Pengaruh Pemingsanan dan Pemenggalan Kepala Ayam Broiler terhadap
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Pengaruh Pemingsanan dan Pemenggalan Kepala Ayam Broiler terhadap
Pengaruh Pemingsanan dan Pemenggalan Kepala Ayam Broiler
terhadap Aktivitas Pengeluaran Darah, Darah Berhenti Keluar,
Karkas, dan Kualitas Daging Dada
W. D. McNeal,* D. L. Fletcher,*,1 dan R. J. Buhr†
* Departemen Ilmu Pengetahuan Unggas, Universitas Georgia,
Athens, Georgia
30602-2772; dan † USDA, ARS, Pusat Riset Russell, Athens,
Georgia 30605
Abstrak
Empat percobaan diselenggarakan untuk menentukan pengaruh
dari pemingsanan dengan listrik dan pemenggalan kepala
berdasarkan aktivitas unggas seperti halnya mutu daging dan
karkas. Pada percobaan 1, ayam pedaging diperlakukan sebagai
salah satu objek dari empat pemingsanan dan metoda
pemotongan: tanpa pemingsanan dan memotong leher,
pemingsanan dan memotong leher, tanpa pemingsanan dan
pemenggalan kepala, dan pemingsanan serta pemenggalan
kepala. Unggas-unggas dinilai atas kerasnya aktivitas fisik
pada suatu skala 1 sampai 4 dengan 1 tidak ada aktivitas
dan 4 sulit mengepakkan sayap dan otot berkontraksi. Karkas
juga dinilai bagi ujung sayap yang merah dan tulang yang
rusak. Pada percobaan 2 sampai 4, semua unggas lebih dahulu
dipingsankan untuk memotong atau pemenggalan kepala. Karkas
dinilai berdasarkan deskripsi percobaan 1 seperti halnya
pengukuran hilangnya darah, pembersihan bulu, dan pH daging
dada, warna, susut masak, dan keempukan. Aktivitas karkas
yang didasarkan dalam percobaan 1, pemenggalan kepala
diikuti pemingsanan adalah hal yang mirip bagi suatu
pemingsanan konvensional dan pemotongan leher secara
sepihak, kecuali ada hampir tidak ada aktivitas akhir-
akhirnya (setelah 60 detik) yang diamati pada unggas-unggas
yang dipenggal. Pemenggalan kepala mengikuti pemingsanan
tidak mengakibatkan cacat manapun bahkan mutu bangkai
konsisten dibandingkan dengan pemotongan konvensional dalam
empat percobaan. Tidak ada perbedaan yang ditemukan pada 24
jam penilaian kecerahan, kekuningan, hasil masak, keempukan,
dan pH ultimat antara yang dipotong secara konvensional dan
memenggal leher unggas-unggas. Berhentinya darah dan warna
merah daging dada tidak tetap. Hasil ini menunjukkan bahwa
tingginya frekuensi tinggi pemingsanan dan pemenggalan
kepala mungkin merupakan suatu alternatif bisa diterima ke
pemotongan konvensional berdasar pada mutu daging dan karkas
dan dengan memastikan hilang kesadaran yang tidak dapat
diubah.
( Kata kunci: mutu karkas, pemenggalan kepala, pemingsanan
dengan listrik, mutu daging)
2003 Poultry Science 82:163–168
PENDAHULUAN
Sistem pemingsangan elektrik untuk peternakan unggas
pada awalnya dikembangkan untuk melumpuhkan burung dalam
waktu yang cukup lama dengan ditetapkannya manipulasi fisik
unggas untuk meluruskan pemotongan leher dengan alat potong
otomatis (pemotong) dan untuk mengurangi kerusakan karkas
dalam kaitan dengan aktivitas fisik atau gerak tidak sadar
seperti mengepakkan sayap dan kontraksi otot sampai mengeras
(rigor mortis) selama perdarahan. Pekerja pengolahan
komersil melakukan pemotongan dari 140 sampai 180 unggas
tiap satu menit. Adakalanya, dalam kaitan dengan suatu
ketiadaan keseragaman burung, atau kurang baiknya
menyesuaikan dan merawat peralatan, unggas-unggas mungkin
tidak tertangkap satu atau kedua-duanya dari proses
pemingsanan otomatis dan alat pemotongan, sehingga harus
mem-backup secara manual. Konsistensi di dalam pembuatan
peraturan tentang pemotongan leher secara sepihak harus
tepat, salah satunya dengan memutus nadi carotid dan vena
jugularis/pembuluh darah bagian leher, yaitu diperlukan
untuk memungkinkan darah cepat berhenti yang cukup untuk
membunuh burung sebelum memasuki tahap pencelupan ke dalam
air panas yang memerlukan monitoring berkesinambungan dan
penyesuaian peralatan.
Pada awal 1980, telah diteliti bahwa sebanyak 30%
burung-burung dibantai di Eropa tanpa sepengetahuan (Heath,
1984). Penelitian itu dilakukan untuk mendorong Perserikatan
Eropa merekomendasikan pemingsanan dengan arus listrik yang
cukup tinggi yang menyebabkankeadaan pingsan tidak dapat
diubah dan spontan dalam rangka memastikan suatu pemotongan
yang layak (van Hoof, 1992). Arus listrik tinggi yaitu,
metode stun-to-kill (pemingsanan dilanjutkan pembunuhan)
yang telah dihubungkan dengan peningkatan karkas dan
bakerusakan mutu daging. Menurut Gregory dan Wilkins (1989)
pemingsanan dengan arus tinggi meningkatkan timbulnya memar
berwarna merah di ujung sayap, kerusakan tulang,
keseleo/dislokasi, pendarahan otot dada, dan pendarahan di
dalam pembuluh darah bagian sayap. Berkaitan dengan
pentingnya isu mutu daging dan pemotongan yang sesuai,
teknologi pemotongan (menangani unggas hidup, memingsankan,
memotong, dan pengeluaran darah) telah menjadikan penelitian
yang menarik selama 15 tahun lalu. Beberapa pengarang sudah
menerbitkan tinjauan ulang pada materi pokok tersebut
(Bilgili, 1999; Fletcher,1999, 2000).
Alat pemingsanan Elektrik efektif diproduksi ketika
alat elektrik cukup berbeda dengan dilintasi sistem nerves
pusat (Central Nervous System/CNS) bagi unggas-unggas dalam
jangka waktu tertentu ( Bilgili, 1992). Menurut Heath et al.
( 1994) lebih dari 92% dari semua peternak unggas di AS
peternak unggas memakai pemingsanan elektrik sebagai
kebutuhan pokok, dan 66% perusahaan ini menggunakan voltase
rendah. Kemajuan terbaru dalam pemingsanan elektrik sudah
memusat pada lamanya waktu pemingsanan dan rendahnya voltase
pemingsanan, dengan penggunaan frekwensi tinggi (500 Hz)
arus searah yang berdenyut teratur (Bilgili, 1999).
Pemotongan yang berkemanusiaan mungkin diperoleh dengan
membunuh menggunakan bantuan listrik
(stun-to-kill/pemingsanan dilanjutkan pembunuhan), dengan
begitu dapat mengurangi resiko unggas-unggas sadar kembali
dari waktu pemingsanan yang tidak cukup, suatu pemingsanan
dilanjutkan pemotongan dengan interval panjang, atau suatu
cara memotong leher yang tidak selayaknya (Kettlewell dan
Hallworth, 1990). Kettewell dan Hallworth (1990) juga
melaporkan, suatu pemingsanan dengan tegangan tinggi
menggunakan 105 hingga 110 mA akan menyetrum jantung unggas
dengan keberhasilan mencapai 90% dan menurunkan resiko
unggas-unggas dapat kembali sadar selama pemotongan. Menurut
Gregory dan Wotton (1990), tujuan pemingsanan dengan arus
listrik bertegangan tinggi akan menyebabkan unggas kejang
akibat gelombang listrik mempengaruhi kerja otak ayam
(electroencephalogram). Teori unggas-unggas yang
memperlihatkan aktivitas otak seperti mati rasa untuk
merasakan sakit dan tak sadar, dan sepertinya tidak ada
sakit yang dilaporkan oleh manusia yang sudah mengalaminya
atau perampasan epiliptic.
Li et al. (1993) meninjau berbagai metoda untuk
simulasi/rangsangan elektrik (ES) postmortem yang digunakan
untuk mempercepat pengembangan rigor mortis pada karkas
unggas. Rangsangan elektrik ditemukan untuk mempercepat
pengembangan rigor mortis diukur langsung oleh suatu
penurunan pH dengan cepat di dalam otot paha kalkun dan ke
dengan mantap mengurangi besar nilai-nilai pemotongan pada
otot dada (Maki dan Froning, 1987). Rangsangan elektrik
dapat digunakan pada arus rendah (200 mA) atau (350-500 mA)
arus tinggi/kuat dalam ampere tetapi akan menjadi lebih
efektif dengan sistem arus listrik tinggi ( Sams, 1999a,b).
Sekarang elektrik berlaku ketika pemingsanan unggas sebelum
terjadi rigor mortis menyebabkan keterlambatan kematian,
sedangkan yang diterapkan sekarang elektrik pada unggas
hingga mati atau sekarat (rangsangan elektrik) mempercepat
pengembangan rigor mortis (Fletcher, 1999).
Pengusulan dengan frekuensi arus tinggi itu ( 500 Hz)
mempengaruhi CNS lebih dari yang sistem yang berotot
dibandingkan frekuensi rendah ( 50 [bagi/kepada] 60 Hz),
yang mungkin punya pengaruh lebih pada sistem otot.
Pengamatan ini adalah dibuat oleh membandingkan hasil arus
tinggi- dan frekuensi rendah arus listrik pada pemingsanan
(Craig dan Fletcher, 1997) dan ketiadaan kecepatan rigor
mortis ketika penggunaan frekuensi tinggi (Fletcher, 1998).
Pemotongan unggas-unggas dengan pemenggalan kepala
dipertimbangkan dengan diterimanya suatu alat-alat
pembunuhan (Asosiasi Medis Dokter hewan Amerika,1993).
Walaupun pemenggalan kepala mungkin bisa diterima dari suatu
sudut pandang kesejahteraan, tanpa disengaja sayap
dikepakkan dengan jarak lebar dan aktivitas otot mengikuti
pemenggalan kepala mengakibatkan karkas rusak dan tidak
dapat diterima seperti halnya suatu gambaran aesthetic
lemah. Pengamatan dilandaskan atas pemingsanan frekuensi
tinggi yang mempengaruhi CNS, yang dapat membunuh unggas-
unggas yang menggunakan pemenggalan kepala mengikuti suatu
pemingsanan frekuensi tinggi tanpa gerak otot yang singkat
(masive). Sasaran dari studi ini akan menentukan jika
pemenggalan kepala yang mengikuti pemingsanan frekuensi
tinggi secara komersil akan mempengaruhi aktivitas otot
karkas selama pendarahan dan karkas ultimat serta mutu
karkas.
MATERI DAN CARA KERJA
Percobaan 1
Setiap dua kali percobaan, 80 ayam pedaging diperoleh
dari daerah yang mendukung kehidupan dari suatu pengolahan
pascapanen komersil, transportasi kepada kepala pemrosesan
fasilitas universitas, dan diproses dengan segera (di dalam
1 jam). Hubungan pada setiap percobaan, bobot hidup unggas-
unggas dan melakukan pemingsanan ke salah satu dari empat
alat pemingsanan dan pemotongan: tidak ada pemingsanan dan
leher dipotong secara sepihak (dipotong dengan cara Halal
yang dimodifikasi), pemingsanan diikuti oleh pemotongan
leher secara sepihak (pemotongan konvensional), tidak ada
pemingsanan diikuti oleh pemenggalan kepala (tidak ada
pemingsanan:pemenggalan), dan pemingsanan diikuti oleh
pemenggalan kepala (pemingsanan:pemenggalan). Pemingsanan
dilakukan pada 14 V, berjalan arus searah pada kira-kira 500
Hz untuk 18 detik, diikuti dengan 14 V, 60 Hz arus bolak-
balik untuk 9 detik oleh suatu stunner.2 Pemotongan secara
komersil dilaksanakan dengan hand-cutting bagian carotid
nadi/ saluran utama yang berhubungan pembuluh darah pada
leher bagian atas (memotong secara sepihak). Selama
pendarahan, unggas-unggas secara subyektif dicapai untuk
awal aktivitas awal rigor mortis (0 sampai 10 detik setelah
mati), aktivitas intermediate (10 sampai 60 detik setelah
mati), dan aktivitas perlambatan (lebih besar dari 60 detik
setelah mati). Reaksi dicapai pada skala 1-4 (1 otot sama
sekali tidak gerak/sedikit gemetar; 2 mengepakkan sayap
dengan lembut; 3 moderat pergerakan badan tak teratur dan
mengepakkan sayap secara terus menerus; 4 mengepakkan sayap
seperti kesakitan dan pergerakan badan dengan penuh yang
mampu merusakkan bangkai). Setelah 120 detik, burung-burung
adalah 3 kali pemasukan ke dalam air panas pada 540 C untuk
120 detik dan yang dikenai pajak adalah suatu penggunaan
komersil, 4 kali pengambilan selama 30 detik. Kepala tidak
dipisahkan dari karkas, memenggal leher di tempatkan secara
anatomis yang sama seperti pemotongan leher secara
konvensional atau membunuh dengan pemenggalan kepala, dan di
New York (NY) karkas yang lengkap dipertimbangkan dan
didinginkan dalam suatu campuran air dan didiamkan dalam es
selama 2 jam. Karkas diperoleh secara acak dan subyektif
yang diambil tanpa pemilahan (tidak ada jalan/cara untuk
mengidentifikasi perlakuan) karena kekejaman dan kejadian
yang menyangkut kecacatan karkas adalah sebagai berikut :
ujung sayap merah, ekor merah, dan jumlah tulang yang patah
(tulang selangka dan tulang sayap). Karkas dicapai pada
skala 0 sampai 2 (0 tidak ada cacat; 1 merah moderat atau
tulang patah; 2 merah memar atau patah tulang atau
keduanya).Kata Singkatan: a*= merah; b*= kekuningan; L*= keringanan; NY= NewYork.Percobaan 2
Setiap dua kali percobaan, 100 ayam pedaging diperoleh
dan diproses seperti yang diuraikan dalam percobaan 1 dengan
pengecualian berikut : semua unggas-unggas ditimbang,
distunning/dipingsankan, dan dibagi sama rata meggunakan dua
metoda pemotongan leher secara sepihak (pemotongan
konvensional) atau pemenggalan kepala. Berikut pendarahan,
kira-kira 120 detik setelah mati, kepala dipindahkan dari
karkas sebelum berat turun. Darah yang hilang (termasuk
kepala) diperkirakan diperoleh dari perbedaan antara bobot
hidup dan bobot setelah pendarahan tanpa kepala dibagi oleh
bobot hidup. Pencucian dengan air panas dan pemetikan bulu
dilakukan setelahnya, karkas NY-dressed adalah karkas yang
didinginkan seperti yang telah diuraikan. Karkas yang
diambil secara acak dan subyektif membuat skore untuk
kejadian kejam seperti ujung sayap merah, bulu berekor
merah, dan jumlah bulu 0 tidak ada cacat atau tidak ada
bulu, 1 merah memar kurang dari tiga bulu, dan 2 merah memar
lebih dari tiga bulu.
Percobaan 3
Pada setiap dua percobaan, 100 ayam pedaging diperoleh
dan diproses seperti yang diuraikan dalam percobaan 2 dengan
pengecualian berikut: pada setiap percobaan ada 50 jantan
dan 50 unggas betina, dan kepala yang dipenggal dipegang
bersama karkas. Kehilangan darah ditentukan oleh perbedaan
antara bobot hidup dengan bobot setelah pendarahan dibagi
oleh bobot hidup (belum termasuk kerugian dari kepala
seperti dalam percobaan 2).
Percobaan 4
Pada percobaan keempat, 100 ayam pedaging diperoleh
dan diperlakukan pada perawatan yang telah diuraikan dalam
percobaan 2 kalau tidak unggas-unggas tidaklah
dipertimbangkan dan karkas diperas 120 detik sebelum dicuci
dengan air panas, bulu diambil, dan mengerikan untuk karkas
NY-dressed. Karkas yang diperoleh untuk kekejaman dan
kejadian cacat ketika diuraikan dalam percobaan 2, setelah
karkas ditambahkan sejumlah es yang sesuai dengan
mengalirkan dan mengadakan selama 24 jam pada 20C. Dendeng
daging dada (pectoralis utama) dipindahkan dari kedua sisi
yang berhubungan dengan karkas. Sebelah kanan digunakan
untuk penentuan pH yang menggunakan suatu modifikasi
menyangkut iodoacetate metoda Jeacocke (1977) seperti yang
diuraikan oleh Qiao et al. (2001). Sisi yang ditinggalkan
digunakan untuk mengukur warna, susut masak, dan nilai
kehalalan pemotongan. Warna dendeng daging dada diukur dalam
tiga rangkap permukaan bagian tengah dan merata-ratakan
untuk masing-masing dendeng. Warna di/terukur menggunakan
CIELAB warna nilai-nilai keringanan ( L*), merah ( a*), dan
kekuningan (b*) penggunaan suatu faktor refleksi colorimeter
5 seperti yang telah diuraikan ( Qiao et al., 2001). Dendeng
daging dada dimasak dalam uap air pada 980 C untuk 20 min.
juru masak Hasil ditentukan sebagai berikut: ((menimbang
berat yang dimasak) 100). Nilai-nilai pemotongan ditentukan
dengan menggunakan suatu kehalalan pemotongan sel pada suatu
Instron yang universal dengan menguji Machine 6 menurut
prosedur yang diuraikan oleh Papinaho dan Fletcher ( 1996).
Analisis Statistik
Data di dalam masing-masing eksperimen dianalisa
dengan menggunakan pemilihan ANOVA dari prosedur umum model
linier SAS perangkat lunak model linier SAS (SAS Institut,
1988). Pengaruh utama untuk perawatan (pemingsanan dan cara
pemotongan), percobaan, dan interaksi treatment-by-trial
diuji menggunakan kesalahan bersifat sisa. Ketika cara
dengan interaksi percobaan penting, istilah kesalahan
digunakan untuk menguji pengaruh utama perawatan. Alat-Alat
dipisahkan oleh multiplerange Duncan'S menguji pilihan
menyangkut prosedur model linier yang umum ( SAS Institut,
1988) dengan yang sesuai berarti kesalahan penyiku seperti
yang telah diuraikan di atas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
Bobot hidup unggas, hasl karkas, nilai reaksi, dan
cacat karkas untuk Percobaan 1 diperkenalkan di Tabel 1.
Tidak ada perbedaan yang ditemukan antar perawatan pada
bobot unggas (1,715 g), Bobot NY-dressed ( 1,540 g), atau
hasil NY-yields (89.8%).
Reaksi dinilai selama pendarahan dibedakan dengan
mantap antara empat perlakuan tersebut. Unggas-unggas dalam
perlakuan no-stun:decap bereaksidengan cepat (awal dan
intermediate/antara) dengan mengepakkan sayap dengan
kesakitan dan badan mengisyaratkan (3.3 dan 3.9, berturut-
turut). Aktivitas ini dengan mantap yang disusutkan dengan
kekejaman sepanjang periode kematian dan hampir dengan
sepenuhnya diakhiri oleh 90 detik setelah pemotongan.
Pengamatan ini diharapkan konsisten dengan unggas-unggas
yang telah dipenggal atau diperlakukan pematahan tulang
leher.
Unggas-unggas yang melalui no-stun dan diperlakukan
pemotongan konvensional (pemotongan dengan cara Halal yang
dimodifikasi) sedikit tanggap yang diperlihatkan kepada
penanganan dalam memotong leher (awal, 1.8) tetapi mulai
memperlihatkan kekuatan otot sayap dan mengepakkan sayap
dengan kuat kira-kira 30 detik setelah mati yang dilanjutkan
sampai intermediate/antara (3.0) hingga angka periode akhir
(2.6). Beberapa pelengkap seperti sayap dan badan gemetar
dicatat hingga angka periode akhir selama 90 detik setelah
pemotongan. Aktivitas yang tanggap untuk perlakuan ini
adalah diharapkan sebagaipengalaman didasarkan pada
modifikasi pemotongan Halal.
Pemingsanan unggas-unggas dan pembunuhan dengan cara
memotong leher secara sepihak memotong (pembunuhan
konvensional) yang diproduksi hampir tidak ada reaksi awal
(awal, 1.2), mengepakkan sayap dengan lembut dan kontraksi
otot antara (2.0) dan paling lambat (1.9) saat tahap
pendarahan, dan beberapa pelengkap bergerak dan gemetar pada
detik ke 90. Aktivitas pengamatan ini juga konsisten dengan
pembunuhan unggas-unggas untuk tujuan komersil.
Reaksi unggas-unggas saat dipenggal diikuti
pemingsanan hampir serupa aktivitasnya ketika unggas
dibantai saat tahap awal (1.0) dan periode
intermediate/antara (1.6). Bagaimanapun, membandingkan
pembunuhan secara konvensional menyebabkan hampir
ketidakadaan aktivitas setelah 60 detik (terlambat, 1.5).
Hasil ini dihubungkan dengan pemenggalan kepala dengan
memisahkan otak dari karkas dan membunuh unggas yang lebih
cepat tanpa memperhatikan kecepatan memotong leher dan
diperlukan waktu untuk menghilangkan darah yang
mengakibatkan penghabisan oksigen ke otak yang terjadi
selama pemotongan konvensional. Hal ini mendukung hasil dari
pemingsanan unggas-unggas yang dibunuh secara konvensional
yang masih memperlihatkan beberapa reaksi fisik yang lengkap
pada detik ke 90 , sedangkan unggas-unggas yang dipenggal
hampir tidak menunjukkan reaksi selama 90 detik setelah
pemenggalan.
Angka reaksi tertinggi untuk kedua-duanya berkaitan
perlakuan no-stun dalam semua daerah peternakan;seluruh
pendarahan berbanding terbalik untuk keduanya yang berkaitan
dengan perlakuan pemingsanan. Nilai yang paling tinggi
diproduksi oleh no-stun/tanpa pemingsanan dan perlakuan
pemenggalan kepala dinilai dengan angka 3.3, 3.9, dan 2.4,
berturut-turut, untuk awal, intermediate/ antara, dan paling
lambat dalam pencetak angka interval. Reaksi paling rendah
dinilai dari awal, intermediate/antara, dan akhir aktivitas
adalah dari perlakuan pemingsanan dan pemenggalan kepala
dengan 1.0, 1.6, dan 1.5, berturut-turut.
Tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam kejadian
ujung sayap merah atau sejumlah tulang patah saat perlakuan
tertentu. Angka yang lebih tinggi diperoleh dari ekor merah
dalam perlakuan pemingsanan dan pembunuhan yang konvensional
dibanding dengan perawatan yang lain. Karkas dinilai
berdasarkan kemerahan dan kerusakan tulang yang disebabkan
banyaknya komentar dari pengolah yang menyatakan bahwa
pemenggalan kepala (umumnya pemingsanan diikuti pembunuhan)
sering mengakibatkan pendarahan lama, daging tidak terlalu
merah, pemetikan bulu, dan kerusakan sayap (komunikasi
pribadi dengan banyak pengolahan para penyedia pakan).
Berdasarkan reaksi yang dikenal, perlakuan tanpa pemingsanan
dan pemenggalan kepala unggas-unggas, pada pengamatan ini
akan bersifat konsisten atau berbanding lurus dengan
aktivitas unggas tetapi tidaklah mencerminkan angka yang
nyata. Oleh karena perbedaan yang sangat nyata dalam
perlakuan reaksi pemingsanan dan tanpa pemingsanan, semua
percobaan diselenggarakan disertai dengan pemingsanan
frekuensi tinggi untuk menganalisis perbandingan dari
pembunuhan konvensional ke pemingsanan diikuti pemenggalan
kepala.TABEL 1. Pemakaian standar kesalahan yang ditujukan untuk bobot
hidup, bobot New York ( NY), hasil NY-dressed awal,intermediate/pertengahan, atau akhir reaksi, dan kejadian yang
kejam seperti ujung sayap merah, ekor merah, dan tulang patah dariunggas-unggas yang diperlakukan memotong atau pemenggalan kepalaleher secara konvensional tanpa atau mengikuti pemingsanan dalam)
Percobaan 1 ( n= 40 sampel mpengamatan)
Tanpa Pemingsanan Pemingsanan Variabel Leher Pemenggalan Leher Pemenggalan P Bobot (g) 1,689± 45 1,722± 50 1,711± 32 1,740± 360 0.8510 Bobot NY-dressed (g) 1,516± 41 1,543± 45 1,538± 29 1,565± 33 0.8390 Hasil NY-dressed(%) 89.8± 0.14 89.7± 0.2 89.9± 0.2 89.9± 0.2 0.7100 Awal1,2 1.8b± 0.31 3.3a± 0.32 1.2c± 0.05 1.0c± 0.13 0.0001 Pertengahan1,2 3.0b± 0.19 3.9a± 0.06 2.0c± 0.10 1.6c± 0.13 0.0001 Akhir1,2 2.6a± 0.13 2.4a± 0.19 1.9b± 0.08 1.5c± 0.10 0.0001 Selaput sayap merah3 1.7± 0.11 1.7± 0.15 1.6± 0.101.5± 0.11 0.6656 Ekor merah3 1.5b± 0.10 1.5b± 0.12 1.8a± 0.13 1.5b± 0.09 0.0402 Tulang patah3 1.1± 0.05 1.0± 0.03 1.1± 0.041.1± 0.05 0.6028
a–cBerarti di dalam suatu baris yang diikuti oleh huruf yang ditulis di atas berbeda nyata (P< 0.05). 1Waktu reaksi; awal= 0 [bagi/kepada] 10 detik, intermediate/pertengahan= 10-60 detik, Akhir/paling lambat ≥ 60 detik. 2Reaksi yang dicapai ( 1-4) di mana 1= otot diam sama sekali/ bergetar lembut, 2= mengepakkan sayap dengan lembut, 3= melembutkan pergerakan badan lembut tak teratur dan mengepakkan seluruh bagian sayap, dan 4= mengepakkan sayap dan masih mampu menggerakan badan yang mampu merusak karkas. 3Tingkat kerusakan Karkas dimana 0= tanpa cacat, 1= merah pucat,
2=merah nyata
Percobaan 2
Bobot hidup unggas, Bobot setelah pendarahan, saat
pendarahan dan persentase kerugian kepala, dan
cacat/kerusakan karkas dinilai pada percobaan 2
diperkenalkan pada Tabel 2. Tidak ada perbedaan yang
ditemukan pada bobot hidup atau bobot setelah pendarahan
antar perlakuan.
Darah dan persentase kerugian kepala untuk perlakuan
konvensional yang lebih tinggi dengan mantap dibanding untuk
perlakuan yang dipenggal, 5.6 dan 5.4%, berturut-turut.
Umpama bahwa bobot kepala dibagi-bagikan akan secara acak,
perkiraan bahwa perbedaan di dalam kehilangan dikombinasikan
tiba terutama semata ke perbedaan pada kehilangan darah.
Tidak ada perbedaan di dalam kejadian tentang ujung sayap
merah, ekor merah, atau mengamati jumlah bulu pada masing-
masing perlakuan.
Riset sebelumnya didasarkan pada diselenggarakan
dengan pemingsanan elektrik (Schutt-Abraham et al., 1983;
Papinaho dan Fletcher, 1995), hasil ini diharapkan dengan
didasarkan pada denyut jantung kuat dari pemotongan unggas-
unggas secara konvensional, memudahkan suatu pendarahan
lebih cepat menilai tetapi dengan tidak ada efek pada
penampilan karkas atau pengeluaran darah terakhir ketika
dibandingkan ke unggas-unggas dibunuh dengan pemingsanan
secara high-current dirancang menjadikan jantung
fibrillation/berhenti berdetak. Bagaimanapun, menaksir
kehilangan darah dengan perbedaan bobot di mana bobot kepala
dimasukkan bisa jadi suatu faktor yang buruk. Oleh karena
itu, suatu metoda pemotongan kepala yang dilepaskan dengan
karkas digunakan pada percobaan berikut untuk memusatkan
dengan keras pada perlakuan mempengaruhi pada kehilangan
darah.TABEL 2. Pengertian dan standar kesalahan yang ditujukan dengan
bobot hidup, bobot setelah pendarahan/bobot setelah kepaladipisah, persentase kehilangan darah, dan kejadian ujung sayapmerah, ekor merah, dan leher memutar seperti baling-baling dari
unggas-unggas yang diperlakukan pada leher melalui pemotongan ataupemingsanan diikiuti pemenggalan kepala secara konvensional pada
Percobaan 2( n= 100 sampel pengamatan)
Perlakuan Variabel Pemenggalan kepala Konvensional P Bobot(g) 1,908± 26 1,923± 25 0.7260 Bobot saat pendarahan(g) 1,802± 25 1,820± 230.6376 Darah dan kepala yang dibuang(%) 5.6± 0.1 5.4± 0.1 0.0311 Selaput sayap merah1 0.91± 0.07 0.89± 0.080.5253 Ekor merah1 0.48± 0.07 0.51± 0.080.8408 Bulu Feathers1 0.18± 0.05 0.21± 0.060.5076 1Kerusakan karkas dinilai dengan 0= tanpa cacat, bulu tidak rusak. 1= merah pucat atau kurang dari tiga bulu, dan 2= merah nyata atau lebih dari tiga bulu.
Percobaan 3
Persentase hilangnya darah untuk jantan dan betina
dari perlakuan konvensional dan pemenggalan diperkenalkan
di Tabel 3. Yang terpenting adalah interaksi treatment-
bygender, dengan demikian efek perawatan diuji berdasarkan
jenis kelamin. Tidak ada perlakuan penting yang mempengaruhi
untuk jantan, 3.47 dan 3.49, atau betina, 3.06 dan 3.22,
dari yang konvensional atau pemenggalan leher unggas-unggas,
secara berturut-turut. Jantan mempunyai nilai kehilangan
darah yang lebih besar dalam perlakuan konvensional, 3.47%,
yang dibandingkan dengan betina, 3.06%, secara berturut-
turut. Hasil ini tidak disetujui oleh mereka yang melakukan
percobaan 2. Kehilangan darah tidak mungkin konsisten
berhubungan dengan metoda pemotongan, atau penaksiran
kehilangan darah yang diperoleh dengan perbedaan bobot tidak
mungkin konsisten, terutama kepala yang juga tercakup pada
kalkulasi itu. Pemenggalan kepala tidak boleh mengakibatkan
jantung segera fibrillation, dengan demikian mengurangi
perbedaan saat menilai kehilangan darah ketika pemotongan
konvensional dibandingkan pembunuhan dengan listrik.PEMINGSANAN DAN PEMENGGALAN KEPALA
TABEL 3. Pengertian1 dan standar kesalahan berkaitan denganpersentase kerhilangan darah untuk betina dan jantan dengan
perlakuan pemenggalan kepala atau pembunuhan konvensional padaPercobaan 3
Perlakuan Jenis kelamin Pemenggalan kepala Konvensional P Jantan 3.47± 0.13 3.49± 0.10
0.9032 Betina 3.06± 0.15 3.22± 0.12
0.4170 P 0.0445 0.1082
1n= 50 sampel pengamatan
Percobaan 4
Kerusakan karkas dan 24 jam daging dada broiler pH,
L*, a*, b*, susut masak, dan menilai kehalalan pemotongan
dari percobaan 4 diperkenalkan pada Tabel 4. Tidak ada
perbedaan perihal tentang ujung sayap merah, ekor merah, dan
jumlah bulu ketika perlakuan pemotongan.
Tidak ada perbedaan penting antara pH daging dada dari
unggas-unggas yang dipotong, 5.82, dan daging dari unggas-
unggas yang dipenggal, 5.83,hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan pemotongan tidak mempengaruhi 24 jam postmortem
kurang berkembang. Tidak ada perbedaan penting pada warna
daging dada dengan perlakuan pembunuhan untuk L* atau b*.
Bagaimanapun, daging dada dari unggas-unggas yang dipenggal
dengan mantap warnanya lebih merah (2.6) dibanding daging
dada dari unggas-unggas yang dibunuh/dipotong (2.4).
Walaupun nilai-nilai ini sesuai nomornya penting, mereka
[menjadi/dari] suatu penting/besar itu tidak mungkin secara
visual penting. Tidak ada pengaruh antara perlakuan
pemotongan dengan susut masak daging dada atau kehalalan
pemotongan menghasilkan nilai-nilai yang besar.
Hal itu telah direkomendasikan sehingga pemotongan
yang ramah itu harus terpenuhi dengan cara yang tidak dapat
diubah dan ketidaksadaran secara spontan selama pemingsanan
dan pendarahan (van Hoof, 1992). Walaupun pemenggalan kepala
tidaklah yang bersifat universal diterima sebagai pemotongan
yang ramah, hal tersebut dianggap sebagai cara yang relatif
cepat (hilangnya aktivitas otak di dalam 15 detik; Asosiasi
Medis Dokter hewan Amerika, 1993) dan harus mempertimbangkan
agar tidak dapat diubah. Bagaimanapun, pemenggalan kepala
mengakibatkan aktivitas otot tidak teratur secara besar
(masive) dengan seketika memotong saluran yang mengenai
tulang belakang yang telah dihubungkan dengan peningkatan
kerusakan karkas dan boleh sering dipandang secara negatif
dari suatu segi pandangan aesthetic. Sebab pemenggalan
kepala, atau memotong saluran yang mengenai tulang belakang,
apakah hubungannya dengan reaksi menjengkelkan dan persepsi
pengolahan pascapanen tentang peningkatan kerusakan karkas
(secara tidak langsung didukung oleh data tersebut),
pemenggalan kepala belum menerima banyak peminat sebagai
metoda mungkin masih dilakukan untuk pembantaian komersil.
Hasil ini menunjukkan bahwa frekuensi tinggi pemingsanan
diikuti oleh pemenggalan kepala secepat mungkin adalah suatu
metoda pemotongan yang bisa diterima berdasar pada kecepatan
kematian, penindasan aktivitas otot ketika memotong saluran
yang mengenai tulang belakang, dan tidak ada cacat daging
atau mutu bangkai nyata. Riset lebih lanjut adalah
diperlukan untuk menentukan jika pemenggalan kepala berikut
pemingsanan akan bersifat bisa diterapkan di bawah kondisi-
kondisi komersil sehubungan dengan kecepatan garis, mengatur
jarak karkas dengan segera (6-inch standard komersil melawan
12-inch dalam studi ini), dan kejadian cacat yang mungkin
penting dalam sejumlah besar unggas-unggas yang diproses
dihubungkan dengan pemotongan yang bersifat komersil
(beratus ribu per hari sebagai lawan 200 hingga 400 tiap
percobaan).TABEL 4. Pengertian dan rata-rata standar kesalahan yang berkaitan
dengan ujung sayap merah, ekor merah, bulu, pH daging dada,keringanan ( L*), merah ( a*), kekuningan (b*), susut hasil, dan
pemotongan Allo-Kramer/kehalalan daging dari unggas-unggasyang diberi perlakuan pemotongan atau pemingsanan diikuti
pemenggalan kepala secara konvensional pada Percobaan 4 (n= 200sampel pengamatan)
Perlakuan Variabel Konvensional Pemenggalan kepala P Selaput sayap merah1 0.93± 0.05 0.94± 0.04 0.8423 Ekor merah1 0.80± 0.06 0.68± 0.05 0.1230 Feathers1 0.06± 0.02 0.05± 0.01 0.6386 pH daging dada 5.82± 0.01 5.83± 0.01 0.5157 L* 49.8± 0.24 49.6± 0.23 0.6227 a* 2.4± 0.07 2.6± 0.07 0.0016 b* 6.3± 0.11 6.4± 0.12 0.5842 Susut masak (%) 73.18± 0.18 73.41± 0.21 0.4092 Kehalalan daging(kg/g) 5.06± 0.16 4.94± 0.150.5269 1Kerusakan karkas dinilai dengan angka, di mana 0= tidak adacacat atau tidak ada bulu, 1= merah pucat atau kurang dari tigabulu, dan 2= merah nyata atau lebih dari tiga bulu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Studi ini didukung oleh sebagian dari negara bagian dan
rencana dana yang dialokasikan kepada Stasiun Percobaan
Agrikultur Georgia. Pengarang juga menyatakan penghargaan
mereka kepada Nicole Bartenfeld, Dianna Bourassa, Nicole
Taylor, dan Mustafa Simmons untuk pendukung teknis dan
bantuan pengumpulan data.
DAFTAR PUSTAKA
American Veterinary Medical Association. 1993. Report of the
AVMA panel on euthanasia. J. Am. Vet. Med. Assoc. Vol.
202:229–249.
Bilgili, S. F. 1992. Electrical stunning of broilers—basic
concepts and carcass quality implications: A review. J.
Appl. Poult. Res. Vol. 1:135–146.
Bilgili, S. F. 1999. Recent advances in electrical stunning.
Poult. Sci. Vol. 78:282–286.
Craig, E. W., and D. L. Fletcher. 1997. A comparison of high
current and low voltage electrical stunning systems on
broiler breast rigor development and meat quality. Poult.
Sci. Vol. 76:1178–1181.
Fletcher, D. L. 1999. Slaughter technology. Poult. Sci. Vol.
78:277–281.
Fletcher, D. L. 2000. Stunning of poultry. Proceedings of XXI
World Poultry Congress, Montreal. WPSA, Montreal, Canada.
Gregory, N. G., and L. J. Wilkins. 1989. Effect of stunning
current on carcass quality defects in chickens. Vet. Rec.
Vol. 124:530–532.
Gregory, N. G., and S. B. Wotton. 1990. Effect of stunning
on spontaneous physical activity and evoked activity in
the brain. Br. Poult. Sci. Vol. 31:215–220.
Heath, G. B. S. 1983. The slaughter of broiler chickens.
World’s Poult. Sci. J. Vol. 40:151–159.
Heath, G. E., A. M. Thaler, and W. O. James. 1994. A survey
of stunning methods currently used during slaughter of
poultry in commercial poultry plants. J. Appl. Poult. Res.
Vol. 3:297–302.
Jeacocke, R. E. 1977. Continuous measurements of the pH of
the beef muscle in intact beef carcasses. J. Food Technol.
12:375–386.
Kettlewell, P. J., and R. N. Hallworth. 1990. Electrical
stunning of chickens. J. Agric. Eng. Res. Vol. 47:139–151.
Li, Y., T. J. Siebenmorgen, and C. L. Griffis. 1993.
Electrical stimulation in poultry: A review and
evaluation. Poult. Sci. Vol. 72:7–22.
Maki, A., and G. W. Froning. 1987. Effect of post-mortem
electrical stimulation on quality of turkey meat. Poult.
Sci. Vol. 66:1155–1157.
Papinaho, P. A., and D. L. Fletcher. 1995. Effects of
electrical stunning duration on post-mortem rigor
development and broiler breast meat tenderness. J. Muscle
Foods. Vol. 6:1–8.
Papinaho, P. A., and D. L. Fletcher. 1996. The effects of
stunning amperage and deboning time on early rigor
development and breast meat quality of broilers. Poult.
Sci. Vol. 75:672–676.
Qiao, M., D. L. Fletcher, D. P. Smith, and J. K. Northcutt.
2001. The effect of broiler breast meat color on
pH,moisture, waterholding capacity, and emulsification
capacity. Poult. Sci. Vol. 80:676–680.
Sams, A. 1999a. Meat quality during processing. Poult. Sci.
Vol. 78:798–803.
Sams, A. 1999b. Commercial implementation of postmortem
electrical stimulation. Poult. Sci. Vol. 78:290–294.
SAS Institute. 1988. SAS/STAT Guide for Personal Computers. Version
6.03 Edition. SAS Institute Inc., Cary, NC.
Schutt-Abraham, I., H.-J. Wormuth, and J. Fessel. 1983.
Electrical stunning of poultry in view of animal welfare and meat
production. Pages 187–196 in Stunning of Animals for
Slaughter. G. Eikelenbonnm, ed. Martinus Nijhoff,
Boston, MA.
van Hoof, J. B. M. 1992. Final remarks and recommendations. Page
69 in Proceedings of the EC Workshop on Pre-Slaughter
Handling and Stunning of Poultry, Brussels.