Mural-pemanfaatan-ruang-publik-Studi-Kasus-Penilaian ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Mural-pemanfaatan-ruang-publik-Studi-Kasus-Penilaian ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB II
GAMBARAN UMUM SENI MURAL
A. Perkembangan Mural
1. Sejarah Mural di Dunia
Mural berasal dari kata ‘murus’, kata dari Bahasa Latin yang memiliki arti
dinding. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran besar
yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang
datar lainnya.70
Akar mula munculnya gambar mural sudah ada bahkan sejak jaman pra-
sejarah. Keberadaan berbagai coretan pada dinding-dinding batu dapat dikatakan
merupakan hasil kerja kecerdasan manusia paling mutakhir dari zaman pra-sejarah.
Ilustrasi seperti gambar telapak tangan, goresan-goresan, gambar-gambar lainnya
merupakan bukti eksistensi peradaban pra-sejarah. Coretan dinding adalah
gambaran kehidupan suatu zaman dengan dinamikanya yang kompleks. Lukisan
dan coretan pra-sejarah menggambarkan kehidupan sosial-ekonomis dan alam
kepercayaan masyarakat pada masa itu. Aktivitas mencoret, mengukir,
menggambar dan melukis pada dinding-dinding batu juga menjadi hasil
kebudayaan yang menjadi cikal-bakal pemula kebudayaan visual.71
70 Ichsan Agung Pribadi Kuswaya, Berkomunikasi Melalui Mural, Tersedia :http://repository.stisitelkom.ac.id/106/1/Ichsan_Agung_Pribadi_Kuswaya_112130128.pdf(Diakses pada 13 Mei 2013)71 Ibid.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sejumlah gambar prasejarah pada dinding gua di Altamira, Spanyol, dan Lascaux,
Prancis, yang melukiskan aksi-aksi berburu, meramu, dan aktivitas religius,
kerapkali disebut sebagai bentuk mural generasi pertama.
Gua Lascaux, sebuah kompleks gua di barat daya Prancis, memiliki
beberapa lukisan gua yang paling luar biasa di dunia dari jaman Paleolitikum, dari
setidaknya 15.000 tahun yang lalu. Gua itu ditemukan pada tanggal 12 September
1940 oleh empat remaja, Marcel Ravidat, Jacques Marsal, Georges Agnel, dan
Simon Coencas. Akses publik dibuat lebih mudah setelah Perang Dunia II. Pada
tahun 1955, karbondioksida yang dihasilkan oleh 1.200 pengunjung per hari telah
jelas merusak lukisan. Gua ini ditutup untuk umum pada tahun 1963 dalam rangka
melestarikan seni.72
Gambar 7 :Lukisan gua di Lascaux, Perancis.
Sumber : http://www.oddee.com/item_93915.aspx
7220 Most Fascinating Prehistoric Cave Paintings,Tersedia:http://www.oddee.com/item_93915.aspx (Diakses pada 15 Maret 2013 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Selain di Perancis, gambar mural prasejarah juga ditemukan di gua-gua
yang luar biasa dari Altamira terletak dekat Santilliana del Mar di Cantabria,
Spanyol Utara, sekitar 30 km. barat dari Santander. Seperti yang sering terjadi,
situs tersebut ditemukan secara kebetulan. Pada tahun 1868 seorang pemburu
bernama Modesto Cubillas menemukan tempat tersebut meskipun belum
dieksplorasi hingga tahun 1875 oleh putri seorang bangsawan dari Santander
bernama Marcellino Sanz de Santuola, Maria de Santuola yang menemukan
lukisan gua indah Altamira tahun 1879. Pada awal abad ke-20 situs tersebut
akhirnya diterima sebagai situ prasejarah dari zaman batu. Lukisan gua Altamira
adalah bukti mural prasejarah yang paling luar biasa dari budaya Magdalenian
(antara 16.500 dan 14.000 tahun yang lalu) di Eropa selatan.73
Gambar 8 :Lukisan gua di Altamira, Spanyol
Sumber : http://www.oddee.com/item_93915.aspx
73 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dalam sejarah keagamaan, mural sering digunakan untuk menampilkan
simbol-simbol dari agama. Mural memegang tempat penting dalam seni Yunani,
Romawi, India dan Mesir. Seni dinding makam di Mesir yang berasal dari sekitar
3150 SM memberikan makna yang menggambarkan dewa, dewi dan kekuasaan.74
Selain di Mesir, simbol-simbol keagamaan yang direpresentasikan lewat
gambar mural juga terdapat di Gua Ajanta India yang memiliki lukisan mural dari
sekitar 200 SM yang menggambarkan representasi simbolis dari Buddhisme. Di
Ajanta, terdapat sekitar 30 ruang/gua arsitektural di tebing curam yang mengapit
jurang. Beberapa di antaranya adalah wihara atau biara, dengan ruangan untuk
para biarawan di sekitar ruang tengah. Lainnya chaitya atau tempat pertemuan,
dengan stupa tengah kecil sebagai objek untuk beribadah dan merenung. Lukisan
yang terdapat di dalamnya bervariasi mulai dari ketenangan seorang Buddha
hingga kehidupannya yang aktif dan penuh keramaian. 75
Gambar 9 :Lukisan mural di Gua Ajanta, India
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Ajanta_Caves
74 Elizabeth Catanese, The History of Mural Art, Tersedia :http://www.ehow.com/about_5444839_history-mural-art.html (Diakses pada 15 Maret 2013)75Sejarah Mural, Tersedia: http://pututristi.wordpress.com/2010/11/10/sejarah-mural/ (Diaksespada 15 Maret 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Mural-mural abad pertengahan memperlihatkan lompatan besar pada tema
dan teknik. Interior gereja-gereja di Italia, misalnya, diperindah dengan rerupaan
bergaya surealis, karya Michaelangelo dan Leonardo da Vinci, yang bersumber
pada kisah-kisah Al Kitab. Pada masa itu, rumah orang-orang kaya di Prancis,
Inggris, dan Jerman dianggap trendy jika interiornya dilengkapi dengan mural.
Teknik yang populer digunakan saat itu adalah fresco, yakni melukis dinding
dengan cara mencampurkan pewarna dengan pelapis dinding (semacam semen),
sehingga mural bertahan lama.76
Mural di era modern dimulai pada awal abad ke-20 dan dipelopori oleh
Diego Rivera (1886-1957), seorang seniman besar dari Meksiko. Gerakan mural
Meksiko lahir tahun 20-an, tepat setelah Revolusi (1910-1917) sebagai kendaraan
untuk mewakili ideologi pemerintah dan visi sejarah. Rivera-lah yang
memperkenalkan mural ke ruang-ruang aktivitas publik serta menjadikannya
sebagai medium untuk menyampaikan idiom-idiom perjuangan, nasionalisme dan
realitas sosial politik. Mural kontemporer, dengan tema politik, sosial, dan
industrial, mulai populer terutama sejak Diego Rivera dan beberapa koleganya
menggoreskan kuas pada dinding-dinding kota Mexico City. Mural ini dibuat atas
permintaan pemerintah revolusioner Mexico, dimaksudkan untuk menggugah
semangat revolusi rakyat.77
76 Berkomunikasi Melaui Mural, Tersedia :http://repository.stisitelkom.ac.id/106/1/Ichsan_Agung_Pribadi_Kuswaya_112130128.pdf(Diakses pada 16 Maret 2013)77The Mexican and Chicano Mural Movements, Tersedia :http://www.yale.edu/ynhti/curriculum/units/2006/2/06.02.01.x.html (Diakses pada 16 Maret 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 10 :Lukisan mural sejarah Meksiko yang menampilkan 17 tokoh Revolusitermasuk Eulalio Gutiérrez, José Vasconcelos, dan VenustianoCarranza (1929-1951)Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/File:EulalioGutierrezPalacioNacional.jpg
Pelindung yang paling penting dari Gerakan Mural Meksiko adalah Jos
Vasconcelos, Presiden lvaro Obregs Sekretaris Pendidikan Publik, selama tahun
1920-an. Vasconcelos mendesak seniman untuk melukis mural sebagai bagian
dari upaya yang lebih luas untuk memperkuat pengetahuan tentang sejarah
revolusioner.78
Tiga orang seniman yang dianggap sebagai pemimpin artistik gerakan
mural di Meksiko adalah Jos Clemente Orozco, Diego Rivera dan David Alfaro
Siqueiros. Mereka percaya seni adalah bentuk tertinggi dari ekspresi manusia dan
kekuatan utama dalam revolusi sosial.79
78 Ibid.79 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Di Amerika Serikat, pemerintahan FD Roosevelt merilis program Work
Progress Administration (WPA)-semacam program padat karya yang melibatkan
seniman untuk membuat mural bertema kampanye kembali bekerja seusai masa
resesi dunia pada pertengahan 1930-an. Berawal dari program WPA, kota seperti
San Francisco terutama di kawasan Mission District berkembang menjadi rujukan
mural dunia. Meniti jamannya, mural, berpadu dengan graffiti, menjadi seni
‘jalanan’ di berbagai negara, mengangkat aneka tema dan ekspresi sosial, budaya,
politik, reliji, bahkan dimanfaatkan pula sebagai alat beriklan.80
Setelah itu, seni mural seperti menemukan jalannya sendiri dan terus
berkembang di era modern. Seniman-seniman mural abad ke-20 yang cukup
berpengaruh selain Diego Rivera adalah Keith Haring (1958-1990) dan Jean
Michel Basquiat (1960-1988) kemudian pada tahun 1980-an muncul seniman
mural seperti Graham Karat dan Rainer Maria Latzke. Seniman mural yang
terkenal di era modern sekarang ini adalah Bansky atau Robin Gunningham.
Karyanya biasanya menggabungkan humor, citra mencolok dengan pesan atau
slogan semacam anti-kemapanan. Sejak tahun 2000, selain menciptakan seni
kontemporer untuk jalan-jalan, dinding, jembatan dan permukaan perkotaan
lainnya di seluruh dunia, karya seni Banksy telah dipamerkan di galeri, gudang
dan tempat-tempat lain di seluruh London, serta tempat-tempat seperti New York,
Los Angeles, dan Sydney. Karya seni terbaru Bansky memamerkan karya "Street
80 Ichsan Agung Pribadi Kuswaya, Loc. Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Art" diadakan di The Tate Gallery di London (2008) dan Grand Palais di Paris
(2009).81
Gambar 11 :Lukisan mural oleh Banksy (Mei-Agustus 2008) menggambarkanseorang pekerja menghapus lukisan mural pra sejarah.Sumber : http://www.visual-arts-cork.com/famous-artists/banksy.htm
2. Sejarah Mural di Indonesia
Seiring dengan berjalanya waktu, mural mengalami perkembangan tidak
hanya di negara-negara barat, tetapi juga berkembang di Indonesia. Awal mulanya
lukisan di dinding sudah ada di Indonesia sejak jaman prasejarah. Manusia purba
pada zaman itu meninggalkan jejak seperti gambar-gambar telapak tangan dan
hewan-hewan pada masa itu. Jejak ini dapat ditemukan di dinding atau gua-gua
pra sejarah di berbagai daerah di Indonesia.
81Mural Painting, Tersedia : http://www.visual-arts-cork.com/painting/murals.htm (Diakses pada16 Maret 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Penemuan lukisan gua di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya
dilakukan oleh C.H.M. Heeren-Palm pada tahun 1950 di Leang Pattae, walapun
memang tidak menuntut kemungkinan bahwa masyarakat sekitar sudah mengenal
jauh sebelum itu. Di gua ini ditemukan cap-cap tangan dengan latar belakang cat
merah. Barangkali ini merupakan cap tangan kiri perempuan. Ada pun cap-cap
tangan tangan ini dibuat dengan cara merentangkan jari-jari tangan itu di dinding
gua kemudian ditaburi dengan cat merah. Digua tersebut juga ditemukan lukisan
seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah di bagian jantungnya.
Barangkali lukisan semacam ini dimaksudkan sebagai suatu harapan agar mereka
berhasil berburu di dalam hutan. Babi rusa tadi digambarkan dengan garis-garis
horizontal berwarna merah.82
Gambar 12 :Lukisan Anoa pada dinding Gua Sumpangbita, Pangkep, Sulawesi Selatan.Sumber : http://wacananusantara.org/lukisan-gua-prasejarah-sebuah-simbol-kehidupan-manusia-pada-zaman-prasejarah/
82 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia “Zaman Prasejarah diIndonesia“, Balai Pustaka, Jakarta, 2008 hal. 187
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Meskipun seni lukisan dinding sudah ada di Indonesia sejak jaman
prasejarah, tetapi seni mural di era modern berkembang pesat ketika jaman
perjuangan kemerdekaan. Mural pada kala itu digunakan oleh publik sebagai alat
propaganda untuk membakar semangat perjuangan melawan penjajah sehingga
pesan mural pada waktu itu lebih bersifat mempersuasi para pejuang berupa kritik
dan aspirasi masyarakat yang bersemangat untuk mencapai kemerdekaan. Bahkan,
dalam sejarah revolusi Indonesia, kita mengenal kalimat-kalimat yang sangat
terkenal dan menggelorakan semangat perjuangan seperti “Merdeka atau Mati”,
“Boeng Ayo Boeng” atau kata-kata “Revolusi Sampai Mati”.
Dalam revolusi nasional mempertahankan kemerdekaan ada dua nama
yang sangat terkenal, yakni Affandi dan Sudjoyono, dalam konteks pembebasan
lewat seni rupa. Peranan mereka tidak dapat di kecilkan, mengingat beberapa
karya justru menjadi pesan yang mengobarkan semangat kaum muda melawan
penjajahan. Seperti Affandi misalnya, lewat lukisan dan muralnya yang berjudul
“Tiga Pengemis” telah menjadi alat yang efektif propaganda melawan Jepang dan
untuk menyadarkan kaum muda akan nasib bangsanya. Dalam revolusi fisik
mempertahankan kemerdekaan, lukisan dan muralnya yang menggambarkan
seorang pemuda memekikkan kata “merdeka” sanggup membangkitkan semangat
kaum muda. Selain itu kata-kata “Boeng, ayo boeng” yang di massalkan oleh
pelukis lain lewat coretan dinding (mural), sanggup memobilisasi kaum muda
yang terlibat dalam laskar-laskar untuk mempertahankan kemerdekaan. Lihat saja
dalam dokumenter sejarah perjuangan bangsa kita, mural hadir dalam setiap front-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
front perlawanan di garis depan. Kereta-kereta api yang mengangkut pejuang telah
di penuhi dengan coretan-coretan yang membangkitkan nasionalisme yang
kemudian diartikan oleh rakyat sebagai seruan untuk mempertahankan
kemerdekaan.83
Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian.
Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau
mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila,
1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang
merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi
rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata
yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair
Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim
ke daerah-daerah.84
Gambar 13 :Poster “Boeng, Ayo Boeng” Tahun 1940-1949
Sumber : http://hgdi.wordpress.com/2009/05/19/1940-1949-poster-boeng-ayo-boeng/
83 Rudi hartono dalam artikelnya “Eksistensi Mural dan Perjalanan Nasionalisme Indonesia”tersedia : http://arahkiri2009.blogspot.com/2008/03/eksistensi-mural-dan-perjalanan.html (Diaksespada 31 Maret 2013)84 http://id.wikipedia.org/wiki/Affandi (Diakses pada 31 Maret 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Mulai pada tahun 1950-an, boleh dikatakan sebagai puncak kejayaan seni
dan sastra pembebasan termasuk di dalamnya mural. Penolakan terhadap hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB), dan kenyataan bahwa penjajah belanda tidak
sepenuhnya enyah dari Indonesia termanifestasikan dalam seruan-seruan coretan
dinding (mural). Kata-kata seperti “Ayo tuntaskan revolusi kita”, atau “Ganyang
Imperialisme Inggris-Amerika” tidak sulit untuk di temui sepanjang dinding
tembok pinggir jalan.85
Eksistensi mural-mural perjuangan ini sangat berpengaruh dan mempunyai
andil besar dalam masa-masa revolusi, karena telah menjadi bahasa pesan untuk
menyampaikan seruan perjuangan. Menggemanya kata-kata “Merdeka atau Mati”
dan “Boeng, ayo boeng” tidak bisa di lepaskan dari keberadaan mural sebagai alat
propaganda di ruang publik. Selama revolusi fisik hingga detik-detik terakhir
kejatuhan pemerintahan Soekarno, mural punya andil dalam menyatukan ide soal
persatuan nasional, kemerdekaan sejati, dan tugas-tugas revolusi di masa depan.86
Seiring dengan perkembanganya, seni mural tidak terlepas dari situasi
sosial dan politik. Dimasa perang kemerdekaan,mural hadir sebagai ekspresi dan
propaganda menuntut kemerdekaan dari bangsa kolonial. Di era reformasi, ia
hadir sebagai ekspresi penolakan terhadap rezim orde baru. Kini, di era pasca
reformasi mural semakin berkembang dan merambah di berbagai kota besar di
Indonesia. Mural di era sekarang lebih merepresentasikan kehidupan sosial
masyarakat di berbagai aspek dan bidang seperti ekonomi, budaya, sosial, politik
dan pemerintahan.
85 Rudi Hartono, Loc. Cit.86 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Mural di Kota Yogyakarta
Sejarah masuknya seni mural di Yogyakarta dimulai menjelang akhir era
1990-an, ada kebutuhan dari sejumlah perupa di Jogjakarta untuk membuka akses
seni kepada publik. Berangkat dari pemikiran ini lah muncul praktek seni yang
unik, misalnya pada tahun 1997 sekelompok perupa berpameran dengan
menggunakan tembok halaman rumah agar warga sekitar dapat mengaksesnya.
Peristiwa seni ini terjadi di Desa Nitiprayan yang digagas oleh Apotik Komik
dengan tajuk “Mural Tembok.” Tidak lama berselang, muncul Kelompok Taring
Padi yang juga menjadikan seni sebagai alat perjuangan bagi masyarakat untuk
melawan setiap bentuk penindasan. Singkatnya, pada masa era akhir 1990-an,
paradigma seni di ruang publik menjadi fenomena penting.87
Sejatinya, seni jalanan seperti mural mulai masuk ke kota Yogyakarta
mulai tahun 1990-an diawali oleh proyek seni mural yang diprakarsai oleh Apotik
Komik. Apotik Komik ini didirikan oleh seorang seniman bernama Samuel
Indratma pada bulan April tahun 1997 bersama dua rekan semasa kuliahnya yaitu
Arie Dyanto dan Bambang Toko Witjaksono. Komunitas ini memfokuskan
kegiatannya pada seni ruang publik publik dan membangun dialog dengan
masyarakat.
Michelle Chin dalam publikasinya yang berjudul “Contemporary Art in
Jogja: Art Houses, Galleries and Street Art” salah satunya juga membahas tentang
komunitas Apotik Komik :
87 Ade Tanesia. Mural Merambah Ruang Publik Kota & Ruang Galeri,http://adetanesia.org/?p=186 (Diakses pada 27 Mei 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
“The founders of Apotik Komik are seriously committed to creatinga dynamic interaction and dialogue between artists and the general publicthrough the art works they exhibit at this public gallery. They do notsimply talk about "getting closer to the general public" - they are reallydoing it. All who pass by on the street become viewers of the exhibitions atApotik Komik, a gallery that is truly "open to the public at all times".88
Pemilihan rangkaian kata "Apotik Komik" adalah karena Apotik itu suatu
tempat yang dapat diakses oleh publik dan sebagai tempat pengambilan obat,
sedangkan Komik sebagai kata sifat berarti kacau, low-art, dan picisan. Sehingga
penggabungannya merupakan harapan Apotik Komik tentang bagaimana
membawa low-art di ruang-ruang yang tidak terpikirkan seperti menjadikan
museum, galleri dan membawa high-art di ruang publik untuk di-low-kan.89
Proyek mural pertama Apotik Komik berada di kampung Nitriprayan pada
tahun 1997 dengan tema “Melayang”. Di tembok dalam sebuah rumah berukuran
700 meter persegi itulah, 13 perupa diundang untuk berpartisipasi. Meskipun
tembok rumah itu sewaan dan keadaan dana serba terbatas mereka mampu
menghadirkan mural sesuai keinginan mereka.
88 Contemporary Art in Jogja: Art houses, Galleries and Street Art,http://www.michellechin.net/writings/05.html (Diakses pada 28 Mei 2013)89 http://gudeg.net/id/directory/73/566/Samuel-Indratma.html#.UaNXy2rtC40 (Diakses pada 27Mei 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 14 :Karya Mural bertema “melayang” oleh Apotik Komik tahun 1997Sumber : Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)
Pada tahun 1999, Apotik Komik kembali membuat proyek di ruang publik
bertema “Sakit Berlanjut”, yaitu menempelkan cardboard bergambar di tembok-
tembok kota kemudian menginformasikan bahwa setiap orang dapat menjadi
kolektor. Tak sampai seminggu, karya-karya tersebut sudah diambil. Hal ini
sekaligus mencairkan konsep high-art yang masih dipercaya oleh seniman bahwa
seni itu tidak ada artinya sama sekali buat masyarakat kebanyakan.90
90 Samuel Indratma, Si Pembuat Keindahan Dinding Kota Budaya, Tersedia :http://www.nyananews.com/2013/03/23/samuel-indratma-si-pembuat-keindahan-dinding-kota-budaya/ (Diakses pada 27 Mei 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 15 :Karya Mural bertema “Sakit Berlanjut” oleh Apotik Komik tahun1999Sumber : Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)
Nama Apotik Komik sendiri mencuat ketika komunitas ini membuat mural
di tembok penyangga Jembatan Layang Lempuyangan tahun 2002 silam. Tiang-
tiang penyangga beton yang mulanya sering dipakai coretan pilox pelaku
vandalisme kota, berubah menjadi indah dan sedap dipandang akibat karya mural
mereka yang sarat dengan pesan-pesan namun tak menggurui. 91 Sepanjang
tembok penyangga jembatan layang yang awalnya kumuh, penuh coretan nama
geng, kata-kata serta gambar-gambar jorok sudah berganti dengan gambar-gambar
indah. Orang yang lewat, terlebih lagi menunggu karena ada kereta api lewat tak
lagi jenuh. Mereka bisa menebarkan pandangannya ke lukisan-lukisan mural
tersebut untuk menghilangkan kejenuhan, dan bahkan melupakan asap knalpot
91 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari kendaraan yang tak disadari terhirup masuk ke paru-paru. Mural tersebut bisa
dikatakan sebagai tonggak munculnya mural-mural yang lain yang menghiasi
sejumlah tembok di seantero kota Yogyakarta. Banyak orang menilai mural yang
dipelopori sejumlah seniman yang tergabung dalam Apotik Komik menambah
keindahan pemandangan Kota Yogyakarta. Selama ini banyak tembok yang
dicorat-coret oleh sejumlah orang tak bertanggung jawab dengan kata-kata,
gambar-gambar jorok dan tentu saja menambah kekusaman pemandangan.
Langkah kelompok Apotik Komik yang membuat mural di sepanjang tembok
jembatan layang Lempuyangan pada tahun 2002 mendapat dukungan penuh wali
kota Yogya waktu itu, H Herry Zudianto.
Apotik Komik sendiri yang dulu memberangkatkan diri sebagai
komunitas dengan ketertarikan terhadap jagat komik dalam perjalanannya yang
tidak genap satu dasawarsa, telah begitu identik dengan mural (lukisan di dinding)
yang menempel pada tembok-tembok kota Yogyakarta. Tak pelak, ini berkait
dengan proyek seninya yang fenomenal, yaitu proyek mural bertemakan “Sama-
Sama” yang berlangsung mulai tahun 2002. Diawali dari pembuatan mural di
tubuh jembatan layang Lempuyangan, lalu menebar ke banyak kawasan. Pemilik
otoritas kota pun melegitimasi aksi kreatif ini dengan perizinan. Dari situlah
kemudian, publik ditulari oleh demam muralisasi tembok-tembok kosong dan
kumuh yang ada di kampung-kampung di seantero kota. Wajah sebagian tembok
kota Yogyakarta yang ‘mengutuk’ diri sebagai kota seni budaya ini menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
marak penuh warna. Mural-mural dengan beragam karakter itu sedikit banyak
telah menguatkan atmosfir kota Yogyakarta sebagai kota budaya.92
Gambar 16 :Karya Mural bertema “Sama-sama” oleh Apotik Komik Tahun 2002di Jembatan Lempuyangan.Sumber : Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)
Oleh karena kegiatan mural ini berskala besar, maka dampaknya kepada
masyarakat kota pun cukup luas. Pemilihan lokasi strategis di jantung kota
nampaknya dilandasi oleh sejumlah pertimbangan, yaitu memperkenalkan
alternatif visual di ruang kota, menawarkan solusi bagi aksesbilitas masyarakat
terhadap karya seni, dan mengharapkan masyarakat sipil melakukan praktek
duplikasi seni di ruang-ruang publiknya sendiri dalam konteks mengembalikan
ruang-ruang kota kepada penghuninya, artinya warga menjadi pelaku seni itu
sendiri.93
92 Memoar Apotik Komik, tersedia : http://indonesiaartnews.or.id/artikeldetil.php?id=7 (Diaksespada 27 Mei 2013)93 Ade Tanesia. Loc.Cit.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Pada tahun 2003 proyek mural “sama-sama/together” Apotik Komik
berkolaborasi dengan beberapa seniman dari San Fransisco mengadakan proyek
mural. Proyek ini merupakan proyek kolaborasi antara apotik komik dengan
komunitas clarion alley mural project (CAMP) di san fransisco untuk
menghadirkan mural di beberapa tempat di Yogyakarta. Selain itu, setelah proyek
mural di Jogja selesai, lima seniman lokal seperti Samuel Indratma, Arie Dyanto,
Nano Warsono dan Arya Pandjalu juga diundang untuk ikut menampilkan karya
mural mereka di Kota San Fransisco.
Kemudian pada tahun 2004, Apotik Komik kembali membuat proyek
mural di Yogyakarta. Pada proyek ini Apotik Komik berkolaborasi dengan
pemerintah kota dalam kampanye “Jogjaku Bersih”. Pemerintah Kota Yogyakarta
melalui Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta membiayai pembuatan mural di
tembok-tembok kota itu sebesar Rp 80 juta. Dana tersebut digunakan untuk
membeli lima warna cat minyak, dan pembelanjaannya diserahkan kepada
komunitas pemrakarsa mural Kota Yogya, Apotik Komik.94
Lukisan mural serentak akan memperindah tembok-tembok pinggir jalan,
tembok pagar sekolah, dan tembok makam di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta
dengan total luas tembok 11.473,5 meter persegi. Konsep dan pembuatan mural
dilakukan oleh warga setempat secara gotong royong dalam rangka kampanye
“Jogjaku Bersih” oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sepanjang Mei hingga Juni
2004. 95
94 Lukisan Mural Perindah Kota Yogyakarta , tersedia :http://www.myspace.com/281539815/blog/329469818 (Diakses pada 28 Mei 2013)95 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Luas dan lokasi tembok yang akan dilukis mural itu bervariasi, di
antaranya 900 meter persegi di Tanggul Kali Code, 200 meter persegi di tembok
pagar SD Demangan, 150 meter persegi di tembok pagar SMA 7, 75 meter persegi
di tembok Makam Gajah, dan 7,5 meter persegi di tembok pagar SMA 11.96
Pada tahun yang sama tepatnya pada bulan Desember 2004, Proyek Mural
kembali menggema di Yogyakarta. Mural kali ini sifatnya adalah perlombaan
yang diadakan oleh Pemerintah Kota bersama dengan sponsor swasta. Lomba
mural yang diadakan di sepanjang dinding lapangan kridosono ini mendapat
respon positif dari masyarakat. Lomba yang diadakan dalam rangka memperingati
hari kesehatan nasional 2004 di yogyakarta ini diikuti oleh 66 tim yang terdiri dari
kalangan pelajar mahasiswa dan masyarakat umum dari DIY dan jawa tengah.
Lomba mural sepanjang 361,8 meter dengan tema “Sehat Itu Gaya Hidup “ itu
berhasil masuk dalam daftar rekor MURI sebagai lukisan mural terpanjang dalam
kategori iklan media outdoor terpanjang di Indonesia.97
96 Ibid.97 Lukisan Mural Pecahkan Rekor Muri , Tersedia :http://www.suaramerdeka.com/harian/0412/06/ked12.htm (Diakses pada 28 Mei 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 17 :Lomba Mural bertema “Sehat Itu Gaya Hidup” Tahun 2004 didinding Lapangan Kridosono memecahkan rekor MURI muralterpanjang.Sumber: Dokumentasi arsip Indonesian Visual Art Archive (IVAA)
Kemudian pada tahun 2006, Apotik Komik tutup buku dan ini menjadi
sebuah langkah awal terbentuknya komunitas baru yaitu Jogja Mural Forum
(JMF). Jogja Mural Forum merupakan lembaga non profit yang berbasis di kota
Jogjakarta yang terdiri dari para pemerhati , seniman, para anak muda maupun
warga yang tertarik dengan seni mural.98
Visi dari JMF adalah menjadikan seni mural sebagai sarana pendidikan
seni kepada publik kota. Sarana pendidikan ini tidak hanya terbatas pada teknik
seni visual, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana warga kota bisa menggali
permasalahan di sekitarnya dan mengemasnya menjadi sebuah pesan-pesan visual
yang artistik. Adapun prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi komunitas Jogja
Mural Forum adalah memposisikan seni ruang publik sebagai sarana bagi warga
98 Seni Merawat Kota , tersedia : http://jogja-muralforum.blogspot.com/ (Diakses pada 28 Mei2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
masyarakat mengekspresikan gagasannya. Inilah titik dimana setiap warga dapat
menemui dirinya sendiri di belantara kotanya. 99
Terbentuknya JMF menjadi sebuah tonggak awal dimana seni ruang
publik tidak hanya dilakukan oleh para seniman tetapi juga melibatkan partisipasi
publik. Masyarakat diharapakan aktif dalam menginisiasi seni mural sebagai
sebuah wadah dalam mengekpresikan opini publik. Oleh karena itu, munculnya
JMF semakin meramaikan gerakan mural di Yogyakarta dan memberikan
kontribusi dalam beberapa proyek mural kedepan terutama di kampung-kampung.
Pada tahun yang sama, kegiatan mural smakin gencar. Perhatian
pemerintah untuk memberikan ruang bagi para seniman dinding ini pun semakin
tinggi. Salah satu wujudnya adalah diberikannya kesempatan bagi JMF untuk
mengkoordinir penghiasan dinding di sepanjang empat lorong menuju Taman
Budaya Yogyakarta. Empat lorong yang kini nampak berbeda dengan berbagai
gambar tersebut antara lain Jl. Remujung, Jl. Sandiloto, Jl. Mojar, dan Jl. Tilarso.
Proyek mural yang bertemakan “Midnight Live Mural Project” merupakan acara
hasil kerjasama Jogja Mural Forum, Taman Budaya Jogja, dan Departemen
Pariwisata Jogja ini sebenarnya merupakan salah satu rangkaian dari acara ulang
tahun Jogja yang ke-250.
Satu tahun kemudian, pada tahun 2007 JMF kembali menggerakan proyek
mural kota. Proyek mural kali ini bertema “Tanda mata mural art project” yang
lokasinya adalah jembatan lempuyangan. Proyek ini diadakan karena jembatan
layang Lempuyangan di Yogyakarta kini semakin kusam. Beberapa warga sekitar
99 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kawasan itu sudah mulai mengeluh akan keberadaan mural yang tidak lagi
memberikan keindahan dan kesegaran bagi mata yang melihatnya. Memang sudah
saatnya mural karya apotik komik yang sudah ada ini diperbaharui dengan karya
mural yang baru.
Gambar 18 :Gambar mural bertemakan “Tanda mata mural art project” dijembatan Lempuyangan YogyakartaSumber : Dokumentasi pribadi diambil pada 4 Desember 2012.
Adapun tema yang akan diangkat dalam mural jembatan layang
lempuyangan adalah Tradisi Penyangga Kota. Kini pelaksanaan mural akan
diserahkan kepada para pelukis wayang, pelukis kaca, pelukis becak, dan lain-lain.
Hal ini dikarenakan karakter visual mereka telah dikenal oleh warga kota. Selain
itu, hal ini untuk menaklukkan sebuah produk seni jalanan yang seragam di
berbagai negara.
Pada tahun yang sama pula di tahun 2007, JMF melakukan aktivitas seni
luar ruang dengan gerakan mural perkampungan di Yogyakarta. Proyek mural
yang bertemakan “Kampung sebelah art project” ini merupakan sebuah proyek
mural yang di motori oleh JMF bersama pemerintah kota untuk memperindah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
ruang di 18 kampung yang tersebar di Kota Yogyakarta. Dalam proyek ini
seniman adalah sebagai fasilitator dan yang bergerak adalah warga kampung yang
bersama-sama secara bergotong-royong ikut andil dalam melukis mural di ruang
publik kampung mereka masing-masing.
Kampung kaya dengan aneka ragam variasi ruang. Ini yang membedakan
dengan lingkungan perumahan yang ditata dengan cara modern yang cenderung
seragam. Permainan ruang kampung sebagai akibat dar pertumbuhan organik
menghadirkan atraksi ruang yang sangat menawan. Namun, tidak jarang kampung
melahirkan lorong yang kelewat sempit, pendek dan kurang menarik, bahkan
menakutkan. Kadang ada ruang sisa yang tidak dimanfaatkan karena kurang
menarik. Dalam kondisi yang ekstrem ini, mural dapat mengubah citra ruangnya.
Mural dapat dipakai untuk menyiasati atau mengoreksi kondisi ruang.100
Lalu pada tahun 2008, aktivitas seni di ruang publik di kampung-kampung
tidak terbatas hanya pada mural di dinding. Setelah mural semarak di kampung-
kampung Yogyakarta, JMF berpikir ikon ruang publik lain yang menarik untuk
digarap adalah plang atau tanda (sign art). Pada akhirnya lahirlah sebuah gerakan
seni bertemakan “Kode pos art project” yang digelorakan di 12 kampung.
Kampung adalah basis dari kota. Kekuatan kota Yogyakarta terletak pada
kampung-kampung yang mengitarinya, sehingga memperkuat identitas kampung.
Melibatkan kampung dalam kepentingan publik merupakan hal yang penting
untuk menopang kota secara keseluruhan. Pada titik inilah seni merupakan salah
100 Samuel Indratma. Kampung Sebelah Art Project, Jogja Mural Forum (JMF), Yogyakarta, 2008,hal. 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
satu elemen yang memungkinkan warga dapat disertakan untuk membentuk
kampungnya dengan semangat yang positif dan damai.101
Mural di perkampungan dapat dipakai untuk mengartikulasikan suatu
kegiatan. Mural menyarankan suatu hubungan yang lebih kuat dan kaya nuansa.
Pesan-pesan sosial pun dapat tersampaikan kepada publik secara efektif dan
artistik. Mural dapat menjadi ekspresi sekaligus representsi atas nilai sosial dalam
komunitas.102
Output yang diharapkan ini rupanya menjadi kenyataan, karena praktek
seni mural ini menyebar ke berbagai kelompok masyarakat, dari mulai lembaga
pendidikan hingga komunitas kampung di Kota Jogjakarta. Ditambah dengan
dukungan dari pemerintah, mural kemudian menjadi wabah yang dapat kita temui
di pelosok-pelosok gang suatu kampung. Pada titik ini, seni mural telah
mengalami perpindahan, dari tangan seniman ke tangan warga masyarakat
sehingga muncul muralis otodidak yang dalam beberapa kasus dapat menuai
ekonomi. Bagi warga sendiri, lebih dari sekadar sarana ekspresi, kegiatan
membuat mural bisa menjadi ruang dialog diantara mereka. Proses pembuatan
mural memang menuntut terjadinya proses negosiasi antara warga, tokoh
masyarakat, aparat pemerintah lokal. Dalam konteks inilah, praktek seni mural
yang awalnya dilakukan oleh kalangan perupa, ternyata mampu menggerakkan
ruang dialog dan menginspirasi masyarakat untuk menemukan sendiri ruang
ekspresinya di habitat kotanya. Lalu di mana posisi perupa di Jogjakarta dalam
praktik seni mural dalam kurun lima tahun terakhir ini. Beberapa perupa berperan
101 Samuel Indratma. Kode Pos Art Project, Jogja Mural Forum (JMF), Yogyakarta, 2008, hal. 3102 Samuel Indratma, Op.Cit. hal. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menjadi fasilitator atau pendamping bagi warga kampung, dan memberikan
workshop ke sekolah-sekolah. Mereka terus melakukan transformasi pengetahuan
perihal teknik visual, penyiasatan ruang, dan pengemasan pesan. Ada pula yang
membawa wacana mural di ruang publik ke dalam ruang-ruang privat seperti
galeri. Di sini, mural bisa berfungsi menjadi medium transformasi pengetahuan
seni ke publik, dan menjadi medium menarik untuk mendukung karir perupa.103
B. Profil Informan
1. Seniman Mural :
I. Nama lengkap : Arie Dyanto
Pekerjaan : Seniman
Usia : 39 tahun
Alamat : Jln. Minggiran 24 Yogyakarta.
II. Nama lengkap : Eko Didik Sukowati
Pekerjaan : Seniman
Usia : 36 Tahun
Alamat : Timuran MG.III/140B Yogyakarta
III. Nama lengkap : Farhan Sikki
Pekerjaan : Seniman
Usia : 42 Tahun
Alamat : Jl. Kaliurang Km.13 Yogyakarta
103 Ade Tanesia, Loc.Cit.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
IV. Nama lengkap : Eko Nugroho
Pekerjaan : Seniman
Usia : 36 Tahun
Alamat : Prawirodirjan GM 2/638 Yogyakarta
2. Pemerintah Daerah :
I. Nama lengkap : Suparno
Pekerjaan : Pegawai Dinas Pariwisata dan kebudayaaan
Kota Yogyakarta
Usia : 51 Tahun
Alamat : Salakan Rt.03 / Rw.02 Kalasan.
II. Nama lengkap : Wahyu Handoyo
Pekerjaan : Kabid Pengendalian dan Evaluasi Dinas
BAPPEDA Kota Yogyakarta
Usia : 40 Tahun
Alamat : -
3. Khalayak Umum :
A. Awam :
I. Nama lengkap : Supriyadi
Pekerjaan : Tukang parkir
Usia : 51 Tahun
Alamat : Ronodigdayan DN 3/517 Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
II. Nama lengkap : Wakiyo
Pekerjaan : Tambal ban
Usia : 51 tahun
Alamat : Klitren Lor Gk3
III. Nama lengkap : Joko Wasito
Pekerjaan : Pembuat Pigura
Usia : 28 tahun
Alamat : Jl. Janti no. 37A Yogyakarta
IV. Nama lengkap : Wasirun
Pekerjaan : Sopir
Usia : 42 Tahun
Alamat :-
V. Nama lengkap : Wisnu Sudibyo
Pekerjaan : Mahasiswa UNY
Usia : 20 Tahun
Alamat :-
VI. Nama lengkap : Haqzalidyas Sunaka
Pekerjaan : Mahasiswa AMIKOM
Usia : 20 Tahun
Alamat : -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
B. Expert :
I. Nama lengkap : Nano Warsono
Pekerjaan : Dosen / Sekretaris Jurusan Seni Rupa ISI
Yogyakarta
Usia : 37 Tahun
Alamat : Jl. Parangtritis Km 6,5 Yogyakarta
II. Nama lengkap : M. Rain Rosidi
Pekerjaan : Dosen ISI Yogyakarta
Usia : 40 Tahun
Alamat : Jl. Sewon Indah Gg. Arjuna no.13
Jomblang Panggungharjo Sewon Bantul