PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH DI UNIT ...

142
PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH DI UNIT PERCETAKAN BPPT THAMRIN JAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNIK Program Studi TEKNIK LINGKUNGAN Oleh : NAMA : FAJAR BAGOES RIANTO NIM : 190270011 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA JAKARTA 2021

Transcript of PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH DI UNIT ...

PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH

DI UNIT PERCETAKAN BPPT THAMRIN JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNIK

Program Studi TEKNIK LINGKUNGAN

Oleh :

NAMA : FAJAR BAGOES RIANTO

NIM : 190270011

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

JAKARTA

2021

ii

NET PRODUCTION STRATEGY DESIGN

AT THE BPPT THAMRIN PRINTING UNIT, JAKARTA

THESIS PROPOSAL

Submitted as One of the Requirements for Obtaining a Degree

BACHELOR OF ENGINEERING

ENVIRONMENTAL ENGINEERING Study Program

By:

NAMA : FAJAR BAGOES RIANTO

NIM : 190270011

FACULTY OF ENGINEERING

SATYA NEGARA UNIVERSITY OF INDONESIA

JAKARTA

2021

iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Fajar Bagoes Rianto

NIM : 190270011

Program Studi : Teknik Lingkungan

Menyatakan bahwa Skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri dan seluruh isi

Skripsi menjadi tanggung jawab saya sendiri. Apabila saya mengutip dari karya

orang lain saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Saya bersedia dikenai sanksi pembatalan Skripsi ini apabila terbukti melakukan

tindakan plagiat (penjiplakan).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Agustus 2021

Fajar Bagoes Rianto

iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Fajar Bagoes Rianto

NIM : 190270011

Jurusan : Teknik Lingkungan

Judul Skripsi

: Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit

Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.

Tanggal Sidang Skripsi :

Jakarta, Agustus 2021

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Nurhayati, M.Si) (Dr. Deni Kurniawan)

Dekan Ketua Program Studi

(Ir. Nurhayati, M.Si) (Ir. Nurhayati, M.Si)

v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH

DI UNIT PERCETAKAN BPPT THAMRIN JAKARTA

Oleh:

NAMA : FAJAR BAGOES RIANTO

NIM : 190270011

Telah dipertahankan didepan Penguji pada tanggal 13 Agustus 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Ketua Penguji / Pembimbing I Ketua Penguji / Pembimbing II

(Ir. Nurhayati, M.Si) (Dr. Deni Kurniawan)

Anggota Penguji Anggota Penguji

(Dr. Yusriani Sapta Dewi, M.Si) (Drs. Charles Sitomorang, M.Si)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran Perancangan

Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Metode

penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Populasi dan sampel penelitian terdiri

dari enam responden. Teknik analisis data terdiri dari tahapan (a) penilaian

penerapan produksi bersih (daftar periksa produksi bersih); (b) penentuan penyebab

masalah limbah lingkungan (fishbone diagram); (c) penentuan akar penyebab

masalah limbah lingkungan dengan metode 5W1H yaitu What, Where, Who, When,

Why, dan How; (d) penentuan alternatif solusi yang dapat diterapkan; (e) Pemilihan

alternatif solusi penerapan produksi bersih dengan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP). Hasil penelitian menunjukan bahwa alternatif solusi yang terpilih

dalam penerapan produksi bersih pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta

dengan menggunakan metode AHP yaitu memberikan pegawai dengan

pengetahuan, pelatihan pengolahan limbah. Alternatif solusi hasil penelitian

menggunakan kriteria terdiri dari teknis, ekonomis, dan lingkungan.

Kata kunci: Perancangan, strategi, produksi bersih, percetakan

vii

ABSTRACT

This study aims to identify and provide an overview of the Clean Production

Strategy Design at the Printing Unit of BPPT Thamrin Jakarta. The research

method used is qualitative. The population and research sample consisted of six

respondents. The data analysis technique consists of stages (a) assessment of the

application of clean production (clean production checklist); (b) determining the

causes of environmental waste problems (fishbone diagram); (c) determining the

root causes of environmental waste problems using the 5W1H method, namely

What, Where, Who, When, Why, and How; (d) determination of alternative

solutions that can be applied; (e) Selection of alternative solutions for

implementing clean production using the Analytical Hierarchy Process (AHP)

method. The results showed that the chosen alternative solution in the

implementation of clean production at the Printing Unit of BPPT Thamrin Jakarta

was using the AHP method, namely providing employees with knowledge, waste

management training. Alternative solutions resulting from research using criteria

consisting of technical, economical, and environmental.

Keywords: Design, strategy, clean production, printing

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya yang

dilimpahakan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

โ€œPerancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakartaโ€

sebagai syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Satya Negara Indonesia

(USNI) Jakarta.

Penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis

hadapi, namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ir. Nurhayati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, Dekan dan Ketua Jurusan

Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia.

2. Dr. Deni Kurniawan, selaku Dosen Pembimbing II.

3. Para Dosen Penguji yang telah memberikan masukkan dan saran, serta

perbaikan.

4. Kedua orang tua yang tercinta.

5. Keluarga Besar Biro Umum, Unit Percetakan dan Kendaraan BPPT.

6. Teman dekatku yang selalu memberikan motivasi.

Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitian penelitian

selanjutnya.

Jakarta, Agustus 2021

Fajar Bagoes Rianto

ix

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL JUDUL โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ i

COVER โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...... v

ABSTRAK โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ vi

ABSTRACT โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... vii

KATA PENGANTAR โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. viii

DAFTAR ISI โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ ix

DAFTAR GAMBAR โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... xii

DAFTAR TABEL โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ........ xiv

DAFTAR LAMPIRAN โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ xv

BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ......... 1

1.2 Identifikasi Masalah โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 4

1.3 Pembatasan Masalah โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 4

1.4 Rumusan Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 5

1.5 Tujuan Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 5

1.6 Manfaat Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Strategi โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 6

2.1.1 Pengertian Perancangan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 6

2.1.2 Pengertian Startegi โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 7

2.2 Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 10

2.2.1 Pengertian Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 10

2.2.2 Prinsip Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 14

x

2.2.3 Perangkat Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 17

2.3 Percetakan Unit Kerja BPPT Thamrin Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 19

2.4 Hasil Penelitian Relevan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...... 26

3.1.1 Waktu Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 26

3.1.2 Tempat Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 26

3.2 Metode Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 26

3.2.1 Tahapan Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 26

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 27

3.3 Teknik Analisis Data โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 28

3.3.1 Penilaian Penerapan Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 28

3.3.2 Penentuan Penyebab Masalah Limbah Lingkungan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 29

3.3.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan โ€ฆโ€ฆ.. 29

3.3.4 Penentuan Alternatif Solusi โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 30

3.3.5 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.... 32

4.1.1 Hasil wawancara responden mengenai permasalahan yang

dialami pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 32

4.1.2 Hasil wawancara responden mengenai dimana permasalahan

terjadi โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 35

4.1.3 Hasil wawancara responden mengenai siapa yang bertanggung

jawab terhadap permasalahan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 36

4.1.4 Hasil wawancara responden mengenai kapan permasalahan ini

biasanya terjadi โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 37

4.1.5 Hasil wawancara responden mengenai mengapa permasalahan

tersebut dapat terjadi dan penyebab masalahnya apa โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 39

xi

4.1.6 Hasil wawancara responden mengenai bagaimana mengatasi

permasalahan tersebut atau solusi dari permasalahan โ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 40

4.2 Penilaian Penerapan Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 42

4.3 Penentuan Penyebab Masalah Limbah Lingkunganโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 44

4.4 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 47

4.5 Penentuan Alternatif Solusi โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 50

4.6 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...โ€ฆโ€ฆ..โ€ฆ.. 51

4.7 Perencanaan Strategi Produksi Bersih Unit Percetakan BPPT โ€ฆโ€ฆโ€ฆ 54

4.7.1 Aset Mesin Baruโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 54

4.7.2 Rencana Tata Letakโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 59

4.7.3 Pelatihan SDM Terkait dengan Bidang Pekerjaanโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 69

4.7.4 Penambahan Fasilitas dan Alat Bantu โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 70

4.7.5 Persyaratan Sistem Penghawaan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 70

4.7.6 Persyaratan Sistem Pencahayaan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.... 72

4.7.7 Gambaran Umum Ruangan Percetakan BPPT โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...... 77

5.2 Saran โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 77

DAFTAR PUSTAKA โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...... 78

LAMPIRAN โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 82

CURRICULUM VITAE โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 123

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 14

Gambar 2.2 Teknik-Teknik Produksi Bersih โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 16

Gambar 2.3 Mesin Cetak SORD Heidelberg โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 22

Gambar 2.4 Mesin Cetak GTO Heidelberg โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 22

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 27

Gambar 4.1 Pelaksanaan Wawancara dan Kuesioner Responden

Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.

44

Gambar 4.2 Pelaksanaan Diskusi Responden Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 45

Gambar 4.3 Fishbone Diagram โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 46

Gambar 4.4 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

dengan Bobot Kriteria dan Bobot Alternatif โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...

54

Gambar 4.5 Mesin cetak offset model Heidelberg SM 52-4+L Anicolor 55

Gambar 4.6 Mesin potong High-speed cutter POLAR N 115 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 56

Gambar 4.7 Mesin pelat CTP model Heidelberg Suprasetter A106/106 57

Gambar 4.8 Mesin digital printing model Digital printing konica

minolta 6501 A3 Plus โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 58

Gambar 4.9 Denah Rencana Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta (Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ

59

Gambar 4.10 Denah Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin Jakarta

(Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ

60

Gambar 4.11 Area ruang percetakan (Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 61

Gambar 4.12 Area ruang percetakan (Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 61

Gambar 4.13 Area pra cetak (Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 62

Gambar 4.14 Area pra cetak (Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 63

Gambar 4.15 Area cetak (Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 63

Gambar 4.16 Area cetak (Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 64

xiii

Gambar 4.17 Area pasca cetak (Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 64

Gambar 4.18 Area pasca cetak (Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 65

Gambar 4.19 Area barang setengah jadi dan sortir (Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 65

Gambar 4.20 Area barang setengah jadi dan sortir (Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 66

Gambar 4.21 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak

(Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 66

Gambar 4.22 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak

(Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 67

Gambar 4.23 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sebelum) โ€ฆ.. 67

Gambar 4.24 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sesudah) โ€ฆ.. 68

Gambar 4.25 Area tools cabinet (Sebelum) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 68

Gambar 4.26 Area tools cabinet (Sesudah) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. 69

Gambar 4.27 Penambahan Fasilitas Alat Bantu โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ... 70

Gambar 4.28 Perencanaan sistem penghawaan (Instalasi Tata Udara)

Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.

71

Gambar 4.29 Perencanaan sistem pencahayaan Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...

73

Gambar 4.30 Visualisasi Ruang Pracetak, Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...

74

Gambar 4.31 Visualisasi Ruang Cetak, Unit Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.

75

Gambar 4.32 Visualisasi Ruang Finishing, Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ...

76

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Rekapitulasi daftar produksi bersih .......................................... 43

Tabel 4.2 5W1H permasalahan pengguna zat pewarna di percetakan ..... 48

Tabel 4.3 Pengelompokan alternatif solusi dan susulan hasil metode

5W1H โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ

50

Tabel 4.4 Bobot dan peringkat pada kriteria teknis, ekonomis, dan

lingkungan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.

52

Tabel 4.5 Bobot alternatif peringkat pada kriteria teknis, ekonomis, dan

lingkungan โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.

53

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner dan Wawancara Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ 82

Lampiran 2 Hasil Kuesioner dan Wawancara Responden Penelitian โ€ฆ 103

Lampiran 3 Perhitungan Hasil Kuesioner Penelitian โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ. 117

Lampiran 4 Gambar Perancangan Strategi Produksi Bersih di

Percetakan BPPT Thamrin Jakarta โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.

121

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap aktivitas proses produksi selain menghasilkan produk dan jasa juga

menghasilkan limbah. Strategi bersama dalam mengurangi pencemaran lingkungan

dan penggunaan sumber daya merupakan definisi dari produksi bersih. Percetakan

biasanya mengeluarkan limbah lingkungan yang terdiri dari konsumsi energi, air,

dan bahan baku berlebihan; limbah cair dibuang ke sungai; pemakaian zat warna

kimia yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.

UNEP (2003) menyatakan bahwa produksi bersih adalah strategi

pengelolaan lingkungan bersifat preventif dan terpadu, yang diterapkan

berkesinambungan pada proses dan daur hidup produksi, dengan tujuan

mengurangi dampak terhadap manusia dan lingkungan. Jadi produksi bersih

merupakan pengelolaan limbah yang memiliki sifat preventif, terpadu, dan

berkelanjutan guna mengurangi dampaknya padan manusia dan lingkungan.

Kegiatan produksi pada industri mencegah pencemaran sebelum terjadi.

End-of Pipe-Treatment merupakan konsep yang menitik beratkan pada

pembuangan limbah, tetapi belum sepenuhnya memecahkan masalah isu

lingkungan saat ini sehingga pencemaran dan kerusakan lingkungan terus terjadi.

Biaya yang besar menjadi kendala bagi industri skala kecil dan menengah, selain

itu lemahnya penegakkan hukum mengakibatkan semakin parahnya pencemaran

dan perusakan lingkungan saat ini. Kebijakan pemerintah harus dibarengi dengan

sanksi dan penegakan hukum yang adil dan terimplementasi.

2

Limbah lingkungan terdiri dari energi, air dan bahan baku yang dikonsumsi

berlebihan dari yang dibutuhkan. Polutan dan limbah material yang dilepas ke

lingkungan seperti emisi udara, pembuangan air limbah, limbah berbahaya, dan

limbah padat; zat berbahaya yang mempengaruhi kesehatan ////////manusia dan

lingkungan hidup (ILO, 2013). Limbah lingkungan dan polutan serta limbah

material dapat mempengaruhi dan menurunkan kesehatan umat manusia dan

lingkungan hidup sekitarnya.

Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta setelah penulis melakukan

observasi awal menunjukkan bahwa proses pengelolaan produksi belum

dilaksanakan dengan baik. Dibuktikan dengan tingkat pemakaian air dibagian

printing belum terkendali. Proses penyablonan printing menghasilkan sisa zat

warna yang terbuang dan tercecer dilantai produksi, serta tingginya produk defect.

Pembuangan limbah cair langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan limbah,

Program instalasi pengolahan air limbah (IPAL) belum optimal, sehingga limbah

cair yang dihasilkan menyebabkan pencemaran sungai.

Penelitian terkait produksi bersih di unit kerja atau industri percetakan oleh

Wardani (2015) yang mengatakan, industri yang menggunakan pewarna buatan

sebesar 61%, sedangkan pewarna alami sebesar 39%. Industri batik printing IKM

Batik Puspa Kencana tergolong pada industri yang menggunakan zat pewarna

buatan.

Kurniawan, et al (2013) mengatakan bahwa pemakaian zat pewarna buatan

di industri batik mengakibatkan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Batik

printing menjadi objek penelitian dengan alasan pemakaian zat pewarna buatan

3

lebih berbahaya dibanding zat pewarna alami. Proses produksi batik printing lebih

cepat dibandingkan proses produksi batik tulis dan batik cap, sehingga limbah yang

dihasilkan lebih banyak.

Kristianto (2004) mengatakan bahwa limbah yang dihasilkan percetakan

harus dikelola dengan baik. Metode AMDAL belum dapat diterapkan untuk

mengelola limbah yang dihasilkan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup, dibuat perencanaan dan digunakan untuk

pengambilan keputusan. Dengan demikian, metode AMDAL belum dapat

diterapkan dalam mengelola limbah, harus direncanakan dan digunakan

pengambilan keputusan.

KLH RI (2015) menyatakan bahwa metode PROPER yang dikembangkan

dengan beberapa prinsip dasar. Peserta PROPER bersifat selektif diperuntukan bagi

industri yang menimbulkan dampak besar dan meluas terhadap lingkungan dan

industri peduli dengan citra atau reputasi perusahaan. Jadi metode PROPER

menggunakan prinsip dasar seperti bersifat selektif, menimbulkan dampak meluas

terhadap lingkungan, dan industri peduli dengan reputasi perusahaan.

Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta memerlukan cara mengatasi

masalah limbah, salah satunya melalui strategi perancangan produksi bersih. ILO

(2013) menyatakan bahwa produksi bersih merupakan strategi untuk mengurangi

pencemaran lingkungan dan secara bersamaan mengurangi konsumsi sumber daya.

Indrasti dan Fauzi (2009) mengatakan keuntungan yang diperoleh industri bila

menerapkan konsep produksi bersih seperti memperbaiki efisiensi, meningkatkan

performasi lingkungan, dan meningkatkan keuntungan kompetitif.

4

Berdasarkan penjelasan dan jurnal di atas, persamaan penelitian pada

produksi bersih. Perbedaan yang di lakukan penulis, mengenai strategi perancangan

produksi bersih, lokasi penelitian, waktu penelitian, dan metode penelitian yang

digunakan. Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul โ€œPerancangan

Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakartaโ€.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah mengenai Perancangan Strategi Produksi Bersih di

Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta diantaranya Unit Percetakan diduga

pengelolaan proses produksi belum maksimal, dibuktikan dengan pemakaian air di

bagian printing kurang dikendalikan. Proses penyablonan printing menghasilkan

sisa zat warna yang terbuang dan tercecer dilantai produksi, serta tingginya produk

defect. Pembuangan limbah cair langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan

limbah. Program instalasi pengolahan air limbah (IPAL) belum optimal, sehingga

limbah cair yang dihasilkan menyebabkan pencemaran sungai, perlu pengawasan

operator secara maksimal.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian agar terfokus mengenai Perancangan

Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.

5

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimana Perancangan Strategi

Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta?.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran

Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoretis

a) Diharapkan menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai

Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta.

b) Kajian pustaka yang digunakan bagi penelitian selanjutnya mengenai

Perancangan Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta.

1.6.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Pegawai

Memberikan pemahaman dan gambaran mengenai Perancangan

Strategi Produksi Bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.

b) Bagi Penulis

Sebagai salah satu tugas akhir memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lingkungan di Universitas Satya Negara (USNI) Jakarta.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan Strategi

2.1.1 Pengertian Perancangan

Susanto (2004) mengatakan bahwa perancangan merupakan kemampuan

membuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) mendefinisikan perancangan sebagai proses, cara, perbuatan merancang.

Merancang merupakan mengatur segala sesuatu (sebelum bertindak, mengerjakan,

atau melakukan sesuatu); atau merencanakan sesuatu. Proses perencanaan terdiri

dari:

1) Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang

memerlukan pesan pemasaran strategis.

2) Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang ditunjukan oleh

pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.

3) Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari

organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menyingkirkan

ancaman yang tampak dalam analisis lingkungan eksternal.

4) Menetukan misi, obyektif dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode

prencanaan yang akan datang.

5) Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang

spesifik.

6) Menempatkan system dan struktur organisasi yang perlu dalam fungsi

7

pemasaran agar pelaksanaan startegi yang telah disusun daoat dipatenkan.

7) Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok dalam

masa perencanaan, jadwal kegiatan dan tugas tanggung jawab tertentu.

8) Menetapkan patokan mengukur hasil sementara dan hasil akhir program.

9) Melaksanakan program yang direncanakan.

10) Mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, bila diperlukan.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, pengertian strategis perancangan

pada penelitian ini adalah suatu metode atau cara pencapaian tujuan secara efektif

dan efisien dengan respon secara terus menerus terhadap peluang dengan tahapan

menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi; menilai ancaman dan

peluang dari lingkungan; mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial;

menentukan misi, obyektif dan tujuan spesifik pemasaran; merumuskan strategi

pemasaran pokok, menempatkan sistem dan struktur organisasi; menetapkan

rincian dan taktik; menentapkan patokan; melaksanakan program yang telah

direncanakan; mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya

bila diperlukan.

2.1.2 Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan

gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi

mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada

dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi didefinisikan

sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus

8

pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Marrus, 2002).

Strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-

tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi

menjadi suatu kesatuan yang utuh (Cameron & Quinn, 1999). Strategi

diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian

sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat

bertahan. Strategi baik dapat disusun berdasarkan kemampuan internal dan

kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan

pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap

peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang

membuat dampak dalam perkembangan sebuah organisasi (Argyris dalam Hutapea,

2017). Sedangkan Siagian (2006) mengatakan bahwa strategi adalah suatu

rangkaian dari keputusan atau tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen

puncak dan diimplementasikan agar organisasi mencapai tujuan.

Strategi merupakan tempat sekumpulan dari keputusan manajerial dan

merupakan aksi pengambilan keputusan jangka panjang disuatu perusahaan.

Diantaranya analisis lingkungan eksternal dan internal, formulasi strategi,

implementasi strategi, evaluasi dan kontrol (Wheelen dan Hunger, 2012). Jadi

strategi merupakan aksi pengambilan keputusan jangka panjang seperti analisis

lingkungan, formulasi, implementasi, evaluasi dan kontrol.

9

Strategi terdiri dari aktivitas yang penuh daya saing serta pendekatan bisnis

untuk mencapai kinerja yang memuaskan atau sesuai target (Thomson, Stickland,

& Gamble (2007). Sedangkan Suryono (2004) mengatakan bahwa strategi

berkaitan dengan tiga macam, yakni tujuan, sasaran, dan cara. Ketiga prinsip harus

dimiliki dalam penerapan strategi yang dijalankan. Jadi strategi merupakan

aktivitas daya saing dan bisnis dalam mencapai kinerja dan sesuai target. Strategi

berkaitan dengan tiga macam, yakni tujuan, sasaran, dan cara.

Strategi merupakan keseluruhan langkah-langkah atau kebijaksanaan

dengan perhitungan yang pasti guna mencapai tujuan mengatasi masalah, didalam

strategi terdapat metode dan teknik (Tjokroadmidjojo, 1982). Jadi dalam strategi

terdapat metode dan teknik dalam menetukan kebijakan. Strategi merupakan

langkah dengan perhitungan dalam mengatasi masalah.

Strategi merupakan bagian proses mencakup sejumlah tahapan berkaitan

dan berurutan membuat strategi yang telah dibentuk, dapat memenuhi tujuan dari

organisasi (Kuncoro, 2006). Strategi merupakan metode atau cara pencapaian

tujuan secara efektif dan efisien dengan respon secara terus menerus terhadap

peluang rangkaian dari keputusan manajerial meliputi analisis lingkungan eksternal

dan internal, formulasi strategi, implementasi strategi, evaluasi dan kontril guna

mengatasi permasalahan dan untuk memenuhi tujuan organisasi. Strategi

mengarahkan organisasi itu ke arah pengurangan biaya, perbaikan kualitas, dan

memperluas pasar.

10

2.2 Produksi Bersih

2.2.1 Pengertian produksi bersih

Produksi bersih merupakan strategi dalam pengelolaan lingkungan yang

dilakukan terpadu dan diterapkan pada keseluruhan siklus produksi pada kawasan

industri. Bertujuan untuk efisiensi penggunaan bahan mentah, energi dan air, hemat

biaya produksi, mengurangi limbah, namun hemat dalam segi pembiayaan produksi

(Maโ€™ruf, dkk, 2013).

International Labour Organization (ILO) (2013) menyatakan Produksi

Bersih (PB) adalah strategi untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan secara

bersamaan mengurangi konsumsi sumber daya. Fokus utamanya adalah pada proses

dan pengurangan kerugian, sesuai dengan tujuan meminimalkan input (sumber

daya seperti tenaga kerja, bahan, modal, dan energi) sekaligus memaksimalkan

output (produk akhir yang akan dijual untuk meningkatkan pendapatan

perusahaan).

Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih

baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi

lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit

limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan (Indrasti &

Fauzi, 2009). Jadi produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih

baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi

lingkungan melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi

merupakan tujuan dari produksi bersih.

11

Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif, terpadu dan diterapkan terus menerus di setiap kegiatan, mulai dari hulu

sampai hilir yang terkait prosesn produksi, produksi dan jasa untuk meningkatkan

efisiensi penggunaan sumber daya alam, mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga dapat

meminimasi risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan

lingkungan (KLH RI, 2015).

Thrane, et al (2009) mengatakan bahwa produksi bersih adalah tindakan

preventif yang terpadu dan terintegrasi yang diaplikasikan dalam proses produksi

dan jasa dalam peningkatan efisiensi dan dampak buruk bagi manusia dan

lingkungan. Jadi produksi bersih lebih ditelkankan pada tindakan preventif yang

terintegrasi dalam peningkatan efisiensi dan dampak manusia dan lingkungan.

Produksi bersih merupakan proses produksi dan jasa yang berusaha mengurangi

dampak negatif bagi manusia dan lingkungan.

Teknologi yang digunakan dalam konsep produksi bersih ini menggunakan

beberapa modifikasi dalam setiap tahapan proses produksi, sehingga mendapatkan

keuntungan dalam hal pengurangan jumlah bahan baku, pengurangan energi, dan

pengurangan limbah yang dihasilkan (Ibrahim, 2004). Produksi bersih

menggunakan teknologi modifikasi dalam tahapan proses produksi. Diharapkan

mendapatkan keuntungan pengurangan bahan baku, energi, dan pengurangan

limbah yang dihasilkan. Perusahaan yang merupakan tempat proses produksi,

sudah pasti menghasilkan limbah dari hasil produksi tiap harinya, konsep produksi

bersih diharapkan mampu mengatasinya.

12

UNEP (2003) beberapa aspek yang terdapat pada kegiatan proses produksi

bersih, meliputi polusi lingkungan, energi, dan isu perubahan iklim. Saat ini,

terfokus pada kegiatan produksi bersih untuk menangani membangun dan

menerapkan produksi bersih untuk problem polusi lingkungan. Produksi bersih

bukan hanya terfokus pada perbaikan teknis, tetapi mencakup pandangan yang

terpadu dan tidak terbatas, terkonsentrasi pada satu aspek masalah. Produksi bersih

menekankan pada upaya mencegah pemborosan dan dan sumber daya yang tidak

diperlukan, menjadi control dan penanggulangan polusi meyeluruh sebagai pilihan

terakhir. Produksi bersih terbagi atas tiga bagian utama, yaitu:

1) Pencegahan dan minimasi, menghindari produksi limbah dan memastikan

penggunaan sumberdaya secara efisien.

2) Pemakaian ulang dan daur ulang, pemulihan bahan dan limbah untuk

penggunaan produktif.

3) Enegi bersih dan efisien, memaksimalkan produktivitas input energy dan

meminimalkan polusi.

Dengan demikian, kata kunci produksi bersih dalam pengelolaan lingkungan

adalah: pencegahan, terpadu, peningkatan efisiensi, minimiasi risiko. Pada proses

industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku,

energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan

beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum

meninggalkan proses. Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi

dampak lingkungan selama daur hidup produksi, mulai dari pengambilan bahan

baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.

13

Penerapan produksi bersih di industri dinyatakan berhasil, jika ditandai

dengan ciri-ciri sebagai berikut: (Purwanto, 2005)

a) Pemakaian air berkurang, sehingga industri memiliki kelebihan air.

b) Peningkatan efisiensi energi, sehingga industri memiliki kelebihan daya dan

masih dapat dimanfaatkan.

c) Adanya penanganan limbah industri dimanfaatkan sebagai bahan baku.

d) Adanya penurunan timbulan limbah cair maupun padat, sehingga kapasitas

instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan incinerator yang berlebih.

e) Adanya incinerator yaitu tungku pembakaran untuk mengolah limbah

padat, yang mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan

abu, (bottom ash dan fly ash) yang berlebih.

Produksi bersih memiliki tujuan mencegah dan meminimalkan

terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan di seluruh tahapan produksi

(Sari, dkk, 2012). Selain itu, Kunz dan Parson (2009) menyatakan bahwa, tujuan

produksi bersih adalah untuk memenuhi kebutuhan akan produk secara

berkelanjutan dengan menggunakan bahan yang dapat diperbarui, bahan tidak

berbahaya, dan penggunaan energi secara efisien dengan tetap mempertahankan

keanekaragaman. Sistem produksi bersih berjalan dengan pengurangan penggunaan

bahan, air, dan energi. Penerapan produksi bersih pada percetakan merupakan

pengelolaan lingkungan sebagai upaya preventif dan integrasi yang dilaksanakan

secara berkesinambungan terhadap proses dalam produksi.

Adapun definisi dan ruang lingkup produksi bersih dapat dilihat pada

Gambar 2.1 di bawah ini:

14

Gambar 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Produksi Bersih

Sumber: UNIDO (2002) dalam Maโ€™ruf dkk (2013).

2.2.2 Prinsip produksi bersih

UNEP (1999) menyatakan produksi bersih dalam melakukan pencegahan

dan pengurangan limbah dengan pola pendekatan strategi 1E4R (Elimination,

Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim). KLH (2003) menyatakan prinsip-

prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi

Bersih dituangkan dalam 5 R (Re-think, Re-use, Reduce, Recovery, and Recycle).

Adapun penjelasan dari istilah-istilah tersebut, sebagai berikut:

Produksi Bersih

Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat terpadu dan preventif

Diterapkan dalam produksi dan siklus pelayanan

Produk :

1) Reduksi limbah

dengan

rancangan

lebih baik.

2) Penggunaan

limbah untuk

produksi baru

Proses :

1) Konservasi

bahan baku,

energi dan air.

2) Pengurangan

jumlah dan

tingkat

toksisitas emisi.

3) Evaluasi pilihan

teknologi.

4) Reduksi biaya

dan teknologi

Pelayanan :

Efisiensi

manajemen

lingkungan dalam

rancangan

pengiriman

Dampak :

1) Perbaikan efisiensi

2) Performasi lingkungan lebih baik

3) Peningkatan keuntungan kompetitif

15

1) Elimination atau pencegahan, adalah upaya mencegah timbulan limbah

langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai

produk.

2) Re-think atau berpikir ulang, adalah konsep pemikiran yang harus dimiliki

pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:

a) Perubahan pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses

maupun produk yang dihasilkan, sehingga dipahami analisis daur hidup

produk.

b) Upaya produksi bersih tidak berhasil dilaksanakn tanpa adanya

perubahan pola piker, sikap dan tingkah laku dari semua pihak seperti

pemerintah, masyarakat, dan kalangan usaha.

3) Reduce atau pengurangan, adalah upaya menurunkan atau mengurangi

timbulan limbah pada sumbernya.

4) Re-use atau penggunaan kembali, adalah upaya yang memungkinkan suatu

limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisik, kimia, dan biologi.

5) Recycle atau daur ulang, adalah upaya mendaur ulang limbah untuk

memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula

melalui perlakuan fisik, kimia, dan biologi.

6) Recovery/Reclaim atau ambil ulang, adalah upaya mengambil bahan-bahan

yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian

dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisik,

kimia, dan biologi.

16

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas terkait teknik, yang paling penting dan

perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan program produksi bersih adalah

mengurangi penyebab timbulnya limbah. Penjelasan secara rinci terdapat pada

Gambar 2.2 di bawah ini:

Gambar 2.2. Teknik-Teknik Produksi Bersih

Sumber: USAID (1997)

Teknik produksi bersih

Pengurangan sumber pencemar Daur ulang

Penggunaan kembali:

1. Pengambilan ke

proses asal.

2. Penggantian

bahan baku untuk

proses lain.

Pengendalian

sumber

pencemar

Pengambilan

kembali diproses

untuk: 1. Mendapatkan

kembali

bahan asal.

2. Memperoleh

produk

samping.

Penggunaan kembali: 1. Pengambilan ke

proses asal.

2. Penggantian

bahan baku untuk

proses lain.

Mengubah material

input: 1. Pemurnian

material.

2. Penggantian

material produksi.

Mengubah teknologi: 1. Pengubahan

proses. 2. Pengubahan tata

letak, peralatan

atau perpipaan.

Tata cara operasi: 1. Tindakan-tindakan procedural. 2. Pencegahan kehilangan. 3. Pemisahan aliran limbah. 4. Peningkatan penanganan material 5. Penjadwalan produksi.

17

2.2.3 Perangkat produksi bersih

Purwnato (2006) dan GTZ-Pro LH (2007) menyatakan produksi bersih

memiliki perangkat sebagai berikut:

a) Good housekeeping (GHK) atau tata kelola yang baik

Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perusahaan atas keinginan

sendiri dalam memberdayakan sumber daya yang dimiliki untuk mengatur

penggunaan bahan baku, air dan energi secara optimal dan bertujuan

meningkatkan produktivitas kerja dan upaya mencegah pencemaran

lingkungan (KLH, 2003).

Upaya-upaya berkaitan dengan langkah praktis yang segera dilaksanakan

perusahaan. Adapun tiga manfaat good housekeeping diantaranya:

penghematan biaya, kinerja lingkungan hidup lebih baik, dan

penyempurnaan organisasional. Konsep good housekeeping yaitu:

1) Rasionalisasi pemakaian masukan bahan baku, air dan energy, sehingga

mengurangi kerugian masukan bahan berbahaya dan karenanya

mengurangi biaya operasional.

2) Mengurangi volume dan toksisitas limbah, limbah air, dan emisi yang

berkaitan dengan produksi.

3) Menggunakan limbah dan mendaur ulang masukan primer dan bahan

kemasan secara maksimal.

4) Memperbaiki kondisi kerja dan keselamatan kerja dalam perusahaan.

5) Mengadakan perbaikan organisasi.

18

Penerapan good housekeeping pada suatu perusahaan mendapat

keuntungan, mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan.

Pedoman langkah-langkah penerapan good housekeeping berbentuk Daftar

Periksa yang mencakup enam bidang kegiatan meliputi bahan limbah,

penyimpanan dan penanganan bahan, air, dan air limbah, energi, dan

proteksi keselamatan dan kesehatan tempat kerja. Masing-masing daftar

periksa membuat serangkaian pertanyaan digunakan untuk

mengidentifikasikan masalah yang mungkin timbul, penyebabnya dan

tingkat kolektif yang dapat diambil dalam lingkungan perusahaan keenam

bidang (Moertinah, 2008).

b) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun

Merupakan upaya penanganan bahan berbahaya lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta mahluk hidup lainnya.

c) Penggantian bahan baku

Merupakan upaya mengganti bahan dengan yang kurang berbahaya dan

kurang beracun, bahan yang tidak pernah rusak, dan bahan yang

menimbulkan limbah yang dapat diurai di lingkungan.

d) Perbaikan prosedur operasi

Merupakan upaya mengembangkan dan memodifikasi prosedur operasional

standar dengan langkah praktis dan efisien.

e) Modifikasi proses dan peralatan

Merupakan upaya memodifikasi proses maupun peralatan produksi

sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan timbulan limbah.

19

f) Penggantian teknologi

Merupakan upaya mengganti teknologi produksi untuk meningkatkan

efisiensi dan menurunkan timbulan limbah, mengubah urutan proses

produksi menjadi lebih efisien, serta memperbaiki tata letak peralatan

produksi (lay out) unutk lebih meningkatkan produktifitas dan penggunaan

bahan, air dan energi yang lebih efisien.

g) Modifikasi dan reformulasi produk

Merupakan upaya memodifikasi spesifikasi produk untuk meminimalkan

risiko terhadap lingkungan selama proses produksi dan setelah produk

digunakan.

Dengan demikian, pengertian produksi bersih pada penelitian ini adalah

strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan

secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produksi dengan tujuan

mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan melalui tindakan dengan

strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Re-use, Recycle, Recovery/Reclaim).

2.3 Percetakan Unit Kerja BPPT Thamrin Jakarta

Percetakan adalah sebuah industri yang diperuntukkan memproduksi tulisan

maupun gambar dalam jumlah banyak. Media yang digunakanpun berbagai macam,

namun yang sering jumpai yakni dalam media kertas, plastik, PVC dan sebagainya.

Percetakan merupakan salah satu format media primer yang sulit dicari

penggantinya selama lebih dari 500 tahun. Printing bahkan dianggap sebagai salah

satu kebutuhan primer manusia (Yuniarti dkk, 2019).

20

Percetakan (printing) merupakan teknologi atau seni yang memproduksi

salinan dari sebuah image dengan sangat cepat, seperti kata atau gambar-gambar

(image) di atas kertas, kain, dan permukaan-permukaan lainnya. Setiap harinya,

milyaran bahan cetak diproduksi, termasuk buku, kalender, buletin, majalah, surat

kabar, poster, undangan pernikahan, perangko, kertas dinding, dan bahan kain.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga Pemerintah

Non Kementerian yang mempunyai tugas pokok sebagaimana tertuang dalam

Keputusan Presiden RI No. 117 Tahun 1998 dan dituangkan kembali dengan

Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2006, dan dikeluarkannya Peraturan Kepala

BPPT No. 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006 pada tanggal 21 April 2006.

Guna membantu kelancaran pelaksanaan tugas-tugas Badan pengkajian dan

Penerapan teknologi telah disiapkan kelengkapan sarana / peralatan pendukung

yang merupakan Inventaris kantor / kekayaan milik Negara dimana salah satunya

adalah peralatan percetakan yang berada di unit percetakan BPPT. Berada dibawah

naungan Biro Umum dan Humas Bagian Rumah Tangga Sub. Bagian Kendaraan

dan Percetakan, Percetakan BPPT mempunyai barang inventaris kantor terdiri dari

mesin-mesin cetak dan peralatan pendukung lainnya.

Percetakan BPPT mempunyai tugas pokok melayani pekerjaan cetak

mencetak di lingkungan BPPT serta semua pekerjaan yang berhubungan dengan

percetakan yang ditugaskan oleh pimpinan kepada percetakan. Selain mempunyai

tugas pokok dalam melayani pekerjaan percetakan dan permintaan bahan-bahan

hasil cetakan di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

21

Unit Percetakan Juga mempunyai tugas lain yaitu melakukan pemeliharaan

mesin-mesin percetakan yang digunakan melayani kegiatan cetak mencetak di

Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Institusi yang

membidangi penelitian dan perekayasaan dibidang teknologi tentunya Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sangat membutuhkan media untuk

mensosialisasikan hasil kajian Teknologi melalui media cetak maupun elektronik

untuk meyampaikan program-program dan hasil riset BPPT agar mudah di akses

dan bermanfaat bagi stakeholder, masyarakat dalam negeri.

Percetakan BPPT sebagai salah satu unit di Bagian Rumah Tangga memiliki

sarana / peralatan pendukung yang merupakan Inventaris kantor / kekayaan milik

Negara yaitu sbb :

a) Mesin Cetak SORD Heidelberg

b) Mesin Cetak GTO Heidelberg

c) Mesin Lipat Stahl

d) Mesin Lem Muller martini

e) Mesin Potong Polar

f) Mesin Jahit Kawat

g) Mesin Plat Maker Klimsh

h) Komputer, Scaner, Printer

i) Peralatan pendukung lainnya

22

Percetakan BPPT dalam melaksanakan tugasnya perlu juga berpedoman

pada ketentuan baku yang berada di Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT) serta berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang telah

diamanatkan melalui Peraturan pemerintah, Undang-undang, dan sebagainya.

Gambar 2.3 Mesin Cetak SORD Heidelberg

Gambar 2.4 Mesin Cetak GTO Heidelberg

Pemeliharaan mesin cetak berada dibawah Biro Umum dan Humas, Bagian

Rumah Tangga, Sub.Bag. Kendaraan dan Percetakan yang bertanggung jawab atas

pengaturan jadwal operasional dan pelayanan pencetakan untuk menunjang

kegiatan-kegiatan yang berada di Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT).

23

Tugas pemeliharaan terhadap peralatan dan mesin-mesin percetakan telah

diamanatkan pula melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang

โ€œPengelolaan Barang Milik Negaraโ€ pasal 35 dan 36 mengenai Pemeliharaan

Barang Milik Negara.

Sistem pemeliharaan percetakan di unit percetakan BPPT Thamrin Jakarta,

sebagai berikut:

1) Penggantian Suku Cadang Mesin Cetak

Melakukan penggantian suku cadang mesin cetak sehingga mesin layak untuk

digunakan.

2) Perbaikan Mesin Cetak SORD

Melakukan perbaikan mesin cetak SORD sehingga layak digunakan.

3) Perbaikan Mesin Cetak GTO

Melakukan perbaikan mesin cetak GTO sehingga mesin layak digunakan.

4) Perbaikan Mesin Lem Muller Martini

Melakukan perbaikan mesin lem Muller Martini sehingga layak digunakan.

5) Perbaikan Mesin Plate Making

Melakukan perbaikan mesin plate making sehingga layak untuk digunakan.

Sistem pemeliharaan peralatan dan mesin percetakan di Unit Percetakan

BPPT, diharapkan membantu memaksimalkan kegiatan pelayanan. Pemeliharaan

mesin-mesin percetakan guna mencegah kerusakan yang akan berakibat pada

keberlangsungan kegiatan pelayanan percetakan di Lingkungan Badan Pengkajian

dan Penerapan teknologi (BPPT).

24

2.4 Hasil Penelitian Relevan

Penelitian ini tentang analisis penerapan produksi bersih, sesuai hasil

penelitian Zein, Lestari, dan Aru (2019) mengenai analisis teknik penerapan

produksi bersih pada proses pengolahan crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kerel)

di PT JY. Hasil penelitian menunjukan bahwa permasalahan stasiun proses

produksi dapat diatasi dengan cara penerapan produksi bersih teknik good

housekeeping, berupa tata cara operasi yang baik dan pelaksanaan SOP secara

optimal, recovery (ambil ulang), dan peningkatan pemahaman karyawan mengenai

produksi bersih.

Novita dkk (2016) mengenai kelayakan pemanfaatan limbah cair tahu pada

industri kecil. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembuatan tahu

menghasilkan limbah cair yang mengandung BOD, COD, TSS dan pH tinggi.

Penelitian dengan mengidentifikasi alternatif produksi bersih.

Rahayu dkk (2016) mengenai pengelolaan lingkungan industri kecil tahu

menerapkan produksi bersih untuk efisiensi air dan energi. Hasil penelitian

menunjukan alternatif penanganan melalui tata kelola yang apik sebagai peluang

produksi bersih adalah memperhatikan persyaratan penerimaan, pemeriksaan, dan

tempat penyimpanan bahan baku kedelai sehingga dihasilkan kualitas baik,

melakukan control penggunaan air dan energi dalam proses produksi.

Penelitian Yuniarti dkk (2019) mengenai strategi inovasi produksi pada

Jambi Inspiring Media (JIMEDA) dalam memperoleh keunggulan bersaing. Hasil

penelitian menunjukan JIMEDA masih kesulitan menghasilkan produk percetakan

sendiri, karena harga mesin cetak digital mahal sehingga masih menyewa.

25

Penelitian Zulmi dkk (2014) terkait analisis kelayakan penerapan produksi

bersih pada industry tahu UD Sugih Waras menunjukan bahwa abu sisa

pembakaran kayu dapat dijual untuk penurun pH tanah yang memiliki nilai

ekonomis berdasarkan studi kelayakan ekonomi, abu sisa pembakaran dapat

memberikan keuntungan.

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2021. Di mulai

dari observasi awal di lokasi penelitian, pembuatan proposal sampai hasil

penelitian.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Hal ini

karena permasalahan penelitian mengenai Perancangan Strategi Produksi Bersih

untuk Percetakan yang diteliti berada dilokasi tersebut.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian mengenai Perancangan Strategi Produksi Bersih untuk

Percetakan di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta disajikan dalam Gambar 3.1

di bawah ini:

27

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

3.2.2 Teknik pengumpulan data penelitian

Penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan

data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti menggunakan alat

bantu wawancara dan kuesioner secara mendalam untuk memperoleh informasi

Mulai

Penilaian penerapan produksi bersih

(daftar periksa produksi bersih)

Penentuan penyebab masalah limbah

lingkungan (fishbone diagram)

Penentuan akar penyebab masalah

limbah lingkungan dengan Metode 5W1H

(What, Where, Who, When, Why,

dan How)

Penentuan alternatif solusi yang dapat

diterapkan

Pemilihan alternative solusi penerapan

produksi bersih dengan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP)

Selesai

28

yang dibutuhkan seperti proses produksi, bahan baku yang digunakan, penggunaan

energy secara umum, penggunaan material dan bahan kimia secara umum, dan

pencegahan limbah dan polusi secara umum. Data sekunder merupakan data yang

diperoleh dari percetakan di unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta terutama data

jumlah produksi dan jenis produksinya.

3.3 Teknik Analisis Data

Penelitian menggunakan beberapa metode analisis data terdiri dari:

3.3.1 Penilaian penerapan produksi bersih

Penialain penerapan produksi bersih pada penelitian ini menggunakan

daftar periksa produksi bersih. Daftar periksa produksi bersih merupakan panduan

yang diterbitkan oleh International Labour Organization (ILO). Tools ini

menyajikan tabel yang berisi aspek utama dan aktivitas yang berkaitan dengan

penerapan produksi bersih di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Aspek utama

dalam tools ini terdiri dari: penggunaan energy secara umum, penggunaan air secara

umum, penggunaan material dan bahan kimia secara umum, dan pencegahan polusi

dan limbah secata umum.

Pengisian checklist dilakukan pada kolom โ€œYaโ€ dan โ€œTidakโ€ tiap baris

aktivitas. Checklist pada kolom โ€œYaโ€ menunjukan aktivitas sudah menerapkan

konsep produksi bersih. Checklist kolom โ€œTidakโ€ menunjukan aktivitas belum

menerapkan konsep produksi bersih. Jumlah checklist masing-masing kolom

dijumlahkan dan dihitung persentasenya per aspek, sehingga diketahui aspek mana

29

yang memberikan kontribusi terbesar dalam permasalahan limbah lingkungan di

Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.

3.3.2 Penentuan penyebab masalah limbah lingkungan

Hasil penilaian pada daftar periksa produksi bersih diolah menggunakan

fishbone diagram. Fishbone diagram digunakan untuk mengidentifikasi

kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah tim cenderung

berpikir pada rutinitas (Tague, 2005).

Fishbone diagram merupakan sebuah alat analisis yang sistematis,

bertujuan untuk melihat sebab dan akibat yang ditimbulkan dari masalah-masalah

tersebut, fishbone diagram disebut juga cause and effect diagram (Watson dalam

Ilie dan Ciocoiu, 2010). Penentuan penyebab permasalahan dilakukan melalui

diskusi dan brainstorming dengan penanggung jawab unit, operator produksi di

Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta dan penulis.

3.3.3 Penentuan akar penyebab masalah limbah lingkungan

Metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan How) digunakan untuk

menjabarkan kelima faktor penyebab pada fishbone diagram secara rinci. Metode

5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan How) digunakan untuk menjabarkan

kelima faktor penyebab pada fishbone diagram secara rinci. Metode 5W1H

merupakan metode yang efektif untuk mengumpulkan informasi (Quan, 2013).

Informasi mengenai Metode 5W1H diperoleh berdasarkan sesi diskusi dengan

30

penanggung jawab unit, operator produksi di Unit Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta dan penulis.

Penjelasan terkait metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan

How) sebagai berikut:

a) What, merupakan pertanyaan mengenai apa permasalahan yang dialami

pada perusahaan atau organisasi.

b) Where, merupakan pertanyaan mengenai dimana permasalahan terjadi.

c) Who, merupakan pertanyaan mengenai siapa yang bertanggung jawab

terhadap permasalahan pada perusahaan atau organisasi.

d) When, merupakan pertanyaan mengenai kapan biasanya permasalahan ini

terjadi.

e) Why, merupakan pertanyaan mengenai mengapa permasalahan tersebut

dapat terjadi atau penyebab dari permasalahan.

f) How, merupakan pertanyaan mengenai bagaimana mengatasi permasalahan

atau solusinya.

3.3.4 Penentuan alternatif solusi

Penentuan alternatif solusi berdasarkan hasil diskusi pada metode 5W1H,

khususnya pertanyaan How. Alternatif solusi didiskusikan kembali sehingga

menghasilkan alternatif solusi yang memungkinkan jika diterapkan pada Unit

Percetakan BPPT Thamrin Jakarta.

31

3.3.5 Pemilihan alternatif solusi produksi bersih

Pemilihan alternative solusi produksi bersih pada Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Srdevic, et al (2011) mengatakan bahwa AHP merupakan pendekatan pengambilan

keputusan multikriteria dengan merumuskan kriteria dan alternatif dalam struktur

hirarki. Perumusan kriteria, tujuan, dan alternatif sebagai pohon hirarki

menggambarkan secara menyeluruh mengenai hubungan yang komplek. Metode

AHP berperan membantu melakukan penilaian melalui perbandingan secara

berpasangan antar elemen secara akurat.

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil wawancara responden mengenai permasalahan yang dialami

pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta

a. Jawaban responden 1

Efisiensi pada bahan baku, hal ini diduga karena pengelolaan atau

perencanaan yang belum sesuai standar kebutuhan yang ada. Sehingga

menyebabkan bahan baku cetak masih banyak yang terbuang. Terlebih pada saat

proses design yang masih konvensional harus menyertakan hardfile tentu apabila

masih ada revisi maka akan menimbulkan limbah padat kertas. Seharusnya hal ini

bisa dibantu dengan pengiriman file elektronik misal melalui email dan whatsapp.

Fasilitas penyimpanan bahan baku juga harus dibenahi agar tidak banyak

menimbulkan kerusakan. Jarak antar ruang cuci dan produksi yang masih terlalu

jauh sehingga potensi ceceran limbah cair. Tanggung jawab terhadap sop kerja

percetakan juga harus lebih diperhatikan.

b. Jawaban responden 2

Masalah percetakan finishing sangat berpengaruh dari perencanaan di awal.

Karena hal ini sangat mempengaruhi banyaknya potensi limbah. Pengelolaan air

juga sangat penting karena saat ini pemakian air masih kurang terkontrol khususnya

di unit percetakan. Kertas sisa cetak masih sering menumpuk dan tidak ada tempat

khusus. Gudang penyimpanan juga terlalu sempit dan ventilasi untu sirkulasi udara

33

masih kurang karena dibuktikan masih adanya banyak bahan baku kertas yang

lembab hal ini akan mempengaruhi proses cetak dan akan menimbulkan banyak

limbah. Penyimpanan bahan baku kimia harus dispesifikasikan peletakannya agar

tidak menimbulkan bahaya. Biasanya hal ini ada pada RWh biasanya sering

menguap karena tempat penyimpanan terlalu lembab, dan menimbulkan bau yang

menyengat. SDM juga masih kurang kompeten karena tidak semua adalah ahli

dalam bidang grafika. Tata letak mesin dan ruangan sangat penting seoerti

peletakan mesin harus dekat ventilasi dan banyaknya blower yang tidak aktif.

c. Jawaban responden 3

Masalah yang sering muncul ada pada pembuangan limbah cair yang

didominasi dari bahan dukung cetak, seperti fountain solution, air pembersihan rol

cetak. Lalu terkait dengan tempat peletakan tinta dan bahan baku pendukung

menurut responden sebenarnya juga diperlukan. Namun saat ini percetakan BPPT

jangkauannya kecil atau produksi skalanya tidak terlalu besar dan tentunya

penggunaan tinta hanya seperlunya saja atau tidak terlalu prioritas bagi operator

cetak. Masalah lainnya adalah terkait mesin, perlunya peremajaan agar disaat

proses produksi bisa lebih efisien dan tidak banyak menimbulkan limbah, seperti

limbah dari hasil perbaikan mesin dan limbah dari bahan baku cetak. Tata letak

mesin juga harus diubah disesuaikan kondisi ukuran mesin. SDM juga harus

ditambah yang lebih kompeten dengan bidangnya.

d. Jawaban responden 4

Masalah saat ini adalah pengelolaan limbah cair, karena selama ini masih

menjadi satu dengan limbah yang ada namun untuk hal ini tidak terlalu berpengaruh

34

karena IPAL BPPT sudah aman walaupun buangannya satu lubang, tapi tetap harus

ditambah alat dukung lainnya semisal filter. Biasanya yang paling sering adalah

ceceran air bekas pencucian mesin di area kerja hal ini menimbulkan bau dan

membuat kotor lantai. Klasifikasi bahan baku dan harus mencari bahan baku kimia

yang lebih ramah lingkungan. Penambahan lemari untuk penyimpanan barang dan

alat.

e. Jawaban responden 5

Masalah bahan kimia dan mesin yang digunakan masih kuno karena mesin

tersebut tidak adanya fitur atau system yang mumpuni. Fitur tersebut sebenarnya

sangat dubutuhkan untuk mencegah timbulnya limbah cair. Timbulan limbah cair

ini biasanya terjadi disaat proses cetak, semisal sedang mengganti warna dan disaat

pembersihan unit mesin. Karena air limbah yang ada banyak mengandung bahan

kimia berbahaya termasuk bensin. Disaat pembersihan mesin juga menimbulkan

bau yang sangat menyengat. Hal ini juga harus ditambahkan fasilitas terkair dengan

sirkulasi udara, karena di percetakan BPPT sendiri ruangan percetakan cukup

kedap karena berada di basement.

f. Jawaban responden 6

Faktor mesin sangat berpengaruh terhadap timbulan limbah, maka dari itu

sebenarnya harus segera dilakukan modifikasi atau pergantian mesin. Selain itu

harus segera dikordinasikan kepada unit terkait untuk penambahan fasilitas, agar

mencegah makin banyaknya timbulan limbah di ruang percetakan.

35

Di unit percetakan sendiri harus diperbaiki dari sisi ruangan seperti sirkulasi

tata letak mesin dan penambahan lemari penyimpanan. Namu standar tersebut juga

harus mengacu pada ISO 5001 PEA hal ini berkaitan dengan penghematan energi.

Selain itu menggunakan bahan dukung cetak harus menggunakan bahan yang lebih

ramah lingkungan. Mesin juga harus diganti dengan yang lebih modern atau digital.

Karena mesin lama sangat berpotensi banyaknya timbulan limbah.

4.1.2 Hasil wawancara responden mengenai dimana permasalahan terjadi

a. Jawaban responden 1

Unit Percetakan BPPT, masalah ini terjadi karena proses cetak yang

diantaranya ada pracetak, cetak dan finishing. Semua proses tersebut jika dilihat

tentu penggunaan air sangat diperlukan. Timbulan limbah cair menjadi masalah

yang harus diperhatikan seperti cara pengelolaannya yang masih belum maksimal.

b. Jawaban responden 2

Diunit percetakan BPPT, biasanya timbulan sampah kertas.

c. Jawaban responden 3

Unit Percetakan BPPT khususnya di bagian produksi atau mesin dan bagian

pra cetak juga harus lebih ditata seperti penyimpanan film cetak dengan menambah

laci khusus agar film cetak tidak rusak. tentu apabila banyak film cetak rusak akan

dapat menimbulkan limbah padat.

36

d. Jawaban responden 4

Diunit percetakan BPPT.

e. Jawaban responden 5

Diunit percetakan BPPT disaat ingin melakukan proses produksi.

f. Jawaban responden 5

Pada unit percetakan BPPT yang melakukan proses produksi.

4.1.3 Hasil wawancara responden mengenai siapa yang bertanggung jawab

terhadap permasalahan

a. Jawaban responden 1

Kordinator percetakan dan operator cetak itu sendiri. Jika memang ada

perubahan secara signifikan terkait fasilitas dan aturan maka harus dibicarakan

terlebih dahulu kepada pimpinan yang lebih tinggi lagi.

b. Jawaban responden 2

Terkait tanggung jawab, semuanya harus bertanggung jawab dan tidak ada

yang dibebankan tanggung jawab. SOP terhadap jobdesk nya masing-masing juga

harus di tekankan kembali.

c. Jawaban responden 3

Untuk penanggung jawab masalah yang terjadi pada unit Percetakan BPPT

adalah kordinator percetakan dan pimpinan diatas lagi Kepala bagian, agar dapat

dilaporkan masalah apa yang terjadi dan segera ditindaklanjuti oleh unit terkait.

37

d. Jawaban responden 4

Penanggung jawab adalah kordinator percetakan, operator juga sangat

bertanggung jawab karena perannya sangat mempengaruhi banyak sedikitnya

timbukan limbah.

e. Jawaban responden 5

Terkait penanggung jawab adalah koordinator beserta pimpinan tertinggi.

Selain itu operator sangat berpengaruh sekali dengan pengendalian timbulnya

limbah disaat proses kerja berlangsung.

f. Jawaban responden 6

Penanggung jawab masalah yang terjadi pada unit Percetakan BPPT adalah

kordinator percetakan dan pimpinan diatas lagi Kepala bagian.

4.1.4 Hasil wawancara responden mengenai kapan permasalahan ini

biasanya terjadi

a. Jawaban responden 1

Proses cetak, karena mesin di percetakan sendiri masih semi manual

sehingga efisiensi bahan baku dan bahan pendukung cetak lebih banyak

penggunaannya dibandingkan dengan mesin yang sudah otomatis atau digital.

Tingkat sampah (kertas, cairan kimia) juga akan lebih banyak karena mesin masih

semi manual. Hal ini disebabkan proses kerja mesin semi manual yang dimiliki

percetakan BPPT membutuhkan pengulangan proses kerja empat kali.

38

b. Jawaban responden 2

Disaat pembelian bahan baku yang terlalu banyak sehingga menimbulkan

kelebihan penempatan. Hal ini tentu akan mempersempit ruang kerja, karena

gudang tidak mampu menampung bahan kebutuhan cetak yang terlalu banyak.

c. Jawaban responden 3

Disaat proses produksi cetak. Namun hal ini ternyata juga dipengaruhi

dengan skala job order yang ada. Misal disaat oplah cetak banyak baru sangat terasa

kuantitas timbulan sampah atau limbah yang dihasilkan.

d. Jawaban responden 4

Disaat proses pencetakan, biasanya disaat mencetak kalender atau lainnya,

biasanya disaat pencucian unit mesin dan alat pendukung.

e. Jawaban responden 5

Disaat pembersihan mesin juga menimbulkan bau yang sangat menyengat.

Hal ini juga harus ditambahkan fasilitas terkair dengan sirkulasi udara, karena di

percetakan BPPT sendiri ruangan percetakan cukup kedap karena berada di

basement.

f. Jawaban responden 6

Disaat pembersihan mesin dan pembelian bahan baku yang terlalu banyak

sehingga menimbulkan kelebihan penempatan. Selain itu, saat proses cetak, mesin

di percetakan sendiri masih semi manual sehingga efisiensi bahan baku dan bahan

pendukung cetak lebih banyak penggunaannya dibandingkan dengan mesin atau

digital.

39

4.1.5 Hasil wawancara responden mengenai mengapa permasalahan

tersebut dapat terjadi dan penyebab masalahnya apa

a. Jawaban responden 1

Penyebab masahnya karena di unit percetakan BPPT masih menggunakan

teknologi kuno yang menyebabkan tingkat efisiensi kerja kurang maksimal dan

bahan baku boros.

b. Jawaban responden 2

Bahan Baku berlebih. Perencanaan tidak matang adalah masalah utama dari

permasalahan yang timbul di percetakan BPPT. Mesin yang masih berteknologi

lama. Sehingga membuat potensi bahan baku menjadi timbulan limbah.

c. Jawaban responden 3

Penyebab masalah adalah pada perhitungan terkait skala pekerjaan. Hal ini

tentunya akan menimbulkan banyak barang, bahan baku cetak dan menyebabkan

ruangan juga menjadi sempit dan berantakan disaat proses produksi berlangsung.

d. Jawaban responden 4

Karena tidak adanya SOP pencetakan dan kurangnya dukungan fasilitas

sesuai dengan standar percetakan.

e. Jawaban responden 5

Dikarenakan mesin yang masih teknologi lama karena fasilitas

pengendalian limbah, instalasi khusus untuk ruang percetakan masih belum ada.

40

f. Jawaban responden 6

Bahan baku percetakan yang berlebih dan perencanaan tidak matang adalah

masalah utama dari permasalahan yang timbul di percetakan BPPT.

4.1.6 Hasil wawancara responden mengenai bagaimana mengatasi

permasalahan tersebut atau solusi dari permasalahan

a. Jawaban responden 1

Melakukan perawatan mesin secara berkala, meningkatkan pengetahuan

operator agar lebih bertanggungjawab terkait dengan kebersihan kerja. Serta

penambahan fasilitas pendukung diruangan, seperti pendingin ruangan agar tingkat

suhu baik. Tata letak juga harus diubah, penyimpanan dan menejemen digudang

harus dikelola dengan baik lagi.

b. Jawaban responden 2

1) Penambahan SDM sesuai dengan bidangnya.

2) Gudang harus lebih diperbesar dan fasilitasnya harus ditambah sesuai

dengan bahan baku yang disimpan.

3) Ruangan harus di ubah sesuai dengan standar percetakan.

4) Pemisahan bahan baku mana yang masih bisa dimanfaatkan agar tidak

menimbulkan banyak sampah.

5) Harus lebih mengedepankan standar sesuai jobdesknya masing masing.

6) Harus ditambah wadah limbah sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

7) Memperhitungkan lagi rencana secara matang agar tidak banyak barang

atau bahan baku yang berlebih.

41

8) Tingkatkan koordinasi terhadap semua lini atau unit pendukung teknis.

c. Jawaban responden 3

Bisa ditambah atau mengurangi mesin yang ada saat ini, diganti dengan

yang lebih modern sehingga pekerjaan bisa ditangani satu mesin. Karena hal ini

akan berdampak terhadap efisiensi ruangan agar bisa juga ditambahkan lemari

untuk penyimpanan bahan baku dll.

d. Jawaban responden 4

1) Penambahan SDM sesuai dengan bidangnya.

2) Pemisahan bahan baku mana yang masih bisa dimanfaatkan agar tidak

menimbulkan banyak sampah.

3) Memperhitungkan lagi rencana secara matang agar tidak banyak barang

atau bahan baku yang berlebih.

4) Tingkatkan koordinasi terhadap semua lini atau unit pendukung teknis.

5) Penambahan fasilitas harus ditambah sesuai kaidah lingkungan.

6) Harus ditambah fasilitas pengontrolan air disesuaikan dengan kebutuhan

ruang percetakan.

7) Penambahan saluran udara keluar dengan system duckting, agar aroma

langsung terbuang keluar.

8) Mesin harus diganti dengan teknologi yang lebih modern.

9) Pencahayaan harus ditambah sesuai dengan ruangan.

10) Saluran pembuangan harus ditambah teknologi khusus seperti filter

sebelum terbuang ke IPAL langsung.

42

e. Jawaban responden 5

1) Modifikasi mesin yang ada sebelum adanya mesin baru.

2) Bisa diajukan mesin baru yang teknologinya lebih relevan dengan jaman

sekarang.

3) Perbaikan dari segi lingkungan kerja, SOP lebih ditekankan Kembali sesuai

dengan ISO 5001.

4) Lebih ditingkatkan koordinasi antar unit terkait dengan fasilitas.

5) Penambahan fasilitas penempatan atau rak bahan sesuai dengan fungsinya.

6) Pengelolaan gudang harus lebih di manajemen lebih baik.

f. Jawaban responden 6

1) Penambahan fasilitas harus ditambah sesuai kaidah lingkungan.

2) Harus ditambah fasilitas pengontrolan air disesuaikan dengan kebutuhan

ruang percetakan.

3) Penambahan saluran udara keluar dengan system duckting, agar aroma

langsung terbuang keluar.

4) Mesin harus diganti dengan teknologi yang lebih modern.

5) Pencahayaan harus ditambah sesuai dengan ruangan.

4.2 Penilaian Penerapan Produksi Bersih

Hasil wawancara penerapan produksi bersih pada Unit Percetakan BPPT

Jakarta, sebagai berikut:

Aspek utama pada daftar periksa penilaian penerapan produksi bersih

meliputi: (1) penggunaan energi secara umum; (2) penggunaan air secara umum;

43

(3) penggunaan material dan bahan kimia secara umum; (4) pencegahan polusi dan

limbah secara umum. Rekapitulasi daftar periksa produksi bersih pada Unit

Percetakan BPPT Jakarta disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rekapitulasi daftar periksa produksi bersih

No. Aspek Kolom Jumlah

Checklist Persentase

1

Penggunaan energi secara umum

Ya 66 39,29

Tidak 102 60,71

Jumlah 168 100,00

2

Penggunaan air secara umum

Ya 61 (53,51)

Tidak 53 46,49

Jumlah 114 100,00

3

Penggunaan material dan bahan

kimia secara umum

Ya 16 20,51

Tidak 62 (79,49)

Jumlah 78 100,00

4

Pencegahan polusi dan limbah

secara umum

Ya 15 27,78

Tidak 39 72,22

Jumlah 54 100,00

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Keterangan: ( ) menunjukan aspek yang memiliki persentase lebih besar.

Penjelasan pada Tabel 4.1 terkait penilaian penerapan produksi bersih di

Unit Percetakan BPPT Jakarta, sebagai berikut:

a) Aspek penggunaan energi secara umum memiliki persentase โ€œYaโ€ lebih

besar dibanding aspek lainnya, yaitu sebesar 53,51%. Artinya Unit

Percetakan BPPT Jakarta sudah menerapkan konsep produksi bersih.

b) Aspek penggunaan material dan bahan kimia secara umum memiliki

persentase โ€œTidakโ€ lebih besar dibanding aspek lainnya, yaitu sebesar

79,49%. Artinya Unit Percetakan BPPT Jakarta belum menerapkan konsep

produksi bersih. Aspek penggunaan material dan bahan kimia secara umum

memiliki persentase jawaban โ€œTidakโ€ lebih besar menjadi masukan pada

tahap berikutnya.

44

Gambar 4.1 Pelaksanaan wawancara dan kuesioner responden penelitian

4.3 Penentuan Penyebab Masalah Limbah Lingkungan

Butir-butir pertanyaan aktivitas aspek โ€œpenggunaan material dan bahan

kimia secara umumโ€ yang belum menerapkan konsep produksi bersih dibahas

dalam bagian diskusi dan dicari penyebabnya. Peserta diskusi adalah penulis,

penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta, dan operator produksi.

Penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta dan operator produksi dilibatkan

dalam diskusi dengan pertimbangan mengetahui prosedur kerja dan mengerti

terkait proses produksi di Unit Percetakan BPPT Jakarta.

Pelaksanaan diskusi sebagai berikut: peserta diskusi masuk dalam sebuah

ruangan, kemudian penulis bertanya terkait permasalahan pemakaian zat pewarna

di Unit Percetakan BPPT Jakarta. Semua jawaban ditulis oleh penulis. Hasil diskusi

sebagai berikut: (1) Penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta menyatakan

bahwa zat pewarna merupakan bahan baku dengan biaya pembelian paling tinggi

45

diantara bahan baku lainnya, sehingga jika penggunaannya tidak efisien, maka

penanggungjawab Unit Percetakan BPPT Jakarta akan ditegur pimpinan dan

mengalami kerugian; 2) Operator produksi menyatakan bahwa proses produksi

menghasilkan sisa zat pewarna yang belum dapat dimanfaatkan kembali atau di

daur ulang, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut mengenai sisa zat pewarna

hasil proses produksi.

Gambar 4.2 Pelaksanaan diskusi responden penelitian

Berdasarkan hasil diskusi menunjukan bahwa penyebab permasalahan

penggunaan zat pewarna meliputi faktor manusia, metode, mesin, material, dan

lingkungan. Hasil diskusi dibuat diagram fishbone terdapat pada Gambar 4.3 di

bawah ini:

46

Gambar 4.3 Fishbone Diagram

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Fishbone diagram menunjukan bahwa permasalahan yang berkaitan dengan

penggunaan zat pewarna disebabkan oleh beberapa faaktor berikut ini:

1) Manusia

Operator mengukur takaran zat pewarna dengan perkiraan.

2) Metode

Sisa zat pewarna belum didaur ulang, belum menerapkan penyimpanan zat

pewarna dengan azaz FIFO (First In First Out), dan tidak dapat menerapkan

pembelian zat pewarna secara โ€œjust in timeโ€.

METODE MESIN

LINGKUNGAN

MANUSIA

MATERIAL

PERMASALAHAN

Tidak ada sendok

takaran khusus

untuk menakar

zat pewarna

Tempat zat

pewarna

minim

Tidak ada

label di

tempat zat

pewarna

Sisa zat

pewarna

tidak di daur

ulang

Belum

menerapkan

just in time

ulang

Belum

menerap

kan azaa

FIFO

Operator mengukur

takaran zat pewarna

dengan perkiraan

saja

Tidak dapat membeli zat

pewarna dengan ukuran

tertentu

Adanya zat pewarna

yang jarang

digunakan

Menggunakan zat

pewarna kimia

Zat pewarna

tercecer di lokasi

kerja

47

3) Mesin

Belum ada sendok takaran dengan ukuran khusus untuk menakar zat

pewarna, belum ada label keterangan pada tempat zat pewarna, dan

kurangnya jumlah tempat penyimpanan zat pewarna.

4) Material

Adanya zat pewarna yang jarang digunakan, tidak dapat membeli zat

pewarna dengan ukuran tertentu, dan menggunakan zat pewarna kimia

(material).

5) Lingkungan

Sisa zat pewarna dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu dan zat pewarna

tercecer di lokasi kerja.

4.4 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan

Penyebab masalah limbah lingkungan terdiri dari factor-faktor manusia,

metode, mesin, material, dan lingkungan dijelaskan lebih detil menggunakan

metode 5W1H.

Penyebab maslah limbah lingkungan terdiri dari faktor-faktor manusia,

metode, mesin, material, dan lingkungan dijabarkan lebih detail dengan metode

5W1H. Penggunaan metode 5W1H bertujuan untuk memperoleh solusi perbaikan

yang lebih terarah dan terperinci. Informasi mengenai 5W1H diperoleh berdasarkan

bagian diskusi antara penulis dengan penanggung jawab dan operator produksi pada

Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Hasil diskusi terdapat pada Tabel 4.2 di

bawah ini.

48

Tabel 4.2 5W1H pada permasalahan penggunaan zat pewarna percetakan

Faktor What Where Who When Why How

1. Manusia Operator

kurang hati-

hati dalam

bekerja.

Unit kerja

percetakan

dibagian

pengukuran

dan

pencampuran

zat pewarna.

Operator unit

kerja

percetakan

dibagian

pengukuran dan

pencampuran

zat pewarna.

Ketika

menuang dan

memindahkan

zat pewarna.

1. Dikarenakan

banyak

pesanan dari

unit lain.

2. Meja kerja

berantakan

menganggu

operator.

Membuat standar

pengukuran dan

pencampuran zat

pewarna.

2. Metode Sisa zat

pewarna zat

pewarna

belum didaur

ulang.

Unit kerja

percetakan

dibagian

penyablonan.

Penanggung

jawab unit dan

operator.

Setelah

selesai

penyablonan.

1. Untuk

menjaga

kualitas hasil

cetakan.

2. Kurangnya

pengetahuan

dan pelatihan

terkait

pengolahan

limbah.

1. Mempelajari

teknologi

pengolahan

limbah zat

pewarna.

2. Kerjasama

dengan pihak

lain untuk

pelatihan,

workshop

tentang

pengolahan

limbah.

Belum

menerapkan

pembelian zat

pewarna

secara just in

time.

Inventori unit

percetakan

Penanggung

jawab unit dan

operator.

Ketika

membeli zat

pewarna.

Tidak dapat

membeli zat

pewarna sesuai

kebutuhan

produksi.

1. Membeli zat

pewarna

dengan warna

yang sering

digunakan

saja.

2. Lebih kreatif

dalam

mencampurka

n zat pewarna

yang dimiliki.

Belum

menerp

kan penyim

panan zat

pewarna

dengan azas

FIFO.

Unit kerja

percetakan

dibagian

pengukuran

dan

pencampuran

zat pewarna.

Penanggung

jawab unit dan

operator.

Saat akan

menyimpan

zat pewarna

pada

container.

1. Menggunakan

zat pewarna

dengan azas

LIFO.

2. Belum ada

label tanggal

pemberian zat

pewarna.

3. Belum ada

standar

penyimpanan

zat pewarna.

1. Membuat

standar

penyimpanan

zat pewarna.

2. Memberi label

tanggal

pembelian.

3. Menyediakan

rak

penyimpanan

zat pewarna.

3. Mesin Belum ada

takaran

dengan

ukuran

khusus untuk

menakar zat

warna.

Unit kerja

percetakan

dibagian

pengukuran

dan

pencampuran

zat pewarna.

Operator unit

kerja

percetakan

dibagian

pengukuran dan

pencampuran

zat pewarna.

Saat proses

pengukuran

zat pewarna.

Komposisi takaran

zat pewarna yang

berbeda-beda.

Membuat standar

pengukuran zat

pewarna.

49

Faktor What Where Who When Why How

Minimnya

jumlah

container

penyimpanan

zat pewarna.

Unit kerja

percetakan

dibagian

pengukuran

dan

pencampuran

zat pewarna.

Penanggung

jawab unit kerja

percetakan.

Ketika

menyimpan

zat pewarna.

1. Unit kerja

percetakan

memiliki zat

pewarna

bervariasi

2. Belum ada rak

penyimpanan

container.

1. Menyediakan

jumlah

container

penyimpanan

zat pewarna.

2. Menyediakan

rak container

penyimpanan

zat pewarna.

Belum ada

label pada

containe.r

Unit kerja

percetakan

dibagian

pengukuran

dan

pencampuran

zat pewarna.

Penanggung

jawab dan

operator unit

kerja

percetakan.

Ketika

menyimpan

zat pewarna.

Belum ada standar

penyimpanan zat

pewarna.

1. Membuat

standar

penyimpanan

zat pewarna.

2. Memberi

keterangan

label tanggal

pembelian.

4. Material Belum

membeli zat

pewarna

dengan

ukuran

tertentu.

Inventori unit

percetakan.

Penanggung

jawab unit kerja

percetakan.

Ketika

membeli zat

pewarna.

Produsen menjual

zat pewarna dalam

satuan kilogram.

1. Pembelian

warna yang

sering

digunakan

saja.

2. Kreativitas

dalam

mencampurkan

zat pewarna

yang dimiliki.

Adanya zat

pewarna yang

jarang

digunakan.

Unit kerja

percetakan

dibagian

pengukuran

dan

pencampuran

zat pewarna.

Penanggung

jawab dan

operator unit

kerja

percetakan.

Ketika

membeli zat

pewarna.

1. Menggunakan

zat pewarna

dengan azas

LIFO.

2. Belum

dicantumkan

label tanggal

pembelian zat

pewarna.

3. Belum dibuat

standar

penyimpanan

zat pewarna.

1. Membuat

standar

penyimpanan

zat pewarna.

2. Mencantumka

n label tanggal

pembelian.

Menggunaka

n zat pewarna

kimia.

Inventori unit

percetakan.

Penanggung

jawab unit kerja

percetakan

Ketika proses

produksi.

Zat pewarna alami

tidak mampu

memenuhi

kebutuhan diunit

percetakan.

Menjalin

kerjasama dengan

pihak terkait

mengenai

substitusi material

zat pewarna.

5. Lingkungan Sisa zat

pewarna

dibuang tanpa

pengolahan

lebih dahulu.

Unit kerja

percetakan.

Penanggung

jawab unit kerja

percetakan.

Setelah

selesai proses

percetakan.

1. Kurangnya

pengetahuan

dan pelatihan

pengolahan

limbah.

2. Penerapan

IPAL belum

optimal.

Mempelajari

teknologi

sederhana dalam

pengolahan

limbah zat

pewarna.

50

Faktor What Where Who When Why How

Zat pewarna

berceceran di

lokasi kerja

Unit kerja

percetakan

dibagian

pengukuran

dan

pencampuran

zat pewarna

Operator unit

kerja

percetakan

dibagian

pengukuran dan

pencampuran

zat pewarna

Ketika

menuang zat

pewarna

1. Operator

kurang berhati-

hati

2. Belum ada

standar kerja

1. Membuat

standar

mencampurkan

zat pewarna

2. Merapikan

meja dan lantai

kerja

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui penyebab dan solusi perbaikan secara rinci

terkait masalah limbah lingkungan di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta, yaitu

kolom Why dan How. Solusi perbaikan hasil metode 5W1H lebih rinci dan

bervariasi, sehingga dikelompokkan menjadi beberapa alternative solusi yang

sejenis dan dapat mengatasi beberapa permasalahan sekaligus berdasarkan unit

kerjanya.

4.5 Penentuan Alternatif Solusi

Penentuan alternative solusi berdasarkan metode 5W1H awalnya ada 12

alternatif, kemudian dikelompokkan menjadi 5 alternatif. Pengelompokkan 12

alternatif menjadi 5 alternatif terdapat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Pengelompokkan alternatif solusi hasil metode 5W1H dan

alternatif solusi usulan

No. Alternatif solusi hasil 5W1H Alternatif solusi yang

diusulkan

1 a. Membuat standar mencampurkan zat pewarna.

b. Membuat standar pengukuran zat pewarna.

Membuat standar

mencampurkan dan

pengukuran zat pewarna.

2 a. Membuat teknologi sederhana dalam

pengolahan limbah zat pewarna.

b. Menjalin kerjasama dengan pihak terkait untuk

pelatihan pengolahan limbah zat pewarna.

c. Menjalin kerjasama dengan pihak terkait

mengenai substitusi material zat pewarna.

Menambah pegawai melalui

pengetahuan dan pelatihan

mengenai pengolahan limbah.

51

No. Alternatif solusi hasil 5W1H Alternatif solusi yang

diusulkan

3 a. Menyediakan rak penyimpanan zat pewarna.

b. Menambah jumlah container penyimpanan.

Menambah jumlah container

dan rak khusus penyimpanan

zat pewarna.

4 a. Membeli zat pewarna yang sering digunakan

saja.

b. Kreativitas dalam mencampurkan zat pewarna

yang dimiliki.

Membeli zat pewarna yang

sering digunakan saja.

5 a. Membuat standar penyimpanan zat pewarna.

b. Merapikan meja dan lantai tempat kerja.

c. Mencantumkan label tanggal pembelian.

Membuat standar penyimpanan

zat pewarna.

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa kelima alternatif solusi sebagai

berikut: 1) membuat standar mengukur dan mencampurkan zat pewarna; 2)

memberikan pegawai melalui pengetahuann dan pelatihan pengolahan limbah; 3)

menyediakan jumlah container dan rak khusus penyimpanan zat pewarna; 4)

membeli zat pewarna yang sering digunakan saja, dan 5) membuat standar

penyimpanan zat pewarna. Alternatif-alternatif digunakan sebagai masukan pada

tahapan berikutnya, yaitu dinilai dan dipilih menggunakan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP).

4.6 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih

Hasil kuesioner penelitian menunjukkan adanya keterbatasan sumberdaya

yang dimiliki di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta, maka alternatif solusi hasil

dari metode 5W1H tidak bisa diterapkan dalam waktu yang bersamaan. Perlu

dilakukan peningkatan terhadap alternatif-alternatif dengan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP).

52

Metode AHP merupakan metode menilai alternatif-alternatif dipilih

berdasarkan kriteria teknis, ekonomi, dan lingkungan. Responden yang terlibat

dalam penialian dan pemberian bobot, adaa enam orang yaitu satu orang

penanggung jawab unit percetakan, empat orang bagian operator produksi, dan satu

orang akademisi. Penanggung jawab unit percetakan menguasai aspek proses

produksi dan keuangan. Operator produksi menguasai proses produksi. Akademisi

menguasai metode produksi bersih.

Adapun hasil penilaian dan pemberian bobot terhadap kriteria teknis,

ekonomis, dan lingkungan terdapat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan

No. Kriteria Bobot Peringkat

1. Teknis 66,7 % 2

2. Ekonomi 46,7 % 3

3. Lingkungan 76,7 % 1

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Hasil penilaian dan perhitungan metode AHP menunjukan kriteria lingkungan

memiliki bobot tertinggi sebesar 76,7%. Jadi keenam responden lebih

menitikberatkan alternatif solusi yanag diterapkan di Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta berdasarkan kriteria lingkungan.

Alternatif solusi dinilai dan dihitung bobotnya berdasarkan masing-masing

kriteria. Adapun hasil perhitungan bobot masing-masing alternative per kriteria

pada Tabel 4.5 di bawah ini.

53

Tabel 4.5 Bobot alternatif dan peringkat kriteria teknis, ekonomis

dan lingkungan

No. Alternatif Bobot Alternatif Bobot

Akhir Peringkat

Teknis Ekonomis Lingkungan

1 Membuat standar

mengukur dan

mencampurkan zat

pewarna.

10 35,7 26,1 23,93 2

2 Memberikan pegawai

dengan pengetahuan dan

pelatihan terkait

pengolahan limbah.

30 42,9 26,1 33 1

3 Menyediakan jumlah

container dan rak khusus

penyimpanan zat

pewarna.

30 7,1 21,7 19,6 3

4 Membeli zat pewarna

yang sering digunakan

saja.

5 7,1 4,4 5,5 5

5 Membuat standar

penyimpanan zat

pewarna.

25 7,1 21,7 17,9 4

Jumlah 100 100 100 100

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Berdasarkan Tabel 4.5 maka digambarkan struktur hirarki AHP yang terdiri

dari tujuan, kriteria, dan alternatif. Struktur hirarki AHP menunjukan bahwa,

alternatif memberikan pegawai melalui pengetahuan dan pelatihan mengenai

pengolahan limbah merupakan alternative dengan prioritas tertinggi atau peringkat

pertama dikaji berdasarkan kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan.

Berdasarkan kriteria teknis, alternative memberikan pegawai melalui

pengetahuan dan pelatihan mengenai pengolahan limbah dapat diterapkan oleh Unit

Percetakan BPPT Thamrin Jakarta. Adapun struktur hirarki AHP terdapat pada

Gambar 4.4 di bawah ini:

54

Gambar 4.4 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan

Bobot Kriteria dan Bobot Alternatif

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

4.7 Perencanaan Strategi Produksi Bersih Unit Percetakan BPPT

Berdasarkan hasil penelitian di atas, Perencanaan Strategi Produksi Bersih

Unit Percetakan BPPT sebagai berikut:

4.7.1 Aset Mesin Baru

a. Mesin cetak offset

Model: Heidelberg SM 52-4+L Anicolor

Spesifikasi:

1) Warna: 4, teknologi Anicolor + pelapis

2) Plat otomatis

3) Unit pelapis Tresu

Memilih alternatif solusi penerapan produksi bersih pada permasalahan memberikan

pegawai melalui pengetahuan dan pelatihan pengolahan limbah Tujuan

Kriteria

Alternatif

Teknis (66,7%) Lingkungan (76,7%) Ekonomis (46,7%)

Membuat

standar

mengukur dan

mencampu

rkan zat

pewarna.

(23,93%)

Membeli zat

pewarna yang

sering digunakan saja.

(5,5%)

Menyediakan

jumlah container dan

rak khusus

penyimpanan

zat pewarna. (19,6%)

Memberikan

pegawai melalui

pengetahuan

dan pelatihan

mengenai pengolahan

limbah.

(33%)

Membuat

standar penyimpanan

zat pewarna.

(17,9%)

55

4) Sisi elektronik berbaring

5) Pencucian rol/selimut saluran tinta yang dapat diprogram

6) Semprotan bubuk Grafix Alphatronic 200

7) Technotrans Superblue, kontrol layar samping

8) Kontrol lembar ganda

9) Pengering IR Heidelberg Drystar

10) Tinggi - pengiriman tumpukan

11) Pendingin gabungan Technotrans Alpa

12) Alcosmart AZR

13) Kontrol suhu tinta.

Gambar 4.5 Mesin cetak offset model Heidelberg SM 52-4+L Anicolor

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

b. Mesin potong

Model: High-speed cutter POLAR N 115

Spesifikasi:

1) Model kinerja tinggi yang dapat diprogram dengan layar sentuh kapasitif

21,5 inci dan gambar nyata pratinjau sangat ideal

56

2) Pemotong Berkecepatan Tinggi POLAR N 115 terutama digunakan

dikisaran ukuran sedang.

3) Memformat hingga diagonal 1.150 mm dapat dengan mudah ditangani dan

diputar dalam pemotong berkecepatan tinggi.

4) Memotong bahan dengan format yang lebih besar dapathanya bisa

dinyalakan di meja depan.

5) Pemotong Berkecepatan Tinggi memiliki fitur yang luas dalam peralatan

standar sudah yang dapat meningkatkan produktivitas hingga 20%.

6) Pemotong Berkecepatan Tinggi dapat ditingkatkan dengan peripheral

perlengkapan (lift, jogger, buffer, transport grippers, loading dan sistem

bongkar) ke sistem pemotongan.

Gambar 4.6 Mesin potong High-speed cutter POLAR N 115

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

c. Mesin Pelat CTP

Model: Heidelberg Suprasetter A106/106

Spesifikasi:

1) Sistem laser yang dikembangkan secara eksklusif oleh Heidelberg untuk

Supraseter memberikan kualitas pencitraan yang sangat baik. Desain

57

modular memungkinkan modul laser tambahan ditambahkan dengan mudah

dan cepat di lokasi โ€“ tanpa waktu henti yang lama dan dengan sedikit

persyaratan servis. Keandalan produksi dipastikan melalui Intelligent Diode

System (IDS).

2) Suprasetter juga menawarkan kedalaman fokus yang tinggi secara konsisten

untuk mengimbangi ketidakrataan pada pelat.

Gambar 4.7 Mesin pelat CTP model Heidelberg Suprasetter A106/106

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

d. Mesin Digital Printing

Model: Digital printing konica minolta 6501 A3 Plus

Spesifikasi:

1) Print Speed 65 ppm (A4), 36 ppm (A3)

2) Color Output Multi Colored

3) Brand Konica Minolta

4) Magnification 25-400 Percent in 0,1 Percent steps

5) Model Number C6501

58

6) Copy Speed 65 cpm (A4), 36 cpm (A3)

7) Copy Resolution 600 x 600 dpi

8) First Copy or Print 6.5 sec (colour A4)

9) Gradations 256 gradations

10) Multiple copies 1-9,999, countdown, interruption mode

11) Copy memory Standard 4x 256 MB

12) Print Resolution Max 600 x 1,800 dpi

Gambar 4.8 Mesin digital printing model Digital printing

konica minolta 6501 A3 Plus

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Permasalahan limbah di Percetakan BPPT tidak terlepas dari kondisi mesin.

Kondisi mesin yang dimiliki oleh Percetakan BPPT saat ini sudah tergolong

ketinggalan jaman. Hal ini tentu menjadi salah satu penyebab timbulnya limbah

misal, cetakan rusak, belum adanya sensor control pemakaian tinta, pembersihan

mesin yang masih manual.

59

4.7.2 Rencana Tata Letak

Gambar 4.9 Denah Rencana Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta (Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

60

Gambar 4.10 Denah Tata Letak di Percetakan BPPT Thamrin Jakarta

(Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

61

a. Area ruang percetakan

Gambar 4.11 Area ruang percetakan (Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Pada gambar 4.11 di atas adalah kondisi ruang percetakan. Jika dilihat dari gambar,

ruang percetakan BPPT saat ini diduga masih belum sesuai dengan standar ruang

percetakan. Misal, masih banyaknya mesin yang belum memiliki teknologi

canggih, banyak barang yang berserakan atau benda-benda yang belum

ditempatkan sesuai dengan tempatnya.

62

Gambar 4.12 Area ruang percetakan (Sesudah)

Pada gambar 4.12 di atas adalah rencana tata letak baru ruang percetakan. Jika

dilihat dari gambar, ruang percetakan BPPT kondisi lebih rapi. Pada tempat kerja

tentunya sudah disesuaikan dengan keterkaitan alur proses kerja percetakan. Mesin

yang digunakan sudah memiliki teknologi canggih sehingga akan dapat menambah

efisiensi. Penambahan fasiitas seperti lemari dan meja juga sudah disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing proses cetak. Ruang penyimpanan alat dan bahan

juga sudah disesuaikan.

b. Area pra cetak

Gambar 4.13 Area pra cetak (Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Pada area pra cetak, khususnya pada pembuatan pelat cetak. Potensi limbah yang

dimunculkan berupa limbah padat. Misal, pelat cetak yang rusak akibat proses

ekspos mesin. Timbulan limbah cair biasanya terjadi akibat ceceran dari pelapis

bahan bantu pelat cetak yaitu GOM.

63

Gambar 4.14 Area pra cetak (Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

c. Area cetak

Gambar 4.15 Area cetak (Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Pada area cetak, potensi muncunya limbah terbilang cukup tinggi, jenis limbah yang

dihasilkan berupa limbah padat dan limbah cair. Timbulan limbah ditimbulkan

akibat aktifitas berupa hasil cetakan yang rusak (limbah padat), pelat cetak bekas

pakai (limbah padat), kain majun pembersihan mesin yang

64

terkontaminasi bensin dan tinta (limbah padat), tetesan minyak, oli dan tinta

(limbah cair).

Gambar 4.16 Area cetak (Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

c. Area pasca cetak

Gambar 4.17 Area pasca cetak (Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

65

Pada area pasca cetak, khususnya pada proses penjahitan isi buku. Potensi limbah

yang dimunculkan berupa limbah padat. Misal, kertas sobek akibat jahitan proses

pengerjaan yang kurang hati, kertas terkena ceceran lem.

Gambar 4.18 Area pasca cetak (Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

d. Area barang setengah jadi dan sortir

Gambar 4.19 Area barang setengah jadi dan sortir (Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

66

Pada area sortir, potensi limbah yang dimunculkan berupa limbah padat. Misal,

kertas hasil sortir dari cetakan yang kotor dan cetakan blank spot. Untuk blank spot

sebenarnya hal ini masih bisa dimanfaatkan kembali kertasnya.

Gambar 4.20 Area barang setengah jadi dan sortir (Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

e. Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak

Gambar 4.21 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak

(Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

67

Pada area pencucian, potensi limbah yang dimunculkan berupa limbah cair.

Biasanya hal ini terjadi disaat pencucian film cetak dan pencucian rol mesin cetak.

Gambar 4.22 Area pencucian dan penyimpanan bahan bantu cetak

(Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

f. Area barang jadi dan gudang penyimpanan

Gambar 4.23 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Pada gudang penyimpanan, potensi limbah yang dimunculkan berupa limbah padat.

Biasanya terjadi disaat peletakan bahan baku kertas, karena tempat terlalu sempit

68

dan hal ini terjadi penumpukan kertas. Kertas menjadi lengket dan saat proses

pencetakan biasanya kertas akan terhisap ganda dan membuat blank spot.

Gambar 4.24 Area barang jadi dan gudang penyimpanan (Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

g. Area tools cabinet

Gambar 4.25 Area tools cabinet (Sebelum)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

Pada area tools cabinet sering ada peralatan yang tidak diperlukan seperti bekas

pelat cetak ataupun bahan kimia bantu cetak hal ini terkadang menyebabkan

69

ceceran bahan kimia bantu cetak pada area tersebut. Padahal area ini hanya untuk

peralatan terkait perbaikan mesin.

Gambar 4.26 Area tools cabinet (Sesudah)

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

4.7.3 Pelatihan SDM Terkait dengan Bidang Pekerjaan

Latar belakang pendidikan yang merupakan bagian dari sumberdaya yang

ada di Percetakan BPPT memang semua bukan pada bidang grafika. Upaya

diadakan pelatihan dengan bidang pekerjaan yang ada juga menjadi solusi agar

pegawai unit percetakan bisa lebih memahami pola kerja percetakan. Hal ini

dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam proses percetakan,

memahami cara pemakaian bahan serta perawatan mesin dan alat cetak. Selain itu,

tujuan diadakan pelatihan pegawai percetakan seperti berikut ini:

a. Agar pegawai percetakan mampu meningkatkan produktivitas kerja.

b. Agar pegawai percetakan mampu meningkatan kualitas kerja.

70

c. Agar Pegawai percetakan mampu meningkatkan ketetapan perencanaan

sumber daya manusia.

d. Agar pegawai percetakan mampu meningkatkan penghayatan jiwa dan

ideologi.

e. Agar pegawai percetakan mampu meningkatkan sikap moral dan semangat

kerja.

4.7.4 Penambahan Fasilitas dan Alat Bantu

Gambar 4.27 Penambahan Fasilitas Alat Bantu

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

4.7.5 Persyaratan Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan memiliki persyaratan dengan memenuhi ruang ventilasi

yang baik. Bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan atau ventilasi

mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Gedung tempat tinggal, gedung

pelayanan kesehatan khususnya ruang perawatan, bangunan gedung pendidikan

khususnya ruang kelas, dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai

bukaan permanen. Kisi-kisi pada pintu, jendela dan bukaan permanen dapat dibuka

untuk kepentingan ventilasi alami.

71

Ventilasi mekanis digunakan jika ventilasi alami tidak mungkin

dilaksanakan, seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan

perlindungan dari udara luar dan pencemaran. Persyaratan teknis sistem ventilasi,

kebutuhan ventilasi, harus mengikuti:

1) SNI 03-6390-2000 tentang konservasi energi sistem tata udara pada

bangunan gedung;

2) SNI 03-6572-2001 tentang tata cara perancangan sistem ventilasi dan

pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;

3) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan

sistem ventilasi;

4) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan

sistem ventilasi mekanis.

72

Gambar 4.28 Perencanaan sistem penghawaan (Instalasi Tata Udara) Unit

Percetakan BPPT Thamrin Jakarta

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

4.7.6 Persyaratan Sistem Pencahayaan

Setiap bangunan gedung memiliki beberapa persyaratan khusus. Sistem

pencahayaan pada bangunan gedung memiliki persyaratan sebagai berikut:

a) Mempunyai pencahayaan alami dan atau pencahayaan buatan, termasuk

pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya;

b) Gedung pendidikan, harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami;

c) Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan

gedung dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedung;

d) Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi

yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan gedung dengan

mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan

penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan;

e) Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus

dipasang pada bangunan gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja

secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk

evakuasi yang aman;

f) Sstem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan

darurat, dilengkapi pengendali manual, dan/atau otomatis, ditempatkan

pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang;

g) Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di dalam

bangunan maupun di luar bangunan gedung.

73

Selain itu, persyaratan pencahayaan harus mengikuti:

1) SNI 03-6197-2000 tentang konservasi energi sistem pencahayaan buatan

pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;

2) SNI 03-2396-2001 tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan

alami pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;

3) SNI 03-6575-2001 tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan

buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada

persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai

SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

Gambar 4.29 Perencanaan sistem pencahayaan Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

74

4.7.7 Gambaran Umum Ruangan Percetakan BPPT

a. Pra Cetak

Pra cetak adalah tahapan mulai Job Order, dimulai pembuat desain

mengikuti spesifikasi yang ada pada job order dan menentukan ukuran kertas yang

akan dicetak.

Kondisi: terdapat meja montase, meja computer dan lemari, terutama pada lemari

sangat tidak tertata dengan rapi, masih banyak barang yang tidak tersusun sesuai

dengan kesesuaian tempatnya, biasanya berisi pelat cetak, plastik astralon dan

benda benda merch seperti pin, tali lanyard dan belum ada label untuk meletakan

kertas-kertas di lemari. Barang-barang yang tidak diperlukan bercampur dengan

barang yang diperlukan sehingga kelihatan tidak rapi.

Pada tahapan pengambilan barang, barang keperluan order seperti buku, alat

tulis, catatan order berpindah โ€“ pindah tempat meja. Lalu untuk lemari yang berisi

MMT, stiker, yang siap diambil oleh konsumen ada yang diletakan di ruangan

produksi maupun sudut-sudut ruangan. Sub bab tahapan desain terdapat kertas

kosong diletakan pada samping CPU. Sedangkan peletakan nota, kalkulator, alat

tulis berpindah-pindah tempat sampai di tahapan lain.

Gambar 4.30 Visualisasi Ruang Pracetak, Unit Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta

75

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

b. Cetak

Tahap proses yang akan di transferkan ke bagian operator proses percetakan

menggubah bahan baku dan kertas digabungkan dengan tinta.

Kondisi: terdapat kain majun atau alat lain di atas mesin cetak, sekitar mesin cetak

berserakan biasanya terdapat kunci pas, kain majun serta kape untuk meletakan

tinta. Sehingga barang bercampur dengan barang yang digunakan setiap hari.

Barang-barang yang sudah tidak diperlukan bernilai atau tidak bernilai bercampur

dengan barang yang diperlukan sehari-hari.

Gambar 4.31 Visualisasi Ruang Cetak, Unit Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

c. Finishing

Finishing adalah tahapan akhir setelah proses cetak yang akan dipotong

MMT maupun stiker, banner, kartu nama sesuai keinginan konsumen.

76

Kondisi: terdapat gunting, penggaris, lem, alat yang berkaitan dengan proses

finishing, palu yang berserakan, serta sisa kertas yang belum tertata dengan rapi,

tumpukan kardus. barang pribadi bercampur dengan barang yang diperlukan dalam

sehari-hari.

Pada tahapan proses mencetak terdapat bahan baku siap cetak dan hasil

cetak pada satu tempat yang sama bercampur dan ada yang diletakan di lalu lintas

barang ditahapan lain. Selain itu, peletakan minyak pelumas mesin, kertas, kain lap,

MMT yang sudah jadi, kunci pas diletakan di atas mesin cetak di bawah mesin cetak

terdapat potongan-potongan MMT yang berserakan.

Gambar 4.32 Visualisasi Ruang Finishing, Unit Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta

Sumber: Data diolah Penulis, 2021

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Alternatif solusi ysng terpilih dalam penerapan produksi bersih di Unit

Percetakan BPPT Thamrin Jakarta dengan menggunakan metode AHP yaitu

memberikan pegawai melalui pengetahuan dan pelatihan mengenai pengolahan

limbah. Alternatif tersebut sudah mempertimbangkan kriteria teknis, ekonomi dan

lingkungan.

5.2 Saran

Pegawai pada Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta diberikan

pengetahuan dan pelatihan mengenai pengolahan limbah melalui seminar, coffee

break, workshop, pameran dan sebagainya. Rekrutmen pegawai sesuai dengan

bidang ilmu yang diembannya. Selain itu, perlu dilakukan pengembangan terhadap

kriteria yang akan dikaji, sehingga alternative solusi penerapan produksi bersih

dapat mempertimbangkan kriteria lainnya yang menyeluruh.

78

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. (2015). Sistem Pengelolaan Limbah B3 Terhadap Indeks Proper di.

RSPI Prof. DR. Sulianti Saroso, Jakarta.

Bryson, John M. (2002). Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Cameron, Kim S., Robert E. Quinn. (1999). Diagnosing and Changing

Organizational Culture: Based on the Competing Values Framework.

Reading. Addison Wesley, Massachusetts.

Donelly, James H. Jr., dkk. (1996). Fundamentals of Management. Irwin McGraw-

Hill, Boston.

Goldworthy dan Ashley. (1996). Australian Public Affairs Information Service.

APAIS, Australia.

GTZ-ProLH. (2007). Panduan Penerapan Eko-efisiensi Usaha Kecil dan.

Menengah Sektor Batik. Program Lingkungan Hidup Indonesia, Jerman.

Jakarta.

Hariadi, Bambang. (2005). Strategi Manajemen. Bayumedia Publishing, Malang.

Hamel, G., & Prahalad, C.K. (1994). Competing for the future. Harvard Business

School Press, Boston.

Hatten, Kenneth J, dan Hatten, Marry Louise. (1998). Efective Strategy

Management. Precentice Hall, Englewood Cliff.

Hutapea. (2017). Strategi pemerintah dalam pembangunan Kawasan Wisata Muara

Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Jurnal

Organisasi Manajemen, Vol. 4, No. 1: 1-5.

Ibrahim, B. (2004). Pendekatan Penerapan Produksi Bersih pada Industri

Pengolahan Hasil Perikanan, Buletin Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 7,

No. 1: 1-10.

Ilie G & Ciocoiu CN. (2010). Application of Fishbone Diagram to Determine the

Risk of an Event with Multiple Causes, Management Research and Practice,

2(1): 1-20.

Indrasti N.S & Fauzi A.M. (2009). Produksi Bersih. IPB Press, Bogor.

79

International Labour Organization (ILO). (2013). Produksi Bersih Meningkatkan

Produktivitas. ILO, Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH RI). (2015). PROPER

2015. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta.

KLH (Kementrian Lingkungan Hidup). (2003). Panduan Produksi Bersih dan

Sistem Manajemen Lingkungan Untuk Usaha/Industri Kecil dan

Menengah. KLH RI, Jakarta.

Kunz, T. H. & Parson, S. (2009). Ecological Behavioral Methods for the Study of

Bats. The Johns Hopkins University Press, Baltimore.

Kurniawan M.W., Purwanto, P., dan Sudarno, S. (2013). Strategi pengelolaan air

limbah sentra UMKM batik yang berkelanjutan di kabupaten Sukoharjo.

Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 11, No. 1: 62-72.

Kristanto, P. (2004). Ekologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. (2006). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Erlangga, Jakarta.

Marrus, Stephanie K. (2002). Desain Penelitian. Manajemen Strategik. Rajawali

Press, Jakarta.

Maโ€™ruf, M., K. Sukarti., E. Purnamasari., E. Sulistianto. (2013). Penerapan

Produksi Bersih pada Industri Pengolahan Terasi Skala Rumah Tangga di

Dusun Selangan Laut Pesisir Bontang (Application Cleaner Production

Options on Fermented Shrimp Processing Industry in Household Scale in

Selangan Laut, Bontang Waters). Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 18.

No. 2: 1-8.

Meldayanoor, Mariatul Kiptiah, & Dian Permata Sari. (2019). Analisis Penerapan

Produksi Bersih Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Bakunci Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Teknologi Agro-Industri, Vol. 6,

No. 2: 118-126.

Moertinah, S. (2008). Peluang-Peluang Produksi Bersih Pada Industri Tekstil

Finishing Bleaching, Studi kasus Pabrik Tekstil Finishing Bleaching PT.

Damaitex Semarang. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan

Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Novita, Elida, Iwan T. dan Teguh F. W. (2016). Kelayakan Pemanfaatan Limbah

Cair Tahu pada Industri Kecil di Dusun Curah Rejo Desa Cangkring

Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Prosiding Seminar Nasional

APTA, Jember: 376-381.

80

Ohmae, K. (1982). The Mind of Strategists: The Art of Japanese Business.

McGraw-Hill, New York.

Purwanto, Iwan. (2006). Manajemen Strategi. Yrama Widya, Bandung.

Purwanto. (2005). Penerapan Produksi Bersih di Kawasan Industri. Disampaikan

pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam mendorong

Terciptanya Kawasan Eco-industrial di Indonesia, diselenggarakan oleh

Asisten Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi di Jakarta 3 Juni 2005.

Quan, D. M. (2013). Minimizing translation mistakes in the writing process by

using the question-making technique, The Journal of Asian Critical

Education, Vol. 2: 13-29.

Rahayu, Suparni Setyowati, Purwanto dan Budiyono. (2013). Pengelolaan

Lingkungan Kecil Industri Tahu dengan Menerapkan Produksi Bersih

dalam Upaya Efisiensi Air dan Energi. Seminar Nasional Hasil Penelitian

dan Pengabdian Kepada Masyarakat Inovasi Ipteks Perguruan Tinggi

untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Bali: 956-962.

Rangkuti, F. (1999). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi

Konsep Perencanaan Strattegis untuk Menghadapi Abad 21. Cet-11. PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sari, D.P. et al., (2012). Pengukuran Tingkat Eko-efisiensi Menggunakan Life

Cycle Assessment untuk Menciptakan Sustainable Production di Industri

Kecil Menengah Batik. Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2: 137โ€“144.

Siagian, Sondang P. (2004). Prinsip-prisip Dasar Manajemen Sumber Daya

Manusia, Jilid I. Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Srdevic Z, Blagojevic B dan Srdevic B. (2011). AHP based group decision makin

in ranking loan applicants for purchasing irrigation equipment: A case

Study, Bulgarian. Journal Agri Sci, Vol. 17, No. 4: 531-543.

Suryono. (2004). Pengantar Teori Pembangunan. Universitas Negeri Malang, UM.

Press, Malang.

Susanto, P.A. (2004). Komunikasi Sosial di Indonesia. Bina Cipta, Bandung.

Tague, N. R. (2005). The Quality Toolbox 2nd Edition. ASQ Quality Press,

Milwaukee, Wisconcin.

Thompson Jr, Arthur A., Strickland lll, A.J., Gamble dan John E. (2007). Crafting

& Executing Strategy the Quest for Competitive Advantage Concept &

Cases, 15 th Edition, McGraw-Hill International Edition, USA.

81

Thrane, M., E. Holm Nielsen dan P. Christensen. (2009). Cleaner production in

Danish Fish Processing โ€“ Experiences, Status and Possible Future

Strategies. Journal of Cleaner Production, Vol. 17: 380โ€“390.

Tjokroadmidjojo, Bintoro. (1982). Teori Strategi Pembangunan Nasional. PT

Gunung Agung, Jakarta.

Ujianti, Rizky Muliani Dwi. (2017). Produksi Bersih Pada Industri Pangan Berbasis

Perikanan. Jurnal ilmu Pangan dan Hasil Pertanian, Vol. 1 No. 1: 28-36.

UNEP. (2003). Cleaner Production. Assessment in Industries.

UNEP and FAO Food and Agriculture Organization of the United Nations and

United Nations Environment Programme. (1999). The Future of Our Land

Facing the Challenge. FAO and UNEP, Rome, Italy.

United State Agency for International Development (USAID). (1997). Panduan

Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan

Pembangunan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.

United Nation Industrial Development Organization (UNIDO). (2002). Manual on

the Development of Cleaner Production Policies โ€“ Approaches and

Instruments. UNIDO CP Programme, Vienna.

Wardani, I. K. (2015). Pemetaan pengadaan dan optimalisasi bahan baku batik

sebagai industry kreatif di kampung batik Laweyan. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Wheelen, T dan Hunger, D. (2012). Strategic Management and Business Policy.

13th. Prentice Hall, USA.

Yuniarti, Yenny., Sari, Novita., Nifita, Ade Titi., dan Amri, Adi Ikhsan Syukri.

(2019). Strategi Inovasi Produk pada Jambi Inspiring Media (JIMEDA)

dalam Memperoleh Keunggulan Bersaing, Jurnal Inovasi, Teknologi, dan

Dharma bagi Masyarakat (JITDM), Vol.1 No.1: 51-55.

Zein, Mufrida., Lestari, Ema., dan Artu Aru. (2019). Analisis Teknik Penerapan

Produksi Bersih pada Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Inti

Sawit (Kerel) di PT JY. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, Vol. 23, No.2:

179-186.

Zulmi, A., Meldayanoor, Lestari, E. (2018). Analisis Kelayakan Penerapan Produksi Bersih pada Industri Tahu UD. Sugih Waras desa Atu-atu

Kecamatan Pelaihari. Jurnal Teknologi Agro-Industri, Vol. 5, No. 1: 1-9.

82

LAMPIRAN 1.

KUESIONER DAN WAWANCARA PENELITIAN

Hal : Mohon Bantuan Pengisian Kuisioner dan Wawancara

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Program Studi Tekinik Lingkungan, Fakultas Teknik, Univeritas

Satya Negara Indonesia (USNI) Jakarta, mengharapkan kesediaan pegawai di Unit

Percetakan BPPT Thamrin Jakarta untuk membantu mengisi angket/kuesioner dan

wawancara yang saya sajikan ini untuk mendukung penyelesaian penelitian yang di

lakukan.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan semua

pegawai yang telah meluangkan banyak waktu untuk membantu mengisi

angket/kuesioner dan wawancara ini dengan apa adanya sesuai dengan kenyataan

sebenarnya.

Pengisian kuesioner dan wawancara ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan

pegawai, data yang kami kumpulkan ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan kami

menjamin kerahasiaan identitas pegawai.

Demikian permohonan kami dan atas kesediaan pegawai di Unit Percetakan BPPT

Thamrin Jakarta kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Mei 2021

Peneliti,

Fajar Bagoes Rianto

83

KESEDIAAN RESPONDEN DALAM PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nomor :

Jenis Kelamin : 1. Laki โ€“ laki

2. Perempuan

Usia : 1. 19 โ€“ 25 tahun

2. 26 โ€“ 35 tahun

3. 36 โ€“ 45 tahun

4. > 45 tahun

Tingkat Pendidikan : 1. SMA / SMK

2. D3 / D4

3. S1

Lama Kerja : 1. 1 โ€“ 5 tahun

2. 6 โ€“ 10 tahun

3. 11 โ€“ 15 tahun

4. 16 โ€“ 20 tahun

5. > 20 tahun

Alamat Rumah :

Telah mengetahui bahwa penelitian โ€œStrategi Perancangan Produksi Bersih untuk

Percetakan (Penelitian di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta)โ€ yang

dilaksanakan oleh Fajar Bagoes Rianto, bertujuan untuk memperoleh data dalam

penulisan skripsi. Saya mengetahui bahwa identitas saya akan dirahasiakan dalam

publikasi penelitian ini, dan saya bersedia memberikan data yang sebenarnya

penelitian ini.

Jakarta, Mei 2021

(.........................................)

Nama Responden

84

4.8 Lembar kuesioner penilaian penerapan produksi bersih (daftar periksa

produksi bersih)

Tabel 1.1 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Energi secara Umum

No. Peluang penggunaan energi

secara umum Ya Tidak Tindakan yang diambil

A. Fasilitas pemanas dan pendingin

1. Dapatkah Anda mengendalikan

tingkat pemanasan, pendinginan, dan

ventilasi pada bangunan Anda?

2. Dapatkah Anda menetapkan suhu

termostat sehingga daerah kerja

tidak dipanaskan atau didinginkan

lebih dari yang diperlukan?

3. Dapatkah Anda membuat jendela

atau pintu tetap terbuka atau tertutup

untuk mencegah penggunaan yang

tidak perlu dari pemanas dan

pendingin ruangan?

4. Dapatkah Anda meningkatkan

pemeliharaan system HVAC

(misalnya, mengubah atau

membersihkan filter udara) untuk

membuat mereka berjalan lebih

efisien?

5. Dapatkah sumber bahan bakar untuk

boiler diubah menjadi pembakaran

bahan bakar yang lebih bersih?

6. Dapatkah limbah panas dari sistem

HVAC (Heater, Ventilation, Air

Condition) digunakan untuk

keperluan pemanasan?

7. Dapatkah pipa dan kulit bangunan,

jendela, pintu dll diisolasi?

B. Pencahayaan

8. Dapatkah pencahayaan lebih

difokuskan dimana pekerja

membutuhkannya dan dengan

jumlah yang sesuai?

85

9. Dapatkah sinar matahari di saat siang

hari digunakan sebagai

pencahayaan?

10. Dapatkah anda menggantikan lampu

pijar dengan lampu yang lebih

efisien seperti neon, LED, atau

lampu lainnya pencahayaan?

11. Dapatkah Anda menginstal sensor

gerak atau mengambil langkah-

langkah lain untuk mematikan lampu

di gudang, tempat penyimpanan, dan

daerah lainnya yang sebentar-

sebentar digunakan?

12. Dapatkah Anda menggunakan

utilitas listrik Anda untuk menilai

sistem pencahayaan Anda untuk

menentukan apakah upgrade

efisiensi berguna?

C. Proses Pengoperasian Peralatan (Motor penggerak dan Mesin)

13. Apakah mesin dapat dimatikan jika

tidak dioperasikan?

14. Haruskah pompa sirkulasi dijalankan

sepanjang waktu?

15. Dapatkah motor, pompa, dan

peralatan digunakan dengan energi

yang lebih efisien, beralih ke sistem

motor yang lebih efisien yang

menggunakan kontrol variabel speed

drive?

16. Dapatkah motor, pompa, dan

peralatan berukuran sesuai dengan

beban mereka?

17. Dapat perencanaan produksi

dioptimalkan untuk mengurangi waktu pengoperasian peralatan

produksi non-produktif?

86

D. Proses Pengoperasian Peralatan (Compressed Air)

18. Jika udara yang dimampatkan

(compressed air) digunakan,

dapatkah Anda secara rutin

menemukan dan memperbaiki

kebocoran di sistem udara yang

dimampatkan (compressed air

system)?

19. Dapatkah Anda mengurangi tekanan

dalam sistem udara yang

dimampatkan (compressed air

system) dan masih mengoperasikan

peralatan secara efektif?

20. Dapatkah limbah panas yang

terbuang dari kompresor digunakan

untuk keperluan pemanasan?

E. Proses Pemanasan dan Pendinginan

21. Dapatkah suhu proses pemanasan

(misalnya, digunakan pada oven)

dipertahankan secara efektif pada

tingkat yang lebih rendah?

22. Dapatkah langkah-langkah lain

diambil untuk menghindari

hilangnya panas yang tidak perlu

atau pendinginan dalam proses

(misalnya limbah pemulihan gas

panas)?

23. Dapatkah Anda meningkatkan

pemeliharaan boiler dan sistem

pendingin?

F. Transportasi

24. Dapatkah Anda beralih ke bahan

bakar kendaraan yang lebih efisien

untuk kebutuhan transportasi bisnis?

25. Dapatkah Anda menjalankan forklift

di dalam fasilitas dengan listrik /

baterai atau gas alam yang

dimampatkan / propana dan bukan

bahan bakar kotor lainnya?

87

26. Dapatkah Anda meningkatkan

pemeliharaan kendaraan sehingga

mereka berjalan pada efisiensi bahan

bakar yang optimal (misalnya,

mempertahankan tekanan ban,

mengganti filter udara dan bahan

bakar)?

27. Dapatkah Anda memberikan insentif

bagi karyawan yang berjalan atau

bersepeda ke tempat kerja (misalnya,

menyediakan tempat untuk

mengunci dan menyimpan sepeda,

memberikan fasilitas mandi dan

loker, hadiah)?

28. Dapatkah Anda memberikan insentif

bagi karyawan yang memilih

angkutan umum untuk pergi bekerja

(misalnya, menyediakan kartu

perjalanan bersubsidi, biaya untuk

parkir dan menggunakan dana untuk

hadiah para penggunaan transit atau

sepeda untuk pulang-pergi)?

88

Tabel 1.2 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Air secara Umum

No. Peluang Penggunaan Air secara

Umum Ya Tidak

Tindakan

yang diambil

A. Toilet

1. Apakah toilet dengan aliran hemat

air (low flow) dan efisien telah

dipasang di perusahaan?

2. Apakah semua keran dan shower

memiliki aliran hemat air untuk

mengurangi penggunaan air di

wastafel?

B. Pemanas atau Pendingin

3. Apakah air pendingin di perusahaan

anda yang menggunakan once-

through cooling water pendingin air

dalam pendingin udara, kompresor

udara, pompa vakum, dll telah

dieliminasi dengan penggunaan

peralatan pendingin, menara

pendingin, atau pendingin udara?

4. Apakah perusahaan telah

mengoptimalkan kontrolblow-

down/bleed-off pada boiler dan

menara pendingin (cooling towers)?

5. Apakah kondensat digunakan

kembali?

C. Proses Pencucian dan Pembilasan

6. Apakah teknik pembilasan telah

ditingkatkan dilaksanakan, seperti

sistem countercurrrent,

menggunakan sekuensial kualitas

tinggi untuk menurunkan jumlah

kebutuhan, control aliran

konduktivitas, meningkatkan

semprotan/tekanan pembilasan, fog

rinsing or agitated rinsing?

7. Apakah air dimatikan saat tidak

dipakai dengan menggunakan timer,

limit switch, atau hal itu merupakan

bagian dari praktek kerja yang

89

berlaku?

8. Apakah kesegaran air mandi

dimaksimalkan dengan

menggunakan kontrol penyaringan

dan pemeliharaan?

9. Apakah praktek "dry clean-up"

digunakan dan bukannya

menggunakan selang untuk

membersihkan dengan air? Jika

mencuci air yang diperlukan,

sebelum dilakukan dengan alat

pembersih, sikat, atau sapu?

10. Dapatkah pembatas aliran digunakan

untuk membatasi penggunaan air?

D. Air proses (process water) dan sistem pengairan

11. Apakah air dialirkan dalam pipa

lurus (dengan sedikit lekukan) untuk

mengurangi energi untuk motor

pompa?

12. Apakah pipa dan peralatan yang

menggunakan air secara rutin

diperiksa dari kebocoran?

E. Penggunaan air ditempat

13. Apakah kualitas air disesuaikan

dengan kuantitas air? Dapatkah air

hujan, air bilas, atau air lain yang

tidak untuk diminum ditampung dan

digunakan kembali untuk tujuan

tertentu?

14. Apakah aplikasi penggunaan ulang

diperiksa untuk digunakan kembali

sebagai air proses, irigasi taman,

kolam hias, air bilas toilet dan

menara pendingin?

F. Taman atau lanskap

15. Dapatkah jumlah air yang digunakan

untuk taman dikurangi?

16. Dapatkah langkah-langkah diambil

90

untuk penggunaan air yang lebih

sedikit untuk taman, seperti

menggunakan alat penyiram

bervolume kecil, irigasi tetes, jadwal

penyiraman dan penempatan air

dioptimalkan, dan pemeliharaan

preventif?

17. Dapatkah jenis tanaman atau taman

(misalnya, teknik xeriscaping)

digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan kebutuhan untuk

penyiraman tambahan?

G. Dapur umum

18. Apakah sensor "electric eye" untuk

pencuci piring konveyor dipasang?

19. Apakah mesin pencuci piring dengan

efisien air dan energi baru sudah

diinstal?

91

Tabel 1.3 Daftar Pertanyaan Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang

Umum

No. Peluang Penggunaan Material

dan Bahan Kimia yang Umum Ya Tidak

Tindakan

yang diambil

A. Fasilitas Pemanas dan Pendingin

1. Dapatkah Anda membeli input

material dalam ukuran atau

konfigurasi tertentu untuk

mengurangi jumlah sisa bahan?

2. Dapatkah Anda menyesuaikan

peralatan proses atau pola produksi

untuk mengoptimalkan penggunaan

bahan dan mengurangi sisa bahan?

3. Dapatkah sisa bahan digunakan

kembali atau didaur ulang dalam

perusahaan?

4. Apakah ada perusahaan lain yang

mungkin dapat menggunakan sisa

bahan (scraps) sebagai masukan

bahan?

B. Mengurangi bahan yang tidak terpakai

5. Dapatkah Anda mengurangi

persediaan bahan atau bergeser ke

arah pembelian "just-in-time",

terutama di mana bahan sering tidak

terpakai?

6. Dapatkah Anda membeli bahan

dengan container "berukuran tepat"

untuk lebih menjamin bahan baku

yang dibeli benar-benar digunakan?

7. Dapatkah Anda "mengemas" (atau

mempaketkan bahan dan bahan

kimia dalam porsi "ukuran tepat")

sehingga karyawan mengambil dan

menggunakan hanya apa yang

dibutuhkan?

8. Dapatkah Anda meningkatkan

sistem penyimpanan dan label

92

bahan untuk memastikan bahwa

stok paling lama yang pertama

digunakan untuk meminimalkan

pembusukan dan tanggal

kedaluwarsa sesuai azas First In

First Out (FIFO)?

9. Dapatkah Anda memperbaiki

praktek-praktek penanganan

material untuk memastikan bahwa

bahanbahan tidak rusak atau

tumpah?

C. Pengurangan bahan produk

10. Dapatkah Anda bekerja dengan

desainer produk (dengan

perusahaan atau pelanggan) untuk

mengidentifikasi peluang untuk

mengurangi bahan yang digunakan

dalam suatu produk?

11. Dapatkah Anda mengidentifikasi

peluang untuk mengurangi bahan

yang digunakan dalam kemasan

produk?

D. Material Substitusi

12. Dapatkah Anda mengganti bahan

atau bahan kimia dengan dampak

lingkungan atau dampak kesehatan

publik yang lebih rendah?

13. Dapatkah Anda meningkatkan

penggunaan bahan daur ulang

dalam produk atau kemasan?

93

Tabel 1.4 Daftar Pertanyaan Peluang Pencegahan Polusi dan Limbah

Lingkungan secara Umum

No.

Peluang Pencegahan Polusi dan

Limbah Lingkungan secara

Umum

Ya Tidak Tindakan

yang diambil

A. Reduce (Mengurangi)

1. Apakah ada cara untuk

menghilangkan atau mengurangi

sumber limbah atau polusi?

B. Reuse (Menggunakan kembali)

2. Dapat limbah bahan atau bahan

kimia diambil dan diperkenalkan

kembali ke dalam proses untuk

penggunaan produktif?

3. Apakah ada langkah-langkah proses

yang dapat dirancang untuk

memiliki aspek lingkaran tertutup

"closed loop" yang secara otomatis

menangkap dan memperkenalkan

kembali bahan input menggunakan

kondensasi atau teknik lain?

4. Dapatkah komponen produk cacat

diperbaharui untuk penggunaan

produktif?

C. Recycle (Mendaur ulang)

5. Dapatkah Anda menemukan peluang

untuk memberikan atau menjual

limbah Anda?

6. Apakah ada langkah yang dapat

Anda lakukan untuk memisahkan

atau meningkatkan kualitas atau

kemurnian limbah yang mungkin

membuat mereka menarik bagi

perusahaan lain untuk penggunaan

yang produktif?

D. Safe and Proper Disposal (Pembuangan yang Aman dan Tepat)

7. Apakah ada langkah yang dapat

diambil untuk memisahkan limbah

lebih baik untuk mengurangi jumlah

limbah yang memiliki karakteristik

94

beracun atau berbahaya dan

membutuhkan penanganan dan

pembuangan khusus?

8. Bisakah Anda memasang

pengendalian pencemaran atau

sistem / peralatan perawatan yang

mengurangi jumlah polusi atau

limbah dengan karakteristik yang

berbahaya?

9. Apakah ada langkah yang dapat

Anda ambil untuk memastikan

bahwa limbah dibuang dengan benar

dan aman, atau agar polusi

dilepaskan dengan cara yang

meminimalkan dampak yang

merugikan kesehatan manusia dan

lingkungan?

Sumber: International Labour Organization (ILO), (2013: 11-23).

95

4.9 Lembar Penentuan penyebab masalah limbah lingkungan (fishbone

diagram)

Gambar 1.1 Penentuan penyebab masalah limbah lingkungan

(Fishbone Diagram)

METODE MESIN

LINGKUNGAN

MANUSIA

MATERIAL

PERMASALAHAN

96

4.10 Lembar Wawancara Penentuan akar penyebab masalah limbah

lingkungan dengan Metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why, dan

How)

1) Apa permasalahan yang dialami pada Unit Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta?

2) Dimana permasalahan ini terjadi?

3) Siapa yang bertanggung jawab terhadap permasalahan ini?

4) Kapan biasanya permasalahan ini terjadi?

5) Mengapa permasalahan tersebut dapat terjadi atau penyebab dari

permasalahan?

6) Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari

permasalahan?

97

4.11 Lembar Penentuan alternatif solusi yang dapat diterapkan

a) Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari

permasalahan?

98

4.12 Lembar Pemilihan alternatif solusi penerapan produksi bersih dengan

metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

1.5.1 Penentuan Akar Penyebab Masalah Limbah Lingkungan

Tabel 1.5 5W1H pada permasalahan โ€ฆโ€ฆโ€ฆ..

Faktor What Where Who When Why How

6. Manusia

7. Metode

8. Mesin

9. Material

10. Lingkungan

99

1.5.2 Penentuan Alternatif Solusi

Tabel 1.6 Pengelompokkan alternatif solusi hasil metode 5W1H dan alternatif

solusi usulan

No. Alternatif Solusi Hasil 5W1H Alternatif Solusi yang Diusulkan

100

1.5.3 Pemilihan Alternatif Solusi Produksi Bersih

Tabel 1.7 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan

No. Kriteria Bobot Peringkat

1. Teknis

2. Ekonomi

3. Lingkungan

Jumlah

101

1.5.4 Bobot dan Peringkat masing-masing Alternatif

Tabel 1.8 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan

No. Alternatif Bobot Alternatif Bobot

Akhir Peringkat

Teknis Ekonomis Lingkungan

Jumlah

102

1.5.5 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan Bobot

Kriteria dan Bobot Alternatif

Gambar 1.2 Struktur Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan

Bobot Kriteria dan Bobot Alternatif

Memilih Alternatif Solusi Penerapan Produksi Bersih

pada Permasalahan โ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. Tujuan

Kriteria

Alternatif

Teknis Lingkungan Ekonomis

Alternatif 1 Alternatif 4 Alternatif 3 Alternatif 2

103

LAMPIRAN 2.

HASIL KUESIONER DAN WAWANCARA RESPONDEN PENELITIAN

2.1 Responden Penelitian 1

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nomor : 1

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki

2. Perempuan

Usia : 1. 19 โ€“ 25 Tahun

2. 26 โ€“ 35 Tahun

3. 36 โ€“ 45 Tahun

4. > 45 Tahun

Tingkat Pendidikan : 1. SMA / SMK

2. D3 / D4

3. S1

Lama Kerja : 1. 1 โ€“ 5 Tahun

2. 6 โ€“ 10 Tahun

3. 11 โ€“ 15 Tahun

4. 16 โ€“ 20 Tahun

5. > 20 Tahun

Alamat Rumah : Jl, Martimbang Raya No. 10 Jakarta 12120

Telah mengetahui bahwa penelitian โ€œStrategi Perancangan Produksi Bersih untuk

Percetakan (Penelitian di Unit Percetakan BPPT Thamrin Jakarta)โ€ yang

dilaksanakan oleh Fajar Bagoes Rianto, bertujuan untuk memperoleh data dalam

penulisan skripsi. Saya mengetahui bahwa identitas saya akan dirahasiakan dalam

publikasi penelitian ini, dan saya bersedia memberikan data yang sebenarnya

penelitian ini.

Jakarta, Mei 2021

(Fajar Bagoes Rianto)

104

1.1 Lembar Kuesioner Penelitian Penilaian Penerapan Produksi Bersih

(Daftar Periksa Produksi Bersih)

Tabel 1.1 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Energi secara Umum

No. Peluang Penggunaan Energi

secara Umum Ya Tidak

Tindakan

yang diambil

A. Fasilitas Pemanas dan Pendingin

1. Dapatkah Anda mengendalikan

tingkat pemanasan, pendinginan, dan

ventilasi pada bangunan Anda?

๐Ÿ—ธ Dengan cara membuka pintu

dan membuka jendela

ruangan

2. Dapatkah Anda menetapkan suhu

termostat sehingga daerah kerja

tidak dipanaskan atau didinginkan

lebih dari yang diperlukan?

๐Ÿ—ธ

3. Dapatkah Anda membuat jendela

atau pintu tetap terbuka atau tertutup

untuk mencegah penggunaan yang

tidak perlu dari pemanas dan

pendingin ruangan?

๐Ÿ—ธ

4. Dapatkah Anda meningkatkan

pemeliharaan system HVAC

(misalnya, mengubah atau

membersihkan filter udara) untuk

membuat mereka berjalan lebih

efisien?

๐Ÿ—ธ Karena sudah ada unit

terkait pembersihan HVAC

5. Dapatkah sumber bahan bakar untuk

boiler diubah menjadi pembakaran

bahan bakar yang lebih bersih?

๐Ÿ—ธ

6. Dapatkah limbah panas dari sistem

HVAC (Heater, Ventilation, Air

Condition) digunakan untuk

keperluan pemanasan?

๐Ÿ—ธ

7. Dapatkah pipa dan kulit bangunan,

jendela, pintu dll diisolasi?

๐Ÿ—ธ

B. Pencahayaan

8. Dapatkah pencahayaan lebih

difokuskan dimana pekerja

membutuhkannya dan dengan

jumlah yang sesuai?

๐Ÿ—ธ

105

9. Dapatkah sinar matahari di saat siang

hari digunakan sebagai

pencahayaan?

๐Ÿ—ธ Karena lokasi berada di

basement

10. Dapatkah anda menggantikan lampu

pijar dengan lampu yang lebih

efisien seperti neon, LED, atau

lampu lainnya pencahayaan?

๐Ÿ—ธ Tinggal menghubungi tim

teknis unit perlengkapan

11. Dapatkah Anda menginstal sensor

gerak atau mengambil langkah-

langkah lain untuk mematikan lampu

di gudang, tempat penyimpanan, dan

daerah lainnya yang sebentar-

sebentar digunakan?

๐Ÿ—ธ Karena saat ini sistem

tersebut hanya berada di

ruang lantai 1 โ€“ 24.

12. Dapatkah Anda menggunakan

utilitas listrik Anda untuk menilai

sistem pencahayaan Anda untuk

menentukan apakah upgrade

efisiensi berguna?

๐Ÿ—ธ

C. Proses Pengoperasian Peralatan (Motor penggerak dan Mesin)

13. Apakah mesin dapat dimatikan jika

tidak dioperasikan?

๐Ÿ—ธ Karena mesin akan panas

jika mesin terus menyala.

14. Haruskah pompa sirkulasi dijalankan

sepanjang waktu?

๐Ÿ—ธ

15. Dapatkah motor, pompa, dan

peralatan digunakan dengan energi

yang lebih efisien, beralih ke sistem

motor yang lebih efisien yang

menggunakan kontrol variabel speed

drive?

๐Ÿ—ธ

16. Dapatkah motor, pompa, dan

peralatan berukuran sesuai dengan

beban mereka?

๐Ÿ—ธ

17. Dapat perencanaan produksi

dioptimalkan untuk mengurangi waktu pengoperasian peralatan

produksi non-produktif?

๐Ÿ—ธ Harus direncanakan dengan

pimpinan terkait dengan pekerjaan atau job order.

106

D. Proses Pengoperasian Peralatan (Compressed Air)

18. Jika udara yang dimampatkan

(compressed air) digunakan,

dapatkah Anda secara rutin

menemukan dan memperbaiki

kebocoran di sistem udara yang

dimampatkan (compressed air

system)?

๐Ÿ—ธ

19. Dapatkah Anda mengurangi tekanan

dalam sistem udara yang

dimampatkan (compressed air

system) dan masih mengoperasikan

peralatan secara efektif?

๐Ÿ—ธ

20. Dapatkah limbah panas yang

terbuang dari kompresor digunakan

untuk keperluan pemanasan?

๐Ÿ—ธ

E. Proses Pemanasan dan Pendinginan

21. Dapatkah suhu proses pemanasan

(misalnya, digunakan pada oven)

dipertahankan secara efektif pada

tingkat yang lebih rendah?

๐Ÿ—ธ

22. Dapatkah langkah-langkah lain

diambil untuk menghindari

hilangnya panas yang tidak perlu

atau pendinginan dalam proses

(misalnya limbah pemulihan gas

panas)?

๐Ÿ—ธ

23. Dapatkah Anda meningkatkan

pemeliharaan boiler dan sistem

pendingin?

๐Ÿ—ธ Menghubungi unit teknis

yang mampu dengan

bidangnya.

F. Transportasi

24. Dapatkah Anda beralih ke bahan

bakar kendaraan yang lebih efisien

untuk kebutuhan transportasi bisnis?

๐Ÿ—ธ Saat ini masih menggunakan

BBM pada umumnya.

25. Dapatkah Anda menjalankan forklift

di dalam fasilitas dengan listrik /

baterai atau gas alam yang

dimampatkan / propana dan bukan

๐Ÿ—ธ

107

bahan bakar kotor lainnya?

26. Dapatkah Anda meningkatkan

pemeliharaan kendaraan sehingga

mereka berjalan pada efisiensi bahan

bakar yang optimal (misalnya,

mempertahankan tekanan ban,

mengganti filter udara dan bahan

bakar)?

๐Ÿ—ธ Karena ada unit kendaraan,

unit tersebut yang menangani

pekerjaan tersebut.

27. Dapatkah Anda memberikan insentif

bagi karyawan yang berjalan atau

bersepeda ke tempat kerja (misalnya,

menyediakan tempat untuk

mengunci dan menyimpan sepeda,

memberikan fasilitas mandi dan

loker, hadiah)?

๐Ÿ—ธ Tidak ada anggaran terkait

dengan kegiatan tersebut.

28. Dapatkah Anda memberikan insentif

bagi karyawan yang memilih

angkutan umum untuk pergi bekerja

(misalnya, menyediakan kartu

perjalanan bersubsidi, biaya untuk

parkir dan menggunakan dana untuk

hadiah para penggunaan transit atau

sepeda untuk pulang-pergi)?

๐Ÿ—ธ Karena di BPPT sudah ada

fasilitas antar jemput

pegawai.

108

Tabel 1.2 Daftar Pertanyaan Peluang Penggunaan Air secara Umum

No. Peluang Penggunaan Air secara

Umum Ya Tidak

Tindakan

yang diambil

A. Toilet

1. Apakah toilet dengan aliran hemat

air (low flow) dan efisien telah

dipasang di perusahaan?

๐Ÿ—ธ Tapi pada ruang percetakan

ada yang belum terpasang.

2. Apakah semua keran dan shower

memiliki aliran hemat air untuk

mengurangi penggunaan air di

wastafel?

๐Ÿ—ธ Hanya pada ruang tertentu

bukan di ruang percetakan

BPPT.

B. Pemanas atau Pendingin

3. Apakah air pendingin di perusahaan

anda yang menggunakan once-

through cooling water pendingin air

dalam pendingin udara, kompresor

udara, pompa vakum, dll telah

dieliminasi dengan penggunaan

peralatan pendingin, menara

pendingin, atau pendingin udara?

๐Ÿ—ธ

4. Apakah perusahaan telah

mengoptimalkan kontrolblow-

down/bleed-off pada boiler dan

menara pendingin (cooling towers)?

๐Ÿ—ธ

5. Apakah kondensat digunakan

kembali?

๐Ÿ—ธ

C. Proses Pencucian dan Pembilasan

6. Apakah teknik pembilasan telah

ditingkatkan dilaksanakan, seperti

sistem countercurrrent,

menggunakan sekuensial kualitas

tinggi untuk menurunkan jumlah

kebutuhan, control aliran

konduktivitas, meningkatkan

semprotan/tekanan pembilasan, fog

rinsing or agitated rinsing?

๐Ÿ—ธ

7. Apakah air dimatikan saat tidak

dipakai dengan menggunakan timer,

limit switch, atau hal itu merupakan

bagian dari praktek kerja yang

๐Ÿ—ธ Hanya pada ruang tertentu

bukan di ruang percetakan

BPPT.

109

berlaku?

8. Apakah kesegaran air mandi

dimaksimalkan dengan

menggunakan kontrol penyaringan

dan pemeliharaan?

๐Ÿ—ธ Ada unit terkait yang

menyediakan fasilitas

tersebut.

9. Apakah praktek "dry clean-up"

digunakan dan bukannya

menggunakan selang untuk

membersihkan dengan air? Jika

mencuci air yang diperlukan,

sebelum dilakukan dengan alat

pembersih, sikat, atau sapu?

๐Ÿ—ธ

10. Dapatkah pembatas aliran digunakan

untuk membatasi penggunaan air?

๐Ÿ—ธ

D. Air proses (process water) dan sistem pengairan

11. Apakah air dialirkan dalam pipa

lurus (dengan sedikit lekukan) untuk

mengurangi energi untuk motor

pompa?

๐Ÿ—ธ Jika dilihat dari saluran pipa

memang ada.

12. Apakah pipa dan peralatan yang

menggunakan air secara rutin

diperiksa dari kebocoran?

๐Ÿ—ธ Pemeriksaan dilakukan oleh

unit perlengkapan.

E. Penggunaan air ditempat

13. Apakah kualitas air disesuaikan

dengan kuantitas air? Dapatkah air

hujan, air bilas, atau air lain yang

tidak untuk diminum ditampung dan

digunakan kembali untuk tujuan

tertentu?

๐Ÿ—ธ Karena penampungan di

ruang percetakan tidak ada.

14. Apakah aplikasi penggunaan ulang

diperiksa untuk digunakan kembali

sebagai air proses, irigasi taman,

kolam hias, air bilas toilet dan

menara pendingin?

๐Ÿ—ธ Karena sudah ada IPAL uang

tersedia untuk hal tersebut.

110

F. Taman atau lanskap

15. Dapatkah jumlah air yang digunakan

untuk taman dikurangi? ๐Ÿ—ธ Disesuaikan dengan waktu

penyimpanan.

16. Dapatkah langkah-langkah diambil

untuk penggunaan air yang lebih

sedikit untuk taman, seperti

menggunakan alat penyiram

bervolume kecil, irigasi tetes, jadwal

penyiraman dan penempatan air

dioptimalkan, dan pemeliharaan

preventif?

๐Ÿ—ธ

17. Dapatkah jenis tanaman atau taman

(misalnya, teknik xeriscaping)

digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan kebutuhan untuk

penyiraman tambahan?

๐Ÿ—ธ

G. Dapur umum

18. Apakah sensor "electric eye" untuk

pencuci piring konveyor dipasang?

๐Ÿ—ธ

19. Apakah mesin pencuci piring dengan

efisien air dan energi baru sudah

diinstal?

๐Ÿ—ธ

111

Tabel 1.3 Daftar Pertanyaan Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang

Umum

No. Peluang Penggunaan Material

dan Bahan Kimia yang Umum Ya Tidak

Tindakan

yang diambil

A. Fasilitas Pemanas dan Pendingin

1. Dapatkah Anda membeli input

material dalam ukuran atau

konfigurasi tertentu untuk

mengurangi jumlah sisa bahan?

๐Ÿ—ธ Karena pada cetakan tertntu

masuk dalam daftar

persediaan.

2. Dapatkah Anda menyesuaikan

peralatan proses atau pola produksi

untuk mengoptimalkan penggunaan

bahan dan mengurangi sisa bahan?

๐Ÿ—ธ

3. Dapatkah sisa bahan digunakan

kembali atau didaur ulang dalam

perusahaan?

๐Ÿ—ธ Hanya beberapa saja, belum

semuanya.

4. Apakah ada perusahaan lain yang

mungkin dapat menggunakan sisa

bahan (scraps) sebagai masukan

bahan?

๐Ÿ—ธ

B. Mengurangi bahan yang tidak terpakai

5. Dapatkah Anda mengurangi

persediaan bahan atau bergeser ke

arah pembelian "just-in-time",

terutama di mana bahan sering tidak

terpakai?

๐Ÿ—ธ Karena masuk dalam

anggaran persediaan.

6. Dapatkah Anda membeli bahan

dengan container "berukuran tepat"

untuk lebih menjamin bahan baku

yang dibeli benar-benar digunakan?

๐Ÿ—ธ

7. Dapatkah Anda "mengemas" (atau

mempaketkan bahan dan bahan

kimia dalam porsi "ukuran tepat")

sehingga karyawan mengambil dan

menggunakan hanya apa yang

dibutuhkan?

๐Ÿ—ธ Karena kebutuhan kadang

bisa lebih.

112

8. Dapatkah Anda meningkatkan

sistem penyimpanan dan label

bahan untuk memastikan bahwa

stok paling lama yang pertama

digunakan untuk meminimalkan

pembusukan dan tanggal

kedaluwarsa sesuai azas First In

First Out (FIFO)?

๐Ÿ—ธ Untuk saat ini masih belum

ada hal tersebut di

percetakan.

9. Dapatkah Anda memperbaiki

praktek-praktek penanganan

material untuk memastikan bahwa

bahanbahan tidak rusak atau

tumpah?

๐Ÿ—ธ

C. Pengurangan bahan produk

10. Dapatkah Anda bekerja dengan

desainer produk (dengan

perusahaan atau pelanggan) untuk

mengidentifikasi peluang untuk

mengurangi bahan yang digunakan

dalam suatu produk?

๐Ÿ—ธ Karena sudah ada pegawai

percetakan yang menangani

desain.

11. Dapatkah Anda mengidentifikasi

peluang untuk mengurangi bahan

yang digunakan dalam kemasan

produk?

๐Ÿ—ธ Sebagian bahan

saja.biasanya unuk kemasan

D. Material Substitusi

12. Dapatkah Anda mengganti bahan

atau bahan kimia dengan dampak

lingkungan atau dampak kesehatan

publik yang lebih rendah?

๐Ÿ—ธ Saat ini masih menggunakan

yang ada saja

13. Dapatkah Anda meningkatkan

penggunaan bahan daur ulang

dalam produk atau kemasan?

๐Ÿ—ธ Hanya untuk kebutuhan

packing.

113

Tabel 1.4 Daftar Pertanyaan Peluang Pencegahan Polusi dan Limbah

Lingkungan secara Umum

No.

Peluang Pencegahan Polusi dan

Limbah Lingkungan secara

Umum

Ya Tidak Tindakan

yang diambil

A. Reduce (Mengurangi)

1. Apakah ada cara untuk

menghilangkan atau mengurangi

sumber limbah atau polusi?

๐Ÿ—ธ Tapi hanya beberapa saja

belum semua.

B. Reuse (Menggunakan kembali)

2. Dapat limbah bahan atau bahan

kimia diambil dan diperkenalkan

kembali ke dalam proses untuk

penggunaan produktif?

๐Ÿ—ธ Karena saat ini masih

bertumpuk.

3. Apakah ada langkah-langkah proses

yang dapat dirancang untuk

memiliki aspek lingkaran tertutup

"closed loop" yang secara otomatis

menangkap dan memperkenalkan

kembali bahan input menggunakan

kondensasi atau teknik lain?

๐Ÿ—ธ

4. Dapatkah komponen produk cacat

diperbaharui untuk penggunaan

produktif?

๐Ÿ—ธ Langsung disingkirkan atau

dipisahkan

C. Recycle (Mendaur ulang)

5. Dapatkah Anda menemukan peluang

untuk memberikan atau menjual

limbah Anda?

๐Ÿ—ธ Biasanya kertas sisa

potongan kertas

6. Apakah ada langkah yang dapat

Anda lakukan untuk memisahkan

atau meningkatkan kualitas atau

kemurnian limbah yang mungkin

membuat mereka menarik bagi

perusahaan lain untuk penggunaan

yang produktif?

๐Ÿ—ธ

D. Safe and Proper Disposal (Pembuangan yang Aman dan Tepat)

7. Apakah ada langkah yang dapat

diambil untuk memisahkan limbah

lebih baik untuk mengurangi jumlah

limbah yang memiliki karakteristik

๐Ÿ—ธ Saat ini pembuangan masih

dalam satu wadah.

114

beracun atau berbahaya dan

membutuhkan penanganan dan

pembuangan khusus?

8. Bisakah Anda memasang

pengendalian pencemaran atau

sistem / peralatan perawatan yang

mengurangi jumlah polusi atau

limbah dengan karakteristik yang

berbahaya?

๐Ÿ—ธ

9. Apakah ada langkah yang dapat

Anda ambil untuk memastikan

bahwa limbah dibuang dengan benar

dan aman, atau agar polusi

dilepaskan dengan cara yang

meminimalkan dampak yang

merugikan kesehatan manusia dan

lingkungan?

๐Ÿ—ธ

Sumber: International Labour Organization (ILO), (2013: 11-23).

115

1.2 Lembar Wawancara Penentuan akar penyebab masalah limbah

lingkungan dengan Metode 5W1H (What, Where, Who, When, Why,

dan How)

1) Apa permasalahan yang dialami pada Unit Percetakan BPPT Thamrin

Jakarta?

Permasalahan yang sering terjadi pada unit percetakan BPPT adalah

masih banyaknya sampah limbah padat yang belum dimaksimalkan

secara benar sehabis proses pencetakan

2) Dimana permasalahan ini terjadi?

Percetakan BPPT

3) Siapa yang bertanggung jawab terhadap permasalahan ini?

Pimpinan atau koordinator serta seluruh pegawai yang ada di ruang

percetakan

4) Kapan biasanya permasalahan ini terjadi?

Saat proses mencetak banyak barang berserakan dan sampah dimana-

mana. Serta terkadang masih banyak ceceran minyak dan tinta cetak

disaat proses produksi.

5) Mengapa permasalahan tersebut dapat terjadi atau penyebab dari

permasalahan?

Karena penyebabnya kurang tertata ruangannya sesuai dengan

kebituhan dan mesin-mesin masih berteknologi lama, sehingga banyak

cetakan yang potensi rusaknya tinggi.

6) Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari

permasalahan?

- Harus menambah fasilitas terkait dengan pekerjaan cetak misal

meja.

116

- Peremajaan mesin agar menambah efisiensi kerja dan mengurangi

bahan baku.

- Perubahan tata letak agar antar SOP percetakan lebih dekat

keterkaitannya.

1.3 Lembar Wawancara Penentuan alternatif solusi yang dapat

diterapkan

1. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut atau solusi dari

permasalahan?

- Penambahan rak atau penambahan lemari untuk peletakan bahan

baku

- Penambahan atau peremajaan mesin cetak

- Diadakannya pelatihan terkait pemahaman SOP cetak atau

pekerjaan cetak

- Ruang tata ketaknya harus diubah agar efisiensi kerja bisa lebih

maksimal

117

LAMPIRAN 3.

PERHITUNGAN HASIL KUESIONER PENELITIAN

3.1 Penggunaan Energi secara Umum

No.

Resp.

Butir Pernyataan Total Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Ya Tidak

1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 11 17

2 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 12 16

3 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 12 16

4 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 11 17

5 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 9 19

6 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 11 17

โˆ‘ 6 0 6 0 0 0 5 6 0 1 0 0 6 1 0 6 6 2 2 0 0 5 6 0 0 6 0 2 66 102

3.2 Penggunaan Air secara Umum

No.

Resp.

Butir Pernyataan Total Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Ya Tidak

1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 11 8

2 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 9 10

3 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 8 11

4 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11 8

5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 11 8

6 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 11 8

โˆ‘ 6 5 1 6 3 0 5 6 0 4 6 6 1 5 1 6 0 0 0 61 53

3.3 Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang Umum

No.

Resp.

Butir Pernyataan Total Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Ya Tidak

1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4 9

2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12

3 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11

4 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 10

5 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 10

6 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 10

โˆ‘ 0 5 1 1 4 3 0 0 0 0 1 0 1 16 62

118

3.4 Pencegahan Polusi dan Limbah Lingkungan secara Umum

No.

Resp.

Butir Pernyataan Total Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ya Tidak

1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8

2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 7

3 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6

4 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6

5 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6

6 1 0 0 0 1 0 1 0 0 3 6

โˆ‘ 5 0 0 0 6 0 4 0 0 15 39

3.5 Rekapitulasi Aspek

No. Aspek Kolom Jumlah

Checklist Persentase

1 Penggunaan Energi secara Umum Ya 66 39,28

Tidak 102 60,71

Jumlah 168

2 Penggunaan Air secara Umum Ya 61 53,51

Tidak 53 46,49

Jumlah 114

3 Penggunaan Material dan Bahan Kimia yang Umum Ya 16 20,51

Tidak 62 79,49

Jumlah 78

4 Pencegahan Polusi dan Limbah Lingkungan secara Umum Ya 15 27,78

Tidak 39 72,22

Jumlah 54

3.6 Bobot dan peringkat kriteria teknis, ekonomis, dan lingkungan

No. Kriteria Bobot Peringkat

1. Teknis 66,7 % 2

2. Ekonomi 46,7 % 3

3. Lingkungan 76,7 % 1

119

3.7 Teknis

No.

Resp.

Butir Pernyataan Total

Butir 1 2 3 4 5

1 1 1 1 0 0 3

2 0 1 1 0 1 3

3 0 1 1 0 1 3

4 0 1 1 0 1 3

5 0 1 1 0 1 3

6 1 1 1 1 1 5

โˆ‘ 2 6 6 1 5 20 10 30 30 5 25 66,7

3.8 Ekonomis

No.

Resp.

Butir Pernyataan Total

Butir 1 2 3 4 5

1 0 1 0 0 0 1

2 1 1 0 0 0 2

3 1 1 0 0 0 2

4 1 1 0 0 0 2

5 1 1 0 0 0 2

6 1 1 1 1 1 5

โˆ‘ 5 6 1 1 1 14 35,71 42,85 7,14 7,14 7,14 46,7

3.9 Lingkungan

No.

Resp.

Butir Pernyataan Total

Butir 1 2 3 4 5

1 1 1 0 0 1 3

2 1 1 1 0 1 4

3 1 1 1 0 1 4

4 1 1 1 0 1 4

5 1 1 1 0 0 3

6 1 1 1 1 1 5

โˆ‘ 6 6 5 1 5 23 26,08 26,08 21,73 4,34 21,73 76.7

120

3.10 Bobot alternatif dan peringkat kriteria teknis, ekonomis dan

lingkungan

No. Alternatif Bobot Alternatif Bobot

Akhir Peringkat

Teknis Ekonomis Lingkungan

1 Membuat standar

mengukur dan

mencampurkan zat

pewarna.

10 35,7 26,1 23,93 2

2 Memberikan pegawai

dengan pengetahuan dan

pelatihan terkait

pengolahan limbah.

30 42,9 26,1 33 1

3 Menyediakan jumlah

container dan rak khusus

penyimpanan zat

pewarna.

30 7,1 21,7 19,6 3

4 Membeli zat pewarna

yang sering digunakan

saja.

5 7,1 4,4 5,5 5

5 Membuat standar

penyimpanan zat

pewarna.

25 7,1 21,7 17,9 4

Jumlah 100 100 100 100

121

LAMPIRAN 4.

GAMBAR PERANCANGAN STRATEGIS PRODUKSI BERSIH

DI PERCETAKAN BPPT THAMRIN JAKARTA

122

123

Biodata Penulis

Nama : Fajar Bagoes Rianto

Tempat/Tanggal/Lahir : Jakarta, 13-08-1994

Alamat : Jl. Martimbang No.10 RT 007/005

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

No Telp : 0857 โ€“ 7455 โ€“ 2963

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Jenjang

Pendidikan

Nama, domisili sekolah &

Universitas

Masa Studi Konsentrasi

dan

Penjurusan

Status Dari Sampai

Strata 1 Universitas Satya Negara

Indonesia 2019 2021

Teknik

Lingkungan Aktif

Strata 1 Universitas Negeri Jakarta 2014 2016 Pend. Seni

Rupa Tidak Lulus

Diploma III Politeknik Negeri Jakarta 2011 2014 Teknik Grafika Lulus

SMK Grafika Yayasan Lektur 2008 2011 Produksi

Grafika Lulus

SMP Negeri 29 Jakarta 2005 2008 - Lulus

SD Negeri 02 Jakarta 1999 2005 - Lulus

Pengalaman Kerja

Jenis Pekerjaan Nama Perusahaan, Instansi dan

Divisi

Masa Bakti

Dari Sampai

PPNPN Biro Umum,

Staff Kendaraan dan

Percetakan

Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi 2019 Sekarang

Desain Konten Sosial

Media

Telkom Regional II Divisi Business

Service PKWT 2018 2019

Design Marketing Suport BNI Life Insurance 2017 2018

Admin Claim Insurance PT. Administrasi Medika (Telkom

Group) 2016 2017

Maintenance Offset

Printing Heidelberg PT. Heidelberg Indonesia 2016 2016

Pengalaman Organisasi

Jabatan Organisasi Nama Organisasi Masa Bakti

Dari Sampai

Ketua Hima Div. Kreatif HIMA Teknik Grafika 2012 2013

Ketua Komunitas Grafis

Murni

Ireng Woodcut 2012 2014

124

125

126

127