PAPER EKONOMI PERIKANAN - Tenaga Kerja Produksi Perikanan
Transcript of PAPER EKONOMI PERIKANAN - Tenaga Kerja Produksi Perikanan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu
sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan
ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan
pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan
lapangan kerja. Dalam sektor perikanan sumberdaya
manusia, modal dan teknologi menempati posisi yang
sangat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang
dan jasa (Mulyadi, 2005 dalam Mapaliey, et. al., 2013).
Namun, menurut data Badan Pusat Statistik (2008) dalam
Nugraha (2014), sumber daya manusia di bidang perikanan
memiliki kualitas yang rendah, yaitu sebagian besar
atau sekitar 79,5% tidak lulus SD; 19,6% hanya tamat
SD; 1,9% berpendidikan SLTA; dan hanya 0,03%
berpendidikan D3 atau S1. Rendahnya kualitas SDM
menyebabkan rendahnya produktivitas, sementara itu
rendahnya produktivitas akan menyebabkan rendahnya
pendapatan, dan rendahnya pendapatan menyebabkan
kemiskinan nelayan.
Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat
kompleks dan besar. Kondisi kerja yang baik, kualitas
output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas
sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul
dalam pembahasan tentang tenaga kerja di samping
masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia
1
usaha (Sholeh, 2011). Menurut Sinungan (2003) dalam
Mapaliey, et. al. (2013), kerja yang produktif memerlukan
ketrampilan kerja yang sesuai dengan isi kerja sehingga
bisa menemukan penemuan-penemuan baru untuk dapat
memperbaiki cara kerja atau minimal mempertahankan cara
kerja yang sudah baik. Faktor pendukung kerja yang
produktif, yaitu kemauan kerja yang tinggi, kemampuan
kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja
yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan
hidup, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang
manusiawi dan hubungan kerja yang harmonis.
Untuk menjadikan sektor perikanan menjadi andalan
maka perlu ditingkatkan melalui peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dengan cara memberikan
pendidikan dan pelatihan untuk nelayan dan pembudidaya
dalam suatu wadah klaster agar dapat terjadi transfer
teknologi atau transfer pengetahuan. Peningkatan
produktivitas dapat meningkatkan nilai tambah berupa
peningkatan output dan minimalisasi input yang
dilakukan oleh pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat
umum, dengan demikian maka akan terjadi penyerapan
tenaga kerja di sektor tersebut (Nugraha, 2014).
Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan
permasalahan dalam penulisan ini, yaitu:
2
1. Bagaimana definisi tenaga kerja produksi
perikanan?
2. Bagaimana teori permintaan tenaga kerja?
3. Bagaimana teori penawaran tenaga kerja?
4. Bagaimana produktivitas dan penyerapan tenaga
kerja?
Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi tenaga kerja produksi
perikanan.
2. Untuk mengetahui teori permintaan tenaga kerja.
3. Untuk mengetahui teori penawaran tenaga kerja.
4. Untuk mengetahui produktivitas dan penyerapan
tenaga kerja.
3
PEMBAHASAN
1. Definisi Tenaga Kerja Produksi Perikanan
Menurut Putra (2011), secara garis besar penduduk
suatu negara dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja
merupakan penduduk yang berumur dalam batasan usia
kerja, batasan usia kerja berbeda-beda di setiap
negara. Batasan usia kerja yang dianut oleh Indonesia
adalah minimal 15 tahun tanpa batasan maksimum. Menurut
BPS, tenaga kerja (man power) merupakan penduduk dengan
usia 15–60 tahun yang telah mulai bekerja dan
mendapatkan penghasilan dan jikapun umurnya sudah
mencapai 65 tahun namun masih bisa memperoleh
penghasilan masih disebut tenaga kerja.
Sedangkan menurut Bakir dan Manning (1984) dalam
Tindaon (2010), tenaga kerja merupakan faktor yang
terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana
produksi, tenaga kerja lebih penting daripada sarana
produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air,
dan sebagainya. Pada dasarnya tenaga kerja dibagi dalam
dua kelompok, yaitu:
1. Angkatan kerja yaitu tenaga kerja berusia 10
tahun yang selama seminggu yang lalu mempunyai
pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara
tidak bekerja karena suatu sebab. Di samping itu,
4
mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap sedang
mencari pekerjaan atau mengharapkan pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja yang
berusia 10 tahun ke atas yang selama seminggu yang lalu
hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan sebagainya
dan tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan
bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja.
Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja
sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja.
Oleh sebab itu, kelompok ini sering dinamakan potential
labor force.
2. Teori Permintaan Tenaga Kerja
Menurut Simanjuntak (1985) dalam Tindaon (2010),
permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Pengusaha
mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu
memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada
masyarakat konsumen. Dengan kata lain pertambahan
permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung
dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang
yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang
seperti ini disebut dengan derived demand.
Sedangkan menurut Sholeh (2011), permintaan dalam
konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah maksimum
suatu barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli
untuk dibelinya pada setiap kemungkinan harga dalam
5
jangka waktu tertentu. Dalam hubungannya dengan tenaga
kerja, permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara
tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh
pengusaha untuk dipekerjakan. Sehingga permintaan
tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah tenaga
kerja yang dipekerjakan seorang pengusaha pada setiap
kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu.
Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh nilai marjinal
produk (Value of Marginal Product, VMP). Nilai marjinal
produk (VMP) merupakan perkalian antara Produk Fisik
Marginal (Marginal Physical Product) dengan harga produk
yang bersangkutan. Produk Fisik Marginal (Marginal
Physical Product, MPP) adalah kenaikan total produk fisik
yang bersumber dari penambahan satu unit input variabel
(tenaga kerja).
VMP yang merupakan perkalian antara MPP x P akan
sama dengan harga input produk yang bersangkutan yaitu
PN. Besarnya VMP = P didapatkan dari pernyataan bahwa
kombinasi input optimal atau biaya minimal dalam proses
produksi akan terjadi bila kurva isoquant menjadi
tangens terhadap isocost. Bila sudut garis pada
isoquant sama dengan w/r. Sedangkan besarnya sudut
disetiap titik pada isoquant sama dengan MPPI/MPPK,
maka kombinasi input yang optimal adalah : w/r =
MPPL/MPPK atau MPPK/r = MPPi7w. Di mana r adalah
tingkat bunga implisit yang bersumber dari modal
6
sedangkan w adalah tingkat upah per unit. Maka
persamaannya adalah:
MPPX/PX = MPPY/PY
Dengan demikian kenaikan satu unit input, misalnya
x, akan memperbanyak biaya produksi sebanyak Px,
sekaligus akan memperbesar volume produk sebanyak MPPx
itu berarti rasio Px / MPPx merupakan tingkat perubahan
total biaya perusahaan untuk setiap perubahan output
fisiknya yang secara definitif berarti sama dengan
biaya marginalnya (Marginal Cost, MC). Dari sini maka
persamaan di atas juga bisa dirubah menjadi :
MPPX/PX = MPPY/PY = MFPN/PN = 1/MC
Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi pada
pasar kompetitif sempurna maka persamaan di atas bisa
dirubah menjadi:
MPPx/Px = MPPY/PY = MPPN/PN = 1/MC- 1/MR = 1/P
Dari persamaan di atas kita bisa mengetahui bahwa :
MPPx/Px = 1/MR = 1/P, sehingga MPPx x P = Px untuk
semua input.
Ini berarti kurva VMP untuk tenaga kerja merupakan
kurva permintaan tenaga kerja -jangka pendek- dari
perusahaan yang bersangkutan yang beroperasi dalam
pasar persaingan sempurna (dengan catatan kuantitas semua
input lainnya konstan). Bagi setiap perusahaan yang
beroperasi dalam pasar kompetisi sempurna itu, harga
outputnya senantiasa konstan terlepas dari berapa
kuantitas output yang dijualnya. Harga input di sini
7
juga kita asumsikan konstan. Penawarannya elastisitas
sempurna untuk semua perusahaan. Dengan demikian,
kuantitas tenaga kerja yang memaksimalkan laba
perusahaan terletak pada titik perpotongan antara garis
upah (Tingkat upah /uang berlaku untuk pekerja terampil
yang dibutuhkan perusahaan) dan kurva VMP perusahaan.
Ini diperlihatkan oleh gambar 1.
Jika tingkat upah per unit pekerja yang
kualitasnya konstan adalah Wo, maka kuantitas pekerja
yang optimal adalah Lo. Garis horizontal yang bertolak
dari Wo merupakan kurva penawaran tenaga kerja untuk
setiap perusahaan yang beroperasi dalam pasar tenaga
kerja yang kompetitif sempurna. Perusahaan akan
menggunakan tenaga kerja tambahan jika MPPi lebih besar
dari biaya tenaga kerja tambahan. Dengan mengasumsikan
bahwa tenaga kerja dapat ditambah dan faktor produksi
lain tetap, maka perbandingan alat-alat produksi untuk
setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil
8
marginal menjadi lebih kecil pula, atau dengan semakin
banyak tenaga kerja digunakan semakin turun MPPi-nya
karena nilai MPPi mengikuti hukum pertambahan hasil
yang semakin berkurang. Bila harga atau tingkat upah
tenaga kerja naik, kuantitas tenaga kerja yang diminta
akan menurun, ini diperlihatkan oleh kenaikan arus upah
yang berpotongan dengan kurva VMP dalam kuantitas
tenaga kerja yang lebih sedikit. Dengan berkurangnya
pekerja, produk fisik marginal dari input modal, atau
MPPR, akan menurun karena kini setiap unit modal
digarap oleh lebih sedikit pekerja.
Dengan demikian, dengan jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan, produk fisik marjinal modal akan menurun.
Setiap unit modal kini membuahkan lebih sedikit hasil
sehingga tidak dapat menyerap banyak unit tenaga kerja.
MPPR akan menurun seiring dengan menurunnya tenaga
kerja yang diserap. Perusahaan akan merekrut setiap
9
unit input sampai suatu titik di mana nilai produk
marginalnya sama dengan harganya.
3. Teori Penawaran Tenaga Kerja
Menurut Sholeh (2011), penawaran tenaga kerja
adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh
pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam
jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya
manusia (pekerja) merupakan individu yang bebas
mengarnbil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan
pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja
yang diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori
tentang konsumen, di mana setiap individu bertujuan
untuk memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang
dihadapinya. Kepuasan individu bisa diperoleh melalui
konsumsi atau menikmati waktu luang (leisure). Sedang
kendala yang dihadapi individu adalah tingkat
pendapatan dan waktu.
Kombinasi waktu non-pasar dan barang-barang pasar
terbaik adalah kombinasi yang terletak pada kurva
indefferensi tertinggi yang dapat dicapai dengan
kendala tertentu. Sebagaimana gambar 3, kurva penawaran
tenaga kerja mempunyai bagian yang melengkung ke
belakang. Pada tingkat upah tertentu penyediaan waktu
kerja individu akan bertambah apabila upah bertambah
(dari W ke W1). Setelah mencapai upah tertentu (W'),
pertambahan upah justru mengurangi waktu yang
disediakan oleh individu untuk keperluan bekerja (dari
10
W1 ke WN. Hal ini disebut Backward i Sending Supply
Curve.
Semakin besar elastisitas tersebut semakin besar
peranan input tenaga kerja untuk menghasilkan output,
berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta.
Sedangkan untuk menggambarkan pola kombinasi faktor
produksi yang tidak sebanding (Variable proportions)
umumnya digunakan kurva isokuan (isoquantities) yaitu
kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor
produksi (tenaga kerja dan kapital) yang menghasilkan
volume produksi yang sama. Lereng isokuan menggambarkan
laju substitusi teknis marginal atau marginal Rate of
Technical Substitution atau dikenal dengan istilah MRS. Hal
ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara faktor
tenaga kerja dan kapital yang merupakan lereng dari
kurva isoquant.
4. Produktivitas dan Penyerapan Tenaga Kerja
11
Menurut Martono (2013), produktivitas tenaga kerja
adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Tenaga kerja merupakan elemen yang paling
strategik dalam organisasi, harus diakui dan diterima
oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya
mungkin dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, tenaga
kerja merupakan faktor penting dalam mengukur
produktivitas. Hal ini disebabkan oleh dua hal, antara
lain: pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan
untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang
terbesar untuk pengadaan produk atau jasa; kedua,
karena masukan pada faktor-faktor lain seperti modal.
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut
sistem pemasukan fisik perorangan/ perorang atau per
jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut
pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran
tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan
adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk
memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena
itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja
(jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam
unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai
jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh
pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut
pelaksanaan standar. Karena hasil maupun masukan dapat
dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja
dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat
12
sederhana = Hasil dalam jam-jam yang standar : Masukan
dalam jam-jam waktu. Sedangkan menurut Hasibuan (2005)
dalam Mapaliey, et. al. (2013), mengemukakan cara
pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Menurut Simanjuntak (1985) dalam Tindaon (2010),
penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor
perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang
umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif
besar. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor
dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan
tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat
perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di
masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur
terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan
tenaga kerja maupun dalam kontribusinya dalam
pendapatan nasional. Jadi, yang dimaksud dengan
penyerapan tenaga kerja adalah jumlah atau banyaknya
orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian.
Sedangkan menurut Putra (2011), penyerapan tenaga
kerja pada sektor perikanan dibagi pada kegiatan
perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan dan
13
pemasaran, serta jasa penunjang lainnya yang meliputi
tenaga kerja yang terlibat pada program-program
pemberdayaan di sektor perikanan. Rendahnya angka
pengganda tenaga kerja pada sektor perikanan menunjukan
bahwa sedikitnya dampak yang dari perubahan permintaan
akhir terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini
disebabkan oleh tidak berkembangnya dan rendahnya nilai
tambah (added value) yang diperoleh dari pemanfaatan
output sektor perikanan, di mana sampai dengan tahun
2009 baru sekitar 6,45%. Sehingga untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja di sektor perikanan, perlu
mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam rangka
peningkatan nilai tambah output sektor perikanan.
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari uraian di atas adalah
sebagai berikut:
1. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur dalam
batasan usia kerja, batasan usia kerja berbeda-beda
di setiap negara. Tenaga kerja merupakan faktor yang
terpenting dalam proses produksi. Tenaga kerja
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja.
2. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan
dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.
14
Pengusaha mempekerjakan seseorang karena seseorang
itu membantu memproduksi barang dan jasa untuk
dijual kepada masyarakat konsumen. Permintaan tenaga
kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah
pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk
dipekerjakan.
3. Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja
yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada
setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu.
Dalam teori klasik sumberdaya manusia (pekerja)
merupakan individu yang bebas mengarnbil keputusan
untuk bekerja atau tidak.
4. Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tenaga kerja
merupakan elemen yang paling strategik dalam
organisasi, harus diakui dan diterima oleh
manajemen. Dan penyerapan tenaga kerja adalah jumlah
atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor
perekonomian.
Saran
Diharapkan semua masyarakat khusunya pemerintah
agar meningkatkan produktivitas pendidikan sumber daya
manusia yang ada supaya dihasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan dapat meningkatkan produktivitas
ekonomi perikanan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mapaliey, T ; Eddy M ; dan Martha W. 2013.
Produktivitas Tenaga Kerja Industri Perikanan
Studi Kasus : PT. Nichindo Manado Suisan. Jurnal
Akulturasi. Vol. I (2) : 65-68.
Martono, B. 2013. Pengukuran Produktivitas Tenaga
Kerja. [Online]. Tersedia:
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/m
enuutama/departemen-bangunan-30/411-pengukuran-
produktivitas-tenaga-kerja.[5 Oktober 2014].
Nugraha, H. 2014. Model Produktivitas dan Penyerapan
Tenaga Kerja Perikanan Tangkap di Pantai Untara
Jawa Barat (Aplikasi Persamaan Simultan Harga dan
Upah). Jurnal SMART. Vol. XI (1) : 67-76.
Putra, D. Y. 2011. Peran Sektor Perikanan dalam
Perekonomian dan Penyerapan Tenaga Kerja di
Indonesia: Analisis Input-Output. 1-93 .
Sholeh, M. 2011. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
serta Upah : Teori serta Beberapa Potretnya di
Indonesia. 1-13.
16