Mural-pemanfaatan-ruang-publik-Studi-Kasus-Penilaian ...

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 52 BAB II GAMBARAN UMUM SENI MURAL A. Perkembangan Mural 1. Sejarah Mural di Dunia Mural berasal dari kata ‘murus’, kata dari Bahasa Latin yang memiliki arti dinding. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang datar lainnya. 70 Akar mula munculnya gambar mural sudah ada bahkan sejak jaman pra- sejarah. Keberadaan berbagai coretan pada dinding-dinding batu dapat dikatakan merupakan hasil kerja kecerdasan manusia paling mutakhir dari zaman pra-sejarah. Ilustrasi seperti gambar telapak tangan, goresan-goresan, gambar-gambar lainnya merupakan bukti eksistensi peradaban pra-sejarah. Coretan dinding adalah gambaran kehidupan suatu zaman dengan dinamikanya yang kompleks. Lukisan dan coretan pra-sejarah menggambarkan kehidupan sosial-ekonomis dan alam kepercayaan masyarakat pada masa itu. Aktivitas mencoret, mengukir, menggambar dan melukis pada dinding-dinding batu juga menjadi hasil kebudayaan yang menjadi cikal-bakal pemula kebudayaan visual. 71 70 Ichsan Agung Pribadi Kuswaya, Berkomunikasi Melalui Mural, Tersedia : http://repository.stisitelkom.ac.id/106/1/Ichsan_Agung_Pribadi_Kuswaya_112130128.pdf (Diakses pada 13 Mei 2013) 71 Ibid.,

Transcript of Mural-pemanfaatan-ruang-publik-Studi-Kasus-Penilaian ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB II

GAMBARAN UMUM SENI MURAL

A. Perkembangan Mural

1. Sejarah Mural di Dunia

Mural berasal dari kata ‘murus’, kata dari Bahasa Latin yang memiliki arti

dinding. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran besar

yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang

datar lainnya.70

Akar mula munculnya gambar mural sudah ada bahkan sejak jaman pra-

sejarah. Keberadaan berbagai coretan pada dinding-dinding batu dapat dikatakan

merupakan hasil kerja kecerdasan manusia paling mutakhir dari zaman pra-sejarah.

Ilustrasi seperti gambar telapak tangan, goresan-goresan, gambar-gambar lainnya

merupakan bukti eksistensi peradaban pra-sejarah. Coretan dinding adalah

gambaran kehidupan suatu zaman dengan dinamikanya yang kompleks. Lukisan

dan coretan pra-sejarah menggambarkan kehidupan sosial-ekonomis dan alam

kepercayaan masyarakat pada masa itu. Aktivitas mencoret, mengukir,

menggambar dan melukis pada dinding-dinding batu juga menjadi hasil

kebudayaan yang menjadi cikal-bakal pemula kebudayaan visual.71

70 Ichsan Agung Pribadi Kuswaya, Berkomunikasi Melalui Mural, Tersedia :http://repository.stisitelkom.ac.id/106/1/Ichsan_Agung_Pribadi_Kuswaya_112130128.pdf(Diakses pada 13 Mei 2013)71 Ibid.,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Sejumlah gambar prasejarah pada dinding gua di Altamira, Spanyol, dan Lascaux,

Prancis, yang melukiskan aksi-aksi berburu, meramu, dan aktivitas religius,

kerapkali disebut sebagai bentuk mural generasi pertama.

Gua Lascaux, sebuah kompleks gua di barat daya Prancis, memiliki

beberapa lukisan gua yang paling luar biasa di dunia dari jaman Paleolitikum, dari

setidaknya 15.000 tahun yang lalu. Gua itu ditemukan pada tanggal 12 September

1940 oleh empat remaja, Marcel Ravidat, Jacques Marsal, Georges Agnel, dan

Simon Coencas. Akses publik dibuat lebih mudah setelah Perang Dunia II. Pada

tahun 1955, karbondioksida yang dihasilkan oleh 1.200 pengunjung per hari telah

jelas merusak lukisan. Gua ini ditutup untuk umum pada tahun 1963 dalam rangka

melestarikan seni.72

Gambar 7 :Lukisan gua di Lascaux, Perancis.

Sumber : http://www.oddee.com/item_93915.aspx

7220 Most Fascinating Prehistoric Cave Paintings,Tersedia:http://www.oddee.com/item_93915.aspx (Diakses pada 15 Maret 2013 )

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Selain di Perancis, gambar mural prasejarah juga ditemukan di gua-gua

yang luar biasa dari Altamira terletak dekat Santilliana del Mar di Cantabria,

Spanyol Utara, sekitar 30 km. barat dari Santander. Seperti yang sering terjadi,

situs tersebut ditemukan secara kebetulan. Pada tahun 1868 seorang pemburu

bernama Modesto Cubillas menemukan tempat tersebut meskipun belum

dieksplorasi hingga tahun 1875 oleh putri seorang bangsawan dari Santander

bernama Marcellino Sanz de Santuola, Maria de Santuola yang menemukan

lukisan gua indah Altamira tahun 1879. Pada awal abad ke-20 situs tersebut

akhirnya diterima sebagai situ prasejarah dari zaman batu. Lukisan gua Altamira

adalah bukti mural prasejarah yang paling luar biasa dari budaya Magdalenian

(antara 16.500 dan 14.000 tahun yang lalu) di Eropa selatan.73

Gambar 8 :Lukisan gua di Altamira, Spanyol

Sumber : http://www.oddee.com/item_93915.aspx

73 Ibid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Dalam sejarah keagamaan, mural sering digunakan untuk menampilkan

simbol-simbol dari agama. Mural memegang tempat penting dalam seni Yunani,

Romawi, India dan Mesir. Seni dinding makam di Mesir yang berasal dari sekitar

3150 SM memberikan makna yang menggambarkan dewa, dewi dan kekuasaan.74

Selain di Mesir, simbol-simbol keagamaan yang direpresentasikan lewat

gambar mural juga terdapat di Gua Ajanta India yang memiliki lukisan mural dari

sekitar 200 SM yang menggambarkan representasi simbolis dari Buddhisme. Di

Ajanta, terdapat sekitar 30 ruang/gua arsitektural di tebing curam yang mengapit

jurang. Beberapa di antaranya adalah wihara atau biara, dengan ruangan untuk

para biarawan di sekitar ruang tengah. Lainnya chaitya atau tempat pertemuan,

dengan stupa tengah kecil sebagai objek untuk beribadah dan merenung. Lukisan

yang terdapat di dalamnya bervariasi mulai dari ketenangan seorang Buddha

hingga kehidupannya yang aktif dan penuh keramaian. 75

Gambar 9 :Lukisan mural di Gua Ajanta, India

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Ajanta_Caves

74 Elizabeth Catanese, The History of Mural Art, Tersedia :http://www.ehow.com/about_5444839_history-mural-art.html (Diakses pada 15 Maret 2013)75Sejarah Mural, Tersedia: http://pututristi.wordpress.com/2010/11/10/sejarah-mural/ (Diaksespada 15 Maret 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Mural-mural abad pertengahan memperlihatkan lompatan besar pada tema

dan teknik. Interior gereja-gereja di Italia, misalnya, diperindah dengan rerupaan

bergaya surealis, karya Michaelangelo dan Leonardo da Vinci, yang bersumber

pada kisah-kisah Al Kitab. Pada masa itu, rumah orang-orang kaya di Prancis,

Inggris, dan Jerman dianggap trendy jika interiornya dilengkapi dengan mural.

Teknik yang populer digunakan saat itu adalah fresco, yakni melukis dinding

dengan cara mencampurkan pewarna dengan pelapis dinding (semacam semen),

sehingga mural bertahan lama.76

Mural di era modern dimulai pada awal abad ke-20 dan dipelopori oleh

Diego Rivera (1886-1957), seorang seniman besar dari Meksiko. Gerakan mural

Meksiko lahir tahun 20-an, tepat setelah Revolusi (1910-1917) sebagai kendaraan

untuk mewakili ideologi pemerintah dan visi sejarah. Rivera-lah yang

memperkenalkan mural ke ruang-ruang aktivitas publik serta menjadikannya

sebagai medium untuk menyampaikan idiom-idiom perjuangan, nasionalisme dan

realitas sosial politik. Mural kontemporer, dengan tema politik, sosial, dan

industrial, mulai populer terutama sejak Diego Rivera dan beberapa koleganya

menggoreskan kuas pada dinding-dinding kota Mexico City. Mural ini dibuat atas

permintaan pemerintah revolusioner Mexico, dimaksudkan untuk menggugah

semangat revolusi rakyat.77

76 Berkomunikasi Melaui Mural, Tersedia :http://repository.stisitelkom.ac.id/106/1/Ichsan_Agung_Pribadi_Kuswaya_112130128.pdf(Diakses pada 16 Maret 2013)77The Mexican and Chicano Mural Movements, Tersedia :http://www.yale.edu/ynhti/curriculum/units/2006/2/06.02.01.x.html (Diakses pada 16 Maret 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar 10 :Lukisan mural sejarah Meksiko yang menampilkan 17 tokoh Revolusitermasuk Eulalio Gutiérrez, José Vasconcelos, dan VenustianoCarranza (1929-1951)Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/File:EulalioGutierrezPalacioNacional.jpg

Pelindung yang paling penting dari Gerakan Mural Meksiko adalah Jos

Vasconcelos, Presiden lvaro Obregs Sekretaris Pendidikan Publik, selama tahun

1920-an. Vasconcelos mendesak seniman untuk melukis mural sebagai bagian

dari upaya yang lebih luas untuk memperkuat pengetahuan tentang sejarah

revolusioner.78

Tiga orang seniman yang dianggap sebagai pemimpin artistik gerakan

mural di Meksiko adalah Jos Clemente Orozco, Diego Rivera dan David Alfaro

Siqueiros. Mereka percaya seni adalah bentuk tertinggi dari ekspresi manusia dan

kekuatan utama dalam revolusi sosial.79

78 Ibid.79 Ibid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Di Amerika Serikat, pemerintahan FD Roosevelt merilis program Work

Progress Administration (WPA)-semacam program padat karya yang melibatkan

seniman untuk membuat mural bertema kampanye kembali bekerja seusai masa

resesi dunia pada pertengahan 1930-an. Berawal dari program WPA, kota seperti

San Francisco terutama di kawasan Mission District berkembang menjadi rujukan

mural dunia. Meniti jamannya, mural, berpadu dengan graffiti, menjadi seni

‘jalanan’ di berbagai negara, mengangkat aneka tema dan ekspresi sosial, budaya,

politik, reliji, bahkan dimanfaatkan pula sebagai alat beriklan.80

Setelah itu, seni mural seperti menemukan jalannya sendiri dan terus

berkembang di era modern. Seniman-seniman mural abad ke-20 yang cukup

berpengaruh selain Diego Rivera adalah Keith Haring (1958-1990) dan Jean

Michel Basquiat (1960-1988) kemudian pada tahun 1980-an muncul seniman

mural seperti Graham Karat dan Rainer Maria Latzke. Seniman mural yang

terkenal di era modern sekarang ini adalah Bansky atau Robin Gunningham.

Karyanya biasanya menggabungkan humor, citra mencolok dengan pesan atau

slogan semacam anti-kemapanan. Sejak tahun 2000, selain menciptakan seni

kontemporer untuk jalan-jalan, dinding, jembatan dan permukaan perkotaan

lainnya di seluruh dunia, karya seni Banksy telah dipamerkan di galeri, gudang

dan tempat-tempat lain di seluruh London, serta tempat-tempat seperti New York,

Los Angeles, dan Sydney. Karya seni terbaru Bansky memamerkan karya "Street

80 Ichsan Agung Pribadi Kuswaya, Loc. Cit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Art" diadakan di The Tate Gallery di London (2008) dan Grand Palais di Paris

(2009).81

Gambar 11 :Lukisan mural oleh Banksy (Mei-Agustus 2008) menggambarkanseorang pekerja menghapus lukisan mural pra sejarah.Sumber : http://www.visual-arts-cork.com/famous-artists/banksy.htm

2. Sejarah Mural di Indonesia

Seiring dengan berjalanya waktu, mural mengalami perkembangan tidak

hanya di negara-negara barat, tetapi juga berkembang di Indonesia. Awal mulanya

lukisan di dinding sudah ada di Indonesia sejak jaman prasejarah. Manusia purba

pada zaman itu meninggalkan jejak seperti gambar-gambar telapak tangan dan

hewan-hewan pada masa itu. Jejak ini dapat ditemukan di dinding atau gua-gua

pra sejarah di berbagai daerah di Indonesia.

81Mural Painting, Tersedia : http://www.visual-arts-cork.com/painting/murals.htm (Diakses pada16 Maret 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Penemuan lukisan gua di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya

dilakukan oleh C.H.M. Heeren-Palm pada tahun 1950 di Leang Pattae, walapun

memang tidak menuntut kemungkinan bahwa masyarakat sekitar sudah mengenal

jauh sebelum itu. Di gua ini ditemukan cap-cap tangan dengan latar belakang cat

merah. Barangkali ini merupakan cap tangan kiri perempuan. Ada pun cap-cap

tangan tangan ini dibuat dengan cara merentangkan jari-jari tangan itu di dinding

gua kemudian ditaburi dengan cat merah. Digua tersebut juga ditemukan lukisan

seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah di bagian jantungnya.

Barangkali lukisan semacam ini dimaksudkan sebagai suatu harapan agar mereka

berhasil berburu di dalam hutan. Babi rusa tadi digambarkan dengan garis-garis

horizontal berwarna merah.82

Gambar 12 :Lukisan Anoa pada dinding Gua Sumpangbita, Pangkep, Sulawesi Selatan.Sumber : http://wacananusantara.org/lukisan-gua-prasejarah-sebuah-simbol-kehidupan-manusia-pada-zaman-prasejarah/

82 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia “Zaman Prasejarah diIndonesia“, Balai Pustaka, Jakarta, 2008 hal. 187

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Meskipun seni lukisan dinding sudah ada di Indonesia sejak jaman

prasejarah, tetapi seni mural di era modern berkembang pesat ketika jaman

perjuangan kemerdekaan. Mural pada kala itu digunakan oleh publik sebagai alat

propaganda untuk membakar semangat perjuangan melawan penjajah sehingga

pesan mural pada waktu itu lebih bersifat mempersuasi para pejuang berupa kritik

dan aspirasi masyarakat yang bersemangat untuk mencapai kemerdekaan. Bahkan,

dalam sejarah revolusi Indonesia, kita mengenal kalimat-kalimat yang sangat

terkenal dan menggelorakan semangat perjuangan seperti “Merdeka atau Mati”,

“Boeng Ayo Boeng” atau kata-kata “Revolusi Sampai Mati”.

Dalam revolusi nasional mempertahankan kemerdekaan ada dua nama

yang sangat terkenal, yakni Affandi dan Sudjoyono, dalam konteks pembebasan

lewat seni rupa. Peranan mereka tidak dapat di kecilkan, mengingat beberapa

karya justru menjadi pesan yang mengobarkan semangat kaum muda melawan

penjajahan. Seperti Affandi misalnya, lewat lukisan dan muralnya yang berjudul

“Tiga Pengemis” telah menjadi alat yang efektif propaganda melawan Jepang dan

untuk menyadarkan kaum muda akan nasib bangsanya. Dalam revolusi fisik

mempertahankan kemerdekaan, lukisan dan muralnya yang menggambarkan

seorang pemuda memekikkan kata “merdeka” sanggup membangkitkan semangat

kaum muda. Selain itu kata-kata “Boeng, ayo boeng” yang di massalkan oleh

pelukis lain lewat coretan dinding (mural), sanggup memobilisasi kaum muda

yang terlibat dalam laskar-laskar untuk mempertahankan kemerdekaan. Lihat saja

dalam dokumenter sejarah perjuangan bangsa kita, mural hadir dalam setiap front-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

front perlawanan di garis depan. Kereta-kereta api yang mengangkut pejuang telah

di penuhi dengan coretan-coretan yang membangkitkan nasionalisme yang

kemudian diartikan oleh rakyat sebagai seruan untuk mempertahankan

kemerdekaan.83

Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian.

Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau

mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila,

1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang

merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi

rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata

yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair

Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim

ke daerah-daerah.84

Gambar 13 :Poster “Boeng, Ayo Boeng” Tahun 1940-1949

Sumber : http://hgdi.wordpress.com/2009/05/19/1940-1949-poster-boeng-ayo-boeng/

83 Rudi hartono dalam artikelnya “Eksistensi Mural dan Perjalanan Nasionalisme Indonesia”tersedia : http://arahkiri2009.blogspot.com/2008/03/eksistensi-mural-dan-perjalanan.html (Diaksespada 31 Maret 2013)84 http://id.wikipedia.org/wiki/Affandi (Diakses pada 31 Maret 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Mulai pada tahun 1950-an, boleh dikatakan sebagai puncak kejayaan seni

dan sastra pembebasan termasuk di dalamnya mural. Penolakan terhadap hasil

Konferensi Meja Bundar (KMB), dan kenyataan bahwa penjajah belanda tidak

sepenuhnya enyah dari Indonesia termanifestasikan dalam seruan-seruan coretan

dinding (mural). Kata-kata seperti “Ayo tuntaskan revolusi kita”, atau “Ganyang

Imperialisme Inggris-Amerika” tidak sulit untuk di temui sepanjang dinding

tembok pinggir jalan.85

Eksistensi mural-mural perjuangan ini sangat berpengaruh dan mempunyai

andil besar dalam masa-masa revolusi, karena telah menjadi bahasa pesan untuk

menyampaikan seruan perjuangan. Menggemanya kata-kata “Merdeka atau Mati”

dan “Boeng, ayo boeng” tidak bisa di lepaskan dari keberadaan mural sebagai alat

propaganda di ruang publik. Selama revolusi fisik hingga detik-detik terakhir

kejatuhan pemerintahan Soekarno, mural punya andil dalam menyatukan ide soal

persatuan nasional, kemerdekaan sejati, dan tugas-tugas revolusi di masa depan.86

Seiring dengan perkembanganya, seni mural tidak terlepas dari situasi

sosial dan politik. Dimasa perang kemerdekaan,mural hadir sebagai ekspresi dan

propaganda menuntut kemerdekaan dari bangsa kolonial. Di era reformasi, ia

hadir sebagai ekspresi penolakan terhadap rezim orde baru. Kini, di era pasca

reformasi mural semakin berkembang dan merambah di berbagai kota besar di

Indonesia. Mural di era sekarang lebih merepresentasikan kehidupan sosial

masyarakat di berbagai aspek dan bidang seperti ekonomi, budaya, sosial, politik

dan pemerintahan.

85 Rudi Hartono, Loc. Cit.86 Ibid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

3. Mural di Kota Yogyakarta

Sejarah masuknya seni mural di Yogyakarta dimulai menjelang akhir era

1990-an, ada kebutuhan dari sejumlah perupa di Jogjakarta untuk membuka akses

seni kepada publik. Berangkat dari pemikiran ini lah muncul praktek seni yang

unik, misalnya pada tahun 1997 sekelompok perupa berpameran dengan

menggunakan tembok halaman rumah agar warga sekitar dapat mengaksesnya.

Peristiwa seni ini terjadi di Desa Nitiprayan yang digagas oleh Apotik Komik

dengan tajuk “Mural Tembok.” Tidak lama berselang, muncul Kelompok Taring

Padi yang juga menjadikan seni sebagai alat perjuangan bagi masyarakat untuk

melawan setiap bentuk penindasan. Singkatnya, pada masa era akhir 1990-an,

paradigma seni di ruang publik menjadi fenomena penting.87

Sejatinya, seni jalanan seperti mural mulai masuk ke kota Yogyakarta

mulai tahun 1990-an diawali oleh proyek seni mural yang diprakarsai oleh Apotik

Komik. Apotik Komik ini didirikan oleh seorang seniman bernama Samuel

Indratma pada bulan April tahun 1997 bersama dua rekan semasa kuliahnya yaitu

Arie Dyanto dan Bambang Toko Witjaksono. Komunitas ini memfokuskan

kegiatannya pada seni ruang publik publik dan membangun dialog dengan

masyarakat.

Michelle Chin dalam publikasinya yang berjudul “Contemporary Art in

Jogja: Art Houses, Galleries and Street Art” salah satunya juga membahas tentang

komunitas Apotik Komik :

87 Ade Tanesia. Mural Merambah Ruang Publik Kota & Ruang Galeri,http://adetanesia.org/?p=186 (Diakses pada 27 Mei 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

“The founders of Apotik Komik are seriously committed to creatinga dynamic interaction and dialogue between artists and the general publicthrough the art works they exhibit at this public gallery. They do notsimply talk about "getting closer to the general public" - they are reallydoing it. All who pass by on the street become viewers of the exhibitions atApotik Komik, a gallery that is truly "open to the public at all times".88

Pemilihan rangkaian kata "Apotik Komik" adalah karena Apotik itu suatu

tempat yang dapat diakses oleh publik dan sebagai tempat pengambilan obat,

sedangkan Komik sebagai kata sifat berarti kacau, low-art, dan picisan. Sehingga

penggabungannya merupakan harapan Apotik Komik tentang bagaimana

membawa low-art di ruang-ruang yang tidak terpikirkan seperti menjadikan

museum, galleri dan membawa high-art di ruang publik untuk di-low-kan.89

Proyek mural pertama Apotik Komik berada di kampung Nitriprayan pada

tahun 1997 dengan tema “Melayang”. Di tembok dalam sebuah rumah berukuran

700 meter persegi itulah, 13 perupa diundang untuk berpartisipasi. Meskipun

tembok rumah itu sewaan dan keadaan dana serba terbatas mereka mampu

menghadirkan mural sesuai keinginan mereka.

88 Contemporary Art in Jogja: Art houses, Galleries and Street Art,http://www.michellechin.net/writings/05.html (Diakses pada 28 Mei 2013)89 http://gudeg.net/id/directory/73/566/Samuel-Indratma.html#.UaNXy2rtC40 (Diakses pada 27Mei 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Gambar 14 :Karya Mural bertema “melayang” oleh Apotik Komik tahun 1997Sumber : Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)

Pada tahun 1999, Apotik Komik kembali membuat proyek di ruang publik

bertema “Sakit Berlanjut”, yaitu menempelkan cardboard bergambar di tembok-

tembok kota kemudian menginformasikan bahwa setiap orang dapat menjadi

kolektor. Tak sampai seminggu, karya-karya tersebut sudah diambil. Hal ini

sekaligus mencairkan konsep high-art yang masih dipercaya oleh seniman bahwa

seni itu tidak ada artinya sama sekali buat masyarakat kebanyakan.90

90 Samuel Indratma, Si Pembuat Keindahan Dinding Kota Budaya, Tersedia :http://www.nyananews.com/2013/03/23/samuel-indratma-si-pembuat-keindahan-dinding-kota-budaya/ (Diakses pada 27 Mei 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Gambar 15 :Karya Mural bertema “Sakit Berlanjut” oleh Apotik Komik tahun1999Sumber : Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)

Nama Apotik Komik sendiri mencuat ketika komunitas ini membuat mural

di tembok penyangga Jembatan Layang Lempuyangan tahun 2002 silam. Tiang-

tiang penyangga beton yang mulanya sering dipakai coretan pilox pelaku

vandalisme kota, berubah menjadi indah dan sedap dipandang akibat karya mural

mereka yang sarat dengan pesan-pesan namun tak menggurui. 91 Sepanjang

tembok penyangga jembatan layang yang awalnya kumuh, penuh coretan nama

geng, kata-kata serta gambar-gambar jorok sudah berganti dengan gambar-gambar

indah. Orang yang lewat, terlebih lagi menunggu karena ada kereta api lewat tak

lagi jenuh. Mereka bisa menebarkan pandangannya ke lukisan-lukisan mural

tersebut untuk menghilangkan kejenuhan, dan bahkan melupakan asap knalpot

91 Ibid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dari kendaraan yang tak disadari terhirup masuk ke paru-paru. Mural tersebut bisa

dikatakan sebagai tonggak munculnya mural-mural yang lain yang menghiasi

sejumlah tembok di seantero kota Yogyakarta. Banyak orang menilai mural yang

dipelopori sejumlah seniman yang tergabung dalam Apotik Komik menambah

keindahan pemandangan Kota Yogyakarta. Selama ini banyak tembok yang

dicorat-coret oleh sejumlah orang tak bertanggung jawab dengan kata-kata,

gambar-gambar jorok dan tentu saja menambah kekusaman pemandangan.

Langkah kelompok Apotik Komik yang membuat mural di sepanjang tembok

jembatan layang Lempuyangan pada tahun 2002 mendapat dukungan penuh wali

kota Yogya waktu itu, H Herry Zudianto.

Apotik Komik sendiri yang dulu memberangkatkan diri sebagai

komunitas dengan ketertarikan terhadap jagat komik dalam perjalanannya yang

tidak genap satu dasawarsa, telah begitu identik dengan mural (lukisan di dinding)

yang menempel pada tembok-tembok kota Yogyakarta. Tak pelak, ini berkait

dengan proyek seninya yang fenomenal, yaitu proyek mural bertemakan “Sama-

Sama” yang berlangsung mulai tahun 2002. Diawali dari pembuatan mural di

tubuh jembatan layang Lempuyangan, lalu menebar ke banyak kawasan. Pemilik

otoritas kota pun melegitimasi aksi kreatif ini dengan perizinan. Dari situlah

kemudian, publik ditulari oleh demam muralisasi tembok-tembok kosong dan

kumuh yang ada di kampung-kampung di seantero kota. Wajah sebagian tembok

kota Yogyakarta yang ‘mengutuk’ diri sebagai kota seni budaya ini menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

marak penuh warna. Mural-mural dengan beragam karakter itu sedikit banyak

telah menguatkan atmosfir kota Yogyakarta sebagai kota budaya.92

Gambar 16 :Karya Mural bertema “Sama-sama” oleh Apotik Komik Tahun 2002di Jembatan Lempuyangan.Sumber : Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)

Oleh karena kegiatan mural ini berskala besar, maka dampaknya kepada

masyarakat kota pun cukup luas. Pemilihan lokasi strategis di jantung kota

nampaknya dilandasi oleh sejumlah pertimbangan, yaitu memperkenalkan

alternatif visual di ruang kota, menawarkan solusi bagi aksesbilitas masyarakat

terhadap karya seni, dan mengharapkan masyarakat sipil melakukan praktek

duplikasi seni di ruang-ruang publiknya sendiri dalam konteks mengembalikan

ruang-ruang kota kepada penghuninya, artinya warga menjadi pelaku seni itu

sendiri.93

92 Memoar Apotik Komik, tersedia : http://indonesiaartnews.or.id/artikeldetil.php?id=7 (Diaksespada 27 Mei 2013)93 Ade Tanesia. Loc.Cit.,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Pada tahun 2003 proyek mural “sama-sama/together” Apotik Komik

berkolaborasi dengan beberapa seniman dari San Fransisco mengadakan proyek

mural. Proyek ini merupakan proyek kolaborasi antara apotik komik dengan

komunitas clarion alley mural project (CAMP) di san fransisco untuk

menghadirkan mural di beberapa tempat di Yogyakarta. Selain itu, setelah proyek

mural di Jogja selesai, lima seniman lokal seperti Samuel Indratma, Arie Dyanto,

Nano Warsono dan Arya Pandjalu juga diundang untuk ikut menampilkan karya

mural mereka di Kota San Fransisco.

Kemudian pada tahun 2004, Apotik Komik kembali membuat proyek

mural di Yogyakarta. Pada proyek ini Apotik Komik berkolaborasi dengan

pemerintah kota dalam kampanye “Jogjaku Bersih”. Pemerintah Kota Yogyakarta

melalui Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta membiayai pembuatan mural di

tembok-tembok kota itu sebesar Rp 80 juta. Dana tersebut digunakan untuk

membeli lima warna cat minyak, dan pembelanjaannya diserahkan kepada

komunitas pemrakarsa mural Kota Yogya, Apotik Komik.94

Lukisan mural serentak akan memperindah tembok-tembok pinggir jalan,

tembok pagar sekolah, dan tembok makam di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta

dengan total luas tembok 11.473,5 meter persegi. Konsep dan pembuatan mural

dilakukan oleh warga setempat secara gotong royong dalam rangka kampanye

“Jogjaku Bersih” oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sepanjang Mei hingga Juni

2004. 95

94 Lukisan Mural Perindah Kota Yogyakarta , tersedia :http://www.myspace.com/281539815/blog/329469818 (Diakses pada 28 Mei 2013)95 Ibid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Luas dan lokasi tembok yang akan dilukis mural itu bervariasi, di

antaranya 900 meter persegi di Tanggul Kali Code, 200 meter persegi di tembok

pagar SD Demangan, 150 meter persegi di tembok pagar SMA 7, 75 meter persegi

di tembok Makam Gajah, dan 7,5 meter persegi di tembok pagar SMA 11.96

Pada tahun yang sama tepatnya pada bulan Desember 2004, Proyek Mural

kembali menggema di Yogyakarta. Mural kali ini sifatnya adalah perlombaan

yang diadakan oleh Pemerintah Kota bersama dengan sponsor swasta. Lomba

mural yang diadakan di sepanjang dinding lapangan kridosono ini mendapat

respon positif dari masyarakat. Lomba yang diadakan dalam rangka memperingati

hari kesehatan nasional 2004 di yogyakarta ini diikuti oleh 66 tim yang terdiri dari

kalangan pelajar mahasiswa dan masyarakat umum dari DIY dan jawa tengah.

Lomba mural sepanjang 361,8 meter dengan tema “Sehat Itu Gaya Hidup “ itu

berhasil masuk dalam daftar rekor MURI sebagai lukisan mural terpanjang dalam

kategori iklan media outdoor terpanjang di Indonesia.97

96 Ibid.97 Lukisan Mural Pecahkan Rekor Muri , Tersedia :http://www.suaramerdeka.com/harian/0412/06/ked12.htm (Diakses pada 28 Mei 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Gambar 17 :Lomba Mural bertema “Sehat Itu Gaya Hidup” Tahun 2004 didinding Lapangan Kridosono memecahkan rekor MURI muralterpanjang.Sumber: Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)

Kemudian pada tahun 2006, Apotik Komik tutup buku dan ini menjadi

sebuah langkah awal terbentuknya komunitas baru yaitu Jogja Mural Forum

(JMF). Jogja Mural Forum merupakan lembaga non profit yang berbasis di kota

Jogjakarta yang terdiri dari para pemerhati , seniman, para anak muda maupun

warga yang tertarik dengan seni mural.98

Visi dari JMF adalah menjadikan seni mural sebagai sarana pendidikan

seni kepada publik kota. Sarana pendidikan ini tidak hanya terbatas pada teknik

seni visual, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana warga kota bisa menggali

permasalahan di sekitarnya dan mengemasnya menjadi sebuah pesan-pesan visual

yang artistik. Adapun prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi komunitas Jogja

Mural Forum adalah memposisikan seni ruang publik sebagai sarana bagi warga

98 Seni Merawat Kota , tersedia : http://jogja-muralforum.blogspot.com/ (Diakses pada 28 Mei2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

masyarakat mengekspresikan gagasannya. Inilah titik dimana setiap warga dapat

menemui dirinya sendiri di belantara kotanya. 99

Terbentuknya JMF menjadi sebuah tonggak awal dimana seni ruang

publik tidak hanya dilakukan oleh para seniman tetapi juga melibatkan partisipasi

publik. Masyarakat diharapakan aktif dalam menginisiasi seni mural sebagai

sebuah wadah dalam mengekpresikan opini publik. Oleh karena itu, munculnya

JMF semakin meramaikan gerakan mural di Yogyakarta dan memberikan

kontribusi dalam beberapa proyek mural kedepan terutama di kampung-kampung.

Pada tahun yang sama, kegiatan mural smakin gencar. Perhatian

pemerintah untuk memberikan ruang bagi para seniman dinding ini pun semakin

tinggi. Salah satu wujudnya adalah diberikannya kesempatan bagi JMF untuk

mengkoordinir penghiasan dinding di sepanjang empat lorong menuju Taman

Budaya Yogyakarta. Empat lorong yang kini nampak berbeda dengan berbagai

gambar tersebut antara lain Jl. Remujung, Jl. Sandiloto, Jl. Mojar, dan Jl. Tilarso.

Proyek mural yang bertemakan “Midnight Live Mural Project” merupakan acara

hasil kerjasama Jogja Mural Forum, Taman Budaya Jogja, dan Departemen

Pariwisata Jogja ini sebenarnya merupakan salah satu rangkaian dari acara ulang

tahun Jogja yang ke-250.

Satu tahun kemudian, pada tahun 2007 JMF kembali menggerakan proyek

mural kota. Proyek mural kali ini bertema “Tanda mata mural art project” yang

lokasinya adalah jembatan lempuyangan. Proyek ini diadakan karena jembatan

layang Lempuyangan di Yogyakarta kini semakin kusam. Beberapa warga sekitar

99 Ibid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kawasan itu sudah mulai mengeluh akan keberadaan mural yang tidak lagi

memberikan keindahan dan kesegaran bagi mata yang melihatnya. Memang sudah

saatnya mural karya apotik komik yang sudah ada ini diperbaharui dengan karya

mural yang baru.

Gambar 18 :Gambar mural bertemakan “Tanda mata mural art project” dijembatan Lempuyangan YogyakartaSumber : Dokumentasi pribadi diambil pada 4 Desember 2012.

Adapun tema yang akan diangkat dalam mural jembatan layang

lempuyangan adalah Tradisi Penyangga Kota. Kini pelaksanaan mural akan

diserahkan kepada para pelukis wayang, pelukis kaca, pelukis becak, dan lain-lain.

Hal ini dikarenakan karakter visual mereka telah dikenal oleh warga kota. Selain

itu, hal ini untuk menaklukkan sebuah produk seni jalanan yang seragam di

berbagai negara.

Pada tahun yang sama pula di tahun 2007, JMF melakukan aktivitas seni

luar ruang dengan gerakan mural perkampungan di Yogyakarta. Proyek mural

yang bertemakan “Kampung sebelah art project” ini merupakan sebuah proyek

mural yang di motori oleh JMF bersama pemerintah kota untuk memperindah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

ruang di 18 kampung yang tersebar di Kota Yogyakarta. Dalam proyek ini

seniman adalah sebagai fasilitator dan yang bergerak adalah warga kampung yang

bersama-sama secara bergotong-royong ikut andil dalam melukis mural di ruang

publik kampung mereka masing-masing.

Kampung kaya dengan aneka ragam variasi ruang. Ini yang membedakan

dengan lingkungan perumahan yang ditata dengan cara modern yang cenderung

seragam. Permainan ruang kampung sebagai akibat dar pertumbuhan organik

menghadirkan atraksi ruang yang sangat menawan. Namun, tidak jarang kampung

melahirkan lorong yang kelewat sempit, pendek dan kurang menarik, bahkan

menakutkan. Kadang ada ruang sisa yang tidak dimanfaatkan karena kurang

menarik. Dalam kondisi yang ekstrem ini, mural dapat mengubah citra ruangnya.

Mural dapat dipakai untuk menyiasati atau mengoreksi kondisi ruang.100

Lalu pada tahun 2008, aktivitas seni di ruang publik di kampung-kampung

tidak terbatas hanya pada mural di dinding. Setelah mural semarak di kampung-

kampung Yogyakarta, JMF berpikir ikon ruang publik lain yang menarik untuk

digarap adalah plang atau tanda (sign art). Pada akhirnya lahirlah sebuah gerakan

seni bertemakan “Kode pos art project” yang digelorakan di 12 kampung.

Kampung adalah basis dari kota. Kekuatan kota Yogyakarta terletak pada

kampung-kampung yang mengitarinya, sehingga memperkuat identitas kampung.

Melibatkan kampung dalam kepentingan publik merupakan hal yang penting

untuk menopang kota secara keseluruhan. Pada titik inilah seni merupakan salah

100 Samuel Indratma. Kampung Sebelah Art Project, Jogja Mural Forum (JMF), Yogyakarta, 2008,hal. 6

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

satu elemen yang memungkinkan warga dapat disertakan untuk membentuk

kampungnya dengan semangat yang positif dan damai.101

Mural di perkampungan dapat dipakai untuk mengartikulasikan suatu

kegiatan. Mural menyarankan suatu hubungan yang lebih kuat dan kaya nuansa.

Pesan-pesan sosial pun dapat tersampaikan kepada publik secara efektif dan

artistik. Mural dapat menjadi ekspresi sekaligus representsi atas nilai sosial dalam

komunitas.102

Output yang diharapkan ini rupanya menjadi kenyataan, karena praktek

seni mural ini menyebar ke berbagai kelompok masyarakat, dari mulai lembaga

pendidikan hingga komunitas kampung di Kota Jogjakarta. Ditambah dengan

dukungan dari pemerintah, mural kemudian menjadi wabah yang dapat kita temui

di pelosok-pelosok gang suatu kampung. Pada titik ini, seni mural telah

mengalami perpindahan, dari tangan seniman ke tangan warga masyarakat

sehingga muncul muralis otodidak yang dalam beberapa kasus dapat menuai

ekonomi. Bagi warga sendiri, lebih dari sekadar sarana ekspresi, kegiatan

membuat mural bisa menjadi ruang dialog diantara mereka. Proses pembuatan

mural memang menuntut terjadinya proses negosiasi antara warga, tokoh

masyarakat, aparat pemerintah lokal. Dalam konteks inilah, praktek seni mural

yang awalnya dilakukan oleh kalangan perupa, ternyata mampu menggerakkan

ruang dialog dan menginspirasi masyarakat untuk menemukan sendiri ruang

ekspresinya di habitat kotanya. Lalu di mana posisi perupa di Jogjakarta dalam

praktik seni mural dalam kurun lima tahun terakhir ini. Beberapa perupa berperan

101 Samuel Indratma. Kode Pos Art Project, Jogja Mural Forum (JMF), Yogyakarta, 2008, hal. 3102 Samuel Indratma, Op.Cit. hal. 7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menjadi fasilitator atau pendamping bagi warga kampung, dan memberikan

workshop ke sekolah-sekolah. Mereka terus melakukan transformasi pengetahuan

perihal teknik visual, penyiasatan ruang, dan pengemasan pesan. Ada pula yang

membawa wacana mural di ruang publik ke dalam ruang-ruang privat seperti

galeri. Di sini, mural bisa berfungsi menjadi medium transformasi pengetahuan

seni ke publik, dan menjadi medium menarik untuk mendukung karir perupa.103

B. Profil Informan

1. Seniman Mural :

I. Nama lengkap : Arie Dyanto

Pekerjaan : Seniman

Usia : 39 tahun

Alamat : Jln. Minggiran 24 Yogyakarta.

II. Nama lengkap : Eko Didik Sukowati

Pekerjaan : Seniman

Usia : 36 Tahun

Alamat : Timuran MG.III/140B Yogyakarta

III. Nama lengkap : Farhan Sikki

Pekerjaan : Seniman

Usia : 42 Tahun

Alamat : Jl. Kaliurang Km.13 Yogyakarta

103 Ade Tanesia, Loc.Cit.,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

IV. Nama lengkap : Eko Nugroho

Pekerjaan : Seniman

Usia : 36 Tahun

Alamat : Prawirodirjan GM 2/638 Yogyakarta

2. Pemerintah Daerah :

I. Nama lengkap : Suparno

Pekerjaan : Pegawai Dinas Pariwisata dan kebudayaaan

Kota Yogyakarta

Usia : 51 Tahun

Alamat : Salakan Rt.03 / Rw.02 Kalasan.

II. Nama lengkap : Wahyu Handoyo

Pekerjaan : Kabid Pengendalian dan Evaluasi Dinas

BAPPEDA Kota Yogyakarta

Usia : 40 Tahun

Alamat : -

3. Khalayak Umum :

A. Awam :

I. Nama lengkap : Supriyadi

Pekerjaan : Tukang parkir

Usia : 51 Tahun

Alamat : Ronodigdayan DN 3/517 Yogyakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

II. Nama lengkap : Wakiyo

Pekerjaan : Tambal ban

Usia : 51 tahun

Alamat : Klitren Lor Gk3

III. Nama lengkap : Joko Wasito

Pekerjaan : Pembuat Pigura

Usia : 28 tahun

Alamat : Jl. Janti no. 37A Yogyakarta

IV. Nama lengkap : Wasirun

Pekerjaan : Sopir

Usia : 42 Tahun

Alamat :-

V. Nama lengkap : Wisnu Sudibyo

Pekerjaan : Mahasiswa UNY

Usia : 20 Tahun

Alamat :-

VI. Nama lengkap : Haqzalidyas Sunaka

Pekerjaan : Mahasiswa AMIKOM

Usia : 20 Tahun

Alamat : -

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

B. Expert :

I. Nama lengkap : Nano Warsono

Pekerjaan : Dosen / Sekretaris Jurusan Seni Rupa ISI

Yogyakarta

Usia : 37 Tahun

Alamat : Jl. Parangtritis Km 6,5 Yogyakarta

II. Nama lengkap : M. Rain Rosidi

Pekerjaan : Dosen ISI Yogyakarta

Usia : 40 Tahun

Alamat : Jl. Sewon Indah Gg. Arjuna no.13

Jomblang Panggungharjo Sewon Bantul