keefektifan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ...
Pembelajaran-kooperatif-tipe-student-team-achievement ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Pembelajaran-kooperatif-tipe-student-team-achievement ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN
LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN
GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP
Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh:
INDRA YUNAN YUNIANTO
S 830908205
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN
GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP
Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun Oleh:
INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal: Februari 2010
Dewan Pembimbing : Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd ....................... NIP. 19520116 198003 1 001
Pembimbing II 2. Dr. Sarwanto, MSi ....................... NIP. 19690901 199403 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN
GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP
Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun Oleh:
INDRA YUNAN YUNIANTO NIM. S830908205
Telah disahkan oleh Tim Penguji Dewan Penguji Jabatan N a m a Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. H. Ashadi ..…………. NIP. 19510102 197501 1 001 Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D ..…………. NIP. 19520915 197603 2 001 Anggota Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ..…………. NIP. 19520116 198003 1 001 Anggota Dr. Sarwanto, M.Si ..…………. NIP. 19690901 199403 1 002
Surakarta, Februari 2010
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 19520116 198003 1 001
Mengetahui
Direktur PPs UNS,
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Indra Yunan Yunianto
NIM : S.830908205
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul
"PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA " (Studi Kasus pada
Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010) adalah benar-benar hasil karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi sitasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, 17 Februari 2010
Yang membuat pernyataan
Indra Yunan Yunianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtuil Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis Bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)”. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil, (2) perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik, (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, (5) interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi siswa, (6) interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi siswa, dan (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan desember 2009. Populasi sampel adalah seluruh siswa kelas IX. Sampel diambil dengan teknik cluster random dari empat kelas, kelas IX D dan IX E diberi pembelajaran STAD menggunakan lab virtuil, sedangkan kelas IX F dan IX G diberi pembelajaran STAD menggunakan lab riil. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk mendapatkan data kemampuan awal dan data prestasi belajar, serta teknik non tes berupa angket untuk mendapatkan data gaya belajar siswa. Analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan Analysis of Means. Hasil penelitian diperoleh bahwa: (1) tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan lab riil dengan menggunakan lab virtuil (p-value = 0,117 > 0,050), (2) ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah (p-value = 0,000 < 0,050), dari hasil uji lanjut Anava didapatkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tingi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai gaya belajar visual dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik (p-value = 0,467 > 0,050), (4) tidak ada interaksi antara pembelajaran STAD menggunakan lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi belajar (p-value = 0,233 > 0,050), (5) tidak ada interaksi interaksi antara pembelajaran STAD menggunakan lab dan gaya belajar terhadap prestasi belajar (p-value = 0,233 > 0,050), (6) tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar (p-value = 0,381 > 0,050), dan (7) tidak ada interaksi antara pembelajaran STAD menggunakan lab, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar (p-value = 0,875 > 0,050).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Cooperative Learning Through
the Student Team Achievement Division (STAD) Using the Real Lab And the Virtual lab Overviewed From the Prior Knowledge and The Student’s Learning Style (Case Study of Electrics Dynamic For Student of Grade IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kebumen Academic Year 2009 / 2010)”. Thesis. Advisor I: Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd, Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si, Science Education Program, Post Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.
The purposes of this research are to know: (1) the difference of student achievement between students who learn through STAD using real lab and virtual lab, (2) the difference of student achievement between students who have high and low prior knowledge, (3) the difference of student achievement between students who have visual and cynesthethyc learning styles, (4) the interaction between learning using real lab and virtual lab and prior knowledge, (5) the interaction between learning using real lab and virtual lab and learning styles, (6) the interaction between prior knowledge and learning styles, and (7) interaction between learning using real and virtual lab, prior knowledge, and learning style.
This research used the experimental method and was conducted March–December 2009. The population of the research was all students in grade IX. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes, grade IX D and E were treated using STAD with virtual lab and grade IX F and G were treated using STAD with real lab. The data was collected using test for student prior knowledge and student’s achievement, and questionnaire for student learning styles. Analyzing the data used the three ways anova by 2x2x2 factorial design and continued by Analysis of Means.
The Result of this research can be concluded: (1) there is no difference of student achievement between student who learn using real lab and virtual lab (p-value = 0,117 > 0,050), (2) there is difference of student achievement between students who have high and low prior knowledge, (p-value = 0,000 < 0,050), from the next result test of Anova resulted that student who have high prior knowledge better than student who have low prior knowledge, (3) there is no difference of student achievement between students who have visual and cynesthethyc learning styles, (p-value = 0,467 > 0,050), (4) there is no interaction between STAD learning using lab and the prior knowledge to the student achievement (p-value = 0,233 > 0,050), (5) there is no interactions between STAD learning using lab and learning style to the student achievement (p-value = 0,233 > 0,050), (6) there is no interaction between prior knowledge and learning styles to the student achievement (p-value = 0,381 > 0,050), and (7) there is no interaction between STAD learning using lab, prior knowledge, and learning styles to student achievement ( p-value = 0,875 > 0,050).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Pembelajar Sejati Selalu Belajar Sepanjang Hayat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada:
1. Ayahanda (Alm) dan Ibunda tercinta
2. Istri dan anak-anakku tersayang
3. Pembaca yang budiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan baik dan lancar untuk memenuhi sebagaian
persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu penyelesaian tesis ini, terutama
kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan segala fasilitas kepada
penulis dalam menempuh pendidikan pada program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan pemikiran yang sangat
berharga dalam penyusunan tesis ini.
3. Dr. Sarwanto, M.Si. Selaku dosen pembimbing II Program Pendidikan Sains
yang telah memberi petunjuk dalam penyusunan tesis penelitian ini.
4. Para Dosen dan Guru Besar Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Rekan–rekan mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Sains Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan motivasi, dorongan, dan
semangat untuk selesainya tesis ini.
6. Kepala SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen yang telah memberikan
ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis selama pelaksanaan
penelitian.
7. Kepala SMP Negeri 2 Kebumen Kabupaten Kebumen yang telah memberikan
ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis untuk melaksanakan
ujicoba instrumen penelitian.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberi imbalan yang terbaik atas amal baik yang telah
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan
demi perbaikan penelitian ini dimasa yang akan datang.
Surakarta, 17 Februari 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 10
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS .......... 14
A. Kajian Teori .......................................................................................... 14
1. Tinjauan Tentang Belajar .............................................................. 14
2. Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 23
3. Laboratorium ................................................................................ 29
4. Laboratorium Riil .......................................................................... 33
5. Laboratorium Virtual ..................................................................... 34
6. Kemampuan Awal .......................................................................... 37
7. Gaya Belajar ................................................................................... 39
8. Prestasi Belajar .............................................................................. 41
9. Materi Pembelajaran Listrik Dinamis ........................................... 45
B. Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 52
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 53
D. Hipotesis .............................................................................................. 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 62
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 62
B. Metode dan Rancangan Penelitian ..................................................... 63
C. Variabel Penelitian .............................................................................. 64
1. Variabel Bebas .............................................................................. 65
2. Variabel Moderator ....................................................................... 65
3. Variabel Terikat ............................................................................. 65
D. Sumber Data ........................................................................................ 66
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 67
G. Uji Kelayakan Instrumen ..................................................................... 68
1. Uji Validitas ................................................................................... 69
2. Uji Reliabilitas ............................................................................... 72
3. Indeks kesukaran ........................................................................... 76
4. Daya Pembeda ............................................................................... 77
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 79
1. Uji Prasyarat .................................................................................. 79
2. Uji Hipotesis ................................................................................. 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 92
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 92
1. Prestasi Belajar IPA ....................................................................... 92
2. Data Kemampuan Awal Siswa ...................................................... 94
3. Gaya Belajar Siswa ........................................................................ 96
B. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................................ 97
1. Uji Normalitas ............................................................................... 97
2. Uji Homogenitas ............................................................................ 98
C. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 98
1. Analisis Variansi ........................................................................... 99
2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan ........................................ 100
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .......................................................... 102
E. Keterbatasan ......................................................................................... 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 118
A. Kesimpulan ........................................................................................... 118
B. Implikasi ............................................................................................... 121
1. Implikasi Teoretis .......................................................................... 121
2. Implikasi Praktis ............................................................................ 123
C. Saran-saran ........................................................................................... 123
1. Saran untuk Guru ........................................................................... 123
2. Saran untuk sekolah ...................................................................... 124
3. Saran untuk para peneliti ............................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 127
LAMPIRAN .......................................................................................................... 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional IPA SMPN 2 Adimulyo ...................... 2
Tabel 1. 2 Nilai Rata-rata UAS Mapel IPA SMPN 2 Adimulyo ......................... 3
Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar .......................................................................... 20
Tabel 2.2 Nilai Hambat Jenis Beberapa Bahan Penghantar ................................. 48
Tabel 3.1 Jadual Penelitian .................................................................................. 63
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian .......................................................................... 64
Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal ....... 70
Tabel 3.4 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ........... 71
Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Visual ............... 71
Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Kinestetik ......... 72
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal .. 73
Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ....... 74
Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Visual ........... 75
Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Kinestetik .... 75
Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Awal 76
Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar 77
Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kemampuan Awal .. 79
Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Tes Prestasi .............. 79
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar IPA ........................................... 92
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Riil .............................. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Virtuil .......................... 93
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan awal Siswa ............................................. 95
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Riil ....................... 95
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil .................. 95
Tabel 4.7 Deskripsi Data prestasi dan kecenderungan Gaya Belajar Siswa ....... 97
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ................................. 97
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ....................................................... 98
Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi ............................................. 99
Tabel 4.11 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi vs Kemampuan Awal .......... 101
Tabel 4.12 Rangkuman Probabilistik Interaksi ................................................... 102
Tabel 4.13 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan
Kemampuan awal ............................................................................... 110
Tabel 4.14 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil dan
Kemampuan awal ............................................................................... 110
Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil
dan Gaya Belajar ............................................................................... 112
Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil
dan Gaya Belajar ................................................................................ 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Cara Pemasangan Amperemeter …………………..…….
Cara Pemasangan Voltmeter ……………………..……..
Grafik Hubungan Kuat Arus dan Beda Potensial ……….
Rangkaian Terbuka ……………………………………..
Rangkaian Tertutup………………………………………
Rangkaian Listrik Majemuk …………………………….
Rangkaian Seri …………………………………………..
Rangkaian Paralel ……………………………………….
Histogram Prestasi kelas Lab Riil ……………………….
Histogram Prestasi kelas Lab Virtuil ……………………
Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Riil …………...
Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ………...
Grafik Analisis Mean Kemampuan awal terhadap Prestasi
belajar IPA ..........................................................................
Grafik Analisis Mean Lab terhadap Prestasi belajar IPA ....
Grafik Analisis Mean Gaya Belajar terhadap Prestasi
belajar IPA ...........................................................................
Grafik interaksi faktor Lab dan Kemampuan awal terhadap
prestasi .................................................................................
Grafik interaksi faktor model Lab dan Gaya Belajar
terhadap prestasi ..................................................................
46
46
47
48
49
50
50
51
93
94
96
96
101
104
108
111
113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Grafik interaksi faktor Kemampuan awal dan Gaya Belajar
terhadap prestasi .................................................................
Grafik main efek faktor Lab, Kemampuan awal dan Gaya
Belajar terhadap prestasi .....................................................
114
116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus dan RPP Materi Pembelajaran Listrik Dinamis……
Lampiran 2. LKS .......................................................................................
Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Kemampuan Awal .........................................
Lampiran 4. Soal Try Out Kemampuan awal ...........................................
Lampiran 5. Kisi-kisi Angket Gaya Belajar .............................................
Lampiran 6. Angket Gaya Belajar…...............…………………….….....
Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar.......................................
Lampiran 8. Soal Try Out Prestasi Belajar................................................
Lampiran 9. Soal Tes Kemampuan Awal ..................................................
Lampiran 10. Soal Tes Prestasi Belajar .......................................................
Lampiran 11. Data Tes Uji Coba Kemampuan Awal ..................................
Lampiran 12. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Visual ..........................
Lampiran 13. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Kinestetik ...................
Lampiran 14. Data Tes Uji Coba Prestasi Belajar .......................................
Lampiran 15. Data Hasil Penelitian ...............…………………….…...…..
Lampiran 16. Deskripsi Data ...............…………………….…...…............
Lampiran 17. Uji Prasyarat Analisis ...............…………………….…...….
Lampiran 18. Uji Hipotesis .........................................................................
Lampiran 19. Perijinan Penelitian ................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia,
karena pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan
permasalahan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan ini diatur
melalui seperangkat peraturan perundang-undangan yang intinya mengharapkan agar
mutu pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin baik. Salah satu usaha
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menaikkan nilai minimal
kelulusan dan nilai rata-rata minimalnya. Namun usaha menaikkan nilai minimal
kelulusan ini pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih
dibawah negara lain sesama negara berkembang. Hal ini bisa dilihat dari hasil Ujian
Nasional tahun pelajaran 2007/2008 yang lalu bahwa dengan standar kelulusan nilai
rata-rata 5,00 saja, terdapat 237.644 siswa yang tidak lulus atau 7,24% dari seluruh
peserta UN se-Indonesia, padahal tingkat kesulitan soal tidak terlalu tinggi (BSNP,
2008).
Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa yang menjadi
barometer pendidikan di Indonesia dan memiliki banyak sekolah baik negeri maupun
swasta, serta memiliki fasilitas pendukung yang lebih memadai dan tenaga pendidik
yang berlimpah dibanding daerah diluar pulau Jawa ternyata memiliki mutu
pendidikan yang memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari laporan hasil UN tahun
pelajaran 2008/2009 untuk jenjang SMP/MTs yang dikeluarkan oleh BNSP secara
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
umum rata-rata jumlah nilai UN Propinsi Jawa Tengah hanya 28,81 dan menempati
peringkat 24 dari 33 propinsi se-Indonesia dengan 10,74% siswa tidak lulus UN.
Keadaan lebih memprihatinkan lagi terjadi di kabupaten Kebumen karena
menempati peringkat 35 dari 35 kabupaten se-propinsi Jawa Tengah dengan
persentase siswa yang tidak lulus sebesar 25,21%. Secara khusus untuk SMP Negeri 2
Adimulyo yang merupakan salah satu sekolah SSN di kabupaten Kebumen juga
mengalami hal yang sama karena hanya menempati peringkat 33 se-kabupaten
dengan rata-rata jumlah nilai UN 24,83 masih jauh dibawah rata-rata jumlah nilai
propinsi namun sedikit di atas rata-rata jumlah nilai kabupaten (BSNP, 2008).
Khusus untuk nilai UN pada Mapel IPA SMP N 2 Adimulyo menempati
peringkat 56 se-kabupaten Kebumen. Berikut ini adalah tabel nilai rata-rata Ujian
Sekolah/UN IPA SMPN 2 Adimulyo pada 3 tahun terakhir:
Tabel 1.1 Nilai rata–rata Ujian IPA SMP Negeri 2 Adimulyo
No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata
Ujian Sekolah Ujian Nasional 1. 2005/2006 IX 5,39 -
2. 2006/2007 IX 5,66 -
3. 2007/2008 IX - 5,93
Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.
Dari tabel 1.1 terlihat kecenderungan nilai rata–rata IPA walupun berada di atas nilai
minimum 4,25 namun masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang
ditentukan oleh sekolah pada mata pelajara IPA yaitu 64, rendahnya perolehan hasil
belajar ujian tersebut mengindikasikan bahwa penguasaan materi esensial atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
konsep–konsep IPA yang dipahami para siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pula
dalam tabel nilai mata pelajaran IPA pada tiap akhir semester seperti yang
diperlihatkan pada tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Nilai rata – rata Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran IPA SMP Negeri 2
Adimulyo, 3 (tiga) tahun terakhir
No. Tahun Pelajaran Kelas Nilai Rata – Rata
Semester 1 Semester 2 1. 2005/2006 IX 56,8 57,2 2. 2006/2007 IX 58,2 58,6 3. 2007/2008 IX 59,2 60,4
Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.
Prestasi belajar dalam materi pembelajaran listrik dinamis juga mengalami hal
yang sama karena berdasarkan dokumen di SMP Negeri 2 Adimulyo, nilai ulangan
pada materi listrik dinamis pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun pembelajaran
2006/2007 sampai dengan tahun pembelajaran 2008/2009 masing-masing diperoleh
rata-rata 58,5, 60,4, dan 59,3. Perolehan nilai ini masih jauh dari KKM yang di
tentukan sekolah pada Komptensi Dasar Listrik Dinamis yaitu sebesar 67.
Rendahnya minat siswa untuk belajar IPA juga ikut berpengaruh terhadap
rendahnya prestasi belajar siswa, terlebih lagi untuk mata pelajaran fisika, karena
selama ini fisika merupakan salah satu momok yang ditakuti siswa selain matematika,
apalagi sejak tahun pelajaran 2008/2009, IPA termasuk di dalamnya fisika merupakan
mata pelajaran yang diujikan secara nasional melalui UN dan menjadi penentu
kelulusan. Motivasi siswa untuk belajar fisika pun rendah, hal ini diperparah lagi
karena dalam mengajar di kelas, guru jarang memberikan motivasi kepada siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Metode mengajar guru yang monoton dan kurang sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran juga memberikan andil pada rendahnya prestasi belajar siswa karena
dalam hal ini guru sering memposisikan dirinya sebagai “Teacher Centered
Learning”. Ini bisa dilihat dalam pengajaran menggunakan metode ceramah dan
mencatat. Siswa kurang diajak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,
interaksi antar siswa kurang diperhatikan, padahal banyak penelitian menunjukkan
bahwa siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainnya dari pada belajar
dengan guru. Apalagi dalam pembelajaran materi listrik dinamis yang merupakan
materi aplikatif, memerlukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang terpusat pada guru tidak tepat dilaksanakan pada materi
pembelajaran listrik dinamis.
Sesuai dokumentasi SMP Negeri 2 Adimulyo tahun 2008 menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa pada materi pembelajaran listrik dinamis mempunyai
standar deviasi yang tinggi yaitu sebesar 19,7, ini menunjukkan bahwa terjadi
kesenjangan yang terlalu ekstrim antara siswa dengan nilai tinggi dengan siswa
dengan nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap kelas terdapat siswa
yang tergolong superior dan siswa yang tergolong cacat akademik ringan yang kinerja
akademiknya dibelakang para siswa yang taraf perkembangannya normal.
Kesenjangan ini juga menunjukkan bahwa selama ini siswa tidak saling bekerjasama
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Metode mengajar
guru juga turut andil dalam hal ini, karena selama ini guru jarang menggunakan
metode yang memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama mempelajari materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pembelajaran secara berkelompok, metode yang dimaksud adalah metode
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009:9), “ide yang melatarbelakangi
bentuk pembelajaran kooperatif ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya
berhasil, mereka akan mendorong timnya untuk lebih baik dan akan membantu
mereka melakukannya”. Jadi dalam metode kooperatif siswa dalam kelas dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil duduk bersama saling membantu dalam
mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dengan kemampuan
rendah akan belajar banyak dari rekan yang lebih tinggi kemampuannya dalam
kelompoknya.
Kesenjangan prestasi belajar IPA di SMP Negeri 2 Adimulyo yang ekstrim ini
terjadi pada hampir pada semua materi pembelajaran yang diajarkan, padahal dalam
IPA terdapat materi pembelajaran yang saling berhubungan satu sama lain, bahkan
terdapat suatu materi pembelajaran yang merupakan prasyarat pada materi
pembelajaran yang lain. Seperti halnya materi pembelajaran listrik statis merupakan
materi prasyarat pada listrik dinamis. Hal ini bisa dikatakan bahwa tingkat
penguasaan materi pembelajaran listrik statis siswa merupakan kemampuan awal
siswa tersebut pada materi pembelajaran listrik dinamis. Menurut Winkel (1996:134),
“pada setiap awal proses belajar mengajar, guru seharusnya meneliti terlebih dahulu
tingkah laku awal siswa, karena dari tingkah laku inilah tergantung bagaimana proses
belajar mengajar sebaiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang mula-
mula ditetapkan harus mengalami perubahan”. Uraian tersebut mengeaskan bahwa
kemampuan awal siswa harus mendapatkan perhatian dari guru karena akan
mempengaruhi proses belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
materi pembelajaran lain yang relevan. Selama ini guru di SMP Negeri 2 Adimulyo
tidak memperhatikan kemampuan awal siswa, dalam arti siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah diperlakukan sama dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi, ini dibuktikan dengan tidak adanya materi tambahan untuk
siswa yang kemampuan awalnya rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah semakin tertinggal dalam mengikuti pembelajaran dari
siswa lain yang mempunyai kemampuan awal tinggi.
Selama ini guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo juga kurang
memperhatikan potensi dan gaya belajar siswanya. Gaya belajar menurut DePorter
dan Hernacki (1999:109-124) dibagi menjadi tiga macam yaitu, visual (belajar
dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik
(belajar dengan bergerak, banyak melakukan aktivitas fisik, interaksi kelompok).
Metode mengajar guru selama ini yang memposisikan guru sebagai “Teacher
Centered learning” tentu saja hanya cocok bagi salah satu gaya belajar saja.
Sedangkan bagi gaya belajar yang lain akan membuat siswa kurang berminat pada
pelajaran tersebut. Padahal menurut DePorter dan Hernacki (1999:50), menciptakan
minat merupakan jalan untuk menciptakan motivasi demi mencapai tujuan. Apalagi
selama ini banyak yang menganggap bahwa anak yang gaduh di kelas, banyak
bergerak, dan mengganggu proses belajar mengajar adalah anak yang nakal sehingga
harus dikeluarkan dari kelas. Padahal sebenarnya anak tersebut adalah anak dengan
gaya belajar kinestetik, namun metode mengajar guru tidak memuaskan anak untuk
memahami materi sehingga anak menjadi bosan. Efeknya siswa merasa tidak
diperhatikan guru, sehingga berusaha mencari perhatian dengan caranya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Penyebab lain adalah guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif
dalam penggunaan media, padahal mata pelajaran fisika selain menuntut keaktifan
siswa, guru juga dituntut untuk menggunakan media yang bisa menjembatani
pengetahuan fisika yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkret. Dengan media
sesuatu yang dilihat, dibaca, didengar, dirasa, dan dikerjakan bisa sekaligus dilakukan
oleh siswa. Menurut Rose dan Nicholl (2002:192) “pelajaran diingat rata-rata 20%
dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50% dari yang
dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan,
dan dikerjakan sekaligus”. Dalam pembelajaran listrik dinamis, selama ini guru hanya
memakai laboratorium riil saja, itupun tidak maksimal, praktikum hanya dilaksanakan
pada beberapa sub komptensi saja sehingga pelaksanaan yang tidak kontinyu ini
mengakibatkan pengetahuan siswa tidak terbangun secara runut dan teratur.
Praktikum yang menggunakan lab riil saja juga menyebabkan kurang bervariasinya
kegiatan praktikum, padahal ada media lain yang bisa dijadikan media interaktif
seperti halnya lab riil yang biayanya murah, aman, variatif, dan menyenangkan.
Media yang dimaksud diantaranya adalah media komputer. Media komputer yang
dimiliki SMP Negeri 2 Adimulyo yang berjumlah 20 unit dapat dijadikan sebagai
laboratorium virtuil, namun selama ini guru tidak memanfaatkannya sebagai
laboratorium alternatif dalam pembelajaran, padahal dengan adanya lab virtuil ini
diharapkan siswa menjadi tertarik dan berminat untuk belajar fisika.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Mutu pendidikan di Indonesia masih rendah yang ditandai dengan persentase
siswa yang tidak lulus Ujian Nasional tinggi padahal standar nilai rata-rata
kelulusan hanya sebesar 5,00.
2. Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa memiliki fasilitas
pendukung pendidikan yang lebih memadai dan tenaga pendidik yang berlimpah
dibanding daerah diluar pulau Jawa, namun kenyataannya mutu pendidikannya
masih memprihatinkan, yang ditandai dengan peringkat Jawa Tengah hanya
menempati urutan 24 dari 33 propinsi.
3. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki banyak
sekolah baik negeri maupun swasta, namun mutu pendidikan di Kebumen masih
rendah bahkan menempati peringkat paling bawah se-propinsi Jawa Tengah.
4. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen sebagai sekolah favorit di kecamatan
Adimulyo seharusnya mempunyai nilai semester yang tinggi, namun
kenyataannya prestasi belajar IPA pada UAS/UN maupun nilai raport tiap
semester masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah.
5. Perolehan nilai ulangan pada materi pembelajaran listrik dinamis masih belum
mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.
6. Minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika
rendah, bahkan Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi momok
bagi siswa apa lagi sejak tahun pelajaran 2008/2009 IPA di ujikan secara
nasional.
7. Metode mengajar guru monoton, siswa kurang diajak berpartisispasi aktif dalam
pembelajaran, dan interaksi antar siswa tidak diperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
8. Di SMP Negeri 2 Adimulyo terjadi kesenjangan nilai yang ekstrem antara siswa
yang pandai dengan siswa yang tidak pandai, dan Guru tidak pernah
menggunakan metode kooperatif dalam mengajar agar siswa dengan kemampuan
rendah ikut terangkat kemampuan akademiknya.
9. Kesenjangan prestasi belajar juga terjadi pada kemampuan awal siswa, namun
Guru tidak pernah memperhatikan kemampuan awal siswa, hal ini ditandai
dengan tidak adanya pendalaman materi bagi siswa yang kemampuannya rendah.
10. Dalam satu kelas siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda sehingga
akan menyenangi tipe mengajar guru sesuai dengan gaya belajarnya, namun
selama ini Guru tidak memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa dalam
mengajar, bahkan guru cenderung tidak menyukai siswa yang banyak bergerak
seperti ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.
11. Media pembelajaran sangat banyak jenisnya dan tersedia di sekitar lingkungan
sekolah, namun selama ini Guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif
dalam penggunaan media pembelajaran sehingga tidak memungkinkan siswa
untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.
12. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen merupakan salah satu sekolah yang
mempunyai laboratorium lengkap termasuk laboratorium komputer, namun dalam
praktikum Guru hanya memakai laboratorium riil saja dan tidak pernah
menggunakan media alternatif untuk praktikum yang hemat biaya, aman, variatif,
menyenangkan, media yang dimaksud adalah komputer yang merupakan
laboratorium virtuil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian tentang identifikasi masalah, maka dalam penelitian perlu
diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih jelas dan terarah. Adapun batasan
masalah pada penelitian ini meliputi:
1. Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo,
tahun pelajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 139 siswa.
2. Obyek Penelitian
a. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), yaitu pembelajaran
yang membagi siswa-siswa berkemampuan berbeda, suku, ras, dan agama yaang
berbeda kedalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-5 orang ditugasi untuk
mempelajari konsep yang telah diajarkan oleh guru.
b. Laboratorium yang digunakan dalam pembelajaran adalah lab riil dan lab virtuil,
Pembelajaran fisika menggunakan laboratorium riil adalah pembelajaran listrik
dinamis menggunakan komponen dan peralatan sesungguhnya yang ada dalam
lab IPA SMP Negeri 2 Adimulyo. Sedangkan pembelajaran fisika menggunakan
lab virtuil adalah pembelajaran listrik dinamis menggunakan komputer yang telah
diinstal software Edison4 yang menyajikan komponen dan peralatan bukan
sesungguhnya yang ditampilkan dalam monitor komputer. Siswa mempraktekkan
langkah-langkah yang ada dalam LKS.
c. Kemampuan awal adalah penguasaan konsep atau materi pelajaran sebelumnya
yang merupakan materi prasyarat dalam pembelajaran. Kemampuan awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
didapatkan dari nilai tes pada materi prasyarat. Kemampuan awal dibedakan
menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Kemampuan awal dikategorikan
tinggi jika nilai tes prasyarat di atas nilai rata-rata seluruh sampel, dan
kemampuan awal dikategorikan rendah jika nilai hasil tes prasyarat di bawah nilai
rata-rata seluruh sampel. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan materi
prasyarat adalah materi pembelajaran pada pokok bahasan Listrik Statis.
d. Gaya belajar adalah cara siswa menyerap pelajaran dan informasi. Gaya belajar
ada tiga macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam penelitian ini gaya
belajar dibatasi hanya dua cara yaitu visual dan kinestetik.
e. Prestasi belajar siswa merupakan nilai yang diperoleh siswa dari test hasil belajar
pada materi pelajaran listrik dinamis yang dalam hal ini hanya mencakup pada
ranah kognitif.
D. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dengan siswa yang diberi
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan
awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar
visual dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa?
5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?
6. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa?
7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe menggunakan lab riil
dan lab virtuil, gaya belajar, dan kemampuan awal terhadap prestasi siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan lab riil dan lab virtuil.
2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan
rendah.
3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.
4. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan
kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
7. Interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan
awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penulis memandang bahwa penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis:
a. penulis melakukan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah,
b. menambah wawasan keilmuan karena penelitian ini didukung dengan teori-teori
dari para pakar pendidikan,
c. sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat praktis:
a. memberi masukan kepada guru agar selalu berinovasi mengembangkan media
pembelajaran agar menarik minat siswa untuk belajar,
b. hasil penelitian diharapkan dijadikan acuan bagi guru dalam pembelajaran
menggunakan laboratorium atau media pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa,
c. memberi masukan kepada guru agar dalam mengajar guru harus memperhatikan
gaya belajar dan kemampuan awal siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar
a. Definisi Belajar
Sebagaian besar orang beranggn bahwa belajar adalah mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran, ada juga yang
memandang belajar sebagai latihan membaca dan menulis. Pemahaman ini tentu saja
kurang lengkap karena pada kenyataannya banyak sekali perbuatan yang termasuk
dalam belajar. Menurut Gagne dalam Slameto (2003:13), “(1) belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku, (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari interaksi”. Menurut Winkel (1996:53), belajar dirumuskan sebagai:
“Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas”. Menurut Muhibbin Syah (2001:64) secara umum belajar
dipahami sebagai “Tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognisi”. Sedangkan menurut Mohamad Surya (2003:11), “Pembelajaran ialah suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan definisi
belajar adalah aktivitas mental/psikis individu dengan bekerjasama dalam
kelompoknya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
b. Teori Belajar
1) Teori Belajar Gagne
Robert M. Gagne mengemukakan sebuah model belajar yang terkenal dengan
model pemrosesan informasi, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:141-143)
mengemukakan bahwa suatu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase
belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh
siswa atau guru. Setiap fase belajar tersebut dipasangkan dengan suatu proses internal
yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut adalah fase motivasi,
pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi, penampilan, dan umpan
balik.
Dalam fase motivasi melibatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa. Motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai semangat
untuk belajar. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989:141), “siswa harus diberi motivasi
dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah”, selaras dengan hal tersebut,
pada penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memungkinkan siswa
untuk termotivasi karena pada langkah/fase terakhir dari sintak dalam STAD adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
rekognisi tim atau penghagaan tim, artinya siswa diberi motivasi agar belajar dengan
sebaik-baiknya agar berperan dalam kelompoknya untuk mendapatkan rekognisi.
Dalam fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-bagian yang relevan
yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dalam penelitian ini,
fase ini terjadi pada sintak dalam STAD yaitu pada presentasi kelas, dalam presentasi
kelas, guru menyampaikan materi pelajaran, memperkenalkan kepada siswa peralatan
lab maupun software dalam lab virtuil ataupun langkah-langkah dalam LKS.
Dalam fase perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila
memperhatikan informasi yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung
disimpan dalam memori tetapi diubah menjadi informasi yang bermakna yang
dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Dalam penelitian
ini, fase perolehan didapatkan karena siswa langsung berhubungan dengan peralatan
laboratorium, dengan cara meyentuh, memasang peralatan lab, melihat langsung efek
dari rangkaian yang telah dibuatnya sehingga memungkinkan siswa mendapatkan
gambaran-gambaran mental dari informasi/konsep yang didapatkan sebelumnya.
Dalam fase retensi terjadi proses pemindahan informasi agar informasi yang
diperoleh tidak mudah hilang. Caranya yaitu dengan memindahkan informasi baru
yang diperoleh oleh siswa dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Menurut Ratna Wilis Dahar, hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali,
praktek, ataupun elaborasi. Dalam penelitian ini, fase retensi terjadi karena
pembelajaran dilengkapi dengan praktikum dalam laboratorium, dengan adanya
praktikum memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan yang tidak hanya sekedar
hafalan, namun mendalam dan bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dalam fase pemanggilan, ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan
informasi dalam memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut siswa
harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara
mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan
memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Dalam penelitian ini, fase
pemanggilan terjadi pada saat siswa menjawab latihan soal yang mengarah pada
kesimpulan ataupun rumus seperti yang terdapat dalam LKS.
Fase generalisasi merupakan fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil
dalam belajar apabila dapat menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang
sesungguhnya. Siswa dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah-masalah nyata, yaitu masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran listrik dinamis.
Dalam fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan secara nyata
dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah dipelajari. Dalam
penelitian ini, fase ini terjadi pada saat siswa mengerjakan kuis yang merupakan
bagian dari STAD. Kuis yang dikerjakan secara individual ini akan memperlihatkan
tingkat respon yang telah dipelajari siswa.
Dalam fase umpan balik, siswa memberikan respon tentang hal-hal yang telah
diperolehnya melalui proses pembelajaran. Dengan memberikan respon, maka siswa
mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah
dipelajarinya.
Pembelajaran fisika pada materi pembelajaran listrik dinamis dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan virtuil pada penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
ini membutuhkan pemrosesan informasi agar dapat berlangsung dengan optimal.
Siswa diharapkan akan mudah memproses, mengenal, mudah memperoleh, mudah
menyimpan konsep dalam memori otak dalam jangka waktu panjang, serta mudah
mengingat kembali konsep listrik dinamis.
2) Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget semua individu melalui empat tingkat perkembangan kognitif
yaitu: a) tahap sensorimotor (0–2 tahun), selama periode ini anak mengatur alam
dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor), b) tahap
pra-operasional (2–7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi
matematika seperti menambah, mengurangi, dan lain sebagainya, c) tahap operasional
(7–11 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai berpikir secara rasional,
akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis.
Pada periode ini sifat egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris,
d) tahap operasional formal (11 tahun keatas), anak pada periode ini tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret. Anak sudah
mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Perkembangan intelektual itu
dipengaruhi oleh faktor kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logiko-
matematik, transmisi sosial, dan proses ekuilibrasi. Menurut Piaget ada tiga bentuk
pengetahuan yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan
pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran
siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logiko-matematik harus
dibangun sendiri oleh anak sehingga dalam mengajar harus diperhatikan pengetahuan
yang telah diperoleh oleh anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pada penelitian ini, seluruh siswa SMP Negeri 2 Adimulyo masuk dalam
kategori perkembangan kognitif tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa
mampu menerima pembelajaran dengan menggunkan model atau tiruan benda,
sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil
dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dalam penelitian ini.
3) Teori Belajar Ausubel
Seorang ahli psikologi pendidikan, Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110)
menyatakan bahwa:
Belajar diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana melainkan merupakan
suatu kontinum. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dikomunikasikan
pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam
bentuk final maupun bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk
menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua,
siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada pengetahuan
(berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi
belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
yang relevan dengan struktur kognitif seseorang. Penerapan teori Ausubel dalam
mengajar perlu diperhatikan prinsip pengatur awal, diferensisi progresif, penyesuaian
integratif, dan belajar superordinat. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel disajikan
dalam tabel 2.1:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar
No Belajar berupa Belajar Hafalan Belajar bermakna
Secara penerimaan
Secara penemuan
Secara penerimaan Secara penemuan
1 Materi disajikan dalam bentuk final
Materi ditemukan oleh siswa
Materi disajikan dalam bentuk final
Materi ditemukan oleh siswa
2 Siswa menghafal materi yang disajikan
Siswa menghafal materi
Siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya
Siswa memasukkan matri kedalam struktur kognitifnya
Selaras dengan teori belajar Ausubel, materi pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu listrik dinamis seperti materi pembelajaran fisika yang lain bukan merupakan
materi hafalan, listrik dinamis merupakan materi yang berhubungan dengan materi
sebelumnya yaitu listrik statis. Konsep-konsep dalam listrik dinamis dapat dikaitkan
dengan konsep-konsep dalam listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis
merupakan materi prasyarat dalam materi pembelajaran lisrik dinamis. Penggunaan
lab dalam pembelajaran memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman nyata dan
memunkinkan terjadinya proses penemuan, sehingga pembelajaran tidak hanya
dihafalkan saja tetapi siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya. Jadi
dalam penelitian ini penggunaan penggunaan lab dengan memperhatikan kemampuan
awal dalam penelitian memungkinkan terjadinya belajar bermakna seperti apa yang
diungkapkan oleh Ausubel.
4) Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner dalam teori “Free Discovery Learning”, proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui
contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya. Untuk memahami
suatu konsep, siswa tidak menghafal definisi dari konsep tersebut, tetapi langsung
mempelajai contoh-contoh kongkret dari konsep tersebut, baru kemudian dibimbing
untuk memahami definisi dari konsep tersebut. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis
(1989:101), “proses belajar akan melibatkan tiga hal sekaligus yaitu memperoleh
informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi serta ketepatan
pengetahuan”. Suatu pengajaran atau teori instruksi menurut Bruner hendaknya
meliputi pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan belajar, penstrukturan
pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan penyajian materi pelajaran
secara optimal, dan bentuk pemberian reinforcement.
Dalam menerapkan belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya
beriring, tujuan mengajar hanya dirumuskan secara garis besar, cara yang digunakan
para siswa untuk menci tujuan tidak perlu sama, guru tidak begitu mengendalikan
proses mengajar, dan penilaian hasil belajar meliputi pemahaman tentang prinsip-
prinsip dasar bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Menurut
Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Kebaikan belajar
penemuan adalah pengetahuan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih
baik daripada hasil belajar lainnya, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan
untuk berpikir bebas.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian yang ditunjang dengan lab riil dan
lab virtuil ini sangat memungkinkan terjadinya belajar penemuan karena siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
terlibat langsung dan diberi kebebasan untuk menemukan suatu aturan (termasuk
teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan
atau mewakili sumbernya, yaitu dengan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya
melalui kegiatan praktikum agar pengetahuan yang didapatnya merupakan hasil
temuannya sendiri. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk dapat merumuskan
masalah. Dari percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga
akhirnya siswa dapat menarik suatu kesimpulan dan menemukan konsep dalam
materi pembelajaran.
5) Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky dalam Paul Suparno (2006:45) mengemukakan, “pembelajaran
merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian
yang spontan dan yang ilmiah”. Pengertian spontan didapatkan dari pengalaman anak
sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang dikan kelas.
Seseorang yang belajar akan semakin mengangkat pengertiannya menjadi pengertian
yang ilmiah. Pengertian spontan mempunyai dua segi yaitu pengertian dalam dirinya
sendiri dan pengertian untuk orang lain. Pengertian untuk orang lain ini menyebabkan
anak berusaha untuk mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai
untuk berkomunikasi dengan orang lain, itulah sebabnya Vygotsky menekankan
pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang mempunyai pengetahuan
lebih baik dan sistem yang secara kultural berkembang dengan baik. Teori Vigotsky
menekankan pada bakat sosiokulktural dalam pembelajaran.
Sejalan dengan Vygotsky, dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo yang
menggunakan metode kooperatif tipe STAD ini memungkin siswa untuk berinteraksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan orang lain, siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik akan berinteraksi
dan berkomunikasi dengan siswa yang berkemampuan tinggi, sehingga siswa dengan
kemampuan tinggi akan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada
siswa lain dalam kelompoknya sehingga pengetahuan siswa lain meningkat.
2. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2008:4), “pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran menekankan para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran”. Menurut Paul Suparno (2006:134), “pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang menekankan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok,
saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan”.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009:242), “pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)”.
Pembelajaran kooperatif dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan, hal
ini dikarenakan terdapat dua alasan seperti yang dikemukakan oleh Slavin (1995)
dalam Wina Sanjaya (2009:242) yaitu:
Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua, merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan serta keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sejalan dengan teori belajar Vygotsky, pembelajaran kooperatif mengajarkan
siswa ketrampilan kerjasama dan kolaboratif serta memahami konsep yang dianggap
sulit oleh siswa, siswa berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya maupun
dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi ini siswa saling bertukar
pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
proses pembelajaran. Terlebih lagi siswa SMP Negeri 2 Adimulyo kelas IX telah
memasuki masa remaja, pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri
remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman
sebaya dan lingkungannya.
b. Keunggulan, Kelemahan Pembelajaran Kooperatif, dan Cara Mengatasinya
Siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak dari pada
siswa pada kelas-kelas tradisional. Teori yang menjelaskan keunggulan pembelajaran
kooperatif ini terbagi menjadi dua yaitu teori motivasi yang menekankan pada derajat
perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-
tugas akademik, dan teori kognitif yang menekankan pada pengaruh dari kerjasama
itu sendiri. Pembelajaran kooperatif disamping memiliki keunggulan, juga memiliki
kelemahan karena dapat memicu munculnya “pengendara bebas” atau “para
pembonceng”, artinya sebagian anggota kelompok mengerjakan sebagian besar atau
seluruh pekerjaan sedangkan yang lainnya hanya tinggal mengendarainya. Untuk
menghindari hal ini diperlukan dua langkah yaitu dengan membuat masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
anggota kelompok bertanggungjawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok,
dan dengan membuat para siswa bertanggungjawab secara individual atas tugasnya.
Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga mengalami hal yang
sama. Dalam setiap kelompok selalu ada siswa yang diam, bekerja ala kadarnya,
bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali karena hanya mengandalkan pekerjaan
anggota lain dalam kelompoknya. Alokasi waktu yang tersedia dalam pebelajaran
juga sering tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu pokok bahasan, sehingga
perlu penambahan waktu. Hal ini dikarenakan pembagian tugas dalam kelompok
tidak merata sehingga pekerjaan siswa tidak terarah. Belum lagi beberapa siswa yang
tidak bekerja, terlihat bercanda dengan anggota kelompok lainnya sehingga
mengganggu kegiatan kelompoknya dan kelompok lainnya.
c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah STAD
(Student Team Achievement Division), Jigsaw, dan TGT (Teams Games Tournament)
yang diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas,
pembelajaran kooperatif lain yaitu TAI (Team Accelerated Instruction) dan CIRC
(Cooperatif Integrated Reading and Composition) merupakan kurikulum
komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada
tingkat kelas tertentu, GI (Group Investigation), Learning Together, Complex
Instruction, dan Structure Dyadic Methods. Dalam hal ini penulis menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode mengajar dalam penelitian
karena metode ini paling mudah diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. STAD (Student Team Achievement Division),
Menurut Slavin (2008:143), “STAD merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. Siswa-
siswa yang berkemampuan berbeda dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri
atas 4-5 orang ditugasi untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan oleh
guru. Dalam kelompok ini diharapkan masing-masing siswa akan meningkatkan
pemahamannya masing-masing setiap siswa diuji sendiri-sendiri. Kelompok juga
dinilai berdasarkan tingkat kemajuan yang melampui tingkat kemampuan rata-rata.
Dalam STAD anggota kelompok terdiri atas orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis
mengenai materi secara sendiri-sendiri, dan saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk
saling bantu.
Senada dengan hal tersebut, Armstrong, dkk (1998) mengemukakan bahwa
dalam pendekatan STAD siswa ditugaskan untuk empat atau lima anggota tim yang
mencerminkan pengelompokan secara heterogen pada siswa yang tinggi, sedang, dan
rendah kemampuannya, siswa dari beragam etnis, latar belakang yang berbeda, dan
jenis kelamin yang berbeda. Setiap minggu, guru memperkenalkan bahan baru
melalui ceramah, diskusi kelas, atau beberapa bentuk presentasi guru. Anggota tim
kemudian berkolaborasi pada kertas kerja yang dirancang untuk memperluas dan
memperkuat materi yang diajarkan oleh guru. Anggota tim (a) bekerja pada lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kerja secara berpasangan, (b) bergiliran menanyai satu sama lain, (c) membahas
masalah sebagai sebuah kelompok, atau (d) menggunakan strategi apa pun untuk
mempelajari materi pembelajaran. Setiap tim akan menerima lembar jawaban,
sehingga jelas kepada siswa bahwa tugas mereka adalah untuk mempelajari konsep-
konsep tidak hanya mengisi worksheet. Anggota tim yang diinstruksikan bahwa tugas
belum selesai sampai semua anggota tim memahami materi yang diberikan. Skor kuis
para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan
kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang
diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria
tertentu akan menkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian
kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis.
Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian
identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi
seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Dalam hal ini STAD
digunakan dalam penelitian dikarenakan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo telah
memasuki masa remaja, tentu saja sebagai remaja mereka ingin berperan penting
dalam dalam hidupnya, termasuk dalam pembelajaran kelompok. Dalam STAD
semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi yang positif dalam kelompoknya, mereka merasa bangga jika
kelompoknya menkan penghargaan dari guru atas peranannya dalam kelompok,
sehingga tiap siswa akan termotivasi dan berlomba-lomba untuk memberikan yang
terbaik bagi kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
e. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD
Dalam STAD terdapat lima komponen utama yaitu: 1) presentasi kelas, materi
dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual, 2) tim, tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jens kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi
utama dari Tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar, dan
lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Ditekankan bahwa anggota tim melakukan yang
terbaik untuk tim dan tim pun melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya, 3) kuis, setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan
kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materi, 4) skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan
individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan
dicapai bila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik
daripada sebelumnya. Tiap siswa memberikan kontribusi poin yang maksimal
kepada timnya dalam skor ini, tetapi tak ada siswa yang melakukannya tanpa
memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang
diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis
yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal
mereka, 5) rekognisi tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
yang lain bila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu, skor tim siswa juga
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang
diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim,
mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik,
menunjukkan norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Namun
meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam
mengerjakan kuis, tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual
seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain,
karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua
anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.
3. Laboratorium
a. Pengertian Laboratorium
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995) dalam Wira Bahari
Nurdin (2005), ”laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan”.
Tempat ini merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya
kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang
tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti
(2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “laboratorium adalah suatu ruangan tempat
melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap”.
Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009),
“pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah
laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya
terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”. Pendapat lain mengemukakan
bahwa laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang
dapat menghasilkan pengalaman belajar dan siswa berinteraksi dengan berbagai alat
dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/)
b. Fungsi dan Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran
Amien dalam Tarmizi (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) (tersedia
dalam http://lib.bsn.go.id/) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai
tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan, menentukan hubungan
sebab-akibat, membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena
tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena bila sudah dibuktikan
kebenarannya, mempraktikkan sesuatu yang diketahui, mengembangkan
keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan
problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan. Menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2006), fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/IPA
adalah sebagai tempat pembelajaran, tempat peragaan dan tempat praktik Sains/IPA.
c. Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium
Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009)
fasilitas Laboratorium adalah sebagai berikut: laboratorium yang baik harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium
dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan
fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang digunakan oleh semua
pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran
listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja
siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, pn tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang
timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain.
Menurut Wicahyono (2003) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), “untuk menentukan
suatu ruangan itu cocok atau tidak untuk dijadikan laboratorium, perlu
memperhatikan beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya”. Bila
memungkinkan, ruangan Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan ruangan
kelas. Hal ini perlu untuk menghindari terganggunya proses belajar mengajar di kelas
yang dekat dengan laboratorium.
d. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Laboratorium
Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dipertahankan,
laboratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelolaan
laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Menurut Wirjosoemarto dkk
(2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) tentang struktur organisasi dan pengelolaan
laboratorium adalah sebagai berikut: Staf atau personal Laboratorium mempunyai
tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi laboratorium termasuk fasilitas,
alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium
dikelola oleh seorang penanggung jawab laboratorium yang diangkat dari salah
seorang guru IPA (Fisika, Kimia atau Biologi). Selain pengelola laboratorium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium atau sering disebut Laboran.
Tugas Laboran adalah membantu penyin bahan-bahan/alat-alat praktikum,
pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar
kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi
laboratorium. Di SMP Negeri 2 Adimulyo pengelola laboratorium adalah Ketua
Urusan Bidang Kurikulum dibantu seorang Laboran yang berada dibawah tanggung
jawab langsung Kepala Sekolah.
e. Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium
Menurut Azizah (2003) dalam Arianto (2009) pelaksanaan praktikum dalam
laboratorium umumnya adalah: 1) persiapan, meliputi: menetapkan tujuan praktikum,
mempersiapkan alat dan bahan, memperhatikan keamanan, kesehatan dan
kenyamanan, dan memberi penjelasan yang harus diperhatikan dan langkah-langkah
yang harus dilakukan siswa, 2) pelaksanaan, meliputi: siswa melakukan praktikum,
Guru, asisten dan ko-asisten mengamati proses praktikum, dan 3) tindak lanjut,
meliputi: mengumpulkan laporan praktikum, mendiskusikan masalah yang ditemukan
siswa, dan memeriksa dan menyimpan peralatan.
Dalam pelaksanaan praktikum akan lebih mudah lagi jika siswa diberi LKS
(Lembar Kegiatan Siswa) yang berisi urutan-urutan atau langkah-langkah kerja dalam
praktikum, alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum, lembar yang berisi tabel
pengisian data hasil pengamatan, soal yang mengarah pada penarikan kesimpulan
praktikum, dan lembar soal untuk menguji tingkat pengetahuan siswa setelah
prakatikum. Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga penulis
lengkapi dengan LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4. Laboratorium Riil
Laboratorium riil menyediakan seperangkat peralatan nyata dalam
pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium
merupakan sebuah eksperimen nyata. Melalui kegiatan laboratorium riil siswa
mempelajari fakta, gejala, merumuskan, konsep, prinsip, hukum dan sebagainya.
Tujuan kegiatan praktikum menggunakan laboratorium riil selain untuk
memperoleh pengetahuan yang bersifat kognitif juga bertujuan untuk memperoleh
keterampilan/ kinerja, menetapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada
situasi baru, serta memperoleh sikap ilmiah. Dale (1956) dalam Sri Anitah (2008:55)
mengemukakan, “pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut yang
dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan yang paling abstrak yaitu belajar
melalui lambang kata-kata”. Pengalaman langsung yaitu melihat, mendengar,
memegang, merasakan, menyentuh, mambau. Menurut Rose dan Nicholl (2002: )
pelajaran diingat rata-rata 20% dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari
yang dilihat, 50% dari yang dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang
dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus.
Senada dengan hal tersebut, maka penggunaan laboratorium riil sebagai media
pembelajaran di SMP Negeri 2 Adimulyo mempunyai keunggulan sebagai berikut:
siswa menkan pengalaman belajar secara langsung, menggerakkan seluruh panca
indera siswa untuk belajar, meningkatkan keterampilan psikomotor, siswa tidak jenuh
karena pembelajaran tidak di dalam kelas, penggunaan peralatan lab membuat anak
lebih senang dan termotivasi dan tertantang untuk membuktikan teori yang ada.
Namun demikian penggunaan laboratorium riil di SMP Negeri 2 Adimulyo juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mempunyai kelemahan yaitu: rentan dengan masalah kemanan, lagi materi yang
dipelajari adalah permasalahan listrik, alokasi waktu yang tersedia sering tidak
mencukupi karena pelaksanaannya sangat tergantung keterampilan siswa dalam
menggunakan peralatan, dalam pengukuran bisa terjadi siswa salah membaca angka,
siswa yang tidak bekerja terlihat bercanda dengan teman lain, peralatan lab sering
dijadikan permainan sehingga anak tidak fokus pada materi, kelompok yang tidak
kompak sering tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya, sering terjadi salah paham
dengan teman satu kelompok.
Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo pada materi pembelajaran listrik
dinamis khususnya, peralatan dalam lab riil mencakup: lampu pijar dengan berbagai
ukuran volt, sumber arus listrik/baterai 1,5 V, saklar dua kutub, ampere-meter (0–
5A), voltmeter, kabel, dan power supply 12 volt.
5. Laboratorium Virtuil
Laboratorium virtuil merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan ilmiah
berupa penelitian, eksperimen, pengujian dan pengukuran yang terkontrol dalam
kondisi tidak nyata atau tidak sebenarnya. UNESCO memberikan definisi yang lebih
luas: “Virtuil laboratory is an electronic workspace for distance collaboration and
experimentation in research or other creative activity, to generate and deliver results
using distributet information and communication technologies”, jika diterjemahkan
laboratorium virtuil adalah ruang kerja elektronik untuk berkolaborasi dan
eksperimentasi dalam penelitian atau kegiatan kreatif lainnya, untuk menghasilkan
dan memberikan hasil melalui dan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Peralatan yang tersedia dalam kegiatan praktikum menggunakan lab virtuil
bukan seperangkat peralatan nyata, karena peralatan yang disediakan hanya tampak
dalam layar monitor saja, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium
virtuil hanya berupa simulasi. Pemakaian komputer sebagai media pembelajaran
dewasa ini sudah bukan hal baru karena banyaknya berbagai perusahaan software
melakukan inovasi untuk menggaet pelanggannya dari kalangan perguruan tinggi
maupun sekolah. Komputer bisa berperan sebagai manajer dalam proses
pembelajaran yang dikenal Computer Managed Instruction (CMI), komputer juga
bisa berperan sebagai pembantu tambahan dalam belajar seperti penyajian informasi
materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya, modus ini dikenal dengan Computer
assisted Instruction (CAI), dalam hal ini CAI bukanlah penyampai utama materi
pelajaran. Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas tutorial
terpogram, tutorial intelijen, drill and practice, dan simulasi.
Tutorial terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis
yang telah diprogramkan. Seperangkat kecil informasi ditayangkan yang diikuti
dengan pertanyaan. Jawaban siswa dianalisis oleh komputer dibandingkan dengan
kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah diprogram oleh guru/programmer.
Manfaat tutorial terprogram akan tampak jika menggunakan kemampuan teknologi
komputer untuk bercabang dan interaktif. Dalam Tutorial intelijen jawaban komputer
untuk pertanyaan siswa dihasilkan oleh inteligensia artifisial bukan jawaban yang
terprogram sebelumnya. Dengan demikian ada dialog antara siswa dengan komputer,
baik komputer maupun siswa bertanya atau memberikan jawaban. Drill and practice
digunakan dengan asumsi bahwa suatu konsep, aturan, kaidah, atau prosedur telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
diajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan serangkaian contoh
untuk meningkatkan kemahiran keterampilan. Hal yang utama adalah memberikan
penguatan yang konstan terhadap jawaban siswa.
Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara
dinamis, interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi lingkungan pekerjaan yang
kompleks ditata sehingga menyerupai dunia nyata. Keberhasilan simulasi
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu skenario, model dasar, dan lapisan pengajaran.
Skenario harus mencerminkan kehidupan nyata. Komputer harus menanggapi
tindakan siswa seperti dalam situasi kehidupan sesungguhnya. Model dasar adalah
formula matematis atau aturan “jika-maka” yang mencerminkan hubungan sebab-
akibat dalam pengalaman kehidupan nyata. Sedangkan lapisan pembelajaran adalah
taktik dan strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengoptimalkan
pembelajaran dan motivasi.
Dalam penelitian ini, laboratorium virtuil yang digunakan adalah komputer
yang berbasis windows dengan software Edison 4. Penggunaan laboratorium virtuil
mempunyai kelebihan diantaranya keselamatan lebih terjamin, siswa bisa
mengeksplorasi konsep dengan melakukan percobaan sendiri, lagi bagi siswa yang
mempunyai komputer bisa melakukannya sendiri dirumah, bisa dilakukan berulang-
ulang, kegiatan praktikum dilakukan dengan cepat karena waktu tidak banyak tersita,
dan kegiatan lebih terkontol. Sedangkan kelemahannya adalah keterbatasan software
yang realistis serta tidak memberikan pengalaman langsung kepada siswa karena
siswa hanya berinteraksi dengan komputer, benda, hasil pengukuran, gejala yang
terjadi, dan peralatan yang digunakan dalam praktikum hanya simulasi, disamping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
itu, karena menggunakan metode STAD, satu unit komputer dipakai untuk satu
kelompok sehingga tempat kurang memadai, siswa tampak berjejalan mengerumuni
komputer.
6. Kemampuan Awal
a. Pengertian Kemampuan Awal
Kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Gagne dalam Ratna Wilis (1989:134) menyatakan bahwa “penampilan yang diamati
sebagai hasil belajar disebut kemampuan (capabilities)”, sedangkan kata awal adalah
permulaan. Nana Sudjana (2008:158) mengatakan bahwa, “pengetahuan dan
kemampuan baru membutuhkan kemampuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih
rendah dari kemampuan baru tersebut”. Dengan demikian kemampuan awal adalah
kemampuan dan keterampilan yang relevan yang dimiliki saat akan mulai mengikuti
pembelajaran. Kemampuan awal merupakan kemampuan prasyarat yang harus
dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran berikutnya yang lebih tinggi.
Menurut Bloom (1976) dalam Nur Rohmadi (2008:49), “kemampuan awal
(cognitive elementary behavior) adalah berkaitan dengan berbagai tipe pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi yang disyaratkan (pre-requesit) yang esensial untuk
mempelajari tugas atau satu set tugas khusus yang baru”. Sedangkan menurut Winkel
(1996:134), “tingkah laku awal dipandang sebagai pemasukan (input, entering
behavior) yang menjadi titik tolak dalam proses pembelajaran yang berakhir dengan
suatu pengeluaran (output, final behavioral)”. Melalui test kemampuan awal siswa,
guru akan mengetahui yang dibawa atau yang telah diketahui oleh siswa terhadap
suatu pelajaran pada saat pelajaran dimulai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Peranan Kemampuan Awal
Kemampuan awal merupakan salah satu karakteristik yang perlu diperhatikan
oleh perancang pembelajaran atau guru, karena kemampuan awal memungkinkan
proses pembelajaran akan berjalan efektif terhadap pencian hasil sebagaimana yang
diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, siswa akan mebih mudah memahami dan
mempelajari materi selanjutnya jika proses belajar didasarkan pada materi yang sudah
diketahui sehingga kemampuan awal berpangaruh terhadap proses dan keberhasilan.
Selanjutnya. Winkel (1996:134) menyatakan bahwa:
Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolak sendiri atau berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan instruksional. Oleh karena itu kemampuan awal mempunyai relevansi terhadap penentuan, perumusan, dan pencian tujuan instruksional (tingkah laku final).
Dengan demikian, bila kemampuan awal siswa tinggi, maka siswa tidak akan
mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran berikutnya, tahap berikutnya siswa
tinggal mengembangkan kemampuan awal tersebut menjadi kemampuan baru seperti
tujuan yang hendak dicapai. Namun jika kemampun awal rendah, siswa mengalami
kesulitan mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Aspek Kemampuan Awal
Menurut Winkel (1996:137-228), kemampuan awal terdapat lima aspek yang
masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor, yaitu: 1) pribadi siswa, 2) pribadi
guru, 3) struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, 4) sekolah sebagai institusi
pendidikan, dan 5) faktor-faktor situasional. Kelima aspek ini berperan terhadap
kelangsungan proses belajar mengajar, namun bukan satu-satunya komponen dalam
proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Pengukuran Kemampuan Awal
Menurut Gafur (1989) dalam Nur Rohmadi (2008:54-55), langkah yang
dilakukan untuk mengukur kemampuan awal adalah 1) dengan memeriksa catatan
atau dokumen yang ada seperti nilai raport, nilai UN, nilai test masuk, dan
sebagianya, 2) test prasyarat atau test awal yang berfungsi untuk mengetahui kah
siswa telah memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang diperlukan sebelum
memulai pembelajaran. Dalam penelitian ini, kemampuan awal yang digunakan
adalah nilai test materi pembelajaran Listrik Statis yang menjadi prasyarat pada
materi pembelajaran Listrik Dinamis.
7. Gaya Belajar
Rita Dunn dalam DePorter dan Hernacki (1999:110) mengemukakan faktor-
faktor yang mempengaruhi cara belajar orang yaitu faktor fisik, emosional,
sosiologis, dan lingkungan. Secara umum telah disepakati bahwa ada dua kategori
utama tentang bagaimana seseorang belajar yaitu: bagaimana seseorang menyerap
informasi dengan mudah (modalitas), dan bagaimana cara seseorang mengatur dan
mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Jadi gaya belajar seseorang adalah
kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap informasi dengan mudah, dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar ada tiga macam yaitu:
visual, yaitu belajar melalui yang dilihat, auditorial, yaitu belajar melalui yang
didengar, dan kinestetik, yaitu belajar lewat gerak dan sentuhan. Kebanyakan orang
cenderung hanya pada satu gaya belajar saja.
Orang dengan gaya belajar visual mempunyai ciri-ciri rapi dan teratur,
menganggap penampilan penting, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
jangka panjang yang baik, teliti terhadap detil, memenetingkan penampilan, pengeja
yang baik, mengingat yang dilihat, mengingat dengan asosiasi visual, biasanya tidak
terganggu oleh keributan, sulit mengikuti instruksi verbal kecuali jika ditulis,
pembaca cepat yang tekun, lebih suka membaca daripada dibacakan, membutuhkan
pandangan dan tujuan menyeluruh, mencorat-coret tanpa arti selama berbicara
ditelepon dan selama mengikuti pertemuan, lupa menyampaikan pesan verbal kepada
orang lain, menjawab pertanyaan dengan singkat ya dan tidak, lebih suka demonstrasi
daripada pidato, lebih suka seni daripada musik, seringkali mengetahui yang harus
dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, kadang kehilangan konsentrasi
ketika mereka ingin memperhatikan. Orang dengan gaya belajar visual sering
menggunakan kata-kata tampak bagi saya, sering melihat sekilas, pandangan
menyeluruh, melihat sekilas, pandangan yang kabur, nyata, pas, gagasan yang samar,
dalam pandangan, mirip, pandangan sempit, indah bagai lukisan, dan sebagainya.
Orang dengan gaya belajar auditorial mempunyai ciri-ciri berbicara sendiri
saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, mengucapkan tulisan dibuku waktu
membaca, sengang membaca dengan keras dan mendengarkan, lebih menyukai musik
daripada seni, suka mendengar radio, debat, suka cerita yang dibacakan, ingat dengan
baik nama orang, bagus dalam mengingat fakta. Orang dengan gaya belajar visual
sering menggunakan kata-kata mendengar dengan seksama, menyeru, jelas bagai
bunyi bel, jelas dan tegas, pesan yang tersembunyi, dan sebagainya.
Orang dengan gaya belajar kinestetik mempunyai ciri-ciri berbicara dengan
perlahan, menganggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk men perhatian
mereka, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, selalu berorientasi pada fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dan banyak bergerak, mempunyai perkembangan awal pada otot yang besar, belajar
melalui manipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, belajar
melalui manipulasi dan praktik, banyak menggunakan asosiasi tubuh, menggunakan
jari sebagai penunjuk ketika membaca, tidak duduk diam untuk waktu lama, tidak
mengingat geografi, ingin melakukan segala sesuatu, kemungkinan tulisannya jelek,
dan menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Orang dengan gaya belajar
kinestetik sering menggunakan kata-kata rajin, mempersingkat hingga, berpikir
serius, menyebar kemana-mana, bisa merasakan, bagai disambar halilintar,
berhubungan/kontak, menangkap alur, bertahanlah!, pemarah, berterus terang,
mengatur, sangat rapi, pendiam, berahasia, tidak jujur, curang, dan sebagainya.
8. Prestasi Belajar
Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi atau penilaian, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang
diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Winkel
(1996:482), “prestasi belajar yang diberikan oleh siswa berdasarkan kemampuan
internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, menampakkan hasil
belajar”. Proses yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam
bidang pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Prestasi belajar yang
tinggi menggambarkan bahwa siswa mampu menci tujuan belajarnya, sedangkan
prestasi belajar yang rendah memperlihatkan siswa belum menci tujuan belajar yang
diharapkan. Bagi siswa dengan prestasi belajar rendah perlu diadakan perbaikan agar
tujuan terci. Fungsi prestasi belajar diantaranya adalah: sebagai indikator kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik, sebagai bahan informasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
inovasi pendidikan, sebagai indikator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan,
sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajarinya,
sebagai salah satu faktor penentu kelanjutan studi, sebagai lambang pemuas
keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan BAB I tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 11 menyebutkan: “Standar
penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik”. BAB X
tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 64 ayat 1 menyebutkan bahwa penilaian
hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Pada ayat 2 disebutkan
bahwa penilaian digunakan untuk menilai pencian kompetensi peserta didik, bahan
penyusunan kemajuan hasil belajar, dan memperbiki proses pembelajaran. Sedangkan
standar kompetensi lulusan pada pasal 1 disebutkan sebagai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut taksonomi
Bloom dkk. Dalam Winkel (1996:244-256), hasil belajar meliputi 3 ranah yaitu ranah
afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotorik.
a. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Meliputi 6 tingkat yaitu: 1) pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan
hal–hal yang pernah di pelajari yang di simpan dalam ingatan, 2) pemahaman
(comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang di pelajari, 3) penerapan (application), mencakup kemampuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang
kongkret dan baru, 4) analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan kedalam bagian–bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya
dipahami dengan baik, 5) sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk
membentuk satu kesatuan atau pola baru, dan 6) evaluasi (evaluation), mencakup
kemampuan untuk membentuk sesuatu pen mengenai sesuatu atau beber hal bersama
dengan pertanggungjawaban pen itu yang berdasarkan kriteria tertentu.
b. Ranah Afektif (afective domain)
Ranah afektif ini meliputi lima tingkatan yaitu: 1) penerimaan (receiving),
mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan inti, 2) partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan, 3) penilaian atau
penentuan sifat (valueing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian inti, 4) organisasi
(organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan, dan 5) pembentuk pola hidup
(characterization by value or value complex), mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengtur kehidupan
sendiri.
c. Ranah Psikomotorik (psycomotoric domain)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan psikomotorik
adalah sesuatu yang berhubungan dengan aktifitas fisik yang berkaitan dengan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
mental. Kemampuan ini mempunyai ciri khas adalah kemampuan menyusun
mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu
menciptakan teknologi baru (Tim penyususun Kamus Pusat Pembinaan dan
pengembangan bahasa, 1998). Keterampilan psikomotorik meliputi: 1) perception,
cirinya mengenal obyek melalui pengamatan indrawi, mengolah hasil pengamatan
(dalam fikiran), dan melakukan seleksi terhadap obyek (pusat perhatian), 2) Set,
cirinya: Mental set, kesin mental untuk bereaksi, Physical set, persin fisik untuk
bereaksi, Emotional set, kesin emosi untuk beraksi, 3) Guide Respon, cirinya
melakukan imitasi (peniruan), melakukan dan error (coba–coba dan salah),
pengembangan respon baru, 4) Mechanism, cirinya: Mulai tumbuh performance skill
dalam berbagai bentuk, respon–respon baru muncul dengan sendirinya, 5) Complex
Over Response, cirinya: sangat terampil (skillfull performance) yang di gerakan oleh
aktifitas motoriknya, 6) Adaption, cirinya: pengembangan ketrampilan individu untuk
gerakan yang dimodifikasi, pada tingkat yang yang tepat untuk menghadapi problem
solving, 7) Origination, cirinya: mengembangkan kreativitas gerakan–gerakan baru
untuk menghadapi bermacam–macam situasi atau problem–problem yang spesifik.
Dengan demikian faktor keterampilan psikomotorik secara garis besar di jabarkan
sebagai berikut: 1) mengindera, yaitu kegiatan keterampilan prikomotorik yang
dilakukan dengan alat–alat indera, 2) menyikan diri, ialah mengatur kesin diri
sebelum melakukan tindakam dalam rangka menci tujuan, 3) bertindak secara
terpimpin adalah melakukan tindakan–tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu,
4) bertindak secara mekanik adalah bertindak mengikuti prosedur baku, 5) bertindak
secara komplek adalah bertindak secara teknologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,
adapun yang digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat,
minat dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu berupa
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, lingkungan sekitar, dan sebagainya.
9. Materi Pembelajaran Listrik Dinamis
a. Arus Listrik dan Beda Potensial
Arus lsitrik merupakan muatan listrik (elektron) yang disebabkan oleh adanya
perbedaan nilai potensial. Peralatan listrik yang mampu menghasilkan perbedaan nilai
potensial pada kutub-kutubnya disebut sebagai sumber arus listrik. Arus listrik hanya
mengalir ketika berada pada rangkaian tertutup dan ter beda potensial. Besaran yang
menyatakan banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar setiap
detik disebut kuat arus listrik yang dinyatakan dalam persamaan berikut:
i = tq
Dalam hal ini i adalah kuat arus listrik dalam satuan ampere, q adalah muatan
listrik dalam satuan coulomb, dan t adalah waktu dalam satuan detik. Besar arus yang
mengalir pada suatu penghantar diukur menggunakan amperemeter. Cara
pemasangan amperemeter adalah secara seri seperti pada gambar 2.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
V1 4.5
A+
0A
Gambar 2.1 Cara pemasangan amperemeter
Beda potensial atau tegangan listrik merupakan kemampuan untuk
memindahkan muatan lsitrik. Beda potensial sebanding dengan energi yang
digunakan untuk memindahkan muatan dan berbanding terbalik dengan besar muatan
yang dipindahkan. Secara matematis beda potensial dinyatakan dalam persamaan
berikut:
V = q
W
V adalah beda potensial listrik dalam satuan volt, dan W adalah energi listrik
dalam satuan joule.
Beda potensial diukur menggunakan voltmeter. Pemasangan voltmeter yang
benar adalah secara paralel seperti pada gambar 2.2.
V1 4,5
V+
4,5V
Gambar 2.2 Cara pemasangan voltmeter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakn bahwa besar arus listrik yang mengalir pada suatu
penghantar sebanding dengan beda potensial pada ujung penghantar tersebut dengan
ketentuan suhu tidak berubah. Hukum Ohm dinyatakan sebagai berikut:
V = iR
dengan R adalah hambatan penghantar dalam satuan ohm.
Garfik hubungan antara kuat arus (i) dan beda potensial (V) ditampilkan
dalam gambar berikut:
20
15
10
5
0 2 4 6 8 10 Kuat arus listrik
Gambar 2.3 Grafik hubungan kuat arus dan beda potensial listrik
Dari gambar tersebut terlihat bahwa perbandingan antara beda potensial
dengan arus listrik pada tiap titik akan menghasilkan nilai yang sama, hal ini
menunjukkan bahwa hambatan listrik yang dimiliki sebuah penghantar selalu bernilai
tetap (konstan), hambatan yang dimiliki penghantar dipengaruhi oleh panjang
penghantar (l), luas penampang (A), hambat jenis penghantar (ρ).
Besar hambatan sebanding dengan panjang dan hambat jenis penghantar dan
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar dan dinyatakan dengan:
Bed
a Po
tens
ial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
R = Alr
Besar hambat jenis hanya dipengaruhi oleh jenis bahan penghantar, tidak
dipengaruhi oleh panjang maupun luas penampang penghantar. Nilai hambat jenis
beber bahan penghantar disajikan dalam tabel 2.3.
Tabel 2.2 Nilai hambat jenis beber bahan penghantar
No Nama Zat Hambat Jenis (ohm Meter)
1 Perak 1,59 x 10-8
2 Tembaga 1,67 x 10-8 3 Emas 2,35 x 10-8 4 Alumunium 2,65 x 10-8 5 Tungsten 5,40 x 10-8 6 Besi 9,71 x 10-8 7 Timbal 21,00 x 10-8
(Bob Foster, 2004)
c. Rangkaian Listrik Sederhana
Rangkaian listrik sederhana merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari
sebuah sumber tegangan dan sebuah resistor. Pada pembahasan ini hanya dibatasi
pada rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup.
Rangkaian terbuka adalah suatu rangkaian yang ujung-ujungnya merupakan
titi-titik bebas dan tidak bersambungan, seperti pada contoh gambar berikut:
R1 100.0
Gambar 2.4 Rangkaian terbuka
Dari gambar 2.4 terlihat kutub positif baterai dan kaki kanan resistor
merupakan titik bebas dan tidak bersambungan dengan komponen lain. Persamaan
umum yang berlaku pada rangkaian listrik tersebut adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
VAB = ε – iR
Dengan VAB adalah beda potensial pada ujung resistor dan ε adalah gaya
gerak listrik. Sesuai dengan gambar 2.7 karena ujung rangkaian dalam keadaan bebas,
maka tidak ada arus listrik yang mengalir, akibatnya beda potensial pada ujung AB
(VAB) sama besar dengan beda potensial dari baterai, sehingga dituliskan:
VAB = ε – iR,
karena i = 0, maka
VAB = ε.
Rangkaian tertutup adalah rangkaian yang membentuk lintasan tertutup
sehingga ada aliran arus listrik, seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:
V1 1.5 R1 100.0
Gambar 2.5 Rangkaian tertutup
Gambar tersebut memperlihatkan skema dari rangkaian tertutup dengan gaya
gerak listrik 1,5 Volt yang dihubungkan pada kaki resistor 100 ohm dengan ujung
AB. Beda potensial pada ujung resistor (VAB) dituliskan:
VAB = ε – ir , sehingga di
i = rR +
e
r adalah hambatan dalam baterai dengan satuan ohm.
d. Rangkaian Listrik Majemuk
Hukum I Kirchoff menjelaskan bahwa pada rangkaian tertutup berlaku hukum
kekekalan muatan. Bunyi hukum I Kirchoff adalah besar arus listrik yang masuk pada
A B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
percabangan sama besar dengan besar arus yang keluar meninggalkan percabangan
tersebut. Hukum I Kirchoff dinyatakan dalam persamaan berikut:
S i masuk = S i keluar
Hukum II Kirchoff merupakan akibat dari hukum kekekalan energi pada
rangkaian tertutup.
V1 4,5
A+
A+
A+
R1
R2
R3
A+
R4 1,03,38A
1,13A
1,13A
1,13A
Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Majemuk
Pada gambar di atas berlaku hokum II Kirchoff, sehingga:
Ε = iR + ir
i = rR +
e
e. Rangkaian Seri dan parallel
Rangkaian seri dikenal sebagai rangkaian tidak bercabang, arus listrik yang
mengalir dimana-mana sama besar. Pada gambar 2.7, arus yang melalui R1, R2, dan
R3 sama besar, sedangkan beda potensial pada ujung rangkaian seri merupakan
jumlah beda potensial dari ujung-ujung tiap hambatan.
R1 100.0 R2 120.0 R3 140.0
V1 1.5
Gambar 2.7 Rangkaian Seri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Jadi pada rangkaian hambatan seri berlaku:
i = i1 = i2 = i3 = ……
V = V1 + V2 + V3 + ……
Berdasar pada persamaan di atas, jika V dinyatakan dalam iR , maka akan
diperoleh:
iRs = iR1 + iR2 + iR3 + ……
iRs = i (R1 + R2 + R3 + ……)
Rs = R1 + R2 + R3 + ……
Rs adalah hambatan pengganti rangkaian seri yang besarnya merupakan
jumlah dari nilai tiap-tiap hambatan yang dirangkai.
Rangkaian paralel atau yang dikenal dengan rangkaian bercabang merupakan
rangkaian dengan beda potensial pada ujung tiap hambatan yang dirangkai sama
besar. Sesuai dengan hukum Kirchoff I, pada rangkaian paralel berlaku besar arus
listrik yang masuk percabangan sama besar dengan besar arus yang meninggalkan
percabangan tersebut.
R1
R2
R3
V1 4,5
Gambar 2.8 Rangkaian Paralel
Secara matematis dituliskan:
V = V1 = V2 = V3 = ……
i = i1 + i2 + i3 + ……
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Jika i dinyatakan dalam V/R, maka diperoleh hambatan pengganti paralel (Rp)
yang dinyatakan dalam persamaan berikut:
......321
+++=RV
RV
RV
RV
p
÷÷ø
öççè
æ+++= ......
111
321 RRRV
RV
p
......1111
321
+++=RRRRp
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mujiyono (2005) dengan judul ”Pengaruh
Penerapan Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Terhadap Prestasi
Belajar Fisika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa”. Penelitian ini tidak secara jelas
menerangkan metode apa yang digunakan dalam pembelajaran karena
penggunaan media lab hanyalah alat bantu pembelajaran, sedangkan metode
mengajar mutlak harus digunakan, apalagi tinjauan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kreativitas yang sangat erat kaitannya dengan bagaimana
guru dalam mengorganisasi kelas sehingga kreativitas siswa akan muncul.
Menurut penulis penggunan media lab riil maupun lab virtuil ini sebaiknya
mengacu pada metode mengajar tertentu, dan dalam penelitian ini penulis
menyempurnakan penggunaan media lab dengan metode kooperatif tipe STAD
yang sangat memperhatikan interaksi antar siswa, sehingga interaksi antar siswa
ini akan memunculkan kreativitas siswa dalam menggunakan peralatan lab.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohmadi (2008) dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Fisika Menggunakan Laboratorium Virtuil Dalam Bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Demonstrasi Dan Eksperimen Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa”. Dalam
penelitian ini materi pelajaran yang diteliti adalah pelajaran Fisika pada materi
pelajaran Listrik Dinamis, hal ini sama seperti penelitian yang penulis lakukan,
hanya saja ada perbedaan materi pelajaran pada tes kemampuan awal. Nur
Rohmadi meneliti kemampuan awal pada materi Listrik Statis dan Sumber Arus
Listrik Searah sedangkan penulis meneliti kemampuan awal hanya pada materi
Listrik Statis saja, hal ini dikarenakan sesuai dengan KTSP yang dikembangkan
di SMP Negeri 2 Adimulyo, materi Sumber Arus Listrik Searah saat ini tidak
menjadi pokok bahasan tersendiri. Perbedaan lain adalah saat ini di tingkat SLTP
sudah tidak ada lagi mata pelajaran Fisika, yang ada adalah mata pelajaran IPA
Terpadu yang isinya diantaranya adalah fisika, biologi, dan kimia, sehingga
penelitian ini untuk melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohmadi.
C. Kerangka Berpikir
Dari berbagai landasan teori di atas serta dengan memperhatikan beberapa
penelitian yang relevan, maka dibuat kerangka berpikir dalam penelitian ini, yaitu:
1. Penggunaan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa,
merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah,
dan mengintegrasikan pengetahuan serta keterampilan. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan belajar lebih banyak
dengan teman dalam kelompoknya. Apalagi siswa tingkat SMP adalah siswa yang
masih tergolong remaja yang masih suka menonjolkan diri dan ingin dianggap
penting dalam kelompoknya, dan ingin agar kelompoknya mendapat rekognisi
atas perannya dalam tim, sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tepat diterapkan di SMP Negeri 2 Adimulyo karena mayoritas siswa-siswi SMP
Negeri 2 Adimulyo adalah anak pedesaan yang kental dengan sifat sosialnya,
kental dengan sifat gotong-royong, dan saling tolong menolong dengan sesama.
Disamping itu proses pembelajaran sebagai sebuah proses komunikasi
memerlukan media sebagai penghubung yang membantu sumber dalam
menjelaskan konsep kepada pembelajar. Materi pembelajaran listrik Dinamis
merupakan salah satu materi abstrak yang akan lebih mudah dipahami oleh siswa
dengan bantuan seperangkat peralatan laboratorium yang mampu
mengkongkretkan permasalahan abstrak dalam pembelajaran. Dalam penelitian
ini digunakan lab riil dan lab virtuil. Labiratorium riil yang dimiliki SMP Negeri 2
Adimulyo telah memenuhi syarat untuk digunakan pada materi pembelajaran
listrik dinamis karena peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam
praktikum lengkap. Penggunaan lab riil ini memungkinkan pembelajar untuk
mendapatkan pengalaman belajar secara langsung, pengamatan obyek secara
langsung, sehingga pembelajar bisa mengeksplorasi konsep baru, namun
kelemahannya adalah memerlukan waktu yang banyak, bisa terjadi salah konsep
karena ketidak telitian pembacaan alat, serta biaya operasional yang mahal.
Sedangkan laboratorium virtuil memiliki keunggulan diantaranya keselamatan
lebih terjamin, siswa bisa mengeksplorasi konsep dengan melakukan percobaan
sendiri, pembacaan peralatan tepat, kegiatan lebih terkontol, dan pemakaian
media komputer lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. lagi di
SMP Negeri 2 Adimulyo ini yang siswa-siswinya mayoritas atau bisa dikatakan
seluruh siswanya tidak mempunyai perangkat komputer dirumah pasti akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tertarik jika media komputer digunakan dalam pembelajaran yang berupa
simulasi, dengan ketertarikan ini diharapkan minat belajar siswa akan meningkat.
Kelemahannya adalah tidak memberikan pengalaman secara langsung kepada
siswa karena hanya berupa simulasi, sehingga tidak seluruh indera bisa
dipergunakan secara maksimal, padahal pelajaran dapat diingat rata-rata 90% dari
yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus. Penggunaan kedua
laboratorium memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan, sehingga diduga ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang di ajar menggunakan laboratorium
virtuil dengan siswa yang diajar menggunakan laboratorium riil.
2. Kemampuan awal adalah kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa pada materi
pokok bahasan sebelumnya yang menunjang materi pelajaran. Tingkah laku awal
dipandang sebagai pemasukan yang menjadi titik tolak dalam proses
pembelajaran yang berakhir dengan suatu pengeluaran. Kemampuan awal
berkaitan dengan berbagai tipe pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang
disyaratkan yang esensial untuk mempelajari tugas atau satu set tugas khusus
yang baru. Siswa dengan nilai kemampuan awal tinggi berarti mempunyai
pengetahuan prasyarat lebih baik dari siswa dengan kemampuan awal rendah,
berarti dalam pembelajaran siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih mudah
menyesuaikan diri dengan pengetahuan yang baru, sebaliknya siswa dengan
kemampuan awal rendah akan mengalami kesulitan untuk mempelajari materi
baru karena belum mempunyai landasan pengetahuan yang kokoh. Materi
pembelajaran listrik dinamis sangat berkaitan erat dengan materi pembelajaran
listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis merupakan pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
prasyarat dalam materi pembelajaran listrik dinamis. Siswa yang mempunyai nilai
prestasi tinggi pada materi listrik statis atau dengan kata lain mempunyai
kemampuan awal tinggi akan lebih mudah mempelajari konsep-konsep dalam
materi pembelajaran listrik dinamis dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
nilai prestasi rendah pada materi pembelajara listrik statis. Sesuai dengan laporan
pendidikan tahunan, prestasi belajar siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo
mempunyai kesenjangan yang ekstrim, demikian juga dengan kemampuan awal
pada siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo, dengan demikian dalam penelitian ini,
diduga ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan
awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
3. Materi pembelajaran listrik dinamis merupakan materi pelajaran yang aplikatif
dan berhubungan dengan permasalahan sehari-hari. Materi pelajaran ini juga
sangat erat kaitannya dengan materi pembelajaran lain. Dalam mempelajari
konsep yang aplikatif dan berhubungan dengan konsep lain sangat tergantung
dengan kebermaknaan sebuah hasil belajar. Agar suatu konsep menjadi bermakna
dalam diri siswa, maka metode mengajar yang digunakan dalam pembelajaran
harus disesuaikan dengan cara siswa menyerap dan mengolah informasi atau
disebut juga dengan gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi antara
bagaimana seseorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Gaya belajar
pada diri seseorang dibedakan menjadi tiga jenis, namun dalam penelitian ini
hanya dibatasi dua jenis saja yaitu auditorial dan kinestetik. Bagi seseorang
dengan gaya belajar visual, lebih menonjolkan indera mata untuk belajar
sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai belajar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
bergerak dan menyentuh. Kedua gaya belajar tersebut mempunyai ciri tersendiri.
Setiap orang cenderung mempunyai satu gaya belajar yang menonjol, dan dilihat
karakteristik masyarakat Adimulyo, siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo yang
berasal dari kalangan strata sosial menengah kebawah dan berada jauh dari
perkotaan yang tidak mementingkan berdandan rapi ketika berangkat sekolah,
bahkan untuk beberapa anak laki-laki cenderung terlihat sering membuat gaduh,
terlau banyak bergerak dalam kelas (seperti ciri-ciri anak kinestetik) sehingga
terkesan kacau dalam kelas, maka pembelajaran menggunakan metode kooperatif
tipe STAD ini menuntut seluruh siswa untuk berbaur dengan teman dalam
kelompoknya yang mempunyai sifat dan kareakteristik yang berbeda, aktif dan
saling berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran, dengan STAD ini tiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi yang positif
dalam kelompoknya, siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetik akan
termotivasi untuk menunjukkan eksistensinya, sehingga diduga ada perbedaan
prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang
mempunyai gaya belajar visual.
4. Penggunaan lab riil dalam materi pembelajaran listrik dinamis memungkinkan
siswa untuk benar-benar mengetahui benda, peralatan dan komponen-komponen
praktikum secara nyata. Hasil dari pengamatan benda nyata memungkinkan siswa
untuk lebih mudah mempelajari dan memahami konsep baru. Sedangkan
penggunaan lab virtuil memungkinkan siswa untuk lebih tertarik mempelajari
materi listrik dinamis karena media yang digunakan berupa media interaktif.
Penggunaan media sedikit banyak ikut memberikan andil pada peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pengetahuan siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil
maupun lab virtuil dengan masing-masing keunggulan dan kekurangannya sedikit
banyak akan membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, apalagi
selama ini penggunaan media pembelajaran di SMP Negeri 2 Adimulyo sangat
jarang dilakukan, bahkan media pembelajaran virtuil belum pernah digunakan
sama sekali. Walaupun siswa mempunyai kemampuan awal rendah, namun
dengan belajar kelompok menggunakan media, saling bertukar informasi dan
pengalaman dengan teman satu kelompok, maka sedikit demi sedikit
pengetahuannya akan terbangun, sehingga diduga ada interaksi antara
penggunaan lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan awal siswa terhadap
prestasi belajar.
5. Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan dari
sumber kepada pembelajar dan salah satu kriteria penggunaan media adalah
dengan memperhatikan gaya belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
memungkinkan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo saling berinteraksi dengan sesama
anggota kelompok dalam memahami materi pembelajaran. Penggunaan
laboratorium riil dalam materi pembelajaran listrik dinamis menuntut seluruh
siswa dalam satu kelompok lebih aktif bergerak, merangkai peralatan, membaca
alat ukur, berinteraksi dengan teman satu kelompok, menjawab soal, dan
sebagainya, sehingga penggunaan laboratorium rill diasumsikan cocok untuk
siswa dengan gaya belajar kinestetik. Siswa yang belajar berkelompok
menggunakan laboratorium virtuil tidak begitu banyak bergerak karena semua
operasional peralatan dalam komputer hanya menggunakan mouse, sehingga tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
semua siswa mengoperasikan komputer, cukup dengan melihat dan mengamati
saja. Melihat karakteristik siswa SMP Negeri 2 Adimulyo yang penuh dengan
sifat gotong royong, maka siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetik
akan saling membantu dalam merangkai peralatan lab baik itu lab riil maupun lab
virtuil. Dari uraian tersebut diduga ada interaksi antara penggunaan laboratorium
riil dan laboratorium virtuil dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap
prestasi belajar siswa.
6. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika.
Karakteristik pembelajaran fisika memerlukan keaktifan siswa agar pengetahuan
semakin mendalam dan bermakna, terlebih lagi pada materi pembelajaran listrik
dinamis. Keaktifan ini sangat dipengaruhi oleh gaya belajar siswa, terutama siswa
dengan gaya belajar kinestetik yang lebih banyak bergerak dan berinteraksi, baik
dengan lingkungan belajar maupun dengan teman dalam kelompoknya,
sedangkan kemampuan awal dipengaruhi oleh inteligensi, kreativitas, kemampuan
berbahasa, kecepatan belajar, sikap terhadap tugas, perasaan belajar, kondisi
mental dan fisik, motivasi, dan minat. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
diharapkan meningkatkan motivasi dan minat belajar bagi siswa, siswa dengan
kemampuan awal rendah pengetahuan dan kemampuannya akan terangkat, ini
juga akan berpengaruh pada siswa dengan gaya belajar pun karena selama ini di
SMP Negri 2 Adimulyo guru hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat
yang tidak cocok dengan gaya belajar kinestetik, sehingga dalam penelitian ini
diduga ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
7. Pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 2 Adimulyo yang dilengkapi
lab riil dan lab virtuil akan mempermudah siswa dalam belajar dan memahami
materi pembelajaran listrik dinamis yang disampaikan guru, siswa dengan gaya
belajar tertentu lebih mudah belajar dengan bantuan media tertentu pula, karena
salah satu kriteria pemilihan media adalah dengan memperhatikan gaya belajar.
Siswa di SMP Negeri 2 Adimulyo yang selama ini merasa terpinggirkan karena
tidak menyukai metode guru dalam mengajar apalagi selama ini penggunaan
media sangat terbatas akan termotivasi untuk memperdalam materi pembelajaran
yang dilengkapi dengan media, dengan memperhatikan kemampuan awal yang
dimiliki siswa, karena kemampuan awal banyak dipengaruhi oleh minat dan
motivasi, maka dengan digunakannya metode STAD yang dilengkapi lab riil dan
lab virtuil dalam pembelajaran, diharapkan akan menggugah minat dan motivasi
siswa untuk belajar fisika, sehingga diduga ada interkasi antara pengunaan lab riil
dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.
D. Hipotesis
Dari uraian kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas,
maka dalam penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif
tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil.
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal
tinggi dan rendah.
3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual
dan kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4. Ada interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan
kemampuan awal terhadap prestasi belajar belajar siswa.
5. Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil
dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
6. Ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
7. Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil
dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan lakukan di kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Adimulyo
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan pertimbangan sebagai
berikut:
a. SMP Negeri 2 Adimulyo adalah termasuk salah satu Sekolah Standar Nasional
(SSN) dan terakreditasi sangat baik (A), sehingga diharapkan memberi masukan
yang baik bagi pengembangan sekolah.
b. SMP Negeri 2 Adimulyo memiliki jumlah siswa yang sangat banyak, tujuh
rombongan belajar per angkatan, sehingga sangat mendukung dalam penentuan
sampel dalam penelitian.
c. SMP Negeri 2 Adimulyo merupakan salah satu SMP yang memiliki laboratorium
IPA terbaik di kabupaten Kebumen, dan juga memiliki lab komputer yang
diengkapi jaringan lokal (LAN) dan jaringan internet sehingga memudahkan
peneliti untuk menggunakan software pembelajaran.
d. Sebagian besar siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo berasal dari daerah
pedesaan yang belum terjamah teknologi komputer dan internet, dan mayoritas
berasal dari keluarga dengan status sosial menengah kebawah, sehingga
penelitian menggunakan inovasi media pembelajaran sangat mendukung program
sekolah dalam memperkenalkan teknologi komputer pada masyarakat Adimulyo
dan sekitarnya.
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009, seperti
ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1. Jadual Penelitian
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
September
Oktober
1 Pengajuan Judul √ 2 Penyusunan Proposal √ √ 3 Perizinan √ 4 Penyusunan instrumen
Pembelajaran √ √
5 Penyusunan instrumen test √ √ 6 Uji coba instrumen √ 7 Analisis ujicoba √ 8 Proses pembelajaran
menggunakan Lab. Riil √
9 Proses pembelajaran menggunakan lab. virtuil
√
10 Pengambilan data √ 11 Analisis data √ 12 Penyusunan Laporan √ √
B. Metode dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang diambil dalam pengambilan,
pengumpulan, dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi. Untuk menkan suatu penelitian akan tepat menci sasaran, maka harus
digunakan metode penelitian yang tepat. Metode merupakan cara utama yang
digunakan untuk menci tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan
menggunakan tehnik serta alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah peneliti
memperhitungkan segi tujuan serta situasi penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu (Quasy Experiment) dengan mengambil dua kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
secara acak yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kedua
kelompok diasumsikan sama dan ekuivalen dalam segala segi yang relevan dan hanya
berbda dalam pemberian perlakuan. Kelompok eksperimen I diberi perlakuan
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan laboratorium riil, dan kelompok
eksperimen II diberi perlakuan pembelajaran menggunakan laboratorium virtuil.
Hasil dari kedua kelompok tersebut dikaji dan dibandingkan untuk mengetahui
kelompok yang lebih baik.
Sesuai dengan judul penelitian dan dengan memperhatikan variabel-variabel
dalam penelitian, maka untuk mempermudah pengambilan data dan analisis data
perlu dibuat desain faktorial penelitian. Rancangan penelitian menggunakan desain
faktorial 2 x 2 x 2 yang digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2. Rancangan penelitian
STAD dengan Media (A) Lab Riil (A1) Lab Virtuil (A2) Kemampuan
Awal (B) Tinggi (B1)
GB Visual (C1) A1B1C1 A2B1C1 GB Kinestetik (C2) A1B1C 2 A2B1C2
Rendah (B2)
GB Visual (C1) A1B2C 1 A2 B2C1 GB Kinestetik (C2) A1B2C 2 A2 B2C2
Faktor pertama (A) adalah pembelajaran kooperatif menggunakan media
laboratorium, faktor kedua (B) adalah kemampuan awal yang dibagi dalam dua
kategori yaitu tinggi dan rendah, dan faktor ketiga (C) adalah gaya belajar siswa yang
dibagi dua jenis yaitu visual dan kinestetik.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel untuk menguji hipotesis
yang diajukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan laboratorium yang digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini
digunakan dua buah laboratorium yaitu laboratorium riil dan laboratorium virtuil.
2. Variabel moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah gaya belajar yang dimiliki dan
kemampuan awal siswa:
a. Definisi operasional gaya belajar yang dimiliki siswa adalah kombinasi dari
bagaimana siswa menyerap, mengatur, serta mengolah informasi. Dalam
penelitian ini gaya belajar siswa ada dua jenis, yaitu gaya belajar visual dan gaya
belajar kinestetik.
b. Definisi operasional kemampuan awal adalah kemampuan yang telah dimiliki
siswa sebelum memperoleh kemampuan baru yang lebih tinggi dalam kegiatan
pembelajaran. Kemampuan awal merupakan pengetahuan prasyarat yang harus
dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran berikutnya yang lebih tinggi.
Dalam hal ini nilai kemampuan awal siswa dikan dari nilai pre test pada
materi/pengetahuan prasyarat. Kemampuan awal siswa ini dibagi menjadi dua
yaitu kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah.
3. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar fisika.
Definisi operasionalnya adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti
pembelajaran yang meliputi aspek kognitif. Prestasi belajar diperoleh dari ulangan
fisika (post test) pada pokok bahasan dimaksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
D. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten
Kebumen yang telah menerima materi pelajaran fisika pada kompetensi dasar
listrik dinamis. Dari sumber data primer ini dikan data tentang gaya belajar,
kemampuan awal, dan prestasi belajar menggunakan laboratorium riil dan
laboratorium virtuil.
2. Sumber data sekunder diperoleh dari SMP Negeri 2 Adimulyo mengenai data
statistik siswa, nilai raport, peringkat dalam UN, rata-rata nilai UN, dan latar
belakang orang tua siswa.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pelaksaan Penelitian
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian penelitian ini meliputi Silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS. Silabus disusun berdasarkan
standar isi yang didalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi
(SK) dan Kopetensi Dasar (KD), Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,
Indikator, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik dikelas,
laboraturium, maupun dilngan untuk setiap Kopetensi Dasar. RPP memuat hal-hal
yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya penciaan
penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a)
pre test materi prasyarat yang mendasari materi Listrik Dinamis yaitu pokok bahasan
Listrik Statis untuk mendapatkan data kemampuan awal pada ranah kognitif yang
terdiri dari 30 soal yang dikerjakan dalam waktu 80 menit. b) angket gaya belajar
siswa, instrumen ini terdiri dari dua kelompok pertanyaan yaitu angket gaya belajar
visual dan angket gaya belajar kinestetik yang masing-masing terdiri dari
delapanbelas pertanyaan, tiap butir pertanyaan disediakan jawaban “Selalu”,
“Sering”, “jarang”, dan “Tidak Pernah” dengan pembobotan nilai pada tiap jawaban
masing-masing 4, 3, 2, dan 1 dengan alokasi waktu 40 menit, c) test ujian (post test)
mata pelajaran fisika pada materi pembelajaran Listrik Dinamis untuk menkan
prestasi belajar pada ranah kognitif. Soal terdiri dari 40 item dengan alokasi waktu 80
menit.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel penelitian, maka data yang dikumpulkan meliputi gaya
belajar, kemampuan awal, dan nilai prestasi belajar fisika. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik test, teknik dokumen, teknik angket, dan teknik
observasi.
1. Teknik test
Test yang digunakan dalam penelitian ini yaitu test kemampuan awal dan test
ujian materi pembelajaran. Test kemampuan awal diberikan sebelum siswa mendapat
perlakuan. Pengumpulan data nilai ujian materi pembelajaran dilakukan setalah siswa
mendapat perlakuan, atau disebut post test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Teknik angket
Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data gaya
belajar siswa. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan
sebuah jawaban yang paling menggambarkan atau mendekati kenyataan tentang
dirinya. Skor didapatkan dengan menjumlahkan skor jawaban tiap item soal. Jumlah
skor tertinggi yang di pada angket menunjukkan gaya belajar yang dimiliki siswa.
Angket ini diberikan sebelum siswa mendapatkan perlakuan dalam penelitian.
3. Teknik dokumentasi dan studi pustaka
Dalam teknik dokumentasi ini, penulis menyelidiki data-data tertulis seperti
nilai raport, laporan ujian nasional, buku literatur, arsip-arsip, majalah, internet, dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian ini.
4. Teknik observasi
Dalam hal ini peneliti mengamati reaksi dan sikap siswa selama pembelajaran.
G. Uji Coba Instrumen
Untuk mengetahui kelayakan seperangkat instrumen yang telah disusun dalam
penelitian, maka instrumen tersebut perlu diuji aspek kelayakan instrumen. Penulis
mengadakan uji kelayakan instrumen di SMP Negeri 2 Kebumen dengan alasan
bahwa siswa-siswa SMP Negeri 2 Adimulyo dan SMP Negeri 2 Kebumen
mempunyai prestasi belajar yang setara, walaupun SMP Negeri 2 kebumen berada di
pusat kota kebumen, tetapi SMP Negeri 2 Kebumen bukan sekolah favorit di
Kebumen, sama dengan SMP Negeri 2 Adimulyo yang berada jauh dari pusat kota
Kebumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Penulis mengadakan uji kelayakan instrumen dalam tiga tahap. Tahap pertama
penulis mengadakan uji kelayakan instrumen tes kemampuan awal yang terdiri dari
30 soal pada materi pembelajaran Listrik Statis, tahap kedua penulis mengadakan uji
kelayakan instrumen angket gaya belajar yang terdiri dari 18 pertanyaan untuk gaya
belajar visual, dan 18 pertanyaan untuk gaya belajar kinestetik, dan ketiga uji
kelayakan tes prestasi belajar pada materi pembelajaran Listrik Dinamis yang terdiri
dari 40 soal. Untuk angket gaya belajar hanya diadakan uji validitas dan uji
reliabilitas.
1. Uji validitas
Validitas adalah alat pengukuran untuk menangkap gejala-gejala dan
memberikan reading agar menunjukkan status, keadaan, atau gejala yang akan
diteliti. Dalam uji validitas digunakan indeks validitas dari setiap pernyataan yang
telah diujicobakan dengan menggunakan rumus korelasi produk momen dari Pearson.
[ ][ ]2222 ))(()()(
))(()(
ååååååå
-
-=
yynxxn
yxxynrxy
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variable x dan y
∑ X : jumlah skor x (item)
∑ Y : jumlah skor y (jumlah)
n : jumlah sampel penelitian
Nilai hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product
moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi α. Harga koefisien korelasi skor item
dengan skor total kemudian dikonsultasikan dengan rtable, dengan kreteria: (a). Jika rxy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
> rtabel maka item tersebut adalah termasuk valid. (b) jika rxy < rtabel maka item ini
dikatakan tidak valid (invalid). Menurut Masidjo (1995) diperlukan kriteria tertentu
pada nilai rxy untuk menginterpretasikan suatu butir item soal tersebut valid atau
tidak, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
Interval koefisien negatif – 0,20 tingkat hubungannya sangat rendah
Interval koefisien 0.21 – 0.40 tingkat hubungan rendah
Interval koefisien 0.41 – 0.70 tingkat hubungan sedang
Interval koefisien 0,71 – 0.90 tingkat hubungan tinggi
Interval koefisien 0.91 – 1.00 tingkat hubungan sangat tinggi.
Pada penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini, penulis mengadakan uji
validitas instrumen sebagai berikut:
a. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes kemampuan awal didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Tidak Valid
Soal Tes Listrik Statis 30 24 6
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kebumen
diperoleh data soal valid sejumlah 24 butir dan soal tidak valid sejumlah 6 butir.
Perhitungan selengkapnya untuk validitas instrumen tes kemampuan awal dilihat
pada lampiran 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Tidak Dipakai
Soal Tes Listrik Dinamis 40 30 10
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kebumen
diperoleh data soal valid sejumlah 30 butir dan soal tidak valid sejumlah 10 butir.
Perhitungan selengkapnya untuk validitas instrumen tes prestasi belajar dilihat pada
lampiran 14.
c. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Visual
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen Angket Gaya Belajar Visual didapatkan
data sebagai berikut:
Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Visual
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Tidak Dipakai
Angket Gaya Belajar Visual 18 18 0
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan diperoleh bahwa seluruh soal
dalam angket yang berjumlah 18 butir valid. Perhitungan selengkapnya untuk
validitas instrumen angket gaya belajar visual dapat dilihat pada lampiran 12.
d. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik
didapatkan data sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Valid Tidak Dipakai
Angket Gaya Belajar Kinestetik 18 18 0
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan diperoleh bahwa seluruh soal
dalam angket yang berjumlah 18 butir valid. Perhitungan selengkapnya untuk
validitas instrumen angket gaya belajar kinestetik dapat dilihat pada lampiran 13.
2. Uji Reliabilitas
a. Uji reliabilitas Tes
Instrumen penelitian yang berupa test di nyatakan reliable atau ajeg jika test
tersebut di uji cobakan berulang-ulang di peroleh hasil yang relatif sama. Pada
penelitian ini menguji reliabilitas test di gunakan teknik Kruder Richardson yang
lebih di kenal dengan K - R20:
úû
ùêë
é S-úûù
êëé-
=2
2
11 1
S
pqSn
nr
r11 merupakan realibilitas test secara keseluruhan, dan n menunjukkan
banyaknya item soal, sedangkan S2 adalah varians total. P menunjukkan proporsi
siswa yang menjawab item dengan benar, sedangkan q adalah proporsi siswa yang
menjawab dengan salah. Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar (p) adalah
banyaknya siswa yang menjawab item dengan benar di bagi dengan jumlah seluruh
siswa. Sedangkan proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (q) adalah
banyaknya siswa yang menjawab item dengan salah di bagi dengan jumlah seluruh
siswa. Sehingga jumlah antara proporsi siswa yang menjawab item dengan benar (p)
dan proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (q) adalah satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r)
menurut Masidjo (1995) diklasifikasikan sebagai berikut:
0.91 – 1.00 sangat tinggi
0.71 – 0.90 tinggi
0.41 – 0.70 cukup
0.21 – 0.40 rendah
Negatif – 0.20 sangat rendah
Dalam penelitian ini penulis mengadakan uji reliabilitas instrumen pada dua
buah instrumen yaitu Instrumen Tes Kemampuan Awal dan Tes Prestasi Belajar.
1) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal
Hasil uji reliabilitas instrument Tes kemampuan Awal yang dilakukan
terangkum pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal Tes Listrik Statis 30 0,730 tinggi
Berdasarkan uji coba tes tes kemampuan awal siswa kelas IX di SMP Negeri
2 Kebumen pada materi pembelajaran Listrik Statis sebelum pelaksanaan
eksperimen/perlakuan, dari 30 butir soal diperoleh 24 butir soal tes reliabel.
Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes prestasi belajar IPA dilihat
pada lampiran 11.
2) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Hasil uji reliabilitas instrument tes prestasi belajar yang dilakukan terangkum
pada tabel dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal Tes Listrik Dinamis 40 0,797 tinggi
Berdasarkan uji coba tes prestasi belajar IPA pada materi pokok Listrik
Dinamis sebelum pelaksanaan eksperimen, dari 40 butir soal diperoleh 30 butir soal
tes reliabel. Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes prestasi belajar
IPA dilihat pada lampiran 14.
b. Uji reliabilitas angket
Pengujian reliabilitas angket dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa
Cronbach yang dirumuskan sebagai berikut:
ïþ
ïýü
ïî
ïíì-
-= å
2
2
11
t
ii
s
s
kk
r
dengan k = mean kuadrat antara subyek
å 2is = mean kuadrat kesalahan
2ts = varians total
Rumus untuk varians total dan varians item:
( )
2
222
n
x
n
xs tt
tåå -=
2
2
nJKs
nJKi
si -=
dengan: JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subyek
Dengan klasifikasi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Alpha < 0.7 : kurang meyakinkan (inadequate)
Alpha > 0.7 : baik (good)
Alpha > 0.8 : istimewa (excellent) (Nunally, 1978)
(tersedia dalam http://elisa.ugm.ac.id/files/wahyu_psy/UhZPx37p/Bab%
202%20Estimasi%20Reliabilitas%20via%20SPSS.pdf)
1) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Gaya Belajar Visual
Hasil uji reliabilitas instrument Angket Gaya Belajar Visual yang dilakukan
terangkum pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Visual
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Gaya Belajar Visual 18 0,893 istimewa
Berdasarkan uji coba angket gaya belajar visual, dari 18 butir soal diperoleh 18
butir soal tes reliabel. Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes
prestasi belajar IPA dilihat pada lampiran 12.
2) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik
Hasil uji reliabilitas instrument Angket Gaya Belajar Visual yang dilakukan
terangkum pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Kinestetik
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Gaya Belajar Kinestetik 18 0,910 istimewa
Berdasarkan uji coba angket gaya belajar kinestetik, dari 18 butir soal diperoleh
18 butir soal tes reliabel. Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes
prestasi belajar IPA dilihat pada lampiran 13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Indeks kesukaran
Menurut Suharsimi Arikunto (2002) indeks kesukaran (difficulty index) adalah
bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran
dihitung dengan rumus :
JsB
P =
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyak siswa yang memnjawab soal dengan benar
JS : jumlah seluruh peserta test
Menurut Masidjo (1995) indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :
Soal dengan P = 0,00 s.d. 0,20 adalah soal sukar sekali
Soal dengan P = 0,21 sampai 0,40 adalah soal sukar
Soal dengan P = 0,41 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,71 sampai 0,90 adalah soal mudah
Soal dengan P = 0,91 sampai 1,00 adalah soal mudah sekali
Dalam penelitian ini penulis mengadakan uji taraf kesukaran instrumen pada
dua buah instrumen yaitu Instrumen Tes Kemampuan Awal dan Tes Prestasi Belajar.
a. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Awal
Hasil uji taraf kesukaran instrument Tes kemampuan Awal yang dilakukan
terangkum pada table 3.7 dibawah ini:
Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Awal
Jumlah Soal
Indek Kesukaran Sukar Sekali Sukar Sedang Mudah Mudah Sekali
30 2 8 11 8 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan uji coba tes tes kemampuan awal siswa kelas IX di SMP Negeri 2
Kebumen pada materi pembelajaran Listrik Statis sebelum pelaksanaan eksperimen,
dari 30 butir soal, kriteria sukar sekali dipakai semua, soal sukar tidak dipakai empat,
soal sedang tidak dipakai enam, soal mudah dipakai tujuh, serta kategori soal mudah
sekali dipakai satu.
b. Hasil Uji indek Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar
Hasil uji taraf kesukaran instrumen tes prestasi belajar terangkum pada tabel:
Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar
Jumlah Soal
Indek Kesukaran
Sukar Sekali Sukar Sedang Mudah Mudah Sekali
40 3 12 14 9 2
Berdasarkan uji coba tes prestasi belajar IPA pada materi pokok Listrik
Dinamis sebelum pelaksanaan eksperimen, dari 40 butir soal hasil uji taraf kesukaran,
soal sukar sekali dipakai semua, soal sukar dipakai sembilan, soal sedang tidak
dipakai tiga, soal mudah dipakai lima, serta kategori soal mudah sekali dipakai dua.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal ialah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang
pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Indeks
diskriminasi (D) adalah angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, antara
0,00 sampai 1,00. Hasil skor yang diperoleh siswa disusun dari skor tertinggi sampai
skor terendah. Menurut Suharsimi (2002) jika peserta test jumlahnya kurang dari 100
orang maka hasil skor tersebut dibagi dua sama besar yaitu 50% kelompok atas dan
50% kelompok bawah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
PBPAJBBB
JABA
D -=-=
Keterangan:
D : indeks diskriminasi
JU : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
PB : proposi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
Berdasarkan nilai daya pembeda, satu item dibedakan menjadi 4 katagori
(Masidjo, 1995) yaitu:
D = 0,80 – 1,00 adalah sangat membedakan
D = 0,60 – 0,79 adalah lebih membedakan
D = 0,40 – 0,59 adalah cukup membedakan
D = 0,20 – 0,39 adalah kurang membedakan
D = negatif sampai 0,19 sangat kurang membedakan
Dalam penelitian ini penulis menyajikan dua buah uji daya pembeda yaitu uji
daya pembeda pada tes kemampuan awal, angket gaya belajar visual, angket gaya
belajar kinestetik, dan uji daya pembeda pada tes prestasi belajar.
a. Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Awal
Hasil uji daya pembeda instrument Tes Kemampuan Awal pada materi Listrik
Statis terangkum pada tabel 3.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kemampuan Awal
Jumlah Soal
Daya Pembeda Sangat Kurang
Kurang Cukup Lebih Sangat
30 8 15 7 0 0
Dari hasil uji daya pembeda soal kemampuan awal ada dua soal yang diperbaiki
pada daya pembeda sangat kurang membedakan, tiga soal tidak dipakai pada daya
pembeda kurang, serta satu soal tidak dipakai pada daya pembeda cukup.
b. Hasil Uji Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar
Hasil uji daya pembeda instrumen Tes Prestasi Belajar yang dilakukan
terangkum pada table 3.14.
Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Tes Prestasi
Jumlah Soal
Daya Pembeda Sangat Kurang Kurang Cukup Lebih Sangat
40 15 13 12 0 0
Dari hasil uji daya pembeda soal tes prestasi belajar, ada enam soal yang
dipakai pada daya pembeda sangat kurang membedakan, satu soal tidak dipakai pada
saya pembeda kurang, dan lima soal dipakai pada daya pembeda cukup.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang diajukan.
Dalam penelitian ini digunakan tehnik anava tiga jalan dengan frekuensi isi sel sama.
Untuk menggunakan anava, sebelumnya harus dilakukan uji prasarat analisis sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui sampel dari populasi berdistribusi normal atau tidak
digunakan metode Ryan-Joiner (RJ). Statistik RJ adalah koefisien korelasi product
momen dan p-value adalah signifikasi atau prodability level of observed dengan
hipotesis sebagai berikut:
1). Hipotesis
Ho = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus:
konstanta ai diberikan oleh persamaan:
Dengan m = (m1, m2, ....., mn)T dan m1, ..., mn adalah nilai ekspektasi dari
variabel independen dan mengikasikan variabel distribusi random sampel dari
distribusi normal standarnya. V adalah matrik kovarian statistiknya. Pengguna
persamaan ini boleh menolak hipotesis null nya jika nilai W sangat kecil.
2). Taraf signifikasi
a = Taraf signifikansi
3). Keputusan uji
Uji normalitas data menggunakan paket program minitab 15. H0 ditolak jika p-
value > a. Jika H0 ditolak maka data berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui sampel yang berasal dari populasi yang homogen atau tidak
digunakan Bartlett :
1). Hipotesis
atau atau atau : H4
2
2
2
3
2
2
2
3
2
1
2
2
2
1
20 ssssssss ¹¹¹¹ ,(populasi tidak homogen)
42
32
22
12 :H1 ssss === , (populasi homogen)
Dengan:
Vij = |Xij – i| untuk i = 1, 2, ...., k, j = 1, 2, ....., n dan i = median {xi1,..., xini}
2). Taraf signifikasi
a = Taraf signifikansi
3). Keputusan uji
Uji homogenitas data menggunakan paket program minitab 15. H0 ditolak jika
p-value > a. Jika H0 ditolak maka data homogen.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui bahwa hipotesis yang telah
diajukan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis tersebut analisis yang
digunakan adalah analisis variansi tiga jalan 2 x 2 x 2.
a. Analisis Variansi Tiga Jalan (Anava)
1) Asumsi
Untuk menguji hipotesis menggunakan Anava, maka diasumsikan: (a)
populasi-populasi berdistribusi normal, (b) populasi-populasi homogen, (c) sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dipilih secara acak, (d) variabel terikat berskala pengukuran interval, (e) variabel
bebas berskala pengukuran nominal.
2) Model
Xijkl = µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + (αγ)ik + (βγ)jk + (αβγ)ijk + εijkl
dengan Xijkl : data ke-l pada faktor A kategori ke-i, faktor B kategori ke-j, dan
faktor C kategori ke-k
µ : rerata dari seluruh data
αi : efek faktor A katagori ke-i terhadap X ijkl
βj : efek faktor B katagori ke-j terhadap X ijkl
γk : efek faktor C katagori ke-k terhadap X ijkl
i : 1,2,3, ... ,p p = banyaknya kategori A
j : 1,2,3,... ,q q = banyaknya kategori B
k : 1,2,3, ... , r r = banyaknya kategori C
l : 1,2,3, ... , n n = banyaknya data amatanpada setiap sel
(αβ)ij : kombinasi efek faktor A dan B terhadap X ijkl
(αγ)ik : kombinasi efek faktor A dan C terhadap X ijkl
(βγ)jk : kombinasi efek faktor B dan C terhadap X ijkl
(αβγ)ijk: kombinasi efek faktor A, B dan C terhadap X ijkl
ε ijk : deviasi data Xijkl terhadap rataan populasinya (µij) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0.
3) Hipotesis
a) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
HoA: αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, ….., p
H1A: Paling sedikit ada satu αi yang tidak sama dengan nol.
b) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi
dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah:
HoB: βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3, ……, q
H1B: Paling sedikit ada satu βj yang tidak sama dengan nol.
c) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan
kinestetik:
HoC: γk = 0 untuk setiap k = 1, 2, 3, ……, r
H1C: paling sedikit ada satu γk yang tidak sama dengan nol
d) Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa:
HoAB: (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, ……, p dan j = 1, 2, 3, ……, q
H1AB: paling sedikit ada satu (αβ)ijyang tidak sama dengan nol.
e) Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa:
HoAC: (αγ)ik = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, ……, p dan k = 1, 2, 3, ……, r
H1AC : paling sedikit ada satu (αγ)ik yang tidak sama dengan nol.
f) Interaksi antara kemampuan awal dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa:
HoBC: (βγ)jk = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3, ……, q dan k = 1, 2, 3, ……, r
H1BC : paling sedikit ada (βγ)jk yang tidak sama dengan nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
g) Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan gaya belajar dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa:
HoABC: (αβγ)ijk = 0 untuk setiap i = 1, 2, …, p; j = 1, 2, …, q; dan k = 1, 2, …, r.
H1ABC: paling sedikit ada (αβγ)ijk yang tidak sama dengan nol.
4) Komputasi
a) Data Sel
Tabel 3.15 Tata letak data pada anava 3 jalan dengan isi sel tidak sama
B A C
B1 B2
C1 C2 C1 C2
A A1 A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2
A2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
Menurut tabel 3.3. dijelaskan bahwa sel A1B1C1 merupakan letak data
prestasi belajar peserta didik yang mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan lab riil ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan gaya belajar
visual. Sel A1B1C2 merupakan letak data prestasi belajar peserta didik yang
memperoleh perlakuan pembelajaran pemberlajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan lab riil ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan gaya belajar
kinestetik. Sel A1B2C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh
perlakuan pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil ditinjau dari
kemampuan awal rendah dan gaya belajar visual. Sel A1B2C2 merupakan letak data
prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil ditinjau dari kemampuan awal rendah
dan gaya belajar kinestetik. Sel A2B1C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa
yang memperoleh perlakuan pembelajaran pemberlajaran kooperatif tipe STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
menggunakan lab virtuil ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan gaya belajar
visual. Sel A2B1C2 merupakan letak data prestasi siswa yang memperoleh perlakuan
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil ditinjau dari
kemampuan awal tinggi dan gaya belajar kinestetik. Sel A2B2C1 merupakan letak
data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pemberlajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan lab virtuil ditinjau dari kemampuan awal rendah dan gaya
belajar visual. Sel A2 B2 C2 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang
memperoleh perlakuan pemberlajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil
ditinjau dari kemampuan awal rendah dan gaya belajar kinestetik.
b) Komponen Jumlah Kuadrat
(1) = npqG2
= N
G2
; (2) = ålkji
ijklX,,,
2 ; (3) =åi
i
nqrA2
;
(4) = åj
j
npr
B2
; (5) = åk
k
npqC 2
; (6) = åji
ij
nr
AB
,
2
;
(7) = åki
ik
nqAC
,
2
; (8) = åkj
jk
np
BC
,
2
; (9) = åkji
ijk
n
ABC
,,
2
c) Jumlah Kuadrat (Sum Square)
JKA = (3) – (1)
JKB = (4) – (1)
JKC = (5) – (1)
JKAB = (1) + (6) – (3) – (4)
JKAC = (1) + (7) – (3) – (5)
JKBC = (1) + (8) – (4) – (5)
JKABC = (3) + (4) + (5) + (9) – (1) – (6) – (7) – (8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
JKG = (2) – (9)
JKT = (2) – (1)
d) Derajat Kebebasan (Degree of Freedom)
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkC = r – 1
dkAB = (p – q) (q – 1)
dkAC = (p – 1)(r – 1)
dkBC = (q – 1)(r – 1)
dkABC = (p – 1)(q – 1)(r – 1)
dkG= N – pqr
dkT = N – 1
e) Rerata Kuadrat (Mean Square)
RKA = JKA/dkA
RKB = JKB/dkB
RKC = JKC/dkC
RKAB = JKAB/dkAB
RKAC = JKAC/dkAC
RKBC = JKBC/dkBC
RKABC = JKABC/dkABC
RKG = JKG/dkG
f) Statistik Uji
Fa = RKA/RKG
Fb = RKB/RKG
Fc = RKC/RKG
Fab = RKAB/RKG
Fac = RKAC/RKG
Fbc = RKAC/RKG
Fabc = RKABC/RKG
g) Daerah kritik
DKa = {F| Fa ≥ Fα;p-1;N-pqr}
DKb = {F| Fb ≥ Fα;q-1;N-pqr}
DKc = {F| Fc ≥ Fα;r-1;N-pqr}
DKab = {F| Fab ≥ Fα;(p-1)(q-1);N-pqr}
DKac = {F| Fac ≥ Fα;(p-1)(r-1);N-pqr}
DKbc = {F| Fbc ≥ Fα;(q-1)(r-1);N-pqr}
DKabc = {F| Fabc ≥ Fα;(p-1)(q-1)(r-1);N-pqr}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
h) Rangkuman Analisis
Tabel. 3.16. Letak Hasil Rangkuman Analisis Variansi
Sumber Variasi
JK dk Rerata Kuadrat Statistik Uji P
Efek Utama A (baris) B ( kolom) C (kolom) Efek Interaksi AB AC BC ABC Galat
JKA JKB JKC JKAB JKAC JKBC JKABC
JKG
p – 1 q – 1 r – 1 (p-1)(q-1) (p-1)(r-1) (q-1)(r-1) (p-1)(q-1)(r-1) N-pq
RKA = JKA/(p-1) RKB = JKB/(q-1) RKC = JKc/(r-1) RKAB=JKAB/(p-1)(q-1) RKAC=JKAC/(p-1)(r-1) RKBC=JKBC/(q-1)(r-1) RKABC=JKABC/(p-1)(q-1)(r-1) RKG = JKg=/(N-pq)
Fa = RKA/RKG
Fb = RKB/RKG
FC = RKC/RKG Fab= RKab/RKg
Fac= RKAC/RKG Fbc=RKBC/RKG Fabc=RKABC/RKG
< α atau > α -
Total JKT N – 1 - - -
i) Keputusan Uji
HoA ditolak jika Fa ≥ Fα;p-1;N-pqr
HoB ditolak jika Fb ≥ Fα;q-1;N-pqr
HoC ditolak jika Fc ≥ Fα;r-1;N-pqr
HoAB ditolak jika Fab ≥ Fα;(p-1)(q-1);N-pqr
HoAC ditolak jika Fac ≥ Fα;(p-1)(r-1);N-pqr
HoBC ditolak jika Fbc ≥ Fα;(q-1)(r-1);N-pqr
HoABC ditolak jika Fabc ≥ Fα;(p-1)(q-1)(r-1);N-pqr
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi bila hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujan dari uji lanjut anava
ini adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris,
dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian nama ter rerata yang berbeda.
Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode
Komparasi Ganda dengan Uji Scheffe. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika ter k
perlakuan, maka ada 2
)1( -kk pasangan rataan.
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
HOAS: µA1 = µA2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan
lab riil dengan siswa yang diberi pembelajaran kooperatif
tipe STAD menggunakan lab virtuil.
H1AS: µA1¹ µA2 Ada perbedaan pengaruh pembelajaran fisika menggunakan
metode demosnstrasi dan eksperimen terhadap prestasi
belajar perserta didik.
HOAS: µB1 = µB2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang
mempunyai kemampuan awal rendah.
H1AS: µB1 ¹ µB2 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang
mempunyai kemampuan awal rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
HOAS: µC1 = µC2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai gaya belajar visual dengan siswa yang
mempunyai gaya belajar kinestetik.
H1AS: µC1 ¹ µC2 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang
mempunyai gaya belajar visual dengan siswa yang
mempunyai gaya belajar kinestetik.
3) Menentukan tingkat signifikansi α (taraf signifikansi yang dipilih sama dengan
taraf signifikansi pada uji analisis variansinya)
4) Mencari statistik uji F dengan menggunakan persamaan:
a) Komparasi rataan antar baris:
Fio – jo = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
.
2.
1.
1
.
ji
ji
nnRKG
XX
dengan: Fi.-j. = nilai fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
iX = rataan pada baris ke – i
iX = rataan pada baris ke – j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan Anava
ni. = ukuran sampel baris ke – i
nj. = ukuran sampel baris ke – j
b) Komparasi rataan antar kolom:
F.i – .j = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
ji
ji
nnRKG
XX
..
2..
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
c) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama:
Fij – kj = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
ikij
nnRKG
XX
11
2
d) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama:
Fij – kj = ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
ikij
nnRKG
XX
11
2
5) Menentukan daerah kritik dengan persamaan:
a) Komparasi rataan antar baris:
DKi.- j. = Fi. – j. ≥ (p – 1) Fα;p – 1 ; N – pq
b) Komparasi rataan antar kolom:
DK.i- .j = F.i – .j ≥ (p – 1) Fα;q – 1 ; N – pq
c) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sma (sel ij dan sel kj):
DKij – kj = Fij – kj ≥ (pq – 1 )Fα; (p-1)(q-1);N-pq
d) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama (sel ij dan sel ik):
DKij-ik = Fij-ik ≥ (pq – 1) Fα; (p-1)(q-1);N-pq
Dengan xi. : rerata pada baris ke–i
xj. : rerata pada baris ke–j
x.i : rerata pada kolom ke–i
x.j : rerata pada kolom ke-j
xij : rerata pada sel ij
xkj : rerata pada sel kj
xik : rerata pada sel ik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
ni. : cacah observasi pada baris ke-i
nj. : cacah observasi pada baris ke–i
n.i : cacah observasi pada kolom ke-i
n.j : cacah observasi pada kolom ke-j
nij : cacah observasi pada sel ij
nkj : cacah observasi pada sel kj
nik : cacah observasi pada sel ik
e) Menentukan keputusan uji
f) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari nilai prestasi,
Kemampuan awal dan Gaya Belajar siswa pada materi Listrik dinamis. Data
diperoleh dari kelas IX D dan IX E sebagai kelas I yang menggunakan Lab Virtual dan
kelas IX F dan IX G sebagai kelas II yang menggunakan Lab Riil.
1. Prestasi belajar IPA
Dalam penelitian ini prestasi belajar IPA hanya pada aspek kognitif yaitu
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal tes pada materi pelajaran Listrik
dinamis. Adapun soal tes prestasi dan hasil belajar siswa secara lengkap tersaji pada
lampiran 10 dan 13 Untuk memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar,
ringkasan dari lampiran tersebut disajikan pada tabel 4.1 berikut,
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar IPA
Total
Lab. Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum Riil 65 59,14 14,18 28,00 48,00 58,00 66,00 100,00 Virtual 74 62,38 11,64 32,00 55,00 64,00 72,00 84,00
Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar IPA siswa pada kelas
yang menggunakan pembelajaran Lab Riil dan Virtual disajikan pada tabel 4.2 dan
4.3 berikut:
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Riil
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
24 - 34 2 29 2 3,08% 35 - 45 9 40 11 13,85% 46 - 56 15 51 26 23,08% 57 - 67 26 62 52 40,00% 68 - 78 7 73 59 10,77% 79 - 89 4 84 63 6,15% 90 - 100 2 95 65 3,08%
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Virtual
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
30 - 37 1 33,5 1 1,35% 38 - 45 6 41,5 7 8,11% 46 - 53 11 49,5 18 14,86% 54 - 61 15 57,5 33 20,27% 62 - 69 20 65,5 53 27,03% 70 - 77 15 73,5 68 20,27% 78 - 85 6 81,5 74 8,11%
Sedangkan untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai prestasi kelas lab riil
dan virtuil tersebut disajikan dalam bentuk histogram yang disajikan pada gambar 4.1
dan gambar 4.2.
Gambar 4.1 Histogram Prestasi kelas Lab Riil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 4.2 Histogram Prestasi kelas Lab Virtual
2. Data Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal adalah adalah kemampuan dan keterampilan yang relevan
yang dimiliki saat akan mulai mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal merupakan
kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran
berikutnya yang lebih tinggi.
Dalam penelitian ini data Kemampuan awal siswa diperoleh dari angket
Kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa dikategorikan kedalam dua
golongan, yaitu Kemampuan awal tinggi dan Kemampuan awal rendah.
Penggolongan Kemampuan awal tinggi dan rendah berdasarkan skor rata-rata kedua
kelas. Siswa dengan skor Kemampuan awal di atas rata-rata dimasukkan dalam
Kemampuan awal tinggi, sedangkan siswa dengan skor di bawah rata-rata
dikelompokkan memiliki Kemampuan awal rendah. Deskripsi data Kemampuan awal
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan awal Siswa
Lab. = Riil
K-Kem. Total Awal Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum Rendah 34 48,12 12,08 28,00 39,00 52,00 60,00 64,00 Tinggi 31 80,26 10,12 68,00 72,00 76,00 92,00 96,00
Lab. = Virtual K-Kem. Total Awal Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum Rendah 36 48,67 11,61 28,00 40,00 52,00 60,00 64,00 Tinggi 38 79,58 9,74 68,00 72,00 76,00 88,00 96,00
Sedangkan untuk distribusi frekuensi Kemampuan awal pada kelas yang
menggunakan Lab Riil dan Virtual dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6 berikut,
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Riil
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
28 - 37 2 32,5 2 3,08% 38 - 47 6 42,5 8 9,23% 48 - 57 11 52,5 19 16,92% 58 - 67 19 62,5 38 29,23% 68 - 77 12 72,5 50 18,46% 78 - 87 10 82,5 60 15,38% 88 - 97 5 92,5 65 7,69%
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Virtual
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
28 - 37 3 32,5 3 4,05% 38 - 47 9 42,5 12 12,16% 48 - 57 12 52,5 24 16,22% 58 - 67 20 62,5 44 27,03% 68 - 77 12 72,5 56 16,22% 78 - 87 10 82,5 66 13,51% 88 - 97 8 92,5 74 10,81%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Sedangkan untuk memperjelas distribusi frekuensi Kemampuan awal tersebut
disajikan dalam bentuk histogram yang disajikan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4.
Gambar 4.3 Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Riil
Gambar 4.4 Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Virtual
3. Gaya Belajar Siswa
Gaya Belajar adalah kombinasi dari bagaimana siswa menyerap, mengatur,
serta mengolah informasi. Dalam penelitian ini gaya belajar siswa ada dua jenis, yaitu
gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.
Data tentang Gaya Belajar siswa diperoleh melalui angket ukur Gaya Belajar.
Adapun skor hasil ukur gaya belajar tidak dapat ditampilkan dalam bentuk rentang
frekuensi maupun histogram sebab merupakan skor kombinasi mana yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
unggul itulah yang di ambil sebagai kecenderungan gaya belajar siswa. Data prestasi
dari masing-masing kelompok gaya belajar disajikan pada tabel 4.7 berikut,
Tabel 4.7 Deskripsi Data prestasi dan kecenderungan Gaya Belajar Siswa
Lab. = Riil
Gaya Total Belajar Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum K 22 56,64 15,79 32,00 44,00 54,00 66,50 100,00 V 43 60,42 13,30 28,00 54,00 58,00 66,00 92,00
Lab. = Virtual
Gaya Total Belajar Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum K 16 65,50 9,11 52,00 56,00 64,00 76,00 80,00 V 58 61,52 12,17 32,00 52,00 64,00 72,00 84,00
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan dengan bantuan software Minitab 15 series. Komputasi selengkapnya
terdapat pada lampiran 15 dan ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.8 berikut,
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, Kemampuan awal dan Gaya Belajar di
atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ) didapatkan bahwa p-value > 0,05
untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat
No. Data Lab Model p-value Ryan-Joiner Distribusi Data
1 Prestasi - >0,100 0,998 Normal 2 Prestasi Lab Riil >0,100 0,986 Normal 3 Prestasi Lab virtual >0,100 0,994 Normal 4 Kemampuan awal - 0,083 0,991 Normal 5 Kemampuan awal Lab Riil >0,100 0,991 Normal 6 Kemampuan awal Lab virtual >0,100 0,992 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
diambil keputusan data Prestasi dan Kemampuan awal berdistribusi normal. Kriteria
uji normalitas adalah “tolak hipotesis null (data tidak menyalahi kriteria berdistribusi
normal) jika p-value < alpha 5%”.
2. Uji Homogenitas
Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas
yang peneliti gunakan adalah Lab uji F. Adapun sebagai pendukung keputusan
dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi, sedangkan
sebagai faktornya adalah pembelajaran Lab (Riil dan Virtual), Kemampuan awal dan
Gaya Belajar siswa. Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.9 dan hasil analisis
selengkapnya disajikan pada lampiran hasil analisa data.
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
Dari tabel 4.9 di atas terlihat bahwa semua nilai untuk kriteria uji F
dan Levene, sehingga semua Ho (data tidak menyalahi kriteria Homogenitas) yang
diajukan tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa homogenitas data prestasi siswa
terpenuhi, sehingga uji selanjutnya, yaitu uji Anova dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis
Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak hanya
antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Salah satu
No. Respon Faktor p-value
Keputusan F Test Levene’s Test 1 Prestasi Lab Model 0,102 0,426 Homogen 2 Prestasi Kemampuan awal 0,759 0,959 Homogen 3 Prestasi Gaya belajar 0,426 0,437 Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
alternatif pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang diperkirakan
di atas adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA.
1. Analisis Variansi
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan sebab,
faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga faktor, yaitu
pembelajaran Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar siswa. Adapun rangkuman
hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama dapat dicermati pada
tabel 4.10 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada lampiran hasil analisa data.
Tabel 4.10 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi
Source DF Seq SS Adj SS Seq MS F P Lab. 1 363,2 388,1 363,2 2,48 0,117 K-Kem. Awal 1 3068,7 1631,4 3068,7 20,99 0,000 Gaya Belajar 1 77,8 49,4 77,8 0,53 0,467 Lab.*K-Kem. Awal 1 209,6 97,3 209,6 1,43 0,233 Lab.*Gaya Belajar 1 135,1 164,5 135,1 0,92 0,338 K-Kem. Awal*Gaya Belajar 1 112,8 101,5 112,8 0,77 0,381 Lab.*K-Kem. Awal*Gaya Belajar 1 3,6 3,6 3,6 0,02 0,875 Error 131 19149,5 19149,5 146,2 Total 138 23120,4 S = 12,0905 R-Sq = 17,17% R-Sq(adj) = 12,75%
Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan
Hipotesis penelitian sebagai berikut:
a. H01: Tidak ada perbedaan penggunaan Lab Riil dan Virtual terhadap prestasi
belajar IPA pada materi Listrik dinamis, tidak ditolak sebab p-value Lab = 0,117
> 0,050.
b. H02: Tidak ada perbedaan Kemampuan awal terhadap prestasi belajar IPA pada
materi Listrik dinamis ditolak sebab p-value Kemampuan awal siswa = 0,000 <
0,050.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
c. H03: Tidak ada perbedaan Gaya Belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA pada
materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value Gaya Belajar siswa = 0,467 >
0,05.
d. H012: Tidak ada interaksi antara pembelajaran Lab dengan Kemampuan awal
terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-
value interaksi Lab dan Kemampuan awal = 0,233 > 0,050.
e. H013: Tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran dengan Gaya Belajar terhadap
prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value
interaksi Lab dan Gaya Belajar = 0,338 > 0,050.
f. H023: Tidak ada interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar terhadap
prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value
interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,381 > 0,050.
g. H0123: Tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran, Kemampuan awal, dan Gaya
Belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak
sebab p-value interaksi antara Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,875
> 0,05.
Oleh karena ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih kecil daripada alpha (p-
value < α), maka diperlukan uji statistik lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan
awal mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap capaian prestasi belajar.
2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan
Uji lanjut anava diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel
bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji lanjut dilakukan untuk
memperjelas keputusan pada hipotesis H12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Hasil anova tiga jalan yang perlu diuji lanjut adalah untuk hasil Anova tiga
jalan pada H12, yaitu: “ada perbedaan pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi
belajar IPA pada materi Listrik dinamis”.
Tabel 4.11 Rangkuman ANAVA Satu Jalan Prestasi vs Kemampuan Awal
Source DF SS MS F P K-Kem. Awal 1 3142 3142 21,55 0,000 Error 137 19978 146 Total 138 23120 S = 12,08 R-Sq = 13,59% R-Sq(adj) = 12,96% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -------+---------+---------+---------+-- Rendah 70 56,14 11,85 (------*------) Tinggi 69 65,65 12,30 (------*------) -------+---------+---------+---------+-- 56,0 60,0 64,0 68,0 Pooled StDev = 12,08
TinggiRendah
67,5
65,0
62,5
60,0
57,5
55,0
K-Kem. Awal
Mea
n
58,53
63,20
60,86
Uji Lanjut Anova: Prestasi dan Kemampuan AwalAlpha = 0,05
Gambar 4.5 Grafik Analisis Mean Kemampuan awal terhadap Prestasi belajar IPA
Untuk lebih memahami detail pola interaksi, informasi hasil uji Anova satu
jalan tersaji pada tabel berikut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 4.12 Rangkuman Probabilistik Interaksi
Kemampuan awal Gaya belajar Statistik Lab Riil Lab virtual
Tinggi
Kinestetik
N = 11 12
Mean = 58,55 P=0,082 67,67
Stdev = 14,59 8,94
P=0,274 p=0,865
Visual
N = 20 26
Mean = 65,10 P=0,403 68,15
Stdev = 16,20 p=0,048* p=0,313**
p=0,000* p=0,228**
7,80
Rendah
Kinestetik
N = 11 4
Mean = 54,73 p=0,647 59,00
Stdev = 17,40 6,83
p=0,716 p=0,657
Visual
N = 23 32
Mean = 56,35 p=0,941 56,13
Stdev = 8,58 12,50 )* Kemampuan awal, )** Gaya Belajar.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penggunaan Lab Riil dan Virtual terhadap prestasi, apakah ada pengaruh Kemampuan
awal tinggi dan rendah terhadap prestasi, apakah ada pengaruh Gaya Belajar terhadap
prestasi, apakah ada interaksi antara Lab dan Kemampuan awal siswa, apakah ada
interaksi antara Lab dan Gaya Belajar siswa, apakah ada interaksi antara Kemampuan
awal dan Gaya Belajar siswa, dan apakah ada interaksi antara Lab pembelajaran,
Kemampuan awal, dan Gaya Belajar terhadap prestasi.
Pembelajaran Lab yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lab Riil untuk
kelas IX E dan IX F, dan Lab Virtual untuk kelas IX C dan IX D. Pengukuran
Kemampuan awal melalui percobaan diukur melalui tes awal sebelum pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
penelitian, sedangkan untuk mengetahui Gaya Belajar siswa dilakukan dengan
memberikan angket Gaya Belajar sebelum berlangsung pembelajaran pada materi
pokok Listrik dinamis. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes kemampuan
kognitif untuk mengukur prestasi siswa.
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama
diperoleh p-value Lab pembelajaran = 0,117 > 0,050 maka Ho (tidak ada pengaruh
penggunaan Lab pembelajaran terhadap prestasi) tidak ditolak, berarti bahwa antara
Lab Riil dan Lab Virtual tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA. Meski
kedua model ini tidak berbeda pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA pada materi
Listrik dinamis, masih bisa dikatakan bahwa lab virtuil cenderung memberikan hasil
yang lebih baik daripada lab riil. Secara keseluruhan hasil dari pembelajaran adalah
baik, hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar IPA yang menunjukkan
kisaran 60. Siswa yang dibelajarkan dengan model lab riil dan virtual masing-masing
reratanya 59,14 dan 62,38.
Hasil uji lanjut yang dilakukan (lampiran analisa data) memberikan informasi
bahwa kedua kelas, Riil dan Virtual masing-masing memperoleh rerata prestasi 59,14
dan 62,38 dengan hasil p-value sebesar 0,141. Hasil tersebut menggambarkan adanya
perbedaan kekuatan atau pengaruh kedua lab tersebut, meskipun secara statistik
belum signifikan. Dengan demikian dari kedua model pembelajaran ini lab virtual
dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada materi Listrik dinamis. Dengan
kata lain disini lab virtual mampu menggantikan peran dari lab riil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Lab riil merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan penggunaan
alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau kelompok kecil
siswa untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori
dari berbagai bidang studi. Sedangkan lab virtual adalah suatu laboratorium maya
yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran. Pada dasarnya penggunaan lab
pembelajaran lab virtual sangat tepat untuk mengejar ketertinggalan materi. Meski
sama-sama berhasil mengantarkan siswa memperoleh prestasi sekitar 60, masih dapat
dicermati kecenderungan lab riil yang memiliki arah pengaruh negatif, sedangkan lab
virtual cenderung positif, lebih tinggi reratanya daripada rearata total data nilai.
Untuk lebih jelasnya perhatikan pada gambar berikut:
VirtualRiil
64
63
62
61
60
59
58
57
Lab.
Mea
n
58,547
63,180
60,863
Uji Lanjut Anova: Prestasi dan Lab ModelAlpha = 0,05
Gambar 4.6 Grafik Analisis Mean Lab terhadap Prestasi belajar IPA
Labiratorium riil memungkinkan pembelajar untuk mendapatkan pengalaman
belajar secara langsung, pengamatan obyek secara langsung, sehingga pembelajar
bisa mengeksplorasi konsep baru, hal ini selaras dengan Rose dan Nicholl (2002)
yang mengatakan pelajaran dapat diingat rata-rata 90% dari yang dilihat, didengar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
dikatakan, dan dikerjakan sekaligus. Namun kelemahannya adalah memerlukan
waktu yang banyak, bisa terjadi salah konsep karena ketidak telitian pembacaan alat,
serta biaya operasional yang mahal. Sedangkan laboratorium virtual memiliki
keunggulan diantaranya keselamatan lebih terjamin, siswa bisa mengeksplorasi
konsep dengan melakukan percobaan sendiri, pembacaan peralatan tepat, kegiatan
lebih terkontol, dan menurut Hardiati (2004) pemakaian media komputer lebih efektif
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Kelemahannya adalah tidak memberikan
pengalaman secara langsung kepada siswa karena hanya berupa simulasi, sehingga
tidak seluruh indera bisa dipergunakan secara maksimal, pelajaran dapat diingat rata-
rata 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus. Seiring
dengan kemajuan peradaban dan teknologi, dunia maya / virtual bukan hal yang asing
lagi bagi siswa, artinya sudah menjadi hal yang lazim dan familier bagi siswa.
Familiaritas dilain pihak diketahui memberikan kemudahan bagi siswa untuk
menyerap informasi dengan maksimal.
Hasil keputusan uji hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan
oleh Mujiyono (2005) yang menyimpulkan bahwa penerapan laboratorium riil dan
virtual pada pembelajaran fisika tidak berpengaruh pada prestasi belajar. Namun hasil
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Getachew Tarekegn (2009,
tersedia pada http://www.journal.lapen.org.mx/sep09/2LAJPE282Tarekegn.pdf) yang
menyebutkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara penggunaan lab riil dan
simulasi komputer baik simulasi pada pembelajaran yang terpusat pada guru maupun
terpusat pada siswa, bahkan dalam rekomendasinya Getchew menyarankan bahwa
simulasi komputer mampu menggantikan peranan lab riil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2. Hipotesis Kedua
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kemampuan awal
terhadap prestasi, p-value Kemampuan awal siswa = 0,000 < 0,050. Hasil uji lanjut
memperkuat keputusan bahwa Kemampuan awal memberikan pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis. Hal itu berarti bahwa
dalam proses pembelajaran materi Listrik dinamis faktor Kemampuan awal siswa
menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Tingkat Kemampuan awal siswa pada
penelitian ini diketahui memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi
belajar IPA pada hasil uji anava tiga jalan, hasil uji lanjutnya memberikan informasi
dimana siswa yang memiliki tingkat Kemampuan awal tinggi mendapatkan rerata
prestasi lebih tinggi yaitu 65,65 dengan standar deviasi 12,30 sedangkan siswa yang
memiliki tingkat Kemampuan awal rendah mendapatkan rerata prestasi 56,14 yang
memiliki standar deviasi 11,85. Lebih jelasnya perhatikan hasil anava satu jalan dan
analisis mean pada tabel dan gambar 4.12 di atas.
p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 sehingga melahirkan keputusan
untuk menyatakan keputusan ada perbedaan pengaruh antara Kemampuan awal tinggi
dengan Kemampuan awal rendah terhadap perolehan prestasi siswa. Kemampuan
awal adalah kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa pada materi pokok bahasan
sebelumnya yang menunjang materi pelajaran. Menurut Winkel (1996) tingkah laku
awal dipandang sebagai pemasukan (input, enterning behavior) yang menjadi titik
tolak dalam proses pembelajaran yang berakhir dengan suatu pengeluaran. Jadi,
pantaslah kiranya jika siswa dengan Kemampuan awal tinggi yang sedari awal
memang memiliki pemahaman lebih baik selalu berusaha untuk memperbaiki apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
yang sudah mereka pahami dan mengerti, efeknya, tentu saja prestasinya menjadi
lebih baik daripada mereka yang Kemampuan awalnya rendah.
Hasil uji lanjut yang dilakukan (lampiran analisa data) memberikan informasi
bahwa kedua kelompok, kemampuan awal tinggi dan rendah masing-masing
memperoleh rerata prestasi 65,65 dan 56,14 dengan hasil p-value sebesar 0,000. Hasil
tersebut menggambarkan adanya perbedaan kekuatan atau pengaruh kedua kategori
kemampuan awal tersebut yang secara statistik berbeda pengaruh secara signifikan.
Dengan demikian dari kedua kategori kemampuan awal diketahui bahwa siswa
dengan kemampuan awal tinggi pengaruhnya terhadap perolehan prestasinya
signifikan dengan arah positif. Sedangkan kemampuan awal rendah sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.11 dan gambar 4.5 di atas.
Hasil uji ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Hardiati (2004) yang
menyebutkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar pada siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi dan siswa dengan kemampuan awal rendah, demikian juga
penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohmadi (2008). Keduanya menyimpulkan
bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi memiliki prestasi belajar lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh Gaya Belajar
terhadap prestasi (p-value Gaya Belajar siswa = 0,467 > 0,050) dalam proses
pembelajaran. Gaya Belajar siswa diharapkan memberikan pengaruh terhadap
prestasi belajar IPA materi Listrik dinamis dan pada kenyataannya tidak memberikan
pengaruh. Hasil uji lanjut memperkuat keputusan di atas (p-value = 0,783). Dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
uji lanjut dan analisis mean (rerata) diperoleh informasi bahwa siswa dengan Gaya
Belajar kinestetik cenderung mendapatkan prestasi sama dengan siswa yang Gaya
Belajarnya visual, masing-masing memperoleh prestasi 60,37 dan 61,05. Hal ini dapat
anda cermati lebih detail pada lampiran analisa data pada bagian uji lanjut anava.
Untuk mendapatkan gambaran akan arah pengaruh atau bentuk perbedaan level Gaya
Belajar terhadap prestasi, perhatikan gambar 4.7 berikut:
VK
65,0
62,5
60,0
57,5
55,0
Gaya Belajar
Me
an
59,34
62,39
60,86
Uji Lanjut Anova: Prestasi dan Gaya BelajarAlpha = 0,05
Gambar 4.7 Grafik Analisis Mean Gaya Belajar terhadap Prestasi belajar IPA
Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhamad Yasin Kholifudin (2009) dan Waldiyono (2009), namun tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Harnowo (2009) yang menyimpulkan
bahwa ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Hal ini bisa saja
terjadi karena metode mengajar yang di gunakan dalam masing-masing penelitian
juga berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
4. Hipotesis Keempat
Hasil analisis data dari uji hipotesis sebelumnya menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh model lab dan ada pengaruh Kemampuan awal terhadap prestasi belajar
IPA oleh sebab itu pada hipotesis keempat ini diharapkan ada interaksi antara
pembelajaran lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi belajar Listrik dinamis,
namun kenyataannya tidak demikian sebab p-value interaksi model lab dan
Kemampuan awal = 0,233 > 0,050. Hasil uji lanjutnya memperlihatkan p-value =
0,048 pada lab riil, dimana siswa yang memiliki Kemampuan awal tinggi
mendapatkan prestasi lebih baik (62,77 vs 55,82) dan p-value = 0,000 pada lab
virtual, dimana siswa yang memiliki Kemampuan awal rendah mendapatkan prestasi
sama baiknya dengan siswa kemampuan awal tinggi (68,00 vs 56,44). Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel 4.16 dan tabel 4.17.
Semua siswa, berdasarkan hasil kedua tabel di atas memperlihatkan bahwa
mereka memberikan respon positip terhadap penggunaan lab riil maupun virtual
sebagai perangsang untuk proses belajarnya. hanya saja jika diperhatikan lebih lanjut
rerata pada kelas lab virtual lebih baik. Hal itu menandakan penggunaan lab virtual
lebih efektif untuk siswa daripada lab riil, terutama untuk mereka yang memiliki
Kemampuan awal tinggi. Diperoleh informasi juga bahwa siswa dengan Kemampuan
awal tinggi efektif lebih tinggi perolehan rerata prestasinya jika dibelajarkan dengan
lab virtual maupun lab riil jika dilihat berdasarkan tingkat kemampuan awalnya,
dengan hasil terbaik pada lab virtual tentunya. Sebagai catatan penting disini, lab
virtual terlihat dengan jelas memberikan efek yang lebih baik dibandingkan lab riil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
dari sudut pandang kemampuan awal. Bentuk interaksi yang ditampilkan pada
gambar 4.7 memperjelas apa yang sudah dijelaskan di atas.
Tabel 4.13 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Kemampuan awal
Source DF SS MS F P K-Kem. Awal 1 783 783 4,08 0,048 Error 63 12088 192 Total 64 12872 S = 13,85 R-Sq = 6,09% R-Sq(adj) = 4,60% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev --------+---------+---------+---------+- Rendah 34 55,82 11,89 (---------*--------) Tinggi 31 62,77 15,73 (---------*--------) --------+---------+---------+---------+- 55,0 60,0 65,0 70,0 Pooled StDev = 13,85
Tabel 4.14 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtual dan Kemampuan awal
Source DF SS MS F P K-Kem. Awal 1 2469 2469 23,96 0,000 Error 72 7417 103 Total 73 9885 S = 10,15 R-Sq = 24,97% R-Sq(adj) = 23,93% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ----+---------+---------+---------+----- Rendah 36 56,44 11,97 (------*------) Tinggi 38 68,00 8,05 (------*------) ----+---------+---------+---------+----- 55,0 60,0 65,0 70,0 Pooled StDev = 10,15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
TinggiRendah
65
60
55
VirtualRiil
65
60
55
Lab.
K-Kem. Awal
RiilVirtual
Lab.
RendahTinggi
AwalK-Kem.
Interaction Plot for PrestasiData Means
Gambar 4.8 Grafik interaksi faktor Lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh model lab dan
tidak ada pengaruh Gaya Belajar terhadap prestasi, demikian juga dengan interaksi
pengaruh antara Lab pembelajaran dan Gaya Belajar pada prestasi materi Listrik
dinamis tidak terjadi (p-value interaksi Lab dan Gaya Belajar = 0,233 > 0,050). Hasil
uji lanjutnya memperlihatkan p-value = 0,313 pada Lab Riil, dimana siswa yang
memiliki Gaya Belajar visual mendapatkan prestasi relatif lebih baik daripada siswa
dengan Gaya Belajar kinestetik (60,42 vs 56,64). Sedangkan pada lab virtual
diperoleh p-value = 0,228 dimana siswa yang memiliki Gaya Belajar kinestetik
mendapatkan prestasi 65,50 dan siswa yang memiliki Gaya Belajar visual
mendapatkan prestasi 61,52. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.18 dan 4.19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Gaya Belajar
Source DF SS MS F P Gaya Belajar 1 208 208 1,04 0,313 Error 63 12664 201 Total 64 12872 S = 14,18 R-Sq = 1,62% R-Sq(adj) = 0,06% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ----+---------+---------+---------+----- K 22 56,64 15,79 (---------------*--------------) V 43 60,42 13,30 (----------*----------) ----+---------+---------+---------+----- 52,0 56,0 60,0 64,0 Pooled StDev = 14,18
Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtual dan Gaya Belajar
Source DF SS MS F P Gaya Belajar 1 199 199 1,48 0,228 Error 72 9686 135 Total 73 9885 S = 11,60 R-Sq = 2,01% R-Sq(adj) = 0,65% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ---+---------+---------+---------+------ K 16 65,50 9,11 (---------------*----------------) V 58 61,52 12,17 (--------*-------) ---+---------+---------+---------+------ 59,5 63,0 66,5 70,0 Pooled StDev = 11,60
Apa yang terjadi disini tidak berbeda jauh dengan pola interaksi pengaruh
antara model Lab dengan Kemampuan awal di atas, dimana penggunaan Lab Riil
efektif untuk siswa dengan Kemampuan awal tinggi dan diperoleh informasi bahwa
siswa dengan Gaya Belajar Visual relatif lebih tinggi perolehan rerata prestasinya saat
dibelajarkan dengan Lab Riil, namun siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
prestasinya manakala dibelajarkan dengan lab model Virtual jika ditinjau berdasarkan
jenis gaya belajarnya. Sebagai catatan penting disini, lab virtual dan lab riil
memberikan efek yang sama dalam menunjang pencapaian prestasi yang lebih baik.
Bentuk interaksi yang ditampilkan pada gambar 4.8 memperjelas apa yang sudah
dijelaskan di atas.
VK66
64
62
60
58
VirtualRiil
66
64
62
60
58
Lab.
Gaya Belajar
RiilVirtual
Lab.
KV
BelajarGaya
Interaction Plot for PrestasiData Means
Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor model Lab dan Gaya Belajar terhadap prestasi
Pada gambar nampak bahwa kedua garis akan bersilangan jika garisnya
diperpanjang dan akan membentuk sudut mendekati 45o saat ditinjau dari Gaya
Belajarnya, dimana siswa dengan gaya belajar kinestetik menjadi faktor yang akan
menentukan terjadinya interaksi. Interaksi akan terjadi pada wilayah siswa dengan
gaya belajar kinestetik baik pada Lab Virtual maupun pada Lab Riil jika jumlah
sampel diperbesar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
6. Hipotesis Keenam
VK
65
60
55
TinggiRendah
65
60
55
K-Kem. Awal
Gaya Belajar
RendahTinggi
AwalK-Kem.
KV
BelajarGaya
Interaction Plot for PrestasiData Means
Gambar 4.10 Grafik interaksi faktor Kemampuan awal dan Gaya Belajar terhadap prestasi
Hasil analisis data menunjukkan tidak ada interaksi antara Kemampuan awal
dan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis(p-value
interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,381 > 0,050). Hasil ini
merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu Kemampuan awal
berpengaruh signifikan terhadap prestasi sedangkan Gaya Belajar tidak berpengaruh
signifikan terhadap prestasi. Secara parsial berdasarkan hasil uji di atas, hanya
Kemampuan awal yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pencapaian
prestasi, logis apabila kedua variabel ini menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap
prestasi belajar IPA. Berdasarkan pada tabel 4.12 yang merangkum hasil probabilistik
interaksi, diketahui bahwa Kemampuan awal dan Gaya Belajar berinteraksi pada
beberapa level interaksi. Interaksi pengaruh pada kemampuan awal tinggi diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
hasil antara Gaya Belajar kinestetik dan visual, hasil maksimal diperoleh pada Gaya
Belajar visual untuk Lab Riil (65,10) dan (68,15) untuk Lab Virtual. Sedangkan
Interaksi pengaruh pada level kemampuan awal rendahnya diperoleh hasil mean
maksimal 59,00 pada Lab virtual dan 56,35 untuk Lab Riil. Untuk lebih memahami
seperti apa bentuk interaksinya, perhatikan gambar 4.9.
7. Hipotesis Ketujuh
Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara Lab
pembelajaran, Kemampuan awal, dan Gaya Belajar (p-value interaksi antara Lab,
Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,875 > 0,050). Seperti yang telah dijabarkan
di atas respon positif siswa selama proses belajar masih terfokus pada penggunaan
Lab Riil bagi siswa dengan gaya belajar visual dan pada lab virtual untuk siswa
dengan gaya belajar kinestetik, belum bisa secara bersama degan faktor lain untuk
menghasilkan interaksi maksimal.
Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut:
a). Penggunaan Lab Riil tepat dijadikan sebagai pilihan jika pembelajaran
diperuntukkan siswa dengan gaya belajar visual dan menggunakan lab virtual jika
Gaya Belajar siswa adalah kinestetik; b) Siswa dengan kemampuan awal berbeda
akan memberikan respon yang berbeda pula. Semakin tinggi kemampuan awal siswa
semakin baik prestasi yang diperolehnya; c). Interaksi antara Lab dan gaya belajar
hampir terjadi dan memberikan sumbangan besar terhadap identifikasi pemahaman
siswa akan konsep IPA pada materi Listrik dinamis. Siswa dengan Kemampuan awal
tinggi dan Gaya Belajar visual tidak mendapatkan masalah saat dibelajarkan dengan
Lab Riil maupun Virtual, namun siswa bergaya belajar kinestetik lebih optimal saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
dibelajarkan dengan model lab virtual, dan d). Dari ketiga faktor yang dilibatkan
dalam penelitian, berdasarkan analisis efeknya terhadap rerata prestasi dapat
diurutkan dari yang paling kuat ke rendah sebagai berikut: Kemampuan awal, Model
Lab dan Gaya Belajar siswa. Hal ini lebih mudah dipahami dengan memperhatikan
hasil analisis pada gambar 4.10 berikut ini:
T inggiRendah
65,0
62,5
60,0
57,5
55,0VirtualRiil
VK
65,0
62,5
60,0
57,5
55,0
K-Kem. Awal
Mea
n
Lab.
Gaya Belajar
Main Effects Plot for PrestasiData Means
Gambar 4.11 Grafik main efek faktor Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar terhadap prestasi
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi
sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa hal
yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah Gaya Belajar dan Kemampuan
awal siswa hanya diukur pada level kinestetik-visual dan tinggi-rendah saja, tidak
memberikan kesempatan pada terukurnya level auditorial dan menengah untuk kedua
faktor. Selain itu, Gaya Belajar dan kemampuan awal yang diukur adalah Gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Belajar dan kemampuan awal rata-rata, tidak pada saat proses pembelajaran itu
sendiri berlangsung. Hal ini menyebabkan biasnya pengaruh Lab pembelajaran
terhadap pencapaian prestasi, terutama jika akan melihat pengaruh Lab terhadap
perubahan kemampuan awal dan Gaya Belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembhasan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada kelas lab riil siswa
melakukan pengamatan obyek secara langsung, sehingga siswa bisa
mengeksplorasi konsep baru, namun kelemahannya adalah memerlukan waktu
yang banyak, dan bisa terjadi salah konsep karena ketidaktelitian pembacaan alat
ukur. Sedangkan pada kelas lab virtuil keunggulannya adalah siswa bisa
melakukan praktikum sendiri diluar jam pelajaran, pembacaan alat ukur tepat,
dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa, namun kelemahannya adalah
tidak memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa, siswa bisa salah
konsep karena percobaan hanya berupa simulasi. Berdasarkan hasil uji statistik
diperlihatkan bahwa kedua kelas, lab Riil dan Virtuil masing-masing
memperoleh rerata prestasi 59,14 dan 62,38 dengan hasil p-value sebesar 0,141.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan lab riil dan lab virtual
dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berpengaruh terhadap prestasi
belajar IPA pada materi pembelajaran listrik dinamis.
2. Kemampuan awal adalah kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa pada materi
pokok bahasan sebelumnya yang menunjang materi pelajaran. Siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai pengetahuan prasyarat lebih
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
baik dari siswa dengan kemampuan awal rendah, berarti dalam pembelajaran
siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih mudah menyesuaikan diri dengan
pengetahuan yang baru. Sesuai dengan data hasil penelitian diperoleh informasi
bahwa kemampuan awal tinggi dan rendah masing-masing memperoleh rerata
prestasi 65,65 dan 56,14 dengan hasil p-value sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi
belajar IPA pada materi listrik dinamis. Hasil uji lanjut memberikan informasi
bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi prestasinya lebih baik daripada
siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.
3. Gaya belajar merupakan kombinasi antara bagaimana seseorang menyerap,
mengatur dan mengolah informasi. Setiap orang cenderung mempunyai satu gaya
belajar yang menonjol. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan siswa
yang mempunyai gaya belajar berbeda bercampur, belajar bersama, dan saling
berinteraksi dalam kelompoknya masing-masing. Dari hasil analisis data
diperoleh informasi bahwa siswa dengan Gaya Belajar kinestetik dan visual
masing-masing memperoleh rerata prestasi 60,37 dan 61,05 dengan p-value =
0,783, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh gaya belajar
terhadap prestasi belajar IPA pada materi listrik dinamis.
4. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil maupun lab virtuil
dengan masing-masing keunggulan dan kekurangannya sedikit banyak akan
membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa dengan kemampuan awal berbeda saling berbaur, bertukar
pikiran, saling belajar, saling bekerjasama merangkai peralatan lab, membaca alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
ukur, dan sebagainya dengan teman dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil
analisis data menunjukkan p-value interaksi model lab dan Kemampuan awal =
0,233 > 0,050, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara penggunan
lab dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar IPA pada materi listrik
Dinamis.
5. Penggunaan lab dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dengan
gaya belajar berbeda saling bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam
kelompoknya dalam mempelajari meteri yang diajarkan di kelas. Dua kesimpulan
sebelumnya yaitu penggunaan lab riil dan lab virtuil tidak berpengaruh terhadap
prestasi belajar, dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadapa prestasi belajar.
Dari hasil analisis data diperoleh p-value interaksi Lab dan Gaya Belajar = 0,233
> 0,050, sehingga disimpulkan tidak Ada interaksi antara penggunaan lab
pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi
listrik Dinamis.
6. Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dengan kemampuan awal berbeda
dan gaya belajar berbeda berbaur untuk mempelajari materi yang diberikan
secara bersama-sama. Dua keputusan sebelumnya yaitu Kemampuan awal
berpengaruh signifikan terhadap prestasi sedangkan Gaya Belajar tidak
berpengaruh signifikan terhadap prestasi Dari hasil analisis data diperoleh p-
value interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,381 > 0,050, jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara Kemampuan awal dengan
gaya belajar terhadap prestasi IPA pada materi listrik dinamis. Secara parsial
berdasarkan hasil uji di atas, hanya Kemampuan awal yang menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
pengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi, logis apabila kedua variabel ini
menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap prestasi belajar IPA.
7. Respon positif siswa selama proses belajar masih terfokus pada penggunaan Lab
Riil bagi siswa dengan gaya belajar visual dan pada lab virtuil untuk siswa
dengan gaya belajar kinestetik, belum bisa secara bersama dengan faktor lain
untuk menghasilkan interaksi maksimal. Dari hasil analisis data diperoleh p-
value interaksi antara Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,875 > 0,050,
sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran,
Kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi
listrik dinamis.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil tidak
memberikan efek yang signifikan pada prestasi belajar, artinya pembelajaran
fisika pada konsep listrik dinamis dapat menggunakan lab riil maupun lab virtuil.
b. Kemampuan awal yang dimiliki siswa sangat berpengaruh pada prestasi belajar,
artinya siswa dengan kemampuan awal tinggi mampu menyesuaikan diri untuk
mempelajari materi berikutnya yang relevan dengan kemampuan awal yang
dimilikinya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal
rendah, sehingga didalam mengajar, guru harus selalu berusaha meningkatkan
kemampuan siswa pada konsep/materi pelajaran yang menjadi prasyarat materi
pelajaran lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
c. Gaya belajar yang dimiliki siswa tidak berpengaruh pada prestasi belajarnya,
artinya siswa yang mempunyai gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang
sama dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, sehingga perbedaan
gaya belajar ini tidak bisa dijadikan patokan gaya belajar mana yang lebih baik.
d. Tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap
prestasi belajar IPA, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar pada siswa yang
mempunyai kemampuan awal tinggi maupun rendah dalam pembelajaran yang
menggunakan lab riil dan virtuil, jadi kemampuan awal tidak bisa dijadikan
acuan untuk menentukan penggunaan lab mana yang lebih baik dalam
meningkatkan prestasi belajar karena keduanya memberikan efek yang sama.
e. Tidak Ada interaksi antara lab pembelajaran dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar, prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual
maupun kinestetik prestasi belajarnya sama jika diberi pembelajaran
menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Jadi gaya belajar tidak bisa dijadikan
patokan untuk menentukan penggunaan jenis lab mana yang lebih baik, karena
kedua jenis lab memberikan hasil yang sama pada kedua jenis gaya belajar.
f. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar, kemampuan awal yang berbeda jika ditinjau dari gaya belajar
yang berbeda tidak memberikan efek yang signifikan pada prestasi belajar,
sehingga kemampuan awal tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan gaya
belajar mana yang cocok untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa dengan
kemampuan awal tinggi maupun rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
g. Tidak ada interaksi antara lab pembelajaran, kemampuan awal dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar, sehingga penggunaan lab riil maupun virtuil tidak
berpengaruh pada perbedaan kemampuan awal dan gaya belajar siswa.
Kemampuan awal tinggi maupun rendah juga tidak berpengaruh pada perbedaan
jenis lab dan gaya belajar, demikian juga dengan perbedaan gaya belajar
seseorang tidak bisa dijadikan pedoman untuk menentukan kemampuan awal apa
dan jenis lab apa yang sesuai utnuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan
dengan Lab Riil dan Virtuil ternyata mendapatkan prestasi belajar IPA yang
memenuhi harapan, dengan Lab Virtuil sebagai pilihan utamanya. Lab Virtuil
mampu menjadikan konsep yang dibelajarkan menjadi lebih mudah diterima. Oleh
sebab itu, untuk meningkatkan prestasi belajar IPA khusus pada materi listrik
dinamis sebaiknya diberikan melalui Lab Virtuil.
C. SARAN-SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Saran untuk Guru
Dalam menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan kelompok harus
selalu diawasi agar tidak ada anak yang melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
semestinya yang tidak berhubungan dengan proses belajar, hal ini sangat rentan
terjadi karena siswa yang heterogen berbaur menjadi satu dalam kelompok bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
terjadi gesekan-gesekan emosional antar siswa, juga perlu diawasi agar tidak ada anak
yang tidak melakukan apa-apa atau diistilahkan sebagai pembonceng yang hanya
mengikuti keputusan kelompok saja juga perlu diperhatikan agar suasana belajar
kelompok tidak menimbulkan kegaduhan yang dapat mengganggu kelas lain.
Penggunaan Lab juga harus diawasi karena anak bisa saja menggunakan
peralatan lab untuk bermain atau melakukan kegiatan selain yang di tugaskan dalam
LKS. Terutama untuk lab riil yang berhubungan langsung dengan listrik sangat perlu
diawasi keamanannya. Sedangkan untuk lab virtuil yang menggunakan komputer,
siswa perlu diawasi karena ada anak yang menggunakan komputer bukan untuk
memahami materi IPA, tetapi komputer digunakan untuk bermain game, atau
program lain yang tidak sesuai dengan LKS.
2. Saran untuk Sekolah
Peralatan dalam Lab sebaiknya ditambah agar siswa bisa melakukan kegiatan
praktikum dengan lebih leluasa, akan lebih baik jika dalam satu kelompok tidak
hanya disediakan satu set perangkat praktikum agar semuanya bisa melaksanakan
praktikum secara langsung. Kekurangan peralatan ini menyebabkan siswa
menganggur, dan ini sangat rentan disalah guanakan oleh siswa. Lab juga perlu
diperluas agar dalam melakukan praktikum siswa tidak berdesak-desakan, terutama
dalam Lab Komputer, karena dengan berdesak-desakan tersebut mengakibatkan siswa
tidak konsentrasi dan tidak fokus pada pelajaran. Jumlah komputer juga perlu
ditambah agar lebih banyak siswa yang melakukan praktikum secara langsung, tidak
hanya melihat pekerjaan teman dalam satu kelompok saja. Disamping itu, letak lab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
sebaiknya tidak terlalu dekat dengan kelas agar suasana praktikum tidak mengganggu
kelas lain.
3. Saran untuk Para Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang Lab yang tepat
digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi yang
dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek setiap Lab pembelajaran
karena setiap anak memiliki keunikan dan gaya belajarnya sendiri. Penelitian
mengenai penerapan metode dan Lab lain yang dapat mempermudah siswa dalam
memecahkan permasalahan dalam belajar IPA terutama yang berkaitan dengan
pemilihan model pembelajaran di Lab masih perlu dilakukan.
Secara khusus, penelitian menggunakan metode kooperatif yang dilengkapi Lab
ini sebaiknya mempunyai alokasi yang lebih panjang dibandingkan waktu normal
karena siswa memerlukan waktu yang lebih banyak untuk berdiskusi dengan teman,
merangkai peralatan, menjawab kuis yang ada dalam LKS dan sebagainya agar materi
yang diajarkan bisa tuntas dalam pertemuan tersebut. Jika memungkinkan diperlukan
seorang asisten atau laboran yang siap mengatasi kendala-kendala teknis dalam
pelaksanaan praktikum agar pelaksanaan KBM berjalan lancar dan tertib.