parasit yang menyerang ikan mas Cyprinus carpio

74
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dikembangbiakkan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan dan makanan yang tersedia. Selain itu juga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan karena mudah untuk dipijahkan. Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat pembudidaya ikan adalah munculnya serangan penyakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lambat, padat tebar sangat rendah, konversi ikan menjadi sangat tinggi, periode pemeliharaan menjadi sangat lama, dan ini berarti meningkatnya biaya produksi. Pada tahap lanjut serangan penyakit dan gangguan hama tidak hanya mengakibatkan kegagalan panen, berarti mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.

Transcript of parasit yang menyerang ikan mas Cyprinus carpio

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis

ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak

dikembangbiakkan karena memiliki daya adaptasi yang

tinggi terhadap kondisi lingkungan dan makanan yang

tersedia. Selain itu juga memiliki potensi yang baik

untuk dikembangkan karena mudah untuk dipijahkan.

Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi

penghambat pembudidaya ikan adalah munculnya serangan

penyakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama

dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat

lambat, padat tebar sangat rendah, konversi ikan

menjadi sangat tinggi, periode pemeliharaan menjadi

sangat lama, dan ini berarti meningkatnya biaya

produksi. Pada tahap lanjut serangan penyakit dan

gangguan hama tidak hanya mengakibatkan kegagalan

panen, berarti mengakibatkan kerugian ekonomi yang

besar.

2

Penyakit ikan biasanya timbul karena adanya

ketidak seimbangan interaksi antara lingkungan, inang

(ikan) dan organisme penyebab penyakit. Organisme

penyebab penyakit salah satunya adalah parasit. Parasit

adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau di

luar tubuh organisme lain, yang memperoleh makanan dari

inangnya tanpa ada kompensasi apapun (Ghufran,

2004).Parasit yang menyerang ikan dibedakan dalam dua

kelompok yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit

adalah parasit yang hidupnya di dalam organ tubuh ikan

seperti saluran pencernaan, hati, otot, dan darah,

sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidupnya di

bagian luar tubuh ikan seperti kulit, sirip, insang,

mulut, mata dan anus (Aryani et al., 2004)

Menurut Daelami ( 2001 b) adanya infeksi

ektoparasit pada bagian tubuh ikan dapat menyebabkan

beberapa gangguan pada organ, jaringan tubuh maupun

perilaku ikan secara umum. Tubuh ikan akan memberi

reaksi terhadap serangan parasit tersebut, sehingga

terjadi pembengkakan dan terganggunya sistem pertahanan

tubuh. Lukistyowati (2005) menyatakan bahwa infeksi

3

ektoparasit antara lain dapat menyebabkan perubahan

tingkah laku, perubahan warna tubuh ikan, penurunan

nafsu makan, pertumbuhan lambat, kerusakan fisik, daya

adaptasi menurun dan penurunan kualitas produksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan praktek magang tentang

identifikasi ektoparasit pada ikan mas (Cyprinus carpio L)

di Balai Budi daya Air Tawar (BBAT) Jambi

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk

mengetahui jenis-jenis parasit yang menyerang dan

mengetahui tingkat prevalensi kejadian dan intensitas

parasit tertinggi yang menginfeksi ikan mas (Cyprinus

carpio L) yang dibudidayakan di Balai Budi Daya Air

Tawar (BBAT) Jambi.

1.3. Manfaat

Manfaat praktek magang adalah dapat memberikan

informasi tentang jenis-jenis parasit yang menyerang

ikan mas (Cyprinus carpio L) yang dibudidayakan di Balai

Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi sehingga dapat

4

dilakukan tindakan pencegahan infeksi parasit terhadap

ikan mas (Cyprinus carpio L).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio

L)

Menurut Khairuman (2008) klasifikasi ikan mas

adalah Phylum Chordata, Subphyllum Vertebrata, Superclass Pisces,

Class Osteichthyes, Subclass Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Subordo

Cyprinoidea, Family Cyprinidae, Subfamily Cyprininae, Genus Cyprinus,

Species Cyprinus carpio L.

Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio L)

Tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak

(compressed). Mulut terletak diujung tengah (terminal)

dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian anterior

mulut terdapat 2 pasang sungut. Secara umum, hampir

5

seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Hanya

sebagian kecil saja bagian tubuhnya yang tidak tertutup

oleh sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan

digolongkan dalam sisik tipe sikloid. Selain itu, tubuh

ukin mas juga dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung

(dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian

belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir, yaitu

sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak permukaan

sirip punggung bersebrangan dengan permukaan sirip

perut (vebtral). Sirip dubur (anal) yang terakhir

bergerigi. Linea lateralis (gurat sisi) terletak di

pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai

ke ujung belakang pangkal ekor, gurat sisi pada ikan

mas tergolong lengkap. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan)

terdiri dari 3 baris yang berbentuk gigi geraham

(Suseno, 2004).

2.2. Ektoparasit Yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio

L)

Ektoparasit banyak ditemukan pada organ insang dan

kulit tubuh ikan. Biasanya ektoparasit ditemukan pada

ikan-ikan yang dibudidayakan pada kondisi perairan yang

6

kurang baik atau kotor dengan kepadatan ikan yang

tinggi (Ghufran, 2004).

Ghufran (2004) menyatakan ikan yang terserang

penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat

(tampak jelas pada ikan berwarna gelap) dan berlendir.

Serangan parasit pada insang menyebabkan ikan sulit

bernapas, tutup insang menjadi pucat. Pada lembaran

insang sering terlihat bintik-bintik merah karena

pendarahan kecil (peradangan). Jenis-jenis parasit yang

sering menyerang ikan mas antara lain :

2.2.1. Dactylogyrus sp.

Kabata (1985) menyebutkan bahwa klasifikasi

Dactylogyrus sp. digolongkan kelas Monogenea, subkelas

Polyonchoinea, ordo Dactylogyridea, famili

Dactylogyridae, genus Dactylogyrus dan spesies

Dactylogyrus sp.

Daelami (2001 a) menyatakan Dactylogyrus sp.

merupakan jenis cacing yang biasanya menyerang pada

insang. Cacing ini berbentuk pipih, pada ujung badan

dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan

penghisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan

7

kulit tidak terlihat cerah lagi. Sirip ekor rontok dan

tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna. Ikan

yang dijangkiti parasit ini akan menggosok-gosokan

badan ke dasar kolam.

Parasit ini selalu terdapat bersama-sama pada

satu inang dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan.

Parasit ini akan meninggalkan tubuh ikan bila ikannya

mati, kemudian larva yang baru menetas dari Dactylogyrus

sp. siap mencari ikan baru. Ikan yang menjadi inang

yang baru ditemukan adalah ikan yang telah terjangkiti

oleh parasit lain. Bila selama sepuluh jam setelah

lepas ke perairan belum menemukan ikan, parasit ini

akan mati (Daelami, 2001 a).

2.2.2. Gyrodactylus sp.

Menurut Kabata (1985) Gyrodactylus sp. digolongkan

ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas

Trematoda, ordo Monogenea, famili Gyrodactylidae, genus

Gyrodactylus, spesies Gyrodactylus sp. Hewan parasit ini

termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Ciri-ciri

dari parasit ini adalah berbentuk pipih, berukuran

kurang dari 1 mm, bagian anterior bercabang dua dan

8

pada tiap lobus terdapat alat kepala, bagian posterior

terdapat haptor dengan pengait berukuran besar sebanyak

2 buah dan ditepi haptor terdapat 16 duri kecil, bagian

kepala tidak terdapat titik mata, hanya ada kelenjar,

usus bercabang dua, ovarium berbentuk V dan terletak di

bagian ventral atau posterior dari testis.

2.2.3. Ichthyophthirius multifilis

Handajani (2005) menyatakan bahwa klasifikasi

dari jenis parasit Ichthyophthirius multifiliis digolongkan ke

dalam phylum protozoa, subpylum Ciliophora, kelas

Ciliata, subkelas Asperigira, ordo Holotrichia, genus

Icthyopthirius, spesies Ichthyophthirius multifiliis.

Parasit Ichthyophthirius multifilis biasanya menyerang

lapisan epidermis dari tubuh, sirip dan insang. Jadi

parasit ini digolongkan ke dalam ektoparasit (Aryani et

al., 2011). Ciri morfologi “Ich” dijelaskan dalam

Kabata (1985). Tubuh berbentuk bulat sampai oval,

diameter 50-100 µm, serta ditutupi silia yang teratur

kecuali bagian interior yang berbentuk lingkaran

disebut sitostoma. Makronukleus besar dan berbentuk

9

seperti tapal kuda. Mikronukleus tidak terlihat tanpa

pewarnaan.

Gejala yang ditimbulkan pada ikan yang terinfeksi

adalah : terjadinya iritasi, ikan menggosok-gosokan

tubuh ke pinggir kolam atau akuarium. Pada infeksi

lebih lanjut ikan terlihat meloncat-meloncat ke

permukaan air dan megap-megap di permukaan untuk

mengambil udara, nafsu makan berkurang, terjadi

perubahan warna, gerakan menjadi lambat, dan tidak

respon terhadap rangsangan, tubuh ditutupi oleh lendir

yang tebal (Aryani et al., 2011).

2.2.4. Tricodina sp.

Klasifikasi dari parasit Trichodina sp. menurut

Kabata (1985) adalah sebagai berikut : Filum protozoa,

Sub filum Ciliophora, Klas  Ciliata, Ordo Petrichida,

Sub ordo Mobilina, Famili Trichodinidae, Sub famili

Trichodininae, dan Genus Trichodina.

Parasit ini di Indonesia ditemukan pada ikan

Cyprinus carpio, Helostoma temminckii, Hypopthalminchtys molitrix,

Osphronemus gouramy, Osteochilus hasellti, Puntius javanicus, Tilapia

mossambica, Trichogaster pectoralis (Kabata, 1985).

10

Trichodina sp. dapat menyebabkan penyakit gatal pada

ikan. Bagian tubuh yang diserang yaitu kulit, sirip,

dan insang. Ikan yang telah terserang memiliki bintik-

bintik putih terutama pada kepala dan punggung. Nafsu

makan ikan turun sehingga ikan kurus dan pergerakannya

lemah, produksi lendir bertambah sehingga ikan tampak

mengkilap dan sering pula ditemukan pendarahan.

Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama

hidupnya berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan

diri dari inangnya (ikan). Penularannya terjadi melalui

kontak langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang

telah terjangkiti parasit (Daelami, 2001 a).

2.2.5. Chilodonella

Chilodonella sp. Berkembang biak pada suhu 0,5-20 °C.

Dalam kondisi yang tidak baik, akan membentuk kista.

Chilodonella sp. tidak dapat hidup tanpa adanya inang dalam

jangka waktu lebih dari 12-24 jam (Purbomartono et al.,

2010). Chilodonella sp. berbentuk seperti serpihan daun,

berukuran 30-70 x 20-40 µm.

11

2.2.6. Lernea sp.

Jenis Lernea yang banyak ditemukan menyerang ikan

air tawar adalah Lernea cyprinacea, yaitu sejenis udangan

renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing .

Pada bagian kepalanya terdapat organ yang mnyerupai

jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan

cacing jangkar (anchor worm). Dengan perantaraan organ

ini cacing jangkar menempelkan dirinya ketubuh ikan

(Ghufran, 2004).

Menurut Ghufran (2004) selama hidupnya cacing

jangkar mengalami tiga kali perubahan tubuhnya, yaitu

nauplius, copepodid dan benutuk dewasa. Lamanya satu

siklus hidup tergantung dari temperatur lingkungan, di

Indonesia umumnya mencapai 21-25 hari.

Hampir semua jenis ikan air tawar terserang

parasit Lernea sp. terutama pada pembenihan dan

pendederan. Bagi benih ikan yang terinfeksi dalam

stadium awal dapat diobati dengan merendamnya dalam

larutan formalin 25 cc/m3 selama 15 menit, atau

perendaman dengan dylox sebanyak 20 ppm selama 15

12

menit, dan dapat juga dipakai dengan cara menambahkan

pada makanan sebesar 0,25% (Ghufran, 2004).

2.2.7. Myxobolus sp.

Menurut Gufran (2004) siklus hidup Myxobolus sp.

belum diketahui dengan pasti. Jika biintil pecah, spora

yang ada didalamnya menyebar seperti plankton. Spora

mempunyai ukuran 10-20 mikron (0,01-0,02 mm), sehingga

sering tertelan oleh ikan dalam usus ikan spora ini

akan melepaskan sejenis anak panah yang terikat dengan

semacam benang halus ke polar kapsulnya. Jika spora ini

dapat mencapai dinding usus, spora akan bergantungan

pada dinding usus. Selanjutnya dinding spora akan akan

larut dan keluarlah binatang yang dapat bergerak

seperti amuba. Binatang ini akan masuk ke saluran darah

dan meyebar keseluruh tubuh untuk membentuk bintil baru

yang siap menyebarkan spora. Penyebaran spora ini dapat

terjadi jika ikan mati atau melalui luka pada tubuh

ikan.

Ikan yang terserang myxobolus menunjukkan gejala-

gejala berupa timbulnya bintil berwarna kemerah-

merahan, yang sebenarnya bintil ini adalah kumpulan

13

dari spora. Bintil ini sering menyebabkan tutup insang

ikan selalu terbuka. Pada insang ikan yang terserang

terdapat benjolan menyerupai tumor, sehingga terjadi

gangguan pada sirkulasi pernapasan, nekrosis, serta

penurunan fungsi organ pernapasan (Gufran, 2004).

2.3. Pencegahan dan Penanganan Terhadap Ektoparasit

Menurut Munajat dan Budiana (2003) pencegahan

parasit dapat dilakukan peternak ikan antara lain,

secara mekanik, kimia, atau biologis. Agar hasil

memuaskan, pemilihan teknik harus sesuai dengan kondisi

lingkungan.

Penanggulangan untuk mencegah terjadinya serangan

parasit dalam kolam atau tambak dapat dilakukan dengan

menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang

sering dijadikan obat antara lain yaitu formalin,

hidrogen peroksida, antibiotik (prefuran), methylen blue,

malacyte green, dan lainnya serta untuk mencegah

terjadinya penyakit pada kegiatan budidaya, saat ini

sudah dikembangkan beberapa metode, diantaranya

pemberian probiotik atau persaingan antara faktor-

faktor biologis. Alternatif yang sering dilakukan

14

adalah vaksinasi atau indikasi kekebalan. Selain vaksin

juga dilakukan tindakan pemberian imunostimulan berupa

vitamin C (Ilmiah, 2007).

Vitamin C merupakan bahan yang dapat meningkatkan

daya tahan tubuh benih yang dapat berfungsi sebagai

stimulan untuk sistem pertahanan tubuh non spesifik

sehingga merupakan suatu komponen penting untuk

meningkatkan kekebalan non spesifik (Secombes, 1994).

2.4. Kualitas Air

Menurut Cahyono (2000) kebersihan air sangat

berpengaruh terhadap kesehatan ikan. Sumber air yang

bersih adalah sumber air yang bukan digunakan untuk

pembuangan limbah industri, sumber air yang belum

terpolusi oleh bahan berbahaya. Kriteria beberapa

parameter kualitas air yang layak untuk budidaya ikan

mas (Cyprinus carpio L) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan mas (Cyprinus carpio L)

Parameter Kualitas Air Kisaran OptimumSuhu Air 24 – 28 °C

DO 4-6 mg/L

15

pH 6,5 – 8,5

Amoniak 2,4 ppmSumber : Cahyono, 2000

16

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang ini dilaksanakan pada 23 Januari

sampai 21 Februari 2014 bertempat di Laboratorium

Penguji Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi yang

terletak di Jl. Sungai Gelam, Kec. Sei Gelam, Kab.

Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam mengidentifikasi adalah

ikan mas (Cyprinus carpio L) sebanyak 30 ekor yang sakit

dan akuades. Kriteria ikan sakit nafsu makan turun

atau hilang, berenang pasif, perubahan warna ikan

menjadi lebih gelap atau pucat, pertumbuhan lambat,

adanya luka dan pendarahan di tubuh terutama pada

bagian sekitar mulut, sirip dan ekor,

Alat yang digunakan dalam mengidentifikasi

parasit pada ikan mas (Cyprinus carpio L) ini yaitu

dissecting, mikroskop, kamera digital, monitor, gunting

bedah, ember, tangguk, baskom plastik, pipet tetes,

17

kertas tisu, pengagaris, kaca objek dan cover glass

serta alat untuk mengukur kualitas air seperti

thermometer, pH meter, dan DO meter.

3.3. Metode Praktek

Metode yang akan digunakan adalah metode praktek

secara langsung, serta melakukan pengamatan di lapangan

dan di laboratorium untuk memperoleh data-data atau

keterangan yang aktual. Metode pemeriksaan pada sampel

ikan dilakukan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan

parasit. Selain itu, untuk mendapatkan data primer

dilakukan tanya jawab antara pegawai dan pembimbing

lapangan. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari

instansi terkait yang berhubungan dengan data yang

diperlukan, serta ditambahkan melalui studi pustaka

dari buku – buku, jurnal dan literatur lainnya.

3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan berasal dari kolam Balai

Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi. Sampel ikan yang

diambil menunjukkan gejala klinis terserang parasit,

sampel harus dalam keadaan hidup karena sifat parasit

yang hidupnya menempel pada inang yang masih hidup.

18

Pengukuran parameter kualitas air pada kolam

pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio L) yang diukur

adalah suhu, pH, DO, dan NH3.

3.3.2. Pemeriksaan Ektoparasit

Pemeriksaan parasit yang dilakukan selama praktek

Magang di BBAT Jambi mengacu pada pedoman teknik

diagnosa penyakit ikan BBAT Jambi dan Japan International

Corporation Agency (JICA), 2002. Langkah pertama yang harus

dilakukan dalam pemeriksaan ektoparasit adalah dengan

membuat preparat dari permukaan tubuh, sirip dan

lamella insang.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

pemeriksaan keberadaan ektoparasit pada permukaan tubuh

ikan adalah mengerok (scrapping) permukaan tubuh ikan

menggunakan scapel, hasil scrapping diletakkan ke objek glass

yang telah diberi akuades kemudian tutup dengan cover

glass.

Langkah-langkah pemeriksaan ektoparasit pada

insang antara lain memotong beberapa lamella insang,

hasil pemotongan diletakkan ke objek glass yang telah

diteteskan akuades kemudian tutup dengan cover glass.

19

Langkah-langkah pemeriksaan ektoparasit pada sirip

antara lain memotong bagian sirip , hasil pemotongan

diletakkan ke objek glass yang telah diteteskan akuades

kemudian tutup dengan cover glass. Preparat yang telah

dibuat selanjutnya diperiksa menggunakan mikroskop

dengan perbesaran 400-1000 x.

Gambar 2: Preparat Gambar 3: Pengamatanparasit

3.3.3. Perhitungan Data Praktek Magang di BBAT Jambi

Perhitungan dilakukan untuk mengetahui nilai

intensitas dan prevalensi parasit yang terdapat pada

ikan sampel. Perhitungan data intensitas dan prevalensi

parasit pada ikan mas (Cyprinus carpo L) di Balai Budi

Daya Air Tawar Jambi.

a. Intensitas

20

Menurut Dogiel et al., (1970), intensitas adalah nilai

keseringan suatu parasit yang menginfeksi ikan sampel

dibagi dengan jumlah total ikan sampel yang terinfeksi.

Data diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Intensitas = Jumlah total parasit yangmenginfeksi

Jumlah ikan sampel yang terinfeksi parasit

b. Prevalensi

Menurut Dogiel et al., (1970), prevalensi adalah

proporsi ikan sampel yang terinfeksi tiap-tiap spesies.

Data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Prevalensi = Jumlah ikan sampel yang terinfeksiparasit x 100%

Jumlah total ikan sampel yang diperiksa

3.4. Analisis Data

Data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan

21

pengamatan secara lansung dan wawancara lansung

berdasarkan quisioner dengan semua pihak yang terlibat

di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi selama

mengikuti magang. Data sekunder merupakan data yang

berasal dari instansi-instansi yang berkaitan dan

mendukung hasil Praktek Magang di Balai Budi Daya Air

Tawar Jambi. Data yang diperoleh dari di Balai Budi

Daya Air Tawar Jambi dikumpulkan dan ditabulasikan

dalam bentuk tabel serta dianalisis secara deskriptif

untuk memberikan gambaran tentang jenis-jenis parasit

pada ikan mas.

Data parasit yang dijumpai dikumpulkan dan

ditabulasikan dalam bentuk tabel serta di anallisis

secara statistik deskriptif untuk memberikan gambaran

tentang identifikasi ektoparasit (prevalensi dan

intensitas) yang menyerang ikan mas (Cyprinus carpio L).

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Balai Budidaya Air Tawar Jambi

Balai Budi Daya air tawar (BBAT) Jambi berlokasi

di Desa Sungai Gelam Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten

Muaro Jambi, 30 km di sebelah Timur dari Kota Jambi

dengan koordinat 01° 044’ 34,4’ LS,103° 0 45’00,9” BT

dan 35 m diatas permukaan laut (DPL).

Adapun batas desa ini adalah sebelah timur

berbatasan dengan Desa Petaling, Sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Margalama, Sebelah Utara

berbatasan dengan Desa Tangkit dan sebelah Selatan

berbatasan dengan kawasan transmigrasi. Luas areal 20

ha terdiri atas 4,8 ha perkolaman, 3,35 ha waduk, dan

11,85 daratan yang digunakan untuk perkantoran, asrama,

mess operator serta saran penunjang lainnya. Sumber air

berasal dari resapan lahan di sekitar Balai Budidaya

Air Tawar yang ditampung dalam tiga waduk/reservoir.

4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Budi Daya

Air Tawar Jambi

23

Untuk menunjang pelaksanaan program pembangunan

dan peningkatan produksi perikanan di Indonesia

sebagaimana tertuang dalam surat keputusan Menteri

Pertanian Nomor : 346/kpst/OT.210/5/94 Tanggal 6 Mei

1994, maka dibentuklah Loka Budidaya Air Tawar Jambi

yang berstatus  Eselon IV, dengan wilayah kerja

meliputi Indonesia barat. Berdasarkan surat keputusan

Menteri Eksploitasi Laut dan Perikanan Nomor : 66 tahun

2000 tanggal 31 Juli 2000 terjadi perubahan struktur

organisasi Loka Budidaya Air Tawar Jambi. sesuai

perkembangannya, pada tanggal 1 Mei 2000 Loka Budidaya

Air Tawar Jambi berubah menjadi Balai Budidaya air

Tawar Jambi yang berstatus eselon III, berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :

KEP.26-E/MEN/2001.

Balai Budi Daya Air Tawar jambi merupakan Unit

Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan

dibidang budidaya Air Tawar yang berada di bawah

tanggung jawab Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,

dengan wilayah kerja meliputi pulau Sumatera dan

Kalimantan.

24

4.1.2. Fungsi dan Tugas Pokok

Adapun fungsi dari Balai Budi Daya Air Tawar Jambi

adalah sebagai berikut :

Fungsi BBAT Jambi berdasarkan surat Keputusan Menteri

kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26-E/MEN/2001

Tanggal 1 Mei 2001, adalah :

1. Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan

standar pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar.

2. Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi

sistem mutu dan sertifikasi personil pembenihan

serta pembudidayaan ikan air tawar.

3. Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan

pengelolaan induk dasar ikan air tawar.

4. Pelaksanaan pengujian teknik pembenihan dan

pembudidayaan ikan air tawar.

5. Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan

serta pengendalian hama dan penyakit ikan air tawar.

6. Pengkajian standar pengendalian lingkungan dan

sumberdaya induk/benih ikan air tawar.

7. Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian,

pengawasan benih dan pembudidayaan air tawar.

25

8. Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan

publikasi pembenihan dan pembudidayaan ikan air

tawar.

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 

Tugas pokok dari Balai Budi Daya Air Tawar Jambi

itu sendiri yaitu melaksanakan penerapan teknik

pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar serta

pelestarian sumberdaya induk/benih ikan air tawar.

4.1.3. Visi dan Misi Balai Budi Daya Air Tawar Jambi

Visi : Balai Budi Daya Air Tawar Jambi sebagai

penghasil induk unggul dan teknologi terapan

budidaya air tawar terbesar.

Misi : Untuk mendukung visi yang telah ditetapkan, maka

misi yang di emban oleh BBAT jambi adalah

1. Mengembangkan rekayasa teknologi budi daya ikan air

tawar

2. Meningkatkan produksi induk dan benih unggul

3. Meningkatkan sisteminformasi IPTEK dan standarisasi

perikanan air tawar

4. Meningkatkan jasa pelayanan teknologi dan produksi

26

5. Melaksanakan supaya pelestarian sumberdaya ikan

(plasma Nutfah) dan lingkungan.

4.1.4. Organisasi dan Tata Kerja

Berdasarkan PERMEN   Kelautan dan

Perikanan   Nomor : PER 09/MEN/2006 tanggal  12 Januari

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budi Daya

Air Tawar, struktur organisasi BBAT Jambi terdiri atas:

a.       Kepala Balai

b.      Sub Bagian Tata Usaha

c.       Seksi Pelayanan Teknik

d.      Seksi Standardisasi Dan Informasi

e.       Kelompok Jabatan Fungsional

Dalam menjalankan tugasnya Balai Budi Daya Air

Tawar Jambi dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu

oleh Kasubbag, Kasi dan Kelompok Jabatan

Fungsional. Berikut adalah uraian tugas dari masing-

masing seksi dalam struktur organisasi mengacu pada

PERMEN Kelautan dan Perikanan No : 09/MEN/2006 :

1. Sub Bagian Tata Usaha :

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana,

program, dan anggaran, pengelolaan administrasi

27

keuangan, kepegawaian, jabatan fungsional, persuratan,

barang kekayaan milik negara dan rumah tangga, serta

evaluasi dan pelaporan

2. Seksi Pelayanan Teknik :

Mempunyai tugas melakukan pelayanan teknik kegiatan

pengembangan, penerapan, serta pengawasan teknik

perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar.

3. Seksi Standardisasi dan Informasi :

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan standar

teknik dan pengawasan perbenihan dan pembudidayaan ikan

air tawar, dan pengendalian hama dan penyakit ikan,

lingkungan, sumber daya induk dan benih ikan air tawar,

serta pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan

4. Kelompok Jabatan Fungsional :

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan,

pengujian, penerapan bimbingan penerapan

standar/sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan ikan

air tawar, pengendalian hama dan penyakit ikan,

pengawasan benih/budidaya dan penyuluhan serta kegiatan

lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan

28

fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pada kelompok jabatan fungsional ini dibagi dalam tiga

kelompok besar yaitu:

1. Kelompok Ikan Spesifik Lokal dan Ikan Hias

2. Kelompok Ikan siklid

3. Kelompok  Ikan Catfish

4. Kelompok  Nutrisi, Kesehatan Ikan dan Lingkungan

Bagan struktur organisasi balai budi daya air tawar

jambi

KEPALA BALAIIr. H. Mimid

Abdul Hamid Msc.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Mubinun Spi, M.Si

Kelompok Ikan

Spesifik Lokal dan Ikan Hias

Koordinator KelompokFungsional

Kepala SeksiPelayanan TeknisMashudi, Spi

Kepala Seksi StandarisasiDan InformasiYudho Adhitomo,

A.Pi

Kelompok  Nutrisi, Kesehatan Ikan dan

Lingkungan

Kelompok  Ikan Catfish

Kelompok Ikan siklid

29

Gambar 4: Struktur Organisasi di Balai Budi Daya Air

Tawar Jambi

4.1.5. Sumber Daya Manusia

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di BalaiBudi Daya Air Tawar Jambi

No Tingkat Pendidikan Jumlah1 Magister 72 Sarjana 313 Sarjana Muda 144 SLTA 315 SLTP 66 SD 9

Sumber : Data Sekunder Balai Budi Daya Air Tawar Jambi (2014)

Tabel 3 : Status kepegawaian No Status Jumlah1 PNS 702 Kontrak 29

Sumber : Data Sekunder Balai Budi Daya Air Tawar Jambi (2014)

4.1.6. Sarana dan Prasarana

30

            Dalam mendukung semua kegiatan di BBAT

Jambi, maka Balai dilengkapi dengan sarana dan

prasarana diantaranya:

A. Hatchery

Hatchery yang dimiliki oleh BBAT Jambi terdiri

atas: hatchery 1 ( patin siam, lele, baung), hatchery 2

(nila), hatchery 3 (jelawat) dan hatchery ikan

hias (gurami, arwana, botia)

B. Perkolaman

Perkolaman ini digunakan untuk kegiatan

pendederan, pembesaran, pemeliharaan induk serta untuk

kegiatan perekayasaan. Kolam yang ada di BBAT Jambi

terdiri dari : kolam Induk 600 m (10 buah), kolam

pendederan 500 m2 (15 buah) dan ukuran  250 m2 (28

buah), kolam pembesaran 1500 m2 (11 buah) dan ukuran

500 m2 (18 buah), kolam induk ikan hias 50 m2  (4

buah), bak nila 56  buah, bak pakan alami 5 ton (12

unit) 30 ton (7 unit),dan keramba jaring

apung  sebanyak 60 unit.

C. Laboratorium

31

Laboratorium di BBAT Jambi terdiri dari :

Laboratorium Nutrisi, kualitas air, kesehatan ikan dan

Laboratorium pakan alami, semua ini dugunakan untuk

kegiatan analisa kualitas air, pakan dan penyakit ikan.

            Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan

BBAT Jambi merupakan salah satu laboratorium yang telah

menerapkan Good Laboratory Practice serta dokumen

sistem manajemen mutu berdasarkan ISO/ICE 17025:2005.

Laboratorium ini telah TERAKREDITASI oleh Komite

Akreditasi Nasional (KAN) sejak Juni 2011 dengan nama

Laboratorium Penguji BBAT Jambi dengan Nomor : LP-519-

IDN. Keberadaan Laboratorium Pengujian BBAT Jambi

Merupakan salah satu komitmen dari BBAT Jambi, DJPB-KKP

dan memberikan pelayanan kepada masyarakat luas dalam

pengujian sampel ikan, air dan pakan

            Kegiatan pengujian yang dapat dilakukan di

laboratorium Pengujian BBAT Jambi antara lain :

1. Pengujian Virus

Pengujian Virologi, diagnosis KHV secara PCR

Peengujian Genetik, deteksi gen/alel anti KHV secara

PCR

32

2. Pengujian Parasit

Jenis parasit yang dapat diidentifikasi antara

lain: Argulus sp., Chillodonella sp., Centrocescus sp.,

Dactylogyrus sp, Epistylis sp., Ichthyophthirius multifiliis, Lernea sp.,

Glochidium sp., Gyrodactylus sp., Heneguya sp., Myxobolus sp.,

Oodinium sp., Trichordina sp.

3. Pengujian Bakteri

a. Identifikasi bakteri pathogen antara

lain: Edwardsiella ictaluri, Aeromonas hydrophila, Pseudomonas

sp., Streptococcus sp., Flavobacterium sp., Vibrio sp., dll

b. Penghitungan Angka Lempeng Total Bakteri (ALT) dan

Angka Lempeng  Total Bakteri Vibrio sp. (TBV)

4. Analisa Proksimat

    Meliputi kadar lemak, kadar air, kadar abu, kadar

protein dan serat kasar.

5. Pengujian Kualitas Air

Meliputi suhu, pH, Oksigen terlarut, Salinitas,

Alkalinitas, Kesadahan, Amoniak, Nitrat, Nitrit,

Fosfat, Total Nitrogen, TOM, COD, Turbiditas, dll

6. Pengujian Logam Berat dan Residu Antibiotik

a. Pengujian Logam Berat

33

Meliputi Kalium (ca), Cadmiun (cd), Copper (Cu),

Magnesium (Mg), Mangan (Mn), Fe, Timbal/Lead (Pb),

Natrium/Sodium (Na), Kalium/pottasium (K) Zinc

(Zn), Total Mercury (Hg).

b. Pengujian Residu Antibiotik

Meliputi; Chloramphenicol, Oxytetracycline,

Nitrofuran (AOZ) dan Nittrofuran (AMOZ).

D. Jaringan Listrik

            Kapasitas terpasang jaringan listrik yang

ada di BBAT Jambi sebesar 60 KVA berasal dari PLN Rayon

Kota Baru Jambi. Untuk menanggulangi terjadinya ganguan

pemadaman listrik dari PLN maka disiapkan juga

Generator Set (Genset) sebanyak 3 unit dengan kapasitas

masing-masing 60 KVA (1 unit) , 150 KVA (1 unit), 20

KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit)

E. Gedung

             Gedung yang dimiliki BBAT Jambi terdiri

atas: gedung perkantoran 240 m2, aula 170 m2, gedung

pejabat fungsional 120 m2, perpustakaan 100 m2, asrama

4 kopel (3 kopel @ 90 m2, ),  1 kopel 100 m2, mess

operator tipe 21 (7 unit), tipe 45 (18 unit), tipe 70 (

34

5 unit), tipe 36 (10 unit) bangunan gudang (5 unit),

dan bengkel ( workshop).

F. Sarana Transportasi

BBAT Jambi ditunjang oleh beberapa kendaraan

operasional antara lain: kendaraan roda enam /truk (2).

Kijang minibus (6), kijang pick up ( 1), isuzu ELF

minibus (1), mitsubushi L-300 (1), KIA Travello (1),

kendaraan roda 3 (1), Kendaran roda2 (4), dan kendaraan

roda 4 ( 1 buah tidak layak pakai). Motor Revo 5 unit.

4.2. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus

carpio L)

Hasil pengamatan identifikasi ektoparasit yang

dilakukan selama praktek magang ditemukan jenis-jenis

parasit yang menyerang ikan mas di kolam semi permanen

B 11 dan B 12 dengan memperhatikan tingkat prevalensi

dan juga intensitas parasit yang terjadi.

4.2.1. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas(Cyprinus carpio L) Kolam B 11

Pengamatan parasit ikan mas kolam B 11 dengan

menghitung tingkat prevalensi dan intensitas parasit

dapat dilihat pada Tabel 4 pengamatan dilakukan 2 kali.

35

Tingkat prevalensi kejadian parasit yang tertinggi

Dactylogyrus sp. dan Lernea sp., yakni 29 %. Sedangkan

Trichodina sp., 14 % serta Chilodonella sp., Gyrodactylus

sp., Glochidium sp., Myxobolus sp. 7 %. Tingkat

intensitas parasit yang tertinggi yaitu 15,5 pada

parasit Dactylogyrus sp. Sedangkan intensitas terendah

pada parasit Lernea sp. dan Chilodonella sp. yakni

masing-masing nilai intensitasnya 2.

Tabel 4. Prevalensi dan intensitas masing - masingparasit yang ditemukan pada ikan mas sampeldari kolam B 11

Nama parasit

Totalikansampel(ekor)

Jumlahikan

terinfeksi (ekor)

Totalparasityang

menginfeksi (indvatau sel)

Prev(%)

Intensitas

Dactylogyrus

sp. 10 4 62 29 15.5Lernea sp. 10 4 8 29 2Chilodonella

sp. 10 1 2 7 2Gyrodactylus

sp. 10 1 4 7 4Glochidium

sp. 10 1 3 7 3Tricodina

sp. 10 2 15 14 7.5

36

Myxobolus 10 1 1 7 1Ket = Indv : Individu, Prev (% ): Prevalensi

Pada pengamatan ikan mas dari kolam B 11 ,

kondisi ikan yang terjangkit parasit dan penyakit dapat

dilihat dengan lendir yang banyak dan insang telihat

membiru. Ikan dalam keadaan stress mengakibatkan

penularan parasit dapat berjalan cepat terutama pada

parasit Dactylogyrus sp. dan Lernea sp. yang memiliki

nilai prevalensi tertinggi yakni 29 %. Tingginya nilai

prevalensi satu faktor bahwa siklus hidup parasit yang

berlangsung dengan cepat dalam kondisi siklus budidaya,

karena parasit ini tidak memerlukan inang perantara

dalam siklus hidupnnya (Aryani et al., 2011).

Intensitas parasit Dactylogyrus sp. juga tinggi

yakni bernilai 15,5 dari sepuluh sampel ikan empat ikan

sampel terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. Kedaan ikan

yang banyak stress memicu parasit mudah menyerang tubuh

ikan, terutama pada pagi hari dimana kondisi perairan

yang sedikit mengandung oksigen terlarut mengakibatkan

ikan lemas kekurangan oksigen memberikan kesempatan

pada parasit untuk menyerang ikan. Diagram prevalensi

37

kejadian dan intensitas parasit tertinggi dan terendah

pada ikan mas di kolam B 11 (Gambar 5).

Gambar 5. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit

Ikan Kolam B11

4.2.2. Identifikasi ektoparasit Pada Ikan Mas(Cyprinus carpio L) Kolam B 12

Pengamatan parasit pada ikan mas kolam B 12

dengan menghitung tingkat prevalensi dan intensitas

parasit dapat dilihat pada Tabel 5 pengamatan dilakukan

sebanyak 4 kali pemeriksaan pada tanggal 5, 7, 14 dan

19 Februari 2014. Tingkat prevalensi kejadian parasit

38

yang tertinggi 35 % pada parasit Dactylogyrus sp

sedangkat tingkat prevalensi terendah 5 % Myxobolus.

Tingkat intensitas parasit yang tertinggi yaitu 18,7

pada parasit Tricodina sp. Sedangkan intensitas terendah

pada parasit Myxobolus sp. yakni bernilai 2.

Tabel 5. Prevalensi dan intensitas masing -masingparasit yang ditemukan pada ikan mas sampeldari kolam B 12.

Nama parasit

Totalikansampel(ekor)

Jumlahikan

terinfeksi (ekor)

Totalparasityang

menginfeksi (indvatau sel)

Prev(%)

Intensitas

Dactylogyrus

sp. 20 7 86 35 12.3Lernea sp. 20 2 6 10 3.0Chilodonella

sp. 20 2 12 10 6.0Gyrodactylus

sp. 20 2 8 10 4.0Glochidium

sp. 20 3 13 15 4.3Tricodina

sp. 20 3 56 15 18.7

39

Myxobolus 20 1 2 5 2.0Ket = Indv : Individu, Prev (% ): Prevalensi

Pada ikan mas di loma B 12 presentase ikan yang

terserang ikan yang terinfeksi seluruh ikan

(prevalensi) tertinggi yaitu pada parasit Dactylogyrus sp.

35 % dan 15 % pada parasit Tricodina sp. Intensitas

parasit Tricodina sp. juga tinggi yakni mencapai 18.7.

Intensitas dan prevalensi Tricodina sp. tinggi diduga

karena parasit Tricodina sp. hidup dengan cepat pada

kondisi kolam yang tergenang dan biasanya menyerang

pada ikan stadia ikan ukuran benih atau pendederan.

Gambar 6. Diagram prevalensi dan Intensitas

Parasit Ikan Kolam B12

4.2.3. Dactylogyrus sp.

40

Penyerangan Dactylogyrus sp. banyak ditemukan pada

insang ikan mas. Dactylogyrus sp. sering menyerang pada

bagian insang ikan air tawar, payau dan laut.

Dactylogyrus sp. menginfeksi insang semua jenis ikan air

tawar, terutama ukuran benih.

Ikan mas yang terinfeksi Dactylogyrus sp.

memproduksi lendir yang berlebihan. Menurut Irianto

(2005) menyatakan Dactylogyrus sp. cenderung melekat pada

insang dengan haptor, menginfeksi hampir semua ikan air

tawar terutama cyprinid. Infestasi Dactylogyrus sp. akan

merangsang sekresi mucus berlebihan dan dapat

menyebabkan tepi lamella insang tercabik atau luka.

Gambar 7. Insang terinfeksi Dactylogyrus sp. (Pembesaran

1000x)

41

Dari pengamatan selama praktek kandungan oksigen

terlarut pada pagi hari cenderung rendah. Keadaan

insang pada saat pengamatan cenderung berlendir dan

lamella insang menyatu satu sama lain serta memucat

seperti pada Gambar 7.

Menurut Ghufran (2004) penanggulangan penyakit

Dactylogiriasis dilakukan dengan pemberian pakan yang cukup

terutama ikan-ikan yang berukuran benih (1,5-5 cm),

segera pindahkan kelurkan dari kolam atau matikan jika

ikan menunjukkan infeksi berat, kolam dikeringkan bila

mungkin setelah kering 2-3 hari, dasar kolam diberi

kapur (CaO)25 kg/ha. Sedangkan pengobatan dengan

methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam atau PK 0,01 %

selam 30 menit.

4.2.4. Lernea sp.

Lernea sp menjangkit ikan sampel yang berasal dari

kolam B 11 dari 10 ekor ikan sampel 4 ekor ikan

terinfeksi parasit jenis Lernea sp dengan intensitas 2

prevalensi 29 %. Sedangkan ikan sampel dari kolam B 12

terdapat 2 ekor ikan terinfeksi parasit Lernea sp dari

42

total sampel 20 ekor ikan dengan intensitas 3 dan

prevalensi 10%.

Gambar 8. Lernea sp (Pembesaran 1000 x)

Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan

pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke

kolam atau menggunakan bahan kimia untuk membasminya,

khususnyab stadium nauplius dan copepodid. Untuk

menghindari terjadinya serangan sekunder, ikan direndam

kedalam larutan Tetracyline 250 mg per 500 liter air

selama 2-3 jam. Proses perendaman dapat diulangi selama

3 hari (Ghufran, 2004).

4.2.5. Chilodonella sp.

Chilodonella sp. menginfeksi 1 ekor dari total

ikan sampel 10 ekor yang berasal kolam B 11 dengan

43

intensitas parasit yang menyerang adalah 2 dan

prevalensi 7 %. Sedangkan dari kolam B 12 dijumapai 2

ekor ikan terinfeksi dari toatal ikan sampel 20 ekor.

Intensitas penyerangan parasit ini terhadap ikan mas

adalah 6 dengan prevalensi 10 %.

Gambar 9. Chilodonella sp (Pembesaran 1000x)

4.2.6. Gyrodactylus sp.

Ikan mas yang terinfeksi Gyrodactylus sp. dengan

tanda-tanda klinis ikan tersebut sering berenang dekat

permukaan air, bersembunyi di salah satu sudut kolam

atau akuarium dan berenang lambat (lethargik). Irianto

(2005) menyatakan tanda-tanda klinis ikan yang

terinfeksi Gyrodactylus sp. yaitu ikan menjadi letargik,

berenang dekat permukaan air, bersembunyi pada salah

satu sudut kolam pemeliharaan dan kehilangan nafsu

44

makan serta ikan seringkali menggosok - gosokkan tubuh

ke dinding.

Gyrodactylus sp. biasanya menyerang kulit dan sirip

ikan. Ikan yang terserang gejalanya dapat dikenali dari

insang pucat dan bengkak sehingga operkulum terbuka,

ikan terlihat berkumpul pada pintu air masuk, produksi

lendir berlebihan, pertumbuhan ikan terhambat, nafsu

makan ikan berkurang, kandungan sel darah putih

berlebihan, serta tingkah laku dan berenang ikan tidak

normal (Yuasa, 2003).

Gambar 10. Gyrodactylus sp.

4.2.7. Glochidium sp.

Parasit Glochidium sp. merupakan larva dari kerang

air tawar parasit ini banyak ditemui menyerang bagian

insang namun juga ditemui pada sirip. Dari 10 ekor ikan

45

sampel kolam B 11 terdapat 1 ekor ikan terinfeksi

parasit Glochidium sp. dengan intensitas 3 dan

prevalensi 7 % , sedangkan dari 20 ekor ikan sampel

yang berasal dari kolam B 12 terdapat 3 ekor ikan yang

terinfeksi parasit Glochidium sp. Intensitas Glochidium

sp. pada kolam B 12 4.3 dan prevalensi 15 %.

(a) (b)Gambar 11. Glochdium sp. (a) sirip (b) insang

(pembesaran 1000 x)

4.2.8. Tricodina sp.

Parasit Trichodina sp. yang ditemukan berbentuk

seperti cawan, mempunyai silia yang menempel pada

tubuhnya, dentikel berbentuk memanjang seperti jarum

dan mempunyai blade dan torch berbentuk seperti kait.

Menurut Irianto (2005), Trichodina sp. mempunyai bentuk

tubuh seperti cawan, berdiameter 5 µm, dengan bulu

getar terangkai pada pada kedua sisi sel. Rukyani

46

(1990) juga menyatakan ciri khas Trichodina sp. mempunyai

dentikel atau gigi kait didalam permukaan tubuhnya,

bergerak memutar tubuhnya dan mempunyai cilia.

Gambar 12 : Tricodina sp. (Pembesaran 1000 x)

Penyerangan Trichodina sp. banyak ditemukan pada

lendir ataupun permukaan tubuh dibandingkan pada bagian

insang ikan mas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lom

(1962), pada ikan-ikan air tawar parasit Trichodina sp.

umumnya ditemukan di kulit , sedangkan pada ikan-ikan

air laut di insang. Ikan gurami yang terserang Trichodina

sp. produksi lendir berlebihan dan berenang lamban.

Irianto (2005) menyatakan ikan yang terserang Trichodina

sp. akan menunjukkan gejala-gejala klinis yaitu ikan

yang sakit akan letargik (malas), produksi mukus

meningkat, borok biasa terjadi di kulit, sirip rusak

(tercabik), dan jika infeksi terjadi pada insang maka

47

akan terjadi gangguan pernapasan, pada kasus berat

dapat terjadi hiperplasia sekunder dan hipertrofi

epitel insang.

Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di

lapisan epitel ikan dengan bantuan ujung membran yang

tajam. Setelah menempel, parasit segera berputar-putar

sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat

penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan

mengakibatkan iritasi yang serius. Pada lingkungan

dengan populasi parasit yang cukup tinggi, umumnya

apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini

menjadi lebih berbahaya (Anonimus, 2008).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit

Trichodina sp. mempunyai peranan yang sangat penting

terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan dengan

rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya

infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi karena ikan

memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya

kelelahan atau bisa juga terjadi akibat terganggunya

48

sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang

dipenuhi oleh lendir (Moeler, 2010).

Penularan penyakit ini bisa melalui air atau

kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan

penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air

pada wadah tempat ikan dipelihara (Anonimus, 2011).

4.2.9. Myxobolus sp.

Parasit Myxobolus sp. termasuk kedalam prevalensi

dan intensitas terendah dimana prevalensi 5 % sedangkan

intensitas 2 hal ini diduga karena parasit ini memiliki

inang defenitif dan kehidupan parasit ini membutuhkan

inang perantara, sehingga penularan tidak cepat

terjadi. Dari 20 ekor ikan sampel hanya satu ekor ikan

terserang parasit Myxobolus sp.

Gambar 13. Myxobolus sp. (Pembesaran 400 x)

49

Ikan yang terserang Myxobolus sp. menunjukkan

gejala–gejala berupa timbulnnya benjolan menyerupai

tumor pada insang ikan yang terserang Myxobolus sp

(Gambar 14). Sehingga terjadi gangguan sirkulasi

pernapasan, nekrosis, serta penurunan fungsi organ

pernapasan.

A

Gambar 14. Insang terinfeksi Myxobolus sp. A) Benjolanyang menyerupai tumor berisisi spora

4.3. Pencegahan Infeksi Parasit

Ikan terjangkit penyakit jika tidak seimbangnya

keadaan lingkungan dengan kondisi fisik ikan yang

berada pada lingkungan tersebut sehingga menyebabkan

parasit dapat dengan mudah menyerang ikan pada saat

ikan imunnya lemah, bukan hanya parasit melainkan

infeksi sekunder oleh bakteri penyakit yang disebabkan

oleh bakteri lebih berakibat fatal dibandingkan dengan

50

dengan parasit dimana bakteri dapat menyerang dan

langsung mematikan terhadap ikan yang terjangkit

bakteri yang berbahaya. Cara mengatasi ikan mas yang

terserang parasit perendaman ikan dengan kalium

permanganat 3-5 ppm .

Pencegahan infeksi parasit pada ikan mas dikolam

pendederan yakni dengan pengolahan dasar kolam sebelum

digunakan untuk memelihara ikan. pengolahan dasar kolam

dengan pemberian pupuk dan pengapuran. Memberi aerasi

pada kolam merupakan cara efisien untuk meningkatakan

kadar oksigen terlarut pada kolam terutama pada pagi

hari dimana cenderung rendahnya oksigen pemberian

aerasi ini sangat membantu untuk meningkatkan oksigen

terlarut dalam air.

Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi

suhu air ≥ 290C. Mengurangi kadar bahan organik

terlarut dan/atau meningkatkan

frekwensi pergantian air. Ikan yang terserang

trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas

yang rendah.

4.4. Pengukuran Kualitas air

51

Air atau media tempat pemeliharaan merupakan

faktor utama untuk proses pendederan ikan mas. Beberapa

parameter kualitas air yang perlu diperhatikan didalam

pemeliharaan benih ikan mas adalah, suhu, pH, DO,

amoniak, nitrat, nitrit dan kecerahan. Pengukuran

parameter kualitas air pada pagi hari di kolam

pendederan ikan mas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kualitas Air Di Kolam Pendederan Ikan Mas(Cyprinus carpio L) di Balai Budi Daya AirTawar Jambi

Minggu pH Suhu(0C)

DO(ppm)

Amoniak

(ppm)

Nitrit

(ppm)

Nitrat(ppm)

16,5

5

281,98 0,68 0,065 0,45

26,7

8

27.41,7 0,73 0,028 0,032

36,4

7

27.92,1 0,51 0,037 0,050

46,8

6

27.82,6 0,43 0,051 0,047

Sumber : Laboratorium Kesehatan Ikan Balai Budidaya Air Tawar Jambi

Secara umum kualitas air yang berada di unit

pendederan Balai Budi Daya Air Tawar Jambi menunjukkan

52

hasil yang baik dimana kisarannya masih memenuhi syarat

untuk kelangsungan hidup benih ikan mas.

Djarijah (2001), mengatakan bahwa suhu air yang

ideal 24º-28ºC dengan derajat keasaman berkisar 6-8 dan

kandungan oksigen 3-5 mg/L.

Pengukuran suhu di kolam pendederan dilakukan

dengan menggunakan thermometer digital. Dari hasil

pengukuran tampak bahwa suhu di kolam pendederan yaitu

kisaran 28,5 0C.

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH

meter. Dari hasil pengukuran tampak bahwa pH di kolam

pendederan rata-rata 6.66. Sesuai dengan SNI 01-7241-

2006 persyaratan pH untuk ikan mas yaitu sekitar 6-8.

Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO

meter. Dari hasil pengukuran tampak bahwa DO di kolam

pendederan yaitu 1.7-2.6 mg/L. Tidak sesuai dengan SNI

01-7241-2006 persyaratan DO untuk ikan mas yaitu

minimal 2 mg/L, maka DO di balai budi daya air tawar

Jambi kurang bagus untuk pertumbuhan ikan mas. Namun

kondisi ini hanya terjadi pada pagi hari sebelum

matahari terik.

53

Amoniak merupakan zat yang menimbulkan bau yang

sangat tajam dan menusuk hidung. Kehadiran bahan ini

dalam air adalah menyangkut perubahan fisika daripada

air tersebut. pH yang optimum untuk pertumbuhan ikan

yaitu 7–8. Apabila pH cenderung asam, maka kadar

amonium dalam air akan meningkat sedangkan apabila pH

cenderung basa maka amonia berada dalam bentuk NH3 yang

sangat toksik. Dari hasil pengukuran tampak bahwa NH3

di kolam pendederan sebesar 0,43–0,73 mg/L. Hal ini

menunjukkan bahwa kandungan amoniak di kolam pendederan

ikan mas masih tergolong bagus karena masih dibawah 1

mg/L.

Hasil pengukuran tampak bahwa kandungan nitrat di

kolam pendederan yaitu 0,45 mg/L. Sesuai dengan SNI 06-

2480-1991 mengatakan bahwa kadar nitrat berkisar antara

0,1 – 2,0, hal ini berarti bahwa kolam pendederan ikan

mas majalaya mengandung nitrat yang tidak berbahaya

bagi ikan mas majalaya.

Kurangnya pergantian air pada sistem pemeliharaan

akan meningkatkan kadar nitrit apabila pemberian pakan

tidak dikurangi (Khairuman, 2013). Dari hasil

54

pengukuran tampak bahwa kandungan nitrit di kolam

pendederan yaitu sekitar 0,028 – 0,065 mg/L. Sesuai

dengan SNI 06-6989.9-2004 mengatakan bahwa kandungan

NO2 dalam air tidak boleh lebih dari kisaran 0,01 mg/L

- 1,00 mg/L.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Parasit yang ditemukan dari 30 ekor ikan mas

(Cyprinus carpio L) ada tujuh jenis yang terdiri dari

golongan cacing monogenea ada 2 jenis parasit yaitu

Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Jenis protozoa ada

Tricodina sp., Myxobolus sp., dan Chilodonella sp. Jenis

crustacea ada parasit Lernea sp., dan Glochidium sp. Dari

tujuh jenis parasit tersebut parasit yang paling banyak

menyerang pada ikan mas adalah jenis Dactylogyrus sp. dan

55

Lerena sp. dengan nilai prevalensi masing-masing 29 %

dari kolam B11, sedangkan dari ikan yang berasal dari

kolam B 12 jenis Dactylogyrus sp. 35,5 %.

Intensitas parasit tertinggi dari ikan kolam B11

adalah parasit Dactylogyrus sp. yakni bernilai 15,5 dan

dari kolam B12 Tricodina sp. 18,7.

Kualitas air pada kolam pemeliharaan benih ikan

mas (Cyprinus carpio L) di BBAT Jambi termasuk baik jika

seluruh parameter kualitas air (suhu, DO, pH,

amoniak, nitrat, nitrit) dalam kisaran normal barulah

kualitas air dari perairan tersebut dinyatakn baik

untuk pemeliharaan ikan. factor yang mempengaruhi

kondisi tubuh ikan terserang parasit salah satunya

kualitas air, pada kolam pemeliharaan ikan mas

parameter kualitas air yang sering terjadi fluktuasi

adalah oksigen terlarut pada pagi hari berubah sangat

rendah pagi hari yakni dibawah 4 ppm berkisaran 1.7-2.6

ppm pada benih kondisi ini tentu sangat mengganggu

respirasi apalagi jika terjadi setiap paginya. Oleh

sebab itu dibutuhkan suplai oksigen kedalam perairan

dengan pemberian aerasi di kolam terutama pada saat-

56

saat dimana kandungan oksigen turun. Untuk mencegah

kondisi buruk terjadi pada kesehatan ikan.

5.2. Saran

Pemberian vitamin dapat meningkatkan kondisi tubuh

benih ikan agar ketahanan dan pertumbuhan benih selama

masa pemelliharaan dapat berjalan dengan baik sehingga

tidak ada benih yang mal nutrisi. Penanganan terhadap

benih yang terserang parasit harus segera diatasi agar

tidak menimbulkan banyak benih yang terjangkit parasit.

Menjaga kualitas air pemeliharaan ikan agar

kondisi ikan dapat stabil tidak ada gangguan kesehatan

akibat kulalitas air yang kurang baik. Jika terjadi

penurunan kandungan oksigen terlarut pada air

pemeliharaan maka pemberian aerasi harus segera

dilakukan pada kolam harus optimum agar kandungan

oksigen terlarut dapat kembali tersedia dengan cukup

untuk kelangsungan respirasi ikan terutama pada pagi

hari dimana oksigen cenderung rendah.

Pencegahan agar penularan penyakit tidak terifeksi

kebenih-benih yang sehat maka jika terlihat ada ikan

sakit di kolam pemeliharaan maka segera dikeluarkan

57

dari kolam. Pengendalian penyakit yang benar merupakan

syarat utama untuk mencegah atau mengobati perkembangan

parasit yang menyerang ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Microscope diagnosis of common parasiteinfections. Diakses 22 April 2014 pukul 14.36.

Anonimus, 2008. Trichodina sp.http://zakkizainun.blogspot.com. Diakses 3 Maret2014.

Anonimus, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan PenyakitIkan Budidaya Laut.http://www.iptek.net.id/ind.Diakses 3 Maret 2014.

Aryani, N., Syawal, H., Lukistyowati, I., dan Riauwaty,M. 2011. Parasit dan Penyakit Ikan. Unri Press:Pekanbaru. 114 hal.

Aryani N., Syawal, H., Lukistyowati, I., dan Riauwaty,M, 2004. Penanggulangan Penyakit Ikan. RinekaCipta: Jakarta. 45 hal.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Ikan Gurami,Nila, Mas. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. 113hal.

58

Daelami. 2001 a. Agar Ikan Sehat. Penebar Swaday:Jakarta. 30 hal.

Daelami. 2001 b. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar.Penebar Swadaya: Jakarta. 72 hal.

Djarijah, S. A. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius.Yogyakarta. 86 hal.

Dogiel , V.A.G., G.K. Petrushhevski Dan I. Poliyansi.1970. Parasitology of Fishes. T.F.H. Publisher,Hongkong. 384.

Ghufran, M. dan H. Kordi. K, 2004. Penanggulangan Hamadan Penyakit Ikan. Rineka Cipta : Yogyakarta.

Handajani, H. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Universitas Muhammadiyah Malang.

Ilmiah, 2007. Peranan Imunostimulan Dalam MeningkatkanSintasan Benur Windu (Penaeus Monodon, Fab)Terhadap Serangan Virus Wssv. Budidaya Perairan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UniversitasMuslim Indonesia. 73 hal.

Irianto, Agus, Drs. M.Sc., Ph.D,. 2005. Patology IkanTeleostei. UGM-Press Yogyakarta : 11,171-172 hal.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Culturedin the Tropics. Taylor and Prancis: London. 318p.

Khairuman, H. 2013. Budidaya Ikan Mas. Jakarta :AgroMedia Pustaka. 17 hal.

Khoiruman dan Khoirul, A. 2008. Buku Pintar Budidaya 15Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Lukistyowati, I. 2005. Teknik Pemeriksaan PenyakitIkan. UNRI Press. 2005. Pekanbaru: 104 hal.

59

Munajat A. dan Budiana, N. S. 2003. Pestisida Nabatiuntuk Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta. 87hal.

Moeler, 2010. External Protozoan Diseases ofFish.http://www.cichlid-forum.com/index.php.Diakses 22 April 2014 pukul 14.36.

Purbomartono, C., M. Isnaetiu dan Suwarsito. 2010.Ektoparasit pada Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Beji dan Sidabowa, KabupatenBanyumas. [Laporan Penelitian]. UniversitasMuhammadiyah. Purwokerto. Jurnal Sains Akuatik 10(1): 54-65.

Rukyani. 1990. Parasit dan Penyakit Ikan. PenebarSwadaya. Jakarta

Scombes, C. J. 1994. Enhancement of Fish Phagocyte Activity.Fish Shellfish Immmunology, 4 : 421-436.

Suseno, D. 2004. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas.Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 52 hal.

Yuasa, K. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. BalaiBudidaya Air Tawar Jambi. Ditjen PerikananBudidaya, DKP dan JICA.

60

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio

L)

DI BALAI BUDI DAYA AIR TAWAR JAMBI

OLEH

AGUSTINA BERTHA

61

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio

L)

DI BALAI BUDI DAYA AIR TAWAR JAMBI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Gelar SarjanaPerikanan pada Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Riau

OLEH

AGUSTINA BERTHA

62

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

LEMBAR PENGESAHAN PRAKTEK MAGANG

Judul Praktek Magang : Identifikasi ektoparasitpada ikan mas (Cyprinuscarpio l)di Balai Budidaya Air Tawar(BBAT) Jambi

Nama : Agustina Bertha

NIM : 1104114819

63

Program studi : Budidaya Perairan

Disetujui oleh :

Ketua Jurusan Budidaya Perairan

Ir. Mulyadi, M.PhilNIP:196105061986032002

Dosen Pembimbing

Dr. Dra. Iesje Lukistyowati, MS.NIP :195711241988032001

Tanggal Lulus Ujian 22 Mei 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada

hentinya memberikan limpahan karunia serta rahmat-Nya

kepada penulis sehingga laporan magang yang berjudul

“Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio

64

L) di Balai Budi Daya Air Tawar Jambi” dapat

diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada Dr. Dra. Iesje Lukistyowati, MS.

yang telah membimbing dalam menyusun laporan praktek

magang ini dan juga kepada Bapak Edy Barkat Kholidin

S.Pi M.Sc yang telah membantu melakukan praktek magang

di lapangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada rekan-rekan serta semua pihak yang selalu

membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan praktek

magang ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktek

magang ini masih ada terdapat kekurangan, sehingga

penulis sangat mengharapkan saran yang membangun demi

kesempurnaan laporan magang ini.

65

Pekanbaru, Maret 2014

Agustina Bertha

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR................................... i

DAFTAR ISI....................................... ii

DAFTAR TABEL..................................... iii

DAFTAR GAMBAR.................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN.................................. v

I.

PENDAHULUAN................................... 1

.............................................1.1.Latar Belakang................................. 11.2. Tujuan .................................. 21.3. Manfaat.................................. 2

II.

TINJAUAN PUSTAKA.............................. 3

2.1...........................................Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)3

66

2.2...........................................Ektoparasit yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio L)42.2.1. Dactylogyrus sp...................... 42.2.2. Gyrodactylus sp...................... 52.2.3. Ichthiopthirius multifilis................. 52.2.4. ....................................

Tricodina sp............................ 62.2.5. Chilodonella........................... 72.2.6. Lernea sp........................... 72.2.7. Myxobolus sp......................... 8

2.2. Pencegahan dan Penanganan TerhadapEktoparasit................................ 9

2.3. Kualitas Air........................... 9

III. METODE PRAKTIKUM............................ 11

3.1...........................................Waktudan Tempat................................. 11

3.2...........................................Bahandan Alat................................... 11

3.3...........................................Metode Praktek.................................. 113.3.1. ....................................

Pengambilan Sampel.................... 123.3.2. ....................................

Pemeriksaan Ektoparasit............... 123.3.3. Perhitungan Data Praktek Magang di BBAT

Jambi................................. 133.4........................................... Anal

isis Data.............................................................................14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................... 15

4.1...........................................Keadaan Umum Balai Budi Daya Air Tawar Jambi.... 154.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Budi Daya Air Tawar Jambi.............. 154.1.2. Fungsi dan Tugas Pokok.............. 164.1.3. Visi dan Misi Balai Budi Daya Air Tawar

Jambi................................. 17

67

4.1.4. Organisasi dan Tata Kerja........... 174.1.5. Sumber Daya Manusia................. 204.1.6. Sarana dan Prasarana................ 20

4.2...........................................Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpioL)......................................... 234.2.1. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas

(Cyprinus carpio L) Kolam B 11............ 234.2.2. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas

(Cyprinus carpio L) Kolam B 12............. 254.2.3. Dactylogyrus sp....................... 274.2.4. Lernea sp........................... 284.2.5. Chilodonella sp. .................... 294.2.6. Gyrodactylus sp....................... 294.2.7. Glochidium sp........................ 304.2.8. Tricodina sp......................... 314.2.9. Myxobolus sp......................... 32

4.3...........................................Pencegahan Infeksi Parasit ..................... 33

4.4...........................................Pengukuran Kualitas Air ........................ 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................... 37

5.1...........................................Kesimpulan...................................... 37

5.2...........................................Saran...........................................38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

68

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Kriteria Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Mas(Cyprinus carpio L) .............................. 10

2. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di BalaiBudi Daya Air Tawar Jambi.................. 20

3. Status Kepegawaian ........................... 20

4. Prevalensi Dan Intensitas Masing-MasingParasit yang Ditemukan pada Ikan Mas SampelDari Kolam B 11............................... 24

5. Prevalensi Dan Inteistas Masing -MasingParasit yang Ditemukan pada Ikan MasSampel Dari Kolam B 12........................ 26

6. Parameter Kualitas Air Di Kolam PendederanIkan Mas (Cyprinus carpio L) di Balai BudidayaAir Tawar Jambi............................... 35

69

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Mas (Cyprinus carpio L)..................... 3

2. Preparat ..................................... 13

3. Pengamatan Parasit............................ 13

4. Struktur Organisasi di Balai Budidaya Air

Tawar Jambi................................... 19

70

5. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit

Ikan Kolam B11................................ 25

6. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit

Ikan Kolam B12................................ 26

7. Insang terinfeksi Dactylogyrus sp................ 27

8. Lernea sp...................................... 28

9. Chilodonella sp................................. 29

10.................................Gyrodactylus sp.

............................................30

11................................Glochdium sp.

............................................30

12...................................Tricodina sp.

............................................31

13..................................Myxobolus sp.

............................................33

14................Insang terinfeksi Myxobolus sp.

............................................33

71

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lay Out BBAT Jambi............................. 41

2. Data Ukuran Ikan Sampel Selama Praktek Magang. 42

3. Prevalensi dan Intensitas Parasit Ikan Mas.... 44

4. Alat yang Digunakan Untuk Pemeriksaan Parasit.............................................. 46

5. Dokumentasi Selama Praktek Magang di BBAT

Jambi......................................... 48

6. Peta Lokasi Magang............................ 50

7. Fasilitas di BBAT Jambi....................... 51

8. Wilayah Kerja BBAT Jambi...................... 52

9. Sertifikat Magang ........................... 53

72

RINGKASAN

AGUSTINA BERTHA (1104114819), IdentifikasiEktoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) DI BalaiBudi Daya Air Tawar Jambi Dibawah Bimbingan Ibu Dr.Dra. Iesje Lukistyowati

Praktek magang ini dilaksanakan pada 23 Januari

sampai 21 Februari 2014 bertempat di Laboratorium

Penguji Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi yang

terletak di Jl. Sungai Gelam, Kec. Sei Gelam, Kab.

Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Tujuan dari praktek

magang ini adalah untuk mengetahui jenis -jenis

ektoparasit yang menyerang ikan Mas (Cyprinus carpio L)

dan faktor-faktor yang mempengaruhi ikan mas (Cyprinus

73

carpio L) terserang parasit di Balai Budi Daya Air

Tawar (BBAT) Jambi.

Metode yang digunakan adalah metode survey melalui

pengambilan sampel pada kolam pendederan secara

langsung untuk mengindentifikasi parasit pada ikan mas.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil

pemeriksaan parasit yang dilakukan. Data sekunder

diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan

data yang diperlukan serta ditambahkan dengan literatur

yang mendukung kelengkapan dan kejelasan mengenai data

yang didapatkan tersebut.

Parasit yang ditemukan dari 30 ekor ikan mas

(Cyprinus carpio L) ada tujuh jenis yang terdiri dari

golongan cacing monogenea ada 2 jenis parasit yaitu

Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Jenis protozoa ada

Tricodina sp., Myxobolus sp., dan Chilodonella sp. Jenis

crustacea ada parasit Lernea sp., dan Glochidium sp. Dari

tujuh jenis parasit tersebut parasit yang paling banyak

menyerang pada ikan mas adalah jenis Dactylogyrus sp. dan

Lerena sp. dengan nilai prevalensi masing-masing 29 %

74

dari kolam B11, sedangkan dari ikan yang berasal dari

kolam B 12 jenis Dactylogyrus sp. 35,5 %.

Intensitas parasit tertinggi dari ikan kolam B11

adalah parasit Dactylogyrus sp. yakni bernilai 15,5 dan

dari kolam B12 Tricodina sp. 18,7.

Kualitas air pada kolam pemeliharaan benih ikan

mas (Cyprinus carpio L) di BBAT Jambi termasuk baik akan

tetapi pada pagi hari oksigen terlarut berubah sangat

rendah yakni dibawah 4 ppm hal ini dipengaruhi oleh

intensitas fitoplankton.yang sedikit Oleh sebab itu

dibutuhkan suplai oksigen kedalam perairan dengan

pemberian aerasi di kolam terutama pada saat kandungan

oksigen turun. Menghindari serangan penyakit masuk

kedalam tubuh ikan pemberian vitamin juga sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan

(imun).