LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI "ANTIDOTUM"

17
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI “ANTIDOTUM” Disusun oleh: Petrus Wahyu Utomo 17113262A Dosen Pengampu : Dyah Susilowati, M.Si., Apt. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI

Transcript of LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI "ANTIDOTUM"

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

“ANTIDOTUM”

Disusun oleh:

Petrus Wahyu Utomo 17113262A

Dosen Pengampu : Dyah Susilowati, M.Si., Apt.

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2013

PRAKTIKUM II

ANTIDOTUM

I. TUJUAN Mampu memahami dan mengukur daya terapi antidotum Mampu memahami dan menentukan LD50 suatu zat

II. LANDASAN TEORI Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkankematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalamdosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi,keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harusditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yangkurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya akanmemperparah keracunan yang dialami penderita.

Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal,berdasarkan wujudnya, zat yang dapat menyebabkan keracunanantara lain : zat padat (obat-obatan, makanan), zat gas(CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zatkimia, pestisida, bisa/ racun hewan)

Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusiamelalui beberapa cara, diantaranya :

1. Melalui kulit2. Melalui jalan napas (inhalasi)3. Melalui saluran pencernaan (mulut)4. Melalui suntikan5. Melalui mata (kontaminasi mata)

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan.Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu.Sianida juga banyak digunakan pada saat perang duniapertama. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapatmengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit.

Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedangdalam bentuk cairan dikenal sebagai asam prussit dan asamhidrosianik. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarnaatau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar.Bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianidadapat berdifusi baik dengan udara dan bahanpeledak.Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan airsehingga sering digunakan. Bentuk lain ialah sodium sianidadan potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarnaputih.

Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam danada pada setiap produk yang biasa kita makan atau gunakan.Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggan.Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor,dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapiokadan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapaproduk sintetik. Sianida banyak digunakan pada industriterutama dalam pembuatan garam seperti natrium, kalium ataukalsium sianida.

Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida inibermacam-macam: mulai dari rasa nyeri pada kepala, mualmuntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringatsampai korban tidak sadar dan apabila tidak segeraditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian.Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus cepat, karenaprognosis dari terapi yang diberikan juga sangat tergantungdari lamanya kontak dengan zat toksik tersebut.

Antidotum sianida diklasifikasikan menjadi 3 kelompokutama sesuai dengan meaknisme aksi utamanya, yaitu :

detoksifikasi dengan sulfur untuk membentuk ion tiosianatyang lebih tidak toksik, pembentukan methemoglobin dankombinasi langsung. Pengobatan pasti dari intoksikasisianida berbeda pada beberapa negara, tetapi hanya satumetode yang disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat.Keamanan dan kemanjuran dari tiap-tiap antidotum masihmenjadi perdebatan yang signifikan. Dan tidak terdapatkonsensusantar seluruh negara untuk pengobatan intoksikasisianida. (Meredith, 1993).

1. Pembentukan methemoglobin Methemoglobin sengaja diproduksi untuk bersaing dengan

sianida di tempat ikatan pada sistem sitokrom oksidase.Sianida mempunyai ikatan khusus dengan ion besi pada sistemsitrokrom oksidase, sianida dalam jumlah yang cukup besarakan berikatan dengan ion besi pada senyawa lain, sepertimethemoglobin. Jika produksi methemoglobin cukup makagejala keracunan sianida dapat teratasi. Methemoglobinemiadapat diproduksi dengan pemberian amil nitrit secarainhalasi dan kemudian pemberian natrium nitrit secaraintravena. Kira-kira 30% methemoglobinemia dianggap optimumdan jumlahnya dijaga agar tetap di bawah 40% senyawa lainseperti 4-DMAP dapat memproduksi methemoglobin secara lebihcepat. Apabila methemoglobin tidak dapat mengangkut cukupoksigen maka molekul hemoglobin menjadi tidak berfungsi.Produksi methemoglobinemia lebih dari 50% dapat berpotensifatal. Methemoglobinemia yang berlebih dapat dibalikkandengan metilen biru, terapi yang digunakan padamethemoglobinemia, dapat menyebabkan terlepasnya kembaliion sianida mengakibatkan keracunan sianida. Sianidabergabung dengan methemoglobin membentuksianmethemoglobin. Sianmethemoglobin berwarna merah cerah,berlawanan dengan methemoglobin yang berwarna coklat.(Meredith, 1993).

2. Detoksifikasi sulfur

Setelah methemoglobin dapat mengurangigejala yangditimbulkan pada keracunan sianida, sianida dapat diubahmenjadi tiosianat dengan menggunakan natrium tiosulfat.Pada proses kedua membutuhkan donorsulfur agar rodanasedapat mengubah sianmethemoglobin menjadi tiosianat karenadonor sulfur endogen biasanya terbatas. Ion tiosianatkemudiandiekskresikan melalui ginjal (Meredith, 1993)

3. Kombinasi langsung Ada 2 macam mekanisme yang berbeda dari kombinasi

langsung dengan sianida yang sering digunakan, yaitukombinasi dengan senyawa kobalt dan kombinasi denganhidroksobalamin (Meredith, 1993).

a. Hidroksikobalamin (vitamin B12a).Merupakan prekursor dari sianokobalamin (vitamin

B12). Penggunaan hidroksikobalamin sebagai pencegahan padapemberian natrium nitroprusid jangka panjang samaefektifnya untuk pengobatan pada keracunan sianida akutselama lebih dari 40 tahun. Senyawa ini bereaksi langsungdengan sianida dan tidak bereaksi dengan hemoglobin untukmembentuk methemoglobin (Meredith, 1993).

b. Dikobalt-EDTA.Bentuk garam dari kobalt bersifat efektif untuk

mengikat sianida. Kobalt-EDTA lebih efektif sebagai antidotsianida dibandingkan dengan kombinasi nitrat-tiosulfat.Senyawa ini mengkelat sianida menjadi kobaltisianida. Efeksamping dari dikobalt-EDTA adalah reaksi anafilaksis, yangdapat muncul sebagai urtikaria, angiodema pada wajah,leher, dan saluran nafas, dispnea, dan hipotensi.Dikobalt-EDTA juga dapat enyebabkan hipertensi dan dapatmenyebabkan disritmia jika tidak ada sianida saat pemberiandikobalt-EDTA. Pemberian obat ini dapat menyebabkankematian dan toksisitas berat dari kobalt terlihat setelahpasien sembuh dari keracunan sianida (Meredith, 1993).

III. ALAT DAN BAHAN Alat- Spuit- Beaker glass 100 ml- Stopwatch

Bahan- Mencit- NaCl 0.9 %- Larutan KCN 1.5 %- Larutan Natrium Nitrit 2 %- Larutan Natrium Tiosulfat 25 %

IV. DOSIS1. Larutan Stok

Sianida 1% = 1 g / 100 mL= 1000 mg / 100 mL= 100 mg / 10 mL

NaNO2 2% = 2 g / 100 mL= 2000 mg / 100 mL= 200 mg / 10 mL

Na2S2O3 25% = 25 g / 100 mL= 2500 mg / 10 Ml

2. Dosis masing – masing mencit

Perlakuan I :

Sianida 1% BB 18 g = x 15 mg = 0,27 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,03 mL

Perlakuan II :

NaNO2 2% BB 18 g = x 40 mg = 0,72 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,04 mL

Perlakuan III :

Sianida 1% BB 17 g = x 15 mg = 0,25 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,03 mL

NaNO2 2% BB 17 g = x 40 mg = 0,68 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,03 mL

Perlakuan IV :

Sianida 1% BB 18 g = x 15 mg = 0,27 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,03 mL

Na2S2O3 25%BB 18 g = x 1125 mg = 20,25 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,08 mL

Perlakuan V :

Sianida 1% BB 18 g = x 15 mg = 0,27 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,03 mL

NaNO2 2% BB 18 g = x 40 mg = 0,72 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,04 mL

Na2S2O3 25%BB 18 g = x 1125 mg = 20,25 mg

Yang diambil = x 10 mL = 0,08 mL

V. CARA KERJA

Kelompok I :injeksi sc. Sianida 1,5% dosis 15 mg/kg BB, catat

gejala yang timbul.Kelompok II :

Injeksi sc. Na nitrit 2% dosis 40 mg/kg BB, Catatgejala yang timbul.Kelompok III :

Injeksi sc. Sianida 1,5% dosis 15 mg/kg BB, ketikagejala sianosis timbul suntikkan Na Nitrit 2% dosis 40mg/kg BB lalu catat gejala-gejala yang timbul.Kelompok IV :

Injeksi sc. Sianida 1,5% dosis 15 mg/kg BB, ketikagejala sianosis timbul suntikkan Tiosulfat 25% dosis1125mg/kg BB, lalu catat gejala-gejala yang timbul.

Kelompok V :Injeksi sc. Sianida 1,5% dosis 15 mg/kg BB, ketika

gejala sianosis timbul suntikkan Na Nitrit 2% dosis 40mg/kg BB dilanjutkan dengan suntikan thiosulfat 25% dosis1125 mg/kg BB, lalu catat gejala-gejala yang timbul.

Pada toksisitas sianida, gejala yang muncul berupa :hipoksida, (kekurangan oksigen), kejang, hilang kesadaran,sianosis (warna biru disekitar pantat, mata, mulut, leher,perut), kegagalan pernafasan, kematian.

VI. DATA PERCOBAANData waktu (dalam detik) masing – masing mencit mengalami gejala :1. Sianida

Replikasi

Konvulsi

Dispnea

Sianosis Mati

1 55 80 102 2272 17 20 25 303 6 6 12 324 5 7 8 105 20 36 43 51

Rata-rata 20.6 29.8 38 70

SD 20.3298

30.5810

38.2949

88.9579

2. Sianida + Natrium Nitrit

Replikasi

Konvulsi

Dispnea

Sianosis Mati

1 65 150 186 482 19 30 40 483 6 8 7 04 64 84 134 1685 56 80 103 133

Rata- 42 70.4 94 79.4

rata

SD 27.5409

55.0890

71.8157

68.9188

3. Sianida + Natrium Tiosulfat

Replikasi

Konvulsi

Dispnea

Sianosis Mati

1 15 36 50 602 12 57 140 2203 0 6 0 04 60 75 127 1325 40 51 66 93

Rata-rata 25.4 45 76.6 101

SD 24.2033

25.8940

57.5482

82.2618

4. Sianida + Natrium Nitrit + Natrium Tiosulfat

Replikasi

Konvulsi

Dispnea

Sianosis Mati

1 42 69 80 992 45 97 210 2573 24 24 27 04 62 87 161 1805 79 96 112 161

Rata-rata 50.4 74.6 118 139.4

SD 20.9117

30.4352

70.8414

96.1889

Analisis SPSS

One Way AnovaTest of Homogeneity of Variances

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Konvulsi (Second .814 3 16 .505Dispnea (Second) 1.154 3 16 .358Sianosis (Second)

.898 3 16 .463

Kematian (Second)

.096 3 16 .961

ANOVASum ofSquares df Mean Square F Sig.

Konvulsi (Second Between Groups 2925.200 3 975.067 1.777 .192Within Groups 8779.600 16 548.725Total 11704.800 19

Dispnea (Second) Between Groups 6781.750 3 2260.583 1.624 .223Within Groups 22267.200 16 1391.700Total 29048.950 19

Sianosis (Second)

Between Groups 17023.350 3 5674.450 1.518 .248Within Groups 59817.200 16 3738.575Total 76840.550 19

Kematian (Second)

Between Groups 14258.550 3 4752.850 .663 .587Within Groups 114730.400 16 7170.650Total 128988.950 19

One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestReplikas

iKonvulsi(Second

N 19 19Normal Parametersa,b Mean 2.47 36.42

Std. Deviation

1.172 24.089

Most Extreme Differences

Absolute .183 .173Positive .183 .173Negative -.167 -.148

Test Statistic .183 .173Asymp. Sig. (2-tailed) .093c .135c

a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.

GRAFIK

o Konvulsi

o Dispnea

o Sianosis

o Kematian

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami menguji aktivitas kerja

antidotum secara in vivo pada mencit yang diberi racun KCN.

Bahan obat yang digunakan sebagai antidotum pada pengujian

ini adalah Natrium Nitrit dan Natrium Tiosulfat yang

diberikan secara terpisah maupun kombinasi. Hewan uji yang

digunakan adalah mencit galur tertentu yang seragam,

sehat, jantan atau betina dewasa ( lebih kurang 40

hari ), berat badan antara 20 - 30 gram. Berdasarkan

kondisi yang hampir seragam tersebut maka diharapkan

hasil percobaan dapat sesuai dengan teori yang ada,

karena semua variabel telah dikendalikan sejak awal.

Sebelum digunakan untuk pengujian, hewan uji harus

dipuasakan terlebih dahuli minimal 18 jam dengan tetap

di beri minum secukupnya. Hal ini tersebut dilakukan

dengan harapan agar efek yang di timbulkan oleh racun

sianida dan antidotumnya menjadi lebih optimal dan tidak

dipengaruhi oleh faktor makanan.

Racun sianida yang masuk ke dalam tubuh dapat bereaksi

dengan komponen besi dalam enzim sitokrom oksidase

mitokondria, sehingga enzim tersebut menjadi tidak aktif

(dengan pembantukan kompleks antara ion sianida dengan besi

bervalensi tiga, akan memblok kerja enzim sitokrom

mitokondria, sehingga oksigen darah tidak dapat lagi di

ambil oleh sel), padahal sistem enzim tersebut sangat di

perlukan dalam berlangsunganya metabolisme aerob. Karena itu

gejala keracunan yang timbul oleh keracunan sianida berturut

- turut adalah: sianosis, kejang, gagal nafas, koma, dan

berakhir pada kematian. Gejala sianosis dapat terlihat dari

membirunya pembuluh darah di ekor mencit. Gejala kejang

dapat diamati dari gerakan mencit yang menggosokkan perutnya

kebawah dengan kaki belakang ditarik kebelakang atau jika

mencit merasa sangat kekurangan O2, maka gejala yang

terlihat adalah mencit melompat-lompat.

Berdasarkan literatur diketahui bahwa kombinasi natrium

tiosulfat dan natrium nitrit memberikan efek yang sinergis

bila digunakan sebagai antidotum keracunan sianida akut.

Natrium tiosulfat akan bekerja dengan mekanisme mempercepat

eliminasi, sedangkan natrium nitrit akan bekerja dengan

mekanisme hambatan bersaing sehingga gabungan kedua bahan

ini sangat efektif untuk digunakan sebagai antidotum

keracunan sianida.

Pada mencit yang hanya diberi KCN secara subcutan, semua

mencit mati dalam waktu yang singkat sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa KCN memiliki toksisitas yang tinggi.

Sedangkan pada perlakuan kedua setelah diberi KCN mencit

juga diberi injeksi Natrium Nitrit. Pada perlakuan ini

kematian mencit dapat seditik tertunda. Begitu pula pada

perlakuan ketiga. Setelah diberi KCN mencit juga diberi

Natrium Tiosulfat, pada perlakuan ini kematian mencit juga

tertunda. Sedangkan pada perlakuan terakhir, setelah mencit

diberi injeksi KCN, mencit diberi kombinasi dua antidotum

yaitu Natrium Nitrit dan Natrium Tiosulfat. Kematian mencit

tertunda lebih lama.

Pada grafik terlihat bahwa konvulsi, dispnea dan

sianosis yang pertama kali terjadi adalah pada mencit yang

diberi perlakuan satu yaitu hanya diberi injeksi KCN secara

subkutan. Dari grafik yang sama juga dapat dilihat bahwa

Natrium Nitrit lebih efektif jika dibandingkan dengan

Natrium Tiosulfat, hal ini dapat dilihat dari plot pada

masing – masing grafik yang terlihat bahwa plot Natrium

Nitrit lebih tinggi dari Natrium Tiosulfat.

Sedangkan pada grafik kematian, dapat dilihat bahwa

terjadi penundaan kematian mencit pada keempat perlakuan.

Mecit yang hanya diberi injeksi KCN akan mati dalam waktu

beberapa saat, sedangkan yang diberi injeksi KCN dan

antidotum Natrium Nitrit akan mati lebih lama jika dibanding

dengan mencit perlakuan pertama. Tetapi tidak lebih lama

jika dibanding dengan perlakuan ketiga yang diberi antidotum

Natrium Tiosulfat setelah diberi injeksi KCN. Sedangkan

kematian paling lama terjadi pada mencit perlakuan keempat,

yaitu yang mendapat kombinasi antidotum Natrium Nitrit dan

Natrium Tiosulfat.

Menurut analisa one way anova tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan dari keempat perlakuan tersebut,

sehingga untuk menarik kesimpulan perlakuan mana yang

efektif sulit dilakukan. Hal ini mungkin saja dikarenakan

kesalahan praktikan dalam mengerjakan praktikum, atau

instrument/alat yang digunakan dalam praktikum tidak steril.

Sehingga data hasil praktikum tidak sesuai dengan harapan.

Seharusnya terjadi perbedaan yang signifikan antara

perlakuan pertama dengan perlakuan lainnya mengingat

perlakuan pertama mencit hanya diberi injeksi KCN sebagai

racunnya.

VIII. KESIMPULAN1. KCN dapat menyebabkan keracunan yang menyebabkan

kematian secara cepat.2. Hasil statistik menunjukan tidak ada perbedaan yang

signifikan dari keempat perlakuan.IX. DAFTAR PUSTAKA

- Tim Toksikologi, 2013, Petunjuk Praktikum Toksikologi, Universitas Setia Budi : Surakarta

- http://epharmacy.cybermoslem.net- http://analisisduniakesehatan.blogspot.com/2012/01/

sediaan-antidotum.html- http://klikharry.com/2006/12/14/keracunan-sianida/- http://www.artikelkedokteran.com/360/intoksikasi.html- Meredith, T.J., 1993,Antidots for Poisoning by Cyanide,

http://www.inchem.org/- Hardiyanto, Libertus, 2008, Dosis Efektif Kombinasi Natrium

Nitrit Dan Natrium Tiosulfat Sebagai Antidot Keracunan Sianida AkutPada Mencit Jantan Galur Swiss, Universitas Sanata Dharma :Yogyakarta