Manajemen Ayam Pedaging
Transcript of Manajemen Ayam Pedaging
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam pedaging merupakan sumber protein hewani yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga peternakan
ayam pedaging semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke
tahun seiring tingginya permintaan pasar akan daging
ayam. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut akan
kebutuhan daging ayam, usaha peternakan ayam broiler
telah banyak berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai
dengan kecenderungan peningkatan jumlah produksi daging
ayam broiler di berbagai daerah di Indonesia dari tahun
2006 hingga tahun 2011.
Ayam Broiler (pedaging) adalah ayam ras yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh cepat sehingga dapat
menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7
minggu). Ayam pedaging mempunyai peranan yang penting
sebagai sumber protein hewani asal ternak.
1
Sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat
akan daging ayam, pemeliharaan ayam pedaging
membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik.
Pemeliharaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai hasil
yang maksimal dengan membantu peningkatan
produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha
peternakan ayam broiler secara baik. Hal inilah yang
kemudian mendasari perntingnya mengetahui manajemen
pemeliharaan ayam broiler.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa
point penting yang akan dikaji, maka diperlukan batasan
terhadap perumusan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud tentang ayam pedaging ?
2. Faktor-faktor apa yang dibutuhkan dalam budidaya
ayam pedaging ?
2
3. Bagaimana managemen pemeliharaan ayam pedaging yang
baik dan benar ?
4. Keuntungan apa saja yang didapat dalam budidaya ayam
pedaging dengan sistem kemitraan ?
C. Tujuan dan Manfaat
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1) Untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan
wawasan bagi setiap mahasiswa dalam dunia
peternakan unggas.
2) Mengetahui teknik budidaya yang diterapkan untuk
ayam pedaging.
3) Mahasiswa dapat menganalisis dengan cermat berbagai
permasalahan dalam peternakan unggas.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini,
antara lain :
1) Menambah pengetahuan dan wawasan yang selama ini
tidak diperoleh di bangku perkuliahan serta
meningkatkan skill mahasiswa.
3
2) Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama
berada dibangku perkuliahan.
3) Memberikan masukan yang bermanfaat bagi lembaga
yang menjadi tempat penelitian untuk menentukan
kebijakan – kebijakan di masa mendatang.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Ayam Broiler
Broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina
yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan
sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen
yang relatif singkat maka jenis ayam ini
mempersyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yagn
disertai timbunan daging yang baik, dan warna
bulunyang disenangi, biasanya warna putih.
Ayam broiler telah banyak dipelihara oleh peternak
didaerah perkotaan dan pedesaan baik sebagai usaha
pokok atau sambilan, terutama di jawa. Penyebaran ayam
4
broiler cukup luas karena produksi dagingnya dapat
diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan harganya
yang relatif murah bila dibandingkan degngan daging
merah. Di samping itu, pemeliharaan tidak memerlukan
lahan yang relatif luas.
Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu
persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock.
Yang mana memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan
yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan
rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat,
dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak
(Murtidjo, 1987). Menurut Northe (1984) pertambahan
berat badan yang ideal adalah 400 gram per minggu untuk
jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.
Menurut Suprijatna et al. (2005) Ayam broiler adalah
ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar,
pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih
dan produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Siregar et al. (1980) bahwa ayam Broiler dalam
klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain :
5
ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak,
temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta
efisiensi penggunaan ransum tinggi.
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan
yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu
diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan
yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi
konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energy
yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan
mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985).
Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam
broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit,
manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan
pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila
kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit
yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen
lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena
pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan
kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan
menambah biaya produksi (Anonimus, 1994)
6
Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan
ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu,
fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6
minggu hingga dipasarkan.
Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak
tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan
panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat
itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam
broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan
berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa
dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat
dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta
peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah
Indonesia.
Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di
Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang
dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses
pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh
strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro
(Suprijatna et al., 2005).
7
B. Managemen Pemeliharaan
Management pemeliharaan ayam pedaging terbagi
menjadi 2, yaitu periode stater dan periode grower atau
finisher. Periode stater yaitu periode anak ayam dari
(umur 0-21 hari), sedangkan untuk periode grower atau
finisher yaitu periode anak ayam dari umur 22 sampai
panen, sudah sessuai dengan bobot badan yang
diinginkan.
Pemeliharaan Starter
1. Persiapan Kandang dan Perlengkapannya
Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah
siap. Persiapan kandang doc untuk ayam broiler tidak
berbeda dengan doc utuk ayam petelur. Begitu pula
perlengkapan kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan
bulu yang sempurna. Penempatan tempat makan atau minum
juga sama.
Saat ini berbagai perlengkapan kandang (tempat
makan / minum) buatan pabrik, dari yang sederhana
sampai yang otomatis mulai banyak diperjualbelikan.
8
2. Ransum Starter (0-3 minggu)
Ransum yaitu campuran dari berbagai bahan
pakanyang diberikan selama 24 jam. Bahan pakan yang
biasa digunakan untuk ransum ayam broiler yaitu jagung
kuning, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kelapa,
tepung ikan, minyak kelapa, kulit kerang, dan tepung
tulang.
Penyusunan ansum ayam broiler, didasarkan pada
kandungan energi dan protein. Untuk ayam broiler, pada
umur 0-3 minggu, ransum yang digunakan harus mengandung
protein 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg
(NRC/2984). Namun menururt beberapa penelitian bisa
juga digunakan ransum dengan protein 22% dan energi
metabolis 3000 kkal/kg sampai ayam tersebut dipanen.
Kandungan lain yang harus diperhatikan yaitu serat
kasar 7%, lemak 8%, kalsium 1%, dan phosphor yang
tersedia sekitar 0,45%.
9
Untuk itu jika akan menyusun ransum
perlu diketahui kandungan zat-zat makanan yang
terkandung di dalam bahan pakan yang akan digunakan.
Kandungan zat makanan dapat diketahui melalui analisa
laboratorium dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Zat-Zat Makanan dan Energi Metabolis
Pakan
No Bahan pakan Protein(%)
Lemak(%)
Seratkasar (%)
Energimetabol
is(kkal/k
g)1 Jagung kuning 8,6 3,9 2,0 3.3702 Dedak halus 12,0 13,0 12,0 1.630
3Bungkil
kedelai45,0 0,9 6,0 2.240
4Bungkil
kelapa21,0 1,8 15,0 1.540
5 Bungkil kacang tanah
42,0 1,9 17,0 2.200
6 Tepung ikan 61,0 4,0 1,0 2.830
Berdasarkan hasil analisa kandungan zat-zat pada
bahan pakan dan kebutuhan ransum untuk ayam maka dapat
disusun ransum yang diperlukan. Contoh ransum ayam
broiler untuk fase starter dapat dilihat pada tabel 2.
10
Tabel 2. Susunan Ransum Ayam Broiler Fase Starter
No BahanPakan Jumlah Protei
n Lemak SeratKasar EM
1 Jagung 60,00 5,16 2,34 1,202.022,
00
2Dedak
halus3,00 0,36 0,39 0,36
48,90
3Bungkil
kedelai20,50 9,23 0,18 1,23
459,20
4Bungkil
kelapa1,50 0,32 0,02 0,23
23,10
5Tepung
ikan13,00 7,90 0,52 0,13
370,50
6Minyak
kelapa 1,50 - - -
129,00
7 Premix-A 0,50 - - - -
Jumlah 100,00 22,97 3,45 3,153.052,
70
Untuk memudahkan perhitungan, ransum disusun per
seratus kilo gram. Ransum pada tabel 2 dihitung dengan
menggunakan energi metabolis 3000 kkal/kg dengan
11
protein 23%. Kandungan protein ransum ini cukup tinggi,
agar bisa mendukung pertumbuhan ayam. Masa pertumbuhan
ayam broiler yang paling cepat yaitu sejak menetas
sampai umur 3-4 minggu.
3. Pencegahan Penyakit
Untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat, selain
memperhatikan kebersihan lingkungan juga perlu
melakukan vaksinasi maupun pemberian obat-obatan dan
vitamin. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit
unggas menular yang tidak bisa diobati misalnya
ND/tetelo, dan gumboro. Jenis vaksin ND ini banyak
tersedia di poultry shop dengan merk dagang dan cara
penggunaan yang berbeda. Contoh vaksin gumboro yaitu
Medivac Gumboro-A, yang diberikan sekitar 12 hari.
Pemberian jenis vaksin yang berbeda tidak dilakukan
pada waktu yang bersamaan karena dikhawatirkan ayam
12
tidak tahan. Contoh program pencegahan penyakit dalam
pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada tabel 3.
Dosis pemakaian dan petunjuk penggunaannya
biasanya tercantum dalam kemasan vaksin yang akan
digunakan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada sore hari
agar ayam lebih mudah ditangkap (bila vaksin melalui
suntikan ). Di samping itu, vaksin tidak akan terkena
sinar matahari yang dapat mematikan vaksin. Jika vaksin
diberikan melalui air minum, maka ayam harus dipuasakan
dulu sekitar 2-3 jam sebelummya supaya air minum yang
telah diberi larutan vaksin cepat habis, sehingga
vaksin tidak mati atau terbuang.
Program pencegahan penyakit atau penggunaan obat-
obatan/ vitamin, untuk tiap peternak berbeda-beda
tergantung kepada jenis penyakit yang sering timbul di
peternakan tersebut. Serangan penyakit ini dapat
meningkatkan angka kematian. Angka kematian sekitar 5%
dari mulai pemeliharaan DOC sampai dipasarkan, masih
dianggap cukup berhasil.
13
Tabel 3. Program pencegahan penyakit dalam pemeliharaan
ayam broiler
Umur
(hari)
Nama
vaksin/obat
Teknik
pelaksanaantujuan
1-2 Hidrostress5 g/10 liter
air minum
Mengurangi
stress
1-6 Vaksin ND Tetes mataMencegah
penyalit ND
3-5 Sindoflox1 ml/2 liter
air minumMencegah CRD
6-8 Vitastress1 g/1 liter
air minum
Mengurangi
stress
9-11 Theraphy1 g/2 liter
air minum
Mencegah
coccidiocis
12Medivac
Gumboro A
Melalui air
minum
Mencegah
gumboro
12-15 Hidrostress5 g/10 liter
air minum
Mengurangi
stres
16-17 Theraphy1 g/2 liter
air minum
Mencegah
coccidiocis
18-19 Hidrostress5 g/10 liter
air minum
Mengurangi
stres
22-23 Theraphy1 g/2 liter
air minum
Mencegah
coccidiocis24-27 Hidrostress 5 g/2 liter Mengurangi
14
air minum stres
28-23 Dinabro5 g/10 liter
air minum
Merangsang
pertumbuhan
Pemeliharaan Grower/ Finisher
1. Kandang
a. Sistem Litter
Anak ayam yang bulunya telah tumbuh sempurna
(selesai fase starter) biasanya dipindahkan ke kandang
finisher. Dalam pemeliharaan broiler biasanya kandang
untuk pemeliharaan finisher juga digunakan untuk
brooder. Bangunan kandang yang digunakan yaitu kandang
yang kedua sisi dindingnya terbuka sebagai ventilasi.
Pemeliharaan ayam broiler biasanya menggunakan sistem
litter. Sistem litter yaitu kandang yang lantainya
ditutup dengan bahan organik yang partikelnya berukuran
kecil. Sistem litter banyak dipakai karena
pemeliharaannya mudah dan murah. Sementara pemeliharaan
dalam sistem cage biayanya lebih mahal dan
pemeliharaannya relatif lebih sulit. Bahan litter yang
digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
15
Ringan.
Mempunyai partikel yang sedang.
Daya serap yang tinggi.
Cepat menjadi kering.
Lunak.
Mempunyai nilai konduksi panas yang rendah.
Tidak menghisap air dari udara.
Murah dan mudah di dapat.
Dapat digunakan untuk pupuk.
Dalam keadaan terpaksa litter bekas yang pernah
dipakai bisa digunakan lagi. Namun, perlu diperhatikan
bahwa litter tersebut harus kering dan bukan bekas
pemeliharaan ayam yang pernah terkena penyakit menular
supaya tidak terjadi penularan penyakit kepada ayam
yang akan dipelihara.
Hal lain juga perlu di perhatikan yaitu populasi
ayam dalam kandang sebaiknya tidak terlalu padat. Jika
terlalu padat maka akan mempengaruhi performa ayam,
misalnya sebagai berikut.
16
Konsumsi ransum menurun akibat beberapa hal
misalnya. Temperatur kandang meningkat, ransum
banyak yang tumpah dan kesempatan makan yang
berkurang.
Pertumbuhan menurun.
Efisiensi penggunaan ransum menurun.
Kematian bertambah.
Kanibalisme bertambah.
Banyak terjadi breast blister (bagian yang mengeras
di bagian dada).
Pertumbuhan bulu berkurang.
Banyak patah tulang pada saat processing
(condemnation).
Kandang sistem litter dengan populasi terlalu
padat biasanya sanagnt bau dan kondisi litter basah.
Bau ini timbul karena adanya gas amonia (NH3) yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dalam proses pembusukan
kotoran. Jika kadar amonia dalam kandang sudah mencapai
50 ppm maka berat badan ayam yang dipelihara akan
berkuarang sekitar 8% pada umur 7 minggu. Kondisi
17
litter yang basah bisa menimbulkan berbagai macam
penyakit (snot, penyakit cacing, dan sebagainya).
Kadar amonia dalam kandang akan cepat, meningkat
jika pH litter mencapai 8, sedangkan jika pH < 7 maka
amonia yang terbentuk akan lebih sedikit. Untuk
mengurangi bau dalam kandang ini dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
Mengurangi kepadatan ayam dalam kandang. Kepadatan
biasanya 10-12 ekor/m2, untuk dataran rendah
biasanya 8-10 ekor/m2.
Dengan mencampurkan superphosphat 1,09 kg/m2 pada
litter atau dengan menyemprotkan posphoric acid 1,9
liter/m2.
Kandang sistem litter bisa dibuat bertingkat
(dua/tiga lantai). Namun, dengan kandang bertingkat,
lebih banyak tenaga kerja yang digunakan apalagi kalau
pemberian makan/minum dilakukan secara manual.
Di daerah-daerah dekat pantai, kandang yang
digunakan biasanya menggunakan sistem panggung dengan
alas dari bilah-bilah bumbu atau kayu. Hal ini
18
dimaksudkan agar didalam kandang tidak terlalu panas
karena ada udara yang bisa masuk dari bawah kandang.
b. Sistem cage
Selain pemeliharaan dalam sistem litter, ayam
broiler dapat pula dipelihara dalam sistem cage.
Peternak jarang yang menggunakan sistem ini karena
biayanya cukup mahal.
Kelebihan pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai
berikut.
Lebih banyak ayam yang bisa dipelihara karena
kandang bisa ditingkatkan.
Penangkapan ayam lebih mudah pada saat akan
dipasarkan dan resiko bruises (memar) dapat
dikurangi.
Biaya litter tidak ada.
Penyakit coccidiocis dapat dikurangi.
Pembersihan kandang lebih mudah.
Kerugian pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai
berikut.
19
Banyak yang mengalami breast blister (lepuh dada).
Tulang dada banyak yang bengkok.
Banyak trim (garis-garis merah) pada kulit setelah
processing.
Tulang sayap biasanya rapuh, sehingga banyak
terjadi kerusakan pada saat apkir.
Sering terjadi infeksi pada folicle bulu.
2. Perlengkapan Kandang
Pemeliharaan broiler umumnya menggunakan sistem
litter, tetapi di daerah-daerah tertentu menggunakan
sistem slatt. Tempat makanan dan minuman merupakan
perlengkapan yang harus ada di dalam kandang. Bentuk
tempat makan dan minum ini agak sedikit berbeda bila di
bandingkan dengan tempat makan atau minum anak ayam.
Sebelum kita memberi makan dan minum, tedapat
makanan dan minum harus dalam keadaan bersi. Jika dalam
tempat ada sisa-sisa makanan yang sudah tengik/busuk
maka akan menurunkan nafsu makan ayam dan menjadi
sumber penyakit.
20
Untuk menjaga agar ayam tetap sehat maka tempat
makan/minum harus mudah di bersihkan,tidak mudah
tumpah, mudah di isi, dan ayam mudah makan/minum dari
tempat tersebut. Tempat di buat oleh pabrik dengan
design sederhana sampai otomatis. Bahan-bahan yang di
gunakan sebagian besar di buat dari plastik sehingga
mudah di bersihkan.
Tempat makan/minum yang di gunakan petani ternak,
umumnya berbentuk bulat (hanging feeder/materrer) di
gantung di langit-langit kandang dengan kawat/tali.
Dalam menyediakan tempat makan/minum harus disesuaikan
dengan jumlah ayam yang ada dan telah diperhitungkan
setiap ekor ayam mempunyai kesempatan yang sama dalam
mengambil makan/minum. Jika tempat makan kurang, maka
ayam akan berebut mengambil makam/minum sehingga banyak
tercecer bahkan tumpah.
Untuk mengontrol cukupnya persediaan tempat makan
dapat dilakukan dengan melihat sesaat setelah ayam
diberi makan, apakah semuanya bisa makan bersamaan atau
tidak. Jika ada sebagian ayam yang tidak mempunyai
21
peluang makan pada saat yang bersamaan, maka tempat
makan perlu ditambah. Berbeda dengan tempat air minum,
karena ayam biasanya tidak minum bersamaan tetapi
bergiliran.
Tempat makan/minum yang berbentuk trough sudah
jarang digunakan dalam kandang sistem litter karena
ransum mudah tercemari oleh kotoran. Ransum yang
tercemari biasanya dibuang sehingga menjadi tidak
efisien. Perusahaan besar biasanya menggunakan tempat
makan/minum otomatis.
3. Ransum Fase Finisher
Pada periode finisher (umur 3-6 minggu), kondisi
pertumbuhan ayam broiler mulai menurun. Untuk itu,
protein dalam ransum diturunkan menjadi 20% (NRC,
1994), sedangkan energi ransum, yang digunakan 3000-
3200 kkal/kg. Bahan-bahan penyusun ransum untuk starter
tidak berbeda dengan bahan penyusun ransum untuk
finisher. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada
ayam broiler bisa berbentuk pellet, mash, atau crumble.
22
Ransum ayam broiler banyak dijual dengan merk dagang
yang berbeda-beda, tergantung pabrik yang mengeluarkan.
Penggantian ransum starter dengan ransum finisher
sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara
bertahap. Pada hari pertama mula-mula deberi ransum
starter 75% di tambah ransum finisher 25%, pada hari
berikutnya diberi ransum finisher 75% dan pada hari
berikutnya baru diberikan ransum finisher seluruhnya.
Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan ayam
menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan
menghambat pertumbuhan.
Kadang-kadang para peternak tidak membeli ransum
yang sudah jadi, tetapi membeli konsentrat dan
mencampurnya dengan bahan pakan yang mereka miliki
misalnya jagung. Konsentrat adalah campuran bahan pakan
yang mengandung gizi tinggi untuk dicampur dengan bahan
pakan lain sehingga tercapai kebutuhan untuk ternak
yang akan diberi makan sesuai dengan tujuan
produksinya.
23
Tabel 4. Susunan Ransum Broiler Finisher
No BahanPakan
Jumlah
PK(%)
LK(%)
SK(%)
CA(%)
P(%)
EM(kkal/kg)
1Jagung
kuning60,0
5,1
6
2,3
4
1,2
0
0,0
1
0,0
6
2.022
,00
2
Bungki
l
kedela
i
15,06,7
5
0,1
3
0,9
0
0,0
4
0,0
4
336,0
0
3Dedak
halus5,5
0,6
6
0,7
1
0,6
6
0,0
1
0,0
189,65
4Tepung
ikan11,0
6,7
1
0,4
4
0,3
1
0,6
0
0,3
0
311,3
0
5
Bungki
l
kelapa
5,01,0
5
0,0
9
0,7
5
0,0
1
0,0
184,70
6Minyak
kelapa2,0 -
2,0
0- - -
172,0
0
7 grit 1,0 - - -0,3
8
0,2
0-
8 premix 0,5 - - - - - -
Jumlah 100,020,
33
5,7
1
3,6
2
1,0
5
0,6
2
3.015
,65
4. Konsumsi Ransum
24
Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuuhi kebutuhan
energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam
akan terus makan. Jika ayam diberi ransum dengan
kandungan energi yang rendah maka ayam akan makanlebih
banyak. Sebaliknya, jika disediakan ransum dengan
kandungan energi tinggi maka ayam akan makan lebih
sedikit, karena kebutuhan energinya cepat terpenuhi.
Sumber energi utama dalam ransum biasanya menggunakan
jagung kuning.
Temperatur lingkungan berpengaruh terhadap
konsumsi ransum. Jika temperatur lingkungan meningkat
dari keadaan normal maka ayam akan lebih banyak minum
dan sedikit makan. Sebaliknya jika temperatur
lingkungan menurun maka konsumsi ransum meningkat.
Temperatur lingkungan yang optimal untuk pemeliharaan
broiler yaitu sekitar 18-21˚ C.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi konsumsi
ransum yaitu bentuk fisik ransum. Bentuk fisik ransum
yang biasa diberikan kepada ayam broiler adalah mash,
crumble, dan pellet. Bentuk pellet lebih bnayak di
25
makan karena unggas umunya lebih menyukai ransum bentuk
butiran.
Dari hasil penelitian, pemeliharaan ayam broiler
tanpa pemisahan jenis kelamin, dengan waktu
pemeliharaan selama 5 minggu, yang diberi ransum dengan
energi metabolis 3000 kkal/kg dan protein ransum 22%,
ransum yang dihabiskan sekitar 2,5 kg/ekor, bobot badan
yang dihasilkan berkisar 1,2-1,3 kg/ekor.
5. Konsumsi Air Minum
Air minum harus selalu tersedia setiap saat untuk
broiler dengan kualitas air minum yang baik dan bebas
dari Salmonella, E.Colli dan bakteria patogen lainnya.
Kekurangan persediaan air minum, baik dalam jumlah,
penyebaran serta jumlah tempat minum dan konsumsinya
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
Pada saat ayam datang, berikan larutan gula 1% paling
lama 2 – 3 jam pertama serta berikan antibiotik pada
hari ke-1 hingga ke-3 disaat pagi hari (paling lama 5 –
6 jam) dan berikan vitamin pada saat sore hari.
26
Air harus selalu bersih dan segar dan dilakukan
test secara teratur terhadap kandungan zat kimia dan
komposisi bakteriologi (6 bulan sekali). Untuk menjaga
air dalam kondisi normal, gunakan 3-5 ppm chlorine
untuk mengurangi masalah Salmonella, E.Colli dan bakteria
patogen lainnya.
Ketinggian tempat air minum untuk broiler
Tempat air minum harus selalu dicek ketinggiannya
setiap hari. Pada umur 18 hari diatur ketinggiannya
bibir tempat air minum sejajar dengan punggung ayam.
Kandang yang menggunakan nipple harus disesuaikan
ketinggiannya secara sentral menggunakan kerekan
(handwind) sehingga ayam dapat minum dengan mengangkat
kepala 34◦-45◦ terhadap nipple.
Level air minum
Ketinggian air minum sebaiknya 0,6 cm di bawah
tutup tempat minum sampai dengan 7-10 hari dan harus
ada air di dasar tempat minum dengan ketinggian 0,6 cm
sejak hari ke-10 dan selanjutnya. Pengeluaran air dari
27
nipple minimal 80 ml per menit dengan tekanan 30-40 cm
water column.
Kualitas air minum
Kualitas air sangat penting karena ayam minum 2-
2,5 kali dari jumlah pakan yang dikonsumsinya. Lakukan
analisa kualitas air minum dua kali setahun untuk
memastikan bahwa air minum tersebut masih layak
dikonsumsi ditinjau dari kandungan mineral, bahan
organic dan bakteri.
Pada temperature normal, konsumsi air minum ayam
adalah 1,6 – 2,0 kali dari konsumsi pakan. Faktor ini
sebaiknya digunakan sebagai pedoman sehingga
penyimpangan konsumsi air yang berkaitan dengan
kualitas pakan, temperature atau kesehatan ayam dapat
segera diketahui dan diperbaiki.
6. Konversi Ransum
Efisiensi ransum yang diberikan kepada ayam bisa
dilihat dari angka konversi ransum. Konversi ransum
didenifisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan
28
untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot
badan. Angka konversi ransum yang rendah (kecil)
berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit,
begitu pula sebaliknya.
Pada minggu pertama, angka konversu ransum ayam
broiler ini rendah. Pada minggu-minggu berikutnya akan
meningkat sesuai dengan kecepatan pertumbuhannya.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa jantan lebih efisien
dalam mengubah ransum menjadi daging dibandingkan
betina. Hal ini karena pertumbuhan jantan lebih cepat
dibandingkan betina. Pada umur 6 minggu, konfersi
ransum pada jantan maupun betina diatas angka dua. Jika
konversi ransum jauh di atas angka dua maka kurang
menguntungkan. Oleh karena itu ayam broiler dipasarkan
maksimal umur 6 minggu.
Tabel 5. Konversi Ransum Ayam Broiler Selama 6 Minggu
Umur
(Minggu)Jantan Betina
Jantan Dan
Betina1 0,80 0,80 0,80
29
2 1,20 1,22 1,213 1,37 1,41 1,394 1,70 1,78 1,745 1,98 2,08 2.036 2,29 2,35 2.32
C. Pola Usaha Budidaya Ayam Pedaging
Sistem usaha ternak ayam pedaging yang umum saat ini
ada dua yakni:
1. Sistem kemitraan, dalam kemitraan ayam broiler sama
saja dengan kemitraan pada ternak ikan lele, dimana
dalam kemitraan ada yang berindak sebagai inti dan
ada yang bertindak sebagai plasma. Inti dalam
kemitraan ternak ayam pedaging harus dalam bentuk
badan hukum yang jelas (perusahaan), apakah itu PT
atau CV. Kewajiban perusahaan inti disini adalah
menyediakan bibit, menediakan pakan, menyediakan
tenaga penyuluh, menyediakan obat-obatan dan
menjamin pemasaran hasil panen ayam pedaging dari
plasma. Namun demikian inti juga memiliki banyak
hak yang diatur jelas dalam sebuah MOU (kontrak
30
kerjasama/kesepakatan). Hak dan kewajiban plasma
dan inti kemitraan ternak ayam broiler ini berbeda-
beda pada setiap kemitraan, namun yang pasti hak
dan kewajiban tersebut akan tercantum jelas pada
kontrak kesepakatan. Plasma dalam kemitraan ayam
pedaging adalah para peternak. Keuntungan utama
budidaya ayam broiler sebagai plasma (peternak)
dengan sistem kemitraan ini adalah pemasaran hasil
panen terjamin dan harganya sesuai dengan kontrak
dengan perusahaan inti yang ditetapkan diawal
kerjasama kemitraan.
2. Sistem mandiri, dimana peternak ayam broiler
membudidayakan ternaknya secara mandiri baik itu
pendirian kandang, penyediaan DOC ayam broiler,
pakan, obat-obatan hingga pemasaran harus
dijalankan sendiri oleh si peternak ayam pedaging
tersebut. Keuntungan budidaya ayam pedaging secara
mandiri salah satunya adalah harga jual ayam sesuai
dengan harga pasaran, jadi ketika harga daging ayam
sangat tinggi seperti saat ini sudah bisa
31
dipastikan peternak ayam pedaging mandiri akan
memperoleh untung yang berlipat-lipat. Namun
kerugiannya juga ada yakni pemasaran harus
dilakukan sendiri oleh peternak sehingga hasil
panen belum tentu terjual tepat pada waktu yang
optimal, sehingga dapat menyebabkan kerugian besar
akibat biaya pakan yang semakin hari semakin
meningkat. Biaya perawatan (budidaya) ayam pedaging
(broiler) yang paling besar adalah biaya pakan.
Dua hal tersebut diatas harus dipertimbangkan
sebelum menjalankan bisnis ayam pedaging, Jika ada
kesulitan dalam akses pemasaran maka sebaiknya pilihan
mendirikan usaha ternak ayam pedaging sebaiknya dengan
sistem kemitraan. Namun jika peternak menguasai akses
pemasaran dan memahami teknik budidaya ayam pedaging
(broiler) maka sebaiknya dirikanlah peternakan ayam
secara mandiri.
D. Tenaga Kerja
32
Peternakan ayam broiler memerlukan sejumlah tenaga
kerja yang dapat disesuaikan dengan banyaknya jumlah
budidaya ataupun jenis teknologi yang diterapkan.
Menurut Rasyaf (2010), peternakan ayam broiler terdiri
dari beberapa jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja
tetap, tenaga kerja harian, serta tenaga kerja harian
lepas dan kontrak.
1. Tenaga Kerja Tetap
Pada umumnya, tenaga kerja tetap pada peternakan
skala kecil dijabat oleh peternak itu sendiri dan
sekaligus berperan sebagai pemilik modal, sedangkan
pada peternakan skala menengah maupun besar dijabat
oleh pihak-pihak yang ahli
di dalam bidangnya. Pihak-pihak tersebut terdiri dari
tenaga lapang kandang yang
bertugas sebagai pemberi pakan, administrasi, dan
pemasaran, sehingga gaji yang
mereka terima dimasukkan sebagai biaya tetap produksi.
Tenagga kerja tetap terikat dengan peraturan yang
diterapkan dan harus menetap di peternakan.
33
2. Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja harian biasanya terdiri dari pekerja
kasar yang bertugas membersihkan kandang, membersihkan
tempat pakan dan minuman, mengangkut pakan, dan
membersihkan rumput di sekitar areal kandang.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan secara rutin.
Tenaga kerja harian diberi upah harian sesuai dengan
jumlah hari kerja yang dijalankan. Tenaga kerja harian
tidak terikat dengan aturan yang diterapkan dan tidak
menetap di peternakan.
3. Tenaga Kerja harian Lepas dan Kontrak
Tenaga kerja harian lepas dan kontrak hanya
bekerja untuk menyelesaikan
pekerjaan sementara, sehingga sudah tidak ada ikatan
jika telah menyelesaikan
pekerjaannya. Tenaga kerja semacam ini banyak digunakan
pada saat kegiatan
panen ayam broiler berlangsung.
Menurut Aziz (2009), perekrutan tenaga kerja yang
berasal dari masyarakat di sekitar peternakan ayam
34
broiler dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya
risiko sosial yang muncul dari lingkungan masyarakat
sekitar. Pelibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga
kerja di peternakan ayam broiler dapat menjadikan
masyarakat setempat merasa dihargai atas keberadaannya
di dalam lingkungan usahaternak ayam broiler.
E. Obat-Obatan, Vaksin, dan Vitamin
Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat
dibutuhkan untuk mengatasi penyakit, meningkatkan
kekebalan tubuh, dan menunujang pertumbuhan ayam broiler.
Menurut Aziz (2009), obat-obatan, vaksin, dan vitamin
dapat digunakan sebagai alternatif manajemen risiko
produksi pada usahaternak ayam broiler. Namun menurut
Aziz (2009), harga obat-obatan, vaksin, dan vitamin
juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi sehingga
harus digunakan seefisien mungkin dan sesuai dengan
aturan penggunaan.
Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut
Rasyaf (2010) terdiri dari kelompok obat khusus untuk
35
penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp., kelompok
obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan
kelompok obat khusus untuk mengobati penyakit berak
darah. Menurut Jayanata
dan Harianto (2011), para perternak ayam broiler dapat
melakukan pengobatan secara herbal dengan menggunakan
jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, ataupun
bawang puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan
kimia. Bahanbahan herbal tersebut dapat dicampur pada
pakan ataupun air minum ayam broiler. Jayanata dan
Harianto (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal
dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler
terhadap serangan penyakit.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), vaksin
adalah penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan ke
dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat
dilakukan melalui tetes mata, penyuntikan, dan
pencampuran dengan air minum. Santoso dan Sudaryani
(2009) mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu,
36
vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah
vaksin yang berisi virus hidup, namun virus tersebut
telah dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin
ini, kekebalan tubuh ayam broiler dapat ditingkatkan.
Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi virus yang
dilemahkan dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan
stabilisator, untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh
yang lebih lama dan stabil.
Anita dan Widagdo (2011) menyatakan bahwa vitamin
merupakan nutrient organik yang dibutuhkan untuk
mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak
disintesis oleh tubuh. Vitamin sangat berguna untuk
mendukung proses pertumbuhan dan meningkatkan daya
tahan tubuh ayam broiler. Seperti halnya manusia, ayam
broiler juga membutuhkan jenis vitamin A, B, C, D, E, dan
K. Kandungan vitamin tersebut biasanya sudah terdapat
di dalam pakan yang diberikan kepada ayam broiler. Hasil
penelitian Kusnadi (2006) menyebutkan penambahan
vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm
yang dicampur pada air minum, dapat membantu
37
meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot tubuh
ayam broiler. Menurut Kusnadi (2006), pemberian vitamin C
tersebut sangat efektif pada kondisi cuaca yang panas
karena pada kodisi tersebut dapat menurunkan jumlah
konsumsi pakan akibat penimbunan panas yang terlalu
banyak di dalam tubuh ayam broiler.
F. Dampak Sosial Ekonomi
Kegiatan budidaya ayam pedaging secara langsung
memberikan keuntungan secara ekonomis yang dapat
dinikmati oleh masyarakat, antara lain :
1. Usaha budidaya ini juga berdampak positif terhadap
kondisi sosial masyarakat seperti berkurangnya
pengangguran. Selain itu bagi pembudidaya yang
tergabung dalam pola kemitraan, akan semakin
meningkatkan interaksi sosial antar anggota
kelompok sekaligus meningkatkan rasa gotong royong
dan kesetiakawanan sosial di antara mereka.
2. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
bagi pemerintah daerah setempat.
38
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat baik petani
pembudidaya ayam pedaging secara langsung maupun
pelaku usaha yang terlibat secara tidak langsung
seperti pedagang pengepul, pemotong, usaha rumah
makan khas daging ayam serta para penyedia jasa
yang berkaitan dengan adanya usaha budidaya ayam
pedaging ini.
4. Usaha ini juga memiliki kaitan ke belakang/hulu
(backward linkage) antara lain pada usaha pasokan pupuk
kandang (ke peternak) dan pupuk buatan (penyedia
sarana produksi perikanan) serta kaitan ke
depan/hilir (forward linkage) seperti pada usaha
perdagangan, pengangkutan dan sebagainya.
39
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan
Ayam broiler (pedaging) adalah ayam ras yang
dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai
penghasil daging. Faktor-faktor produksi yang perlu
40
diperhatikan dalam pembudidayaan ayam broiler antara
lain, kandang, DOC, pakan, vaksin, dan tenaga
kerja.Adapun keuntungan dari pemeliharan ayam broiler,
yaitu :
1. Usaha budidaya ini juga berdampak positif terhadap
kondisi sosial masyarakat seperti berkurangnya
pengangguran. Selain itu bagi pembudidaya yang
tergabung dalam pola kemitraan, akan semakin
meningkatkan interaksi sosial antar anggota
kelompok sekaligus meningkatkan rasa gotong royong
dan kesetiakawanan sosial di antara mereka.
2. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
bagi pemerintah daerah setempat.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat baik petani
pembudidaya ayam pedaging secara langsung maupun
pelaku usaha yang terlibat secara tidak langsung
seperti pedagang pengepul, pemotong, usaha rumah
makan khas daging ayam serta para penyedia jasa
yang berkaitan dengan adanya usaha budidaya ayam
pedaging ini.
41
4. Usaha ini juga memiliki kaitan ke belakang/hulu
(backward linkage) antara lain pada usaha pasokan pupuk
kandang (ke peternak) dan pupuk buatan (penyedia
sarana produksi perikanan) serta kaitan ke
depan/hilir (forward linkage) seperti pada usaha
perdagangan, pengangkutan dan sebagainya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Ternak Ayam Broiler Pedaging.http://kesehatan-ternak.blogspot.com/2013/09/ternak-ayam-broiler-pedaging.html
Daryanto. 2012. Managemen Pemeliharaan Ayam Pedaging Pt.Genesis Farm Desa Wates Kelurahan Losari Kecamatan GrabagKabupaten Magelang. http://peternakan-deeansosekundip.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
Handika, Adi. 2013. Tatalaksana Manajemen Perkandangan AyamBroiler.http://peternakancahya.blogspot.com/2013/05/tatalaksana-manajemen-perkandangan-ayam.html
Rista, Etika. 2013. Manajemen Ayam Broiler Fase Starter Dan FaseGrower.http://etikafarista.blogspot.com/2013/01/manajemen-ayam-broiler-fase-starter-dan_30.html
43