Perkembangan Industri Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu

23
Oleh: Renhart Jemi Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Faperta UNPAR Disampaikan pada Pembekalan PKL/Magang TA 2013/2014 Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya 24 Februari 2014

Transcript of Perkembangan Industri Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu

Oleh: Renhart JemiStaf Pengajar Jurusan Kehutanan Faperta UNPAR

Disampaikan pada Pembekalan PKL/MagangTA 2013/2014 Mahasiswa Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

24 Februari 2014

1. Industri kayu lapis berkembang sangatpesat dari periode 1980-1997

2. Mei 1980 SKB 3 Menteri(Pertanian, Perindustrian danPerdaganagn/Perkoperasian) laranganekspor kayu bulat

3. April 1981 SKB 4 Menteri(Kehutanan, Aneka industri, Perdagangan dalam negeri danPerdagangan luar negeri) Peningkatanindustri kayu terpadu (kayu lapis)

0

20

40

60

80

100

120

140

1973 1980 1985 1988 1989 1990

Pabrik

Sumber: Ery 2008

0

2000

4000

6000

8000

10000

120001

97

3

19

80

19

85

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

97

20

00

Produksi (000 m3)

Sumber: Ery 2008

Ketersedian bahan baku dari alam tidak dapat memasok undustrikayu lapis

Kebijakan pemerintah tentang pembatasan pengambilan kayudihutan alam

HTI /perkebunan belum mampu/rendah memenuhi kebutuhanindustri kayu lapis

Mesin kayu lapis sudah tua tidak mampu mengolah kayu yang diameter kecil (teknologi tidak diperbaharui)

Restrukturisasi mesin butuh biaya besar sementara sulitmendapatkan pinjaman dari bank

Berkembanganya industri kayu lapis dari negara Cina danMalaysia

Sertifikasi ecolabelling untuk produk kayu lapis eksport Pergeseran pemintanan pasar lebih menyukai kayu lapis dari

bahan baku hard wood plywood ke soft wood plywood

Sumber: Roda et al 2007

Sumber: Roda et al 2007

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

20032004

20052006

2007

Mete

r kub

ik

Sumber: Wargadalam 2009

Belum tersedianya bahan baku untuk memenuhikebutuhan pasar

Banyaknya retribusi daerah sehinggamembutuhkan operasional tinggi

Belum teratasinya illegal loging menyebabkanpasokan bahan baku ke indutri funiture terbatas

Alat industri masih tua belu direstrukturisasi

Desain produk masih lemah dan finising produk

Adanya produk dari cina, harga murah dandesainya terkini

Persyaratan eksport ketat (ecolabelling dan ISO)

1923 berdiri pabrik N. V Papier FabriekPadalarang produsen kertas Belanda PapierFabriek Nijgemen produksi 3.000 ton/tahun

1939 mendirikan pabrik kertas letjes

Pemerintah RI memeperkuat industri pulp kertasdenga Permen No 86 tahun 1957 dan No. 23 tahun 1958 perusahan kertas padalarang danletjes dinasionalkan

1959 berdiri pabrik kertas Siantar dan Martapura

1961 PN kertas blabak

1967 PN kertas Gowa

1971 PN Kertas Basuki Rachmat

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

1923 1939 1959 1959 1961 1967 1971

Ton p

er

tahun

Series 1

Sumber: Ery 2008

Bertambah jumlah pabrik dari 7 meningkatmenjadi 33 pabrik dengan kapasitas 67.000 menjadi 606.000 ton pertahun

Meningkatnya kebutuhan kertas 1976 sebesar 65.000 ton per tahun dan pada tahun1978 sebesar 413.000 ton per tahun.

1997 penundaan produksi

1998 kapasitas produksi mencapai 4,3 jutaton

2000 naik menjadi 5,2 juta ton

2005 kapasitas produksinya 6,7 juta ton

Memiliki stok bahan baku yang mencukupidari HTI Pulp karena kondisi ilkim dan lahanyang luas dibanding negara Kanada danAmerika

Hasil tanaman HTI Pulp dapat dipanen 7-10 tahun untuk bahan baku pulp kertas

Biaya pembiayan pulp kertas diIndonesialebih murah

Pembebasan tarif ekspot komoditas termasukpulp kertas (karena adanya AFTA dan WTO)

Masuknya pulp kertas dunia ke Indonesia akibatnya dosmetik tidak efisien dan mampubersaing sehingga keluar dari pasar.

Adanya sertifikat ecolabeling, ISO dan cleaner production (perusakan lingkungan danpenebangan liar)

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

1996 1997 1998 1999 2000

Gonderukem

Damar

Sagu

Terpentin

Sumber: Departemen Kehutanan (2007)