MANAJEMEN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR ...

141
i MANAJEMEN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN (LPTQ) PROVINSI NTB DALAM PENINGKATAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL Oleh: KUSMAWARDI NIM: 200403021 Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mendapat gelar Magister Pendidikan PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2021

Transcript of MANAJEMEN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR ...

i

MANAJEMEN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL

QUR’AN (LPTQ) PROVINSI NTB DALAM PENINGKAT AN

PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH

TINGKAT NASIONAL

Oleh:

KUSMAWARDI NIM : 200403021

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Untuk mendapat gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

iii

MANAJEMEN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN (LPTQ) PROVINSI NTB DALAM PENINGKAT AN

PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL

Pembimbing: Prof. Dr. H. Fahrurrozi, M.A

Dr. Abdul Fattah, M.Fil.I

Oleh: KUSMAWARDI

NIM : 200403021

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mendapat gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

iv

v

vii

LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISM

viii

MANAJEMEN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN (LPTQ) PROVINSI NTB DALAM PENINGKAT AN

PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL

Oleh:

KUSMAWARDI NIM: 200403021

ABSTRAK

Eksistensi manajemen sebagai suatu seni atau ilmu yang mengatur dan mengelola suatu lembaga, instansi, pekerjaan ataupun orang-orang yang berada didalamnya merupakan sarana dalam meraih tujuan yang maksimal melalui implementasi fungsi-fungsi manajemen. Namun terkadang muncul problematika akibat adanya sistem yang tidak berjalan dengan baik karena lemahnya manajerial. Sehingga perlunya implementasi manajemen secara komprehensif untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Penggalian data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. teknik analisa data yakni pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan pengambilan kesimpulan (conclusion drawing/verification).

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang diimplementasikan LPTQ Provinsi NTB dalam upaya peningkatan prestasi peserta lomba pada Musabaqah tingkat Nasional meliputi (1) perencanaan (planning) yaitu rapat penyusunan program dan kegiatan jangka panjang dan jangka pendek (2) pengorganisasian (organizing) yaitu upaya untuk menentukan komposisi Pengurus LPTQ, Dewan Hakam tingkat Provinsi dan Pelatih untuk mempersiapkan para peserta menghadapi Musabaqah tingkat Nasional, (3) penggerakan (actuating) yaitu usaha untuk menyelenggarakan MTQ/STQ tingkat Provinsi untuk menseleksi para peserta yang berprestasi dan mengadakan pembinaan dan pelatihan bagi peserta berprestasi tersebut untuk persiapan berkompetisi di tingkat Nasional, (4) pengawasan (controlling) yaitu usaha untuk mengevaluasi capaian dan hasil dari pelaksanaan Musabaqah tingkat Provinsi dan Nasional.

Kata Kunci : Manajemen LPTQ, Prestasi Peserta, Musabaqah Nasional

ix

MANAGEMENT OF TILAWATIL QUR'AN DEVELOPMENT INSTITUTION (LPTQ) IN WEST NUSA TENGGARA PROVINCE TO INCREASE PARTICIPANTS ACHIEVEMENT IN NATIONAL

QURAN RECITAL COMPETITION

By: KUSMAWARDI ID: 200403021

ABSTRACT

The existence of management as an art or science that regulates and manages an institution, agency, job, or people is a means of achieving maximum goals through the implementation of management functions. However, various issues arise due to an inappropriate system caused by inadequate managerial skills. Thus, comprehensive management applications are demanded to improve the quality of human resources and others.

This qualitative study with field research employs observation, interview, and documentation techniques to collect the data. Subsequently, the analysis techniques included data reduction, display, and conclusion drawing/verification.

The findings unveiled that the management applied by the LPTQ in the Province to increase the participants' achievement in the National Quran recital competition included (1) planning, consisting of long-term and short-term program and activity planning meetings (2) organizing, several efforts to determine the composition of the LPTQ Management, Provincial Hakam Council and Trainers to prepare participants for the contest, (3) actuating, numerous endeavors to organize MTQ/STQ at the provincial level to select outstanding participants and provide coaching and training in preparation for the competition, (4) controlling, some efforts to evaluate achievements and the results of the contest implementation in the Provincial and National levels. Keywords: LPTQ Management, Participant Achievement, National

Competition

x

نمي سس آ دار م ي زPرQ) او الق ع ( في بي نجارا الغ سا ( بمحافظ )ا امشاركي في مسابق في السباقجا

طني امس ال

سماوردي ك

سجيل: ثجتحتختتجرق ال

خلص البحث مس

، سس ظ م ف أ عل د إدا ، العمل أ أشخاص ال الجل ب ظائ إدا في اف م خا ص م أه ي أ ح سيل ل ل ه ه في

ل جي عمل بش ظام ا د ج ل بسب ا مشا ب في بعض أحيا ه بسب ضع إداد ا ام د البش ا عي ام د حسي ج في إدا الشامل ل ل ال ا ف الحاج ل

ب أخ

ث ع ي )البح ا (البحث امي ي ا ا امي ي ع البيا عيب ال خل مع مب ام اسل خ ب باس ا هي جمع ام ا حليل البيا ب ط ثي اسا ال د ابل ام

اجا خاص اس اس ا ض البيا ع ، ا الح م البيا ، ا (البيا ح ب)ال

مي سس تها م ف دا الت ائج البحث أ آ أظه ( شPسد) ا الا ام جا ع ل بي في محا ا الغ جا سا ي في السبا في مساب محافظ شا

شمل ) طن ل ثامس ال شط ط أ امج اد الب ماع إع ( ه اج صمي خطيط )ال ( الصي أجل ال ظي ج) ،أجل جميع( ( ح مجلس )ال ل ل د امب أ الجه

اد امشا شPسدإدا بي إع ام اجه مجلس الح عل مس امحافظ ي م( ، طن ( ( حامسابا عل امس ال ح شغيل )ال ظي ال ل ل شQPةشPذال ه محا

ال ع ال مي ي ام يا امشا ي مي عل مس امحافظ اخ للمشا( ، طن اد امساب عل امس ال مي إع ( أ الجه امب خام اف )السيط ( إش

ب مس امحافظ طن في امساب عل امس ال ائج ا جا يي ل

دار : ئيسي طنيزPرQالكلما ال ، امسابق ال جا امشاركي ،

xi

MOTTO

يحب إذا عمل أحدكم عما أن يتقنهإن اه

“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan secara Itqan/professional (tepat, terarah, jelas dan tuntas)” (HR. Imam Thabrani)

xii

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk: 1. Ibu dan Ayah (alm) penulis yang telah membesarkan, mendo‟akan

serta mendidik tanpa kenal lelah. 2. Istri tercinta Rohana Kudus yang setia dalam suka dan duka,

memberikan motivasi untuk penulis dalam menuntut ilmu. 3. Anak penulis Maisya Nur Afifa dan Muhammad Sami Al-Wafi

yang selalu hadir dan memberikan semangat hidup. 4. Asatidz/Guru-guru penulis yang memberikan do‟a yang terbaik

dan selalu memotivasi dalam menuntut ilmu. 5. Semua Dosen UIN Mataram yang telah membantu penulis dalam

berbagai aktivitas dan proses pembelajaran dalam rangka transfer of knowledge, transfer of experience, dan transfer of value.

6. Semua Keluarga, Sahabat dan Teman-teman khususnya kelas B Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana UIN Mataram Angkatan 2020-2021.

xiii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

Tesis ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas akhir mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Mataram. Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan tesis ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain: 1. Prof. Dr. H. Fahrurozzi, M.A. sebagai pembimbing I dan Dr. Abdul

Fattah, M.Fil.I sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai;

2. Dr. Muhammad Thohri, M.Pd. sebagai Ketua Prodi MPI Program Magister Pascasarjana UIN Mataram;

3. Dr. Yudin Citradin, M.Pd. Sebagai Sekretaris Kaprodi MPI Program Magister Pascasarjana UIN Mataram;

4. Prof. Dr. H. Fahrurozzi, M.A. selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram;

5. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWT. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Aamiin.

Mataran, Desember 2021 Penulis

Kusmawardi

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi ialah pemindahalihan tulisan Arab ke dalam tulisan Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Termasuk dalam kategori ini ialah nama Arab dari bangsa Arab, sedangkan nama Arab dari bangsa selain Arab ditulis sebagaimana ejaan bahasa Nasionalnya, atau sebagaimana yang tertulis dalam buku yang menjadi rujukan.1 KONSONAN

Konsonan Transliterasi

Akhir Tengah Awal Tunggal

Tidak dilambangkan ا ـ ـ

ـ ـ ـ ـ B ـ ـ ـ ـ T ـ ـ ـ ـ Th ـ ـ ـ ـ J ـ ـ ـ ـ H ـ ـ ـ ـ Kh

D ـ Dh ـ R ـ Z ـ

ـ ـ ـ ـ S ـ ـ ـ ـ Sh ـ ـ ـ ـ S ـ ـ ـ ـ D

ـ ـ ـ ـ T ـ ـ ـ ـ Z ـ ـ ـ ـ ‟ ـ ـ ـ ـ Gh

1Adi Fadli, dkk. Pedoman Penulisan Artikel, Makalah, Proposal, Tesis dan

Disertasi Pascasarjana UIN Mataram (Mataram, UIN Mataram, 2021), 107.

xv

ـ ـ ـ ـ f ـ ـ ـ ـ q ـ ـ ـ ـ k ـ ـ ـ ـ l ـ ـ ـ ـ m ـ ـ ـ ـ n

ـ ـ ، ـ ـ ـ ، h w ـ

y ي يـ ـيـ ـي

xvi

DAFTAR ISI

Halaman

KOVER LUAR ..................................................................................... i LEMBAR LOGO .................................................................................. ii KOVER DALAM ................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iv PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME .................................... vii ABSTRAK (Indonesia, Inggris dan Arab) ......................................... viii MOTTO ................................................................................................ xi PERSEMBAHAN ................................................................................. xii KATA PENGANTAR ......................................................................... xiii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................... xiv DAFTAR ISI ........................................................................................ xvi DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah................................................... 1 B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ......................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 8 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ............................ 10 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................. 11 F. Kerangka Teori ................................................................ 16 G. Metodologi Penelitian ...................................................... 39 H. Sistematika Pembahasan .................................................. 48

BAB II PERENCANAAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL ............... 51 A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................. 51 B. Paparan Data dan Temuan Penelitian .............................. 59 C. Pembahasan ...................................................................... 63

xvii

BAB I II PENGORGANISASIAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL 67 A. Paparan Data dan Temuan Penelitian .............................. 67 B. Pembahasan ...................................................................... 71

BAB IV PENGGERAKAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL ............... 74 A. Paparan Data dan Temuan Penelitian .............................. 74 B. Pembahasan ...................................................................... 79

BAB V PENGAWASAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL ............... 89 A. Paparan Data dan Temuan Penelitian .............................. 89 B. Pembahasan ...................................................................... 98

BAB VI PRESTASI PESERTA LOMBA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL LPTQ PROVINSI NTB ............. 101 A. Paparan Data dan Temuan Penelitian .............................. 101 B. Pembahasan ...................................................................... 106

BAB VII PENUTUP ............................................................................. 110 A. Kesimpulan ...................................................................... 110 B. Saran- saran ...................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 112 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xviii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1 Jenis Perlombaan MTQ Nasional, 35-37

Tabel 1.2 Jenis Perlombaan STQ Nasional, 37

Tabel 2.1 Profil LPTQ Provinsi NTB, 51

Tabel 2.2 Prestasi Peserta Lomba MTQN XXVI Tahun 2016, 101-102

Tabel 2.3 Prestasi Peserta Lomba STQN XXIV Tahun 2017, 102

Tabel 2.4 Prestasi Peserta Lomba MTQN XXVII Tahun 2018, 103

Tabel 2.5 Prestasi Peserta Lomba STQN XXV Tahun 2019, 103-104

Tabel 2.6 Prestasi Peserta Lomba MTQN XXVIII Tahun 2020, 104

Tabel 2.7 Prestasi Peserta Lomba STQN XXVI Tahun 2021, 105

Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPTQ Provinsi NTB, 58

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an ialah kitab suci umat Islam, dimana pada alam

akhirat akan menjadi petunjuk dan pedoman bagi umat Islam tersebut, maka dari itu sangat diharuskan bagi setiap umat Islam untuk membaca, mempelajari dan mengamalkanya. Salah satu bentuk pengamalan dan syiar tersebut yaitu melalui penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) di Indonesia dan dapat dikatakan sebagai kegiatan rutin dalam keagamaan yang dibiayai oleh Pemerintah saat ini. Dari meriahnya acara yang diselenggarakan, ingin dimunculkan suatu citra bahwa Islam memiliki suatu keistimewaan yang harus dibanggakan dan dilestarikan dengan kitab sucinya.

Pada tataran praktisnya, ada dua misi yang hendak diwujudkan oleh umat Islam berkaitan dengan fenomena Musabaqah ini. Pertama, Syi‟ar Islam. Walaupun niat luhur di balik kegiatan yang semarak ini semata-mata adalah demi Allah SWT, Musabaqah ini tidak lepas dari dimensi sosialnya sebagai sebuah eksibisi. Kedua, Tujuan Internal. Dengan menyelenggarakan perlombaan rutin yang memperlombakan para ahli dari berbagai wilayah mulai tingkat kecamatan sampai tingkat interNasional, diharapkan agar masing-masing pemegang kebijakan di semua wilayah mendorong dan mendukung aktivitas-aktivitas pembelajaran Al -Quran.2

Machasin mengatakan, salah satu cara dari Kemenag untuk meningkatkan tingkat melek Al-Qur'an adalah pencanangan program Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemar Mengaji). Program tersebut terinspirasi dari budaya dan tradisi sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia pada tempo dulu yang kerap melakukan amalan tadarus Al -Qur' an tiap ba‟da shalat maghrib. Adapun gerakan Gemar Mengaji pertama kali dideklarasikan oleh Menteri Agama RI,

2Alfi Julizun Azwar, “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil

Qur‟an (MTQ) dalam Perspektif Rahmatan Lil „Alamin,” JIA (Jurnal Ilmu Agama) 19, no.1 (Juni 2018): 20.

2

Suryadharma Ali, di Jakarta pada 26 September 2012. Kementerian Agama RI mencanangkan program Gemar Mengaji bagi seluruh Provinsi serta Kabupaten/Kota di Indonesia. Harapannya, masyarakat akan kembali terbiasa dengan budaya mengaji Al-Qur'an tiap sesudah melaksanakan shalat maghrib. Ini dilakukan baik di Masjid, Rumah, Sekolah, maupun Kantor Instansi Swasta atau Pemerintah.3

Nusa Tenggara Barat adalah pulau kecil yang berjuluk Bumi Seribu Masjid. Sebutan masyarakat Lombok dengan “Pulau Seribu Masjid”, memiliki latar historis yang cukup unik. Keunikan ini terlihat dari beberapa terminologi agama yang berkolaborasi dengan nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat Lombok.4 Dalam rangka mewujudkan agenda-agenda reformasi, maka perlu aktualisasi diri menjalankan kewajiban taat kepada Al -Qur‟an sebagai pemimpin (imam). Artinya, dalam mengelola manajemen fungsi dan peran Masjid senantiasa mencirikan kesadaran dan ketaatan menempatkan Al -Qur‟an (hukum) sebagai pemimpin.5

Di dalam Masjid, mental masyarakat muslim dan para santri dibina dan dipersiapkan agar mampu mandiri di bidang ilmu keagamaan. Masjid di samping dijadikan pusat pelaksanaan ibadah, juga sebagai tempat latihan. Latihan seperti tadrîb al-qirâ‟ah dan mengaji membaca kitab yang ditulis oleh ulama abad ke-15 M yang dikenal sebagai kitab kuning, yang merupakan salah satu ciri pesantren.7 Masyarakat NTB yang mayoritas muslim dan sangat kental dengan bacaan Al -Qur‟an. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengaji terus menggema di Masjid, Mushalla, Madrasah bahkan dari rumah ke rumah. Begitu juga pada event Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ), dan event ini bukan barang baru bagi Provinsi NTB karena sebelumnya pernah menjadi tuan rumah pada MTQ Nasional pada tahun 1973 dan 2016 yang lalu.

3Tamrin, “Pola Pembinaan Tahsin Al-Qur‟an Dikalangan Mahasiswa,”

Rausyan Fikr 12, no.2 (Desember 2016): 319. 4Said Gazali dkk., Buku Profil LPTQ Provinsi NTB, (Mataram: LPTQ Provinsi

NTB, 2018), 6. 5Lukman Hakim Hasibuan. Pemberdayaan Masjid di Masa Depan, (Jakarta:

PT. Bina Rena Pariwara, 2002), 96. 7Fahrurrozi, “Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok,” Karsa:

Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman 23, no.2 (Desember 2015): 336.

3

Meriahnya MTQ/STQ tingkat Nasional tahun 2016 di Provinsi NTB pada waktu itu memberikan nilai tersendiri dari berbagai pihak termasuk salah satunya yaitu Prof. Dr. Said Agil Husein Al Munawar seorang Dewan Hakam Nasional yang ketika itu merasa kagum dan memberikan apresiasi terhadap Provinsi NTB atas antusiasme masyarakat NTB dari segala penjuru Kabupaten/Kota yang berbondong-bondong untuk datang menyaksikan secara langsung perhelatan akbar berlevel Nasional yaitu MTQ/STQ Nasional dan bahkan kerjasama dan antusiame bukan saja berasal dari masyarakat muslim NTB saja, akan tetapi berasal dari lintas agama yang ikut membantu memeriahkan penyelenggaraan Musabaqah tingkat Nasional tersebut.8

LPTQ Provinsi NTB sebagai instrumen dan manifestasi dari Pemerintah Daerah telah mengantarkan Provinsi NTB pada Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) Nasional tahun 2016 meraih prestasi yang cukup memuaskan. Provinsi NTB pada waktu itu mendapatkan peringkat urutan ke 4 (empat) besar secara umum dari semua cabang yang dilombakan, hal ini menunjukkan bahwa Provinsi NTB sangat diperhitungkan di kancah Nasional, namun setelah penyelenggaraan akbar tersebut Provinsi NTB agak sulit sekali meraih prestasi yang memuaskan seperti ketika menjadi tuan rumah di tahun 2016. Problematika ini menunjukkan adanya manajemen yang belum maksimal diimplementasikan di LPTQ Provinsi NTB, sehingga sulit mendapatkan prestasi memuaskan di Level Nasional.

Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang prestasi Musabaqah Nasional. Pasti kita bertanya-tanya tentang mengapa Provinsi NTB meraih prestasi yang kurang maksimal, tentu hal tersebut tidak jauh dari metode atau cara mengelola atau usaha yang dilakukan LPTQ Provinsi NTB dalam upaya peningkatan prestasi peserta lomba di Musabaqah tingkat Nasional. Problematika yang terjadi sudah tentu perlu perhatian khusus dari praktisi dan pemegang kebijakan untuk mulai berbenah dalam rangka transformasi, internalisasi dan implementasi strategi dan pelaksanaan fungsi-fungsi

8Dokumentasi, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi

Nusa Tenggara Barat, Tahun 2016.

4

manajemen di LPTQ Provinsi NTB pada setiap pelaksanaan dan penyelenggaraan Musabaqah.

Salah satu teori yang relevan dengan penerapan fungsi-fungsi manajemen LPTQ Provinsi NTB sebagaimana yang dikemukakan seorang ilmuan yaitu menurut Hadari Nawawi tentang pentingnya manajemen dalam lembaga yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer dalam me-manage organisasi, lembaga, maupun perusahaan.10 Hal serupa dikemukakan oleh Horold Koontz dan Cyril O‟Donnel yaitu manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain (Management involves getting things done thought and with people).11

Salah satu kunci keberhasilan organisasi atau lembaga dalam setiap aktivitasnya yaitu ketersediaan sumber daya manusia sebagai mesin penggerak dalam program kegiatan organisasi dan lembaga. Menurut Sondang P. Siagian, yang dikutip Muhamad Priyatna yaitu manajemen sumber daya manusia merupakan unsur yang terpenting dalam semua organisasi, keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya serta kemampuannya menghadapi berbagai tantangan, baik yang sifatnya eksternal maupun internal, sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia dengan setepat-tepatnya.12

Pelaksanaan fungsi manajemen diatas dilakukan secara sistematis dan teratur hal tersebut sesuai dengan pendapat G.R. Terry yang mengemukakan manajemen adalah proses khusus yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.13 Dengan pendapat para ilmuan tersebut kiranya implementasi unsur dan fungsi manajemen di LPTQ Provinsi NTB

10Sriwardona, “Manajemen Pendidikan Menurut Al-Qur‟an,” Jurnal Menata 2,

no.2 (Junli-Desember 2019): 103. 11Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah (Bandung:

Alfabeta, 2013), 1-2. 12Muhamad Priyatna, “Manajemen Pengembangan SDM pada Lembaga

Pendidikan Islam,” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 5, (Januari 2016): 1233. 13Rusdiana dan Ahamd Ghazin, Asas-asas Manajemen Berwawasan Global

(Bandung: Pustaka Setia, 2014), 22.

5

mutlak dibutuhkan pada penyelenggaraan Musabaqah melalui implementasi fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) secara teratur dan sistematis yang berimplikasi pada suksesnya program dan kegiatan yang menjadi tujuan bersama.

Prestasi Musabaqah Provinsi NTB beberapa tahun belakangan pada event Musabaqah secara empiris belum memperlihatkan progres ataupun peningkatan dan masih tetap berada di level 9 dan 10 besar dari 34 Provinsi di Indonesia serta sangat sulit meraih kembali peringkat 4 besar ketika MTQ Nasional tahun 2016. Hal ini menjadi pekerjaan rumah dan perlu adanya pembaharuan ke arah yang lebih baik yang signifikan karena bagaimanapun juga hal ini menjadi tanggung jawab besar Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB untuk mendongkrak prestasi Musabaqah di level Nasional.

Penyelenggaraan MTQ/STQ di tingkat Nasional, Provinsi NTB telah menorehkan banyak prestasi walaupun masih belum ada progres secara signifikan, akan tetapi dalam perjalanan event Musabaqah di tingkat Nasional Provinsi NTB selalu memberikan hasil yang lumayan memuaskan dan tidak menutup kemungkinan adanya improvisasi prestasi pada tahun-tahun berikutnya. Berikut sekilas peringkat dan prestasi Provinsi NTB pada MTQ/STQ tingkat Nasional dari tahun 2016 - 2020:14 1. MTQ Nasiona XXVl Tahun 2016 di Kota Mataram, Provinsi NTB

Mendapatkan Peringkat 4 (empat) Besar dari 34 Provinsi di Indonesia.

2. STQ Nasional XXIV Tahun 2017 di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi NTB Mendapatkan Peringkat 10 (sepuluh) Besar dari 34 Provinsi di Indonesia

3. MTQ Nasional XXVII Tahun 2018 di Kota Medan Provinsi Sumatra Utara, Provinsi NTB Mendapatkan Peringkat 9 (sembilan) Besar dari 34 Provinsi di Indonesia

4. STQ Nasional XXV Tahun 2019 di Kota Pontianak Provinsi

14Data Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat

6

Kalimantan Barat, Provinsi NTB Mendapatkan Peringkat 9 (sembilan) Besar dari 34 Provinsi di Indonesia

5. MTQ Nasional XXVIII Tahun 2020 di Kota Padan Provinsi Sumatera Barat, Provinsi NTB Mendapatkan Peringkat 9 (sembilan) Besar dari 34 Provinsi di Indonesia

Berawal dari data diatas, peneliti mengelaborasikan dan mendeskripsikan upaya-upaya pengimplementasi fungsi-fungsi manajemen baik berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan di Pemerintah Provinsi NTB (LPTQ Provinsi NTB) dalam meningkatkan prestasi peserta lomba yang notabenenya putra daerah di Provinsi NTB. Dari data di atas juga dapat dijelaskan, bahwa prestasi Provinsi NTB belum memperlihatkan kemajuan dan peningkatan ketika menjadi tuan rumah pada event Musabaqah pada tahun 2016 di Kota Mataram yang ketika itu Provinsi NTB mendapatkan banyak pujian dari masyarakat karena mampu memberikan nuansa yang berbeda mulai dari prestasi sampai kepada penyelenggaraan yang meriah dan mengundang banyak masa dari berbagai wilayah di Provinsi NTB yang ingin menyaksikan Musabaqah tingkat Nasional secara langsung dari dekat.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB di sisi yang berbeda terus berusaha dan berupaya melalui implementasi program kegiatan yang secara rutin di laksanakan dalam rangka meningkatkan prestasi berupa pencarian bibit yang berkompeten di Musabaqah tingkat Nasional, maka setiap tahunnya Provinsi NTB menyelenggarakan kegiatan MTQ/STQ tingkat Provinsi dengan pengaturan MTQ di tahun ganjil dan STQ di tahun genap dengan berbagai bidang yang diperlombakan. Pada penyelenggaraan MTQ/STQ di Provinsi NTB, MTQ Tingkat Provinsi NTB diselenggarakan dua tahun sekali yaitu pada tahun yang berakhiran ganjil dengan 7 cabang yang dilombakan sedangkan Kegiatan pelaksanaan STQ Provinsi NTB dilaksanakan satu tahun sekali pada tahun yang berakhiran genap dengan 4 cabang yang dilombakan.16 Oleh sebab itu, penyelenggaraan MTQ/STQ Provinsi NTB diharapkan

16Data Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB

Tahun 2021.

7

para santri/siswa lebih tertarik belajar dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan dalam bidang Al -Qur‟an dan Hadits.

Masyarakat muslim NTB memiliki ekspektasi yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kemajuan LPTQ Provinsi NTB pada Musabaqah tingkat Nasional. Namun ekspektasi itu belum terealisasi sepenuhnya sampai sekarang. Maka dari itu, semua orang yang mempunyai peranan dalam kelembagaan tersebut harus merespon dengan melakukan perbaikan dan pembenahan dalam strategi manajerialnya. Keberhasilan dan suksesnya suatu event pelaksanaan Musabaqah tergantung dari implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terstruktur dan berkesinambungan. Hal tersebut terpatri dari eksistensi dan peran seorang manajer (ketua umum) sebagai nahkoda dalam rangka mencapai tujuan dan membawa LPTQ sebagai laboratorium bagi para peserta lomba, praktisi MTQ/STQ khususnya dan masyarakat umumnya.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti melakukan tindakan lapangan dan meneliti di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dengan judul: Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Peningkatan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional. Dengan judul ini peneliti bisa mengkomparasikan prestasi provinsi NTB dan menemukan jawaban secara komprehensif dalam rangka meningkatkan prestasi peserta lomba.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskanrumusan masalah penelitian sebagai berikut: a. Bagaimanakah Perencanaan (Planning) Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional?

b. Bagaimanakah Pengorganisasian (Organizing) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional?

c. Bagaimanakah Penggerakan (Actuating) Lembaga

8

Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional?

d. Bagaimanakah Pengawasan (Controlling) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional?

e. Bagaimanakah Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional LPTQ Provinsi NTB?

2. Batasan Masalah Pembahasan penelitian ini tidak terlepas dari ruang

lingkup pembahasan. Hal ini untuk menghindari kekaburan dan kesimpangsiuran dalam pembahasan sehingga dapat mengarah kepada pokok bahasan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi Manajemen LPTQ Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui dan Mendeskripsikan Perencanaan (Planning)

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional.

b. Mengetahui dan Mendeskripsikan Pengorganisasian (Organizing) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional.

c. Mengetahui dan Mendeskripsikan Penggerakan (Actuating) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada Musabaqah Tingkat Nasional.

d. Mengetahui dan Mendeskripsikan Pengawasan (Controlling) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam Meningkatkan Prestasi Peserta Lomba pada

9

Musabaqah Tingkat Nasional. e. Mengetahui dan Menganalisa Prestasi Peserta Lomba pada

Musabaqah Tingkat Nasional Lomba LPTQ Provinsi NTB. 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, kedua manfaat tersebut sebagai berikut; a. Manfaat Secara Teoritis

1) Menambah khazanah pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen pendidikan Islam, dan dapat dijadikan peta yang menggambarkan keadaan suatu objek.

2) Mendapat wawasan komprehensif terkait Manajemen Pendidikan Islam suatu lembaga keagamaan terutama LPTQ itu sendiri.

3) Hasil penelitian ini sebagai alat evaluasi untuk memberikan umpan balik (feedback) dalam proses penyelenggaraan MTQ/STQ tingkat Provinsi maupun Nasional.

b. Manfaat Secara Praktis 1) Bagi Pemerintah Daerah supaya dengan hasil penelitian ini

dapat dijadikan bahan evaluasi dalam meningkatkan prestasi peserta lomba pada penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) tingkat Nasional serta meningkatkan pembinaan dan pelatihan secara rutin kepada Pelatih dan Dewan Hakam Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) di masa yang akan datang.

2) Bagi Pelatih/Pembina/Asaatidz supaya dapat dijadikan sebagai media informasi dakwah kepada masyarakat terutama para peserta lomba Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) dalam peningkatan prestasi di Musabaqah.

3) Bagi para pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB, bisa dijadikan acuan dalam aktivitas dan kegiatan sehari-hari di tempat kerja dalam upaya meningkatkan prestasi setiap event Musabaqah

10

Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) baik di tingkat Provinsi maupun Tingkat Nasional.

4) Bagi peserta dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai pedoman dan motivasi dalam meningkatkan prestasi peserta lomba pada penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) di masa yang akan datang.

5) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi keilmuan agar nantinya mampu berkiprah dengan baik ketika terjun kedunia pekerjaan.

6) Untuk masyarakat, hasil penelitian ini bisa memberikan informasi terkait LPTQ Provinsi NTB dan penyelenggaraan MTQ dan STQ di tingkat Provinsi dan Nasional.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Penelitian

Ruang lingkup penelitian atau yang menjadi obyek dalam penelitian ini yaitu Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB yang berlokasi di Jantung Kota Mataram.

2. Setting Penelitian Secara administratif lokasi penelitian ini terletak di

Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparan Kota Mataram dan berada diantara: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pasar Dasan Agung dan

kelurahan Rembiga. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Masjid Raya Hubbul

Wathan Islamic Center NTB dan Kelurahan Karang Kelok. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Masjid Raya At-Taqwa

Mataram Kelurahan Gomong d. Sebelah Barat berbatasan dengan pemukiman penduduk

kelurahan Dasan Agung Sekretariat LPTQ Provinsi NTB yang terletak di jantung

Kota Mataram dan sangat strategis, dan keberadaannya sangat urgen pada pelaksanaan program dan penyelenggaraan Musabaqah, sehingga melalui penelitian ini sangat memungkinkan mendapatkan informasi yang valid dan akurat dari tingkat

11

Kabupaten/Kota sampai tingkat Provinsi dan Nasional.18 Peneliti mengadakan penelitian ini sebagai syarat kelulusan dalam penyelesaian tugas pascasarjana. Peneliti memilih lokasi LPTQ Provinsi NTB ini dengan alasan sebagai berikut: 1) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an sebagai salah satu

Ujung Tombak dalam suksesnya penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) di Provinsi NTB.

2) Menurut hemat peneliti bahwa penelitian yang di laksanakan di LPTQ Provinsi NTB sangat cocok karena beberapa faktor pendukung salah satunya, koordinasi dengan Kabupaten/Kota mudah dilaksanakan bahkan pada tingkat Nasional.

3) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB sebagai salah satu tempat dalam pembinaan dan pelatihan bagi para peserta Lomba (Qori/Qori‟ah, Hafidz/Hafidzah.dll.)

4) LPTQ Provinsi NTB merupakan wadah pembinaan dan pelatihan yang diperuntukkan bagi para Peserta, Pelatih dan Dewan Hakam dari tingkat Kabupaten/Kota sampai Provinsi.

5) LPTQ Provinsi NTB sebagai pusat informasi penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) tingkat Provinsi dan informasi dari LPTQ pusat bagi Kabupaten dan Kota di NTB.

Dari alasan-alasan di atas, penelitian yang dilakukan bertujuan memperdalam serta menggali informasi yang akurat terkait dengan manajemen LPTQ Provinsi NTB pada MTQ/STQ tingkat Provinsi sampai tingkat Nasional. Hal ini menjadikan LPTQ Provinsi NTB sebagai tempat yang sangat urgen dalam setiap penyelenggaraan Musabaqah.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan Dalam mendukung permasalahan terhadap pembahasan yang

di teliti, Peneliti melakukan dan melacak terhadap penelitian terdahulu yang masih relevan terhadap obyek dalam penelitian ini. Karena

18Dokumentasi, Profil Sekretariat LPTQ Provinsi NTB. (Mataram 2021).

Dikutip tanggal 05 September 2021

12

bagaimanapun juga komparasi antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang sangat dibutuhkan dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dan akurat. Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, meskipun adanya keterkaitan dengan pembahasan akan tetapi, penelitian ini masih berbeda dengan penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu itu adalah : 1. Penelitian yang dilakukan Arman man Arfa dan Derry Montolalu

dengan buku yang berjudul “Pola Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Maluku”. Penelitian ini mendeskripsikan proses pembinaan LPTQ Provinsi Maluku yang belum maksimal. Penelitian ini juga menitikberatkan pada faktor pendukung serta penghambat yaitu: belum maksimalnya proses pembinaan di LPTQ Provinsi Maluku sesuai dengan harapan manajemen pendidikan agama Islam karena belum berjalannya secara sehat sistem perencanaan, penataan organisasi, sistem administrasi, dan evaluasi kontrol sesuai konsep manajemen modern.

Faktor pendukung LPTQ Provinsi Maluku pada pola pembinaannya yaitu struktur organisasi, dana operasional pembinaan LPTQ Provinsi Maluku di tanggung APBN setiap tahun serta sebagian pengurus mulai membenahi sistem manajemen pembinaan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an yang lebih baik. Adapun faktor penghambat pola pembinaan LPTQ Provinsi Maluku secara umum ditemukan ada tiga persoalan mendasar yaitu rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dari aspek Iman, Islam dan Ihsan, infrastruktur perencanaan serta regulasi LPTQ yang belum menjadikan sistem manajemen pendidikan Islam sebagai salah satu konsep strategis untuk menata manajemen pola pembinaan di Lembaga LPTQ Provinsi Maluku.19

19Arman Man Arfa dan Derry Montolalu, Pola Manajemen Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Maluku (Ambon: LP2M IAIN Ambon, 2017), 116.

13

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan yaitu adanya pola dan proses pembinaan yang diimplementasikan dan belum memperlihatkan progres dan kurang maksimal, hal ini disebabkan karena adanya faktor penghambat di LPTQ. Sedangkan Faktor Pendukung dari pola dan proses pembinaan di LPTQ yaitu dana operasional yang di tanggung APBN dan APBD.

2. Penelitian selanjutnya yang dilakukan Siti Hajrul dengan tesis yang berjudul Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur'an di Kotawaringin Barat. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada:

1. Perencanaan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an di Kotawaringin Barat 20

Perencanaan dalam meningkatkan prestasi tilawatil Qur‟an di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Kotawaringin Barat yang meliputi: a. Perencanaan kegiatan

Kegiatan perencanaan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) di Kotawaringin Barat yaitu pelaksanaan rapat untuk merencanakan kegiatan pembinaan Qari dan Qari‟ah dengan para pengurus untuk membagi tugas, rencana menetapkan kapan dilaksanakan, jumlah peserta yang akan ditampung, dimana pelaksanaan akan dilangsungkan, siapa pelatihnya serta berapa biaya yang akan dikeluarkan. Perencanaan ini harus dirembug dengan baik dan matang agar memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

b. Rencana tempat pembinaan/pelatihan Sebelum kegiatan dilaksanakan terlebih dahulu diadakan rapat pengurus untuk menentukan tempat pembinaan/pelatihan, hal ini disebabkan Lembaga

20Siti Hajrul, “Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Dalam

Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur‟an Di Kotawaringin Barat” (Tesis, UIN Palangka Raya, 2017), 101-103.

14

Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Kotawaringin Barat belum memiliki gedung sendiri

c. Rencana penentuan pembina/pelatih Sehubungan dengan akan diadakannya pembinaan Qari dan Qari‟ah di lingkungan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) dalam rangka persiapan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) tingkat Provinsi, perlu adanya pelatihan untuk mempersiapkan Qari dan Qari‟ah yang akan bertanding nantinya. Biasanya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) mengundang pelatih dari luar Kotawaringin Barat sebelum para kafilah dikirim mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ).

d. Rencana waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan pembinaan/pelatihan menjelang Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) berkisar antara 3 s/d 8 hari yang disebut dengan pembinaan/pelatihan jangka pendek, sedangkan jangka panjang dilaksanakan dirumah para ustadz atau guru ngaji dengan waktu yang tidak terbatas.

e. Rencana daya tampung peserta Penentuan daya tampung pembinaan di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) yaitu tersedianya dana dan biaya pelaksanaan pembinaan seperti dana transfortasi, uang saku peserta, dana konsumsi dan dana untuk membayar pelatih kemudian tahap selanjutnya mengundang para peserta dan jika memungkinkan undangan selain para pemenang akan ditambah dengan peserta lain yang ingin ikut dalam pembinaan tersebut.

2. Pengorganisasian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kotawaringin Barat untuk Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an21

Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) sebagai manajer dalam hal pengorganisasian sudah

21Hajrul,“Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an,” 103.

15

melakukan tugas dan fungsinya. sebagaimana yang sudah dilakukan dengan cara membagi tugas oleh ketua LPTQ. Para pembina dan pengurus sudah diberikan tugas dan tanggung jawab, karena ketua LPTQ yakin bahwa mereka yang sudah ditunjuk adalah yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

3. Penggerakan LPTQ dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an di Kotawaringin Barat22

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Kotawaringin Barat dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur‟an telah membimbing dan mengarahkan bawahan untuk selalu disiplin dan bekerja dengan baik. Selain itu, tindakan mengarahkan supaya selalu aktif dan kreatif dalam menemukan variasi seni baca Al -Qur‟an yang semakin meningkat saat ini, supaya para Qori‟ dan Qori‟ah tidak ketinggalan ketika mereka berhadapan dengan daerah lain pada saat Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ).

4. Pengendalian LPTQ Kotawaringin Barat dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an23

Pelaksanaan pengontrolan, pengawasan dan pengendalian kinerja para pembina dan pengurus melalui keahlian mereka dalam menjalankan tugas baik dalam hal pengelolaan administrasi, menyimpan dokumen-dokumen penting dan juga kegiatan para pembina pada saat pelaksanaan pelatihan dan pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) berlangsung.

Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) selaku manajer dalam organisasi selalu melakukan pengontrolan dan pengawasan terhadap kinerja para pengurus, pelatih, dan selalu mengkomunikasikan terkait hasil kerja dilapangan. Sebenarnya pengontrolan dan pengawasan ini tidak hanya dilakukan oleh Ketua LPTQ saja, akan tetapi pada kenyataannya dewan pembina, pengarah dan penasehat sampai

22Hajrul,“Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an,” 103-104. 23Hajrul,“Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an,” 104.

16

sekarang ini masih belum efektif menjalankan tugasnya di LPTQ, kemungkinan hal ini terkait dengan alasan tugas dan kegiatan lain yang lebih penting yang harus mereka dahulukan sehingga tugas-tugas yang di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) diserahkan kepada Ketua dan Pengurus LPTQ yang lain.

Hasil penelitian dan paparan diatas, ada persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu dalam implementasi fungsi-fungsi manajemen di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) sampai kepada pengawasan (controlling) dan pengendalian (directing) sedangkan dari sisi perbedaan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti menitik beratkan pada manajemen yang ada di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Provinsi NTB, peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) dalam penyelenggaraan MTQ/STQ sebagai upaya meningkatkan prestasi peserta lomba di Tingkat Nasional dan proses pembinaan yang dilakukan dalam mencetak generasi Qur‟ani yang handal dan kompeten serta pembinaan bagi para pelatih dan dewan hakam untuk lebih profesional dalam penyelenggaraan Musabaqah tingkat Provinsi maupun tingkat Nasional.

F. Kerangka Teori Penegasan pengertian Manajemen Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam rangka peningkatan prestasi peserta lomba pada penyelenggaraan Musabaqah tingkat Nasional perlu diuraikan untuk memberikan penjelasan yang lebih terperinci dari definisi-definisi para ahli dan praktisi, adapun terminologi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Definisi Manajemen

Kata manajemen jika ditinjau secara terminologi memiliki banyak versi makna atau definisi tergantung sudut pandang (point of view) dari yang memberikan definisi tersebut. Artinya, sudut pandang dari masing-masing pemberi definisi sangat menentukan arah dari definisi tersebut, sehingga masing-masing definisi sangat

17

berbeda penekanannya. Oleh sebab itu, tidak mudah memberikan definisi secara universal yang mudah diterima oleh semua pihak, praktisi ataupun pemerhati.

Dalam terminologi Islam yang secara khusus menyebutkan istilah manajemen belum ada yang populer. Namun bila didekati dari istilah bahasa Arab dapat dikemukakan di sini bahwa kata “Yudabbiru” dapat diartikan mengarahkan, mengelola, melaksanakan, menjalankan, mengatur atau mengurusi. Asal katanya adalah dari “dabbara” yang artinya mengaturkan dan mudabbir artinya “orang yang pandai mengatur “ atau pengatur “mudabbar” yang “diatur.”24

Terminologi manajemen memiliki banyak makna dikalangan para ilmuan salah satunya menurut Sagala, manajemen secara etimologis berasal dari kata managio yang berarti pengurusan atau managiare, yaitu melatih dan mengatur langkah-langkah atau juga diartikan sebai ilmu, kiat dan profesi. Kemudian menurut Hornby, kata manajemen juga berasal dari bahasa Inggris berupa kata kerja (verb) yaitu to manage yang identik dengan kata to control atau to handle yang secara etimologis berarti mengelola, memeriksa atau mengawasi dan mengurus.25

Definisi-definisi manajemen yang banyak diutarakan para ahli dan ilmuan lainnya sesungguhkan mendeskripsikan dan menggambarkan bidang ilmu manajemen semakin berkembang seiring dengan kebutuhan dan perkembangan zaman dan dengan penetrasi budaya dan teknologi yang semakin mengglobal, adapun definisi-definisi para praktisi dan ilmuan diantaranya: a. Geroge R. Terry

Menurut Geroge R. Terry bahwa Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan atau proses dari fungsi-fungsi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan) yang dilaksanakan secara berantai dalam

24Hasan Zaini, “Manajemen Pendidikan Dalam Perspektif AL-Qur‟an,” Jurnal

al-Fikrah 1, no.1 (Januari-Juni 2013): 5. 25Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam-Transformasi

Menuju Sekolah atau Madrasah Unggul (Malang: UIN-Maliki Press, 2016), 68

18

menentukan serta mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.26

b. Malayu S. P. Hasibuan Manajemen menurut Malayu S. P. Hasibuan yaitu ilmu dan seni bagaimana mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Ilmu dan seni mempunyai relasi yang sangat erat dalam mencapai sasaran organisasi atau lembaga. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan tentang suatu objek yang disusun secara sistematik sebagai hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli. Sementara seni lebih erat kaitannya dengan gaya atau cara/metode dalam pelaksanaan suatu kegiatan.27

c. A.W. Widjaja Menurutnya Bahwa manajemen adalah proses atau usaha bersama untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan dan ditetapkan bersama.28 Proses tersebut lebih menitikberatkan pada arti manajemen sebagai proses: 1. Manajemen adalah proses dari memimpin, membimbing

dan memberikan fasilitas dari usaha orang-orang yang terorganisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

2. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi.

d. Stoner Menurutnya bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi

26Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia,

2013), 2. 27Karyoto, Dasar - Dasar Manajemen (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016), 2. 28Ramayulis dan Mulyadi, Manajemen dan Kepemimpinan Kependidikan

Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2017), 23

19

dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.29

Pengelolaan organisasi dengan manajemen selalu dikaitkan dengan cara atau metode sistematis melalui proses perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing), dan mengendalikan (controlling) berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota organisasi dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh proses manajemen ini adalah pencapaian atau pemenuhan tujuan yang telah ditetapkan.30

e. Amirullah Haris Budiono Menurutnya “Manajemen yang mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain.” Arti efektif yaitu semua unsur sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi mampu dan dapat diberdayakan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sementara itu, arti efisien yaitu pekerjaan yang telah ditentukan oleh manajer supaya dapat dilaksanakan dan diselesaikan para pekerja sesuai dengan anggaran.31

f. Encylopedia of the Social Sience Dikatakan bahwa manajemen adalah proses pelaksanaan program-program untuk mencapai tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi.32 Sasaran dan tujuan utama manajemen yaitu produktivitas dan kepuasan, sehingga dalam pendidikan dapat berupa peningkatan mutu pendidikan, pemenuhan kesempatan kerja pada pembangunan Daerah/Nasional serta tanggung jawab sosial dalam menjaga stabilitas sosial. Produktivitas merupakan tujuan di dalam

29Sri Rokhmiyati, “Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia dalam

Lembaga Pendidikan Islam,” INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication) 3, no.2 (Desember 2018): 231-252.

30Ahmadi H. Syukran Nafis, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2011), 28.

31Karyoto, Dasar - Dasar Manajemen,2 32Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, 3.

20

manajemen pendidikan, maka perlu dipahami makna produktivitas itu sendiri sebagai suatu ukuran kuantitas dan kualitas kinerja dengan mempertimbangkan sisi kemanfaatan sumber daya organisasi pendidikan. Artinya, produktivitas merupakan bentuk dari kualitas kinerja komponen organisasi pendidikan dalam mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai atau memproduksi output dengan ukuran kuantitas yang terstandar. 33

g. Manullan dan Manullang Menurut Manullan dan Manullang menyatakan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, pengaruh dan pengawasan sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya Sarwoto menyatakan bahwa manajemen adalah persoalan mencapai suatu tujuan tertentu dengan suatu kelompok orang-orang.34 Mengadaptasi dari definisi-definisi yang telah di kemukakan

oleh para ahli diatas maka peneliti mengemukakan bahwa manajemen merupakan seni, cara atau metode dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen dan memaksimalkan sumber daya manusianya dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dan efisien. Efektif dan efisien ini sebagai proses akhir dalam mencapai tujuan yang memiliki pengertian mengerjakan sesuatu dengan benar dan mengerjakan sesuatu yang benar.

Memaksimalkan sumber daya secara efektif dan efisien merupakan bagian penting dalam pengelolaan kegiatan. Hal tersebut Menurut Peter Drucker, dikutip Muhamad Priyatna menyatakan bahwa efesiensi ditekankan pada melalui bekerja dengan benar (doing things right) sedangkan efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Dan hal yang paling penting adalah

33Sukarji dan Umiarso, Manajemen dalam Pendidikan Islam-Konstruksi

Teoritis dalam Menemukan Kebermaknaan Pengelolaan Pendidikan Islam (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), 26-27.

34Ittihad, Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren, (Loteng NTB: Forum Pemuda Aswaja, 2020), 98-99.

21

bagaimana menemukan pekerjaan yang benar untuk dilakukan dan memusatkan sumber daya dan usaha pada pekerjaan tersebut.36

Pada tataran aplikatif, Manajemen pada Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) memiliki relasi yang sangat kuat dan formulasi dalam mencapai tujuan lembaga secara universal. Manajemen dalam lembaga akan lebih solid apabila melibatkan orang atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam mencapai tujuan lembaga/organisasi. Implementasi manajemen selalu sejalan dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompetitif di bidangnya. dengan melibatkan Sumber daya manusia dalam perencanaan, kebijaksanaan dan pembentukan strategi organisasi pada lembaga akan memberikan hasil yang berkualitas serta mendongkrak famor lembaga pendidikan tersebut.

Sebagaimana yang sudah diutarakan tentang implementasi fungsi-fungsi manajemen di LPTQ Provinsi NTB secara dan terintegrasi serta dikelola dengan baik mulai dari perencanaan sampai kepada pengevaluasian sehingga hal tersebut mempunyai korelasi satu sama lain. Allah mencintai perbuatan-perbuatan yang dikelola dengan baik. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Ash-Shaff ayat 4 yaitu:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berjuang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”37

Kokoh disini bermakna, adanya sinergi yang rapi antara bagian yang satu dan bagian yang lain. Maka akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Dari penjelasan tersebut sangatlah jelas bahwa pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi dan sistematis sangat mempengaruhi kualitas dari kegiatan dan program lembaga organisasi. Pada dasarnya manajemen LPTQ Provinsi NTB merupakan sistem pengelolaan dan pengaturan program dan kegiatan

36Muhamad Priyatna, “Manajemen Pengembangan SDM pada Lembaga

Pendidikan Islam,” 1232. 37Q.S. Ash-Shaff ayat 4.

22

yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya serta diintegrasikan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam rangka mencapai hasil yang optimal dan bermuara pada ridha Allah SWT.

Sistem dalam aktivitas dan kegiatan manusia baik formal maupun non formal menjadi hal yang penting dan selalu diterapkan dalam manajemen organisasi maupun lembaga. Sistem merupakan seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan. Selain itu, pengertian yang lain sistem terdiri dari unsur-unsur dan masukan (input), pengolahan (processing), serta keluaran (output).38Ketiga sistem pengelolaannya yang diimplementasikan di LPTQ Provinsi NTB yaitu instruksi (antara LPTQ Nasional dengan Daerah), kordinasi (antara LPTQ Daerah ke LPTQ Nasional) dan transparansi (antara LPTQ dengan stakeholders/public). 1. Intruksi ini merupakan pengelolaan dan pelaksanaan terbentuk

melalui perintah/arahan secara vertikal antara Pemerintah Pusat (LPTQ Nasional) dengan Pemerintah Daerah (LPTQ Daerah), berdasarkan program kegiatan dari LPTQ Nasional yang kemudian ditindaklanjuti (follow up) oleh LPTQ Daerah.

Sebagai tindaklanjut instruksi LPTQ Nasional tersebut sangat ditentukan oleh peran para manajer dalam organisasi. Apabila para manajer mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka organisasi tempat bernaung para manajer tersebut juga diharapkan berhasil dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan organisasi.39 Peran seorang manajer sebagai pengatur dan mempunyai peranan sangat aktif dalam mempengaruhi orang-orang dalam rangka mencapai tujuan.

Sebagaimana yang katakan George R. Terry dan Leslie W. Rue, Manajer merupakan seseorang yang bertugas mengambil keputusan guna menetukan tujuan yang ingin dicapai. Menurut G.R.Terry, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan untuk

38Hamdi Agustin, Sistem Informasi Manajemen Dalam Perspektif Islam

(Depok: RajaGrafindo Persada, 2019), 37. 39Amins, Manajemen Kinerja Pemerintah, 30

23

mencapai tujuan, oleh karena itu, keputusan yang diambil manajer akan menjabarkan kegiatan tersebut dan memperjelas arahnya.40

Keberadaan ketua umum LPTQ sangat dibutuhkan dalam setiap program kegiatan berupa penyelenggaraan Musabaqah tingkat Provinsi yang sudah direncanakan dan diorganisasikan untuk kesiapan menghadapi event Musabaqah Nasional sehingga dalam tataran pelaksanaannya mampu memberikan contribusi dan hasil yang terbaik serta evaluasi sebagai tindakan akhir diharapkan selalu berkesinambungan untuk meminimalisir kekurangan menuju hasil yang berkualitas pada penyelenggaraan MTQ/STQ di tingkat Nasional dan mampu berkompetisi dengan Provinsi lain.

2. Kordinasi ini merupakan proses kegiatan LPTQ Provinsi NTB berupa pengintegrasian tujuan-tujuan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Hal tersebut sesuai dengan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Pengembangan Organisasi Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an pada Bab VIII Pasal 12 tentang Hubungan Organisasi yaitu Hubungan organisasi antara LPTQ tingkat Nasional dan LPTQ di Daerah bersifat pembinaan, bimbingan dan kordinasi.41

Bentuk kegiatan LPTQ Provinsi NTB dengan LPTQ Nasional para tataran praktis yaitu kordinasi terkait penyelenggaraan Musabaqah tingkat Nasional dengan persiapan masing-masing daerah untuk mempersiapkan diri melalui pembinaan dan penyelenggaraan Musabaqah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota masing-masing Daerah sebelum penyelenggaraan Musabaqah tingkat Nasional. Kordinasi bersifat instruksional dari LPTQ Nasional kepada LPTQ di Daerah.

Sehingga untuk mensukseskan kordinasi ini peran serta seorang pimpinan atau manajer sebagai nahkoda mutlak dibutuhkan demi keberlangsungan sistem yang sudah direncanakan dan diorganisasikan yang selanjutnya dilaksanakan

40Karyoto, Dasar-dasar Manajemen, 18 41LPTQ Tingkat Nasional, Pedoman Lembaga, 28

24

dan sampai kepada pengawasan dan pengendalian. Sejalan dengan hal itu menurut Robert Owen, seorang pionir manajemen personalia modern, yang dikutip oleh Imam Muslimin, mengatakan bahwa manajemen yang baik berimplikasi bagi sang majikan dan merupakan bagian pokok dari setiap pekerjaan manajer.42

Menurut Terry yang dikutip Hasibuan mendefinisikan kordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.43 Hal ini menunjukkan bahwa adanya tindakan antara satu orang dengan lainnya yang memiliki visi dan misi yang sama dalam mencipatakan suatu tindakan yang terarah dan jelas.

3. Transparansi merupakan upaya yang dilaksanakan Pemerintah Daerah dalam kesiapan dan keterbukaan dalam menyelenggaraan program dan kegiatan. Sehingga menurut Mardiasmo transparansi merupakan keterbukaan (openness) Pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.44Adanya penerapan transparansi pada program dan kegiatan bisa meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah dengan baik melalui keterbukaan informasi yang relevan maupun akurat.

Menurut Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010, transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam

42Imam Muslimin, Manajemen Staffing (Malang: UIN-Maliki Press, 2015), 3. 43Muhammad Rakhmat, “Aji Abdul Wahid, Pengaruh Kordinasi Terhadap

Kinerja Petugas Pemungut Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Sukagalih Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut.” Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik 7, no.1 (2016), 22.

44Ait Novatiani dkk, “Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah,” Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis 10, no.1 (Maret 2019), 54.

25

pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.45

Ada beberapa point yang implementasikan LPTQ Provinsi NTB pada transparansi yaitu ketersediaan dan keterbukaan dalam memberika akses dan informasi kepada public. Adapun point yang perlu transparansi dalam pengelolaan ini yaitu: a. Ketersediaan anggaran dan pendanaan program kegiatan.

Untuk melaksanakan pembinaan dan pelatihan kepada para peserta dan pelatihan perhakiman untuk para dewan hakam dan pelatih, tentu salah satu aspek utama yang direncanakan adalah ketersediaan dana atau anggaran, hal ini sangat penting dalam rangka memberikan kontribusi dan kegiatan maksimal yang tentunya harus didukung oleh pendanaan yang mencukupi pula.

Pentingnya anggaran dan pendanaan kegiatan pada lembaga organisasi merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan dan pelatihan. Dana atau anggaran pendidikan dan pelatihan dapat diartikan semua jenis pengeluaran berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga yang dapat dihargakan dengan uang.46

b. Pelaksanaan pembinaan dan pelatihan (training center) terhadap peserta lomba tingkat Nasional dan Pelatihan Perhakiman untuk meningkatkan profesionlisme dan capaian kinerja dan hasil Musabaqah yang berkualitas LPTQ Provinsi NTB perlu mengadakan pelaksanaan program kegiatan terkait dengan peningkatan prestasi peserta dan kualitas dewan hakam yang ada di Provinsi NTB.

c. Pelaksanaan event Musabaqah baik yang diadakan di Tingkat Provinsi maupun Nasional. Salah satu indikator suksesnya penyelenggaraan MTQ/STQ ditandai dengan keberadaan

45Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah, Lampiran II.01 KK 7. 46Siti Farikhah, Manajemen Lembaga Pendidikan (Yogyakarta: Aswaja

Pressindo, 2011), 298.

26

sarana dan prasarana pendukung berupa publikasi MTQ/STQ melalui media elektorik dan cetak.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan. Transparansi mengisyaratkan bahwa laporan tahunan tidak hanya dibuat tetapi juga terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat, karena aktivitas pemerintah adalah dalam rangka menjalankan amanat rakyat. Dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam sistem informasi keuangan daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya, misalnya dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lainnya.47

Begitu pentingya transparansi bagi publik sehingga perlu adanya penekanan. Menurut Krina prinsip-prinsip transparansi menekankan pada dua aspek dengan indikator-indikator: Komunikasi publik oleh pemerintah yaitu meliputi: penyediaan informasi yang jelas tentang tanggung jawab dan menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap. Hak masyarakat terhadap akses informasi yaitu meliputi: Kemudahan akses informasi dan meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media masa dan lembaga non pemerintah.48 a. Intermediate Goal

Sasaran sebagai upaya ini untuk melaksanakan kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) di Masyarakat. Dalam Intermediate

47Ni Wayan Septiani Dewi dkk, “Pengarus Tekanan Ekternal, Faktor Politik,

dan Komitmen Manajemen Terhadap Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan,” e-Jurnal 1, no. (2015): 2.

48Ait Novatiani dkk, “Pengaruh Transparansi, 55.

27

Goal ini yang menjadi sasaran kegiatan adalah program jangka pendek yaitu evaluasi hasil pembinaan dan pelatihan MTQ maupun STQ.

b. Ultimate Goal Upaya Ultimate Goal ini adalah tidak hanya sekedar

untuk pelaksanaan MTQ maupun STQ tetapi lebih dari itu sebagai upaya untuk melakukan follow up pelaksanaan MTQ/STQ yang telah berjalan. Lebih lanjut, unsur Ultimate Goal ini merupakan pengaplikasian nilai-nilai Al-Qur‟an di dalam kehidupan mereka, agar para peserta tidak hanya mampu membaca Al-Qur‟an saja, juga sebagai media untuk mengamalkan Al -Qur‟an ke dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian Ultimate Goal merupakan suatu bentuk pengamalan Al -Qur‟an dalam kehidupan masyarakat yang terimplementasi dalam setiap aktivitas mereka.

2. Konsep Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) a. Definisi Lembaga

Secara bahasa, lembaga adalah badan atau organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, lembaga adalah badan atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan misi badan tersebut. Sebagian lagi mengartikan lembaga pendidikan sebagai lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan dan pelatihan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.49

Lembaga pendidikan menurut pengertiannya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai „tempat‟ atau „wadah‟ terjadinya proses belajar dalam arti proses perubahan

49Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia” Edukasi Islami

06, no.11 (Januari 2017): 60.

28

dari sesuatu yang tidak atau kurang baik menjadi lebih baik. Adapun lembaga pendidikan tersebut dibagi menjadi lima objek yaitu proses pendidikan di dalam diri manusia, proses pendidikan di alam semesta, proses pendidikan di dalam lingkungan masyarakat, proses pendidikan di dalam lembaga persekolahan, dan proses pendidikan perekayasan dan alami.50

Istilah lembaga pendidikan secara eksplisit tidak digunakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Sisdiknas tersebut justru menggunakan istilah Satuan Pendidikan yang agaknya sepadan dengan kata lembaga pendidikan. Satuan pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas diartikan sebagai kelompok layanan pendidikan yang melaksanakan dan menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.51

Keberadaan Lembaga pendidikan sebagai wadah atau sarana dalam pembinaan dan pelatihan peserta didik dalam peningkatan kualitas yang diharapkan. Suksesnya Lembaga Pendidikan dalam setiap aktivitas pembinaan dan pelatihan mempunyai relasi yang sangat erat dan urgen dengan budaya kelembagaan sebagai rutinitas dalam proses pembelajaran. Budaya positif yang selalu dilestarikan di Lembaga pendidikan nantinya akan melahirkan generasi yang mampu bersaing dalam setiap event.

Budaya kelembagaan memiliki peran penting dalam lembaga pendidikan, akan tetapi memerlukan peran kepemimpinan yang menumbuhkan dan mengembangkannya. Lazim apabila Mats Alvesson dalam risetnya memusatkan kajiannya pada relasi kepemimpinan dengan perubahan budaya organisasi, sebab dua entitas ini memiliki keterkaitan

50David Ilham Yusuf, “Sejarah Pemikiran Bidang Lembaga Pendidikan” Al-

Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan 08, no.1 (April 2015): 2-3. 51M.Djaswidi Al Hamdani, Pengembangan Kepemimpinan Transformasional

Pada Lembaga Pendidikan Islam (Bandung: Nuansa Aulia, 2005), 33.

29

yang kuat dalam mengembangkan lembaga pendidikan (Islam). Di sisi yang lain, budaya kelembagaan tumbuh dan berkembang melalui proses yang sangat panjang dan bertahap mulai dari gagasan-gagasan brilian hingga menjadi kesepakatan bersama civitas akademika. Ketika gagasan pemimpin ini telah disepakati, ia akan berlaku pada lingkup kelembagaan pendidikan (Islam) menjadi peta kognitif mereka hingga seluruh persepsi, pikiran, dan bahasa yang digunakan akan dikerangkai varian tersebut. Pada ranah inilah sebenarnya peran pemimpin sangat menentukan kerangka dasar yang ada dalam lembaga pendidikan (Islam) termasuk nilai-nilai yang berkelindan di tengah-tengahnya.52

b. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)

merupakan suatu lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama yang bergerak dibidang keagamaan, untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang Qur‟ani agar dapat seirama dengan derap pembangunan Nasional dan perkembangan masyarakat yang semakin pesat.53 Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) juga merupakan sarana bagi para Qori/Qori‟ah dalam meningkatkan potensi dan improvisasi kemampuan dalam bidang Al -Qur‟an, sedangkan untuk para pelatih dan dewan hakam melalui LPTQ dapat memberikan kontribusi setiap event Musabaqah.

Al -Qur‟an dan setiap aktivitas Musabaqahnya telah sedemikian membudaya di tengah-tengah Masyarakat NTB, maka sejalan dengan terbitnya Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 19 tahun 1977, Nomor 151 tahun 1977 (Menteri, 1977) tentang pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an, maka tanpa kendala dan kesulitan terbentuklah Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB pada tahun 1978.54

52Yuliharti dan Umiarso, Manajemen Profetik : Konstruksi Teoritis dalam

Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: AMZAH, 2019), 159. 53Hajrul, “Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an,”40. 54Gazali, dkk. Profil LPTQ, 37.

30

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an merupakan lembaga resmi yang secara khusus mengajarkan dan mengembangkan berbagai macam cabang ilmu Al -Qur‟an. Tujuan didirikannya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) yaitu sebagai pendukung dan mengembangkan ruang lingkup kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) yang telah memasyarakat di Provinsi NTB, Hal ini termaktub dalam keputusan bersama menteri agama dan menteri dalam negeri no 19 tahun 1977/no 151 tahun 1977 tentang pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an pada Bab III Pasal 3 bahwa “LPTQ bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan pengamalan Al -Qur‟an dalam masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila.”55

Dalam rangka mencapai tujuan lembaga dan sesuai keputusan bersama menteri agama dan menteri dalam diatas maka LPTQ provinsi NTB perlu menerapkan beberapa komponen atau fungsi-fungsi manajemen sebagai penunjang keberhasilan visi dan misi sebagai tujuan bersama antara lain: 1) Perencanaan (planning)

Planning atau perencanaan yang merupakan proses dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Dalam perencanaan yang harus diperhatikan adalah apa yang harus dilakukan dan siapa yang akan melakukannya. Jadi perencanaan disini berarti memilih sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya yaitu apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan siapa melakukan. Sehingga perencanaan program LPTQ menjadi suatu yang sangat penting untuk pelaksaan setiap program kegiatan.

2) Pengorganisasian (organizing) Kegiatan manajemen tidak berakhir setelah perencanaan

55Tim LPTQ Tingkat Nasional, Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil

Qur‟an, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Tingkat Nasional, 1989), 11.

31

tersusun. Kegiatan selanjutnya adalah melaksanaan perencanaan itu secara operasional. Salah satu kegiatan manajemen dalam pelaksanaan suatu rencana disebut organisasi atau pengorganisasian. Implementasi organisasi LPTQ disini yaitu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Langkah pertama dalam pengorganisasian diwujudkan melalui perencanaan dengan menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang diselenggarakan oleh LPTQ Provinsi NTB. Keseluruhan pembidangan itu sebagai suatu kesatuan sistem yang bergerak ke arah satu tujuan.

3) Penggerakan (actuating) Fungsi actuating atau penggerakan di LPTQ Provinsi NTB merupakan bagian dari proses kelompok atau organisasi yang tidak dapat dipisahkan. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan ke dalam fungsi ini adalah directing commanding, leading dan coordinating. Tindakan actuating ini merupakan proses pelaksanaan program-program di LPTQ yang tidak hanya penyelenggaraan Musabaqah saja akan tetapi program lain yang menjadi tugas dan fungsi sebagai Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran.

4) Pengawasan (controlling) Evaluasi dalam konteks manajemen LPTQ Provinsi NTB yaitu proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilaksanakan benar sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Evaluasi dalam manajemen LPTQ ini mempunyai dua batasan pertama; evaluasi sebagai proses untuk menentukan kemajuan lembaga kedua; evaluasi sebagai usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) dari kegiatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan dan penyelenggaraan Musabaqah.

Pelaksanaan Musabaqah di Provinsi NTB bukan saja menjadi satu-satunya program unggulan LPTQ Provinsi NTB

32

yang dilaksanakan secara rutin, namun LPTQ juga telah membina kegiatan MTQ maupun STQ di lembaga-lembaga keagamaan seperti pembinaan teknis Musabaqah, pembinaan Qori‟ dan Qori‟ah dan perhakiman. Tentu dalam hal ini peneliti akan melakukan penelitian berupa observasi di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB, dimana sebelum melakukan observasi peneliti melihat bentuk pengelolaan dan manajemen yang di lakukan di Sekretariat LPTQ Provinsi NTB.

c. Tujuan dan Usaha Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) sebagai sarana, wadah dan manifestasi dari eksistensinya kebijakan Pemerintah bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan pengamalan Al -Qur‟an dalam masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila.

Untuk mencapai tujuan, LPTQ melakukan usaha-usaha sbb:56 (1) Menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur‟an di

tingkat Nasional dan Daerah. (2) Menyelenggarakan pembinaan tilawah (baca dan lagu),

tahfizh (hafalan), khat (tulis indah), puitisasi dan pameran Al -Qur‟an.

(3) Meningkatkan pemahaman Al -Qur‟an melalui penterjemahan, penafsiran, pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat Al -Qur‟an.

(4) Meningkatkan penghayatan dan pengalaman Al -Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan tujuan dan usaha ini, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan syiar Islam kepada masyarakat luas. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) diharapkan juga bisa memberikan pembinaan dan pelatihan

56Tim LPTQ Tingkat Nasional, Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil

Qur‟an, 26.

33

secara berkesinambungan (continue) kepada para peserta lomba, pelatih dan dewan hakam dalam menghadapi setiap penyelenggaraan Musabaqah yang nantinya berimplikasi pada output/prestasi peserta lomba dari pembinaan kepada santri/siswa yang notabenenya merupakan peserta lomba dalam Musabaqah yang dilaksanakan di masing-masing Daerah.

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) diharapkan mampu memberikan kontribusi yang membanggakan dan secara esensial juga bisa mewujudkan generasi Qur‟ani yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Al -Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan masyarakat yang berpancasila, oleh sebab itu. LPTQ adalah satu satu laboratorium/madrasah bagi peserta lomba untuk mengasah potensi intelektual mereka dan LPTQ bisa menciptakan sistem pendidikan bagi peserta yang berkarakter Islami.

Hal tersebut seperti ditulis Abdul Adhim, bagaimana sistem pendidikan madrasah dan pesantren di bawah payung Kementerian Agama RI mampu merevitalisasi dan mereposisi di ke arah penciptaan lulusan yang memiliki tiga karakter sekaligus, yaitu pertama, religius skillful people ialah insan muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil, ikhlas, cerdas, mandiri, memiliki iman yang tangguh dan utuh, religius dalam sikap dan perilaku, mampu mengisi kebutuhan tenaga kerja di perbagai sektor pembangunan secara profesional dan suportif; kedua, religius intelektual ialah insan muslim yang ikhlas, cerdas, dan mandiri sebagai penggerak dinamika dan transformasi sosial-budaya-ekonomi-politik yang berkeadaban; dan ketiga, religius intelektual ialah insan muslim yang memiliki integritas yang kokok dan cakap melakukan analisi ilmiah dan secara manusiawi memiliki kepekaan sosial yang objektif tidak dibatasi oleh kepentingan sepihak seperti penetrasi

34

rasizme, etnisisme, dan komunalisme.57 Pada tataran praksis LPTQ Provinsi NTB memiliki

tujuan yang jelas dalam mengembangkan lembaga sebagai instrumen pada penyelenggaraan MTQ/STQ dan implementasi tujuan tersebut menjadi eksistensi LPTQ tetap survive terhadap penetrasi budaya dan teknologi yang semakin mengglobal. Adapun tujuan LPTQ Provinsi NTB yaitu:58 a. Terwujudnya penghayatan dan pengamalan al-Qur‟an

dalam masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila. b. Terwujudnya masyarakat NTB yang Islami. c. Terwujudnya organisasi sebagai “good public institution”

melalui peningkatan kinerja, baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun evaluasi program yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat NTB dan kebijakan pemerintah.

3. Penyelenggaraan Musabaqah (MTQ/STQ) Musabaqah (MTQ/STQ) merupakan salah satu media

dakwah dalam menyebarkan syiar Islam secara efektif, alasannya adalah unsur seni dalam Musabaqah (MTQ/STQ) dianggap sebagai suatu daya tarik tersendiri yang berimplikasi pada daya tarik dan minat masyarakat dalam mendalami ilmu Al -Qur‟an dan Al-Hadist. Event Musabaqah (MTQ/STQ) diharapkan dapat merespon secara simultan dan meningkatkan minat masyarakat dalam belajar Al -Quran, serta mengupayakan agar Al -Quran benar-benar teraplikasi dan tertanam dalam diri masyarakat. Selain itu, melalui penyelenggaraan Musabaqah (MTQ/STQ) diharapkan mampu memberikan dan menghadirkan suasana Islami di tengah-tengah masyarakat, sehingga berimplikasi positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Musabaqah Al -Qur‟an adalah proses atau pelaksanaan perlombaan baik pada Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ)

57Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif - Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan

Pendidikan Islam (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 6. 58Gazali, dkk. Profil LPTQ, 57.

35

maupun Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ).59 Musabaqah sebagai ajang untuk menunjukkan potensi dan kemampuan peserta dari berbagai perwakilan dari berbagai Provinsi di Indonesia dan hal yang terpenting dari pelaksanaan Musabaqah Al -Qur‟an adalah dakwah dan syiar Islam semakin menggema ke penjuru negeri baik di tingkat Nasional maupun di level Internasional.

Musabaqah Tilawatil Qur‟an adalah Pelaksanaan Musabaqah Al -Qur‟an untuk seluruh cabang dan golongan. Sedangkan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) hanya untuk cabang dan golongan tertentu. Musabaqah (MTQ/STQ) dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Kota, Provinsi dan Nasional.60 Penyelenggaraan MTQ dan STQ di Provinsi NTB pada skala regional, Nasional dan Internasional mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah bahkan para sponsor berupa dukungan moril dan dukungan finansial sehingga pelaksanaannya setiap tahunya berlangsung meriah. Berikut tabel jenis cabang dan golongan yang dilombakan pada MTQ/STQ tingkat Nasional:

Tabel 1.1 Jenis perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) antara lain: 61 NO NAMA CABANG GOLONGAN

I Tilawah Al-Qur’an

1 Tartil putra 2 Tartil putri 3 Anak-anak putra 4 Anak-anak putri 5 Remaja putra 6 Remaja putri 7 Dewasa putra 8 Dewasa putri 9 Cacat netra putra

59Tim LPTQ Tingkat Nasional, Pedoman Musabaqah Al-Qur‟an, (Jakarta:

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Tingkat Nasional, 2010), 11. 60Tim LPTQ Tingkat Nasional, Pedoman Musabaqah Al-Qur‟an, 11. 61Direktorat Penerangan Agama Islam-Ditjen Bimas Islam, Buku Pedoman

Musabaqah Al-Qur‟an dan Al-Hadits (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2020), 34-265.

36

10 Cacat netra putri 11 Qira‟at dewasa mujawwad putra 12 Qira‟at dewasa mujawwad putri 13 Qira‟at remaja mujawwad putra 14 Qira‟at remaja mujawwad putri 15 Qira‟at remaja murattal putra 16 Qira‟at remaja murattal putri 17 Qira‟at dewasa murattal putra 18 Qira‟at dewasa murattal putri

II

Hifzh Al-Qur’an

19 1 juz dan tilawah putra 20 1 juz dan tilawah putri 21 5 juz dan tilawah putra 22 5 juz dan tilawah putri 23 10 juz putra 24 10 juz putri 25 20 juz putra 26 20 juz putri 27 30 juz putra 28 30 juz putri

III

Tafsir Al-Qur’an

29 Bahasa Arab putra 30 Bahasa Arab putri 31 Bahasa Indonesia putra 32 Bahasa Indonesia putri 33 Bahasa Inggris putra 34 Bahasa Inggris putri

IV Syarh al-Qur’an 35 Regu /gabungan putra/ putri

V Fahm al-Qur’an 36 Regu /gabungan putra/ putri

VI Khath Al-Qur’an

37 Naskah putra 38 Naskah putri 39 Hiasan Mushaf putra 40 Hiasan Mushaf putri 41 Dekorasi Putra 42 Dekorasi Putra 43 Kontemporer Putra

37

44 Kontemporer Putra

VII M2IQ 45 Putra 46 Putri

Total Cabang: 7 Golongan: 46

Tabel 1.2 Jenis mata lomba Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) lain:

NO NAMA CABANG GOLONGAN

I Tilawah Al-Qur’an

1 Anak-anak putra 2 Anak-anak putri 3 Dewasa putra 4 Dewasa putri

II

Hifzh Al-Qur’an

5 1 juz dan tilawah putra 6 1 juz dan tilawah putri 7 5 juz dan tilawah putra 8 5 juz dan tilawah putri 9 10 juz putra 10 10 juz putri 11 20 juz putra 12 20 juz putri 13 30 juz putra 14 30 juz putri

III Tafsir Al-Qur’an 15 Bahasa Arab putra 16 Bahasa Arab putri

IV

Musabaqah Al Hadits

17 Hafalan 100 hadits dengan sanad putra

18 Hafalan 100 hadits dengan sanad putri

19 Hafalan 500 hadits tanpa sanad putra

20 Hafalan 500 hadits tanpa sanad putri

21 Makalah Hadits Putra 22 Makalah Hadits Putri

Total Cabang: 4 Golongan: 22

38

Dari tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa ada beberapa cabang dan golongan yang dilombakan terbaru di MTQ dan STQ tingkat Nasional yaitu untuk MTQN ada 7 cabang dengan 46 golongan sementara untuk STQN ada 4 cabang dengan 22 golongan, adanya penambahan cabang perlombaan pada cabang Musabaqah Al Hadits yaitu hafalan 100 Hadits dengan sanad, hafalan 500 Hadits tanpa sanad, makalah Hadits, dengan komposisi cabang dan golongan yang dilombakan di tingkat Nasional tentunya perlunya persiapan yang maksimal dan matang dari Provinsi masing-masing.

Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) di tingkat Provinsi dilaksanakan dengan pengaturan MTQ di tahun ganjil dan STQ di tahun genap. Pada penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur‟an (STQ) di Provinsi NTB, MTQ Provinsi NTB dilaksanakan dua tahun sekali yaitu pada tahun yang berakhiran ganjil dengan 7 cabang yang dilombakan sedangkan Kegiatan pelaksanaan STQ Provinsi NTB dilaksanakan satu tahun sekali pada tahun yang berakhiran genap dengan 3 cabang yang dilombakan sementara satu cabang belum diselenggarakan yaitu Musabaqah Al Hadits.

Pelaksanaan MTQ/STQ di Provinsi NTB bukan saja menjadi program Pemerintah (LPTQ Provinsi NTB) yang dilaksanakan secara rutin, namun juga menjadi kegiatan lembaga-lembaga keagamaan, organisasi pemuda, mahasiswa bahkan dinas, instansi dan jawatan. Secara tidak langsung LPTQ Provinsi NTB telah membina kegiatan MTQ/STQ di lembaga-lembaga tersebut misalnya melalui pembinaan teknis Musabaqah, pembinaan Qori, Qori‟ah dan perhakiman. Dari data prestasi Provinsi NTB di MTQ Nasional dan Internasional menunjukkan pesatnya pengembangan Tilawatil Qur‟an di Provinsi NTB.62

Musabaqah Tilawah Al-Qur‟an (MTQ) dan Seleksi Tilawah Al -Qur‟an (STQ) sebagai bentuk manifestasi kecintaan masyarakat muslim terhadap Al-Quran wa Al-Hadist dan

62Gazali, dkk. Profil LPTQ, 38.

39

semangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan diselenggarakannya event Musabaqah (MTQ/STQ) adalah sebagai media dakwah serta upaya memperkenalkan Al -Quran dan Al -Hadist kepada masyarakat.

Karena dakwah apabila ditinjau dari beberapa aspek keilmuan dapat disimpulkan bahwa dakwah mempunyai dua pengertian dasar yaitu: Pertama, bermakna sempit yang hanya terbatas pada seruan dan ajakan pada yang baik yang bentuknya secara umum dengan lisan, yaitu ceramah/pidato dan juga bisa dengan tulisan. Kedua, bermakna luas yang tidak terbatas pada anjuran dan ajakan melalui lisan saja, tetapi juga perbuatan nyata yang bentuknya bisa berupa pendidikan, ekonomi, sosial dan politik, serta lainnya.63

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sebuah penelitian tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan metode penelitian, sebab dengan hal inilah dapat ditentukan arah penyelesaian masalah dari penelitian itu sendiri dan hal tersebut memudahkan dalam menjawab masalah-masalah yang ada di lapangan. Hal ini dapat dipahami sebagaimana yang dijelaskan oleh seorang ahli sebagai berikut: Metodologi merupakan pengetahuan tentang metode atau cara yang digunakan dalam suatu penelitian. Jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode atau cara yang dipergunakan dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) berupa observasi/survey, interview dan dokumentasi melalui pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dilakukan kepada obyek penelitian untuk mengetahui deskripsi suatu obyek berupa sistem manajemen LPTQ Provinsi NTB dalam upaya memberikan edukasi kepada peserta lomba untuk meningkatkan potensi dan prestasi pada penyelenggaraan MTQ/STQ di tingkat Nasional.

63Noor Lailatul Hasanah, “Metode Dakwah Transformatif Melalui Living

Tilawatil Qur‟an,”Jurnal An-Nida 11, no.2 (Juli-Desember 2019): 176-177.

40

Metode-metode penelitian dalam pendekatan kualitatif ini sering digunakan untuk melihat lebih dalam suatu fenomena sosial termasuk di dalamnya kajian terhadap ilmu pendidikan, manajemen dan administrasi kebijakan publik, pembangunan ataupun ilmu hukum. Walaupun metode-metode kualitatif ini sudah lama dikenal, masih sering disikapi dengan beragam dan keberlakuannya masih terbatas. Tentunya dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang dijelaskan dan dikembangkan sehingga nantinya memberikan hasil penelitian yang ada relevansinya dengan teori-teori yang ada, adapun variabel tersebut yaitu: a) Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian memiliki posisi penting, yakni sebagai obyek penelitian. Kedalaman maupun hubungannya dengan sesama variabel menjadi fokus kajian yang ingin diamati dan diketahui penjelasannya oleh peneliti. Variabel penelitian adalah setiap gejala yang diamati dan menjadi fokus peneltian. Menurut Hatch dan Farhady, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.69 Kemudian dari penjelasan variabel ini peneliti membagi menjadi dua variabel yaitu :

1) Variabel Terikat ( dependent variable) Peningkatan prestasi peserta lomba (Y) yaitu dalam

penelitian ini adanya upaya atau strategi peningkatan prestasi peserta didik/peserta lomba yang merupakan variabel yang disebabkan oleh adanya perubahan variabel yang lainnya. Sehingga substansi dan tujuan yang ingin dicapai dalam setiap penyelenggarakan Musabaqah dari level bawah sampai lelel atas yaitu peningkatan kualitas dan kuantitas peserta didik/peserta lomba dalam penyelenggaraan Musabaqah serta hal yang paling esensial yang dingin dicapai adalah mereka mampu memahami ilmu Al -Qur‟an dan Hadits dan dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

69Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati, Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan Campuran, 12.

41

2) Variabel Bebas (independent variable) Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil

Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB (X) dalam penelitian ini merupakan variabel bebas yang menjadi penyebab pada variabel yang lainnya atau dalam arti cara pandang untuk menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai-nilai yang diyakini untuk meningkatkan prestasi peserta pada penyelenggaraan Musabaqah. LPTQ Provinsi NTB sebagai unsur yang sangat mempengaruhi dan berpengaruh dalam peningkatan kemampuan (capabilitas) setiap peseta didik/peserta lomba pada event Musabaqah.

2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan peneliti di Lapangan

menggunakan beberapa metode dalam penerapan dan memudahkan dalam menjawab rumusan masalah antara lain adalah: a) Observasi: dalam metode, ini peneliti melakukan pengamatan

serta pencatatan yang sistematis atau terstruktur terhadap objek penelitian. Observasi ini berisikan faktor-faktor yang diperlukan yang dikelompokkan ke dalam kategori-ketegori tertentu. Menurut Nasution, observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui kegiatan observasi.70

Observasi atau pengamatan ini merupakan suatu teknik atau cara menumpulkan data baik secara langsung maupun tidak langsung dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian, sehingga banyak peneliti melakukan usaha lain dengan membagi dua kegiatan observasi baik langsung maupun tidak langsung. 1) Observasi lansung terjadi ketika pengobservasi hadir

secara fisik dan memonitor secara persoalan yang terjadi. Pada bentuk ini penelitian bertindak sebagai partisipan, peneliti dituntut untuk ikut terlibat langsung dalam

70Sugioyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2020), 114

42

peristiwa yang diamati, sambil mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang dibutuhkan.

2) Observasi tak langsung terjadi ketika perekaman dilakukan dengan perangkat mekanis, fotografi, atau elektronik. Rencana pengumpulan data dalam observasi tidak langsung pada dasarnya menjawab pertanyaan “siapa, apa, kapan, bagaimana, dan di mana”. Hal ini harus dicatat oleh para observer saat melakukan kegiatan.71

Sehingga dari kedua paparan observasi diatas peneliti melakukan observasi lansung karena data yang diperoleh penelitian dalam observasi ini adalah data secara faktual dan secara langsung diperoleh di lapangan. Melalui penelitian ini diharapkan bisa merekam bentuk dan manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) dalam meningkatkan prestasi peserta lomba serta proses pelaksanaan MTQ/STQ di Lapangan sehingga nantinya bisa dijadikan bahan evaluasi dalam meningkatkan prestasi peserta lomba di tingkat Nasional.

Adapun yang di observasi peneliti terhadap obyek penelitian di Lapangan yaitu mengenai: 1. Perencanaan LPTQ Provinsi NTB dalam meningkatkan

prestasi peserta lomba yang meliputi perencanaan kegiatan pembinaan/pelatihan, perencanaan tempat pelaksanaan pembinaan dan pelatihan, perencanaan penentuan pembina/pelatih, perencanaan waktu pelaksanaan.

2. Pengorganisasian LPTQ Provinsi NTB dalam meningkatkan prestasi peserta lomba yaitu membagi tugas dan tanggung jawab kepada para pengurus, pembina dan pelatih dalam struktur organisasi dan mengangkat orang-orang yang memiliki kecakapan dan kesanggupan untuk menjalankan tugasnya.

3. Penggerakan LPTQ Provinsi NTB dalam meningkatkan prestasi peserta lomba yaitu dengan memberikan

71Rully Indrawan dan R. Poppy Yaniawati, Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan Campuran, 135.

43

pengarahan, bimbingan kepada peserta, pelatih dan pengurus agar memiliki aktivitas dan produktivitas dalam melaksanakan rencana dan tujuan lembaga.

4. Pengendalian LPTQ Provinsi NTB dalam meningkatkan prestasi peserta lomba yaitu mengevaluasi hasil kerja dan capaian MTQ/STQ di tingkat Nasional sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan seperti kegiatan pembinaan/pelatihan pada kegiatan MTQ ataupun STQ.

b) Wawancara (interview): dalam metode ini, peneliti mencoba mencari data-data yang valid melalui wawancara atau tatap muka dengan praktisi dan pihak yang berpengalaman dalam bidang serta mencocokkan dengan data-data yang didapat dalam buku yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti. Menurut Esterberg yang dikutip Sugiyono mendefinisikan interview sebagai berikut. Wawancara (interview) merupakan pertukaran informasi dan ide melalui tanya jawab melalui pertemuan dua orang sehingga dapat dikonstruksikan makna pada topik tertentu.72 Dikemukakan juga Esterberg membagi wawancara menjadi 3 macam yaitu: 1) Wawancara Terstruktur (Structured Intervew)

Pada tahap ini telah mengetahui tentang informasi apa yang akan diperoleh dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

2) Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview) Tahap ini merupakan tahap wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas atau dalam kategori in-depth interview. Tujuan dari wawancara ini yaitu menemukan permasalah secara lebih terbuka melalui fihak informan yang diajak wawancara diminta pendapat maupun ide-idenya dan peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat yang dikemukakan informan.

72Sugioyono, Metode Penelitian Kualitatif , 106

44

3) Wawancara tak Berstruktur (Unstructured Interview) Wawancara ini merupakan teknik wawancara oleh peneliti yang bebas dan tidak menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalah yang akan dipertanyakan.73

Dari uraian teknik wawancara di atas, maka peneliti menggunakan salah satu dari tiga teknik tersebut yaitu point ke 2 (dua) teknik wawancara semiterstruktur (semistructure interview). Wawancara semi terstruktur disini, peneliti menggunakan pedoman wawancara, namun pihak yang diwawancarai bebas mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Data yang diperoleh peneliti pada penelitian wawancara (interview) ini adalah data defacto atau data secara faktual di Lapangan karena bersumber dari pelaku atau praktisi LPTQ Provinsi NTB dan Praktisi MTQ/STQ. Data interview ini bisa memberikan tambahan informasi dan nantinya bisa dikombinasikan dengan data-data yang lain.

c) Dokumentasi: dalam metode ini, peneliti mencari dan melengkapi hasil penelitian di lapangan dengan data tentang variabel berupa buku, catatan, surat kabar, notulen dan sebagainya yang berkaitan dengan obyek penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh penelitian adalah data dan informasi yang terkait dengan manajemen LPTQ Provinsi NTB. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini nantinya bisa dijadikan komparasi dan kombinasi dengan metode-metode lain sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini bisa secara jelas di identifikasi. Dalam teknik dokumentasi ini peneliti mengambil data berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan manajemen LPTQ Provinsi NTB dan data yang diambil yaitu kegiatan-kegiatan MTQ/STQ, struktur kepengurusan LPTQ Provinsi NTB serta data-data prestasi lomba yang pernah diraih kafilah NTB pada MTQ/STQ tingkat Nasional selama 6 (enam) tahun terakhir.

73Sugioyono, Metode Penelitian Kualitatif , 115.

45

3. Tehnik Analisis Data Peneliti dalam kegiatan meneliti ini memakai analisa data

model Miles dan Hubermen yaitu model interaktif dan berlangsung secara terus menerus samapi tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas analisis datanya yaitu: a. Data Collection (Pengumpulan Data)

Proses pertama dalam setiap penelitian adalah pengumpulan data dengan observasi, interview dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan berhari-hari, mungkin berbulan-bulan, sehingga data yang diperoleh akan banyak. Pada tahap ini peneliti melakukan penjelajahan secara umum terhadap situasi sosial/obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan didengar/direkam semua. Sehingga peneliti mendapatkan data yang banyak dan variasi.

b. Data Reduction (Reduksi Data) Data yang didapat di Lapangan melalui pengumpulan data biasaya akan semakin banyak dan variasi, dan rumit, untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting dan dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan memudahkan peneliti melakukan pengumpulan data dan mencarinya bila diperlukan.

c. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu display data yaitu menyajian data melalui membuktikan permasalahan dan obyek yang sedang diteliti. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.

d. Conclusion Drawing/Verification Pada tahap ke 4 (empat) ini adalah tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang

46

valid dan konsisten ketika kembali ke Lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.74

Sebelum peneliti melakukan kegiatan analisis data, maka peneliti menyediakan semua data mentah, hasil observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data mentah hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkrip, atau narasi singkat, data hasil observasi disimpan dalam foto-foto, video atau catatan-catatan, data yang berupa dokumen disimpan dalam bentuk kumpulan dokumen atau file yang semua ini memudahkan peneliti dalam pengumpulan dan menganalisa data di lapangan.

Dari penjelasan dan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan awal yang ada korelasinya dengan permasalah yang diteliti yaitu manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam rangka peningkatan prestasi peserta lomba pada penyelenggaraan Musabaqah di Tingkat Nasional. Dari metode yang telah dikemukana maka metode dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan analisis data kualitatif dan hasil data yang telah dikumpulkan oleh penulis, maka data-data tersebut diklasifikasikan yang diperoleh dari hasil observasi, interview, dan dokumentasi yang diolah dan dianalisa kemudian dikumpulkan untuk memperoleh atau menjawab permasalahan yang dirumuskan untuk memperoleh kesimpulan dari data yang bersifat kualitatif dengan kata-kata atau kalimat-kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori.

4. Pengecekan Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan

hal yang sangat diperlukan untuk menguji validitas data yang diperoleh dalam arti temuan atau data yang nyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Pengecekan terhadap keabsahan data merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang akurat dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga uji keabsahan data dalam

74Sugioyono, Metode Penelitian Kualitatif , 134-141.

47

penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interval), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).75 a. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif bisa dilakukan melalui berbagai cara antara lain: perpanjangan pengamatan peningkatan ketekunan dalam dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. Namun dalam hal ini peneliti mengambil langkah pengujian kredibilitas melalui triangulasi untuk pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, sehingga dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. 1) Triangulasi sumber

Metode pengujian kredibilitas data ini dilakukan dengan cara pengecekan data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama.

2) Triangulasi teknik Metode ini digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.

3) Triangulasi waktu Waktu juga dapat mempengaruhi kredibilitas dasta. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari padsa saat narasumber masih segar sehingga akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

75Sugioyono, Metode Penelitian Kualitatif , 183-195.

48

b. Pengujian Transferability Transferability ini dilakukan untuk dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian. sehingga peneliti dapat membuat laporan serta memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya, sehingga bagi pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya sehingga hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability) dan laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.

c. Pengujian Depenability Dalam penelitian kualitataif, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Apabila proses penelitian tidak dilakukan tetapi ada data, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau depenable. Untuk itu pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

d. Pengujian Konfirmability Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji depenability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian. Dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan. Maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian kualitatif, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

H. Sistematika Pembahasan Dalam penelitian ini, peneliti mencantumkan sistematika dari

materi-materi yang dibahas yang dibagi menjadi bagian yaitu: Bab I : Pendahuluan Hal yang dibahas dalam bab ini meliputi: - Latar Belakang Masalah, Hal ini muncul karena kurangnya

49

informasi dan hasil (output) terkait manajemen LPTQ Provinsi NTB untuk peningkatan prestasi peserta lomba pada penyelenggaraan MTQ/STQ tingkat Nasional.

- Rumusan dan Batasan Masalah: Hal ini muncul dari pengalaman atau kegiatan yang sudah terlaksana yang membutuhkan perbaikan dimasa yang akan datang.

- Tujuan dan Manfaat Penelitian: tahap ini merupakan komponen yang ingin dicapai peneliti dalam menjawab setiap hal dalam rumusan masalah.

- Ruang Lingkup dan setting Penelitian: Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti memilih lokasi yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab untuk mempermudah dalam setiap kegiatan penelitian.

Metodologi Penelitian Mencakup; - Jenis penelitian: Peneliti memilih penelitian kualitatif yang ada

kaitannya dengan tindakan observasi di lapangan. - Metode pengumpulan data: Metode yang dipilih peneliti seperti

observasi, interview, dan dokumentasi. - Teknik Analisa Data: melalui pengumpulan data, reduksi data

penyajian data sampai kepada menarik kesimpulan. - Pengecekan Keabsahan Data: melalui uji kredebilitas,

transferability, depenability, konfirmability. - Jadwal dan Pelaksanaan penelitian: Pelaksanaan penelitian

biasanya dilakukan di Lembaga Penelitian dan pada penyelenggaraan MTQ dan STQ di tingkat Provinsi maupun Nasional.

Bab II : Deskripasi Lokasi Penelitian Hal yang dibahas bab ini meliputi: - Pemaparan dan penjelasan terkait profil LPTQ Provinsi NTB,

Sejarah berdirinya LPTQ Provinsi NTB, Visi, Misi, dan tujuan dalam rangka peningkatan dan capaian tujuan bersama serta struktur kepengurusan LPTQ Provinsi NTB.

Bab III : Perencanaan LPTQ Provinsi NTB Hal yang dibahas dalam bab ini meliputi: - Manajemen LPTQ Provinsi NTB: Paparan secara komprehensif

terkait fungsi perencanaan (planning) yang terimplementasi pada

50

program dan kegiatan LPTQ Provinsi NTB jangka pendek dan jangka panjang.

Bab IV : Pengorganisasian LPTQ Provinsi NTB Hal yang dibahas dalam bab ini meliputi: - Manajemen LPTQ Provinsi NTB: Paparan secara komprehensif

terkait fungsi pengorganisasian (organizing), yang terimplementasi pada program kegiatan LPTQ Provinsi NTB jangka pendek dan jangka panjang.

Bab V : Penggerakan LPTQ Provinsi NTB Hal yang dibahas dalam bab ini meliputi: - Manajemen LPTQ Provinsi NTB: Paparan secara komprehensif

terkait fungsi penggerakan (actuating), yang terimplementasi pada program dan kegiatan LPTQ Provinsi NTB jangka pendek dan jangka panjang.

Bab VI : Pengawasan LPTQ Provinsi NTB Hal yang dibahas dalam bab ini meliputi: - Manajemen LPTQ Provinsi NTB: Paparan secara komprehensif

terkait fungsi pengawasan (controlling), setelah pelaksanaan MTQ/STQ Nasional dengan menindaklanjuti (follow up) hasil yang diperoleh di tingkat Nasional.

Bab VII : Prestasi Peserta Lomba LPTQ Provinsi NTB Hal yang dibahas dalam bab ini meliputi: - Prestasi Peserta Lomba pade Musabaqah tingkat Nasional mulai

dari tahun 2016 serta mengkomparasikan hasil atau prestasi yang diperoleh apakah ada progres prestasi atau tidak agar bisa dijadikan bahan evaluasi untuk peningkatan prestasi pada Musabaqah selanjutnya.

Bab VIII : Penutup Hal yang dibahas dalam bab ini meliputi: - Kesimpulan : rangkuman hasil penelitian yang diperoleh melalui

metode dan teknik pengumpulan data berupa observasi (pengamatan), interview (wawancara) dan dokumentasi.

- Saran-saran: masukan-masukan atau pesan-pesan yang bertujuan untuk menindaklanjuti (follow up) sebagai upaya kontribusi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

51

BAB II PERENCANAAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil LPTQ Provinsi NTB

Secara administratif lokasi LPTQ Provinsi NTB ini terletak di Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparan Kota Mataram dan gambaran lebih jelasnya sebagai berikut:76 a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pasar Dasan Agung dan

kelurahan Rembiga. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Masjid Raya Hubbul

Wathan Islamic Center NTB dan Kelurahan Karang Kelok. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Masjid Raya Attaqwa

Mataram Kelurahan Gomong d. Sebelah Barat berbatasan dengan pemukiman penduduk

kelurahan Dasan Agung Sekretariat LPTQ Provinsi NTB yang beralamat di

Gedung Pendidikan Islamic Center Provinsi NTB Jl. Langko No. 2 Mataram dan berada di Jantung Kota Mataram, sehingga keberadaannya sangat strategis dan urgen pada setiap pelaksanaan program dan penyelenggaraan Musabaqah di tingkat Provinsi maupun Nasional, untuk lebih detailnya berikut tabel profil lengkap LPTQ Provinsi NTB.

Tabel 2.1 Profil LPTQ Provinsi NTB: 77

1. Provinsi : Nusa Tenggara Barat

2. Kabupaten/Kota : Mataram

3. Kecamatan : Selaparang

4. Lokasi : Reguler

76Dokumentasi, Profil Sekretariat LPTQ Provinsi NTB, Mataram, 05

September 2021. 77Dokumentasi, Profil Sekretariat LPTQ Provinsi NTB, Mataram, 05

September 2021.

52

5. Nama : LPTQ Provinsi NTB

6. Alamat Sekretariat

: Gedung Pendidikan Islamic Center Provinsi NTB Jl. Langko No. 2 Mataram

7. Email : [email protected]

8. Ketua Harian : Dr. TGH. Sholah Sukarnawadi, MA

9. Kepala Sekretariat

: H. Amirin A. Rahim

10. Jumlah Staf : 5 Orang Dari table diatas dapat dipahami bahwa LPTQ Provins

NTB sebagai Lembaga Non Profit yang bernaung dibawah Pemerintah Provinsi NTB memiliki struktur kerja dan pengelolaan dibawah pengurus yang professional dan kompeten dengan dibantu oleh tenaga yang berpengalaman dan memiliki loyalitas yang baik, sarana dan prasarana yang mendukung untuk menunjang relasi yang baik (public relations) dengan stakeholders, sehingga memungkinkan terjadinya integrasi kerja yang jelas dan terarah antara LPTQ Provinsi dengan LPTQ Kabupaen/Kota di Provinsi NTB.

2. Sejarah Berdirinya LPTQ Provinsi NTB 78 Lahirnya dan berkembangnya LPTQ Provinsi NTB

merupakan hasil perjuangan para tokoh dan masyarakat di Nusa Tenggara Barat yang sangat gemar membaca dan mendengarkan Al -Qur‟an. Hal tersebut terpatri pada semangat anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua yang menyibukkan diri belajar Al -Qur‟an dan mengaji baik Masjid, Mushalla, sekolah, dan di Rumah para guru atau asatidz dengan penuh kesederhanaan, namun dengan semangat yang tinggi mereka terus belajar dan mengaji Al -Qur‟an.

Masyarakat muslim di NTB yang berjumlah kurang lebih 96 % sangat gemar membaca Al -Qur‟an. Oleh karena itu, hampir semua rumah tangga muslim terdapat kitab Al -Qur‟an kegiatan mempelajari dan membaca Al -Qur‟an terus menggema dari Masjid, Mushalla, Madrasah bahkan dari rumah ke rumah. Setiap

78Dokumentasi, Profil Sekretariat LPTQ Provinsi NTB, Mataram, 05

September 2021.

53

bulan ramadhan Al -Qur‟an dibaca (tadarrus) semalam suntuk dan dikhatamkan lebih dari 3 (tiga) kali sehingga pada dasarnya masyarakat muslim di NTB sudah lama mengenal dan melaksanakan istilah Musabaqah Tilawatil Qur‟an, kendatipun dengan nama, bentuk dan sistem yang sederhana dan jauh berbeda dengan pelaksanaan MTQ/STQ pada saat ini.

Sebagaimana diketahui bahwa Provinsi NTB terdiri dari 2 (dua) pulau yaitu pulau Lombok dan pulau Sumbawa yang masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri. Islam sudah masuk di kedua pulau tersebut sejak abad XVI. Pada saat itu masyarakat NTB telah mengenal dan membaca Al -Qur‟an dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tulisan tangan yang ditulis sekitar tahun 1000 H, bahkan ada diantaranya ditulis di kulit binatang. Adapun sejarah di kedua pulau tersebut yaitu: a. Sejarah LPTQ di Pulau Lombok

Masyarakat pulau Lombok yang dikenal dengan pulau seribu masjid telah lama mengenal dan melaksanakan perlombaan membaca Al -Qur‟an (ngaser) perlombaan tersebut dimaksudkan dalam rangka menyambut hari besar Islam. Peserta perlombaan datang dari berbagai tempat di Pulau Lombok yang berasal dari Pondok Pesantren atau Jami‟atul Quro Wal Huffaz. Ketika itu, para peserta tampil membaca Al -Qur‟an pada surat/ayat yang diberikan sesaat sebelum tampil kemudian membacanya dengan cara berdiri sehingga dapat dibayangkan betapa berat beban seorang peserta lomba tempo dulu di Pulau Lombok jika dibandingkan dengan sistem Musabaqah saat ini.79

Kegiatan dan pelaksanaan belajar Al -Qur‟an di Pulau Lombok umumnya dilaksanakan di pondok-pondok pesantren dan atau di Jami‟atul Quro Wal Huffaz. Sejak lama masyarakat pulau Lombok mengenal lagu-lagu Al -Qur‟an melalui “lagu merembu lagu pejeruk” dan sebagainya. Maksudnya adalah lagu-lagu Al -Qur‟an yang dikembangkan di Desa Merembu atau Desa Pejeruk, banyak Syeikh Qira‟at yang terkenal di

79Gazali, dkk. Profil LPTQ, 35.

54

Pulau Lombok dahulu diantaranya ialah Syeikh Khalil Ibrahim, TGH Khalil dan lain-lain.

b. Sejarah LPTQ di Pulau Sumbawa Kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) telah

membudaya di tengah-tengah masyarakat pulau Sumbawa sejak zaman kesultanan baik di kesultanan Bima maupun kesultanan Sumbawa. Setiap bulan Ramadhan mulai dari tanggal 1 (satu) sampai dengan 16 Ramadhan senantiasa diadakan tadarrus atau haflah Al -Qur‟an di Masjid, surau dan langgar. Kemudian setiap sepuluh hari sekali diadakan khataman sekaligus untuk menentukan pembaca terbaik yang akan dikirim ke Masjid Jami‟ Kabupaten untuk mengikuti lomba bersama peserta dari setiap Kecamatan. Selanjutnya setiap tanggal 21 Ramadhan, pembaca terbaik dibawa oleh Lebai Dalam (petugas agama istana) membaca Al -Qur‟an dihadapkan Sultan. Apabila mereka terpilih menjadi pembaca terbaik di Istana yang diakui kefasihan, lagu dan suaranya oleh para pejabat agama, amak pembaca tersebut dinobatkan menjadi Khatib Dalam (petugas agama di Lingkungan Istana).80

c. Pembentukan LPTQ Provinsi NTB Al-Qur‟an dan setiap aktivitas Musabaqahnya telah

sedemikian membudaya di tenggah-tengah Masyarakat NTB, maka sejalan dengan terbitnya Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 19 tahun 1977, Nomor 151 tahun 1977 (Menteri, 1977) tentang pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an, maka tanpa kendala dan kesulitan terbentuklah Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB pada tahun 1978.81

Keterlibatan Pemerintah Daerah Tingkat I, Kepala Kantor Kementerian Agama dan tokoh-tokoh masyarakat NTB di dalam membidangi terbentuknya LPTQ Provinsi NTB menunjukkan betapa besar perhatian Pemerintah dalam

80Gazali, dkk. Profil LPTQ, 36. 81Gazali, dkk. Profil LPTQ, 37.

55

mengembangkan lembaga ini. Kehadiran LPTQ di Provinsi NTB dianggap sebagai wahana yang telah menempatkan MTQ/STQ pada peran dan fungsi yang lebih jelas, penting dan strategis bagi peningkatan kualitas pemahaman, penghayatan dan pengamalan Al-Qur‟an dalam kehidupan berbangsa, beragama dan bernegara.

Eksistensi Pemerintah Daerah melalui sistem desentrasilasi atau otonomi daerah dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan event MTQ/STQ memberikan angin segar bagi LPTQ Provinsi NTB dalam pengelolaan dan pelaksanaannya dan secara otomatis memberikan manfaat bagi daerah dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22/1999 dan Undang-undang nomor 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, hal ini merupakan landasan yuridis dan memberikan garansi formal bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia.

Menurut Undang-undang nomor 22/1999, pada ketentuan umum dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan otonomi daerah sebagai kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun bidang-bidang yang bisa dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah adalah: bidang pendidikan, pekerjaan umum, kesehatan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.82

d. Organisasi dan Tata Pamong LPTQ NTB 1) Logo

82Achmad Amins, Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah, (Yogyakarta:

LaksBang PRESSindo, 2012), 12

56

Keterangan dari Logo LPTQ83 a. Lambang padi dan kapas menunjukkan kemakmuran

dan kebersamaan. b. Lambang padi dan kapas bertalian itu melambangkan

kebersamaan. c. Lambing Al-Qur‟an merupakan simbol bahwa pedoman

hidup terletak pada Al-Qur‟an dan kita diharuskan untuk selalu membaca, mengetahui, dan mengamalkan Al -Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

d. Terdapat tiang yang kokoh yang di atasnya ada bintang dan kobaran api yang artinya semangat bersama untuk berjuang mensyiarkan Islam lewat Al-Qur‟an.

e. Tulisan LPTQ berarti yang mengelola, mengatur, serta menjadi penanggung jawab atas semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan mengamalkan Al-Qur‟an.

f. Warna hijau dan kuning melambangkan kemakmuran dan kesatuan

g. Tulisan Arab Tilawatil Qur‟an menerangkan bahwa LPTQ merupakan Lembaga yang bergerak di bidang keagamaan khususnya mengkaji Al -Qur‟an.

2) Landasan Hukum84 a. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 tntang

pembentukan Daerah-daerah tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1958 Nomor 115, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas

83Gazali, dkk. Profil LPTQ, 40 84Gazali, dkk. Profil LPTQ, 41

57

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

c. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

d. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 182 A Tahun 1988 dan Nomor 48 Tahun 1988 tentang Pengembangan Organisasi Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ);

e. Keputusan Menteri Agama Nomor 240 Tahun 1989 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ).

3. Visi, Misi dan Tujuan LPTQ Provinsi NTB 85 a. Visi

“Pada tahun 2023 LPTQ menjadi pusat penggerak pengamalan Al -Qur‟an bagi terwujudnya masyarakat NTB yang religius, cerdas serta sejahtera lahir batin untuk menyiapkan SDM yang potensial berkualitas serta berdaya saing pada kegiatan MTQ/STQ Nasional maupun MTQ Internasional.”

b. Misi 1) Menjadikan masyarakat NTB bisa membaca Al-Qur‟an

dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. 2) Menyiapkan calon-calon penghafal Al-Qur‟an dan Hadits

yang menjadi imam sholat, guru mengaji Al-Qur‟an dan da‟i di Seluruh Indonesia.

3) Menjadikan Al-Qur‟an dan Hadits sebagai bahan literasi masyarakat NTB.

4) Mendirikan rumah-rumah Tahfidz Al -Qur‟an dan Hadits. 5) Penyebaran Mushaf Al -Qur‟an dan Hadits serta buku-buku

Islalm bermutu.

85Gazali, dkk. Profil LPTQ, 57

58

Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPTQ Provinsi NTB

DEWAN PEMBINA

DEWAN PENGURUS

BIDANG PEMBINAAN

BIDANG PERHAKIMAN

BIDANG DANA DAN USAHA

BIDANG PENDIDIKAN

DAN PELATIHAN

BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BIDANG PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI

6) Gerakan pemberantasan buta huruf Al -Qur‟an. 7) Menyelenggarakan pelatihan Al -Qur‟an dan Hadits yang

berkaitan dengan Tilawah, Tahfidz, Tafsir, Khat, Fahmil dan Syarhil Qur‟an, serta Penulisan Makalah Ilmiah Al-Qur‟an.

8) Melaksanakan lomba-lomba atau olimpiade Al-Qur‟an dan Hadits.

c. Tujuan a. Terwujudnya penghayatan dan pengamalan Al-Qur‟an dalam

masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila. b. Terwujudnya masyarakat NTB yang Islami c. Terwujudnya organisasi sebagai “good public institusion”

melalui peningkatan kinerja, baik perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling), maupun evaluasi (evaluating) program yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat NTB dan sesuai dengan regulasi dan kebijakan pemerintah.

4. Struktur Organisasi LPTQ Provinsi NTB 86

86Dokumentasi, Profil Sekretariat LPTQ Provinsi NTB, Mataram, 05

September 2021

59

B. Paparan Data dan Temuan Penelitian Peningkatan kualitas peserta lomba dalam menghadapi event

Musabaqah tingkat Nasional terimplementasi melalui fungsi yang pertama yaitu fungsi perencanaan LPTQ Provinsi NTB. Sebelum pelaksanaan Musabaqah tingkat Nasional ada beberapa aspek perencanaan yang diimplementasikan LPTQ Provinsi NTB yaitu: a. Perencanaan Program dan Kegiatan

Proses awal dan mendasar yang dilakukan LPTQ Provinsi NTB pada pelaksanaan program dan kegiatan yaitu proses perencanaan atau yang biasa disebut dengan planning. Proses ini dilaksanakan dan menetapkan tujuan melalui cara atau metode yang tepat dan sistematis untuk mencapai tujuan. Melalui perencanaan ini, LPTQ Provinsi NTB menyusun prosedur atau metode terbaik dalam menjalankan kegiatan. Rencana yang dihasilkan juga berfungsi sebagai pedoman bagi lembaga dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki untuk beberapa tahun ke depan, merancang kegiatan yang sudah diagendakan, dan merancang sistem pengendalian dan evaluasi serta tindakan perbaikan apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan awal dari lembaga LPTQ Provinsi NTB.

Menurut H. Amirin A. Rahim selaku Kepala Sekretariat LPTQ Provinsi NTB mengutarakan terkait proses perencanaan (planning) sebagai langkah awal dari program kegiatan yaitu pelaksanaan jangka panjang dan pendek. Beliau mengungkapkan hasil pelaksanaan event MTQ/STQ tingkat Kabupaten/Kota di Provinsi NTB.

“Jadi juara-juara tingkat Kabupaten/Kota akan mengikuti penyelenggaraan MTQ/STQ tingkat Provinsi, setelah itu LPTQ Provinsi NTB bersama Kabupaten/Kota penyelenggara membuat perencanaan seperti tahun 2021 ini sebelum pelaksanaan MTQ tingkat Nasional tahun 2022 di Kalimantan Selatan, maka akan diselenggarakan MTQ tingkat Provinsi dulu dengan kesiapan Kabupaten Lombok Timur sebagai tuang rumah. Setelah itu, Provinsi NTB akan berkordinasi dengan Bupati Lombok Timur untuk memohon sebagai tuan rumah dan setelah pertemuan, didapatkanlah kesepakatan sehingga Pemerintah Daerah Lombok Timur siap melaksanakan MTQ tingkat Provinsi tahun 2022

60

mendatang. Setelah itu, hasil dari kesepakatan dengan tuan rumah Kabupaten Lombok Timur maka akan dibuatkan SK Gubernur menunjuk Kabupaten Lombok Timur sebagai tuan rumah.”90

Senada dengan hal tersebut, terkait perencanaan LPTQ Provinsi NTB dalam menghadapi event MTQ/STQ Nasional diungkapkan oleh Dr. TGH. Sholah Sukarnawadi, MA selaku Ketua Harian LPTQ Provinsi NTB yaitu:

“Untuk perencanaan kita biasanya melakukan persiapan berupa pembinaan terhadap para juara 1 di tingkat Provinsi untuk semua cabang yang akan dilombakan di tingkat Nasional dan pembinaan itu dipusatkan salah satu tempat yang memenuhi persyaratan yang kondusif supaya para peserta ini bisa fokus mengikuti training center (TC) dengan tenang dan nyaman. Pelatih-pelatih yang disiapkan juga oleh LPTQ Provinsi NTB adalah pelatih-pelatih yang bersertifikat Nasional bahkan Internasional.”91

Pentingnya langkah awal perencanaan program dan kegiatan ini, mengharuskan pengurus LPTQ untuk maksimal mempersiapkannya melalui rapat dengan para praktisi LPTQ lainnya dan hal ini di utarakan oleh TGH. M. Zaini, SH selaku Pelatih dan Dewan Hakam Provinsi NTB:

“Dari tahun ke tahun pelaksanaan MTQ/STQ yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi melalui LPTQ Provinsi NTB. Terutama didalam mempersiapkan kafilah/peserta kita yang akan mewakili daerah untuk menghadapi MTQ/STQ Nasional. Pertama tentu mulai dari pertemuan dalam merencanakan sistematika pembinaan dan pelatihan para peserta kita sesuai dengan cabang dan golongan, sebab cabangnya sudah jelas kemudian golongannya juga sudah jelas sehingga pesertanya menjadi satu kelompok, kalau STQ hanya 16 orang dan MTQ sekitar 56 peserta, karena tentu tidak sertamerta anak-anak kita berangkat begitu saja untuk menghadapi event Nasional tanpa pembinaan dan pelatihan terlebih dahulu.”92

90H. Amirin A. Rahim, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi NTB,

23 November 2021. 91TGH. Sholah Sukarnawadi, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi

NTB, 23 November 2021. 92TGH M. Zaini, Wawancara, Lombok Barat, 25 November 2021.

61

Berdasarkan hasil observasi lapangan bahwa langkah awal yang dilakukan LPTQ Provinsi NTB yaitu kegiatan rapat intern yang dilakukan oleh Pengurus LPTQ besama dengan pihak Pemerintah Provinsi NTB (Biro Kesra Setda Provinsi NTB) untuk menentukan agenda awal sebelum pelaksanaan pembinaan pesera lomba dan dewan hakam memang benar dilaksanakan karena nantinya setelah itu akan dirancang waktu dan tempat pelaksanaannya.

b. Perencanaan Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan pembinaan dan pelatihan

yang dilaksanakan LPTQ Provinsi NTB menjelang MTQ/STQ tingkat Nasional ini adalah kegiatan pembinaan dan pelatihan jangka pendek mengingat waktu pelaksanaan MTQ/STQ tingkat Nasional sudah dekat. Pelaksanaan pembinaaan dan pelatihan (training center) biasanya dilaksananan berkisar dari 5 sampai 8 hari.

Hasil observasi peneliti di lapangan bahwa pembinaan dan pelatihan (training center) yang dilaksanakan LPTQ Provinsi NTB menjelang keberangkatan peserta lomba ke MTQ/STQ tingkat Nasional selalu diadakan dengan harapan para peserta nantinya akan mendapatkan tambahan ilmu dan pengalaman untuk lebih siap tampil pada Musabaqah walaupun durasi waktu pelaksanaan yang sangat singkat.93

Hal diatas diungkapkan H. Abdul Azis Fahmi, S.Ag selaku Kepala Bagian Bina Mental Spiritual Biro Kesra Setda Provinsi NTB, beliau mengungkapkan bahwa.

“Pelaksanaan pembinaan dan pelatihan (training center) yang dilakukan masih terlalu singkat seperti persiapan menjelang MTQ/STQ tingkat Nasional di Kota Sofifi Provinsi Maluku Utara tahun 2021 sehingga persiapan dari para peserta kurang maksimal. Hal itu karena keterbatasan anggaran yang tersedia. Akan tetapi karena para peserta sudah terbiasa mempersiapkan diri secara

93Observasi Lapangan pada Saat Pelaksanaan Training Center (TC) Menjelang

MTQ/STQ Nasional.

62

mandiri di tempat masing-masing Kabupaten/Kota tempat asal mereka sehingga mereka mampu bersaing di tingkat Nasional.”94

c. Perencanaan Pembina dan Pelatih Setiap menjelang event MTQ/STQ tingkat Nasional,

LPTQ Provinsi NTB Pengurus LPTQ yang selalu bersinergi dengan Pemerintah Provinsi NTB terkait penentuan para pembina dan pelatih yang akan diundang untuk melatih peserta yang akan menghadapi Musabaqah tingkat Nasional baik pelatih dari dalam maupun dari luar Provinsi NTB. Hal ini dilakukan supaya pembinaan dan pelatihan lebih berkualitas karena dilatih oleh para praktisi yang professional dalam bidangnya dan notabenenya dewan hakam Nasional.

Diutarakan oleh Kepala Biro Kesra Setda Provinsi NTB Drs. H. Sahnan, M.Pd selaku Ketua III di Pengurusan LPTQ Provinsi NTB mengungkapkan.

“Kordinasi dengan stakeholder: LPTQ Daerah, Pondok Pesantren, terkait dengan peserta dan pembina yang notabenenya dari pondok pesantren itu dilibatkan betul dalam pembinaan dan pelatihan sampai dengan pendampingannya di tingkat Nasional, kemudiaan kordinasi anggarannya juga dengan BPKAD, termasuk juga bagaimana kita dapat izin berangkat dari pimpinan terutama dalam hal ini yaitu Sekda Provinsi NTB, semua stakeholder komunikasinya lancar terkait dengan kegiatan-kegiatan MTQ maupun STQ.”95

Hasil observasi peneliti di Lapangan bahwa pelaksanaan pembinaan dan pelatihan (training center) biasanya mengundang pelatih dari luar Provinsi NTB seperti Prof. Dr. H. Said Agil Husein Al-Munawwar, Dr. H. Muksin Salim, Dr. H. Ilhamuddin Qasim, Dr. Hj. Ummi Husnul Khatimah, Dr. H. Didin Sirojuddin, disamping itu LPTQ Provinsi NTB mengundang juga para pembina dan pelatih dari dalam wilayah Provinsi NTB sendiri

94H. Abdul Azis Fahmi, Wawancara, Kantor Biro Kesra Setda Provinsi NTB,

24 November 2021. 95H. Sahnan, Wawancara, Kantor Biro Kesra Setda Provinsi NTB, 06

Desember 2021

63

yang berpengalaman dan bersertifikat Nasional bahkan internasional.96

Dari berbagai perencanaan diatas tentu perlunya perencanaan yang jelas dan komprehensif, artinya persiapan tidak hanya sebatas rencana saja akan tetapi perencanaan yang dibarengi dengan praktik yang jelas dan terarah mulai dari persiapan keberangkatan sampai kepada kepulangan dari MTQ/STQ Nasional, Hal ini diutarakan oleh TGH M. Zaini, SH selaku Pelatih dan Dewan Hakam Provinsi NTB.

“Melalui pertemuan pengurus LPTQ untuk menentukan dimana peserta akan dibina dan dipersiapkan dan siapa tenaga pelatihnya, pendampingnya. Tidak hanya sampai di training center saja, akan tetapi sampai mereka tampil di mimbar tilawah yang sesungguhnya di tingkat Nasional.”97

d. Perencanaan Anggaran Hambatan LPTQ Provinsi NTB dari tahun ketahun adalah

masalah pendanaan atau anggaran yang tersedia sehingga berimplikasi terhadap berbagai bidang program dan kegiatan yang sudah direncanakan dan diselenggarakan dengan apa adanya dan berpengaruh juga kepada kurang maksimal hasil yang dicapai baik ditingkat Provinsi sampai tingkat Nasional. Sehingga permasalahan tersebut perlu direncanakan lebih matang agar program dan kegiatan yang sudah direncanakan berjalan lancar. Bahkan bila disimpulkan setiap narasumber atau informan yang di wawancara (interview) menyadari akan hal itu, sehingga kedepannya LPTQ mengadakan kordinasi dan komunikasi yang intensif untuk pendanaan dan penganggaran yang lebih baik. 98

C. Pembahasan Perencanaan (planning) sebagai salah satu indikator dan

fungsi dari manajemen yang pertama sebelum adanya pengorganisasian dan pelaksanaan program yang menjadi tujuan dalam lembaga formal dan non formal karena tanpa adanya

96Observasi Lapangan pada Saat Pelaksanaan Training Centralisasi Menjelang

MTQ/STQ Nasional. 97TGH. M. Zaini, Wawancara, Lombok Barat, 25 November 2021. 98Observasi di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Provinsi NTB

64

perencanaan yang jelas maka pengorganisasian dan pelaksanaan akan sulit berjalan baik dan teratur. Esensi dari perencanaan adalah pengambilan keputusan terhadap langkah yang akan diambil dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini senada dengan ungkapan Terry sebagai dikutip oleh Jaja Jahari dan Amirullah Syarbini yang mengemukakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.99

Perencanaan juga sebagai pondasi dan tindakan awal sebelum aktivitas inti terlaksana sehingga perlu adanya strategi dan formula yang harus dipersiapkan oleh seorang pemimpin atau manager dalam merencanakan agenda kegiatan. Hal ini sesuai dengan fiman Allah dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 18 yaitu:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.100

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa setiap individu harus menyiapkan bekal untuk menghadapi masa depan atau hari esok, sehingga hari esok lebih baik dari hari ini, dan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Kerena itu harus dibuat program dan perencanaan yang matang. Bila telah selesai satu program, dikerjakan program yang lain, Pentingnya perencanaan merupakan hal yang mutlak dibutuhkan dalam setiap program dan kegiatan organisasi untuk menentukan arah dan strategi yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan sebuah lembaga yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.

Suatu program kegiatan yang berhasil dan berkualitas merupakan indikasi dari perencanaan (planning) yang baik dan

99Jahari dan Syarbini, Manajemen Madrasah, 9. 100Q.S. Al -Hasyr ayat 18

65

matang. Bahkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu seseorang sangat perlu menyiapkan perencanaan sebagai teknik awal agar setiap program kegiatan dapat berjalan dan berlangsung sukses dan maksimal. Hal tersebut telah diimplementasikan oleh ketua umum LPTQ Provinsi NTB dalam mereposisi dan membagi tugas para pengurus, pembina dan pelatih dalam rangka peningkatan prestasi peserta lomba dalam mencapai tujuan bersama. Adapun agenda atau program perencanaan yang secara berkesinambungan dilaksanakan LPTQ Provinsi NTB yaitu: a. Perencanaan Program dan Kegiatan

Perencanaan pada hakekatnya adalah proses awal dalam pengambilan keputusan atau sejumlah alternaif (pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atau hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Menurut observasi peneliti, ada beberapa perencanaan awal yang dilakukan oleh LPTQ NTB dalam mengagendakan program dan kegiatan yaitu: perencanaan program dan kegiatan dari LPTQ Provinsi NTB, perencanaan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan dan perencanaan pembina dan pelatih peserta lomba

Perencanaan awal yang dilakukan melalui Rapat Kerja Daerah atau biasa disebut dengan RAKERDA. Rapat Kerja Daerah ini merupakan salah satu program yang secara rutin dan berkesinambungan dilaksanakan LPTQ Provinsi NTB dalam rangka menentukan program jangka pendek dan program jangka panjang. Kegiatan RAKERDA dilaksanakan dengan mengundang beberapa unsur pengurus LPTQ Kabupaten/Kota dan unsur dari Pemerintah Daerah (Biro Kesra Kabupaten dan Kota) di Provinsi NTB.

b. Perencanaan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan waktu pelaksanaan kegiatan LPTQ Provinsi

NTB tergantung program jangka panjang dan jangka pendek. Program jangka panjang ini merupakan jenis program yang berkelanjutan dan berulang dalam jangka waktu yang lama sementara untuk jangka pendek dilaksanakan menjelang kegiatan

66

MTQ/STQ tingkat Nasional. Program jangka pendek ini berupa pembinaan untuk peserta lomba yaitu training center (TC) sehingga yang direncanakan pada kegiatan ini adalah waktu pembinaan training center, berapa lama training center dilaksanakan sehingga persiapan para peserta bisa maksimal. Pelaksanaan pembinaan ini biasaya dilaksanakan berkisar 5 – 7 hari sebelum keberangkatan ke musabaqah tingkat Nasional.

c. Perencanaan Pembina dan Pelatih Menjelang pelaksanaan MTQ/STQ tingkat Nasional

biasanya LPTQ Provinsi NTB melakukan pembinaan dalam rangka mempersiapkan para peserta yang akan dikirim ke tingkat Nasional, untuk memantapkan persiapan LPTQ Provinsi NTB mengundang pembina dan pelatih baik dari Provinsi NTB maupun dari luar Provinsi NTB. Dengan mengundang pembina dan pelatih diharapkan peserta lomba akan lebih maksimal berlatih dan siap mengikuti kompetisi dengan ilmu dan pengalaman yang didapat dari pelatih Daerah dan pelatih Nasional yang notabene-nya Dewan Hakam Provinsi dan Nasional.

Pembinaan dan pelatihan merupakan suatu yang penting, dan menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, maka untuk mencetak generasi masa depan diperlukan institusi pendidikan yang dapat memberikan pendidikan dan pelatihan secara komprehensif, baik dari segi intelektual, sikap dan keterampilan. Pembinaan dan bimbingan peserta didik/peserta lomba dilakukan melalui model pengasuhan sebagai upaya terencana untuk menumbuh-kembangkan kreativitas dan wawasan untuk mewujudkan karakter peserta didik sehingga terbentuk keseimbangan intelektual, kesamaptaan serta kecerdasan emosional dan spiritual.101

101Irfan Setiawan, Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik Pada Institusi

Berasrama (Yogyakarta: CV. Writing Revulutiion, 2013), 50.

67

BAB I II PENGORGANISASIAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pengorganisasian sebagai proses mengklasifikasikan dan

membagi tugas perorangan dan membebankan tugas tersebut sesuai dengan bidang dan keahliannya. Upaya mengalokasikan sumber daya yang dimiliki, serta mengkoordinasikan tugas dan fungsinya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan oganisasi, maka pemilihan pengurus tetap LPTQ Provinsi NTB berdasarkan hasil rapat pengurus dengan pengurus inti yaitu ketua umum, ketua harian, kepala sekretariat LPTQ, dan pihak Pemerintah Provinsi NTB (Biro Kesra Setda Provinsi NTB). Dalam menjalankan tugas kepengurusannya seorang pengurus akan bertugas selama 4 tahun.102 Terkait hal pengorganisasian tersebut diutarakan oleh H. Abdul Azis Fahmi selaku Kepala Bagian Bina Mental Spiritual Biro Kesra Setda Provinsi NTB, beliau mengungkapkan bahwa:

“Untuk pengorganisasian merupakan bagian yang kita miliki dan diisi oleh orang-orang luar biasa karena memang mereka merupakan praktisi dan pakar di bidangnya. Oleh karena itu, sebagai upaya peningkatan kualitas peserta tentu perlu adanya pembinaan secara terorganisir seperti pembinaan tahfidz yang dipusatkan di Pondok Pesantren, Pembinaan tilawah di Pondok Pesantren yang bina oleh Ustadz H. M. Zaini atau Ustadz H. Sabaruddin, tetapi terkendala anggaran yang masih terbatas.”103

Seperti yang peneliti observasi dan peneliti dapatkan dari dokumen LPTQ Provinsi NTB terkait susunan pengurus LPTQ Provinsi NTB periode tahun 2020-2023 dan salah satu susunan pelatih training center (TC) tahun 2018 sehingga dapat dideskripsikan sebagai berikut:

102Observasi di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Provinsi NTB 103H. Abdul Azis Fahmi, Wawancara, Kantor Biro Kesra Setda Provinsi NTB,

24 November 2021.

68

Daftar Tenaga Pembina dan Pelatih Training Center (TC) Peserta MTQN XXVII Tahun 2018 104 A. Pelatih Nasional

1. Dr. KH. Muhsin Salim, MA. : Pelatih Cabang Tilawah,

Tahfizh, dan Tafsir

2. Drs. H. Muhammad Ali : Pelatih Cabang Tilawah 3. Dr. H. Ilhamudin Kasim, MA. : Pelatih Cabang Tahfizh

4. Dr. Hj. Ummi Khusnul

Khotimah, MA. : Pelatih Cabang Tahfizh

5. Dr. H. Didin Sirajudin : Pelatih Cabang Khat Al

Qur‟an

B. Pelatih Daerah

1. Drs. H. Ramli Ahmad, M.AP. : Pelatih Cabang Tilawah

2. H. M. Zaini, SH. : Pelatih Cabang Tilawah

3. H. Ridwan Umar, S. Pd. I. : Pelatih Cabang Tilawah

4. H. Basyirun M. Saleh, M. S. I : Pelatih Tafsir Bahasa Arab

5. Dr. H. Zaidi Abdad, MA. : Pelatih Tafsir Bahasa

Indonesia

6. Dr. Muhsinin, MA : Pelatih Tafsir Bahasa

Inggris 7. H. Kholid Nawawi Ridwan : Pelatih Tahfizh 8. Hj. Fauziati Musthofa : Pelatih Tahfizh 9. Dr. H. Fahrurrozi, MA : Pelatih Fahmil dan Syarhil 10. Dr. H. L. Ahmad Zaenuri, MA : Pelatih M2IQ

11. Yunani : Pelatih Khat 12. H. Amirin A. Rahim : Koordinator Pelatih

Susunan Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode Tahun 2020-2023105 I. Dewan Pembina 1. Gubernur Nusa Tenggara Barat : Ketua 2. Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat : Anggota 3. Ketua DPRD Provinsi NTB : Anggota

104Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat Tahun 2018. 105Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat Tahun 2020-2023.

69

4. Rektor UIN Mataram : Anggota 5. Ketua FKSPP Provinsi NTB : Anggota 6. Ketua IPQOH NTB : Anggota

II. Dewan Pengurus 7. Sekretaris Daerah Provinsi NTB : Ketua Umum 8. Dr. H. Sholah Sukarnawadi, MA

(Tokoh Agama) : Ketua Harian

9. Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB

: Ketua I

10. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi NTB

: Ketua II

11. Kepala Biro Kesra Setda Provinsi NTB : Ketua III 12. Kepala Bagian Keagamaan pada Biro Kesra

Setda Provinsi NTB : Sekretaris

Umum 13. Kabid Bimas Islam Kanwil Kementerian

Agama Provinsi NTB : Sekretaris I

14. Kasubbag Pendidikan Keagamaan pada Biro Kesra Setda Provinsi NTB

: Sekretaris II

15. Kepala Sekretariat LPTQ Provinsi NTB : Sekretaris III 16. Yul Hadiansyah, SE, MM.

(ASN Pemprov NTB) : Bendahara

III. Bidang Pembinaan 17. Dr. H. Lalu Ahmad Zaenuri, MA.

(Akademisi UIN Mataram) : Ketua

18. Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA. (Akademisi UIN Mataram)

: Wakil Ketua

19. H. Basirun M. Saleh, M.Si (Ponpes Al Islahuddiny)

: Anggota

20. Hj. Fuziyati Musthofa (Ponpes Al Aziziyah)

: Anggota

21. H. Sabaruddin, M.Pd (Ponpes Nurul Qur‟an Loteng)

: Anggota

IV. Bidang Pendidikan dan Pelatihan 22. Dr. H. Subhan Abdullah Acim, MA.

(Akademisi UIN Mataram) : Ketua

23. Dr. H. L. Muchsin Efendi, MA. (Akademisi UIN Mataram)

: Wakil Ketua

24. Dr. Muhsinin, MA. (Akademisi UIN Mataram)

: Anggota

70

25. H. Kholid Nawawi Ridwan (IPQOH NTB) : Anggota

V. Bidang Perhakiman

26. Dr. H. M. Zaidi Abdad, MA. (Akademisi UIN Mataram)

: Ketua

27. Drs. KH. Ramli Ahmad, M.AP. (Ponpes Al Husainy)

: Wakil Ketua

28. TGH. Fathul Aziz Musthofa (Ponpes Al Aziziyah)

: Anggota

29. H. M. Zaini, SH. (IPQOH NTB) : Anggota 30. H. Nurdin, M.Ag.

(Kanwil Kemenag Provinsi NTB : Anggota

VI. Bidang Penelitian dan Pengembangan 31. Dr. H. Abdul Fatah, M.Fhil.I

(Akademisi UIN Mataram) : Ketua

32. Drs. H. M. Natsir Abdillah, M.Ag. (IPQOH NTB)

: Wakil Ketua

33. Dr. Hj. Atun Wardatun (Akademisi UIN Mataram)

: Anggota

34. Dr. H. Saleh Ending (Akademisi UIN Mataram)

: Anggota

VII. Bidang Penggalangan Dana 35. Ketua Komisi V DPRD Provinsi NTB : Ketua 36. Kepala BAPPEDA Provinsi NTB : Wakil Ketua 37. Kepala BPKAD Provinsi NTB : Anggota 38. Ketua BAZNAS Propinsi NTB : Anggota 39. Pimpinan Bank NTB : Anggota VIII. Bidang Publikasi dan Dokumentasi 40. Kepala Biro Humas dan Protokol Setda

Provinsi NTB : Ketua

41. Kepala LPP RRI Mataram : Wakil Ketua 42. Kepala LPP TVRI Mataram : Anggota 43. Kasubbag Humas Kanwil Kementerian

Agama Prov.NTB : Anggota

IX. Sekretariat 44. H. Amirin A. Rahim : Kep. Sekretariat 45. Danarus Sumandi, S.Sos : KTU 46. Staf : 4 Orang

71

Dari susunan pelatih dan pengurus di atas dapat disimpulkan bahwa LPTQ Provinsi NTB telah melakukan pengorganisasian terhadap para pelatih dan pengurus secara terstruktur dengan baik. Dalam susunan pelatih dan pengurus ini telah terorganisir tugas dan fungsi masing-masing serta memilih orang yang memiliki keahlian di bidangnya sesuai yang tertera pada susunan pelatih dan pengurus di atas. Dengan demikian diharapkan para pelatih dan pengurus yang terpilih akan bekerja dengan baik karena sudah ditempatkan sesuai dengan keahlian dan bidangnya masing-masing.106

B. Pembahasan Pengorganisasian salah satu proses membentuk kerja sama

antara dua individu atau lebih dalam sebuah struktur lembaga untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Menurut Hasibuan pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap organisasi ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menempatkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.107

Tujuan lembaga yang terstruktur akan memberikan arah yang jelas bagi lembaga, sehingga diperlukan upaya penyusunan struktur organisasi melalui suatu desain organisasional. Langkah pertama pengorganisasian setelah perencanaan kegiatan di LPTQ Provinsi NTB yaitu: a. Kepengurusan LPTQ Provinsi NTB, kepengurusan ini merupakan

susunan atau hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada organisasi sehingga nantinya akan menentukan dan melaksanakan kegiatan dan program jangka panjang dan jangka pendek dari LPTQ Provinsi NTB.

b. Persiapan MTQ/STQ Nasional, LPTQ Provinsi NTB menentukan para pembina dan pelatih peserta lomba. Pengorganisasian pembina dan pelatih ini pada tataran praktisnya akan diimplementasikan pada kegiatan training center (TC) yang

106Observasi Lapangan di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)

Provinsi NTB 107Jahari dan Syarbini, Manajemen Madrasah, 11.

72

dilaksanakan menjelang keberangkatan kafilah Provinsi NTB ke Musabaqah tingkat Nasional.

c. Pada pelaksanaan MTQ/STQ tingkat Provinsi, penentuan Dewan Hakam penilai pada Musabaqah tingkat Provinsi dan membagi tufoksi (tugas dan fungsi) dari masing-masing Dewan Hakam tersebut dengan harapan para Dewan Hakam mampu memberikan penialain secara obyektif kepada para peserta lomba dalam rangka mencari dan mencetak bibit yang mempunyai kualitas dan kemampuan bersaing dan berlaga di tingkat Nasional.

Pada tataran aplikatif ketua Umum LPTQ Provinsi NTB sudah melakukan tugas dan fungsinya sebagai manajer dalam hal pengorganisasian. yaitu penyusunan dan membagi tugas kepada para praktisi MTQ/STQ. Para pelatih, pengurus dan dewan hakam sudah diberikan tugas dan tanggung jawab, karena ketua umum LPTQ Provinsi NTB yakin bahwa mereka yang sudah ditunjuk mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab dan mampu membawa Provinsi NTB sebagai Provinsi yang berkualitas dan berprestasi di tingkat Nasional.

Pengorganisasian bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam sebuah organisasi sehingga menjadi jelas tanggung jawab dari setiap bidang masing-masing yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan adanya pengorganisasian ini, seorang manajer dapat menentukan berapa jumlah personil yang dibutuhkan dan serta struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Dalam hal ini tentu pengorganisasian dengan cara membagi tugas-tugas dalam organisasi ke dalam unit-unit terkecil.108Pada teori organisasi (organization theory) mendeskripsikan bagaimana suatu organisasi merupakan suatu struktur yang actual dan pengalihan harapan atau bagaimana suatu organisasi dapat dikonstruksi untuk memperbaiki efektifitas kerja.109

Kagiatan penyusunan dan penentuan pengurus dan dewan hakam dan pelatih tersebut dikenal dengan proses staffing, staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan

108Said Achmad Kabiru Rafiie, Manajemen Teori dan Aplikasi (Bandung:

Albeta, 2017), 40. 109Dyiah Safitri, Strategi Organisasi (Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2017), 19.

73

personalia pada suatu organisasi kelembagaan sejak dari merekrut, pengembangannya sampai kepada usaha agar setiap person memberikan usaha yang maksimal kepada organisasi.110 Pengorganisasian merupakan salah satu strategi LPTQ Provinsi NTB dalam menempatkan para pembina atau pelatih yang sudah ditunjuk surat keputusan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara professional sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan teori klasik Adam Smith yaitu “the right man in the right place” artinya orang yang tepat atau yang memiliki keahlian tertentu harus ditempatkan pada keahliannya.

Pada tataran aplikatif, pengorganisasian pada lembaga merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam rangka peningkatan kualitas serta progres lembaga untuk lebih eksis ditengah penetrasi budaya barat dan zaman teknologi yang semakin mengglobal. kemudian, kinerja organisasi akan lebih berkualitas apabila diukur dengan kinerja manajerial dan kinerja organisasional. Kinerja manajerial adalah ukuran efektivitas dan efisiensi seorang manajer dalam menjalankan kegiatannya membantu organisasi mencapai tujuannya. Sedangkan kinerja organisasional mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi usaha-usaha oleh organisasi mencapai tujuannya.

110Muslimin, Manajemen Staffing, 16.

74

BAB IV PENGGERAKAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) di lapangan yang

peneliti lakukan yaitu penggerakan atau pelaksanaan program kegiatan LPTQ Provinsi NTB berupa kegiatan rapat yang dilakukan pengurus sebelum pelaksanaan program dan kegiatan yang menjadi agenda jangka pendek dan jangka panjang, Penggerakan juga merupakan kegiatan pemimpin, membimbing dan mengarahkan para anggotanya agar memiliki aktifitas dan produktivitas dalam melaksanakan rencana dan tujuan oganisasi. Menggerakkan berarti merangsang perorangan maupun kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan semangat dan tanggungjawab. Maka adapun penggerakan atau pelaksanaan program dan kegiatan yang merupakan tujuan dari LPTQ Provinsi NTB yaitu: 1. Bidang Perhakiman

Pada Bidang ini terdapat program dan kegiatan LPTQ dalam rangka peningkatan kemampuan dan kualitas para hakim yang ada di Provinsi NTB yang nantinya bisa secara obyektif memberikan penilaian pada setiap event MTQ/STQ tingkat Provinsi di NTB. Adapun bentuk program dan kegiatan yaitu:111 a. Melaksanakan dan menyelenggarakan pelatihan perhakiman

sesuai dengan cabang yang di Musabaqahkan. b. Mengusulkan para hakim untuk menjadi calon hakim Nasional

pada MTQ/STQ tingkat Nasional. c. Merekomendasikan personal hakim Provinsi pada MTQ/STQ

tingkat Provinsi. d. Menyusun paket atau maqra soal MTQ/STQ tingkat Provinsi

NTB.

111Observasi Lapangan di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)

Provinsi NTB.

75

Implementasikan bidang perhakiman ini untuk para pelatih Kabupaten/Kota di Provinsi NTB perlu dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai bekal dan tambahan pengalaman para pelatih untuk membina dan melatih para calon peserta yang akan ikut berlomba dari tingkat Kecamatan sampai tingkat Nasional dan mencari bibit yang berpotensi dalam bidang Al-Qur‟an serta para pelatih lebih professional sebagai dewan hakam dalam menilai proses perlombaan di MTQ/STQ di Provinsi NTB.

Terkait dengan yang dibina diungkapkan oleh H. Amirin A. Rahim selaku kepala Sekretarit LPTQ Provinsi NTB bahwa fungsi dan manfaat dari pembinaan dan pelatihan orientasi para hakim ini sangatlah urgen dalam rangka menghasilkan para hakim yang professional dan obyektif dalam penilain di setiap penyelenggaraan Musabaqah di Provinsi NTB yang nantinya bisa direkomendasikan menjadi hakim di tingkat Nasional.

“Pembinaan dan pelatihan perhakiman dilaksanakan dengan tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada para calon-calon hakim yang akan bertugas baik di tingkat Kabupaten maupun di Provinsi mereka nanti pada saat melaksanakan penilaian di MTQ/STQ tidak salah menilai dan merugikan peserta dan tidak keluar dari bai‟at dewan hakim sehingga perlunya penilaian dari dewan hakam secara obyektif dan professional.”112

2. Bidang Pembinaan dan Latihan Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas dari peserta lomba yang akan berlaga ditingkat Nasional, LPTQ Provinsi NTB melakukan beberapa kegiatan dan trobosan serta menjadikan sebagai program unggulan yang bersifat berkesinambungan (continue). Program-program yang dilaksanakan antara lain: 113 a. Sentralisasi Pembinaan berkesinambungan yang regulasinya

dalam rangka pembibitan dan pembinaan calon peserta seluruh cabang MTQ/STQ dengan jumlah sesuai dengan usulan

112H. Amirin A. Rahim, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi NTB,

23 November 2021. 113Observasi Lapangan di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)

Provinsi NTB

76

Kabupaten/Kota dan diatur oleh Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi NTB.

b. Membentuk kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan pesantren yang eksis dan unggul dalam melakukan pembinaan di masing-masing Kabupaten/Kota dengan ketentuan peserta asal cabang dan golongan yang kemudian adanya target program dan pencapaian.

c. Mengadakan pembinaan (training center) kepada juara I hasil MTQ/STQ tingkat Provinsi NTB untuk mengikuti Musabaqah tingkat Nasional dengan kesepakatan: 1) Pembinaan di Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh LPTQ

Kabupaten/Kota, biaya pembinaan ditanggung oleh Pemda Kabupaten/Kota.

2) Pembinaan di tingkat Provinsi dilaksanakan oleh LPTQ Provinsi dan dibiayai oleh LPTQ Provinsi NTB. Diungkapkan lagi oleh H. Amirin A. Rahim selaku kepala

Sekretariat LPTQ Provinsi NTB terkait pembinaan dan pelatihan terhadap para juara.

“Setelah mendapatkan hasil yaitu juara-juara terbaik satu pada MTQ/STQ tingkat Provinsi yang mewakili ProvinsI NTB ke MTQ/STQ tingkat Nasional. Kemudian para peserta juara terbaik di tingkat provinsi tadi akan dipanggil LPTQ Provinsi NTB untuk di adakan training center (TC) untuk kita bina dan latih untuk mewakili Provinsi NTB di tingkat Nasional.”114

Senada dengan itu juga terkait dengan pembinaan dan pelatihan terhadap peserta lomba di LPTQ Provinsi NTB dalam menghadapi event MTQ/STQ Nasional, diungkapkan oleh Dr. TGH. Sholah Sukarnawadi, MA selaku Ketua Harian LPTQ Provinsi NTB, beliau mengungkapkan bahwa:

“Kita tunggu tanggal dan lokasi pelaksanaan MTQ/STQ Nasional, kemudian memastikan hasil MTQ/STQ tingkat Provinsi baru kita menentukan jadwal persiapan sebelum berangkat dengan

114H. Amirin A. Rahim, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi NTB,

23 November 2021.

77

mengupayakan pembinaan kepada peserta lomba beberapa kali tergantung dana yang tersedia.”115

Hal yang sama juga diutarakan oleh H. Abdul Azis Fahmi, S.Ag selaku Kepala Bagian Bina Mental Spiritual Biro Kesra Setda Provinsi NTB perihal pembinaan dan pelatihan terhadap para peserta lomba, beliau mengungkapkan.

“Pada tataran pelaksanaan mulai dari pelaksanaan training center harus benar-benar maksimal tidak cukup waktu hanya 3 atau 4 hari karena minimal training center 1 minggu atau 10 hari sebelum keberangkatan ke tingkat Nasional supaya pelatih mampu melihat dan mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan masing-masing peserta lomba untuk bisa tampil maksimal di Musabaqah tingkat Nasional dengan durasi waktu yang sudah ditentukan.”116

d. Melakukan pembinaan kepada LPTQ Kabupaten/Kota Minimal 1 kali dalam setahun.

e. Penganugerahan reword kepada peserta lomba MTQ/STQ yang berprestasi guna peningkatan kapasitas dan revitalisasi kemampuan.

Berdasarkan observasi peneliti di Lapangan pemberian penghargaan (reword) kepada peserta yang terbaik pada MTQ/STQ Nasional selalu diberikan Pemerintah Provinsi NTB hal terbukti ketika STQ XXVI tahun 2021 para peserta terbaik diberikan bonus pembinaan dan disambut meriah oleh Pemerintah Provinsi NTB ketika pulang dari Kota Sofifi Provinsi Maluku Utara. Kafilah Provinsi NTB diapresiasi dan disambut oleh Gubernur dan Wakil Gubernur NTB di Bandara Internasional Lombok Syeikh Zainuddin Abdul Majid.117

Penggerakan ataupun pelaksanaan yang di lakukan oleh LPTQ Provinsi NTB ini merupakan agenda rutinitas namun walaupun demikian perlu adanya upaya perubahan atau

115TGH. Sholah Sukarnawadi, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi

NTB, 23 November 2021. 116H. Abdul Azis Fahmi, Wawancara, Kantor Biro Kesra Setda Provinsi NTB,

24 November 2021. 117Observasi Lapangan di Bandara InterNasional Lombok Hari Ahad tanggal

24 Oktober 2021.

78

peningkatan kualitas program dan kegiatan agar hasil yang inginkan bisa maksimal. Tentu untuk lebih memaksimalkan hasil, LPTQ Provinsi NTB perlu dan rutin melakukan kordinasi dan kerjasama dengan Kementerian Agama Provinsi NTB supaya hajat dan tujuan bersama yang menjadi unsur pokok dalam organisasi tercapai. Terkait dengan hal itu H. Amirin A. Rahim selaku kepala Sekretariat LPTQ Provinsi NTB mengungkapkan.

“Adanya relasi dan kordinasi antara LPTQ Provinsi NTB dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB, Kanwil Kementerian Agama di libatkan pada bidang pembinaan dengan Kakanwil Kemenag sebagai Ketua I dan kabid Bimas Islam sebagai Sekretaris II di Pengurus LPTQ Provinsi NTB. pada kegiatan-kegiatan training center (TC) Kakanwil Kemenag selalu diundang untuk memberikan kontribusi kepada kita dan kita libatkan sejak awal. Jadi kerjasama kita dengan Kanwil Kementerian Agama sangat bagus pada teknis pelaksanaannya bersama-sama dengan LPTQ Provinsi NTB baik Kemenag Provinsi maupun Kabupaten/Kota berjalan dengan bagus karena andil merekalah event MTQ/STQ ini tetap ada. Batasnya dengan LPTQ Provinsi NTB yaitu tidak ada dana yang tersedia di Kanwil Kemenag Provinsi dan hanya tersedia di LPTQ Provinsi NTB.”118

Di satu sisi sebagai upaya peningkatan kualitas dan prestasi peserta lomba MTQ/STQ di Provinsi NTB. Perlu adanya formula ataupun strategi yang perlu dirancang dan dilaksanakan LPTQ Provinsi NTB dalam menjawab dinamika yang beredar terkait prestasi peserta yang diraih di tingkat Nasional. Salah upaya peningkatan kualitas peserta yaitu memaksimalkan pelaksanaan pembinaan terhadap peserta sebelum berkompetisi. Hal ini sebagaimana diungkapkan TGH. M. Zaini, SH selaku Pelatih dan Dewan Hakam Provinsi NTB.

“Sesuai dengan jadwal maka mereka dibina dan dilatih dan setelah itu mereka akan dievaluasi, tidak cukup mereka dievaluasi ditingkat mereka dibina dan dilatih (training center) saja, bahkan sering kita juga menghadapkannya dihadapan public dengan istilah tray out. Pelaksanaan tray out ini bisa di pondok pesantren, di

118H. Amirin A. Rahim, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi NTB,

23 November 2021.

79

tengah-tengah jema‟ah dan bisa melalui lembaga pendidikan yang lain sehingga kemampuan peserta kita untuk menghadapi event yang lebih tinggi lebih siap untuk tampil secara maksimal.”119

B. Pembahasan Bentuk Implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian

yaitu penggerakan yang merupakan aktivitas, membimbing, pemimpin dan mengarahkan para anggota kelompok agar memiliki aktifitas dan produktivitas dalam melaksanakan rencana dan tujuan lembaga sehingga kegiatan penggerakan merupakan proses urgen pada lembaga yang tidak dapat dipisahkan dalam fungsi-fungsi manajemen. Menurut Nana Sudjana, penggerakan adalah upaya pemimpin untuk menggerakkan (motivasi) seseorang atau kelompok yang dipimpin dengan menumbuhkan dorongan atau motif dalam dirinya untuk melaksanakan tugas dan kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan organisasi.120

Penggerakan sebagai salah satu usaha menggerakan orang-orang yang sudah diserahi tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan. Hal ini mengacu dalam Q.S. Ali Imran ayat 104 yaitu:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.121

Dari ayat di atas sangat jelas bahwa fungsi seorang pemimpin dalam hal ini Ketua Umum LPTQ untuk senantiasa mengajak kepada hal positif segenap personil yang sudah diberikan amanah dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik untuk peningkatan kualitas dan prestasi peserta lomba sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan dan diorganisasikan dengan baik.

119TGH M. Zaini, Wawancara, Lombok Barat, 25 November 2021. 120Jahari dan Syarbini, Manajemen Madrasah, 11. 121Q.S. Ali Imran ayat 104

80

Sehingga visi misi seorang manajer harus sejalan dengan semua personil dibawahnya supaya terjalin komunikasi dan relasi yang positif antara atasan dan bawahan.

Fungsi seorang pemimpin atau manajer harus mampu memotivasi para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Kemampuan manajer dalam menggerakkan bawahannya untuk menyelesaikan tugas masing-masing secara efektif dan efisien sangatlah penting. Kemampuan seorang pemimpin/manajer dalam mempraktikkan kemampuan soft skill power dan smart power dalam memimpin sebuah organisasi yang terdiri dari para bawahannya yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan lainnya.122

Kepemimpinan merupakan salah satu isu sentral dalam organisasi dan manajemen, dan telah dikaji secara meluas dalam beragam perspektif. Mitsberg dalam Davis and Newstrom menegaskan bahwa peran kepemimpinan merupakan peran yang paling penting dari semua peran yang ada dalam organisasi. Kepemimpinan sangat penting dalam organisasi, tanpa kepemimpinan organisasi bagaikan kepompong tidur. Artinya, tanpa kepemimpinan, suatu organisasi adalah kumpulan orang-orang dan mesing-mesin yang tidak teratur.123

Oleh karena itu seorang pemimpin perlu merumuskan strategi-strategi yang harus dilakukan guna peningkatan hasil di tingkat Nasional. Strategi merupakan rutinitas yang selalu diaplikasikan LPTQ Provinsi NTB, akan tetapi perlu mereposisi dan peningkatan setiap program dan kegiatan. Tantangan dan tuntutan strategi pengembangan lembaga membutuhkan keahlian dalam berbagai bidang. Maka, struktur pengelolaan lembaga selayaknya diambil dari berbagai unsur (stakeholders) yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, pejabat atau birokrat, dan lain-lain. Dengan semakin banyaknya ahli dan praktisi dalam pengelolaan lembaga maka akan memudahkan lembaga meng-cover berbagai problematika yang muncul.

122Rafiie, Manajemen Teori dan Aplikasi, 46. 123Safitri, Strategi Organisasi, 57.

81

Perlunya strategi lembaga dalam menentukan langkah kedepan untuk memberikan progres dan hasil yang memuaskan karena strategi merupakan ilmu dan kiat melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dan dikerahkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Karena pentinya strategi sebagai amunisi atau metode yang harus dimiliki lembaga dalam menjalankan setiap program kegiatan yang sudah direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Terminologi strategi pada lembaga juga dikemukakan oleh banyak ilmuan maupun praktisi yaitu:

Menurut Haslet mengemukakan bahwa strategi adalah cara yang diterapkan terlebih dahulu, dengan cara-cara mana organisasi/lembaga akan berjalan ke arah tujuan-tujuan yang menyangkut finansial, operasi atau aspek social organisasi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hence yang mendefinisikan strategi sebagai konsentrasi dari sumber-sumber pada peluang-peluang bagi keunggulan kompetitif. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia praktis, strategi diartikan sebagai metode untuk mencapai suatu maksud tertentu. Strategi juga dapat dipandang sebagai metode berfikir dalam rangka mewujudkan keinginan dengan memilih cara bertindak yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan faktor andalan dalam organisasi.124

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi NTB dalam melaksanakan dan menghadapi setiap event besar seperti MTQ/STQ selalu menjadi ujung tombak dalam mempersiapkan dengan berbagai formula dan strategi untuk memberikan progres prestasi peserta lomba khusunya dan prestasi NTB pada umumnya. Peranan strategi sangat penting karena salah satu cara untuk mewujudkan tercapainya tujuan dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen. Adapun strategi LPTQ Provinsi NTB dalam rangka peningkatan prestasi peserta lomba di level Nasional yaitu: a. Strategi dalam Bidang Pembinaan

1) Menggerakkan partisipasi dan peran serta masyarakat NTB sebagai stakeholders dalam pencarian bibit dan membina para

124Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Menuju

Pengelolaan Profesional dan Kompetitif (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), 97.

82

kader peserta lomba MTQ/STQ terutama dari Provinsi NTB sendiri.

2) Mengkoordinasikan pembinaan serta pelatihan para kader peserta lomba MTQ/STQ dengan organisasi kemasyarakatan, keagamaan, khususnya yang bergerak dalam ilmu Al-Qur‟an, untuk dapat meningkatkan kemampuan para kader peserta lomba Musabaqah yang berasal dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota di Provinsi NTB agar nantinya siap tampil dalam berbagai Musabaqah tingkat Nasional.

3) Meningkatkan kualitas dan mutu peserta lomba dalam hal penulisan ilmiah kajian Al -Qur‟an.

4) Menggerakkan keperansertaan masyarakat NTB untuk memahami, menghayati atau internalisasi, dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.

Pembinaan (coaching) merupakan hubungan kemitraan antara pembimbing (coach) dan orang yang dibimbing (peserta). Proses bimbingan memusatkan pada pembelajaran berkesinambungan, pertumbuhan, dan perubahan, yang membawa hasil dalam pembangunan keterpenuhan kebutuhan sumber daya internal seseorang. Pembinaan mengarahkan secara langsung atau tidak langsung energi atau kebutuhan peserta untuk meningkatkan motivasi, mencapai tujuan, dan memaksimalkan potensi. Inti dari pembinaan adalah memberdayakan orang dengan memfasilitasi pembelajaran diri, pertumbuhan diri, dan perbaikan kinerja.125

Strategi dalam pembinaan diatas merupakan salah satu formulasi dalam rangka mencetak dan mengkader para peserta lomba yang berkualitas dalam bidang yang dilombakan karena peserta didik/peserta lomba juga merupakan salah satu bagian atau objek penting dalam sistem pendidikan umum dan sistem pendidikan Islam menempatkan peserta didik pada posisi yang strategis. Sehingga peserta didik bisa di kemukakan dalam berbagai segi dan sudut pandang yaitu salah satunya segi religius, menurut pandangan ini, peserta didik adalah manusia yang

125Kaswan, Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja SDM

(Bandung: Alapbeta, 2011), 207.

83

tergolong sebagai makhluk berketuhanan yang mempunyai potensi untuk mengembangkan dirinya menjadi manusia yang bertakwa dan taat serta tunduk kepada Allah SWT.126

Eksistensi peserta didik sebagai salah satu faktor penting dalam sistem pendidikan dan keberadaannyapun meniscayakan eksistensi pendidikan yang berkualitas karena pendidikan merupakan piranti pokok yang dipilih untuk memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada peserta didik. Sehingga tercipta suasana yang harmonis dan kondusif antara pendidikan dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Tugas sebagai pendidik dalam pendidikan Islam sangatlah berat, akan tetapi sangatlah mulia. Karena ustadz atau pendidik dalam Islam merupakan pengemban amanat bersama orangtua dalam melestarikan risalah Allah SWT. Pendidik atau Ustadz juga penerus misi kerasulan dan ahli waris para Nabi.

b. Strategi dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kegiatan pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu strategi yang merujuk pada peluang-peluang belajar (learning opportunities) yang didesain secara sengaja untuk membantu pertumbuhan professional peserta pelatihan. Lebih spesifik, pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pribadi, profesional, dan sosial peserta pelatihan.127 Adapun strategi-strategi yang diselenggarakan LPTQ Provinsi NTB yaitu: 1) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan MTQ/STQ bagi

para peserta lomba serta menyediakan bahan-bahan yang diperlukan dalam setiap teknis pelaksanaan.

2) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi para peserta lomba MTQ/STQ untuk memaksimalkan kemampuan masing-masing bidang, sehingga siap tampil gemilang dan meraih prestasi yang memuaskan dalam Musabaqah tingkat Nasional.

126Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2019), 127. 127Sudarman Danim, Kinerja Staf dan Organisasi (Bandung: Pustaka Setia,

2008), 43.

84

3) Menyiapkan dan mengkoordinasikan para pelatih yang berkompeten dan berkualitas pada setiap bidang atau cabang MTQ/STQ yang nantinya bisa dibina dan dilatih secara berkesinambungan (continue).

4) Mengkoordinasikan program dan kegiatan-kegiatan ilmiah di bidang Al-Qur‟an dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan para pelatih Musabaqah.

5) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi kader peserta lomba MTQ/STQ Nasional.

Strategi dalam pendidikan dan latihan ini yaitu persiapan para peserta lomba untuk berkompetisi di event MTQ/STQ tingkat Nasional dan secara substansi bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan yang lainnya, sehingga membentuk satu sistem yang saling memengaruhi. Sehingga dalam kontek Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek jasmani, rohani, akal dan potensi anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga dan masyarakat yang Islami.128

Dalam pendidikan dan pelatihan perlunya ditanamkan kepada para peserta lomba persiapan mental yang kuat untuk menghadapi kompetisi dan persaingan pada Musabaqah, kompetisi merupakan persaingan yang menunjuk kepada kata sifat siap bersaing dalam kondisi nyata dari setiap aktivitas yang dijalani. Dalam arti yang positif dan optimis, kompetisi bisa diarahkan kepada kesiapan dan kemampuan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan kita sebagai umat manusia. Kompetisi seperti ini merupakan motivasi diri sekaligus faktor penggali dan pengembang potensi diri dalam menghadapi bentuk-bentuk kompetisi, sehingga kompetisi tidak semata-mata diarahkan untuk mendapatkan kemenangan dan mengalahkan lawan. Dengan

128Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, 27.

85

memaknai kompetisi seperti itu, kita menganggap kompetitor lain sebagai partner (bukan lawan) yang memotivasi diri untuk meraih prestasi. Inilah bentuk kompetisi yang dilandasi sifat sehat dan tidak mengarah kepada timbulnya permusuhan atau konflik, sehingga tidak bersifat deskruktif dan membahayakan kelangsungan dan keharmonisan kehidupan kita.129

Mengacu pada penjelasan di atas, dapat dipahami perlunya pendidikan dan latihan yang diselenggarakan dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang ditargetkan. Dalam konteks pendidikan dan pelatihan di LPTQ Provinsi NTB terhadap peserta lomba ini dapat berfungsi mempersiapkan para peserta untuk berkompetisi di MTQ/STQ di tingkat Nasional dan mengidentifikasi kekurangan dari masing-masing peserta lomba yang nantinya bisa dibina dan dilatih secara intensif pada kegiatan training center (TC).

Eksistensi pelatihan merupakan untuk merevitalisasi semangat dan belajar peserta lomba untuk memberikan kontibusi terbaik pada penyelenggaraaan MTQ/STQ Nasional. Kaidah pelatihan merupakan rambu-rambu kerja yang dipakai untuk mentransmisikan pesan atau mentansfer keterampilan tertentu kepada pesera latihan. Tepat atai tidaknya kaidah yang dipakai dalama pelatihan diukur dari proses dan capaiannya. Pelatih sebagai aktor penting dalam pelatihan melakukan transformasi ilmu dan keterampilan kepada peserta.130

Suksenya bidang pendidkan dan pelatihan tersebut tentu adanya eksistensi dan peran aktif dari para pendidik maupun pelatih bagi para peserta lomba. Pendidik atau pelatih dalam konteks agama sering disebut dengan istilah murabbi, mua‟allim, muaddib, mudarrib. Terma tersebut mempunyai tempat penggunaanya tersendiri. Namun dalam istilah pendidikan terkadang disebut melalui gelarnya yaitu Istilah Al-Ustadz dan Asy-Syaikh. Oleh karena itu, tugas seorang pendidikan ataupun pelatih dalam pendidikan Islam mutlak diperlukan dan

129Abdur Rokhim Hasan, “Pendidikan Karakter Bersaing dalam Musabaqah

Tilawatil Qur‟an,”Jurnal Pendidikan Islam 2, no.2 (2019): 213. 130Danim, Kinerja Staf dan Organisasi, 93.

86

keberadaannya menjadi ujung tombak sukses dan berkualitasnya peserta didik dalam sistem pendidikan. 131

c. Strategi dalam Bidang Musabaqah dan Perhakiman 1) Menyiapkan dan mengkoordinasikan para hakim yang

kompeten dan berkualitas pada bidang-bidang MTQ/STQ untuk menyelenggarakan MTQ/STQ Tingkat Provinsi NTB.

2) Mengkoordinasikan kegiatan pengembangan dan silaturrahmi para hakim dalam rangka peningkatan kemampuan dan wawasan tentang Al-Qur‟an dan bidang MTQ/STQ.

3) Mengkaji dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan pada program dan kegiatan bidang perhakiman.

4) Mengkoordinasikan pelaksanaan MTQ/STQ vertikal dan horizontal di Provinsi NTB sehingga setiap event Musabaqah dapat berjalan dengan sukses dan menghasilkan para kader peserta MTQ/STQ di tingkat Nasional dan Internasional yang berkualitas.

Strategi dalam bidang ini diharapkan dapat memberikan formula dalam merevitalisasi setiap kegiatan Musabaqah dan perhakiman sehingga tercipta sinergi antar dewan hakam di Provinsi NTB. Begitu juga dengan penyelenggaraan Musabaqah akan tercipta pruduktivitas dan obyektivitas dari para hakim dalam menilai para peserta yang berkompetisi dari berbagai wilayah di Provinsi NTB.

d. Strategi dalam Bidang Publikasi dan Dokumentasi 1) Menyebarkan informasi dan memasyarakatkan setiap kegiatan

LPTQ Provinsi NTB sebagai public relation dan menjalin kerjasama dengan berbagai media massa dan elektorik melalui website LPTQ Provinsi NTB. Salah satu fungsi manajemen adalah hubungan masyarakat, yang akronimnya: “humas” atau “public relation” ini. Humas atau public relation ini dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha yang berencana yang menyangkut iktikad baik, rasa simpati, dan saling mengerti untuk memperoleh pengakuan, penerimaan, dan dukungan

131Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, 131.

87

masyarakat melalui komunikasi dan sarana lain (media masa) untuk mencapai kemanfaatan dan kesepakatan bersama.

2) Mempublikasikan hasil koordinasi pendapat dan gagasan/pemikiran para ahli Al-Qur‟an dan sentra pembinaannya di seluruh Provinsi NTB.

3) Menerbitkan dan menyebarluaskan buku, majalah, bulletin, dan brosur dan lain-lain yang berhubungan dengan pengembangan Ilmu Al-Qur‟an MTQ/STQ di tingkat Regional NTB dan tingkat Nasional.

Dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal dan tuntutan adanya transparansi dan modernisasi sistem perhakiman, pendaftaran, penilaian, pengumuman hasil Musabaqah dilaksanakan dengan menggunakan sistem Information Technology (IT). Media publikasi dengan penggunaan sistem IT dalam penyelenggaraan MTQ/STQ, diharapkan perlombaan dapat dilaksanakan secara lebih jujur (terbuka), objektif dan sesuai dengan ruh Al-Qur‟an. Bagaimanapun peserta MTQ maupun STQ adalah penyampai firman Allah, maka mereka harus mengawali pengamalan Al-Qur‟an pada dirinya sendiri agar berprilaku dan berpedoman sesuai dengan kesucian Al-Qur‟an.132

Strategi bidang publikasi dan dokumentasi ini merupakan salah satu media dakwah transformasi kepada publik karena model dakwah transformasi dapat dilihat dari lima dimensi, yakni: Dimensi Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah atau Oral Communication atau komunikasi langsung dengan publik. Dimensi Takziyah, yaitu sugesti untuk melembagakan kebenaran dan keadilan sosial (amar ma‟ruf) dan mendistorsi kejahatan dan kesenjangan sosial (nahi munkar). Dimensi Ta‟lim, mentransformasi pengetahuan kognitif kepada masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang berpendidikan (educated people). Dimensi Ishlah, upaya untuk perbaikan dan pembaharuan dalam konteks keberagaman yang lebih luas. Dimensi Ihya‟ (transformasi, pemberdayaan), artinya upaya dakwah bukan hanya

132Abd Hamid Abdulloh, “Pemanfaatan Data E-KTP dalam Proses Validasi

Peserta Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ),”Review Politik 4, no.1 (Juni 2014): 64.

88

sebatas komunikasi verbal, tetapi ada wujud transformasi sosial dan pemberdayaan kepada arah kemandirian masyarakat.133

Mengurai berbagai strategi yang ditempuh LPTQ Provinsi NTB diatas akan mendorong dan mendongkrak terhadap ketercapaian mutu/prestasi dan output yang semakin berkualitas. Dengan lembaga yang semakin unggul serta output yang semakin berkualitas akan mendorong terhadap kepercayaan dan daya dukung stakeholder yaitu pemerintah dan masyarakat. Strategi pengembangan yang dilakukan maupun keberhasilan yang dicapai LPTQ Provinsi NTB tentunya akan menjadi umpan balik terhadap kebijakan pemerintah dalam bidang pembinaan, pendidikan dan pelatihan, Musabaqah dan perhakiman serta bidang publikasi dan dokumentasi bisa dilaksanakan secara berkesinambungan oleh LPTQ Provinsi NTB.

133Noor Lailatul Khasanah, “Metode Dakwah Transformatif Melalui Living

Tilawatil Qur‟an,” Jurnal Al-Nida 11, no.2 (Juli -Desember 2019): 181.

89

BAB V PENGAWASAN LPTQ PROVINSI NTB DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI PESERTA LOMBA PADA MUSABAQAH TINGKAT NASIONAL

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pelaksanaan pengawasan ini dimaksudkan untuk

mengevaluasi hasil kerja yang sudah direncanakan, diorganisasikan dan dilaksanakan Pengurus LPTQ Provinsi NTB sehingga perlu adanya tindakan korektif untuk perbaikan dimasa yang akan datang, sehingga hasil kerja sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Proses pengawasan dan evaluasi kinerja para pengurus dan pembina sangat perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan dan progres kegiatan dari LPTQ Provinsi NTB baik jangka panjang dan maupun jangka pendek.

Kegiatan pengawasan ini dilakukan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi kekurangan dari kegiatan dan program yang sudah dijalankan dan nantinya secara bertahap bisa diperbaiki dan disempurnakan, sehingga apabila program dan kegiatan sudah baik dan berkualitas dapat berimplikasi terhadap peningkatan prestasi peserta lomba dan meningkatkan rangking Provinsi NTB di tingkat Nasional, karena sebagaimana diketahui bahwa prestasi Provinsi NTB dari tahun 2016 sampai tahun 2021 belum memperlihatkan peningkatan yang signifikan namun hal tersebut menjadi bahan evaluasi kedepan untuk mereposisi kembali sistem dan manajemen LPTQ untuk lebih berkualitas.134 Mengenai evaluasi LPTQ Provinsi NTB dikatakan H. Amirin A. Rahim selaku kepala Sekretarit LPTQ Provinsi NTB.

“Setelah kita berangkat ke MTQ/STQ tingkat Nasional maka hasilnya dapat atau tidak akan dievaluasi setelah balik dari tingkat Nasional, maka akan dilakukan identifikasi masalah-masalah yang dihadapi seperti apa kelemahan kita kenapa cabang ini tidak bisa tampil

134Observasi di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Prov. NTB

90

maksimal atau tidak bisa juara di Musabaqah Nasional”135

Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Biro Kesra Setda Provinsi NTB Drs. H. Sahnan, M.Pd selaku Ketua III di LPTQ mengutarakan bahwa.

“Setelah kafilah Provinsi NTB balik dari penyelenggaraan MTQ/STQ Nasional, saya melihat mereka (teman-teman) melakukan berbagai pelaporan dan Karo Kesra sudah menandatanganinya, itu juga merupakan kegiatan evaluasi sehingga kedepan kegiatan-kegiatan MTQ/STQ dapat kita maksimalkan mulai dari persiapannya, pengorganisasiannya, pelaksanaannya sampai melakukan evaluasi dan tindak lanjut.”136

Senada dengan itu juga diungkapkan oleh H. Abdul Azis Fahmi, S.Ag selaku Kepala Bagian Bina Mental Spiritual Biro Kesra Setda Provinsi NTB perihal evaluasi.

“Evaluasi kita selama ini adalah baru pada tataran perencanaan dan pelaksanaan, karena setelah balik dari MTQ/STQ Nasional kita belum bisa mengevaluasi secara utuh atau masih mengevalusi intern saja dan belum kita evaluasi dari eksternal yaitu apa kelebihan dari provinsi lain dan apa pengaruhnya bagi Provinsi NTB kedepan karena pada dasarnya Provinsi NTB ini sebenarnya mampu mensejajarkan diri dengan Provinsi lain artinya menjadi langganan juara, tinggal bagaimana porsi latihan yang dimiliki kita bandingkan dengan Provinsi lain yang sudah meningkat prestasinyaa sehingga kedepan evaluasi itu harus komprehesif, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan baru kita melihat bagaimana hasil prestasi peserta di tingkat Nasional. “137

Setelah selesai pelaksanaan penyelenggaraan MTQ/STQ tingkat Nasional perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi, serta perlu adanya strategi khusus untuk meningkatkan prestasi daripada para peserta lomba ditahun-tahun mendatang. Hal ini diungkapkan oleh Dr. TGH. Sholah Sukarnawadi, MA, perlunya strategi dalam membenahi

135H. Amirin A. Rahim, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi NTB,

23 November 2021. 136H. Sahnan, Wawancara, Kantor Biro Kesra Setda Provinsi NTB, 06

Desember 2021 137H. Abdul Azis Fahmi, Wawancara, Kantor Biro Kesra Setda Provinsi NTB,

24 November 2021.

91

prestasi para peserta beliau mengungkapkan bahwa:

“Banyak hal yang harus dibenahi terutama di bagian pembinaan dan pelatihan untuk peserta lomba untuk terus ditingkatkan dan itu tidak bisa kita lakukan kalau tidak tersedia bantuan dana yang mencukupi dari Pemerintah Provinsi NTB. Hal yang sangat kita diharapkan yaitu Pertama, pembinaan mandiri masing-masing Kabupaten/Kota atau Pondok Pesantrennya. Kedua, perlunya dan para calon peserta lomba ini melaksanakan kegiatan haflah, sering dimuculkan calon peserta ini untuk membiasakan mental mereka tampil di publik dan perlu dibentuk sedini mungkin supaya tidak demam panggung (grogi) pas tampil di Musabaqah tingkat Nasional.”138

Pembinaan terhadap para peserta tentu harus selalu di laksanakan secara berkesinambungan dan perlu adanya perhatian khusus dari Pemerintah dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Provinsi ketika menjadi tuan rumah perhelatan besar yaitu MTQ Nasional tahun 2016, pada waktu itu pelaksanaan pembinaan dan pelatihan dilaksanakan hampir setahun menjelang event MTQ Nasional. Sebagaimana dikatakan oleh H. Amirin A. Rahim selaku kepala Sekretariat LPTQ Provinsi NTB, beliau mengatakan bahwa.

“Pelaksanaan training center pada Penyelenggaraan MTQ Nasional tahun 2016, ketika Provinsi NTB menjadi tuan rumah. Pada waktu itu pelaksanaan pembinaan dan pelatihan terhadap peserta lomba dilaksanakan kurang lebih 11 bulan dengan mengundang para pelatih dari luar Provinsi NTB maupun pelatih dari Provinsi NTB.”139

Penyataan ini diperkuat oleh Dr. TGH. Sabaruddin, M.Pd selaku Pelatih dan Dewan Hakin di Provinsi NTB terkait pembinaan terhadap peserta dan pelatihan yang intensif dalam rangka peningkatan SDM yang berkualitas, beliau mengungkapkan.

“Berbicara peningkatan mutu SDM peserta dan pelatih, kita back sedikit ketika MTQ tahun 2016 dilaksanakan di Provinsi NTB, ketika itu pembinaan yang terjadi, sangat terukur dan luar biasa, dari pembinaan yang cukup maksimal di tahun 2016 mampu mengantarkan

138TGH. Sholah Sukarnawadi, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi

NTB, 23 November 2021. 139H. Amirin A. Rahim, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi NTB,

23 November 2021.

92

Provinsi NTB di posisi 4 (empat) besar. Dengan demikian, cermin disini cukup jelas ketika hajatan kita yang kita raih itu dengan maksimal, tentu dengan upaya yang maksimal, maka berangkat dari itu, atas nama pelatih berpendapat yang menjadi tolak ukur daripada kesuksesan itu yakni meningkatkan dan menambah tahapan-tahapan training center (TC) dari peserta lomba karena melihat peserta MTQ/STQ terkadang mereka di Kabupaten/Kota masing-masing tidak terlalu fokus untuk belajar mandiri sehingga dibutuhkan memang training center (TC) yang cukup waktu demi mengejar prestasi tersebut.”140

Senada dengan itu, oleh TGH M. Zaini, SH, selaku Pelatih dan Dewan Hakam Provinsi NTB diungkapkan bahwa:

“Hal yang perlu dievaluasi dan tidak hanya sekedar pada pelaksanaan training center dan pelatihan peningkatan kualitas keterampilan hakim. Sementara yang kita inginkan pembinaan dan pelatihan peserta secara berkelanjutan entah itu MTQ atau STQ tetap kegiatan itu kita harapkan bisa sekali seminggu, sekali dalam dua minggu dan seterusnya. tentu kita harapkan juga Kanwil Kementerian Agama dalam hal ini ikut didalam pendampingan termasuk pendanaan.141

Terkait dengan itu evaluasi dan kesiapan menghadapi MTQ/STQ selanjutnya diterangkan juga oleh Kepala Biro Kesra Setda Provinsi NTB pada Surat Kabar Suara NTB, terkait hasil pelaksanaan STQ XXVI di Maluku Utara tahun 2021 yang mengantar Provinsi NTB pada peringkat 9 (Sembilan) dari 34 Provinsi di Indonesia, menurutnya. “Provinsi NTB akan mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi MTQ Nasional tahun 2022. Berdasarkan hasil evaluasi pembinaan harus secara rutin untuk mempersiapkan wakil-wakil NTB di tingkat Nasional. Dari segi kelembagaan LPTQ Provinsi NTB dan pembinaannya memang harus rutin, dimaksimalkan terutama dari segi pembinaan. Sebelum pelaksanaan lomba tingkat Nasional, memang mereka (peserta lomba) harus dilakukan pemusatan latihan dalam waktu yang cukup, minimal sebulan.”142

Pembinaan dan pelatihan yang maksimal akan berpengaruh

140TGH. Sabaruddin, Wawancara, Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB, 24 November 2021.

141TGH. M. Zaini, Wawancara, Lombok Barat, 25 November 2021. 142Suara NTB, 1 November 2021, Hlm. 1

93

terhadap prestasi peserta lomba ditingkat Nasional. Hal tersebut terbukti dari prestasi yang ditoreshkan pada MTQ Nasional di tahun 2016. Hal ini menjadi bahan evaluasi dari LPTQ Provinsi NTB yang merupakan representasi dari Pemerintah Provinsi NTB untuk lebih memaksimalkan pembinaan. Karena prestasi Provinsi NTB sampai saat ini belum memperlihatkan progress atau peningkatan prestasi peserta lomba seperti tahun 2016 lalu.

Menurut hemat peneliti ada beberapa hal yang perlu dievaluasi LPTQ Provinsi NTB pada penyelenggaraan MTQ/STQ yaitu: 1. Evaluasi pada pelaksanaan dan hasil MTQ/STQ

Maksud dari evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi hasil yang diraih peserta pada pelaksanaan MTQ maupun STQ di tingkat Nasional dan serta mengidentifikasi kekurangan kita dengan peserta yang lain di luar Provinsi NTB. Proses evaluasi hanya untuk hasil dari peserta lomba saja, akan tetapi juga evaluasi dari hasil kerja (pembinaan) para pelatih sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan, seperti apa yang telah dilakukan pihak LPTQ yaitu pengawasan terhadap kegiatan pembinaan kepada para pelatih berupa pelatihan perhakiman, kegiatan rapat pengurus, bahkan pada saat pelaksanaan MTQ ataupun STQ berlangsung.

Hal di atas sejalan dengan apa yang utarakan oleh TGH. M. Zaini, SH selaku Pelatih dan Dewan Hakam Provinsi NTB.

“Setelah kembali dari MTQ/STQ Nasional kita mengadakan pertemuan lagi untuk mengevaluasi berupa apa kekurangan-kekurangan yang kita hadapi dilapangan atau kelebihan-kelebihan apa kita inginkan dan yang dicita-citakan yang selanjutnya Pemerintah Provinsi sebagai fasilitator didalam memfasilitasi seluruh kegiatan-kegiatan ini melalui LPTQ Provinsi NTB, bahkan tidak hanya itu akan tetapi lebih dari itu LPTQ Provinsi NTB sendiri agar merumuskan sebuah kegiatan yang diluar pembinaan rutin seperti training center (TC), sesuai dengan namanya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ), yang diinginkan dari dulu LPTQ Provinsi NTB membina disebuah tempat dimana saja yang memadai, agar anak-anak kita menjadi peserta potensial untuk jangka waktu dekat, menengah dan jangka

94

panjang. Selama ini kita masih pada tataran jangka pendek saja artinya LPTQ memfasilitasi kegiatan ini jauh-jauh hari sebelum menghadapi MTQ maupun STQ. Karena bisa saja yang menjadi calon-calon peserta jangka pendek itu adalah mereka-mereka yang kita ambil dari hasil STQ/MTQ tingkat Provinsi sehingga nantinya menyebar lagi melalui daerah asal mereka untuk mengikuti event-event MTQ/STQ sesuai dengan tingkatnya.”150

Usaha evaluasi di atas perlu mendapat perhatian khusus terutama pada pembinaan bagi peserta lomba untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan mereka dalam berkompetisi di tingkat Nasional. Hal ini sejalan dengan pendapatnya H. Abdul Azis Fahmi, S.Ag selaku Kepala Bagian Bina Mental Spiritual Biro Kesra Setda Provinsi NTB.

“Pembinaan terhadap para peserta lomba ini perlu adanya perhatian khusus dari pucuk pimpinan di Pemerintah Provinsi NTB terhadap pelaksanaan kegiatan MTQ/STQ supaya tidak berjalan sebagai rutinitas tahunan saja akan tetapi adanya peningkatan yang signifikan dan pelaksanaan yang bersifat berkesinambungan dari aspek organisasinya.”151

Hal yang sama disampaikan dari salah satu Pejabat Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTB terkait upaya dalam rangka peningkatan SDM para peserta melalui peningkatan pembinaan secara intensif dan maksimal, menurutnya.

“Adanya kiat atau upaya dari Kemenag Provinsi NTB dalam peningkatan mutu SDM peserta maupun dewan hakim. Lalu kemudian harapan Kanwil Kemenag Provinsi NTB tentu untuk meningkatkan mutu prestasi supaya ada peningkatan tiap tahun, maka perlu pembinaan peserta dan peningkatan SDM dewan hakim terus dilakukan baik tingkat Provinsi maupun ditingkat Kabupaten.”152

150TGH M. Zaini, Wawancara, Lombok Barat, 25 November 2021. 151H. Abdul Azis Fahmi, Wawancara, Kantor Biro Kesra Setda Provinsi NTB,

24 November 2021. 152An. Kakanwil Kemenag Provinsi NTB, Wawancara, Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi NTB, 24 November 2021.

95

Pelaksanaan evaluasi untuk peningkatan prestasi peserta lomba tersebut tidak hanya semata dilakukan oleh LPTQ Provinsi NTB saja, akan tetapi dilaksanakan juga oleh Kemenag Kota Mataram, hal tersebut di ungkapkan oleh H. Muhammad Amin, M.Pd Selaku Kepala Kantor Kemenag Kota Mataram, beliau utarakan.

“Evaluasi harus ada, setelah pelaksanaan MTQ/STQ di tingkat Provinsi, maupun Nasional, hasil evaluasi itulah yang menjadi bahan kita untuk menindaklanjuti kegiatan kita berikutnya. Dan pelaksanaan training center (TC) secara bertahap sebanyak 3 (tiga) kali sebelum pelaksanaan MTQ/STQ tingkat Provinsi.”153

2. Evaluasi pada sarana dan prasarana Evaluasi LPTQ Provinsi NTB bukan hanya pada tataran

pelaksanaan dan hasil yang diraih pada MTQ/STQ saja, akan tetapi perlu adamya evaluasi juga pada penerapan sarana dan prasarana berupa kesiapan dalam menghadapi kemajuan teknologi informatika yang semakin mengglobal. Hal tersebut ditandai dengan implementasi sistem informasi teknologi (IT) pada penyelenggaraan MTQ/STQ. Hal ini merupakan jawaban atas persoalan orisinalitas data peserta MTQ maupun STQ yang kerap terjadi dan menjadi masalah besar bagi panitia. Selama ini, data-data validasi yang disertakan untuk dokumen pengabsahan pendaftaran peserta masih mengandalkan pada fotocopy ijazah, akte kelahiran, KTP sebagai data primernya. Sebelum adanya e-KTP, dokumen-dokumen para kafilah masih ada yang ditemukan dimanipulasi dengan alat scanner dan aplikasi pemanipulasi gambar. Sehingga peserta tersebut dapat diloloskan oleh pihak validator.

3. Evaluasi pada ketersediaan anggaran Rutinitas dan keberlangsungan program dan kegiatan

LPTQ Provinsi NTB tidak terlepas dari ketersediaan dana (anggaran). Berkualitasnya suatu kegiatan dan hasil yang diraih merupakan upaya sungguh-sungguh dan maksimal dari semua praktisi atau pengurus LPTQ. Hasil yang maksimal tentu

153H. Muhammaf Amin, Wawancara, Mataram, 07 Desember 2021.

96

berkorelasi dengan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, semakin lama pelaksanaannya maka semakin bagus kualitas dari kegiatan tersebut. Hal ini diperoleh dari ketersediaan dana dan anggaran yang memadai. Menurut observasi di lapangan bahwa peningkatan prestasi peserta akan mudah diraih apabila didukung dengan anggaran yang memadai, tanpa adanya dukungan anggaran tidak mungkin pelaksanaan program dan kegiatan LPTQ Provinsi NTB bisa terealiasasi dan berjalan lancar.

Diungkapkan oleh Dr. TGH. Sholah Sukarnawadi, MA selaku Ketua Harian LPTQ Provinsi NTB bahwa.

“Kualitas dan peningkatan prestasi lebih mudah diraih apabila didukung dengan tersedianya dana yang mencukupi dan pembinaan yang intensif, dana yang cukup serta waktu pelaksanaan pembinaan dan pelatihan kepada para peserta lomba harus disediakan waktu yang lama supaya persiapan lebih maksimal. Sebenarnya hambatan kita pada kurangnya dana yang tersedia.”154

Senada dengan itu diungkapkan H. Amirin A. Rahim Selaku Kepala Sekretariat LPTQ Provinsi NTB terkait masalah minimnya dana yang tersedia.

“Hambatannya ada pada masalah pembinaan yang tidak bisa secara terus menerus karena kurangnya dana yang tersedia. Kita ingin pembinaan para calon peserta lomba ini supaya maksimal dan alangkah baiknya apabila pembinaan dan pelatihannya dilakukan secara continue, karena terbentur masalah dana maka pembinaan dan pelatihannya kurang maksimal, tapi Alhamdulillah karena dasarnya para calon peserta ini dasarnya peserta terbaik dari Kabupaten/Kotanya dan sudah dibina oleh pelatih asal daerahnya, oleh kaerna itu. Itulah kemampuan maksimal yang akan dibawa ke Musabaaqah tingkat Nasional.”155

Adanya dinamika yang diterjadi karena kurangnya anggaran yang tersedia sehingga perlu adanya relasi dan koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan Pengurus LPTQ Provinsi NTB

154TGH. Sholah Sukarnawadi, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi

NTB, 23 November 2021. 155H. Amirin A. Rahim, Wawancara, Kantor Sekretariat LPTQ Provinsi NTB,

23 November 2021.

97

supaya adanya peningkatan dalam penganggaran setiap program yang diagendakan LPTQ. Terkait hal tersebut Dr. TGH. Sabaruddin, M.Pd Selaku Pelatih dan Dewan Hakam di Provinsi NTB berpendapat.

“Dari pelatih sendiri mengalami sedikit hambatan tekait dengan bagaimana Pemerintah Daerah bersinergi dengan LPTQ, artinya bagaimana upaya LPTQ Provinsi NTB (Pengurus LPTQ) berupaya bersinergi dengan Pemerintah Provinsi agar anggaran LPTQ ini bisa bertambah setiap tahun dan riil digunakan sebagai pembinaan dan training center (TC) diperbanyak dan diperketat. Maka Insya Allah dengan demikian karena melalui itulah kita bisa meningkatkan mutu dan potensi dari para peserta. Berbicara peningkatan mutu dan potensi Provinsi NTB memang cukup luar biasa namun perlu pengembangan yang harus dipikirkan. Karena pelatih tidak bisa berbuat banyak jika tidak di follow up oleh keberadaan LPTQ itu sendiri.”156

Sejalan dengan itu, hal yang sama diungkapkan oleh Pejabat yang mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi NTB. Beliau mengutarakan.

“Upaya Kakanwil Kemenag untuk peningkatan kualitas dan prestasi para peserta lomba adalah Kanwil Kemenag memiliki dana untuk pembinaan peserta lomba akan tetapi karena regulasi pelaksanaan MTQ/STQ itu diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Provinsi masing-masing. Oleh sebab itu, dari Kementerian Agama Republik Indonesia membatasi anggaran tersebut yang turun ke Kantor Wilayah Kemenag masing-masing Provinsi. Artinya dengan keterbatasan dana yang miliki Kanwil Kemenag ini, maka secara otomatis kami juga tidak mampu berupaya lebih maksimal, namun dari anggaran yang dimiliki Kanwil Kemenag Provinsi NTB walaupun itu adalah sedikit namun upaya-upaya kami dalam meningkatkan mutu peserta lomba melalui pembinaan-pembinaan walaupun 2 atau 4 hari dalam setahun dan peningkatan mutu SDM dari unsur dewan hakim dan pelatih untuk tahun 2021 ini sudah juga kami lakukan

156TGH. Sabaruddin, Wawancara, Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB,

24 November 2021.

98

yaitu orientasi perhakiman untuk para hakim dan para qori se-NTB sebelum berlangsung MTQ/STQ Nasional.”157

Sehingga hal yang diharapkan dari evaluasi manajemen LPTQ Provinsi NTB terhadap peningkatan prestasi peserta lomba yaitu: 1) Meningkatnya kemampuan dan kualitas peserta yang akan

berlomba di tingkat Nasional 2) Terorganisir para pelatih dan pembina untuk lebih

meningkatkan profesionalime dan konsistensi dalam membina dan melatih para peserta yang akan berlomba.

3) Teridentifikasi kekurangan-kekurangan peserta lomba dan memperbaiki kekurangan tersebut sehingga nantinya bisa temukan solusi untuk perbaikan guna peningkatan kualitas dan kemampuan dari para peserta.

B. Pembahasan Pengawasan sebagai salah satu unsur penting dalam

organisasi LPTQ Provinsi NTB karena merupakan evaluasi dari kegiatan yang sudah direncanakan, diorganisasikan dan dilaksanakan pada event Musabaqah tingkat Provinsi dan Nasional yang nantinya problematika yang ditemukan bisa terselesaikan dengan baik. Tujuan dari suatu evaluasi adalah meningkatkan kecakapan seseorang untuk meningkatkan pelaksanaan nilai tambah, mengidentifikasi kesulitan yang membatasi peningkatan kecakapan, dan menyetujui suatu rencana untuk mencapai peningkatan yang telah diproyeksikan.158

Menurut Nanang Fattah, ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan supaya pengawasan dapat berfungsi efektif antara lain:159 a. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan dan kreteria yang

dipergunakan dalam sistem pendidikan yaitu, relevansi, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas

b. Pengawasan harus disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi

c. Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan.

157An. Kakanwil, Wawancara, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTB, 24 November 2021.

158Muslimin, Manajemen Staffing, 91. 159Jahari dan Syarbini, Manajemen Madrasah, 13.

99

Pengawasan/evaluasi program pelatihan dan kegiatan dapat memiliki beberapa tujuan dalam organisasi, menurut Phillips, evaluasi dapat membantu:160 a. Menentukan apakah program itu mencapai tujuannya. b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program, yang dapat

mengarah pada perubahan, seperti yang dibutuhkan. c. Menentukan rasio biaya-keuntungan program pelatihan. d. Menentukan siapa yang seharusnya berpartisipasi dalam program

pelatihan di masa yang akan datang. Tindakan evaluasi tidak hanya diperuntukkan untuk pembina

dan pelatih saja, akan tetapi evaluasi perlu dilakukan kepada para peserta lomba untuk mengukur kemampuan mereka sehingga perlu adanya keterampilan mengevaluasi. Ada beberapa keterampilan mengadakan evaluasi oleh pendidik dan pembina: a. Memperhatikan dan mengadakan penjajagan (assessment)

kemajuan peserta didik. b. Mengadakan diagnose kesukaran dan kelemahan peserta didik

dalam segi-segi tertentu. c. Mencari pemecahan yang bersifat mengatasi kesulitan. Kelemahan

dalam segi-segi tertentu, d. Mengembangkan perbagai cara mengadakan evaluasi. e. Mendorong agar murid berani mengadakan evaluasi pada

dirinya.161 Dalam pengembangan program pembinaan dan pengajaran,

ada dua fungsi utama evaluasi yang perlu diwujudkan yaitu: 1. Mengetahui tingkat efektivitas program dan kegiatan dalam

mencapai tujuan-tujuannya. 2. Mengidentifikasi bagian-bagian dari program pembinaan dan

pengajaran yang perlu diperbaiki. Untuk mengetahui fungsi pertama, evaluasi lebih banyak

dilakukan terhadap hasil yang dicapai peserta, dan fungsi kedua

160Kaswan, Pelatihan dan Pengembangan, 216. 161Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), 38.

100

dilakukan baik terhadap hasil yang dicapai maupun terhadap proses pelaksanaan pembinaan dan pengajaran.162

Evaluasi pada MTQ/STQ secara substansional tidak hanya sekedar ajang untuk menunjukkan siapa yang terbaik dan kompetisi Al -Qur‟an yang dibalut dengan festivalisasi, akan tetapi pelaksanaan event ini bisa dijadikan sebagai motivasi dalam rangka peningkatan iman dan taqwa kepada Allah SWT dan implementasi keberadaannya bisa dimaknai secara universal yaitu sebagai kegiatan ibadah bagi umat Islam sebagaimana misi dilaksanakan MTQ/STQ ini sebagai syi‟ar Islam dan penerapan nilai-nilai Islam melalui aktivitas pembelajaran Al-Qur‟an.

Lukman Hakim, Menteri Agama RI era Joko Widodo mengatakan bahwa MTQ/STQ tidak hanya sekedar ajang kompetisi, tetapi juga regenerasi Qur‟ani. Sehingga tidak hanya tentang membaca Al -Qur‟an, tetapi juga memahami dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Islam juga tidak hanya bagi individu atau sekelompok orang, tetapi Islam adalah rahmatan lil „alamin, agama yang penuh kasih sayang dan anti kekerasan. Begitu juga jika dilihat dari misi dibentuknya Lembaga Pengembangan Tilawah Al -Qur‟an (LPTQ), yakni mewujudkan penghayatan dan pengamalan Al -Qur‟an dalam masyarakat Indonesia.163

Evaluasi juga merupakan refresentasi dari eksistensi manajemen yang diimplentasikan pemerintah dalam mensukseskan program kegiatan yang sudah direncanakan dan sebagai bahan pelaporan setiap kegiatan. Hal tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yaitu. Manajemen adalah membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.164

162R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010), 133. 163Miftahul Jannah, “Musabaqah Tilawatil Qur‟an di Indonesia (Festivalisasi

Al -Qur‟an Sebagai Bentuk Resepsi Estesis),”Ilmu Ushuluddin 15, no.2 (Juli 2016): 92. 164Peraturan Pemerintah, Lampiran II.01 KK-7

101

BAB VI PRESTASI PESERTA LOMBA MUSABAQAH TINGKAT

NASIONAL LPTQ PROVINSI NTB

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian Keberadaan peserta didik/peserta lomba dalam mensukseskan

dan mencapai tujuan LPTQ Provinsi NTB merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan organisasi dan upaya peningkatan prestasi peserta lomba melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain. Hal tersebut sesuai dengan teori stoner tentang manajemen yang menurutnya suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan165 Perkembangan prestasi peserta lomba setiap tahun selalu ditoreskan oleh para juara dari berbagai cabang dan golongan. hal tersebut terbukti dengan perolehan dan peringkat Provinsi NTB di Level Nasional cukup diperhitungkan serta memuaskan dengan rata-rata meraih 9 (Sembilan) besar dari 34 Provinsi di Indonesia. Berikut deskripsi perkembangan prestasi peserta lomba Provinsi NTB dalam peringkat (rangking) di MTQ/STQ Nasional tahun 2016-2021:

Tabel 2.2 1. MTQ Nasional XXVI Tahun 2016 di Kota Mataram Provinsi

NTB-Provinsi NTB Peringkat 4 (Empat) dengan rincian sbb:166

No Cabang Golongan Peringkat/Juara 1. Tilawah Al -Qur‟an Tartil (Putri) Juara I Nasional

2. Tilawah Al -Qur'an Anak-anak (Putri) Juara II Nasional

3. Tilawah Al -Qur'an Cacat Netra (Putri) Juara I Nasional

4. Tilawah Al -Qur'an Qira'at Sab'ah (Putra)

Juara III Nasional

5. Hifzh Al-Qur'an 1 Juz & Tilawah (Putra)

Juara III Nasional

165Rokhmiyati, “Konsep Manajemen,” 231-252. 166Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2016.

102

6. Hifzh Al-Qur'an 10 Juz (Putra) Juara I Nasional

7. Hifzh Al-Qur'an 10 Juz (Putri) Juara III Nasional

8. Tafsir Al-Qur‟an Bahasa Indonesia (Putri)

Juara II Nasional

9. Khat Al-Qur‟an Kontemporer (Putri) Juara II Nasional

10. M2IQ Putri Juara I Nasional

11. Tilawah Al -Qur'an Anak-anak (Putra) Juara Harapan III Nasional

12. Tilawah Al -Qur'an Cacat Netra (Putra) Juara Harapan III Nasional

13. Tilawah Al -Qur'an Qira'at Sab'ah (Putri) Juara Harapan III Nasional

Dari tabel di atas bisa disimpulkan bahwa hasil perolehan MTQ Nasional tahun 2016 sangat memuaskan dengan menempatkan Provinsi NTB pada level 4 (empat) besar dari 34 Provinsi di Indonesia dengan perolehan empat orang peserta terbaik I, tiga orang peserta terbaik II, tiga orang peserta terbaik III, dan tiga orang peserta mendapat juara harapan III. Hasil ini diperoleh melalui pembinaan dan pelatihan peserta yang maksimal dan didukung berbagai pihak terutama oleh pelatih.

Tabel 2.3 2. STQ Nasional XXIV Tahun 2017 di Kota Tarakan Provinsi

Kalimantan Utara - Provinsi NTB Peringkat 10 (Sepuluh) dengan Rincian sbb: 167

No Cabang Golongan Peringkat/Juara 1. Hifzhil Qur‟an 5 Juz (Putri) Juara III Nasional

2. Tilawah Al -Qur'an Dewasa (Putri) Juara Harapan III Nasional

Tabel di atas menggambarkan hasil perolehan Provinsi NTB pada STQ Nasional tahun 2017 dengan menempatkan Provinsi NTB pada level 10 (sepuluh) besar dari 34 Provinsi di Indonesia dengan perolehan juara terbaik III pada cabang Hifzhil Qur‟an golongan 5 Juz putri dan juara harapan III pada cabang Tilawah Al-Qur‟an golongan dewasa putri. Dengan perolehan ini menunjukkan perlu adanya peningkatan dan reposisi kegiatan di

167Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2017.

103

LPTQ dalam rangka peningkatan prestasi peserta lomba. Tabel 2.4

3. MTQ Nasional XXVII Tahun 2018 di Kota Medan Provinsi Sumatra Utara - Provinsi NTB Peringkat 9 (Sembilan) dengan Rincian sbb:168

No Cabang Golongan Peringkat/Juara 1. Tilawah Al -Qur'an Anak-anak (Putri) Juara II Nasional 2. Tilawah Al -Qur'an Remaja (Putra) Juara II Nasional

3. Tilawah Al -Qur'an Qira‟at Mujawwab Dewasa (Putri)

Juara II Nasional

4. Tilawah Al -Qur'an Cacat Netra (Putra) Juara II Nasional

5. Tilawah Al -Qur'an Cacat Netra (Putri) Juara III Nasional

6. Tafsir Al -Qur'an Bahasa Arab (Putra) Juara III Nasional

7. Tilawah Al -Qur'an Tartil (Putri) Juara Harapan I Nasional

8. Tilawah Al -Qur'an Tartil (Putra) Juara Harapan I Nasional

9. Tilawah Al -Qur'an Dewasa (Putri) Juara Harapan II Nasional

Tabel di atas mendeskripsikan bahwa hasil perolehan Provinsi NTB pada MTQ Nasional XXVII tahun 2018 di Kota Medan Provinsi Sumatra Utara dengan posisi 9 (Sembilan) besar dari 34 Provinsi, dengan perolehan ini adanya penurunan hasil yang drastis bila dibandingkan dengan MTQ Nasional XXVI pada tahun 2016 di Kota Mataram yang menempatkan Provinsi NTB pada 4 (empat) besar. Dengan perolehan ini tentunya menjadi bahan evaluasi bagi LPTQ Provinsi NTB dan pihak yang terkait untuk lebih meningkatkan kembali prestasi Provinsi NTB ke Level yang lebih baik bahkan terbaik.

Tabel 2.5 4. STQ Nasional XXV Tahun 2019 di Kota Pontianak Provinsi

Kalimantan Barat - Provinsi NTB Peringkat 9 (Sembilan) dengan Rincian sbb:169

168Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2018 169Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2019

104

No Cabang Golongan Peringkat/Juara

1. Hifzhil Qur'an 1 Juz dan Tilawah (Putri)

Juara II Nasional

2. Hifzhil Qur'an 5 Juz dan Tilawah (Putra)

Juara Harapan III Nasional

3. Hifzhil Qur'an 5 Juz dan Tilawah (Putri))

Juara Harapan I Nasional

4. Hifzhil Qur'an 10 Juz (Putri) Juara Harapan I Nasional

5. Hifzhil Qur'an 20 Juz (Putra) Juara Harapan I Nasional

Tabel di atas mendeskripsikan Provinsi NTB pada STQ Nasional XXV tahun 2019 pada level 9 (sembilan) besar dari 34 Provinsi di Indonesia sehingga dengan perolehan ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi peserta apabila dibandingkan dengan hasil pada STQ Nasional XXIV di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017. Hal ini perlu adanya peningkatan pembinaan dan pelatihan peserta lomba.

Tabel 2.6 5. MTQ Nasional XXVIII Tahun 2020 di Kota Padang Provinsi

Sumatra Barat - Provinsi NTB Peringkat 9 (Sembilan) dengan Rincian sbb:170

No Cabang Golongan Peringkat/Juara 1. Tilawah Al -Qur'an Cacat Netra (Putri) Juara I Nasional 2. Tilawah Al -Qur'an Cacat Netra (Putra) Juara II Nasional 3. Hifzhil Qur'an 30 Juz (Putra)) Juara II Nasional

4. Qira‟at Al-Qur'an Murattal Dewasa (Putri)

Juara III Nasional

5. Qira‟at Al-Qur'an Murattal Dewasa (Putra)

Juara Harapan I Nasional

6. Tilawah Al -Qur'an Anak-anak (Putri) Juara Harapan II Nasional

7. Hifzhil Qur'an 10 Juz (Putri) Juara Harapan II

8. Tilawah Al -Qur'an Remaja (Putra) Juara Harapan III

9. Hifzhil Qur'an Mujawawad Dewasa (Putra)

Juara Harapan III

170Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2020.

105

Tabel di atas menunjukka hasil perolehan Provinsi NTB pada MTQ Nasional XXVIII tahun 2020 di Kota Padang Provinsi Sumatra Barat berada pada posisi 9 (Sembilan) besar dari 34 Provinsi, ini menunjukkan bahwa prestasi Provinsi NTB masih tetap stabil dengan hasil MTQ Nasional XXVI di Kota Medan Provinsi Sumatra Utara, namun cabang dan golongan pada MTQ Nasional di Kota Padang ini lebih variatif bila dibandingkan dengan MTQ Nasional di Kota Medan. Dengan perolehan ini tentunya perlu adanya evaluasi dari LPTQ Provinsi NTB untuk mengidentifikasi kekurangan sebagai upaya meningkatkan prestasi dan kualitas dari peserta lomba.

Tabel 2.7 6. STQ Nasional XXVI Tahun 2021 di Kota Sofifi Provinsi

Maluku Utara - Provinsi NTB Peringkat 9 (Sembilan) dengan Rincian sbb:171

No Cabang Golongan Peringkat/Juara 1. Tilawah Al -Qur'an Dewasa (Putri) Juara I Nasional

2. Hifzhil Qur'an 30 Juz (Putra) Juara III Nasional

3. Hifzhil Qur'an 5 Juz dan Tilawah (Putri))

Juara Harapan I Nasional

4. Hifzhil Qur'an 30 Juz (Putri) Juara Harapan III Nasional

5. Tafsir Al -Qur'an Bahasa Arab (Putri)

Juara Harapan II Nasional

Tabel di atas menggambarkan hasil perolehan Provinsi NTB pada STQ Nasional XXVII tahun 2021 pada peringkat 9 (sembilan) besar dari 34 Provinsi di Indonesia dengan perolehan juara terbaik I pada cabang Tilawah Al Qur‟an golongan dewasa putri, juara terbaik III pada cabang Hifzhil Qur‟an golongan 30 juz putra, juara harapan I pada cabang Hifzhil Qur‟an golongan 5 juz dan tilawah putri, juara harapan III pada cabang Hifzhil Qur‟an golongan 30 juz putri, juara harapan II pada cabang Tafsir Al -Qur‟an golongan Bahasa Arab putri sehingga hasil perolehan ini dapat disimpulkan bahwa hasil peringkat Provinsi NTB sama dengan STQ Nasional XXVI di Kota Pontianak Provinsi

171Dokumen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Nusa

Tenggara Barat tahun 2021

106

Kalimantan Barat Tahun 2019. Berangkat dari tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa

upaya-upaya pengimplementasi fungsi-fungsi manajemen berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengevaluasian Pemerintah Provinsi NTB (LPTQ Provinsi NTB) telah dilaksanakan dengan baik dan terstruktur.172 Walaupun pada dasarnya prestasi Provinsi NTB masih belum memperlihatkan progres yang bersifat signifikan, sehingga untuk lebih meningkatkan kualitas dan prestasi peserta lomba perlu adanya transformasi dan strategi sebagai upaya peningkatan pembinaan dan pelatihan bagi para peserta dari tingkat bawah secara berkesinambungan (continue) sehingga nantinya mereka akan lebih mempersiapkan diri menghadapi penyelenggaraan Musabaqah Nasional.

B. Pembahasan Terminologi prestasi merupakan salah satu hal yang menarik

diutarakan pada penyelenggarakan Musabaqah di Indonesia, bagaimana tidak, karena prestasi adalah manifestasi atau perwujudan dari usaha sungguh-sungguh peserta dalam meraih hasil yang membanggakan dirinya dan daerahnya. Peserta lomba sebagai subyek dalam Musabaqah tentunya mencita-citakan akan keberhasilan yang positif di setiap kompetisi. Oleh karena itu, antara prestasi dan peserta lomba merupakan bentuk integrasi pada penyelenggaraan Musabaqah.

Zainal Arifin menjelaskan bahwa kata prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu “prestatie”. Kemudian di Indonesia, kata itu menjadi "prestasi", yang berarti “hasil usaha”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah diraih atau telah selesai. Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry juga menyatakan pemahaman yang sama, prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Beberapa pandangan di atas tentang konsep pencapaian jelas mengekspresikan perbedaan dalam kata-kata tertentu, tetapi esensinya adalah sama yaitu hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa prestasi merupakan hasil dari

172Observasi Lapangan di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ)

Provinsi NTB

107

kerja yang tulus dalam bidang kegiatan tertentu, apakah itu individu atau kelompok, melakukan, menciptakan, dan melibatkan kegiatan.173

Menurut Wibowo sebagaimana yang dikutip Wira Hadi Kusuma bahwa Prestasi belajar santri/peserta adalah hasil yang telah diraih dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Prestasi merupakan hasil dari usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang dimiliki oleh individu-individu dengan tujuan meraih kesuksesan dalam setiap tugas yang diberikan.174

Prestasi dapat dipahami sebagai hasil dari kerja yang tulus dalam bidang kegiatan tertentu, apakah itu individu atau kelompok, melakukan, menciptakan, dan melibatkan kegiatan. Peserta didik merupakan subyek dari aktivitas program kegiatan yang dilaksanakan LPTQ Provinsi NTB. Eksistensi peserta pada penyelenggaraan Musabaqah tingkat Nasioal sebagai indikasi keberadaan dari event Musabaqah tersebut. Peserta merupakan orang yang sedang dalam proses pengembangan diri dan pembelajaran dalam mencapai insan yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan potensi diri dijelaskan dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.175

Dari pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja/berlomba. Strategi LPTQ dalam peningkatan

173Muhammad Amin, “Hubungan Motivasi Religius Dengan Peningkatan

Prestasi Belajar Peserta Didik”, JIP (Jurnal Inspiratif Pendidikan) IX , no.1 (Januari-Juni 2020): 35.

174Wira Hadi Kusuma, “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren”, JOEAI (Journal of Education and Instruction) 2, no.2 (Desember 2019): 107.

175Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2

108

prestasi peserta lomba tidak hanya sebatas peningkatan kecerdasan kognitif (intelektual) saja, akan tetapi ranah-ranah yang berkaitan dengan unsur afektif dan psikomotor bagi peserta merupakan suatu hal yang meniscayakan bagi LPTQ dalam mengimplementasikan paradigma, konsep, kerangka kerja dan evaluasi yang berimplikasi pada peserta didik/peserta lomba yang memiliki sense of development ke arah yang lebih baik dan adanya dimensi spiritualitas dalam Islam berkaitan secara langsung dengan realitas Ilahi yang ditekankan, menjadikan LPTQ sebagai laboratorium bagi peserta didik dan peserta lomba pada masa depan yang harmoni yang mencerminkan karakter orang yang cerdas secara emosional maupun spiritual.

Jalaludin Rakhmat mengutip ada lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons dalam bukunya “The Psychology of Ultimate Concerns”: pertama, kemampuan untuk mentrandensikan yang fisik dan material; kedua, kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; ketiga, kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; keempat, kemampuan menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk berbuat baik; kelima, memiliki rasa kasih sayang yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan.176Upaya peningkatan prestasi peserta lomba pada dasarnya tidak cukup tanpa peran serta dari keluarga. Peran orang tua sebagai faktor eksternal sangat menentukan prestasi belajar anak sebagai sosok utama dan pertama dalam pendidikan anak. Meskipun anak telah dititipkan ke sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya (LPTQ), akan tetapi peran orang tua tetap ada untuk peningkatan prestasi belajar anak. Arifin menyebutkan, ada tiga peran orang tua dalam prestasi belajar anak, yaitu: 1. Menyediakan kesempatan sebaik-baiknya kepada anak untuk

menemukan minat, bakat, serta kecakapan-kecakapan lainnya serta mendorong anak agar meminta bimbingan dan nasehat guru.

2. Menyediakan informasi-informasi penting dan relevan yang sesuai dengan bakat dan minat anak.

176Wira Hadi Kusuma, “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui

Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren,” 108.

109

3. Menyediakan fasilitas belajar serta membantu kesulitan belajarnya.177Keberadaan dan peran orang sebagai stakeholder dalam upaya peningkatan prestasi dan kualitas peserta lomba sangat membantu LPTQ Provinsi NTB membina dan melatih peserta lomba menjelang keberangkatan ke MTQ/STQ Nasional.

Peningkatan prestasi lomba peserta Musabaqah akan lebih meningkat dengan pengelolaan manajemen peserta didik/peserta lomba yang baik. Peserta didik/peserta lomba sebagai subyek pendidikan dimana semua aktifitas yang dilakukan di Lembaga Pendidikan (LPTQ) pada akhirnya bermuara. Peserta dalam kontek Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, pendidikan tertentu. Mengacu pada pernyataan tersebut, dalam mencermati upaya pengembangan potensi diri, maka pendidikan yang dilakukan juga hendaknya memperhatikan adanya ketidaksamaan potensi yang dimilikinya.178

Upaya peningkatan potensi dan prestasi peserta didik tersebut perlu ditempuh melalui kompetensi unggul, dengan kompetensi ini akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Kompetensi unggul tentunya dapat diartikan sebuah karakter atau prestasi tertentu yang melekat pada diri manusia sehingga dapat membedakan antara yang lainnya. Dengan kompetensi tersebut seseorang akan menyandang sebuah predikat atau gelar, julukan, ciri khas sehingga mudah dikenal. Proses mendapatkan kompetensi tersebut tentunya dimulai dari sebuah usaha yang sadar dan terencana yaitu, melalui pendidikan. Pendidikan yang mampu menghasilkan output bagi peserta didik yang terampil, cerdas, iman, dan taqwa. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai pendidikan yang menghasilkan peserta didik yang berkarakter berprestasi.179

177Munirman Umar, “Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Prestasi Belajar

Anak”, Jurnal Ilmiah Edukasi 1, no.1 (Juni 2015): 25. 178Farikhah, Manajemen Lembaga Pendidikan, 37-38. 179Tri Prasetiyo Utomo, “Meningkatkan Prestasi Peserta Didik Melalui

Pendidikan Full Day School”, Al-Asasiyya: Journal Of Basic Education 01, no.01 (Juli-Desember 2016), 6.

110

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada dan analisa data dalam penelitian ini,

maka dapat disimpulkan dalam tiga kesimpulan utama terkait implementasi fungsi-fungsi manajemen LPTQ Provinsi NTB sebagai berikut: 1. Manajemen LPTQ Provinsi NTB yang diimplementasikan dapat

meningkatkan potensi dan prestasi peserta lomba di tingkat Nasional, hal tersebut terbukti sebagai indikator juara setiap tahun. (Sembilan besar dari 34 Provinsi di Indonesia).

2. Manajemen LPTQ Provinsi NTB dalam meningkatkan prestasi peserta lomba terbentuk pada empat fungsi manajemen yaitu: a) Perencanaan (planning) LPTQ Provinsi NTB, melalui

persiapan rapat dan kordinasi dengan LPTQ Pusat sebelum pelaksanaan kegiatan menghadapi Musabaqah tingkat Nasional.

b) Pengorganisasian (organizing) LPTQ Provinsi NTB, melalui persiapan dan proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan serta menempatkan pengurus, dewan hakam, pelatih dan pembina secara profesional.

c) Penggerakan (actuatingi) LPTQ Provinsi NTB yang terimplementasi melalui aktivitas pimpinan dalam membimbing dan mengarahkan untuk bekerja secara efektif dan efisien para anggota, pembina dan pelatih untuk lebih maksimal membina dan melatih peserta untuk menghadapi Musabaqah tingkat Nasional.

d) Pengawasan (controlling) LPTQ Provinsi NTB yang terimplementasi melalui evaluasi hasil peserta lomba tingkat Nasional untuk perbaikan dan persiapan yang maksimal pada Musabaqah selanjutnya.

B. Saran 1. Perlunya pelaksanaan program dan kegiatan LPTQ Provinsi NTB

secara terstruktur dan berkesinambungan melalui RAKERDA,

111

pelatihan perhakiman dan training center (TC) untuk peningkatan prestasi dan kualitas peserta lomba di tingkat Nasional.

2. Memberikan apresiasi dan stimulus kepada pengurus, pelatih dan para peserta yang juara untuk lebih meningkatkan prestasi dan kontribusi untuk kemajuan Provinsi NTB terutama LPTQ Provinsi NTB kedepan.

3. Memberikan penghargaan dan bonus berupa uang pembinaan dan (reword) berupa ibadah umrah kepada para juara terbaik dan pelatih yang sudah membantu mendidik dan melatih para peserta lomba meraih prestasi dan juara di level Nasional dan Internasional.

4. Kepada Ketua Umum LPTQ Provinsi NTB untuk melakukan pengawasan dan evaluasi kepada para pelatih, pengurus dan dewan hakam secara intensif demi lancarnaya program dan kegiatan LPTQ yang sudah direncanakan dan dilaksanakan ditahun-tahun mendatang sehingga tercapai tujuan bersama yang diharapkan berupa. a) Kepada para pengurus, agar lebih bersemangat lagi dalam

melaksanakan tugas yang diberikan sehingga program yang telah direncanakan bersama serta dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

b) Kepada para pelatih agar dapat membina dan melatih para peserta lomba dengan baik sehingga mereka dapat tampil dengan maksimal dan meraih hasil yang memuaskan di tingkat Nasional.

c) Kepada para peserta supaya lebih intens dan maksimal dalam berlatih untuk peningkatan kualitas dan prestasi di tingkat Nasional.

5. LPTQ Provinsi NTB hendaknya melakukan pembinaan, bimbingan dan berkesinambungan secara komprehensif kepada stakeholder terutama kepada asaatidz/guru-guru ngaji untuk membina dan melatih peserta didiknya agar lebih giat belajar, mengaji dan mengkaji Al -Qur‟an dalam rangka implementasi dan internalisasi nilai-nilai Al-Qur‟an.

112

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Terjemah & Asbabun Nuzul. Jakarta: Pustaka Al Hanan, 2009.

Abdulloh, Abd Hamid. “Pemanfaatan Data E-KTP dalam Proses Validasi Peserta Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ),” Review Politik 4, no.1 (Juni 2014): 60-74.

Agustin, Hamdi. Sistem Informasi Manajemen Dalam Perspektif Islam. Depok: RajaGrafindo Persada, 2019.

Al Hamdani, M. Djaswidi. Pengembangan Kepemimpinan Transformasional Pada Lembaga Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa Aulia, 2005.

Amin, Muhammad. “Hubungan Motivasi Religius Dengan Peningkatan Prestasi Belajar Peserta Didik,” JIP (Jurnal Inspiratif Pendidikan) IX, no.1 (Januari-Juni 2020): 31-45.

Amins, Achmad., Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2012.

Azwar, Alfi Julizun. “Gagasan Rekonstruksi Tradisi Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dalam Perspektif Rahmatan Lil „Alamin,” JIA (Jurnal Ilmu Agama) 19, no.1 (Juni 2018): 16-37.

Bafadhol, Ibrahim. “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia.” Edukasi Islami 06, no.11 (Januari 2017): 60.

Baharuddin, dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam-Transformasi Menuju Sekolah atau Madrasah Unggul. Malang: UIN-Maliki Press, 2016.

Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Menuju Pengelolaan Profesional dan Kompetitif. Malang: UIN-Maliki Press, 2012.

Barizi, Ahmad. Pendidikan Integratif - Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Malang: UIN-Maliki Press, 2011.

113

Danim, Sudarman. Kinerja Staf dan Organisasi. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Dewi, Ni Wayan Septiani. dkk, “Pengarus Tekanan Ekternal, Faktor Politik, dan Komitmen Manajemen Terhadap Penerapan Transparansi Pelaporan Keuangan,” e-Jurnal 1, no. (2015): 1-11.

Direktorat Penerangan Agama Islam-Ditjen Bimas Islam. Buku Pedoman Musabaqah Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Jakarta: 2020.

Fahrurrozi, “Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok,” Karsa: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman 23, no.2 (Desember 2015): 324-345.

Farikhah, Siti. Manajemen Lembaga Pendidikan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011.

Gazali, Said dkk. Buku Profil LPTQ Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram: LPTQ Provinsi NTB, 2018.

Hajrul, Siti. “Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawah Qur‟an di Kotawaringin Barat.” Tesis, UIN Palangka Raya, 2017.

Hasan, Abdur Rokhim. “Pendidikan Karakter Bersaing dalam Musabaqah Tilawatil Qur‟an,”Jurnal Pendidikan Islam 2, no.2 (2019): 202-216.

Hasibuan, Lukman Hakim. Pemberdayaan Masjid di Masa Depan, Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2002.

Ibrahim, R, dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Indrawan, Rully, dan R. Poppy Yaniawati, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama, 2017.

Ittihad. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren. Lombok Timur: Forum Pemuda Aswaja, 2020.

Jahari, Jaja dan Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah. Bandung: Alfabeta, 2013.

114

Jannah, Miftahul. “Musabaqah Tilawatil Qur‟an di Indonesia (Festivalisasi Al-Qur‟an Sebagai Bentuk Resepsi Estesis),”Ilmu Ushuluddin 15, no.2 (Juli 2016): 87-95.

Karyoto, Dasar - Dasar Manajemen. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016.

Kaswan, Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja SDM. Bandung: Alapbeta, 2011.

Khasanah, Noor Lailatul. “Metode Dakwah Transformatif Melalui Living Tilawatil Qur‟an,” Jurnal Al-Nida 11, no.2 (Juli-Desember 2019): 173-189.

Kusuma, Wira Hadi, “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren” JOEAI (Journal of Education and Instruction)2, no.2 (Desember 2019): 104-111.

Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2019.

Man Arfa, Arma, dan Derry Montolalu. Pola Manajemen Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Provinsi Maluku. Ambon: Deepublish, 2017.

Muslimin, Imam. Manajemen Staffing. Malang: UIN-Maliki Press, 2015.

Noor Lailatul Hasanah, “Metode Dakwah Transformatif Melalui Living Tilawatil Qur‟an,”Jurnal An-Nida 11, no.2 (Juli-Desember 2019): 173-189.

Novatiani, Ait, dkk. “Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah,” Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis 10, no.1 (Maret 2019), 51-61.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Pertiwi, A. “Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Tilawaah Al-Qur‟an bagi Calon Peserta Didik Musabaqah Tilawatil Qur‟an”. Tadbir Muwahhid 2, no.1 (April 2018): 25-32.

115

Priyatna, Muhamad, “Manajemen Pengembangan SDM pada Lembaga Pendidikan Islam,” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 5, (Januari 2016): 1231-1250.

Rafiie, Said Achmad Kabiru. Manajemen Teori dan Aplikasi. Bandung: Albeta, 2017.

Rakhmat, Muhammad, Aji Abdul Wahid, “Pengaruh Kordinasi Terhadap Kinerja Petugas Pemungut Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Sukagalih Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut”. Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik 7, no.1 (2016), 21-26.

Ramayulis dan Mulyadi, Manajemen dan Kepemimpinan Kependidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2017.

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012.

Rokhmiyati, Sri. “Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Lembaga Pendidikan Islam,” INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication) 3, no.2 (Desember 2018): 231 - 252.

Rusdiana, dan Ahamd Ghazin. Asas-asas Manajemen Berwawasan Global Bandung: Pustaka Setia, 2014.

Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013.

Safitri, Dyiah. Strategi Organisasi. Sidoarjo: Indomedia Pustaka, 2017.

Setiawan, Irfan. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik Pada Institusi Berasrama. Yogyakarta: CV. Writing Revulutiion, 2013.

Sriwardona, “Manajemen Pendidikan Menurut Al-Qur‟an,” Jurnal Menata 2, no.2 (Junli-Desember 2019): 102-121.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet, 2020.

Syukran Nafis, Ahmadi H. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2012.

Tamrin, “Pola Pembinaan Tahsin Al-Qur‟an Dikalangan Mahasiswa,” Rausyan Fikr 12, no.2 (Desember 2016): 315-350.

116

Tim Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Tingkat Nasional. Pedoman Musabaqah Al-Qur‟an. Jakarta: 2010.

Tim Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ). Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an. Jakarta: 1989.

Umar, Munirman. “Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak” Jurnal Ilmiah Edukasi 1, no.1 (Juni 2015): 20-28.

Umiarso, dan Sukarji. Manajemen dalam Pendidikan Islam-Konstruksi Teoritis dalam Menemukan Kebermaknaan Pengelolaan Pendidikan Islam. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1-57.

Utomo, Tri Prasetiyo. “Meningkatkan Prestasi Peserta Didik Melalui Pendidikan Full Day School,” Al-Asasiyya: Journal of Basic Education 01, no.01 (Juli-Desember 2016), 1-17.

Yuliharti, dan Umiarso. Manajemen Profetik-Konstruksi Teoritis dalam Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH, 2019.

Yusuf, David Ilham. “Sejarah Pemikiran Bidang Lembaga Pendidikan” Al-Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan 8, no.1 (April 2015): 1-8.

Zaini, Hasan. “Manajemen Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an”, Jurnal al-Fikrah 1, no.1 (Januari-Juni 2013): 1-15

117

Lampiran – Lampiran

118

Gambar. 1 Pelatihan Perhakiman MTQ/STQ Tingkat Provinsi NTB

Gambar. 2 Rapat Kerda Daerah (Rakerda) Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi NTB

119

Gambar. 3

Kegiatan Training Center (TC) Terpadu Peserta Lomba MTQ/STQ Tingkat Nasional

Gambar. 4 Workshop Kajian Al- Qur’an di Lembaga Pengembangan

Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi NTB

120

Gambar. 5 Wawancara dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Agama Selaku Ketua I LPTQ Provinsi NTB (Dr. KH. Zaidi Abdad, MA)

Gambar. 6

Wawancara dengan Ketua Harian LPTQ Provinsi NTB (Dr. TGH. Sholah Sukarnawadi, MA)

121

Gambar. 7 Wawancara dengan Kepala Biro Kesra Setda Provinsi NTB

(Drs. H. Sahnan, M.Pd )

Gambar. 8 Wawancara dengan Kepala Biro Kesra Setda Provinsi NTB yang Lama

(H. Ahmad Masyhuri, SH)

122

Gambar. 9

Wawancara dengan Kepala Sekretariat LPTQ Provinsi NTB (H. Amirin A. Rahim )

Gambar. 10 Wawancara dengan Kepala Bagian Bina Mental Spiritual Selaku

Sekretaris Umum LPTQ Provinsi NTB (H. Abdul Azis Fahmi, S.Ag)

123

Gambar. 11 Wawancara dengan Kepala Kantor Kemenag Kota Mataram

(H. Muhammad Amin, M.Pd)

Gambar. 12 Wawancara dengan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Lotim

(H. Sirojuddin, MM)

124

Gambar. 13 Wawancara dengan Pelatih/Dewan Hakim LPTQ Provinsi NTB

(TGH. Sabaruddin, M.Pd)

Gambar. 14 Wawancara dengan Pelatih dan Dewan Hakim LPTQ Provinsi NTB

(TGH. M. Zaini, S.H)

125

CURRICULUM VITAE

1. Nama : Kusmawardi 2. Tempat/Tanggal Lahir : Terara, 31 Desember 1985 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Alamat : Desa Suradadi Kec. Terara Kab. Lotim 6. Kewarganegaran : Indonesia 7. Status : Sudah Menikah 8. Handphone/WA : 081 917 745 409 9. Email : [email protected] 10. Pendidikan Formal :

- SDN 2 Suradadi Tahun 1998 - SMPN 1 Terara Tahun 2001 - SMAN 1 Terara Tahun 2004 - Strata Satu (S1) Fakultas Syari‟ah IAIH Pancor Tahun 2008

11. Pengalama Kerja : - Pengajar Kursus Komputer Microsoft Office Word dan Excel di Datu

Muter Course Montong Baan Kecamatan Sikur. (2008 – 2009). - Pengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMPN Tantang

Rarang Kec. Terara Kab. Lotim. (2008 – 2009). - Operator Website Balai Informasi Sumber Daya Air (BISDA) Dinas

Pekerjaan Umum Provinsi NTB. (2010 – 2014). - Pengamat Pos Automatic Water Level Recorder (AWLR) Belendung

Suradadi Kec. Terara Kab. Lotim Pada Balai Informasi Sumber Daya Air (BISDA) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB. (2010 – 2016).

- Pengendali Rekaman Seksi OP Balai Informasi Sumber Daya Air (BISDA) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB. (2010 – 2016).

- Penyusun Data Pendidikan Agama dan Keagamaan Biro Kesra Setda Provinsi NTB. (2016 – Sekarang).