LAPSUS MIOMA UTERI

27
BAB I PENDAHULUAN Mioma adalah tumor jinak otot polos yang terdiri atas unsur-unsur otot [1] , berupa sel-sel otot polos serta jaringan pengikat fibroid dan kolagen [2] . Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai mioma submukosum, mioma intramural, dan mioma subserosum [3] .Usia reproduktif menjadi faktor resiko terjadinya mioma karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab mioma masih tinggi [4] . Pada usia reproduktif, terdapat peningkatan insidensi terjadinya mioma uteri seiring bertambahnya usia [5] . Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui pada umur 35-45 tahun, kurang lebih sebesar 25% [3] . Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas [6] . Tidak ada bukti bahwa hormonestrogen berperan sebagai penyebab mioma,namun diketahui estrogen berpengaruh dalampertumbuhan mioma.Mioma terdiri darireseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebihtinggi dibanding dari miometrium sekitarnyanamun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium [2] . Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu [3] .Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 - 50% pasien [2] dan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi [3] , serta jumlah mioma [2] .Gejala yang sering ditemui 1

Transcript of LAPSUS MIOMA UTERI

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma adalah tumor jinak otot polos yang terdiri atas

unsur-unsur otot[1], berupa sel-sel otot polos serta jaringan

pengikat fibroid dan kolagen[2]. Neoplasma jinak ini berasal

dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga

dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma,

ataupun fibroid. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati

sebagai mioma submukosum, mioma intramural, dan mioma

subserosum[3].Usia reproduktif menjadi faktor resiko terjadinya

mioma karena kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai

penyebab mioma masih tinggi[4]. Pada usia reproduktif, terdapat

peningkatan insidensi terjadinya mioma uteri seiring

bertambahnya usia[5]. Kejadian mioma uteri paling banyak

ditemui pada umur 35-45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3].

Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas[6].

Tidak ada bukti bahwa hormonestrogen berperan sebagai penyebab

mioma,namun diketahui estrogen berpengaruh dalampertumbuhan

mioma.Mioma terdiri darireseptor estrogen dengan konsentrasi

yang lebihtinggi dibanding dari miometrium sekitarnyanamun

konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium[2].

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara

kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak

mengganggu[3].Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi

pada 35 - 50% pasien[2] dan sangat tergantung pada tempat

sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,

subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang

terjadi[3], serta jumlah mioma[2].Gejala yang sering ditemui

1

antara lain adalah perdarahan abnormal, nyeri panggul, gejala

penekanan, dan disfungsi reproduksi[2].Pendekatan diagnosis

diawali dengan menanyakan keluhan berupa gejala-gejala yang

mengarah ke mioma uteri seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, yang kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan

fisik berupa adanya massa kenyal berbatas tegas pada daerah

suprapubis, dan dikonfirmasi lagi dengan menggunakan

pemeriksaan ultrasonografi yang menunjukkan adanya massa pada

uterus[2,3,6].

Penatalaksanaan mioma uteri bisa berupa pengobatan

farmakologik berupa hormon, ataupun tindakan operatif dengan

melakukan miomektomi ataupun histerektomi.Histerektomi

merupakan terapi kuratif terbaik[2].Pada miomektomi, perlu

diperhatikan kemungkinan terjadinya kekambuhan. Hasil

penelitian menunjukkan kekambuhan sebesar 2-3% per tahun

setelah dilakukan miomektomi[6].

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Mioma adalah tumor jinakotot polos yang terdiri atas

unsur-unsur otot[1], berupa sel-sel otot polos serta jaringan

pengikat fibroid dan kolagen[2].Neoplasma jinak ini berasal

dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga

dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma,

ataupun fibroid[3].

Sarang mioma di uterus yang berasal dari serviks uterus

hanya 1-3%, sisanya berasal dari korpus uterus.Menurut

letaknya, mioma dikenalsebagai[3]:

a) Mioma submukosum: miomaberada di bawah endometrium dan

menonjol ke dalam rongga uterus.

b) Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di

antara serabut miometrium.

c) Mioma subserosum: mioma tumbuh keluar dinding uterus

sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh

serosa.

Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,

kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myomgeburt).Mioma

subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum

latum menjadi mioma intraligamenter.Mioma subserosum dapat

pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum

atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus,

sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali

ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.Mioma pada

3

serviks dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga

ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.Apabila mioma

dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos

dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air

(whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari

jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang

mioma ini.Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus,

namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan

mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg[3].Dapat terjadi

perubahan sekunder pada mioma, beberapa diantaranya adalah

sebagai berikut:

Atrofi: sesudah menopause atau pun sesudah kehamilan mioma

uteri menjadi kecil[3].

Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama

pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur

aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau

hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu

kelompok serabut otot dari kelompok lainnya[7].

Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas,

di mana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk

ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,

dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan

limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi

yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau

suatu kehamilan[7].

Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi

pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam

sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang

4

mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada

foto Rontgen[3].

Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya

terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan

karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan

vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma

seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen

hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas

apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,

sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan

nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada

putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai[7].

Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan

degenerasi hialin[7].

2.2. Epidemiologi dan Faktor Resiko

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada

organ reproduksi wanita[2]. Mioma uteri belum pernah

(dilaporkan) terjadi sebeluin menars, dan jarang sekali mioma

ditemukan pada wanita berumur 20 tahun[3].Pada usia

reproduktif, terdapat peningkatan insidensi terjadinya mioma

uteri seiring bertambahnya usia[5].Usia reproduktif menjadi

faktor resiko terjadinya mioma karena kadar hormon ovarium

yang dicurigai sebagai penyebab mioma masih tinggi[4]. Novak

menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang

mioma.Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui pada umur 35-

45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3], dan sebesar 20-40%

ditemukan pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun [2].

5

Mioma asimptomatik ditemui pada 40-50% wanita berusia lebih

dari 35 tahun[8].Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan

waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan

tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat.Setelah menopause

banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat

tumbuh lebih lanjut. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-

11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat[3].

Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita

nulipara atau yang kurang subur[3]. Faktor keturunan juga

memegang peran. Selain itu, mioma uteri juga lebih sering

dijumpai pada wanita obese[8]. Perubahan sekunder pada mioma

uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.Hal ini

oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang

mioma.Mioma ditemukan lebih banyakpada wanita berkulit

hitamdaripada ras lainnya[3].

2.3. Etiologi dan Patogenesis

Penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas[6].

Mioma uteri berasal dari sel ototpolos miometrium, menurut

teori onkogenikmaka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi

2faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang

menginisiasi pertumbuhan miomauteri masih belum diketahui

dengan pasti[2]. Daripenelitian menggunakan glucose-6-

phosphatasedihydrogenase diketahui bahwa mioma berasaldari

jaringan yang uniseluler[6]. Transformasineoplastik dari

miometrium menjadi miomamelibatkan mutasi somatik dari

miometriumnormal dan interaksi kompleks dari hormon steroid

seks dan growth factor lokal. Mutasisomatik ini merupakan

6

peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor[2]. Menurut Meyer

asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang

matur[3].

Tidak ada bukti bahwa hormonestrogen berperan sebagai

penyebab mioma,namun diketahui estrogen berpengaruh

dalampertumbuhan mioma.Mioma terdiri darireseptor estrogen

dengan konsentrasi yang lebihtinggi dibanding dari miometrium

sekitarnyanamun konsentrasinya lebih rendah dibanding

endometrium[2].Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau

teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan

estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor

fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam

abdomen. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor

estrogen pada mioma lebih banyak ditemukan daripada miometrium

normal[3].Estrogen berperan dalampembesaran tumor dengan

meningkatkanproduksi matriks ekstraseluler[2].

Ada pernyataan yang menyatakan bahwa efek fibromatosa

yang ditimbulkan estrogen dapat dicegah dengan pemberian

preparat progesteron atau testosterone[3]. Di sisi lain ada

pernyataan lain yang menyatakan bahwa hormonprogesteron

memungkinkan pembesarantumor dengan cara down-regulation

apoptosisdari tumor. Progesterone meningkatkan aktifitas

mitotik dari mioma padawanita muda namun mekanisme dan faktor

pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secarapasti[2].

2.4. Gejala dan Tanda

7

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara

kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak

mengganggu[3].Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi

pada 35 - 50% pasien[2]. Gejala yang dikeluhkan sangat

tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks,

intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan

komplikasi yang terjadi[3], serta jumlah mioma[2]. Gejala

tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.

Perdarahan abnormal. Perdarahan uterus yang abnormal

merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan

paling penting (Fortner, Gibbs). Gejala ini terjadi pada 30%

pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin

akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak

teratur[2].Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah

hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia[3].

Patofisiologi perdarahan uterus yang abnormal yang

berhubungan dengan mioma uteri masih belum diketahui dengan

pasti. Beberapa penelitian menerangkan bahwa adanya

disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-

reseptor yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler

dan angiogenesis[9]. Perubahan-perubahan ini menyebabkan

kelainan vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler

didalam uterus[2].Beberapa faktor yang menjadi penyebab

perdarahan ini, antara lain adalah[2,3]:

- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia

endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.

- Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.

- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.

8

- Atrofi dan ulserasi endometrium di atas mioma submukosum.

- Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium.

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya

sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak

dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas[3]. Nyeri

dapat disebabkan oleh karena degenerasi akibat oklusi

vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun

akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma

subserosum[2,9].Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan

dilahirkan, pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis

servikalis dapat menyebabkan dismenore[3,9]. Tumor yang besar

dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik

yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri

yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas inferior[2].

Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari

besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih

akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan

retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter

dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi

dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di

panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri

panggul[2,3,9].

Disfungsi reproduksi.Hubungan antara mioma uteri sebagai

penyebab infertilitas masih belum jelas[10]. Dilaporkan

sebesar 27 - 40% wanita dengan mioma uteri mengalami

infertilitas. Mioma yang terletak didaerah kornu dapat

menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan

9

embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri

dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang

sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma didalam uterus.

Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat

menyebabkan disfungsi reproduksi[2,10]. Mioma submukosum juga

memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga

uterus[3]. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada

keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium

dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor[2]. Apabila

penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma

merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan

suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi[3,10].

2.5. Diagnosis

Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan

adanya benjolan pada perut bagian bawah[3]. Hampir kebanyakan

mioma uteri dapat didiagnosa melalui pemeriksaan bimanual

rutin maupun dari palpasi abdomen bila ukuran mioma yang

besar.Diagnosa semakin jelas bila pada pemeriksaan bimanual

diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan massa

maupun adanya pembesaran uterus[2].Pemeriksaan bimanual akan

mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di

garis tengah atau pun agak ke samping, seringkali teraba

berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai

yang berhubungan dengan uterus.Mioma intramural akan

menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan

pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadang-kala

dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis

10

servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum

uteri[3].

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan bila terdapat

tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma

subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan

harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural

harusdibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma,

karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri[3].

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdominal dan

transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis[3]

dengan menentukan lokasi, dimensi, dan konsistensi[6].Selain

itu, pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) juga dapat

membantu dalam mendeteksi adanya mioma uteri[2].

2.6. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2

metode, terapi medisinal (hormonal), dan terapi

pembedahan[2].Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan

bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu

pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu

masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.

Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 6-

12 bulan[11], dan setiap 3-6 bulan untuk kasus yang dinilai

lebih progresif[3]. Pertumbuhan mioma uteridapat terhenti atau

menjadi lisut setelah terjadi menopause. Apabila terdapat

suatu perubahan yang berbahaya, diharapkan dapat terdeteksi

dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera[3].

Terapi medisinal (hormonal).

11

Saat ini pemakaian gonadotropin-releasing hormoneagonis

(GnRHa) memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala

klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri[2]. Hal ini

didasarkan atas pemikiran mioma uterus terdiri atas sel-sel

otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang

mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi

sekresi gonadotropin[3] sehingga mengurangi ukuran mioma

dengan cara mengurangi produksi estrogen dari ovarium[2].

Dari suatu penelitian multisenter didapati data pada

pemberian GnRHa selama 6 bulan, pada pasien dengan mioma

uteri didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%.

Efek maksimal pemberian GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan.

Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume

mioma secara bermakna[2].

Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada

mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium

hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil.Akan

tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, mioma yang lisut

itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen olehkarena

mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam

konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma

uteri sering mengalami menopause yang terlambat[3].Pemberian

GnRHa sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi

vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan

pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral

dan preparat progesteron akan mengurangi gejala perdarahan

uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran

dari mioma[2].

12

Terapi pembedahan.

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap

mioma yang menimbulkan gejala.Menurut American College of

Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan American Society for

Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien

dengan mioma uteri adalah[2]:

1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi

konservatif.

2. Sangkaan adanya keganasan.

3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.

4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun

karena oklusi tuba.

5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.

6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.

7. Anemia akibat perdarahan.

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun

histerektomi.

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa

pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya

pada mioma submukoum padamyom geburt dengan cara ekstirpasi

lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat

mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai[3]. Miomektomi

sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan

fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan

histerektomi[2,11].Apabila miomektomi ini dikerjakan karena

keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi

kehamilan adalah 30-50%.Perlu disadari bahwa 25-35% dan

penderita tersebut akan masih memerlukan

13

histerektomi[3].Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan

untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi

dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan

laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi[2].

Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnva

merupakan tindakan terpilih[3,11]. Tindakan histerektomi pada

mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus.Tindakan

pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3

cara yaitu dengan pendekatan abdominal (laparotomi),

vaginal, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi[2].

Hiesterektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus

harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan

dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah

prosedur pembedahan. Histerektomi total umurnnya dilakukan

dengan alasan mencegah akan timbulnva karsinoma servisis

uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila

terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus

keseluruhannya[3].Tindakan histerektomi pada pasien dengan

mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan

menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus

urinarius dan kuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14

minggu[2].

Radioterapi. Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak

berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause.

Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan jika terdapat

kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini

kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi

14

hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada

uterus[3].

Terapi yang terbaik untuk mioma uteri adalah melakukan

histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi

laparoskopi memiliki kelebihan dimana resiko perdarahan yang

lebih minimal, masa penyembuhan yang lebih cepat dan angka

morbiditas yang lebih rendah dibanding prosedur histerektomi

abdominal[2].

2.7. Komplikasi

Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma

ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan

50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru

ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah

diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri

cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma

dalam menopause[3].

Torsi (putaran tangkai).Sarang mioma yang bertangkai

dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga

mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen

akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak

terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan di

mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum[3].

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang

diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya

terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa

metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-

gangguan yang disebabkan oleh infeksi dan uterus sendiri[3].

15

2.8. Prognosis

Histerektomi merupakan tindakan penatalaksanaan kuratif

pada mioma.Pada miomektomi, uterus dapat kembali ke bentuk dan

kontur awal.Yang perlu diperhatikan pada miomektomi adalah

terjadinya kekambuhan. Hasil penelitian menunjukkan kekambuhan

sebesar 2-3% per tahun setelah dilakukan miomektomi[6].

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya

menyebabkan infertilitas; risiko terjadinya abortus bertambah

karena distorsi rongga uterus; khususnya pada mioma

submukosum; letak janin; menghalangi kemajuan persalinan

karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun

atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan

karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium;

menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya; dan mengganggu

proses involusi dalam nifas.Memperhatikan hal-hal tersebut,

adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang

cermat secara ekspektatif.Kehamilan sendiri dapat menimbulkan

perubahan pada mioma uteri, antara lain[3]:

1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena

pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat[3].

2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun

masa nifas seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-

kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang

mioma. Anehnya pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang

menyebabkan banyak perdarahan[3].

16

3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga

mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen

akut[3].

2.9.

17

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. SA.

Umur : 45 tahun.

Agama : Islam.

Suku/Bangsa : Sasak/WNI.

Alamat : Labuapi, LOBAR.

Pendidikan : S1.

Pekerjaan : PNS.

Rekam Medik : 053933.

Tgl MRS : 5Januari 2015.

3.2. Anamnesis

a.Keluhan Utama:

Pasien datangdengan keluhan banyak keluar darah lewat

jalan lahir.

b.Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhankeluar darah dari jalan

lahir secara terus-menerus kurang lebih sejak satu bulan

yang lalu (Desember 2014). Darah yang keluar seperti

darah haid yang disertai rasa nyeri pada perut bagian

bawah. Pasien mengatakan bahwa ia dapat menghabiskan ± 5

pembalut setiap hari. Sebelum mengalami perdarahan yang

terus-menerus saat ini, pasien tidak pernah mengalami

masalah pada siklus menstruasinya.Pasien menyangkal

18

adanya rasa penuh pada perut bagian bawah, gangguan pada

salurankemih, ataupun adanya gangguan pada saluran cerna.

c.Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala seperti

ini sebelumnya, dan tidak memiliki riwayat hipertensi

(-), diabetes mellitus (-), asthma (-), maupun penyakit

berat lainnya.

d.Riwayat Penyakit Keluarga:

Pasien menyangkal adanya keluarga pasien yang pernah

mengalami gejala serupa. riwayat hipertensi (-), diabetes

mellitus (-), asthma (-), maupun penyakit berat lainnya

di keluarganya.

e.Riwayat Obstetri:

Pasien lupa kapan pertama kali haid. Siklus haid

selama ± 28-30 hari, lama haid ± 4-6 hari yang disertai

nyeri selama haid.Pasien mengaku bahwa haidnya memang

tidak teratur sejak ± 3 tahun yang terakhir. Pasien telah

menikah 1 kali dan sudah memiliki2 anak, dimana anak

termudanya berusia 12 tahun. Pasien belum pernah

menggunakan alat atau metode kontrasepsi apapun

sebelumnya.

3.3. Pemeriksaan Fisik

a.Status Generalis:

Keadaan Umum: Baik, pucat.

GCS : E4V5M6.

Tekanan Darah : 110/80 mmHg.

19

Nadi : 84 x/menit.

Pernafasan : 20 x/menit.

Suhu : 36,7 ºC.

Mata : Konjungtiva anemis(+/+), sclera

ikterik(-/-).

Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-).

Paru : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing

(-/-).

Abdomen : Supel, dalam batas normal.

Ekstremitas : Edema (-/-).

b.Status Ginekologi:

Palpasi: Fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba

massa kenyal pada bagian bawah perut,nyeri tekan (-).

Inspeksi: Perdarahanmerembes, tidak aktif.

Pemeriksaan Inspekulo: Porsio ukuran normal,

warnakemerahan, permukaan erosi (-), fluksus (+)

merembes, livide (-),Ø (-), fluor albus (-), dinding

vagina normal, massa (-),peradangan (-).

Pemeriksaan Dalam (VT): Dinding vagina normal, massa

(-); portio licin, kenyal, Ø (-), nyeri goyang (-);

corpus uteri antefleksi, bentuk dan konsistensi sesuai

umur kehamilan 13-14 minggu; parametrium kanan-kiri

tidak teraba massa, nyeri (-); adneksa &cavum douglas

nyeri (-), massa (-).

3.4. Pemeriksaan Penunjang

a.Pemeriksaan laboratorium tanggal 2/01/2015:

20

Hb : 11,3 g/dl

RBC: 4,46x 106/µL

Hct: 38,6 %

MCV: 83,6 fl

MCH: 24,4 pg

MCHC : 29,2 g/dl

WBC: 8.4x 103/µL

Plt:250.000/µL

HBsAg : (-)

SGOT : 22 mg/dl.

SGPT : 26 mg/dl.

b.Pemeriksaan USG:

Uterus membesar dengan gambaran miomatik, ukuran 10 x 9

cm.

Diagnosis: mioma uteri

3.5. Diagnosis

Mioma uteri.

3.6. Rencana Tindakan:

Observasi kesra dan tanda vital pasien.

Infus RL 20 tetes/menit.

Observasi perdarahan.

Cari tanggal untuk operasi elektif dijadwalkan pada

tanggal 6Januari 2015.

Operasi tanggal 6Januari 2015.

Diagnosis pre-operasi: mioma uteri.

21

Tindakan operasi: TAH – BSO (total abdominal histerektomi

dan bilateral saplingooferektomi).

Temuan intraoperatif:

- Ukuran uterus ~ usia kehamilan 16-18 minggu, tidak

dibelah.

22

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini terdapat seorang pasien wanita

berusia 45 tahun dengan diagnosis mioma uteri.Sampai saat ini

penyebab sebenarnya dari mioma uteri masih belum jelas[6].

Faktor predisposisi pada pasien ini adalahusia pasien, 45

tahun. Pada usia reproduktif, terdapat peningkatan insidensi

terjadinya mioma uteri seiring bertambahnya usia[5]. Usia

reproduktif menjadi faktor resiko terjadinya mioma karena

kadar hormon ovarium yang dicurigai sebagai penyebab mioma

masih tinggi[4]. Kejadian mioma uteri paling banyak ditemui

pada umur 35-45 tahun, kurang lebih sebesar 25%[3]. Pasien yang

multipara bukanlah faktor resiko munculnya mioma uteri pada

pasien, karena mioma uteri ini lebih sering didapati pada

wanita nulipara atau yang kurang subur[3].

Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang

timbul, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

ada[2]. Gejala-gejala yang ditemui pada pasien adalah gangguan

pada siklus menstruasinya yaitu menoragia dan dismenorea.

Namun tidak ditemui adanya gejala penenkanan pada pasien. Pada

pemeriksaan fisik juga sulit untuk menentukan posisi mioma

karena letak mioma yang sulit dipalpasi. Namun tidak

ditemukannya nyeri tekan pada bagian suprapubis mendukung ke

arah mioma uteri. Pada USG dapat dikonfirmasi dengan lebih

tepat bahwa terdapat massa miomatik berukuran 10 x 9 cm

sehingga diagnosis dapat ditegakkan. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa diagnosis pasien adalah mioma uteri.

23

Pentalaksanaan yang akan diberkan pada pasien adalah

terapi operatif berupa laparotomi untuk melakukan

histerektomi. Histerektomi dipilih karena usia pasien yang

sudah mendekati usia menopause dan untuk mencegah kenungkinan

timbulnya keganasan pada daerah di sekitar pelvis.

24

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan pada kasus ini adalah:

1. Sebagian besar data-data yang didapatkan melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjangpada pasien ini

mengarah pada diagnosismioma uteri.

2. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu total abdominal

histerektomi dengan bilateral salpingooferektomi.

Penatalaksanaan operatif ini dilakukan karena pembesaran

uterus akibat mioma intramural yang difus, usia pasien yang

sudah mendekati usia menopause, dan untuk mencegah

kenungkinan timbulnya keganasan pada daerah di sekitar

pelvis.

3. Pemeriksaan patologi anatomi dari sarang mioma yang diangkat

perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

keganasan.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland WAN. Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:

EGC; 2002.

2. Hadibroto BR. Mioma uteri. Majalah Kedokteran Nusantara.

2005 Sept; 38(3): 254-9.

3. Wiknjosastro H. Ilmu kandungan, ed 2. Jakarta: YBPSP; 2007.

4. Monga A. Gynaecology by ten teachers, 18thed. New York:

Edward Arnold: 2006.

5. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw

KD, Cunningham FG. Williams gynecology. New York:

McGraw-Hill; 2008.

6. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current

diagnosis &treatment:obstetrics &gynecology, 10thed.

New York: McGraw-Hill; 2007.

7. Hamilton-Fairley D. Lecture notes: obstetrics and

gynaecology, 2nd ed. Massachusetts: Blackwell

Publishing; 2004.

8. Berek JS. Berek & Novak’s gynecology, 14th ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

9. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Johns Hopkins

manual of gynecology and obstetrics, 3rd ed. Maryland:

Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

10. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s

obstetrics and gynecology, 10th ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins; 2008.

26

11. Norwitz ER, Arulkumaran S, Symonds IM, Fowlie A.

Oxford American handbook of obstetrics and gynecology,

1st ed. New York: Oxford University Press; 2007.

27