Analisis Kontingensi Pada Sistem Tenaga Listrik ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Analisis Kontingensi Pada Sistem Tenaga Listrik ...
Analisis Kontingensi Pada Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Logika Fuzzy Contingency Analysis In Electric Power System Using Fuzzy Logic
Lazarina Mariana1, I Made Ari Nrartha2, Agung Budi Muljono3
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mataram, NTB Email : [email protected]
ABSTRAK
Stabilitas tegangan diketahui sebagai bagian terpenting pada sistem tenaga dan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya pemadaman listrik. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kontingensi yang bertujuan untuk menganalisis apabila terjadinya gangguan berupa pemutusan unit pembangkit atau saluran transmisi yang menyebabkan terjadinya tegangan jatuh pada sistem. Analisis kontingensi akan mengidentifikasikan kasus kontingensi yang paling kritis dari daftar kontingensi dan memberikan peringkat berdasarkan nilai Composite Index. Pada penelitian ini, dilakukan 7 kasus kontingensi dengan kondisi 3 pembebanan. Kontingensi pada penelitian ini meliputi lepasnya satu atau dua saluran transmisi pada sistem 30 bus IEEE, dan mengidentifikasikan nilai tegangan setelah terjadi kontingensi. Kemudian menghitung nilai L-indeks sebagai indikator tegangan jatuh pada bus beban. Nilai L-indeks terbesar terletak pada bus 13 yaitu 0,7633 dan profil tegangan terkecil terletak pada bus 21 yaitu 0,8689 saat beban 110% dari beban normal. Hasil dari logika fuzzy berupa nilai tingkatan atau ranking kontingensi sistem tenaga listrik dari yang paling kritis sampai normal berdasarkan parameter nilai Composite Index pada masing-masing kasus kontingensi. Dari hasil penelitian ini terdapat 7 ranking kontingensi dengan masing-masing pembebanan. Pada 3 kondisi pembebanan, kasus kontingensi paling kritis terdapat pada bus 3 ke bus 10, dan bus 11 ke bus 12 pada saat beban 110% dari beban normal dengan nilai Composite Index yaitu 982,46.
Kata Kunci : Stabilitas Tegangan, Analisis Kontingensi, L-indeks, Logika Fuzzy
ABSTRACT
Voltage stability is known as the most important part of the power system and is one of the main causes of power outages. Therefore, contingency analysis is needed which aims to analyze if a disturbance occurs in the form of a disconnection of the generating unit or transmission line which causes a voltage drop in the system. Contingency analysis will identify the most critical contingency cases from the contingency list and rank them based on the Composite Index value. In this study, 7 contingency cases were conducted with 3 loading conditions. Contingencies in this study include the release of one or two transmission lines in the IEEE 30 bus system, and identifying the voltage value after contingency. Then calculate the L-index value as an indicator of the voltage drop on the bus load. The largest L-index value is on bus 13 which is 0.7633 and the voltage profile depends on bus 21 which is 0.8689 when the load is 110% of normal load. The results of fuzzy logic consist of the value of the rating or ranking of the electric power system from the most critical to normal based on the Composite Index value parameter for each problem of each contingency problem. From the results of this study there are 7 contingency ratings with each loading. In 3 loading conditions, the most critical contingency cases are on bus 3 to bus 10, and bus 11 to bus 12 when loading 110% of normal load with a Composite Index value of 982.46.
Keywords: Voltage Stability, Contingency Analysis, L-index, Fuzzy Logic
I. Pendahuluan
Operasi sistem tenaga listrik seringkali
mengalami gangguan. Gangguan-gangguan ini
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari
dan sering terjadi pada saluran transmisi
tenaga listrik seperti gangguan hubung singkat,
terputusnya kabel transmisi, terputusnya salah
satu pembangkit dan lain-lain. Terputusnya
salah satu saluran transmisi merupakan suatu
hal yang berkaitan dengan keandalan sistem
yang perlu diperhitungkan dalam pengaman
sistem tenaga listrik.
Analisis kontingensi merupakan suatu
analisis aliran daya setelah terjadi gangguan
yang mengakibatkan lepasnya salah satu unit
pembangkit atau saluran transmisi. Analisis ini
dilakukan dengan mengacu pada keadaan
sistem yang diperoleh dari studi aliran daya.
Hasil akhir dari analisis kontingensi
menunjukkan urutan saluran transmisi yang
paling berbahaya terhadap keamanan operasi
sistem tenaga listrik apabila terjadi pelepasan
salah satu unit pembangkit atau saluran
transmisi.
Teknik analisis kontingensi semakin
berkembang seiring perkembangan zaman.
Terdapat beberapa metode yang digunakan,
salah satunya adalah analisis kontingensi
menggunakan logika fuzzy. Logika fuzzy
merupakan suatu pendekatan yang didasarkan
pada teori himpunan fuzzy untuk melakukan
analisis kontingensi pada sebuah sistem.
Logika fuzzy menggunakan L-indeks sebagai
indikator pendekatan tegangan jatuh pada bus
sistem. Diantara banyaknya indikator untuk
stabilitas tegangan dan ramalan tegangan, L-
indeks memberikan hasil yang cukup konsisten,
akurat, dan mudah dihitung.(Prasad, dkk, 2014)
Berdasarkan kondisi di atas maka
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lepasnya salah satu unit
atau beberapa saluran transmisi terhadap
perubahan daya sistem tenaga listrik dan
mengidentifikasikan bus-bus pada sistem yang
mengalami tegangan gagal menggunakan
logika fuzzy dengan indikator L-Indeks.
II. Dasar Teori
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem Tenaga Listrik adalah suatu
sistem yang terdiri dari beberapa
komponen berupa pembangkit tenaga
listrik, saluran transmisi, distribusi dan
beban yang saling berhubungan dan
berkerja sama untuk melayani
kebutuhan tenaga listrik bagi pelanggan
sesuai kebutuhan. Secara garis besar
sistem tenaga listrik dapat digambarkan
dengan Gambar2.1
Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga
Listrik(Supriono,2010)
2.2 Studi Aliran Daya
Studi aliran daya merupakan bagian
yang sangat penting dalam perencanaan
sistem tenaga listrik.Tujuan utama dari
studi aliran daya adalah :
1. Untuk mengetahui daya aktif dan
reaktif tiap pembangkit.
2. Untuk mengetahui besar tegangan
dan sudut phase pada setiap bus.
3. Untuk mengetahui daya aktif dan
daya reaktif yang mengalir pada setiap
komponen tenaga listrik.
Oleh karena itu dalam studi aliran
daya diperlukan suatu proses
perhitungan yang sistematis melalui
model jaringan dan persamaan aliran
daya. Berdasarkan hukum Kirchoff untuk
arus, maka besar arus yang masuk dan
keluar dari suatu titik simpul sama
dengan nol.
[πΌπ] = [πππ]. [ππ]β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦...(2.1)
πππ adalah,
πππ = |πππ|πππ = |πππ|(πππ πππ + π sin πππ)β¦....(2.2)
Beberapa metode telah dikembangkan
dalam studi aliran daya ini yaitu metode Gauss
Seidel, metode Newton Raphson dan metode
Fast Decouple. Metode Gauss Seidel
merupakan metode yang digunakan untuk
menyelesaikan sistem persamaan linier
berukuran besar, seperti sistem-sistem yang
banyak ditemukan dalam sistem persamaan
diferensial. Metode Fast Decouple merupakan
metode yang digunakan untuk menghitung
aliran beban pada sistem dengan jumlah besar
dan memiliki kurva iterasi yang lebih baik
dibandingkan metode Gauss Seidel. Dan
metode Newton Raphson merupakan metode
yang digunakan untuk penyelesaian daya
karena lebih cepat mencapai konvergen tanpa
mengabaikan nilai resistansi dari jaringan.
2.3 Kontigensi
Kontingensi adalah suatu kejadian yang
disebabkan oleh kegagalan atau pelepasan dari
satu atau lebih generator atau saluran
transmisi. Istilah ini berkaitan erat dengan
kemampuan suatu sistem tenaga listrik untuk
melayani beban bila terjadi gangguan pada
salah satu komponennya. Karena adanya
kontingensi, sehingga lebih dari satu saluran
digunakan untuk menyalurkan daya listrik ke
beban, walaupun sebenarnya dalam keadaan
normal. Analisis kontingensi bertujuan untuk
menganalisis respons sistem terhadap
gangguan besar yang dapat menyebabkan
ketidakstabilan dan ketidakkendalian
sistem.analisis kontingensi fokus pada titik
operasi tertentu, penentuan batas kemampuan
memuat berkaitan dengan seberapa jauh suatu
sistem dapat bergerak dari titik operasi ini dan
masih tetap dalam keadaan stabil. (Adekunle,
2017)
Analisis ini digunakan sebagai alat studi
untuk analisis kejadian kontingensi secara off-
line, dan sebagai alat on-line untuk
menunjukkan operator bagaimana efek dari
outage yang akan datang. Sehingga operator
telah dipersiapkan untuk menghadapi outage
dengan operasi pemulihan yang telah
direncakanakan sebelumnya. Setelah
kontingensi terjadi, masalah sistem tenaga bisa
diukur dari :
a. Tidak sama sekali yaitu saat sistem
tenaga dapat diseimbangkan kembali
setelah kontingensi, tanpa adanya
beban berlebih pada semua elemen.
b. Keras yaitu saat beberapa elemen
seperti saluran dan transformator
menjadi terbeban lebih dan mempunyai
resiko kerusakan.
c. Kritis yaitu saat sistem tenaga menjadi
tidak stabil dan akan dengan cepat
menjadi kacau.
2.4 L-indeks
Untuk studi sistem tenaga, L-indeks
digunakan sebagai indikator kedekatan
tegangan jatuh (Voltage collapse) pada
masing-masing bus beba pada sistem. L-
indeks dihitung menggunakan Persamaan 2.3
yang digunakan sebagai kuantitas pasca
kontingensi,
πΏπ = β (πΉπππ£π
π£π)
ππ=1 β¦β¦β¦β¦β¦.....β¦....β¦(2.3)
Keterangan:
j = g + 1, ...., n
j = bus beban
g = bus generator
Nilai dari πΉππ didapatkan dengan
menggunakan Persamaan 2.4
[πΉ] = [ππΏπΏ]β1[ππΏπΊ]β¦β¦β¦β¦β¦...β¦β¦..(2.4)
Dimana:
[ππΏπΏ] dan [ππΏπΊ] merupakan sub matriks dari Y-
bus matriks. (Adekunle, 2017)
2.5 Logika Fuzzy
Logika fuzzy merupakan suatu
pendekatan yang didasarkan pada teori
himpunan fuzzy. Dimana perbedaan
antara logika tegasdan logika fuzzy
terletak pada keanggotaan elemen dalam
suatu himpunan. Logika fuzzy secara
efektif diterapkan dalam berbagai bidang
seperti proteksi, optimasi, pemrosesan
informasi, diagnosis, analisis sistem,
pendukung dan perencanaan keputusan.
Pendekatan fuzzy
menggunakan L-indeks sebagai indikator
tegangan jatuh selain dari tegangan bus.
Sebelum diproses dengan aturan fuzzy,
profil tegangan dan L-indeks dinyatakan
dalam set notasi seperti pada Gambar 2.3 dan
Gambar 2.4
Gambar 2.3 Fungsi Keanggotaan untuk
Profil Tegangan(Prasad,dkk, 2014)
Profil tegangan bus dibagi menjadi 3
kategori menggunakan set notasi fuzzy antara
lain :
a. Tengangan rendah dimana nilainya berada
dibawah 0.95 pu.
b. Tegangan normal dimana nilainya berada
pada kisaran 0.95 pu sampai 1.05 pu.
c. Tegangan berlebih dimana nilainya berada
diatas 1.05 pu.
Gambar 2.4 Fungsi Keanggotaan Untuk L-
indeks(Prasad,dkk,2014)
L-indeks dibagi menjadi 5 kategori
menggunakan set notasi fuzzy yaitu :
a. Very Small(VS)yaitu nilai L-indeks dari 0
sampai 0.16
b. Small(S)yaitu nilai L-indeks dari 0.16
sampai 0.38
c. Medium(M), yaitu nilai L-indeks dari 0.38
sampai 0.56
d. High(H), yaitu nilai L-indeks dari 0.56
sampai 0.76
e. Very High(VH))yaitu nilai L-indeks dari 0.76
sampai 1
Aturan fuzzy mengevaluasi tingkat
kerawanan setiap hasil kontingensi.
Tingkat kerawanan ditentukan dengan
mengevaluasi Indeks Komposit(CI).
Indeks Komposit merupakan penjumlahan
dari jumlah total severity L-indeks dan
jumlah total severity indeks profil
tegangan. SIL (Severity L-index)
merupakan indeks tingkat keparahan
variabel L-indeks pada masing-masing
bus beban dan SIVP (Severity Index
Voltage Profile) merupakan indeks tingkat
keparahan variabel profil tegangan pada
masing-masing bus beban. Nilai Indeks
Komposit ditentukan sesuai dengan
Persamaan 2.4,
CI = β SIL + β SIVPβ¦β¦β¦.β¦β¦β¦(2.4)
Keterangan :
SIL= Severity L-indexatau indeks variabel
L-indeks pada bus beban
SIVP = Severity Index Voltage Profilatau
indeks variabel profil tegangan bus
beban.
III. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui
kontingensi sistem 30 bus IEEE dengan
menggunakan logika fuzzy. Kontingensi
pada penelitian ini meliputi lepasnya satu
atau duasaluran transmisi padasistem 30
bus IEEE, dan mengidentifikasikan nilai
tegangan setelah terjadi kontingensi.
Kemudian menghitung nilai L-indeks sebagai
indikator tegangan jatuh pada bus beban.
Nilai L-indeks pada masing-masing
busbeban digunakan sebagai input pada
logika fuzzymenggunakan MATLAB. Hasil
dari logika fuzzy berupa nilai tingkatan atau
rangking kontingensi sistem tenaga listrik
dari yang paling kritis sampai normal.
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-
tahapan yang digambarkan dalam diagram
alir pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Alir Logika Fuzzy
IV. Hasil dan Analisa 4.1 Studi Aliran Daya Pada Sistem 30 Bus IEEE
Hasil studi aliran daya untuk sistem 30 bus IEEE ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan data-data yang diperoleh menggunakan metode Newton Rhapson. Metode ini digunakan untuk penyelesaian daya karena lebih cepat mencapai konvergen tanpa mengabaikan nilai resistansi dari jaringan untuk pembeban normal pada sistem sebelum terjadi kontingensi.
Tabel 4.1 Hasil Aliran Daya Sistem 30 Bus IEEE Saat Beban Normal
No.
Bus Tegang
an (p.u)
L-Indeks
beban
(MW)
beba
n
(MV
ar) pemban
gkit (MW)
pemban
gkit (MVar)
1 1,0000 - 0,00 0,00 52,5300 -12,1900
2 1,0000 - 21,7 12,7 80,0000 7,0790
3 1,0000 - 94,2 19,0 50,0000 43,6500
4 1,0000 - 30,0 30,0 35,0000 59,7300
5 1,0000 - 0,00 0,00 30,0000 13,7300
6 1,0000 - 0,00 0,00 40,0000 19,2600
7 0,9900 0,07 2,40 1,20 0,0000 0,0000
8 0,9886 0,08 7,60 1,60 0,0000 0,0000
9 0,9900 0,04 0,00 0,00 0,0000 0,0000
10 0,9849 0,02 22,8 10,9 0,0000 0,0000
11 0,9732 0,12 0,00 0,00 0,0000 0,0000
12 0,9522 0,22 5,80 2,00 0,0000 0.0000
13 0,9746 0,56 11,2 7,50 0,0000 0.0000
14 0,9572 0,53 6,20 1,60 0,0000 0.0000
15 0,9502 0,49 8,20 2,50 0,0000 0.0000
16 0,9573 0,42 3,50 1,80 0,0000 0.0000
17 0,9481 0,28 9,00 5,80 0,0000 0.0000
18 0,9374 0,40 3,20 0,90 0,0000 0.0000
19 0,9337 0,34 9,50 3,40 0,0000 0.0000
20 0,9374 0,31 2,20 0,70 0,0000 0.0000
21 0,9397 0,23 17,5 11,2 0,0000 0.0000
22 0,9401 0,24 0,00 0,00 0,0000 0.0000
23 0,9362 0,40 3,20 1,60 0,0000 0.0000
24 0,9269 0,28 8,70 6,70 0,0000 0.0000
25 0,9337 0,19 0,00 0,00 0,0000 0.0000
26 0,9145 0,19 3,50 2,30 0,0000 0.0000
27 0,9477 0,13 0,00 0,00 0,0000 0.0000
28 0,9859 0,04 0,00 0,00 0,0000 0.0000
29 0,9260 0,14 2,40 0,90 0,0000 0.0000
30 0,9136 0,14 10,6 1,90 0,0000 0.0000
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tegangan
magnitude bus refrensi dan bus pembangkit dari bus 1 sampai bus 6 bernilai 1, dan konstan untuk mempertahankan sistem tetap berjalan. Sedangkan, pada bus beban, semakin jauh bus beban dari bus pembangkit nilai tegangan magnitude akan semakin kecil karena terjadinya drop tegangan. Nilai L-indeks pada bus beban bernilai fluktuatif karena dipengaruhi oleh tegangan magnitude dan admintansi saluran. Pada bus refrensi yaitu bus 1, nilai daya aktif dan daya reaktif pembangkit dipengaruhi oleh nilai daya aktif dan daya reaktif beban karena bus refrensi berfungsi sebagai penyuplai kekurangan daya pada sistem.
4.2 Hasil Studi Aliran Daya Pada Sistem 30 Bus IEEE Untuk Analisis Kontingensi 4.2.1 Lepasnya Saluran Transmisi Antara Bus 2 Ke Bus 3
Gambar 4.1 Diagram Segaris Sistem Lepasnya Saluran Transmisi Antara
Bus 2 Ke Bus 3 Gambar 4.1 menunjukkan terjadinya kasus kontingensi atau pemutusan satu saluran transmisi antara bus 2 ke bus 3. Pada kasus ini disimulasikan dengan 3 kali pembebanan yaitu beban normal, beban 80% dari beban normal, dan beban 110% dari beban normal. 1. Beban Normal Tabel 4.2 Nilai Profil Tegangan dan L-indeks Saat Lepasnya Saluran Transmisi Antara Bus 2 Ke Bus 3 Dengan Beban Normal
No. bus
Profil Tegangan (p.u)
L-indek
s
No. bus
Profil Tegangan (p.u)
L-indek
s
7 0,9884 0,072 19 0,9329 0,349
8 0,9871 0,087 20 0,9365 0,318
9 0,9892 0,047 21 0,9387 0,240
10 0,9832 0,028 22 0,9391 0,242
11 0,9726 0,120 23 0,9355 0,404
12 0,9513 0,228 24 0,9260 0,282
13 0,9743 0,568 25 0,9327 0,192
14 0,9568 0,531 26 0,9135 0,197
15 0,9496 0,490 27 0,9467 0,137
16 0,9567 0,426 28 0,9853 0,046
17 0,9472 0,288 29 0,9250 0,140
18 0,9367 0,402 30 0,9125 0,142
2. Beban 80% Dari Beban Normal Tabel 4.2 Nilai Profil Tegangan dan L-indeks
Saat Lepasnya Saluran Transmisi Antara Bus 2 Ke Bus 3 Dengan Beban 80% Dari Beban Normal
No. bus
Profil Tegangan (p.u)
L-indek
s
No. bus
Profil Tegangan (p.u)
L-indek
s
7 0,9934 0,071 19 0,9483 0,343
8 0,9923 0,087 20 0,9512 0,313
9 0,9931 0,047 21 0,9529 0,236
10 0,9885 0,028 22 0,9532 0,238
11 0,9793 0,120 23 0,9504 0,397
12 0,9628 0,225 24 0,9429 0,277
13 0,9811 0,564 25 0,9481 0,189
14 0,9673 0,525 26 0,9331 0,192
15 0,9615 0,484 27 0,9591 0,135
16 0,9670 0,421 28 0,9899 0,046
17 0,9595 0,284 29 0,9422 0,137
18 0,9513 0,396 30 0,9325 0,139
3. Beban 110% Dari Beban Normal
Tabel 4.3 Nilai Profil Tegangan dan L-indeks Saat Lepasnya Saluran Transmisi Antara Bus 2 Ke Bus 3 Saat Beban 110% Dari Beban Normal
No.
bus
Profil
Tegangan
(p.u)
L-
indeks No.
bus
Profil
Tegangan
(p.u)
L-
indeks
7 0,9854 0,0725 19 0,9246 0,3523
8 0,9839 0,0878 20 0,9286 0,3214
9 0,9868 0,0473 21 0,9311 0,2421
10 0,9800 0,0288 22 0,9315 0,2444
11 0,9688 0,1213 23 0,9275 0,4077
12 0,9451 0,2301 24 0,9169 0,2852
13 0,9706 0,5702 25 0,9243 0,1947
14 0,9511 0,5347 26 0,9029 0,1993
15 0,9432 0,4936 27 0,9398 0,1380
16 0,9510 0,4290 28 0,9826 0,0470
17 0,9406 0,2901 29 0,9155 0,1416
18 0,9288 0,4061 30 0,9017 0,1438
4.3 Logika Fuzzy Pada Analisa Kontingensi
1. Beban Normal Tabel 4.4 Nilai Composite Index(CI) Pada 7 Kasus Kontingensi Saat Beban Normal
Kasus
Kontingensi
Severity
L-index
(πππ³)
Severity
Voltage
Profil
(πππ―π©)
Composite
Index(CI)
1. Kontingensi saluran antara bus 2 ke bus 3
304,05 286,53 590,58
2. Kontingensi saluran antara bus 3 ke bus 10
298,91 289,69 588,60
3. Kontingensi saluran antara bus 4 ke bus 28
302,50 293,89 596,39
4. Kontingensi saluran antara bus 8 ke bus 13
379,09 286,56 665,65
5. Kontingensi saluran antara bus 22 ke bus 24
314,02 305,81 619,83
6. Kontingensi dua saluran antara bus 3 ke bus 10, dan bus 11 ke bus 12
445,50 465,06 910,56
7. Kontingensi dua saluran antara bus 9 ke bus 11, dan bus 9 ke bus 12
345,64 349,54 695,18
2. Beban 80% Dari Beban Normal Tabel 4.5 Nilai Composite Index(CI) Pada 7 Kasus Kontingensi Saat Beban 80% Dari Beban Normal
Kasus
Kontingensi
Total
Severity
L-index
(β πππ³)
Severity
Voltage
Profil
(β πππ½π· )
Composite
Index(CI)
1. Kontingensi saluran antara bus 2 ke bus 3
302,75 227,02 529,77
2. Kontingensi saluran antara bus 3 ke bus 10
305,88 229,35 535,23
3. Kontingensi saluran antara bus 4 ke bus 28
308,20 231,95 540,15
4. Kontingensi saluran antara bus 8 ke bus 13
383,50 230,15 613,73
5. Kontingensi saluran antara bus 22 ke bus 24
314,30 248,80 563,10
6. Kontingensi dua saluran antara bus 3 ke bus 10, dan bus 11 ke bus 12
429,33 344,02 773,35
7. Kontingensi dua saluran antara bus 9 ke bus 11, dan bus 9 ke bus 12
346,40 261,97 608,37
3. Beban 110% Dari Beban Normal Tabel 4.6 Nilai Composite Index(CI) Pada 7 Kasus Kontingensi Saat Beban 110% Dari Beban Normal
Kasus
Kontingensi
Severity
L-index
(πππ³)
Severity
Voltage
Profil
(πππ―π©)
Composite
Index(CI)
1. Kontingensi saluran antara bus 2 ke bus 3
310,00 326,52 636,52
2. Kontingensi saluran antara bus 3 ke bus 10
312,60 328,42 641,02
3. Kontingensi saluran antara bus 4 ke bus 28
315,00 333,02 648,02
4. Kontingensi saluran antara bus 8 ke bus 13
388,72 325,86 714,58
5. Kontingensi saluran antara bus 22 ke bus 24
324,18 344,80 668,98
6. Kontingensi dua saluran antara bus 3 ke bus 10, dan bus 11 ke bus 12
450,50 531,96 982,46
7. Kontingensi dua saluran antara bus 9 ke bus 11, dan bus 9 ke bus 12
356,26 404,28 760,54
Tabel 4.4 sampai Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai total hasil keluaran atau output logika fuzzy untuk L-indeks dan tegangan profil pada masing-masing kasus kontingensi pada saat beban 3 pembebanan. Nilai keluaran untuk L-indeks yaitu Severity L-index dan nilai keluaran untuk profil tegangan yaitu Severity Voltage Profil. Nilai Composite Index(CI) didapatkan dengan menjumlahkan nilai total Severity L-index dan total Severity Voltage Profil pada masing-masing kasus kontingensi. Nilai CI akan dijadikan sebagai parameter untuk menentukan tingkat keparahan kasus-kasus kontingensi 4.4 Pemeringkatan Kontingensi
Setelah didapatkan nilai CI pada masing-masing kasus kontingensi akan dilakukan pemeringkatan dari kasus yang paling kritis terhadap sistem berdasarkan nilai CI yang terbesar dengan 3 kali pembebanan.
1. Beban Normal Tabel 4.7 Pemeringkatan Kontingensi Saluran Saat Beban Normal
Rangking Kontingensi saluran
CI = β SIπΏ +β SIππ
1 3 dan 10, 11 dan 12 910,56
2 9 dan 11, 9 dan 12 695,18
3 8 dan 13 665,65
4 22 dan 24 619,83
5 4 dan 28 596,39
6 2 dan 3 590,58
7 3 dan 10 588,60
2. Beban 80% Dari Beban Normal
Tabel 4.8 Pemeringkatan Kontingensi Saluran Saat Beban 80% Beban Normal
Rangking Kontingensi saluran
CI = β SIπΏ +β SIππ
1 3 dan 10, 11 dan 12 773,35
2 8 dan 13 613,73
3 9 dan 11, 9 dan 12 608,37
4 22 dan 24 563,10
5 4 dan 28 540,15
6 3 dan 10 535,23
7 2 dan 3 529,77
3. Beban 110% Dari Beban Normal
Tabel 4.9 Pemeringkatan Kontingensi Saluran Saat Beban 110% Beban Normal
Rangking Kontingensi saluran
CI = β SIπΏ +β SIππ
1 3 dan 10, 11 dan 12 982,46
2 9 dan 11, 9 dan 12 760,54
3 8 dan 13 714,58
4 22 dan 24 668,98
5 4 dan 28 648,02
6 3 dan 10 641,02
7 2 dan 3 636,52
Dan dari hasil penelitian analisis aliran daya setelah pelepasan saluran transmisi dengan 7 kasus kontingensi dapat dilihat bahwa semakin besar nilai daya beban maka nilai profil tegangan akan semakin kecil, sedangkan nilai L-indeks akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena nilai L-indeks berbanding terbalik dengan dengan nilai profil tegangan pada bus beban, sesuai dengan Persamaan 2.3. Pada logika fuzzy, saat nilai inputan profil tegangan semakin kecil maka nilai output Severity Voltage Profil akan semakin besar dan untuk nilai inputan L-indeks semakin besar, maka nilai output Severity L-index akan semakin besar, hal ini sesuai dengaan aturan pada rule fuzzy base. Dimana nilai Severity L-index dan Severity Voltage Profil akan dijumlahkan dan
menghasilkan nilai Composite Index (CI). Semakin besar daya beban maka didapatkan nilai CI yang semakin besar pula. V. Kesimpulan
Dari hasil dan analisa penelitian analisis
kontingensi pada sistem tenaga dengan
menggunakan metode fuzzy dapat disimpulkan
bahwa:
1. Lepasnya satu atau dua saluran transmisi
pada sistem 30 bus IEEE mengakibatkan
nilai profil tegangan sebagai tegangan
magnitude mengalami penurunan dan L-
indeks sebagai indikator tegangan jatuh
mengalami kenaikan yang juga dipengaruhi
oleh penambahan daya beban pada sistem.
Nilai profil tegangan dan L-indeks tersebut
menentukan nilai dari komposit indeks (CI)
yang terbesar dan menunjukkan bahwa
kondisi kontingensi tersebut paling kritis
terhadap sistem,
a. Pada beban normal didapatkan nilai CI
terbesar pada saat kontingensi saluran
antara bus 3 ke bus 10 dan bus 11 ke
bus 12 dengan nilai 910,56
b. Pada beban 80% dari beban normal
didapatkan nilai CI terbesar pada saat
kontingensi saluran antara bus 3 ke bus
10 dan bus 11 ke bus 12 dengan nilai
773,35
c. Pada beban 110% dari beban normal
didapatkan nilai CI terbesar pada saat
kontingensi saluran antara bus 3 ke bus
10 dan bus 11 ke bus 12 dengan nilai
982,46
2. Semakin besar permintaan daya beban
menyebabkan nilai CI yang semakin besar,
Sehingga pada saat beban 110% dari beban
normal memiliki nilai CI yang terbesar
diantara beban yang lainnya yaitu 982,46.
Dan pada 3 kondisi beban, kasus kontingensi
saluran antara bus 3 ke bus 10, dan bus 11
ke bus 12 mendapatkan peringkat pertama
yang menunjukkan kasus kontingensi
tersebut paling kritis terhadap sistem.
VI. Daftar Pustaka Abdelaziz, A.Y., Taha, A.T.M., Mostafa, M.A., and
Hassan, A.M, 2013.βFuzzy Logic Based
Power System Contingency Rankingβ. I.J.
Inelligent Systems and
Applications.Vol 03, pp. 1-12.
Adekunle, S. I., 2017 βA New Voltage Stability
Index For Predicting Voltage Collapse
in Electrical Power System Network β
Nigeria : Convenant University.
Nrartha, I.M.A., Ginarsa, I. M., dan Muljono,
A. B., 2018 βMenajemen Sistem
Operasi Tenaga Listrikβ Mataram :
Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Mataram.
Pandit, M., Srivastava,Laxmi., and Sharma,
Jayadev. 2001 βVoltage Contingency
Ranking Using Fuzzified Mulitilayer
Perceptron β, Electrical Power System
Research. Vol 59,pp.65-73.
Prasad, N. HK., Kantharaj, B., K M, Kavitha.,
and E, Ramesh. 2014 βContingency
Analysis of a Power System by using
Fuzzy Approachβ.International Journal
of Engineering Research &
Technology (IJERT), Vol 3,pp. 1658-
1661.
Saputra, J. E., 2011, βPenentuan dan
Perbaikan Indeks Kestabilan Saluran
Transmisi dengan Pemilihan Lokasi
Penempatan Distributed Generation
(DG) Menggunakan Metode
Contingency (N-1) Analysisβ Mataram:
Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Mataram.
Sudirham, S., 2012, βAnalisis Sistem
Tenagaβ, Bandung : Darpublic.
Supriono, S., 2010, β Buku Ajar : Sistem
Tenaga listrik β,Yogyakarta : Teknik
Elektro, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Syafii, dan Rahmawat, N., 2012, βAnalisis
Kontingensi Sistem Tenaga Listrik
dengan Metode Boundingβ, Jurnal
Rekayasa Elektrika Vol 10.Hal92-97.
Wikarsa, M. T.,2010, βStudi Analisis Tenaga
Listrikβ, Jakarta : Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
Stde Laboratory, 2013,Tentang ETAP Electric
Transient Analisys Program, sumber :
http://stdelaboratory.blogspot.co.id/20
13/11/tentang-ETAP-electric-
transient-and.html, diakses pada tanggal 24
Mei 2018.
Suhadi, Wrahatnolo T.2008. Teknik Distribusi
Tenaga Listrik Jilid 1. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Supriyatna, 2012,Sistem Distribusi Tenaga Listrik,
Diktat Mata Kuliah,Mataram, Universitas
Mataram.
Syafar.M, 2002, Penentuan Indeks Keandalan
Sistem Distribusi 20 kV dengan Metode
FMEA. Makasar. Rizky Arha Mulia.
Widyanarko,D.,Winardi B, Kartono.2015. Analisis
Pengaruh Pelimpahan Beban Feeder
SRL-1 ke SRL-6 Gardu Induk Srondol
Terhadap Keandalan dan Jatuh
Tegangan.Transient.Vol.4,No 3.ISSN:
2302-9927, 526.