BAHAN KULIAH Konstruksi Kayu

16
Fakultan Teknik Sipil Univ. Muhammadiyah Sumatera Utara Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU” Dosen Razali, ST. MT. Halaman 1 1 1 . . T T E E G GA A N N G G A A N N - -T T E EG G A A N N G G A A N N I I Z Z I I N N 1.1 BERAT JENIS KAYU DAN KLAS KUAT KAYU Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara. Berat jenis menentukan kekuatan kayu. Selain berat jenis kekuatan kayu juga ditentukan oleh mutu kayu. Mutu kayu dibedakan dalam 2 (dua) macam, yaitu mutu A dan mutu B yang selanjutnya dapat dibaca pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961 (NI-P) pasal 3. Kekuatan Kayu digolongkan dalam klas kuat I, II, III, IV dan V. Tegangan-tegangan izin untuk kayu mutu A dengan klas kuat tertentu dapat dilihat pada daftar Iia PKKI 1961. Untuk kayu mutu B tegangan-tegangan ijin dalam daftar Iia harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75. Apabila diketahui berat-jenis kayu, maka tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung dihitung dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb PKKI 1961, sbb : ) ((kg/cm g . 20 ) ((kg/cm g . 40 ) ((kg/cm g . 150 ) (kg/cm g . 170 2 // 2 ds 2 // tr // ds 2 lt Dimana : g = berat jenis kayu kering udara Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar 0,75. Jika suatu kayu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I PKKI 1961 dapat diketahui berat jenisnya. Dari lampiran I tersebut untuk perhitungan tegangan ijin sebagai berat jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa perbedaan antara berat jenis maksimum dengan berat jeins minimum tidak boleh lebih dari 100 % berat jenis minimum, atau min min maks Bj Bj Bj Jika perbedaan tersebut lebih dari 100 % harus digunakan berat jenis yang minimum, misalnya kayu keruing dari lampiran I PKKI 1961 no. 22 mempunyai Bj maks = 1,01 dan Bj min = 0,51, maka 51 , 0 Bj 5 , 0 51 , 0 01 , 1 Bj Bj min min maks sehingga dapat digunakan Bj rata- rata = 0,76.

Transcript of BAHAN KULIAH Konstruksi Kayu

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 1

11.. TTEEGGAANNGGAANN--TTEEGGAANNGGAANN IIZZIINN

11..11 BBEERRAATT JJEENNIISS KKAAYYUU DDAANN KKLLAASS KKUUAATT KKAAYYUU

Berat Jenis Kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Sehinggaberat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara. Berat jenis menentukankekuatan kayu. Selain berat jenis kekuatan kayu juga ditentukan oleh mutu kayu. Mutukayu dibedakan dalam 2 (dua) macam, yaitu mutu A dan mutu B yang selanjutnya dapatdibaca pada PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961 (NI-P) pasal 3.

Kekuatan Kayu digolongkan dalam klas kuat I, II, III, IV dan V. Tegangan-tegangan izinuntuk kayu mutu A dengan klas kuat tertentu dapat dilihat pada daftar Iia PKKI 1961.Untuk kayu mutu B tegangan-tegangan ijin dalam daftar Iia harus dikalikan dengan faktorreduksi sebesar 0,75. Apabila diketahui berat-jenis kayu, maka tegangan-tegangan ijinkayu mutu A dapat langsung dihitung dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb PKKI1961, sbb :

)((kg/cmg.20

)((kg/cmg.40

)((kg/cmg.150

)(kg/cmg.170

2//

2ds

2//tr//ds

2lt

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi faktor reduksi sebesar 0,75. Jikasuatu kayu diketahui jenisnya maka dengan menggunakan lampiran I PKKI 1961 dapatdiketahui berat jenisnya. Dari lampiran I tersebut untuk perhitungan tegangan ijin sebagaiberat jenis kayu diambil angka rata-rata dengan catatan bahwa perbedaan antara beratjenis maksimum dengan berat jeins minimum tidak boleh lebih dari 100 % berat jenisminimum, atau

minminmaks BjBjBj

Jika perbedaan tersebut lebih dari 100 % harus digunakan berat jenis yang minimum,misalnya kayu keruing dari lampiran I PKKI 1961 no. 22 mempunyai Bjmaks = 1,01 dan Bjmin =

0,51, maka 51,0Bj5,051,001,1BjBj minminmaks sehingga dapat digunakan Bj rata-

rata = 0,76.

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 2

Dengan cara lain kita dapat langsung menggunakan klas kuat kayu yang terendah darilampiran I tersebut. Disarankan untuk menggunakan rumus yang ada untuk menghitungtegangan ijin apabila telah diketahui berat jenis kayu.

Kelas kuat kayu juga digunakan untuk menentukan medulus kenyal (elastisitas) kayusejajar serat (E), yang dapat dilihat pada daftar I PKKI 1961. Jadi apabila telah diketahuiberat jenis kayu, maka untuk menentukan modulus kenyal kayu harus diketahui pula klaskuat kayu. Untuk itu hubungan antara klas kuat dan berat jenis kayu didapat sbb :

Kelas Kuat Berat Jenis Kering UdaraKuat Lentur

(Kg/cm2)Kuat Tekan(Kg/cm2)

IIIIIIIVV

0,900,60 – 0,900,40 – 0,600,30 – 0,40 0,30

11001100 – 725725 – 500500 – 360 360

650650 – 425425 – 300300 – 215 215

Sumber : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, 1961

11..22 FFAAKKTTOORR RREEDDUUKKSSII

Harga tegangan-tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961 maupun rumus tegangan yangtelah diberikan di atas adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang bersifat tetap danpermanen, serta untuk konstruksi yang terlindung, jadi : Untuk sifat pembebanan tetap, faktor reduksi = 1 Untuk konstruksi terlindung, faktor reduksi = 1

Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus dan konstruksi tidak terlindung, makaharga tegangan ijin tersebut harus dikalikan dengan faktor reduksi sbb : Untuk konstruksi tidak terlindung, faktor reduksi = 5/6 Untuk konstruksi yang selalu basah (terendam air), faktor reduksi = 2/3 Untuk pembebanan yang bersifat sementara, faktor reduksi = 5/4 Untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran, dll) , faktor reduksi = 3/2

Faktor reduksi tersebut di atas juga berlaku untuk mereduksi kekuatan alat-alat sambung.

11..33 PPEENNGGAARRUUHH PPEENNYYIIMMPPAANNGGAANN AARRAAHH GGAAYYAA TTEERRHHAADDAAPP AARRAAHH SSEERRAATT KKAAYYUU

Apabila arah gaya yang bekerja pada bagian-bagian konstruksi menyimpang dengan sudut terhadap arah serat kayu, maka tegangan ijin desak atau tarik kayu harus dihitungsebagai berikut :

sin.ds//ds//ds

Faktor reduksi seperti yang diuraikan di atas juga harus diperhitungkan.

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 3

22.. EELLEEMMEENN--EELLEEMMEENNKKOONNSSTTRRUUKKSSII

22..11 BBAATTAANNGG TTAARRIIKK

Didalam menentukan luas tampang batang yang mengalami tarikan harus diperhitungkanberkurangnya luas tampang akibat adanya alat-alat sambung. Untuk itu dalam hitunganselalu digunakan luas tampang netto (Fnt). Besarnya nilai Fnt yakni :

brnt F.cF

Dimana : c = adalah faktor perlemahan akibat adanya alat sambungFbr = luas tampang bruto

Besarnya faktor perlemahan dapat diambil seperti di bawah ini : 10 % untuk sambungan dengan paku 20 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi 20 % untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah 30 % untuk sambungan dengan pasak kayu 0 % untuk sambungan dengan perekat

22..22 BBAATTAANNGG DDEESSAAKK

22..22..11 BBaattaanngg TTuunnggggaall

Didalam merencanakan batang desak harus diperhatikan adanya bahaya tekuk, tetapi tidakperlu memperhatikan faktor perlemahan seperti batang tarik. Besarnya faktor tekuk ()tergantung dari angka kelangsingan batang ().

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 4

min

tk

i

l

Dimana : ltk = panjang tekuk yang tergantung dari sifat-sifat ujung batang yakni sbb :

Untuk jepit – sendi : 2.l.2/1ltk

Untuk jepit – bebas : l.2ltk

Untuk sendi – sendi : lltk

Untuk konstruksi rangka : lltk

mini = jari-jari inersia minimumbr

min

F

I

Hubungan antara dan dapat dilihat pada daftar III PKKI 1961, selanjutnya tegangandesak yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan desak yang diijinkan.

//dsbr

dsF

.P

Untuk merencanakan dimensi batang desak tunggal, sebagai pedoman awal dapatdigunakan rumus-rumus sbb :

Untuk kayu klas kuat I 2tktkmin l.P.40I

Untuk kayu klas kuat II 2tktkmin l.P.50I

Untuk kayu klas kuat III 2tktkmin l.P.60I

Untuk kayu klas kuat IV 2tktkmin l.P.80I

Dimana : tkP = gaya desak (ton)

tkl = panjang tekuk (m)

minI = dalam cm4

22..22..22 BBaattaanngg GGaannddaa

Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga maupun empat batang tunggal yang digabungkandengan diberi jarak antara. Pemberian jarak ini dengan maksud untuk memperbesarmomen inersia yang berarti juga memperbesar daya dukung.

Besarnya momen inersia terhadap sumbu bebas bahan dalam hal ini sumbu Y (lihat Gambar2.1) harus diberi faktor reduksi sehingga besarnya dihitung sbb :

)I.3I(.4/1I gty

Dimana : tI = momen inersia yang dihitung secara teoritis (apa adanya)

gI = momen inersia yang dihitung dengan menganggap bagian-bagian ganda

menjadi tunggal

Untuk momen inersia terhadap sumbu X tidak perlu direduksi.

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 5

Gambar 2.1 Batang Ganda Terhadap Sumbu Bebas Bahan

Disyaratkan bahwa a ≤ 2.b, jika a > 2.b, maka untuk menghitung tI tetap diambil a = 2.b

22..33 BBAALLOOKK LLEENNTTUURR

Pada sebuah balok yang dibebani momen lentur harus dipenuhi syarat batas teganganlentur dan lendutan. Tengangan lentur yang terjadi tidak boleh melampaui tenganganlentur yang diijinkan.

ltn

maxlt

W

M

Dimana : nW = c . W

c = adalah faktor perlemahan seperti batang tarikW = Momen tahanan = 1/6 . b . h2

Lendutan yang terjadi tidak boleh lebih besar dari lendutan yang diijinkan seperti yangdisyaratkan pada PKKI 1961 pasal 12.5. Sedangkan syarat panjang bentang balok yangefektif dapat dilihat pada PKKI 1961 pasal 12.1

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 6

22..44 BBAALLOOKK YYAANNGG MMEENNDDUUKKUUNNGG MMOOMMEENN DDAANN GGAAYYAA NNOORRMMAALL

22..44..11 LLeennttuurraann ddaann TTaarriikkaann

Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan tarikan, tegangan yang terjadi tidakdiijinkan lebih besar dari tegangan tarik yang disyaratkan, yakni :

//trn

max

nttot

W

M.

F

P

Dimana :lt

//tr

22..44..22 LLeennttuurraann ddaann DDeessaakk

Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan desakan, tegangan yang terjadi tidakdiijinkan lebih besar dari tegangan desak yang disyaratkan, yakni :

//dsn

max

brtot

W

M..

F

P

Dimana :lt

//ds

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 7

33.. SSAAMMBBUUNNGGAANN DDAANNAALLAATT--AALLAATT SSAAMMBBUUNNGG

33..11 SSAAMMBBUUNNGGAANN DDEENNGGAANN BBAAUUTT

Garis tengah (diameter) baut paling kecil harus 10 mm (3/8”), sedangkan untuk sambunganbaik bertampang satu maupun bertampang dua dengan tebal kayu lebih besar dari pada 8cm, harus dipakai batu berdiameter paling kecil 12,7 mm (1/2”). Sambungan dengan bautdibagi dalam 3 (tiga) golongan menurut kekuatan kayu yaitu golongan I, II dan III. Agar

sambungan dapat memberikan hasil kekuatan yang sebaik mungkin, hendaknya b = b/d

yang diambil dari angka-angka yang tercantum dibawah ini.

a. Golongan I untuk kayu klas kuat I (Kayu Rasamala)

Sambungan bertampang satu : P = 50 . l . d . (1 – 0,60 . sin )

atau b = 4,8 P = 240 . 2d . (1 – 0,35 . sin )

Sambungan bertampang dua : P = 125 . m . d . (1 – 0,60 . sin )

atau b = 3,8 P = 250 . l . d . (1 – 0,60 . sin )

P = 480 . 2d . (1 – 0,35 . sin )

b. Golongan II untuk kayu klas kuat II (Kayu Jati)

Sambungan bertampang satu : P = 40 . l . d . (1 – 0,60 . sin )

atau b = 5,4 P = 215 . 2d . (1 – 0,35 . sin )

Sambungan bertampang dua : P = 100 . m . d . (1 – 0,60 . sin )

atau b = 4,3 P = 200 . l . d . (1 – 0,60 . sin )

P = 430 . 2d . (1 – 0,35 . sin )

c. Golongan III untuk kayu klas kuat III

Sambungan bertampang satu : P = 25 . l . d . (1 – 0,60 . sin )

atau b = 6,8 P = 170 . 2d . (1 – 0,35 . sin )

Sambungan bertampang dua : P = 60 . m . d . (1 – 0,60 . sin )

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 8

atau b = 5,7 P = 120 . l . d . (1 – 0,60 . sin )

P = 340 . 2d . (1 – 0,35 . sin )

Dimana :

P = kekuatan ijin baut dalam kg yang diambil yang terkecil; = sudut penyimpangan arah gaya terhadap arah serat kayu;

l = tebal kayu tepi dalam cm;m = tebal kayu tengah dalam cm;

d = garis tengah (diameter) baut dalam cm;

Hasil kekuatan ijin baut yang diambil harus dikalikan dengan faktor reduksi seperti dalampembahasan sub bab 1.2 diatas, yakni :

..PPr

Dengan demikian dapat dihitung jumlah baut (n) yang akan direncanakan denganpersamaan :

rP

Pn

Untuk kayu klas kuat di bawah III jarang digunakan sehingga tidak diberikan perumusannya.Perencanaan sambungan dengan alat sambung baut harus memperhatikan syarat-syaratyang berlaku sesuai dengan PKKI 1961. Penempatan baut-baut dapat di lihat pada gambardibawah ini :

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 9

Gambar 3.1 Penempatan Jarak-Jaak Baut

Arah gaya membentuk sudut )90(0 oo dengan arah serat kayu seperti gambar

diatas, maka antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani dalam arah gaya ditentukandengan meninterpolasi linier diantara harga 5.d dan 6.d.

Contoh misalkan arah gaya membentuk sudut 54 dengan perumpamaan o0 untuk

jarak 5.d dan o90 untuk jarak 6.d dengan meninterpolasi linier maka akan diperolehjarak 5,5.d.

33..22 SSAAMMBBUUNNGGAANN DDEENNGGAANN PPAAKKUU

Kekuatan paku untuk sambungan tampang satu dapat dilihat pada daftar Va (PKKI 1961,hal. 26). Apabila pada sambungan digunakan paku yang memenuhi syarat untuk sambungantampang dua, maka kekuatan paku dalam daftar Va dapat dikalikan dua.

Panjang paku untuk sambungan tampang satu biasanya diambil sebagai berikut :

muka)kayutebal(ll.5,2lp

Sedangkan untuk sambungan tampang dua biasanya diambil sebagai berikut :

tengah)kayutebal(mlm.5,2lp

Dari daftar Va tampak bahwa tebal kayu muka tempat awal paku masuk dibatasi 2 – 4 cm.Sehingga apabila tebal kayu lebih dari 4 cm, maka kekuatan paku tidak dapat dihitungberdasarkan daftar Va tersebut. Jadi apabila tidak menggunakan daftar V, kekuatan pakudapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Sambungan bertampang satu : P = 0,5 . l . d . kd untuk l 7.d

P = 3,5 . 2d . kd untuk l 7.d

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 10

Sambungan bertampang dua : P = m . d . kd untuk m 7.d

P = 7 . 2d . kd untuk m 7.d

Harga kd (kokoh desak kayu) dapta dilihat pada daftar Va sesuai dengan Bj kayu yang

bersangkutan. Dalam perencanaan, sambungan dengan alat sambung paku harusmemperhatikan syarat-syarat dalam PKKI 1961.

Gambar 3.2 Penempatan Jarak Paku

33..33 SSAAMMBBUUNNGGAANN DDEENNGGAANN PPAASSAAKK

Pasak adalah alat penyambung yang dimasukkan ke dalam takikan-takikan di dalam kayuyang akan dibebani oleh tekanan dan gesekan. Pasak hanya boleh dibuat dari kayu keras(lihat daftar IV, PKKI hal. 20), besi atau baja. Pasak kayu keras yang mempunyai tampangpersegi empat panjang, memasangnya harus sedemikian sehingga serat-seratnya terletaksejajar dengan serat-serat batang kayu yang disambung.

33..33..11 SSaammbbuunnggaann ddeennggaann PPaassaakk KKaayyuu PPeerrsseeggii

Sambungan dengan pasak kayu hanya digunakan untuk sambungan tampang 2 (dua) saja.Arah serat kayu pada pasak dibuat sejajar dengan arah serat kayu pada batang yangdisambung (batang asli). Ukuran-ukuran pasak itu harus diambil sebagai berikut :

Tinggi pasak (2t) : t 1,5 cmPanjang pasak (a) : a 5.t dengan syarat : 10 cm a 15 cm

Tegangan tekan yang diijinkan untuk kayu di dalam sambungan ini dapat diambil daridaftar II (PKKI 1961, hal. 6) dengan mengigat jenis muatannya, kemudian tegangan tekanyang diijinkan tersebut harus dikalikan dengan faktor direduksi.

Antara masing-masing pasak demikian juga antara pasak dan ujug kayu harus diberi bautpelengkap dengan garis tengah (diameter) baut 1,27 cm (1/2”).

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 11

Gambar 3.3 Penempatan Jarak Pasak Kayu Persegi

33..33..22 SSaammbbuunnggaann ddeennggaann PPaassaakk KKaayyuu BBuullaatt KKuubblleerr

Alat sambungan ini dapat digunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih, kekuatanpasak kubler dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Kekuatan Pasak Kubler untuk Kayu dengan Bj = 0,6

DiameterPasak

tGaris Tengah

PLebarKayumin.

Jarakantarapasak

KayuMuka

d Baut

(cm) (cm) (cm) (cm) (ton) (cm) (cm) (cm)

6

8

10

2,6

3

4

1,6

1,6

1,6

1,27

1,27

1,27

1,0

1,5

1,7

8

10

12

14

18

20

14

18

20

Untuk Bj lainnya maka angka-angak pada tabel diatas harus diberi faktor pengkalisebanding dengan Bj-nya, yaitu Bj/0,6.

Apabila arah gaya membentuk sudut terhadap arah serat kayu, maka kekuatan pasakberkurang sebagai berikut :

)sin.25,01(.PP //

Cara memilih ukuran pasak dengan memperhatikan ukuran kayu minimum, misalkan pasakakan diletakkan setangkup dengan lebar kayu 14 cm, maka dapat diambil pasak 10 cmatau yang lebih kecil lagi sesuai dengan kebutuhan kekuatan pasak. Pada prinsipnya jumlahpasak yang terpasang / digunakan semakin sedikit akan semakin baik karena menghematpanjang plat sambung.

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 12

Gambar 3.4 Penempatan Jarak Pasak Kayu Bulat Kubler

33..44 SSAAMMBBUUNNGGAANN DDEENNGGAANN CCIINNCCIINN BBEELLAAHH KKRREEUUGGEERRSS

Cincin belah sebaiknya digunakan untuk sambungan tampang 2 (dua) atau lebih dan padasatu sambungan dibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah. Kekuatan cincin belahkreugers perpasangan untuk kayu dengan berat jenis 0,6 dapat dilihat pada Tabel 3.2.Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya. Cincin belah inisebaiknya digunakan untuk sambungan tampang dua atau lebih dan pada satu sambungandibatasi maksimal ada 3 (tiga) pasang cincin belah.

Apabila arah gaya yang membentuk sudut terhadap arah serat kayu maka kekuatancincin belah berkurang sebagai berikut :

)sin.30,01(.PP //

Cara memilih cincin belah tersbut berturut-turut dengan memperhatikan lebar kayuminimum, tebal kayu tengah minimum, tebal kayu tepi minimum dan jarak kayu muka yangdirencanakan.

Penempatan jarak sambungan dengan cincin belah kreugers sama halnya denganPenempatan Jarak Pasak Kayu Bulat Kubler hanya saja sesuai dengan ketentuan-ketentuanyang berlaku.

33..55 SSAAMMBBUUNNGGAANN DDEENNGGAANN KKOOKKOOTT BBUULLLLDDOOGG

Kekuatan kokot bulldog dapat dilihat pada Tabel 3.3 untuk kayu dengan Bj = 0,5. Untuk Bj-lain harus diberi faktor pengkali sebanding dengan Bj-nya. Apabila arah gaya membentuksudut terhadap arah serat kayu, maka kekuatan kokot bulldog berkurang sbb :

)sin.25,01(.PP //

Cara memilih kokot bulldog tersebut dengan memperhatikan lebar kayu minimum dantebal kayu muka minimum, serta diameter baut yang direncanakan.

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 13

Tabel 3.2 Kekuatan Cincin Belah Kreugers untuk Kayu dengan BJ = 0,6

Tanda Cincin Belah100/19 100/25 100/31 125/25 125/31 125/37 150/31 150/37 150/43

a b c d e f g h i

Garis tengah cincinbelah, D (mm)

Tinggi cincin belah,H (mm)

Tebal cincin belah,S (mm)

Berat cincin belah,(gram)

Garis tengah baut,d (mm)

Cincin tutup

Lebar kayu min.h (mm)

Tebal kayu tengahmin, m (mm)

Tebal kayu tepimin, l (mm)

Kayu muka min,(mm)

Jarak antar baut(mm)

P per pasangcincin belahdengan kayu muka

100

19

2,0

95

16

6565 x 6

125

37

31

75

150

100

25

2,0

125

16

6565 x 6

125

50

37

75

150

100

31

2,0

155

16

6565 x 6

125

62

50

75

150

125

25

2,5

190

16

6565 x 6

150

50

37

100

200

125

31

2,5

240

16

6565 x 6

150

62

50

100

200

125

37

2,5

290

16

6565 x 6

150

75

62

100

200

150

31

3,1

19

7575 x 9

175

62

50

125

250

150

37

3,0

19

7575 x 9

175

75

62

125

250

150

43

3,0

19

7575 x 9

175

88

75

125

250

Kayu muka(mm)

P (ton)

75

1,8

100

2,0

75

2,0

100

2,3

75

2,2

100

2,6

100

2,5

125

3,0

100

3,0

125

3,5

100

3,5

125

4,0

125

4,0

175

4,8

125

4,6

175

5,4

125

5,2

175

6,0

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 14

Tabel 3.3 Kekuatan Kokot Bulldog untuk Kayu dengan Bj = 0,5

Bulldog UkuranStandard

Bulat 2”(4,8 cm)

Dengan gigitinggi 2,5”(6,2 cm)

Bulat 2,5”(6,2 cm)

Bulat 3”(7,5 cm)

Tinggi/tebal, mmLubang Baut, mm

Ukuran terkecilkayu, in/cm

Jarak antara ujungkayu sampai baut,cm (in)

Jarak antar baut,cm (in)

1217

2,5” x 0,75”6,35 x 1,905

4 (1,5”)

7 (3”)

1621

2,75” x 7/8”6,985 x 2,22

6 (2,5”)

9 (3,5”)

1621

3” x 1”7,62 x 2,54

5,5 (2,25”)

9 (3,5”)

1923

3,5” x 1”8,89 x 2,54

7 (3”)

11 (4,5”)

Diameter Baut, inmm

Beban maximumper-Bulldog, ton

3/810

0,2

1/212

0,3

5/816

0,5

3/810

0,4

1/212

0,5

5/816

0,6

3/810

0,4

1/212

0,5

5/816

0,6

3/420

0,6

3/810

0,5

1/212

0,7

5/816

0,8

Tabel Sambungan

Bulldog UkuranStandard

Bulat 3,75(9,5 cm)

Bulat4,5”

(11,7 cm)

Persegi4” x 4”

(10 x 10 cm)

Persegi5” x 5”

(13 x 13 cm)

Lonjong3” x 5”

(7 x 13 cm)

Tinggi/tebal, mmLubang Baut, mm

Ukuran terkecilkayu, in/cm

Jarak antara ujungkayu sampai baut,cm (in)

Jarak antar baut,cm (in)

2433

4” x 1,25”10,16 x 3,175

9 (3,5”)

14 (5,5”)

3050

6” x 2”15,24 x

5,08

9 (3,5”)

14 (5,5)

1640 x 40

4,5” x 1,5”11,43 x 3,81

11 (4,5”)

17 (7”)

2052 x 52

6” x 2”15,24 x 5,08

15 (6”)

23 (9”)

3826,5

4” x 2”10,16 x 5,08

12 – 9 cm

18 – 12 cm

Diameter Baut, inmm

Beban maximumper-Bulldog, ton

1/212

0,9

5/816

1,0

3/420

1,2

3/420

1,5

126

1,7

1/212

1,3

5/816

1,5

3/420

1,7

3/420

1,7

7/822

1,8

126

20

3/420

1,3

7/822

1,4

126

1,5

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 15

44.. SSAAMMBBUUNNGGAANN GGIIGGII

44..11 SSAAMMBBUUNNGGAANN GGIIGGII

Sambungan gigi berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya desak, sambungan ini dapat dibuatdalam 3 (tiga) keadaan, yakni :1. Gigi tegak lurus pada batang mendatar;2. Gigi tegak lurus pada batang diagonal;3. Gigi menurut garis bagi sudut luar;

Gambar 4.1 Sambungan Gigi Menurut Garis Bagi Sudut Luar

Kedalaman gigi (tv) dapat dihitung dengan rumus sebagai beriktu :

Keadaan 1

.b

Cos.Ptv

Fakultan Teknik SipilUniv. Muhammadiyah Sumatera Utara

Mata Kuliah “STRUKTUR KAYU”Dosen Razali, ST. MT.

Halaman 16

Keadaan 2

.b

Cos.Ptv

Keadaan 3

.2/1

2

v.b

.1/2Cos.Pt

Dari ketiga keadaan tersebut yang paling baik dan sering dipakai adalah keadaan 3. Apabilaoo 6020 maka untuk menghitung vt pada keadaan 3 dapat menggunakan rumus

praktis sebagai berikut :

Kayu klas kuat I :b.112

Ptv

Kayu Jati :b.93

Ptv

Kayu klas kuat II :b.73

Ptv

Kayu klas kuat III :b.50

Ptv

Kayu klas kuat IV :b.37

Ptv

Untuk ketiga keadaan tersebut juga harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Kedalaman gigi ( vt )

o50 h.4/1tv

50o h.6/1tv

6050 oo vt harus diinterpolasi linier

Kayu muka ( vl )

//v

.b

Hl

dimana : H = P . cos

cm15lv

Apabila terdapat vt atau vl yang terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk

menyambung di tempat yang bersangkutan, maka ada beberapa cara untuk mengatasinya :

1. Dipakai gigi rangkap2. Memperlebar batang-batang kayu setempat3. Mempertinggi batang-batang kayu setempat4. Menggunakan kokot pada bidang takikan.