Memasukan kualitas lingkungan dapat memperkecil keuntungan perusahaan?

17
KONFLIK LINGKUNGAN ANTAR PIHAK MANAJEMEN LINGKUNGAN Presented on April 25, 2015 North Sumatera University Graduate School of Environmental Management

Transcript of Memasukan kualitas lingkungan dapat memperkecil keuntungan perusahaan?

KONFLIK LINGKUNGAN ANTAR PIHAK

MANAJEMEN LINGKUNGAN

Presented on April 25, 2015North Sumatera University

Graduate School of Environmental Management

Mengapa memasukan unsur kualitas lingkungan dapat memperkecil keuntungan perusahaan?

Pemikiran konvensional, memasukan unsur kualitas lingkungan akan memperkecil laba perusahaan.Peningkatan kualitas lingkungan menyebabkan perusahaan menambah modal untuk pengadaan unit khusus pengolahan limbah.Unit pengolahan limbah dianggap tidak menambah keuntungan bagi perusahaan, hanya menambah biaya pengeluaran semata.

Ini sebagaimana digambarkan dalam kurva berikut:

Cost

or

reve

nue

Maximum profit

TR=20q

TCp=2q2

MCp=4qPrice=$20

Quantity

21 3 4 5 6 7

120

20406080100

Figure Illustration of profit maximisation (without environmental costs)

Banyak perusahaan berusaha keras memoles citra mereka dan menampilkan diri sebagai progresif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Walaupun sebenarnya mereka telah mengubah daratan menjadi gurun dan lautan menjadi zona mati.

Sayangnya, seperti tokoh terkenal Mark Twain pernah berkata, "Lebih mudah membodohi orang daripada meyakinkan mereka bahwa mereka telah tertipu ".

Laporan PBB : Tak Ada Perusahaan Untung Jika Memasukan Biaya Lingkungan

Dengan sistem sekarang, hampir setiap perusahaan mengeksternalisasi biaya baik lingkungan dan sosial.

Perumpamaan biaya eksternalisasi adalah seperti membuat orang lain membayar sebagian atau seluruh biaya Anda. Misalnya, eksternalisasi perusahaan minyak dan gas BP adalah biaya bencana lingkungan Deepwater Horizon. BP mengambil semua keuntungan tetapi membuat pemerintah membayar upaya perbaikan secara buruk untuk menghentikan krisis lingkungan tersebut.

Trucost atas nama Program The Economics of Ecosystems and Biodiversity (TEEB) di bawah Program Lingkungan PBB memberikan laporan hasil penelitian bagaimana uang yang diperoleh oleh industri-industri terbesar di planet ini, dan kemudian membandingkan pengeluaran mereka dengan 100 jenis biaya lingkungan.

Untuk membuatnya lebih mudah, Trucost memperkecil 100 kategori ini menjadi 6 kategori saja: penggunaan air, penggunaan lahan, emisi gas rumah kaca, polusi limbah, polusi tanah, dan polusi air.

Laporan ini menyebutkan bahwa dengan memasukan biaya-biaya eksternal dalam perusahaan, industri tidak mendapat laba. Industri-industri besar pencetak laba seperti industri minyak, daging, tembakau, pertambangan, elektronik, telah membayar demi masa depan dengan melakukan perdagangan berkelanjutan untuk kepentingan bersama. Faktanya, kadang-kadang biaya lingkungan jauh melebihi pendapatan, yang berarti bahwa industri ini akan merugi setelah mereka membayar kerusakan ekologis (eksternalitas) yang mereka timbulkan.

Sebagai contoh, dalam hal penggunaan lahan dan air malah hampir tidak ada perusahaan yang benar-benar membayar setara dengan apa yang mereka ambil dari ekosistem. Misalnya saja perusahaan raksasa Nestle yang menyedot air dalam tanah tanpa batas sehingga menyebabkan kekeringan di California tapi membayar eksternalitas dengan harga yang murah. Kemudian Nestle menjual produk yang telah diolah dengan air tanah tersebut kembali ke masyarakat yang terkena dampak kekeringan dan mendapat keuntungan sekitar $ 4 miliar per tahun (berdasarkan data 2012).

Bahkan fakta yang lebih menakutkan dalam semua ini adalah bahwa biaya tidak langsung dari industri “hilir” sebenarnya lebih besar. Berikut adalah 5 sektor teratas dengan biaya sangat besar.

Industri daging dan batubara mungkin adalah pelanggar terbesar. Jika melihat tabel 2 di atas, tampak bahwa peternakan di Amerika Selatan menimbulkan biaya lingkungan yang lebih tinggi 18 kali dari semua pendapatan yang hasilkan. Fakta yang tak kurang mengejutkan adalah sekitar 91% kerusakan hutan hujan Amazon didorong oleh pengembangan sektor peternakan.

Berapa banyak uang perusahaan harus dikeluarkan, jika mereka benar-benar memperbaiki kerusakan lingkungan atau membayar untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan? Jadi, sekarang telah sangat jelas bahwa sistem saat ini sangat koruptif/lemah.

kita harus meminta perusahaan berhenti berpura-pura "bertanggung jawab terhadap lingkungan" ketika mereka berperilaku lebih buruk daripada anak nakal yang pernah anda temui.

Bayangkan jika seseorang datang dan menghancurkan dapur anda untuk membuatkan anda sepotong roti dengan mentega, kemudian meminta uang untuk roti tersebut? Bukankah konyol jika ia mengatakan bahwa ia adalah juru masak yang bertanggung jawab.

Perlu mencari dan mendukung solusi yang sebenarnya.

Boikot dan kampanye melawan produk "murah" yang sebenanya “mahal” karena merusak lingkungan.

Menekan pemerintah untuk mengubah peraturan.

Apakah kita harus mengharapkan perusahaan untuk berubah jika tidak konsumen atau pemerintah yang memaksa mereka?

Rekomendasi dari Trucost terkait dengan biaya-biaya lingkungan untuk menghapus "eksternalitas."

Contoh perusahaan yang memasukan unsur kualitas lingkungan dalam tujuan perusahaan dapat meningkatkan keuntungan?

Dalam pemikiran terkini, memasukan unsur kualitas lingkungan dapat meningkatkan profit perusahaan.

Citra atau brand perusahaan yang eco friendly meningkat.

Konsumen bersedia membayar (WTP) lebih banyak produk yang sudah bersertifikasi lingkungan.

Selain itu, perusahaan dapat mereduksi konflik lingkungan dengan berbagai kelompok dimana hal ini juga mengurangi biaya.

Salah satu perusahaan yang menonjol adalah perusahaan kosmetik asal Inggris yang bernama BODY SHOP

Body Shop memiliki nilai2 (values) yang mencerminkan kepedulian lingkungan mereka yaitu:against animal testing, support community trade, activate self esteem, defend human rights, dan protect our planet.

Nilai ini memotivasi konsumen untuk membeli produk.

Pendiri Body Shop, Anita Roddick telah bekerja keras demi mimpi dan visinya untuk memastikan bahwa perusahaannya, The Body Shop® lebih dari sekedar mencari keuntungan finansial belaka.

Kisah fenomenal Anita Roddick dan The Body Shop ® banyak mengilhami perusahaan-perusahaan global dalam menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR).

Anita mengutamakan keseimbangan antara perkembangan dan keuntungan perusahaan dengan program pro lingkungan dan keadilan sosial.

SEKIAN

Sumber: Link: http://www.exposingtruth.com/new-un-report-finds-almost-no-industry-profitable-if-environmental-costs-were-included/ , akses tanggal 21 April 2015

Thampapillai, DJ. Environmental Economics, Melbourne; Oxford University Press

Wikipedia.com Diolah dari berbagai sumber internet