pengaruh model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of pengaruh model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap ...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA
PADA KELAS X KONSEP JAMUR
(Penelitian Quasi Eksperimen di MA Jam’iyyah Islamiyyah)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
Anisa Nur Kusuma Wardani
NIM: 1112016100079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK
Anisa Nur Kusuma Wardani NIM 1112016100079. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Konsep Jamur. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran tiper Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah tahun ajaran 2016/2017. Sample penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 berjumlah 27 orang sebagai kelas kontrol dengan menggunkan model pembelajaran kelompok konvensional dan siswa kelas MIA 2 berjumlah 27 orang sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar antar kedua kelas tersebut. Perolehan nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 76,74 dan kelas eksperimen sebesar 81,62. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai posttest. Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 2,80 dan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,00. Dengan demikian, diperoleh thitung> ttabel, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran kelompok konvensional.
Kata kunci: Efektivitas, Model Pembelajaran, Jigsaw, Hasil Belajar, Konsep Jamur.
iv
ABSTRACT
Anisa Nur Kusuma Wardani (111201600079) “Impacts Jigsaw Model Learning towards Students’ Cognitive Achievement on the concept of Fungi. The thesis of Biology Program, The Departement of Science Education at Faculty of Tarbiya and Teacher Training of Syarif Hidayatullah Jakarta University, 2018.
The objective of this research was to find impacts of Jigsaw model learning apllication to students’ achievement. This research was performed in MA Jam’iyyah Islamiyyah in academic year 2016/2017. The sample of this research is the class of X MIA 1 contains 27 students as STAD classand class of X MIA 2 contains 27 students Jigsaw class. This research used a quasi-experimental method and purposive sampling as the technique of taking the sample. The instruments used weremultiple choice and observation sheet. The result of the research shows that there are differences between students’ achievement of both classes. The class that applied cooperative model learning STAD had 76,74 posttest mean score and the posttest mean score of Jigsaw was 81,62. This conclusion of the research is based on hypothesis test with applying t-test towards the posttest score. The t-test results showed there’s 5% significance difference, where the t-count is 2,80 and t-table is 2,00. It thus concludes that t-count> t-table, it caused Hypothesis (H0) rejected. The result also shows that Jigsaw cooperative learning model was more effective than the conventional type of learning model.
Key words: Effectiveness, Model Learning, Jigsaw, Concept of Fungi.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat
dan para pengikutnya sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyusun
skripsi ini sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh penulis.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Sarjana Program S-1 pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakutas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah
memberikan waktu, bimbingan dan arahan, semangat dan motivasi penulis
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Eny S. Rosyidatun, S.Si, M.A., sebagai dosen pembimbing II yang
penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis selama penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA khususnya untuk program Studi
Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta membimbing kepada penulis selama
vi
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan Ibu berikan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Kepala MA Jam’iyyah Islamiyyah yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian. Seluruh dewan guru MA
Jam’iyyah Islamiyyah, khususnya Ibu Sumi, S.Pd., selaku guru mata
pelajaran. Dan seluruh siswa-siswi kelas X MA Jam’iyyah Islamiyyah.
8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Ibu Darni dan Bapak Tri Punta,
S.Pd., dan kedua adikku tercinta Dinda Nur Aini Zanah dan Handamari
Nur Satun Zahra yang tak henti-hentinya mendo’akan, mencurahkan kasih
sayang, dan memberikan dukungan moril dan material sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Keluarga besar Trah Karijo Wiyono beserta Dendi Satrio Wibowo, S.Kom
dan sahabat-sahabat penulis tercinta Rosma Aliah, S.Kom., Nurul Indah
Wulandari, Ni’matul Laily, Priska Amaliani, S.Pd. yang selalu membantu
dan memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan Biologi 2012 yang tidak dapat disebutkan
persatu. Terima kasih atas kebersamaannya semoga tali silaturahmi ini
tetap terjalin dengan baik.
11. Teman-teman beserta Direktur Operasional PANDI yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis.
Akhir kata teriring do’a semoga Allah SWT dapat membalas
kebaikan semua pihak dengan balasan berlipat ganda. Dan semoga skripsi
ini dapat berguna sebagai sumbang pikir dan menambah wawasan bagi
para pembaca.
Jakarta, April 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN MUNAQOSAH ...................................................... ii
SURAT PERNYATAAN SENDIRI ................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis ............................................................................................ 10
1. Efetivitas Model Pembelajaran ........................................................... 10
2. Pembelajaran Kelompok ...................................................................... 11
3. Definisi Belajar Kooperatif .................................................................. 13
4. Model Pembelajaran............................................................................. 19
viii
5. Diskripsi, Dimensi Proses Kognitif, Prinsip, dan Hasil Belajar .......... 27
6. Konsep Jamur ....................................................................................... 34
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 44
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 46
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 48
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 48
C. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 48
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 49
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 50
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 50
1. Tes ........................................................................................................ 50
2. Non Tes ................................................................................................ 50
G. Kalibrasi Instrumen ................................................................................... 51
1. Uji Validitas ......................................................................................... 51
2. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 52
3. Tingkat Kesukaran ............................................................................... 52
4. Daya Beda ............................................................................................ 53
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 55
1. Uji Normalitas ...................................................................................... 55
2. Uji Homogenitas .................................................................................. 56
3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 57
4. Uji N-Gain ............................................................................................ 58
5. Hipotesis Statistik ................................................................................ 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 59
ix
1. Data Hasil Belajar ................................................................................ 59
2. Data Hasil Lembar Kerja Siswa ........................................................... 60
3. Data Uji N-Gain ................................................................................... 61
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................................................. 62
1. Uji Normalitas ...................................................................................... 62
2. Uji Homogenitas .................................................................................. 63
C. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 64
D. Pembahasan ............................................................................................... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
B. Saran ........................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 75
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Ulangan Harian Biologi Kelas X MA
Jam’iyyah Islamiyyah tahun 2014-2016.................................................. 3
Tabel 3.1 Desain Penelitian.................................................................................... 49
Tabel 3.2 Instrumen Uji Validitas .......................................................................... 51
Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Uji Reliabilitas .................................................. 52
Tabel 3.4 Hasil Analisis Tigkat Kesukaran Butir soal ........................................... 53
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda .......................................................................... 54
Tabel 3.6 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ....................................................... 54
Tabel 3.7 Kriteria N-Gain ..................................................................................... 58
Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest ...................................................................... 59
Tabel 4.2 Data Hasil Lembar Kerja Siswa ............................................................. 60
Tabel 4.3 Hasil Uji N-Gain .................................................................................... 61
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Eksperimen .................................................................................... 62
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest .......................................... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ................................................ 64
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Tahap-tahap Jigsaw ............................................................................ 26
Gambar 2.2 Tahapan Kelompok Jigsaw ................................................................ 26
Gambar 2.3 Struktur Tubuh Rhizopus stolonifer ................................................... 35
Gambar 2.4 Siklus Hidup Zygomycota ................................................................. 36
Gambar 2.5 Mucor mucedo .................................................................................... 37
Gambar 2.6 Aspergillus flavus ............................................................................... 40
Gambar 2.7 Siklus Hidup Basidiomycota .............................................................. 42
Gambar 2.8 Volvariella volvaciae.......................................................................... 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ................. 75
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Jigsaw ............................ 92
Lampiran 3 LKS Konvensionl dan Jigsaw Pertemuan 1 ..................................... 111
Lampiran 4 LKS Konvensional dan Jigsaw Pertemuan 2 .................................... 114
Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen .......................................................................... 118
Lampiran 6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 137
Lampiran 7 Skor Data Dibobot ............................................................................ 142
Lampiran 8 Reliabilitas Tes ................................................................................. 143
Lampiran 9 Daya Pembeda .................................................................................. 149
Lampiran 10 Tingkat Kesukaran ......................................................................... 151
Lampiran 11 Korelasi Skor Butir dengan Skor Total dan Validitas .................... 153
Lampiran 12 Kualitas Pengecoh .......................................................................... 155
Lampiran 13 Rekap Analisis Butir ....................................................................... 157
Lampiran 14 Hasil Pretest dan Posttest kelas kelompok Konvensional .............. 159
Lampiran 15 Hasil Pretest dan Posttest kelas Jigsaw .......................................... 160
Lampiran 16 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa ..................................................... 161
Lampiran 17 Uji Normalitas kelas Kelompok Konvensional ............................. 162
Lampiran 18 Uji Normalitas kelas Jigsaw ........................................................... 163
Lampiran 19 Uji Homogenitas data pretest ......................................................... 164
Lampiran 20 Uji Homogenitas data posttest ........................................................ 165
xiii
Lampiran 21 Perhitungan Uji Hipotesis ............................................................... 166
Lampiran 22 Skor N-Gain kelas Kelompok Konvensional ................................. 168
Lampiran 23 Skor N-Gain kelas Jigsaw .............................................................. 169
Lampiran 24 Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Konvensional ................. 170
Lampiran 25 Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw ............................ 174
Lampiran 26 Lembar Observasi Proses Belajar Peserta Didik Kelas Kelompok
Konvensional .................................................................................. 178
Lampiran 27 Lembar Observasi Proses Belajar Peserta Didik Kelas Jigsaw ...... 182
Lampiran 28 Dokumentasi ................................................................................... 186
Lampiran 29 Lembar Uji Referensi ..................................................................... 188
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui pendidikanlah suatu
bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3 disebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya
membangun. Untuk keperluan pembangunan ini, diperlukan sumber daya manusia
yang berkualitas. Upaya yang dapat dilakukan untuk membangun sumber daya
manusia yang bagus adalah melalui pendidikan. Diharapkan melalui pendidikan
ini dapat tercapai individu-individu yang mampu mengikuti perkembangan
IPTEK yang bisa mendukung kebutuhan pembangunan. Sumber daya manusia
dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yang mampu bekerja sama dengan
orang lain, berpikir kritis, terampil, kreatif, memahami berbagai budaya, memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan komputer, dan mampu belajar
mandiri.
Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan
dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik
pribadinya ke arah yang positif, baik dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan
bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan
keterampilan. Dalam interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi
atau dilatih, mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan
melatih dirinya sendiri. Kemampuan setiap peserta didik tidak sama, sehingga ada
1UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dari http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf. Diakses : 2 Januari 2016.
1
2
yang betul-betul dapat dilepaskan untuk mencari, menemukan dan
mengembangkan sendiri, tetapi ada ada juga yang membutuhkan banyak bantuan
dan bimbingan dari orang lain terutama pendidik.2
Guru pada dasarnya merupakan salah satu komponen dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan
sebagai komponen di bidang kependidikan, seorang guru harus berperan serta
secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai
dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi maka tugas utama guru dalam
mengajar bukanlah hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi
merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku siswa sesuai tujuan yang
diinginkan. Dalam proses pendidikan, KBM atau kegiatan belajar mengajar adalah
suatu proses pokok yang harus dilalui oleh seorang guru. Begitu pula keberhasilan
suatu tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang
dirancang dan disajikan. Paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah guru
memberi pengetahuan pada siswa secara pasif. Banyak guru yang menganggap
paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif yang menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kebanyakan guru masih menggunakan
metode ceramah dan mengharapkan siswa untuk duduk, diam, mendengarkan,
mencatat, dan menghafal.
Kadang dalam proses belajar mengajar antara guru dan murid tidak
berhubungan. Guru yang sedang fokus menjelaskan materi pelajaran di depan
kelas, sementara di bangku siswa, siswa juga asyik bermain, mengobrol dan atau
bahkan ada juga yang mengantuk. Hal ini dikarenakan siswa kurang peduli
dengan apa yang disampaikan oleh guru mereka. Disini juga terkadang guru
kurang memperhatikan karena menurut mereka yang penting adalah materi
pelajaran sudah tersampaikan. Kurang peduli apakah materinya sudah dipahami
atau belum. Faktor ini disebabkan karena siswa kurang tertarik dengan metode
yang dipakai oleh guru.
2Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), Cet. 5, h. 4.
3
Berdasarkan wawancara dengan guru biologi di MA Jam’iyyah Islamiyyah,
proses pembelajaran biologi yang berlangsung di sekolah saat ini masih
didominasi oleh guru, dimana guru sebagai sumber utama pengetahuan. Dalam
proses pembelajaran ini, metode ceramah menjadi pilihan utama strategi
pembelajaran. Pola pembelajaran yang dilakukan diawali penjelasan singkat
materi oleh guru dilanjutkan dengan pemberian contoh soal, dan kemudian
diakhiri dengan latihan soal. Pola ini dilakuakan secara monoton dari waktu ke
waktu. Dalam pembelajaran ini, konsep yang diterima oleh siswa hampir
semuanya berasal dari guru.
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Ulangan Harian Biologi kelas X MA
Jam’iyyah Islamiyyah Tahun 2014-2016
No Kelas Nilai Rata-Rata
2014/2015 2015/2016
1 X1 6,75 7,00
2 X2 7,00 7,00
(Sumber: Guru Biologi MA Jam’iyyah Islamiyah)
Selain itu, dapat dilihat dari data hasil belajara siswa MA Jam’iyyah
Islamiyyah didapatkan nilai rata-rata pada mata pelajaran biologi kelas X materi
Jamur pada tahun ajaran 3014/2015 dan 2015/2016. Pada tahun ajaran 2014/2015
kelas X1 didapatkan nilai rata-rata 6,75 dan kelas X2 dengan nilai 7,0. Sedangkan
pada tahun ajaran 2015/2016 didapatkan nilai pada kelas X1 sebesar 7,00 dan
pada kelas X2 sebesar 7,00.
Hasil belajar yang rendah ini diketahui bahwa guru dalam pembelajaran
Biologi masih bersifat teacher center dengan menggunakan metode ceramah dan
pemberian tugas saja. Hal ini sangat berdampak terhadap aktivitas dan penguasaan
materi oleh siswa. Penguasaan materi oleh siswa menjadi tidak optimal sehingga
secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.
Metode ceramah cenderung membuat siswa lebih cepat bosan dan sikap
yang ditunjukkan siswa yaitu kurang antusias ketika pelajaran berlangsung,
rendahnya respon umpan balik siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru
4
serta pemusatan perhatian yang kurang karena siswa hanya dibiarkan duduk,
mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif.
Seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-
mengajar secara efektif. Untuk itulah harus memiliki pengetahuan yang cukup
tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar-
mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode,
menetapkan evaluasi dan sebagainya. Selain secara efektif, diharapkan guru juga
mampu menggunakan strategi yang tepat pada saat kegiatan belajar mengajar.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertidak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan.3
Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang memicu para siswa untuk
lebih banyak melakukan aktivitas belajar, berupa hubungan interaktif dengan
materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada
hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan guna meningkatkan keikutsertaan siswa secara aktif dalam
pembelajaran adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Teori yang
melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Menurut Soejadi
dalam Rusman pada dasarnya pendekatan teori konstrutivisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan di mana siswa secara individual menemukan dan
mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merivisinya bila perlu.4
Dari hasil wawancara dengan 6 orang peserta didik di MA Jam’iyyah
Islamiyyah yang diantaranya 2 siswa kelas X, 2 siswa kelas XI dan 2 siswa kelas
XII, menurut mereka, mereka masih mengalami kesulitan dalam memahami
materi pelajaran biologi. Menurut salah seorang siswa, pelajaran biologi
3Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2013), Cet.5, h.5.
4 Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014), Cet. 5, h. 201.
5
merupakan pelajaran yang sulit, dengan alasan pelajaran biologi kebanyakan
menghafal dan sulit untuk dipahami oleh mereka. Permasalahan yang sering
dijumpai peneliti di lapangan adalah rendahnya hasil belajar siswa dan
ketidakmampuan siswa untuk menerapkan perolehan hasil materi pelajaran yang
sudah dipelajari, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Hal ini
disebabkan karena metode yang dipilih guru kurang tepat, sebagian contoh
pembelajaran yang didominasi dengan metode ceramah yang berpusat pada guru,
khususnya untuk mengajarkan materi IPA Biologi.
Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih kreatif bagi
guru agar siswa dapat memahami konsep-konsep yang bersifat hafalan tersebut
secara baik. Jika metode yang digunakan oleh guru dalam materi tersebut
hanyalah ceramah saja akan membuat siswa jenuh dan materi tidak dapat
tersampaiakn dan diingat secara maksimal.
Model mengajar merupakan cara-cara mengajar yang digunkaan oleh guru
untuk menyampaikan materi dengan tujuan agar siswa dapat memahami materi
dengan baik. Pemilihan model yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran
dapat membantu siswa lebih mudah memahmi suatu konsep. Penentuan strategi,
model dan teknik pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan
karakteristik materi ajaran, karakteristik siswa, guru dan kondisi nyata sumber
daya yang tersedia di sekolah serta lingkungan sekitarnya.
Padahal banyak metode pembelajaran yang dapat diaplikasikan didalam
kelas. Salah satu metode yang efektif digunakan adalah metode kooperatif.
Menurut Johnson & Johnson, Johnson, Johnson & Smith, Slavin, dalam Isjoni,
pembelajaran kooperatif boleh didefinisiskan sebagai satu pendekatan dimana
murid bekerjasama di antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang kecil
untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang diberikan oleh
guru.5 Dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan aktivitas siswa bersam – sama secara berkelompok dan tidak
5Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.29-30.
6
individual. Dengan cara berkelompok akan memicu siswa untuk lebih aktif dalam
menuangkan pendapat dan gagasannya.
Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang
dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota
bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pada
model pembejaran jigsaw, siswa akan memili keaktifan yang merata. Karena,
dalam model pembelajaran ini, materi yang akan disampaikan dibagi menjadi
beberapa bagian dan masing-masing siswa diberi tanggung jawab untuk
mempelajari bagian bagian tersebut. Mereka bertanggung jawab untuk memahami
yang kemudian dijelaskan pada teman kelompoknya
Model pembelajaran Jigsaw ini memiliki unsur yang diterapkan dalam
proses pembelajarannya, diantaranya terjadinya saling ketergantungan positif,
dimana dalam unsur ini siswa diminta untuk memciptakaan kelompok kerja yan
efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa dengan saling
ketergantingan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. Selanjutnya tanggung jawab
perseorangan untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, selain itu dalam
pembelajaran model Jigsaw ini setiap kelompok diberikan kesempatan untuk
bertatap muka dan berdiskusi mengenai apa yang mereka telat pelajari sehingga
antar siswa satu dengan yang lain dapat saling menguntungkan dan menghargai
perbedaan. Adanya komunikasi antar anggota kelompok dengan cara saling
mendengarkam dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Terkahir adanya evaluasi pada setiap kelompok.
Guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan motivator yang membantu
pembelajaran itu berlangsung. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menitik
beratkan pada kelompok ahli dan kelompok asal. Dalam pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw ini terjadi interaksi dari guru-siswa, siswa-guru, serta siswa-siswa.
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah dapat melatih siswa
7
untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran, ide-ide, meningkatkan hasil belajar
Biologi, kemampuan memecahkan masalah, serta pemahaman konsep.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada
pembelajaran kooperatif model Jigsaw keterlibatan guru dalam proses belajar
mengajar semakin berkurang dalam arti guru tidak menjadi pusat kegiatan kelas.
Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk
belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa sehingga siswa
mampu aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara
kelompok.
Dalam penelitian ini, materi pokok yang dipilih adalah jamur. Materi ini
dipilih karena selama ini peserta didik kurang terdorong karena adanya banyak
nama ilmiah. Metode yang dipakai adalah model ceramah, sehingga pencapaian
tujuan pembelajaran tidak mendarat di kepala peserta didik. Selin itu peserta didik
hanya ditekankan pada penguasaan materi tanpa mengembangkan kemampuan
sosial dan hubungan interpersonal diantara peserta didik yang lain.
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
memberi kajian dan referensi model pembelajaran yang dapat membantu siswa
terlibat secara aktif dalam mengembangkan kemampuannya. Kemudian dalam
pelaksanaannya siswa dapat saling bertukar pikiran dengan suasana belajar yang
kondusif, sehingga materi yang dipelajari akan lebih bermakna dan dapat
dipengaruhi secara berkelanjutan. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif
Tipe Jigsaw merupakan model yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran
biologi khususnya pada materi jamur.
Model pengajaran, seperti yang telah diuraikan di atas merupakan faktor
eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Faktor keberhasilan
pembelajaran selain faktor eksternal, keberhasilan dari proses pembelajaran juga
banyak ditentukan oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri siswa itu
sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
8
“Pengaruh Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Kelas X Konsep Jamur”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah
yang terdapat pada pembelajaran biologi di sekolah khususnya di kelas X MA
Jam’iyyah Islamiyyah adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran.
2. Metode yang digunakan guru saat mengajar kurang bervariasi.
3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru
(teacher center).
4. Materi pada umumnya dianggap sebagai materi hafalan dan sulit untuk
dipahami.
5. Adanya ketergantungan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saat
melakukan diskusi kelompok
C. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan pada :
1. Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2. Hasil belajar yang dimaksud peneliti adalah dari aspek kognitif jenjang C1-
C4.
3. Penelitian ini dilakukan pada konsep jamur karena pada materi ini, peserta
didik merasa terlalu banyak nama ilmiah yang harus dihafalkan.
D. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah tersebut, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh efektivitas model
pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada kelas X konsep
jamur .
9
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas pada model
pembelajaran jigsaw dalam pembelajaran biologi konsep jamur terhadap hasil
belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X dengan penerapan
menggunakan beberapa model pembelajaran kooperatif diantaranya Jigsaw.
2. Bagi Guru
Khususnya guru biologi di MA Jam’iyyah Islamiyyah dapat menambah
ilmu pengetahuan dan sebagai alternatif untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang bersifat aktif dengan penerapan model pembelajaran kooperetif Jigsaw.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan strategi
pembelajaran yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
4. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan
mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Efektivitas Metode Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses
interaksi antar siswa maupun antar siswa dengan guru dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektifitas pembelajaran dapat dilihat dari
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap
pembelajaran dan penguasaan konsep siswa. Untuk mencapai suatu konsep
pembelajaran yang efektif dan efisien perlu adanya timbal balik antara siswa dan
guru untuk mencapai suatu tujuan secara bersama, selain itu juga harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana dan prasarana, serta media
pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu tercapainya seluruh aspek
perkembangan siswa.1
Aktivitas belajar berpusat pada mahasiswa dalam bentuk diskusi,
mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam
memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif mahasiswa lebih
termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi,
serta mampu membangun hubungan interpersonal. Metode pembelajaran
kooperatif memungkinkan semua mahasiswa dapat menguasai materi pada tingkat
penguasaan yang relatif sama atau sejajar.2
Pelajaran yang efektif ini dilakukan oleh guru yang professional yaitu guru
yang mampu menciptakan kondisi-kondisi intruksional tertentu secara kondusif
sedemikia rupa sehingga murid-muridnya merasa senang pada situasi yang
1Afifatu Rohmawati, “Efektivitas Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, No. 1, April 2015, diakses dari: http://pps.unj.ac.id/journal/jpud/article/view/90, pada 11 Januari 2017, h. 17.
2Sutiman, Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo, “Efektivitas pembelajaran Kooperatif dalam Mengingkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Filsafat Ilmu”, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. 2, No. 1, diakses dari: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpms/article/view/3892/3364, pada 15 Januari 2017.
10
11
kondusif ini senang belajar. Sehingga diketahui bahwa suatu kegiatan ini efektif
terjadi keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Kunci pembelajaran yang efektif terletak pada guru. Menurut Ernest Boyer
dalam Nyayu Khodijah menyatakan bahwa ciri guru yang efektif adalah: 1)
mampu menggunakan bahasa dengan cara yang tepat, baik dalam penggunaan
istilah maupun simbol. Selain itu bahasa tulisan dan ucapan guru dapat membantu
siswa belajar, serta memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif; 2)
memiliki pengetauan yang memadai; dan 3) mampu membuat hubungan yang
bermakna tentang apa yang diketahuinya.3
Efektivitas dapat dijadikan alat ukur untuk mengukur suatu keberhasilan.
Efektivitas dapat dikatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai
tujuannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat
penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang
dalam mencapai tujuannya.
Fakta dalam proses belajar di kelas guru masih menggunakan metode yang
lama, yaitu menggunakan metode ceramah (konvensional) dalam mengajar.
Padahal kemajuan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, maka guru harus
memanfaatkan metode ataupun strategi yang telah berkembang upaya untuk
meningkatkan cara mengajar yang efektif.
2. Pembelajaran Kelompok
Menurut Sagala dalam Masitoh dan Laksmi Dewi, metode kerja kelompok
adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa
kelompok, dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri
untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan
secara bersama-sama.4
Pembelajaran kelompok mengandung pengertian bahwa peserta didik dalam
satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi
3Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 2, h.179-180.
4 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Ditjen PENDIS DEPAG RI, 2009). Cet. 1, h.186.
12
atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).5 Mereka bekerja sama dalam
melaksanakan tugas tertentu yang diberikan guru, dan berusaha mencapai tujuan
pengajaran.
Pembelajaran kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial peserta didik. Hal ini
disadari bahwa peserta didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk
yang berkecenderungan untuk hidup bersama.6
Sedangkan menurut Ischak, kerja kelompok dapar diartikan sebagai suatu
kegiatan belajar mengajar yang membagi siswa dalam satu kelas menjadi
beberapa kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.7
Pembelajaran kelompok merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan dengan cara berkelompok. Tujuan
utama dalam model belajar kelompok adalah agar peserta didik dapat belajar
secara berkelompok bersama teman-temannya, belajar dengan cara saling
memberi, menghargai pendapat, dan memberi kesempatan kepada orang lain
untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
bersama-sama.8
Pada umumnya materi pembelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-
sama dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan oleh guru. Materi ini harus
cukup kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi-
bagi menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok pemecahnya.
Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan
belajar, perbedaan bakat, dan minat belajar, jenis kegiatan, materi pelajaran, dan
tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pembelajaran kelompok antara lain: 1) membiasakan anak bergaul
dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapat dan menerima
pendapat dari temannya yang lain; 2) untuk mengatasi kesulitan-kesulitan,
terutama dalam hal pelajaran, secara bersama-sama; 3) belajar hidup bersama agar
5 Mulyono, Strategi Pembelajaran, ( Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 106 6 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 52 7 Sardiyo dkk, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011) Cet. 9, h.69 8 Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 6
13
nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas; 4) memupuk rasa
gotong royong yang merupakan sifat dari bangsa Indonesia.9
3. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson, Johnson, Johnson & Smith, Slavin, dalam
Isjoni, pembelajaran kooperatif boleh didefinisiskan sebagai satu pendekatan
dimana murid bekerjasama di antara satu sama lain dalam kumpulan belajar yang
kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu atau kumpulan yang diberikan
oleh guru.10
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif yang menekankan
aktivitas siswa bersama-sama secara berkelompok dan tidak individual. Siswa
secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan
dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir logis, berkomunikasi
efektif, dan bekerja sama. Jangan biarkan siswa belajar sendiri yang
mendorongnya menjadi individualis dan jangan pula dihadapkan pada kondisi
kompetensi yang tidak sehat dengan sesama temannya. Namun ciptakan cara agar
siswa bisa bekerja sama.11
Menurut Nurhadi dan Senduk dan Lie dalam Made Wena ada berbagai
elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu
(a) saling ketergantungan positif (positive interdependence); (b) interaksi tatap
muka (face to face interaction); (c) akuntabilitas individual (individual
accountability); dan (d) keterampilan untuk menjalankan hubungan antar pribadi
atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of collarative/social
skill).12
Dalam unsur yang pertama ini, setiap siswa diharapkan mampu saling
bergantung satu sama lain untuk mencapi suatu tujuan yang sama. Setiap orang
harus ikut berpera serta untuk mencapai tujuan tersebut. Hubungan yang saling
9 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling, ( Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h.129 10Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), h.29-30. 11Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung; CV Wacana Prima, 2009),
h. 54. 12Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), Cet. 9, h.190-192.
14
membutuhkan antara satu siswa dengan siswa lain inilah yang disebut dengan
saling ketergantungan positif. Hal ini dapat diciptakan dengan cara saling
ketergantungan dalam pencapaian tujuan, saling ketergantungan dalam
menyelesaikan tugas, saling ketergantungan sumber belajar, saling ketergantungan
peran, dan saling ketergantungan dalam mendapatkan hadiah. Selanjutnya pada
unsur kedua, diharapkan para siswa dapat melakukan tatap muka secara langsung
sehingga mereka melakukan dialog dengan sesama teman yang lain, tidak hanya
dengan gurunya saja. Dalam hal ini peserta didik dapat melakukan dengan cara
bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, mendengarkan teman yang sedang
menjelaskan. Berkata sopan dengan teman yang lain, memberi bantuan, memberi
penjelasan apabila ada teman yang bertanya.
Dalam unsur yang ketiga, mengingat pembelajaran kooperatif ini
merupakan pembelajaran kelompok, maka dalam kelompok setiap anggota harus
belajar dan menyumbangkan pikiran untuk keberhasilan kelompok mereka. Setiap
ahli kelompok bertanggungjawab untuk belajar. Kelompok kooperatif tidak hanya
digunakan untuk mencapai tujuan kelompok saja, tetapi juga untuk belajar
membuat para peserta didik bertanggung jawab dengan pekerjaannya, sehingga
mereka akan berlatih untuk menjadi peserta didik yang mandiri. Dengan kondisi
belajar yang demikian dapat menumbuhkan tanggung jawab pada masing-masing
individu. Unsur yang terakhir yaitu keterampilan dalam menjalin hubungan
antarpribadi. Dalam unsur ini, guru dituntut untuk membimbing peserta didik agar
dapat berkolaborasi, bersosialisai, dan bekerja sama antar anggota kelompok.
Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif secara sengaja diajarkan oleh
guru tidak hanya diasumsikan saja. Misalnya, tenggang rasa, sikap saling
menghormati sesama teman, mandiri, mampu mengkritik suatu ide bukan
mengkritik teman, dan berani untuk mempertahankan pikiran.
Menurut Van Dat Tran dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif membuat nilai siswa tinggi secara signifikan pada
prestasi akademik dan daya ingat, dibandingkan dengan siswa yang
15
menggunakanlecture-based-teaching.13 Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.14
Menurut Nurulhayati dalam Rusman, pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok
kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa
belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki
dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu
sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah
kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.15
Menurut Zaheer Ahmad dan Nasir Mahmood dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan
tradisional. Pembelajaran kooperatif meningkatkan sudut pandang guru dalam
pencapaian akademik dibanding dengan instruksi tradisional, dan juga
meningkatkan kenyamanan dan interaksi dalam belajar.16
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu.
Saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-
masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang
diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat
duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan individual. Apabila
diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu
sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai
konsep-konsep yang dipikirkan.
13Van Dat Tran, “The Effectts of Cooperative Learning on the Academic Achievement and Knowledge Retention”, International Journal of higher Education, Vol. 3, No. 2, Tahun 2014, h. 131, diakses dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1067568.pdf, pada: 12 Desember 2016.
14Rusman, op. cit., h. 202. 15Ibid.,h.203. 16Zaheer Ahmad, Nasir Mahmood, “Effects of Cooperative Learning vs. Traditional
Instruction on Prospective Teachers’ Larning Experience and Achievement”, Journal of Faculty of Education Sciences, Vol. 43, No. 1, Tahun 2010, 151-164, diakses dari: http://www.acarindex.com/dosyalar/makale/acarindex-1423869905.pdf, pada 15 Desember 2016.
16
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur
utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang
mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian
prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas
yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan
lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir,
menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan
dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana
yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Pembelajaran kooperatif
memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara
siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan
khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas
melengkapi alasan pentingnya untu menggunakan pembelajaran kooperatif dalam
kelas-kelas yang berbeda.
Menurut Slavin dalam Tukiran “In cooperative learning method, strudent
work together in four member teams to master material initally prented by the
teacher.” Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.17
Menurut Solihatin, E., dan Rahardjo dalam Tukiran Taniredja dkk., pada
dasarnya Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di
mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu
17Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 55.
17
struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota
kelompok.18
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan
pengaturan kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman
anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu
masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada
waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan
materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif; 2) kelompok
dibentuk dari siswa-siswayang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah;3)
jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya,
jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri
dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; dan 4) penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.19
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam konsep
strategi pembelajaran kooperatif (SPK), yaitu: 1) adanya peserta dalam kelompok;
2)adanya aturan kelompok; 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan
4) adanya tujuan yang harus dicapai.20
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). SPK merupakan strategi
pembelajaran kelompok yang menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli
pendidikan untuk digunakan.
18Ibid,.h. 56. 19Ibid., h.56-57. 20Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 5, h.241.
18
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung
jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap
anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan
mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan
kelompok.
Ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih
produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual. Elemen-
elemen tersebut antara lain: a) interpendensi positif (positive interpendence); b)
interaksi promotif (promotive interaction); c)akuntabilitas individu (individual
accountability); d) keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal
and small-group skill); e) pemrosesan kelompok (group processing).21
Keunggulan dan kelemahan pembelajaran SPK (Strategi Pembelajaran
Kooperatif):
Keunggulan :
1) Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2) SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3) Kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
21Miftahul Huda, Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet. XI, h. 46.
19
Keterbatasan :
1) Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya , keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompk.
2) Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teachingyang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.22
4. Model Pembelajaran
a. Pembelajaran Saintifik
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik
yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan
bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada
bagaimana mengambangkan kompetensi peseta didik dalam melakukan obsercasi
atau eksperimen, namu bagaimana mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam
berinovasi atau berkarya.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik artinya
pembelajaran itu dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu, pendekatan saintifik
disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan
dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 menamanatkan esensi
pendekatan saintifik falam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai
titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik.23
22Wina Sanjaya, Op. cit. ,h. 249-250. 23 Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo:Nizamia
Learning Center, 2015), h. 53.
20
Secara istilah pengertian dari pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikadi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
menajuakn atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data degan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan. 24
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah atau saintifik
menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa dengan
menggunakan observasi, eksperimen, ataupun cara yang lainnya. Hal ini sejalan
dengan hakikat pembelajaran sains atau IPA yang menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam
sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat. Dengan demikian, siswa terbantu
unutk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap pembelajaran. 25
Siswa diharapkan dapat memberdayakan seracara aktif potensi yang ada dalam
dirinya untuk membangun pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya.
Menurut Kemendikbud dalam Jurnal Suhartati, pendekatan saintifik
merupakan pendekatan yang mengupayakan suatu cara atau mekanisme untuk
mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode
ilmiah. Proses pebelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non
ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan
intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir
kritis.26
Pembelajaran saintifk merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
24 Sufairoh,” Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13”, Jurnal Pendidikan Profesional, Vol. 5, No. 3, Tahun 2016
25 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 48.
26 Suhartati, “Penerapan Pendekatan Saintifik pada Materi Relasi dan Fungsi di Kelas X MAN 3 Banda Aceh”, Jurnal Peluang, Vol. 4, No. 2, Tahun 2016. Diakses dari http://jurnal.unsyiah.ac.id/peluang/article/view/5867/4858, pada 6 Juni 2018
21
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu,
pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Menurut Huston
dalam... pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada
kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discovery) pengetahuan
yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan
generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya
keterampilan perpikir tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih
diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu
informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai
organisator dan fasilitator pembelajaran. 27
Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan
keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan
langkah sebagai berikut: 1) Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta
atau fenomena baik secara langsung dan /atau rekonstruksi sehingga siswa
mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyiak fakta/fenomena
tersebut; 2) memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep,
prisip, hukum, dan teori serta langkah prosedural; 3) Mendorong siswa aktif
mencoba melalui kegiatan langsung praktik di lapangan; 4) Memaksimalkan
pemanfaatan teknologi dalam mengolah data, mengembangkan penalaran dan
memprediksi fenomena; 5) memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam
mengkomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalu
presentasi dan/atau unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga
sampai tak terduga.28
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasa dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi
27 Abdul Majis dan Chaerul Rochman, Pendidikan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2015), h. 3.
28 Ibid, hal 5
22
pembelajaran yang dihaapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencarai tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.
Kondisi pembelajaran saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik
mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), buksn hsnys
menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan
diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana
mengambi keputusan) bukanberpikir mekanistis (rutin dengan hanya
mendengarkan dan menghafal semata).
Menurut Sudarwan dalam Abdul Majis dan Chaerul Rochman, pendekatan
saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,
pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu ebenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau
kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti
berikut ini:29
1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongen semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menfginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6) Berbasis pada onsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menari sistm penyajiannya.
Proses pembejaran kurikulum 2013 pada sema jenjang dilaksanakan
menggunakan penekatan saintifik yang diberlakukan untuk seluruh mata
29 Ibid, hal 69
23
pelajaran. Pendekatan pembelajran saintifik mencangkup tiga ranah pembelajaran,
yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).
Tahapan pendekatan saintifik terdiri dri lima langkah, yakni mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.30
1) Mengamati Kegiata mengamati dapat memenuhi rasa ingin tahu siswa dalam proses
pembelajaran sehingga memiliki kebermaknaan yang tinggi. Siswa terlibat secara langsung untuk melakukan observasi atau pengamatan baik secara individu maupun kelompok. 2) Menanya
Kegiatan menanya dalam tahapan pembelajaran saintifik bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa terhadap suatu tema pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya menganai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca pada tahapan sebelumnya.
3) Mengumpulkan Informasi
Siswa mengumpulkan informasi atau data yang berkaitan dengan tema pembelajaran dari buku pelajaran atau internet baik secara individu maupun kelompok sebagai tindak lanjut dari tahapan sebelumya. Kegiatan mengumpulkan informasi juga dapat dilakukan dengan mlakukan percobaan untuk materi yang sesuai dengan pembelajaran. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya melalui kegiatan mencoba atau mengumpulkan data. 4) Mengasosiasi
Selama kegiatan mengasosiasikan, siswa dapat saling berdiskusi dan menggabungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru untuk mendapatkan sebuah pemahaman mengenai konsep yang dipelajari. 5) Mengkomunikasikan
Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain secara singkat dan jelas. Tahapan kegiatan ini dapat membantu siswa meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhannya dalam belajar. Siswa juga dapat melatih kemampuan bicaranya serta memperkuat penguasaan materi pelajaran yang disajikan dalam pembelajaran.
30 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pda Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014), hal. 3. Diakses dari http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-103-tahun-2014.pdf
24
b. Metode Jigsaw
Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang
dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota
bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Dalam penelitian Barbara Jarvis Tewksbury pembelajaran jigsaw dimulai
dengan diberikannya setiap kelompok topik yang bebeda-beda. Setiap tim
memiliki ketua tim yang mengerti dengan topik yang sudah diberikan, kemudian
teman yang lain akan berpencar menuju ke kelompok lain. Setelah selesai
kemudian setiap individu akan menjelaskan aspek atau topik yang sudah mereka
dapatkan dari kelompok baru mereka.31
Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang
akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada
papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru
menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut.
Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skema atau
struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang
baru.32
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli
dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri yang dari
beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan
keragaman dan latar belakang. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami
topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materiyang
31Barbara Jarvis Tewksbury, “Specific Strategies foor Using “Jigsaw” Technique for Working in Groups in Non-Lecture-Based Courses”, Journal of Geological Education, Vol. 43, Tahun 1995, p. 322, diakses dari: http://nagt-jge.org/doi/pdf/10.5408/0022-1368-43.4.322, pada 5 Januari 2017.
32Agus Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet.XV, h.108.
25
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Tugas guru adalah memfasilitasi dan
memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi
yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian
kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa
yang telah mereka dapat pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok
ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat melakukan
diskusi dikelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap
anggota pada kelompok asal. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap
siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya
para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling
ketergantungan untuk mendapat informasi dan memecahkan masalah yang
diberikan.
Strategi Jigsaw adalah cara yang cukup efisien untuk mempelajari materi
pelajaran pada model kooperatif. Proses jigsaw ini mendorong siswa untu lebih
terlibat dan menimbulkan sikap empati dengan memerikan setiap anggota
kelompok ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Setiap anggota kelompok
harus bekerja sama sebagai tim untuk mencapai satu tujuan yang sama setiap
orang akan bertanggungjawab dengan tugasnya. Tidak akan ada siswa yang
berhasil sepenuhnya kecuali jika tim itu saling bekerja sama dengan baik.33
Jigsaw memiliki dua ciri utama. Pertama, jigsaw dirancang untuk
mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis (organized bodies of knowledge).
Kedua, jigsaw mencangkup satu elemen bernama spesialisasi tugas (task
specialization).34
33Elliot Aronson, “Jigsaw Strategy”, Journal Schreyer Institute for Teaching Excellence, University Park, PA 16802, diakses dari: https://www.schreyerinstitute.psu.edu/pdf/alex/jigsaw.pdf, pada 15 Januari 2017.
34Paul Eggen, Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran : Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam, Terj. dari Strategie and Models for Teacher: Teaching Content and Thingking Skills, Sixth Edition Oleh Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 137.
26
Gambar 2.1 Tahap-Tahap Jigsaw
Gambar 2.2 Tahapan Kelompok Jigsaw
Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu
emapt orang , dengan latar belakang yang berbeda seperti dalam STAD dan TGT.
Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain., biasanya
bidang studi sosial, biografi, atau matei yang bersifat penjelasan terperinci
lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam
aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahi
Merencanakan Kegiatan Jigsaw
Menentukan tujuan belajar
Menyiapkan panduan studi
Membentuk tim siswa
Mendukung prestasi “para ahli”
Kelompok Asal A
Kelompok Asal B
Kelompok Asal C
Kelompok Asal D
Kelompok Ahli
Deuteromycotina
Kelompok Ahli
Basidiomycotina
Kelompok Ahli
Ascomycootina
Kelompok Ahli Zygomycotina
Kelompok Asal D
Kelompok Asal C
Kelompok Asal B
Kelompok Asal A
27
dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka baha,
lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka kepada
teman satu timnya. Akhirnya akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk
semua topik.35 Secara terperinci misalnya seperti dibawah ini:
1) Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan. Jumlah tiap kelompok yang tepat adalah 4-6 orang dengan kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.
2) Setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan didiskusikan, maka di dalam Jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mepelajari suatu materi tertentu. Kemudian peserta didik atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.
3) Setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.
4) Siswa diberikan tes atau kuis oleh guru, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu materi dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tersebut.
5) Setelah kuis selesai maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu dalam setiap kelompok memberikan sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir.
4. Deskripsi, Dimensi Proses Kognitif, Prinsip, dan Hasil Belajar
a. Deskripsi Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa “belajar” merupakan kata yag tidak
asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang ridak terpisahkan dari semua
kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan
35Robert E. Slavin, Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2015), Cet. 15, h. 14.
28
belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari,
siang hari, sore hari, atau pagi hari.36
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang yang berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga liang lahat. Salah sati pertanda bahwa seorang telah belajar
sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetauan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).37
Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: “Suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan
dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.38
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi
yang dikuasai siswa.39
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatuperubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.40
36Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2011), Cet. 3, h. 12.
37Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.3.
38W. S. WinkleS.J., Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), Cet. 10, h 59. 39Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan : dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 17 h. 90. 40Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), Cet. 10, h.2.
29
Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat
lingkungan akademik seperti lingkungan sekolah, pelajar, serta mahasiswa yang
mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang tidak mungkin dapat dipisahkan dari mereka.
Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar, belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.41
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
1) Belajar menurut Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan langsung dari proses pertumbuhan seseorang secra alamiah.
2) Belajar menurut Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
3) Belajar menurut Cronbach Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman)
4) Belajar menurut Harold Spears Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
5) Belajar menurut Geoch Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan kinerja sebagai hasil latihan).
6) Belajar menurut Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).42
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal
batas usia, dan berlangsung seumur hidup (long live aducational). Belajar
merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan
lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan
41Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Erlangga, 2015), h.2
42Agus Suprijono, op., cit, h.2-3.
30
belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar, perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan perilaku positif.43
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian
besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah.
Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar
masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu
engetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatan
Raber, belajar adalah the process of acquiring knowladge. Belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan.
Bukti bahwa seorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.44
b. Dimensi Proses Kognitif
Menurut Mayer dan Wittrock dua dari banyak tujuan pendidikan yang
paling penting adalah meretensi dan mentransfer (yang mengindikasikan
pembelajaran yang bermakna). Meretensi adalah kemampuan untuk mengingat
materi pelajaran sampai jangka yang tertentu sama seperti materi yang diajarkan.
Mentransfer adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari
guna menyelesaikan masalah-masalah yang baru, menjawab pertanyaan-
pertanyaan baru, atau memudahkan pembelajaran materi pelajaran baru.45
Tujuan meretensi diantaranya adalah untuk mengingatkanapa yang sudah
mereka pelajari, sedangkan mentransfer bukan hanya untuk mengingat, melainkan
juga untuk memahami dan menggunakan apa yang sudah dipelajari oleh peserta
didik.
43Iskandar, Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Referensi, 2012), h. 102.
44Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), Cet. 16, h.30. 45Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen : Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. A Bridged Edition oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 94.
31
Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan
pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat
dalam tujuan-tujuan di bidang pendidikan. Kategori-kategori ini merentang dari
proses kognitif yang palig banyak dijumpai dalam tujuan-tujuan di bidang
pendidikan, yaitu Mengingat, kemudian Memahami, dan Mengaplikasikan, ke
proses-proses kognitif yang jarang dijumpai, yakni Menganalisis, Mengevaluasi
dan Mencipta. Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari memori
jangka panjang. Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi
pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambarkan oleh guru.
Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu. Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
penyusunannya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan
hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
Mengevaluasi ialah mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.
Mencipta adalah memadukan bagian-bagaian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuatn suatu produk yang orisinal.46
c. Prinsip
Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Belajar merupakan proses.
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar
adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar
merupakan kesatuan fungsional dari beberapa komponen belajar. Belajar
merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
d. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu
yang terjadi pada diri seseorang. Peristiwa tersebut di mulai dari adanya
perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada perilaku
belajar seseorang yang dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya
memunculkan nilai belajar dalam bentuk riil atau non riil.
46Ibid., h. 43.
32
Hasil belajarberkaitan dengan sikap dan nilai, yang berorientasi pada
penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Untuk melihat
ketercapaian hasil belajr diperlukan adanya evaluasi pembelajaran. Sebagai
komponen kurikulum, sebagai rencana, dan sebagai kegiatan, pearan evaluasi
sangat menentukan. Evaluasi bukan saja dapat memberikan informasi mengenai
tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa, tetapi juga dapat memberikan
informasi mengenai komponen kurikulum lainnya. Artinya, melalui kegiatan
evaluasi, komponen-komponen kurikulum lainnya dapat dikaji dan diketahui
hubungannya dalam sistem kurikulum. Dalam pelaksanaan pendidikan, banyak
keputusan yang harus dibuat oleh seorang guru, antara lain yank menyangkut
proses pembelajaran, hasil belajar, seleksi bimbingan, dan sebagainya.47
Menurut Willian A. Mohrens dalam Asrul, evaluasi adalah proses
penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan
alternatif. Evaluasi bisa mencangkup arti tes dan measurement dan bisa juga
berarti di luar keduanya. Hasil evaluasi bisa memberi keputusan yang
professional. Seorang dapat memngevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun
kualitatif. 48
Menurut Suharsimi dalam Asrul ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan: a)
penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh mengetahui tingkat
inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan
menyelesaikan sol-soal; b) dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran
kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol
bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke
bentuk kuantitatif ; c) dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal; d) dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama
atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain; e) dalam penilain
pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-
47Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.36. 48Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media,
2015), Cet. 2, h.3.
33
kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu:
terletak pada alat ukurnya, terletak pada orang yang melakukan penelitian, terletak
pada anak yang dinilai, terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.49
Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam domain kognitif oleh
Bloom dkk. dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke dalam enam
jenjangkemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan
(C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Jenjang kemampuan yang
lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan merupakan peningkatan dari jenjang
kemampuan yang lebih rendah.50
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan,saluran/media dan penerima pesan adalah
komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan
adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.51 Saudjana
mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.52
Jadi hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa, setelah mengalami
proses belajar mengajar dan ditandai dengan adanya perubahan kepandaian,
kecakapan dan tingkah laku pada diri siswa itu sendiri. Hasil belajar juga akan
menumbuhkan pengetahuan seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemamuan
berupa keterampilan dan membentuk kebiasaan sikap dan cita-cita hidupnya.
Proses pembelajaran erat kaitannya dengan hasil belajar siswa. proses
pembelajaran yang monoton, tidak menarik, cenderung, cenderung menurunkan
hasil belajar. Sebaliknya, proses pembelajaran yang meningkatkan minat dan
aktivitas siswa terhadap pembelajaran cenderung meningkatkan hasil belajar
mereka.
49Ibid, h 7-10. 50 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA BerbasisKompetensi , (Jakarta: Lemlit
UIN Jakarta Press, 2006), h.15 51Arif Sadiman, dkk, Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 11-12. 52Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), Cet. 14, h. 22
34
5. Konsep Jamur
Meskipun sangat beraneka ragam, fungi memiliki bebrapa kesamaan ciri-
ciri kunci, terutama dalam memperoleh nutrisi. Selain itu, banyak fungi yang
tumbuh dengan membentuk filamen multiseluler, struktur tubuh yang memainkan
peran penting dalam memperoleh makanan.
Struktur tubuh jamur yang paling umum adalah filamen multiseluler dan sel
tunggal. Morfologi fungi multiseluler meningkatkan meningkatkan pada
kemampuannya untuk tumbuh ke dalam dan mengaborsi nutrien dari
sekelilingnya. Tubuh fungi-fungi ini biasanya membentuk jaringan filamen kecil,
yang disebut hifa. Hifa terdiri dari dinding sel berbentuk tabung yang mengelilingi
membra plasma dan sitoplasma sel. Didinding sel pada fungi ini diperkuat oleh
kitin. Hifa fungi membentuk massa yang saling berkumpul disebut miselium yang
menembus zat tempat fungi mencari makan.53
Jamur memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan organisme eukariota yang menghasilkan spora
2. Dinding selnya tidak mengandung selulosa, melainkan karbohidrat
kompleks (termasuk kitin, manan, glukan).
3. Tidak memiliki flagella dalam daur hidupnya
Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetative
kapang berbentuk filamrn panjang bercabang seperti benang, disebut hifa. Hifa
akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup
jamur). Hifa-hifa membentuk jaringan-jaringan benang kusut, disebut miselium.
Beberpa hifa bersifat sinositik, artinya hifa-hifa tidak terpisah dalam ruang-ruang
atau sel-sel, melainkan membentuk sebuah sel raksasa berinti banyak. Jenis hifa
lain ada yang terpisah dalam ruang-ruang oleh septa (dinding).
Reproduksi jamur
Sebagian besar jamur bereproduksi dengan spora mikroskopik, yaitu sel
reproduktif yang tidak motil. Spora biasanya dihasilkan oleh hifa aerial yang
53Neil A. Campbell, et.al., Biologi edisi kedelapan jilid II, Terj. dari Biology 8th Edition oleh Damaring Tyas Wulandari, (Jakarta: Erlangga, 2012), Cet. 14, h. 205.
35
terspesialisasi. Hifa aerial pada beberapa jamur membentuk struktur kompleks
yang disebut badan buah (fruiting body). Spora dihasilkan dalam badan buah. Ada
tiga bentuk struktur reproduktif pada jamur, yaitu gametangium , sporangium, dan
konidiofor. Gametangium adalah struktur tempat pembentukan gamet.
Sporangium adalah struktur tempat dibentuknya spora. Konidiofor adalah hifa
terspesialisasi yang menghasilkan spora aseksual yang disebut konidia.
Kasifikasi Jamur
Jamur dibagi menjadi 4 divisi
a) Zygomycotina
Struktu tubuh
Zygomycota memiliki miselium yang bercabang banyak dan tidak bersekat.
Hifanya bersifat senositik. Septa ditemukan hanya pada sata sel berproduksi.
Salah satu conton Zygomycota yang penting adalah Rhizopus stolonifer.
Jaur ini biasanya tumbuh pada roti dan makanan lain.
Miselium pada Phizopus mempunyai tiga tipe hifa, yaitu:
1. Stolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnya roti)
2. Rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk
menyerap makanan
3. Sporongiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki
sporangium globuler di ujungnya.
Cara reproduksi
Zygomycota dapat bereproduski secara aseksual dan seksual. Reproduksi
secara aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium,
sedangkan reproduksi seksualnya dengan konjugasi.
36
Gambar 2.3 Struktur tubuh Rhizopus stolonifer
Reproduksi seksual Rhizopus adalah sebagai berikut. Cabang pendek
Rhizopus yang berjenis positif dan cabang pendek Rhizopus dari individu lain
berjenis negatif bertemu pada ujungnya. Setelah bertemu akan terbentuk sekat
dinding di bawah ujung jabang hifa. Gamet dari kedua Rhizopus kemudian
bertemu dan melebur membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi
zigospora. Zigospora mempunyai dinding pelindung yang tebal disebut
zigosporangium. Kemudian zigospora memasuki periode dormansi (tidak
melakukan aktivitas metabolisme). Dormansi biasanya berlangsung selama 1
sampai 3 bulan. Setelah periode dormansi, zigospora berkecambah. Sata
berkecambah, inti zigospora melakukan meiosis, kemudian hifa haploid segera
membentuk sporangium yang akan memproduksi spora aseksual. Setelah
dibebaskan dari sporangium, spora aseksual akan membentuk miselium baru.
Gambar 2.4 Siklus Hidup Zygomycota
Peranan
37
Beberapa spesies Zygomycota bermanfaat dalam pembuatan makanan.
Misalnya Rhizopus oryzae untuk membuat tempe dan Mucor javanicus terdapat
dalam ragi tape.
Gambar 2.5 Mucor mucedo
b) Ascomycotina
Ascomycota bercirikan talus yang terdiri atas miselium bersekat.
Reproduksi seksual membentuk askospora di dalam askus. Ada yang hidup
sebagai saproba dan ada yang hidup sebagai parasit, yang menimbulkan banyak
penyakit pada tumbuhan-tumbuhan.
Pada reproduksi aseksualnya dihasilkan spora konidium yang berbentu
pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor. Kecuali pada beberapa kelompok
kecil pada umumnya askus dibentuk di dalam tubuh buah yang disebut askokarp
atau askoma. Bentuk askusnya ada bermacam-macam antara lain sebagai berikut:
a. Askus tanpa askokarp
b. Askus yang askokarpnya berbetuk seperti mangkok disebut apotesium
c. Askus yang askokarpnya berbentuk bola tanpa ostiolum disebut
kleistotesium
d. Askus yang askokarpnya berbentuk botol dengan leher dan memiliki
ostiolum disebut peritesium.
Adanya macam-macam askus tresebut digunakan sebagai dasar klasifikasi
tingkat kelas, tiga kelas itu antara lain Hemiascomycetes, Plectomycetes, dan
Pyrenomycetes.
38
a. Hemiascomycetes
Kelompok jamur ini tidak membentuk askokarp dan tidak memiliki hifa.
Tubuhnya terdiri atas sel bulat atau oval yang dapat bertunas atau berkuncup
sehingga terbentuk rantai sel atau hifa semu.
Pada reproduksi aseksual, dinding sel menonjol keluar membentuk tunas kecil.
Dengan membesarnya tonjolan ini, sitoplasma dari sel induk mengalir ke
dalamnya, lalu menyempit pada bagian dasarnya. Nukleus di dalam sel induk
membelah secara mitosis dan satu inti anak bergerak ke dalam sel tunas tadi. Sel
anak dapat memisahkan diri atau tetap melekat sambil melangsungkan pertunasan
lebih lanjut bersama-sama sel induknya, dengan demikian terbentuklah koloni.
Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak sesuai untuk
bereproduksi secara aseksual. Sel khamir dapat berfungsi sebagai askus.
Nukleusnya yang diploid dapat melangsungkan pembelahan meiosis sehingga
terbentuk 4 sel haploid (n). Lalu, dinding sel melindungi inti-inti itu bersama
sitoplasma yang berasal dari sel induk dan pada akhirnya terdapat 4 askospora
haploid. Slaah satu contoh. dari kelas Hemiascomycetes adalah khamir dari
spesies Saccharomyces (ragi).
Beberapa jenis Saccharomyces antara lain sebagai berikut:
1. Saccharoyces cereviseae, disebut khamir roti atau khamir bir, juga disebut
khamir raja, yang berguna dalam pembuatan roti dan alkohol.
2. Saccharomyces tuac, mengubah air nira (legen) menjadi tuak.
3. Saccharomyces ellipsoideus, untuk memfermentasi buah anggur menjadi
anggur minuman.
Tidak semua ragi bermanfaat bagi manusia. Beberapa spesies dapat
menimbulkan penyakit bagi manusia. Contohnya Candida albicans, penyebab
penyakit sariawan, penyakit mulut dan kerongkongan, serta menyebabkan
keputihan.
39
b. Plectomycetes
Plectomycetes adalah takson kelas dalam Ascomycota yang bercirikan
adanya askokarp berbentuk bola yang disebut kleistotesium. Kelompok ini ada
yang hidup sebagai saproba, parasit, atau hiperparasit.
Jamur yang termasuk kelas Plectomycetes di antaranya adalah Apergillus
dan Penicillium. Kedua jamur ini bereproduksi aseksual dengan pembentukan
konidium dalam rantai pada konidiofor tegak. Reproduksi seksualnya dengan
spora yang dibentuk di dalam askus. Askus-askus tersebut berkumpul dalam
askokarp.
1) Aspergilus
Aspergilus hidup sebagai saproba pada bermacam-macam benda organik (seperti
pada roti, daging yang sudah diolah, butiran padi-padian, dan kacang-kacangan).
Koloninya berwarna abu-abu, hitam, kuning, atau coklat. Aspergillus hidup subur
pada lingkungan yang lembap kurang cahaya matahari.
Jenis-jenis Aspergillus antara lain:
a) Aspergillus fumigatus, bersifat parasit yang menyebabkan penyakit pada
saluran pernapasan unggas.
b) Aspergillus flavus, penghasil aflatoksin yang diduga sebagai penyebab
penyakit kanker hati; banyak terdapat pada kacang tanah (yang sudah
tengik) dan makanan yang dibuat darinya.
c) Aspergillus niger, menghasilkan asam sitrat.
d) Aspergillus oryzae, merombak zat pati dalam pembuatan minuman
beralkohol.
e) Aspergillus nidulans, parasit pada telinga menyebabkan automikosis.
f) Aspergillus sojae, untuk pembuatan kecap
40
Gambar 2.6 Aspergillus flavus
2) Penicillium
Kapang ini bersel banyak dan mempunyai miselium bersekat-sekat. Pada
Penicillium, ujung konidiofornya tidak melebar, melainkan bercabang-cabang
dengan dertan konidium pada cabang-cabang tadi.
Penicillium banyak terdapat pada bahan-bahan organik dan bersifat saprofit.
Jenis-jenis Penicillium antara lain:
a) Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum, penghasil zat antibiotik
(penisilin); ditemukan tahun 1929 oleh Alexander Flemming.
b) Penicillium camaberti dan Penicillium voqueforti, dimanfaatkna untuk
meningkatkan kualitas keju.
c) Penicillium italicum dan P. Digitatum, perusak buah jeruk, masing-masing
dinamain juga kapang biru dan kapang hijau.
d) Penicillium expansum, menyebabkan buah apel membusuk di tempat
penyimpanan.
e) Penicillium islandicum, merusak beras sehingga berubah menjadi berwarna
kuning, sehingga disebut “yellow rice”.
c. Pyrenomycetes
Ciri khas yang dimiliki ialah askoma berbentuk khusus yang dilengkapi
dengan ostiobum (lubang untuk melepas askus dan askospora). Tubuh buah
seperti itu disebut peritesium, yang dapat berwarna cerah atau gelap.
41
Contoh kelas Pyrenomycetes adalah Neurospora sitophia yang banyak
digunakan di Indonesia untuk membuat oncom merah dari ampas tahu atau
bungkil kacang tanah.Neirospora dapat tumbuh subur pada tingkol jagung yang
telah direbus dan telah diambil bijinya.
c) Basidiomycotina
Basidiomycota mencangkup sebagian besar spesies makroskopis dan amat
mancolok. Jamur ini sering dijumpai di lapangan dan di hutan-hutan.
Struktur tubuh
Ciri utamanya ialah hifa bersepta dengan sambungan apit (clamp
connection), spora seksualnya terbentuk pada basidium yang berbentuk
gada.Tubuh cendawan Basidiomycota mencangkup struktur seperti batang dan
tudung yang sering disebut basidiocarp. Jamur ini memiliki struktur yang disebut
basidium yang menghasilkan spora. Fungsi basidium sama dengan asus pada
Ascomycota. Pada bagian ujung basidium akan tumbuh empat basidiospora.
Cara reproduksi
Daur hidup Basidiomycota dimulai dari pertumbuhan spora basidium atau
pertumbuhan konidium .spora basidium atau konidium akan tumuh menjadi
benang hifa yang bersekat dengan satu inti, kemudian hifa membentuk miselium.
Hifa dari dua jenis yang berbeda (+ dan -) ujungnya bersinggungan dan dinding
selnya larut. Inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lain, erjadilah sel
dikariotik. Dari sel dikariotik akan tumbuh hif ada miselium. Dikariotik, miselium
dikariotik kan tumbuh menjadi tubuh buah dengan bentuk tertentu misalnya
seperti payung.
42
Gambar 2.7 Siklus Hidup Basidiomycota
Peranan
Basidiomycota mencangkup ±1.500 spesies. Beberapa contohnya yang
berperan dalam kehidupan manusia antara lain ssebagai berikut:
1) Lentinus edoses dan shitake. Di Cina dan Jepang, jamur ini diproduksi secara
besar-besaran untuk dikonsumsi.
2) Pleurotes, jamur ayu yang hidup pada kayu atau substrat yang mengandung
banyak lignin dan selulosa. Jamur ini enak dimakan.
3) Auricularia polytricha (jamur kuping), tumbuh pada kayu-kayu yang lapuk,
berwarna kecoklatan, berbentuk menyerupai daun telinga. Jamur ini enak
dimakan.
4) Ganoderma aplanatum, Pulyporus giganteus, tubuh buahnya berbentuk
setangah lingkaran menyerupai kipas, digunakan untuk obat-obatan atau
Ganoterapi.
5) Manita muscaria, hidup pada kotoran ternak, menghasilkan toksin muskarin
yang dapat membunuh lalat.
6) Puccinia graminis, hidup sebagai parasit pada tanaman rumput-rumputan
(Gramineae), menyebabkan bercak-bercak pada daun seperti karat, sering
juga disebut jamur karat.
43
Gambar 2.8 Volvariella volvaciae
d) Deuteromycotina
Divisi ini disebut juga “fungi imperfecti” atau jamur tidak sempurna. Divisi
ini dibuat untuk mengelompokkan semua jamur yang tidak termasuk kedalam
divisi lainnya. Ciri utama dari divisi ini adalah belum diketahuinya reproduksi
seksual selama siklus hidupnya. Jamur Deuteromycota hanya ditemukan di
daratan. Sebagian besar anggota divisi ini kemungkinan berkerabat dengan
Ascomycota karena adanya pembentukan konidia. Sisanya kemungkinan adalah
Zygomycota dan Basidiomycota yang tidak melakukan reproduksi seksual. Jika
studi lebih lanjut pada suatu spesies Deuteromycota menunjukkan adanya
reproduksi seksual, maka spesies ini akan dikeluarkan dari divisi ini.
Cara reproduksi
Jamur ini bereproduksi secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau
menghasilkan hifa khusus yang disebut konidiofor. Kemungkinan jamur ini
merupakan suatu peralihan jamur yang tergolong Ascomycota ke Basidiomycota
tetapi tidak diketahui hubungannya.
Peranan jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik, sebagia
parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya serta tanaman
hias. Jamur ini menimbulakn penyakit kulit pada manusia, yaitu dermatomikosis,
misalnya penyakit kurap disebabkan oleh Microsporum, Trichophyton, dan
44
Epidermophyton. Panu disebabkan oleh Tinea versicolor, dan penyakit kaki atlet
ditimbulkan oleh Ephydermophyton floocosum.54
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan mengenai efektivitas model pembelajaran Jigsaw
dan STAD telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Gulsen Cagatay dan Gokhan Demircioglu (2013) dalam karya ilmiahnya
yang berjudul The Effect of Jigsaw-I Cooperative Learning Technique On
Students’ Understanding About Basic Organic Chemistry Concepts. Penelitian ini
menggunakan quasi eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang
menggunakan metode Jigsaw dan pembelajaran tradisonal hasilnya menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang menggunakan
metode jigsaw. Artinya, kelompok yang diajarkan menggunakan metode jigsaw
memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan metode
tradisional.55
Ahib Mawahibus Somad (2012) dalam skripsinya yang berjudul Efektifitas
metode STAD terhadap hasil belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa
Kelas X, hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) cukup baik kondisi
pembelajaran metode STAD siswa pada pokok bahasan virus di kelas eksperimen,
hal ini dilihat berdasarkan hasil statistik deskriptif yang menunjukkan 12,50 pada
nilai rata-rata (mean). (2) terdapat Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Virus di Kelas yang Menerapkan Metode Pembelajaran STAD, hal ini
dilihat dari uji independent samples test (t)yang menunjukkan 0,000 pada nilai
signifikansi atau Sig (2-tailed). (3 terdapat Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Virus Antara Kelas Yang Menerapkan Metode Pembelajaran
STAD Dengan Kelas Yang Tidak Menerapkan Metode Pembelajaran STAD, hal
ini dapat dilihat dari hasil uji uji independent samples test (t) yang menunjukkan
54Pratiwi, D.A, dkk, Biologi Untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 103-111. 55Gulsen Cagatay, Gokhan Demircioglu, “The Effect of Jigsaw-I Cooperative Learning
Technique On Students’ Understanding About Basic Organic Chemistry Concept”, Education Research Association The International Journal of Educational Researchers, 2013, 4 (2) : 30-37, diakses dari: http://www.eab.org.tr pada 10 Februari 2016.
45
nilai signifikansi atau Sig (2-tailed) adalah 0,000. Apabila dibandingkan, maka
nilainya akan lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05),dengan demikian berarti bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima.56
Miftahul Sani, Nurul Afifah, dan Enny Afniyanti dalam penelitiannyya yang
berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Hakikat
Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambah Ilir
Tahun Pembelajaran 2014/2015, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
thitung> ttabel sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal
ini dapat dilihat dari nilai mean kelas eksperimen yaitu 77,85 yang lebih tinggi
dari mean kelas kontrol yaitu 61,12. Kemudian ditegaskan dari nilai thitung = 5,128
dan nilaittabel = 2,021. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dibandingkan nilai
ttabel pada taraf signifikan 5% (5,128 > 2,021). Dengan demikian Ho ditolak.57
Daniel Ngaru Muraya dan Githui Kimamo dalam karya ilmiahnya yang
berjudul Effect of Cooperative Learning Approach on Biology Mean Achievement
Score of Secondary School Students’ in Machakos District, Kenya. Uji biologi ini
digunakan untuk mengukur prestasi siswa dan mencapai koefisien reliabilitas 0,84
(N = 59) di uji coba. Data dianalisis menggunakan uji-t, ANOVA dan ANCOVA,
hipotesis diterima atau ditolak pada tingkat P≤0,05. Dihasilkan data yang
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang
signifikan lebih bagus terhadap prestasi siswa.58
Cicillia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rina Rita T. Marpaung dalam
penelitiannya yang berjudul Perbandingan Penggunaan Model STAD dan Jigsaw
56Ahib Mawahibus, “Efektivitas Metode STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa Kelas X”, Penelitian Skripsi Program Studi Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, diakses dari: repository.syekhnurjati.ac.id, pada 9 Februari 2016.
57Miftahul Sani, Nurul Afifah, Enny Afniyanti, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambah Ilir Tahun Pembelajaran 2014/2015”, Jurnal Penelitian Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengairan, Vol 1. No 1, Tahun 2015, diakses dari: e-journal.upp.ac.id/index.php/fkipbiologi/article/view/346, pada 12 Februari 2016.
58Muraya, et.al, “Effect of Cooperative Learning Approach on Biology Mean Achievement Score of Secondary School Students’ in Machakos District, Kenya”, Education Research and Reviews, Vol. 6, No. 12, p726-745, Tahun 2011, diakses dari http://www.academicjournals.org/ERR, pada 12 Februaru 2016.
46
Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hasil uji N-gain model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi
dibandingkan model pembelajaran STAD yaitu 68,94 untuk model Jigsaw dan
59,17 untuk model STAD. Kemudian dijelaskan juga untuk nilai rata-rata model
pembelajaran Jigsaw > STAD yaitu 82 > 73.59
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaranmerupakan suatu sistem yang tersusun atas beberapa
komponen yang saling mempengaruhi antara guru, siswa, materi pembelajaran,
alat dan metode. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan
sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai
tujuan pendidikan nasional yang ada.
Proses pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan informasi
padasiswa, tetapi membutuhkan keterlibatan siswa secara mental maupun fisik.
Karena itu suatu pengetahuan tidak akan bertahan lama jika proses pembelajaran
pada siswanya hanya sekedar menerima informasi dari guru atau menghafal dari
buku. Keberhasilan dalam pembelajaran tidak terlepas dari kompetensi guru
dalam menentukan model yang dapat memperbaiki prose pembelajaran.
Metode pembelajaran yang masih konvensional, seperti metode ceramah
masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini lebih menitik
beratkan pada peran serta guru sebagai sumber belajar. Dengan keadaan seperti ini
akan membentuk kepribadian siswa yang kurang baik, terutama membentuk sikap
siswa yang lebih pasif sehingga akan mempengaruhi dalam hasil belajar. Metode
ini menempatkan guru pada pusat perhatian. Gurulah yang lebih banyak berbicara
sedangkan murid hanya mendengar dan atau mencatat hal-hal yang dianggap
penting.
Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran uang dilakukan oleh guru-guru di sekolah, dengan mengganti model
59 Cicilia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung, “Perbandingan Penggunaan Model STAD dan Jigsaw Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No, 1, Tahun 2014, diakses dari: jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/2795, pada 3 Februari 2017.
47
pembelajaran yang berpusat dengan belajar aktif dan meningkatkan hasil belajar
sekaligus membuat pelajaran biologi menjadi menyenangkan sehingga siswa tidak
merasa bosan dengan pelajaran biologi. Model yang dapat digunakan dalam
pembelajaran ini antara lain adalah model STAD dan Jigsaw. Karena kedua model
pembelajaran inimenitikberatkan pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
D. Hipotesis Penelitian
Rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini yaitu “Terdapat pengaruh efektivitas model pembelajaran
kooperatif Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep jamur”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Jam’iyyah Islamiyyah Pondok Aren, Jl.
Pesantren, Kp. Ceger, Jurangmangu timur, Kec. Pondok Aren, Tangerang
Selatan, tahun ajaran 2016/2017 pada semester ganjil bulan November.
B. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran Jigsaw sebagai variabel bebas (variabel X),
dan variabel terikatnya adalah hasil belajar (variabel Y)
1. Variabel bebas : Model pembelajaan Jigsaw
2. Variabel terikat : Hasil Belajar
C. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen (eksperimen semu),
yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak
memungkinkan peneliti mengadakan kontrol penuh. Dalam penelitian ini sampel
yang diambil ada dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dengan menggunakan model Jigsaw.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model
pretest dan posttest. Dalam desain ini terdapat satu kelas yang dipilih, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan sebelum
diberikan perlakuan.
48
49
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Subjek Pretest Perlakuan Posttest
Kontrol O1 K O2
Eksperimen O2 E O2
Keterangan :
O1 = pretest
O2 = posttest
K = Perlakuan dengan model pembelajaran kelompok Konvensional
E = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.1 Populasi target dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik MA Jam’iyyah Islamiyyah, dan
populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X MA Jam’iyyah Islamiyyah.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu
populasi dan dengannya dapat mewakili (representatif) populasi tersebut. Teknik
sampling yang digunakan yaitu dengan menggunakan sampling purposive.
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.2 Purposive sampling, pengambilan sampel hanya pada individu yang
didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.3 Sample yang digunakan
yaitu kelas X 1 (untuk kelompok kelas kontrol), X 3 (untuk kelompok eksperimen
metode Jigsaw) semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Penetapan sampel
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 117.
2Sugiyono, op. cit., h. 124. 3Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitaif, dan Tindakan, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2014), Cet. 2, h. 118.
50
berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran Biologi di MA Jam’iyyah
Islamiyyah dengan pertimbangan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan
akademik yang tidak jauh berbeda.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes
dan non tes. Untuk tes berupa tes objektif pilihan ganda (pretest dan posttest),
sedangkan non tes digunakan lembar kerja siswa. Tes objektif ini digunakan untuk
mengukur penguasaan konsep biologi siswa setelah digunakannya model
kooperatif Jigsaw. Lembar kerja siswa digunakan untuk mengetahui penguasaan
konsep siswa selama diberikan perlakuan.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
biologi. Tes hasil belajar biologi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana siswa menguasai atau memahami materi jamur yang telah diberikan. Tes
hasil belajar dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pemula (pretest), dan tes
akhir (posttest).
Tes yang akan diberikan merupakan tes objektif, dengan alasan bahwa
penggunaan tes objektif dapat mencangkup bahan pelajaran secara luas. Adapun
bentuknya yang berupa soal pilihan ganda (multiple choice). Sebelum tes diujikan,
terlebih dahulu instrumen tes diuji coba untuk diketahui validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya pembedanya.
Soal pilihan ganda dikembangkan dari indikator-indikator materi fungi. Soal
ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
2. Non Tes
Instrumen yang digunaan dalam penelitin ini adalah lembar observasi.
Lembar oservasi digunakan untuk menilai aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran pada kedua kelas eksperimen.
51
G. Kalibrasi Instrumen
Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas
instrumen yang akan digunakan dengan cara menghitung validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya beda. Uji coba ini menggunakan program Anates
Versi 4.0.9.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau
kevalidan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Valid beararti intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur.4 Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, jika instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah.
Tabel 3.2 Instrumen Uji Validitas5
Indikator Pembelajaran No. Soal
Mengidentifikasi ciri-ciri jamur. 1, 2, 3*, 4, 5, 6, 7, 8*, 9*
Menjelaskan cara hidup dan reproduksi
pada jamur.
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16*, 17*, 18
Mengklasifikasikan jamur berdasarkan
ciri-ciri dan cara reproduksinya.
19*, 20*, 21*, 22, 23*, 24, 25*, 26*,
27*
Mengidentifikasi ciri-ciri, cara hidup,
daur hidup pada masing-masing
pengklasifikasian pada jamur.
28*, 29*, 30*, 31*, 32, 33*, 34*
Menyebutkan contoh jamur yang
merugikan dan menguntungkan dalm
kehidupan sehari-hari.
35, 36*, 37*, 38*, 39*, 40, 41, 42, 43*,
44*, 45*
Keterangan : * soal = valid
4Sugiyono, op. cit., h.173. 5Lampiran 11, h. 148.
52
Tabel 3.2 menunjukkan hasil validasi instrumen penelitian dengan
menggunakan program Anates Versi 4.0.9. Dari 45 soal pilihan ganda yang
diujikan, terdapat 25 soal valid yang telah mewakili indikator pembelajaran yaitu
no 3 , 8, 9, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 38, 39,
43, 44, dan 45.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat penilai adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan
akan memberikan hasil yang relatif sama.6
Klasifikasi interprentasi uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Uji Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Hasil reliabilitas tes yang didapatkan sebesar 0,78.7 Hal ini berarti soal yang
sudah diujikan memiliki reliabilitas dengan kategori tinggi.
3. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitaif konvensional
paling sederhana dan mudah. Hasil hitungnya merupakan proporsi atau
perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang
mengikuti tes. Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0-1,0. Semakin besar indeks
menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapat dijawab dengan benar oleh
sebagian besar atau seluruh siswa. Sebaliknya, jika sebagian kecil atau tidak ada
6Nana Sudjana, op. cit., h.16 7Lampiran 8, h.138.
53
sama sekali siswa yang menjawab benar menunjukkan butir sukar. Indeks 0,0
menunjukkan butir sangat sukar, sedangkan indeks 1,0 menunjukkan butir sangat
mudah.8
Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal9
Kriteria No Soal
Jumlah Valid Tidak Valid
Sangat sukar 9, 17 4, 5, 12, 24,
42
7
Sukar 16, 19, 23,
25, 26, 28,
30, 31, 36,
43, 44
6, 10, 13, 14,
18, 32, 35,
18
Sedang 3, 20, 21, 27,
29, 33, 34,
37, 38, 39, 45
1, 2, 7, 11, 15,
22, 41
18
Mudah 8 40 2
4. Daya Beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan
kelompok siswa yang kurang pandai. Kondisi ini mengacu pada distribusi normal,
yang dalam pembelajaran individual berbasis kompetensi kurang dikehendaki.10
8Ahmad Sofyan, op. cit., h.103 9Lampiran 10, h.146. 10Ahmad Sofyan, op. cit., h. 104
54
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda11
Rentan Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali
Negatif (DP< 0) Soal dibuang saja
Berikut ini perhitungan kriteria daya pembeda terhadap 45 soal
menggunakan Anates Versi 4.0.9 pada tabel 3.4. Merujuk pada lampiran hal. 135.
Tabel 3.6 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal12
Kriteria No Soal
Jumlah Valid Tidak Valid
Negatif - 4, 6, 12, 13, 14,
22, 42
7
Jelek 9, 1, 2, 5, 10, 18, 32,
35, 40, 41
10
Cukup 16, 17, 23, 28, 31,
36, 38
11, 15, 24 9
Baik 3, 8, 19, 20, 21,
25, 26, 27, 29, 33,
34, 37, 39, 43, 45
7 17
Baik Sekali 30, 44 - 2
Jumlah 25 20 45
11Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 5, h. 218.
12Lampiran 9, h.144.
55
H. Teknik Analisis Data
1) Uji Normalitas
Data-data yang telah diperoleh diuji normalitasnya dengan uji
liliefors. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Langkah-
langkah uji normalitas data dengan uji liliefors adalah sebagai berikut:13
1. Hitung rata-rata nilai skor sample.
2. Hitung standar deviasi nilai skor sample.
3. Urutkan data sampel dari yang kecil hingga terbesar (X1, X2,
….Xn)
Nilai Xi dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …. Zn. Di mana nilai
baku Zi ditentukan dengan rumus :
Dengan: Zi = Skor baku
Xi = Skor data
X = Nilai rata-rata
S = Simpangan baku
4. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel Z (luas lengkungan bawah kurva normal standar dari 0 ke z,
dan sebut dengan F(Zi)).
5. Hitung frekuensi komulatif atas dari masing-masing nilai z, dan
disebut dengan S(Zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of
cases (N) sampel.
6. Tentukan nilai Lo(hitung) = ǀF(Zi) – S(Zi)ǀ dan bandingkan dnegan
nilai Ltabel (table nilai kritis untuk uji lilifors).
7. Apabila Lo(hitung) < Lt maka sampel berasal dari populais yang
berdistribusi Normal.
13Darwyan Syah, dkk, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 67-68.
56
2) Uji Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas maka langkah berikutnya
melakukan uji homogenitas. Uji kesamaan dua varians digunakan untuk
menguji apakah kedua data tersebut homogeny dengan membandingkan
kedua variansnya.14 Persyaratan agar pengujian homogenitas dapat
dilakukan apabila kedua datanya telah terbukti berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua
keadaan. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua
varians atau uji Fisher. Langkah-langkah uji Fisher sebagai berikut:15
1. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat
2. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk statistik
3. Cari Fhitung dengan rumus
4. Tetapkan taraf signifikan
5. Hitung Fhitung dengan rumus:
Ftabel = Fǀ (dk varians terbesar -1, dk varians terkecil -1) dengan
menggunakan tabel F didapat Ftabel
6. Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu
Jika Fhitung< Ftabel, Maka Ho diterima (homogen)
7. Bandingkan Fhitung dan Ftabel
8. Buat kesimpulan
Setelah melalui perhitungan uji Homogenitas, maka kriteria pengujian
adalah sebagai berikut:
Ho : Data memiliki varians homogen jika Fhit< Ftabel
H1 : Data tidak memiliki varians homogen jika Fhit> Ftabel
14Husaini Usman, R. Purnomo Saetiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 133.
15Ibid., h. 134.
57
3) Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian sampel dengan menggunakan uji
normalitas dan homogenitas, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis, uji
hipotesis dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis
yang diajukan. Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan signifikan ǀ = 0,05.
Langkah-Langkah pengujian hipotesis16
1. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat.
2. Tulis Ha dan Ho dalam bentuk statistik.
3. Hitung thitung atau zhitung (salah satu tergantung S tak diketahui
atau diketahui). Jika S tidak diketahui, maka thitung adalah:
Di mana: X = rata-rata data yang ada
= rata-rata skarang
s = simpangan baku
n = jumlah data sampel
4. Tentukan taraf signifikan (ǀ)
5. Cari ttabel dengan ketentuan:
a seperti langkah 4.
dk = n-1
dua pihak atau pihak kanan atau puhak kiri terhantung bunyi Ho.
Dengan menggunakan tebel t diperoleh ttabel
6. Tentukan kriteria pengujian.
7. Bandingkan thitung dengan ttabel.
8. Buatlah kesimpulannya.
Kriteria pengujian :
thitung ǀttabel : Ho diterima
thitung ǀttabel : Ho ditolak.
16Ibid., h. 124-125.
58
4) Uji N-Gain
Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam penguasaan
konsep fungi, dilakukan analisis data yang diperoleh dari perbedaan hasil
pretest dan posttest dengan cara menghitung nilai normal gain. Adapun
rumus normal gain, yaitu:17
Tabel 3.7 Kriteria N-Gain
Interval Koefisien Kriteria
(< g> ) > 0,70 g-tinggi
0,70 ǀ (< g> ) ǀ 0,30 g-sedang
(< g> < 0,30) g-rendah
5) Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho=µA=µB
Ha=µA ǀµB
Keterangan :
Ho= tidak ada pengaruh efektivitas model pembelajaran Jigsaw
terhadap hasil belajar kognitif siswa pada konsep jamur.
Ha= terdapat pengaruh efektivitas model pembelajaran Jigsaw
terhadap hasil belajar siswa pada konsep jamur
µA= rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok kontrol
µB = rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen
17David E. Meltzer, “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”, Journal American Association of Physics Teachers, Vol.70, No. 12, Tahun 2012, h. 1260, dari http://wwwphysicsphysics.iastate.edu/, pada tanggal 30 Oktober 2017.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah tes. Tes pertama ini
dilakukan sebelum peserta didik mendapatkan perlakuan (pretest), kemudian tes
kedua dilakukan setelah peserta didik mendapatkan perlakuan (posttest). Model
yang digunakan dalam penelitian ini pada kelas kontrol menggunakan
pembelajaran kelompok konvesional, kemudian pada kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran koopertif Jigsaw.
1. Data Hasil Belajar Biologi Pretest dan Posttet
Data pretest dan posttest kelas kontrol yang diberi perlakuan model
pembelajaran kelompok konvensional dan kelas eksperimen yang diberi
perlakuan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dijabarkan dalam tabel 4.1.1
Tabel 4.1 Hasil Belajar Biologi Pretest dan Posttest
Statistik
Hasil Belajar Biologi
(Pretest)
Hasil Belajar Biologi
(Posttest)
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Nilai terendah 20 28 68 72
Nilai tertinggi 52 56 88 92
Mean 41, 77 41,92 76,74 81,62
Median 44 40 76 80
Modus 52 28 76 84
Simpangan baku 9,81 10,54 6,18 6,58
Varian 96,41 111,22 38,19 43,39
Jumlah sampel 27 27 27 27
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa
pada kedua kelas tersebut. Hal ini bias dilihat dari nilai rata-rata. Dalam tabel
1Lampiran 14-15, h. 158-159.
59
60
tersebut terlihat bahwa rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Nilai rata-rata pretest kedua kelas eksperimen tersebut yaitu kelas kontrol
41,77 dan pada kelas eksperimen 41,92. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru biologi, nilai KKM biologi adalah 70. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai
kelas eksperimen tersebut masih di bawah nilai KKM.
Sedangkan setelah siswa diberikan perlakuian kepada kedua kelas,
keduanya mengalami peningkatan hasil belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai rata-rata posttest kelas kontrol 76,74 sedangkan pada kelas eksperimen
81,62. Walaupun keduanya mengalami peningkatan, namun tetap pada kelas
eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi.
2. Data Hasil Lembar Kerja Siswa
Berikut adalah data hasil LKS kelas kontrol yang tidak diberikan
perlakuan model pembelajaran kelompok konvensional dan kelas eksperimen
yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dijabarkan dalam
tabel 4.2.2
Tabel 4.2 Data Hasil Lembar Kerja Siswa
Kelas Pertemuan Kelompok
Rata-Rata 1 2 3 4
Kontrol Pertemuan 1 75 70 80 75 75
Pertemuan 2 80 80 85 85 82,5
Eksperimen Pertemuan 1 80 75 80 85 80
Pertemuan 2 90 85 85 95 88,75
Dari data di atas menunjukkan bahwa pada kelas kontrol nilai LKS yang
didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang diberikan perlakuan
dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw
2 Lampiran 16, hal. 160.
61
3. Data Uji N-Gain Biologi Pretest dan Posttest
Untuk menguji peningkatan hasil belajar peserta didik, digunakan rumus
N-gain. Responden pada setiap kelas kedua kelas sebanyak 27 siswa. Sedangkan
pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kelompok
konvensional diperoleh hasil N-gain 0,58 dengan simpangan baku 0,125. Hal ini
menunjukkan bahwa kategori nilai rata-rata N-gain peserta didik kelas kontrol
adalah sedang. Sedangkan pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan jumlah responden 27 peserta didik, data
rata-rata N-gain hasil belajar biologi yang diperoleh adalah 0,68, dengan
simpangan baku 0,099. Hal ini menunjukkan bahwa kategori nilai rata-rata N-
gain peserta didik kelas eksperimen adalah sedang.3
Table 4.3 Data Uji N-Gain
Data N-Gain Kontrol Eksperimen
Max 0,842 0,833
Min 0,416 0,416
X 0,591 0,686
Kategori Sedang Sedang
Berdasarkan hasil diatas didapatkan nilai N-gain pada setiap kelas yaitu
sedang. Pada kelas kontrol didapatkan 6 peserta didik memiliki kriteria N-gain
tinggi, dan 21 peserta didik memiliki kriteria N-gain sedang. Sedangkan pada
kelas eksperimen eksperimen didapatkan 10 peserta didik memiliki kriteria N-
gain tinggi, dan 17 peserta didik menunjukkan kriteria N-gain sedang. Apabila
dilihat dari hasil uji N-gain keduanya berada dalam tingkatan sedang. Meskipun
demikian, nilai rata-rata N-Gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik
menggunakan model Jigsaw mengalami peningkatan.
3Lampiran 22-23, h. 167-168.
62
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Setelah data nilai tes terkumpul, maka dapat dilakukan uji prasyarat
analisis data yaitu uji normalitas dengan menggunakan rumus Lilifors. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak,
dengan syarat jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel maka data dapat dikatakan
berdistribusi normal. Sebaliknya, jika Lhitung lebih besar daripada Ltabel maka
dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal. Dari penelitian tersebut
diperoleh hasil sebagai berikut:4
Table 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttes
Hasil perhitungan uji normalitas data untuk normalitas pretest kelas
kontrol diperoleh nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Nilai yang didapatkan Lo
0,149 dan Lt 0,173 artinya Lo < Lt, maka sampel pada kelas kontrol
berdistribusi normal. Untuk uji normalitas pretest kelas eksperimen diperoleh
nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel dengan nilai Lo 0,122 dan Lt 0,173 dengan
artian Lo < Lt maka sampel pada kelas eksperimen juga berdistribusi normal.
Normalitas data posttest kelas eksperimen diperoleh nilai Lhitung lebih kecil
dari Ltabel. Nilai kelas kontrol yang diperoleh dari Lhitung yaitu 0,149 dan Ltabel
4Lampiran 17-18, h. 161-162.
Data Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
N 27 27 27 27
X 41,28 41,925 76,96 81,629
SD 9,818 10,546 6,354 6,587
Lhitung 0,149 0,122 0,149 0,136
Ltabel 0,173 0,173 0,173 0,173
Kesimpulan Lhitung< Ltabel
Data berdistribusi normal
Lhitung< Ltabel
Data berdistribusi normal
63
0,173 maka sampel pada kelas eksperimen I diperoleh data berdistribusi normal,
sedangkan nilai yang diperoleh dari kelas eksperimen dari Lhitung yaitu 0,136 dan
Ltabel 0,173 hal ini menunjukkan bahwa Lo < Lt maka sampel pada kelas
eksperimen juga diperoleh data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, maka selanjutnya dicari nilai
homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji
homogenitas data, digunakan uji Fisher yang membandingkan varians kedua
kelompok yaitu pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen dan posttest kelas
kontrol dan kelas eksperimen, dengan kriteria pengujian yaitu apabila Fhitung<
Ftabel maka kedua kelompok itu dikatakan homogen, dan jika Fhitung> Ftabel maka
kedua kelompok itu tidak homogen.5
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Data Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
N 27 27 27 27
Varians 96,41 111,22 38,19 43,39
Fhitung 1,153 1,074
Ftabel 1,929 1,929
Kesimpulan Fhitung< Ftabel
Data homogen
Fhitung< Ftabel
Data homogen
Dari hasil perhitungan uji homogenitas pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen diperoleh Fhitung< Ftabel yaitu dengan nilai 1,153< 1,929, maka Ho
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat dilakukan pretest kedua
kelompok berasal dari populasi yang homogen.
Sedangkan hasil perhitungan uji homogenitas posttest pada kelas kontrol
dan eksperimen didapatkan Fhitung< Ftabel yaitu dengan nilai 1,074< 1,929 pada
5Lampiran 19-20, h, 163-164.
64
taraf signifikan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan kedua
kelompok berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat dengan menggunakan uji normalitas dan
homogenitas, maka dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal dan
homogen. Kemudian langkah selanjutnya yaitu menguji apakah kelas kontrol
dan kelas eksperimen memiliki kemampuan yang sama dengan mengunakan Uji-
t. Uji-t ini dilakukan pada data pretest dan posttest. Hasil perhitungan uji-t
pretest dan posttest kelompok kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada
tabel berikut:6
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest
Data Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
N 27 27 27 27
X 41,77 41,92 76,74 81,62
t-hitung 0,158 2,80
t-tabel 2,00 2,00
Kesimpulan t-hitung < t-tabel t-hitung > t-tabel
Berdasarkan perhitungan uji-t pretest kontrol dan eksperimen diperoleh
thitung sebesar 0,158 dan ttabel sebesar2,00. Karena thitung< ttabel (0,158 < 2,00),
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
kelas mempunyai kemampuan awal yang sama.
Sedangkan pada data posttest diperoleh thitung sebesar 2,80 dan ttabel
sebesar 2,00. Karena thitung> ttabel (2,80 > 2,00) maka Ho ditolak dan Ha
diterima.. Sehingga dapat disimpulakan bahwa model pembelajaran kooperatif
Jigsaw lebih efektif digunakan pada materi ini, karena dapat dilihat dari nilai
posttest yang diperoleh kedua kelas menunjukkan bahwa nilai posttest yang
diperoleh pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw
6Lampiran 21, h. 165-166.
65
lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan model pembeajaran
kelompok konvensional.
D. Pembahasan
Setelah proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua kelas untuk dijadikan sample penelitian, yaitu kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran
kelompok konvensional memperoleh nilai rata-rata 76,74 sedangkan kelompok
eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw memperoleh
nilai rata-rata 81,62. Perolehan nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih
besar daripada kelompok kontrol. Perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa
peserta didik pada kelompok eksperimen dengan model Jigsaw lebih baik
dibandingakan dengan kelompok kontrol. Pada kelas yang menggunakan model
Jigsaw, peserta didik terlihat lebih aktif saat melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Mereka aktif bertanya dan menyampaikan pendapat serta mereka
lebih aktif mencari informasi baru untuk dijelaskan kepada teman yang lain.
Mereka juga aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
maupun teman yang lain. Dengan demikian, hasil belajar kognitif peserta didik
dapat dipengaruhi dari model belajar yang digunakan oleh guru pada saat proses
belajar mengajar.
Proses pembelajaran kedua kelas dengan menggunakan model yang
berbeda pada materi yang sama. Setiap kelompok siswa memiliki tugas masing-
masing dari guru. Untuk kelas kontrol menggunakan LKS, semua peserta didik
dalam diberikan LKS yang harus dikerjakan secara individu. Pada kelas
eksperimen dengan menggunakan model Jigsaw, setiap kelompok juga diberikan
materi yang berbeda untuk membahas sub bab yang telah diberikan oleh guru
dan penugasan LKS yang dikerjakan secara berkelompok.
Pada saat pelaksanaan presentasi, kelas kontrol terlihat mereka saling
mengandalkan antara satu dengan yang lain, sehingga hanya beberapa siswa saja
yang memahami materi, sedangkan yang lainnya hanya sibuk dengan kegiatan
masing-masing. Dengan demikian keaktifan peserta didikpun semakin
66
berkurang. Hal ini dikarenakan sangat terbatasnya peserta didik yang memahami
materi yang sudah diberikan.
Hasil pengolahan data secara statistik pada pretest menggunakan uji-t
dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai thitung lebih kecil dari ttabel
(0,158< 2,00). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-
rata hasil belajar antara kelas kontrol dan eksperimen. Setelah diberikan
perlakuan pada kedua kelas dari posttest diperoleh nilai thitung lebih besar dari
ttabel (2,80> 2,00). Hal ini menunjukkan bahwa kedua model pembelajaran ini
efektif apabila digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar antara kelas
kontrol dan eksperimen. Dengan demikian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif Jigsaw ini lebih membawa perubahan pada nilai
kognitif peserta didik. Karena dengan menggunakan model ini, peserta didik
terlihat lebih aktif dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran
kelompok konvensional.
Dengan melihat perbedaan hasil rata-rata pada kedua kelas dapat
menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model Jigsaw lebih
baik dibandingkan kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kelompok konvensional. Karena pada kelas ekperimen yang menggunakan
model Jigsaw terlihat bahwa peserta didik lebih aktif, lebih banyak bertanya, dan
menjawab pertanyaan dibandingkan kelas kontrol. Terutama pada saat mereka
menjelaskan materi yang mereka dapatkan kepada teman-temannya.
Sebagaimana telah diuraikan, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
meliputi lima tahapan yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok,
latihan soal, dan penghargaan kelompok. Selama proses pembelajaran siswa
dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang
peserta didik. Kelompok tersebut bersifat permanen, yang artinya selama proses
pembelajaran siswa melaksanakan aktivitas belajar dalam kelompok yang tetap.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengandung kegiatan diskusi
yang masing – masing siswa diberikan tanggung jawab untuk memahami sub
materi yang akan disampaikan karena setipa siswa harus menjelaskan materi
67
yang telah mereka dapatkan kepada kelompoknya. Dengan demikian, kelompok
tersebut mendapatkan informasi atau pengetahuan yang lengkap tentang materi
belajar yang ingin disampaikan oleh guru. Selain itu, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga dapat membuat proses pembelajaran menjadi efektif..
Model pembelajaran kelompok konvensional secara garis besar memiliki 4
tahap yaitu mengajar, belajar dalam kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok. Pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kelompok konvensional ini, peserta didik kurang aktif dalam bekerja kelompok.
Peserta didik hanya mengandalkan teman untuk mengerjakan LKS yang telah
diberikan oleh guru.
Perbedaan hasil belajar pada kedua kelas terjadi karena perbedaan
perlakuan yang diberikan oleh guru kepada setiap kelas. Pada kelas kontrol guru
menggunakan model pembelajaran kelompok konvensional, sedangkan pada
kelas eksperimen guru menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Pada kelas eksperimen yang menggunakan model Jigsaw membuat para peserta
didik lebih aktif pada saat belajar, dan rasa ingin tahu yang muncul lebih besar
dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model kelompok konvensional.
Dengan menggunakan model pembelajaran kelompok konvensional mereka
hanya melakukan diskusi dan dorongan untuk mencari tahupun sangatlah
rendah. Hal ini dikarenakan dalam pengerjaan tugas yang diberikan, mereka
saling bergantung dengan peserta didik yang lebih memahami atau pandai dalam
materi ini. Sehingga peserta didik yang lain hanya mengandalkan sampai tugas
itu selesai. Dari sini dapat dilihat bahwa pengetahuan peserta didik yang
menggunakan model konvensional sangatlah berbeda-beda, karena ketika
melaksanakan diskusi hanya beberapa peserta didik saja yang melakukannya.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Rina Fitriani, Tri
Jalmo, Rini Rita T Marpaung dalam judul perbandingan penggunaan model
STAD dan Jigsaw terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi
menunjukkan bahwa penggunaan model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan
68
penguasaan materi oleh siswa, namun penggunaan model Jigsaw lebih tinggi
dan berbeda dibandingkan dengan yang menggunakan model STAD.7
Beberapa faktor yang menyebabkan nilai pada kelas kontrol rendah adalah
kurang optimalnya proses pembelajaran yang menggunakan model ini. Namun,
model kelompok konvensional ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya
adalah:
1. Proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa sehingga memungkinkan
siswa aktif dan kreatif dala pembelajaran.
2. Langkah-langkah pembelajaran sistematis sehingga memudahkan guru
untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.
3. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif
dengan berbagai sumber belajar.
4. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
5. Proses pembelajaran melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
6. Dapat mengembangkan karakter siswa
7. Penilaiannya mencangkup semua aspek,
Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran yang bersifat student
centered, dalam proses pembelajaran menggunakan metode ilmiah. Namun,
penggunaan model Jigsaw menuntut peserta didik lebih aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran. Karena mereka dituntut untuk dapat menjelaskan
kepada teman yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan statistik yang
sudah dijelaskan sebelumnya.
Penggunaan model Jigsaw ini kepada kelas eksperimen menjadikan siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Maka, model ini bisa digunakan sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berbeda halnya
dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kelompok
7Cicilia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung, op. cit., h.37.
69
konvensional, model ini bertitik fokus pada kerja kelompok yang hanya
berlandaskan diskusi kelompok dan LKS saja. Dalam pembelajaran kelompok
model konvensional ini terkadang mereka hanya mengandalkan temannya yang
pintar saja. Tidak semua peserta didik saat diskusi mengikuti. Peserta didik yang
malas untuk belajar hanya akan mengandalkan temannya yang sudah bisa.
Peserta didik yang malas akan semakin malas karena mereka tidak ikut berperan
serta dalam diskusi kelompok ini. Hal ini membuat peserta didik kurang aktif
dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mempunyai beberapa
kelebihan untuk siswa dalam pembelajaran. Diantaranya dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan
masalah, siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih
dalam dan sederhana bersama anggota kelompoknya. Selain itu, dengan model
pembelajaran jigsaw ini siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran dan akan
lebih banyak mencari tahu tentang materi yang mereka dapatkan untuk
mengajarkan kembali kepada teman-temannya. Sehingga setiap siswa akan
memiliki rasa tanggungjawab karena masing-masing dari mereka harus paham
mengenai bagian dari materi yang sudah dibagi.
Selama ini peserta didik menganggap mata pelajaran biologi sangatlah
sulit, karena mereka menganggap mata pelajaran ini kebanyakan menghafal dan
memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi untuk menguasai materi tersebut.
Dari sinilah para peserta didik menjadi malas untuk belajar biologi. Kemudian
ketika peserta didik sudah malas untuk belajar biologi, guru pun kurang
medorong peserta didik untuk belajar, misalnya dengan menggunakannya model
yang biasa saja. Jika keadaan ini terus menerus berlangsung, maka tentu saja
akan sangat mempengaruhi sikap peserta didik terhadap pelajaran biologi. Sikap
yang seperti ini akan membuat hasil belajar peserta didik semakin menurun.
Dengan menggunakan berbagai model belajar, diharapkan peserta didik
mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran biologi. Sehingga hasil belajar
biologi peserta didikpun bisa meningkat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
kooperatif Jigsaw dalam hasil belajar peserta didik kelas X pada materi jamur
di MA Jami’yyah Islamiyyah. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil rata-rata
belajar posttest peserta didik pada kelas kontrol sebesar 76,74 dan kelas
eksperimen dengan menggunakan pembelajaran Jigsaw sebesar 81,62.
Artinya, model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kelompok konvensional. Selain itu, dari uji
hipotesis didapatkan thitung > ttabel (2,80 > 2,00) yang berarti terdapat pengaruh
pada efektivitas model pembelajaran kooperatif Jigsaw terhadap hasil belajar
peserta didik pada konsep jamur.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis mengajukan beberapa
saran agar menjadi masukan, diantaranya:
1. Diharapkan guru mata pelajaran biologi untuk dapat menerapkan
model pembelajaran jigsaw pada materi jamur yang dianggap sesuai untuk
menggunakan model tersebut.
2. Diharapkan para guru dapat memilih model atau cara mengajar
yang tepat, agar dapat memicu aktivitas belajar siswa, serta menumbuhkan
minat dan motivasi dalam megikuti pelajaran, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar.
70
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Zaheer, Nasir Mahmood. “Effects of Cooperative Learning vs.
Traditional Instruction on Prospective Teachers’ Learning Experience and Achievement”. Journal of Faculty of Educational Sciences. Vol. 43. No. 1. Tahun 2010. diakses dari: http://www.acarindex.com/dosyalar/makale/acarindex-1423869905.pdf. pada 15 Desember 2016.
Anderson, Lorin W. dan David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen : Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged Edition oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 5. 2005.
Aronson, Elliot. “Jigsaw Strategy”. diakses dari: https://www.schreyerinstitute.psu.edu/pdf/alex/jigsaw.pdf. pada 15 Januari 2017.
Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media. Cet. 2. 2015.
Cagatay, Gulsen, Gokhan Demircioglu. “The Effect of Jigsaw-I Cooperative Learning Technique On Students’ Understanding About Basic Organic Chemistry Concepts”. The International Journal of Educational Researchers. Vol. 4. No. 2. Tahun 2013. diakses dari: http://www.eab.org.tr pada 10 Februari 2016.
Campbell, Neil A. et.al. Biologi edisi kedelapan jilid II. Terj. dari Biology 8th
Edition oleh Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga. Cet. 14. 2012.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2015.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet. 3. 2011.
D. A, Pratiwi, dkk. Biologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Cet. 9. 2018.
Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran : Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam. Terj. dari Strategie and Models for Teacher: Teaching Content and Thingking Skills, Sixth Edition Oleh Satrio Wahono. Jakarta: Indeks. 2012.
71
Fitriani, Cicilia Rina, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung. “Perbandingan Penggunaan Model STAD dan Jigsaw Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi”. Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No, 1, Tahun 2014. diakses dari: jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/2795. pada 3 Februari 2017.
Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. 2009.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 16. 2014.
Huda, Miftahul. Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. XI, 2016.
Isjoni, Mohd. Arif Ismail, Jozua Sabandar, Mohd. Ansyar. Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
Iskandar. Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Referensi. 2012.
Khodijah, Nyanyu. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cet. 2. 2014.
Mawahibus, Ahib. “Efektivitas Metode STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa Kelas X”. Skripsi Program Studi Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon. 2012. diakses dari: repository.syekhnurjati.ac.id. pada 9 Februari 2016.
Meltzer, David E. “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. Journal American Association of Physics Teachers. Vol.70. No. 12. Tahun 2012. h. 1260. dari http://wwwphysicsphysics.iastate.edu/. pada tanggal 30 Oktober 2017.
Muraya, Daniel Ngaru dan Githui Kimamo. “Effect of Cooperative Learning Approach on Biology Mean Achievement Scores of Secondary School Students’ in Machakos District, Kenya”. Educational Research and Reviews. Vol. 6. No. 12. p. 726-745. Tahun 2011. Diakses dari http://www.academicjournals.org/ERR. Pada 12 Februari 2016.
Rohmawati, Afifatu. “Efektivitas Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Usia Dini. Vol. 9. No. 1. April 2015. h. 17. Diakses dari: http://pps.unj.ac.id/journal/jpud/article/view/90. Pada 11 Januari 2017.
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Cet. 5. 2014.
72
Sadiman, Arif , R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Grafindo Persada. 2007.
Sani, Miftahul, Nurul Afifah, Enny Afniyanti. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Rambah Hilir Tahun Pembelajaran 2014/2015”. Jurnal Mahasiswa FKIP Universitas Pasir Pengairan. Vol 1. No 1. Tahun 2015. diakses dari: e-journal.upp.ac.id/index.php/fkipbiologi/article/view/346. pada 12 Februari 2016.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. 5. 2008.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 10, 2010.
Slavin, Robert E. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron Bandung: Nusa Media. Cet. 15. 2015.
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhabudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lemlit UIN Jakarta Press. 2006 .
Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pebelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet 14. 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Cet. 18. 2013.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitaif, dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. Cet. 2. 2014.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Cet. 5. 2009.
Sunoko Setyawan, Wiwiek Eko Bindarti, Sudarsono. “The Effect of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Technique on the Eleventh Grade Students Structure Achievement at MAN 1 Jember”. Jurnal Pancaran Pendidikan FKIP Universitas Jembe. Vol. 2. No. 3. Tahun 2013. diakses dari: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/view/716. pada 7 Desember 2016.
73
Suprijono, Agus. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paeikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. XV. 2016.
Sutiman, Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo. “Efektivitas pembelajaran Kooperatif dalam Mengingkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Filsafat Ilmu”. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Vol. 2. No. 1. diakses dari: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpms/article/view/3892/3364. pada 15 Januari 2017.
Syah, Darwyan, Supardi, dan Abd. Aziz Hasibuan. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan : dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet.17. 2011.
Taniredja, Tukiran, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. 2013.
Tewksbury, Barbara Jarvis. “Specific Strategies for Using the “Jigsaw” Technique for Working in Groups in Non-Lecture-Based Courses”. Journal of Geological Education. Vol. 43. Tahun 1995. p. 322, diakses dari: http://nagt-jge.org/doi/pdf/10.5408/0022-1368-43.4.322. pada 5 Januari 2017.
Tran, Van Dat. “The Effectts of Cooperative Learning on the Academic Achievement and Knowledge Retention”. International Journal of Higher Education. Vol. 3. No. 2. Tahun 2014. diakses dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1067568.pdf. pada: 12 Desember 2016.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. 6. 2013.
Usman, Husaini, R. Purnomo Saetiady Akbar. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. 8. 2008.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dari http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf diakses : 2 Januari 2016.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. 9. 2014.
Winkle W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Cet. 10. 2009.
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suarti. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.
74
75
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : MA Jam’iyyah Islamiyyah
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Pertemuan : I (Pertama)
Model : Diskusi Kelompok
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagau permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
proseduran pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
76
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah
secara mandiri, dan maupun menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
3.6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
3.6.2 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur
3.6.3 Mengklasifikasikan jamur berdasarkan ciri-ciri dan reproduksinya
D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri-ciri pada jamur
2. Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada
jamur
3. Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan reproduksinya
E. Materi Pembelajaran
Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau
banyak dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang
tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi
makhluk hidup. Jamur dipisahkan dalam kingdom nya sendiri, tidak
termasuk dalam kingdom protista, monera, maupun plantae, karena tidak
berklorofil, jamur termasuk kedalam makhluk hidup heterotrof
(memperoleh makanan sedniri dari organisme lainnya) dalam hal ini jamur
hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di
lingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan
77
menguai sampah organik seperti bangkai menjadi bahan anorganik). Ada
juga jamur yang hidup secara parasit ( memperoleh bahan organik dari
inangnya), adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme (yaitu hidup
dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan untung).
• Reproduksi Fungi (Jamur)
Jamur terbagi atas dua yaitu uniseluler (bersel tunggal dan
multiseluler), keduanya memiliki cara berkembang biak yang berbeda.
Jamur uniseluler berkembang biak secara aseksual dengan membentuk
tunas, dan secara seksual dengan membentuk spora skus. Sedangkan jamur
multiseluler yang terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti
kapas, yang disebut benang hifa (fragmentasi), membentuk spora aseksual
yaitu zoospora, endospora, dan konidia. Secara seksual melalui peleburan
antara inti jantan dan inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora
sidium.
Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak di
dalam air dengan menggunakan flagela. Jadi jamur penghasil zoospora
biasanya hidup di lingkungan yang lembab atau berair. Endospora adalah
spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal di dalam sel
tersebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh. Spora askus atau
askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur
ascomycota. Askospora terdapat dalam askus, biasanya berjumpah 8
spora. Spora yang dihasilkan dari perkawinan kelompok jamur
Basidiomycota disebut basidispora. Basidispora terdapat di dalam
78
basidium, dan biasanya berjumlah 4 spora. Konidia adalah spora yang
dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau
dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak,
konidia paling ujung dapat melepas diri.
F. Metode Pembelajaran
• Diskusi, ceramah,
• Metode Diskusi
G. Media
• Media
1. LKS
2. Power Point
3. Gambar/Foto tentang jamur
• Alat/Bahan
1. Proyektor
2. Alat tulis
H. Sumber Belajar
1. Priadi, Arif dkk, Tahun 2007, Sains BIOLOGI SMA kelas X,
Yudhistira
2. D.A Pratiwi dkk, Tahun 2007, Biologi 1 SMA, Erlangga
3. Irnaningtyas, Tahun 2013, BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas X,
Erlangga
I. Langkah-Langkah Pembelajaran
• Pendahuluan
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Alokasi
Waktu
Pembukaan Guru memberi salam
kemudian berdo’a dan
mengabsen peserta
didik.
Menjawab salam dan berdo’a
yang dipimpin oleh ketua
kelas. Kemudian
mendengarkan absen.
5 menit
79
Apersepsi Guru menanyakan
kepada peserta didik
“Apakah kalian pernah
makan jamur?
Bagaimana macam-
macam bentuk jamur?”
Peserta didik menjawab
pertanyaan guru.
10
menit
Pemberian
acuan
• Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
• Guru membagi siswa
menjadi 4 kelompok,
dan menjelaskan
proses pembelajaran.
Peserta didik mendengarkan
dan memahami tujuan dari
pembelajaran kemudian
membentuk kelompok
5 menit
• Kegiatan Inti Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Alokasi
Waktu
Mengamati Guru menampilkan
beberapa gambar jamur
Guru menjelaskan
pengertian dari jamur
dan beberapa macam
jamur.
1. Apa itu yang
dimaksud dengan
jamur.
2. Beberapa macam
jamur yang sering kita
Mengamati dan mencermati
gambar tentang Klasifikasi
jamur, dan mencatat hasil
pengamatannya.
15
menit
80
temui.
Menanya Guru merangsang
peserta didik dan
menjawab pertanyaan
peserta didik.
Peserta didik dimotivasi
untuk menanya hal-hal yang
berkaitan dengan ciri-ciri,
habitat, cara hidup, serta
reproduksi maupun
klasifikasi pada jamur.
Kemudian mendiskusikan
antar kelompok tentang hasil
pengamatan mengenai jamur
10
menit
Mencoba Guru membagikan
LKS. Kemudian
membimbing peserta
didik untuk berdiskusi
dan bertanya jawab
dalam kelompoknya,
dan mengarahkan siswa
yang menguasai materi
untuk menjelaskan
kepada anggota
kelompok lainnya,
sehingga seluruh
anggota kelompok
mengerti materi yang
dipelajari
Setiap kelompok diarahkan
untuk membahas LKS yang
sudah diberikan yang
berisikan pengertian, ciri-
ciri, cara hidup, habitat,
reproduksi, serta klasifikasi
pada jamur. Secara
berkelompok para peserta
didik diminta untuk
mendiskusikan materi yang
sudah diberikan oleh guru.
Setiap kelompok saling
bekerja sama dalam diskusi
serta mencatat hasil diskusi
pada lembar kerja siswa.
25
menit
81
Menalar Guru membimbing
peserta didik untuk
melakukan diskusi
Setiap kelompok
mendiskusikan tentang apa
yang telah mereka pelajari
dengan pemahaman
sebelumnya serta membuat
kesimpulan hasil diskusi.
20
menit
Mengkomu-
nikasikan
Guru mendampingi
peserta didik dalam
berdiskusi.
Guru memberikan
penilaian hasil kerja
kelompok.
Guru juga memberikan
beberapa pertanyaan
kepada semua
kelompok. Setiap orang
yang bisa menjawab
pertanyaan dari guru
akan mendapatkan poin
untuk dikumpulkan
setiap kelompoknya.
Peserta didik yang telah
membuat laporan hasil
diskusi dan kemudian
mempresentasikannya di
depan kelas. Pada saat
presentasi, kelompok lain
diberikan kesempatan
memberi pertanyaan atau
pendapatnya sehingga terjadi
proses diskusi antar
kelompok
Peserta didik menjawab
pertanyaan guru dan
mengumpulkan poin
sebanyak mungkin. Setiap
kelompok yang bisa
mengumpulkan point lebih
banyak dari kelompok lain,
kelompok itu akan
mendapatkan reward dari
guru.
20
menit
82
• Kegiatan Penutup Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik Alokasi
Waktu
Review Guru mengulang apa
yang sudah di jelaskan
kepada peserta didik
kepada teman-
temannya.
Peseta didik medengarkan
dan membenarkan
pengetahuan mereka jika ada
yang kurang benar.
15
menit
Post-test Guru memberikan
beberapa soal atau
memberikan post-test
kepada peserta didik
mengenai apa yang
sudah mereka pelajari.
Peserta didik menjawab
pertanyaan yang telah di
sajikan atau diberikan oleh
guru.
5 menit
J. Penilaian
1. Jenis / Teknik Penilaian
• LKS
• Tes tertulis (PG)
2. Instrume Penilaian
• Instrumen penilaian LKS
• Instrumen menggunakan tes tertulis pilihan ganda
111
Lampiran 3
LKS
Mengklasifikasikan berbagai macam jamur
KD
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan
1. Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur melalui sampel yang telah
disediakan sehingga peserta didik dapat menggolongkan dengan cermat tiap-tiap
jamur kedalam tiap kelasnya
2. Peserta didik mampu menganalisis hasil pengamatan peranan jamur dalam
kehidupan melalui diskusi kelompok dengan teliti
Dasar Teori
Jamur diklasifikasikan berdasarkan karakteristik reproduksi seksual serta tipe
miselium, spora, dan gamet. Jamur dapat dikelompokkan menjadi lima subdivisi,
yaitu Oomycotina, Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan
Deuteromycotina. Jamur dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Secara
generatif yaitu dengan cara isogami, anisogami, oogami, gametangiogami,
somatogami, spermatisasi, membentuk spora askus atau basidium. Sedangkan secara
vegetatif yaitu dengan cara fragmentasi, spora, membentuk tunas. Untuk spora
sendiri, memiliki beberapa macam yaitu: sporangiospora, konidiospora,
klamidospora, antrospora.
112
Alat dan Bahan
1. Gambar jamur yang disiapkan oleh guu
2. Alat tulis
3. Buku referensi
Langkah kerja
1. Perhatikan gambar yang ditampilkan oleh guru.
2. Kemudian identifikasi beberapa contoh gambar jamur yang sudah
ditampilkan.
3. Setelah selesai diamati, golongkan tiap-tiap jamur ke dalam tiap kelasnya
4. Kemudian catat penggolongan jamur menurut peranannya
Hasil Pengamatan
Nama jamur Ciri-ciri Cara hidup jamur
Pertanyaan:
1. Sebutkan ciri-ciri jamur!
2. Sebutkan macam-macam jamur berdasarkan cara reproduksi dan ciri-cirinya!
3. Jelaskan cara hidup jamur!
Pembahasan
Kesimpulan
114
Lampiran 4
LKS
Mengklasifikasikan berbagai macam jamur
KD
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan
1. Peserta didik mampu mengklasifikasikan jamur melalui sampel yang telah
disediakan sehingga peserta didik dapat menggolongkan dengan cermat tiap-tiap
jamur kedalam tiap kelasnya
2. Peserta didik mampu menganalisis hasil pengamatan peranan jamur dalam
kehidupan melalui diskusi kelompok dengan teliti
Dasar Teori
Jamur diklasifikasikan berdasarkan karakteristik reproduksi seksual serta tipe
miselium, spora, dan gamet. Jamur dapat dikelompokkan menjadi lima subdivisi,
yaitu Oomycotyna, Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan
Deuteromycotina. Jamur dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Secara
generatif yaitu dengan cara isogami, anisogami, oogami, gametangio gami,
somatogami, spermatisasi, membentuk spora askus atau basidium. Sedangkan secara
vegetatif yaitu dengan cara fragmentasi, spora, membentuk tunas. Untuk spora
sendiri, memiliki beberapa macam yaitu : sporangiospora, konidiospora,
klamidospora, antrospora.
Alat dan Bahan
1. Gambar jamur yang sudah disediakan oleh guru
115
2. Alat tulis
3. Buku referensi
Langkah kerja
1. Amati gambar jamur yang sudah disediakan!
2. Kemudian identifikasi beberapa contoh jamur yang sudah di berikan!
3. Setelah selesai diamati, golongkan jamur kedalam tiap kelasnya dan apa
peranannya!
Hasil Pengamatan
Gambar Nama jamur
dan Divisi
Klasifikasi,
ciri-ciri, cara
reproduksi
Peranan
116
Pertanyaan:
1. Sebutkan klasifikasi jamur beserta contohnya!
2. Bagaimana cara reproduksi jamur secara seksual?
3. Apa saja kerugian yang yang ditimbulkan oleh jamur?
4. Sebutkan peranan jamur!
Pembahasan
Kesimpulan
118
Lampiran 5
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN FUNGI (JAMUR)
Nama Sekolah : MA Jam’iyyah Islamiyyah
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Kompetensi Inti
2. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan proseduran pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah
secara mandiri, dan maupun menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
119
Indikator :
• Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
• Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur
• Mengklasifikasikan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya
• Mengidentifikasi ciri-ciri, cara hidup, daur hidup pada masing-masing
pengklasifikasian pada jamur
• Menyebutkan contoh jamur yang merugikan dan menguntungkan dalam
kehidupan sehari-hari
No
Indikator Pembelajaran
Soal Kunci Jawaban
Tingkat Pengetahuan
1 Mengidentifikasi ciri-ciri jamur
1. Berikut yang merupakan ciri
fungi adalah ….
a. Memiliki klorofil
b. Tidak memiliki inti sel
c. Memiliki dinding sel
d. Tidak memiliki membran
inti
e. Organisme autotrof
2. Jamur yang memiliki hifa
tidak bersekat termasuk
dalam kelompok jamur ….
a. Zygomicota
b. Ascomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. Oomycota
3. Jamur tidak dapat
digolongkan kedalam
tumbuhan karena ….
C
A
D
C1
C2
C1
120
a. Dinding selnya dari kitin
atau selulosa
b. Hifanya ada yang tidak
bersekat melintang
c. Membentuk spora
d. Tidak memiliki klorofil
e. Bersifat autotrof
4. Sekat yang menonjol antara
sporangium dan
sporangiofor pada Mucor
mucedo disebut ….
a. Konidium
b. Sporangium
c. Kolumela
d. Sorus
e. Basidium
5. Apakah nama spora pada
Zygomycota?
a. Zygospora
b. Basidium
c. Konidium
d. Stolon
e. Basidiofor
6. Manakah dari pernyataan
berikut ini yang bukan
merupakan ciri-ciri jamur ?
a. Hidupnya di tempat
lembap
b. Cara hidupnya saprofit
dan parasit
c. Bersifat heterotrof
C
A
E
C2
C2
C2
121
d. Menyerap bahan organik
yang telah diuraikan
e. Bersifat autotrof
7. Faktor yang membedakan
antara jamur dengan
organisme lain diantaranya
adalah pada dinding selnya.
Bahan apakah yang
terkandung pada dinding sel
pada jamur?
a. Lipoprotein
b. Lipid
c. Protein
d. Zat kresik
e. Zat kitin
8. Bagian jamur merang yang
enak dimakan ialah ….
a. Miselium
b. Rhizoid
c. Lendir
d. Hifa
e. Tubuh buah
9. Kumpulan benang-benang
halus pada fungi disebut ….
a. Sporangium
b. Askospora
c. Miselium
d. Hifa
e. Septa
E
E
C
C4
C3
C3
2 Menjelaskan cara hidup dan
10. Haustorium pada jamur
berfungsi sebagai ….
C C1
122
reproduksi pada jamur
a. Alat reproduksi vegetatif
b. Alat reproduksi generatif
c. Penyerap nutrisi dari
tubuh inang
d. Penghasil spora
e. Alat bernapas
11. Konidia pada jamur
Ascomycota berperan
sebagai ….
a. Alat reproduksi seksual
b. Alat reproduksi aseksual
c. Pendukung spora
aseksual
d. Hifa betina
e. Hifa jantan
12. Disebut apakah struktur
vegetatif pada jamur lendir?
a. Plasmodium
b. Amoeboid
c. Sporangium
d. Zoospora
e. Fagosit
13. Pada proses pembuatan roti,
pemberian ragi membuat
adonan menjadi
mengembang. Hal ini
disebabkan oleh ….
a. Pemanasan menyebabkan
ragi dan tepung
mengembang
b. Tepung dan ragi bereaksi
B
A
E
C4
C2
C3
123
dan menghasilkan O2
c. Ragi mengandung bakteri
d. Ragi merupakan fungi
dari kelompok
Ascomycota
e. Hasil fermentasi glukosa
oleh jamur
Saccharomyces
cerevisiae menghasilkan
CO2
14. Jamur dapat berkembang
biak secara aseksual dengan
membentuk ….
a. Konidia
b. Askospora
c. Basidiospora
d. Zigospora
e. Kolumela
15. Dengan adanya mikoriza
pada akar, tumbuhan pinus
akan mendapatkan ….
a. Karbondioksida
b. Bahan-bahan organik
c. Enzim pencernaan
makanan
d. Zat mineral
e. Toksin untuk mengusir
hama
16. Jamur memiliki miselium
vegetatif dan miselium
generatif. Apakah fungsi
A
D
C2
C1
124
miselium vegetatif pada
jamur?
a. Alat reproduksi
b. Melekatkan diri pada
substrat
c. Menampung air yang
diperlukan
d. Pendukung alat-alat
reproduksi
e. Menyerap nutrisi dari
lingkungan
17. Manakah dari pernyataan
berikut yang bukan
merupakan cara jamur
memperoleh nutrisi ?
a. Membusukkan materi
organik
b. Bersifat parasit pada
tumbuhan
c. Mensekresikan enzim
hingga makanan rusak
d. Menyebarkan toksin
hingga makanan beracun
e. Bersimbiosis dengan
organisme lain
18. Dibawah ini merupakan
salah satu bentuk simbiosis
jamur yaitu ….
a. Zygomycota
b. Basidiomycota
c. Saprofit
E
D
C2
C2
125
d. Parasit
e. Mikoriza
E
C2
3. Mengklasifikasik
an jamur
berdasarkan ciri-
ciri dan cara
reproduksinya
19. Gambar berikut ini
merupakan fungi dari jenis
….
a. Rhizopus stolonifer
b. Volvariella volvacea
c. Neorospora sp.
A
C2
126
d. Mucor mucedo
e. Saccharomyces
cerevisiae
20. Termasuk kedalam divisi
apakah fungi imperfekti ?
a. Ascomycota
b. Zygomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. Oomycota
21. Di bawah ini yang bukan
merupakan jamur dari divisi
Basidiomycota adalah ….
a. Volvariella volvacea
(jamur merang)
b. Auricularia polytricha
(jamur kuping)
c. Pleuretes sp (jamur
tiram)
d. Agaricus bisporus (jamur
kancing)
e. Aspergillus wentii (jamur
kecap)
22. Perbedaan yang paling
menonjol antara
Zygomycota dan
Deuteromycota adalah ….
a. Cara hidup
b. Habitatnya
c. Reproduksi seksualnya
d. Struktur hifanya
D
E
E
C1
C1
C4
127
e. Jawaban c dan d benar
23. Roti yang mengandung
jamur sebaiknya dibuang
saja, karena roti tersebut
mengandung toksin.
Diklasifikasikan ke dalam
marga apakah jamur roti
tersebut?
a. Penicilium
b. Aspergillus
c. Fusarium
d. Rosellina
e. Mucor
24. Perbedaan ciri-ciri antara
kelompok fungi
Ascomycota dengan fungi
Basidiomycota terlihat pada
….
a. Hifa sekat
b. Hidup secara saproba dan
parasit
c. Bersimbiosis mutualisme
d. Merupakan jamur
makroskopik
e. Tubuh buah
25. Jamur yang bersifat
makroskopis biasanya
termasuk dalam divisi jamur
….
a. Ascomycota
b. Basidiomycota
E
E
B
C4
C3
C1
128
c. Deuteromycota
d. Zygomycota
e. Myxomicota
26. Lumut kerak yang
merupakan bentuk simbiosis
antara jamur dengan dan
ganggang dapat melakukan
reproduksi sehingga
menghasilkan kembali
lumut kerak. Cara
reproduksi yang dilakukan
adalah ….
a. Seksual dengan
menggunakan spora
b. Seksual dengan
menggunakan soredia
c. Seksual dengan
membentuk anteredium
dan arkegonium
d. Aseksual dengan
menggunakan spora
e. Aseksual dengan
menggunakan soredia
27. Beberapa fungi belum
diketahui cara
reproduksinya secara
generatif sehingga
dimasukkan kedalam
kelompok ….
a. Ascomycota
b. Basidiomycota
E
C
C2
C3
129
c. Deuteromycota
d. Myxomycota
e. Oomycota
4 Mengidentifikasi
ciri-ciri, cara
hidup, daur hidup
pada masing-
masing
pengklasifikasian
pada jamur
28. Salah satu ciri dari jamur divisi Deuteromycotina adalah….
a. semua anggotanya bersifat saprofit
b. hifanya bercabang cabang, tidak bersekat
c. reproduksi seksual dengan spora
d. reproduksi aseksual dengan pembentukan konidia
e. memiliki askus yang menghasilkan askospora
29. Bagaimanakah cara hidup
jamur spesies Aspergillus ?
a. Bebas atau mandiri
b. Saprofit
c. Bersimbiosis
d. Berkelompok
e. Autotrof
30. Peleburan antara hifa jenis
(-) dan hifa jenis (+) pada
Rhizopus akan
menghasilkan ….
a. Alat reproduksi
b. Zigosporangium
c. Askospora
d. Basidiospora
D
B
B
C1
C1
C2
130
e. Sporangiofor
31. Di bawah ini yang
merupakan pernyataan yang
benar adalah ….
a. Anteredium mengandung
dua inti
b. Askogonium
mengandung dua inti
c. Inti askogonium
berpindah tempat ke
anteredium
d. Askus dapat terbentuk
dari hifa haploid
e. Anteredium mengandung
inti yang haploid
32. Berikut ini ciri-ciri beberapa
jamur:
1. Hifa bersekat, tidak ada
tubuh buah, reproduksi
generatif
2. Hifa bersekat, tidak ada
tubuh buah, reproduksi
vegetatif dan generatif
3. Hifa bersekat, ada tubuh
buah, reproduksi
vegetatif dan generatif
4. Hifa tidak bersekat, ada
tubuh buah, reproduksi
vegetatif dan konjugasi
5. Hifa tidak bersekat, tidak
ada tubuh buah,
E
C
C4
C1
131
reproduksi vegetatif
Manakah yang merupakan
ciri-ciri jamur
Basidiomycotina ?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
33. Apakah yang dihasilkan
oleh sporangium divisi
Zygomycota pada
perkembangbiakan aseksual
?
a. Sporangiofor
b. Spora
c. Zigospora
d. Hifa
e. Miselium
34. Apakah nama spora seksual
dari jamur divisi
Zygomycotina?
a. Konidiospora
b. Askospora
c. Basidiospora
d. Sporangiofor
e. Zigospora
B
E
C1
C1
5 Menyebutkan
contoh jamur
yang merugikan
35. Berikut ini adalah jenis
fungi yang berperan dalam
kehidupan manusia.
D
C1
132
dan
menguntungkan
dalam kehidupan
sehari-hari
1. Aspergillus niger
2. Aspergillus wentii
3. Penicillium camemberti
4. Aspergillus fumigatus
5. Pennicilium notatum
6. Rhizopus oryzae
Apakah jenis fungi yang
bermanfaat dalam industri
makanan ?
a. 1,2,3
b. 1,2,4
c. 1,2,5
d. 2,3,6
e. 2,4,5
36. Dibawah ini yang bukan
merupakan manfaat lumut
kerak bagi manusia adalah
….
a. Dibuat obat
b. Dibuat kertas lakmus
c. Penambahan rasa atau
aroma
d. Indikator pencemaran
udara
e. Indikator pencemaran air
37. Penyakit kaki atlet
disebabkan oleh jamur dari
E
C2
133
divisi ….
a. Deuteromycota
b. Basidiomycota
c. Ascomycota
d. Zygomycota
e. Phicomycota
38. Tempe dari kedelai
diperlukan bantuan jamur.
Apakah nama spesies dan
divisi jamur yang
dimanfaatkan dalam
pembuatan tempe ?
a. Rhizopus divisi
Zygomycota
b. Mucor divisi
Zygomycota
c. Rhizopus divisi
Ascomycota
d. Mucor divisi Ascomycota
e. Neurospora divisi
Basidiomycota
39. Proses pembuatan kecap
memanfaatkan bantuan
jamur. Apa nama jenis
jamur yang berperan dalam
proses pembuatan kecap ?
a. Aspergilus wentii
b. Aspergillus oryzae
c. Mucor mucedo
d. Roselina arcuata
e. Volvariella volvaceae
A
A
A
C3
C3
C1
134
40. Jenis fungi yang memiliki
manfaat menjadi obat-
obatan antibiotik dihasilkan
oleh fungi dari marga ….
a. Penicillium
b. Fusarium
c. Mucor
d. Aspergillus
e. Rhizopus
41. Saccharomyces cerevisiae
memiliki kemampuan untuk
….
a. Mengubah gula menjadi
alkohol
b. Memecah protein
c. Menguraikan sampah
d. Menghasilkan antibiotik
e. Menghasilkan alfatoksin
42. Fungi yang dapat
dimanfaatkan dalam
pembuatan keju adalah ….
a. Aspergillus oryzae
b. Aspergillus niger
c. Penicillium chrysogenum
d. Penicillium roqueforti
e. Penicillium notatum
43. Penicillium notatum adalah
salah satu jenis fungi yang
berperan dalam bidang
kedokteran karena ….
a. Dapat mengubah amilum
A
A
D
C4
C1
C1
135
menjadi alkohol
b. Mengandung bahan obat
c. Dapat menghasilkan
aflatoksin
d. Dapat menghasilkan
antibiotik
e. Digunakan dalam proses
fermentasi
44. Beberapa jenis fungi dapat
merugikan manusia,
misalnya fungi yang bersifat
patogen atau menimbulkan
penyakit, menghasilkan
racun dan membusukkan
bahan makanan. Di bawah
ini yang termasuk jenis
fungi yang merugikan
manusia contohnya ….
a. Rhizopus oryzae,
Volvariella volvacea
b. Aspergillus oryzae,
Rhizopus oryzae
c. Aspergillus flavus,
Aspergillus wentii
d. Aspergillus oryzae,
Aspergillus flavus
e. Aspergillus flavus,
Aspergillus fumigatus
45. Dermatomikosis adalah
penyakit kulit pada manusia
yang disebabkan oleh fungi.
D
E
C1
C4
136
Biasanya menyerang ketiak,
lipatan paha, lengan, leher
dan punggung yang ditandai
dengan munculnya bercak
putih dan menimbulkan rasa
gatal. Penyakit ini
disebabkan oleh jenis fungi
dari divisi ….
a. Ascomycota
b. Basidiomycota
c. Deuteromycota
d. Oomycota
e. Zygomycota
C
C4
137
Lampiran 6
Instrumen Penelitian
Nama :
Kelas :
Pilihlah salah satu jawaban yang benar!
1. Jamur tidak dapat digolongkan
kedalam tumbuhan karena ….
a. Dinding selnya dari kitin atau
selulosa
b. Hifanya ada yang tidak
bersekat melintang
c. Membentuk spora
d. Tidak memiliki klorofil
e. Bersifat autotrof
2. Bagian jamur merang yang enak
dimakan ialah ….
a. Miselium
b. Rhizoid
c. Lendir
d. Hifa
e. Tubuh buah
3. Kumpulan benang-benang halus
pada fungi disebut ….
a. Sporangium
b. Askospora
c. Miselium
d. Hifa
e. Septa
4. Jamur memiliki miselium
vegetatif dan miselium
generatif. Apakah fungsi
miselium vegetatif pada jamur?
a. Alat reproduksi
b. Melekatkan diri pada substrat
c. Menampung air yang
diperlukan
d. Pendukung alat-alat
reproduksi
e. Menyerap nutrisi dari
lingkungan
5. Manakah dari pernyataan
berikut yang bukan merupakan
cara jamur memperoleh nutrisi ?
a. Membusukkan materi organik
b. Bersifat parasit pada
tumbuhan
c. Mensekresikan enzim hingga
makanan rusak
d. Menyebarkan toksin hingga
makanan beracun
e. Bersimbiosis dengan
organisme lain
138
6. Gambar berikut ini merupakan
fungi dari jenis ….
a. Rhizopus stolonifer
b. Volvariella volvacea
c. Neorospora sp.
d. Mucor mucedo
e. Saccharomyces cerevisiae
7. Termasuk kedalam divisi
apakah fungi imperfekti ?
a. Ascomycota
b. Zygomycota
c. Basidiomycota
d. Deuteromycota
e. Oomycota
8. Di bawah ini yang bukan
merupakan jamur dari divisi
Basidiomycota adalah ….
a. Volvariella volvacea (jamur
merang)
b. Auricularia polytricha (jamur
kuping)
c. Pleuretes sp (jamur tiram)
d. Agaricus bisporus (jamur
kancing)
e. Aspergillus wentii (jamur
kecap)
9. Roti yang mengandung jamur
sebaiknya dibuang saja, karena
roti tersebut mengandung
toksin. Diklasifikasikan ke
dalam marga apakah jamur roti
tersebut?
a. Penicilium
b. Aspergillus
c. Fusarium
d. Rosellina
e. Mucor
10. Jamur yang bersifat
makroskopis biasanya termasuk
dalam divisi jamur ….
a. Ascomycota
b. Basidiomycota
c. Deuteromycota
d. Zygomycota
e. Myxomicota
11. Lumut kerak yang merupakan
bentuk simbiosis antara jamur
dengan dan ganggang dapat
melakukan reproduksi sehingga
menghasilkan kembali lumut
kerak. Cara reproduksi yang
dilakukan adalah ….
139
a. Seksual dengan
menggunakan spora
b. Seksual dengan
menggunakan soredia
c. Seksual dengan membentuk
anteredium dan arkegonium
d. Aseksual dengan
menggunakan spora
12. Beberapa fungi belum diketahui
cara reproduksinya secara
generatif sehingga dimasukkan
kedalam kelompok ….
a. Ascomycota
b. Basidiomycota
c. Deuteromycota
d. Myxomycota
e. Oomycota
13. Salah satu ciri dari jamur divisi Deuteromycotina adalah….
a. semua anggotanya bersifat saprofit
b. hifanya bercabang cabang, tidak bersekat
c. reproduksi seksual dengan spora
d. reproduksi aseksual dengan pembentukan konidia
e. memiliki askus yang menghasilkan askospora
14. Bagaimanakah cara hidup jamur
spesies Aspergillus ?
a. Bebas atau mandiri
b. Saprofit
c. Bersimbiosis
d. Berkelompok
Autotrof
15. Peleburan antara hifa jenis (-)
dan hifa jenis (+) pada Rhizopus
akan menghasilkan ….
a. Alat reproduksi
b. Zigosporangium
c. Askospora
d. Basidiospora
Sporangiofor
16. Di bawah ini yang merupakan
pernyataan yang benar adalah
….
a. Anteredium mengandung dua
inti
b. Askogonium mengandung
dua inti
c. Inti askogonium berpindah
tempat ke anteredium
d. Askus dapat terbentuk dari
hifa haploid
e. Anteredium mengandung inti
yang haploid
17. Apakah yang dihasilkan oleh
sporangium divisi Zygomycota
pada perkembangbiakan
aseksual ?
a. Sporangiofor
140
b. Spora
c. Zigospora
d. Hifa
e. Miselium
18. Apakah nama spora seksual dari
jamur divisi Zygomycotina?
a. Konidiospora
b. Askospora
c. Basidiospora
d. Sporangiofor
Zigospora
19. Dibawah ini yang bukan
merupakan manfaat lumut kerak
bagi manusia adalah ….
a. Dibuat obat
b. Dibuat kertas lakmus
c. Penambahan rasa atau aroma
d. Indikator pencemaran udara
e. Indikator pencemaran air
20. Penyakit kaki atlet disebabkan
oleh jamur dari divisi ….
a. Deuteromycota
b. Basidiomycota
c. Ascomycota
d. Zygomycota
e. Phicomycota
21. Tempe dari kedelai diperlukan
bantuan jamur. Apakah nama
spesies dan divisi jamur yang
dimanfaatkan dalam pembuatan
tempe ?
a. Rhizopus divisi Zygomycota
b. Mucor divisi Zygomycota
c. Rhizopus divisi Ascomycota
d. Mucor divisi Ascomycota
e. Neurospora divisi
Basidiomycota
22. Proses pembuatan kecap
memanfaatkan bantuan jamur.
Apa nama jenis jamur yang
berperan dalam proses
pembuatan kecap ?
a. Aspergilus wentii
b. Aspergillus oryzae
c. Mucor mucedo
d. Roselina arcuata
e. Volvariella volvaceae
23. Penicillium notatum adalah
salah satu jenis fungi yang
berperan dalam bidang
kedokteran karena ….
a. Dapat mengubah amilum
menjadi alkohol
b. Mengandung bahan obat
c. Dapat menghasilkan
aflatoksin
d. Dapat menghasilkan
antibiotik
e. Digunakan dalam proses
fermentasi
141
24. Beberapa jenis fungi dapat
merugikan manusia, misalnya
fungi yang bersifat patogen atau
menimbulkan penyakit,
menghasilkan racun dan
membusukkan bahan makanan.
Di bawah ini yang termasuk
jenis fungi yang merugikan
manusia contohnya ….
a. Rhizopus oryzae, Volvariella
volvacea
b. Aspergillus oryzae, Rhizopus
oryzae
c. Aspergillus flavus,
Aspergillus wentii
d. Aspergillus oryzae,
Aspergillus flavus
e. Aspergillus flavus,
Aspergillus fumigatus
25. Dermatomikosis adalah
penyakit kulit pada manusia
yang disebabkan oleh fungi.
Biasanya menyerang ketiak,
lipatan paha, lengan, leher dan
punggung yang ditandai dengan
munculnya bercak putih dan
menimbulkan rasa gatal.
Penyakit ini disebabkan oleh
jenis fungi dari divisi ….
a. Ascomycota
b. Basidiomycota
c. Deuteromycota
d. Oomycota
Zygomycota
142
Lampiran 7 SKOR DATA DIBOBOT ================= Jumlah Subyek = 31 Butir soal = 45 Bobot utk jwban benar = 1 Bobot utk jwban salah = 0 Keterangan = data terurut berdasarkan skor (tinggi ke rendah) Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Urt No Subyek Kode/Nama Benar Salah Kosong Skr Asli Skr Bobot 1 9 Della ... 33 12 0 33 33 2 16 Hanifah 28 17 0 28 28 3 28 Siti H... 22 23 0 22 22 4 4 Asha P... 21 24 0 21 21 5 23 Nailah... 20 25 0 20 20 6 5 Asha T... 19 26 0 19 19 7 13 Firda ... 19 26 0 19 19 8 3 Annis ... 18 27 0 18 18 9 12 Faisal... 18 27 0 18 18 10 27 Siti A... 18 27 0 18 18 11 2 Anna N... 16 29 0 16 16 12 10 Elsa S... 15 30 0 15 15 13 11 Erika ... 15 30 0 15 15 14 15 Halid K. 15 30 0 15 15 15 17 Ibnu Z... 15 30 0 15 15 16 21 Nada N... 15 30 0 15 15 17 22 Nadzru... 15 30 0 15 15 18 20 Muhamm... 14 31 0 14 14 19 29 Siti N... 14 31 0 14 14 20 8 Cahya ... 13 32 0 13 13 21 24 Nur Hi... 13 32 0 13 13 22 25 Renia ... 13 32 0 13 13 23 26 Rio Ba... 13 32 0 13 13 24 14 Firda ... 12 33 0 12 12 25 18 Muhamm... 12 33 0 12 12 26 31 Suraiy... 12 33 0 12 12 27 1 Aji Sy... 11 34 0 11 11 28 7 Bela D... 11 34 0 11 11 29 30 Sufi N... 11 34 0 11 11 30 19 Muhamm... 8 37 0 8 8 31 6 Bagus ... 4 41 0 4 4
143
Lampiran 8 RELIABILITAS TES ================ Rata-Rata = 15.58 Simpang Baku = 5.52 KorelasiXY = 0.64 Reliabilitas Tes = 0.78 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total 1 1 Aji Syaiful M. 5 6 11 2 2 Anna Nur H. 8 8 16 3 3 Annis Rizky S.A 10 8 18 4 4 Asha Putri A.R. 13 8 21 5 5 Asha Taqiya 11 8 19 6 6 Bagus Muslim 4 0 4 7 7 Bela Dina S. 4 7 11 8 8 Cahya Annisa R. 9 4 13 9 9 Della Merdeka... 20 13 33 10 10 Elsa Salsabilla 9 6 15 11 11 Erika Salsa N. 8 7 15 12 12 Faisal Fazri 11 7 18 13 13 Firda Azzahra 12 7 19 14 14 Firda Lutfiah 7 5 12 15 15 Halid K. 10 5 15 16 16 Hanifah 18 10 28 17 17 Ibnu Zaki A. 7 8 15 18 18 Muhammad Fahri 5 7 12 19 19 Muhammad Abdan 5 3 8 20 20 Muhammad Egga 7 7 14 21 21 Nada Nur I. 10 5 15 22 22 Nadzrun Nazir 7 8 15 23 23 Nailah Muntaz... 12 8 20 24 24 Nur Hikmah I. 8 5 13 25 25 Renia Nuraisy 7 6 13 26 26 Rio Bagus P. 6 7 13 27 27 Siti Aisyah W. 10 8 18 28 28 Siti Hanifah A. 11 11 22 29 29 Siti Nur A. 9 5 14 30 30 Sufi Nur S. 4 7 11 31 31 Suraiya M. 6 6 12
144
KELOMPOK UNGGUL & ASOR ====================== Kelompok Unggul Nama berkas = E:\ ANATES.ANA 1 2 3 4 5 6 7 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 9 Della Merdeka... 33 1 - 1 - - - 1 2 16 Hanifah 28 1 - 1 - - - 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 1 - - 1 - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - - 1 - - - 1 5 23 Nailah Muntaz... 20 - - 1 - - - - 6 5 Asha Taqiya 19 - - - - - - 1 7 13 Firda Azzahra 19 - 1 1 - - - 1 8 3 Annis Rizky S.A 18 1 - 1 - 1 - 1 Jml Jwb Benar 4 2 7 0 1 1 6 8 9 10 11 12 13 14 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 - 1 - - - 2 16 Hanifah 28 1 - - 1 - - - 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 - - 1 - - - 4 4 Asha Putri A.R. 21 1 - - - - - - 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 - - 1 - 6 5 Asha Taqiya 19 1 - - - - - - 7 13 Firda Azzahra 19 1 1 - - - - - 8 3 Annis Rizky S.A 18 1 - 1 1 - 1 1 Jml Jwb Benar 8 2 2 4 0 2 1 15 16 17 18 19 20 21 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 1 1 1 1 2 16 Hanifah 28 - - - - 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 1 - 1 1 - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - - - 1 - 1 1 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 - - 1 1 6 5 Asha Taqiya 19 - - - 1 - 1 1 7 13 Firda Azzahra 19 1 - - - - - - 8 3 Annis Rizky S.A 18 1 - - - 1 1 1 Jml Jwb Benar 5 2 3 3 4 7 6
145
22 23 24 25 26 27 28 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28 1 9 Della Merdeka... 33 - 1 - 1 1 1 1 2 16 Hanifah 28 - 1 - 1 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 - 1 1 - - - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - 1 - 1 - 1 - 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 1 - - 1 6 5 Asha Taqiya 19 - - - 1 - 1 - 7 13 Firda Azzahra 19 1 - - - 1 1 - 8 3 Annis Rizky S.A 18 - - - - 1 - 1 Jml Jwb Benar 3 3 2 6 4 5 4 29 30 31 32 33 34 35 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 - 1 1 - 2 16 Hanifah 28 1 1 1 - 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 - 1 - 1 - 4 4 Asha Putri A.R. 21 1 1 - - 1 1 - 5 23 Nailah Muntaz... 20 - - 1 - 1 - 1 6 5 Asha Taqiya 19 1 1 - - 1 1 - 7 13 Firda Azzahra 19 1 - - - 1 1 1 8 3 Annis Rizky S.A 18 - 1 - - - 1 - Jml Jwb Benar 6 6 3 1 6 7 3 36 37 38 39 40 41 42 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 36 37 38 39 40 41 42 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 1 1 1 1 2 16 Hanifah 28 1 1 1 1 1 1 - 3 28 Siti Hanifah A. 22 - - - 1 - - - 4 4 Asha Putri A.R. 21 - 1 1 1 1 1 - 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 1 - - 1 - - 6 5 Asha Taqiya 19 - 1 1 1 1 1 - 7 13 Firda Azzahra 19 - 1 - 1 1 1 - 8 3 Annis Rizky S.A 18 - 1 - - - - - Jml Jwb Benar 3 7 4 6 6 5 1 43 44 45 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 43 44 45 1 9 Della Merdeka... 33 1 1 1 2 16 Hanifah 28 1 1 1 3 28 Siti Hanifah A. 22 1 1 1
146
4 4 Asha Putri A.R. 21 1 1 1 5 23 Nailah Muntaz... 20 1 - 1 6 5 Asha Taqiya 19 1 1 1 7 13 Firda Azzahra 19 - 1 1 8 3 Annis Rizky S.A 18 - - - Jml Jwb Benar 6 6 7 Kelompok Asor Nama berkas: E:\ ANATES.ANA 1 2 3 4 5 6 7 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 14 Firda Lutfiah 12 - 1 1 - - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 - - - 1 - - - 3 31 Suraiya M. 12 1 - - - - - 1 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 1 - - - 1 - 5 7 Bela Dina S. 11 - - - 1 - 1 - 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - 1 - 1 - 7 19 Muhammad Abdan 8 1 - - - - - - 8 6 Bagus Muslim 4 1 - 1 - - - 1 Jml Jwb Benar 4 2 2 3 0 3 2 8 9 10 11 12 13 14 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 8 9 10 11 12 13 14 1 14 Firda Lutfiah 12 1 - - 1 - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - 1 1 - - - 3 31 Suraiya M. 12 - 1 - - 1 - 1 4 1 Aji Syaiful M. 11 - - - - - - - 5 7 Bela Dina S. 11 1 - - - - 1 1 6 30 Sufi Nur S. 11 1 - - - - 1 1 7 19 Muhammad Abdan 8 - - - - - 1 1 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 4 1 1 2 1 3 4 15 16 17 18 19 20 21 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 15 16 17 18 19 20 21 1 14 Firda Lutfiah 12 1 - - - - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - - - - - - 3 31 Suraiya M. 12 - - - 1 - 1 - 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 - - - - - 1 5 7 Bela Dina S. 11 - - - - - - - 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - - - - -
147
7 19 Muhammad Abdan 8 - - - 1 - 1 - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 3 0 0 2 0 2 1 22 23 24 25 26 27 28 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 22 23 24 25 26 27 28 1 14 Firda Lutfiah 12 1 - - - - 1 - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - - - - - - 3 31 Suraiya M. 12 1 - - 1 - - - 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 - - - - - - 5 7 Bela Dina S. 11 1 - - - - - 1 6 30 Sufi Nur S. 11 1 1 - - - - 1 7 19 Muhammad Abdan 8 - - - - - - - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 6 1 0 1 0 1 2 29 30 31 32 33 34 35 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 29 30 31 32 33 34 35 1 14 Firda Lutfiah 12 - - - 1 - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 1 - - - 1 1 - 3 31 Suraiya M. 12 - - - - - - - 4 1 Aji Syaiful M. 11 1 - - - 1 1 - 5 7 Bela Dina S. 11 - - - - - - 1 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - - - - 1 7 19 Muhammad Abdan 8 - - 1 - - - - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - - - Jml Jwb Benar 2 0 1 1 2 2 2 36 37 38 39 40 41 42 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 36 37 38 39 40 41 42 1 14 Firda Lutfiah 12 - 1 - 1 1 1 - 2 18 Muhammad Fahri 12 - - - - 1 - 1 3 31 Suraiya M. 12 - - 1 - - - - 4 1 Aji Syaiful M. 11 - - - - 1 - 1 5 7 Bela Dina S. 11 - - - - 1 1 - 6 30 Sufi Nur S. 11 - 1 - - 1 - - 7 19 Muhammad Abdan 8 - 1 - - - 1 - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - - - 1 - Jml Jwb Benar 0 3 1 1 5 4 2
148
43 44 45 No.Urut No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 43 44 45 1 14 Firda Lutfiah 12 - - - 2 18 Muhammad Fahri 12 - - 1 3 31 Suraiya M. 12 1 - 1 4 1 Aji Syaiful M. 11 - - - 5 7 Bela Dina S. 11 - - 1 6 30 Sufi Nur S. 11 - - - 7 19 Muhammad Abdan 8 - - - 8 6 Bagus Muslim 4 - - - Jml Jwb Benar 1 0 3
149
Lampiran 9 DAYA PEMBEDA ============ Jumlah Subyek = 31 Klp atas/bawah(n) = 8 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%) 1 1 4 4 0 0.00 2 2 2 2 0 0.00 3 3 7 2 5 62.50 4 4 0 3 -3 -37.50 5 5 1 0 1 12.50 6 6 1 3 -2 -25.00 7 7 6 2 4 50.00 8 8 8 4 4 50.00 9 9 2 1 1 12.50 10 10 2 1 1 12.50 11 11 4 2 2 25.00 12 12 0 1 -1 -12.50 13 13 2 3 -1 -12.50 14 14 1 4 -3 -37.50 15 15 5 3 2 25.00 16 16 2 0 2 25.00 17 17 3 0 3 37.50 18 18 3 2 1 12.50 19 19 4 0 4 50.00 20 20 7 2 5 62.50 21 21 6 1 5 62.50 22 22 3 6 -3 -37.50 23 23 3 1 2 25.00 24 24 2 0 2 25.00 25 25 6 1 5 62.50 26 26 4 0 4 50.00 27 27 5 1 4 50.00 28 28 4 2 2 25.00 29 29 6 2 4 50.00 30 30 6 0 6 75.00 31 31 3 1 2 25.00 32 32 1 1 0 0.00 33 33 6 2 4 50.00 34 34 7 2 5 62.50 35 35 3 2 1 12.50
150
36 36 3 0 3 37.50 37 37 7 3 4 50.00 38 38 4 1 3 37.50 39 39 6 1 5 62.50 40 40 6 5 1 12.50 41 41 5 4 1 12.50 42 42 1 2 -1 -12.50 43 43 6 1 5 62.50 44 44 6 0 6 75.00 45 45 7 3 4 50.00
151
Lampiran 10 TINGKAT KESUKARAN ================= Jumlah Subyek = 31 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran 1 1 10 32.26 Sedang 2 2 11 35.48 Sedang 3 3 21 67.74 Sedang 4 4 4 12.90 Sangat Sukar 5 5 3 9.68 Sangat Sukar 6 6 8 25.81 Sukar 7 7 19 61.29 Sedang 8 8 24 77.42 Mudah 9 9 3 9.68 Sangat Sukar 10 10 5 16.13 Sukar 11 11 17 54.84 Sedang 12 12 3 9.68 Sangat Sukar 13 13 7 22.58 Sukar 14 14 8 25.81 Sukar 15 15 17 54.84 Sedang 16 16 5 16.13 Sukar 17 17 4 12.90 Sangat Sukar 18 18 8 25.81 Sukar 19 19 9 29.03 Sukar 20 20 13 41.94 Sedang 21 21 15 48.39 Sedang 22 22 20 64.52 Sedang 23 23 5 16.13 Sukar 24 24 3 9.68 Sangat Sukar 25 25 9 29.03 Sukar 26 26 9 29.03 Sukar 27 27 17 54.84 Sedang 28 28 7 22.58 Sukar 29 29 15 48.39 Sedang 30 30 8 25.81 Sukar 31 31 9 29.03 Sukar 32 32 9 29.03 Sukar 33 33 16 51.61 Sedang 34 34 13 41.94 Sedang 35 35 6 19.35 Sukar 36 36 7 22.58 Sukar
152
37 37 18 58.06 Sedang 38 38 11 35.48 Sedang 39 39 16 51.61 Sedang 40 40 23 74.19 Mudah 41 41 15 48.39 Sedang 42 42 4 12.90 Sangat Sukar 43 43 8 25.81 Sukar 44 44 7 22.58 Sukar 45 45 14 45.16 Sedang
153
Lampiran 11 KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL DAN VALIDITAS ================================= Jumlah Subyek = 31 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 1 0.168 - 2 2 -0.079 - 3 3 0.366 Sangat Signifikan 4 4 -0.271 - 5 5 0.085 - 6 6 -0.185 - 7 7 0.268 - 8 8 0.398 Sangat Signifikan 9 9 0.346 Signifikan 10 10 0.050 - 11 11 0.216 - 12 12 -0.035 - 13 13 -0.171 - 14 14 -0.226 - 15 15 0.145 - 16 16 0.405 Sangat Signifikan 17 17 0.490 Sangat Signifikan 18 18 0.263 - 19 19 0.559 Sangat Signifikan 20 20 0.547 Sangat Signifikan 21 21 0.455 Sangat Signifikan 22 22 -0.318 - 23 23 0.486 Sangat Signifikan 24 24 0.226 - 25 25 0.638 Sangat Signifikan 26 26 0.468 Sangat Signifikan 27 27 0.383 Sangat Signifikan 28 28 0.425 Sangat Signifikan 29 29 0.431 Sangat Signifikan 30 30 0.670 Sangat Signifikan 31 31 0.350 Signifikan 32 32 -0.121 - 33 33 0.389 Sangat Signifikan 34 34 0.463 Sangat Signifikan 35 35 0.203 -
154
36 36 0.482 Sangat Signifikan 37 37 0.295 Signifikan 38 38 0.380 Sangat Signifikan 39 39 0.389 Sangat Signifikan 40 40 0.185 - 41 41 0.063 - 42 42 0.118 - 43 43 0.615 Sangat Signifikan 44 44 0.723 Sangat Signifikan 45 45 0.499 Sangat Signifikan Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut: df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 > 150 0,159 0,208 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
155
Lampiran 12 KUALITAS PENGECOH ================= Jumlah Subyek = 31 Butir Soal = 45 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA No Butir Baru No Butir Asli a b c d e * 1 1 0-- 0-- 10** 8- 13--- 0 2 2 11** 4++ 15--- 0-- 1-- 0 3 3 1- 3++ 4- 21** 2++ 0 4 4 0-- 8++ 4** 15--- 4+ 0 5 5 3** 10+ 11- 7++ 0-- 0 6 6 1-- 0-- 21--- 1-- 8** 0 7 7 3++ 4+ 1- 4+ 19** 0 8 8 0-- 4--- 1+ 2++ 24** 0 9 9 0-- 1-- 3** 22--- 5+ 0 10 10 6++ 3- 5** 4+ 13-- 0 11 11 3++ 17** 3++ 6- 2+ 0 12 12 3** 5+ 5+ 4+ 14-- 0 13 13 2- 5++ 2- 15--- 7** 0 14 14 8** 20--- 1-- 1-- 1-- 0 15 15 2+ 3++ 5+ 17** 4++ 0 16 16 3- 5** 12-- 9+ 2- 0 17 17 12-- 6++ 2- 4** 7++ 0 18 18 5++ 10- 7++ 1-- 8** 0 19 19 9** 13--- 2- 2- 5++ 0 20 20 14--- 1-- 3+ 13** 0-- 0 21 21 6+ 2- 4++ 4++ 15** 0 22 22 1- 4+ 1- 5-- 20** 0 23 23 9+ 11- 4+ 2- 5** 0 24 24 12- 16--- 0-- 0-- 3** 0 25 25 16--- 9** 2- 2- 2- 0 26 26 1-- 9** 9- 2- 10-- 0 27 27 0-- 8--- 17** 4++ 2+ 0 28 28 9+ 7++ 7++ 7** 1-- 0 29 29 1-- 15** 6+ 7- 2- 0 30 30 5++ 8** 10- 0-- 8+ 0 31 31 6++ 12--- 2- 2- 9** 0 32 32 9** 1-- 11-- 8+ 2- 0 33 33 4++ 16** 6- 0-- 5+ 0 34 34 3+ 8-- 1-- 6+ 13** 0 35 35 1-- 2- 6** 13--- 9+ 0 36 36 7** 4+ 2- 16--- 2- 0
156
37 37 6-- 4++ 3++ 18** 0-- 0 38 38 11** 0-- 15--- 1-- 4++ 0 39 39 16** 5+ 1- 1- 8--- 0 40 40 23** 2++ 3+ 1- 2++ 0 41 41 3+ 10--- 3+ 15** 0-- 0 42 42 5+ 1-- 20--- 4** 1-- 0 43 43 5++ 2- 13--- 8** 3+ 0 44 44 4+ 12-- 6++ 2- 7** 0 45 45 2- 2- 14** 12--- 1-- 0 Keterangan: ** : Kunci Jawaban ++ : Sangat Baik + : Baik - : Kurang Baik -- : Buruk ---: Sangat Buruk
157
Lampiran 13 REKAP ANALISIS BUTIR ===================== Rata-Rata = 15.58 Simpang Baku = 5.52 KorelasiXY = 0.64 Reliabilitas Tes = 0.78 Butir Soal = 45 Jumlah Subyek = 31 Nama berkas = E:\ ANATES.ANA Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi 1 1 0.00 Sedang 0.168 - 2 2 0.00 Sedang -0.079 - 3 3 62.50 Sedang 0.366 Sangat Signifikan 4 4 -37.50 Sangat Sukar -0.271 - 5 5 12.50 Sangat Sukar 0.085 - 6 6 -25.00 Sukar -0.185 - 7 7 50.00 Sedang 0.268 - 8 8 50.00 Mudah 0.398 Sangat Signifikan 9 9 12.50 Sangat Sukar 0.346 Signifikan 10 10 12.50 Sukar 0.050 - 11 11 25.00 Sedang 0.216 - 12 12 -12.50 Sangat Sukar -0.035 - 13 13 -12.50 Sukar -0.171 - 14 14 -37.50 Sukar -0.226 - 15 15 25.00 Sedang 0.145 - 16 16 25.00 Sukar 0.405 Sangat Signifikan 17 17 37.50 Sangat Sukar 0.490 Sangat Signifikan 18 18 12.50 Sukar 0.263 - 19 19 50.00 Sukar 0.559 Sangat Signifikan 20 20 62.50 Sedang 0.547 Sangat Signifikan 21 21 62.50 Sedang 0.455 Sangat Signifikan 22 22 -37.50 Sedang -0.318 - 23 23 25.00 Sukar 0.486 Sangat Signifikan 24 24 25.00 Sangat Sukar 0.226 - 25 25 62.50 Sukar 0.638 Sangat Signifikan 26 26 50.00 Sukar 0.468 Sangat Signifikan 27 27 50.00 Sedang 0.383 Sangat Signifikan 28 28 25.00 Sukar 0.425 Sangat Signifikan 29 29 50.00 Sedang 0.431 Sangat Signifikan 30 30 75.00 Sukar 0.670 Sangat Signifikan 31 31 25.00 Sukar 0.350 Signifikan
158
32 32 0.00 Sukar -0.121 - 33 33 50.00 Sedang 0.389 Sangat Signifikan 34 34 62.50 Sedang 0.463 Sangat Signifikan 35 35 12.50 Sukar 0.203 - 36 36 37.50 Sukar 0.482 Sangat Signifikan 37 37 50.00 Sedang 0.295 Signifikan 38 38 37.50 Sedang 0.380 Sangat Signifikan 39 39 62.50 Sedang 0.389 Sangat Signifikan 40 40 12.50 Mudah 0.185 - 41 41 12.50 Sedang 0.063 - 42 42 -12.50 Sangat Sukar 0.118 - 43 43 62.50 Sukar 0.615 Sangat Signifikan 44 44 75.00 Sukar 0.723 Sangat Signifikan 45 45 50.00 Sedang 0.499 Sangat Signifikan
159
Lampiran 14
Nilai Pretest dan Posttest kelas Kelompok Konvensional
Pretest Posttest
Mean : 41,77 Mean : 76,74
Median : 44 Median : 76
Modus : 52 Modus : 76
Standar Deviasi : 9,81 Standar Deviasi : 6,18
Varian : 96,41 Varian : 38,19
No Nama Nilai pretest Nilai posttest 1 A 48 76 2 B 48 72 3 C 52 76 4 D 44 80 5 E 40 68 6 F 52 68 7 G 32 76 8 H 44 72 9 I 24 88 10 J 20 72 11 K 32 80 12 L 40 68 13 M 52 80 14 N 44 88 15 O 36 72 16 P 44 72 17 Q 40 80 18 R 20 68 19 S 52 80 20 T 40 76 21 U 52 80 22 V 52 76 23 W 52 76 24 Q 52 72 25 Y 44 84 26 Z 36 88 27 AA 36 84
160
Lampiran 15
Nilai Pretest dan Posttest kelas Jigsaw
No Nama Nilai pretest Nilai posttest 1 A 28 72 2 B 52 84 3 C 56 92 4 D 28 76 5 E 36 72 6 F 48 80 7 G 56 92 8 H 40 84 9 I 32 76 10 J 28 88 11 K 36 80 12 L 28 76 13 M 48 80 14 N 56 84 15 O 48 88 16 P 56 92 17 Q 40 76 18 R 56 92 19 S 32 72 20 T 28 76 21 U 36 80 22 V 28 84 23 W 48 88 24 Q 52 72 25 Y 48 80 26 Z 40 84 27 AA 48 84
Pretest Posttest
Mean : 41,92 Mean : 81,62
Median : 40 Median : 80
Modus : 28 Modus : 84
Standar Deviasi : 10,54 Standar Devias : 6,58
Varian : 111,22 Varian : 43,39
161
Lampiran 16
Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa
Kelas Pertemuan Kelompok
Rata-Rata 1 2 3 4
Kelompok Konvensional
Pertemuan 1 75 70 80 75 75
Pertemuan 2 80 80 85 85 82,5
Jigsaw Pertemuan 1 80 75 80 85 80
Pertemuan 2 90 85 85 95 88,75
162
Lampiran 17
Uji Normalitas Pretest Kelompok Konvensional
No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 20 2 2 -2,217 0,013 0,074 0,061 2 24 1 3 -1,810 0,035 0,111 0,076 3 32 2 5 -0,995 0,159 0,185 0,026 4 36 3 8 -0,588 0,278 0,296 0,018 5 40 4 12 -0,181 0,428 0,444 0,016 6 44 5 17 0,226 0,589 0,629 0,040 7 48 2 19 0,633 0,736 0,703 0,033 8 52 8 27 1,041 0,851 1 0,149
Lhitung : 0,149
Ltabel : 0,173
Ltabel > Lhitung : Data berdistribusi normal
Uji Normalitas Posttest Kelompok Konvensional
No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 68 4 4 -1,414 0,078 0,148 0,070 2 72 6 10 -0,767 0,221 0,370 0,149 3 76 6 16 -0,119 0,452 0,592 0,140 4 80 6 22 0,527 0,701 0,814 0,114 5 84 2 24 1,174 0,879 0,888 0,009 6 88 3 27 1,821 0,965 1 0,034
Lhitung : 0,149
Ltabel : 0,173
Ltabel > Lhitung : Data berdistribusi normal
163
Lampiran 18
Uji Normalitas Pretest Jigsaw
No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 28 6 6 -1,320 0,093 0,222 0,128 2 32 2 8 -0,941 0,173 0,296 0,122 3 36 3 11 -0,561 0,287 0,407 0,120 4 40 3 14 -0,182 0,427 0,518 0,090 5 48 6 20 0,575 0,717 0,740 0,023 6 52 2 22 0,955 0,830 0,814 0,015 7 56 5 27 1,334 0,908 1 0,091
Lhitung : 0,173
Ltabel : 0,122
Lhitung > Ltabel : Data berdistribusi normal
Uji Normalitas Posttest Jigsaw
No Xi F Zn Zi f(Zi) S(Zn) f(Zi)-S(Zn) 1 72 4 4 -1,461 0,071 0,148 0,076 2 76 5 9 -0,8545 0,196 0,333 0,136 3 80 5 14 -0,247 0,402 0,518 0,116 4 84 6 20 0,359 0,640 0,740 0,100 5 88 3 23 0,967 0,833 0,851 0,018 6 92 4 27 1,574 0,942 1 0,057
Lhitung : 0,173
Ltabel : 0,136
Lhitung > Ltabel : Data berdistribusi normal
164
Lampiran 19
Uji Homogenitas Data Pretest
Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok
Perhitungan uji homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher, dengan rumus : F = S1
2 , Si2 = n. ∑ n.∑ (fxi
2) – (∑fxi)2 S1
1 n (n -1) Untuk menguji homogenitas data Pretest menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Hipotesis
Ho = Data yang memiliki varians homogen Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen
2. Kriteria pengujian a. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians
homogen b. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians
tidak homogen 3. Menentukan Fhitung
Diketahui varians semua skor Pretest kelas eksperimen I = 96,41 dan varians semua skor Pretest kelas eksperimen II = 111,22, maka varians terbesar (Si2) = 111,22 dan varians terkecil (Si2) = 96,41 dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh : Fhitung = 1,153
4. Menentukan derajat kebebasan : db = n-1 db1 = 27-1 = 26 db2 = 27-1 = 26
5. Menentukan Ftabel (lihat tabel) Ftabel = Ftabel = F(∑)(db1/db2) = F(0,05)(26/26) = 1.929
6. Kesimpulan
Karena Fhitung < Ftabel (1,153 < 1,929), berarti Ho diteriama, maka memiliki varians yang homogen.
165
Lampiran 20
Uji Homogenitas Data Posttest
Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok
Perhitungan uji homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher, dengan rumus : F = S1
2 , Si2 = n. ∑ n.∑ (fxi
2) – (∑fxi)2 S1
1 n (n -1) Untuk menguji homogenitas data Posttest menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 7. Hipotesis
Ho = Data yang memiliki varians homogen Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen
8. Kriteria pengujian c. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians
homogen d. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians
tidak homogen 9. Menentukan Fhitung
Diketahui varians semua skor Posttest kelas eksperimen I = 38,19 dan varians semua skor Posttest kelas eksperimen II = 43,39, maka varians terbesar (S1
2) = 43,39 dan varians terkecil (S22) = 38,19 dengan
menggunakan rumus di atas, diperoleh : Fhitung = 1,074
10. Menentukan derajat kebebasan : db = n-1 db1 = 27-1 = 26 db2 = 27-1 = 26
11. Menentukan Ftabel (lihat tabel) Ftabel = Ftabel = F(∑)(db1/db2) = F(0,05)(26/26) = 1.929213
12. Kesimpulan
Karena Fhitung < Ftabel (1,074 < 1,929), berarti Ho diteriama, maka memiliki varians yang homogen.
166
Lampiran 21
Perhitungan Uji Hipotesis
Penghitungan uji hipotesis berdasarkan data Post Test dengan menggunakan Uji-t. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis Ho : rata-rata data kelompok kontrol Ha : rata-rata data kelompok eksperiemen
2. Menentukan α Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05
3. Menetukan Kriteria penerimaan hipotesis Berdasarkan uji kesamaan varians, ditunjukan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang homogen, maka untuk pengujian hipotesis ini digunakan rumus :
Thitung =
21
21
n1
n1
dsg
X-X
+, dengan dsg =
2-nn1)V-(n1)V-n(
21
2211
++
Kriterianya : Ho diterima, jika Fhitung< ttabel dan Ha diterima, jika thitung>
ttabel
4. Menghitung t
- Mencari Sg
2-)n(n1)S-(n1)S-n(
21
222
211
++
=
Sg =
Sg =
Sg = = 6,46
167
- Menghitung nilai thitung
thitung =
21
21
n1
n1
dsg
X-X
+
thitung =
thitung =
thitung =
thitung =
thitung = 2,80
5. Taraf signifikansi Menentukan taraf signifikan derajat keyakinan 95 % dan α 5 % Rumusan t = α (dk = n-2) Maka t = α (dk =54-2) t = (0,05 ; 52) ttabel = 2,
Ttabel = 2,00 Thitung = 2,80
6. Karena thitung > ttabel (2,80 > 2,00), berarti Ha diterima, maka rata-rata data kelompok kontrol tidak sama dengan rata-rata data kelompok eksperimen, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata skor Post Test terhadap kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.
168
Lampiran 22
Skor N-gain Kelas Kelompok Konvensional
Mean
0,591325 Sedang Max
0,842105 Tinggi
Min
0,416667 Sedang
Pretest Posttest N Gain Kriteria 48 76 0,538 Sedang 48 72 0,462 Sedang 52 76 0,500 Sedang 44 80 0,643 Sedang 40 68 0,467 Sedang 52 68 0,333 Sedang 32 76 0,647 Sedang 44 72 0,500 Sedang 24 88 0,842 Tinggi 20 72 0,650 Sedang 32 80 0,706 Tinggi 40 68 0,467 Sedang 52 80 0,583 Sedang 44 88 0,786 Tinggi 36 72 0,563 Sedang 44 72 0,500 Sedang 40 80 0,667 Sedang 20 68 0,600 Sedang 52 80 0,583 Sedang 40 76 0,600 Sedang 52 80 0,583 Sedang 52 76 0,500 Sedang 52 76 0,500 Sedang 52 72 0,417 Sedang 44 84 0,714 Tinggi 36 88 0,813 Tinggi 36 84 0,750 Tinggi
169
Lampiran 23
Skor N-gain Kelas Jigsaw
Mean
0,686334 Sedang Max
0,833333 Tinggi
Min
0,416667 Sedang
Pretest Posttest N Gain Kriteria 28 72 0,611 Sedang 52 84 0,667 Sedang 56 92 0,818 Tinggi 28 76 0,667 Sedang 36 72 0,563 Sedang 48 80 0,615 Sedang 56 92 0,818 Tinggi 40 84 0,733 Tinggi 32 76 0,647 Sedang 28 88 0,833 Tinggi 36 80 0,688 Sedang 28 76 0,667 Sedang 48 80 0,615 Sedang 56 84 0,636 Sedang 48 88 0,769 Tinggi 56 92 0,818 Tinggi 40 76 0,600 Sedang 56 92 0,818 Tinggi 32 72 0,588 Sedang 28 76 0,667 Sedang 36 80 0,688 Sedang 28 84 0,778 Tinggi 48 88 0,769 Tinggi 52 72 0,417 Sedang 48 80 0,615 Sedang 40 84 0,733 Tinggi 48 84 0,692 Sedang
170
Lampiran 24 Lembar Observasi
Kegiatan Guru Kelas Konvensional Pertemuan 1
Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur
No Akifitas Guru Keterlaksanaan
√ 50% √ 50%
I Kegiatan Awal Pembelajaran
Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik.
✓
Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ✓
Menyampaikan tujuan pembelajaran. ✓
Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ✓
II Inti
Menampilkan gambar jamur. ✓
Memberikan penjelasan tentang jamur dan memberikan pertanyaan tetang jamur.
✓
Membagikan lks serta membimbing jalannya diskusi.
✓
Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.
✓
Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ✓
Memberikan pertanyaan kepada setap kelompok. ✓
Memberikan poin kepada setiap kelompok yang bisa menjawab.
✓
171
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik. ✓
Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.
✓
Jakarta, 5 Desember 2016
Observer,
Nurmala
172
Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Konvensional
Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur
No Akifitas Guru Keterlaksanaan
√ 50% √ 50%
I Kegiatan Awal Pembelajaran
Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik.
✓
Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ✓
Menyampaikan tujuan pembelajaran . ✓
Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ✓
II Inti
Menampilkan gambar jamur. ✓
Memberikan penjelasan tentang jamur dan memberikan pertanyaan tetang jamur.
✓
Membagikan lks serta membimbing jalannya diskusi.
✓
Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.
✓
Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ✓
Memberikan pertanyaan kepada setap kelompok. ✓
Memberikan poin kepada setiap kelompok yang bisa menjawab.
✓
173
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik. ✓
Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.
✓
Jakarta, 7 Desember 2016
Observer,
Nurmala
174
Lampiran 25 Lembar Observasi
Kegiatan Guru Kelas Jigsaw Pertemuan 1
Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur
No Akifitas Guru Keterlaksanaan
√ 50% √ 50%
I Kegiatan Awal Pembelajaran
Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik.
✓
Memberikan apersepsi kepada peserta didik ✓
Menyampaikan tujuan pembelajaran. ✓
Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ✓
II Inti
Menampilkan gambar jamur. ✓
Menjelaskan secara singkat mengenai jamur. ✓
Menstimulus peserta didik untuk bertanya. ✓
Membagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok.
✓
Mendampingi siswa dengan menggunakan metode jigsaw.
✓
Memimpin dan mendampingi peserta didik untuk berdiskusi.
✓
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik ✓
175
Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan
✓
Jakarta, 5 Desember 2016
Observer,
Nurmala
176
Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw
Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur
No Akifitas Guru Keterlaksanaan
√ 50% √ 50%
I Kegiatan Awal Pembelajaran
Memberikan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik
✓
Memberikan apersepsi kepada peserta didik ✓
Menyampaikan tujuan pembelajaran ✓
Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok ✓
II Inti
Menampilkan gambar jamur ✓
Menjelaskan secara singkat mengenai jamur ✓
Menstimulus peserta didik untuk bertanya ✓
Membagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok
✓
Mendampingi siswa dengan menggunakan metode jigsaw
✓
Memimpin dan mendampingi peserta didik untuk berdiskusi
✓
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik ✓
177
Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan
✓
Jakarta, 7 Desember 2016
Observer,
Nurmala
Keterlaksanaan No Akifitas Guru
<50% 2: 50%
I Kegiatan A wal Pembelajaran
Memberikan salam, berdo'a dan mengabsen ,/
peserta didik.
Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ,/
Menyampaikan tujuan pembelajaran. ,/
Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ,/
II Inti
Menampilkan gambar jamur. ,/
Memberikan penjelasan tentangjamur dan ../ memberikan pertanyaan tetangjamur.
Membagikan lks serta membimbing jalannya ../ diskusi.
I Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi ../ yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.
Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ../
i Merr. berikan pertanyaan kepada setap kelompok. ../
Memberikan poin kepada setiap kelompok yang .r bisa menjawab.
Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas STAD
Pertemuan 1 Petunjuk : Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur
Lampiran 24
Nurmala
Observer,
Jakarta, 5 Desember 2016
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik. .j
Memberikan pcrtanyaan pertanyaan kepada .j peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.
Keterlaksanaan No Akifitas Guru
< 50% 2: 50%
I Kegiatan Awal Pernbelajaran
Mernberikan salam, berdo' a dan rnengabsen ,./
peserta didik.
Memberikan apersepsi kepada peserta didik. ,./
Menyarnpaikan tujuan pembelajaran . I "
Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ,./
II Inti
Menampilkan gambar jamur. ,./
Memberikan penjelasan tentangjamur dan ,./
memberikan pertanyaan tetang jamur.
Membagikan lks serta membimbing jalannya ,./
diskusi.
Mengarahkan siswa untuk menjelaskan materi ,./
yang akan dibahs kepada teman satu kelompok.
Mendampingi siswa dalam jalannya diskusi. ,./
Memberikan pertanyaan kepada setap kelompok. ,./
Memberikan poin kepada setiap kelompok yang ,./ bisa menjawab.
Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas STAD
Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda (~) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jarnur
Nurmala
Observer,
M Jakarta, 7 Desember 2016
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik. .j
Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada .j
peserta _didik mengenai materi yang sudah dijelaskan.
Keterlaksanaan No Akifitas Guru
<50% ~50%
I Kegiatan Awai Pernbelajaran
Mernberikan salam, berdo'a dan rnengabsen ../ peserta didik.
Mernberikan apersepsi kepada peserta didik ../
Menyarnpaikan tujuan pernbelajaran. ../
Mernbagi peserta didik manjadi 4 kelompok. ../ . -
II Inti
Menampilkan gambar j amur. ../
Menjelaskan secara singkat rnengenai jamur. .r
Menstimulus peserta didik untuk bertanya. ../
Mernbagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan ../ memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok.
- Mendampingi siswa dengan menggunakan metode ../ Jigsaw.
Mernimpin dan mendampingi peserta didik untuk ../ berdiskusi.
; j
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik ../
Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw
Pertemuan 1 Petunjuk : Berikan tanda (--./) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : Jamur
Lampiran 25
Nurmala
Observer,
Jakarta, 5 Desember 2016
Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada .j peserta didik mengenai materi yang sudah
dijelaskan
I Keterlaksanaan No I Akifitas Guru
< 50% ~ 50%
I Kegiatan Awal Pembelajaran
Memberikan salam, berdo' a dan mengabsen .j
peserta didik
Memberikan apersepsi kepada peserta didik .j
Menyampaikan tujuan pembelajaran .j
Membagi peserta didik manjadi 4 kelompok .j
II Inti
Menampilkan gambar jamur .j
Menjelaskan secara singkat mengenai jamur .j
Menstimulus peserta didik untuk bertanya -
.j
Membagi peserta didik mejadi 4 kelompok dan .j
memberikan sub bab materi yang berbeda kepada setiap masing-masing kelompok
Mendampingi siswa dengan menggunakan metode .j
Jigsaw
Memimpin dan mendampingi peserta didik untuk .j berdiskusi
III Penutup
Mengulang kembali materi kepada peserta didik .j
Lembar Observasi Kegiatan Guru Kelas Jigsaw
Pertemuan 2 Petunjuk : Berikan tanda ("'1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Materi Pokok : J amur
Nurmala
server,
Jakarta, 7 Desember 2016
Memberikan pertanyaan pertanyaan kepada .j peserta didik mengenai materi yang sudah dijelaskan
No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan <50% ~50%
I Kegiatan Awai Pembelajaran Menjawab salam dan berdo'a .j
Mendengarkan arahan dari guru .j
Menjawab pertanyaan guru .j
Mendengarkan arahan guru .j
Mendengarkan tujuan pembelajaran .r . Membuat kelompok sesuai instruksi dari guni J'
II Kegiatan inti Mengamati gambar jamur yang tampilkan guru .j
sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Membuat pertanyaan mengenai gambar yang .j
ditampilkan oleh guru Berkumpul dengan anggota elompok rnasing- ./ mas mg Mendiskusikan LKS yang sudah diberikan oleh .j
guru serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dari LKS Mengumpulkan literasi dari berbagai sumber .j
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil tliskusi .j
Membuat laporan hasil diskusi kelompok .j
Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas .j
Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru .j
untuk mengumpulkan point
Petunjuk : Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai
Hari, Tanggal : 7 Desember 2016
Materi Pokok : Jamur
Lembar Observasi
Proses Belaj ar Peserta Didik Kelas ST AD
Pertemuan 1
Lampiran 26
Nurmala
Jakarta, 5 Desember 2016
III Penutup Mendengarkan guru yang mereview pelajaran .j hari itu Mengerjakan soal evaluasi .j
No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan
< 50% 2: 50% -
I Kegiatan Awal Pembelajaran
Menjawab salam dan berdo' a ,/
Mendengarkan arahan dari guru ,/
Menjawab pertanyaan guru ,/
Mendengarkan arahan guru ,/
Mendengarkan tujuan pembelajaran ,/
Membuat kelompok sesuai instruksi dari guru ,/
II -··- - Kegiatan inti
Mengamati gambar jamur yang tampilkan guru ,/ sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Membuat pertanyaan mengenai gambar yang ,/
ditampilkan oleh guru
Berkumpul dengan anggota elompok masing- ,/
masmg
Mendiskusikan LKS yang sudah diberikan oleh ,/
guru serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dari LKS
Mengumpulkan literasi dari berbagai sumber ,/
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi ,/
Membuat laporan hasil diskusi kelompok ,/
Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ,/
Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru ,/
untuk mengumpulkan point
III Penutup
Mendengarkan guru yang mereview pelajaran ,/ hari itu
Petunjuk : Berikan tanda (,/) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai
Hari, Tanggal : 14 Desember 2016
Materi Pokok : Jamur
Proses Belajar Peserta Didik Kelas STAD
Pertemuan 2
Lembar Observasi
No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan <50% 2: 50%
I Kegiatan Awal Pembelajaran Menj awab salam dan berdo' a ,I
Mendengarkan arahan dari guru ,I
Menjawab pertanyaan guru ,I
Mendengarkan arahan guru ,I
Mendengarkan tujuan pembelajaran ,I
Membuat kelompok sesuai instruksi dari-guru ,I
II Kegiatan inti Mengamati gambar j amur yang tampilkan guru ,I sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Membuat pertanyaan mengenai gambar yang ,I ditampilkan oleh guru Berkumpul dengan anggota kelompok masing- ,I masing Mediskusikan LKS yang diberikan oleh guru ,I dengan setiap kelompok memiliki sub bab yang berbeda-beda Setiap kelompok memiliki perwakilan sebagai ,I tim ahli untuk menjelaskan kepada tim asal (kelompok lain) Melakukan pembelajam dengan cara setiap ,I kelompok membagi ternan-temannya untuk pergi ke kelompok lain untuk mencari informasi mengenai subbab yang mereka bahas Menengarkan presentasi dari masing-masing ,I
Petunjuk : Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai
Hari, Tanggal : 7 Desember 2016
Materi Pokok : Jamur
Proses Belajar Peserta Didik Kelas Jigsaw
Pertemuan 1
Lembar Observasi
Lampiran 27
Nurmala
Jakarta, 5 Desember 2016
kelompok yang mereka temui
Kembali ke kelompok masing-masing untuk ,/
bertukar materi yang mereka terima dari kelompok yang mereka temui
Mempresentasikan materi yang sudah mereka ,/ pelajari
III Penutup
Mendengarkan guru yang mereview pelajaran ,/ hari itu
Mengerjakan soal evaluasi ,/
No Aktifitas Peserta Didik Keterlaksanaan < 50% ~50%
I Kegiatan Awal Pembelajaran Menjawab salam dan berdo'a ./ Mendengarkan arahan dari guru ./ Menjawab pertanyaan guru ./ Mendengarkan arahan guru ./ Mendengarkan tujuan pembelajaran ./ Membuat kelompok sesuai instruksi dari guru ./
- II Kegiatan inti
Mengamati gambar jamur yang tampilkan guru ./ sera menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Membuat pertanyaan mengenai gambar yang ./ ditampilkan oleh guru Berkumpul dengan anggota kelompok masing- ./ mas mg Mediskusikan LKS yang diberikan oleh guru ./ dengan setiap kelompok rnerniliki sub bab yang berbeda-beda Setiap kelompok rnemiliki perwakilan sebagai ./ tim ahli untuk rnenjelaskan kepada tirn asal (kelompok lain) Melakukan pernbelajam dengan cara setiap ./ kelompok mernbagi teman-temannya untuk pergi ke kelompok lain untuk mencari infonnasi mengenai subbab yang rnereka bahas Menengarkan presentasi dari masing-masing ./ kelompok yang mereka temui Kembali ke kelompok masing-masing untuk ./
Hari, Tanggal : 14 Desember 2016
Materi Pokok : Jamur
: Berikan tanda ('1) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai Petunjuk
Proses Belajar Peserta Didik Kelas Jigsaw
Pertemuan 2
Lembar Observasi
Nurmala
Observer,
M Jakarta, 7 Desember 2016
bertukar materi yang mereka terima dari
kelompok yang mereka temui
Mempresentasikan materi yang sudah mereka J pelajari
III Penutup Mendengarkan guru yang mereview pelajaran J hari itu Mengerjakan soal evaluasi J
• Afifatu Rohrnawati, "Efektivitas Pembelajaran", Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, No. 1, April 2015, h. 17,
l diakses dari: http://pps.unj.ac.id/joumal/jpud/article/view/90, pada 11 Januari 2017.
BABII
Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014), Cet. 5, h. 201. 4
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2013), Cet.5, h.5. 3
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), Cet. 5, h. 4.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dari http:/ /kelembagaan.ristekdikti. go. id/wp-
1 content!uploads/2016/08/UU no ?O th 2003 .pelf. Diakses: 2 Januari 2016.
BABI
I II
Pembimbing Referensi No
Dos en
Judul Skripsi
: Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
: Efektivitas Model Pembelajaran .ST AD dan' Jigsaw
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada · Kelas X
Konsep _J amur
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd
. 2. Eny S. Rosyidatun, M.A
Jurusan/Prodi
NIM
: Anisa Nur Kusuma W ardani
: 1112016100079
Nama
LEMBAR UJI REFERENSI
12 lbid,.h. 56.
Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran 11 Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 55.
Zaheer Ahmad, Nasir Mahmood, "Effects of Cooperative Leaming vs. Traditional Instruction on Prospective Teachers' Leaming Experience and Achievement",
10 Journal of Faculty of Educational Sciences, Vol. -\.3, No. 1, Tahun 2010, diakses dari: http://www.acarindex.com/dosyalar/makale,acarindex- 1423869905.pdt~ pada 15 Desember 2016.
Ibid.,h.203. 9
Rusman, op. cit., h. 202. 8
Van Dat Tran, "The Effectts of Cooperative Learning on the Academic Achievement and Knowledge Retention", International Journal of Higher Education, Vol. 3, No. 2, Tahun 2014, h. 131, diakses dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1067568.pdf, pada: 12 Desember 2016.
7
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), Cet. 9, h.190-192. 6
Lukmanul Hakiim; Perencanaan Pembelajaran, (Bandung; CV Wacana Prima, 2009), h. 54. 5
Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.29-30. 4
Nyayu Khodijah, Psikolcgi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 2, h.179-180. 3
2
Sutiman, Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo, "Efektivitas pembelajaran Kooperatif dalam Mengingkatkan Aktivitas dan Motivasi Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan Filsafat Ilmu", .Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. 2; No. 1, diakses dari: https://j ournal. uny. ac.id/index.php/jpms/ article/view /3 892/ 3364, pada 15 Januari 2017.
Barbara Jarvis Tewksbury, "Specific Strategies for Using the "Jigsaw" Technique for Working in Groups in Non Lecture-Based Courses", Journal of Geological
24 Education, Vol. 43, Tahun 1995, p. 322, diakses dari: http:!/nagt-ige.org/doi/pdf/l 0. 5408i0022- l 368-43 .4.322_, pada 5 Januari 2017.
Rusman, op. cit., h. 213-214. 23
Rusman. op. cit., h.213. 22
21 lsjoni, op.cip., h. 70.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada
20 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2013), Cet. 6, h.69-70.
19 Zulfiani, dkk. op. cit., 139
Sunoko Setyawan, Wiwiek Eko Bindarti, Sudarsono, "The Effect of Using Student Teams-Achievement Divisions. (STAD) Technique on the Eleventh Grade Students Structure Achievement at MAN 1 Jember", Jurnal
18 · Pancaran Pendidikan FKIP Universitas Jember, Vol. 2, No. 3, Tahun 2013, diakscs dari: http:/ ijurnal. unej .ac.id/index.php/pancaran/article/view /7 l ~pada 7 Desember 2016.
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, ( Jakarta: 17 Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009}, h. 138-139.
16 Wina Sanjaya, Op. cit. ,h. 249-250.
Miftahul Ruda, Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet. XI, h. 46.
15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
14 Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. S, h.241.
l3 Ibid., h.56-57.
36 Iskandar, Psikologi Pendidikan : Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Referensi, 2012), h. 102.
Agus Suprijono, op .. cit, h.2-3. 35
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Be/ajar dan Pembelajaran 34 (Jakarta: Erlangga, 2015), h.2.
Slameto, Be/ajar dan Faktor-faktor yang 33 Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet.
10, h.2.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan
32 Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 17 h. 90.
W. S. Winkle S.J., Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: 31 Media Abadi, 2009), Cet. 10, h 59.
30 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Be/ajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.3.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Be/ajar Edisi IL
29 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h.12.
Robert E. Slavin, Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik, Terj. dari Cooperative Learning: theory, research
28 and practice oleh Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2015), Cet. 15, h. 14.
Paul Eggen, . Don Kauchak, Strategi dan Model I Pembelajaran : Mengajarkan Konten dan Keterampilan
Berpikir Edisi Keenam, Terj. dari Strategie and Models 27 for Teacher: Teaching Content and Thingking Skills, Sixth
Edition Oleh Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 137.
Elliot Aronson, "Jigsaw Strategy", diakses dari:
26 https://www.schreverinstitute.psu.edu/pd£'alex/jigsaw.pdt~ pada 15 Januari 2017.
Agus Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan
25 Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cet. XV, h.108.
\ Gulsen Cagatay, Gokhan Demircioglu, "The Effect of Jigsaw-I Cooperative Leaming Technique On Students' Understanding About Basic Organic Chemistry
48 Concepts", The International Journal of Educational Researchers, Vol. 4, No. 2, Tahun 2013, diakses dari: hUg_:i/www.eab.onr.tr.pada 10 Februari 2016.
Pratiwi, D.A, dkk, Biologi untuk Slv[A Kelas X, (Jakarta: A.P- Erlangga, 2018), Cet. 9, h. 103-111 . c!Z--
1
47
Neil A. Campbell, et.al., Biologi edisi kedelapan jilid II,
46 Terj. dari Biology 81" Edition oleh Damaring Tyas Wulandari, (Jakarta: Erlangga, 2012), Cet. 14, h. 205.
· Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Be/ajar Mengajar, 45 (Bandung: RemajaRosdakarya, 2009), Cet.14, h. 22.
Arif Sadiman, dkk, Media Pendidikan : Pengertian,
44 Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 11-12.
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasisliompetensi , (Jakarta: Lemlit UIN- Jakarta Press, 2006), h.15
43
42 Ibid, h 7-10.
Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, 41 (Bandung: Citapustaka Media, 2015), Cet. 2, h.3.
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, 40 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.36.
39 Ibid., h. 43.
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dari
38 A Taxonomy for Learning, Teaching.' and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged Edition oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 94.
Oemar Hamalik, Proses Be/ajar Mengajar, (Jakarta: Bumi 37 Aksara, 2014), Cet. 16, h.30.
4 Sugiyono, op. cit., h.173.
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian : . Kuantitatif, Kualitaif, dan Tindakan, (Bandung: PT. Refi;ka Aditama, 2014), Cet. 2, h. 118. 3
Sugiyono, op. cit., h. 124.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 117.
1
BAB III
Cicilia Rina Fitriani, Tri Jalmo, Rini Rita, T. Marpaung, "Perbandingan Penggunaan Model ST AD dan Jigsaw Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi",
52 Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No, 1, Tahun 2014, diakses dari: jumal.fkip.unila.ac.id/index.php/ JBT I article/view /2 79 5, pada 3 Februari 2017.
Daniel Ngaru Muraya dan Githui Kimamo, "Effect of Cooperative Leaming Approach on Biology Mean Achievement Scores of Secondary School Students' in Machakos District, Kenya", Educational Research and Reviews, Vol. 6, No. 12, p. 726-745, Tahun 2011, diakses dari http://www.academicjoumals.org/ERR, pada 12 Februari 2016.
51
Miftahul Sani, Nurul Afifah, Enny Afniyanti, "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Padk Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas · X SMA Negeri 1 Rambah Hilir Tahun
50 Pembclajaran 2014/2015", Jurnal Mahasiswa FKJP Universitas Pasir Pengairan, Vol 1. No 1, Tahun 2015, diakses dari: e journal. upp.ac.id/index.php/fkipbiologi/ article/view/346, pada 12 Februari 2016 ..
Ahib Mawahibus, "Efektivitas Metode STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Virus Siswa
49 Kelas X", Skripsi Program Studi Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, 2012, diakses· dari: repository.syekhnurjati.ac.id, pada 9 Februari 2016.
J6--17, h. 156-157.
1 Laiipfran 14-15, h. 154-155.
2. i'.J,~pir~21-22, h. 162-163.
BAB IV .. ·' :·.,::~ ;· .. ·, :: .
.. ·: : · ,•
.:_'· \ ( i~ ~~~,;; ~ ~ { tfi ;~\J:,}.:.":-: ·.
David E. Meltzer, "The Relationship Between Ma,t]t~matics Preparation -and Conceptual · Leaming Gains
. irr Pijy,sf9.s: A Possible "Hidden Variable" in Diagnostic
17 .· Pre(¢~($'q ores1', Journal American Association of Physics Te'q¢h¢.·fs, Vol.70, No. 12, Tahun 2012, h. 1260, dari
''.t Y,c/,, h sics h sics.iastate.edu/ pada tanggal 30 /{!f :'..1017:
16 rbiif;h.124-125.
15 Ibid., h. 134.
Husaini Usman, R. Pumomo Saetiady Akbar, Pengantar
14 Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, h. 133.
Darwyan Syah, dkk, Pengantar Statistik Pendidikan, 13 (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 67-68.
12 Lampiran 9, h.144.
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 5, h. 218.
10 Ahmad Sofyan, op. cit., h. 104
Lampiran 10, h.146. 9
Ahmad Sofyan, op. cit., h.103 8
Lampiran 8, h.138. 7
Nana Sudjana, op. cit., h.16 6
5 Lampiran 11, h. 148.