Manajemen Ayam Pedaging

44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam pedaging merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga peternakan ayam pedaging semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun seiring tingginya permintaan pasar akan daging ayam. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut akan kebutuhan daging ayam, usaha peternakan ayam broiler telah banyak berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai dengan kecenderungan peningkatan jumlah produksi daging ayam broiler di berbagai daerah di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2011. Ayam Broiler (pedaging) adalah ayam ras yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Ayam pedaging mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. 1

Transcript of Manajemen Ayam Pedaging

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ayam pedaging merupakan sumber protein hewani yang

banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga peternakan

ayam pedaging semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke

tahun seiring tingginya permintaan pasar akan daging

ayam. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut akan

kebutuhan daging ayam, usaha peternakan ayam broiler

telah banyak berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai

dengan kecenderungan peningkatan jumlah produksi daging

ayam broiler di berbagai daerah di Indonesia dari tahun

2006 hingga tahun 2011.

Ayam Broiler (pedaging) adalah ayam ras yang

mempunyai kemampuan untuk tumbuh cepat sehingga dapat

menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7

minggu). Ayam pedaging mempunyai peranan yang penting

sebagai sumber protein hewani asal ternak.

1

Sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat

akan daging ayam, pemeliharaan ayam pedaging

membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik.

Pemeliharaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai hasil

yang maksimal dengan membantu peningkatan

produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha

peternakan ayam broiler secara baik. Hal inilah yang

kemudian mendasari perntingnya mengetahui manajemen

pemeliharaan ayam broiler.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa

point penting yang akan dikaji, maka diperlukan batasan

terhadap perumusan masalah yaitu :

1. Apa yang dimaksud tentang ayam pedaging ?

2. Faktor-faktor apa yang dibutuhkan dalam budidaya

ayam pedaging ?

2

3. Bagaimana managemen pemeliharaan ayam pedaging yang

baik dan benar ?

4. Keuntungan apa saja yang didapat dalam budidaya ayam

pedaging dengan sistem kemitraan ?

C. Tujuan dan Manfaat

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1) Untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan

wawasan bagi setiap mahasiswa dalam dunia

peternakan unggas.

2) Mengetahui teknik budidaya yang diterapkan untuk

ayam pedaging.

3) Mahasiswa dapat menganalisis dengan cermat berbagai

permasalahan dalam peternakan unggas.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini,

antara lain :

1) Menambah pengetahuan dan wawasan yang selama ini

tidak diperoleh di bangku perkuliahan serta

meningkatkan skill mahasiswa.

3

2) Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama

berada dibangku perkuliahan.

3)  Memberikan masukan yang bermanfaat bagi lembaga

yang menjadi tempat penelitian untuk menentukan

kebijakan – kebijakan di masa mendatang.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Ayam Broiler

Broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina

yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan

sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen

yang relatif singkat maka jenis ayam ini

mempersyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yagn

disertai timbunan daging yang baik, dan warna

bulunyang disenangi, biasanya warna putih.

Ayam broiler telah banyak dipelihara oleh peternak

didaerah perkotaan dan pedesaan baik sebagai usaha

pokok atau sambilan, terutama di jawa. Penyebaran ayam

4

broiler cukup luas karena produksi dagingnya dapat

diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan harganya

yang relatif murah bila dibandingkan degngan daging

merah. Di samping itu, pemeliharaan tidak memerlukan

lahan yang relatif luas.

Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu

persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock.

Yang mana memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan

yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan

rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat,

dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak

(Murtidjo, 1987). Menurut Northe (1984) pertambahan

berat badan yang ideal adalah 400 gram per minggu untuk

jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.

Menurut Suprijatna et al. (2005) Ayam broiler adalah

ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar,

pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih

dan produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh

Siregar et al. (1980) bahwa ayam Broiler dalam

klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain :

5

ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak,

temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta

efisiensi penggunaan ransum tinggi.

Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan

yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu

diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan

yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi

konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energy

yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan

mengkonsumsi pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985).

Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam

broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit,

manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan

pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila

kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit

yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen

lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena

pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan

kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan

menambah biaya produksi (Anonimus, 1994)

6

Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan

ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu,

fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6

minggu hingga dipasarkan.

Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak

tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan

panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat

itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam

broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan

berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa

dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat

dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta

peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah

Indonesia.

Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di

Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang

dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses

pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh

strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro

(Suprijatna et al., 2005).

7

B. Managemen Pemeliharaan

Management pemeliharaan ayam pedaging terbagi

menjadi 2, yaitu periode stater dan periode grower atau

finisher. Periode stater yaitu periode anak ayam dari

(umur 0-21 hari), sedangkan untuk periode grower atau

finisher yaitu periode anak ayam dari umur 22 sampai

panen, sudah sessuai dengan bobot badan yang

diinginkan.

Pemeliharaan Starter

1. Persiapan Kandang dan Perlengkapannya

Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah

siap. Persiapan kandang doc untuk ayam broiler tidak

berbeda dengan doc utuk ayam petelur. Begitu pula

perlengkapan kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan

bulu yang sempurna. Penempatan tempat makan atau minum

juga sama.

Saat ini berbagai perlengkapan kandang (tempat

makan / minum) buatan pabrik, dari yang sederhana

sampai yang otomatis mulai banyak diperjualbelikan.

8

2. Ransum Starter (0-3 minggu)

Ransum yaitu campuran dari berbagai bahan

pakanyang diberikan selama 24 jam. Bahan pakan yang

biasa digunakan untuk ransum ayam broiler yaitu jagung

kuning, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kelapa,

tepung ikan, minyak kelapa, kulit kerang, dan tepung

tulang.

Penyusunan ansum ayam broiler, didasarkan pada

kandungan energi dan protein. Untuk ayam broiler, pada

umur 0-3 minggu, ransum yang digunakan harus mengandung

protein 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg

(NRC/2984). Namun menururt beberapa penelitian bisa

juga digunakan ransum dengan protein 22% dan energi

metabolis 3000 kkal/kg sampai ayam tersebut dipanen.

Kandungan lain yang harus diperhatikan yaitu serat

kasar 7%, lemak 8%, kalsium 1%, dan phosphor yang

tersedia sekitar 0,45%.

9

Untuk itu jika akan menyusun ransum

perlu diketahui kandungan zat-zat makanan yang

terkandung di dalam bahan pakan yang akan digunakan.

Kandungan zat makanan dapat diketahui melalui analisa

laboratorium dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Zat-Zat Makanan dan Energi Metabolis

Pakan

No Bahan pakan Protein(%)

Lemak(%)

Seratkasar (%)

Energimetabol

is(kkal/k

g)1 Jagung kuning 8,6 3,9 2,0 3.3702 Dedak halus 12,0 13,0 12,0 1.630

3Bungkil

kedelai45,0 0,9 6,0 2.240

4Bungkil

kelapa21,0 1,8 15,0 1.540

5 Bungkil kacang tanah

42,0 1,9 17,0 2.200

6 Tepung ikan 61,0 4,0 1,0 2.830

Berdasarkan hasil analisa kandungan zat-zat pada

bahan pakan dan kebutuhan ransum untuk ayam maka dapat

disusun ransum yang diperlukan. Contoh ransum ayam

broiler untuk fase starter dapat dilihat pada tabel 2.

10

Tabel 2. Susunan Ransum Ayam Broiler Fase Starter

No BahanPakan Jumlah Protei

n Lemak SeratKasar EM

1 Jagung 60,00 5,16 2,34 1,202.022,

00

2Dedak

halus3,00 0,36 0,39 0,36

48,90

3Bungkil

kedelai20,50 9,23 0,18 1,23

459,20

4Bungkil

kelapa1,50 0,32 0,02 0,23

23,10

5Tepung

ikan13,00 7,90 0,52 0,13

370,50

6Minyak

kelapa 1,50 - - -

129,00

7 Premix-A 0,50 - - - -

Jumlah 100,00 22,97 3,45 3,153.052,

70

Untuk memudahkan perhitungan, ransum disusun per

seratus kilo gram. Ransum pada tabel 2 dihitung dengan

menggunakan energi metabolis 3000 kkal/kg dengan

11

protein 23%. Kandungan protein ransum ini cukup tinggi,

agar bisa mendukung pertumbuhan ayam. Masa pertumbuhan

ayam broiler yang paling cepat yaitu sejak menetas

sampai umur 3-4 minggu.

3. Pencegahan Penyakit

Untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat, selain

memperhatikan kebersihan lingkungan juga perlu

melakukan vaksinasi maupun pemberian obat-obatan dan

vitamin. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit

unggas menular yang tidak bisa diobati misalnya

ND/tetelo, dan gumboro. Jenis vaksin ND ini banyak

tersedia di poultry shop dengan merk dagang dan cara

penggunaan yang berbeda. Contoh vaksin gumboro yaitu

Medivac Gumboro-A, yang diberikan sekitar 12 hari.

Pemberian jenis vaksin yang berbeda tidak dilakukan

pada waktu yang bersamaan karena dikhawatirkan ayam

12

tidak tahan. Contoh program pencegahan penyakit dalam

pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada tabel 3.

Dosis pemakaian dan petunjuk penggunaannya

biasanya tercantum dalam kemasan vaksin yang akan

digunakan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada sore hari

agar ayam lebih mudah ditangkap (bila vaksin melalui

suntikan ). Di samping itu, vaksin tidak akan terkena

sinar matahari yang dapat mematikan vaksin. Jika vaksin

diberikan melalui air minum, maka ayam harus dipuasakan

dulu sekitar 2-3 jam sebelummya supaya air minum yang

telah diberi larutan vaksin cepat habis, sehingga

vaksin tidak mati atau terbuang.

Program pencegahan penyakit atau penggunaan obat-

obatan/ vitamin, untuk tiap peternak berbeda-beda

tergantung kepada jenis penyakit yang sering timbul di

peternakan tersebut. Serangan penyakit ini dapat

meningkatkan angka kematian. Angka kematian sekitar 5%

dari mulai pemeliharaan DOC sampai dipasarkan, masih

dianggap cukup berhasil.

13

Tabel 3. Program pencegahan penyakit dalam pemeliharaan

ayam broiler

Umur

(hari)

Nama

vaksin/obat

Teknik

pelaksanaantujuan

1-2 Hidrostress5 g/10 liter

air minum

Mengurangi

stress

1-6 Vaksin ND Tetes mataMencegah

penyalit ND

3-5 Sindoflox1 ml/2 liter

air minumMencegah CRD

6-8 Vitastress1 g/1 liter

air minum

Mengurangi

stress

9-11 Theraphy1 g/2 liter

air minum

Mencegah

coccidiocis

12Medivac

Gumboro A

Melalui air

minum

Mencegah

gumboro

12-15 Hidrostress5 g/10 liter

air minum

Mengurangi

stres

16-17 Theraphy1 g/2 liter

air minum

Mencegah

coccidiocis

18-19 Hidrostress5 g/10 liter

air minum

Mengurangi

stres

22-23 Theraphy1 g/2 liter

air minum

Mencegah

coccidiocis24-27 Hidrostress 5 g/2 liter Mengurangi

14

air minum stres

28-23 Dinabro5 g/10 liter

air minum

Merangsang

pertumbuhan

Pemeliharaan Grower/ Finisher

1. Kandang

a. Sistem Litter

Anak ayam yang bulunya telah tumbuh sempurna

(selesai fase starter) biasanya dipindahkan ke kandang

finisher. Dalam pemeliharaan broiler biasanya kandang

untuk pemeliharaan finisher juga digunakan untuk

brooder. Bangunan kandang yang digunakan yaitu kandang

yang kedua sisi dindingnya terbuka sebagai ventilasi.

Pemeliharaan ayam broiler biasanya menggunakan sistem

litter. Sistem litter yaitu kandang yang lantainya

ditutup dengan bahan organik yang partikelnya berukuran

kecil. Sistem litter banyak dipakai karena

pemeliharaannya mudah dan murah. Sementara pemeliharaan

dalam sistem cage biayanya lebih mahal dan

pemeliharaannya relatif lebih sulit. Bahan litter yang

digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

15

Ringan.

Mempunyai partikel yang sedang.

Daya serap yang tinggi.

Cepat menjadi kering.

Lunak.

Mempunyai nilai konduksi panas yang rendah.

Tidak menghisap air dari udara.

Murah dan mudah di dapat.

Dapat digunakan untuk pupuk.

Dalam keadaan terpaksa litter bekas yang pernah

dipakai bisa digunakan lagi. Namun, perlu diperhatikan

bahwa litter tersebut harus kering dan bukan bekas

pemeliharaan ayam yang pernah terkena penyakit menular

supaya tidak terjadi penularan penyakit kepada ayam

yang akan dipelihara.

Hal lain juga perlu di perhatikan yaitu populasi

ayam dalam kandang sebaiknya tidak terlalu padat. Jika

terlalu padat maka akan mempengaruhi performa ayam,

misalnya sebagai berikut.

16

Konsumsi ransum menurun akibat beberapa hal

misalnya. Temperatur kandang meningkat, ransum

banyak yang tumpah dan kesempatan makan yang

berkurang.

Pertumbuhan menurun.

Efisiensi penggunaan ransum menurun.

Kematian bertambah.

Kanibalisme bertambah.

Banyak terjadi breast blister (bagian yang mengeras

di bagian dada).

Pertumbuhan bulu berkurang.

Banyak patah tulang pada saat processing

(condemnation).

Kandang sistem litter dengan populasi terlalu

padat biasanya sanagnt bau dan kondisi litter basah.

Bau ini timbul karena adanya gas amonia (NH3) yang

dihasilkan oleh mikroorganisme dalam proses pembusukan

kotoran. Jika kadar amonia dalam kandang sudah mencapai

50 ppm maka berat badan ayam yang dipelihara akan

berkuarang sekitar 8% pada umur 7 minggu. Kondisi

17

litter yang basah bisa menimbulkan berbagai macam

penyakit (snot, penyakit cacing, dan sebagainya).

Kadar amonia dalam kandang akan cepat, meningkat

jika pH litter mencapai 8, sedangkan jika pH < 7 maka

amonia yang terbentuk akan lebih sedikit. Untuk

mengurangi bau dalam kandang ini dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut.

Mengurangi kepadatan ayam dalam kandang. Kepadatan

biasanya 10-12 ekor/m2, untuk dataran rendah

biasanya 8-10 ekor/m2.

Dengan mencampurkan superphosphat 1,09 kg/m2 pada

litter atau dengan menyemprotkan posphoric acid 1,9

liter/m2.

Kandang sistem litter bisa dibuat bertingkat

(dua/tiga lantai). Namun, dengan kandang bertingkat,

lebih banyak tenaga kerja yang digunakan apalagi kalau

pemberian makan/minum dilakukan secara manual.

Di daerah-daerah dekat pantai, kandang yang

digunakan biasanya menggunakan sistem panggung dengan

alas dari bilah-bilah bumbu atau kayu. Hal ini

18

dimaksudkan agar didalam kandang tidak terlalu panas

karena ada udara yang bisa masuk dari bawah kandang.

b. Sistem cage

Selain pemeliharaan dalam sistem litter, ayam

broiler dapat pula dipelihara dalam sistem cage.

Peternak jarang yang menggunakan sistem ini karena

biayanya cukup mahal.

Kelebihan pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai

berikut.

Lebih banyak ayam yang bisa dipelihara karena

kandang bisa ditingkatkan.

Penangkapan ayam lebih mudah pada saat akan

dipasarkan dan resiko bruises (memar) dapat

dikurangi.

Biaya litter tidak ada.

Penyakit coccidiocis dapat dikurangi.

Pembersihan kandang lebih mudah.

Kerugian pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai

berikut.

19

Banyak yang mengalami breast blister (lepuh dada).

Tulang dada banyak yang bengkok.

Banyak trim (garis-garis merah) pada kulit setelah

processing.

Tulang sayap biasanya rapuh, sehingga banyak

terjadi kerusakan pada saat apkir.

Sering terjadi infeksi pada folicle bulu.

2. Perlengkapan Kandang

Pemeliharaan broiler umumnya menggunakan sistem

litter, tetapi di daerah-daerah tertentu menggunakan

sistem slatt. Tempat makanan dan minuman merupakan

perlengkapan yang harus ada di dalam kandang. Bentuk

tempat makan dan minum ini agak sedikit berbeda bila di

bandingkan dengan tempat makan atau minum anak ayam.

Sebelum kita memberi makan dan minum, tedapat

makanan dan minum harus dalam keadaan bersi. Jika dalam

tempat ada sisa-sisa makanan yang sudah tengik/busuk

maka akan menurunkan nafsu makan ayam dan menjadi

sumber penyakit.

20

Untuk menjaga agar ayam tetap sehat maka tempat

makan/minum harus mudah di bersihkan,tidak mudah

tumpah, mudah di isi, dan ayam mudah makan/minum dari

tempat tersebut. Tempat di buat oleh pabrik dengan

design sederhana sampai otomatis. Bahan-bahan yang di

gunakan sebagian besar di buat dari plastik sehingga

mudah di bersihkan.

Tempat makan/minum yang di gunakan petani ternak,

umumnya berbentuk bulat (hanging feeder/materrer) di

gantung di langit-langit kandang dengan kawat/tali.

Dalam menyediakan tempat makan/minum harus disesuaikan

dengan jumlah ayam yang ada dan telah diperhitungkan

setiap ekor ayam mempunyai kesempatan yang sama dalam

mengambil makan/minum. Jika tempat makan kurang, maka

ayam akan berebut mengambil makam/minum sehingga banyak

tercecer bahkan tumpah.

Untuk mengontrol cukupnya persediaan tempat makan

dapat dilakukan dengan melihat sesaat setelah ayam

diberi makan, apakah semuanya bisa makan bersamaan atau

tidak. Jika ada sebagian ayam yang tidak mempunyai

21

peluang makan pada saat yang bersamaan, maka tempat

makan perlu ditambah. Berbeda dengan tempat air minum,

karena ayam biasanya tidak minum bersamaan tetapi

bergiliran.

Tempat makan/minum yang berbentuk trough sudah

jarang digunakan dalam kandang sistem litter karena

ransum mudah tercemari oleh kotoran. Ransum yang

tercemari biasanya dibuang sehingga menjadi tidak

efisien. Perusahaan besar biasanya menggunakan tempat

makan/minum otomatis.

3. Ransum Fase Finisher

Pada periode finisher (umur 3-6 minggu), kondisi

pertumbuhan ayam broiler mulai menurun. Untuk itu,

protein dalam ransum diturunkan menjadi 20% (NRC,

1994), sedangkan energi ransum, yang digunakan 3000-

3200 kkal/kg. Bahan-bahan penyusun ransum untuk starter

tidak berbeda dengan bahan penyusun ransum untuk

finisher. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada

ayam broiler bisa berbentuk pellet, mash, atau crumble.

22

Ransum ayam broiler banyak dijual dengan merk dagang

yang berbeda-beda, tergantung pabrik yang mengeluarkan.

Penggantian ransum starter dengan ransum finisher

sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara

bertahap. Pada hari pertama mula-mula deberi ransum

starter 75% di tambah ransum finisher 25%, pada hari

berikutnya diberi ransum finisher 75% dan pada hari

berikutnya baru diberikan ransum finisher seluruhnya.

Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan ayam

menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan

menghambat pertumbuhan.

Kadang-kadang para peternak tidak membeli ransum

yang sudah jadi, tetapi membeli konsentrat dan

mencampurnya dengan bahan pakan yang mereka miliki

misalnya jagung. Konsentrat adalah campuran bahan pakan

yang mengandung gizi tinggi untuk dicampur dengan bahan

pakan lain sehingga tercapai kebutuhan untuk ternak

yang akan diberi makan sesuai dengan tujuan

produksinya.

23

Tabel 4. Susunan Ransum Broiler Finisher

No BahanPakan

Jumlah

PK(%)

LK(%)

SK(%)

CA(%)

P(%)

EM(kkal/kg)

1Jagung

kuning60,0

5,1

6

2,3

4

1,2

0

0,0

1

0,0

6

2.022

,00

2

Bungki

l

kedela

i

15,06,7

5

0,1

3

0,9

0

0,0

4

0,0

4

336,0

0

3Dedak

halus5,5

0,6

6

0,7

1

0,6

6

0,0

1

0,0

189,65

4Tepung

ikan11,0

6,7

1

0,4

4

0,3

1

0,6

0

0,3

0

311,3

0

5

Bungki

l

kelapa

5,01,0

5

0,0

9

0,7

5

0,0

1

0,0

184,70

6Minyak

kelapa2,0 -

2,0

0- - -

172,0

0

7 grit 1,0 - - -0,3

8

0,2

0-

8 premix 0,5 - - - - - -

Jumlah 100,020,

33

5,7

1

3,6

2

1,0

5

0,6

2

3.015

,65

4. Konsumsi Ransum

24

Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuuhi kebutuhan

energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam

akan terus makan. Jika ayam diberi ransum dengan

kandungan energi yang rendah maka ayam akan makanlebih

banyak. Sebaliknya, jika disediakan ransum dengan

kandungan energi tinggi maka ayam akan makan lebih

sedikit, karena kebutuhan energinya cepat terpenuhi.

Sumber energi utama dalam ransum biasanya menggunakan

jagung kuning.

Temperatur lingkungan berpengaruh terhadap

konsumsi ransum. Jika temperatur lingkungan meningkat

dari keadaan normal maka ayam akan lebih banyak minum

dan sedikit makan. Sebaliknya jika temperatur

lingkungan menurun maka konsumsi ransum meningkat.

Temperatur lingkungan yang optimal untuk pemeliharaan

broiler yaitu sekitar 18-21˚ C.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi konsumsi

ransum yaitu bentuk fisik ransum. Bentuk fisik ransum

yang biasa diberikan kepada ayam broiler adalah mash,

crumble, dan pellet. Bentuk pellet lebih bnayak di

25

makan karena unggas umunya lebih menyukai ransum bentuk

butiran.

Dari hasil penelitian, pemeliharaan ayam broiler

tanpa pemisahan jenis kelamin, dengan waktu

pemeliharaan selama 5 minggu, yang diberi ransum dengan

energi metabolis 3000 kkal/kg dan protein ransum 22%,

ransum yang dihabiskan sekitar 2,5 kg/ekor, bobot badan

yang dihasilkan berkisar 1,2-1,3 kg/ekor.

5. Konsumsi Air Minum

Air minum harus selalu tersedia setiap saat untuk

broiler dengan kualitas air minum yang baik dan bebas

dari Salmonella, E.Colli dan bakteria patogen lainnya.

Kekurangan persediaan air minum, baik dalam jumlah,

penyebaran serta jumlah tempat minum dan konsumsinya

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

Pada saat ayam datang, berikan larutan gula 1% paling

lama 2 – 3 jam pertama serta berikan antibiotik pada

hari ke-1 hingga ke-3 disaat pagi hari (paling lama 5 –

6 jam) dan berikan vitamin pada saat sore hari.

26

Air harus selalu bersih dan segar dan dilakukan

test secara teratur terhadap kandungan zat kimia dan

komposisi bakteriologi (6 bulan sekali). Untuk menjaga

air dalam kondisi normal, gunakan 3-5 ppm chlorine

untuk mengurangi masalah Salmonella, E.Colli dan bakteria

patogen lainnya.

Ketinggian tempat air minum untuk broiler

Tempat air minum harus selalu dicek ketinggiannya

setiap hari. Pada umur 18 hari diatur ketinggiannya

bibir tempat air minum sejajar dengan punggung ayam.

Kandang yang menggunakan nipple harus disesuaikan

ketinggiannya secara sentral menggunakan kerekan

(handwind) sehingga ayam dapat minum dengan mengangkat

kepala 34◦-45◦ terhadap nipple.

Level air minum

Ketinggian air minum sebaiknya 0,6 cm di bawah

tutup tempat minum sampai dengan 7-10 hari dan harus

ada air di dasar tempat minum dengan ketinggian 0,6 cm

sejak hari ke-10 dan selanjutnya. Pengeluaran air dari

27

nipple minimal 80 ml per menit dengan tekanan 30-40 cm

water column.

Kualitas air minum

Kualitas air sangat penting karena ayam minum 2-

2,5 kali dari jumlah pakan yang dikonsumsinya. Lakukan

analisa kualitas air minum dua kali setahun untuk

memastikan bahwa air minum tersebut masih layak

dikonsumsi ditinjau dari kandungan mineral, bahan

organic dan bakteri.

Pada temperature normal, konsumsi air minum ayam

adalah 1,6 – 2,0 kali dari konsumsi pakan. Faktor ini

sebaiknya digunakan sebagai pedoman sehingga

penyimpangan konsumsi air yang berkaitan dengan

kualitas pakan, temperature atau kesehatan ayam dapat

segera diketahui dan diperbaiki.

6. Konversi Ransum

Efisiensi ransum yang diberikan kepada ayam bisa

dilihat dari angka konversi ransum. Konversi ransum

didenifisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan

28

untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot

badan. Angka konversi ransum yang rendah (kecil)

berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk

menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit,

begitu pula sebaliknya.

Pada minggu pertama, angka konversu ransum ayam

broiler ini rendah. Pada minggu-minggu berikutnya akan

meningkat sesuai dengan kecepatan pertumbuhannya.

Tabel 5 memperlihatkan bahwa jantan lebih efisien

dalam mengubah ransum menjadi daging dibandingkan

betina. Hal ini karena pertumbuhan jantan lebih cepat

dibandingkan betina. Pada umur 6 minggu, konfersi

ransum pada jantan maupun betina diatas angka dua. Jika

konversi ransum jauh di atas angka dua maka kurang

menguntungkan. Oleh karena itu ayam broiler dipasarkan

maksimal umur 6 minggu.

Tabel 5. Konversi Ransum Ayam Broiler Selama 6 Minggu

Umur

(Minggu)Jantan Betina

Jantan Dan

Betina1 0,80 0,80 0,80

29

2 1,20 1,22 1,213 1,37 1,41 1,394 1,70 1,78 1,745 1,98 2,08 2.036 2,29 2,35 2.32

C. Pola Usaha Budidaya Ayam Pedaging

Sistem usaha ternak ayam pedaging yang umum saat ini

ada dua yakni:

1. Sistem kemitraan, dalam kemitraan ayam broiler sama

saja dengan kemitraan pada ternak ikan lele, dimana

dalam kemitraan ada yang berindak sebagai inti dan

ada yang bertindak sebagai plasma. Inti dalam

kemitraan ternak ayam pedaging harus dalam bentuk

badan hukum yang jelas (perusahaan), apakah itu PT

atau CV. Kewajiban perusahaan inti disini adalah

menyediakan bibit, menediakan pakan, menyediakan

tenaga penyuluh, menyediakan obat-obatan dan

menjamin pemasaran hasil panen ayam pedaging dari

plasma. Namun demikian inti juga memiliki banyak

hak yang diatur jelas dalam sebuah MOU (kontrak

30

kerjasama/kesepakatan). Hak dan kewajiban plasma

dan inti kemitraan ternak ayam broiler ini berbeda-

beda pada setiap kemitraan, namun yang pasti hak

dan kewajiban tersebut akan tercantum jelas pada

kontrak kesepakatan. Plasma dalam kemitraan ayam

pedaging adalah para peternak. Keuntungan utama

budidaya ayam broiler  sebagai plasma (peternak)

dengan sistem kemitraan ini adalah pemasaran hasil

panen terjamin dan harganya sesuai dengan kontrak

dengan perusahaan inti yang ditetapkan diawal

kerjasama kemitraan.

2. Sistem mandiri, dimana peternak ayam broiler

membudidayakan ternaknya secara mandiri baik itu

pendirian kandang, penyediaan DOC ayam broiler,

pakan, obat-obatan hingga pemasaran harus

dijalankan sendiri oleh si peternak ayam pedaging

tersebut. Keuntungan budidaya ayam pedaging secara

mandiri salah satunya adalah harga jual ayam sesuai

dengan harga pasaran, jadi ketika harga daging ayam

sangat tinggi seperti saat ini sudah bisa

31

dipastikan peternak ayam pedaging mandiri akan

memperoleh untung yang berlipat-lipat. Namun

kerugiannya juga ada yakni pemasaran harus

dilakukan sendiri oleh peternak sehingga hasil

panen belum tentu terjual tepat pada waktu yang

optimal, sehingga dapat menyebabkan kerugian besar

akibat biaya pakan yang semakin hari semakin

meningkat. Biaya perawatan (budidaya) ayam pedaging

(broiler) yang paling besar adalah biaya pakan.

Dua hal tersebut diatas harus dipertimbangkan

sebelum menjalankan bisnis ayam pedaging, Jika ada

kesulitan dalam akses pemasaran maka sebaiknya pilihan

mendirikan usaha ternak ayam pedaging sebaiknya dengan

sistem kemitraan. Namun jika peternak menguasai akses

pemasaran dan memahami teknik budidaya ayam pedaging

(broiler) maka sebaiknya dirikanlah peternakan ayam

secara mandiri.

D. Tenaga Kerja

32

Peternakan ayam broiler memerlukan sejumlah tenaga

kerja yang dapat disesuaikan dengan banyaknya jumlah

budidaya ataupun jenis teknologi yang diterapkan.

Menurut Rasyaf (2010), peternakan ayam broiler terdiri

dari beberapa jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja

tetap, tenaga kerja harian, serta tenaga kerja harian

lepas dan kontrak.

1. Tenaga Kerja Tetap

Pada umumnya, tenaga kerja tetap pada peternakan

skala kecil dijabat oleh peternak itu sendiri dan

sekaligus berperan sebagai pemilik modal, sedangkan

pada peternakan skala menengah maupun besar dijabat

oleh pihak-pihak yang ahli

di dalam bidangnya. Pihak-pihak tersebut terdiri dari

tenaga lapang kandang yang

bertugas sebagai pemberi pakan, administrasi, dan

pemasaran, sehingga gaji yang

mereka terima dimasukkan sebagai biaya tetap produksi.

Tenagga kerja tetap terikat dengan peraturan yang

diterapkan dan harus menetap di peternakan.

33

2. Tenaga Kerja Harian

Tenaga kerja harian biasanya terdiri dari pekerja

kasar yang bertugas membersihkan kandang, membersihkan

tempat pakan dan minuman, mengangkut pakan, dan

membersihkan rumput di sekitar areal kandang.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan secara rutin.

Tenaga kerja harian diberi upah harian sesuai dengan

jumlah hari kerja yang dijalankan. Tenaga kerja harian

tidak terikat dengan aturan yang diterapkan dan tidak

menetap di peternakan.

3. Tenaga Kerja harian Lepas dan Kontrak

Tenaga kerja harian lepas dan kontrak hanya

bekerja untuk menyelesaikan

pekerjaan sementara, sehingga sudah tidak ada ikatan

jika telah menyelesaikan

pekerjaannya. Tenaga kerja semacam ini banyak digunakan

pada saat kegiatan

panen ayam broiler berlangsung.

Menurut Aziz (2009), perekrutan tenaga kerja yang

berasal dari masyarakat di sekitar peternakan ayam

34

broiler dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya

risiko sosial yang muncul dari lingkungan masyarakat

sekitar. Pelibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga

kerja di peternakan ayam broiler dapat menjadikan

masyarakat setempat merasa dihargai atas keberadaannya

di dalam lingkungan usahaternak ayam broiler.

E. Obat-Obatan, Vaksin, dan Vitamin

Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat

dibutuhkan untuk mengatasi penyakit, meningkatkan

kekebalan tubuh, dan menunujang pertumbuhan ayam broiler.

Menurut Aziz (2009), obat-obatan, vaksin, dan vitamin

dapat digunakan sebagai alternatif manajemen risiko

produksi pada usahaternak ayam broiler. Namun menurut

Aziz (2009), harga obat-obatan, vaksin, dan vitamin

juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi sehingga

harus digunakan seefisien mungkin dan sesuai dengan

aturan penggunaan.

Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut

Rasyaf (2010) terdiri dari kelompok obat khusus untuk

35

penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp., kelompok

obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan

kelompok obat khusus untuk mengobati penyakit berak

darah. Menurut Jayanata

dan Harianto (2011), para perternak ayam broiler dapat

melakukan pengobatan secara herbal dengan menggunakan

jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, ataupun

bawang puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan

kimia. Bahanbahan herbal tersebut dapat dicampur pada

pakan ataupun air minum ayam broiler. Jayanata dan

Harianto (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal

dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler

terhadap serangan penyakit.

Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), vaksin

adalah penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan ke

dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan kekebalan

tubuh dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat

dilakukan melalui tetes mata, penyuntikan, dan

pencampuran dengan air minum. Santoso dan Sudaryani

(2009) mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu,

36

vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah

vaksin yang berisi virus hidup, namun virus tersebut

telah dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin

ini, kekebalan tubuh ayam broiler dapat ditingkatkan.

Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi virus yang

dilemahkan dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan

stabilisator, untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh

yang lebih lama dan stabil.

Anita dan Widagdo (2011) menyatakan bahwa vitamin

merupakan nutrient organik yang dibutuhkan untuk

mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak

disintesis oleh tubuh. Vitamin sangat berguna untuk

mendukung proses pertumbuhan dan meningkatkan daya

tahan tubuh ayam broiler. Seperti halnya manusia, ayam

broiler juga membutuhkan jenis vitamin A, B, C, D, E, dan

K. Kandungan vitamin tersebut biasanya sudah terdapat

di dalam pakan yang diberikan kepada ayam broiler. Hasil

penelitian Kusnadi (2006) menyebutkan penambahan

vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm

yang dicampur pada air minum, dapat membantu

37

meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan bobot tubuh

ayam broiler. Menurut Kusnadi (2006), pemberian vitamin C

tersebut sangat efektif pada kondisi cuaca yang panas

karena pada kodisi tersebut dapat menurunkan jumlah

konsumsi pakan akibat penimbunan panas yang terlalu

banyak di dalam tubuh ayam broiler.

F. Dampak Sosial Ekonomi

Kegiatan budidaya ayam pedaging secara langsung

memberikan keuntungan secara ekonomis yang dapat

dinikmati oleh masyarakat, antara lain :

1. Usaha budidaya ini juga berdampak positif terhadap

kondisi sosial masyarakat seperti berkurangnya

pengangguran. Selain itu bagi pembudidaya yang

tergabung dalam pola kemitraan, akan semakin

meningkatkan interaksi sosial antar anggota

kelompok sekaligus meningkatkan rasa  gotong royong

dan kesetiakawanan sosial di antara mereka.  

2. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

bagi pemerintah daerah setempat. 

38

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat baik petani

pembudidaya ayam pedaging secara langsung maupun

pelaku usaha yang terlibat secara tidak langsung

seperti pedagang pengepul, pemotong, usaha rumah

makan khas daging ayam serta para penyedia jasa

yang berkaitan dengan adanya usaha budidaya ayam

pedaging ini.

4. Usaha ini juga memiliki kaitan ke belakang/hulu

(backward linkage) antara lain pada usaha pasokan pupuk

kandang (ke peternak) dan pupuk buatan (penyedia

sarana produksi perikanan) serta kaitan ke

depan/hilir (forward linkage) seperti pada usaha

perdagangan, pengangkutan dan sebagainya.

39

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Ayam broiler (pedaging) adalah ayam ras yang

dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai

penghasil daging. Faktor-faktor produksi yang perlu

40

diperhatikan dalam pembudidayaan ayam broiler antara

lain, kandang, DOC, pakan, vaksin, dan tenaga

kerja.Adapun keuntungan dari pemeliharan ayam broiler,

yaitu :

1. Usaha budidaya ini juga berdampak positif terhadap

kondisi sosial masyarakat seperti berkurangnya

pengangguran. Selain itu bagi pembudidaya yang

tergabung dalam pola kemitraan, akan semakin

meningkatkan interaksi sosial antar anggota

kelompok sekaligus meningkatkan rasa  gotong royong

dan kesetiakawanan sosial di antara mereka.  

2. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

bagi pemerintah daerah setempat. 

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat baik petani

pembudidaya ayam pedaging secara langsung maupun

pelaku usaha yang terlibat secara tidak langsung

seperti pedagang pengepul, pemotong, usaha rumah

makan khas daging ayam serta para penyedia jasa

yang berkaitan dengan adanya usaha budidaya ayam

pedaging ini.

41

4. Usaha ini juga memiliki kaitan ke belakang/hulu

(backward linkage) antara lain pada usaha pasokan pupuk

kandang (ke peternak) dan pupuk buatan (penyedia

sarana produksi perikanan) serta kaitan ke

depan/hilir (forward linkage) seperti pada usaha

perdagangan, pengangkutan dan sebagainya.

42

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Ternak Ayam Broiler Pedaging.http://kesehatan-ternak.blogspot.com/2013/09/ternak-ayam-broiler-pedaging.html

Daryanto. 2012. Managemen Pemeliharaan Ayam Pedaging Pt.Genesis Farm Desa Wates Kelurahan Losari Kecamatan GrabagKabupaten Magelang. http://peternakan-deeansosekundip.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Handika, Adi. 2013. Tatalaksana Manajemen Perkandangan AyamBroiler.http://peternakancahya.blogspot.com/2013/05/tatalaksana-manajemen-perkandangan-ayam.html

Rista, Etika. 2013. Manajemen Ayam Broiler Fase Starter Dan FaseGrower.http://etikafarista.blogspot.com/2013/01/manajemen-ayam-broiler-fase-starter-dan_30.html

43

44