penentuan kelayakan arus bocor lightning - Unissula Repository
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of penentuan kelayakan arus bocor lightning - Unissula Repository
i
PENENTUAN KELAYAKAN ARUS BOCOR LIGHTNING
ARRESTER DI GARDU INDUK 150 KV CEPU
LAPORAN TUGAS AKHIR
LAPORAN INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
MEMPEROLEH GELAR S1 PADA PRODI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
Disusun Oleh :
AHMAD RIZAL ABIDIN
30601501697
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
ii
DETERMINATION OF FEASIBILITY OF LIGHTNING ARRESTER
LEAKAGE AT 150 KV CEPU SUBSTATION
FINAL PROJECT
Proposed to complete the requirement to obtain a bachelor’s degree (S1)
at Departement of Electrical Engineering, Faculty of Industrial Technology,
Universitas Islam Sultan Agung
Arranged By:
AHMAD RIZAL ABIDIN
30601501697
DEPARTEMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING
FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Pertama
“Saya ucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya
yang tiada terbendung dan telah memberikan kenikmatan iman, kesehatan,
kesabaran dan kekuatan kepada saya sehingga dalam mengerjakan Tugas Akhir ini
dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya walaupun ada berbagai kendala
dalam mengerjakannya”
Kedua
“Tugas akhir ini saya persembahkan kepada kedua orang tua tercinta bapak
Dimyati dan ibu Siti Fatimah dan juga kakak saya Ahmad Faizal Aziz yang selalu
memotivasi dan menyemangati saya, serta mendoakan saya”
Ketiga
“Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada Dosen Pembimbing dan dosen-dosen
yang telah mendukung serta memberikan arahan kepada saya dalam bidang
keilmuan serta motivasi”
Keempat
“Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada teman-teman Teknik Elektro 2015,
serta teman-teman yang berada di lingkungan rumah saya dan seluruh rekan saya
yang telah memberika dukungan, semangat, hiburan, motivasi, bahkan bantuan
kepada saya”
Kelima
“Tugas akhir ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri karena sampai saat ini
kamu masih berjuang dengan sepenuh tenaga dan kamu tidak menyerah. Tak
luput juga wanita spesial yang selalu mendukung saya Astri Dewi Saputri”
viii
HALAMAN MOTTO
“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar
baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa
yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya
Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu
kadarnya”
Q.S Ath-Thalaq ayat 2-3
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman”
Q.S Ali Imran ayat 139
“Jangan menyia-nyiakan waktu. Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak
memanfaatkannya dengan baik, maka ia akan memanfaatkanmu”
HR. Muslim
“Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kamu berusaha menangkapnya, ia akan lari.
Tapi kalau kamu membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu”
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
“Jangan menjelaskan dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak
butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu”
Ali bin Abi Thalib
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu kita
panjatkan atas rahmat, dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada kita. Sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya kelak di yaumil qiyamah. Penulis sangat bersyukur atas
terselesaikannya penulisan Tugas Akhir ini yang merupakan syarat untuk meraih
gelar Sarjana (S1) Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Islam Sultan Agung, dengan judul “PENENTUAN KELAYAKAN ARUS
BOCOR LIGHTNING ARRESTER DI GARDU INDUK 150 KV CEPU”.
Selama proses penelitian dan penulisan laporan Tugas Akhir ini terdapat
berbagai keluh kesah dan kekurangan, tetapi adanya bimbingan dan kerjasama
berbagai pihak seluruh kendala-kendala yang peneliti hadapi dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. DR. Ir. Novi Marlyana, S.T., M.T Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Sultan A gung Semarang.
2. Jenny Putri Hapsari, ST., MT , Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
3. Muhammad Khosyi’in, ST., MT. Selaku Koordinator Tugas Akhir.
4. Bapak Dedi Nugroho, ST., MT. Selaku Pembimbing Tugas Akhir Pertama dan
Ibu Ir. Ida Widhihastuti, MT. Selaku Pembimbing Tugas Akhir Kedua, saya
mengucapkam banyak terima kasih atas kesabaran, arahan dan masukan selama
penulis mengerjakan Tugas Akhir sehingga saya bisa menyelesaikannya dengan
baik.
x
x
5. Seluruh dosen dan karyawan Prodi Teknik Elektro, Universitas Islam Sultan
Agung Semarang atas ilmu, bimbingan dan bantuannya hingga penulis selesai
menyusun Tugas Akhir ini.
6. Supervisor Gardu Induk 150 KV Ahmad Faizal Aziz.
7. Teman-teman saya yang telah memberikan dukungan dan bantuan bahkan
tempat tinggal saat melakukan penelitian serta rekan-rekan seperjuangan Teknik
Elektro angkatan 2015, Teknik Elektro Kendali 2015, senior dan adik tingkat
Fakultas Teknologi Industri yang selalu memberikan keceriaan, dukungan,
semangat, dan doa.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penysunan laporan
Tugas Akhir ini, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharap kritik
dan saran yang membangun demi kebaikan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis
berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat.
Semarang, Juli 2021
Ahmad Rizal Abidin
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.. ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.. ........................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viiix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xivi
ABSTRAK .......................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................... 3
1.4 Maksud Dan Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKAN DAN LANDASAN TEORI ......................... 6
2.1 Tinjuan Pustaka ........................................................................................... 6
2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 7
2.2.1 Gardu Induk ................................................................................................. 7
2.2.1 Single Line Diagram Gardu Induk 150 KV Cepu ....................................... 8
2.3 Macam-macam sistem pengamanan yang berada di Gardu Induk ............ 11
2.3.1 Overhead Ground Wire ............................................................................. 11
2.3.2 Rod Gap ..................................................................................................... 11
2.3.3 Pentanahan Menara ................................................................................... 12
2.3.4 Lightning Arrester ..................................................................................... 13
xii
xii
2.4 Prinsip Kerja Lightning Arrester ............................................................... 13
2.4.1 Bagian – Bagian Lightning Arrester ......................................................... 15
2.4.2 Karakteristik Lightning Arrester ............................................................... 16
2.4.3 Syarat-syarat Lightning Arrester yang layak untuk digunakan ................. 16
2.4.4 Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pada Lightning Arrester. .... 16
2.4.5 Di Gardu Induk 150 KV Cepu Terdapat 4 Tipe Lightning Arrester ......... 17
2.5 Gangguan pada Lightning Arrester ........................................................... 17
2.5.1 Surja Hubung ............................................................................................. 17
2.5.2 Surja Petir .................................................................................................. 17
2.5.3 Arus Bocor Pada Isolator Lightning Arrester ........................................... 19
2.6 Thermovisi ................................................................................................ 19
2.7 Leakage Current Measurement (LCM) ..................................................... 20
2.7.1 Batas Nilai Arus Bocor Resistif Pada Lightning Arrester ......................... 21
2.7.2 Prinsip Pengukuran Leakage Current Measurement (LCM) .................... 21
2.7.3 Perhitungan Persentase Arus Bocor Lightning Arrester Menggunakan
LCM ................................................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 23
3.1 Obejek Penelitian ...................................................................................... 17
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian ........................................................................ 17
3.3 Model Penelitian ....................................................................................... 18
3.4 Tahapan Penelitian .................................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN ANALISA ....................................................................... 27
4.1 Data Pengukuran Arus Bocor Lightning Arrester ..................................... 27
4.1.1 Data Pengukuran arus bocor Lightning Arrester menggunakan Leakage
Current Measurement (LCM) ................................................................... 27
4.1.2 Hasil Perhitungan Persentase Arus Bocor Lightning Arrester
Menggunakan Leakage Current Measuremen .......................................... 28
4.1.3 Hasil Pengukuran, Perhitungan dan Grafik Arus Bocor Lightning Arrester
menggunakan Leakage Current Measurement .......................................... 29
4.2 Perhitungan Dan Analisa Menggunakan Thermovisi . ............................. 30
4.2.1 Hasil perhitungan arus bocor LA menggunakan Thermovisi ................... 32
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 37
xiii
xiii
5.2 Saran .......................................................................................................... 37
xiv
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 single line Gardu Induk 150 KV Cepu………………...…………8
Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Sub Sistem APP Semarang Kondisi
Normal…………………………………………………………..10
Gambar 2.3 Overhead Ground Wire………………………………………….11
Gambar 2.4 Rod Gap………………………………………………………….12
Gambar 2.5 Pentanahan Menara……………………………………………....12
Gambar 2.6 Sela Api (Spark Gap)…………………………………………….13
Gambar 1.7 Tahanan Kran (Valve Resistor)…………………………………..14
Gambar 2.8 Struktur Lightning Arrester……………………………...……….15
Gambar 2.9 Skema sambararan petir dari Tower Transmisi sampai ke Gardu
Induk……………………………………………………………....19
Gambar 2.10 LCM500 unit via wireless……….……………………………...20
Gambar 3.1 Single line diagram Gardu Induk 150 KV Cepu……...………….23
Gambar 3.2 Diagram alur penelitian…………………………………………..25
xv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batasan Nilai Arus Bocor Resitif………………………………..21
Tabel 2.2 Rekomendasi Hasil Pengukuran Leakage Current
Measurement……………………………………………………21
Tabel 4.1 Data Sekunder PLN tentang pengukuran dan perhitungan arus
BocorLightning Arrester menggunakan Leakage Current
Measurement…..…………………………………………………27
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Persentase Arus Bocor Lightning Arrester
Menggunakan Leakage Current Measuremen…………………...28
Tabel 4.3 Bay Blora 1………………………………………………………30
Tabel 4.4 Bay Blora 2………………………………………………………31
Tabel 4.5 Bay Bojonegoro 1………………………………………………..31
Tabel 4.6 Bay Bojonegoro 2………………………………………………..32
Tabel 4.7 Bay Trafo 1 – 60 MVA…………………………………………..32
Tabel 4.8 Bay Trafo 2 – 30 MVA…………………………………...
Tabel 4.3 Data Sekunder PLN tentang pengukuran dan Perhitungan arus
Bocor Lightning Arrester menggunakan Thermovisi……………29
Tabel 4.4 Hasil perhitungan arus bocor LA menggunakan Thermovisi……29
xvi
xvi
ASTRAK
Sistem penyaluran energi listrik di Gardu Induk 150 KV Cepu memiliki
permasalahan terhadap kenaikan arus bocor Lightning Arrester. Kenaikan arus
bocor Lightning Arrester diketahui setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan
presentase arus bocor menggunakan Leakage Current Measurement dan
pengukuran dan perhitungan suhu menggunakan Thermovisi. Hal ini disebabkan
oleh faktor internal maupun fakor eksternal. Faktor internal yaitu seperti peralatan
yang digunakan kurang berfungsi dengan baik. Sehingga dapat menyebababkan
kegagalan pada peralatan tersebut. sedangkan faktor eksternal yaitu seperti
kesalahan manusia atau human error dan dapat juga seperti gangguan alam seperti
petir, gempa, banjir, angin dan lain-lain.
Tugas Akhir ini membahas tentang penentuan kelayakan arus bocor
Lightning Arrester di Gardu Induk 150 KV Cepu dengan melakukan analisa
pengukuran dan perhitungan arus bocor pada Lightning Arrester berdasarkan data
sekunder PLN menggunakan alat uji LCM (Leakage Current Measurement) dan
menggunakan alat uji Thermovisi untuk mendapatkan hasil perhitungan dan
pengukuran arus bocor Lightning Arrester.
Hasil pengukuran dan perhitungan di Bay Penghantar Bojonegoro 2 nilai arus
resistif fasa R = 518 μA dan nilai corrective fasa R = 778 μA. Sesuai batas yang di
tentukan oleh PLN yaitu 150 μA hal ini menandakan bahwa kondisi Lightning
Arrester kurang baik. Maka dari itu harus dilakukan maintenance secara rutin atau
bisa juga dilakukan penggantian Lightning Arrester.
Kata Kunci : Kelayakan Arus Bocor, Lightning Arrester, Gardu Induk 150 KV
xvii
xvii
ABSTRACT
The electrical energy distribution system at the 150 KV Cepu Substation has
problems with increasing Lightning Arrester leakage currents. The increase in
leakage current of Lightning Arrester is known after measuring and calculating the
percentage of leakage current using Leakage Current Measurement and measuring
and calculating temperature using Thermovisi. This is caused by internal and
external factors. Internal factors, such as the equipment used is not functioning
properly. This can cause the equipment to fail. while external factors are such as
human error or human error and can also be natural disturbances such as lightning,
earthquakes, floods, winds and others.
This final project discusses the determination of the feasibility of the
Lightning Arrester leakage current at the 150 KV Cepu Substation by analyzing the
measurement and calculation of the leakage current at the Lightning Arrester based
on PLN secondary data using the LCM (Leakage Current Measurement) test tool
and using the Thermovisi test tool to get the calculation results. and Lightning
Arrester leakage current measurement.
The results of measurements and calculations at the Bojonegoro Conductor
Bay 2 value the phase resistive current R = 518 μA and the phase corrective value
R = 778 μA. According to the limit set by PLN, which is 150 μA, this indicates that
the Lightning Arrester condition is not good. Therefore, routine maintenance must
be carried out or it can also be replaced with Lightning Arrester.
Keywords: Feasibility of Leakage Current, Lightning Arrester, 150 KV . Substation
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gardu Induk 150 KV Cepu merupakan salah satunya Gardu Induk yang
masuk dalam wilayah Kabupaten Blora dan paling timur wilayah kerja PT
PLN (Persero) APP Semarang Jateng yang berbatasan dengan wilayah kerja
PT PLN (Persero) APP Madiun Jatim. Berdiri diatas tanah seluas 18.000 m2
tepatnya di Jalan Bay Pas/Jl. Pramuka no : 66 Cepu. Gardu Induk 150 KV
Cepu mendapat supplay dari Gardu Induk Bojonegoro dan Gardu Induk
Blora, Gardu Induk 150 KV Cepu mulai berdiri pada tahun 1980 dan mulai
beroperasi pada 01 Januari 1983. Gardu Induk 150 KV Cepu memiliki 7
bay, dan 7 bay tersebut antara lain :
1. Bay Trafo 1-60 MVA 150/20 KV.
2. Bay Tfrafo 2-30 MVA 150/20 KV.
3. Bay Penghantar Blora 1.
4. Bay Penghantar Blora 2.
5. Bay Penghantar Bojonegoro 1.
6. Bay Penghantar Bojonegoro 2.
7. Bay Kopel.
Dalam sistem penyaluran energi listrik, saluran transmisi merupakan
bagian paling penting dalam proses penyaluran tersebut. Apabila terjadi
gangguan pada saluran transmisi, maka akan mempengaruhi peralatan-
peralatan yang terhubung ke sistem tenaga listrik.
Permasalahan yang timbul adalah terjadinya kenaikan arus bocor
Lightning Arrester di Gardu Induk 150 KV Cepu yaitu ketika dilakukan
pengukuran dengan menggunakan alat uji Leakage Current Measurement
di BAY Penghantar Bojonegoro 2 diketahui bahwa Lightning Arrester arus
resistifnya melebihi batasan arus bocor yaitu diatas 150μA. Hal ini
menandakan bahwa Lightning Arrester tersebut kondisinya kurang baik dan
2
harus dilakukan maintenance secara rutin untuk menghindari kegagalan
Lightning Arrester dalam memproteksi apabila terjadi sambaran petir.
Kenaikan arus bocor Lightning Arrester di Gardu Induk 150 KV Cepu
disebabkan oleh faktor internal maupun fakor eksternal. Faktor internal
yaitu seperti peralatan yang digunakan kurang berfungsi dengan baik.
Sehingga dapat menyebabkan kegagalan pada peralatan tersebut, sedangkan
faktor eksternal yaitu seperti kesalahan manusia atau human error dan dapat
juga seperti gangguan alam seperti petir, gempa, banjir, angin dan lain-lain.
[1].
Untuk meminimalisir kenaikan arus bocor atau gangguan- gangguan
tersebut, maka dari itu Gardu Induk 150 KV Cepu memiliki berbagai
pengamanan peralatan diantaranya yaitu Overhead Ground Wire/Kawat
Tanah adalah kawat-kawat yang terletak pada saluran transmisi diatas
kawat-kawat fasa. Setelah itu Rod Gap/Pengaman Celah Batang berfungsi
apabila terjadi percikan bunga api yang diakibatkan oleh tegangan lebih
maka bunga api yang ditimbulkan pada celah batang tetap ada walaupun
tegangan lebih sudah tidak ada lagi. Pentanahan menara berfungsi sebagai
penghubung ke tanah dari salah satu penghantar dari sistem distribusi.
Lightning Arester berfungsi untuk melindungi sistem tenaga listrik dari
tegangan lebih yang dapat merusak peralatan sistem tenaga.
Lightning Arrester berperan penting untuk melindungi peralatan sistem
tenaga listrik dari tegangan lebih. Tegangan lebih sering terjadi dalam
sistem tenaga listrik yang disebabkan oleh sambaran petir dan operasi
switching. Agar dapat melindungi peralatan sistem tenaga dan dapat
menjamin operasi ekonomis yang dapat diandalkan, maka Lightning
Arrester dipasang pada hampir semua jenis jaringan listrik. Lightning
Arrester ini dapat membatasi tegangan lebih ke tingkat yang aman untuk
peralatan yang dilindungi dengan cara mengalihkan tegangan lebih ke
tanah[2].
Akibat dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan sebuah analisa
perhitungan dan pengukuran arus bocor pada Lightning Arrester
3
menggunakan alat uji LCM (Leakage Current Measurement) dan
menggunakan alat uji Thermovisi untuk mendapatkan hasil perhitungan dan
pengukuran arus bocor Lightning Arrester.
Solusi untuk mengetahui kelayakan arus bocor Lightning Arrester
terhadap sistem di Gardu Induk 150 KV Cepu adalah melakukan
pengukuran dan perhitungan presentase arus bocor Lightning Arrester
menggunakan Leakage Current Measurement dan melakukan sebuah
perhitungan dan pengukuran menggunakan alat Thermovisi untuk
mengetahui nilai suhu pada sambungan terhadap suhu konduktor, sehingga
dapat mendeteksi keadaan pada peralatan-peralatan Gardu Induk khususnya
pada Lightning Arrester dalam keadaan normal maupun tidak normal[1].
Berdasarkan dari hasil uraian ini, maka penulis akan membuat Tugas
Akhir dengan berjudul “Penentuan Kelayakan Arus Bocor Lightning
Arrester Pada Gardu Induk 150 KV Cepu”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang dimana akan diselesaikan dalam penulisan Tugas Akhir ini
:
1. Bagaimana cara menentukan persentase arus bocor Lightning Arrester
menggunakan alat uji Leakage Current Measurement berdasarkan data
sekunder PLN?
2. Bagaimana menentukan nilai suhu Lightning Arrester menggunakan alat
uji Thermovisi berdasarkan data sekunder PLN?
3. Bagaimana menentukan kelayakan arus bocor Lightning Arrester melalui
pengukuran dan perhitungan menggunakan alat uji Leakage Current
Measurement dan Thermovisi berdasarkan data sekunder PLN?
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini yang dimana telah dirumuskan
agar lebih terfokus maka, adapun batasan masalah yang dibatasi :
4
1. Penelitian dilakukan untuk menentukan kelayakan Lightning Arrester di
Gardu Induk 150 KV Cepu.
2. Pengambilan data dilakukan pada 10 Juni 2020 di Gardu Induk 150 KV
Cepu.
3. Penelitian dilakukan untuk mengetahui performa Lightning Arrester
terhadap arus bocor.
4. Melakukan analisis menggunakan metode pengukuran dan perhitungan
persentase arus bocor Lightning Arrester yang diperoleh dari data
sekunder PLN.
5. Melakukan analisa pengukuran dan perhitungan suhu pada terminal
Lightning Arrester berdasarkan data yang diperoleh dari data sekunder
PLN menggunakan Thermovisi.
1.4 Maksud Dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan Tugas Akhir pada
program studi Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui performa Lightning Arrester terhadap kegagalan yang
diakibatkan oleh arus bocor di Gardu Induk 150 KV Cepu.
2. Untuk mengetahui nilai persentase arus bocor Lightning Arrester
berdasarkan pengukuran dan perhitungan mengunakan alat uji Leakage
Current Measurement.
3. Mengetahui bahwa Lightning Arrester tersebut layak untuk digunakan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penyusunan penelitian Tugas Akhir ini :
1. Untuk mengetahui cara penentuan kelayakan arus bocor pada Lightning
Arrester.
2. Dapat digunakan sebagai pedoman engineer dalam melakukan perawatan
pada trafo didaerah Cepu.
5
3. Menjadi informasi dan referensi serta membantu PT.PLN (Persero)
dalam melakukan analisis uji kelayakan Lightning Arrester.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat Latar Belakang Permasalahan, Perumusan masalah, Pembatasan
Masalah, Tujuan, Manfaat dan Sistematika Penulisan Penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang berbagai referensi atau
tinjauan pustaka dan landasan teori tentang materi yang berkaitan dengan
judul.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis menguraikan secara rinci tentang metode atau
pendekatan yang dalam penelitian. Uraian dapat meliputi parameter
penelitian, data dari tempat penelitian (cara perhitungan dan pengukuran).
BAB IV : HASIL DAN ANALISA
Pada bab ini berisi tentang data sekunder dari PLN yang digunakan untuk
melakukan analisa perhitungan dan pengukuran arus bocor Lightning
Arrester dan menentukan kelayakan Lightning Arrester.
BAB V : PENUTUP
Bab ini adalah bagian akhir dari laporan penelitian yang berisi tentang
kesimpulan dan saran hasil akhir penelitian. Kesimpulan diharapkan sesuai
atau sejalan dengan tujuan penelitian.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjuan Pustaka
Penelitian-penelitian tentang uji kelayakan arus bocor telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu antara lain :
a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baharuddin Anwar pada tahun
2019 dengan judul “ Penentuan Hot Point Dengan Menggunakan Metode
Thermovisi Pada Gardu Induk 150 KV Purwodadi” yang membahas
mengenai metode pengukuran nilai emisivitas menggunakan pendekatan
kriteria ΔT untuk memperoleh nilai emisivitas, ditambah dengan analisis
validasi untuk menguji keakuratan dan presisi sesuai parameter yang
digunakan sedangkan yang akan ditulis adalah kurang lebih hampir sama,
akan tetapi penulis akan menambahkan alat ukur yang berupa LCM. Yang
dimana alat tersebut berfungsi untuk mengetahui berapakah arus bocor yang
berada pada Lightning Arrester dalam pengukuran dan perhitungan arus
bocor antara Thermovisi dan LCM, sehingga lebih akurat dalam pengujian
arus bocor yang berada pada Lightning Arrester[3].
b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oeh Iqbal Pugar Ramadhan pada
tahun 2019 dengan judul “Kinerja Lightning Arrester Yang Berusia Lebih
Dari 30 Tahun Di Gardu Induk 150 KV Srondol PT.PLN (Persero) UPT
Semarang” yang membahas pengecekan dari hasil data counter
menggunakan alat Leakage Current Monitor, yang dimana data hasil
pengukuran suhu pada terminal Lightning Arrester menggunakann
Thermovisi dan variasi usia Lightning Arrester untuk mengetahui kinerja
Lightning Arrester sebagai bahan pertimbangan analisis keandalan sistem
proteksi Gardu Induk Srondol 150 KV PT. PLN (Persero) UPT Semarang.
Sedangkan yang akan ditulis penulis adalah membandingkan 2 alat antara
Thermovisi dan LCM, yang dimana alat tersebut akan dikolaborasikan
7
untuk mendapatkan sebuah hasil dari pengukuran kedua alat tersebut seinga
memperoleh data yang akurat[1].
c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh A. Sofwandan S.Angga
Kusuma pada tahun 2017 dengan judul “Pendeteksian Dini Terhadap Arus
Bocor Kabel Tanah Tegangan Menengah Pada Transformator 150/20 KV”
yang membahas tentang perancangan sebuah alat yang berupa monitor
pendeteksi arus bocor pada kabel tanah agar dapat meminimalisir terjadinya
gangguan yang menyebabkan terjadinya pemadaman aliran daya listrik.
Sedangkan yang akan dibahas oleh penulis adalah penentuan uji kelayakan
arus bocor pada Lightning Arrester dengan menggunakan kombinasi dua
alat ukur yaitu Thermovisi dan LCM, sehingga dalam menentukan besarnya
arus bocor lebih maksimal[9].
d. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh An Nisaa tahun 2020 dengan
judul “Perhitungan Persentase Arus Bocor Lightning Arrester Pada BAY
Trafo 1 Di Gardu Induk Cikupa 150 KV” yang membahas tentang
perhitungan arus bocor dengan metode persentase arus bocor pada
Lightning Arrester dengan menggunakan alat LCM. Sedangkan yang akan
dibahas penulis adalah metode yang digunakan hampir sama tetapi jika
perhitungan arus bocor hanya menggunakan alat LCM maka hasilnya
kurang akurat. Maka dari itu penulis menggunakan metode tambahan yaitu
Thermovisi agar hasil pengukuran dan perhitungan arus bocor lebih
akurat[10].
2.2 LandasanTeori
2.2.1 Gardu Induk
Gardu Induk berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit
ke distribusi atau konsumen dan sebagai penyaluran energi listrik yang memegang
peranan yang terpenting dalam menaikkan tegangan maupun menurunkan
tegangan. Gardu Induk juga di artikan sebagai tempat menerima dan menyalurkan
tenaga listrik sesuai dengan kebutuhannya, yaitu meliputi tegangan Ekstra Tinggi
500 KV, Tegangan Tinggi 150 KV, dan tengangan menengah 20 KV[4].
8
Fungsi Gardu Induk adalah sebagai berikut:
a. Mentransformasikan tenaga listrik tegangan tinggi yang satu
ketegangan yang lainnya.
b. Pengukuran dan pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari
sistem tenaga listrik.
c. Pengaturan daya ke gardu-gardu lainnya dapat melalui tegangan tinggi
dan gardu distribusi yaitu melalui feeder tegangan menengah.
2.2.2 Single Line Diagram Gardu Induk 150 KV Cepu
Gambar 2.1 menunjukkan Single Line Diagram yang berada di Gardu Induk
150 KV Cepu [4]:
11
2.3 Macam-macam sistem pengamanan yang berada di Gardu Induk:
2.3.1 Overhead Ground Wire
Overhead Ground Wire/Kawat Tanah adalah kawat-kawat yang terletak
pada saluran transmisi diatas kawat-kawat fasa. Saluran tegangan tinggi Kawat
Tanah tersebut ditujukan untuk memproteksi sambaran kilat langsung tetapi pada
saluran tegangan menengah sampai 34,5 KV digunakan untuk memproteksi
sambaran tidak langsung. Jadi sambaran langsung pada saluran tegangan menengah
tidak terlalu diperhatikan.
Gambar 2.3 Overhead Ground Wire[5]
2.3.2 Rod Gap
Rod Gap/Pengaman Celah Batang berfungsi apabila terjadi percikan bunga
api yang diakibatkan oleh tegangan lebih maka bunga api yang ditimbulkan pada
celah batang tetap ada walaupun tegangan lebih sudah tidak ada lagi. Cara untuk
memadamkan percikan bunga api yang ditimbulkan adalah dengan cara memutus
jaringan tersebut dengan menggunakan saklar pemutus udara (air break switch).
Pada saat gelombang pendek, tegangan gagalnya akan naik lebih tinggi daripada
isolasi yang akan dilindunginya, sehingga dibutuhkan celah yang sempit untuk
gelombang yang curam[5].
12
Gambar 2.4 Rod Gap[5]
2.3.3 Pentanahan Menara
Pentanahan menara berfungsi sebagai penghubung ke tanah dari salah satu
penghantar dari system distribusi. Pentanahan menara sering digunakan pada
sekunder Transformator yang mempunyai hubungan bintang atau dilakukan pada
netral pembangkit. Pada arus yang besar apabila tidak digroundkan, maka arus
gangguan relatif besar sehingga busur listrik yang muncul tidak dapat padam
dengan sendirinya. Hal ini akan mengakibatkan busur api pada sistem yang
ditanahkan, sehingga gejala tersebut hampir tidak terjadi[6].
Gambar 2.5 Pentanahan Menara[6]
13
2.3.4 Lightning Arrester
Di dalam Gardu Induk 150 KV Cepu terdapat sebuah alat pengaman yaitu
Lightning Arrester. Lightning arrester adalah suatu peralatan gardu induk yang
berfungsi sebagai pelindung untuk peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan
lebih, baik yang disebabkan oleh surja petir maupun surja hubung. Pada keadaan
normal, Lightning Arrester berlaku sebagai isolator dan pada saat terkena surja petir
atau surja hubung Lightning Arrester berlaku sebagai konduktor dengan tahanan
yang relative rendah dan dapat mengalirkan arus surja ke tanah.
Lightning Arrester juga bersifat sebagai by pass disekitar isolasi yang
membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat, sehingga tidak timbul tegangan
lebih pada peralatan[7].
2.4 Prinsip Kerja Lightning Arrester
Prinsip kerja Lightning Arrester adalah membentuk jalan yang mudah
dilalui oleh petir, sehingga tidak terjadi tegangan lebih yang sangat tinggi pada
peralatan. Pada kondisi normal Lightning Arrester berfungsi sebagai isolasi. Dan
apabila terjadi surja, maka Lightning Arrester berfungsi sebagai konduktor yaitu
sebagai jalan lewatnya arus yang tinggi ke tanah. Lightning Arrester harus segera
kembali menjadi isolator[7].
Pada intinya Lightning Arrester terdiri dari dua unsur pokok yaitu :
1. Sela Api ( Spark Gap )
Apabila terjadi tegangan lebih (over voltage) oleh sambaran petir (surja) atau
hubung singkat (switching) pada Lightning Arrester yang terpasang, maka pada
sela percikan (spark gap) akan terjadi loncatan bola api (busur api). Pada
beberapa tipe Lightning Arrester busur api tersebut ditiup keluar oleh tekanan
Gambar 2.6 Sela Api (Spark Gap)[7]
14
gas yang ditimbulkan oleh tabung fiber yang terbakar. Pada umumnya spark gap
terdapat dalam tabung keramik yang diisi dengan gas inert (gas tabung
discharge).
2. Tahanan Kran ( Valve Resistor )
Tahanan yang digunakan dalam Lightning Arrester ini adalah jenis material yang
sifat tahanannya dapat berubah-ubah bila mendapatkan perubahan tegangan.
Berdasarkan materialnya, tahanan katup (valve resistor) dibedakan menjadi dua
yaitu jenis silicon carbid (SiC) dan jenis Zinc Oxide (ZnO). Gambar 2.7
menunjukkan kedua jenis tahanan katup ( valve resistor ).
Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan
dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup dipakai
sela batang yang memungkinkan terjadinya percikkan pada waktu tegangannya
mencapai keadaan bahaya.
Dalam hal ini, tegangan sistem bolak – balik akan tetap mempertahankan
busur api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan menyambung sela api ini
dengan sebuah tahanan, maka mungkin apinya dapat dipadamkan. Tetapi bila
tahanannya mempunyai harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar
sekali sehingga maksud untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana,
dengan akibat bahwa maksud melindungi isolasi pun gagal.
Oleh sebab itu dipakailah tahanan kran (valve resistor), yang mempunyai
sifat khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya besar.
Gambar 2.7 Tahanan Kran ( Valve Resistor )[7]
15
Proses pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu selama teganngan
lebih mencapai harga puncaknya. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan
penurunan drastic dari pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi
meskipun arusnya besar.
2.4.1 Bagian – Bagian Lightning Arrester[8]
Bagian-bagian dari Lightning Arrester ditunjukkan seperti pada Gambar 2.2 :
Gambar 2.8 Struktur Lightning Arrester
Keterangan :
1. Elektroda
Elektroda adalah terminal dari Lighning Arrester yang dihubungkan
pada bagian – bagian yang bertegangan dibagian atas Lightning Arrester
dan dibagian bawah Lightning Arrester setelah itu dihubungkan dengan
tanah[8].
2. Sela percikan dengan system
Apabila terjadi tegangan lebih pada Lightning Arrester yang
diakibatkan oleh sambaran petir atau surja hubung, maka pada sela
percikan (spark gap) akan terjadi suatu loncatan busur api dan ditiup
keluar oleh tekanan gas yang ditimbulkan oleh tabung fiber yang
terbakar[8].
3. Tahanan Katup
16
Tahanan yang digunakan pada Lightning Arrester ini adalah suatu
jenis material yang sifat tahanannya dapat berubah apabila mendapatkan
perubahan tegangan[8].
2.4.2 Karakteristik Lightning Arrester
Lightning Arrester berfungsi untuk melindungi peralatan sistem tenaga
listrik, maka perlu diketahui beberapa karakteristiknya. Sehingga Lightning
Arrester dapat dioperasikan dengan baik. Lightning Arrester mempunyai 3
karakteristik dasar yaitu[1] :
1. Mempunyai tegangan dasar (rated) dan frekuensi 50 Hz yang tidak boleh
melebihinya.
2. Mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan apabila dilewati
oleh arus petir.
3. Mempunyai batas thermis.
2.4.3 Syarat-syarat Lightning Arrester yang layak untuk digunakan[1]:
1. Lightning Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa
merusak Lightning Arrester itu sendiri.
2. Lightning Arrester harus mampu memutuskan arus susulan, dan dapat
bekerja kembali seperti semula.
3. Lightning Arrester harus memiliki harga tahanan pentanahan di bawah 5
ohm.
2.4.4 Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pada Lightning
Arrester[1].
1. Sambungan pada kawat Lightning Arrester terhadap terminal arrester
kurang baik atau kurang kencang.
2. Sambungan pada kawat Lightning Arrester terhadap kawat fasa jaringan
kuarang baik atau kurang kencang.
3. Sambungan kawat pada Lightning Arrester terhadap terminal tanah
Lightning Arrester kurang benar atau tidak kencang.
17
4. Sambungan kawat tanah Lightning Arrester terhadap kawat batang
tanah kurang baik atau kurang kencang.
5. Tahanan pentanahan Lightning Arrester lebih dari 1 ohm.
6. Jarak Lightning Arrester terlalu jauh dengan peralatan yang akan
dilindungi yaitu transformator daya.
7. Performa Lightning Arrester kurang optimal meskipun tidak terjadi
gangguan.
2.4.5 Di Gardu Induk 150 KV Cepu Terdapat 4 Tipe Lightning Arrester :
1. Merk : DELLE ALSTHOM
Tipe : PYB 175
2. Merk : SIEMENS
Tipe : 3EL2150-6PJ42-4DA1
3. Merk : ABB AB
Tipe : PEXLIM P150-XV170
4. Merk : ALSTHOM
Tipe : PS 150Y
2.5 Gangguan pada Lightning Arrester
Terdapat 2 macam gangguan pada Lightning Arrester yaitu:
2.5.1 Surja Hubung
Surja hubung yaitu suatu peristiwa yang terjadi akibat operasi penutupan
maupun operasi pembukaan saklar yang bisa mengakibatkan hubung singkat.
Hubung singkat yaitu terjadinya hubungan penghantar yang bertegangan maupun
penghantar yang tidak bertegangan secara langsung dan tidak melalui media,
sehingga terjadilah aliran arus yang tidak normal atau sangat besar[1].
2.5.2 Surja Petir
Petir adalah hasil pemisahan dari muatan listrik didalam awan badai, dan
proses pelepasan muatan tersebut akan berupa kilat cahaya dan suara gemuruh.
Terdapat 2 macam sambaran petir yaitu sambaran langsung dan sambaran tak
18
langsung. Petir menjadi permasalahan penting karena petir memiliki kemampuan
untuk merusak infrastruktur public khususnya pada sistem ketenagalistrikan.
Apabila petir tersebut mengenai langsung pada penghantar, maka kemungkinan
besar penghantar tersebut akan terputus karena gelombang petir dapat
menyebabkan tegangan impuls melebihi BIL (Basic Insulation Level) dari
penghantar. Apabila petir tersebut mengenai penghantar yang bukan sambaran
langsung tetapi induksi dari petir, maka gerak gelombang petir tersebut menjalar ke
segala arah dengan kata lain terjadi gelombang berjalan sepanjang jaringan yang
menuju titik lain[1].
Pada sistem transmisi saluran udara tak lepas dari gangguan terutama
sambaran petir. Sambaran petir yang menghantam jaringan transmisi dapat
mengakibatkan timbulnya gelombang berjalan yang berbentuk impuls pada
penghantar. Gelombang berjalan ini akan menyebabkan terjadinya tegangan lebih
(over voltage) dan dapat juga mengakibatkan terjadinya lompatan api (flashover).
Tegangan ini biasanya sampai lebih dari satu juta volt. Gangguan yang terjadi pada
saluran transmisi akan berupa gelombang berjalan.
Apabila petir menyambar Overhead Ground Wire, tegangan petir akan
merambat ke body tower dan kemudian di bumikan/ditanahkan oleh sitem
pentanahan tower itu sendiri dengan catatan, syarat tahanan pentanahan baik yaitu
<50 Ω.
Apabila petir menyambar konduktor fasa, petir akan mengalir mengalir ke
sepanjang konduktor fasa untuk mencari tahanan terkecil. Rod Gap akan
mengalirkan petir ke body tower kemudian dikebumikan atau ditanahkan. Dan
apabila Rod Gap tidak bisa mengalirkan petir, maka petir tersebut akan mengalir ke
sepanjang konduktor sampai masuk ke Gardu Induk. Proteksi pertama disistem
pentanahan dalam Gardu Induk adalah Lightning Arrester. Lightning Arrester
tersebut akan mentanahkan tegangan petir dan melewatkan tegangan sistem150 KV
yang mempunyai pentanahan yang tepat dan Lightning Arrester yang sesuai
maka gangguan akan diteruskan ke tanah.
19
Gambar 2.9 Skema sambararan petir dari Tower Transmisi sampai ke Gardu Induk[1]
2.5.3 Arus Bocor Pada Isolator Lightning Arrester
Arus bocor yaitu arus yang terjadi apabila suatu isolator pada Lightning
Arrester tidak memenuhi standar atau syarat, baik peralatan maupun tanah atau
ground. Proses timbulnya arus bocor diawali dengan adanya lapisan konduktif pada
permukaan isolator. Permukaan isolator memilki tahanan lstrik yang besar dalam
keaadaan yang bersih. Penyebab terjadinya kontaminasi pada permukaan isolator.
Arus bocor pada permukaan isolator terjadi disebabkan oleh penurunan nilai
tahanan pada permukaan isolator.
Apabila tegangan yang harus ditahan isolator melebihi kemampuan, maka
akan terjadi aliran arus pada permukaan isolator. Arus tersebut disebut juga arus
bocor atau arus rambat. Arus bocor yang terjadi pada permukaan bahan isolasi dari
isolator pasang luar tergantung kondisi polutan, temperature dan kondisi cuaca yang
menyebabkan kontaminasi pada permukaan.
2.6 Thermovisi
Thermovisi adalah suatu alat yang berfungsi untuk memvisualisasikan dan
mendeteksi sebuah suhu pada objek yang akan di tangkap dan di tampilkan oleh
sebuah display dengan teknologi inframerah pada bagian sepektrum radiasi
gelombang elektromagnetik[8].
20
Standard pengukuran thermovisi untuk membandingkan suhu klem dan
suhu konduktor pada persamaan 2.1 [8] :
∆T = ( 𝐈 𝐦𝐚𝐤𝐬
𝐈 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐭𝐡𝐞𝐫𝐦𝐨𝐯𝐢𝐬𝐢)2 . (T klem - T konduktor) (2.1)
Keterangan :
∆T = Selisih suhu klem terhadap konduktor
I maks = Arus maksimal
I saat thermovisi = Arus saat thermovisi
T klem = Suhu klem (sambungan)
T konduktor = Suhu konduktor
2.7 Leakage Current Measurement (LCM)
Leakage Current Measurement (LCM) adalah suatu alat / komponen
elektronik yang berfungsi untuk membaca / mendeteksi arus bocor pada Lightning
Arrester, kemudian dibaca oleh monitor dan ditampilkan oleh LCM500 unit via
wireless[4]. Contoh gambar dari LCM500 unit via wireless ditunjukkan pada
Gambar 2.3:
Gambar 2.10 LCM500 unit via wireless[1]
21
2.7.1 Batas Nilai Arus Bocor Resistif Pada Lightning Arrester
Tabel 2.1 batasan nilai pada arus bocor Lightning Arrester berdasarkan
tegangan Gardu Induk yang diberikan :
Tabel 2.1 Batasan Nilai Arus Bocor Resitif10]
Setelah mengetahui batasan nilai arus bocor pada Lightning Arrester, maka
terdapat rekomendasi hasil ukur Leakage Current Measurement pada Tabel
2.2:
Tabel 2.2 Rekomendasi Hasil Pengukuran Leakage Current Measurement[10]
% dari Ires, max Rekomendasi
≤ 90 Melakukan pengukuran LCM Tahunan
91 – 99 Melakukan pengukuran LCM 6 bulan kemudian
≥ 100 Melakukan penggantian LA
2.7.2 Prinsip Pengukuran Leakage Current Measurement (LCM)
Kondisi varistor ZnO pada Lightning Arrester ini dapat diketahui melalui
analisis arus bocor resistif dengan menggunakan prinsip dasar [4]:
1. Komponen non linear, ZnO, apabila diberikan tegangan sinusoidal maka
akan menghasilkan arus bocor dengan harmonisa.
2. Arus bocor memiliki berbagai macam harmonisa, seperti harmonisa orde
ke-3, 5 dan seterusnya, tetapi hanya Arus bocor resistif dan harmonisa
orde ke-3 yang dominan dalam menunjukkan kondisi Varistor ZnO.
3. Harmonisa dari tegangan sistem di luar Lightning Arrester ini dapat
mempengaruhi hasil dari pengukuran arus bocor, khususnya pada
harmonisa yang berasal dari stray capacitance sistem. Harmonisa yang
berasal dari luar Lightning Arrester tersebut dapat mempengaruhi hasil
KV Ires, Max (μA)
70 KV 100
150 KV 150
500 KV 250
22
daripengukuran LCM, sehingga kompensasi diperlukan untuk dapat
memperoleh hasil ukur yang lebih akurat.
2.7.3 Perhitungan Persentase Arus Bocor Lightning Arrester Menggunakan
LCM
Untuk mengetahui persentase arus bocor pada Lightning Arrester dapat
menggunakan persamaan pada 2.2 [10]:
% = 𝒏
𝑵 x 100 % (2.2)
Keterangan :
n = Nilai Korektif Arus Bocor (μA)
N= Batas Arus Bocor Pabrikan (μA)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan tujuan dari masalah yang akan diteliti berupa
penentuan tempat dari judul yang diambil. Sebelum itu peneliti sudah memiliki
gambaran atau alur mulai dari studi literatur dengan membaca beberapa buku,
jurnal atau makalah yang berkaitan dengan dasar teori dan konsep penelitian yang
nantinya dilaksanakan. Peneliti menentukan tempat atau objek penelitian pada
Gardu Induk 150 KV Cepu yang dimana Gardu Induk tersebut berada Jl. Pramuka
no : 66 Cepu, Desa Balun , Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini terdapat beberapa peralatan pendukung untuk menentukan uji
kelayaka arus bocor Lightning Arrester pada Gardu Induk 150 KV Cepu :
a. Single line diagram Gardu Induk 150 KV Cepu, seperti pada Gambar 3.1
[4]:
Gambar 3.1 Single line diagram Gardu Induk 150 KV Cepu
24
b. Data sekunder dari PLN tentang pengukuran dan perhitungan arus bocor
Lightning Arrester pada Gardu Induk 150 KV cepu menggunakan Leakage
Current Measuremen.
c. Data sekunder PLN tentang perhitungan dan pengukuran arus bocor Lightning
Arrester menggunakan Thermovisi.
3.3 Model Penelitian
Pada penyampaian tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskripsi
analisis. Adapun pengertian dari metode deskripsi analisis adalah suatu cara yang
berfungsi untuk menjelaskan atau gambaran terhadap objek yang akan diteliti
melalui data yang telah terkumpul dan terstruktur sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis secara umum.
3.4 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Gambar 3.2 menunjukkan
alur penelitian.
25
Gambar 3.2 Diagram alur penelitian
Berikut adalah penjabaran tahapan yang dilalui:
Tahap I
Pengumpulan data yang dianggap dibutuhkan dalam judul maupun
rumusan masalah yang telah dipilih. Data tersebut dintaranya adalah
Single line diagram Gardu Induk 150 KV Cepu, data pengukuran arus
bocor menggunakan alat Thermovisi, data pengkuran arus bocor
menggunakan alat Leakage Current Measurement.
Tahap II
Melakukan perhitungan dan pengukuran arus bocor Lightning Arrester
berdasarkan data sekunder dari PLN.
Tahap III
26
Menganalisa hasil perhitungan dan pengukuran arus bocor Lightning
Arrester dengan menggunakan alat Leakage Current Measurement.
Tahap IV
Menganalisa hasil perhitungan dan pengukuran arus bocor menggunakan
alat Thermovisi.
Tahap V
Melakukan perbandingan hasil perhitungan dan pengukuran dari data
perhitungan dan pengukuran arus bocor Lightning Arrester
menggunakan Leakage Current Measurement dan Thermovisi.
Tahap VI
Menentukan kelayakan arus bocor Lightning Arrester dari hasil
perhitungan dan pengukuran arus bocor Lightning Arrester.
TAhap VII
Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil perhitungan,
pengukuran dan analisis, yang tentunya kesimpulan ini tidak diambil
secara umum, melainkan melalui hasil akhir dan melihat dari tujuan dari
rumusan masalah pada judul yang telah dimbil.
27
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1 Data Pengukuran Arus Bocor Lightning Arrester
4.1.1 Data Pengukuran arus bocor Lightning Arrester menggunakan Leakage
Current Measurement (LCM)
Berdasarkan data sekunder dari PLN diperoleh hasil perhitungannya maka
akan dilakukan analisa serta membandingkan hasil tersebut data hasil perhitungan
sebelumnya.
Tabel 4.1 Data Sekunder PLN tentang pengukuran dan perhitungan arus bocor Lightning Arrester menggunakan Leakage Current
Measurement
28
Perhitungan persentase arus bocor Lighting Arrester menggunakan Leakage
Current Measurement menggunakan persamaan (2.2). Contoh pada BAY Blora
fasa R, diketahui nilai korelatif 7μA dan batasan arus bocornya 150 μA (nilai
diambil dari Tabel 4.1), maka:
% = 𝒏
𝑵 x 100 %
7
150 x 100 % = 0,04 x 100 % = 4 %
Untuk hasil perhitungan di BAY lain di perlihatkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Persentase Arus Bocor Lightning Arrester Menggunakan Leakage
Current Measuremen
No BAY Fasa Hasil Perhitungan
1. Blora 1 R 4 %
2. Blora 1 S 13 %
3. Blora 1 T 5 %
4. Blora 2 R 16 %
5. Blora 2 S 28 %
6. Blora 2 T 7 %
7. Bojonegoro 1 R 8 %
8. Bojonegoro 1 S 19%
9. Bojonegoro 1 T 3 %
10. Bojonegoro 2 R 518 %
11. Bojonegoro 2 S 60 %
12. Bojonegoro 2 T 30 %
13. Trafo 1 – 20 MVA R 47 %
14. Trafo 1 – 20 MVA S 54 %
15. Trafo 1 – 20 MVA T 52 %
16. Trafo 2 - 30 MVA R 50 %
17. Trafo 2 - 30 MVA S 42 %
18. Trafo 2 – 30 MVA T 45 %
29
Dari Tabel 4.2 hasil pengukuran dan perhitungan arus bocor dengan alat
Leakage Curren Measurement, dapat dinyatakan kinerja Lightning Arrester
tersebut. Apabila arus bocor yang dibumikan lebih dari nominal yang ditetapkan,
maka kinerja Lightning Arrester tersebut kurang maksimal. Dan sebaliknya apabila
jumlah arus bocor yang dibumikan kurang dari nominal yang ditetapkan, maka
dapat dinyatakan bahwa kinerja Lightning Arrester tersebut baik dan layak
beroperasi. Standar batasan arus bocor yang ditetapkan oleh PT PLN (PERSERO)
adalah 150 %.
Hasil pengukuran dan perhitungan dengan menggunakan alat uji Leakage
Current Measurement menunjukkan arus bocor yang dibumikan dari 18 Lightning
Arrester tersebut terdapat 1 Lightning Arrester yang melebihi standar batasan arus
bocor yang ditetapkan oleh PT PLN (PERSERO) yaitu 150 % di Bay Bojonegoro
2. Yang dimana hasil pengukuran dan perhitungan arus bocor tersebut melebihi
batas yang ditetapkan yaitu 518 %. Apabila Lightning Arrester di Bay Bojonegoro
2 masih tetap untuk dioperasikan dalam jangka panjang, maka dikhawatirkan terjadi
kegagalan pada Lightning Arrester di Bay Bojonegoro 2 dalam memproteksi
gangguan yang disebabkan oleh petir atau tegangan lebih. Maka dari itu Lightning
Arrester harus dilakuannya maintenance secara rutin karena dalam segi peforma
Lightning Arrester tersebut kurang maksimal untuk beroperasi.
4.1.2 Hasil Pengukuran, Perhitungan dan Grafik Arus Bocor Lightning Arrester
menggunakan Leakage Current Measurements
Tabel 4.3 BAY Penghantar Blora 1
Bay/Wilayah Fasa Batasan Arus
Bocor
Arus Resistif Nilai Korektif
Blora 1 R 150 μA 4 μA 7 μA
S 150 μA 13 μA 20 μA
T 150 μA 5 μA 8 μA
Berdasarkan Tabel 4.3 pada BAY Penghantar Blora 1 diketahui bahwa nilai arus
resistif fasa R,S,T adalah R = 4 μA, S = 13 μA, T = 5 μA dan nilai corrective fasa
R,S,T adalah R = 7 μA, S = 20 μA, T = 8 μA. Hal ini menandakan bahwa arus bocor
30
Lightning Arrester pada BAY Penghantar Blora dalam kondisi baik dan layak
beroperasi, karena tidak melebihi batasan arus bocor yang ditentukan yaitu 150 μA.
Tabel 4.4 BAY Penghantar Blora 2
Bay/Wilayah Fasa Batasan Arus
Bocor
Arus Resistif Nilai Korektif
Blora 2 R 150 μA 16 μA 24 μA
S 150 μA 28 μA 43 μA
T 150 μA 7 μA 11 μA
Berdasarkan Tabel 4.4 pada BAY Penghantar Blora 2 diketahui bahwa nilai arus
resistif fasa R,S,T adalah R = 16 μA, S = 28 μA, T = 7 μA dan nilai corrective fasa
R,S,T adalah R = 24 μA, S = 43 μA, T = 11 μA. Hal ini menandakan bahwa arus
bocor Lightning Arrester pada BAY Penghantar Blora 2 dalam kondisi baik dan
layak beroperasi, karena tidak melebihi batasan arus bocor yang ditentukan yaitu
150 μA.
Tabel 4.5 BAY Penghantar Bojonegoro 1
Bay/Wilayah Fasa Batasan Arus
Bocor
Arus Resistif Nilai Korektif
Bojonegoro 1 R 150 μA 8 μA 13 μA
S 150 μA 19 μA 29 μA
T 150 μA 3 μA 5 μA
Berdasarkan Tabel 4.5 pada BAY Penghantar Bojonegoro 1 diketahui
bahwa nilai arus resistif fasa R,S,T adalah R = 8 μA, S = 19 μA, T = 3 μA dan nilai
corrective fasa R,S,T adalah R = 13μA, S = 29 μA, T = 5 μA. Hal ini menandakan
bahwa arus bocor pada BAY Penghantar Bojonegoro 1 dalam keadaan baik dan
layak beroperasi, karena tidak melebihi batasan arus arus bocor yang ditentukan
yaitu 150 μa.
Tabel 4.6 BAY Penghantar Bojonegoro 2
Bay/Wilayah Fasa Batasan Arus
Bocor
Arus Resistif Nilai Korektif
Bojonegoro 2 R 150 μA 518 μA 778 μA
S 150 μA 60 μA 90 μA
T 150 μA 30 μA 46 μA
31
Berdasarkan Tabel 4.6 pada BAY Penghantar Bojonegoro 2 diketahui
bahwa nilai arus resistif R,S,T adalah R = 518 μA, S = 60 μA, T = 30 μA dan nilai
corrective R,S,T adalah R = 778 μA, S = 90 μA, T = 46 μA. Hal ini menandakan
bahwa arus bocor Lightning Arrester pada BAY Penghantar Bojonegoro 2 dalam
kondisi kurang bagus, karena melebihi batasan arus bocor yang ditentukan yaitu
150 μA. Yang dimana nilai arus resistif fasa R = 518 μA dan nilai corrective fasa R
= 778 μA. Maka dari itu Lightning Arrester fasa R harus dilakukan maintenance
secara rutin untuk menunjang performanya.
Tabel 4.7 BAY Trafo 1 – 20 MVA
Bay/Wilayah Fasa Batasan Arus
Bocor
Arus Resistif Nilai Korektif
Trafo 1 – 20 MVA R 150 μA 47 μA 72 μA
S 150 μA 54 μA 81 μA
T 150 μA 52 μA 78 μA
Berdasarkan Tabel 4.7 pada BAY Trafo 1 – 20 MVA diketahui bahwa nilai
arus resitif fasa R,S,T adalah R = 47 μA, S = 54 μA, T = 52 μA dan nilai corrective
fasa R,S,T adalah R = 72 μA, S = 81 μA, T = 78 μA. Hal ini menandakan bahwa
arus bocor Lightning Arrester pada BAY Trafo 1 – 20 MVA dalam kondisi baik
dan layak beroperasi, karena tidak melebihi batas yang ditentukan yaitu 150 μA.
Tabel 4.8 BAY Trafo 2 – 30 MVA
Bay/Wilayah Fasa Batasan Arus
Bocor
Arus Resistif Nilai Korektif
Trafo 2 – 30 MVA R 150 μA 50 μA 75 μA
S 150 μA 42 μA 63 μA
T 150 μA 45 μA 68 μA
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa pada BAY Trafo 2 – 30 MVA
diketahui bahwa nilai arus resistif fasa R, S, T adalah R = 50 μA, S = 42 μA, T =
45 μA dan nilai corrective fasa R, S , T adalah R = 75 μA, S = 63 μA, T = 68 μA.
Hal ini menandakan bahwa arus bocor Lightning Arrester pada BAY Traf0 2 – 30
MVA dalam kondisi baik dan layak beroperasi, karena tidak melebihi batasan arus
bocor yang ditentukan yaitu 150 μA.
32
Tabel 4.9 Data Sekunder PLN tentang pengukuran dan Perhitungan arus bocor Lightning Arrester
menggunakan Thermovisi
No Objek/Instalasi Arus tertinggi
yang pernah
dicapai
Arus
saat
shooting
Suhu
klem saat
shooting
Suhu
konduktor saat
shooting
Selisih suhu
terhadap
konduktor
Tindak lanjut selisih
klem terhadap
konduktor
Bay Trafo 1 60MVA
1. Terminal La Fasa R 80 60 30 28 4 KONDISI BAIK
2. Terminal LA Fasa S 80 60 32 28 7 KONDISI BAIK
3. Terminal LA Fasa T 80 60 33 28 9 KONDISI BAIK
4. Body LA Fasa R 80 60 32 28 7 KONDISI BAIK
5. Body LA Fasa S 80 60 31 28 5 KONDISI BAIK
6. Body LA Fasa T 80 60 31 28 5 KONDISI BAIK
Bay Trafo 2 30MVA
7. Terminal La Fasa R 60 45 32 28 7 KONDISI BAIK
8. Terminal LA Fasa S 60 45 32 28 7 KONDISI BAIK
9. Terminal LA Fasa T 60 45 32 28 7 KONDISI BAIK
10. Body LA Fasa R 60 45 32 28 7 KONDISI BAIK
11. Body LA Fasa S 60 45 33 28 9 KONDISI BAIK
12. Body LA Fasa T 60 45 32 28 7 KONDISI BAIK
Bay Penghantar
Bojonegoro 1
13. Terminal La Fasa R 120 95 32 30 3 KONDISI BAIK
14. Terminal LA Fasa S 120 95 33 30 5 KONDISI BAIK
15. Terminal LA Fasa T 120 95 33 30 5 KONDISI BAIK
16. Body LA Fasa R 120 95 34 30 6 KONDISI BAIK
17. Body LA Fasa S 120 95 30 30 0 KONDISI BAIK
18. Body LA Fasa T 120 95 32 30 3 KONDISI BAIK
Bay Penghantar
Bojonegoro 2
19. Terminal La Fasa R 120 100 32 30 3 KONDISI BAIK
20. Terminal LA Fasa S 120 100 31 30 1 KONDISI BAIK
21. Terminal LA Fasa T 120 100 31 30 1 KONDISI BAIK
22. Body LA Fasa R 120 100 31 30 1 KONDISI BAIK
23. Body LA Fasa S 120 100 32 30 3 KONDISI BAIK
24. Body LA Fasa T 120 100 31 30 1 KONDISI BAIK
33
No Objek/Instalasi Arus tertinggi
yang pernah
dicapai
Arus
saat
shooting
Suhu
klem saat
shooting
Suhu
konduktor saat
shooting
Selisih suhu
terhadap
konduktor
Tindak lanjut selisih
klem terhadap
konduktor
Bay Penghantar
Blora 1
25. Terminal La Fasa R 60 50 32 30 3 KONDISI BAIK
26. Terminal LA Fasa S 60 55 31 30 1 KONDISI BAIK
27. Terminal LA Fasa T 60 55 31 30 1 KONDISI BAIK
28. Body LA Fasa R 60 55 31 30 0 KONDISI BAIK
29. Body LA Fasa S 60 55 32 30 0 KONDISI BAIK
30. Body LA Fasa T 60 55 31 30 0 KONDISI BAIK
Bay Penghantar
Blora 2
31. Terminal La Fasa R 60 55 31 30 1 KONDISI BAIK
32. Terminal LA Fasa S 60 55 31 30 1 KONDISI BAIK
33. Terminal LA Fasa T 60 55 30 30 0 KONDISI BAIK
34. Body LA Fasa R 60 55 30 30 0 KONDISI BAIK
35. Body LA Fasa S 60 55 30 30 0 KONDISI BAIK
36. Body LA Fasa T 60 55 33 30 4 KONDISI BAIK
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan menggunakan alat Thermovisi
meggunakan persamaan pada (2.1). Contoh pada Bay Trafo 1 – 60MVA diketahui
I maks = 80 A, I saat Thermovisi = 60 A, Tklem = 30 oC, Tkonduktor = 28 oC.
(Nilai diambil dari Tabel 4.9), maka:
∆T = ( 𝐈 𝐦𝐚𝐤𝐬
𝐈 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐭𝐡𝐞𝐫𝐦𝐨𝐯𝐢𝐬𝐢)2 . (T klem - T konduktor)
Terminal LA Fasa R = (80A
60A)2 . (30 oC – 28 oC) = 4 oC
Hasil perhitungan di BAY lain, diperlihatkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil perhitungan arus bocor LA menggunakan Thermovisi
NO Objek yang diteliti Hasil Perhitungan
Bay Trafo 1 60 MVA
1. Terminal LA Fasa R 4 oC
2. Terminal LA Fasa S 7 oC
34
NO Objek yang diteliti Hasil Perhitungan
3. Terminal LA Fasa T 9 oC
4. Body LA Fasa R 7 oC
5. Body LA Fasa S 5 oC
6. Body LA Fasa T 5 oC
Bay Trafo 2 30 MVA
7. Terminal LA Fasa R 7 oC
8. Terminal LA Fasa S 7 oC
9. Terminal LA Fasa T 7 oC
10. Body LA Fasa R 7 oC
11. Body LA Fasa S 9 oC
12. Body LA Fasa T 7 oC
Bay Penghantar Bojonegoro 1
13. Terminal LA Fasa R 3 oC
14. Terminal LA Fasa S 5 oC
15. Terminal LA Fasa T 5 oC
16. Body LA Fasa R 6 oC
17. Body LA Fasa S 5 oC
18. Body LA Fasa T 3 oC
Bay Penghantar Bojonegoro 2
19. Terminal LA Fasa R 3 oC
20. Terminal LA Fasa S 1 oC
21. Terminal LA Fasa T 1 oC
22. Body LA Fasa R 1 oC
23. Body LA Fasa S 1 oC
24. Body LA Fasa T 1 oC
Bay Penghantar Blora 1
25. Terminal LA Fasa R 3 oC
26. Terminal LA Fasa S 1 oC
27. Terminal LA Fasa T 1 oC
35
NO Objek yang diteliti Hasil Perhitungan
28. Body LA Fasa R 0 oC
29. Body LA Fasa S 0 oC
30. Body LA Fasa T 0 oC
Bay Penghantar Blora 2
31. Terminal LA Fasa R 1 oC
32. Terminal LA Fasa S 1 oC
33. Terminal LA Fasa T 0 oC
34. Body LA Fasa R 0 oC
35. Body LA Fasa S 0 oC
36. Body LA Fasa T 4 oC
Ditinjau berdasarkan data pengukuran beserta perhitungannya diperoleh hasil
Analisa sebagai berikut :
1. Bay Trafo 60 MVA pada Terminal fasa R, S dan T diketahui bahwa R = 4 oC,
S = 7 oC, T = 9 oC, dan pada Body LA pada fasa R,S dan T adalah R = 7 oC, S
= 5 oC, T = 5 oC. Hal ini menandakan bahwa kondisi LA baik karena suhunya
tidak melebihi batas yang telah ditetapkan yaitu 10 oC dan maka dari itu LA
layak untuk beroperasi.
2. Bay Trafo 30 MVA pada Terminal fasa R,S dan T diketahui bahwa R = 7 oC,
S = 7 oC, T = 7 oC dan pada Body LA pada fasa R,S dan T adalah R = 7 oC, S
= 9 oC, T = 7 oC. Hal ini menandakan bahwa kondisi LA baik karena suhunya
tidak melebihi batas yang telah ditetapkan yaitu 10 oC dan maka dari itu LA
layak untuk beroperasi.
3. Bay Penghantar Bojonegoro 1 pada Terminal LA fasa R,S dan T adalah R = 3
oC, S = 5 oC, T = 5 oC dan pada Body LA fasa R, S dan T adalah R = 6 oC, S
= 5 oC, T = 3 oC. Hal ini menandakan bahwa kondisi LA baik karena suhunya
tidak melebihi batas yang telah ditetapkan dan maka dari itu LA layak untuk
beroperasi.
4. Bay Penghantar Bojonegoro 2 pada Terminal LA fasa R,S dan T adalah R = 3
oC, S = 1 oC, T = 1 oC dan pada Body LA fasa R, S dan T adalah R =1 oC, S =
36
1 oC, T = 1 oC. Hal ini menandakan bahwa kondisi LA baik karena suhunya
tidak melebihi batas yang ditetapkan dan maka dari itu LA layak untuk
beroperasi.
5. Bay Penghantar Blora 1 pada Terminal R, S dan T adalah R = 3 oC, S = 1 oC,
T = 1 oC dan pada Body LA fasa R, S dan T adala R = 0 oC, S = 0 oC, T = 0 oC.
Hal ini menandakan bahwa kondisi LA baik karena suhunya tidak melebihi
batas yang ditetapkan dan maka dari itu LA layak untuk beroperasi.
6. Bay Penghantar Blora 2 pada Terminal R, S dan T adalah R = 1 oC, S = 1 oC,
T = 0 oC dan pada Body LA fasa R, S dan T adalah R = 0 oC, S = 0 oC, T = 4
oC. Hal ini menandakan bahwa kondisi LA baik karena suhunya tidak
melebihi batas yang ditetapkan dan maka dari itu LA layak untuk beroperasi.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
diantaranya sebagai berikut :
1. Cara menentukan persentase arus bocor Lightning Arrester menggunakan
Leakage Current Measurement diketahui bahwa pada Bay Penghantar
Bojonegoro 2 diketahui bahwa nilai arus resistif fasa R = 518 μA dan nilai
corrective fasa R = 778 μA. Sesuai batas yang di tentukan dari PLN yaitu
150 μA, hal ini menandakan bahwa kondisi Lightning Arrester kurang
baik dan harus dilakukan maintenance atau bisa jua dilakukan
penggantian Lightning Arrester.
2. Setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan arus bocor menggunakan
Thermovisi yang berdasarkan data sekunder dari PLN terdapat 36
sambungan dalam kondisi baik dan tidak melebihi batas suhu yang telah
ditentukan yaitu 10 oC.
3. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan arus bocor Lightning
Arrester menggunakan Leakage Current Measurement pada BAY
Penghantar Bojonegoro 2 fasa R kondisinya kurang baik dan perlu
dilakukan maintenance karena melebihi batas nilai resitif yang sudah
ditentukan. Dan hasil pengukuran dan perhitungan Lightning Arrester
menggunakan Thermovisi terdapat 36 sambungan semuanya dalam
kondisi baik dan layak untuk beroperasi.
5.2 Saran
1. Pada BAY Penghantar Bojonegoro 2 seharusnya dilakukan maintenance
secara rutin untuk menunjang performa Lightning Arrester fasa R karena
melebihi batas arus bocor yang ditentukan yaitu 150 μA. Karena setelah
dilakukan pengukuran dan perhitungan terdapat nilai arus resistif fasa R
= 518 μA dan nilai corrective fasa R = 778 μA.
38
2. Untuk pengukuran suhu Lightning Arrester menggunakan Thermovisi
seharusnya dilakukan secara rutin supaya diketahui kondisi suhu pada
Lightning Arrester.
DAFTAR PUSTAKA
[1] I. P. Ramadhan, “KINERJA LIGHTNING ARRESTER YANG BERUSIA LEBIH
DARI 30 TAHUN DI GARDU INDUK 150 kV SRONDOL PT.PLN (PERSERO) UPT
SEMARANG,” 2019.
[2] E. R. Ibnu Hajar, “Kajian Pemasangan Lightning Arrester Pada Sisi Hv Transformator
Daya Unit Satu Gardu Induk Teluk Betung,” Energi & Kelistrikan, vol. 9, no. 2, pp.
168–179, 2018, doi: 10.33322/energi.v9i2.42.
[3] BAHARUDDIN ANWAR, “PENENTUAN HOT POINT DENGAN
MENGGUNAKAN METODE THERMOVISI PADA GARDU INDUK 150 KV
PURWODADI Disusun,” J. Abdimas Dewantara, vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2018,
doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[4] P. PLN, PEDOMAN PEMELIHARAAN LIGHTENING ARRESTER. jakarta, 2014.
[5] A. syakur, A. Warsito, and L. Nilawati, “Kinerja Arrester Akibat Induksi Sambaran
Petir,” Kinerja Arrester Akibat Induksi Sambaran Petir, vol. 11, no. 1, pp. 9–15, 2016,
doi: 10.12777/transmisi.11.1.9-15.
[6] N. H. Saputro, “Analisa Pentanahan Kaki Menara Transmisi 150 KV Rembang-Blora
Bertahanan Tinggi dan Usaha Menurunkannya,” p. 4, 2016.
[7] R. Nurhaidi and M. Rajagukguk, “‘PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER
PADA GARDU INDUK (GI) 150 kV SIANTAN MENGGUNAKAN METODE
OPTIMASI,’” pp. 1–8, 2015.
[8] R. R. Putra, “Thermovisi Dalam Melihat Hot Point Pada Gardu Induk 150,” Fak. Tek.
Elektro, Univ. Muhammadiyah Surakarta, p. 15, 2018.
[9] A. Sofwandan and S. A. Kusuma, “PENDETEKSIAN DINI TERHADAP ARUS
BOCOR KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH PADA TRANSFORMATOR
150 / 20kV,” Sinusoida, vol. XX, no. 2, p. 69, 2018.
[10] C. Widyastuti, “PERHITUNGAN PERSENTASE ARUS BOCOR LIGHTNING
ARRESTER PADA BAY TRAFO 1 DI GARDU INDUK CIKUPA 150 KV,” 2020.