Pembelajaran kooperatif

22
Pembelajaran kooperatif Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. [1] Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. [2] Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif . [3] Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning . [4] Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. [5] Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. [6] Rujukan

Transcript of Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatifDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasBelum Diperiksa

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa.[1] Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.[2]

Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif.[3] Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning.[4] Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaatyang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya padaguru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini.[5]

Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.[6]

Rujukan

1. ̂ Jacobsen, David A.; Eggen, Paul; Kauchak, Donald (2009). Metode-metode pengajaran. Penerbit Pustaka Pelajar.

2. ̂ Tujuan pembelajaran kooperatif3. ̂ Eggen, Paul; Kauchak, Donald (2010). Educational Psychology.

Pearson Education, Inc.,.4. ̂ Gunter, Mary A; Estes, Thomas H. Mintz, Susan L. (2007).

Instruction: A Model Approach. Pearson Education, Inc.,.5. ̂ >Yamin, Martinis; Ansari, Bansu (2008). Taktik Mengembangkan

Kemampuan Individual Siswa. Gaung Persada Press.6. ̂ Lie, Anita (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative

Learning di ruang-ruang kelas. PT Grasindo.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Menurut ParaAhli

Senin, 06 Mei 20132komentar Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk salingmemotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Berikut ini merupakan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut para ahli.

1. Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang

saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

2. Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.

3. Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”.

4. Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.

5. Slavin (Isjoni, 2011:15)  “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerjakelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.

6. Eggen and Kauchak (1996:279) “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerjasecara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.

7. Sunal dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.

8. Stahl (1994) “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.

9. Kauchak dan Eggen dalam Azizah (1998) “Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan”.

10. Djajadisastra (1982) “Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas”.

Sumber:

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: ALFABETA

Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana

Model Cooperative Learning

Model Pembelajaran Kooperatif (CooperativeLearning)

A. PENDAHULUAN

Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harusdiorientasikan pada empat pilar yaitu, (1) learning to know, (2)learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together.Keempatnya dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melaluiberbagai kegiatan pembelajaran peserta didik diarahkan untukmemperoleh pengetahuan tentang sesuatu, menerapkan ataumengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinyasebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial bersama oranglain.

Lebih lanjut, dalam rangka merealisasikan ‘learning to know’, gurumemiliki berbagai fungsi yang di antaranya adalah sebagai fasilitator,yaitu sebagai teman sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengansiswa guna mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalanjika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan keterampilanyang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat mendukungkeberhasilan siswa nantinya.

Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannyadengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologipribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif,

proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukupluas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran gurupengarah dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkankepercayaan dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri.Selanjutnya, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka,memberi dan menerima perlu ditumbuhkembangkan termasuk dalam prosesbelajar mengajar di sekolah. Kondisi seperti ini memungkinkanterjadinya proses ‘learning to live together’ (belajar untuk menjalanikehidupan bersama).

Dalam pelaksanaannya, tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yangdipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untukdapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah, sehingga tercapaiproses pembelajaran seumur hidup (long life education). Untukmewujudkan hal ini, sangat dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak,terutama antara peserta didik atau siswa dengan pendidik atau guru.Peran guru sebagai pendidik sangat penting; oleh karena itulah, gurudituntut dapat menerapkan berbagai metode yang efektif dan menarikbagi siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran. Salah satumodel pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah model pembelajarankooperatif (cooperative learning) karena melibatkan seluruh pesertadidik dalam bentuk kelompok-kelompok. Ada sejumlah hal yang harusdipahami oleh pendidik atau guru sebelum mengaplikasikan metode inidalam proses pembelajaran di kelas.

B. PENGERTIAN

Menurut Zaini model pembelajaran adalah pedoman berupa program ataupetunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuanpembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalammerencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untukmeningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknikpembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing)atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan

pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discoverylearning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif,serta dari subject centered ke learner centered atau terkonstruksinyapengetahuan siswa.

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali bagi guru.Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajarankooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanyakelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyaitingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Modelpembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikanpermasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalamrangka mencapai tujuan pembelajaran.

Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif merupakanpendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuanbelajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadardan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih,dan silih asuh. Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwabelajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untukmerespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.

Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanyastruktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Strukturtugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada modelpembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, strukturtujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain.Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswadidorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harusmengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikanguru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajarakademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragamandari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.

C. PRINSIP DASAR DAN KARAKTERISTIK

Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajarankooperatif adalah sebagai berikut:

setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masingindividu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat6 (enam) langkah model pembelajaran kooperatif:

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyajikan informasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Membimbing kelompok belajar Evaluasi dan pemberian umpan balik Memberikan penghargaan

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah:

1. membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatusubjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktikberpikir,

2. membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisidirinya atau posisi yang lain,

3. memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapansuatu prinsip,

4. membantu siswa mengenali adanya suatu masalah danmemformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperolehdari bacaan atau ceramah,

5. menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan6. mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

D. TIPE-TIPE DAN TEKNIK APLIKASINYA

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan olehbeberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai berikut:

1. JIGSAW

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan olehElliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkanrasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan jugapembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yangdiberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkanmateri tersebut kepada kelompoknya.

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini majumundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkahpenerapan model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:

Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk

membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan

saling membantu untuk menguasai topik tersebut Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke

kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekankelompoknya

Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentangmateri yang telah didiskusikan

Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadapanggota kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengantujuan agar dapat mengerjakan tes dengan baik.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, modelpembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah adakelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebihsingkat

Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktifdalam berbicara dan berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderungmengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah iniguru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harusmenekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulupenjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaanapabila tidak mengerti.

Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akanmengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuksebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harusmemilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerjamereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikansecara akurat.

Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasihal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yangmenggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikutijalannya diskusi.

Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untukmengikuti proses pembelajaran

Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaranadalah sebagai berikut:

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiapkelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jikamungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbedatetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebutkelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikandengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswasesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipeJigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satubagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materipembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yangdisebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompokahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama,serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannyajika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronsondisebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas denganjumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuaidengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian materipembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahliyang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompokasal memberikan informasi yang telah diperoleh dalam diskusi dikelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang telahdiperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasidiskusi kelompok baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupunkelompok asal.

Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompokasal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompokatau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikanhasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapatmenyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telahdidiskusikan.

Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajarindividual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapabagian materi pembelajaran.

Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untukbelajar materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isimateri yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapattercapai.

-------------------------------------

2. NHT (Number Heads Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen(1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalampenguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswaterhadap materi pembelajaran dengan mengutamakan adanya kerjasamaantar siswa dalam kelompok.

Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untukmempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknyakelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswaagar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalamkegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitaspembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaranserta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipepembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yangdirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuanuntuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan olehKagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalammenelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecekpemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalampembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural. Bertujuan untuk meningkatkankinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat menerimateman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social. Bertujuan untuk mengembangkanketerampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,

bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajarankooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:29), dengan tiga langkah yaitu :

Pembentukan kelompok; Diskusi masalah; Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)menjadi enam langkah sebagai berikut :

1. Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajarandengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok disesuaikandengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi parasiswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orangsiswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dannama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakanpercampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku,jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalampembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagaidasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan. Dalampembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paketatau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKSatau masalah yang diberikan oleh guru.

4. Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepadasetiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerjakelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan danmeyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaanyang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikanoleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifatspesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini,guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengannomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepadasiswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhirdari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yangdisajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHTterhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan olehLundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

Rasa harga diri menjadi lebih tinggi Memperbaiki kehadiran Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil Konflik antara pribadi berkurang Pemahaman yang lebih mendalam Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Hasil belajar lebih tinggi

Langkah-langkah menurut versi lain dalam penerapan tipe NHT:

Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepadasiswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 

Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untukmendapatkan skor dasar atau skor awal.

Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompokterdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor ataunama.

Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalamkelompok.

Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswayang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. 

Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.

Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individualdari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

-------------------------------------

3. STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Pengertian Model Pembelajaran STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STADdikembangkan oleh Slavin dkk. Model pembelajaran STAD merupakan salahsatu model pembelajaran kooperatif. Menurut  Nur Citra Utomo dan C.Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi siswa-siswa

supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkanketerampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur (2008: 5),pada model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswapada setiap tim. Tim dibentuk secara heterogen menurut tingkatkinerja, jenis kelamin, dan suku.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaranSTAD lebih menekankan kepada pembentukan kelompok. Kelompok yangdibentuk nantinya akan berdiskusi untuk menyelesaikan suatupermasalahan. Oleh karena itu model pembelajaran STAD dapat membuatsiswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks:Pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahanbelajar-LKS-modul secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompoksehinggaterjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skorperkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim danindividual dan berikan reward.Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. ScriptaCendekia.

Informasi dari sumber lain tentang STAD:

Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkanberdasarkan teori Psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yangmuncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebihdaripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatifmeningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangiketerasingan dan kesendirian , membangun hubungan dan menyediakanpandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini mempunyaibeberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa parasiswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawabterhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri,serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswauntuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untukmenunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasiuntuk belajar. Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para

siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampakinstruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantunganpositif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitukepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akanperbedaan. Kelemahan yang mungkin ditimbulkan dari penerapan metodeSTAD ini adalah adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besartiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yangditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.

Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD. Menurut Agus  Suprijono(2011: 133-134), langkah-langkah pada model pembelajaran STAD adalahsebagai berikut:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

2. Guru menyajikan pelajaran.3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapatmenjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalamkelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saatmenjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5. Memberi evaluasi.6. Kesimpulan.

Dalam referensi lain, angkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatiftipe STAD adalah:

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepadasiswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individualsehingga akan diperoleh skor awal.

3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, danrendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.

4. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompokuntuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipeSTAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.

5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telahdipelajari.

6. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar keskor kuis berikutnya (terkini).

Pada model pembelajaran STAD, tim yang terbaik akan mendapatkan sebuahpenghargaan. Menurut Mohamad Nur (2008: 5-6), penghargaan diberikanpada tim dengan kriteria tertentu. Kriteria itu dapat diambil dariskor tim, kekompakan tim dalam bekerja sama, saling membantu temansatu tim dalam mempelajari materi, dan saling memberi semangat kepadateman satu tim untuk melakukan yang terbaik. Mohamad Nur (2008: 6)juga menyatakan bahwa “ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasisiswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskanketerampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru”.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran STAD.Menurut Yurisa (2010), kelebihan dan kelemahan model pembelajaran STADadalah sebagai berikut:

* Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD

1. Meningkatkan kecakapan individu.2. Meningkatkan kecakapan kelompok.3. Meningkatkan komitmen.4. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya.5. Tidak bersifat kompetitif.6. Tidak memiliki rasa dendam.

* Kelemahan model pembelajaran kooperatif STAD

1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena

peran anggota yang pandai lebih dominan.

-------------------------------------

4. TAI (Team Assisted Individualization atau Team AcceleratedInstruction)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipeini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif danpembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitanbelajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatanpembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, cirikhas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajarmateri pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajarindividual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan salingdibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagaiberikut:

Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materipembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untukmendapatkan skor dasar atau skor awal.

Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dariras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakankesetaraan jender.

Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalamkelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok salingmemeriksa jawaban teman satu kelompok.

Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telahdipelajari.

Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar keskor kuis berikutnya (terkini).

Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atasmerupakan tipe-tipe yang paling sering digunakan dalam prosespembelajaran di kelas.

-------------------------------------

* Terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang lain, yaitu:

– Think-Pair-ShareModel pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salahsatu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwametode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam settingkelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki proseduryang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebihbanyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, salingmembutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secarakooperatif.

– Picture and PictureSesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam prosespembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambarmenjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswamampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

– Problem PosingTipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan pendekatanpembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalamproses pembelajarannya difokuskan pada membangun struktur kognitifsiswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.Proses berpikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkanskemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya dalam merumuskanpertanyaan. Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalamanlangsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.

– Problem SolvingProblem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pendekatanpembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah(problem). Masalah dapat diperoleh dari guru atau dari siswa. Dalamproses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam

memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitifsiswa.

– Team Games Tournament (TGT)Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), pesertadidik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empatpeserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen padakelompoknya masing-masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yangpaling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang palingcepat.

– Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipepembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dandalam proses pembelajarannya bertujuan membangun kemampuan pesertadidik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yangdibacanya.

– Learning Cycle (Daur Belajar)Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima tahappembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahapeksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4)tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi(evaluation). 

– Cooperative Script (CS)Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan danbergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yangdipelajari.

E. PEMBENTUKAN DAN PENGHARGAAN KELOMPOK

Menurut Slavin guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkanperolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) kenilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskanmelalui langkah-langkah berikut:

1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar(awal) dapt berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilaites/ulangan sebelumnya.

2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswabekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, ataurata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kitasebut nilai kuis terkini.

3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnyaditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar(awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikutini:

Nilai peningkatan 5, jika nilai kuis/tes terkini turun lebih dari10 poin di bawah nilai awal 

Nilai peningkatan 10, jika nilai kuis/tes terkini turun 1 sampaidengan 10 poin di bawah nilai awal

Nilai peningkatan 20, jika nilai kuis/tes terkini sama dengannilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal

Nilai peningkatan 30, jika nilai kuis/tes terkini lebih dari 10di atas nilai awal 

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilaipeningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok denganmemberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok:

Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15(Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15)

Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20(15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)

Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20dan 25 (20 ≤ Rata-rata nilai peningkatan < 25)

Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atausama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)

F. PENUTUP

Dengan melihat karakteristik model pembelajaran kooperatif yang lebihmenekankan pada aktivitas belajar secara berkelompok, model ini dapatdijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran di kelas. Terlebihlagi terdapat banyak tipe pada model pembelajaran ini yang dapat

disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik sertamateri pembelajaran yang akan dibahas. Dengan melibatkan siswa secaraaktif pada proses pembelajaran di dalam kelas, diharapkan siswa dapatlebih ikut bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan belajarnyasendiri. Proses pembelajaran pun akan menjadi lebih menarik dan tidakmembosankan sehingga diharapkan hasil belajar juga akan meningkat.

REFERENSI

1. Hisyam Zaini dkk., 2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:CTSD.

2. Johnson, D.W. & Johnson, R.T., 1991, Learning Together and Alone:Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning (3rdedition), Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.

3. Nurhadi, Agus Gerald Senduk, 2003, Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching and Learning/CTL), Malang: PenerbitUniversitas Negeri Malang.

4. Siberman, 2000, Active Learning: 101 Strategies to Teach AnySubject, terjemahan: Sarjuli dkk, Jakarta: Penerbit YAPPENDIS.

5. Slavin R., 1990, Cooperative Learning: Theory, Research andPractice, Englewoods Cliff, NJ: Prentice-Hall.