LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK

54
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK Disusun Oleh : KELOMPOK B4 1. Ayuni Dina Sawitri 13700124 2. Dwi F. Hirda 13700126 3.Anita Riana 13700128 4. Findri Adi 13700130 5. Qurrota A’yun 13700132 6. Hj. Besse Pasrah 13700134 7. Gusti Karin 13700136 8. Afrizal Firdaus 13700138 9. Anita Sulistyowati 13700142 FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL

KONTRAKSI OTOT POLOS LAMBUNG KATAK

Disusun Oleh : KELOMPOK B4

1.Ayuni Dina Sawitri 13700124

2.Dwi F. Hirda 13700126

3.Anita Riana 13700128

4.Findri Adi 13700130

5.Qurrota A’yun 13700132

6.Hj. Besse Pasrah 13700134

7.Gusti Karin 13700136

8.Afrizal Firdaus 13700138

9.Anita Sulistyowati 13700142FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan rahmat dan kesempatan sehingga

kami dapat menyelesaikan laporanpraktikum ini tepat pada

waktunya. Laporan praktikum ini merupakan laporan hasil

diskusi dan analisis dari praktikum yang telah dilakukan.

Laporan ini merupakan suatu kewajiban tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil dari diskusinya terhadap hasil

praktikum yang telah diperoleh.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang baik secara langsung maupun tidak langsung membantu

hingga terselesaikannya laporan makalah ini, antara lain

para dosen faal yang telah membimbing kami dalam

pelaksanaan praktikum ini.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran atau kritik

yang bersifat positif dan membangun sangat kami harapkan

untuk menyempurnakan laporan ini. Terima kasih.

Surabaya, 20 September 2014

Penyusun

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................. i

KATA PENGANTAR ................................. ii

DAFTAR ISI ..................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................ 1

1.1 Latar Belakang Teori ............... 1

1.2 Permasalahan........................ 4

1.3 Tujuan Praktikum ................... 5

BAB II METODE KERJA............................ 6

2.1 Alat dan Bahan Praktikum ........... 6

2.2 Tata Kerja Praktikum ............... 6

BAB III HASIL PRAKTIKUM ........................ 10

3.1 Grafik Hasil Praktikum..............

3.2 ........Hasil Perhitungan Praktikum

3.3 ..............Tabel Hasil Praktikum

BAB IV PEMBAHASAN ............................. 22

iv

4.1 Diskusi Hasil Praktikum ............ 22

4.2 Faktor yang Mempengaruhi Praktikum . 25

DAFTAR PUSTAKA ................................. 37

v

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori

Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign)

merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya

perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi :

a. Suhu Tubuh

b. Frekuensi Pernafasan

c. Denyut Nadi

d. Tekanan Darah

Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu

tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam

tubuh. Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan

pada sistem kardiovaskuler. Frekuensi pernafasan

dapat menunjukkan fungsi pernafasan, dan tekanan

darah dapat menilai kemampuan sistem

kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut

nadi.

Tanda-tanda Vital dipengaruhi oleh : Umur,

Sex, Berat badan, Aktivitas, Kondisi

(sehat/sakit)

1.1.1 Pemeriksaan Suhu Badan

1

Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan

antara produksi panas dan hilangnya panas dari

tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang

dihasilkan tubuh antara lain berasal dari :

a. Metabolisme dari makanan (Basal Metabolic

Rate)

b. Olahraga

c. Shivering atau kontraksi otot skelet

d. Peningkatan produksi hormon tiroksin

(meningkatkan metabolisme seluler)

e. Proses penyakit infeksi

f. Termogenesis kimiawi (rangsangan langsung

dari norepinefrin dan efinefrin atau dari

rangsangan langsung simpatetik)

Suhu badan diperiksa dengan termometer

badan dapat berupa termometer air raksa atau

termometer digital. Pemeriksaan suhu tubuh bisa

secara oral, rectal, membrane tymphani, dahi

(frontal) dan aksiler yang pada orang Indonesia

biasa menggunakan ukuran Celcius dengan

ketentuan sebagai berikut :

Suhu tubuh 36,5 -37,5°C : Normal

Suhu tubuh >37,5-38°C : Subfebris

Suhu tubuh >38°C : Febris

2

Pemeriksaan secara oral adalah cara yang

paling baik dilakukan yaitu dengan memasukkan

thermometer ke dalam mulut dan dibirkan selama

kurang lebih 5 menit, kerugian yang bisa terjadi

adalah timbulnya oral infection. Pemeriksaan secara

rektal biasa dilakukan pada bayi dan anak-anak,

pada orang dewasa penting bila diduga ada

infeksi pada rongga perut seperti peritonitis

maka secara bersamaan dilakukan pemeriksaan

secara aksiler. Pemeriksaan secara rektal

biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih

tinggi sebesar 0,4 – 0,5 derajat dibandingkan

lewat mulut. Pemeriksaan secara aksiler adalah

pemeriksaan yang paling lazim dilakukan, yaitu

dengan meletakkan ujung thermometer pada fossa

axillaris dan dibiarkan selama kurang lebih 5

menit. Suhu aksila 0,5˚C lebih rendah dari suhu

mulut. Pemeriksaan suhu tubuh yang paling akurat

adalah pemeriksaan suhu tubuh di membrane

tympani.

1.1.2 Pemeriksaan Pernafasan

Pemeriksaan pernafasan dapat dilakukan

dengan cara inspeksi, palpasi dan auskultasi.

Pemeriksaan secara inspeksi dapat menilai :

3

Frekwensi pernafasan (dewasa) : normal 12-

15x/menit

Irama pernafasan : teratur tidak

teratur

1.1.3 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan

Darah

1. Pemeriksaan Denyut Nadi

Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi

tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh

ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri,

disemburkan darah ke aorta dan kemudian

diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai

akibatnya, timbul lah suatu gelombang tekanan

yang bergerak cepat pada arteri dan dapat

dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan

menghitung frekwensi denyut nadi, dapat

diketahui frekwensi denyut jantung dalam 1

menit. Lokasi pemeriksaan nadi dapat dilakukan

pada: arteri radialis, arteri karotis, arteri

brakialis, arteri femoralis, arteri poplitea,

arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis

pedis. Pada prinsipnya, pulsasi arteri dapat

diraba jika arteri tersebut memiliki dasar

yang keras. Dalam praktek sehari-hari,

4

pemeriksaan pulsasi a.radialis paling sering

dilakukan. Penilaian denyut nadi meliputi :

- Frekwensi denyut nadi (dewasa) :

- Normal : 60-100 kali/menit

- Bradikardia : < 60 kali /

menit

- Takikardia : > 100 kali /

menit

- Irama : teratur atau tidak teratur

2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan Darah adalah kekutan yang di

hasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas

dinding pembuluh darah. Tekanan darah pada

sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus

jantung, yaitu memuncak pada waktu sistolik dan

sedikit menurun pada waktu diastolik. Pada

waktu ventrikel berkonstraksi, darah akan

dipompakan ke seluruh tubuh. Keadaaan ini

disebut keadaan sistolik, dan tekanan aliran

darah pada saat itu disebut tekanan darah

sistolik. Pada saat ventrikel sedang rileks,

darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan

aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks

disebut tekanan darah diastolik. Tingginya

tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor,

5

misalnya aktifitas fisik, keadaan emosi, rasa

sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau,

dll.

Tekanan darah pada dewasa ( JNC 7) :

- Normal : < 120 mmHg dan < 80

mmHg

- Prehipertensi : 120-139

mmHg atau 80-89 mmHg

- Hipertensi stadium 1 : 140-159

mmHg atau 90-99 mmHg

- Hipertensi stadium 2 : ≥160

mmHg atau ≥100mmH

1.1.4Posisi Tubuh dan Aktifitas Fisik Terhadap

Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Peningkatan denyut jantung menjadi hal

dasar untuk menyediakan sejumlah besar oksigen

dan zat makanan lain yang dibutuhkan oleh otot-

otot yang bekerja. Peningkatan denyut jantung

selaras dengan aktifitas yang dilakukan, jika

semakin banyak tenaga yang dikeluarkan untuk

melakukan aktifitas maka denyut jantung dan

tekanan darah pun akan meningkat. Secara teori,

sebenarnya posisi tubuh sangat berpengaruh

6

terhadap denyut nadi dan tekanan darah.Hal ini

dikarenakan adanya efek grafitasi bumi.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan mengenai

pemeriksaan vital sign adalah meliputi :

1. Suhu tubuh dihasilkan oleh apa ?

2. Sebutkan macam-macam tipe pernafasan dan jelaskan

masing-masing!

3. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat

memeriksa denyut nadi ?

4. Sebutkan pengertian dari tekanan darah.

5. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah

cara palpasi dengan cara auskultasi! (dari segi :

konsep teori-sarana-prosedur-hasil)

6. Apakah pemasangan manchet yang terlalu longgar

atau terlalu ketat dapat mempengaruhi hasil

pengukuran tekanan darahh ?Jelaskan !

7. Suara Korotkoff IV dan V dapat digunakan untuk

menentukan tekanan diastolik. Mana yang lebih baik

?Jelaskan !

8. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non-atlet

dalam hal pemilihan denyut nadi dan tekanan darah

post exercise (setelah latihan) ?Jelaskan !

7

9. a. Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi

tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah ?

3. Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan

teori ?

4. Apabila hasil praktikum saudara tidak sesuai

dengan teori, jelaskan mengapa demikian?

10. a. Secara teoritis,

bagaimanakah pengaruh latihan fisik terhadap

denyut nadi dan tekanan darah ?

b. Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan

teori ?

c. Apabila hasil praktikum saudara tidak sesuai

dengan teori, jelaskan mengapa demikian?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Memeriksa suhu tubuh dengan menggunakan thermometer

2. Memeriksa pernafasan dengan cara inspeksi

3. Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah

a. Memeriksa denyut nadi secara palpasi

b. Mengukur tekanan darah secara palpasi

c. Mengukur tekanan darah secara auskultasi

4. Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh

terhadap denyut nadi dan tekanan darah.

5. Mengamati dan mempelahari pengaruh latihan fisik

terhadap denyut nadi dan tekanan darah.

8

BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan Praktikum

1) Meja periksa / tempat tidur.

2) Stopwatch / arloji (jam).

3) Spygmomanometer (tensimeter) tediri dari :

a. Manometer air raksa + klep pembuka penutup.

b. Manchet udara.

c. Selang karet.

d. Pompa udara dari karet + sekrup pembuka

penutup.

4) Stethoscope.

5) Bangku latihan fisik.

6) Metronom.

2.2 Tata Kerja Praktikum

2.2.1 Memeriksa Suhu Tubuh

Memeriksa suhu tubuh dalam keadaan berbaring.

a. Pilih dua mahasiswa coba (MC1-2) laki-laki

dan perempuan.

9

b. Suruh MC1-2 berbaring terlentang tenang

selama 2-3menit di meja periksa atau tempat

tidur.

c. Bersihkan thermometer dengan alcohol 70% dan

keringkan.

d. Thermometer diletakkan dalam fossa axiler,

sebaiknya daerah tersebut dalam keadaan

kering dan biarkan selama 5 menit.

e. Catat hasilnyake dalam table E-1.

2.2.2Memeriksa Pernafasan

Memeriksa pernafasan dalam keadaan berbaring.

a. Mahasiswa coba (MC1-2) adalah mahasiswa yang

sama.

b. Suruh MC1-2 berbaring terlentang tenang

selama 2-3menit di meja periksa atau tempat

tidur.

c. Perhatikan dengan melihat gerakan perbnafasan

pada dada (bagian atas) saat inspirasi

kemudian eksirasi dihitung satu kali.

d. Hitunglah frewensi dan irama tersebut dalam 1

menit.

e. Catat hasilnya kedalam E-2.

10

2.2.3Memeriksa Denyut Nadi dan Mengukur Tekanan

Darah

1. Memeriksa Denyut Nadi secara Palpasi.

a. Mahasiswa coba (MC1-2) adalah mahasiswa

yang sama.

b. Suruh MC1-2 berbaring terlentang tenang

selama 2-3menit di meja periksa atau tempat

tidur.

c. Letakkan kedua lengan di sisi tubuh dengan

kedudukan volar.

d. Periksa denyut nadi arteri radialais dextra

dengan menggunakan ujung jari ke-2-3-4 yang

diletakkan sejajar satu terhadap yang lain,

diatas arteri radialis tersebut. Tentukan

frekwensi jumlah denyut per menit dan

iramanya teratur atau tidak teratur.

e. Catat data sesuai format : E-3.

2. Mengukur Tekanan Darah secara Palpasi.

a. Mahasiswa coba MC1-2 tetap berbaring

terlentang tenang di meja periksa atau

tempat tidur.

b. Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan

darahnya (lengan kanan) di sisi tubuh

dengan kedudukan volar.

11

c. Pasang manchet pada lengan atas kanan,

sekitar 3cm diatas fossa cubiti (jangan

terlalu ketat atau longgar).

d. Raba serta rasakan denyut arteri radialis

dextra.

e. Pompa kan udara kedalam manchet

(menggunakan pompa udara) samapai arteri

radialis tidak teraba.

f. Pompakan terus udara kedalam manchet

sampai tinggti mmHg pada manometer sekitar

20mmHg lebih tinggi dari titik dimana

denyur arteri radialis dextra tidak teraba.

g. Keluarkan udara pada manchet secara pelan

dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup

pada pompa udara berlawanan arah jarum

jam).

h. Catat tinggi mmHg pada manometer dimana

arteri radialis teraba kembali. Nilai ini

menunjukkan tekanan sistolik secara

palpasi.

i. Catat sesuai dengan format : Tabel E.3 .

2.2.4Mengamati dan Mempelajari Pengaruh Posisi Tubuh

terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

12

a. Pilih dua mahasiswa coba (MC1-2 boleh

mahasiswa yang sama) atau mahasiswa yang lain

dalam kelompok yang besangkutan.

b. Pilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa

denyut nadi MC1-2 pada ateri radialis

sinistra.

c. Pilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur

tekanan darah MC1-2 pada lengan kanan secara

auskultasi.

d. Pilih dua mahasiswa untuk mencatat hasil

praktukum MC1 dan MC2.

e. MC1-2 suruh berbaring terlentang teang selama

2-3 menit, kemudian.tentukan frekwensi dan

irama denyut arteri radialis sinistra serta

tekanan darah pada lengan kanan secara

auskultasi ( masing-masing diukur tiga kali

berturut-turut) selanjutnya hitung nilai

rata-ratanya.

f. MC1-2 suruh berdiri tenang selama 2-3 menit,

kemudian tentukan frekwensi dan irama denyut

arteri radialis sinistra dan tekanan darah

sebelh kanan secara auskultasi, masing-masing

diukur tiga kali berturut-turut serta hitung

nilai rata-ratanya.

g. Catat data sesuai format : Tabel E-4.

13

2.2.5Mengamati dan Mempelajari Pengaruh Latihan

Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

a. Pilih dua mahasiswa coba (MC1-2), MC1-2 boleh

mahasiswa yang sama atau mahasiswa lain dalam

kelompok yang bersangkutan.

b. Pilih dua mahasiswa yang betugas memeriksa

denyut nadi MC1-2 pada arteri radials

sinistra selama praktikum.

c. Pilih dua mahasiswa yang bertugas mengukur

tekanan darah MC2 pada lengan kanan secra

auskultasi selama praktikum.

d. Pilih dua mahasiswa untuk mencatat data.

e. MC1-2 suruh dududk tenang selama 2-3 menit,

kemudian periksa denyyut nadi arteri radialis

sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan

secara auskultasi, masing-masing di periks

atau diukur tiga kali berturut-turut. Catat

frekwensi, irama, denyut nadi, dan tekanan

sistolik, diastolic serta hitung nilai rata-

ratanya. Bila waktu mendesak bisa diukur satu

kali.

f. Dengan manchet tetap terpasang pada lengan

atas kanan, MC1-2 melalukakn latihan fisik

secara “STEP TEST (NAIK-TURUN BANGKU)” selama

20 kali per menit selama dua menit dengan

14

dipandu dengan irama metronome yang di atur

dengan frekwensi 80 ketukan per menit.

g. Setelah step test berakhir, MC1-2 suruh

segera duduk, ukurlah frekwensi serta tekanan

darahnya masing-masing satu kali saja. Data

ini diharapkan tercatat tepat satu menit

setelah step test berakhir.

h. Teruskan mengukur frekwensi dan tekanan darah

dengan interval dua menit (menit ke-3… menit

ke-5… menit ke-7…dst) samapai nilainya

kembali keadaan sebelum latihan.

i. Catat data sesuai format : Table E-4.

BAB III

HASIL PRAKTIKUM

DATA HASIL PRAKTIKUM

Tabel 3.1 : Data Pemeriksaan Suhu Tubuh Secara Berbaring

Mahasiswa Coba

1

Pemeriksa Suhu Tubuh Aksiler

Findri Ayuni 36,7 0 C

Mahasiswa Coba Pemeriksa Suhu Tubuh Aksiler

15

2

Anita Riana Karin 36,5 0 C

Tabel 3.2 : Data Pemeriksaan Pernafasan Secara Berbaring

Mahasiswa

Coba 1

Pemeriksa RR (x

permenit)

Irama

Findri Azra

Rizal

18x/menit

18x/menit

Teratur

Teratur

Mahasiswa

Coba 2

Pemeriksa RR(x/menit) Irama

Anita Riana A’yun

Anita S

16x/menit

15x/menit

Teratur

Teratur

Tabel 3.3 : Data Pemeriksaan Denyut Nadi Dan Tekanan Darah

Mahasisw

a Coba

Pemeriks

a

Denyut

Nadi

Tek.

Sistol

(palpas

i)

Tek.

Sistol

(Auskult

asi)

Tek.

Diastole

(Auskult

asi)

Findri

(MC1)

Ayuni

Azra

Fajar

Rizal

76

78

74

72

110

110

110

110

110

110

110

110

90

90

80

80

16

Anita S 76 110 110 80

Anita R

(MC2)

A’yun

Karin

Rizal

Azra

Anita S

68

57

73

72

72

100

90

90

90

90

120

110

110

120

110

80

90

90

90

90

Grafik 3.3

Grafik MC1

Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima0

20

40

60

80

100

120

17

Diagram MC1

Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima0

20

40

60

80

100

120

Denyut NadiTekanan Sistol (palp)Tekanan Sistol (Ausk)Tekanan Diastole (ausk)

Grafik MC2

Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima0

20

40

60

80

100

120

140

18

Diagram MC2

Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima0

20

40

60

80

100

120

140

Denyut NadiTekanan Sistol (palp)Tekanan Sistol (Ausk)Tekanan Diastole (ausk)

Tabel 3.4 : Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap DenyutNadi Dan Tekanan Darah

Mahasiswa Coba 1

Mahasisw

a Coba

Posisi

Tubuh

Denyut

Nadi

Tek.

Sistolik

(ausk)

Tek.

Diastol

(ausk)

Findri

(MC1)

Berbaring

terlentan

g

1. 72

2. 78

1. 110

2. 110

1. 80

2. 80

19

3. 76

Mean :

75,3

3. 110

Mean : 110

3. 80

Mean : 80

Duduk 1. 74

2. 80

3. 78

Mean :77,3

1. 110

2. 110

3. 110

Mean :110

1. 80

2. 80

3. 80

Mean : 80

Berdiri 1. 84

2. 80

3. 82

Mean : 82

1. 120

2. 110

3. 110

Mean : 113,3

1. 90

2. 80

3. 80

Mean :

83,3

Mahasiswa Coba 2

Mahasisw

a Coba

Posisi

Tubuh

Denyut

Nadi

Tek.

Sistolik

(ausk)

Tek.

Diastol

(ausk)

Anita

Riana

(MC2)

Berbaring

terlentan

g

1. 68

2. 57

1. 110

2. 110

1. 80

2. 90

20

3. 73

Mean : 66

3. 110

Mean : 110

3. 90

Mean :

86,6

Duduk 1. 82

2. 80

3. 75

Mean :79

1. 110

2. 110

3. 110

Mean :110

1. 80

2. 90

3. 90

Mean :

86,6

Berdiri 1. 90

2. 80

3. 80

Mean :

83,3

1. 110

2. 110

3. 110

Mean : 110

1. 90

2. 90

3. 90

Mean : 90

Grafik 3.4.

Grafik 3.4.1 MC1

21

Berbaring Duduk Berdiri7072747678808284

Perbandingan Denyut Nadi

Diaam E.4.1 MC1

Grafik E.4.2 MC1

Diagram 4.1 MC1

22

Berbaring Duduk Berdiri108109110111112113114

Perbandingan Tekanan Sistolik

Berbaring Duduk Berdiri78798081828384

Perbandingan Tekanan Diastolik

Berbaring Duduk Berdiri0

20

40

60

80

100

120

NadiTek. SistolTek. Diastol

Grafik 4.2 MC2

23

Berbaring Duduk Berdiri8485868788899091

Perbandingan Tekanan Diastolik

24

Berbaring Duduk Berdiri0

20

40

60

80

Perbandingan Denyut Nadi

Berbaring Duduk Berdiri020406080100120

Perbandingan Tekanan Sistolik

Berbaring Duduk Berdiri0

20

40

60

80

100

120

NadiTek. SistolTek. Diastol

Tabel. 3.5 : Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadidan Tekanan Darah

Mahasiswa Coba 1

Mahasisw

a Coba

Waktu Denyut

Nadi

Tek.

Sistolik

(auskulta

si)

Tek.

diasto

lik

(ausk)

RR

(x/mn

t)

Suhu

Findri

(MC1)

Pra

Latih

an

72

78

76

110

110

110

80

80

80

18x/

menit

36,70 C

25

Mean :

75,3

Mean 110 Mean

80

Pasca Latihan

Menit

ke 1

84 120 90 23 36,50 C

Menit

ke 3

84 110 80 21

Menit

ke 5

70 110 80 18

Mahasiswa Coba 2

Mahasisw

a Coba

Waktu Denyut

Nadi

Tek.

Sistolik

(ausk)

Tek.

diasto

lik

(ausk)

RR

(x/mn

t)

Suhu

26

Anita R

(MC2)

Pra

Latih

an

68

57

73

Mean : 66

120

110

110

Mean

113,3

80

90

90

Mean

86,6

16x/

menit

36,50 C

Pasca Latihan

Menit

ke 1

100 130 90 19 35,80 C

Menit

ke 3

96 120 90 16

Menit

ke 5

95 120 80

Menit

ke 7

75 120 90

Grafik 3.5 Mahasiswa Coba 1

Grafik 3.5.1 MC1

27

0

20

40

60

80

100

120

140

Denyut nadiTek. SistolTek. DiastolRRsuhu

Grafik 3.5.2 MC2

28

0

20

40

60

80

100

120

140

Denyut nadiTek. SistolTek. DiastolRRsuhu

29

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Diskusi Hasil Praktikum

1. Hasil pemeriksaan suhu tubuh posisi berbaring

Suhu tubuh yang diperoleh oleh kedua pemeriksa pada

mahasiswa coba 1 adalah 36,70C dan mahasiswa coba 2

adalah 36,50C. Hasil tersebut menunjukan bahwa

keadaan suhu tubuh mahasiswa coba 1 dan 2 adalah

normal. Suhu tubuh normal adalah 36,5 – 37,5o C

2. Hasil pemeriksaan pernafasan posisi berbaring

Rata-rata hasil pemeriksaan frekuensi pernafasan

pada mahasiswa coba 1 adalah 18 kali/menit dengan

irama pernafasan teratur dan pada mahasiswa coba 2

adalah 16 kali/menit dengan irama pernafasan yang

teratur. Frekuensi pernafasan normal berkisar antara

12-15 kali/menit dengan irama yang teratur.

3. Pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan

tekanan darah

Pada Mahasiswa Coba 1 hasil pengukuran yang

diperoleh yaitu:

Mahasisw Posisi Denyut Tek. Tek.

30

a Coba Tubuh NadiSistolik

(ausk)

Diastol

(ausk)

Findri

(MC1)

Berbaring

terlentang75,3 110 80

Duduk 77,3 110 80

Berdiri 82 113,3 83,3

Pada Mahasiswa coba 1 terajadi perubahan pada denyut

nadi dan tekanan darah walaupun tidak terajadi

secara drastis dan cenderung konstan

Mahasisw

a Coba

Posisi

TubuhDenyut Nadi

Tek.

Sistolik

(ausk)

Tek.

Diasto

l

(ausk)

Anita

Riana

(MC2)

Berbaring

terlentang66 110

86,

6

Duduk 79 11086,

6

Berdiri 83,3 110 90

31

Pada mahasiswa coba 2 terjadi kenaikan pada denyut

nadi setelah perubahan posisi tubuh. Namun pada

tekanan sistolik tidak terdapat perubahan (konstan).

Pada tekanan diastolik terjadi perubahan dari posisi

duduk ke posisi berdiri.

4. Pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan

tekanan darah

Mahasisw

a Coba

Waktu Denyut

Nadi

Tek.

Sistolik

(auskulta

si)

Tek.

diasto

lik

(ausk)

RR

(x/mn

t)

Suhu

Findri

(MC1)

Pra

Latih

an

75,3 110 80 18x/

menit

36,70 C

Pasca Latihan

Menit

ke 1

84 120 90 23 36,50 C

Menit

ke 3

84 110 80 21

Menit

ke 5

70 110 80 18

32

Mahasisw

a Coba

Waktu Denyut

Nadi

Tek.

Sistolik

(ausk)

Tek.

diasto

lik

(ausk)

RR

(x/mn

t)

Suhu

Anita R

(MC2)

Pra

Latih

an

66 113,3 86,6 16x/

menit

36,50 C

Pasca Latihan

Menit

ke 1

100 130 90 19 35,80 C

Menit

ke 3

96 120 90 16

Menit

ke 5

95 120 80

Menit

ke 7

75 120 90

Berdasarkan hasil praktikum diatas terjadi perubahan

denyut nadi, tekanan sistolik, tekanan diastolik, RR

dan suhu pasca latihan pada menit ke-1. Pada

33

mahasiswa coba (MC1) pemulihan denyut nadi, tekanan

sistolik, tekanan diastolik, RR dan suhu setelah

melakukan aktivitas fisik adalah pada menit ke-5

sedangkan pada mahasiswa coba (MC2) pemulihan

terjadi pada menit ke-7 pasca latihan.

4.2Diskusi Jawaban Rumusan Masalah

1. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan

produk tambahan proses metabolisme yang utama.

Adapun suhu tubuh dihasilkan dari :

a. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate,

BMR) di semua sel tubuh.

b. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan

aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat

menggigil).

c. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon

tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,

misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan

testosteron).

d. Metabolisme tambahan akibat pengaruh

epineprine, norepineprine, dan rangsangan

simpatis pada sel.

e. Metabolisme tambahan akibat peningkatan

aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri

terutama bila temperatur menurun.

34

f. Metabolisme tambahan yang diperlukan untuk

pencernaan, absorbsi, dan penyimpanan makanan.

2. Macam-macam tipe pernafasan yaitu :

a. Pernafasan Dada adalah pernafasan yang

melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya

dapat dibedakan sebagai berikut :

g. Fase Inspirasi : Fase ini berupa

kontraksinya otot antara tulang rusuk,

sehingga rongga dada membesar. Akibatnya

tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

dari pada tekanan diluar. Sehingga udara luar

yang kaya oksigen masuk.

h. Fase Ekspirasi : Fase ini merupakan, fase

relaksasi atau kembalinya otot antara tulang

rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh

turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada

menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan

dalam rongga dada menjadi lebih besar dari

pada tekanan luar, sehingga udara dalam

rongga dada yang kaya karbondioksida keluar.

b. Pernafasan Perut adalah pernafasan yang

melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat

dibedakan sebagai berikut :

- Fase Inspirasi : Fase ini berupa

berkontraksinya otot diafragma sehingga

35

rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam

rongga dada menjadi lebih kecil dari pada

tekanan diluar. Sehingga udara luar yang kaya

oksigen masuk kedalam.

- Fase Ekspirasi : Fase ini merupakan fase

relaksasi atau kembalinya otot diafragma

kedalam posisi semula yang diikuti oleh

turunnya tulang rusuk, sehingga rongga dada

menjadi lebih kecil. Sebagai akibatnya,

tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih

besar dari pada tekanan di luar, sehingga

udara dalam rongga dada yang kaya

karbondioksida keluar.

3. Pembuluh darah yang digunakan untuk memeriksa

denyut nadi adalah :

a. Arteri superficialis temporalis

b. Arteri carotis

c. Arteri brachialis

d. Arteri radialis

e. Arteri femoralis

f. Arteri poplitea

g. Arteri tibialis posterior

h. Arteri dorsalis pedis

36

4. Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh

darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh

darah. Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi

dengan siklus jantung yaitu memuncak pada waktu

systole dan sedikit menurun pada waktu diastole.

Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan

dipompa ke seluruh tubuh, keadaan ini disebut

sistole dan tekanan aliran darah pada saat ini

disebut tekanan darah systole.

Pada saat ventrikel relaksasi, darah dari atrium

masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada

waktu ventrikel sedang relaks tersebut adalah

tekanan darah diastole.

5. Perbedaan pengukuran tekanan darah dengan cara

palpasi dan cara auskultasi adalah :

a. Pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi :

Konsep Teori :

Pemeriksaan tekanan darah cara palpasi dengan

memeriksa pada arteri radialis dextra, dan

hanya dapat mengukur tekanan sistolik dengan

merasakan denyut nadi yang teraba setelah

manchet dikempiskan.

Alat : Spygmomanometer

Prosedur :

37

a) Pasangkan manchet pada lengan kanan atas,

sekitar 3cm diatas fossa cubiti (jangan

terlalu longgar maupun ketat)

b) Raba serta rasakan denyut arteri radialis

dextra

c) Pompakan terus udara ke dalam manchet

sampai tinggi Hg pada manometer sekitar

20mmHg lebih tinggi dari titik dimana

denyut arteri radialis dextra tak teraba.

d) Keluarkan udara dalam manchet secara

perlahan dan berkesinambungan (dengan

memutar sekrup pada pompa udara berlawanan

arah jarum jam). Perhatikan pada angka

berapakah denyut nadi arteri radialis

radialis teraba kembali. Angka tersebut

menunjukan tekanan darah sistolik cara

palpasi (tekanan diastolik tidak dapat

ditentukan dengan cara palpasi)

Hasil :

Hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Hasilnya

kurang akurat bila dibandingkan dengan

pengukuran secara auskultasi.

38

b. Pengukuran tekanan darah dengan cara

auskultasi:

Konsep teori:

Pemeriksaan auskultasi dengan memeriksa

arteri brachialis, sama dengan palpasi namun

pada auskultasi didapatkan tekanan sistolik &

diastolik yang lebih dikenal sebagai

Korotkoff IV&V dengan bantuan alat

stethoscope.

Alat :

Stethoscope dan sphygmomanometer

Prosedur :

a) Pasangkan manchet pada lengan kanan atas

3cm diatas fossa cubiti.

b) Raba arteri brachialis dextra secara

palpasi pada fossa cubiti dan letakkan

stethoscope (bell stethoscope) diatas

arteri brachialis dextra tersebut.

c) Pompakan udara kedalam manchet sampai

tinggi Hg pada manometer sekitar 20mmHg

lebih tinggi dari titik denyut arteri

brachialis dextra menghilang

d) Keluarkan udara dalam manchet secara pelan

dan berkesinambungan, maka akan

mendengar :

39

1. Suara Korotkoff I

Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan

sistolik secara auskultasi

2. Suara Korotkoff IV atau V

Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan

diastolik secara auskultasi

Hasil

Dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik.

Hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan cara

palpasi

6. Pemasangan manchet yang terlalu longgar atau

terlalu ketat mempengaruhi hasil pengukuran

tekanan darah

Apabila pemasangan terlalu longgar maka darah

masih bisa mengalir seperti biasa (sebagian

turbulen, sebagian laminer) karena kurang tertekan

atau terhambat, bunyi yang terdengar pun lemah.

Selain itu pula menghasilkan tekanan darah yang

lebih tinggi,sehingga tidak diperoleh hasil

pengukuran yang valid.

Sedangkan pemasangan manchet yang terlalu ketat

akan menyebabkan tekanan yang diberikan pompa

40

sphygnomamometer pada kantong karet tidak

maksimal. Hal ini disebabkan sebelum pemompaan,

pengikatan pada lengan sudah ketat dan sudah ada

tekanan, jadi bila diberi tambahan

udara,tekanannya tidak terlalu maksimal, sehingga

menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah

dari seharusnya.

7. Suara Korotkoff IV timbul saat atrium

berkontraksi yang disebabkan oleh meluncurnya

darah kedalam ventrikel sehingga menimbulkan

getaran.

Bunyi Korotkoff V digunakan untuk mengukur

tekanan diastolic.

Korotkoff V lebih baik, karena korotkoff V adalah

suara terakhir yang didapatkan dari pemompaan

tekanan darah. Korotkoff IV nyaris tak terdengar,

Korotkoff V terdengar lebih jelas meskipun pelan

sehingga suara Korotkoff V lebih baik untuk

mendengarkan diastolik.

8. Perbedaan antara atlet dan non atlet dalam

pemulihan denyut nadi dan tekanan darah post

exercise:

41

Adaptasi fisiologi pada latihan fisik sangat

tergantung pada umur,intensitas, durasi, frekuensi

latihan, factor genetik, dan cabang olahraga yang

ditekuni (tipe latihan, baik static maupun

dinamik).Tujuan dari adaptasi fisiologiadalah

untuk ketahanan jantung dan paru,yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan untuk mengangkut

oksigen.

Ukuran jantung pada atlit pada umumnya lebih besar

bila dibandingkan dengan bukan atlet. Pada atlet

untuk olahraga ketahanan (endurance/aerobic)maka

peningkatan ukuran jantung disebabkan peningkatan

volume ventrikel tanpa peningkatan tebal otot.

Sedangkan pada atlet untuk gerakan-gerakan

cepat(non endurance/anaerobic) seperti laricepat,

gulat, dan lain-lainnya maka peningkatan ukuran

disebabkan oleh penebalan dinding ventrikel dengan

tanpa peningkatan volume ventrikel. Bersamaan

dengan peningkatan ukuran jantung, juga didapatkan

peningkatan jumlah kapiler

Peningkatan aliran darah melalui paru

menyebabkan semua kepiler pulmonal terdifusi

maksimal sehingga tersedia daerah permukaan yang

lebih besar tempat oksigen dapat berdifusi ke

permukaan dalam kapiler pulmonal. Aliran darah

42

otot dapat meningkat kira-kira 25 kali lipat

selama kerja sangat berat. Hampir separuh dari

kenaikan aliran ini merupakan akibat vasodilatasi

intramuscular yang disebabkam oleh pengaruh

langsung kenaikan metabolisme otot. Kenaikan

tekanan bukan saja memaksa lebih banyak darah

melalui pembuluh darah tetapi juga meregangkan

dinding arteriol dan lebih lanjut menurunkan

tahanan vaskuler. Oleh karena itu kenaikan tekanan

darah sebanyak 30% sering dapat meningkatkan

aliran darah lebih dari sekedar menggandakan hal

ini akan menambah kenaikan aliran yang besar yang

telah disebabkan oleh vasodilatasi metabolik

paling sedikit 2 kali lipat lagi.

Adaptasi kardiovaskuler ini jugamenyebabkan

peningkatan volume darahdan hemoglobin, jumlah

kapiler otot dan mempengaruhi cardiac output,

tekanan darah, aliran darah serta A-V O2

diff.Terjadinya proses adaptasikardiovaskuler pada

atlet ini menyebabkan pemulihan denyut nada dan

tekanan darah pada atlet berlangsung cepat.

Sedangkan pada non-atlet pemulihan denyut dan

tekanan darah berlangsung lama karena belum adanya

adaptasi dari sistem kardiovaskuler.

43

9. Posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah melalui

hubungannya dengan efek gravitasi. Pada kondisi

berbaring, gaya gravitasi mempengaruhi seluruh

tubuh secara uniform. Pada posisi tegak, efek

gravitasi berbeda-beda. Selain tekanan dari

kontraksi jantung, pembuluh darah dibawah jantung

mendapat beban tambahan dari berat kolom darah

(perbedaan tinggi tingkat jantung-pembuluh).Pada

saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah

lebih rendah karena arah peredaran tersebut

horizontal sehingga tidak terlalu melawan

gravitasi dan tidak terlalu memompa.

Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam

memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya

gravitasi sehingga kecepatan jantung meningkat.

Sehingga denyut nadi dan tekanan darah yang

terjadi sebagai berikut:

posisi berdiri>posisi duduk >

berbaring/terlentang

Hasil praktikum:

Menurut teori posisi tubuh mempengaruhi tekanan

darah dan denyut nadi akibat dari gaya gravitasi.

Sesuai dengan hasil praktikum, mahasiswa coba 1

dan 2 mengalami kenaikan pada denyut nadi dan

44

tekanan darah walaupun kenaikannya tidak

signifikan.

10. Pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan

tekanan darah secara teoritis:

Jantung sebagai alat pemompa darah mempunyai

sifat untuk mengeluarkan rangsangan secara

berirama. Dalam keadaan biasa irama jantung

berasal dari simpul SA (Sino auricular node) yang

terletak di atrium kanan. Selanjutnya semua bagian

dari jantung mengikuti irama dari simpul S-A ini.

Banyak faktor yang mempengaruhi irama dari simpul

ini, diantaranya adalah :

a. Rangsangan suhu yang meningkat,

b. Kekurangan oksigen,

c. Turunnya tekanan darah,

d. Pengaruh ketekolamin dan lain-lain.

Pada latihan terjadi dua kejadian yaitu

peningkatan curah jantung (cardiac output) dan

redistribusi darah dari otot-otot yang tidak aktif

ke otot-otot yang aktif. Curah jantung tergantung

dari isi sekuncup (stroke volume) dan frekuensi

denyut jantung (hart rate). Kedua faktor ini meningkat

pada waktu latihan. Redistribusi darah pada waktu

latihan menyangkut vasokonstriksi pembuluh darah

45

yang memelihara daerah yang tidak aktif

vasodilatasi dari otot yang aktif yang disebabkan

oleh kenaikan suhu setempat, CO2 dan asam laktat

serta kekurangan oksigen.

Pada latihan yang mengakibatkan frekuensi

jantung meningkat serta isi sekuncup meningkat,

maka curah jantung juga meningkat. Curah jantung

sangat mempengaruhi maksimum daya serap oksigen.

Boleh dikatakan lebih besar curahjantung, lebih

besar pula daya serapoksigennya. Dengan penurunan

frekuensi jantung, maka jantung mempunyai cadangan

denyut jantung (Heart RateReserve/HRR) yang lebih

tinggi.Penurunan frekuensi jantung ini disebabkan

oleh peningkatan tonus saraf Parasimpatis Juga

terjadi penurunan dari frekuensi pengeluaran

impuls dari paru jantung. Dengan perubahan

volume,maka isi sekuncup (stroke volume) menjadi

lebih besar dan bila cadangan denyut jantung

meningkat hasilnya curah jantung (cardiac output)

akan menjadi lebih tinggi dan dengan begitu

pengangkutan oksigen menjadi lebih tinggi lagi.

Pada waktu istirahat, tekanan yangnormal

adalah 120 mmHg sistolik dan 80mmHg diastolik

(120/80). Selama melakukan olahraga, tekanan

sistolik naik secara cepat dan kadang-kadang dapat

46

mencapai 200 atau 250 mmHg (responakut). Sedangkan

tekanan diastolic perubahannya hanya sedikit.

b. Hasil pratikum :

Sesuai dengan teori, terjadi peningkatan denyut

nadi dan tekanan darah pada menit pertama post

exercise diikuti penurunan denyut nadi dan tekanan

darah yang bertahap pada menit-menit berikutnya.

Sehingga hasil praktikum sesuai dengan teori yang

ada.

47

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. Hall, Jhon E. 2007. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC Medical

Publisher.

Prince, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edis 6. Jakarta : EGC.

Volume 2.

Sudoyo A.W, dkk. 2007. Buku Ajar-Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi

IV. Jakarta : EGC.

Ward J. and Robert Clarke. 2009. At a Glance Fisiologi. EMS :

Jakarta.

48

Ganong, William. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22.

Jakarta: EGC Medical Publisher

49