MAKALAH PERSALINAN PATOLOGI ATONIA UTERI

53
MAKALAH PERSALINAN PATOLOGI ATONIA UTERI Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Persalinan Patologi Disusun oleh : Kelompok 4 1. Yuni Wiwid Resti Roliyah (120166) 2. Elani Wibowo (120173) 3. Theresia Rambu Leki (120194) 4. Eka Ria Novita (120200) 5. Dyah Laela Nuraeni (120204) 6. Rizky Amalia Widayanti (120211) 7. Izza Mufida (120224) 8. Dewa Ayu Putu A.S.P (120234) 9. Pramisti Tiara Maulidina (120248) 10. Indah Widi Astutik (120257) Kelas IV C i

Transcript of MAKALAH PERSALINAN PATOLOGI ATONIA UTERI

MAKALAH PERSALINAN PATOLOGI

ATONIA UTERI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Persalinan

Patologi

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Yuni Wiwid Resti Roliyah (120166)

2. Elani Wibowo (120173)

3. Theresia Rambu Leki (120194)

4. Eka Ria Novita (120200)

5. Dyah Laela Nuraeni (120204)

6. Rizky Amalia Widayanti (120211)

7. Izza Mufida (120224)

8. Dewa Ayu Putu A.S.P (120234)

9. Pramisti Tiara Maulidina (120248)

10. Indah Widi Astutik (120257)

Kelas IV C

i

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia yang

luar biasa sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Persalinan Patologi yang berjudul “Atonia Uteri”.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada

pembimbing kami Ibu Istri Bartini, S.SiT, MPH yang

telah membimbing kami serta kepada teman-teman yang

telah memberikan dukungan dan masukan kepada kami

sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik.

Tidak lupa ucapan terimakasih kami berikan kepada

orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kepada kami putri-putrinya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Tentu banyak kekurangan yang masih luput dari

pencermatan kami, semata-mata kekurangmampuan kami

dalam hal bahasa ataupun penguasaan materi. Kritik,

masukan, dan saran yang membangun sangat diharapkan

oleh kami demi perbaikan makalah ini.

ii

Yogyakarta, 10 Maret

2014

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................... i

KATA PENGANTAR..................................... ii

DAFTAR ISI.........................................

iii

BAB I: PENDAHULUAN................................. 4

Latar Belakang................................. 4

Tujuan......................................... 4

BAB II: TINJAUAN TEORI............................. 5

Pengertian..................................... 5

Etiologi....................................... 6

Gambaran Klinis................................ 7

Manifestasi Klinis............................. 8

Pencegahan Atonia Uteri........................ 8

Manajemen Atonia Uteri......................... 10

BAB III: TINJAUAN KASUS............................ 15

BAB IV: PEMBAHASAN................................. 32

BAB V: PENUTUP..................................... 34

Kesimpulan..................................... 34

Saran.......................................... 34

DAFTAR PUSTAKA..................................... 35

iv

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak

perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan

alasan paling sering untuk melakukan histerektomi

peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme

utama untuk mengontrol perdarahan setelah

melahirkan.

Perdarahan pospartum secara fisiologis

dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium

yang mengelilingi pembuluh darah yang

memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia

uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium

tersebut tidak berkontraksi.

Atonia uteri dapat disebabkan oleh

overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia,

polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang

terlalu muda atau terlalu tua. Multipara dengan

jarak keahiran pendek.Partus lama / partus

terlantar.Malnutrisi, Dapat juga karena salah

penanganan dalam usaha melahirkan plasenta,

sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.

B.  Tujuan

6

Untuk mengetahui dan memahami tentang

perdarahan post partum akibat atonia uteri, baik

dari pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan

dan penanganannya.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah

uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah

lahir) (Depkes Jakarta, 2002).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus /

kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak

mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat

implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta

lahir (Prawiroharjo, 2011).

7

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut

otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan

memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan

post partum yang paling penting dan biasa terjadi

segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah

persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan

perdarahan hebat dan dapat mengarah pada

terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010).

8

a bGambar 1: a. Kontraksi uterus normal b: Atoniauteri

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana

myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini

terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat

melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali

(Apri, 2009).

Atonia uteri merupakan penyebab utama

terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada

atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan

baik setelah persalinan.

B. Etiologi

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan

atonia uteri antara lain: overdistention uterus

9

Gambar 2: a: Uterus tidak berkontraksi b: uterus berkontraksi

Uterus berkontraksi, miometrium menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot yang keluar dari bekas implantasi

seperti gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau

paritas tinggi, umur terlalu muda atau terlalu

tua, multipara dengan jarak kelahiran pendek,

partus lama atau partus terlantar, malnutrisi,

dapat juga karena salah penanganan dalam usaha

melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum

terlepas dari uterus (Ai Yeyeh, Lia, 2010).

Grandemultipara: uterus yang terlalu regang

(hidramnion, hamil ganda, anak besar berat badan

lebih dari 4000 gr, kelainan uterus (miom uteri,

bekas operasi), plasenta previa dan solusio

plasenta (perdarahan antepartum), partus lama,

partus presipitatus, hipertensi dalam kehamilan,

infeksi uterus, anemia berat, penggunaan oksitosin

yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus),

riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya

atau riwayatmanual plasenta, pimpinan kala III

yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong

uterus sebelum plasenta terlepas, IUFD yang sudah

lama, penyakit hati, emboli air ketuban, tindakan

operatif dengan anastesi umum terlalu dalam (Ai

Yeyeh, Lia, 2010). Pasien yang mengalami atonia

uteri bisa mengalami syok. Terdapat tanda-tanda

syok meliputi nadi cepat dan lemah (110 kali/

menit atau lebih),  tekanan darah sangat rendah:

tekanan sistolik < 90 mmHg,   pucat,  keriangat/

10

kulit terasa dingin dan lembab, pernafasan cepat

frekuensi30 kali/ menit atau lebih,   gelisah,

binggung atau kehilangan kesadaran, urine yang

sedikit ( < 30 cc/ jam).

C. Gambaran Klinis

Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-

menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur

menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat

dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah

pucat dan dingin, dan napasnya menjadi sesak,

terengah-engah, berkeringat dan akhirnya coma

serta meninggal dunia. Situasi yang berbahaya

adalah kalau denyut nadi dan tekanan darah hanya

memperlihatkan sedikit perubahan untuk beberapa

saat karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler.

Kemudian fungsi kompensasi ini tidak bisa

dipertahankan lagi, denyut nadi meningkat dengan

cepat, tekanan darah tiba-tiba turun, dan pasien

dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah

dalam jumlah yang cukup banyak sekalipun dari luar

hanya terlihat sedikit. Bahaya perdarahan post

partum ada dua, pertama : anemia yang berakibat

perdarahan tersebut memperlemah keadaan pasien,

menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor

predisposisi terjadinya infekol nifas. Kedua: Jika

11

kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat

akhir tentu saja kematian (Human labor and birth,

1996).

Tanda dan gejala atonia uteri sendiri

menurut Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll

(2009), di antaranya:

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak

merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi

ini adalah darah keluar disertai gumpalan

disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi

sebagai anti pembeku darah.

2. Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas

atonia dan yang membedakan atonia dengan

penyebab perdarahan yang lainnya.

3. Fundus uteri naik    

4. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:

a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau

lebih)

b. tekanan darah sangat rendah : tekanan

sistolik < 90 mmHg

c. pucat

d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap

e. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit

atau lebih

12

f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran

g. urine yang sedikit (< 30 cc/

jam)                       

D. Manifestasi Klinis

Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala

yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan:

uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan

segera setelah anak lahir.

E. Pencegahan Atonia Uteri

Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah

dengan:

- Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III

pada semua wanita yang bersalin karena hal ini

dapat menurunkan insiden perdarahan pasca

persalinan akibat atonia uteri.

- Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 –

600 µg) segera setelah bayi lahir

(Prawiroharjo, 2011).

Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat

mengurangi risiko perdarahan post partum lebih

dari 40 %, dan juga dapat mengurangi kebetulan

obat tersebut sebagai terapi. Memejemen aktif kala

III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam

13

persalinan, anemia, dan kebutuhan tranfusi darah

(Ai Yeyeh, Lia, 2010).

Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan

atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak

menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi

tetani seperti ergometrin. Pembrian oksitosin

paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri.

Pada menejemen kala III harus dilakukan pemberian

oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu

pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20

unit per liter IV drip 100-500 cc/jam (Ai Yeyeh,

Lia, 2010).

Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin,

saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk

mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum dini.

Karbetosin merupakan obat obat long-action dan

onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40

menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.

Penelitian di Canada membandingkan antara

pemberian oksitosin bolus IV dengan oksitosin drip

pada pasien yang dilakukan operasi sesar.

Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding

oksitosin (Ai Yeyeh, Lia, 2010).

- Pemberian ASI awal

Bayi sangat siap segera setelah kelahiran.

Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan

14

ASI. Menyusui juga membantu uterus

berkontraksi. Pemberian ASI awal dengan cara

Inisiasi Menyusu Dini. Langkah Inisiasi menyusu

Dini (IMD)

1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan

kulit ibunya segera lahir selama sedikit

satu jam. Dianjurkan agae tetap melakukan

kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama

kelahirannya w/alaupun bayi telah berhasil

menghisap putting susu ibu dalam waktu

kurang dari 1 jam.

2. Bayi harus menggunakan naluri alamiyahnya

untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan

ibu dapat mengenali bayinya siap untuk

menyusu serta memberi bantuan jika

diperlukan.

3. Menunda semua prosedur lainnya harus

dilakukan kepada bayi baru lahir hingga

menyusu selesai dilakukan, proseedur

tersebut seperti : menimbang, pemberian

antibiotika salep mata, vitamin K1 dan lain-

lain.

 Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah

dimulai sendini mungkin dan secara ekslusif

(Asuhan Persalinan Normal, 2008).

15

F. Manajemen Atonia Uteri

Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), menejemen

atonia uteri meliputi :

1. Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak,

maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan

oksigenasi dan pemberian cairan cepat,

monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah

urin, monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan

golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan

untuk persiapan tranfusi darah.

2. Masase dan kompresi bimanual

Masase dan kompresi bimanual akan

menstimulasi kontraksi uterus yang akan

menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri

segera lahirnya plasenta (max 15 detik), jika

uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika

uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus

berlangsung, periksa apakah perineum/vagina dan

serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk

segera.

3. Jika uterus tidak berkontraksi

Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban

dari vagina dan lubang servik, pastikan bahwa

kandung kemih telah kosong, lakukan kompresi

bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika

16

uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2

menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan

pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak

berkontraksi maka anjurkan keluarga untuk

memulai melakukan kompresi bimanual eksterna,

keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan

ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika

hipertensi), pasang infus menggunakan jarum

ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20

oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat

mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi,

pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika

uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.

4. Pemberian uterotonika

Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang

diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.obat

ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya

meningkat seiring dengan meningkatnya umur

kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada

dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan

meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi

menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan

secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif

diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU

perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan

oksitosin 10 IU intramiometrikal 9IMM). Efek

17

samping pemberian oksitosin sangat sedikit

ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping

lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.

5. Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis

kandungan)

Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm

dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk

melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang

besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri

dan vena uterina, masuk ke miometrium ke luar

bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa

uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya

vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang

asenden arteri miometrium, untuk itu penting

untuk menyertakan 2-3 cm miometriom. Jahitan

kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak

efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen

bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria,

ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa

uterina bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa

uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian

besar cabang arteri uterina pada segmen bawah

rahim dan cabang arteri uterina menuju ke

servik, jika perdarahan masih terus berlangsung

perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi

vasa ovarian.

18

6. Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis

kandungan)

Histerektomi peripartum merupakan tindakan

yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan

post partum masif yang membutuhkan tindakan

operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000

kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada

persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

7. Kompresi bimanual (boleh dilakukan oleh bidan

yang sudah berpengalaman)

Menurut Ai Yeyeh, Lia (2010) kompresi uterus

bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam

waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat baik

mengontrol bahaya sementara dan sering

menghentikan perdarahan secara sempurna. Bila

uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak

berhenti setelah kompresi bimanual, maka

histerektomi merupakan tindakan terakhir.

Peralatan yang digunakan meliputi sarung

tangan steril dan keadaan sangat gawat lakukan

dengan tangan telanjang dengan tangan yang telah

dicuci. Tekniknya yaitu basuh genetalia eksterna

dengan lakukan desinfektan dalam kedaruratan

tidak diperlukan. Eksplorasi dengan tangan kiri

sisipkan tinju dalam vornik anterior vagina,

tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen

19

diatas fundus uteri dan menangkap dari belakang

atas, tamgan dalam menekan uterus keatas

terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan

uterus tetapi juga meregangkan pembuluh aferen

sehingga menyempitkan lumennya.

Alasan dilakukan KBI adalah atonia uteri

seringkali bisa diatasi dengan KBI. Jika KBI

tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan

tindakan-tindakan lain seperti :

a. Berikan 0,2 ergometrin secara IM atau

misoprostrol 600-1000 mcg dan jangan berikan

ergometrin pada ibu dengan hipertensi karena

ergometrin bisa menaikkan tekanan darah.

b. Gunakan jarum dengan ukuran besar (16 atau

18). Pasang infus dan berikan 500 cc larutan

RL yang mengandung 20 IU oksitosin.

c. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan

ulangi KBI.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-

2 menit seger rujuk ibu karena ini bukan

atonia uteri sederhana. Ibu memebutuhkan

tindakan gawat darurat difasilitas kesehatan

rujukan mampu melakukan operasi dan transfusi

darah.

20

e. Teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga

ibu tiba di tempat rujukan.

f. Infus 500 ml perjam pertama dihabiskan dalam

waktu 10 menit dan berikan tambahan 500 ml per

jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga

jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L

dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc /

jam.

g. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan

cairan 500 ml (botol ke 2) cairan infus dengan

tetesan sedang dan ditambah dengan cairan

secara oral untuk rehidarasi.

Berikut merupakan cara kompresi bimanual

eksterna (hanya boleh dilakukan oleh bidan yang

sudah berpengalaman) menurut Ai Yeyeh dan Lia

(2010) seperti :

a. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan

dinding depan korpus uteri dan diatas simpisis

pubis.

b. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan

dinding belakang korpus uteri. Usahakan untuk

mencakup atau memegang bagian uterus seluas

mungkin.

c. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling

mendekatkan tangan depan dan belakang agar

pembuluh darah dalam anyaman miometrium dapat

21

dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit

pembuluh darah uterus dan membantu uterus

untuk berkontraksi.

22

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGI

NY A G5P4A0 UK 9 BULAN DENGAN ATONIA UTERI

No Register : 1236

Tanggal Masuk : 20 Juli 2013 Pukul 19.00 WIB

I. Pengkajian

Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.05 WIB

A. Data Subyektif

1. Identitas Istri

Suami

Nama : Ny. A Tn. A

Umur : 35 thn 36 thn

Agama : Islam Islam

Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia

Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMP SMA

Pekerjaan : IRT Buruh

Alamat : Pleret Bantul

2. Anamnesa

23

a. Keluhan utama

Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan

nyeri pada punggung menjalar pada bagian

perut bagian bawah sejak pukul 15.00 WIB

hari ini, serta mengeluarkan lendir

bercampur darah.

b. Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama,

sah. Lama menikah sudah 11 tahun.

c. Riwayat menstruasi

Menarche umur 15 tahun, siklus teratur,

lama 6-7 hari, keluhan tidak ada. Ganti

pembalut 4 kali/hari.

HPHT : 17-10-2012 HPL : 24-07-2013

d. Riwayat obstetric

No Thn Jenis

Persali

nan

Penolo

ng

Tempa

t

H/

M

J

K

BB

lahi

r

Kompli

kasi

Ke

t

1. 200

3

Spontan Bidan BPS H L 2900

gr

Tidak

ada

-

2. 200

7

Spontan Bidan BPS H P 3300

gr

Tidak

ada

-

3. 200

9

Spontan Bidan BPS H P 3100

gr

Tidak

ada

-

4. 201

0

Spontan Bidan BPS H L 2800

gr

Tidak

ada

-

24

5. Ham

il

inie. Riwayat KB

Ibu mengatakan sejak lahir anak pertama

menggunakan alat kontrasepsi pil.

f. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit menurun seperti DM, Asma,

hipertensi, dan penyakit menular seperti

hepatitis, IMS maupun TBC.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita

penyakit menurun seperti DM, Asma,

hipertensi, dan penyakit menular seperti

hepatitis, IMS maupun TBC.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun

suami tidak pernah menderita penyakit

menurun seperti DM, Asma, hipertensi, dan

penyakit menular seperti hepatitis, IMS

maupun TBC.

g. Pola kebutuhan sehari-hari

25

1) Nutrisi

Makan : 2 kali/hari

Jenis : nasi, sayur, lauk pauk dan

buah

Makan pantang : tidak ada

Alergi : tidak ada

Minum : 6 gelas/hari

Masalah/keluhan: tidak ada

2) Eliminasi

BAK : 3 kali, warna kekuningan, keluhan

: tidak ada

BAB : ibu mengatakan belum BAB, keluhan

: tidak ada

3) Istirahat

Siang : 1 jam

Malam : 6 jam

4) Aktivitas

Ibu merasa lemah sehingga untuk melakukan

aktivitas sehari-hari masih perlu

dibantu.

5) Personal hygiene

Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti

pakaian 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali

sehari dan keramas 2-3 kali/minggu.

6) Riwayat psikososial

26

- Ibu mengatakan sangat mengharapkan anak

yang dilahirkan dalam keadaan sehat.

- Ibu mengatakan walaupun ini kehamilan

yang ke lima ibu dan keluarga sangat

bahagia.

- Ibu mengatakan tetap rajin beribadah.

- Ibu mengatakan di rumah tinggal bersama

suami dan ke-empat anaknya.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

KU: baik

Kesadaran: composmentis

Vital sign : TD : 110/70 mmHg S : 36oC N:

83x/mnt R: 23x/mnt

BB: Sebelum hamil : 55 kg

Sesudah hamil : 65 kg

LILA : 23,5 cm

Tinggi Badan : 162 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : bersih, tidak ada ketombe

Wajah : simetris, tidak ada oedem

Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik,

konjungtiva merah tidak anemis

Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih

Gigi dan mulut: tidak ada kelainan pada mulut,

tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih

27

Telinga: simetris, keadaan bersih, tidak ada

serumen

Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran limfe,

kelenjar tiroid dan vena jogularis

Dada : simetris, pergerakan nafas teratur

tidak ada benjolan abnormal

Payudara : simetris, puting susu menonjol,

areola hiperpigmentasi, kolostrum keluar hanya

sedikit

Abdomen: tidak ada bekas operasi, tidak ada

strie gravidarum, pembesaran perut sesuai

ukuran kehamilan

Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak

oedem, tidak ada varises

Genetalia : tidak ada oedem dan varises pada

vulva vagina

Punggung : tulang belakang sedikit lordosis

Rectum : tidak ada hemoroid

Palpasi: Leopold 1 : TFU : 30 cm

Fundus teraba bulat, lunak yang

berarti bokong

Leopold 2: pada perut ibu sebelah kanan

teraba keras panjang berarti

puka, sebelah kiri teraba

bagian kecil-kecil berarti

ekstremitas

28

Leopold 3: pada perut ibu bagian bawah

teraba keras bulat melenting,

kesimpulan kepala

Leopold 4: kedua ujung tangan pemeriksa

tidak menyatu bagian terendah

janin berarti divergen.

TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram

DJJ : 142 kali/menit, HIS : 3x/10’ 30’’

sedang

Pemeriksaan dalam : v/u normal, dinding vagina

licin, porsio tebal lunak, pembukaan 3

cm, selaput ketuban utuh, presentasi

kepala, tidak ada molase dan bagian

menumbung, STLD +

3. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada

II. INTEPRETASI DATA

A. Diagnosa kebidanan

Ny A G5P4A0 dalam persalinan kala 1 fase laten

Data Dasar :

DS : Ibu mengatakan HPHT nya tanggal 17-10-2012

Ibu mengatakan HPL nya tanggal 24-7-2013

Ibu mengatakan hamil ke lima, usia

kehamilan 9 bulan

29

Ibu mengatakan perutnya mulas, nyeri pada

pinggang menjalar ke perut bagian bawah

DO :

KU : baik

Kesadaran : composmentis

Vital sign : TD : 110/70 mmHg S : 36oC N:

83x/mnt

R: 23x/mnt

BB : Sebelum hamil : 55 kg

Sesudah hamil : 65 kg

LILA : 23,5 cm

Tinggi Badan : 162 cm

Palpasi : Leopold 1 : TFU : 30 cm

Fundus teraba bulat, lunak

yang berarti bokong

Leopold 2 : pada perut ibu sebelah

kanan teraba keras panjang

berarti puka, sebelah kiri

teraba bagian kecil-kecil

berarti ekstremitas

Leopold 3 : pada perut ibu bagian

bawah teraba keras bulat

melenting, kesimpulan kepala

Leopold 4 : kedua ujung tangan

pemeriksa tidak menyatu

30

bagian terendah janin berarti

divergen.

TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram

DJJ : 142 kali / menit, HIS : 3x / 10’ 30’’

sedang

Pemeriksaan dalam : v/u tenang, dinding

vagina licin, porsio tebal lunak,

pembukaan 3 cm, selaput ketuban

utuh, presentasi kepala, tidak ada

molase dan bagian menumbung, STLD +

B. Masalah

Tidak ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

IV. ANTISIPASI MASALAH

Tidak ada

V. PERENCANAAN

Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.10 WIB

1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini.

2. Observasi keadaan ibu.

3. Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri

31

4. Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik

dan psikologis, ibu serta persiapan bidan dan

penolong

5. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-

bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap

pakai pada setiap persalinan dan kelahiran

bayi.

6. Periksa semua peralatan sebelum dan sesudah

asuhan.

7. Anjurkan ibu untuk mendapat asupan makanan dan

minum selama persalinan dan proses kelahiran

bayi.

8. Anjurkan ibu untuk elaksasi seperti duduk

santai, menarik napas atau mendengarkan music.

9. Ajarkan pada ibu untuk cara mengejan yang

efektif.

10. Beri dukungan ibu dukungan psikologis

11. Siapkan oksigen

12. Pemberian cairan infus RL dengan 20

tetes/menit

13. Dokumentasikan

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.20 WIB

1. Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini baik.

32

TD : 110/70 mmHg S : 36oC N: 83x/mnt R:

23x/mnt. Pemeriksaan dalam : v/u tenang,

dinding vagina licin, porsio tebal lunak,

pembukaan 3 cm, selaput ketuban utuh,

presentasi kepala, tidak ada molase dan bagian

menumbung, STLD +

2. Mengobservasi keadaan ibu kala I dengan

partograf.

3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri.

4. Menyiapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan

fisik dan psikologis, ibu serta persiapan bidan

dan penolong

5. Memastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-

bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap

pakai pada setiap persalinan dan kelahiran

bayi. Menyiapkan ruangan yang hangat dan bersih

dan memiliki sirkulasi udara yang baik.

6. Memeriksa semua peralatan sebelum dan sesudah

asuhan.

7. Menganjurkan ibu untuk mendapat asupan makanan

dan minum selama persalinan dan proses

kelahiran bayi.

8. Menganjurkan ibu untuk relaksasi seperti duduk

santai, menarik napas atau mendengarkan music.

9. Mengajarkan pada ibu untuk cara mengejan yang

efektif yaitu ibu meneran mengikuti dorongan

33

alamiah selama kontraksi. Memberitahu ibu untuk

tidak menahan nafas saat meneran. Gunakan waktu

disela kontraksi untuk beristirahat, minta ibu

untuk tidak memgakat bokong saat meneran.

10. Memberikan dukungan ibu dukungan psikologis

bahwa ibu bisa melewati persalinan dengan

lancer, dan damping ibu saat bersalin.

11. Menyiapkan oksigen untuk mencegah bayi

asfiksia ketika lahir.

12. Memberikan cairan infus RL dengan 20

tetes/menit.

13. Mendokumentasikan tindakan.

VII. EVALUASI

Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.25 WIB

1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini.

2. Telah di lakukan observasi keadaan ibu.

3. Telah dianjurkan ibu untuk tidur miring kiri

4. Telah disiapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan

fisik dan psikologis, ibu serta persiapan bidan

dan penolong

5. Telah dipastikan kelengkapan jenis dan jumlah

bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan

siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran

bayi.

34

6. Telah diperiksa semua peralatan sebelum dan

sesudah asuhan.

7. Telah dianjurkan kepada ibu untuk mendapat

asupan makanan dan minum selama persalinan dan

proses kelahiran bayi.

8. Telah dianjurkan kepada ibu untuk elaksasi

seperti duduk santai, menarik napas atau

mendengarkan music.

9. Telah diajarkan pada ibu untuk cara mengejan

yang efektif dan iu mengerti cara mengejan yang

efektif.

10. Telah diberi dukungan psikologis kepada ibu

11. Telah disiapkan oksigen dan sudah terpasang

12. Telah terpasang cairan infus RL dengan 20

tetes/menit

13. Telah didokumentasikan semua tindakan.

Pengawasan kala I

Tg

lWkt

Pemb

-

serv

ik

Kondisi ibu Kondisi

janin

TD N R S

Obt

yg

dibe

rika

n

His DJJ

Penur

unan

kepal

a

Ketub

an/

penyu

supan

20 19. 3cm 110/ 8 2 36 2x setiap 134 4/5 +/0

35

/0

7/

13

00 70 3 0 10 menit

lama 20

detik19.

30

110/

70

8

3

2

0

36 3x setiap

10 menit

lama 20

detik

135 - -

20.

00

120/

70

8

0

2

0

36 3x setiap

10 menit

lama 45

detik

134 - -

20.

30

110/

70

8

8

2

4

36 150

cc

3x setiap

10 menit

lama 45

detik

134 - -

21.

00

110/

70

9

0

2

5

36

,3

3x setiap

10 menit

lama 45

detik

135 - -

21.

30

110/

70

9

2

2

5

36

,5

3x setiap

10 menit

lama 45

detik

134 - -

22.

00

120/

70

9

2

2

7

36

,8

3x setiap

10 menit

lama 45

135 - -

36

detik22.

30

120/

70

9

2

2

7

36

,8

80

cc

4x setiap

10 menit

lama 45

detik

134 - -

23.

00

6cm 110/

70

9

0

2

5

36

,8

4x setiap

10 menit

lama 40

detik

134 4/5 +/0

KALA II (Tgl: 21 Juli 2013 Jam: 01.45

WIB)

S:

1. Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasa seperti

BAB

2. Ibu mengatakan rasa sakit semakin berkurang

O:

1. Keadaan umum : baik

2. His ada dengan frekuensi 4x/10 menit lamanya 40

detik

3. DJJ: frekuensi 138x/menit, kuat dan teratur

4. Pada pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam

didapatkan

a. Vulva dan anus membuka dan perineum

menonjol

37

b. Portio tidak teraba

c. Pembukaan 10 cm

d. Air ketuban (+)

e. Presentasi kepala

f. Penurunan kepala di hodge IV

A:

1. Diagnosa

NY. A G5P4A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup,

intrauterine, inpartu kala 2.

Dasar :

a. Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasa ingin

BAB

b. His ada dengan frekuensi 3x/10 menit lamanya 40

detik.

c. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 10cm,

ketuban sudah pecah, penurunan kepala di hodge

IV.

2. Masalah

Ibu cemas menghadapi persalinan

Dasar :

a. Ibu mengatakan cemas dan gelisah dalam

menghadapi persalinan meskipun ini sudah

merupakan persalinan keenam bagi ibu.

b. Ibu memasuki kala 2 persalinan dengan his yang

sudah mulai dirasakan ibu.

3. Kebutuhan

38

a. Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin

b. Pemenuhan dan nutrisi cairan tubuh.

c. Atur posisi yang nyaman, cara dan kapan ibu

mengejan

d. Berikan rangsangan taktil pada puting susu agar

memperkuat kontraksi. Jika belum berhasil

berilah injeksi oksitosin 1M

e. Menolong persalinan dan pemberian asuhan

P:

1. Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu

2. Observasi DJJ

3. Atur posisi ibu

4. Berikan rangsangan taktil pada payudara dan injeksi

oksitosin bila kontraksi belum membaik .

5. Bimbing ibu untuk meneran saat ada his dan

diselingi nafas panjang , meneran seperti ingin BAB

6. Pastikan kandung kemih ibu dalam keadaan kosong

7. Anjurkan ibu untuk makan minum disaat tidak ada

his

8. Lahirkan bayi dengan menolong kelahiran kepala,

memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi,

melahirkan bahu dan anggota badan seluruhnya.

9. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.30 dengan

jenis kelamin laki-laki, BB : 3200 gram, PB : 44cm,

lubang anus ada, bayi lahir normal.

39

10. Setelah bayi lahir segera

keringkan, potong dan ikat tali pusat , bungkus

bayi dengan kain kering dan bersih.

11. Periksa abdomen ibu untuk

memastikan tidak ada janin berikutnya.

KALA III (Tgl: 21 Juli 2013 Jam: 02.30

WIB)

S:

1. Ibu mengatakan merasa lega dan senang atas kelahiran

bayinya.

2. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya

3. Ibu mengeluh badan terasa lemas

O:

1. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.30, jenis

kelamin laki-laki, BB=3200gr, PB= 49cm, lubang anus

ada, tidak ada kelainan.

2. Plasenta belum lahir plasenta

a. Bentuk uterus berubah jadi bulat/globuler

b. Uterus naik

c. Tali pusat memanjang

d. Ada pengeluaran darah , baik semburan/mengalir

e. Perdarahan 150cc

f. Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.

g. Keadaan kandung kemih kosong

40

A:

1. Diagnosa

Ny. A P5A0 partus spontan pervaginam kala III

Dasar:

a. Bayi lahir pukul 02.30 WIB

b. Plasenta belum lahir

c. Pada palpasi : kontraksi uterus baik, TFU 1 jari

diatas pusat.

d. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta

2. Masalah

Mules pada perut bagian bawah

Dasar : mules pada perut bagian bawah karena

plasenta belum lahir

3. Kebutuhan

a. Management aktif kala III

b. Lahirkan plasenta

c. Pemenuhan kebutuhan cairan

P:

1. Periksa abdomen ibu untuk memastikan tidak ada janin

berikutnnya

2. Lakukan management aktif kala III

a. Berikan oksitosin 10 IU secara IM

b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali

c. Letakkan tangan diatas simpisis dan lakukan PTT

saat ada his dan posisi tangan dorso kranial

41

3. Lahirkan plasenta, periksa kelengkapan plasenta,

kotiledon dan selaput ketuban, plasenta lahir pukul

02.35 WIB

a. Kotiledon dan selaput utuh

b. Panjang tali pusat 45cm

c. Lebar plasenta 14cm

d. Insersio plasenta sentralis

4. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan kala III

5. Lakukan masase fundus setelah plasenta lahir selam

15 detik

6. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan keadaan

umum ibu

7. Periksa apakah ada robekan jalan lahir dan ada

perdarahan atau tidak.

Setelah dilakukan pemeriksaan tidak terdapat robekan

jalan lahir dan ternyata ada perdarahan.

KALA IV (Tgl: 21 Juli 2013 Jam: 02.35

WIB)

S:

1. Ibu mengatakan senang dan bahagia atas kelahiran

anaknya.

2. Ibu mengatakan banyak darah yang keluar setelah

anaknya lahir

42

3. Ibu mengeluh badan terasa lemas dan berkeringat

dingin

O:

1. KU : lemah

2. Kesadaran : composmentis

3. Tanda –tanda vital :

a. TD : 90 / 60 mmHg

b. R : 35x / menit

c. N : 128x / menit

d. S : 35,2 0C

4. Plasenta lahir spontan dan lengkap pukul 02.35 WIB

5. Melakukan pemeriksaan jalan lahir, tidak terdapat

robekan tetapi terjadi perdarahan, uterus teraba

lembek, setelah 15 detik plasenta lahir uterus tidak

berkontraksi.

6. Perdarahan 500cc

7. Keadaan kandung kemih kosong

8. Tidak terdapat luka jalan lahir

A:

1. Diagnosa

NY. A P5A0 partus spontan pervaginam kala IV dengan

atonia uteri.

Dasar :

a. Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.30 WIB

b. Plasenta lahir lengkap pukul 02.35 WIB

c. Uterus terasa lembek, kontraksi uterus tidak baik

d. Perdarahan 500cc

2. Masalah

43

a. Gangguan rasa nyaman

Dasar :

Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri

pada perut bagian bawah.

Banyaknya darah yang keluar melalui jalan

lahir

b. Keterbatasan aktivitas

Dasar :

DS : badannya terasa lemas

DO: ibu tampak lemah

c. Perdarahan kala empat

Dasar :

Ibu mengeluh badannya terasa lemah dan keluar

keringat dingin

Ibu mengatakan darah banyak yang keluar dari

jalan lahir

Ada pengeluaran darah yang terus mengalir

dari uterus

Uterus teraba lembek, kontraksi uterus jelek

Perdarahan 500cc

3. Kebutuhan

a. Penghentian perdarahan dengan kompresi bimanual

internal (KBI), kalau stidak timbul kontraksi,

lakukan kompresi bimanual eksterna (KBE)

b. Berikan injeksi ergometrin

c. Penggantian cairan tubuh yang hilang

44

d. Pemenuhan nutrisi dan cairan tubuh

e. Pemantauan kala IV

P:

1. Lakukan masase fundus setelah plasenta lahir

(maksimal 15 detik).

2. Pasang infus RL 500 + 20 unit oksitosin dengan

menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan atur tetesan

secepat mungkin

3. Hentikan perdarahan dengan kompresi bimanual interna

(KBI) selama 3 menit.

a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau

steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara

menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke

dalam vagina

b. Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput atau

bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak

dapat berkontraksi secara penuh.

c. Letakkan kepala tangan pada forniks anterior,

tekan dinding anteriors, sementara telapak tangan

lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding

belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam .

d. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat.

Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung

pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan

juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

e. Evaluasi keberhasilan

45

1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan

berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2

menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan

dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara

merekat selama kala empat.

2) Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus

berlangsung. Periksa perineum, vagina dan

serviks apakah terjadi laserasi di bagian

tersebut. Segera lakukan penjahitan jika

ditemukan laserasi.

3) Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu

5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan

kompresi bimanual eksterna kemudian teruskan

dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia

uteri selanjutnya.

4) Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan

rujukan. Alasan: atonia uteri seringkali bisa

diatasi dengan KBI. Jika KBI tidak berhasil

dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan ini.

4. Apabila uterus berkontraksi teruskan KBI selama 3

menit. Dan bila uterus tidak berkontraksi anjurkan

keluarga untuk mulai melakukan KOMPRESI BIMANUAL

EKSTERNAL (KBE).

a. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan

uterus , tepat di atas simfisis pubis

46

b. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen

(dibelakang korpus uteri).

c. Letakkan gerakan saling merapatkan kedua tangan

untuk melakukan kompresi pembuluh darah dinding

uterus dengan cara menekan uterus diantara kedua

tangan tersebut, ini akan membantu uterus

berkontraksi dan menekan pembuluh darah uterus

5. Berikan injeksi metal ergometrin 0,2 mg secara IM

6. Lakukan resusitasi dengan oksigenasi

7. Awasi jumlah perdarahan kala IV

8. Awasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital ibu.

47

BAB IV

PEMBAHASAN

Atonia uteri merupakan kegagalan serabut-

serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi

dan memendek. Hal ini merupakan penyebab

perdarahan post partum yang paling penting dan

biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4

jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat

menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah

pada terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia,

2010).

Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala

yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan:

uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan

segera setelah anak lahir. Berdasarkan kasus di

atas yaitu Ny. A umur 35 th melahirkan melahirkan

anak kelimanya pada tanggal 21 Juli 2013 pukul

02.30. Kala I berlangsung selama 10 jam 45 menit,

Kala II 45 menit, dan Kala III 10 menit. Pada saat

48

pemantauan Kala IV uterus terasa lembek dan uterus

tidak berkontraksi dengan baik setelah 15 detik

plasenta lahir. Ibu merasa lemas dan keadaan

umumnya berubah menjadi lemah. Kandung kemih ibu

kosong dan tidak ada laserasi jalan lahir.

Perdarahan pada Kala IV sebanyak 500cc.

Pada kasus di atas, untuk penanganan atonia

uteri yaitu dengan dilakukan KBI dan juga KBE. KBI

dilakukan selama 3 menit. Jika uterus berkontraksi

dan perdarahan berkurang, KBI dilanjutkan selama 2

menit dan setelah 2 menit KBI dihentikan dengan

mengeluarkan tangan dari vagina ibu secara

perlahan-lahan. Jika kontraksi uterus tidak

membaik dalam waktu 5 menit, maka keluarga

diajarkan untuk melakukan KBE dan dilanjutkan

untuk persiapan rujukan. Sebelum dilakukan

rujukan, diberikan injeksi ergometrin 0,2 mg

secara IM dan memasang infus RL 500 ml + 20 IU

oksitosin dengan menggunakan jarum 16 atau 18

untuk mengganti cairan.

Berdasarkan teori, jika uterus tidak

berkontraksi maka bekuan darah atau selaput

ketuban di vagina dan lubang servik segera

dibersihkan, pastikan bahwa kandung kemih telah

kosong, dan lakukan kompresi bimanual internal

(KBI) selama 5 menit. Jika uterus berkontraksi,

49

teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan

perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan ketat.

Jika uterus tidak berkontraksi maka anjurkan

keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual

eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan

ergometrin 0,2 mg LM, pasang infus menggunakan

jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20

oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat

mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi,

pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika

uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera (Ai

Yeyeh, Lia, 2010).

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus /

kontraksi rahim yangmenyebabkan uterus tidak mampu

menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi

plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Atonia

uteri banyak disebabkan karena kehamilan gemeli,

polihidramnion, kelelahan saat persalinan, grande-

multipara, anak terlalu besar, dan ada riwayat

atona uteri pada persalinan yang sebelumnya.

Atonia uteri dapat dicegah dengan melakukan

manajemen aktif kala III pada semua ibu yang

bersalin. Sedangkan manajemen atonia uteri

51

dilakukan dengan masase dan kompresi bimanual yang

akan menstimulasi kontraksi uterus dan

menghentikan perdarahan.

B. Saran

Diharapkan bidan serta tenaga kesehatan

lainnya mampu meminimalkan faktor resiko dari

atonia uteri demi mempertahankan dan meningkatkan

status derajat kesehatan ibu dan anak. Selain itu,

mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan mampu

menguasai baik secara teori maupun skill untuk

dapat diterapkan kepada masyarakat secara

menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Benson Ralph C, Pernoll Martin L, 2009, Buku Saku Obstetri

dan Ginekologi, EGC, Jakarta

52

Manuaba .I.G.B, dkk, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC,

Jakarta

Marmi, dkk, 2014, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta

Prawiroharjo, 2011, Ilmu Kandungan, Bina Pustaka,

Jakarta

Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia, 2010, Asuhan Kebidanan IV

(Patologi Kebidanan), Trans Info Media, Jakarta

53