penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR
SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA
KELAS IV SD NEGERI 58 BALAI MAKAM
KECAMATAN MANDAU
Oleh
Reni Syafitri1, Hendri Marhadi
2, Zulkifli
3
Abstrak The purpose of this research is to improve learning outcomes IPS fourth grade students in SD
Negeri 58 Balai Makam.Subjek this study were fourth grade students of SD Negeri 58 Balai
Makam with the number of students 30 people, with 13 male students and 17 female students.
Research instruments include the syllabus, lesson plan, student worksheets. The results
showed an increase in learning outcomes from the first cycle to the second cycle. Activities
of teachers first cycle of 59.37% first meeting, a second meeting was 71.87%, an increase of
12.5%, in the first meeting of the second cycle of 84.37%, up from 12.5% the previous
meeting, a second meeting 93.75% increased to 9.38%. Activity students first cycle increased
from 67.85% at the first meeting, a second meeting to be 82.14%, an increase of 14.29%.
While the second cycle of the first meeting of 85.71% increased by 3.57 from the previous
meeting, a second meeting at 92.85% increased by 7.14%. Seen improved learning outcomes
from an average baseline score of 66.33 increased to 72.83 at the first daily test, an increase
of 9.79% and increased again 81 at the second daiy test, the number increased from the base
to the second daily score was 14, 67%. Based on the results of the study it can be concluded
that the application of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) to improve
learning outcomes IPS Elementary School fourth grade students in SD Negeri 58 Balai
Makam.
Keywords: Cooperatif Learning Type TPS, The Result of Social study
I. PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPS perlu dikembangkan model
pembelajaran yang dapat menarik siswa agar bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran IPS dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Pendekatan yang diterapkan dalam pengajaran IPS, haruslah pendekatan
multidimensional, atau ditinjau secara akademis harus interdisipliner atau
multidisipliner. Inilah hakekat pelaksanaan pengajaran IPS, Sumaatmaja (Noviana,
2010:4).
. Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 58
Balai Makam pada semester genap minggu ke IX tahun pelajaran 2012/2013 masih
rendah yaitu dengan rata-rata kelas 66,33. Dari 30 siswa, hanya 11 orang (36,7%)
yang hasil belajarnya tuntas atau mencapai KKM, dan siswa yang hasil belajarnya di
bawah KKM atau tidak tuntas berjumlah 19 orang (63,3%).Sementara pembelajaran
dikatakan tuntas secara klasikal adalah apabila 75% dari keseluruhan siswa dapat
mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu dengan memperoleh nilai 69,0.
1. Mahasiswa program studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Riau, NIM 0905137679 e-mail:
2. Hendri Marhadi, S.E.,M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi PGSD Jurusan ilmu
Pendidikan FKIP Universitas Riau. e-mail: [email protected]
3. Drs. H. Zulkifli, S.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi PGSD Jurusan ilmu Pendidikan
FKIP Universitas Riau. e-mail: [email protected]
2
Rendahnya hasil belajar IPS siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
guru dalam mengajar masih dominan menggunakan metode ceramah, guru tidak
variatif yaitu: guru tidak menggunakan model pembelajaran dan guru tidak
menggunakan media/alat peraga, sehingga kurang mendorong berkembangnya
kemampuan berpikir siswa. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya siswa yang pasif
dalam memberikan pendapat dan mengajukan pertanyaan sewaktu guru menjelaskan
materi pelajaran, masih ada sebagian siswa yang daya saing belajarnya kurang, masih
kurangnya partisipasi dan kerja sama siswa dalam kelompok.
Melihat kondisi tersebut, maka penulis mencoba menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS), untuk meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 58 Balai Makam Kecamatan Mandau.
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan
akademis siswa.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS), merupakan
teknik yang dikembangkan oleh Frank Lyman. Teknik ini memberikan siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan
dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan
delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain (Isjoni, 2009:112).
Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya sesuai yang dikutip
Arends (1997) yang menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat
memberi siswa waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Komalasari,
2011:64).
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut
Arends (Trianto, 2010:81-82) adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1, berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
mengerjakan bukan bagian berpikir.
b. Langkah 2, berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan
apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu
tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Langkah 3, berbagi (sharing)
3
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif digunakan untuk
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dapat Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 58 Balai Makam Kecamatan Mandau.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV
SD Negeri 58 Balai Makam Kecamatan Mandau dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 58 Balai Makam Kecamatan
Mandau. Penelitian ini berlangsung dengan 2 Siklus, waktu dari perencanaan sampai
penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester Genap tahun Ajaran
2012/2013., dengan jumlah siswa 30 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan
sebanyak 2 siklus dengan 6 kali pertemuan. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas kolaboratif. Peneliti dan guru bekerja sama dalam merencanakan
tindakan kelas dan merefleksi hasil tindakan. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh
peneliti dan guru kelas bertindak sebagai pengamat selama proses pembelajaran
berlangsung. Sesuai dengan jenis penelitian tindakan kelas kolaboratif ini, maka
desain penelitian tindakan kelas adalah model siklus dengan pelaksanaannya dengan
dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi pada
siklus I diadakan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu Perangkat Pembelajaran yang terdiri dari
silabus, RPP, dan LKS kemudian instrumen pengumpul data yang terdiri dari
observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.
Data yang diperoleh melalui lembar pengamatan dan tes hasil belajar IPS
kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang akan digunakan adalah statistik
deskriptif yang bertujuan untuk mendiskripsikan data tentang aktifitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan belajar IPS siswa.
Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan dari hasil lembar
pengatan selama proses pembelajaran. Lembar pengamatan berguna untuk mengamati
seluruh aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran dan
dihitung dengan menggunakan rumus:
1. Aktivitas Guru dan Siswa dengan rumus:
P = %100N
F
4
Keterangan: P = Angka presentase
F = Jumlah nilai aktifitas guru yang didapat
N = Jumlah nilai maksimal aktifitas guru
Interval kategori aktifitas guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Kategori Aktifitas Guru dan Siswa
NO Interval Kategori
1 90 s/d 100% Baik sekali
2 70 s/d 89% Baik
3 50 s/d 69% Cukup
4 30 s/d 49% Kurang
5 10 s/d 29% Kurang sekali
Sumber : KTSP,2007 (Parhusip, 2011:23)
Hasil belajar IPS siswa dikatakan meningkatakan apabila skor ulangan siklus I
dan ulangan siklus II lebih tinggi dari skor dasar terhadap KKM yang di tetapkan.
Skor ulangan siklus I dan ulang siklus II dianalisis untuk mengetahui ketercapaian
KKM yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
1. Ketuntasan individu dengan rumus :
KB = 100Tt
T
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = jumlah skor total
Dengan kriteria apabila seorang siswa (individu) telah mencapai KKM yang
ditetapkan sekolah yaitu 65 dikatakan tuntas secara individu.
2. Peningkatan hasil belajar dengan rumus:
Keterangan:
P : Peningkatan Hasil Belajar
Posrate : Nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate : Nilai sebelum diberikan tindakan
3. Ketuntasan Klasikal
Dikatakan tuntas apabila suatu kelas telah mencapai 80% dari jumlah siswa
yang tuntas, maka kelas itu dikatakan tuntas.
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
yaitu berupa perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat
pembelajaran terdiri dari bahan ajar berupa silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar pengamatan dan tes hasil
belajar IPS. Pada tahap ini ditetapkan bahwa kelas yang dilakukan tindakan adalah
kelas IV.
Tahap Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pada penelitian ini proses pembelajaran menerapkan model pembelajara
kooperatif tipe Think Pair Share, dilaksanakan dalam enam kali pertemuan dengan
dua kali ulangan siklus. Siklus pertama dilaksanakan tiga kali pertemuan. Dua kali
melaksanakan proses pembelajaran dan satu kali Ulangan Harian I. Berdasarkan data
yang telah yang telah terkumpul kemudian dievaluasi guna menyempurnakan
tindakan. Kemudian dilanjutkan dengan siklus kedua yang dilaksanakan tiga kali
pertemuan.
Hasil Penelitian
Untuk melihat keberhasilan tindakan, data yang diperoleh diolah sesuai
dengan teknik analisis data yang ditetapkan. Data tentang aktivitas guru dan siswa.
Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan terhadap aktivitas
siswa dan guru. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada pertemuan
pertama, belum terlaksana sepenuhnya seperti yang direncanakan, disebabkan siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Sedangkan pada pertemuan berikutnya aktivitas guru dan siswa mulai mendekati
kearah yang lebih baik sesuai RPP. Peningakatan ini menunjukkan adanya
keberhasilan pada setiap pertemuan. Data hasil observasi guru dapat dilihat pada
Tabel Rata-rata peningkaan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 3
Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I dan Siklus II
Aktifitas Guru
Siklus Pertemuan Persentase Kategori
I 1 59,37% Cukup
2 71,87% Baik
II 1 84,37% Baik
2 93,75% Baik Sekali
Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan aktifitas guru selama 4 kali
pertemuan yang secara umum terdapat peningkatan penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Dimana pada pertemuan siklus I pertemuan
pertama diperoleh rata-rata 59,37% dan pertemuan kedua 71,87% meningkat 12,5
poin. Siklus II pertemuan ketiga skor rata-rata 84,37% meningkat dari pertemuan
6
sebelumnya sebanyak 12,5%, pertemuan keempat skor rata-rata 93,75% meningkat
9,38 poin. Aktifitas guru lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 1
Pesentase Aktifitas Guru Siklus I dan Siklus II
Data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II
yang disajikan dalam Tabel dibawah ini.
Tabel 3 Persentase Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Pertemuan1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Jumlah 19 23 24 26
Persentase (%) 67,85% 82,14% 85,71% 92,85%
Kategori Cukup Baik Baik Baik Sekali
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat aktifitas siswa selama proses
pembelajaran mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan pertama persentase
67,85% dengan kategori cukup meningkat pada pertemuan kedua 82,14% dengan
kategori baik,. Peningkatan persentase aktifitas siswa pada siklus II, pertemuan ketiga
adalah 85,71% dengan kategori baik, dan pada pertemuan keempat meningkat
menjadi 92,85% terjadi peningkatan 7,14 % dengan kategori baik sekali. Peningkatan
aktifitas siswa dapat dilihat lebih jelas pada grafik di bawah ini:
7
Grafik 2
Persentase Aktifitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil
ketuntasan belajar ulangan harian I dan ulangan harian II yang disajikan pada Tabel
di bawah ini:
Tabel 4
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Interval Kategori Ulangan Harian I
Siklus I
Ulangan Harian II
Siklus II
80 – 100 Baik sekali 10 (33,33%) 18 (60%)
70 – 79 Baik 13 (43,33%) 10 (33,33%)
65 – 69 Cukup 1 (3,33%) 2 (6,67%)
50 – 64 Kurang 6 (20%) -
0 – 49 Kurang sekali - -
Berdasarkan tabel di atas ketuntasan belajar siswa secara individu meningkat.
Pada siklus I terdapat 10 siswa (33,33%) yang nilai ulangan hariannya termasuk
dalam kategori baik sekali, 13 siswa (43,33%) yang nilai ulangan hariannya termasuk
dalam kategori baik, 1 siswa (3,33%) yang nilai ulangan hariannya termasuk dalam
kategori cukup, dan 6 siswa (20%) yang nilai ulangannya termasuk dalam kategori
kurang.
Pada siklus II meningkat yaitu: terdapat 18 siswa (60%) yang nilai ulangan
hariannya termasuk dalam kategori baik sekali, 10 siswa (33,33%) yang nilai ulangan
hariannya termasuk dalam kategori baik, 2 siswa (6,67%) yang nilai ulangan
hariannya termasuk dalam kategori cukup, dan tidak ada lagi siswa yang nilai
ulangannya termasuk dalam kategori kurang. Ketuntasan belajar siswa secara
individu lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
8
Grafik 3
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data siklus I dan siklus II maka penerapan model
pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran telah meningkatkan beberapa hal
seperti:
1. Peningkatan Aktivitas Guru
Dalam proses pembelajaran guru mendorong keaktifan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dengan melakukan pengelolaan kelas, membimbing dan
meningkatkan motivasi dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap
meningkatnya hasil belajar siswa sesuai dengan peran guru.
Guru berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
lingkungan belajar, perencanaan pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai
evaluator. Pada siklus I pertemuan pertama 59,37%, pertemuan kedua 71,87%,
meningkat sebanyak 12,5 poin. Dan pada siklus II pertemuan ketiga 84,37%,
pertemuan keempat 93,75% meningkat sebesar 9,38 poin. Peningkatan aktifitas guru
pada setiap pertemuan ini sudah terlaksana dengan baik.
2. Peningkatan Aktivitas Siswa
Aktifitas siswa telah sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Walaupun ada
beberapa indikator rata-rata aktifitas masih kurang selama pembelajaran kooperatif
tipr TPS, namun pada setiap pertemuan rata-rata aktifitas siswa mengalami
peningkatan. Hal ini terkait dengan bimbingan dan arahan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS ini siswa dilatih
berpikir bersama.
Terdapat peningkatan aktifitas siswa pada siklus I pada pertemuan pertama
67,85%, pada petemuan kedua 82,14%, meningkat sebanyak 14,29 poin. Peningkatan
aktifitas siswa pada pertemuan ketiga 85,71%, pada pertemuan keempat 92,85%
meningkat sebanyak 7,14 poin. Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan siklus I ke
9
siklus II meningkat sebanyak 10,71 poin. Artinya peningkatan aktifitas siswa sudah
terlaksana dengan baik.
3. Hasil belajar siswa
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan ternyata hasil belajar siswa
setelah dilakukan tindakan dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) lebih meningkat dibandingkan dengan hasil belajar siswa
sebelum diadakannya tindakan. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan nilai
ketuntasan belajar siswa dari skor dasar, UH I, UH II dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).
Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, ketuntasan
klasikal tidak tuntas dimana hasil belajar siswa yang tuntas 36,7% , yang tidak tuntas
63,3%. Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terjadi
peningkatan pada UH I dengan ketuntasan klasikal yang tuntas 76,67%, yang tidak
tuntas 23,33%. Dan pada UH II juga terjadi peningkatan ketuntasan klasikal yaitu:
yang tuntas sebesar 93,33%, dan yang tidak tuntas sebesar 6,67%.
Terjadinya peningkatan pada hasil belajar ini karena guru telah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada proses pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif tipe TPS sangat tepat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar, karena pada model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Peningkatan hasil belajar
siswa dapat dilihat dari aktifitas guru dan siswa. Disini siswa lebih senang belajar
kelompok dan melakukan percobaan dari pada hanya mendengarkan guru
menyampaikan pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Johnson
& Johnson ( Trianto 2010:57 ) menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok, maka sendirinya
dapat memperbaiki hubungan antar siswa serta dapat mengembangkan keterampilan
belajar kelompok.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 58 Balai Makam. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya hasil ulangan harian siswa dari skor dasar ke UH I
sebesar 72,83 dan dari UH I ke UH II sebesar 81. Penerapan model pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan proses pembelajaran.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan aktifitas guru pada siklus I pertemuan
pertama adalah 59,37% dengan kategori cukup, pada siklus I pertemuan kedua
71,87% dengan kategori baik. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan pertama
menjadi 84,37% dengan kategori baik dan pada siklus II pertemuan kedua 93,75%
dengan kategori baik sekali. Dan juga diikuti peningkatan aktifitas siswa pada siklus I
pertemuan pertama adalah 67,85% dengan kategori cukup, pada siklus I pertemuan
10
kedua 82,14% dengan kategori baik. Kemudian meningkat pada siklus II pertemuan
pertama menjadi 85,71% dengan kategori baik dan pada siklus II pertemuan kedua
92,85% dengan kategori baik sekali.
Berdasarkan simpulan penelitian diatas, penulis menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan
hasil pembelajaran. Hal ini disarankan kepada guru agar dapat menerapkannya di
sekolah untuk usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan
aktifitas guru dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, sehingga model ini
sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran.
V. UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan
ucapan trima kasih yang setulusnya kepada:
1. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau.
2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Universitas Riau
3. Drs. H. Lazim N, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Univesitas Riau
4. Hendri Marhadi, S.E.,M.Pd selaku Pembimbing I dan Drs. Zulkifli, S.Pd. sebagai
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasr FKIP Universitas
Riau yang telah membekali ilmu kepada peneliti.
6. Bapak kepala sekolah, guru dan siswa kelas IV SD Negeri 58 Balai MAkam yang
telah memberi kesempatan kepada peneliti selama penelitian berlangsung.
7. Keluarga, sahabat-sahabat, teman-teman mahasiswa seangkatan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, semoga kebersamaan ini akan abadi. Semoga Allah SWT
memberikan keridhoannya atas bantuan semuanya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Darmawanty, Dian. 2012. Proposal. Penerapan Model Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 058
Bukit Raya Kota Pekanbaru: Tidak diterbitkan.
Gimin, dkk. 2009. Model-model Pembelajaran. Pekanbaru : Cendikia Insani.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung
: Refika Aditama
Noviana, Eddy. 2010. Budaya Masyarakat Demokrasi. Pekanbaru : Cendikia Insani.
11
Parhusip, Periana. 2011. Skripsi. Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Ringkasan Cerita Siswa Kelas V SDN
11 Pematang Pudu Kecamatan Mandau. Tidak diterbitkan
Permana, Erwin. 2012. Makalah Metode Think-Pair-Share. [online]. Tersedia : www.
blogspot.com. tgl 27 April 2012.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media.
Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Syahrilfuddin. 2009. Psikologi Pendidikan. Pekanbaru : Cendikia Insani.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.