kebijakan kepemimpinan kepala madrasah - Repository UIN ...

97
KEBIJAKAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH ALIYAH TERHADAP MATA PELAJARAN UMUM DI PONDOK PESANTREN AL-BAQIYATUS SHOLIHAT KUALA TUNGKAL SKRIPSI Jamilatul Fitriyah NIM. TK. 161225 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2020

Transcript of kebijakan kepemimpinan kepala madrasah - Repository UIN ...

KEBIJAKAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

ALIYAH TERHADAP MATA PELAJARAN UMUM

DI PONDOK PESANTREN AL-BAQIYATUS

SHOLIHAT KUALA TUNGKAL

SKRIPSI

Jamilatul Fitriyah NIM. TK. 161225

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2020

vi

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmannirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin telah usai sebuah langkah cita yang ingin kuraih.

Namun ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan berupa awal dari perjuangan.

Dengan menyebut asma Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala Puji tuhan semesta alam, pemilik hari pembalasan. Hanya Engkaulah kami

menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.

Lantunan Shalawat dan rintihanku, menadahkan tangan seraya berdo‟a dalam

syukur yang tiada terkira, tanda Terimakasih ku. Kupersembahkan perjuanganku

ini kepada orang yang sanagat kucintai dan kusayangi sebagai tanda bakti,

hormat, kekuatan dan dukungan serta terima kasih tiada terhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepada:

Orangtuaku tercinta Ayahanda yang bernama Palal dan Ibunda yang bernama

Samsiah. Yang telah mengasuhku mulai dari lahir hingga dewasa sekarang ini,

semoga kedua orang tua mendapat rahmat dari Allah SWT, aamiin. Kakak-

kakakku yang akusayangi Sunarti, Winarti serta suami kakakku Jumani, Rusdi,

dan serta keponakanku Fatimatuzzahra dan Isroatul Zakia terima kasih atas

dukungan, semangat dan do‟a kalian sehingga saya dapat menyelesaikan program

studi manajemen pendidikan di perguruan tinggi ini.

Terimakasih untuk semua yang telah membantuku dalam penyelesaian skripsi ini,

semoga Allah SWT selalu memberi taufik dan hidayah kepada kita semua aamiin

ya robbal’alamiim.

vii

MOTTO

عهق ١ٱقسأ بٱسى زبك ٱنري خهق ي س زبك ٱلكسو ٢خهق ٱل ٱنري عهى بٱنقهى ٣ٱقسأ

يب نى عهى ٤ س ٥عهى ٱل

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan

mu lah yang pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara

kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui” (Q.S.

Al-Alaq:1-5)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan penuh keikhlasan hati, syukur dan puji kami haturkan

alhamdulillahi robbil alamin kepada Maha Pencipta, sumber ilmu pengetahuan,

Allah SWT. Dengan kekuasaan rahmat dan nikmatNya yang merata, sehingga

kami dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah dengan judul “Kebijakan

Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Terhadap Mata Pelajaran Umum

Di Pondok Pesantren Al Baqiyatus Shaliahat Kuala Tungkal”.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, yang diutus dengan membawa syariat yang mudah nan

penuh dengan rahmat, dan membawa keselamatan kehidupan dunia dan akhirat.

Penulis skripsi ini bertujuan sebagai satu syarat untuk maraih sarjana program S.I

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN

STS jambi, dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari

kesempurnaan. Namun berkah dari Allah Swt. skripsi ini juga dapat diselesaikan.

Selama pembuatan skripsi ini banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi.

Tetapi berkat kerja keras, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah

memberikan motivasi, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asy‟ari, MA, PhD. Selaku Rektor UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi. Ibu Dr. Rofiqah Ferawati selaku wakil Rektor I bidang

akademik dan kelembagaan. Bapak Dr. As‟ad Isma selaku wakil Rektor II

bidang administrasi umum perencanaan dan keuangan. Bapak Dr. Bahrul Ulum

selaku wakil Rektor III bidang kemahasiswaan dan kerjasama UIN Sulthan Tha

Saifuddin Jambi.

2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Ibu Dr. Risnita, M.Pd. Bapak Dr. Najmul

Hayat, M.Pd.I. Ibu Dr. Yusria, S.Ag. M.Ag. selaku Dekan I, II dan III Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.3.

viii

3. Bapak Mahmud MY, S. Ag., M. Pd. Selaku ketua Program Studi Manajemem

Pendidikan Islam. Ibu Uyun Nafi‟ah, M. Pd selaku Sektretaris jurusan

Manajemen Pendidikan Islam III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi.4

4. Bapak Dr. A. Khalik, M. Pd. I. Selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr.

Najmul Hayat, M. Pd. I. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu dan mencurahkan segala pikiran demi mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Juambi.

6. Bapak H. Abd Latif, M.Ag. selaku kepala sekolah MA Al- Baqiyatush Shalihat

Kuala Tungkal. Bapak Hanif, S.Sy. selaku pengganti wakil kepala sekolah

sekolah MA Al- Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal. Bapak Ismanto, S.Pd. I.

Selaku kepala bidang TU sekolah MA Al- Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.

Ibu Sabariyah, S. Pd.I. Ibu Syifa Fauzia S. Pd selaku guru sekolah MA Al-

Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal yang terlah memberikan kemudahan

kepada penulis untuk memperoleh data dilapangan.

7. Sahabat-sahabat dan teman-teman yang telah menjadi patner diskusi dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti hingga

menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan membalas segala kebaikan dan

amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Jambi, Maret 2020

Penulis,

Jamilatul Fitriyah

Tk 16122

ix

ABSTRAK

Nama : Jamilatul Fitriyah

Nim : Tk 161225

Judul : Kebijakan Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Terhadap Mata Pelajaran

Umum di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.

Skripsi ini membahas tentang kebijakan kepemimpinan kepala madrasah aliyah terhadap

mata pelajaran umum di pondok pesantren al-baqiyatush shalihat kuala tungkal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan

jawaban atas permasalahan yang telah diuraikan, karena sifatnya menggunkan

pendekatan analisis deskriftif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam

mengambil kebijakan seorang kepala sekolah tidak hanya melibatkan dirinya sendiri

dalam mengambil keputusan, tetapi kepala sekolah juga melibatkan guru-guru dan staf

pegawai untuk memusyawarahkan kebijakan yang diambil dalam rangka memajukan

pendidikan formal di masa akan datang. Dalam pelaksanaan belajar mengajar guru-guru

menggunakan metode dengan cara menjelaskan terlebih dahulu mata pelajaran yang di

pelajari, baru setelah itu di serahkan kepada siswa. Permasalahan yang di hadapi siswa

dalam mengikuti mata pelajaran umum dan yang terlebih dalam mata pelajaran

matematika dan bahasa inggri . yaitu dimana mereka terpaku pada buku sehingga sulit

dalam mengingat rumus ketika diberi materi ulangan, dan juga sulit mengingat rumus

grammer dan juga tidak banyak hapal kosa kata dalam mata pelajaran bahasa inggris.

Dan solusi guru dalam mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara guru sering

memberikan latihan dan guru juga menyuruh siswa menghapal kosakata lalu menyetor ke

guru tersebut.

Kata Kunci : Kebijakan Kepemimpinan, Mata Pelajaran Umum

x

ABSTRACT

Nama : Jamilatul Fitriyah

Nim : Tk 161225

Title : The Madrasah Aliyah Head‟s Leadership Policy Towarrds General

Subjects At The Al Baqiyatush Shalihat Islamic Boarding School In

Kuala Tungkal

This thesis discusses the madrasah aliyah head‟s leadership policy towarrds

general subjects at the al baqiyatush shalihat islamic boarding school in kuala

tungkal. This study uses a qualitative approach, in an effort to provide answers to

the problems that have been described, because it uses a descriptive analysis

approach using data collection techniques through observation, interviws and

documentation. The results of the study can be concluded that in taking the policy

of a school principal does not only involve teachers and staff-staff to deliberate on

policies taken in order to advance formal education in the future. In the

implementation of teaching and learning teachers use the method by first

explaining the subjects studied, then after it is set to student. Problems faced by

students in following general subjects and especially in mathematics and english.

That is, where they are fixed on the book so that it is difficult to remember the

formula when given the test material, and it is also difficult to remember grammer

formulas and also not to memorize vocabulary in english subjects. And the

teacher‟s solution in overcoming the problem is that the teacher often gives

exercises and the teacher also tell students to memorize vocabulary and then

deposit it to the teacher.

Keywords: Leadership Policy, Formal Education

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

PENGESAHAN ................................................................................................................. ii

NOTA DINAS .................................................................................................................... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................................... v

PERSEMBAHAN .............................................................................................................. vi

MOTTO ............................................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xi

DAGTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. .........1

B. Fokus Penelitian ............................................................................................ .........5

C. Rumusan Masalah ......................................................................................... .........6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................................. .........6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik ............................................................................................. .........7

1. pengertian kebijakan ....................................................................................... .........7

2. Kebijakan Kepala Sekolah............................................................................ .. .........9

3. Pengertian Kepemimpinan .............................................................................. .........10

xii

4. kepemimpinan menurut pandangan islam....................................................... 11

5. Pola dan Gaya Kepemimpinan ....................................................................... .... 13

6. Peran pemimpin ............................................................................................. ....... 17

7. Fungsi Kepemimpinan .................................................................................... ....... 20

8. Hambatan Kepemimpinan ............................................................................... ....... 22

9. Devinisi Pendidikan Formal............................................................................ ....... 23

10. Ciri-Ciri Pendidikan Formal ......................................................................... ....... 24

11. Contoh Lembaga Pendidikan Formal ........................................................... ....... 24

12. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Formal ........................................................ ....... 25

B. Studi Relevan ................................................................................................ ....... 27

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ................................................................. .........30

B. Setting dan Subjek Penelitian ......................................................................... .........30

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... .........31

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. .........32

E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... .........33

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data............................................................. .........34

G. Jadwal Penelitian............................................................................................ .........36

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum............................................................................................ . ...... 37

B. Temuan Khusus dan Pembahasan............................................................... .. ...... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. .. ...... 65

B. Saran..................................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... .........69

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tabel 4.1 Letak Geografis

Tabel 4.2 Nama Tenaga Pendidik

Tabel 4.3 Jumlah Siswa Dari Tahun 213-220 P

Tabel 4.4 Sarana Prasarana

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Instrumen pengumpulan data

Lampiran II. Dokumentasi penelitian

Lampira III. Daftar responden dan informen

Lampiran IV. Kartu bimbingan skripsi pembimbing I

Lampiran V. Kartu bimbingan skripsi pembimbing II

Lampiran VI. Daftar riwayat hidup

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seorang pemimimpin organisasi memiliki andil besar terhadap pencapaian

tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Pemimimpin yang menentukan

arah organisasi dan penggerakan semua elemen yang ada dalam organisasi

dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Untuk mencapai tujuan,

pemimimpin harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik. (Afifuddin,

2015: hal. 162)

Soekarno dan hatta berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di

tengah suasana perjuangan yang sangat berat. Hal ini disebabkan oleh

kemahirannya dalam mengaplikasikan ilmu dan seni pemimpin dalam bentuk

sikap dan perilaku.

Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan (leadership) untuk

mengarahkan merupakan faktor penting dalam efektivitas manajer. Banyak

terjadi organisasi bisnis maupun pendidikan yang tampaknya akan runtuh

mendapat kekuatan baru ketika pimpinan puncaknya diganti meskipun sulit

mengidentifikasi karakteristik manajer yang efektif. Sekiranya sikap dan

perilaku manajer dapat diidentifikasi, niscaya dapat di pelajari dan di ajarkan

sehingga mampu meningkatkan efektifitas organisasi.(Siswanto, 2005: hal.

153)

Pondok pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tertua di

Indonesia dengan segala keunikan dan kekhasannya tersendiri. Institusi ini

selain dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam, juga menonjol sebagai

lembaga sosial keagamaan yang di dalamnya menjadi pusat pemberdayaan

masyarakat di bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh

Abdurrohman Wahid (2001: hal. 7) di dalam karya ilmiah yang berjudul peran

kepemimpinan pesantren dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan pola

kehidupan yang unik pesantren mampu bertahan berabad-abad untuk

mempergunakan nilai-nilai jangka panjang pesantren pada kehidupan yang

2

kultur yang lebih kuat dalam masyarakat sekitarnya. Kedudukan ini dapat

dilihat dari kemampuan pesantren untuk melakukan transformasi total dalam

sikap hidup masyarakat sekitarnya tanpa ia sendiri mengorbankan identitasnya.

Di dalam institusi unik ini ada Kiai sebagai top figur yang memiliki peran

signifikan dalam menggerakkan semua aktivitas di dalamnya, sehingga Kiai

tidak dapat terlepaskan sebagai pusat perhatian maupun suritauladan di segala

aspek kehidupan para santri yang mengitari (Satrio Jati, 2017: hal.1).

Menurut Abdurrahman Wahid (2001: hal. 180) didalam karya ilmiah yang

berjudul peran kepemimpinan pesantren dalam meningkatkan mutu

pendidikan. yang akrab dengan panggilan Gus Dur dalam bukunya

“Menggerakkan Tradisi” mengidentifikasi dan menyebut kepemimpinan

tradisional pesantren sebagai kepemimpinan yang kharismatis. Biasanya

lembaga pendidikan pesantren didirikan oleh seseorang yang bercita-cita tinggi

dan mampu mewujudkan cita-citanya. Proses pendirian pesantren yang secara

demikian menampilkan seorang pemimpin yang tertempa oleh pengalaman,

memiliki keunggulan kepribadian yang dapat mengalahkan pribadi-pribadi lain

disekitarnya. Kekuatan pribadi tersebut menciptakan corak kepemimpinan

yang bersifat sangat pribadi, dan berlandaskan penerimaan masyarakat luar dan

para santri secara mutlak. Sifat mutlak dan pribadi dari kepemipinan inilah

yang disebut sebagai kharisma. Lebih lanjut Gus Dur menjelaskan bahwa

watak kharismatik yang dimiliki oleh pemimpin pesantren dapat dilihat dari

cara pengambilan keputusan yang semuanya bergantung pada pribadi sang

pemimpin, sulitnya memperkirakan tentang tanggapan yang akan diberikan

oleh sang pemimpin atas suatu usulan, pola pergantian pemimpin yang

berlangsung secara tiba-tiba dan tidak direncanakan sehingga lebih banyak

ditandai oleh sebab-sebab alami, seperti meninggalnya seorang pemimpin.

Selain itu, penggati pemimpin yang baru dapat dipastikan mempunyai

hubungan keluarga dengan pemimpin yang lama (Satrio jati, 2017: hal. 3-4)

UU 18 tahun 2019 tentang pesantren Bahwa setiap orang bebas memeluk agama

dan beribadat menurut agamanya serta memilih pendidikan dan pengajaran dalam

3

satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimana dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana

diamankatkan dalam UUD negara republik indonesia Tahun 1945.

Bahwa dalam upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia, psantren yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat dengan

kekhasannya telah berkonstribusi penting dalam mewujudkan islam yang

rahmatan lil „alamin dengan melahirkan insan yang beriman yang berkarakter,

cinta tanah air dan berkemajuan, serta terbukti memiliki peran nyata baik dalam

pergerakan dan perjuangan meraih kemerdekaan maupun pembangunan nasional

dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia.

Bahwa untuk menjamin penyelenggaraan pesantren dalam fungsi

penidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat, diperlukan

pengaturan untuk memberikan rekognisi, afirmasi, dan fasilitas berdasarkan

tradisi dan kehasannya.

Uu 18 tahun 2019 tentang pondok pesantren Pasal 20 kurikulum

pendidikan diniyah formal terdiri atas kurikulum pesantren dan kurikulum

pendidikan umum . penyusunan rumusan kerangkan dasar dan struktur kurikulum

pesantren sebagaimana dimaksud ayat 1 yang berbasis kitab kuning dilakukan

oleh majlis masyayikh dan kurikulum pendidikan umum sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 diatur dalam peraturan mentreri

Pasal 15 pesantren melaksanakan fungsi pendidikan sebagai bagian dari

penyelenggaraan pendidikan nasional .

Pasal 16 pesantren menyelenggarakan fungsi pendidikan berdasarkan

kekhasan, tradisi, dan kurikulum pendidikan masing-masing pesantren.

Fungsi pendidikan pesantren sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di tujukan

untuk membentuk santri yang unggul dalam mengisi kemerdekaan indonesia dan

mampu menghadapi perkembangan zaman. (Jogloabang, 2019)

4

Pendidikan adalah proses yang tanpa akhir, dan pendidikan merupakan

proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut

daya pikir (daya intelektual) maupun emosional (perasaan) yang diarahkan

kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya. (Sagala, 2009: hal. 4)

Pendidikan juga merupakan pondasi penting dalam pembangun

kepribadian dan peradaban kemanusiaan. Memperhatikan sejarah maka dunia

pendidikan mengalami perkembangannya secara dinamis, mulai dari materi

pelajaran, sistem pembelajaran, hingga bagaimana pengelolaannya salah satu

institusi pendidikan di Indonesia yang tertua adalah pesantren/madrasah

(Turmudi, 2008, jilid xxxxiv, No 2, hal. 78)

Pendidikan diibaratkan sebagai rumah, yang terdiri dari tiang, dinding,

atap dan lain-lain. Itulah pendidikan sebagai suatu ilmu yang terdiri dari

kurikulum, konseling, adminoistrasi, pengajaran dan penilaian (Hasal

langgulang, 1992). Salah satu yang sangat berpengaruh dalam kemajuan suatu

lembaga pendidikan yaitu terletak pada pelaksanaan manajemen atau

administrasi. Setiap pendidikan berusaha mewujudkan pendidikan yang

berkualitas dengan membenahi manajemen yang ada di dalamnya sehingga

tujuan pendidikan dapat tercapai.

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan

meningkatkan mutu sumber daya manusia di era globalilasi yang penuh dengan

tantangan, sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat

fundamental bagi setiap individu. Faktor kemajuan sains dan teknologi akan

terjadinya perubahan dalam pendidikan dan pembelajaran. Sekolah sebagai

pusat yang berlangsung secara formal mengharuskan rancangan perubahan

oleh manajemen pendidikan dengan di formulasikan dalam berbagai kebijakan

pemerintah baik secara makro maupun mikro.

Pendidikan dijadikan sebagai proses tranformasi budaya, yang didalamnya

diberikan melalui bimbingan, pengajaran dan latihan harus mampu memenuhi

tuntutan peserta didik/siswa secara maksimal, baik potensi intelektual,

spiritual, sosial, moral maupun estetika sehingga terbentuk kedewasaan atau

kepribadian seutuhnya. Dengan melalui kegiatan tersebut yang merupakan dari

5

proses pendidikan. dalam hal ini pendidikan sebenarnya berfungsi

mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik/siswa secara utuh dan

terintegrasi (Syafaruddin dkk, 2015: hal. 1)

Salah satu permasalahan yang ada di bangsa Indonesia adalah rendahnya

mutu pendidikan pada jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan

kelas menengah keatas. Usaha peningkatan mutu pendidikan dimulai dari

aspek kualifikasi guru, peserta didik, sarana dan prasarana, kurikulum,

pengelolaan manajemen, sampai pengadaan buku dan media pendidikan.

Apa yang diuraikan di atas terkait dengan pondok pesantren Al-Baqiyatus

Shalihat Kuala Tungkal merupakan pendidikan berciri khas agama islam yang

tingkatnya setara dengan sekolah menengah atas dan berada di naungan

departmen agama. Pondok pesantren Albaqiyatus Shalihat berdiri pada Tahun

1993 M. bila di lihat dari usianya pondok pesantren ini belum begitu lama

berdiri, namun mengalami perkembangan yang cukup baik pada kurun waktu

kewaktu.

Berdasarkan hasil wawancara pada bulan Ramadhan 2018 yang lalu

dilakukan di Madrasah Aliyah Al-baqiyatus Shalihat Kuala Tungkal dengan

Wakil kepala sekolah aliyah pondok pesantren Al-baqiyatus Shalihat dan juga

dengan staf pegawainya mengatakan bahwa setiap lulusan dari hasil ujian UN

belum ada yang memuaskan dari segi pendidikan yang tidak ada berhubungan

dengan agama. seperti, matematika dan bahasa inggris bahkan ketua bidang

humas yang diduduki oleh ustd Abu Amar Addani itu memberikan dokumen

yang berisi dari hasil semua nilai UN siswa. Lain halnya jika pendidikan itu

menyangkut agama maka nilai siswa tersebut rata-rata di atas 7.

Berdasarkan uraian di atas menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk

meneliti tentang “Kebijakan Kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah

Terhadap Mata Pelajaran Umum Di Pondok Pesantren Al- Baqiyatus Shalihat

Kuala Tungkal”.

B. Fokus penelitian

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas dengan latar belakang

diatas, penelitian ini lebih fokus pada bagaimana kebijakan kepemimpinan

6

kepala madrasah aliyah terhadap mata pelajaran umum di pondok pesantren

Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Kungkal.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan

diajukan dalam penelitian nantinya sebagai acuan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana kebijakan pemimpin kepala madarsah aliyah terhadap mata

pelajaran umum di pondok pesantren Al- Baqiyatush Shalihat?

2. Bagaimana pelaksanaan implementasi mata pelajaran umum di madrasah

aliyah Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal?

3. Apa saja yang menjadi problem peserta didik terhadap mata pelajaran

umum di madrasah aliyah Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemimpin kepala madrasah

aliyah terhadap mata pelajaran umum di pondok pesantren Al-

Baqiyatus Shalihat Kuala Tungkal.

b. Untuk mengetahui bagaimana proses implementasi mata pelajaran

umum di madrasah aliyah Al- Baqiyatus Shalihat Kuala Tungkal.

c. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami peserta didik terhadap

mata pelajaran umum di madrasah aliyah Al-Baqiyatus Shalihat Kuala

Tungkal.

2. Kegunaan Penelitian

a. Guna mengembangkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh selama

perkuliahan.

b. Di harapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan bagi penulis

dan pembaca tentang kepemimpinan.

c. Bagi kepemimpinan pesantren diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk memajukan pendidikan formal.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Pengertian Kebijakan

Menurut Gamage dan Pang didalam karya ilmiah (Suharni, 2016:

9), menjelaskan kebijakan adalah terdiri dari pernyataan tentang sasaran

dan satu atau lebih, pedoman yang luas untuk mencapai sasaran tersebut

sehingga dapat dicapai yang dilaksanakan bersama dan memberikan

kerangka kerja bagi pelaksanaan program.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Klein dan Murphy (Suharni,

2016: 10)mengatakan bahwa kebijakan adalah “seperangkat tujuan-tujuan,

prinsip prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing sesuatu

organisasi, kebijakan dengan demikian mencakup keseluruhan petunjuk

organisasi”.

Selanjutnya Nichols (Suharni, 2016: 10) menyatakan kebijakan

merupakan suatu keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati

oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang

dan rutin yang terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.

Bogue dan Saunders (Suharni, 2016: 10)menyimpulkan bahwa

kebijakan menjelaskan sasaran umum organisasi yang berisikan alasan

bagi eksistensi dan menyediakan arah pembuatan keputusan bagi

pencapaian sasaran.

Kebijakan adalah suatu kearifan pimpinan kepada bawahan atau

masyarakatnya. Pimpinan yang arif dapat saja mengecualikan aturan yang

baku, kepada seseorang/sekelompok orang, jika seseorang/sekelompok

orang tersebut tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang

umum tadi. Dengan kata lain ia dapat diperkecualikan.

8

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan kebijakan adalah hasil keputusan-keputusan

yang dibuat secara arif dan bijaksana untuk seseorang/sekelompok orang

guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan melangkah lebih

maju ke masa depan.

Menurut Syafaruddin didalam karya ilmiah suharni, 2016

kebijakan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan kompetensi

padagogik dan kompetensi kepribadian guru. Dalam suatu kebijakan

pendidikan terdapat tiga tahap kebijakan yaitu: formulasi, implementasi

dan evaluasi.

Kepala sekolah sebagai petugas yang profesional dituntut untuk

memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi dari

kebijakan pendidikan tersebut.

Adapun tiga tahapan kebijakan sebagai berikut:

a. Formulasi Kebijakan

Formulasi adalah perumusan atau pembuatan. Jadi, formulasi

kebijakan adalah pembuatan/perumusan suatu kebijakan dalam

pendidikan. Berikut adalah tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan

pendidikan:

1. Penyusunan agenda, yakni disini menempatkan masalah pada agenda

pendidikan.

2. Formulasi kebijakan, yakni merumuskan alternatif kebijakan untuk

mengatasi masalah.

3. Adopsi kebijakan, yakni kebijakan alternatif tersebut diadopsi/diambil

untuk solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut.

9

4. Implementasi kebijakan, yakni kebijakan yang telah diambil

dilaksanakan dalam pendidikan.

5. Penilaian kebijakan, yakni tahap ini tahap penilaian dalam pembuatan

kebijakan dan pencapaian tujuan dalam kebijakan pendidikan.

b. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara yang

dilaksanakan agar sebuah kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan.

Implementasi kebijakan adalah serangkaian aktifitas dan keputusan yang

memudahkan pernyataan kebijakan dalam pembuatan kebijakan terwujud

ke dalam prakteknya/realisasinya.

c. Evaluasi Kebijakan

Setelah adanya pelaksanaan kebijakan kemudian diadakan

pengevaluasian dalam kebijakan pendidikan tersebut. Karena dapat

mengetahui sejauh mana pelaksanaan tersebut telah tercapai. Menurut Putt

dan Springer bahwa evaluasi adalah langkah menerima umpan balik yang

utama dari proses kebijakan.

Evaluasi kebijakan akan memberikan informasi yang

membolehkan stakeholders (kebutuhan masyarakat) dapat mengetahui apa

yang terjadi dari maksud kebijakan tersebut. Evaluasi yang dimaksudkan

disini adalah untuk mengidentifikasikan tingkat keberhasilan pelaksanaan

yang dicapai sesuai dengan sasaran. Dan tujuan dari evaluasi kebijakan

adalah mempelajari pencapaian sasaran dari pngalaman terdahulu.

2. Kebijakan kepala Sekolah

Kebijakan pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:

a. kebijakan yang berkenaan dengan fungsi esensial seperti kurikulum,

penetapan tujuan, rekrutmen, penerimaan peserta didik.

10

b. kebijakan mengenai lembaga individual dan keseluruhan sistem

kependidikan.

c. kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan, dan penarikan tenaga

kerja, promosi, pengawasan, dan penggantian keseluruhan staf.

d. kebijakan yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya non

manusia seperti sumber finansial, gedung dan perlengkapan Kepala

sekolah sebagai atasan langsung dari guru-guru dalam mengambil

langkah-langkah kebijakan yang mengacu kepada kebijakan-kebijakan

yang dilakukan oleh tingkat pusat, tingkat daerah maupun dari tingkat

kota dalam pelaksanaan peningkatan profesionalisme guru-guru kelas

dan guru bidang studi lainnya. Kepala sekolah juga

mengimplementasikan kebijakan diantaranya dengan melakukan

peningkatan profesionalisme pada guru-guru yang berada dalam

kepemimpinannya. Untuk melihat apakah guru sudah berhasil atau

belum dalam meningkatkan profesionalismenya maka harus diadakan

evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh guru tersebut. Evaluasi

yaitu evaluasi, penilaian atau penafsiran terhadap apa yang akan dicapai

guna perbaikan selanjutnya. Evaluasi terhadap seluruh hasil kinerja

lembaga untuk dikelola dengan baik agar kelemahan dari segala

aspeknya dapat ditanggulangi dengan baik dan benar. Kelemahan

sekolah dapat terjadi pada guru-guru, pada pola kepemimpinan kepala

sekolah, pada permodalan, pada mekanisme kerja, dan pada

manajemennya, oleh sebab itu evaluasi harus dilaksanakan dan ditindak

lanjuti dengan pemecahan masalah sehingga masalah terpecahkan.

(Suharni, 2016: hal. 9-15)

3. Kepemimpinan

M. Hanafi (2011: hal. 316) didalam buku Afifuddin mendefinisikan

kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-

11

aktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok.(Afifuddin, 2015: hal.

163)

Davis yang dikutip oteng sutisna (1993: hal. 254) didalam buku

afifuddin menyatakan bahwa kepemimpinan ialah kemampuan untuk

membujuk orang lain supaya mengejar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

dengan bergairah. Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang

mempersatukan kelompok dan menggerakkan ke arah tujuan organisasi.

Kegiatan-kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, dan membuat

putusan ialah kepompong yang tersembunyi sampai pemimpin meledakkan

kekuatan motivasi orang dan membimbing mereka ke arah tujuan

organisasi.(Afifuddin, 2015: hal. 164)

Pengertian umum kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang

dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,

menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia

menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu

pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu. (Hendyat Sutopo dan Westy

Soemanto, 1984: hal. 1).

4. Kepemimpinan Menurut pandangan Islam

Beberapa ciri penting yang menggambarkan sosok pemimpin

menurut Islam antara lain sebagai berikut:

a. Setia, pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah

SWT.

b. Terikat kepada tujuan, seorang pemimpin ketika di beri amanah sebagai

pemimpin dalam melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan

kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkungan tujuan Islam

yang lebih luas.

c Menjunjung tinggi syariatdan akhlak Islam, seorag pemimpin yang baik

bila mana ia merasa terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi

pemimpin selama tidak menyimpang syariat Islam.

12

d. Memegang teguh amanah, sorang pemimpin ketika menerima kekuasaan

menganggap sebagai amanah dari Allah SWT, yang disertai dengan

tanggung jawab. Seperti bunyi hadis di bawah ini yaitu:

كهكى ع ب عس زض هللا عب ع انب صهى هللا عه سهى قبل: كهكى زاع

, انسأة زاعت عهى بت , اليس زاع, انسجم زاع عهى أم بت زعت ل ع يسئ

. )يتفق عه( زعت , فكهكى زاع كهكى يسئل ع ند شجب

Artinya: Ibnu umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah

saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta

pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara

akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.

Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang

isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal

tanggungjawab dan tugasnya. (buchary, muslim).

Pada dasarnya, hadis di atas berbicara tentang etika kepemimpinan

dalam islam. Dalam hadis ini dijelaskan bahwa etika paling pokok dalam

kepemimpinan adalah tanggun jawab. Semua orang yang hidup di muka

bumi ini disebut sebagai pemimpin. Karenanya, sebagai pemimpin,

mereka semua memikul tanggung jawab, sekurang-kurangnya terhadap

dirinya sendiri. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang

bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, karena hakekat

kepemimpinan adalah tanggung jawab dan wujud tanggung jawab adalah

kesejahteraan, maka bila orang tua hanya sekedar memberi makan anak-

anaknya tetapi tidak memenuhi standar gizi serta kebutuhan

pendidikannya tidak dipenuhi, maka hal itu masih jauh dari makna

tanggung jawab yang sebenarnya.

Menyuruh manusia berbuat ma‟ruf dan mencegah kemungkaran.

Sebagai mana firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 110 yaitu:

13

ت أخ س أي تى خ ك تؤي كس ان ع ت عسف ببن سجت نهبس تأيس

ى انفبسق أكثس ؤي ى ان ى ي سا ن خ م انكتبة نكب أ آي ن ببلل

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang

munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,

tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman,

dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

e. Tidak sombong, menyadari bahwa diri kita adalah kecil, karena yang

besar dan maha besar hanya Allah SWT. Sehingga Allah lah yang boleh

sombong.

f. Memiliki figur pemimpin yang ideal, menjadi contoh suritauladan yang

baik, disiplin, konsisten dan konsekwensi, dalam hal ini seorang

pemimpin yang profesional yang sesuai dengan ciri pemimpin dalam

islam.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

و ٱلء ٱن سجا ٱلل كب ة حست ن أس نكى فى زسل ٱلل كثسا نقد كب ذكس ٱلل اخس

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah.(Suharni, 2016: hal. 21-23)

5. Pola dan Gaya Kepemimpinan

Sebelum membicarakan pola kepemimpinan, dijelaskan terlebih dahulu

perbedaan antara pola dan gaya kepemimpinan. Pola kepemimpinan adalah

sebagai bentuk kepemimpinan yang di dalamnya diimplementasikan satu

14

atau lebih perilaku kepemimpinan sebagai pendukungnya. Sedangkan gaya

kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan

dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan

prilaku para anggota organisasi atau bawahannya (Nawawi, 2003: hal.114).

Adapun pola dan gaya kepemimpinan yang diakui keberadaanya

menurut Sugeng Haryanto, (2012: hal. 61) yaitu:

a. Pola Kepemimpinan Otoriter

Para pemimpin otoriter memusatkan kuasa dan pengambilan

kepuasan bagi dirinya sendiri. Mereka menata situasi kerja yang rumit

bagi para pegawai, yang melakukan apa saja yang di perintahkannya.

Pemimpin berwenang penuh dan memikul tanggung jawab sepenuhnya.

Kepemimpinan otoriter umumnya negatif, yang berdasarkan atas

ancaman dan hukuman. Dalam penjelasan yang lain karakteristik pola

kepemimpinan otoriter adalah:

1. Kecenderungan memperlakukan bawahan sama dengan alat-alat lain

dalam organisasi, seperti mesin, dan kurang menghargai harkat dan

martabat mereka.

2. Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas

tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan

kebutuhan para bawahan.

3. Mengabaikan peranan para bawahan dalam proses pengambilan

keputusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut

bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu

diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja.

4. Kesediaan anggota organisasi bekerja keras di dasari oleh perasaan

takut dan tertekan, sehingga suasana kerja terasa kaku dan tegang.

Disamping itu bahhkan sering berkembang sikap melawan dan

membangkang secara diam-diam. Dengan kata lain anggota organisasi

sebagai bawahan hanya aktif dan giat bekerja karena pengawasan yang

keras, ketat, dan diiringi ancaman.

b. Pola Kepemimpinan Demokratik

15

Kepemimpinan ini pendekatannya dalam menjalankan fungsi-

fungsi kepemimpinannya adalah pendekatan yang holistik dan

integralistik. Seorang pemimpin yang demokratik biasanya menyadari

bahwa mau tidak mau sebuah organisasi harus disusun dengan

sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam

tugas dan kegiatan yang tidak harus dilaksanakan demi tercapainya

tujuan secara organisasi. Sedangkan menurut Sondang Siagian (2003:

hal. 36) bahwa menyebutkan diantara sifat-sifat atau ciri-ciri pemimpin

yang demokratik adalah:

1. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat

bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.

2. Ia senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari bawahannya.

3. Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teamwork dalam

usaha mencapai tujuan.

c. Pola Kepemimpinan Laissez faire

Pola kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari pola

kepemimpinan otokrasi. Perilaku yang dominan dalam kepemimpinan ini

adalah perilaku dalam pola kepemimpinan kompromi. Pemimpin dalam

pola kepemimpinan ini berkedudukan sebagai simbol atau perlambang

oeganisasi. Kepemimpinan menjalankan dengan memberikan kebebasan

kepada semua anggota organisasi dalam menetapkan keputusan dan

pelaksanaannya menurut kehendak masing-masing. Kepemimpinan ini

disebut juga kepemimpinan bebas kendali (Sugeng Haryanto, 2012: hal.

62).

d. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Kepemimpinan paternalistik adalah pemimpin yang perannya

diwarnai oleh sikap kebapak-bapakan dalam arti bersifat melindungi,

mengayomi dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya. Tipe

pemimpin yang paternalistik masih banyak terdapat dimasyarakat yang

masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris.

Popularitas pemimpin yang paternalistik disebabkan oleh beberapa

16

faktor, seperti: a, kuatnya ikatan primordial, b, extended family system, c,

kehidupan masyarakat yang komunalistik, d, peranan adad istiadad yang

sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat, e, masih memungkinkannya

hubungan pribadi yang intim antara anggota masyarakat dengan anggota

masyarakat lainnya.

e. Gaya Kepemimpinan Karismatik

Kepemimpinan karismatik didasari pada kualitas luar biasa yang

dimiliki seseorang sebagai pribadi. Dalam kamus besar bahasa indonesia

bahwa karismatik bersifat karisma. Sedangkan perkataan karisma

diartikan sebagai keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan

kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk

membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap

dirinya. Sejalan dengan pengertian dari segi bahasa itu, maka pola

kepemimpinan karismatik dapat diartikan sebagai kemampuan

menggerakkan orang lain dengan mendayungkan dalam kelebihan atau

keistimewaan dalam sifat kepribadian yang dimiliki pemimpin (Sugeng

Haryanto, 2012: hal. 63).

f. Kepemimpinan Situasional

Teori ini menekankan bahwa pemimpin yang cocok unuk menjadi

pemimpin pada keadaan tertentu, belum tentu cocok untuk menjadi

pemimpin pada keadaan lainnya. Menurut As-Suwaidan dalam buku

(Sugeng Haryanto, 2012: hal. 64) teori kepemimpinan ini terbaik dan

telah terbukti berhasi dalam dunia nyata. Dari teori-teori kepemimpinan

yang telah diuraikan di atas ternyata semua berpandangan bahwa untuk

mengelola organisasi dapat dilakukan dengan pola kepemimpinan

tunggal dalam segala situasi. Oleh karena itu terjadi respon atau reaksi

terhadap teori-teori kepemimpinan tersebut. Dengan kata lain, tidak

mungkin sebuah organisasi hanya dipimpin dengan pola kepemimpinan

tunggal untuk segala situasi, terutama apabila organisasi terus

berkembang menjadi semakin besar atau jumlah anggotanya semakin

banyak. Respon atau reaksi yang timbul b

17

erfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi situasi yang

berbeda di perlukan pola kepemimpinan yang berbeda-beda pula.

Pendapat itu disebut pendekatan atau teori kontigensi.di samping itu

karena pola kepemimpinan harus sesuai dengan situasi yang dihadapi

seorang pemimpin, maka teori ini disebut juga pendekatan atau teori

situasional.

g. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan

yang pemimpinnya memberikan inspirasi pengikutnya utuk bertindak

melebihi kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan

mampu mempunyai dampak yang dalam dan luar biasa pada

pengikutnya. Kepemimpinan transformasional lebih dari sekedar

kepemimpinan karisma, karena kepemimpinan ini berusaha

menananmkan pada pengikutnya kemampuan bertanya, tidak hanya

pandangan yang mapan, akan tetapi juga pandangan yang diyakini oleh

pemimpin. Menurut yuki dalam buku (Sugeng Haryanto, 2012: hal. 65).

Kepemimpinan transformasional memiliki perilaku : pengaruh

ideal, pertimbangan individual, motivasi inspirassional, dan stimulasi

intelektual. Perilaku ideal adalah perilaku yang membangkitkan emosi

dan identifikasi yang kuat dari pengikut terhadap pemimpin.

Pertimbangan individu meliputi pemberian dukungan, dorongan dan

pelatihan bagi pengikut. Motivasi inspirasional yaitu meliputi

penyampaian misi yang menarik menggunakan simbol untuk

memfokuskan upaya bawahan, dan membuat model prilaku yang tepat.

Stimulasi intelektual adalah perilaku yang meningkatkan kesedaran

pengikut untuk memandang masalah dari perspektif baru.

6. Peran Pemimpin

Meskipun dalam uraian-uraian di atas telah banyak disinggung tentang

beberapa macam peran kepemimpinan, dalam pasal ini akan di uraikan

lagi secara teratur agar menjadi lebih jelas. Seorang ahli ilmu jiwa

18

berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang baik dapat

disimpulkan menjadi 13 macam (Ngalim Purwanto, 2005: hal. 66-65).

a. Sebagai pelaksana (executive)

Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak

sendiri saja terhadap kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan

atau memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya, juga

program atau rencana yang telah ditetapkan bersama.

b. Sebagai perencana (planner)

Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan

menyusun perencanaan sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya

bukan secara sembarangan saja, tetapi segala tindakan

diperhitungkan dan bertujuan.

c. Sebagai seorang ahli (expert)

Ia haruslah mempunyai keahlian, terutama keahlian yang

berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan yang

dipegangnya.

d. Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group

representative)

Ia harus menyadari bahwa baik-buruk tindakkannya di luar

kelompoknya mencerminkan baik-buruk kelompok yang

dipimpinnya.

e. Mengawasi hubungan antar anggota kelompok (controller of

internal relationship)

Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan, dan berusaha

membangun hubungan yang harmonis dan menimbulkan semangat

kerja kelompok.

f. Bertindak sebagai pemberi ganjaran atau pujian dan hukuman

(purveyor of reward and punishments)

Ia harus dapat membesarkan hati anggota-anggota yang giat

bekerja dan banyak sumbangannya terhadap kelompoknya, dan

19

berani pula menghukum anggota yang berbuat merugikan

kelompoknya.

g. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)

Dalam menyelesaikan perselisihan ataupun menerima pengaduan-

pengaduan di antara anggota-anggotanya, ia harus dapat bertindak

tegas, tidak pilih kasih ataupun mementingkan salah satu golongan.

h. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

Pemimpin bukanlah seorang yang berdiri di luar atau di

atas kelompoknya. Ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kelompoknya. Dengan demikian, segala tindakan dan usahanya

hendaklah dilakukan demi tujuan kelompoknya.

i. Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)

Sebagai lambang kelompok, ia hendaknya menyadari

bahwa baik buruknya kelompok yang di pimpinnya tercermin pada

dirinya.

j. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate

for individual responsibility)

Ia harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-

anggotanya yang dilakukan atas nama kelompok.

k. Sebagai pencipta atau memiliki cita-cita (ideologist)

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai sesuatu

konsepsi yang baik dan realitis sehingga, dalam menjalankan

kepemimpinannya mempuyai garis yang tegas menuju arah yang

telah dicita-citakan.

l. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)

Tindakan pemimpin terhadap anak buah ataupun

kelompoknya hendaknya mencerminkan tindakan seorang ayah

terhadap anak-anak atau anggota keluarga.

m. Sebagai kambing hitam (scape goat)

Seorang pemimpin haruslah menyadari bahwa dirinya

merupakan tempat melempar kesalahan yang terjadi dalam

20

kelompoknya. Oleh karena itu dia harus pula mau dan berani turut

bertanggung jawab tentang kesalahan anggota kelompoknya. Jika di

teliti ketiga belas peranan kepemimpinan tersebut di atas, tepat

sekiranya apa yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa

pemimpin yang baik haruslah menjalankan peranan seperti berikut:

a. Ing ngarso asung tulodo

b. Ing madyo mangun karso

c. Ing (Tut) wuri andayani

Ketiga macam peranan tersebut sebenarnya telah mencakup

semua macam peranan pemimpin seperti diuraikan di muka masing-

masing diberi arti yang lebih luas (Ngalim Purwanto, 2005: hal. 65-

66).

7. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan menurut (Hendiyat Soetpo dan Wasty Soemanto,

1988: hal. 4). terbagi atas dua bagian:

a. Fungsi berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai

b. Fungsi berkaitan dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan

menyenangkan sambil memeliharanya.

Fungsi yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai antara

lain terdiri dari:

1. Berfikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta

menjelaskan supaya anggota-anggota selalu dapat menyadari dalam

bekerjasama mencapai tujuan itu.

2. Memberi dorongan kepada para anggota kelompok serta

menjelaskan situasi dengan maksud untuk dapat ditemukan

rencana-rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi

harapan baik, dan kepemimpinan harus cocok dengan situasi yang

nyata karena kepemimpinan yang efektif dalam suatu demokrasi

tergantung interaksi dari anggota dalam situasi dan juga saran-saran

dari anggota akan membantu pemimpin dalam hal membawa

anggota menuju tujuan.

21

3. Membantu para anggota kelompok dalam mengumpulkan

keterangan-keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan

pertimbangan-pertimbangan yang sehat.

4. Menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari

anggota kelompok.

5. Memberi dorongan kepada setiap anggota untuk melahirkan

peranan dan pikiran dan memilih buah pikiran yang baik dan

berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.

6. Memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada

anggota dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan

masing-masing demi kepentingan bersama.

Fungsi yang berkaitan dengan penciptaan suasana pekerjaan yang

sehat antara lain terdiri dari:

1. Memupuk dan memelihara kesediaan kerja sama di dalam

kelompok demi tercapainya tujuan bersama.

2. Menanamkan dan memupuk perasaan pada anggota masing-masing

bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan adalah bagian dari

kelompok semangat kelompok dapat di bentuk melalui penghargaan

terhadap usaha-usahanya dan sifat yang ramah tamah, gembira dari

pemimpin akan mempengaruhi anggota-anggota dan mereka pasti

akan menirunya.

3. Mengusaahakan suatu tempat pekerjaan yang menyenangkan baik

ruangan, fasilitas maupun situasi.

4. Mempergunakan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada pimpinan

untuk memberi sumbangan dengan kelompok menuju pencapaian

tujuan bersama dan pimpinan dapat juga mengembangkan

kesanggupan-kesanggupan anggota masing-masing, maka dengan

demikian pimpinan ini akan diterima dan diakui secara wajar

(Hendiyat Soetpo dan Wasty Soemanto, 1988: hal. 5).

Fungsi utama pimpinan adalah membantu kelompok untuk belajar

memutuskan dan bekerja yang khas antara lain:

22

a. Pimpinan membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik

sehingga seorang pemimpin yang menganggap dirinya sebagai

seorang yang mengharapkan kerjasama, dengan mmemiliki fungsi

yang khusus, dengan sikap-sikap yang didasarkan atas penghargaan

terhadap nilai integritas akan berhasil untuk menciptakan suasana

persaudaraan, kerja sama, dengan penuh rasa kebebasan.

b. Pimpinan membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri yaitu

ikut serta dalam memberikan perangsang dan bantuan kepada

kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuannya.

c. Pimpinan membantu kelompok dalam menetapka prosedur-prosedur

kerja, yaitu pimpinan harus membantu kelompok dalam menganalisa

situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana paling praktis

dan efektif (guna efisien kerja), sedang pimpinan harus dipandang

sebagai ahli prosedur.

d. Pimpinan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama

dengan kelompok.

e. Pimpinan memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari

pengalaman, di sini pimpinan mempunyai tanggung jawab untuk

melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang

dilakukan dan kemudian berani menilai hasilnya secara jujur dan

objektif (Hendiyat Soetpo dan Wasty Soemanto, 1988: hal. 6).

8. Hambatan Kepemimpinan

Hambatan yang dihadapi pemimpin dalam penerapan kepemimpinan, yaitu:

a. Faktor internal

Seperti kondisi geografis sekolah, bekal keilmuan (kurangnya

motivasi dari pemimpin itu sendiri, takut dalam mengambil rsiko dan

terbatasnya kecakapan pemimpin), keadaan guru dan sebagainya.

b. Faktor eksternal

Seperti tidak dapat dukungan baik dari orang terdekat maupun

bawahan dan orang di sekitarnya. (Kusmintardjo, 2016, vol 1, No 8:

hal. 7)

23

2. Pendidikan formal

a. Pengertian Pendidikan Formal

Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling

memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, pada paling mudah

untuk membina generasi muda yang di laksanakan oleh pemerintah dan

masyarakat (Abu ahmadi dan Nur uhbiyati, 1991: hal. 162).

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi (Tim dosen administrasi pendidikan UI, 2017: hal. 289).

Amanat pembukaan UUD 1945 dan visi pendidikan nasional

menunjuk pada suatu landasan filsafat yang mendalam. Dalam pasal 31

ayat 1 UUD 1945 dinyatakan bahwa “setiap warga Negara berhak

mendapat pendidikan”. UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 5 ayat 5 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak

mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”. Hal

ini sejalan dengan hak asasi manusia, bahwa setiap warga negara berhak

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak

mendapat pendidikan, dan berhak memperolah manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (Depdiknas, 2003). Pada

saat ini, masih banyak anak usia sekolah dan orang dewasa yang belum

mendapatkan layanan pendidikan yang memadai dan layak. Hal ini terjadi

karena berbagai tantangan dan permasalahan yang melingkupi

pembangunan pendidikan nasional. Faktor penyebab masih banyaknya

masyarakat yang belum menerima layanan pendidikan bermutu karena

kekurangan anggaran pendidikan, sebaran wilayah yang sangat luas,

jumlah penduduk yang sangat besar, serta ketersediaan infrastruktur

pembangunan pendidikan masih kurang dan belum merata. Berdasarkan

Rencana Strategi Pendidikan 2005-2009 (Renstra 2005-2009)

menggunakan tiga pilar kebijakan, yaitu:

3. pemerataan dan perluasan akses pendidikan.

24

4. peningkatan mutu layanan pendidikan; dan

5. akuntabilitas dan pencitraan publik.

Pembangunan pendidikan telah berjalan dengan baik, Infrastruktur

pendidikan dibangun di berbagai pelosok tanah air, begitu juga standarisasi

layanan pendidikan telah dilakukan, termasuk upaya melibatkan peran

aktif masyarakat menyelenggarakan pendidikan telah menunjukan hasil

yang menggembirakan. Itu semua berkat kerja keras seluruh komponen

pendidikan yang dengan sungguh-sungguh menggalang potensi untuk

membangun pendidikan yang bermutu dan berkemampuan meningkatkan

keterampilan serta kesejahteraan masyarakat (Depdiknas, 2007).

b. Ciri-ciri Pendidikan Formal

a. Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh

lembaga pendidikan formal.

b. Guru adalah orang yang ditetapkan secara resmi oleh lembaga.

c. Memiliki administrasi dan manajemen yang jelas.

d. Adanya batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan.

e. Memiliki kurikulum formal.

f. Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi pembelajaran.

g. Adanya batasan lama studi.

h. Kepada peserta yang lulus diberikan ijazah.

i. Dapat meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi. (Bafadhol, 2017, Vol

6, No 11: hal. 60-61)

c. Contoh lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal

a. Taman Kanak-kanak (TK)

b. Raudatul Athfal (RA)

c. Sekolah Dasar (SD)

d. Madrasah Ibtidaiyah (MI)

e. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

f. Madrasah Tsanawiyah (MTs)

g. Sekolah Menengah Atas (SMA)

25

h. Madrasah Aliyah (MA)

i. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

j. Perguruan Tinggi, meliputi; Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,

Institut, dan Universitas.(Bafadhol, 2017, Vol 6, No 11: hal. 61-62)

d. fungsi dan tujuan pendidikan formal

fungsi pendidikan formal yaitu untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam ragka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu,

pendidikan formal bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(Undang-Undang No. 20 Tahun 2003).

Secara makro pendidikan formal bertujuan membentuk organisasi

pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukaninovasi

dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu

menggunakan nalar, berkemampuanberkomuniksi sosial yang positif dan

memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.

Secara mikro pendidikan formal bertujuan membentk manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika

(beradap dan berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar

(maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggug jawab),

berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan

kompetitif, demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjaadi manusia

mandiri.

Acuan diatas menjadikan sosok manusia Indonesia lulusan dari

berbagai jenjang pendidikan formal seharusnya memiiki ciri atau profil

sebagai yang berikut.

1. Pendidikan Dasar

a. Tumbuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b. Tumbuh sikap beretika (sopan santun dan beradap)

26

c. Tumbuh penalaran yang baik ( mau belajar, ingin tahu, senang

membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab)

d. Tumbuh kemampuan komunikasi/sosial (tertib, sadar aturan, dapat

bekerja samadengan teman, dapat berkompetisi) dan

e. Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan.

2. Pendidikan Menengah Umum

a. Memiiki keimanam dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Yang

Maha Esa

b. Memiliki etika (sopan santun dan beradap)

c. Memiliki penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum,

kreatif, inisiatif serta memiliki tanggung jawab) dan penalaran

sebagai penekanannyan

d. Kemampuan berkomunikasi/sosial (tertib, sadar aturan dan

perundabg-undangan, dapat bekerja sama, mampu bersaing,

toleransi, menghargai hak orang alin, dapat berkompromi), dan

e. Dapat mengurus dirinya dengan baik

3. Pendidikan Menengah Kejuruan

a. Memiliki keimaman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b. Memliki etika (sopan santun dan beradab)

c. Memiliki penalaran yang baik(untukmengerjakan keterampilan

khusus, inovatif dalam arah tertentu, kreatif di bidangnya, banyak

inisiatif di bidangnya serta bertanggung jawab terhadap karyanya)

dan keterampilan sebagai penekanannya

d. Memiliki kemampuan berkomunukasi/sosial (tertib, sadar aturan

dan hukum, dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi,

menghargai hak orang lain, dapat berkompromi)

e. Memiliki kemampuan berkompetisi secara ssehat, dan

f. Dapat mengurus dirinya dengan baik.

4. Pendidikan Tinggi

a. Memiliki keimaman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b. Memliki etika (sopan santun dan beradab)

27

c. Memiliki penalaran yang baik terutama di bidang penalarannya

(berwawasan kedepan dan luas, mampu mengambil data dengan

akurat dan benar, mampu melakukan analisa, berani

mengemukakan pandapat, berani mengakui kesalahan, beda

pendapat dan mengambil keputusan mandiri

d. Memiliki kemampuan berkomunukasi/sosial (tertib, sadar

perundang-undangan toleransi, menghargai hak orang lain, dapat

berkompromi)

e. Memiliki kemampuan berkompetisi secara ssehat, dan

f. Dapat mengurus dirinya dengan baik. (Mulyasa, 2017: hal. 20-22)

B. Studi relevan

Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan tema pembahasan

penelitian penulis yang berjudul “persepsi kepemimpinan pesantren terhadap

pendidikan formal di al-baqiyatus shalihat kuala tungkal” berikut

penjelasannya.

1. Jurnal Suhendar dkk, tahun 2017 dengan judul Analisis Pengaruh

Kepemimpinan Kyai, Budaya Pesantren, dan Motivasi Kerja Guru

terhadap Mutu Pendidikan Pesantren di provinsi banten. Dar jurnal ini

dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan kyai memiliki pengaruh

langsung terhadap budaya pesantren dan motivasi kerja guru masing-

masing sebesar 57,6 % dan 26%. Kepemimpinan kyai tidak memiliki

pengaruh langsung terhadap mutu pendidikan pesantren, melainkan

memiliki pengaruh tidak langsung melalui budaya pesantren dan motivasi

kerja guru sebesar 48.8%. Disisi lain, kualitas kepemimpinan kyai

memiliki pengaruh tidak langsung terhadap motivasi kerja guru melalui

budaya pesantren sebesar 21.6%. Sedangkan budaya pesantren memiliki

pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja

guru di Provinsi Banten sebesar 37.5%. Budaya pesantren juga memiliki

pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap mutu pendidikan

pesantren di Provinsi Banten sebesar 65.9%, dan budaya pesantren

memiliki pengaruh tidak langsung terhadap mutu pendidikan pesantren di

28

Provinsi Banten melalui motivasi kerja guru sebesar 8.6%. Lebih lanjut,

motivasi kerja guru memiliki pengaruh langsung yang positif dan

signifikan terhadap mutu pendidikan pesantren di Provinsi Banten sebesar

22.8%. Implikasi penelitian berdasarkan hasil analisi data tersebut, dapat

disimpulkan bahwa perlunya peningkatan kualitas kepemimpinan kyai

dalam mengelola dan memimpin pesantren, utamanya dalam aspek sikap

directive (pembagian tugas dan wewenang, dan menjelaskan tugas dan

kewajiban guru) dan supportive (percaya pada bawahan dan mendukung

ide bawahan). Selain itu kyai sebagai pimpinan pesantren juga hendaknya

menghindari kepemimpinan paternalistic-free rein leadership, dimana

pemimpin lebih condong pasif dalam mengelola pendidikan pesantrennya,

hal ini dimaksudkan agar peran dan andil kyai memiliki pengaruh

langsung secara signifikan terhadap mutu pendidikan pesantren yang

dipimpinnya.(Suhendar dkk, 2017, Vol. 34 Nomor 2).

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh suhendar dkk, (2017)

adalah lebih menekankan pada kepemimpinan kyai yang kurang aktif

dalam mengelola pesantrennya yang berpengaruh terhadap mutu

pendidikan sedangkan penulis menekankan kepada bagaimana kebijakan

kepala sekolah madrasah aliyah terhadap mata pelajaran umum di pondok

pesantren.

2. Syaiful Sagala, tahun 2015 judul manajemen dan kepemimpinan

pendidikan pondok pesantren. Dari jurnal ini dapat disimpulkan

Manajemen dan kepemimpinan pondok pesantren memiliki ciri yang khas

sesuai budaya dan nilai nilai religius keislaman. Penghormatan pada guru

(kiai) oleh para santri merupakan keniscayaan. Penghormatan pada guru

telah menjadi tradisi santri di pondok pesantren untuk memperoleh berkah

dalam rangka menimba ilmu pengetahuan. Kepemimpinan pondok

pesantren mengajarkan penghormatan pada guru, hal ini dipahami sebagai

praktik praktik pendidikan memiliki justifikasi religius yang sangat kuat.

Dalam upaya memenuhi visi dan misi pendidikan pada pondok pesantren,

maka pimpinannya perlu memenuhi persyaratan yang sesuai dengan ciri

29

dan karakter pondok pesantren. Fenomena masa modern ini perkembangan

ilmu manajemen dan kepemimpinan semakin dinamis serta penggunaan

teknologi makin maju yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Konsekuensinya pendidikan di pondok pesantren perlu beradaptasi dengan

kemajuan tersebut dengan tetap menjaga ciri khas dan karakteristik

pondok pesantren. Dengan mengaplikasikan manajemen dan

kepemimpinan yang lebih dinamis, maka pendidikan di pondok pesantren

makin maju dan dinamis dengan tetap menjaga kemurnian religius yang

menjadi ciri utama pondok pesantren (Syaiful sagala, 2015, Vol. 22, No.

2).

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh sulaiman (2015) adalah

penelitian lebih menekankan pada bagaimana seni seorang pemimpin

dalam memimpin pondok pesantren tersebut sedangkan penulis

menekankan bagaimana kebijakan kepala sekolah madrasah aliyah

terhadap mata pelajaran umum di pondok pesantren.

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan ini berbentuk deskritif kualitatif yang di lihat melalui sudut

pandang pendidikan dengan mengkaji tentang kebijakan kepemimpinan

pesantren terhadap mata pelajaran umum di madrasah aliyah al-baqiyatus

shalihat kuala tungkal.

Jenis pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah jenis pendekatan

kualitatif. Menurut Djam‟an dkk (2017: hal. 25) penelitian kualitatif adalah

suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan

mendeskripsikan kenyataan secara benar, di bentuk oleh kata-kata berdasarkan

teknik pengumpulan data analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi

yang alamiah.

Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya

mendeskripsikan data tetapi deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data

yang shohih yang dipersyaratkan kualitatif yaitu wawancara mendalam,

observasi partisipasi, studi dokumen, dan dengan melakukan triangulasi yang

dirancang untuk memperoleh informasi tentang bagaimana “Kebijakan

Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Mata Pelajaran Umum Di Pondok

Pesantren Al-Baqiyatus Shalihat Kuala Tungkal”.

B. Setting dan Subjek Penelitin

1. Setting Penelitian

Tempat penelitian ini akan di laksanakan di pondok pesantren al-

baqiyatus shalihat kuala tungkal. yang melatar belakangi penulis memilih

pondok pesantren al-baqiyatus shalihat kuala tungkal adalah karena,

pondok pesantren tersebut semakin lama semakin banyak peminat yang

masuk di pesantren tersebut tetapi yang menjadi problem, hasil nilai yang

di peroleh santri antara salafi dengan formal begitu jauh perbandingannya.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang akan memberikan

informasi dan data yang diperlukan oleh peneliti. Adapaun yang memberi

31

informasi dalam penelitian ini yaitu Kepala sekolah, Wakil kepala

sekolah, guru, staf TU dan siswa di pondok pesantren al-baqiyatus shalihat

kuala tungkal. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive

sampling. Menurut Djam‟an (2017: hal. 47), purpose sampling adalah

menentukan subjek/objek sesui tujuan.

C. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data adalah segala fakta dua angka yang dijadikan bahan untuk

menyusun suatu informasi, Dalam penelitian ini ada dua macam data yaitu

data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017: hal. 104), Data primer disini

adalah data yang berupa informasi, pristiwa atau tindakan yang

berkaitan dengan sekolah atau madrasah, data primer ini di peroleh dari

Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah, guru, staf TU dan siswa,

khususnya yang berkenaan dengan kebijakan kepemimpinan pesantren

terhadap mata pelajaran umum di madrasah aliyah al-baqiyatus shalihat

kuala tungkal.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau dokumen (Sugiyono, 2017: hal. 104). Misalnya data-data yang

diperoleh dari gambaran umum dari publik, koran, majalah dan

keterangan-keterangan dari brosur dan publikasi lainnya. Adapun data

sekunder yang diperoleh peneliti melalui hasil pengamatan atau

observasi melalui dokumentasi dari lembaga pondok pesantren al-

baqiyatus shalihat kuala tungkal.

2. Sumber Data

Sumber data yaitu subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data

dalam penelitian ini dapat dari beberapa orang yang akan dimintai

32

keterangan melalui wawancara mengenai kebijakan kepemimpinan kepala

madarasah aliyah terhadap mata pelajaran umum di pondok pesantren al-

baqiyatus shalihat kuala tungkal, yakni meliputi:

a. Kepala sekolah

b. Wakil kepala sekolah

c. Guru

d. Staf TU

e. Siswa

f. Kejadian dan pristiwa

D. Teknik Pengumpulan Data

untuk mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data berupa, observasi, wawancara, dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi, atau

melalui media pengamatan. Dalam melakukan observasi ini, peneliti

menggunakan sarana utama indra penglihatan. Kemudian mencatat dalam

nota lapangan atau merekam dengan alat perekam (tape cocarde), sebagai

materi utama untuk dianalisis (Sukardi, 2013: hal. 50).

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati

dan mencatat serta merekam secara langsung objek yang diselidiki.

2. Wawancara

Teknik wawancara yaitu pertemuan langsung yang direncanakan

antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk saling bertukar pikiran,

guna memberikan atau menerima informasi tertentu yang diperlukan

dalam penelitian (Sukardi, 2013: hal. 49).

Penggunaan metode ini adalah wawancara langsung yang diajukan

kepada informan yang ada dilokasi penelitian yaitu Kepala sekolah,

Wakil kepala sekolah, guru, staf TU dan siswa pondok pesantren al-

baqiyatus shalihat.

3. Dokumentasi

33

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang

berbentuk tulisan, gambar, atau karya, monumental dari seseorang

(Sugiyono, 2007: hal. 82).

Peneliti akan mengumpulkan dokumen yang di peroleh dari

lembaga pondok pesantren al-baqiyatus shalihat kuala tungkal.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau

fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan

bentuk sesuatu yang di urai itu tampak dengan jelas dan karena bisa secara

lebih terang di tangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk

perkaranya (Djam‟an, dkk, 2017: hal. 200)

1. Reduksi data (reduction)

Dalam memulai melakukan penelitian tentu saja akan mendapatkan data

yang banyak dan relatif beragam dan bahkan sangat rumit. Itu sebabnya,

perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Data yang diperoleh

ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang

disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-

hal pokok, di fokuskan pada hal-hal yang penting.

Tujuan utama dalam penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh

karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala

sesuatu yang di pandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru

itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data

2. Penyajian Data (Data display)

Teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Lebih dari itu,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya. Adapun fungsi display data

disamping untuk memudahkan dan memahami apa yang terjadi, juga untuk

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut (Djam‟an, dkk, 2017: hal. 220).

3. Verification (Conclusion Drawing)

34

Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori (Djam‟an, dkk, 2017: hal. 220).

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi berarti cara terbaik untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam

konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan

hubungan dari berbagai pandangan. Trianggulasi dengan sumber, berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam kualitattif (Patoon 1987:

hal. 31).

Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Uji kredibilitas

Uji kredibilitas merupakan validitas internal dalam penelitian

kualitatif. Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap hasil penelitian

kualitatif dilakukan dengan enam teknik yaitu perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan

teman sejawat, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan

member check (Sugiyono, 2013: hal. 270).

a. Peningkatan ketekunan

Dalam penelitian peningkatan ketekunan dilakukan secara lebih

cermat dan berkesinambungan agar kepastian data dan urutan

peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dilain itu dengan

meningkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan

kembali apakah data yang ditemukan itu salah atau tidak dan juga

peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis

tentang apa yang diamati.

35

b. Triangulasi

Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti

terhadap apa yang telah ditemukan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan triangulasi teknik. Riangulasi teknik dilakukan untuk

menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data

yang diperoleh dengan wawancara dari sumber data yang di chek

kembali dengan teknik observasi atau dokumentasi.

c. Menggunakan bahan referensi

Penggunaan bahan referensi dalam penelitian ini adalah

sebagai pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan

oleh peneliti (Sugiyono, 2013: hal. 275). Adapun bahan referensi yang

digunakan peneliti berupa wawancara, observasi atau pengamatan

melalui indera penglihatan dan pendengar, serta catatan hasil

wawancara dan lain sebagainya.

36

G. Jadwal Penelitian

Untuk memudahkan langkah-langkah dalam penelitian ini, maka penulis

menyusun jadwal penelitian sebagai berikut:

No Keteranga

n

Juni

2019

Agustus

2019

Septemb

er 2019

Oktober

2019

Desembe

r 2019

Januari

2020

Maret

2020

Mei

2029

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

Judul

Proposal

2 Pengajuan

Dosen

Pembimbi

ng

3 Pembuata

n

Proposal

4 Acc

Proposal

5 Pengajuan

Izin

Seminar

6 Seminar

Proposal

7 Perbaikan

Proposal

8 Riset √

9 Pembuata

n Skripsi

10 Bimbinga

n Skripsi

11 Acc

Skripsi

37

BAB 1V

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. TEMUAN UMUM

1. Sejarah awal pondok pesantren AL Baqiyatus Shalihat

Bermula Dari Pengajian Agama Yang Dipimpin Oleh K.H.M Ali Abdul

Wahhab Yang Bertempat Di Rumah Beliau Sejak Tahun 1957 M. Pengajian

Tersebut Terus Berjalan, Pada Tahun 1979 K.H.M Ali Abdul Wahhab

Mengundang SYEKH MUHAMMAD NAWAWI yang Bermukim Di Berjan

Porworejo Jawa Tengah Untuk Melakukan Bai‟at Thoriqah Qadiriyyah

Naqsyabandiyyah di antara yang ikut Bai‟at Pada Saat Itu Adalah: K.H.M Ali

Abdul Wahhab, K.H.M Subli Bin H.Ismail Dan Tuan Guru H.Ahmad Bukhari

Dll. Kurang lebih 28 tahun berjalan pengikut pengajian yang dilaksanakan di

rumah beliau ini, dari masa kemasa terus bertambah, dan puncaknya pada tahun

1985 rumah beliau yang lumayan luas, tidak tertampung lagi untuk jama‟ah

pengajian. Dan akhirnya di putusakan untuk pindah ke Mesjid Agung Al

Istiqamah yang tempatnya persis di depan rumah beliau.

A. Bermula Dari Haul Sekh Abdul Qadir Al Jailani

Pengikut tariqah qadiriyyah naqsabandiyyah yang telah di bai‟at biasanya

mengadakan haul hari wafatnya Syekh Abdu Qadir Al Jailani, yaitu pada tiap-tiap

tanggal 11 Rabi‟ust Tsani, begitu pula lah yang dilaksanakan oleh : K.H.M Ali

Abdul Wahhab bersama sama masyarakat yang terhimpun dalam pengajian

beliau. Setiap tahun memperingati haul Sekh Abdul Qadir Al Jailani di Mesjid

Agung Al Istiqamah Kuala Tungkal. Tahun demi tahun, para hadirin yang

mengikuti Peringatan haul Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang dilaksanakan di

Mesjid Agung Al Istiqamh ini bertambah banyak, hingga di mesjid Agung pun tak

tertampung lagi karena banyaknya hadirin yang mengikuti acara ini. Hingga

timbul keinginan untuk membangun tempat khusus untuk peringatan haul ini. Ide

ini diajukan kepada dewan pengurus pengajian Majlis Ta‟lim Al Hidayah yang

38

telah di bentuk kepengurusannya sejak pengambilan Tariqah Qodiriyah

Naqsabandiyyah. Ide itu pun disepakati dengan Lokasi pembangunan gedung di

parit Gompong Kelurahan Tungkal Harapan Kuala Tungkal

B. Pembangunan Gedung Cikal Bakal Pesantren

Dengan membaca Basmallah pada tanggal 30 Sya‟ban 1413 H. Bertepatan

tanggal 22 Pebruari 1993 M, penancapan tiang pertama untuk pembangunan

gedung yang sedianya untuk tempat peringatan haul inipun dimulai. Dengan

penyandang dana awal H.M Syahruddin Zen. Bangunan gedung pertama ini diberi

nama “MAJLISUL ‘ILMI WADZIKRI“ berukuran 26 x 16 M2. Dengan

kapasitas + 1.000 ( seribu ) jama‟ah.

C. Dari Majlis Ta’lim ke Pondok Pesantren

Ditengah tengah pembangunan Majlis „ilmi Wadzikri ini terpikir Oleh

panitia bahwa tempat ini hanya akan digunakan setahun sekali, yaitu pada

peringatan Haul Syekh Abdul Qadir Al Jailani Saja, dan hal itu dirasa kurang

banyak manfaatnya. Lalu timbullah pemikiran baru untuk memanfaatkan gedung

ini sebagai wadah lembaga pendidikan berupa pondok pesantren. Kemudian

dibentuklah kepengurusan pondok pesantren ini, dengan nama Pondok Pesantren

“ Al Baqiyatush Shalihat “ Majlis Ta‟lim Al Hidayah Kuala Tungkal. Dengan

terbangunnya gedung utama ini dan ditambah beberapa buah asrama santri dan

sarana dan prasarana lainnya, maka kemudian mulailah untuk difungsikan sebagai

pondok pesantren.

Tepat pada tanggal 13 April 1994 M. Bersamaan dengan 2 Zulqa‟dah ,

pondok pesantren Al Baqiyatush Shalihat ini diresmikan dan diiringi dangan

pelajaran perdana yang diberikan oleh Al Mukarram K.H.M Ali Abdul Wahhab

yang juga sebagai pengasuh pondok pesantren.

D. Keadaaan Masyarakat Di Sekitar Pondok Pesantren.

Masyarakat Desa Parit Gompong dan sekitarnya mayoritas beragama

Islam, kehidupan perikonomian mereka dalam tarap ekonomi menengah kebawah,

39

dari aspek ekonomi masyarakat merasa terbantu dengan banyaknya santri yang

berbelanja disekitar pesantren, dan hal itu memang tidak dibatasi oleh pihak

pondok. Setiap hari siang maupun malam, terlihat puluhan abang ojek yang

tergabung dalam persatuan Ojek Abshah, mangkal di depan pondok yang siap

untuk mengantar santri ke berbagai tujuan.

Dari aspek sosial kemasyarakan, menunjukkan bahwa masyarakat

P.Gompong memiliki ikatan sosial yang tinggi yang di landasi dengan semangat

persatuan dan kebersamaan Kegiatan Pendidikan

E. Pendidikan Kepesantrenan

Pondok Pesantren Al Baqiyatush Shalihat sejak awal berdirinya

menyelenggarakan pendidikan kepesantrenan yang merupakan tujuan utama

dalam pendidikan Pondok pesantren ini. Pendidikan kepesantrenan yang di

selengarakan dibagi dalam tiga jenjang:

1. Tingkat I‟dadiyah 1 Tahun

2. Tingkat Wustha 3 Tahun

3. Tingkal Aliyah 3 Tahun

Sedangkan Kitab yang di gunakan di antaranya adalah :

Fiqih :

Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Al Mahally.

Tauhid :

Aqidatul Awam, Kifayatul ‘Awam, Khusnul Hamidiyah.

Tashauf/Akhlak :

Ta’limul Muta’allim, Kifayatul Atqiya, Minhajul ‘Abidin, Serta Syarahnya

Sirajuth Tholibin.

40

Nahwu :

Matan Jurumiyah, Mukhtasar Jiddan, Mutammimah, Usulun Nahwiyah, Dan

Syarah Alfiyah.

Sharaf :

Al Amshilah Attasrifiyah, Qawaidush Sharfi, Sabailuzharf.

Hadist :

Al Arbai’n, An Nawawi, Bulughul Maram, Riyadush Shalihin,dan Al Azkarun

Nawawi.

F. Pendidikan sekolah

pendidikan sekolah yang diselenggarakan di pondok pesantren Al

Baqiyatush Shalihat sejak tahun pelajaran 2001 menyelenggarakan :

1. Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2. Madrasah Aliyah (MAK) yang dibuka sejak tahun ajaran 2002.

3. Majelis Tahsini wa Tahfizhil Qur‟an.

Kurikulum yang dipergunakan adalah kurikulum Kementerian Agama, karena

sekolah ini ikut KKM (Kelompok Kerja Madrasah) MTs Negeri dan MA Negeri

II Kuala Tungkal.

2. RIWAYAT HIDUP KH. MUHAMMAD ALI WAHAB

KH. Muhammad Ali Wahab lahir di Pasar

Rebo Bram Itam kanan Kuala Tungkal pada bulan

April 1933, ia dibesarkan dilingkungan keluarga

yang sangat taat beragama, ayahnya KH Abdul

Wahab bin Tuan guru H. Ismail bin Tuan guru H.M

41

Thohir bin Tuan guru H. Syahabuddin, merupakan ulama yang sangat

dihormati, dan pernah belajar di kota Mekah berguru dengan Syekh Said Yamani,

sedangkan ibunya Hj. Roqayah berasal dari Batu Pahat zohor Malaysia, kedua

orang tuanya menikah di kota mekah. KH. Muhammad Ali Wahab merupakan

putra pertama dari empat bersaudara yaitu, KH. M Ali, KH. Abdullah, Hj.

Mursyidah, istri dari KH. M Sholeh Ramli dan Hj. Abbasyiah, istri dari KH. M

Alwi Syibli. Menurut seorang ulama kalimantan KH. Ali Wahab masih keturunan

Syekh. Muhammad Arsyad Al- Banjari. Namun KH. Ali Wahab belum meyakini

sepenuhnya dugaan tersebut karena belum ada bukti yang kuat. Namun jika

melihat tulisan Muhammad Saperi Kadir tentang Syekh Muhammad Arsyad Al-

Banjari Pelopor Dakwah Islam di Kalimantan, yang di tulis pada Mimbar Ulama

(1976) disebutkan, bahwa Syekh Muhammad Arsyad Al-banjari memiliki sebelas

orang isteri, isterinya yang kedua bernama Bidur, dari isterinya ini Syekh

Muhammad Arsyad Al-Banjari memiliki empat orang anak yakni ;

1. Kadhi H. Abu su‟ud

2. Sa-idah.

3. Abu Naim,

4. H. Syahabuddin.

Berdasarkan silsilah tersebut, maka pertemuan geneologi antara KH. M.

Ali Wahab dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari berada pada Tuan guru H.

Syahabuddin, maka jika ditarik garis lurus silsilahnya adalah : KH. Ali bin KH.

Abdul Wahab bin Tuan Guru H. Ismail bin Tuan Guru H.M. Thohir bin Tuan

Guru H. Syahabudiin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Beliau menikah pada tahun 1957 dengan HJ. Fathimah dan memiliki lima

orang anak, yaitu :

1. H. Ahmad Fauzi

2. Hj. Fauziah istri dari KH.Abdul Hamid Kurnain

3. Drs. H Abdul latif M.Ag. (Dosen IAIN STS Jambi)

4. Drs. H. Anwar Sadat M.Ag. (Dosen IAIN STS Jambi)

42

5. H. ABD Hakim S.Ag. (Staf pengajar PP Al Baqiyatush Shalihat Kuala

Tungkal)

KH.M. Ali Wahab sejak kecil sudah ditanamkan Ilmu pengetahuan Agama

oleh kedua orang tuanya, pengembaraan intelektual KH.M. Ali Wahab diawali

dengan belajar di Mekah selama dua tahun , kemudian melanjutkan ke Madrasah

Ibtidaiyah Al-Istiqomah di pasar Rebo Bram Itam Kanan Kuala Tungkal dan

madrasah Perguran Hidayatul Islamiyah (PHI) Kuala Tungkal. Pada tahun 1953-

1956 ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren As‟ad yang didirikan oleh

KH. Abdul Kadir Ibrahim yang juga Tokoh NU Propinsi Jambi. Perjalanan

KH.M. Ali Wahab terus berlanjut ketika ia berangkat ke Kalimantan dan belajar

di Madrasah Ad-diniyatul Islamiyah Brabai Kalimantan selatan (1956-1958).

Sepulangnya dari kalimantan, KH. M. Ali Wahab memulai aktifitas

keagamaannya dengan mengajar di Perguruan Hidayatul Islamiyah (PHI), dan

memberikan ceramah di berbagai pengajian di surau dan mesjid Kuala Tungkal,

tahun 1962 ia mendirikan Tarbiyatul Dakwah Wal Muzakaroh di Kuala Tungkal.

3. LETAK GEOGRAFIS

Kecamatan Tungkal Ilir adalah salah satu Kecaatan yang berada di

wilayah Kabupaten Tanjnung Jabung Barat Provinsi Jambi yang

merupakan wilayah di ana berdiriya Pondok Pesantren Al-Baqiyatush

Shalihat dengan luas wilayah 98,11km2. dengan batas-batas wilayah

Kecamatan Tungkal Ilir yaitu:

a. Utara : kecamatan sebrang kota

b. Timur : selat berhala

c. Selatan : kecamatan kuala betara

d. Barat : kecamatan bram itam

Pada tahun 2017 Desa/Kelurahan yang berada di wilayah

Kecamatan Tungkal Ilir terjadi pemekaran menjadi 10

Desa/Kelurahan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Nama desa/kelurahan di tungkal ilir dan luas area

43

Tabel 4.1 geografis absah

No Desa/kelurahan Luas area (km2)

1 Kelurahan tungkal harapan 1.65 Km2

2 Kelurahan tungkal 1v kota 2.80 Km2

3 Tungkal iii 3.2 Km2

4 Tungkal ii 16.52 Km2

5 Tungkal i 46.78 Km2

6 Teluk sialang 8. 39 Km2

7 Sungai nibung 11. 08 Km2

8 Sriwijaya 2. 08 Km2

9 Patunas 4.16 Km2

10 Kp. Nelayan 1.33 Km2

Catatan. Data pada tabel 4.1 berasal dari tata usaha MA absah kuala

tungkal

Data ini di tampilkan untuk mengetahui luas area

Desa/Kelurahan Kecamatan Tungkal Ilir. Sehingga dari table di

atas dapat di lihat bahwa Desa/Kelurahan Tungkal Harapan adalah

area terluas pertama, dan Desa/Kelurahan Tungkal III ada di urutan

nomor 3. Meskipun luas area berada di urutan ke ketiga, tetapi

disinal tempat berdirinya Pondok Pesantren Al-Baqiyatus Shalihat

yang merupakan sebagai tempat lembaga pendidikan yang

mengajarkan ilmu agama dan sosial. Meskipun tidak menutup

kemungkinan yang belajar di Pondok Pesantren Al-Baqiyatus

Shalihat warga Kecamatan Tungkal Ilir, Luas Kabupaten Tanjung

Jabung Barat,

4. PONDOK PESANTREN AL-BAQIYATUSH SHALIHAT

BESERTA TUJUAN DAN VISI MISI

1. Tujuan Pondok Pesantren

a. Tujuan Umum

44

Ingin menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,

tangguh, cerdas kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,

profesional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan

rohani, memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah air,

kesetiakawanan, sosial, kesadaran akan sejarah bangsa dan sikap

menghargai pahlawan, serta beroreintasi pada masa depan

b. Tujuan Khusus

Secara Khusus Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat

Kuala Tungkal bertujuan menghasilkan Santri/wati yang memiliki

keunggulan dalam :

1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT

2. Memiliki disiplin tinggi dan kepribadian akhlak yang baik

3. Mampu berkiprah dalam masyarakat sesuai dengan

4. kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

5. Menciptaka nasionalisme dan patriotesme serta solidaritas

yang tinggi antar sesama

6. Motivasi dan komkitmen yang tinggi untuk mencapai

prestasi dan keunggulan serta memiliki kepribadian yang

kokoh

7. Memiliki wawasan yang dalam dan luas tentang iptek dan

imtaq

2. VISI

Visi Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat adalah

sebagai berikut:

a. Beriman dan bertaqwa kepada Allah,berakhlaku karimah,

terampil dalam ilmu agama dan umum serta berwawasan

keagamaan dan kebangsaan

45

3. MISI

Adapun misi dari Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat

adalah sebagai berikut :

a. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap

agama islam

b. Menanamkan kearifan dalam bertindak dan sopan dalam

berbicara

c. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dalam

bidang keagamaan dan pengetahuan umum

d. Melaksanakan pembelajaran dan bimibingan secara

optimal, sesuai potensi yang dimiliki.

5. Kurikulum

Madrasah aliyah al-baqiyatush shalihat menggunakan kurikulum

sesui dengan apa yang di himbauakan oleh pemerintah/kementian

agama baik kurikulum KTSP maupun kurikulum 13, dan sekarang

madrasah al-baqiyatush shalihat menggunakan kurikulum 13

6. Struktur organisasi

Dalam rangka mengarahkan para gegawainya setiap orang

membutuhkan apa yang disebut organisasi. Struktur organisasi

menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-

hubungan diantara fungsi-fungsi,wewenang dan tanggung jawab yang

berbeda-beda dalam suatu organisasi. Untuk melihat hubungan kerja

yang terdapat di MA al-baqiyatush shalihat kualatungkal sebagai

berikut:

46

KETUA YAYASAN

H. Syahruddin M. Zen, SH

BENDAHARAWAN

WILDA ARISMA

STAF TATA USAHA

1. Zainal Aghto 2. Wilda Arisma 3. Maria Ulfa

KEPALA TATA USAHA

AHMAD HANIF, S. Sy

WAKA

KURIKULUM

Iriyansyah,

S.Pd.I

WAKA HUMAS/SARANA

PRASARANA

Abu Amar Addani,

S.Pd.I

PEMBINA

OSIS

H. Fakhruddin

PEMBINA HADRAH

M. Hanif

PEMBINA KEAGAMAAN

IMAM GHOZALI, S.

Kom

KEPALA

PERPUSTAKAAN

H. Abd Hakim, S.Ag

PEMBINA UKS

Akram Sopwan

WALI KELAS MAJLIS GURU

KEPALA SEKOLAH

Drs H. Abd Latif, M.Ag

PENGASUH

KH. Abd Hakim, S. Ag KETUA KOMITE

SEKOLAH

ISMAIL

STAF KOMITE

1. Mariatul Hifziah

2. Supriyati

WAKA

KESISWAAN

Husnaini, S. Pd.I

47

7. Keadaan tenaga pengajar/guru

Tenaga pendidik di madrasah al-baqiyatush shalihat kuala tungkal

mempunyai tugas utama dalam mengelola pelajaran untuk di

sampaikan kepada siswa dan siswi.guru adalah pelaksanaan dan

engembangan program kegiatan dalam proses belajar mengajar,

bagaimanapun guru merupakan peraturandalam menyampaikan materi

pelajaran untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan. seorang guru

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk embina dan

mengembangkan anak didiknya.

Tabel 4.2 nama pendidik absah

NO NAMA JURUSAN JABATAN THN

TAMAT

1 Drs H. Abd

Latif,M.Ag

PAI(Peradilan

Agama)

Kepala

Madrasah

2000

2 Husnaini, S.Pd PAI Waka

kesiswaan

2013

3 Mardani S.Pd,I PAI Waka

Humas/Sapras

2010

4 M.Eriyansyah

S.Pd.I

PAI Waka

Kurikulum

2010

5 Marwinsyah,

H.P, S.Sy

ABSY(Abwal

Al-

Syakhsytyah)

Guru 2013

6 Nurfirman - Guru -

7 M.Yamin S.Pd,I SDM Guru 2015

8 H.M.Harun

S.Pd.I

PAI Guru 2008

9 Sabariyah S.Pd.I PAI Guru 2010

10 Siti Maimunah, PAI Guru 2006

S. Pd I

11 Ummi Kultsum S

Pd I

PAI Guru 2005

12 Nurmala S.Pd.I PAI Guru 2007

13 Ainur Rafiqah

S.Pd.I

PAI Guru 2007

14 M. Khairullah

Zikri, S.Kom

SKOM Guru 2011

15 M. Hanip, S.Pd.I ASY(Ahwal

Syahsiah)

Guru 2012

16 Pahrorazi, S. Pd.i PAI Guru 2015

17 Rahmat Dwi S,

S.Pd.I

PAI Guru 2010

18 Nihlah, S. Pd.I PBA Guru 2007

19 Rukmini

Okvianti, S, Pd

PAI Guru 2010

20 M. Fadhil, S.

Pd.I

PAI Guru 2013

21 Amrina Rsyda

S.Pd.Aud

PUD Guru 2007

22 Ema Ratna Yuli,

S. Pd

FKIP Guru 2013

23 Syaukani, S, Ay ASY Guru 2013

24 Imam Ghozali, S.

Kom.I

KPI Guru 2013

25 M. Taufiq, S. Pd PAI Guru 2016

26 Syifa fauziah,

S.Pd

PBI Guru 2018

27 Arkanudin, S.

H.I

JS(JINAYAH

SAHSIAH)

Guru 2004

28 Salhudin, S, Pd.I PBA Guru 2014

30 Drs. Bakhtiar, S.

Pd

BK Guru 2001

31 Siti Lutfiah, S.

Pd.I

PBA Guru 2014

32 Tati Fitriyani, S.

Pd.I

PAI Guru 2015

33 Miftahul Jannah,

S. Pd

PBI Guru 2015

34 Abd Wahab, S.

Pd. I

PBA Guru 2015

35 Ismanto, S,Pd.I MPI Kaur TU 2015

36 Wilda Arisma - Bendahara -

37 Maria Ulfa - Staf TU -

Catatan. Data pada tabel 4.2 berasal dari tata usaha MA absah kuala

tungkal

8. Keadaan peserta didik

Siswa adalah sarana kependidikan yang dididik, diarahkan,

diberikan ajaran nama-nama dan bermacam-macam ilmu pengetahuan

serta keterampilan. Siswa merupakan unsur yang esensial pendidikan

yang harus ada dalam pengajaran, ada guru tidak ada siswa tentunya

kegiatan pembelajaran tidak terlaksana.

Tabel 4.3 peserta didik absah

TAHUN

AJARAN

LAKI-

LAKI PEREMPUAN

JUMLAH

KESELURUHAN

2013-2014 205 313 518

2014-2015 237 370 607

2015-2016 226 362 588

2016-2017 296 441 737

2017-2018 100 141 241

2018-2019 119 198 317

2019-2020 123 170 293

Catatan. Data pada tabel 4.3 berasal dari tata usaha MA absah kuala

tungkal

9. Keadaan sarana dan prasarana

Sarana merupakan tempat berlangsungnya pembelajaran sarana

dapat membantu proses pembelajaran agar berjalan dengan baik dan

juga memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan baik.

Sarana adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan. Sedangkan prasarana adalah sesuatu yang terwujud sebelum

adanya sarana. Jadi sarana dan prasarana maksudnya di sini adalah

sesuatu yang d gunakan sebagai alat memperlancar kegiatan atau

proses belajar mengajar atau alat-alat maupun fasilitas yang digunakan

untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Di madrasah aliyah al-baqiyatush shalihat kuala tungkal sarana

prasarana merupakan salah satu faktor yang mempunyai fungsi sangat

penting yang dapat mempermudah dan memperlancar proses

pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidika

Tabel 4.4 sarana prasarana absah

A. Jumlah dan Kondisi Bangunan

No. Jenis Bangunan

Jumlah Ruangan Menurut KondisiStatus

Kepemi-likan 1)

Total Luas

Bangunan (m2)Baik

Rusak

Ringan

Rusak

Sedang

Rusak

Berat

1 36

2. Ruang Kepala Madrasah 1 1 36

1. Ruang Kelas 19

1 36

4. Ruang Tata Usaha 1 1 16

3. Ruang Guru 1

6. Laboratorium Kimia

5. Laboratorium Fisika

8. Laboratorium Komputer

7. Laboratorium Biologi

10. Laboratorium PAI

9. Laboratorium Bahasa

1 25

12. Ruang UKS 1 1 25

11. Ruang Perpustakaan 1

1 25

14. Ruang Kesenian 1 1 90

13. Ruang Keterampilan 1

1 4

16. Toilet Siswa 10 1 4

15. Toilet Guru 2

1 16

18. Gedung Serba Guna (Aula) 1 1 16

17. Ruang Bimbingan Konseling (BK) 1

1 90

20. Ruang Pramuka 25

19. Ruang OSIS 1

1

22. Gedung/Ruang Olahraga 1 1 90

21. Masjid/Mushola 1

1 60

24. Kamar Asrama Siswa (Putra) 10 1 36

23. Rumah Dinas Guru 10

1 36

26. Pos Satpam 1 1 4

25. Kamar Asrama Siswi (Putri) 10

27. Kantin

B. Sarana Prasarana Pendukung Pembelajaran

20. Lapangan Bola Voli

19. Lapangan Basket

18. Lapangan Bulutangkis

17. Lapangan Sepakbola/Futsal

16. Meja Pingpong (Tenis Meja) 2 1

15. Bola Basket

14. Bola Voli

13. Bola Sepak

12. Alat Peraga Kimia

11. Alat Peraga Biologi

10. Alat Peraga Fisika

9. Alat Peraga PAI

8. Komputer/Laptop di Lab. Komputer

7. Lemari di Ruang Kelas 18 1

6. Papan Tulis 18 1

5. Meja Guru di Ruang Kelas 18 1

4. Kursi Guru di Ruang Kelas 18 1

3. Loker Siswa

2. Meja Siswa 600 1

1. Kursi Siswa 600 1

No. Jenis SarprasJumlah Sarpras Menurut Kondisi Jumlah Ideal

Sarpras

Status

Kepemilikan1)Baik Rusak

Catatan. Data pada tabel 4.4 berasal dari tata usaha MA absah

kuala tungkal.

10. Buku pelajaran, peralatan dan media pendidikan

Di al-baqiyatush shalihat untuk guru mengajar dan siswa-siswi

memiliki buku panduan yang diberikan pihak lembaga untuk proses

belajar dan mengajar. dan bagi guru yang memerlukan alat komputer

mereka biasanya mebawa laptop masing-masing untuk proses belajar

mengajar.

C. TEMUAN KHUSUS DAN PEMBAHASAN

1. Kebijakan pemimpin pondok pesantren terhadap mata pelajaran

umum di Madrasah Aliyah Al- Baqiyatus Shalihat Kuala Tungkal

kebijakan adalah hasil keputusan-keputusan yang dibuat secara arif

dan bijaksana untuk seseorang/sekelompok orang guna untuk

mencapai tujuan yang diinginkan dengan melangkah lebih maju ke

masa depan.

Berbicara tentang kebijakan kepemimpinan tentunya tidak terlepas

juga dengan yang namanya manajemen di dalam suatu organisasi

apapun baik di dalam perkantoran maupun di lemba pendidikan. dan

jika menginginkan suatu lembaga itu berhasil tentunya pemimpin

mengambil keputusan lalu setelah keputusan itu di terima bersama-

sama tentunya lalu menjalankan fungsi manajemen, di mana fungsi

manajemen adalah untuk mengefektifkan dan mengefensienkan suatu

tindak tanduk yang ada di organisasi tersebut untuk mencapai suatu

tujuan yang ingin di capai.

Fungsi-fungsi manajemen yaitu:

1. Perencanaan. Aktivitas perencanaan dilakukan untuk

menetapkan sejumlah aktivitas/pekerjaan yang harus dilakukan

kemudian.

2. Pengorganisasian. Proses pendistribusian pekerjaan yng harus

dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan otoritas yang

diperlukan untuk pengoperasiannya.

3. Pengarahan. Aktivitas pengarahan adalah suatukegiatan yang

berhubungan dengan pemberian perintah dan saran.

4. Pemotivasian. Agar tercipata keadaan kerja yang

menggairahkan, pemimpin/atau manajer harus memotivasi

bawahannya, dengan demikian individu tersebut didorong

berperilaku dan bertindak mencapai tujuan.

5. Pengendalian. Dengan aktivitas pengendalian, berarti manajer

harus mengevaluasi dan menilai pekerjaan yang dilakukan para

bawahan. (Siswanto, 2015: hal. 24-25)

Berbicara mengenai kepemimpina dan manajemen maka diantara

keduanya berhubungan. Dimana, kepemimpinan adalah salah satu bagian

penting dari manajemen, khususnya dalam fungsi pengarahan.

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

dapat mengarahkan dan mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk

mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.

Sebagaimana hasil penelitian yang dijelaskan oleh bapak Drs. H, Abd

latif, M.Ag selaku kepala sekolah di madrasah aliyah Al- Baqiyatush

Shalihat Kuala Tungkal:

Kebijakan pemimpin yang diambil dalam rangka untuk memajukan

pendidikan formal di madrasah aliyah al-baqiyatush shalihat kuala tungkal

yaitu dengan meningkatkan standar pendidikan nasional diantaranya:

1. standar isi, yaitu Apakah kurikulum sudah sesuai dan relevan;

dan Bagaimana sekolah menyediakan apa yang dibutuhkan

dalam pengembangan pribadi pserta didik.

2. standar proses, yaitu Apakah silabus sudah sesuai dan relevan;

Apakah RPP direncanakan untuk mencapai pembelajaran

efektif; Apakah sumber belajar untuk pembelajaran dapat

diakses dan dipergunakan secara tepat; Apakah pembelajaran

menerapkan prinsip-prinsip PAKEM/CTL; Apakah sekolah

memenuhi kebutuhan sarana peserta didik; dan Bagaimana cara

sekolah mempromosikan dan mempertahankan etos pencapaian

prestasi.

3. Standar sarana dan prasarana, yaiyu Apakah sarana sekolah

sudah memadai; dan Apakah sekolah dalam kondisi terpelihara

baik.

4. Standar penilaian pendidikan, yaitu Sistem apakah yang sudah

tersedia untuk memberikan penilaian bagi peserta didik, baik

dalam bidang akademik maupun non akademik; Bagaimana

penilaian berdampak pada proses belajar; dan Apakah orang

tua peserta didik terlibat dalam proses belajar anak mereka.

5. standar kompetensi lulusan, yaitu Apakah peserta didik dapat

mencapai prestasi akademik yang diharapkan; dan Apakah

peserta didik dapat mengembangkan potensi secara penuh

sebagai anggota masyarakat.

6. Standar pengelolaan, yaitu Apakah kinerja pengelolaan

berdasarkan kerja tim dan kemitraan yang kuat, dengan visi dan

misi yang jelas dan diketahui oleh semua pihak; Apakah ada

tujuan dan rencana untuk perbaikan yang memadai; Dampak

rencana pengembangan sekolah terhadap peningkatan hasil

belajar; Bagaimanakah cara pengumpulan dan penggunaan data

yang handal dan valid; Bagaimana cara mendukung dan

memberikan kesempatan pengembangan profesi bagai para

pendidik dan tenaga kependidikan; dan Bagaimana cara

masyarakat sekitar mengambil bagian dalam kehidupan

sekolah.

7. standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu Apakah

pemenuhan jumlah guru dan pegawai lain sudah memenuhi.

8. standar pembiayaan, yaitu Bagaimana sekolah mengelola

keuangan; Upaya apakah yang telah dilaksanakan oleh sekolah

untuk mendapatkan tambahan dukungan pembiayaan lainnya;

dan Bagaimana cara sekolah menjamin kesetaraan akses.

Selain meningkatka strandar pendidikan juga berusaha untuk

mengembangkan potensi eskul yang dimiliki siswa, memastikan apakah

bakat siswa sudah tersalurkan dengan tepat, Memiliki Waka/ Admin/ TU

yang profesional, Memperbaiki kualitas kegiatan belajar mengajar, dan

menjalin hubungan baik dengan siswa maupun wali siswa. Selain

mengambil kebijakan Kepala sekolah juga memiliki visi dan misi untuk

kemajuan pendidikan formal di madrasah aliyah al-baqiyatush shalihat

kuala tungkal yaitu:

a. VISI

Beriman dan Bertaqwa kepada Allah, Berakhlakul Karimah, terampil

dalam Ilmu Agama dan Umum serta Berwawasan Keagamaan dan

Kebangsaan .

b. MISI

1. Menumbuhkan Penghayatan dan Pengalaman terhadap Agama

Islam,

2. Menanamkan Kearifan dalam bertindak dan Sopan dalam

Berbicara,

3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan , Keterampilan, dalam bidang

Keagamaan dan Pengetahuan Umum,

4. Melaksanakan pembelajaran dan Bimbingan secara Optimal sesuai

dengan Potensi yang dimiliki.

Dalam rangka untuk memajukan pendidikan tidak terlepas dari

yang namanya supervisi, begitu juga dengan madrasah aliyah al-

baqiyatush shalihat kuala tungka. Kepala sekolah juga

mengsuvervisi tenaga Pendidik di Madarasah Aliyah Abshah

dengan 2 cara yaitu:

Supervisi kepada Guru dan Supervisi kepada Staf TU

Untuk melakukan supervisi biasanya

1. Dengan observasi guru yang sedang mengajar dengan mencocokkan

silabus, RPP Guru dan sebagainya, setelah itu bisa memanggil secara

individu Guru-guru yang di pantau , untuk diberikan bimbingan,

arahan, motivasi dan sebagainya.

2. Pada acara pertemuan guru-guru dengan Kepala Madrasah yang mana

Kepala Madrasah akan memberikan arahan, bimbingan motivasi dan

sebagainya.(Wawancara, 16 Maret 2020)

Dapat disimpulkan bahwa kebijakan kepala sekolah dalam rangka untuk

memajukan pendidikan formal di masa akan datang yaitu, dengan berusaha

meningkatkan standar pendidikan. yang mana standar pendidikan tersebut adalah:

1. Standar isi. Dimana apakah kurikulum yang MA Al-Baqiyatush

Shalihat aplikasikan sudah sesuai dan relevan, juga apakah guru MA

Al-Baqiyatush Shalihat sudah mampu melaksanakan kurikulum yang

telah di tentukan dan terlebih apakah siswanya mampu mengikuti

kurikulum tersebut.

2. Standar proses. Dimana standar proses ini yaitu apakah silabus yang

diberikan MA Al- Baqiyatush Shalihat sudah sesuai dan relevanuntuk

diaplikasikan dalam proses belajar dan mengajar, begitu juga apakah

RPP sudah terlaksana dengan efektif. Karena jika silabus dan RPP

sudah baik tentunya suatu pembelajran juga akan mendapatkan hasil

seperti yang diharapkan.

3. Standar sarana dan prasarana. Dimana dalam suatu aktivitas dalam

belajar dan mengajar tentunya tidak terlepas dengan yang namanya

sarana dan prasarana. Dan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan

harapan tentunya juga membutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai. Dan karena sarana dan prasarana sangat penting untuk

menunjang keberhasilan proses belajar dan mengajar maka MA Al

Baqiyatush Shalihat berusaha untuk mencukupi dari kekurangan

sarana dan prasarana tersebut seperti ruang belajar/gedung dan alat-alat

yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.

4. Standar penilaian pendidikan. apakah penilaian pendidikan yang

dilaksanakan oleh MA Al- Baqiyatush Shalihat dan guru-guru sudah

sesui dan adil dalam menilai siswa. Karena penilaian ini bisa

berdampak terhadap suatu proses pembelajaran dan juga siswa itu

sendidri.

5. Standar kompetensi kelulusan. Apakah peserta didik dapat mencapai

prestasi seperti yang diharapkan oleh MA Al Baqiyatush Shslihat, dan

apakah peserta didik sudah mampu mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya.

6. Standar pengelolaan. Apakah pengelolaan pendidikan yang ada di MA

Al-Baqiyatush Shalihat sudah efektif dan efesien. Dan standar ini jika

tidak sesuai maka bisa berdampak kepada standar yang lain.

7. Standar pendidik dan tenaga kependidikan. Apakah guru yang ada di

MA Al- Baqiyatus Shalihat sudah sesuai jumlah yang dibutuhkan dan

juga apakah sudah memenuhi / sesuai dengan yang diharapkan. Karena

guru adalah orang yang mampu membuat siswa berhasil dalam proses

belajar dan mengajar, dan keberhasilan siswa dalam proses belajar dan

mengajar itu tergantung bagaimana guru mampu mengaplikasikan dan

mentransfer ilmu kepada siswa tersebut.

8. Standar keuangan. Apakah MA Al-Baqiyatush Shalihat sudah mampu

mengelola keuangan. Karena keuangan adalah hal yang paling penting

dalam suatu lembaga pendidikan untuk mencapai sebuah tujuan. Dan

jika ada kesalahan dalam hal mengelola keuangan maka akan

berdampak kepada pendidikan tersebut.

Dan untuk memajukan sebuah lembaga pendidikan tentunya 8 standar

ini harus baik, begitu juga dengan MA Al-Baqiyatush Shalihat kuala

tungkal dalam memajukan pendidikan formal dimasa akan datang

maka kepala sekolah mengabil kebijakan yaitu dengan mengupayakan

untuk memperbaiki 8 standar ini. Dan jika 8 standar diatas sudah baik

tentunya sebuah lembaga pendidikan juga baik. (Wawancara, 16 Maret

2020)

Sebagaimana hasil penelitian yang dijelaskan oleh bapak

hanif,S.Sy selaku waka/guru di madrasah aliyah Al- Baqiyatush

Shalihat Kuala Tungkal:

Kebijakan dan langkah apa saja yang di ambil dalam membantu

pemimimpin dalam memajukan pendidikan formal di madrasah aliyah

Al- Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal yaitu dengan mengikuti induk

daripada pengadilan agama dan keputusan yang di buat oleh kepala

sekolah, dan juga kepala sekolah memiliki wakil-wakil baik dari waka

kurikulum, waka kesiswaan dan waka humas dll. Dengan adanya

mereka maka kebijakan yang telah diputuskan bersama bisa mudah

dilaksanakan. Dan biasanya antara ketua dan guru juga mengadakan

rapat untuk memutuskan segala sesuatu yang akan dilaksanakan atau

tujuan-tujuan yang akan di capai di masa akan datang. Kepala sekolah

juga mengadakan supervisi setiap setengah semester untuk melihat

sejauh mana guru berhasil dalam mendidik siswa-siswa. Dan jika

dalam mata pelajaran, siswa ada yang sedikit gagal tidak semua di

tumpukan kesalahan kepada guru karena bisa juga karena murid yang

jenuh belajar karena dari mulai pagi mereka belajar. Dan disitulah

kebijakan diambil bersama-sama untuk meningkatkan kualitas belajar

dan mengajar. ”(Wawancara, 16 Maret 2020)

Dalam wawancara dengan bapak Hanif, S. Sy dapat disimpulkan

bahwa dalam mengambil kebijakan untuk membantu meningkatkan

pendidikan formal yaitu:

1. Mengikuti induk daripada kebijakan yang dikeluarkan oleh

menteri agama dan juga kebijakan yang diambil kepala sekolah

yang sudah disetujui bersama.

2. Membantu kepala sekolah dalam hal mengevaluasi dan

supervisi, karena dengan adanya evalusi serta suvervisi bisa

mengetahui yang belum sesuai dan juga mampu memperbaiki

yang salah. (Wawancara, 16 Maret 2020)

Sebagaimana hasil penelitian yang dijelaskan oleh bapak ismanto,

S. Pd.I selaku tata usaha di madrasah aliyah Al- Baqiyatush Shalihat

Kuala Tungkal:

Setiap kebijakan yang akan diambil kepala sekolah biasanya guru-

guru dan staf pegawai diikutsertakan dalam pengambilan keputusan,

dan juga mereka di beri kesempatan untuk memberikan aspirasi dan

saran dalam rapat tersebut. ”(Wawancara, 16 Maret 2020)

Dalam wawancara dengan bapak Ismanto, S. Pd.I dapat

disimpulkan bahwa:

1.dalam mengambil kebijakan kepala sekolah biasanya melibatkan

guru dan staf pegawai untuk mengambil keputusan tersebut

2. dalam musyawarah tersebut guru dan staf juga diberi kebebasan

untuk memberi saran dan pendapat. (Wawancara, 16 Maret 2020)

2. Pelaksanaan implementasi mata pelajaran umum di madrasah

aliyah Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal

Suatu mata pelajaran akan mudah di pahami maupun di mengerti

tergantung bagaimana dalam penyampaian guru dan cara mereka

dalam menjelaskan mata pelajaran tersebut, dan terkadang ada

beberapa guru memiliki metode penyampaian dengan seni yang

mereka ciptakan sendiri.

Sebagaimana hasil penelitian yang dijelaskan oleh ibu Sabariah,S.

Pd.I selaku guru matematika madrasah aliyah al- baqiyatush shalihat

kuala tungkal:

“Dalam melaksanakan belajar mengajar biasanya setiap mata

pelajaran di jelaskan kepada siswa-siswa, begitu juga dengan mata

pelajaran matematika yang biasanya guru menjelaskan ke siswa bisa 2-

3 kali dalam penjelasan, dikarenakan ada siswa yang lambat dalam

menangkap mata pelajaran dan juga supaya mereka betul-etul

memahami apa yang di jelaskan guru. Dan khusus untuk kelas 12

biasanya mereka di beri kelas tambahan/Les untuk supaya mereka

mudah memahami dan mengisi ketika ujian UN dikemudian hari. Dan

setelah guru selesai menjelaskan biasanya mereka langsung diberi soal

untuk mengerjakan langsung dan mengetes pemahaman mereka, Dan

jika mereka belum selesai mengerjakan biasanya di berikan

tambahahan soal untuk di kerjakan di rumah. Untuk siswa yang lambat

menangkap pelajaran matematika biasanya mereka di beri soal yang

mirip dengan contoh yang di jelaskan guru di depan supaya mereka

mudah mengerjakannya, Dan juga bagi yang nilainya gagal mereka

diberikan kesempatan untuk remedial/ujian ulang. Dan untuk

memotivasi mereka supaya semangat mempelajari mata pelajaran

matematika biasanya guru menceritakan cerita yang berkaitan dengan

keuntungan mempelajari mata pelajaran matematika dan juga

menceritakan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari bannyak yang

menggunakan matematika walaupun tanpa kita sadari. ”(Wawancara,

15 Maret 2020)

Dalam wawancara dengan ibu Sabariyah, S.Pd.I selaku guru

matematika dapat disimpulkan yaitu:

1. Dalam melaksanakan belajar mengajar biasanya guru

menjelaskan terlebih dahulu bisa sampai 3 kali penjelasan

supaya siswa betul-betul memahami.

2. Khusus untuk siswa kelas 12 biasanya diberi kelas tambahan

dan juga les supaya dikemudian hari mampu menjawab soal di

UN

3. Setelah selesai penjelasan biasanya siswa langsung diberi soal

untuk dikerjakan langsung, karena menguji kepahaman mereka.

dan jika tidak selesai mereka diberi tambahan soal untuk

dikerjakan di rumah.

4. Bagi siswa yang lambat dalam menagkap mata pelajaran

matematika biasanya mereka diberi soal yang lebih mudah

yang mirip dengan contoh yang diberikan guru.

5. Dan bagi siswa yang gagal dalam nilai ulangan mereka

memberi kesempatan untuk ujian ulang/remedial.

6. Dan untuk memotivasi mereka yang jenuh dalam belajar

matematika biasanya guru memberikan cerita-cerita yang ada

hubungannya dengan mata pelajaran tersebut. dimana bahwa

dalam kehidupan sehari-haripun tidk terlepas dengan

matematika. (Wawancara, 15 Maret 2020)

Sebagaimana hasil penelitian yang di jelaskan oleh ibu Syifa

Fauziah, S. Pd selaku guru bahasa inggris madrasah aliyah Al-

Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal:

“Dalam melaksanakan belajar mengajar sama dengan mata

pelajaran umum yang lain yaitu dengan metode penjelasan terlebih

dahulu dan siswa-siswa mendengarkan apa yang di jelaskan oleh guru

tersebut. Dan setiap pertemuan siswa di suruh setor hapalan kosata

minimal 5 dan boleh lebih, dan kebanyakan mereka setor sesuai berapa

jumlah nominal yang di suruh guru walaupun ada beberapa yang setor

lebih dari nominal yang di tentukan oleh guru. Dan kosa kata yang di

berikan biasnya berbeda-beda setiap minggunya, terkadang angka-

angka, kata benda, kata sifat dan kata kerja. Dalam mengevaluasi

pemahaman siswa, guru memberikan ulangan baik dengan tertulis

maupun lisan. (Wawancara, 15 Maret 2020)

Dalam wawancara dengan ibu Syifa Fauziah, S. Pd selaku guru

bahasa inggris dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan belajar mengajar biasanya guru

menjelaskan dan murid mendengarkan.

2. Dalam setiap pertemuan siswa di suruh menyetor hapalan

kosakata minimal 5 dan boleh lebih.

3. Kosakata yang diberikan untuk dihapal biasanya berbeda-beda

setiap minggunya. Seperti kata benda Angka, sifat dan kata

kerja.

4. Dalam mengevaluasi pemahaman siswa biasanya guru

memberikan ulangan baik tertulis maupun lisan. (Wawancara,

15 Maret 2020)

3. Kendala/masalah peserta didik terhadap mata pelajaran umum di

madrasah aliyah Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal

Setiap kegiatan/program yang akan di laksanakan tentunya

memiliki kendala baik dari individu tersebut maupun kendala dari luar

individu. Dan begitu juga dalam kegiatan belajar maupun mengajar

tentunya juga memiliki kendala baik dari guru itu sendiri maupun dari

siswa yang akan di ajarkan.

Sebagaimana hasil penelitian yang dijelaskan oleh ibu Sabariah,S.

Pd.I selaku guru matematika madrasah aliyah al- baqiyatush shalihat

kuala tungkal:

Kebanyakan kendala dalam mempelajari mata pelajaran

matematika yaitu karena siswa-siswa menganggap bahwa matematika

itu sulit dan membosankan, dan juga siswa belum bisa membedakan

mana rumus yang harus di pahami dan rumus yang harus di hapal. Dan

kebanayak dari mereka terpaku ke pada buku, dimana ketika diberi

ulangan mereka bisa mengisi karena boleh melihat contoh yang ada di

buku panduan, dan berbeda ketika mereka diberikan ulangan dengan

tidak meliht buku mereka akan kesulitan dalam mengisi soal yang

diberikan guru tersebut. Dan bahkan kebanyakan dari mereka nilai

ulangan harian dan nilai ketika ujian berbeda. Dan biasanya guru

mengatasi kendala kebosan siswa dalam mempelajari matematika yaitu

dengan cara di hibur dengan cerita-cerita yang ada hubungannya

dengan banyaknya manfaat yang di peroleh jika mampu memahami

ilmu matematika baik dalam kehidupan sehari-ahari maupun

lainnya.(Wawancara, 15 Maret 2020)

Dalam wawancara dengan ibu Sabariyah, S.Pd.I selaku guru

matematika bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran juga ada

hambatan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Siswa sudah menganggap terlebih dulu bahwa mata pelajaran

matematika itu sulit.

2. Siswa terpaku hanya kepada buku sehingga mereka sulit

menjawab soal yang tanpa melihat buku panduan.

3. Mereka belum bisa membedakan mana rumus yang perlu

dipahami dan dihapal.(Wawancara, 15 Maret 2020)

Sebagaimana hasil penelitian yang di jelaskan ooleh ibu Syifa

Fauziah, S. Pd selaku guru bahasa inggris madrasah aliyah Al-

Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal:

Kendala dari siswa-siswa mempelajari bahasa inggris yaitu karena

mereka tidak tau arti kosa kata yang di pelajari tersebut, dan juga

karena tulisan dengan pengucapan berbeda. dengan kendala mereka

tidak mengetahui arti kosa kata dan sulit memahai antara tulisan dan

bacaan otomatis mereka lebih tidak memahami listening. Dan untuk

mengatasi kendala tersebut guru menyuruh mereka menghapal kosa

kata walaupun sedikit, dan juga menyetor ke kosa kata yang di susruh

menghapal kehadapan guru langsung, dengan begitu guru bisa

membenarkan langsung pengucapan bahasa inggris yang di setor. Dan

guru juga menguji speaking mereka dengan membaca materi yang ada

di buku panduan . (Wawancara, 15 Maret 2020)

Dalam wawancara dengan ibu Syifa Fauziah, S.Pd selaku guru

bahasa inggris bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran juga ada

hambatan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Siswa tidak tau arti kosakata yang dipelajari tersebut.

2. Siswa sulit memahami karena tulisan dengan pengucapan

berbeda.(Wawancara, 15 Maret 2020)

Sebagaimana hasil penelitian yang di jelaskan oleh Mispayani

siswa madrasah aliyah Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal:

Kendala mereka dalam mempelajari mata pelajaran umum baik

bahasa inggris maupun matematika yaitu, dimana jika mempelajarai

matematika mereka sulit mengingat rumus yang sudah di jelaskan oleh

guru matematika , dan kendala dalam mempelajari bahasa inggris yaitu

dimana mereka tidak tau arti kosakata yang ada di materi pelajran dan

juga mereka tidak faham grammer dan juga sulit dalam mengingat

bagian-bagian grammar yang di pakai. (Wawancara, 15 Maret 2020)

Dalam wawancara dengan Mispayani siswa madrasah aliyah Al-

Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kendala mereka dalam mempelajari mata pelajaran umum baik

bahasa inggris maupun matematika yaitu, dimana jika

mempelajarai matematika mereka sulit mengingat rumus yang

sudah di jelaskan oleh guru matematika , dan kendala dalam

mempelajari bahasa inggris yaitu dimana mereka tidak tau arti

kosakata yang ada di materi pelajran dan juga mereka tidak

faham grammer dan juga sulit dalam mengingat bagian-bagian

grammar yang di pakai. (Wawancara, 15 Maret 2020)

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kebijakan kepemimpinan pesantren

terhadap mata pelajaran umum di madrasah aliyah Al-Baqiyatush Shalihat

Kuala Tungkal, peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kebijakan kepala sekolah dalam rangka untuk memajukan pendidikan

formal di masa akan datang yaitu, dengan berusaha meningkatkan standar

pendidikan, yaitu:

a. Standar isi. apakah kurikulum sudah sesuai dan relevan, juga apakah

guru sudah mampu melaksanakan kurikulum yang di tentukan dan

terlebih siswanya.

b. Standar proses. Dimana standar proses ini yaitu apakah silabus yang

diberikan sudah sesuai dan relevan, begitu juga apakah RPP sudah

terlaksana dengan efektif. Karena jika silabus dan RPP sudah baik

tentunya suatu pembelajran juga akan mendapatkan hasil seperti yang

diharapkan.

c. Satandar sarana dan prasarana. Dimana dalam suatu aktivitas dalam

belajar dan mengajar tentunya tidak terlepas dengan yang namanya

sarana dan prasarana. Dan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan

harapan tentunya juga membutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai.

d. Standar penilaian pendidikan. apakah penilaian pendidikan yang

dilaksanakan berdampak pada proses belajar.

e. Standar kompetensi kelulusan. Apakah peserta didik dapat mencapai

prestasi seperti yang diharapkan, dan apakah peserta didik sudah

mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

f. Standar pengelolaan. Apakah pengelolaan sudah sesui dan baik

g. Standar pendidik dan tenaga kependidikan. Apakah guru sudah sesuai

jumlah yang dibutuhkan dan juga apakah sudah memenuhi / sesuai

dengan yang diharapkan.

h. Standar keuangan. Apakah sekolah sudah mampu mengelola

keuangan.

2. Meningkatkan standar pendidikan nasional, Selain meningkatka strandar

pendidikan juga berusaha untuk mengembangkan potensi eskul yang

dimiliki siswa, memastikan apakah bakat siswa sudah tersalurkan dengan

tepat, Memiliki Waka/ Admin/ TU yang profesional, Memperbaiki

kualitas kegiatan belajar mengajar, dan menjalin hubungan baik dengan

siswa maupun wali siswa

3. Kebijakan yang diambil waka dalam rangka membantu kepala sekolah

untuk meningkatkan pendidikan formal yaitu dengan mengikuti induk

dari kebijakan yang ditetapkan dan yang dikeluarkan oleh kementrian

agama dan keputusan yang di buat kepala sekolah dan sudah di sepakati

bersama, mengambil keputusan kebijakan di masa akan datang untuk

mencapai tujuan kepala sekolah akan memusyawarahkan terlebih dulu

bersama dengan guru-guru dan staf pegawai. Dan untuk membantu dalam

melaksanakan kebijakan yang di setujui bersama kepala sekolah dibantu

oleh waka-waka, baik dari kurikulum, kesiswaan, humas, dll. Kepala

sekolah mengevaluasi guru-guru untuk melihat sejauh mana mereka

mendidik siswa-siswa apakah sudah sesuai dengan RPP dan silabus

4. Dalam pelaksanaan belajar mengajar yang peneliti dapat dari hasil

wawancara di madrasah aliyah al-baqiyatush shalihat yaitu dengan cara

guru menjelaskan terlebih dahulu dan siswa mendengarkan, dan setelah

guru selesai. Dan jika mata pelajaran matematika guru menjelaskan

terlebih dahulu 2-3 kali baru setelah itu siswa diberikan latihan berupa soal

yang rumusnya sudah di jeaskan di depan. Masalah siswa-siswa dalam

mempelajarai matematikia yaitu mereka sudah menganggap terlebih

dahulu bahwa matematika itu sulit dan membosankan dan juga mereka

terpaku sama buku sehingga jika di beri ulangan mereka akan sulit dalam

mengerjakannya karena mereka lupa akan rumus-rumus matematika

tersebut. Dan kelemahannya dalam mempelajari mata pelajaran bahasa

inggris yaitu dimana mereka tidak mengerti arti dari kosa kata yang

mereka pelajarai dan juga mereka belum bisa mengingat grammer mana

yang harus di gunakan.

5. Solusi tenaga pendidik dalam mengatasi masalah yang ada pada siswa-

siswa dalam mata pelajaran matematika yaitu dengan cara guru

memberikan cerita-cerita yang ada hubungannya dengan mata pelajaran

matematika, seperti bahwa dalam kehidupan sehari-hari matematika

dibutuhkan.dan solusi untuk mata pelajaran bahasa inggris guru menyuruh

siswa-siswa menghapal kosaka dan menyetor setiap pertemuan.

B. Saran

Beberapa saran dan rekomendasi yang adapat penulis sampaikan

berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam usaha memajukan pendidikan formal kepala sekolah sebaiknya

jangan hanya terpaku dalam kebijakan yang di keluarkan oleh kementrian

agama saja, tetapi kepala sekolah juga harus punya pandangan kedepan

untuk mengambil kebijakan-kebijakan apa saja yang harus di ambil dalam

rangka memajukan pendidikan formal.

2. Dalam pelaksanaan belajar mengajar guru sebaiknya mengidentifikasi

terhadap siswa-siswanya. Di mana kekuatan dan kelemahan siwa dalam

mengikuti mata pelajaran yang mereka beri, setelah di identifikasi baru

mencari solusi bagaimana cara/metode yang cocok diberikan kepada

siswa dalam rangka belajar dan mengajar. Karena dalam satu lokal

tentunya tidak semua siswa cepat dalam menangkap mata pelajaran yang

mereka berikan dan juga tidak semua siswa menyukai mata pelajaran

yang mereka berikan.

3. Dalam mengatasi masalah seharusnya guru juga tidak hanya terpaku pada

masalah yang ada dalam diri siswa, tetapi guru sebaiknya juga mencari

solusi dan metode apa yang cocok dipakai untuk mengajar siswa-siswa

tersebut.

4. Kepada peneliti yang akan datang

Peneliti yang akan datang diharapkan jika penelitian mengenai

pendididkan formal, supaya dikaji secara mendalam lebih lanjut berbagai

macam metode penelitian yang lain agar diperoleh penemuan-penemuan

baru sehingga dimanfaatkan oleh pihak lembaga pendidikan demi

terlaksananya pendidikan yang berkualitas.

69

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur‟an

Afifuddin, 2015, dasar-dasar manajemen, Bandung: Alfabeta

Ahmadi dan uhbiyati nur, 1997, manajemen pengelolaan pendidikan, Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Bafadhol Ibrahim, 2017, lembaga pendidikan di indonesia, vol. 06, Nomor 11

Djam‟an, dkk. 2017. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Hadis

Haryanto Sugeng, 2012, Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpinan Kiai

di Pondok Pesantren: Kementrian Agama RI.

Hendyat Sutopo dan Westy Soemanto, 1984, Kepemimpinan Dan Supervisi

Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara.

Jogloabang, 2019, undang-undang pondok pesantren 21 Oktober 2019, 23: 57,

http://www. Jogloabang. Com.

Kusmintardjo dkk, 2016. Kepemimpinan kepala sekolah, vol. 01, Nomor 8

Mulyasa, 2017, penegembangan dan implementasi kurikulum 2013, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Purwanto Ngalim, 2007, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung:

Rosda Karya.

Satrio Jati Galih, 2017, peran kepemimpinan pesantren dalam meningkatkan mutu

pendidikan, Surakarta. Skripsi

Siagian Sondang, 2007, fungsi-fungsi manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.

Siswanto, 2005, pengantar manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara.

70

Sugeng Haryanto, 2012, Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpinan Kiai

di Pondok Pesantren: Kementrian Agama RI.

Sugiyono, 2013, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono, 2017, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi , 2013, metode penelitian tindakan kelas implementasi dan

pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharni Elvi, 2016, kebijakan kepemimpinan kepala sekolah terhadap

peningkatan kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian guru.

Palang karaya. Tesis

Syafaruddin, dkk. 2015, peningkatan kontribusi manajemen pendidikan dalam

pengembangan sumber daya manusia berkualitas untuk membangun

masyarakat ekonomi ASEAN, Medan: Perdana Publishing.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan, 2017, manajemen pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Turmudi, 2008, pendidikan islam setelah seabad kebangkitan nasional dalam

jurnal masyarakat indonesia majalah ilmu-ilmu sosial indonesia, jilid

XXXIV No. 2.

Wahid Abdurrahman, 2001, Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren,

Yogyakarta: LKIS.

69

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

Judul: Kebijakan Kepemimpinan Pesantren Terhadap Mata Pelajaran Umum Di

Madrasah Aliyah Al-Baqiyatus Shalihat Kuala Tungkal

A. PEDOMAN OBSERVASI

Metode ini penulis gunakan untuk melihat secara langsung lokasi

penelitian serta mencatat hal-al yang berkenaan dengan judul penulis.

Adapun alasan penulis memilih m,etode observasi karena penulis ingin

mengetahui terlebih dahulu lokasi dan halyang berkaitan dengan masalah

penelitian.

B. PEDOMAN WAWANCARA

1. Pedoman Wawancara Untuk Kepala Sekolah

a. Apa rencana bapak untuk memajukan pendidikan formal di al

baqiyatus shalihat?

b. Kebijakan apa yang akan bapak ambil untuk meningkatkan nilai

mata pelajaran umum di al baqiyatus shalihat?

c. Apa visi dan misi bapak untuk pendidikan fotrmal kedepannya?

d. Apakah jumlah tenaga pendidik sudah memadai denangan peserta

didik di sekolah ini?

e. Bagaimana cara bapak mengevaluasi tenaga pendidik di sekolah

ini?

f. Apakah ada hambatan dalam mengsuvervisi tenaga pendidik dan

siswa?

2. Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah

a. Kebijakan apa yang akan bapak ambil untuk membantu kepala

sekolah dalam meningkatkan nilai mata pelajaran umum di al

baqiyatus shalihat?

b. Apa problem dan solusi dalam menghadapi pembelajaran

pendidikan formal di al baqiyatus shalihat?

c. Bagaimana harapan bapak kedepannya?

3. Pedoman Wawancara Guru

a. Bagaimana pelaksanaan dalam belajara mengajar di al al baqiyatus

shalihat?

b. Metode apa yang di gunakan guru dalam mengajar di al baqiyatus

shalihat?

c. Apakah semua siswa semangat dalam mengikuti pelajaran formal

di al baqiyatus shalihat?

d. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan belajar mengajar di al baqiyatuss shalihat?

e. Bagaimana solusi dalam mengghadapi hambatan tersebut?

69

4. Pedoman Wawancara Staf Tu

a. Kurikulum apa yang di gunakan dalam proses belajar mengajar di

al baqiyatus shalihat?

b. Apakah kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan kurikulum

yang ada?

c. Apakah guru sudah menerapkan kurikulum yang sudah di tetapkan

oleh sekolah dalam proses pembelajaran?

d. Apakah dalam pengambilan keputusan staf pegawa juga diikut

sertakan dalam pengambilan keputusan tersebut?

5. Pedoman Wawancara Siswa

a. Apakah sarana dan prasarana yang telah di sediakan mendukung

dalam kegiatan belajar?

b. Apakah kamu semangat dalam mengikuti pelajaran formal?

c. Bagaimana pelaksanaan belajar dan mengajar di al baqiyatus

shalihat?

d. Apa kendala dan hambatan yang di hadapi dalam belajar

pendidikan formal?

C. PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Sejarah berdirinya

2. Letak geografis

3. Visi dan misi

4. Struktur organisasi

5. Keadaan guru, pegawai/staf

6. Keadaan siswa

7. Keadaan sarana dan prasarana

8. Keadaan program kegiatan

9. Foto-foto kondisi sekolah

10. Dan lain sebagainya

DOKUMENTASI

Wawancara dengan bapak Ahmad Hanif, S. Sy

Wawancara dengan bapak Ismanto, S. Ps. I

Wawancara dengan ibu Sabariah, S.Pd. I

Wawancara dengan ibu Syifa Fauziah, S. Pd. I

Wawancara dengan siswi absah

Foto aula samping kantor MA Absah dari gerbang

DAFTAR RESPONDEN

No Nama Jabatan Keterangan

1 Drs, H. Abd Latif, M. Ag Kepala Sekolah Observasi,

Dokumentasi

DAFTAR INFORMAN

No Nama Jabatan Keterangan

1 Ahmad Hanif, S. Sy Guru Wawancara

2 Ismanto, S.Pd. I TU Wawancara,

Dokumentasi

3 Sabariyah, S. Pd. I Guru Wawancara

4 Syifa Fauziah, S.Pd Guru Wawancar

5 Mispayani Siswi Wawancara

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(CURRICULUM VITAE)

Nama : Jamilatul Fitriyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat tgl lahir : Senyerang, 27 April 1997

Alamat : Senyerang

Alamat Email : [email protected]

No Kontak : 082175856577

Pengalaman-pengalaman pendidikan formal

1. SD tahun tamat : SDN 42 Kecamatan Kab. Tanjung Jabung Barat

Senyerang, Tahun 2009

2. MTS tahun tamat : MTS Al-baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Kab.

Tanjung Jabung Barat, Tahun 2012

3. MA tahun tamat : MAS Ali Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal.

Tahun 2015

Motto Hidup : Percaya Boleh Tetapi Harus Berhati-Hati