parasit yang menyerang ikan mas Cyprinus carpio
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of parasit yang menyerang ikan mas Cyprinus carpio
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis
ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak
dikembangbiakkan karena memiliki daya adaptasi yang
tinggi terhadap kondisi lingkungan dan makanan yang
tersedia. Selain itu juga memiliki potensi yang baik
untuk dikembangkan karena mudah untuk dipijahkan.
Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi
penghambat pembudidaya ikan adalah munculnya serangan
penyakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama
dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat
lambat, padat tebar sangat rendah, konversi ikan
menjadi sangat tinggi, periode pemeliharaan menjadi
sangat lama, dan ini berarti meningkatnya biaya
produksi. Pada tahap lanjut serangan penyakit dan
gangguan hama tidak hanya mengakibatkan kegagalan
panen, berarti mengakibatkan kerugian ekonomi yang
besar.
2
Penyakit ikan biasanya timbul karena adanya
ketidak seimbangan interaksi antara lingkungan, inang
(ikan) dan organisme penyebab penyakit. Organisme
penyebab penyakit salah satunya adalah parasit. Parasit
adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau di
luar tubuh organisme lain, yang memperoleh makanan dari
inangnya tanpa ada kompensasi apapun (Ghufran,
2004).Parasit yang menyerang ikan dibedakan dalam dua
kelompok yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit
adalah parasit yang hidupnya di dalam organ tubuh ikan
seperti saluran pencernaan, hati, otot, dan darah,
sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidupnya di
bagian luar tubuh ikan seperti kulit, sirip, insang,
mulut, mata dan anus (Aryani et al., 2004)
Menurut Daelami ( 2001 b) adanya infeksi
ektoparasit pada bagian tubuh ikan dapat menyebabkan
beberapa gangguan pada organ, jaringan tubuh maupun
perilaku ikan secara umum. Tubuh ikan akan memberi
reaksi terhadap serangan parasit tersebut, sehingga
terjadi pembengkakan dan terganggunya sistem pertahanan
tubuh. Lukistyowati (2005) menyatakan bahwa infeksi
3
ektoparasit antara lain dapat menyebabkan perubahan
tingkah laku, perubahan warna tubuh ikan, penurunan
nafsu makan, pertumbuhan lambat, kerusakan fisik, daya
adaptasi menurun dan penurunan kualitas produksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik untuk melakukan praktek magang tentang
identifikasi ektoparasit pada ikan mas (Cyprinus carpio L)
di Balai Budi daya Air Tawar (BBAT) Jambi
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk
mengetahui jenis-jenis parasit yang menyerang dan
mengetahui tingkat prevalensi kejadian dan intensitas
parasit tertinggi yang menginfeksi ikan mas (Cyprinus
carpio L) yang dibudidayakan di Balai Budi Daya Air
Tawar (BBAT) Jambi.
1.3. Manfaat
Manfaat praktek magang adalah dapat memberikan
informasi tentang jenis-jenis parasit yang menyerang
ikan mas (Cyprinus carpio L) yang dibudidayakan di Balai
Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi sehingga dapat
4
dilakukan tindakan pencegahan infeksi parasit terhadap
ikan mas (Cyprinus carpio L).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio
L)
Menurut Khairuman (2008) klasifikasi ikan mas
adalah Phylum Chordata, Subphyllum Vertebrata, Superclass Pisces,
Class Osteichthyes, Subclass Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Subordo
Cyprinoidea, Family Cyprinidae, Subfamily Cyprininae, Genus Cyprinus,
Species Cyprinus carpio L.
Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio L)
Tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak
(compressed). Mulut terletak diujung tengah (terminal)
dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian anterior
mulut terdapat 2 pasang sungut. Secara umum, hampir
5
seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Hanya
sebagian kecil saja bagian tubuhnya yang tidak tertutup
oleh sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan
digolongkan dalam sisik tipe sikloid. Selain itu, tubuh
ukin mas juga dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung
(dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian
belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir, yaitu
sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak permukaan
sirip punggung bersebrangan dengan permukaan sirip
perut (vebtral). Sirip dubur (anal) yang terakhir
bergerigi. Linea lateralis (gurat sisi) terletak di
pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai
ke ujung belakang pangkal ekor, gurat sisi pada ikan
mas tergolong lengkap. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan)
terdiri dari 3 baris yang berbentuk gigi geraham
(Suseno, 2004).
2.2. Ektoparasit Yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio
L)
Ektoparasit banyak ditemukan pada organ insang dan
kulit tubuh ikan. Biasanya ektoparasit ditemukan pada
ikan-ikan yang dibudidayakan pada kondisi perairan yang
6
kurang baik atau kotor dengan kepadatan ikan yang
tinggi (Ghufran, 2004).
Ghufran (2004) menyatakan ikan yang terserang
penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat
(tampak jelas pada ikan berwarna gelap) dan berlendir.
Serangan parasit pada insang menyebabkan ikan sulit
bernapas, tutup insang menjadi pucat. Pada lembaran
insang sering terlihat bintik-bintik merah karena
pendarahan kecil (peradangan). Jenis-jenis parasit yang
sering menyerang ikan mas antara lain :
2.2.1. Dactylogyrus sp.
Kabata (1985) menyebutkan bahwa klasifikasi
Dactylogyrus sp. digolongkan kelas Monogenea, subkelas
Polyonchoinea, ordo Dactylogyridea, famili
Dactylogyridae, genus Dactylogyrus dan spesies
Dactylogyrus sp.
Daelami (2001 a) menyatakan Dactylogyrus sp.
merupakan jenis cacing yang biasanya menyerang pada
insang. Cacing ini berbentuk pipih, pada ujung badan
dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan
penghisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan
7
kulit tidak terlihat cerah lagi. Sirip ekor rontok dan
tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna. Ikan
yang dijangkiti parasit ini akan menggosok-gosokan
badan ke dasar kolam.
Parasit ini selalu terdapat bersama-sama pada
satu inang dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan.
Parasit ini akan meninggalkan tubuh ikan bila ikannya
mati, kemudian larva yang baru menetas dari Dactylogyrus
sp. siap mencari ikan baru. Ikan yang menjadi inang
yang baru ditemukan adalah ikan yang telah terjangkiti
oleh parasit lain. Bila selama sepuluh jam setelah
lepas ke perairan belum menemukan ikan, parasit ini
akan mati (Daelami, 2001 a).
2.2.2. Gyrodactylus sp.
Menurut Kabata (1985) Gyrodactylus sp. digolongkan
ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas
Trematoda, ordo Monogenea, famili Gyrodactylidae, genus
Gyrodactylus, spesies Gyrodactylus sp. Hewan parasit ini
termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Ciri-ciri
dari parasit ini adalah berbentuk pipih, berukuran
kurang dari 1 mm, bagian anterior bercabang dua dan
8
pada tiap lobus terdapat alat kepala, bagian posterior
terdapat haptor dengan pengait berukuran besar sebanyak
2 buah dan ditepi haptor terdapat 16 duri kecil, bagian
kepala tidak terdapat titik mata, hanya ada kelenjar,
usus bercabang dua, ovarium berbentuk V dan terletak di
bagian ventral atau posterior dari testis.
2.2.3. Ichthyophthirius multifilis
Handajani (2005) menyatakan bahwa klasifikasi
dari jenis parasit Ichthyophthirius multifiliis digolongkan ke
dalam phylum protozoa, subpylum Ciliophora, kelas
Ciliata, subkelas Asperigira, ordo Holotrichia, genus
Icthyopthirius, spesies Ichthyophthirius multifiliis.
Parasit Ichthyophthirius multifilis biasanya menyerang
lapisan epidermis dari tubuh, sirip dan insang. Jadi
parasit ini digolongkan ke dalam ektoparasit (Aryani et
al., 2011). Ciri morfologi “Ich” dijelaskan dalam
Kabata (1985). Tubuh berbentuk bulat sampai oval,
diameter 50-100 µm, serta ditutupi silia yang teratur
kecuali bagian interior yang berbentuk lingkaran
disebut sitostoma. Makronukleus besar dan berbentuk
9
seperti tapal kuda. Mikronukleus tidak terlihat tanpa
pewarnaan.
Gejala yang ditimbulkan pada ikan yang terinfeksi
adalah : terjadinya iritasi, ikan menggosok-gosokan
tubuh ke pinggir kolam atau akuarium. Pada infeksi
lebih lanjut ikan terlihat meloncat-meloncat ke
permukaan air dan megap-megap di permukaan untuk
mengambil udara, nafsu makan berkurang, terjadi
perubahan warna, gerakan menjadi lambat, dan tidak
respon terhadap rangsangan, tubuh ditutupi oleh lendir
yang tebal (Aryani et al., 2011).
2.2.4. Tricodina sp.
Klasifikasi dari parasit Trichodina sp. menurut
Kabata (1985) adalah sebagai berikut : Filum protozoa,
Sub filum Ciliophora, Klas Ciliata, Ordo Petrichida,
Sub ordo Mobilina, Famili Trichodinidae, Sub famili
Trichodininae, dan Genus Trichodina.
Parasit ini di Indonesia ditemukan pada ikan
Cyprinus carpio, Helostoma temminckii, Hypopthalminchtys molitrix,
Osphronemus gouramy, Osteochilus hasellti, Puntius javanicus, Tilapia
mossambica, Trichogaster pectoralis (Kabata, 1985).
10
Trichodina sp. dapat menyebabkan penyakit gatal pada
ikan. Bagian tubuh yang diserang yaitu kulit, sirip,
dan insang. Ikan yang telah terserang memiliki bintik-
bintik putih terutama pada kepala dan punggung. Nafsu
makan ikan turun sehingga ikan kurus dan pergerakannya
lemah, produksi lendir bertambah sehingga ikan tampak
mengkilap dan sering pula ditemukan pendarahan.
Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama
hidupnya berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan
diri dari inangnya (ikan). Penularannya terjadi melalui
kontak langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang
telah terjangkiti parasit (Daelami, 2001 a).
2.2.5. Chilodonella
Chilodonella sp. Berkembang biak pada suhu 0,5-20 °C.
Dalam kondisi yang tidak baik, akan membentuk kista.
Chilodonella sp. tidak dapat hidup tanpa adanya inang dalam
jangka waktu lebih dari 12-24 jam (Purbomartono et al.,
2010). Chilodonella sp. berbentuk seperti serpihan daun,
berukuran 30-70 x 20-40 µm.
11
2.2.6. Lernea sp.
Jenis Lernea yang banyak ditemukan menyerang ikan
air tawar adalah Lernea cyprinacea, yaitu sejenis udangan
renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing .
Pada bagian kepalanya terdapat organ yang mnyerupai
jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan
cacing jangkar (anchor worm). Dengan perantaraan organ
ini cacing jangkar menempelkan dirinya ketubuh ikan
(Ghufran, 2004).
Menurut Ghufran (2004) selama hidupnya cacing
jangkar mengalami tiga kali perubahan tubuhnya, yaitu
nauplius, copepodid dan benutuk dewasa. Lamanya satu
siklus hidup tergantung dari temperatur lingkungan, di
Indonesia umumnya mencapai 21-25 hari.
Hampir semua jenis ikan air tawar terserang
parasit Lernea sp. terutama pada pembenihan dan
pendederan. Bagi benih ikan yang terinfeksi dalam
stadium awal dapat diobati dengan merendamnya dalam
larutan formalin 25 cc/m3 selama 15 menit, atau
perendaman dengan dylox sebanyak 20 ppm selama 15
12
menit, dan dapat juga dipakai dengan cara menambahkan
pada makanan sebesar 0,25% (Ghufran, 2004).
2.2.7. Myxobolus sp.
Menurut Gufran (2004) siklus hidup Myxobolus sp.
belum diketahui dengan pasti. Jika biintil pecah, spora
yang ada didalamnya menyebar seperti plankton. Spora
mempunyai ukuran 10-20 mikron (0,01-0,02 mm), sehingga
sering tertelan oleh ikan dalam usus ikan spora ini
akan melepaskan sejenis anak panah yang terikat dengan
semacam benang halus ke polar kapsulnya. Jika spora ini
dapat mencapai dinding usus, spora akan bergantungan
pada dinding usus. Selanjutnya dinding spora akan akan
larut dan keluarlah binatang yang dapat bergerak
seperti amuba. Binatang ini akan masuk ke saluran darah
dan meyebar keseluruh tubuh untuk membentuk bintil baru
yang siap menyebarkan spora. Penyebaran spora ini dapat
terjadi jika ikan mati atau melalui luka pada tubuh
ikan.
Ikan yang terserang myxobolus menunjukkan gejala-
gejala berupa timbulnya bintil berwarna kemerah-
merahan, yang sebenarnya bintil ini adalah kumpulan
13
dari spora. Bintil ini sering menyebabkan tutup insang
ikan selalu terbuka. Pada insang ikan yang terserang
terdapat benjolan menyerupai tumor, sehingga terjadi
gangguan pada sirkulasi pernapasan, nekrosis, serta
penurunan fungsi organ pernapasan (Gufran, 2004).
2.3. Pencegahan dan Penanganan Terhadap Ektoparasit
Menurut Munajat dan Budiana (2003) pencegahan
parasit dapat dilakukan peternak ikan antara lain,
secara mekanik, kimia, atau biologis. Agar hasil
memuaskan, pemilihan teknik harus sesuai dengan kondisi
lingkungan.
Penanggulangan untuk mencegah terjadinya serangan
parasit dalam kolam atau tambak dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang
sering dijadikan obat antara lain yaitu formalin,
hidrogen peroksida, antibiotik (prefuran), methylen blue,
malacyte green, dan lainnya serta untuk mencegah
terjadinya penyakit pada kegiatan budidaya, saat ini
sudah dikembangkan beberapa metode, diantaranya
pemberian probiotik atau persaingan antara faktor-
faktor biologis. Alternatif yang sering dilakukan
14
adalah vaksinasi atau indikasi kekebalan. Selain vaksin
juga dilakukan tindakan pemberian imunostimulan berupa
vitamin C (Ilmiah, 2007).
Vitamin C merupakan bahan yang dapat meningkatkan
daya tahan tubuh benih yang dapat berfungsi sebagai
stimulan untuk sistem pertahanan tubuh non spesifik
sehingga merupakan suatu komponen penting untuk
meningkatkan kekebalan non spesifik (Secombes, 1994).
2.4. Kualitas Air
Menurut Cahyono (2000) kebersihan air sangat
berpengaruh terhadap kesehatan ikan. Sumber air yang
bersih adalah sumber air yang bukan digunakan untuk
pembuangan limbah industri, sumber air yang belum
terpolusi oleh bahan berbahaya. Kriteria beberapa
parameter kualitas air yang layak untuk budidaya ikan
mas (Cyprinus carpio L) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan mas (Cyprinus carpio L)
Parameter Kualitas Air Kisaran OptimumSuhu Air 24 – 28 °C
DO 4-6 mg/L
16
III. METODE PRAKTEK
3.1. Waktu dan Tempat
Praktek magang ini dilaksanakan pada 23 Januari
sampai 21 Februari 2014 bertempat di Laboratorium
Penguji Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi yang
terletak di Jl. Sungai Gelam, Kec. Sei Gelam, Kab.
Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam mengidentifikasi adalah
ikan mas (Cyprinus carpio L) sebanyak 30 ekor yang sakit
dan akuades. Kriteria ikan sakit nafsu makan turun
atau hilang, berenang pasif, perubahan warna ikan
menjadi lebih gelap atau pucat, pertumbuhan lambat,
adanya luka dan pendarahan di tubuh terutama pada
bagian sekitar mulut, sirip dan ekor,
Alat yang digunakan dalam mengidentifikasi
parasit pada ikan mas (Cyprinus carpio L) ini yaitu
dissecting, mikroskop, kamera digital, monitor, gunting
bedah, ember, tangguk, baskom plastik, pipet tetes,
17
kertas tisu, pengagaris, kaca objek dan cover glass
serta alat untuk mengukur kualitas air seperti
thermometer, pH meter, dan DO meter.
3.3. Metode Praktek
Metode yang akan digunakan adalah metode praktek
secara langsung, serta melakukan pengamatan di lapangan
dan di laboratorium untuk memperoleh data-data atau
keterangan yang aktual. Metode pemeriksaan pada sampel
ikan dilakukan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan
parasit. Selain itu, untuk mendapatkan data primer
dilakukan tanya jawab antara pegawai dan pembimbing
lapangan. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari
instansi terkait yang berhubungan dengan data yang
diperlukan, serta ditambahkan melalui studi pustaka
dari buku – buku, jurnal dan literatur lainnya.
3.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan berasal dari kolam Balai
Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi. Sampel ikan yang
diambil menunjukkan gejala klinis terserang parasit,
sampel harus dalam keadaan hidup karena sifat parasit
yang hidupnya menempel pada inang yang masih hidup.
18
Pengukuran parameter kualitas air pada kolam
pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio L) yang diukur
adalah suhu, pH, DO, dan NH3.
3.3.2. Pemeriksaan Ektoparasit
Pemeriksaan parasit yang dilakukan selama praktek
Magang di BBAT Jambi mengacu pada pedoman teknik
diagnosa penyakit ikan BBAT Jambi dan Japan International
Corporation Agency (JICA), 2002. Langkah pertama yang harus
dilakukan dalam pemeriksaan ektoparasit adalah dengan
membuat preparat dari permukaan tubuh, sirip dan
lamella insang.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
pemeriksaan keberadaan ektoparasit pada permukaan tubuh
ikan adalah mengerok (scrapping) permukaan tubuh ikan
menggunakan scapel, hasil scrapping diletakkan ke objek glass
yang telah diberi akuades kemudian tutup dengan cover
glass.
Langkah-langkah pemeriksaan ektoparasit pada
insang antara lain memotong beberapa lamella insang,
hasil pemotongan diletakkan ke objek glass yang telah
diteteskan akuades kemudian tutup dengan cover glass.
19
Langkah-langkah pemeriksaan ektoparasit pada sirip
antara lain memotong bagian sirip , hasil pemotongan
diletakkan ke objek glass yang telah diteteskan akuades
kemudian tutup dengan cover glass. Preparat yang telah
dibuat selanjutnya diperiksa menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 400-1000 x.
Gambar 2: Preparat Gambar 3: Pengamatanparasit
3.3.3. Perhitungan Data Praktek Magang di BBAT Jambi
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui nilai
intensitas dan prevalensi parasit yang terdapat pada
ikan sampel. Perhitungan data intensitas dan prevalensi
parasit pada ikan mas (Cyprinus carpo L) di Balai Budi
Daya Air Tawar Jambi.
a. Intensitas
20
Menurut Dogiel et al., (1970), intensitas adalah nilai
keseringan suatu parasit yang menginfeksi ikan sampel
dibagi dengan jumlah total ikan sampel yang terinfeksi.
Data diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Intensitas = Jumlah total parasit yangmenginfeksi
Jumlah ikan sampel yang terinfeksi parasit
b. Prevalensi
Menurut Dogiel et al., (1970), prevalensi adalah
proporsi ikan sampel yang terinfeksi tiap-tiap spesies.
Data dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Prevalensi = Jumlah ikan sampel yang terinfeksiparasit x 100%
Jumlah total ikan sampel yang diperiksa
3.4. Analisis Data
Data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan
21
pengamatan secara lansung dan wawancara lansung
berdasarkan quisioner dengan semua pihak yang terlibat
di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi selama
mengikuti magang. Data sekunder merupakan data yang
berasal dari instansi-instansi yang berkaitan dan
mendukung hasil Praktek Magang di Balai Budi Daya Air
Tawar Jambi. Data yang diperoleh dari di Balai Budi
Daya Air Tawar Jambi dikumpulkan dan ditabulasikan
dalam bentuk tabel serta dianalisis secara deskriptif
untuk memberikan gambaran tentang jenis-jenis parasit
pada ikan mas.
Data parasit yang dijumpai dikumpulkan dan
ditabulasikan dalam bentuk tabel serta di anallisis
secara statistik deskriptif untuk memberikan gambaran
tentang identifikasi ektoparasit (prevalensi dan
intensitas) yang menyerang ikan mas (Cyprinus carpio L).
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Balai Budidaya Air Tawar Jambi
Balai Budi Daya air tawar (BBAT) Jambi berlokasi
di Desa Sungai Gelam Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten
Muaro Jambi, 30 km di sebelah Timur dari Kota Jambi
dengan koordinat 01° 044’ 34,4’ LS,103° 0 45’00,9” BT
dan 35 m diatas permukaan laut (DPL).
Adapun batas desa ini adalah sebelah timur
berbatasan dengan Desa Petaling, Sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Margalama, Sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Tangkit dan sebelah Selatan
berbatasan dengan kawasan transmigrasi. Luas areal 20
ha terdiri atas 4,8 ha perkolaman, 3,35 ha waduk, dan
11,85 daratan yang digunakan untuk perkantoran, asrama,
mess operator serta saran penunjang lainnya. Sumber air
berasal dari resapan lahan di sekitar Balai Budidaya
Air Tawar yang ditampung dalam tiga waduk/reservoir.
4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Budi Daya
Air Tawar Jambi
23
Untuk menunjang pelaksanaan program pembangunan
dan peningkatan produksi perikanan di Indonesia
sebagaimana tertuang dalam surat keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 346/kpst/OT.210/5/94 Tanggal 6 Mei
1994, maka dibentuklah Loka Budidaya Air Tawar Jambi
yang berstatus Eselon IV, dengan wilayah kerja
meliputi Indonesia barat. Berdasarkan surat keputusan
Menteri Eksploitasi Laut dan Perikanan Nomor : 66 tahun
2000 tanggal 31 Juli 2000 terjadi perubahan struktur
organisasi Loka Budidaya Air Tawar Jambi. sesuai
perkembangannya, pada tanggal 1 Mei 2000 Loka Budidaya
Air Tawar Jambi berubah menjadi Balai Budidaya air
Tawar Jambi yang berstatus eselon III, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
KEP.26-E/MEN/2001.
Balai Budi Daya Air Tawar jambi merupakan Unit
Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan
dibidang budidaya Air Tawar yang berada di bawah
tanggung jawab Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
dengan wilayah kerja meliputi pulau Sumatera dan
Kalimantan.
24
4.1.2. Fungsi dan Tugas Pokok
Adapun fungsi dari Balai Budi Daya Air Tawar Jambi
adalah sebagai berikut :
Fungsi BBAT Jambi berdasarkan surat Keputusan Menteri
kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26-E/MEN/2001
Tanggal 1 Mei 2001, adalah :
1. Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan
standar pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar.
2. Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi
sistem mutu dan sertifikasi personil pembenihan
serta pembudidayaan ikan air tawar.
3. Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan
pengelolaan induk dasar ikan air tawar.
4. Pelaksanaan pengujian teknik pembenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar.
5. Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan
serta pengendalian hama dan penyakit ikan air tawar.
6. Pengkajian standar pengendalian lingkungan dan
sumberdaya induk/benih ikan air tawar.
7. Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian,
pengawasan benih dan pembudidayaan air tawar.
25
8. Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan
publikasi pembenihan dan pembudidayaan ikan air
tawar.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Tugas pokok dari Balai Budi Daya Air Tawar Jambi
itu sendiri yaitu melaksanakan penerapan teknik
pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar serta
pelestarian sumberdaya induk/benih ikan air tawar.
4.1.3. Visi dan Misi Balai Budi Daya Air Tawar Jambi
Visi : Balai Budi Daya Air Tawar Jambi sebagai
penghasil induk unggul dan teknologi terapan
budidaya air tawar terbesar.
Misi : Untuk mendukung visi yang telah ditetapkan, maka
misi yang di emban oleh BBAT jambi adalah
1. Mengembangkan rekayasa teknologi budi daya ikan air
tawar
2. Meningkatkan produksi induk dan benih unggul
3. Meningkatkan sisteminformasi IPTEK dan standarisasi
perikanan air tawar
4. Meningkatkan jasa pelayanan teknologi dan produksi
26
5. Melaksanakan supaya pelestarian sumberdaya ikan
(plasma Nutfah) dan lingkungan.
4.1.4. Organisasi dan Tata Kerja
Berdasarkan PERMEN Kelautan dan
Perikanan Nomor : PER 09/MEN/2006 tanggal 12 Januari
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budi Daya
Air Tawar, struktur organisasi BBAT Jambi terdiri atas:
a. Kepala Balai
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Pelayanan Teknik
d. Seksi Standardisasi Dan Informasi
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam menjalankan tugasnya Balai Budi Daya Air
Tawar Jambi dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu
oleh Kasubbag, Kasi dan Kelompok Jabatan
Fungsional. Berikut adalah uraian tugas dari masing-
masing seksi dalam struktur organisasi mengacu pada
PERMEN Kelautan dan Perikanan No : 09/MEN/2006 :
1. Sub Bagian Tata Usaha :
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana,
program, dan anggaran, pengelolaan administrasi
27
keuangan, kepegawaian, jabatan fungsional, persuratan,
barang kekayaan milik negara dan rumah tangga, serta
evaluasi dan pelaporan
2. Seksi Pelayanan Teknik :
Mempunyai tugas melakukan pelayanan teknik kegiatan
pengembangan, penerapan, serta pengawasan teknik
perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar.
3. Seksi Standardisasi dan Informasi :
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan standar
teknik dan pengawasan perbenihan dan pembudidayaan ikan
air tawar, dan pengendalian hama dan penyakit ikan,
lingkungan, sumber daya induk dan benih ikan air tawar,
serta pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan
4. Kelompok Jabatan Fungsional :
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan,
pengujian, penerapan bimbingan penerapan
standar/sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan ikan
air tawar, pengendalian hama dan penyakit ikan,
pengawasan benih/budidaya dan penyuluhan serta kegiatan
lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan
28
fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pada kelompok jabatan fungsional ini dibagi dalam tiga
kelompok besar yaitu:
1. Kelompok Ikan Spesifik Lokal dan Ikan Hias
2. Kelompok Ikan siklid
3. Kelompok Ikan Catfish
4. Kelompok Nutrisi, Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Bagan struktur organisasi balai budi daya air tawar
jambi
KEPALA BALAIIr. H. Mimid
Abdul Hamid Msc.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Mubinun Spi, M.Si
Kelompok Ikan
Spesifik Lokal dan Ikan Hias
Koordinator KelompokFungsional
Kepala SeksiPelayanan TeknisMashudi, Spi
Kepala Seksi StandarisasiDan InformasiYudho Adhitomo,
A.Pi
Kelompok Nutrisi, Kesehatan Ikan dan
Lingkungan
Kelompok Ikan Catfish
Kelompok Ikan siklid
29
Gambar 4: Struktur Organisasi di Balai Budi Daya Air
Tawar Jambi
4.1.5. Sumber Daya Manusia
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di BalaiBudi Daya Air Tawar Jambi
No Tingkat Pendidikan Jumlah1 Magister 72 Sarjana 313 Sarjana Muda 144 SLTA 315 SLTP 66 SD 9
Sumber : Data Sekunder Balai Budi Daya Air Tawar Jambi (2014)
Tabel 3 : Status kepegawaian No Status Jumlah1 PNS 702 Kontrak 29
Sumber : Data Sekunder Balai Budi Daya Air Tawar Jambi (2014)
4.1.6. Sarana dan Prasarana
30
Dalam mendukung semua kegiatan di BBAT
Jambi, maka Balai dilengkapi dengan sarana dan
prasarana diantaranya:
A. Hatchery
Hatchery yang dimiliki oleh BBAT Jambi terdiri
atas: hatchery 1 ( patin siam, lele, baung), hatchery 2
(nila), hatchery 3 (jelawat) dan hatchery ikan
hias (gurami, arwana, botia)
B. Perkolaman
Perkolaman ini digunakan untuk kegiatan
pendederan, pembesaran, pemeliharaan induk serta untuk
kegiatan perekayasaan. Kolam yang ada di BBAT Jambi
terdiri dari : kolam Induk 600 m (10 buah), kolam
pendederan 500 m2 (15 buah) dan ukuran 250 m2 (28
buah), kolam pembesaran 1500 m2 (11 buah) dan ukuran
500 m2 (18 buah), kolam induk ikan hias 50 m2 (4
buah), bak nila 56 buah, bak pakan alami 5 ton (12
unit) 30 ton (7 unit),dan keramba jaring
apung sebanyak 60 unit.
C. Laboratorium
31
Laboratorium di BBAT Jambi terdiri dari :
Laboratorium Nutrisi, kualitas air, kesehatan ikan dan
Laboratorium pakan alami, semua ini dugunakan untuk
kegiatan analisa kualitas air, pakan dan penyakit ikan.
Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan
BBAT Jambi merupakan salah satu laboratorium yang telah
menerapkan Good Laboratory Practice serta dokumen
sistem manajemen mutu berdasarkan ISO/ICE 17025:2005.
Laboratorium ini telah TERAKREDITASI oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) sejak Juni 2011 dengan nama
Laboratorium Penguji BBAT Jambi dengan Nomor : LP-519-
IDN. Keberadaan Laboratorium Pengujian BBAT Jambi
Merupakan salah satu komitmen dari BBAT Jambi, DJPB-KKP
dan memberikan pelayanan kepada masyarakat luas dalam
pengujian sampel ikan, air dan pakan
Kegiatan pengujian yang dapat dilakukan di
laboratorium Pengujian BBAT Jambi antara lain :
1. Pengujian Virus
Pengujian Virologi, diagnosis KHV secara PCR
Peengujian Genetik, deteksi gen/alel anti KHV secara
PCR
32
2. Pengujian Parasit
Jenis parasit yang dapat diidentifikasi antara
lain: Argulus sp., Chillodonella sp., Centrocescus sp.,
Dactylogyrus sp, Epistylis sp., Ichthyophthirius multifiliis, Lernea sp.,
Glochidium sp., Gyrodactylus sp., Heneguya sp., Myxobolus sp.,
Oodinium sp., Trichordina sp.
3. Pengujian Bakteri
a. Identifikasi bakteri pathogen antara
lain: Edwardsiella ictaluri, Aeromonas hydrophila, Pseudomonas
sp., Streptococcus sp., Flavobacterium sp., Vibrio sp., dll
b. Penghitungan Angka Lempeng Total Bakteri (ALT) dan
Angka Lempeng Total Bakteri Vibrio sp. (TBV)
4. Analisa Proksimat
Meliputi kadar lemak, kadar air, kadar abu, kadar
protein dan serat kasar.
5. Pengujian Kualitas Air
Meliputi suhu, pH, Oksigen terlarut, Salinitas,
Alkalinitas, Kesadahan, Amoniak, Nitrat, Nitrit,
Fosfat, Total Nitrogen, TOM, COD, Turbiditas, dll
6. Pengujian Logam Berat dan Residu Antibiotik
a. Pengujian Logam Berat
33
Meliputi Kalium (ca), Cadmiun (cd), Copper (Cu),
Magnesium (Mg), Mangan (Mn), Fe, Timbal/Lead (Pb),
Natrium/Sodium (Na), Kalium/pottasium (K) Zinc
(Zn), Total Mercury (Hg).
b. Pengujian Residu Antibiotik
Meliputi; Chloramphenicol, Oxytetracycline,
Nitrofuran (AOZ) dan Nittrofuran (AMOZ).
D. Jaringan Listrik
Kapasitas terpasang jaringan listrik yang
ada di BBAT Jambi sebesar 60 KVA berasal dari PLN Rayon
Kota Baru Jambi. Untuk menanggulangi terjadinya ganguan
pemadaman listrik dari PLN maka disiapkan juga
Generator Set (Genset) sebanyak 3 unit dengan kapasitas
masing-masing 60 KVA (1 unit) , 150 KVA (1 unit), 20
KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit)
E. Gedung
Gedung yang dimiliki BBAT Jambi terdiri
atas: gedung perkantoran 240 m2, aula 170 m2, gedung
pejabat fungsional 120 m2, perpustakaan 100 m2, asrama
4 kopel (3 kopel @ 90 m2, ), 1 kopel 100 m2, mess
operator tipe 21 (7 unit), tipe 45 (18 unit), tipe 70 (
34
5 unit), tipe 36 (10 unit) bangunan gudang (5 unit),
dan bengkel ( workshop).
F. Sarana Transportasi
BBAT Jambi ditunjang oleh beberapa kendaraan
operasional antara lain: kendaraan roda enam /truk (2).
Kijang minibus (6), kijang pick up ( 1), isuzu ELF
minibus (1), mitsubushi L-300 (1), KIA Travello (1),
kendaraan roda 3 (1), Kendaran roda2 (4), dan kendaraan
roda 4 ( 1 buah tidak layak pakai). Motor Revo 5 unit.
4.2. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus
carpio L)
Hasil pengamatan identifikasi ektoparasit yang
dilakukan selama praktek magang ditemukan jenis-jenis
parasit yang menyerang ikan mas di kolam semi permanen
B 11 dan B 12 dengan memperhatikan tingkat prevalensi
dan juga intensitas parasit yang terjadi.
4.2.1. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas(Cyprinus carpio L) Kolam B 11
Pengamatan parasit ikan mas kolam B 11 dengan
menghitung tingkat prevalensi dan intensitas parasit
dapat dilihat pada Tabel 4 pengamatan dilakukan 2 kali.
35
Tingkat prevalensi kejadian parasit yang tertinggi
Dactylogyrus sp. dan Lernea sp., yakni 29 %. Sedangkan
Trichodina sp., 14 % serta Chilodonella sp., Gyrodactylus
sp., Glochidium sp., Myxobolus sp. 7 %. Tingkat
intensitas parasit yang tertinggi yaitu 15,5 pada
parasit Dactylogyrus sp. Sedangkan intensitas terendah
pada parasit Lernea sp. dan Chilodonella sp. yakni
masing-masing nilai intensitasnya 2.
Tabel 4. Prevalensi dan intensitas masing - masingparasit yang ditemukan pada ikan mas sampeldari kolam B 11
Nama parasit
Totalikansampel(ekor)
Jumlahikan
terinfeksi (ekor)
Totalparasityang
menginfeksi (indvatau sel)
Prev(%)
Intensitas
Dactylogyrus
sp. 10 4 62 29 15.5Lernea sp. 10 4 8 29 2Chilodonella
sp. 10 1 2 7 2Gyrodactylus
sp. 10 1 4 7 4Glochidium
sp. 10 1 3 7 3Tricodina
sp. 10 2 15 14 7.5
36
Myxobolus 10 1 1 7 1Ket = Indv : Individu, Prev (% ): Prevalensi
Pada pengamatan ikan mas dari kolam B 11 ,
kondisi ikan yang terjangkit parasit dan penyakit dapat
dilihat dengan lendir yang banyak dan insang telihat
membiru. Ikan dalam keadaan stress mengakibatkan
penularan parasit dapat berjalan cepat terutama pada
parasit Dactylogyrus sp. dan Lernea sp. yang memiliki
nilai prevalensi tertinggi yakni 29 %. Tingginya nilai
prevalensi satu faktor bahwa siklus hidup parasit yang
berlangsung dengan cepat dalam kondisi siklus budidaya,
karena parasit ini tidak memerlukan inang perantara
dalam siklus hidupnnya (Aryani et al., 2011).
Intensitas parasit Dactylogyrus sp. juga tinggi
yakni bernilai 15,5 dari sepuluh sampel ikan empat ikan
sampel terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. Kedaan ikan
yang banyak stress memicu parasit mudah menyerang tubuh
ikan, terutama pada pagi hari dimana kondisi perairan
yang sedikit mengandung oksigen terlarut mengakibatkan
ikan lemas kekurangan oksigen memberikan kesempatan
pada parasit untuk menyerang ikan. Diagram prevalensi
37
kejadian dan intensitas parasit tertinggi dan terendah
pada ikan mas di kolam B 11 (Gambar 5).
Gambar 5. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit
Ikan Kolam B11
4.2.2. Identifikasi ektoparasit Pada Ikan Mas(Cyprinus carpio L) Kolam B 12
Pengamatan parasit pada ikan mas kolam B 12
dengan menghitung tingkat prevalensi dan intensitas
parasit dapat dilihat pada Tabel 5 pengamatan dilakukan
sebanyak 4 kali pemeriksaan pada tanggal 5, 7, 14 dan
19 Februari 2014. Tingkat prevalensi kejadian parasit
38
yang tertinggi 35 % pada parasit Dactylogyrus sp
sedangkat tingkat prevalensi terendah 5 % Myxobolus.
Tingkat intensitas parasit yang tertinggi yaitu 18,7
pada parasit Tricodina sp. Sedangkan intensitas terendah
pada parasit Myxobolus sp. yakni bernilai 2.
Tabel 5. Prevalensi dan intensitas masing -masingparasit yang ditemukan pada ikan mas sampeldari kolam B 12.
Nama parasit
Totalikansampel(ekor)
Jumlahikan
terinfeksi (ekor)
Totalparasityang
menginfeksi (indvatau sel)
Prev(%)
Intensitas
Dactylogyrus
sp. 20 7 86 35 12.3Lernea sp. 20 2 6 10 3.0Chilodonella
sp. 20 2 12 10 6.0Gyrodactylus
sp. 20 2 8 10 4.0Glochidium
sp. 20 3 13 15 4.3Tricodina
sp. 20 3 56 15 18.7
39
Myxobolus 20 1 2 5 2.0Ket = Indv : Individu, Prev (% ): Prevalensi
Pada ikan mas di loma B 12 presentase ikan yang
terserang ikan yang terinfeksi seluruh ikan
(prevalensi) tertinggi yaitu pada parasit Dactylogyrus sp.
35 % dan 15 % pada parasit Tricodina sp. Intensitas
parasit Tricodina sp. juga tinggi yakni mencapai 18.7.
Intensitas dan prevalensi Tricodina sp. tinggi diduga
karena parasit Tricodina sp. hidup dengan cepat pada
kondisi kolam yang tergenang dan biasanya menyerang
pada ikan stadia ikan ukuran benih atau pendederan.
Gambar 6. Diagram prevalensi dan Intensitas
Parasit Ikan Kolam B12
4.2.3. Dactylogyrus sp.
40
Penyerangan Dactylogyrus sp. banyak ditemukan pada
insang ikan mas. Dactylogyrus sp. sering menyerang pada
bagian insang ikan air tawar, payau dan laut.
Dactylogyrus sp. menginfeksi insang semua jenis ikan air
tawar, terutama ukuran benih.
Ikan mas yang terinfeksi Dactylogyrus sp.
memproduksi lendir yang berlebihan. Menurut Irianto
(2005) menyatakan Dactylogyrus sp. cenderung melekat pada
insang dengan haptor, menginfeksi hampir semua ikan air
tawar terutama cyprinid. Infestasi Dactylogyrus sp. akan
merangsang sekresi mucus berlebihan dan dapat
menyebabkan tepi lamella insang tercabik atau luka.
Gambar 7. Insang terinfeksi Dactylogyrus sp. (Pembesaran
1000x)
41
Dari pengamatan selama praktek kandungan oksigen
terlarut pada pagi hari cenderung rendah. Keadaan
insang pada saat pengamatan cenderung berlendir dan
lamella insang menyatu satu sama lain serta memucat
seperti pada Gambar 7.
Menurut Ghufran (2004) penanggulangan penyakit
Dactylogiriasis dilakukan dengan pemberian pakan yang cukup
terutama ikan-ikan yang berukuran benih (1,5-5 cm),
segera pindahkan kelurkan dari kolam atau matikan jika
ikan menunjukkan infeksi berat, kolam dikeringkan bila
mungkin setelah kering 2-3 hari, dasar kolam diberi
kapur (CaO)25 kg/ha. Sedangkan pengobatan dengan
methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam atau PK 0,01 %
selam 30 menit.
4.2.4. Lernea sp.
Lernea sp menjangkit ikan sampel yang berasal dari
kolam B 11 dari 10 ekor ikan sampel 4 ekor ikan
terinfeksi parasit jenis Lernea sp dengan intensitas 2
prevalensi 29 %. Sedangkan ikan sampel dari kolam B 12
terdapat 2 ekor ikan terinfeksi parasit Lernea sp dari
42
total sampel 20 ekor ikan dengan intensitas 3 dan
prevalensi 10%.
Gambar 8. Lernea sp (Pembesaran 1000 x)
Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan
pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke
kolam atau menggunakan bahan kimia untuk membasminya,
khususnyab stadium nauplius dan copepodid. Untuk
menghindari terjadinya serangan sekunder, ikan direndam
kedalam larutan Tetracyline 250 mg per 500 liter air
selama 2-3 jam. Proses perendaman dapat diulangi selama
3 hari (Ghufran, 2004).
4.2.5. Chilodonella sp.
Chilodonella sp. menginfeksi 1 ekor dari total
ikan sampel 10 ekor yang berasal kolam B 11 dengan
43
intensitas parasit yang menyerang adalah 2 dan
prevalensi 7 %. Sedangkan dari kolam B 12 dijumapai 2
ekor ikan terinfeksi dari toatal ikan sampel 20 ekor.
Intensitas penyerangan parasit ini terhadap ikan mas
adalah 6 dengan prevalensi 10 %.
Gambar 9. Chilodonella sp (Pembesaran 1000x)
4.2.6. Gyrodactylus sp.
Ikan mas yang terinfeksi Gyrodactylus sp. dengan
tanda-tanda klinis ikan tersebut sering berenang dekat
permukaan air, bersembunyi di salah satu sudut kolam
atau akuarium dan berenang lambat (lethargik). Irianto
(2005) menyatakan tanda-tanda klinis ikan yang
terinfeksi Gyrodactylus sp. yaitu ikan menjadi letargik,
berenang dekat permukaan air, bersembunyi pada salah
satu sudut kolam pemeliharaan dan kehilangan nafsu
44
makan serta ikan seringkali menggosok - gosokkan tubuh
ke dinding.
Gyrodactylus sp. biasanya menyerang kulit dan sirip
ikan. Ikan yang terserang gejalanya dapat dikenali dari
insang pucat dan bengkak sehingga operkulum terbuka,
ikan terlihat berkumpul pada pintu air masuk, produksi
lendir berlebihan, pertumbuhan ikan terhambat, nafsu
makan ikan berkurang, kandungan sel darah putih
berlebihan, serta tingkah laku dan berenang ikan tidak
normal (Yuasa, 2003).
Gambar 10. Gyrodactylus sp.
4.2.7. Glochidium sp.
Parasit Glochidium sp. merupakan larva dari kerang
air tawar parasit ini banyak ditemui menyerang bagian
insang namun juga ditemui pada sirip. Dari 10 ekor ikan
45
sampel kolam B 11 terdapat 1 ekor ikan terinfeksi
parasit Glochidium sp. dengan intensitas 3 dan
prevalensi 7 % , sedangkan dari 20 ekor ikan sampel
yang berasal dari kolam B 12 terdapat 3 ekor ikan yang
terinfeksi parasit Glochidium sp. Intensitas Glochidium
sp. pada kolam B 12 4.3 dan prevalensi 15 %.
(a) (b)Gambar 11. Glochdium sp. (a) sirip (b) insang
(pembesaran 1000 x)
4.2.8. Tricodina sp.
Parasit Trichodina sp. yang ditemukan berbentuk
seperti cawan, mempunyai silia yang menempel pada
tubuhnya, dentikel berbentuk memanjang seperti jarum
dan mempunyai blade dan torch berbentuk seperti kait.
Menurut Irianto (2005), Trichodina sp. mempunyai bentuk
tubuh seperti cawan, berdiameter 5 µm, dengan bulu
getar terangkai pada pada kedua sisi sel. Rukyani
46
(1990) juga menyatakan ciri khas Trichodina sp. mempunyai
dentikel atau gigi kait didalam permukaan tubuhnya,
bergerak memutar tubuhnya dan mempunyai cilia.
Gambar 12 : Tricodina sp. (Pembesaran 1000 x)
Penyerangan Trichodina sp. banyak ditemukan pada
lendir ataupun permukaan tubuh dibandingkan pada bagian
insang ikan mas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lom
(1962), pada ikan-ikan air tawar parasit Trichodina sp.
umumnya ditemukan di kulit , sedangkan pada ikan-ikan
air laut di insang. Ikan gurami yang terserang Trichodina
sp. produksi lendir berlebihan dan berenang lamban.
Irianto (2005) menyatakan ikan yang terserang Trichodina
sp. akan menunjukkan gejala-gejala klinis yaitu ikan
yang sakit akan letargik (malas), produksi mukus
meningkat, borok biasa terjadi di kulit, sirip rusak
(tercabik), dan jika infeksi terjadi pada insang maka
47
akan terjadi gangguan pernapasan, pada kasus berat
dapat terjadi hiperplasia sekunder dan hipertrofi
epitel insang.
Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di
lapisan epitel ikan dengan bantuan ujung membran yang
tajam. Setelah menempel, parasit segera berputar-putar
sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat
penempelannya, memakan sel-sel epitel yang hancur dan
mengakibatkan iritasi yang serius. Pada lingkungan
dengan populasi parasit yang cukup tinggi, umumnya
apabila kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini
menjadi lebih berbahaya (Anonimus, 2008).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit
Trichodina sp. mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan dengan
rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya
infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi karena ikan
memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya
kelelahan atau bisa juga terjadi akibat terganggunya
48
sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang
dipenuhi oleh lendir (Moeler, 2010).
Penularan penyakit ini bisa melalui air atau
kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan
penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air
pada wadah tempat ikan dipelihara (Anonimus, 2011).
4.2.9. Myxobolus sp.
Parasit Myxobolus sp. termasuk kedalam prevalensi
dan intensitas terendah dimana prevalensi 5 % sedangkan
intensitas 2 hal ini diduga karena parasit ini memiliki
inang defenitif dan kehidupan parasit ini membutuhkan
inang perantara, sehingga penularan tidak cepat
terjadi. Dari 20 ekor ikan sampel hanya satu ekor ikan
terserang parasit Myxobolus sp.
Gambar 13. Myxobolus sp. (Pembesaran 400 x)
49
Ikan yang terserang Myxobolus sp. menunjukkan
gejala–gejala berupa timbulnnya benjolan menyerupai
tumor pada insang ikan yang terserang Myxobolus sp
(Gambar 14). Sehingga terjadi gangguan sirkulasi
pernapasan, nekrosis, serta penurunan fungsi organ
pernapasan.
A
Gambar 14. Insang terinfeksi Myxobolus sp. A) Benjolanyang menyerupai tumor berisisi spora
4.3. Pencegahan Infeksi Parasit
Ikan terjangkit penyakit jika tidak seimbangnya
keadaan lingkungan dengan kondisi fisik ikan yang
berada pada lingkungan tersebut sehingga menyebabkan
parasit dapat dengan mudah menyerang ikan pada saat
ikan imunnya lemah, bukan hanya parasit melainkan
infeksi sekunder oleh bakteri penyakit yang disebabkan
oleh bakteri lebih berakibat fatal dibandingkan dengan
50
dengan parasit dimana bakteri dapat menyerang dan
langsung mematikan terhadap ikan yang terjangkit
bakteri yang berbahaya. Cara mengatasi ikan mas yang
terserang parasit perendaman ikan dengan kalium
permanganat 3-5 ppm .
Pencegahan infeksi parasit pada ikan mas dikolam
pendederan yakni dengan pengolahan dasar kolam sebelum
digunakan untuk memelihara ikan. pengolahan dasar kolam
dengan pemberian pupuk dan pengapuran. Memberi aerasi
pada kolam merupakan cara efisien untuk meningkatakan
kadar oksigen terlarut pada kolam terutama pada pagi
hari dimana cenderung rendahnya oksigen pemberian
aerasi ini sangat membantu untuk meningkatkan oksigen
terlarut dalam air.
Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi
suhu air ≥ 290C. Mengurangi kadar bahan organik
terlarut dan/atau meningkatkan
frekwensi pergantian air. Ikan yang terserang
trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas
yang rendah.
4.4. Pengukuran Kualitas air
51
Air atau media tempat pemeliharaan merupakan
faktor utama untuk proses pendederan ikan mas. Beberapa
parameter kualitas air yang perlu diperhatikan didalam
pemeliharaan benih ikan mas adalah, suhu, pH, DO,
amoniak, nitrat, nitrit dan kecerahan. Pengukuran
parameter kualitas air pada pagi hari di kolam
pendederan ikan mas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kualitas Air Di Kolam Pendederan Ikan Mas(Cyprinus carpio L) di Balai Budi Daya AirTawar Jambi
Minggu pH Suhu(0C)
DO(ppm)
Amoniak
(ppm)
Nitrit
(ppm)
Nitrat(ppm)
16,5
5
281,98 0,68 0,065 0,45
26,7
8
27.41,7 0,73 0,028 0,032
36,4
7
27.92,1 0,51 0,037 0,050
46,8
6
27.82,6 0,43 0,051 0,047
Sumber : Laboratorium Kesehatan Ikan Balai Budidaya Air Tawar Jambi
Secara umum kualitas air yang berada di unit
pendederan Balai Budi Daya Air Tawar Jambi menunjukkan
52
hasil yang baik dimana kisarannya masih memenuhi syarat
untuk kelangsungan hidup benih ikan mas.
Djarijah (2001), mengatakan bahwa suhu air yang
ideal 24º-28ºC dengan derajat keasaman berkisar 6-8 dan
kandungan oksigen 3-5 mg/L.
Pengukuran suhu di kolam pendederan dilakukan
dengan menggunakan thermometer digital. Dari hasil
pengukuran tampak bahwa suhu di kolam pendederan yaitu
kisaran 28,5 0C.
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH
meter. Dari hasil pengukuran tampak bahwa pH di kolam
pendederan rata-rata 6.66. Sesuai dengan SNI 01-7241-
2006 persyaratan pH untuk ikan mas yaitu sekitar 6-8.
Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO
meter. Dari hasil pengukuran tampak bahwa DO di kolam
pendederan yaitu 1.7-2.6 mg/L. Tidak sesuai dengan SNI
01-7241-2006 persyaratan DO untuk ikan mas yaitu
minimal 2 mg/L, maka DO di balai budi daya air tawar
Jambi kurang bagus untuk pertumbuhan ikan mas. Namun
kondisi ini hanya terjadi pada pagi hari sebelum
matahari terik.
53
Amoniak merupakan zat yang menimbulkan bau yang
sangat tajam dan menusuk hidung. Kehadiran bahan ini
dalam air adalah menyangkut perubahan fisika daripada
air tersebut. pH yang optimum untuk pertumbuhan ikan
yaitu 7–8. Apabila pH cenderung asam, maka kadar
amonium dalam air akan meningkat sedangkan apabila pH
cenderung basa maka amonia berada dalam bentuk NH3 yang
sangat toksik. Dari hasil pengukuran tampak bahwa NH3
di kolam pendederan sebesar 0,43–0,73 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan amoniak di kolam pendederan
ikan mas masih tergolong bagus karena masih dibawah 1
mg/L.
Hasil pengukuran tampak bahwa kandungan nitrat di
kolam pendederan yaitu 0,45 mg/L. Sesuai dengan SNI 06-
2480-1991 mengatakan bahwa kadar nitrat berkisar antara
0,1 – 2,0, hal ini berarti bahwa kolam pendederan ikan
mas majalaya mengandung nitrat yang tidak berbahaya
bagi ikan mas majalaya.
Kurangnya pergantian air pada sistem pemeliharaan
akan meningkatkan kadar nitrit apabila pemberian pakan
tidak dikurangi (Khairuman, 2013). Dari hasil
54
pengukuran tampak bahwa kandungan nitrit di kolam
pendederan yaitu sekitar 0,028 – 0,065 mg/L. Sesuai
dengan SNI 06-6989.9-2004 mengatakan bahwa kandungan
NO2 dalam air tidak boleh lebih dari kisaran 0,01 mg/L
- 1,00 mg/L.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Parasit yang ditemukan dari 30 ekor ikan mas
(Cyprinus carpio L) ada tujuh jenis yang terdiri dari
golongan cacing monogenea ada 2 jenis parasit yaitu
Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Jenis protozoa ada
Tricodina sp., Myxobolus sp., dan Chilodonella sp. Jenis
crustacea ada parasit Lernea sp., dan Glochidium sp. Dari
tujuh jenis parasit tersebut parasit yang paling banyak
menyerang pada ikan mas adalah jenis Dactylogyrus sp. dan
55
Lerena sp. dengan nilai prevalensi masing-masing 29 %
dari kolam B11, sedangkan dari ikan yang berasal dari
kolam B 12 jenis Dactylogyrus sp. 35,5 %.
Intensitas parasit tertinggi dari ikan kolam B11
adalah parasit Dactylogyrus sp. yakni bernilai 15,5 dan
dari kolam B12 Tricodina sp. 18,7.
Kualitas air pada kolam pemeliharaan benih ikan
mas (Cyprinus carpio L) di BBAT Jambi termasuk baik jika
seluruh parameter kualitas air (suhu, DO, pH,
amoniak, nitrat, nitrit) dalam kisaran normal barulah
kualitas air dari perairan tersebut dinyatakn baik
untuk pemeliharaan ikan. factor yang mempengaruhi
kondisi tubuh ikan terserang parasit salah satunya
kualitas air, pada kolam pemeliharaan ikan mas
parameter kualitas air yang sering terjadi fluktuasi
adalah oksigen terlarut pada pagi hari berubah sangat
rendah pagi hari yakni dibawah 4 ppm berkisaran 1.7-2.6
ppm pada benih kondisi ini tentu sangat mengganggu
respirasi apalagi jika terjadi setiap paginya. Oleh
sebab itu dibutuhkan suplai oksigen kedalam perairan
dengan pemberian aerasi di kolam terutama pada saat-
56
saat dimana kandungan oksigen turun. Untuk mencegah
kondisi buruk terjadi pada kesehatan ikan.
5.2. Saran
Pemberian vitamin dapat meningkatkan kondisi tubuh
benih ikan agar ketahanan dan pertumbuhan benih selama
masa pemelliharaan dapat berjalan dengan baik sehingga
tidak ada benih yang mal nutrisi. Penanganan terhadap
benih yang terserang parasit harus segera diatasi agar
tidak menimbulkan banyak benih yang terjangkit parasit.
Menjaga kualitas air pemeliharaan ikan agar
kondisi ikan dapat stabil tidak ada gangguan kesehatan
akibat kulalitas air yang kurang baik. Jika terjadi
penurunan kandungan oksigen terlarut pada air
pemeliharaan maka pemberian aerasi harus segera
dilakukan pada kolam harus optimum agar kandungan
oksigen terlarut dapat kembali tersedia dengan cukup
untuk kelangsungan respirasi ikan terutama pada pagi
hari dimana oksigen cenderung rendah.
Pencegahan agar penularan penyakit tidak terifeksi
kebenih-benih yang sehat maka jika terlihat ada ikan
sakit di kolam pemeliharaan maka segera dikeluarkan
57
dari kolam. Pengendalian penyakit yang benar merupakan
syarat utama untuk mencegah atau mengobati perkembangan
parasit yang menyerang ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Microscope diagnosis of common parasiteinfections. Diakses 22 April 2014 pukul 14.36.
Anonimus, 2008. Trichodina sp.http://zakkizainun.blogspot.com. Diakses 3 Maret2014.
Anonimus, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan PenyakitIkan Budidaya Laut.http://www.iptek.net.id/ind.Diakses 3 Maret 2014.
Aryani, N., Syawal, H., Lukistyowati, I., dan Riauwaty,M. 2011. Parasit dan Penyakit Ikan. Unri Press:Pekanbaru. 114 hal.
Aryani N., Syawal, H., Lukistyowati, I., dan Riauwaty,M, 2004. Penanggulangan Penyakit Ikan. RinekaCipta: Jakarta. 45 hal.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Ikan Gurami,Nila, Mas. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. 113hal.
58
Daelami. 2001 a. Agar Ikan Sehat. Penebar Swaday:Jakarta. 30 hal.
Daelami. 2001 b. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar.Penebar Swadaya: Jakarta. 72 hal.
Djarijah, S. A. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius.Yogyakarta. 86 hal.
Dogiel , V.A.G., G.K. Petrushhevski Dan I. Poliyansi.1970. Parasitology of Fishes. T.F.H. Publisher,Hongkong. 384.
Ghufran, M. dan H. Kordi. K, 2004. Penanggulangan Hamadan Penyakit Ikan. Rineka Cipta : Yogyakarta.
Handajani, H. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Universitas Muhammadiyah Malang.
Ilmiah, 2007. Peranan Imunostimulan Dalam MeningkatkanSintasan Benur Windu (Penaeus Monodon, Fab)Terhadap Serangan Virus Wssv. Budidaya Perairan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UniversitasMuslim Indonesia. 73 hal.
Irianto, Agus, Drs. M.Sc., Ph.D,. 2005. Patology IkanTeleostei. UGM-Press Yogyakarta : 11,171-172 hal.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Disease of Fish Culturedin the Tropics. Taylor and Prancis: London. 318p.
Khairuman, H. 2013. Budidaya Ikan Mas. Jakarta :AgroMedia Pustaka. 17 hal.
Khoiruman dan Khoirul, A. 2008. Buku Pintar Budidaya 15Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Lukistyowati, I. 2005. Teknik Pemeriksaan PenyakitIkan. UNRI Press. 2005. Pekanbaru: 104 hal.
59
Munajat A. dan Budiana, N. S. 2003. Pestisida Nabatiuntuk Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta. 87hal.
Moeler, 2010. External Protozoan Diseases ofFish.http://www.cichlid-forum.com/index.php.Diakses 22 April 2014 pukul 14.36.
Purbomartono, C., M. Isnaetiu dan Suwarsito. 2010.Ektoparasit pada Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Beji dan Sidabowa, KabupatenBanyumas. [Laporan Penelitian]. UniversitasMuhammadiyah. Purwokerto. Jurnal Sains Akuatik 10(1): 54-65.
Rukyani. 1990. Parasit dan Penyakit Ikan. PenebarSwadaya. Jakarta
Scombes, C. J. 1994. Enhancement of Fish Phagocyte Activity.Fish Shellfish Immmunology, 4 : 421-436.
Suseno, D. 2004. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas.Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 52 hal.
Yuasa, K. 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. BalaiBudidaya Air Tawar Jambi. Ditjen PerikananBudidaya, DKP dan JICA.
60
LAPORAN PRAKTEK MAGANG
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio
L)
DI BALAI BUDI DAYA AIR TAWAR JAMBI
OLEH
AGUSTINA BERTHA
61
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
LAPORAN PRAKTEK MAGANG
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio
L)
DI BALAI BUDI DAYA AIR TAWAR JAMBI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Gelar SarjanaPerikanan pada Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Riau
OLEH
AGUSTINA BERTHA
62
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTEK MAGANG
Judul Praktek Magang : Identifikasi ektoparasitpada ikan mas (Cyprinuscarpio l)di Balai Budidaya Air Tawar(BBAT) Jambi
Nama : Agustina Bertha
NIM : 1104114819
63
Program studi : Budidaya Perairan
Disetujui oleh :
Ketua Jurusan Budidaya Perairan
Ir. Mulyadi, M.PhilNIP:196105061986032002
Dosen Pembimbing
Dr. Dra. Iesje Lukistyowati, MS.NIP :195711241988032001
Tanggal Lulus Ujian 22 Mei 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada
hentinya memberikan limpahan karunia serta rahmat-Nya
kepada penulis sehingga laporan magang yang berjudul
“Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio
64
L) di Balai Budi Daya Air Tawar Jambi” dapat
diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dr. Dra. Iesje Lukistyowati, MS.
yang telah membimbing dalam menyusun laporan praktek
magang ini dan juga kepada Bapak Edy Barkat Kholidin
S.Pi M.Sc yang telah membantu melakukan praktek magang
di lapangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan serta semua pihak yang selalu
membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan praktek
magang ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktek
magang ini masih ada terdapat kekurangan, sehingga
penulis sangat mengharapkan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan magang ini.
65
Pekanbaru, Maret 2014
Agustina Bertha
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR................................... i
DAFTAR ISI....................................... ii
DAFTAR TABEL..................................... iii
DAFTAR GAMBAR.................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................. v
I.
PENDAHULUAN................................... 1
.............................................1.1.Latar Belakang................................. 11.2. Tujuan .................................. 21.3. Manfaat.................................. 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA.............................. 3
2.1...........................................Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)3
66
2.2...........................................Ektoparasit yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio L)42.2.1. Dactylogyrus sp...................... 42.2.2. Gyrodactylus sp...................... 52.2.3. Ichthiopthirius multifilis................. 52.2.4. ....................................
Tricodina sp............................ 62.2.5. Chilodonella........................... 72.2.6. Lernea sp........................... 72.2.7. Myxobolus sp......................... 8
2.2. Pencegahan dan Penanganan TerhadapEktoparasit................................ 9
2.3. Kualitas Air........................... 9
III. METODE PRAKTIKUM............................ 11
3.1...........................................Waktudan Tempat................................. 11
3.2...........................................Bahandan Alat................................... 11
3.3...........................................Metode Praktek.................................. 113.3.1. ....................................
Pengambilan Sampel.................... 123.3.2. ....................................
Pemeriksaan Ektoparasit............... 123.3.3. Perhitungan Data Praktek Magang di BBAT
Jambi................................. 133.4........................................... Anal
isis Data.............................................................................14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................... 15
4.1...........................................Keadaan Umum Balai Budi Daya Air Tawar Jambi.... 154.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Budi Daya Air Tawar Jambi.............. 154.1.2. Fungsi dan Tugas Pokok.............. 164.1.3. Visi dan Misi Balai Budi Daya Air Tawar
Jambi................................. 17
67
4.1.4. Organisasi dan Tata Kerja........... 174.1.5. Sumber Daya Manusia................. 204.1.6. Sarana dan Prasarana................ 20
4.2...........................................Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpioL)......................................... 234.2.1. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) Kolam B 11............ 234.2.2. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) Kolam B 12............. 254.2.3. Dactylogyrus sp....................... 274.2.4. Lernea sp........................... 284.2.5. Chilodonella sp. .................... 294.2.6. Gyrodactylus sp....................... 294.2.7. Glochidium sp........................ 304.2.8. Tricodina sp......................... 314.2.9. Myxobolus sp......................... 32
4.3...........................................Pencegahan Infeksi Parasit ..................... 33
4.4...........................................Pengukuran Kualitas Air ........................ 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................... 37
5.1...........................................Kesimpulan...................................... 37
5.2...........................................Saran...........................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
68
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kriteria Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Mas(Cyprinus carpio L) .............................. 10
2. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di BalaiBudi Daya Air Tawar Jambi.................. 20
3. Status Kepegawaian ........................... 20
4. Prevalensi Dan Intensitas Masing-MasingParasit yang Ditemukan pada Ikan Mas SampelDari Kolam B 11............................... 24
5. Prevalensi Dan Inteistas Masing -MasingParasit yang Ditemukan pada Ikan MasSampel Dari Kolam B 12........................ 26
6. Parameter Kualitas Air Di Kolam PendederanIkan Mas (Cyprinus carpio L) di Balai BudidayaAir Tawar Jambi............................... 35
69
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio L)..................... 3
2. Preparat ..................................... 13
3. Pengamatan Parasit............................ 13
4. Struktur Organisasi di Balai Budidaya Air
Tawar Jambi................................... 19
70
5. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit
Ikan Kolam B11................................ 25
6. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit
Ikan Kolam B12................................ 26
7. Insang terinfeksi Dactylogyrus sp................ 27
8. Lernea sp...................................... 28
9. Chilodonella sp................................. 29
10.................................Gyrodactylus sp.
............................................30
11................................Glochdium sp.
............................................30
12...................................Tricodina sp.
............................................31
13..................................Myxobolus sp.
............................................33
14................Insang terinfeksi Myxobolus sp.
............................................33
71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lay Out BBAT Jambi............................. 41
2. Data Ukuran Ikan Sampel Selama Praktek Magang. 42
3. Prevalensi dan Intensitas Parasit Ikan Mas.... 44
4. Alat yang Digunakan Untuk Pemeriksaan Parasit.............................................. 46
5. Dokumentasi Selama Praktek Magang di BBAT
Jambi......................................... 48
6. Peta Lokasi Magang............................ 50
7. Fasilitas di BBAT Jambi....................... 51
8. Wilayah Kerja BBAT Jambi...................... 52
9. Sertifikat Magang ........................... 53
72
RINGKASAN
AGUSTINA BERTHA (1104114819), IdentifikasiEktoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) DI BalaiBudi Daya Air Tawar Jambi Dibawah Bimbingan Ibu Dr.Dra. Iesje Lukistyowati
Praktek magang ini dilaksanakan pada 23 Januari
sampai 21 Februari 2014 bertempat di Laboratorium
Penguji Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi yang
terletak di Jl. Sungai Gelam, Kec. Sei Gelam, Kab.
Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Tujuan dari praktek
magang ini adalah untuk mengetahui jenis -jenis
ektoparasit yang menyerang ikan Mas (Cyprinus carpio L)
dan faktor-faktor yang mempengaruhi ikan mas (Cyprinus
73
carpio L) terserang parasit di Balai Budi Daya Air
Tawar (BBAT) Jambi.
Metode yang digunakan adalah metode survey melalui
pengambilan sampel pada kolam pendederan secara
langsung untuk mengindentifikasi parasit pada ikan mas.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil
pemeriksaan parasit yang dilakukan. Data sekunder
diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan
data yang diperlukan serta ditambahkan dengan literatur
yang mendukung kelengkapan dan kejelasan mengenai data
yang didapatkan tersebut.
Parasit yang ditemukan dari 30 ekor ikan mas
(Cyprinus carpio L) ada tujuh jenis yang terdiri dari
golongan cacing monogenea ada 2 jenis parasit yaitu
Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Jenis protozoa ada
Tricodina sp., Myxobolus sp., dan Chilodonella sp. Jenis
crustacea ada parasit Lernea sp., dan Glochidium sp. Dari
tujuh jenis parasit tersebut parasit yang paling banyak
menyerang pada ikan mas adalah jenis Dactylogyrus sp. dan
Lerena sp. dengan nilai prevalensi masing-masing 29 %
74
dari kolam B11, sedangkan dari ikan yang berasal dari
kolam B 12 jenis Dactylogyrus sp. 35,5 %.
Intensitas parasit tertinggi dari ikan kolam B11
adalah parasit Dactylogyrus sp. yakni bernilai 15,5 dan
dari kolam B12 Tricodina sp. 18,7.
Kualitas air pada kolam pemeliharaan benih ikan
mas (Cyprinus carpio L) di BBAT Jambi termasuk baik akan
tetapi pada pagi hari oksigen terlarut berubah sangat
rendah yakni dibawah 4 ppm hal ini dipengaruhi oleh
intensitas fitoplankton.yang sedikit Oleh sebab itu
dibutuhkan suplai oksigen kedalam perairan dengan
pemberian aerasi di kolam terutama pada saat kandungan
oksigen turun. Menghindari serangan penyakit masuk
kedalam tubuh ikan pemberian vitamin juga sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan
(imun).