Laporan Praktikum HPLC
Transcript of Laporan Praktikum HPLC
LAPORANPRAKTIKUM PEMISAHAN DAN PENGUKURAN
PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DAN KAFEINDENGAN TEKNIK HPLC
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Praktikum Pemisahan danPengukuran
Dosen Pengampu :Dra. Soja Siti Fatimah, M.Si
Disusun oleh : Hesti Kusumaningtyas (1307031) Ida Khoerunnisah (1302021) Ikhlas Fathurohman (1301508)
Jurusan Pendidikan KimiaFakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG2014
Tanggal Praktikum : 17 Februari 2015
Judul Praktikum :
Penentuan Kadar Paracetamol dan Kafein dengan Menggunakan
Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
1. Tujuan
1.1 Dapat memahami cara kerja instrumen HPLC
1.2 Dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat ,
serta dapat mengikuti manual pengoperasian HPLC.
1.3 Dapat menentukan/menghitung kadar parasetamol dan
kafein dalam sampel obat.
2. Tinjauan Pustaka
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan
tipe kromatografi elusi yang paling serbaguna dan digunakan
secara luas. Teknih ini digunakan oleh para kimiawan untuk
memisahkan dan menentukan spesi-spesi dalam berbagai bahan
atau senyawa seperti senyawa organik, anorganik, maupun
material biologis. Pada kromatografi cair, fasa gerak
merupakan pelarut cair berisi sampel yang berupa campuran
dari bahan-bahan terlarut. Jenis-jenis kromatografi cair
1
kinerja tinggi (HPLC) biasanya dikelompokkan oleh mekanisme
pemisahannya ataupun jenis
fasa diamnya. Pengelompokkan tersebut diantaranya:
a) Partisi atau Kromatografi Cair-Cair
b) Adsorpsi atau kromatografi Padat-Cair
c) Penukar Ion atau Kromatografi Ion
d) Size-Exclusion Chromatography (Kromatografi Eksklusi
Ukuran)
e) Kromatografi Afinitas
f) Kromatografi Kiral
Ada dua cara pengelusian dalam kromatografi cair kinerja
tinggi, yaitu elusi isokratis dan elusi gradien. Elusi yang
menggunakan pelarut tunggal dengan komposisi tetap atau
campuran beberapa pelarut ynag komposisinya dibuat tetap
disebut elusi isokratik. Sedangkan pada elusi gradien,
digunakan dua (atau kadang lebih) pelarut dalam suatu sistem
yang memiliki perbedaan kepolaran yang besar / signifikan.
Perbandingan dari kedua atau lebih pelarut ini divariasikan
melalui cara yang telah ditentukan dengan program saat
pemisahan berlangsung. Pengubahan perbandingan ini kadang
dilakukan secara terus-menerus dan kadang secara bertahap.
Elusi gradien seringkali meningkatkan efisiensi pemisahan,
seperti halnya pemrograman suhu pada GC. Instrumen HPLC
modern biasanya dilengkapi dengan katup yan berpotongan
sehingga dapat memasukkan cairan dari dua atau lebih
2
reservoir dengan perbandingan yang dapat divariasikan secara
terus menerus.
(Skoog, 2004: 973-977)
Fasa gerak
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa
gerak adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi
pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada solven
yang digunakan untuk KCKT/HPLC, tetapi ada beberapa sifat
umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh denganharga murah
(reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang
karena prosedur pemumiannya kembali sangat membosankandan
mahal biayanya. Dari semua persyaratan di atas, persyaratan
1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.
Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven, terutama
untuk KCKT/HPLC yang menggunakan pompa bolak
balik(reciprocating pump) sangat diperlukan terutama bila
3
detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang
terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan gangguan
yang besar di dalam detektor sehingga data yang diperoleh
tidak dapat digunakan (the data may be useless).
Menghilangkan gas (degassing) juga sangat baik bila
menggunakan kolom yang sangat sensitif terhadap udara
(contoh :kolom berikatan dengan NH2).
(Effendy De Lux Putra, 2004: 7-8)
Komponen-komponen alat dalam HPLC diantaranya ialah:
Reservoir (wadah pelarut / cairan)
Pompa
Sistem injeksi sampel
Kolom, terdiri dari
1. Kolom Analitik / Kolom Utama
2. Kolom Guard
3. Termostat
Detektor
Komputer (Pengolah data)
4
Reservoir merupakan wadah yang menampung cairan-cairan
yang akan digunakan dalam pemisahan. Cairan-cairan tersebut
berupa pelarut. Masing-masing reservoir dihubungkan kepada
katup berpotongan, dimana katup ini berfungsi untuk mengatur
cairan-cairan yang masuk / dipompa kedalam kolom.
Pelarut dimasukkan ke kolom melalui pipa atau selang
menggunakan pompa. Pelarut dipompa dari reservoir sehingga
dapat membawa sampel menuju kolom. Pompa yang digunkan dalam
HPLC hatus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Harus memiliki aliran terkontrol yang ‘reproducible’
2) Harus menghasilkan aliran yang ‘pulse-free’ (bebas
pulsa, tidak menghasilkan gelembung)
3) Hold-up volume (volume tampungan) kecil
(R.P. Budhiraja, 2004: 172)
Karena HPLC menggunakan tekanan yang cukup tinggi,
mustahil sampel dapat diinjeksikan dengan cara yang sama
5
seperti pada kromatografi gas. Maka dari itu, sampel
dimasukkan melalui loop injector. Sampling loop dapat
diganti dan tersedia pada volume 0,5 mikroliter sampai 2
mililiter. Pada posisi terisi, sampling loop terisolasi dari
fasa gerak dan terbuka terhadap atmosfer. Sebuah syringe
dengan kapasitas beberapa kali dari loop sampling digunakan
untuk menempatkan sampel kedalam loop.
Kolom yang paling umum digunakan untuk HPLC dibuat dari
stainless steel dengan diameter internal antara 2,1 mm dan
4,6 mm dengan panjang mulai dari sekitar 30 mm sampai 300
mm. kolom-kolom ini dipak dengan 3-10 mikrometer partikel-
partikel silika berpori yang dapat berbentuk irregular atau
spherical. Kolom ini berfungsi sebagai tempat pemisahan
berlangsung.
Terdapat dua masalah yang menyebabkan kolom analitik
berkurang masa hidupnya. Pertama, zat terlarut yang mengikat
fasa diam secara irreversibel menurunkan performa kolom
karena fasa diam yang tersedia menjadi berkurang. Kedua,
material partikulat yang diinjeksikan bersama sampel dapat
menyumbat kolom analitik. Maka dari itu, kolom guard
ditempatkan sebelum kolom analitik untuk meminimalisasi
masalah-masalah tersebut. Kolom guard biasanya berisi
material partikulat packing dan fasa diam yang sama dengan
kolom analitik, namun jauh lebih pendek dan murah.
Panjangnya 7,5 mm dan harganya satu persepuluh dari kolom
6
analitik. Hal ini dikarenakan kolom guard digunakan sebagai
“tumbal” dan diganti secara berkala.
Selanjutnya sampel yang telah terpisahkan dibawa menuju
detektor. Detektor ini berfungsi untuk memberikan sinyal
sehingga data dapat diolah dan ditampilkan. Detektor-
detektor yang dapat digunakan dalam HPLC diantaranya:
Detektor Spektroskopi (adsorpsi sinar UV)
Detektor elektrokimia
Selain itu, ada juga detektor yang menggunakan pengukuran
pada perubahan index refraksi dari fasa gerak, namun kurang
berguna untuk elusi gradien kecuali komponen-komponen fasa
gerak memiliki index refraksi yang mirip.
(Harvey David, 2000: 578-585)
Keuntungan KCKT/HPLC
KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas
(KG). Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan
untuk memperoleh efek pemisahan yang sama membaiknya. Bila
derivatisasi diperlukan pada KG, namun pada KCKT zat-zat
yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat
yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah
pilihan utama. Namun demikian bukan berarti KCKT
menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan yang lebih
besar bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga
7
menjadi populer pada KCKT karena teknik ini dapat digunakan
untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang umumnya
digunakan.
KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan
kromatografi cair klasik, antara lain:
Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari1 jam. Banyak
analisis yang dapat diselesaikan sekitar 15-30 menit. Untuk
analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisis
kurang dari 5 menit bisa dicapai
Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai
dua rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG,
gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat;
pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan fasa
diam dan fasa gerak
pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai
pemisahan yang diinginkan.
Sensitivitas detektor: Detektor absorbsi UV yang biasa
digunakan dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah
nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-
detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi
jumlah sampai picogram(10-12 gram). Detektor-detektor
seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri,
dll dapat juga digunakan dalam KCKT
8
Kolom yang dapat digunakan kembali: Berbeda dengan kolom
kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali
(reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan
kolom yang sma sebelum darijenis sampel yang diinjeksi,
kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan Ideal
untuk zat bermolekul besar dan berionik :zat – zat yang
tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah
, biasanya diderivatisasi untuk menganalisi spsesies ionik.
KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk
mengalissis zat –zat tersebut.
Mudah rekoveri sampel: Umumnya setektor yang digunakan dalam
KCKT tidak menyebabkan destruktif(kerusakan) pada komponen
sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel
tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati
detector.Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan
ksecuali untuk kromatografi penukarion memerlukan prosedur
khusus.
(Effendy De Lux Putra, 2004: 8)
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair-
cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan
maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan
teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak
analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas/area
standar. Pada prakteknya, pembandingan kurang menghasilkan
data yang akurat bila hanya melibatkan satu standar. Oleh
9
karena itu, maka pembandingaan dilakukan dengan menggunakan
teknik kurva kalibrasi.
Parasetamol dan kafein pada umumnya terdapat bersama
sama dalam satu tablet obat yang memiliki sifat kepolaran
berbeda. Gugus kromofor yang dimilikinya menyebabkan senyawa
ini dapat menyerap sinar UV. Karaktersitik senyawa ini
memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom
nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar campuran beberapa
pelarut.
(Tim Dosen Praktikum Pemisahan dan Pengukuran, 2015: 1)
Paracetamol
Paracetamol secara luas digunakan untuk obat yang diperuntukan sebagai penawar rasa sakit, demam(mengurangi temperature). Tindakan ini dikenal sebagai analgesik dan antipiretik. Paracetamol murni berbentuk kristal padat yang meleleh pada suhu 167-171 . Daya larut dalam air dingin adalah 1,43 g/100 cm3,
tetapi jauh lebih larut dalam air panas yakni 5 g/100 cm3 dan dalam etanol kelarutannya 14 g/100 cm3.
(Frank Ellis dkk, 2002: 1)
Kafein
10
Alkaloid yang mempunyai lingkar purin (lingkar senyawa
heterosiklik yang majemuk, yang merupakan kondensasi
antara lingkar imidazol dan lingkar pirimidin). Dengan
rumus molekul C5H10N4O2 yang terdapat dalam biji-biji kopi
dan daun teh. Kristal kafein berbentuk jarum-jarum
berwarna putih, tidak berbau, dan berasa pahit. Kafein
yang tidak mengandung kristal mencair pada suhu 238 .
Kafein larut dalam larutan pirol dan tetrahidrofuran.
Kelarutan kafein dalam air berkurang degan adanya asam-
asam organik.
(Damin Sumardjo, 2009: 447)
Asetonitril
Metil Sianida CH3CN, zat cair toksik, disediakan dari
asetilena dan amonia atau oleh dihidrasi asetamida,
digunakan untuk melarutkan senyawa organik ataupun
anorganik.
11
(Hadyana Pudjaatmaka, 2002: 76)
Isopropil Alkohol
Propil Alkohol mempunyai rumus CH3CH2CH2OH . Isopropil
alkohol merupakan isomer propil alkohol dengan rumus
(CH3)2CHOH. Banyak digunakan untuk membuat minyak wangi,
pelitur dan sebagai pelarut.
(Hadiat Moejadi,dkk, 2004: 179)
12
Alat dan Bahan Praktikum
2.1 Alat Praktikum
Perangkat HPLC 1 set
Spatula 1 buah
Labu ukur 50 mL 1 buah
Labu ukur 10 mL 6 buah
Neraca analitik terkalibrasi 1 set
Corong pendek 1 buah
Pipet tetes 2 buah
Gelas kimia 50 mL 3 buah
Ultrasonic vibrator 1 set
Pipet Ukur 1 ml 1 buah
Pipet Ukur 2 ml 1 buah
Pipet Ukur 3 ml 1 buah
Pipet Ukur 4 ml 1 buah
Pipet Ukur 5 ml 1 buah
Pipet Ukur 6 ml 1 buah
Ball Filler 1 buah
Filter Membran Selulosa Nitrat 1 set
Botol Vial 2 buah
2.2 Bahan Praktikum
Parasetamol p.a 25 mg
Kafein 12,5 mg
Asetonitril 30 ml
KH2PO4 420 ml
Iso propil alkohol 30 ml
13
Metanol secukupnya
Sampel obat Bodrex 4,1 mg
Aquades secukupnya
Aquabides secukupnya
Membran PTFE/selulosa nitrat buah
Kertas saring 1 buah
3. Prosedur Kerja Praktikum
3.1Pembuatan fasa gerak (Pelarut).
Sebanyak 420 mL KH2PO4- 0,01 M, ditambahkan metanol 20
mL, ditambahkan asetonitril 30 mL, ditambahkan
isopropil alkohol 30 mL, disaring menggunakan membran
whatman filter PTFE 0,2 μm, disonikasi selama 30 menit.
(Larutan Fasa Gerak sudah tersedia)
3.2 Pembuatan larutan induk parasetamol
Ditimbang seksama sejumlah 25 mg Parasetamol p.a
dan 12,5 mg kafein p.a dimasukkan kedalam labu 50
mL
Tambahkan pelarut sebanyak 20 mL, disonikasi
selama 15 menit, diencerkan dengan pelarut hingga
garis tanda batas..
Hitunglah konsentrasi larutan induk untuk
parasetamol dan kafein
3.3 Pembuatan deret larutan standar parasetamol + kafein
14
Pipet larutan induk parasetamol dan kafein masing-
masing sebanyak 1 ; 2 ; 3 ; 4 ;5 dan 6 mL,
masukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
Tambahkan pelarut(fasa gerak yang tersedia)hingga
tanda batas
Lakukan sonikasi selama 5 menit.
Dilakukan degassing apabila masih terdapat gelembung
dalam larutan
Injeksikan ke sistem HPLC dengan volume penyuntikan
20 μl
Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi
3.4 Pembuatan larutan sampel obat bodrex
Tentukan berat rerata tablet(10 tablet)
Menimbang 4,1 mg, dimasukkan kedalam labu ukur 10
mL, ditambahkan pelarut(aquabides) hingga setengah
volume labu ukur), disonikasi selama 5 menit,
Encerkan dengan pelarut(aquabides) hingga garis
tanda, dikocok lalu disaring menggunakan kertas
saring
Dipindahkan ke dalam botol vial
Kemudian proses melakukan penyaringan kedua
menggunakan membran whatman PTFE 0,2 μm (filtrat
pertama dibuang(digunaakan untuk membilas
filter/injektor, kemudian ditampung filtrat
selanjutnya).
Injeksikan sampel obat ke dalam HPLC.
15
3.5 Penyiapan Instrumen HPLC
Kondisi Analisis parasetamol dan kafein
Fasa gerak : KH2PO4 0,01 M 420mL, 20 ml
metanol, 30 asetonitril 30 mL
isopropil alkohol
Kolom (fasa diam) : C-18 (15 cm)
Panjang gelombang : 215 nm
Laju alir : 1 mL/menit
Volume injeksi : 20 µL
Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung
dengan benar.
Tekan tombol “ON” pada sakelar listrik.
Isi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan
kosongkan botol penampung.
Tekan tombol “ON” pada alat, berturut-turut untuk
power, detektor dan pompa.
Lakukan pemrograman alat dengan computer.Ikuti
langkahnya sesuai instruksi dalam komputer.
Pilihlah mode yang akan digunakan sesuai dengan
parameter kondisi instrumen.
Alirkan fasa gerak.
Apabila respon kromatogram tidak muncul lagi,
artinya alat telah menunjukkan base line yang
mendatar, maka instrumen siap digunakan.
16
Injeksikan berturut-turut larutan standar (mulai
dari konsentrasi terendah), dan terakhir larutan
sampel
Cetak hasil pengukuran, catat kondisi percobaannya.
Setelah selesai digunakan, matikan pompa dengan
menyoroti tanda pompa dalam computer.
Tutup file sesuai petunjuk, lalu matikan computer.
Untuk mematikan, tekan tombol “Off” pada pompa,
detector dan power secara berurutan. Putuskan
sambungan listrik.
3.6 Perhitungan hasil analisis
Dari hasil operasi instrumen akan diperoleh kurva
kalibrasi. Bila kurva kalibrasi diperoleh dengan
koefisien regresi > 0,997 anda boleh melanjutkan
perhitungan kadar parasetamol dalam sampel. Hitunglah
kadarnya dalam satuan % b/b. Bila tidak diperoleh
kurva yang linier, maka lakukan diskusi untuk mencari
penyebabnya.
17
Hasil dan Analisis Data
Tabel Penimbangan 1 Tablet Obat Bodrex
No Berat Setiap 1
Tablet Obat Bodrex1. 0,8321 g2. 0,8530 g3. 0,8407 g4. 0,8326 g5. 0,8350 g6. 0,8315 g7. 0,8418 g8. 0,8568 g9. 0,8321 g10.0,8427 g
Rat
a-
rat
a
0,84016 g
18
Sampel Obat
Diduga zat yang
terkandung
Waktu Retensi
(menit)
Luas
Area
Paracetamol 2.38
117052
88
Kafein 3.62
216412
8
Deret Standar Paracetamol
Konsentrasi
(ppm)
Luas
Area
Waktu Retensi
(menit)
50
225210
6 2.38
100
423908
5 2.38
150
620825
3 2.38
200
797907
2 2.38
250
100930
86 2.39
300
122615
50 2.38
19
Berdasarkan data hasil percobaan, luas area kandungan
sampel yang diduga paracetamol (11705288), berada pada
rentang deret standar paracetamol (10093086-12261550).
Sehingga kadar paracetamol dapat dihitung menggunakan
persamaan garis
y = 39646 x + 234188
Sehingga,
y = 39646 x + 234188
11705288 = 39646 x + 234188
x =
x = 289,3381 ppm
mg paracetamol = ppm V (L)
= 289,3381 ppm 0,01 L
= 2,8934 mg
Bobot sampel = 4,1 mg
Berat Rata- rata penimbangan obat bodrex = 840,16 mg
20
Kadar mg Paracetamol dalam Hasil percobaan
Deret Standar Kafein
Konsentrasi
(ppm)
Luas
Area
Waktu Retensi
(menit)
25
216441
6 3.64
50
425240
0 3.62
75
624219
6 3.6
100
798948
4 3.58
125
100335
48 3.59
150
120977
07 3.56
21
Berdasarkan data hasil percobaan luas area kandungan sampel
yang diduga kafein (2164128) berada di luar rentang deret
standar kafein ( < 2164416), sehingga kadar kafein dalam
sampel dihitung menggunakan perbandingan standar dengan
sampel, yaitu konsentrasi dan luas areanya.
=
[Sampel] =
[Sampel] =
[Sampel] = 24,9967 ppm
Mg kafein = ppm V (L)
= 24,9967 ppm 0,01 L
= 0,2500 mg
Kadar mg Kafein dalam Hasil percobaan
22
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar
paracetamol dan kafein dalam sampel obat menggunakan
instrumen HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
Prinsip dasar HPLC yaitu berdasarkan perbedaan distribusi
komponen-komponen dalam sampel di antara dua fase, fase
gerak dan fase diam. Fase gerak yang digunakan berupa
campuran senyawa KH2PO4, methanol, asetonitril, dan
isopropyl alkohol dengan perbandingan 42 : 2 : 2 : 3.
Sedangkan fase diam yang digunakan adalah kolom C-18 yang
bersifat non polar. Oleh karena itu percobaan kali ini
menggunakan metode HPLC fase terbalik, karena fase gerak
yang digunakan bersifat polar sedangkan fase diamnya
bersifat non polar, dengan sistem elusi isokratik, artinya
selama analisis digunakan fase gerak dengan perbandingan
pelarut yang tetap.
Dalam preparasi sampel, sampel ditimbang kemudian
dilarutkan menggunakan aquabidest. Digunakan aquabidest
karena dalam analisis menggunakan HPLC diperlukan pelarut
dengan kemurnian yang tinggi, sebab larutan sampel yang akan
dianalisis jumlahnya sangat sedikit (sekitar 20µl) sehingga
23
apabila digunakan pelarut dengan kemurnian kurang akan dapat
mengganggu hasil pemisahan. Sebelum pengenceran sampel
sampai 10 ml, dilakukan sonikasi terlebih dahulu agar semua
komponen dalam sampel larut dan homogen. Setelah diencerkan
sampai 10 ml secara kuantitatif, larutan sampel disaring
sebanyak dua kali. Penyaringan pertama dilakukan menggunakan
kertas saring kasar. Hal tersebut dilakukan karena dalam
obat tidak hanya mengandung paracetamol dan kafein, namun
terdapat zat penyusun lain yang belum larut seluruhnya yang
masih berupa partikel-partikel padat dalam larutan.
Selanjutnya filtrate disaring kembali menggunakan membran
selulosa nitrat agar diperoleh larutan sampel murni tanpa
ada partikel-partikel pengganggu /pengotor yang dapat
mempengaruhi hasil pemisahan. Apabila langsung dilakukan
penyaringan menggunakan membran selulosa nitrat,
dikhawatirkan partikel-partikel yang tidak larut dalam
larutan sampel akan menyumbat pori-pori membran sehingga
penyaringan akan membutuhkan waktu yang lama. Sebelum
ditampung, sebagian filtrat dibuang terlebih dahulu yang
dimaksudkan untuk membilas membran agar dapat dipastikan
tidak ada zat kontaminan dari membran yang dapat ikut
tertampung.
Analisis pada percobaan kali ini adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan
dengan membandingkan waktu retensi komponen dalam sampel
dengan waktu reteensi standar. Puncak yang akan muncul pada
kromatogram adalah puncak komponen paracetamol terlebih
24
dahulu. Hal tersebut dapat ditentukan berdasarkan struktur
kimia dari masing-masing komponen.
Gambar Struktur Paracetamol
Gambar Struktur Kafein
Dapat dilihat bahwa paracetamol memiliki gugus hidroksi (-
OH) yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air sehingga
lebih mudah larut dalam air atau senyawa polar lainnya
sedangkan kafein memiliki struktur yang relatif lebih non
25
polar dibandingkan dengan paracetamol sehingga akan tertahan
lebih lama di kolom yang sifatnya non polar.
Pada analisis kuantitatif, dilakukan perhitungan kadar
paracetamol dan kafein dalam sampel berdasarkan luas area
puncak menggunakan metode kurva kalibrasi larutan derat
standar yang dibuat dari pengenceran 1-6 ml larutan induk
paracetamol 500 ppm dan kafein 250 ppm dalam 10 ml larutan.
Kadar analit dapat ditentukan dengan menghitung konsentrasi
analit menggunakan persamaan garis y = mx + b yang diperoleh
dari kurva kalibrasi deret standar. Namun, apabila luas area
puncak analit tidak masuk dalam area deret standar maka
digunakan perbandingan konsentrasi dan luas area deret
standar dengan sampel.
Sebelum dilakukan pemisahan, instrument HPLC harus
dikondisikan pada keadaan optimal agar hasil pemisahan yang
didapatkan baik. Kemudian baik sampel maupun deret standar,
sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC perlu dilakukan degassing
untuk menghilangkan gelembung udara karena gelembung udara
dapat terkumpul di kepala pompa ataupun detektor sehingga
akan mengganggu kondisi HPLC.
Berdasarkan data pengamatan, diperoleh kadar
paracetamol dan kafein dalam sampel obat masing-masing
sebesar 592,9070 mg/tablet dan 51,2293 mg/tablet. Hasil
tersebut mendekati data kadar yang tercantum pada kemasan
obat yaitu paracetamol sebanyak 600 mg/tablet dan kafein
sebanyak 50 mg/tablet.
26
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama
analisis pada percobaan ini di antaranya, masih terdapat
sisa sampel yang telah ditimbang yang tidak ikut dilarutkan
sehingga kadar yang diperoleh kurang akurat, masih terdapat
gelembung setelah dilakukan penginjeksian, atau
pengoperasian instrument yang kurang tepat sehingga
mempengaruhi hasil kromatogram yang akan didapat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh kadar paracetamol dan kafein dalam sampel obat
masing-masing sebesar 592,9070 mg/tablet dan 51,2293
mg/tablet. Hasil tersebut mendekati kadar yang tercantum
pada kemasan obat yaitu paracetamol sebanyak 600 mg/tablet
dan kafein sebanyak 50 mg/tablet.
Daftar Pustaka
Budhiraja, R.P. (2004). Separation Chemistry. New Delhi: New
Age International (p) Ltd.
David, Haervey. (2000). Modern Analytical Chemistry. New
York: McGraw-Hill
De Lux Putra, Effendy. (2004). Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi Dalam Bidang Farmasi Jurnal, hlm. 5-8.
Ellis, Frank dkk. (2002). Paracetamol-a curicullum resource.United Kingdom :
Royal Society of ChemistryMoejadi, Hadiat. (2004). K amus S ains . Jakarta : Balai
Pustaka
27
Pudjaatmaka, Hadyana. (2002). Kamus Kimia. Jakarta : Balai
Pustaka
Skoog, dkk. (2004). Fundamentals of Analytical Chemistry.
USA: Thomson Brooks/Cole
Sumardjo, Damin. (2009). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC
Tim Dosen Praktikum Pemisahan dan Pengukuran. (2015).
Instruksi Kerja Penentuan Kadar Parasetamol dan Kafein
dengan Teknik HPLC. Bandung: UPI
28
Lampiran
Langkah Kerja & Tabel Pengamatan
No Langkah Kerja Data Pengamatan1. -Fasa Gerak
Sudah
disediakan
-Fasa Gerak : Cairan Tidak Berwarna
29
Pembuatan Fasa Gerak -diambil 420 mL KH2PO4 0,01 M pada gelas kimia- ditambahkan Metanol 20 mL- ditambahkan Asetonitril 30 mL- ditambahkan Isopropil Alkohol 30 Ml- disaring menggunakan membran
Fasa Gerak (Pelarut)
Paracetamol
Kafein
2. Pembuatan Larutan Induk Paracetamol &
Kafein
-Paracetamol : Serbuk berwarna putih keruh
-Kafein : Serbukberwarna putih keruh
-Fasa Gerak : Cairan tidak berwarna-Disonifikasi agar larutan menjadi homogen
-Larutan Induk Paracetamol + kafein : Tidak berwarna
- Konsentrasi Paracetamol : 500 ppm- Konsentrasi Kafein : 250 ppm
30
- ditimbang sebanyak
- ditimbang sebanyak
Kafein + Paracetamol
- keduanya dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL- ditambahkan pelarut (fasa gerak)- disonifikasi selama +/- 5 menit
Larutan Induk Kafein +
- disonifikasi selama 5 menit- dihitung konsentrasi larutan induk paracetamol & kafein
Konsentrasi Larutan
3. Pembuatan Deret Larutan Standar Kafein
& Paracetamol
-disonifikasi agar homogen- didegasing dengan membuka tutup labu ukur,agar gelembung yg adadapat hilang- deret larutan standar = tidak berwarna
31
Larutan Induk Kafein +
- dipipet sebanyak 1ml;2ml;3ml;4ml;5ml;6ml- dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 10 ml- ditambahkan pelarut (fasa gerak) hingga tanda batas- disonifikasi selama 5 menit
Deret Larutan Standar
- diinjeksikan larutan sebnayak 20 L
Kurva Kalibrasi
4. Pembuatan Larutan Sampel-Obat Bodrex : Serbuk Berwarna jingga- Data Sampel Obat pada kemasan mengandung paracetamol 800 mg dan kafein 50mg
-Rata-rata beratpenimbangan sampel obat = 0,84016 g-Berat Kertas Timbang = 0,1219 g- Hasil penimbangan Kertas Timbang +Sampel Obat = 0,1260 g- Massa Obat = 0,0041 g/ 0,41 mg- Pelarut = Aquabides
- Larutan sampelsaat penambahan hingga setengah volume labu ukur= berwarna jingga- Larutan sampelsaat ditanda bataskan = tidakberwarna
32
Serbuk Tablet Obat
- ditambahkan pelarut hingga setengah volume labu ukur- disonifikasi selama 5 menit- ditambahkan pelarut hingga tandabatas- dikocok
Labu Ukur 10 ml
- ditentukan berat rata-rata tablet obat- ditimbang sebanyak 4 mg
Hasil Filtrat
- ditampung dalam botol vial- disaring menggunakan membran selulosa nitrat- dimasukkan ke dalam ukur 10
Hasil Filtrat ke-2
- 1ml filtrat dibuang (digunakan untuk membilas injeksi, botol vial) - 1 ml berikutnya ditampung- dimasukkan ke dalam ukur 10 mL
Sampel Siap untuk Diinjeksikan
5. Penyiapan Instrumen HPLC
Kondisi Analisis Paracetamol & Kafein
33
Fasa Gerak
- KH2PO4 0,01 M 420ml - 20 ml metanol- 30 ml asetonitril- 30 ml Iso Propil Alkohol
Kolom (Fasa Diam)- panjang 15 cm- C-18- panjang gelombang 215 nm- laju alir 1 ml/menit-Volume injeksi 20 L
Preparasi Sistem HPLC
- dipastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar- ditekan tombol “on” pada sakelarlistrik- diisi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan kosongkan botol penampung- ditekan tombol on pada alat, berturut-turut untuk power, detektor dan pompa-dilakukan pemrograman alat dengankomputer, ikuti langkahnya sesuai instruksi dalam komputer -dipilih mode yg akan digunakan sesuai dengan parameter kondisi instrumen- dialirkan fasa gerak- apabila respon kromatogram tidakmuncul lagi, artinya alat telah menunjukkan base line yang mendatar, maka instrumen siap digunakan
Analisis dilakukan oleh operator dan
Perhitungan
Pembuatan Larutan Induk
Larutan Induk
Larutan Deret Standar Paracetamol
a. 1 ml larutan induk
b. 2 ml larutan induk
c. 3 ml larutan induk
d. 4 ml larutan induk
e. 5 ml larutan induk
f. 6 ml larutan induk
34
Larutan Deret Standar Kafein
a. 1 ml larutan induk
b. 2 ml larutan induk
c. 3 ml larutan induk
d. 4 ml larutan induk
e. 5 ml larutan induk
f. 6 ml larutan induk
35
Lampiran Foto Selana Praktikum
1. Alat yang dibutuhkan
selama praktikum
2. Pelarut/ Fasa Gerak
3. Pelarut/ Aquabides
4. Instrumen HPLC
5. Instrumen HPLC tampak samping
6. Penimbangan Sampel untuk membuat larutan Induk dan Larutan sampel
7. Sampel Obat Bodrex
36
8. Data pnimbangan 10 tablet obat bodrex
9. Penambahan pelarut(aquabides/ fasa gerak)untuk membuat larutan induk,larutan sampel
10. Hasil pembuatan deret larutan standar 1 mL;2 mL; 3 mL;4 mL ;5 mL ; 6 mL
11. Hail penambahan pelarut (aquabides) pada sampel obat, hingga setengah volumeukuran labu ukur
12. Proses Sonifikasipada Ultrasonic Vibrator
37
13. Larutan Sampel Obat
14. Penyaringan Sampel Obat menggunakan kertas saring
15. Hasil Penyaringanmenggunakan kertas saring
16. Penyaringan keduamenggunakan membran selulosa nitrat
17. Hasil penyaringanmenggunakan membran selusosa nitrat
18. Penginkjeksian Deret larutan standar/Larutan sampel
19. Deret Larutan Standar/ Larutan sampel siap diinjeksikan, sudah tidak terdapat gelembung dalam syringe.
38