Tahap penegakan diagnosis patologi anatomi

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor adalah penyakit pada gen, basis biologisnya adalah kelainan genetik. Faktor prnyebab tumor menimbulkan mutasi gen pada sel tubuh hingga timbul kelainan genetik, menifestasi gen menjadi kacau, timbul kelainan pada morfologi, metabolisme dan fungsi sel tumor yang berbeda dari sel normal. Penelitian menunjukkan timbulnya tumor merupakan hasil dari mutasi banyak gen dan melibatkan banyak tahapan. Mutasi gen yang berbeda dan intensitas mutasi yang berbeda menghasilkan jenis tumor yang berbeda. Begitu tumor terbentuk, pertumbuhannya bersifat otonom, karakteristik tumor diturunkan ke generasi sel berikutnya, pertumbuhannya relatif tidak dapat dikendalikan tubuh, aktif dan tidak terbatas. Pertumbuhan yang invasif, kelainan metabolisme dan fungsinya merupakan ancaman bagi tubuh. Jaringan tumor dalam intensitas berlainan kehilangan kemampuan berdiferensiasi sehingga morfologinya berbeda dari jaringan normal. Kelainan morfologi tumor merupakan dasar bagi diagnosis patologik tumor. 1

Transcript of Tahap penegakan diagnosis patologi anatomi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul

dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor

yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen

kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.

Tumor adalah penyakit pada gen, basis biologisnya

adalah kelainan genetik. Faktor prnyebab tumor menimbulkan

mutasi gen pada sel tubuh hingga timbul kelainan genetik,

menifestasi gen menjadi kacau, timbul kelainan pada

morfologi, metabolisme dan fungsi sel tumor yang berbeda

dari sel normal. Penelitian menunjukkan timbulnya tumor

merupakan hasil dari mutasi banyak gen dan melibatkan

banyak tahapan. Mutasi gen yang berbeda dan intensitas

mutasi yang berbeda menghasilkan jenis tumor yang berbeda.

Begitu tumor terbentuk, pertumbuhannya bersifat

otonom, karakteristik tumor diturunkan ke generasi sel

berikutnya, pertumbuhannya relatif tidak dapat

dikendalikan tubuh, aktif dan tidak terbatas. Pertumbuhan

yang invasif, kelainan metabolisme dan fungsinya merupakan

ancaman bagi tubuh. Jaringan tumor dalam intensitas

berlainan kehilangan kemampuan berdiferensiasi sehingga

morfologinya berbeda dari jaringan normal. Kelainan

morfologi tumor merupakan dasar bagi diagnosis patologik

tumor.

1

Diagnosis akurat terhadap penyakit merupakan suatu

proses analisis penyakit merupakan suatu proses analisis

seorang klinikus menggunakan pengetahuan dasar kedokteran

dan pengalaman klinis serta intelegensinya memadukan

berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, suatu kecakapan

yang dikembangkan selama beratus tahun. Diagnosis klinis

tumor serupa dengan diagnosis penyakit lainnya yaitu

mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium rutin,

pemeriksaan khusus (termasuk pencintraan, imunologi,

endoskopi, patologi dan lain-lain). Diagnosis klinis

akurat tumor terutama diagnosis dini merupakan dasar bagi

terapi rasional dan keberhasilan terapi, dokter yang

pertama mendiagnosis memiliki tanggung jawab besar.

Mnifestasi klinis tumor sangat bervariasi, seorang

klinikus harus memahami gejala klinis berbagai jenis tumor

berbeda, terutama fase awalnya, juga harus memahami isi

dan spesifikasi penggunaan berbagai metode penunjang

diagnosis. Dalam proses diagnosis harus berkoodinasi erat

dengan dokter di bagian teknologi medis terkait, barulah

dapat menegakkan diagnosis tepat sedini mungkin.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tahapan pemeriksaan penunjang untuk

penegakan diagnosis Patologi Anatomi?

C. Tujuan

2

Menjelaskan tahapan pemeriksaan penujang untuk

penegakan diagnosis Patologi anatomi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemeriksaan Patologik

3

Pemeriksaan patologik merupakan salah satu metode

paling dapat dipercaya dalam diagnosis tumor dewasa ini.

1. Pemeriksaan Sitologik

Terutama mengumpulkan cairan lambung, sputum,

efusi pleura, asites, urin, dan sekret vagina,

dilakukan sentrifugasi dan sedimennya dipulas atau

langsung dipulas, dengan pewarnaan khusus di bawah

mikroskop dicari sel ganasnya. Metode ini memiliki

keunggulanantara lain sederhana, aman, akurat, cepat

danekonomis.

2. Pemeriksaan Histologik

Untuk memperjelas diagnosis histopatologi,

pertama-tama diperlukan jaringan untuk pemeriksaan.

Metode yang umum dilakukan adalah :

a.Biopsi jepit : untuk tumor kulit atau mukosa,

dengan tang biopsi lakukan biopsi jepit di daerah

perbatasan tumor dan jaringan normal.

b.Biopsi insisi : di tepi tumor dilakukan insisi

untuk mengambil spesimen secukupnya, untuk biopsi

kelenjar limfe dituntut mengambil kelenjar limfe

dengan kapsul intak.

c.Biopsi eksisi : untuk tumor kecil permukaan, harus

dieksisi total tumornya, eksisi harus mencapai

sejumlah jaringan normal dan sekitarnya.

d.Biopsi aspirasi jarum : dengan jarum khusus

dilakukan aspirasi jaringan untuk pemeriksaan

histopatologi atau pulas sitologi. Ini biasanya

4

dikerjakan untuk tumor permukaan, kelenjar limfe,

rongga mulut, tiroid, mamae, dan lain-lain.

e.Biopsi kerok : kebanyakan untuk tumor permukaan,

fistula, leher rahim dan tempat lainnya. Dengan

kuret dilakukan pengerokan jaringan pada permukaan

tumor, untuk pemeriksaan potongan patologi, juga

dapat untuk pemeriksaan sitologi.

B. Operasi diagnostik

Tumor yang terletak di organ dalam, bila setelah

diperiksa dengan berbagai metode pemeriksaan yang ada

masih belum dapat dipastikan sifat patologiknya. Jika

terdapat kecurigaan tumor, untuk diagnosis dini dan

terapinya dapat dipertimbangkan operasi diagnostik, pada

waktu bersamaan dapat dilakukan eksisi tumor.

C. Pemeriksaan Histopatologi Khusus (Potong Beku)

Tujuannya adalah pemeriksaan histopatologi cara

cepat pada waktu penderita masih berada di meja operasi

karena hasil pemeriksaan diperlukan untuk menentukan

tindakan operasi lebih lanjut.

Bahan pemeriksaan adalah jaringan segar (belum

diawetkan). Waktu dan tempat pemeriksaan disepakati oleh

dokter spesialis bedahdan dokter spesialis PA. Tempat

pemeriksaan dekat dengan kamar opersai (di gedung pusat

bedah).

5

Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :

Bahan pemeriksaan yang dikirim untuk pemeriksaan

potong beku ialah jaringan segar (tidak dimasukkan

kedalam cairan pengawet).

Jika jaringan hasil biopsi atau operasi berukuran

kecil maka ditaruh pada kain kasa dan bila besar

ditaruh pada cawa, baskom atau ember, kemudian

bersama-sama dengan formulir yang telah diisi lengkap

data dokter pengirim pemeriksaan, data penderita

meliputi identitas, keterangan klinik dan lokasi

jaringan, dikirim ke dokter spesialis PA yang

menunggu di ruangan tempat melakukan pemeriksaan

potong beku.

D. Pemeriksaan Otopsi Klinik

Adalah pemeriksaan bedah mayat atas permintaan

dokter spesialis (spesialis anak, spesialis penyakit

dalam, dan lain-lain), pada manyat yang meningga dalam

perawatan di rumah sakit untuk menentukan sebab

kematian.

Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :

Persiapkan surat permintaan pemeriksaan dari dokter

ruangan dan izin dari ahli waris (pernyataan tidak

keberatan dilakukan otopsi).

Mayat yang akan diperiksa dan keterangan klinik

tentang penyakit selama dalam perawatan di rumah

sakit dikirim ke laboratorium otopsi.

6

E. Pemeriksaan Imunopatologik dengan Teknik

Imunofluoresensi

Tujuannya adalah untuk pengenalan antigen,

antibody, dan kompleks imun dengan menggunakan

fluorochrom dilihat dibawah mikroskop fluoresens, yaitu

mikroskop yang memakai filter sehingga memancarkan sinar

Ultra Violet.

Bahan pemeriksaan ialah :

Jaringan biopsi segar yang didinginkan pada suhu -

80°C menggunakan nitrogen cair atau pada suhu -30°C

dengan menggunakan es kering.

Jaringan blok parafin (hasilnya kurang baik).

Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :

a. Persiapkan kertas alumunium ukuran 5 x 5 cm.

Tempelkan jaringan hasil biopsi pada bagian tengah

kertas alumunium kemudian teteskan OCT Compund

(tissue tex) pada jaringan hasil biopsi tersebut.

Selanjutnya kertas alumunium serta jaringan ditaruh

pada permukaan butir-butir es kering di dalam termos

yang kemudian ditutup rapat.

Jaringan di dalam termos es kering dan formulir

permintaan pemeriksaan imunofluoresensi yang telah

diisi lengkap dikirim ke laboratorium imunopatologi.

b. Cara lain ialah masukkan jaringan hasil biopsi ke

dalam tabung khusus yang terbuat dari alumunium dalam

ukuran kecil kemudian tambahkan nitrogen cair.

Jaringan beserta formulir permintaan pemeriksaan yan

7

telah diisi lengkap dikirim ke laboratorium

imunopatologi.

c. Pemeriksaan imunofluoresensi pada jaringan blok

parafin akan kurang baik hasilnya.

F. Pemeriksaan Imunohistokimia dengan Teknik Imunoenzim

Tujuannya adalah untuk pengenalan jenis

antigen/bahan yang terkandung di dalam sel atau

jaringan.

Caranya ialah dengan menggunakan antibodi

(terhadap antigen) atau bahan tertentu yang diberi label

enzim misalnya peroksidase atau fosfatase alkali untuk

visualisasi

Manfaat pemeriksaan ini adalah :

1. Mempertajam diagnostik patologi dengan cara lain :

a. Memastikan histogenetik tumor,

b. Memastikan subklasifikasi tumor,

c. Menentukan lesi neoplastik atau non neoplastik,

d. Mendeteksi pertanda tumor

e. Mendeteksi pertanda mikroba,

8

f. Mendeteksi ekspresi onkogen

2. Membantu meramalkan perangai biologik dan prognosis

suatu tumor,

3. Menentukan pilihan pengobatan,

4. Mengenal jenis mikroorganisma atau jenis infeksi

Sifat pemeriksaan ini merupakan tahap lanjut dari

pemeriksaan rutin histopatologik atau sitopatologik

yang menjumpai kesukaran diagnostik.

Bahan pemeriksaan ialah jaringan segar yang

didinginkan pada suhu rendah , sediaan sitologi atau

jaringan blok parafin.

Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :

Masukkan jaringan hasil biopsi ke dalam tabung khusus

yang tertutup dari alumunium dalam ukuran kecil

kemudian tambahkan dengan nitrogen cair.

Jaringan segar pada alumunium ditetesi OCT Compound

ditaruh di dalam termos yang berisi butir-butir es

kering.

Cara lain ialah bahan pemeriksaan berupa sediaan

sitologi basah (dalam bahan fiksasi alkohol 96%),

sediaan sitologi kering sudah diawetkan atau belum

diawetkan. Dapat pula berupa jaringan dalam blok

paraffin.

G. Cara Pengelolaan Sediaan Mikroskopis :

9

1. Penerimaan Sediaan

Identitas Bahan

Identitas Penderita

Identitas Patologik

Identitas Pengirim

2. Pemotongan Bahan Sediaan Makros

Langsung di Fiksasi dengan Formalin 8-10%

3. Processing

Fiksasi dengan Formalin 8-10%

Dehidrasi dengan Alkohol 96%

Clearing : Penerawangan dengan Xylol

Imbedding (Peresapan dengan Paraffin Selidium)

Pengeblokan (Mencetak di Dalam Block Paraffin)

4. Pemotongan Block Paraffin dengan Mikrotom

5. Pengecatan dengan Hematoksilin Eosin

6. Pemeriksaan Mikroskop

10

BAB III

PEMBAHASAN

Yang perlu diperhatikan dalam pengiriman bahan sediaan

ialah :

1. Formulir Pengiriman

Terdiri dari :

a. Nama dokter pengirim

b. Identitas pasien (nama, umur, pekerjaan, dan jenis

kelamin)

c. Keterangan klinik singkat

d. Diagnosis penyakit (bisa berupa Suspect)

e. Lokasi pengambilan jaringan patologi

f. Bahan fiksasi yang digunakan

11

2. Macam bahan sediaan dan teknik pengambilan sediaan PA.

Macam bahan sediaan PA, terdiri dari :

a. Sediaan biopsi aspirasi

b. Sediaan biopsi insisi dan eksisi

c. Sediaan operasi

d. Sediaan sitologi

Teknik pengambilan bahan sediaan PA, terdiri dari :

a. FNAB (Fine Needleaspiration biopsy)

Terutama pada tumor-tumor di permukaan

Bila tumor lebih dalam misalnya :

- Rongga Thorax

- Rongga Perut

12

Pengambilannya dengan tuntunan :

- USG

- SCAN

Keuntungan :

Non traumatik

Tidak perlu anastesi

Tidak perlu alat banyak

Tidak perlu tempat khusus

Cara pengambilan bahan adalah sebagai berikut :

1. Tumor yang akan diaspirasi harus dalam keadaan

dimobilisasi/difiksasi

2. Pada teknik “one hand grip”, tumor dipegang diantara

2 jari.

3. Jarum halus (25-G) dengan cepat dan tepat tanpa

anastesi dimasukkan ke dalam tumor sampai menembus

konsistensi jaringan yang lebih solid dari pada

jaringan sekitarnya, kecuali bila tumor berupa kista

(berongga).

4. Setelah jarum benar-benar masuk ke dalam tumor,

syringe pump ditarik hingga bahan-bahan di dalam

tumor masuk ke dalam syringe sambil jarum digerakkan

ke area yang berbeda di dalam tumor.

5. Dalam beberapa kasus, misalnya tampak darah di dalam

syringe, maka tindakan aspirasi harus dihentikan

segera.

6. Pada tumor kistik, aspirasi harus berlangsung terus

sampai cairan kista benar-benar habis.

13

7. Setelah tindakanaspirasi selesai, jarum ditarik dari

tumor dan dilepas dari syringe.

8. Aspirat dipindahkan ke objek glass dan diratakan

dengan objek glass yang lain (seperti membuat hapusan

darah tetapi lebih tebal)

9. Jika bahan aspirat sediki, maka jarum dibilas dengan

saline (atau cairan Hanks) lalu di sentrifuge

10. Objek glass direndam dalam alkohol 96% selama 5

menit

11. Dikeringkan, diberi label, disertai formulir

pengiriman, dan siap dikirim ke laboratorium PA.

14

b. Biopsi (Insisi atau Eksisi)

1. Bahan insisi eksisis terfiksasi dengan alkohol 70%

atau formalin 10% dan dimasukkan ke dalam botol/pot

plastik yang tertutup rapat.

2. Bila jarak pengiriman dekat memakai alkohol 70%

(karena sifat alkohol yang mudah menguap) dan bila

jarak pengiriman jauh memakai formalin 10%.

c. Operasi

1. Bahan operasi difiksasi denga alkohol 70% atau

formalin 10%

2. Bahan operasi harus terendam di dalam bahan fiksasi.

Yang sempurna adalah jumlah cairan fiksasi kira-kira

10 kali banyaknya jaringan yang diawetkan dan segera

di tutup rapat.

3. Bila bahan operasi besar, lakukan insisi sejajar

supaya bahan fiksasi dapat meresap ke dalam jaringan

15

sehingga jaringan di bagian dalam tidak membusuk

selama proses pengiriman.

d. Sitologi

Tujuannnya adalah melakukan skrining (pemeriksaan

penyaringan) dan atau menegakkan diagnosis, terutama

dengan cara pemeriksaan sitomorfologi (bentuk sel).

Cara pemeriksaan ialah membuat sediaan apus pada objek

glass, dari bahan yang diterima, setelah diawetkan

kemudian diwarnai.

Manfaat pemeriksaan ialah melakukan deteksi kanker pada

tahap dini, dan menegakkan diagnosis secara efisien dan

ekonomis dengan tindakan relatif aman.

Bahan sediaan berupa : usapan mulut rahim (PAP test),

cairan pleura, peritoneum, liquor cerebrospinalis,

sputum, dan urine.

Cara pengiriman bahan adalah sebagai berikut :

1. Usapan mulut rahim yang diambil dengan spatula,

dibuat apusan pada objek glass kemudian secepatnya

dimasukkan ke dalam bahan fiksasi alkohol 96%.

Setelah kira-kira 1 jam, sediaan dikeringkan di

udara, untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium

sitologi sebagai sediaan kering yang telah diawetkan.

Bila tempat pengambilan sediaan dekat dengan

laboratorium sitologi dan sediaan objek glass di

dalam bahan fiksasi belum cukup waktu (belum mencapai

1 jam) untuk dikeringkan maka dapat dikirim ke

16

laboratorium sitologi berupa sediaan basah (masih di

dalam bahan fiksasi alkohol 96%)

2. Sputum, dalap dikirim dalam bentuk sediaan objek

glass kering yang telah diawetkan atau sediaan objek

glass basah (masih di dalam bahan fiksasi alkohol

96%) atau sputum di dalam botol/pot plastik tertutup.

3. Cairan pleura, ascites atau cairan serosa lainnya

dapat dikirim dalam bentuk :

Cairan segar du dalam tabung spuit tertutup atau

Cairan segar di dalam botol/pot plastik yang

ditambah heparin atau campuran dextran agar tidak

menggumpal.

Bahan fiksasi yang digunakan adalah alkohol 70%, lalu

di sentrifuge, setelah itu sedimen diambil, dioleskan

di atas objek glass, diratakan dengan objek glass

lain, dan difiksasi dengan alkohol 96%.

4. Urine segar di dalam botol/pot plastik. Bahan fiksasi

yang digunakan adalah alkohol 50% ana (sama banyak,

artinya = urine 5cc + alkohol 50% 5cc).

5. Aspirat hasil Aspirasi Jarum Halus (FNAB) dibuat

apusan pada objek glass yang sebagian dimasukkanke

dalam bahan fiksasi alkohol 96% untuk pewarnaan

Papaniculaou dan sebagian dikeringkandi udara untuk

pemeriksaan Giemsa. Sediaan objek glass yang berada

di dalam fiksasi setelah 1 jam dapat dikeringkan

diudara untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium

sitologi.

17

Dalam keadaan tertentu Patologist harus mengambil

bahan pemeriksaan tersebut dengan cara biopsi

aspirasi jarum pada penderita yang dikirim ke

laboratoriumsitologi UPF PA atau patologist datang ke

ruang perawatan.

3. Macam bahan fiksasi :

A. Alkohol 70%

B. Alkohol 96% (absolut)

C. Formalin 10-12% buffer.

Cara membuat :

Formalin 40% 100cc

Aquadest 900cc

Sodium phospat monobasic 4 g

Sodium phospat dibasic 6,5 g

4. Evaluasi hasil pemeriksaan PA

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan :

Saran :

18

19

20