Responsi besar mioma uteri

23
RESPONSI BESAR DOKTER MUDA Oleh: I Made Satya W. 010810076 Denisa Nugrahita A. 010810081 Indira Oki S. 010810082 Bagus Budi S. 010810089 Feby Ellena P. 010810090 Ersa Bayung M. 010810091 Ika Maulidia N. 010810095 M. Azzam 010810097 Angga Maulidha M. 010810098 Fauziah Putri P. 010810102 Adhika Prastya W. 010810104 Tirandan Menoer P. 010810 Pembimbing : dr. , Sp.OG(K) BAG./ SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

Transcript of Responsi besar mioma uteri

RESPONSI BESAR

DOKTER MUDA

Oleh:

I Made Satya W. 010810076

Denisa Nugrahita A. 010810081

Indira Oki S. 010810082

Bagus Budi S. 010810089

Feby Ellena P. 010810090

Ersa Bayung M. 010810091

Ika Maulidia N. 010810095

M. Azzam 010810097

Angga Maulidha M. 010810098

Fauziah Putri P. 010810102

Adhika Prastya W. 010810104

Tirandan Menoer P. 010810

Pembimbing :

dr. , Sp.OG(K)

BAG./ SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD Dr. SOETOMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2013

1

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PENGERTIAN

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari

sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan

kolagen. Mioma uteri disebut juga dengan leimioma uteri atau

fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena jaringan

ikat dan otot rahimnya lebih dominan. Mioma uteri merupakan

neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh

wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berbeda-

beda sesuai dengan besar dan letak mioma. Tumor jinak yang

berasal dari sel otot polos dari myometrium disebut

leiomioma. Tetapi karena tumor ini berbatas tegas maka

disebut juga fibroid. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari

korpus uteri dan 5% berasal dari serviks.

1.2 KLASIFIKASI

Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3

bagian yaitu:

1. Mioma Uteri Subserosum

Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai

tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang

dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan

kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan

disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar

akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa.

Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten

2

peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.

Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga

mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas

dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai

mioma jenis parasitik.

2. Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya

multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus,

tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,

uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering

tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa

tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah

bawah.

3. Mioma Uteri Submukosum

Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium

dan tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan

terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila

tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan

masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma

submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan

perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan,

sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

1.3. PATOLOGI

Mioma uteri umumnya bersifat multiple, berlobus yang tidak

teratur maupun berbentuk sferis. Mioma uteri biasanya berbatas

jelas dengan miometrium sekitarnya, sehingga pada tindakan

enukleasi mioma dapat dilepaskan dengan mudah dari jaringan

3

miometrium disekitarnya. Pada pemeriksaan makroskopis dari

potongan transversal berwarna lebih pucat dibanding miometrium

disekelilingnya, halus, berbentuk lingkaran dan biasanya lebih

keras dibanding jaringan sekitar, dan terdapat pseudocapsule.

Mioma dapat tumbuh disetiap bagian dari dinding uterus. Mioma

intramural adalah mioma yang terdapat didalam dinding uterus.

Mioma submukosum merupakan mioma yang terdapat pada sisi dalam

dari kavum uteri dan terletak dibawah endometrium. Mioma

subserous adalah mioma yang terletak di permukaan serosa dari

uterus dan mungkin akan menonjol keluar dari miometrium. Mioma

subserous tidak jarang bertangkai dan menjadi mioma geburt.

Bila mioma subserous tumbuh ke arah lateral dan meluas

diantara 2 lapisan peritoneal dari ligamentum latum akan

menjadi mioma intraligamenter.

1.4. ETIOLOGI

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium,

menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi

menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor

yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih belum

diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-

phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari

jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari

miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari

miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid

seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan

peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.

4

Tidak didapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai

penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam

pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan

konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari myometrium

sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah disbanding

endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik

dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor

pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.

Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-

regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam

pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks

ekstraseluler

1.5. FAKTOR RESIKO

Dalam Enviromental Health Perspectives, terdapat beberapa

faktor yang berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya

mioma uteri, yaitu:

a. Umur

Risiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan

umur. Ini juga bertepatan dengan penelitian yang pernah

dijalankan di India (Departement of Obstetric and

Gynecology, Kasturba Medical College and Hospital) bahwa

kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok umur 40-49

tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51%.10

Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita di bawah umur 20

tahun dan belum pernah dilaporkan terjadi kasus sebelum

menarche, dan setelah menopause hanya 10% kejadian mioma

uteri yang masih dapat bertumbuh lebih lanjut. Mioma uteri

5

biasanya akan menunjukkan gejala klinis pada umur 40 tahun

keatas.

b. Ras dan Genetik

Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada ras Afrika-Amerika

(kulit hitam) jika dibandingkan dengan ras Kaukasia (kulit

putih). Wanita kulit hitam memiliki risiko lebih besar untuk

menderita mioma jika dibandingkan dengan wanita kulit putih.

Terlepas dari faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada

wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma

uteri.

c. Paritas

Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita nullipara

atau wanita yang kurang subur. Mioma uteri berkurang pada

wanita yang mempunyai anak lebih dari satu dibandingkan

dengan wanita yang belum pernah melahirkan (nullipara) hal

ini berkaitan juga dengan keadaan hormonal. Beberapa

penelitian menemukan hubungan saling berbalik antara paritas

dan munculnya mioma uteri. Hal ini disebabkan besarnya

jumlah reseptor estrogen yang berkurang di lapisan

miometrium setelah kehamilan.

d. Diet/makanan

Makanan memiliki hubungan dengan kejadian mioma uteri.

Makanan seperti daging setengah masak akan meningkatkan

risiko terhadap kejadian mioma uteri, selain itu terdapat

diet/ makanan yang dapat mengurangi resiko terhadap kejadian

6

mioma uteri, seperti sayuran hijau yang tinggi serat dan

buah-buahan.

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan

risiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk

setiap peningkatan indeks massa tubuh. Ini terjadi karena

obesitas menyebabkan peningkatan konversi androgen adrenal

kepada estrogen dan menurunkan hormon sex-binding globulin.

Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal

yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi

mioma uteri dan pertumbuhannya. Beberapa penelitian

menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan kejadian

mioma uteri. Wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT)

di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita

mioma uteri.4,20,21

f. Menarche Dini

Menarche dini (< 10 tahun) meningkatkan risiko kejadian

mioma uteri (1,24 kali) dan menarche terlambat dapat

menurunkan risiko kejadian mioma uteri11.

g. Status Haid

Mioma uteri paling sering terjadi pada wanita umur 35-45

tahun yang masih mengalami haid dan menurun pada masa

menopause, hal ini dikaitkan dengan produksi hormon estrogen

yang masih dihasilkan oleh tubuh. Mioma umumnya ditemukan

pada wanita usia reproduksi, dan belum pernah dilaporkan

7

terjadi sebelum menarche, pada masa menopause mioma akan

mengecil seiring dengan penurunan hormon estrogen dalam

tubuh. Namun pertumbuhan mioma uteri yang tetap membesar

pada saat menopause dicurigai terjadi keganasan sehingga

tindakan histerektomi perlu dilakukan.

1.6. GAMBARAN KLINIS DAN KELUHAN

Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 –

50% pasien. Gejala yang disebabkan oleh mioma uteri

tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah mioma. Gejala dan

tanda yang paling sering adalah :

1. Perdarahan uterus yang abnormal.

Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang

paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi

pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma

uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang

teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metrorrhagia

sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan

abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma

uteri dengan atau tanpa perdarahan abnormal, didapat data

bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna

menderita mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma

submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita

penderita mioma uteri yang asimptomatik. Patofisiologi

perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungan dengan

mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa

8

penelitian menerangkan bahwa adanya disregulasi dari

beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang

mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler dan

angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan

vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler didalam

uterus.

2. Nyeri panggul

Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan

oleh karena degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi,

torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi

miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Tumor yang

besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang

pelvik yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa

nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas

posterior.

3. Penekanan

Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan

terhadap organ sekitar. Penekanan mioma uteri dapat

menyebabkan gangguan berkemih, defekasi maupun dispareunia.

Tumor yang besar juga dapat menekan pembuluh darah vena pada

pelvik sehingga menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema

pada ekstremitas posterior.

4. Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas

masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27 – 40% wanita dengan

9

mioma uteri mengalami infertilitas. Mioma yang terletak

didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan

transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba

bilateral.

Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik

uterus yang sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma

didalam uterus.

Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat

menyebabkan disfungsi reproduksi.

Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan

mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi

atrofi karena kompresi massa tumor.

1.7. DIAGNOSIS

Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dengan:

a. Anamnesis

Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan

penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan

pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan

ada nyeri.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang

umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping,

seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat

mempunyai tangkai yang terhubung dengan uterus.

c. Pemeriksaan penunjang

1. Ultra Sonografi (USG) : mioma uteri yang besar paling

bagus didiagnosis dengan kombinasi trans-abdominal dan

10

trans-vaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma biasanya

adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi

kistik menunjukkan anechoic.

2. Magnetic Resonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG

tetapi mahal. MRI mampu menentukan ukuran, lokasi dan

bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak

penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium.

1.8. DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen

di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan

kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan

dengan inversion uteri; mioma intramural harus dibedakan

dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma

korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.

1.9. KOMPLIKASI

a. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-

0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua

sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada

pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan

akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan

apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

b. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul

gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan

11

demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi

perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini

hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat

banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma

dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

kerana gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi

pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa

metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan yang

disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

1.10. PENATALAKSANAAN

Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode

:

1. Terapi medisinal (hormonal)

Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormon (GnRH)

agonis memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala

klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri. Pemberian GnRH

agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan

mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari suatu

penelitian multisenter didapati data pada pemberian GnRH

agonis selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri

didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%. Efek

maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3

bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan

volume mioma secara bermakna.

Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan

akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan

memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal lainnya

12

seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan

mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun

tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.

2. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma

yang menimbulkan gejala. Menurut American College of

Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan American Society

for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada

pasien dengan mioma uteri adalah :

1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi

konservatif.

2. Sangkaan adanya keganasan.

3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.

4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun

karena oklusi tuba.

5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.

6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.

7. Anemia akibat perdarahan.

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun

histerektomi.

a. Miomektomi

Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin

mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin

dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa pilihan

tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan

lokasi dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan

dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi.

Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk

13

mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan

miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas

sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul

pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera.

Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi

perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor

fertilitas pada pasien. Disamping itu masa penyembuhan paska

operasi juga lebih lama, sekitar 4 – 6 minggu.

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma

submukosum yang terletak pada kavum uteri. Pada prosedur

pembedahan ini ahli beda memasukkan alat histeroskop melalui

serviks dan mengisi kavum uteri dengan cairan untuk

memperluas dinding uterus. Alat bedah dimasukkan melalui

lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma

submukosum yang terdapat pada kavum uteri. Keunggulan tehnik

ini adalah masa penyembuhan paska operasi (2 hari).

Komplikasi operasi yang serius jarang terjadi namun dapat

timbul perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan

elektrolit dan perdarahan.

Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan

laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar kavum uteri dapat

diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma subserosum

yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat

secara laparoskopi. Tindakan laparoskopi dilakukan dengan

ahli bedah memasukkan alat laparoskop kedalam abdomen

melalui insisi yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulan

laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi yang lebih

cepat antara 2 – 7 hari.

14

Resiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk

perlengketan, trauma terhadap organ sekitar seperti usus,

ovarium, rektum serta perdarahan. Sampai saat ini miomektomi

dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita

dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi

reproduksinya.

b. Histerektomi

Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan

dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal

(laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara

laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar

30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien

dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan

menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus

urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12 – 14

minggu.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu total abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal

abdominal histerektomi (STAH). Pemilihan jenis pembedahan

ini memerlukan keahlian seorang ahli bedah yang bertujuan

untuk kepentingan pasien. Masing-masing prosedur

histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Subtotal

abdominal histerektomi dilakukan untuk menghindari resiko

operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak,

trauma operasi pada ureter, kandung kemih, rektum. Namun

dengan melakukan STAH, kita meninggalkan serviks, dimana

kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi.

Dengan meninggalkan serviks, menurut penelitian Kilkku, 1983

15

didapat data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah

dibanding yang menjalani TAH, sehingga tetap mempertahankan

fungsi seksual.

Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina

dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan

paska operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien

yang menjalani STAH.

Histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan dari

vagina, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada

abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya

merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana

peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang

mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Oleh karena

pendekatan operasi tidak melalui dinding abdomen, maka pada

histerektomi vaginal tidak terlihat parut bekas operasi

sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik.

Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi

juga lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang

menjalani histerektomi vaginal lebih cepat dibanding yang

menjalani histerektomi abdominal. Dengan berkembangnya

tehnik dan alat-alat kedokteran, maka tindakan histerektomi

kini dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.

Prosedur operasi dengan laparoskopi dapat berupa miolisis.

Miolisis adalah prosedur operasi invasif yang minimal dengan

jalan menghantarkan sumber energi yang berasal dari laser

The neodynium:yttrium aluminium garnet (Nd:YAG) ke jaringan

mioma, dimana akan menyebabkan denaturasi protein sehingga

menimbulkan proses koagulasi dan nekrosis didalam jaringan

16

yang diterapi. Miolisis perlaparoskopi efektif untuk

mengurangi ukuran mioma dan menimbulkan devaskularisasi

mioma akan mengurangi gejala yang terjadi. Miolisis

merupakan alternatif terapi prosedur miomektomi.

Pengangkatan seluruh uterus dengan mioma juga dapat

dilakukan dengan laparoskopi. Salah satu tujuan melakukan

histerektomi laparoskopi adalah untuk mengalihkan prosedur

histerektomi abdominal kepada histerektomi vaginal atau

histerektomi laparoskopi secara keseluruhan. Ada beberapa

tehnik histerektomi laparoskopi. Pertama adalah histerektomi

vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically

assisted vaginal histerectomy/LAVH).

Pada prosedur ini tindakan laparoskopi dilakukan untuk

memisahkan adneksa dari dinding pelvik dan memotong

mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah.

Pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina.

Kedua, pada tahun 1991 Semm memperkenalkan tehnik classic

intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy

(CISH) tanpa colpotomy. Prosedur ini merupakan modifikasi

dari STAH, dimana lapisan dalam dari serviks dan uterus

direseksi menggunakan morselator. Dengan prosedur ini

diharapkan dapat mempertahankan integritas lantai pelvik dan

mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk mencegah

terjadinya prolapsus.

Keunggulan dari CISH adalah mengurangi resiko trauma pada

ureter dan kandung kemih, perdarahan yang lebih minimal,

waktu operasi yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih

minimal dan masa penyembuhan yang cepat.

17

Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa terapi yang terbaik

untuk mioma uteri adalah melakukan histerektomi. Dari

berbagai pendekatan, prosedur histerektomi laparoskopi

memiliki kelebihan dimana resiko perdarahan yang lebih

minimal, masa penyembuhan yang lebih cepat dan angka

morbiditas yang lebih rendah dibanding prosedur histerektomi

abdominal.

18

BAB II

CONTOH KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. K

Umur : 38 tahun

Alamat : Rungkut Joyo, surabaya

No. RM : 10.51.25.73

Status : Menikah

Pekerjaan : Buruh pabrik

Agama : Islam

Tanggal MRS : 19 Agustus 2013

Tanggal pemeriksaan : 19 Agustus 2013

I. ANAMNESIS

Keluhan utama

Nyeri haid

Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluh nyeri haid sejak 7 bulan yang lalu. Nyeri

dirasakan saat haid berlangsung. Nyeri dirasakan di perut

sebelah kiri. Bila nyeri muncul pasien minum obat dari dokter

yaitu Mefinal. Setelah meminum obat nyeri dirasa hilang lalu

timbul lagi. Pasien pernah melakukan USG fetomaternal pada

tanggal 3 Agustus 2013 dengan hasil mioma uteri subserous.

Tidak didapatkan keluhan BAB atau BAK.

Riwayat penyakit dahulu

19

Pasien mengaku pernah sakit kista ovarium dan dioperasi 8

tahun yang lalu.

Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat hipertensi

disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti pasien. Riwayat

sakit tumor/kanker, darah tinggi, kencing manis disangkal.

Riwayat haid

Menarche usia 15 tahun. Riwayat siklus haid 28-30 hari

teratur, lama haid 5 hari jumlah banyak dan encer. Selalu

disertai nyeri selama haid.

Riwayat obstetrik

Riwayat hamil 1 kali, melahirkan per abdominal di rumah

sakit, dengan anak hidup 1, usia anak sekarang 7,5 tahun.

Pasien menikah 1x selama 12 tahun.

Riwayat KB

.Pasien menggunakan KB suntik setelah melahirkan, namun

berhenti setelah 3 bulan.

II. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Tanggal 19 Agustus 2013

Status generalis

20

Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6

Vital sign : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi

84x/menit, RR 18 x/menit

Kepala/leher : anemis (-), ikterus (-), cyanosis (-),

dyspnea (-)

Thoraks : Cor: S1S2 tunggal

Pulmo: vesikuler (+/+) Wh : (-/-) Rh

: (-/-)

Abdomen : supel, BU + N, meteorismus -, nyeri

tekan -

Ekstremitas : Edema (-/-)

Status Ginekologi

V/V : fluksus (-), fluor (-)

Portio : tertutup, licin

Corpus uteri : Ante fleksi, membesar ~ 12/14 mg

Adneksa Perimetrium D/S : kesan myoma (-), massa (-), nyeri

(-)

Cavum Douglas : t.a.k

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG Feto Maternal Tanggal 19 Agustus 2013

Uterus antero flexi 7,35 x 5,06 cm

Didapatkan massa hiperekoik multipel

1. Φ 3,06 x 2,78 cm

2. Φ 2,53 x 2,24 cm

IV. ASSESMENT

21

Multiple Mioma uteri

V. PLANNING

PDx:

-

PMx:

DMPA 3 siklus

Kontrol 3 bulan lagi untuk evaluasi

PEdu :

- Menjelaskan tentang penyakit, rencana terapi yang akan

dilakukan, dan komplikasi yang akan terjadi.

- Menjelaskan pentingnya kepatuhan berobat.

22