ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

60
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt,tuhan yang maha esa atas limpahan dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Tugas HUKUM BISNIS “ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT”. Tugas ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah HUKUM BISNIS. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kita yang telah memberi pengarahan kepada kita,sebagai bahan pertimbangan,kami akan menjelaskan secara ringkas dan semoga teman-teman semua bisa memahami apa yang kami jelaskan. Penulis , Shella Afnisa 1

Transcript of ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah

swt,tuhan yang maha esa atas limpahan dan hidayahnya

kami dapat menyelesaikan Tugas HUKUM BISNIS

“ANTIMONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT”. Tugas ini

disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah HUKUM

BISNIS.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima

kasih kepada dosen kita yang telah memberi pengarahan

kepada kita,sebagai bahan pertimbangan,kami akan

menjelaskan secara ringkas dan semoga teman-teman

semua bisa memahami apa yang kami jelaskan.

Penulis ,

Shella Afnisa

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................. 1

DAFTAR ISI.................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.........................................3

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Monopoli....................................4

b. Bentuk-Bentuk Monopoli.................................6

c. Perjanjian Yang Dilarang...............................7

d. Kegiatan Yang Dilarang.................................18

e. Posisi Dominan.........................................

25

f. Teori-Teori Hukum Antimonopoli Dalam Sejarah...........

29

g. KPPU(Komisi Pengawas Persaingan Usaha).................

31

2

h. Penegakan Hukum Persaingan Usaha.......................

34

i. Sanksi Terhadap Pelanggaran UU No.5 Tahun 1999.........

36

j. Prosedur Pemeriksaan Perkara Komisi Pengawas...........40

k. UU Melawan Persaingan Tidak Sehat......................

41

l. UU Anti Persaingan Tidak Sehat.........................41

BAB III PENUTUP

a. KESIMPULAN.............................................

42

DAFTAR PUSTAKA..............................................

43

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG1

1http://thedreamers-informatika.blogspot.com/2013/05/makalah-persaingan-usaha-tidak-sehat.html

3

Persaingan harus dipandang sebagai hal yang positif dan

sangat esensial dalam dunia usaha.Dengan persaingan, para

pelaku usaha akan berlomba-lomba untuk terus menerus

memperbaiki produk dan melakukan inovasi atas produk yang

dihasilkan untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan. Dari

sisi konsumen, mereka akan mempunyai pilihan dalam membeli

produk dengan harga murah dan kualitas terbaik.

Seiring dengan berjalannya usaha para pelaku usaha

mungkin lupa bagaimana bersaing dengan sehat sehingga

muncullah persaingan-persaingan yang tidak sehat dan pada

akhirnya timbul praktek monopoli.

Dengan adanya pratek monopoli pada suatu bidang tertentu,

berarti terbuka kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang

sebesar-besarnya bagi kepentingan kantong sendiri. Disini

monopoli diartikan sebagai kekuasaan menentukan harga,

kualitas dan kuantitas produk yang ditawarkan kepada

masyarakat. Masyarakat tidak pernah diberi kesempatan untuk

menentukan pilihan, baik mengenai harga, mutu maupun jumlah.

Kalau mau silakan dan kalau tidak mau tidak ada pilihan lain.

Itulah citra kurang baik yang ditimbulkan oleh keserakahan

pihak tertentu yang memonopoli suatu bidang.

4

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN MONOPOLI

Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat menurut UU no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli

adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku

usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau

pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga

menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat

merugikankepentingan umum.2

          Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi

arti kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi

dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa

tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha

(pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara

yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan

kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas

barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu

persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan

2http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html

5

kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Anti Monopoli.3

Monopoli adalah penguasaan atas produksi , pemasaran

barang atau atas suatu penggunaan jasa tertentu oleh satu

pelaku usaha atau satu pelaku usaha4

Monopoli merupakanpenguasaan lebihdari 50% pangsa pasar

atas komoditi tertentu oleh satu atau beberapa gabungan

perusahaan . oleh banyak kalangan, monopoli dinilai sangat

tidak sehat dan mengganggu jalannya mekanisme pasar yang

kompetitif 5

Atau Monopoli dirumuskan juga sebagai suatu tindakan yang

memiliki atau mengontrol bagian besar dari suplai di pasar

atau output dari komoditas tertentu yang dapat mengekang

kompetisi, membatasi kebebasan persagangan, yang memberikan

kepada pemonopoli kekuasaan pengontrolan terhadap Harga

(Black, Henry Campbell, 1968 : 1158)6

3 Ibid, http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html4 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao,“HUKUM LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DANPERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DI INDONESIA”,Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, Hal.255 Abdul Hakim G. Nusantara & Benny K. Harman, “UNDANG-UNDANG ANTIMONOPOLI”,PT. Gramedia Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1999, Hal.26 Munir Fuady ,”HUKUM ANTI MONOPOLI MENYONGSONG ERA PERSAINGAN SEHAT”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung ,1999, Hal.7

6

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan

antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi atau

pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak

jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha7

 

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Tersebut ditegaskan bahwa tujuan

pembentukannya adalah sebagai berikut 8

a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi

ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat

b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan

persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya

kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha

besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil

c. Mencegah praktek monopoli atau persaingan usaha tidak

sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha

d. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan

usaha

7 Abdul R, Saliman, “HUKUM BISNIS UNTUK PERUSAHAAN” , Prenada Media Group ,Kencana , Jakarta , 2010 , Hal. 2248 Mangasa Sinurat & Jane Erawati,“ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI DAN BISNIS”, Universitas HKBP Nomensen , Medan , 2010 , Hal. 185

7

Bentuk-Bentuk Monopoli9

Bentuk-bentuk Monopoli yang pada Hakekatnya berbeda-beda

seperti berikut :

1. Monopoli yang diberikan begitu saja oleh pemerintah

kepada swasta berdasarkan Nepotisme

2. Monopoliyang terbentuk karena beberapa pengusaha yang

bersangkutan membentuk Kartel Ofensif

3. Monopoli yang tumbuh karena prakyik persaingan yang nakal

, misalnya pengendalian produk dari hulu sampai hilir.

Lalu yang hilir lainnya didiskriminasi dalam memperoleh

bahan baku yang dikuasainya juga

4. Monopoli yang dibentuk untuk pembentukan dana, yang

penggunaannya adalah untuk sosial dan

dipertanggungjawabkan kepada publik, baik tujuannya tapi

jelek Prosedurnya. Karena berarti memungut pajak tanpa

melalui undang-undang jadi melanggar UUD

5. Monopoli adalah yang diberikan kepadainovator dalam

bentuk oktroi dan paten untuk jangka waktu yang terbatas

6. Monopoli yang terbentuk karena perusahaan yang

bersangkutan selalu menang dalam persaingan yang sudah

dibuat wajar, adil dan fair. Monopoli seperti ini justru

munculkarena unggul dalam segala bidang, produktif dan

efisien

9Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal.31-32

8

7. Monopoli yang dipegang oleh negara dalam bentuk BUMN.

Karena barangnya dianggap penting bagi negara dan

menguasai hajat hidup orang banyak

8. Monopoli yang disebabkan karena pembentukan kartel

defenitif, agar persaingan yang sudah saling “memotong

leher” dan sudah saling mematikandapat dihentikan.

Caranya adalah pembentukan kartel defenitif, agar

perusahaan-perusahaan tidak bangkrut. Sifatnya harus

sementara dan setelah dijaga jangan sampai berkembang

menjadi kartel ofensif

RUANG LINGKUP HUKUM ANTI MONOPOLI10

1) Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik

untuk persaingan pasar, yang terdiri dari :

A. PERJANJIAN YANG BERSIFAT OLIGOPOLI

Perjanjian yang bersifat Oligopoli ini dilarang oleh

pasal 4 undang-undang Anti Monopoli. Pasal tersebut

menyatakan sebagai berikut :

1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan

pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama

melakukan penguasaan produksi atau pemasaran

10 Munir Fuady, Op.Cit, Hal.9-11

9

barang/jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli danpersaingan usaha tidak sehat11

2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara

bersama-sama melakukan penguasaan produksi atau

pemasaran barang dan jasa, sebagaimana dimaksud

ayat (1), apabila 2(dua) atau 3(tiga) pelaku

usaha atau kelompok pelaku usaha

menguasai lebih dari 75% pangsa pasa satu jenis

barang atau jasa tertentu12

Oligopoli adalah suatu tipe struktur pasar yang mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut13

a. Sedikit perusahaan dan banyak pembeli, yaitu dan

banyak pembeli, yaitu sebagaian besar penawaran

pasar berada ditangan beberapa perusahaan yang

relatif besar dan melakukan penjualan pada banyak

pembeli-pembeli kecil

b. Produk Homogen yaitu produk yang ditawarkan oleh

para pemasok, biasanya dibedakan antara yang satu

dengan yang lain dalam satu atau beberapa hal.

Perbedaan-perbedaan ini mungkin sesuatu yang

bersifat Fisik

c. Pasar yang sulit dimasuki , yaitu besarnya

rintangan-rintangan yang masuk yang mengakibatkan

perusahaan-perusahaan baru sulit untuk memasuki

pasar tersebut

11 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal.11812 Ibid, Hal.11813 Ibid , Hal. 117-118

10

Contoh :

Tiga Perusahaan masing-masing Memproduksi barang A.

Dikatakan terjadi Oligopoli apabila ketiga Perusahaan itu

menguasai Produksi/Pemasaran barang A dan penguasaan itu

menghasilkan pangsa pasar sebesar 75% oleh dua atau tiga

perusahaan .

B. PERJANJIAN PENETAPAN HARGA

Penatapan Harga adalah Kesepakatan di anatara para

penjual yang bersaing dipasar yang sama untuk

menaikkan atau menetapkan harga dengan tujuan

membatasi persaingan diantara mereka dan mendapatkan

keuntungan yang lebih banyak lagi14

a. Penetpan Harga (Price Fixing)

Dapat diartikan sebagai penentuan suatu harga umum

untuk suatu barang atau jasa oleh suatu kelompok

pemasok yang bertindak secara bersama-sama, atau

sebaliknya atas pemasok yang menetapkan harga

secara bebas

b. Diskriminasi Harga (Price Discrimination)

Yaitu penetapan harga kepada suatu konsumen

berbeda dari harga kepada satu konsumen berbeda

dari harga kepada konsumen lain atau suatu barang

atau jasa yang sama dengan alasan yang tidak

terkait dengan biaya Produksi

c. Penetapan Harga Di Bawah Harga Pasar (Predatory

Pricing)14 Ibid, Hal.118-122

11

Adalah suatu strategi yang biasa dilakukan oleh

perusahaan yang dominan untuk menyingkirkan

pesaingnya disuatu pasar dengan cara menetapkan

harga atau harga penjualan yang sangat rendah dan

umumnya dibawah biaya variabel

d. Penetapan Harga Jual Kembali (Resale Price

Maintenance)

Suatu kesepakatan antara pemasok antara pemasok

atau distributor tentang pemasokan barang/jasa

tertentu yang didasarkan pada kondisi kesepakatan

bahwa pihak distributor akan menjual kembali pada

harga yang ditetapkan(secara sepihak) atau

ditentukan oleh pihak pemasok

Dalam teori ilmu hukum anti monopoli dikenal beberapa

macam Diskriminasi Harga yang dilarang, yaitu sebagai

berikut 15

a. Diskriminasi Harga Primer

Suatu Diskriminasi harga yang dilakukan oleh seorang

pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya kerugian

bagi pelaku usaha pesaingnya

b. Diskriminasi Harga Sekunder

Suatu Diskriminasi harga yang dilakukan oleh seorang

pelaku usaha yang dapat mempunyai akibat negatif

terhadap para konsumen dari pelaku usaha pesaingnya

c. Diskriminasi Harga Umum

Suatu Diskriminasi Harga yang dilakukan oleh seorang

pelaku usaha tanpa melihat kepada letak Geografisnya15 Munir Fuady, Opp.Cit , Hal. 57-58

12

d. Diskriminasi Harga Geografis

Suatu Diskriminasi harga dimana harga dibeda-bedakan

menurut letak geografisnya

e. Diskriminasi Harga Tingkat Pertama

Dalam Hal ini Perbedaan Harga dasi satu pembeli dengan

pembeli lainnya sangat jauh. Pihak pembeli yang membayar

harga lebih mahal oleh penjual diberikan harga yang

paling mahal yang bisa diberikan kepadanya

f. Diskriminasi Harga Tingkat kedua

Suatu Diskriminasi Harga dimana pihak pembeli yang

membeli pada tingkat harga yang lebih mahal memang

membeli dengan harga termahal yang mungkin diberikan atau

bukan kelompok pembeli yang mau membeli barang tersebut

pada tingkat harga termahal

g. Diskriminasi Harga secara Langsung

Suatu Diskriminasi Harga yang diberikan oleh seorang

penjual kepada para pembeli dimana kelihatan dari

harganya secara Nominal memang berbeda terhadap satu

pembeli dangan pembeli lainnya

h. Diskriminasi Harga secara tidak langsung

Suatu Diskriminasi Harga Kepada para pembeli dimana harga

nominalnya tidak sama

C. PERJANJIAN PEMBAGIAN WILAYAH

13

Adalah Melarang pelaku usaha membuat perjanjian dengan

pelaku usaha pesaingnya, yang bertujuan untuk membagi

wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang

atau jasa, dengan pengaturan secara “pre se illegal”.

Sehingga dapat mengakibatkan terjadinya Praktik

Monopoli atau terjadinya persaingan tidak sehat16

Agar dapat diterapkan larangan terhadap pelaku

usaha yang melakukan perjanjian pembagian wilayah,

haruslah memenuhi Unsur-unsur sebagai berikut 17

1. Dibuatnya suatu perjanjian (baik bersifat Vertikal

atau pun Horizontal)

2. Perjanjian tersebut dibuat dengan usaha pesaing

3. Tujuannya adalah untuk membagi wilayah pemasaran

atau alokasi pasar

4. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau pesaingan usaha tidak

sehat

Dalam pembagian wilayah secara Horizontal, ada

pembagian wilayah yang tidak termasuk dalam pembagian

yang dilarang, yakni pembagian wilayah pasar yang

secara de facto dibenarkan, yaitu sebagai berikut 18

Pembagian Pasar Territorial

Dalam Hal ini yang dibagiTeritorial adalah Pasar.

Misalnya Seorang pelakuusaha mendapat Hak untuk

beroperasi di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat,

Sementara pelaku Kompetitornya mendapat hak untuk

16 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 12217 Munir Fuady, OP.CIT, Hal. 6118 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 124

14

beroperasi di Jakarta Timur , Jakarta Barat dan

Jakarta Selatan

Pembagian Pasar Konsumen

Pembagian pasar Konsumen dimaksudkan pembagian

pelanggan dari Produk Konsumen tertentu, sementara

pesaingnya menjadi pelanggan dari produk konsumen

yang lain

Pembagian Pasar Fungsional

Bahwa pasar dibagi menurut Fungsinya. Misaklnya

pasar distribusi barang tertentu diberikan

kepadakelompokpelaku pasar yang satu, sementara

untuk pasar retail barang yang sama diberikan kepada

kelompok pelaku pasar lainnya

Pembagian Pasar Produk

Dalam Pembagian Pasar Produk ini, agar satu

pelakuusaha dengan yang lainnya tidak saling

berkompetisi, maka dibagilah pasar menurut jenis

produkdari suatu garis produksi yang sama. Misalnya

untuk penjualan sparepart mobil merek tertentu,

seorang pelaku usaha memasok suku cadang yang kecil-

kecil, sementara pelaku pasar pesaingnya memasok

suku cadang yang besar-besar

D. PERJANJIAN PEMBOIKOTAN

Boikot dapat diartikan sebagai Pelarangan Impor atau

ekspor tertentu atau Pelarangan sama sekali

15

melakukan perdagangan Internasional dengan negara

tertentu oleh negara-negara lain19

Ada dua macam perjanjian yang dilarang oleh pasal 10

dari undang-undang Anti Monopoli sehubungan dengan

pemboikotan tersebut, yaitu sebagai berikut 20

a) Perjanjian yang dapat menghalangi pelaku usaha

lain (Pihak Ketiga) untuk melakukan usaha yang

sama

b) Perjanjian untuk menolak menjual setiap barang

atau Jasa dari pelaku usaha lain (Pihak

Ketiga), Jika :

i. Merugikan atau dapat diduga akan merugikan

pelaku usaha lain tersebut

ii. Membatasi Pelaku Usaha lain dalam menjual

atau Jasa dari pasar yang bersangkutan

E. PERJANJIAN KARTEL

Perjanjian Vertikal adalah suatu kerja sama

dari Produsen-Produsen Produk tertentu yang

bertujuan untuk menguasai produksi, penjualan dan 19 Ibid, Hal. 12520 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 63

16

harga, untuk melakukan monopoli terhadap komoditas

atau industri tertentu . Ada juga yang mengartikan

sebagai suatu Asosiasi berdasarkan suatu kontrak di

antara Perusahaan-Perusahaan yang mempunyai

kepentingan yang sama , yang sama untuk mencegah

adanya suatu kompetisi yang tajam dan untuk

mengalokasi pasar, serta untuk mempromosikan

pertukaran pengetahuan hasil dari riset tertentu,

Mempertukarkam hak paten dan standardisasinProduk

tertentu(Black, Henry Campbell, 1968 : 270). 21

F. PERJANJIAN TRUST

Trust adalah perjanjian untuk melakukan kerja sama

dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan

yang lebih besar dengan tetap menjaga dan

mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing

perusahaan atau perseroan anggotanya , yang

bertujuan untuk mengontrol produksi atau pemasaran

atas barang dan jasa22

Trust juga dapat diartikan sebagai suatu Kombinasi

dari beberapa Perusahaan atau Industrialis untuk

menciptakan suatu monopoli dengan jalan menetapkan

patokan-patoka harga, memiliki Controlling Stock dan

sebagainya jadi dalam hal ini trust dipersamakan

dengan Kartel (Webster, Noah, 1979 : 1964)23

21 Ibid , Hal. 6322 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 12723 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 64

17

Larangan terhadap perjanjian yang berbentuk Trust

ini kita temukan dalam pasal 12 dari Undang-Undang

Anti Monopoli pasal 12 tersebut selengkapnya

menyatakan sebagai berikut 24

G. PERJANJIAN YANG BERSIFAT OLIGOPSONI

Oligopsoni diartikan sebagai suatu bentuk dari

pemusatan pembeli (buyer concentration), yaitu suatu

pasar dimana beberapa pembeli besar berhadapan

dengan banyak pembeli-pembeli yang kecil. Pembeli-

pembeli yang kuat biasanya mampu mendapatkan

keuntungan dari para pemasok atau penjual dalam

bentuk kredit yang diperpanjang. Oligopsoni ini

adalah perjanjian yang betujuan untuk secara

bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan

pasokan agar dapat mengendalikan harga atas

barang/jasa dlam pasar yang bersangkutan25

Dalam perjanjian yang terbentuknya Oligopsoni yang

dilarang oleh Pasal 13 Undang-Undang Anti Monopoli,

yang menyatakan sebagai berikut26

1) Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian

dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk

secara bersama-sama menguasai pembelian atau

24 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 127-12825 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 12826 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 66

18

penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan

harga atas barang atau jasa dalam pasar

bersangkutan, yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat

2) Pelaku usaha diduga atau secara bersama-sama

menguasai pembelian atau penerimaan pasokan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila

(2) atau (3) pelaku usaha atau kelompok

pelaku usaha menguasailebih dari 75% pangsa

pasar satu jenis barang atau jasa tertentu

3)

Yang dimaksud dengan “Presemsi Monopsoni” adalah seseorang dianggp telah membuat perjanjian yang bersifat Monopsoni jika dengan perjanjian tersebut, pelaku usaha tersebut telah menguasai pasar lebih dari 75% pangsa pasar untuk satu jenis produk tertentu. Dalam hal ini pihak pelaku usaha tersebut dapat membuktikan sebaliknya, yakni membuktikan bahwa penguasaan pangsa pasar lebih dari 75% tersebut bukan akibat dari tindakan Monopsoni27

H. PERJANJIAN YANG MENGATUR INTEGRASI VERTIKAL

Integrasi Vertikal yaitu dalam kerangka perjanjian

yang dilarang apabila dapat mengakibatkat terjadinya

pesaingan usaha yang tidak sehat atau merugikan

masyarakat28

27 Ibid, Hal.6728 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 129

19

Tetapi Integrasi Vertikal juga apat diartikan suatu

penguasaan rangkaian proses produksi atas barang

tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses

yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh

pelaku usaha tertentu29

Undang-undang Anti Monopoli juga melarang suatu

perjanjian yang mengatur Integrasi Vertikal melalui

Pasal 14 nyaberbunyi sebagai berikut30

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan

pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai

produksi sejumlah produksi yang termasuk dalam

rangkaian produksi barang atau jasa tertentu yang

mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil

pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu

rangkaian langsung maupun tidak langsung yang dapat

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak

sehat atau merugikan masyarakat .

29 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 6730 Ibid, Hal. 68

20

I. PERJANJIAN TERTUTUP

Perjanjian Tertutup adalah perjanjian yang

mengkondisikan bahwa pemasok dari satu produk akan

menjual produknya hanya jika pembeli tidak akan

membeli produk pesaingnya atau pada perspektif lain,

dalam rangka memastikan bahwa seluruh produk

pesaingnya tidak akan disalurkan kepada pihak lain31

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan

pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa

pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan

memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau

jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada

tempat tertentu32

Tentang perjanjian tertutup in, selengkapnya Pasal

15 tersebut menyatakan sebagai berikut33

1) Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan

pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa

pihak yang menerima barang atau jasa hanya akan

31 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 13032http://ireneaulia.blogspot.com/2013/04/bab-11-anti-monopoli-dan-persaingan.html33 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 69

21

memasok kembali barang atau jasa tersebut kepada

pihak tertentu atu pada tempat tertentu

2) Pelaku usaha dilarangmembuat perjanjian dengan

pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak

yang menerima barang atau jasa tertentu harus

bersedia membeli barang atau jasa lain dari pelaku

usaha pemasok

3) Pelaku usaha dilarang mebuat perjanjian mengenai

harga atau potongan harga tertentu atas barang

atau jasa , yang memuat persyaratan bahwa pelaku

usaha yang menerima barang atau jasa dari pelaku

usaha pemasok :

a. Harus bersedia membeli barang atau jasa lain

dari pelaku usaha pemasok

b. Tidak akan membeli barang atau jasa yang sama

atau sejenis dari pelaku usaha lain yang

menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok

Perjanjian tertutup yang dilarang oleh Undang-Undang Anti

Monopoli tersebut (Vide Pasal 15) adalah sebagai berikut34

1) Penerima produk hanya akan memasok kembali produk

tersebut kepada pihak tertentu saja

2) Penerima produk tidak akan memasok kembali produk

tersebut kepada pihak tersebut

34 Ibid, Hal. 69

22

3) Penerima produk hanya akan memasok kembali produk

tersebut pada tempat tertentu saja

4) Penerima produk tidak akan memasok kembali produk

tersebut pada tempat tertentu

5) Penerima produk harus bersedia membeli produk lain

dari pelaku pemasok tersebut. Inilah yang disebut

dengan Tie-in Arragement atau Trying Arrangement

6) Penerima produk diberikan potongan harga jika

bersedia membeli produk lain dari pelaku pemasok

7) Penerima produk diberikan potongan harga jika

tidak membeli produk dari pelaku pesaing dari

pelaku pemasok

J. PERJANJIAN DENGAN PIHAK LUAR NEGERI

23

Substansi pasal ini sangat sumir, bagaimana jika

perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha

asing yang mengakibatkan persaingan usaha tidak

sehat bukan dalam negeri, melainkan luar negeri yang

juga memiliki undang-undang antimonopoli.

Undang-undang tidak menegaskan tentang dipasar mana

(dosmetik atau asing), sebagai isyarat sah

terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat35

Pasal 16 tersebut menyatakan bahwa 36

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan

pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat

35 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 13236 Ibid, Hal. 132

24

2) Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik

untuk persaingan pasar, yang meliputi kegiatan-kegiatan

sebagai berikut

A. KEGIATAN MONOPOLI

Monopoli adalah suatu penguasaan atas produksi atau

pemasaran barang dan penggunaan jasa tertentu oleh

satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

Sementara yang dimaksud dengan Praktik Monopoli

adalah pemusatankekuatan ekonomi oleh satu atau

lebih pelaku usaha yang mengakibatkandikuasainya

produksi atau pemasaran atas barang atau jasa

tertentu sehingga menimbulkan persaingan uaha tidak

sehat dan dapat merugikan kepentingan umum37

Larangan kegiatan monopoli diatur dalam pasal 17

ayat (1) dan (2) sebagai berikut38

1. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas

produksi atau pemasaran barang atau jasa yang

dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli

persaingan usaha tidak sehat

2. Pelaku usaha dapat diduga atau dianggap

melakukan penguasaan atas produksi atau 37 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 7538 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao , Op. Cit , Hal. 134-135

25

pemasaran barang atau jasa sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) apabila:

a. Barang atau jasa yang bersangkutan belum ada

substitusinya

b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat

masuk kedalam persaingan usaha barang atau

jasa yang sama

c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku

usaha menguasai lebih dari 50% pangsa pasar

satu jenis barang atau jasa tertentu

Indikasi yang dapat menunjukkan terjadinya pelanggaran

terhadap Undang-undang Anti Monopoli adalah sebagai

berikut39

Adanya kesepakatan yang dibuat dua penjual atau

lebih dari produk sejenis. Kesepakatan ini dapat

meliputi kesepakatan untuk menetapkan harga jual

bersama, kesepakatan membatasi jumlah produk yang

dijualnya, atau hanya menjual pada area tertentu

atau pada pelanggan tertentu saja

Adanya kenaikan harga secara serentak oleh beberapa

penjual produk sejenis walaupun lain merek,

39 Ibid, Hal. 133

26

khususnya jika besaran kenaikan harga ini sama atau

setidaknya hampir sama

Adanya pernyataan penjual, “Kami tidak dapat menjual

kepada anda. Sesuai perjanjian, hanya si X yang

boleh menjual kepada Anda”

Dalam Hal pelaksanaan tender, ada kesepakatan dari

peserta tender untuk memenangkan peserta tender

tertentu. Perusahaan yang sama berulang kali

memenangkan tender serupa dan peserta tender yang

kalah mendapatkan sebagian keuntungan (fee) dari

pemenang tender. Atau pemenang tender bergilir dari

satu perusahaan ke perusahaan lain, dari satu tender

ke tender lain

Adanya keseragam harga un tuk produk atau jasa

sejenis

Adanya pembagian pasar atau lokasi penjualan bagi

produk sejenis

Presumsi monopoli tersebut menyatakan bahwa oleh hukum

dianggap telah terjadi suatu monopoli atau persaingan

curang, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya dalam hal

terpenuhinya salah satu kriteria berikut ini :

1. Produk yang bersangkutan belum ada subsitusinya

2. Pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam

persaingan usaha terhadap produk yang sama

3. Pelaku usaha lain tersebut adalah pelaku usaha yang

mempunyai kemampuan bersaing yang signifikan dalam

pasar yang bersangkutan

27

4. Satu Pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha

telah menguasai lebih dari 50% pangsa pasar dari

satu jenis produk tertentu

B. KEGIATAN MONOPSONI

Monopsoniadalah suatu bentukpemusatan pembeli

(buyer concentration) yaitu suatu situasi pasar (market)

dimana seorang pembeli tunggal dihadapkan dengan

banyak pemasokan kecil. Pada prinsipnya Monopsoni

adalah penguasaan penerimaan pasokan atau menjadi

pembeli tunggal atas barang atau jasa dalam pasar

yang bersangkutan . singkatnya bahwa Monopsoni

adalah keadaan pasar yang tidak seimbang yang

dikuasai oleh seorang pembeli40

Ketentuan yang mengatur Monopsoni tercantum dalam

Pasal 18 ayat (1) dan (2) undang-undang anti

monopoli sebagai berikut41

1. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan

pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas

barang dan jasa dalam pasar bersangkutan

yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli atau persaingan tidak sehat

2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap

menguasai penerimaan pasokan atau menjadi 40 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 13541 Ibid , Hal. 135

28

pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari

50% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa

C. PENGUASAAN PANGSA PASAR

Dalam UU No. 5 Tahun 1999 tidak ditegaskan

pengertian larangan penguasaan pasar, namun

Undnag-undang melarang pelaku usaha melakukan

kegiatan penguasaan pasar ini, baik sendiri maupun

bersama pelaku usaha lain, karena dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, yang meliputi hal-

hal pokok sebagai berikut42

42 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 136

29

Menolak dan menghalangi pelaku usaha tertentu

untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada

pasar bersangkutan

Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku

usaha pesaing untuk melakukan hubungan usaha

dengan pelaku usaha pesaingnya itu

Membatasi peredaran bahan atau penjualan barang

atau jasa pada pasar bersangkutan

Melakukan Praktik Diskriminasi terhadap pelaku

usaha tertentu

Melakukan pemasok barang atau jasa dengan cara

melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang

rendah untuk menyingkirkan atau mematikan usaha

pesaing

Melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya

produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian

dari komponen harga barang atau jasa yang dapat

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak

sehat

30

Tentang penguasaan pasar yang dilarang ini, Pasal 19 20

dan 21 dari Undang-undang Anti Monopoli menyebutkan

sebagai berikut43

Pasal 19

Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa

kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha

lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat berupa

a. Menolak dan menghalangi pelaku usaha tertentu

untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada

pasar yang bersangkutan

b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha

pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha

dengan pelaku usaha pesaingnya

c. Membatasi peredaran dan penjualan barang atau jasa

pada pasar yang bersangkutan

d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku

usaha tertentu

Pasal 20

Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang

atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau

menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud

untuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya

pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan

43 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 79

31

terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat

Pasal 21

Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam

menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang

menjadi bagian dari komponen harga barang atau jasa

yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha

tiak sehat

D. PERSEKONGKOLAN

Persekongkolan adalah segala bentuk kerja sama

diantara pelaku usaha, dengan atau tanpa

melibatkan pihak lain pelaku usaha, untuk

memenangkan persaingan secara tidak sehat.

Pengertian persengkolan dalam istilah Pasal 1

angka 8 adalah :

“Bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku

usaha dengan usaha lain dengan maksud untuk

menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan

pelaku usaha yang bersekongkol”44

44 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 138

32

Persekongkolan ini diatur dalam Pasal 22, Pasal

23, dan Pasal 24 Undang-undang Antimonopoli ,

yakni45

Pasal 22

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak

lain untuk mengatur atau menentukan pemenang

tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

persaingan usaha tidak sehat

Pasal 23

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak

lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha

pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia

perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya

persaingan usaha tidak sehat

Pasal 24

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak

lainuntuk menghambat produksi dan pemasaran barang

atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud

agar barang atau jasa yang ditawarkan atu dipasok

dipasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari

jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang

dipersyaratkan

Dari pasal-pasal tersebut terlihat bahwa jenis-jenis

persekongkolan yang dilarang oleh Undang-undang Anti

45 Ibid, Hal. 140

33

Monopoli karena dianggap dapat mengakibatkan persaingan

usaha tidak sehat adalah sebagai berikut46

1. Persekongkolan untuk mengatur pemenang tender

Undang-undang Anti Monopoli melarang setiap

persekongkolan oleh pelaku usaha dengan pihak lain

dengan tujuan untuk mengatur atau menentukan pemenang

suatu tender. Hal tersebut jelas merupakan perbuatan

curang dan tidak fair terutama bagi peserta tender

lainnya. Sebab, sudah inherent dalam istilah “tender”

bahwa pemenangnya tidak dapat diatur-atur, melainkan

siapa yang melakukan bid yang baik dialah yang menang.

Karena itu, perbuatan persekongkolan untuk mengatur

atau menentukam pemenang tender dapat mengakibatkan

terjadinya suatu persainagn usaha tidak sehat

2. Persekongkolan untuk memperoleh rahasia perusahaan

Sebagaimana diketahui bahwa yang namanya “rahasia

Perusahaan” adalah properti dari perusahaan yang

bersangkutan. Karena nya tidak boleh dicuri, dibuka

atau dipergunakan oleh orang lain tanpa seizin pihak

perusahaan yang bersangkutan. Ini adalah prinsip hukum

bisnis yang sudah berlaku secara Universal.

3. Persekongkolan untuk menghambat pasokan produk

Salah satu tak-tik tidak sehat dalam berbisnis adalah

berdaya upaya agar produk-produk dari sipesaing

menjadi tidak baik dari segi mutu, jumlah atau

46 Munir Fuady, Op.Cit , Hal. 83

34

ketepatan waktu ketersediaan waktu yang telah

dipersyaratkan

3) Posisi dominan dipasar yang meliputi sebagai berikut :

Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak

mempunyai pesaing yang berarti dipasar yang bersangkutan

dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau

pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara

pesaingnya dipasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan

kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau

penjualan serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau

permintaan barang atau jasa tertentu.

Tentang pelarangan posisi dominan ini , Pasal 25 26 27

28 dan 29 , yang dilarang dalam posisi dominan dipasar

ini adalah sebagai berikut 47

A. POSISI DOMINAN YANG BERSIFAT UMUM48

47 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 14448 Ibid, Hal. 144-145

35

Posisi dominan bersifat umum tercantum dalam Pasal 25

ayat (1) dan (2) sebagai berikut :

1. Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk :

a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan

tujuan untuk mencegah atau menghalangi konsumen

memperoleh barang atau jasa yang bersaing baik

dari segi harga maupun kualitas

b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi

c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi

menjadi pesaing untuk memasuki pasar

bersangkutan

2. Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana

dimaksud ayat (1) apabila:

a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku

usaha menguasai 75% atau lebih pangsa pasar

satu jenis barang atau jasa tertentu

b. Dua atau tiga pelaku atau kelompok pelaku usaha

menguasai 75% atau lebih pangsa pasar satu

jenis barang atau jasa

B. POSISI DOMINAN JABATAN RANGKAP

Memiliki jabatan rangkap dalam perusahaan-perusahaan

juga berpotensi untuk terjadinya monopoli atau

36

persaingan curang. Karena itu mempunyaijabatan rangkap

yang demikian dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli

lewat pasal 26 yang menyatakan sebagai berikut49

Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi

atau Komisaris dari suatu perusahaan , pad waktu yang

bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau

komisaris pada perusahaan lain. Apabila perusahaan-

perusahaan tersebut 50

a. Berada dalam pasar bersangkutan yang ama

b. Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang atau

jenis usaha

c. Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar

Jabatan rangkap ini dilarang karena posisi demikian

akan membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan terkait

untuk menghindari pesaing51

49 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 8850 Ibid, Hal. 8851 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 145

37

C. POSISI DOMINAN PEMILIKAN SAHAM MAYORITAS

Kepemilikan saham pada beberapa perusahaan yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau

persaingan curang dilarang oleh Undang-undang Anti

Monopoli via Pasal 27, Pasal 27 tersebut menyatakan

sebagai berikut52

Pelaku usaha dilarang memiliki saham minoritas pada

beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan

usaha dalam bidang yang sama pada pasar

bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa

perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama

pada pasar bersangkutan yang sama, apabila

kepemilikan tersebut mengakibatkan:

a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha

menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu

b. Dua atau tiga pelaku usaha atu kelompok pelaku

usaha menguasai lebih 75% pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu

52 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 89

38

D. POSISI DOMINAN KARENA PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN

PENGAMBILALIHAN53

Bahwa penggabungan atau peleburan suatu badan usaha

dilarang apabila perbuatan tersebut dapat

mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan tidak

sehat. Secara substansial ada dua hal yang diatur dalam

ketentuan pasal undang-undang I ni :

Penggabungan danPeleburan badan usaha yang dapat

mengakibatkan terjadinya Praltik Monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat Pasal 28 ayat (1)

Pengambilan saham perusahaan lain yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan

persaingan tidak sehat, Pasal 28 ayat(2)

Selengkapannya pasal-Pasal yang mengatur posisi

dominan karena Penggabungan , Peleburan dan

Pengambilalihan sebagai beriku :

Pasal 281. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau

peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat

53 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 146-148

39

2. Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat

3. Keterang lebih lanjut mengenai Penggabungan atau Peleburan badan usaha yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ketentuan mengenai pengambilalihan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 291. Penggabungan atau Peleburan badan usaha , atau

pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada komisi , selambat-lambatnya 30 Hari sejak tanggal Penggabungan , Peleburan atau Pengambilalihan tersebut

2. Ketentuan tentang penetapan nilai aset atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

40

TEORI-TEORI HUKUM ANTI MONOPOLI DALAM SEJARAH54

1. Teori Keseimbangan (Balancing)

Teori keseimbang ini lebih menitikberatkan kepada

pertimbangan apakah tindakan yang dilakukan seorang

pelaku pasar lebih menjurus kepada kepada pengebirian

atau bahkan penghancuran persaingan pasar atau sebaliknya

bahkan dapat lebih mempromosikan persaingan tersebut .

2. Teori Per se

Teori ini lebih menitikberatkan kepada struktur pasar

tanpa terlalu memperhitungkan kepentingan ekonomi dan

sosial yang lebih luas.

Pendekatan yang doilakukan oleh penganut-penganut per se

ini merupakan kamu structuralist dengan paham

Structturalimnya. Misalnya pertukaran Informasi harga

antara pihak kompetitor, bagaimanapun juga dianggap

bertentangan dengan hukum anti monopoli .

3. Teori Rule Of Reason

Teori Rule Of reason ini lebih luas dari teori per se.

Teori Rule Of Reason ini lebih berorientasi efisiensi.

Dalam hal ini yang dipertimbangkan oleh hakim bukan hanya

penetapan harga semata-mata seperti dalam teori “Per Se”

melainkan juga dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

54 Munir Fuady, Op.Cit , Hal. 46-50

41

a. Apakah tindakan tersebut mengakibatkan pembatasan

persaingan atau mengatur atau malahan meningkatkan

persaingan

b. Untuk itu harus dipertimbangkan fakta-fakta khusus

yang berlaku untuk bisnis

c. Kondisi sebelum dan setelah terjadi

pengekanganpersaingan

d. Sifat dari pengekangan persaingan

e. Akibatnya terhadap pengekangan persaingan apakah

langsung (pasti) atau hanya penyebab kira-kira saja

4. Analisi Keluaran ( Output Analysis)

Analisis output ini dilakukan dengan cara menganalisis

apakah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha,

misalnya penetapan harga bersama dirancang atau mempunyai

efek yang negatif terhadap persaingan pasar

5. Analisis Kekuatan Pasar (Market Power Analysis)

Analisi s Kekuatan Pasar ini atau disebut juga dengan

analisis struktural merupakan suatu pendekatan dimana

agar suatu tindakan dari pelaku pasar dapat dikatakan

melanggar hukum anti monopoli, maka disamping

dianalisisnterhadap tindakan yang dilakukan itu teapi

juga dilihat kepada kekuatan pasar atau struktur pasar

42

6. Doktrin Pembatasan Tambahan (Ancillary Restraint)

Teori ini mengajarkan kepada kita bahwa ttidak semua

monopoli atau pembatasan persaingan dapat dianggap

bertentangan dengan hukum. Hanya perbuatan-perbuatan yang

mempengaruhi persaingan “Secara langsung dan segera” yang

dapat dianggap bertentangan dengan Hukum. Apabila

efeknya terhadap persaingan pasar terjadi secara “Tidak

langsung” atau hanya merupakan efek sampingan (tambahan)

semata-mata , maka tindakan tersebut, sungguh pun

mempunyai efk negatif terhadap persaingan pasar, tetap

dianggap sebagai tidak bertentangan dengan hukum anti

monopoli.

7. Rule Of Reason yang dikembangkan

Banyak juga usaha-usaha pengembangan terhadap Teori Rule

Of Reason. Sebabnya adalah karena teori per se dianggap

dapat melarang apa yang seharusnya bahkan baikuntuk

kepentingan persaingan, sehingga hal ntersebut dapat

mengakibatkan terjadinya efek pemberantasan anti monopoli

yang over dosis

8. Teori Per se Modern

Tetapi di lain Pihak, teori per se juga banyak

dikembangkan. Misalnya terhadap tindakan penetapan harga

bersama. Dalam hal ini penetapan harga (Harga tetap,

Harga Maksimum atau harga minimum) tetap dianggap

bertentangan dengan hukum dengan sendirinya (per se)

43

tanpa mempertimbangkan lagi efeknya terhadap persaingan

pasar

KOMISI PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA (KPPU) , PENEGAKKAN HUKUM

PERSAINGAN USAHA DAN PROSEDUR PENANGANAN PERKARA

Komisi Pengawasan Persaingan usaha (KPPU) merupakan

komisi negara dam lembaga penegak hukum Indepenen

terhadap praktik persaingan usaha dan pemberi saran

kebijakan persaingan55

Undang-undang Anti Monopoli No. 5 Tahun 1999 telah

membentuk apa yang disebut dengan KOMISI PENGAWAS

PERSAINGAN USAHA, Selanjutnya disebut dengan Komisi

Pengawas. Komisi ini bertanggung jawab langsung kepada

Presiden RI. Karena itu, komisi pengawas ini memperoleh

sumber keuangan dari Anggaran Pendapatan dan belanja

negara atau sumber-sumber lainnya yang diperbolehkan oleh

peraturan perundang-undang56

KPPU merupakan Lembaga Administratif. Sebagai Lembaga

Administratif, KPPU bertindak untuk kepentingan umum.

KPPU berbeda dengan Pengadilan perdata yang menangani Ha-

Hak subjektif perorangan. Oleh karena itu KPPU harus

mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan

perorangan dalam menangani hak-hak subjektif perorangan57

55 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op.Cit , Hal. 14956 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 10157 Arus Akbar Silondae & Wirawan B.Ilyas. “Pokok-Pokok Hukum Bisnis” , Salemba Empat , Jakarta , 2011 , Hal. 178

44

V I S I :

Menjadi Lembaga pengawas persaingan usaha yang efektif dan kredibel untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

M I S I :

1. Menegakkan hukum persaingan

2. Menginternalkan nilai-nilai persaingan

3. Membangun kelembagaan yang

58

STATUS KOMISI 59

Secara umum dinyatakan bahwa komisi dibentuk untuk

mengawasi pelaksanaan Undang-undang Praktik Monopoli (Pasal

30). Ditegaskan pula bahwa komisi merupakan lembaga Independen

yang terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah serta Pihak

Lain . Ayat (3) Pasal 30 mengatur bahwa Komisi bertanggung

jawab kepada Presiden

KEANGGOTAAN KOMISI60

Untuk dapat menjadi Anggota Komisi , Persyaratan berikut

harus dipenuhi :

a. WNI, berusia 30-60 pada saat Pengangkatan

b. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945

c. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa58 Suharsil & Mohammad Taufik Makarao, Op. Cit , Hal. 15059 Arie Suswanto , “HUKUM PERSAINGAN USAHA” , Ghalia Indonesia , Katalog Dalam Terbitan (KTD) , Bogor , 2002 , Hal. 9260 Ibid , Hal. 93

45

d. Jujur , Adil , dan berkelakuan Baik

e. Bertempat Tinggal di wilayah Negara RI

f. Berpengalaman dalam bidang usaha atau mempunyai

pengetahuan dan keahlian dibidang Hukum dan Ekonomi

g. Tidak pernah dipidana

h. Tidak pernah dinyatakam Pailit oleh Pengadilan

i. Tidak terafiliasi dengan suatu badan Usaha

Sedangkan Keanggotaan Komisi , akan diberhentikan

karena :

a. Meninggal Dunia

b. Mengundurkan diri atas Permintaan Sendiri

c. Bertempat tinggal diluar wilayah RI

d. Sakit Jasmani dan Rohani terus-menerus

e. Berakhir masa jabatannya

f. Diberhentikan

A. TUGAS KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)61

Sebagaimana yang diperincikan dalam Pasal 35 dari

Undang-Undang Anti Monopoli, Komisi Pengawas mempunyai

tugas-tugas sebagai berikut :

1. Melakukan Penilaian terhadap kontrak-kontrak yang

dapat menimbulkan praktek monopoli dan persaingan

curang

61 Mangasa Sinurat & Jane Erawati , Op. Cit , Hal. 191

46

2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha atau

tindakan pelaku usaha yang dapat menimbulkan praktek

monopoli atau persaingan curang

3. Melakukan penilaian terhadap penyalahgunaan posisi

dominan yang dapat menimbulkan praktek monopoli dan

persaingan curang

4. Mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan

wewenang Komisi Persaingan sebagaimana diatur dalam

undang-undang Anti Monopoli

5. Memberikan saran dan rekomendasi terhadap kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli

dan persaingan curang

6. Menyusun pedoman dan publikasi yang berkaitan

dengan undang-undang anti monopoli

7. Mengajukan laporan berkala atas hasil kerja Komisi

Persaingan kepada Presiden RI dan DPR

47

B. WEWENANG KOMISI PENGAWAS62

1. Menerima laporan dari masyarakat atau dari pelaku

usaha tentang dugaan terjadinya praktik monopoli

atau persaingan usaha tidak sehat

2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan

usaha ayau tindakan pelaku usaha yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau

persaingan usaha tidak sehat

3. Melakukan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap

kasus dengan praktik monopoli atau persaingan usaha

tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau

oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh Komisi

sebagai hasil penelitiannya

4. Menyimpulkan hasil penyelidikan atau pemeriksaan

tentang ada atau tidak adanya praktik monopoli atau

persaingan uaha tidak sehat

5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini

6. Memanggil dan menghadirkan saksi , saksi ahli dan

setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggran

terhadap ketentuan undang-undang ini

7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku

usaha , saksi , saksi ahli, atau setiap orang

sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f , yang

tidak bersedia memenuhi Panggilan Komisi

62 Abdul R, Saliman, Op.Cit , Hal.229-230

48

8. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam

kaitnya dengan penyelidikan atau pemeriksaan

terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan

undang-undang ini

9. Mendapatkan, meneliti, atau menilai surat , dokumen,

alat bukti lain guna penyelidikan atau pemeriksaan

10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya

kerugian dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat

11. Memberitahukan putusan Komisi kepada Kepala

usaha yang diduga melakukan praktik monopoli atau

persaingan usaha tidak sehat

12. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan

administrratif kepada pelaku usaha yang melanggar

ketentuan undang-undang ini

13.

C. PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA

Langkah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

dalam penegakkan hukum persaingan dapat dikatakan telah

menuai keberhasilan lebih baik jika dibanding masa

delapan tahun lalu ketika berdirinya lembaga persaingan

usaha yang independen ini

Sebenarnya penegakkan UU No. 5/1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat

hanyalah salah satu upaya ‘KPPU’ dalam menegakkan

hukum persaingan di Indonesia. Perlu dipahami bahwa

penegakan hukum persaingan semata tidaklah cukup untuk

menciptakan iklim usaha yang sehat. Penegakkan hukum

49

lebih bersifat menimbulkan efek jera bagi pelaku usaha

agar melakukan kegiatan bisnisnya secara Jujur. Akan

tetapi, KPPU ingin lebih jauh dalam hal memberikan

perubahan yang fundamental bagi terciptanya persaingan

usaha yang sehat, yaitu melalui pengembangan kebijakan

persaingan63

Saran dan pertimbangan KPPU merupakan salah satu

upaya yang memberi manfaat terjadinya iklim usaha yang

sehat, sehingga memberi keuntungan bagi kesejahteraan

rakyat atau konsumen. Secara garis besar saran dan

pertimbangan KPPU telah memberikan beberapa manfaat

seperti berikut64

1. Tersediannya harga barang atau Jasa yang wajar

dengan kualitas terbaik

2. Tersediannya Pilihan

3. Terfasilitasinya inovasi

4. Tersediannya kepastian hukum

D. SANKSI TERHADAP PELANGGARAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN

199965

63Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 155-15664 Ibid Hal. 156-15765 Ibid, Hal. 166

50

Sanksi yang dijatuhkam terhadap pelanggaran Undang-

undang No. 5 Tahun 1999, mengenalkan 3 Jenis sanksi

yaitu Tindakan Administratif , Pidana Pokok dan Pidana

Tambahan . Tindakan Administratif dan sanksi pindana

ini dijatuhkan terhadap pelaku usaha yang berbukti

secara hukum telah melakukan suatu pelanggaran yang

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat.

1. TINDAKAN ADMINISTRATIF

Tindakan administratif ini diatur dalam Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) yaitu sebagai berikut1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa

tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini

2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:a. Penetapan pembatalan perjanjian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 samapaidengan Pasal 13, Pasal 15 dan Pasal 16

b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

c. Perintah kepada untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktik monopoli atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan merugikanmasyarakat

d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan

51

e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28

f. Penetapan pembayaran Gantii Rugig. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp.

1000.000.000,00 dan setinggi-tingginya Rp.25.000.000.000,00

2. PIDANA POKOK

Sanksi pidana pokok diatur dalam Pasal 48 ayat(1), (2) dan (3) sebagai berikut :1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal

9 sampai dengan Pasal 14 , Pasal 16 sampaidengan Pasal 19, Pasal 25 , Pasal 27 danPasal 28 diancm pidana denda serendah-rendahnya Rp. 25.000.000.000,00 dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000,00 atau pidanakurungan pengganti denda selama-lamanya ^6Bulan

2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampaodengan Pasal 8, Pasal 15 , Pasal 20 sampaidengan Pasal 24 , dan Pasal 26 Undang-undangini diancam pidana denda serendah-rendahnyaRp. 5.000.000.000,00 dan setinggi-tingginyaRp. 25.000.000.000,00 atau pidana kurunganpengganti denda selama-lamanya 5 hari

3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41Undang-undang ini dincam pidana dendaserndah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00setinggi-tingginya

52

Rp. 5.000.000.000,00 atau pidana kurunganpengganti denda selama-lamanya 3 Bulan

3. Pidana Tambahan

Selain tindakan administratif, sanksi Pidanapokok, dapat juga dikenakan sanksi pidanatambahan terhadap pelaku usaha yang melanggarketentuan undang-undang anti monopoli. Sanksipidana tambahan diatur dalam pasal 49 berikutini

Dengan menunjuk ketentuan pasal 10 kitabundang-undang Hukum pidana (kUHP), terhadappidana sebagaimana diatur dalam pasal 48 dapatdijatuhkan pidana tambahan berupa :a. Pencabutan izin usahab. Larangan kepada pelaku usaha yang telah

terbukti melakukan pelanggaran terhadapundang-undang ini akan menduduki jabatandireksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2tahun dan selama-lamanya 5 tahun

c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentuyang menyebabkan timbulnya kerugian padapihak lain

Ketentuan pengecualian dalam pasal 50 undang-undang

No.5 tahun 1999 dimaksudkan sebagai berikut:

a. Menyeimbangkan kekuatan ekonomi yang tidak

sama, misalnya kegiatan yang dilakukan oleh

Pelaku usaha kecil dalam rangka meningkatkan

53

kekuatan penawarannya ketika menghadapi

pelaku usaha yang memiliki kekuatan ekonomi

yang lebih kuat. Dalam kasus yang demikian

terhadap pelaku usaha kecil, dapat diberikan

pengecualian dalam penerapan hukum persaingan

usaha

b. Mengindari terjadinya keracunan dalam

penerapan Undang-undang No. 5 Tahun 1999

apabila terjadi konflik kepentingan yang

sama-sama ingin di wujudkan melalui kebijakan

yang diatur dalam berbagai peraturan

perundang-undangan

c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penerapan

peraturan perundang-undangan, Misalnya

pengecualian bagi beberapa kegiatan lembaga

keuangan untuk mengurangi resiko dan

ketidakpastian. Sektor keuangan perlu dijaga

stabilitasnya mengingat pentingnya peran

sektor keuangan dalam proses pengembangan

ekonomi

d. Melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat(2) , (3)

dan ayat (4) undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945

54

E. PROSEDUR PEMERIKSAAN PERKARA KOMISI PENGAWAS

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kesulurahan prosedur penanganan perkara oleh komisi pengawas adalah sebagai berikut 66

1. Laporan kepada Komisi Pengawas2. Pemeriksaan Pendahuluan3. Pemeriksaan Lanjutan4. Mendengar keterangan saksi atau si Pelaku dan

memeriksa alat bukti lainnya5. Menyerahkan kepada badan penyidik dalam hal-hal

tertentu6. Memperpanjang pemeriksaan lanjutan7. Memberikan keputusan komisi8. Pemberitahuan keputusan kepada pelaku usaha9. Pelaksanaan keputusan komisi oleh pelaku usaha10. Pelaporan pelaksanaan keputusan komisi oleh

pelaku usaha kepada komisi pengawas11. Menyerahkan kepada Badan penyidik jika putusan

komisi tidak dilaksanakan atau tidak diajukan keberatannya oleh pihak pelaku usaha

12. Badan penyidik melakukan penyidikan, dalam halPasal 44 ayat (5)

13. Pelaku usaha mengajukan keberatan kepada pengadiln Negeri terhadap putusan komisi pengawas

66 Munir Fuady, Op.Cit, Hal. 108-109

55

14. Pengadilan negeri memeriksa keberatan si pelakuusaha

15. Pengadilan Negeri memberikan putusan atas keberatan pelaku usaha

16. Kasasi ke Mahkamah Agung atau Putusan pengadilan negeri

17. Putusan Mahkamah Agung18. Permintaan penetapan Eksekusi kepada Pengadilan

Negeri19. Penetapan Eksekusi oleh Pengadilan Negeri20. Pelaksanaan Eksekusi oleh Pengadilan

Adapun yang merupakan alat-alat bukti untuk Pemeriksaan oleh Komisi adalah sebagai berikut :

1) Keterangan Saksi2) Keterangan Saksi Ahli3) Surat dan Dokumen4) Petunjuk5) Keterangan Pelaku Usaha

UNDANG-UNDANG MELAWAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT

(ACT AGAINST UNFAIR COMPETITION)

Dalam persaingan, perusahaaniprusahaan tidak hanya harus patuh kepada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Cartel Act tetapi juga harus taat pada peraturan-peraturan yang diatur dalam UU Melawan Persaingan Usaha Tidak Sehat tahun 1909 yang telah mengalami beberapa kali perubahan. Peraturan-peraturan mengenai anti persaingan tidak sehat selain diatur dalam UU tentang Anti persaingan tidak sehat juga diatur dalambeberapa peraturan perundang-undangan seperti dalam UU tentangpotongan harga , peraturan tentang bonus , peraturan tentang

56

perjanjian baku, peraturan tentang merek dagang, dan peraturantentang tentang paten. Kalu UU Kartel merupakan produk dari faham liberal-modern yang mengakui bahwa pasar dari dalam dirinya sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk menjamin kebebasan bagi para pelaku pasar bahwa negara harus memberikanjaminan terhadap kebebasan pasar tersebut dengan mengeluarkan pelarangan terhadap merger sebagai upaya terakhir, maka undang-undang anti persaingan tidak sehat memasukkan prinsip-prinsip liberal klasik sehingga dengan demikian negara diharuskan untuk semata-mata menetapkan hukum-hukum yang abstrak sebagai kerangka kerja dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas pasar67

UNDANG-UNDANG ANTI PERSAINGAN TIDAK SEHAT

(THE ACT AGAINST UNFAIR COMPETITION)

Secara garis besar UU ini terbagi atas dua bagian yaitu: pertama ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan praktek-praktek persaingan tidak sehat yang bersifat Horizontal dan kedua, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan praktek-praktek persaingan tidak sehat yang bersifat Vertikal. Larangan terhadap praktek-praktek persaingan tidak sehat yangbersifat Horizontal secara langsung ditunjukankepada pesaing-pesaing. Sedngkan larangan terhadap praktek-praktek persaingantidak sehat yang bersifat Vertikal lebih dimaksudkan untuk mencegah para pesaing secara tidak langsung melalui pelaku-pelaku pasar 68

67 Abdul Hakim G. Nusantara & Benny K. Harman, “UNDANG-UNDANG ANTIMONOPOLI”,PT. Gramedia Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1999, Hal.8368 Abdul Hakim G. Nusantara & Benny K. Harman , Op.Cit , Hal. 84

57

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN69

Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar

pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau

pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak

jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti

kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan

atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu

oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha (pasal 1

ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara yang

dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan

kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas

barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu

persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan

kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

Anti Monopoli.

69http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/anti-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehat/

58

DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir. 1999. Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan

Sehat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Suharsil &Mohammad Taufik Makarao. 2010. HukumLarangan Praktik

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia. Bogor: Ghalia

Indonesia

Siswanto, Arie. 2002. Hukum Persaingan Usaha. Bogor: Ghalia

Indonesia

Saliman , R. Abdul. 2010. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakrta:

Prenada Media Group

Hakim, Abdul G.N & Benny K. Harman. 1999. Undang-Undang

Antimonopoli. Jakarta: PT.Gramedia Jakarta

Sinurat, M &Jane Erawati. 2010. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Dan

Bisnis. Medan: Universitas Nomensen

59

Silondae, AA &Wirawan B. Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis .

Jakarta: Salemba Empat

http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-

tidak.html

http://ireneaulia.blogspot.com/2013/04/bab-11-anti-monopoli-dan-

persaingan.html

http://thedreamers-informatika.blogspot.com/2013/05/makalah-

persaingan-usaha-tidak-sehat.html

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/anti-monopoli-dan-

persaingan-usaha-tidak-sehat/

60