Makalah Bisnis Manajemen : Peran MSDM Dalam Merumuskan dan Melaksanakan Strategi Perusahaan
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of Makalah Bisnis Manajemen : Peran MSDM Dalam Merumuskan dan Melaksanakan Strategi Perusahaan
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU TUGAS
MATA KULIAH : BISNIS MANAJEMEN
Dosen : Elvira Azis, SE, MT.
DISUSUN OLEH:
Firman Firdani 111400015
Hafiz Rahma Putra 111400021
M. Anggih Anggriawan 111400026
(MBTI 2011/A)
MANAJEMEN BISNIS
1
TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKAINSTITUT MANAJEMEN TELKOM
2011KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan langit danisinya serta menjadikan yang di dalamnya berpasang-pasangan.Sehingga apa yang terjadi di dunia ini akan terjadi sesuaikehendak-Nya
Hanya petunjuk-Nya yang mampu mengantarkan kita pada jalankebenaran dan senantiasa pada kebaikan. Do'a tak akan lupakami ucapkan kepada-Nya agar semua yang kita rencanakan bisaberjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang maksimal.
Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kehadiratnabiyullah Muhammad SAW yang telah mendidikan para pendahulu-pendahulu kita dari jalan yang penuh kesesatan menuju jalanyang penuh rahmat dan hidayah-Nya, jalan yang diridloi-Nya danjalan yang terang benderang yaitu Agama Islam.
Sesungguhnya kenikmatan terbesar yang telah diberikan olehAllah kepada kita, kenikmatan paling sempurna dan abadi adalahAllah telah menuntun kita kepada islam. Agama Allah yang telahditurunkan bersamamnya sebagai kitab suci, diutus bersamanyapara Rasul dan tidak ada agama selain itu yang diterimah olehAllah swt.
Tak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kamiucapkan kepada Ibu Elvira Azis, SE, MT. selaku Dosen Matakuliah Bisnis Manajemen kami yang telah membimbing di kelassehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada para penbaca yangsenantiasa mau membaca makalah ini. Penyusun berharap mudah-mudahan pembaca makalah ini dapat mengambil ilmu dari makalahini walaupun cuma sedikit karena sehingga makalah ini menjadibermanfaat bagi para pembaca.
2
Penyusun juga tidak menutup kemungkinan jika dalam penyusunanmakalah ini terdapat kekurangan. Karena manusia tak luput darisalah dan lupa, jika itu ada bukan merupakan kesalahan yangdisengaja.
Sebagai akhir dari kata pengantar ini, penyusun berpesankepada para pembaca, agar memberikan saran serta kritikannyayang kemudian akan menjadi arahan bagi penyusun dalam menulismakalah-makalah selanjutnnya.
Bandung, 14 Desember 2011
Penyusun
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang 4
1.2 Tujuan Perangkuman . 5
BAB II Isi Rangkuman
Bab 1. Pengantar Manajemen Sumber DayaManusia……………………………..6
Bab 2. Analisis Pekerjaan danKeterampilan……………………………………..12
Bab 3. Rekrutmen dan Seleksi…………………………………………………….17
3
Bab 4. Produktivitas……………………………………………………………….21
Bab 5. Kepemimpinan…………………………………………………………….24
Bab 6. Motivasi dan Pengembangan SDM………………………………………..28
Bab 7. Penilaian Kerja…………………………………………………………….30
Bab 8. Kompensasi………………………………………………………………..33
Bab 9. Pemeliharaan SDM………………………………………………………..40
Bab 10. PHK……………………………………………………………………...42
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan 45
Daftar Pustaka 46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Globalisasi telah membuat pasar-pasar yang baru, produk-produk
baru, pemikiran atau ide baru, kompetensi baru dan jalur
pemikiran yang baru mengenai bisnis. Pada masa yang akan
4
datang, harus disadari bahwa SDM akan membutuhkan suatu model
dan proses untuk memperoleh kecakapan dalam dunia global,
keefektifan dalam bekerja, dan kemampuan dalam berkompetisi.
Globalisasi telah menjadi daur hidup industry yang senantiasa
akan terus berubah dan berubah. Persaingan global yang efektif
memerlukan perhatian lebih daripada menghasilkan suatu produk
yang akan dijual di pasar, dan mendistribusikannya ke dalam
pasar yang baru. Persaingan global yang efektif membutuhkan
suatu jaringan kerja yang canggih dan mantap dimana akan
menarik teknologi yang ditemukan dari satu lokasi dan
disebarluaskan ke seluruh dunia, seperti: kecepatan dari
produk, manusia, informasi, dan ide yang dengan mudah tersebar
di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan dan manajemen
ekonomi baik secara global dan komimen secara local atau kita
ini harus “berpikir global, tapi bertindak local”. Hal-hal
lain yang berkembang dalam dunia bisnis global saat ini adalah
adanya ketidakpastian polotik yang diahadapi dalam pasar
global. Belajar untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah
tantangan untuk perusahaan yang hidup di era globalisasi.
Kegiatan bisnis dalam negara yang maju teknologinya akan
memberikan kekayaan dan keunggulan yang banyak dan tepat
ketika perusahaan itu menjadi perusahaan yang berperan di era
global. Manakala perusahaan melakukan investasi dalam negara
yang belum maju, maka jarak social ekonomi antara negara maju
dan negara yang sedang berkembang akan semakin melebar, dan
pada akirnya akan menjadikan rasa ketidakpuasan social yang
tidak hanya dalam bebrapa daerah dalam suatu negara, tetapi
bisa terjadi di seluruh negara. Apabila ketimpangan seperti
5
ini tidak diperbaiki, maka tidak mustahil akan muncul
pertentangan yang akhirnya bisa mengarah terjadinya revolusi.
Para pemimpin perusahaan (manajer) dituntut harus lebih cerdas
secara global dan pandai dalam mengantisipasi apa yang akan
terjadi untuk mencapai sukses pengetahuan tentang ekonomi yang
dahulu amatlah diperlukan, artinya saat ini pegetahuan secara
gobal sangat diperlukan oleh para manajer global. Organisasi
bisnis hendaklah bekerja keras untuk menciptakan kemampuan
perusahaannya secara global, dan para pemimpin perusahaan dan
seluruh SDM-nya harus professional untuk selalu berfikir dan
membuat organisasinya menuju arah yang lebih maju.
1.2 Tujuan Perangkuman
Memenuhi tugas mata kuliah Bisnis manajemen dan juga menambah
pengetahuan penulis dalam Manajemen Sumber Daya Manusia dan
hubungannya dengan proses manajemen, Untuk mengetahui fungsi,
tugas dan pentingnya manajemen sumber daya manusia, Untuk
mengetahui tanggung jawab manajemen sumber daya manusia secara
lini dan staf, Untuk mengetahui peran MSDM dalam merumuskan
dan melaksanakan strategi perusahaan, dan Untuk mengetahui
betapa pentingnya sistem pengukuran bagi manager SDM saat ini
6
BAB II
ISI RANGKUMAN
BAB I : Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
A.Pengertian MSDM
Manajemen, berasal dari kata kerja to manage (bhs.Inggris),
yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.
7
Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber daya
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.
Menurut Veithzal Rivai (2009:1), manajemen SDM merupakan
salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-
segi perencanaan, pengorganisasian, pelakasanaan, dan
pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang
produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena
sumber daya manusia (SDM) dianggap semakin penting perannya
dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman
dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara
sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya
manusia. Istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan
pengetahuan tentang bagaimana seharusnya me-manage
(mengelola) sumber daya manusia.
B.Fungsi dan Praktik MSDM
Fungsi merupakan kegiatan pokok yang dilakukan dalam
perusahaan. Edwin B. Flippo (1981) dalam bukunya Personel
Management menguraikan sebagai berikut:
1. Fungsi manajerial
a. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tindakan untuk
mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian
Sesudah diadakan perencanaan, tindakan selanjutnya adalah
pengorganisasian. Adalah pembentukan sebuah struktur
8
organisasi untuk melaksanakan tujuan yang telah
ditentukan untuk dicapai, yang nantinya ditunjukkan
bagaimana hubungan antara satu unit dengan unit lainnya.
c. Pengarahan
Pengarahan adalah member petunjuk dan mengajak para
pegawai agar mereka berkemauan secara sadar untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditentukan
perusahaan.
d. Pengendalian
Pengendalian berarti melihat, mengamati, dan menilai
tindakan atau pekerjaan pegawai, apakah mereka benar-
benar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana.
2. Fungsi Operatif atau Fungsi Teknis
a. Pengadaan (Recruitment)
Adalah proses memperoleh jumlah dan jenis pegawai yang
tepat untuk mencapai tujuan. Fungsi ini terutama
berkaitan dengan penentuan kebutuhan pegawai dan
penarikannya, dan seleksi dan penempatannya.
b. Pengembangan (Development)
Adalah proses untuk meningkatkan keterampilan melalui
latihan yang diperlukan untuk dapat menjalankan
pekerjaannya dengan baik dengan harapan pegawai tersebut
dapat menyesuaikan diri dengan pengembangan, dan semakin
rumitnya tugas-tugas pekerjaan.
c. Kompensasi (Compensation)
Adalah pemberian penghargaan kepada pegawai sesuai dengan
sumbangan mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
9
Kompensasi biasanya diterima dalam bentuk uang yang
ditambah dengan tunjangan-tunjangan lain selama sebulan.
d. Pengintegrasian (Integration)
Adalah penyesuaian sikap-sikap, keinginan pegawai, dengan
keinginan perusahaan dan masyarakat. Dalam hal ini,
pegawai secara individu diminta mengubah, kebiasaan, dan
sikap-sikap lainnya sesuai dengan keinginan dan tujuan
perusahaan.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Adalah proses untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi yang telah ada. Apa yang sudah diterima dan
pernah dinikmati pegawai hendaknya tetap dipertahankan.
f. Pensiun (separation)
Adalah sebuah fungsi yang berhubungan dengan pegawai yang
sudah lama bekerja pada perusahaan dengan menjamin
pegawai-pegawai yang pensiun dengan member dana pensiun
yang berasal dari potongan gaji pegawai yang bersangkutan
pada waktu masih aktif bekerja.
C. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Secara umum sumber daya yang ada dalam organisasi antara
lain adalah sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber
daya lingkungan, sumber daya teknologi, dan sumber daya bahan-
bahan material. Apabila akan dikelompokkan secara sederhana,
maka sumber daya-sumber daya tersebut dapat dikelompokkan
dalam sumber daya manusia dan sumber daya bukan manusia.
Sumber daya akal, sumber daya perasaan, sumber daya
keinginan, sumber daya kemampuan, sumber daya keterampilan,
sumber daya pengetahuan, dan dorongan daya dan karya merupakan
10
unsure-unsur yang dapat digali dan dikembangkan dari sumber
daya manusia. Pengelolaan sumber daya manusa dengan demikian
perlu memberikan perhatian penting terhadap rasio, rasa, dan
karsa sebagai aset yang dapat memberikan kontribusi lebih
dalam pencapaian tujuan organisasi.
D. Tugas dan Cakupan Kegiatan MSDM
Manajemen sumber daya manusia bertugas mempelajari dan
mengembangkan cara-cara agar manusia dapat secara efektif
diintegrasikan ke dalam berbagai organisasi guna mencapai
tujuan-tujuannya. Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar
pada upaya mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang
dimiliki seefektif mungkin sehingga dapat diperoleh sumber
daya manusia yang puas (satisfied) dan memuaskan (satisfactory) bagi
organisasi.
Russel dan Bernandin menyatakan bahwa, “Manajemen sumber
daya manusia secara umum mencakup kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan: 1) Desain Organisasi 2) Staffing 3) Sistem
Reward, tunjangan-tunjangan dan pematuhan/compliance, 4)
Manajemen Performansi 5) Pengembangan Pekerja dan Organisasi,
dan 6) Komunikasi dan hubungan masyarakat. Dengan demikian,
dapat diidentifikasi bahwa lingkup manajemen sumber daya
manusia meliputi semua aktifitas yang berhubungan dengan
sumber daya manusia dalam organisasi.
E. Fungsi MSDM
Bagaimanapun, mengelola unsure manusia secara bagik agar
diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya merupakan
bagian penting dari tugas MSDM. Berdasarkan tugas dari MSDM
tersebut, maka MSDM memiliki tugas-tugas yang dapat
11
dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu fungsi manajerial,
fungsi operasional, dan fungsi kedudukan MSDM dalam pencapaian
tujuan organisasi secara terpadu.
Fungsi Manajerial dalam MSDM memiliki keterkaitan yang
erat dalam kegiatan sebagai berikut:
1. Perencanaan,
2. Pengorganisasian,
3. Pengarahan,
4. dan Pengendalian.
Fungsi kedua dari MSDM merupakan fungsi operasional yang
meliputi:
1. Manajemen pengadaan,
2. Upaya pengembangan,
3. Pemberian kompensasi,
4. Pengintegrasian,
5. Pemeliharaan,
6. dan Pemutusan hubungan kerja.
Fungsi ketiga, yaitu kedudukan MSDM dalam pencapaian
tujuan organisasi perusahaan secara terpadu, merupakan upaya-
upaya yang bersifat integrative sebagai bagian dari strategi
MSDM dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
F. Perencanaan SDM
Perencanaan tenaga kerja menurut Barry (1996) serta John
dan Pauline (1994) dapat disarikan artinya sebagai suatu cara
untuk mencoba menetapkan keperluan tenaga kerja untuk suatu
periode tertentu baik secara kualitas maupun kuantitas dengan
cara-cara tertentu (Umar, 2004). Keperluan tenaga kerja dapat
ditentukan melalui suatu proses perencanaan yang terdiri atas
12
tiga macam (Umar, 2004), yaitu top-down planning atau perencanaan
dari atas ke bawah, bottom-up planning atau perencanaan dari
bawah ke atas, dan perencanaal peramalan.
1. Top-Down Planning
Top-down planning (TDP) atau perencanaan dari atas ke
bawah adalah bahwa rencana menyeluruh dari perusahaan baik
untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang menentukan
jumlah SDM yang dibutuhkan. Laba perusahaan atau organisasi
terlebih dahulu telah disimulasikan agar dipengaruhi secara
signifikan dengan peningkatan biaya untuk SDM.
Dalam TDP, dapat dirumuskan secara ringkas:
Rata-rata SDM yang dibutuhkan¿PendapatantahunN
biayarata−rataperkepalatahunN× 50100
Rencana kerja dalam TDP berkaitan erat dengan
penganggaran dan pembiayaan. Dalam TDP dapat dibuat estimasi
kategori SDM, misalnya pada departemen marketing, estimasinya
adalah:
Jumlah SDM Marketing yang dibutuhkan ¿ProyeksipendapatantahunNtargetpelangganperindividu
2. Bottom-up Planning
Bottom-up Planning (BUP) atau perencanaan dari bawah ke
atas dalam fungsi manajerial dari MSDM merupakan proses
perencanaan SDM yang dimulai dari kelompok pekerjaan yang
terkecil yang disajikan dasar untuk memperkirakan kebutuhan
SDM untuk tahun berikutnya dalam rangka mencapai targer kerja
yang telah ditetapkan.
3. Perencanaan SDM dengan Ramalan
Perencanaan SDM yang dilakukan berdasarkan peramalan amat
diperlukan karena persedian SDM cenderung tidak statis, bahkan
13
cenderung dipengaruhi oleh arus SDM masuk (seperti rekrutmen
SDM dan transfer SDM masuk) dan arus keluar (seperti
penyusutan SDM dan transfer SDM ke luar) penumpukan SDM dengan
kualitas dan profesionalitas yang juga tidak statis. Cara yang
jelas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam perencanaan
SDM adalah dengan meningkatkan pendayagunaan individu-individu
yang sekarang dimiliki organisasi atau perusahaan.
Untuk melakukan peramalan terhadap perputaran dan
penyusutan SDM dapat digunakan beberapa model yang cukup
popular. Antara lain adalah proses peramalan pada perencanaan
SDM didukung oleh: Indeks perputaran (Turnover Index), Indeks
Stabilitas (Stability Index), Analisis Masa Kerja, Analisis
Ketahanan, Indeks Setengah (Half-Life Index), Metode Sensus (Census
Method), Riwayat Masa Kerja (Recension Profile), Prestasi Kerja
(Performance of Work), Kemangkiran dan Pergantian Pegawai serta
Produktivitas Kerja (Umar, 2004).
G. Pengorganisasian
Melalui perencanaan SDM maka dapat ditemukan landasan
terhadap segala hal yang akan dilakukan perusahaan.
Selanjutnya, setelah diperoleh keputusan tentang segala
tindakan yang dapat dilakukan, maka perlu disusun organisasi
untuk melaksanakan tindakan dan langkah-langkah secara
terorganisasi.
Manajer SDM harus membentuk organisasi dengan
merancang susunan dari berbagai hubungan antar jabatan,
personalia, dan factor fisikal apabila perusahaan atau
organisasi telah menentukan fungsi-fungsi yang harus
dijalankan oleh individu-individu dalam SDM.
14
H. Pengarahan dan Pengawasan
Pengarahan dan pengawasan merupakan kegiatan yang saling
berhubungan erat dalam MSDM. Pengarahan diperlukan agar
individu-individu dalam SDM dapat melakukan pekerjaan
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Pengarahan juga
dilakukan agar segenap SDM dapat bekerja lebih baik, efektif,
dan efisien. Pemberian motivasi, bimbingan, intruksi, atau
advis dan rekomendasi agar setiap individu dalam SDM lebih
efektif dalam bekerjadan terkonsentrasi untuk mencapai tujuan
merupakan beberapa bentuk metode pengarahan dalam MSDM.
I. Pengadaan dan Pengembangan SDM
Pengadaan SDM adalah suatu upaya untuk mempermudah jumlah
dan jenis individu yang tepat sesuai dengan kebutuhan SDM pada
suatu perusahaan atau organisasi. Pengadaan memiliki fungsi
yang terkai dengan masalah penentuan kebutuhan SDM, rekrutmen,
seleksi, dan penempatan (placement).
J. Pemberian Kompensasi, Integrasi, dan Pemeliharaan dalam
MSDM
Sebagai balas jasa atas segala sesuatu dan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh para karyawan, maka diberikanlah
kompensasi yang diterimakan kepada karyawan pekerja. Pemberian
kompensasi dalam konteks ideal dapat diartikan sebagai imbalan
atau penghargaan yang adil dan layak terhadap karyawan sesuai
dengan kemampuan karyawan tersebut dalam melaksanakan
pekerjaan dan segala sesuatu yang bermanfaat bagi perusahaan.
BAB II : Analisis Pekerjaan dan Ketrampilan
15
A. Pengertian Analisis Pekerjaan
Analisi pekerjaan menurut Amstrong (2004b) adalah sebuah
teknik manajemen yang amat penting karena analisis pekerjaan
akan menghasilkan informasi yang amat diperlukan untuk
mendesain atau mengembangkan organisasi, rekrutmen, manajemen
kinerja, pelatihan, dan pengembangan, serta pengkajian.
Barry (1996) memaparkan empar prinsip yang harus diikuti
dalam melakukan analisis pekerjaan, yaitu:
1. Analitis. Prinsip analitis dalam analisis pekerjaan
dapat diartikan bahwa pekerjaan diuraikan menjadi
komponen-komponen yang tidak hanya mencantumkan
aktivitas, tetapi juga memberikan gambaran yang jelas
tentang segala hal yang semestinya dapat dilakukan.
2. Obyeknya adalah Pekerjaan. Prinsip obyeknya adalah
pekerjaan dalam analisis pekerjaan dapat dimaknai bahwa
pekerjaan yang ditawarkan hanya akan dapat dikerjakan
dengan kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan
keahliannya tertentu dari yang mengerjakan-nya.
3. Tidak Dinilai. Prinsip tidak dinilai dalam analisis
pekerjaan mengandung maksud bahwa jika terjadi
penyimpangan-penyimpangan haruslah dianggap sebagai
masalah analis kerja.
4. Pekerjaan Saat Ini. Prinsip pekerjaan saat ini dalam
analisis pekerjaan adalah bahwa para analis tidak
mempertimbangkan baik perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi di masa mendatang maupun perubahan-perubahan
yang terjadi di masa lalu.
B. Langkah-langkah Utama dalam Analisis Pekerjaan
16
Hasil analisis pekerjaan secara garis besar terdiri atas
1) isi pekerjaan (content), 2) lingkup pekerjaan (scope), dan 3)
Klasifikasi pekerjaan. Ketiga hasil analisis pekerjaan
tersebut antara lain dapat diperoleh melalui langkah-langkah
berikut (urutan tidak terlalu penting):
1. Penentuan tugas-tugas
2. Penentuan kegiatan-kegiatan dalam pekerjaan
3. Penentuan perilaku-perilaku
4. Penentuan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan
dalam pekerjaan
5. Penetapan pengetahuan
6. Penetapan kemampuan-kemampuan
7. Penetapan kecakapan-kecapakan
8. Penetapan kepribadian, sikap, ketangkasan, dan
karakteristik fisik dan mental yang diperlukan dalam
pekerjaan
C. Informasi Dasar Analisis Pekerjaan dan Deskripsi Pekerjaan
Analisis pekerjaan Informasi dasar analisis pekerjaan
merupakan dasar untuk mendesai atau mengembangkan organisasi,
rekrutmen, manajemen kinerja, pelatihan dan pengembangan,
serta penggajian. Menurut Amstrong (2004b), analisis pekerjaan
menghasilkan informasi dasar tentang pekerjaan sebagai
berikut:
Tujuan keseluruhan. Tujuan keseluruhan dalam analisis
pekerjaan mencakup mengapa pekerjaan itu ada dan
kontribusi apa yang diharapkan dari memegang
pekerjaan/jabatan tersebut.
17
Organisasi. Organisasi dalam analisis pekerjaan
mencakup apakah posisi pekerjaan tersebut sesuai
dengan organisasi, pengaturan tanggung jawab.
Isi pekerjaan. Isi pekerjaan dalam analisis pekerjaan
mencakup tugas dan kewajiban apa saja yang harus
dilakukan oleh pemegang pekerjaan.
Dimensi-dimensi. Dimensi-dimensi dalam analisis
pekerjaan mencakup indicator kuantitatif besarnya
pekerjaan yang mencakup aspek-aspek tertentu seperti
ukuran pabrik, peralatan, property, dan fasilitas yang
menjadi tanggung jawab pemegang pekerjaan tersebut.
Deskripsi pekerjaannya merupakan kelanjutan langkah dalam
pekerjaan. Sebagian besar deskripsi pekerjaan sebaiknya
mencakup hal (Umar, 2004):
Nama Jabatan
Detail identifikasi kerja
Nama penjabat
Garis pelaporan
Tujuan pokok pekerjaan
Tugas dan tanggung jawab
Konteks
Kontak
Bawahan
Dimensi
Kondisi kerja
Pengetahuan, keahlian, dan pengalaman
Kompetensi
Informasi lain
18
Tandatangan dan tanggal
D. Daftar Analisis Pekerjaan
Daftar analisis pekerjaan sangat penting untuk memberikan
acuan terhadap data yang akan diperlukan. Daftar analisis
pekerjaan biasanya bereferensi kepada pengetahuan dan
ketrampilan. Untuk menghasilkan data yang diperlukan dalam
analisis pekerjaan, maka seharusnya analisis pekerjaan harus
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini (Amstrong,
2003b:93):
Mengapa pekerjaan itu ada?
Secara keseluruhan, apa yang ingin dicapai oleh
pemegang pekerjaan tersebut?
Bagaimana kecocokan antara pekerjaan tersebut dengan
pekerjaan-pekerjaan lainnya di dalam sebuah
kelompok/tim?
Kepada siapa pemegang pekerjaan tersebut memberikan
laporan?
Siapa yang akan memberikan laporan kepada pemegang
pekerjaan tersebut?
Tugas-tugas utama apa saja yang dilakukan oleh
pemegang pekerjaan tersebut?
Hasil apakah yang diinginkan untuk setiap tugas
tersebut (apabila mungkin, kuantitatifkan).
Pengetahuan dan ketrampilan apakah yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan tersebut?
Siapa saja yang akan berhubungan dengan pemegang
pekerjaan tersebut? (rekan kerja, pemasuk,
pelanggan, dan lain-lain)
19
Sumber daya apakah yang dikendalikan/diawasi oleh
pemegang pekerjaan tersebut? (anggaran keuangan,
peralatan, pabrik, kepemilikan/property, dan lain-
lain)
Seberapa besar wewenang yang dimiliki oleh pemegang
pekerjaan tersebut untuk memuat keputusan?
Bagaimana cara pengukuran terhadap kinerja pemegang
pekerjaan tersebut?
Apakah pekerjaan tersebut menyajikan kesulitan-
kesulitan khusus atau permasalahan khusus pada
pemegang pekerjaan tersebut?
Kondisis kerja apakah yang dihadapi oleh pemegang
pekerjaan tersebut?
E. Tujuan Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan baik pada sector swasta maupun sector
public, skala kecil maupun skala besar memerlukan analisis
pekerjaan untuk berbagai tujuan. Beberapa tujuan analisis
pekerjaan adalah sebagai berikut (Bernandin dan Joyce, 1993):
1. Job Description. Berisi informasi identifikasi, riwayat,
kewajiban-kewajiban, pertanggungjawaban, spesifikasi,
atau standar-standar pekerjaan.
2. Job Classification. Pengelompokan, pengkelasan, dan jenis-
jenis pekerjaan berdasarkan rencana sistematika
tertentu.
3. Job Evaluation. Merupakan prosedur klasifikasi pekerjaan
berdasarkan kegunaan di dalam organisasi dan dalam
pasar tenaga kerja luar yang terkait.
20
4. Job Desing Restructuring. Meliputi usaha-usaha untuk
merelokasi dan merestrukturalisasi kegiatan-kegiatan
pekerjaan ke dalam berbagai kelompok.
5. Pesonnel Requirement/Spesifications. Spesifikasi ini adalah
kualifikasi minimal untuk suatu pekerjaan.
6. Performance Appraisal. Penilaian sistematis yang dilakukan
oleh para supervisor terhadap performansi pekerjaan
dari para pekerja.
7. Woeker Training. Dilakukan untuk tujuan-tujuan pelatiha,
yaitu mengambangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu,
dan mempengaruhi perilaku dari individu-individu
dalam organisasi sedemikian rupa sehingga perilaku
individu-individu tersebut memberikan kontribusi yang
lebih besar bagi organisasi.
8. Efficieny. Suatu pekerjaan disebut efisien apabila
mencakup integrasi proses kerja yang optimal dan
didukung perencanaan yang baik dalam keamanan
peralatan dan fasilitas fisik lainnya.
9. Safety. Focus perhatian safety lebih dititik beratkan
pada penghentian, mengeliminasi, atau menghindari
kondisi-kondisi fisik, kondisi-kondisi lingkungan,
dan perilaku-perilaku kerja yang tidak aman.
10. Human Resource Planning. Perencanaan SDM akan selalu
meliputi upaya perencanaan agar memperoleh the right mans
in the right places and in the right times untuk mencapai
kemanfaatan yang sebesar-besarnya atas keberadaan SDM
dalam suatu organisasi atau perusahaan.
21
11. Legal/Quasi Legal Requirements. Analisis pekerjaan juga
diperlukan untuk menyusun regulasi-regulasi dan
berbagai ketentuan organisasional.
F. Klasifikasi Pekerjaan
Kedudukan klasifikasi pekerjaan dalam analisis pekerjaan
sangat pengting karena hasil klasifikasi pekerjaan merupakan
kategorisasi-kategorisasi kedudukan sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan, jenis pekerjaan yang dibutuhkan, keahlian, dan
ketrampilan yang dibutuhkan, dan berbagai factor yang
berkaitan dengan pekerjaan.
System klasifikasi untuk semua pekerjaan, baik sector
public maupun swasta didasarkan pada beberapa factor (Gomes,
1995:102):
1. Masukan Informasi
2. Proses-proses mental
3. Output pekerjaan
4. Relasi dengan orang
5. Konteks pekerjaan
6. Metode-metode kerja
7. Ciri-ciri pekerja
G. Analisis Ketrampilan
Analisis ketrampilan diperlukan untuk menentukan
kebutuhan yang diharapkan atas pemegang pekerjaan dalam hal
tipe dan keragaman ketrampilan yang harus dimiliki oleh
individu untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan kompetensi
yang sesuai atau dikehendaki.
22
Tujuan rekrutmen menyebabkan perlunya dilakukan
ketrampilan dengan criteria khusus tertentu(specific).
Ketrampilan akan dianalisis sebagai berikut (Amstrong, 2003):
Ketrampilan fisik yang memerlukan berbagai kemampuan
pekerjaan manual
Ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan atau
menggunakan peralatan/perlengkapan khusus, fasilitas,
atau mesin khusus.
Ketrampilan-ketrampilan procedural yang diperlukan
untuk melakukan pekerjaan secara berurutan.
Ketrampilan mendiagnosis, menganalisis, dan
menyelesaikan masalah
Ketrampilan yang diperlukan untuk menginterpretasikan
atau menggunakan petunjuk manual dan sumber informasi
lainnya seperti diagram dan bagan.
BAB III : Rekrutmen dan Seleksi
A. Pengertian Rekrutmen, Seleksi, dan Orientasi
Rekrutmen merupakan suatu kegiatan untuk mencari
sebanyak-banyaknya calon tenaga kerja yang sesuai dengan
lowongan yang tersedia (Umar, 2004). Menurut Gomes (1995:105)
rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik
para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu
organisasi. Rekrutmen dapat didefinisikan sebagai proses
mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk
dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi sebagai langkah
23
awal untuk mendapatkan calon karyawan yang setepat-tepatnya
untuk menduduki suatu pekerjaan.
Proses seleksi pada dasarnya merupakan usaha yang
sistematis yang dilakukan guna lebih menjamin bahwa mereka
yang diterima adalah yang dianggap paling tepat, baik dengan
criteria yang telah ditetapkan ataupun jumlah yang dibutuhkan,
dan usaha-usaha yang sistematis tadi misalnya dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut (Umar, 2004):
Seleksi dokumen
Psikotes
Tes intelegensi
Tes kepribadian
Tes bakat dan kemampuan
Tes kesehatan, dan
Wawancara
B. Sebab-sebab dilakukannya Rekrutmen
Kebijakan rekrutmen diputuskan oleh perusahaan atau
organisasi untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pekerjaan-
pekerjaan yang membutuhkan SDM baru (Vacancy). Ada beberapa
sebab yang menyebabkan dilakukannya rekrutmen (Gomes,
1995:105):
Berdirinya organisasi baru
Adanya perluasan Kegiatan Organisasi
Terciptanya pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan
baru
Adanya pekerjaan yang pindah ke organisasi lain
Adanya pekerjaan yang berhenti, baik dengan hormat
maupun tidak dengan hormat sebagai tindakan punitive
24
Adanya pekerja yang berhenti karena memasuki usia
pension
Adanya pekerjaan yang meninggal dunia
C. Nilai-nilai Utama dalam Rekrutmen
Rekrutmen dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari
lingkungan internal dan eksternal organisasi. Lingkungan
internal cukup menentukan dalam rekrutmen karena terkait
dengan political will dan motif-motif perusahaan. Lingkungan
eksternal yang berkaitan dengan rekruitmen adalah politik,
social, ekonomi, bahkan hukum.
Rekrutmen dalam pelaksanaannya dipengaruhi tiga nilai
utama yang mually exlusive (saling berbeda) dan dalam banyak
kasus saling berlawanan satu sama lain (Klingner dan
Nalbandian (1985:83-84), yang meliputi:
1. Social Equity atau keadilan social yang didalamnya
mencakup affirmative action.
2. Managerial efficiency atau efisiensi manajemen
3. Political responsiveness atau daya tanggap politik
D. Mendeskripsikan Jabatan Orang yang Tepat
Keputusan yang sangat krusial dalam perusahaan adalah
ketika mengangkat seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu
setelah kegiatan rekrutmen.
Jarang sekali dalam rekrutmen mempertimbangkan realistis
dan tidaknya individu melaksanakan suatu jabatan tertentu.
Adam smith menyatakan bahwa pembagian tenaga kerja yang ketat
akan mendatangkan tiga keuntungan (Dale, 2003:21-22):
25
1. Penyederhanaan rutinitas akan memperbaiki ketangkasan
kerja
2. Rutinitasi pelaksanaan akan mengurangi berbagai waktu
penundaan sehingga pekerja dapat dipasang pada satu
tugas dan tidak perlu mengganti alat atau material
3. Para ahli mesin dapat digunakan untuk membantu
produksi
Manfaat yang dapat diperoleh bagi perusahaan apabila
memberikan deskripsi pekerjaan dengan jelas, akurat, dan
berdasarkan desain pekerjaan yang matang adalah sebagai
berikut:
1. Pelamar yang direkrut benar-benar sangat mendekati
kepada criteria pengetahuan dan ketrampilan yang
diharapkan perusahaan (the right men in the right place)
2. Pelamar yang direkrut kemungkinan besar apabila kelak
diterima adalah benar-benar pelamar yang memiliki
sikap yang positif terhadap pekerjaannya.
3. Dalam jangka panjang, kepuasaan kerja dapat bertahan
lama pada karyawan yang direkrut.
4. Kinerja dan kualitas pekerjaan yang dikerjakan oleh
karyawan-karyawan hasil rekrutmen dengan deskripsi
pekerjaan yang tepat dapat terjamin untuk mencapai
titik paling optimal sesuai harapan perusahaan.
E. Pembuatan Keputusan dalam Rekrutmen
Decision making (pembuatan keputusan) dalam rekrutmen tidak
terlepas dari kemungkinan terjadinya kesalahan manusia (human
error) yang dapat menyebabkan rekrutmen tidak menghasilkan
26
output yang optimal. Human error dalam pengambilan keputusan
melalui rekrutmen dapat disebabkan oleh:
1. Kemungkinan apabila pelamar yang potensial justru
memutuskan untuk tidak melanjutkan melamar
dikarenakan hal-hal tertentu, baik yang disengaja
atau tidak disengaja.
2. Cara rekrutmen yang dilakukan oleh perusahaan.
Misalnya keterangan-keterangan informasi yang salah
pada saat menampilkan iklan vacancy atau lowongan di
media massa, waktu penerimaan lamaran yang terlalu
pendek, dan lain sebagainya.
Informasi yang memberikan daya pikat perlu diperhatikan dalam
pembuatan keputusan rekrutmen, misalnya terkait dengan gaji,
citra perusahaan, dan kesan yang akurat mengenai organisasi
dan spesifikasi pekerjaan dalam benak para calon karyawan.
F. Proses Seleksi
Yang perlu ditekankan dalam proses seleksi ini adalah
bahwa bagaimanapun pada keputusan akhir pengangkatan kandidat
harus dilakukan oleh perusahaan. Organisasi yang melimpahkan
keputusan seleksi dan pengankatan kepada pihak lain dapat
dikatakan bahwa organisasi tersebut belum hidup. Organisasi
dapat dikatakan memiliki nafas apabila memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan apapun dan siap mengambil segala
konsekuensi kepurusannya tanpa melimpahkan atau membagi
tanggung jawab atas pembuatan keputusan.
Proses seleksi oleh perusahaan juga perlu
mempertimbangkan feed back atau umpan balik dari para pelamar
yang “kalah” maupun pelamar yang terpilih dalam proses
27
seleksi. Feedback ini memungkinkan perusahaan mendapatkan
informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses rekrutmen
dan seleksi yang lebih baik pada masa-masa mendatang.
G. Pertukaran dan Arus informasi
dalam kasus rekrutmen untuk pekerjaan-pekerjaan dengan
tuntutan skills jarang dimiliki orang, maka bagi pelamar yang
memenuhi kualifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang
disyaratkan perusahaan akan memiliki bargaining position atau pisisi
tawar yang tinggi. Posisi tawar yang tinggi menyebabkan
perusahaan sedikit bergantung kepada ketrampilan yang dimiliki
oleh karyawan tersebut. Perusahaan dengan sendirinya harus
memberikan sebanyak informasi yang dibutuhkan oleh pelamar
criteria seperti ini.
Bagi kandidat yang diterima, informasi yang salah selama
rekrutmen dan seleksi dapat menyebabkan:
1. Ketidakpuasan terhadap pekerjaannya
2. Rendah diri hingga merasa terampas harga dirinya
3. Hambatan dalam kemajuan karir
4. Menurunnya harmoni dan kebahagian dalam rumah tangga
5. Kehidupan masa depan yang kurang cerah
6. Kompetensi yang kurang terakomodasi oleh pekerjaann.
Bagi perusahaan, informasi yang salah selama rekrutmen
dan seleksi dapat menyebabkan
1. Kinerja perusahaan secara keseluruhan rendah
2. Menurunnya produktivitas
3. Menurunnya kualitas pelayanan terhadap pelanggan
4. Menurunnya kualitas barang dan jasa
5. Menurunnya ethos kerja pada staf yang lain
28
H. Pohon keputusan dalam Seleksi
Seleksi merupakan bagian yang cukup pelik dalam
pengambilan keputusan. Misalnya seorang pelamar dengan skills
tinggi belum tentu dapat dijadikan pertimbangan untuk diterima
sebagai tenaga kerja baru. Perlu pertimbangan lanjut, apakah
skills tinggi tersebut benar-benar diperlukan untuk
menghasilkan kinerja yang efektif dalam jabatan?
I. Orientasi
Orientasi merupakan kegiatan tindak lanjut oleh
perusahaan kepada para karyawan baru yang telah lolos proses
seleksi dalam bentuk pengarahan yang mecakup sikap, standar
nilai, dan pola perilaku yang baru yang diharapkan oleh
perisahaan.
BAB IV : Produktivitas
A. Pengertian Produktivitas
Pengertian produktivitas dapat diartikan secara umum
sebagai tingkat perbandingan antara hasil keluaran (output)
dengan masukan (input) (Bernandin dan Russell (1993)). John
Soeprihanto berpendapat bahwa:
“Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan
antara hasil-hasil yang dicapai dengan keseluruhan
sumber daya yang dipergunakan atau perbandingan
jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang
digunakan (input)”.
Produktivitas memiliki dua dimensi, dimensi pertama
adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja
29
yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas, dan waktu, dan yang kedua yaitu efisiensi
yang berkaitan dengan upaya membandingkain input dengan
realisasi penggunanya atau bagaimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan (Umar, 2004).
Berikut rumus produktivitas (Umar, 2004):
Produktivitas ¿ EfektivitasmenghasilkanoutputEfisiensimenggunakaninput
Produktivitas berarti keseimbangan antara semua factor-
faktor produksi yang akan memberikan output yang paling besar
dengan usaha tertentu. Jadi produktivitas kerja dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Produktivitas kerja¿ JumlahproduksipertahunJamkerjayangditetapkan
B. Keterkaitan Produktivitas dengan beberapa Faktor
Klingner dan Nanbaldian (1993) menyatakan bahwa
produktivitas merupakan fungsi perkalian dari usaha pegawai
(effort), yang didukung dengan motivasi yang tinggi, dengan
kemampuan pegawai (ability) yang diperoleh melalui latihan-
latihan.
Selain keterkaitan produktivitas dengan usaha dan
kemampuan sumber daya manusia, produktivitas juga memiliki
hubungan keterkaitan dengan efisiensim efektivitas, dan
kualitas. Keterkaitan produktivitas dengan efisiensi,
efektivitas, dan kualitas dapat dirangkai dalam skema seperti
berikut ini (Umar, 2004):30
Gambar 4.2.
Keterkaitan antara efisiensi, efektivitas, kualitas, dan
produktivitas
C. Faktor-faktor Produktivitas
Beberapa factor yang sering diduga mempengaruhi
produktivitas antara lain adalah:
Kompensasi
Knowledge atau pengetahuan
Skills atau keahlian
Abilities atau kemampuan
Attitudes atau sikap
Behaviors
Sedarmayanti (1995) mengutip tentang ciri-ciri individu
yang produktif dan Erich dan Gilmore, yaitu:
Tindakannya konstriktif
Percaya diri
Mempunyai rasa tanggung jawab
Memiliki rasa cinta terhadap pekerjaannya
Mempunyai padangan ke depan
Mampu menyelesaikan persoalan
31
Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
berubah
Mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungan
Mempunyai kekuatan untuk mewujudkan potensinya
D. Produktivitas Parsial dan Produktivitas Terpadu
Sumber daya manusia sebenarnya hanyalah salah satu input
factor produksi selain mesin, bahan baku, energy, dan lain
sebagainya. Factor-faktor produksi ini secara sendiri-sendiri
disebut dengan produktivitas parsial. Produktivitas dalam
konteks sumber daya manusia dapat juga disebut produktivitas
tenaga kerja, produktivitas sumber daya manusia, dan lain
sebagainya.
E. Peningkatan Produktivitas
Bidang-bidang yang berkaitan dengan program-program
peningkatan produktivitas antara lain adalah yang pertama
mencakup produktivitas antara lain adalah yang pertama
mencakup dinamika struktur organisasi, kedua mencakup proses-
proses dalam MSDM, dan ketiga mencakup mekanisme pelaksanaan
MSDM.
F. Absen dan Pergantian terhadap Produktivitas
Pekerja dengan system pembayaran gajian yang absen pada
hari kerja dapat menyebabkan input tetap tetapi output
berkurang akibat ketidak hadiran seorang pekerja. Terhadap
adanya pegawai yang absen ini perusahaan seringkali menerapkan
solusi pergantian pegawai.
32
BAB V : Kepemimpinan
A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Konsep kata “pemimpin” berasal dari bahasa inggris “leader”
dan “kepemimpinan” dari kata “leadership”. Pemimpin adalah
orang yang paling berorientasi hasil di dunia. Kouzes
(2004:17), seorang pribadi yang memiliki superioritas
tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan
untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna
mencapai sasaran tertentu.
Sedangkan kepemimpinan memiliki kesimpulan yaitu bahwa:
a. Kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa semua
hubungan dapat melibatkan pimpinan.
b. Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi.
Kejelasan dan keakuratan dari komunikasi memperngaruhi
perilaku dan kinerja pengikutnya.
c. Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai.
Pemimpin yang efektif harus berhubungan dengan tujuan-
tujuan individu, kelompok, dan organisasi.
B. Sumber-sumber Pemimpin dan Kepemimpinan
Hal–hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin
adalah sebagai berikut:
a. Tradisi/ warisan: seseorang menjadi pemimpin karena
warisan/keturunan, misalnya raja atau ratu inggris, dan
belanda.
33
b. Kekuatan pribadi baik karena alasan fisik maupun
kecakapannya
c. Pengangkatan atasan: seseorang menjadi pemimpin karena
diangkat oleh pihak atasannya
d. Pemilihan: seseorang menjadi pemimpin karena dipilih oleh
bawahannya dan kemudian disahkan oleh atasannya.
Pemimpin hasil pemilihan biasanya lebih baik karena pemilih
akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keinginan untuk memimpin
Kualitas ini dapat diketahui hanya oleh pengetahuan
calon yang baik. Diskusi tentang manajemen,
permasalahan-permasalahan yangada serta minatnya untuk
memecahkan masalah : kainginan lebih penting daripada
kecakapan.
b. Kecerdasan
Kualitas ini mungkin ditetapkan dari nilai-nilai
ijazah, karya-karya ilmiah pada masa-masa silam dan
juga melalui psikologi.
c. Kecakapan untuk Membuat Uraian yang Logis
Kualitas ini dapat kita lihat dengan memperhatikan
kerja calon, apakah kerjanya baik secara objektif,
rasional serta ideal yang diukur menurut metode ilmiah.
d. Kecakap untuk Berkomunikasi
Penilaian kemampuan calon melalui bahasa. Suatu catatan
yang penting mengenai tata bahasa dan ejaan, pemilihan
kata-kata, alunan kata-kata, kejelasan berbicara,
34
expresi serta kemampuan untuk mempertahankan minat
selama memberikan penjelasan-penjelasan.
e. Akal Budi
Perhatian calon mengenai kebenaran-kebenaran moral,
hukum atau kejujuran serta tanggung jawab dalam
penggunaan waktu dan perlengkapan kantor, laporan
keuangan dan lain-lain.
f. Pengetahuan Umum
Penilaian tentan calon apakah mempunyai pengetahuan
yang luas tentang perusahaan maupun hal-hal di luar
perusahaan.
g. Pengetahuan Khusus
Apakah calon mepunyai pengetahuan khusus tentang
perusahaan yang akan dipimpinnya, sehingga apabila ia
dilimpahi wewenang, ia dapat melakukannya.
h. Kecakapan Menjalin Hubungan
Dapat bergaul secara luwes baik terhadap atasan, maupun
terhadap bawahan dan rekan-rekannya.
C. Fungsi Kepemimpinan
Veithzal Rivai (2004:96) memberikan beberapa contoh tentang
fungsi kepemimpinan, yaitu:
a. Menciptakan visi dan rasa komunitas
b. Membantu mengembangkan komitmen daripada sekedar
memenuhinya
c. Menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan
yang berlainan
d. Mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog
e. Membantu menggunakan pengaruh mereka35
f. Memfasilitasi
g. Member semangat pada yang lain
h. Menopang tim
i. Bertindak sebagai model
Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat beroprasi
secara efektif, seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok,
yaitu:
1. Task Related/ problem solving function, dalam fungsi ini
pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta
memberikan sumbangan informasi dan pendapat.
2. Group Maintenance function/ Social Function, meliputi:
pemimpin membantu kelompok beroprasi lebih lancer,
pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi anggota
kelompok yang lain, misalnya menjembatani kelompok yang
sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi
kelompok.
D. Cirri-ciri Pemimpin
Menurut George R. Terry, terdapat delapan cirri dari
pemimpin, yaitu:
a. Energy. Memiliki. Mempunyai kekuatan mental dan fisik.
b. Stabilitas Emosi. Seorang pemimpin tidak boleh
berprasangka jelek terhadap bawahannya, ia tidak boleh
cepat marah dan percaya pada diri sendiri harus cukup
besar.
c. Human Relationship. Mempunyai pengetahuan tentang
hubungan manusia.
36
d. Personal Motivation. Keinginan untuk menjadi pemimpin
harus besar dan dapat memotivasi diri sendiri.
e. Communication Skill. Mempunyai kecakapan untuk
berkomunikasi.
f. Teaching Skill. Mempunyai kecakapan untuk mengajarkan,
menjelaskan, an mengembangkan bawahannya.
g. Social skill. Mempunyai keahlian di bidang social,
suka menolong, ramah, dan luwes supaya terjamin
kepercayaan dan kesetiaan bawahannya.
h. Teaching Competent. Mempunyai kecakapan menganalisa,
merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang,
mengambil keputusan, dan mampu menyusun konsep
E. Tipe-tipe Kepemimpinan
G.R Terry mengemukakan tentang tipe-tipe kepemimpinan
sebagai berikut:
a. Kepemimpinan Pribadi
Dalam tipe ini pimpinan mengadakan hubungan langsung
dengan bawahannya sehingga timbul hubungan pribadi
yang intim.
b. Kepemimpinan Non-Pribadi
Dalam tipe ini pimpinan tidak mengadakan hubungan
langsung dengan bawahannya antara atasan dan bawahan
tidak timbul kontak pribadi.
c. Kepemimpinan Otoriter
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya
secara sewenang-wenang karena menganggap dirinya
paling berkuasa sehingga menimbulkan rasa takut pada
bawahannya.37
d. Kepemimpinan Kebapakan
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya
seperti anak sendiri sehingga para bawahannya tidak
berani mengambil keputusan, segala sesuatu yang pekik
diserahkan kepada bapak pimpinan untuk menyelesaikan
sesuatu yang menjadi tanggung jawab anak buahnya.
e. Kepemimpinan Demokratis
Dalam tipe ini pimpinan selalu mengadakan musyawarah
dengan para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaannya yang sukar sehingga mereka merasa
dihargai pikiran-pikiran dan pendapat-pendapatnya.
F. Kemampuan Visioner
Kemampuan pemimpin untuk mencetuskan idea tau gagasan suatu
visi selanjutnya melalui dialog yang kritis dengan unsure
pimpinan lainnya merumuskan masa depan organisasi yang
dicita-citakan yang harus dicapai melalui komitmen semua
anggota organisasi melalui proses sosialisasi, transformasi,
implementasi gagasan-gagasan ideal oleh pemimpin organisasi.
Burt Nanus (1992), menyatakan ada empat peran yang harus
dimainkan oleh pemimpin vision dalam melaksanakan
kepemimpinannya, yaitu:
a. Peran penentu arah: merupakan peran diaman seorang
pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran
atau target untuk suatu organisasi guna diraih pada
masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get go”
b. Agen Perubahan: merupakan peran penting kedua dimana
para pemimpin yang efektif harus secara konstan
38
menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke
depan tentang perubahan potensial dan yang dapat
diubah.
c. Juru bicara: merupakan seseorang yang mengetahui dan
menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna
menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi
masa depan.
d. Pelatih: merupakan peran dimana seorang pemimpin harus
menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi
yang dinyatakan.
BAB VI : Motivasi dan Pemberdayaan SDM
A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti
dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan
suatu tindakan atau perbuatan. Kata movere, dalam bahasa
inggris sering disepadankan dengan motivation yang berarti hal
yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan
dorongan. Secara harfiah motivasi berarti pemberian motif.
Seseorang melakukan suatu tindakan pada umumnya mempunyai
suatu motif.
B. Sumber Motivasi
Teori motivasi yang sudah lazim dipakai untuk menjelaskan
sumber motivasi sedikitnya bias digolongkan menjadi dua,
yaitu sumber motivasi dari dalam diri dan sumber motivasi
dari luar.39
1. Motivasi Intrinsik
Adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap
diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
2. Motivasi Ekstrinsik
Adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya rangsang dari luar. Maotivasi ekstrinsik dapat
juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya
aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar yang tidak berkaitan dengan dirinya.
C. Teori Motivasi
Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchial of Needs Thry)
Teori motivasi Maslow dinamakan “A theory of human
motivation”. Teori ini mengikuti teori jamak, yakni seorang
berprilaku/bekerja karena adanya dorongan untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan.
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham Maslow
menyatakan bahwa setiap diri manusia itu terdiri atas lima
tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan Fisiologis: kebutuhan untuk minum, makan,
perlindungan fisik, bernafas, dll. Kebutuhan ini
adalah kebutuhan tingkat dasar.
b. Kebutuhan Rasa Aman: kebutuhan untuk perlindungan dari
bahaya, ancaman, pertentangan, dll.
40
c. Kebutuhan Sosial: kebutuhan untuk merasa untuk
diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi,
dll.
d. Kebutuhan akan Harga Diri: kebutuhan untuk dihormati
dan dihargai orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri: kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill, potensi, mengemukakan
ide, dll.
D. Pemberdayaan
Pemberdayaan secara etimologis berasal dari kata daya
yang berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau
kemampuan bertindak. Pemberdayaan dalam bahasa Inggris
disebut dengan empowerment. Ahli lain menyatakan bahwa secara
etimologis pemberdayaan berasal dari kata power yang berarti
kekuasaan, yaitu kemampuan untuk mengusahakan agar sesuatu
itu terjadi ataupun tidak sama sekali.
Proses pemberdayaan dalam organisasi melibatkan antara
lain:
a. Desire
b. Trust
c. Confident
d. Accountability
e. Communication
Pemberdayaan SDM dikelola dengan tiga perspektif, yaitu
perspektif performance management, perspektif pengembangan dan
pelatihan, serta perspektif manajemen karier dan
41
pengembangan karier. Strategi dalam pemberdayaan SDM
didasarkan atas delapan buah langkah menuju keberhasilan,
yaitu:
a. Hubungan dengan visi
b. Diarahkan dengan menggunakan contoh-contoh
c. Berkomunikasi secara aktif
d. Meninjau struktur organisasi
e. Menguatkan kerja tim
f. Mendorong pengembangan pribadi
g. Menjadikan jasa layanan kepada pelanggan sebagai focus
h. Ukur pengembangan yang terjadi dan kenali serta hargai
keberhasilan
BAB 7 : Penilaian Kinerja
A. Pengertian Penilaian Kinerja
Kinerja merupakan performance atau unjuk kerja. Kinerja
dapat pula diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan
kerja atau hasil unjuk kerja. August W. Smith menyatakan
bahwa kinerja merupakan hasil dari suatu proses yang
dilakukan manusia. Maier menyatakan penilaian kinerja atau
prestasi kerja sebagai suatu kesuksesan yang dihasilkan
seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas
lagi Lawyer and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah
“successful role achievement” yang diperoleh seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaannya disebut dengan istilah “level of
performance” atau level kinerja.
42
Karyawan yang memiliki level kinerja tinggi merupakan
karyawan yang produktivitas kerjanya tinggi, begitupun
sebaliknya, karyawan yang level kinerja tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan,, maka karyawan tersebut merupakan
karyawan yang tidak produktif. Penilaian kinerja merupakan
salah satu tugas penting bagi perusahaan untuk mengetahui
level kinerja karyawan yang dimilikinya.
B. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Walther dan Davis (1996:342), penilaian kinerja
mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi perusahaan dan
karyawan yang dinilai, antara lain:
a. Performance improvement. Memungkinkan karyawan dan
manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja.
b. Compensation Adjustment. Membantu para pengambil
keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak
menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
c. Placement Decision. Menentukan promosi, transfer, dan
demotion.
d. Training and Development Needs. Mengevaluasi kebutuhan
pelatihan dan pengembangan bagi karyawan agar kinerja
mereka lebih optimal.
43
e. Career Planning and Development. Memandu untuk
menentukan jenis dan potensi karier yang dapat
dicapai.
f. Staffing Process Deficiencies. Mempengaruhi prosedur
perekrutan karyawan.
g. Informational Inaccuracies and Job-Design Errors.
Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah
terjadi dalam manajemen SDM terutama di bidang
informasi job-analysis, job-design, dan sistem
informasi manajemen SDM.
h. Equal Employement Opportunity. Menunjukkan bahwa
placement decision tidak diskriminatif.
i. External Challenges. Faktor eksternal yang
mempengaruhi seperti keluarga, keuangan pribadi,
kesehatan, dan lain-lainnya.
j. Feedback.memberikan umpan balik bagi urusan karyawanan
maupun bagi karyawan itu sendiri.
C. Metode Penilaian Kinerja
Secara garis besar, metode penilaian kinerja dibagi
menjadi dua jenis yaitu past oriented appraisal methods atau
penilaian kinerja yang berorientasi kepada masa lalu dan
future oriented appraisal methods atau penilaian kinerja yang
berorientasi ke masa depan (Werther dan Davis, 1996:350).
Past based methods adalah penilaian kinerja atas pekerjaan yang
telah dilakukan seseorang. Kelebihannya adalah jelas dan
mudah diukur secara kuantitatif. Sedangkan kekurangannya
adalah kinerja yang diukur tidak dapat diubah sehingga
44
kadang-kadang justru salah menunjukkan sberapa besar potensi
yang dimiliki seseorang.
Teknik-teknik penilaian berorientasi masa lalu mencakup:
a. Rating scale
Yaitu penilaian berupa evaluasi subyektif yang dilakukan
oleh penilai terhadap kinerja karyawan dengan skala waktu
tertentu dari rendah sampai tinggi, dan evaluasi hanya
didasarkan pada pendapat penilai, dimana penilai
membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan faktor-
faktor (kriteria) yang dianggap penting terhadap
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b. Checklist
Metode dimana penilai adalah atasan langsung dan pada
metode ini menggunakan kalimat-kalimat atau kata-kata
yang mengambarkan prestasi kerja dan karakter-karakter
karyawan, sehingga penilai tinggal memilihnya. Terdapat
pemberian bobot yang memungkinkan penilai dapat
dikuantifikasikan sehingga skor total dapat ditentukan.
c. Metode Pristiwa Krisis
Adalah metode penilaian yang berdasarkan pada catatan-
catatan penilaian yang memperhatikan perilaku karyawan
yang sangat baik atau sangat jelek di dalam hal pada saat
pelaksanaan kerja.
d. Metode Peninjauan Lapangan
Pada metode ini, dimana tenaga ahli yang diwakilkan dari
personalia turun ke lapangan dan membantu para atasan
langsung dalam penilaian mereka. Tenaga ahli dari
45
personalia mendapatkan informasi khusus dari atasan
langsung tentang prestasi kerja karyawan.
e. Tes dan Observasi Prestasi Kerja
Metode ini didasarkan pada tes pengetahuan dan
ketrampilan. Tes yang dilakukan dapat berupa tes tertulis
atau peragan ketrampilan.
f. Metode Evaluasi Kelompok
Pada metode ini biasanya dilakukan oleh atasan langsung
untuk pengambilan keputusan kenaikan upah, promosi dan
berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat
menghasilkan rangking karyawan dari yang terbaik sampai
terjelek, dengan membandingkan karyawan yang satu dengan
yang lainnya.
Future based methods adalah penilaian kinerja dengan menilai
seberapa besar potensi karyawan dan mampu untuk menetapkan
kinerja yang diharapkan pada masa datang. Metode yang
digunakan terdiri dari:
a. Penilaian Diri
Metode penialaian yang digunakan untuk pengembangan
diri suatu karyawan.
b. Penilaian Psikologis
Metode penilaian psikologis yang terdiri dari
wawancara, tes-tes psikologi, diskusi dengan atasan
langsung, dan penilaian-penilaian langsung lainnya
yang dilakukan para psikolog.
c. Pendekatan Management by Objective (MBO)
Inti dari metode pendekatan MBO adalah bahwa setiap
karyawan dan penilai secara bersama untuk menetapkan46
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja
di waktu yang akan datang.
BAB VIII : KompensasiA. Pengertian Kompensasi
Menurut Thomas H. Stone dalam bukunya Understanding Personal
Manajement, kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran yang
diberikan kepada karyawan sebagai pertukaran pekerjaan yang
mereka berikan kepada majikan. Sedangkan menurut Edwin B.
Flippo dalam bukunya Principles of Personal Management, kompensasi
merupakan pemberian imbalan jasa yang layak dan adil kepada
karyawan-karyawan karena mereka telah member sumbangan
kepada pencapaian organisasi.
Dengan demikian kompesasi mempunyai arti yang luas, selain
terdiri dari gaji dan upah, dapat pula berbentuk fasilitas
perumahan, fasilitas kendaraan, pakaian seragam, tunjangan
keluarga, tunjangan kesehatan, tunjangan kesehatan,
tunjangan pangan dan masih banyak lagi yang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang serta cenderung diterima oleh
karyawan secara tetap.
B. Asas-asas dan Tujuan Kompensasi
1. Asass Kompensasi
Berikut ini akan diuraikan asas-asas yang penting untuk
diterapkan dalam pemberian kompensasi.
a. Asas Keadilan
47
Yang dimaksud dengan asas keadilan ialah adanya
konsistensi imbalan bagi para karyawan yang melakukan
tugas dengan bobot yang sama. Dengan kata lain
kompensasi karyawan di suatu jenis pekerjaan dengan
kompensasi karyawan di jenis pekerjaan yang lainnya
yang mengerakan pekerjaan dengan bobot yang sama,
relative akan memperoleh besaran kompensasi yang sama.
Kompensasi yang baik harus seminimal mungkin
mengurangi keluhan atau ketidakpuasan yang timbu dari
karyawan.
b. Asas Kelayakan dan Kewajaran.
Kompensasi yang ditreima karyawan harus dapat memenuhi
kebutuhan dirinya beserta keluarganya pada tingkatan
yang layak dan wajar. Sehingga besaran kompensasi yang
akan diberikan akan mencerminkan status, pengakuan,
dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang akan dinikmati
oleh karyawan beserta keluarganya.
2. Tujuan Kompensasi
Dibawah ini akan dijelaskan tujuan-tujuan kompensasi yaitu:
a. Ikatan Kerja Sama
Pemberian kompensasi akan menciptakan suatu ikatan
kerja sama yang formal antara pengusaha (perusahaan)
dengan karyawan dalam kerangka organisasi, dimana
pengusaha dan karyawan saling membutuhkan.
b. Kepuasan Kerja
Karyawan bekerja dengan mengerahkan kemampuan,
pengetahuan, keterampilan, waktu, serta tenaga yang
semuanya ditujukan bagi pencapaian tujuan organisasi.48
Pemberian kompensasi yang sesuai akan memberikan
kepuasan kerja bagi karyawan.
c. Pengadaan Efektif
Pengadaan karyawan akan efektif jika diikuti dengan
program kompensasi yang menarik. Dengan ini karyawan
yang berkualifikasi baik dengan kemampuan dan
ketrampilan yang tinggi akan muncul sesuai dengan
criteria yang ditetapkan oleh perusahaan.
d. Motivasi
Kompensasi yang baik akan memberikan rangsangan serta
motivasi karyawan untuk memberikan kinerja baik dan
menghasilkan produktivitas kerja yang optimal serta
memudahkan manajer dalam mengarahkan karyawan untuk
mencapai tujuan organisasi.
e. Menjamin Keadilan
Kompensasi yang baik akan menjamin terjadinya keadilan
diantara karyawan dalam organisasi yang berkaitan
dengan keadilan internal dan eksternal. Keadilan
internal berkaitan dengan nilai-nilai relative dari
suatu jabatan, tugas, dan prestasi kerja karyawan.
Sementara keadilan eksternal berkaitan dengan
pembayara bagi karyawan pada suatu tingkat yang sama
dengan pembayaran yang diterima oleh karyawan lainnya
yang bekerja di perusahaan lain.
f. Disiplin
Pemberian kompensasi yang memadai akan mendorong
tingkat kedisiplinan karyawan dalam bekerja. Karyawan
49
akan berprilaku sesuai dengan yang diinginkan
organisasi.
g. Pengaruh Serikat Pekerja
Dengan program kompensasi yang baik dan memadai,
perusahaan akan terhindar dari pengaruh serikat buruh.
Serikat buruh merupakan organisasi tempat bernaungnya
aspirasi dan kepentingan para karyawan yang akan
memperjuangkan hak-hak dan kewajiban para anggotanya.
h. Pengaruh Pemerintah
Pemerintah menjamin atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi masyarakat. Untuk itu melalui
kebijakan perundangan dan regulasi, pemerintah
mengeluarkan berbagai macam peraturan yang pada
intinya untuk melindungi para pekerja, sekaligus
mendorong investasi dari para pengusaha agar mau
menanamkan modalnya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Kompensasi
Pemberian kompensasi oleh perusahaan kepada karyawannya
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut
antara lain:
a. Produktivitas.
b. Kemampuan untuk Membayar.
c. Kesediaan untuk Membayar.
d. Suplai dan Permintaan Tenaga Kerja.
e. Serikat Pekerja.
f. Undang-undang dan Peraturan yang Berlaku.
50
C.Upah dan Gaji1. Pengertian Upah dan Gaji
Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang akan
mendapat imbalan berupa kompensasi (upah, gaji, insentif,
dsb). Upah atau gaji merupakan suatu faktor yang sangat
penting bagi buruh atau pegawai karena bagaimanapun juga
upah bagi buruh merupakan sumber utama kelangsungan
hidupnya. Upah merupakan hal yang sangat pokok serta vital
bagi buruh. Dengan adanya upah atau gaji seseorang karyawan
mau bekerja.
2. Teori-teori Upah dan Gaji
Secara umum sistem upah dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Sistem Upah Menurut Produksi
Upah atau gaji menurut produksi yang diberikan bisa
mendorong karyawan untuk bekerja keras serta untuk
berproduksi lebih banyak. Upah ini membedakan atas
kemampuan masing-masing. Sistem ini sangat
menguntungkan bagi mereka yang cerdas dan energies,
tetapi kurang menguntungkan bagi karyawan yang
kemampuanyya sudah mundur dan bagi karyawan yang
lanjut usia.
b. Sistem Upah menurut Lamanya Kerja
Sistem ini sebenarnya telah gagal dalam mengatur
adanya perbedaan individu kemampuan manusia dengan
51
contoh adalah upah jam-jaman, mingguan dan bulanan.
Kegagalan ini disebabkan tiap karyawan dapat
menghasilkan waktu yang sama. Akibatnya orang-orang
superior merasa segan untuk memproduksi lebih dari
keadaan rata-rata. Tekanan social dan kemungkinan
dapat mempengaruhi perilaku karyawan.
c. Sistem Upah menurut Lamanya Dinas
Sistem upah ini mendorong orang lebih setia atau loyal
terhadap perusahaan. Sistem ini sangat menguntungkan
bagi orang-orang muda yang didorong untuk tetap masih
bekerja pada perusahaan, hal ini disebabkan adanya
harapan bila sudah tua akan mendapat perhatian. Jadi
sistem upah ini akan memberikan perasaan aman kepada
buruh atau pegawai yang berusia lanjut namun memiliki
sisi negative kurang memotivasi pegawai dan perusahaan
yang akan diisi oleh orang-orang berusia lanjut.
d. Sistem Upah menurut Kebutuhan
Sistem ini memberikan upah yang besar kepada mereka
yang sudah menikah dan berkeluarga. Tidak mendorongnya
inisiatif bekerja merupakan kelemahan sistem ini,
sehingga sama halnya dengan sitem upah menurut lamanya
dinas. Segi positifnya adalah memberikan rasa aman
disebabkan karena nasib seseorang menjadi tanggung
jawab perusahaan dalam bentuk sumbangan-sumbangan,
pengobatan, sandang, pangan, dan perumahan.
D.Pemberian Insentif1. Pengertian Insentif
52
Menurut G.R. Terry, insentif merupakan sesuatu yang
merangsang minat untuk bekerja. Pemahaman ini merupakan
pendapat yang baik apabila diterapkan pada suatu perusahaan
karena kinerja dan produktivitas perusahaan akan meningkat,
hal tersebut akibat dari karyawan yang bekerja dengan
optimal.
2. Macam-macam Insentif
Menurut Sarwoto dalam bukunya Dasar-dasar Organisasi dan
Management, dua macam insentif yang dapat diberikan kepada
karyawan, yaitu:
a. Insentif Material
Yaitu daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang atau barang
yang bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan karyawan beserta keluarga. Beberapa macam
insentif meliputi:
1) Bonus. Uang yang diberikan sebagai balas jasa atas
hasil pekerjaan.
2) Komisi. Bonus yang dibayarkan kepada pihak yang
menghasilkan penjualan yang baik.
3) Profit sharing. Insentif yang diterima karyawan yang
diambil dari sebagian laba bersih.
4) Kompensasi yang ditangguhkan. Berupadana pensiun dan
pembayaran kontraktual.
b. Insentif Non Material
53
Yaitu daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
berbentuk penghargaan, pengukuhan berdasarkan prestasi
kerjanya, yang meliputi:
1) Pemberian gelar secara resmi
2) Pemberian tanda jasa atau medali
3) Pemberian piagam penghargaan
4) Pemberian pujian lisan atau tulisan
5) Pemberian promosi
6) Pemberian hak untuk memakai sesuatu atribut jabatan
7) Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja
8) Pemberian hak untuk apabila meninggal dimakamkan
pahlawan
9) Ucapan terima kasih secara formal maupun informal.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Insentif
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya insentif mencakup
antara lain:
a. Jabatan atau Kedudukan
Apabila kedudukan karyawan lebih besar atau lebih
tinggi maka perusahaan tersebut dalam memberikaan
insentif lebih besar dari karyawan yang lainnya karena
besar tugas dan tanggung jawab yang diemban juga cukup
besar.
b. Prestasi Kerja
Karyawan yang mempunyai atau memiliki prestasi kerja
yang baik atau menonjol akan diberikan insentif yang
lebih baik dan lebih besar daripada karyawan yang
memiliki prestasi kerja yang kurang atau tidak
menonjol.54
c. Laba Perusahaan
Perusahaan tidak akan sega-segan memberikan insentif
kepada para karyawannya yang prestasi kerjanya baik
karna akan meningkatkan laba atau keuntungan bagi
perusahaan itu sendiri.
E.Kompensasi Pelengkap1. Jaminan Sosial
Jaminan social adalah segala macam jaminan yang berupa
dengan asuransi yang melindungi seseorang terhadap risiko
social. Jaminan social merupakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan tidak menjamin suatu risiko di dalam
pertanggungan asuransi jiwa. Jaminan social bertujuan untuk
memberikan jaminan social kepada karyawannya dan pada
umumnya lebih banyakmenyangkut kesejahteraan social dari
karyawan daripada mempertanggungkan risiko-risiko kerugian.
Jaminan social ini juga dimaksudkan agar setiap orang
mempunyai jaminan untuk hari tuanya.
2. Jasa-jasa Kepegawaian
Jasa-jasa kepegawaian dimana perusahaan memberikan
berbagai fasilitas dan pelayanan yang dapat meningkatkan
standar kehidupan karyawan dengan harapan karyawan mereka
akan dapat bertahan lama bekerja di perusahaan tersebut dan
harapan lainnya seperti meningkatnya prestasi kerja dan
produktivitas kerja karyawan.
3. Asuransi Tenaga Kerja
55
Asuransi merupakan pengganti atas kerugian atau potensi
kerugian yang mungkin akan diperoleh di masa yang akan
dating. Asuransi yang diberikan perusahaan untuk para
karyawannya pada saat ini dikenal dengan istilah Asuransi
Tenaga Kerja (ASTEK). Dalam asuransi tenaga kerja perusahaan
bekerjasama dengan perusahaan penyedia jasa asuransi yang
memiliki kemampuan untuk menanggung kompensasi atas setiap
risiko pekerjaan karyawan. Pembayaran asuransi tenaga kerja
bisa dipikul dengan tanggung jawab perusahaan itu sendiri
maupun kerjasama pembayaran antara perusahaan dengan
karyawan.
BAB IX : Pemeliharaan SDMA. Pengertian Pemeliharaan SDM
Pemeliharaan SDM merupakan usaha untuk membina dan
mengembangkan kondisi fisik, mental, sikap, dan perilaku
karyawan agar karyawan menjadi loyal dan mampu bekerja
dengan optimal sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kondisi
tersebut mampu terwujud apabila ditunjang dengan kenyamanan
kerja dan kesejahteraan karyawan yang memadai. Hal tersebut
sesuai dengan maksud yang disampaikan oleh Hasibuan
(2001:176), yang menyatakan bahwa pemeliharaan SDM merupakan
usaha untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi
fisik, mental, dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal
dan bekerja produktif utnuk menunjang tercapainya tujuan
perusahaan.
B. Tujuan Pemeliharaan SDM56
Tujuan pemeliharaan SDM antara lain:
a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan
b. Meningkatkan disiplin dan menurunkan absensi karyawan
c. Meningkatkan loyalitas dan menurunkan turn over
karyawan
d. Memberikan ketenangan, kemananan, dan kenyamanan
karyawan
e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya
f. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan
g. Mengurangi konflik serta menciptakan suasana yang
harmonis
h. Mengefektifkan pengadaan karyawan
Asas pemeliharaan ialah sebagai berikut:
a. Asas Manfaat dan Efisiensi
b. Asas Kebutuhan dan Kepuasan
c. Asas Keadilan dan Kelayakan
d. Asas Peraturan Legal
e. Asas Kemampuan Perusahaan
C. Stres Kerja
Ivacevich dan Matterson (2002:226) menyatakan bahwa
stress merupakan respon adaptif, ditengahi oleh perbedaan
individu yang merupakan suatu konsekuensi dari tindakan,
situasi atau kejadian eksternal (lingkungan) yang
menempatkan tuntutan fisik dan psikologis yang berlebihan
terhadap seseorang. Soesmalijah Soewondo (Devi S,2003:19)
menyatakan bahwa stress kerja adalah suatu kondisi dimana
57
terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang
berintraksi dengan pekerja sehingga mengganggu kondisi
fisiologis dan perilaku. Stress kerja akan muncul bila
terdapat kesenjangan antara kemampuan individu dengan
tuntutan-tuntutan dari pekerjaannya. Stres kerja merupakan
kesenjangan antara kebutuhan individu dengan pemenuhannya
dari lingkungan.
D. Konseling
Konseling biasanya dilakukan secara rahasia sehingga
karyawan akan merasa lebih bebas berbicara secara terbuka
tentang permasalahannya. Secara umum adalah untuk
mengembangkan kesehatan mental karyawan secara lebih benar
sehingga mereka berkembang dalam rasa percaya diri,
pemahaman pengendalian diri dan kemampuan bekerja secara
efektif. Fungsi konseling adalah:
a. Nasihat, yaitu mengatakan kepada orang tentang apa
yang harus dikerjakan.
b. Menentramkan hati, yaitu memberikan dorongan dan
keyakinan kepada orang untuk menghadapi masalah.
c. Komunikasi, yaitu memberikan informasi dan pemahaman.
d. Mengendurkan ketegangan emosional, yaitu membentuk
orang untuk dapat bebas dalam ketegangan.
e. Berpikir jernih, yaitu mendorong seseorang untuk
berpikir lebih masuk akal dan rasional.
f. Reorientasi, yaitu mendorong perubahan internal dalam
tujuan dan nilai.
E. Kepusan Kerja
58
Kepuasan kerja memiliki pengaruh besar bagi karyawan
maupun perusahaan. Bagi karyawan, kepuasan kerja akan
menimbulkan perasaan yang menyenangkan dalam bekerja.
Sedangkan bagi perusahaan kepuasan kerja bermanfaat dalam
usaha meningkatkan produksi, perbaikan sikap dan tingkah
laku karyawan. Kepuasan kerja adalah kepuasan karyawan
dalam bekerja. Kepuasan kerja sulit didefinisikan karena
rasa puas itu bukan keadaaan yang tetap karena dapat
dipengaruhi dan diubah oleh kekuatan-kekuatan baik dari
dalam maupun dari luar lingkungan kerja.
F. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan
pesan baik dalam oganisasi, di dalam kelompok formal maupun
informal organisasi. Jadi komunikasi organisasi dapat
diartikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang-
orang yang berada di dalam organisasi dengan public luar
dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam organisasi ada empat fungsi dari komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi berfungsi sebagai pengendali perilaku
anggota.
2. Komunikasi berfungsi untuk membangkitkan motivasi
karyawan.
3. Komunikasi berperan sebagai pengungkapan emosi
4. Komunikasi berfungsi sebagaipertimbangan dalam
pengambilan keputusan dimana komunikasi memberikan
informasi yang diperlukan individu guna mengenali dan
menilai berbagai alternative keputusan.
59
BAB X : Pemutusan Hubungan Kerja
A. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja
Hubungan kerja menurut Basin Bartholos (1995:162) ialah
suatu hubungan yang timbul jika seseorang atau banyak orang
bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima upah.
Sedangkan menurut Direktorat Bina Hubungan Industrial
Depnaker, hubungan tenaga kerja yang didasari oleh sila-sila
di Pancasila dan UUD 1945 yang tumbuh dan berkembang di atas
kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional di Indonesia atau
yang kita kenal dengan istilah Hubungan Industrial
Pancasila.
B. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja
Alasan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), antara
lain sebagai berikut:
a. Undang-undang. Undang-undang dapat membuat seorang
karyawan harus diberhentikan dari suatu perusahaan.
Misalnya anak-anak, karyawan WNA yang habis izinnya,
terlibat organisasi terlarang, tindakan criminal dan
sebagainya.
b. Keinginan Perusahaan. Keinginan perusahaan dapat
menyebabkan diberhentikannya seorang karyawan baik
secara terhormat ataupun tidak terhormat yang
60
diakibatkan karena pegawai memberikan keterangan palsu,
melakukan tindak kejahatan, menghina, dan lain-lain.
c. Keinginan Karyawan. karyawan dapat memutuskan hubungan
kerja sewaktu-waktu karena alasan mendesak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa pemicunya antara lain:
Perusahaan tidak membayar upah pada waktu yang
ditetapkan
Perusahaan melalaikan kewaiban-kewajiban yang
ditetapkan pada perjanjian kerja
d. Pensiun
e. Kontrak Kerja Berakhir
f. Kesehatan Karyawan
g. Meninggal Dunia
h. Perusahaan Bangkrut
Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan PHK kepada
lembaga PPHI dalam hal pengusaha melakukan perbuatan:
1. Menganiaya, menhina secara kasar atau mengancam
pekerja/buruh.
2. Membujuk dan atau menyuruh pekerja/buruhuntuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Tidak membayar upah tepat waktu yang ditentukan
4. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada
pekerja/buruh.
5. Memerintahkan pekerja/buruh melaksanakan pekerjaan
diluar yang dijanjikan
61
6. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,
keselamatan, kesehatan atau kesusilaan pekerja/buruh
yang tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.
C. Pensiun
Pendekatan lain dalam konteks pemberhentian karyawan
adalah pensiun lebih dini. Hal ini berarti bahwa untuk suatu
jangka waktu yang ditentukan berjarak dari beberapa bulan
sampai satu tahun, karyawan yang lebih tua dan senior
ditawarkan insentif jika mereka pensiun secara sukarela.
Insentif yang bisa mencakup mendapat uang pensiun lebih
awal, bonus kas, serta insentif financial pelengkap lainnya.
Sebagian besar karyawan yang telah bedinas untuk jangka
waktu yang panjang atau lama akan meninggalkan perusahaan
karena pensiun. Rencana pensiun dapat didasarkan pada waktu
tertentu atau sejumlah tahun dinas bersama perusahaan atau
kedua-duanya. Terhadap pensiun, para mantan karyawan
biasanya mendapatkan tunjangan pensiun setiap bulan untuk
sisa hidup mereka.
62
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SDM merupakan sumber daya yang benar-benar dapat
dijadikan sebagai strategi yang handal dalam mencari strategi
yang tepat, yaitu strategi yang unik untuk memenangkan
persaingan. Untuk itu pengelola SDM dalam sebuah perusahaan
menjadi sangat penting sehingga harus mendapatkan prioritas
utama jika perusahaan itu ingin maju dan menjadi pemenang
dalam pentas bisnis. Perekrutan, penyeleksian, pengembangan
dan pelatihan SDM, pemberian kompensasi dan pemeliharaan SDM
akan membuat para pekerja/ buruh memiliki kemampuan serta
terasah kemampuannya guna memersiapkan dan menghadapi era
globalisasi yang tengah menerjang dunia pada saat ini terutama
Indonesia. Sehingga Indonesia yang maju dan mampu bersaing
dengan negara-negara lain di dunia akan tercapai di kemudian
hari.
63