Perancangan iklan layanan masyarakat anjuran untuk tidak ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Perancangan iklan layanan masyarakat anjuran untuk tidak ...
Universitas Kristen Petra
14
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA
2.1. Sejarah dan Perkembangan Iklan
Periklanan bukan lagi sebuah dunia baru di Indonesia. Eksistensinya telah
lama menjadi tonggak sejarah perkembangan sosial ekonomi di negeri ini. Namun
belum banyak orang yang memahami tentang bagaimana periklanan bekerja.
Belum banyak pula yang meyakini “keajaiban” iklan. Dan bagaimana
sesungguhnya iklan dapat melanjutkan upaya-upaya komunikasi. Pada
kenyataannya hanya segelintir orang yang menyadari pentingnya keberadaan
iklan. Semua kembali kepada prinsip dagang jaman dulu ketika pengeluaran yang
dilakukan harus bisa menghasilkan pendapatan yang lebih, memang tidak pernah
ada jaminan pasti dari periklanan untuk membantu mendapatkan pemasukan atau
setidaknya tidak langsung dan instan. Memakan waktu dan membutuhkan
kesabaran untuk merasakan hasilnya secara signifikan. Di Surabaya khusunya
periklanan masih dipandang sebelah mata oleh para usahawan atau singkat kata
saja komunikan yang merasa perlu mengkomunikasikan pesan mereka. Meski
sesungguhnya periklanan sudah bermula sejak awal kehidupan manusia.
Perjalanan panjang iklan ini tak lain merupakan sebuah petualangan untuk
mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan dalam hubungan-hubungan
kemanusiaan. Kesempurnaan dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan.
Manusia dilahirkan untuk berkomunikasi, dan tidak akan pernah berhenti
melakukannya. Sejak semula, manusia telah berusaha untuk menemukan berbagai
cara dalam berkomunikasi, dan terus melakukan improvisasi terhadap cara-cara
tersebut. Komunikasi sudah menjadi dasar kehidupan, sudah menjadi sebuah
kebutuhan, bukan lagi kebiasaan. Kebutuhan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, kebutuhan untuk diperhatikan, serta kebutuhan untuk menyampaikan
informasi, adalah kebutuhan untuk berkomunikasi.
Universitas Kristen Petra
15
Komunikasi berasal dari kata dalam bahasa Latin communis yang berarti
bersama (C. Northcote Parkinson, MK. Rustomji, dan Walter R. Vieira, 1991)7,
atau dengan kata lain, komunikasi sejatinya dilakukan dalam kebersamaan atau
lebih dari satu orang. Sehingga secara sederhana dapat diartikan bahwa
komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seorang
komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dalam upaya
untuk menciptakan kesatuan pemikiran dan pengetahuan agar dapat saling
memahami.8
Dalam kegiatannya berkomunikasi, manusia telah menemukan berbagai
terobosan yang dapat mempermudah terjadinya hubungan-hubungan komunikasi
yang efektif, antara lain dengan menciptakan beragam jenis media dan cara-cara
yang dapat menyalurkan informasi secara cepat, aktual, faktual dan efisien.
Iklan mungkin termasuk cara berkomunikasi yang paling digemari
sekarang ini. Baik karena efektifitasnya, ataupun hanya oleh sebuah trend yang
sedang berlaku dalam masyarakat, yang jelas iklan termasuk salah satu solusi
utama bagi problem-problem pelik di dunia pemasaran. Orang-orang semakin
tertarik pada iklan. Di seluruh dunia, setiap tahun tidak kurang dari US$ 400 juta
dibelanjakan untuk periklanan.9 Para pemasar menggandrungi iklan. Akademisi
dan kaum muda mempelajari seluk beluk iklan. Nampaknya hanya konsumen
yang belum terlalu mencintai iklan. Padahal sesungguhnya iklan diciptakan untuk
memancing perhatian konsumen. Terbukti, lebih banyak terjadi pergantian saluran
televisi saat iklan. Konsumen lebih suka melewatkan iklan. Paling tidak itulah
yang sedang terjadi di negara ini. Iklan-iklan padat informasi saling bertabrakan
dan berdesak-desakan memperebutkan ruang alam pikiran konsumen. Cukup sulit
bagi sebuah iklan untuk muncul ke permukaan dan menjadi yang paling
diperhatikan. Ketidakpahaman akan iklan juga seringkali menjadi penyebab
kegagalan sistem pemasaran. Sebagian iklan berbicara terlalu banyak. Sebagian
lagi malah tidak berani berbicara. Tak ada tujuan yang jelas, apalagi kreativitas.
Padahal, kreativitaslah jantung periklanan. Kreativitas menghasilkan keunikan,
7 C. Northcote Parkinson, MK. Rustomji, dan Walter R. Vieira, Manajemen Untuk Semua Orang: Jurus-jurus Pemasaran, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1991, p. 138 8 Ibid. 9 Max Sutherland dan Alice K. Sylvester, Advertising and The Mind Of Consumer: Iklan Yang Berhasil, Yang Gagal, dan Penyebabnya, Jakarta: Penerbit PPM, 2004, p. 4
Universitas Kristen Petra
16
dan keunikan membuat iklan diperhatikan. Perhatian lebih konsumen inilah yang
akan mengundang masuknya pesan ke sistem pikiran mereka. Dengan demikian,
tercapailah tujuan pemasaran. Akan tetapi hanya segelintir iklan yang dapat
melakukannya. Untuk dapat berhasil di tengah ketatnya persaingan iklan memang
tidaklah mudah. Butuh suatu pemahaman yang mendalam terhadap iklan untuk
dapat membuatnya berhasil. Harus sepenuhnya mengenal iklan, sebelum
memutuskan untuk bergelut di dalam dunia periklanan. Jauh sebelum itu, penting
untuk dimengerti tentang apakah sebenarnya iklan, sehingga akan dapat
mempermudah pemahaman terhadap berbagai aktivitas yang berlangsung di
dalamnya.
Tom Brannan (2004) mendefinisikan iklan sebagai “Sebuah pengiriman
pesan melalui suatu media yang dibayar sendiri oleh pemasang iklan.” (p. 51).10
Uyung Sulaksana (2003) mendefinisikan iklan sebagai “semua bentuk presentasi
non personal yang mempromosikan gagasan, barang, atau jasa yang dibiayai
pihak sponsor tertentu.” (p. 90).11 Karena definisi yang cukup longgar di atas,
sponsor iklan tidak terbatas pada perusahaan, namun juga mencakup semua pihak
yang menyebarkan pesannya kepada publik sasaran termasuk sekolah, organisasi
amal, dan lembaga pemerintah. Iklan merupakan cara yang efektif untuk
menyebarkan pesan, baik itu untuk tujuan membangun preferensi merek, ataupun
untuk mengedukasi masyarakat tentang suatu permasalahan. Sedangkan menurut
Institut Periklanan Inggris sebagaimana dikutip oleh Frank Jefkins (1995),
Periklanan merupakan “pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang
diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang
atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.” (p. 5)12 Rhenald Kasali
(1992) menjelaskan bahwa iklan adalah “pesan yang menawarkan suatu produk
atau jasa kepada masyarakat lewat suatu media, dan berusaha membujuk orang
untuk membeli produk atau jasa tersebut.” (p. 9)13
Sementara itu, Buku Pedoman Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia
menjelaskan bahwa iklan adalah “Segala bentuk pesan tentang suatu produk yang
10 Tom Brannan, Integrated Marketing Communications, Jakarta: Penerbit PPM, 2004, p. 51 11 Uyung Sulaksana, Tomato: Integrated Merketing Communication, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003, p.90. 12 Frank Jefkins, Periklanan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995, p. 5 13 Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1992, p.9.
Universitas Kristen Petra
17
disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta
ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.”(PPPI, 2003)14
Pemerintah, dalam kenyataannya turut memperhatikan perkembangan
iklan. Melalui Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
1982 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1967, pemerintah mendefinisikan sebagai berikut:
Periklanan merupakan usaha jasa yang di satu pihak menghubungkan produsen barang dan jasa dengan konsumen, dan di lain pihak menghubungkan pencetus gagasan dengan penerima gagasan. Dalam hubungan ini kecuali mengandung unsur pemasaran barang dan jasa, periklanan juga mengandung unsur komunikasi yang bersifat idiil. Periklanan barang dan jasa atau gagasan dilakukan melalui media dengan dapat menggunakan jasa-jasa perusahaan iklan atas pesanan dari produsen barang dan jasa atau pencetus gagasan yang bersangkutan. Oleh karena itu ruang lingkup periklanan mencakup unsur-unsur produsen barang, jasa dan gagasan, perusahaan iklan dan media termasuk pers. Peranan iklan besar sekali artinya bagi kelangsungan hidup pers. Oleh karena itu organisasi perusahaan periklanan dimasukkan dalam “keluarga” pers. 15 Tentang kapan sebenarnya iklan mulai mendominasi kehidupan manusia,
tidak banyak yang tahu. Tapi sejarah membuktikan, iklan bermula dari sekedar
desas-desus (buzz). Emanuel Rosen (2004) mengartikannya sebagai obrolan
menular yang berlangsung antar manusia, sebuah pertukaran komentar yang dapat
mengubah pandangan-pandangan.16 Meskipun pesan berantai, atau yang lebih
dikenal dengan the word of mouth ini termasuk gaya periklanan konvensional
yang sepantasnya terjadi sebelum masuknya teknologi ke dalam kehidupan
manusia, namun ternyata desas-desus tetap merupakan salah satu strategi
periklanan yang cukup efektif menangkap konsumen. Tidak seperti kebanyakan
iklan yang hanya mampu memancing perhatian masyarakat, tetapi gagal justru
dalam penyampaian pesan. Berikut adalah beberapa kenyataan ajaib tentang the
word of mouth:
14 http://www.pppi.or.id/id/pppi/tentang/tentang_pppi.html 15 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 21 Tahun 1982, Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1967, Pasal I, Angka 2, dipublikasikan oleh www.pppi.or.id 16 Rosen, Emanuel, Kiat Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut: The Anatomy Of Buzz, Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo-Kelompok Gramedia, 2004, p. 8
Universitas Kristen Petra
18
� 45% dari pelanggan yang membeli organiser Palm menceritakan kepada
produsen alat tersebut bahwa mereka mendengar tentang Palm dari orang lain.
� Menurut The Travel Industry Association, teman dan kerabat merupakan
sumber nomor satu untuk informasi mengenai tempat-tempat yang akan
dikunjungi atau mengenai pesawat, hotel, atau mobil sewaan. Dari orang-
orang yang disurvey, 43% menyebutkan teman dan keluarga sebagai sumber
informasi.
� Menurut studi yang dilakukan Maritz Marketing Research, 53% dari
penggemar film mengandalkan anjuran dari seseorang yang mereka kenal.
Berapa pun besarnya uang yang dicurahkan Hollywood ke periklanan, orang-
orang seringkali berkonsultasi satu sama lain mengenai film apa yang akan
ditonton.
� Menurut studi yang sama di Amerika, 70% dari orang Amerika mengandalkan
nasihat orang lain sewaktu memilih dokter. 63% dari wanita yang disurvey
oleh majalah Self menyebutkan bahwa referensi teman, keluarga, atau teman
sekerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian obat-obatan
yang dijual bebas.17
Selangkah lebih maju dari peradaban lisan, manusia mulai menggunakan
sarana tulisan sebagai alat penyampaian pesan. Ini berarti pesan iklan sudah dapat
dibaca berulang-ulang dan disimpan. Iklan pertama pada jaman ini dibuat 3000
tahun yang lalu dan berisi pengumuman tentang budak yang lari dari tuannya.
Sementara itu dalam masyarakat Yunani dan Romawi, iklan pada terakota dan
perkamen digunakan untuk kepentingan lost and found.
Beberapa masa setelah itu, bentuk iklan mengalami perkembangan
menjadi relief yang diukir pada dinding-dinding. Penggalian puing-puing
Herculaneum membuktikan hal itu, yakni ketika ditemukannya gambar dinding
yang mengumumkan rencana penyelenggaraan pesta pertarungan gladiator. Pada
zaman Caesar, banyak toko di kota-kota besar yang telah memulai memakai tanda
dan simbol atau papan nama. Itulah media utama dalam beriklan yang digunakan
olah masyarakat Romawi pada saat itu. Setelah ditemukannya sistem percetakan
17 Ibid., p. 6
Universitas Kristen Petra
19
oleh Guttenberg pada tahun 1450 dan muncul sejumlah surat kabar mingguan,
iklan semakin sering digunakan untuk kepentingan komersial.
Melalui iklan orang dapat mempelajari sejarah peradaban manusia. Pada
awal abad ke-16 dan 17, yang banyak ditampilkan adalah iklan tentang budak
belian, kuda (sebelum ditemukan mobil), serta produk-produk baru seperti buku
dan obat-obatan. Munculnya iklan buku dan obat-obatan ketika itu menunjukkan
bahwa waktu itu orang sudah memperhatikan kesehatan dan pendidikan.
Amerika Serikat, negara yang kerap kali menjadi pelopor periklanan
modern, malah baru mengenal iklan pada awal abad ke-18. Iklan-iklan media
cetak di Amerika Serikat ketika itu ditujukan pada sasaran pembaca di Eropa yang
menyebutkan adanya tanah-tanah garapan yang menantang untuk masa depan di
Amerika.
Salah satu contoh iklan terbaik yang merupakan bukti sejarah Amerika
Serikat adalah iklan yang dimuat di Pennsylvania Evening Post edisi 6 Juli 1776.
Pesan yang disampaikan tidak lain adalah Proklamasi Kemerdekaan Amerika
Serikat. Demikian dapat disimpulkan bahwa media cetak merupakan salah satu
perintis periklanan modern, sebelum kemudian muncul alat komunikasi lain
seperti televisi dan radio.
2.1.1. Sejarah periklanan Indonesia
Metode persuasi periklanan dan penggunaan teknologi mesin cetak oleh
surat kabar, ternyata telah mengubah wajah Eropa dan Amerika pada awal abad
ke-20. Utamanya, dalam menggeser sebagian fungsi juru-jual (salesman), yang
menawarkan produk dari rumah ke rumah. Bahkan perusahaan periklanan kian
kukuh tempatnya dalam keseluruhan sistem produksi dam pemasaran. Hal ini
bukan saja telah, dan terus berlangsung di Eropa dan Amerika, tetapi juga di Asia,
termasuk Indonesia. Meskipun demikian, pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan periklanan di Indonesia dari kolportir, biro reklame, biro iklan hingga
perusahaan periklanan, mempunyai perjalanan sejarah yang sangat panjang pula.
Untuk melacak kiprahnya kita perlu menggali pula setiap periode sejarah
masyarakat Indonesia. Perkembangan sejarah periklanan, memang tidak lepas dari
perkembangan masyarakatnya.
Universitas Kristen Petra
20
Perintis tumbuhnya iklan di Indonesia adalah Jan Pieterzoen Coen. Dia
pendiri Batavia dan Gubernur Jenderal Indonesia tahun 1619-1629. Dalam masa
pemerintahannya, ia mengirim berita ke pemerintah setempat di Ambon dengan
judul ”Memorie De Nouvelles”, yang mana salinannya ditulis tangan pada tahun
1621. Tulisan tangan Coen yang indah ternyata merupakan refleksi pula dari
naluri bersaing antara pemerintah Indonesia dengan Portugis. Pada kenyataannya,
Negeri Belanda memang sejak abad ke-16 merupakan pusat penulisan silografi
(tulisan tangan indah) di Eropa. Tulisan ini digunakan juga pada iklan poster.
Pada saat itu, antara Indonesia dan Portugis terlibat dalam perebutan hasil
rempah-rempah dari kepulauan Ambon, dan Jan Pieterzoen Coen "menulis" iklan
untuk melawan aktivitas perdagangan oleh Portugis. Lebih dari satu abad
kemudian, setelah Jan Pieterzoen Coen meninggal tulisan tangannya diterbitkan
kembali di surat kabar ”Bataviaasche Nouvelles” pada tanggal 17 Agustus 1744,
atas prakarsa karyawan sekretariat dari kantor Gubernur Jenderal Gustaaf Willem
Baron Van Imhoff, Jan Erdman Jourdans. ”Bataviaasche Nouvelles” merupakan
surat kabar pertama di Indonesia, dan meski usianya tak lebih dari dua tahun, surat
kabar ini sangat berjasa dalam meletakkan dasar bagi periklanan dan pers
Indonesia. Dengan demikian, iklan yang dimuat ”Bataviaasche Nouvelles”
merupakan iklan pertama di Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa surat
kabar dan iklan lahir tepat bersamaan di negeri ini. Sejak saat itu, hampir seluruh
halaman surat kabar ”Bataviaasche Nouvelles” dipenuhi oleh iklan.
Pemanfaatan iklan untuk menunjang pemasaran, juga sudah lama dikenal
para pengelola suratkabar. Surat kabar Indonesia ”Tjahaja Siang”, terbit di
Minahasa tahun 1825, telah mengiklankan produk obat-obat tradisional. ”Tjahaja
Siang” adalah suratkabar pribumi yang pertama kali memanfaatkan iklan sebagai
penunjang pemasaran, dan iklannya disebarluaskan hingga ke Eropa. Kemudian
disusul oleh ”Soerabaja Advertentie Blad”, Surabaya, yang terbit pertama kali
tahun 1836. Surat kabar “Bientang Timoor”, Surabaya, bahkan telah
menggunakan iklan untuk meluncurkan produknya.
Sampai memasuki abad ke-20, kegunaan iklan masih terbatas pada
memberikan informasi secara ringkas dan jelas tentang suatu produk kepada
konsumen. Di tahap ini, para pengiklan belum memikirkan dan menggunakan
Universitas Kristen Petra
21
unsur persuasi dalam iklan-iklan mereka. Dari sisi kreativitas, desain iklan
terbatas pada deretan tulisan tangan indah (silografi) dengan tipografi yang
sederhana (iklan baris).Baru pada tahun 1870-an desain iklan mulai menampilkan
unsur-unsur naskah atau teks dan ilustrasi dalam suatu penataan komposisi layout
yang artistik (iklan display). Menurut Bedjo Riyanto dalam Iklan Surat Kabar dan
Perubahan Masyarakat di Jawa Masa Kolonial (1870-1915), sebagaimana dikutip
oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (2004), bentuk pribumisasi dalam
desain grafis iklan surat kabar dimulai pada abad ke-20, yakni dengan tampilnya
rancangan iklan yang mengangkat khazanah visual kehidupan masyarakat lokal.
Pengaruh perupaan Barat, yakni sentuhan gaya Art Nouveau dan Art Deco, juga
kian tampak.
Hingga periode antara tahun 1900-1928 belum ditemui artikel atau tulisan
yang membahas tentang peran dan fungsi iklan yang sebenarnya. Pada masa itu,
iklan masih semata-mata, dimanfaatkan untuk menjual produk oleh para produsen,
dan untuk menunjang kehidupan surat kabar. Pada periode tahun 1920-an sampai
1930-an, terlihat juga adanya kecenderungan iklan-iklan menggunakan model
wanita. Padahal, banyak di antara produk-produk yang diiklankan tidak melulu
ditujukan untuk wanita.
Depresi ekonomi dunia tahun 1929-1930 mempunyai dampak sangat luas,
termasuk terhadap industri periklanan di Hindia Belanda. Banyak perusahaan
asing terpaksa menghentikan kampanye periklanannya. Utamanya, karena
merosotnya pemasaran produk-produk mereka. Meskipun demikian, perusahaan-
perusahaan periklanan kecil masih dapat bertahan, karena klien-klien merekapun
umumnya adalah dari industri kecil, seperti rokok, sabun dan bedak. Periode ini
juga ditandai dengan dimulai munculnya tulisan-tulisan tentang periklanan dan
tentang perlunya ditingkatkannya efisiensi dalam pemasaran. Banyak pula jurnal
atau suratkabar yang meliput keberhasilan pengusaha-pengusaha terkenal dalam
mengelola perusahaanya berkat periklanan.
Tahun 1930, beberapa iklan dari jenis "baru" mulai dikenal. Antara lain,
iklan pencari kerja, pernikahan, kematian dan iklan travel (perjalanan). Sejak
tahun itu pula menjamur kembali tumbuhnya perusahaan-perusahaan periklanan
baru.
Universitas Kristen Petra
22
Periode 1930-1942 juga merupakan awal pulihnya perekonomian Hindia
Belanda dari akibat pengaruh depresi ekonomi dunia. Perusahaan-perusahaan
periklanan pun mulai bergairah kembali, bahkan mulai terlihat kecanggihan
teknologi periklanan. Meskipun istilah "memposisikan produk/merk" itu sendiri
mungkin belum dikenal, namun dalam praktekya, sudah ada yang melakukannya.
Beberapa perusahaan periklanan telah menerapkan product/ brand positioning
pada iklan-iklan yang mereka ciptakan, dengan tujuan untuk memposisikan
produk/merk agar dipersepsi-kan secara unik dan khas di benak khalayak
sasarannya. Perusahaan periklanan Succes misalnya, memposisikan kliennya,
Philips, sebagai merek untuk produk-produk yang sangat ekonomis. Ia
mengungkapkannya dalam slogan yang terkenal, “Menjimpen banjak oeang ataoe
pembajaran stroom”18.
Hingga tahun 1940-an pasar Hindia Belanda pada umumnya sangat
didominasi oleh produk-produk manufaktur. Baik yang diimpor dari Eropa,
Jepang atau Amerika Serikat,maupun produksi Hindia Belanda. Kategori produk-
produk ini berinti pada jenis kebutuhan sehari-hari atau industri perumahan,
seperti batik dan rokok kretek.
Adapun kecenderungan periklanan pada era 1930-an, antara lain:
a. Single minded
Pada tahun 1930-an juga berkembang tuntutan klien pada perusahaan
periklanan untuk menciptakan pesan-pesan iklan yang lebih terfokus dan
efisien. Dalam pengertian, para perusahaan periklanan dituntut untuk
menyederhanakan iklan- iklan yang mereka ciptakan. Baik itu dalam bentuk
verbal maupun yang dengan ilustrasi.
b. Memperhatikan aspek-aspek penting iklan
Kalau kita simak, contoh-contoh iklan masa itu, cenderung
menampilkan tiga aspek penting yang tetap relevan sampai sekarang, yaitu,
pertama, periklanan saat itu sudah dituntut untuk memilih kata-kata yang
sederhana dan langsung, sehingga maknanya dapat lebih cepat ditangkap oleh
calon konsumennya. Kedua, kata-kata yang dipilih harus pula punya kaitan
dengan produk yang diiklankan. Ketiga, iklan harus mampu secara cepat
18 http://www.pppi.or.id/id/pppi/tentang/tentang_pppi.html
Universitas Kristen Petra
23
diidentifikasikan oleh khalayak sasarannya sebagai produk khusus untuk
mereka.
c. Belajar dari pengalaman bangsa lain
Diperkenalkannya metode dan teknik baru periklanan di Indonesia,
telah menyebabkan banyak perusahaan kecil dan menengah tumbuh menjadi
perusahaan besar. Mereka umumnya mempelajari teknik-teknik baru
periklanan dari negara-negara maju.
Dunia Periklanan Indonesia mengalami kemunduran ketika Jepang
mengambil alih Indonesia pada tahun 1942 setelah menang dalam Perang Dunia I.
Bahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi masyarakat,
dialihkan ke ekonomi untuk pemerintah, atau ekonomi perang. Kebijaksanaan
ekonomi ini bertumpu pada prioritas pembangunan fasilitas-fasilitas strategis
untuk pertahanan dan keamanan. Misalnya, pembangunan jalan raya, kereta api,
dan pemindahan romusha (pekerja paksa). Kampanye-kampanye periklanan pun
yang semula bertujuan komersial, berubah menjadi propaganda politik, atau untuk
mendukung kepentingan militer pihak Jepang.
Iklan-iklan yang masih bertahan pada masa pendudukan Jepang adalah
dari perusahaan-perusahaan batik, rokok kretek, percetakan dan bidang profesi
seperti dokter atau medis lainnya. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar
(utamanya perkebunan dan mobil) yang berkembang pada masa Belanda, telah
terlanjur hancur pada saat pendudukan Jepang. Masa-masa awal pendudukan
Jepang juga ditandai dengan banyaknya iklan untuk mencari tenaga kerja, serta
munculnya banyak perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang-orang Arab.
Iklan-iklan lainnya cukup menonjol dan mendominasi suratkabar-suratkabar
adalah iklan bioskop yang banyak menayangkan film-film Jepang seperti Sekai
Tsugu dan Yukino Shigun.
Dibandingkan dengan periklanan zaman Hindia Belanda, iklan pada masa
pendudukan Jepang justru cenderung lebih sederhana. Kebanyakan menggunakan
pesan verbal tanpa gambar. Hal ini mungkin merupakan dampak lain dari
kebijaksanaan politik Jepang yang lebih mementingkan industri-industri alat
perang serta yang langsung untuk kepentingan tanah airnya sendiri. Meskipun
Universitas Kristen Petra
24
demikian, banyak kasus yang membuktikan, bahwa Jepang menjadikan
propaganda dan iklan, juga sebagai wahan untuk melakukan invasi kebudayaan.
Untungnya, Jepang hanya bertahan seumur jagung di Indonesia. Pada
tanggal 17 Agustus 1945, setelah Jepang kalah dari Sekutu dalam Perang Dunia
II, Soekarno-Hatta pun memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pemerintahan
baru dibentuk. Segala kebijakan negara dibuat. Sayangnya dalam masa transisi ini,
Belanda masih berusaha menguasai kembali Indonesia. Maka pecahlah perang
revolusi kemerdekaan. Masa revolusi kemerdekaan inilah yang disebut sebagai
awal kemunculan Iklan layanan masyarakat di Indonesia.
Beberapa iklan pertama yang muncul di suratkabar memuat himbauan
yang mengajak warga melanjutkan perjuangan, mempertahankan kemerdekaan,
serta mengumpulkan dana untuk perang dan membantu korban perang. Ada pula
iklan ucapan bela sungkawa atau ucapan terima kasih yang digunakan sebagai
upaya mengangkat solidaritas rakyat dalam perjuangan.
Iklan-iklan tersebut tercatat sebagai jenis iklan-iklan layanan masyarakat
pertama dalam sejarah periklanan Indonesia. Perjuangan memenangkan perang
sebagai pemicu lahirnya layanan masyarakat di Indonesia itu, ternyata mirip
dengan yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1939. Hanya saja, praktisi
periklanan Amerika menggunakan iklan layanan masyarakat ini lebih untuk
membantu para korban bangsa Amerika dalam Perang Dunia I. Selain iklan - iklan
penghimpun dana, di Indonesia saat itu praktis hanya terdapat iklan-iklan yang
menawarkan jasa perbaikan radio dan alat-alat kantor. Memang banyak sekali
barang-barang yang rusak akibat peperangan atau perebutan kembali oleh anggota
masyarakat terhadap barang-barang yang dikuasai anggota tentara Jepang.
Ciri lain dari periklanan di masa awal kemerdekaan adalah banyaknya
iklan ucapan belasungkawa atau ucapan terima kasih dari keluarga yang
kehilangan sanak saudaranya. Dari sisi lain, banyaknya iklan belasungkawa ini
juga telah ikut mengangkat solidaritas rakyat untuk mempertahankan
kemerdekaan. Sementara itu, iklan pertama yang menawarkan produk pada masa
ini adalah untuk bahan kebutuhan pokok masyarakat, seperti kain dan sabun.
Meskipun demikian, penggarapan pesannya masih meniru pola masa pendudukan
Universitas Kristen Petra
25
Jepang, yang hanya memanfaatkan unsur verbal, dan kurang memikirkan aspek
persuasinya.
Praktis pada saat itu iklan-iklan komersial tidak terlalu banyak. Kondisi
ekonomi nasional masih terpuruk, dan ini berpengaruh pada kemampuan para
pengusaha untuk beriklan. Mereka sangat selektif mengeluarkan biaya. Hal ini
disebabkan pula oleh belum begitu banyaknya variasi produk di pasar, sehingga
fenomena yang terjadi adalah pembeli mencari barang (sellers market), bukan
sebaliknya. Hal ini memang di satu sisi sangat menguntungkan bagi para penjual,
karena mereka tak perlu beriklan untuk mempromosikan barang, tetapi pembeli
pasti akan datang membeli, karena tuntutan kebutuhan.
Setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949,
sebagian besar perusahaan, seperti perusahaan minyak, pengangkutan perkapalan
dan perbankan masih menggunakan modal dan pengelolaan Belanda. Sedangkan
usaha-usaha kecil, termasuk biro-biro iklan, masih belum pula bersatu. Padahal
jumlah perusahaan-perusahaan periklanan ini cukup banyak. Misalnya, di Jakarta
saja pada saat itu terdapat 21 perusahaan periklanan, sementara di Bandung
terdapat 7. Di luar Jawa (Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan) terdapat sekitar 20
perusahaan periklanan. Sebaliknya perkembangan media-cetak hingga tahun 1958
masih terbelakang, hal ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan percetakan
yang masih dikuasai oleh Belanda.
Untungnya secara perlahan, keadaan pasar mulai membaik. Produk-produk
baru bermunculan, berbagai produk industri seperti minyak goreng, bir kalengan,
dan papan tripleks diiklankan di surat kabar. Yang menonjol adalah iklan obat-
obatan, yang kemunculannya sempat membuat pemerintah merasa perlu untuk
menetapkan suatu peraturan khusus untuk mentertibkannya. Ini tak lain karena
obat-obatan tersebut umumnya diragukan kegunaannya bagi konsumen. Iklan lain
yang cukup menonjol adalah produk otomotif. “Shell” giat beriklan produk
minyak. “General Motors” mengiklankan mobil, dan “Goodyears” mengiklankan
ban. Ketiganya merupakan perusahaan-perusahaan yang rela menghabiskan
banyak dana untuk beriklan.
Tren kreativitas periklanan di era ini ditandai dengan terfokusnya inti
pesan iklan pada kebutuhan untuk mengumumkan keberadaan atau ketersediaan
Universitas Kristen Petra
26
produk di pasar. Di sisi lain, kunci sukses pemasaran terletak pada kemampuan
produsen untuk menciptakan produk baru, bukan pada kebolehan perusahaan
menggali ide atau membuat eksekusi pesan iklan yang unik. Tetapi ada satu
perkembangan menarik yang terjadi di era ini. Yakni mulai dipergunakannya logo
dan gambar dalam berbagai iklan. Model iklan yang menonjolkan pesan-pesan
verbal mulai bergeser. Para pengiklan menyadari pentingnya logo dan gambar
dalam produk yang ditawarkan ke pasar. Penggunaan logo dan gambar juga
mendatangkan bisnis baru bagi biro-biro reklame, yaitu merancangkan logo yang
sesuai dengan citra perusahaan.
Pada periode 1960-1972, perkembangan dunia usaha sudah jauh berbeda
dengan situasi zaman kolonial. Organisasi dan pengelolaan perusahaan-
perusahaan yang semula kecil dan sederhana, telah berkembang menjadi besar dan
kompleks. Termasuk yang terdapat pada perusahaan-perusahaan periklanan. Telah
mulai pula diakui peran dan fungsinya sebagai kepanjangan (extension) dari
bagian pemasaran di perusahaan-perusahaan pengiklan. Bahkan seorang praktisi
Pemasaran berani menyatakan, bahwa sukses pengelolaan suatu perusahaan besar
dalam iklim ekonomi saat itu, meletakkan manajemen periklanan sebagai
pemegang tanggung jawab terberat. Bahwa dengan menajemen periklanan yang
baik, sebuah perusahaan akan mampu beradaptasi lebih jauh ke depan. Karena
manajemen periklanan membuat perusahaan bukan saja akan menguasai
perencanaan dan organisasinya namun juga pelaksanaan tugas dan
pengendaliannya.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan lainnya pun mulai
berkembang. Beberapa perusahaan baru yang cukup besar ikut pula meramaikan
periklanan di Indonesia. Produk-produk impor meskipun tidak cukup banyak
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat, tetapi masih lebih
banyak dibandingkan situasi sebelum tahin 1960.
Situasi ini tidak bertahan lama, karena sejak tahun 1963 perekonomian
Indonesia ternyata semakin parah. Produk-produk impor pun menurun tajam
terjadinya konfrontasi politik dengan negara-negara industri utama saat itu,
khususnya dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Konfrontasi ini
berdampak langsung terhadap perekonomian negara. Hutang luar negeri relatif
Universitas Kristen Petra
27
sangat tinggi dan inflasi pun merajalela hingga ke puncaknya ketika mencapai
sekitar 65%. Dalam situasi seperti itu, tentu sulit bagi sesuatu perusahaan untuk
dapat berkembang. Begitu pula yang terjadi dengan perusahaan-perusahaan
periklanan. Kalau terjadi peningkatan, namun dengan situasi moneter yang sangat
buruk, tentu saja setiap perkembangan yang terjadi di suatu perusahaan menjadi
semu sifatnya. Situasi ini berjalan terus hingga tahin 1966, awal munculnya
pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto.
Orde Baru ternyata cukup sigap mengembalikan kestabilan politik dan
ekonomi dalam negeri. Selain berupaya keras mengendalikan inflasi, Pemerintah
juga membuka peluang sebesar-besarnya bagi investasi baru. Konfrontasi dengan
negara-negara liberal pun lambat-laun dihapuskan dan membuka lagi peluang bagi
perdagangan luar-negeri yang lebih terbuka dan dinamis. Lebih lagi setelah
Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) disahkan, telah sangat
merangsang investasi dalam negeri dan menjamin adanya kepastian berusaha.
Di tahun 1967, tahun yang sama dengan dikeluarkannya Undang-undang
PMDN tersebut, di Jakarta lahir perusahaan periklanan ”InterVista Ltd. Inc”.,
yang didirikan dan dikelola oleh Nuradi. ”InterVista” dianggap sebagai perintis
periklanan modern di Indonesia. ”InterVista” pula yang dianggap menjadi
perusahaan periklanan pertama yang beroperasi dalam kapasitas pelayanan
periklanan menyeluruh (full service advertising agency).
Sebagai perusahaan periklanan modern. ”InterVista” juga tercatat aktif
dalam membantu kampanye-kampanye pemasaran sosial (social marketing) atau
periklanan layanan masyarakat (Public Service Advertising). Kampanye-
kampanye ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia di masa
itu. Salah satu karya besar ”InterVista” yang bahkan tetap digunakan hingga saat
ini adalah Kartu Menuju Sehat. Sebuah petunjuk sangat praktis bagi para ibu
untuk memeriksa dan merawat kesehatan bayinya.
Setahun setelah diundangkannya Undang-undang PMDN, dikeluarkan
pula Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengatur tata cara
penanaman modal asing di Indonesia. Undang-undang ini bukan saja memberi
jiwa keterbukaan pada masuknya modal asing, tetapi juga telah lebih merangsang
lagi peningkatan investasi di Indonesia. Undang-undang PMA ini bahkan
Universitas Kristen Petra
28
memberi dampak langsung pada peningkatan tajam bisnis periklanan. Investasi
oleh para pemodal asing rupanya membawa konsekuensi lain bagi periklanan.
Para pemodal ini yang umumnya sudah terbiasa dengan sistem perekonomian dan
perdagangan liberal, rupanya menuntut adanya pula sarana promosi dan
periklanan yang baik di Indonesia.
Kebijakan ekonomi orde baru itu juga dimanfaatkan oleh biro reklame
asing. Sejumlah biro reklame asing mulaiberoperasi di Indonesia. Pada tahun
1969 berdiri pula ”Benson SH Ltd”., perusahaan periklanan pertama yang
berafiliasi dengan perusahaan periklanan asing di Indonesia. Perusahaan
periklanan ini tadinya sekedar merupakan afilasi dari perusahaan yang sama di
Singapura, tetapi kemudian dikembangkan menjadi afiliasi langsung dengan
perusahaan periklanan induknya di New York dan berubah nama menjadi ”Ogilvy
Benson & Mather” Indonesia. Selanjutnya karena ada peraturan yang tidak
mengizinkan perusahaan periklanan asing Indonesia, perusahaan ini mengubah
statusnya menjadi perusahaan Indonesia, sekaligus mengganti namanya menjadi
”PT Indo Ad. Ogilvy Benson & Mather” Internasional kemudian berubah nama
menjadi “Ogilvy & Mather”. Saat terbentuknya “Indo Ad, Ogilvy & Mather”
merupakan perusahaan intrenasional dengan kantor afiliasi terbanyak di dunia dan
dalam hal omset, merupakan nomor 6 terbesar di luar Jepang.
Pada masa-masa selanjutnya, periklanan pun berkembang semakin pesat
seiring dengan kemajuan teknologi dan daya pikir masyarakat. Mulai tahun 1970-
an, periklanan mulai diwarnai oleh munculnya media-media baru yang dapat
mendukung penyampaian pesan iklan, seperti televisi, internet, ponsel, dan masih
terus berkembang hingga saat ini.
2.1.2. Tujuan iklan
Tujuan iklan pada umumnya adalah menjual atau bisa dibilang berjualan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya masyarakat serta
kepentingannya maka iklan pun berkembang atau bisa dibilang berevolusi. Iklan
menjadi sebuah media untuk berkomunikasi menyampaikan suatu informasi
tertentu atau mempengaruhi target dengan suatu kepentingan tertentu dari suatu
pihak yang berkepentingan kepada targetnya. Dalam kepentingan yang masih ada
Universitas Kristen Petra
29
hubungannya dengan berjualan atau menyampaikan suatu informasi tertentu
banyak bentuk yang dapat digunakan demi memenuhi kepentingan itu. Seperti
halnya untuk mencuri perhatian atau membangun kesetiaan konsumen melalui
iklan yang menunjukkan betapa besar hatinya sebuah perusahaan, namun apa
yang dilakukan sebenarnya bertujuan untuk berjualan atau meningkatkan
pemasukan melalui penjualan produk. Sebab dengan cara yang beragam
konsumen dapat dicapai perhatian dan hatinya.
Menurut Uyung Sulaksana (2003), sebuah tujuan yang spesifik akan
sangat menentukan keberhasilan iklan. Berikut beberapa tujuan yang mendasari
sebuah perancangan iklan:
� Informatif, di mana iklan bertujuan untuk merangsang permintaan awal,
dengan cara memberikan informasi tentang benefit suatu produk atau jasa bagi
masyarakat.
� Persuasif, di mana iklan bertujuan untuk membangun preferensi pada suatu
produk tertentu, serta kelebihannya jika dibandingkan dengan pesaing.
� Reminder Advertising, yang umumnya lebih cocok diterapkan pada produk-
produk yang sudah memasuki tahap kedewasaan. Berbagai perusahaan
membuat iklan dengan tujuan untuk mengingatkan konsumen agar terus
membeli produknya. Dan kebanyakan masih terus berusaha meyakinkan
konsumen bahwa mereka memilih produk yang tepat.19
2.1.3. Kekuatan dan Kelemahan Iklan
� Kekuatan Iklan
Iklan mampu mengatasi pesan dan preposisi paling kompleks sekalipun.
Berbagai argumen dan konsep yang rumit dapat disederhanakan penyampaiannya
melalui iklan. Kekuatan iklan yang lain terletak pada fakta bahwa iklan dibayar
untuk publisitas. Artinya, melalui pemilihan media yang tepat akan mengirim
pesan kepada sasaran yang tepat pula. Iklan dapat menjadi kuat ketika diletakkan
pada media yang tepat untuk mencapai para targetnya. Di dalam kesempatan yang
tepat maka ia dapat mempengaruhi bahkan mengubah persepsi dari target yang
bersangkutan. Memang tidak semua target dapat berubah persepsinya dengan
19 Uyung Sulaksana, op.cit., p. 91
Universitas Kristen Petra
30
begitu mudahnya, namun hal itu tetap saja dapat terjadi. Iklan yang dimaksud
bukanlah yang semata-mata terkunci pada satu media saja. Dengan penjelasan ini
yang ingin dimaksudkan adalah sebuah kampanye perikalanan terpadu dimana
berbagai media yang terpilih untuk memuat iklan telah dipertimbangkan timing
dan posisinya dalam menyerang target dengan informasi yang dimuat.
Iklan bisa menjadi terlalu kuat bahkan menyebalkan, seperti di beberapa
kota besar di Pulau Jawa misalnya dimana banyak sekali didapati billboard di
jalan-jalan. Dimana hal itu menjadi kuat dalam menyampaikan pesan kepada
target yang sering menggunakan jalan atau sering bepergian, akan tetapi hal itu
kemudian berkembang menjadi semacam polusi baik visual maupun informasi.
Kekuatan iklan juga tergantung dari unsur kreativitasnya serta
kemampuannya untuk menjangkau dan mengunci perhatian dari targetnya. Tidak
mungkin sebuah iklan bisa dikatakan berhasil atau kuat tanpa bisa menapai atau
setidaknya mencuri perhatian dari targetnya.
Singkatnya kekuatan iklan sangat tergantung dari kreativitas cara bertutur
iklan itu dan bagaimana caranya mencuri perhatian dari tergetnya, serta yang
kedua adalah unsur ketepatan media yang dipilih dalam menjangkau target yang
bersangkutan.
� Kelemahan Iklan
Iklan akhir-akhir ini menjadi sangat banyak dan beragam, selanjutnya
keadaan ini akan disingkat dengan kata – kata clutter (kekusutan, kekacauan. -kkt.
mengusutkan, mengacaukan.). Dalam keadaan clutter ini iklan yang tadinya
bertujuan baik untuk mempengaruhi target atau sekedar mennyampaikan
informasi dari pihak-pihak yang bersangkutan kepada target spesifik menjadi
lemah atau terancam kegunaannya. Karena semakin banyak dan beragamnya iklan
yang beredar maka target pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
semakin bosan dan lelah dengan adanya semua iklan. Bahkan seorang praktisi
periklanan ternama pernah mengatakan bahwa hidup iklan tergantung hanya dari
3 detik pertama hidupnya di tangan target, maksudnya untuk iklan televisi atau
radio ketika 3 detik pertama tidak bias menarik perhatian dari targetnya maka
channel akan dirubah demi kepentingan menghidnari iklan yang bersangkutan itu,
Universitas Kristen Petra
31
atau bisa juga iklan itu diacuhkanbegitu saja. Pada iklan cetak 3 detik pertama
menjadi begitu krusialnya jika tidak bisa mencuri perhatian dari pembacanya
maka ia akan diacuhkan atau dilewati ke halaman lainnya. Maka seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bagaimana kreativitas sangatlah berpengaruh kepada
hidup iklan dan menentukan bagaimana kekuatan iklan itu.
Unsur penempatan media yang tepat juga berpengaruh, seperti sebuah
kata- kata yang telah kuno dalam film action namun masih terasa nyata “kekuatan
yang besar pada tangan yang salah akan membawa petaka”. Dimana iklan yang
baik namun berada dalam pemasangan media yang salah akan menjadi begitu
lemahnya dalam berkomunikasi dengan targetnya.
Tidak semua teknik periklanan berhasil, karena dalam lingkup yang luas,
iklan hanya mampu mendekatkan produsen dan konsumen, tetapi tidak
meningkatkan penjualan. (Tom Brannan, 2004)20
2.2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan bukan semata-mata pesan bisnis yang menyangkut usaha mencari
keuntungan secara sepihak. Iklan juga mempunyai peran yang penting bagi
berbagai kegiatan non-bisnis. Di negara-negara maju, iklan telah dirasakan
manfaatnya dalam menggerakkan solidaritas masyarakat dalam menghadapi suatu
masalah sosial. Dalam iklan tersebut diutarakan pesan-pesan sosial yang
dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah
masalah publik, berupa kondisi-kondisi yang dapat mengancam keserasian dan
kehidupan umum.
Iklan semacam ini disebut Iklan layanan masyarakat (ILM) atau Public
Service Advertisement (PSA). Menurut Crompton dan Lamb, sebagaimana dikutip
oleh Rhenald Kasali (1992), definisi ILM adalah sebagai berikut:
“An announcement for which no charge is made and which promotes programs, activities, or services of federal, state; or local government or the programs, activities; or services of non profit organization and other announcement regarded as serving community interest, excluding tune signals, routine weather announcement, and promotional announcement.” (p. 201)21
20 Tom Brannan, op.cit., p. 52 21 Rhenald Kasali, op.cit., p. 201
Universitas Kristen Petra
32
Sedangkan menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia Iklan Layanan
Masyarakat adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh suatu organisasi
komersial maupun nonkomersial (sering juga dilakukan oleh pemerintah) untuk
mencapai tujuan sosial atau sosio-ekonomis (terutama untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat).22
Sebuah ILM disumbangkan oleh media untuk kepentingan masyarakat
tanpa menuntut timbal balik dalam bentuk pembayaran, ataupun keuntungan
materiil. Akan tetapi lebih mementingkan pada reaksi positif masyarakat dalam
meresponi masalah-masalah sosial yang diiklankan. Menurut Ad Council, sebuah
dewan periklanan di Amerika Serikat yang mempelopori munculnya ILM,
beberapa kriteria yang dipakai untuk menentukan suatu kampanye pelayanan
masyarakat adalah sebagai berikut:
� Non komersial
� Tidak bersifat keagamaan
� Non politik
� Berwawasan nasional
� Diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat
� Diajukan oleh organisasi yang telah diakui atau diterima
� Dapat diiklankan
� Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh
dukungan media lokal maupun nasional. (Rhenald Kasali, 1992, p. 202)23
Iklan layanan masyarakat sesungguhnya sudah ada sejak tahun 31 SM,
meskipun masih dalam bentuk yang sederhana. Bahkan Iklan layanan masyarakat
justru lebih dulu ada, dibanding iklan komersial. Awalnya bentuk publikasi seperti
ini berasal dari gereja, yang isinya berupa anjuran kepada umat Kristiani untuk
cinta damai, mengasihi sesama, dan sebagainya. Publikasi ini pun tidak dicetak di
atas kertas, tetapi dipahatkan pada sekeping batu kisva (semacam batu karang),
atau ditorehkan di atas kulit binatang. Selanjutnya, ILM mula-mula ini dipasang di
tempat-tempat umum. Terkadang, secara atraktif kulit binatang yang sudah ditulisi
22 Matari Advertising, Kamus Istilah Periklanan Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996, p. 136 23 Ibid., p. 202
Universitas Kristen Petra
33
digantung di leher seorang punggawa kerajaan dan berkeliling pasar, diikuti oleh
punggawa lain yang menabuh benda keras untuk menarik perhatian masyarakat.
Di Amerika, ILM mulai dikenal ketika tahun 1942 berdiri The Advertising
Council, beberapa hari setelah tragedi Pearl Harbour. Situasi pada saat itu
mendorong para ahli komunikasi untuk merancang suatu media yang dapat
memotivasi masyarakat untuk ikut mengambil bagian dalam menyikapi berbagai
permasalahan yang sedang menimpa bangsa dan negaranya saat itu. Ad Council
banyak menciptakan ILM yang mendorong penghematan bahan, mengajak kaum
muda untuk menjadi sukarelawan perang, menghimpun dana untuk membiayai
perang, merekrut perawat, dan menerangkan tentang pentingnya menjaga
informasi rahasia.
Di Indonesia, ILM pertama juga muncul pada situasi yang tak jauh
berbeda, yakni ketika bangsa dan negara Indonesia dalam keadaan terpuruk akibat
perang. Beberapa iklan pertama yang muncul di suratkabar memuat himbauan
yang mengajak warga melanjutkan perjuangan, mempertahankan kemerdekaan,
serta mengumpulkan dana untuk perang dan membantu korban perang. Ada pula
iklan ucapan bela sungkawa atau ucapan terima kasih yang digunakan sebagai
upaya mengangkat solidaritas rakyat dalam perjuangan.
Selanjutnya, Iklan layanan masyarakat berkembang semakin pesat sejalan
dengan bertambahnya berbagai masalah sosial yang berkembang di dalam
masyarakat umum. Masalah-masalah tersebut menuntut sebuah penyelesaian, atau
paling tidak sikap yang jelas dari masyarakat. ILM adalah media yang ampuh
memancing masyarakat untuk keluar dari zona aman dan bersama-sama dengan
pemerintah mencari jalan keluar yang terbaik dari berbagai permasalahan tersebut.
Bahkan sejak krisis moneter menimpa negeri ini pada tahun 1997, lebih banyak
lagi ILM dibuat dan disebarluaskan. Selain tema yang diangkat cukup mendalam,
kreativitasnya pun mengalami kemajuan yang signifikan. Sejak saat itu ILM
semakin mendapat perhatian. Pada tanggal 2 November 1990 berdiri Yayasan
Pariwara Sosial atau The Indonesian Ad Council yang mengkoordinasikan iklan-
iklan layanan masyarakat, terutama untuk kampanye-kampanye kesehatan.
Keberadaan ILM juga patut diakui kemampuannya mencetuskan ide. Iklan hak
cipta (Gesang) memenangkan Adhi Citra Pariwara 1995, sementara iklan
Universitas Kristen Petra
34
lingkungan hidup oleh Matari Advertising menjadi finalis Clio Award. Di masa
krisis industri periklanan sudah seharusnya tidak tinggal diam, malah harus
berbuat sesuatu demi kemajuan bangsa.
Rhenald Kasali menambahkan bahwa ada beberapa langkah penting dalam
perancangan ILM, yang pada umumnya tidak jauh berbeda dengan perancangan
iklan komersial. Adapun langkah-langkah tersebut, antara lain:
a. Identifikasi masalah, dilanjutkan dengan pemilihan dan analisa kelompok
sasaran. Kelompok ini dianalisis kebutuhannya, suasana psikologis dan
sosiologis yang melingkupi, bahasa, jalan pikiran, serta simbol-simbol yang
dekat dengannya.
b. Menentukan tujuan khusus iklan tentang apa yang diharapkan dapat dicapai
melalui kampanye tersebut.
c. Menentukan tema iklan. Tema iklan adalah topik pokok atau selling points
yang ingin dituju oleh iklan.
d. Menentukan anggaran iklan yang diperlukan untuk suatu kampanye selama
periode tertentu.
e. Perencanaan media. Tahap ini meliputi tiga hal, yakni identifikasi media yang
ada dan tersedia, memilih media yang tepat, serta menentukan waktu dan
frekuensi penyiaran.
f. Menciptakan pesan-pesan iklan yang tercermin dalam keseluruhan tampilan
iklan, baik itu headline, sub headline, body copy, artwork, dan logo, yang
secara bersama-sama menarik dan memelihara perhatian masyarakat.
Menilai keberhasilan kampanye ILM tersebut melalui serangkaian
evaluasi. Evaluasi ini sebaiknya dilakukan sebelum, selama, dan sesudah
kampanye berlangsung. (1992, p. 206)24
Namun seiring dengan perkembangan jaman dan pemikiran dari manusia –
manusianya Iklan Layanan Masyarakat yang memiliki tujuan yang mulia
sekalipun semakin berkembang. Sayangnya ke arah yang agak miring. Dengan
adanya simpati yang begitu tercurah dari masyarakat bagi para penyampai atau
pihak sponsor dari Iklan Layanan Masyarakat, maka menggunakannya banyak
pihak yang menggunakan Iklan Layanan Masyarakat ini sebagai penarik simpati
24 Ibid., p. 206
Universitas Kristen Petra
35
masyarakat. Dengan cara memamerkan dengan cara meluas bahwa sebuah
institusi atau pihak tertentu peduli pada sebuah masalah sosial yang diangkat
maka secara otomatis pihak yang bersangkutan ingin mendapat pandangan yang
berbeda dari masyarakat, yakni bahwa pihak yang bersangkutan tersebut baik dan
bersahaja. Walaupun bukan ini tujuan asli dari Iklan Layanan Masyarakat namun
hal ini semakin marak dilakukan semata-mata sebagai usaha membangun
kepercayaan dan loyalitas publik terhadap suatu pihak atau brand tertentu.
2.3. Perkembangan Media Periklanan di Indonesia Hingga Dewasa Ini
2.3.1 Media Cetak dan Iklan Cetak
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, surat kabar merupakan
pelopor iklan cetak di Indonesia, sebab keberadaannya menjadi medium bagi
penempatan iklan cetak. Popularitas iklan cetak di surat kabar ini sempat
memuncak kembali pada tahun 1980-an, setelah pada tanggal 5 Januari 1981
Presiden Soeharto mengumumkan larangan terhadap siaran niaga di televisi yang
akan segera diberlakukan pada tanggal 1 April 1981. Alasan utama yang
melatarbelakangi larangan tersebut adalah demi terciptanya suatu pemerataan
iklan, terutama di media cetak. Sejak saat itu, surat kabar menjadi pemain tunggal
yang paling sering dipakai sebagai medium beriklan. Dunia iklan Indonesia mulai
diwarnai oleh aktivitas kreatif iklan cetak dengan bentuk dan naskah yang
menarik.
Dominasi media cetak dalam meraih iklan kemudian surut ketika
pemerintah mengizinkan kelahiran televisi-televisi swasta. Sejak saat itu para
pengiklan lebih tertarik mempromosikan produknya di televisi.
Untung saja kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik memasuki
tahun 1990-an tak hanya meningkatkan pamor dunia periklanan di media televisi.
Media cetak surat kabar, majalah, dan tabloid turut berkembang dengan pesatnya.
Media-media ini sudah mulai tersegmentasi, sehingga memudahkan para
pengiklan untuk memilih mana yang paling tepat bagi produk mereka.
Sayangnya situasi ini tak berlangsung lama. Pada tahun 1997, berbagai
persoalan ekonomi mulai membelit bangsa Indonesia. Negara dilanda krisis
moneter yang berkepanjangan. Tidak mudah bagi periklanan untuk bertahan, atau
Universitas Kristen Petra
36
bahkan selamat dalam bencana ini. Namun dapat dikatakan bahwa media cetak
termasuk media yang dapat bertahan menghadapi krisis. Meskipun beberapa
penerbitan koran harus melakukan efisiensi dalam hal tenaga kerja, ukuran dan
tiras, atau bahkan ada pula yang sampai gulung tikar. Namun banyak pula yang
selamat dan dapat terus berkarya. Salah satu alasan, menurut pengamatan penulis
hal ini kemungkinan disebabkan karena biaya iklan di media cetak masih jauh
lebih murah jika dibandingkan dengan televisi. Sehingga ketika mencari alternatif
untuk tetap beriklan, para produsen akan menjatuhkan pilihannya pada media
cetak yang dinilai cukup murah dan masih termasuk efektif dalam menyampaikan
pesan kepada masyarakat luas. Terbukti, hingga saat ini media cetak tetap menjadi
pilihan utama bagi para pengiklan dalam menyampaikan pesan dan
mempromosikan produk. Sayangnya masih ada satu keterbatasan media cetak
yang belum teratasi, yakni keberadaannya yang dua dimensi, terkadang
menghalangi kreativitas penyampaian pesan. Keterbatasan inilah yang juga
menjadi alasan bagi para praktisi periklanan untuk mulai beralih ke media-media
baru yang lebih memenuhi tuntutan masyarakat akan sesuatu yang baru dan segar,
meski pesan disampaikan mungkin masih sama seperti dulu. Satu hal yang agak
melegakan adalah bahwa pada tahun 2005 ini dinilai sebagai awal kembalinya
popularitas iklan cetak. Meski televisi memang masih menjadi andalan utama bagi
pengiklan, namun media cetak merupakan pilihan yang tidak boleh dilewatkan
begitu saja. Menurut Ranjana Singgih, Technical Advisor Group M seperti tertulis
dalam majalah MIX edisi November 2004, spending iklan di media cetak masih
berada di urutan kedua (32%) setelah iklan televisi (65%).25 Karena dengan
bertambahnya pemasang iklan, televisi tidak akan bisa menyerap semuanya.
Triawan Munaf, Chairman Creative Advisor Adwork! Euro RSCG menuturkan
sebagaimana dikutip oleh majalah Marketing edisi Desmeber 2004, bahwa tahun
2005 boleh jadi merupakan turning point media cetak. Asalkan bisa menjaga
kualitasnya, media cetak akan meraup lebih banyak revenue dari iklan. (David S.
Simatupang dan Noor Yanto, 2004)26
25 Ranjana Singh, Tren Media Placement 2005, Majalah MIX, 09 (19 Oktober-19 November 2004), p. 22-23 26 David S. Simatupang dan Noor Yanto, Print Ad dan Internet Meningkat: Trend Media Placement 2005, Majalah Marketing, 12/IV/Desember/2004, p.21
Universitas Kristen Petra
37
2.3.2 Radio Swasta
Radio dapat berfungsi sebagai media lokal, regional, dan nasional. Dengan
munculnya banyak channel baru pada tahun 1980-an dan 1990-an, radio
menawarkan banyak peluang untuk iklan. Kini radio menawarkan tantangan
kreatif yang menarik di mana iklan harus mengundang para pendengar untuk
menciptakan image. Dengan radio, biaya iklan dapat ditekan serendah mungkin.
Dewasa ini, media radio swasta mulai mengalami perubahan yang
signifikan. Jumlahnya membengkak, tersegmentasi, dan digarap dengan serius dan
profesional. Perubahan ini termasuk penyajian format berita, yang sekarang
menjadi news and talk seperti di Amerika Serikat. Muncul pula radio spesialis
(Segmented) dan radio komunitas. Radio dengan segmen pasar tertentu jauh lebih
potensial dalam meraup iklan dibanding radio siaran umum, karena pendengarnya
lebih khusus. Memasang iklan di stasiun radio sempat menjadi tren karena tarif
iklannya yang lebih murah dibanding media-media lain. Tetapi tren ini tak
berlangsung lama. Stasiun radio kehilangan pamor dalam dua tahun terakhir
sebagai media iklan dan tidak diperhitungkan perusahaan pengiklan sejak televisi
swasta baru mulai bermunculan. Data PPPI bahkan menyebutkan angka belanja
iklan selama tahun 2001 untuk media radio masih paling kecil dibandingkan
media lain, kendatipun masih di atas tabloid. Spending iklan untuk radio malah
termasuk yang paling kecil, yakni hanya 3% untuk tahun 2005, dan berada di
urutan ketiga setelah televisi dan media cetak. (Ranjana Singh, 2004)27 Salah satu
kelemahan radio adalah fungsinya yang hanya sebagai media audio, yang tidak
dilengkapi dengan tampilan visual seperti televisi. Dan meskipun media ini kerap
dianggap sebagai sahabat oleh para pendengarnya, radio kurang efektif dalam
menyampaikan pesan karena hanya didengar selintas lalu oleh para audience-nya.
Karena radio merupakan background medium, artinya orang mendengarkan radio
sambil melakukan serangkaian tugas lainnya. Sehingga iklan di radio perlu
diulang sesering mungkin untuk membuatnya menjadi efektif.
27 Ranjana Singh, op.cit.
Universitas Kristen Petra
38
Dari survey yang dilakukan oleh Nielsen Media Research, pendengar radio
di Indonesia hanya sekitar 40% pada tahun 2003 dari total responden 7.386 yang
mewakili 36.358.000 orang dalam populasi.
Namun ada suatu perkembangan yang baik bagi media radio, yaitu dengan
munculnya berbagai alat yang dapat mengakses radio memungkinkan radio untuk
tampil lebih fleksibel bagi pendengarnya, juga lebih mudah dan cepat dalam
menyampaikan pesan, dibanding dengan media lain. Kini radio dapat diakses
melalui ponsel, PDA (Personal Digital Assistant), internet, radio mobil, dan
sebagainya.
2.3.3 Internet
Internet merupakan media yang boleh dibilang cukup baru di Indonesia.
Keberadaannya pun belum begitu dikenal oleh masyarakat luas. Terutama
golongan menengah ke bawah. Namun demikian media internet turut meramaikan
arena periklanan Indonesia, karena sebagai media baru, coverage area dan
kecepatan internet dalam menyampaikan informasi sangat luar biasa. Kelebihan
utama media ini terletak pada kemampuannya membawa Indonesia ke luar negeri,
dan memasarkan Indonesia di sana, dengan biaya yang sangat terjangkau jika
dibandingkan dengan biaya beriklan di media lain.
Di Indonesia cukup banyak dimanfaatkan untuk membuat situs berita,
seperti Tempo Interaktif dan Detik.com. kedua situs ini sukses dengan ulasan
berita-berita politiknya yang up to date, menggoda beberapa investor untuk ikut
bergelut di bidang ini.Munculnya situs-situs milik Indonesia ini semula sangat
diharapkan agar dapat mengumpulkan laba dari hasil penjualan iklan. Sayangnya
popularitas internet akhirnya meredup juga karena bisnis ini ternyata lebih banyak
merugi. Hal itu disebabkan karena pengakses internet masih minim, sehingga
pemasang iklan pun enggan memasang iklan di cyber media. Hingga saat ini,
hanya beberapa situs yang masih dapat dibilang eksis dan up to date. Sedangkan
yang lain lebih memilih untuk mundur dan beralih ke bisnis yang lain.
Meski kenyataannya demikian, Triawan Munaf berpendapat lain.
Menurutnya pada tahun 2005 media internet sudah punya dasar berpijak. Alat-alat
untuk mengakses internet sudah semakin murah. Kemudahan-kemudahan yang
Universitas Kristen Petra
39
ditawarkan turut mendorong perannya sebagai media iklan. Ia menegaskan bahwa
di tahun 2005 internet akan mengalami pertumbuhan yang cukup dramatis. (David
S. Simatupang dan Noor Yanto, 2004)28
Sama seperti media cetak, media internet juga seringkali memiliki
segmentasi yang jelas dan terarah, bahkan pada media ini segmentasi lebih jelas
dan lebih terfokus. Satu hal yang membuatnya menjadi terkadang bias dalam
segmentasinya yakni karena seringkali situs-situs pada dunia cyberspace ini gratis
untuk dicapai, dan dengan kemudahan semacam itulah maka pengunjung situs
semakin banyak dan kurang tersaring.
2.3.4 Media Luar Ruang
Media luar ruang sebagai salah satu media konvensional juga ikut
mengalami pembaharuan. Dibanding dengan negara-negara di eropa, kreativitas
media luar ruang di Indonesia masih tertinggal beberapa langkah. Namun bukan
berarti tidak ada upaya untuk mengejar ketinggalan tersebut. Transit Ad, salah
satu jenis iklan luar ruang, juga berkembang cukup pesat. Bahkan di mata
produsen, iklan-iklan di badan kendaraan umum ini dinilai lebih efektif dibanding
billboard. Meski di satu sisi media luar ruang memiliki kelemahan tersendiri
karena hanya mampu menyampaikan pesan secara sekilas, namun bagaimanapun
juga, media luar ruang tetap memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
belanja iklan nasional melalui perannya sebagai reminder terhadap produk, demi
mencapai brand awareness masyarakat.
Beberapa media luar ruang konvensional saat ini telah mengalami sebuah
pengembangan yakni menjadi Ambient media yang merupakan sebuah inovasi
baru dalam dunia periklanan, dimana awalnya mulai dari penempatan medianya
yang unik sehingga berkembang ke arah bentukkannya yang unik. Walaupun
tanpa kepastian yang jelah Ambient media ini adalah media yang penempatannya
di luar atau dalam sebuah ruangan namun ada sebuah garisan yang bisa ditarik
dilihat dari bentuk dan fungsinya sebagai sebuah media yakni media ini tidaklah
lekang atau terikat pada sebuah teknik tertentu, dalam maksud bisa jadi sebuah
patung atau sekedar selembar kertas cetakan masal, selain itu media ini juga tidak
28 David S. Simatupang dan Noor Yanto, op.cit.
Universitas Kristen Petra
40
terikat pada pakem media cetak (statis) ataupun elektronik (dinamis). Dan juga
bahwa penempatannya yang sangat-sangat beragam tergantung kemampuan dari
bentuk serta fungsi pesan dan khalayak sasaran yang ingin dituju. Maka seringkali
media ini dimasukkan ke dalam kategori media luar ruang.
2.4 Target Audience
Berasal dari keluarga yang berada dengan SES A, B+, dan B yang secara
garis besar memiliki uang dan dengan tidak segan menggunakannya. Hampir
semua dari mereka memperoleh SIM A untuk mengemudi mobil sebelum umur 17
atau yang telah ditentukan karena bisa mendapatkannya dengan jalan melalui calo.
Hampir semua dari mereka disediakan sebuah mobil pribadi. Menyukai kegiatan
keluar rumah dan nongkrong, membicarakan hal-hal yang tidak perlu dan
melakukan kegiatan yang sifatnya seringkali hanya membuang-buang uang saja.
Selanjutnya akan dijelaskan faktor psikologis kisaran usia 18-21 tahun
Dengan “selesainya” masa pubertas (awal), masuklah anak ke dalam
periode kelanjutannya, yaitu masa pubertas akhir atau adolesen. Masa adolesen ini
oleh Sigmund Freud disebut sebagai “Edisi kedua dari situasi Oedipus”. Sebab,
relasi anak muda pada usia ini masih mengandung banyak unsure rumit dan belum
terselesaikan. Yaitu banyak konflik antara isi psikhis yang kontradiktif; terutama
sekali pada relasi anak muda dengan orang tua dan obyek cintanya.
Pada masa adolesen ini terjadi proses pematangan fungsi-fungsi psikhis
dan fisis, yang berlangsung secara berangsur-angsur teratur. Masa ini merupakan
kunci penutup dari perkembangan anak. Pada periode ini, anak muda banyak
melakukan introspeksi (mawas diri) dan merenungi diri sendiri. Akhirnya anak
bisa menemukan AKU-nya. Dalam artian: dia mampu menemukan keseimbangan
dan harmoni atau kesalarasan baru di antara sikap ke dalam diri dengan sikap
keluar.
Pada masa adolesen anak muda mulai merasa mantap stabil. Dia mulai
mengenal AKU-nya, dan ingin hidup dengan itikad keberanian. Dia mulai
memahami arah hidangan itikad keberanian. Dia mulai memahami arah hidupnya,
dan menyadari tujuan hidupnya. Ia mempunyai pendirian tertentu berdasarkan
satu pola hidup yang jelas.
Universitas Kristen Petra
41
Pada masa adolesen ini anak muda mulai menemukan nilai-nilai hidup
baru, sehingga makin jelaslah pemahaman tentang keadaan dirinya. Ia mulai
bersikap kritis terhadap obyek-obyek diluar dirinya; dan ia mampu mengambil
synthese di antara tanggapan tentang dunia luar dengan dunia intern (kehidupan
psikhis sendiri). Sesudah dia mengenal AKU-nya sendiri, secara aktif dan
obyektif ia melibatkan diri dalam macam-macam kegiatan-kegiatan di dunia luar.
Sekarang dia mencoba “mendidik diri sendiri”, dengan memberikan isi
arah arti pada kehidupannya. Pada periode adolesen tersebut dibangunkan dasar-
dasar yang definitive (menentukan, esensiil), bagi proses pembentukan
kepribadiannya. Sehubungan dengan peristiwa ini, bisa dinyatakan bahwa
kepribadian dan nasib orang dewasa itu banyak dipengaruhi oleh peristiwa-
peristiwa dan pengalaman pada masa adolesen, yang diberi latar belakang oleh
pengalaman-pengalaman pada masa pra-pubertas. Maka masa adolesen itu
merupakan perjuangan terakhir bagi anak remaja, dan definitive menentukan
corak bentuk kedewasaannya.
Masa adolesen, sementara ada yang menyamakan dengan masa dewasa.
Dalam bab ini penulis berpendapat masa ini tidak sama dengan pendapat di atas.
Masa adolesen adalah masa peralihan dari masa remaja atau masa pemuda ke
masa dewasa. Jadi merupakan masa penutup darimana masa pemuda. Masa ini
tidak berlangsung lama oleh karena dengan tercapainya masa ini, seseorang dalam
waktu yang relative singkat sekali telah sampai ke masa dewasa. Bahkan
gejalanya atau sifat-sifatnya yang nampak dalam sikapnya menyerupai sifat dan
sikap orang dewasa. Karena itu dalam pembicaraan tentang sifat dan sikap
adolesen nanti akan sering dipakai kata-kata mulai dapat. Bedanya dengan
pembicaraan tentang sifat dan sikap orang dewasa, ialah bahwa untuk yang
terakhir ini sifat dan sikap itu dimulai dengan kata sudah dapat.
Ditinjau dari proses belajar/mengajar, anak-anak yang duduk di kelas
tertinggi SMU, tentu saja sudah tidak lagi seperti adik-adiknya. Melainkan sudah
mulai menggunakan pikirannya yang kritis, logis, dan rational, sekalipun
tanggung jawab kebenaran materialnya masih dibebankan kepada guru-gurunya.
Lain halnya bila (k.l. setahun lagi) ia telah menjadi mahasiswa, yang mereka para
mahasiswa sendiri yang harus bertanggung jawab atas kebenaran materi studinya.
Universitas Kristen Petra
42
Sebab para mahasiswa sudah dapat berlaku dewasa. Kepadanya sudah dibebani
kewajiban untuk mencari kebenaran terakhir, tentang masalah, pengetahuan,
pengertian, dan kecakapan yang sesuai dengan jalan hidup dan cita-citanya
sebagai isi hidupnya sendiri. Mereka para mahasiswa telah dibebani untuk dapat
menseleksi pengaruh-pengaruh dari luar. Mereka telah dibebani untuk menyaring
dan menentukan ilmu yang mana dan yang dari mana yang dibawakan oleh siapa
yang akan diikutinya. Jadi dengan kata lain mereka harus dapat hidup sendiri atas
kreasinya sendiri.
Diukur dengan berkehidupan social, terdapat perbedaan pula antara
mereka anak-anak tingkat tertinggi SMU dengan para mahasiswa. Yaitu bahwa
pada yang pertama, belum diperkenankan untuk kawin, tetapi untuk para
mahasiswa peraturan semacam itu tidak ada lagi.
2.4.1 Sifat dan Sikap Adolesen.
Seperti diatas dikatakan bahwa menginjak masa adolesen, maka sikap
pada umumnya, ialah bahwa mereka telah mulai dapat:
a. Menemukan pribadinya. Yang dimaksud dengan mulai dapat menemukan
pribadinya, ialah bahwa ia mulai menyadari kemampuannya, menyadari
kelebihan dan kekurangannya sendiri, mulai dapat menempatkan diri di tengah
masyarakat dengan jalan menyesuaikan diri dengan masyarakat tetapi tiada
tenggelam di dalam masyarakat. Ia mulai dapat menggunakan haknya dan
mulai mengerti kewajiban-kewajibannya sebagai anggota masyarakat, demi
perkembangan kemajuan dan pertumbuhan masyarakatnya. Ia telah mulai ikut
aktif kreatif di dalam kehidupan di dalam masyarakat, dengan jalan
musyawarah. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ia mulai dapat
membawakan dirinya masuk ke dalam masyarakat.
b. Menentukan cita-citanya. Yang dimaksud dengan mulai dapat menentukan
cita-citanya ialah bahwa sebagai kelanjutan daripada kemampuannya untuk
menyadari kemampuan, menyadari kelebihan-kelebihannya itu sebagai
himpunan kekuatan-kekuatan yang dipergunakan sebagai sarana untuk
kehidupan selanjutnya agar dengan sarana itu ia tidak akan kehilangan haknya
Universitas Kristen Petra
43
untuk ikut serta bersama-sama dengan anggota masyarakat yang lain
mengolah isi alam raya ini untuk kehidupannya.
Dengan himpunan kemampuan dan kelebihan dan kekuatannya yang nyata
dan disadarinya itu dicarikan bentuknya yang tertinggi yang seimbang dengan
daya juangnya, untuk dipergunakan sebagai pedoman hidupnya. Inilah cita-
cita itu.
Jadi cita-cita itu bagi seseorang harus jelas. Ia harus yakin bahwa ia akan
dapat mencapainya. Ia harus siap dengan perlengkapannya dan mengetahui
cara-cara mencapainya dan mengetahui jalannya
c. Menggariskan jalan hidupnya. Yang dimaksudkan dengan mulai dapat
menggariskan jalan hidupnya, ialah bahwa jalan yang akan dilalui di dalam
perjuangannya mencapai cita-citanya itu. Sebenarnya penemuan jalan ini
bersama-sama dengan terbentuknya cita-cita itu. Jalan ini adalah merupakan
garis-garis proyeksi yang ditarik dari himpunan kemampuan dan kelebihan
dan kekuatan itu kea rah cita-cita.
Jadi garis ini adalah garis lurus. Seperti halnya sesuatu jalan selalu dalam
kelurusan, menurut satuan pengukuran yang sesuai dengan kondisi tertentu.
Kesetiaan untuk melewati jalan yang lurus yang ditentukan sendiri itu akan
merupakan jaminan keselamatan seseorang di dalam perjuangan untuk
mencapai cita-cita yang telah ditentukan sendiri tadi.
Ia harus yakin seyakin-yakinnya, bahwa cita-citanya akan tercapai bila jalan
itu dilalui dengan penuh kesetiaan. Apapun yang akan terjadi. Kalaupun ia
harus mati karena bertekad untuk melewatinya jalannya itu, maka
kematiannya bukanlah kematian yang konyol, melainkan kematian yang
terhormat. Tentu ia akan terus berjalan itu sekalipun ia telah berpindah alam
kehidupannya.
d. Bertanggung jawab. Dan yang dimaksud dengan ia telah mulai dapat
bertanggung jawab, ialah bahwa ia telah mengerti tentang perbedaan antara
yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang dilarang, yang dianjurkan
dan yang dicegah, yang baik dan yang buruk, dan ia sadar bahwa ia harus
menjauhi segala yang bersifat negative dan mencoba membina diri untuk
selalu menggunakan hal-hal yang positif. Jadi sejak itu ia mulai dapat
Universitas Kristen Petra
44
melakukan apa yang dimengertikannya itu tadi. Ia tidak lagi tergoda untuk
harus berbuat sama dengan orang lain, sekalipun orang lain itu berjumlah
banyak, bersikeras untuk dianut, dan ditantang dengan ancaman ataupun
hukuman. Bila suatu ketika bahwa ia berbuat salah, serta ia sendiri berhenti
dari kesalahannya itu dan segera kembali ke jalan yang semestinya. Kadang-
kadang untuk menyadarkan seseorang yang telah sesat dari jalan yang harus
dilalui itu, perlu dilaluinya jalan yang lain, yang lazimnya disebut hukuman.
Jadi asas menghukum seseorang yang bersalah ialah mengusahakan agar
orang itu berbuat salah atau menyadarkan bahwa orang itu telah sesat dari
jalannya yang benar dan diminta untuk bersedia melewati jalan lain agar dapat
kembali ke jalannya yang benar yang ia sendiri telah gariskan tadi. Hanya
proses hokum yang semacam inilah yang dikatakan benar. Pihak penghukum
harus mengerti bagaimana agar si terhukum menyadari bahwa ia telah sesat
dan pihak terhukum harus mampu pula menunjukkan apakah benar jalan yang
dilaluinya itu bukan jalan yang digariskan sendiri di dalam menentukan cita-
citanya tadi. Dia harus mampu menanyakan kepada dirinya sendiri benarkah ia
telah sesat? Untuk dapat menjawab itu ia harus melihat kepada himpunan
kekuatan kemampuan dan kelebihannya tadi ke arah cita-citanya. Apakah dari
keduanya nampak garisnya masih lurus atau sudah tidak lurus lagi. Dan
masihkah jalan itu nampak cita-citanya itu atau sudah tidak nampak lagi?
e. Menghimpun norma-norma sendiri. Yang dimaksud dengan ia telah mulai
dapat menghimpun norma-norma sendiri, ialah bahwa ia telah mulai dapat
menentukan sendiri hal-hal yang berguna, dan menunjang usahanya untuk
mencapai cita-citanya itu, sejauh norma-norma itu tidak bertentangan dengan
apa yang menjadi tuntutan masyarakatnya, apa yang menjadi tuntutan Negara,
bangsa dan kemanusiaan pada umumnya.
Norma-norma atau nilai-nilai itu dihimpunnya menjadi satu dan dijadikan
bekal, sarana atau senjata untuk melindungi dirinya demi keselamatannya
selama berusaha untuk mencapai cita-citanya.29
29 Sutanto, Hartono, Psikologi Perkembangan (edisi 2), Bandung: Armico Press, 2002, p. 91-96
Universitas Kristen Petra
45
2.5 Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Surabaya
2.5.1 Data Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah
Jawa Timur Sepanjang Tahun 2004 dan Bulan Januari – November Tahun
2005
2.5.1.1 Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Di Jawa Timur
Tabel 2.1. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas di Jawa Timur pada Tahun 2004
NO KESATUAN JUMLAH PELANGGARAN
1 POLWILTABES SURABAYA 330.019 2 POLWIL MALANG 137.865 3 POLWIL BESUKI 42.057 4 POLWIL KEDIRI 107.529 5 POLWIL MADIUN 59.344 6 POLWIL BOJONEGORO 94.555 7 POLWIL MADURA 55.596 8 PJR 60.845
JUMLAH 887.810 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Tabel 2.2. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas di Jawa Timur
Bulan Januari - November Tahun 2005
NO KESATUAN JUMLAH PELANGGARAN
1 POLWILTABES SURABAYA 293.756 2 POLWIL MALANG 112.281 3 POLWIL BESUKI 41.987 4 POLWIL KEDIRI 126.851 5 POLWIL MADIUN 56.876 6 POLWIL BOJONEGORO 91.116 7 POLWIL MADURA 49.732 8 POLWIL SURABAYA 43.574 9 PRC PATWAL / PAM TOL 198
JUMLAH 816.371 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Asumsi:
Jumlah pelanggaran lalu lintas di Surabaya adalah yang terbanyak di Jawa Timur.
Hal ini dapat disebabkan oleh keberadaan Surabaya sendiri sebagai kota besar
dengan jumlah penduduk yang memang cukup banyak jika dibandingkan dengan
daerah-daerah lain di Jawa Timur. Tetapi banyaknya pelanggaran yang terjadi
juga membuktikan sangat kurangnya kesadaran masyarakat Surabaya akan
Universitas Kristen Petra
46
pentingnya menaati peraturan lalu lintas demi mencapai keamanan, ketertiban,
dan kelancaran berlalu lintas di kota ini.
2.5.1.2. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau Dari Jenis Profesi
Tabel 2.3. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Segi Profesi
Tahun 2004
POLWILTABES SURABAYA PROFESI PELANGGAR LALU LINTAS
NO JUMLAH PELANGGARAN PNS KARYAWAN
SWASTA MAHASISWA PELAJAR PENGEMUDI
KEND. UMUM
PEDAGANG TANI/ NELAYAN BURUH LAIN-
LAIN
1 330.019 6.769 227.296 17.795 31.863 27.636 7.276 4.329 3.526 3.529 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Tabel 2.4. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Segi Profesi
Bulan Januari - November Tahun 2005
POLWILTABES SURABAYA PROFESI PELANGGAR LALU LINTAS
NO JUMLAH PELANGGARAN PNS KARYAWAN
SWASTA MAHASISWA PELAJAR PENGEMUDI
KEND. UMUM
PEDAGANG TANI/ NELAYAN BURUH LAIN-
LAIN
1 293.756 7.795 189.932 17.980 39.112 23.528 6.737 1.824 1.736 5.112 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Asumsi:
Pelanggar lalu lintas terbanyak pada tahun 2004 datang dari kalangan swasta.
Sebanyak 227.296 orang dari jumlah total pelanggar 330.019 di Surabaya
merupakan karyawan swasta. Hal tersebut masih berlanjut pada awal tahun 2005
dengan jumlah pelanggar 189.932 orang dari total pelanggar 293.756 orang.
Profesi lain yang banyak melakukan pelanggaran lalu lintas adalah pelajar,
mahasiswa dan pengemudi umum.
2.5.1.3. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau Dari Segi Pendidikan
Pelanggar
Universitas Kristen Petra
47
Tabel 2.5. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Segi Pendidikan
Pelanggar pada Tahun 2004
POLWILTABES SURABAYA PENDIDIKAN PELANGGAR LALU LINTAS
NO JUMLAH PELANGGARAN SD SLTP SLTA PERGURUAN
TINGGI LAIN-LAIN
1 330.019 30.028 65.686 177.714 43.152 13.439 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Tabel 2.6. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Segi Pendidikan
Pelanggar pada Bulan Januari - November Tahun 2005
POLWILTABES SURABAYA PENDIDIKAN PELANGGAR LALU LINTAS
NO JUMLAH PELANGGARAN SD SLTP SLTA PERGURUAN
TINGGI LAIN-LAIN
1 293.756 24.578 64.622 162.671 26.299 15.586 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Asumsi:
Pelanggar Lalu Lintas kebanyakan berlatar pendidikan SLTA. Mungkin
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga memperkuat potensi seseorang
untuk melanggar suatu peraturan atau menaatinya. Terbukti bahwa orang-orang
yang sempat mengenyam pedidikan di perguruan tinggi lebih kecil potensinya
untuk melanggar lalu lintas dibanding orang-orang yang hanya tamat SLTA dan
SLTP.
2.5.1.5. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau Dari Segi Usia Pelanggar
Tabel 2.7. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Segi Usia Pelanggar
Tahun 2004
POLWILTABES SURABAYA USIA PELANGGAR LALU LINTAS
NO JUMLAH PELANGGARAN 0-15 15-21 22-30 31-40 41-50 51-
1 330.019 13.242 64.780 99.331 84.253 51.407 17.006 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Universitas Kristen Petra
48
Tabel 2.8. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Segi Usia Pelanggar
Pada Bulan Januari - November Tahun 2005
POLWILTABES SURABAYA USIA PELANGGAR LALU LINTAS
NO JUMLAH PELANGGARAN 0-15 15-21 22-30 31-40 41-50 51-
1 293.756 15.526 64.411 83.805 72.598 42.705 14.711 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Asumsi:
Pelanggar terbanyak berusia antara 22 sampai 30 tahun. Orang-orang yang berusia
31 sampai 40 tahun juga cukup berpotensi untuk melakukan pelanggaran lalu
lintas. Namun pelanggaran lalu lintas pada bulan Januari 2005 juga diwarnai oleh
meningkatnya pelanggar berusia 16 sampai 21 tahun.
2.5.1.6. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau Dari Jenis Kendaraan Yang
Digunakan
Tabel 2.9. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Jenis Kendaraan Yang
Digunakan pada Tahun 2004
POLWILTABES SURABAYA JENIS KENDARAAN
NO JUMLAH PELANGGARAN BUS TRUK ANGKOT PRIBADI TAXI R2 PICK
UP JUMLAH RANMOR
1 330.019 1.310 11.276 15.309 33.629 4.400 254.616 9.479 330.019 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Tabel 2.10. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Jenis Kendaraan Yang
Digunakan pada Bulan Januari – November Tahun 2005
POLWILTABES SURABAYA JENIS KENDARAAN
NO JUMLAH PELANGGARAN BUS TRUK ANGKOT PRIBADI TAXI R2 PICK
UP JUMLAH RANMOR
1 293.756 1501 10.359 11.393 34.561 3.599 225.965 6.378 293.756 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Asumsi:
Kendaraan roda dua merupakan pelaku pelanggaran lalu lintas terbanyak di
Surabaya. Sebanyak 254.616 dari jumlah total 330.019 pelanggar adalah
Universitas Kristen Petra
49
pengendara roda dua. Demikian pula pada permulaan tahun 2005, roda dua masih
tercatat sebagai pelanggar terbanyak.
2.5.1.7. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau Dari Jenis Pelanggarannya
Tabel 2.11. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Jenis Pelanggarannya
Tahun 2004
POLWILTABES SURABAYA JENIS PELANGGARAN
NO JUMLAH PELANGGARAN MUATAN KECEPATAN
MARKA JALAN/ RAMBU
SURAT-SURAT
SYARAT KELENGKAPAN
LAIN-LAIN
1 330.019 5.969 713 110.612 129.286 42.910 40.529 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Tabel 2.12. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Jenis Pelanggarannya
Bulan Januari - November Tahun 2005
POLWILTABES SURABAYA JENIS PELANGGARAN
NO JUMLAH PELANGGARAN MUATAN KECEPATAN
MARKA JALAN/ RAMBU
SURAT-SURAT
SYARAT KELENGKAPAN
LAIN-LAIN
1 293.756 7.153 406 102.448 130.753 21.729 31.267 Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Asumsi:
Jenis pelanggaran yang paling banyak dilakukan di Surabaya adalah pelanggaran
terhadap kelengkapan surat-surat yang diwajibkan. Selain itu, pelanggaran
terhadap rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan juga masih marak terjadi di
kota Surabaya.
2.5.1.8. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau Dari Jenis Kelamin
Tabel 2.13 Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Jenis Kelamin
Tahun 2004
POLWILTABES SURABAYA JENIS KELAMIN NO JUMLAH
PELANGGARAN WANITA PRIA 1 330.019 25.593 304.426
Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Universitas Kristen Petra
50
Tabel 2.14. Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Ditinjau dari Jenis Kelamin
Bulan Januari –November Tahun 2005
POLWILTABES SURABAYA JENIS KELAMIN NO JUMLAH
PELANGGARAN WANITA PRIA 1 293.756 30.093 293.663
Sumber: Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Asumsi:
Para pelanggar lalu lintas kebanyakan adalah laki-laki. hal ini dapat disebabkan
pula oleh sifat dasar laki-laki yang secara psikologis cenderung suka dan tidak
takut melanggar peraturan. Sebaliknya wanita malah berusaha menghindari
pelanggaran karena takut akan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pelanggaran
tersebut.
2.6 Institusi Pendukung
2.6.1 Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Alamat : Jl. Ahmad Yani 116 Surabaya
Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur merupakan suatu
bagian khusus dalam Kepolisian Daerah Jawa Timur yang bertugas untuk
menjaga dan meningkatkan keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di
Jawa Timur, terutama di kota Surabaya yang demikian padat lalu lintasnya.
Direktorat Lalu Lintas dan segenap direktorat lainnya di Kepolisian Derah Jawa
Timur merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tubuh POLRI (Kepolisian
Republik Indonesia) yang berdiri pada tanggal 1 Juli 1946.
2.6.1.1. Visi Dan Misi Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Timur
Visi
Menjadi direktorat yang mampu menempatkan diri sebagai pelindung,
pengayom, pelayan masyarakat yang handal dan dapat dipercaya serta
sebagai aparat penegak hukum yang profesional dan proporsional dan
selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia yang
Universitas Kristen Petra
51
mendedikasikan seluruh kemampuan untuk memelihara keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.
Misi
a. Memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan para pemakai
jalan sehingga para pemakai jalan merasa aman, selamat dalam
perjalanan dan selamat sampai tujuan
b. Memberi bimbingan kepada masyarakat tentang lalu lintas melalui
upaya precentif dan preventif untuk meningkatkan kesadaran dan
ketaatan serta kepatuhan terhadap ketentuan peraturan lalu lintas dan
tata cara berlalu lintas.
c. Memberikan pelayanan prima SSB kepada masyarakat melalui
jaringan kerja SAMSAT (STNK)-SATPAS (SIM) dan BPKB yang
terintegrasi yang didukung oleh sistem dan sumber daya manusia
yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate
government.
d. Melakukan penegakkan hukum di bidang lalu lintas secara
profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi
hukum dan hak asasi manusia dalam rangka memelihara keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.
2.6.1.2. Sub Direktorat Bidang Pendidikan dan Rekayasa
Sub Direktorat Penegakkan Hukum (SUBDIT BIN GAKKUM)
merupakan suatu bagian khusus di bawah Direktorat Lalu Lintas Kepolisian
Daerah Jawa Timur. Sesuai keputusan Kapolri No. 54/ 2003 tentang validasi
POLRI sebagai sebuah lembaga yang terpisah dari TNI. Tugas dan kegiatan yang
dilakukan oleh badan yang dikepalai oleh AKBP Drs. Ari Subiyanto. M.Si ini
berkaitan dengan upaya-upaya penengakkan hukum dalam berlalu lintas.
a. Tugas Pokok Sub Direktorat Penegakkan Hukum
Diatur oleh keputusan Kapolri Nopol Kep/ 54/ X/ 2002 tanggal 17 Oktober
2002 maka tugas pokok Sub Direktorat bidang Pendidikan dan Rekayasa adalah
Universitas Kristen Petra
52
menyelenggarakan dan membina pelaksanaan kerjasama lintas sektoral
pendidikan masyarakat dan rekayasa di bidang lalu lintas,
Penjabaran:
a. Melaksanakan penindakkan pelanggaran peraturan lalu lintas berupa tilang
dan non tilang.
b. Sebagai pembina fungsi satuan lalu lintas di bidang penegakkan hukum
memberikan pelatihan – pelatihan kepada anggota satuan unit lalu lintas ntuk
meningkatkan sumber daya manusia anggota satuan lalu lintas dalam hal
penegakkan hukun lalu lintas di lapangan.
c. Memberikan petunjuk dan arahan secara teknis kepada jajaran dalam rangka
meningkatkan profesionalisme anggota satuan lalu lintas sehubungan dengan
penegakkan hukum lalu lintas.
d. Menganalisa dan menevaluasi kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jawa
Timur bersama instansi terkait mengupayakan peningkatan sarana dan
prasarana jalan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
e. Memberikan petunjuk dan arahan mengenai masalah kecelakaan lalu lintas.
f. Mendukung satuan bawah atau jajaran apabila dibutuhkan.
b. Organisasi
Di bawah SUBDIT BIN GAKKUM bernaung tiga seksi, yakni
a. Seksi Kecelakaan (LAKA)
b. Seksi Pelanggaran (GAR)
c. Seksi Pengaturan penjagaan pengawalan dan patroli (TURJAWALI)
Universitas Kristen Petra
53
Gambar 2.1. Susunan Organisasi Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah
Jawa Timur
2.6.2 Universitas Kristen Petra
Alamat : Jl. Siwalankerto 121 – 131
Surabaya 60236
Telepon : (031) 8439040, 8494830, 8494831
Fax : (031) 8436418
Website : www.petra.ac.id
''Caring and Global University'' adalah motto yang dimiliki oleh
Universitas Kristen Petra dan motto ini dipegang teguh serta dilaksanakan
sebenar-benarnya dengan jalan melakukan kegiatan-kegiatan sosial serta
mendekatkan diri dengan pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam hal ini bukan
sekedar berbagi dan menolong warga dan masyarakat sekitar Universitas Kristen
Petra saja tapi juga dengan semua lapisan masyarakt yang bisa dijangkau. Seperti
kegiatan COP yang serius dan ditekuni sejak dahulu sebagai salah satu realisasi
dari motto yang ditetapkan. Membantu membenahi beberapa desa yang
membutuhkan di daerah Jawa Tengah bersama dengan beberapa kampus dari
Korea, Jepang dan Belanda adalah kegiatan rutin Petra yang dilakukan setiap
tahunnya sebagai program COP. Selain itu pihak Universitas Kristen Petra juga
tidak pernah henti-hentinya merespon keadaan di seluruh Indonesia, seperti
DITLANTAS POLDA JATIM
WADIR LANTAS
KASUBDIT BIN GAKKUM
KASI LAKA KASI GAR KASI TURJAWALI
1 PAMA 1 BA 1 PNS
1 PAMA 1 BA 1 PNS
1 PAMA 1 BA 1 PNS
Universitas Kristen Petra
54
memberi bantuan kepada korban-korban bencana alam di manapun bencana itu
melanda. Selain itu juga adanya beasiswa khusus bagi warga daerah timur
Indonesia
Selain itu Universitas Kristen Petra juga memberikan beberapa fasilitas
khusus bagi warga sekitar Siwalankerto dimana gedung Universitas ini berdiri.
Seperti bakti sosial yang diadakan pada event-event tertentu, selain itu juga
adanya poliklinik dan penyedia pengobatan gratis di dalam Universitas.
Menjadi salah satu pendukung iklan masyarakat yang dirancang ini selain
sesuai dengan motto dari Universitas Kristen Petra, juga memeberikan satu
perhatian khusus bagi remaja yang notabene adalah khalayak sasaran Universitas
Kristen Petra dalam hal pendidikan. Selain mengukuhkan posisi Universitas
Kristen Petra di mata masyarakat, dengan partisipasinya mendukung iklan layanan
masyarakat ini akan memberikan publikasi yang baik bagi pihak Universitas.
Untuk menunjukkan kepedulian terhadap warga dan masyarakat Surabaya pada
umumnya, dan remaja Surabaya pada khususnya. Bukan hanya itu saja, tetapi
dengan turut menyukseskan kampanye iklan layanan masyarakat yang dirancang
ini berarti partisipasi Universtitas dalam membantu terselenggaranya keadaan dan
situasi kota Surabaya yang aman, tentram dan nyaman untuk ditinggali juga
terpraktekkan secara lebih nyata lagi. Mengingat di kota inilah Universitas Kristen
Petra berdiri dan berjaya sejak dahulu.
2.6.2.1 Visi dan Misi Universitas Kristen Petra
Visi
Alkitab adalah firman Allah dalam firman adalah hidup dan hidup itu
adalah terang manusia (Yoh 1:1-4) Firman Allah mewajibkan untuk
mengaktualisasikan kasih, kebenaran, kedamaian, kebebasan sebagai
perwujudan pelaksanaan kasih Tuhan Yesus Kristus.
Misi
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
(Yoh 14:6) Maka dalam semangat spiritual Kristiani Universitas Kristen
Petra memajukan dan mengaktualisasikan perkembangan masyarakat
Universitas Kristen Petra
55
sipil (civil society) demi menyediakan para ahli yang kreatif, yang
memiliki kepakaran dalam bidangnya dan membina kehidupan bersama
dalam kebersamaan dalam suatu masyarakat yang pluralistic.
2.6.2.2. Sejarah dan Perkembangan Universitas Kristen Petra
Universitas Kristen Petra berdiri pada tanggal 22 September 1961
didukung oleh enam gereja Kristen Protestan terbesar di Surabaya. Universitas
Kristen Petra mengawali kariernya dalam pendidikan dengan jurusan Sastra
Inggris yang memiliki mahasiswa pertama sebanyak 60 orang.
Pendirian Universitas Kristen Petra akan selalu diasosiasikan dengan
Yayasan Pendidikan dan Pengajatan Kristen Petra atau yang disingkat PPPK
Petra. PPPK Petra adalah sebuah yayasan Kristiani yang didirikan pada 12 April
1951, dengan tujuan utamanya untuk memberikan dan menyediakan pendidikan
dari tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah umum.
Pada tahun 1956 tercetuslah ide untuk membangun sebuah universitas
adalah dengan tujuan untuk memberikan pendidikan yang lebih tinggi kepada
alumni dari sekolah menengah umum Petra.
Maka pada 21 September 1960 dibentuklah sebuah Panitia dengan nama
Komite Perencanaan Pendirian Univesitas, dengan tugas untuk mendirikan sebuah
Universitas. Anggota dari komite ini adalah drg. Tan Tjiaw Yong, Gouw Loe
Liong, drg. Tan Gie Djien, Tjoa Siok Tjoen, Lie Ping Lioe dan Kwee Djien Kian.
Setelah itu pada 8 Agustus 1961 para koordinator dari komite ini memutuskan
untuk mendirikan Universitas Kristen Petra dengan jurusan pertamanya yakni
jurusan Sastra Inggris.
Tepat pada tanggal 22 September 1961, yang bertepatan dengan hari
ulang tahun PPPK Petra yang ke 10, Universitas Kristen Petra diperkenalkan dan
dipublikasikan kepada masyarakat luas. Beberapa hari kemudian tepatnya pada 28
September 1961, para koordinator komite pendirian membentuk Direktorat
Kepengurusan Universitas. Yang mengemban tugas untuk memanajemeni
universitas dan sementara waktu menjadi anggota dewan pengurus sponsor.
Anggota dari diretktorat ini adalan drg. Tan Tjiaw Yong, Ir. O. F. Patty, dr.
Universitas Kristen Petra
56
Mesakh Wignjohoesodo, Gouw Lie Liong dan J.A. Sereh. Setahun setelah itu
jurusan kedua didirikan, yakni jurusan Teknik Sipil.
Menyadari pertumbuhan Universitas Kristen Petra yang pesat, para
koordinator komite pendirian mengevaluasi ulang keputusan PPPK Petra. Dan
pada 18 Juli 1964 sebuah komite untuk membentuk Yayasan Perguruan Tinggi
Kristen Petra dibentuk dengan anggota: J.E. Sahetapy SH. Drg. Tan Tjiaw Yong,
dr. M. Wignjohoesodo, Kho Hong Pie, R.M.S. Kertonadi, dan P.H. Saroinsong.
Konsep dari pembentukan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Petra ini diterima
pada 22 Oktober 1964 dan diresmikan keberadaannya pada 7 Januari 1965 dan
sejak itu Universitas Kristen Petra terus berkembang dan berkarya hingga saat ini.
Saat ini Universitas Kristen Petra telah memiliki 6 fakultas dan 17
jurusan, serta lebih dari ribuan alumni dan mahasiswa.