pengaruh model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap ...

188
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA KELAS X KONSEP JAMUR (Penelitian Quasi Eksperimen di MA Jam’iyyah Islami yyah) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) OLEH: Anisa Nur Kusuma Wardani NIM: 1112016100079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of pengaruh model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap ...

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

PADA KELAS X KONSEP JAMUR

(Penelitian Quasi Eksperimen di MA Jam’iyyah Islamiyyah)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

Anisa Nur Kusuma Wardani

NIM: 1112016100079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

ABSTRAK

Anisa Nur Kusuma Wardani NIM 1112016100079. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Konsep Jamur. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran tiper Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah tahun ajaran 2016/2017. Sample penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 berjumlah 27 orang sebagai kelas kontrol dengan menggunkan model pembelajaran kelompok konvensional dan siswa kelas MIA 2 berjumlah 27 orang sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar antar kedua kelas tersebut. Perolehan nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 76,74 dan kelas eksperimen sebesar 81,62. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai posttest. Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 2,80 dan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,00. Dengan demikian, diperoleh thitung> ttabel, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran kelompok konvensional.

Kata kunci: Efektivitas, Model Pembelajaran, Jigsaw, Hasil Belajar, Konsep Jamur.

iv

ABSTRACT

Anisa Nur Kusuma Wardani (111201600079) “Impacts Jigsaw Model Learning towards Students’ Cognitive Achievement on the concept of Fungi. The thesis of Biology Program, The Departement of Science Education at Faculty of Tarbiya and Teacher Training of Syarif Hidayatullah Jakarta University, 2018.

The objective of this research was to find impacts of Jigsaw model learning apllication to students’ achievement. This research was performed in MA Jam’iyyah Islamiyyah in academic year 2016/2017. The sample of this research is the class of X MIA 1 contains 27 students as STAD classand class of X MIA 2 contains 27 students Jigsaw class. This research used a quasi-experimental method and purposive sampling as the technique of taking the sample. The instruments used weremultiple choice and observation sheet. The result of the research shows that there are differences between students’ achievement of both classes. The class that applied cooperative model learning STAD had 76,74 posttest mean score and the posttest mean score of Jigsaw was 81,62. This conclusion of the research is based on hypothesis test with applying t-test towards the posttest score. The t-test results showed there’s 5% significance difference, where the t-count is 2,80 and t-table is 2,00. It thus concludes that t-count> t-table, it caused Hypothesis (H0) rejected. The result also shows that Jigsaw cooperative learning model was more effective than the conventional type of learning model.

Key words: Effectiveness, Model Learning, Jigsaw, Concept of Fungi.

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat

dan para pengikutnya sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyusun

skripsi ini sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh penulis.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Sarjana Program S-1 pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakutas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah

memberikan waktu, bimbingan dan arahan, semangat dan motivasi penulis

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Eny S. Rosyidatun, S.Si, M.A., sebagai dosen pembimbing II yang

penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis selama penyusunan

skripsi ini.

5. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA khususnya untuk program Studi

Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta membimbing kepada penulis selama

vi

mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan Ibu berikan

mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

7. Kepala MA Jam’iyyah Islamiyyah yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian. Seluruh dewan guru MA

Jam’iyyah Islamiyyah, khususnya Ibu Sumi, S.Pd., selaku guru mata

pelajaran. Dan seluruh siswa-siswi kelas X MA Jam’iyyah Islamiyyah.

8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Ibu Darni dan Bapak Tri Punta,

S.Pd., dan kedua adikku tercinta Dinda Nur Aini Zanah dan Handamari

Nur Satun Zahra yang tak henti-hentinya mendo’akan, mencurahkan kasih

sayang, dan memberikan dukungan moril dan material sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Keluarga besar Trah Karijo Wiyono beserta Dendi Satrio Wibowo, S.Kom

dan sahabat-sahabat penulis tercinta Rosma Aliah, S.Kom., Nurul Indah

Wulandari, Ni’matul Laily, Priska Amaliani, S.Pd. yang selalu membantu

dan memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan Biologi 2012 yang tidak dapat disebutkan

persatu. Terima kasih atas kebersamaannya semoga tali silaturahmi ini

tetap terjalin dengan baik.

11. Teman-teman beserta Direktur Operasional PANDI yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis.

Akhir kata teriring do’a semoga Allah SWT dapat membalas

kebaikan semua pihak dengan balasan berlipat ganda. Dan semoga skripsi

ini dapat berguna sebagai sumbang pikir dan menambah wawasan bagi

para pembaca.

Jakarta, April 2018

Penulis

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQOSAH ...................................................... ii

SURAT PERNYATAAN SENDIRI ................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 8

D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis ............................................................................................ 10

1. Efetivitas Model Pembelajaran ........................................................... 10

2. Pembelajaran Kelompok ...................................................................... 11

3. Definisi Belajar Kooperatif .................................................................. 13

4. Model Pembelajaran............................................................................. 19

viii

5. Diskripsi, Dimensi Proses Kognitif, Prinsip, dan Hasil Belajar .......... 27

6. Konsep Jamur ....................................................................................... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 44

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 46

D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 48

B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 48

C. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 48

D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 49

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 50

F. Instrumen Penelitian................................................................................... 50

1. Tes ........................................................................................................ 50

2. Non Tes ................................................................................................ 50

G. Kalibrasi Instrumen ................................................................................... 51

1. Uji Validitas ......................................................................................... 51

2. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 52

3. Tingkat Kesukaran ............................................................................... 52

4. Daya Beda ............................................................................................ 53

H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 55

1. Uji Normalitas ...................................................................................... 55

2. Uji Homogenitas .................................................................................. 56

3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 57

4. Uji N-Gain ............................................................................................ 58

5. Hipotesis Statistik ................................................................................ 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 59

ix

1. Data Hasil Belajar ................................................................................ 59

2. Data Hasil Lembar Kerja Siswa ........................................................... 60

3. Data Uji N-Gain ................................................................................... 61

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................................................. 62

1. Uji Normalitas ...................................................................................... 62

2. Uji Homogenitas .................................................................................. 63

C. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 64

D. Pembahasan ............................................................................................... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................ 70

B. Saran ........................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

LAMPIRAN .......................................................................................................... 75

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Ulangan Harian Biologi Kelas X MA

Jam’iyyah Islamiyyah tahun 2014-2016.................................................. 3

Tabel 3.1 Desain Penelitian.................................................................................... 49

Tabel 3.2 Instrumen Uji Validitas .......................................................................... 51

Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Uji Reliabilitas .................................................. 52

Tabel 3.4 Hasil Analisis Tigkat Kesukaran Butir soal ........................................... 53

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda .......................................................................... 54

Tabel 3.6 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ....................................................... 54

Tabel 3.7 Kriteria N-Gain ..................................................................................... 58

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest ...................................................................... 59

Tabel 4.2 Data Hasil Lembar Kerja Siswa ............................................................. 60

Tabel 4.3 Hasil Uji N-Gain .................................................................................... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

dan Eksperimen .................................................................................... 62

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest .......................................... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ................................................ 64

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Tahap-tahap Jigsaw ............................................................................ 26

Gambar 2.2 Tahapan Kelompok Jigsaw ................................................................ 26

Gambar 2.3 Struktur Tubuh Rhizopus stolonifer ................................................... 35

Gambar 2.4 Siklus Hidup Zygomycota ................................................................. 36

Gambar 2.5 Mucor mucedo .................................................................................... 37

Gambar 2.6 Aspergillus flavus ............................................................................... 40

Gambar 2.7 Siklus Hidup Basidiomycota .............................................................. 42

Gambar 2.8 Volvariella volvaciae.......................................................................... 43

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ................. 75

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Jigsaw ............................ 92

Lampiran 3 LKS Konvensionl dan Jigsaw Pertemuan 1 ..................................... 111

Lampiran 4 LKS Konvensional dan Jigsaw Pertemuan 2 .................................... 114

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen .......................................................................... 118

Lampiran 6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 137

Lampiran 7 Skor Data Dibobot ............................................................................ 142

Lampiran 8 Reliabilitas Tes ................................................................................. 143

Lampiran 9 Daya Pembeda .................................................................................. 149

Lampiran 10 Tingkat Kesukaran ......................................................................... 151

Lampiran 11 Korelasi Skor Butir dengan Skor Total dan Validitas .................... 153

Lampiran 12 Kualitas Pengecoh .......................................................................... 155

Lampiran 13 Rekap Analisis Butir ....................................................................... 157

Lampiran 14 Hasil Pretest dan Posttest kelas kelompok Konvensional .............. 159

Lampiran 15 Hasil Pretest dan Posttest kelas Jigsaw .......................................... 160

Lampiran 16 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa ..................................................... 161

Lampiran 17 Uji Normalitas kelas Kelompok Konvensional ............................. 162

Lampiran 18 Uji Normalitas kelas Jigsaw ........................................................... 163

Lampiran 19 Uji Homogenitas data pretest ......................................................... 164

Lampiran 20 Uji Homogenitas data posttest ........................................................ 165

xiii

Lampiran 21 Perhitungan Uji Hipotesis ............................................................... 166

Lampiran 22 Skor N-Gain kelas Kelompok Konvensional ................................. 168

Lampiran 23 Skor N-Gain kelas Jigsaw .............................................................. 169

Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Konvensional ................. 170

Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw ............................ 174

Lampiran 26 Lembar Observasi Proses Belajar Peserta Didik Kelas Kelompok

Konvensional .................................................................................. 178

Lampiran 27 Lembar Observasi Proses Belajar Peserta Didik Kelas Jigsaw ...... 182

Lampiran 28 Dokumentasi ................................................................................... 186

Lampiran 29 Lembar Uji Referensi ..................................................................... 188

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui pendidikanlah suatu

bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 disebutkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

membangun. Untuk keperluan pembangunan ini, diperlukan sumber daya manusia

yang berkualitas. Upaya yang dapat dilakukan untuk membangun sumber daya

manusia yang bagus adalah melalui pendidikan. Diharapkan melalui pendidikan

ini dapat tercapai individu-individu yang mampu mengikuti perkembangan

IPTEK yang bisa mendukung kebutuhan pembangunan. Sumber daya manusia

dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yang mampu bekerja sama dengan

orang lain, berpikir kritis, terampil, kreatif, memahami berbagai budaya, memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan komputer, dan mampu belajar

mandiri.

Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan

dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik

pribadinya ke arah yang positif, baik dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan

bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan

keterampilan. Dalam interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi

atau dilatih, mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan

melatih dirinya sendiri. Kemampuan setiap peserta didik tidak sama, sehingga ada

1UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dari http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf. Diakses : 2 Januari 2016.

1

2

yang betul-betul dapat dilepaskan untuk mencari, menemukan dan

mengembangkan sendiri, tetapi ada ada juga yang membutuhkan banyak bantuan

dan bimbingan dari orang lain terutama pendidik.2

Guru pada dasarnya merupakan salah satu komponen dalam usaha

pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan

sebagai komponen di bidang kependidikan, seorang guru harus berperan serta

secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai

dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas tinggi maka tugas utama guru dalam

mengajar bukanlah hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi

merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku siswa sesuai tujuan yang

diinginkan. Dalam proses pendidikan, KBM atau kegiatan belajar mengajar adalah

suatu proses pokok yang harus dilalui oleh seorang guru. Begitu pula keberhasilan

suatu tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang

dirancang dan disajikan. Paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah guru

memberi pengetahuan pada siswa secara pasif. Banyak guru yang menganggap

paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif yang menjadi acuan dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kebanyakan guru masih menggunakan

metode ceramah dan mengharapkan siswa untuk duduk, diam, mendengarkan,

mencatat, dan menghafal.

Kadang dalam proses belajar mengajar antara guru dan murid tidak

berhubungan. Guru yang sedang fokus menjelaskan materi pelajaran di depan

kelas, sementara di bangku siswa, siswa juga asyik bermain, mengobrol dan atau

bahkan ada juga yang mengantuk. Hal ini dikarenakan siswa kurang peduli

dengan apa yang disampaikan oleh guru mereka. Disini juga terkadang guru

kurang memperhatikan karena menurut mereka yang penting adalah materi

pelajaran sudah tersampaikan. Kurang peduli apakah materinya sudah dipahami

atau belum. Faktor ini disebabkan karena siswa kurang tertarik dengan metode

yang dipakai oleh guru.

2Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), Cet. 5, h. 4.

3

Berdasarkan wawancara dengan guru biologi di MA Jam’iyyah Islamiyyah,

proses pembelajaran biologi yang berlangsung di sekolah saat ini masih

didominasi oleh guru, dimana guru sebagai sumber utama pengetahuan. Dalam

proses pembelajaran ini, metode ceramah menjadi pilihan utama strategi

pembelajaran. Pola pembelajaran yang dilakukan diawali penjelasan singkat

materi oleh guru dilanjutkan dengan pemberian contoh soal, dan kemudian

diakhiri dengan latihan soal. Pola ini dilakuakan secara monoton dari waktu ke

waktu. Dalam pembelajaran ini, konsep yang diterima oleh siswa hampir

semuanya berasal dari guru.

Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Ulangan Harian Biologi kelas X MA

Jam’iyyah Islamiyyah Tahun 2014-2016

No Kelas Nilai Rata-Rata

2014/2015 2015/2016

1 X1 6,75 7,00

2 X2 7,00 7,00

(Sumber: Guru Biologi MA Jam’iyyah Islamiyah)

Selain itu, dapat dilihat dari data hasil belajara siswa MA Jam’iyyah

Islamiyyah didapatkan nilai rata-rata pada mata pelajaran biologi kelas X materi

Jamur pada tahun ajaran 3014/2015 dan 2015/2016. Pada tahun ajaran 2014/2015

kelas X1 didapatkan nilai rata-rata 6,75 dan kelas X2 dengan nilai 7,0. Sedangkan

pada tahun ajaran 2015/2016 didapatkan nilai pada kelas X1 sebesar 7,00 dan

pada kelas X2 sebesar 7,00.

Hasil belajar yang rendah ini diketahui bahwa guru dalam pembelajaran

Biologi masih bersifat teacher center dengan menggunakan metode ceramah dan

pemberian tugas saja. Hal ini sangat berdampak terhadap aktivitas dan penguasaan

materi oleh siswa. Penguasaan materi oleh siswa menjadi tidak optimal sehingga

secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Metode ceramah cenderung membuat siswa lebih cepat bosan dan sikap

yang ditunjukkan siswa yaitu kurang antusias ketika pelajaran berlangsung,

rendahnya respon umpan balik siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru

4

serta pemusatan perhatian yang kurang karena siswa hanya dibiarkan duduk,

mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif.

Seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-

mengajar secara efektif. Untuk itulah harus memiliki pengetahuan yang cukup

tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar-

mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode,

menetapkan evaluasi dan sebagainya. Selain secara efektif, diharapkan guru juga

mampu menggunakan strategi yang tepat pada saat kegiatan belajar mengajar.

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk

bertidak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan

dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan

guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

tujuan yang telah digariskan.3

Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang memicu para siswa untuk

lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan interaktif dengan

materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada

hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Salah satu model pembelajaran

yang dapat diterapkan guna meningkatkan keikutsertaan siswa secara aktif dalam

pembelajaran adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Teori yang

melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Menurut Soejadi

dalam Rusman pada dasarnya pendekatan teori konstrutivisme dalam belajar

adalah suatu pendekatan di mana siswa secara individual menemukan dan

mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan

aturan yang ada dan merivisinya bila perlu.4

Dari hasil wawancara dengan 6 orang peserta didik di MA Jam’iyyah

Islamiyyah yang diantaranya 2 siswa kelas X, 2 siswa kelas XI dan 2 siswa kelas

XII, menurut mereka, mereka masih mengalami kesulitan dalam memahami

materi pelajaran biologi. Menurut salah seorang siswa, pelajaran biologi

3Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2013), Cet.5, h.5.

4 Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014), Cet. 5, h. 201.

5

merupakan pelajaran yang sulit, dengan alasan pelajaran biologi kebanyakan

menghafal dan sulit untuk dipahami oleh mereka. Permasalahan yang sering

dijumpai peneliti di lapangan adalah rendahnya hasil belajar siswa dan

ketidakmampuan siswa untuk menerapkan perolehan hasil materi pelajaran yang

sudah dipelajari, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Hal ini

disebabkan karena metode yang dipilih guru kurang tepat, sebagian contoh

pembelajaran yang didominasi dengan metode ceramah yang berpusat pada guru,

khususnya untuk mengajarkan materi IPA Biologi.

Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih kreatif bagi

guru agar siswa dapat memahami konsep-konsep yang bersifat hafalan tersebut

secara baik. Jika metode yang digunakan oleh guru dalam materi tersebut

hanyalah ceramah saja akan membuat siswa jenuh dan materi tidak dapat

tersampaiakn dan diingat secara maksimal.

Model mengajar merupakan cara-cara mengajar yang digunkaan oleh guru

untuk menyampaikan materi dengan tujuan agar siswa dapat memahami materi

dengan baik. Pemilihan model yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran

dapat membantu siswa lebih mudah memahmi suatu konsep. Penentuan strategi,

model dan teknik pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan

karakteristik materi ajaran, karakteristik siswa, guru dan kondisi nyata sumber

daya yang tersedia di sekolah serta lingkungan sekitarnya.

Padahal banyak metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan didalam

kelas. Salah satu metode yang efektif digunakan adalah metode kooperatif.

Menurut Johnson & Johnson, Johnson, Johnson & Smith, Slavin, dalam Isjoni,

pembelajaran kooperatif boleh didefinisiskan sebagai satu pendekatan dimana

murid bekerjasama di antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang kecil

untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang diberikan oleh

guru.5 Dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

menekankan aktivitas siswa bersam – sama secara berkelompok dan tidak

5Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.29-30.

6

individual. Dengan cara berkelompok akan memicu siswa untuk lebih aktif dalam

menuangkan pendapat dan gagasannya.

Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,

siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang

dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota

bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pada

model pembejaran jigsaw, siswa akan memili keaktifan yang merata. Karena,

dalam model pembelajaran ini, materi yang akan disampaikan dibagi menjadi

beberapa bagian dan masing-masing siswa diberi tanggung jawab untuk

mempelajari bagian bagian tersebut. Mereka bertanggung jawab untuk memahami

yang kemudian dijelaskan pada teman kelompoknya

Model pembelajaran Jigsaw ini memiliki unsur yang diterapkan dalam

proses pembelajarannya, diantaranya terjadinya saling ketergantungan positif,

dimana dalam unsur ini siswa diminta untuk memciptakaan kelompok kerja yan

efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling

ketergantingan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya

sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. Selanjutnya tanggung jawab

perseorangan untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, selain itu dalam

pembelajaran model Jigsaw ini setiap kelompok diberikan kesempatan untuk

bertatap muka dan berdiskusi mengenai apa yang mereka telat pelajari sehingga

antar siswa satu dengan yang lain dapat saling menguntungkan dan menghargai

perbedaan. Adanya komunikasi antar anggota kelompok dengan cara saling

mendengarkam dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Terkahir adanya evaluasi pada setiap kelompok.

Guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan motivator yang membantu

pembelajaran itu berlangsung. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menitik

beratkan pada kelompok ahli dan kelompok asal. Dalam pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw ini terjadi interaksi dari guru-siswa, siswa-guru, serta siswa-siswa.

Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah dapat melatih siswa

7

untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran, ide-ide, meningkatkan hasil belajar

Biologi, kemampuan memecahkan masalah, serta pemahaman konsep.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada

pembelajaran kooperatif model Jigsaw keterlibatan guru dalam proses belajar

mengajar semakin berkurang dalam arti guru tidak menjadi pusat kegiatan kelas.

Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk

belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa sehingga siswa

mampu aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara

kelompok.

Dalam penelitian ini, materi pokok yang dipilih adalah jamur. Materi ini

dipilih karena selama ini peserta didik kurang terdorong karena adanya banyak

nama ilmiah. Metode yang dipakai adalah model ceramah, sehingga pencapaian

tujuan pembelajaran tidak mendarat di kepala peserta didik. Selin itu peserta didik

hanya ditekankan pada penguasaan materi tanpa mengembangkan kemampuan

sosial dan hubungan interpersonal diantara peserta didik yang lain.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

memberi kajian dan referensi model pembelajaran yang dapat membantu siswa

terlibat secara aktif dalam mengembangkan kemampuannya. Kemudian dalam

pelaksanaannya siswa dapat saling bertukar pikiran dengan suasana belajar yang

kondusif, sehingga materi yang dipelajari akan lebih bermakna dan dapat

dipengaruhi secara berkelanjutan. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif

Tipe Jigsaw merupakan model yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran

biologi khususnya pada materi jamur.

Model pengajaran, seperti yang telah diuraikan di atas merupakan faktor

eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Faktor keberhasilan

pembelajaran selain faktor eksternal, keberhasilan dari proses pembelajaran juga

banyak ditentukan oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri siswa itu

sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

8

“Pengaruh Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Kelas X Konsep Jamur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah

yang terdapat pada pembelajaran biologi di sekolah khususnya di kelas X MA

Jam’iyyah Islamiyyah adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran.

2. Metode yang digunakan guru saat mengajar kurang bervariasi.

3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru

(teacher center).

4. Materi pada umumnya dianggap sebagai materi hafalan dan sulit untuk

dipahami.

5. Adanya ketergantungan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saat

melakukan diskusi kelompok

C. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan pada :

1. Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Hasil belajar yang dimaksud peneliti adalah dari aspek kognitif jenjang C1-

C4.

3. Penelitian ini dilakukan pada konsep jamur karena pada materi ini, peserta

didik merasa terlalu banyak nama ilmiah yang harus dihafalkan.

D. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut, maka masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh efektivitas model

pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada kelas X konsep

jamur .

9

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas pada model

pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran biologi konsep jamur terhadap hasil

belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X dengan penerapan

menggunakan beberapa model pembelajaran kooperatif diantaranya Jigsaw.

2. Bagi Guru

Khususnya guru biologi di MA Jam’iyyah Islamiyyah dapat menambah

ilmu pengetahuan dan sebagai alternatif untuk menciptakan suasana pembelajaran

yang bersifat aktif dengan penerapan model pembelajaran kooperetif Jigsaw.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan strategi

pembelajaran yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan

mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis

1. Efektivitas Metode Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses

interaksi antar siswa maupun antar siswa dengan guru dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektifitas pembelajaran dapat dilihat dari

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap

pembelajaran dan penguasaan konsep siswa. Untuk mencapai suatu konsep

pembelajaran yang efektif dan efisien perlu adanya timbal balik antara siswa dan

guru untuk mencapai suatu tujuan secara bersama, selain itu juga harus

disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, serta media

pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu tercapainya seluruh aspek

perkembangan siswa.1

Aktivitas belajar berpusat pada mahasiswa dalam bentuk diskusi,

mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam

memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif mahasiswa lebih

termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi,

serta mampu membangun hubungan interpersonal. Metode pembelajaran

kooperatif memungkinkan semua mahasiswa dapat menguasai materi pada tingkat

penguasaan yang relatif sama atau sejajar.2

Pelajaran yang efektif ini dilakukan oleh guru yang professional yaitu guru

yang mampu menciptakan kondisi-kondisi intruksional tertentu secara kondusif

sedemikia rupa sehingga murid-muridnya merasa senang pada situasi yang

1Afifatu Rohmawati, “Efektivitas Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, No. 1, April 2015, diakses dari: http://pps.unj.ac.id/journal/jpud/article/view/90, pada 11 Januari 2017, h. 17.

2Sutiman, Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo, “Efektivitas pembelajaran Kooperatif dalam Mengingkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Filsafat Ilmu”, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. 2, No. 1, diakses dari: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpms/article/view/3892/3364, pada 15 Januari 2017.

10

11

kondusif ini senang belajar. Sehingga diketahui bahwa suatu kegiatan ini efektif

terjadi keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Kunci pembelajaran yang efektif terletak pada guru. Menurut Ernest Boyer

dalam Nyayu Khodijah menyatakan bahwa ciri guru yang efektif adalah: 1)

mampu menggunakan bahasa dengan cara yang tepat, baik dalam penggunaan

istilah maupun simbol. Selain itu bahasa tulisan dan ucapan guru dapat membantu

siswa belajar, serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif; 2)

memiliki pengetauan yang memadai; dan 3) mampu membuat hubungan yang

bermakna tentang apa yang diketahuinya.3

Efektivitas dapat dijadikan alat ukur untuk mengukur suatu keberhasilan.

Efektivitas dapat dikatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai

tujuannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat

penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang

dalam mencapai tujuannya.

Fakta dalam proses belajar di kelas guru masih menggunakan metode yang

lama, yaitu menggunakan metode ceramah (konvensional) dalam mengajar.

Padahal kemajuan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, maka guru harus

memanfaatkan metode ataupun strategi yang telah berkembang upaya untuk

meningkatkan cara mengajar yang efektif.

2. Pembelajaran Kelompok

Menurut Sagala dalam Masitoh dan Laksmi Dewi, metode kerja kelompok

adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa

kelompok, dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri

untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan

secara bersama-sama.4

Pembelajaran kelompok mengandung pengertian bahwa peserta didik dalam

satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi

3Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 2, h.179-180.

4 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Ditjen PENDIS DEPAG RI, 2009). Cet. 1, h.186.

12

atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).5 Mereka bekerja sama dalam

melaksanakan tugas tertentu yang diberikan guru, dan berusaha mencapai tujuan

pengajaran.

Pembelajaran kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu

digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial peserta didik. Hal ini

disadari bahwa peserta didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk

yang berkecenderungan untuk hidup bersama.6

Sedangkan menurut Ischak, kerja kelompok dapar diartikan sebagai suatu

kegiatan belajar mengajar yang membagi siswa dalam satu kelas menjadi

beberapa kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.7

Pembelajaran kelompok merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan

secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan dengan cara berkelompok. Tujuan

utama dalam model belajar kelompok adalah agar peserta didik dapat belajar

secara berkelompok bersama teman-temannya, belajar dengan cara saling

memberi, menghargai pendapat, dan memberi kesempatan kepada orang lain

untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

bersama-sama.8

Pada umumnya materi pembelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-

sama dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan oleh guru. Materi ini harus

cukup kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi-

bagi menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok pemecahnya.

Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan

belajar, perbedaan bakat, dan minat belajar, jenis kegiatan, materi pelajaran, dan

tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan pembelajaran kelompok antara lain: 1) membiasakan anak bergaul

dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapat dan menerima

pendapat dari temannya yang lain; 2) untuk mengatasi kesulitan-kesulitan,

terutama dalam hal pelajaran, secara bersama-sama; 3) belajar hidup bersama agar

5 Mulyono, Strategi Pembelajaran, ( Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 106 6 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 52 7 Sardiyo dkk, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011) Cet. 9, h.69 8 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 6

13

nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas; 4) memupuk rasa

gotong royong yang merupakan sifat dari bangsa Indonesia.9

3. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson, Johnson, Johnson & Smith, Slavin, dalam

Isjoni, pembelajaran kooperatif boleh didefinisiskan sebagai satu pendekatan

dimana murid bekerjasama di antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang

kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang diberikan

oleh guru.10

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif yang menekankan

aktivitas siswa bersama-sama secara berkelompok dan tidak individual. Siswa

secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan

dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir logis, berkomunikasi

efektif, dan bekerja sama. Jangan biarkan siswa belajar sendiri yang

mendorongnya menjadi individualis dan jangan pula dihadapkan pada kondisi

kompetensi yang tidak sehat dengan sesama temannya. Namun ciptakan cara agar

siswa bisa bekerja sama.11

Menurut Nurhadi dan Senduk dan Lie dalam Made Wena ada berbagai

elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu

(a) saling ketergantungan positif (positive interdependence); (b) interaksi tatap

muka (face to face interaction); (c) akuntabilitas individual (individual

accountability); dan (d) keterampilan untuk menjalankan hubungan antar pribadi

atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of collarative/social

skill).12

Dalam unsur yang pertama ini, setiap siswa diharapkan mampu saling

bergantung satu sama lain untuk mencapi suatu tujuan yang sama. Setiap orang

harus ikut berpera serta untuk mencapai tujuan tersebut. Hubungan yang saling

9 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling, ( Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h.129 10Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), h.29-30. 11Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung; CV Wacana Prima, 2009),

h. 54. 12Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual

Operasional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), Cet. 9, h.190-192.

14

membutuhkan antara satu siswa dengan siswa lain inilah yang disebut dengan

saling ketergantungan positif. Hal ini dapat diciptakan dengan cara saling

ketergantungan dalam pencapaian tujuan, saling ketergantungan dalam

menyelesaikan tugas, saling ketergantungan sumber belajar, saling ketergantungan

peran, dan saling ketergantungan dalam mendapatkan hadiah. Selanjutnya pada

unsur kedua, diharapkan para siswa dapat melakukan tatap muka secara langsung

sehingga mereka melakukan dialog dengan sesama teman yang lain, tidak hanya

dengan gurunya saja. Dalam hal ini peserta didik dapat melakukan dengan cara

bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, mendengarkan teman yang sedang

menjelaskan. Berkata sopan dengan teman yang lain, memberi bantuan, memberi

penjelasan apabila ada teman yang bertanya.

Dalam unsur yang ketiga, mengingat pembelajaran kooperatif ini

merupakan pembelajaran kelompok, maka dalam kelompok setiap anggota harus

belajar dan menyumbangkan pikiran untuk keberhasilan kelompok mereka. Setiap

ahli kelompok bertanggungjawab untuk belajar. Kelompok kooperatif tidak hanya

digunakan untuk mencapai tujuan kelompok saja, tetapi juga untuk belajar

membuat para peserta didik bertanggung jawab dengan pekerjaannya, sehingga

mereka akan berlatih untuk menjadi peserta didik yang mandiri. Dengan kondisi

belajar yang demikian dapat menumbuhkan tanggung jawab pada masing-masing

individu. Unsur yang terakhir yaitu keterampilan dalam menjalin hubungan

antarpribadi. Dalam unsur ini, guru dituntut untuk membimbing peserta didik agar

dapat berkolaborasi, bersosialisai, dan bekerja sama antar anggota kelompok.

Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif secara sengaja diajarkan oleh

guru tidak hanya diasumsikan saja. Misalnya, tenggang rasa, sikap saling

menghormati sesama teman, mandiri, mampu mengkritik suatu ide bukan

mengkritik teman, dan berani untuk mempertahankan pikiran.

Menurut Van Dat Tran dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif membuat nilai siswa tinggi secara signifikan pada

prestasi akademik dan daya ingat, dibandingkan dengan siswa yang

15

menggunakanlecture-based-teaching.13 Pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.14

Menurut Nurulhayati dalam Rusman, pembelajaran kooperatif adalah

strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok

kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa

belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki

dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu

sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah

kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.15

Menurut Zaheer Ahmad dan Nasir Mahmood dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan

tradisional. Pembelajaran kooperatif meningkatkan sudut pandang guru dalam

pencapaian akademik dibanding dengan instruksi tradisional, dan juga

meningkatkan kenyamanan dan interaksi dalam belajar.16

Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu.

Saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-

masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang

diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat

duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan individual. Apabila

diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu

sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai

konsep-konsep yang dipikirkan.

13Van Dat Tran, “The Effectts of Cooperative Learning on the Academic Achievement and Knowledge Retention”, International Journal of higher Education, Vol. 3, No. 2, Tahun 2014, h. 131, diakses dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1067568.pdf, pada: 12 Desember 2016.

14Rusman, op. cit., h. 202. 15Ibid.,h.203. 16Zaheer Ahmad, Nasir Mahmood, “Effects of Cooperative Learning vs. Traditional

Instruction on Prospective Teachers’ Larning Experience and Achievement”, Journal of Faculty of Education Sciences, Vol. 43, No. 1, Tahun 2010, 151-164, diakses dari: http://www.acarindex.com/dosyalar/makale/acarindex-1423869905.pdf, pada 15 Desember 2016.

16

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur

utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang

mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian

prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat

mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas

yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan

lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir,

menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan

dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana

yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Pembelajaran kooperatif

memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara

siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan

khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas

melengkapi alasan pentingnya untu menggunakan pembelajaran kooperatif dalam

kelas-kelas yang berbeda.

Menurut Slavin dalam Tukiran “In cooperative learning method, strudent

work together in four member teams to master material initally prented by the

teacher.” Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga

dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.17

Menurut Solihatin, E., dan Rahardjo dalam Tukiran Taniredja dkk., pada

dasarnya Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di

mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota

kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu

17Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 55.

17

struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota

kelompok.18

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan

pengaturan kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman

anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu

masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada

waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan

materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif; 2) kelompok

dibentuk dari siswa-siswayang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah;3)

jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya,

jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri

dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; dan 4) penghargaan lebih

diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.19

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam konsep

strategi pembelajaran kooperatif (SPK), yaitu: 1) adanya peserta dalam kelompok;

2)adanya aturan kelompok; 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan

4) adanya tujuan yang harus dicapai.20

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi

pembelajaran kooperatif (cooperative learning). SPK merupakan strategi

pembelajaran kelompok yang menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli

pendidikan untuk digunakan.

18Ibid,.h. 56. 19Ibid., h.56-57. 20Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 5, h.241.

18

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan kecil, yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras

atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap

kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika

kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,

setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.

Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung

jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap

anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan

mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan

memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan

kelompok.

Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih

produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual. Elemen-

elemen tersebut antara lain: a) interpendensi positif (positive interpendence); b)

interaksi promotif (promotive interaction); c)akuntabilitas individu (individual

accountability); d) keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal

and small-group skill); e) pemrosesan kelompok (group processing).21

Keunggulan dan kelemahan pembelajaran SPK (Strategi Pembelajaran

Kooperatif):

Keunggulan :

1) Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2) SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

21Miftahul Huda, Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet. XI, h. 46.

19

Keterbatasan :

1) Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya , keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompk.

2) Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teachingyang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.22

4. Model Pembelajaran

a. Pembelajaran Saintifik

Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau

melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik

yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan

bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas

yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada

bagaimana mengambangkan kompetensi peseta didik dalam melakukan obsercasi

atau eksperimen, namu bagaimana mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam

berinovasi atau berkarya.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik artinya

pembelajaran itu dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu, pendekatan saintifik

disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan

dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 menamanatkan esensi

pendekatan saintifik falam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai

titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan peserta didik.23

22Wina Sanjaya, Op. cit. ,h. 249-250. 23 Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo:Nizamia

Learning Center, 2015), h. 53.

20

Secara istilah pengertian dari pendekatan saintifik adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati

(untuk mengidentifikadi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

menajuakn atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data degan berbagai

teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip yang ditemukan. 24

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah atau saintifik

menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa dengan

menggunakan observasi, eksperimen, ataupun cara yang lainnya. Hal ini sejalan

dengan hakikat pembelajaran sains atau IPA yang menekankan pada pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam

sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat. Dengan demikian, siswa terbantu

unutk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap pembelajaran. 25

Siswa diharapkan dapat memberdayakan seracara aktif potensi yang ada dalam

dirinya untuk membangun pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang

dimilikinya.

Menurut Kemendikbud dalam Jurnal Suhartati, pendekatan saintifik

merupakan pendekatan yang mengupayakan suatu cara atau mekanisme untuk

mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode

ilmiah. Proses pebelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non

ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan

intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir

kritis.26

Pembelajaran saintifk merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-

langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

24 Sufairoh,” Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13”, Jurnal Pendidikan Profesional, Vol. 5, No. 3, Tahun 2016

25 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 48.

26 Suhartati, “Penerapan Pendekatan Saintifik pada Materi Relasi dan Fungsi di Kelas X MAN 3 Banda Aceh”, Jurnal Peluang, Vol. 4, No. 2, Tahun 2016. Diakses dari http://jurnal.unsyiah.ac.id/peluang/article/view/5867/4858, pada 6 Juni 2018

21

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,

namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu,

pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Menurut Huston

dalam... pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada

kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discovery) pengetahuan

yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan

generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya

keterampilan perpikir tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih

diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu

informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai

organisator dan fasilitator pembelajaran. 27

Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan

keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan

langkah sebagai berikut: 1) Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta

atau fenomena baik secara langsung dan /atau rekonstruksi sehingga siswa

mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyiak fakta/fenomena

tersebut; 2) memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep,

prisip, hukum, dan teori serta langkah prosedural; 3) Mendorong siswa aktif

mencoba melalui kegiatan langsung praktik di lapangan; 4) Memaksimalkan

pemanfaatan teknologi dalam mengolah data, mengembangkan penalaran dan

memprediksi fenomena; 5) memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam

mengkomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalu

presentasi dan/atau unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga

sampai tak terduga.28

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada

peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan

pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasa dari mana saja, kapan saja, tidak

bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi

27 Abdul Majis dan Chaerul Rochman, Pendidikan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2015), h. 3.

28 Ibid, hal 5

22

pembelajaran yang dihaapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik

dalam mencarai tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Kondisi pembelajaran saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik

mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), buksn hsnys

menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan

diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana

mengambi keputusan) bukanberpikir mekanistis (rutin dengan hanya

mendengarkan dan menghafal semata).

Menurut Sudarwan dalam Abdul Majis dan Chaerul Rochman, pendekatan

saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu ebenaran. Dengan demikian, proses

pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau

kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti

berikut ini:29

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongen semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menfginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada onsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menari sistm penyajiannya.

Proses pembejaran kurikulum 2013 pada sema jenjang dilaksanakan

menggunakan penekatan saintifik yang diberlakukan untuk seluruh mata

29 Ibid, hal 69

23

pelajaran. Pendekatan pembelajran saintifik mencangkup tiga ranah pembelajaran,

yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

Tahapan pendekatan saintifik terdiri dri lima langkah, yakni mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan.30

1) Mengamati Kegiata mengamati dapat memenuhi rasa ingin tahu siswa dalam proses

pembelajaran sehingga memiliki kebermaknaan yang tinggi. Siswa terlibat secara langsung untuk melakukan observasi atau pengamatan baik secara individu maupun kelompok. 2) Menanya

Kegiatan menanya dalam tahapan pembelajaran saintifik bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa terhadap suatu tema pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya menganai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca pada tahapan sebelumnya.

3) Mengumpulkan Informasi

Siswa mengumpulkan informasi atau data yang berkaitan dengan tema pembelajaran dari buku pelajaran atau internet baik secara individu maupun kelompok sebagai tindak lanjut dari tahapan sebelumya. Kegiatan mengumpulkan informasi juga dapat dilakukan dengan mlakukan percobaan untuk materi yang sesuai dengan pembelajaran. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya melalui kegiatan mencoba atau mengumpulkan data. 4) Mengasosiasi

Selama kegiatan mengasosiasikan, siswa dapat saling berdiskusi dan menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru untuk mendapatkan sebuah pemahaman mengenai konsep yang dipelajari. 5) Mengkomunikasikan

Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain secara singkat dan jelas. Tahapan kegiatan ini dapat membantu siswa meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhannya dalam belajar. Siswa juga dapat melatih kemampuan bicaranya serta memperkuat penguasaan materi pelajaran yang disajikan dalam pembelajaran.

30 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pda Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014), hal. 3. Diakses dari http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-103-tahun-2014.pdf

24

b. Metode Jigsaw

Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,

siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang

dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota

bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Dalam penelitian Barbara Jarvis Tewksbury pembelajaran jigsaw dimulai

dengan diberikannya setiap kelompok topik yang bebeda-beda. Setiap tim

memiliki ketua tim yang mengerti dengan topik yang sudah diberikan, kemudian

teman yang lain akan berpencar menuju ke kelompok lain. Setelah selesai

kemudian setiap individu akan menjelaskan aspek atau topik yang sudah mereka

dapatkan dari kelompok baru mereka.31

Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang

akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada

papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru

menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut.

Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skema atau

struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang

baru.32

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli

dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri yang dari

beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan

keragaman dan latar belakang. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri

dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami

topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang

sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materiyang

31Barbara Jarvis Tewksbury, “Specific Strategies foor Using “Jigsaw” Technique for Working in Groups in Non-Lecture-Based Courses”, Journal of Geological Education, Vol. 43, Tahun 1995, p. 322, diakses dari: http://nagt-jge.org/doi/pdf/10.5408/0022-1368-43.4.322, pada 5 Januari 2017.

32Agus Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet.XV, h.108.

25

ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain

untuk mempelajari topik mereka tersebut. Tugas guru adalah memfasilitasi dan

memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi

yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian

kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa

yang telah mereka dapat pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok

ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat melakukan

diskusi dikelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap

anggota pada kelompok asal. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap

siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya

para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling

ketergantungan untuk mendapat informasi dan memecahkan masalah yang

diberikan.

Strategi Jigsaw adalah cara yang cukup efisien untuk mempelajari materi

pelajaran pada model kooperatif. Proses jigsaw ini mendorong siswa untu lebih

terlibat dan menimbulkan sikap empati dengan memerikan setiap anggota

kelompok ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Setiap anggota kelompok

harus bekerja sama sebagai tim untuk mencapai satu tujuan yang sama setiap

orang akan bertanggungjawab dengan tugasnya. Tidak akan ada siswa yang

berhasil sepenuhnya kecuali jika tim itu saling bekerja sama dengan baik.33

Jigsaw memiliki dua ciri utama. Pertama, jigsaw dirancang untuk

mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis (organized bodies of knowledge).

Kedua, jigsaw mencangkup satu elemen bernama spesialisasi tugas (task

specialization).34

33Elliot Aronson, “Jigsaw Strategy”, Journal Schreyer Institute for Teaching Excellence, University Park, PA 16802, diakses dari: https://www.schreyerinstitute.psu.edu/pdf/alex/jigsaw.pdf, pada 15 Januari 2017.

34Paul Eggen, Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran : Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam, Terj. dari Strategie and Models for Teacher: Teaching Content and Thingking Skills, Sixth Edition Oleh Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 137.

26

Gambar 2.1 Tahap-Tahap Jigsaw

Gambar 2.2 Tahapan Kelompok Jigsaw

Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu

emapt orang , dengan latar belakang yang berbeda seperti dalam STAD dan TGT.

Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain., biasanya

bidang studi sosial, biografi, atau matei yang bersifat penjelasan terperinci

lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam

aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahi

Merencanakan Kegiatan Jigsaw

Menentukan tujuan belajar

Menyiapkan panduan studi

Membentuk tim siswa

Mendukung prestasi “para ahli”

Kelompok Asal A

Kelompok Asal B

Kelompok Asal C

Kelompok Asal D

Kelompok Ahli

Deuteromycotina

Kelompok Ahli

Basidiomycotina

Kelompok Ahli

Ascomycootina

Kelompok Ahli Zygomycotina

Kelompok Asal D

Kelompok Asal C

Kelompok Asal B

Kelompok Asal A

27

dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka baha,

lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka kepada

teman satu timnya. Akhirnya akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk

semua topik.35 Secara terperinci misalnya seperti dibawah ini:

1) Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan. Jumlah tiap kelompok yang tepat adalah 4-6 orang dengan kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.

2) Setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan didiskusikan, maka di dalam Jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mepelajari suatu materi tertentu. Kemudian peserta didik atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.

3) Setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.

4) Siswa diberikan tes atau kuis oleh guru, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu materi dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tersebut.

5) Setelah kuis selesai maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu dalam setiap kelompok memberikan sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir.

4. Deskripsi, Dimensi Proses Kognitif, Prinsip, dan Hasil Belajar

a. Deskripsi Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa “belajar” merupakan kata yag tidak

asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang ridak terpisahkan dari semua

kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan

35Robert E. Slavin, Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2015), Cet. 15, h. 14.

28

belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari,

siang hari, sore hari, atau pagi hari.36

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua

orang yang berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam

kandungan) hingga liang lahat. Salah sati pertanda bahwa seorang telah belajar

sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah

laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetauan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).37

Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: “Suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan

dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.38

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-

banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi

yang dikuasai siswa.39

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatuperubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.40

36Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2011), Cet. 3, h. 12.

37Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.3.

38W. S. WinkleS.J., Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), Cet. 10, h 59. 39Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan : dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011), Cet. 17 h. 90. 40Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2010), Cet. 10, h.2.

29

Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat

lingkungan akademik seperti lingkungan sekolah, pelajar, serta mahasiswa yang

mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang tidak mungkin dapat dipisahkan dari mereka.

Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar, belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman.41

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

1) Belajar menurut Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan langsung dari proses pertumbuhan seseorang secra alamiah.

2) Belajar menurut Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

3) Belajar menurut Cronbach Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman)

4) Belajar menurut Harold Spears Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

5) Belajar menurut Geoch Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan kinerja sebagai hasil latihan).

6) Belajar menurut Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).42

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal

batas usia, dan berlangsung seumur hidup (long live aducational). Belajar

merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan

lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan

41Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Erlangga, 2015), h.2

42Agus Suprijono, op., cit, h.2-3.

30

belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang

yang belajar, perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positif.43

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian

besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah.

Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar

masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu

engetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatan

Raber, belajar adalah the process of acquiring knowladge. Belajar adalah proses

mendapatkan pengetahuan.

Bukti bahwa seorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku

pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti.44

b. Dimensi Proses Kognitif

Menurut Mayer dan Wittrock dua dari banyak tujuan pendidikan yang

paling penting adalah meretensi dan mentransfer (yang mengindikasikan

pembelajaran yang bermakna). Meretensi adalah kemampuan untuk mengingat

materi pelajaran sampai jangka yang tertentu sama seperti materi yang diajarkan.

Mentransfer adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari

guna menyelesaikan masalah-masalah yang baru, menjawab pertanyaan-

pertanyaan baru, atau memudahkan pembelajaran materi pelajaran baru.45

Tujuan meretensi diantaranya adalah untuk mengingatkanapa yang sudah

mereka pelajari, sedangkan mentransfer bukan hanya untuk mengingat, melainkan

juga untuk memahami dan menggunakan apa yang sudah dipelajari oleh peserta

didik.

43Iskandar, Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Referensi, 2012), h. 102.

44Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), Cet. 16, h.30. 45Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen : Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. A Bridged Edition oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 94.

31

Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan

pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat

dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan. Kategori-kategori ini merentang dari

proses kognitif yang palig banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di bidang

pendidikan, yaitu Mengingat, kemudian Memahami, dan Mengaplikasikan, ke

proses-proses kognitif yang jarang dijumpai, yakni Menganalisis, Mengevaluasi

dan Mencipta. Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari memori

jangka panjang. Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi

pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambarkan oleh guru.

Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam

keadaan tertentu. Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunannya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan

hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

Mengevaluasi ialah mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.

Mencipta adalah memadukan bagian-bagaian untuk membentuk sesuatu yang baru

dan koheren atau untuk membuatn suatu produk yang orisinal.46

c. Prinsip

Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Belajar merupakan proses.

Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar

adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar

merupakan kesatuan fungsional dari beberapa komponen belajar. Belajar

merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari

interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

d. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu

yang terjadi pada diri seseorang. Peristiwa tersebut di mulai dari adanya

perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada perilaku

belajar seseorang yang dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya

memunculkan nilai belajar dalam bentuk riil atau non riil.

46Ibid., h. 43.

32

Hasil belajarberkaitan dengan sikap dan nilai, yang berorientasi pada

penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Untuk melihat

ketercapaian hasil belajr diperlukan adanya evaluasi pembelajaran. Sebagai

komponen kurikulum, sebagai rencana, dan sebagai kegiatan, pearan evaluasi

sangat menentukan. Evaluasi bukan saja dapat memberikan informasi mengenai

tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan

informasi mengenai komponen kurikulum lainnya. Artinya, melalui kegiatan

evaluasi, komponen-komponen kurikulum lainnya dapat dikaji dan diketahui

hubungannya dalam sistem kurikulum. Dalam pelaksanaan pendidikan, banyak

keputusan yang harus dibuat oleh seorang guru, antara lain yank menyangkut

proses pembelajaran, hasil belajar, seleksi bimbingan, dan sebagainya.47

Menurut Willian A. Mohrens dalam Asrul, evaluasi adalah proses

penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan

alternatif. Evaluasi bisa mencangkup arti tes dan measurement dan bisa juga

berarti di luar keduanya. Hasil evaluasi bisa memberi keputusan yang

professional. Seorang dapat memngevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun

kualitatif. 48

Menurut Suharsimi dalam Asrul ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan: a)

penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh mengetahui tingkat

inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan

menyelesaikan sol-soal; b) dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran

kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol

bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke

bentuk kuantitatif ; c) dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan

menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk

anak normal; d) dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama

atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain; e) dalam penilain

pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-

47Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.36. 48Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media,

2015), Cet. 2, h.3.

33

kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu:

terletak pada alat ukurnya, terletak pada orang yang melakukan penelitian, terletak

pada anak yang dinilai, terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.49

Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam domain kognitif oleh

Bloom dkk. dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam

jenjangkemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan

(C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Jenjang kemampuan yang

lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan merupakan peningkatan dari jenjang

kemampuan yang lebih rendah.50

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

penerima pesan. Pesan, sumber pesan,saluran/media dan penerima pesan adalah

komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan

adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.51 Saudjana

mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya.52

Jadi hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa, setelah mengalami

proses belajar mengajar dan ditandai dengan adanya perubahan kepandaian,

kecakapan dan tingkah laku pada diri siswa itu sendiri. Hasil belajar juga akan

menumbuhkan pengetahuan seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemamuan

berupa keterampilan dan membentuk kebiasaan sikap dan cita-cita hidupnya.

Proses pembelajaran erat kaitannya dengan hasil belajar siswa. proses

pembelajaran yang monoton, tidak menarik, cenderung, cenderung menurunkan

hasil belajar. Sebaliknya, proses pembelajaran yang meningkatkan minat dan

aktivitas siswa terhadap pembelajaran cenderung meningkatkan hasil belajar

mereka.

49Ibid, h 7-10. 50 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA BerbasisKompetensi , (Jakarta: Lemlit

UIN Jakarta Press, 2006), h.15 51Arif Sadiman, dkk, Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 11-12. 52Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009), Cet. 14, h. 22

34

5. Konsep Jamur

Meskipun sangat beraneka ragam, fungi memiliki bebrapa kesamaan ciri-

ciri kunci, terutama dalam memperoleh nutrisi. Selain itu, banyak fungi yang

tumbuh dengan membentuk filamen multiseluler, struktur tubuh yang memainkan

peran penting dalam memperoleh makanan.

Struktur tubuh jamur yang paling umum adalah filamen multiseluler dan sel

tunggal. Morfologi fungi multiseluler meningkatkan meningkatkan pada

kemampuannya untuk tumbuh ke dalam dan mengaborsi nutrien dari

sekelilingnya. Tubuh fungi-fungi ini biasanya membentuk jaringan filamen kecil,

yang disebut hifa. Hifa terdiri dari dinding sel berbentuk tabung yang mengelilingi

membra plasma dan sitoplasma sel. Didinding sel pada fungi ini diperkuat oleh

kitin. Hifa fungi membentuk massa yang saling berkumpul disebut miselium yang

menembus zat tempat fungi mencari makan.53

Jamur memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Merupakan organisme eukariota yang menghasilkan spora

2. Dinding selnya tidak mengandung selulosa, melainkan karbohidrat

kompleks (termasuk kitin, manan, glukan).

3. Tidak memiliki flagella dalam daur hidupnya

Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetative

kapang berbentuk filamrn panjang bercabang seperti benang, disebut hifa. Hifa

akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup

jamur). Hifa-hifa membentuk jaringan-jaringan benang kusut, disebut miselium.

Beberpa hifa bersifat sinositik, artinya hifa-hifa tidak terpisah dalam ruang-ruang

atau sel-sel, melainkan membentuk sebuah sel raksasa berinti banyak. Jenis hifa

lain ada yang terpisah dalam ruang-ruang oleh septa (dinding).

Reproduksi jamur

Sebagian besar jamur bereproduksi dengan spora mikroskopik, yaitu sel

reproduktif yang tidak motil. Spora biasanya dihasilkan oleh hifa aerial yang

53Neil A. Campbell, et.al., Biologi edisi kedelapan jilid II, Terj. dari Biology 8th Edition oleh Damaring Tyas Wulandari, (Jakarta: Erlangga, 2012), Cet. 14, h. 205.

35

terspesialisasi. Hifa aerial pada beberapa jamur membentuk struktur kompleks

yang disebut badan buah (fruiting body). Spora dihasilkan dalam badan buah. Ada

tiga bentuk struktur reproduktif pada jamur, yaitu gametangium , sporangium, dan

konidiofor. Gametangium adalah struktur tempat pembentukan gamet.

Sporangium adalah struktur tempat dibentuknya spora. Konidiofor adalah hifa

terspesialisasi yang menghasilkan spora aseksual yang disebut konidia.

Kasifikasi Jamur

Jamur dibagi menjadi 4 divisi

a) Zygomycotina

Struktu tubuh

Zygomycota memiliki miselium yang bercabang banyak dan tidak bersekat.

Hifanya bersifat senositik. Septa ditemukan hanya pada sata sel berproduksi.

Salah satu conton Zygomycota yang penting adalah Rhizopus stolonifer.

Jaur ini biasanya tumbuh pada roti dan makanan lain.

Miselium pada Phizopus mempunyai tiga tipe hifa, yaitu:

1. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnya roti)

2. Rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk

menyerap makanan

3. Sporongiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki

sporangium globuler di ujungnya.

Cara reproduksi

Zygomycota dapat bereproduski secara aseksual dan seksual. Reproduksi

secara aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium,

sedangkan reproduksi seksualnya dengan konjugasi.

36

Gambar 2.3 Struktur tubuh Rhizopus stolonifer

Reproduksi seksual Rhizopus adalah sebagai berikut. Cabang pendek

Rhizopus yang berjenis positif dan cabang pendek Rhizopus dari individu lain

berjenis negatif bertemu pada ujungnya. Setelah bertemu akan terbentuk sekat

dinding di bawah ujung jabang hifa. Gamet dari kedua Rhizopus kemudian

bertemu dan melebur membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi

zigospora. Zigospora mempunyai dinding pelindung yang tebal disebut

zigosporangium. Kemudian zigospora memasuki periode dormansi (tidak

melakukan aktivitas metabolisme). Dormansi biasanya berlangsung selama 1

sampai 3 bulan. Setelah periode dormansi, zigospora berkecambah. Sata

berkecambah, inti zigospora melakukan meiosis, kemudian hifa haploid segera

membentuk sporangium yang akan memproduksi spora aseksual. Setelah

dibebaskan dari sporangium, spora aseksual akan membentuk miselium baru.

Gambar 2.4 Siklus Hidup Zygomycota

Peranan

37

Beberapa spesies Zygomycota bermanfaat dalam pembuatan makanan.

Misalnya Rhizopus oryzae untuk membuat tempe dan Mucor javanicus terdapat

dalam ragi tape.

Gambar 2.5 Mucor mucedo

b) Ascomycotina

Ascomycota bercirikan talus yang terdiri atas miselium bersekat.

Reproduksi seksual membentuk askospora di dalam askus. Ada yang hidup

sebagai saproba dan ada yang hidup sebagai parasit, yang menimbulkan banyak

penyakit pada tumbuhan-tumbuhan.

Pada reproduksi aseksualnya dihasilkan spora konidium yang berbentu

pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor. Kecuali pada beberapa kelompok

kecil pada umumnya askus dibentuk di dalam tubuh buah yang disebut askokarp

atau askoma. Bentuk askusnya ada bermacam-macam antara lain sebagai berikut:

a. Askus tanpa askokarp

b. Askus yang askokarpnya berbetuk seperti mangkok disebut apotesium

c. Askus yang askokarpnya berbentuk bola tanpa ostiolum disebut

kleistotesium

d. Askus yang askokarpnya berbentuk botol dengan leher dan memiliki

ostiolum disebut peritesium.

Adanya macam-macam askus tresebut digunakan sebagai dasar klasifikasi

tingkat kelas, tiga kelas itu antara lain Hemiascomycetes, Plectomycetes, dan

Pyrenomycetes.

38

a. Hemiascomycetes

Kelompok jamur ini tidak membentuk askokarp dan tidak memiliki hifa.

Tubuhnya terdiri atas sel bulat atau oval yang dapat bertunas atau berkuncup

sehingga terbentuk rantai sel atau hifa semu.

Pada reproduksi aseksual, dinding sel menonjol keluar membentuk tunas kecil.

Dengan membesarnya tonjolan ini, sitoplasma dari sel induk mengalir ke

dalamnya, lalu menyempit pada bagian dasarnya. Nukleus di dalam sel induk

membelah secara mitosis dan satu inti anak bergerak ke dalam sel tunas tadi. Sel

anak dapat memisahkan diri atau tetap melekat sambil melangsungkan pertunasan

lebih lanjut bersama-sama sel induknya, dengan demikian terbentuklah koloni.

Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak sesuai untuk

bereproduksi secara aseksual. Sel khamir dapat berfungsi sebagai askus.

Nukleusnya yang diploid dapat melangsungkan pembelahan meiosis sehingga

terbentuk 4 sel haploid (n). Lalu, dinding sel melindungi inti-inti itu bersama

sitoplasma yang berasal dari sel induk dan pada akhirnya terdapat 4 askospora

haploid. Slaah satu contoh. dari kelas Hemiascomycetes adalah khamir dari

spesies Saccharomyces (ragi).

Beberapa jenis Saccharomyces antara lain sebagai berikut:

1. Saccharoyces cereviseae, disebut khamir roti atau khamir bir, juga disebut

khamir raja, yang berguna dalam pembuatan roti dan alkohol.

2. Saccharomyces tuac, mengubah air nira (legen) menjadi tuak.

3. Saccharomyces ellipsoideus, untuk memfermentasi buah anggur menjadi

anggur minuman.

Tidak semua ragi bermanfaat bagi manusia. Beberapa spesies dapat

menimbulkan penyakit bagi manusia. Contohnya Candida albicans, penyebab

penyakit sariawan, penyakit mulut dan kerongkongan, serta menyebabkan

keputihan.

39

b. Plectomycetes

Plectomycetes adalah takson kelas dalam Ascomycota yang bercirikan

adanya askokarp berbentuk bola yang disebut kleistotesium. Kelompok ini ada

yang hidup sebagai saproba, parasit, atau hiperparasit.

Jamur yang termasuk kelas Plectomycetes di antaranya adalah Apergillus

dan Penicillium. Kedua jamur ini bereproduksi aseksual dengan pembentukan

konidium dalam rantai pada konidiofor tegak. Reproduksi seksualnya dengan

spora yang dibentuk di dalam askus. Askus-askus tersebut berkumpul dalam

askokarp.

1) Aspergilus

Aspergilus hidup sebagai saproba pada bermacam-macam benda organik (seperti

pada roti, daging yang sudah diolah, butiran padi-padian, dan kacang-kacangan).

Koloninya berwarna abu-abu, hitam, kuning, atau coklat. Aspergillus hidup subur

pada lingkungan yang lembap kurang cahaya matahari.

Jenis-jenis Aspergillus antara lain:

a) Aspergillus fumigatus, bersifat parasit yang menyebabkan penyakit pada

saluran pernapasan unggas.

b) Aspergillus flavus, penghasil aflatoksin yang diduga sebagai penyebab

penyakit kanker hati; banyak terdapat pada kacang tanah (yang sudah

tengik) dan makanan yang dibuat darinya.

c) Aspergillus niger, menghasilkan asam sitrat.

d) Aspergillus oryzae, merombak zat pati dalam pembuatan minuman

beralkohol.

e) Aspergillus nidulans, parasit pada telinga menyebabkan automikosis.

f) Aspergillus sojae, untuk pembuatan kecap

40

Gambar 2.6 Aspergillus flavus

2) Penicillium

Kapang ini bersel banyak dan mempunyai miselium bersekat-sekat. Pada

Penicillium, ujung konidiofornya tidak melebar, melainkan bercabang-cabang

dengan dertan konidium pada cabang-cabang tadi.

Penicillium banyak terdapat pada bahan-bahan organik dan bersifat saprofit.

Jenis-jenis Penicillium antara lain:

a) Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum, penghasil zat antibiotik

(penisilin); ditemukan tahun 1929 oleh Alexander Flemming.

b) Penicillium camaberti dan Penicillium voqueforti, dimanfaatkna untuk

meningkatkan kualitas keju.

c) Penicillium italicum dan P. Digitatum, perusak buah jeruk, masing-masing

dinamain juga kapang biru dan kapang hijau.

d) Penicillium expansum, menyebabkan buah apel membusuk di tempat

penyimpanan.

e) Penicillium islandicum, merusak beras sehingga berubah menjadi berwarna

kuning, sehingga disebut “yellow rice”.

c. Pyrenomycetes

Ciri khas yang dimiliki ialah askoma berbentuk khusus yang dilengkapi

dengan ostiobum (lubang untuk melepas askus dan askospora). Tubuh buah

seperti itu disebut peritesium, yang dapat berwarna cerah atau gelap.

41

Contoh kelas Pyrenomycetes adalah Neurospora sitophia yang banyak

digunakan di Indonesia untuk membuat oncom merah dari ampas tahu atau

bungkil kacang tanah.Neirospora dapat tumbuh subur pada tingkol jagung yang

telah direbus dan telah diambil bijinya.

c) Basidiomycotina

Basidiomycota mencangkup sebagian besar spesies makroskopis dan amat

mancolok. Jamur ini sering dijumpai di lapangan dan di hutan-hutan.

Struktur tubuh

Ciri utamanya ialah hifa bersepta dengan sambungan apit (clamp

connection), spora seksualnya terbentuk pada basidium yang berbentuk

gada.Tubuh cendawan Basidiomycota mencangkup struktur seperti batang dan

tudung yang sering disebut basidiocarp. Jamur ini memiliki struktur yang disebut

basidium yang menghasilkan spora. Fungsi basidium sama dengan asus pada

Ascomycota. Pada bagian ujung basidium akan tumbuh empat basidiospora.

Cara reproduksi

Daur hidup Basidiomycota dimulai dari pertumbuhan spora basidium atau

pertumbuhan konidium .spora basidium atau konidium akan tumuh menjadi

benang hifa yang bersekat dengan satu inti, kemudian hifa membentuk miselium.

Hifa dari dua jenis yang berbeda (+ dan -) ujungnya bersinggungan dan dinding

selnya larut. Inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lain, erjadilah sel

dikariotik. Dari sel dikariotik akan tumbuh hif ada miselium. Dikariotik, miselium

dikariotik kan tumbuh menjadi tubuh buah dengan bentuk tertentu misalnya

seperti payung.

42

Gambar 2.7 Siklus Hidup Basidiomycota

Peranan

Basidiomycota mencangkup ±1.500 spesies. Beberapa contohnya yang

berperan dalam kehidupan manusia antara lain ssebagai berikut:

1) Lentinus edoses dan shitake. Di Cina dan Jepang, jamur ini diproduksi secara

besar-besaran untuk dikonsumsi.

2) Pleurotes, jamur ayu yang hidup pada kayu atau substrat yang mengandung

banyak lignin dan selulosa. Jamur ini enak dimakan.

3) Auricularia polytricha (jamur kuping), tumbuh pada kayu-kayu yang lapuk,

berwarna kecoklatan, berbentuk menyerupai daun telinga. Jamur ini enak

dimakan.

4) Ganoderma aplanatum, Pulyporus giganteus, tubuh buahnya berbentuk

setangah lingkaran menyerupai kipas, digunakan untuk obat-obatan atau

Ganoterapi.

5) Manita muscaria, hidup pada kotoran ternak, menghasilkan toksin muskarin

yang dapat membunuh lalat.

6) Puccinia graminis, hidup sebagai parasit pada tanaman rumput-rumputan

(Gramineae), menyebabkan bercak-bercak pada daun seperti karat, sering

juga disebut jamur karat.

43

Gambar 2.8 Volvariella volvaciae

d) Deuteromycotina

Divisi ini disebut juga “fungi imperfecti” atau jamur tidak sempurna. Divisi

ini dibuat untuk mengelompokkan semua jamur yang tidak termasuk kedalam

divisi lainnya. Ciri utama dari divisi ini adalah belum diketahuinya reproduksi

seksual selama siklus hidupnya. Jamur Deuteromycota hanya ditemukan di

daratan. Sebagian besar anggota divisi ini kemungkinan berkerabat dengan

Ascomycota karena adanya pembentukan konidia. Sisanya kemungkinan adalah

Zygomycota dan Basidiomycota yang tidak melakukan reproduksi seksual. Jika

studi lebih lanjut pada suatu spesies Deuteromycota menunjukkan adanya

reproduksi seksual, maka spesies ini akan dikeluarkan dari divisi ini.

Cara reproduksi

Jamur ini bereproduksi secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau

menghasilkan hifa khusus yang disebut konidiofor. Kemungkinan jamur ini

merupakan suatu peralihan jamur yang tergolong Ascomycota ke Basidiomycota

tetapi tidak diketahui hubungannya.

Peranan jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik, sebagia

parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya serta tanaman

hias. Jamur ini menimbulakn penyakit kulit pada manusia, yaitu dermatomikosis,

misalnya penyakit kurap disebabkan oleh Microsporum, Trichophyton, dan

44

Epidermophyton. Panu disebabkan oleh Tinea versicolor, dan penyakit kaki atlet

ditimbulkan oleh Ephydermophyton floocosum.54

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan mengenai efektivitas model pembelajaran Jigsaw

dan STAD telah dilakukan oleh beberapa peneliti.

Gulsen Cagatay dan Gokhan Demircioglu (2013) dalam karya ilmiahnya

yang berjudul The Effect of Jigsaw-I Cooperative Learning Technique On

Students’ Understanding About Basic Organic Chemistry Concepts. Penelitian ini

menggunakan quasi eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang

menggunakan metode Jigsaw dan pembelajaran tradisonal hasilnya menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang menggunakan

metode jigsaw. Artinya, kelompok yang diajarkan menggunakan metode jigsaw

memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan metode

tradisional.55

Ahib Mawahibus Somad (2012) dalam skripsinya yang berjudul Efektifitas

metode STAD terhadap hasil belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa

Kelas X, hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) cukup baik kondisi

pembelajaran metode STAD siswa pada pokok bahasan virus di kelas eksperimen,

hal ini dilihat berdasarkan hasil statistik deskriptif yang menunjukkan 12,50 pada

nilai rata-rata (mean). (2) terdapat Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok

Bahasan Virus di Kelas yang Menerapkan Metode Pembelajaran STAD, hal ini

dilihat dari uji independent samples test (t)yang menunjukkan 0,000 pada nilai

signifikansi atau Sig (2-tailed). (3 terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada

Pokok Bahasan Virus Antara Kelas Yang Menerapkan Metode Pembelajaran

STAD Dengan Kelas Yang Tidak Menerapkan Metode Pembelajaran STAD, hal

ini dapat dilihat dari hasil uji uji independent samples test (t) yang menunjukkan

54Pratiwi, D.A, dkk, Biologi Untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 103-111. 55Gulsen Cagatay, Gokhan Demircioglu, “The Effect of Jigsaw-I Cooperative Learning

Technique On Students’ Understanding About Basic Organic Chemistry Concept”, Education Research Association The International Journal of Educational Researchers, 2013, 4 (2) : 30-37, diakses dari: http://www.eab.org.tr pada 10 Februari 2016.

45

nilai signifikansi atau Sig (2-tailed) adalah 0,000. Apabila dibandingkan, maka

nilainya akan lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05),dengan demikian berarti bahwa

Ho ditolak dan Ha diterima.56

Miftahul Sani, Nurul Afifah, dan Enny Afniyanti dalam penelitiannyya yang

berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Hakikat

Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambah Ilir

Tahun Pembelajaran 2014/2015, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

thitung> ttabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal

ini dapat dilihat dari nilai mean kelas eksperimen yaitu 77,85 yang lebih tinggi

dari mean kelas kontrol yaitu 61,12. Kemudian ditegaskan dari nilai thitung = 5,128

dan nilaittabel = 2,021. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dibandingkan nilai

ttabel pada taraf signifikan 5% (5,128 > 2,021). Dengan demikian Ho ditolak.57

Daniel Ngaru Muraya dan Githui Kimamo dalam karya ilmiahnya yang

berjudul Effect of Cooperative Learning Approach on Biology Mean Achievement

Score of Secondary School Students’ in Machakos District, Kenya. Uji biologi ini

digunakan untuk mengukur prestasi siswa dan mencapai koefisien reliabilitas 0,84

(N = 59) di uji coba. Data dianalisis menggunakan uji-t, ANOVA dan ANCOVA,

hipotesis diterima atau ditolak pada tingkat P≤0,05. Dihasilkan data yang

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang

signifikan lebih bagus terhadap prestasi siswa.58

Cicillia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rina Rita T. Marpaung dalam

penelitiannya yang berjudul Perbandingan Penggunaan Model STAD dan Jigsaw

56Ahib Mawahibus, “Efektivitas Metode STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa Kelas X”, Penelitian Skripsi Program Studi Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, diakses dari: repository.syekhnurjati.ac.id, pada 9 Februari 2016.

57Miftahul Sani, Nurul Afifah, Enny Afniyanti, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambah Ilir Tahun Pembelajaran 2014/2015”, Jurnal Penelitian Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengairan, Vol 1. No 1, Tahun 2015, diakses dari: e-journal.upp.ac.id/index.php/fkipbiologi/article/view/346, pada 12 Februari 2016.

58Muraya, et.al, “Effect of Cooperative Learning Approach on Biology Mean Achievement Score of Secondary School Students’ in Machakos District, Kenya”, Education Research and Reviews, Vol. 6, No. 12, p726-745, Tahun 2011, diakses dari http://www.academicjournals.org/ERR, pada 12 Februaru 2016.

46

Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa hasil uji N-gain model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi

dibandingkan model pembelajaran STAD yaitu 68,94 untuk model Jigsaw dan

59,17 untuk model STAD. Kemudian dijelaskan juga untuk nilai rata-rata model

pembelajaran Jigsaw > STAD yaitu 82 > 73.59

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaranmerupakan suatu sistem yang tersusun atas beberapa

komponen yang saling mempengaruhi antara guru, siswa, materi pembelajaran,

alat dan metode. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan

sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai

tujuan pendidikan nasional yang ada.

Proses pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan informasi

padasiswa, tetapi membutuhkan keterlibatan siswa secara mental maupun fisik.

Karena itu suatu pengetahuan tidak akan bertahan lama jika proses pembelajaran

pada siswanya hanya sekedar menerima informasi dari guru atau menghafal dari

buku. Keberhasilan dalam pembelajaran tidak terlepas dari kompetensi guru

dalam menentukan model yang dapat memperbaiki prose pembelajaran.

Metode pembelajaran yang masih konvensional, seperti metode ceramah

masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini lebih menitik

beratkan pada peran serta guru sebagai sumber belajar. Dengan keadaan seperti ini

akan membentuk kepribadian siswa yang kurang baik, terutama membentuk sikap

siswa yang lebih pasif sehingga akan mempengaruhi dalam hasil belajar. Metode

ini menempatkan guru pada pusat perhatian. Gurulah yang lebih banyak berbicara

sedangkan murid hanya mendengar dan atau mencatat hal-hal yang dianggap

penting.

Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam pelaksanaan proses

pembelajaran uang dilakukan oleh guru-guru di sekolah, dengan mengganti model

59 Cicilia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung, “Perbandingan Penggunaan Model STAD dan Jigsaw Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No, 1, Tahun 2014, diakses dari: jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/2795, pada 3 Februari 2017.

47

pembelajaran yang berpusat dengan belajar aktif dan meningkatkan hasil belajar

sekaligus membuat pelajaran biologi menjadi menyenangkan sehingga siswa tidak

merasa bosan dengan pelajaran biologi. Model yang dapat digunakan dalam

pembelajaran ini antara lain adalah model STAD dan Jigsaw. Karena kedua model

pembelajaran inimenitikberatkan pada keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran.

D. Hipotesis Penelitian

Rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu “Terdapat pengaruh efektivitas model pembelajaran

kooperatif Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep jamur”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah Pondok Aren, Jl.

Pesantren, Kp. Ceger, Jurangmangu timur, Kec. Pondok Aren, Tangerang

Selatan, tahun ajaran 2016/2017 pada semester ganjil bulan November.

B. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran Jigsaw sebagai variabel bebas (variabel X),

dan variabel terikatnya adalah hasil belajar (variabel Y)

1. Variabel bebas : Model pembelajaan Jigsaw

2. Variabel terikat : Hasil Belajar

C. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen (eksperimen semu),

yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak

memungkinkan peneliti mengadakan kontrol penuh. Dalam penelitian ini sampel

yang diambil ada dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dengan menggunakan model Jigsaw.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model

pretest dan posttest. Dalam desain ini terdapat satu kelas yang dipilih, kemudian

diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan sebelum

diberikan perlakuan.

48

49

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Subjek Pretest Perlakuan Posttest

Kontrol O1 K O2

Eksperimen O2 E O2

Keterangan :

O1 = pretest

O2 = posttest

K = Perlakuan dengan model pembelajaran kelompok Konvensional

E = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.1 Populasi target dalam

penelitian ini adalah seluruh peserta didik MA Jam’iyyah Islamiyyah, dan

populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X MA Jam’iyyah Islamiyyah.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu

populasi dan dengannya dapat mewakili (representatif) populasi tersebut. Teknik

sampling yang digunakan yaitu dengan menggunakan sampling purposive.

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.2 Purposive sampling, pengambilan sampel hanya pada individu yang

didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.3 Sample yang digunakan

yaitu kelas X 1 (untuk kelompok kelas kontrol), X 3 (untuk kelompok eksperimen

metode Jigsaw) semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Penetapan sampel

1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 117.

2Sugiyono, op. cit., h. 124. 3Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitaif, dan Tindakan, (Bandung:

PT. Refika Aditama, 2014), Cet. 2, h. 118.

50

berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran Biologi di MA Jam’iyyah

Islamiyyah dengan pertimbangan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan

akademik yang tidak jauh berbeda.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

dan non tes. Untuk tes berupa tes objektif pilihan ganda (pretest dan posttest),

sedangkan non tes digunakan lembar kerja siswa. Tes objektif ini digunakan untuk

mengukur penguasaan konsep biologi siswa setelah digunakannya model

kooperatif Jigsaw. Lembar kerja siswa digunakan untuk mengetahui penguasaan

konsep siswa selama diberikan perlakuan.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

biologi. Tes hasil belajar biologi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana siswa menguasai atau memahami materi jamur yang telah diberikan. Tes

hasil belajar dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pemula (pretest), dan tes

akhir (posttest).

Tes yang akan diberikan merupakan tes objektif, dengan alasan bahwa

penggunaan tes objektif dapat mencangkup bahan pelajaran secara luas. Adapun

bentuknya yang berupa soal pilihan ganda (multiple choice). Sebelum tes diujikan,

terlebih dahulu instrumen tes diuji coba untuk diketahui validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran dan daya pembedanya.

Soal pilihan ganda dikembangkan dari indikator-indikator materi fungi. Soal

ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

2. Non Tes

Instrumen yang digunaan dalam penelitin ini adalah lembar observasi.

Lembar oservasi digunakan untuk menilai aktivitas peserta didik selama proses

pembelajaran pada kedua kelas eksperimen.

51

G. Kalibrasi Instrumen

Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas

instrumen yang akan digunakan dengan cara menghitung validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran dan daya beda. Uji coba ini menggunakan program Anates

Versi 4.0.9.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau

kevalidan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Valid beararti intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur

apa yang seharusnya diukur.4 Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya, jika instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah.

Tabel 3.2 Instrumen Uji Validitas5

Indikator Pembelajaran No. Soal

Mengidentifikasi ciri-ciri jamur. 1, 2, 3*, 4, 5, 6, 7, 8*, 9*

Menjelaskan cara hidup dan reproduksi

pada jamur.

10, 11, 12, 13, 14, 15, 16*, 17*, 18

Mengklasifikasikan jamur berdasarkan

ciri-ciri dan cara reproduksinya.

19*, 20*, 21*, 22, 23*, 24, 25*, 26*,

27*

Mengidentifikasi ciri-ciri, cara hidup,

daur hidup pada masing-masing

pengklasifikasian pada jamur.

28*, 29*, 30*, 31*, 32, 33*, 34*

Menyebutkan contoh jamur yang

merugikan dan menguntungkan dalm

kehidupan sehari-hari.

35, 36*, 37*, 38*, 39*, 40, 41, 42, 43*,

44*, 45*

Keterangan : * soal = valid

4Sugiyono, op. cit., h.173. 5Lampiran 11, h. 148.

52

Tabel 3.2 menunjukkan hasil validasi instrumen penelitian dengan

menggunakan program Anates Versi 4.0.9. Dari 45 soal pilihan ganda yang

diujikan, terdapat 25 soal valid yang telah mewakili indikator pembelajaran yaitu

no 3 , 8, 9, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 38, 39,

43, 44, dan 45.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat penilai adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam

menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan

akan memberikan hasil yang relatif sama.6

Klasifikasi interprentasi uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Uji Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Hasil reliabilitas tes yang didapatkan sebesar 0,78.7 Hal ini berarti soal yang

sudah diujikan memiliki reliabilitas dengan kategori tinggi.

3. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitaif konvensional

paling sederhana dan mudah. Hasil hitungnya merupakan proporsi atau

perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang

mengikuti tes. Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0-1,0. Semakin besar indeks

menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab dengan benar oleh

sebagian besar atau seluruh siswa. Sebaliknya, jika sebagian kecil atau tidak ada

6Nana Sudjana, op. cit., h.16 7Lampiran 8, h.138.

53

sama sekali siswa yang menjawab benar menunjukkan butir sukar. Indeks 0,0

menunjukkan butir sangat sukar, sedangkan indeks 1,0 menunjukkan butir sangat

mudah.8

Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal9

Kriteria No Soal

Jumlah Valid Tidak Valid

Sangat sukar 9, 17 4, 5, 12, 24,

42

7

Sukar 16, 19, 23,

25, 26, 28,

30, 31, 36,

43, 44

6, 10, 13, 14,

18, 32, 35,

18

Sedang 3, 20, 21, 27,

29, 33, 34,

37, 38, 39, 45

1, 2, 7, 11, 15,

22, 41

18

Mudah 8 40 2

4. Daya Beda

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam

membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan

kelompok siswa yang kurang pandai. Kondisi ini mengacu pada distribusi normal,

yang dalam pembelajaran individual berbasis kompetensi kurang dikehendaki.10

8Ahmad Sofyan, op. cit., h.103 9Lampiran 10, h.146. 10Ahmad Sofyan, op. cit., h. 104

54

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda11

Rentan Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Negatif (DP< 0) Soal dibuang saja

Berikut ini perhitungan kriteria daya pembeda terhadap 45 soal

menggunakan Anates Versi 4.0.9 pada tabel 3.4. Merujuk pada lampiran hal. 135.

Tabel 3.6 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal12

Kriteria No Soal

Jumlah Valid Tidak Valid

Negatif - 4, 6, 12, 13, 14,

22, 42

7

Jelek 9, 1, 2, 5, 10, 18, 32,

35, 40, 41

10

Cukup 16, 17, 23, 28, 31,

36, 38

11, 15, 24 9

Baik 3, 8, 19, 20, 21,

25, 26, 27, 29, 33,

34, 37, 39, 43, 45

7 17

Baik Sekali 30, 44 - 2

Jumlah 25 20 45

11Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 5, h. 218.

12Lampiran 9, h.144.

55

H. Teknik Analisis Data

1) Uji Normalitas

Data-data yang telah diperoleh diuji normalitasnya dengan uji

liliefors. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Langkah-

langkah uji normalitas data dengan uji liliefors adalah sebagai berikut:13

1. Hitung rata-rata nilai skor sample.

2. Hitung standar deviasi nilai skor sample.

3. Urutkan data sampel dari yang kecil hingga terbesar (X1, X2,

….Xn)

Nilai Xi dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …. Zn. Di mana nilai

baku Zi ditentukan dengan rumus :

Dengan: Zi = Skor baku

Xi = Skor data

X = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku

4. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan

tabel Z (luas lengkungan bawah kurva normal standar dari 0 ke z,

dan sebut dengan F(Zi)).

5. Hitung frekuensi komulatif atas dari masing-masing nilai z, dan

disebut dengan S(Zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of

cases (N) sampel.

6. Tentukan nilai Lo(hitung) = ǀF(Zi) – S(Zi)ǀ dan bandingkan dnegan

nilai Ltabel (table nilai kritis untuk uji lilifors).

7. Apabila Lo(hitung) < Lt maka sampel berasal dari populais yang

berdistribusi Normal.

13Darwyan Syah, dkk, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 67-68.

56

2) Uji Homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas maka langkah berikutnya

melakukan uji homogenitas. Uji kesamaan dua varians digunakan untuk

menguji apakah kedua data tersebut homogeny dengan membandingkan

kedua variansnya.14 Persyaratan agar pengujian homogenitas dapat

dilakukan apabila kedua datanya telah terbukti berdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua

keadaan. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua

varians atau uji Fisher. Langkah-langkah uji Fisher sebagai berikut:15

1. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

2. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk statistik

3. Cari Fhitung dengan rumus

4. Tetapkan taraf signifikan

5. Hitung Fhitung dengan rumus:

Ftabel = Fǀ (dk varians terbesar -1, dk varians terkecil -1) dengan

menggunakan tabel F didapat Ftabel

6. Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu

Jika Fhitung< Ftabel, Maka Ho diterima (homogen)

7. Bandingkan Fhitung dan Ftabel

8. Buat kesimpulan

Setelah melalui perhitungan uji Homogenitas, maka kriteria pengujian

adalah sebagai berikut:

Ho : Data memiliki varians homogen jika Fhit< Ftabel

H1 : Data tidak memiliki varians homogen jika Fhit> Ftabel

14Husaini Usman, R. Purnomo Saetiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 133.

15Ibid., h. 134.

57

3) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian sampel dengan menggunakan uji

normalitas dan homogenitas, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis, uji

hipotesis dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis

yang diajukan. Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan signifikan ǀ = 0,05.

Langkah-Langkah pengujian hipotesis16

1. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat.

2. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk statistik.

3. Hitung thitung atau zhitung (salah satu tergantung S tak diketahui

atau diketahui). Jika S tidak diketahui, maka thitung adalah:

Di mana: X = rata-rata data yang ada

= rata-rata skarang

s = simpangan baku

n = jumlah data sampel

4. Tentukan taraf signifikan (ǀ)

5. Cari ttabel dengan ketentuan:

a seperti langkah 4.

dk = n-1

dua pihak atau pihak kanan atau puhak kiri terhantung bunyi Ho.

Dengan menggunakan tebel t diperoleh ttabel

6. Tentukan kriteria pengujian.

7. Bandingkan thitung dengan ttabel.

8. Buatlah kesimpulannya.

Kriteria pengujian :

thitung ǀttabel : Ho diterima

thitung ǀttabel : Ho ditolak.

16Ibid., h. 124-125.

58

4) Uji N-Gain

Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam penguasaan

konsep fungi, dilakukan analisis data yang diperoleh dari perbedaan hasil

pretest dan posttest dengan cara menghitung nilai normal gain. Adapun

rumus normal gain, yaitu:17

Tabel 3.7 Kriteria N-Gain

Interval Koefisien Kriteria

(< g> ) > 0,70 g-tinggi

0,70 ǀ (< g> ) ǀ 0,30 g-sedang

(< g> < 0,30) g-rendah

5) Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho=µA=µB

Ha=µA ǀµB

Keterangan :

Ho= tidak ada pengaruh efektivitas model pembelajaran Jigsaw

terhadap hasil belajar kognitif siswa pada konsep jamur.

Ha= terdapat pengaruh efektivitas model pembelajaran Jigsaw

terhadap hasil belajar siswa pada konsep jamur

µA= rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok kontrol

µB = rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen

17David E. Meltzer, “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”, Journal American Association of Physics Teachers, Vol.70, No. 12, Tahun 2012, h. 1260, dari http://wwwphysicsphysics.iastate.edu/, pada tanggal 30 Oktober 2017.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah tes. Tes pertama ini

dilakukan sebelum peserta didik mendapatkan perlakuan (pretest), kemudian tes

kedua dilakukan setelah peserta didik mendapatkan perlakuan (posttest). Model

yang digunakan dalam penelitian ini pada kelas kontrol menggunakan

pembelajaran kelompok konvesional, kemudian pada kelas eksperimen

menggunakan model pembelajaran koopertif Jigsaw.

1. Data Hasil Belajar Biologi Pretest dan Posttet

Data pretest dan posttest kelas kontrol yang diberi perlakuan model

pembelajaran kelompok konvensional dan kelas eksperimen yang diberi

perlakuan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dijabarkan dalam tabel 4.1.1

Tabel 4.1 Hasil Belajar Biologi Pretest dan Posttest

Statistik

Hasil Belajar Biologi

(Pretest)

Hasil Belajar Biologi

(Posttest)

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

Nilai terendah 20 28 68 72

Nilai tertinggi 52 56 88 92

Mean 41, 77 41,92 76,74 81,62

Median 44 40 76 80

Modus 52 28 76 84

Simpangan baku 9,81 10,54 6,18 6,58

Varian 96,41 111,22 38,19 43,39

Jumlah sampel 27 27 27 27

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa

pada kedua kelas tersebut. Hal ini bias dilihat dari nilai rata-rata. Dalam tabel

1Lampiran 14-15, h. 158-159.

59

60

tersebut terlihat bahwa rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen lebih besar

dibandingkan dengan kelas kontrol.

Nilai rata-rata pretest kedua kelas eksperimen tersebut yaitu kelas kontrol

41,77 dan pada kelas eksperimen 41,92. Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru biologi, nilai KKM biologi adalah 70. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

kelas eksperimen tersebut masih di bawah nilai KKM.

Sedangkan setelah siswa diberikan perlakuian kepada kedua kelas,

keduanya mengalami peningkatan hasil belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari

nilai rata-rata posttest kelas kontrol 76,74 sedangkan pada kelas eksperimen

81,62. Walaupun keduanya mengalami peningkatan, namun tetap pada kelas

eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi.

2. Data Hasil Lembar Kerja Siswa

Berikut adalah data hasil LKS kelas kontrol yang tidak diberikan

perlakuan model pembelajaran kelompok konvensional dan kelas eksperimen

yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dijabarkan dalam

tabel 4.2.2

Tabel 4.2 Data Hasil Lembar Kerja Siswa

Kelas Pertemuan Kelompok

Rata-Rata 1 2 3 4

Kontrol Pertemuan 1 75 70 80 75 75

Pertemuan 2 80 80 85 85 82,5

Eksperimen Pertemuan 1 80 75 80 85 80

Pertemuan 2 90 85 85 95 88,75

Dari data di atas menunjukkan bahwa pada kelas kontrol nilai LKS yang

didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang diberikan perlakuan

dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw

2 Lampiran 16, hal. 160.

61

3. Data Uji N-Gain Biologi Pretest dan Posttest

Untuk menguji peningkatan hasil belajar peserta didik, digunakan rumus

N-gain. Responden pada setiap kelas kedua kelas sebanyak 27 siswa. Sedangkan

pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kelompok

konvensional diperoleh hasil N-gain 0,58 dengan simpangan baku 0,125. Hal ini

menunjukkan bahwa kategori nilai rata-rata N-gain peserta didik kelas kontrol

adalah sedang. Sedangkan pada kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan jumlah responden 27 peserta didik, data

rata-rata N-gain hasil belajar biologi yang diperoleh adalah 0,68, dengan

simpangan baku 0,099. Hal ini menunjukkan bahwa kategori nilai rata-rata N-

gain peserta didik kelas eksperimen adalah sedang.3

Table 4.3 Data Uji N-Gain

Data N-Gain Kontrol Eksperimen

Max 0,842 0,833

Min 0,416 0,416

X 0,591 0,686

Kategori Sedang Sedang

Berdasarkan hasil diatas didapatkan nilai N-gain pada setiap kelas yaitu

sedang. Pada kelas kontrol didapatkan 6 peserta didik memiliki kriteria N-gain

tinggi, dan 21 peserta didik memiliki kriteria N-gain sedang. Sedangkan pada

kelas eksperimen eksperimen didapatkan 10 peserta didik memiliki kriteria N-

gain tinggi, dan 17 peserta didik menunjukkan kriteria N-gain sedang. Apabila

dilihat dari hasil uji N-gain keduanya berada dalam tingkatan sedang. Meskipun

demikian, nilai rata-rata N-Gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik

menggunakan model Jigsaw mengalami peningkatan.

3Lampiran 22-23, h. 167-168.

62

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data

1. Uji Normalitas

Setelah data nilai tes terkumpul, maka dapat dilakukan uji prasyarat

analisis data yaitu uji normalitas dengan menggunakan rumus Lilifors. Uji

normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak,

dengan syarat jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel maka data dapat dikatakan

berdistribusi normal. Sebaliknya, jika Lhitung lebih besar daripada Ltabel maka

dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal. Dari penelitian tersebut

diperoleh hasil sebagai berikut:4

Table 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttes

Hasil perhitungan uji normalitas data untuk normalitas pretest kelas

kontrol diperoleh nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Nilai yang didapatkan Lo

0,149 dan Lt 0,173 artinya Lo < Lt, maka sampel pada kelas kontrol

berdistribusi normal. Untuk uji normalitas pretest kelas eksperimen diperoleh

nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel dengan nilai Lo 0,122 dan Lt 0,173 dengan

artian Lo < Lt maka sampel pada kelas eksperimen juga berdistribusi normal.

Normalitas data posttest kelas eksperimen diperoleh nilai Lhitung lebih kecil

dari Ltabel. Nilai kelas kontrol yang diperoleh dari Lhitung yaitu 0,149 dan Ltabel

4Lampiran 17-18, h. 161-162.

Data Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

N 27 27 27 27

X 41,28 41,925 76,96 81,629

SD 9,818 10,546 6,354 6,587

Lhitung 0,149 0,122 0,149 0,136

Ltabel 0,173 0,173 0,173 0,173

Kesimpulan Lhitung< Ltabel

Data berdistribusi normal

Lhitung< Ltabel

Data berdistribusi normal

63

0,173 maka sampel pada kelas eksperimen I diperoleh data berdistribusi normal,

sedangkan nilai yang diperoleh dari kelas eksperimen dari Lhitung yaitu 0,136 dan

Ltabel 0,173 hal ini menunjukkan bahwa Lo < Lt maka sampel pada kelas

eksperimen juga diperoleh data berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka selanjutnya dicari nilai

homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji

homogenitas data, digunakan uji Fisher yang membandingkan varians kedua

kelompok yaitu pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen dan posttest kelas

kontrol dan kelas eksperimen, dengan kriteria pengujian yaitu apabila Fhitung<

Ftabel maka kedua kelompok itu dikatakan homogen, dan jika Fhitung> Ftabel maka

kedua kelompok itu tidak homogen.5

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

Data Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

N 27 27 27 27

Varians 96,41 111,22 38,19 43,39

Fhitung 1,153 1,074

Ftabel 1,929 1,929

Kesimpulan Fhitung< Ftabel

Data homogen

Fhitung< Ftabel

Data homogen

Dari hasil perhitungan uji homogenitas pretest kelas kontrol dan kelas

eksperimen diperoleh Fhitung< Ftabel yaitu dengan nilai 1,153< 1,929, maka Ho

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat dilakukan pretest kedua

kelompok berasal dari populasi yang homogen.

Sedangkan hasil perhitungan uji homogenitas posttest pada kelas kontrol

dan eksperimen didapatkan Fhitung< Ftabel yaitu dengan nilai 1,074< 1,929 pada

5Lampiran 19-20, h, 163-164.

64

taraf signifikan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan kedua

kelompok berasal dari populasi yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat dengan menggunakan uji normalitas dan

homogenitas, maka dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal dan

homogen. Kemudian langkah selanjutnya yaitu menguji apakah kelas kontrol

dan kelas eksperimen memiliki kemampuan yang sama dengan mengunakan Uji-

t. Uji-t ini dilakukan pada data pretest dan posttest. Hasil perhitungan uji-t

pretest dan posttest kelompok kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada

tabel berikut:6

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest

Data Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

N 27 27 27 27

X 41,77 41,92 76,74 81,62

t-hitung 0,158 2,80

t-tabel 2,00 2,00

Kesimpulan t-hitung < t-tabel t-hitung > t-tabel

Berdasarkan perhitungan uji-t pretest kontrol dan eksperimen diperoleh

thitung sebesar 0,158 dan ttabel sebesar2,00. Karena thitung< ttabel (0,158 < 2,00),

maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua

kelas mempunyai kemampuan awal yang sama.

Sedangkan pada data posttest diperoleh thitung sebesar 2,80 dan ttabel

sebesar 2,00. Karena thitung> ttabel (2,80 > 2,00) maka Ho ditolak dan Ha

diterima.. Sehingga dapat disimpulakan bahwa model pembelajaran kooperatif

Jigsaw lebih efektif digunakan pada materi ini, karena dapat dilihat dari nilai

posttest yang diperoleh kedua kelas menunjukkan bahwa nilai posttest yang

diperoleh pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw

6Lampiran 21, h. 165-166.

65

lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembeajaran

kelompok konvensional.

D. Pembahasan

Setelah proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan dua kelas untuk dijadikan sample penelitian, yaitu kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran

kelompok konvensional memperoleh nilai rata-rata 76,74 sedangkan kelompok

eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw memperoleh

nilai rata-rata 81,62. Perolehan nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih

besar daripada kelompok kontrol. Perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa

peserta didik pada kelompok eksperimen dengan model Jigsaw lebih baik

dibandingakan dengan kelompok kontrol. Pada kelas yang menggunakan model

Jigsaw, peserta didik terlihat lebih aktif saat melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Mereka aktif bertanya dan menyampaikan pendapat serta mereka

lebih aktif mencari informasi baru untuk dijelaskan kepada teman yang lain.

Mereka juga aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

maupun teman yang lain. Dengan demikian, hasil belajar kognitif peserta didik

dapat dipengaruhi dari model belajar yang digunakan oleh guru pada saat proses

belajar mengajar.

Proses pembelajaran kedua kelas dengan menggunakan model yang

berbeda pada materi yang sama. Setiap kelompok siswa memiliki tugas masing-

masing dari guru. Untuk kelas kontrol menggunakan LKS, semua peserta didik

dalam diberikan LKS yang harus dikerjakan secara individu. Pada kelas

eksperimen dengan menggunakan model Jigsaw, setiap kelompok juga diberikan

materi yang berbeda untuk membahas sub bab yang telah diberikan oleh guru

dan penugasan LKS yang dikerjakan secara berkelompok.

Pada saat pelaksanaan presentasi, kelas kontrol terlihat mereka saling

mengandalkan antara satu dengan yang lain, sehingga hanya beberapa siswa saja

yang memahami materi, sedangkan yang lainnya hanya sibuk dengan kegiatan

masing-masing. Dengan demikian keaktifan peserta didikpun semakin

66

berkurang. Hal ini dikarenakan sangat terbatasnya peserta didik yang memahami

materi yang sudah diberikan.

Hasil pengolahan data secara statistik pada pretest menggunakan uji-t

dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai thitung lebih kecil dari ttabel

(0,158< 2,00). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-

rata hasil belajar antara kelas kontrol dan eksperimen. Setelah diberikan

perlakuan pada kedua kelas dari posttest diperoleh nilai thitung lebih besar dari

ttabel (2,80> 2,00). Hal ini menunjukkan bahwa kedua model pembelajaran ini

efektif apabila digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar antara kelas

kontrol dan eksperimen. Dengan demikian menunjukkan bahwa model

pembelajaran kooperatif Jigsaw ini lebih membawa perubahan pada nilai

kognitif peserta didik. Karena dengan menggunakan model ini, peserta didik

terlihat lebih aktif dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran

kelompok konvensional.

Dengan melihat perbedaan hasil rata-rata pada kedua kelas dapat

menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model Jigsaw lebih

baik dibandingkan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

kelompok konvensional. Karena pada kelas ekperimen yang menggunakan

model Jigsaw terlihat bahwa peserta didik lebih aktif, lebih banyak bertanya, dan

menjawab pertanyaan dibandingkan kelas kontrol. Terutama pada saat mereka

menjelaskan materi yang mereka dapatkan kepada teman-temannya.

Sebagaimana telah diuraikan, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

meliputi lima tahapan yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok,

latihan soal, dan penghargaan kelompok. Selama proses pembelajaran siswa

dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang

peserta didik. Kelompok tersebut bersifat permanen, yang artinya selama proses

pembelajaran siswa melaksanakan aktivitas belajar dalam kelompok yang tetap.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengandung kegiatan diskusi

yang masing – masing siswa diberikan tanggung jawab untuk memahami sub

materi yang akan disampaikan karena setipa siswa harus menjelaskan materi

67

yang telah mereka dapatkan kepada kelompoknya. Dengan demikian, kelompok

tersebut mendapatkan informasi atau pengetahuan yang lengkap tentang materi

belajar yang ingin disampaikan oleh guru. Selain itu, penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan sehingga dapat membuat proses pembelajaran menjadi efektif..

Model pembelajaran kelompok konvensional secara garis besar memiliki 4

tahap yaitu mengajar, belajar dalam kelompok, kuis, dan penghargaan

kelompok. Pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

kelompok konvensional ini, peserta didik kurang aktif dalam bekerja kelompok.

Peserta didik hanya mengandalkan teman untuk mengerjakan LKS yang telah

diberikan oleh guru.

Perbedaan hasil belajar pada kedua kelas terjadi karena perbedaan

perlakuan yang diberikan oleh guru kepada setiap kelas. Pada kelas kontrol guru

menggunakan model pembelajaran kelompok konvensional, sedangkan pada

kelas eksperimen guru menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Pada kelas eksperimen yang menggunakan model Jigsaw membuat para peserta

didik lebih aktif pada saat belajar, dan rasa ingin tahu yang muncul lebih besar

dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model kelompok konvensional.

Dengan menggunakan model pembelajaran kelompok konvensional mereka

hanya melakukan diskusi dan dorongan untuk mencari tahupun sangatlah

rendah. Hal ini dikarenakan dalam pengerjaan tugas yang diberikan, mereka

saling bergantung dengan peserta didik yang lebih memahami atau pandai dalam

materi ini. Sehingga peserta didik yang lain hanya mengandalkan sampai tugas

itu selesai. Dari sini dapat dilihat bahwa pengetahuan peserta didik yang

menggunakan model konvensional sangatlah berbeda-beda, karena ketika

melaksanakan diskusi hanya beberapa peserta didik saja yang melakukannya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Rina Fitriani, Tri

Jalmo, Rini Rita T Marpaung dalam judul perbandingan penggunaan model

STAD dan Jigsaw terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi

menunjukkan bahwa penggunaan model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan

68

penguasaan materi oleh siswa, namun penggunaan model Jigsaw lebih tinggi

dan berbeda dibandingkan dengan yang menggunakan model STAD.7

Beberapa faktor yang menyebabkan nilai pada kelas kontrol rendah adalah

kurang optimalnya proses pembelajaran yang menggunakan model ini. Namun,

model kelompok konvensional ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya

adalah:

1. Proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa sehingga memungkinkan

siswa aktif dan kreatif dala pembelajaran.

2. Langkah-langkah pembelajaran sistematis sehingga memudahkan guru

untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.

3. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif

dengan berbagai sumber belajar.

4. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains

dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip

5. Proses pembelajaran melibatkan proses-proses kognitif yang potensial

dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa.

6. Dapat mengembangkan karakter siswa

7. Penilaiannya mencangkup semua aspek,

Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran yang bersifat student

centered, dalam proses pembelajaran menggunakan metode ilmiah. Namun,

penggunaan model Jigsaw menuntut peserta didik lebih aktif berpartisipasi

dalam proses pembelajaran. Karena mereka dituntut untuk dapat menjelaskan

kepada teman yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan statistik yang

sudah dijelaskan sebelumnya.

Penggunaan model Jigsaw ini kepada kelas eksperimen menjadikan siswa

lebih aktif dalam proses pembelajaran. Maka, model ini bisa digunakan sebagai

salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berbeda halnya

dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kelompok

7Cicilia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung, op. cit., h.37.

69

konvensional, model ini bertitik fokus pada kerja kelompok yang hanya

berlandaskan diskusi kelompok dan LKS saja. Dalam pembelajaran kelompok

model konvensional ini terkadang mereka hanya mengandalkan temannya yang

pintar saja. Tidak semua peserta didik saat diskusi mengikuti. Peserta didik yang

malas untuk belajar hanya akan mengandalkan temannya yang sudah bisa.

Peserta didik yang malas akan semakin malas karena mereka tidak ikut berperan

serta dalam diskusi kelompok ini. Hal ini membuat peserta didik kurang aktif

dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mempunyai beberapa

kelebihan untuk siswa dalam pembelajaran. Diantaranya dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan

masalah, siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih

dalam dan sederhana bersama anggota kelompoknya. Selain itu, dengan model

pembelajaran jigsaw ini siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran dan akan

lebih banyak mencari tahu tentang materi yang mereka dapatkan untuk

mengajarkan kembali kepada teman-temannya. Sehingga setiap siswa akan

memiliki rasa tanggungjawab karena masing-masing dari mereka harus paham

mengenai bagian dari materi yang sudah dibagi.

Selama ini peserta didik menganggap mata pelajaran biologi sangatlah

sulit, karena mereka menganggap mata pelajaran ini kebanyakan menghafal dan

memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi untuk menguasai materi tersebut.

Dari sinilah para peserta didik menjadi malas untuk belajar biologi. Kemudian

ketika peserta didik sudah malas untuk belajar biologi, guru pun kurang

medorong peserta didik untuk belajar, misalnya dengan menggunakannya model

yang biasa saja. Jika keadaan ini terus menerus berlangsung, maka tentu saja

akan sangat mempengaruhi sikap peserta didik terhadap pelajaran biologi. Sikap

yang seperti ini akan membuat hasil belajar peserta didik semakin menurun.

Dengan menggunakan berbagai model belajar, diharapkan peserta didik

mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi. Sehingga hasil belajar

biologi peserta didikpun bisa meningkat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran

kooperatif Jigsaw dalam hasil belajar peserta didik kelas X pada materi jamur

di MA Jami’yyah Islamiyyah. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil rata-rata

belajar posttest peserta didik pada kelas kontrol sebesar 76,74 dan kelas

eksperimen dengan menggunakan pembelajaran Jigsaw sebesar 81,62.

Artinya, model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kelompok konvensional. Selain itu, dari uji

hipotesis didapatkan thitung > ttabel (2,80 > 2,00) yang berarti terdapat pengaruh

pada efektivitas model pembelajaran kooperatif Jigsaw terhadap hasil belajar

peserta didik pada konsep jamur.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis mengajukan beberapa

saran agar menjadi masukan, diantaranya:

1. Diharapkan guru mata pelajaran biologi untuk dapat menerapkan

model pembelajaran jigsaw pada materi jamur yang dianggap sesuai untuk

menggunakan model tersebut.

2. Diharapkan para guru dapat memilih model atau cara mengajar

yang tepat, agar dapat memicu aktivitas belajar siswa, serta menumbuhkan

minat dan motivasi dalam megikuti pelajaran, sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar.

70

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Zaheer, Nasir Mahmood. “Effects of Cooperative Learning vs.

Traditional Instruction on Prospective Teachers’ Learning Experience and Achievement”. Journal of Faculty of Educational Sciences. Vol. 43. No. 1. Tahun 2010. diakses dari: http://www.acarindex.com/dosyalar/makale/acarindex-1423869905.pdf. pada 15 Desember 2016.

Anderson, Lorin W. dan David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen : Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged Edition oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 5. 2005.

Aronson, Elliot. “Jigsaw Strategy”. diakses dari: https://www.schreyerinstitute.psu.edu/pdf/alex/jigsaw.pdf. pada 15 Januari 2017.

Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media. Cet. 2. 2015.

Cagatay, Gulsen, Gokhan Demircioglu. “The Effect of Jigsaw-I Cooperative Learning Technique On Students’ Understanding About Basic Organic Chemistry Concepts”. The International Journal of Educational Researchers. Vol. 4. No. 2. Tahun 2013. diakses dari: http://www.eab.org.tr pada 10 Februari 2016.

Campbell, Neil A. et.al. Biologi edisi kedelapan jilid II. Terj. dari Biology 8th

Edition oleh Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga. Cet. 14. 2012.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2015.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet. 3. 2011.

D. A, Pratiwi, dkk. Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Cet. 9. 2018.

Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran : Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam. Terj. dari Strategie and Models for Teacher: Teaching Content and Thingking Skills, Sixth Edition Oleh Satrio Wahono. Jakarta: Indeks. 2012.

71

Fitriani, Cicilia Rina, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung. “Perbandingan Penggunaan Model STAD dan Jigsaw Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi”. Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No, 1, Tahun 2014. diakses dari: jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/2795. pada 3 Februari 2017.

Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. 2009.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 16. 2014.

Huda, Miftahul. Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. XI, 2016.

Isjoni, Mohd. Arif Ismail, Jozua Sabandar, Mohd. Ansyar. Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.

Iskandar. Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Referensi. 2012.

Khodijah, Nyanyu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cet. 2. 2014.

Mawahibus, Ahib. “Efektivitas Metode STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa Kelas X”. Skripsi Program Studi Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon. 2012. diakses dari: repository.syekhnurjati.ac.id. pada 9 Februari 2016.

Meltzer, David E. “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. Journal American Association of Physics Teachers. Vol.70. No. 12. Tahun 2012. h. 1260. dari http://wwwphysicsphysics.iastate.edu/. pada tanggal 30 Oktober 2017.

Muraya, Daniel Ngaru dan Githui Kimamo. “Effect of Cooperative Learning Approach on Biology Mean Achievement Scores of Secondary School Students’ in Machakos District, Kenya”. Educational Research and Reviews. Vol. 6. No. 12. p. 726-745. Tahun 2011. Diakses dari http://www.academicjournals.org/ERR. Pada 12 Februari 2016.

Rohmawati, Afifatu. “Efektivitas Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Vol. 9. No. 1. April 2015. h. 17. Diakses dari: http://pps.unj.ac.id/journal/jpud/article/view/90. Pada 11 Januari 2017.

Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Cet. 5. 2014.

72

Sadiman, Arif , R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Grafindo Persada. 2007.

Sani, Miftahul, Nurul Afifah, Enny Afniyanti. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambah Hilir Tahun Pembelajaran 2014/2015”. Jurnal Mahasiswa FKIP Universitas Pasir Pengairan. Vol 1. No 1. Tahun 2015. diakses dari: e-journal.upp.ac.id/index.php/fkipbiologi/article/view/346. pada 12 Februari 2016.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. 5. 2008.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 10, 2010.

Slavin, Robert E. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron Bandung: Nusa Media. Cet. 15. 2015.

Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhabudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lemlit UIN Jakarta Press. 2006 .

Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pebelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet 14. 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Cet. 18. 2013.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitaif, dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. Cet. 2. 2014.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Cet. 5. 2009.

Sunoko Setyawan, Wiwiek Eko Bindarti, Sudarsono. “The Effect of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Technique on the Eleventh Grade Students Structure Achievement at MAN 1 Jember”. Jurnal Pancaran Pendidikan FKIP Universitas Jembe. Vol. 2. No. 3. Tahun 2013. diakses dari: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/view/716. pada 7 Desember 2016.

73

Suprijono, Agus. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paeikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. XV. 2016.

Sutiman, Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo. “Efektivitas pembelajaran Kooperatif dalam Mengingkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Filsafat Ilmu”. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Vol. 2. No. 1. diakses dari: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpms/article/view/3892/3364. pada 15 Januari 2017.

Syah, Darwyan, Supardi, dan Abd. Aziz Hasibuan. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. 2007.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan : dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet.17. 2011.

Taniredja, Tukiran, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. 2013.

Tewksbury, Barbara Jarvis. “Specific Strategies for Using the “Jigsaw” Technique for Working in Groups in Non-Lecture-Based Courses”. Journal of Geological Education. Vol. 43. Tahun 1995. p. 322, diakses dari: http://nagt-jge.org/doi/pdf/10.5408/0022-1368-43.4.322. pada 5 Januari 2017.

Tran, Van Dat. “The Effectts of Cooperative Learning on the Academic Achievement and Knowledge Retention”. International Journal of Higher Education. Vol. 3. No. 2. Tahun 2014. diakses dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1067568.pdf. pada: 12 Desember 2016.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. 6. 2013.

Usman, Husaini, R. Purnomo Saetiady Akbar. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. 8. 2008.

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dari http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf diakses : 2 Januari 2016.

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. 9. 2014.

Winkle W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Cet. 10. 2009.

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suarti. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.

74

75

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : MA Jam’iyyah Islamiyyah

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X/1

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

Pertemuan : I (Pertama)

Model : Diskusi Kelompok

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli, (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian

dari solusi atas berbagau permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

proseduran pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah.

76

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah

secara mandiri, dan maupun menggunakan metode sesuai kaidah

keilmuan.

B. Kompetensi Dasar

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

C. Indikator

3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur

3.6.2 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur

3.6.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan ciri-ciri dan reproduksinya

D. Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri pada jamur

2. Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada

jamur

3. Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur berdasarkan ciri-ciri

dan reproduksinya

E. Materi Pembelajaran

Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau

banyak dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang

tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi

makhluk hidup. Jamur dipisahkan dalam kingdom nya sendiri, tidak

termasuk dalam kingdom protista, monera, maupun plantae, karena tidak

berklorofil, jamur termasuk kedalam makhluk hidup heterotrof

(memperoleh makanan sedniri dari organisme lainnya) dalam hal ini jamur

hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di

lingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan

77

menguai sampah organik seperti bangkai menjadi bahan anorganik). Ada

juga jamur yang hidup secara parasit ( memperoleh bahan organik dari

inangnya), adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme (yaitu hidup

dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan untung).

• Reproduksi Fungi (Jamur)

Jamur terbagi atas dua yaitu uniseluler (bersel tunggal dan

multiseluler), keduanya memiliki cara berkembang biak yang berbeda.

Jamur uniseluler berkembang biak secara aseksual dengan membentuk

tunas, dan secara seksual dengan membentuk spora skus. Sedangkan jamur

multiseluler yang terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti

kapas, yang disebut benang hifa (fragmentasi), membentuk spora aseksual

yaitu zoospora, endospora, dan konidia. Secara seksual melalui peleburan

antara inti jantan dan inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora

sidium.

Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak di

dalam air dengan menggunakan flagela. Jadi jamur penghasil zoospora

biasanya hidup di lingkungan yang lembab atau berair. Endospora adalah

spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal di dalam sel

tersebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh. Spora askus atau

askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur

ascomycota. Askospora terdapat dalam askus, biasanya berjumpah 8

spora. Spora yang dihasilkan dari perkawinan kelompok jamur

Basidiomycota disebut basidispora. Basidispora terdapat di dalam

78

basidium, dan biasanya berjumlah 4 spora. Konidia adalah spora yang

dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau

dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak,

konidia paling ujung dapat melepas diri.

F. Metode Pembelajaran

• Diskusi, ceramah,

• Metode Diskusi

G. Media

• Media

1. LKS

2. Power Point

3. Gambar/Foto tentang jamur

• Alat/Bahan

1. Proyektor

2. Alat tulis

H. Sumber Belajar

1. Priadi, Arif dkk, Tahun 2007, Sains BIOLOGI SMA kelas X,

Yudhistira

2. D.A Pratiwi dkk, Tahun 2007, Biologi 1 SMA, Erlangga

3. Irnaningtyas, Tahun 2013, BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas X,

Erlangga

I. Langkah-Langkah Pembelajaran

• Pendahuluan

Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Alokasi

Waktu

Pembukaan Guru memberi salam

kemudian berdo’a dan

mengabsen peserta

didik.

Menjawab salam dan berdo’a

yang dipimpin oleh ketua

kelas. Kemudian

mendengarkan absen.

5 menit

79

Apersepsi Guru menanyakan

kepada peserta didik

“Apakah kalian pernah

makan jamur?

Bagaimana macam-

macam bentuk jamur?”

Peserta didik menjawab

pertanyaan guru.

10

menit

Pemberian

acuan

• Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran

• Guru membagi siswa

menjadi 4 kelompok,

dan menjelaskan

proses pembelajaran.

Peserta didik mendengarkan

dan memahami tujuan dari

pembelajaran kemudian

membentuk kelompok

5 menit

• Kegiatan Inti Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Alokasi

Waktu

Mengamati Guru menampilkan

beberapa gambar jamur

Guru menjelaskan

pengertian dari jamur

dan beberapa macam

jamur.

1. Apa itu yang

dimaksud dengan

jamur.

2. Beberapa macam

jamur yang sering kita

Mengamati dan mencermati

gambar tentang Klasifikasi

jamur, dan mencatat hasil

pengamatannya.

15

menit

80

temui.

Menanya Guru merangsang

peserta didik dan

menjawab pertanyaan

peserta didik.

Peserta didik dimotivasi

untuk menanya hal-hal yang

berkaitan dengan ciri-ciri,

habitat, cara hidup, serta

reproduksi maupun

klasifikasi pada jamur.

Kemudian mendiskusikan

antar kelompok tentang hasil

pengamatan mengenai jamur

10

menit

Mencoba Guru membagikan

LKS. Kemudian

membimbing peserta

didik untuk berdiskusi

dan bertanya jawab

dalam kelompoknya,

dan mengarahkan siswa

yang menguasai materi

untuk menjelaskan

kepada anggota

kelompok lainnya,

sehingga seluruh

anggota kelompok

mengerti materi yang

dipelajari

Setiap kelompok diarahkan

untuk membahas LKS yang

sudah diberikan yang

berisikan pengertian, ciri-

ciri, cara hidup, habitat,

reproduksi, serta klasifikasi

pada jamur. Secara

berkelompok para peserta

didik diminta untuk

mendiskusikan materi yang

sudah diberikan oleh guru.

Setiap kelompok saling

bekerja sama dalam diskusi

serta mencatat hasil diskusi

pada lembar kerja siswa.

25

menit

81

Menalar Guru membimbing

peserta didik untuk

melakukan diskusi

Setiap kelompok

mendiskusikan tentang apa

yang telah mereka pelajari

dengan pemahaman

sebelumnya serta membuat

kesimpulan hasil diskusi.

20

menit

Mengkomu-

nikasikan

Guru mendampingi

peserta didik dalam

berdiskusi.

Guru memberikan

penilaian hasil kerja

kelompok.

Guru juga memberikan

beberapa pertanyaan

kepada semua

kelompok. Setiap orang

yang bisa menjawab

pertanyaan dari guru

akan mendapatkan poin

untuk dikumpulkan

setiap kelompoknya.

Peserta didik yang telah

membuat laporan hasil

diskusi dan kemudian

mempresentasikannya di

depan kelas. Pada saat

presentasi, kelompok lain

diberikan kesempatan

memberi pertanyaan atau

pendapatnya sehingga terjadi

proses diskusi antar

kelompok

Peserta didik menjawab

pertanyaan guru dan

mengumpulkan poin

sebanyak mungkin. Setiap

kelompok yang bisa

mengumpulkan point lebih

banyak dari kelompok lain,

kelompok itu akan

mendapatkan reward dari

guru.

20

menit

82

• Kegiatan Penutup Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Alokasi

Waktu

Review Guru mengulang apa

yang sudah di jelaskan

kepada peserta didik

kepada teman-

temannya.

Peseta didik medengarkan

dan membenarkan

pengetahuan mereka jika ada

yang kurang benar.

15

menit

Post-test Guru memberikan

beberapa soal atau

memberikan post-test

kepada peserta didik

mengenai apa yang

sudah mereka pelajari.

Peserta didik menjawab

pertanyaan yang telah di

sajikan atau diberikan oleh

guru.

5 menit

J. Penilaian

1. Jenis / Teknik Penilaian

• LKS

• Tes tertulis (PG)

2. Instrume Penilaian

• Instrumen penilaian LKS

• Instrumen menggunakan tes tertulis pilihan ganda

111

Lampiran 3

LKS

Mengklasifikasikan berbagai macam jamur

KD

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan

1. Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur melalui sampel yang telah

disediakan sehingga peserta didik dapat menggolongkan dengan cermat tiap-tiap

jamur kedalam tiap kelasnya

2. Peserta didik mampu menganalisis hasil pengamatan peranan jamur dalam

kehidupan melalui diskusi kelompok dengan teliti

Dasar Teori

Jamur diklasifikasikan berdasarkan karakteristik reproduksi seksual serta tipe

miselium, spora, dan gamet. Jamur dapat dikelompokkan menjadi lima subdivisi,

yaitu Oomycotina, Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan

Deuteromycotina. Jamur dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Secara

generatif yaitu dengan cara isogami, anisogami, oogami, gametangiogami,

somatogami, spermatisasi, membentuk spora askus atau basidium. Sedangkan secara

vegetatif yaitu dengan cara fragmentasi, spora, membentuk tunas. Untuk spora

sendiri, memiliki beberapa macam yaitu: sporangiospora, konidiospora,

klamidospora, antrospora.

112

Alat dan Bahan

1. Gambar jamur yang disiapkan oleh guu

2. Alat tulis

3. Buku referensi

Langkah kerja

1. Perhatikan gambar yang ditampilkan oleh guru.

2. Kemudian identifikasi beberapa contoh gambar jamur yang sudah

ditampilkan.

3. Setelah selesai diamati, golongkan tiap-tiap jamur ke dalam tiap kelasnya

4. Kemudian catat penggolongan jamur menurut peranannya

Hasil Pengamatan

Nama jamur Ciri-ciri Cara hidup jamur

Pertanyaan:

1. Sebutkan ciri-ciri jamur!

2. Sebutkan macam-macam jamur berdasarkan cara reproduksi dan ciri-cirinya!

3. Jelaskan cara hidup jamur!

Pembahasan

Kesimpulan

113

Daftar Pustaka

114

Lampiran 4

LKS

Mengklasifikasikan berbagai macam jamur

KD

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan

1. Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur melalui sampel yang telah

disediakan sehingga peserta didik dapat menggolongkan dengan cermat tiap-tiap

jamur kedalam tiap kelasnya

2. Peserta didik mampu menganalisis hasil pengamatan peranan jamur dalam

kehidupan melalui diskusi kelompok dengan teliti

Dasar Teori

Jamur diklasifikasikan berdasarkan karakteristik reproduksi seksual serta tipe

miselium, spora, dan gamet. Jamur dapat dikelompokkan menjadi lima subdivisi,

yaitu Oomycotyna, Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan

Deuteromycotina. Jamur dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Secara

generatif yaitu dengan cara isogami, anisogami, oogami, gametangio gami,

somatogami, spermatisasi, membentuk spora askus atau basidium. Sedangkan secara

vegetatif yaitu dengan cara fragmentasi, spora, membentuk tunas. Untuk spora

sendiri, memiliki beberapa macam yaitu : sporangiospora, konidiospora,

klamidospora, antrospora.

Alat dan Bahan

1. Gambar jamur yang sudah disediakan oleh guru

115

2. Alat tulis

3. Buku referensi

Langkah kerja

1. Amati gambar jamur yang sudah disediakan!

2. Kemudian identifikasi beberapa contoh jamur yang sudah di berikan!

3. Setelah selesai diamati, golongkan jamur kedalam tiap kelasnya dan apa

peranannya!

Hasil Pengamatan

Gambar Nama jamur

dan Divisi

Klasifikasi,

ciri-ciri, cara

reproduksi

Peranan

116

Pertanyaan:

1. Sebutkan klasifikasi jamur beserta contohnya!

2. Bagaimana cara reproduksi jamur secara seksual?

3. Apa saja kerugian yang yang ditimbulkan oleh jamur?

4. Sebutkan peranan jamur!

Pembahasan

Kesimpulan

117

Daftar Pustaka

118

Lampiran 5

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN FUNGI (JAMUR)

Nama Sekolah : MA Jam’iyyah Islamiyyah

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X/1

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Kompetensi Inti

2. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan proseduran pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah

secara mandiri, dan maupun menggunakan metode sesuai kaidah

keilmuan.

Kompetensi Dasar

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

119

Indikator :

• Mengidentifikasi ciri-ciri jamur

• Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur

• Mengklasifikasikan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya

• Mengidentifikasi ciri-ciri, cara hidup, daur hidup pada masing-masing

pengklasifikasian pada jamur

• Menyebutkan contoh jamur yang merugikan dan menguntungkan dalam

kehidupan sehari-hari

No

Indikator Pembelajaran

Soal Kunci Jawaban

Tingkat Pengetahuan

1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur

1. Berikut yang merupakan ciri

fungi adalah ….

a. Memiliki klorofil

b. Tidak memiliki inti sel

c. Memiliki dinding sel

d. Tidak memiliki membran

inti

e. Organisme autotrof

2. Jamur yang memiliki hifa

tidak bersekat termasuk

dalam kelompok jamur ….

a. Zygomicota

b. Ascomycota

c. Basidiomycota

d. Deuteromycota

e. Oomycota

3. Jamur tidak dapat

digolongkan kedalam

tumbuhan karena ….

C

A

D

C1

C2

C1

120

a. Dinding selnya dari kitin

atau selulosa

b. Hifanya ada yang tidak

bersekat melintang

c. Membentuk spora

d. Tidak memiliki klorofil

e. Bersifat autotrof

4. Sekat yang menonjol antara

sporangium dan

sporangiofor pada Mucor

mucedo disebut ….

a. Konidium

b. Sporangium

c. Kolumela

d. Sorus

e. Basidium

5. Apakah nama spora pada

Zygomycota?

a. Zygospora

b. Basidium

c. Konidium

d. Stolon

e. Basidiofor

6. Manakah dari pernyataan

berikut ini yang bukan

merupakan ciri-ciri jamur ?

a. Hidupnya di tempat

lembap

b. Cara hidupnya saprofit

dan parasit

c. Bersifat heterotrof

C

A

E

C2

C2

C2

121

d. Menyerap bahan organik

yang telah diuraikan

e. Bersifat autotrof

7. Faktor yang membedakan

antara jamur dengan

organisme lain diantaranya

adalah pada dinding selnya.

Bahan apakah yang

terkandung pada dinding sel

pada jamur?

a. Lipoprotein

b. Lipid

c. Protein

d. Zat kresik

e. Zat kitin

8. Bagian jamur merang yang

enak dimakan ialah ….

a. Miselium

b. Rhizoid

c. Lendir

d. Hifa

e. Tubuh buah

9. Kumpulan benang-benang

halus pada fungi disebut ….

a. Sporangium

b. Askospora

c. Miselium

d. Hifa

e. Septa

E

E

C

C4

C3

C3

2 Menjelaskan cara hidup dan

10. Haustorium pada jamur

berfungsi sebagai ….

C C1

122

reproduksi pada jamur

a. Alat reproduksi vegetatif

b. Alat reproduksi generatif

c. Penyerap nutrisi dari

tubuh inang

d. Penghasil spora

e. Alat bernapas

11. Konidia pada jamur

Ascomycota berperan

sebagai ….

a. Alat reproduksi seksual

b. Alat reproduksi aseksual

c. Pendukung spora

aseksual

d. Hifa betina

e. Hifa jantan

12. Disebut apakah struktur

vegetatif pada jamur lendir?

a. Plasmodium

b. Amoeboid

c. Sporangium

d. Zoospora

e. Fagosit

13. Pada proses pembuatan roti,

pemberian ragi membuat

adonan menjadi

mengembang. Hal ini

disebabkan oleh ….

a. Pemanasan menyebabkan

ragi dan tepung

mengembang

b. Tepung dan ragi bereaksi

B

A

E

C4

C2

C3

123

dan menghasilkan O2

c. Ragi mengandung bakteri

d. Ragi merupakan fungi

dari kelompok

Ascomycota

e. Hasil fermentasi glukosa

oleh jamur

Saccharomyces

cerevisiae menghasilkan

CO2

14. Jamur dapat berkembang

biak secara aseksual dengan

membentuk ….

a. Konidia

b. Askospora

c. Basidiospora

d. Zigospora

e. Kolumela

15. Dengan adanya mikoriza

pada akar, tumbuhan pinus

akan mendapatkan ….

a. Karbondioksida

b. Bahan-bahan organik

c. Enzim pencernaan

makanan

d. Zat mineral

e. Toksin untuk mengusir

hama

16. Jamur memiliki miselium

vegetatif dan miselium

generatif. Apakah fungsi

A

D

C2

C1

124

miselium vegetatif pada

jamur?

a. Alat reproduksi

b. Melekatkan diri pada

substrat

c. Menampung air yang

diperlukan

d. Pendukung alat-alat

reproduksi

e. Menyerap nutrisi dari

lingkungan

17. Manakah dari pernyataan

berikut yang bukan

merupakan cara jamur

memperoleh nutrisi ?

a. Membusukkan materi

organik

b. Bersifat parasit pada

tumbuhan

c. Mensekresikan enzim

hingga makanan rusak

d. Menyebarkan toksin

hingga makanan beracun

e. Bersimbiosis dengan

organisme lain

18. Dibawah ini merupakan

salah satu bentuk simbiosis

jamur yaitu ….

a. Zygomycota

b. Basidiomycota

c. Saprofit

E

D

C2

C2

125

d. Parasit

e. Mikoriza

E

C2

3. Mengklasifikasik

an jamur

berdasarkan ciri-

ciri dan cara

reproduksinya

19. Gambar berikut ini

merupakan fungi dari jenis

….

a. Rhizopus stolonifer

b. Volvariella volvacea

c. Neorospora sp.

A

C2

126

d. Mucor mucedo

e. Saccharomyces

cerevisiae

20. Termasuk kedalam divisi

apakah fungi imperfekti ?

a. Ascomycota

b. Zygomycota

c. Basidiomycota

d. Deuteromycota

e. Oomycota

21. Di bawah ini yang bukan

merupakan jamur dari divisi

Basidiomycota adalah ….

a. Volvariella volvacea

(jamur merang)

b. Auricularia polytricha

(jamur kuping)

c. Pleuretes sp (jamur

tiram)

d. Agaricus bisporus (jamur

kancing)

e. Aspergillus wentii (jamur

kecap)

22. Perbedaan yang paling

menonjol antara

Zygomycota dan

Deuteromycota adalah ….

a. Cara hidup

b. Habitatnya

c. Reproduksi seksualnya

d. Struktur hifanya

D

E

E

C1

C1

C4

127

e. Jawaban c dan d benar

23. Roti yang mengandung

jamur sebaiknya dibuang

saja, karena roti tersebut

mengandung toksin.

Diklasifikasikan ke dalam

marga apakah jamur roti

tersebut?

a. Penicilium

b. Aspergillus

c. Fusarium

d. Rosellina

e. Mucor

24. Perbedaan ciri-ciri antara

kelompok fungi

Ascomycota dengan fungi

Basidiomycota terlihat pada

….

a. Hifa sekat

b. Hidup secara saproba dan

parasit

c. Bersimbiosis mutualisme

d. Merupakan jamur

makroskopik

e. Tubuh buah

25. Jamur yang bersifat

makroskopis biasanya

termasuk dalam divisi jamur

….

a. Ascomycota

b. Basidiomycota

E

E

B

C4

C3

C1

128

c. Deuteromycota

d. Zygomycota

e. Myxomicota

26. Lumut kerak yang

merupakan bentuk simbiosis

antara jamur dengan dan

ganggang dapat melakukan

reproduksi sehingga

menghasilkan kembali

lumut kerak. Cara

reproduksi yang dilakukan

adalah ….

a. Seksual dengan

menggunakan spora

b. Seksual dengan

menggunakan soredia

c. Seksual dengan

membentuk anteredium

dan arkegonium

d. Aseksual dengan

menggunakan spora

e. Aseksual dengan

menggunakan soredia

27. Beberapa fungi belum

diketahui cara

reproduksinya secara

generatif sehingga

dimasukkan kedalam

kelompok ….

a. Ascomycota

b. Basidiomycota

E

C

C2

C3

129

c. Deuteromycota

d. Myxomycota

e. Oomycota

4 Mengidentifikasi

ciri-ciri, cara

hidup, daur hidup

pada masing-

masing

pengklasifikasian

pada jamur

28. Salah satu ciri dari jamur divisi Deuteromycotina adalah….

a. semua anggotanya bersifat saprofit

b. hifanya bercabang cabang, tidak bersekat

c. reproduksi seksual dengan spora

d. reproduksi aseksual dengan pembentukan konidia

e. memiliki askus yang menghasilkan askospora

29. Bagaimanakah cara hidup

jamur spesies Aspergillus ?

a. Bebas atau mandiri

b. Saprofit

c. Bersimbiosis

d. Berkelompok

e. Autotrof

30. Peleburan antara hifa jenis

(-) dan hifa jenis (+) pada

Rhizopus akan

menghasilkan ….

a. Alat reproduksi

b. Zigosporangium

c. Askospora

d. Basidiospora

D

B

B

C1

C1

C2

130

e. Sporangiofor

31. Di bawah ini yang

merupakan pernyataan yang

benar adalah ….

a. Anteredium mengandung

dua inti

b. Askogonium

mengandung dua inti

c. Inti askogonium

berpindah tempat ke

anteredium

d. Askus dapat terbentuk

dari hifa haploid

e. Anteredium mengandung

inti yang haploid

32. Berikut ini ciri-ciri beberapa

jamur:

1. Hifa bersekat, tidak ada

tubuh buah, reproduksi

generatif

2. Hifa bersekat, tidak ada

tubuh buah, reproduksi

vegetatif dan generatif

3. Hifa bersekat, ada tubuh

buah, reproduksi

vegetatif dan generatif

4. Hifa tidak bersekat, ada

tubuh buah, reproduksi

vegetatif dan konjugasi

5. Hifa tidak bersekat, tidak

ada tubuh buah,

E

C

C4

C1

131

reproduksi vegetatif

Manakah yang merupakan

ciri-ciri jamur

Basidiomycotina ?

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

33. Apakah yang dihasilkan

oleh sporangium divisi

Zygomycota pada

perkembangbiakan aseksual

?

a. Sporangiofor

b. Spora

c. Zigospora

d. Hifa

e. Miselium

34. Apakah nama spora seksual

dari jamur divisi

Zygomycotina?

a. Konidiospora

b. Askospora

c. Basidiospora

d. Sporangiofor

e. Zigospora

B

E

C1

C1

5 Menyebutkan

contoh jamur

yang merugikan

35. Berikut ini adalah jenis

fungi yang berperan dalam

kehidupan manusia.

D

C1

132

dan

menguntungkan

dalam kehidupan

sehari-hari

1. Aspergillus niger

2. Aspergillus wentii

3. Penicillium camemberti

4. Aspergillus fumigatus

5. Pennicilium notatum

6. Rhizopus oryzae

Apakah jenis fungi yang

bermanfaat dalam industri

makanan ?

a. 1,2,3

b. 1,2,4

c. 1,2,5

d. 2,3,6

e. 2,4,5

36. Dibawah ini yang bukan

merupakan manfaat lumut

kerak bagi manusia adalah

….

a. Dibuat obat

b. Dibuat kertas lakmus

c. Penambahan rasa atau

aroma

d. Indikator pencemaran

udara

e. Indikator pencemaran air

37. Penyakit kaki atlet

disebabkan oleh jamur dari

E

C2

133

divisi ….

a. Deuteromycota

b. Basidiomycota

c. Ascomycota

d. Zygomycota

e. Phicomycota

38. Tempe dari kedelai

diperlukan bantuan jamur.

Apakah nama spesies dan

divisi jamur yang

dimanfaatkan dalam

pembuatan tempe ?

a. Rhizopus divisi

Zygomycota

b. Mucor divisi

Zygomycota

c. Rhizopus divisi

Ascomycota

d. Mucor divisi Ascomycota

e. Neurospora divisi

Basidiomycota

39. Proses pembuatan kecap

memanfaatkan bantuan

jamur. Apa nama jenis

jamur yang berperan dalam

proses pembuatan kecap ?

a. Aspergilus wentii

b. Aspergillus oryzae

c. Mucor mucedo

d. Roselina arcuata

e. Volvariella volvaceae

A

A

A

C3

C3

C1

134

40. Jenis fungi yang memiliki

manfaat menjadi obat-

obatan antibiotik dihasilkan

oleh fungi dari marga ….

a. Penicillium

b. Fusarium

c. Mucor

d. Aspergillus

e. Rhizopus

41. Saccharomyces cerevisiae

memiliki kemampuan untuk

….

a. Mengubah gula menjadi

alkohol

b. Memecah protein

c. Menguraikan sampah

d. Menghasilkan antibiotik

e. Menghasilkan alfatoksin

42. Fungi yang dapat

dimanfaatkan dalam

pembuatan keju adalah ….

a. Aspergillus oryzae

b. Aspergillus niger

c. Penicillium chrysogenum

d. Penicillium roqueforti

e. Penicillium notatum

43. Penicillium notatum adalah

salah satu jenis fungi yang

berperan dalam bidang

kedokteran karena ….

a. Dapat mengubah amilum

A

A

D

C4

C1

C1

135

menjadi alkohol

b. Mengandung bahan obat

c. Dapat menghasilkan

aflatoksin

d. Dapat menghasilkan

antibiotik

e. Digunakan dalam proses

fermentasi

44. Beberapa jenis fungi dapat

merugikan manusia,

misalnya fungi yang bersifat

patogen atau menimbulkan

penyakit, menghasilkan

racun dan membusukkan

bahan makanan. Di bawah

ini yang termasuk jenis

fungi yang merugikan

manusia contohnya ….

a. Rhizopus oryzae,

Volvariella volvacea

b. Aspergillus oryzae,

Rhizopus oryzae

c. Aspergillus flavus,

Aspergillus wentii

d. Aspergillus oryzae,

Aspergillus flavus

e. Aspergillus flavus,

Aspergillus fumigatus

45. Dermatomikosis adalah

penyakit kulit pada manusia

yang disebabkan oleh fungi.

D

E

C1

C4

136

Biasanya menyerang ketiak,

lipatan paha, lengan, leher

dan punggung yang ditandai

dengan munculnya bercak

putih dan menimbulkan rasa

gatal. Penyakit ini

disebabkan oleh jenis fungi

dari divisi ….

a. Ascomycota

b. Basidiomycota

c. Deuteromycota

d. Oomycota

e. Zygomycota

C

C4

137

Lampiran 6

Instrumen Penelitian

Nama :

Kelas :

Pilihlah salah satu jawaban yang benar!

1. Jamur tidak dapat digolongkan

kedalam tumbuhan karena ….

a. Dinding selnya dari kitin atau

selulosa

b. Hifanya ada yang tidak

bersekat melintang

c. Membentuk spora

d. Tidak memiliki klorofil

e. Bersifat autotrof

2. Bagian jamur merang yang enak

dimakan ialah ….

a. Miselium

b. Rhizoid

c. Lendir

d. Hifa

e. Tubuh buah

3. Kumpulan benang-benang halus

pada fungi disebut ….

a. Sporangium

b. Askospora

c. Miselium

d. Hifa

e. Septa

4. Jamur memiliki miselium

vegetatif dan miselium

generatif. Apakah fungsi

miselium vegetatif pada jamur?

a. Alat reproduksi

b. Melekatkan diri pada substrat

c. Menampung air yang

diperlukan

d. Pendukung alat-alat

reproduksi

e. Menyerap nutrisi dari

lingkungan

5. Manakah dari pernyataan

berikut yang bukan merupakan

cara jamur memperoleh nutrisi ?

a. Membusukkan materi organik

b. Bersifat parasit pada

tumbuhan

c. Mensekresikan enzim hingga

makanan rusak

d. Menyebarkan toksin hingga

makanan beracun

e. Bersimbiosis dengan

organisme lain

138

6. Gambar berikut ini merupakan

fungi dari jenis ….

a. Rhizopus stolonifer

b. Volvariella volvacea

c. Neorospora sp.

d. Mucor mucedo

e. Saccharomyces cerevisiae

7. Termasuk kedalam divisi

apakah fungi imperfekti ?

a. Ascomycota

b. Zygomycota

c. Basidiomycota

d. Deuteromycota

e. Oomycota

8. Di bawah ini yang bukan

merupakan jamur dari divisi

Basidiomycota adalah ….

a. Volvariella volvacea (jamur

merang)

b. Auricularia polytricha (jamur

kuping)

c. Pleuretes sp (jamur tiram)

d. Agaricus bisporus (jamur

kancing)

e. Aspergillus wentii (jamur

kecap)

9. Roti yang mengandung jamur

sebaiknya dibuang saja, karena

roti tersebut mengandung

toksin. Diklasifikasikan ke

dalam marga apakah jamur roti

tersebut?

a. Penicilium

b. Aspergillus

c. Fusarium

d. Rosellina

e. Mucor

10. Jamur yang bersifat

makroskopis biasanya termasuk

dalam divisi jamur ….

a. Ascomycota

b. Basidiomycota

c. Deuteromycota

d. Zygomycota

e. Myxomicota

11. Lumut kerak yang merupakan

bentuk simbiosis antara jamur

dengan dan ganggang dapat

melakukan reproduksi sehingga

menghasilkan kembali lumut

kerak. Cara reproduksi yang

dilakukan adalah ….

139

a. Seksual dengan

menggunakan spora

b. Seksual dengan

menggunakan soredia

c. Seksual dengan membentuk

anteredium dan arkegonium

d. Aseksual dengan

menggunakan spora

12. Beberapa fungi belum diketahui

cara reproduksinya secara

generatif sehingga dimasukkan

kedalam kelompok ….

a. Ascomycota

b. Basidiomycota

c. Deuteromycota

d. Myxomycota

e. Oomycota

13. Salah satu ciri dari jamur divisi Deuteromycotina adalah….

a. semua anggotanya bersifat saprofit

b. hifanya bercabang cabang, tidak bersekat

c. reproduksi seksual dengan spora

d. reproduksi aseksual dengan pembentukan konidia

e. memiliki askus yang menghasilkan askospora

14. Bagaimanakah cara hidup jamur

spesies Aspergillus ?

a. Bebas atau mandiri

b. Saprofit

c. Bersimbiosis

d. Berkelompok

Autotrof

15. Peleburan antara hifa jenis (-)

dan hifa jenis (+) pada Rhizopus

akan menghasilkan ….

a. Alat reproduksi

b. Zigosporangium

c. Askospora

d. Basidiospora

Sporangiofor

16. Di bawah ini yang merupakan

pernyataan yang benar adalah

….

a. Anteredium mengandung dua

inti

b. Askogonium mengandung

dua inti

c. Inti askogonium berpindah

tempat ke anteredium

d. Askus dapat terbentuk dari

hifa haploid

e. Anteredium mengandung inti

yang haploid

17. Apakah yang dihasilkan oleh

sporangium divisi Zygomycota

pada perkembangbiakan

aseksual ?

a. Sporangiofor

140

b. Spora

c. Zigospora

d. Hifa

e. Miselium

18. Apakah nama spora seksual dari

jamur divisi Zygomycotina?

a. Konidiospora

b. Askospora

c. Basidiospora

d. Sporangiofor

Zigospora

19. Dibawah ini yang bukan

merupakan manfaat lumut kerak

bagi manusia adalah ….

a. Dibuat obat

b. Dibuat kertas lakmus

c. Penambahan rasa atau aroma

d. Indikator pencemaran udara

e. Indikator pencemaran air

20. Penyakit kaki atlet disebabkan

oleh jamur dari divisi ….

a. Deuteromycota

b. Basidiomycota

c. Ascomycota

d. Zygomycota

e. Phicomycota

21. Tempe dari kedelai diperlukan

bantuan jamur. Apakah nama

spesies dan divisi jamur yang

dimanfaatkan dalam pembuatan

tempe ?

a. Rhizopus divisi Zygomycota

b. Mucor divisi Zygomycota

c. Rhizopus divisi Ascomycota

d. Mucor divisi Ascomycota

e. Neurospora divisi

Basidiomycota

22. Proses pembuatan kecap

memanfaatkan bantuan jamur.

Apa nama jenis jamur yang

berperan dalam proses

pembuatan kecap ?

a. Aspergilus wentii

b. Aspergillus oryzae

c. Mucor mucedo

d. Roselina arcuata

e. Volvariella volvaceae

23. Penicillium notatum adalah

salah satu jenis fungi yang

berperan dalam bidang

kedokteran karena ….

a. Dapat mengubah amilum

menjadi alkohol

b. Mengandung bahan obat

c. Dapat menghasilkan

aflatoksin

d. Dapat menghasilkan

antibiotik

e. Digunakan dalam proses

fermentasi

141

24. Beberapa jenis fungi dapat

merugikan manusia, misalnya

fungi yang bersifat patogen atau

menimbulkan penyakit,

menghasilkan racun dan

membusukkan bahan makanan.

Di bawah ini yang termasuk

jenis fungi yang merugikan

manusia contohnya ….

a. Rhizopus oryzae, Volvariella

volvacea

b. Aspergillus oryzae, Rhizopus

oryzae

c. Aspergillus flavus,

Aspergillus wentii

d. Aspergillus oryzae,

Aspergillus flavus

e. Aspergillus flavus,

Aspergillus fumigatus

25. Dermatomikosis adalah

penyakit kulit pada manusia

yang disebabkan oleh fungi.

Biasanya menyerang ketiak,

lipatan paha, lengan, leher dan

punggung yang ditandai dengan

munculnya bercak putih dan

menimbulkan rasa gatal.

Penyakit ini disebabkan oleh

jenis fungi dari divisi ….

a. Ascomycota

b. Basidiomycota

c. Deuteromycota

d. Oomycota

Zygomycota

142

Lampiran 7 SKOR DATA DIBOBOT ================= Jumlah Subyek = 31 Butir soal = 45 Bobot utk jwban benar = 1 Bobot utk jwban salah = 0 Keterangan = data terurut berdasarkan skor (tinggi ke rendah) Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Urt No Subyek Kode/Nama Benar Salah Kosong Skr Asli Skr Bobot 1 9 Della ... 33 12 0 33 33 2 16 Hanifah 28 17 0 28 28 3 28 Siti H... 22 23 0 22 22 4 4 Asha P... 21 24 0 21 21 5 23 Nailah... 20 25 0 20 20 6 5 Asha T... 19 26 0 19 19 7 13 Firda ... 19 26 0 19 19 8 3 Annis ... 18 27 0 18 18 9 12 Faisal... 18 27 0 18 18 10 27 Siti A... 18 27 0 18 18 11 2 Anna N... 16 29 0 16 16 12 10 Elsa S... 15 30 0 15 15 13 11 Erika ... 15 30 0 15 15 14 15 Halid K. 15 30 0 15 15 15 17 Ibnu Z... 15 30 0 15 15 16 21 Nada N... 15 30 0 15 15 17 22 Nadzru... 15 30 0 15 15 18 20 Muhamm... 14 31 0 14 14 19 29 Siti N... 14 31 0 14 14 20 8 Cahya ... 13 32 0 13 13 21 24 Nur Hi... 13 32 0 13 13 22 25 Renia ... 13 32 0 13 13 23 26 Rio Ba... 13 32 0 13 13 24 14 Firda ... 12 33 0 12 12 25 18 Muhamm... 12 33 0 12 12 26 31 Suraiy... 12 33 0 12 12 27 1 Aji Sy... 11 34 0 11 11 28 7 Bela D... 11 34 0 11 11 29 30 Sufi N... 11 34 0 11 11 30 19 Muhamm... 8 37 0 8 8 31 6 Bagus ... 4 41 0 4 4

143

Lampiran 8 RELIABILITAS TES ================ Rata-Rata = 15.58 Simpang Baku = 5.52 KorelasiXY = 0.64 Reliabilitas Tes = 0.78 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 Aji Syaiful M. 5 6 11 2 2 Anna Nur H. 8 8 16 3 3 Annis Rizky S.A 10 8 18 4 4 Asha Putri A.R. 13 8 21 5 5 Asha Taqiya 11 8 19 6 6 Bagus Muslim 4 0 4 7 7 Bela Dina S. 4 7 11 8 8 Cahya Annisa R. 9 4 13 9 9 Della Merdeka... 20 13 33 10 10 Elsa Salsabilla 9 6 15 11 11 Erika Salsa N. 8 7 15 12 12 Faisal Fazri 11 7 18 13 13 Firda Azzahra 12 7 19 14 14 Firda Lutfiah 7 5 12 15 15 Halid K. 10 5 15 16 16 Hanifah 18 10 28 17 17 Ibnu Zaki A. 7 8 15 18 18 Muhammad Fahri 5 7 12 19 19 Muhammad Abdan 5 3 8 20 20 Muhammad Egga 7 7 14 21 21 Nada Nur I. 10 5 15 22 22 Nadzrun Nazir 7 8 15 23 23 Nailah Muntaz... 12 8 20 24 24 Nur Hikmah I. 8 5 13 25 25 Renia Nuraisy 7 6 13 26 26 Rio Bagus P. 6 7 13 27 27 Siti Aisyah W. 10 8 18 28 28 Siti Hanifah A. 11 11 22 29 29 Siti Nur A. 9 5 14 30 30 Sufi Nur S. 4 7 11 31 31 Suraiya M. 6 6 12

144

KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas = E:\ ANATES.ANA 1 2 3 4 5 6 7 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 9 Della Merdeka... 33 1 - 1 - - - 1 2 16 Hanifah 28 1 - 1 - - - 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 1 - - 1 - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - - 1 - - - 1 5 23 Nailah Muntaz... 20 - - 1 - - - - 6 5 Asha Taqiya 19 - - - - - - 1 7 13 Firda Azzahra 19 - 1 1 - - - 1 8 3 Annis Rizky S.A 18 1 - 1 - 1 - 1 Jml Jwb Benar 4 2 7 0 1 1 6 8 9 10 11 12 13 14 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 - 1 - - - 2 16 Hanifah 28 1 - - 1 - - - 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 - - 1 - - - 4 4 Asha Putri A.R. 21 1 - - - - - - 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 - - 1 - 6 5 Asha Taqiya 19 1 - - - - - - 7 13 Firda Azzahra 19 1 1 - - - - - 8 3 Annis Rizky S.A 18 1 - 1 1 - 1 1 Jml Jwb Benar 8 2 2 4 0 2 1 15 16 17 18 19 20 21 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 1 1 1 1 2 16 Hanifah 28 - - - - 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 1 - 1 1 - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - - - 1 - 1 1 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 - - 1 1 6 5 Asha Taqiya 19 - - - 1 - 1 1 7 13 Firda Azzahra 19 1 - - - - - - 8 3 Annis Rizky S.A 18 1 - - - 1 1 1 Jml Jwb Benar 5 2 3 3 4 7 6

145

22 23 24 25 26 27 28 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28 1 9 Della Merdeka... 33 - 1 - 1 1 1 1 2 16 Hanifah 28 - 1 - 1 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 - 1 1 - - - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - 1 - 1 - 1 - 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 1 - - 1 6 5 Asha Taqiya 19 - - - 1 - 1 - 7 13 Firda Azzahra 19 1 - - - 1 1 - 8 3 Annis Rizky S.A 18 - - - - 1 - 1 Jml Jwb Benar 3 3 2 6 4 5 4 29 30 31 32 33 34 35 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 - 1 1 - 2 16 Hanifah 28 1 1 1 - 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 - 1 - 1 - 4 4 Asha Putri A.R. 21 1 1 - - 1 1 - 5 23 Nailah Muntaz... 20 - - 1 - 1 - 1 6 5 Asha Taqiya 19 1 1 - - 1 1 - 7 13 Firda Azzahra 19 1 - - - 1 1 1 8 3 Annis Rizky S.A 18 - 1 - - - 1 - Jml Jwb Benar 6 6 3 1 6 7 3 36 37 38 39 40 41 42 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 36 37 38 39 40 41 42 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 1 1 1 1 2 16 Hanifah 28 1 1 1 1 1 1 - 3 28 Siti Hanifah A. 22 - - - 1 - - - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - 1 1 1 1 1 - 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 1 - - 1 - - 6 5 Asha Taqiya 19 - 1 1 1 1 1 - 7 13 Firda Azzahra 19 - 1 - 1 1 1 - 8 3 Annis Rizky S.A 18 - 1 - - - - - Jml Jwb Benar 3 7 4 6 6 5 1 43 44 45 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 43 44 45 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 2 16 Hanifah 28 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 1

146

4 4 Asha Putri A.R. 21 1 1 1 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 6 5 Asha Taqiya 19 1 1 1 7 13 Firda Azzahra 19 - 1 1 8 3 Annis Rizky S.A 18 - - - Jml Jwb Benar 6 6 7 Kelompok Asor Nama berkas: E:\ ANATES.ANA 1 2 3 4 5 6 7 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 14 Firda Lutfiah 12 - 1 1 - - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 - - - 1 - - - 3 31 Suraiya M. 12 1 - - - - - 1 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 1 - - - 1 - 5 7 Bela Dina S. 11 - - - 1 - 1 - 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - 1 - 1 - 7 19 Muhammad Abdan 8 1 - - - - - - 8 6 Bagus Muslim 4 1 - 1 - - - 1 Jml Jwb Benar 4 2 2 3 0 3 2 8 9 10 11 12 13 14 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14 1 14 Firda Lutfiah 12 1 - - 1 - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - 1 1 - - - 3 31 Suraiya M. 12 - 1 - - 1 - 1 4 1 Aji Syaiful M. 11 - - - - - - - 5 7 Bela Dina S. 11 1 - - - - 1 1 6 30 Sufi Nur S. 11 1 - - - - 1 1 7 19 Muhammad Abdan 8 - - - - - 1 1 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 4 1 1 2 1 3 4 15 16 17 18 19 20 21 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21 1 14 Firda Lutfiah 12 1 - - - - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - - - - - - 3 31 Suraiya M. 12 - - - 1 - 1 - 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 - - - - - 1 5 7 Bela Dina S. 11 - - - - - - - 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - - - - -

147

7 19 Muhammad Abdan 8 - - - 1 - 1 - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 3 0 0 2 0 2 1 22 23 24 25 26 27 28 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28 1 14 Firda Lutfiah 12 1 - - - - 1 - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - - - - - - 3 31 Suraiya M. 12 1 - - 1 - - - 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 - - - - - - 5 7 Bela Dina S. 11 1 - - - - - 1 6 30 Sufi Nur S. 11 1 1 - - - - 1 7 19 Muhammad Abdan 8 - - - - - - - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 6 1 0 1 0 1 2 29 30 31 32 33 34 35 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35 1 14 Firda Lutfiah 12 - - - 1 - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - - - 1 1 - 3 31 Suraiya M. 12 - - - - - - - 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 - - - 1 1 - 5 7 Bela Dina S. 11 - - - - - - 1 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - - - - 1 7 19 Muhammad Abdan 8 - - 1 - - - - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 2 0 1 1 2 2 2 36 37 38 39 40 41 42 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 36 37 38 39 40 41 42 1 14 Firda Lutfiah 12 - 1 - 1 1 1 - 2 18 Muhammad Fahri 12 - - - - 1 - 1 3 31 Suraiya M. 12 - - 1 - - - - 4 1 Aji Syaiful M. 11 - - - - 1 - 1 5 7 Bela Dina S. 11 - - - - 1 1 - 6 30 Sufi Nur S. 11 - 1 - - 1 - - 7 19 Muhammad Abdan 8 - 1 - - - 1 - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - 1 - Jml Jwb Benar 0 3 1 1 5 4 2

148

43 44 45 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 43 44 45 1 14 Firda Lutfiah 12 - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 - - 1 3 31 Suraiya M. 12 1 - 1 4 1 Aji Syaiful M. 11 - - - 5 7 Bela Dina S. 11 - - 1 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - 7 19 Muhammad Abdan 8 - - - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - Jml Jwb Benar 1 0 3

149

Lampiran 9 DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek = 31 Klp atas/bawah(n) = 8 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%) 1 1 4 4 0 0.00 2 2 2 2 0 0.00 3 3 7 2 5 62.50 4 4 0 3 -3 -37.50 5 5 1 0 1 12.50 6 6 1 3 -2 -25.00 7 7 6 2 4 50.00 8 8 8 4 4 50.00 9 9 2 1 1 12.50 10 10 2 1 1 12.50 11 11 4 2 2 25.00 12 12 0 1 -1 -12.50 13 13 2 3 -1 -12.50 14 14 1 4 -3 -37.50 15 15 5 3 2 25.00 16 16 2 0 2 25.00 17 17 3 0 3 37.50 18 18 3 2 1 12.50 19 19 4 0 4 50.00 20 20 7 2 5 62.50 21 21 6 1 5 62.50 22 22 3 6 -3 -37.50 23 23 3 1 2 25.00 24 24 2 0 2 25.00 25 25 6 1 5 62.50 26 26 4 0 4 50.00 27 27 5 1 4 50.00 28 28 4 2 2 25.00 29 29 6 2 4 50.00 30 30 6 0 6 75.00 31 31 3 1 2 25.00 32 32 1 1 0 0.00 33 33 6 2 4 50.00 34 34 7 2 5 62.50 35 35 3 2 1 12.50

150

36 36 3 0 3 37.50 37 37 7 3 4 50.00 38 38 4 1 3 37.50 39 39 6 1 5 62.50 40 40 6 5 1 12.50 41 41 5 4 1 12.50 42 42 1 2 -1 -12.50 43 43 6 1 5 62.50 44 44 6 0 6 75.00 45 45 7 3 4 50.00

151

Lampiran 10 TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek = 31 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 10 32.26 Sedang 2 2 11 35.48 Sedang 3 3 21 67.74 Sedang 4 4 4 12.90 Sangat Sukar 5 5 3 9.68 Sangat Sukar 6 6 8 25.81 Sukar 7 7 19 61.29 Sedang 8 8 24 77.42 Mudah 9 9 3 9.68 Sangat Sukar 10 10 5 16.13 Sukar 11 11 17 54.84 Sedang 12 12 3 9.68 Sangat Sukar 13 13 7 22.58 Sukar 14 14 8 25.81 Sukar 15 15 17 54.84 Sedang 16 16 5 16.13 Sukar 17 17 4 12.90 Sangat Sukar 18 18 8 25.81 Sukar 19 19 9 29.03 Sukar 20 20 13 41.94 Sedang 21 21 15 48.39 Sedang 22 22 20 64.52 Sedang 23 23 5 16.13 Sukar 24 24 3 9.68 Sangat Sukar 25 25 9 29.03 Sukar 26 26 9 29.03 Sukar 27 27 17 54.84 Sedang 28 28 7 22.58 Sukar 29 29 15 48.39 Sedang 30 30 8 25.81 Sukar 31 31 9 29.03 Sukar 32 32 9 29.03 Sukar 33 33 16 51.61 Sedang 34 34 13 41.94 Sedang 35 35 6 19.35 Sukar 36 36 7 22.58 Sukar

152

37 37 18 58.06 Sedang 38 38 11 35.48 Sedang 39 39 16 51.61 Sedang 40 40 23 74.19 Mudah 41 41 15 48.39 Sedang 42 42 4 12.90 Sangat Sukar 43 43 8 25.81 Sukar 44 44 7 22.58 Sukar 45 45 14 45.16 Sedang

153

Lampiran 11 KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL DAN VALIDITAS ================================= Jumlah Subyek = 31 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.168 - 2 2 -0.079 - 3 3 0.366 Sangat Signifikan 4 4 -0.271 - 5 5 0.085 - 6 6 -0.185 - 7 7 0.268 - 8 8 0.398 Sangat Signifikan 9 9 0.346 Signifikan 10 10 0.050 - 11 11 0.216 - 12 12 -0.035 - 13 13 -0.171 - 14 14 -0.226 - 15 15 0.145 - 16 16 0.405 Sangat Signifikan 17 17 0.490 Sangat Signifikan 18 18 0.263 - 19 19 0.559 Sangat Signifikan 20 20 0.547 Sangat Signifikan 21 21 0.455 Sangat Signifikan 22 22 -0.318 - 23 23 0.486 Sangat Signifikan 24 24 0.226 - 25 25 0.638 Sangat Signifikan 26 26 0.468 Sangat Signifikan 27 27 0.383 Sangat Signifikan 28 28 0.425 Sangat Signifikan 29 29 0.431 Sangat Signifikan 30 30 0.670 Sangat Signifikan 31 31 0.350 Signifikan 32 32 -0.121 - 33 33 0.389 Sangat Signifikan 34 34 0.463 Sangat Signifikan 35 35 0.203 -

154

36 36 0.482 Sangat Signifikan 37 37 0.295 Signifikan 38 38 0.380 Sangat Signifikan 39 39 0.389 Sangat Signifikan 40 40 0.185 - 41 41 0.063 - 42 42 0.118 - 43 43 0.615 Sangat Signifikan 44 44 0.723 Sangat Signifikan 45 45 0.499 Sangat Signifikan Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 > 150 0,159 0,208 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

155

Lampiran 12 KUALITAS PENGECOH ================= Jumlah Subyek = 31 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli a b c d e * 1 1 0-- 0-- 10** 8- 13--- 0 2 2 11** 4++ 15--- 0-- 1-- 0 3 3 1- 3++ 4- 21** 2++ 0 4 4 0-- 8++ 4** 15--- 4+ 0 5 5 3** 10+ 11- 7++ 0-- 0 6 6 1-- 0-- 21--- 1-- 8** 0 7 7 3++ 4+ 1- 4+ 19** 0 8 8 0-- 4--- 1+ 2++ 24** 0 9 9 0-- 1-- 3** 22--- 5+ 0 10 10 6++ 3- 5** 4+ 13-- 0 11 11 3++ 17** 3++ 6- 2+ 0 12 12 3** 5+ 5+ 4+ 14-- 0 13 13 2- 5++ 2- 15--- 7** 0 14 14 8** 20--- 1-- 1-- 1-- 0 15 15 2+ 3++ 5+ 17** 4++ 0 16 16 3- 5** 12-- 9+ 2- 0 17 17 12-- 6++ 2- 4** 7++ 0 18 18 5++ 10- 7++ 1-- 8** 0 19 19 9** 13--- 2- 2- 5++ 0 20 20 14--- 1-- 3+ 13** 0-- 0 21 21 6+ 2- 4++ 4++ 15** 0 22 22 1- 4+ 1- 5-- 20** 0 23 23 9+ 11- 4+ 2- 5** 0 24 24 12- 16--- 0-- 0-- 3** 0 25 25 16--- 9** 2- 2- 2- 0 26 26 1-- 9** 9- 2- 10-- 0 27 27 0-- 8--- 17** 4++ 2+ 0 28 28 9+ 7++ 7++ 7** 1-- 0 29 29 1-- 15** 6+ 7- 2- 0 30 30 5++ 8** 10- 0-- 8+ 0 31 31 6++ 12--- 2- 2- 9** 0 32 32 9** 1-- 11-- 8+ 2- 0 33 33 4++ 16** 6- 0-- 5+ 0 34 34 3+ 8-- 1-- 6+ 13** 0 35 35 1-- 2- 6** 13--- 9+ 0 36 36 7** 4+ 2- 16--- 2- 0

156

37 37 6-- 4++ 3++ 18** 0-- 0 38 38 11** 0-- 15--- 1-- 4++ 0 39 39 16** 5+ 1- 1- 8--- 0 40 40 23** 2++ 3+ 1- 2++ 0 41 41 3+ 10--- 3+ 15** 0-- 0 42 42 5+ 1-- 20--- 4** 1-- 0 43 43 5++ 2- 13--- 8** 3+ 0 44 44 4+ 12-- 6++ 2- 7** 0 45 45 2- 2- 14** 12--- 1-- 0 Keterangan: ** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik + : Baik - : Kurang Baik -- : Buruk ---: Sangat Buruk

157

Lampiran 13 REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata-Rata = 15.58 Simpang Baku = 5.52 KorelasiXY = 0.64 Reliabilitas Tes = 0.78 Butir Soal = 45 Jumlah Subyek = 31 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 0.00 Sedang 0.168 - 2 2 0.00 Sedang -0.079 - 3 3 62.50 Sedang 0.366 Sangat Signifikan 4 4 -37.50 Sangat Sukar -0.271 - 5 5 12.50 Sangat Sukar 0.085 - 6 6 -25.00 Sukar -0.185 - 7 7 50.00 Sedang 0.268 - 8 8 50.00 Mudah 0.398 Sangat Signifikan 9 9 12.50 Sangat Sukar 0.346 Signifikan 10 10 12.50 Sukar 0.050 - 11 11 25.00 Sedang 0.216 - 12 12 -12.50 Sangat Sukar -0.035 - 13 13 -12.50 Sukar -0.171 - 14 14 -37.50 Sukar -0.226 - 15 15 25.00 Sedang 0.145 - 16 16 25.00 Sukar 0.405 Sangat Signifikan 17 17 37.50 Sangat Sukar 0.490 Sangat Signifikan 18 18 12.50 Sukar 0.263 - 19 19 50.00 Sukar 0.559 Sangat Signifikan 20 20 62.50 Sedang 0.547 Sangat Signifikan 21 21 62.50 Sedang 0.455 Sangat Signifikan 22 22 -37.50 Sedang -0.318 - 23 23 25.00 Sukar 0.486 Sangat Signifikan 24 24 25.00 Sangat Sukar 0.226 - 25 25 62.50 Sukar 0.638 Sangat Signifikan 26 26 50.00 Sukar 0.468 Sangat Signifikan 27 27 50.00 Sedang 0.383 Sangat Signifikan 28 28 25.00 Sukar 0.425 Sangat Signifikan 29 29 50.00 Sedang 0.431 Sangat Signifikan 30 30 75.00 Sukar 0.670 Sangat Signifikan 31 31 25.00 Sukar 0.350 Signifikan

158

32 32 0.00 Sukar -0.121 - 33 33 50.00 Sedang 0.389 Sangat Signifikan 34 34 62.50 Sedang 0.463 Sangat Signifikan 35 35 12.50 Sukar 0.203 - 36 36 37.50 Sukar 0.482 Sangat Signifikan 37 37 50.00 Sedang 0.295 Signifikan 38 38 37.50 Sedang 0.380 Sangat Signifikan 39 39 62.50 Sedang 0.389 Sangat Signifikan 40 40 12.50 Mudah 0.185 - 41 41 12.50 Sedang 0.063 - 42 42 -12.50 Sangat Sukar 0.118 - 43 43 62.50 Sukar 0.615 Sangat Signifikan 44 44 75.00 Sukar 0.723 Sangat Signifikan 45 45 50.00 Sedang 0.499 Sangat Signifikan

159

Lampiran 14

Nilai Pretest dan Posttest kelas Kelompok Konvensional

Pretest Posttest

Mean : 41,77 Mean : 76,74

Median : 44 Median : 76

Modus : 52 Modus : 76

Standar Deviasi : 9,81 Standar Deviasi : 6,18

Varian : 96,41 Varian : 38,19

No Nama Nilai pretest Nilai posttest 1 A 48 76 2 B 48 72 3 C 52 76 4 D 44 80 5 E 40 68 6 F 52 68 7 G 32 76 8 H 44 72 9 I 24 88 10 J 20 72 11 K 32 80 12 L 40 68 13 M 52 80 14 N 44 88 15 O 36 72 16 P 44 72 17 Q 40 80 18 R 20 68 19 S 52 80 20 T 40 76 21 U 52 80 22 V 52 76 23 W 52 76 24 Q 52 72 25 Y 44 84 26 Z 36 88 27 AA 36 84

160

Lampiran 15

Nilai Pretest dan Posttest kelas Jigsaw

No Nama Nilai pretest Nilai posttest 1 A 28 72 2 B 52 84 3 C 56 92 4 D 28 76 5 E 36 72 6 F 48 80 7 G 56 92 8 H 40 84 9 I 32 76 10 J 28 88 11 K 36 80 12 L 28 76 13 M 48 80 14 N 56 84 15 O 48 88 16 P 56 92 17 Q 40 76 18 R 56 92 19 S 32 72 20 T 28 76 21 U 36 80 22 V 28 84 23 W 48 88 24 Q 52 72 25 Y 48 80 26 Z 40 84 27 AA 48 84

Pretest Posttest

Mean : 41,92 Mean : 81,62

Median : 40 Median : 80

Modus : 28 Modus : 84

Standar Deviasi : 10,54 Standar Devias : 6,58

Varian : 111,22 Varian : 43,39

161

Lampiran 16

Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa

Kelas Pertemuan Kelompok

Rata-Rata 1 2 3 4

Kelompok Konvensional

Pertemuan 1 75 70 80 75 75

Pertemuan 2 80 80 85 85 82,5

Jigsaw Pertemuan 1 80 75 80 85 80

Pertemuan 2 90 85 85 95 88,75

162

Lampiran 17

Uji Normalitas Pretest Kelompok Konvensional

No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 20 2 2 -2,217 0,013 0,074 0,061 2 24 1 3 -1,810 0,035 0,111 0,076 3 32 2 5 -0,995 0,159 0,185 0,026 4 36 3 8 -0,588 0,278 0,296 0,018 5 40 4 12 -0,181 0,428 0,444 0,016 6 44 5 17 0,226 0,589 0,629 0,040 7 48 2 19 0,633 0,736 0,703 0,033 8 52 8 27 1,041 0,851 1 0,149

Lhitung : 0,149

Ltabel : 0,173

Ltabel > Lhitung : Data berdistribusi normal

Uji Normalitas Posttest Kelompok Konvensional

No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 68 4 4 -1,414 0,078 0,148 0,070 2 72 6 10 -0,767 0,221 0,370 0,149 3 76 6 16 -0,119 0,452 0,592 0,140 4 80 6 22 0,527 0,701 0,814 0,114 5 84 2 24 1,174 0,879 0,888 0,009 6 88 3 27 1,821 0,965 1 0,034

Lhitung : 0,149

Ltabel : 0,173

Ltabel > Lhitung : Data berdistribusi normal

163

Lampiran 18

Uji Normalitas Pretest Jigsaw

No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 28 6 6 -1,320 0,093 0,222 0,128 2 32 2 8 -0,941 0,173 0,296 0,122 3 36 3 11 -0,561 0,287 0,407 0,120 4 40 3 14 -0,182 0,427 0,518 0,090 5 48 6 20 0,575 0,717 0,740 0,023 6 52 2 22 0,955 0,830 0,814 0,015 7 56 5 27 1,334 0,908 1 0,091

Lhitung : 0,173

Ltabel : 0,122

Lhitung > Ltabel : Data berdistribusi normal

Uji Normalitas Posttest Jigsaw

No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 72 4 4 -1,461 0,071 0,148 0,076 2 76 5 9 -0,8545 0,196 0,333 0,136 3 80 5 14 -0,247 0,402 0,518 0,116 4 84 6 20 0,359 0,640 0,740 0,100 5 88 3 23 0,967 0,833 0,851 0,018 6 92 4 27 1,574 0,942 1 0,057

Lhitung : 0,173

Ltabel : 0,136

Lhitung > Ltabel : Data berdistribusi normal

164

Lampiran 19

Uji Homogenitas Data Pretest

Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok

Perhitungan uji homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher, dengan rumus : F = S1

2 , Si2 = n. ∑ n.∑ (fxi

2) – (∑fxi)2 S1

1 n (n -1) Untuk menguji homogenitas data Pretest menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Hipotesis

Ho = Data yang memiliki varians homogen Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen

2. Kriteria pengujian a. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians

homogen b. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians

tidak homogen 3. Menentukan Fhitung

Diketahui varians semua skor Pretest kelas eksperimen I = 96,41 dan varians semua skor Pretest kelas eksperimen II = 111,22, maka varians terbesar (Si2) = 111,22 dan varians terkecil (Si2) = 96,41 dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh : Fhitung = 1,153

4. Menentukan derajat kebebasan : db = n-1 db1 = 27-1 = 26 db2 = 27-1 = 26

5. Menentukan Ftabel (lihat tabel) Ftabel = Ftabel = F(∑)(db1/db2) = F(0,05)(26/26) = 1.929

6. Kesimpulan

Karena Fhitung < Ftabel (1,153 < 1,929), berarti Ho diteriama, maka memiliki varians yang homogen.

165

Lampiran 20

Uji Homogenitas Data Posttest

Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok

Perhitungan uji homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher, dengan rumus : F = S1

2 , Si2 = n. ∑ n.∑ (fxi

2) – (∑fxi)2 S1

1 n (n -1) Untuk menguji homogenitas data Posttest menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 7. Hipotesis

Ho = Data yang memiliki varians homogen Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen

8. Kriteria pengujian c. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians

homogen d. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians

tidak homogen 9. Menentukan Fhitung

Diketahui varians semua skor Posttest kelas eksperimen I = 38,19 dan varians semua skor Posttest kelas eksperimen II = 43,39, maka varians terbesar (S1

2) = 43,39 dan varians terkecil (S22) = 38,19 dengan

menggunakan rumus di atas, diperoleh : Fhitung = 1,074

10. Menentukan derajat kebebasan : db = n-1 db1 = 27-1 = 26 db2 = 27-1 = 26

11. Menentukan Ftabel (lihat tabel) Ftabel = Ftabel = F(∑)(db1/db2) = F(0,05)(26/26) = 1.929213

12. Kesimpulan

Karena Fhitung < Ftabel (1,074 < 1,929), berarti Ho diteriama, maka memiliki varians yang homogen.

166

Lampiran 21

Perhitungan Uji Hipotesis

Penghitungan uji hipotesis berdasarkan data Post Test dengan menggunakan Uji-t. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis Ho : rata-rata data kelompok kontrol Ha : rata-rata data kelompok eksperiemen

2. Menentukan α Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Menetukan Kriteria penerimaan hipotesis Berdasarkan uji kesamaan varians, ditunjukan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang homogen, maka untuk pengujian hipotesis ini digunakan rumus :

Thitung =

21

21

n1

n1

dsg

X-X

+, dengan dsg =

2-nn1)V-(n1)V-n(

21

2211

++

Kriterianya : Ho diterima, jika Fhitung< ttabel dan Ha diterima, jika thitung>

ttabel

4. Menghitung t

- Mencari Sg

2-)n(n1)S-(n1)S-n(

21

222

211

++

=

Sg =

Sg =

Sg = = 6,46

167

- Menghitung nilai thitung

thitung =

21

21

n1

n1

dsg

X-X

+

thitung =

thitung =

thitung =

thitung =

thitung = 2,80

5. Taraf signifikansi Menentukan taraf signifikan derajat keyakinan 95 % dan α 5 % Rumusan t = α (dk = n-2) Maka t = α (dk =54-2) t = (0,05 ; 52) ttabel = 2,

Ttabel = 2,00 Thitung = 2,80

6. Karena thitung > ttabel (2,80 > 2,00), berarti Ha diterima, maka rata-rata data kelompok kontrol tidak sama dengan rata-rata data kelompok eksperimen, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata skor Post Test terhadap kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.

168

Lampiran 22

Skor N-gain Kelas Kelompok Konvensional

Mean

0,591325 Sedang Max

0,842105 Tinggi

Min

0,416667 Sedang

Pretest Posttest N Gain Kriteria 48 76 0,538 Sedang 48 72 0,462 Sedang 52 76 0,500 Sedang 44 80 0,643 Sedang 40 68 0,467 Sedang 52 68 0,333 Sedang 32 76 0,647 Sedang 44 72 0,500 Sedang 24 88 0,842 Tinggi 20 72 0,650 Sedang 32 80 0,706 Tinggi 40 68 0,467 Sedang 52 80 0,583 Sedang 44 88 0,786 Tinggi 36 72 0,563 Sedang 44 72 0,500 Sedang 40 80 0,667 Sedang 20 68 0,600 Sedang 52 80 0,583 Sedang 40 76 0,600 Sedang 52 80 0,583 Sedang 52 76 0,500 Sedang 52 76 0,500 Sedang 52 72 0,417 Sedang 44 84 0,714 Tinggi 36 88 0,813 Tinggi 36 84 0,750 Tinggi

169

Lampiran 23

Skor N-gain Kelas Jigsaw

Mean

0,686334 Sedang Max

0,833333 Tinggi

Min

0,416667 Sedang

Pretest Posttest N Gain Kriteria 28 72 0,611 Sedang 52 84 0,667 Sedang 56 92 0,818 Tinggi 28 76 0,667 Sedang 36 72 0,563 Sedang 48 80 0,615 Sedang 56 92 0,818 Tinggi 40 84 0,733 Tinggi 32 76 0,647 Sedang 28 88 0,833 Tinggi 36 80 0,688 Sedang 28 76 0,667 Sedang 48 80 0,615 Sedang 56 84 0,636 Sedang 48 88 0,769 Tinggi 56 92 0,818 Tinggi 40 76 0,600 Sedang 56 92 0,818 Tinggi 32 72 0,588 Sedang 28 76 0,667 Sedang 36 80 0,688 Sedang 28 84 0,778 Tinggi 48 88 0,769 Tinggi 52 72 0,417 Sedang 48 80 0,615 Sedang 40 84 0,733 Tinggi 48 84 0,692 Sedang

170

Lampiran 24 Lembar Observasi

Kegiatan Guru Kelas Konvensional Pertemuan 1

Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur

No Akifitas Guru Keterlaksanaan

√ 50% √ 50%

I Kegiatan Awal Pembelajaran

Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik.

Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ✓

Menyampaikan tujuan pembelajaran. ✓

Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ✓

II Inti

Menampilkan gambar jamur. ✓

Memberikan penjelasan tentang jamur dan memberikan pertanyaan tetang jamur.

Membagikan lks serta membimbing jalannya diskusi.

Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.

Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ✓

Memberikan pertanyaan kepada setap kelompok. ✓

Memberikan poin kepada setiap kelompok yang bisa menjawab.

171

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik. ✓

Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.

Jakarta, 5 Desember 2016

Observer,

Nurmala

172

Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Konvensional

Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur

No Akifitas Guru Keterlaksanaan

√ 50% √ 50%

I Kegiatan Awal Pembelajaran

Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik.

Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ✓

Menyampaikan tujuan pembelajaran . ✓

Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ✓

II Inti

Menampilkan gambar jamur. ✓

Memberikan penjelasan tentang jamur dan memberikan pertanyaan tetang jamur.

Membagikan lks serta membimbing jalannya diskusi.

Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.

Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ✓

Memberikan pertanyaan kepada setap kelompok. ✓

Memberikan poin kepada setiap kelompok yang bisa menjawab.

173

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik. ✓

Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.

Jakarta, 7 Desember 2016

Observer,

Nurmala

174

Lampiran 25 Lembar Observasi

Kegiatan Guru Kelas Jigsaw Pertemuan 1

Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur

No Akifitas Guru Keterlaksanaan

√ 50% √ 50%

I Kegiatan Awal Pembelajaran

Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik.

Memberikan apersepsi kepada peserta didik ✓

Menyampaikan tujuan pembelajaran. ✓

Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ✓

II Inti

Menampilkan gambar jamur. ✓

Menjelaskan secara singkat mengenai jamur. ✓

Menstimulus peserta didik untuk bertanya. ✓

Membagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok.

Mendampingi siswa dengan menggunakan metode jigsaw.

Memimpin dan mendampingi peserta didik untuk berdiskusi.

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik ✓

175

Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan

Jakarta, 5 Desember 2016

Observer,

Nurmala

176

Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw

Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur

No Akifitas Guru Keterlaksanaan

√ 50% √ 50%

I Kegiatan Awal Pembelajaran

Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik

Memberikan apersepsi kepada peserta didik ✓

Menyampaikan tujuan pembelajaran ✓

Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok ✓

II Inti

Menampilkan gambar jamur ✓

Menjelaskan secara singkat mengenai jamur ✓

Menstimulus peserta didik untuk bertanya ✓

Membagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok

Mendampingi siswa dengan menggunakan metode jigsaw

Memimpin dan mendampingi peserta didik untuk berdiskusi

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik ✓

177

Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan

Jakarta, 7 Desember 2016

Observer,

Nurmala

Keterlaksanaan No Akifitas Guru

<50% 2: 50%

I Kegiatan A wal Pembelajaran

Memberikan salam, berdo'a dan mengabsen ,/

peserta didik.

Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ,/

Menyampaikan tujuan pembelajaran. ,/

Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ,/

II Inti

Menampilkan gambar jamur. ,/

Memberikan penjelasan tentangjamur dan ../ memberikan pertanyaan tetangjamur.

Membagikan lks serta membimbing jalannya ../ diskusi.

I Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi ../ yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.

Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ../

i Merr. berikan pertanyaan kepada setap kelompok. ../

Memberikan poin kepada setiap kelompok yang .r bisa menjawab.

Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas STAD

Pertemuan 1 Petunjuk : Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur

Lampiran 24

Nurmala

Observer,

Jakarta, 5 Desember 2016

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik. .j

Memberikan pcrtanyaan pertanyaan kepada .j peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.

Keterlaksanaan No Akifitas Guru

< 50% 2: 50%

I Kegiatan Awal Pernbelajaran

Mernberikan salam, berdo' a dan rnengabsen ,./

peserta didik.

Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ,./

Menyarnpaikan tujuan pembelajaran . I "

Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ,./

II Inti

Menampilkan gambar jamur. ,./

Memberikan penjelasan tentangjamur dan ,./

memberikan pertanyaan tetang jamur.

Membagikan lks serta membimbing jalannya ,./

diskusi.

Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi ,./

yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.

Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ,./

Memberikan pertanyaan kepada setap kelompok. ,./

Memberikan poin kepada setiap kelompok yang ,./ bisa menjawab.

Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas STAD

Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda (~) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jarnur

Nurmala

Observer,

M Jakarta, 7 Desember 2016

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik. .j

Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada .j

peserta _didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.

Keterlaksanaan No Akifitas Guru

<50% ~50%

I Kegiatan Awai Pernbelajaran

Mernberikan salam, berdo'a dan rnengabsen ../ peserta didik.

Mernberikan apersepsi kepada peserta didik ../

Menyarnpaikan tujuan pernbelajaran. ../

Mernbagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ../ . -

II Inti

Menampilkan gambar j amur. ../

Menjelaskan secara singkat rnengenai jamur. .r

Menstimulus peserta didik untuk bertanya. ../

Mernbagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan ../ memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok.

- Mendampingi siswa dengan menggunakan metode ../ Jigsaw.

Mernimpin dan mendampingi peserta didik untuk ../ berdiskusi.

; j

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik ../

Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw

Pertemuan 1 Petunjuk : Berikan tanda (--./) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur

Lampiran 25

Nurmala

Observer,

Jakarta, 5 Desember 2016

Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada .j peserta didik mengenai materi yang sudah

dijelaskan

I Keterlaksanaan No I Akifitas Guru

< 50% ~ 50%

I Kegiatan Awal Pembelajaran

Memberikan salam, berdo' a dan mengabsen .j

peserta didik

Memberikan apersepsi kepada peserta didik .j

Menyampaikan tujuan pembelajaran .j

Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok .j

II Inti

Menampilkan gambar jamur .j

Menjelaskan secara singkat mengenai jamur .j

Menstimulus peserta didik untuk bertanya -

.j

Membagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan .j

memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok

Mendampingi siswa dengan menggunakan metode .j

Jigsaw

Memimpin dan mendampingi peserta didik untuk .j berdiskusi

III Penutup

Mengulang kembali materi kepada peserta didik .j

Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw

Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda ("'1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : J amur

Nurmala

server,

Jakarta, 7 Desember 2016

Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada .j peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan

No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan <50% ~50%

I Kegiatan Awai Pembelajaran Menjawab salam dan berdo'a .j

Mendengarkan arahan dari guru .j

Menjawab pertanyaan guru .j

Mendengarkan arahan guru .j

Mendengarkan tujuan pembelajaran .r . Membuat kelompok sesuai instruksi dari guni J'

II Kegiatan inti Mengamati gambar jamur yang tampilkan guru .j

sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Membuat pertanyaan mengenai gambar yang .j

ditampilkan oleh guru Berkumpul dengan anggota elompok rnasing- ./ mas mg Mendiskusikan LKS yang sudah diberikan oleh .j

guru serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dari LKS Mengumpulkan literasi dari berbagai sumber .j

Membuat kesimpulan berdasarkan hasil tliskusi .j

Membuat laporan hasil diskusi kelompok .j

Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas .j

Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru .j

untuk mengumpulkan point

Petunjuk : Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai

Hari, Tanggal : 7 Desember 2016

Materi Pokok : Jamur

Lembar Observasi

Proses Belaj ar Peserta Didik Kelas ST AD

Pertemuan 1

Lampiran 26

Nurmala

Jakarta, 5 Desember 2016

III Penutup Mendengarkan guru yang mereview pelajaran .j hari itu Mengerjakan soal evaluasi .j

No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan

< 50% 2: 50% -

I Kegiatan Awal Pembelajaran

Menjawab salam dan berdo' a ,/

Mendengarkan arahan dari guru ,/

Menjawab pertanyaan guru ,/

Mendengarkan arahan guru ,/

Mendengarkan tujuan pembelajaran ,/

Membuat kelompok sesuai instruksi dari guru ,/

II -··- - Kegiatan inti

Mengamati gambar jamur yang tampilkan guru ,/ sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Membuat pertanyaan mengenai gambar yang ,/

ditampilkan oleh guru

Berkumpul dengan anggota elompok masing- ,/

masmg

Mendiskusikan LKS yang sudah diberikan oleh ,/

guru serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dari LKS

Mengumpulkan literasi dari berbagai sumber ,/

Membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi ,/

Membuat laporan hasil diskusi kelompok ,/

Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ,/

Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru ,/

untuk mengumpulkan point

III Penutup

Mendengarkan guru yang mereview pelajaran ,/ hari itu

Petunjuk : Berikan tanda (,/) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai

Hari, Tanggal : 14 Desember 2016

Materi Pokok : Jamur

Proses Belajar Peserta Didik Kelas STAD

Pertemuan 2

Lembar Observasi

Nunnala

Jakarta, 7 Desember 2016

I Mengerjakan soal evaluasi

No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan <50% 2: 50%

I Kegiatan Awal Pembelajaran Menj awab salam dan berdo' a ,I

Mendengarkan arahan dari guru ,I

Menjawab pertanyaan guru ,I

Mendengarkan arahan guru ,I

Mendengarkan tujuan pembelajaran ,I

Membuat kelompok sesuai instruksi dari-guru ,I

II Kegiatan inti Mengamati gambar j amur yang tampilkan guru ,I sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Membuat pertanyaan mengenai gambar yang ,I ditampilkan oleh guru Berkumpul dengan anggota kelompok masing- ,I masing Mediskusikan LKS yang diberikan oleh guru ,I dengan setiap kelompok memiliki sub bab yang berbeda-beda Setiap kelompok memiliki perwakilan sebagai ,I tim ahli untuk menjelaskan kepada tim asal (kelompok lain) Melakukan pembelajam dengan cara setiap ,I kelompok membagi ternan-temannya untuk pergi ke kelompok lain untuk mencari informasi mengenai subbab yang mereka bahas Menengarkan presentasi dari masing-masing ,I

Petunjuk : Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai

Hari, Tanggal : 7 Desember 2016

Materi Pokok : Jamur

Proses Belajar Peserta Didik Kelas Jigsaw

Pertemuan 1

Lembar Observasi

Lampiran 27

Nurmala

Jakarta, 5 Desember 2016

kelompok yang mereka temui

Kembali ke kelompok masing-masing untuk ,/

bertukar materi yang mereka terima dari kelompok yang mereka temui

Mempresentasikan materi yang sudah mereka ,/ pelajari

III Penutup

Mendengarkan guru yang mereview pelajaran ,/ hari itu

Mengerjakan soal evaluasi ,/

No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan < 50% ~50%

I Kegiatan Awal Pembelajaran Menjawab salam dan berdo'a ./ Mendengarkan arahan dari guru ./ Menjawab pertanyaan guru ./ Mendengarkan arahan guru ./ Mendengarkan tujuan pembelajaran ./ Membuat kelompok sesuai instruksi dari guru ./

- II Kegiatan inti

Mengamati gambar jamur yang tampilkan guru ./ sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Membuat pertanyaan mengenai gambar yang ./ ditampilkan oleh guru Berkumpul dengan anggota kelompok masing- ./ mas mg Mediskusikan LKS yang diberikan oleh guru ./ dengan setiap kelompok rnerniliki sub bab yang berbeda-beda Setiap kelompok rnemiliki perwakilan sebagai ./ tim ahli untuk rnenjelaskan kepada tirn asal (kelompok lain) Melakukan pernbelajam dengan cara setiap ./ kelompok mernbagi teman-temannya untuk pergi ke kelompok lain untuk mencari infonnasi mengenai subbab yang rnereka bahas Menengarkan presentasi dari masing-masing ./ kelompok yang mereka temui Kembali ke kelompok masing-masing untuk ./

Hari, Tanggal : 14 Desember 2016

Materi Pokok : Jamur

: Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Petunjuk

Proses Belajar Peserta Didik Kelas Jigsaw

Pertemuan 2

Lembar Observasi

Nurmala

Observer,

M Jakarta, 7 Desember 2016

bertukar materi yang mereka terima dari

kelompok yang mereka temui

Mempresentasikan materi yang sudah mereka J pelajari

III Penutup Mendengarkan guru yang mereview pelajaran J hari itu Mengerjakan soal evaluasi J

• Afifatu Rohrnawati, "Efektivitas Pembelajaran", Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, No. 1, April 2015, h. 17,

l diakses dari: http://pps.unj.ac.id/joumal/jpud/article/view/90, pada 11 Januari 2017.

BABII

Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014), Cet. 5, h. 201. 4

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2013), Cet.5, h.5. 3

2

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), Cet. 5, h. 4.

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dari http:/ /kelembagaan.ristekdikti. go. id/wp-

1 content!uploads/2016/08/UU no ?O th 2003 .pelf. Diakses: 2 Januari 2016.

BABI

I II

Pembimbing Referensi No

Dos en

Judul Skripsi

: Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi

: Efektivitas Model Pembelajaran .ST AD dan' Jigsaw

Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada · Kelas X

Konsep _J amur

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd

. 2. Eny S. Rosyidatun, M.A

Jurusan/Prodi

NIM

: Anisa Nur Kusuma W ardani

: 1112016100079

Nama

LEMBAR UJI REFERENSI

12 lbid,.h. 56.

Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran 11 Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 55.

Zaheer Ahmad, Nasir Mahmood, "Effects of Cooperative Leaming vs. Traditional Instruction on Prospective Teachers' Leaming Experience and Achievement",

10 Journal of Faculty of Educational Sciences, Vol. -\.3, No. 1, Tahun 2010, diakses dari: http://www.acarindex.com/dosyalar/makale,acarindex- 1423869905.pdt~ pada 15 Desember 2016.

Ibid.,h.203. 9

Rusman, op. cit., h. 202. 8

Van Dat Tran, "The Effectts of Cooperative Learning on the Academic Achievement and Knowledge Retention", International Journal of Higher Education, Vol. 3, No. 2, Tahun 2014, h. 131, diakses dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1067568.pdf, pada: 12 Desember 2016.

7

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), Cet. 9, h.190-192. 6

Lukmanul Hakiim; Perencanaan Pembelajaran, (Bandung; CV Wacana Prima, 2009), h. 54. 5

Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.29-30. 4

Nyayu Khodijah, Psikolcgi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 2, h.179-180. 3

2

Sutiman, Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo, "Efektivitas pembelajaran Kooperatif dalam Mengingkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Filsafat Ilmu", .Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. 2; No. 1, diakses dari: https://j ournal. uny. ac.id/index.php/jpms/ article/view /3 892/ 3364, pada 15 Januari 2017.

Barbara Jarvis Tewksbury, "Specific Strategies for Using the "Jigsaw" Technique for Working in Groups in Non­ Lecture-Based Courses", Journal of Geological

24 Education, Vol. 43, Tahun 1995, p. 322, diakses dari: http:!/nagt-ige.org/doi/pdf/l 0. 5408i0022- l 368-43 .4.322_, pada 5 Januari 2017.

Rusman, op. cit., h. 213-214. 23

Rusman. op. cit., h.213. 22

21 lsjoni, op.cip., h. 70.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif­ Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada

20 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), Cet. 6, h.69-70.

19 Zulfiani, dkk. op. cit., 139

Sunoko Setyawan, Wiwiek Eko Bindarti, Sudarsono, "The Effect of Using Student Teams-Achievement Divisions. (STAD) Technique on the Eleventh Grade Students Structure Achievement at MAN 1 Jember", Jurnal

18 · Pancaran Pendidikan FKIP Universitas Jember, Vol. 2, No. 3, Tahun 2013, diakscs dari: http:/ ijurnal. unej .ac.id/index.php/pancaran/article/view /7 l ~pada 7 Desember 2016.

Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, ( Jakarta: 17 Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009}, h. 138-139.

16 Wina Sanjaya, Op. cit. ,h. 249-250.

Miftahul Ruda, Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet. XI, h. 46.

15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi

14 Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. S, h.241.

l3 Ibid., h.56-57.

36 Iskandar, Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Referensi, 2012), h. 102.

Agus Suprijono, op .. cit, h.2-3. 35

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Be/ajar dan Pembelajaran 34 (Jakarta: Erlangga, 2015), h.2.

Slameto, Be/ajar dan Faktor-faktor yang 33 Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet.

10, h.2.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan

32 Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 17 h. 90.

W. S. Winkle S.J., Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: 31 Media Abadi, 2009), Cet. 10, h 59.

30 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Be/ajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.3.

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Be/ajar Edisi IL

29 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h.12.

Robert E. Slavin, Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari Cooperative Learning: theory, research

28 and practice oleh Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2015), Cet. 15, h. 14.

Paul Eggen, . Don Kauchak, Strategi dan Model I Pembelajaran : Mengajarkan Konten dan Keterampilan

Berpikir Edisi Keenam, Terj. dari Strategie and Models 27 for Teacher: Teaching Content and Thingking Skills, Sixth

Edition Oleh Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 137.

Elliot Aronson, "Jigsaw Strategy", diakses dari:

26 https://www.schreverinstitute.psu.edu/pd£'alex/jigsaw.pdt~ pada 15 Januari 2017.

Agus Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan

25 Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet. XV, h.108.

\ Gulsen Cagatay, Gokhan Demircioglu, "The Effect of Jigsaw-I Cooperative Leaming Technique On Students' Understanding About Basic Organic Chemistry

48 Concepts", The International Journal of Educational Researchers, Vol. 4, No. 2, Tahun 2013, diakses dari: hUg_:i/www.eab.onr.tr.pada 10 Februari 2016.

Pratiwi, D.A, dkk, Biologi untuk Slv[A Kelas X, (Jakarta: A.P- Erlangga, 2018), Cet. 9, h. 103-111 . c!Z--

1

47

Neil A. Campbell, et.al., Biologi edisi kedelapan jilid II,

46 Terj. dari Biology 81" Edition oleh Damaring Tyas Wulandari, (Jakarta: Erlangga, 2012), Cet. 14, h. 205.

· Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Be/ajar Mengajar, 45 (Bandung: RemajaRosdakarya, 2009), Cet.14, h. 22.

Arif Sadiman, dkk, Media Pendidikan : Pengertian,

44 Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 11-12.

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisliompetensi , (Jakarta: Lemlit UIN- Jakarta Press, 2006), h.15

43

42 Ibid, h 7-10.

Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, 41 (Bandung: Citapustaka Media, 2015), Cet. 2, h.3.

Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, 40 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.36.

39 Ibid., h. 43.

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dari

38 A Taxonomy for Learning, Teaching.' and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged Edition oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 94.

Oemar Hamalik, Proses Be/ajar Mengajar, (Jakarta: Bumi 37 Aksara, 2014), Cet. 16, h.30.

4 Sugiyono, op. cit., h.173.

Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian : . Kuantitatif, Kualitaif, dan Tindakan, (Bandung: PT. Refi;ka Aditama, 2014), Cet. 2, h. 118. 3

Sugiyono, op. cit., h. 124.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 117.

1

BAB III

Cicilia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung, "Perbandingan Penggunaan Model ST AD dan Jigsaw Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi",

52 Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No, 1, Tahun 2014, diakses dari: jumal.fkip.unila.ac.id/index.php/ JBT I article/view /2 79 5, pada 3 Februari 2017.

Daniel Ngaru Muraya dan Githui Kimamo, "Effect of Cooperative Leaming Approach on Biology Mean Achievement Scores of Secondary School Students' in Machakos District, Kenya", Educational Research and Reviews, Vol. 6, No. 12, p. 726-745, Tahun 2011, diakses dari http://www.academicjoumals.org/ERR, pada 12 Februari 2016.

51

Miftahul Sani, Nurul Afifah, Enny Afniyanti, "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Padk Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas · X SMA Negeri 1 Rambah Hilir Tahun

50 Pembclajaran 2014/2015", Jurnal Mahasiswa FKJP Universitas Pasir Pengairan, Vol 1. No 1, Tahun 2015, diakses dari: e­ journal. upp.ac.id/index.php/fkipbiologi/ article/view/346, pada 12 Februari 2016 ..

Ahib Mawahibus, "Efektivitas Metode STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa

49 Kelas X", Skripsi Program Studi Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, 2012, diakses· dari: repository.syekhnurjati.ac.id, pada 9 Februari 2016.

J6--17, h. 156-157.

1 Laiipfran 14-15, h. 154-155.

2. i'.J,~pir~21-22, h. 162-163.

BAB IV .. ·' :·.,::~ ;· .. ·, :: .

.. ·: : · ,•

.:_'· \ ( i~ ~~~,;; ~ ~ { tfi ;~\J:,}.:.":-: ·.

David E. Meltzer, "The Relationship Between Ma,t]t~matics Preparation -and Conceptual · Leaming Gains

. irr Pijy,sf9.s: A Possible "Hidden Variable" in Diagnostic

17 .· Pre(¢~($'q ores1', Journal American Association of Physics Te'q¢h¢.·fs, Vol.70, No. 12, Tahun 2012, h. 1260, dari

''.t Y,c/,, h sics h sics.iastate.edu/ pada tanggal 30 /{!f :'..1017:

16 rbiif;h.124-125.

15 Ibid., h. 134.

Husaini Usman, R. Pumomo Saetiady Akbar, Pengantar

14 Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 133.

Darwyan Syah, dkk, Pengantar Statistik Pendidikan, 13 (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 67-68.

12 Lampiran 9, h.144.

11

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 5, h. 218.

10 Ahmad Sofyan, op. cit., h. 104

Lampiran 10, h.146. 9

Ahmad Sofyan, op. cit., h.103 8

Lampiran 8, h.138. 7

Nana Sudjana, op. cit., h.16 6

5 Lampiran 11, h. 148.

6

Lampiran 20, h. 160-161.

Cicilia Rina Fitriani, Tri J almo, Rini Rita, T. Marpaung, 0 . cit., h.37.

5