Momen Magnetik pada Arus Listrik
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Momen Magnetik pada Arus Listrik
TEORI KINETIK GAS
Jika kita dapat melihat pergerakan molekul-molekul gas
kita akan melihat bahwa molekul-molekul gas tersebut bergerak
dengan kecepatan yang berbeda-beda. Jarak antar molekul yang
cukup jauh, relatif dibanding dengan ukuran molekul tersebut,
menyebabkan molekul gas bergerak dengan bebas. Maksud dari
pergerakan bebas adalah molekul-melokul tersebut dapat
bergerak dalam arah sembarang. Hal itu menyebabkan molekul
udara saling bertumbukan satu sama lain. Juga terhadap
dinding dimana molekul udara tersebut berada. Ternyata,
perilaku gas semacam itu dapat dijelaskan dengan konsep
kinematika dan dinamika rata-rata gas.
Pada bab ini kita akan membahas mengenai gas secara umum
dengan mengadopsi sebuah teori yang secara khusus mempelajari
tentang perilaku gas dalam jumlah yang sangat besar yaitu
teori kinetik gas.
Bab yang akan dipelajari:
1. Model Molekuler Gas Ideal
2. Kalor Jenis Molar Gas Ideal
3. Proses Adiabatik gas Ideal
4. Ekuipartisi Energi
5. Hukum Distribusi Boltzmann
6. Distribusi Kecepatan Molekuler atau jalan Bebas Rata-rata
Tujuan Pembelajaran:
1. Mendefinisikan hubungan antara tekanan, volume dan
temperatur gas
2. Menjelaskan bahwa interaksi antar molekul zat menentukan
sifat zat
3. Mendefinisikan hubungan tekanan dan temperatur gas dengan
energi kinetik molekulnya
4. Menjelaskan bagaimana besar kapasitas molar dapat
menunjukkan kondisi rotasi dan vibrasi molekul
5. Menentukan faktor penyebab benda berada dalam fase gas,
cair atau padat
Jumlah molekul dalam sebuah wadah dapat kita hitung
dengan mudah. Jumlah molekul, katakanlah, dalam sebuah balon
ulang tahun berisi sekitar 6 x 1023 molekul. Angka ini dapat
Anda hitung dengan mudah. Misalnya gas dalam balon tersebut
kita asumsikan sebagai gas ideal, atau hampir mendekati sifat
tersebut. Dengan konsep gas ideal kita dapat menentukan jumah
molekul dengan persamaan:
Dengan k menunjukkan konstanta Boltzmann. Persamaan gas
ideal yang lebih familiar lainnya yaitu pV = nRT dapat kita
gunakan untuk menentukan jumlah mol gas,
Dengan R menyatakan konstanta gas universal. Kita telah
mengetahui bahwa perbandingan antara R/k tidak lain adalah
bilangan Avogadro, NA = 6,02 x 1023 molekul, yang menyatakan
jumlah molekul gas, apapun jenis gas tersebut, dalam 1 mol
gas. Molekul dan atom terdiri dari elektron-elektron yang
terikat pada inti atom. Massa electron jauh lebih kecil
dibanding massa proton dan neutron, dua partikel yang
menyusun inti atom. Massa proton dan neutron hamper sama
yaitu sekitar 1,67 x 10-27kg = 1,67 x 10-24 g. Berat suatu atom
atau molekul dengan demikian bergantung pada jumlah massa
inti atom. Jika A menyatakan jumlah total proton dan neutron
maka berat molekul didefinisikan sebagai:
Jika berat satu mol molekul adalah A gram maka jumlah
molekul dalam sistem tersebut dapat kita tentukan dengan
cara:
Jumlah molekul N itu kemudian didefinisikan sebagai
bilangan Avogadro, NA. Jumlah molekul sdemikian banyaknya itu
menempati volume sebesar 22,4 L. Ingat bahwa pada keadaan
STP, volume 1 mol gas adalah 22,4 L. Volume tersebut
ekuivalen dengan 22,4 x 10-3 m3. Dalam perkiraan yang
kasar kita dapat menghitung ruang yang ditempati setiap satu
molekul gas yaitu:
Ukuran volume yang sangat kecil sekali. Namun ukuran
volume ini sungguh sangat besar dibanding dengan ukuran
setiap molekul yang hanya:
Ternyata volume molekul jauh lebih kecil dibanding dengan
ruang yang ditempati. Fraksi ruang yang ditempati molekul
dengan demikian hanya sebesar:
Jadi setiap molekul hanya menempati sepersepuluh ribu
dari keseluruhan ruang yang tersedia baginya. Semakin ideal
sifat suatu gas maka semakin sedikit tumbukan yang terjadi
antar gas tersebut. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan
gas ideal adalah segerombolan molekul gas saling independen
satu sama lain, bergerak dalam orientasi yang bervariasi dan
jarang bertumbukan. Namun demikian, coba Anda ingat lagi bab
tentang kesetimbangan termal pada gas, tumbukan yang jarang
ini memiliki peranan penting dalam proses termodinamika.
Kita akan menggunakan metode statistic untuk menganalisis
perilaku gas ideal. Seperti kita ketahui bahwa jumlah molekul
gas yang sangat banyak merupakan argumen tersendiri yang
menguatkan berlakunya metode statistik. Salah satu sifat dari
statistic adalah semakin banyak konstituen yang menjadi
elemen suatu sistem maka deviasi dari analisis kita semakin
kecil dan dalam batasan-batasan tertentu asumsi-asumsi kita
menjadi valid.
19 - 1 Tekanan dan Kinematika Molekuler
Perhatikan sebuah wadah yang
telah diisi dengan gas ideal yang
terdiri atas N molekul gas yang
memiliki massa masing-masing m dan
bergerak bebas satu sama lain.
Dalam teori kinetik gas, molekul-molekul gas tersebut
bergerak dengan kecepatan yang
berbeda-beda dan dalam arah yang
berbeda-beda pula. Karena dalam
sistem tersebut terjadi tumbukan
baik antar molekul maupun antara
molekul dengan dinding wadah maka
sifat dari tumbukan tersebut juga bermacam-macam. Dalam
mekanika Newton, tumbukan adalah salah satu mekanisme
transfer energi dimana proses tersebut sangat berkaitan
Gambar 19.1a salahsatu molekul bermassam bergerak dengankecepatan v dankelajuan vx. Kitaasumsikan molekulbergerak ke arah sumbux dan dengan demikian
dengan gaya. Seperti telah diketahui bahwa laju transfer
momentum tidak lain adalah gaya, F = dp/dt.
Tumbukan dapat kita lihat dalam perspektif tekanan.
Beberapa sifat gas dapat kita karakterisasi sebagai
berikut.
Kecepatan rata-rata molekul dalam wadah adalah nol.
Kita simbolkan kecepatan rata dengan tanda . Dengan
demikian . Walaupun kecepatan rata-rata
molekul gas nol tetapi kelajuannya tidaklah nol.
Kita asumsikan kelajuan rata-rata molekul gas adalah
sehingga . Kita dapat mendefiniskan akar
kelajuan rata-rata sebagai berikut:
Dengan vrms menyatakan akar kelajuan rata-rata atau
root means square. Energi internal sistem dipengaruhi
secara dominan oleh energy kinetik molekul gas.
Interaksi interatomik atau molekuler dapat diabaikan
karena jarak pisah antar molekul yang cukup jauh. Energi
kinetik sistem diberikan oleh persamaan:
(19-1)
Dimana EK menyatakan energi kinetik per molekul
sedangkan N menyatakan jumlah total molekul dalam
sistem. Kelajuan rata-rata adalah jumlah kelajuan
molekul pada sumbu koordinat
x, y dan z:
Seperti kita ketahui bahwa secara makroskopik keseluruhan gas
tidaklah mengalami pergerakan. Dengan demikian kita dapat
menarik kesimpulan bahwa komponen kelajuan tersebut haruslah
simetris satu sama lain artinya komponen kelajuan pada arah x
haruslah sama dengan komponen kelajuan pada arah y
dan z.
Nilai kelajuan rata-rata dapat kita tentukan
dengan persamaa berikut:
(19-2)
Perhatikan Gambar 19.1b, tekanan gas dihasilkan dari
tumbukan yang terjadi secara kolektif antara molekul gas
dengan dinding wadah dimana gas itu ditampung. Pada
level perhitungan kuntitatif kita dapat mengasumsikan
model tumbukan yang terjadi adalah tumbukan tunggal
antara molekul gas dengan dinding. Setelah kita
mengetahui besar tumbukan yang terjadi maka untuk sekian
banyak jumlah molekul kita dapat menentukan jumlah total
tumbukan yang terjadi per satuan waktu. Jika kita
mengetahui laju tumbukan per detik maka kita dapat
mengetahui gaya yang dihasilkan dari tumbukan tersebut.
Gambar 19.1b salahsatu molekulbermassa m bergerakdengan kecepatan vdan kelajuan vx. Kitaasumsikan molekulbergerak ke arahsumbu x dan dengandemikian kita
Gambar 19.1 menunjukkan model skematis dari tumbukan
tunggal yang terjadi antara molekul dengan dinding.
Karena kita telah mengasumsikan bahwa tumbukan hanya
terjadi pada satu arah saja yaitu x maka hanya komponen
kecepatan pada arah x saja yang mengalami perubahan.
Jika kita definisikan kecepatan awal molekul sebelum
tumbukan adalah
Maka kecepatan setelah tumbukan adalah
Tanda minus pada komponen kecepatan vx menunjukkan
bahwa molekul mengalami tumbukan yang bersifat elastik
dan bergerak pada arah berlawanan dari arah semula.
Perubahan momentum molekul dengan demikian dapat
dituliskan sebagai:
Momentum yang ditransfer dari molekul ke dinding
adalah negatif dari perubahan momentum molekul yaitu:
(19-3)
Berdasarkan diagram pada Gambar 19.1, persamaan (19-
3) menjadi valid dan argumentatif karena dinding ditekan
oleh molekul ke arah kanan atau searah dengan gerak
mula-mula molekul. Tanda vector pada variabel kecepatan
dan juga diganti dengan skalar karena molekul
bergrak dalam satu dimensi. Jika kita asumsikan terdapat
molekul sejumlah N yang menumbuk dinding pada selang
waktu sangat singkat dt maka jumlah tumbukan yang terjadi
dapat kita tentukan yaitu:
(19-
3)
V menyatakan volume gas. A menyatakan luas penampang
dinding yang dikenai tumbukan. Komponen persamaan vxdt
tidak lain menyatakan jarak yang ditempuh oleh molekul.
Angka muncul karena tumbukan antara molekul terjadi
setelah molekul yang lain menabrak dinding. Untuk
menentukan total momentum yang ditransfer maka kita
cukup mengalikan persamaan (19-3) dan (19-4):
(19-5)
Telah disebutkan diawal bahwa laju perubahan
momentum menyatakan gaya. Dari persamaan (19–5) kita
dapat menentukan besar gaya yang dilakukan pada luas
permukaan A yang dihasilkan dari proses tumbukan yaitu:
Dengan demikian tekanan yang bekerja pada dinding
dapat kita tentukan dengan mudah yaitu:
Dengan mensubstitusikan persamaan (19-2) untuk vx kita
peroleh:
(19-6)
Persamaan (19-6) merupakan persamaan umum untuk gas
ideal. Kita telah menurunkan persamaan yang berlaku
untuk sistem makroskopik dengan menggunakan variabel
mikroskopik. Persamaan (19-6) merupakan sebuah
kesimpulan penting dari investigasi kita. Mungkin akan
lebih jelas jika U pada persamaan (19-6) kita nyatakan
secara eksplisit dalam variabel termodinamika,
sehingga persamaan (19-6) menjadi:
(19-7)
Persamaan (19-7) tidak lain adalah persamaan gas
ideal. Pada bab sebelumnya kita penasaran dengan asal
usul persamaan tersebut termasuk apa sebenarnya arti
dari tekanan p dan temperatur T. Seperti telah
disimpulkan secara eksplisit pada persamaan (19-6),
tekanan pada sistem gas ideal merupakan hasil dari
tumbukan yang terjadi secara random pada gas. Dari
persamaan (19-7), kita dapat menginterpretasikan apa itu
temperatur T. Pada bab-bab sebelumnya kita hanya
mengidentifikasi temperatur sebagai besaran yang
berhubungan dengan laju perpindahan energi dari satu
benda ke benda yang lain. Energi internal gas ideal
dapat kita tuliskan sebagai . Perhatikan
persamaan (19-1) dan persamaan gas ideal yang baru saja
kita tulis sebelumnya. Dari dua persamaan tersebut kita
dapat menuliskan:
(19-8)
Berdasarkan persamaan (19-8), kita dapat
mendefmisikan temperatur sebagai energi kinetik rata-rata dari
molekul-molekul gas dalam sebuah sistem. Perhatikan bahwa
interpretasi tersebut tidak melibatkan variabel jumlah
molekul N. Dari persamaan (19-8) kita dapat menentukan
kecepatan rata-rata molekul atau vrms:
(19-9)
Persamaan (19-9) dimodifikasi lebih lanjut untuk
mendapatkan relasi berikut ini:
(19-10)
Yang mana M menyatakan berat molekul rata-rata.
19 – 2 Ditribusi Kecepatan Gas
Fungsi distribusi kecepatan F menyatakan peluang
distribusi kecepatan pada sistem molekuler gas. Fungsi
distribusi kecepatan pertama kali dicetuskan oleh James
Clerk Maxwell pada tahun 1859. Jika kita mendefinisikan
jumlah molekul sebagai fungsi kecepatan adalah N
maka:
jumlah gas yang memiliki kecepatan antara
dan
d3v adalah volume kotak dimana gas berada. Besamya volume
kotak ini adalah:
Karena jumlah total molekul adalah N maka:
Dengan demikian fungsi distribusi dapat kita
tuliskan sebagai:
(19-11)
Persamaan (19-11) dapat kita interpretasikan bahwa
fungsi d3v menyatakan probabilitas molekul memiliki
kecepatan antara dan . Dengan demikian, kita
dapat menentukan kecepatan
kuadrat rata-rata molekul
yaitu:
(19-
12)
Untuk sistem gas ideal yang memiliki energi kinetik
rata-rata maka fungsi distribusi dapat
dinyatakan sebagai:
(19-13)
Persamaan distribusi kecepatan dinyatakan oleh:
Persamaan (19-13) dapat kita gunakan untuk
menentukan kecepatan rata-rata molekul, seperti yang
Gambar 19.2 Sebuahmolekul memilikipeluang memilikikecepatan v padasegmen volumesebesar d3v = dvx
telah kita definisikan pada persamaan (19-10). Untuk
menentukan kecepatan rata-rata kita gunakan persamaan
(19-12) dengan mengganti fungsi F dengan persamaan (19-
13), kita peroleh:
(19-
14)
Kita memperoleh persamaan dala3m bentuk integral
yang kelihatannya sangat rumit. Oleh karena itu, kita
akan menyelesaikan persamaan integral tersebut dengan
cara sebagai berikut:
Kita definisikan:
(19-15)
Dengan menyisipkan persamaan (19-15) ke persamaan (19-
14) kita peroleh:
(19_16)
Dengan mengkombinasikan persamaan (19–16), persamaan
integral yang masih saja sulit untuk diselesaikan, kita
peroleh relasi berikut ini:
(19-17)
Dengan menyisipkan persamaan (19-17) ke persamaan (19-
16) kita peroleh:
(19-
18)
Dengan relasi yang dihasilkan pada persamaan (19–18)
kita dapatkan kecepatan rata-rata vrms sebagai berikut:
(19-
19)
Persamaan (19-19) identik dengan persamaan yang
telah kita turunkan sebelumnya yaitu persamaan (19-9).
19 - 3 Distribusi Maxwell – Boltzmann
Gas ideal dapat terdiri dari molekul yang memiliki
atom-atom tunggal seperti Helium dan Argon atau molekul
yang memiliki atom-atom tidak tunggal seperti nitrogen,
oksigen, bahkan molekul air (H20). Pada sub bab
sebelumnya kita telah mendiskusikan persamaan-persamaan
dimana kita tidak memperhatikan bagaimana komposisi
atom-atom tersebut dalam menyusun molekul. Oleh Ludwig
Boltzmann, ternyata dibuktikan bahwa jenis atom yang
berbeda memiliki perilaku termodinamika yang berbeda
pula.Fungsi distrbusi pada persamaan (19-13) memiliki
bentuk umum sebagai berikut:
Boltzmann menggeneralisasi distribusi kecepatan
menjadi sebuah distribusi yang menjelaskan peluang
setiap molekul yang diberikan energi sebesar E. Boltzmann
menemukan bahwa energi kinetik EK molekul secara
keseluruhan sama dengan energi totalnya yaitu E
sehingga:
(19-
20)
Persamaan (19-20) disebut dengan distribusi Maxwell -
Boltzmann. Persamaan (19-20) sudah merangkum seluruh
variabel fisis yang mungkin dimiliki oleh sistem gas
baik yang monoatomik, diatomik maupun poliatomik. Kita
dapat membayangkan bahwa molekul-molekul gas tidak hanya
bergerak secara translasi saja melainkan dapat juga
berotasi dan bervibrasi. Molekul juga dapat melakukan
kombinasi gerak bertranslasi sambil berotasi, atau
bertranslasi, bervibrasi dan berotasi.
Distribusi Maxwell - Boltzmann dapat digunakan untuk
menjelaskan bagaimana dinamika molekul-molekul gas.
Perhatikanlah ilustrasi berikut ini:
Gambar 19.3 Tiga macam gerak yang dapat dilakukan oleh
molekul diatomic.
Kita mulai dengan menganalisis sistem molekul
diatomik yang mengalami gerak rotasi. Perhatikan Gambar
19.4. Molekul yang mengalami gerak translasi dan rotasi
sekaligus memiliki komponen energi kinetik translasi dan
rotasi sehingga energi totalnya adalah:
Jika kita jabarkan maka kita peroleh:
Karena molekul tidak momen
inersia pada sumbu z = 0 maka suku
ketiga pada persamaan energi
kinetik rotasi adalah nol. Kita
dapat menentukan energi rata-rata
dengan menggunakan distribusi
Maxwell - Boltzmann. Dengan
sedikit aljabar kita peroleh
energi rata-rata untuk molekul diatomic adalah sebagai
berikut:
(19-21)
Energi yang dimiliki oleh
molekul diatomik lebih besar
disbanding dengan energi molekul
monoatomik yang hanya .
Hal ini dikarenakan pada molekul
monoatomik tidak terdapat
kontribusi energi rotasi seperti halnya pada molekul
diatomik. Namun persamaan (19–21) belum mencantumkan
salah satu aspek energi lagi yaitu energi vibrasi
molekul. Dua atom yang berikatan satu sama lain dapat
melakukan vibrasi. Dengan demikian energi total molekul
harus ditambah dengan energi vibrasi ini. Energi vibrasi
secara umum dapat kita tulskan dalam bentuk persamaan;
Yang mana k menunjukkan konstanta “pegas” yang
menghubungkan antara atom satu dengan yang lain.
Memodelkan atom-atom berikatan satu sama lain
berdasarkan konfigurasi Hooke cukup valid hingga batas-
batas tertentu. Setelah melalui beberapa langkah
perhitungan energi total molekul diatomik diperoleh
sebesar:
(19-22)
Jika kita perhatikan dengan seksama, setiap mode
gerakan memberikan kontribusi energetik terhadap sistem
Gambar 19.4 Molekuldiatomik yangterdiri dari atomdapat mengalamirotasi pada ketigasumbu yaitu sumbu x,y, dan z. Rotasi padasumbu z menghasilkanmomen inersia rotasinol sehingga momen
dalam orde yang hampir seragam yaitu . Molekul
tunggal yang terdiri dari atom monoatomik memiliki tiga
mode gerak yaitu translasi pada arah x, y, dan z. Masing-
masing memberikan konstribusi energi sebesar
sehingga energi totalnya adalah . Pada kasus
molekul yang tersusun atas atom diatomik, mode gerak
molekul bertambah yaitu mode rotasi dan vibrasi. Masing-
masing juga memberikan konstribusi sebesar . Mode
gerak yang dimiliki oleh atom atau molekul disebut
dengan derajat kebebasan. Pada molekul diatomik, molekul
memiliki derajat kebebasan 7 yaitu 3 dari gerak
translasi, 2 dari gerak rotasi dan 2 dari gerak vibrasi.
Setiap derajat kebebasan memebrikan kontribusi energi
sebesar terhadap energi total sistem. Pernyataan
semacam ini disebut dengan teorema ekipartisi. Untuk
molekul yang memiliki n derajat kebebasan maka energi
totalnya dapat kita nyatakan sebagai:
(19-23)
Setiap gas ideal, serumit apapun struktur
molekulnya, tetap mematuhi hukum gas ideal. Karena
energi dalam suatu sistem kita nyatakan sebagai U = N <E>
maka secara umum, energi dalam yang dimiliki oleh sistem
dengan n derajat kebebasan adalah:
(19-24)
Dari persamaan (19-24) kita dapat mendefinisikan
satu besaran lagi yaitu kapasitas panas molar gas, Cv.
Ingat kembali hubungan antara energi nternal U dengan
kapasitas panas Cv dan temperatur, U = CVT. Kapasitas molar
Cv untuk sistem yang memiliki n derajat kebebasan adalah:
(19–25)
Setiap molekul memiliki kapasitas panas molar yang
berbeda-beda yang bergantung pada derajat kebebasan yang
dimiliki oleh atom-atom penyusunnya. Dengan mengetahui
kapasitas molar suatu gas maka kita dapat memprediksi
mode gerak apa saja yang mungkin dimiliki oleh gas
tersebut. Persamaan (19–25) menunjukkan pada kita bahwa
semakin besar derajat kebebasan maka semakin besar nilai
kapasitas molar gas. Dengan pernyataan serupa dapat
disimpulkan bahwa semakin besar kapasitas molar suatu
gas maka semakin banyak derajat kebebasan yang dimiliki
oleh gas tersebut.