MAKALAH KEHAMILAN PATOLOGI SIFILIS DAN HIV

21
MAKALAH KEHAMILAN PATOLOGI SIFILIS DAN HIV Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Persalinan Normal Disusun oleh : Kelompok 4 1. Yuni Wiwid Resti Roliyah (120166) 2. Elani Wibowo (120173) 3. Theresia Rambu Leki (120194) 4. Eka Ria Novita (120200) 5. Dyah Laela Nuraeni (120204) 6. Rizki Amalia Widayanti (120211) 7. Izza Mufida (120224) 8. Dewa Ayu Putu A.S.P (120234) 9. Pramisti Tiara Maulidina (120248) 10. Indah Widi Astutik (120257)

Transcript of MAKALAH KEHAMILAN PATOLOGI SIFILIS DAN HIV

MAKALAH KEHAMILAN PATOLOGI

SIFILIS DAN HIV

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Persalinan

Normal

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Yuni Wiwid Resti Roliyah (120166)

2. Elani Wibowo (120173)

3. Theresia Rambu Leki (120194)

4. Eka Ria Novita (120200)

5. Dyah Laela Nuraeni (120204)

6. Rizki Amalia Widayanti (120211)

7. Izza Mufida (120224)

8. Dewa Ayu Putu A.S.P (120234)

9. Pramisti Tiara Maulidina (120248)

10. Indah Widi Astutik (120257)

Kelas IV C

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia yang

luar biasa sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Kehamilan Patologi yang berjudul “Sifilis dan HIV”.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada

pembimbing kami Ibu Christina Pernatun K, S.SiT, MPH

yang telah membimbing kami serta kepada teman-teman

yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada kami

sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik.

Tidak lupa ucapan terimakasih kami berikan kepada

orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kepada kami putri-putrinya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Tentu banyak kekurangan yang masih luput dari

pencermatan kami, semata-mata kekurangmampuan kami

dalam hal bahasa ataupun penguasaan materi. Kritik,

masukan, dan saran yang membangun sangat diharapkan

oleh kami demi perbaikan makalah ini.

Yogyakarta, 8 Maret 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sifilis adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh kuman tryphonema pallydum, yang

menyerang manusia bersifat kronis, sistemik, dan

dapat mengenai semua bagian tubuh, dapat bersifat

laten, selama bertahun tahun, menular, serta dapat

diobati. Sifilis congenital adalah sifilis yang

ditularkan oleh ibu kepada bayinya secara

intrauterine.

Insiden sifilis congenital di amerika serikat

dan eropa pada tahun 1970 sampai awal tahun 1980

mulai menurun, namun dalam beberapa tahun

terakhir, tampak adanya penigkatan insiden sifilis

congenital. Peningkatan ini diduga berkaitan

dnegan peningkatan insiden primer dan sekunder

pada wanita usia subur yang berumur 15-29 tahun.

Sebuah penelitian di Zambia bahkan menyatakan

bahwa hamppir 1% dari bayi yang dilahirkan

memiliki tanda sifilis congenital dan 6,5%

seroreaktif pada saat lahir, sekita 2,9 %

seroaktif pada usia dibawah 6 bulan. Disamping

itu, sifilis congenital merupakan penyebab 20-30%

kematia perinatal.

Gambaran klinis sifilis congenital merupakan

bentuk penyakit sifilis yang berat. Infeksi pada

janin dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan,

dengan derajat resiko infeksi yang teragantung

jumlah treponema di dalam darah ibu. Secara umum,

bahwa sifilis mempunyai pengaruh buruk pada janin

dan partus prematurus.

Kami mengankat masalah AIDS dalam Makalahini

kami ingin mengetahui lebih jauh tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah AIDS

tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS

adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan

belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus

HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu

penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan

manusia baik sekarang maupun waktu yang datang.

Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan

penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi

mental. Mungkin kita sering mendapat informasi

melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-

seminar, tentang betapa menderitanya seseorang

yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik,

penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara

langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat

setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental,

orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit

AIDS akan merasakan penderitaan batin yang

berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa

masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari

kehidupan kita semua.

Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah

kami sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota

masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa,

merasa perlu memperhatikan hal tersebut. Oleh

karena itu kami membahasnya dalam makalah ini.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui tentang penyakit

sifilis dan HIV yang terjadi pada ibu hamil.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi tentang

HIV dan sifilis

b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi HIV dan

sifilis

c. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi HIV

dan sifilis

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat

dijadikan tambahan referensi belajar mengenai

sifilis dan HIV.

2. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa

mengerti tentang HIV dan sifilis serta

penanganan yang dilakukan.

3. Bagi Masyarakat

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan media

penambah wawasan dan pengetahuan mengenai

sifilis dan HIV.

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. SIFILIS

A. Pengertian

Penyakit sifilis atau raja singa adalah

penyakit menular seksual yang disebabkan oleh

Treponema Pallidu. Bakteri Treponema Pallidum masuk ke

dalam tubuh manusia melalui selaput lendir,

seperi selaput lendir di vagina atau mulut dengan

melalui kulit. Penyakit ini ditularkan dengan

melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti

pasangan.

Infeksi sifilis (lues) yang disebabkan oleh

Treponema Pallidum, baik yang sudah lama maupun yang

baru diderita oleh ibu dapat ditularkan kepada

janin. Sifilis kongenita merupakan bentuk

penyakit sifilis yang terberat. Infeksi pada

janin dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan,

dengan derajat resiko infeksi yang tergantung

jumlah spiroketa (treponema) di dalam darah ibu,

lamanya infeksi tersebut terjadi, dan

pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik,

maka ibu akan melahirkan bayinya dengan sehat.

Namun, jika penyakit sifilis pada ibu tidak

segera diobati akan menyebabkan abortus, bayi

meninggal di dalam rahim, ataupun kelainan

kongenita pada bayi.

Apabila infeksi sifilis terjadi pada

kehamilan tua, maka plasenta akan memberi

perlindungan terhadap janinnya agar janin tetap

sehat. Namun, jika infeksi sifilis terjadi

sebelum pembentukan plasenta maka harus segera

mendapat pengobatan agar infeksi akibat penyakit

sifilis dapat dicegah.

B. Etiologi

Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema

pallidum. Treponema pallidum merupakan salah satu

bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk

spiral. 

Sifilis yang ditularkan dari ibu ke janin

yang dikandungangnya melalui plasenta. Transmisi

sifilis vertikal (dari ibu ke janin) mungkin

terjadi pada setiap fase penyakit sifilis.

Spiroketa (treponema) mampu menembus membran

mokusa utuh atau ganguan kulit. Oleh karena itu

sifilis juga dapat ditularkan

melalui mencium area di dekat lesi, serta seks

oral, vaginal, dan anal.

Treponema Pallidum dapat menimbulkan kelainan

dan melewati plasenta sehingga menyebabkan

plasenta menjadi lebih besar, pucat, tidak segar,

keabu-abuaan, dan licin.

.

C. Patofisiologi

Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan

bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat

diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan

saraf. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis

dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika

tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase

selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di

luar alat kelamin.

Pada kehamilan kurang dari 16 minggu sifilis

dapat menyebabkan kematian janin (sifilis

fetalis), pada kehamilan lanjut menyebabkan

kelahiran prematur atau ganguan pertumbuhan

intrauterin ataupun dapat menimbulakan cacat

berat (pneumonia alba Virchow, sirosis hepatis,

splenomegali, pankreatitis kongenital, kelainan

kulit, dan osteokordritis).

D. Tanda dan Gejala

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13

minggu setelah terinfeksi. Infeksi bisa menetap

selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan

kerusakan jantung, kerusakan otak maupun

kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum

berkembang melalui 4 tahapan.

1. Fase Primer

Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri

(cangker) pada tempat yang terinfeksi, yang

tersering adalah pada penis, vulva atau vagina.

Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus,

tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus.

Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan

kecil yang dengan segera akan berubah menjadi

suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai

nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah,

tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan

jernih. Kelenjar getah bening terdekat biasanya

akan membesar, juga tanpa disertai nyeri.

2. Fase Sekunder

Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu

ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12 minggu

setelah terinfeksi. Meskipun tidak diobati,

ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa

minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam

yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan

luka di mulut. Sebagian penderita mengalami

pembesaran kelenjar getah bening, peradangan

mata dan pembangkakan saraf mata, serta

peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya

protein ke dalam air kemih. Peradangan hati

bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice).

Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan

pada selaput otak (meningitis sifilitik akut),

yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan

ketulian.

3. Fase Laten

Setelah penderita sembuh dari fase sekunder,

penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak

nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa

berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh

tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita.

Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi

kembali muncul.

4. Fase Tersier

Pada fase tersier penderita tidak lagi

menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai

ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi

menjadi 3 kelompok utama:

a. Sifilis tersier jinak

Benjolan yang disebut gumma muncul di

berbagai organ; tumbuhnya perlahan, sembuh

secara bertahap dan meninggalkan jaringan

parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir

semua bagian tubuh, tetapi yang paling

sering adalah pada kaki dibawah lutut,

batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit

kepala. Tulang juga bisa terkena,

menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam

yang biasanya semakin memburuk di malam

hari.

b. Sifilis kardiovaskuler

Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi

awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau

kebocoran katup aorta. Hal ini bisa

menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau

kematian.

c. Neurosifilis

Sifilis pada sistem saraf terjadi pada

sekitar 5% penderita yang tidak diobati.

E. Penatalaksanaan dan Terapi

Untuk sifilis primer, sekunder, dan laten

(kurang dari 1 tahun) dianjurkan mendapat

Benzathine penicillin G dengan dosis 2,4 juta

satuan IM sekali suntik (separuh di kanan,

separuh di kiri). Untuk sifilis lama (sifilis

laten) diperlukan dosis yang lebih tinggi yaitu

7,2 satuan Im dibagi dalam 3 dosis masim\ng-

masing 2,4 juta satuan IM perminggu dalam 3

minggu.

Dosis tunggal penicilline di atas umumnya

sudah cukup untuk melindungi janin dari infeksi

sifilis. Abortus atau kematian janin selama atau

tidak lama setelah pengobatan biasanya tidak

disebabkan oleh gagalnya pengobatan, namun karena

pengobatannya terlambat diberikan. Suami juga

harus diperikasa darahnya dan jika perlu

dilakukan pengobatan juga.

Untuk lues kongienta pada neonatus dianjurkan

pengobatan dengan diberikan 100.000-150.000

satuan/kb BB aquaeous crystalline penicilline G

perhari (diberikan 50.000 satuan/kg BB secara IV

8-12 jam) atau 50.000/kg BB procain penicilline

perhari diberikan 1x IM selama 10-14 hari.

II.HIV/AIDS

A. Pengertian HIV/AIDS

HIV adalah penyakit yang menyerangi sistem

kekebalan tubuh, dan AIDS adalah kumpulan gejala

akibat kelemahan atau kekurangan sistem kekebalan

tubuh yang dibentuk setelah lahir. (Sarwono, Ilmu

Kebidanan). AIDS merupakan singkatan dari

Acquired Immunodeficiency Syndrome. AIDS adalah

penyekit yang disebabkan oleh virus yang merusak

kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang

oleh penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat

fatal seperti infeksi. Selain penyakit infeksi,

penderita AIDS mudah terkena kanker, dengan

demikian gejala AIDS sangat bervariasi. (Sumber:

Lembaran Informasi Spiritia LI610). Virus yang

menyebabkan penyakit ini adalah HIV (Human

Immunodeficiency Virus).

B. Etiologi

Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya

bisa diketahui penularan HIV terjadi kalau ada

cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti

hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV,

jarum suntik dan alat-alat penusuk (tato,

penindik, dan alat cukur) yang tercemar HIV dan

ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau

disusui oleh wanita yang mengidap HIV. Bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV lebih

mungkin tertular. Walaupun janin dalam kandungan

dapat terinfeksi, sebagian besar penularan

terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi

lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut

lama.

C. Patofisiologi

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus

yang hanya dapat hidup dalam sel atau media

hidup. Virus ini “senang” hidup dan berkembang

biak dalam sel darah putih manusia. HIV akan ada

pada cairan tubuh yang mengandung banyak sel

darah putih, seperti darah, cairan plasenta,

cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan

vagina, air susu ibu maupun cairan otak. (Ditulis

oleh: Dr. Edi Patmini SS. Desember, 2000).

HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel

darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel

darah putih tersebut termasuk limfosit yang

disebut “sel T-4” atau disebut juga sel “CD-4”.

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan

mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut.

Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus

pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala,

sakit tenggorokan, miagia (pegal-pegal di

ekstremitas bawah) pembesaran kelenjar dan rasa

lemah. Pada sebagian orang, infeksi berat dapat

disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya

akan menghilang dalam beberapa minggu. Dalam

waktu 3-6 bulan kemudian, tes serologi baru akan

positif, karena telah terbentuk anti bodi. Masa

3-6 bulan ini disebut window periode, dimana

penderita dapat menularkan namun secara

laboratorium hasil tes HIVnya masih negatif.

(sumber: Lembaran Informasi Spiritia L1610).

D. Pencegahan

Cara mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi.

Caranya dengan melakukan screening yang baik.

Cara lain dengan pemberian obat antiretroviral

pada ibu positif. Selain itu dengan melakukan

asuhan yang aman saat kehamilan, persalinan, dan

setelah persalinan. Pencegahan penularan HIV dari

ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara

memberikan obat anti-HIV. Kepada ibu hamil yang

terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan ketiga

(6 bulan terakhir) diberikan AZT per oral,

sedangkan pada saat persalinan diberikan AZT

melalui infus.

Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6

minggu. Tindakan tersebut telah berhasil

menurunkan angka penularan HIV dari ibu ke

bayinya dari 25% menjadi 8%. Pada persalinan

normal, kemungkinan penularan HIV lebih besar,

karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV

kadang dianjurkan untuk menjalani operasi sesar.

Imunisasi juga harus diberikan pada anak yang

terlahir dari ibu dengan HIV (+). WHO dan UNICEF

menganjurkan agar semua bayi dengan infeksi HIV

simptomatik diberikan imunisasi dasar menurut

program nasional (BCG, DPT, OPV, Campak). Pada

ibu yang telah bersalin, diharapkan dalam waktu

kurang dari 4 minggu harus sudah menggunakan alat

kontrasepsi dan tidak diperkenankan menggunakan

alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD karena

kekebalan tubuh ibu sudah menurun dan akan

memperbesar resiko infeksi yang terjadi pada

rahim akibat benda asing di dalam tubuh. (Sumber:

Lembaran Informasi Spiritia L1610).

Penderita dengan limfosit CD4+ kurang dari

100 sel/mL darah mendapatkan azitromisin seminggu

sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap

hari untuk mencegah infeksi Mycobacterium avium.

Penderita yang bisa sembuh dari meningitis

kriptokokal atau terinfeksi candida mendapatkan

flukonazol jangka panjang. Penderita dengan

infeksi herpes simpleks berulang mungkin

memerlukan pengobatan asiklovir jangka panjang.

E. Konseling Pra dan Pasca Tes HIV

Konseling pra dan pasca tes bagi perempuan

hamil menyangkut beberapa hal yaitu:

1. Konseling Pra Tes

Informasi mengenai penularan HIV melalui

hubungan seksual dan bagaimana cara

mencegahnya. Informasi mengenai penularan HIV

dari ibu ke bayi dan bagaimana

penanggulangannya, informasi mengenai proses

dan prosedur tes HIV, jaminan kerahasiaan dan

bagaimana mendiskusikan kerahasiaan dan

kemungkinan adanya konseling bagi pasangan,

Implikasi dari tes negatif termasuk promosi

menyusui bayi dengan ASI, implikasi dari tes

positif: keuntungan dan kerugiannya ,

intervensi yang dipilih serta kemungkinan

adanya stigma, konseling yang menggali dan

mengarah pada penilaian resiko.

2. Konseling Pasca Tes

a. Jika hasil tes negatif informasi yang

diberikan mengenai pencegahan penularan di

masa depan , jika masih dalam masa jendela

(window period), maka dianjurkan untuk

melakukan tes kembali, promosi ASI ekslusif

kepada ibu hamil yang tidak terdeteksi HIV.

b. Jika hasil tes positif yang harus dilakukan

adalah informasi mengenai pilihan-pilihan

untuk terapi, termasuk pengobatan ARV bagi

dirinya dan/atau untuk pencegahan penularan

ke bayi. Perlu juga dibahas mengenai kondisi

keuangan dan harga terapi ARV. Konseling yang

menyangkut pemberian susu bayi, resiko

menyusui dengan ASI, dukungan finansial untuk

susu formula, adanya stigma dari keluarga dan

masyarakat, informasi dan konseling mengenai

KB dan kemungkinan kehamilan di masa depan,

konseling pemberitahuan kepada pasangan dan

kerahasiaan, informasi dan layanan rujukan

untuk dukungan, perawatan, pengobatan, dan

juga persalinan (Artikel peran konseling dan tes HIV

bagi ibu hamil, Dra. Siti Chasanah Agoes Machdi, M.Si)

DAFTAR PUSTAKA

http://odhaindonesia.org/trackback/43Manuaba, Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Syaifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. Jakarata : Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, 2009, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Jakarata : Yayasan Bina Pustaka

Marmi, dkk, 2014, Asuhan Kebidanan Patologi, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Rukiyah, dkk, 2010, Asuhan Kebidanan Patologi, Jakarta: Trans Info

Medika