Jurnal Profil Komunikasi Matematis

21
Profil Komunikasi Matematis Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari Perbedaan Gender Evi Nurmalia Ulfa Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Madiun Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Geger dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Geger, Madiun. Pengambilan subyek menggunakan cara purposive sampling (sampel bertujuan). Subyek diambil dengan memilih 6 siswa dari tiga kategori yaitu siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Dari masing-masing kategori tersebut dipilih lagi berdasarkan gender, yaitu siswa laki-laki dan siswa perempuan. Pemilihan subyek berdasarkan nilai UTS dan pertimbangan guru mata pelajaran matematika. Pengumpulan data dengan cara observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan dengan triangulasi metode. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Komunikasi matematis dalam mengungkapkan bahasa matematis dan menggunakan bahasa matematika, baik siswa laki-laki maupun perempuan kategori tinggi, sedang dan rendah memiliki kecenderungan yang baik, (2) Komunikasi matematis dalam menginterpretasi dan mengevaluasi ide-ide matematis serta menggambarkan situasi masalah secara visual atau penyajian secara aljabar baik siswa laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan yang beragam. Siswa laki-laki dan perempuan kategori tinggi dan sedang memiliki kecenderungan yang baik, sedangkan siswa laki-laki dan perempuan kategori rendah memiliki kecenderungan yang cukup, (3) Komunikasi matematis dalam menyajikan penyelesaian dari suatu permasalahan dan menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya, siswa perempuan memiliki kecenderungan kurang baik daripada siswa laki-laki yang beragam. Siswa laki-laki kategori tinggi memiliki kecenderungan cukup baik, sedangkan siswa laki- laki kategori sedang dan rendah memiliki kecenderungan kurang baik, (4) Komunikasi matematis dalam menjelaskan kesimpulan yang diperoleh dan menyatakan hasil dalam bentuk tulisan baik siswa

Transcript of Jurnal Profil Komunikasi Matematis

Profil Komunikasi Matematis Siswa SMP DalamMenyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari

Perbedaan Gender

Evi Nurmalia UlfaProgram Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Madiun

Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil komunikasimatematis siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Geger dalam menyelesaikanmasalah matematika ditinjau dari perbedaan gender.

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 2Geger, Madiun. Pengambilan subyek menggunakan cara purposive sampling(sampel bertujuan). Subyek diambil dengan memilih 6 siswa daritiga kategori yaitu siswa dengan kemampuan matematika tinggi,sedang, dan rendah. Dari masing-masing kategori tersebut dipilihlagi berdasarkan gender, yaitu siswa laki-laki dan siswaperempuan. Pemilihan subyek berdasarkan nilai UTS dan pertimbanganguru mata pelajaran matematika. Pengumpulan data dengan caraobservasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan datadilakukan dengan triangulasi metode. Analisis data dilakukandengan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Komunikasi matematisdalam mengungkapkan bahasa matematis dan menggunakan bahasamatematika, baik siswa laki-laki maupun perempuan kategori tinggi,sedang dan rendah memiliki kecenderungan yang baik, (2) Komunikasimatematis dalam menginterpretasi dan mengevaluasi ide-idematematis serta menggambarkan situasi masalah secara visual ataupenyajian secara aljabar baik siswa laki-laki maupun perempuanmemiliki kecenderungan yang beragam. Siswa laki-laki dan perempuankategori tinggi dan sedang memiliki kecenderungan yang baik,sedangkan siswa laki-laki dan perempuan kategori rendah memilikikecenderungan yang cukup, (3) Komunikasi matematis dalammenyajikan penyelesaian dari suatu permasalahan dan menggunakanrepresentasi menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dansolusinya, siswa perempuan memiliki kecenderungan kurang baikdaripada siswa laki-laki yang beragam. Siswa laki-laki kategoritinggi memiliki kecenderungan cukup baik, sedangkan siswa laki-laki kategori sedang dan rendah memiliki kecenderungan kurangbaik, (4) Komunikasi matematis dalam menjelaskan kesimpulan yangdiperoleh dan menyatakan hasil dalam bentuk tulisan baik siswa

laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan yang beragam.Siswa laki-laki maupun perempuan kategori tinggi dan sedangmemiliki kecenderungan yang baik, sedangkan siswa laki-lakikategori rendah memiliki kategori cukup dan siswa perempuankategori rendah memiliki kategori kurang baik.

Kata Kunci : Komunikasi Matematis, Pemecahan Masalah, Gender

PENDAHULUANMatematika merupakan ilmu

yang mendasari perkembangankemajuan ilmu pengetahuan danteknologi, sehingga matematikadipandang sebagai suatu ilmuyang terstruktur dan terpadu,ilmu tentang pola dan hubungan,dan ilmu tentang cara berpikiruntuk memahami dunia sekitar.Matematika juga merupakanbahasa, artinya matematikatidak hanya sekedar alat bantuberpikir, alat untuk menemukanpola, tetapi matematika jugasebagai wahana komunikasi antarsiswa dan komunikasi antaraguru dengan siswa.

Komunikasi merupakan salahsatu standar proses daripembelajaran matematika disekolah. Komunikasi dalam halini tidak sekedar komunikasisecara lisan saja tetapi jugakomunikasi secara tertulis.Komunikasi lisan dapat berupapengungkapan dan penjelasanverbal suatu gagasanmatematika. Sedangkan

komunikasi tertulis dapatberupa penggunaan kata-kata,gambar, tabel, dan sebagainyayang menggambarkan prosesberpikir siswa. Komunikasi jugadapat berupa uraian pemecahanmasalah atau pembuktianmatematika yang menggambarkankemampuan siswa dalammengorganisasi berbagai konsepuntuk menyelesaikan masalah.

Komunikasi secara lisandan tertulis termuat dalamkomunikasi matematis.Komunikasi matematis merupakansuatu cara untuk mengungkapkanide-ide dan pemahamanmatematika baik secara lisan,visual, maupun tertulis denganmenggunakan bahasa matematikayang tepat dan representasiyang sesuai dalam pemecahanmasalah. Kemampuan komunikasimatematis perlu menjadi fokusperhatian dalam pembelajaranmatematika, karena melaluikomunikasi siswa dapatmengeksplorasi ide-idematematikanya. Penyelesaian

masalah matematika menjadikurang bermakna apabila tidakdapat dipahami orang lain. Olehkarena itu, peran komunikasimatematis menjadi sangatpenting dalam pembelajaranmatematika. Komunikasimatematis diperlukan siswauntuk mengkomunikasikan gagasanatau penyelesaian masalahmatematika baik secara lisanataupun tulisan.

Pada mata pelajaranmatematika, masalah dalamkehidupan sehari-hari disajikandalam bentuk soal cerita.Penyelesaian masalah dalambentuk soal cerita memang bukanhal yang mudah, dibutuhkankemampuan komunikasi matematisyang cukup baik untuk melakukantindakan penyelesaian.Mayoritas siswa masih mengalamikesulitan dalam menafsirkanmaksud dari soal cerita.Terkadang apa yang ditanyakandalam soal tidak sesuai denganjawaban akhir yang diperolehsiswa.

Berdasarkan pengamatanpeneliti pada saat PraktekPengalaman Lapangan (PPL) diSMP N 2 Geger dan pengamatanpeneliti pada saat observasiawal pada tanggal 5 Maret 2014di kelas VIII SMP N 2 Geger,

masih banyak siswa yangmengalami kesulitan dalammengkomunikasikanide-ide/gagasan yang ada dalampikiran mereka. Mayoritas siswapada saat diberikan suatupertanyaan, pada umumnya reaksimereka lebih banyak menundukatau melihat teman disebelahnya. Mereka kurangmemiliki kepercayaan diri untukmengkomunikasikan ide yangdimiliki karena takut salah.Hal ini berarti bahwa kemampuankomunikasi matematis merekamasih sangat kurang.

Pada proses kegiatanpembelajaran di kelas banyaksiswa yang terlibat, baik siswalaki-laki maupun siswaperempuan. Kemampuan siswa punjuga beragam. Berkaitan denganuraian diatas, penelititertarik untuk mengadakanpenelitian tentang ProfilKomunikasi Matematis Siswa SMPdalam Menyelesaikan MasalahMatematika ditinjau dariPerbedaan Gender.

KomunikasiMenurut Novi dan Nila

(2012: MP-645) “Komunikasiadalah perilaku manusia dalamkegiatan sehari-hari yangmenjadi faktor penentu hubungan

dengan sesama, berupapengiriman dan penerimaan pesanatau berita antara dua orangatau lebih.”

Armiati (2009: 271)berpendapat bahwa komunikasiadalah proses penyampaian suatupesan dari seseorang kepadayang lain sehingga merekamempunyai pengertian yang samaterhadap hal yang merekabicarakan.

Berdasarkan uraianpendapat diatas komunikasidapat diartikan sebagai prosespenyampaian dan penerimaanpesan antara dua orang ataulebih dengan harapanterciptanya kesamaan pandanganterhadap hal yang dibicarakan.

MatematikaJahnson dan Myklebust

(dalam Mulyono Abdurrahman,2012: 202) menyatakan“matematika adalah bahasasimbolis yang fungsi praktisnyauntuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dankeruangan sedangkan fungsiteoritisnya adalah untukmemudahkan berpikir.”

“Matematika disebutsebagai bahasa universal karenamatematika merupakan bahasasimbolis yang mampu melakukan

pencatatan sertamengkomunikasikan ide-ideberkaitan dengan elemen-elemendan hubungan-hubungankuantitas” (Bandi Delphie,2009: 2).

Berdasarkan beberapapendapat diatas dapat diambilkesimpulan bahwa matematikaadalah bahasa simbolis untukmengkomunikasikan ide-ide dalammengekspresikan hubungan-hubungan kuantitas sehinggamemudahkan berpikir danmenemukan jawaban terhadapmasalah yang dihadapi.

Komunikasi MatematisOntario Ministry of

Education (2005: 17) menyatakan“Communication is the process ofexpressing mathematical ideas andunderstanding orally, visually, and inwriting, using numbers, symbols,pictures, graps, diagrams, and words.Communication is an essential processfor learning mathematics. Throughcommunication, students are able toreflect upon and clarify their ideas, theirunderstanding of mathematicalrelationship, and their mathematicalarguments.” Komunikasi adalahproses mengekspresikan ide-idedan pemahaman matematika secaralisan, visual, dan tertulis,menggunakan angka, simbol,

gambar, grafik, diagram, dankata-kata. Komunikasi matematismerupakan proses esensial dalampembelajaran matematika.Melalui komunikasi, siswa dapatmerenungkan dan memperjelaside-ide, pemahaman hubunganmatematika, dan argumen mereka.

Yeager, A dan Yeager, R.(dalam Nur Izzati & DidiSuryadi, 2010: 725)mendefinisikan “komunikasimatematik sebagai kemampuanuntuk mengkomunikasikanmatematika baik secara lisan,visual, maupun dalam bentuktertulis, dengan menggunakankosa kata matematika yang tepatdan berbagai representasi yangsesuai, serta memperhatikankaidah-kaidah matematika.”

Berdasarkan pendapat paraahli diatas, maka dapatdisimpulkan bahwa komunikasimatematis merupakan suatu carauntuk mengungkapkan ide-ide danpemahaman matematika baiksecara lisan, visual, maupuntertulis dengan menggunakanbahasa matematika yang tepatdan representasi yang sesuaidalam pemecahan masalah.

Peneliti menyimpulkanbahwa kemampuan komunikasimatematis siswa pada dasarnyadapat ditinjau dari kemampuan

komunikasi lisan dan tertulis.Dalam penelitian ini indikatoryang digunakan untuk mengukurkemampuan komunikasi matematissiswa dibedakan menjadi 2,yaitu:a. Indikator komunikasi

matematis lisan:1) Mengungkapkan bahasa

matematis (lambang,notasi, dan persamaanmatematika).

2) Menginterpretasi danmengevaluasi ide-idematematis (simbol,istilah, serta informasimatematika).

3) Menyajikan penyelesaiandari suatu permasalahan.

4) Menjelaskan kesimpulanyang diperoleh.

b. Indikator komunikasikomunikasi tertulis:1) Menggunakan bahasa

matematika (lambang,notasi, dan persamaanmatematika) secaratepat.

2) Menggambarkan situasimasalah secara visualatau penyajian secaraaljabar.

3) Menggunakan representasimenyeluruh untukmenyatakan konsep

matematika dansolusinya.

4) Menyatakan hasil dalambentuk tulisan.

Perbedaan Gender dalamPendidikan Matematika

Gender (gender) merujukpada konsep laki-laki atauperempuan berdasarkandimensi sosial budaya danpsikologi (Santrock, 2009:217). Ada banyak aspek darikehidupan siswa-siswa yangbisa diteliti untukmenentukan seberapa miripatau berbedanya anakperempuan dan laki-laki.Salah satunya adalahketerampilan matematika.

Coley (dalam Santrock,2009: 222) menyatakan bahwatidak semua studi terkinimenunjukkan perbedaan. Hydemenambahkan bahwa secarakeseluruhan, perbedaangender dalam keterampilanmatematika cenderung kecil.Selain itu, ketika perbedaangender dalam matematikabenar-benar muncul,perbedaan itu tidak seragam

dalam semua konteks(Santrock, 2009: 222).

Berdasarkan hasil tesNAEP, perbedaan gender dalamtingkat perolehan matematikaterlihat kecil, namunmerupakan sesuatu yangselalu ada sejak tahun 1900hingga 2000, dengan siswalaki-laki di atas siswaperempuan di kelas 4, 8, dan12 (Van de Walle, 2008:107).

Dari berbagai pendapatdiatas dapat disimpulakanbahwa gender dalampendidikan matematika tidakdapat dibedakan secaraspesifik. Para penelitimenyadari bahwa perbedaanhasil belajar matematikasiswa yang dipengaruhiperbedaan gender adalahtidak mutlak. Perbedaangender dalam prestasibelajar matematika jugatergantung pada isi tugas,pengetahuan, danketerampilan yangditugaskan, serta kondisisaat mengerjakan tugas.Gender dalam penelitian inihanya terbatas pada jenis

kelamin saja dan hanyadigunakan untuk menentukansubyek penelitian.

MasalahWinarni dan Harmini (2011:

116) mengartikan masalahsebagai suatu pertanyaan yangtidak dapat dijawab denganprosedur yang rutin dan perlukerja keras untuk mencarijawabannya.

Peneliti menyimpulkanbahwa masalah matematika adalahpertanyaan dalam matematikayang belum ditemukan jawabannyadan memerlukan cara untukmenemukan solusipermasalahannya. Dapatdikatakan juga bahwa tanpaadanya suatu permasalahan makapembelajaran matematika tidakakan berkembang dan berjalandengan baik.

Pemecahan MasalahEndang Setyo Winarni & Sri

Harmini, (2011: 116)berpendapat“Pemecahan/penyelesaian masalahmerupakan suatu prosespenerimaan tantangan dan kerjakeras untuk menyelesaikanmasalah tersebut”.

Ontario Ministry ofEducation (2005: 11)

mengemukakan bahwa “Problem solvingis central to learning mathematics. Bylearning to solve problems and bylearning through problem solving,students are given numerousopportunities to connect mathematicalideas and to develop conceptualunderstanding.” Pemecahan masalahmerupakan pusat pembelajaranmatematika. Dengan belajarmemecahkan masalah dan belajarmelalui pemecahan masalah,siswa diberi banyak kesempatanuntuk menghubungkan ide-idematematika dan untukmengembangkan pemahamankonseptual.

Dari dua pernyataan diatasmaka dapat dikatakan bahwapemecahan masalah matematikamerupakan pusat pembelajaranmatematika untuk mencari caraataupun penyelesaian terhadapsuatu permasalahan yang sedangdihadapi.

Menurut Polya (dalamWinarni dan Harmini, 2011: 124-125) ada empat langkah yangperlu diperhatikan dalampemecahan masalah sebagaiberikut.a. Pemahaman terhadap masalah

Mengerti masalah, yaitumemahami apa yangdiketahui, apa yangditanyakan, dan kondisi apa

yang diberikan dalampermasalahan.

b. Perencanaan pemecahanmasalahMelihat bagaimana macamsoal dihubungkan danbagaimana ketidakjelasandihubungkan dengan dataagar memperoleh ide membuatsuatu rencana pemecahanmasalah.

c. Melaksanakan perencanaanpemecahan masalahMenerapkan rencanapemecahan masalah ataustrategi yang dipilih,memproses data, danmelakukan pengerjaan.

d. Melihat kembali kelengkapanpemecahan masalahSebelum mengakhiripenyelesaian, perlumereview apakahpenyelesaian masalah sudahsesuai dengan melakukankegiatan sebagai berikut.a.Mengecek hasilb.Menginterpretasi jawaban

yang diperolehMeninjau kembali apakah

ada cara lain yang dapatdigunakan untuk mendapatkanpenyelesaian yang sama

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian iniadalah pendekatan kualitatif.Pendekatan kualitatif merupakanpenelitian untukmendeskripsikan peristiwa ataumenganalisis fenomena yangdialami oleh subyek penelitiandengan hasil data deskriptifberupa kata-kata tertulis ataulisan dari subyek yang diamati(Nana Syaodih, 2011: 60).

Data yang diperoleh dalampenelitian ini berupa hasilpekerjaan siswa dalammenyelesaikan masalahmatematika secara tertulis dantranskrip wawancara penelitidengan subyek penelitiansetelah subyek penelitianmenyelesaikan masalahmatematika yang sudahdisediakan oleh peneliti.

Jenis penelitian yangdigunakan dalam penelitian iniadalah penelitian deskriptif.Juliansyah Noor (2011: 34)menyatakan bahwa penelitiandeskriptif adalah penelitianyang berusaha mendeskripsikansuatu gejala, peristiwa,kejadian yang terjadi saatsekarang. Subyek dalampenelitan ini adalah siswakelas VIII A SMP Negeri 2 Gegertahun ajaran 2013/2014. Untukpelaksanaan penelitiannya tidak

diterapkan kepada seluruh siswakelas VIII, namun hanya dipilih6 siswa yang dapat mewakilipopulasi yang akan diteliti.Pengambilan subyek denganpertimbangan, (a) kondusif dansiswa mudah diajak kerja sama,(b) rekomendasi guru matapelajaran matematika, dan (c)nilai ulangan harian dan nilaiUjian Tengah Semester.

Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan beberapamacam teknik untuk pengumpulandata yaitu observasi, tes,wawancara, dan dokumentasi.1. Observasi

Suharsimi Arikunto(2010: 199) berpendapatbahwa observasi ataupengamatan meliputikegiatan pemusatanperhatian terhadap sesuatuobjek dengan menggunakanseluruh alat indera.

Dalam penelitian ini,observasi dibutuhkan dandilakukan hanya untukmenentukan subjek yangdigunakan dalam penelitian.

2. Tes“Tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihanserta alat lain yangdigunakan untuk mengukurketerampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan ataubakat yang dimiliki olehindividu atau kelompok”(Suharsimi Arikunto, 2010:193).

Dalam penelitian ini tesyang digunakan adalah tesdalam bentuk soal ceritatentang penerapan konsepSPLDV dalam kehidupansehari-hari. Pada tes inidiberikan soal denganmengaitkan indikatorkomunikasi matematis yangbertujuan untuk mengetahuikomunikasi matematis siswadalam menyelesaikan soalcerita pada materi SPLDV.

3. WawancaraZainal Arifin (2011:

233) “wawancara merupakanteknik pengumpulan datayang dilakukan melaluipercakapan dan tanya-jawab,baik langsung maupun tidaklangsung dengan respondenuntuk mencapai tujuantertentu.

Wawancara dapatdilakukan secaraterstruktur maupun tidakterstruktur. Wawancaradalam penelitian inidilakukan secara tidakterstruktur. (Sugiyono,2012: 197) “Wawancara tidak

terstruktur adalahwawancara yang bebas dimanapeneliti tidak menggunakanpedoman wawancara yangtelah tersusun secarasistematis dan lengkapuntuk pengumpulan datanya”.Pedoman wawancara yangdisusun hanya digunakangaris besarnya saja.Peneliti dapat mengajukanpertanyaan yang lebihterarah pada subyek agarmendapatkan informasi yangdibutuhkan.

Dalam penelitian ini,peneliti melakukanwawancara dengan subjekpenelitian yaitu siswa,untuk mendapatkan informasidari siswa tentang carasiswa dalam menyampaikanpenyelesaian masalahmatematika secara lisanmaupun tertulis. Sehinggapeneliti mendapatkan data-data yang diinginkan, yangkemudian akan digabungkandengan data-data lain untukdiambil kesimpulan.

4. DokumentasiMenurut Sugiyono (2010:

329) dokumen merupakancatatan peristiwa yangsudah berlalu. Dokumen bisaberbentuk tulisan, gambar

atau karya-karya monumentaldari seseorang. Studidokumen merupakan pelengkapdari penggunaan metodeobservasi dan wawancaradalam penelitiankualitatif.

Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan metodedokumentasi untukmemudahkan dalammendapatkan data-data yangdiperlukan. Daridokumentasi diperoleh databerupa photo dan rekamanwawancara selama penelitianberlangsung. Dokumentasiini juga berguna sebagaipembuktian bahwa penelitibenar-benar melakukanpenelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANBerdasarkan hasil tes dan

wawancara yang telah dilakukandan dianalisis pada babsebelumnya, peneliti memperolehgambaran profil komunikasimatematis siswa SMP dalammenyelesaikan masalahmatematika ditinjau dariperbedaan gender. Adapun hasiltemuan dari analisis tes tulisdan wawancara berupa kode-kodeyang dapat dilihat pada tabel 1sebagai berikut.

Tabel 1 Analisis Subyek Pada Hasil Tes danWawancara

S Analisis Subyek HasilTes

Analisis Subyek HasilWawancara

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 B1a B2a B3b B4a A1a A2a A3b2 B1a B2a B3c B4a A1a A2a A3c3 B1a B2a B3c B4a A1a A2a A3c4 B1a B2a B3c B4a A1a A2a A3c5 B1a B2b B3c B4b A1a A2b A3c6 B1a B2b B3c B4c A1a A2b A3c

Keterangan:

Subyek Laki-lakiSubyek Perempuan

S : SubyekK : KeteranganS (1) : Subyek Laki-laki kategori tinggiS (2) : Subyek Perempuan kategori tinggiS (3) : Subyek Laki-laki kategori sedangS (4) : Subyek Perempuan kategori sedangS (5) : Subyek Laki-laki kategori rendahS (6) : Subyek Perempuan kategori rendah

Berdasarkan Tabel 1Analisis Subyek Pada Hasil Tesdan Wawancara, maka penelitidapat memaparkan hasil analisissebagai berikut.1. Pada kolom (2) dapat

dilihat bahwa terdapatkesamaan kode pada subyekkategori tinggi, sedang danrendah. Baik siswa laki-laki maupun perempuan padaketiga kategori tersebutmemiliki komunikasimatematis tertulis dengandeskriptor menggunakanbahasa matematika (lambang,notasi, dan kesamaanmatematika) secara tepat

yang memenuhi kode B1ayaitu indikator baik yangberarti dapat menggunakanlebih dari dua bahasamatematis secara tepat.

2. Pada kolom (3) dapatdilihat bahwa:a. Pada subyek siswa laki-

laki ditemukanketidaksamaan kode antarasiswa kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswalaki-laki kategori tinggidan sedang memilikikomunikasi matematistertulis dengandeskriptor menggambarkansituasi masalah secaravisual atau penyajiansecara aljabar yangmemenuhi kode B2a yaituindikator baik, sedangkansiswa kategori rendahmemiliki komunikasimatematis tertulis yangmemenuhi kode B2b yaituindikator cukup.

b. Pada subyek siswaperempuan ditemukanketidaksamaan kode antarasiswa perempuan kategoritinggi, sedang danrendah. Siswa perempuankategori tinggi dansedang memilikikomunikasi matematis

tertulis dengandeskriptor menggambarkansituasi masalah secaravisual atau penyajiansecara aljabar yangmemenuhi kode B2a yaituindikator baik, sedangkansiswa perempuan kategorirendah memilikikomunikasi matematistertulis yang memenuhikode B2b yaitu indikatorcukup.

Jadi, siswa laki-laki danperempuan dalammenggambarkan situasimasalah secara visual ataupenyajian secara aljabarmemiliki komunikasimatematis tertulis yangberagam.

3. Pada kolom (4) dapatdilihat bahwa:a. Pada subyek siswa laki-

laki ditemukanketidaksamaan kode antarasiswa kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswalaki-laki kategori tinggimemiliki komunikasimatematis tertulis dengandeskriptor menggunakanrepresentasi menyeluruhuntuk menyatakan konsepmatematika dan solusinyayang memenuhi kode B3b

yaitu indikator cukup,sedangkan siswa laki-lakikategori sedang danrendah memilikikomunikasi matematislisan yang memenuhi kodeB3c yaitu indikatorcukup.

b. Pada subyek siswaperempuan ditemukankesamaan kode antarasiswa perempuan kategoritinggi, sedang danrendah. Semua siswaperempuan tersebutmemiliki komunikasimatematis tertulis dengandeskriptor menggunakanrepresentasi menyeluruhuntuk menyatakan konsepmatematika dan solusinyayang memenuhi kode B3cyaitu indikator kurangyang bararti dapatmenerapkan satu strategiuntuk menyatakan konsepmatematika dan solusinya.

Dengan demikian, subyeksiswa perempuan dikatakankurang baik dalammenggunakan representasimenyeluruh untuk menyatakankonsep matematika dansolusinya dibandingkansiswa laki-laki.

4. Pada kolom (5) dapatdilihat bahwa:a. Pada subyek siswa laki-

laki ditemukanketidaksamaan kode antarasiswa kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswalaki-laki kategori tinggidan sedang memilikikomunikasi matematistertulis dengandeskriptor menyatakanhasil dalam bentuktulisan yang meemnuhikode B4a yaitu indikatorbaik, sedangkan siswalaki-laki kategori rendahmemiliki komunikasimatematis lisan yangmemenuhi kode B4b yaituindikator cukup.

b. Pada subyek siswaperempuan ditemukanketidaksamaan kode antarasiswi kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswaperempuan kategori tinggidan sedang memilikikomunikasi matematistertulis dengandeskriptor menyatakanhasil dalam bentuktulisan yang memenuhikode B4a yaitu indikatorbaik, sedangkan siswaperempuan kategori rendah

memiliki komunikasimatematis lisan yangmemenuhi kode B4c yaituindikator kurang.

Jadi, subyek siswa laki-laki dan perempuan dalammenyatakan hasil dalambentuk tulisan memilikikecenderungan komunikasimatematis lisan yangberagam.

5. Pada kolom (6) dapatdilihat bahwa terdapatkesamaan kode pada subyekkategori tinggi, sedang danrendah. Baik siswa laki-laki maupun perempuan padaketiga kategori tersebutmemiliki komunikasimatematis lisan dengandeskriptor mengungkapkanbahasa matematis (lambang,notasi, dan kesamaanmatematika) yang memenuhikode A1a yaitu indikatorbaik yang berarti dapatmengungkapkan lebih daridua bahasa matematis secaralengkap dan benar.

6. Pada kolom (7) dapatdilihat bahwa:a. Pada subyek siswa laki-

laki ditemukanketidaksamaan kode antarasiswa kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswa

laki-laki kategori tinggidan sedang memilikikomunikasi matematislisan dengan deskriptormenginterpretasi danmengevaluasi ide-idematematis (simbol,istilah, serta informasimatematika) yang memenuhikode A2a yaitu indikatorbaik, sedangkan siswalaki-laki kategori rendahmemiliki komunikasimatematis tertulis yangmemenuhi kode A2b yaituindikator cukup.

b. Pada subyek siswaperempuan ditemukanketidaksamaan kode antarasiswi kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswaperempuan kategori tinggidan sedang memilikikomunikasi matematislisan dengan deskriptormenginterpretasi danmengevaluasi ide-idematematis (simbol,istilah, serta informasimatematika) yang memenuhikode A2a yaitu indikatorbaik, sedangkan siswaperempuan kategori rendahmemiliki komunikasimatematis tertulis yang

memenuhi kode A2b yaituindikator cukup.

Jadi, subyek siswa laki-laki dan perempuan dalammenginterpretasi danmengevaluasi ide-idematematis memilikikecenderungan komunikasimatematis tertulis yangberagam.

7. Pada kolom (8) dapatdilihat bahwa:a. Pada subyek siswa laki-

laki ditemukanketidaksamaan kode antarasiswa kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswalaki-laki kategori tinggikomunikasi matematistertulis dengandeskriptor dapatmenyajikan penyelesaiandari suatu permasalahanyang memenuhi kode A3byaitu indikator cukup,sedangkan siswa laki-lakikategori sedang danrendah memilikikomunikasi matematistertulis yang memenuhikode A3c yaitu indikatorkurang.

b. Pada subyek siswaperempuan ditemukankesamaan kode antarasiswi kategori tinggi,

sedang dan rendah. Semuasiswa perempuan tersebutmemiliki komunikasimatematis tertulis dengandeskriptor dapatmenyajikan penyelesaiandari suatu permasalahanyang memenuhi kode A3cyaitu indikator kurangyang berarti hanya dapatmenyajikan satu strategipenyelesaian dari suatupermasalahan.

Jadi, subyek siswaperempuan dikatakan kurangbaik menyajikanpenyelesaian dari suatupermasalahan dibandingkansiswa laki-laki.

8. Pada kolom (9) dapatdilihat bahwa:a. Pada subyek siswa laki-

laki ditemukanketidaksamaan kode antarasiswa kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswalaki-laki kategori tinggidan sedang memilikikomunikasi matematistertulis dengandeskriptor menjelaskankesimpulan yang diperolehyang memenuhi kode A4ayaitu indikator baik,sedangkan siswa laki-lakikategori rendah memiliki

komunikasi matematistertulis dengan kode A4byaitu kategori cukup.

b. Pada subyek siswaperempuan ditemukanketidaksamaan kode antarasiswi kategori tinggi,sedang dan rendah. Siswaperempuan kategori tinggidan sedang memilikikomunikasi matematistertulis dengandeskriptor menjelaskankesimpulan yang diperolehyang memenuhi kode A4ayaitu indikator baik,sedangkan siswa perempuankategori rendah memilikikomunikasi matematistertulis yang memenuhikode A4c yaitu indikatorkurang.

Jadi, subyek siswa laki-laki dan perempuan dalammenjelaskan kesimpulan yangdiperoleh memilikikecenderungan komunikasimatematis tertulis yangberagam.

PENUTUPSimpulan

Berdasarkan paparan, temuandan pembahasan penelitian,peneliti menemukan profilkomunikasi matematis siswa yang

beragam antara siswa laki-lakidan siswa perempuan dalammenyelesaikan masalahmatematika. Maka dapatdisimpulkan, siswa laki-lakidan siswa perempuan memilikikecenderungan komunikasimatematis sebagai berikut:1. Komunikasi matematis dalam

mengungkapkan bahasamatematis dan menggunakanbahasa matematika, baiksiswa laki-laki maupunperempuan kategori tinggi,sedang dan rendah memilikikecenderungan yang baik.

2. Komunikasi matematis dalammenginterpretasi danmengevaluasi ide-idematematis sertamenggambarkan situasimasalah secara visual ataupenyajian secara aljabar,baik siswa laki-laki maupunsiswa perempuan memilikikecenderungan yang beragam.Siswa laki-laki danperempuan kategori tinggidan sedang memilikikecenderungan yang baik,sedangkan siswa laki-lakidan perempuan kategorirendah memilikikecenderungan yang cukup.

3. Komunikasi matematis dalammenyajikan penyelesaian

dari suatu permasalahan danmenggunakan representasimenyeluruh untuk menyatakankonsep matematika dansolusinya, siswa perempuanmemiliki kecenderungankurang baik dibandingkansiswa laki-laki yangmemiliki kecenderunganberagam. Siswa laki-lakikategori tinggi memilikikecenderungan cukup baik,sedangkan siswa laki-lakikategori sedang dan rendahmemiliki kecenderungankurang baik.

4. Komunikasi matematis dalammenjelaskan kesimpulan yangdiperoleh dan menyatakanhasil dalam bentuk tulisan,baik siswa laki-laki maupunperempuan memilikikecenderungan yang beragam.Siswa laki-laki maupunperempuan kategori tinggidan sedang memilikikecenderungan yang baik,sedangkan siswa laki-lakikategori rendah memilikikategori cukup dan siswaperempuan kategori rendahmemiliki kategori kurangbaik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan danhasil penelitian ini,menunjukkan bahwa profilkomunikasi matematis siswamasih perlu ditingkatkan dandikembangkan lagi dalammenyelesaikan masalah, untukitu peneliti menyarankan:1. Kepada Guru

Berdasarkan penelitian ini,baik siswa laki-laki maupunperempuan mayoritas hanya dapatmenerapkan satu metodepenyelesaian saja dalammenyelesaikan soal terkaitdengan soal sistem persamaanlinier dua variabel. Olehkarena itu, guru sebaiknyamemberikan banyak latihan soaldengan menerapkan berbagaimacam cara pemecahan. Hal inidimaksudkan agar dapat menambahdan memperluas komunikasimatematis siswa.2. Kepada Peneliti lain

Peneliti lain yang inginmelakukan penelitian sejenistentang profil komunikasimatematis siswa dalammenyelesaikan masalahmatematika ditinjau dariperbedaan gender dan tingkatkemampuan siswa sebaiknya lebihmemperluas dan memperdalammasalah penelitian. Tes danwawancara hendaknya dilakukan

secara berulang-ulang sehinggadata yang didapat benar-benarvalid. Selain itu, hendaknyadilakukan penelitian lebihlanjut yang bersifat verifikasidan modifikasi, sepertimeneliti unsur-unsur komunikasimatematis yang lain yangmungkin belum teridentifikasidalam penelitian ini dan agarlebih meyakinkan hasilpenelitian ini. 3. Kelemahan dan Keterbatasan

Penelitiana. Kelemahan

Peneliti belum mampumemaparkan secara mendalamtentang profil komunikasimatematis siswa dalammenyelesaikan masalahmatematika antara siswa dansiswi, karena terdapatperbedaan pemenuhanindikator pada bentukkomunikasi lisan dantertulis. Dalam bentukkomunikasi lisan, terdapatperbedaan indikator padasiswa laki-laki maupunperempuan yaitu dalammenginterpretasi danmengevaluasi ide-idematematis serta menyajikanpenyelesaian dari suatupermasalahan. Dalam bentukkomunikasi matematis

tertulis, terdapat beberapaindikator komunikasimatematis yang berbeda padasiswa laki-laki maupunperempuan, yaitu dalammenggambarkan situasimasalah secara visual ataupenyajian secara aljabardan menggunakanrepresentasi menyeluruhuntuk menyatakan konsepmatematika dan solusinya. b. Keterbatasan

Dalam penelitian ini,peneliti belum mampumenunjukkan secara mendalamkecenderungan komunikasimatematis antara siswalaki-laki dan siswaperempuan. Peneliti hanyamampu menunjukkan secaraumum profil komunikasimatematis siswa dalammenyelesaikan masalahmatematika karena terdapatbeberapa kendala pada saatpenelitian dan keterbatasanwaktu penelitian.

DAFTAR PUSTAKAArmiati. 2009. Komunikasi

Matematis dan KecerdasanEmosional. Makalah disajikandalam Seminar Nasional Matematikadan PendidikanMatematika(Online),(http://eprints.uny.ac.id/7030/1/P16-Armiati.pdf, Diunduh19 Februari 2014).

Bandi Delphie. 2009. Matematikauntuk Anak Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta: PT Intan Sejati.

Endang Setyo Winarni dan SriHarmini. 2011. Matematika UntukPGSD. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Juliansyah Noor. 2011. MetodologiPenelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, danKarya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Mulyono Abdurrahman. 2012. AnakBerkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis,dan Remediasinya). Jakarta:Rineka Cipta.

Nana Syaodih. 2011. Metode PenelitianPendidikan. Bandung:PT RemajaRosdakarya.

Novi Komariyatiningsih dan NilaKesumawati. 2012. KeterkaitanKemampuan KomunikasiMatematis dengan PendekatanPendidikan Matematika.Makalah disajikan dalamSeminar Nasional Matematika danPendidikan Matematika(Online),(http://eprints.uny.ac.id/8524/1/P%20-%2068.pdf,Diunduh 19Februari 2014).

Nur Izzati dan Didi Suryadi. 2010.Komunikasi Matematika danPendidikan MatematikaRealistik. Makalah disajikandalam Prosiding Seminar NasionalMatematika dan PendidikanMatematika (Online),(http://bundaiza.files.wordpress.com/2012/12/komunikasi_matematik_dan_pmr-prosiding.pdf, Diunduh 23Februari 2014).

Ontario Ministry of Education.2005. The Ontario Curriculum Grades1-8 Mathematics, (Online),(http://www.edu.gov.on.ca/eng/curriculum/elementary/math18curr.pdf, Diunduh 21 Maret2014).

Santrock, John W. 2008. PsikologiPendidikan (Educational Phsychology)Edisi 3 Buku 1. Terjemahan olehDiana Angelica. 2009.Jakarta: Salemba Humanika.

Sugiyono. 2012. Metode PenelitianPendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D). Bandung:Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010.Manajemen Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.

Van de Walle, John A. 2007.Matematika Sekolah Dasar danMenengah (PengembanganPengajaran). Terjemahan olehSuyono. 2008. Jakarta:Erlangga.

Zainal Arifin. 2011. PenelitianPendidikan (Metode dan Paradigma

Baru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.