Memberdayakan Tenaga Kependidikan
Transcript of Memberdayakan Tenaga Kependidikan
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
MEMBERDAYAKAN TENAGA KEPENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah MBS
Disusun Oleh :
Ketua Kelompok :
Rahadyani Purnama Putri (201410430311141)
Anggota:
1.Asriyatul Mirnawati (201410430311131)
2.Sintia Ayu (201410430311132)
3.Afifudin Hardita (201410430311137)
4.Azka Proyoga (201410430311144)
KELAS :
PGSD 2C
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
MEMBERDAYAKAN TENAGA KEPENDIDIKAN
1. Kinerja Tenaga Kependidikan
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh
tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai
tujuan yang sudah direncanakan.Berkaitan dengan hal
tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja.
Smith dalam (Mulyasa, 2005: 136) menyatakan bahwa
kinerja adalah “…..output drive from processes, human or
otherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari
suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa
kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi
kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil
kerja atau unjuk kerja.
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat
universal yang merupakan efektifitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.Karena organisasi pada dasarnya dijalankan
oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan
perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu
organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang
diinginkan.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi
kerja yang telah dicapai oleh seseorang.Kinerja atau
prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu
aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih
suatu tujuan.Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai
bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan
standar yang telah ditetapkan.Apabila hasil kerja yang
dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja
atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan
kinerja itu mencapai prestasi yang baik.
Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau
menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah
yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat
dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah
yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu.Kinerja
guru dapatdilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi
atau kriteria kompetensiyang harus dimiliki oleh setiap
guru. Berkaitan dengan kinerja guru,wujud perilaku yang
dimaksud adalah kegiatan guru dalam prosespembelajaran.
Berkenaan dengan standar kinerja guru
Sahertiansebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam
buku panduanpenilaian kinerja guru oleh pengawas
menjelaskan bahwa:“Standar kinerja guru ituberhubungan
dengan kualitas gurudalam menjalankan tugasnya seperti:
(1) bekerja dengan siswasecara individual, (2)
persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3)
pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan
siswadalam berbagai pengalaman belajar, dan (5)
kepemimpinan yangaktif dari guru”.
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknaspasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik
merupakan tenagaprofesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan prosespembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingandan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepadamasyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Faktor-faktoryang menentukan tingkat kinerja guru
dapat disimpulkan antara lain:
(1) tingkat kesejahteraan (reward system);
(2) lingkungan atau iklimkerja guru;
(3) desain karir dan jabatan guru;
(4) kesempatan untukberkembang dan meningkatkan
diri;
(5) motivasi atau semangat kerja;
(6) pengetahuan;
(7) keterampilan dan;
(8) karakter pribadi guru.
A. Keprofesionalan
Menurut UU RI No.14/2005 Pasal 1 ayat 4,
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian,kemahiran,atau
kecakapan yang memenuhi standar atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.
Pengertian Profesional dikatakan sebagai sesuatu
yang bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, dan mengharuskan adannya
pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir)
(Tilaar,1999).
Profesional berasal dari kata sifat yang berarti
sangat mampu melakukan suatu pekerjaan.Supriadi (1999),
menyatakan bahwa professional menunjuk pada dua
hal.Pertama, Penampilan seseorang yang sesuai dengan
tuntutan yang seharusnya. Kedua, Kinerja yang dituntut
sesuai standart yang telah ditetapkan (Dokter, lawyer)
Tujuh tahapan menuju Status Profesional, antara
lain:
1. Penentuan spesialisasi Bidang Pekerjaan.
2. Penentuan Tenaga ahli yang memenuhi
persyaratan.
3. Penentuan pedoman kerja sebagai landasan
kerja.
4. Peningkatan kreatifitas kerja sebagai usaha
untuk menciptakan sesuatu yang
lebihbaik.
5. Penentuan tanggung jawab kerja.
6. Pembentukan organisasi kerja untuk mengatur
tenaga kerja.
7. Memberikan pelayanan yang ketat dan penilaian
dari masyarakat penggunajasa profesi.
Guru yang profesional mempunyai ciri-ciri seperti:
Citra diri yang positif.
Etos kerja yang tinggi.
Berempati.
Berkomitmen dalam bekerja.
Seperti yang telah diungkapkan, bahwa dalam rangka
meningkatkan mutu, baik mutu profesional, maupun mutu
layanan, guru harus pula meningkatkan sikap
profesionalnya.Ini berarti bahwa ketujuh sasaran
penyikapan yang telah dibicarakan harus selalu dipupuk
dan dikembangkan.Pengembangan sikap profesional ini
dapat dilakukan, baik selagi dalam pendidikan
prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
Sebagai profesional, guru harus selalu meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terus-
menerus.Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan
terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman
sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin dan
pekerjaan.Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan
pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya.
B. Kedisiplinan
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia susunan
Poerwadarminta (1982) disiplin diartikan sebagai:
(a) latihan batin dan watak denganmaksud supaya
segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.
(b)ketaatan pada aturan dan tata tertib. Dengan
kata lain disiplin adalahsuatusikap dan perbuatan untuk
selalu menaati tata tertib.
Menurut Nitisemito (1982) bahwa kedisiplinan
bukan hanya menyangkut masalah kehadiran yang tepat
waktu di tempat kerja namun lebih tepat diartikan
sebagai suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang
sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis
maupun tidak.Jadi, kedisiplinan dalam suatu perusahan
dapat ditegakkan bilamana sebagian besar peraturan-
peraturannya ditaati oleh sebagian besar karyawan.
Disiplin kerja akan membawa dampak positif bagi
karyawan maupun organisasi. Disiplin yang tinggi akan
membuat karyawan. Bertanggungjawab atas semua aspek
pekerjaannya dan meningkatkan prestasi kerjanya yang
berarti akan meningkatkan pula efektivitas dan
efisiensi kerja serta kualitas dan kuantitas kerja.
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang
menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap
seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggungjawabnya.Sedangkan
kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatanseseorang yang sesuai dengan peraturan
perusahaan baik yang tertulismaupun tidak (Hasibuan,
1994).
Siswanto (dalam Hapsari, 1998) disiplin adalah
suatu sikapmenghormati, menghargai, patuh dan taat pada
peraturan-peraturan yangberlaku baik yang tertulis
maupun tidak tertulis serta sanggupmenjalankan dan
tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila
iamelanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya.Berdasarkan pemahaman di atas, maka
pengertian disiplin kerjamerupakan kesadaran dan
kesediaan seseorang untuk menaati peraturanperusahaan
atau organisasi baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulisdan tidak mengelak untuk menerima sanksi
apabila melanggar tugas danwewenang yang diberikan
kepadanya. Sehingga hal ini membuatkaryawan
bertanggungjawab atas semua aspek pekerjaannya
danmeningkatkan prestasi kerjanya yang berarti akan
meningkatkan pulaefektivitas dan efisiensi kerja serta
kualitas dan kuantitas kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
menurut Steers (1985), Harris (1994) dan Nitisemito
(1982) (dalam Suharsih, 2001) secara umum dapat
dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam individu
dan faktor dari luar individu. Faktor dari dalam
individu meliputi : kepribadian, semangat kerja,
motivasi kerja intrinsik serta kepuasan kerja.
Sedangkan faktor dari luar individu meliputi : motivasi
kerja ekstrinsik, kepuasan kerja, kepemimpinan,
lingkungan kerja dan tindakan indisipliner yang
diberikan.
Faktor motivasi kerja dan kepuasan kerja juga
sangatmempengaruhi disiplin kerja.Motivasi kerja dan
kepuasan kerjadimasukkan sebagai faktor dari dalam diri
individu dan faktor dari luarindividu.Motivasi kerja intrinsik
dalam hal ini yaitu adanya perasaan bangga dari dalam
diri individu terhadap pribadi dan organisasi tempat
diabekerja sehingga hal ini akan membangun kepercayaan
diri karyawan,karyawan sendiri akan secara sukarela
melaksanakan apa yang menjadikewajibannya di perusahaan
tersebut. Sedangkan untuk motivasi kerjaekstrinsik yaitu
adanya penghargaan dan pujian dari atasan, hal ini
bisadijadikan sebagai reward untuk bekerja lebih baik.
Penghargaan danpujian tersebut akan mendorong karyawan
untuk bekerja secara maksimaldengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yangberlaku di
dalam perusahaan, Soejono dan Djono(dalam Suharsih,
2001).
C. Penguasaan IPTEK
lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)merupakan
cabang ilmu yang harus dikuasai dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Sejarah menunjukkan
bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.Penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi tidak mungkin terjadi secara
instant melainkan memerlukan usaha yang konsisten dan
terus menerus.Salah satu misi pembangunan IPTEK 2025
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan
kreatif dalam suatu peradaban masyarakat yang berbasis
pengetahuan.Perkembangan IPTEK yang makin pesat telah
membawa perubahan di segala sektor kehidupan
manusia.Karenanyapenguasaan IPTEK merupakan suatu
keharusan bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan
manusia yang berkualitas.Hal tersebut menyadarkan kita
bahwa belajar tidak hanya cukup di sekolah, tetapi
dapat dilakukan dari pendidikan di luar sekolah.
Tidak dapat disangkal bahwa teknologi merupakan
suatu “kawasan” yang dapat membantu memecahkan masalah
kehidupan umat manusia dari masa ke masa secara efektif
dan efisien.Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik
banyak dihadapkan pada aneka ragam jenis dan produk
teknologi, baik yang dijumpai, dimanfaatkan, dialami,
maupun yang dinikmati. Menghadapi situasi dan kondisi
yang seperti ini, peserta didik dijenjang pendidikan
dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi
guna menuju masyarakat yang “melek teknologi”, yaitu
bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih,
menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai,
menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli
terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
Bahan kajian yang diperuntukkan bagi jenjang
pendidikan dasar dapat mencakup ranah teknologi dan
masyarakat, produk teknologi, serta perancangan dan
pembuatan karya teknologi sederhana.Agar perolehannya
bermakna, pembelajaran kurikulum pendidikan teknologi
hendaknya berintikan pemecahan masalah dengan
pendekatan empat pilar belajar, yaitu learning to know,
learning to do, learning to be dan learning to live together.
Komunikasi
Salah satu hal yang harus dikuasai seorang pendidik
yaitu cara berkomunikasi. Komunikasi terdapat pada
setiap proses kehidupan sekolah. Guru-guru mengajar
menggunakan lisan, tulisan, dan media lain seperti
video tape, computer dan berbagai bentuk seni lainnya.
Murid-murid menujukkan kemampuan belajar mereka melalui
media belajar yang sama. Oleh sebab itu, komunikasi
adalah merupakan suatu konsep sentral dalam mempelajari
administrasi pendidikan.
Tujuan bisa dimengerti dan berguna bila
dikomunikasikan.Dalam suatu organisasi yang kompleks,
komunikasi diperlukan untuk menterjemahkan tujuan ke
dalam unit-unit kegiatan yang kongkrit yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
Komunikasi yang efektif mengintergrasikan 3
kriteria tersebut, yaitu memiliki kualitas yang
mengarah pada persepsi positif, pencapaian tujuan
organisasi dan personal, serta dipertimbangkan pula
keefektifannya dari tinjauan jangka pendek maupun
jangka penjang.
Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan
atas dasar : (1) pokok-pokok bahasan yang paling
esensial dan representative untuk dijadikan objek
belajar bagi pencapaian tujuan pendidikan, dan (2)
pokok bahasan, konsep, serta prinsip atau mode of
inquiry, sebagai objek belajar yang memungkinkan
peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki
kemampuan untuk berkembang, mengadakan hubungan
timbale balik dengan lingkungan, dan
memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah
yang tidak teramalkan (Soedijarto,2000:19)
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang
lingkup kajian pendidikan teknologi yang dikembangkan
dapat mencakup sebagai berikut.
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang
diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi
yang merupakan bahan ajar tentang materi atau
bahan,energi, dan informasi.
b. Domain teknologi, yaitu suatu focus bahan
kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan
bahan pelajaran.
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi
dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain
teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi
energi, dan bioteknologi.
Dengan ketiga ruang lingkup ini pada dasarnya dalam
pembelajaran pendidikan teknologi peserta didik akan
memiliki kemampuan dalam hal: 1).Menggunakan dan
memelihara produk teknologi,2.). Menyadari dampak
teknologi terhadap manusia, 3). Mampu mengevaluasi
proses dan produk teknologi, dan 4). Mampu membuat
hasil teknologi alternative yang disederhanakan bahkan
yang paling sederhana membuat hasil teknologi
alternative yang disederhanakan bahkan yang paling
sederhana.
Alat-alat peraga (Media Inovatif)\
Alat-alat peraga sebagai alat pembantu dalam
mengajar agar efektif, dalam garis besarnya
memiliki faedah atau nilai.
Nilai Peragaan dalam Pengajaran
Pertanyaan kita: Apa perlunya kita
memperagakn sesuatu, nilai apa yang terkandung dalam
peragaan dalam prosedur mengajar.? Maksud dan tujuan
peragaan ialah memberikan variasi dalam cara-cara kita
mengajar itu, sehingga lebih berwujud, lebih terarah
untuk mencapai tujuan pelajaran.
1.) Menambah kegiatan belajar murid.
2.) Menghemat waktu belajar (ekonomis).
3.) Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen
atau mantap.
4.) Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam
pelajarannya.
5.) Memberikan alasan yang wajar untuk belajar
karena membangkitkan minat perhatian (motivasi)
dan aktifitas, pada murid.
6.) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan
jelas.
Jenis Alat Peraga
Televisi
1. Televisi sebagai alat peraga
Pada telivisi dapat kita lihat peristiwa yang
terjadi pada saat itu juga yang kadang-kadang
lebih jelas daripada orang yang menyaksikan
sendiri berkat kecakapan “si penyiar” televise
itu.
2. Program yang disiapkan lebih dahulu sering
lebih baik dari yang dapat dilakukan oleh guru,
karena direncanaakan oleh para ahli.
Keuntungan Televisi
Televisi mempunyai kebaikan-kebaikan sebagai
alat membantu anak belajar, karena:
o Televise dapat menghidangkan sesuatu yang
nyata, yang betul-betul terjadi seperti
rapat parlemen,pelantikan menteri dan
sebagainya dan member keterangan yang lebih
jelas dari apa yang dapat dibaca di dalam
buku.
o Televisi dapat digunakan sekaligus oleh
sejumlah besar anak-anak. Televise
pendidikan pendidikan biasanya disesuaikan
dengan taraf perkembangan anak-anak
tertentu.
Gambar sebagai alat peraga
(Gambar foto,lukisan< filmstrip< slide,
opaque, projection).
Gambar-gambar seperti foto “mati” jadi tidak
“hidup” seperti dalam film, akan tetapi gambar dapat
“menangkap” suatu gerak. Gambar-gambar ini mendekati
kenyataan, atau objek yang sebenarnya, jadi berlainan
dengan diagram atau peta yang lebih bersifat abstrak.
Anak-anak harus dididik melihat dan menafsirkan
gambar. Anak-anak tidak hanya sekedar melihat apa yang
ada pada gambar itu, akan tetapi harus pula dapat
mengambil kesimpulan. Kesanggupan memahami gambar
banyak bergantung pada pengalaman yang telah ada.
Memahami gambar memerlukan pemikiran yang kritis,
barangsiapa yang dapat menafsirkan gambar dapat pula
menafsirkan berbagai situasi dalam kehidupan sehari-
hari.
Faedah Gambar
Gambar dapat:
1. Menjelaskan pengertian-pengertian yang tak
dapat dijelaskan dengan kata-kata. “One picture
is worth a thousand words” atau satu gambar
sama nilainya dengan seribu kata.
2. Memperkaya isi bacaan.
3. Membangkitkan minat untuk sesuatu yang baru
yang akan dipelajari.
4. Memperbaiki pengertian-pengertian yang salah.
2. Upaya Memberdayakan Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan/pegawai merupakan
salah satu bentuk pengelolaan manusia yang bekerja
disuatu sistem atau proses pendidikan yang baik. Untuk
itu, membutuhkan pengetahuan dan kemampuan untuk
mengelolanya. Artinya kepala sekolah sebagai pucuk
pimpinan pendidikan dalam mengelola bawahanya tidak
serta merta tunjuk perintah dalam menjalankan roda
organisasi pendidikan disekolah, tetapi ada seni atau
ilmu yang mengatur tentang pengelolaan manusia yang ada
dalam organisasi pendidikan tersebut.
Manajemen tenaga kependidikan/pegawai disekolah
bertujuan untuk mendayahgunakan tenaga-tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai
hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi manajemen
tenaga kependidikan/ pegawai guna mencapai tujuan
pendidikan secara optimal, membantu tenaga
kependidikan/ pegawai mencapai posisi dan standar
perilaku, memaksimalkan perkembangan karier,serta
menyelaraskan tujuan individu,kelompok, dan organisasi.
Secara praktis, proses perencanaan tenaga
keendidikan di sekolah dapat ditelaah pada deskripsi
berikut.
A. Kegiatan perencanaan tersebut meliputi:
Pengendalian, yaitu alat yang menjamin
bahwa setiap saat unit organisasi
mempunyai jumlahdan kualitas pegawai yang
diperlukan untuk melancarkan tugas-tugas
orgaisasi
Pengendalian pegawai, yaitu melengkapi
kekurangan tenaga dalam unit organisasi
untuk menyelesaikan jumlahnya dan
kualitasnya disesuaikan dengan kebutuhan
nyata.
Penggunaan, yaitu rencana penggunaan
tenaga dengan sebaik-baikny, baik tenaga
yang sudah ada maupun yang akan diadakan.
Rencana penggunaan tenaga dapat
dipertimbangkan, baik dari segi pembinaan
karier maupun kepentingan organisasi.
Pembinaan kepegawaian, yaitu semua
kebutuhan material dan non-material yang
mencangkup pembinaan gaji/upah pegawai
pembinaan pangkat dan jabatan
pembinaanmutu dan pembinaan kesejahteraan
pegawai.
B. Perkiraan kapasitas pegawai
Perkiraan kapasitas pegawai adalah perkiraan
kemampuan rata-rata seseorang pegawai untuk
menyelesaikan suatu jenis pekerjaan damlam
jangka waktu tertentu.
C. Formasi perencaan pegawai
Formasi perencanaan pegawai adalah penentuan
jumlah kualitas pegawai yang diperlukan oleh
suatu unit organisasi yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan jenis sifat dan beban
kerja yang harus dilaksanakan tugasnya secara
berdaya guna, beshasil guna, dan
berkelangsungan.
Ada beberapa aktor yang harus diperhatikan
mengenai pengadaan guru, yaitu analisis jabatan,
sumber-sumber tenaga kerja, dan seleksi.George R. Terry
damlam bukunya Office Management and Control
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan analisis
jabatan adalah proses penyelidikan scara mendalam
mengenai tugas, kewajiban, dan tanggungjawab suatu
jabatan. Analisis jabatan ini diperluakan untuk hal-hal
berikut.
1. Memperoleh gambaram mengenai segala macam
karakteristik, fisik, mental, pendidikan,
pengetahuan,dan pengalaman yang harus dimiliki
oleh seorang untuk menjalankan jabatan dengan
baik.
2. Menyusun rencana pendidikan dan pelatihan yang
perlu dilakukan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan pada pegawai baru.
3. Memperoleh informasi untuk menilai jabatan,
memperbaiki syarat-syarat pekerjaan,
merencanakan organisasi, pemindahan, dan
promosi.
Secara teknik-pragmatis, sumber-sumber tenaga kerja
kependidikan dapat diperoleh melalui beberapa cara, di
antaranya teman teman pegaawai instansi, badan-badan
penempatan kerja,lembaga pendidikan,dan sumber-sumber
lain. Akan tetapi, dari sumber-sumber tenaga
kependidikan tersebut harus juga dilakukan seleksi.
Seleksi dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
1. Persiapan meneripa para pelamar yang akan
mengikuti seleksi.
2. Menyelenggarakan berbagai macam tes.
3. Wawancara.
4. Penelitian latar belakang pelamar.
5. Evaluasi medis.
6. Penelitian pendahuluan tentang kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan pelamar.
7. Pengambilan keputusan, apakah lamara diterima
atau ditolak.
A. Pembinaan Disiplin Tenaga Kependidikan
Pembinaan dan perbaikan mutu pendidikan tidak
mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan
perbaikan mutu pengetahuan serta cara kerja para
pelaksananya, yaitu guru-guru. Pembinaan terhadap
tenaga kependidikan atau guru perlu dilaksanakan karena
adanya program dan kurikulum sekolah yang selalu harus
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, masyarakat, dan kebudayaan sehingga perlu
adanya pengembangan pengetahuan bagi guru sebagai
tenaga kependidikan.
Pengembangan ketenagaan pendidikan dirasa semakin
penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau
jabatan, sehingga kemajuan teknologi dan semakin
sadarnya masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Pengembangan ketenagaan pendidikan dalam hubungan ini
adalah usaha-usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan
serta efisiensi kerja seluruh tenaga sekolah yang
berada dalam suatu unit organisasi pendidikan. Salah
satu contohnya adalah dalam pasal 101 Peraturan
Pemerintah No. 30 tahun 1990 menyebutkan kriteria dosen
mutu, yaitu beriman dan bertakwa, berwawasan Pancasila
dan UUD 1945, memiliki kualifikasi sebagai tenaga
pengajar, memiliki moral dan integritas yang tinggi,
dan memiliki tanggung jawab yang besar.
Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai
manajer/pimpinan lembaga pendidikan harus penyadari
bahwa pegawai baru pada umumnya hanya mempunyai
kecakapan teoretis saja dari tempat studinya. Jadi
perlu dikembangkan dalam dunia nyata untuk dapat
menyelesaikan pekerjaannya.
Maka, tenaga kependidikan yang masih baru tidak serta
merta siap pakai untuk mengisi kekosongan jabatan yang
ada, tetapi perlu ada sosialisasi dan adaptasi yang
matang.
Adapun untuk imbalan, gaji atau upaya yang
diterima oleh tenaga kependidikan merupakan hak tenaga
kependidikan dan merupakan kewajiban dari negara atau
yayasan lembaga kependidikan. Menurut Sondang P.
Siagian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
sistem imbalan ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tingkat upah dan gaji yang umum berlaku.
2. Tuntutan serikat pekerja.
3. Produktifitas.
4. Kebijakan organisasi.
5. Peraturan undang-undang.
Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin
tenaga kependidikan, terutama didiplin diri (self-
discipline). Dalam kaitan ini kepala harus mampu melakukan
hal-hal sebagai berikut (Callahan and Clark, 1988:
161):
a. Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola
perilakunya.
b. Membantu tenaga kependidikan meningkatkan
standar perilakunya.
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.
Lebih lanjut dikemukakan pentinya disiplin untuk
menanamkan:
Respect for authority ( rasa hormat terhadap kewenangan )
Co-operative effort ( upaya untuk menanamkan kerjasama )
The need for organization ( kebutuhan untuk berorganisasi )
Respect for others (Rasa hormat terhadap orang lain )
Peningkatan produktifitas kerja tenaga
kependidikan perlu dimulai dengan sikap demokratis.
Oleh karena itu dalam membina disiplin tenaga
kependidikan perlu berpedoman pada hal tersebut, yakni
dari, oleh dan untuk tenaga kependidika, sedangkan
kepala sekolah tut wuri handayani. Dalam hal ini Soelaeman
(1985:77) mengemukakan bahwa kepala sekolah berfungsi
sebagai pengemban ketertiban, yang patut diteladani,
tapi tidak bersikap otoriter. Reisman and Payne (1987:
239-241) mengemukakan strategi umum membina disiplin
sebagai berikut :
a. Self-concept ( konsep diri ). Strategi ini menekankan
bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu
merupakan faktor penting dari setiap perilaku.
Untuk menumbuhkan konsep diri, pemipin disarankan
bersikap empati, menerima, hangat, dan terbuka,
sehingga para tenaga kependidikan dapat
mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam
memecahkan masalahnya.
b. Communication skills ( Keterampilan berkomunikasi ).
Pemimpin harus menerima semua perasaan tenaga
kependidikan dengan komunikasi yang dapat
menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya.
c. Narural and logical Consequences (Konsekuensi-
konsekuensi logis dan alami ). Perlaku-perilaku
yang salah terjadi karena tenaga kependidikan
telah mengembangkan kepercayaan yang salah
terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya
perilaku-perilaku yang salah yang disebut
“misbehavior”. Untuk ini disarankan menunjukkan
secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga
membantu tenaga kependidikan dalam mengatasi
perilakunya, serta memanfaatkan akibat-akibat
logis dan alami dari perilaku yang salah.
d. Values clarification (klarifikasi nilai). Strategi ini
dilakukan untuk membantu tenaga kependidikan dalam
menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai
dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Leader Effectiveness training (latihan kefektifan
pemimpin). Tujuan metode ini adalah untuk
menghiolangkan metode refresif dan kekuasaan,
misalnya hukuman dan ancaman melalui sebuah model
komunikasi tertentu.
B. Pemberian Motivasi
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang
datang dari dalam maupun yang datang dari
lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut,
motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan
dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain kearah
efektifitas kerja. Dalam hal tertentu motivasi
sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobi,
yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.
Setiap tenaga kependidikan memiliki
karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda.
Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan
khusu pula dari pemimpinya, agar mereka dapat
memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya.
Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam
bentuk fisiknya, tetapi juga psikisnya, misalnya
motivasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan
produktifitas kerja, perlu diperhatikan motivasi
para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang
turut menentukan kerja. Callahan and Clark (1988)
mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga
pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya
tingkah laku kea rah tujuan tertentu. Mengacu pada
pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa
motivasi merupakan suatu bagian yang sangat
penting dalam suatu lembaga. Para tenaga
kependidikan akan bekerja dengan sungguh-sungguh
apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila
tenaga kependidikan memiliki motivasi yang positif
maka ia akan memperlihatkan minat, mempunyai
perhatian, dan dan ingin ikut serta dalam suatu
tugas atau kegiatan.
Motivasi merupakan bagian penting dalam
setiap kegiatan, tanpa motivasi tidak ada kegiatan
yang nyata. Kalau menurut morgen motivasi sebagai
tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan
adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian motivasi tersebut, pada
prinsipnya motivasi adalah hal yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan tori motivasi sebagaiamana
diuraikan diatas, terdapat beberapa prinsip yang
dapat diterapkan untuk memotivasi tenaga
kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan
kinerjanya, di antaranya:
a. Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat
apabila kegiatan yang dilakukannya menarik, dan
menyenangkan.
b. Tujuan kegiatan harus disusun dengan jelas dan
diinformasikan kepada tenaga kependidikan
sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja.
c. Tenaga kependidikan harus selalu diberi tahu
tentang hasil dari setiap pekerjaanya.
d. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman,
namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
e. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa
ingin tahu tenaga kependidikan.
f. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan kependidikan
dengan jalan dengan jalan memperhatikan kondisi
fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan
bahwa pemimpin memperhatikan mereka, mengatur
pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap
tenaga kependidikan pernah memperoleh kepuasan
dan penghargaan.
C. Penghargaan (Rewards)
Penghargaan sangat penting untuk
meningkatkan produktifitas kerja dan untuk
mengurangi kegiatan yang kurang produktif.
Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan
dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang
positif dan produktif. Penghargaan ini akan
bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi
tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga
setiap tenaga kependidikan memiliki peluang
untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini
perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan
efisien, agar tidak menimbulkan dampak
negative.
D. Persepsi
Persepsi adalah proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui pancaindra
(Badudu, 1990:675). Sedangkan Sarlito
(1982:76) mengartikan persepsi sebagai daya
mengenal objek, mengelompokkan, membedakan,
memusatkan perhatian, mengetahui dan
mengartikan melalui pancaindra. Persepsi yang
baik akan menumbuhkan iklim kerja yang
kondusif serta sekaligus akan meningkatkan
produktifitas kerja. Kepala sekolah perlu
menciptakan persepsi yang baik bagi setiap
tenaga kependidikan terhadap kepemimpinan dan
lingkungan sekolah, agar mereka dapat
meningkatkan kinerjanya.