Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari ...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari Ilmu manajemen. Karena itu
teori – teori manajemen umumnya menjadi dasar pembahasannya. Adapun pengertian
manajemen itu sendiri menurut Hasibun (2005:9) mengatakan bahwa:
“ Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya –
sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Unsur manajemen sumber daya manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja
pada suatu perusahaan. Dengan demikian fokus yang dipelajari oleh manajemen sumber daya
manusia hanyalah masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja dan manusia saja. Untuk
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengertian manajemen sumber daya manusia,
yaitu menurut Mangkunegara (2007:2) adalah
“ Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberi balas jasa,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai
tujuan organisasi”.
Adapun pendapat lain menurut Madura (2001) yaitu:
“ Manajemen sumber daya manusia adalah proses memperoleh, melatih dan memberikan
kompensasi kepada karyawan, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan
keamanan, serta masalah keadilan”.
Dari definisi diatas, maka dapat di simpulakan bahwa manajemen sumber daya manusia
berkaitan dengan pengelolaan individu – individu yang di atur menurut fungsi – fungsinya
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pelatihan, pengembangan,
dan penggunaan sumber daya manusia agar efektif dan efisien sehingga individu ini dapat
memberikan kontribusi terbaiknya untuk mewujudkan tujuan organisasi.
8
2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Mnusia
Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Malayu S.P Hasibuan (2005:21)
meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan ( human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja sehingga
efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sehingga akan
membantu tercapainya tujuan perusahaan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adlan kegiatan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi dengan koordinasi dalam bagan organisasi.
3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan yang di
lakukan oleh pimpinan kepada bawahan agar mau bekerja sama dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan.
4. Pengadilan
Pengadilan adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan
– peraturan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau
kesalahan, maka di adakan perbaikan atau penyempurnaan rencana.
5. Pengadaan
Pengadaan (Procurement) adalah proses seleksi, penempatan, orientasi dan induksi
untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
6. Pengembangan
Pengenbangan (Development) adlah proses peningkatan ketrampilan melalui
pendidikan dan pelatihan.
7. Kompensasi
Kompensasi (Compensation) adalah proses pemberian balas jasa yang adil dan layak
kepada karyawan sesuai dengan kontribusi yang diberikan.
8. Pengintegrasi
Pengintegrasi (Integration) adalah kegiatan mempersatukan kepentingan perusahaan
dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling
menguntungkan.
9. Pemeliharaan
9
Pemeliharaan (Maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan. Agar mereka tetap mau bekerja sama
sampai pensiun.
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan – peraturan
perusahaan dan norma – norma sosial. Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen
sumber daya manusia yang terpenting dan kunci mewujudkan tujuan.
11. Pemberentian
Pemberentian (Separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaan.
Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui pengetian dan fungsi manajemen sumber daya
manusia, dimana seluruh kegiatan melakukan fungsi manajemen sumber daya manusia
tersebut untuk mewujudkan sasaran pokok manajemen sumber daya manusia, yaitu
mendayagunakan secara optimal sumber daya manusia di dalam organisasi.
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Menurut Mangkunegara (2005:61) yaitu “ Motivasi terbentuk dari sikap (attitude),
karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan
kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk
mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap
situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.
Selanjutnya, menurut Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2009: 76 – 78) yaitu “
Motivasi merupakan proses pemberian dorongan kepada anak buah supaya anak buah dapat
bekerja sejalan dengan batasan yang diberikan guna mencapai tujuan organisasi secara
optimal. Pengertian proses pemberian dorongan tersebut adalah serangkaian aktifitas yang
harus dilalui atau dilakukan untuk menumbuhkan dorongan kepada pegawai untuk bekerja
sejalan dengan tujuan organisasi.
Marihot AMH Manulang (2006:165) berpendapat, istilah motif sama dengan kata – kata
motive, motip, dorongan, alasan dan driving force. Motif tenaga pendorong yang mendorong
10
manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia, yang menyebabkan
manusia bertindak.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil optimal.
Untuk memotivasi pegawai, seorang pemimpin harus mengetahui motif dan motivasi yang
diinginkan pegawai. Orang mau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik
kebutuhan yang di sadari maupun kebutuhan yang tidak di sadari, berbentuk material atau
non material, kebutuhan fisik mauoun rohani. G.R. Terry mengemukakan dalam Hasibuan
(2005: 141-146) bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seorang induvisu
yang merangsangnya untuk melakukan tindakan – tindakan, seperti :
a. Meningkatnya moral dan kepuasan kerja pegawai
b. Meningkatkan produktifitas kerja pegawai
c. Mempertahankan kestabilan pegawai
d. Mengefektifkan pengadaan pegawai
e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
f. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi pegawai
g. Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai
h. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas – tugasnya
i. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat – alat dan bahan baku
Hal – hal yang menyebabkan terjadinya demotivasi di perusahaan atau lembaga –
lembaga menurut Suryadi (2005 : 29) yaitu :
• Kurangnya pujian atau penghargaan kepada pegawai
• Kritik yang tidak objektif, dimarahi di muka umum, penghinaan
• Atasan yang malas, tidak pandai, tetapi berpangkat tinggi
• Reward yang di berikan tidak sesuai dengan harapan pegawai
• Target yang terlalu mudah dicapai
• Atasan yang mengharuskan hasil, tanpa menyediakan sarana
• Tidak adanya kejelasannya mengenai hasil yang harus dicapai
• Tanggung jawab tanpa wewenang
• Perubahan yang terlalu sering
• Atasan yang royal untuk dirinya, tetapi kikir terhadap bawahan
11
• Yang mudah naik pangkat hanya anggota keluarga, suku, ras atau agama tertentu
• Pesaingan yang terlalu berat
• Visi adan misi perusahaan atau lembaga hanya untuk kesejahteraan orang – orang
tertentu
• Tidak dilibatkan dalam penetapan keputusan yang mengenai tugas dirinya
Motivasi dalam bahasa inggris disebut “Motivation” yang berasal dari bahasa
latin“moveren" yang dimaksud dengan “menggerakan” (Oemar : 2006). Dalam artian
seseorang akan melakukan sesuatu (bergerak) jika didasari untuk kehendak atau keinginan
tertentu. Kehendak atau keinginan itu dapat pula dikatakan motif atau yang mengakibatkan
munculnya perilaku.
2.2.2 Jenis Motivasi
Menurut Sunarni dan Istanti (2007) motivasi sebagai kekuatan mental individu
memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
� Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang di dasarkan pada motif - motif dasar, motif
dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Mc, Dougal dalam
Dimyati tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan
dorongan mencapai kepuasan.
� Motivasi Sekunder
Motivasi adalah motivasi yang dipelajari. Motif ini dikaitkan dengan motif sosial,
sikap dan emosi dalam bekerja, sehingga motivasi sekunder sangat penting dikaitkan
oleh pegawai dalam usaha pencapaian kinerja atau pekerjaan.
2.2.3 Ciri – ciri Motivasi
Menurut Sardiman (2006 – 83) motivasi pada diri seseorang itu memiliki ciri – ciri:
� Tekun menghadapi tugas
� Ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa)
� Menunjukan minat terhadap bermacam – macam masalah
� Lebih senang bekerja mandiri
� Tidak cepat bosan terhadap tugas – tugas rutin
12
� Dapat mempertahankan pendapatannya
� Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini
� Senang mencari dan memecahkan masalah
Menurut Edwin B. Flippo yang dikutio dari Malayu P Hasibuan dilakukan oleh pimpinan
dalam memberikan motivasi kepada para karyawannya berupa :
1. Upah atau gaji yang layak
2. Pemberian Intensif
3. Memperhatiakn rasa harga diri
4. Memenuhi kebutuhan rohani
5. Memenuhi kebutuhan berpartisipasi
6. Menempatkan pegawai pada tempat yang tepat
7. Menimbulkan rasa aman di masa depan
8. Memperhatiakan lingkungan tempat kerja
9. Memperhatiakn kesempatan untuk maju
10. Menciptakan persaingan yang sehat
Motivasi sering di bicarakan sebagai subjek yang kritis dalam lapangan dari perilaku
organisasi. Meliki karyawan yang termotivasi saat melakukan pekerjaan mereka adalah suatu
tujuan yang diinginkan perusahaan agar perusahaan bisa terus maju. Perusahaan yang
dianggap suses adalah perusahaan yang sebagian besar karyawannya termotivasi, yang daoat
dijelaskan dengan hubungan antara motivasi yang tinggi dan produktivitas karyawan. ( Dr.
Hamad S. Alduaij : 2013 )
Menurut Harry Murti dan Veronika Agustini S, 2013 yaitu motivasi merupakanakibat dari
suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa
tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya.
2.2.4 Meningkatkan Motivasi
Dalam upaya meningkatkan motivasi kerja diperlukan peran pemimpin atau atasan, peran
pekerja sendiri dan peran organisasi. Munandar, 2008
� Peran pemimpin atau atasan
Cara pokok yang dilakukan atasan untuk meningkatkan motivasi yaitu :
13
- Pemimpin bersikap keras kepada karyawannya, dengan memaksimalkan karyawan
untuk bekerja keras atau memberikan ancaman
- Bersama – sama dengan karyawan menetapkan tujuan yang bermakna, sesuai
dengan keamapuan, yang dapat dicapai melalui prestasi kerja yang tinggi
- Atasn perlu mengenali sasaran yang bernilai tinggi dari bawahannya agar dapat
membenatu karyawannnya untuk mencapainya dengan demikian atasan
memotivasi karyawannya.
� Peran pekerjaan atau karyawan
Hal ini berkaitan denga tipe – tipe karyawan yaitu orang – orang yang bertipe X yang
bersikap malas, menghindari tanggung jawab dan harus terus dikendalikan.
Sedangkan orang tipe Y cenderung bersikap rajin, berambisi untul maju, dan
senantiasa mengembangkan dirinya sehingga tampak perbedaan peran karyawan
dalam meningkatkan motivasi.
� Peran Organisasi
Bernagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat ‘menarik dan mendorong’
motivasi kerja seseorang tenaga kerja. Kebijakan yang mampu ‘menarik’ motivasi
kerja karyawan adalah kebijakan dibidang imbalan keungan. Beberapa hal yang dapay
dijadikan alat untuk meningkatkan motivasi karyawan sehingga terdorong dan
semangat dalam pekerjaan.
2.2.5 Dimensi – dimensi Motivasi
Dimensi – dimensi motivasi kerja menurut Robbins dalam buku Vietzhal dan Sagala (
2008 : 838) ada 5 kebutuhan yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis ( Physiological Needs) : yaitu kebutuhan akan pakaian, tempat
tinggal dan keterkecukupannya jasmani dan rohani.
2. Kebutuhan Rasa Aman ( Safety Needs) : yaitu kebutuhan akan perlindungan dari
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, adanya jaminan hari tua.
3. Kebutuhan Sosial ( Social Needs) : yaitu kebutuhan akan interaksi, afiliasi, hubungan
persahabatan dan kekompakan dalam kerja berkelompok.
4. Kebutuhan Penghargaan ( Esteem Needs) : yaitu kebutuhan atas rasa hormat dan
saling menghargai atas pekerjaan atau keahlian dan prestasi yang dimiliki.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs) : yaitu kebutuhan atas bakat,
potensi dan kualitas yang harus dipenuhi.
14
2.3 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen.
Meskipun lingkungan kerja tidak melaksnakan proses produksi dalam suatu perusahaan,
namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang
melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi
karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai
akan dapat menurunkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat
menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan.
Beberapa ahli mendefinisikan lingkungan kerjan sebagai berikut:
Menurut Marwansyah (2010) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar
para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
diembankan.
Lingkungan kerja juga menunjuk pada hal-hal yang berada di sekeliling dan melingkupi
kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan
oleh pimpinan. Sopiah (2008).
Hani Handoko (2008) Lingkungan kerja adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi dalam
dirinyauntuk menjalankan tugasnya. Hal pertama yang harus diusahakan untuk memperbaiki
kinerja karyawan adalah menjamin karyawan dapat melaksanakan tugasnya dalam keadaan
yang memenuhi syarat, sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya tanpa mengalami
ketegangan-ketegangan, atau dengan kata lain perusahaan harus menyediakan lingkungan
kerja yang baik bagi karyawan.
Berdasarkan berbagai macam defisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
lingkungankerja adalah tempat dimana karyawan atau semua anggota organisasi bekerja dan
melakukan aktivitas serta tugasnya setiap hari kerja.
2.3.1 Jenis Lingkungan Kerja
Menurut pendapat Serdamayanti ( 2001 : 21), Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu
lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik.
� Lingkuang Kerja Fisik
15
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar
tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupaun
secara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a. Lingkungan yang langsung berhubungandengan pegawai ( seperti : pusat
kerja, kursi, meja, dan sebagainya).
b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti: rumah, kantor, pabrik,
sekolah, kota, sistem jalan raya, dan lain-lain).
� Lingkungan kerja non fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadana yang terjadi yang berkaitan dengan
hubungankerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja,
ataupun hubungan dengan bawahan.
Lingkungan kerja merupakan keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar
karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pekerjaan itu sendiri.
Sutrisno (2009).
2.3.2 Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja
Menurut Sedarmayanti (2011, p28-35) yang dapat mempengaruhi terbentuknya kondisi
lingkungan kerja yang dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1. Penerangan/cahaya di tempat kerja
Cahaya atau penerangan sangan besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapatkan
keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya
penerangan (cahaya) terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas
(kurang cukup) mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan
akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkab kurang
efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit tercapai.
Pada dasarnya cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
a) Cahaya langsung
b) Cahaya setengah langsung
c) Cahaya tidak langsung
d) Cahaya setengah tidak langsung
2. Temperatur di tempat kerja
16
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang
berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal,
dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi diluar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri
tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya
dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20%
untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut para ahli penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan
karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah
bagaimana karyawan dapat hidup.
3. Kelembaban di tempat kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang tergantung dalam udara, biasa dinyatakan
dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur
udara, dan secara bersama – sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara
bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh
manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan
dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan.
Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya
peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu
berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu
disekitarnya.
4. Sirkulasi udara di tempat kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolism. Udara di sekitar dikatakan kotor
apabila kadar oksigen dalan udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur
dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama
adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman
merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya
oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat
adanta tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan
kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu
mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
17
5. Kebisingan di tempat kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah
kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki,
terutama jangkan panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenagan bekerja,
merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut
penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan
membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar
pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja
meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat
gangguan terhadap manusia, yaitu :
a) Lamanya kebisingan
b) Intensitas kebisingan
c) Frekuensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya,
diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6. Getaran mekanis di tempat kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang
sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat
yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh
karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekuensinya.
Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekuensi ala
mini beresonansi dengan frekuensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran
mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
a) Konsentrasi bekerja
b) Datanganya kelelahan
c) Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya gangguan terhadap mata,
syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.
7. Bau-bauan di tempat kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran,
karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus-
menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “ air condition” yang
18
tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-
bauan yang mengganggudi sekitar tempat kerja.
8. Tata warna di tempat kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-
baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan
dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap
perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih,
dan lain-lain. Karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.
9. Dekorasi di tempat kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak
hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara
mengatur tata letak, tata warna, pelengkapan, dan lainnya untuk bekerja.
10. Musik di tempat kerja
Musik dengan nada yang lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat
mengbangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu
perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya
musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11. Keamanan di tempat kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja dalam keadaan aman maka perlu
diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di
tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).
Faktor- faktor yang terkait degan lingkungan kerja non fisik yaitu :
a) Hubungan yang baik antara pemimpin dengan karyawan
b) Adanya kesenjangan sosial
19
2.4 Kepuasan Kerja
2.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Mathis dan Jackson (2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan
emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidak puasan akan
muncul ketika harapan – harapan mereka tidak terpenuhi.
Kepuasan kerja adalah perasaan seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Kepuasan
kerja merupakan hasil interaksi antara karyawan dengan tempat kerja mereka setiap individu
akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda – beda sesuai dengan nilai – nilai yang
dianut pada dirinya. ( Brahmasari dan Suprayetno, 2008)
Ada 3 aspek yang berkaitan dengan kepuasan kerja, menurut Sitohang (2007):
a. Kepuasan kerja merupakan fungsi dari nilai – nilai atau values apa yang
diinginkan individu secara sadar/ tidak untuk diraih.
b. Masing – masing karyawan memiliki pandangan yang berbeda tentang nilai mana
yang penting dalam menentukan bentuk dan kepuasan kerja.
c. Persepsi seseorang mengenai keadaan sekarang berhubungan dengan nilai – nilai
yang berarti bagi individu.
2.4.2 Indikator- indikator Kepuasan Kerja
Luthans (2006) dalam bukunya Perilaku Organisasi secara rinci sebagai dimensi
kepuasan yaitu:
1. Pekerjaan itu sendiri
Kepuasaan pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama kepuasan, dimana
pekerjaan tersebut memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar,
kesempatan untuk menerima tanggung jawab dan kemajuan untuk karyawan.
Penelitian terbaru menemukan bahwa karakteristik pekerjaan dan kompleksitas
pekerjaan menghubungkan antara kepribadian dan kepuasan kerja. Jika persyaratan
kreatif pekerjaan terpenuhi, maka mereka cenderung menjadi puas. Selain itu,
perkembangan karir (tidak perlu promosi) merupakan hal penting untuk karyawan
muda dan tua.
2. Pembayaran
20
Pembayaran adalah faktor multidimensi dalam kepuasan kerja merupakan sejumlah
upah atau uang yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal
yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi. Uang tidak
hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga alat untuk
memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi. Karyawan melihat
pembayaran gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang
kontribusi mereka terhadap perusahaan. Jika karyawan fleksibel dalam memilih
jenis benefit yang mereka sukai dalam sebuah paket total (rencana benefit
fleksibel), maka ada peningkatan signifikan dalam kepuasan benefit dan kepuasan
kerja secara keseluruhan.
3. Kesempatan promosi
Kesempatan promosi adalah kesempatan untuk maju dalam organisasi, sepertinya
memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi
memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki penghargaan, seperti promosi
atas dasar senioritas atau kinerja dan promosi kenaikan gaji. Lingkungan kerja yang
positif dan kesempatan untuk berkembang secara intelektual dan memperluas
keahlian dasar menjadi lebih penting daripada kesempatan promosi.
4. Pengawasan
Pengawasan merupakan kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis
dan dukungan perilaku. Ada 2 (dua) dimensi gaya pengawasan yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Yang pertama adalah berpusat pada karyawan,
diukur menurut tingkat dimana penyelia menggunakan ketertarikan personal dan
peduli pada karyawan, seperti memberikan nasehat dan bantuan karyawan,
komunikasi yang baik dan meneliti seberapa baik kerja karyawan. Yang kedua
adalah iklim partisipasi atau pengaruh dalam pengambilan keputusan yang dapat
mempengaruhi pekerjaan karyawan. Secara umum, kedua dimensi tersebut sangat
berpengaruh pada kepuasan kerja karyawan.
5. Rekan kerja
Pada umumnya, rekan kerja kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang
paling sederhana pada karyawan secara individu. Kelompok kerja, terutama tim
yang ‘kuat’ bertindak sebagai sumber dukungan, kenyamanan, nasehat, dan bantuan
pada anggota individu. Karena kelompok kerja memerlukan kesaling tergantungan
antara anggota dalam menyelesaikan pekerjaan. Kondisi seperti itulah efektif
21
membuat pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, sehingga membawa efek positif
yang tinggi pada kepuasan kerja.
2.4.3 Penilaian Tingkat Kepuasan Kerja
Penilaian kepuasan kerja seorang karyawan terhadap seberapa puas atau tidak
puasnya dia dengan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur
pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satu sama lain.
Ada 2 pendekatan yang paling banyak digunakan yaitu: Robbins and Judge (2007)
• Angka nilai global tunggal
Metode ini meminta individu untuk menjawab satu pertanyaan misalnya “
Bila semua hal dipertimbangkan, seberapa puaskah anda dengan pekerjaan
anda ?”, kemudian responden menjawab dengan melingkari suatu bilangan
jawaban 1 sampai 5 yang berpadaan dengan jawaban dari “ sangat
dipuaskan” sampai “ sangat tidak dipuaskan”.
• Skor penjumlahan yang tersusun atas aspek kerja
Metode ini lebih canggih yaitu dengan mengenali unsur – unsur utama dalam
suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan mengenai tiap unsur
tersebut, misalnya tentang sifat dasar pekerjaan, upah, kesempatan promosi
dan hubungan dengan rekan kerja.
2.5 Kinerja Karyawan
2.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Taurisa dan Ratnawati (2012:3) Kinerja merupakan hasil kerja secara
kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanaka tugas yang
diberikan kepadanya sesuai dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Kinerja
menunjukan tingkat keberhasilan keryawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Semakin tinggi kinerja karyawan, maka produktivitas organisasi secara
keseluruhan akan meningkat.
Mathis dan Jackson dalam Prasetyo (2006:5) berpendapat bahwa kinerja (performance)
pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja
karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut :
22
kuantitas dari hasil; kualitas dari hasil; ketepatan waktu dari hasil; dan kemampuan bekerja
sama.
Menurut Siswanto (2005) Kinerja karyawan adalah prestasi aktual karyawan
dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan.
Ada beberapa metode dalam mengukur kinerja karyawan, menurut Gomes (2003:137) yaitu :
• Metode Tradisional
Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk mengukur/menilai
kinerja dan diterapkan secara tidak sistematis maupun sistematis .
• Metode Modern
Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisonal dalam mengukur/ menilai
kinerja. Yang termasuk ke dalammetode modern ini adalah Assesment centre,
Management By Objective.
Sedangkan menurut Anwar (2006), kinerja/prestasi kerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang telah dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan
atau tugas sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki masing – masing dan dengan cara
mereka sendiri.
2.5.2 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja karyawan atau dikenal dengan istilah “ performance appraisal”
menurut Mangkunegara, (2000:12) yaitu suatu proses yang digunakan untuk menentukan
apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang diinginkan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja karyawan adalah:
1. Karakteristik situasi
2. Deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standart kinerja karyawan
3. Tujuan – tujuan penilaian kinerja
4. Sikap para karyawan dan manager terhadap evaluasi
Menurut Moody (2008:257) penilaian kinerja adalah sistem formal untuk menilaidan
mengevaluasi kinerja suatu individu atau tim. Peda dasarnya penilaian kinerja sangat
dibutuhkan bagi perusahaan, karena melauli proses ini perusahaan dapat mengetahui
23
apakah pekerjaan yang telah dibebankan kepada karyawan mampu diselesaikan dengan
baik oleh karyawan.
Menurut Gomes, mengatakan bahwa penilaian kinerja dapat digunakan untuk (2000:13)
1. Perbaikan kinerja, umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer
dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk
meningkatkan prestasi
2. Penyesuaian-penyesuaian gaji, evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan
dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk gaji lainnya.
3. Keputusan-keputusan penempatan, promosi dan mutasi biasanya didasarkan atas
kinerja masa lalu. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap kinerja masa
lalu.
4. Perencanaan kebutuhan latihan dan pengembangan, kinerja yang jelek mungkin
menunjukkan perlunya latihan. Demikian juga sebaliknya, kinerja yang baik mungkin
mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan pengembangan karier, umpan balik prestasi mengarahkan
keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.
6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing, kinerja yang baik atau buruk adalah
mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
7. Melihat ketidak akuratan informasional, kinerja yang jelek mungkin menunjukkan
kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana sumber daya manusia atau
komponen-komponen lain, seperti sistim informasi manajemen. Menggantungkan pada
informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan personalia yang
tidak tepat.
8. Mendeteksi kesalahan-kesalahan desain pekerjaan, kinerja yang jelek mungkin
merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu
diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
9. Menjamin kesempatan yang adil, penilaian kinerja yang akurat akan menjamin
keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa deskriminasi.
10. Melihat tantangan-tantangan eksternal, kadang-kadang prestasi seseorang dipengaruhi
oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan dan masalah-
masalah pribadi lainnya. Berdasarkan penilaian kinerja, departemen personalia mungkin
dapat menawarkan bantuan.
24
Berdasarkan defisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah
kegiatan manajer untuk mengetahui perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijakan selanjutnya. Akan tetapi di setiap perusahaan memiliki penilaian kinerja
tersendiri kepada karyawannya. Salah satunya yaitu PT. HOTWARE INDONESIA,
manager perusahaan memiliki beberapa aspek penilaian tersendiri yaitu: Menurut Pak
Johan
a) Absensi
b) Tingkat penjualan
c) Problem solving ( kecepatan dalam menyelesaikan masalah produk)
2.5.3 Peningkatan Kinerja karyawan
Payaman (2005:19) menjelaskan bahwa pembinaan kinerja dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja setiap individu, kelompok atau unit kerja, serta meningkatkan
kinerja perusahaan setinggi mungkin. Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya sebagai berikut :
a. Mendorong pekerja memahami uraian tugas dan uraian jabatannya, serta
memahami tanggung jawabnya.
b. Mendorong pekerja memahami sasaran yang harus dicapai.
c. Membantu pekerja memahami bagaimana melakukan pekerjaan dengan
menggunakan alat-alat kerja yang sesuai.
d. Memberdayakan pekerjaan melalui bimbingan, penyuluhan pendidikan dan
pelatihan.
e. Menumbuhkan motivasi dan etos kerja.
f. Menciptakan iklim kerja yang kondusif.
2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis
Secara garis besar, melalui penelitian ini penulis akan :
• Meneliti pengaruh antara motivasi terhadap kinerja karyawan.
• Meneliti pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
• Meneliti pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
25
• Meneliti pengaruh antara motivasi, lingkungan kerja dan kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan.
Motivasi yaitu suatu kekuatan psikologis didalam diri seseorang yang menentukan
arah perilaku seseorang didalam organisasi tingkat usaha dan kegigihan dalam menghadapi
rintangan. ( George dan Jones 2005, p175)
Dari kesimpulan diatas motivasi kerja dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
arahan, dorongan, kegigihan karyawan dalam menghadapi rintangan pekerjaan yang ada.
Namun pemimpin juga harus cerdik – cerdik dalam memberikan motivasi yang cocok dan
sesuai kepada karyawan, karena dengan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada
karyawan akan berhubungan dengan tingkat kinerja kerja karyawannya. Jika motivasi kerja
yang diberikan tidak tepat maka akan menimbulkan dampak atau mempengaruhi kinerja
karyawan. Dengan begitu karyawan akan tidak semangat dan tidak terdorong untuk selalu
gigih dalam bekerja.
Lingkungan kerja yaitu lingkungan yang terikat dengan lingkungan sekitar tempat
kerja. Lingkungan yang sehat tidak hanya bermanfaat bagi pekerja tetapi juga meningkatkan
efisiensi dan produktifitas perusahaan secara keseluruhan. ( Halaby, dalam Saleem &
Hussain. 2012)
Menurut Podsakoff & McKenzei ( dalam Musrina, 2011) berpendapat bahwa
lingkungan kerja yang menarik dapat meningkatkan kinerja konektual dan komitmen
karyawan.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut mada dapat disimpulakan bahwa
lingkungan kerja adalah lingkungan yang mendukung aktivitas para karyawan agar merasa
nyaman dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari. Lingkungan kerja juga terbagi menjadi 2 jenis
yaitu, Lingkungan Kerja Fisik dan Lingkungan Kerja Non-Fisik. Dari kedua jenis tersebut
masing - masing dari jenis diatas harus sama-sama seimbang dalam menerapkannya.
Lingkungan Kerja Fisik adalah yang terdapat disekitas tempat kerja yang dapat
mempengaruhi karyawan secara langsung ataupun tidak langsung. Kalau lingkungan kerja
non- fisik yaitu hubungan kerja, baik hubungan antara atasan dengan bawahan ataupun
bawahan dengan atasannya. Dan keduanya tersebut harus diterapkan dengan baik dan benar.
Karena jika Lingkungan kerja fisik saja yang diutamakan maka hubungan antara
atasan kepada anggota karyawannya todak akan berjalan baik, begitupun jika perusahaan
hanya mengutamakan lingkungan kerja non-fisiknya saja maka karyawan akan merasa
tingkat kesejahteraan dan kenyamanan karyawan kepada perusahaan kurang terpenuhi.
26
Dengan begitu keduanya harus saling di pererat, perusahaan harus pintar-pintar dalam
merencanakan dan merancang agar tingkat kesejahteraan karyawan dan hubungan baik antara
atasan dengan bawahan juga dapat berjalan dengan baik agar karyawan merasa nyaman dan
aman untuk bekerja di tempat kerja, sehingga karyawan akan selalu meningkatkan kinerja
kerjanya.
Kepuasan Kerja yaitu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini
seharusnya mereka terima. (Robbins, 2003 ) dalam Wibowo (2007, P299).
Dari pendapat para ahli diatas bisa disimpulkan kepuasan kerja adalah sikap umum
terhadap pekerjaan seseorang yang responnya adalah kumpulan perasaan dan kepercayaan
yang mempengaruhi terhadap berbagai segi dari pekerjaan orang. Sehingga apapun pekerjaan
yang diberikan oleh pemimpin akan sangat mempengaruhi apakan pekerjaan yang di berikan
dapat membuat kepuasan tersendiri bagi karyawan atau sebaliknya karyawan merasa terlalu
tertekan dengan beban pekerjaan yang bertubi-tubi. Jika pemimpin memberikan pekerjaan
yang bertubi tetapi hasil atau feedback yang diberikan perusahaan tidak sebanding dengan
apa yang dikerjaakan karyawan itu bisa membuat karyawan malas untuk bekerja dan kinerja
yang diberikan karyawan pun akan terhadap perusahaaan akan menurun. Karena tingkat
kepuasan kerja karyawan sangat berhubungan terhapat kinerja karyawan.
Kinerja karyawan Menurut Taurisa dan Ratnawati (2012:3) Kinerja merupakan hasil
kerja secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanaka tugas
yang diberikan kepadanya sesuai dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Kinerja
menunjukan tingkat keberhasilan keryawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Semakin tinggi kinerja karyawan, maka produktivitas organisasi secara
keseluruhan akan meningkat.
Berdasarkan penelitian diatas, suatu hasil kerja karyawan yang diinginkan oleh setiap
perusahaan secara kualitas maupun kuantitas yang lebih karyawan capai dalam melaksanakan
tugas yang diberikan. Dengan memberikan kinerja yang baik untuk perusahaan, perusahaan
akan memberikan feedback yang baik juga untuk karyawan yang memiliki kinerja baik.
27
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Motivasi ( X1) :
• Kebutuhan
Fisiologis
(Physiologic Needs)
• Kebutuhan Rasa
aman (Safety
Needs)
• Kebutuhan Sosial
(Social Needs)
• Kebutuhan
penghargaan
(Esteem Needs)
• Kebutuhan
Aktualisasi diri
(Self Actulization
Needs )
Kinerja Karyawan
( Y):
• absensi
• Tingkat
penjualan
• Problem
solving
(kecepatan
dalam
menyelesaikan
masalah produk
Lingkungan Kerja (
X2 ) :
• Lingkungan Kerja
Fisik
• Lingkungan Kerja
Non-Fisik
Kepuasan Kerja ( X3
) :
• Pekerjaan itu
sendiri
• Pembayaran
• Kesempatan
promosi
• Pengawasan
• Rekan kerja
28
Sumber: Beberapa para ahli
2.6.1 Hipotesis
Untuk T-1 :
Ho : Tidak ada pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
Ha : ada pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
Untuk T-2 :
Ho : Tidak ada pengaruh antara Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.
Ha : Ada pengaruh antara Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.
Untuk T-3 :
Ho : Tidak ada pengaruh antara Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.
Ha : Ada pengaruh antara Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.
Untuk T-4 :
Ho : Tidak ada pengaruh antara Motivasi, Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan.
Ha : ada pengaruh antara Motivasi, Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kineja
Karyawan.