Tahap penegakan diagnosis patologi anatomi
Transcript of Tahap penegakan diagnosis patologi anatomi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul
dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor
yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen
kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.
Tumor adalah penyakit pada gen, basis biologisnya
adalah kelainan genetik. Faktor prnyebab tumor menimbulkan
mutasi gen pada sel tubuh hingga timbul kelainan genetik,
menifestasi gen menjadi kacau, timbul kelainan pada
morfologi, metabolisme dan fungsi sel tumor yang berbeda
dari sel normal. Penelitian menunjukkan timbulnya tumor
merupakan hasil dari mutasi banyak gen dan melibatkan
banyak tahapan. Mutasi gen yang berbeda dan intensitas
mutasi yang berbeda menghasilkan jenis tumor yang berbeda.
Begitu tumor terbentuk, pertumbuhannya bersifat
otonom, karakteristik tumor diturunkan ke generasi sel
berikutnya, pertumbuhannya relatif tidak dapat
dikendalikan tubuh, aktif dan tidak terbatas. Pertumbuhan
yang invasif, kelainan metabolisme dan fungsinya merupakan
ancaman bagi tubuh. Jaringan tumor dalam intensitas
berlainan kehilangan kemampuan berdiferensiasi sehingga
morfologinya berbeda dari jaringan normal. Kelainan
morfologi tumor merupakan dasar bagi diagnosis patologik
tumor.
1
Diagnosis akurat terhadap penyakit merupakan suatu
proses analisis penyakit merupakan suatu proses analisis
seorang klinikus menggunakan pengetahuan dasar kedokteran
dan pengalaman klinis serta intelegensinya memadukan
berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, suatu kecakapan
yang dikembangkan selama beratus tahun. Diagnosis klinis
tumor serupa dengan diagnosis penyakit lainnya yaitu
mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium rutin,
pemeriksaan khusus (termasuk pencintraan, imunologi,
endoskopi, patologi dan lain-lain). Diagnosis klinis
akurat tumor terutama diagnosis dini merupakan dasar bagi
terapi rasional dan keberhasilan terapi, dokter yang
pertama mendiagnosis memiliki tanggung jawab besar.
Mnifestasi klinis tumor sangat bervariasi, seorang
klinikus harus memahami gejala klinis berbagai jenis tumor
berbeda, terutama fase awalnya, juga harus memahami isi
dan spesifikasi penggunaan berbagai metode penunjang
diagnosis. Dalam proses diagnosis harus berkoodinasi erat
dengan dokter di bagian teknologi medis terkait, barulah
dapat menegakkan diagnosis tepat sedini mungkin.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tahapan pemeriksaan penunjang untuk
penegakan diagnosis Patologi Anatomi?
C. Tujuan
2
Menjelaskan tahapan pemeriksaan penujang untuk
penegakan diagnosis Patologi anatomi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemeriksaan Patologik
3
Pemeriksaan patologik merupakan salah satu metode
paling dapat dipercaya dalam diagnosis tumor dewasa ini.
1. Pemeriksaan Sitologik
Terutama mengumpulkan cairan lambung, sputum,
efusi pleura, asites, urin, dan sekret vagina,
dilakukan sentrifugasi dan sedimennya dipulas atau
langsung dipulas, dengan pewarnaan khusus di bawah
mikroskop dicari sel ganasnya. Metode ini memiliki
keunggulanantara lain sederhana, aman, akurat, cepat
danekonomis.
2. Pemeriksaan Histologik
Untuk memperjelas diagnosis histopatologi,
pertama-tama diperlukan jaringan untuk pemeriksaan.
Metode yang umum dilakukan adalah :
a.Biopsi jepit : untuk tumor kulit atau mukosa,
dengan tang biopsi lakukan biopsi jepit di daerah
perbatasan tumor dan jaringan normal.
b.Biopsi insisi : di tepi tumor dilakukan insisi
untuk mengambil spesimen secukupnya, untuk biopsi
kelenjar limfe dituntut mengambil kelenjar limfe
dengan kapsul intak.
c.Biopsi eksisi : untuk tumor kecil permukaan, harus
dieksisi total tumornya, eksisi harus mencapai
sejumlah jaringan normal dan sekitarnya.
d.Biopsi aspirasi jarum : dengan jarum khusus
dilakukan aspirasi jaringan untuk pemeriksaan
histopatologi atau pulas sitologi. Ini biasanya
4
dikerjakan untuk tumor permukaan, kelenjar limfe,
rongga mulut, tiroid, mamae, dan lain-lain.
e.Biopsi kerok : kebanyakan untuk tumor permukaan,
fistula, leher rahim dan tempat lainnya. Dengan
kuret dilakukan pengerokan jaringan pada permukaan
tumor, untuk pemeriksaan potongan patologi, juga
dapat untuk pemeriksaan sitologi.
B. Operasi diagnostik
Tumor yang terletak di organ dalam, bila setelah
diperiksa dengan berbagai metode pemeriksaan yang ada
masih belum dapat dipastikan sifat patologiknya. Jika
terdapat kecurigaan tumor, untuk diagnosis dini dan
terapinya dapat dipertimbangkan operasi diagnostik, pada
waktu bersamaan dapat dilakukan eksisi tumor.
C. Pemeriksaan Histopatologi Khusus (Potong Beku)
Tujuannya adalah pemeriksaan histopatologi cara
cepat pada waktu penderita masih berada di meja operasi
karena hasil pemeriksaan diperlukan untuk menentukan
tindakan operasi lebih lanjut.
Bahan pemeriksaan adalah jaringan segar (belum
diawetkan). Waktu dan tempat pemeriksaan disepakati oleh
dokter spesialis bedahdan dokter spesialis PA. Tempat
pemeriksaan dekat dengan kamar opersai (di gedung pusat
bedah).
5
Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :
Bahan pemeriksaan yang dikirim untuk pemeriksaan
potong beku ialah jaringan segar (tidak dimasukkan
kedalam cairan pengawet).
Jika jaringan hasil biopsi atau operasi berukuran
kecil maka ditaruh pada kain kasa dan bila besar
ditaruh pada cawa, baskom atau ember, kemudian
bersama-sama dengan formulir yang telah diisi lengkap
data dokter pengirim pemeriksaan, data penderita
meliputi identitas, keterangan klinik dan lokasi
jaringan, dikirim ke dokter spesialis PA yang
menunggu di ruangan tempat melakukan pemeriksaan
potong beku.
D. Pemeriksaan Otopsi Klinik
Adalah pemeriksaan bedah mayat atas permintaan
dokter spesialis (spesialis anak, spesialis penyakit
dalam, dan lain-lain), pada manyat yang meningga dalam
perawatan di rumah sakit untuk menentukan sebab
kematian.
Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :
Persiapkan surat permintaan pemeriksaan dari dokter
ruangan dan izin dari ahli waris (pernyataan tidak
keberatan dilakukan otopsi).
Mayat yang akan diperiksa dan keterangan klinik
tentang penyakit selama dalam perawatan di rumah
sakit dikirim ke laboratorium otopsi.
6
E. Pemeriksaan Imunopatologik dengan Teknik
Imunofluoresensi
Tujuannya adalah untuk pengenalan antigen,
antibody, dan kompleks imun dengan menggunakan
fluorochrom dilihat dibawah mikroskop fluoresens, yaitu
mikroskop yang memakai filter sehingga memancarkan sinar
Ultra Violet.
Bahan pemeriksaan ialah :
Jaringan biopsi segar yang didinginkan pada suhu -
80°C menggunakan nitrogen cair atau pada suhu -30°C
dengan menggunakan es kering.
Jaringan blok parafin (hasilnya kurang baik).
Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :
a. Persiapkan kertas alumunium ukuran 5 x 5 cm.
Tempelkan jaringan hasil biopsi pada bagian tengah
kertas alumunium kemudian teteskan OCT Compund
(tissue tex) pada jaringan hasil biopsi tersebut.
Selanjutnya kertas alumunium serta jaringan ditaruh
pada permukaan butir-butir es kering di dalam termos
yang kemudian ditutup rapat.
Jaringan di dalam termos es kering dan formulir
permintaan pemeriksaan imunofluoresensi yang telah
diisi lengkap dikirim ke laboratorium imunopatologi.
b. Cara lain ialah masukkan jaringan hasil biopsi ke
dalam tabung khusus yang terbuat dari alumunium dalam
ukuran kecil kemudian tambahkan nitrogen cair.
Jaringan beserta formulir permintaan pemeriksaan yan
7
telah diisi lengkap dikirim ke laboratorium
imunopatologi.
c. Pemeriksaan imunofluoresensi pada jaringan blok
parafin akan kurang baik hasilnya.
F. Pemeriksaan Imunohistokimia dengan Teknik Imunoenzim
Tujuannya adalah untuk pengenalan jenis
antigen/bahan yang terkandung di dalam sel atau
jaringan.
Caranya ialah dengan menggunakan antibodi
(terhadap antigen) atau bahan tertentu yang diberi label
enzim misalnya peroksidase atau fosfatase alkali untuk
visualisasi
Manfaat pemeriksaan ini adalah :
1. Mempertajam diagnostik patologi dengan cara lain :
a. Memastikan histogenetik tumor,
b. Memastikan subklasifikasi tumor,
c. Menentukan lesi neoplastik atau non neoplastik,
d. Mendeteksi pertanda tumor
e. Mendeteksi pertanda mikroba,
8
f. Mendeteksi ekspresi onkogen
2. Membantu meramalkan perangai biologik dan prognosis
suatu tumor,
3. Menentukan pilihan pengobatan,
4. Mengenal jenis mikroorganisma atau jenis infeksi
Sifat pemeriksaan ini merupakan tahap lanjut dari
pemeriksaan rutin histopatologik atau sitopatologik
yang menjumpai kesukaran diagnostik.
Bahan pemeriksaan ialah jaringan segar yang
didinginkan pada suhu rendah , sediaan sitologi atau
jaringan blok parafin.
Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :
Masukkan jaringan hasil biopsi ke dalam tabung khusus
yang tertutup dari alumunium dalam ukuran kecil
kemudian tambahkan dengan nitrogen cair.
Jaringan segar pada alumunium ditetesi OCT Compound
ditaruh di dalam termos yang berisi butir-butir es
kering.
Cara lain ialah bahan pemeriksaan berupa sediaan
sitologi basah (dalam bahan fiksasi alkohol 96%),
sediaan sitologi kering sudah diawetkan atau belum
diawetkan. Dapat pula berupa jaringan dalam blok
paraffin.
G. Cara Pengelolaan Sediaan Mikroskopis :
9
1. Penerimaan Sediaan
Identitas Bahan
Identitas Penderita
Identitas Patologik
Identitas Pengirim
2. Pemotongan Bahan Sediaan Makros
Langsung di Fiksasi dengan Formalin 8-10%
3. Processing
Fiksasi dengan Formalin 8-10%
Dehidrasi dengan Alkohol 96%
Clearing : Penerawangan dengan Xylol
Imbedding (Peresapan dengan Paraffin Selidium)
Pengeblokan (Mencetak di Dalam Block Paraffin)
4. Pemotongan Block Paraffin dengan Mikrotom
5. Pengecatan dengan Hematoksilin Eosin
6. Pemeriksaan Mikroskop
10
BAB III
PEMBAHASAN
Yang perlu diperhatikan dalam pengiriman bahan sediaan
ialah :
1. Formulir Pengiriman
Terdiri dari :
a. Nama dokter pengirim
b. Identitas pasien (nama, umur, pekerjaan, dan jenis
kelamin)
c. Keterangan klinik singkat
d. Diagnosis penyakit (bisa berupa Suspect)
e. Lokasi pengambilan jaringan patologi
f. Bahan fiksasi yang digunakan
11
2. Macam bahan sediaan dan teknik pengambilan sediaan PA.
Macam bahan sediaan PA, terdiri dari :
a. Sediaan biopsi aspirasi
b. Sediaan biopsi insisi dan eksisi
c. Sediaan operasi
d. Sediaan sitologi
Teknik pengambilan bahan sediaan PA, terdiri dari :
a. FNAB (Fine Needleaspiration biopsy)
Terutama pada tumor-tumor di permukaan
Bila tumor lebih dalam misalnya :
- Rongga Thorax
- Rongga Perut
12
Pengambilannya dengan tuntunan :
- USG
- SCAN
Keuntungan :
Non traumatik
Tidak perlu anastesi
Tidak perlu alat banyak
Tidak perlu tempat khusus
Cara pengambilan bahan adalah sebagai berikut :
1. Tumor yang akan diaspirasi harus dalam keadaan
dimobilisasi/difiksasi
2. Pada teknik “one hand grip”, tumor dipegang diantara
2 jari.
3. Jarum halus (25-G) dengan cepat dan tepat tanpa
anastesi dimasukkan ke dalam tumor sampai menembus
konsistensi jaringan yang lebih solid dari pada
jaringan sekitarnya, kecuali bila tumor berupa kista
(berongga).
4. Setelah jarum benar-benar masuk ke dalam tumor,
syringe pump ditarik hingga bahan-bahan di dalam
tumor masuk ke dalam syringe sambil jarum digerakkan
ke area yang berbeda di dalam tumor.
5. Dalam beberapa kasus, misalnya tampak darah di dalam
syringe, maka tindakan aspirasi harus dihentikan
segera.
6. Pada tumor kistik, aspirasi harus berlangsung terus
sampai cairan kista benar-benar habis.
13
7. Setelah tindakanaspirasi selesai, jarum ditarik dari
tumor dan dilepas dari syringe.
8. Aspirat dipindahkan ke objek glass dan diratakan
dengan objek glass yang lain (seperti membuat hapusan
darah tetapi lebih tebal)
9. Jika bahan aspirat sediki, maka jarum dibilas dengan
saline (atau cairan Hanks) lalu di sentrifuge
10. Objek glass direndam dalam alkohol 96% selama 5
menit
11. Dikeringkan, diberi label, disertai formulir
pengiriman, dan siap dikirim ke laboratorium PA.
14
b. Biopsi (Insisi atau Eksisi)
1. Bahan insisi eksisis terfiksasi dengan alkohol 70%
atau formalin 10% dan dimasukkan ke dalam botol/pot
plastik yang tertutup rapat.
2. Bila jarak pengiriman dekat memakai alkohol 70%
(karena sifat alkohol yang mudah menguap) dan bila
jarak pengiriman jauh memakai formalin 10%.
c. Operasi
1. Bahan operasi difiksasi denga alkohol 70% atau
formalin 10%
2. Bahan operasi harus terendam di dalam bahan fiksasi.
Yang sempurna adalah jumlah cairan fiksasi kira-kira
10 kali banyaknya jaringan yang diawetkan dan segera
di tutup rapat.
3. Bila bahan operasi besar, lakukan insisi sejajar
supaya bahan fiksasi dapat meresap ke dalam jaringan
15
sehingga jaringan di bagian dalam tidak membusuk
selama proses pengiriman.
d. Sitologi
Tujuannnya adalah melakukan skrining (pemeriksaan
penyaringan) dan atau menegakkan diagnosis, terutama
dengan cara pemeriksaan sitomorfologi (bentuk sel).
Cara pemeriksaan ialah membuat sediaan apus pada objek
glass, dari bahan yang diterima, setelah diawetkan
kemudian diwarnai.
Manfaat pemeriksaan ialah melakukan deteksi kanker pada
tahap dini, dan menegakkan diagnosis secara efisien dan
ekonomis dengan tindakan relatif aman.
Bahan sediaan berupa : usapan mulut rahim (PAP test),
cairan pleura, peritoneum, liquor cerebrospinalis,
sputum, dan urine.
Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :
1. Usapan mulut rahim yang diambil dengan spatula,
dibuat apusan pada objek glass kemudian secepatnya
dimasukkan ke dalam bahan fiksasi alkohol 96%.
Setelah kira-kira 1 jam, sediaan dikeringkan di
udara, untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium
sitologi sebagai sediaan kering yang telah diawetkan.
Bila tempat pengambilan sediaan dekat dengan
laboratorium sitologi dan sediaan objek glass di
dalam bahan fiksasi belum cukup waktu (belum mencapai
1 jam) untuk dikeringkan maka dapat dikirim ke
16
laboratorium sitologi berupa sediaan basah (masih di
dalam bahan fiksasi alkohol 96%)
2. Sputum, dalap dikirim dalam bentuk sediaan objek
glass kering yang telah diawetkan atau sediaan objek
glass basah (masih di dalam bahan fiksasi alkohol
96%) atau sputum di dalam botol/pot plastik tertutup.
3. Cairan pleura, ascites atau cairan serosa lainnya
dapat dikirim dalam bentuk :
Cairan segar du dalam tabung spuit tertutup atau
Cairan segar di dalam botol/pot plastik yang
ditambah heparin atau campuran dextran agar tidak
menggumpal.
Bahan fiksasi yang digunakan adalah alkohol 70%, lalu
di sentrifuge, setelah itu sedimen diambil, dioleskan
di atas objek glass, diratakan dengan objek glass
lain, dan difiksasi dengan alkohol 96%.
4. Urine segar di dalam botol/pot plastik. Bahan fiksasi
yang digunakan adalah alkohol 50% ana (sama banyak,
artinya = urine 5cc + alkohol 50% 5cc).
5. Aspirat hasil Aspirasi Jarum Halus (FNAB) dibuat
apusan pada objek glass yang sebagian dimasukkanke
dalam bahan fiksasi alkohol 96% untuk pewarnaan
Papaniculaou dan sebagian dikeringkandi udara untuk
pemeriksaan Giemsa. Sediaan objek glass yang berada
di dalam fiksasi setelah 1 jam dapat dikeringkan
diudara untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium
sitologi.
17
Dalam keadaan tertentu Patologist harus mengambil
bahan pemeriksaan tersebut dengan cara biopsi
aspirasi jarum pada penderita yang dikirim ke
laboratoriumsitologi UPF PA atau patologist datang ke
ruang perawatan.
3. Macam bahan fiksasi :
A. Alkohol 70%
B. Alkohol 96% (absolut)
C. Formalin 10-12% buffer.
Cara membuat :
Formalin 40% 100cc
Aquadest 900cc
Sodium phospat monobasic 4 g
Sodium phospat dibasic 6,5 g
4. Evaluasi hasil pemeriksaan PA
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Saran :
18