PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY ... - CORE
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY ... - CORE
PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO,
DEBT TO ASSET RATIO TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR FARMASI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
2013-2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen (S.M)
Program Studi Manajemen
Oleh:
Nama : YUNI KHAIRANI NAPITUPULU
NPM : 1505161195
Program Studi : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
Provided by Repositori Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
ABSTRAK
Yuni Khairani Napitupulu. NPM 1505161195. Pengaruh Current Ratio, Debt
to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Subsektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017. Skrispsi. 2019
Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham. Secara
umumnya harga saham diperoleh untuk menghitung nilai sahamnya. Semakin
jauh perbedaan tersebut, maka hal ini mencerminkan terlalu sedikitnya informasi
yang mengalir ke bursa efek. Maka harga saham tersebut cendrung dipengaruhi
oleh tekanan psikologis pembeli atau penjual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham pada perusahaan
manufaktur subsektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan
menggunakan pendekatan asosiatif. Penelitian ini menggunakan teori keuangan
yang berkaitan dengan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Manufaktur subsektor farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 dengan jumlah
populasi sebanyak 9 perusahaan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
sejumlah 7 perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam
penelitian metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik, regresi
linier berganda, dan uji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Current Ratio dan
Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham,
sedangkan Debt to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham. Secara simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio
berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham
Kata kunci : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio dan
Harga Saham
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan banyak nikmat dan karunianya kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, yang dengan risalah yang dibawanya penulis memperoleh
pedoman dalam hidup ini dengan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham
pada perusahaan Manufaktur subsektor Farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2017“ ini guna melengkapi tugas–tugas dimana
merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata-1 (S1) di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammaddiyah Sumatera Utara (UMSU).
Dalam penyelesaian skripsi ini, tidak dapat terwujud tanpa bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa dorongan, semangat maupun pengertian yang
diberikan kepada penulis selama ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini :
1. Teristimewa Ayahanda saya Kahar Napitupulu dan Ibunda Nasma Ariani
Harahap tercinta, yang telah mengasuh dan membesarkan penulis dengan rasa
cinta dan kasih sayang yang tulus dan tak terhingga sampai saat ini serta telah
memberikan dorongan, semangat, doa serta kasih yang begitu dalam kepada
penulis Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan kesehatan serta
memberikan tempat yang setinggi-tingginya untuk kalian di surganya kelak
Amin YaRabbal’alamin.
2. Bapak Dr. Agussani, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara (UMSU).
3. Bapak H. Januri, S.E, M.M, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
4. Bapak Ade Gunawan, S.E, M.Si Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
5. Bapak Dr. Hasrudy Tanjung, S.E, M.Si Selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
6. Bapak Jasman Saripuddin Hsb, S.E, M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara (UMSU) dan selaku pembimbing saya dalam pembuatan
skripsi ini.
7. Bapak Dr. Jufrizen, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(UMSU).
8. Bapak Radiman S.E, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademi kelas J
manajemen pagi yang telah memberi arahan dan masukan kepada kami dari
semester 1 sampai 8 ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah berjasa memberikan ilmu kepada
penulis.
10. Untuk sahabat-sahabat terkasih Hopolma Parulian Simamora, Indah Puspa
Pertiwi, Andini Aulia, Ririn Ulba Utari, Hani Melia Darmayanti, Fadillah
Dini Pratiwi, Shella Maulida dan teman-teman Manajemen J Pagi stambuk
2015 yang selama ini memotivasi yang telah banyak membantu dan
mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya atas segala bantuan serta motivasi yang di berikan kepada penulis
dari berbagai pihak selama ini, maka skripsi ini dapat di selesaikan dengan
sebagaimana mestinya. Penulis tidak dapat membalasnya kecuali dengan doa dan
pujian syukur kepada Allah SWT dan shalawat beriringan salam kepada
Rasulullah Muhammad SAW, berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
juga penulis. Amin Ya Rabbal’alamin. Wassalamualaikum Wr.Wb
Medan, Maret 2018
Penulis
YUNI KHAIRANI NAPITUPULU
1505161195
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. LatarBelakang Masalah.................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 10
C. Batasan dan Rumusan Masalah...................................................... 11
D. Tujuan Penelitian. .......................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 15
A. Uraian Teori .................................................................................. 15
1. Harga Saham ........................................................................ 15
a. Pengertian Harga Saham ............................................... 15
b. Jenis-jenis Harga Saham ................................................ 16
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham. ........ 17
2. Current Ratio ......................................................................... 19
a. Pengertian Current Ratio ................................................. 19
b. Tujuan dan Manfaat Current Ratio.......... ........................ 20
c. Factor-faktor yang Mempengaruhi Current Ratio . ......... 21
d. Pengukuran Current Ratio ............................................... 22
3. Debt to Equity Ratio ............................................................... 22
a. Pengertian Debt to Equity Ratio....................................... 22
b. Tujuan dan Manfaat Debt to Equity Ratio ....................... 24
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Debt to Equity Ratio 25
d. Pengukuran Debt to Equity Ratio .................................... 28
4. Debt to Asset Ratio ................................................................. 28
a. Pengertian Debt to Asset Ratio ........................................ 28
b. Tujuan dan Manfaat Debt to Asset Ratio ......................... 30
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Debt to Asset Ratio .. 31
d. Pengukuran Debt to Asset Ratio ...................................... 32
B. Kerangka Konseptual .................................................................. 33
C. Hipotesis. .................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 38
A. Pendekatan Penelitian .................................................................. 38
B. Definisi Operasional .................................................................... 38
C. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 41
D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 44
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 52
A. Hasil Penelitian ............................................... ........................... 52
1. Deskripsi Data ........................................................................ 54
2. Analisis Data .......................................................................... 57
B. Pembahasan ................................................................................ 72
1. Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham ................... 72
2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham ........ 73
3. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham .......... 74
4. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Debt to
Asset Ratio terhadap Harga Saham ....................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 78
A. Kesimpulan ..................................................... ........................... 78
B. Saran .......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Aktiva Lancar. .................................................................................. 4
Tabel I.2 Hutang Lancar .................................................................................. 5
Tabel I.3 Total Kewajiban ............................................................................... 6
Tabel I.4 Total Ekuitas...................................................................................... 7
Tabel I.5 Laba Bersih ....................................................................................... 8
Tabel I.6 Harga Saham .................................................................................... 10
Tabel III.1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 31
Tabel III.2 Populasi Penelitian. ........................................................................ 42
Tabel III.3 Daftar Perusahaan Sampel ............................................................ 43
Tabel IV.1 : Tabel Sampel Penelitian ........................................................... 52
Tabel IV.2 : Tabel Harga Saham .................................................................. 53
Tabel IV.3 : Tabel Current Ratio .................................................................. 54
Tabel IV.4 : Tabel Debt to Equity Ratio ....................................................... 55
Tabel IV.5 : Tabel Debt to Asset Ratio ......................................................... 56
Tabel IV.6 : Tabel Hasil Uji Multikolinearitas ............................................. 61
Tabel IV.7 : Tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................. 64
Tabel IV.8 : Tabel Hasil Uji Statistik t (Parsial) ........................................... 66
Tabel IV.9 : Tabel Hasil Uji Statistik F (Simultan) ...................................... 70
Tabel IV.10 : Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 36
Gambar III.1 Kriteria Pengujian Uji t .............................................................. 49
Gambar III.2 Kriteria Pengujian Uji F ............................................................. 51
Gambar IV.1 : Grafik Normal P-Plot .............................................................. 58
Gambar IV.2 : Grafik Histogram .................................................................... 59
Gambar IV.3 : Gambar Kolmogrov-Smirnof .................................................. 60
Gambar IV.4 : Hasil Uji Heterokedastisitas.................................................... 63
Gambar IV.5 : Hasil Pengujian Hipotesis 1 .................................................... 67
Gambar IV.6 : Hasil Pengujian Hipotesis 2 .................................................... 68
Gambar IV.7 : Hasil Pengujian Hipotesis 3 .................................................... 69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan dalam bidang industry menuntut setiap perusahaan
untuk mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kinerja
manajemen terutama kinerja keuangan perusahaan. Aktivitas-aktivitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang diperlukan oleh pihak-
pihak berkepentingan melalui kinerja keuangan. (Rizky, 2015)
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha tentunya
memiliki tujuan tertentu, dan salah satunya yaitu memperoleh keuntungan.
Tujuan tersebut dapat tercapai apabila manajemen perusahaan bekerja
dengan tingkat efektifitas tinggi (Mayasari, 2012). Tingkat efektivitas
manajemen yang ditunjuk dari laba hasil penjualan atau pendapatan
investasi dapat diketahui melalui resiko profitabilitas yang dimiliki
(Kasmir 2014, hal 114)
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas)
jauh lebih penting dibandingkan dengan angka penyajian laba. Karena laba
yang tinggi belum merupakan ukuran atau jaminan bahwa perusahaan
telah bekerja dengan baik, atau perusahaan sudah efisien atau tidak.
Laba dan tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan utama
sebuah perusahaan didirikan, semua kegiatan perusahaan yang dilakukan
baik bersifat operasional maupun non operasional yang merupakan sarana
untuk mencapai tujuan tersebut. Laba dapat memberikan sinyal yang
positif mengenai prospek perusahaan dimasa depan tentang kinerja
perusahaan. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan,
maka semakin tinggi laba yang dicapai suatu perusahaan, mengindikasikan
semakin baik kinerja perusahan.
Dalam melakukan pengukuran kinerja, setiap perusahaan, setiap
perusahaan memiliki ukuran yang bervariasi sehingga perusahaan yang
satu dan perusahaan yang lainnyaberbeda. Ukuran yang sering digunakan
dalam mengukur kinerja perusahaan adalah menggunakan analisis rasio
keuangan, yaitu dengan menggunakan rasio keuangan, yaitu dengan
menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio
keuangan bank (Aminatuzzahra, 2010)
Syafrida Hani (2015, Hal. 121) Current ratio merupakan alat ukur
bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan
untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancer.
Riyanto (2001, Hal 3) Apabila perusahaan menentukan bahwa
pelunasan utangnya diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus
menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut,
yang ini berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan dapat
dibayarkan sebagai dividen.
Sedangkan menurut Sutrisno (2001, Hal 3) debt to equity ratio
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajiban yang ditunjukkan oleh beberapa bagian model sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Jika beban hutang semakin tinggi,
maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin
rendah.
Berikut table aktiva lancar pada perusahaan manufaktur sub sector
farmasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2013 – 2017
Tabel I.1
Aktiva lancar pada perusahaan Manufaktur sub sector Farmasi yang
terdaftar di BEI periode 2013-2017
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2018)
Berdasarkan rabel I.1 diatas, terlihat bahwa rata-rata aktiva lancar
perusahaan manufaktur sub sector farmasi sebesar Rp 2.415.528.691.400 jika
dilihat dari rata-rata pertahun perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya
yaitu di tahun 2013 sebesar Rp 1.743.889.304.264 menjadi sebesar Rp
2.337.928.727.796 di tahun 2014 lalu sebesar Rp 2.425.899.972.850 di tahun
2015 lalu sebesar Rp 2.644.683.170.382 di tahun 2016 lalu sebesar Rp
2.925.242.282.158 di tahun 2017. Kondisi aktiva lancar yang meningkat akan
mampu melunasi hutang jangka pendeknya.
Masalah likuiditas juga dapat dipandang sebagai masalah penting jika
dilihat dari besarnya dana yang di investasikan dalam aktiva lancar. Dalam tingkat
likuiditas perusahaan, aktiva lancar menjadi acuan yang penting karena
menunjukkan apakah perusahaan dapat membuat aktiva lancar tersebut cukup
untuk memenuhi kebutuhan finansialnya (likuid) atau tidak cukup (illikuid).
Semakin besar perbandingan aktiva lancardan kewajiban lancar semakin tinggi
no kode
perusahaan
aktiva lancar
rata-rata 2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 913.983.962.000 925.293.721.000 104.383.003.400 106.896.709.400 117.565.560.100 433.624.591.180
2 INAF 848.840.281.014 782.887.635.406 1.068.157.388.878 853.506.463.800 930.982.222.126 896.874.798.245
3 KAEF 1.810.614.614.537 2.040.430.857.906 2.100.921.793.619 2.906.737.458.288 3.602.054.215.914 2.492.151.788.053
4 KLBF 3.817.741.823.483 8.120.805.370.192 8.748.491.608.702 9.572.529.767.897 10.043.950.500.578 8.060.703.814.170
5 MERK 588.237.590.000 595.338.719.000 483.679.971.000 508.615.377.000 569.889.512.000 549.152.233.800
6 SIDO 236.691.000.000 186.043.800.000 170.743.900.000 179.412.500.000 162.890.100.000 187.156.260.000
7 TSPC 3.991.115.858.814 3.714.700.991.066 4.304.922.144.352 4.385.083.916.291 5.049.363.864.387 4.289.037.354.982
rata-rata 1.743.889.304.264 2.337.928.727.796 2.425.899.972.850 2.644.683.170.382 2.925.242.282.158 2.415.528.691.490
kemampuan oerusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio
yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuidasi,
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampuan laba perusahaan.
Berikut table kewajiban lancar pada perusahaan manufaktur sub sector
Farmasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2017
Table I.2
Hutang jangka pendek pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi
yang terdaftar di BEI periode 2013-2017
NO KODE
PERUSAHAAN
HUTANG JANGKA PENDEK RATA-RATA
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 215.473.310 178.583.390 296.298.118 374.427.510 441.622.855 301.281.037
2 INAF 670.902.756.535 600.565.585.352 846.731.120.973 704.929.715.911 391.289.627.427 642.883.761.240
3 KAEF 746.123.148.554 854.811.681.427 1.088.431.346.892 1.690.208.867.581 2.300.507.406.706 1.336.016.490.232
4 KLBF 2.640.590.023.748 2.385.920.172.489 2.365.880.490.863 2.317.161.787.100 2.227.336.011.715 2.387.377.697.183
5 MERK 147.818.253 129.820.142 132.435.895 120.622.129 184.971.088 143.133.501
6 SIDO 324.747 181.431 184.060 215.686 208.507 222.886
7 TSPC 1.347.465.965.403 1.237.332.206.210 1.696.486.657.073 1.653.413.220.121 2.002.621.403.597 1.587.463.890.481
RATA-RATA 772.206.501.507 725.562.604.349 856.851.219.125 909.458.408.005 988.911.607.414 850.598.068.080
Sumber :Bursa Efek Indonesia (2018)
Berdasarkan table I.2 diatas terlihat bahwa rata-rat hutang lancar
perusahaan manufaktur sub sector farmasi sebesar Rp 850.598.068.080. jika
dilihat dari rata-rata pertahun perusahan mengalami ketidakstabilan, yaitu di tahun
2013 sebesar Rp. 772.206.501.507 menurun jadi Rp. 725.562.604.349 di tahun
2014 serta mengalami kenaikan sebesar Rp. 856.851.219.125 ditahun 2015, lalu
sebesar Rp. 909.458.408.005 ditahun 2016 lalu sebesar Rp. 988.458.408.005
ditahun 2016 lalu sebesar Rp.988.911.607.414 ditahun 2017. Peningkatan tersebut
berdampak pada rasio likuiditas perusahaan, semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan kewajiban lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Manajemen dituntut untuk mampu melakukan perencanaan dan
pengendalian pada aktiva lancar dan hutang lancarnya dengan baik untuk
meminimalisasi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam melakukan
kewajibannya membayar hutang-hutang jangka pendek, dan selain itu manajer
juga harus menghindari investasi dalam aktiva lancar yang berlebihan.
Ketidakseimbangan antara jumlah aktiva likuid yang dimiliki perusahaan
dengan hutang-hutang yang harus dibayar merupakan penyebab yang umum dari
timbulnya financial distress
Berikut table total kewajibannpada perusahaan manufaktur sub sector
farmasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2017
Table I.3
Total Kewajiban pada perusahaan Manufaktur sub sector Farmasi yang
terdaftar di BEI 2013-2017
Sumber :Bursa Efek Indonesia (2018)
Berdasarkan table I.3 diatas terlihat bahwa rata-rata total kewajiban
perusahaan manufaktur sub sector farmasi sebesar Rp. 1.027.926.460.795 jika
dilihat dari rata-rata pertahun perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan,
yaitu ditahun 2013 sebesar Rp. 883.880.480.113 menjadi sebesar Rp.
NO KODE
PERUSAHAAN
TOTAL HUTAN RATA-RATA
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata
1 DVLA 275.566.759.013 452.399.432 699.059.021 826.213.456 966.208.933 55.702.127.971
2 INAF 703.717.301.306 655.834.131.877 940.999.667.498 805.876.240.489 501.465.464.586 721.578.561.151
3 KAEF 847.584.859.909 1.157.040.676.384 1.374.127.253.841 2.335.155.131.870 3.454.628.174.343 1.833.707.219.269
4 KLBF 2.815.103.309.451 2.607.556.689.283 2.758.131.396.170 2.762.162.069.572 2.722.207.633.646 2.733.032.219.624
5 MERK 184.727.696 166.811.508 168.103.536 161.262.425 231.569.103 182.494.854
6 SIDO 341.852 195.093 197.797 229.729 262.333 245.361
7 TSPC 1.545.006.061.565 1.460.391.494.410 1.947.588.124.083 1.950.534.206.746 2.352.891.899.876 1.851.282.357.336
RATA-RATA 883.880.480.113 840.206.056.855 1.003.101.971.707 1.122.102.193.470 1.290.341.601.831 1.027.926.460.795
840.206.056.855 ditahun 2014 lalu sebesar Rp. 1.003.101.971.707 ditahun 2015
lalu sebesar Rp. 1.112.102.193.470 ditahun 2016 lalu sebesar Rp.
1.290.341.601.931 di tahun 2017. Menggambarkan perbandingan hutang dan
equitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal
perusahaan sendiri untuk memenuhi seluruh kewajibannya dan apabila semakin
tinggi debt to equity ratio menunjukkan semakin besar total hutang terhadap total
ekuitas, juga akan menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan
terhadap pihak luar sehinnga tingkat resiko perusahaan semakin besar.
Berikut table ekuitas pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi yang
terdaftar di bursa efek indinesia pada tahun 2013-2017
Table I.4
Total Ekuitas pada perusahaan Manufaktur sub sector Farmasi yang
terdaftar di BEI periode 2013-2017
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2018)
Berdasarkan table I.4 diatas, terlihat bahwa rata-rata total ekuitas
perusahaan manufaktur sub sector farmasi sebesar Rp. 2.586.431.940.150. jika
dilihat dari rata-rata pertahun perusahaan mengalami peningkatan setiap tahunnya
yaitu ditahun 2013 sebesar Rp. 2.074.593.983.533 menjadi sebesar Rp.
2.320.930.470.170 ditahun 2014 lalu sebesar Rp. 2.533.113.066.817 ditahun 2015
lalu sebesar Rp. 2.849.707.111.938 ditahun 2016 lalu sebesar Rp.
NO KODE
PERUSAHAAN
EKUITAS RATA-RATA
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 914.702.952 962.431.483 973.517.334 1.079.579.612 1.116.300.069 1.009.306.290
2 INAF 581.435.345.715 587.702.025.103 592.708.896.744 575.757.080.631 526.409.897.706 572.802.649.180
3 KAEF 1.624.354.688.981 1.811.143.949.913 1.862.096.822.470 2.271.407.409.194 2.572.520.755.127 2.028.304.725.137
4 KLBF 8.479.391.666.624 9.764.101.018.423 10.938.285.985.269 12.463.847.141.085 13.894.031.782.689 11.107.931.518.818
5 MERK 512.218.622 473.543.282 582.672.469 582.672.469 615.437.441 553.308.857
6 SIDO 2.613.606 2.625.180 2.598.314 2.757.885 2.895.865 2.698.170
7 TSPC 3.835.546.648.228 4.082.127.697.809 4.337.140.975.120 4.635.273.142.692 5.082.008.409.145 4.394.419.374.599
RATA-RATA 2.074.593.983.533 2.320.930.470.170 2.533.113.066.817 2.849.707.111.938 3.153.815.068.292 2.586.431.940.150
3.153.815.068.292 ditahun 2017. Kondisi modal meningkat ini memnunjukkan
besarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan seharusnya dapat memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap operasional perusahaan yang akhirnya berdampak
pada penurunan kebutuhan akan hutang. Sehingga hutang yang akan berpengaruh
terhadap laba yang kita dapatkan.
Berikut table laba bersih pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi
yang terdaftar di BEI periode 2013-2017
Tabel I.5
laba bersih pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi yang terdaftar
di BEI periode 2013-2017
NO KODE
PERUSAHAAN
LABA RATA-RATA
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 660.656.077 585.219.682 677.733.217 801.437.752 893.956.417 723.800.629
2 INAF 337.567.310.511 312.426.176.597 330.054.446.623 1.673.364.928.574 283.113.283.645 587.305.229.190
3 KAEF 1.292.152.041.391 1.385.482.060.159 1.536.752.186.309 1.863.895.723.868 2.201.879.645.113 1.656.032.331.368
4 KLBF 7.679.113.456.058 8.475.795.157.827 8.000.000.000.000 9.487.968.305.032 9.812.283.473.000 8.691.032.078.383
5 MERK 545.479.627 458.606.774 496.256.312 542.193.220 587.994.724 526.106.131
6 SIDO 989.715 839.565 883.365 1.067.664 1.161.959 988.454
7 TSPC 2.719.802.668.112 2.939.896.636.583 3.117.572.215.514 3.484.364.171.176 3.658.175.142.200 3.183.962.166.717
RATA-RATA 1.718.548.943.070 1.873.520.671.027 1.855.079.103.049 2.358.705.403.898 2.279.562.093.865 2.017.083.242.982
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2018)
Berdasarkan table I.5 diatas, terlihat bahwa rata-rata laba bersih
perusahaan manufaktur sub sector farmasi sebesar Rp. 2.017.083.242.982. jika
dilihat dari rata-rata pertahun perusahaan mengalami fluktuasi pada tahun
2013,2014,2016 dan menurun ditahun 2015 dan 2017 yaitu di tahun 2013 sebesar
Rp. 1.718.548.943.070 menjadi sebesar Rp. 1.873.520.671.027 ditahun 2014
menjadi sebesar Rp. 1.855.079.103.049 ditahun 2015 menjadi sebesar Rp.
2.358.705.403.898 ditahun 2016 menjadi sebesar Rp. 2.279.562.093.865 ditahun
2017. Kondisi laba bersih yang fluktuasi akan berpengaruh terhadap dividen yang
akan dibayarkan
Berikut table harga saham pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi
yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2013-2017
Table I.6
Harga Saham pada perusahaan manufaktur sub sector fadmasi yang
terdaftar di BEI periode 2013-2017
Masalah dalam kebijakan deviden mempunyai dampak terhadap investor
maupun perusahaan. Para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dengan mendapatkan return baik dalam bentuk deviden yald
maupun capital gain. Sementara perusahaan membutuhkan sumber dana dari
dalam untuk meningkatkan dan mengharapkan adanya pertumbuhan dana yang
baik untuk melangsungkan kebutuhan hidupnya dan sekaligus memberikan
kesejahteraan kepada para pemegang saham.
Berdasarkan latar belakang yang mempengaruhi harga saham, maka
peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “PENGARUH CURRENT RATIO,
DEBT TO EQUITY RATIO, DEBT TO ASSET RATIO TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR
FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2017”
B. Identifikasi Masalah
NO KODE
PERUSAHAAN
HARGA SAHAM RATA-RATA
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 1.690 1.300 1.755 1.960 1.960 1.733
2 INAF 355 168 3.870 5.900 5.500 3.159
3 KAEF 1.465 870 2.750 2.700 2.440 2.045
4 KLBF 1.830 1.320 1.515 1.690 1.665 1.604
5 MERK 8.000 6.775 9.200 8.500 8.350 8.165
6 SIDO 700 610 550 520 535 583
7 TSPC 2.865 1.750 1.970 1.800 1.660 2.009
RATA-RATA 2.415 1.828 3.087 3.296 3.159 2.757
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Terjadinya peningkatan rata-rata aktiva lancar dari tahun ke
tahun pada perusahan sub sector farmasi yang terdaftar di BEI
periode 2013-2017
2. Ketidakstabilan dalam hutang jangka pendek pada perusahaan
farmasi yang terdaftar di BEI periode 2013-2017 yang akan
mempengaruhi likuiditas
3. Terjadinya peningkatan total hutang dari tahun ke tahun pada
perusahaan sub sector farmasi yang terdaftar di BEI
4. Adanya peningkatan rata-rata ekuitas diikuti dengan
peningkatan total hutang dari tahun ke tahun pada perusahaan
sub sector farmasi yang terdaftar di BEI periode 2013-2017
yang dapat mempengaruhi tingkat solvabilitas perusahaan
5. Terjadinya fluktuasi rata-rata laba bersih dari tahun ketahun
pada perusahaan sub sector farmasi yang terdaftar di BEI
periode 2013-2017
6. Terjadinya fluktuasi rata-rata harga saham dari tahun ketahun
pada perusahaan sub sector farmasi yang terdaftar di BEI
periode 2013-2017
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk membatasi dan memfokuskan masalah sehingga tidak
menyimpang dari yang diharapkan maka peneliti membatasi pada
perusahaan manufaktur sub sector farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017 sesuai dengan populasi sampel.
Pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan aktiva lancar, kewajiban lancar, total hutang, ekuitas, laba
bersih dan … sesuai dengan populasi dan sampel. Untuk itu ruang
lingkup penelitian dibatasi hanya pada harga saham yang menjadi
variable terikat (dependent table) dan yang menjadi variable bebas
(independent variable) adalah current ratio,debt to equity ratio dan debt
to asset ratio.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
peneliti uraikan secara rinci, maka peneliti merumuskan beberapa
masalah sebagai dasar kajian dalam penelitian in, rumusan masalahnya
ialah sebagai berikut.
a. Apakah current ratio berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur sub sector farmasi yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017?
b. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017?
c. Apakah debt to asset ratio berpengaruh terhadap harga saham
pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017?
d. Apakah current ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio
secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur sub sector farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui factor apa yang mempengaruhi harga saham
b. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap harga
saham pada sub sector perusahaan farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
c. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap harga
saham pada sub sector perusahaan farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
d. Untuk mengetahui pengaruh debt to asser ratio terhadap harga
saham pada sub sector perusahaan farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017
e. Untuk mengetahui pengaruh current ratio, debt to equity ratio,
debt to asset ratio terhadap harga saham pada sub sector
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
2. Manfaat Penelitian
manfaat penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
ilmu pengetahuan dalam ekonomi khususnya. Dan dalam hal
penelitian lain penelitian ini diharapkan menjadi bahan
referensi dan atau bahan perbandingan bagi peneliti lain.
b. Manfaat praktis, hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi pihak
manajemen perusahaan terkait dan masyarakat umum, yaitu
dapat menjadi sebuah informasi mengenai kinerja atau
kebijakan pendanaan yang baik dilakukan perusahaan, dan
dapat menjadi bahan refrensi pihak manapun dalam
pengambilan keputusan, baik keputusan investasi maupun
keputusan lainnya
c. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya yang ingin mnegembangkan penelitian
sejenis pada masa yang akan dating
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Uraian Teoritis
1. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
saham dapat di defenisikan sebagai tanda atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas kertas
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan di tentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan
di perusahaan tersebut. (Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhruddin,
2006 Hal. 178)
Harga Saham menurut (Darmadji dan Fakhruddin 2006) adalah
nilai sahamyang ditentukan oleh kekuatan penawaran jual beli saham pada
mekanisme pasar tertentu dan merupakan harga juak dari investor yang sat
uke investor yang lainnya. Nilai perusahaan dapat digambarkan dengan
adanya perkembangan harga saham perusahaan di pasar modal. Semakin
tinngi harga saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai
perusahaan tersebut pada prinsipnya, investor membeli saham untuk
mendapatkan dividen dan capital gain. Emiten yang dapat menghasilkan
laba yang tinggi akan meningkatkan tingkat kembalian yang diperoleh
investor yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut.
Harga saham perusahaan dipengaruhi oleh kinerja keuangan
perusahaan, disamping itu dipengaruhi juga oleh hokum permintaan dan
15 14
penawaran. Kinerja keuangan akan menentukan tiunggi rendahnya harga
saham di pasar modal. Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan
adanya kondisi yang baik, maka sahamnya akan diminati investor dan
harganya akan meningkat.
Menurut Sartono (2008, hal. 70) harga saham terbentuk melalui
mekanisme permintaandan penawaran di pasar modal. Apabila suatu
shaam mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham cendrung
naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran maka harga saham
cenderung akan turun.
b. Jenis-jenis Harga Saham
Menurut Hidayat (2010 hal. 103) harga saham dapat dibedakan
menjadi lima, yaitu :
a. Harga Normal
Harga yang tercantum pada lembar saham yang diiterbitkan
dan digunakan untuk tujuan akuntansi yaitu mencatat modal
disetor
b. Harga Perdana
Harga yang berlaku untuk investor yang membeli saham pada
saat penawaran umum. Jika harga perdana lebih tinggi dari
harga nominal, aka nada selisih (agio). Sebaliknya jika harga
perdana lebih rendah daripada harga nominal maka akan terjadi
disagio
c. Harga Pembukaan
Harga saham yang berlaku saat pasar saham dibuka pada hari
itu
d. Harga Pasar
Harga saham di bursa saham pada saat itu. Harga pasar ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham saat di
perdagangkan. Saham yang diminati investor, pergerkan harga
pasarnya akan berubah-ubah, dan saham yang kurang diminati
investor hanya ada sedikit pergerakan di lantai bursa
e. Harga Penutupan
Harga akhir daeri transaksi jual beli saham di bursa efek
c. Factor yang Mempengaruhi Harga Saham
Terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham di
pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat dipengaruhi oleh factor
eksternal dari perusahaan maupun factor internal perusahaan. Menurut
Brigham dan Houston (2006 , hal. 33) Harga saham dipengaruhi oleh
beberapa factor utama yaitu factor internal dan factor eksternal perusahaan.
Factor internal perusahaan yang mempengaruhi harga saham yaitu :
1. Seluruh asset keuangan perusahaan, termasuk saham dalam
menghasilkan arus kas
2. Kapan arus kas terjadi, yang berarti penerimaan uang atau laba untuk
diinvestasikan kembali untuk meningkatkan tambahan laba
3. Tingkat risiko arus kas yang diterima.sedangkan factor eksternal
yang dapat mempengaruhi harga saham adalah Batasan hukum,
tingkat umum aktivitas ekonomi, undang-undang pajak, tingkat suku
bunga dan kondisi bursa saham
4. Tingkat Bunga
Memiliki pengaruh atau dampak pada persaingan dalam pasar
modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka
investor akan menjual sahamnya dan ditukarkan dengan obligasi
5. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Pembagian deviden dapat dilakukan dengan dua kebijakan, yaitu
sebagian dibagikan sebagai deviden dan sebagiannya lagi dibagikan
sebagai laba di tahan.
6. Laba per Lembar Saham
Setiap investor yang berinvestasi dalam suatu perusahaan akan
mendapatkan laba dari hasil investasi tersebut
7. Jumlah Laba yang Didapat Dari perusahaan
Pada umumnya seorang investor akan melakukan kegiatan
investasi pada suatu perusahaan yang memiliki laba atau profit yang
cukup baik karena menunjukkan pengaruh atau dampak yang besar
sehingga para investor tertarik untuk melakukan investasi yang pada
akhirnya akan mempengaruh harga saham suatu perusahaan atau
perseroan terbatas.
8. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila proyeksi laba dan tingkat resiko suatu perusahaan atau
perseroan terbatas meningkat maka akan mempengaruhi harga saham
perusahaan tersebut.
2. Current Ratio
a. Pengertian current ratio
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan
untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Menurut Syafrida Hani (2015, Hal. 121) current ratio merupakan alat
ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu
kemampuan untuk membayar hutan yang segera harus dipenuhi dengan
aktiva lancar.
Menurut Brealy, Merys dan Marcus (2008, Hal. 78) rasio lancar
(current ratio) yaitu ukuran lain yang mempunyai tujuan sama.
Menurut I Made Sudana (2011, Hal. 21) current rasio mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Masalah likuiditas
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi.
Current Ratio menurut Hanafi (2004, Hal. 37) mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya (jatuh
tempo kurang dari satu tahun) dengan menggunakan aktiva lancar.
Current Ratio yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar
(likuiditas tinggi dan resiko rendah), tetapi mempunyai pengaruh yang
tidak baik terhadap profitabilitas atau tingkat keuntungan yang lebih
rendah dibandingkan aktiva tetap. Ada pertukaran (trade of) antara resiko
dengan return dalam hal ini.
Current ratioini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety)
kreditur jangka pendek ataupun kemampuan perusahann untuk
membayar hutang-hutangnya. Tetapi suatu perusahaan dengan current
ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang
perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proposi atau distribusi dari
aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan
yang relative tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan
dating sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan
adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo
piutang yang besar dan mungkin sulit untuk ditagih.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
current ratio adalah suatu perbandingan antara aktivalancar dengan
hutang lancar perusahaan yang dapat mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancarnya.
b. Factor-faktor yang Mempengaruhi Current Ratio
Current ratio (CR) menunjukkan sejauh mana aktiva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancarnya. Semakin besar perbandingan
aktiva lancar dari kewajiban lancar, maka semakin tiggi pula kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya
Jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan
akan membayar tagihan-tagihan (hutang usaha) secara lambat, meminjam
dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat
dari aktiva, rasio lancar akan turun, dan hal ini pertanda adanya mmaslah.
Karena current ratio merupakan indicator tunggal terbaik sampai sejauh
mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutup oleh aktiva-aktiva
yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat.
Menurut Jumingan (2005, hal. 124), yang mempengaruhi ukuran
rasio lancar (current ratio) sebagai berikut :
1) Distribusi dan pos-pos aktiva lancar
2) Data tren dari aktiva lancar dan utang jangka pendeknya untuk
jangka waktu 5 atau 10 tahun.
3) Syarat kredit yang diberikan oleh kreditur kepada perusahaan
dalam pengembalian barang, dan syarat kredit yang diberikan
perusahaan kepada langganan dalam penjualan piutang.
4) Nilai sekarang atau nilai pasar atau nilai ganti dari barang
dagangan dan tingkat pengumpulan piutang
5) Kemungkinan adanya perubahan nilai aktiva lancar
6) Perubahan persediaan dalam hubungannya dengan volume
penjualan sekarang dan yang akan dating
7) Besar kecilnya jumlah kas dan surat-surat berharga dalam
hubungannya dengan kebutuhan modal kerja
8) Besar kecilnya jumlah kas dan surat-surat berharga dalam
hubungannya dengan kebutuhan modal kerja.
9) Credit rating perusahaan pada umumnya
10) Besar kecilnya piutang dalam hubungannya dengan volume
penjualan
11) Jenis perusahaan, apakah merupakan perusahaan industry,
perushaan dagang, atau public
c. Tujuan dan Manfaat Current Ratio
Menurut Hampton (1980, hal. 110) dalam Jumingan (2005, hal.
122) rasio likuiditas bertujuan menguji kecukupan dana, solvency
perusahaan kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera
harus dipenuhi.
Sedangkan menurut Weston dan Briham (1981, hal. 138) dalam
Jumingan (2005, hal. 122) rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
d. Pengukuran current ratio
Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas
atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan
sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah dari pada aktiva lancar dan
sebaliknya.
Menurut Arfan Ikhsan Dkk (2006, hal. 75) rumus untuk
menghitung current ratio (CR) adalah:
aktiva lancar
Rasio lancar =
Total hutang lancar
Bila nilai Current ratio perusahaan sebesar 2,3 (250%) hal ini
berarti jumlah aktiva lancar sebanyak 2,5 kali untang lancar atau setiap
hutang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh aktiva lancar Rp. 2,50
3. Debt to Equity Ratio
a. Pengertian Debt to Equity Ratio
Rasio hutang terhadap modal sendiri (Debt to Equity Ratio)
merupakan perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan
modal sendiri. Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh hutang.
Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit
disbanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besaran hutang
tidak boleh melebihi modal sendiri agar tetap tidak terlalu tinggi. Untuk
pendekatan konservatif besarnya hutang maksimal sama dengan modal
sendiri, artinya Debt to Equity Ratio maksimal 100%
Menurut Hery (2015, Hal. 198) rasio hutang terhadap modal
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi
hutang terhadap modal.
Menurut Riyanto (2001, Hal. 255) Debt to Equity Ratiodigunakan
untuk megetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan hutang perusahaan atau untuk menilai
banyaknya hutang yang dipergunakan oleh perusahaan.
Menurut Arfan Iksan Dkk. (2016, Hal. 85)Debt to Equity
Ratioyaitu mengukur dana yang disediakan kreditur dengan dana yang
disediakan oleh pemilik perusahaan.
Menurut I Made Sudana (2011, Hal. 20) Debt to Equity Ratio yaitu
mengukur porsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva
perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri.
Peningkatan kewajiban akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih
termasuk laba yang akan dibayarkan karena kewajiban tersebut lebih di
perioritaskan daripada pembagian dividen. Semakin tinggi kewajiban
maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar
dividen (Sartono, 2001, Hal. 66)
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
Debt to Equity Ratio adalah bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang perusahaan.
b. Factor-faktor yang Mempengaruhi Debt to Equity Ratio
Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan
dana perusahaan. Tugas manajer disini adalah mengambil keputusan
mengenai komposisi dana dan sumber dari dana itu sendiri yang akan
digunakan oleh perusahaan. Hal tersebut diputuskan dengan
mempertimbangkan setiap akibat dari penggunaan komponen dana
tertentu. Misalnya memperkirakan biaya-biaya yang akan ditanggung
perusahaan dengan menggunakan salah satu komposisi dana tersebut
(biaya modal) sebagai modal perusahaan. Juga memperhatikan mengenai
perubahan yang akan terjadi pada nilai perusahaan sebagai konsekuensi
atas penggunaan komposisi dana yang dipilih tersebut. Untuk itu perlu
bagi manajer untuk mempertimbangkan tingkat Debt to Equity Ratio
perusahaan.
Menurut Sartono (2010, Hal. 248) adapun factor yang
mempengaruhi Debt to Equity Ratioadalah sebagai berikut :
1) Tingkat penjualan
2) Struktur asset
3) Tingkat pertumbuhan perusahaan
4) Profitabilitas
5) Variabilitasi laba dan perlindungan pajak
6) Skala perusahaan
7) Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Keterangan :
1) Tingakt Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil berarti
memiliki aliran kas relative stabil pula. Maka dapat
menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan dengan
penjualan yang tidak stabil
2) Struktur Asset
Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar
dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini
disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih
muda mendapatlkan akses ke sumber dana dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya asset tetap dspat
digunakan sebagai jaminan atau kolerasi hutang perusahaan.
Memang penggunaan hutang dalam jumlah besar akan
menyebabkan finansial risk meningkat, sementara asset tetap
dalam jumlah besar tentu akan memperbesar business risk dan
pada akhirnya berarti total risk juga meningkat.
3) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin
besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin
besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin
besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi
perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan
laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk
pembiayaan investasi.
4) Profitabilitas
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan factor penting
dalam menentukan kinerja keuangan. Dengan laba ditahan
yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba
ditahan sebelum menggunakan hutang. Meskipun secara
teoritis sumber modal yang biayanya rendah adalah hutang.
Kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham
biasa serta laba ditahan. Pertimbangan lain adalah bahwa direct
cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibandingkan
dengan pembiayaan internal.
5) Variabelitas laba dan perlindungan pajak
Variable ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas
penjualan. Jika variabelitas atau volatilitas laba perusahaan
kecil, maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih
besar untuk menanggung beban tetap dari hutang. Ada
kecendrungan bahwa pengguna hutang akan memberikan
manfaat berupa perlindungan pajak.
6) Skala perusahaan
Perusahaan besar yang sudah well-estabilished akan lebih
mudah memperoleh modal dipasar modal dibandingkan dengan
perushaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti
perusahaan besar memiliki fleksibilotas yang lebih besar pula.
Bukti empiris menyatakan bahwa skala perusahaan
berhubungan positif dengan rasio antar hutang dengan nilai
buku ekuitas atau Debt to book value of Equity Ratio
7) Kondisi intern dn ekonomi makro
Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual
saham dan obligasi. Secra umum kondisi yang paling tepat
untuk menjual obligasi atau saham adalah pada saat tingkat
bunga pasar sedang rendah dan pasar sedang bullish. Tidak
jarang perusahaan harus memberikan signal-signal dalam
rangka memperkecil informasi yang tidak simetris agar pasar
dapat menghargai perusahaan secara wajar.
c. Tujuan dan Manfaat Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratiomerupakan rasio yang membandingkan hutang
perusahaan dengan total ekuitas. Berikut adalah bebrapa tujuan
perusahaan dengan menggunakan Debt to Equity Ratiomenurut Kasmir
(2013, H/al. 153) menyatakan :
1) untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya
2) untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap
3) untyuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dan modal
4) untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang
5) untuk menilai seberapa besar pengaruh hutang perusahaan
terhadap pengelolaan aktiva
6) untukmenilai atau mengukur berapa pengaruh hutang
perusahaan terhadap pengelolaan aktiva
7) untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih,
terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.
Sementara itu, manfaat Debt to Equity Ratiomenurut Kasmir
(2013, Hal. 154) adalah :
1) untuk menganalisis posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya (kreditor)
2) untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap
3) untuk menganalisis keseimbangan antar nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dan modal
4) untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang
5) untuk menganalisis seberapa besar pengaruh hutang perusahaan
terhadap pengelolaan aktiva
6) untuk menganalisis atau mengukur berapa pengaruh hutang
perusahaan terhadap pengelolaan aktiva
7) untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang akan segera
ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.
d. Pengukuran Debt to Equity Ratio
Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratiomenurut Syafrida
Hani (2015, Hal. 124) adalah :
Total liabilities
DER =
Total equity
Semakin tinggi Debt to Equity Ratioini semakin menunjukkan
perusahaan semakin beresiko. Semakin rendah Debt to Equity Ratioakan
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua
kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan kinerja yang
buruk bagi perusahaan.
4. Debt to Asset Ratio
a. Pengertian Debt to Asset Ratio
satu hal yang penting dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan
dana adalah modal. Modal merupakan hal yang utama dalam
menumbuhkan perusahaan. Debt to Asset Ratio yaitu rasio total
kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan
hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perushaan yang
didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang
kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva
akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor
Menurut Darsono dan Ashari (2004, Hal. 54), Debt to Ratio adalah
“ratio yang menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang”.
Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan
dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa
mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi
menunjukan peningkatan dari rasio yang tinggi menujukan peningkatan
dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam
membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang
tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada
akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden.
Menurut Munawir (2010, Hal. 105), Debt to Assets Ratio adalah
“rasio antara total hutang dengan aktiva”. Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total
hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.
Debt to Assets Ratio termasuk dalam rasio solvabilitas. Rasio
solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang/kewajiban. Secara sederhana,
rasio solvabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam
membayarkan seluruh kewajiban yang dimilikinya, baik kewajiban jangka
panjang maupun jangka pendek pada saat perusahaan dilikuidasi. Apabila
perusahaan tersebut dapat membayarkan seluruh utangnya tanpa
mengalami defisit, maka kinerja perusahaan dapat dikatakan baik,
sehingga para investor akan percaya untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan bersangkutan. Hal demikian juga akan mempengaruhi
besarnya Harga Saham.
b. Factor-faktor yang mempengaruhi Debt to Assets Ratio
Hutang jangka pendek ialah kewajiban-kewajiban yang
penyelesaiannya harus dilakukan dengan menggunakan aktiva lancar
atau pembentukan aktiva lancar lainnya. Kewajiban lancar yang biasanya
terdapat dalam sebuah perusahaan adalah :
a) Hutang bank dapat berupa kewajiban lancar atau kewajiban jangka
Panjang, tergantung pada waktu pembayaran yang telah disetujui
oleh kedua belah pihak.
b) Hutang pajak penghasilan adalah pajak penghasilan tahun berjalan
yang masih harus dibayar, setelah diperhitungkan pajak yang dibayar
dimuka.
c) Hutang beban adalah hutang yang timbul sebagai akibat dari beban-
beban rutin untuk menjalankan kegiatan perusahaan yang belum
dibayar
Hutang jangka Panjang umumnyabdigunakan untuk membelanjai
perluasan perusahaan atau mederenisasi dari perusahaan, karena
kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.
Menurut Margareta (2005, Hal. 156) ada beberapa factor yang
mempengaruhi keputusan hutang jangka Panjang yaitu:
1. Struktur modal yang ditargetkan
2. Kesesuaian jangka waktu
3. Tingkat suku bunga
4. Perkiraan atas suku bunga
5. Pembatasan dalam perjanjian hutang yang ada
c. Tujuan dan Manfaat Debt to Asset Ratio
Debt to Asset ratio yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Rasio
ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang.
Menurut Kasmir (2013, Hal. 153), debt to asset ratio digunakan untuk
mengukur total dana yang dibiayai dengan hutang yaitu :
1. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap
2. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
htang
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dan modal
4. Untuk menilai seberapa besar pengaruh hutang perusahaan
terhadap pengelolaan aktiva
5. Untuk menilai atau mengukur berapa pengaruh hutang
perusahaan terhadap pengelolaan aktiva.
Manfaat Debt to Asset Ratio menurut Kasmir (2012, Hal. 154)
adalah :
1. Untuk menganalisis posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lain.
2. Untuk menganalisis kemampuan perushaan dalam memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap
3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva
khususnya aktiva tetap dan modal
4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh hutang
perusahaan terhadap pengelolaan aktiva
5. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang.
d. Skala Pengukura Debt to Asset Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antarahutang lancar dan hutang
jangka Panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan
beberapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio
ini dapat dihitung dengan rumus, menurut Raharjaputra (2011, Hal. 201)
yaitu
Debt to Asset Ratio =
Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Debt to Asset
Ratio merupakan mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin
keseluruhan kewajiban atau hutang.
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual membantu menjelaskan hubungan antara
variable independent terhadap variable dependent yaitu Current Ratio,
Debt to Equty Ratio, Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham
1. Pengaruh Current Ratio Terhadap Harga Saham
Current ratio merupakan rasio likuiditas yang paling umumdigunakan
dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan. dari tabulasi dapat
dilihat bahwa profitabilitas value sebesar 4,424 lebih besar dari 0,05.
Hasil dari uji-t diketahui bahwa current ratio mempunyai pengaruh
yang signifikan dan positif terhadap harga saham. Semakin tinggi
rasio ini, maka perusahaan dianggap semakin mampu untuk melunasi
jangka pendeknya sehingga akan menarik investor untuk membeli
saham perusahaan tersebut dan akan meningkatkan harga saham.
Menurut Munawir (2010, hal. 72) Current Ratio berpengaruh baik
terhadap harga saham karena Current Ratio menunjukkan tingkat
keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang, hutang perusahaan yang sudah
jatuh tempo.
Menurut penelitian Murni (2016) Current Ratio terhadap harga saham
berpengaruh secara negatif dan signifikan.Hal ini dikarenakan Current
Ratio yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya piutang yang tidak
tertagih. Diperkuat oleh Novianti (2015) dalam jurnalnya yang
menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham
Dalam Valentino dan Sularto (2013) menemukan bahwa variable CR
memiliki [engaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur
sector industri barang konsumsi di bei. Hasil penelitian tersebut juga
selaras dengan hasil pnlitian dari Nahariyah (2016) yang menemukan
bahwa CR memiliki pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
konstruksi bangunan yang trdaftar di BEI
2. Pengaruh Debt to Equity RatioTerhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio adalah salah satu rasio leverage yang dapat
menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk memenuhi seluruh
kewajibannya mengantisipasi hutang.
Menurut Kasmir (2012, hal. 158) Debt to Equity Ratio merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas rasio ini dicari
dengan cara membandingkan antara seluruh hutang termasuk hutang
lancar dengan seluruh ekuitas rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan meminjam (kreditur) dengan memilih
perusahaan.
Sedangkan menurut Syamsudin (2009, hal. 54) menyatakan bahwa “
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang dapat menunjukkan
hubungan pinjamanjangka panjang yang diberikan oleh kreditor
dengan jumlah modal sendiri yangdiberikan oleh pemilik perusahaan”.
Menurut Sari (2013) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.Dengan demikian secara
parsial Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham.
3. Pengaruh Debt to Asset Ratio Terhadap Harga Saham
Debt to Asset Ratio yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Rasio ini
menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan
persentase aktiva perushaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini
juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam
mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa
mengurangi pembayaran bunga pada kreditor
Menurut Darsono dan Ashari (2004, Hal. 54), Debt to Ratio adalah “ratio
yang menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukan presentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
hutang”.Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat
kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor.Nilai
rasio yang tinggi menunjukan peningkatan dari rasio yang tinggi
menujukan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya.
Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan
pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi
pembayaran deviden.
4. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio
terhadap Harga Saham
Berdasarkan penelitian Novita dan Ratna (2009) menyimpulkan
bahwa Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio
berpengaruh terhadap Harga Saham. Begitu juga penelitian Wahnida
(2017) mengatakan bahwa CR, DAR, DER berpengaruh terhadap
harga saham.
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas maka kerangka
konseptual variabel independen dan dependen dalam melihat pengaruh
antara variabel baik secara simultan maupun parsial dapat dilakukan
paradigma dibawah ini :
Gambar II.1 Kerangka Konseptual
C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang pengaruh antara dua variabel
atau lebih, dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono 2012, hal 221)
Berdasarkan kerangka konseptual yang dikembangkan, maka hipotesis
atau dugaan sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada
perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2017.
2. Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadapHarga Saham
pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia
periode 2013-2017.
3. Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia
periode 2013-2017.
4. Current Ratio, Debt To Equity Ratio dan Debt to Asset Ratiosecara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2017.
Debt to Equity Ratio Harga Saham
Debt to Asset Ratio
Current Ratio
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian digunakan untuk mempermudah dalam
melakukan penelitian.Penelitian ini menggunakan penelitian assosiatif.
Sugiyono (2012, Hal. 11) menyebutkan bahwa penelitian assosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dua variable atau lebih.Alasan peneliti menggunakan penelitian assosiatif
karena peneliti ingin mengetahui adanya pengaruh current ratio, debt to
equity ratio, dan debtto asset ratio terhadap harga saham perusahaan
manufaktur sub sector farmasi yang terdaftar di BEI.
B. Definisi Operasional
Operasional variable bertujuan untuk melihat sejauh mana
pentingnya variable-variable yang digunakan dalam ini dan juga untuk
mempermudah pemahaman untuk membahas penelitian ini. Adapun
variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variable Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah tipe variable yang dapat dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variable lain. Menurut Sugiyono (2017, hal 39)
Variabel (Y) adalah variable yang dapat dijelaskan atau dipengaruhi
variable lain (variable terikat).
a. Harga Saham
Harga Saham menurut (Darmadji dan Fakhruddin 2006) adalah
nilai sahamyang ditentukan oleh kekuatan penawaran jual beli
saham pada mekanisme pasar tertentu dan merupakan harga juak
dari investor yang sat uke investor yang lainnya. Nilai perusahaan
dapat digambarkan dengan adanya perkembangan harga saham
perusahaan di pasar modal.Semakin tinngi harga saham suatu
perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut
pada prinsipnya, investor membeli saham untuk mendapatkan
dividen dan capital gain. Emiten yang dapat menghasilkan laba
yang tinggi akan meningkatkan tingkat kembalian yang diperoleh
investor yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut
2. Variable Bebas
Menurut Sugiyono (2017, hal 39) Variable bebas adalah tipe variable
yang menjelaskan atau mempengaruhi variable lain. Variable bebas
dalam penelitian ini adalah :
a. Current Ratio (X1)
Variable bebas (X1) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Current Ratio (CR) adalah kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.
Adapun rumus Current ratio (CR) adalah :
Current ratio=
b. Debt to Equity Ratio(X2)
Variabel bebas (X2) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Debt to Equity Ratio.Debt to Equity Ratio merupakan suatu rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi
utang terhadap modal dan merupakan rasio yang
mempresentasikan seberapa efektif asset perusahaan digunakan
untuk menjamin perusahaan dalam membayarkan
kewajibannya/utang.Rasio ini dicari dengan membandingkan
antara seluruh utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
=
c. Debt to Asset Ratio (X3)
Variable bebas (X3) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Debt to Asset Ratio. Debt to Asset Ratioyaitu rasio total kewajiban
terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan
hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perushaan
yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi
tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi
pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran
bunga pada kreditor
Debt to Asset Ratio =
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
(www.idx.co.id) jalan ir. H. Djuanda no.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2018 sampai bulan
Desember 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel jadwal
penelitian sebagai berikut
TabelIII. 1
WaktuPenelitian
D. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generasi yang terdiri atas obyek-obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017, hal 80).Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2013-2017.Dengan jumlah populasi sebanyak 9
Perusahaan Sub Sektor Otomotif.
Tabel III.2
Populasi Penelitian Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang terdaftar di BEI
no Kode
perusahaan
Nama perusahaan
1 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
2 INAF Indofarma (persero) Tbk
3 KAEF Kimia Farma (persero) Tbk
No Kegiatan
Bulan
November
2018
Desember
2018
Januari
2019
Februari
2019
Maret
2019
1 Pengumpulan Data
2 Pengajuan Judul
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Pengesahan Proposal
6
Pengolahan Data dan Analisis Data
7 Penyusunan Skripsi
8 Sidang Meja Hijau
4 KLBF Kalbe Farma Tbk
5 MERK Merck Indonesia Tbk
6 PYFA Pyridam Farma Tbk
7 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
8 SIDO Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk
9 SQBB/SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia
10 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017, hal 81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimupulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Metode purposive
sampling yang merupakan teknik penentuan sampel secara acak dan
pengambilan sampel karakteristiknya adalah :
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
2. Laporan yang digunakan adalah laporan yang sudah di audit oleh
lembaga audit independen.
3. Laporan keuangan yang digunakan dalam mata uang yang sama yaitu
dalam mata uang rupiah (Rp).
Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh sampel dalam penelitian ini yaitu
sampel perusahaan sebanyak 7 perusahaan dan sampel data sebanyak 10 data.
Tabel III.3
Jumlah SampelPerusahaan Sub Sektor Otomotif Yang terdaftar di BEI
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
2 INAF Indofarma (persero) Tbk
3 KAEF Kimia Farma (persero) Tbk
4 KLBF Kalbe Farma Tbk
5 MERK Merck Indonesia Tbk
6 SIDO Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk
7 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
Sumber :www.idx.co.id
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik dokumentasi.Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan mengambil data-data
yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dari situs resminya,
yaitu laporan keuangan Sub Sektor Otomotif tahun 2013-2017.
F. Tekhnik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
analisis data kuantitatif. Metode analisis data kuantitatif adalah metode
analisis data yang menggunakan perhitungan angka-angka yang nantinya
akan dipergunakan untuk mengambil suatu keputusan di dalam memecahkan
masalah dan dari data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teori-
teori yang telah berlaku secara umum, sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan serta menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat diterima
atau ditolak, sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis,
metode regresi berganda yang menghubungkan variabel dependen
dengan beberapa variabel independen dalam satu model prediktif
tunggal. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Resiko
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Adapun bentuk model yang
akan diuji daalam penelitian ini adalah :
Y= α + β1X1 + β2X2 + ε
Dimana :
Y = Price Earning Ratio
α = Konstanta
X1 = Debt to Equity Ratio
X2 = Firm Size
ε = Error
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model berdistribusi normal atau
tidak.Data terkadang bisa terdistribusi secara tidak normal, sehingga
untuk menjadikan data cukup dengan di deferensi.Data pengambilan
keputusan dalam deteksi normalitas yaitu jika data menyebar digaris
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika tidak data akan menyebar jauh
dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi tidak memenuhi syarat asumsi normalitas.
Menurut Juliandi dan Irfan (2014, hal.160) uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan:
1) Uji NormalP-P Plot of Regression Standardized Residual
Uji ini dapat digunakan untuk melihat model regresi normal atau
tidaknya dengan syarat yaitu:
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik historisnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji kolmogorov smirnov
Uji ini bertujuan agar dalam penelitian ini dapat mengetahui
berdistribusi normal atau tidaknya antara variabel independen dengan
variabel dependen ataupun keduanya.
a) Jika angka signifikansi > 0,05 maka data mempunyai distribusi
yang normal.
b) Jika angka signifikansi < 0,05 maka data tidak mempunyai
distribusi yang normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak.Model yang baik
seharusnya tidak tejadi korelasi yang tinggi diantara variabel
bebas.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam
model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF).Jika nilai toleransi lebih besar dari 0,1 atau
nilai VIF lebih kecil dari 0,1 maka dapat disimpulkan tidak terjadinya
multikolinieritas pada data yang akan diolah.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model
regresi tidak sama (tidak konstan). Sebaliknya, jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut
dengan homoskedastisitas.
Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah
dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas nya dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah yang telah diprediksi dan sumbu X
residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di Standardized
dasar analisis heteroskedastisitas, sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengidentifikasi kan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier berganda terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan
residual periode t-1 (sebelumnya).Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Kriteria pengujiannya adalah:
1) Jika 0< d <dL, berarti ada autokorelasi positif.
2) 4 – dL< d < 4, berarti ada autokorelasi negatif.
3) Jika 2 < d < 4 – dU atau dU< d < 2, berarti tidak ada autokorelasi
positif atau negatif.
4) Jika dL≤ d ≤dU atau 4 – dU≤ d ≤ 4 – dL, pengujian tidak
meyakinkan.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F).
a. Uji t
Test uji-t digunakan untuk menguji setiap variabel bebas atau
independen variabel (Xi) apakah variabel (X1), (X2), mempunyai
pengaruh yang positif serta signifikan terhadap variabel terikat atau
dependen variabel (Y).
Menurut Sugiyono (2010, hal 184) menyatakan bahwa untuk
mengetahui tingkat signifikan dapat dilakukan uji- t dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
t = t hitung yang dikonsultasikan dengan tabel t
r = Korelasi parsial yang ditemukan
n = Jumlah sampel
Ketentuan :
Jika nilai t dengan probabilitas korelasi yakni sig-2 tailed < taraf
signifikan (α) sebesar 0,05 maka H0 diterima, sehingga tidak ada
korelasi tidak signifikan antara variabel x dan y. Sedangkan jika nilai t
dengan probabilitas t dengan korelasi yakni sig-2 tailed > taraf
signifikan (α) sebesar 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga ada korelasi
signifikan antar variabel x dan y.
Pengujian hipotesis :
-thitung-ttabel 0 ttabel thitung
Gambar III-1 Kriteria Pengujian Hipotesis uji T
a. Betuk Pengujian
H0 : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).
H0 : rs ≠ 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y). b. Kriteria Pengujian
H0 diterima : jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
H0 ditolak : jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel
b. Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan secara serentak apakah
variabel bebas atau dependent variabel (Xi) mempunyai pengaruh yang
positif atau negatif, serta signifikan terhadap variabel terikat atau
dependent variabel (Y).
Menurut Sofar (2017, hal. 165) menyatakan bahwa untuk
pengujian signifikansi atau uji hipotesis terhadap korelasi berganda
digunakan uji F dengan menggunakan rumus F hitung sebagai berikut:
Keterangan:
Fh = F hitung
R2 = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah Sampel
1) Langkah-langkah perumusan hipotesis dengan uji F :
H0 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh variable bebas
terhadap variable terikat.
H0 ≠ 0 berarti secara bersama-sama ada pengaruh variable bebas
dengan variable terikat.
2) Menentukan nilai F table
Menentukan taraf nyata atau level of significant, α = 0,05 atau 0,01
Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua, yaitu :
df pembilang = dfn =df1 = k
df penyebut = dfd = df2 = n – k – 1
Dimana :
d = degree of freedom/ derajad kebebasan
n = Jumlah sampel
k = Banyaknya koefisien regresi
3) Menentukan daerah keputusan, yaiktu dimana daerah hipotesa nol
diterima atau ditolak.
Ho diterima jika Fhitung≤ Ftabel, artinya sermua variable bebas secara
bersama-sama bukan merupakan variable penjelas yang signifikan
terhadap variable terikat.
Ha ditolak jika Fhitung>Ftabel, artinya sermua variable bebas secara
bersama-sama merupakan variable penjelas yang signifikan terhadap
variable terikat.
4) Menentukan uji statistic nilai F
Bentuk distribusi F selalu bernilai positif.Nilai F table yang diperoleh
dibandingkan dengan nilai F hitung apabila nilai F hitung lebih besar
dari F table maka diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara variable independen dan variable
dependen.
Pengujian hipotesis :
Daerah penerimaan Ho
Gambar III-2 Kriteria Pengujian Hipotesis uji-F
3. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan variabel independen (Merek dan Harga) dalam
menerangkan variabel dependen (Keputusan Pembelian).Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu.Jika nilai R2 semakin kecil
(mendekati nol) berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas atau memiliki
pengaruh yang kecil.Dan jika nilai R2 semakin besar (mendekati satu)
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen atau
memiliki pengaruh yang besar. Menurut Sugiyono (2010, hal. 185)
determinasi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
F skor
Fk Fh
Daerah penolakan
Ho
a= 0,05
D = R2
×100%
Dimana :
D = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi variabel bebas dengan variabel terikat.
100% = Persentase Kontribusi
Untuk mempermudah peneliti dalam pengelolaan penganalisisan data,
peneliti menggunakan program komputer yaitu Statistical Program For
Social Science (SPSS).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data
Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sub sektor
farmasi selama 2013-2017 (selama 5 tahun). penelitian ini melihat apakah Current
Ratio, Debt to Equity ratio, Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI ada
9 perusahaan. Kemudian yang memenuhi criteria sampel keseluruhan dari jumlah
populasi yaitu ada 7 perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di
BEI. Berikut ini nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Tabel IV.1
Sampel penelitian
no Kode
perusahaan
Nama perusahaan
1 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
2 INAF Indofarma (Persero) Tbk
3 KAEF Kimia Farma Tbk
4 KLBF Kalbe Farma Tbk
5 MERK Merck Tbk
6 SIDO Industry Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
7 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2018(data diolah)
a. Harga Saham
variable terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
saham. Harga saham adalah nilai dari suatu perusahaan yang
mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baik suatu
perusahaan, baik kinerja saat ini ataupun prospek kedepannya.
52
Berikut adalah hasil perhitungan harga saham pada masing-masing
perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di BEI selama
periode 2013-2017.
Tabel IV.2
Harga saham perusahaan manufaktur subsector farmasi (BEI)
periode 2013-2018
No Kode
perusahaan
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 1690 1300 1755 1960 1960
2 INAF 355 168 3870 5900 5500
3 KAEF 1465 870 2750 2700 2440
4 KLBF 1,830 1,320 1,515 1,690 1,665
5 MERK 8,000 6,775 9,200 8,500 8,350
6 SIDO 700 610 550 520 535
7 TSPC 2,865 1,750 1,970 1,800 1,660
Rata-rata 2,415 1,828 3,087 3,296 3,159
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2018 (data diolah kembali)
Berdasarkan tabel diatas Harga Saham perusahaan farmasi
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dilihat dari data diatas pula hanya
perusahaan MERK yang diatas rata-rata yakni 8,165 dan INAF dengan
rata-rata 3.159 sedangkan 5 perusahaan yang lainnya berada di bawah
rata-rata yaitu DVLA 1.733, KAEF 2.045, KLBF 1.604, SIDO 583 dan
TSPC 2.009. adapun diantara semua ini makan MERK merupakan
perusahaan dengan rata-rata saham teringgi disbanding denganyang
lainnya itu artinya kinerja perusahaan tersebut amat baik. Dari data diatas
dapat kita lihat juga bahwa MERK menjadi perusahaan yang tidak
memiliki penurunan harga saham dikarenakan baiknya kinerja keuangan
perusahaan tersebut.
Dilihat dari data diatas juga bahwa tahun 2016 adalah tahun
dimana rata-rata harga saham tertinggi yang artinya ditahun tersebut
kinerja perusahaan mengalami peningkatan secara serempak naik dari
tahun sebelumnya yaitu 2015. Perusahaan-perusahaan yang harga
sahamnya dibawah rata-rata menandakan bahwasanya kinerja perusahaan
tersebut kurang baik dan terjadi penurunan harga saham, dan akan
berdampak pada investor yang memiliki saham tersebut karena akan
menentukan capital gain/loss yang akan mereka dapatkan.
b. Current Ratio
Variabel X1 yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current
Ratio. Current Ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar
dengan utang lancar. Berikut hasil perhitungan Current Ratio (CR) pada
masing-masing perusahaan manufaktur subsector farmasi yang terdaftar di
BEI periode 2013-2017
Tabel IV. 3
Current ratio (CR) perusahaan manufaktur subsector farmasi (BEI)
periode 2013 sampai 2017
N
O
KODE
PERUSAHAA
N
CURRENT RATIO (AKTIVA LANCAR/HUTANG
LANCAR)
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 0.004 2.733 1.969 1.853 1.698
2 INAF 1.840 1.903 1.630 1.714 3.051
3 KAEF 2.916 2.565 2.355 1.975 1.765
4 KLBF 4.019 4.765 4.966 5.512 6.104
5 MERK 3.773 4.263 3.817 4.613 3.658
6 SIDO 8.634 14.462 14.136 13.005 12.039
7 TSPC 3.500 3.830 3.227 3.376 3.160
RATA-RATA 3.527 4.931 4.586 4.579 4.496
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2018 (data diolah kembali)
Berdasarkan tabel diatas bahwa current ratio mengalami fluktuasi
yang tidak konsisten naik ataupun turunnya pada tahun 2014 naik 14%
yang artinya perusahaan tersebut dapat dengan baik membayar kewajiban
jangka pendeknya sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan yang
sangat drastic hingga 140%.
Hal ini menjadi kabar buruk bagi para investor dikarenakan tingkat
likuiditas yang menurun dratis dan bahkan mengalami penurunan lagi
ditahun berikutnya sebesar 34% dan menurun lagi di tahun-tahun
berikutnya.
c. Debt to Equity Ratio
Varianle bebas X2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Debt to Equity Ratio. Dalam penelitian ini diukur dengan cara total hutang
dibagi dengan equitas (modal). Berikut ini adalah hasil dari perhitungan
DER perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.
Tabel IV. 4
Debt to Equity Ratio perusahaan farmasi pada BEI periode 2013-2017
NO KODE
PERUSAHAAN
DEBT TO EQUITY RATIO (TOTAL
HUTANG/EKUITAS)
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 301.264 0.470 0.718 0.765 0.866
2 INAF 1.210 1.116 1.588 1.400 0.953
3 KAEF 0.522 0.639 0.738 1.028 1.343
4 KLBF 0.332 0.267 0.252 0.222 0.196
5 MERK 0.361 0.352 0.289 0.277 0.376
6 SIDO 0.131 0.074 0.076 0.083 0.091
7 TSPC 0.403 0.358 0.449 0.421 0.463
RATA-RATA 43.460 0.468 0.587 0.599 0.612
sumber : Bursa Efek Indonesia 2018 (data diolah kembali)
berdasarkan tabel diatas bahwa debt to equity ratio mengalami
fluktuasi kenaikan dan penurunan ratio secara tidak merata. Pada tahun
2013 mengalami peningkatan hingga 430% yang artinya ditahun tersebut
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban perusahaan dengan ekuitas
yang ada dengan baik. Namun secara keseluruhan perusahaan mengalami
penurunan setelah peningkatan drastis ditahun 2014 dan meningkat lagi di
tahun 2015 sebesar 11%. Maka dapat diambil kesimpulan turunnya debt to
equity ratio disebabkan turunnya total rata-rata hutang dan diikuti dengan
baik naiknya rata-rata ekuitas perusahaan farmasi.
d. Debt to Asset Ratio
Variable bebas (X3) dalam penelitian ini adalah debt to
asset ratio. Yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan
untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. Berikut ini hasil dari perhitungan debt to asset ratio
perusahaan manufaktur subsector farmasi yang terdaftar di BEI periode
2013-2017
Tabel IV.5
Debt to asset ratio perusahaan manufaktur subsector farmasi
BEI periode 2013-2017
N
O
KODE
PERUSAHAA
N
DEBT TO ASSET RATIO (TOTAL
HUTANG/TOTAL ASET)
2013 2014 2015 2016 2017
1 DVLA 231.558 0.366 0.508 0.540 0.589
2 INAF 0.544 0.525 0.614 0.583 0.328
3 KAEF 0.343 0.390 0.425 0.506 0.567
4 KLBF 0.249 0.210 0.201 0.181 0.164
5 MERK 0.265 0.235 0.262 0.217 0.273
6 SIDO 0.116 0.069 0.071 0.077 0.083
7 TSPC 0.286 0.261 0.310 0.296 0.316
RATA-RATA 33.337 0.294 0.341 0.343 0.331
Sumber : Bursa Efek Indonesia 2018 (data diolah kembali)
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan di
tahun 2013 yaitu sebesar 33.337 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa banyak asset yang dibiayai oleh hutang sehingga perusahaan tidak
mampu memenuhi kewajibannya. Tetapi menurun secra signifikan
padatahun 2014 dan naik lagi ditahun 2015.. tentu hal ini tidak
menyenangkan bagi investor yang hendak menanamkan sahamnya di
perusahaan-perusahaan farmasi yang terdapat di BEI periode 2013-2017
2. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan
menggunakan regresi linear berganda, pengujian hipotesis dan koefisien
determinasi. Namun sebelumnya penggunaan analisis regresi dalam
statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik yaitu sebagai berikut:
1) Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik, digunakan untuk memastikan bahwa alat
uji regresi berganda dapat digunakan atau tidak.apabila uji asumsi klasik
telah terpenuhi, maka alat uji statistic regresi linier berganda dapat
digunakan. Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model
yang baik apabila model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan
terbebas dari asumsi-asumsi klasik lain yaitu heteroskedasitas, linearitas,
dan multikolineritas.
a) Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variable dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika
dapat menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam
hal ini penelitian menggunakan uji Normal P-P Plot of regression
standardized residual dimana uji ini dapat digunakan untuk
melihat model regresi normal atau tidaknya dengan syarat. Yaitu
apabila data mengikuti garis diagonal dan menyebar disekitar garis
diagonal tersebut. Adapun ketentuan pengujiannya adalah sebagai
berikut :
a. jika ada penyebaran disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas
b. jika data menyebar jauh dari diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas
Gambar IV.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber : hasil penelitian SPSS 22 2019 (data diolah)
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa hasil dari pengujian p-plot
normalitas data menunjukkan penyebaran titik-titik data mendekati garis diagonal,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal layak untuk
dianalisis.
b) Grafik Histogram
Histogram adalah grafik batang yang dapat berfungsi untuk
menguji (secara grafik) apakah semua data berdistribusi normal atau tidak. Jika
data berdistribusi normal, maka data akan membentuk semacam lonceng. Apabila
grafik data terlihat jauh dari bentuk lonceng, maka dapat dikatakan data tidak
berdistribusi normal.
Gambar IV.2
Uji Histogram
Sumber : hasil penelitian SPSS 22 2019 (data diolah)
Grafik histogram pada gambar diatas menunjukkan pola distribusi norml
karena grafik tidak miring ke kiri maupun miring ke kanan.
c) Uji Kolmogrov-Smirnof
Uji ini bertujuan agar dalam penelitian ini dapat mengetahui
berdistribusi normal atau tidaknya antara variable independent
dengan variable dependen atau keduanya, dengan criteria :
1) Bila nilai signifikan < 0,05 berarti data berdistribusi tidak
normal
2) Bila nilai signifikan > 0,05 berarti data berdistribusi normal
Dengan SPSS versi 22.0 maka dapat diperoleh hasil uji
kolmogrov-smisrnof sebagai berikut:
Gambar IV. 3
Hasil uji kolmogrov-smirnof (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 25
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 851,48266984
Most Extreme Differences Absolute ,131
Positive ,131
Negative -,083
Test Statistic ,131
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : hasil penelitian SPSS 22 2019 (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai kolmogrov-smirnof
variable Current Ratio, Debt to Equity ratio, Debt to Asset Ratio telah
berdistribusi secara normal karena dari masing-masing variable memiliki
probabilitas lebih dari 0,05 yaitu 0,200 > 0,05. Nilai masing-masing variabel yang
telah memenuhi standar yang telah ditetapkan dapat dilihat pada baris Asymp Sig
(2-tailed) dari baris tersebut menunjukkan normal.
d) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi ditemukan adanya kolerasi yang tinggi diantara variabel bebas,
dengan ketentuan :
1) Jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas
2) Jika VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas
3) Jika tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas
4) Jika tolerance < 0,1 maka terjadi multikolinearitas
Berikut hasil pengujian multikolinearitas penelitian ini dapat
dilihat berdasarkan tabel berikut:
Tabel IV.6
Uji multikolinearitas coeficientsª Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e VIF
1 (Constant)
132,173 2409,384 ,055 ,957
CR 895,172 518,592 ,488 1,726 ,094 ,337 2,965
DER 509,360 1397,213 ,082 ,365 ,718 ,536 1,865
DAR 339,810 1551,890 ,050 ,219 ,828 ,511 1,958
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : hasil penelitian SPSS 22 2019 (data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel current
ratio (X1) sebesar 2,965 variabel debt to asset ratio (X2) sebesar 1,867 variabel
debt to equity ratio (X3) sebesar sebesar 1,958 dari masing-masing variabel yaitu
variabel independen current ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio terdapat
satu nilai yang lebih besar dari 5. Demikianlah nilai tolerance pada current ratio
sebesar 0.337 variabel debt to equity ratio sebesar 0,536 variabel debt to asset
ratio sebesar 0,511 dari masing masing lebih dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala multikornealitas anatar variabel independen yang di
indikasikan dari nilai tolerance setiap variabel independen lebih dari 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa analisis lebih lanjut dapat
dilakukan dengan menggunakan model regresi bergadnda.
VIF current ratio = 2,965 < 10
VIF debt to equity ratio = 1,867 < 10
VIF debt to asset ratio = 1,958 < 10
Dengan demiian penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
e) Uji Heterokedasitas
uji ini digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam sebuah regresi.
Bentuk pengujian yang digunakan dengan metode informal atau metode
grafik scatterplot. Adapun dasar analisinya dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Jika pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heterokedasitas.
b. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titk menyebar diatas dan
nahwa angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedasitas
Gambar IV. 4
Hasil uji heterokedasitas
Sumber : hasil pengolahan SPSS 22 2019 (data diolah)
Berdasarkan gambar diatas grafik scatterplot diatas terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y. hal ini disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi.
3. Regresi linier berganda
dalam penelitian ini model dan teknik analisa data menggunakan
pendekatan regresi linier berganda untuk hipotesis. Sebelum menganalisa
regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
Tabel IV.7
Uji regresi linier berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 132,173 2409,384 ,055 ,957
CR 895,172 518,592 ,488 1,726 ,094
DER 509,360 1397,213 ,082 ,365 ,718
DAR 339,810 1551,890 ,050 ,219 ,828
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
sumber : hasil pengolahan data SPSS 22 2019 (data diolah)
berdasarkan tabel diatas maka dapat diperoleh persamaan regresi
linier sebagai berikut :
Y = 132,173+895,172X1+509,36X2+339,81X3
Dengan persamaan regresi linier berganda tersebut, maka dapat diartikan sebagai
berikut :
(1) Konstanta bernilai 132,173. Hal ini menunjukkan bahwa, jika nilai current
ratio (X1) debt to equity ratio (X2) debt to asset ratio (X3) sama dengan
nol (0), maka nilai harga saham (Y) akan meningkat 132,173. Dengan
asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan
(2) Koefisein regresi current ratio (X1) sebesar 895,172 menjelaskan bahwa
setiap peningkatan current ratio sebesar 100%, maka nilai harga saham (Y)
mengalami penurunan sebesar 895,172 dengan sumsi bahwa variabel lain
bernilai konstan.
(3) Koefisien regresi debt to equity ratio (X2) sebesar 509,36 menjelaskan
bahwa setiap peningkatan debt to equity ratio 100%, maka nilai harga
saham (Y) mengalami peningkatan sebesar 50% dengan asumsi bahwa
variabel lain bernilai konstan.
(4) Koefisien regresi debt to asset ratio (X3) sebesar 339,81 menjelaskan
bahwa setiap peningkatan debt to asset raio 100 maka nilai harga saham
(Y) mengalami peningkatan sebsar 33% dengan asumsi bahwa variabel
lain bernilai konstan.
4. Pengujian Hipotesis
1. Uji t (uji parsial)
Untuk pengujian hipotesis 1, 2, dan 3 penulis menggunakan uji t.
uji statistic t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X)
secara individual mempunyai pengaruh yang signifikan aau tidak
terhadap variabel terikat (Y).
Adapun hasil hasil pengujian yang diperoleh dapat dilihat
berdasarkan tabel berikut :
Tabel IV.8
Hasil uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 132,173 2409,384 ,055 ,957
CR 895,172 518,592 ,488 1,726 ,094
DER 509,360 1397,213 ,082 ,365 ,718
DAR 339,810 1551,890 ,050 ,219 ,828
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : hasil pengolahan data SPSS 22 2019 (data di olah)
Untuk criteria uji t dilakukan pada tingkat α = 5% dengan nilai t,
untuk n + jumlah sampel – variabel bebas. Untuk criteria uji t dilakukan pada
tingkat α = 0.05 dengan nilai t untuk n = 35-3 = 32 adalah 2.036
Dari pengolahan data diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas t hitung
adalah sebagai berikut :
(1) Pengaruh current ratio terhadap harga saham
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Current Ratio tidak berpengaruh secara
individual (parsial) mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap
harga saham. Untuk kriteria uji t dilakukan pada tingkat α = 0,05 dengan nilai t
untuk n = 35 – 3 = 32 adalah 2.036. untuk itu thitung = 1.63 dan ttabel= 2.036.
Dari kriteria pengambilan keputusan :
H0 diterima jika : -2.036 ≤ thitung ≤ 2.036, pada α = 5%
Ha diterima jika : 1. thitung > 2.036
2. –thitung< -2.036
Terima Ho
-2.036 -1.63 0 1.63 2.036
Gambar IV. 5 : Hasil Pengujian Hipotesis 1
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial nilai thitung untuk variabel
Current Ratio adalah 1.63 dan ttabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2.036.
Dengan demikian thitung lebih kecil dari nilai ttabel 1.63 < 2.036 dan nilai signifikan
sebesar 0,112 (lebih besar dari 0,05) artinya H0 diterima Haditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa secara parsial tidak ada pengaruh signifikan Current Ratio
terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2017.
(2) Pengaruh debt to Asset ratio terhadap harga saham
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh secara individual (parsial) mempunyai hubungan yang signifikan
atau tidak terhadap harga saham. Untuk kriteria uji t dilakukan pada tingkatα =
0,05 dengan nilai t untuk n = 35 – 3 = 32 adalah 2.036. untuk itu thitung = -0.765
dan ttabel= -2.036.
Dari kriteria pengambilan keputusan
H0 ditolak jika : -0.765 ≤ thitung ≤ 2.036, pada α = 5%
Hoditerima jika :
1. thitung > 2.036
2. –thitung< -2.036
Terima Ho
-2.036 -0.765 0 0.765 2.036
Gambar IV. 6 : Hasil Pengujian Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial nilai thitung untuk variabel Debt
to EquityRatio adalah -0.765 dan ttabel dengan α = 5% diketahui sebesar -2.036.
dengan demikian -thitung lebih keci ldari ttabel -0.765<-2.036 dan nilai signifikan
sebesar 0,450 (lebih besar dari 0,05) artinya Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini
menunjukkan bahwa secara parsial ada pengaruh negatif antara Debt to Equity
Ratio terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2017 dengan tinggkat kepercayaan 95%.
2. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah debt to asset ratio tidak
berpengaruh secara individual (parsial) mempunyai hubungan yang signifikan
atau tidak terhadap harga saham. Untuk kriteria uji t dilakukan pada tingkat α =
0,05dengan nilai t untuk n = 35 – 3 = 32 adalah 2.036. untuk itu thitung = -0,405 dan
ttabel= 2.036.
Dari kriteria pengambilan keputusan
H0 ditolak jika : -2.036 < thitung < 2.036 pada α = 5%
Ha diterima jika : 1. thitung > 2.036
2. –thitung< -2.036
Terima H0
-2.036 -0.405 0 0.405 2.036
Gambar IV. 7 : Hasil Pengujian Hipotesis 3
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial nilai thitung untuk variabel debt
to asset ratio adalah -0,405 dan ttabel dengan α = 5% diketahui sebesar 2.036.
dengan demikian thitung lebih kecil dari ttabel (-0,405 < 2.036) dan mempunyai
angka signifikan sebesar 0,689 (lebih besar dari 0,05) artinya H0 diterima dan Ha
ditolak, Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial tidak ada pengaruh debt to
asset ratio terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2013-2017 dengan tinggkat kepercayaan 95%.
a. Uji Simultan (Uji - F)
Uji F atau juga disebut dengan uji signifikan serentak untuk dimaksudkan
untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas X1, X2, dan X3 untuk
dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat yaitu
Y. Uji F juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel memiliki
koefisien regresi sama dengan nol. Berdasarkan hasil pengolahaan data dengan
program spss versi 22, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel IV. 9
Hasil uji simultan (Uji –F)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 36744908,525 3 12248302,842 2,010 ,133b
Residual 188863097,075 31 6092357,970
Total 225608005,600 34
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
b. Predictors: (Constant), DAR, DER, CR
Sumber : hasil pengolahan data SPSS 22 2019 (data diolah)
Hasil diatas Bertujuan untuk menguji hipotesis stastistik diatas, maka
dilakukan uji F pada tingkat α = 5%. Nilai Fhitung untuk n = 35 adalah sebagai
berikut : Ftabel = n-k-1 = 35-3-1 = 31, Fhitung = 2,010 dan Ftabel = 2,91
kriteria pengambilan keputusan
H0 diterima jika : 1. Fhitung < 2.91 atau
2. –Fhitung >-2.91
Ha ditolak jika : 1. Fhitung > 2.91
2. -Fhitung < 2.91
Gambar IV.7
Kriteria Pengujian Hipotesis Secara Simultan
H0 ditolak
0 2,010 2,91
Berdasarkan hasil pengujian Dari Uji ANOVA (Analysis Of Variance) pada
tabel diatas didapat Fhitung lebih kecil Ftabel 2,010 ≤ 2,91 dengan tingkat signifikan
sebesar 0,010. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Fhitung < Ftabel .
Terima Ha dan H0 ditolak. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa variabel Current
Ratio, Debt to Equity Ratiodan debt to asset ratio secara bersama sama
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi ini berfungsi untuk mengetahui persentase besarnya
pengaruh variabel independen dan dependen yaitu dengan mengkuadratkan
koefisien yang ditemukan. Dengan penggunaannya, koefisien determinasi ini
dinyatakan dalam presentase (%). Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi atau
presentase pengaruh Current ratio, Debt to Equity Ratio dan debt to asset ratio
terhadap harga saham maka dapat diketahui melalui uji determinasi.
Dengan rumus : D = R2 x 100%
Tabel IV. 10
Koefisien determinasi
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,342a ,117 -,009 910,273 1,597
a. Predictors: (Constant), DAR, CR, DER b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : hasil pengolahan data SPSS 22 2019 (hasil diolah)
Pada tabel diatas, dapat dilihat dari analisis regeresi secara keseluruhan
menunjukkan nilai R sebesar 0,342 menunjukkan bahwa kolerasi atau hubungan
harga saham (variabel dependen) dengan Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio (DAR) (variabel independen) mempunyai
tingkat hubungan yang sangat kuat yaitu sebesar :
D = R2 × 100%
D = 0,342 × 100%
D =34,2%
Nilai Adjusted R Square R2 atau koefisien determinasi adalah sebesar 0,024
Angka ini mengindikasikan bahwa harga saham (variabel dependen) mampu
dijelaskan oleh Current ratio, Debt to Equity Ratiodan Debt to Asset Ratio
(variabel independen) sebesar 69,5% , sedangkan selebihnya 30,5% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kemudian standar
error of the estimase adalah sbesar 910,273 dimana semakin besar angka ini akan
membuat model regresi semakin buruk dalam memprediksiharga saham.
2. Pembahasan
Analisis hasil temuan penelitian ini adalah mengenai kesesuaian teori,
pendapat, maupun penelitian terdahulu yang telah dikemukakan hasil penelitian
sebelumnya serta pola perilaku yang harus dilakukan untuk membatasi hal-hal
tersebut. Berikut ini ada tiga (3) bagian utama yang akan dibahas dalam analisis
temuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pengauh Current Ratio terhadap harga saham
Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh Current Ratio terhadap
harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017. Menunjukkan bahwa nilai thitung lebih kecil dari ttabel yaitu (-
1.63<2.036) dengan nilai signifikan sebesar 0.112 atau lebih besar dari 0.005.
Sehingga H0diterima dan Haditolak, hal ini menunjukkan bahwa Current Ratio
berpengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap harga saham pada
perusahaaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2917.
Artinya perusahaan sudah likuid dalam membayar utang pada saat jatuh tempoh.
Disamping itu kenaikan Current Ratio disebabkan karna adanya
kemungkinan persediaan, kas dan surat berharga yang terlalu besar dan berlebihan
sehingga tidak efisien dalam penggunaan modal kerja perusahaan. sedangkan
kenaikan dan penurunan disebabkan adanya beban bunga dari hutang jangka
panjang, sedangkan aktiva lancar berfungsi untuk membayar hutang lancar, dalam
penelitian ini kemungkinan aktiva lancar juga digunakan untuk menutupi hutang
jangka panjang sehingga harga saham meningkat.
Penelitian ini berdasarkan penelitian terdahulu oleh Munawir (2014, hal. 72)
perusahaan dengan Current Ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat
dibayar hutang perusahaan yang suadah jatuh tempo karena proposi/distribusi dari
aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Misalnya jumlah persediaan yang
relative tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga
tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan over investment yang
akan mempengaruhi keputusan orang berinvestasi di perusahaan tersebut.
Semakin banyak orang berinvestasi maka akan menaikkan nilai harga saham.
Penelitian yang dilakukan penulis sama dengan penelitian Batubara (2018)
yang menyatakan bahwa current ratio berpengaruh positif terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis serta teori, pendapat, maupun
penelitian terdahulu maka penulis dapat penyimpulkan ada kesesuaian antara hasil
penelitian dan teori, pendapat dan penelitian terdahulu yakni ada pengaruh positif
antara current ratio terhadap harga saham.
Dalam Valentino dan Sularto (2013) menemukan bahwa variabel CR memiliki
pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi di BEI. Hasil penelitian tersebut juga selaras dengan hasil
penelitian Nahariyah (2016) yang menemukan bahwa CR memiliki pengaruh
terhadap harga saham pada perusahaan konstruksi bangunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham
Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh Debt to equity Ratio
terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan nilai thitung untuk
variabel Debt to Equity Ratio adalah -0.765 dan ttabel dengan α = 5% diketahui
sebesar 2.036. dengan demikian tthitung lebih besar dari ttabel (-0.765 < -2.035)
dengan nilai signifikan sebesar 0,450 lebih besar dari 0,005 dan thitung berada di
daerah penolakan H0 sehingga Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini menunjukkan
bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
Penelitian ini berdasarkan penelitian terdahulu oleh Kasmir (2015, hal 158)
“Apabila Debt To Equity Ratio meningkat maka laba yang dihasilkan akan
menurun (tidak menguntungkan), karena semakin besar Debt To Equity Ratio
semakin besar pula risiko yang di tanggung perusahaan.
Hal ini memberikan makna bahwa perusahaan lebih didominasi oleh hutang
dibandingkan modal sendiri. Dominasi atas hutang tentunya memberikan dampak
terhadap kelangsungan hidup perusahaan, terutama dalam meningkatkan laba
yang diperoleh. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan hutang perusahaan yang
digunakan untuk modal kerja atau ativitas operasional perusahaan tidak mampu
menghasilkan keuntungan yang optimal, sehingga perubahan Debt To Equity
Ratio memiliki pengaruh yang negatif untuk dapat meningkatkan kinerja atau
profit perusahaan dalam hal ini adalah harga saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Erlyna (2015) yang
menyatakan pada penelitian tersebut bahwa Debt to Equity Ratio secara parsial
berpengaru hnegatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham.
Menurut Hantono (2015) pengujian secara simultan Debt to Equity Ratio
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor
logam dan sejenisnya yang terdaftar di BEI 2009-2013
Menurut Ilmiyahtussajiah (2016) variabel Debt to Equity Ratio secara parsial
dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan food &
baverage periode 2010-2014
3. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Harga Saham
Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh Debt to Asset Ratio
terhadap Harga Saham pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan nilai thitung untuk
variabel Debt to Asset Ratio adalah 0,767 dan ttabel dengan α = 5% diketahui
sebesar 2.036. dengan demikian tthitung lebih besar dari ttabel (2.035> 0,767)
dengan nilai signifikan sebesar 0,449 lebih besar dari 0,005 dan Thitung berada di
daerah penolakan H0 sehingga Ha ditolak dan H0diterima, hal ini menunjukkan
bahwa Debt to Asset ratio tidak berpengaruhsignifikan terhadap Harga Saham
pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2017. Menurut Sartono (2016, hal. 249) mengemukakan bahwa, “ Perusahaan
besar dan berkembang akan lebih banyak membutuhkan modal dibanding dengan
perusahaan kecil”.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Debt to Asset Ratio secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Kesimpulannya bahwa dari
teori, pendapat dan penulis ada kesesuaian tentang Debt to Asset Ratio secara
parsial berpengaruh signifikan terhadapharga saham. Semakin besar debt to
Asset Ratio maka semakin besar modal yang dibiayain oleh hutang maka akan
berpengaruh terhadap minat investor untuk menanamkan saham.
4. Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio dan Debt to Asset
Ratio terhadap Harga Saham
Hasil penelitian yang diproleh mengenai pengaruh Current Ratio, Debt to
Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio terhadap harga saham pada perusahaan
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari uji ANOVA pada tabel
diatas didapat Fhitung sebesar 1.422 dengan tingkat signifikan sebesar 0,010
sedangkan Ftabel diketahui sebesar 2,91 . Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa Fhitung > Ftabel (1.422 < 2,91) terima Ha dan tolak H0. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratiodan debt to asset
ratio secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
Hal ini memberikan makna bahwa tingginya rasio likuiditas tidak selalu
menjamin bahwa meningkatkan keuntungan (profitabilitas) perusahaan, karena
ada kemungkinan Current Ratio yang tersedia berupa uang kas yang besar,
sehingga kemampuan menghasilkan laba kecil sehingga Current Ratio
berpengaruh signifikan terhadap Hargsa Saham dikarenakan aktiva lancar
diikutsertakan dalam pembayaran beban bunga akibat utang jangka panjang.
Kemudian Debt to Equity Ratio perusahaan sangat baik dalam mengukur
persentase dana yang diberikan oleh kreditor karena persentase dana utang dalam
membiayai investasi pada aktiva kecil. Karena jika rasio ini dibawa 50% maka
aktiva perusahaan tidak dibiayai oleh utang, dan sebaliknya semakin besar rasio
ini menunjukkan semakin besar porsi penggunaan utang dalam membiayai
investasi pada aktiva, yang berarti pula resiko keuangan perusahaan meningkat.
maka Dominasi atas hutang tentunya memberikan dampak terhadap kelangsungan
hidup perusahaan dalam mengoptimalkan struktur modal, dimana perusahaan
memiliki banyak pertimbangan dalam menentukan penggunaan dana dari luar
perusahaan dengan melihat besarnya beban bunga yang dihadapi rasio ini
berhubungan antara resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai bentuk keputusan
financial .
Ini mengindikasikan bahwa peningkatan hutang perusahaan yang digunakan
untuk modal kerja atau aktivitas operasional perusahaan tidak mampu
menghasilkan keuntungan yang optimal, dan dalam hal persediaan semakin
panjang waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menghabiskan persediaan,
maka semakin besar biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya
pemeliharaan. Dengan kata lain semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan,
maka laba perusahaan menurun.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu Pasaribu (2008) secara simultan
dan parsial factor-faktor fundamental seperti Current ratio, Debt to Equity Ratio,
Debt to Asset Ratio dapat mempengaruhi harga saham secara signifikan.
Maka dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan rasio ini
dapat diketahui apakah perusahaan itu efektif dalam menjalankan operasinya
sehingga mempengaruhi harga saham di pasar modal dan menjadi acuan para
investor untuk berinvestasi. Apabila harga saham sesuai dengan resiko yang ada
maka para investor tentu akan tertarik dengan perusahaan tersebut terlebih lagi
dengan melihat rasio fundamental yang mempengaruhi harga saham tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh
Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio terhadap Harga
Saham pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013 sampai dengan 2017 dengan sampel 7 perusahaan adalah sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian Current Ratio menunjukkan bahwa secara
parsial berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur subsector farmasi yang terdaftar di
BEI.
2. Berdasarkan hasil penelitian Debt to Equity Ratio menunjukkan bahwa
secara parsial berpengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur sub sector farmasi yang terdaftar di BEI.
3. Berdasarkan hasil penelitian Debt to Asset Ratio menunjukkan bahwa
secara parsial berpengaruh positif dan tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi
yang terdaftar di BEI.
4. Berdasarkan hasil penelitian Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt to
Asset Ratio menunjukkan bahwa berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sector farmasi
yang terdaftar di BEI.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dalam hal ini saran saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :
1. Saran bagi perusahaan :
a. Perusahaan sebaiknya memperhatikan factor-faktor yang diperkirakan
dapat mempengaruhi pertumbuhan harga saham.
b. Untuk lebih memperhatikan pertumbuhan laba yang akan menaikkan nilai
perusahaan sehingga menarik minat investor
c. Perusahaan dapat meningkatkan efisiensi peningkatan laba bersih sehingga
dapat mengantisipasi penurunan ekuitas.
d. Perusahaan hendaknya mengurangi total hutang yang menjadi salah satu
penyebab turunnya ekuitas
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
a. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel-variabe
penelitian yang lain yang diharapkan lebih berpengaruh terhadap harga
saham.
b. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat menajadikan penelitian ini
sebagai referensi untuk penelitian kedepan
3. Bagi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
a. Diharapkan bagi Universitas menambahkan waktu penelitian bagi
mahasiswa/I agar lebih memaksimalkan hasil penelitian
b. Diharapkan bagi Universitas untuk menetapkan keseragaman format agar
penulisan skripsi tidak bingung dalam penyelesaian penulisan
c. Sebaiknya Universitas lebih memudahkan proses penyelesaian penelitian
dan tidak berbelit setelah penelitian diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, K. S., & Wijaya, C. (2016). FINON( Finance for non finance)
Manajemen Keuangan Untuk Non Keuangan , Edisi Pertama. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Ambarwati, A. D. S. (2010). Manajemen Keuangan Lanjut, Edisi Pertama .
Yogyakarta: Graha Ilmu
Batubara, H. C. (2018). Pengaruh Current, Return On Equity Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Riset
Finansial Bisnis. 2(2), 61-70
Brigham. E. F., & Houston, J. F. (2009). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat
Erlyna, R. (2015). Pengaruh Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio, Return on
Asset terhadap Harga Saham. Program Studi Manajemen UMS. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. 3(01), 7-22
Fahmi, I. (2012). Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program. IBM SPSS 23,
Cetakan ke-8. Semarang : BPFE Universitas Diponegoro.
Hantono. (2015). Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio Terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-2013. Jurnal Wira
Ekonomi Mikroskil. 5(01), 21-29.
Harmono. (2018). Manajemen Keuangan, Teori kasus dan Riset Bisnis. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hery. (2015). Analisis Krisis Atas laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta:
Rajawali Pers.
Jumingan. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Media Grafika.
Juliandi, A., Irfan, & Manurung, S. (2013). Metedologi Penelitian Kuantitatif
Cetakan Pertama. Bandung : Cita pustaka Media Perintis.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan, Cetakkan ke-5. Jakarta : PT Raja
Grafindo.
Mulyadi. (2014). Sistem Akuntansi. Yogyakarta : Salemba Empat.
Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan, Edisi ke-4. Yogyakarta : Liberty.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Meteodologi Penelitian. Yogyakarta : BPFE.
Riris. (2016). Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, dan Return on Equity Terhadap Harga Saham Perusahaan Sub Sektor
Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2016).
Jurnal Menara Ilmu. 2(2), 1-8.
Sartono. (2016). Manajemen keuangan, Teori dan Aplikasi Edisi 4. Yogyakarta :
BPFE.
Sajiyah, I. (2016). Pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan return on
investment terhadap harga saham perusahaan food & baverages. Jurnal
Akademika. 14(1), 32-39.
Sawir, A. (2018). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Cetakan ke-5. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sitanggang, J. P. (2014). Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi ke-2. Jakarta :
Mitra Wacana Media.
Subramanyam., & John, J. W. (2014). Manajemen keuangan, Teori dan Aplikasi
Edisi 4. Yogyakarta : BPFE
Sujarweni, W. (2017). Analisis Laporan Keuangan.. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Subramanyam., & John, J. W. (2014). Manajemen keuangan, Teori dan Aplikasi
Edisi 4. Yogyakarta : BPFE
Sudana, I. M. (2011). Manajemen Keuanagan Perusahaan (Teori dan Praktik).
Jakarta : Penerbit Erlangga
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung :Alfabeta
Wardiyah, L. M. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke-1. Bandung :
CV Pustaka Setia.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 25
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation 851,48266984
Most Extreme Differences Absolute ,131
Positive ,131
Negative -,083
Test Statistic ,131
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constan
t) 132,173 2409,384 ,055 ,957
CR 895,172 518,592 ,488 1,726 ,094 ,337 2,965
DER 509,360 1397,213 ,082 ,365 ,718 ,536 1,865
DAR 339,810 1551,890 ,050 ,219 ,828 ,511 1,958
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 132,173 2409,384 ,055 ,957
CR 895,172 518,592 ,488 1,726 ,094
DER 509,360 1397,213 ,082 ,365 ,718
DAR 339,810 1551,890 ,050 ,219 ,828
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM