutuhan.
1. Pemberian Pupuk Unsur Hara Makro
Pemberian pupuk dengan kandungan unsur hara seperti
N, P dan K perlu dilakukan untuk mengembalikan unsur
hara yang hilang. Pupuk majemuk Phonska dengan
kandungan N, P dan K, masing-masing 15-15-15.
2. Pemberian Bahan Organik
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang
paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan
atau sintetis. Pada umumnya pupuk organik mencegah
teerjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah
(crusting) dan retakan tanah. Definisi yang
dikemukakan oleh International Organization for Standardization
(ISO) bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau
bahan karbon , pada umumnya berasal dari tumbuhan dan
atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara
spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung
nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan atau hewan.
Pupuk organik yang sering digunakan adalah kompos.
Kompos adalah pupuk organik buatan manusia yang
dibuat dari proses pembusukan sisa buangan makhluk
hidup (tanaman maupun hewan). Pemberian bahan
organik yang berasal dari hijauan dan limbah tebu,
dapat meningkatkan ketersediaan P. Makanismenya dapat
dijelaskan sebagai akibat dari proses mineralisasi
bahan organik sisa tanaman yang menyebabkan
terjadinya khelasi antara Fe dan Al pada tanah, masam
organik. Proses ini menyebabkan Fe menjadi tidak
aktif dalam menjerap P. Bahan organik juga
meningkatkan KTK tanah, mengikat unsur N, P dan S
dalam bentuk organik sehingga terhindar dari
pencucian, melarutkan sejumlah unsur, meningkatkan
jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah.
3. Penggunaan Pupuk Kandang
Menurut Adi dan Ferita (2010) menyatakan bahwa Pupuk
kandang ayam relative lebih cepat terdekomposisi
serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika
dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan
pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang kambing memiliki
tekstur yang khas yakni butiran-butiran yang agak
sukar dipecah secara fisik sehingga sangat
berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan
penyediaan haranya.
BAB 5. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Pembentukan tanah yang awalnya dari batuan induk
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim,
mikroorganisme, bahan organik, topografi, dan waktu.
2. Tanah yang cocok untuk wilayah perkebunan teh
adalah : andosol, aluvial, regosol, podsolik,
litosol, dan latosol
3. Tanaman teh hidup pada tanah yang masam dengan pH
berkisar antara 4,5-6,0. Tiga unsur hara pembatas
(dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P,
K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha
meningkatkan produksi daun. Daun yang rontok, baik
dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki
kesuburan tanah.
4. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang
bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan
pendauran unsur hara.
DAFTAR PUSTAKA
Adrinal, A. Saidi, Gusmini. 2012. Perbaikan SifatFisiko-Kimia Tanah Psamment Dengan PemulsaanOrganik Dan Olah Tanah Konservasi Pada BudidayaJagung. Solum, 9(1) : 25-35.
Anshar, M., dkk. 2011. Pengaruh Lengas Tanah Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Lokal Bawang
Merah Pada Ketinggian Tempat Berbeda. Agroland.
18(1) : 8-14.
Ardi dan FebritaIstino, 2010. Pengaruh PemberianBeberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap PertumbuhanTanaman Teh (Camellia Sinensis L.) Muda SetelahDi-Centering. 11 (3) : 1-11
Arsa, I. W., Y. Setiyo, I. M. Nada, 2010. KajianRelevansi Sifat Piskokimia Tanah Pada Kualitas DanProduktifitas Kentang (Solanum Tuberosum L).Agroteknologi, 3(1) : 1-10.
Ewuaie, J. 1990. Ekologi Tropika. Bandung; ITB.
Das, B.M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsipRekayasa Geoteknik) Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Dudal, dan Supraptoharjo. 1961. Klasifikasi Tanah Indonesia.Bogor: Pusat Penelitian Tanah (PPT).
Hermantoro. 2011. Prediksi Kadar Bahan Organik Tanah DenganPengolahan Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan MenggunakanTelepon Genggam. Jogyakarta; Teknik Pertanian danBiosistem Fakultas Teknologi Pertanian.
Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia danKesuburan Tanah Pada Lokasi Rencana Hutan TanamanIndustri PT Prima Multibuwana. Hutan Tropis Borneo.10(27): 222-229.
Rajamuddin, U. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan TanahPada Lahan Persawahan Di Desa Kaluku TingguKabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Agroland. 16(1):45-52.
Rahman, H., I.H. Khalil, F.M. Abbasi, Z.T. Khanzada,S.M.A. Shah, Z. Shah, dan H. Ahmad. 2010.Cytomorphological characterization of teacultivars. Pakistan Journal Botani, 42 (1) : 485-495
Suharyatun, S., dkk. 2013. Sebaran Lengas Tanah AkibatPembuatan Lorong Pengatus Dangkal Pada TanahSawah. Agritech. 33(3) : 1-7.
Tolaka, W., Wardah., dan Rahmawati. 2013. Sifat FisikTanah Pada Tahun Primer, Agroforestri Dan KebunKakao Di Subdas Wera Saluopa Desa Leboni KecamatanPamona Puselemba Kabupaten Poso. Warta Rimba, 1,(1): 1-8.