Profil Anak Indonesia 2017

364
ISSN 2089-3523

Transcript of Profil Anak Indonesia 2017

ISSN 2089-3523

i

ii

PROFIL ANAK INDONESIA

2017

ISSN : 2089-3523 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xxvi + 334 halaman Naskah : Badan Pusat Sta�s�k Gambar Kulit : Badan Pusat Sta�s�k Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Diterbitkan oleh : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Dicetak oleh : Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

iii

Profil Anak Indonesia 2017

iii

TIM PENYUSUN

Pengarah : Prof. DR. Yohana Susana Yembise, M.A., Dip.Apling Dr. Suhariyanto Dr. Ir. Pribudiarta Nur Sitepu, MM M Sairi, MA Dr. Dedi Walujadi SE, MA

Penanggung Jawab : Titi Eko Rahayu, SE, MAP Nurma Midayanti SSi, M.Enc.ScIr. Sri Indrayanti, MAP

Editor : Dendi Romadhon SSi, MSE Dr. Indra Murty Surbakti, MA Mariet Tetty Nuryetty, MA Nur Sahrizal, SSi, MSi Awaludin Apriyanto, MSi Wachyu Winarsih, MSi Ir. FB. Didiek Santosa

Penulis : Diah Ikawati, MAPS Tri Windiarto, SSi, MSi Idha Sahara, SST, Msi Dr. Siti Muchlisoh, MSi Siti Latifah, SST, MA Al Huda Yusuf, SST, MSi Riyadi Solih, SST, MSi Heykal, SST Anita Rahmawatiningsih, SST Lukmi Ana Purbasari, SST Indah Lukitasari, S.Si

Pengolah Data : Diah Ikawati, MAPS Idha Sahara, SST, Msi Dr. Siti Muchlisoh, MSi Siti Latifah, SST, MA

PROFIL ANAK INDONESIA

2017

ISSN : 2089-3523 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xxvi + 328 halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Diterbitkan oleh : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Dicetak oleh : Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)

iv

Profil Anak Indonesia 2017

iv

Al Huda Yusuf, SST, MSi Riyadi Solih, SST, MSi Heykal, SST Anita Rahmawatiningsih, SST Lukmi Ana Purbasari, SST Joko Widiarto, SST, MT Eko Sriyanto, S.Kom Dendi Handiyatmo, SST, Msi Theresia Parwati, SST Raden Sinang, SST, Msi Diyah Priyatni Idhawati, SE Agus Saryanto

Desain Cover : Anita Rahmawatiningsih, SST

Desain Layout : Anita Rahmawatiningsih, SST

Sekretariat : Dewi Budhi Cahyani Anugrah Pambudi R Lucia Yulianti Nadhira Aulia

v

Profil Anak Indonesia 2017

v

SAMBUTAN

Secara harfiah profil merupakan sebuah

gambaran singkat yang dituangkan dalam grafik

atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-

hal khusus. Untuk itu Profil Anak Indonesia Tahun

2017 hadir untuk menampilkan wajah anak

Indonesia dan pencapaiannya dalam berbagai

kluster hak anak. Gambaran secara sekilas kondisi

anak-anak di Indonesia yang dipilah menurut jenis kelamin, usia dan wilayah akan

menjadi informasi dasar yang bisa ditangkap oleh pemangku kebijakan untuk

pelaksanaan program pembangunan lanjutan.

Informasi yang dihasilkan dari Profil Anak Indonesia 2017 diharapkan dapat

menggugah stakeholder (lingkungan Satker Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak, K/L lainnya, Pemerintah Daerah serta Akademisi) untuk

mendalami masalah yang muncul dan membuat kajian lebih lanjut. Analisis kedalaman

permasalahan anak menjadi bagian penting dalam proses perencanaan, sehingga

perencanaan program dan kegiatan akan sesuai dengan kondisi terkini dan lebih tepat

sasaran.

Manfaat lainya dari statistik dan informasi yang dihadirkan dari publikasi ini

adalah sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program, sehingga pemangku kepentingan

dapat melihat efek dari kebijakan yang telah dilaksanakan apakah tepat dan telah

menanggulangi masalah yang ada.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik yang

telah menyajikan data terkini sesuai bidang Pembangunan Anak, serta berbagai pihak

yang telah membantu dalam upaya penyajian informasi terkait anak Indonesia. Masih

banyak pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan bersama,

Profil Anak Indonesia 2017

iv

Al Huda Yusuf, SST, MSi Riyadi Solih, SST, MSi Heykal, SST Anita Rahmawatiningsih, SST Lukmi Ana Purbasari, SST Joko Widiarto, SST, MT Eko Sriyanto, S.Kom Dendi Handiyatmo, SST, Msi Theresia Parwati, SST Raden Sinang, SST, Msi Diyah Priyatni Idhawati, SE Agus Saryanto

Desain Cover : Anita Rahmawatiningsih, SST

Desain Layout : Anita Rahmawatiningsih, SST

Sekretariat : Dewi Budhi Cahyani Anugrah Pambudi R Lucia Yulianti Nadhira Aulia

vi

Profil Anak Indonesia 2017

vi

semoga kita selalu dapat bersinergi demi mewujudkan pemenuhan hak anak di seluruh

Indonesia.

Jakarta, November 2017

Prof. DR. Yohana Susana Yembise, Dip. Apling, MA

vii

Profil Anak Indonesia 2017

vii

KATA PENGANTAR

Anak-anak adalah harapan para orang

tua, baik sebagai penerus orang tuanya, juga

harapan bangsa dan negara. Anak-anak

merupakan potensi dan penerus cita-cita

perjuangan bangsa. Anak Indonesia harapan

masa depan bangsa Indonesia. Di pundak

anak-anak Indonesia nasib bangsa ini akan

dipikul, berbagai masalah dan tanggungjawab

bangsa siap menanti untuk dapat mereka

pecahkan dan kendalikan. Sebagai generasi penerus bangsa, keberadaan anak

Indonesia perlu mendapat perhatian khusus baik dari pemerintah, swasta maupun

masyarakat umum.

Penerbitan buku ini bertujuan mendeskripsikan dan menginformasikan kepada

pemerintah yaitu kementerian/lembaga dan berbagai institusi swasta dan masyarakat

tentang kondisi anak di Indonesia sekaligus sebagai masukan dalam rangka

perencanaan dan evaluasi atas pembangunan anak yang telah dan sedang berlangsung.

Kondisi anak di Indonesia yang disajikan dalam publikasi ini meliputi beberapa dimensi

yaitu demografi, lingkungan keluarga, kesehatan dan kesejahteraan dasar, pendidikan,

perlindungan anak terhadap masalah hukum, serta anak yang bekerja.

Publikasi ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Profil Anak Indonesia 2017

vi

semoga kita selalu dapat bersinergi demi mewujudkan pemenuhan hak anak di seluruh

Indonesia.

Jakarta, November 2017

Prof. DR. Yohana Susana Yembise, Dip. Apling, MA

viii

Profil Anak Indonesia 2017

viii

Penghargaan dan ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran dari semua

pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang.

Jakarta, November 2017

Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suhariyanto

ix

Profil Anak Indonesia 2017

ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

Publikasi Profil Anak Indonesia 2017 memberikan gambaran umum tentang

keadaan anak Indonesia berumur 0-17 tahun. Data yang disajikan merupakan indikator

pembangunan anak yang dilihat dari berbagai aspek. Beberapa tabel tertentu

menyajikan data pada tingkat provinsi dan internasional untuk melihat perbandingan

antarwilayah dan antarnegara.

Objek pembangunan utama dari suatu bangsa adalah pembangunan manusia

yang sekaligus sebagai pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan jumlah penduduk

Indonesia yang mencapai 258 juta jiwa pada tahun 2016, sepertiga diantaranya (32,24

persen) adalah anak-anak. Sehingga anak-anak harus dipersiapkan agar mampu

bersaing dengan bangsa lain di masa yang akan datang.

Dalam rangka pembangunan anak, pemerintah telah menyiapkan berbagai

macam strategi baik di tingkat pusat maupun daerah. Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak adalah salah satu Kementerian yang bertanggung

jawab di dalamnya, setiap tahunnya secara rutin bekerjasama dengan Badan Pusat

Statistik (BPS) telah menerbitkan Profil Anak Indonesia untuk memonitor dan

mengevaluasi sejauh mana pemenuhan hak anak Indonesia berlangsung. Terdapat

lima (5) kluster pemenuhan hak anak yang dapat dicermati di publikasi ini. Pertama

adalah aspek hak sipil anak, kondisi saat ini masih ada sekitar 18 persen anak berumur

0-17 tahun di Indonesia tidak memiliki dokumen akte kelahiran Jumlah ini menurun

1,79 persen dari tahun lalu, pencapaian ini cukup baik namun masih perlu upaya yang

besar untuk dapat memenuhi hak kepimilikan akte bagi anak.

Sesuai Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 huruf c

menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah

terjadinya perkawinan pada usia anak. Namun faktanya masih cukup banyak anak

yang menikah di usia kurang dari 16 tahun yaitu sebesar 18.78%.

Profil Anak Indonesia 2017

viii

Penghargaan dan ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran dari semua

pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang.

Jakarta, November 2017

Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suhariyanto

x

Profil Anak Indonesia 2017

x

Penolong persalinan tertinggi tahun 2016 adalah bidan sebesar 63,53 persen.

Selama periode tahun 1991-2015 angka kematian neonatal, bayi, dan balita

mengalami penurunan. Angka kematian bayi dan balita terendah di tahun 2015

sebesar 22 anak dan 26 anak per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun mengalami

penurunan, angka kematian balita di Indonesia tahun 2015 masih lebih tinggi

dibandingkan dengan Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Air susu ibu (ASI) adalah asupan makanan yang paling baik untuk bayi. Sebesar 93,96

persen anak usia di bawah dua tahun (baduta) pernah diberi Air Susu Ibu (ASI),

sedangkan yang masih diberi ASI sebesar 83,53 persen.

Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah

dalam pembangunan kesehatan nasional. Sebanyak 7 dari 10 anak umur 1-4 tahun di

Indonesia sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

Fenomena merokok tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi juga

sudah banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Tahun 2016 terdapat 0,29 persen

dari anak umur 5-17 tahun yang merokok tidak setiap hari, sedangkan anak umur 5-17

tahun yang merokok setiap hari dalam sebulan terakhir sebanyak 1,07 persen.

Gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di bidang pencegahan dan

penanggulangan penyakit salah satunya dengan mencuci tangan dengan sabun. Pada

tahun 2016 terdapat 83,45 persen anak umur 5-17 tahun mempuyai kebiasaan

mencuci tangan pakai sabun.

Kualitas lingkungan dan rumah di sekitar anak-anak tinggal adalah faktor penting

bagi tumbuh kembang anak. Di Indonesia pada tahun 2016 terdapat 29,59 persen

anak tidak mempunyai akses air layak, sebesar 33,20 persen anak tinggal di rumah

dengan sanitasi tidak layak, dan 9,95 persen anak tinggal di rumah tangga kumuh. Hal

Ini tentunya akan berpengaruh pada angka kesakitannya.

Pendidikan anak di Indonesia yang pertama kali dibahas dalam publikasi ini

berkaitan dengan partisipasi sekolah. Sebagian besar anak berumur 5-17 tahun

berstatus masih bersekolah, yaitu sebesar 83,77 persen. Secara umum, di setiap

provinsi di Indonesia, semakin tinggi kelompok umur maka semakin rendah persentase

xi

Profil Anak Indonesia 2017

xi

anak yang bersekolah di provinsi tersebut. Pada tahun 2016, pencapaian Angka

Partisipasi Murni (APM) SD sebesar 96,82 persen, APM SMP sebesar 77,95 persen, dan

APM SM sebesar 59,95 persen. Berdasarkan jenjang pendidikan, terlihat bahwa

semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin rendah APM. Hal yang sama juga terjadi

pada Angka Partisipasi Kasar (APK). Kemudian berkaitan dengan Program Indonesia

Pintar (PIP) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM), dari 100 anak usia 7-17 tahun di

Indonesia, ada sekitar 12 anak yang memperoleh PIP dan sekitar 10 anak memperoleh

BSM. Dari 100 anak yang memperoleh PIP, sebanyak 91 anak di antaranya adalah anak

yang memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP). Selanjutnya, berdasarkan data Susenas

2016 ditemukan sebanyak 11,06 persen anak umur 5-17 tahun tidak bisa membaca

dan menulis. Tingginya angka buta huruf pada anak umur 5-17 tahun dikarenakan

tingginya angka buta huruf pada kelompok umur muda (5-6 tahun) yang mencapai

sekitar 58 persen. Sementara itu, berkaitan dengan angka putus sekolah, sebanyak

1,47 persen anak usia 7-17 tahun adalah anak putus sekolah.

Dalam akses internet, sekitar 28,30 persen anak di Indonesia berumur 7-17

tahun pernah mengakses internet selama tiga bulan terakhir dengan tujuan paling

banyak untuk mengerjakan tugas sekolah dan sosial media. Sedangkan anak yang

mengakses internet pada kelompok umur 5-6 tahun mencapai 1,73 persen dengan

tujuan paling banyak untuk hiburan.

Profil Anak Indonesia 2017

x

Penolong persalinan tertinggi tahun 2016 adalah bidan sebesar 63,53 persen.

Selama periode tahun 1991-2015 angka kematian neonatal, bayi, dan balita

mengalami penurunan. Angka kematian bayi dan balita terendah di tahun 2015

sebesar 22 anak dan 26 anak per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun mengalami

penurunan, angka kematian balita di Indonesia tahun 2015 masih lebih tinggi

dibandingkan dengan Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Air susu ibu (ASI) adalah asupan makanan yang paling baik untuk bayi. Sebesar 93,96

persen anak usia di bawah dua tahun (baduta) pernah diberi Air Susu Ibu (ASI),

sedangkan yang masih diberi ASI sebesar 83,53 persen.

Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah

dalam pembangunan kesehatan nasional. Sebanyak 7 dari 10 anak umur 1-4 tahun di

Indonesia sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

Fenomena merokok tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi juga

sudah banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Tahun 2016 terdapat 0,29 persen

dari anak umur 5-17 tahun yang merokok tidak setiap hari, sedangkan anak umur 5-17

tahun yang merokok setiap hari dalam sebulan terakhir sebanyak 1,07 persen.

Gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di bidang pencegahan dan

penanggulangan penyakit salah satunya dengan mencuci tangan dengan sabun. Pada

tahun 2016 terdapat 83,45 persen anak umur 5-17 tahun mempuyai kebiasaan

mencuci tangan pakai sabun.

Kualitas lingkungan dan rumah di sekitar anak-anak tinggal adalah faktor penting

bagi tumbuh kembang anak. Di Indonesia pada tahun 2016 terdapat 29,59 persen

anak tidak mempunyai akses air layak, sebesar 33,20 persen anak tinggal di rumah

dengan sanitasi tidak layak, dan 9,95 persen anak tinggal di rumah tangga kumuh. Hal

Ini tentunya akan berpengaruh pada angka kesakitannya.

Pendidikan anak di Indonesia yang pertama kali dibahas dalam publikasi ini

berkaitan dengan partisipasi sekolah. Sebagian besar anak berumur 5-17 tahun

berstatus masih bersekolah, yaitu sebesar 83,77 persen. Secara umum, di setiap

provinsi di Indonesia, semakin tinggi kelompok umur maka semakin rendah persentase

xii

xiii

Profil Anak Indonesia 2017

xiii

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN …………………………………………………………………………………………….

KATA SAMBUTAN …………………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………….

RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………..…………………………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL ……………..………………………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………..………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………..

1.2 Tujuan ………………………………………………………............................

1.3 Sumber Data ………………………………………………………..................

1.4 Sistematika Penyajian ………………………………………………………….

BAB II STRUKTUR PENDUDUK UMUR 0-17 TAHUN …………………………………..

2.1 Jumlah dan Tren Penduduk Umur 0-17 Tahun …………….………

2.2 Rasio Jenis Kelamin ………………………..………………..…………………

2.3 Komposisi Penduduk Umur 0-17 Tahun ……………………………….

BAB III HAK SIPIL ANAK ………………..…………………………………………………..……….

BAB IV LINGKUNGAN KELUARGA, PENGASUHAN ALTERNATIF DAN

PERKAWINAN USIA ANAK .…………………………………………………………….

4.1 Pengasuhan Alternatif ………………..……………………………………….

4.1.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung .....

4.1.2 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung ..................

4.1.3 Anak yang Tinggal dengan Ibu kandung .......................

4.1.4 Anak yang tinggal dengan Keluarga Lain ......................

4.2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ……………………………………….

4.3 Indikator PAUD ……………………………..…………………………………….

4.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD .............................

iii

v

vii

ix

xiii

xvii

xxi

3

3

6

6

7

11

11

12

14

19

29

29

29

31

32

33

33

37

38

xiv

Profil Anak Indonesia 2017

xiv

4.3.2 Angka Kesiapan Sekolah (AKS) ......................................

4.4 Perkawinan Usia Anak …………………………………………………………

BAB V KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN ANAK ……………..…… ......

5.1 Penolong Persalinan …………………………………………………………….

5.2 Kematian Neonatal, Bayi dan Balita …..………………………………..

5.3 Air Susu Ibu (ASI)………………………………………………………………….

5.4 Inisiasi Menyusi Dini (IMD)……………………………………………………

5.5 Imunisasi ……………………………………………………………………………..

5.6 Kesehatan Anak …………………………………………………………………..

5.6.1 Berobat Jalan …………………………………………………………….

5.6.2 Rawat Inap …………………………………………………………………

5.7 Perilaku Merokok Anak ……………………………………………………….

5.8 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ………………………………

5.8.1 Cuci Tangan Pakai Sabun …………………………………………..

5.8.2 Konsumsi Sayuran dan Buah-buahan …………………………

5.9 Berat Badan saat Lahir ……………………………………………………………..

5.10 Status Kepemilikan Rumah ………………………………………………….

5.11 Akses Terhadap Air Layak …………………………………………………….

5.12 Akses Terhadap Sanitasi Layak …………………………………………….

5.13 Rumah Tangga Kumuh …………………………………………………………

BAB VI PENDIDIKAN ANAK …………………………………………………………………………

6.1 Partisipasi Sekolah ………………………………………………………………

6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni

(APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)………………………………

6.2.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) …………………………………

6.2.2 Angka Partisipasi Murni (APM) ………………………………….

6.2.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) …………………………………….

6.2.4 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi

41

42

47

48

51

51

59

60

64

65

70

73

77

78

83

86

87

88

90

92

97

98

102

102

104

106

xv

Profil Anak Indonesia 2017

xv

Kasar (APK) di Negara-negara Anggota ASEAN ………….

6.3 Program Indonesia Pintar atau Bantuan Siswa Miskin …………

6.4 Angka Buta Huruf ………………………………………………………………..

6.5 Angka Putus Sekolah ……………………………………………………………

6.6 Akses Internet ……………………………………………………………………..

BAB VII PERLINDUNGAN KHUSUS ………………………………………………………………

7.1 Upaya Perlindungan Anak di Indonesia ……………………………….

7.2 Perlindungan Terhadap Anak yang Berhadapan dengan

Hukum …………………………………………………………………………………

7.2.1 Anak yang Berkonflik dengan Hukum ………………………

7.2.2 Narapidana Anak …………………………………………………….

7.3 Perlindungan Terhadap Anak yang Dieksploitasi Secara

Ekonomi ……………………………………………....................................

7.3.1 Pekerja Anak ……………………………………………………………

7.3.1.1 Anak Bekerja menurut Kelompok Umur,

Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah………..

7.3.1.2 Anak Bekerja menurut Provinsi ………………..

7.3.1.3 Anak Bekerja menurut Pendidikan ……………

7.3.1.4 Anak Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

7.3.1.5 Anak Bekerja menurut Status Pekerjaan …..

7.3.1.6 Anak Bekerja menurut Jam Kerja ……………..

7.3.1.7 Anak Bekerja menurut Upah/Gaji/

Pendapatan ………………………………………………

7.3.2 Anak Miskin …………………………………………………………….

7.4 Perlindungan Terhadap Anak Penyandang Disabilitas ….........

7.5 Perlindungan Terhadap Anak Korban Penelantaran …………….

7.6 Perlindungan Terhadap Anak Korban Penyalahgunaan

Narkotika …………………………………………………………………………….

109

113

116

118

120

127

127

129

130

132

134

135

136

139

142

145

147

152

153

156

159

151

163

Profil Anak Indonesia 2017

xiv

4.3.2 Angka Kesiapan Sekolah (AKS) ......................................

4.4 Perkawinan Usia Anak …………………………………………………………

BAB V KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN ANAK ……………..…… ......

5.1 Penolong Persalinan …………………………………………………………….

5.2 Kematian Neonatal, Bayi dan Balita …..………………………………..

5.3 Air Susu Ibu (ASI)………………………………………………………………….

5.4 Inisiasi Menyusi Dini (IMD)……………………………………………………

5.5 Imunisasi ……………………………………………………………………………..

5.6 Kesehatan Anak …………………………………………………………………..

5.6.1 Berobat Jalan …………………………………………………………….

5.6.2 Rawat Inap …………………………………………………………………

5.7 Perilaku Merokok Anak ……………………………………………………….

5.8 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ………………………………

5.8.1 Cuci Tangan Pakai Sabun …………………………………………..

5.8.2 Konsumsi Sayuran dan Buah-buahan …………………………

5.9 Berat Badan saat Lahir ……………………………………………………………..

5.10 Status Kepemilikan Rumah ………………………………………………….

5.11 Akses Terhadap Air Layak …………………………………………………….

5.12 Akses Terhadap Sanitasi Layak …………………………………………….

5.13 Rumah Tangga Kumuh …………………………………………………………

BAB VI PENDIDIKAN ANAK …………………………………………………………………………

6.1 Partisipasi Sekolah ………………………………………………………………

6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni

(APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)………………………………

6.2.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) …………………………………

6.2.2 Angka Partisipasi Murni (APM) ………………………………….

6.2.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) …………………………………….

6.2.4 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi

41

42

47

48

51

51

59

60

64

65

70

73

77

78

83

86

87

88

90

92

97

98

102

102

104

106

xvi

Profil Anak Indonesia 2017

xvi

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………………

169

175

xvii

Profil Anak Indonesia 2017

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proyeksi Penduduk Indonesia Umur 0-17 Tahun (Ribu), 2016-2025 .............................................…………………………………………… 11

Tabel 2.2 Penduduk Indonesia, 2016 ......................................................... 13

Tabel 2.3 Penduduk Indonesia Umur 0-17 Tahun (Ribu), 2016 ................. 15

Tabel 4.1 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak dan Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015 ................................. 30

Tabel 4.2 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015 ......................................... 31

Tabel 4.3 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015 .................................................. 32

Tabel 4.4 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Keluarga Lain menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015 .................................................. 33

Tabel 4.5 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur, 2016 ........................................................................................... 35

Tabel 4.6 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis PAUD, 2016 ...................................... 37

Tabel 4.7 Persentase anak yang bersekolah di kelas 1 SD/Sederajat yang mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................... 41

Tabel 5.1 Angka Kematian Balita di Negara ASEAN, 1990-2015 ............... 53

Tabel 5.2 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi Menurut Provinsi, Jenis Imunisasi, dan Tipe Daerah, 2016 ....................... 61

Tabel 5.3 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut Alasan Tidak Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016 .............................................................................. 68

Tabel 5.4 Sepuluh Provinsi Tertinggi berdasarkan Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir dengan

Profil Anak Indonesia 2017

xvi

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………………

169

175

xviii

Profil Anak Indonesia 2017

xviii

Alasan Tidak Punya Biaya Berobat, 2016 ................................... 68

Tabel 5.5 Sepuluh Provinsi Terendah berdasarkan Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Tipe Daerah, 2016 ....................................................... 70

Tabel 5.6 Sepuluh Provinsi Tertinggi dalam Hal Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Memiliki Kebiasaan Merokok Setiap Hari Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2016 ..... 75

Tabel 5.7 Sepuluh Provinsi Tertinggi dalam Hal Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Memiliki Kebiasaan Merokok Tidak Setiap Hari Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................... 76

Tabel 5.8 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Kadang-kadang dan Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Minggu, dan Tipe Daerah, 2016 ...................................................................... 77

Tabel 5.9 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Tipe Daerah, 2016 80

Tabel 5.10 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................... 80

Tabel 5.11 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ............................................... 84

Tabel 5.12 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ............................................... 85

Tabel 5.13 Persentase Baduta menurut Berat Badan Waktu Dilahirkan dan Tipe Daerah, 2016 ............................................................... 87

Tabel 5.14 Persentase Baduta menurut Berat Badan Waktu Dilahirkan dan Jenis Kelamin, 2016 ............................................................. 87

Tabel 5.15 Sepuluh Provinsi Terendah dalam Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Layak menurut Tipe Daerah, 2016 ........................................ 89

Tabel 5.16 Sepuluh Provinsi Terendah dalam Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi Layak menurut Tipe Daerah, 2016 ................................ 91

xix

Profil Anak Indonesia 2017

xix

Tabel 5.17 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ............................................... 93

Tabel 6.1 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2016 .............................. 99

Tabel 6.2 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2016 ........................................... 100

Tabel 6.3 Persentase Anak Usia Sekolah Dasar yang Tidak Bersekolah di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015 .............................. 101

Tabel 6.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak dalam Pendidikan Sekolah Dasar di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015 .. 109

Tabel 6.5 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak dalam Pendidikan Sekolah Menengah di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015 ........................................................................................... 110

Tabel 6.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak dalam Pendidikan Sekolah Dasar di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015 ............... 111

Tabel 6.7 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak dalam Pendidikan Sekolah Menengah di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015 ....... 112

Tabel 6.8 Persentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 ......................... 114

Tabel 6.9 Persentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), 2016 ................. 115

Tabel 6.10 Angka Buta Huruf Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah, 2016 ........ 117

Tabel 6.11 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2016 ............... 120

Tabel 6.12 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 .................................................................... 121

Tabel 6.13 Persentase Anak Berumur 5-6 yang Mengakses Internet Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 ......................... 122

Tabel 7.1 Perkembangan Komposisi Hasil Pendampingan terhadap Anak Berkonflik dengan Hukum (Persen), 2014-2016 ........................ 130

Tabel 7.2 Jumlah Narapidana dan Tahanan Menurut Kelompok Usia dan

Profil Anak Indonesia 2017

xviii

Alasan Tidak Punya Biaya Berobat, 2016 ................................... 68

Tabel 5.5 Sepuluh Provinsi Terendah berdasarkan Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Tipe Daerah, 2016 ....................................................... 70

Tabel 5.6 Sepuluh Provinsi Tertinggi dalam Hal Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Memiliki Kebiasaan Merokok Setiap Hari Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2016 ..... 75

Tabel 5.7 Sepuluh Provinsi Tertinggi dalam Hal Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Memiliki Kebiasaan Merokok Tidak Setiap Hari Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................... 76

Tabel 5.8 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Kadang-kadang dan Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Minggu, dan Tipe Daerah, 2016 ...................................................................... 77

Tabel 5.9 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Tipe Daerah, 2016 80

Tabel 5.10 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................... 80

Tabel 5.11 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ............................................... 84

Tabel 5.12 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ............................................... 85

Tabel 5.13 Persentase Baduta menurut Berat Badan Waktu Dilahirkan dan Tipe Daerah, 2016 ............................................................... 87

Tabel 5.14 Persentase Baduta menurut Berat Badan Waktu Dilahirkan dan Jenis Kelamin, 2016 ............................................................. 87

Tabel 5.15 Sepuluh Provinsi Terendah dalam Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Layak menurut Tipe Daerah, 2016 ........................................ 89

Tabel 5.16 Sepuluh Provinsi Terendah dalam Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi Layak menurut Tipe Daerah, 2016 ................................ 91

xx

Profil Anak Indonesia 2017

xx

Jenis Kelamin, 2015-2016 ........................................................... 133

Tabel 7.3 Jumlah Narapidana Anak Menurut Statusnya, 2016 .................. 134

Tabel 7.4 Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Selama Sebulan, Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ............................... 154

Tabel 7.5 Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika Pelajar dan Mahasiswa, 2006-2016 .............................................................. 164

xxi

Profil Anak Indonesia 2017

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun menurut Kepemilikan Akte Kelahiran, 2016 ……………………………………………………………… 22

Gambar 3.2 Persentase Penduduk Berumur 0-17 tahun yang Tidak Memiliki Akte Kelahiran menurut Alasan Tidak Memiliki Akte, 2016 ........................................................................................... 23

Gambar 4.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 .......................... 36

Gambar 4.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Usia 3-6 Tahun menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................ 39

Gambar 4.3 Jumlah partisipasi Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi, 2016 ................................. 40

Gambar 4.4 Persentase Anak Perempuan Usia 10-17 Tahun menurut Status Perkawinan, 2016 ............................................................ 43

Gambar 4.5 Persentase Anak Perempuan Usia 10-17 Tahun yang Berstatus Kawin dan Cerai Menurut Umur Kawin Pertama, 2016 ............. 44

Gambar 5.1 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Tipe Daerah, 2016 .. 49

Gambar 5.2 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Tempat Melahirkan dan Tipe Daerah, 2016 ............. 50

Gambar 5.3 Angka Kematian Neonatal Bayi dan Balita, 1991-2015 ............. 52

Gambar 5.4 Persentase Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) yang Pernah Diberi Air Susu Ibu menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 .............................................................................. 54

Gambar 5.5 Persentase Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) yang Masih Diberi Air Susu Ibu menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 .............................................................................. 55

Gambar 5.6 Rata-rata lama pemberian Air Susu Ibu (dalam Bulan) pada Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 .............................................................................. 56

Gambar 5.7 Rata-rata lama pemberian Air Susu Ibu (dalam Bulan) pada Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 .............................................................................. 57

Profil Anak Indonesia 2017

xx

Jenis Kelamin, 2015-2016 ........................................................... 133

Tabel 7.3 Jumlah Narapidana Anak Menurut Statusnya, 2016 .................. 134

Tabel 7.4 Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Selama Sebulan, Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ............................... 154

Tabel 7.5 Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika Pelajar dan Mahasiswa, 2006-2016 .............................................................. 164

xxii

Profil Anak Indonesia 2017

xxii

Gambar 5.8 Persentase Bayi Usia 0-5 Bulan menurut Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016 ............................................................... 58

Gambar 5.9 Persentase Bayi 0-5 bulan yang Diberi ASI Eksklusif (Tidak Diberi Makanan/Minuman Tambahan dalam 24 Jam Terakhir) menurut Tipe Daerah, 2016 ....................................................... 58

Gambar 5.10 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup Terakhir menurut Lama Diletakkan di Dada Ibunya untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Tipe Daerah, 2016 59

Gambar 5.11 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 ................................................. 60

Gambar 5.12 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut jenis Imunisasi dan Tipe Daerah, 2016 ............................................... 62

Gambar 5.13 Persentase Anak Berumur 1-4 Tahun yang Mendapat Imunisasi Lengkap menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016 .... 63

Gambar 5.14 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah, 2016 ........................................................................................... 64

Gambar 5.15 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Sakit dalam Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah, 2016 .......................... 65

Gambar 5.16 Persentase Anak usia 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 ........................................ 65

Gambar 5.17 Persentase Anak usia 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016 .......................... 67

Gambar 5.18 Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan dan Anak yang Memiliki Jaminan Kesehatan dan Digunakan untuk Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah, 2016 ....................................................... 69

Gambar 5.19 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Rawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Tipe Daerah, 2016 .......................... 71

Gambar 5.20 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Rawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Jenis Fasilitas Kesehatan dan Tipe Daerah, 2016 ........ 72

Gambar 5.21 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Rawat inap dalam

xxiii

Profil Anak Indonesia 2017

xxiii

Setahun Terakhir dan Menggunakan Jaminan Kesehatan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016 .................................. 73

Gambar 5.22 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Tidak Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah, 2016 ........................................................................................... 74

Gambar 5.23 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah, 2016 ........ 74

Gambar 5.24 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah 2016 ........................................................................................... 79

Gambar 5.25 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah 2016 ........................................................................................... 82

Gambar 5.26 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Tempat Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................... 82

Gambar 5.27 Persentase Anak Berumur 0-17 tahun Menurut Status Kepemilikan Rumah, dan Tipe Daerah, 2016 ............................. 88

Gambar 5.28 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah dengan Fasilitas Air Layak Menurut Tipe Daerah, 2016 ............ 89

Gambar 5.29 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah dengan Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Tipe Daerah, 2016 .... 91

Gambar 5.30 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga Kumuh menurut Tipe Daerah, 2016 .............................. 92

Gambar 6.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2016 ................... 103

Gambar 6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2016 ..................... 104

Gambar 6.3 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2016 .......................................... 105

Gambar 6.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Tipe Daerah, 2016 ............................................ 106

Gambar 6.5 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2016 .......................................... 107

Gambar 6.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Tipe Daerah, 2016 ............................................ 108

Profil Anak Indonesia 2017

xxii

Gambar 5.8 Persentase Bayi Usia 0-5 Bulan menurut Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016 ............................................................... 58

Gambar 5.9 Persentase Bayi 0-5 bulan yang Diberi ASI Eksklusif (Tidak Diberi Makanan/Minuman Tambahan dalam 24 Jam Terakhir) menurut Tipe Daerah, 2016 ....................................................... 58

Gambar 5.10 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup Terakhir menurut Lama Diletakkan di Dada Ibunya untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Tipe Daerah, 2016 59

Gambar 5.11 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 ................................................. 60

Gambar 5.12 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut jenis Imunisasi dan Tipe Daerah, 2016 ............................................... 62

Gambar 5.13 Persentase Anak Berumur 1-4 Tahun yang Mendapat Imunisasi Lengkap menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016 .... 63

Gambar 5.14 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah, 2016 ........................................................................................... 64

Gambar 5.15 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Sakit dalam Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah, 2016 .......................... 65

Gambar 5.16 Persentase Anak usia 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 ........................................ 65

Gambar 5.17 Persentase Anak usia 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016 .......................... 67

Gambar 5.18 Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan dan Anak yang Memiliki Jaminan Kesehatan dan Digunakan untuk Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah, 2016 ....................................................... 69

Gambar 5.19 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Rawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Tipe Daerah, 2016 .......................... 71

Gambar 5.20 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Rawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Jenis Fasilitas Kesehatan dan Tipe Daerah, 2016 ........ 72

Gambar 5.21 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Rawat inap dalam

xxiv

Profil Anak Indonesia 2017

xxiv

Gambar 6.7 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 ................................................ 119

Gambar 6.8 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir menurut Tujuan Mengakses Internet, 2016 ......................................................... 123

Gambar 7.1 Perkembangan Jumlah Narapidana Anak Per Bulan, Januari 2015 - Desember 2016 ............................................................... 134

Gambar 7.2 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun menurut Aktivitas Bekerja, 2016 ............................................................................. 137

Gambar 7.3 Perkembangan Persentase Anak Umur 10-17 yang Bekerja, 2012-2016 .................................................................................. 137

Gambar 7.4

Gambar 7.5

Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ... 138 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2016 ............................................................................ 140

Gambar 7.6 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Provinsi, 2016 ........................................... 141

Gambar 7.7 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2016 ......................... 142

Gambar 7.8 Persentase Anak Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kelompok Umur, 2016 .......................................................................................... 143

Gambar 7.9 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ................................................................... 144

Gambar 7.10 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2016 .......... 145

Gambar 7.11 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016 .............................................................................. 146

Gambar 7.12 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016 .............................................................................. 148

Gambar 7.13 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama dan Kelompok Umur, 2016 ................. 149

Gambar 7.14 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

xxv

Profil Anak Indonesia 2017

xxv

Sektor Formal-Informal, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016 .......................................................................................... 150

Gambar 7.15 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Sektor Formal-Informal dan Kelompok Umur, 2016 .................. 151

Gambar 7.16 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jam Kerja, 2016 ........................................ 152

Gambar 7.17 Rata-rata upah/gaji/pendapatan Anak Umur 10-17 Tahun Menurut Provinsi (ribu rupiah), 2016 ........................................ 155

Gambar 7.18 Persentase Penduduk Miskin (P0), Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Kelompok Umur, 2016 ................................................................................ 157

Gambar 7.19 Persentase Anak Miskin (P0), Kedalaman Kemiskinan Anak (P1), dan Keparahan Kemiskinan Anak (P2) Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 ................................................. 158

Gambar 7.20 Persentase Anak Miskin Menurut Kelompok Pulau, 2016 ......... 159

Gambar 7.21 Persentase Anak Penyandang Disabilitas Umur 0-17 Tahun menurut Tipe Daerah, 2009 dan 2012 ....................................... 160

Gambar 7.22 Persentase Anak Penyandang Disabilitas Umur 7-17 Tahun menurut Partisipasi Sekolah, 2009 dan 2012 ............................. 161

Gambar 7.23 Persentase Anak Terlantar Menurut Tipe Daerah, 2009, 2012, dan 2015 .................................................................................... 162

Gambar 7.24 Persentase Anak menurut Kategori Ketelantaran, 2009, 2012, dan 2015 .................................................................................... 163

Gambar 7.25 Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika Pelajar dan Mahasiswa menurut Penyalahgunaan Narkotika dan Kelompok Umur, 2016 ............................................................... 165

Profil Anak Indonesia 2017

xxiv

Gambar 6.7 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016 ................................................ 119

Gambar 6.8 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir menurut Tujuan Mengakses Internet, 2016 ......................................................... 123

Gambar 7.1 Perkembangan Jumlah Narapidana Anak Per Bulan, Januari 2015 - Desember 2016 ............................................................... 134

Gambar 7.2 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun menurut Aktivitas Bekerja, 2016 ............................................................................. 137

Gambar 7.3 Perkembangan Persentase Anak Umur 10-17 yang Bekerja, 2012-2016 .................................................................................. 137

Gambar 7.4

Gambar 7.5

Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ... 138 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2016 ............................................................................ 140

Gambar 7.6 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Provinsi, 2016 ........................................... 141

Gambar 7.7 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2016 ......................... 142

Gambar 7.8 Persentase Anak Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kelompok Umur, 2016 .......................................................................................... 143

Gambar 7.9 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 ................................................................... 144

Gambar 7.10 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2016 .......... 145

Gambar 7.11 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016 .............................................................................. 146

Gambar 7.12 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016 .............................................................................. 148

Gambar 7.13 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama dan Kelompok Umur, 2016 ................. 149

Gambar 7.14 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

xxvi

1

2

3

Profil Anak Indonesia 2017

3

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia berkomitmen untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) pada tahun 2030 khususnya terkait pembangunan anak. Tujuan TPB adalah untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak merupakan salah satu target dalam TPB. Dari 17 target yang ditetapkan dalam TPB, beberapa tujuan yang terkait dengan anak antara lain: penghapusan kemiskinan anak; tidak ada lagi anak-anak kekurangan gizi dan meninggal karena penyakit yang bisa diobati; menciptakan lingkungan yang ramah terhadap anak; memenuhi kebutuhan pendidikan anak khususnya pendidikan di usia dini; dan target lainnya. Nasib masa depan anak-anak di Indonesia pada kurun waktu 13 tahun ke depan ditentukan oleh sejauh mana strategi yang sudah disusun oleh pemerintah dapat diimplementasikan secara berkesinambungan sejak saat ini. Dengan demikian Pemerintah menyadari akan pentingnya ketersediaan berbagai indikator anak yang dibutuhkan.

Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan bahwa 32,24 persen atau 83,4 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2016 adalah anak-anak berusia 0-17 tahun. Diprediksikan proporsi anak di Indonesia pada beberapa kurun waktu ke depan juga tidak akan mengalami perubahan signifikan. Ini artinya hampir satu diantara tiga penduduk Indonesia adalah anak-anak.

Visi pemerintah di masa mendatang adalah memperbaiki produktifitas penduduk dan meningkatkan daya saing di tingkat internasional dalam rangka memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Untuk mencapai hal tersebut, maka pemerintah perlu berinvestasi secara intensif pada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak di Indonesia. Bagaimana dengan tumbuh kembang anak

4

Profil Anak Indonesia 2017

4

terkait dengan kesehatan dan nutrisi yang diperlukan, pendidikan dan kesejahteraan anak, lingkungan tempat anak- tumbuh dan berkembang dan faktor-faktor lainnya. Beberapa hal tersebut merupakan penentu masa depan anak. Untuk itu sangat penting mengetahui sejauh mana indikator-indikator tersebut mencapai kemajuan atau belum. Dari indikator-indikator yang disajikan, kita akan mendapatkan gambaran lebih akurat tentang kondisi anak di masa sekarang dan membuka peluang yang lebih besar bagi kemajuan bangsa Indonesia di masa akan datang.

Profil Anak Indonesia tahun 2017 ini menggambarkan beberapa dimensi pembangunan anak di Indonesia. Buku ini diharapkan dapat melengkapi berbagai macam publikasi lainnya tentang anak. Sehingga pemerintah dan berbagai kementerian maupun lembaga terkait dapat memberikan manfaat lebih optimal terhadap pemenuhan hak anak. Optimalisasi berbagai macam anggaran di tiap-tiap kementerian maupun lembaga yang mempunyai program pemenuhan hak anak diharapkan mampu memberikan akselerasi tercapainya berbagai macam target yang ada dalam TPB, utamanya yang peduli anak.

Hingga saat ini salah satu masalah yang masih dihadapi oleh anak-anak di Indonesia adalah kesenjangan. Pemerintah sudah melakukan berbagai hal untuk mengatasi masalah tersebut. Namun demikian, hingga saat ini kesenjangan masih dialami oleh sebagian anak-anak di Indonesia. Pemerintah sebagai pengemban amanat pembangunan bangsa sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 berkewajiban menghapus kesenjangan tersebut. Data dan informasi tentang kesenjangan sosial ini bisa diagregasikan menurut provinsi, jenis kelamin, umur, daerah tempat tinggal dan lainnya. Dengan agregasi tersebut diharapkan pemetaan kesenjangan antar wilayah bisa dilihat dan menjadi prioritas program ke depan sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan berbagai macam kesenjangan yang ada antar anak di Indonesi.

Topik lain yang menjadi perhatian utama pemerintah dalam beberapa tahun terakhir adalah tentang perlindungan anak. Pemerintah menyadari akan pentingnya menjamin hak-hak anak khususnya hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan, fisik, mental dan lainnya. Hal ini diterjemahkan oleh pemerintah dalam program unggulan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sejak tahun 2016 lalu Three Ends yaitu End Violence Against Women and Children (Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak); End Human Trafficking (Akhiri

5

Profil Anak Indonesia 2017

5

Perdagangan Manusia), dan End Barriers To Economic Justice (Akhiri Kesenjangan Ekonomi terhadap perempuan). Untuk mengakhiri atau paling tidak meminimalisir berbagai masalah di atas diperlukan kerjasama intensif antar berbagai elemen masyarakat, baik pemerintah, organisasi swasta, akademisi, filantropi, dan masyarakat sendiri.

Menurut catatan Bappenas, pada tahun 2010 terdapat tujuh belas (17) kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab dalam menjalankan program perlindungan anak. Tiga kementerian yang paling besar tugasnya adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Kementerian Sosial, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Selain itu juga ada program di Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perumahan dan lain lain. Masing-masing Kementerian mempunyai peranan dan tugas fungsi yang berbeda, namun dengan satu visi yang sama seperti yang telah disebutkan diatas.

Berbagai upaya pemerintah tersebut diatas merupakan beberapa langkah strategis yang dilakukan pemerintah sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 28B Ayat (2). Dalam pasal itu disebutkan bahwa negara berkewajiban untuk menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta hak atas perlindungan dari kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Selain itu, instrumen yang digunakan adalah Undang-Undang, konvensi, peraturan menteri dan program-program pemerintah lainnya yang saling bersinergi satu sama lain. Diantaranya adalah Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang diganti dengan UU 35 Tahun 2014, ratifikasi Konvensi Hak Anak pada tahun 1990 melalui Keputusan Presiden Nomor 36. Dari sisi hukum, terlihat keseriusan pemerintah menangani pembangunan anak. Sisi legislasi adalah hal yang tidak bisa dianggap remeh, karena peranannya juga sangat krusial dalam mewujudkan cita-cita anak-anak di Indonesia.

Untuk itu, BPS menyambut baik keinginan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) untuk menyediakan data kondisi pemenuhan hak anak Indonesia bagi berbagai pengguna data baik di lingkungan KPP&PA maupun kementerian/lembaga lainnya dan institusi lainnya. Selain itu profil ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengukur sejauh mana pemerintah telah melakukan tugasnya atas pemenuhan hak anak, hal itu dapat terlihat dalam

Profil Anak Indonesia 2017

4

terkait dengan kesehatan dan nutrisi yang diperlukan, pendidikan dan kesejahteraan anak, lingkungan tempat anak- tumbuh dan berkembang dan faktor-faktor lainnya. Beberapa hal tersebut merupakan penentu masa depan anak. Untuk itu sangat penting mengetahui sejauh mana indikator-indikator tersebut mencapai kemajuan atau belum. Dari indikator-indikator yang disajikan, kita akan mendapatkan gambaran lebih akurat tentang kondisi anak di masa sekarang dan membuka peluang yang lebih besar bagi kemajuan bangsa Indonesia di masa akan datang.

Profil Anak Indonesia tahun 2017 ini menggambarkan beberapa dimensi pembangunan anak di Indonesia. Buku ini diharapkan dapat melengkapi berbagai macam publikasi lainnya tentang anak. Sehingga pemerintah dan berbagai kementerian maupun lembaga terkait dapat memberikan manfaat lebih optimal terhadap pemenuhan hak anak. Optimalisasi berbagai macam anggaran di tiap-tiap kementerian maupun lembaga yang mempunyai program pemenuhan hak anak diharapkan mampu memberikan akselerasi tercapainya berbagai macam target yang ada dalam TPB, utamanya yang peduli anak.

Hingga saat ini salah satu masalah yang masih dihadapi oleh anak-anak di Indonesia adalah kesenjangan. Pemerintah sudah melakukan berbagai hal untuk mengatasi masalah tersebut. Namun demikian, hingga saat ini kesenjangan masih dialami oleh sebagian anak-anak di Indonesia. Pemerintah sebagai pengemban amanat pembangunan bangsa sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 berkewajiban menghapus kesenjangan tersebut. Data dan informasi tentang kesenjangan sosial ini bisa diagregasikan menurut provinsi, jenis kelamin, umur, daerah tempat tinggal dan lainnya. Dengan agregasi tersebut diharapkan pemetaan kesenjangan antar wilayah bisa dilihat dan menjadi prioritas program ke depan sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan berbagai macam kesenjangan yang ada antar anak di Indonesi.

Topik lain yang menjadi perhatian utama pemerintah dalam beberapa tahun terakhir adalah tentang perlindungan anak. Pemerintah menyadari akan pentingnya menjamin hak-hak anak khususnya hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan, fisik, mental dan lainnya. Hal ini diterjemahkan oleh pemerintah dalam program unggulan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sejak tahun 2016 lalu Three Ends yaitu End Violence Against Women and Children (Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak); End Human Trafficking (Akhiri

6

Profil Anak Indonesia 2017

6

berbagai indikator yang telah ditetapkan melalui Konvensi Hak Anak (KHA) yang sebagian akan disajikan dalam publikasi Profil Anak Indonesia 2017 ini.

1.2 Tujuan

Data tidak serta merta bisa merubah nasib anak-anak di Indonesia ke arah yang lebih baik dengan sendirinya. Tetapi data mampu membantu mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan data, kita bisa mengetahui apa saja yang menjadi aspirasi dan kesulitan guna menyediakan segala macam yang dibutuhkan, serta memantau bagaimana kemajuan yang sudah diperoleh.

Data selalu memberikan informasi yang krusial bagi pemerintah, khususnya di Indonesia. Data tentang anak-anak akan membantu pemerintah dengan menyediakan bermacam-macam fakta statistik tentang anak. Dengan fakta tersebut, pemerintah dapat mengkonstruksi apa saja program yang mampu memperbaiki kualitas hidup anak-anak di Indonesia khususnya.

Penerbitan buku ini bertujuan mendeskripsikan dan menginformasikan kepada pemerintah yaitu kementerian/lembaga dan berbagai institusi swasta dan masyarakat tentang kondisi anak di Indonesia sekaligus sebagai masukan dalam rangka perencanaan dan evaluasi atas pembangunan anak yang telah dan sedang berlangsung. Kondisi anak di Indonesia yang disajikan dalam publikasi ini meliputi beberapa dimensi yaitu demografi, lingkungan keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan dasar, perlindungan anak terhadap masalah sosial, hukum, kekerasan serta anak yang bekerja.

Metode-metode yang baru dalam pengumpulan dan penggunaan data terkait anak akan membantu investasi sekaligus intervensi program-program pembangunan terkait anak lebih tepat sasaran. Sehingga berbagai program yang dirancang akan tepat menyasar anak-anak yang sangat rentan dan sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah.

1.3 Sumber Data

Analisis yang disajikan dalam publikasi ini umumnya bersumber dari data Susenas tahun 2016, sebagian dari data survei dan sensus yang dilakukan oleh BPS, dan sebagian kecil dari luar BPS. Berikut ini adalah kegiatan survei dan sensus yang menyuplai data dalam publikasi Profil Anak Indonesia tahun 2017 :

7

Profil Anak Indonesia 2017

7

a. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor dan Modul Perumahan danKesehatan (MPK), 2016;

b. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Modul Sosial, Budaya, danpendidikan (MSBP) Tahun 2009, 2012, dan 2015;

c. Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), 2015;

d. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), 2016;

e. Sensus Penduduk 2010 dan Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010;

f. Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI), 1991-2012;

g. Lembaga Pemasyarakatan Republik Indonesia.

1.4 Sistematika Penyajian

Buku ini disajikan dalam tujuh bab. Pemilihan bab dalam buku “Profil Anak Indonesia 2017” ini disesuaikan dengan lima kelompok hak anak pada KHA yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres No.36 tahun 1990 yaitu: (1) hak sipil dan kebebasan; (2) lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; (3) kesehatan dan kesejahteraan dasar; (4) pendidikan, (5) pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya; dan (7) perlindungan khusus. Pengelompokan tentang isi KHA ke dalam lima klaster dari delapan klaster yang ditentukan oleh Komisi Hak Anak PBB dilakukan guna mempermudah pemahaman publik serta penyusunan laporan implementasinya kepada PBB. Dalam tiap klaster telah ditentukan indikator rinci, namun karena ketersediaan data, tidak semua indikator yang ada dalam kelompok tersebut dapat disajikan dalam buku ini.

Bab pertama yaitu pendahuhuan yang berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan, sumber data, dan sistematika publikasi. Bab ke-dua berisi Struktur Penduduk 0-17 Tahun. Bab ke-tiga berisi Hak Sipil dan Kebebasan. Bab ke-empat berisi Lingkungan Keluarga, Pengasuhan Alternatif. Dan Perkawinan Anak. Bab ke-lima berisi Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan. Bab ke-enam berisi Pendidikan Anak. Terakhir Bab ke-tujuh berisi Perlindungan Khusus yang meliputi Balita dan Anak telantar, Implementasi Penanganan Perlindungan Anak, Perlindungan Khusus, Anak Bermasalah dengan Hukum, dan Profil Anak yang Bekerja.

Profil Anak Indonesia 2017

6

berbagai indikator yang telah ditetapkan melalui Konvensi Hak Anak (KHA) yang sebagian akan disajikan dalam publikasi Profil Anak Indonesia 2017 ini.

1.2 Tujuan

Data tidak serta merta bisa merubah nasib anak-anak di Indonesia ke arah yang lebih baik dengan sendirinya. Tetapi data mampu membantu mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan data, kita bisa mengetahui apa saja yang menjadi aspirasi dan kesulitan guna menyediakan segala macam yang dibutuhkan, serta memantau bagaimana kemajuan yang sudah diperoleh.

Data selalu memberikan informasi yang krusial bagi pemerintah, khususnya di Indonesia. Data tentang anak-anak akan membantu pemerintah dengan menyediakan bermacam-macam fakta statistik tentang anak. Dengan fakta tersebut, pemerintah dapat mengkonstruksi apa saja program yang mampu memperbaiki kualitas hidup anak-anak di Indonesia khususnya.

Penerbitan buku ini bertujuan mendeskripsikan dan menginformasikan kepada pemerintah yaitu kementerian/lembaga dan berbagai institusi swasta dan masyarakat tentang kondisi anak di Indonesia sekaligus sebagai masukan dalam rangka perencanaan dan evaluasi atas pembangunan anak yang telah dan sedang berlangsung. Kondisi anak di Indonesia yang disajikan dalam publikasi ini meliputi beberapa dimensi yaitu demografi, lingkungan keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan dasar, perlindungan anak terhadap masalah sosial, hukum, kekerasan serta anak yang bekerja.

Metode-metode yang baru dalam pengumpulan dan penggunaan data terkait anak akan membantu investasi sekaligus intervensi program-program pembangunan terkait anak lebih tepat sasaran. Sehingga berbagai program yang dirancang akan tepat menyasar anak-anak yang sangat rentan dan sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah.

1.3 Sumber Data

Analisis yang disajikan dalam publikasi ini umumnya bersumber dari data Susenas tahun 2016, sebagian dari data survei dan sensus yang dilakukan oleh BPS, dan sebagian kecil dari luar BPS. Berikut ini adalah kegiatan survei dan sensus yang menyuplai data dalam publikasi Profil Anak Indonesia tahun 2017 :

8

9

10

11

Profil Anak Indonesia 2017

11

2 STRUKTUR PENDUDUK UMUR 0 – 17 TAHUN

2.1 Jumlah dan Tren Penduduk Umur 0-17 Tahun

Ada hal yang menarik jika mengamati data penduduk anak di Indonesia menurut pada periode 2016-2025 yang diperlihatkan oleh Tabel 2.1. Pada beberapa kelompok umur mulai terjadi penurunan dari tahun ke tahun tertentu. Secara umum diproyeksikan akan terjadi kenaikan jumlah penduduk 0-17 tahun mulai tahun 2016 hingga tahun 2022. Tiga tahun setelah itu, jumlah anak di Indonesia diproyeksikan mulai menurun. Ini diasumsikan sebagai akibat dari mulai menurunnya angka Total Fertility Rate (TFR) Indonesia pada masa-masa yang akan datang. Penurunan TFR merupakan salah satu target yang ingin dicapai Indonesia dalam Sustainable Development Goals (SDG’s) atau TPB. Membaiknya kualitas pendidikan, semakin tingginya kesadaran akan kesetaraan gender adalah beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab turunnya TFR Indonesia di masa akan datang.

Tabel 2.1 Proyeksi Penduduk Indonesia Umur 0-17 Tahun (Ribu), 2016-2025

Kelompok Umur

Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

0-4 23 960 23 848 23 730 23 605 23 476 23 340 23 194 23 040 22 878 22 711

5-9 23 559 23 734 23 878 23 974 23 955 23 853 23 744 23 628 23 505 23 378

10-14 22 577 22 713 22 879 23 057 23 279 23 508 23 683 23 828 23 924 23 907

15-17 13 315 13 369 13 409 13 424 13 469 13 585 13 724 13 827 13 905 14 035

Jumlah 83 412 83 665 83 895 84 060 84 179 84 285 84 345 84 323 84 214 84 032

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Berdasarkan Hasil SP2010, BPS

12

Profil Anak Indonesia 2017

12

Tren peningkatan dan penurunan penduduk umur 0-17 di masa akan datang harus diantisipasi oleh pemerintah dengan merencanakan program-program yang tepat agar perubahan komposisi penduduk 0-17 tahun ini bisa menjadi pendukung jalannya pembangunan. Pada kelompok umur 0-4 tahun, tren menurun dimulai sejak tahun 2017. Sedangkan pada kelompok umur 5-9 tahun, penurunan jumlah penduduk kelompok ini terjadi pada tahun 2021. Pada kelompok umur 10-14 tahun jumlahnya mengalami penurunan pada tahun 2025. Sedangkan pada kelompok umur 15-17 belum terlihat penurunan jumlahnya hingga tahun 2025.

Penurunan jumlah penduduk pada kelompok umur tertentu membawa implikasi kebijakan pada berbagai bidang. Di sektor pendidikan misalnya, pemerintah harus mengukur kebutuhan pendidikan pada tiap tingkatan. Pemerintah harus merencanakan bagaimana kebutuhan setiap anak di Indonesia akan terjamin. Selain itu peningkatan kualitas pendidikan juga masih harus ditingkatkan. Menurut catatan SUSENAS, rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun keatas di Indonesia adalah sekitar 8 tahun. Ini artinya rata-rata penduduk Indonesia belum mampu menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMP. Ini dengan asumsi lama pendidikan dasar selama 6 tahun dan pendidikan menengah pertama 3 tahun. Dari komposisi anak menurut kelompok umur ini, pemerintah diharapkan mampu merumuskan berbagai strategi kebijakan terkait anak.

2.2 Rasio Jenis Kelamin

Informasi mengenai jumlah dan komposisi anak di Indonesia merupakan informasi dasar penting untuk keperluan para pengambil kebijakan, sektor usaha, serta lembaga masyarakat lainnya khususnya yang ada di Indonesia. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, lembaga internasional juga dapat menggunakan informasi jumlah dan komposisi anak di Indonesia untuk menjalankan berbagai macam misi pembangunan terkait anak di Indonesia. Pembangunan yang responsif anak di bidang pendidikan, kesehatan, gizi, perlindungan hak anak dan bidang lainnya dapat dimulai dari data jumlah anak di Indonesia terlebih dahulu. Melalui jumlah dan komposisi anak tersebut dapat diperkirakan berapa besarnya berbagai kebutuhan terkait anak.

Pembangunan yang berkesinambungan juga harus melibatkan anak-anak di dalamnya. Membiarkan anak-anak untuk tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan sekarang pada masa yang akan datang artinya sama saja dengan

13

Profil Anak Indonesia 2017

13

mempertaruhkan masa depan bangsa Indonesia di masa depan. Dengan mempersiapkan segala macam kebutuhan anak pada masa sekarang, kita mempersiapkan bangsa Indonesia untuk mampu bersaing di tataran global di masa yang akan datang.

Proporsi anak di Indonesia terhadap jumlah penduduk Indonesia menunjukkan tren menurun dalam beberapa dekade terakhir. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali diketahui proporsi anak-anak makin menurun. Pada Tahun 1990 proporsi anak Indonesia mencapai 43 persen dari total populasi, dan menjadi 37 persen pada tahun 2000, kemudian turun lagi menjadi 34 persen pada tahun 2010. Namun tidak dengan angka absolut jumlah anak-anak di Indonesia yang selalu meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2000 ada 74 juta, sedangkan pada tahun 2010 mencapai 81,3 juta jiwa.

Tabel 2.2 Penduduk Indonesia, 2016

Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan Rasio Jenis Kelamin

(RJK) Jumlah (ribu) % Jumlah

(ribu) % Jumlah (ribu) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

0-17 42 673 32,83 40 739 31,65 83 412 32,24 104,75

18+ 87 315 67,17 87 977 68,35 175 293 67,76 99,25

Jumlah 129 989 100,00 1 28 716 100,00 258 705 100,00 100,99

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Berdasarkan Hasil SP2010, BPS

Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2, pada tahun 2016 penduduk Indonesia yang berumur 0-17 tahun mencapai 83,4 juta atau sebesar 32,2 persen dari total penduduk. Rasio Jenis Kelamin (RJK) kelompok umur 0-17 tahun sebesar 104,7; artinya dari 100 penduduk perempuan, terdapat sekitar 105 penduduk laki-laki. Sedangkan pada kelompok umur yang lebih tua, RJK sebesar 99,2 yang artinya proporsi penduduk laki-laki berkurang, dari 100 penduduk perempuan, terdapat 99 penduduk laki-laki.

Sesuai target dalam Nawacita dan TPB, diharapkan persoalan terkait anak seperti: kelaparan dan kekurangan gizi, meninggal karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tidak memiliki akte kelahiran, tidak memperoleh pendidikan, serta

Profil Anak Indonesia 2017

12

Tren peningkatan dan penurunan penduduk umur 0-17 di masa akan datang harus diantisipasi oleh pemerintah dengan merencanakan program-program yang tepat agar perubahan komposisi penduduk 0-17 tahun ini bisa menjadi pendukung jalannya pembangunan. Pada kelompok umur 0-4 tahun, tren menurun dimulai sejak tahun 2017. Sedangkan pada kelompok umur 5-9 tahun, penurunan jumlah penduduk kelompok ini terjadi pada tahun 2021. Pada kelompok umur 10-14 tahun jumlahnya mengalami penurunan pada tahun 2025. Sedangkan pada kelompok umur 15-17 belum terlihat penurunan jumlahnya hingga tahun 2025.

Penurunan jumlah penduduk pada kelompok umur tertentu membawa implikasi kebijakan pada berbagai bidang. Di sektor pendidikan misalnya, pemerintah harus mengukur kebutuhan pendidikan pada tiap tingkatan. Pemerintah harus merencanakan bagaimana kebutuhan setiap anak di Indonesia akan terjamin. Selain itu peningkatan kualitas pendidikan juga masih harus ditingkatkan. Menurut catatan SUSENAS, rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun keatas di Indonesia adalah sekitar 8 tahun. Ini artinya rata-rata penduduk Indonesia belum mampu menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMP. Ini dengan asumsi lama pendidikan dasar selama 6 tahun dan pendidikan menengah pertama 3 tahun. Dari komposisi anak menurut kelompok umur ini, pemerintah diharapkan mampu merumuskan berbagai strategi kebijakan terkait anak.

2.2 Rasio Jenis Kelamin

Informasi mengenai jumlah dan komposisi anak di Indonesia merupakan informasi dasar penting untuk keperluan para pengambil kebijakan, sektor usaha, serta lembaga masyarakat lainnya khususnya yang ada di Indonesia. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, lembaga internasional juga dapat menggunakan informasi jumlah dan komposisi anak di Indonesia untuk menjalankan berbagai macam misi pembangunan terkait anak di Indonesia. Pembangunan yang responsif anak di bidang pendidikan, kesehatan, gizi, perlindungan hak anak dan bidang lainnya dapat dimulai dari data jumlah anak di Indonesia terlebih dahulu. Melalui jumlah dan komposisi anak tersebut dapat diperkirakan berapa besarnya berbagai kebutuhan terkait anak.

Pembangunan yang berkesinambungan juga harus melibatkan anak-anak di dalamnya. Membiarkan anak-anak untuk tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan sekarang pada masa yang akan datang artinya sama saja dengan

14

Profil Anak Indonesia 2017

14

adanya perlindungan khusus kepada anak-anak dengan disabilitas, korban bencana, perdagangan manusia dan lain-lain dapat diwujudkan.

Penyajian dalam profil anak Indonesia akan terpilhan menurut jenis kelamin. Salah satu tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana kesenjangan pembangunan antar sektor dilihat dari jenis kelamin anak. Salah satu cara mudah untuk melihat tercapai atau tidaknya suatu target dalam pembangunan anak dapat dilihat melalui indikator yang terbagi menurut jenis kelamin. Selain itu ini dilakukan bagi para pengambil kebijakan untuk mengambil kebijakan yang lebih tepat sasaran.

Dalam hal pendidikan misalnya, anak laki-laki dan perempuan seharusnya mendapatkan hak-haknya untuk memperoleh pendidikan seperti yang diamanahkan dalam undang-undang tanpa kecuali. Dari sudut pandang kesehatan, tiap anak dibawah lima tahun (balita) seharusnya mendapatkan imunisasi, mendapatkan asupan gizi yang cukup, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan lainnya terkait kebutuhan layanan kesehatan. Demikian juga kebutuhan-kebutuhan lainnya dalam berbagai sudut pandang harus memperhatikan kebutuhan anak menurut jenis kelaminnya. Inilah pentingnya melakukan disagregasi penduduk menurut jenis kelamin.

2.3 Komposisi Penduduk Umur 0-17 Tahun

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, penduduk di Indonesia adalah penduduk ke-empat terbesar di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Demikian juga jumlah anak-anak di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia. Menurut catatan terbaru UNICEF dalam halaman resminya, jumlah anak di Indonesia pada tahun 2015 adalah terbanyak keempat di dunia setelah India (451,99 juta), Tiongkok (282,86 juta), dan Nigeria (91,86 juta).

Pada periode 1990-2000, rata-rata angka pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah 1,4 persen per tahun. Sedangkan pada periode 2015 hingga 2030, diproyeksikan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia per tahun diproyeksikan 0,9 persen. Hingga beberapa tahun ke depan, jumlah penduduk di Indonesia akan bertambah sekitar 4 juta orang per tahun. Pertambahan penduduk yang demikian besar harus direspon dengan baik oleh pemerintah, baik di tingkat pusat maupun

15

Profil Anak Indonesia 2017

15

daerah. Sejak era otonomi daerah, kebijakan pemerintah pusat bisa saja berbeda dengan pemerintah daerah. Dalam hal ini, harus ada kesamaan bahasa antara pemerintah pusat dan daerah untuk dapat menjalankan program pembangunan anak. Sehingga berbagai macam strategi yang direncanakan bisa berjalan sesuai dengan lebih berdayaguna.

Tabel 2.3 Penduduk Indonesia Umur 0-17 Tahun (Ribu), 2016

Umur Laki-laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan

(1) (2) (3) (4) 0 2 436 2 335 4 770 1 2 436 2 338 4 774 2 2 443 2 347 4 789 3 2 450 2 356 4 806 4 2 457 2 364 4 821 5 2 463 2 371 4 834 6 2 449 2 321 4 770 7 2 397 2 279 4 677 8 2 387 2 259 4 647 9 2 374 2 259 4 633

10 2 360 2 232 4 592 11 2 325 2 213 4 538 12 2 298 2 190 4 488 13 2 289 2 182 4 471 14 2 300 2 188 4 487 15 2 289 2 177 4 466 16 2 259 2 166 4 425 17 2 263 2 162 4 424

Jumlah 42 673 40 739 83 412

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Berdasarkan Hasil SP2010, BPS

Pada Tabel 2.3 terlihat bahwa penduduk laki laki lebih banyak daripada penduduk perempuan pada semua umur. Komposisi penduduk anak terbanyak adalah pada umur 1 sampai 5 tahun. Dengan jumlah penduduk yang cukup berbeda antara anak laki-laki dan perempuan akan dilihat sejauh mana perbedaan pencapaian antara anak laki-laki dan perempuan di bab selanjutnya.

Profil Anak Indonesia 2017

14

adanya perlindungan khusus kepada anak-anak dengan disabilitas, korban bencana, perdagangan manusia dan lain-lain dapat diwujudkan.

Penyajian dalam profil anak Indonesia akan terpilhan menurut jenis kelamin. Salah satu tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana kesenjangan pembangunan antar sektor dilihat dari jenis kelamin anak. Salah satu cara mudah untuk melihat tercapai atau tidaknya suatu target dalam pembangunan anak dapat dilihat melalui indikator yang terbagi menurut jenis kelamin. Selain itu ini dilakukan bagi para pengambil kebijakan untuk mengambil kebijakan yang lebih tepat sasaran.

Dalam hal pendidikan misalnya, anak laki-laki dan perempuan seharusnya mendapatkan hak-haknya untuk memperoleh pendidikan seperti yang diamanahkan dalam undang-undang tanpa kecuali. Dari sudut pandang kesehatan, tiap anak dibawah lima tahun (balita) seharusnya mendapatkan imunisasi, mendapatkan asupan gizi yang cukup, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan lainnya terkait kebutuhan layanan kesehatan. Demikian juga kebutuhan-kebutuhan lainnya dalam berbagai sudut pandang harus memperhatikan kebutuhan anak menurut jenis kelaminnya. Inilah pentingnya melakukan disagregasi penduduk menurut jenis kelamin.

2.3 Komposisi Penduduk Umur 0-17 Tahun

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, penduduk di Indonesia adalah penduduk ke-empat terbesar di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat. Demikian juga jumlah anak-anak di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia. Menurut catatan terbaru UNICEF dalam halaman resminya, jumlah anak di Indonesia pada tahun 2015 adalah terbanyak keempat di dunia setelah India (451,99 juta), Tiongkok (282,86 juta), dan Nigeria (91,86 juta).

Pada periode 1990-2000, rata-rata angka pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah 1,4 persen per tahun. Sedangkan pada periode 2015 hingga 2030, diproyeksikan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia per tahun diproyeksikan 0,9 persen. Hingga beberapa tahun ke depan, jumlah penduduk di Indonesia akan bertambah sekitar 4 juta orang per tahun. Pertambahan penduduk yang demikian besar harus direspon dengan baik oleh pemerintah, baik di tingkat pusat maupun

16

17

18

19

Profil Anak Indonesia 2017

19

3

HAK SIPIL ANAK

3.1 Peraturan, Kebijakan dan Program

Keluarga merupakan lini pertama dalam perlindungan anak. Untuk dapat tumbuh dan berkembang seorang anak harus berada dalam lingkungan keluarga yang bahagia, penuh cinta dan pengertian. Selain itu, seluruh institusi dan masyarakat harus mendukung upaya orang tua untuk mewujudkan situasi ini. Salah satu hak anak yang harus dipenuhi adalah akte kelahiran.

Ketika lahir, bayi seharusnya sudah berhak mendapatkan haknya yang paling mendasar yakni hak sipil dengan mendapatkan pencatatan kelahirannya. Akta kelahiran adalah bukti sah mengenai status dan peristiwa kelahiran seseorang yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Bayi yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai dasar untuk memperoleh pelayanan masyarakat lainnya. Manfaat akta kelahiran adalah sebagai: 1) Identitas Anak; 2) Administrasi Kependudukan : KTP, KK, 3) Untuk Keperluan Sekolah; 4) Untuk Pendaftaran Pernikahan di KUA; 5) Mendaftar Pekerjaan; 6) Persyaratan Pembuatan Paspor; 7) Untuk Mengurus Hak Ahli Waris; 8) Mengurus Asuransi; 9) Mengurus Tunjangan Keluarga; 10) Mengurus Hak Dana Pensiun; 11) Untuk Melaksanakan Ibadah Haji.

Konvensi PBB Tahun 1989 mengenai hak-hak anak Pasal 7 menentukan bahwa semua anak harus didaftarkan segera setelah kelahiran dan harus mempunyai nama serta kewarganegaraan. Laporan ini menghimbau agar semua negara melakukan pendaftaran kelahiran gratis bagi semua anak. Konvensi ini diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990. Kepemilikan akte kelahiran merupakan salah satu bukti terpenuhinya hak identitas anak, dan kesadaran akan pentingnya pencatatan kelahiran anak mulai tumbuh di Indonesia.

20

Profil Anak Indonesia 2017

20

Akta kelahiran merupakan hasil pencatatan kelahiran seseorang di wilayah suatu negara. Sampai saat ini masih ditemui anak Indonesia yang identitasnya tidak atau belum tercatat dalam akta kelahiran, sehingga secara de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini menyebabkan anak lahir tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya, serta tidak terlindungi keberadaanya. Ketika tidak ada bukti diri, akan ada kemungkinan penyalahgunaan identitas sehingga menimbulkan permasalahan. Tidak jelasnya identitas seorang anak menyebabkan risiko eksploitasi anak semakin tinggi, anak bisa menjadi korban perdagangan manusia, mengalami kekerasan, ataupun melanggar aturan tenaga kerja.

Akta kelahiran bersifat universal. Hal ini terkait dengan pengakuan negara atas status keperdataan seseorang. Indonesia termasuk salah satu negara yang cakupan pencatatan kelahirannya kurang baik. Ada beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan pencatatan kelahiran, diantaranya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencatatan kelahiran.

Pada tahun 2008 Kementerian Dalam Negeri, sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap pemenuhan hak akta kelahiran mengeluarkan Rencana Strategis untuk mencapai target akte kelahiran universal bagi seluruh anak di Indonesia. Dalam rencana strategis tersebut target diharapkan dapat dicapai pada tahun 2011. Terdapat 16 program dalam rencana strategis tersbut meliputi 11 program utama dan 5 program pendukung, yaitu (1) melembagakan dan memperkuat institusi; (2) mengeluarkan peaturan untuk menjamin tercapainya akta kelahiran universal pada tahun 2011; (3) mendirikan unit pendaftaran akta kelahiran di tingkat lokal; (4) membuat prosedur pelayanan pengurusan akta kelahiran; (5) meningkatkan kemampuan staff pengurusan akta kelahiran; (6) membangun basis data kelahiran; (7) meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya akta kelahiran; (8) mengadakan pendaftaran umum akte kelahiran; (9) membebaskan biaya pengurusan akte nikah bagi penduduk muslim; (10) membebaskan biaya pengurusan akte nikah bagi muslim dan non muslim; (11) pengawasan, evaluasi, dan pelaporan program akta kelahiran. Sedangkan 5 program pendukung lainnya adalah (1) mencarikan dukungan melalui parlemen; (2) membangun statistik kelahiran di tingkat kabupaten/kota; (3) pemanfaatan statistic kelahiran; (4) mengeluarkan KTP anak; dan (5) mempercepat penentuan lokasi proyek percobaan untuk system registrasi kelahiran. Implementasi rencana strategis tersebut berbeda antar daerah, di tingkat provinsi maupun

21

Profil Anak Indonesia 2017

21

kabupaten/kota, dimana ada beberapa kabupaten/kota yang menggratiskan biaya pengurusan akta kelahiran.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menargetkan sebanyak 95 persen anak yang berusia 0-18 tahun sudah memiliki akta kelahiran pada tahun 2019 nanti. Dimana target nasional hanya di angka 85 persen. Sedangkan untuk tahun 2018 sendiri, Kemendagri akan berusaha mencapai target kepemilikan akta kelahiran sebanyak 85 persen. Jumlah ini lebih tinggi 2,5 persen dari target nasional yang hanya 82,5 persen. Untuk mencapai target tersebut, Ditjen Dukcapil Kemendagri telah mengadakan bimbingan teknis (bimtek) untuk melakukan berbagai langkah strategis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. Ditjen Dukcapil Kemendagri dalam hal ini terus membina daerah untuk berusaha seoptimal mungkin melayani masyarakat.

3.2 Realisasi Kepemilikan Akte Kelahiran pada Anak

Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2016 menunjukkan masih rendahnya kepemilikan akte kelahiran anak usia 0-17 tahun (Gambar 3.1). Susenas 2016 mencatat sekitar 66,30 persen penduduk usia 0-17 tahun yang memiliki akte kelahiran dan dapat menunjukkannya. Masih ada sekitar 15,38 persen yang mengaku memiliki akta kelahiran namun tidak dapat menunjukkannya. Penduduk usia 0-17 tahun yang tidak memiliki akte kelahiran ada sekitar 18,05 persen, bahkan ada sekitar 0,27 persen yang tidak tahu tentang akta kelahiran. Rendahnya kepemilikan akta kelahiran menunjukkan perlunya upaya pemerintah untuk meningkatkan kepedulian akan hak anak dalam kepemilikan akta kelahiran.

Profil Anak Indonesia 2017

20

Akta kelahiran merupakan hasil pencatatan kelahiran seseorang di wilayah suatu negara. Sampai saat ini masih ditemui anak Indonesia yang identitasnya tidak atau belum tercatat dalam akta kelahiran, sehingga secara de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini menyebabkan anak lahir tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya, serta tidak terlindungi keberadaanya. Ketika tidak ada bukti diri, akan ada kemungkinan penyalahgunaan identitas sehingga menimbulkan permasalahan. Tidak jelasnya identitas seorang anak menyebabkan risiko eksploitasi anak semakin tinggi, anak bisa menjadi korban perdagangan manusia, mengalami kekerasan, ataupun melanggar aturan tenaga kerja.

Akta kelahiran bersifat universal. Hal ini terkait dengan pengakuan negara atas status keperdataan seseorang. Indonesia termasuk salah satu negara yang cakupan pencatatan kelahirannya kurang baik. Ada beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya cakupan pencatatan kelahiran, diantaranya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencatatan kelahiran.

Pada tahun 2008 Kementerian Dalam Negeri, sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap pemenuhan hak akta kelahiran mengeluarkan Rencana Strategis untuk mencapai target akte kelahiran universal bagi seluruh anak di Indonesia. Dalam rencana strategis tersebut target diharapkan dapat dicapai pada tahun 2011. Terdapat 16 program dalam rencana strategis tersbut meliputi 11 program utama dan 5 program pendukung, yaitu (1) melembagakan dan memperkuat institusi; (2) mengeluarkan peaturan untuk menjamin tercapainya akta kelahiran universal pada tahun 2011; (3) mendirikan unit pendaftaran akta kelahiran di tingkat lokal; (4) membuat prosedur pelayanan pengurusan akta kelahiran; (5) meningkatkan kemampuan staff pengurusan akta kelahiran; (6) membangun basis data kelahiran; (7) meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya akta kelahiran; (8) mengadakan pendaftaran umum akte kelahiran; (9) membebaskan biaya pengurusan akte nikah bagi penduduk muslim; (10) membebaskan biaya pengurusan akte nikah bagi muslim dan non muslim; (11) pengawasan, evaluasi, dan pelaporan program akta kelahiran. Sedangkan 5 program pendukung lainnya adalah (1) mencarikan dukungan melalui parlemen; (2) membangun statistik kelahiran di tingkat kabupaten/kota; (3) pemanfaatan statistic kelahiran; (4) mengeluarkan KTP anak; dan (5) mempercepat penentuan lokasi proyek percobaan untuk system registrasi kelahiran. Implementasi rencana strategis tersebut berbeda antar daerah, di tingkat provinsi maupun

22

Profil Anak Indonesia 2017

22

Gambar 3.1 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun menurut Kepemilikan Akte Kelahiran, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga negara berkewajiban memenuhi hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi, perlindungan dari tindak kekerasan, dan diskriminasi. Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua, secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap perlindungan anak.

66,30

15,38

18,050,27

Ya, ditunjukkanYa, tidak dapat ditunjukkanTidak punyaTidak tahu

23

Profil Anak Indonesia 2017

23

Gambar 3.2 Persentase Penduduk Berumur 0-17 tahun yang Tidak Memiliki Akte Kelahiran menurut Alasan Tidak Memiliki Akte, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Alasan terbanyak anak usia 0-17 tahun tidak memiliki akte kelahiran adalah tidak mempunyai biaya untuk mengurusnya, yaitu sebesar 33,87 persen. Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya pemerintah menetapkan biaya Pembuatan Akta Kelahiran secara resmi adalah gratis. Namun Pengurusan akta kelahiran bagi bayi yang lahir lewat dari 60 hari dikenakan denda maksimal Rp 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) atau sesuai dengan ketentuan daerah masing - masing.

Selain itu, jarak yang jauh juga menjadi alasan responden tidak memiliki akte kelahiran yaitu sebesar 7,56 persen. Jarak yang menjadi kendala orang tua untuk mengurus dan memperoleh akte kelahiran menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap pelayanan akte kelahiran masih menjadi kendala di beberapa provinsi. Persentase yang cukup tinggi adalah sekitar 9,33 persen tidak tahu cara mengurus akte kelahiran atau tidak tahu kelahiran harus dicatat. Sosialisasi secara efektif kepada masyarakat tentang pentingnya akte kelahiran, serta bagaimana prosedur dan apa saja syarat-syarat yang dibutuhan harus lebih massif sehingga hak sipil anak dapat terpenuhi.

19,79

33,87

7,56

9,33

12,44

17,00Akte Belum Terbit

Tidak Mempunyai Biaya UntukMengurus

Tempat Pengurusan Akte Jauh

Tidak Tahu Kelahiran Harus Dicatat,Tidak Tahu Cara Mengurusnya

Tidak Merasa Perlu, Malas/ TidakMau Repot

Lainnya

Profil Anak Indonesia 2017

22

Gambar 3.1 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun menurut Kepemilikan Akte Kelahiran, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga negara berkewajiban memenuhi hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi, perlindungan dari tindak kekerasan, dan diskriminasi. Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua, secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap perlindungan anak.

66,30

15,38

18,050,27

Ya, ditunjukkanYa, tidak dapat ditunjukkanTidak punyaTidak tahu

24

Profil Anak Indonesia 2017

24

3.3 Capaian Provinsi dalam Realisasi Kepemilikan Akte Kelahiran pada Anak

Provinsi dengan kepemilikan akte kelahiran anak terendah adalah Papua (57.85%), Nusa Tenggara Timur (46.06%) dan Sulawesi Tengah (32.53%). Ketiga provinsi tersebut memiliki realisasi kurang dari 70% untuk kepemilikan akte kelahiran pada anak, hal ini berarti bahwa masih ada lebih dari sepertiga anak di tiga provinsi di atas yang tidak terpenuhi hak sipilnya.

Gambar 3.3 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun menurut Provinsi dan Kepemilikan Akte Kelahiran, 2016

Alasan paling utama di tiga provinsi dengan kepemilikan akte kelahiran anak yang terendah cukup beragam. Di Provinsi Papua alasan paling dominan adalah tidak tahu bahwa kelahiran harus dicatatkan/tidak tahu cara mengurusnya. Hal Ini bisa disebabkan oleh faktor lokasi geografis yang cukup sulit, sehingga penyebarluasan informasi mengenai akte kelahiran ini sulit dijangkau penduduk setempat. Sementara di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur selain alasan lainnya, alasan yang dominan bahwa anak tidak mempunyai akte kelahiran dikarenakan akte belum terbit. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan dan perhatian bagi dinas terkait kecepatan proses pembuatan akta kelahiran.

57,85

46,06

32,53

29,58

29,56

0 20 40 60 80 100

Papua

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Tengah

Papua Barat

Sumatera Utara

Tidak punya Tidak tahu Ya. ditunjukkan Ya. tidak dapat ditunjukkan

25

Profil Anak Indonesia 2017

25

Gambar 3.4 Persentase Penduduk Berumur 0-17 tahun yang Tidak Memiliki Akte Kelahiran menurut Provinsi dan Alasan Tidak Memiliki Akte, 2016

25,48

29,74

4,33

20,96 21,98

3,82

10,21 11,4314,7

10,798,79

38,64

6,143,94

11,16

26,4224,12

27,35

Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tengah Papua

Akte belum terbit

Tidak Mempunyai Biaya Untuk Mengurus

Tempat Pengurusan Akte Jauh

Tidak Tahu Kelahiran Harus Dicatat/ Tidak Tahu Cara Mengurusnya

Tidak Merasa Perlu. Malas/ Tidak Mau Repot

Lainnya

Profil Anak Indonesia 2017

24

3.3 Capaian Provinsi dalam Realisasi Kepemilikan Akte Kelahiran pada Anak

Provinsi dengan kepemilikan akte kelahiran anak terendah adalah Papua (57.85%), Nusa Tenggara Timur (46.06%) dan Sulawesi Tengah (32.53%). Ketiga provinsi tersebut memiliki realisasi kurang dari 70% untuk kepemilikan akte kelahiran pada anak, hal ini berarti bahwa masih ada lebih dari sepertiga anak di tiga provinsi di atas yang tidak terpenuhi hak sipilnya.

Gambar 3.3 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun menurut Provinsi dan Kepemilikan Akte Kelahiran, 2016

Alasan paling utama di tiga provinsi dengan kepemilikan akte kelahiran anak yang terendah cukup beragam. Di Provinsi Papua alasan paling dominan adalah tidak tahu bahwa kelahiran harus dicatatkan/tidak tahu cara mengurusnya. Hal Ini bisa disebabkan oleh faktor lokasi geografis yang cukup sulit, sehingga penyebarluasan informasi mengenai akte kelahiran ini sulit dijangkau penduduk setempat. Sementara di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur selain alasan lainnya, alasan yang dominan bahwa anak tidak mempunyai akte kelahiran dikarenakan akte belum terbit. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan dan perhatian bagi dinas terkait kecepatan proses pembuatan akta kelahiran.

57,85

46,06

32,53

29,58

29,56

0 20 40 60 80 100

Papua

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Tengah

Papua Barat

Sumatera Utara

Tidak punya Tidak tahu Ya. ditunjukkan Ya. tidak dapat ditunjukkan

26

27

28

29

Profil Anak Indonesia 2017

27

4 LINGKUNGAN KELUARGA, PENGASUHAN ALTERNATIF

DAN PERKAWINAN USIA ANAK

Lingkungan keluarga sangat menentukan dalam keberhasilan tumbuh kembangnya beberapa aspek manusia baik fisik atau psikis, sosial dan spiritual, Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988). Keluarga merupakan lingkungan utama pembelajaran anak karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 diakui bahwa anak, untuk perkembangan kepribadiannya secara sepenuhnya dan serasi, harus tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarganya dalam suasana kebahagiaan, cinta dan pengertian.

4.1 Pengasuhan Alternatif

Setiap anak berhak untuk tinggal dalam lingkungan pengasuhan keluarga. Keluarga merupakan hal terpenting dalam pengasuhan anak, karena anak dibesarkan dan dididik dalam keluarga. Selain di dalam keluarga, masyarakat memiliki andil dalam memperkuat pengasuhan anak oleh keluarga, sedangkan pemerintah bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung keduanya. Pengasuhan anak merupakan upaya memenuhi kebutuhan kasih sayang, keselamatan dan kesejahteraan yang berkelanjutan demi kepentingan terbaik anak. Pemenuhan kebutuhan anak dilaksanakan oleh orang tua kandung atau keluarga lainnya termasuk orang tua asuh, orang tua angkat atau wali.

4.1.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung

Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada para orang tua. Bapak dan ibu kandung bertanggung jawab dalam mendidik, merawat,

30

Profil Anak Indonesia 2017

28

memberikan perlindungan yang baik, dan berbagai aspek lainnya terhadap anak. Idealnya seorang anak tinggal dengan kedua orangtuanya agar mendapat pengasuhan yang baik. Secara nasional dari hasil Susenas modul sosial budaya dan pendidikan (MSBP) tahun 2009, 2012, dan 2015, lebih dari 80 persen anak berumur 0-17 tahun tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya. Hal ini berarti sebagian besar anak di Indonesia masih mendapatkan pengasuhan langsung dari kedua orang tuanya. Persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya mengalami penurunan dari 87,15 persen di tahun 2009 menjadi 85,21 persen di tahun 2015. Sementara itu jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan di daerah perdesaan (Tabel 4.1). Hal Ini bisa disebabkan orangtua mereka pergi bekerja ke luar desa menuju kota atau luar negeri dan menitipkan anak mereka kepada keluarga kerabat lainnya.

Tabel 4.1 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak dan Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015

Tipe Daerah/ Tahun Jenis Kelamin 2009 2012 2015

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 88,29 87,62 85,91 Perempuan 87,70 86,48 86,50 Laki-laki + Perempuan 88,00 87,06 86,20

Perdesaan Laki-laki 86,89 85,88 84,21 Perempuan 85,90 85,31 84,33 Laki-laki + Perempuan 86,42 85,61 84,27

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 87,54 86,73 85,04 Perempuan 86,74 85,89 85,40 Laki-laki + Perempuan 87,15 86,32 85,21

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS

Anak dengan kondisi seperti ini perlu perhatian khusus dan komunikasi tersendiri karena mereka kehilangan sosok orang tua dalam kesehariannya. Perlindungan lebih khusus kepada anak-anak seperti ini juga diperlukan agar mereka tidak mendapatkan kekerasan dari lingkungannya ataupun pergaulan yang menyebabkan mereka terlibat dalam masalah.

31

Profil Anak Indonesia 2017

29

4.1.2 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung

Semua orang yang menjalani kehidupan rumah tangga menghendaki keluarga yang utuh dan harmonis, tetapi tidak jarang harapan itu tidak terwujud karena harus berpisah. Perpisahan dapat terjadi karena perceraian atau kematian. Seorang anak dalam masa pertumbuhannya melewati beberapa fase. Saat balita, dia akan lebih membutuhkan kehadiran seorang ibu kandung, khususnya kebutuhan akan ASI. Memasuki fase remaja, butuh pengasuhan yang lebih spesifik bagi anak laki-laki dan perempuan. Seorang remaja putri yang tinggal bersama bapak kandungnya akan mengalami kesulitan saat mengalami masa menstruasi, misalnya,karena sungkan mengkomunikasikan hal ini dengan ayahnya. Anak yang tinggal bersama bapak kandung cenderung memiliki waktu kebersamaan yang lebih sedikit, karena bapak umumnya bekerja. Bila seorang bapak menjadi orangtua tunggal, tanggung jawabnya merangkap menjadi pencari nafkah dan menjadi ibu bagi anak-anaknya.

Tabel 4.2 menyajikan persentase anak berumur 0-17 tahun dan belum kawin yang tinggal bersama bapak kandung. Pada tahun 2009 dan 2012, sekitar dua persen anak tinggal dengan bapak kandungnya. Persentase ini meningkat cukup signifikan pada tahun 2015, mencapai tiga kali lipat, yaitu sebesar 7,85 persen. Hasil Susenas MSBP menunjukkan lebih banyak anak laki-laki yang tinggal dengan bapak kandungnya dibandingkan anak perempuan. Sementara itu jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tinggal bersama ayah kandung di perkotaan persentasenya lebih kecil dibandingkan di perdesaan.

Peningkatan signifikan pada anak yang tinggal dengan bapak kandung menjadi pertanyaan tersendiri, jika dihubungkan dengan angka talak dan cerai yang tidak terlalu meningkat tajam (Nikah, Talak dan Cerai serta Rujuk 202-2015, BPS).

Tabel 4.2 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015

Tipe Daerah/ Tahun Jenis Kelamin 2009 2012 2015

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 2,11 2,20 7,74 Perempuan 1,93 2,35 7,02 Laki-laki + Perempuan 2,02 2,27 7,39

Perdesaan Laki-laki 2,36 2,49 8,47 Perempuan 2,23 2,30 8,12 Laki-laki + Perempuan 2,30 2,40 8,30

Profil Anak Indonesia 2017

28

memberikan perlindungan yang baik, dan berbagai aspek lainnya terhadap anak. Idealnya seorang anak tinggal dengan kedua orangtuanya agar mendapat pengasuhan yang baik. Secara nasional dari hasil Susenas modul sosial budaya dan pendidikan (MSBP) tahun 2009, 2012, dan 2015, lebih dari 80 persen anak berumur 0-17 tahun tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya. Hal ini berarti sebagian besar anak di Indonesia masih mendapatkan pengasuhan langsung dari kedua orang tuanya. Persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya mengalami penurunan dari 87,15 persen di tahun 2009 menjadi 85,21 persen di tahun 2015. Sementara itu jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan di daerah perdesaan (Tabel 4.1). Hal Ini bisa disebabkan orangtua mereka pergi bekerja ke luar desa menuju kota atau luar negeri dan menitipkan anak mereka kepada keluarga kerabat lainnya.

Tabel 4.1 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Bapak dan Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015

Tipe Daerah/ Tahun Jenis Kelamin 2009 2012 2015

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 88,29 87,62 85,91 Perempuan 87,70 86,48 86,50 Laki-laki + Perempuan 88,00 87,06 86,20

Perdesaan Laki-laki 86,89 85,88 84,21 Perempuan 85,90 85,31 84,33 Laki-laki + Perempuan 86,42 85,61 84,27

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 87,54 86,73 85,04 Perempuan 86,74 85,89 85,40 Laki-laki + Perempuan 87,15 86,32 85,21

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS

Anak dengan kondisi seperti ini perlu perhatian khusus dan komunikasi tersendiri karena mereka kehilangan sosok orang tua dalam kesehariannya. Perlindungan lebih khusus kepada anak-anak seperti ini juga diperlukan agar mereka tidak mendapatkan kekerasan dari lingkungannya ataupun pergaulan yang menyebabkan mereka terlibat dalam masalah.

32

Profil Anak Indonesia 2017

30

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 2,24 2,35 8,11 Perempuan 2,09 2,33 7,58 Laki-laki + Perempuan 2,17 2,34 7,85

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS

4.1.3 Anak yang Tinggal dengan Ibu kandung Setiap perempuan tidak ada yang ingin menjadi orang tua tunggal. Beban ibu

yang merangkap tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah keluarga sangat berat. Tidak hanya beban materi, mereka juga harus menghadapi beban sosial. Anak yang tinggal dengan ibu kandungnya saja, akan mengalami ketimpangan dalam hal pengasuhan. Sang ibu akan menanggung semua kebutuhan anak-anaknya, baik pendidikan, sandang, maupun pangan, serta berperan sebagai bapak guna memberi perlindungan bagi anak-anaknya.

Tabel 4.3 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015

Tipe Daerah/ Tahun Jenis Kelamin 2009 2012 2015

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 5,39 5,94 2,41 Perempuan 5,33 5,82 2,36 Laki-laki + Perempuan 5,36 5,88 2,39

Perdesaan Laki-laki 5,83 6,70 2,45 Perempuan 5,81 6,84 2,22 Laki-laki + Perempuan 5,82 6,77 2,34

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 5,63 6,33 2,43 Perempuan 5,58 6,34 2,29 Laki-laki + Perempuan 5,61 6,33 2,36

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS

Persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung pada tahun 2009 sebesar 5,61 persen, meningkat menjadi 6,33 persen pada tahun 2012 (Table 4.3). Persentase ini turun hampir setengahnya di tahun 2015 menjadi 2,36 persen. Jika dilihat dari jenis kelamin, anak laki-laki maupun perempuan yang tinggal dengan ibu kandungnya saja persentasenya relatif sama. Sekitar 5 dan 6 persen di tahun 2009 dan 2012, kemudian turun menjadi 2 persen di tahun 2015. Pola ini terjadi juga di daerah perkotaan dan

33

Profil Anak Indonesia 2017

31

perdesaan. Hal ini kontras dengan anak yang tinggal dengan ayahnya saja yang naik tajam 3 kali lipat.

4.1.4 Anak yang tinggal dengan Keluarga Lain

Anak yang tinggal dengan keluarga lain adalah anak yang tidak tinggal dengan orang tua kandungnya. Anak yang tidak tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya cenderung lebih rentan terpapar lingkungan yang kurang baik. Karena itu mereka membutuhkan perhatian yang lebih agar terjamin pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Tabel 4.4 memperlihatkan persentase anak yang tinggal bersama keluarga lain menurun trennya dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015, dari 5,07 persen di tahun 2009 turun ke 4,52 persen di tahun 2015. Secara umum anak laki-laki yang tinggal bersama keluarga lain persentasenya lebih kecil dibandingkan anak perempuan. Hal ini terjadi dari tahun 2009 sampai tahun 2015 baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan.

Tabel 4.4 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Keluarga Lain menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015

Tipe Daerah/ Tahun Jenis Kelamin 2009 2012 2015

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 4,21 4,25 3,87 Perempuan 5,05 5,35 4,05 Laki-laki + Perempuan 4,62 4,78 3,96

Perdesaan Laki-laki 4,92 4,93 4,83 Perempuan 6,06 5,55 5,32 Laki-laki + Perempuan 5,47 5,23 5,06

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 4,59 4,59 4,36 Perempuan 5,59 5,45 4,69 Laki-laki + Perempuan 5,07 5,01 4,52

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS

4.2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan di mulai dari keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak dimana sebagian besar kehidupan dan pendidikan anak berasal dari keluarga.

Profil Anak Indonesia 2017

30

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 2,24 2,35 8,11 Perempuan 2,09 2,33 7,58 Laki-laki + Perempuan 2,17 2,34 7,85

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS

4.1.3 Anak yang Tinggal dengan Ibu kandung Setiap perempuan tidak ada yang ingin menjadi orang tua tunggal. Beban ibu

yang merangkap tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah keluarga sangat berat. Tidak hanya beban materi, mereka juga harus menghadapi beban sosial. Anak yang tinggal dengan ibu kandungnya saja, akan mengalami ketimpangan dalam hal pengasuhan. Sang ibu akan menanggung semua kebutuhan anak-anaknya, baik pendidikan, sandang, maupun pangan, serta berperan sebagai bapak guna memberi perlindungan bagi anak-anaknya.

Tabel 4.3 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun dan Belum Kawin yang Tinggal Bersama Ibu Kandung menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009, 2012, dan 2015

Tipe Daerah/ Tahun Jenis Kelamin 2009 2012 2015

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 5,39 5,94 2,41 Perempuan 5,33 5,82 2,36 Laki-laki + Perempuan 5,36 5,88 2,39

Perdesaan Laki-laki 5,83 6,70 2,45 Perempuan 5,81 6,84 2,22 Laki-laki + Perempuan 5,82 6,77 2,34

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 5,63 6,33 2,43 Perempuan 5,58 6,34 2,29 Laki-laki + Perempuan 5,61 6,33 2,36

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, 2012, 2015, BPS

Persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung pada tahun 2009 sebesar 5,61 persen, meningkat menjadi 6,33 persen pada tahun 2012 (Table 4.3). Persentase ini turun hampir setengahnya di tahun 2015 menjadi 2,36 persen. Jika dilihat dari jenis kelamin, anak laki-laki maupun perempuan yang tinggal dengan ibu kandungnya saja persentasenya relatif sama. Sekitar 5 dan 6 persen di tahun 2009 dan 2012, kemudian turun menjadi 2 persen di tahun 2015. Pola ini terjadi juga di daerah perkotaan dan

34

Profil Anak Indonesia 2017

32

Ada lima fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat, yaitu fungsi biologis, psikologis, sosial budaya atau sosiologi, sosial, dan pendidikan. Keluarga sebagai fungsi pendidikan merupakan tempat belajar bagi anak, tempat menanamkan keterampilan, tingkah laku, mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun tinggi.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bentuk satuan PAUD dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Jalur Pendidikan Formal, terdiri atas Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) yang dapat diikuti anak usia lima tahun ke atas. Termasuk di sini adalah Bustanul Athfal (BA).

2. Jalur Pendidikan Nonformal, terdiri atas Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan Satuan PAUD Sejenis. Kelompok Bermain dapat diikuti anak usia dua tahun keatas, sedangkan Penitipan Anak dan Satuan PAUD sejenis diikuti anak sejak lahir, atau usia tiga bulan.

3. Jalur Pendidikan Informal, terdiri atas pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah melindungi hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, meskipun mereka tidak masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini, baik formal maupun nonformal.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mengumpulkan data tentang PAUD yang menghasilkan angka partisipasi PAUD dan jenis PAUD yang diikuti oleh anak-anak. Tabel 4.5 memperlihatkan persentase anak usia 0-6 tahun yang sedang mengikuti PAUD menurut tipe daerah, jenis kelamin, dan kelompok umur. Persentase anak yang sedang mengikuti PAUD dibagi atas beberapa kelompok umur, yaitu 0-2

35

Profil Anak Indonesia 2017

33

tahun, 3-4 tahun, 5-6 yahun, 3-6 tahun dan 0-6 tahun. Pada tahun 2016, sekitar 1,17 persen anak berumur 0-2 tahun sedang mengikuti PAUD. Angka ini meningkat pada kelompok umur 3-4 tahun menjadi 20,66 persen. Pada kelompok umur 5-6 tahun angka partisipasinya paling tinggi, sekitar 48 persen anak sudah bersekolah di taman kanak-kanak.

Secara umum persentase anak perempuan usia 0-6 tahun yang mengikuti PAUD relatif lebih tinggi dibanding anak laki-laki yaitu sebesar 21,54 persen berbanding 20,83 persen (Gambar 4.1). Dilihat menurut daerah tempat tinggal, persentase anak yang mengikuti PAUD di daerah perkotaan, baik laki-laki maupun perempuan, lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah perdesaan. Hal ini bisa dikarenakan orang tua yang bekerja, sehingga anaknya dimasukkan ke PAUD agar tetap terawasi. Pemerintah perlu meningkatkan pembangunan PAUD di perdesaan, agar anak-anak di sana juga dapat mengikuti pendidikan sejak usia dini.

Tabel 4.5 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur, 2016

Tipe Daerah/ Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin 0 - 2 3-4 5-6 3-6 0 - 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan

Laki-laki 1,22 20,94 51,86 36,65 22,28 Perempuan 1,28 23,33 52,74 38,01 22,88 Laki-laki + Perempuan 1,25 22,11 52,28 37,31 22,57

Perdesaan Laki-laki 1,02 17,82 43,85 31,46 19,35 Perempuan 1,14 20,56 43,92 32,71 20,19 Laki-laki + Perempuan 1,08 19,17 43,89 32,07 19,76

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 1,12 19,42 47,82 34,07 20,83 Perempuan 1,21 21,96 48,20 35,34 21,54 Laki-laki + Perempuan 1,17 20,66 48,00 34,69 21,18

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

32

Ada lima fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat, yaitu fungsi biologis, psikologis, sosial budaya atau sosiologi, sosial, dan pendidikan. Keluarga sebagai fungsi pendidikan merupakan tempat belajar bagi anak, tempat menanamkan keterampilan, tingkah laku, mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun tinggi.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bentuk satuan PAUD dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Jalur Pendidikan Formal, terdiri atas Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) yang dapat diikuti anak usia lima tahun ke atas. Termasuk di sini adalah Bustanul Athfal (BA).

2. Jalur Pendidikan Nonformal, terdiri atas Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan Satuan PAUD Sejenis. Kelompok Bermain dapat diikuti anak usia dua tahun keatas, sedangkan Penitipan Anak dan Satuan PAUD sejenis diikuti anak sejak lahir, atau usia tiga bulan.

3. Jalur Pendidikan Informal, terdiri atas pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah melindungi hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, meskipun mereka tidak masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini, baik formal maupun nonformal.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mengumpulkan data tentang PAUD yang menghasilkan angka partisipasi PAUD dan jenis PAUD yang diikuti oleh anak-anak. Tabel 4.5 memperlihatkan persentase anak usia 0-6 tahun yang sedang mengikuti PAUD menurut tipe daerah, jenis kelamin, dan kelompok umur. Persentase anak yang sedang mengikuti PAUD dibagi atas beberapa kelompok umur, yaitu 0-2

36

Profil Anak Indonesia 2017

34

Gambar 4.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Pendidikan anak usia dini sudah dilaksanakan di seluruh provinsi walaupun persentasenya relatif bervariasi antar provinsi (Lampiran L-4.1.3). Provinsi dengan angka partisipasi PAUD tertinggi adalah DI Yogyakarta yaitu sebesar 42,84 persen. Sedangkan provinsi dengan angka partisipasi PAUD terkecil adalah Provinsi Papua sebesar 8,52 persen.

Tabel 4.6 memperlihatkan jenis PAUD yang paling banyak diikuti oleh anak usia 0-6 tahun adalah TK dengan persentase sebesar 58,87 persen. Selain TK, jenis PAUD yang juga banyak diikuti oleh anak usia 0-6 tahun adalah Pos PAUD/PAUD terintegrasi BKB/Posyandu dengan persentase sebesar 34,40 persen dan RA/BA sebesar 4,56 persen.

22,2822,88

22,57

19,35

20,1919,76

20,8321,54

21,18

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

37

Profil Anak Indonesia 2017

35

Tabel 4.6 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis PAUD, 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Jenis PAUD

TK RA/BA

Pos PAUD/ PAUD

terintegrasi BKB/

Posyandu

Kelompok bermain

Taman penitipan

anak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan

Laki-laki 61,10 4,64 31,58 1,99 0,68 Perempuan 58,87 4,91 33,28 2,37 0,57 Laki-laki + Perempuan 60,01 4,77 32,41 2,18 0,63

Perdesaan Laki-laki 58,37 4,48 35,79 0,98 0,39 Perempuan 56,78 4,16 37,54 1,23 0,29 Laki-laki + Perempuan 57,56 4,32 36,67 1,10 0,34

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 59,85 4,57 33,51 1,53 0,55 Perempuan 57,88 4,56 35,29 1,83 0,44 Laki-laki + Perempuan 58,87 4,56 34,40 1,68 0,49

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Berdasarkan jenis kelamin dan jenis PAUD , persentase anak laki-laki usia 0-6 tahun yang mengikuti PAUD lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan. Sedangkan pada jenis PAUD kelompok bermain, persentase anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, persentase anak umur 0-6 tahun di perdesaan yang sedang mengikuti Pos PAUD/PAUD Terintegrasi BKB/Posyandu lebih tinggi dibanding di perkotaan. Sebaliknya, persentase anak usia 0-6 tahun di perkotaan yang sedang mengikuti PAUD TK/RA/BA, Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak lebih tinggi dibanding di perdesaan.

4.3 Indikator PAUD

Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan anak persiapan dalam menghadapi masa depannya, terutama masa sekolah. “Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak yang mau mendaftar untuk bisa membaca dan berhitung. Di TK juga sudah mulai diajarkan bersosialisasi dan problem solving, karena kemampuan ini sudah dibentuk sejak usia dini, “jelas Byrnes. Selanjutnya

Profil Anak Indonesia 2017

34

Gambar 4.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Pendidikan anak usia dini sudah dilaksanakan di seluruh provinsi walaupun persentasenya relatif bervariasi antar provinsi (Lampiran L-4.1.3). Provinsi dengan angka partisipasi PAUD tertinggi adalah DI Yogyakarta yaitu sebesar 42,84 persen. Sedangkan provinsi dengan angka partisipasi PAUD terkecil adalah Provinsi Papua sebesar 8,52 persen.

Tabel 4.6 memperlihatkan jenis PAUD yang paling banyak diikuti oleh anak usia 0-6 tahun adalah TK dengan persentase sebesar 58,87 persen. Selain TK, jenis PAUD yang juga banyak diikuti oleh anak usia 0-6 tahun adalah Pos PAUD/PAUD terintegrasi BKB/Posyandu dengan persentase sebesar 34,40 persen dan RA/BA sebesar 4,56 persen.

22,2822,88

22,57

19,35

20,1919,76

20,8321,54

21,18

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

38

Profil Anak Indonesia 2017

36

menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini sangatlah penting, karena di usia ini anak membentuk karakter pendidikannya. Di usia ini anak-anak harus membentuk dirinya untuk dapat menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa diberikan orang tua adalah persiapan pendidikan di usia dini.

Pendidikan yang diberikan untuk anak usia 3-6 tahun tidak hanya bertujuan mengenalkan anak pada bidang-bidang pelajaran, ataupun melatihnya berinteraksi dengan anak sebaya. Lebih jauh dari itu, PAUD memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional.

Sustainable Development Goals (SDGs) pilar pendidikan menekankan bahwa pada tahun 2030 semua anak perempuan dan anak laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan anak usia dini yang berkualitas, perawatan dan pendidikan anak usia dini, sehingga anak-anak siap menempuh pendidikan dasar. Indikator PAUD dalam sub bab ini adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD dan Angka Kesiapan Sekolah (AKS).

4.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD

Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang PAUD mengindikasikan partisipasi anak yang sedang PAUD tanpa melihat umur. APK PAUD digunakan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan PAUD yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan mengenyam pendidikan PAUD. APK PAUD merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang menempuh pendidikan pra sekolah (TK/BA/RA atau PAUD sejenis) terhadap jumlah penduduk usia 3 – 6 tahun.

𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀 𝐀𝐀𝐀𝐀𝐏𝐏𝐏𝐏 = Σ anak yang terdaftar dalam program PAUD Σ penduduk usia 3− 6 tahun x 100 %

Gambar 4.2 menunjukan APK PAUD Usia 3-6 Tahun menurut tipe daerah dan jenis kelamin. APK PAUD usia 3-6 tahun sebesar 34,69 persen. Rendahnya angka tersebut diduga berkaitan dengan pelaksanaan PAUD yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Selain itu juga ada sebagian anak usia 5-6 tahun yang sudah masuk SD/sederajat. Kesenjangan terjadi antar daerah kota dan desa. APK PAUD usia 3-6 tahun di perkotaan sebesar 37,31 persen lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebesar 32,07 persen. Hal ini diduga karena ketersediaan PAUD yang lebih banyak dan beragam di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Selain itu juga aktivitas ibu orang tua yang bekerja membuat banyak di antara mereka memilih PAUD

39

Profil Anak Indonesia 2017

37

untuk menitipkan anak saat mereka bekerja. Jika dibedakan menurut jenis kelamin, APK PAUD laki-laki dan perempuan relatif sama.

Gambar 4.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Usia 3-6 Tahun menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 4.3 menunjukkan provinsi dengan APK PAUD usia 3-6 tahun tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 65,54 persen. Sedangkan provinsi dengan APK PAUD usia 3-6 tahun terendah adalah Provinsi Papua sebesar 12,13 persen. Peringkat seperti ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun sebelumnya, dan ini menunjukkan perlu perhatian khusus bagi daerah-daerah dengan persentase peserta PAUD yang sedikit.

36,65 38,01 37,31

31,46 32,71 32,0734,07 35,34 34,69

Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perkotaan

Profil Anak Indonesia 2017

36

menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini sangatlah penting, karena di usia ini anak membentuk karakter pendidikannya. Di usia ini anak-anak harus membentuk dirinya untuk dapat menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa diberikan orang tua adalah persiapan pendidikan di usia dini.

Pendidikan yang diberikan untuk anak usia 3-6 tahun tidak hanya bertujuan mengenalkan anak pada bidang-bidang pelajaran, ataupun melatihnya berinteraksi dengan anak sebaya. Lebih jauh dari itu, PAUD memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional.

Sustainable Development Goals (SDGs) pilar pendidikan menekankan bahwa pada tahun 2030 semua anak perempuan dan anak laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan anak usia dini yang berkualitas, perawatan dan pendidikan anak usia dini, sehingga anak-anak siap menempuh pendidikan dasar. Indikator PAUD dalam sub bab ini adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD dan Angka Kesiapan Sekolah (AKS).

4.3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD

Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang PAUD mengindikasikan partisipasi anak yang sedang PAUD tanpa melihat umur. APK PAUD digunakan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan PAUD yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan mengenyam pendidikan PAUD. APK PAUD merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang menempuh pendidikan pra sekolah (TK/BA/RA atau PAUD sejenis) terhadap jumlah penduduk usia 3 – 6 tahun.

𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀 𝐀𝐀𝐀𝐀𝐏𝐏𝐏𝐏 = Σ anak yang terdaftar dalam program PAUD Σ penduduk usia 3− 6 tahun x 100 %

Gambar 4.2 menunjukan APK PAUD Usia 3-6 Tahun menurut tipe daerah dan jenis kelamin. APK PAUD usia 3-6 tahun sebesar 34,69 persen. Rendahnya angka tersebut diduga berkaitan dengan pelaksanaan PAUD yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Selain itu juga ada sebagian anak usia 5-6 tahun yang sudah masuk SD/sederajat. Kesenjangan terjadi antar daerah kota dan desa. APK PAUD usia 3-6 tahun di perkotaan sebesar 37,31 persen lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebesar 32,07 persen. Hal ini diduga karena ketersediaan PAUD yang lebih banyak dan beragam di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Selain itu juga aktivitas ibu orang tua yang bekerja membuat banyak di antara mereka memilih PAUD

40

Profil Anak Indonesia 2017

38

Gambar 4.3 Partisipasi Anak Usia 3-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

12,1316,8

20,6520,7421,18

24,3624,6124,9925,5325,726,5927,24

28,2928,3128,3428,7629,129,3629,4929,5529,56

31,0132,8833,02

33,9934,69

35,837

38,9241,6

42,7744,2

45,651,95

65,54

PapuaKalimantan Barat

Sumatera UtaraSumatera Selatan

MalukuBengkulu

RiauNusa Tenggara Timur

Maluku UtaraPapua Barat

Sumatera BaratSulawesi Utara

Kalimantan UtaraBanten

Sulawesi SelatanKalimantan Timur

Kepulauan Bangka BelitungSulawesi Tenggara

BaliJambiAceh

LampungKalimantan Tengah

Kepulauan RiauJawa BaratIndonesia

Sulawesi TengahNusa Tenggara Barat

Sulawesi BaratKalimantan Selatan

DKI JakartaGorontalo

Jawa TengahJawa Timur

DI Yogyakarta

Chart Title

41

Profil Anak Indonesia 2017

39

4.3.2 Angka Kesiapan Sekolah (AKS)

Angka Kesiapan Sekolah (AKS) merupakan indikator pendidikan yang digunakan untuk melihat kesiapan anak memasuki jenjang pendidikan dasar (SD/Sederajat). Secara konsep, angka kesiapan sekolah merupakan persentase jumlah anak yang sedang bersekolah di kelas 1 SD/Sederajat yang tahun ajaran sebelumnya pernah mengikuti pendidikan pra sekolah (TK/BA/RA atau PAUD) terhadap jumlah anak di kelas 1 SD/Sederajat.

𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀𝐀 = Σ anak kelas 1 SD/Sederajat

yang pernah mengikuti pendidikan usia diniΣ anak kelas 1 SD/Sederajat x 100 %

Kesiapan sekolah merupakan tahapan perkembangan di mana anak sudah memiliki kesiapan mengikuti perubahan/transisi kegiatan dari rumah ke sekolah. Pada dasarnya, kesiapan sekolah tidak hanya dilihat dari sudut pandang kesiapan anak semata, tetapi perlu juga kesiapan lingkungan keluarga dan sekolah.

Kesiapan anak memasuki jenjang pendidikan dasar meliputi lima aspek kompetensi, yaitu kesehatan fisik dan perkembangan motorik, perkembangan sosial dan emosional, perkembangan bahasa, pendekatan untuk belajar, kognitif dan pengetahuan umum. Selain peran keluarga, keberadaan PAUD mampu memenuhi beberapa aspek kompetensi tersebut. Anak yang memiliki kesiapan untuk sekolah akan mampu beradaptasi di lingkungan sekolah dan berhasil dalam proses belajar mengajar.

Tabel 4.7 Persentase anak yang bersekolah di kelas 1 SD/Sederajat yang mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Tipe Daerah/ Keikutisertaan PAUD Jenis Kelamin Pernah Tidak Total

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 79,75 20,25 100,00 Perempuan 82,07 17,93 100,00 Laki-laki + Perempuan 80,88 19,12 100,00

Perdesaan Laki-laki 66,41 33,59 100,00 Perempuan 68,98 31,02 100,00 Laki-laki + Perempuan 67,65 32,35 100,00

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 72,93 27,07 100,00 Perempuan 75,44 24,56 100,00 Laki-laki + Perempuan 74,15 25,85 100,00

Profil Anak Indonesia 2017

38

Gambar 4.3 Partisipasi Anak Usia 3-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

12,1316,8

20,6520,7421,18

24,3624,6124,9925,5325,726,5927,24

28,2928,3128,3428,7629,129,3629,4929,5529,56

31,0132,8833,02

33,9934,69

35,837

38,9241,6

42,7744,2

45,651,95

65,54

PapuaKalimantan Barat

Sumatera UtaraSumatera Selatan

MalukuBengkulu

RiauNusa Tenggara Timur

Maluku UtaraPapua Barat

Sumatera BaratSulawesi Utara

Kalimantan UtaraBanten

Sulawesi SelatanKalimantan Timur

Kepulauan Bangka BelitungSulawesi Tenggara

BaliJambiAceh

LampungKalimantan Tengah

Kepulauan RiauJawa BaratIndonesia

Sulawesi TengahNusa Tenggara Barat

Sulawesi BaratKalimantan Selatan

DKI JakartaGorontalo

Jawa TengahJawa Timur

DI Yogyakarta

Chart Title

42

Profil Anak Indonesia 2017

40

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Lebih dari 70 persen anak pada tahun 2016 sudah memiliki kesiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD/Sederajat). Tabel 4.7 menunjukkan angka kesiapan sekolah mencapai 74,15 persen, yang artinya 7 dari 10 anak yang duduk di kelas 1 SD/Sederajat sudah memiliki kesiapan untuk terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dilihat menurut jenis kelamin, angka kesiapan sekolah anak perempuan yaitu 75,44 persen relatif lebih tinggi dibandingkan laki-laki 72,93 persen.

Sebaran AKS menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran L-4.3. Provinsi dengan AKS tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta yaitu 98,43 persen. Sedangkan provinsi dengan AKS terendah adalah Provinsi Papua 33,26 persen, serupa dengan pola dari keikutsertaan anak pada PAUD.

4.4 Perkawinan Usia Anak

Perkawinan menurut konsep Susenas adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan), baik tinggal bersama maupun terpisah. Termasuk mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Perkawinan idealnya dilakukan pada saat laki-laki dan perempuan sudah siap secara fisik, mental maupun psikis untuk membina rumah tangga. Kenyataannya, masih banyak dijumpai anak-anak yang sudah kawin atau bahkan bercerai.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 huruf c menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan usia anak. Dari Undang-Undang tersebut dapat disimpulkan bahwa perkawinan yang dianjurkan minimal umur 18 tahun. Pada profil ini yang dimaksud dengan perkawinan usia anak adalah perkawinan yang dilakukan oleh anak di bawah umur 18 tahun.

Tabel Lampiran L-4.4 memperlihatkan 1,38 persen anak perempuan usia 10-17 tahun di Indonesia telah melakukan perkawinan. Dan jika diperhatikan menurut tipe daerah, persentase anak perempuan usia 10-17 tahun yang berstatus kawin di daerah perkotaan sebesar 0,83 persen, sedangkan di perdesaan hampir lebih dari dua kali lipatnya mencapai 1,93 persen. Hal ini diduga karena berbagai faktor, diantaranya

43

Profil Anak Indonesia 2017

41

faktor ekonomi, social, dan budaya. Alasan ekonomi dianggap sebagai solusi paling cepat dan mudah dengan menikahkan anaknya. Anak perempuan dan keluarga barunya diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian orang tuanya. Alasan sosial misalnya masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa semakin cepat menikah semakin baik bagi seorang perempuan. Sedangkan dari sisi budaya, diduga di beberapa daerah di Indonesia khususnya daerah terpencil, menikah di usia sangat muda adalah hal yang umum dilakukan dan bukan hal yang tabu meskipun tidak sesuai dengan ketetapan undang-undang perkawinan.

Sosialisasi pentingnya perkawinan di usia yang tepat perlu dilakukan oleh kementerian dan lembaga kepada masyarakat. Perlu dikomunikasikan pentingnya mengatur usia perkawinan khususnya bagi perempuan. Menikah di usia yang tepat akan mengurangi resiko kematian ibu dan bayi. Dalam jangka panjang, hal ini juga akan menurunkan angka fertilitas yaitu memperpendek rentang masa reproduksi perempuan melalui penundaan usia perkawinan. Namun sayangnya gugatan terhadap UU nomor 16 tahun 1974 tentang Perkawinan belum berhasil, sehingga usia pernikahan minimal bagi perempuan masih di usia anak.

Gambar 4.4 menyajikan persentase anak perempuan usia 10-17 tahun menurut status perkawinan. Sekitar 98 persen anak perempuan usia 10-17 tahun belum kawin, 1,31 persen berstatus kawin, dan kurang dari satu persen berstatus cerai, baik cerai mati maupun cerai hidup. Anak yang berstatus kawin akan tercabut beresiko untuk kehilangan sebagian haknya sebagai anak, diantaranya adalah hak atas pendidikan. Beberapa lembaga pendidikan dasar dan menengah formal masih mensyaratkan anak berstatus belum kawin, dan ini menjadi perhatian bagi kita.

Gambar 4.4 Persentase Anak Perempuan Usia 10-17 Tahun menurut Status Perkawinan, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

98,621,31

0,08

Belum Kawin Kawin Cerai Hidup+Cerai mati

Profil Anak Indonesia 2017

40

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Lebih dari 70 persen anak pada tahun 2016 sudah memiliki kesiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD/Sederajat). Tabel 4.7 menunjukkan angka kesiapan sekolah mencapai 74,15 persen, yang artinya 7 dari 10 anak yang duduk di kelas 1 SD/Sederajat sudah memiliki kesiapan untuk terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dilihat menurut jenis kelamin, angka kesiapan sekolah anak perempuan yaitu 75,44 persen relatif lebih tinggi dibandingkan laki-laki 72,93 persen.

Sebaran AKS menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran L-4.3. Provinsi dengan AKS tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta yaitu 98,43 persen. Sedangkan provinsi dengan AKS terendah adalah Provinsi Papua 33,26 persen, serupa dengan pola dari keikutsertaan anak pada PAUD.

4.4 Perkawinan Usia Anak

Perkawinan menurut konsep Susenas adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan), baik tinggal bersama maupun terpisah. Termasuk mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Perkawinan idealnya dilakukan pada saat laki-laki dan perempuan sudah siap secara fisik, mental maupun psikis untuk membina rumah tangga. Kenyataannya, masih banyak dijumpai anak-anak yang sudah kawin atau bahkan bercerai.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 huruf c menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan usia anak. Dari Undang-Undang tersebut dapat disimpulkan bahwa perkawinan yang dianjurkan minimal umur 18 tahun. Pada profil ini yang dimaksud dengan perkawinan usia anak adalah perkawinan yang dilakukan oleh anak di bawah umur 18 tahun.

Tabel Lampiran L-4.4 memperlihatkan 1,38 persen anak perempuan usia 10-17 tahun di Indonesia telah melakukan perkawinan. Dan jika diperhatikan menurut tipe daerah, persentase anak perempuan usia 10-17 tahun yang berstatus kawin di daerah perkotaan sebesar 0,83 persen, sedangkan di perdesaan hampir lebih dari dua kali lipatnya mencapai 1,93 persen. Hal ini diduga karena berbagai faktor, diantaranya

44

Profil Anak Indonesia 2017

42

Lebih rinci lagi jika dilihat dari umur kawin pertamanya seperti yang disajikan Gambar 4.5. Dari 1,38 persen anak perempuan usia 10-17 tahun yang berstatus kawin dan cerai, sebesar 39,10 persen kawin pada usia 15 tahun ke bawah. Sekitar 42,12 persen kawin di usia 16 tahun, dan 18,78 persen kawin di usia 17 tahun. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu usia perkawinan yang diijinkan untuk perempuan adalah 16 tahun, maka masih cukup banyak anak yang menikah di usia kurang dari 16 tahun.

Gambar 4.5 Persentase Anak Perempuan Usia 10-17 Tahun yang Berstatus Kawin dan Cerai Menurut Umur Kawin Pertama, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Sementara itu jika dilihat sebaran provinsinya, persentase perkawinan anak usia kurang dari 16 tahun yang tertinggi ada di Provinsi Jambi 69,22 persen dan Sulawesi Barat 63,18 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terkecil perkawinan usia anak adalah Provinsi Kalimantan Timur 13,05 persen (Tabel Lampiran L-4.6).

39,10

42,12

18,78

usia <= 15 tahun Usia 16 tahun Usia 17 tahun

45

Profil Anak Indonesia 2017

42

Lebih rinci lagi jika dilihat dari umur kawin pertamanya seperti yang disajikan Gambar 4.5. Dari 1,38 persen anak perempuan usia 10-17 tahun yang berstatus kawin dan cerai, sebesar 39,10 persen kawin pada usia 15 tahun ke bawah. Sekitar 42,12 persen kawin di usia 16 tahun, dan 18,78 persen kawin di usia 17 tahun. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu usia perkawinan yang diijinkan untuk perempuan adalah 16 tahun, maka masih cukup banyak anak yang menikah di usia kurang dari 16 tahun.

Gambar 4.5 Persentase Anak Perempuan Usia 10-17 Tahun yang Berstatus Kawin dan Cerai Menurut Umur Kawin Pertama, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Sementara itu jika dilihat sebaran provinsinya, persentase perkawinan anak usia kurang dari 16 tahun yang tertinggi ada di Provinsi Jambi 69,22 persen dan Sulawesi Barat 63,18 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terkecil perkawinan usia anak adalah Provinsi Kalimantan Timur 13,05 persen (Tabel Lampiran L-4.6).

39,10

42,12

18,78

usia <= 15 tahun Usia 16 tahun Usia 17 tahun

46

47

Profil Anak Indonesia 2017

45

5

KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN ANAK

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menyebutkan bahwa kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Kesejahteraan anak dapat diwujudkan melalui pemeliharaan dan perlindungan kesehatan anak sejak dalam kandungan sampai sesudah dilahirkan. Konvensi Hak Anak (PBB, 1989) Pasal 24 Ayat 1 menyebutkan bahwa negara-negara Pihak mengakui hak anak atas penikmatan standar kesehatan yang paling tinggi dapat diperoleh dan atas berbagai fasilitas untuk pengobatan penyakit dan rehabilitasi kesehatan. Negara-negara Pihak harus berusaha menjamin bahwa tidak seorang anak pun dapat dirampas haknya atas akses ke pelayanan perawatan kesehatan tersebut. Pemenuhan hak atas kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua karena orang tua bertanggung jawab terhadap masa depan anak. Untuk mewujudkan masa depan yang baik diperlukan pertumbuhan anak yang optimal dengan status kesehatan dan gizi yang baik. Selain orang tua, pemerintah juga berperan dalam mewujudkan hak anak, khususnya hak kesehatan.

Peningkatan indikator kesehatan anak menjadi salah satu tolak ukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 menetapkan target penurunan angka kematian bayi, prevalensi kekurangan gizi pada anak balita, dan prevalensi stunting (anak pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah dua tahun). Target angka kematian bayi turun menjadi 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2019. Prevalensi kekurangan gizi balita sebesar 17 persen, dan stunting pada baduta sebesar 28 persen di tahun 2019.

Upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak terus menjadi perhatian pemerintah. Kajian kemiskinan dan kesejahtaraan anak dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melalui penghitungan indeks komposit kemiskinan anak yang dibentuk dari dimensi pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, lingkungan dan sanitasi, dan ekonomi. Bab ini membahas kesejahteraan anak melalui dimensi tempat tinggal dan dimensi lingkungan serta sanitasi. Dimensi tempat

48

Profil Anak Indonesia 2017

46

tinggal mencakup anak yang tinggal di rumah bukan milik sendiri dan anak yang tinggal di rumah kumuh. Dimensi lingkungan dan sanitasi mencakup anak dengan akses sanitasi layak dan air layak.

Bab ini menggunakan data yang bersumber dari hasil Susenas 2016, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), dan SUPAS. Kesehatan anak mencakup kesehatan anak sebelum lahir (penolong kelahiran), kematian neonatum, bayi dan balita, kesehatan balita yang mencakup pemberian air susu ibu (ASI) dan imunisasi, inisiasi menyusui dini (IMD), kesehatan anak usia 0-17 tahun mencakup keluhan kesehatan, angka kesakitan, rawat jalan, rawat inap alasan tidak berobat, jaminan kesehatan, antropometri, perilaku merokok, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan Kesejahteraan anak mencakup kepemilikan rumah, akses terhadap sanitasi layak, akses terhadap air layak, dan anak yang tinggal di rumah kumuh.

5.1 Penolong Persalinan

Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dapat mengurangi resiko komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, serta kematian ibu dan bayi. Sodikin (2009) menyebutkan bahwa bila seorang ibu meninggal, maka anak-anak yang ditinggalkannya akan memiliki kemungkinan tiga sampai sepuluh kali lebih tinggi untuk meninggal dalam waktu dua tahun bila dibandingkan dengan mereka yang masih mempunyai kedua orang tua.

Faktor budaya di daerah perdesaan masih mempengaruhi ibu untuk memilih dukun sebagai penolong persalinan. Keputusan memilih penolong persalinan masih banyak ditentukan oleh suami. Oleh karenanya, upaya yang lebih keras lagi harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 menyebutkan bahwa salah satu sasaran program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat. Salah satu indikator pencapaian sasarannya adalah persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 85 persen. Pemilihan penolong persalinan yang kompeten juga berpengaruh terhadap pencapaian target program ASI eksklusif. Penolong persalinan tenaga kesehatan diwajibkan untuk memastikan penerapan inisiasi menyusui dini guna mencapai keberhasilan ASI eksklusif.

Susenas 2016 mendefinisikan penolong persalinan sebagai penolong terakhir anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir. Sebagai contoh seorang ibu usia 15-49

49

Profil Anak Indonesia 2017

47

tahun melahirkan ditolong oleh bidan, namun karena ada komplikasi kehamilan dan alat-alat kesehatan yang kurang memadai menyebabkan proses persalinannya ditolong oleh dokter kandungan, maka penolong persalinan terakhir adalah dokter kandungan.

Gambar 5.1 menyajikan persentase perempuan pernah kawin (PPK) usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup menurut penolong persalinan terakhir. Persentase penolong persalinan tertinggi oleh tenaga kesehatan yaitu bidan sebesar 63,53 persen dan dokter sebesar 28,33 persen. Daerah perkotaan dan perdesaan menunjukkan pola yang sama. Di daerah perkotaan penolong persalinan oleh tenaga medis cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Hal yang menarik adalah masih ada 6,82 persen penolong persalinan, baik di perkotaan maupun di perdesaan yang ditolong oleh dukun beranak/paraji. Namun jika dilihat dari tahun sebelumnya persentase dokter yang menolong persalinan mengalami peningkatan.

Gambar 5.1 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Penolong Kelahiran dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan (nonmedis) dapat menyebabkan komplikasi persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. Provinsi di daerah timur Indonesia memiliki persentase penolong persalinan bukan tenaga kesehatan yang relatif tinggi. Provinsi Papua memiliki persentase tertinggi yaitu 36,07 persen, juga Provinsi Maluku sebesar 34,38 persen, Maluku Utara

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

36,69

19,47

28,33

59,38

67,9363,53

0,61 0,87 0,733,16

10,706,82

0,11 0,85 0,470,05 0,18 0,11

Dokter Bidan Tenaga Kesehatan Lain Dukun Beranak Lainnya Tidak Ada

Profil Anak Indonesia 2017

46

tinggal mencakup anak yang tinggal di rumah bukan milik sendiri dan anak yang tinggal di rumah kumuh. Dimensi lingkungan dan sanitasi mencakup anak dengan akses sanitasi layak dan air layak.

Bab ini menggunakan data yang bersumber dari hasil Susenas 2016, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), dan SUPAS. Kesehatan anak mencakup kesehatan anak sebelum lahir (penolong kelahiran), kematian neonatum, bayi dan balita, kesehatan balita yang mencakup pemberian air susu ibu (ASI) dan imunisasi, inisiasi menyusui dini (IMD), kesehatan anak usia 0-17 tahun mencakup keluhan kesehatan, angka kesakitan, rawat jalan, rawat inap alasan tidak berobat, jaminan kesehatan, antropometri, perilaku merokok, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan Kesejahteraan anak mencakup kepemilikan rumah, akses terhadap sanitasi layak, akses terhadap air layak, dan anak yang tinggal di rumah kumuh.

5.1 Penolong Persalinan

Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dapat mengurangi resiko komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, serta kematian ibu dan bayi. Sodikin (2009) menyebutkan bahwa bila seorang ibu meninggal, maka anak-anak yang ditinggalkannya akan memiliki kemungkinan tiga sampai sepuluh kali lebih tinggi untuk meninggal dalam waktu dua tahun bila dibandingkan dengan mereka yang masih mempunyai kedua orang tua.

Faktor budaya di daerah perdesaan masih mempengaruhi ibu untuk memilih dukun sebagai penolong persalinan. Keputusan memilih penolong persalinan masih banyak ditentukan oleh suami. Oleh karenanya, upaya yang lebih keras lagi harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 menyebutkan bahwa salah satu sasaran program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat. Salah satu indikator pencapaian sasarannya adalah persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 85 persen. Pemilihan penolong persalinan yang kompeten juga berpengaruh terhadap pencapaian target program ASI eksklusif. Penolong persalinan tenaga kesehatan diwajibkan untuk memastikan penerapan inisiasi menyusui dini guna mencapai keberhasilan ASI eksklusif.

Susenas 2016 mendefinisikan penolong persalinan sebagai penolong terakhir anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir. Sebagai contoh seorang ibu usia 15-49

50

Profil Anak Indonesia 2017

48

sebesar 27,20 persen, NTT sebesar 22,12 persen, dan Sulawesi Barat sebesar 19,83 persen pada Lampiran Tabel L-5.1 sampai Tabel L-5.3.

Selain penolong persalinan, tempat melahirkan juga dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Gambar 5.2 memperlihatkan PPK usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup dalam dua tahun terakhir menurut tempat melahirkan. Sejalan dengan penolong persalinan, persentase tempat melahirkan tertinggi di Indonesia adalah klinik/bidan/ praktek dokter sebesar 36,33 persen, dan di RS/RS bersalin sebesar 30,69 persen. Persentase PPK berumur 15-49 tahun yang melakukan persalinan di klinik/bidan/ praktek dokter di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 42,20 persen berbanding 30,10 persen. Begitu pula dengan persentase yang melahirkan di RS/RS bersalin lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 40,58 persen berbanding 20,20 persen. Hal lain yang menarik dari hasil Susenas 2016 adalah di daerah perdesaan masih banyak yang melahirkan di rumah, yaitu sebesar 31,76 persen.

Gambar 5.2 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Tempat Melahirkan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

40,58

20,20

30,69

42,20

30,10

36,33

8,16

17,48

12,688,80

31,76

19,94

0,26 0,47 0,36

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

RS/RS Bersalin Klinik/ Bidan/ Praktek DokterPuskesmas/ Polindes/ Pustu RumahLainnya

51

Profil Anak Indonesia 2017

49

5.2 Kematian Neonatal, Bayi dan Balita

RPJMN 2015-2019 menargetkan penurunan angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24 di tahun 2019. Selain itu, Sustainable Development Goals (SDGs) bidang kesehatan dan kesejahteraan (tujuan tiga SDGs), memiliki target yang akan dicapai pada tahun 2030. Target tersebut diantaranya mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah dengan menurunkan angka kematian neonatal hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25 per 1.000 kelahiran hidup. Target tersebut menuntut kerja keras pemerintah. Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan angka kematian bayi sebesar 32 bayi per 1.000 kelahiran hidup.

Neonatal adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Kondisi neonatal merupakan kondisi yang paling rentan terhadap kematian karena daya tahan tubuh bayi yang masih rendah. Kematian bayi pada masa neonatal terutama disebabkan oleh tetanus neonatorum dan gangguan perinatal sebagai akibat dari kehamilan resiko tinggi. Derajat kesehatan neonatal itu sendiri sangat terkait dengan kesehatan ibu semasa hamil, penolong persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Untuk itu, berbagai upaya yang memiliki dampak ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi telah dilaksanakan antara lain peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat, serta pendayagunaan dan intensifikasi posyandu (Prabamurti, dkk, 2008). Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa adanya dukungan terhadap upaya penurunan kematian ibu dan peningkatan kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan penolong persalinan sesuai standar harus disertai dengan perawatan neonatal yang cukup dan upaya menurunkan kematian bayi akibat berat lahir rendah, infeksi paska lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia. Sebagian besar kematian neonatal paska lahir disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang tidak mahal, mudah dilakukan, dan bisa dikerjakan efektif. Intervensi imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil dapat menurunkan kematian neonatal hingga 33-58 persen (Kemenkes, 2010).

Angka kematian bayi adalah peluang bayi meninggal antara kelahiran dan sebelum mencapai umur satu tahun. Upaya untuk mencegah kematian bayi dilakukan dengan kegiatan penimbangan guna memantau berat badan, rehidrasi oral untuk penanggulangan diare, pemberian ASI untuk meningkatkan daya tahan bayi, dan imunisasi untuk perlindungan terhadap beberapa penyakit infeksi (Depkes RI, 1994).

Gambar 5.3 memperlihatkan tren yang menurun angka kematian neonatal, bayi, dan balita. Angka kematian neonatal hasil Supas tahun 2015 belum dapat

Profil Anak Indonesia 2017

48

sebesar 27,20 persen, NTT sebesar 22,12 persen, dan Sulawesi Barat sebesar 19,83 persen pada Lampiran Tabel L-5.1 sampai Tabel L-5.3.

Selain penolong persalinan, tempat melahirkan juga dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Gambar 5.2 memperlihatkan PPK usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup dalam dua tahun terakhir menurut tempat melahirkan. Sejalan dengan penolong persalinan, persentase tempat melahirkan tertinggi di Indonesia adalah klinik/bidan/ praktek dokter sebesar 36,33 persen, dan di RS/RS bersalin sebesar 30,69 persen. Persentase PPK berumur 15-49 tahun yang melakukan persalinan di klinik/bidan/ praktek dokter di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 42,20 persen berbanding 30,10 persen. Begitu pula dengan persentase yang melahirkan di RS/RS bersalin lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 40,58 persen berbanding 20,20 persen. Hal lain yang menarik dari hasil Susenas 2016 adalah di daerah perdesaan masih banyak yang melahirkan di rumah, yaitu sebesar 31,76 persen.

Gambar 5.2 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Tempat Melahirkan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

40,58

20,20

30,69

42,20

30,10

36,33

8,16

17,48

12,688,80

31,76

19,94

0,26 0,47 0,36

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

RS/RS Bersalin Klinik/ Bidan/ Praktek DokterPuskesmas/ Polindes/ Pustu RumahLainnya

52

Profil Anak Indonesia 2017

50

disajikan sehingga data yang digunakan dalam publikasi ini adalah data SDKI tahun 2012. Angka kematian bayi dan balita menggunakan data hasil Supas 2015.

Gambar 5.3 Angka Kematian Neonatal, Angka Kematian Bayi, dan Angka Kematian Balita, 1991-2015

Sumber: SDKI 1991-2012 dan Supas 2015, BPS

Angka kematian neonatal terendah di tahun 2007 dan 2012 adalah 19 anak per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi dan balita terendah di tahun 2015 adalah 22 anak dan 26 anak per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi dan balita pada tahun 2015 tertinggi terjadi di Indonesia bagian timur. Provinsi dengan angka kematian bayi tertinggi adalah Papua Barat sebesar 57,33 per 1.000 kelahiran hidup, yang berarti terdapat 57 sampai 58 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup. Provinsi lain yang memiliki angka kematian bayi tinggi adalah Sulawesi Barat 42,96 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tengah 41,30 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita tertinggi ada di Provinsi Papua Barat 76,84 per 1.000 kelahiran hidup, yang berarti terdapat 76 sampai 77 kematian balita dalam 1.000 kelahiran hidup. Provinsi lain yang memiliki angka kematian balita tinggi adalah Sulawesi Barat 54,63 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tengah 52,26 per 1.000 kelahiran hidup, Lampiran Tabel L-5.7.

Perkembangan angka kematian balita di negara-negara anggota ASEAN dari tahun 1990-2015 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Selama kurun waktu 1990-2015, angka kematian balita menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 1990 angka kematian

32 3022 20 19 19

6857

4635 34

3222

97

81

5846 44 40

26

1991 1994 1997 2002-2003 2007 2012 2015

Neonatal Bayi Balita

53

Profil Anak Indonesia 2017

51

balita di Indonesia sebesar 97 kematian per 1.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dibandingkan rata-rata angka kematian balita ASEAN pada tahun itu, yaitu 79 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015, angka kematian balita di Indonesia sebesar 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup, sama dengan rata-rata angka kematian balita di negara-negara ASEAN pada tahun 2015. Meskipun mengalami penurunan, angka kematian balita di Indonesia pada tahun 2015 masih lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa Singapura mempunyai angka kematian balita terendah selama tahun 1990-2015. Data tahun 2015 kematian balita di Singapura hanya 3 kematian per 1.000 kelahran hidup. Negara yang mempunyai tingkat kematian balita paling tinggi di Asia Tenggara adalah Laos. Pada tahun 2015 angka kematian balita di Laos sebesar 86 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Tabel 5.1 Angka Kematian Balita di Negara ASEAN, 1990-2015

Negara Tahun 1990 1995 2000 2005 2010 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Brunei Darussalam 10 10 10 10 7 10 Kamboja 181 135 124 83 54 35 Indonesia 97 81 55 45 42 26 Laos 170 150 131 98 76 86 Malaysia 17 13 8 9 8 8 Myanmar 130 82 76 71 35 52 Filipina 80 67 49 34 36 31 Singapura 8 5 4 3 3 3 Thailand 13 12 12 11 10 9 Vietnam 58 52 45 27 24 22

ASEAN 79 65 49 38 33 26 Sumber: Sekretariat ASEAN

Terkait dengan Kesejahteraan Anak, sejak tahun 2016 Kemen PPPA bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan Indeks Komposit Kesejahteraan Anak Indonesia yang terbentuk dari pencapaian lima (5) dimensi pemenuhan hak anak yaitu (a) Hak Kelangsungan Hidup, (b) Hak Perlindungan, (c) Hak Tumbuh Kembang, (d) Hak Partisipasi, dan (e) Hak atas Identitas. Lima dimensi tersebut diwakili oleh 11 indikator pembentuk, yang salah satunya adalah angka kematian balita dan morbiditas.

Profil Anak Indonesia 2017

50

disajikan sehingga data yang digunakan dalam publikasi ini adalah data SDKI tahun 2012. Angka kematian bayi dan balita menggunakan data hasil Supas 2015.

Gambar 5.3 Angka Kematian Neonatal, Angka Kematian Bayi, dan Angka Kematian Balita, 1991-2015

Sumber: SDKI 1991-2012 dan Supas 2015, BPS

Angka kematian neonatal terendah di tahun 2007 dan 2012 adalah 19 anak per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi dan balita terendah di tahun 2015 adalah 22 anak dan 26 anak per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi dan balita pada tahun 2015 tertinggi terjadi di Indonesia bagian timur. Provinsi dengan angka kematian bayi tertinggi adalah Papua Barat sebesar 57,33 per 1.000 kelahiran hidup, yang berarti terdapat 57 sampai 58 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup. Provinsi lain yang memiliki angka kematian bayi tinggi adalah Sulawesi Barat 42,96 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tengah 41,30 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita tertinggi ada di Provinsi Papua Barat 76,84 per 1.000 kelahiran hidup, yang berarti terdapat 76 sampai 77 kematian balita dalam 1.000 kelahiran hidup. Provinsi lain yang memiliki angka kematian balita tinggi adalah Sulawesi Barat 54,63 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tengah 52,26 per 1.000 kelahiran hidup, Lampiran Tabel L-5.7.

Perkembangan angka kematian balita di negara-negara anggota ASEAN dari tahun 1990-2015 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Selama kurun waktu 1990-2015, angka kematian balita menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 1990 angka kematian

32 3022 20 19 19

6857

4635 34

3222

97

81

5846 44 40

26

1991 1994 1997 2002-2003 2007 2012 2015

Neonatal Bayi Balita

54

Profil Anak Indonesia 2017

52

5.3 Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (disingkat ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Beberapa penelitian tentang manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi menemukan bahwa pemberian ASI pada bayi dapat menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kesakitan bayi, mengoptimalkan pertumbuhan, membantu perkembangan kecerdasan, dan memberikan sejumlah manfaat bagi ibu seperti membantu memperpanjang jarak kehamilan, dan terhindar dari kanker payudara dan ovarium, serta meningkatkan ikatan ibu dan bayi.

Data Susenas 2016 menunjukkan bahwa sekitar 93,96 persen anak usia di bawah dua tahun (baduta) pernah diberi Air Susu Ibu (ASI). Persentase baduta yang pernah diberi ASI relatif lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 95,41 persen berbanding 92,58 persen. Menurut jenis kelamin, tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara persentase baduta laki-laki dan perempuan yang pernah diberi ASI.

Gambar 5.4 Persentase Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) yang Pernah Diberi Air Susu Ibu menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

92,65

95,63

94,10

92,51

95,18

93,82

92,58

95,41

93,96

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan laki-laki + Perempuan

55

Profil Anak Indonesia 2017

53

Gambar 5.5 Persentase Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) yang Masih Diberi Air Susu Ibu menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.5 memperlihatkan baduta yang masih diberi ASI sebesar 83,53 persen. Persentase baduta yang masih diberi ASI relatif lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 85,33 persen berbanding 81,77 persen. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pemberian ASI antara baduta laki-laki dan perempuan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/MENKES/SK/VI/2004 menyebutkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, ASI saja perlu diberikan pada bayi baru lahir sampai umur enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun. Gambar 5.6 memperlihatkan bahwa di Indonesia, rata-rata lama pemberian ASI pada baduta adalah 10,21 bulan. Rata-rata ini relatif lebih tinggi di daerah perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 10,49 bulan berbanding 9,93 bulan. Rata-rata lama pemberian ASI pada baduta laki-laki dan perempuan relatif sama.

81,02

84,8482,9182,57

85,8484,19

81,77

85,3383,53

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan laki-laki + Perempuan

Profil Anak Indonesia 2017

52

5.3 Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (disingkat ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Beberapa penelitian tentang manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi menemukan bahwa pemberian ASI pada bayi dapat menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kesakitan bayi, mengoptimalkan pertumbuhan, membantu perkembangan kecerdasan, dan memberikan sejumlah manfaat bagi ibu seperti membantu memperpanjang jarak kehamilan, dan terhindar dari kanker payudara dan ovarium, serta meningkatkan ikatan ibu dan bayi.

Data Susenas 2016 menunjukkan bahwa sekitar 93,96 persen anak usia di bawah dua tahun (baduta) pernah diberi Air Susu Ibu (ASI). Persentase baduta yang pernah diberi ASI relatif lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 95,41 persen berbanding 92,58 persen. Menurut jenis kelamin, tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara persentase baduta laki-laki dan perempuan yang pernah diberi ASI.

Gambar 5.4 Persentase Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) yang Pernah Diberi Air Susu Ibu menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

92,65

95,63

94,10

92,51

95,18

93,82

92,58

95,41

93,96

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan laki-laki + Perempuan

56

Profil Anak Indonesia 2017

54

Gambar 5.6 Rata-rata lama pemberian Air Susu Ibu (dalam Bulan) pada Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif) (Kemenkes, 2011 a).

Manfaat pemberian ASI makin dirasakan saat ASI diberikan secara eksklusif kepada bayi. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam betuk tetes atau sirup sampai bayi berusia enam bulan. Pemberian ASI eksklusif sejak bayi dilahirkan sangat baik dilakukan karena bayi akan memperoleh kolostrum, yang berupa air susu ibu berwarna kekuningan yang keluar di hari pertama sampai hari ke tiga saat ibu mulai menyusui. Kolostrum sangat baik karena berprotein tinggi, kaya akan zat anti infeksi, dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

9,96

10,47

10,21

9,89

10,52

10,20

9,93

10,49

10,21

Laki-laki Perempuan laki-laki + Perempuan

57

Profil Anak Indonesia 2017

55

Gambar 5.7 Rata-rata lama pemberian Air Susu Ibu (dalam Bulan) pada Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Pemberian Makanan Pendamping dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.7 menunjukkan rata-rata lama baduta memperoleh ASI menurut pemberian makanan pendamping ASI. Rata-rata lama baduta memperoleh ASI saja adalah 4,16 bulan, sedangkan rata-rata lama pemberian ASI dengan makanan pendamping adalah 6,02 bulan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama pemberian ASI tanpa makanan pendamping di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan. Sedangkan rata-rata lama pemberian ASI dengan makanan pendamping relatif lebih tinggi di daerah perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 6,32 bulan berbanding 5,74 bulan. Meskipun sudah banyak bayi yang diberi ASI sejak lahir, namun kenyataannya ibu belum bisa memberikan ASI eksklusif kepada anaknya karena rata-rata pemberian ASI tanpa makanan pendamping hanya 4,16 bulan.

Gambar 5.8 menyajikan persentase bayi berusia 0-5 bulan menurut jenis makanan/minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa ibu di Indonesia cenderung memberikan air putih kepada bayinya selain ASI, yaitu sekitar 63,01 persen. Baduta yang diberikan makanan pendamping selain ASI juga relatif banyak, yaitu sekitar 54,44 persen.

4,17 4,16 4,16

5,746,32 6,02

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Tanpa Makanan Pendamping Dengan Makanan Pendamping

Profil Anak Indonesia 2017

54

Gambar 5.6 Rata-rata lama pemberian Air Susu Ibu (dalam Bulan) pada Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif) (Kemenkes, 2011 a).

Manfaat pemberian ASI makin dirasakan saat ASI diberikan secara eksklusif kepada bayi. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam betuk tetes atau sirup sampai bayi berusia enam bulan. Pemberian ASI eksklusif sejak bayi dilahirkan sangat baik dilakukan karena bayi akan memperoleh kolostrum, yang berupa air susu ibu berwarna kekuningan yang keluar di hari pertama sampai hari ke tiga saat ibu mulai menyusui. Kolostrum sangat baik karena berprotein tinggi, kaya akan zat anti infeksi, dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

9,96

10,47

10,21

9,89

10,52

10,20

9,93

10,49

10,21

Laki-laki Perempuan laki-laki + Perempuan

58

Profil Anak Indonesia 2017

56

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Meskipun sebelum usia 6 bulan, bayi cukup diberi ASI tanpa makanan pendamping lainnya, ternyata persentase bayi yang diberi makanan pendamping sebelum usia 6 bulan masih cukup tinggi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Hal Ini menjadi perhatian untuk gerakan sosialisasi yang lebih masif kepada masyarakat bahwa pemberian makanan pendamping terlalu dini (sebelum usia 6 bulan) tanpa indikasi medis sangat membahayakan tumbuh kembang bayi, bahkan bisa menimbulkan kematian.

Gambar 5.9 Persentase Bayi 0-5 bulan yang Diberi ASI Eksklusif (Tidak Diberi Makanan/Minuman Tambahan dalam 24 Jam Terakhir) menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

63,39 62,60 63,01

25,75 25,72 25,7432,95

24,8229,00

53,53 55,40 54,44

Air Putih Air Lainnya Susu Selain ASI, Yoghurt, Keju Makanan Pendamping

15,07 15,17 15,12

15,47

14,45

14,9715,27

14,8215,05

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Gambar 5.8 Persentase Bayi Usia 0-5 Bulan menurut Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

59

Profil Anak Indonesia 2017

57

Data Susenas menunjukkan bahwa persentase bayi usia 0-5 bulan yang diberi ASI eksklusif sebesar 15,05 persen. Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif relatif lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 15,27 persen berbanding 14,82 persen. Provinsi dengan persentase terendah bayi umur 0-5 bulan yang diberi ASI eksklusif adalah Gorontalo sebesar 10,10 persen, Sumatera Utara sebesar 10,63 persen, dan Aceh sebesar 10,79 persen (Lampiran Tabel L-5.15).

5.4 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah peletakkan bayi di dada ibu dalam waktu 30 menit sampai 1 jam paska bayi dilahirkan. IMD bermanfaat untuk mencegah hipotermia pada bayi karena dada ibu mampu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara ibu. Pada saat IMD bayi juga menjadi lebih tenang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif dan memiliki kesempatan untuk menghisap kolostrum yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Gambar 5. 10 Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup Terakhir menurut Lama Diletakkan di Dada Ibunya untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

47,9543,04 45,57

26,05 25,35 25,71

6,18 6,80 6,48

19,8224,81 22,24

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

< 1 Jam 1-23 Jam ≥ 24 Jam Tidak Tahu

Profil Anak Indonesia 2017

56

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Meskipun sebelum usia 6 bulan, bayi cukup diberi ASI tanpa makanan pendamping lainnya, ternyata persentase bayi yang diberi makanan pendamping sebelum usia 6 bulan masih cukup tinggi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Hal Ini menjadi perhatian untuk gerakan sosialisasi yang lebih masif kepada masyarakat bahwa pemberian makanan pendamping terlalu dini (sebelum usia 6 bulan) tanpa indikasi medis sangat membahayakan tumbuh kembang bayi, bahkan bisa menimbulkan kematian.

Gambar 5.9 Persentase Bayi 0-5 bulan yang Diberi ASI Eksklusif (Tidak Diberi Makanan/Minuman Tambahan dalam 24 Jam Terakhir) menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

63,39 62,60 63,01

25,75 25,72 25,7432,95

24,8229,00

53,53 55,40 54,44

Air Putih Air Lainnya Susu Selain ASI, Yoghurt, Keju Makanan Pendamping

15,07 15,17 15,12

15,47

14,45

14,9715,27

14,8215,05

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Gambar 5.8 Persentase Bayi Usia 0-5 Bulan menurut Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

60

Profil Anak Indonesia 2017

58

Gambar 5.10 memperlihatkan bahwa perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang melakukan IMD pada anak lahir hidupnya yang terakhir sebanyak 45,57 persen. Persentase PPK umur 15-49 tahun yang melakukan IMD di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 47,95 persen berbanding 43,04 persen. Persentase ini meningkat dari tahun sebelumnya, namun masih ada kelompok yang tidak tahu terkait IMD meskipun persentasenya menurun. Provinsi dengan persentase tertinggi PPK umur 15-49 tahun yang melakukan IMD adalah NTB sebesar 57,25 persen, Jawa Tengah sebesar 55,69 persen, dan DKI Jakarta sebesar 52,39 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku sebesar 24,24 persen, Sulawei Utara sebesar 27,24 persen, dan Maluku Utara sebesar 31,77 persen Lampiran Tabel L-5.18.

5.5 Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional. Melalui program imunisasi, Indonesia dinyatakan bebas penyakit cacar sejak tahun 1974. Sejak saat itu program-program pemerintah diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi Dalam Rangka Pencegahan Penularan Terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu tuberkolosis, difteri, pertusus, campak, polio, tetanus, dan hepatitis B.

Gambar 5. 11 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

94,99

92,53

93,79

94,89

92,63

93,78

94,94

92,58

93,78

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

61

Profil Anak Indonesia 2017

59

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Imunisasi diberikan agar bayi yang relatif masih rentan terhadap penyakit dapat terhindar dari penyakit berbahaya, kecacatan dan bahkan kematian. Gambar 5.11 memperlihatkan persentase balita yang pernah mendapatkan imunisasi sebesar 93,78 persen pada tahun 2016. Persentase balita yang pernah diimunisasi lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 94,94 persen berbanding 92,58 persen. Perbedaan yang relatif tinggi ini perlu mendapat perhatian agar orang tua di daerah perdesaan mengerti bahaya penyakit yang dapat menyerang bayi dan manfaat imunisasi untuk mencegahnya. Sedangkan menurut jenis kelamin, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam capaian pemberian imunisasi laki-laki dan perempuan.

Tabel 5.2 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Papua 69,62 73,16 71,35 Aceh 85,24 84,41 84,83 Maluku 87,23 91,09 89,11 Sumatera Utara 90,39 88,9 89,66 Sumatera Barat 90,83 89,66 90,24 Riau 89,91 91,07 90,47 Maluku Utara 90,97 92,81 91,88 Banten 92,49 91,28 91,90 Jambi 92,81 91,22 92,02 Kalimantan Barat 91,69 92,42 92,04

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Meskipun secara nasional 93,78 persen balita pernah diberi imunisasi, namun masih ada provinsi yang cakupannya masih relatif rendah. Tabel 5.2 memperlihatkan persentase balita yang pernah diberi imunisasi pada 10 provinsi dengan cakupan terendah. Provinsi yang terendah adalah Papua sebesar 71,35 persen, yang berarti sekitar 28,65 persen balita di Papua tidak pernah diberi imunisasi. Provinsi lainnya yang cakupannya juga rendah adalah Aceh sebesar 84,83 persen dan Maluku sebesar 89,11 persen. Pemberian imunisasi yang masih rendah perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah mengingat imunisasi dapat meningkatkan kesehatan anak dan meningkatkan kekebalan tubuh anak agar tidak tidak mudah tertular penyakit.

Profil Anak Indonesia 2017

58

Gambar 5.10 memperlihatkan bahwa perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang melakukan IMD pada anak lahir hidupnya yang terakhir sebanyak 45,57 persen. Persentase PPK umur 15-49 tahun yang melakukan IMD di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 47,95 persen berbanding 43,04 persen. Persentase ini meningkat dari tahun sebelumnya, namun masih ada kelompok yang tidak tahu terkait IMD meskipun persentasenya menurun. Provinsi dengan persentase tertinggi PPK umur 15-49 tahun yang melakukan IMD adalah NTB sebesar 57,25 persen, Jawa Tengah sebesar 55,69 persen, dan DKI Jakarta sebesar 52,39 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku sebesar 24,24 persen, Sulawei Utara sebesar 27,24 persen, dan Maluku Utara sebesar 31,77 persen Lampiran Tabel L-5.18.

5.5 Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional. Melalui program imunisasi, Indonesia dinyatakan bebas penyakit cacar sejak tahun 1974. Sejak saat itu program-program pemerintah diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi Dalam Rangka Pencegahan Penularan Terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu tuberkolosis, difteri, pertusus, campak, polio, tetanus, dan hepatitis B.

Gambar 5. 11 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

94,99

92,53

93,79

94,89

92,63

93,78

94,94

92,58

93,78

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

62

Profil Anak Indonesia 2017

60

Saat ini program imunisasi diberikan secara gratis oleh pemerintah di puskesmas dengan tujuan untuk mengurangi angka kematian bayi. Ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun yaitu hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan campak, kemudian dilanjutkan dengan imunisasi lanjutan pada balita dan anak usia sekolah. Imunisasi lengkap adalah seorang balita pada usia satu tahun memperoleh lima imunisasi dengan komposisi satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi polio, empat kali imunisasi hepatitis B, dan satu kali imunisasi campak.

Gambar 5.12 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut jenis Imunisasi dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.12 memperlihatkan bahwa persentase balita yang pernah memperoleh imunisasi polio sebesar 90,54 persen, BCG sebesar 90 persen, DPT sebesar 84,80 persen, hepatitis B sebesar 84,32 persen, dan campak sebesar 72,75 persen.

Gambar 5.13 memperlihatkan bahwa sebesar 69,82 persen balita sudah mendapat imunisasi lengkap. Menurut tipe daerah, persentase balita yang mendapat imunisasi lengkap di perkotaan sebesar 73,72 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 65,78 persen. Menurut jenis kelamin, tidak terlihat

91,90

88,03

90,00

92,05

88,97

90,54

87,16

82,34

84,80

87,34

81,18

84,32

73,98

71,47

72,75

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan +Perdesaan

Campak Hepatitis B DPT Polio BCG

63

Profil Anak Indonesia 2017

61

perbedaan yang signifikan antara persentase balita laki-laki dan perempuan yang mendapatkan imunisasi lengkap.

Gambar 5.13 Persentase Balita yang Mendapat Imunisasi Lengkap menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tiga provinsi dengan persentase tertinggi Balita yang mendapat imunisasi lengkap adalah DI.Yogyakarta sebesar 88,36 persen, Bali sebesar 85,10 persen, dan Jawa Tengah sebesar 81,63 persen. Sedangkan yang terendah adalah Papua sebesar 44,64 persen, Aceh sebesar 46,65 persen, dan Sumatera Utara sebesar 54,74 persen, Lampiran Tabel L-5.23.

Saat ini dunia kesehatan harus mulai melakukan antisipasi kembali terhadap kemunculan penyakit-penyakit lama yang selama ini dianggap sudah bebas dari virus, bakteri maupun toksin, namun penyakit ternyata kembali muncul. Pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat memberikan vaksinasi terhadap penyakit-penyakit tertentu, selanjutnya tugas kita sebagai masyarakat untuk mengikuti program-program pemerintah dalam meminimalisir kondisi terburuk akibat penyebarluasan penyakit.

73,88

65,84

69,94

73,55

65,72

69,70

73,72

65,78

69,82

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Profil Anak Indonesia 2017

60

Saat ini program imunisasi diberikan secara gratis oleh pemerintah di puskesmas dengan tujuan untuk mengurangi angka kematian bayi. Ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun yaitu hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan campak, kemudian dilanjutkan dengan imunisasi lanjutan pada balita dan anak usia sekolah. Imunisasi lengkap adalah seorang balita pada usia satu tahun memperoleh lima imunisasi dengan komposisi satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi polio, empat kali imunisasi hepatitis B, dan satu kali imunisasi campak.

Gambar 5.12 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut jenis Imunisasi dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.12 memperlihatkan bahwa persentase balita yang pernah memperoleh imunisasi polio sebesar 90,54 persen, BCG sebesar 90 persen, DPT sebesar 84,80 persen, hepatitis B sebesar 84,32 persen, dan campak sebesar 72,75 persen.

Gambar 5.13 memperlihatkan bahwa sebesar 69,82 persen balita sudah mendapat imunisasi lengkap. Menurut tipe daerah, persentase balita yang mendapat imunisasi lengkap di perkotaan sebesar 73,72 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 65,78 persen. Menurut jenis kelamin, tidak terlihat

91,90

88,03

90,00

92,05

88,97

90,54

87,16

82,34

84,80

87,34

81,18

84,32

73,98

71,47

72,75

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan +Perdesaan

Campak Hepatitis B DPT Polio BCG

64

Profil Anak Indonesia 2017

62

5.6 Kesehatan Anak

Kesehatan merupakan syarat seorang anak tumbuh sesuai dengan pola tumbuh kembang yang ideal. Seorang anak yang tidak sehat akan mengalami gangguan pola makan yang dapat berakibat pada kurangnya nutrisi untuk tumbuh kembang. Susenas mendefinisikan seseorang mengalami keluhan kesehatan apabila mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminal atau hal lain. Seorang dikatakan sakit apabila memiliki keluhan kesehatan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan hasil Susenas 2016 anak umur 0-17 tahun yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 29,50 persen (Gambar 5.14). Anak-anak yang mengalami keluhan kesehatan di daerah perkotaan sebesar 31,57 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebesar 27,45 persen. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan yang memiliki keluhan kesehatan baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Gambar 5.14 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tahun 2016 persentase anak yang sakit atau yang dikenal dengan angka kesakitan anak adalah 17,55 persen. Angka kesakitan (morbiditas) anak di perkotaan sebesar 18,33 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 16,79 persen. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam persentase anak perempuan dan anak laki-laki yang sakit.

31,69

27,39

29,53

31,45

27,51

29,48

31,57

27,45

29,50

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

65

Profil Anak Indonesia 2017

63

Gambar 5.15 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Sakit dalam Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

5.6.1 Berobat Jalan

Berobat jalan merupakan upaya seseorang yang mengalami keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri agar mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk juga mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. Gambar 5.16 memberikan informasi bahwa sebesar 62,11 persen anak mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan. Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan di daerah perkotaan sebesar 63,21 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 60,85 persen.

Gambar 5.16 Persentase Anak usia 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

18,45

16,81

17,6318,20

16,76

17,48

18,33

16,79

17,55

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

63,53

61,07

62,3862,88

60,61

61,82

63,21

60,85

62,11

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Profil Anak Indonesia 2017

62

5.6 Kesehatan Anak

Kesehatan merupakan syarat seorang anak tumbuh sesuai dengan pola tumbuh kembang yang ideal. Seorang anak yang tidak sehat akan mengalami gangguan pola makan yang dapat berakibat pada kurangnya nutrisi untuk tumbuh kembang. Susenas mendefinisikan seseorang mengalami keluhan kesehatan apabila mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminal atau hal lain. Seorang dikatakan sakit apabila memiliki keluhan kesehatan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan hasil Susenas 2016 anak umur 0-17 tahun yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 29,50 persen (Gambar 5.14). Anak-anak yang mengalami keluhan kesehatan di daerah perkotaan sebesar 31,57 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebesar 27,45 persen. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan yang memiliki keluhan kesehatan baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Gambar 5.14 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Keluhan Kesehatan dalam Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tahun 2016 persentase anak yang sakit atau yang dikenal dengan angka kesakitan anak adalah 17,55 persen. Angka kesakitan (morbiditas) anak di perkotaan sebesar 18,33 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 16,79 persen. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam persentase anak perempuan dan anak laki-laki yang sakit.

31,69

27,39

29,53

31,45

27,51

29,48

31,57

27,45

29,50

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

66

Profil Anak Indonesia 2017

64

Gambar 5.17 memperlihatkan bahwa anak yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan paling banyak berobat ke praktek dokter/bidan sebesar 43,96 persen, dan puskesmas/pustu sebesar 32,22 persen. Baik perkotaan maupun perdesaan, anak cenderung berobat jalan ke praktek dokter/bidan, yaitu 38,35 persen di perkotaan dan 50,63 persen di perdesaan.

Persentase anak yang memiliki keluhan kesehatan dan berobat jalan adalah 62,11 persen (Gambar 5.16). Hal ini berarti ada sekitar 37,89 persen anak yang tidak berobat jalan. Alasan tidak berobat jalan dapat dilihat pada Tabel 5.3. Persentase tertinggi anak tidak berobat jalan adalah karena mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialaminya sebesar 65,43 persen dan merasa tidak perlu berobat jalan sebesar 28,20 persen. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah alasan anak tidak berobat jalan karena tidak memiliki biaya berobat di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 2,84 persen berbanding 1,47 persen.

67

Profil Anak Indonesia 2017

65

Gambar 5.17 Persentase Anak usia 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

4,78

3,32

4,11

7,03

2,23

4,84

38,35

50,63

43,96

18,48

6,60

13,05

31,46

33,13

32,22

1,52

5,29

3,24

0,80

1,48

1,11

1,12

1,80

1,43

Perk

otaa

nPe

rdes

aan

Perk

otaa

n +

Perd

esaa

n

Lainnya

PengobatanTradisionalUKBM

Puskesmas/ Pustu

Klinik/ praktekdokter bersamaPraktek dokter/BidanRS swasta

RS pemerintah

Profil Anak Indonesia 2017

64

Gambar 5.17 memperlihatkan bahwa anak yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan paling banyak berobat ke praktek dokter/bidan sebesar 43,96 persen, dan puskesmas/pustu sebesar 32,22 persen. Baik perkotaan maupun perdesaan, anak cenderung berobat jalan ke praktek dokter/bidan, yaitu 38,35 persen di perkotaan dan 50,63 persen di perdesaan.

Persentase anak yang memiliki keluhan kesehatan dan berobat jalan adalah 62,11 persen (Gambar 5.16). Hal ini berarti ada sekitar 37,89 persen anak yang tidak berobat jalan. Alasan tidak berobat jalan dapat dilihat pada Tabel 5.3. Persentase tertinggi anak tidak berobat jalan adalah karena mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialaminya sebesar 65,43 persen dan merasa tidak perlu berobat jalan sebesar 28,20 persen. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah alasan anak tidak berobat jalan karena tidak memiliki biaya berobat di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 2,84 persen berbanding 1,47 persen.

68

Profil Anak Indonesia 2017

66

Tabel 5.3 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut Alasan Tidak Berobat Jalan dan Tipe Daerah, 2016

Alasan Tidak Berobat Jalan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Tidak punya biaya berobat 1,47 2,84 2,13 Tidak ada biaya transport 0,25 0,62 0,43 Tidak ada sarana transportasi 0,03 0,20 0,11 Waktu tunggu pelayanan lama 0,16 0,17 0,16 Mengobati sendiri 66,02 64,80 65,43 Tidak ada yang mendampingi 0,09 0,15 0,12 Merasa tidak perlu 28,44 27,94 28,20 Lainnya 3,54 3,28 3,42

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 5.4 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Tertinggi Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Karena Tidak Punya Biaya Berobat, 2016

Provinsi Tidak punya biaya berobat (1) (2)

Papua Barat 5,85 Nusa Tenggara Barat 4,56 Maluku Utara 4,04 Jawa Barat 3,91 Papua 3,74 Bengkulu 3,71 Banten 3,54 Kalimantan Barat 3,48 Sumatera Utara 3,46 Riau 2,94

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 5.4 menyajikan informasi tidak berobat jalan karena alasan tidak punya biaya di 10 provinsi dengan persentase tertinggi. Provinsi dengan persentase tertinggi Papua Barat sebesar 5,85 persen, NTB sebesar 4,56 persen, dan Maluku Utara sebesar

69

Profil Anak Indonesia 2017

67

4,04 persen. Pemberian bantuan jaminan kesehatan bagi masyarakat di provinsi yang masih relatif tinggi persentase anak tidak berobat jalan karena tidak punya biaya diharapkan dapat membantu menurunkan persentase ini.

Gambar 5.18 Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan dan Digunakan untuk Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Jaminan kesehatan merupakan jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan kesehatan yang termasuk dalam subbab ini adalah jaminan kesehatan nasional maupun jaminan kesehatan lainnya. Dengan memiliki jaminan kesehatan maka seseorang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan perorangan yang mencakup pelayanan promotif, preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif sesuai iuran yang dibayarkannya. Kepemilikan jaminan kesehatan saat ini belum menjangkau seluruh anak di Indonesia, hanya 51,29 persen anak yang memiliki jaminan kesehatan (Gambar 5.18).

Secara umum persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Gambar 5.18 juga menyajikan penggunaan jaminan kesehatan untuk berobat jalan. Persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan dan digunakan untuk berobat jalan sebesar 5,26 persen. Bila dibandingkan dengan di daerah perdesaan, persentase penggunaan jaminan kesehatan untuk

54,4048,21

51,29

6,783,75 5,26

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanMemiliki Jaminan Kesehatan

Memiliki Jaminan Kesehatan dan Digunakan untuk Berobat Jalan

Profil Anak Indonesia 2017

66

Tabel 5.3 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut Alasan Tidak Berobat Jalan dan Tipe Daerah, 2016

Alasan Tidak Berobat Jalan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Tidak punya biaya berobat 1,47 2,84 2,13 Tidak ada biaya transport 0,25 0,62 0,43 Tidak ada sarana transportasi 0,03 0,20 0,11 Waktu tunggu pelayanan lama 0,16 0,17 0,16 Mengobati sendiri 66,02 64,80 65,43 Tidak ada yang mendampingi 0,09 0,15 0,12 Merasa tidak perlu 28,44 27,94 28,20 Lainnya 3,54 3,28 3,42

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 5.4 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Tertinggi Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Karena Tidak Punya Biaya Berobat, 2016

Provinsi Tidak punya biaya berobat (1) (2)

Papua Barat 5,85 Nusa Tenggara Barat 4,56 Maluku Utara 4,04 Jawa Barat 3,91 Papua 3,74 Bengkulu 3,71 Banten 3,54 Kalimantan Barat 3,48 Sumatera Utara 3,46 Riau 2,94

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 5.4 menyajikan informasi tidak berobat jalan karena alasan tidak punya biaya di 10 provinsi dengan persentase tertinggi. Provinsi dengan persentase tertinggi Papua Barat sebesar 5,85 persen, NTB sebesar 4,56 persen, dan Maluku Utara sebesar

70

Profil Anak Indonesia 2017

68

berobat jalan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 6,78 persen berbanding 3,75 persen.

Tabel 5.5 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Terendah Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah Perkotaan+

Perdesaan Perkotaan Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Kalimantan Barat 39,68 27,81 31,39 Jambi 49,73 29,68 35,78 Jawa Timur 42,69 35,89 39,24 Lampung 60,79 35,73 42,42 Kalimantan Tengah 44,86 41,59 42,74 Sumatera Utara 45,79 43,19 44,42 Banten 48,57 39,52 45,57 Bengkulu 58,31 41,06 46,37 Maluku 44,84 47,34 46,42 Jawa Barat 50,33 37,74 46,43

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Pada Tabel 5.5 terlihat bahwa Provinsi Kalimantan Barat paling rendah persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan, hanya sebesar 31,39 persen. Provinsi lainnya adalah Provinsi Jambi sebesar 35,78 persen dan Provinsi Jawa Timur sebesar 39,24 persen. Untuk itu program jaminan kesehatan perlu intensif disosialisasikan di daerah ini. Selengkapnya dapat dilihat Lampiran tabel L-5.33.

5.6.2 Rawat Inap

Rawat inap merupakan upaya penyembuhan atas keluhan kesehatan pada unit pelayanan kesehatan modern atau tradisional dengan menginap satu malam atau lebih. Gambar 5.19 menyajikan persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap dalam setahun terakhir. Sebesar 2,90 persen anak mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap dalam setahun terakhir. Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap di perkotaan sebesar 3,43 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 2,36 persen. Menurut jenis kelamin, tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara persentase anak laki-laki dan perempuan yang rawat inap.

71

Profil Anak Indonesia 2017

69

Gambar 5.19 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.20 memperlihatkan bahwa dari sekitar 2,90 persen anak yang mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap dalam setahun terakhir, persentase tertinggi anak rawat inap di RS pemerintah sebesar 39,51 persen dan di RS swasta sebesar 36,67 persen. Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, maka diketahui bahwa di perkotaan paling banyak yang rawat inap di RS swasta sebesar 44,58 persen, sedangkan di perdesaan di RS Pemerintah sebesar 39,83 persen. Hal ini mungkin disebabkan fasilitas kesehatan yang tersedia di perkotaan lebih banyak RS swasta, sedangkan di perdesaan RS pemerintah.

3,51

2,37

2,94

3,35

2,35

2,85

3,43

2,36

2,90

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Profil Anak Indonesia 2017

68

berobat jalan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 6,78 persen berbanding 3,75 persen.

Tabel 5.5 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Terendah Anak Berumur 0-17 Tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah Perkotaan+

Perdesaan Perkotaan Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Kalimantan Barat 39,68 27,81 31,39 Jambi 49,73 29,68 35,78 Jawa Timur 42,69 35,89 39,24 Lampung 60,79 35,73 42,42 Kalimantan Tengah 44,86 41,59 42,74 Sumatera Utara 45,79 43,19 44,42 Banten 48,57 39,52 45,57 Bengkulu 58,31 41,06 46,37 Maluku 44,84 47,34 46,42 Jawa Barat 50,33 37,74 46,43

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Pada Tabel 5.5 terlihat bahwa Provinsi Kalimantan Barat paling rendah persentase anak yang memiliki jaminan kesehatan, hanya sebesar 31,39 persen. Provinsi lainnya adalah Provinsi Jambi sebesar 35,78 persen dan Provinsi Jawa Timur sebesar 39,24 persen. Untuk itu program jaminan kesehatan perlu intensif disosialisasikan di daerah ini. Selengkapnya dapat dilihat Lampiran tabel L-5.33.

5.6.2 Rawat Inap

Rawat inap merupakan upaya penyembuhan atas keluhan kesehatan pada unit pelayanan kesehatan modern atau tradisional dengan menginap satu malam atau lebih. Gambar 5.19 menyajikan persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap dalam setahun terakhir. Sebesar 2,90 persen anak mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap dalam setahun terakhir. Persentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan rawat inap di perkotaan sebesar 3,43 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 2,36 persen. Menurut jenis kelamin, tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara persentase anak laki-laki dan perempuan yang rawat inap.

72

Profil Anak Indonesia 2017

70

Gambar 5.20 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Rawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Jenis Fasilitas Kesehatan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.21 menyajikan persentase anak umur 0-17 tahun yang dirawat inap dalam setahun terakhir dan menggunakan jaminan kesehatan. Anak yang rawat inap dalam setahun terakhir dan menggunakan jaminan kesehatan sebesar 1,54 persen. Di perkotaan lebih banyak anak yang rawat inap dan menggunakan jaminan kesehatan dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 2,03 persen berbanding 1,06 persen.

Perkotaan Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

Lainnya 0,56 0,37 0,48Pengobatan Tradisional 0,11 0,26 0,17Puskesmas/ Pustu 8,14 26,05 15,47Klinik/ praktek Dokter Bersama 4,23 5,94 4,93Praktek dokter/ Bidan 3,90 4,75 4,24RS swasta 44,58 25,24 36,67RS pemerintah 39,29 39,83 39,51

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00Pe

rsen

tase

(%)

73

Profil Anak Indonesia 2017

71

Gambar 5.21 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Rawat inap dalam Setahun Terakhir dan Menggunakan Jaminan Kesehatan menurut Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

5.7 Perilaku Merokok Anak

Fenomena merokok tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi juga pada anak-anak dan remaja. Meskipun akibat negatif merokok sudah banyak diketahui, namun kebiasaan merokok sulit dihentikan. Hal ini disebabkan rokok mengandung nikotin yang bersifat candu. Bahaya rokok semakin besar ketika dikonsumsi oleh anak-anak dan remaja karena pada usia muda tubuh lebih banyak menyerap racun rokok yang dapat mengakibatkan penyakit berbahaya di usia dewasa. Perilaku merokok pada anak-anak dan remaja kerap berhubungan dengan penerimaan dalam pergaulan sehari-hari. Pada saat menginjak usia remaja, seorang anak cenderung bergaul dengan teman sebaya, yang dapat memberikan pengaruh kebiasaan merokok. Penelitian Komasari dan Helmi (2000) memperlihatkan bahwa 28 persen remaja merokok saat berkumpul dengan teman sebaya.

Gambar 5.22 memperlihatkan sekitar 0,29 persen anak berumur 5-17 tahun yang merokok tidak setiap hari dalam sebulan terakhir. Persentase anak yang merokok relatif lebih tinggi di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 0,32 persen berbanding 0,27 persen. Sedangkan menurut jenis kelamin, persentase anak laki-laki berumur 5-17 tahun yang merokok lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 0,55 persen berbanding 0,02 persen.

2,03

1,06

1,54

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Profil Anak Indonesia 2017

70

Gambar 5.20 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Rawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Jenis Fasilitas Kesehatan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.21 menyajikan persentase anak umur 0-17 tahun yang dirawat inap dalam setahun terakhir dan menggunakan jaminan kesehatan. Anak yang rawat inap dalam setahun terakhir dan menggunakan jaminan kesehatan sebesar 1,54 persen. Di perkotaan lebih banyak anak yang rawat inap dan menggunakan jaminan kesehatan dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 2,03 persen berbanding 1,06 persen.

Perkotaan Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

Lainnya 0,56 0,37 0,48Pengobatan Tradisional 0,11 0,26 0,17Puskesmas/ Pustu 8,14 26,05 15,47Klinik/ praktek Dokter Bersama 4,23 5,94 4,93Praktek dokter/ Bidan 3,90 4,75 4,24RS swasta 44,58 25,24 36,67RS pemerintah 39,29 39,83 39,51

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

Pers

enta

se (%

)

74

Profil Anak Indonesia 2017

72

Gambar 5.22 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Tidak Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Selanjutnya, Gambar 5.23 menunjukkan persentase anak yang merokok setiap hari. Persentase anak yang merokok setiap hari lebih tinggi dibandingkan dengan yang merokok tidak setiap hari, yaitu 1,07 persen berbanding 0,29 persen. Persentase anak laki-laki yang merokok setiap hari lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 2,04 persen berbanding 0,06 persen. Sedangkan menurut tipe daerah, persentase anak yang merokok setiap hari di perdesaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 1,24 persen berbanding 0,91 persen.

Gambar 5.23 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

0,50

0,600,55

0,03 0,01 0,02

0,270,32 0,29

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

1,70

2,362,04

0,07 0,05 0,06

0,911,24

1,07

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

75

Profil Anak Indonesia 2017

73

Menarik untuk dikaji lebih lanjut provinsi yang memiliki persentase anak dengan kebiasaan merokok sebulan terakhir. Tabel 5.6 dan 5.7 menyajikan informasi provinsi yang memiliki persentase tertinggi anak yang merokok selama sebulan terakhir.

Tabel 5.6 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Tertinggi Anak Berumur 5-17 Tahun yang Memiliki Kebiasaan Merokok Setiap Hari Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Jenis Kelamin Laki-laki +

Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4)

Nusa Tenggara Barat 3,03 0,06 1,58 Bengkulu 2,91 0,00 1,45 Gorontalo 2,75 0,00 1,43 Banten 2,64 0,04 1,36 Jawa Tengah 2,62 0,04 1,36 Kepulauan Bangka Belitung 2,60 0,00 1,34 Lampung 2,50 0,06 1,33 Jawa Barat 2,37 0,11 1,27 Sulawesi Tengah 2,39 0,07 1,27 Jawa Timur 2,26 0,12 1,22

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 5.6 memperlihatkan provinsi dengan persentase tertinggi anak merokok setiap hari selama sebulan terakhir adalah NTB, yaitu sebensar 1,58 persen. Provinsi yang juga memiliki persentase tertinggi adalah Bengkulu sebesar 1,45 persen dan Gorontalo sebesar 1,43 persen. Hal ini sangat memprihatinkan, dan perlu mendapat perhatian. Pada masa anak-anak yang seharusnya masih sekolah, mereka sudah memiliki kebiasaan merokok setiap hari. Selain merugikan kesehatan, kebiasaan buruk tersebut juga merugikan secara ekonomi, terutama karena anak-anak umumnya belum bekerja.

Tabel 5.7 menyajikan 10 provinsi dengan persentase tertinggi anak yang merokok tidak setiap hari selama sebulan terakhir. Provinsi yang tertinggi adalah Provinsi Papua sebesar 0,56 persen, Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,53 persen, dan Gorontalo sebesar 0,48 persen.

Profil Anak Indonesia 2017

72

Gambar 5.22 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Tidak Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Selanjutnya, Gambar 5.23 menunjukkan persentase anak yang merokok setiap hari. Persentase anak yang merokok setiap hari lebih tinggi dibandingkan dengan yang merokok tidak setiap hari, yaitu 1,07 persen berbanding 0,29 persen. Persentase anak laki-laki yang merokok setiap hari lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 2,04 persen berbanding 0,06 persen. Sedangkan menurut tipe daerah, persentase anak yang merokok setiap hari di perdesaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 1,24 persen berbanding 0,91 persen.

Gambar 5.23 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

0,50

0,600,55

0,03 0,01 0,02

0,270,32 0,29

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

1,70

2,362,04

0,07 0,05 0,06

0,911,24

1,07

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + PerdesaanLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

76

Profil Anak Indonesia 2017

74

Tabel 5.7 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Tertinggi Anak Berumur 5-17 Tahun yang Memiliki Kebiasaan Merokok Tidak Setiap Hari Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Jenis Kelamin Laki-laki +

Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4)

Papua 0,96 0,11 0,56 Kep. Bangka Belitung 1,02 0,00 0,53 Gorontalo 0,92 0,00 0,48 Lampung 0,83 0,02 0,44 DKI Jakarta 0,82 0,02 0,43 Bengkulu 0,82 0,00 0,41 Jawa Tengah 0,72 0,02 0,38 DI Yogyakarta 0,68 0,00 0,35 Nusa Tenggara Barat 0,64 0,02 0,34 Jawa Timur 0,61 0,02 0,32

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Selanjutnya, Tabel 5.8 menyajikan persentase anak yang merokok kadang-kadang dan setiap hari dalam sebulan terakhir menurut jumlah batang rokok yang dihisap per minggu. Persentase tertinggi anak menghisap rokok lebih dari 70 batang per minggu sebesar 34,71 persen. Hal ini terjadi pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Pada anak laki-laki, persentase tertinggi merokok lebih dari 70 batang per minggu adalah sebesar 34,68 persen, sedangkan pada anak perempuan sebesar 35,40 persen. Hal ini berarti, lebih dari sepertiga anak laki-laki maupun perempuan yang merokok lebih dari 10 batang per hari.

Jika dilihat menurut tipe daerah, persentase tertinggi anak di perkotaan merokok lebih dari 70 batang per minggu sebesar 30,33 persen. Pola yang sama juga terjadi di perdesaan dimana persentase tertinggi sebesar 37,94 persen. Persentase tertinggi anak laki-laki di perkotaan menghisap rokok lebih dari 70 batang per minggu, sebesar 30,43 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 37,76 persen. Persentase tertinggi anak perempuan di perkotaan menghisap 36-70 batang per minggu sebesar 31,59 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 46,90 persen.

77

Profil Anak Indonesia 2017

75

Tabel 5.8 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Merokok Kadang-kadang dan Setiap Hari dalam Sebulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin, Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Minggu, dan Tipe Daerah, 2016

Jenis Kelamin Jumlah Batang

Rokok yang Dihisap per Minggu

Tipe Daerah

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5)

Laki-laki

1-6 2,60 2,78 2,70 7-20 17,35 17,63 17,51

21-35 25,68 15,17 19,58 36-70 23,95 26,66 25,52

>70 30,43 37,76 34,68 Total 100,00 100,00 100,00

Perempuan

1-6 7,84 2,50 5,81 7-20 8,13 26,98 15,29

21-35 24,09 5,19 16,91 36-70 31,59 18,42 26,59

>70 28,35 46,90 35,40 Total 100,00 100,00 100,00

Laki-laki + Perempuan

1-6 2,83 2,77 2,80 7-20 16,95 17,82 17,45

21-35 25,61 14,97 19,50 36-70 24,28 26,49 25,55

>70 30,33 37,94 34,71 Total 100,00 100,00 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

5.8 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kemenkes, 2011 b). Permasalahan kesehatan yang timbul saat ini merupakan akibat dari perilaku hidup yang tidak sehat, ditambah sanitasi lingkungan serta ketersediaan air bersih yang masih kurang memadai di beberapa tempat. Hal tersebut sebenarnya dapat dicegah bila kesehatan diutamakan pada upaya preventif

Profil Anak Indonesia 2017

74

Tabel 5.7 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Tertinggi Anak Berumur 5-17 Tahun yang Memiliki Kebiasaan Merokok Tidak Setiap Hari Selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Jenis Kelamin Laki-laki +

Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4)

Papua 0,96 0,11 0,56 Kep. Bangka Belitung 1,02 0,00 0,53 Gorontalo 0,92 0,00 0,48 Lampung 0,83 0,02 0,44 DKI Jakarta 0,82 0,02 0,43 Bengkulu 0,82 0,00 0,41 Jawa Tengah 0,72 0,02 0,38 DI Yogyakarta 0,68 0,00 0,35 Nusa Tenggara Barat 0,64 0,02 0,34 Jawa Timur 0,61 0,02 0,32

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Selanjutnya, Tabel 5.8 menyajikan persentase anak yang merokok kadang-kadang dan setiap hari dalam sebulan terakhir menurut jumlah batang rokok yang dihisap per minggu. Persentase tertinggi anak menghisap rokok lebih dari 70 batang per minggu sebesar 34,71 persen. Hal ini terjadi pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Pada anak laki-laki, persentase tertinggi merokok lebih dari 70 batang per minggu adalah sebesar 34,68 persen, sedangkan pada anak perempuan sebesar 35,40 persen. Hal ini berarti, lebih dari sepertiga anak laki-laki maupun perempuan yang merokok lebih dari 10 batang per hari.

Jika dilihat menurut tipe daerah, persentase tertinggi anak di perkotaan merokok lebih dari 70 batang per minggu sebesar 30,33 persen. Pola yang sama juga terjadi di perdesaan dimana persentase tertinggi sebesar 37,94 persen. Persentase tertinggi anak laki-laki di perkotaan menghisap rokok lebih dari 70 batang per minggu, sebesar 30,43 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 37,76 persen. Persentase tertinggi anak perempuan di perkotaan menghisap 36-70 batang per minggu sebesar 31,59 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 46,90 persen.

78

Profil Anak Indonesia 2017

76

dan promotive, dalam menumbuhkembangkan kemandirian keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, menjadi akseptor keluarga berencana dan lain-lain. Di bidang gizi dan farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan gizi seimbang, minum tablet tambah darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium dan lain-lain.

5.8.1 Cuci Tangan Pakai Sabun

Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia adalah sebuah kampanye global yang dicanangkan oleh PBB bekerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pemerintah maupun swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia (Kemenkes, 2014 a). Pengumuman penunjukkan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun pada tanggal 15 Oktober dilakukan pada Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World Water Week) yang berlangsung pada 17-23 Agustus 2008 di Stockholm seiring dengan penunjukkan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB.

79

Profil Anak Indonesia 2017

77

Gambar 5.24 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal. Perilaku hidup bersih harus dilakukan atas dasar kesadaran oleh setiap anggota keluarga agar terhindar dari penyakit, karena 45 persen penyakit diare bisa dicegah dengan mencuci tangan (Kemenkes, 2014 b).

Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke makanan yang akan dikonsumsi dan juga agar tubuh tidak terkena kuman.

Gambar 5.24 menyajikan persentase anak umur 5-17 tahun yang biasa mencuci tangan pada tahun 2016. Secara umum diketahui sebanyak 83,45 persen anak umur 5-17 tahun mempunyai kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Anak perempuan yang biasa cuci tangan pakai sabun lebih tinggi persentasenya dibandingkan anak laki-laki. Jika dilihat berdasarkan tide daerah, anak di perkotaan yang biasa cuci tangan pakai sabun lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan anak yang tinggal di perdesaan.

89,31

75,3382,34

90,96

78,0584,61

90,12

76,6683,45

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

Profil Anak Indonesia 2017

76

dan promotive, dalam menumbuhkembangkan kemandirian keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, menjadi akseptor keluarga berencana dan lain-lain. Di bidang gizi dan farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan gizi seimbang, minum tablet tambah darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium dan lain-lain.

5.8.1 Cuci Tangan Pakai Sabun

Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia adalah sebuah kampanye global yang dicanangkan oleh PBB bekerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pemerintah maupun swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia (Kemenkes, 2014 a). Pengumuman penunjukkan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun pada tanggal 15 Oktober dilakukan pada Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World Water Week) yang berlangsung pada 17-23 Agustus 2008 di Stockholm seiring dengan penunjukkan tahun 2008 sebagai Tahun Internasional Sanitasi oleh Rapat Umum PBB.

80

Profil Anak Indonesia 2017

78

Tabel 5.9 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Tipe Daerah, 2016

Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun

Tipe Daerah

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Sebelum buang air besar/kecil 10,10 4,03 7,09

Sesudah buang air besar/kecil 75,71 55,92 65,91

Sebelum makan 68,32 48,71 58,60

Sesudah makan 71,52 47,82 59,78

Sebelum menyiapkan masakan 3,83 2,40 3,12

Sesudah menceboki anak 2,15 1,76 1,96

Sesudah memegan hewan 11,64 10,56 11,11

Lainnya 15,35 13,40 14,39 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak umur 5-17 tahun biasa cuci tangan sesudah buang air besar/kecil, sebelum makan, dan sesudah makan. Persentase anak yang biasa cuci tangan sesudah buang air besar/kecil sebesar 65,91 persen. Persentase anak yang biasa cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan masing-masing sebesar 58,60 persen dan 59,78 persen. Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, maka terlihat bahwa anak yang tinggal di perkotaan lebih rajin mencuci tangan dibandingkan dengan anak di perdesaan.

Tabel 5.10 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Jenis Kelamin, 2016

Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Sebelum buang air besar/kecil 6,83 7,37 7,09

Sesudah buang air besar/kecil 64,57 67,31 65,91

Sebelum makan 57,90 59,34 58,60

Sesudah makan 58,80 60,81 59,78

Sebelum menyiapkan masakan 2,15 4,14 3,12

81

Profil Anak Indonesia 2017

79

Sesudah menceboki anak 1,59 2,35 1,96

Sesudah memegan hewan 10,92 11,30 11,11

Lainnya 14,03 14,76 14,39 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa anak perempuan lebih rajin mencuci tangan untuk semua waktu cuci tangan. Persentase anak perempuan yang biasa cuci tangan pakai sabun sesudah buang air besar/kecil sebesar 67,31 persen, sedangkan anak laki-laki lebih rendah hanya 64,57 persen. Anak perempuan yang biasa cuci tangan sebelum makan sebanyak 59,34 persen, sedangkan anak laki-laki hanya 57,90 persen.

Gambar 5.25 dan Gambar 5.26 menampilkan persentase anak berumur 5-17 tahun berdasarkan tempat biasanya mencuci tangan pakai sabun. Sebagian besar anak mencuci tangan pakai sabun di kamar mandi/toilet, yaitu sebesar 54,26 persen. Persentase tertinggi lainnya adalah saat mencuci tangan di tempat cuci piring sebesar 33,33 persen. Pola yang sama juga dijumpai di perkotaan maupun perdesaan dan laki-laki maupun perempuan.

Profil Anak Indonesia 2017

78

Tabel 5.9 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Tipe Daerah, 2016

Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun

Tipe Daerah

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Sebelum buang air besar/kecil 10,10 4,03 7,09

Sesudah buang air besar/kecil 75,71 55,92 65,91

Sebelum makan 68,32 48,71 58,60

Sesudah makan 71,52 47,82 59,78

Sebelum menyiapkan masakan 3,83 2,40 3,12

Sesudah menceboki anak 2,15 1,76 1,96

Sesudah memegan hewan 11,64 10,56 11,11

Lainnya 15,35 13,40 14,39 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak umur 5-17 tahun biasa cuci tangan sesudah buang air besar/kecil, sebelum makan, dan sesudah makan. Persentase anak yang biasa cuci tangan sesudah buang air besar/kecil sebesar 65,91 persen. Persentase anak yang biasa cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan masing-masing sebesar 58,60 persen dan 59,78 persen. Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, maka terlihat bahwa anak yang tinggal di perkotaan lebih rajin mencuci tangan dibandingkan dengan anak di perdesaan.

Tabel 5.10 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Jenis Kelamin, 2016

Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Sebelum buang air besar/kecil 6,83 7,37 7,09

Sesudah buang air besar/kecil 64,57 67,31 65,91

Sebelum makan 57,90 59,34 58,60

Sesudah makan 58,80 60,81 59,78

Sebelum menyiapkan masakan 2,15 4,14 3,12

82

Profil Anak Indonesia 2017

80

Gambar 5.25 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun menurut Tempat Mencuci Tangan dan Tipe Daerah 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Gambar 5.26 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Tempat Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

12,09

2,597,38

63,56

44,80

54,26

6,1910,97 8,56

35,1631,46 33,33

4,51 7,30 5,89

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Di tempat khusus cuci tangan (westafel) Di kamar mandi/ toilet

Di sumur Di tempat cuci piring

Lainnya

7,27 7,50 7,38

53,09 55,49 54,26

8,63 8,49 8,56

32,48 34,22 33,33

5,76 6,03 5,89

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Di tempat khusus cuci tangan (westafel) Di kamar mandi/ toiletDi sumur Di tempat cuci piringLainnya

83

Profil Anak Indonesia 2017

81

5.8.2 Konsumsi Sayuran dan Buah-buahan

Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Berbeda dengan sayuran, buah-buahan juga menyediakan karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu menyediakan karbohidrat, seperti wortel dan kentang sayur. Sementara buah tertentu menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang (Kemenkes RI, 2014 a).

Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula, kolesterol darah, dan mengendalikan tekanan darah. Konsumsi sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar (BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak menular kronik. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup merupakan salah satu indikator sederhana gizi seimbang.

Semakin matang buah yang mengandung karbohidrat semakin tinggi kandungan fruktosa dan glukosanya, yang dicirikan oleh rasa yang semakin manis. Dalam budaya makan masyarakat perkotaaan Indonesia saat ini, semakin dikenal minuman jus bergula. Dalam segelas jus buah bergula mengandung 150-300 kalori yang sekitar separuhnya berasal dari gula yang ditambahkan. Selain itu beberapa jenis buah juga meningkatkan risiko kembung dan asam urat. Oleh karena itu konsumsi buah yang terlalu matang dan minuman jus bergula perlu dibatasi agar turut mengendalikan kadar gula darah.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 gram perorang perhari, yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2 1/2 porsi atau 2 1/2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah. (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1 1/2 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur (kemenkes, 2014 b).

Profil Anak Indonesia 2017

80

Gambar 5.25 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun menurut Tempat Mencuci Tangan dan Tipe Daerah 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Gambar 5.26 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Tempat Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

12,09

2,597,38

63,56

44,80

54,26

6,1910,97 8,56

35,1631,46 33,33

4,51 7,30 5,89

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Di tempat khusus cuci tangan (westafel) Di kamar mandi/ toilet

Di sumur Di tempat cuci piring

Lainnya

7,27 7,50 7,38

53,09 55,49 54,26

8,63 8,49 8,56

32,48 34,22 33,33

5,76 6,03 5,89

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

Di tempat khusus cuci tangan (westafel) Di kamar mandi/ toiletDi sumur Di tempat cuci piringLainnya

84

Profil Anak Indonesia 2017

82

Tabel 5.11 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Jumlah Hari Mengkonsumsi

Buah-buahan dalam Seminggu

Tipe Daerah Jenis Kelamin Jumlah Perkotaan Perdesaan Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 0 hari 13,30 24,44 19,22 18,40 18,82

1 hari 16,58 21,86 19,64 18,74 19,20

2 hari 19,33 21,65 20,53 20,44 20,48

3 hari 18,18 14,18 15,95 16,45 16,19

4 hari 9,10 6,92 7,68 8,37 8,02

5 hari 5,60 3,42 4,45 4,59 4,52

6 hari 2,31 1,40 1,73 1,99 1,86

7 hari 15,60 6,13 10,81 11,02 10,91

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Tabel 5.11 menyajikan informasi konsumsi buah-buahan pada anak berumur 5-17 tahun selama seminggu terakhir. Dari tabel tersebut, diketahui bahwa paling sering anak berumur 5-7 tahun mengkonsumsi buah-buahan selama 2 hari dalam seminggu terakhir, yaitu sebesar 20,48 persen. Anak yang mengkonsumsi buah-buahan setiap hari selama seminggu terakhir sebesar 10.91 persen. Sedangkan anak yang tidak mengkonsumsi buah-buahan sama sekali dalam seminggu terakhir sebanyak 18,82 persen. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan pola konsumsi buah-buahan dalam seminggu terakhir. Paling banyak anak mengkonsumsi buah-buahan selama 2 hari dalam seminggu, baik anak laki-laki maupun perempuan.

Jika dilihat berdasarkan tipe daerah tempat tinggal, diketahui bahwa anak di perdesaan paling banyak tidak mengkonsumsi buah-buahan dalam seminggu terakhir, yaitu sebesar 24,44 persen. Pola yang berbeda dijumpai di perkotaan, dimana anak di perkotaan paling banyak mengkonsumsi buah-buahan selama 2 hari dalam seminggu sebesar 19,33 persen. Di perkotaan anak yang tidak mengkonsumsi buah-buahan dalam seminggu terakhir hanya 13,30 persen, lebih rendah dibandingkan dengan anak di perdesaan sebesar 24,44 persen.

Informasi mengenai konsumsi sayuran pada anak usia 5-17 tahun selama seminggu terakhir disajikan pada Tabel 5.12. Dari tabel tersebut, diketahui bahwa persentase anak usia 5-7 tahun mengkonsumsi sayuran setiap hari dalam seminggu

85

Profil Anak Indonesia 2017

83

terakhir sebesar 45,49 persen. Sementara anak yang tidak mengkonsumsi sayuran sama sekali dalam seminggu terakhir persentasenya paling rendah, yaitu hanya 3,28 persen.

Tabel 5.12 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Jumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dalam

Seminggu

Tipe Daerah Jenis Kelamin Total Perkotaan Perdesaan Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 0 hari 3,26 3,31 3,40 3,16 3,28 1 hari 4,17 5,60 4,99 4,76 4,88 2 hari 7,97 8,89 8,42 8,43 8,42 3 hari 11,71 11,57 12,08 11,19 11,64 4 hari 10,67 10,69 10,57 10,80 10,68 5 hari 9,73 9,17 9,40 9,51 9,45 6 hari 5,79 6,50 6,01 6,28 6,14 7 hari 46,69 44,27 45,13 45,87 45,49

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Berdasarkan tipe daerah, diketahui baik di perkotaan maupun di perdesaan polanya sama. Sebagian besar anak mengkonsumsi sayuran setiap hari, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Begitu berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki dan anak perempuan memiliki pola yang sama, persentase tertinggi adalah anak yang mengkonsumsi sayuran setiap hari dalam seminggu terakhir. Anak yang tidak mengkonsumsi sayuran sama sekali dalam seminggu terakhir persentasenya paling rendah di semua tipe daerah baik laki-laki mauppun perempuan, yaitu di bawah 4 persen.

Saat ini tengah digalakkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI ini dicanangkan dalam rangka penguatan pembangunan kesehatan yang mengedepankan upaya promotif-preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat. GERMAS bertujuan untuk: menurunkan beban penyakit; menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.

Indonesia kini tengah menghadapi tantangan serius berupa beban ganda penyakit. Perubahan gaya hidup masyarakat ditengarai menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir.

Profil Anak Indonesia 2017

82

Tabel 5.11 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu Terakhir, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Jumlah Hari Mengkonsumsi

Buah-buahan dalam Seminggu

Tipe Daerah Jenis Kelamin Jumlah Perkotaan Perdesaan Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 0 hari 13,30 24,44 19,22 18,40 18,82

1 hari 16,58 21,86 19,64 18,74 19,20

2 hari 19,33 21,65 20,53 20,44 20,48

3 hari 18,18 14,18 15,95 16,45 16,19

4 hari 9,10 6,92 7,68 8,37 8,02

5 hari 5,60 3,42 4,45 4,59 4,52

6 hari 2,31 1,40 1,73 1,99 1,86

7 hari 15,60 6,13 10,81 11,02 10,91

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Tabel 5.11 menyajikan informasi konsumsi buah-buahan pada anak berumur 5-17 tahun selama seminggu terakhir. Dari tabel tersebut, diketahui bahwa paling sering anak berumur 5-7 tahun mengkonsumsi buah-buahan selama 2 hari dalam seminggu terakhir, yaitu sebesar 20,48 persen. Anak yang mengkonsumsi buah-buahan setiap hari selama seminggu terakhir sebesar 10.91 persen. Sedangkan anak yang tidak mengkonsumsi buah-buahan sama sekali dalam seminggu terakhir sebanyak 18,82 persen. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan pola konsumsi buah-buahan dalam seminggu terakhir. Paling banyak anak mengkonsumsi buah-buahan selama 2 hari dalam seminggu, baik anak laki-laki maupun perempuan.

Jika dilihat berdasarkan tipe daerah tempat tinggal, diketahui bahwa anak di perdesaan paling banyak tidak mengkonsumsi buah-buahan dalam seminggu terakhir, yaitu sebesar 24,44 persen. Pola yang berbeda dijumpai di perkotaan, dimana anak di perkotaan paling banyak mengkonsumsi buah-buahan selama 2 hari dalam seminggu sebesar 19,33 persen. Di perkotaan anak yang tidak mengkonsumsi buah-buahan dalam seminggu terakhir hanya 13,30 persen, lebih rendah dibandingkan dengan anak di perdesaan sebesar 24,44 persen.

Informasi mengenai konsumsi sayuran pada anak usia 5-17 tahun selama seminggu terakhir disajikan pada Tabel 5.12. Dari tabel tersebut, diketahui bahwa persentase anak usia 5-7 tahun mengkonsumsi sayuran setiap hari dalam seminggu

86

Profil Anak Indonesia 2017

84

Pada era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan Diare. Namun sejak 2010, penyakit tidak menular (PTM) seperti Stroke, Jantung, dan Kencing manis memiliki proposi lebih besar di pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit ini mengakibatkan beban pada pembiayaan kesehatan bagi negara.

Sumber daya yang dibutuhkan untuk mengobati PTM selain membutuhkan biaya tinggi juga membutuhkan waktu yang panjang, ujar Menkes. Karena itu, GERMAS menjadi momentum bagi masyarakat guna membudayakan pola hidup sehat. GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian, mulai dari proses pembelajaran hingga menuju kemandirian. GERMAS meliputi kegiatan: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit (Kemenkes, 2016).

5.9 Berat Badan saat Lahir

Indikator status kesehatan anak yang berkaitan dengan antropometeri atau pengukuran badan/tubuh anak dalam subbab ini adalah berat badan saat lahir. Berat badan bayi baru lahir minimal 2.500 gram agar bayi tumbuh kembang sehat dan cerdas. Pemantauan berat bayi dan anak dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Kemenkes, 2014b). Berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram, akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dapat berisiko menjadi pendek jika tidak tertangani dengan baik (Kemenkes, 2016). Anak dengan riwayat BBLR merupakan salah satu faktor yang potensial memengaruhi pertumbuhan anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat status BBLR dengan stunting pada anak baduta (Rahayu, dkk, 2015). BBLR merupakan faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting. Anak dengan BBLR memiliki risiko 5,87 kali untuk mengalami stunting.

87

Profil Anak Indonesia 2017

85

Tabel 5.13 Persentase Baduta menurut Berat Badan Waktu Dilahirkan dan Tipe Daerah, 2016

Tipe Daerah Berat Badan Baduta Ketika Dilahirkan

Total < 2,00 Kg

2,00 - 2,49 Kg

>= 2,5 Kg

Tidak Ditimbang

Tidak Ingat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan 2,83 16,09 78,76 1,44 0,87 100 Perdesaan 2,28 16,01 74,1 4,67 2,94 100

Total 2,56 16,06 76,49 3,01 1,88 100 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Tabel 5.14 Persentase Baduta menurut Berat Badan Waktu Dilahirkan dan Jenis Kelamin, 2016

Jenis Kelamin Berat Badan Baduta Ketika Dilahirkan

Total < 2,00 Kg

2,00 - 2,49 Kg

>= 2,5 Kg

Tidak Ditimbang

Tidak Ingat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Laki-laki 2,64 15,61 77,31 2,85 1,59 100 Perempuan 2,22 16,31 76,35 3,01 2,12 100

Total 2,56 16,06 76,49 3,01 1,88 100 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan 2016, BPS

Dari Tabel 5.13 dan Tabel 5.14 dapat dilihat bahwa terdapat 18,62 persen baduta yang memilki berat badan ketika dilahirkan kurang dari 2.500 gram. Bahkan, sebanyak 2,56 persen berat badan saat dilahirkan kurang dari 2.000 gram. Di perkotaan terdapat 18,92 persen baduta yang saat dilahirkan beratnya kurang dari 2.500 gram, sedangkan di perdesaan baduta yang saat dilahirkan beratnya kurang dari 2.500 gram sebesar 18,29 persen. Dilihat dari jenis kelamin, persentase baduta yang mengalami BBLR antara laki-laki dan perempuan relatif sama.

5.10 Status Kepemilikan Rumah

Rumah tempat tinggal yang nyaman merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Anak membutuhkan tempat tinggal yang layak untuk menunjang proses pertumbuhan dan melindunginya dari ketelantaran. Gambar 5.27 memperlihatkan persentase anak berdasarkan status kepemilikan rumah. Anak yang tinggal di rumah milik sendiri persentasenya tertinggi, yaitu sebesar 82,83 persen.

Profil Anak Indonesia 2017

84

Pada era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan Diare. Namun sejak 2010, penyakit tidak menular (PTM) seperti Stroke, Jantung, dan Kencing manis memiliki proposi lebih besar di pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit ini mengakibatkan beban pada pembiayaan kesehatan bagi negara.

Sumber daya yang dibutuhkan untuk mengobati PTM selain membutuhkan biaya tinggi juga membutuhkan waktu yang panjang, ujar Menkes. Karena itu, GERMAS menjadi momentum bagi masyarakat guna membudayakan pola hidup sehat. GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian, mulai dari proses pembelajaran hingga menuju kemandirian. GERMAS meliputi kegiatan: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit (Kemenkes, 2016).

5.9 Berat Badan saat Lahir

Indikator status kesehatan anak yang berkaitan dengan antropometeri atau pengukuran badan/tubuh anak dalam subbab ini adalah berat badan saat lahir. Berat badan bayi baru lahir minimal 2.500 gram agar bayi tumbuh kembang sehat dan cerdas. Pemantauan berat bayi dan anak dilakukan setiap bulan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Kemenkes, 2014b). Berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu berat bayi lahir kurang dari 2.500 gram, akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk dapat berisiko menjadi pendek jika tidak tertangani dengan baik (Kemenkes, 2016). Anak dengan riwayat BBLR merupakan salah satu faktor yang potensial memengaruhi pertumbuhan anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat status BBLR dengan stunting pada anak baduta (Rahayu, dkk, 2015). BBLR merupakan faktor risiko yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting. Anak dengan BBLR memiliki risiko 5,87 kali untuk mengalami stunting.

88

Profil Anak Indonesia 2017

86

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Persentase anak yang tinggal di rumah bebas sewa sebesar 8,29 persen, dan persentase anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa sebesar 7,34 persen. Persentase anak yang tinggal di rumah milik sendiri di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 74,85 persen berbanding 90.76 persen. Di perkotaan, persentase anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa sebesar 13,27 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 1,45 persen. Anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa memiliki tingkat kesejahteraan keluarga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal di rumah milik sendiri. Tingginya persentase anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa di daerah perkotaan erat kaitannya dengan biaya hidup dan harga tanah yang mahal di perkotaan.

5.11 Akses Terhadap Air Layak

Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Lingkungan perumahan yang baik harus didukung dengan ketersediaan air bersih dengan jumlah yang cukup. Air tidak bersih dapat menimbulkan berbagai macam penyakit karena dapat menjadi

Perkotaan Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

Lainnya 0,46 0,24 0,35Dinas 1,11 1,26 1,19Bebas sewa 10,30 6,29 8,29Kontrak/ sewa 13,27 1,45 7,34Milik sendiri 74,85 90,76 82,83

74,8590,76 82,83

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Pers

enta

se (%

)Gambar 5.27 Persentase Anak Berumur 0-17 tahun Menurut Status Kepemilikan Rumah,

dan Tipe Daerah, 2016

89

Profil Anak Indonesia 2017

87

media berkembangnya bakteri. Dalam Susenas, yang dimaksud rumah tangga dengan fasilitas air layak adalah rumah tangga dengan fasilitas air minum berupa air leding, air hujan, sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung dengan jarak lebih besar atau sama dengan 10 meter dari penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat.

Gambar 5.28 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah dengan Fasilitas Air Layak Menurut Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Persentase anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas air layak di Indonesia sebesar 70,41 persen. Persentase anak di perkotaan yang tinggal di rumah dengan fasilitas air layak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 80,86 persen berbanding 60,02 persen.

Dari Tabel 5.15 diketahui bahwa provinsi dengan persentase terendah anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas air layak adalah Bengkulu sebesar 38,99 persen, Papua sebesar 51,42 persen, dan Lampung sebesar 52,38 persen. Sedangkan yang tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 92,54 persen, Bali sebesar 88,32 persen, dan Kepulauan Riau sebesar 85,15 persen (Lampiran Tabel L-5.55).

80,86

60,02

70,41

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Profil Anak Indonesia 2017

86

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Persentase anak yang tinggal di rumah bebas sewa sebesar 8,29 persen, dan persentase anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa sebesar 7,34 persen. Persentase anak yang tinggal di rumah milik sendiri di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 74,85 persen berbanding 90.76 persen. Di perkotaan, persentase anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa sebesar 13,27 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebesar 1,45 persen. Anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa memiliki tingkat kesejahteraan keluarga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal di rumah milik sendiri. Tingginya persentase anak yang tinggal di rumah kontrak/sewa di daerah perkotaan erat kaitannya dengan biaya hidup dan harga tanah yang mahal di perkotaan.

5.11 Akses Terhadap Air Layak

Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Lingkungan perumahan yang baik harus didukung dengan ketersediaan air bersih dengan jumlah yang cukup. Air tidak bersih dapat menimbulkan berbagai macam penyakit karena dapat menjadi

Perkotaan Perdesaan Perkotaan +Perdesaan

Lainnya 0,46 0,24 0,35Dinas 1,11 1,26 1,19Bebas sewa 10,30 6,29 8,29Kontrak/ sewa 13,27 1,45 7,34Milik sendiri 74,85 90,76 82,83

74,8590,76 82,83

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Pers

enta

se (%

)

Gambar 5.27 Persentase Anak Berumur 0-17 tahun Menurut Status Kepemilikan Rumah, dan Tipe Daerah, 2016

90

Profil Anak Indonesia 2017

88

Perkotaan Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Bengkulu 57,65 30,68 38,99 Papua 84,59 41,23 51,42 Lampung 71,55 45,40 52,38 Kalimantan Selatan 78,63 41,30 57,25 Nusa Tenggara Timur 79,13 53,98 58,65 Sulawesi Barat 82,09 54,11 59,61 Maluku Utara 84,12 52,87 60,48 Kalimantan Tengah 84,41 48,31 61,02 Jambi 80,42 53,40 61,61 Sulawesi Tengah 84,87 54,86 62,15

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

5.12 Akses Terhadap Sanitasi Layak

Sanitasi merupakan salah satu syarat terciptanya lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan dengan fasilitas sanitasi yang buruk dapat menjadi sumber penyakit yang menganggu kesehatan manusia. Bila kesehatan terganggu maka kesejahteraan akan berkurang. Oleh karena itu upaya pemenuhan fasilitas sanitasi yang layak menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan. Bagi anak-anak, sanitasi yang buruk akan menimbulkan akibat yang lebih buruk lagi. Sanitasi serta perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia (UNICEF, 2012).

Berdasarkan data Susenas, rumah tangga dengan fasilitas sanitasi layak adalah rumah tangga yang memiliki tempat buang air besar yang digunakan sendiri atau bersama, dengan kloset leher angsa, dan tempat pembuangan akhir berupa tangki septik/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL).

Tabel 5.15 Sepuluh Provinsi Terendah dalam Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Layak menurut Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah

Perkotaan + Perdesaan

91

Profil Anak Indonesia 2017

89

Gambar 5.29 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah dengan Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 5.29 menyajikan persentase anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas sanitasi layak menurut tipe daerah. Persentase anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas sanitasi layak sebesar 66,80 persen, sebaliknya 33,20 persen anak tinggal di rumah dengan fasilitas sanitasi yang tidak layak. Persentase anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas sanitasi layak di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 80,31 persen berbanding 53,37 persen.

Tabel 5.16 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Terendah Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga dan Memiliki Akses Sanitasi Layak menurut Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah

Perkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan

(1) (2) (3) (4) Papua 77,53 15,73 30,26 Nusa Tenggara Timur 70,10 31,28 38,48 Kalimantan Tengah 74,82 36,10 49,74 Bengkulu 81,75 36,31 50,31 Sumatera Barat 68,92 38,51 50,49 Kalimantan Barat 82,06 41,48 53,71 Sulawesi Tengah 78,83 49,64 56,73 Gorontalo 75,48 48,59 57,93 Lampung 82,93 50,28 58,99 Sulawesi Barat 76,15 54,90 59,07

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

80,31

53,3766,80

Tipe DaerahPerkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Profil Anak Indonesia 2017

88

Perkotaan Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Bengkulu 57,65 30,68 38,99 Papua 84,59 41,23 51,42 Lampung 71,55 45,40 52,38 Kalimantan Selatan 78,63 41,30 57,25 Nusa Tenggara Timur 79,13 53,98 58,65 Sulawesi Barat 82,09 54,11 59,61 Maluku Utara 84,12 52,87 60,48 Kalimantan Tengah 84,41 48,31 61,02 Jambi 80,42 53,40 61,61 Sulawesi Tengah 84,87 54,86 62,15

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

5.12 Akses Terhadap Sanitasi Layak

Sanitasi merupakan salah satu syarat terciptanya lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan dengan fasilitas sanitasi yang buruk dapat menjadi sumber penyakit yang menganggu kesehatan manusia. Bila kesehatan terganggu maka kesejahteraan akan berkurang. Oleh karena itu upaya pemenuhan fasilitas sanitasi yang layak menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan. Bagi anak-anak, sanitasi yang buruk akan menimbulkan akibat yang lebih buruk lagi. Sanitasi serta perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia (UNICEF, 2012).

Berdasarkan data Susenas, rumah tangga dengan fasilitas sanitasi layak adalah rumah tangga yang memiliki tempat buang air besar yang digunakan sendiri atau bersama, dengan kloset leher angsa, dan tempat pembuangan akhir berupa tangki septik/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL).

Tabel 5.15 Sepuluh Provinsi Terendah dalam Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Layak menurut Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah

Perkotaan + Perdesaan

92

Profil Anak Indonesia 2017

90

Tabel 5.16 menyajikan informasi sepuluh provinsi dengan persentase terendah anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas sanitasi layak. Provinsi yang terendah persentasenya adalah Papua sebesar 30,26 persen, NTT sebesar 38,48 persen, dan Kalimantan Tengah sebesar 49,74 persen. Sedangkan provinsi yang persentasenya tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 90,82 persen, Bali sebesar 89,38 persen, dan DI Yogyakarta sebesar 86,35 persen (Lampiran Tabel L-5.56).

5.13 Rumah Tangga Kumuh

UU No.1 Tahun 2001 tentang perumahan dan kawasan permukiman menyebutkan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, tingkat kepadatan barang yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Permukiman kumuh terjadi karena masalah ekonomi dan erat kaitannya dengan masalah kesehatan, konsumsi pangan, keamanan, dan persoalan kesejahteraan lainnya. Susenas mendefinisikan rumah tangga kumuh berdasarkan pembobotan dengan kriteria ketahanan bangunan rendah, akses air minum tidak layak, sanitasi tidak layak, dan sufficient living area ≤ 7,2 m2.

Gambar 5.30 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga Kumuh menurut Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Berdasarkan hasil Susenas pada tahun 2016, persentase anak yang tinggal di rumah tangga kumuh sebesar 9,95 persen. Persentase anak di perdesaan yang tinggal di rumah tangga kumuh relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 13,16 persen berbanding 6,72 persen.

6,72

13,16

9,95

Tipe DaerahPerkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

93

Profil Anak Indonesia 2017

91

Tabel 5.17 Sepuluh Provinsi dengan Persentase Tertinggi Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga Kumuh menurut Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah

Perkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan

(1) (2) (3) (4) Papua 10,63 65,40 52,53 Nusa Tenggara Timur 17,89 39,61 35,58 Maluku 12,22 24,04 19,69 Papua Barat 18,01 20,64 19,67 Gorontalo 14,23 21,43 18,93 Sulawesi Barat 7,00 20,56 17,89 Sulawesi Tengah 10,93 19,14 17,14 Sumatera Utara 7,36 23,63 15,94 Aceh 5,57 18,27 14,70 Sumatera Selatan 10,34 16,49 14,33

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa Papua merupakan provinsi dengan persentase tertinggi anak yang tinggal di rumah tangga kumuh, yaitu 52,53 persen. Hal ini berarti lebih dari separuh anak umur 0-17 tahun di Papua tinggal di rumah tangga kumuh. Provinsi yang juga memiliki persentase tertinggi adalah NTT sebesar 35,58 persen, Maluku sebesar 19,69 persen, dan Papua Barat sebesar 19,67 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah anak yang tinggal di rumah tangga kumuh adalah DI Yogyakarta sebesar 2,21 persen, Bali sebesar 2,71 persen, dan Jawa Tengah sebesar 2,73 persen (Lampiran Tabel L-5.57).

Profil Anak Indonesia 2017

90

Tabel 5.16 menyajikan informasi sepuluh provinsi dengan persentase terendah anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas sanitasi layak. Provinsi yang terendah persentasenya adalah Papua sebesar 30,26 persen, NTT sebesar 38,48 persen, dan Kalimantan Tengah sebesar 49,74 persen. Sedangkan provinsi yang persentasenya tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 90,82 persen, Bali sebesar 89,38 persen, dan DI Yogyakarta sebesar 86,35 persen (Lampiran Tabel L-5.56).

5.13 Rumah Tangga Kumuh

UU No.1 Tahun 2001 tentang perumahan dan kawasan permukiman menyebutkan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, tingkat kepadatan barang yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Permukiman kumuh terjadi karena masalah ekonomi dan erat kaitannya dengan masalah kesehatan, konsumsi pangan, keamanan, dan persoalan kesejahteraan lainnya. Susenas mendefinisikan rumah tangga kumuh berdasarkan pembobotan dengan kriteria ketahanan bangunan rendah, akses air minum tidak layak, sanitasi tidak layak, dan sufficient living area ≤ 7,2 m2.

Gambar 5.30 Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Tinggal di Rumah Tangga Kumuh menurut Tipe Daerah, 2016

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Berdasarkan hasil Susenas pada tahun 2016, persentase anak yang tinggal di rumah tangga kumuh sebesar 9,95 persen. Persentase anak di perdesaan yang tinggal di rumah tangga kumuh relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 13,16 persen berbanding 6,72 persen.

6,72

13,16

9,95

Tipe DaerahPerkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

94

95

96

97

Profil Anak Indonesia 2017

91

6

PENDIDIKAN ANAK

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan suatu keharusan bagi sebuah bangsa di era globalisasi. Pendidikan merupakan salah satu cara bagi peningkatan kualitas SDM tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal tersebut dimulai dengan pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan terutama pada tingkat dasar, serta peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan.

Salah satu cerminan kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan tingginya penduduk yang mampu memperoleh pendidikan. Hal ini secara jelas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan negara antara lain memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Anak merupakan subjek yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Mereka sebagai generasi penerus perjuangan bangsa yang akan menjadi pejuang menghadapi tantangan masa depan. Untuk itu, anak harus dibekali dengan pendidikan agar menjadi SDM yang berkualitas dan dapat bersaing dengan bangsa lain.

Dalam Konvensi Hak-Hak Anak Pasal 28 dinyatakan bahwa setiap negara di dunia melindungi dan melaksanakan hak-hak anak tentang pendidikan dengan mewujudkan wajib belajar pendidikan dasar bagi semua secara bebas. UUD 1945 juga mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, karenanya setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.

Setiap tanggal 27 Juli Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN). Tema HAN tahun 2017 yang diadakan di Pekanbaru adalah "Perlindungan Anak Dimulai dari Keluarga" dengan pesan utama "Saya Anak Indonesia, Saya Gembira". Pesan tersebut mengandung makna bahwa setiap anak Indonesia harus bahagia dan gembira sepenuhnya yang dapat diwujudkan dengan terpenuhinya hak-hak mereka termasuk

98

Profil Anak Indonesia 2017

92

hak dalam memeroleh pendidikan. Selain itu, dalam logo HAN 2017 menggambarkan figur anak perempuan dan anak laki-laki yang secara bersama-sama merangkai simbol nasionalisme (Bendera), intelektual dan akhlak mulia (Buku), serta cita-cita dan prestasi (Bintang). Logo tersebut bermakna sebagai generasi penerus harus memiliki nasionalisme, rasa cinta tanah air, solidaritas, kecerdasan, akhlak mulia, dan cita-cita yang tinggi. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat memengaruhi dalam mewujudkan hal-hal tersebut.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat). Melalui UU tersebut, pemerintah ingin memastikan bahwa seluruh anak dapat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Selain itu, sesuai dengan UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Definisi anak dalam penulisan profil anak tentang pendidikan menggunakan umur 5-17 tahun.

Gambaran mengenai pendidikan anak pada bab ini antara lain mencakup partisipasi sekolah, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), keikutsertaan Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) serta kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), angka buta huruf, angka putus sekolah, dan akses internet.

6.1 Partisipasi Sekolah

Partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Dengan indikator ini dapat dilihat seberapa besar akses penduduk pada kegiatan sekolah, antara lain ditunjukkan oleh persentase penduduk yang tidak pernah sekolah terhadap populasi penduduk secara keseluruhan. Partisipasi sekolah yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan aktivitas pendidikan formal maupun nonformal, apakah tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah atau tidak bersekolah lagi. Seseorang dengan status masih sekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs, pendidikan menengah yaitu

SMA/SMK/MA dan pendidikan tinggi yaitu PT) maupun pendidikan non formal (Paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag), dan Instansi lain yang terkait.

99

Profil Anak Indonesia 2017

93

Persentase penduduk yang masih sekolah dapat digunakan untuk mengukur tingkat perluasan kesempatan penduduk untuk memperoleh pendidikan di sekolah. Semakin tinggi persentase penduduk yang masih bersekolah menunjukkan semakin luasnya kesempatan penduduk memperoleh pendidikan, dan sebaliknya. Demikian pula halnya dengan tidak bersekolah lagi, semakin tinggi persentase penduduk usia sekolah yang tidak sekolah, menunjukkan bahwa besarnya akses dan kesempatan penduduk usia sekolah untuk memperoleh pendidikan belum cukup berarti.

Tabel 6.1 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah

Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan

Laki-laki 12,84 83,88 3,28 100,00 Perempuan 11,86 85,63 2,50 100,00 Laki-laki + Perempuan 12,36 84,74 2,90 100,00

Perdesaan Laki-laki 12,90 82,10 5,00 100,00 Perempuan 12,46 83,59 3,95 100,00 Laki-laki + Perempuan 12,69 82,82 4,49 100,00

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 12,87 82,98 4,15 100,00 Perempuan 12,17 84,60 3,23 100,00 Laki-laki + Perempuan 12,53 83,77 3,70 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 6.1 memberikan gambaran tentang partisipasi sekolah anak umur 5-17 tahun. Sebagian besar anak berumur 5-17 tahun berstatus masih bersekolah, yaitu 83,77 persen. Sisanya sebesar 3,70 persen anak berstatus tidak bersekolah lagi dan 12,53 persen yang tidak/belum bersekolah. Jika dilihat menurut tipe daerah, presentase anak umur 5-17 tahun yang berstatus masih bersekolah di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu 84,74 persen berbanding 82,82 persen. Sebaliknya anak yang tidak bersekolah lagi, persentase di perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 2,90 persen berbanding 4,49 persen. Kemudahan akses pendidikan, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di

Profil Anak Indonesia 2017

92

hak dalam memeroleh pendidikan. Selain itu, dalam logo HAN 2017 menggambarkan figur anak perempuan dan anak laki-laki yang secara bersama-sama merangkai simbol nasionalisme (Bendera), intelektual dan akhlak mulia (Buku), serta cita-cita dan prestasi (Bintang). Logo tersebut bermakna sebagai generasi penerus harus memiliki nasionalisme, rasa cinta tanah air, solidaritas, kecerdasan, akhlak mulia, dan cita-cita yang tinggi. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat memengaruhi dalam mewujudkan hal-hal tersebut.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 6 Ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat). Melalui UU tersebut, pemerintah ingin memastikan bahwa seluruh anak dapat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Selain itu, sesuai dengan UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Definisi anak dalam penulisan profil anak tentang pendidikan menggunakan umur 5-17 tahun.

Gambaran mengenai pendidikan anak pada bab ini antara lain mencakup partisipasi sekolah, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), keikutsertaan Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) serta kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), angka buta huruf, angka putus sekolah, dan akses internet.

6.1 Partisipasi Sekolah

Partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Dengan indikator ini dapat dilihat seberapa besar akses penduduk pada kegiatan sekolah, antara lain ditunjukkan oleh persentase penduduk yang tidak pernah sekolah terhadap populasi penduduk secara keseluruhan. Partisipasi sekolah yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan aktivitas pendidikan formal maupun nonformal, apakah tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah atau tidak bersekolah lagi. Seseorang dengan status masih sekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs, pendidikan menengah yaitu

SMA/SMK/MA dan pendidikan tinggi yaitu PT) maupun pendidikan non formal (Paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag), dan Instansi lain yang terkait.

100

Profil Anak Indonesia 2017

94

perkotaan yang lebih lengkap dan memadai dibandingkan dengan di perdesaan diduga menjadi penyebab perbedaan tersebut.

Tabel 6.1 juga menyajikan partisipasi sekolah anak umur 5-17 tahun menurut jenis kelamin. Anak perempuan memiliki akses pendidikan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari persentase anak perempuan yang masih bersekolah sebesar 84,60 persen, lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, yaitu 82,98 persen. Sebaliknya, persentase anak perempuan yang tidak bersekolah lagi sebesar 12,17 persen dan tidak/belum bersekolah lagi sebesar 3,23 persen lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki. Persentase anak laki-laki yang tidak/belum bersekolah sebesar 12,87 persen dan anak laki-laki yang tidak bersekolah lagi sebesar 4,15 persen. Pola yang sama juga terjadi di perkotaan maupun di perdesaan.

Tabel 6.2 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2016

Kelompok Umur

Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

5 – 6 75,02 24,90 0,08 100,00

7 – 12 0,75 99,09 0,16 100,00

13 – 15 0,66 94,88 4,46 100,00

16 – 17 0,75 80,34 18,91 100,00

5 – 17 12,53 83,77 3,70 100,00

7 – 17 0,73 94,89 4,39 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Faktor demografis lain yang memengaruhi akses penduduk pada pendidikan adalah umur. Semakin tua kelompok umur semakin rendah tingkat partisipasi sekolahnya. Tabel 6.2 menyajikan persentase anak berumur 5-17 tahun menurut kelompok umur dan partisipasi sekolah. Pada Tabel 6.2 terlihat bahwa persentase anak yang masih bersekolah pada kelompok usia SD/sederajat (7-12 tahun) sebesar 99,09 persen, kelompok usia SMP/sederajat (13-15 tahun) sebesar 94,88 persen, dan pada kelompok usia SM/sederajat (16-17 tahun) sebesar 90,34 persen. Ternyata pada usia 5-6 tahun sudah ada 0,08 persen anak yang statusnya tidak bersekolah lagi.

101

Profil Anak Indonesia 2017

95

Perkembangan beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan orangtua menyekolahkan anaknya pada usia yang masih muda atau sebelum usia sekolah, yaitu tujuh tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.2 dimana anak berumur 5-6 tahun yang bersekolah sebesar 24,90 persen. Sementara itu, pada kelompok umur 7-17 tahun yang merupakan kelompok usia sekolah, masih ada 0,73 persen anak yang tidak/belum sekolah dan sebesar 4,39 persen yang tidak bersekolah lagi. Selanjutnya pada usia 16-17 tahun adalah usia anak paling banyak tidak bersekolah lagi.

Jika diamati per provinsi (Tabel L-6.1.3), persentase anak usia 5-17 tahun yang masih bersekolah lebih dari 80 persen, kecuali Provinsi Papua yang hanya mencapai 67,72 persen. Sama halnya dengan anak berumur 7-17 tahun yang berstatus masih sekolah. Persentase per provinsi lebih dari 90 persen kecuali Provinsi Papua, yaitu 78,17 (Tabel L-6.2.3).

Tabel 6.3 Persentase Anak Usia Sekolah Dasar yang Tidak Bersekolah di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015

Negara Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam - - - - - -

Filipina - - - 3,25 - -

Indonesia 3,19 3,65 4,56 6,71 7,12 9,43

Kamboja 6,72 2,48 2,59 - 5,29 5,07

Laos 5,85 6,01 6,21 4,63 4,88 7,29

Malaysia 3,43 3,28 2,29 1,18 1,63 1,91

Myanmar 12,25 - - - 5,47 -

Singapura - - - - - -

Thailand - - - - 7,61 9,19

Vietnam 1,86 0,60 1,80 1,89 - -

Sumber : World Bank, 2017 (http://data.worldbank.org/topic/education) Catatan :

- Data tidak tersedia

Tabel 6.3 menyajikan perbandingan persentase anak usia sekolah dasar yang tidak bersekolah di negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Dalam tabel ini, anak usia sekolah dasar yang tidak bersekolah adalah mereka yang tidak/belum bersekolah dan tidak bersekolah lagi. Anak usia sekolah dasar yang

Profil Anak Indonesia 2017

94

perkotaan yang lebih lengkap dan memadai dibandingkan dengan di perdesaan diduga menjadi penyebab perbedaan tersebut.

Tabel 6.1 juga menyajikan partisipasi sekolah anak umur 5-17 tahun menurut jenis kelamin. Anak perempuan memiliki akses pendidikan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari persentase anak perempuan yang masih bersekolah sebesar 84,60 persen, lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, yaitu 82,98 persen. Sebaliknya, persentase anak perempuan yang tidak bersekolah lagi sebesar 12,17 persen dan tidak/belum bersekolah lagi sebesar 3,23 persen lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki. Persentase anak laki-laki yang tidak/belum bersekolah sebesar 12,87 persen dan anak laki-laki yang tidak bersekolah lagi sebesar 4,15 persen. Pola yang sama juga terjadi di perkotaan maupun di perdesaan.

Tabel 6.2 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2016

Kelompok Umur

Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

5 – 6 75,02 24,90 0,08 100,00

7 – 12 0,75 99,09 0,16 100,00

13 – 15 0,66 94,88 4,46 100,00

16 – 17 0,75 80,34 18,91 100,00

5 – 17 12,53 83,77 3,70 100,00

7 – 17 0,73 94,89 4,39 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Faktor demografis lain yang memengaruhi akses penduduk pada pendidikan adalah umur. Semakin tua kelompok umur semakin rendah tingkat partisipasi sekolahnya. Tabel 6.2 menyajikan persentase anak berumur 5-17 tahun menurut kelompok umur dan partisipasi sekolah. Pada Tabel 6.2 terlihat bahwa persentase anak yang masih bersekolah pada kelompok usia SD/sederajat (7-12 tahun) sebesar 99,09 persen, kelompok usia SMP/sederajat (13-15 tahun) sebesar 94,88 persen, dan pada kelompok usia SM/sederajat (16-17 tahun) sebesar 90,34 persen. Ternyata pada usia 5-6 tahun sudah ada 0,08 persen anak yang statusnya tidak bersekolah lagi.

102

Profil Anak Indonesia 2017

96

masih bersekolah di pendidikan prasekolah dianggap belum bersekolah. Persentase anak usia sekolah dasar di Indonesia pada tahun 2015 yang tidak bersekolah sebesar 9,43 persen. Angka ini tertinggi dibandingkan Kamboja, Laos, Malaysia, dan Thailand. Di antara lima negara tersebut, Malaysia memiliki persentase terendah yaitu 1,91 persen.

Di beberapa negara anggota ASEAN, persentase anak usia sekolah dasar yang tidak bersekolah mengalami kenaikan dari tahun 2010-2015, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, sekitar 3 dari 100 anak usia sekolah dasar tidak bersekolah, naik menjadi 9 dari 100 anak di tahun 2015.

6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)

Partisipasi penduduk usia sekolah dalam mengikuti pendidikan berdasarkan jenjang dan umur dapat diketahui melalui indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Kasar (APK). APS dikelompokkan menurut usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun dan 19-24 tahun. Sementara itu, APM dan APK dikelompokan menurut jenjang pendidikan SD, SMP, SM (SMA dan SMK) dan PT.

Konsep anak dalam publikasi ini adalah penduduk yang berusia sampai dengan 17 tahun. Oleh karena itu kelompok umur yang digunakan pada perhitungan APS menyesuaikan dengan kelompok umur anak yaitu 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun. Sedangkan untuk APK dan APM, khususnya pada kelompok SM mengikuti konsep Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yaitu menggunakan kelompok usia 16-18 tahun. Hal ini dilakukan agar interpretasi yang digunakan dalam publikasi ini sama dengan yang dikeluarkan oleh Kemdikbud.

6.2.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sama. Misalnya APS 7-12 tahun berarti menunjukkan angka partisipasi penduduk berumur 7-12 tahun yang masih bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan. APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah dan sebagai indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. APS yang tinggi menunjukkan

103

Profil Anak Indonesia 2017

97

99,0593,82

78,67

94,3099,12 95,98

82,12

95,5099,09 94,88

80,34

94,89

7 – 12 13 – 15 16 – 17 7 – 17Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum. Pada kelompok umur mana peluang tersebut terjadi dapat dilihat dari besarnya APS pada setiap kelompok umur.

Indikator ini tidak memperhitungkan jenjang pendidikan, lembaga, maupun kualitas pendidikan yang sedang ditempuh. Kegiatan bersekolah tidak saja di jalur formal akan tetapi juga termasuk bersekolah di jalur non formal. Sejak Tahun 2009, Pendidikan Non Formal turut diperhitungkan, seperti paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/MA.

Gambar 6.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Gambar 6.1 menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) anak berumur 7-17 tahun menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Dari hasil Susenas 2016, APS 7-12 tahun tercatat sebesar 99,09 persen. Artinya, dari 100 anak usia 7-12 tahun, ada sekitar 99 anak yang masih bersekolah. Sementara itu, APS 13-15 tahun tercatat sebesar 94,88 persen dan APS 16-17 tahun sebesar 80,34 persen. Semakin tinggi kelompok umur, persentase anak yang bersekolah semakin menurun. Kondisi ini terjadi baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Secara umum APS anak perempuan selalu lebih tinggi dibandingkan APS anak laki-laki untuk semua kelompok umur.

Profil Anak Indonesia 2017

96

masih bersekolah di pendidikan prasekolah dianggap belum bersekolah. Persentase anak usia sekolah dasar di Indonesia pada tahun 2015 yang tidak bersekolah sebesar 9,43 persen. Angka ini tertinggi dibandingkan Kamboja, Laos, Malaysia, dan Thailand. Di antara lima negara tersebut, Malaysia memiliki persentase terendah yaitu 1,91 persen.

Di beberapa negara anggota ASEAN, persentase anak usia sekolah dasar yang tidak bersekolah mengalami kenaikan dari tahun 2010-2015, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, sekitar 3 dari 100 anak usia sekolah dasar tidak bersekolah, naik menjadi 9 dari 100 anak di tahun 2015.

6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)

Partisipasi penduduk usia sekolah dalam mengikuti pendidikan berdasarkan jenjang dan umur dapat diketahui melalui indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Kasar (APK). APS dikelompokkan menurut usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun dan 19-24 tahun. Sementara itu, APM dan APK dikelompokan menurut jenjang pendidikan SD, SMP, SM (SMA dan SMK) dan PT.

Konsep anak dalam publikasi ini adalah penduduk yang berusia sampai dengan 17 tahun. Oleh karena itu kelompok umur yang digunakan pada perhitungan APS menyesuaikan dengan kelompok umur anak yaitu 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun. Sedangkan untuk APK dan APM, khususnya pada kelompok SM mengikuti konsep Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yaitu menggunakan kelompok usia 16-18 tahun. Hal ini dilakukan agar interpretasi yang digunakan dalam publikasi ini sama dengan yang dikeluarkan oleh Kemdikbud.

6.2.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sama. Misalnya APS 7-12 tahun berarti menunjukkan angka partisipasi penduduk berumur 7-12 tahun yang masih bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan. APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah dan sebagai indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. APS yang tinggi menunjukkan

104

Profil Anak Indonesia 2017

98

99,47 96,0085,56

96,1998,7293,79

74,90

93,6099,09 94,88

80,34

94,89

7 – 12 13 – 15 16 – 17 7 – 17

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Jika dilihat menurut tipe daerah (Gambar 6.2), terdapat perbedaan antara APS anak yang tinggal di perkotaan dengan perdesaan. APS anak usia 7-17 tahun di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan yaitu sebesar 96,19 persen berbanding 93,60 persen. Hal ini juga terjadi pada setiap kelompok umur, APS perkotaan berada di atas APS perdesaan. Kondisi ini menggambarkan penduduk di perkotaan memiliki kesempatan yang lebih besar dalam memperoleh pendidikan dibanding di perdesaan. Hal ini diduga karena lebih banyak jumlah sekolah di daerah perkotaan dan akses transportasi yang lebih mudah.

Secara umum, di setiap provinsi di Indonesia, semakin tinggi kelompok umur semakin rendah persentase anak yang bersekolah di provinsi tersebut (Tabel L-6.3.3). Menurut jenis kelamin, secara umum APS anak perempuan lebih tinggi dibanding dengan anak laki-laki untuk masing-masing kelompok umur.

Gambar 6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

6.2.2 Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. APM menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang

105

Profil Anak Indonesia 2017

99

96,96

76,13

58,37

96,67

79,85

61,61

96,82

77,95

59,95

SD SMP SMLaki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

pendidikannya. Misalnya, APM SD yang merupakan proporsi jumlah murid SD/MI/Paket A yang berusia 7 – 12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7–12 tahun. Jika APM sama dengan 100, berarti seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah sesuai dengan jenjang sekolahnya.

Gambar 6.3 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan : Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

Gambar 6.3 menunjukkan APM anak menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin. Pada tahun 2016, pencapaian APM SD sebesar 96,82 persen, APM SMP sebesar 77,95 persen, dan APM SM sebesar 59,95 persen. Berdasarkan jenjang pendidikan, terlihat bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin rendah APM. Hal ini terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan.

Pada jenjang pendidikan SD/sederajat, APM anak laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, yaitu 96,96 persen berbanding 96,67 persen. Sementara itu untuk jenjang lainnya (SMP/sederajat dan SM/sederajat), APM anak perempuan lebih tinggi dibandingkan APM anak laki-laki. Menurut tipe daerah tempat tinggal, APM anak yang tinggal di perkotaan lebih tinggi dibanding dengan di perdesaan, kecuali pada jenjang pendidikan SD dimana persentasenya relatif sama (Gambar 6.4). Seperti halnya APS, kesenjangan APM juga semakin tinggi sejalan dengan semakin meningkatnya jenjang pendidikan. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kesempatan bersekolah antara anak di perkotaan dibanding dengan di perdesaan.

Profil Anak Indonesia 2017

98

99,47 96,0085,56

96,1998,7293,79

74,90

93,6099,09 94,88

80,34

94,89

7 – 12 13 – 15 16 – 17 7 – 17

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Jika dilihat menurut tipe daerah (Gambar 6.2), terdapat perbedaan antara APS anak yang tinggal di perkotaan dengan perdesaan. APS anak usia 7-17 tahun di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan yaitu sebesar 96,19 persen berbanding 93,60 persen. Hal ini juga terjadi pada setiap kelompok umur, APS perkotaan berada di atas APS perdesaan. Kondisi ini menggambarkan penduduk di perkotaan memiliki kesempatan yang lebih besar dalam memperoleh pendidikan dibanding di perdesaan. Hal ini diduga karena lebih banyak jumlah sekolah di daerah perkotaan dan akses transportasi yang lebih mudah.

Secara umum, di setiap provinsi di Indonesia, semakin tinggi kelompok umur semakin rendah persentase anak yang bersekolah di provinsi tersebut (Tabel L-6.3.3). Menurut jenis kelamin, secara umum APS anak perempuan lebih tinggi dibanding dengan anak laki-laki untuk masing-masing kelompok umur.

Gambar 6.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

6.2.2 Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. APM menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang

106

Profil Anak Indonesia 2017

100

96,98

79,73

65,55

96,66

76,23

54,04

96,82

77,95

59,95

SD SMP SM

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Gambar 6.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan : Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

6.2.3 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. APK bertujuan untuk menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Nilai APK bisa lebih dari 100 persen karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan (misal anak bersekolah di SD berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun). Jika nilai APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya. APK SD adalah persentase jumlah penduduk yang sedang sekolah di SD/sederajat terhadap jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun.

Gambar 6.5 menunjukkan APK anak menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin. Dari hasil Susenas 2016 diperoleh APK SD/sederajat sebesar 109,31 persen, APK SMP/sederajat sebesar 90,12 persen dan APK SM/sederajat sebesar 80,89

107

Profil Anak Indonesia 2017

101

109,93

88,9180,51

108,66

91,3881,29

109,31

90,1280,89

SD SMP SM

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

persen. Penurunan APK pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi sejalan dengan kecenderungan penurunan APS dan APM pada usia atau jenjang yang semakin tinggi.

Gambar 6.5 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan : Pembagi APK SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

Nilai APK SD/sederajat sebesar 109,31 persen menunjukkan bahwa dari keseluruhan siswa yang bersekolah pada jenjang SD/sederajat di tahun 2016, ada sekitar 9,31 persen anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan atau lebih dari 12 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang masih sekolah di SD/sederajat selain mencakup anak yang berusia 7 – 12 tahun, juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan atau lebih dari 12 tahun. Dengan kata lain terdapat anak yang terlambat masuk sekolah atau tinggal kelas pada jenjang SD/sederajat atau sebaliknya terdapat anak yang terlalu dini untuk bersekolah SD/sederajat.

Dilihat menurut jenis kelamin, APK laki-laki pada jenjang pendidikan SD/sederajat terlihat sedikit lebih tinggi dibanding APK anak perempuan, yaitu 109,93 persen berbanding 108,66 persen. Keadaan sebaliknya terjadi pada jenjang pendidikan SMP/sederajat, dimana APK anak perempuan 2,47 persen lebih tinggi dibanding APK anak laki-laki. Sementara itu pada jenjang pendidikan SM/sederajat APK anak perempuan terlihat sedikit lebih tinggi disbanding APK anak laki-laki.

Profil Anak Indonesia 2017

100

96,98

79,73

65,55

96,66

76,23

54,04

96,82

77,95

59,95

SD SMP SM

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Gambar 6.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan : Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

6.2.3 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. APK bertujuan untuk menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Nilai APK bisa lebih dari 100 persen karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan (misal anak bersekolah di SD berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun). Jika nilai APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya. APK SD adalah persentase jumlah penduduk yang sedang sekolah di SD/sederajat terhadap jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun.

Gambar 6.5 menunjukkan APK anak menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin. Dari hasil Susenas 2016 diperoleh APK SD/sederajat sebesar 109,31 persen, APK SMP/sederajat sebesar 90,12 persen dan APK SM/sederajat sebesar 80,89

108

Profil Anak Indonesia 2017

102

107,85

90,71 88,14

110,72

89,55

73,24

109,31

90,1280,89

SD SMP SM

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Gambar 6.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan : Pembagi APK SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

Apabila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal (Gambar 6.6) terlihat bahwa APK anak di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan, kecuali APK SD/sederajat. APK SD di perdesaan sebesar 110,72 persen dan di perkotaan sebesar 107,85 persen, sedangkan APK SMP/sederajat di daerah perkotaan sebesar 90,71 persen dan APK SM/sederajat sebesar 88,14 persen, serta APK SMP/sederajat di perdesaan sebesar 89,55 persen dan APK SM/sederajat sebesar 73,24 persen.

109

Profil Anak Indonesia 2017

103

6.2.4 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) di Negara-negara Anggota ASEAN

Banyaknya perbedaan mendasar dalam sistem pendidikan antar negara menjadi salah satu kendala terbesar dalam upaya peningkatan jaminan kualitas pendidikan di ASEAN. Ada negara dengan kualitas pendidikan sangat baik bahkan menjadi salah satu yang terbaik di dunia dan ada pula yang sebaliknya. Selain itu, tantangan lainnya untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi adalah beragamnya kemampuan dan keberadaan fasilitas lokal di masing-masing negara.

Tabel 6.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak dalam Pendidikan Sekolah Dasar di Negara-

negara Anggota ASEAN, 2010-2015

Negara Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam - - - - - -

Filipina - - - 95,98 - -

Indonesia 93,80 93,27 92,36 90,15 89,72 89,74

Kamboja 93,28 97,52 97,41 - 94,71 94,93

Laos 94,15 93,99 93,79 95,37 95,12 92,71

Malaysia 96,57 96,72 97,71 98,82 98,37 98,09

Myanmar 87,75 - - - 94,53 -

Singapura - - - - - -

Thailand - - - - 92,36 90,76

Vietnam 98,01 99,32 98,06 97,97 - -

Sumber : World Bank, 2017 (http://data.worldbank.org/topic/education)

Catatan : - Data tidak tersedia

Kualitas pendidikan sejatinya adalah penopang sosial ekonomi suatu negara. Dalam sub bab ini akan dapat dilihat seperti apa pendidikan di sejumlah negara ASEAN yang merupakan negara-negara tetangga Indonesia. Tabel 6.4 menunjukkan perbandingan APM dalam pendidikan sekolah dasar di negara-negara anggota ASEAN. Berdasarkan data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2015, tingkat keikutsertaan anak dalam sekolah dasar di lima negara

Profil Anak Indonesia 2017

102

107,85

90,71 88,14

110,72

89,55

73,24

109,31

90,1280,89

SD SMP SM

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Gambar 6.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Jenjang Pendidikan dan Tipe Daerah, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan : Pembagi APK SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

Apabila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal (Gambar 6.6) terlihat bahwa APK anak di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan, kecuali APK SD/sederajat. APK SD di perdesaan sebesar 110,72 persen dan di perkotaan sebesar 107,85 persen, sedangkan APK SMP/sederajat di daerah perkotaan sebesar 90,71 persen dan APK SM/sederajat sebesar 88,14 persen, serta APK SMP/sederajat di perdesaan sebesar 89,55 persen dan APK SM/sederajat sebesar 73,24 persen.

110

Profil Anak Indonesia 2017

104

ASEAN mencapai di atas 90 persen, kecuali Indonesia 89,74 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 89,72 persen.

Secara umum, dari tahun 2010-2015, beberapa APM negara anggota ASEAN mengalami kenaikan, namun ada juga yang mengalami penurunan. Malaysia menjadi negara dengan APM sekolah dasar paling tinggi di tahun 2015 dibanding Indonesia, Kamboja, Laos, dan Thailand.

Tabel 6.5 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak dalam Pendidikan Sekolah Menengah di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015

Negara Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam 90,22 90,85 92,86 90,88 87,03 84,77

Filipina - - - 67,44 - -

Indonesia 66,75 73,01 74,14 75,23 75,02 75,52

Kamboja - - - - - -

Laos 39,26 39,88 42,52 45,77 50,83 54,30

Malaysia 66,41 65,60 67,67 67,46 68,00 68,54

Myanmar 45,06 - - - 48,26 -

Singapura - - - - - -

Thailand 78,22 81,75 79,60 - 83,65 82,62

Vietnam - - - - - -

Sumber : World Bank, 2017 (http://data.worldbank.org/topic/education)

Catatan : - Data tidak tersedia

Tabel 6.5 menyajikan APM anak dalam pendidikan sekolah menengah di negara-negara anggota ASEAN. Sekolah menengah dalam tabel ini merupakan gabungan dari SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Pada tahun 2015, di antara lima negara, Brunei Darussalam menjadi negara dengan APM sekolah menengah paling tinggi, yaitu 84,77 persen dibanding Indonesia, Laos, Malaysia dan Thailand. Sedangkan negara dengan APM paling rendah adalah Laos, yaitu 54,30 persen.

111

Profil Anak Indonesia 2017

105

Beberapa negara mengalami kenaikan APM sekolah menengah dari tahun 2010-2015, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, APM sekolah menengah di Indonesia sebesar 66,75 persen dan naik menjadi 75,52 persen pada tahun 2015.

Jika dibandingkan antar jenjang pendidikan, yaitu Tabel 6.4 dan Tabel 6.5, APM sekolah menengah lebih rendah dibanding dengan APM sekolah dasar. Di Laos, APM anak pada pendidikan sekolah dasar sebesar 92,71 persen sedangkan APM sekolah menengah hanya sebesar 54,30 persen.

Tabel 6.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak dalam Pendidikan Sekolah Dasar di Negara-

negara Anggota ASEAN, 2010-2015

Negara Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam 107,13 107,41 106,78 107,45 107,44 108,14

Filipina - - - 116,82 - -

Indonesia 108,66 108,64 108,69 106,34 105,74 105,85

Kamboja 123,39 121,70 121,35 123,01 116,39 116,66

Laos 122,92 121,65 120,07 118,86 116,34 111,35

Malaysia 100,11 100,73 101,87 103,40 102,77 101,79

Myanmar 96,72 - - - 99,66 -

Singapura - - - - - -

Thailand 96,10 96,63 97,48 97,90 103,69 102,73

Vietnam 105,09 106,50 106,96 107,52 109,35 108,88

Sumber : World Bank, 2017 (http://data.worldbank.org/topic/education)

Catatan : - Data tidak tersedia

APK anak dalam pendidikan sekolah dasar di negara-negara anggota ASEAN

disajikan pada Tabel 6.6. Berdasarkan data UNESCO, di Kamboja, ada sekitar 16 anak di luar usia SD yang bersekolah di SD/sederajat. Di antara 16 anak tersebut, ada yang seharusnya belum bersekolah atau seharusnya sudah di jenjang selanjutnya. Angka tersebut adalah yang paling tinggi di antara enam negara lainnya di tahun 2015. Untuk Indonesia, APK SD berdasarkan data UNESCO tahun 2015 sebesar 105, 85 persen.

Profil Anak Indonesia 2017

104

ASEAN mencapai di atas 90 persen, kecuali Indonesia 89,74 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 89,72 persen.

Secara umum, dari tahun 2010-2015, beberapa APM negara anggota ASEAN mengalami kenaikan, namun ada juga yang mengalami penurunan. Malaysia menjadi negara dengan APM sekolah dasar paling tinggi di tahun 2015 dibanding Indonesia, Kamboja, Laos, dan Thailand.

Tabel 6.5 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak dalam Pendidikan Sekolah Menengah di Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015

Negara Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam 90,22 90,85 92,86 90,88 87,03 84,77

Filipina - - - 67,44 - -

Indonesia 66,75 73,01 74,14 75,23 75,02 75,52

Kamboja - - - - - -

Laos 39,26 39,88 42,52 45,77 50,83 54,30

Malaysia 66,41 65,60 67,67 67,46 68,00 68,54

Myanmar 45,06 - - - 48,26 -

Singapura - - - - - -

Thailand 78,22 81,75 79,60 - 83,65 82,62

Vietnam - - - - - -

Sumber : World Bank, 2017 (http://data.worldbank.org/topic/education)

Catatan : - Data tidak tersedia

Tabel 6.5 menyajikan APM anak dalam pendidikan sekolah menengah di negara-negara anggota ASEAN. Sekolah menengah dalam tabel ini merupakan gabungan dari SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Pada tahun 2015, di antara lima negara, Brunei Darussalam menjadi negara dengan APM sekolah menengah paling tinggi, yaitu 84,77 persen dibanding Indonesia, Laos, Malaysia dan Thailand. Sedangkan negara dengan APM paling rendah adalah Laos, yaitu 54,30 persen.

112

Profil Anak Indonesia 2017

106

Jika dibandingkan dengan tahun 2010, APK SD di Indonesia pada tahun 2015 lebih rendah 2,81 persen. Beberapa negara juga mengalami hal yang sama, yaitu penurunan APK SD dari tahun 2010-2015. Sebaliknya, ada juga beberapa negara yang mengalami kenaikan APK SD, misalnya Thailand, dari 96,10 persen tahun 2010 menjadi 102,73 persen di tahun 2015.

Tabel 6.7 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak dalam Pendidikan Sekolah Menengah di

Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015

Negara Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam 99,24 101,08 105,71 104,35 99,12 96,08

Filipina - - - 88,39 - -

Indonesia 76,54 79,21 80,41 82,49 82,47 85,84

Kamboja - - - - - -

Laos 46,12 44,90 47,83 51,74 57,24 61,70

Malaysia 66,88 66,51 69,61 69,74 77,75 77,57

Myanmar 48,14 - - - 51,30 -

Singapura - - - - - -

Thailand 83,62 87,44 87,12 86,21 127,73 129,00

Vietnam - - - - - -

Sumber : World Bank, 2017 (http://data.worldbank.org/topic/education)

Catatan : - Data tidak tersedia

Sama halnya dengan APM sekolah menengah pada Tabel 6.5, APK sekolah

menengah pada Tabel 6.7 juga mencakup SMP/sederajat dan SM/sederajat. Jika dibandingkan dengan APK SD (Tabel 6.6), APK sekolah menengah (Tabel 6.7) lebih rendah, kecuali Thailand untuk data tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2015, APK SD di Thailand sebesar 102,73 persen sedangkan APK sekolah menengah sebesar 129,00 persen.

113

Profil Anak Indonesia 2017

107

6.3 Program Indonesia Pintar atau Bantuan Siswa Miskin

Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah program nasional yang bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa miskin berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu mereka memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk kembali bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, mendukung program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (bahkan hingga tingkat menengah atas), serta membantu kelancaran program sekolah.

Melalui Program BSM diharapkan anak usia sekolah dari rumah-tangga/keluarga miskin dapat terus bersekolah, tidak putus sekolah, dan di masa depan diharapkan mereka dapat memutus rantai kemiskinan yang saat ini dialami orangtuanya. Program BSM juga mendukung komitmen pemerintah untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan di kabupaten/kota miskin dan terpencil serta pada kelompok marjinal.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang mampu serta mendorong keberlanjutan pendidikan anak dari keluarga kurang mampu, pemerintah memperluas cakupan pemberian bantuan tunai pendidikan melalui Program Indonesia Pintar (PIP). Dengan cakupan yang lebih luas, pemerintah berusaha menjangkau anak putus sekolah dari keluarga kurang mampu agar mau kembali melanjutkan pendidikannya. PIP merupakan bagian dari penyempurnaan program BSM.

PIP bertujuan untuk membantu anak usia sekolah dari keluarga miskin melanjutkan sekolah sampai lulus dari jenjang pendidikan menengah, serta membantu anak-anak yang putus sekolah dapat kembali bersekolah. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Bersama Antara Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Nomor 07/D/BP/2017, serta Nomor 02/MPK.C/PM/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Indonesia Pintar tahun 2017.

Prioritas sasaran penerima manfaat PIP yang dijelaskan dalam Peraturan Bersama tersebut adalah peserta didik berusia 6 sampai dengan 21 tahun yang memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) berasal dari keluarga miskin/rentan miskin, dan/atau dengan pertimbangan khusus seperti berasal dari keluarga peserta Program Keluarga Harapan (PKH), keluarga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan peserta didik yang berstatus yatim piatu/yatim/piatu dari sekolah/panti sosial/panti asuhan. Kemudian juga, peserta didik yang terkena dampak bencana alam, peserta didik inklusi, korban musibah, dari orang tua PHK, di daerah konflik, dari keluarga

Profil Anak Indonesia 2017

106

Jika dibandingkan dengan tahun 2010, APK SD di Indonesia pada tahun 2015 lebih rendah 2,81 persen. Beberapa negara juga mengalami hal yang sama, yaitu penurunan APK SD dari tahun 2010-2015. Sebaliknya, ada juga beberapa negara yang mengalami kenaikan APK SD, misalnya Thailand, dari 96,10 persen tahun 2010 menjadi 102,73 persen di tahun 2015.

Tabel 6.7 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak dalam Pendidikan Sekolah Menengah di

Negara-negara Anggota ASEAN, 2010-2015

Negara Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Brunei Darussalam 99,24 101,08 105,71 104,35 99,12 96,08

Filipina - - - 88,39 - -

Indonesia 76,54 79,21 80,41 82,49 82,47 85,84

Kamboja - - - - - -

Laos 46,12 44,90 47,83 51,74 57,24 61,70

Malaysia 66,88 66,51 69,61 69,74 77,75 77,57

Myanmar 48,14 - - - 51,30 -

Singapura - - - - - -

Thailand 83,62 87,44 87,12 86,21 127,73 129,00

Vietnam - - - - - -

Sumber : World Bank, 2017 (http://data.worldbank.org/topic/education)

Catatan : - Data tidak tersedia

Sama halnya dengan APM sekolah menengah pada Tabel 6.5, APK sekolah

menengah pada Tabel 6.7 juga mencakup SMP/sederajat dan SM/sederajat. Jika dibandingkan dengan APK SD (Tabel 6.6), APK sekolah menengah (Tabel 6.7) lebih rendah, kecuali Thailand untuk data tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2015, APK SD di Thailand sebesar 102,73 persen sedangkan APK sekolah menengah sebesar 129,00 persen.

114

Profil Anak Indonesia 2017

108

terpidana, berada di lembaga pemasyarakatan (LAPAS), memiliki lebih dari tiga saudara yang tinggal serumah, peserta pada lembaga kursus atau satuan pendidikan nonformal lainnya, dan peserta didik SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang pertanian, peternakan, kehutanan, dan pelayaran/kemaritiman.

Peserta didik yang mendapat KIP akan diberikan dana tunai dari pemerintah secara reguler yang tersimpan dalam fungsi kartu KIP untuk bersekolah secara gratis tanpa biaya. Program KIP sendiri akan ditujukan pada 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia yang memiliki anak usia sekolah 7 hingga 18 tahun baik yang telah terdaftar maupun yang belum terdaftar di sekolah maupun madrasah. Dengan program KIP ini diharapkan angka putus sekolah bisa turun dengan drastis.

Selain menghindari anak putus sekolah, program KIP ini juga dibuat untuk bisa menarik kembali siswa yang telah putus sekolah agar kembali bersekolah. Bukan hanya tentang biaya administrasi sekolah, program ini juga bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran. Lebih luas lagi, program dalam KIP ini juga sangat mendukung untuk mewujudkan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah Universal/Wajib Belajar 12 Tahun.

Tabel 6.8 Persentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Memperoleh PIP/BSM Total

PIP BSM Tidak

keduanya (1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan Laki-laki 9,90 6,97 83,13 100,00 Perempuan 9,92 7,50 82,58 100,00 Laki-laki + Perempuan 9,91 7,23 82,86 100,00

Perdesaan Laki-laki 14,21 12,07 73,72 100,00 Perempuan 14,65 13,02 72,33 100,00 Laki-laki + Perempuan 14,42 12,53 73,05 100,00

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 12,06 9,53 78,41 100,00 Perempuan 12,25 10,22 77,53 100,00 Laki-laki + Perempuan 12,16 9,87 77,98 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

115

Profil Anak Indonesia 2017

109

Tabel 6.8 menyajikan persentase anak usia 7-17 tahun yang memperoleh PIP atau BSM menurut tipe daerah dan jenis kelamin. Dari 100 anak usia 7-17 tahun di Indonesia, ada sekitar 12 anak yang memperoleh PIP dan sekitar 10 anak memperoleh BSM. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, persentase anak laki-laki dan perempuan yang memperoleh PIP atau BSM relatif sama. Sedangkan jika dibandingkan menurut tipe daerah, persentase anak usia 7-17 tahun yang memperoleh PIP atau BSM di perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan di perkotaan.

Tabel 6.9 Persentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Memiliki KIP

Total Ya Tidak

(1) (2) (3) (4) Perkotaan

Laki-laki 89,01 10,99 100,00 Perempuan 89,35 10,65 100,00 Laki-laki + Perempuan 89,18 10,82 100,00

Perdesaan Laki-laki 92,72 7,28 100,00 Perempuan 91,71 8,29 100,00 Laki-laki + Perempuan 92,22 7,78 100,00

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 91,20 8,80 100,00 Perempuan 90,74 9,26 100,00 Laki-laki + Perempuan 90,97 9,03 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

Tabel 6.9 menunjukkan persentase anak usia 7-17 tahun yang memperoleh PIP menurut kepemilikan KIP, tipe daerah dan jenis kelamin. Dari Tabel 6.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak yang memperoleh PIP adalah mereka yang memiliki KIP, yaitu sebesar 90,97 persen. Artinya dari 100 anak yang memperoleh PIP, sekitar 91

Profil Anak Indonesia 2017

108

terpidana, berada di lembaga pemasyarakatan (LAPAS), memiliki lebih dari tiga saudara yang tinggal serumah, peserta pada lembaga kursus atau satuan pendidikan nonformal lainnya, dan peserta didik SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang pertanian, peternakan, kehutanan, dan pelayaran/kemaritiman.

Peserta didik yang mendapat KIP akan diberikan dana tunai dari pemerintah secara reguler yang tersimpan dalam fungsi kartu KIP untuk bersekolah secara gratis tanpa biaya. Program KIP sendiri akan ditujukan pada 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia yang memiliki anak usia sekolah 7 hingga 18 tahun baik yang telah terdaftar maupun yang belum terdaftar di sekolah maupun madrasah. Dengan program KIP ini diharapkan angka putus sekolah bisa turun dengan drastis.

Selain menghindari anak putus sekolah, program KIP ini juga dibuat untuk bisa menarik kembali siswa yang telah putus sekolah agar kembali bersekolah. Bukan hanya tentang biaya administrasi sekolah, program ini juga bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran. Lebih luas lagi, program dalam KIP ini juga sangat mendukung untuk mewujudkan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah Universal/Wajib Belajar 12 Tahun.

Tabel 6.8 Persentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Memperoleh PIP/BSM Total

PIP BSM Tidak

keduanya (1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan Laki-laki 9,90 6,97 83,13 100,00 Perempuan 9,92 7,50 82,58 100,00 Laki-laki + Perempuan 9,91 7,23 82,86 100,00

Perdesaan Laki-laki 14,21 12,07 73,72 100,00 Perempuan 14,65 13,02 72,33 100,00 Laki-laki + Perempuan 14,42 12,53 73,05 100,00

Perkotaan + Perdesaan Laki-laki 12,06 9,53 78,41 100,00 Perempuan 12,25 10,22 77,53 100,00 Laki-laki + Perempuan 12,16 9,87 77,98 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

116

Profil Anak Indonesia 2017

110

anak diantaranya adalah anak yang memiliki KIP. Sedangkan 9 anak lain yang memperoleh PIP adalah anak dari keluarga miskin/rentan miskin dengan pertimbangan khusus atau anak SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, pelayaran, dan kemaritiman.

Tidak semua anak yang memperoleh manfaat PIP adalah anak yang memiliki KIP. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran utama PIP adalah peserta didik pemegang KIP, peserta didik dari keluarga miskin/rentan miskin dengan pertimbangan khusus, dan peserta didik SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, pelayaran, dan kemaritiman.

6.4 Angka Buta Huruf

Buta huruf adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Masih tingginya jumlah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis dapat berakibat pada rendahnya kualitas SDM. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberantasan buta huruf secara menyeluruh, serentak, dan terpadu dengan dilandasi semangat gotong royong dari seluruh elemen pemerintah dan masyarakat.

World Health Organization (WHO) menekankan bahwa pendidikan keaksaraan harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam reformasi ekonomi. Ini disebabkan karena kebutaaksaraan dapat menimbulkan efek negatif terhadap generasi kedua, lantaran seorang ibu yang buta aksara cenderung tidak mempunyai pengetahuan yang memadai terhadap kebutuhan anaknya, sehingga memengaruhi perkembangan anak termasuk intelektualnya.

Masalah buta huruf menjadi persoalan yang terjadi hampir di semua negara, khususnya negara berkembang yang erat kaitannya dengan kondisi kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan ketidakberdayaan masyarakatnya. Dalam rangka menangani permasalahan tersebut, badan dunia seperti UNESCO, UNICEF, WHO, World Bank dan badan-badan internasional lainnya melakukan kampanye dan sosialisasi pentingnya pemberantasan buta huruf di seluruh dunia. UNDP menjadikan angka melek huruf sebagai variabel dari empat indikator untuk menentukan Indeks Pembangunanan Manusia (IPM) suatu negara, di samping rata-rata lama pendidikan, rata-rata usia harapan hidup (indeks kesehatan) serta indeks perekonomian berupa pengeluaran perkapita.

117

Profil Anak Indonesia 2017

111

Tabel 6.10 Angka Buta Huruf Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis

Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah, 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Kelompok Usia Sekolah 5-17

5-6 7-12 13-15 16-17 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Perkotaan

Laki-laki 51,97 2,24 0,37 0,02 9,50

Perempuan 49,48 1,85 0,23 0,01 8,57

Laki-laki+Perempuan 50,78 2,05 0,30 0,02 9,04

Perdesaan

Laki-laki 67,80 5,62 0,85 0,26 13,70

Perempuan 61,71 4,57 0,50 0,47 12,32

Laki-laki+Perempuan 64,82 5,11 0,68 0,36 13,03

Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki 59,96 3,96 0,62 0,14 11,63

Perempuan 55,78 3,23 0,37 0,23 10,46

Laki-laki+Perempuan 57,94 3,60 0,50 0,19 11,06

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 6.10 menggambarkan angka buta huruf (ABH) anak usia 5-17 tahun. ABH merupakan proporsi anak usia 5-17 tahun yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya terhadap anak usia 5-17 tahun. Berdasarkan data Susenas 2016 ditemukan sebanyak 11,06 persen anak usia 5-17 tahun tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf. Tingginya angka buta huruf pada anak umur 5-17 tahun dikarenakan tingginya angka buta huruf pada kelompok umur muda (5-6 tahun) yang mencapai 58 persen.

Tingginya ABH pada kelompok umur muda bisa dipahami karena umumnya anak pada kelompok umur tersebut belum bersekolah sehingga kemampuan baca tulisnya juga masih rendah. Hal ini terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan di daerah perkotaan maupun perdesaan. ABH anak umur 7-12 tahun sebesar 3,60 persen, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 0,50 persen, dan kelompok umur 16-17 sebesar 0,19 persen.

Profil Anak Indonesia 2017

110

anak diantaranya adalah anak yang memiliki KIP. Sedangkan 9 anak lain yang memperoleh PIP adalah anak dari keluarga miskin/rentan miskin dengan pertimbangan khusus atau anak SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, pelayaran, dan kemaritiman.

Tidak semua anak yang memperoleh manfaat PIP adalah anak yang memiliki KIP. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran utama PIP adalah peserta didik pemegang KIP, peserta didik dari keluarga miskin/rentan miskin dengan pertimbangan khusus, dan peserta didik SMK yang menempuh studi keahlian kelompok bidang pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, pelayaran, dan kemaritiman.

6.4 Angka Buta Huruf

Buta huruf adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Masih tingginya jumlah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis dapat berakibat pada rendahnya kualitas SDM. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberantasan buta huruf secara menyeluruh, serentak, dan terpadu dengan dilandasi semangat gotong royong dari seluruh elemen pemerintah dan masyarakat.

World Health Organization (WHO) menekankan bahwa pendidikan keaksaraan harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam reformasi ekonomi. Ini disebabkan karena kebutaaksaraan dapat menimbulkan efek negatif terhadap generasi kedua, lantaran seorang ibu yang buta aksara cenderung tidak mempunyai pengetahuan yang memadai terhadap kebutuhan anaknya, sehingga memengaruhi perkembangan anak termasuk intelektualnya.

Masalah buta huruf menjadi persoalan yang terjadi hampir di semua negara, khususnya negara berkembang yang erat kaitannya dengan kondisi kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan ketidakberdayaan masyarakatnya. Dalam rangka menangani permasalahan tersebut, badan dunia seperti UNESCO, UNICEF, WHO, World Bank dan badan-badan internasional lainnya melakukan kampanye dan sosialisasi pentingnya pemberantasan buta huruf di seluruh dunia. UNDP menjadikan angka melek huruf sebagai variabel dari empat indikator untuk menentukan Indeks Pembangunanan Manusia (IPM) suatu negara, di samping rata-rata lama pendidikan, rata-rata usia harapan hidup (indeks kesehatan) serta indeks perekonomian berupa pengeluaran perkapita.

118

Profil Anak Indonesia 2017

112

Bila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal, persentase ABH anak berumur 5-17 tahun di perdesaan lebih besar dibandingkan di perkotaan (13,03 persen berbanding 9,04 persen). Berdasarkan jenis kelamin, angka buta huruf anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (11,63 persen berbanding 10,46 persen). Pola ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan.

Angka buta huruf per provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel L-6.8.1 – Tabel L-6.8.3. Provinsi dengan ABH paling tinggi adalah Provinsi Papua sebesar 30,66 persen. Sedangkan provinsi dengan ABH terendah adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 7,94 persen.

6.5 Angka Putus Sekolah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar. Pemerintah pusat dan daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pencanangan program wajib belajar dimulai pada tahun 1984, yaitu gerakan wajib belajar 6 tahun dan ditingkatkan menjadi wajib belajar 9 tahun pada tahun 1994. Program wajib belajar merupakan bagian dari kerangka aksi dasar pendidikan untuk semua yang telah disepakati secara global. Namun, tidaklah mudah untuk merealisasikan pendidikan khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun, karena pada kenyataannya masih banyak dijumpai anak-anak putus sekolah.

Dalam upaya penuntasan wajib belajar sembilan tahun, putus sekolah masih merupakan persoalan tersendiri yang perlu penanganan serius dalam mencapai pendidikan untuk semua. Putus sekolah didefinisikan sebagai seseorang yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan atau berhenti bersekolah dalam suatu jenjang pendidikan sehingga belum memiliki ijazah pada jenjang pendidikan tersebut. Angka putus sekolah dihitung untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang pendidikan dan untuk melihat keterjangkauan pendidikan maupun pemerataan pendidikan pada masing-masing kelompok umur.

Angka putus sekolah merupakan proporsi anak menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Gambar 6.7 menyajikan angka putus sekolah anak berumur 7-17 tahun menurut tipe daerah dan jenis kelamin. Pada tahun 2016, sebanyak 1,47 persen anak usia 7-17 tahun yang putus sekolah. Hal ini menunjukkan dari 100 anak usia 7-17 tahun yang bersekolah, ada sekitar 2 anak yang putus sekolah.

119

Profil Anak Indonesia 2017

113

1,62

2,091,86

0,941,18

1,061,29

1,651,47

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

Bila dilihat menurut tipe daerah, persentase anak putus sekolah di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Anak di perdesaan yang putus sekolah tercatat sebesar 1,65 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 1,29 persen. Bila diperhatikan menurut jenis kelamin, anak laki-laki yang putus sekolah lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan baik di perdesaan maupun di perkotaan.

Gambar 6.7 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 6.11 memperlihatkan banyaknya anak putus sekolah menurut jenjang pendidikan. Angka putus sekolah paling tinggi pada jenjang SMP/sederajat sebesar 1,68 persen. Sementara itu angka putus sekolah pada jenjang SD/sederajat dan SM/sederajat sebesar 0,65 persen dan 1,43 persen.

Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, anak putus sekolah di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Lebih tingginya angka putus sekolah anak di perdesaan dibanding perkotaan terlihat pada seluruh jenjang pendidikan SD/sederajat, SMP/sederajat, maupun SM/sederajat.

Profil Anak Indonesia 2017

112

Bila diperhatikan menurut daerah tempat tinggal, persentase ABH anak berumur 5-17 tahun di perdesaan lebih besar dibandingkan di perkotaan (13,03 persen berbanding 9,04 persen). Berdasarkan jenis kelamin, angka buta huruf anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (11,63 persen berbanding 10,46 persen). Pola ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan.

Angka buta huruf per provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel L-6.8.1 – Tabel L-6.8.3. Provinsi dengan ABH paling tinggi adalah Provinsi Papua sebesar 30,66 persen. Sedangkan provinsi dengan ABH terendah adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 7,94 persen.

6.5 Angka Putus Sekolah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar. Pemerintah pusat dan daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pencanangan program wajib belajar dimulai pada tahun 1984, yaitu gerakan wajib belajar 6 tahun dan ditingkatkan menjadi wajib belajar 9 tahun pada tahun 1994. Program wajib belajar merupakan bagian dari kerangka aksi dasar pendidikan untuk semua yang telah disepakati secara global. Namun, tidaklah mudah untuk merealisasikan pendidikan khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun, karena pada kenyataannya masih banyak dijumpai anak-anak putus sekolah.

Dalam upaya penuntasan wajib belajar sembilan tahun, putus sekolah masih merupakan persoalan tersendiri yang perlu penanganan serius dalam mencapai pendidikan untuk semua. Putus sekolah didefinisikan sebagai seseorang yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan atau berhenti bersekolah dalam suatu jenjang pendidikan sehingga belum memiliki ijazah pada jenjang pendidikan tersebut. Angka putus sekolah dihitung untuk mengukur kemajuan pembangunan di bidang pendidikan dan untuk melihat keterjangkauan pendidikan maupun pemerataan pendidikan pada masing-masing kelompok umur.

Angka putus sekolah merupakan proporsi anak menurut kelompok usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Gambar 6.7 menyajikan angka putus sekolah anak berumur 7-17 tahun menurut tipe daerah dan jenis kelamin. Pada tahun 2016, sebanyak 1,47 persen anak usia 7-17 tahun yang putus sekolah. Hal ini menunjukkan dari 100 anak usia 7-17 tahun yang bersekolah, ada sekitar 2 anak yang putus sekolah.

120

Profil Anak Indonesia 2017

114

Tabel 6.11 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Jenjang Pendidikan

SD/ Sederajat

SMP/ Sederajat

SM/ Sederajat

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan

Laki-laki 0,78 1,96 1,19 Perempuan 0,42 0,91 0,74 Laki-laki+Perempuan 0,61 1,43 0,95

Perdesaan

Laki-laki 0,95 2,44 2,39 Perempuan 0,40 1,43 1,85 Laki-laki+Perempuan 0,68 1,93 2,11

Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki 0,87 2,20 1,69 Perempuan 0,41 1,17 1,19 Laki-laki+Perempuan 0,65 1,68 1,43

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Ada perbedaan yang signifikan antara angka putus sekolah anak laki-laki dan perempuan. Angka putus sekolah anak laki-laki pada jenjang pendidikan SD dan SMP dua kali lipat dibandingkan dengan anak perempuan. Pada jenjang SM angka putus sekolah anak laki-laki sebesar 1,69 persen dan perempuan sebesar 1,43 persen.

Angka putus sekolah per provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel L-6.9.3. Empat provinsi dengan angka putus sekolah tertinggi adalah Gorontalo sebesar 4,08 persen, Kepulauan Bangka Belitung 3,73 persen, Sulawesi Barat 3,43 persen, dan Kalimantan Utara 3,27 persen. Sementara itu provinsi dengan angka putus sekolah paling rendah adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,22 persen.

6.6 Akses Internet

Teknologi informasi dan telekomunikasi mengalami perkembangan cukup pesat saat ini. Kemajuan teknologi tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju. Perkembangan

121

Profil Anak Indonesia 2017

115

teknologi ini memberikan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecanggihannya. Internet (interconnection-networking) merupakan salah satu bukti nyata dari pesatnya perkembangan teknologi pada bidang tersebut. Internet membawa pengaruh yang sangat besar dalam pola kehidupan masyarakat dunia, sehingga perbedaan waktu dan jauhnya lokasi tidak lagi menjadi hambatan dalam kecepatan penyebaran informasi.

Pengguna internet tidak hanya sebatas orang dewasa saja melainkan anak-anak juga. Internet sudah bukan merupakan hal yang asing bagi anak-anak zaman sekarang. Bukan hanya di kota-kota besar, di perdesaan pun banyak ditemui anak-anak berseragam SD yang asyik menggunakan komputer di warnet-warnet umum. Mulai dari mencari bahan untuk mengerjakan tugas, update status facebook, sampai dengan bermain game online.

Internet ibaratkan pisau bermata dua bagi seorang anak, selain memiliki dampak positif internet juga memiliki dampak negatif. Anak belum memiliki filter yang kuat untuk memilih dan memilah hal positif dan negatif ketika mengakses internet. Dengan terkoneksi internet, semua hal baik maupun hal yang berbahaya untuk perkembangan anak bisa diakses dengan bebas.

Tabel 6.12 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Tipe Daerah Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan 36,95 40,62 38,75

Perdesaan 16,26 19,96 18,05

Perkotaan+Perdesaan 26,44 30,25 28,30

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 6.12 menyajikan persentase anak usia 7-17 yang mengakses internet selama tiga bulan terakhir menurut tipe daerah dan jenis kelamin. Sekitar 28,30 persen anak usia 7-17 tahun pernah mengakses internet selama tiga bulan terakhir. Persentase anak perempuan yang mengakses internet 3,81 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Perbedaan yang cukup mencolok anak di

Profil Anak Indonesia 2017

114

Tabel 6.11 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2016

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin

Jenjang Pendidikan

SD/ Sederajat

SMP/ Sederajat

SM/ Sederajat

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan

Laki-laki 0,78 1,96 1,19 Perempuan 0,42 0,91 0,74 Laki-laki+Perempuan 0,61 1,43 0,95

Perdesaan

Laki-laki 0,95 2,44 2,39 Perempuan 0,40 1,43 1,85 Laki-laki+Perempuan 0,68 1,93 2,11

Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki 0,87 2,20 1,69 Perempuan 0,41 1,17 1,19 Laki-laki+Perempuan 0,65 1,68 1,43

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Ada perbedaan yang signifikan antara angka putus sekolah anak laki-laki dan perempuan. Angka putus sekolah anak laki-laki pada jenjang pendidikan SD dan SMP dua kali lipat dibandingkan dengan anak perempuan. Pada jenjang SM angka putus sekolah anak laki-laki sebesar 1,69 persen dan perempuan sebesar 1,43 persen.

Angka putus sekolah per provinsi dapat dilihat pada Lampiran Tabel L-6.9.3. Empat provinsi dengan angka putus sekolah tertinggi adalah Gorontalo sebesar 4,08 persen, Kepulauan Bangka Belitung 3,73 persen, Sulawesi Barat 3,43 persen, dan Kalimantan Utara 3,27 persen. Sementara itu provinsi dengan angka putus sekolah paling rendah adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,22 persen.

6.6 Akses Internet

Teknologi informasi dan telekomunikasi mengalami perkembangan cukup pesat saat ini. Kemajuan teknologi tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju. Perkembangan

122

Profil Anak Indonesia 2017

116

perkotaan yang mengakses internet jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 38,75 persen berbanding 18,05 persen.

Tabel 6.13 Persentase Anak Berumur 5-6 yang Mengakses Internet Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Tipe Daerah Laki-laki Perempuan Laki-laki+

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan 3,46 2,67 3,08

Perdesaan 0,35 0,50 0,42

Perkotaan+Perdesaan 1,89 1,55 1,73

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 6.13 menyajikan persentase anak berumur 5-6 yang mengakses internet selama tiga bulan terakhir menurut tipe daerah dan jenis kelamin. Anak yang mengakses internet pada kelompok umur tersebut mencapai 1,73 persen. Persentase anak laki-laki pengguna internet lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 1,89 persen berbanding 1,55 persen. Sementara itu, jika diamati menurut tipe daerah, persentase anak di daerah perkotaan yang mengakses internet lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu 3,08 persen berbanding 0,42 persen.

Gambar 6.8 menyajikan persentase anak berumur 7-17 tahun yang mengakses internet menurut kelompok umur dan tujuan mengaksesnya. Tujuan anak mengakses internet yang paling banyak adalah untuk mengerjakan tugas sekolah sebesar 79,15 persen dan sosial media/jejaring sosial seperti Facebook, Blackberry Messenger, Whats App, Twitter sebesar 75,01 persen. Mayoritas anak umur 5-6 tahun, mengakses internet untuk hiburan sebesar 89,52 persen (Lampiran Tabel L-6.12.3).

123

Profil Anak Indonesia 2017

117

79,1575,01

61,7855,06

14,69

2,03

A B C D E F

Gambar 6.8 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet Selama Tiga Bulan Terakhir menurut Tujuan Mengakses Internet, 2016

A = Mengerjakan tugas sekolah C = Mendapat Informasi/berita E = Mengirim/menerima Email B = Sosial media/jejaring sosial D = Hiburan F = Lainnya

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

116

perkotaan yang mengakses internet jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan, yaitu 38,75 persen berbanding 18,05 persen.

Tabel 6.13 Persentase Anak Berumur 5-6 yang Mengakses Internet Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016

Tipe Daerah Laki-laki Perempuan Laki-laki+

Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan 3,46 2,67 3,08

Perdesaan 0,35 0,50 0,42

Perkotaan+Perdesaan 1,89 1,55 1,73

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Tabel 6.13 menyajikan persentase anak berumur 5-6 yang mengakses internet selama tiga bulan terakhir menurut tipe daerah dan jenis kelamin. Anak yang mengakses internet pada kelompok umur tersebut mencapai 1,73 persen. Persentase anak laki-laki pengguna internet lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 1,89 persen berbanding 1,55 persen. Sementara itu, jika diamati menurut tipe daerah, persentase anak di daerah perkotaan yang mengakses internet lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, yaitu 3,08 persen berbanding 0,42 persen.

Gambar 6.8 menyajikan persentase anak berumur 7-17 tahun yang mengakses internet menurut kelompok umur dan tujuan mengaksesnya. Tujuan anak mengakses internet yang paling banyak adalah untuk mengerjakan tugas sekolah sebesar 79,15 persen dan sosial media/jejaring sosial seperti Facebook, Blackberry Messenger, Whats App, Twitter sebesar 75,01 persen. Mayoritas anak umur 5-6 tahun, mengakses internet untuk hiburan sebesar 89,52 persen (Lampiran Tabel L-6.12.3).

124

125

126

127

Profil Anak Indonesia 2017

121

7

PERLINDUNGAN KHUSUS

7.1 Upaya Perlindungan Anak di Indonesia

Pada hakekatnya peraturan perlindungan anak telah diatur secara tegas dalam konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28B Ayat (2) yang menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pada saat ini, secara umum perlindungan anak di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan/perubahan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Menurut Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014, yang dimaksud dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan yang dimaksud dengan perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dalam Pasal 15, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:

a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b. pelibatan dalam sengketa bersenjata; c. pelibatan dalam kerusuhan sosial; d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan; e. pelibatan dalam peperangan; dan f. kejahatan seksual.

128

Profil Anak Indonesia 2017

122

Dalam Pasal 20 dijelaskan bahwa yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak adalah negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali. Selain itu dalam Pasal 22 juga disebutkan negara, pemerintah, dan pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

Dalam Pasal 59 ayat (1), Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 disebutkan pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak. Perlindungan khusus kepada anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada :

a. Anak dalam situasi darurat; b. Anak yang berhadapan dengan hukum; c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi; d. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual; e. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika,

dan zat adiktif lainnya; f. Anak yang menjadi korban pornografi; g. Anak dengan HIV/AIDS; h. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan; i. Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis; j. Anak korban kejahatan seksual; k. Anak korban jaringan terorisme; l. Anak Penyandang Disabilitas; m. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; n. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan o. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi

orang tuanya.

Perlindungan khusus bagi anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dilakukan melalui upaya :

a. penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial,

b. serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya; c. pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; d. pemberian bantuan sosial bagi Anak yang berasal dari Keluarga tidak mampu; dan e. pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses peradilan.

129

Profil Anak Indonesia 2017

123

Untuk dapat melakukan upaya perlindungan khusus bagi anak diperlukan informasi, data, atau profil tentang anak tersebut. Dalam bab ini disajikan beberapa profil anak terkait perlindungan khusus bagi anak, yaitu anak yang bekerja, anak yang berhadapan dengan hukum, anak miskin, anak terlantar, dan anak penyandang disabilitas. Khusus untuk anak bekerja hanya mencakup anak umur 10-17 tahun, karena keterbatasan data yang tersedia dari Sakernas.

7.2 Perlindungan Terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum

Salah satu perlindungan khusus yang harus diberikan kepada anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam Pasal 59 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 adalah perlindungan khusus kepada anak yang berhadapan dengan hukum. Pemerintah menerbitkan undang-undang khusus yang mengatur masalah anak yang berhadapan dengan hukum pada tahun 1997, yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Undang-undang tersebut selanjutnya diganti dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan yang dimaksud dengan sistem peradilan pidana anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. Kemudian dalam Pasal 1 ayat (2) dijelaskan yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

Dengan adanya Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 ini, perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum mengalami kemajuan dengan adanya perubahan paradigma dalam menangani perkara anak yang berhadapan dengan hukum. Proses penyelesaian perkara anak tidak hanya dapat diselesaikan melalui proses peradilan akan tetapi juga dapat diselesaikan melalui diversi dengan pendekatan keadilan restoratif. Menurut undang-undang tersebut yang dimaksud dengan diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Sedangkan yang dimaksud dengan keadilan restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.

Profil Anak Indonesia 2017

122

Dalam Pasal 20 dijelaskan bahwa yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak adalah negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali. Selain itu dalam Pasal 22 juga disebutkan negara, pemerintah, dan pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

Dalam Pasal 59 ayat (1), Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 disebutkan pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak. Perlindungan khusus kepada anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada :

a. Anak dalam situasi darurat; b. Anak yang berhadapan dengan hukum; c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi; d. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual; e. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika,

dan zat adiktif lainnya; f. Anak yang menjadi korban pornografi; g. Anak dengan HIV/AIDS; h. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan; i. Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis; j. Anak korban kejahatan seksual; k. Anak korban jaringan terorisme; l. Anak Penyandang Disabilitas; m. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; n. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan o. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi

orang tuanya.

Perlindungan khusus bagi anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dilakukan melalui upaya :

a. penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial,

b. serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya; c. pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; d. pemberian bantuan sosial bagi Anak yang berasal dari Keluarga tidak mampu; dan e. pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses peradilan.

130

Profil Anak Indonesia 2017

124

7.2.1 Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 ayat (3) disebutkan bahwa Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Dalam Pasal 21 dijelaskan tentang pengambilan keputusan oleh Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional untuk anak yang belum berumur 12 (dua belas) tahun yang melakukan atau diduga melakukan tindak pidana. Ada dua keputusan yang bisa diambil, yaitu: menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali atau mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

Tabel 7.1 Perkembangan Komposisi Hasil Pendampingan terhadap Anak Berkonflik dengan Hukum (Persen), 2014-2016

Hasil Pendampingan terhadap Anak Berkonflik dengan Hukum 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) Diversi 52,69 55,23 40,00 Diversi Anak Kembali Ke Orang Tua 51,12 51,58 37,32 Diversi Anak Ke Panti Sosial Atau Lainnya 1,57 3,65 2,68

Putusan Tindakan 10,76 5,60 15,12 Putusan Anak Kembali ke Orang Tua 8,74 3,65 8,19 Putusan diserahkan ke Panti Sosial atau

lainnya 2,02 1,95 6,93

Putusan Pidana 36,55 39,17 44,88 Putusan Pidana Bersyarat 6,50 3,16 13,23 Putusan Pidana Penjara 30,04 36,01 31,65

Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM

Tabel 7.1 menyajikan perkembangan komposisi hasil pendampingan terhadap penyelesaian ABH selama tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 dan 2015, pendekatan keadilan restoratif ini berdampak signifikan pada penyelesaian ABH. Hal ini terlihat dari perbandingan persentase antara ABH melalui diversi, putusan tindakan dan putusan pidana, dimana selama dua tahun tersebut persentase penyelesaian ABH melalui diversi

131

Profil Anak Indonesia 2017

125

memiliki persentase yang paling besar dibanding penyelesaian lainnya. Namun pada tahun 2016, persentase penyelesaian ABH melalui diversi lebih sedikit (40 persen) dibanding melalui putusan pidana (44,88 persen).

Pasal 81 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) menjelaskan bahwa pidana penjara terhadap anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir. Hal ini disebabkan sistem peradilan pidana anak dilaksanakan berdasarkan azas perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir (Pasal 2 UU SPPA). Setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat (Pasal 3 UU SPPA). Pasal 33 ayat (1) UU No. 11 tahun 2012 menentukan bahwa untuk kepentingan penyidikan, penyidik berwenang melakukan penahanan anak yang diduga keras melakukan tindak pidana (kenakalan) berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Dasar diperkenankannya suatu penahanan anak adalah adanya dugaan keras berdasarkan bukti yang cukup bahwa anak melakukan tindak pidana (kenakalan). Pasal 32 ayat 2 huruf a dan b dalam UU No. 11 Tahun 2012 menegaskan bahwa penahanan dilakukan apabila anak yang melakukan tindak pidana berusia 14 tahun keatas dan diancam pidana penjara 7 tahun keatas yang ditentukan oleh undang-undang.

Perbedaan antara penahanan terhadap anak dengan penahanan orang dewasa terletak pada jangka waktu penahanan dan perpanjangan penahanan apabila proses penyidikan belum selesai. Penahanan tahap pertama bagi orang dewasa 20 hari dan dapat diperpanjang paling lama 40 (empat puluh) hari. Penahanan terhadap anak dilaksanakan di tempat khusus untuk anak, yakni lembaga penempatan anak sementara (LPAS) atau lembaga penyelenggaraan kesejahteraan sosial (LPKS) apabila belum terdapat LPAS. Penahanan yang dilakukan benar-benar dengan mempertimbangkan kepentingan anak dan atau kepentingan masyarakat.

Penyidik yang melakukan tindakan penahanan harus terlebih dahulu mempertimbangkan dengan matang akibat dari tindakan penahanan dari segi kepentingan anak, seperti pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental maupun sosial. Selain itu juga dipertimbangkan dengan matang dari segi kepentingan masyarakat, misalnya dengan ditahannya tersangka masyarakat menjadi aman dan tentram. Dalam penerapannya, hal ini sulit dilakukan, sebab dalam mempertimbangkan kepentingan yang dilindungi, dengan melakukan penahanan tidak mudah dan

Profil Anak Indonesia 2017

124

7.2.1 Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 ayat (3) disebutkan bahwa Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Dalam Pasal 21 dijelaskan tentang pengambilan keputusan oleh Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional untuk anak yang belum berumur 12 (dua belas) tahun yang melakukan atau diduga melakukan tindak pidana. Ada dua keputusan yang bisa diambil, yaitu: menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali atau mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

Tabel 7.1 Perkembangan Komposisi Hasil Pendampingan terhadap Anak Berkonflik dengan Hukum (Persen), 2014-2016

Hasil Pendampingan terhadap Anak Berkonflik dengan Hukum 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) Diversi 52,69 55,23 40,00 Diversi Anak Kembali Ke Orang Tua 51,12 51,58 37,32 Diversi Anak Ke Panti Sosial Atau Lainnya 1,57 3,65 2,68

Putusan Tindakan 10,76 5,60 15,12 Putusan Anak Kembali ke Orang Tua 8,74 3,65 8,19 Putusan diserahkan ke Panti Sosial atau

lainnya 2,02 1,95 6,93

Putusan Pidana 36,55 39,17 44,88 Putusan Pidana Bersyarat 6,50 3,16 13,23 Putusan Pidana Penjara 30,04 36,01 31,65

Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM

Tabel 7.1 menyajikan perkembangan komposisi hasil pendampingan terhadap penyelesaian ABH selama tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 dan 2015, pendekatan keadilan restoratif ini berdampak signifikan pada penyelesaian ABH. Hal ini terlihat dari perbandingan persentase antara ABH melalui diversi, putusan tindakan dan putusan pidana, dimana selama dua tahun tersebut persentase penyelesaian ABH melalui diversi

132

Profil Anak Indonesia 2017

126

menyulitkan pihak penyidik yang melakukan tindakan penahanan. Dalam tindakan penahanan, penyidik seharusnya melibatkan pihak yang berkompeten, seperti pembimbing kemasyarakatan, psikolog, kriminolog, dan ahli lain yang diperlukan, sehingga penyidik anak tidak salah mengambil keputusan dalam melakukan penahanan.

7.2.2 Narapidana Anak

Pada Pasal 1 (Ketentuan Umum) Butir 8 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dijelaskan bahwa anak didik pemasyarakatan adalah :

a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua/walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai dengan berumur 18 (delapan belas) tahun.

Seperti dijelaskan dalam Pasal 1 (Ketentuan Umum), anak didik pemasyarakatan apapun kriterianya baik anak pidana, anak negara, maupun anak sipil semuanya telah menerima keputusan pengadilan. Sementara itu, sejumlah tahanan anak yang tinggal di rumah tahanan anak, cabang rumah tahanan anak dan tempat-tempat tertentu masih harus menunggu keputusan pengadilan. Sesuai dengan penjelasan pada butir 4, pasal 1 Bab 1 bahwa penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di rumah tahanan negara, cabang rumah tahanan negara dan tempat tertentu. Pejabat pelaksana hukum seperti penyelidik, penuntut umum dan hakim (hakim pengadilan, hakim banding dan hakim kasasi) berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan anak untuk melaksanakan berbagai macam kepentingan, antara lain penyidikan (Pasal 44), penuntutan (Pasal 46) dan pemeriksaan (Pasal 47, Pasal 48 dan Pasal 49).

Sesuai dengan laporan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, jumlah anak pelaku tindak pidana yang menjadi tahanan atau narapidana di seluruh Indonesia pada tahun 2016 mencapai sebanyak 3.213 anak. Dari jumlah tersebut, seperti yang disajikan pada Tabel 7.2 sebanyak 899 anak atau 27,98 persen masih berstatus sebagai tahanan dan sebanyak 2.314 anak atau 72,02 persen telah berstatus narapidana atau anak didik. Baik tahanan anak maupun narapidana anak pada tahun 2016 jumlahnya meningkat

133

Profil Anak Indonesia 2017

127

dibanding tahun 2015. Sebagian besar narapidana anak dan tahanan anak adalah laki-laki

Tabel 7.2 Jumlah Narapidana dan Tahanan Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin, 2015-2016

Kelompok Usia Status

2015 2016 Laki-Laki

Perempuan Jumlah Laki-

Laki Peremp

uan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Dewasa Narapidana 108 665 6 218 114 883 128 359 7 477 135 836 Tahanan 52 707 3 196 55 903 60 086 3 486 63 572 Jumlah 161 372 9 414 170 786 188 445 10 963 199 408 Anak-anak Narapidana 2 178 37 2 215 2 275 39 2 314 Tahanan 554 17 571 873 26 899 Jumlah 2 732 54 2 786 3 148 65 3 213 Dewasa dan Narapidana 110 843 6 255 117 098 130 634 7 516 138 150

Anak-anak Tahanan 53 261 3 213 56 474 60 959 3 512 64 471 Jumlah 164 104 9 468 173 572 191 593 11 028 202 621

Sumber: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM

Berdasarkan Tabel 7.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar narapidana anak yang berada di lapas pada tahun 2016 adalah napi anak pidana, dengan rata-rata sebanyak 2.332 orang atau 98,65 persen dari total narapidana anak. Sementara untuk narapidana yang berstatus napi anak negara dan napi anak sipil, persentasenya sangat kecil (kurang dari 2 persen).

Gambar 7.1 menunjukkan selama tahun 2015 – 2016 jumlah narapidana anak setiap bulannya berfluktuatif namun cenderung mengalami penurunan. Pada semester pertama tahun 2015, jumlah narapidana anak berkisar 2.500 s.d 3.000 orang, kemudian pada semester berikutnya sampai dengan akhir tahun 2016 jumlah narapidana anak menurun dan berada pada kisaran 2.000 s.d 2.500 orang.

Profil Anak Indonesia 2017

126

menyulitkan pihak penyidik yang melakukan tindakan penahanan. Dalam tindakan penahanan, penyidik seharusnya melibatkan pihak yang berkompeten, seperti pembimbing kemasyarakatan, psikolog, kriminolog, dan ahli lain yang diperlukan, sehingga penyidik anak tidak salah mengambil keputusan dalam melakukan penahanan.

7.2.2 Narapidana Anak

Pada Pasal 1 (Ketentuan Umum) Butir 8 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dijelaskan bahwa anak didik pemasyarakatan adalah :

a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua/walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas Anak paling lama sampai dengan berumur 18 (delapan belas) tahun.

Seperti dijelaskan dalam Pasal 1 (Ketentuan Umum), anak didik pemasyarakatan apapun kriterianya baik anak pidana, anak negara, maupun anak sipil semuanya telah menerima keputusan pengadilan. Sementara itu, sejumlah tahanan anak yang tinggal di rumah tahanan anak, cabang rumah tahanan anak dan tempat-tempat tertentu masih harus menunggu keputusan pengadilan. Sesuai dengan penjelasan pada butir 4, pasal 1 Bab 1 bahwa penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di rumah tahanan negara, cabang rumah tahanan negara dan tempat tertentu. Pejabat pelaksana hukum seperti penyelidik, penuntut umum dan hakim (hakim pengadilan, hakim banding dan hakim kasasi) berwenang mengeluarkan surat perintah penahanan anak untuk melaksanakan berbagai macam kepentingan, antara lain penyidikan (Pasal 44), penuntutan (Pasal 46) dan pemeriksaan (Pasal 47, Pasal 48 dan Pasal 49).

Sesuai dengan laporan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, jumlah anak pelaku tindak pidana yang menjadi tahanan atau narapidana di seluruh Indonesia pada tahun 2016 mencapai sebanyak 3.213 anak. Dari jumlah tersebut, seperti yang disajikan pada Tabel 7.2 sebanyak 899 anak atau 27,98 persen masih berstatus sebagai tahanan dan sebanyak 2.314 anak atau 72,02 persen telah berstatus narapidana atau anak didik. Baik tahanan anak maupun narapidana anak pada tahun 2016 jumlahnya meningkat

134

Profil Anak Indonesia 2017

128

Tabel 7.3 Jumlah Narapidana Anak Menurut Statusnya, 2016

Bulan Napi Anak Negara

Napi Anak Sipil

Napi Anak Pidana Total

(1) (2) (3) (4) (5) Januari 18 0 2 254 2 272 Februari 23 6 2 270 2 299 Maret 8 3 2 299 2 310 April 14 9 2 421 2 444 Mei 26 0 2 431 2 457 Juni 21 12 2 372 2 405 Juli 36 60 2 350 2 446 Agustus 21 63 2 268 2 352 September 6 1 2 378 2 385 Oktober 17 4 2 437 2 458 November 12 4 2 378 2 394 Desember 18 3 2 123 2 144

Rata-rata 18 14 2 332 2 364 Sumber: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM

Gambar 7.1 Perkembangan Jumlah Narapidana Anak Per Bulan, Januari 2015 - Desember 2016

Sumber: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM

7.3 Perlindungan Terhadap Anak yang Dieksploitasi Secara Ekonomi

Dalam Pasal 59 ayat (1), Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 disebutkan bahwa salah satu upaya perlindungan khusus kepada anak adalah perlindungan bagi

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Jan-15Feb-15M

ar-15Apr-15M

ei-15Jun-15Jul-15Agt-15Sep-15Okt-15Nov-15Des-15Jan-16Feb-16M

ar-16Apr-16M

ei-16Jun-16Jul-16Agt-16Sep-16Okt-16Nov-16Des-16

135

Profil Anak Indonesia 2017

129

anak yang dieksploitasi secara ekonomi. Masih dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 66 huruf c, perlindungan khusus terhadap anak yang diekploitasi secara ekonomi dapat berupa pelibatan berbagai perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi.

Upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap anak yang diekploitasi secara ekonomi salah satunya dengan memberikan perlindungan kepada pekerja anak, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979. Masalah pekerja anak juga erat hubungannya dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Sebagian besar anak bekerja karena berasal dari keluarga yang tidak mampu/keluarga miskin. 7.3.1 Pekerja Anak

Untuk menjamin terpenuhinya hak anak yang bekerja, maka perlu ada perlindungan yang tercantum dan ditegaskan dalam perundang-undangan yang berlaku. Perlindungan ini dimulai sejak Konvensi ILO (International Labour Organization) No. 138 yang mengatur umur minimum anak yang bekerja, kemudian Konvensi ILO No. 182 tentang pelarangan dan tindakan cepat untuk penghapusan segala bentuk pekerjaan terburuk bagi anak. Di Indonesia, aturan hukum tentang pekerja anak tertuang dalam Pasal 68 hingga Pasal 75 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 68 secara tegas menyatakan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Namun pada Pasal 69 ayat (1) dijelaskan adanya pengecualian, untuk anak umur 13 hingga 15 tahun dapat melakukan pekerjaan ringan asalkan tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial anak. Berkaitan dengan ayat tersebut, pada ayat (2) dijelaskan pengusaha yang mempekerjakan anak untuk pekerjaan ringan harus mampu memenuhi persyaratan berikut :

a. Izin tertulis dari orang tua atau wali; b. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam; d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; e. Keselamatan dan kesehatan kerja; f. Adanya hubungan kerja yang jelas; g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Kemudian pada ayat (3) dijelaskan ketentuan huruf a, b, f dan g pada ayat (2) tidak berlaku jika anak umur 13 hingga 15 tahun tersebut bekerja pada usaha keluarganya.

Profil Anak Indonesia 2017

128

Tabel 7.3 Jumlah Narapidana Anak Menurut Statusnya, 2016

Bulan Napi Anak Negara

Napi Anak Sipil

Napi Anak Pidana Total

(1) (2) (3) (4) (5) Januari 18 0 2 254 2 272 Februari 23 6 2 270 2 299 Maret 8 3 2 299 2 310 April 14 9 2 421 2 444 Mei 26 0 2 431 2 457 Juni 21 12 2 372 2 405 Juli 36 60 2 350 2 446 Agustus 21 63 2 268 2 352 September 6 1 2 378 2 385 Oktober 17 4 2 437 2 458 November 12 4 2 378 2 394 Desember 18 3 2 123 2 144

Rata-rata 18 14 2 332 2 364 Sumber: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM

Gambar 7.1 Perkembangan Jumlah Narapidana Anak Per Bulan, Januari 2015 - Desember 2016

Sumber: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM

7.3 Perlindungan Terhadap Anak yang Dieksploitasi Secara Ekonomi

Dalam Pasal 59 ayat (1), Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 disebutkan bahwa salah satu upaya perlindungan khusus kepada anak adalah perlindungan bagi

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Jan-15Feb-15M

ar-15Apr-15M

ei-15Jun-15Jul-15Agt-15Sep-15Okt-15Nov-15Des-15Jan-16Feb-16M

ar-16Apr-16M

ei-16Jun-16Jul-16Agt-16Sep-16Okt-16Nov-16Des-16

136

Profil Anak Indonesia 2017

130

Sub bab ini menyajikan profil anak berumur 10-17 tahun yang bekerja. Anak dianggap bekerja jika mereka melakukan kegiatan ekonomi minimal satu jam secara berturut-turut (tidak terputus) dalam periode seminggu yang lalu dan kegiatan tersebut dilakukan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan dalam bentuk uang maupun barang. Kegiatan yang dimaksud termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

Karakteristik dari anak bekerja disajikan menurut kelompok umur, jenis kelamin, klasifikasi daerah tempat tinggal, pendidikan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dan upah/gaji/pendapatan. Anak pada kelompok umur 10-12 tahun sebenarnya tidak diperbolehkan bekerja (untuk jenis pekerjaan ringan sekalipun). Menurut UU No.13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, anak-anak umur 13-15 tahun diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan. Akan tetapi sesuai dengan Konvensi ILO No.138 yang telah diratifikasi menjadi UU No.20 Tahun 1999 tentang batas umur minimum untuk bekerja, anak umur 15 tahun sudah boleh dipekerjakan secara normal sehingga pengelompokkan umur 13-17 tahun dibagi menjadi dua, yaitu 13-14 tahun dan 15-17 tahun. Anak pada kelompok umur 15-17 tahun sudah diperbolehkan bekerja tetapi tidak boleh dieksploitasi untuk bekerja pada pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan (the worst form) baik ancaman/bahaya bagi kesehatan maupun keselamatan atau moral si anak.

7.3.1.1 Anak Bekerja menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi

Daerah

Gambar 7.2 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja pada tahun 2016. Dari gambar tersebut dapat dilihat persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja ada sebanyak 6,99 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini tentunya perlu menjadi perhatian karena selama periode 5 tahun sebelumnya (tahun 2012-2015) persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja mengalami penurunan.

137

Profil Anak Indonesia 2017

131

Gambar 7.2 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun menurut Aktivitas Bekerja, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Gambar 7.3 menyajikan perkembangan persentase anak umur 10-17 tahun yang

bekerja selama periode 2012-2016. Dari gambar tersebut dapat dilihat persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja mengalami penurunan selama periode 2012-2015, tetapi meningkat kembali pada tahun 2016. Pada tahun 2012 persentase anak yang bekerja pada kelompok umur tersebut mencapai 9,43 persen, kemudian terus menurun menjadi 5,99 pada tahun 2015, namun pada tahun 2016 meningkat kembali menjadi 6,99 persen.

Gambar 7.3 Perkembangan Persentase Anak Umur 10-17 yang Bekerja, 2012-2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2012-2016, BPS

Gambar 7.4 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja

berdasarkan klasifikasi daerah dan Jenis Kelamin, yang dirinci menurut kelompok umur,

6,99

93,01

Bekerja

Tidak Bekerja

9,43

8,56

7,06

5,99

6,99

2012 2013 2014 2015 2016

Profil Anak Indonesia 2017

130

Sub bab ini menyajikan profil anak berumur 10-17 tahun yang bekerja. Anak dianggap bekerja jika mereka melakukan kegiatan ekonomi minimal satu jam secara berturut-turut (tidak terputus) dalam periode seminggu yang lalu dan kegiatan tersebut dilakukan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan dalam bentuk uang maupun barang. Kegiatan yang dimaksud termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

Karakteristik dari anak bekerja disajikan menurut kelompok umur, jenis kelamin, klasifikasi daerah tempat tinggal, pendidikan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dan upah/gaji/pendapatan. Anak pada kelompok umur 10-12 tahun sebenarnya tidak diperbolehkan bekerja (untuk jenis pekerjaan ringan sekalipun). Menurut UU No.13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, anak-anak umur 13-15 tahun diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan. Akan tetapi sesuai dengan Konvensi ILO No.138 yang telah diratifikasi menjadi UU No.20 Tahun 1999 tentang batas umur minimum untuk bekerja, anak umur 15 tahun sudah boleh dipekerjakan secara normal sehingga pengelompokkan umur 13-17 tahun dibagi menjadi dua, yaitu 13-14 tahun dan 15-17 tahun. Anak pada kelompok umur 15-17 tahun sudah diperbolehkan bekerja tetapi tidak boleh dieksploitasi untuk bekerja pada pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan (the worst form) baik ancaman/bahaya bagi kesehatan maupun keselamatan atau moral si anak.

7.3.1.1 Anak Bekerja menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi

Daerah

Gambar 7.2 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja pada tahun 2016. Dari gambar tersebut dapat dilihat persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja ada sebanyak 6,99 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini tentunya perlu menjadi perhatian karena selama periode 5 tahun sebelumnya (tahun 2012-2015) persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja mengalami penurunan.

138

Profil Anak Indonesia 2017

132

tahun 2016. Apabila dirinci menurut kelompok umur, dari seluruh anak berumur 10-17 tahun yang bekerja, sebagian besar atau sekitar 71,73 persen diantaranya berumur 15-17 tahun. Hal tersebut wajar karena pada kelompok umur tersebut anak-anak memang sudah diperbolehkan masuk dalam pasar kerja. Namun demikian ada yang perlu dikhawatirkan, yaitu adanya sekitar 10 persen anak berumur 10-12 tahun yang sudah bekerja. Keadaan ini bertentangan dengan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena menurut UU tersebut anak pada kelompok umur 10-12 tahun tidak diperbolehkan bekerja meskipun untuk jenis pekerjaan ringan.

Gambar 7.4 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Klasifikasi Daerah

Jenis Kelamin Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Persentase anak yang bekerja di perkotaan maupun di perdesaan juga didominasi oleh anak berumur 15-17 tahun. Di perkotaan, anak berumur 15-17 yang bekerja mencapai 76,71 persen, sedangkan di perdesaan hanya sekitar 68,74 persen.

8,33 11,00 10,0014,95 20,26 18,27

76,7168,74 71,73

Perkotaan Perdesaan Total

10-12

13-14

15-17

8,87 11,70 10,0019,16 16,92 18,27

71,96 71,37 71,73

Laki-laki Perempuan Total

10-12

13-14

15-17

139

Profil Anak Indonesia 2017

133

Jika dicermati menurut jenis kelamin, persentase anak laki-laki maupun perempuan yang bekerja juga didominasi oleh anak berumur 15-17 tahun dengan persentase yang bekerja hampir sama, yaitu laki-laki sekitar 71,96 persen dan perempuan sekitar 71,37 persen. Sementara itu untuk anak berumur 10-12 tahun, persentase anak perempuan yang bekerja sebesar 11,70 persen lebih besar dibanding anak laki-laki yang hanya sebesar 8,87 persen. Sebaliknya untuk anak berumur 13-14 tahun, persentase anak laki-laki yang bekerja sebesar 19,16 persen lebih besar dibanding anak perempuan yang sebesar 16,92 persen.

7.3.1.2 Anak Bekerja menurut Provinsi

Gambar 7.5 menyajikan persentase anak berumur 10-17 tahun yang bekerja dirinci menurut provinsi, tahun 2016. Jumlah anak yang bekerja sangat bervariasi antar provinsi dengan persentase berkisar antara 1,74 persen sampai dengan 21,19 persen. Provinsi dengan persentase anak yang bekerja paling tinggi adalah Sulawesi Tenggara (21,19 persen), Sulawesi Barat (20,00 persen), dan Sulawesi Tengah (16,71 persen). Sementara itu tiga provinsi dengan persentase anak yang bekerja paling rendah adalah Kepulauan Riau (1,74 persen), DKI Jakarta (2,92 persen), dan Jawa Barat (3,15 persen).

Gambar 7.6 menyajikan persentase anak berumur 10-17 tahun yang bekerja dirinci menurut provinsi dan kelompok umur, tahun 2016. Pada semua provinsi, persentase anak yang bekerja paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-17 tahun. Pada kelompok umur tersebut, tiga provinsi dengan persentase anak yang bekerja terbesar adalah provinsi Jawa Barat (87,73 persen), Kalimantan Timur (84,32 persen), dan Kalimantan Barat (84,17 persen).

Hal yang lebih penting untuk diperhatikan dari Gambar 7.5 adalah persentase anak pada kelompok umur 10-12 tahun yang bekerja. Pada kelompok umur tersebut, beberapa provinsi memiliki persentase anak bekerja hampir 20 persen, bahkan ada yang hampir 30 persen. Tiga provinsi dengan persentase anak bekerja berumur 10-12 tahun terbesar adalah Kepulauan Riau (28,92 persen), Maluku Utara (19,07 persen), dan Kalimantan Selatan (18,12 persen).

Profil Anak Indonesia 2017

132

tahun 2016. Apabila dirinci menurut kelompok umur, dari seluruh anak berumur 10-17 tahun yang bekerja, sebagian besar atau sekitar 71,73 persen diantaranya berumur 15-17 tahun. Hal tersebut wajar karena pada kelompok umur tersebut anak-anak memang sudah diperbolehkan masuk dalam pasar kerja. Namun demikian ada yang perlu dikhawatirkan, yaitu adanya sekitar 10 persen anak berumur 10-12 tahun yang sudah bekerja. Keadaan ini bertentangan dengan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena menurut UU tersebut anak pada kelompok umur 10-12 tahun tidak diperbolehkan bekerja meskipun untuk jenis pekerjaan ringan.

Gambar 7.4 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Klasifikasi Daerah

Jenis Kelamin Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Persentase anak yang bekerja di perkotaan maupun di perdesaan juga didominasi oleh anak berumur 15-17 tahun. Di perkotaan, anak berumur 15-17 yang bekerja mencapai 76,71 persen, sedangkan di perdesaan hanya sekitar 68,74 persen.

8,33 11,00 10,0014,95 20,26 18,27

76,7168,74 71,73

Perkotaan Perdesaan Total

10-12

13-14

15-17

8,87 11,70 10,0019,16 16,92 18,27

71,96 71,37 71,73

Laki-laki Perempuan Total

10-12

13-14

15-17

140

Profil Anak Indonesia 2017

134

Gambar 7.5 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

21,1920,00

16,71

3,152,92

1,74

0 5 10 15 20 25

74 Sulawesi Tenggara76 Sulawesi Barat

72 Sulawesi Tengah94 Papua

51 Bali12 Sumatera Utara

52 Nusa Tenggara Barat73 Sulawesi Selatan19 Bangka-Belitung

82 Maluku Utara75 Gorontalo

13 Sumatera Barat17 Bengkulu

62 Kalimantan Tengah18 Lampung

71 Sulawesi Utara91 Papua Barat

61 Kalimantan Barat63 Kalimantan Selatan

53 Nusa Tenggara Timur15 Jambi

16 Sumatera Selatan14 Riau

11 Aceh81 Maluku

35 Jawa Timur36 Banten

33 Jawa Tengah64 Kalimantan Timur65 Kalimantan Utara

34 D I Yogyakarta32 Jawa Barat31 DKI Jakarta

21 Kepulauan Riau

Gambar 7.5 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

21.19 20.00

16.71

3.15 2.92

1.74

0 5 10 15 20 25

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Barat

Sulawesi Tengah

Papua

Bali

Sumatera Utara

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Selatan

Bangka-Belitung

Maluku Utara

Gorontalo

Sumatera Barat

Bengkulu

Kalimantan Tengah

Lampung

Sulawesi Utara

Papua Barat

Kalimantan Barat

Kalimantan Selatan

Nusa Tenggara Timur

Jambi

Sumatera Selatan

Riau

Aceh

Maluku

Jawa Timur

Banten

Jawa Tengah

Kalimantan Timur

Kalimantan Utara

D I Yogyakarta

Jawa Barat

DKI Jakarta

Kepulauan Riau

persentase 10-17 thn yang bekerja

141

Profil Anak Indonesia 2017

135

Gambar 7.6 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Provinsi, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

28,9219,0718,12

87,73

84,1784,32

0% 20% 40% 60% 80% 100%

21 Kepulauan Riau82 Maluku Utara

63 Kalimantan Selatan73 Sulawesi Selatan

51 Bali91 Papua Barat

17 Bengkulu12 Sumatera Utara

74 Sulawesi Tenggara72 Sulawesi Tengah

52 Nusa Tenggara Barat94 Papua

75 Gorontalo19 Bangka-Belitung

36 Banten53 Nusa Tenggara Timur

65 Kalimantan Utara15 Jambi

34 D I Yogyakarta76 Sulawesi Barat

31 DKI Jakarta71 Sulawesi Utara

62 Kalimantan Tengah81 Maluku

32 Jawa Barat13 Sumatera Barat

35 Jawa Timur18 Lampung

33 Jawa Tengah16 Sumatera Selatan61 Kalimantan Barat64 Kalimantan Timur

14 Riau11 Aceh

Penduduk 10-12 yang Bekerja Penduduk 13-14 yang BekerjaPenduduk 15-17 yang Bekerja

Profil Anak Indonesia 2017

134

Gambar 7.5 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

21,1920,00

16,71

3,152,92

1,74

0 5 10 15 20 25

74 Sulawesi Tenggara76 Sulawesi Barat

72 Sulawesi Tengah94 Papua

51 Bali12 Sumatera Utara

52 Nusa Tenggara Barat73 Sulawesi Selatan19 Bangka-Belitung

82 Maluku Utara75 Gorontalo

13 Sumatera Barat17 Bengkulu

62 Kalimantan Tengah18 Lampung

71 Sulawesi Utara91 Papua Barat

61 Kalimantan Barat63 Kalimantan Selatan

53 Nusa Tenggara Timur15 Jambi

16 Sumatera Selatan14 Riau

11 Aceh81 Maluku

35 Jawa Timur36 Banten

33 Jawa Tengah64 Kalimantan Timur65 Kalimantan Utara

34 D I Yogyakarta32 Jawa Barat31 DKI Jakarta

21 Kepulauan Riau

Gambar 7.6 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja Menurut Kelompok Umurdan Provinsi, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

28,92 19,07

18,12

87.73

84.17 84.32

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Kepulauan RiauMaluku Utara

Kalimantan SelatanSulawesi Selatan

BaliPapua Barat

BengkuluSumatera Utara

Sulawesi TenggaraSulawesi Tengah

Nusa Tenggara BaratPapua

GorontaloBangka-Belitung

BantenNusa Tenggara Timur

Kalimantan UtaraJambi

D I YogyakartaSulawesi Barat

DKI JakartaSulawesi Utara

Kalimantan TengahMaluku

Jawa BaratSumatera Barat

Jawa TimurLampung

Jawa TengahSumatera SelatanKalimantan BaratKalimantan Timur

RiauAceh

Penduduk 10-12 yang Bekerja Penduduk 13-14 yang BekerjaPenduduk 15-17 yang Bekerja

142

Profil Anak Indonesia 2017

136

7.3.1.3 Anak Bekerja menurut Pendidikan

Persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja yang dirinci menurut kelompok umur dan partisipasi sekolah, tahun 2016 disajikan pada gambar 7.7. Dari gambar tersebut dapat dilihat sebagian besar dari anak umur 10-17 tahun yang bekerja berstatus masih bersekolah, yaitu sebesar 54,46 persen. Sementara itu sisanya sebesar 43,86 persen tidak bersekolah lagi dan 1,67 persen tidak/belum pernah sekolah. Jika ternyata alasan anak tidak bersekolah lagi adalah karena bekerja, maka angka 43,86 persen merupakan angka yang cukup besar yang harus menjadi perhatian. Hal lain yang juga harus menjadi perhatian adalah masih adanya 1,67 persen anak yang tidak/belum pernah sekolah tetapi sudah bekerja. Pada umur 10-17 tahun, anak seharusnya masih menikmati jenjang pendidikan atau fokus pada pelajaran saja. Namun dalam kenyataannya banyak anak-anak pada kelompok umur tersebut sudah memasuki pasar kerja.

Dari Gambar 7.7 juga dapat dilihat komposisi partisipasi bersekolah dari anak bekerja menurut kelompok umur. Pada kelompok umur 10-12 tahun dan 13-14 tahun, sebagian besar anak yang bekerja berstatus masih bersekolah, dengan persentase masing-masing sebesar 84,70 persen dan 76,25 persen. Hal ini menunjukkan masih banyaknya anak-anak berumur 10-14 tahun yang harus membagi perhatian dan waktunya untuk bekerja dan belajar maupun kegiatan lainnya, padahalnya seharusnya anak-anak tersebut hanya fokus pada pelajaran. Sementara untuk kelompok umur 15-17 tahun, sebagian besar dari anak yang bekerja berstatus sudah tidak bersekolah lagi, yaitu sebesar 53,78 persen.

Gambar 7.7 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur

dan Partisipasi Sekolah, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

3,58 1,22 1,52 1,67

84,7076,25

44,7054,46

11,7222,53

53,7843,86

10-12 13-14 15-17 Total

Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Bersekolah Tidak Besekolah Lagi

143

Profil Anak Indonesia 2017

137

Gambar 7.8 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan dirinci menurut kelompok umur, tahun 2016. Terlihat hampir separuh (43,12 persen) dari anak berumur 10-17 tahun yang bekerja berpendidikan tamat SMP dan sekitar 6,61 persen sudah tamat SMA. Sementara sisanya sekitar 34,58 persen tamat SD, 14,02 persen tidak/belum tamat SD, dan 1,67 tidak/belum pernah sekolah.

Pada semua kelompok umur, masih ada anak yang bekerja tetapi tidak/belum pernah sekolah. Pada kelompok umur 10-12 tahun terdapat sekitar 3,58 persen, sementara pada kelompok umur 13-14 tahun dan 15-17 tahun jumlahnya menurun sekitar 1,22 persen 1,52 persen. Hal ini perlu menjadi perhatian karena kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur wajib belajar. Ini juga menunjukkan hak anak terhadap pendidikan terabaikan.

Gambar 7.8 Persentase Anak Usia 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kelompok Umur, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Jika dirinci menurut tipe daerah, pada gambar 7.9 dapat dilihat baik di perkotaan maupun di perdesaan, sebagian besar anak umur 10-17 tahun yang bekerja berpendidikan tamat SMP, yaitu di perkotaan sekitar 48,09 persen dan di perdesaan sekitar 40,15 persen. Sedangkan Jika dirinci menurut jenis kelamin, dapat dilihat

Profil Anak Indonesia 2017

136

7.3.1.3 Anak Bekerja menurut Pendidikan

Persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja yang dirinci menurut kelompok umur dan partisipasi sekolah, tahun 2016 disajikan pada gambar 7.7. Dari gambar tersebut dapat dilihat sebagian besar dari anak umur 10-17 tahun yang bekerja berstatus masih bersekolah, yaitu sebesar 54,46 persen. Sementara itu sisanya sebesar 43,86 persen tidak bersekolah lagi dan 1,67 persen tidak/belum pernah sekolah. Jika ternyata alasan anak tidak bersekolah lagi adalah karena bekerja, maka angka 43,86 persen merupakan angka yang cukup besar yang harus menjadi perhatian. Hal lain yang juga harus menjadi perhatian adalah masih adanya 1,67 persen anak yang tidak/belum pernah sekolah tetapi sudah bekerja. Pada umur 10-17 tahun, anak seharusnya masih menikmati jenjang pendidikan atau fokus pada pelajaran saja. Namun dalam kenyataannya banyak anak-anak pada kelompok umur tersebut sudah memasuki pasar kerja.

Dari Gambar 7.7 juga dapat dilihat komposisi partisipasi bersekolah dari anak bekerja menurut kelompok umur. Pada kelompok umur 10-12 tahun dan 13-14 tahun, sebagian besar anak yang bekerja berstatus masih bersekolah, dengan persentase masing-masing sebesar 84,70 persen dan 76,25 persen. Hal ini menunjukkan masih banyaknya anak-anak berumur 10-14 tahun yang harus membagi perhatian dan waktunya untuk bekerja dan belajar maupun kegiatan lainnya, padahalnya seharusnya anak-anak tersebut hanya fokus pada pelajaran. Sementara untuk kelompok umur 15-17 tahun, sebagian besar dari anak yang bekerja berstatus sudah tidak bersekolah lagi, yaitu sebesar 53,78 persen.

Gambar 7.7 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur

dan Partisipasi Sekolah, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

3,58 1,22 1,52 1,67

84,7076,25

44,7054,46

11,7222,53

53,7843,86

10-12 13-14 15-17 Total

Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Bersekolah Tidak Besekolah Lagi

3.58

63.67

37.75

KELOMPOK UMUR 10-12 TAHUN

Tidak/Belum Sekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

1.22 12.48

74.31

11.99

KELOMPOK UMUR 13-14 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

1.52 7.49

24.71

57.06

9.21

KELOMPOK UMUR 15-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

1.7 14.02

34.58

43.12

6.61

KELOMPOK UMUR 10-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

3.58

63.67

37.75

KELOMPOK UMUR 10-12 TAHUN

Tidak/Belum Sekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

1.22 12.48

74.31

11.99

KELOMPOK UMUR 13-14 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

1.52 7.49

24.71

57.06

9.21

KELOMPOK UMUR 15-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

1.7 14.02

34.58

43.12

6.61

KELOMPOK UMUR 10-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

3.58

63.67

37.75

KELOMPOK UMUR 10-12 TAHUN

Tidak/Belum Sekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

1.22 12.48

74.31

11.99

KELOMPOK UMUR 13-14 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

1.52 7.49

24.71

57.06

9.21

KELOMPOK UMUR 15-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

1.7 14.02

34.58

43.12

6.61

KELOMPOK UMUR 10-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

3.58

63.67

37.75

KELOMPOK UMUR 10-12 TAHUN

Tidak/Belum Sekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

1.22 12.48

74.31

11.99

KELOMPOK UMUR 13-14 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

1.52 7.49

24.71

57.06

9.21

KELOMPOK UMUR 15-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

1.7 14.02

34.58

43.12

6.61

KELOMPOK UMUR 10-17 TAHUN

Tidak/Belum PernahSekolah

Tidak/Belum TamatSD

SD

SMP

SMA ke Atas

144

Profil Anak Indonesia 2017

138

diantara anak laki-laki umur 10-17 tahun yang bekerja sebagian besar berpendidikan tamat SMP, begitu juga dengan anak perempuan. Diantara anak laki-laki bekerja yang berpendidikan tamat SMP ada sekitar 41,16 persen, sedangkan diantara anak perempuan bekerja yang berpendidikan tamat SMP ada sekitar 46,07 persen.

Gambar 7.9 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Klasifikasi Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

0,192,56 1,67

11,15

15,7414,02

30,85

36,8134,58

48,09

40,1543,12

9,72

4,746,61

Perkotaan Perdesaan Total

Tidak/ Belum Pernah Sekolah

Tidak/ Belum Tamat SD

SD

SMP

SMA ke Atas

1,75 1,55 1,67

16,17

10,8014,02

35,8532,66

34,58

41,16

46,0743,12

5,068,93

6,61

Laki-laki Perempuan Total

Tidak/ Belum Pernah Sekolah

Tidak/ Belum Tamat SD

SD

SMP

SMA ke Atas

145

Profil Anak Indonesia 2017

139

7.3.1.4 Anak Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Anak berumur 10-17 tahun yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu sektor pertanian, industri, dan jasa. Pada gambar 7.10 dapat dilihat pada kelompok umur 10-12 tahun persentase anak yang bekerja di sektor pertanian mencapai 44,73 persen, jasa sebesar 42,12 persen dan industri sebesar 13,15 persen. Pada kelompok umur 13-14 tahun, persentase anak yang bekerja di sektor pertanian mencapai 51,05 persen, jasa sebesar 38,38 persen dan industri sebesar 10,58 persen. Pada kelompok umur 15-17 tahun, persentase anak yang bekerja di sektor pertanian sebesar 39,92 persen, jasa sebesar 40,15 persen dan industri sebesar 19,93 persen.

Gambar 7.10 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Gambar 7.11 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja berdasarkan klasifikasi daerah dan Jenis Kelamin, yang dirinci menurut tiga kelompok sektor lapangan pekerjaan utama (pertanian, industri, dan jasa). Dari Gambar tersebut dapat dilihat sebagian besar anak berumur 10-17 tahun bekerja di sektor pertanian, yaitu sekitar 42,44 persen. Sementara itu sisanya sebesar 40,02 persen bekerja di sektor jasa dan 17,54 persen bekerja di sektor industri.

Berdasarkan klasifikasi daerah tempat tinggal, terjadi perbedaan pola penyebaran tenaga kerja anak menurut lapangan pekerjaan utama, dimana di perkotaan sebagian besar anak bekerja di sektor jasa, sedangkan di perdesaan sebagian besar anak bekerja di sektor pertanian. Di perdesaan, anak yang bekerja di sektor pertanian mencapai 58,07 persen, sedangkan di sektor jasa hanya sebesar 27,96 persen.

44,73

51,05

39,9242,44

13,1510,58

19,9317,54

42,1238,38

40,15

40,02

10-12 tahun 13-14 tahun 15-17 tahun Total

Pertanian

Industri

Jasa

Profil Anak Indonesia 2017

138

diantara anak laki-laki umur 10-17 tahun yang bekerja sebagian besar berpendidikan tamat SMP, begitu juga dengan anak perempuan. Diantara anak laki-laki bekerja yang berpendidikan tamat SMP ada sekitar 41,16 persen, sedangkan diantara anak perempuan bekerja yang berpendidikan tamat SMP ada sekitar 46,07 persen.

Gambar 7.9 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Klasifikasi Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

0,192,56 1,67

11,15

15,7414,02

30,85

36,8134,58

48,09

40,1543,12

9,72

4,746,61

Perkotaan Perdesaan Total

Tidak/ Belum Pernah Sekolah

Tidak/ Belum Tamat SD

SD

SMP

SMA ke Atas

1,75 1,55 1,67

16,17

10,8014,02

35,8532,66

34,58

41,16

46,0743,12

5,068,93

6,61

Laki-laki Perempuan Total

Tidak/ Belum Pernah Sekolah

Tidak/ Belum Tamat SD

SD

SMP

SMA ke Atas

146

Profil Anak Indonesia 2017

140

Sebaliknya di perkotaan, anak yang bekerja di sektor jasa mencapai 60,15 persen, sedangkan di sektor pertanian hanya sebesar 16,34 persen.

Gambar 7.11 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016

Tipe Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar anak laki-laki bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagian besar anak perempuan bekerja di sektor jasa. Anak laki-laki yang bekerja di sektor pertanian mencapai 50,68 persen, sedangkan yang bekerja di sektor jasa hanya 30,84 persen. Sebaliknya anak perempuan yang bekerja di

16,34

58,07

42,44

23,51

13,9717,54

60,15

27,96

40,02

Perkotaan Perdesaan Total

Pertanian

Industri

Jasa

50,68

30,04

42,44

18,4816,14 17,54

30,84

53,82

40,02

Laki-laki Perempuan Total

Pertanian

Industri

Jasa

147

Profil Anak Indonesia 2017

141

sektor jasa mencapai 53,82 persen, sedangkan yang bekerja di sektor pertanian hanya 30,04 persen.

7.3.1.5 Anak Bekerja menurut Status Pekerjaan

Gambar 7.12 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja berdasarkan klasifikasi daerah dan Jenis Kelamin, yang dirinci menurut status pekerjaan utama. Dari gambar tersebut dapat dilihat, baik laki-laki maupun perempuan ataupun di perkotaan maupun di perdesaan, sebagian besar anak umur 10-17 tahun yang bekerja berstatus sebagai pekerja tak dibayar dengan persentase total mencapai 61,88 persen. Sementara sisanya sekitar 23,18 persen yang berstatus buruh/karyawan/pegawai, 9,41 persen sebagai pekerja bebas, dan 5,54 persen berstatus berusaha.

Jika dilihat berdasarkan klasifikasi daerah, tidak terjadi perbedaan pola penyebaran tenaga kerja anak menurut status pekerjaan utama antara perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan, anak yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar sekitar 51,71 persen lebih tinggi dibanding yang berstatus buruh/karyawan/pegawai yakni sekitar 34,86 persen, dan di perdesaan anak yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar mencapai 67,97 persen, juga lebih tinggi dibanding yang berstatus buruh/karyawan/pegawai yakni sekitar 16,17 persen. Hanya saja di perkotaan lebih banyak anak umur 10-17 yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dibandingkan di perdesaan, dan di perdesaan anak yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar lebih tinggi dari perkotaan.

Jika dirinci menurut jenis kelamin, juga tidak terjadi perbedaan pola penyebaran tenaga kerja anak menurut status pekerjaan utama antara laki-laki dan perempuan. Baik anak laki-laki maupun perempuan, sebagian besar bekerja sebagai pekerja tak dibayar, kemudian terbanyak kedua bekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai, ketiga bekerja sebagai pekerja bebas, dan terakhir berstatus berusaha.

Profil Anak Indonesia 2017

140

Sebaliknya di perkotaan, anak yang bekerja di sektor jasa mencapai 60,15 persen, sedangkan di sektor pertanian hanya sebesar 16,34 persen.

Gambar 7.11 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016

Tipe Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar anak laki-laki bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagian besar anak perempuan bekerja di sektor jasa. Anak laki-laki yang bekerja di sektor pertanian mencapai 50,68 persen, sedangkan yang bekerja di sektor jasa hanya 30,84 persen. Sebaliknya anak perempuan yang bekerja di

16,34

58,07

42,44

23,51

13,9717,54

60,15

27,96

40,02

Perkotaan Perdesaan Total

Pertanian

Industri

Jasa

50,68

30,04

42,44

18,4816,14 17,54

30,84

53,82

40,02

Laki-laki Perempuan Total

Pertanian

Industri

Jasa

148

Profil Anak Indonesia 2017

142

Gambar 7.12 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016

Tipe Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Persentase anak berumur 10-17 tahun yang bekerja dirinci menurut status pekerjaan utama dan kelompok umur dapat dilihat pada gambar 7.13. Pada semua

5,42 5,61 5,54

34,86

16,1723,18

8,00 10,24 9,41

51,71

67,9761,88

Perkotaan Perdesaan Total

1

2

3

4

6,723,77 5,54

21,2526,07

23,18

12,78

4,339,41

59,2565,83

61,88

Laki-laki Perempuan Total

1

2

3

4

Keterangan: 1. Berusaha Sendiri, Berusaha dibantu Buruh Tetap dan Buruh Tidak Dibayar2. Buruh/Karyawan/Pegawai3. Pekerja bebas4. Pekerja tak dibayar

149

Profil Anak Indonesia 2017

143

kelompok umur, sebagian besar anak bekerja sebagai pekerja tak dibayar. Namun dengan bertambahnya umur, persentase anak yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar semakin berkurang, beralih menjadi buruh/karyawan/pegawai.

Gambar 7.13 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama dan Kelompok Umur, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Penduduk dikategorikan bekerja pada kegiatan formal jika mereka bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dan juga mereka yang berusaha dibantu buruh/karyawan. Seperti diketahui, tidak semua buruh/karyawan/pegawai bekerja pada kegiatan yang memiliki aspek legalitas kegiatan. Sebagai ilustrasi, seorang pembantu rumah tangga juga terklasifikasi sebagai pekerja formal mengingat statusnya sebagai buruh/karyawan. Dalam ketenagakerjaan, konsep buruh/karyawan adalah mereka yang bekerja dengan mendapatkan upah/gaji berupa uang maupun barang dari majikan yang tetap, dalam hal ini termasuk juga pembantu rumah tangga.

5,10 3,40 6,15 5,541,41

10,15

29,5323,18

5,33 5,7710,90 9,41

88,1580,69

53,4261,88

10-12 tahun 13-14 tahun 15-17 tahun Total

1,00

2,00

3,00

4,00

Keterangan: 1. Berusaha Sendiri, Berusaha dibantu Buruh Tetap dan Buruh Tidak Dibayar2. Buruh/Karyawan/Pegawai3. Pekerja bebas4. Pekerja tak dibayar

Profil Anak Indonesia 2017

142

Gambar 7.12 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016

Tipe Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Persentase anak berumur 10-17 tahun yang bekerja dirinci menurut status pekerjaan utama dan kelompok umur dapat dilihat pada gambar 7.13. Pada semua

5,42 5,61 5,54

34,86

16,1723,18

8,00 10,24 9,41

51,71

67,9761,88

Perkotaan Perdesaan Total

1

2

3

4

6,723,77 5,54

21,2526,07

23,18

12,78

4,339,41

59,2565,83

61,88

Laki-laki Perempuan Total

1

2

3

4

Keterangan: 1. Berusaha Sendiri, Berusaha dibantu Buruh Tetap dan Buruh Tidak Dibayar2. Buruh/Karyawan/Pegawai3. Pekerja bebas4. Pekerja tak dibayar

150

Profil Anak Indonesia 2017

144

Gambar 7.14 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Sektor Formal-Informal, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016

Tipe Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Gambar 7.14 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja berdasarkan klasifikasi daerah dan Jenis Kelamin, yang dirinci menurut sektor formal/informal. Sebagian besar anak berumur 10-17 tahun bekerja pada sektor

34,86

16,1723,18

65,14

83,8376,82

Perkotaan Perdesaan Total

Formal

Informal

21,2526,07 23,18

78,7573,93 76,82

Laki-laki Perempuan Total

Formal

Informal

151

Profil Anak Indonesia 2017

145

informal yaitu sekitar 76,82 persen. Hal yang sama juga terjadi di perkotaan maupun di perdesaan. Di perkotaan, anak yang bekerja di sektor informal ada sebanyak 65,14 persen, sedangkan di perdesaan mencapai 83,83 persen. Berdasarkan jenis kelamin, diantara anak laki-laki yang bekerja, sebanyak 78,75 persen bekerja di sektor informal, sedangkan diantara anak perempuan yang bekerja di sektor informal ada sebanyak 73,93 persen.

Gambar 7.15 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Sektor Formal-Informal dan Kelompok Umur, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Gambar 7.15 menyajikan persentase anak berumur 10-17 tahun yang bekerja

dirinci menurut kelompok umur dan sektor formal/informal. Dari gambar tersebut dapat dilihat hanya sedikit sekali atau sebagian kecil saja anak berumur 10-17 tahun yang bekerja pada sektor formal. Jika dilihat menurut kelompok umur, semakin bertambah umur semakin banyak anak yang bekerja di sektor formal. Diantara anak pada kelompok umur 10-12 tahun, yang bekerja di sektor formal ada sebanyak 1,41 persen, diantara anak pada kelompok 13-14 tahun ada sebanyak 10,15 persen dan diantara anak pada kelompok 15-17 tahun ada sebanyak 29,53 persen. Dengan kata lain seiring meningkatnya umur, kesempatan bekerja di sektor formal juga semakin meningkat.

1,4110,15

29,5323,18

98,5989,85

70,4776,82

10-12 tahun 13-14 tahun 15-17 tahun Total

Formal

Informal

Profil Anak Indonesia 2017

144

Gambar 7.14 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Sektor Formal-Informal, Jenis Kelamin, dan Klasifikasi Daerah, 2016

Tipe Daerah

Jenis Kelamin

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Gambar 7.14 menyajikan persentase anak umur 10-17 tahun yang bekerja berdasarkan klasifikasi daerah dan Jenis Kelamin, yang dirinci menurut sektor formal/informal. Sebagian besar anak berumur 10-17 tahun bekerja pada sektor

34,86

16,1723,18

65,14

83,8376,82

Perkotaan Perdesaan Total

Formal

Informal

21,2526,07 23,18

78,7573,93 76,82

Laki-laki Perempuan Total

Formal

Informal

152

Profil Anak Indonesia 2017

146

7.3.1.6 Anak Bekerja menurut Jam Kerja

Seperti telah disebutkan dalam UU No. 13 Tahun 2003, pada dasarnya pengusaha dilarang memperkerjakan anak, namun terdapat pengecualian bagi anak umur 13-15 tahun yaitu mereka masih dapat bekerja tetapi dengan berbagai syarat dan kondisi, salah satunya yaitu tidak boleh bekerja lebih dari 3 jam per hari. Batasan jam kerja bagi anak merupakan salah satu perlindungan yang diberikan pemerintah untuk anak-anak. Jumlah jam kerja yang sedikit diasumsikan tidak terlalu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental anak (tidak mengganggu waktu belajar dan bermain anak-anak).

Di Indonesia, dengan asumsi 5 hari kerja, jam kerja normal dalam seminggu diperkirakan sebanyak 35-40 jam/minggu. Jika lebih dari 35-40 jam/minggu maka dianggap sudah melebihi jam kerja normal. Sementara pada anak-anak ada batasan bekerja 3 jam/hari sehingga jam kerja normal (jam kerja maksimal) untuk anak adalah sekitar 15 jam/minggu. Berdasarkan ketentuan tersebut, pada tulisan ini jam kerja dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kurang dari 15 jam/minggu, 15-40 jam /minggu, dan lebih dari 40 jam/minggu.

Gambar 7.16 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jam Kerja, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Terdapat hubungan positif antara umur dengan jam kerja, yaitu semakin

bertambah umur semakin bertambah pula jam kerjanya (lihat gambar 7.16). Rata-rata jam kerja anak pada kelompok umur 10-12 tahun adalah 25 jam/minggu, kemudian

0,61

53,37 54,93

32,00

43,47 34,94

36,13

3,16 10,13

31,25

051015202530354045

0%

25%

50%

75%

100%

10-12 13-14 15-17

0 1-14 15-40 >40 rata-rata jam kerja

153

Profil Anak Indonesia 2017

147

meningkat menjadi 34 jam/minggu pada kelompok umur 13-14 tahun dan terus meningkat menjadi 42 jam/minggu pada kelompok umur 15-17 tahun.

Sementara itu pada kelompok umur 10-12 tahun dan 13-14 tahun sebagian besar anak bekerja kurang dari 15 jam/minggu (masih dalam rentang waktu jam kerja normal untuk anak). Diantara anak pada kelompok umur 10-12 tahun, yang bekerja kurang dari 15 jam/minggu ada sebanyak 53,37 persen dan diantara anak pada kelompok umur 13-14 tahun, yang bekerja kurang dari 15 jam/minggu ada sebanyak 54,93 persen.

Yang perlu menjadi perhatian adalah adanya anak berumur 10-12 tahun dan 13-14 tahun yang bekerja lebih dari 40 jam/minggu. Pada kelompok umur 10-12 tahun ada sekitar 3,16 persen dan pada kelompok umur 13-14 tahun ada sekitar 10,13 persen. Sedangkan anak pada kelompok umur 15-17 tahun, sebagian besar atau sekitar 36,13 persen sudah bekerja dengan jumlah jam kerja normal angkatan kerja atau sekitar 15-40 jam/minggu.

7.3.1.7 Anak Bekerja menurut Upah/Gaji/Pendapatan

Istilah upah/gaji/pendapatan yang digunakan pada publikasi ini merujuk pada semua jenis imbalan atau penghasilan bersih yang diterima oleh pekerja selama sebulan baik berupa uang maupun barang yang diukur dalam rupiah. Pada dasarnya besarnya upah/gaji/pendapatan terkait erat dengan lamanya jam kerja, yaitu semakin besar jumlah jam kerja maka akan semakin besar pula upah/gaji/pendapatan yang akan diterima. (Perhatikan Gambar 7.16 dan Tabel 7.4). Pada Tabel 7.4 dapat dilihat semakin bertambah umur anak semakin besar upah/gaji/pendapatannya dan pada gambar 7.16 dapat dilihat semakin bertambah umur anak semakin lama jam kerjanya. Hal ini menunjukkan peningkatan jam kerja berbanding lurus dengan peningkatan upah/gaji/pendapatan.

Pada Tabel 7.4 dapat dilihat juga besarnya upah/gaji/pendapatan yang diterima pekerja anak berumur 10-17 tahun dipengaruhi oleh klasifikasi daerah tempat tinggal dan jenis kelamin. Secara umum upah/gaji/pendapatan anak di perkotaan lebih besar dibanding di perdesaan dan upah/gaji/pendapatan anak laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Rata-rata upah/gaji/pendapatan selama sebulan di perkotaan sekitar 1,08 juta rupiah sedangkan di pedesaan sekitar 944 ribu rupiah. Rata-rata upah/gaji/pendapatan anak laki-laki selama sebulan sekitar 1,02 juta rupiah sedangkan anak perempuan sekitar 999 ribu rupiah. Namun demikian pada kelompok umur 15-17 tahun, upah/gaji/pendapatan anak perempuan lebih besar dibanding anak laki-laki.

Profil Anak Indonesia 2017

146

7.3.1.6 Anak Bekerja menurut Jam Kerja

Seperti telah disebutkan dalam UU No. 13 Tahun 2003, pada dasarnya pengusaha dilarang memperkerjakan anak, namun terdapat pengecualian bagi anak umur 13-15 tahun yaitu mereka masih dapat bekerja tetapi dengan berbagai syarat dan kondisi, salah satunya yaitu tidak boleh bekerja lebih dari 3 jam per hari. Batasan jam kerja bagi anak merupakan salah satu perlindungan yang diberikan pemerintah untuk anak-anak. Jumlah jam kerja yang sedikit diasumsikan tidak terlalu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental anak (tidak mengganggu waktu belajar dan bermain anak-anak).

Di Indonesia, dengan asumsi 5 hari kerja, jam kerja normal dalam seminggu diperkirakan sebanyak 35-40 jam/minggu. Jika lebih dari 35-40 jam/minggu maka dianggap sudah melebihi jam kerja normal. Sementara pada anak-anak ada batasan bekerja 3 jam/hari sehingga jam kerja normal (jam kerja maksimal) untuk anak adalah sekitar 15 jam/minggu. Berdasarkan ketentuan tersebut, pada tulisan ini jam kerja dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kurang dari 15 jam/minggu, 15-40 jam /minggu, dan lebih dari 40 jam/minggu.

Gambar 7.16 Persentase Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jam Kerja, 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Terdapat hubungan positif antara umur dengan jam kerja, yaitu semakin

bertambah umur semakin bertambah pula jam kerjanya (lihat gambar 7.16). Rata-rata jam kerja anak pada kelompok umur 10-12 tahun adalah 25 jam/minggu, kemudian

0,61

53,37 54,93

32,00

43,47 34,94

36,13

3,16 10,13

31,25

051015202530354045

0%

25%

50%

75%

100%

10-12 13-14 15-17

0 1-14 15-40 >40 rata-rata jam kerja

154

Profil Anak Indonesia 2017

148

Tabel 7.4 Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Selama Sebulan, Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Kelompok Umur

Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Selama Sebulan (Rupiah)

Perkotaan Perdesaan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10-12 291 809 403 866 410 534 299 776 362 660

13-14 657 123 760 331 800 604 451 364 717 427

15-17 1 140 892 990 942 1 062 984 1 067 017 1 064

463

10-17 1 081 087 944 180 1 015 724 999 172 1 009

820 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Gambar 7.17 menyajikan rata-rata upah/gaji/pendapatan dari anak berumur 10-

17 tahun yang bekerja dirinci menurut provinsi, tahun 2016. Rata-rata upah/gaji/ pendapatan antar provinsi berkisar antara 480 ribu rupiah sampai dengan 2,59 juta rupiah. Upah/gaji/pendapatan terendah terdapat di Provinsi Maluku sedangkan yang tertinggi di Kalimantan timur. Tiga provinsi dengan rata-rata upah/gaji/ pendapatan tertinggi yaitu Kalimantan Timur sebesar 2,59 juta rupiah, Papua Barat sebesar 2,16 juta rupiah, dan Banten sebesar 1,55 juta rupiah. Sementara tiga provinsi dengan rata-rata upah/gaji/pendapatan terendah ada di provinsi Maluku sebesar 480 ribu rupiah, Bengkulu sebesar 539 ribu rupiah, dan Nusa tenggara Barat sebesar 548 ribu rupiah.

155

Profil Anak Indonesia 2017

149

Gambar 7.17 Rata-rata upah/gaji/pendapatan Anak Umur 10-17 Tahun Menurut Provinsi (ribu rupiah), 2016

Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

25942162

1546

548539

480

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Kalimantan TimurPapua Barat

BantenD I YogyakartaSulawesi Utara

DKI JakartaKalimantan Utara

Maluku UtaraSumatera Selatan

Sulawesi BaratJawa Barat

BaliBangka-Belitung

PapuaKalimantan Barat

Kalimantan TengahSulawesi Selatan

Jawa TimurGorontalo

Kepulauan RiauSulawesi Tenggara

RiauJawa Tengah

LampungJambi

Kalimantan SelatanAceh

Sumatera UtaraSumatera Barat

Sulawesi TengahNusa Tenggara TimurNusa Tenggara Barat

BengkuluMaluku

Profil Anak Indonesia 2017

148

Tabel 7.4 Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Selama Sebulan, Anak Umur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Kelompok Umur

Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Selama Sebulan (Rupiah)

Perkotaan Perdesaan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10-12 291 809 403 866 410 534 299 776 362 660

13-14 657 123 760 331 800 604 451 364 717 427

15-17 1 140 892 990 942 1 062 984 1 067 017 1 064

463

10-17 1 081 087 944 180 1 015 724 999 172 1 009

820 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Gambar 7.17 menyajikan rata-rata upah/gaji/pendapatan dari anak berumur 10-

17 tahun yang bekerja dirinci menurut provinsi, tahun 2016. Rata-rata upah/gaji/ pendapatan antar provinsi berkisar antara 480 ribu rupiah sampai dengan 2,59 juta rupiah. Upah/gaji/pendapatan terendah terdapat di Provinsi Maluku sedangkan yang tertinggi di Kalimantan timur. Tiga provinsi dengan rata-rata upah/gaji/ pendapatan tertinggi yaitu Kalimantan Timur sebesar 2,59 juta rupiah, Papua Barat sebesar 2,16 juta rupiah, dan Banten sebesar 1,55 juta rupiah. Sementara tiga provinsi dengan rata-rata upah/gaji/pendapatan terendah ada di provinsi Maluku sebesar 480 ribu rupiah, Bengkulu sebesar 539 ribu rupiah, dan Nusa tenggara Barat sebesar 548 ribu rupiah.

156

Profil Anak Indonesia 2017

150

7.3.2 Anak Miskin

Salah satu upaya yang dilakukan dalam perlindungan khusus bagi anak sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 59 ayat (1) adalah dengan memberikan bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Sebagai dasar pemberian bantuan tentunya diperlukan data terkait anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Pada Juli 2017, BPS bekerja-sama dengan UNICEF menerbitkan buku tentang ‘Analisis kemiskinan anak dan deprivasi hak-hak dasar anak di Indonesia’. Data yang digunakan sebagai dasar analisis dalam buku tersebut berasal dari Susenas Maret 2016. Analisis kemiskinan anak yang dicakup dalam buku tersebut mencakup kemiskinan moneter dan non moneter.

Kemiskinan moneter didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Selanjutnya batasan dari sisi pengeluaran yaitu nilai rupiah minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan disebut sebagai garis kemiskinan. Menggunakan dasar garis kemiskinan tersebut dapat dihitung beberapa indikator kemiskinan, yaitu persentase penduduk miskin/poverty head count index (P0), indeks kedalaman kemiskinan/poverty gap index (P1) dan indeks keparahan kemiskinan/poverty severity index (P2). P0 adalah persentase penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan. P1 merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks P1, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. P2 memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin (sensitif terhadap ketimpangan di antara populasi anak miskin, makin tinggi angka P2 maka makin parah ketimpangan di antara populasi anak miskin).

Subbab ini hanya menyajikan sebagian kecil informasi tentang kemiskinan anak dengan pendekatan moneter. Dengan pendekatan moneter, penduduk dikategorikan miskin jika penduduk tersebut memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka anak miskin secara moneter didefinisikan sebagai anak usia 0 – 17 tahun yang tinggal di rumah tangga miskin yaitu rumah tangga yang rata-rata pengeluaran per-kapita per bulannya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran tingkat kemiskinan dihitung sesuai dengan populasinya. Untuk tingkat kemiskinan penduduk secara umum, maka populasinya adalah seluruh penduduk. Untuk tingkat kemiskinan anak usia 0 – 17 tahun, maka populasinya adalah seluruh anak usia 0 – 17 tahun.

Gambar 7.18 menyajikan persentase penduduk miskin (P0), kedalaman kemiskinan (P1), dan keparahan kemiskinan (P2) yang dirinci menurut kelompok umur,

157

Profil Anak Indonesia 2017

151

tahun 2016. Dari gambar tersebut dapat dilihat angka kemiskinan anak usia 0-17 tahun lebih tinggi dibandingkan angka kemiskinan secara umum (untuk seluruh penduduk). Dari seluruh anak 0 – 17 tahun, terdapat sekitar 13,31 persen diantaranya tinggal di dalam rumah tangga miskin dengan tingkat kedalaman sebesar 2,43 persen dan tingkat keparahan sebesar 0,67 persen. Sementara itu, penduduk miskin hanya sekitar 10,86 persen dengan tingkat kedalaman sebesar 1,94 persen dan tingkat keparahan sebesar 0,52 persen.

Jika anak usia 0-17 tahun dirinci menjadi kategori bayi (umur kurang dari 1 tahun) dan balita (umur 0-4) tahun dapat dilihat angka kemiskinan anak semakin tinggi, dalam, dan parah. Dari seluruh anak kategori bayi, terdapat sekitar 14,49 persen diantaranya tinggal di dalam rumah tangga miskin dengan tingkat kedalaman kemiskinan sebesar 2,55 persen dan tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0,67 persen. Dari seluruh anak kategori balita, terdapat sekitar 14,28 persen diantaranya tinggal di dalam rumah tangga miskin dengan tingkat kedalaman kemiskinan sebesar 2,59 persen dan tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0,71 persen. Walaupun persentase balita miskin lebih rendah dari bayi miskin, namun tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan balita lebih tinggi dibanding bayi.

Gambar 7.18 Persentase Penduduk Miskin (P0), Kedalaman Kemiskinan (P1), dan

Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Kelompok Umur, 2016

Sumber: Analisis kemiskinan anak dan deprivasi hak-hak dasar anak di Indonesia, BPS

Gambar 7.19 menyajikan persentase anak miskin (P0), kedalaman kemiskinan

anak (P1), dan keparahan kemiskinan anak (P2) menurut jenis kelamin dan klasifikasi daerah, tahun 2016. Dilihat dari jenis kelamin, angka kemiskinan antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Sebaliknya jika dilihat dari tipe daerah angka kemiskinan antara anak di perkotaan dengan di perdesaan sangat berbeda, dimana angka

14,49 14,28 13,31

10,86

2,55 2,59 2,43 1,94 0,67 0,71 0,67 0,52

Bayi (<1 tahun) Balita (0-4 tahun) Anak (0-17 tahun) Semua Umur

% PendudukMiskin (P0)

KedalamanKemiskinan (P1)

KeparahanKemiskinan (P2)

Profil Anak Indonesia 2017

150

7.3.2 Anak Miskin

Salah satu upaya yang dilakukan dalam perlindungan khusus bagi anak sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 59 ayat (1) adalah dengan memberikan bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Sebagai dasar pemberian bantuan tentunya diperlukan data terkait anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Pada Juli 2017, BPS bekerja-sama dengan UNICEF menerbitkan buku tentang ‘Analisis kemiskinan anak dan deprivasi hak-hak dasar anak di Indonesia’. Data yang digunakan sebagai dasar analisis dalam buku tersebut berasal dari Susenas Maret 2016. Analisis kemiskinan anak yang dicakup dalam buku tersebut mencakup kemiskinan moneter dan non moneter.

Kemiskinan moneter didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Selanjutnya batasan dari sisi pengeluaran yaitu nilai rupiah minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan disebut sebagai garis kemiskinan. Menggunakan dasar garis kemiskinan tersebut dapat dihitung beberapa indikator kemiskinan, yaitu persentase penduduk miskin/poverty head count index (P0), indeks kedalaman kemiskinan/poverty gap index (P1) dan indeks keparahan kemiskinan/poverty severity index (P2). P0 adalah persentase penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan. P1 merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks P1, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. P2 memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin (sensitif terhadap ketimpangan di antara populasi anak miskin, makin tinggi angka P2 maka makin parah ketimpangan di antara populasi anak miskin).

Subbab ini hanya menyajikan sebagian kecil informasi tentang kemiskinan anak dengan pendekatan moneter. Dengan pendekatan moneter, penduduk dikategorikan miskin jika penduduk tersebut memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka anak miskin secara moneter didefinisikan sebagai anak usia 0 – 17 tahun yang tinggal di rumah tangga miskin yaitu rumah tangga yang rata-rata pengeluaran per-kapita per bulannya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran tingkat kemiskinan dihitung sesuai dengan populasinya. Untuk tingkat kemiskinan penduduk secara umum, maka populasinya adalah seluruh penduduk. Untuk tingkat kemiskinan anak usia 0 – 17 tahun, maka populasinya adalah seluruh anak usia 0 – 17 tahun.

Gambar 7.18 menyajikan persentase penduduk miskin (P0), kedalaman kemiskinan (P1), dan keparahan kemiskinan (P2) yang dirinci menurut kelompok umur,

158

Profil Anak Indonesia 2017

152

kemiskinan anak di perdesaan jauh lebih tinggi dibanding di perkotaan. Dari seluruh anak usia 0-17 tahun yang tinggal di perdesaan, terdapat sekitar 16,82 persen diantaranya tinggal di dalam rumah tangga miskin dengan tingkat kedalaman kemiskinan sebesar 3,32 persen dan tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0,98 persen. Sementara di perkotaan, dari seluruh anak usia 0-17 tahun, hanya sekitar 9,77 persen yang tinggal di dalam rumah tangga miskin dengan tingkat kedalaman kemiskinan sebesar 1,53 persen dan tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0,36 persen. Gambar 7.19 Persentase Anak Miskin (P0), Kedalaman Kemiskinan Anak (P1), dan

Keparahan Kemiskinan Anak (P2) Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Jenis Kelamin

Tipe Daerah

Sumber : Analisis kemiskinan anak dan deprivasi hak-hak dasar anak di Indonesia, BPS

13,30 13,32 13,31

2,43 2,43 2,43 0,67 0,67 0,67

Laki-laki Perempuan Anak (0-17 tahun)

% Anak Miskin (P0)

Kedalaman KemiskinanAnak (P1)Keparahan KemiskinanAnak (P2)

9,77

16,82

13,31

1,53 3,32 2,43

0,36 0,98 0,67

Perkotaan Perdesaan Anak (0-17 tahun)

% Anak Miskin (P0)

Kedalaman KemiskinanAnak (P1)Keparahan KemiskinanAnak (P2)

159

Profil Anak Indonesia 2017

153

Persentase anak miskin (P0) yang dirinci menurut kelompok pulau, tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 7.20. Persentase anak miskin tertinggi terdapat di pulau Maluku dan Papua, sedangkan yang terendah terdapat di pulau Kalimantan. Hanya pulau Jawa (11,96 persen) dan Kalimantan (7,99 persen) yang memiliki persentase anak miskin lebih rendah dari persentase anak miskin di Indonesia (13,31).

Gambar 7.20 Persentase Anak Miskin Menurut Kelompok Pulau, 2016

Sumber : Analisis kemiskinan anak dan deprivasi hak-hak dasar anak di Indonesia, BPS

7.4 Perlindungan Terhadap Anak Penyandang Disabilitas

Anak Penyandang Disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak (Pasal 1, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak). Anak yang dimaksud adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas dilakukan melalui upaya: a. perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak; b. pemenuhan kebutuhan khusus; c. perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi sosial

sepenuh mungkin dan pengembangan individu; dan d. pendampingan sosial.

Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, disebutkan larangan memperlakukan anak penyandang disabilitas secara diskriminatif. Anak penyandang disabilitas harus diberikan kesempatan dan

27,23

18,93

14,22 13,90 13,31 11,96

Maluku, Papua Bali, NusaTenggara

Sumatera Sulawesi Indonesia Jawa

Profil Anak Indonesia 2017

152

kemiskinan anak di perdesaan jauh lebih tinggi dibanding di perkotaan. Dari seluruh anak usia 0-17 tahun yang tinggal di perdesaan, terdapat sekitar 16,82 persen diantaranya tinggal di dalam rumah tangga miskin dengan tingkat kedalaman kemiskinan sebesar 3,32 persen dan tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0,98 persen. Sementara di perkotaan, dari seluruh anak usia 0-17 tahun, hanya sekitar 9,77 persen yang tinggal di dalam rumah tangga miskin dengan tingkat kedalaman kemiskinan sebesar 1,53 persen dan tingkat keparahan kemiskinan sebesar 0,36 persen. Gambar 7.19 Persentase Anak Miskin (P0), Kedalaman Kemiskinan Anak (P1), dan

Keparahan Kemiskinan Anak (P2) Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Jenis Kelamin

Tipe Daerah

Sumber : Analisis kemiskinan anak dan deprivasi hak-hak dasar anak di Indonesia, BPS

13,30 13,32 13,31

2,43 2,43 2,43 0,67 0,67 0,67

Laki-laki Perempuan Anak (0-17 tahun)

% Anak Miskin (P0)

Kedalaman KemiskinanAnak (P1)Keparahan KemiskinanAnak (P2)

9,77

16,82

13,31

1,53 3,32 2,43

0,36 0,98 0,67

Perkotaan Perdesaan Anak (0-17 tahun)

% Anak Miskin (P0)

Kedalaman KemiskinanAnak (P1)Keparahan KemiskinanAnak (P2)

160

Profil Anak Indonesia 2017

154

aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus. Selain itu setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Melalui gambar 7.21 juga terlihat bahwa persentase anak penyandang disabilitas di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan, dan dalam periode 2009-2012 terjadi peningkatan persentase anak penyandang disabilitas di perkotaan maupun perdesaan.

Berdasarkan hasil Susenas 2009 terdapat sekitar 0,55 persen anak berusia 0-17 tahun adalah penyandang disabilitas (gambar 7.21). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Sedangkan berdasarkan hasil Susenas 2012, penyandang disabilitas anak di Indonesia meningkat menjadi 0,63 persen dari seluruh anak Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian karena ada kenaikan persentase anak penyandang disabiltitas di Indonesia sehingga “pemenuhan kebutuhan khusus” bagi anak penyandang disabilitas seperti aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas dapat terpenuhi. Gambar 7.21 Persentase Anak Penyandang Disabilitas Umur 0-17 Tahun menurut Tipe

Daerah, 2009 dan 2012

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009 dan 2012, BPS

Gambar 7.22 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 sekitar 43,87 persen anak

penyandang disabilitas umur 7-17 tahun berstatus tidak/belum pernah bersekolah, 35,87 persen berstatus sedang sekolah dan 20,26 persen berstatus tidak sekolah lagi. Sedangkan pada tahun 2012 persentase anak penyandang disabilitas yang berstatus masih sekolah memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu sebesar 48,73 persen, sedangkan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 35,25 persen dan yang tidak bersekolah lagi sebesar 16,03 persen. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan persentase khususnya pada anak penyandang disabilitas yang berstatus masih sekolah, yang dapat menggambarkan bahwa ada perhatian terhadap anak penyandang disabiltas

0,53 0,610,57 0,64

0,550,63

2009 2012

Perkotaan

Perdesaaan

Total

161

Profil Anak Indonesia 2017

155

dimana sepatutnya anak penyandang disabilitas diberi kesempatan dan akses untuk memperoleh pendidikan.

Gambar 7.22 Persentase Anak Penyandang Disabilitas Umur 7-17 Tahun menurut

Partisipasi Sekolah, 2009 dan 2012

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009 dan 2012, BPS

7.5 Perlindungan Terhadap Anak Korban Penelantaran

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 menyatakan bahwa anak terlantar adalah Anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Pada pasal 53 disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus salah satunya bagi anak snak terlantar. Pertanggungjawaban Pemerintah dan Pemerintah Daerah termasuk mendorong masyarakat untuk berperan aktif.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pemeliharaan, perawatan, dan rehabilitasi sosial anak terlantar, baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat dilakukan oleh lembaga masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan Anak terlantar, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat dapat mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait serta pengawasannya dilakukan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial (Pasal 55 UU No. 35 Tahun 2014).

Subbab ini menyajikan beberapa karakteristik anak terlantar, dimana anak yang dimaksud dalam analisis ini adalah penduduk berumur 5-17 tahun yang belum kawin. Kriteria ketelantaran pada anak antara lain :

43,87

35,2535,87

48,73

20,2616,03

2009 2012

Tidak/belumpernah sekolahMasih sekolah

Tidak sekolah lagi

Profil Anak Indonesia 2017

154

aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus. Selain itu setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Melalui gambar 7.21 juga terlihat bahwa persentase anak penyandang disabilitas di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan, dan dalam periode 2009-2012 terjadi peningkatan persentase anak penyandang disabilitas di perkotaan maupun perdesaan.

Berdasarkan hasil Susenas 2009 terdapat sekitar 0,55 persen anak berusia 0-17 tahun adalah penyandang disabilitas (gambar 7.21). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Sedangkan berdasarkan hasil Susenas 2012, penyandang disabilitas anak di Indonesia meningkat menjadi 0,63 persen dari seluruh anak Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian karena ada kenaikan persentase anak penyandang disabiltitas di Indonesia sehingga “pemenuhan kebutuhan khusus” bagi anak penyandang disabilitas seperti aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas dapat terpenuhi. Gambar 7.21 Persentase Anak Penyandang Disabilitas Umur 0-17 Tahun menurut Tipe

Daerah, 2009 dan 2012

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009 dan 2012, BPS

Gambar 7.22 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 sekitar 43,87 persen anak

penyandang disabilitas umur 7-17 tahun berstatus tidak/belum pernah bersekolah, 35,87 persen berstatus sedang sekolah dan 20,26 persen berstatus tidak sekolah lagi. Sedangkan pada tahun 2012 persentase anak penyandang disabilitas yang berstatus masih sekolah memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu sebesar 48,73 persen, sedangkan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 35,25 persen dan yang tidak bersekolah lagi sebesar 16,03 persen. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan persentase khususnya pada anak penyandang disabilitas yang berstatus masih sekolah, yang dapat menggambarkan bahwa ada perhatian terhadap anak penyandang disabiltas

0,53 0,610,57 0,64

0,550,63

2009 2012

Perkotaan

Perdesaaan

Total

162

Profil Anak Indonesia 2017

156

1. Tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan tidak tamat pendidikan dasar,

2. Frekuensi mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu, 3. Frekuensi mengkonsumsi makanan protein nabati tinggi < 4 kali atau makanan

protein hewani tinggi ≤ 2 kali atau kombinasi keduanya dalam seminggu, 4. Memiliki pakaian layak pakai < 4 stel, 5. Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur, 6. Bila sakit tidak diobati, 7. Yatim piatu atau tidak tinggal dalam satu rumah dengan bapak kandung, 8. Bekerja/membantu memperoleh penghasilan.

Disebut anak telantar jika memenuhi 3 (tiga) kriteria atau lebih, hampir telantar jika memenuhi 2 (dua) kriteria, dan tidak telantar jika memenuhi 1 (satu) kriteria.

Pada gambar 7.23 terlihat bahwa terdapat kesenjangan antara anak telantar di perkotaan dan perdesaan. Secara umum persentase anak terlantar di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di pekotaan dan selama periode 2009-2015 persentase anak terlantar terus mengalami penurunan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Tahun 2009, persentase anak terlantar di perkotaan sebanyak 2,69 persen. Jumlah ini turun hampir setengahnya pada tahun 2015 menjadi 1,67 persen. Demikian pula di perdesaan,jumlah anak terlantar sebesar 7,62 persen di tahun 2009, turun menjadi 4,43 persen di tahun 2015.

Gambar 7.23 Persentase Anak Terlantar Menurut Tipe Daerah, 2009, 2012, dan 2015

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2006, 2009 dan 2015, BPS

Keterbatasan sarana dan prasarana serta faktor ekonomi penduduk di perdesaan

dapat menjadi penyebab tingginya persentase anak terlantar di perdesaan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah sehingga kebutuhan baik fisik, spiritual maupun

2,69 3,06

1,67

7,626,39

4,435,36

4,76

3,09

2009 2012 2015

Perkotaan

Perdesaaan

Total

163

Profil Anak Indonesia 2017

157

mental anak-anak terlantar di perdesasaan dapat terpenuhi tanpa mengesampingkan kondisi yang sama terhadap anak terlantar di perkotaan.

Gambar 7.24 menunjukkan bahwa selama periode 2009-2015, anak terlantar mengalami penurunan yaitu dari 5,36 persen pada tahun 2009, turun menjadi 4,75 persen pada tahun 2012, dan turun lagi menjadi 3,09 persen pada tahun 2015. Penurunan persentase ini mengindikasikan adanya peran dan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan bantuan atau pelayanan khusus bagi anak terlantar.

Gambar 7.24 Persentase Anak menurut Kategori Ketelantaran, 2009, 2012, dan 2015

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009, 2012 dan 2015, BPS 7.6 Perlindungan Terhadap Anak Korban Penyalahgunaan Narkotika

Perlindungan khusus yang diberikan pemerintah dan lembaga negara lainnya kepada anak diatur dalam Undang-Undang RI nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dimana dalam pasal 67 disebutkan bahwa perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dan anak yang terlibat dalam produksi dan distribusinya dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, dan rehabilitasi. Dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 53 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang dimaksud korban penyalahgunaan narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan narkotika.

Masalah penyalahgunaaan narkotika saat ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi sudah mulai menyasar ke kalangan remaja bahkan anak-anak. Oleh karena ini pemerintah melalui Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membentuk rehabilitasi terpadu pada anak yang terjerat dalam penyalahgunaan narkotika. Rehabilitasi terpadu mencakup kebutuhan dasar anak sesuai dengan UU Perlindungan

5,36 4,76 3,0912,33 12,4 9,96

82,31 82,85 86,95

2009 2012 2015

Terlantar

Hampir Terlantar

Tidak Terlantar

Profil Anak Indonesia 2017

156

1. Tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan tidak tamat pendidikan dasar,

2. Frekuensi mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu, 3. Frekuensi mengkonsumsi makanan protein nabati tinggi < 4 kali atau makanan

protein hewani tinggi ≤ 2 kali atau kombinasi keduanya dalam seminggu, 4. Memiliki pakaian layak pakai < 4 stel, 5. Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur, 6. Bila sakit tidak diobati, 7. Yatim piatu atau tidak tinggal dalam satu rumah dengan bapak kandung, 8. Bekerja/membantu memperoleh penghasilan.

Disebut anak telantar jika memenuhi 3 (tiga) kriteria atau lebih, hampir telantar jika memenuhi 2 (dua) kriteria, dan tidak telantar jika memenuhi 1 (satu) kriteria.

Pada gambar 7.23 terlihat bahwa terdapat kesenjangan antara anak telantar di perkotaan dan perdesaan. Secara umum persentase anak terlantar di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di pekotaan dan selama periode 2009-2015 persentase anak terlantar terus mengalami penurunan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Tahun 2009, persentase anak terlantar di perkotaan sebanyak 2,69 persen. Jumlah ini turun hampir setengahnya pada tahun 2015 menjadi 1,67 persen. Demikian pula di perdesaan,jumlah anak terlantar sebesar 7,62 persen di tahun 2009, turun menjadi 4,43 persen di tahun 2015.

Gambar 7.23 Persentase Anak Terlantar Menurut Tipe Daerah, 2009, 2012, dan 2015

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2006, 2009 dan 2015, BPS

Keterbatasan sarana dan prasarana serta faktor ekonomi penduduk di perdesaan

dapat menjadi penyebab tingginya persentase anak terlantar di perdesaan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah sehingga kebutuhan baik fisik, spiritual maupun

2,69 3,06

1,67

7,626,39

4,435,36

4,76

3,09

2009 2012 2015

Perkotaan

Perdesaaan

Total

164

Profil Anak Indonesia 2017

158

Anak No. 35 tahun 2014. Namun upaya penanggulangan penyalahgunaaan narkotika tidak hanya sebatas kuratif, tetapi perlu juga dilakukan tindakan preventif (pencegahan), mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat melalui pendidikan agama, moral, dan lingkungan yang mendukung. Tindakan pencegahan ini diharapkan dapat mengubah perilaku remaja maupun anak-anak agar dapat terhindar dari pergaulan yang salah.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan BNN dengan PPK-UI, angka prevalensi penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar dan mahasiswa cenderung semakin menurun dalam 10 tahun terakhir. Angka prevalensi pernah pakai menurun dari 8,3 persen pada tahun 2006 menjadi 3,8 persen pada tahun 2016. Artinya jika pada tahun 2006 ada 8 dari 100 orang pelajar dan mahasiswa yang memakai narkotika maka pada tahun 2016 hanya ada 4 orang yang memakai narkotika. Sedangkan angka prevalensi penyalahgunaan narkotika pada kelompok pelajar dan mahasiswa setahun pakai menurun dari 5,3 persen pada tahun 2006 menjadi 1,9 persen pada tahun 2016. Artinya jika pada tahun 2006 ada 5 dari 100 orang pelajar dan mahasiswa memakai narkotika dalam setahun terakhir, maka di tahun 2016 ini hanya 2 orang saja.

Tabel 7.5 Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika Pelajar dan Mahasiswa, 2006-2016

Penyalahgunaan Narkotika 2006 2009 2011 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

Pernah Pakai 8,34 7,47 4,30 3,78

Pakai Setahun Terakhir

5,33 4,72 2,93 1,91

Sumber : Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2016, BNN – PPK UI

Berdasarkan kelompok umur, ada kecenderungan semakin tinggi umur seseorang, prevalensi penyalahgunaan narkotika baik yang pernah pakai maupun yang pakai setahun terakhir akan meningkat. Hal ini disebabkan semakin bertambah umur seseorang terutama di kalangan remaja, tingkat pergaulan remaja tersebut akan semakin beragam, sehingga remaja di usia tersebut sangat rentan terhadap pergaulan negatif akibat pengaruh lingkungan.

Pada gambar 7.25 terlihat angkat prevalensi pelajar umur kurang dari 15 tahun lebih rendah dibandingkan pelajar usia 15-19 tahun dan diatas 20 tahun. Pada tahun

165

Profil Anak Indonesia 2017

159

2016, angka prevalensi pelajar usia dibawah 15 tahun yaitu 1,9 untuk yang pernah menggunakan narkotika dan 1,0 untuk yang menggunakan narkotika setahun terakhir, masih dibawah pelajar umur 15-19 tahun (pernah pakai ; 4,10, pakai setahun terakhir ; 2,30) dan pelajar umur 20 tahun keatas (pernah pakai ; 4,90, pakai setahun terakhir ; 1,90). Namun tetap harus menjadi perhatian khusus bahwa untuk pelajar usia dibawah 15 tahun masih terdapat 2 dari 100 orang pelajar dan mahasiswa yang menggunakan narkotika serta 1 dari 100 orang pelajar dan mahasiswa yang menggunakan narkotika setahun terakhir.

Gambar 7.25 Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika Pelajar dan Mahasiswa menurut Penyalahgunaan Narkotika dan Kelompok Umur, 2016

Sumber : Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2016, BNN – PPK UI

1,9

4,1

4,9

1,0

2,31,9

<15 tahun 15-19 tahun 20+ tahun

Pernah Pakai

Pakai SetahunTerakhir

Profil Anak Indonesia 2017

158

Anak No. 35 tahun 2014. Namun upaya penanggulangan penyalahgunaaan narkotika tidak hanya sebatas kuratif, tetapi perlu juga dilakukan tindakan preventif (pencegahan), mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat melalui pendidikan agama, moral, dan lingkungan yang mendukung. Tindakan pencegahan ini diharapkan dapat mengubah perilaku remaja maupun anak-anak agar dapat terhindar dari pergaulan yang salah.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan BNN dengan PPK-UI, angka prevalensi penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar dan mahasiswa cenderung semakin menurun dalam 10 tahun terakhir. Angka prevalensi pernah pakai menurun dari 8,3 persen pada tahun 2006 menjadi 3,8 persen pada tahun 2016. Artinya jika pada tahun 2006 ada 8 dari 100 orang pelajar dan mahasiswa yang memakai narkotika maka pada tahun 2016 hanya ada 4 orang yang memakai narkotika. Sedangkan angka prevalensi penyalahgunaan narkotika pada kelompok pelajar dan mahasiswa setahun pakai menurun dari 5,3 persen pada tahun 2006 menjadi 1,9 persen pada tahun 2016. Artinya jika pada tahun 2006 ada 5 dari 100 orang pelajar dan mahasiswa memakai narkotika dalam setahun terakhir, maka di tahun 2016 ini hanya 2 orang saja.

Tabel 7.5 Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkotika Pelajar dan Mahasiswa, 2006-2016

Penyalahgunaan Narkotika 2006 2009 2011 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

Pernah Pakai 8,34 7,47 4,30 3,78

Pakai Setahun Terakhir

5,33 4,72 2,93 1,91

Sumber : Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2016, BNN – PPK UI

Berdasarkan kelompok umur, ada kecenderungan semakin tinggi umur seseorang, prevalensi penyalahgunaan narkotika baik yang pernah pakai maupun yang pakai setahun terakhir akan meningkat. Hal ini disebabkan semakin bertambah umur seseorang terutama di kalangan remaja, tingkat pergaulan remaja tersebut akan semakin beragam, sehingga remaja di usia tersebut sangat rentan terhadap pergaulan negatif akibat pengaruh lingkungan.

Pada gambar 7.25 terlihat angkat prevalensi pelajar umur kurang dari 15 tahun lebih rendah dibandingkan pelajar usia 15-19 tahun dan diatas 20 tahun. Pada tahun

166

167

168

169

Profil Anak Indonesia 2017

163

Daftar Pustaka

UNICEF dan SMERU. 2010. Child Poverty and Disparities in Indonesia : Challenges for Inclusive Growth. Jakarta : UNICEF, SMERU.

UNICEF Indonesia. 2012. Issue Briefs, Child Protection, October 2012. Diakses dari http://www.unicef.org, pada tanggal 15 September 2017.

UNFPA. Taking Advantage of The Demographic Dividend in Indonesia, A Brief Introduction to Theory and Practice. Jakarta : UNFPA.

Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2016, Jakarta : BPS RI.

UNICEF. Sustainable Development begins with Children Infographic. Diakses dari http://www.unicef.org, pada tanggal 18 September 2017.

UNICEF. 2016. #Every Child 2030, Priority SDG Taragets and Indicators for Children in Indonesia. Jakarta : UNICEF.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Effendy. 1998. Pengertian Keluarga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemeterian Kesehatan RI. 2011 a. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2011 b. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2014 a. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

170

Profil Anak Indonesia 2017

164

Kementerian Kesehatan RI. 2014 b. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450 Tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Prabamurti, Priyadi Nugraha, dkk. 2008. Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 1 / Januari 2008.

Rahayu, dkk. 2015. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 2, November 2015. Banjarmasin: Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Sodikin, dkk. 2009. Determinan Perilaku Suami yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan Bagi Istri. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25, No. 1, Maret 2009.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa, “Konvensi Hak-hak Anak”, diakses dari https://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indonesia_version.pdf, pada tanggal 4 September 2017 pukul 11.39.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, diakses dari https://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf pada tanggal 5 September 2017 pukul 09.22.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Program Indonesia Pintar Tahun 2016 Bantu 19,2 Juta Siswa Indonesia”, diakses dari https://www.kemdikbud.go.id/ main/blog/2017/06/program-indonesia-pintar-tahun-2016-bantu-192-juta-siswa-indonesia, pada tanggal 10 Oktober pukul 10.51.

171

Profil Anak Indonesia 2017

165

Badan Pusat Statistik. 2016. Analisis Kemiskinan Anak dan Deprivasi Hak Dasar Anak Di Indonesia. Jakarta: BPS, UNICEF.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

http://www.freepik.com. Diakses pada tanggal 5 September 2017.

Profil Anak Indonesia 2017

164

Kementerian Kesehatan RI. 2014 b. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450 Tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Prabamurti, Priyadi Nugraha, dkk. 2008. Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 1 / Januari 2008.

Rahayu, dkk. 2015. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 2, November 2015. Banjarmasin: Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Sodikin, dkk. 2009. Determinan Perilaku Suami yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan Bagi Istri. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25, No. 1, Maret 2009.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa, “Konvensi Hak-hak Anak”, diakses dari https://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indonesia_version.pdf, pada tanggal 4 September 2017 pukul 11.39.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, diakses dari https://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf pada tanggal 5 September 2017 pukul 09.22.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Program Indonesia Pintar Tahun 2016 Bantu 19,2 Juta Siswa Indonesia”, diakses dari https://www.kemdikbud.go.id/ main/blog/2017/06/program-indonesia-pintar-tahun-2016-bantu-192-juta-siswa-indonesia, pada tanggal 10 Oktober pukul 10.51.

172

173

174

175

Profil Anak Indonesia 2017

169

2. lampiran

STRUKTUR PENDUDUK UMUR 0 – 17 TAHUN

176

Profil Anak Indonesia 2017

170

177

Profil Anak Indonesia 2017

171

Tabel L-2.1 Penduduk Berumur 0-17 Tahun menurut Provinsi Tahun 2016

Provinsi Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) Aceh 954 286 916 351 1 870 637 Sumatera Utara 2 702 075 2 590 258 5 292 333 Sumatera Barat 953 955 917 816 1 871 771 Riau 1 207 821 1 152 452 2 360 273 Jambi 581 302 563 926 1 145 228 Sumatera Selatan 1 417 401 1 352 273 2 769 674 Bengkulu 326 901 311 479 638 380 Lampung 1 395 460 1 327 450 2 722 910 Kepulauan Bangka Belitung 232 475 221 979 454 454 Kepulauan Riau 363 205 346 864 710 069 DKI Jakarta 1 514 164 1 454 505 2 968 669 Jawa Barat 7 785 966 7 421 442 15 207 408 Jawa Tengah 5 121 730 4 860 852 9 982 582 DI Yogyakarta 495 027 471 889 966 916 Jawa Timur 5 517 034 5 284 406 10 801 440 Banten 2 092 988 1 995 285 4 088 273 Bali 621 790 589 483 1 211 273 Nusa Tenggara Barat 883 604 846 818 1 730 422 Nusa Tenggara Timur 1 088 798 1 051 451 2 140 249 Kalimantan Barat 863 349 826 323 1 689 672 Kalimantan Tengah 435 882 416 515 852 397 Kalimantan Selatan 698 874 666 344 1 365 218 Kalimantan Timur 717 045 678 417 1 395 462 Sulawesi Utara 381 666 362 805 744 471 Sulawesi Tengah 510 530 485 467 995 997 Sulawesi Selatan 1 501 693 1 437 358 2 939 051 Sulawesi Tenggara 512 448 487 226 999 674 Gorontalo 198 179 189 781 387 960 Sulawesi Barat 250 759 239 260 490 019 Maluku 344 626 326 988 671 614 Maluku Utara 237 947 227 709 465 656 Papua Barat 166 505 158 246 324 751 Papua 597 781 559 669 1 157 450

Indonesia 42 673 266 40 739 087 83 412 353 Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Berdasarkan Hasil SP2010, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

170

178

179

Profil Anak Indonesia 2017

173

3. lampiran

HAK SIPIL ANAK

180

Profil Anak Indonesia 2017

174

181

Profil Anak Indonesia 2017

175

Tabel L-3.1 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun Menurut Provinsi dan Kepemilikan Akte Kelahiran dari Kantor Catatan Sipil, 2016

Provinsi Kepemilikan akte kelahiran

Jumlah Ya, ditunjukkan

Ya, tidak dapat ditunjukkan

Tidak punya Tidak tahu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 69,37 12,81 17,65 0,17 100,00 Sumatera Utara 57,09 12,88 29,56 0,47 100,00 Sumatera Barat 63,47 13,51 22,73 0,29 100,00 Riau 66,42 10,19 23,19 0,21 100,00 Jambi 76,08 13,87 9,77 0,28 100,00 Sumatera Selatan 71,62 16,54 11,73 0,11 100,00 Bengkulu 68,29 18,18 13,34 0,19 100,00 Lampung 72,90 12,24 14,63 0,23 100,00 Kep. Bangka Belitung 82,06 11,65 6,18 0,11 100,00 Kep. Riau 81,92 13,67 4,35 0,07 100,00 DKI Jakarta 71,44 24,49 3,88 0,19 100,00 Jawa Barat 63,68 15,63 20,38 0,32 100,00 Jawa Tengah 79,68 12,92 7,26 0,14 100,00 D I Yogyakarta 77,34 19,96 2,70 0,00 100,00 JawaTimur 72,46 13,33 14,00 0,21 100,00 Banten 53,96 20,78 25,11 0,16 100,00 Bali 65,70 18,82 15,34 0,13 100,00 Nusa Tenggara Barat 56,12 17,13 26,25 0,50 100,00 Nusa Tenggara Timur 40,31 13,36 46,06 0,28 100,00 Kalimantan Barat 65,53 15,83 18,36 0,28 100,00 Kalimantan Tengah 64,20 15,37 20,29 0,14 100,00 Kalimantan Selatan 75,21 11,21 13,51 0,08 100,00 Kalimantan Timur 71,37 20,97 7,43 0,24 100,00 Kalimantan Utara 63,87 25,51 10,32 0,29 100,00 Sulawesi Utara 64,09 21,95 13,58 0,38 100,00 Sulawesi Tengah 50,23 16,99 32,53 0,26 100,00 Sulawesi Selatan 65,68 19,19 14,85 0,29 100,00 Sulawesi Tenggara 63,93 15,16 20,58 0,33 100,00 Gorontalo 73,08 13,25 13,36 0,31 100,00 Sulawesi Barat 70,26 12,47 16,76 0,50 100,00 Maluku 57,07 15,49 27,13 0,31 100,00 Maluku Utara 53,80 18,88 26,89 0,43 100,00 Papua Barat 43,69 26,32 29,58 0,41 100,00 Papua 20,92 19,62 57,85 1,61 100,00 Indonesia 66,30 15,38 18,05 0,27 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

174

182

Profil Anak Indonesia 2017

176

Tabel L-3.2 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun Menurut Alasan Tidak Memiliki Akte Kelahiran, 2016

Provinsi Akte Belum Terbit

Tidak Mempunyai Biaya Untuk Mengurus

Tempat Pengurusan Akte Jauh

Tidak Tahu Kelahiran Harus Dicatat/

Tidak Tahu Cara Mengurusnya

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 29,09 24,89 10,17 5,28 Sumatera Utara 18,65 40,21 5,92 6,60 Sumatera Barat 15,39 25,73 14,50 6,41 Riau 15,91 37,65 9,79 8,53 Jambi 29,19 15,37 12,77 8,64 Sumatera Selatan 23,15 31,85 9,29 5,85 Bengkulu 18,73 30,80 8,70 9,38 Lampung 18,16 44,13 5,09 6,09 Kep. Bangka Belitung 29,23 16,48 12,42 9,01 Kep. Riau 37,19 11,56 3,15 8,35 DKI Jakarta 22,70 24,44 3,98 12,27 Jawa Barat 14,83 51,67 3,51 6,73 Jawa Tengah 24,74 35,89 4,36 4,93 D I Yogyakarta 41,13 10,35 0,00 8,78 JawaTimur 21,97 30,79 4,46 10,60 Banten 17,23 50,62 3,48 7,18 Bali 26,98 19,67 7,73 12,18 Nusa Tenggara Barat 18,36 33,18 5,39 8,15 Nusa Tenggara Timur 25,48 20,96 10,21 10,79 Kalimantan Barat 21,52 23,53 12,35 11,18 Kalimantan Tengah 17,48 25,29 23,54 10,40 Kalimantan Selatan 26,96 23,01 8,34 9,34 Kalimantan Timur 27,64 17,32 13,77 8,16 Kalimantan Utara 32,76 5,82 6,90 6,39 Sulawesi Utara 37,32 15,47 6,58 5,48 Sulawesi Tengah 29,74 21,98 11,43 8,79 Sulawesi Selatan 24,99 19,84 8,46 9,81 Sulawesi Tenggara 25,48 15,53 12,16 7,31 Gorontalo 33,35 9,42 17,12 5,51 Sulawesi Barat 40,55 13,09 8,13 11,82 Maluku 29,25 9,67 26,15 5,70 Maluku Utara 18,88 17,04 26,09 8,35 Papua Barat 21,35 8,62 21,78 12,28 Papua 4,33 3,82 14,70 38,64

Indonesia 19,79 33,87 7,56 9,33

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

183

Profil Anak Indonesia 2017

177

Tabel L-3.2 Lanjutan

Provinsi Tidak Merasa Perlu, Malas/ Tidak Mau

Repot Lainnya Jumlah

(1) (7) (8) (9) Aceh 12,60 17,97 100,00 Sumatera Utara 12,26 16,36 100,00 Sumatera Barat 12,86 25,12 100,00 Riau 10,93 17,19 100,00 Jambi 12,55 21,48 100,00 Sumatera Selatan 11,18 18,67 100,00 Bengkulu 12,88 19,50 100,00 Lampung 11,90 14,63 100,00 Kep. Bangka Belitung 9,72 23,13 100,00 Kep. Riau 4,79 34,97 100,00 DKI Jakarta 11,51 25,11 100,00 Jawa Barat 11,89 11,37 100,00 Jawa Tengah 12,32 17,76 100,00 D I Yogyakarta 19,50 20,23 100,00 JawaTimur 17,21 14,97 100,00 Banten 17,64 3,84 100,00 Bali 11,02 22,41 100,00 Nusa Tenggara Barat 12,45 22,46 100,00 Nusa Tenggara Timur 6,14 26,42 100,00 Kalimantan Barat 10,75 20,68 100,00 Kalimantan Tengah 11,32 11,97 100,00 Kalimantan Selatan 20,63 11,72 100,00 Kalimantan Timur 5,82 27,29 100,00 Kalimantan Utara 20,97 27,16 100,00 Sulawesi Utara 12,37 22,77 100,00 Sulawesi Tengah 3,94 24,12 100,00 Sulawesi Selatan 17,12 19,78 100,00 Sulawesi Tenggara 11,12 28,39 100,00 Gorontalo 9,29 25,30 100,00 Sulawesi Barat 13,74 12,66 100,00 Maluku 7,04 22,19 100,00 Maluku Utara 13,67 15,96 100,00 Papua Barat 10,61 25,37 100,00 Papua 11,16 27,35 100,00

Indonesia 12,44 17,00 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

176

Tabel L-3.2 Persentase Anak Umur 0-17 Tahun Menurut Alasan Tidak Memiliki Akte Kelahiran, 2016

Provinsi Akte Belum Terbit

Tidak Mempunyai Biaya Untuk Mengurus

Tempat Pengurusan Akte Jauh

Tidak Tahu Kelahiran Harus Dicatat/

Tidak Tahu Cara Mengurusnya

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 29,09 24,89 10,17 5,28 Sumatera Utara 18,65 40,21 5,92 6,60 Sumatera Barat 15,39 25,73 14,50 6,41 Riau 15,91 37,65 9,79 8,53 Jambi 29,19 15,37 12,77 8,64 Sumatera Selatan 23,15 31,85 9,29 5,85 Bengkulu 18,73 30,80 8,70 9,38 Lampung 18,16 44,13 5,09 6,09 Kep. Bangka Belitung 29,23 16,48 12,42 9,01 Kep. Riau 37,19 11,56 3,15 8,35 DKI Jakarta 22,70 24,44 3,98 12,27 Jawa Barat 14,83 51,67 3,51 6,73 Jawa Tengah 24,74 35,89 4,36 4,93 D I Yogyakarta 41,13 10,35 0,00 8,78 JawaTimur 21,97 30,79 4,46 10,60 Banten 17,23 50,62 3,48 7,18 Bali 26,98 19,67 7,73 12,18 Nusa Tenggara Barat 18,36 33,18 5,39 8,15 Nusa Tenggara Timur 25,48 20,96 10,21 10,79 Kalimantan Barat 21,52 23,53 12,35 11,18 Kalimantan Tengah 17,48 25,29 23,54 10,40 Kalimantan Selatan 26,96 23,01 8,34 9,34 Kalimantan Timur 27,64 17,32 13,77 8,16 Kalimantan Utara 32,76 5,82 6,90 6,39 Sulawesi Utara 37,32 15,47 6,58 5,48 Sulawesi Tengah 29,74 21,98 11,43 8,79 Sulawesi Selatan 24,99 19,84 8,46 9,81 Sulawesi Tenggara 25,48 15,53 12,16 7,31 Gorontalo 33,35 9,42 17,12 5,51 Sulawesi Barat 40,55 13,09 8,13 11,82 Maluku 29,25 9,67 26,15 5,70 Maluku Utara 18,88 17,04 26,09 8,35 Papua Barat 21,35 8,62 21,78 12,28 Papua 4,33 3,82 14,70 38,64

Indonesia 19,79 33,87 7,56 9,33

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

184

185

Profil Anak Indonesia 2017

179

4. lampiran LINGKUNGAN

KELUARGA, PENGASUHAN

ALTERNATIF, DAN PERKAWINAN USIA

ANAK

186

Profil Anak Indonesia 2017

180

187

Profil Anak Indonesia 2017

181

Tabel L-4.1.1 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun menurut Provinsi dan Keikutsertaan PAUD, 2016

Perkotaan

Provinsi Keikutsertaan PAUD

Ya Tidak Jumlah (1) (2) (3) (4)

Aceh 21,03 78,97 100,00 Sumatera Utara 13,13 86,87 100,00 Sumatera Barat 18,28 81,72 100,00 Riau 16,40 83,60 100,00 Jambi 16,57 83,43 100,00 Sumatera Selatan 11,94 88,06 100,00 Bengkulu 17,87 82,13 100,00 Lampung 18,97 81,03 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 15,81 84,19 100,00 Kepulauan Riau 21,14 78,86 100,00 DKI Jakarta 25,18 74,82 100,00 Jawa Barat 20,95 79,05 100,00 Jawa Tengah 28,82 71,18 100,00 DI Yogyakarta 42,18 57,82 100,00 Jawa Timur 33,32 66,68 100,00 Banten 18,54 81,46 100,00 Bali 19,35 80,65 100,00 Nusa Tenggara Barat 25,10 74,90 100,00 Nusa Tenggara Timur 16,68 83,32 100,00 Kalimantan Barat 15,37 84,63 100,00 Kalimantan Tengah 20,86 79,14 100,00 Kalimantan Selatan 23,08 76,92 100,00 Kalimantan Timur 19,24 80,76 100,00 Kalimantan Utara 15,81 84,19 100,00 Sulawesi Utara 14,15 85,85 100,00 Sulawesi Tengah 22,83 77,17 100,00 Sulawesi Selatan 17,43 82,57 100,00 Sulawesi Tenggara 17,57 82,43 100,00 Gorontalo 21,37 78,63 100,00 Sulawesi Barat 30,38 69,62 100,00 Maluku 11,47 88,53 100,00 Maluku Utara 12,38 87,62 100,00 Papua Barat 14,33 85,67 100,00 Papua 12,10 87,90 100,00

Indonesia 22,57 77,43 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

180

188

Profil Anak Indonesia 2017

182

Tabel L-4.1.2 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun menurut Provinsi dan Keikutsertaan PAUD, 2016

Perdesaan

Provinsi Keikutsertaan PAUD

Ya Tidak Jumlah (1) (2) (3) (4)

Aceh 17,01 82,99 100,00 Sumatera Utara 12,42 87,58 100,00 Sumatera Barat 14,51 85,49 100,00 Riau 14,57 85,43 100,00 Jambi 19,04 80,96 100,00 Sumatera Selatan 13,16 86,84 100,00 Bengkulu 14,13 85,87 100,00 Lampung 18,42 81,58 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 19,46 80,54 100,00 Kepulauan Riau 18,73 81,27 100,00 DKI Jakarta - 100,00 100,00 Jawa Barat 20,60 79,40 100,00 Jawa Tengah 26,10 73,90 100,00 DI Yogyakarta 44,35 55,65 100,00 Jawa Timur 30,64 69,36 100,00 Banten 13,43 86,57 100,00 Bali 13,23 86,77 100,00 Nusa Tenggara Barat 20,52 79,48 100,00 Nusa Tenggara Timur 14,93 85,07 100,00 Kalimantan Barat 7,90 92,10 100,00 Kalimantan Tengah 20,38 79,62 100,00 Kalimantan Selatan 25,79 74,21 100,00 Kalimantan Timur 15,84 84,16 100,00 Kalimantan Utara 19,08 80,92 100,00 Sulawesi Utara 18,53 81,47 100,00 Sulawesi Tengah 20,52 79,48 100,00 Sulawesi Selatan 16,99 83,01 100,00 Sulawesi Tenggara 17,42 82,58 100,00 Gorontalo 30,31 69,69 100,00 Sulawesi Barat 21,55 78,45 100,00 Maluku 14,09 85,91 100,00 Maluku Utara 16,35 83,65 100,00 Papua Barat 15,48 84,52 100,00 Papua 7,32 92,68 100,00

Indonesia 19,76 80,24 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

189

Profil Anak Indonesia 2017

183

Tabel L-4.1.3 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun menurut Provinsi dan Keikutsertaan PAUD, 2016

Perkotaan + Perdesaan

Provinsi Keikutsertaan PAUD

Ya Tidak Jumlah (1) (2) (3) (4)

Aceh 18,16 81,84 100,00 Sumatera Utara 12,76 87,24 100,00 Sumatera Barat 15,99 84,01 100,00 Riau 15,29 84,71 100,00 Jambi 18,26 81,74 100,00 Sumatera Selatan 12,73 87,27 100,00 Bengkulu 15,30 84,70 100,00 Lampung 18,56 81,44 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 17,67 82,33 100,00 Kepulauan Riau 20,79 79,21 100,00 DKI Jakarta 25,18 74,82 100,00 Jawa Barat 20,84 79,16 100,00 Jawa Tengah 27,37 72,63 100,00 DI Yogyakarta 42,84 57,16 100,00 Jawa Timur 31,98 68,02 100,00 Banten 16,94 83,06 100,00 Bali 17,12 82,88 100,00 Nusa Tenggara Barat 22,45 77,55 100,00 Nusa Tenggara Timur 15,25 84,75 100,00 Kalimantan Barat 10,21 89,79 100,00 Kalimantan Tengah 20,55 79,45 100,00 Kalimantan Selatan 24,60 75,40 100,00 Kalimantan Timur 17,97 82,03 100,00 Kalimantan Utara 17,18 82,82 100,00 Sulawesi Utara 16,55 83,45 100,00 Sulawesi Tengah 21,09 78,91 100,00 Sulawesi Selatan 17,16 82,84 100,00 Sulawesi Tenggara 17,47 82,53 100,00 Gorontalo 27,06 72,94 100,00 Sulawesi Barat 23,28 76,72 100,00 Maluku 13,11 86,89 100,00 Maluku Utara 15,36 84,64 100,00 Papua Barat 15,06 84,94 100,00 Papua 8,52 91,48 100,00

Indonesia 21,18 78,82 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

182

Tabel L-4.1.2 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun menurut Provinsi dan Keikutsertaan PAUD, 2016

Perdesaan

Provinsi Keikutsertaan PAUD

Ya Tidak Jumlah (1) (2) (3) (4)

Aceh 17,01 82,99 100,00 Sumatera Utara 12,42 87,58 100,00 Sumatera Barat 14,51 85,49 100,00 Riau 14,57 85,43 100,00 Jambi 19,04 80,96 100,00 Sumatera Selatan 13,16 86,84 100,00 Bengkulu 14,13 85,87 100,00 Lampung 18,42 81,58 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 19,46 80,54 100,00 Kepulauan Riau 18,73 81,27 100,00 DKI Jakarta - 100,00 100,00 Jawa Barat 20,60 79,40 100,00 Jawa Tengah 26,10 73,90 100,00 DI Yogyakarta 44,35 55,65 100,00 Jawa Timur 30,64 69,36 100,00 Banten 13,43 86,57 100,00 Bali 13,23 86,77 100,00 Nusa Tenggara Barat 20,52 79,48 100,00 Nusa Tenggara Timur 14,93 85,07 100,00 Kalimantan Barat 7,90 92,10 100,00 Kalimantan Tengah 20,38 79,62 100,00 Kalimantan Selatan 25,79 74,21 100,00 Kalimantan Timur 15,84 84,16 100,00 Kalimantan Utara 19,08 80,92 100,00 Sulawesi Utara 18,53 81,47 100,00 Sulawesi Tengah 20,52 79,48 100,00 Sulawesi Selatan 16,99 83,01 100,00 Sulawesi Tenggara 17,42 82,58 100,00 Gorontalo 30,31 69,69 100,00 Sulawesi Barat 21,55 78,45 100,00 Maluku 14,09 85,91 100,00 Maluku Utara 16,35 83,65 100,00 Papua Barat 15,48 84,52 100,00 Papua 7,32 92,68 100,00

Indonesia 19,76 80,24 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

190

Profil Anak Indonesia 2017

184

Tabel L-4.2 Angka Partisipasi Anak Berumur 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016

Provinsi Kelompok Umur 0 - 2 3-4 5-6 3-6 0 - 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 1,11 15,68 42,72 29,56 18,16 Sumatera Utara 0,70 9,42 31,92 20,65 12,76 Sumatera Barat 0,61 9,22 42,81 26,59 15,99 Riau 0,82 11,64 36,98 24,61 15,29 Jambi 1,35 19,31 39,66 29,55 18,26 Sumatera Selatan 0,50 9,95 29,81 20,74 12,73 Bengkulu 1,79 11,30 37,38 24,36 15,30 Lampung 0,23 13,67 47,93 31,01 18,56 Kepulauan Bangka Belitung 1,24 15,56 42,68 29,10 17,67 Kepulauan Riau 1,18 10,10 52,93 33,02 20,79 DKI Jakarta 0,45 26,40 58,86 42,77 25,18 Jawa Barat 1,05 17,47 49,45 33,99 20,84 Jawa Tengah 1,28 32,69 58,10 45,60 27,37 DI Yogyakarta 9,08 52,73 78,60 65,54 42,84 Jawa Timur 2,25 35,66 67,26 51,95 31,98 Banten 0,41 16,00 40,72 28,31 16,94 Bali 0,05 9,07 49,26 29,49 17,12 Nusa Tenggara Barat 1,11 23,30 49,98 37,00 22,45 Nusa Tenggara Timur 1,14 18,51 31,00 24,99 15,25 Kalimantan Barat 0,54 7,74 25,47 16,80 10,21 Kalimantan Tengah 0,66 18,20 46,82 32,88 20,55 Kalimantan Selatan 0,91 21,77 61,12 41,60 24,60 Kalimantan Timur 1,24 16,47 40,51 28,76 17,97 Kalimantan Utara 0,67 12,69 43,26 28,29 17,18 Sulawesi Utara 0,86 18,19 36,01 27,24 16,55 Sulawesi Tengah 0,93 21,65 50,01 35,80 21,09 Sulawesi Selatan 1,11 13,19 41,70 28,34 17,16 Sulawesi Tenggara 0,59 16,39 41,60 29,36 17,47 Gorontalo 2,48 34,71 53,98 44,20 27,06 Sulawesi Barat 1,03 27,33 50,24 38,92 23,28 Maluku 1,07 18,25 23,98 21,18 13,11 Maluku Utara 0,92 20,76 29,70 25,53 15,36 Papua Barat 0,51 16,04 34,36 25,70 15,06 Papua 0,97 6,01 16,93 12,13 8,52

Indonesia 1,17 20,66 48,00 34,69 21,18 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

191

Profil Anak Indonesia 2017

185

Tabel L-4.3 Angka Partisipasi Anak yang bersekolah di kelas 1 SD/Sederajat yang mengikuti PAUD menurut Provinsi, 2016

Provinsi

Mengikuti PAUD

Pernah Tidak Jumlah (1) (2) (3) (4)

Aceh 73,21 26,79 100,00 Sumatera Utara 64,58 35,42 100,00 Sumatera Barat 72,69 27,31 100,00 Riau 72,65 27,35 100,00 Jambi 68,79 31,21 100,00 Sumatera Selatan 62,53 37,47 100,00 Bengkulu 73,75 26,25 100,00 Lampung 82,02 17,98 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 84,80 15,20 100,00 Kepulauan Riau 79,32 20,68 100,00 DKI Jakarta 81,24 18,76 100,00 Jawa Barat 72,12 27,88 100,00 Jawa Tengah 88,88 11,12 100,00 DI Yogyakarta 98,43 1,57 100,00 Jawa Timur 88,71 11,29 100,00 Banten 64,71 35,29 100,00 Bali 81,71 18,29 100,00 Nusa Tenggara Barat 65,49 34,51 100,00 Nusa Tenggara Timur 52,38 47,62 100,00 Kalimantan Barat 35,22 64,78 100,00 Kalimantan Tengah 76,46 23,54 100,00 Kalimantan Selatan 87,13 12,87 100,00 Kalimantan Timur 81,89 18,11 100,00 Kalimantan Utara 75,93 24,07 100,00 Sulawesi Utara 79,58 20,42 100,00 Sulawesi Tengah 77,93 22,07 100,00 Sulawesi Selatan 67,35 32,65 100,00 Sulawesi Tenggara 77,14 22,86 100,00 Gorontalo 90,32 9,68 100,00 Sulawesi Barat 65,24 34,76 100,00 Maluku 51,24 48,76 100,00 Maluku Utara 47,51 52,49 100,00 Papua Barat 49,87 50,13 100,00 Papua 33,26 66,74 100,00

Indonesia 74,15 25,85 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

184

Tabel L-4.2 Angka Partisipasi Anak Berumur 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016

Provinsi Kelompok Umur 0 - 2 3-4 5-6 3-6 0 - 6

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 1,11 15,68 42,72 29,56 18,16 Sumatera Utara 0,70 9,42 31,92 20,65 12,76 Sumatera Barat 0,61 9,22 42,81 26,59 15,99 Riau 0,82 11,64 36,98 24,61 15,29 Jambi 1,35 19,31 39,66 29,55 18,26 Sumatera Selatan 0,50 9,95 29,81 20,74 12,73 Bengkulu 1,79 11,30 37,38 24,36 15,30 Lampung 0,23 13,67 47,93 31,01 18,56 Kepulauan Bangka Belitung 1,24 15,56 42,68 29,10 17,67 Kepulauan Riau 1,18 10,10 52,93 33,02 20,79 DKI Jakarta 0,45 26,40 58,86 42,77 25,18 Jawa Barat 1,05 17,47 49,45 33,99 20,84 Jawa Tengah 1,28 32,69 58,10 45,60 27,37 DI Yogyakarta 9,08 52,73 78,60 65,54 42,84 Jawa Timur 2,25 35,66 67,26 51,95 31,98 Banten 0,41 16,00 40,72 28,31 16,94 Bali 0,05 9,07 49,26 29,49 17,12 Nusa Tenggara Barat 1,11 23,30 49,98 37,00 22,45 Nusa Tenggara Timur 1,14 18,51 31,00 24,99 15,25 Kalimantan Barat 0,54 7,74 25,47 16,80 10,21 Kalimantan Tengah 0,66 18,20 46,82 32,88 20,55 Kalimantan Selatan 0,91 21,77 61,12 41,60 24,60 Kalimantan Timur 1,24 16,47 40,51 28,76 17,97 Kalimantan Utara 0,67 12,69 43,26 28,29 17,18 Sulawesi Utara 0,86 18,19 36,01 27,24 16,55 Sulawesi Tengah 0,93 21,65 50,01 35,80 21,09 Sulawesi Selatan 1,11 13,19 41,70 28,34 17,16 Sulawesi Tenggara 0,59 16,39 41,60 29,36 17,47 Gorontalo 2,48 34,71 53,98 44,20 27,06 Sulawesi Barat 1,03 27,33 50,24 38,92 23,28 Maluku 1,07 18,25 23,98 21,18 13,11 Maluku Utara 0,92 20,76 29,70 25,53 15,36 Papua Barat 0,51 16,04 34,36 25,70 15,06 Papua 0,97 6,01 16,93 12,13 8,52

Indonesia 1,17 20,66 48,00 34,69 21,18 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

192

Profil Anak Indonesia 2017

186

Tabel L-4.4 Proporsi Anak Perempuan Berumur 10-17 Tahun yang Berstatus Kawin dan Cerai menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Kota+Desa

(1) (2) (3) (4) Aceh 0,00 0,77 0,56 Sumatera Utara 0,56 0,18 0,36 Sumatera Barat 0,03 0,61 0,38 Riau 0,46 0,89 0,73 Jambi 0,12 2,73 1,90 Sumatera Selatan 0,46 1,28 0,99 Bengkulu 0,66 2,33 1,80 Lampung 0,24 1,54 1,19 Kepulauan Bangka Belitung 1,51 2,55 2,02 Kepulauan Riau 0,03 0,30 0,08 DKI Jakarta 0,17 - 0,17 Jawa Barat 0,98 1,71 1,21 Jawa Tengah 1,02 1,92 1,50 DI Yogyakarta 0,40 0,22 0,34 Jawa Timur 0,92 3,35 2,17 Banten 0,74 1,24 0,90 Bali 0,60 1,65 1,01 Nusa Tenggara Barat 2,56 4,52 3,71 Nusa Tenggara Timur 0,10 0,71 0,59 Kalimantan Barat 1,66 2,47 2,22 Kalimantan Tengah 1,56 3,24 2,63 Kalimantan Selatan 1,06 2,89 2,10 Kalimantan Timur 0,42 2,02 1,00 Kalimantan Utara 1,01 5,65 3,05 Sulawesi Utara 0,75 1,78 1,30 Sulawesi Tengah 0,84 2,04 1,74 Sulawesi Selatan 1,91 3,02 2,61 Sulawesi Tenggara 1,10 2,49 2,10 Gorontalo 1,63 2,41 2,14 Sulawesi Barat 0,28 1,60 1,35 Maluku 0,36 0,65 0,55 Maluku Utara 0,71 1,83 1,55

Papua Barat 0,98 2,07 1,63 Papua 0,83 1,64 1,44

Indonesia 0,83 1,93 1,38 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

193

Profil Anak Indonesia 2017

187

Tabel L-4.5 Persentase Anak Perempuan Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Status Perkawinan, 2016

Provinsi Status Perkawinan

Belum Kawin Kawin Cerai

Hidup Cerai Mati Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 99,44 0,56 0,00 0,00 100,00 Sumatera Utara 99,64 0,34 0,02 0,00 100,00 Sumatera Barat 99,62 0,38 0,00 0,00 100,00 Riau 99,27 0,67 0,06 0,00 100,00 Jambi 98,10 1,74 0,16 0,00 100,00 Sumatera Selatan 99,01 0,94 0,05 0,00 100,00 Bengkulu 98,20 1,66 0,14 0,00 100,00 Lampung 98,81 1,11 0,08 0,00 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 97,98 2,02 0,00 0,00 100,00 Kepulauan Riau 99,92 0,08 0,00 0,00 100,00

DKI Jakarta 99,83 0,17 0,00 0,00 100,00 Jawa Barat 98,79 1,12 0,04 0,04 100,00 Jawa Tengah 98,50 1,44 0,06 0,00 100,00 DI Yogyakarta 99,66 0,21 0,14 0,00 100,00 Jawa Timur 97,83 2,01 0,14 0,02 100,00 Banten 99,10 0,87 0,03 0,00 100,00

Bali 98,99 1,01 0,00 0,00 100,00 Nusa Tenggara Barat 96,29 3,64 0,07 0,00 100,00 Nusa Tenggara Timur 99,41 0,56 0,04 0,00 100,00

Kalimantan Barat 97,78 2,14 0,07 0,02 100,00 Kalimantan Tengah 97,37 2,54 0,10 0,00 100,00 Kalimantan Selatan 97,90 2,00 0,10 0,00 100,00 Kalimantan Timur 99,00 0,92 0,08 0,00 100,00 Kalimantan Utara 96,95 3,05 0,00 0,00 100,00

Sulawesi Utara 98,70 1,27 0,03 0,00 100,00 Sulawesi Tengah 98,26 1,49 0,24 0,00 100,00 Sulawesi Selatan 97,39 2,53 0,08 0,00 100,00 Sulawesi Tenggara 97,90 1,98 0,11 0,02 100,00 Gorontalo 97,86 2,06 0,09 0,00 100,00 Sulawesi Barat 98,65 1,22 0,14 0,00 100,00

Maluku 99,45 0,55 0,00 0,00 100,00 Maluku Utara 98,45 1,38 0,17 0,00 100,00

Papua Barat 98,37 1,54 0,09 0,00 100,00 Papua 98,56 1,41 0,03 0,00 100,00

Indonesia 98,62 1,31 0,07 0,01 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

186

Tabel L-4.4 Proporsi Anak Perempuan Berumur 10-17 Tahun yang Berstatus Kawin dan Cerai menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Kota+Desa

(1) (2) (3) (4) Aceh 0,00 0,77 0,56 Sumatera Utara 0,56 0,18 0,36 Sumatera Barat 0,03 0,61 0,38 Riau 0,46 0,89 0,73 Jambi 0,12 2,73 1,90 Sumatera Selatan 0,46 1,28 0,99 Bengkulu 0,66 2,33 1,80 Lampung 0,24 1,54 1,19 Kepulauan Bangka Belitung 1,51 2,55 2,02 Kepulauan Riau 0,03 0,30 0,08 DKI Jakarta 0,17 - 0,17 Jawa Barat 0,98 1,71 1,21 Jawa Tengah 1,02 1,92 1,50 DI Yogyakarta 0,40 0,22 0,34 Jawa Timur 0,92 3,35 2,17 Banten 0,74 1,24 0,90 Bali 0,60 1,65 1,01 Nusa Tenggara Barat 2,56 4,52 3,71 Nusa Tenggara Timur 0,10 0,71 0,59 Kalimantan Barat 1,66 2,47 2,22 Kalimantan Tengah 1,56 3,24 2,63 Kalimantan Selatan 1,06 2,89 2,10 Kalimantan Timur 0,42 2,02 1,00 Kalimantan Utara 1,01 5,65 3,05 Sulawesi Utara 0,75 1,78 1,30 Sulawesi Tengah 0,84 2,04 1,74 Sulawesi Selatan 1,91 3,02 2,61 Sulawesi Tenggara 1,10 2,49 2,10 Gorontalo 1,63 2,41 2,14 Sulawesi Barat 0,28 1,60 1,35 Maluku 0,36 0,65 0,55 Maluku Utara 0,71 1,83 1,55

Papua Barat 0,98 2,07 1,63 Papua 0,83 1,64 1,44

Indonesia 0,83 1,93 1,38 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

194

Profil Anak Indonesia 2017

188

Tabel L-4.6 Persentase Anak Perempuan Berumur 10-17 Tahun yang berstatus kawin dan Cerai menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2016

Provinsi Umur Kawin Pertama

<=15 16 17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 28,87 28,73 42,40 100,00 Sumatera Utara 26,28 34,07 39,65 100,00 Sumatera Barat 26,37 44,93 28,70 100,00 Riau 46,81 35,83 17,36 100,00 Jambi 69,22 15,10 15,68 100,00 Sumatera Selatan 38,62 48,81 12,58 100,00 Bengkulu 35,30 41,22 23,48 100,00 Lampung 28,93 55,46 15,60 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 26,09 59,95 13,96 100,00 Kepulauan Riau 34,12 65,88 0,00 100,00 DKI Jakarta 31,21 68,79 0,00 100,00 Jawa Barat 28,08 49,80 22,12 100,00 Jawa Tengah 30,91 47,66 21,43 100,00 DI Yogyakarta 21,42 78,58 0,00 100,00 Jawa Timur 45,85 34,98 19,17 100,00 Banten 43,70 51,97 4,34 100,00

Bali 54,01 39,36 6,63 100,00 Nusa Tenggara Barat 37,26 40,83 21,92 100,00 Nusa Tenggara Timur 19,40 55,04 25,57 100,00

Kalimantan Barat 32,62 41,17 26,21 100,00 Kalimantan Tengah 58,98 18,50 22,52 100,00 Kalimantan Selatan 51,70 46,67 1,63 100,00 Kalimantan Timur 13,05 81,01 5,94 100,00 Kalimantan Utara 77,55 9,27 13,17 100,00

Sulawesi Utara 46,48 29,45 24,07 100,00 Sulawesi Tengah 48,87 37,65 13,49 100,00 Sulawesi Selatan 51,01 34,98 14,00 100,00 Sulawesi Tenggara 51,07 42,64 6,29 100,00 Gorontalo 44,15 53,03 2,82 100,00 Sulawesi Barat 63,18 23,53 13,29 100,00

Maluku 17,92 30,19 51,89 100,00 Maluku Utara 38,30 43,08 18,62 100,00

Papua Barat 32,21 54,21 13,58 100,00 Papua 30,81 43,39 25,80 100,00

Indonesia 39,10 42,12 18,78 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

195

Profil Anak Indonesia 2017

185

5. lampiran KESEHATAN DASAR

DAN KESEJAHTERAAN ANAK

Profil Anak Indonesia 2017

188

Tabel L-4.6 Persentase Anak Perempuan Berumur 10-17 Tahun yang berstatus kawin dan Cerai menurut Provinsi dan Umur Perkawinan Pertama, 2016

Provinsi Umur Kawin Pertama

<=15 16 17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 28,87 28,73 42,40 100,00 Sumatera Utara 26,28 34,07 39,65 100,00 Sumatera Barat 26,37 44,93 28,70 100,00 Riau 46,81 35,83 17,36 100,00 Jambi 69,22 15,10 15,68 100,00 Sumatera Selatan 38,62 48,81 12,58 100,00 Bengkulu 35,30 41,22 23,48 100,00 Lampung 28,93 55,46 15,60 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 26,09 59,95 13,96 100,00 Kepulauan Riau 34,12 65,88 0,00 100,00 DKI Jakarta 31,21 68,79 0,00 100,00 Jawa Barat 28,08 49,80 22,12 100,00 Jawa Tengah 30,91 47,66 21,43 100,00 DI Yogyakarta 21,42 78,58 0,00 100,00 Jawa Timur 45,85 34,98 19,17 100,00 Banten 43,70 51,97 4,34 100,00

Bali 54,01 39,36 6,63 100,00 Nusa Tenggara Barat 37,26 40,83 21,92 100,00 Nusa Tenggara Timur 19,40 55,04 25,57 100,00

Kalimantan Barat 32,62 41,17 26,21 100,00 Kalimantan Tengah 58,98 18,50 22,52 100,00 Kalimantan Selatan 51,70 46,67 1,63 100,00 Kalimantan Timur 13,05 81,01 5,94 100,00 Kalimantan Utara 77,55 9,27 13,17 100,00

Sulawesi Utara 46,48 29,45 24,07 100,00 Sulawesi Tengah 48,87 37,65 13,49 100,00 Sulawesi Selatan 51,01 34,98 14,00 100,00 Sulawesi Tenggara 51,07 42,64 6,29 100,00 Gorontalo 44,15 53,03 2,82 100,00 Sulawesi Barat 63,18 23,53 13,29 100,00

Maluku 17,92 30,19 51,89 100,00 Maluku Utara 38,30 43,08 18,62 100,00

Papua Barat 32,21 54,21 13,58 100,00 Papua 30,81 43,39 25,80 100,00

Indonesia 39,10 42,12 18,78 100,00 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

196

Profil Anak Indonesia 2017

186

197

Profil Anak Indonesia 2017

187

Tabel L- 5.1

: Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Penolong Kelahiran Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi Dokter Bidan Tenaga

Kesehatan Lain

Dukun Beranak /Paraji

Lainnya Tidak Ada Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Aceh 34,47 64,38 0,89 0,26 - - 100,00 Sumatera Utara 34,18 64,65 0,87 0,30 - - 100,00 Sumatera Barat 47,50 50,61 0,36 1,53 - - 100,00 Riau 47,14 49,72 0,51 2,26 0,37 - 100,00 Jambi 29,88 65,70 0,65 3,77 - - 100,00 Sumatera Selatan 40,98 57,30 0,07 0,96 0,08 0,61 100,00 Bengkulu 40,52 56,06 1,75 1,67 - - 100,00 Lampung 29,25 68,18 0,82 1,35 0,41 - 100,00 Kep. Bangka Belitung 30,72 67,66 0,59 1,03 - - 100,00 Kepulauan Riau 41,32 57,77 0,32 0,60 - - 100,00 DKI Jakarta 42,26 55,94 0,62 1,18 - - 100,00 Jawa Barat 31,58 60,82 0,28 7,27 0,05 - 100,00 Jawa Tengah 39,24 59,23 1,01 0,47 0,06 - 100,00 DI Yogyakarta 54,23 42,62 0,95 2,21 - - 100,00 Jawa Timur 37,42 61,50 0,19 0,90 - - 100,00 Banten 34,79 61,06 0,34 3,61 0,20 - 100,00 Bali 62,02 37,52 0,28 - 0,18 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 23,51 72,58 0,56 3,15 0,21 - 100,00 Nusa Tenggara Timur 28,20 61,39 2,14 5,60 1,55 1,12 100,00 Kalimantan Barat 27,51 64,69 1,21 6,35 0,24 - 100,00 Kalimantan Tengah 23,11 67,52 1,71 7,66 - - 100,00 Kalimantan Selatan 31,82 62,77 1,47 3,46 - 0,49 100,00 Kalimantan Timur 44,05 54,33 0,12 1,50 - - 100,00 Kalimantan Utara 36,18 58,21 1,21 4,39 - - 100,00 Sulawesi Utara 55,16 38,76 1,68 4,40 - - 100,00 Sulawesi Tengah 34,77 57,42 1,45 6,36 - - 100,00 Sulawesi Selatan 37,58 59,33 0,52 1,67 0,42 0,47 100,00 Sulawesi Tenggara 30,00 61,75 1,48 6,76 - - 100,00 Gorontalo 42,64 46,05 3,76 7,55 - - 100,00 Sulawesi Barat 19,50 75,89 - 4,62 - - 100,00 Maluku 22,29 58,45 1,25 17,35 0,66 - 100,00 Maluku Utara 41,31 50,01 0,38 6,89 - 1,41 100,00 Papua Barat 38,53 51,54 2,67 6,98 0,28 - 100,00 Papua 40,50 48,65 4,89 2,84 3,13 - 100,00 Indonesia 36,69 59,38 0,61 3,16 0,11 0,05 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

186

198

Profil Anak Indonesia 2017

188

Tabel L-5.2 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Penolong Kelahiran Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi Dokter Bidan Tenaga

Kesehatan Lain

Dukun Beranak/

Paraji Lainnya Tidak

Ada Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Aceh 18,82 75,64 0,45 4,75 0,33 - 100,00 Sumatera Utara 18,19 72,92 0,56 6,66 1,34 0,33 100,00 Sumatera Barat 27,63 65,89 0,37 5,68 0,43 - 100,00 Riau 17,96 69,09 1,35 11,14 0,45 - 100,00 Jambi 14,78 72,41 0,55 12,27 - - 100,00 Sumatera Selatan 12,98 77,57 0,45 8,96 0,04 - 100,00 Bengkulu 15,37 78,18 0,15 5,78 0,52 - 100,00 Lampung 15,06 74,87 0,27 9,40 0,28 0,11 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 19,92 76,76 0,58 2,74 - - 100,00 Kepulauan Riau 12,49 83,81 1,33 2,37 - - 100,00 DKI Jakarta - - - - - - - Jawa Barat 13,21 67,36 0,22 19,11 0,09 - 100,00 Jawa Tengah 29,62 67,70 1,02 1,67 - - 100,00 DI Yogyakarta 49,90 50,10 - - - - 100,00 Jawa Timur 25,57 68,95 0,45 4,69 0,17 0,17 100,00 Banten 7,60 62,93 0,64 28,83 - - 100,00 Bali 43,25 54,88 0,54 0,95 0,38 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 14,11 77,96 0,64 7,03 - 0,26 100,00 Nusa Tenggara Timur 14,59 58,33 1,65 21,79 3,08 0,56 100,00 Kalimantan Barat 11,08 66,14 1,28 21,23 0,27 - 100,00 Kalimantan Tengah 14,72 63,62 1,30 20,16 0,20 - 100,00 Kalimantan Selatan 21,42 70,37 0,95 7,26 - - 100,00 Kalimantan Timur 32,28 53,01 4,87 9,84 - - 100,00 Kalimantan Utara 25,81 62,42 0,42 9,76 1,59 - 100,00 Sulawesi Utara 39,47 47,93 3,58 8,83 0,19 - 100,00 Sulawesi Tengah 14,22 62,11 1,37 19,82 2,15 0,33 100,00 Sulawesi Selatan 16,51 73,82 0,67 7,51 1,24 0,24 100,00 Sulawesi Tenggara 11,26 72,54 0,03 15,84 0,23 0,10 100,00 Gorontalo 18,99 68,58 0,93 11,39 0,12 - 100,00 Sulawesi Barat 9,97 66,03 0,48 22,39 0,92 0,20 100,00 Maluku 6,11 46,30 2,81 43,37 1,40 - 100,00 Maluku Utara 11,49 50,43 2,36 34,82 0,81 0,09 100,00 Papua Barat 19,15 56,50 4,19 12,28 7,35 0,52 100,00 Papua 8,12 31,99 7,21 18,26 28,12 6,29 100,00 Indonesia 19,47 67,93 0,87 10,70 0,85 0,18 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

199

Profil Anak Indonesia 2017

189

Tabel L- 5.3 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Penolong Kelahiran Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan + Perdesaan

Provinsi Dokter Bidan Tenaga

Kesehatan Lain

Dukun Beranak/

Paraji Lainnya Tidak

Ada Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Aceh 23,23 72,47 0,57 3,49 0,24 - 100,00 Sumatera Utara 26,32 68,71 0,72 3,43 0,66 0,16 100,00 Sumatera Barat 36,14 59,35 0,37 3,90 0,24 - 100,00 Riau 30,61 60,69 0,99 7,29 0,42 - 100,00 Jambi 19,56 70,29 0,58 9,58 - - 100,00 Sumatera Selatan 23,52 69,94 0,31 5,95 0,06 0,23 100,00 Bengkulu 23,35 71,16 0,66 4,48 0,35 - 100,00 Lampung 18,89 73,07 0,42 7,22 0,32 0,08 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 25,14 72,36 0,59 1,91 - - 100,00 Kepulauan Riau 37,40 61,30 0,46 0,84 - - 100,00 DKI Jakarta 42,26 55,94 0,62 1,18 - - 100,00 Jawa Barat 25,93 62,84 0,26 10,91 0,06 - 100,00 Jawa Tengah 34,12 63,74 1,01 1,11 0,03 - 100,00 DI Yogyakarta 52,98 44,78 0,67 1,57 - - 100,00 Jawa Timur 31,49 65,22 0,32 2,79 0,09 0,09 100,00 Banten 26,58 61,63 0,43 11,22 0,14 - 100,00 Bali 55,14 43,88 0,38 0,35 0,25 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 18,24 75,59 0,60 5,32 0,09 0,15 100,00 Nusa Tenggara Timur 17,22 58,92 1,75 18,66 2,79 0,67 100,00 Kalimantan Barat 16,29 65,68 1,25 16,51 0,26 - 100,00 Kalimantan Tengah 17,92 65,11 1,46 15,39 0,13 - 100,00 Kalimantan Selatan 26,25 66,84 1,19 5,49 - 0,23 100,00 Kalimantan Timur 39,92 53,87 1,78 4,43 - - 100,00 Kalimantan Utara 31,75 60,01 0,87 6,69 0,68 - 100,00 Sulawesi Utara 46,04 44,09 2,79 6,97 0,11 - 100,00 Sulawesi Tengah 18,97 61,02 1,39 16,70 1,66 0,25 100,00 Sulawesi Selatan 24,78 68,14 0,61 5,22 0,92 0,33 100,00 Sulawesi Tenggara 16,58 69,48 0,44 13,26 0,17 0,07 100,00 Gorontalo 27,22 60,73 1,92 10,05 0,08 - 100,00 Sulawesi Barat 11,83 67,95 0,39 18,93 0,74 0,16 100,00 Maluku 12,40 51,02 2,21 33,27 1,11 - 100,00 Maluku Utara 20,75 50,30 1,75 26,14 0,56 0,50 100,00 Papua Barat 26,38 54,65 3,63 10,30 4,71 0,33 100,00 Papua 19,63 37,91 6,39 12,78 19,24 4,05 100,00 Indonesia 28,33 63,53 0,73 6,82 0,47 0,11 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

188

Tabel L-5.2 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Penolong Kelahiran Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi Dokter Bidan Tenaga

Kesehatan Lain

Dukun Beranak/

Paraji Lainnya Tidak

Ada Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Aceh 18,82 75,64 0,45 4,75 0,33 - 100,00 Sumatera Utara 18,19 72,92 0,56 6,66 1,34 0,33 100,00 Sumatera Barat 27,63 65,89 0,37 5,68 0,43 - 100,00 Riau 17,96 69,09 1,35 11,14 0,45 - 100,00 Jambi 14,78 72,41 0,55 12,27 - - 100,00 Sumatera Selatan 12,98 77,57 0,45 8,96 0,04 - 100,00 Bengkulu 15,37 78,18 0,15 5,78 0,52 - 100,00 Lampung 15,06 74,87 0,27 9,40 0,28 0,11 100,00 Kepulauan Bangka Belitung 19,92 76,76 0,58 2,74 - - 100,00 Kepulauan Riau 12,49 83,81 1,33 2,37 - - 100,00 DKI Jakarta - - - - - - - Jawa Barat 13,21 67,36 0,22 19,11 0,09 - 100,00 Jawa Tengah 29,62 67,70 1,02 1,67 - - 100,00 DI Yogyakarta 49,90 50,10 - - - - 100,00 Jawa Timur 25,57 68,95 0,45 4,69 0,17 0,17 100,00 Banten 7,60 62,93 0,64 28,83 - - 100,00 Bali 43,25 54,88 0,54 0,95 0,38 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 14,11 77,96 0,64 7,03 - 0,26 100,00 Nusa Tenggara Timur 14,59 58,33 1,65 21,79 3,08 0,56 100,00 Kalimantan Barat 11,08 66,14 1,28 21,23 0,27 - 100,00 Kalimantan Tengah 14,72 63,62 1,30 20,16 0,20 - 100,00 Kalimantan Selatan 21,42 70,37 0,95 7,26 - - 100,00 Kalimantan Timur 32,28 53,01 4,87 9,84 - - 100,00 Kalimantan Utara 25,81 62,42 0,42 9,76 1,59 - 100,00 Sulawesi Utara 39,47 47,93 3,58 8,83 0,19 - 100,00 Sulawesi Tengah 14,22 62,11 1,37 19,82 2,15 0,33 100,00 Sulawesi Selatan 16,51 73,82 0,67 7,51 1,24 0,24 100,00 Sulawesi Tenggara 11,26 72,54 0,03 15,84 0,23 0,10 100,00 Gorontalo 18,99 68,58 0,93 11,39 0,12 - 100,00 Sulawesi Barat 9,97 66,03 0,48 22,39 0,92 0,20 100,00 Maluku 6,11 46,30 2,81 43,37 1,40 - 100,00 Maluku Utara 11,49 50,43 2,36 34,82 0,81 0,09 100,00 Papua Barat 19,15 56,50 4,19 12,28 7,35 0,52 100,00 Papua 8,12 31,99 7,21 18,26 28,12 6,29 100,00 Indonesia 19,47 67,93 0,87 10,70 0,85 0,18 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

200

Profil Anak Indonesia 2017

190

Tabel L-5.4 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Melahirkan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi RS/RS Bersalin

Klinik/ Bidan/ Praktek Dokter

Puskesmas/ Polindes/

Pustu Rumah Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 40,76 41,81 8,32 9,11 - 100,00 Sumatera Utara 34,88 46,16 2,15 16,40 0,41 100,00 Sumatera Barat 43,02 46,15 7,30 3,14 0,38 100,00 Riau 45,12 40,63 3,80 9,01 1,44 100,00 Jambi 31,35 42,03 2,70 23,79 0,13 100,00 Sumatera Selatan 45,44 47,73 2,44 3,68 0,70 100,00 Bengkulu 43,61 38,01 2,11 16,02 0,24 100,00 Lampung 32,19 58,64 3,81 4,96 0,41 100,00 Kep. Bangka Belitung 38,08 51,35 5,25 5,32 - 100,00 Kepulauan Riau 41,29 52,66 3,66 2,39 - 100,00 DKI Jakarta 48,03 37,44 12,99 1,24 0,31 100,00 Jawa Barat 32,31 47,99 6,20 13,35 0,15 100,00 Jawa Tengah 44,22 43,33 9,43 2,91 0,11 100,00 DI Yogyakarta 61,24 31,22 5,33 2,21 - 100,00 Jawa Timur 40,01 49,80 7,89 2,16 0,14 100,00 Banten 38,51 46,90 3,35 10,98 0,27 100,00 Bali 59,62 38,45 1,66 0,27 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 31,28 14,46 47,85 5,20 1,22 100,00 Nusa Tenggara Timur 49,02 13,38 24,43 12,25 0,92 100,00 Kalimantan Barat 35,59 43,20 9,37 10,90 0,94 100,00 Kalimantan Tengah 29,57 29,18 4,48 36,78 - 100,00 Kalimantan Selatan 34,57 41,64 5,45 18,35 - 100,00 Kalimantan Timur 54,30 37,90 3,17 4,63 - 100,00 Kalimantan Utara 46,11 21,28 17,32 15,30 - 100,00 Sulawesi Utara 59,24 13,41 18,91 8,44 - 100,00 Sulawesi Tengah 47,48 13,13 18,14 21,26 - 100,00 Sulawesi Selatan 56,13 16,69 18,25 8,31 0,62 100,00 Sulawesi Tenggara 36,90 14,17 12,39 36,54 - 100,00 Gorontalo 53,00 10,08 26,20 10,71 - 100,00 Sulawesi Barat 24,95 11,10 46,85 17,10 - 100,00 Maluku 48,34 2,41 3,98 44,90 0,37 100,00 Maluku Utara 57,65 7,23 5,76 29,36 - 100,00 Papua Barat 66,25 6,32 3,60 23,83 - 100,00 Papua 63,06 15,00 7,85 13,58 0,51 100,00 Indonesia 40,58 42,20 8,16 8,80 0,26 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

201

Profil Anak Indonesia 2017

191

Tabel L-5.5 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Melahirkan, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi RS/RS Bersalin

Klinik/ Bidan/ Praktek Dokter

Puskesmas/ Polindes/

Pustu Rumah Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 21,06 35,95 18,92 23,98 0,09 100,00 Sumatera Utara 17,87 21,78 7,62 52,54 0,18 100,00 Sumatera Barat 20,06 43,53 19,43 16,07 0,91 100,00 Riau 15,29 22,71 6,85 55,14 - 100,00 Jambi 15,39 21,79 4,14 58,51 0,17 100,00 Sumatera Selatan 13,37 34,54 10,59 40,93 0,57 100,00 Bengkulu 15,78 18,22 9,45 56,16 0,39 100,00 Lampung 14,51 51,21 3,38 30,50 0,40 100,00 Kep. Bangka Belitung 19,76 24,94 30,56 23,63 1,11 100,00 Kepulauan Riau 22,60 27,11 23,24 27,06 - 100,00 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 13,82 34,30 11,08 40,58 0,23 100,00 Jawa Tengah 28,30 46,49 18,76 5,79 0,66 100,00 DI Yogyakarta 55,68 38,81 4,58 0,93 - 100,00 Jawa Timur 24,98 47,93 16,53 9,81 0,76 100,00 Banten 8,46 25,82 9,49 53,57 2,66 100,00 Bali 40,44 43,04 14,06 2,46 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 16,78 9,52 58,52 15,18 - 100,00 Nusa Tenggara Timur 19,32 1,70 43,94 34,56 0,48 100,00 Kalimantan Barat 13,61 15,62 19,24 51,37 0,15 100,00 Kalimantan Tengah 16,92 11,45 9,65 61,67 0,32 100,00 Kalimantan Selatan 22,58 20,58 13,04 43,41 0,39 100,00 Kalimantan Timur 38,64 24,01 10,65 26,69 - 100,00 Kalimantan Utara 32,52 4,57 18,80 44,10 - 100,00 Sulawesi Utara 41,87 14,89 13,88 29,02 0,34 100,00 Sulawesi Tengah 16,03 3,10 27,64 53,24 - 100,00 Sulawesi Selatan 23,01 11,19 35,33 30,29 0,18 100,00 Sulawesi Tenggara 12,34 6,53 20,64 60,23 0,26 100,00 Gorontalo 23,10 3,55 48,34 25,00 - 100,00 Sulawesi Barat 11,91 3,59 39,90 44,60 - 100,00 Maluku 11,14 1,66 5,93 81,22 0,05 100,00 Maluku Utara 17,14 3,21 8,79 70,86 - 100,00 Papua Barat 32,50 4,91 22,21 39,77 0,62 100,00 Papua 12,82 2,87 16,15 66,35 1,81 100,00 Indonesia 20,20 30,10 17,48 31,76 0,47 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

190

Tabel L-5.4 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Melahirkan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi RS/RS Bersalin

Klinik/ Bidan/ Praktek Dokter

Puskesmas/ Polindes/

Pustu Rumah Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 40,76 41,81 8,32 9,11 - 100,00 Sumatera Utara 34,88 46,16 2,15 16,40 0,41 100,00 Sumatera Barat 43,02 46,15 7,30 3,14 0,38 100,00 Riau 45,12 40,63 3,80 9,01 1,44 100,00 Jambi 31,35 42,03 2,70 23,79 0,13 100,00 Sumatera Selatan 45,44 47,73 2,44 3,68 0,70 100,00 Bengkulu 43,61 38,01 2,11 16,02 0,24 100,00 Lampung 32,19 58,64 3,81 4,96 0,41 100,00 Kep. Bangka Belitung 38,08 51,35 5,25 5,32 - 100,00 Kepulauan Riau 41,29 52,66 3,66 2,39 - 100,00 DKI Jakarta 48,03 37,44 12,99 1,24 0,31 100,00 Jawa Barat 32,31 47,99 6,20 13,35 0,15 100,00 Jawa Tengah 44,22 43,33 9,43 2,91 0,11 100,00 DI Yogyakarta 61,24 31,22 5,33 2,21 - 100,00 Jawa Timur 40,01 49,80 7,89 2,16 0,14 100,00 Banten 38,51 46,90 3,35 10,98 0,27 100,00 Bali 59,62 38,45 1,66 0,27 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 31,28 14,46 47,85 5,20 1,22 100,00 Nusa Tenggara Timur 49,02 13,38 24,43 12,25 0,92 100,00 Kalimantan Barat 35,59 43,20 9,37 10,90 0,94 100,00 Kalimantan Tengah 29,57 29,18 4,48 36,78 - 100,00 Kalimantan Selatan 34,57 41,64 5,45 18,35 - 100,00 Kalimantan Timur 54,30 37,90 3,17 4,63 - 100,00 Kalimantan Utara 46,11 21,28 17,32 15,30 - 100,00 Sulawesi Utara 59,24 13,41 18,91 8,44 - 100,00 Sulawesi Tengah 47,48 13,13 18,14 21,26 - 100,00 Sulawesi Selatan 56,13 16,69 18,25 8,31 0,62 100,00 Sulawesi Tenggara 36,90 14,17 12,39 36,54 - 100,00 Gorontalo 53,00 10,08 26,20 10,71 - 100,00 Sulawesi Barat 24,95 11,10 46,85 17,10 - 100,00 Maluku 48,34 2,41 3,98 44,90 0,37 100,00 Maluku Utara 57,65 7,23 5,76 29,36 - 100,00 Papua Barat 66,25 6,32 3,60 23,83 - 100,00 Papua 63,06 15,00 7,85 13,58 0,51 100,00 Indonesia 40,58 42,20 8,16 8,80 0,26 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

202

Profil Anak Indonesia 2017

192

Tabel L-5.6 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Melahirkan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi RS/RS Bersalin

Klinik/ Bidan/ Praktek Dokter

Puskesmas/ Polindes/

Pustu Rumah Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 26,62 37,60 15,93 19,78 0,06 100,00 Sumatera Utara 26,52 34,18 4,84 34,17 0,30 100,00 Sumatera Barat 29,90 44,65 14,24 10,53 0,68 100,00 Riau 28,23 30,48 5,53 35,14 0,62 100,00 Jambi 20,44 28,19 3,68 47,53 0,16 100,00 Sumatera Selatan 25,44 39,51 7,52 26,90 0,62 100,00 Bengkulu 24,62 24,50 7,12 43,42 0,34 100,00 Lampung 19,28 53,21 3,50 23,61 0,40 100,00 Kep. Bangka Belitung 28,62 37,71 18,32 14,78 0,58 100,00 Kepulauan Riau 38,75 49,19 6,32 5,73 - 100,00 DKI Jakarta 48,03 37,44 12,99 1,24 0,31 100,00 Jawa Barat 26,62 43,77 7,70 21,73 0,17 100,00 Jawa Tengah 35,75 45,01 14,39 4,44 0,40 100,00 DI Yogyakarta 59,63 33,42 5,12 1,84 - 100,00 Jawa Timur 32,49 48,87 12,21 5,99 0,45 100,00 Banten 29,44 40,54 5,20 23,84 0,99 100,00 Bali 52,60 40,13 6,20 1,07 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 23,16 11,69 53,83 10,79 0,54 100,00 Nusa Tenggara Timur 25,05 3,95 40,18 30,26 0,56 100,00 Kalimantan Barat 20,58 24,37 16,11 38,54 0,40 100,00 Kalimantan Tengah 21,74 18,21 7,67 52,17 0,20 100,00 Kalimantan Selatan 28,14 30,35 9,52 31,77 0,21 100,00 Kalimantan Timur 48,81 33,03 5,79 12,36 - 100,00 Kalimantan Utara 40,30 14,14 17,95 27,61 - 100,00 Sulawesi Utara 49,15 14,27 15,99 20,40 0,20 100,00 Sulawesi Tengah 23,30 5,42 25,44 45,84 - 100,00 Sulawesi Selatan 36,00 13,35 28,63 21,67 0,35 100,00 Sulawesi Tenggara 19,31 8,69 18,30 53,51 0,18 100,00 Gorontalo 33,51 5,82 40,63 20,03 - 100,00 Sulawesi Barat 14,45 5,05 41,25 39,24 - 100,00 Maluku 25,58 1,95 5,18 67,11 0,18 100,00 Maluku Utara 29,73 4,46 7,85 57,97 - 100,00 Papua Barat 45,09 5,44 15,27 33,82 0,39 100,00 Papua 30,67 7,18 13,20 47,60 1,35 100,00 Indonesia 30,69 36,33 12,68 19,94 0,36 100,00 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

203

Profil Anak Indonesia 2017

193

Tabel L- 5.7 : Angka Kematian Bayi dan Balita menurut Provinsi, 2015

Provinsi Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita

(1) (2) (3) Aceh 24,83 29,63 Sumatera Utara 21,67 25,62 Sumatera Barat 23,44 27,86 Riau 20,66 24,33 Jambi 25,90 31,02 Sumatera Selatan 20,08 23,60 Bengkulu 30,92 37,85 Lampung 21,16 24,95 Kepulauan Bangka Belitung 21,62 25,52 Kepulauan Riau 16,84 19,63 DKI Jakarta 19,10 22,38 Jawa Barat 19,93 23,41 Jawa Tengah 16,89 19,70 DI Yogyakarta 14,22 16,51 Jawa Timur 19,44 22,81 Banten 17,62 20,59 Bali 19,98 23,52 Nusa Tenggara Barat 30,61 37,31 Nusa Tenggara Timur 35,93 44,63 Kalimantan Barat 22,24 26,34 Kalimantan Tengah 24,60 29,36 Kalimantan Selatan 24,87 29,69 Kalimantan Timur 21,30 25,16 Kalimantan Utara 26,83 32,32 Sulawesi Utara 26,64 32,02 Sulawesi Tengah 41,30 52,26 Sulawesi Selatan 23,51 27,95 Sulawesi Tenggara 29,80 36,19 Gorontalo 41,28 52,19 Sulawesi Barat 42,96 54,63 Maluku 37,77 47,19 Maluku Utara 38,25 47,85 Papua Barat 57,33 76,84 Papua 40,10 50,70

Indonesia 21,80 25,74 Sumber: Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

192

Tabel L-5.6 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Hidup dalam Dua Tahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Melahirkan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi RS/RS Bersalin

Klinik/ Bidan/ Praktek Dokter

Puskesmas/ Polindes/

Pustu Rumah Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 26,62 37,60 15,93 19,78 0,06 100,00 Sumatera Utara 26,52 34,18 4,84 34,17 0,30 100,00 Sumatera Barat 29,90 44,65 14,24 10,53 0,68 100,00 Riau 28,23 30,48 5,53 35,14 0,62 100,00 Jambi 20,44 28,19 3,68 47,53 0,16 100,00 Sumatera Selatan 25,44 39,51 7,52 26,90 0,62 100,00 Bengkulu 24,62 24,50 7,12 43,42 0,34 100,00 Lampung 19,28 53,21 3,50 23,61 0,40 100,00 Kep. Bangka Belitung 28,62 37,71 18,32 14,78 0,58 100,00 Kepulauan Riau 38,75 49,19 6,32 5,73 - 100,00 DKI Jakarta 48,03 37,44 12,99 1,24 0,31 100,00 Jawa Barat 26,62 43,77 7,70 21,73 0,17 100,00 Jawa Tengah 35,75 45,01 14,39 4,44 0,40 100,00 DI Yogyakarta 59,63 33,42 5,12 1,84 - 100,00 Jawa Timur 32,49 48,87 12,21 5,99 0,45 100,00 Banten 29,44 40,54 5,20 23,84 0,99 100,00 Bali 52,60 40,13 6,20 1,07 - 100,00 Nusa Tenggara Barat 23,16 11,69 53,83 10,79 0,54 100,00 Nusa Tenggara Timur 25,05 3,95 40,18 30,26 0,56 100,00 Kalimantan Barat 20,58 24,37 16,11 38,54 0,40 100,00 Kalimantan Tengah 21,74 18,21 7,67 52,17 0,20 100,00 Kalimantan Selatan 28,14 30,35 9,52 31,77 0,21 100,00 Kalimantan Timur 48,81 33,03 5,79 12,36 - 100,00 Kalimantan Utara 40,30 14,14 17,95 27,61 - 100,00 Sulawesi Utara 49,15 14,27 15,99 20,40 0,20 100,00 Sulawesi Tengah 23,30 5,42 25,44 45,84 - 100,00 Sulawesi Selatan 36,00 13,35 28,63 21,67 0,35 100,00 Sulawesi Tenggara 19,31 8,69 18,30 53,51 0,18 100,00 Gorontalo 33,51 5,82 40,63 20,03 - 100,00 Sulawesi Barat 14,45 5,05 41,25 39,24 - 100,00 Maluku 25,58 1,95 5,18 67,11 0,18 100,00 Maluku Utara 29,73 4,46 7,85 57,97 - 100,00 Papua Barat 45,09 5,44 15,27 33,82 0,39 100,00 Papua 30,67 7,18 13,20 47,60 1,35 100,00 Indonesia 30,69 36,33 12,68 19,94 0,36 100,00 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

204

Profil Anak Indonesia 2017

194

Tabel L-5.8 : Persentase Baduta (Bayi 0-23 bulan) yang Pernah Diberi Air Susu Ibu menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2 (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 96,07 95,53 95,81 94,60 96,32 95,42 95,01 96,10 95,53 Sumatera Utara 86,75 88,52 87,65 95,07 92,48 93,78 91,00 90,49 90,74 Sumatera Barat 96,77 98,00 97,34 97,39 97,98 97,71 97,11 97,98 97,56 Riau 97,54 98,21 97,84 94,81 95,59 95,17 96,04 96,74 96,36 Jambi 94,85 90,47 93,12 96,80 96,49 96,64 96,06 94,88 95,49 Sumatera Selatan 95,02 93,07 94,09 96,45 98,63 97,54 95,87 96,51 96,18 Bengkulu 96,09 94,16 95,16 96,20 96,56 96,36 96,17 95,72 95,97 Lampung 94,51 94,95 94,72 96,72 96,47 96,60 96,11 96,08 96,10 Kep. Bangka Belitung 88,74 91,79 90,15 93,10 92,37 92,73 90,89 92,10 91,48 Kepulauan Riau 91,30 94,09 92,54 96,71 80,38 87,69 91,89 91,91 91,90 DKI Jakarta 91,77 89,73 90,75 - - - 91,77 89,73 90,75 Jawa Barat 90,17 90,13 90,15 91,95 91,97 91,96 90,70 90,70 90,70 Jawa Tengah 95,64 96,31 95,96 97,94 95,96 96,96 96,85 96,12 96,49 DI Yogyakarta 100,00 98,02 99,10 100,00 93,85 96,99 100,00 96,81 98,52 Jawa Timur 93,02 93,86 93,43 95,54 94,98 95,27 94,29 94,42 94,35 Banten 97,69 90,94 94,23 98,70 94,49 96,67 98,01 91,99 94,98 Bali 95,30 94,22 94,75 95,44 90,69 93,18 95,35 92,99 94,18 Nusa Tenggara Barat 97,55 97,03 97,26 99,58 97,53 98,66 98,79 97,29 98,05 Nusa Tenggara Timur 95,79 95,95 95,86 96,49 98,11 97,30 96,34 97,72 97,01 Kalimantan Barat 86,34 90,96 88,61 94,79 96,52 95,63 92,08 94,71 93,37 Kalimantan Tengah 93,82 88,97 91,57 93,48 94,98 94,17 93,61 92,68 93,18 Kalimantan Selatan 92,59 95,66 94,05 98,49 96,23 97,41 95,76 95,97 95,86 Kalimantan Timur 94,75 94,58 94,66 93,20 98,01 95,23 94,10 95,58 94,86 Kalimantan Utara 93,22 98,09 95,44 95,21 95,76 95,50 93,99 97,04 95,47 Sulawesi Utara 84,89 82,37 83,68 90,89 96,13 93,86 88,08 90,89 89,57 Sulawesi Tengah 79,77 86,17 83,14 92,94 95,16 94,01 89,99 92,85 91,40 Sulawesi Selatan 90,50 93,67 92,02 94,33 95,09 94,70 92,78 94,54 93,64 Sulawesi Tenggara 91,16 91,88 91,48 95,57 95,61 95,59 94,38 94,63 94,49 Gorontalo 89,71 88,16 88,87 92,12 91,32 91,72 91,31 90,16 90,71 Sulawesi Barat 98,47 95,67 97,19 96,29 96,44 96,37 96,78 96,30 96,53 Maluku 86,87 94,41 90,94 94,66 91,05 92,89 91,77 92,45 92,12 Maluku Utara 76,91 87,12 82,19 91,39 92,83 92,09 87,22 91,04 89,12 Papua Barat 89,49 94,94 91,73 95,08 89,03 92,46 92,81 91,31 92,17 Papua 86,86 95,41 91,11 94,78 97,42 96,18 91,85 96,73 94,38 Indonesia 92,65 92,51 92,58 95,63 95,18 95,41 94,10 93,82 93,96 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

205

Profil Anak Indonesia 2017

195

Tabel L-5.9 : Persentase Baduta (Bayi 0-23 bulan) yang Masih Diberi Air Susu Ibu menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2 (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 88,39 88,78 88,58 87,72 86,94 87,34 87,91 87,45 87,69 Sumatera Utara 77,15 76,97 77,06 75,69 77,63 76,64 76,37 77,31 76,84 Sumatera Barat 87,12 89,59 88,27 87,99 90,45 89,33 87,60 90,13 88,90 Riau 77,90 84,25 80,75 81,21 84,52 82,74 79,69 84,40 81,84 Jambi 83,04 87,43 84,73 87,99 90,05 89,06 86,13 89,38 87,68 Sumatera Selatan 87,84 84,73 86,37 90,10 89,74 89,92 89,20 87,89 88,56 Bengkulu 79,07 78,31 78,70 86,06 89,28 87,45 83,96 85,51 84,65 Lampung 79,15 85,11 81,97 86,00 87,59 86,79 84,15 86,96 85,52 Kep. Bangka Belitung 66,31 77,77 71,70 70,27 75,94 73,14 68,31 76,78 72,45 Kepulauan Riau 67,72 73,13 70,16 84,51 55,92 70,02 69,65 70,73 70,14 DKI Jakarta 78,15 80,62 79,38 - - - 78,15 80,62 79,38 Jawa Barat 86,58 86,84 86,71 85,80 87,37 86,59 86,34 87,01 86,67 Jawa Tengah 82,40 84,95 83,62 90,19 89,22 89,71 86,54 87,26 86,89 DI Yogyakarta 82,50 84,77 83,52 93,61 84,15 89,13 85,42 84,59 85,04 Jawa Timur 79,44 81,23 80,32 84,44 86,19 85,29 82,00 83,72 82,84 Banten 81,71 77,04 79,40 87,47 84,76 86,19 83,57 79,38 81,53 Bali 75,19 73,45 74,31 81,96 82,24 82,09 77,74 76,44 77,11 Nusa Tenggara Barat 86,40 88,47 87,53 87,53 86,65 87,14 87,10 87,53 87,31 Nusa Tenggara Timur 80,34 82,98 81,51 80,33 83,54 81,95 80,33 83,44 81,86 Kalimantan Barat 72,69 80,35 76,55 87,51 90,23 88,84 83,06 87,14 85,08 Kalimantan Tengah 69,81 86,23 77,20 84,23 93,61 88,57 78,76 90,90 84,32 Kalimantan Selatan 69,01 83,41 75,96 83,94 89,24 86,44 77,27 86,57 81,70 Kalimantan Timur 79,83 81,90 80,99 91,60 81,17 87,06 84,69 81,68 83,14 Kalimantan Utara 66,12 79,59 72,45 83,18 79,11 81,06 72,84 79,38 76,06 Sulawesi Utara 73,26 78,97 75,95 72,78 74,52 73,79 72,99 76,06 74,64 Sulawesi Tengah 73,19 78,18 75,92 80,53 81,54 81,02 79,07 80,74 79,91 Sulawesi Selatan 73,66 75,89 74,75 77,45 82,62 80,01 75,96 80,02 77,96 Sulawesi Tenggara 72,51 86,62 78,87 85,59 80,82 83,39 82,16 82,29 82,22 Gorontalo 87,50 71,46 78,83 73,66 79,13 76,44 78,25 76,37 77,27 Sulawesi Barat 79,23 70,14 75,15 88,26 80,12 84,03 86,22 78,32 82,23 Maluku 70,25 70,99 70,66 77,62 71,25 74,56 75,03 71,14 73,04 Maluku Utara 92,17 81,60 86,38 77,18 83,72 80,39 80,98 83,08 82,05 Papua Barat 71,73 68,76 70,47 83,15 85,28 84,04 78,67 78,65 78,66 Papua 76,86 78,54 77,73 87,73 92,56 90,32 83,93 87,84 86,01 Indonesia 81,02 82,57 81,77 84,84 85,84 85,33 82,91 84,19 83,53 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

194

Tabel L-5.8 : Persentase Baduta (Bayi 0-23 bulan) yang Pernah Diberi Air Susu Ibu menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2 (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 96,07 95,53 95,81 94,60 96,32 95,42 95,01 96,10 95,53 Sumatera Utara 86,75 88,52 87,65 95,07 92,48 93,78 91,00 90,49 90,74 Sumatera Barat 96,77 98,00 97,34 97,39 97,98 97,71 97,11 97,98 97,56 Riau 97,54 98,21 97,84 94,81 95,59 95,17 96,04 96,74 96,36 Jambi 94,85 90,47 93,12 96,80 96,49 96,64 96,06 94,88 95,49 Sumatera Selatan 95,02 93,07 94,09 96,45 98,63 97,54 95,87 96,51 96,18 Bengkulu 96,09 94,16 95,16 96,20 96,56 96,36 96,17 95,72 95,97 Lampung 94,51 94,95 94,72 96,72 96,47 96,60 96,11 96,08 96,10 Kep. Bangka Belitung 88,74 91,79 90,15 93,10 92,37 92,73 90,89 92,10 91,48 Kepulauan Riau 91,30 94,09 92,54 96,71 80,38 87,69 91,89 91,91 91,90 DKI Jakarta 91,77 89,73 90,75 - - - 91,77 89,73 90,75 Jawa Barat 90,17 90,13 90,15 91,95 91,97 91,96 90,70 90,70 90,70 Jawa Tengah 95,64 96,31 95,96 97,94 95,96 96,96 96,85 96,12 96,49 DI Yogyakarta 100,00 98,02 99,10 100,00 93,85 96,99 100,00 96,81 98,52 Jawa Timur 93,02 93,86 93,43 95,54 94,98 95,27 94,29 94,42 94,35 Banten 97,69 90,94 94,23 98,70 94,49 96,67 98,01 91,99 94,98 Bali 95,30 94,22 94,75 95,44 90,69 93,18 95,35 92,99 94,18 Nusa Tenggara Barat 97,55 97,03 97,26 99,58 97,53 98,66 98,79 97,29 98,05 Nusa Tenggara Timur 95,79 95,95 95,86 96,49 98,11 97,30 96,34 97,72 97,01 Kalimantan Barat 86,34 90,96 88,61 94,79 96,52 95,63 92,08 94,71 93,37 Kalimantan Tengah 93,82 88,97 91,57 93,48 94,98 94,17 93,61 92,68 93,18 Kalimantan Selatan 92,59 95,66 94,05 98,49 96,23 97,41 95,76 95,97 95,86 Kalimantan Timur 94,75 94,58 94,66 93,20 98,01 95,23 94,10 95,58 94,86 Kalimantan Utara 93,22 98,09 95,44 95,21 95,76 95,50 93,99 97,04 95,47 Sulawesi Utara 84,89 82,37 83,68 90,89 96,13 93,86 88,08 90,89 89,57 Sulawesi Tengah 79,77 86,17 83,14 92,94 95,16 94,01 89,99 92,85 91,40 Sulawesi Selatan 90,50 93,67 92,02 94,33 95,09 94,70 92,78 94,54 93,64 Sulawesi Tenggara 91,16 91,88 91,48 95,57 95,61 95,59 94,38 94,63 94,49 Gorontalo 89,71 88,16 88,87 92,12 91,32 91,72 91,31 90,16 90,71 Sulawesi Barat 98,47 95,67 97,19 96,29 96,44 96,37 96,78 96,30 96,53 Maluku 86,87 94,41 90,94 94,66 91,05 92,89 91,77 92,45 92,12 Maluku Utara 76,91 87,12 82,19 91,39 92,83 92,09 87,22 91,04 89,12 Papua Barat 89,49 94,94 91,73 95,08 89,03 92,46 92,81 91,31 92,17 Papua 86,86 95,41 91,11 94,78 97,42 96,18 91,85 96,73 94,38 Indonesia 92,65 92,51 92,58 95,63 95,18 95,41 94,10 93,82 93,96 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

206

Profil Anak Indonesia 2017

196

Tabel L-5.10 : Rata-Rata Lama Pemberian Air Susu Ibu (Bulan) pada Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2 (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 10,63 11,25 10,93 10,57 10,81 10,69 10,59 10,93 10,75 Sumatera Utara 9,88 9,20 9,53 10,29 9,93 10,11 10,10 9,57 9,83 Sumatera Barat 10,60 9,97 10,31 11,34 10,32 10,79 11,01 10,19 10,59 Riau 9,11 11,24 10,06 9,72 10,31 9,99 9,44 10,72 10,02 Jambi 10,38 8,12 9,51 10,76 10,40 10,57 10,61 9,82 10,23 Sumatera Selatan 9,57 8,97 9,29 10,69 11,30 10,99 10,24 10,44 10,34 Bengkulu 11,63 9,88 10,79 10,78 10,74 10,76 11,03 10,44 10,77 Lampung 9,55 8,90 9,24 10,62 10,71 10,67 10,33 10,25 10,29 Kep. Bangka Belitung 9,50 9,69 9,59 10,10 11,21 10,66 9,80 10,51 10,15 Kepulauan Riau 9,25 7,54 8,48 10,36 7,40 8,86 9,37 7,52 8,52 DKI Jakarta 9,90 9,33 9,62 - - - 9,90 9,33 9,62 Jawa Barat 9,94 10,11 10,02 10,77 10,32 10,54 10,19 10,18 10,18 Jawa Tengah 10,54 10,37 10,46 10,89 11,11 11,00 10,73 10,77 10,75 DI Yogyakarta 11,03 9,99 10,56 11,76 10,29 11,07 11,22 10,08 10,70 Jawa Timur 9,96 10,08 10,02 10,09 10,55 10,31 10,03 10,32 10,17 Banten 9,85 9,94 9,89 8,70 9,52 9,09 9,48 9,81 9,64 Bali 9,97 9,68 9,82 10,03 9,35 9,72 9,99 9,57 9,78 Nusa Tenggara Barat 11,46 11,36 11,41 11,50 11,59 11,54 11,49 11,48 11,48 Nusa Tenggara Timur 10,70 10,11 10,44 10,93 10,74 10,83 10,88 10,63 10,76 Kalimantan Barat 8,73 7,86 8,29 10,29 10,24 10,26 9,82 9,50 9,66 Kalimantan Tengah 10,19 8,74 9,54 8,96 9,90 9,39 9,43 9,47 9,45 Kalimantan Selatan 9,07 9,66 9,35 10,38 11,61 10,96 9,79 10,72 10,23 Kalimantan Timur 10,36 10,26 10,30 9,09 11,56 10,16 9,83 10,65 10,25 Kalimantan Utara 9,18 8,10 8,68 9,16 9,02 9,09 9,18 8,51 8,85 Sulawesi Utara 9,26 9,51 9,38 9,80 9,17 9,43 9,55 9,29 9,41 Sulawesi Tengah 7,10 8,19 7,70 10,07 10,60 10,33 9,48 10,03 9,75 Sulawesi Selatan 9,20 9,31 9,25 10,87 9,86 10,37 10,21 9,64 9,93 Sulawesi Tenggara 9,37 10,15 9,72 10,07 10,42 10,23 9,89 10,35 10,10 Gorontalo 8,20 10,34 9,36 10,45 9,36 9,90 9,70 9,72 9,71 Sulawesi Barat 8,82 12,43 10,44 11,12 9,86 10,47 10,60 10,32 10,46 Maluku 9,11 9,41 9,28 9,71 10,31 10,00 9,50 9,93 9,72 Maluku Utara 9,26 11,94 10,73 10,58 10,05 10,32 10,25 10,62 10,44 Papua Barat 9,45 10,17 9,76 9,30 9,59 9,42 9,36 9,82 9,55 Papua 9,97 10,45 10,22 10,91 10,75 10,82 10,58 10,65 10,62 Indonesia 9,96 9,89 9,93 10,47 10,52 10,49 10,21 10,20 10,21 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

207

Profil Anak Indonesia 2017

197

Tabel L-5.11 : Rata-rata Lama Pemberian Air Susu Ibu (Bulan) bagi Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Provinsi, Pemberian Makanan Pendamping, dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Tanpa Makanan

Pendamping

Dengan Makanan

Pendamping

Tanpa Makanan

Pendamping

Dengan Makanan

Pendamping

Tanpa Makanan

Pendamping

Dengan Makanan

Pendamping

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 4,23 6,69 3,68 7,00 3,83 6,91 Sumatera Utara

3,74 5,79 3,66 6,45 3,69 6,13

Sumatera Barat

4,51 5,79 4,41 6,36 4,45 6,13 Riau

3,77 6,28 3,99 5,99 3,89 6,13

Jambi

3,81 5,66 4,33 6,22 4,17 6,05 Sumatera Selatan 4,17 5,10 4,42 6,57 4,32 6,00 Bengkulu

4,29 6,50 4,71 6,04 4,57 6,19

Lampung

4,20 5,03 4,13 6,53 4,15 6,13 Kep. Bangka Belitung 4,28 5,29 4,26 6,39 4,27 5,87 Kepulauan Riau

4,16 4,28 3,49 5,30 4,08 4,41

DKI Jakarta

4,27 5,32 - - 4,27 5,32 Jawa Barat

4,38 5,61 4,46 6,05 4,41 5,75

Jawa Tengah 4,25 6,21 4,29 6,68 4,27 6,46 DI Yogyakarta

4,63 5,93 4,94 6,12 4,72 5,98

Jawa Timur

4,05 5,96 3,87 6,42 3,96 6,19 Banten

4,15 5,72 3,21 5,85 3,85 5,76

Bali

3,62 6,19 3,91 5,79 3,72 6,05 Nusa Tenggara Barat 4,70 6,71 4,66 6,87 4,68 6,80 Nusa Tenggara Timur 4,41 6,01 4,85 5,97 4,76 5,98 Kalimantan Barat 3,88 4,41 3,81 6,43 3,83 5,81 Kalimantan Tengah 4,10 5,42 4,12 5,26 4,12 5,32 Kalimantan Selatan 3,75 5,60 3,91 7,04 3,84 6,39 Kalimantan Timur 4,48 5,82 5,08 5,08 4,69 5,56 Kalimantan Utara 3,37 5,30 4,53 4,54 3,86 4,98 Sulawesi Utara

3,98 5,37 4,01 5,40 4,00 5,39

Sulawesi Tengah 3,43 4,26 4,02 6,31 3,89 5,86 Sulawesi Selatan 4,21 4,99 4,53 5,83 4,40 5,50 Sulawesi Tenggara 3,04 6,66 3,41 6,82 3,31 6,78 Gorontalo

3,72 5,63 3,16 6,73 3,35 6,35

Sulawesi Barat

4,27 6,16 4,45 5,98 4,41 6,02 Maluku

3,70 5,57 4,49 5,48 4,18 5,52

Maluku Utara 3,67 7,04 3,76 6,55 3,74 6,68 Papua Barat

3,72 6,02 4,01 5,39 3,90 5,64

Papua 4,50 5,71 5,05 5,77 4,86 5,75 Indonesia 4,17 5,74 4,16 6,32 4,16 6,02

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

196

Tabel L-5.10 : Rata-Rata Lama Pemberian Air Susu Ibu (Bulan) pada Baduta (Bayi 0-23 bulan) menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2 (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 10,63 11,25 10,93 10,57 10,81 10,69 10,59 10,93 10,75 Sumatera Utara 9,88 9,20 9,53 10,29 9,93 10,11 10,10 9,57 9,83 Sumatera Barat 10,60 9,97 10,31 11,34 10,32 10,79 11,01 10,19 10,59 Riau 9,11 11,24 10,06 9,72 10,31 9,99 9,44 10,72 10,02 Jambi 10,38 8,12 9,51 10,76 10,40 10,57 10,61 9,82 10,23 Sumatera Selatan 9,57 8,97 9,29 10,69 11,30 10,99 10,24 10,44 10,34 Bengkulu 11,63 9,88 10,79 10,78 10,74 10,76 11,03 10,44 10,77 Lampung 9,55 8,90 9,24 10,62 10,71 10,67 10,33 10,25 10,29 Kep. Bangka Belitung 9,50 9,69 9,59 10,10 11,21 10,66 9,80 10,51 10,15 Kepulauan Riau 9,25 7,54 8,48 10,36 7,40 8,86 9,37 7,52 8,52 DKI Jakarta 9,90 9,33 9,62 - - - 9,90 9,33 9,62 Jawa Barat 9,94 10,11 10,02 10,77 10,32 10,54 10,19 10,18 10,18 Jawa Tengah 10,54 10,37 10,46 10,89 11,11 11,00 10,73 10,77 10,75 DI Yogyakarta 11,03 9,99 10,56 11,76 10,29 11,07 11,22 10,08 10,70 Jawa Timur 9,96 10,08 10,02 10,09 10,55 10,31 10,03 10,32 10,17 Banten 9,85 9,94 9,89 8,70 9,52 9,09 9,48 9,81 9,64 Bali 9,97 9,68 9,82 10,03 9,35 9,72 9,99 9,57 9,78 Nusa Tenggara Barat 11,46 11,36 11,41 11,50 11,59 11,54 11,49 11,48 11,48 Nusa Tenggara Timur 10,70 10,11 10,44 10,93 10,74 10,83 10,88 10,63 10,76 Kalimantan Barat 8,73 7,86 8,29 10,29 10,24 10,26 9,82 9,50 9,66 Kalimantan Tengah 10,19 8,74 9,54 8,96 9,90 9,39 9,43 9,47 9,45 Kalimantan Selatan 9,07 9,66 9,35 10,38 11,61 10,96 9,79 10,72 10,23 Kalimantan Timur 10,36 10,26 10,30 9,09 11,56 10,16 9,83 10,65 10,25 Kalimantan Utara 9,18 8,10 8,68 9,16 9,02 9,09 9,18 8,51 8,85 Sulawesi Utara 9,26 9,51 9,38 9,80 9,17 9,43 9,55 9,29 9,41 Sulawesi Tengah 7,10 8,19 7,70 10,07 10,60 10,33 9,48 10,03 9,75 Sulawesi Selatan 9,20 9,31 9,25 10,87 9,86 10,37 10,21 9,64 9,93 Sulawesi Tenggara 9,37 10,15 9,72 10,07 10,42 10,23 9,89 10,35 10,10 Gorontalo 8,20 10,34 9,36 10,45 9,36 9,90 9,70 9,72 9,71 Sulawesi Barat 8,82 12,43 10,44 11,12 9,86 10,47 10,60 10,32 10,46 Maluku 9,11 9,41 9,28 9,71 10,31 10,00 9,50 9,93 9,72 Maluku Utara 9,26 11,94 10,73 10,58 10,05 10,32 10,25 10,62 10,44 Papua Barat 9,45 10,17 9,76 9,30 9,59 9,42 9,36 9,82 9,55 Papua 9,97 10,45 10,22 10,91 10,75 10,82 10,58 10,65 10,62 Indonesia 9,96 9,89 9,93 10,47 10,52 10,49 10,21 10,20 10,21 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

208

Profil Anak Indonesia 2017

198

Tabel L-5.12 : Persentase Bayi Berumur 0-5 bulan menurut Provinsi, Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi Air Putih

Air Lainnya (air tajin, madu, teh, air gula, dll)

Susu Selain ASI dan Olahan Susu (Yoghurt, keju)

Makanan Pendamping (Bubur, kacang, daging, ikan, telur, sayur, buah,

dll) (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 63,48 30,01 38,04 53,45 Sumatera Utara 72,62 37,19 38,08 58,11 Sumatera Barat 65,05 22,54 31,12 53,53 Riau 69,27 23,33 33,32 55,80 Jambi 59,50 27,12 36,01 44,57 Sumatera Selatan 70,27 32,61 28,46 56,50 Bengkulu 61,87 24,17 48,96 54,57 Lampung 57,18 22,01 41,94 51,81 Kep. Bangka Belitung 69,85 16,71 37,45 58,62 Kepulauan Riau 64,92 30,85 24,54 51,12 DKI Jakarta 70,00 27,87 35,56 51,56 Jawa Barat 66,73 25,77 26,05 51,73 Jawa Tengah 59,01 24,66 31,79 57,01 DI Yogyakarta 52,42 26,17 34,13 51,39 Jawa Timur 52,67 22,31 36,72 53,21 Banten 61,63 28,25 26,49 51,23 Bali 62,27 26,54 47,88 54,61 Nusa Tenggara Barat 61,22 15,43 24,15 55,42 Nusa Tenggara Timur 64,71 32,66 36,37 53,67 Kalimantan Barat 72,28 18,51 34,83 46,88 Kalimantan Tengah 62,87 24,05 34,76 49,59 Kalimantan Selatan 64,14 29,35 40,23 56,28 Kalimantan Timur 64,19 21,97 40,33 60,50 Kalimantan Utara 61,78 18,22 38,37 61,12 Sulawesi Utara 65,53 30,18 42,49 61,82 Sulawesi Tengah 51,29 23,25 38,55 42,04 Sulawesi Selatan 64,26 17,63 34,39 54,03 Sulawesi Tenggara 57,79 14,66 42,35 53,92 Gorontalo 68,30 27,68 49,80 43,38 Sulawesi Barat 62,49 19,51 20,83 51,45 Maluku 56,65 23,86 59,63 52,70 Maluku Utara 54,52 25,82 37,43 48,28 Papua Barat 70,78 27,57 52,01 63,78 Papua 68,35 24,22 48,32 54,44 Indonesia 63,39 25,75 32,95 53,53

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

209

Profil Anak Indonesia 2017

199

Tabel L- 5.13 : Persentase Bayi Berumur 0-5 bulan menurut Provinsi, Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi Air Putih

Air Lainnya (air tajin, madu, teh, air gula, dll)

Susu Selain ASI dan Olahan

Susu (Yoghurt, keju)

Makanan Pendamping (Bubur, kacang, daging, ikan, telur, sayur, buah,

dll) (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 74,83 35,69 24,96 63,66 Sumatera Utara 69,32 32,77 26,81 57,13 Sumatera Barat 64,46 25,52 17,84 50,12 Riau 70,84 34,06 30,07 52,81 Jambi 61,55 29,76 25,81 56,58 Sumatera Selatan 71,54 32,43 28,79 63,80 Bengkulu 66,29 22,49 22,13 53,66 Lampung 61,61 21,86 22,66 58,17 Kep. Bangka Belitung 72,62 23,90 36,82 55,19 Kepulauan Riau 53,80 22,97 57,39 37,22 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat 69,44 19,23 25,67 54,50 Jawa Tengah 57,14 22,64 22,62 56,41 DI Yogyakarta 48,21 23,92 17,29 41,11 Jawa Timur 54,86 29,96 26,20 60,21 Banten 64,14 20,01 12,80 47,91 Bali 53,21 14,41 27,28 53,67 Nusa Tenggara Barat 52,56 12,66 13,12 53,93 Nusa Tenggara Timur 63,04 33,61 18,10 54,94 Kalimantan Barat 66,43 22,38 24,70 55,97 Kalimantan Tengah 57,44 23,26 27,93 49,11 Kalimantan Selatan 67,99 34,44 23,23 60,13 Kalimantan Timur 54,67 37,29 27,89 52,18 Kalimantan Utara 52,48 34,85 34,70 40,33 Sulawesi Utara 63,23 30,83 42,80 52,94 Sulawesi Tengah 59,84 26,46 31,53 52,40 Sulawesi Selatan 61,54 15,94 29,67 47,68 Sulawesi Tenggara 61,81 21,44 27,90 51,96 Gorontalo 72,58 34,43 37,47 56,09 Sulawesi Barat 60,31 17,89 25,87 49,29 Maluku 57,06 31,83 31,91 49,44 Maluku Utara 61,66 31,61 31,20 47,26 Papua Barat 54,31 26,75 30,96 51,76 Papua 63,48 25,39 15,77 45,76 Indonesia 62,60 25,72 24,82 55,40

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

198

Tabel L-5.12 : Persentase Bayi Berumur 0-5 bulan menurut Provinsi, Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi Air Putih

Air Lainnya (air tajin, madu, teh, air gula, dll)

Susu Selain ASI dan Olahan Susu (Yoghurt, keju)

Makanan Pendamping (Bubur, kacang, daging, ikan, telur, sayur, buah,

dll) (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 63,48 30,01 38,04 53,45 Sumatera Utara 72,62 37,19 38,08 58,11 Sumatera Barat 65,05 22,54 31,12 53,53 Riau 69,27 23,33 33,32 55,80 Jambi 59,50 27,12 36,01 44,57 Sumatera Selatan 70,27 32,61 28,46 56,50 Bengkulu 61,87 24,17 48,96 54,57 Lampung 57,18 22,01 41,94 51,81 Kep. Bangka Belitung 69,85 16,71 37,45 58,62 Kepulauan Riau 64,92 30,85 24,54 51,12 DKI Jakarta 70,00 27,87 35,56 51,56 Jawa Barat 66,73 25,77 26,05 51,73 Jawa Tengah 59,01 24,66 31,79 57,01 DI Yogyakarta 52,42 26,17 34,13 51,39 Jawa Timur 52,67 22,31 36,72 53,21 Banten 61,63 28,25 26,49 51,23 Bali 62,27 26,54 47,88 54,61 Nusa Tenggara Barat 61,22 15,43 24,15 55,42 Nusa Tenggara Timur 64,71 32,66 36,37 53,67 Kalimantan Barat 72,28 18,51 34,83 46,88 Kalimantan Tengah 62,87 24,05 34,76 49,59 Kalimantan Selatan 64,14 29,35 40,23 56,28 Kalimantan Timur 64,19 21,97 40,33 60,50 Kalimantan Utara 61,78 18,22 38,37 61,12 Sulawesi Utara 65,53 30,18 42,49 61,82 Sulawesi Tengah 51,29 23,25 38,55 42,04 Sulawesi Selatan 64,26 17,63 34,39 54,03 Sulawesi Tenggara 57,79 14,66 42,35 53,92 Gorontalo 68,30 27,68 49,80 43,38 Sulawesi Barat 62,49 19,51 20,83 51,45 Maluku 56,65 23,86 59,63 52,70 Maluku Utara 54,52 25,82 37,43 48,28 Papua Barat 70,78 27,57 52,01 63,78 Papua 68,35 24,22 48,32 54,44 Indonesia 63,39 25,75 32,95 53,53

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

210

Profil Anak Indonesia 2017

200

Tabel L- 5.14 : Persentase Bayi Berumur 0-5 bulan menurut Provinsi, Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan dan Perdesaan

Provinsi Air Putih

Air Lainnya (air tajin, madu, teh, air gula, dll)

Susu Selain ASI dan Olahan Susu (Yoghurt, keju)

Makanan Pendamping (Bubur, kacang, daging, ikan, telur, sayur, buah,

dll) (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 71,59 34,07 28,69 60,75 Sumatera Utara 71,01 35,03 32,58 57,64 Sumatera Barat 64,69 24,33 23,14 51,48 Riau 70,16 29,40 31,48 54,11 Jambi 60,89 28,91 29,10 52,71 Sumatera Selatan 71,01 32,51 28,65 60,74 Bengkulu 64,98 22,98 30,07 53,93 Lampung 60,36 21,90 28,07 56,39 Kep. Bangka Belitung 71,19 20,20 37,14 56,96 Kepulauan Riau 63,50 29,84 28,76 49,34 DKI Jakarta 70,00 27,87 35,56 51,56 Jawa Barat 67,57 23,74 25,93 52,59 Jawa Tengah 58,00 23,57 26,86 56,69 DI Yogyakarta 51,26 25,55 29,50 48,57 Jawa Timur 53,76 26,12 31,49 56,69 Banten 62,49 25,44 21,81 50,09 Bali 58,86 21,98 40,13 54,26 Nusa Tenggara Barat 56,29 13,85 17,87 54,57 Nusa Tenggara Timur 63,40 33,40 22,07 54,66 Kalimantan Barat 68,38 21,09 28,08 52,94 Kalimantan Tengah 59,33 23,53 30,30 49,28 Kalimantan Selatan 66,13 31,99 31,43 58,28 Kalimantan Timur 60,91 27,26 36,04 57,63 Kalimantan Utara 57,80 25,33 36,80 52,22 Sulawesi Utara 64,26 30,54 42,66 56,93 Sulawesi Tengah 57,47 25,57 33,47 49,53 Sulawesi Selatan 62,76 16,70 31,80 50,54 Sulawesi Tenggara 60,79 19,72 31,55 52,46 Gorontalo 71,09 32,06 41,79 51,64 Sulawesi Barat 60,77 18,23 24,82 49,74 Maluku 56,87 28,26 44,34 50,90 Maluku Utara 59,72 30,04 32,89 47,53 Papua Barat 60,39 27,05 38,73 56,20 Papua 65,14 24,99 26,86 48,72 Indonesia 63,01 25,74 29,00 54,44

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

211

Profil Anak Indonesia 2017

201

Tabel L- 5.15 : Persentase Bayi Berumur 0-5 bulan yang Diberi ASI Eksklusif (Tidak Diberi Makanan/ Minuman Tambahan dalam 24 Jam Terakhir) menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 13,50 14,29 13,88 10,18 8,97 9,60 11,10 10,45 10,79 Sumatera Utara

10,25 10,41 10,33 11,43 10,39 10,92 10,86 10,40 10,63

Sumatera Barat

17,30 12,93 15,28 13,30 19,85 16,84 15,08 17,29 16,21 Riau

14,46 11,69 13,22 9,98 14,76 12,18 12,00 13,42 12,64

Jambi

15,38 20,64 17,46 16,10 13,85 14,93 15,83 15,68 15,75 Sumatera Selatan

14,94 14,11 14,54 15,06 8,39 11,73 15,01 10,58 12,83

Bengkulu

13,57 15,92 14,70 11,37 15,87 13,30 12,03 15,89 13,75 Lampung

13,99 29,12 21,16 15,38 15,53 15,46 15,00 19,03 16,97

Kep. Bangka Belitung 14,13 12,65 13,44 10,53 9,57 10,04 12,34 10,99 11,68 Kepulauan Riau

12,29 17,05 14,40 8,72 27,00 18,83 11,90 18,64 14,99

DKI Jakarta

11,72 13,32 12,53 - - - 11,72 13,32 12,53 Jawa Barat

13,22 13,37 13,29 12,70 13,20 12,95 13,07 13,32 13,19

Jawa Tengah

15,06 17,92 16,43 17,45 16,09 16,78 16,32 16,93 16,62 DI Yogyakarta

19,90 18,91 19,45 20,45 28,29 24,25 20,05 21,60 20,77

Jawa Timur

18,68 18,15 18,42 17,02 13,88 15,50 17,85 16,02 16,95 Banten

17,86 16,49 17,16 19,91 11,97 16,09 18,52 15,15 16,83

Bali

15,51 17,21 16,37 18,54 25,67 21,93 16,65 20,16 18,39 Nusa Tenggara Barat

17,65 15,37 16,40 22,57 14,48 18,94 20,66 14,91 17,84

Nusa Tenggara Timur 16,50 20,69 18,35 14,27 16,33 15,30 14,75 17,12 15,91 Kalimantan Barat

10,13 16,26 13,14 13,74 14,23 13,98 12,58 14,89 13,71

Kalimantan Tengah

16,92 18,73 17,76 20,69 19,18 20,00 19,26 19,01 19,15 Kalimantan Selatan

17,34 14,86 16,16 14,76 10,42 12,69 15,94 12,46 14,29

Kalimantan Timur

14,42 16,14 15,39 26,18 5,34 17,36 19,40 12,98 16,09 Kalimantan Utara

19,50 18,99 19,27 26,30 16,19 20,98 22,12 17,73 19,98

Sulawesi Utara

9,63 17,71 13,49 10,36 14,73 12,84 10,03 15,85 13,11 Sulawesi Tengah

24,36 26,68 25,60 15,70 13,69 14,73 17,60 17,04 17,32

Sulawesi Selatan

20,16 15,76 18,06 13,02 20,12 16,52 15,90 18,42 17,13 Sulawesi Tenggara

22,72 12,83 18,27 15,37 15,85 15,59 17,35 15,06 16,30

Gorontalo

19,79 7,67 13,19 7,38 9,39 8,41 11,57 8,76 10,10 Sulawesi Barat

27,34 6,20 17,90 13,22 18,21 15,80 16,35 16,09 16,22

Maluku

21,56 18,52 19,92 17,97 12,08 15,09 19,30 14,79 17,00 Maluku Utara

15,74 10,97 13,27 13,76 16,29 14,98 14,33 14,60 14,46

Papua Barat

9,30 16,12 12,14 20,66 20,66 20,66 16,08 18,90 17,28 Papua 12,09 12,09 12,09 12,59 15,87 14,33 12,41 14,59 13,55 Indonesia 15,07 15,47 15,27 15,17 14,45 14,82 15,12 14,97 15,05 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

200

Tabel L- 5.14 : Persentase Bayi Berumur 0-5 bulan menurut Provinsi, Jenis Makanan/Minuman yang Dikonsumsi dalam 24 Jam Terakhir, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan dan Perdesaan

Provinsi Air Putih

Air Lainnya (air tajin, madu, teh, air gula, dll)

Susu Selain ASI dan Olahan Susu (Yoghurt, keju)

Makanan Pendamping (Bubur, kacang, daging, ikan, telur, sayur, buah,

dll) (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 71,59 34,07 28,69 60,75 Sumatera Utara 71,01 35,03 32,58 57,64 Sumatera Barat 64,69 24,33 23,14 51,48 Riau 70,16 29,40 31,48 54,11 Jambi 60,89 28,91 29,10 52,71 Sumatera Selatan 71,01 32,51 28,65 60,74 Bengkulu 64,98 22,98 30,07 53,93 Lampung 60,36 21,90 28,07 56,39 Kep. Bangka Belitung 71,19 20,20 37,14 56,96 Kepulauan Riau 63,50 29,84 28,76 49,34 DKI Jakarta 70,00 27,87 35,56 51,56 Jawa Barat 67,57 23,74 25,93 52,59 Jawa Tengah 58,00 23,57 26,86 56,69 DI Yogyakarta 51,26 25,55 29,50 48,57 Jawa Timur 53,76 26,12 31,49 56,69 Banten 62,49 25,44 21,81 50,09 Bali 58,86 21,98 40,13 54,26 Nusa Tenggara Barat 56,29 13,85 17,87 54,57 Nusa Tenggara Timur 63,40 33,40 22,07 54,66 Kalimantan Barat 68,38 21,09 28,08 52,94 Kalimantan Tengah 59,33 23,53 30,30 49,28 Kalimantan Selatan 66,13 31,99 31,43 58,28 Kalimantan Timur 60,91 27,26 36,04 57,63 Kalimantan Utara 57,80 25,33 36,80 52,22 Sulawesi Utara 64,26 30,54 42,66 56,93 Sulawesi Tengah 57,47 25,57 33,47 49,53 Sulawesi Selatan 62,76 16,70 31,80 50,54 Sulawesi Tenggara 60,79 19,72 31,55 52,46 Gorontalo 71,09 32,06 41,79 51,64 Sulawesi Barat 60,77 18,23 24,82 49,74 Maluku 56,87 28,26 44,34 50,90 Maluku Utara 59,72 30,04 32,89 47,53 Papua Barat 60,39 27,05 38,73 56,20 Papua 65,14 24,99 26,86 48,72 Indonesia 63,01 25,74 29,00 54,44

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

212

Profil Anak Indonesia 2017

202

Tabel L-5.16 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup Terakhir (Dua Tahun yang Lalu Atau Kurang) menurut Provinsi, Lama Diletakkan di Dada Ibunya Untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan Provinsi < 1 Jam 1-23 Jam ≥ 24 Jam Tidak Tahu Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 49,50 24,16 5,68 20,66 100,00 Sumatera Utara 36,94 24,34 11,17 27,56 100,00 Sumatera Barat 47,77 29,58 6,89 15,75 100,00 Riau 42,65 21,88 6,35 29,12 100,00 Jambi 45,15 30,31 3,18 21,36 100,00 Sumatera Selatan 41,86 30,55 6,12 21,48 100,00 Bengkulu 44,43 31,08 5,54 18,95 100,00 Lampung 49,15 26,41 2,83 21,61 100,00 Kep. Bangka Belitung 46,01 21,12 8,78 24,09 100,00 Kepulauan Riau 52,52 18,54 11,11 17,83 100,00 DKI Jakarta 52,39 30,30 3,28 14,02 100,00 Jawa Barat 50,38 25,17 4,65 19,81 100,00 Jawa Tengah 55,19 20,98 6,12 17,71 100,00 DI Yogyakarta 52,62 29,17 5,33 12,87 100,00 Jawa Timur 44,50 32,79 8,83 13,88 100,00 Banten 46,54 24,22 4,15 25,09 100,00 Bali 47,57 26,94 7,50 17,98 100,00 Nusa Tenggara Barat 65,40 16,71 3,99 13,89 100,00 Nusa Tenggara Timur 46,08 25,83 7,60 20,48 100,00 Kalimantan Barat 41,78 20,40 4,94 32,88 100,00 Kalimantan Tengah 47,28 23,26 7,91 21,54 100,00 Kalimantan Selatan 40,11 34,33 8,04 17,52 100,00 Kalimantan Timur 43,11 22,80 6,09 28,00 100,00 Kalimantan Utara 40,56 19,10 10,67 29,67 100,00 Sulawesi Utara 28,31 25,29 8,29 38,11 100,00 Sulawesi Tengah 48,90 20,53 12,86 17,71 100,00 Sulawesi Selatan 50,84 23,49 5,18 20,48 100,00 Sulawesi Tenggara 35,45 27,56 12,61 24,38 100,00 Gorontalo 28,95 31,31 3,27 36,47 100,00 Sulawesi Barat 53,55 20,71 3,79 21,95 100,00 Maluku 34,36 27,75 12,39 25,51 100,00 Maluku Utara 44,99 30,01 3,35 21,65 100,00 Papua Barat 35,65 26,62 7,25 30,49 100,00 Papua 36,58 30,70 4,35 28,37 100,00

Indonesia 47,95 26,05 6,18 19,82 100,00 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

213

Profil Anak Indonesia 2017

203

Tabel L- 5.17 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup Terakhir menurut Provinsi, Lama Diletakkan di Dada Ibunya Untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan Provinsi < 1 Jam 1-23 Jam ≥ 24 Jam Tidak Tahu Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 45,93 24,80 5,15 24,12 100,00 Sumatera Utara 28,76 27,78 14,31 29,15 100,00 Sumatera Barat 43,11 27,71 6,05 23,13 100,00 Riau 32,07 29,13 11,78 27,02 100,00 Jambi 37,08 28,19 8,35 26,38 100,00 Sumatera Selatan 39,76 26,27 5,65 28,32 100,00 Bengkulu 35,47 29,45 9,63 25,45 100,00 Lampung 43,01 28,74 7,86 20,39 100,00 Kep. Bangka Belitung 47,39 16,79 4,71 31,11 100,00 Kepulauan Riau 32,76 17,60 3,29 46,35 100,00 DKI Jakarta - - - - - Jawa Barat 43,07 23,36 6,28 27,29 100,00 Jawa Tengah 56,13 21,66 4,56 17,66 100,00 DI Yogyakarta 49,07 27,26 8,96 14,71 100,00 Jawa Timur 51,28 24,73 5,57 18,42 100,00 Banten 41,81 20,79 6,02 31,38 100,00 Bali 53,89 27,52 5,68 12,90 100,00 Nusa Tenggara Barat 50,86 27,67 3,53 17,94 100,00 Nusa Tenggara Timur 44,93 30,02 2,57 22,48 100,00 Kalimantan Barat 36,66 20,68 5,00 37,66 100,00 Kalimantan Tengah 31,72 27,03 9,59 31,66 100,00 Kalimantan Selatan 39,46 28,89 9,41 22,24 100,00 Kalimantan Timur 35,92 20,29 11,37 32,42 100,00 Kalimantan Utara 47,58 19,19 8,15 25,08 100,00 Sulawesi Utara 26,46 26,17 7,99 39,38 100,00 Sulawesi Tengah 27,93 32,14 10,10 29,83 100,00 Sulawesi Selatan 37,97 24,29 7,50 30,23 100,00 Sulawesi Tenggara 35,87 28,46 11,71 23,96 100,00 Gorontalo 40,55 31,80 4,65 23,00 100,00 Sulawesi Barat 41,06 21,72 4,74 32,47 100,00 Maluku 17,81 32,90 7,90 41,39 100,00 Maluku Utara 25,82 25,40 5,99 42,79 100,00 Papua Barat 30,11 19,83 5,06 45,00 100,00 Papua 35,73 25,36 3,68 35,23 100,00

Indonesia 43,04 25,35 6,80 24,81 100,00 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

202

Tabel L-5.16 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup Terakhir (Dua Tahun yang Lalu Atau Kurang) menurut Provinsi, Lama Diletakkan di Dada Ibunya Untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan Provinsi < 1 Jam 1-23 Jam ≥ 24 Jam Tidak Tahu Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 49,50 24,16 5,68 20,66 100,00 Sumatera Utara 36,94 24,34 11,17 27,56 100,00 Sumatera Barat 47,77 29,58 6,89 15,75 100,00 Riau 42,65 21,88 6,35 29,12 100,00 Jambi 45,15 30,31 3,18 21,36 100,00 Sumatera Selatan 41,86 30,55 6,12 21,48 100,00 Bengkulu 44,43 31,08 5,54 18,95 100,00 Lampung 49,15 26,41 2,83 21,61 100,00 Kep. Bangka Belitung 46,01 21,12 8,78 24,09 100,00 Kepulauan Riau 52,52 18,54 11,11 17,83 100,00 DKI Jakarta 52,39 30,30 3,28 14,02 100,00 Jawa Barat 50,38 25,17 4,65 19,81 100,00 Jawa Tengah 55,19 20,98 6,12 17,71 100,00 DI Yogyakarta 52,62 29,17 5,33 12,87 100,00 Jawa Timur 44,50 32,79 8,83 13,88 100,00 Banten 46,54 24,22 4,15 25,09 100,00 Bali 47,57 26,94 7,50 17,98 100,00 Nusa Tenggara Barat 65,40 16,71 3,99 13,89 100,00 Nusa Tenggara Timur 46,08 25,83 7,60 20,48 100,00 Kalimantan Barat 41,78 20,40 4,94 32,88 100,00 Kalimantan Tengah 47,28 23,26 7,91 21,54 100,00 Kalimantan Selatan 40,11 34,33 8,04 17,52 100,00 Kalimantan Timur 43,11 22,80 6,09 28,00 100,00 Kalimantan Utara 40,56 19,10 10,67 29,67 100,00 Sulawesi Utara 28,31 25,29 8,29 38,11 100,00 Sulawesi Tengah 48,90 20,53 12,86 17,71 100,00 Sulawesi Selatan 50,84 23,49 5,18 20,48 100,00 Sulawesi Tenggara 35,45 27,56 12,61 24,38 100,00 Gorontalo 28,95 31,31 3,27 36,47 100,00 Sulawesi Barat 53,55 20,71 3,79 21,95 100,00 Maluku 34,36 27,75 12,39 25,51 100,00 Maluku Utara 44,99 30,01 3,35 21,65 100,00 Papua Barat 35,65 26,62 7,25 30,49 100,00 Papua 36,58 30,70 4,35 28,37 100,00

Indonesia 47,95 26,05 6,18 19,82 100,00 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

214

Profil Anak Indonesia 2017

204

Tabel L-5.18 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup terakhir menurut Provinsi, Lama Diletakkan di Dada Ibunya Untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan Provinsi < 1 Jam 1-23 Jam ≥ 24 Jam Tidak Tahu Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 46,93 24,62 5,30 23,15 100,00 Sumatera Utara 32,92 26,03 12,71 28,34 100,00 Sumatera Barat 45,11 28,52 6,41 19,97 100,00 Riau 36,66 25,99 9,42 27,93 100,00 Jambi 39,63 28,86 6,71 24,79 100,00 Sumatera Selatan 40,55 27,88 5,83 25,74 100,00 Bengkulu 38,31 29,97 8,34 23,39 100,00 Lampung 44,67 28,11 6,50 20,72 100,00 Kep. Bangka Belitung 46,72 18,88 6,68 27,72 100,00 Kepulauan Riau 49,84 18,42 10,05 21,70 100,00 DKI Jakarta 52,39 30,30 3,28 14,02 100,00 Jawa Barat 48,13 24,61 5,15 22,11 100,00 Jawa Tengah 55,69 21,34 5,29 17,68 100,00 DI Yogyakarta 51,59 28,62 6,38 13,40 100,00 Jawa Timur 47,89 28,76 7,20 16,15 100,00 Banten 45,11 23,19 4,71 26,99 100,00 Bali 49,89 27,16 6,84 16,12 100,00 Nusa Tenggara Barat 57,25 22,85 3,73 16,16 100,00 Nusa Tenggara Timur 45,15 29,21 3,54 22,09 100,00 Kalimantan Barat 38,28 20,59 4,98 36,14 100,00 Kalimantan Tengah 37,66 25,59 8,95 27,80 100,00 Kalimantan Selatan 39,76 31,42 8,78 20,05 100,00 Kalimantan Timur 40,59 21,92 7,94 29,55 100,00 Kalimantan Utara 43,56 19,14 9,59 27,71 100,00 Sulawesi Utara 27,24 25,80 8,12 38,85 100,00 Sulawesi Tengah 32,78 29,46 10,74 27,02 100,00 Sulawesi Selatan 43,02 23,98 6,59 26,41 100,00 Sulawesi Tenggara 35,75 28,21 11,96 24,08 100,00 Gorontalo 36,51 31,63 4,17 27,69 100,00 Sulawesi Barat 43,50 21,53 4,55 30,42 100,00 Maluku 24,24 30,90 9,64 35,22 100,00 Maluku Utara 31,77 26,83 5,17 36,23 100,00 Papua Barat 32,18 22,36 5,87 39,59 100,00 Papua 36,03 27,26 3,92 32,79 100,00 Indonesia 45,57 25,71 6,48 22,24 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

215

Profil Anak Indonesia 2017

205

Tabel L 5.19 : Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 84,36 85,63 84,97 85,59 83,93 84,78 85,24 84,41 84,83 Sumatera Utara 92,18 90,07 91,14 88,74 87,78 88,28 90,39 88,90 89,66 Sumatera Barat 90,63 85,93 88,31 90,97 92,06 91,52 90,83 89,66 90,24 Riau 91,62 93,28 92,44 88,78 89,48 89,11 89,91 91,07 90,47 Jambi 92,33 90,42 91,42 93,05 91,57 92,30 92,81 91,22 92,02 Sumatera Selatan 97,45 95,00 96,22 93,83 95,39 94,59 95,13 95,24 95,19 Bengkulu 95,21 95,06 95,14 93,52 92,59 93,09 94,05 93,35 93,72 Lampung 96,54 95,10 95,79 96,83 96,58 96,71 96,76 96,17 96,46 Kep. Bangka Belitung 96,45 94,31 95,39 94,12 92,43 93,27 95,29 93,37 94,34 Kepulauan Riau 93,82 91,13 92,57 96,87 95,23 96,07 94,24 91,73 93,07 DKI Jakarta 97,12 96,86 96,99 - - - 97,12 96,86 96,99 Jawa Barat 93,88 94,87 94,36 92,93 92,76 92,85 93,59 94,23 93,90 Jawa Tengah 98,06 97,35 97,72 97,03 98,21 97,62 97,52 97,82 97,67 DI Yogyakarta 97,32 97,82 97,57 96,46 99,40 97,96 97,07 98,28 97,68 Jawa Timur 96,33 96,93 96,62 93,28 92,41 92,85 94,82 94,68 94,75 Banten 94,37 93,46 93,93 88,36 86,39 87,41 92,49 91,28 91,90 Bali 99,50 98,87 99,20 99,66 98,72 99,19 99,56 98,81 99,20 Nusa Tenggara Barat 98,04 98,04 98,04 98,06 97,15 97,64 98,05 97,55 97,81 Nusa Tenggara Timur 95,08 97,86 96,34 95,22 95,67 95,45 95,19 96,04 95,62 Kalimantan Barat 92,50 91,19 91,86 91,33 93,00 92,12 91,69 92,42 92,04 Kalimantan Tengah 91,65 94,04 92,82 92,05 92,97 92,49 91,91 93,35 92,61 Kalimantan Selatan 94,27 91,17 92,75 93,69 93,26 93,47 93,96 92,35 93,15 Kalimantan Timur 96,75 96,87 96,81 93,23 93,39 93,31 95,44 95,62 95,53 Kalimantan Utara 94,40 95,49 94,91 96,05 90,48 93,53 95,08 93,49 94,35 Sulawesi Utara 95,99 96,22 96,11 97,69 96,56 97,10 96,91 96,41 96,65 Sulawesi Tengah 93,05 93,58 93,32 91,24 93,46 92,32 91,67 93,49 92,56 Sulawesi Selatan 92,92 94,36 93,63 92,78 91,42 92,10 92,83 92,56 92,70 Sulawesi Tenggara 92,76 95,29 93,98 93,23 93,96 93,59 93,10 94,33 93,70 Gorontalo 97,24 95,92 96,51 97,11 97,89 97,50 97,15 97,14 97,14 Sulawesi Barat 98,25 94,22 96,37 92,62 91,95 92,27 93,82 92,36 93,07 Maluku 92,57 93,86 93,25 84,41 89,21 86,63 87,23 91,09 89,11 Maluku Utara 94,32 94,83 94,57 89,73 92,06 90,88 90,97 92,81 91,88 Papua Barat 93,31 91,94 92,67 93,16 92,54 92,87 93,22 92,31 92,79 Papua 94,30 97,41 95,83 60,15 63,82 61,94 69,62 73,16 71,35 Indonesia 94,99 94,89 94,94 92,53 92,63 92,58 93,79 93,78 93,78 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

204

Tabel L-5.18 : Persentase Perempuan Pernah Kawin (PPK) Berumur 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Lahir Hidup terakhir menurut Provinsi, Lama Diletakkan di Dada Ibunya Untuk Pertama Kali Sejak Dilahirkan/Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan Provinsi < 1 Jam 1-23 Jam ≥ 24 Jam Tidak Tahu Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 46,93 24,62 5,30 23,15 100,00 Sumatera Utara 32,92 26,03 12,71 28,34 100,00 Sumatera Barat 45,11 28,52 6,41 19,97 100,00 Riau 36,66 25,99 9,42 27,93 100,00 Jambi 39,63 28,86 6,71 24,79 100,00 Sumatera Selatan 40,55 27,88 5,83 25,74 100,00 Bengkulu 38,31 29,97 8,34 23,39 100,00 Lampung 44,67 28,11 6,50 20,72 100,00 Kep. Bangka Belitung 46,72 18,88 6,68 27,72 100,00 Kepulauan Riau 49,84 18,42 10,05 21,70 100,00 DKI Jakarta 52,39 30,30 3,28 14,02 100,00 Jawa Barat 48,13 24,61 5,15 22,11 100,00 Jawa Tengah 55,69 21,34 5,29 17,68 100,00 DI Yogyakarta 51,59 28,62 6,38 13,40 100,00 Jawa Timur 47,89 28,76 7,20 16,15 100,00 Banten 45,11 23,19 4,71 26,99 100,00 Bali 49,89 27,16 6,84 16,12 100,00 Nusa Tenggara Barat 57,25 22,85 3,73 16,16 100,00 Nusa Tenggara Timur 45,15 29,21 3,54 22,09 100,00 Kalimantan Barat 38,28 20,59 4,98 36,14 100,00 Kalimantan Tengah 37,66 25,59 8,95 27,80 100,00 Kalimantan Selatan 39,76 31,42 8,78 20,05 100,00 Kalimantan Timur 40,59 21,92 7,94 29,55 100,00 Kalimantan Utara 43,56 19,14 9,59 27,71 100,00 Sulawesi Utara 27,24 25,80 8,12 38,85 100,00 Sulawesi Tengah 32,78 29,46 10,74 27,02 100,00 Sulawesi Selatan 43,02 23,98 6,59 26,41 100,00 Sulawesi Tenggara 35,75 28,21 11,96 24,08 100,00 Gorontalo 36,51 31,63 4,17 27,69 100,00 Sulawesi Barat 43,50 21,53 4,55 30,42 100,00 Maluku 24,24 30,90 9,64 35,22 100,00 Maluku Utara 31,77 26,83 5,17 36,23 100,00 Papua Barat 32,18 22,36 5,87 39,59 100,00 Papua 36,03 27,26 3,92 32,79 100,00 Indonesia 45,57 25,71 6,48 22,24 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

216

Profil Anak Indonesia 2017

206

Tabel L-5.20 : Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Jenis Imunisasi, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan Provinsi BCG Polio DPT Hepatitis B Campak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 78,64 80,50 71,91 72,33 61,65 Sumatera Utara 87,08 88,51 80,35 77,02 65,99 Sumatera Barat 84,92 85,13 79,32 80,85 63,23 Riau 89,34 89,12 83,82 84,52 70,11 Jambi 86,76 85,20 81,22 82,33 69,80 Sumatera Selatan 94,05 93,21 88,55 86,78 73,05 Bengkulu 93,10 93,78 87,90 87,94 75,17 Lampung 93,24 92,56 87,45 87,38 75,30 Kep. Bangka Belitung 93,14 93,96 90,45 88,94 78,47 Kepulauan Riau 89,24 89,98 84,68 87,56 78,66 DKI Jakarta 95,61 93,75 90,65 90,42 74,42 Jawa Barat 90,48 91,85 86,05 86,22 73,03 Jawa Tengah 95,28 94,18 90,06 91,04 77,41 DI Yogyakarta 96,45 93,98 93,46 94,99 78,13 Jawa Timur 94,26 94,13 89,91 90,66 77,02 Banten 90,38 91,49 86,22 84,66 71,92 Bali 97,46 96,20 93,91 95,78 83,36 Nusa Tenggara Barat 96,03 96,40 91,55 93,67 84,18 Nusa Tenggara Timur 92,88 93,37 90,72 92,46 79,18 Kalimantan Barat 87,13 87,67 80,04 80,32 65,78 Kalimantan Tengah 88,03 89,88 83,69 84,15 69,44 Kalimantan Selatan 88,82 88,99 83,82 87,13 68,07 Kalimantan Timur 93,52 94,24 92,16 93,20 80,01 Kalimantan Utara 92,92 92,69 87,79 90,57 78,06 Sulawesi Utara 94,90 94,44 90,73 89,21 78,03 Sulawesi Tengah 89,55 87,15 83,85 83,03 69,90 Sulawesi Selatan 91,00 90,12 86,59 87,36 73,26 Sulawesi Tenggara 90,88 89,32 84,89 87,00 73,22 Gorontalo 94,84 94,64 92,12 92,38 78,26 Sulawesi Barat 92,32 93,17 87,36 87,02 79,02 Maluku 89,95 90,65 87,13 86,37 76,37 Maluku Utara 93,28 90,96 85,26 84,03 73,82 Papua Barat 91,26 91,19 84,17 84,06 77,63 Papua 92,80 93,36 89,66 89,61 80,80

Indonesia 91,90 92,05 87,16 87,34 73,98 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

217

Profil Anak Indonesia 2017

207

Tabel L-5.21 : Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Jenis Imunisasi, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan Provinsi BCG Polio DPT Hepatitis B Campak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 76,14 79,69 67,64 65,05 58,07 Sumatera Utara 81,48 85,56 75,41 72,17 64,78 Sumatera Barat 87,02 87,79 80,41 79,59 67,59 Riau 80,49 84,29 73,83 70,55 65,27 Jambi 87,37 89,04 80,89 79,82 71,21 Sumatera Selatan 91,13 91,13 87,39 84,28 76,06 Bengkulu 90,50 89,34 85,25 84,52 74,86 Lampung 93,63 93,15 88,27 88,28 75,50 Kep. Bangka Belitung 91,38 90,21 86,05 85,64 75,67 Kepulauan Riau 86,77 87,79 83,67 85,65 75,67 DKI Jakarta - - - - - Jawa Barat 88,07 88,91 82,08 78,40 68,56 Jawa Tengah 95,04 94,72 89,80 90,99 79,02 DI Yogyakarta 97,16 95,27 94,06 95,94 83,08 Jawa Timur 89,03 89,30 83,49 83,82 72,75 Banten 79,02 80,49 69,37 66,57 59,85 Bali 96,56 97,11 92,03 93,18 76,31 Nusa Tenggara Barat 94,86 94,79 90,06 90,84 79,19 Nusa Tenggara Timur 91,84 92,85 88,39 85,68 77,67 Kalimantan Barat 85,77 88,96 80,79 77,83 70,92 Kalimantan Tengah 86,17 88,43 77,41 75,59 67,91 Kalimantan Selatan 89,23 90,85 86,12 87,62 75,06 Kalimantan Timur 88,65 88,41 82,83 79,45 74,25 Kalimantan Utara 90,75 90,18 82,23 82,45 71,60 Sulawesi Utara 95,90 95,19 89,65 88,98 78,31 Sulawesi Tengah 87,01 88,37 80,93 81,07 70,65 Sulawesi Selatan 88,02 87,96 83,05 83,28 72,82 Sulawesi Tenggara 90,42 90,77 86,23 86,81 75,08 Gorontalo 94,21 94,98 90,27 90,48 77,72 Sulawesi Barat 86,20 88,90 80,15 80,60 71,76 Maluku 78,97 81,80 71,63 68,10 63,82 Maluku Utara 86,14 88,39 78,53 73,34 69,52 Papua Barat 88,31 88,44 78,29 79,05 71,11 Papua 57,69 56,86 51,98 50,23 46,26 Indonesia 88,03 88,97 82,34 81,18 71,47

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

206

Tabel L-5.20 : Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Jenis Imunisasi, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan Provinsi BCG Polio DPT Hepatitis B Campak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 78,64 80,50 71,91 72,33 61,65 Sumatera Utara 87,08 88,51 80,35 77,02 65,99 Sumatera Barat 84,92 85,13 79,32 80,85 63,23 Riau 89,34 89,12 83,82 84,52 70,11 Jambi 86,76 85,20 81,22 82,33 69,80 Sumatera Selatan 94,05 93,21 88,55 86,78 73,05 Bengkulu 93,10 93,78 87,90 87,94 75,17 Lampung 93,24 92,56 87,45 87,38 75,30 Kep. Bangka Belitung 93,14 93,96 90,45 88,94 78,47 Kepulauan Riau 89,24 89,98 84,68 87,56 78,66 DKI Jakarta 95,61 93,75 90,65 90,42 74,42 Jawa Barat 90,48 91,85 86,05 86,22 73,03 Jawa Tengah 95,28 94,18 90,06 91,04 77,41 DI Yogyakarta 96,45 93,98 93,46 94,99 78,13 Jawa Timur 94,26 94,13 89,91 90,66 77,02 Banten 90,38 91,49 86,22 84,66 71,92 Bali 97,46 96,20 93,91 95,78 83,36 Nusa Tenggara Barat 96,03 96,40 91,55 93,67 84,18 Nusa Tenggara Timur 92,88 93,37 90,72 92,46 79,18 Kalimantan Barat 87,13 87,67 80,04 80,32 65,78 Kalimantan Tengah 88,03 89,88 83,69 84,15 69,44 Kalimantan Selatan 88,82 88,99 83,82 87,13 68,07 Kalimantan Timur 93,52 94,24 92,16 93,20 80,01 Kalimantan Utara 92,92 92,69 87,79 90,57 78,06 Sulawesi Utara 94,90 94,44 90,73 89,21 78,03 Sulawesi Tengah 89,55 87,15 83,85 83,03 69,90 Sulawesi Selatan 91,00 90,12 86,59 87,36 73,26 Sulawesi Tenggara 90,88 89,32 84,89 87,00 73,22 Gorontalo 94,84 94,64 92,12 92,38 78,26 Sulawesi Barat 92,32 93,17 87,36 87,02 79,02 Maluku 89,95 90,65 87,13 86,37 76,37 Maluku Utara 93,28 90,96 85,26 84,03 73,82 Papua Barat 91,26 91,19 84,17 84,06 77,63 Papua 92,80 93,36 89,66 89,61 80,80

Indonesia 91,90 92,05 87,16 87,34 73,98 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

218

Profil Anak Indonesia 2017

208

Tabel L- 5.22 : Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Jenis Imunisasi, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan Provinsi BCG Polio DPT Hepatitis B Campak

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 76,86 79,92 68,86 67,12 59,09 Sumatera Utara 84,18 86,98 77,80 74,51 65,36 Sumatera Barat 86,18 86,73 79,97 80,09 65,85 Riau 84,10 86,26 77,91 76,26 67,24 Jambi 87,18 87,82 81,00 80,62 70,76 Sumatera Selatan 92,20 91,90 87,82 85,20 74,95 Bengkulu 91,30 90,71 86,07 85,58 74,96 Lampung 93,53 93,00 88,05 88,04 75,45 Kep. Bangka Belitung 92,26 92,10 88,26 87,30 77,08 Kepulauan Riau 88,89 89,67 84,54 87,29 78,24 DKI Jakarta 95,61 93,75 90,65 90,42 74,42 Jawa Barat 89,75 90,95 84,85 83,84 71,67 Jawa Tengah 95,15 94,47 89,92 91,01 78,27 DI Yogyakarta 96,65 94,36 93,64 95,26 79,58 Jawa Timur 91,66 91,73 86,72 87,27 74,90 Banten 86,86 88,08 80,99 79,05 68,18 Bali 97,13 96,53 93,23 94,84 80,80 Nusa Tenggara Barat 95,36 95,48 90,70 92,06 81,34 Nusa Tenggara Timur 92,04 92,95 88,83 86,96 77,95 Kalimantan Barat 86,20 88,55 80,56 78,62 69,30 Kalimantan Tengah 86,82 88,93 79,60 78,57 68,45 Kalimantan Selatan 89,05 90,02 85,09 87,40 71,92 Kalimantan Timur 91,74 92,10 88,74 88,17 77,90 Kalimantan Utara 92,04 91,67 85,53 87,26 75,43 Sulawesi Utara 95,44 94,85 90,14 89,09 78,18 Sulawesi Tengah 87,63 88,07 81,64 81,55 70,47 Sulawesi Selatan 89,18 88,80 84,42 84,86 72,99 Sulawesi Tenggara 90,54 90,37 85,86 86,86 74,56 Gorontalo 94,43 94,86 90,93 91,17 77,92 Sulawesi Barat 87,39 89,73 81,56 81,86 73,18 Maluku 83,08 85,11 77,43 74,93 68,52 Maluku Utara 88,07 89,09 80,36 76,24 70,69 Papua Barat 89,44 89,49 80,55 80,98 73,62 Papua 67,44 66,99 62,44 61,17 55,85 Indonesia 90,00 90,54 84,80 84,32 72,75

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

219

Profil Anak Indonesia 2017

209

Tabel L-5.23 : Persentase Anak Berumur 1-4 Tahun yang Mendapat Imunisasi Lengkap menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 54,15 53,50 53,84 45,24 42,30 43,79 47,82 45,44 46,65 Sumatera Utara 59,29 58,37 58,84 50,97 51,06 51,01 54,92 54,56 54,74 Sumatera Barat 67,10 61,85 64,52 65,51 64,49 65,01 66,14 63,43 64,81 Riau 71,58 71,21 71,39 46,43 48,47 47,40 56,21 57,96 57,06 Jambi 76,34 64,81 70,81 60,97 63,53 62,26 66,01 63,92 64,98 Sumatera Selatan 71,28 69,42 70,33 62,33 66,20 64,20 65,40 67,40 66,39 Bengkulu 72,92 75,14 73,88 66,14 63,71 64,98 68,37 67,05 67,76 Lampung 82,07 77,08 79,43 73,17 74,30 73,73 75,42 75,06 75,24 Kep. Bangka Belitung 83,47 84,83 84,15 79,93 75,66 77,78 81,70 80,24 80,96

Kepulauan Riau 76,26 76,64 76,43 72,16 63,91 68,38 75,67 74,79 75,27 DKI Jakarta 76,70 79,58 78,12 - - - 76,70 79,58 78,12 Jawa Barat 69,58 68,62 69,11 63,81 62,12 63,00 67,81 66,69 67,26 Jawa Tengah 81,66 80,69 81,20 81,24 82,78 82,00 81,44 81,83 81,63 DI Yogyakarta 91,27 84,12 87,64 93,31 86,80 90,08 91,88 84,89 88,36 Jawa Timur 81,50 81,78 81,64 73,55 69,91 71,73 77,58 75,86 76,73 Banten 65,42 67,98 66,66 39,68 45,69 42,61 57,65 61,17 59,36 Bali 84,73 85,49 85,09 85,29 84,91 85,11 84,93 85,28 85,10 Nusa Tenggara Barat 84,81 87,75 86,21 70,74 71,97 71,31 76,75 78,86 77,74 Nusa Tenggara Timur 84,24 82,68 83,53 72,89 73,40 73,15 75,15 74,94 75,04 Kalimantan Barat 66,53 62,57 64,61 64,60 64,44 64,53 65,20 63,85 64,55 Kalimantan Tengah 60,78 73,82 67,15 60,84 60,32 60,59 60,82 65,04 62,88 Kalimantan Selatan 74,90 74,49 74,70 77,83 76,24 76,99 76,49 75,50 75,98 Kalimantan Timur 82,71 81,05 81,90 64,17 61,61 62,86 76,05 73,63 74,84 Kalimantan Utara 87,97 80,51 84,59 61,21 54,39 58,16 77,16 70,09 73,97 Sulawesi Utara 70,14 67,82 68,94 76,88 76,88 76,88 73,87 72,71 73,27 Sulawesi Tengah 63,96 60,52 62,23 64,44 63,46 63,96 64,33 62,76 63,55 Sulawesi Selatan 73,65 77,93 75,84 69,16 66,37 67,79 70,79 70,78 70,79 Sulawesi Tenggara 73,29 71,84 72,58 72,71 70,21 71,44 72,88 70,66 71,76 Gorontalo 83,91 86,07 85,14 75,69 73,07 74,39 78,38 78,20 78,29 Sulawesi Barat 74,55 71,80 73,15 66,36 61,71 63,96 67,96 63,64 65,74 Maluku 76,95 70,48 73,53 46,22 43,78 45,09 56,32 54,16 55,26 Maluku Utara 73,59 64,63 69,01 57,40 58,23 57,80 61,65 60,02 60,84 Papua Barat 64,71 68,23 66,47 53,91 60,55 57,24 58,09 63,51 60,81 Papua 71,51 76,53 73,91 33,17 34,95 34,03 43,46 45,92 44,64

Indonesia 73,88 73,55 73,72 65,84 65,72 65,78 69,94 69,70 69,82 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

208

Tabel L- 5.22 : Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Jenis Imunisasi, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan Provinsi BCG Polio DPT Hepatitis B Campak

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 76,86 79,92 68,86 67,12 59,09 Sumatera Utara 84,18 86,98 77,80 74,51 65,36 Sumatera Barat 86,18 86,73 79,97 80,09 65,85 Riau 84,10 86,26 77,91 76,26 67,24 Jambi 87,18 87,82 81,00 80,62 70,76 Sumatera Selatan 92,20 91,90 87,82 85,20 74,95 Bengkulu 91,30 90,71 86,07 85,58 74,96 Lampung 93,53 93,00 88,05 88,04 75,45 Kep. Bangka Belitung 92,26 92,10 88,26 87,30 77,08 Kepulauan Riau 88,89 89,67 84,54 87,29 78,24 DKI Jakarta 95,61 93,75 90,65 90,42 74,42 Jawa Barat 89,75 90,95 84,85 83,84 71,67 Jawa Tengah 95,15 94,47 89,92 91,01 78,27 DI Yogyakarta 96,65 94,36 93,64 95,26 79,58 Jawa Timur 91,66 91,73 86,72 87,27 74,90 Banten 86,86 88,08 80,99 79,05 68,18 Bali 97,13 96,53 93,23 94,84 80,80 Nusa Tenggara Barat 95,36 95,48 90,70 92,06 81,34 Nusa Tenggara Timur 92,04 92,95 88,83 86,96 77,95 Kalimantan Barat 86,20 88,55 80,56 78,62 69,30 Kalimantan Tengah 86,82 88,93 79,60 78,57 68,45 Kalimantan Selatan 89,05 90,02 85,09 87,40 71,92 Kalimantan Timur 91,74 92,10 88,74 88,17 77,90 Kalimantan Utara 92,04 91,67 85,53 87,26 75,43 Sulawesi Utara 95,44 94,85 90,14 89,09 78,18 Sulawesi Tengah 87,63 88,07 81,64 81,55 70,47 Sulawesi Selatan 89,18 88,80 84,42 84,86 72,99 Sulawesi Tenggara 90,54 90,37 85,86 86,86 74,56 Gorontalo 94,43 94,86 90,93 91,17 77,92 Sulawesi Barat 87,39 89,73 81,56 81,86 73,18 Maluku 83,08 85,11 77,43 74,93 68,52 Maluku Utara 88,07 89,09 80,36 76,24 70,69 Papua Barat 89,44 89,49 80,55 80,98 73,62 Papua 67,44 66,99 62,44 61,17 55,85 Indonesia 90,00 90,54 84,80 84,32 72,75

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

220

Profil Anak Indonesia 2017

210

Tabel L-5.24 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 27,11 28,63 27,85 25,06 26,52 25,78 25,64 27,11 26,36 Sumatera Utara 23,96 24,02 23,99 20,92 20,79 20,85 22,35 22,33 22,34 Sumatera Barat 34,37 32,79 33,60 28,02 27,60 27,81 30,52 29,64 30,09 Riau 36,41 34,06 35,26 25,99 25,62 25,81 29,99 28,84 29,43 Jambi 28,81 25,60 27,23 21,98 23,13 22,55 24,06 23,88 23,97 Sumatera Selatan 32,79 29,98 31,40 24,51 25,18 24,84 27,40 26,88 27,15 Bengkulu 35,14 26,45 30,81 28,50 26,98 27,76 30,51 26,81 28,70 Lampung 24,58 24,61 24,59 28,47 29,50 28,97 27,44 28,18 27,80 Kep. Bangka Belitung 37,77 40,75 39,24 26,40 29,62 27,94 31,96 35,25 33,56 Kepulauan Riau 27,67 27,23 27,45 22,44 23,26 22,83 26,81 26,59 26,70 DKI Jakarta 37,26 38,96 38,09 - - - 37,26 38,96 38,09 Jawa Barat 30,16 29,45 29,81 27,53 27,64 27,59 29,34 28,89 29,12 Jawa Tengah 35,38 35,30 35,34 34,60 33,49 34,07 34,96 34,34 34,66 DI Yogyakarta 36,95 40,38 38,62 38,58 40,26 39,41 37,47 40,34 38,87 Jawa Timur 34,56 34,42 34,49 29,52 30,84 30,17 32,01 32,60 32,29 Banten 33,41 32,38 32,90 27,89 27,33 27,61 31,57 30,72 31,15 Bali 32,09 31,02 31,57 32,18 33,17 32,66 32,12 31,83 31,98 Nusa Tenggara Barat 33,94 35,44 34,66 29,81 29,22 29,52 31,57 31,83 31,70 Nusa Tenggara Timur 29,51 32,39 30,90 30,56 33,01 31,76 30,37 32,89 31,60 Kalimantan Barat 27,43 28,75 28,09 24,51 23,44 23,99 25,38 25,06 25,22 Kalimantan Tengah 29,67 28,05 28,86 23,23 24,83 24,01 25,46 25,98 25,72 Kalimantan Selatan 38,00 36,96 37,50 35,28 34,22 34,76 36,44 35,39 35,93 Kalimantan Timur 27,39 26,39 26,90 22,30 22,77 22,53 25,52 25,08 25,30 Kalimantan Utara 22,97 24,44 23,68 23,91 24,78 24,33 23,37 24,59 23,96 Sulawesi Utara 26,04 24,32 25,17 27,12 28,58 27,83 26,63 26,61 26,62 Sulawesi Tengah 27,48 25,95 26,72 23,64 22,28 22,98 24,55 23,19 23,89 Sulawesi Selatan 25,11 26,31 25,70 23,22 21,79 22,52 23,92 23,49 23,71 Sulawesi Tenggara 33,88 34,09 33,98 24,90 23,92 24,42 27,42 26,80 27,11 Gorontalo 32,38 40,39 36,40 27,91 29,12 28,50 29,43 33,12 31,24 Sulawesi Barat 27,30 28,33 27,79 25,74 23,57 24,69 26,05 24,50 25,30 Maluku 20,98 22,06 21,50 18,55 18,44 18,50 19,45 19,76 19,60 Maluku Utara 21,64 19,65 20,66 14,39 16,21 15,28 16,14 17,06 16,59 Papua Barat 19,21 18,77 19,00 22,29 21,52 21,91 21,16 20,50 20,84 Papua 22,81 23,57 23,18 15,84 14,83 15,36 17,45 16,92 17,20 Indonesia 31,69 31,45 31,57 27,39 27,51 27,45 29,53 29,48 29,50

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

221

Profil Anak Indonesia 2017

211

Tabel L-5.25 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Sakit menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin dan 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 15,84 16,35 16,09 14,03 14,66 14,34 14,54 15,13 14,83 Sumatera Utara 11,25 11,91 11,58 11,87 12,24 12,05 11,58 12,09 11,83 Sumatera Barat 18,26 17,45 17,86 17,52 17,49 17,51 17,81 17,47 17,65 Riau 21,46 19,10 20,31 15,56 15,40 15,48 17,83 16,81 17,33 Jambi 15,08 13,81 14,46 13,97 14,43 14,20 14,31 14,24 14,28 Sumatera Selatan 16,09 14,42 15,26 13,86 13,30 13,59 14,64 13,70 14,18 Bengkulu 18,73 16,65 17,70 16,40 14,51 15,48 17,11 15,18 16,16 Lampung 13,71 15,46 14,57 15,43 16,34 15,87 14,98 16,11 15,52 Kep. Bangka Belitung 18,67 19,32 18,99 11,86 13,72 12,75 15,19 16,56 15,86 Kepulauan Riau 15,15 16,06 15,59 13,11 12,53 12,83 14,82 15,49 15,15 DKI Jakarta 20,34 18,98 19,67 - - - 20,34 18,98 19,67 Jawa Barat 18,46 18,92 18,68 16,77 17,56 17,16 17,94 18,50 18,21 Jawa Tengah 19,85 19,29 19,57 20,18 18,93 19,57 20,03 19,10 19,57 DI Yogyakarta 20,78 21,89 21,32 21,44 25,37 23,38 20,99 23,02 21,98 Jawa Timur 20,28 20,12 20,20 19,08 18,86 18,97 19,67 19,48 19,58 Banten 20,02 19,06 19,55 18,10 18,38 18,24 19,38 18,83 19,11 Bali 19,31 19,03 19,18 21,20 21,36 21,27 20,02 19,91 19,96 Nusa Tenggara Barat 22,29 21,34 21,84 21,36 20,66 21,02 21,76 20,95 21,36 Nusa Tenggara Timur 18,67 19,08 18,87 19,57 21,41 20,47 19,40 20,99 20,18 Kalimantan Barat 17,13 16,15 16,64 15,02 14,30 14,67 15,64 14,86 15,26 Kalimantan Tengah 15,85 15,13 15,50 13,83 14,47 14,14 14,53 14,71 14,62 Kalimantan Selatan 21,90 19,94 20,95 19,68 19,84 19,76 20,63 19,89 20,27 Kalimantan Timur 15,56 15,43 15,50 13,16 12,27 12,73 14,68 14,29 14,49 Kalimantan Utara 14,10 15,21 14,63 18,18 16,32 17,29 15,86 15,69 15,78 Sulawesi Utara 17,92 14,31 16,11 16,89 18,89 17,86 17,35 16,78 17,07 Sulawesi Tengah 21,70 17,98 19,84 16,90 15,63 16,29 18,04 16,21 17,15 Sulawesi Selatan 16,58 17,02 16,80 16,11 14,60 15,37 16,29 15,51 15,91 Sulawesi Tenggara 23,60 24,07 23,84 19,10 17,56 18,35 20,36 19,41 19,89 Gorontalo 21,16 26,29 23,74 19,59 19,55 19,57 20,12 21,94 21,02 Sulawesi Barat 16,64 17,04 16,83 17,66 15,21 16,47 17,46 15,56 16,54 Maluku 14,61 13,20 13,92 13,19 13,87 13,52 13,72 13,62 13,67 Maluku Utara 15,67 13,52 14,61 10,90 12,04 11,46 12,05 12,40 12,22 Papua Barat 11,86 11,10 11,49 13,96 15,67 14,79 13,19 13,99 13,57 Papua 11,60 11,30 11,46 7,82 7,49 7,66 8,69 8,41 8,56 Indonesia 18,45 18,20 18,33 16,81 16,76 16,79 17,63 17,48 17,55

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

210

Tabel L-5.24 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 27,11 28,63 27,85 25,06 26,52 25,78 25,64 27,11 26,36 Sumatera Utara 23,96 24,02 23,99 20,92 20,79 20,85 22,35 22,33 22,34 Sumatera Barat 34,37 32,79 33,60 28,02 27,60 27,81 30,52 29,64 30,09 Riau 36,41 34,06 35,26 25,99 25,62 25,81 29,99 28,84 29,43 Jambi 28,81 25,60 27,23 21,98 23,13 22,55 24,06 23,88 23,97 Sumatera Selatan 32,79 29,98 31,40 24,51 25,18 24,84 27,40 26,88 27,15 Bengkulu 35,14 26,45 30,81 28,50 26,98 27,76 30,51 26,81 28,70 Lampung 24,58 24,61 24,59 28,47 29,50 28,97 27,44 28,18 27,80 Kep. Bangka Belitung 37,77 40,75 39,24 26,40 29,62 27,94 31,96 35,25 33,56 Kepulauan Riau 27,67 27,23 27,45 22,44 23,26 22,83 26,81 26,59 26,70 DKI Jakarta 37,26 38,96 38,09 - - - 37,26 38,96 38,09 Jawa Barat 30,16 29,45 29,81 27,53 27,64 27,59 29,34 28,89 29,12 Jawa Tengah 35,38 35,30 35,34 34,60 33,49 34,07 34,96 34,34 34,66 DI Yogyakarta 36,95 40,38 38,62 38,58 40,26 39,41 37,47 40,34 38,87 Jawa Timur 34,56 34,42 34,49 29,52 30,84 30,17 32,01 32,60 32,29 Banten 33,41 32,38 32,90 27,89 27,33 27,61 31,57 30,72 31,15 Bali 32,09 31,02 31,57 32,18 33,17 32,66 32,12 31,83 31,98 Nusa Tenggara Barat 33,94 35,44 34,66 29,81 29,22 29,52 31,57 31,83 31,70 Nusa Tenggara Timur 29,51 32,39 30,90 30,56 33,01 31,76 30,37 32,89 31,60 Kalimantan Barat 27,43 28,75 28,09 24,51 23,44 23,99 25,38 25,06 25,22 Kalimantan Tengah 29,67 28,05 28,86 23,23 24,83 24,01 25,46 25,98 25,72 Kalimantan Selatan 38,00 36,96 37,50 35,28 34,22 34,76 36,44 35,39 35,93 Kalimantan Timur 27,39 26,39 26,90 22,30 22,77 22,53 25,52 25,08 25,30 Kalimantan Utara 22,97 24,44 23,68 23,91 24,78 24,33 23,37 24,59 23,96 Sulawesi Utara 26,04 24,32 25,17 27,12 28,58 27,83 26,63 26,61 26,62 Sulawesi Tengah 27,48 25,95 26,72 23,64 22,28 22,98 24,55 23,19 23,89 Sulawesi Selatan 25,11 26,31 25,70 23,22 21,79 22,52 23,92 23,49 23,71 Sulawesi Tenggara 33,88 34,09 33,98 24,90 23,92 24,42 27,42 26,80 27,11 Gorontalo 32,38 40,39 36,40 27,91 29,12 28,50 29,43 33,12 31,24 Sulawesi Barat 27,30 28,33 27,79 25,74 23,57 24,69 26,05 24,50 25,30 Maluku 20,98 22,06 21,50 18,55 18,44 18,50 19,45 19,76 19,60 Maluku Utara 21,64 19,65 20,66 14,39 16,21 15,28 16,14 17,06 16,59 Papua Barat 19,21 18,77 19,00 22,29 21,52 21,91 21,16 20,50 20,84 Papua 22,81 23,57 23,18 15,84 14,83 15,36 17,45 16,92 17,20 Indonesia 31,69 31,45 31,57 27,39 27,51 27,45 29,53 29,48 29,50

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

222

Profil Anak Indonesia 2017

212

Tabel L-5.26 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 67,12 67,41 67,26 73,23 72,61 72,92 71,41 71,08 71,24 Sumatera Utara 54,20 52,98 53,60 55,86 55,38 55,63 55,02 54,15 54,60 Sumatera Barat 74,37 73,95 74,17 71,11 72,47 71,77 72,55 73,11 72,82 Riau 62,47 61,39 61,96 46,71 47,97 47,32 54,05 54,02 54,04 Jambi 69,34 67,56 68,51 53,01 51,06 52,02 58,95 56,45 57,72 Sumatera Selatan 62,87 59,22 61,15 56,58 52,88 54,74 59,21 55,38 57,35 Bengkulu 54,98 60,66 57,41 54,43 51,35 52,98 54,62 54,23 54,44 Lampung 72,64 72,65 72,65 59,80 58,42 59,12 62,84 61,77 62,31 Kep. Bangka Belitung 61,30 61,61 61,46 55,72 63,40 59,62 58,95 62,35 60,69 Kepulauan Riau 60,23 58,86 59,57 50,31 60,74 55,43 58,87 59,13 59,00 DKI Jakarta 69,20 65,59 67,39 - - - 69,20 65,59 67,39 Jawa Barat 63,18 65,00 64,06 59,51 57,38 58,47 62,11 62,74 62,42 Jawa Tengah 65,68 63,23 64,48 66,91 67,00 66,95 66,33 65,18 65,78 DI Yogyakarta 59,10 59,71 59,41 65,42 56,82 61,08 61,17 58,77 59,96 Jawa Timur 64,16 62,49 63,35 65,31 64,04 64,67 64,70 63,24 63,98 Banten 67,81 67,20 67,51 62,60 67,78 65,09 66,28 67,37 66,80 Bali 67,01 65,20 66,15 73,66 78,27 75,93 69,51 70,32 69,90 Nusa Tenggara Barat 61,52 64,84 63,15 59,41 57,46 58,47 60,38 60,91 60,64 Nusa Tenggara Timur 58,84 58,50 58,67 63,99 65,77 64,90 63,05 64,46 63,77 Kalimantan Barat 57,51 57,47 57,49 54,93 51,77 53,42 55,76 53,77 54,79 Kalimantan Tengah 44,93 40,24 42,67 48,30 52,59 50,45 46,93 47,82 47,37 Kalimantan Selatan 51,53 50,14 50,87 48,35 51,32 49,78 49,77 50,79 50,26 Kalimantan Timur 63,62 64,79 64,19 60,23 58,59 59,42 62,53 62,75 62,64 Kalimantan Utara 68,93 65,39 67,18 67,69 59,79 63,81 68,38 62,94 65,70 Sulawesi Utara 66,86 63,40 65,18 66,43 67,65 67,04 66,62 65,86 66,24 Sulawesi Tengah 48,22 47,93 48,08 53,70 54,88 54,25 52,24 52,94 52,57 Sulawesi Selatan 58,40 58,00 58,19 59,72 57,67 58,75 59,21 57,81 58,53 Sulawesi Tenggara 45,05 48,61 46,82 54,72 52,04 53,43 51,37 50,80 51,10 Gorontalo 69,72 74,18 72,20 55,42 51,16 53,31 60,77 61,13 60,96 Sulawesi Barat 56,27 52,20 54,28 51,79 56,71 54,08 52,72 55,70 54,12 Maluku 50,36 46,69 48,53 49,06 47,40 48,25 49,58 47,11 48,36 Maluku Utara 63,32 64,16 63,71 64,00 65,59 64,83 63,78 65,19 64,49 Papua Barat 53,61 52,96 53,30 60,74 56,04 58,51 58,36 55,00 56,76 Papua 52,35 54,43 53,37 51,69 49,08 50,50 51,89 50,86 51,41 Indonesia 63,53 62,88 63,21 61,07 60,61 60,85 62,38 61,82 62,11

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

223

Profil Anak Indonesia 2017

213

Tabel L-5.27 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Serta dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi RS pemerintah

RS swasta

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek dokter

bersama

PKM/ Pustu UKBM

Peng-obatan tradisi-

onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 9,52 1,79 35,20 11,35 40,16 2,74 0,86 1,50 Sumatera Utara 2,61 6,89 51,96 15,70 21,16 0,91 1,08 1,76 Sumatera Barat 5,26 3,61 51,13 6,79 29,71 4,09 2,05 1,23 Riau 5,91 13,67 31,21 30,31 20,92 0,45 1,15 0,53 Jambi 9,67 5,16 29,72 10,28 45,43 1,58 0,26 1,25 Sumatera Selatan 4,29 5,48 48,94 10,57 29,40 1,44 1,38 0,77 Bengkulu 7,48 4,62 49,41 8,51 28,12 1,10 1,90 0,70 Lampung 3,04 7,60 47,40 12,24 26,38 1,46 0,46 2,76 Kep. Bangka Belitung 5,08 7,23 46,27 10,83 29,49 1,38 1,33 1,87 Kepulauan Riau 3,45 6,06 20,57 30,30 39,40 2,08 2,00 0,34 DKI Jakarta 6,21 8,72 14,72 37,41 37,20 0,22 0,50 0,20 Jawa Barat 4,16 7,93 33,75 22,79 33,89 0,98 0,52 0,79 Jawa Tengah 3,54 5,38 51,73 11,17 26,99 1,97 0,75 1,23 DI Yogyakarta 5,16 14,38 39,16 12,23 30,40 0,00 0,62 0,26 Jawa Timur 4,53 6,48 49,66 10,09 27,18 2,48 0,71 1,75 Banten 2,26 8,26 30,37 33,66 25,40 1,50 0,64 0,41 Bali 6,38 10,27 63,09 8,83 14,32 0,36 0,36 0,45 Nusa Tenggara Barat 2,25 0,40 31,97 7,63 53,91 4,84 2,61 0,77 Nusa Tenggara Timur 8,05 4,60 29,18 15,94 36,64 4,80 0,60 1,33 Kalimantan Barat 4,92 3,23 45,06 13,69 29,02 0,68 1,41 5,09 Kalimantan Tengah 10,40 5,69 30,05 12,14 36,73 0,56 1,47 6,33 Kalimantan Selatan 7,56 2,80 37,52 7,74 39,50 3,01 1,78 3,50 Kalimantan Timur 8,03 10,68 25,83 13,43 41,36 1,33 0,89 1,56 Kalimantan Utara 6,31 0,76 32,08 11,63 50,07 0,47 0,70 0,00 Sulawesi Utara 6,30 8,59 43,90 9,72 29,74 3,52 0,59 0,27 Sulawesi Tengah 11,30 2,00 32,12 6,00 45,41 2,20 1,71 1,09 Sulawesi Selatan 8,95 6,30 26,71 11,60 43,57 1,24 1,19 2,23 Sulawesi Tenggara 9,79 2,46 39,72 6,24 41,74 0,00 1,56 1,14 Gorontalo 3,97 2,32 34,63 10,54 49,71 0,67 0,48 1,92 Sulawesi Barat 7,60 0,30 21,36 6,69 65,16 0,00 1,37 1,49 Maluku 9,21 2,36 34,43 9,34 45,90 0,00 0,40 0,00 Maluku Utara 16,23 0,00 30,08 7,96 44,69 1,60 1,02 0,00 Papua Barat 16,94 5,99 18,44 9,24 52,94 0,47 0,34 0,45

Papua 18,69 8,28 16,75 19,69 40,71 0,36 0,25 1,31 Indonesia 4,78 7,03 38,35 18,48 31,46 1,52 0,80 1,12

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

212

Tabel L-5.26 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 67,12 67,41 67,26 73,23 72,61 72,92 71,41 71,08 71,24 Sumatera Utara 54,20 52,98 53,60 55,86 55,38 55,63 55,02 54,15 54,60 Sumatera Barat 74,37 73,95 74,17 71,11 72,47 71,77 72,55 73,11 72,82 Riau 62,47 61,39 61,96 46,71 47,97 47,32 54,05 54,02 54,04 Jambi 69,34 67,56 68,51 53,01 51,06 52,02 58,95 56,45 57,72 Sumatera Selatan 62,87 59,22 61,15 56,58 52,88 54,74 59,21 55,38 57,35 Bengkulu 54,98 60,66 57,41 54,43 51,35 52,98 54,62 54,23 54,44 Lampung 72,64 72,65 72,65 59,80 58,42 59,12 62,84 61,77 62,31 Kep. Bangka Belitung 61,30 61,61 61,46 55,72 63,40 59,62 58,95 62,35 60,69 Kepulauan Riau 60,23 58,86 59,57 50,31 60,74 55,43 58,87 59,13 59,00 DKI Jakarta 69,20 65,59 67,39 - - - 69,20 65,59 67,39 Jawa Barat 63,18 65,00 64,06 59,51 57,38 58,47 62,11 62,74 62,42 Jawa Tengah 65,68 63,23 64,48 66,91 67,00 66,95 66,33 65,18 65,78 DI Yogyakarta 59,10 59,71 59,41 65,42 56,82 61,08 61,17 58,77 59,96 Jawa Timur 64,16 62,49 63,35 65,31 64,04 64,67 64,70 63,24 63,98 Banten 67,81 67,20 67,51 62,60 67,78 65,09 66,28 67,37 66,80 Bali 67,01 65,20 66,15 73,66 78,27 75,93 69,51 70,32 69,90 Nusa Tenggara Barat 61,52 64,84 63,15 59,41 57,46 58,47 60,38 60,91 60,64 Nusa Tenggara Timur 58,84 58,50 58,67 63,99 65,77 64,90 63,05 64,46 63,77 Kalimantan Barat 57,51 57,47 57,49 54,93 51,77 53,42 55,76 53,77 54,79 Kalimantan Tengah 44,93 40,24 42,67 48,30 52,59 50,45 46,93 47,82 47,37 Kalimantan Selatan 51,53 50,14 50,87 48,35 51,32 49,78 49,77 50,79 50,26 Kalimantan Timur 63,62 64,79 64,19 60,23 58,59 59,42 62,53 62,75 62,64 Kalimantan Utara 68,93 65,39 67,18 67,69 59,79 63,81 68,38 62,94 65,70 Sulawesi Utara 66,86 63,40 65,18 66,43 67,65 67,04 66,62 65,86 66,24 Sulawesi Tengah 48,22 47,93 48,08 53,70 54,88 54,25 52,24 52,94 52,57 Sulawesi Selatan 58,40 58,00 58,19 59,72 57,67 58,75 59,21 57,81 58,53 Sulawesi Tenggara 45,05 48,61 46,82 54,72 52,04 53,43 51,37 50,80 51,10 Gorontalo 69,72 74,18 72,20 55,42 51,16 53,31 60,77 61,13 60,96 Sulawesi Barat 56,27 52,20 54,28 51,79 56,71 54,08 52,72 55,70 54,12 Maluku 50,36 46,69 48,53 49,06 47,40 48,25 49,58 47,11 48,36 Maluku Utara 63,32 64,16 63,71 64,00 65,59 64,83 63,78 65,19 64,49 Papua Barat 53,61 52,96 53,30 60,74 56,04 58,51 58,36 55,00 56,76 Papua 52,35 54,43 53,37 51,69 49,08 50,50 51,89 50,86 51,41 Indonesia 63,53 62,88 63,21 61,07 60,61 60,85 62,38 61,82 62,11

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

224

Profil Anak Indonesia 2017

214

Tabel L-5.28 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Serta dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi RS pemerintah

RS swasta

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek dokter

bersama

PKM/ Pustu UKBM

Peng-obatan tradisi-

onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 7,22 1,45 30,99 8,19 49,13 7,98 1,77 2,15 Sumatera Utara 2,15 2,96 62,56 10,21 18,40 5,48 2,80 1,56 Sumatera Barat 3,10 0,79 55,15 3,97 29,83 5,76 7,20 1,01 Riau 4,40 2,21 46,71 10,19 31,03 7,33 1,22 1,34 Jambi 4,08 0,81 46,01 4,48 39,88 3,25 0,97 3,69 Sumatera Selatan 3,32 1,98 62,23 3,76 22,37 6,71 3,53 1,27 Bengkulu 3,27 0,55 62,79 5,17 21,48 4,67 3,86 1,40 Lampung 1,22 1,44 67,65 6,01 21,41 1,81 0,70 0,98 Kep. Bangka Belitung 7,06 1,75 47,53 6,27 30,36 7,85 1,00 3,86 Kepulauan Riau 6,96 9,02 21,27 12,31 41,66 7,65 7,28 0,00 DKI Jakarta - - - - - - - - Jawa Barat 3,90 2,42 53,61 10,70 30,73 3,73 0,47 1,42 Jawa Tengah 2,05 2,91 62,04 6,19 25,21 2,68 1,00 1,72 DI Yogyakarta 4,14 5,11 53,21 9,37 35,44 0,00 0,00 0,46 Jawa Timur 2,07 3,41 63,78 4,62 20,43 6,07 0,79 1,79 Banten 1,62 2,08 45,85 13,48 35,60 1,40 0,39 2,03 Bali 5,40 4,15 61,01 8,15 22,79 1,03 0,80 0,80 Nusa Tenggara Barat 2,78 0,06 49,81 7,28 34,07 4,01 3,09 3,42 Nusa Tenggara Timur 2,08 1,49 12,17 3,73 67,37 14,12 1,10 1,86 Kalimantan Barat 3,47 1,17 36,33 3,14 41,54 16,13 1,84 5,39 Kalimantan Tengah 6,86 2,16 24,31 9,53 50,85 6,58 1,17 1,53 Kalimantan Selatan 4,66 1,11 50,50 3,86 37,50 6,36 2,06 0,91 Kalimantan Timur 9,31 4,36 24,33 10,44 48,87 3,12 1,97 1,11 Kalimantan Utara 8,38 0,50 24,99 6,98 69,71 0,00 0,00 0,06 Sulawesi Utara 5,21 3,31 46,57 4,04 39,68 2,72 0,98 1,93 Sulawesi Tengah 4,53 0,49 27,42 2,70 51,17 10,73 2,23 3,18 Sulawesi Selatan 4,93 0,46 31,60 5,49 51,66 5,84 1,27 2,12 Sulawesi Tenggara 4,83 0,23 30,17 4,59 50,53 7,10 2,07 2,92 Gorontalo 2,59 0,15 30,42 5,91 56,84 3,46 0,64 2,54 Sulawesi Barat 2,63 0,48 20,18 4,12 68,28 1,74 3,00 1,84 Maluku 6,16 0,95 17,93 2,99 58,77 6,93 2,66 5,42 Maluku Utara 7,17 0,87 17,69 1,83 60,62 13,17 2,01 0,00 Papua Barat 7,61 4,68 11,58 9,82 64,93 3,39 0,44 2,00 Papua 15,59 1,40 2,74 3,21 76,62 2,30 1,34 1,09

Indonesia 3,32 2,23 50,63 6,60 33,13 5,29 1,48 1,80 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

225

Profil Anak Indonesia 2017

215

Tabel L-5.29 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Serta dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi RS pemerintah

RS swasta

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek dokter

bersama

PKM/ Pustu UKBM

Peng-obatan Tradisio

nal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 7,86 1,55 32,17 9,08 46,62 6,51 1,52 1,97 Sumatera Utara 2,38 4,92 57,28 12,95 19,77 3,20 1,94 1,66 Sumatera Barat 4,07 2,05 53,35 5,23 29,77 5,01 4,89 1,11 Riau 5,19 8,23 38,56 20,78 25,71 3,71 1,18 0,92 Jambi 6,37 2,59 39,33 6,86 42,16 2,57 0,68 2,69 Sumatera Selatan 3,74 3,50 56,47 6,71 25,42 4,43 2,60 1,05 Bengkulu 4,74 1,97 58,13 6,34 23,79 3,43 3,17 1,15 Lampung 1,72 3,13 62,08 7,72 22,78 1,71 0,64 1,47 Kep. Bangka Belitung 5,89 4,97 46,79 8,95 29,85 4,04 1,20 2,69 Kepulauan Riau 3,91 6,45 20,67 27,96 39,69 2,80 2,69 0,30 DKI Jakarta 6,21 8,72 14,72 37,41 37,20 0,22 0,50 0,20 Jawa Barat 4,09 6,41 39,21 19,46 33,02 1,74 0,51 0,97 Jawa Tengah 2,75 4,06 57,23 8,51 26,04 2,35 0,88 1,50 DI Yogyakarta 4,82 11,30 43,83 11,28 32,07 0,00 0,41 0,33 Jawa Timur 3,35 5,01 56,43 7,47 23,95 4,20 0,75 1,77 Banten 2,07 6,49 34,79 27,90 28,31 1,47 0,57 0,87 Bali 5,97 7,72 62,22 8,55 17,85 0,64 0,54 0,59 Nusa Tenggara Barat 2,52 0,22 41,21 7,45 43,63 4,41 2,86 2,15 Nusa Tenggara Timur 3,08 2,01 15,01 5,77 62,25 12,57 1,01 1,77 Kalimantan Barat 3,98 1,90 39,40 6,85 37,13 10,69 1,69 5,29 Kalimantan Tengah 8,12 3,41 26,35 10,46 45,82 4,44 1,28 3,24 Kalimantan Selatan 5,97 1,87 44,64 5,61 38,40 4,85 1,94 2,08 Kalimantan Timur 8,43 8,73 25,37 12,51 43,68 1,88 1,22 1,42 Kalimantan Utara 7,20 0,65 29,06 9,65 58,44 0,27 0,40 0,03 Sulawesi Utara 5,67 5,54 45,44 6,44 35,48 3,06 0,82 1,23 Sulawesi Tengah 6,21 0,86 28,58 3,52 49,74 8,61 2,10 2,66 Sulawesi Selatan 6,55 2,81 29,63 7,96 48,40 3,98 1,24 2,16 Sulawesi Tenggara 6,44 0,95 33,26 5,13 47,69 4,80 1,91 2,34 Gorontalo 3,25 1,19 32,44 8,13 53,43 2,12 0,56 2,24 Sulawesi Barat 3,71 0,44 20,43 4,67 67,61 1,36 2,65 1,77 Maluku 7,39 1,52 24,61 5,57 53,56 4,13 1,75 3,22 Maluku Utara 9,88 0,61 21,40 3,67 55,85 9,71 1,71 0,00 Papua Barat 10,55 5,09 13,74 9,64 61,15 2,47 0,41 1,51

Papua 16,61 3,66 7,35 8,63 64,81 1,66 0,98 1,16

Indonesia 4,11 4,84 43,96 13,05 32,22 3,24 1,11 1,43 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

214

Tabel L-5.28 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Serta dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi RS pemerintah

RS swasta

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek dokter

bersama

PKM/ Pustu UKBM

Peng-obatan tradisi-

onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 7,22 1,45 30,99 8,19 49,13 7,98 1,77 2,15 Sumatera Utara 2,15 2,96 62,56 10,21 18,40 5,48 2,80 1,56 Sumatera Barat 3,10 0,79 55,15 3,97 29,83 5,76 7,20 1,01 Riau 4,40 2,21 46,71 10,19 31,03 7,33 1,22 1,34 Jambi 4,08 0,81 46,01 4,48 39,88 3,25 0,97 3,69 Sumatera Selatan 3,32 1,98 62,23 3,76 22,37 6,71 3,53 1,27 Bengkulu 3,27 0,55 62,79 5,17 21,48 4,67 3,86 1,40 Lampung 1,22 1,44 67,65 6,01 21,41 1,81 0,70 0,98 Kep. Bangka Belitung 7,06 1,75 47,53 6,27 30,36 7,85 1,00 3,86 Kepulauan Riau 6,96 9,02 21,27 12,31 41,66 7,65 7,28 0,00 DKI Jakarta - - - - - - - - Jawa Barat 3,90 2,42 53,61 10,70 30,73 3,73 0,47 1,42 Jawa Tengah 2,05 2,91 62,04 6,19 25,21 2,68 1,00 1,72 DI Yogyakarta 4,14 5,11 53,21 9,37 35,44 0,00 0,00 0,46 Jawa Timur 2,07 3,41 63,78 4,62 20,43 6,07 0,79 1,79 Banten 1,62 2,08 45,85 13,48 35,60 1,40 0,39 2,03 Bali 5,40 4,15 61,01 8,15 22,79 1,03 0,80 0,80 Nusa Tenggara Barat 2,78 0,06 49,81 7,28 34,07 4,01 3,09 3,42 Nusa Tenggara Timur 2,08 1,49 12,17 3,73 67,37 14,12 1,10 1,86 Kalimantan Barat 3,47 1,17 36,33 3,14 41,54 16,13 1,84 5,39 Kalimantan Tengah 6,86 2,16 24,31 9,53 50,85 6,58 1,17 1,53 Kalimantan Selatan 4,66 1,11 50,50 3,86 37,50 6,36 2,06 0,91 Kalimantan Timur 9,31 4,36 24,33 10,44 48,87 3,12 1,97 1,11 Kalimantan Utara 8,38 0,50 24,99 6,98 69,71 0,00 0,00 0,06 Sulawesi Utara 5,21 3,31 46,57 4,04 39,68 2,72 0,98 1,93 Sulawesi Tengah 4,53 0,49 27,42 2,70 51,17 10,73 2,23 3,18 Sulawesi Selatan 4,93 0,46 31,60 5,49 51,66 5,84 1,27 2,12 Sulawesi Tenggara 4,83 0,23 30,17 4,59 50,53 7,10 2,07 2,92 Gorontalo 2,59 0,15 30,42 5,91 56,84 3,46 0,64 2,54 Sulawesi Barat 2,63 0,48 20,18 4,12 68,28 1,74 3,00 1,84 Maluku 6,16 0,95 17,93 2,99 58,77 6,93 2,66 5,42 Maluku Utara 7,17 0,87 17,69 1,83 60,62 13,17 2,01 0,00 Papua Barat 7,61 4,68 11,58 9,82 64,93 3,39 0,44 2,00 Papua 15,59 1,40 2,74 3,21 76,62 2,30 1,34 1,09

Indonesia 3,32 2,23 50,63 6,60 33,13 5,29 1,48 1,80 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

226

Profil Anak Indonesia 2017

216

Tabel L-5.30 : Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi , Alasan Tidak berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi

Tidak punya biaya

berobat

Tidak ada biaya

transport

Tidak ada sarana trans-portasi

Waktu tunggu

pelayanan lama

Meng-obati

sendiri

Tidak ada yang men-

dampingi

Merasa tidak perlu

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 0,27 0,09 - - 76,03 0,13 20,25 3,22 Sumatera Utara 1,72 0,33 - 0,03 67,17 0,26 26,38 4,12 Sumatera Barat 1,18 - 0,08 0,17 55,28 - 39,97 3,31 Riau 1,70 - - 0,50 64,27 - 30,86 2,67 Jambi 0,42 - - 0,63 71,06 - 23,50 4,39 Sumatera Selatan 0,54 0,09 0,02 0,09 72,74 0,08 23,87 2,56 Bengkulu 1,94 - - - 55,08 - 37,81 5,18 Lampung 1,63 - - - 63,22 - 32,01 3,14 Kep. Bangka Belitung 1,00 - - - 66,94 - 30,36 1,71 Kepulauan Riau 0,69 - 0,21 0,11 65,64 - 27,59 5,77 DKI Jakarta - 0,07 - 0,39 63,16 - 33,00 3,38 Jawa Barat 3,25 0,40 0,09 0,13 59,49 - 31,39 5,26 Jawa Tengah 0,97 0,37 - 0,05 69,41 0,04 26,79 2,36 DI Yogyakarta 1,01 - - - 63,64 - 32,56 2,78 Jawa Timur 0,52 - - 0,06 75,90 0,30 21,39 1,83 Banten 1,71 1,02 - - 57,08 0,15 34,93 5,10 Bali - - - - 69,01 - 29,86 1,14 Nusa Tenggara Barat 1,99 0,83 - 0,01 70,14 - 25,36 1,68 Nusa Tenggara Timur 0,15 0,47 0,19 0,56 75,83 - 18,43 4,37 Kalimantan Barat 1,25 - - - 57,60 - 34,45 6,70 Kalimantan Tengah 0,36 - - 0,58 76,33 - 21,75 0,97 Kalimantan Selatan - - 0,16 - 83,15 - 16,50 0,20 Kalimantan Timur 0,27 - - - 56,13 0,16 38,41 5,03 Kalimantan Utara - - - - 56,66 - 42,26 1,08 Sulawesi Utara 1,16 - - - 54,39 - 41,16 3,30 Sulawesi Tengah 3,10 - - 0,41 71,29 - 20,84 4,36 Sulawesi Selatan 2,19 - - 1,88 59,82 0,06 31,28 4,77 Sulawesi Tenggara 0,92 - - - 74,11 0,62 22,47 1,89 Gorontalo 2,41 - - - 79,97 0,78 11,77 5,06 Sulawesi Barat - - - - 51,97 - 45,45 2,58 Maluku 1,10 - - 0,17 82,40 - 14,18 2,14 Maluku Utara - 0,24 - - 64,29 - 31,91 3,56 Papua Barat 3,89 - - - 62,92 - 26,15 7,04 Papua - 0,48 - - 67,84 0,40 27,43 3,85 Indonesia 1,47 0,25 0,03 0,16 66,02 0,09 28,44 3,54

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

227

Profil Anak Indonesia 2017

217

Tabel L-5.31 : Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi , Alasan Tidak berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi

Tidak punya biaya

berobat

Tidak ada biaya

transport

Tidak ada

sarana trans-

portasi

Waktu tunggu

pelayanan lama

Meng-obati

sendiri

Tidak ada yang men-

dampingi

Merasa tidak perlu

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 0,53 1,20 - 0,78 62,14 0,12 29,07 6,15 Sumatera Utara 5,33 1,02 1,39 - 62,69 0,08 27,27 2,20 Sumatera Barat 2,21 0,77 - 0,36 41,51 0,17 49,23 5,74 Riau 3,69 0,72 - - 59,05 0,35 33,77 2,40 Jambi 2,92 0,18 0,27 - 55,47 - 37,84 3,31 Sumatera Selatan 0,69 0,95 0,65 0,12 68,39 0,02 27,76 1,42 Bengkulu 4,50 0,10 - 0,43 71,95 - 18,39 4,62 Lampung 1,68 0,25 - 0,23 69,26 0,11 25,59 2,89 Kep. Bangka Belitung - - - - 75,82 - 22,44 1,74 Kepulauan Riau - - - - 52,17 - 47,83 - DKI Jakarta - - - - - - - - Jawa Barat 5,28 0,42 0,34 0,10 61,41 0,14 27,59 4,72 Jawa Tengah 0,66 0,12 - 0,22 68,02 0,05 27,65 3,29 DI Yogyakarta - - - - 66,96 - 29,32 3,72 Jawa Timur 1,45 0,08 - 0,16 69,64 0,16 26,46 2,04 Banten 7,65 0,71 - 0,36 49,99 0,33 38,01 2,97 Bali - 1,18 - - 49,01 - 49,07 0,73 Nusa Tenggara Barat 6,53 0,81 - 0,19 68,58 0,26 19,85 3,77 Nusa Tenggara Timur 3,56 3,10 0,10 0,35 67,55 0,34 21,35 3,67 Kalimantan Barat 4,50 1,16 0,18 0,25 59,33 0,41 29,31 4,86 Kalimantan Tengah 4,47 0,30 - 0,51 60,18 0,12 31,03 3,39 Kalimantan Selatan 0,64 0,11 - - 83,50 0,15 14,43 1,17 Kalimantan Timur 0,67 - - 0,47 55,15 - 35,04 8,67 Kalimantan Utara - - - - 53,03 - 43,06 3,91 Sulawesi Utara 2,90 0,26 - 0,11 63,90 - 30,64 2,20 Sulawesi Tengah 1,96 1,58 0,17 - 67,16 0,20 27,19 1,74 Sulawesi Selatan 2,15 0,07 0,12 - 63,80 0,40 31,74 1,72 Sulawesi Tenggara 3,17 0,90 0,10 - 71,08 - 18,51 6,24 Gorontalo 2,49 1,77 0,41 - 82,67 0,59 10,10 1,98 Sulawesi Barat 0,45 - 0,17 - 59,11 0,20 38,28 1,79 Maluku 3,40 0,86 0,76 0,57 62,19 - 28,58 3,64 Maluku Utara 5,85 0,24 - - 58,26 - 28,53 7,12 Papua Barat 6,96 0,81 1,32 - 46,78 - 40,45 3,68 Papua 5,37 3,05 0,89 0,17 59,45 0,05 21,69 9,34

Indonesia 2,84 0,62 0,20 0,17 64,80 0,15 27,94 3,28 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

216

Tabel L-5.30 : Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi , Alasan Tidak berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi

Tidak punya biaya

berobat

Tidak ada biaya

transport

Tidak ada sarana trans-portasi

Waktu tunggu

pelayanan lama

Meng-obati

sendiri

Tidak ada yang men-

dampingi

Merasa tidak perlu

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 0,27 0,09 - - 76,03 0,13 20,25 3,22 Sumatera Utara 1,72 0,33 - 0,03 67,17 0,26 26,38 4,12 Sumatera Barat 1,18 - 0,08 0,17 55,28 - 39,97 3,31 Riau 1,70 - - 0,50 64,27 - 30,86 2,67 Jambi 0,42 - - 0,63 71,06 - 23,50 4,39 Sumatera Selatan 0,54 0,09 0,02 0,09 72,74 0,08 23,87 2,56 Bengkulu 1,94 - - - 55,08 - 37,81 5,18 Lampung 1,63 - - - 63,22 - 32,01 3,14 Kep. Bangka Belitung 1,00 - - - 66,94 - 30,36 1,71 Kepulauan Riau 0,69 - 0,21 0,11 65,64 - 27,59 5,77 DKI Jakarta - 0,07 - 0,39 63,16 - 33,00 3,38 Jawa Barat 3,25 0,40 0,09 0,13 59,49 - 31,39 5,26 Jawa Tengah 0,97 0,37 - 0,05 69,41 0,04 26,79 2,36 DI Yogyakarta 1,01 - - - 63,64 - 32,56 2,78 Jawa Timur 0,52 - - 0,06 75,90 0,30 21,39 1,83 Banten 1,71 1,02 - - 57,08 0,15 34,93 5,10 Bali - - - - 69,01 - 29,86 1,14 Nusa Tenggara Barat 1,99 0,83 - 0,01 70,14 - 25,36 1,68 Nusa Tenggara Timur 0,15 0,47 0,19 0,56 75,83 - 18,43 4,37 Kalimantan Barat 1,25 - - - 57,60 - 34,45 6,70 Kalimantan Tengah 0,36 - - 0,58 76,33 - 21,75 0,97 Kalimantan Selatan - - 0,16 - 83,15 - 16,50 0,20 Kalimantan Timur 0,27 - - - 56,13 0,16 38,41 5,03 Kalimantan Utara - - - - 56,66 - 42,26 1,08 Sulawesi Utara 1,16 - - - 54,39 - 41,16 3,30 Sulawesi Tengah 3,10 - - 0,41 71,29 - 20,84 4,36 Sulawesi Selatan 2,19 - - 1,88 59,82 0,06 31,28 4,77 Sulawesi Tenggara 0,92 - - - 74,11 0,62 22,47 1,89 Gorontalo 2,41 - - - 79,97 0,78 11,77 5,06 Sulawesi Barat - - - - 51,97 - 45,45 2,58 Maluku 1,10 - - 0,17 82,40 - 14,18 2,14 Maluku Utara - 0,24 - - 64,29 - 31,91 3,56 Papua Barat 3,89 - - - 62,92 - 26,15 7,04 Papua - 0,48 - - 67,84 0,40 27,43 3,85 Indonesia 1,47 0,25 0,03 0,16 66,02 0,09 28,44 3,54

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

228

Profil Anak Indonesia 2017

218

Tabel L-5.32 : Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi , Alasan Tidak berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi

Tidak punya biaya

berobat

Tidak ada biaya

transport

Tidak ada

sarana trans-portasi

Waktu tunggu

pelayanan lama

Meng-obati

sendiri

Tidak ada yang men-

dampingi

Merasa tidak perlu

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 0,45 0,82 - 0,52 66,84 0,12 26,09 5,16 Sumatera Utara 3,46 0,66 0,67 0,02 65,01 0,17 26,81 3,19 Sumatera Barat 1,78 0,45 0,03 0,28 47,27 0,10 45,36 4,72 Riau 2,94 0,45 - 0,19 61,03 0,22 32,67 2,50 Jambi 2,28 0,14 0,20 0,16 59,48 - 34,15 3,59 Sumatera Selatan 0,63 0,64 0,42 0,11 7- 0,04 26,32 1,84 Bengkulu 3,71 0,07 - 0,30 66,73 - 24,39 4,79 Lampung 1,67 0,21 - 0,19 68,22 0,09 26,69 2,93 Kep. Bangka Belitung 0,57 - - - 70,76 - 26,95 1,72 Kepulauan Riau 0,59 - 0,18 0,09 63,61 - 30,63 4,90 DKI Jakarta 0,00 0,07 - 0,39 63,16 - 33,00 3,38 Jawa Barat 3,91 0,40 0,17 0,12 60,11 0,05 30,16 5,08 Jawa Tengah 0,81 0,25 - 0,14 68,70 0,04 27,23 2,83 DI Yogyakarta 0,69 - - - 64,69 - 31,54 3,08 Jawa Timur 0,96 0,04 - 0,11 72,99 0,24 23,75 1,93 Banten 3,54 0,92 - 0,11 54,89 0,21 35,88 4,44 Bali 0,00 0,36 - - 62,88 - 35,75 1,01 Nusa Tenggara Barat 4,56 0,82 - 0,11 69,26 0,15 22,24 2,87 Nusa Tenggara Timur 2,86 2,55 0,12 0,39 69,26 0,27 20,74 3,81 Kalimantan Barat 3,48 0,80 0,13 0,17 58,78 0,28 30,93 5,44 Kalimantan Tengah 2,70 0,17 - 0,54 67,13 0,07 27,04 2,35 Kalimantan Selatan 0,36 0,06 0,07 - 83,35 0,08 15,34 0,74 Kalimantan Timur 0,41 - - 0,17 55,79 0,10 37,22 6,32 Kalimantan Utara 0,00 - - - 54,98 - 42,63 2,39 Sulawesi Utara 2,13 0,15 - 0,06 59,68 - 35,29 2,68 Sulawesi Tengah 2,30 1,11 0,12 0,12 68,39 0,14 25,30 2,52 Sulawesi Selatan 2,16 0,04 0,07 0,77 62,18 0,26 31,55 2,97 Sulawesi Tenggara 2,30 0,55 0,06 - 72,24 0,24 20,03 4,57 Gorontalo 2,47 1,26 0,29 - 81,90 0,64 10,58 2,87 Sulawesi Barat 0,35 - 0,13 - 57,57 0,16 39,82 1,96 Maluku 2,48 0,52 0,46 0,41 70,32 - 22,79 3,04 Maluku Utara 4,04 0,24 - - 60,13 - 29,58 6,02 Papua Barat 5,85 0,52 0,84 - 52,63 - 35,27 4,90 Papua 3,74 2,27 0,62 0,12 62,00 0,16 23,43 7,67

Indonesia 2,13 0,43 0,11 0,16 65,43 0,12 28,20 3,42 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

229

Profil Anak Indonesia 2017

219

Tabel L-5.33 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4) Aceh 83,06 79,45 80,47 Sumatera Utara 45,79 43,19 44,42 Sumatera Barat 57,80 43,35 49,04 Riau 58,34 46,06 50,76 Jambi 49,73 29,68 35,78 Sumatera Selatan 78,36 93,56 88,21 Bengkulu 58,31 41,06 46,37 Lampung 60,79 35,73 42,42 Kepulauan Bangka Belitung 62,48 47,83 55,11 Kepulauan Riau 66,22 56,83 64,70 DKI Jakarta 68,95 - 68,95 Jawa Barat 50,33 37,74 46,43 Jawa Tengah 53,39 47,71 50,36 DI Yogyakarta 69,65 69,68 69,66 Jawa Timur 42,69 35,89 39,24 Banten 48,57 39,52 45,57 Bali 76,20 92,07 82,16 Nusa Tenggara Barat 54,24 44,55 48,65 Nusa Tenggara Timur 51,67 56,69 55,76 Kalimantan Barat 39,68 27,81 31,39 Kalimantan Tengah 44,86 41,59 42,74 Kalimantan Selatan 65,86 53,19 58,61 Kalimantan Timur 77,47 62,11 71,86 Kalimantan Utara 59,13 49,34 54,90 Sulawesi Utara 53,78 46,40 49,75 Sulawesi Tengah 53,70 49,89 50,82 Sulawesi Selatan 59,51 53,80 55,93 Sulawesi Tenggara 50,98 52,50 52,07 Gorontalo 63,59 64,26 64,03 Sulawesi Barat 65,45 71,30 70,15 Maluku 44,84 47,34 46,42 Maluku Utara 48,39 55,72 53,93 Papua Barat 67,50 64,10 65,35 Papua 71,13 70,66 70,77 Indonesia 54,40 48,21 51,29

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

218

Tabel L-5.32 : Persentase Anak Berumur 0-17 Tahun yang Mengalami Keluhan Kesehatan Namun Tidak berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir menurut Provinsi , Alasan Tidak berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi

Tidak punya biaya

berobat

Tidak ada biaya

transport

Tidak ada

sarana trans-portasi

Waktu tunggu

pelayanan lama

Meng-obati

sendiri

Tidak ada yang men-

dampingi

Merasa tidak perlu

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 0,45 0,82 - 0,52 66,84 0,12 26,09 5,16 Sumatera Utara 3,46 0,66 0,67 0,02 65,01 0,17 26,81 3,19 Sumatera Barat 1,78 0,45 0,03 0,28 47,27 0,10 45,36 4,72 Riau 2,94 0,45 - 0,19 61,03 0,22 32,67 2,50 Jambi 2,28 0,14 0,20 0,16 59,48 - 34,15 3,59 Sumatera Selatan 0,63 0,64 0,42 0,11 7- 0,04 26,32 1,84 Bengkulu 3,71 0,07 - 0,30 66,73 - 24,39 4,79 Lampung 1,67 0,21 - 0,19 68,22 0,09 26,69 2,93 Kep. Bangka Belitung 0,57 - - - 70,76 - 26,95 1,72 Kepulauan Riau 0,59 - 0,18 0,09 63,61 - 30,63 4,90 DKI Jakarta 0,00 0,07 - 0,39 63,16 - 33,00 3,38 Jawa Barat 3,91 0,40 0,17 0,12 60,11 0,05 30,16 5,08 Jawa Tengah 0,81 0,25 - 0,14 68,70 0,04 27,23 2,83 DI Yogyakarta 0,69 - - - 64,69 - 31,54 3,08 Jawa Timur 0,96 0,04 - 0,11 72,99 0,24 23,75 1,93 Banten 3,54 0,92 - 0,11 54,89 0,21 35,88 4,44 Bali 0,00 0,36 - - 62,88 - 35,75 1,01 Nusa Tenggara Barat 4,56 0,82 - 0,11 69,26 0,15 22,24 2,87 Nusa Tenggara Timur 2,86 2,55 0,12 0,39 69,26 0,27 20,74 3,81 Kalimantan Barat 3,48 0,80 0,13 0,17 58,78 0,28 30,93 5,44 Kalimantan Tengah 2,70 0,17 - 0,54 67,13 0,07 27,04 2,35 Kalimantan Selatan 0,36 0,06 0,07 - 83,35 0,08 15,34 0,74 Kalimantan Timur 0,41 - - 0,17 55,79 0,10 37,22 6,32 Kalimantan Utara 0,00 - - - 54,98 - 42,63 2,39 Sulawesi Utara 2,13 0,15 - 0,06 59,68 - 35,29 2,68 Sulawesi Tengah 2,30 1,11 0,12 0,12 68,39 0,14 25,30 2,52 Sulawesi Selatan 2,16 0,04 0,07 0,77 62,18 0,26 31,55 2,97 Sulawesi Tenggara 2,30 0,55 0,06 - 72,24 0,24 20,03 4,57 Gorontalo 2,47 1,26 0,29 - 81,90 0,64 10,58 2,87 Sulawesi Barat 0,35 - 0,13 - 57,57 0,16 39,82 1,96 Maluku 2,48 0,52 0,46 0,41 70,32 - 22,79 3,04 Maluku Utara 4,04 0,24 - - 60,13 - 29,58 6,02 Papua Barat 5,85 0,52 0,84 - 52,63 - 35,27 4,90 Papua 3,74 2,27 0,62 0,12 62,00 0,16 23,43 7,67

Indonesia 2,13 0,43 0,11 0,16 65,43 0,12 28,20 3,42 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

230

Profil Anak Indonesia 2017

220

Tabel L-5.34 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan, Ada Keluhan Kesehatan dan Menggunakan Jaminan Kesehatan menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4) Aceh 9,84 9,34 9,48 Sumatera Utara 2,54 1,99 2,25 Sumatera Barat 9,02 4,23 6,12 Riau 7,85 3,01 4,86 Jambi 6,49 2,10 3,44 Sumatera Selatan 8,72 2,61 4,76 Bengkulu 8,02 2,85 4,44 Lampung 7,70 2,18 3,66 Kepulauan Bangka Belitung 9,29 3,39 6,33 Kepulauan Riau 8,39 4,80 7,81 DKI Jakarta 11,02 - 11,02 Jawa Barat 5,79 2,41 4,74 Jawa Tengah 7,09 4,35 5,63 DI Yogyakarta 8,89 8,76 8,85 Jawa Timur 5,71 2,67 4,17 Banten 7,21 2,82 5,76 Bali 6,79 5,73 6,39 Nusa Tenggara Barat 6,73 2,58 4,33 Nusa Tenggara Timur 7,12 8,07 7,89 Kalimantan Barat 3,13 1,74 2,16 Kalimantan Tengah 4,42 3,16 3,60 Kalimantan Selatan 8,32 5,30 6,59 Kalimantan Timur 11,16 7,27 9,74 Kalimantan Utara 7,49 5,66 6,70 Sulawesi Utara 5,74 5,55 5,64 Sulawesi Tengah 5,75 3,94 4,38 Sulawesi Selatan 7,84 5,12 6,14 Sulawesi Tenggara 6,31 4,17 4,77 Gorontalo 13,12 5,81 8,35 Sulawesi Barat 8,17 5,55 6,07 Maluku 3,51 2,89 3,12 Maluku Utara 6,26 4,37 4,83 Papua Barat 5,10 6,28 5,84 Papua 6,88 4,57 5,11 Indonesia 6,78 3,75 5,26

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

231

Profil Anak Indonesia 2017

221

Tabel L- 5.35 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Rawat Inap dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 3,47 3,85 3,66 2,08 2,01 2,05 2,48 2,52 2,50 Sumatera Utara 1,97 2,08 2,02 1,02 1,08 1,05 1,47 1,55 1,51 Sumatera Barat 2,49 1,94 2,22 1,71 1,68 1,70 2,02 1,78 1,90 Riau 3,40 3,41 3,41 1,87 0,80 1,35 2,46 1,80 2,14 Jambi 2,90 3,47 3,18 1,65 1,94 1,79 2,03 2,41 2,22 Sumatera Selatan 2,39 2,74 2,56 1,54 1,30 1,42 1,84 1,81 1,82 Bengkulu 3,16 3,55 3,36 1,65 1,69 1,67 2,11 2,27 2,19 Lampung 3,92 3,30 3,61 1,76 1,74 1,75 2,33 2,16 2,25 Kep. Bangka Belitung 2,12 3,45 2,78 2,50 2,43 2,47 2,32 2,95 2,62 Kepulauan Riau 2,89 2,64 2,76 1,49 1,05 1,28 2,66 2,38 2,52 DKI Jakarta 3,83 2,82 3,33 - - - 3,83 2,82 3,33 Jawa Barat 3,19 3,22 3,20 2,18 2,68 2,42 2,88 3,05 2,96 Jawa Tengah 4,48 4,22 4,35 4,06 3,62 3,85 4,25 3,90 4,08 DI Yogyakarta 6,84 4,13 5,52 2,43 3,07 2,74 5,44 3,78 4,63 Jawa Timur 4,25 3,48 3,88 3,53 3,68 3,60 3,89 3,58 3,74 Banten 2,45 3,00 2,72 1,19 0,96 1,08 2,03 2,33 2,17 Bali 3,32 5,07 4,17 2,67 3,00 2,83 3,08 4,29 3,67 Nusa Tenggara Barat 3,66 3,14 3,41 3,01 3,10 3,05 3,29 3,12 3,21 Nusa Tenggara Timur 4,06 2,95 3,52 1,74 2,15 1,94 2,18 2,29 2,23 Kalimantan Barat 3,57 2,78 3,18 1,55 1,23 1,40 2,15 1,71 1,93 Kalimantan Tengah 3,91 3,32 3,62 1,85 1,33 1,60 2,57 2,04 2,31 Kalimantan Selatan 5,68 5,05 5,38 2,88 3,11 2,99 4,08 3,94 4,01 Kalimantan Timur 3,72 4,21 3,96 3,33 3,24 3,29 3,57 3,86 3,72 Kalimantan Utara 2,63 3,29 2,95 2,79 2,53 2,66 2,70 2,96 2,82 Sulawesi Utara 4,09 4,61 4,35 3,22 3,17 3,20 3,61 3,84 3,72 Sulawesi Tengah 3,67 3,85 3,76 2,47 1,98 2,23 2,75 2,45 2,60 Sulawesi Selatan 3,48 4,53 4,00 2,52 2,48 2,50 2,88 3,25 3,06 Sulawesi Tenggara 3,41 2,87 3,14 1,65 1,90 1,77 2,14 2,18 2,16 Gorontalo 4,06 4,55 4,30 1,73 1,86 1,79 2,52 2,81 2,66 Sulawesi Barat 4,16 2,56 3,39 1,47 1,85 1,65 2,00 1,99 2,00 Maluku 1,21 1,34 1,27 0,97 0,60 0,79 1,06 0,87 0,97 Maluku Utara 2,87 2,97 2,92 0,64 1,28 0,95 1,18 1,69 1,43 Papua Barat 4,39 2,58 3,51 2,18 1,93 2,06 2,99 2,17 2,59 Papua 3,17 3,06 3,12 0,88 0,88 0,88 1,41 1,40 1,41 Indonesia 3,51 3,35 3,43 2,37 2,35 2,36 2,94 2,85 2,90

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

220

Tabel L-5.34 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Memiliki Jaminan Kesehatan, Ada Keluhan Kesehatan dan Menggunakan Jaminan Kesehatan menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4) Aceh 9,84 9,34 9,48 Sumatera Utara 2,54 1,99 2,25 Sumatera Barat 9,02 4,23 6,12 Riau 7,85 3,01 4,86 Jambi 6,49 2,10 3,44 Sumatera Selatan 8,72 2,61 4,76 Bengkulu 8,02 2,85 4,44 Lampung 7,70 2,18 3,66 Kepulauan Bangka Belitung 9,29 3,39 6,33 Kepulauan Riau 8,39 4,80 7,81 DKI Jakarta 11,02 - 11,02 Jawa Barat 5,79 2,41 4,74 Jawa Tengah 7,09 4,35 5,63 DI Yogyakarta 8,89 8,76 8,85 Jawa Timur 5,71 2,67 4,17 Banten 7,21 2,82 5,76 Bali 6,79 5,73 6,39 Nusa Tenggara Barat 6,73 2,58 4,33 Nusa Tenggara Timur 7,12 8,07 7,89 Kalimantan Barat 3,13 1,74 2,16 Kalimantan Tengah 4,42 3,16 3,60 Kalimantan Selatan 8,32 5,30 6,59 Kalimantan Timur 11,16 7,27 9,74 Kalimantan Utara 7,49 5,66 6,70 Sulawesi Utara 5,74 5,55 5,64 Sulawesi Tengah 5,75 3,94 4,38 Sulawesi Selatan 7,84 5,12 6,14 Sulawesi Tenggara 6,31 4,17 4,77 Gorontalo 13,12 5,81 8,35 Sulawesi Barat 8,17 5,55 6,07 Maluku 3,51 2,89 3,12 Maluku Utara 6,26 4,37 4,83 Papua Barat 5,10 6,28 5,84 Papua 6,88 4,57 5,11 Indonesia 6,78 3,75 5,26

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

232

Profil Anak Indonesia 2017

222

Tabel L-5.36 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Rawat inap dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi RS

pemerin-tah

RS swast

a

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek Dokter

Bersama

Puskesmas/ Pustu

Peng-obatan Tradisi-

onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Aceh 62,27 26,34 3,22 2,77 3,91 - 1,50 Sumatera Utara 24,49 58,35 7,51 6,16 1,55 1,50 1,28 Sumatera Barat 54,60 41,36 2,47 1,69 2,07 - - Riau 33,16 54,20 7,49 3,94 1,22 - - Jambi 37,94 54,85 2,80 - 4,41 - - Sumatera Selatan 36,49 48,63 7,96 3,43 5,31 - - Bengkulu 59,17 29,21 1,43 10,66 0,56 - - Lampung 36,46 50,05 6,60 4,84 5,96 - - Kep. Bangka Belitung 52,59 26,56 7,89 - 16,25 - - Kepulauan Riau 34,59 53,14 8,76 0,88 3,03 - - DKI Jakarta 40,97 42,20 6,92 1,00 7,56 0,78 0,64 Jawa Barat 35,28 49,59 3,97 5,81 5,05 - 1,43 Jawa Tengah 35,27 47,16 2,92 4,12 11,08 - 0,18 DI Yogyakarta 32,85 57,09 2,32 0,40 7,34 - - Jawa Timur 34,69 43,26 2,43 6,00 14,22 - 0,06 Banten 24,77 58,19 6,84 8,32 3,39 - - Bali 43,17 51,45 5,18 0,36 1,31 - - Nusa Tenggara Barat 37,09 6,38 0,88 0,68 51,89 - 3,08 Nusa Tenggara Timur 66,87 22,36 - 1,16 9,61 - - Kalimantan Barat 42,80 33,53 8,05 6,92 10,29 - - Kalimantan Tengah 77,09 12,91 0,52 1,34 8,13 - - Kalimantan Selatan 66,12 25,59 2,52 2,75 3,01 - - Kalimantan Timur 44,31 49,10 2,26 0,66 3,67 - - Kalimantan Utara 87,00 5,03 - - 7,97 - - Sulawesi Utara 29,05 63,97 0,44 0,59 6,23 - - Sulawesi Tengah 85,57 9,19 1,28 1,48 2,49 - - Sulawesi Selatan 63,37 23,66 0,88 2,54 9,57 - 0,21 Sulawesi Tenggara 60,11 20,30 4,54 - 15,05 - - Gorontalo 80,44 15,25 - - 4,31 - - Sulawesi Barat 58,36 20,38 - - 25,88 - - Maluku 48,92 47,42 - - 3,66 - - Maluku Utara 76,15 16,63 - - - - 7,22 Papua Barat 77,49 22,51 - - - - - Papua 71,09 18,63 - 6,69 2,76 0,83 -

Indonesia 39,29 44,58 3,90 4,23 8,14 0,11 0,56 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

233

Profil Anak Indonesia 2017

223

Tabel L-5.37 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Rawat inap dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi RS

pemerin-tah

RS swasta

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek Dokter

Bersama

Puskesmas/ Pustu

Peng-obatan Tradisi-

onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Aceh 61,17 15,49 1,81 3,98 17,82 - 1,06 Sumatera Utara 35,20 41,25 10,12 11,24 2,72 - 0,42 Sumatera Barat 54,05 12,84 8,45 4,35 20,99 0,54 0,69 Riau 37,75 31,51 15,08 2,85 15,51 - - Jambi 54,64 14,45 8,47 4,35 19,01 - - Sumatera Selatan 53,35 19,29 10,53 7,36 8,77 - 0,70 Bengkulu 68,34 8,81 4,93 0,99 16,94 0,93 - Lampung 33,01 35,32 15,65 7,44 10,73 - - Kep. Bangka Belitung 54,11 23,18 4,12 0,77 17,81 - - Kepulauan Riau 58,58 24,29 12,06 - 5,07 - - DKI Jakarta - - - - - - - Jawa Barat 41,45 22,41 7,46 13,26 17,40 1,35 1,28 Jawa Tengah 29,29 36,97 3,81 8,72 25,13 - - DI Yogyakarta 43,55 37,14 - 6,00 13,32 - - Jawa Timur 24,59 29,31 4,11 2,40 39,79 - 0,26 Banten 38,03 14,64 1,55 7,26 44,79 - - Bali 55,49 34,81 7,12 2,63 2,58 - - Nusa Tenggara Barat 36,91 6,95 0,53 6,67 50,89 - 1,10 Nusa Tenggara Timur 41,62 20,94 0,45 1,19 36,57 0,24 0,23 Kalimantan Barat 50,17 29,03 2,54 1,75 18,88 0,73 - Kalimantan Tengah 70,45 10,75 - 4,75 15,09 0,33 - Kalimantan Selatan 61,37 14,12 2,01 8,99 15,41 - - Kalimantan Timur 59,49 22,95 4,73 2,26 10,57 - 0,52 Kalimantan Utara 65,50 4,38 - - 30,12 - - Sulawesi Utara 35,97 45,88 - 3,35 15,76 1,01 0,38 Sulawesi Tengah 71,22 2,47 1,88 - 24,80 0,77 - Sulawesi Selatan 55,08 5,21 0,59 1,04 40,20 0,25 - Sulawesi Tenggara 65,61 6,67 3,31 6,10 21,18 0,84 - Gorontalo 69,02 0,00 - - 30,98 - - Sulawesi Barat 45,72 9,31 1,51 1,51 50,94 1,51 1,51 Maluku 72,38 3,96 - 2,55 19,50 - 1,60 Maluku Utara 65,62 4,34 - 1,23 25,09 - 3,72 Papua Barat 70,97 15,62 1,85 3,02 16,20 1,85 2,56 Papua 65,41 5,17 - 3,24 28,90 - -

Indonesia 39,83 25,24 4,75 5,94 26,05 0,26 0,37 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

222

Tabel L-5.36 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Rawat inap dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi RS

pemerin-tah

RS swast

a

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek Dokter

Bersama

Puskesmas/ Pustu

Peng-obatan Tradisi-

onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Aceh 62,27 26,34 3,22 2,77 3,91 - 1,50 Sumatera Utara 24,49 58,35 7,51 6,16 1,55 1,50 1,28 Sumatera Barat 54,60 41,36 2,47 1,69 2,07 - - Riau 33,16 54,20 7,49 3,94 1,22 - - Jambi 37,94 54,85 2,80 - 4,41 - - Sumatera Selatan 36,49 48,63 7,96 3,43 5,31 - - Bengkulu 59,17 29,21 1,43 10,66 0,56 - - Lampung 36,46 50,05 6,60 4,84 5,96 - - Kep. Bangka Belitung 52,59 26,56 7,89 - 16,25 - - Kepulauan Riau 34,59 53,14 8,76 0,88 3,03 - - DKI Jakarta 40,97 42,20 6,92 1,00 7,56 0,78 0,64 Jawa Barat 35,28 49,59 3,97 5,81 5,05 - 1,43 Jawa Tengah 35,27 47,16 2,92 4,12 11,08 - 0,18 DI Yogyakarta 32,85 57,09 2,32 0,40 7,34 - - Jawa Timur 34,69 43,26 2,43 6,00 14,22 - 0,06 Banten 24,77 58,19 6,84 8,32 3,39 - - Bali 43,17 51,45 5,18 0,36 1,31 - - Nusa Tenggara Barat 37,09 6,38 0,88 0,68 51,89 - 3,08 Nusa Tenggara Timur 66,87 22,36 - 1,16 9,61 - - Kalimantan Barat 42,80 33,53 8,05 6,92 10,29 - - Kalimantan Tengah 77,09 12,91 0,52 1,34 8,13 - - Kalimantan Selatan 66,12 25,59 2,52 2,75 3,01 - - Kalimantan Timur 44,31 49,10 2,26 0,66 3,67 - - Kalimantan Utara 87,00 5,03 - - 7,97 - - Sulawesi Utara 29,05 63,97 0,44 0,59 6,23 - - Sulawesi Tengah 85,57 9,19 1,28 1,48 2,49 - - Sulawesi Selatan 63,37 23,66 0,88 2,54 9,57 - 0,21 Sulawesi Tenggara 60,11 20,30 4,54 - 15,05 - - Gorontalo 80,44 15,25 - - 4,31 - - Sulawesi Barat 58,36 20,38 - - 25,88 - - Maluku 48,92 47,42 - - 3,66 - - Maluku Utara 76,15 16,63 - - - - 7,22 Papua Barat 77,49 22,51 - - - - - Papua 71,09 18,63 - 6,69 2,76 0,83 -

Indonesia 39,29 44,58 3,90 4,23 8,14 0,11 0,56 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

234

Profil Anak Indonesia 2017

224

Tabel L-5.38 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Rawat inap dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi RS

pemerin-tah

RS swasta

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek Dokter

Bersama

Puskesmas/ Pustu

Peng-obatan Tradisi-onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Aceh 61,62 19,95 2,39 3,48 12,10 - 1,24 Sumatera Utara 28,42 52,07 8,47 8,02 1,98 0,95 0,97 Sumatera Barat 54,30 25,96 5,70 3,13 12,28 0,29 0,37 Riau 34,95 45,36 10,45 3,51 6,78 - - Jambi 47,35 32,08 5,99 2,45 12,64 - - Sumatera Selatan 45,03 33,77 9,26 5,42 7,06 - 0,35 Bengkulu 64,01 18,44 3,28 5,56 9,21 0,49 - Lampung 34,49 41,64 11,77 6,33 8,68 - - Kep. Bangka Belitung 53,31 24,96 6,11 0,36 16,99 - - Kepulauan Riau 36,56 50,77 9,03 0,81 3,20 - - DKI Jakarta 40,97 42,20 6,92 1,00 7,56 0,78 0,64 Jawa Barat 36,85 42,69 4,85 7,70 8,18 0,34 1,39 Jawa Tengah 32,26 42,03 3,37 6,44 18,15 - 0,09 DI Yogyakarta 34,89 53,28 1,88 1,47 8,48 - - Jawa Timur 29,75 36,43 3,25 4,24 26,74 - 0,16 Banten 26,95 51,03 5,97 8,14 10,20 - - Bali 46,74 46,62 5,74 1,02 1,68 - - Nusa Tenggara Barat 36,99 6,69 0,68 3,98 51,34 - 1,99 Nusa Tenggara Timur 49,01 21,36 0,32 1,18 28,68 0,17 0,16 Kalimantan Barat 46,52 31,26 5,27 4,31 14,62 0,37 - Kalimantan Tengah 74,11 11,94 0,29 2,87 11,25 0,15 - Kalimantan Selatan 64,09 20,68 2,30 5,42 8,31 - - Kalimantan Timur 49,21 40,66 3,06 1,17 5,90 - 0,17 Kalimantan Utara 78,24 4,77 - - 17,00 - - Sulawesi Utara 32,30 55,48 0,23 1,88 10,70 0,47 0,18 Sulawesi Tengah 76,25 4,82 1,67 0,52 16,98 0,50 - Sulawesi Selatan 59,13 14,22 0,73 1,77 25,24 0,13 0,10 Sulawesi Tenggara 63,35 12,26 3,82 3,60 18,67 0,50 - Gorontalo 75,43 8,56 - - 16,02 - - Sulawesi Barat 49,94 13,01 1,00 1,00 42,57 1,00 1,00 Maluku 61,05 24,96 - 1,32 11,85 - 0,83 Maluku Utara 70,85 10,44 - 0,62 12,63 - 5,46 Papua Barat 74,22 19,06 0,93 1,52 8,13 0,93 1,28 Papua 68,36 12,17 - 5,03 15,31 0,43 -

Indonesia 39,51 36,67 4,24 4,93 15,47 0,17 0,48 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

235

Profil Anak Indonesia 2017

225

Tabel L- 5.39 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Rawat inap dalam Setahun Terakhir

dan Menggunakan Jaminan Kesehatan menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Aceh 3,21 1,81 2,21 Sumatera Utara 1,11 0,36 0,71 Sumatera Barat 1,19 0,91 1,02 Riau 1,86 0,67 1,13 Jambi 1,89 0,79 1,13 Sumatera Selatan 1,89 0,75 1,15 Bengkulu 2,72 0,97 1,51 Lampung 2,58 0,75 1,24 Kepulauan Bangka Belitung 2,05 1,58 1,81 Kepulauan Riau 1,86 0,97 1,71 DKI Jakarta 2,08 - 2,08 Jawa Barat 1,83 0,91 1,54 Jawa Tengah 2,46 1,52 1,96 DI Yogyakarta 3,54 1,54 2,90 Jawa Timur 2,08 1,18 1,63 Banten 1,42 0,42 1,09 Bali 2,58 2,08 2,39 Nusa Tenggara Barat 2,11 1,24 1,61 Nusa Tenggara Timur 2,29 0,99 1,23 Kalimantan Barat 1,40 0,69 0,90 Kalimantan Tengah 1,74 0,96 1,23 Kalimantan Selatan 2,82 1,53 2,08 Kalimantan Timur 3,12 1,82 2,64 Kalimantan Utara 2,08 1,84 1,98 Sulawesi Utara 2,70 1,61 2,10 Sulawesi Tengah 2,52 1,59 1,81 Sulawesi Selatan 3,03 1,66 2,17 Sulawesi Tenggara 1,82 0,86 1,13 Gorontalo 3,14 1,34 1,97 Sulawesi Barat 2,32 0,79 1,09 Maluku 0,61 0,50 0,54 Maluku Utara 1,56 0,45 0,72 Papua Barat 2,41 1,09 1,58 Papua 2,04 0,51 0,87 Indonesia 2,03 1,06 1,54

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

224

Tabel L-5.38 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Rawat inap dalam Setahun Terakhir menurut Provinsi, Tempat Berobat Jalan, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi RS

pemerin-tah

RS swasta

Praktek dokter/ Bidan

Klinik/ praktek Dokter

Bersama

Puskesmas/ Pustu

Peng-obatan Tradisi-onal

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Aceh 61,62 19,95 2,39 3,48 12,10 - 1,24 Sumatera Utara 28,42 52,07 8,47 8,02 1,98 0,95 0,97 Sumatera Barat 54,30 25,96 5,70 3,13 12,28 0,29 0,37 Riau 34,95 45,36 10,45 3,51 6,78 - - Jambi 47,35 32,08 5,99 2,45 12,64 - - Sumatera Selatan 45,03 33,77 9,26 5,42 7,06 - 0,35 Bengkulu 64,01 18,44 3,28 5,56 9,21 0,49 - Lampung 34,49 41,64 11,77 6,33 8,68 - - Kep. Bangka Belitung 53,31 24,96 6,11 0,36 16,99 - - Kepulauan Riau 36,56 50,77 9,03 0,81 3,20 - - DKI Jakarta 40,97 42,20 6,92 1,00 7,56 0,78 0,64 Jawa Barat 36,85 42,69 4,85 7,70 8,18 0,34 1,39 Jawa Tengah 32,26 42,03 3,37 6,44 18,15 - 0,09 DI Yogyakarta 34,89 53,28 1,88 1,47 8,48 - - Jawa Timur 29,75 36,43 3,25 4,24 26,74 - 0,16 Banten 26,95 51,03 5,97 8,14 10,20 - - Bali 46,74 46,62 5,74 1,02 1,68 - - Nusa Tenggara Barat 36,99 6,69 0,68 3,98 51,34 - 1,99 Nusa Tenggara Timur 49,01 21,36 0,32 1,18 28,68 0,17 0,16 Kalimantan Barat 46,52 31,26 5,27 4,31 14,62 0,37 - Kalimantan Tengah 74,11 11,94 0,29 2,87 11,25 0,15 - Kalimantan Selatan 64,09 20,68 2,30 5,42 8,31 - - Kalimantan Timur 49,21 40,66 3,06 1,17 5,90 - 0,17 Kalimantan Utara 78,24 4,77 - - 17,00 - - Sulawesi Utara 32,30 55,48 0,23 1,88 10,70 0,47 0,18 Sulawesi Tengah 76,25 4,82 1,67 0,52 16,98 0,50 - Sulawesi Selatan 59,13 14,22 0,73 1,77 25,24 0,13 0,10 Sulawesi Tenggara 63,35 12,26 3,82 3,60 18,67 0,50 - Gorontalo 75,43 8,56 - - 16,02 - - Sulawesi Barat 49,94 13,01 1,00 1,00 42,57 1,00 1,00 Maluku 61,05 24,96 - 1,32 11,85 - 0,83 Maluku Utara 70,85 10,44 - 0,62 12,63 - 5,46 Papua Barat 74,22 19,06 0,93 1,52 8,13 0,93 1,28 Papua 68,36 12,17 - 5,03 15,31 0,43 -

Indonesia 39,51 36,67 4,24 4,93 15,47 0,17 0,48 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

236

Profil Anak Indonesia 2017

226

Tabel L- 5.40 : Persentase Anak Berumur 5-17 tahun menurut Provinsi, Kebiasaan Merokok Sebulan Terakhir Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi Setiap Hari Tidak Setiap Hari

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+

Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 1,15 0,05 0,61 0,59 - 0,30 Sumatera Utara 0,74 0,03 0,39 0,26 - 0,13 Sumatera Barat 2,37 0,01 1,22 0,66 - 0,34 Riau 1,36 0,30 0,85 0,23 - 0,12 Jambi 0,88 - 0,44 0,69 - 0,35 Sumatera Selatan 1,43 - 0,73 0,24 - 0,12 Bengkulu 2,19 - 1,07 0,85 - 0,41 Lampung 1,70 - 0,88 0,53 - 0,28 Kep. Bangka Belitung 2,02 - 1,02 0,83 - 0,42 Kepulauan Riau 0,79 0,05 0,42 0,11 0,06 0,08 DKI Jakarta 1,99 - 1,02 0,82 0,02 0,43 Jawa Barat 2,14 0,13 1,16 0,54 0,08 0,32 Jawa Tengah 1,71 0,03 0,88 0,58 0,04 0,31 DI Yogyakarta 1,53 - 0,80 0,79 - 0,41 Jawa Timur 1,60 0,14 0,89 0,45 0,04 0,25 Banten 2,25 - 1,14 0,43 - 0,22 Bali 0,74 - 0,38 0,20 - 0,11 Nusa Tenggara Barat 3,31 0,16 1,81 0,48 - 0,25 Nusa Tenggara Timur 1,03 0,08 0,56 0,26 - 0,13 Kalimantan Barat 1,20 0,09 0,64 0,73 - 0,36 Kalimantan Tengah 1,34 - 0,67 0,30 - 0,15 Kalimantan Selatan 1,34 - 0,69 0,49 - 0,25 Kalimantan Timur 0,79 - 0,40 0,32 - 0,16 Kalimantan Utara 1,70 - 0,88 0,16 - 0,08 Sulawesi Utara 1,27 0,16 0,71 0,57 0,05 0,31 Sulawesi Tengah 1,60 - 0,80 0,64 0,16 0,40 Sulawesi Selatan 1,31 - 0,67 0,49 - 0,25 Sulawesi Tenggara 0,90 - 0,45 0,72 - 0,36 Gorontalo 2,45 - 1,26 0,58 - 0,30 Sulawesi Barat 1,28 0,43 0,86 - - 0,00 Maluku 0,36 - 0,19 0,28 - 0,15 Maluku Utara 0,23 - 0,12 0,16 - 0,08 Papua Barat 0,22 - 0,11 0,30 - 0,15 Papua 0,42 - 0,22 0,14 - 0,07 Indonesia 1,70 0,07 0,91 0,50 0,03 0,27

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

237

Profil Anak Indonesia 2017

227

Tabel L- 5.41 : Persentase Anak Berumur 5-17 tahun menurut Provinsi, Kebiasaan Merokok Sebulan Terakhir Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi Setiap Hari Tidak Setiap Hari

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+

Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 1,10 - 0,56 0,30 - 0,15 Sumatera Utara 0,79 0,01 0,41 0,37 0,01 0,19 Sumatera Barat 2,12 0,08 1,13 0,42 - 0,22 Riau 1,68 - 0,85 0,31 - 0,16 Jambi 2,30 - 1,18 0,45 0,05 0,26 Sumatera Selatan 2,52 - 1,29 0,51 - 0,26 Bengkulu 3,21 - 1,62 0,81 - 0,41 Lampung 2,80 0,09 1,50 0,94 0,02 0,50 Kep. Bangka Belitung 3,14 - 1,66 1,20 - 0,64 Kepulauan Riau 0,42 - 0,22 - - - DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 2,87 0,07 1,51 0,54 - 0,28 Jawa Tengah 3,38 0,04 1,78 0,85 - 0,44 DI Yogyakarta 2,23 - 1,14 0,44 - 0,22 Jawa Timur 2,89 0,10 1,53 0,76 - 0,39 Banten 3,39 0,12 1,79 0,53 0,09 0,31 Bali 1,51 - 0,78 0,86 - 0,45 Nusa Tenggara Barat 2,81 - 1,41 0,76 0,03 0,40 Nusa Tenggara Timur 0,88 0,02 0,46 0,61 0,01 0,32 Kalimantan Barat 2,37 0,13 1,27 0,28 - 0,14 Kalimantan Tengah 1,74 0,11 0,95 0,31 - 0,16 Kalimantan Selatan 1,86 0,09 1,01 0,27 - 0,14 Kalimantan Timur 1,50 - 0,77 0,03 0,06 0,04 Kalimantan Utara 1,58 - 0,80 0,24 - 0,12 Sulawesi Utara 1,80 0,20 1,03 0,45 0,02 0,25 Sulawesi Tengah 2,63 0,10 1,41 0,48 - 0,25 Sulawesi Selatan 2,90 0,01 1,49 0,58 - 0,30 Sulawesi Tenggara 1,17 - 0,60 0,55 - 0,28 Gorontalo 2,91 - 1,51 1,10 - 0,57 Sulawesi Barat 2,46 - 1,29 0,48 0,11 0,30 Maluku 0,33 0,06 0,19 0,42 0,03 0,22 Maluku Utara 0,53 - 0,27 0,35 0,08 0,22 Papua Barat 1,51 0,03 0,79 0,16 0,12 0,14 Papua 1,00 0,07 0,57 1,19 0,14 0,70 Indonesia 2,36 0,05 1,24 0,60 0,01 0,32

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

226

Tabel L- 5.40 : Persentase Anak Berumur 5-17 tahun menurut Provinsi, Kebiasaan Merokok Sebulan Terakhir Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi Setiap Hari Tidak Setiap Hari

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+

Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 1,15 0,05 0,61 0,59 - 0,30 Sumatera Utara 0,74 0,03 0,39 0,26 - 0,13 Sumatera Barat 2,37 0,01 1,22 0,66 - 0,34 Riau 1,36 0,30 0,85 0,23 - 0,12 Jambi 0,88 - 0,44 0,69 - 0,35 Sumatera Selatan 1,43 - 0,73 0,24 - 0,12 Bengkulu 2,19 - 1,07 0,85 - 0,41 Lampung 1,70 - 0,88 0,53 - 0,28 Kep. Bangka Belitung 2,02 - 1,02 0,83 - 0,42 Kepulauan Riau 0,79 0,05 0,42 0,11 0,06 0,08 DKI Jakarta 1,99 - 1,02 0,82 0,02 0,43 Jawa Barat 2,14 0,13 1,16 0,54 0,08 0,32 Jawa Tengah 1,71 0,03 0,88 0,58 0,04 0,31 DI Yogyakarta 1,53 - 0,80 0,79 - 0,41 Jawa Timur 1,60 0,14 0,89 0,45 0,04 0,25 Banten 2,25 - 1,14 0,43 - 0,22 Bali 0,74 - 0,38 0,20 - 0,11 Nusa Tenggara Barat 3,31 0,16 1,81 0,48 - 0,25 Nusa Tenggara Timur 1,03 0,08 0,56 0,26 - 0,13 Kalimantan Barat 1,20 0,09 0,64 0,73 - 0,36 Kalimantan Tengah 1,34 - 0,67 0,30 - 0,15 Kalimantan Selatan 1,34 - 0,69 0,49 - 0,25 Kalimantan Timur 0,79 - 0,40 0,32 - 0,16 Kalimantan Utara 1,70 - 0,88 0,16 - 0,08 Sulawesi Utara 1,27 0,16 0,71 0,57 0,05 0,31 Sulawesi Tengah 1,60 - 0,80 0,64 0,16 0,40 Sulawesi Selatan 1,31 - 0,67 0,49 - 0,25 Sulawesi Tenggara 0,90 - 0,45 0,72 - 0,36 Gorontalo 2,45 - 1,26 0,58 - 0,30 Sulawesi Barat 1,28 0,43 0,86 - - 0,00 Maluku 0,36 - 0,19 0,28 - 0,15 Maluku Utara 0,23 - 0,12 0,16 - 0,08 Papua Barat 0,22 - 0,11 0,30 - 0,15 Papua 0,42 - 0,22 0,14 - 0,07 Indonesia 1,70 0,07 0,91 0,50 0,03 0,27

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

238

Profil Anak Indonesia 2017

228

Tabel L- 5.42 : Persentase Anak Berumur 5-17 tahun menurut Provinsi, Kebiasaan Merokok Sebulan Terakhir Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Setiap Hari Tidak Setiap Hari

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+

Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 1,11 0,01 0,57 0,38 - 0,20 Sumatera Utara 0,76 0,02 0,40 0,32 - 0,16 Sumatera Barat 2,22 0,05 1,17 0,51 - 0,26 Riau 1,56 0,11 0,85 0,28 - 0,14 Jambi 1,89 - 0,96 0,52 0,04 0,28 Sumatera Selatan 2,14 - 1,09 0,42 - 0,21 Bengkulu 2,91 - 1,45 0,82 - 0,41 Lampung 2,50 0,06 1,33 0,83 0,02 0,44 Kep. Bangka Belitung 2,60 - 1,34 1,02 - 0,53 Kepulauan Riau 0,73 0,04 0,39 0,09 0,05 0,07 DKI Jakarta 1,99 - 1,02 0,82 0,02 0,43 Jawa Barat 2,37 0,11 1,27 0,54 0,06 0,30 Jawa Tengah 2,62 0,04 1,36 0,72 0,02 0,38 DI Yogyakarta 1,76 - 0,91 0,68 - 0,35 Jawa Timur 2,26 0,12 1,22 0,61 0,02 0,32 Banten 2,64 0,04 1,36 0,47 0,03 0,25 Bali 1,03 - 0,53 0,46 - 0,24 Nusa Tenggara Barat 3,03 0,06 1,58 0,64 0,02 0,34 Nusa Tenggara Timur 0,90 0,03 0,48 0,54 0,01 0,28 Kalimantan Barat 2,03 0,12 1,08 0,41 - 0,21 Kalimantan Tengah 1,60 0,07 0,85 0,31 - 0,16 Kalimantan Selatan 1,65 0,05 0,88 0,36 - 0,19 Kalimantan Timur 1,05 - 0,54 0,21 0,02 0,12 Kalimantan Utara 1,65 - 0,84 0,19 - 0,10 Sulawesi Utara 1,57 0,18 0,89 0,50 0,04 0,28 Sulawesi Tengah 2,39 0,07 1,27 0,52 0,04 0,29 Sulawesi Selatan 2,32 0,01 1,19 0,55 - 0,28 Sulawesi Tenggara 1,10 - 0,56 0,60 - 0,31 Gorontalo 2,75 - 1,43 0,92 - 0,48 Sulawesi Barat 2,23 0,09 1,21 0,38 0,08 0,24 Maluku 0,34 0,04 0,19 0,37 0,02 0,20 Maluku Utara 0,46 - 0,24 0,31 0,06 0,19 Papua Barat 1,05 0,02 0,55 0,21 0,08 0,14 Papua 0,88 0,05 0,49 0,96 0,11 0,56

Indonesia 2,04 0,06 1,07 0,55 0,02 0,29 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

239

Profil Anak Indonesia 2017

229

Tabel L- 5.43 : Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu oleh Anak Berumur 5-17 Tahun Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Batang Rokok, 2016

Laki-laki

Provinsi Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu 1-6 7-20 21-35 36-70 >70

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 0,93 25,24 9,29 21,13 43,41 Sumatera Utara 0,87 19,79 24,68 15,15 39,50 Sumatera Barat 4,03 13,03 19,43 21,02 42,50 Riau - 9,87 9,91 20,28 59,95 Jambi - 16,50 14,09 16,19 53,22 Sumatera Selatan 1,83 10,49 14,89 26,98 45,82 Bengkulu 0,90 12,55 14,76 25,23 46,56 Lampung 3,33 15,85 15,75 23,82 41,25 Kepulauan Bangka Belitung 4,83 10,21 7,96 19,47 57,53 Kepulauan Riau 3,42 - 8,96 11,04 76,58 DKI Jakarta 6,82 25,54 22,45 21,35 23,84 Jawa Barat 2,66 14,69 23,94 29,48 29,23 Jawa Tengah 3,60 23,70 26,69 28,17 17,86 DI Yogyakarta 3,99 40,68 16,63 20,10 18,60 Jawa Timur 2,53 18,24 13,78 23,25 42,21 Banten 0,70 8,74 23,34 30,95 36,27 Bali 1,17 16,40 14,41 22,60 45,42 Nusa Tenggara Barat 2,25 22,70 25,10 29,63 20,31 Nusa Tenggara Timur 11,36 30,06 20,70 24,53 13,35 Kalimantan Barat 2,08 9,40 9,18 20,69 58,64 Kalimantan Tengah 3,01 8,33 0,76 24,52 63,38 Kalimantan Selatan - 10,67 14,42 13,98 60,93 Kalimantan Timur - - 11,99 31,59 56,42 Kalimantan Utara - 7,68 - 46,23 46,09 Sulawesi Utara 1,38 19,12 14,04 34,24 31,21 Sulawesi Tengah 2,46 15,09 14,51 31,60 36,34 Sulawesi Selatan 0,74 15,28 12,12 22,22 49,64 Sulawesi Tenggara 2,82 10,23 18,88 32,57 35,50 Gorontalo 5,19 27,32 25,13 26,47 15,89 Sulawesi Barat 1,26 13,50 10,81 15,53 58,91 Maluku 2,32 31,50 42,51 11,61 12,06 Maluku Utara 4,89 27,13 14,58 9,93 43,48 Papua Barat 2,08 25,21 16,16 24,90 31,66 Papua 5,08 38,64 22,33 14,86 19,10 Indonesia 2,70 17,51 19,58 25,52 34,68

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

228

Tabel L- 5.42 : Persentase Anak Berumur 5-17 tahun menurut Provinsi, Kebiasaan Merokok Sebulan Terakhir Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Setiap Hari Tidak Setiap Hari

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+

Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh 1,11 0,01 0,57 0,38 - 0,20 Sumatera Utara 0,76 0,02 0,40 0,32 - 0,16 Sumatera Barat 2,22 0,05 1,17 0,51 - 0,26 Riau 1,56 0,11 0,85 0,28 - 0,14 Jambi 1,89 - 0,96 0,52 0,04 0,28 Sumatera Selatan 2,14 - 1,09 0,42 - 0,21 Bengkulu 2,91 - 1,45 0,82 - 0,41 Lampung 2,50 0,06 1,33 0,83 0,02 0,44 Kep. Bangka Belitung 2,60 - 1,34 1,02 - 0,53 Kepulauan Riau 0,73 0,04 0,39 0,09 0,05 0,07 DKI Jakarta 1,99 - 1,02 0,82 0,02 0,43 Jawa Barat 2,37 0,11 1,27 0,54 0,06 0,30 Jawa Tengah 2,62 0,04 1,36 0,72 0,02 0,38 DI Yogyakarta 1,76 - 0,91 0,68 - 0,35 Jawa Timur 2,26 0,12 1,22 0,61 0,02 0,32 Banten 2,64 0,04 1,36 0,47 0,03 0,25 Bali 1,03 - 0,53 0,46 - 0,24 Nusa Tenggara Barat 3,03 0,06 1,58 0,64 0,02 0,34 Nusa Tenggara Timur 0,90 0,03 0,48 0,54 0,01 0,28 Kalimantan Barat 2,03 0,12 1,08 0,41 - 0,21 Kalimantan Tengah 1,60 0,07 0,85 0,31 - 0,16 Kalimantan Selatan 1,65 0,05 0,88 0,36 - 0,19 Kalimantan Timur 1,05 - 0,54 0,21 0,02 0,12 Kalimantan Utara 1,65 - 0,84 0,19 - 0,10 Sulawesi Utara 1,57 0,18 0,89 0,50 0,04 0,28 Sulawesi Tengah 2,39 0,07 1,27 0,52 0,04 0,29 Sulawesi Selatan 2,32 0,01 1,19 0,55 - 0,28 Sulawesi Tenggara 1,10 - 0,56 0,60 - 0,31 Gorontalo 2,75 - 1,43 0,92 - 0,48 Sulawesi Barat 2,23 0,09 1,21 0,38 0,08 0,24 Maluku 0,34 0,04 0,19 0,37 0,02 0,20 Maluku Utara 0,46 - 0,24 0,31 0,06 0,19 Papua Barat 1,05 0,02 0,55 0,21 0,08 0,14 Papua 0,88 0,05 0,49 0,96 0,11 0,56

Indonesia 2,04 0,06 1,07 0,55 0,02 0,29 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

240

Profil Anak Indonesia 2017

230

Tabel L- 5.44 : Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu oleh Anak Berumur 5-17 Tahun Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Batang Rokok, 2016

Perempuan

Provinsi Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu 1-6 7-20 21-35 36-70 >70

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh - 100,00 - - - Sumatera Utara - 54,11 - - 45,89 Sumatera Barat - - - - 100,00 Riau - - - - 100,00 Jambi - - 100,00 - - Sumatera Selatan - - - - - Bengkulu - - - - - Lampung - 19,44 - 21,09 59,47 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - Kepulauan Riau 54,12 - - - 45,88 DKI Jakarta - - - 100,00 - Jawa Barat 11,31 16,30 19,72 36,62 16,04 Jawa Tengah - - 10,74 44,58 44,68 DI Yogyakarta - - - - - Jawa Timur - 4,98 25,04 27,04 42,94 Banten - 42,97 - 21,20 35,82 Bali - - - - - Nusa Tenggara Barat 20,03 - 79,97 - - Nusa Tenggara Timur - 46,64 38,23 15,13 - Kalimantan Barat - - - - 100,00 Kalimantan Tengah - - - - 100,00 Kalimantan Selatan - - - - 100,00 Kalimantan Timur - 100,00 - - - Kalimantan Utara - - - - - Sulawesi Utara 11,85 36,90 5,43 17,45 28,37 Sulawesi Tengah - - - 35,05 64,95 Sulawesi Selatan - - - - 100,00 Sulawesi Tenggara - - - - - Gorontalo - - - - - Sulawesi Barat - 49,79 - 25,10 25,10 Maluku 31,03 68,97 - - - Maluku Utara - 100,00 - - - Papua Barat - 56,29 - 25,58 18,13 Papua 14,41 49,44 30,56 - 5,58 Indonesia 5,81 15,29 16,91 26,59 35,40

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

241

Profil Anak Indonesia 2017

231

Tabel L- 5.45 : Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu oleh Anak Berumur 5-17 Tahun Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Batang Rokok, 2016

Laki-laki dan + Perempuan

Provinsi Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu 1-6 7-20 21-35 36-70 >70

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 0,92 25,92 9,21 20,94 43,02 Sumatera Utara 0,85 20,54 24,15 14,82 39,64 Sumatera Barat 3,96 12,80 19,09 20,66 43,49 Riau - 9,32 9,36 19,15 62,17 Jambi - 16,26 15,32 15,96 52,46 Sumatera Selatan 1,83 10,49 14,89 26,98 45,82 Bengkulu 0,90 12,55 14,76 25,23 46,56 Lampung 3,26 15,93 15,42 23,76 41,64 Kepulauan Bangka Belitung 4,83 10,21 7,96 19,47 57,53 Kepulauan Riau 8,48 - 8,07 9,94 73,51 DKI Jakarta 6,77 25,33 22,27 21,97 23,65 Jawa Barat 3,11 14,77 23,72 29,85 28,55 Jawa Tengah 3,54 23,32 26,43 28,43 18,28 DI Yogyakarta 3,99 40,68 16,63 20,10 18,60 Jawa Timur 2,41 17,65 14,28 23,41 42,24 Banten 0,68 9,45 22,86 30,75 36,26 Bali 1,17 16,40 14,41 22,60 45,42 Nusa Tenggara Barat 2,61 22,24 26,22 29,03 19,90 Nusa Tenggara Timur 11,11 30,42 21,08 24,32 13,06 Kalimantan Barat 1,99 8,97 8,76 19,74 60,54 Kalimantan Tengah 2,91 8,06 0,73 23,72 64,59 Kalimantan Selatan - 10,41 14,07 13,64 61,87 Kalimantan Timur - 1,61 11,80 31,08 55,51 Kalimantan Utara - 7,68 - 46,23 46,09 Sulawesi Utara 2,32 20,72 13,27 32,73 30,96 Sulawesi Tengah 2,37 14,55 13,99 31,73 37,36 Sulawesi Selatan 0,74 15,25 12,09 22,17 49,75 Sulawesi Tenggara 2,82 10,23 18,88 32,57 35,50 Gorontalo 5,19 27,32 25,13 26,47 15,89 Sulawesi Barat 1,19 15,52 10,21 16,06 57,02 Maluku 4,29 34,07 39,59 10,82 11,23 Maluku Utara 4,55 32,20 13,56 9,24 40,45 Papua Barat 1,93 27,33 15,06 24,94 30,74 Papua 5,75 39,41 22,92 13,79 18,13 Indonesia 2,80 17,45 19,50 25,55 34,71

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

230

Tabel L- 5.44 : Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu oleh Anak Berumur 5-17 Tahun Sebulan Terakhir menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Jumlah Batang Rokok, 2016

Perempuan

Provinsi Jumlah Rokok (Batang) yang Dihisap Per Minggu 1-6 7-20 21-35 36-70 >70

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh - 100,00 - - - Sumatera Utara - 54,11 - - 45,89 Sumatera Barat - - - - 100,00 Riau - - - - 100,00 Jambi - - 100,00 - - Sumatera Selatan - - - - - Bengkulu - - - - - Lampung - 19,44 - 21,09 59,47 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - Kepulauan Riau 54,12 - - - 45,88 DKI Jakarta - - - 100,00 - Jawa Barat 11,31 16,30 19,72 36,62 16,04 Jawa Tengah - - 10,74 44,58 44,68 DI Yogyakarta - - - - - Jawa Timur - 4,98 25,04 27,04 42,94 Banten - 42,97 - 21,20 35,82 Bali - - - - - Nusa Tenggara Barat 20,03 - 79,97 - - Nusa Tenggara Timur - 46,64 38,23 15,13 - Kalimantan Barat - - - - 100,00 Kalimantan Tengah - - - - 100,00 Kalimantan Selatan - - - - 100,00 Kalimantan Timur - 100,00 - - - Kalimantan Utara - - - - - Sulawesi Utara 11,85 36,90 5,43 17,45 28,37 Sulawesi Tengah - - - 35,05 64,95 Sulawesi Selatan - - - - 100,00 Sulawesi Tenggara - - - - - Gorontalo - - - - - Sulawesi Barat - 49,79 - 25,10 25,10 Maluku 31,03 68,97 - - - Maluku Utara - 100,00 - - - Papua Barat - 56,29 - 25,58 18,13 Papua 14,41 49,44 30,56 - 5,58 Indonesia 5,81 15,29 16,91 26,59 35,40

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

242

Profil Anak Indonesia 2017

232

Tabel L-5.46 Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun, Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Biasa Mencuci Tangan

Pakai Sabun Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Biasa Mencuci

Tangan Pakai Sabun Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 68,31 31,69 70,65 29,35 69,46 30,54 Sumatera Utara 66,00 34,00 71,15 28,85 68,51 31,49 Sumatera Barat 63,52 36,48 66,22 33,78 64,86 35,14 Riau 75,20 24,80 76,00 24,00 75,59 24,41 Jambi 71,21 28,79 71,02 28,98 71,11 28,89 Sumatera Selatan 82,14 17,86 83,84 16,16 82,97 17,03 Bengkulu 70,59 29,41 70,60 29,40 70,60 29,40 Lampung 74,05 25,95 76,49 23,51 75,23 24,77 Kep. Bangka Belitung 91,53 8,47 90,84 9,16 91,19 8,81 Kep. Riau 95,44 4,56 93,68 6,32 94,57 5,43 DKI Jakarta 98,05 1,95 98,87 1,13 98,45 1,55 Jawa Barat 88,52 11,48 89,60 10,40 89,05 10,95 Jawa Tengah 85,99 14,01 88,30 11,70 87,11 12,89 D I Yogyakarta 95,45 4,55 96,16 3,84 95,79 4,21 Jawa Timur 81,87 18,13 85,78 14,22 83,79 16,21 Banten 82,11 17,89 85,27 14,73 83,63 16,37 Bali 90,66 9,34 93,00 7,00 91,79 8,21 Nusa Tenggara Barat 64,20 35,80 74,06 25,94 69,06 30,94 Nusa Tenggara Timur 74,23 25,77 72,07 27,93 73,17 26,83 Kalimantan Barat 77,03 22,97 81,02 18,98 78,99 21,01 Kalimantan Tengah 89,14 10,86 92,01 7,99 90,56 9,44 Kalimantan Selatan 88,63 11,37 89,82 10,18 89,21 10,79 Kalimantan Timur 85,39 14,61 92,38 7,62 88,84 11,16 Kalimantan Utara 99,46 0,54 99,41 0,59 99,43 0,57 Sulawesi Utara 94,90 5,10 96,15 3,85 95,51 4,49 Sulawesi Tengah 90,42 9,58 91,44 8,56 90,91 9,09 Sulawesi Selatan 91,51 8,49 92,26 7,74 91,88 8,12 Sulawesi Tenggara 90,05 9,95 90,77 9,23 90,40 9,60 Gorontalo 94,13 5,87 94,92 5,08 94,52 5,48 Sulawesi Barat 85,64 14,36 86,63 13,37 86,12 13,88 Maluku 91,03 8,97 92,18 7,82 91,59 8,41 Maluku Utara 89,00 11,00 89,98 10,02 89,47 10,53 Papua Barat 89,62 10,38 88,21 11,79 88,94 11,06 Papua 54,30 45,70 55,33 44,67 54,79 45,21 Indonesia 82,34 17,66 84,61 15,39 83,45 16,55

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

243

Profil Anak Indonesia 2017

233

Tabel L-5.47. Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun, dan Provinsi, 2016

Sebelum buang air

besar / kecil

Sesudah buang air

besar/ kecil

Sebelum makan

Sesudah makan

Sebelum menyiapkan

masakan

Sesudah menceboki

anak

Sesudah memegan

hewan

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)Aceh 4,90 49,97 41,29 33,28 1,98 1,23 15,13 13,34Sumatera Utara 1,49 53,21 42,21 35,04 1,51 1,59 9,38 13,61Sumatera Barat 4,29 42,67 30,34 20,67 1,88 1,25 11,55 15,64Riau 4,42 50,31 50,53 37,44 2,42 1,84 9,66 16,54Jambi 6,21 45,49 41,81 32,79 3,77 2,55 11,26 13,80Sumatera Selatan 12,07 63,36 60,14 53,04 4,42 1,31 8,63 11,07Bengkulu 5,34 53,88 45,67 30,58 2,66 1,52 11,26 10,74Lampung 4,40 49,68 51,10 45,35 2,02 0,87 8,55 13,33Kep. Bangka Belitung 9,49 78,36 64,43 69,76 4,24 3,61 14,37 20,76Kep. Riau 12,30 80,48 80,66 69,52 4,09 2,78 14,34 15,04DKI Jakarta 24,34 92,24 92,22 92,75 3,32 1,08 11,34 14,66Jawa Barat 9,09 71,13 67,17 78,32 3,38 2,16 13,80 16,08Jawa Tengah 7,77 69,31 62,69 62,72 2,34 1,47 6,78 16,46D I Yogyakarta 7,01 77,01 81,84 63,73 1,21 0,11 8,75 23,15Jawa Timur 5,71 68,69 55,51 63,88 2,82 1,77 10,88 11,44Banten 8,39 69,52 53,58 62,93 2,85 1,26 9,54 11,32Bali 3,40 79,01 71,49 79,63 4,31 2,36 14,05 14,41Nusa Tenggara Barat 2,55 49,43 37,63 32,80 1,88 2,04 11,82 16,76Nusa Tenggara Timur 3,37 55,39 51,21 38,57 5,42 4,14 13,77 11,43Kalimantan Barat 3,90 58,39 48,14 52,23 2,67 2,77 18,73 11,94Kalimantan Tengah 8,01 78,87 69,48 67,39 7,02 2,16 17,55 14,73Kalimantan Selatan 6,36 82,21 45,85 58,11 5,64 2,42 11,04 15,40Kalimantan Timur 11,44 79,26 66,06 66,88 8,14 5,13 14,98 27,79Kalimantan Utara 10,06 91,89 83,88 81,22 6,78 4,89 21,93 17,40Sulawesi Utara 5,02 71,47 86,23 80,85 8,36 2,61 15,51 8,38Sulawesi Tengah 4,01 68,17 66,97 58,52 3,60 2,67 12,15 14,15Sulawesi Selatan 5,26 73,47 55,26 47,87 2,42 2,02 10,07 17,15Sulawesi Tenggara 8,04 69,85 57,15 67,64 4,46 3,84 12,70 14,77Gorontalo 3,57 73,03 75,74 75,63 5,98 3,19 13,05 8,36Sulawesi Barat 0,08 60,24 47,84 52,25 1,84 1,98 5,36 17,36Maluku 1,73 60,12 76,92 86,26 4,13 4,62 7,44 10,85Maluku Utara 8,14 61,69 72,27 76,41 4,38 4,63 9,65 8,37Papua Barat 6,86 66,76 79,75 70,01 4,25 2,31 9,34 7,13Papua 4,78 34,00 43,54 39,64 2,74 2,06 6,61 7,23Indonesia 7,09 65,91 58,60 59,78 3,12 1,96 11,11 14,39

Provinsi

Waktu Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

232

Tabel L-5.46 Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun, Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Biasa Mencuci Tangan

Pakai Sabun Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Biasa Mencuci

Tangan Pakai Sabun Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 68,31 31,69 70,65 29,35 69,46 30,54 Sumatera Utara 66,00 34,00 71,15 28,85 68,51 31,49 Sumatera Barat 63,52 36,48 66,22 33,78 64,86 35,14 Riau 75,20 24,80 76,00 24,00 75,59 24,41 Jambi 71,21 28,79 71,02 28,98 71,11 28,89 Sumatera Selatan 82,14 17,86 83,84 16,16 82,97 17,03 Bengkulu 70,59 29,41 70,60 29,40 70,60 29,40 Lampung 74,05 25,95 76,49 23,51 75,23 24,77 Kep. Bangka Belitung 91,53 8,47 90,84 9,16 91,19 8,81 Kep. Riau 95,44 4,56 93,68 6,32 94,57 5,43 DKI Jakarta 98,05 1,95 98,87 1,13 98,45 1,55 Jawa Barat 88,52 11,48 89,60 10,40 89,05 10,95 Jawa Tengah 85,99 14,01 88,30 11,70 87,11 12,89 D I Yogyakarta 95,45 4,55 96,16 3,84 95,79 4,21 Jawa Timur 81,87 18,13 85,78 14,22 83,79 16,21 Banten 82,11 17,89 85,27 14,73 83,63 16,37 Bali 90,66 9,34 93,00 7,00 91,79 8,21 Nusa Tenggara Barat 64,20 35,80 74,06 25,94 69,06 30,94 Nusa Tenggara Timur 74,23 25,77 72,07 27,93 73,17 26,83 Kalimantan Barat 77,03 22,97 81,02 18,98 78,99 21,01 Kalimantan Tengah 89,14 10,86 92,01 7,99 90,56 9,44 Kalimantan Selatan 88,63 11,37 89,82 10,18 89,21 10,79 Kalimantan Timur 85,39 14,61 92,38 7,62 88,84 11,16 Kalimantan Utara 99,46 0,54 99,41 0,59 99,43 0,57 Sulawesi Utara 94,90 5,10 96,15 3,85 95,51 4,49 Sulawesi Tengah 90,42 9,58 91,44 8,56 90,91 9,09 Sulawesi Selatan 91,51 8,49 92,26 7,74 91,88 8,12 Sulawesi Tenggara 90,05 9,95 90,77 9,23 90,40 9,60 Gorontalo 94,13 5,87 94,92 5,08 94,52 5,48 Sulawesi Barat 85,64 14,36 86,63 13,37 86,12 13,88 Maluku 91,03 8,97 92,18 7,82 91,59 8,41 Maluku Utara 89,00 11,00 89,98 10,02 89,47 10,53 Papua Barat 89,62 10,38 88,21 11,79 88,94 11,06 Papua 54,30 45,70 55,33 44,67 54,79 45,21 Indonesia 82,34 17,66 84,61 15,39 83,45 16,55

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

244

Profil Anak Indonesia 2017

234

Tabel L-5.48 Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Tempat Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Provinsi, 2016

Provinsi

Tempat Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun Di tempat khusus

cuci tangan (westafel)

Di kamar mandi/ toilet

Di sberumur

Di tempat cuci piring Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 2,29 39,52 27,50 11,78 1,93 Sumatera Utara 4,17 52,74 6,05 8,63 4,55 Sumatera Barat 2,87 41,69 12,79 12,50 4,87 Riau 6,17 53,20 14,03 18,72 2,35 Jambi 5,23 40,28 12,47 20,54 5,30 Sumatera Selatan 3,52 53,58 11,97 19,71 7,87 Bengkulu 3,89 40,03 21,39 16,13 3,55 Lampung 5,19 40,85 21,61 24,45 4,40 Kep. Bangka Belitung 6,14 62,59 3,03 45,36 4,27 Kep. Riau 16,16 70,03 6,51 54,42 4,16 DKI Jakarta 19,96 75,49 1,93 18,15 1,99 Jawa Barat 9,25 66,40 6,62 23,01 6,88 Jawa Tengah 7,10 59,50 11,03 31,98 5,45 D I Yogyakarta 14,41 60,05 10,38 38,50 8,19 Jawa Timur 8,19 55,53 8,26 47,84 3,70 Banten 7,31 60,92 4,23 24,30 5,69 Bali 18,68 61,11 1,78 72,20 9,45 Nusa Tenggara Barat 3,30 37,79 7,42 22,88 11,15 Nusa Tenggara Timur 1,95 33,42 3,46 47,36 11,71 Kalimantan Barat 5,55 40,17 3,08 49,34 8,83 Kalimantan Tengah 5,74 43,57 6,90 61,17 11,00 Kalimantan Selatan 5,42 38,21 5,93 55,16 14,96 Kalimantan Timur 11,40 57,67 1,96 51,97 7,06 Kalimantan Utara 4,94 61,29 2,88 64,28 6,57 Sulawesi Utara 6,79 46,32 6,90 76,00 3,96 Sulawesi Tengah 3,36 42,02 8,06 63,94 6,24 Sulawesi Selatan 8,40 50,27 6,52 52,48 6,58 Sulawesi Tenggara 4,10 48,08 5,36 53,13 5,56 Gorontalo 5,65 29,57 15,80 69,95 9,64 Sulawesi Barat 2,45 37,38 13,75 56,48 6,40 Maluku 1,53 35,69 6,42 83,38 3,12 Maluku Utara 5,32 38,32 9,33 78,58 2,50 Papua Barat 9,85 32,52 6,87 61,79 6,76 Papua 4,20 19,78 6,68 29,06 8,09 Indonesia 7,38 54,26 8,56 33,33 5,89

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

245

Profil Anak Indonesia 2017

235

Tabel L-5.49 Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan dan Provinsi, 2016

0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 13,54 23,59 27,32 17,90 7,47 3,89 1,24 5,05Sumatera Utara 15,11 20,48 22,06 16,91 8,98 4,12 2,32 10,02Sumatera Barat 19,70 22,04 17,17 16,84 8,81 3,33 1,42 10,68Riau 20,85 26,84 21,00 12,98 5,81 3,74 1,05 7,75Jambi 22,51 31,15 22,28 10,69 5,36 3,37 0,47 4,16Sumatera Selatan 21,13 25,66 18,13 17,19 7,39 2,49 1,13 6,88Bengkulu 24,96 24,36 19,40 15,05 5,84 2,32 1,26 6,80Lampung 22,48 17,86 20,99 16,07 8,05 3,41 1,72 9,44Kep. Bangka Belitung 23,23 21,51 18,81 15,30 8,36 4,51 0,97 7,31Kep. Riau 14,73 18,56 22,72 16,01 6,77 3,17 1,87 16,17DKI Jakarta 10,33 9,24 18,52 21,47 8,21 6,87 2,22 23,13Jawa Barat 12,44 18,21 21,28 18,53 9,75 5,83 2,60 11,36Jawa Tengah 16,08 18,41 21,90 16,69 8,83 4,81 1,76 11,52D I Yogyakarta 8,95 12,17 13,53 20,10 9,35 6,10 3,01 26,80Jawa Timur 18,88 15,51 20,12 17,09 8,70 5,27 1,94 12,48Banten 15,24 20,01 21,61 17,63 8,09 4,17 1,70 11,56Bali 3,04 5,88 11,04 16,18 14,38 8,45 2,67 38,35Nusa Tenggara Barat 22,48 18,52 19,98 14,94 5,74 3,89 1,44 13,00Nusa Tenggara Timur 42,63 23,22 16,81 7,94 3,55 1,30 1,36 3,18Kalimantan Barat 36,99 21,25 15,51 11,14 4,15 2,37 0,88 7,70Kalimantan Tengah 30,55 18,20 21,51 14,35 6,06 3,21 0,52 5,61Kalimantan Selatan 15,18 20,94 19,85 15,97 8,17 4,58 2,48 12,84Kalimantan Timur 22,93 18,75 20,56 14,17 7,19 4,89 2,33 9,19Kalimantan Utara 30,41 15,83 22,85 10,04 3,68 3,35 2,65 11,20Sulawesi Utara 21,04 23,87 23,03 12,80 4,56 4,36 2,26 8,08Sulawesi Tengah 37,32 23,75 15,64 11,60 3,83 2,00 0,38 5,48Sulawesi Selatan 21,33 25,98 22,89 13,02 6,05 3,29 1,49 5,95Sulawesi Tenggara 23,95 23,50 21,43 14,34 6,17 3,48 0,64 6,49Gorontalo 31,34 32,55 19,14 7,18 3,69 1,55 0,13 4,41Sulawesi Barat 34,07 17,79 22,30 8,95 7,42 4,53 0,45 4,50Maluku 44,99 20,39 15,72 9,45 4,28 1,71 0,59 2,86Maluku Utara 28,64 16,51 21,82 16,78 4,79 3,25 2,25 5,95Papua Barat 33,43 16,40 18,68 11,66 5,97 2,40 0,77 10,70Papua 34,65 15,81 18,64 11,77 6,82 5,18 2,79 4,35Indonesia 18,82 19,20 20,48 16,19 8,02 4,52 1,86 10,91

ProvinsiJumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

234

Tabel L-5.48 Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Tempat Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Provinsi, 2016

Provinsi

Tempat Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun Di tempat khusus

cuci tangan (westafel)

Di kamar mandi/ toilet

Di sberumur

Di tempat cuci piring Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 2,29 39,52 27,50 11,78 1,93 Sumatera Utara 4,17 52,74 6,05 8,63 4,55 Sumatera Barat 2,87 41,69 12,79 12,50 4,87 Riau 6,17 53,20 14,03 18,72 2,35 Jambi 5,23 40,28 12,47 20,54 5,30 Sumatera Selatan 3,52 53,58 11,97 19,71 7,87 Bengkulu 3,89 40,03 21,39 16,13 3,55 Lampung 5,19 40,85 21,61 24,45 4,40 Kep. Bangka Belitung 6,14 62,59 3,03 45,36 4,27 Kep. Riau 16,16 70,03 6,51 54,42 4,16 DKI Jakarta 19,96 75,49 1,93 18,15 1,99 Jawa Barat 9,25 66,40 6,62 23,01 6,88 Jawa Tengah 7,10 59,50 11,03 31,98 5,45 D I Yogyakarta 14,41 60,05 10,38 38,50 8,19 Jawa Timur 8,19 55,53 8,26 47,84 3,70 Banten 7,31 60,92 4,23 24,30 5,69 Bali 18,68 61,11 1,78 72,20 9,45 Nusa Tenggara Barat 3,30 37,79 7,42 22,88 11,15 Nusa Tenggara Timur 1,95 33,42 3,46 47,36 11,71 Kalimantan Barat 5,55 40,17 3,08 49,34 8,83 Kalimantan Tengah 5,74 43,57 6,90 61,17 11,00 Kalimantan Selatan 5,42 38,21 5,93 55,16 14,96 Kalimantan Timur 11,40 57,67 1,96 51,97 7,06 Kalimantan Utara 4,94 61,29 2,88 64,28 6,57 Sulawesi Utara 6,79 46,32 6,90 76,00 3,96 Sulawesi Tengah 3,36 42,02 8,06 63,94 6,24 Sulawesi Selatan 8,40 50,27 6,52 52,48 6,58 Sulawesi Tenggara 4,10 48,08 5,36 53,13 5,56 Gorontalo 5,65 29,57 15,80 69,95 9,64 Sulawesi Barat 2,45 37,38 13,75 56,48 6,40 Maluku 1,53 35,69 6,42 83,38 3,12 Maluku Utara 5,32 38,32 9,33 78,58 2,50 Papua Barat 9,85 32,52 6,87 61,79 6,76 Papua 4,20 19,78 6,68 29,06 8,09 Indonesia 7,38 54,26 8,56 33,33 5,89

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

246

Profil Anak Indonesia 2017

236

Tabel L-5.50 Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dan Provinsi, 2016

0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 5,11 9,82 13,60 20,46 13,80 10,39 4,57 22,25Sumatera Utara 2,80 3,68 6,03 8,40 9,67 9,33 8,43 51,66Sumatera Barat 7,50 7,87 12,88 15,10 9,38 6,81 4,78 35,68Riau 4,51 7,69 9,62 11,31 10,24 8,19 5,27 43,17Jambi 2,17 5,89 8,16 10,98 15,24 15,08 10,74 31,74Sumatera Selatan 5,57 3,72 6,17 7,98 7,82 7,40 4,95 56,39Bengkulu 2,27 4,10 4,28 9,69 9,19 11,67 7,91 50,89Lampung 1,28 2,96 4,81 7,86 11,49 9,14 8,11 54,36Kep. Bangka Belitung 3,16 7,10 10,33 19,38 17,62 8,41 4,63 29,37Kep. Riau 4,90 6,89 8,81 11,12 8,34 9,22 3,45 47,28DKI Jakarta 1,79 2,32 5,75 9,73 10,72 10,91 5,18 53,61Jawa Barat 3,26 6,25 15,98 18,32 13,48 10,37 5,48 26,87Jawa Tengah 1,67 3,73 4,26 7,75 9,04 8,88 7,84 56,84D I Yogyakarta 2,14 3,24 5,59 8,51 7,29 10,29 3,21 59,73Jawa Timur 2,47 4,14 6,33 10,48 11,81 11,35 6,32 47,09Banten 3,65 7,71 11,42 15,29 11,23 8,29 7,69 34,71Bali 5,09 2,13 4,79 7,25 5,04 6,98 5,00 63,72Nusa Tenggara Barat 0,84 2,44 3,63 6,48 9,99 8,76 2,85 65,00Nusa Tenggara Timur 1,57 3,91 2,89 5,53 7,23 8,13 6,74 64,00Kalimantan Barat 2,10 2,52 4,76 8,94 7,59 7,95 6,11 60,03Kalimantan Tengah 4,83 4,83 10,29 13,12 9,37 9,33 5,64 42,60Kalimantan Selatan 8,38 5,84 9,44 12,34 10,92 8,05 4,58 40,46Kalimantan Timur 5,14 5,91 7,59 9,41 9,79 11,99 5,25 44,92Kalimantan Utara 2,27 2,58 5,09 12,49 8,77 6,54 2,11 60,14Sulawesi Utara 5,55 7,16 8,93 14,72 10,15 9,06 5,46 38,98Sulawesi Tengah 5,48 5,33 8,59 12,16 11,85 8,13 4,90 43,55Sulawesi Selatan 4,38 4,21 6,31 11,29 7,88 6,75 3,20 55,99Sulawesi Tenggara 7,02 4,49 8,42 9,30 11,89 6,55 3,36 48,98Gorontalo 5,53 12,33 15,78 14,49 7,87 5,58 2,34 36,08Sulawesi Barat 3,47 1,66 5,70 8,89 9,09 10,32 3,75 57,12Maluku 1,36 3,09 4,52 7,33 11,43 7,82 7,21 57,25Maluku Utara 16,37 8,58 14,34 18,41 12,08 8,80 4,66 16,76Papua Barat 1,50 2,42 3,83 8,26 5,67 6,73 2,63 68,96Papua 3,04 3,38 3,78 6,27 8,32 11,05 12,20 51,97Indonesia 3,28 4,88 8,42 11,64 10,68 9,45 6,14 45,49

ProvinsiJumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dalam Seminggu

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

247

Profil Anak Indonesia 2017

237

Tabel L-5.51 Presentase Baduta menurut Berat Badan Waktu Dilahirkan dan Provinsi, 2016

Provinsi Berat Badan Baduta Ketika Dilahirkan

Jumlah < 2,00 Kg 2,00 -

2,49 Kg >= 2,5 Kg Tidak Ditimbang

Tidak Ingat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 2,88 23,88 68,51 2,06 2,66 100,00 Sumatera Utara 2,22 12,69 80,12 3,24 1,73 100,00 Sumatera Barat 1,52 10,35 85,12 0,74 2,28 100,00 Riau 0,70 12,64 79,90 4,64 2,12 100,00 Jambi 3,04 17,10 71,76 4,04 4,06 100,00 Sumatera Selatan 2,42 14,00 76,58 2,15 4,86 100,00 Bengkulu 0,27 11,52 85,53 1,20 1,48 100,00 Lampung 1,54 16,76 79,51 1,69 0,50 100,00 Kep. Bangka Belitung 3,55 14,42 81,50 0,00 0,52 100,00 Kep. Riau 0,84 15,94 82,75 0,00 0,47 100,00 DKI Jakarta 0,69 18,61 80,15 0,00 0,54 100,00 Jawa Barat 3,54 22,86 70,29 1,97 1,34 100,00 Jawa Tengah 1,61 14,19 83,76 0,22 0,22 100,00 D I Yogyakarta 1,85 14,51 83,65 0,00 0,00 100,00 Jawa Timur 1,16 14,34 81,72 1,68 1,11 100,00 Banten 9,60 14,36 70,25 4,24 1,55 100,00 Bali 1,34 10,10 88,56 0,00 0,00 100,00 Nusa Tenggara Barat 1,27 19,78 76,04 0,40 2,51 100,00 Nusa Tenggara Timur 4,38 17,59 62,49 13,03 2,51 100,00 Kalimantan Barat 2,79 12,10 79,93 4,80 0,39 100,00 Kalimantan Tengah 2,72 13,24 72,47 8,64 2,93 100,00 Kalimantan Selatan 0,23 8,27 88,20 3,00 0,30 100,00 Kalimantan Timur 3,30 12,64 84,06 0,00 0,00 100,00 Kalimantan Utara 0,64 11,89 86,00 1,20 0,27 100,00 Sulawesi Utara 1,88 14,30 81,07 2,20 0,54 100,00 Sulawesi Tengah 1,91 13,47 76,17 3,57 4,88 100,00 Sulawesi Selatan 3,37 13,62 78,02 2,54 2,46 100,00 Sulawesi Tenggara 0,93 16,15 69,24 10,22 3,46 100,00 Gorontalo 6,23 30,72 52,19 6,15 4,72 100,00 Sulawesi Barat 1,50 15,52 67,14 7,40 8,44 100,00 Maluku 1,31 12,26 51,23 27,49 7,71 100,00 Maluku Utara 2,12 19,23 62,15 12,42 4,07 100,00 Papua Barat 4,81 16,71 56,08 15,03 7,37 100,00 Papua 2,95 10,23 39,87 24,99 21,96 100,00 Indonesia 2,56 16,06 76,49 3,01 1,88 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

236

Tabel L-5.50 Presentase Anak Berumur 5-17 menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dan Provinsi, 2016

0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Aceh 5,11 9,82 13,60 20,46 13,80 10,39 4,57 22,25Sumatera Utara 2,80 3,68 6,03 8,40 9,67 9,33 8,43 51,66Sumatera Barat 7,50 7,87 12,88 15,10 9,38 6,81 4,78 35,68Riau 4,51 7,69 9,62 11,31 10,24 8,19 5,27 43,17Jambi 2,17 5,89 8,16 10,98 15,24 15,08 10,74 31,74Sumatera Selatan 5,57 3,72 6,17 7,98 7,82 7,40 4,95 56,39Bengkulu 2,27 4,10 4,28 9,69 9,19 11,67 7,91 50,89Lampung 1,28 2,96 4,81 7,86 11,49 9,14 8,11 54,36Kep. Bangka Belitung 3,16 7,10 10,33 19,38 17,62 8,41 4,63 29,37Kep. Riau 4,90 6,89 8,81 11,12 8,34 9,22 3,45 47,28DKI Jakarta 1,79 2,32 5,75 9,73 10,72 10,91 5,18 53,61Jawa Barat 3,26 6,25 15,98 18,32 13,48 10,37 5,48 26,87Jawa Tengah 1,67 3,73 4,26 7,75 9,04 8,88 7,84 56,84D I Yogyakarta 2,14 3,24 5,59 8,51 7,29 10,29 3,21 59,73Jawa Timur 2,47 4,14 6,33 10,48 11,81 11,35 6,32 47,09Banten 3,65 7,71 11,42 15,29 11,23 8,29 7,69 34,71Bali 5,09 2,13 4,79 7,25 5,04 6,98 5,00 63,72Nusa Tenggara Barat 0,84 2,44 3,63 6,48 9,99 8,76 2,85 65,00Nusa Tenggara Timur 1,57 3,91 2,89 5,53 7,23 8,13 6,74 64,00Kalimantan Barat 2,10 2,52 4,76 8,94 7,59 7,95 6,11 60,03Kalimantan Tengah 4,83 4,83 10,29 13,12 9,37 9,33 5,64 42,60Kalimantan Selatan 8,38 5,84 9,44 12,34 10,92 8,05 4,58 40,46Kalimantan Timur 5,14 5,91 7,59 9,41 9,79 11,99 5,25 44,92Kalimantan Utara 2,27 2,58 5,09 12,49 8,77 6,54 2,11 60,14Sulawesi Utara 5,55 7,16 8,93 14,72 10,15 9,06 5,46 38,98Sulawesi Tengah 5,48 5,33 8,59 12,16 11,85 8,13 4,90 43,55Sulawesi Selatan 4,38 4,21 6,31 11,29 7,88 6,75 3,20 55,99Sulawesi Tenggara 7,02 4,49 8,42 9,30 11,89 6,55 3,36 48,98Gorontalo 5,53 12,33 15,78 14,49 7,87 5,58 2,34 36,08Sulawesi Barat 3,47 1,66 5,70 8,89 9,09 10,32 3,75 57,12Maluku 1,36 3,09 4,52 7,33 11,43 7,82 7,21 57,25Maluku Utara 16,37 8,58 14,34 18,41 12,08 8,80 4,66 16,76Papua Barat 1,50 2,42 3,83 8,26 5,67 6,73 2,63 68,96Papua 3,04 3,38 3,78 6,27 8,32 11,05 12,20 51,97Indonesia 3,28 4,88 8,42 11,64 10,68 9,45 6,14 45,49

ProvinsiJumlah Hari Mengkonsumsi Sayuran dalam Seminggu

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2016, BPS

248

Profil Anak Indonesia 2017

238

Tabel L-5.52 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun menurut Provinsi, Status Kepemilikan Rumah, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi Milik sendiri

Kontrak/ sewa

Bebas sewa Dinas Lainnya Indonesia

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 71,07 13,43 12,95 2,44 0,11 100,00 Sumatera Utara 62,18 20,81 13,32 3,07 0,62 100,00 Sumatera Barat 64,20 16,47 16,07 3,04 0,22 100,00 Riau 56,72 31,85 8,10 3,29 0,04 100,00 Jambi 71,80 16,20 10,84 1,01 0,15 100,00 Sumatera Selatan 68,21 15,51 14,62 0,87 0,78 100,00 Bengkulu 73,97 14,72 9,69 1,56 0,06 100,00 Lampung 80,66 9,95 8,39 0,94 0,06 100,00 Kep. Bangka Belitung 83,84 9,16 5,83 1,17 0,00 100,00 Kepulauan Riau 76,71 16,99 4,71 0,61 0,98 100,00 DKI Jakarta 51,16 33,51 13,72 1,37 0,23 100,00 Jawa Barat 76,73 11,16 11,16 0,33 0,61 100,00 Jawa Tengah 85,40 3,53 10,34 0,44 0,30 100,00 DI Yogyakarta 79,02 8,48 11,34 0,85 0,31 100,00 Jawa Timur 84,59 7,38 6,58 0,80 0,65 100,00 Banten 78,66 15,24 5,64 0,06 0,40 100,00 Bali 73,17 20,39 5,99 0,45 0,00 100,00 Nusa Tenggara Barat 84,78 3,68 10,35 0,51 0,67 100,00 Nusa Tenggara Timur 75,88 11,82 10,89 1,27 0,14 100,00 Kalimantan Barat 78,77 9,14 8,06 1,97 2,06 100,00 Kalimantan Tengah 72,86 14,11 9,88 3,09 0,06 100,00 Kalimantan Selatan 71,49 16,89 9,49 1,93 0,19 100,00 Kalimantan Timur 66,61 20,41 10,88 1,86 0,24 100,00 Kalimantan Utara 60,53 26,72 11,02 1,73 0,00 100,00 Sulawesi Utara 68,39 8,65 21,42 1,15 0,40 100,00 Sulawesi Tengah 71,87 12,17 13,69 2,13 0,14 100,00 Sulawesi Selatan 73,95 11,03 12,21 2,65 0,16 100,00 Sulawesi Tenggara 77,95 8,38 12,07 1,22 0,39 100,00 Gorontalo 75,39 2,53 19,46 2,25 0,36 100,00 Sulawesi Barat 89,04 3,96 6,22 0,78 0,00 100,00 Maluku 76,03 7,75 11,22 4,84 0,16 100,00 Maluku Utara 82,06 9,25 6,95 1,72 0,03 100,00 Papua Barat 59,10 24,86 11,87 3,86 0,31 100,00 Papua 64,61 18,30 7,54 9,42 0,13 100,00 Indonesia 74,85 13,27 10,30 1,11 0,46 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

249

Profil Anak Indonesia 2017

239

Tabel L-5.53 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun menurut Provinsi, Status Kepemilikan Rumah, dan Tipe Daerah, 2016

Perdesaan

Provinsi Milik sendiri

Kontrak/ sewa

Bebas sewa Dinas Lainnya Indonesia

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 86,16 2,19 10,17 1,19 0,29 100,00 Sumatera Utara 74,07 5,94 13,87 5,77 0,35 100,00 Sumatera Barat 78,51 3,91 15,50 1,55 0,53 100,00 Riau 80,49 4,12 6,77 8,29 0,33 100,00 Jambi 88,62 1,85 8,01 1,44 0,08 100,00 Sumatera Selatan 89,23 1,15 8,82 0,70 0,11 100,00 Bengkulu 90,33 1,27 6,43 1,94 0,03 100,00 Lampung 93,74 1,07 4,46 0,56 0,17 100,00 Kep. Bangka Belitung 93,64 0,91 4,04 0,98 0,43 100,00 Kepulauan Riau 91,54 2,93 3,29 1,97 0,27 100,00 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 92,14 1,16 6,35 0,13 0,21 100,00 Jawa Tengah 94,56 0,34 4,52 0,07 0,51 100,00 DI Yogyakarta 94,88 0,27 4,57 0,28 0,00 100,00 Jawa Timur 96,38 0,44 3,02 0,07 0,09 100,00 Banten 94,84 0,59 4,43 0,04 0,10 100,00 Bali 93,71 1,17 5,09 0,04 0,00 100,00 Nusa Tenggara Barat 93,42 0,25 6,04 0,12 0,17 100,00 Nusa Tenggara Timur 94,79 0,39 3,60 0,81 0,41 100,00 Kalimantan Barat 94,15 0,92 3,69 0,88 0,35 100,00 Kalimantan Tengah 82,52 1,82 7,89 7,71 0,05 100,00 Kalimantan Selatan 88,73 2,55 6,96 1,69 0,07 100,00 Kalimantan Timur 85,57 4,36 5,62 3,77 0,68 100,00 Kalimantan Utara 88,65 3,86 5,24 1,92 0,32 100,00 Sulawesi Utara 86,43 1,25 11,47 0,57 0,28 100,00 Sulawesi Tengah 91,92 0,61 6,71 0,61 0,14 100,00 Sulawesi Selatan 92,54 0,82 5,96 0,50 0,18 100,00 Sulawesi Tenggara 93,98 0,46 5,05 0,52 0,00 100,00 Gorontalo 87,84 0,89 10,91 0,09 0,27 100,00 Sulawesi Barat 93,47 1,15 4,52 0,83 0,02 100,00 Maluku 90,11 0,90 8,37 0,50 0,10 100,00 Maluku Utara 94,56 0,53 3,96 0,86 0,10 100,00 Papua Barat 86,92 1,96 7,12 3,89 0,12 100,00 Papua 94,17 1,16 3,18 1,34 0,15 100,00 Indonesia 90,76 1,45 6,29 1,26 0,24 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

238

Tabel L-5.52 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun menurut Provinsi, Status Kepemilikan Rumah, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan

Provinsi Milik sendiri

Kontrak/ sewa

Bebas sewa Dinas Lainnya Indonesia

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 71,07 13,43 12,95 2,44 0,11 100,00 Sumatera Utara 62,18 20,81 13,32 3,07 0,62 100,00 Sumatera Barat 64,20 16,47 16,07 3,04 0,22 100,00 Riau 56,72 31,85 8,10 3,29 0,04 100,00 Jambi 71,80 16,20 10,84 1,01 0,15 100,00 Sumatera Selatan 68,21 15,51 14,62 0,87 0,78 100,00 Bengkulu 73,97 14,72 9,69 1,56 0,06 100,00 Lampung 80,66 9,95 8,39 0,94 0,06 100,00 Kep. Bangka Belitung 83,84 9,16 5,83 1,17 0,00 100,00 Kepulauan Riau 76,71 16,99 4,71 0,61 0,98 100,00 DKI Jakarta 51,16 33,51 13,72 1,37 0,23 100,00 Jawa Barat 76,73 11,16 11,16 0,33 0,61 100,00 Jawa Tengah 85,40 3,53 10,34 0,44 0,30 100,00 DI Yogyakarta 79,02 8,48 11,34 0,85 0,31 100,00 Jawa Timur 84,59 7,38 6,58 0,80 0,65 100,00 Banten 78,66 15,24 5,64 0,06 0,40 100,00 Bali 73,17 20,39 5,99 0,45 0,00 100,00 Nusa Tenggara Barat 84,78 3,68 10,35 0,51 0,67 100,00 Nusa Tenggara Timur 75,88 11,82 10,89 1,27 0,14 100,00 Kalimantan Barat 78,77 9,14 8,06 1,97 2,06 100,00 Kalimantan Tengah 72,86 14,11 9,88 3,09 0,06 100,00 Kalimantan Selatan 71,49 16,89 9,49 1,93 0,19 100,00 Kalimantan Timur 66,61 20,41 10,88 1,86 0,24 100,00 Kalimantan Utara 60,53 26,72 11,02 1,73 0,00 100,00 Sulawesi Utara 68,39 8,65 21,42 1,15 0,40 100,00 Sulawesi Tengah 71,87 12,17 13,69 2,13 0,14 100,00 Sulawesi Selatan 73,95 11,03 12,21 2,65 0,16 100,00 Sulawesi Tenggara 77,95 8,38 12,07 1,22 0,39 100,00 Gorontalo 75,39 2,53 19,46 2,25 0,36 100,00 Sulawesi Barat 89,04 3,96 6,22 0,78 0,00 100,00 Maluku 76,03 7,75 11,22 4,84 0,16 100,00 Maluku Utara 82,06 9,25 6,95 1,72 0,03 100,00 Papua Barat 59,10 24,86 11,87 3,86 0,31 100,00 Papua 64,61 18,30 7,54 9,42 0,13 100,00 Indonesia 74,85 13,27 10,30 1,11 0,46 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

250

Profil Anak Indonesia 2017

240

Tabel L-5.54 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun menurut Provinsi, Status Kepemilikan Rumah, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Milik sendiri

Kontrak/ sewa

Bebas sewa Dinas Lainnya Indonesia

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 81,92 5,35 10,95 1,54 0,24 100,00 Sumatera Utara 68,45 12,97 13,61 4,49 0,47 100,00 Sumatera Barat 72,87 8,86 15,73 2,13 0,41 100,00 Riau 71,39 14,74 7,28 6,38 0,22 100,00 Jambi 83,51 6,21 8,87 1,31 0,10 100,00 Sumatera Selatan 81,84 6,20 10,86 0,76 0,35 100,00 Bengkulu 85,29 5,41 7,44 1,82 0,04 100,00 Lampung 90,25 3,44 5,50 0,66 0,14 100,00 Kep. Bangka Belitung 88,77 5,01 4,93 1,07 0,22 100,00 Kepulauan Riau 79,11 14,71 4,48 0,83 0,86 100,00 DKI Jakarta 51,16 33,51 13,72 1,37 0,23 100,00 Jawa Barat 81,51 8,06 9,67 0,27 0,49 100,00 Jawa Tengah 90,29 1,83 7,23 0,24 0,41 100,00 DI Yogyakarta 84,12 5,84 9,16 0,67 0,21 100,00 Jawa Timur 90,58 3,86 4,77 0,43 0,37 100,00 Banten 84,02 10,39 5,24 0,05 0,30 100,00 Bali 80,88 13,17 5,65 0,29 0,00 100,00 Nusa Tenggara Barat 89,77 1,70 7,86 0,29 0,38 100,00 Nusa Tenggara Timur 91,28 2,51 4,95 0,90 0,36 100,00 Kalimantan Barat 89,52 3,39 5,01 1,21 0,87 100,00 Kalimantan Tengah 79,12 6,15 8,59 6,08 0,06 100,00 Kalimantan Selatan 81,37 8,68 8,04 1,79 0,12 100,00 Kalimantan Timur 73,53 14,55 8,96 2,56 0,40 100,00 Kalimantan Utara 72,68 16,84 8,53 1,81 0,14 100,00 Sulawesi Utara 78,24 4,61 15,99 0,83 0,33 100,00 Sulawesi Tengah 87,05 3,42 8,40 0,98 0,14 100,00 Sulawesi Selatan 85,59 4,64 8,30 1,31 0,17 100,00 Sulawesi Tenggara 89,46 2,69 7,03 0,71 0,11 100,00 Gorontalo 83,52 1,46 13,88 0,84 0,30 100,00 Sulawesi Barat 92,60 1,70 4,85 0,82 0,02 100,00 Maluku 84,94 3,42 9,42 2,10 0,12 100,00 Maluku Utara 91,51 2,65 4,68 1,07 0,08 100,00 Papua Barat 76,68 10,38 8,87 3,88 0,19 100,00 Papua 87,22 5,19 4,20 3,24 0,15 100,00 Indonesia 82,83 7,34 8,29 1,19 0,35 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

251

Profil Anak Indonesia 2017

241

Tabel L-5.55 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Air Layak menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Aceh 83,47 55,32 63,22 Sumatera Utara 84,31 54,40 68,53 Sumatera Barat 81,56 56,24 66,21 Riau 88,92 65,93 74,73 Jambi 80,42 53,40 61,61 Sumatera Selatan 82,04 54,51 64,19 Bengkulu 57,65 30,68 38,99 Lampung 71,55 45,40 52,38 Kepulauan Bangka Belitung 73,86 57,78 65,77 Kepulauan Riau 90,40 57,97 85,15 DKI Jakarta 92,54 - 92,54 Jawa Barat 73,49 55,89 68,03 Jawa Tengah 81,29 73,09 76,91 DI Yogyakarta 79,02 84,68 80,85 Jawa Timur 81,23 73,29 77,20 Banten 77,63 41,83 65,78 Bali 92,83 80,81 88,32 Nusa Tenggara Barat 80,85 70,33 74,78 Nusa Tenggara Timur 79,13 53,98 58,65 Kalimantan Barat 85,98 58,27 66,62 Kalimantan Tengah 84,41 48,31 61,02 Kalimantan Selatan 78,63 41,30 57,25 Kalimantan Timur 91,69 55,03 78,30 Kalimantan Utara 92,56 65,54 80,88 Sulawesi Utara 84,91 57,71 70,06 Sulawesi Tengah 84,87 54,86 62,15 Sulawesi Selatan 91,94 62,80 73,69 Sulawesi Tenggara 84,50 71,71 75,32 Gorontalo 81,44 65,20 70,84 Sulawesi Barat 82,09 54,11 59,61 Maluku 82,75 54,52 64,90 Maluku Utara 84,12 52,87 60,48 Papua Barat 82,49 56,60 66,13 Papua 84,59 41,23 51,42

Indonesia 80,86 60,02 70,41 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

240

Tabel L-5.54 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun menurut Provinsi, Status Kepemilikan Rumah, dan Tipe Daerah, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Milik sendiri

Kontrak/ sewa

Bebas sewa Dinas Lainnya Indonesia

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 81,92 5,35 10,95 1,54 0,24 100,00 Sumatera Utara 68,45 12,97 13,61 4,49 0,47 100,00 Sumatera Barat 72,87 8,86 15,73 2,13 0,41 100,00 Riau 71,39 14,74 7,28 6,38 0,22 100,00 Jambi 83,51 6,21 8,87 1,31 0,10 100,00 Sumatera Selatan 81,84 6,20 10,86 0,76 0,35 100,00 Bengkulu 85,29 5,41 7,44 1,82 0,04 100,00 Lampung 90,25 3,44 5,50 0,66 0,14 100,00 Kep. Bangka Belitung 88,77 5,01 4,93 1,07 0,22 100,00 Kepulauan Riau 79,11 14,71 4,48 0,83 0,86 100,00 DKI Jakarta 51,16 33,51 13,72 1,37 0,23 100,00 Jawa Barat 81,51 8,06 9,67 0,27 0,49 100,00 Jawa Tengah 90,29 1,83 7,23 0,24 0,41 100,00 DI Yogyakarta 84,12 5,84 9,16 0,67 0,21 100,00 Jawa Timur 90,58 3,86 4,77 0,43 0,37 100,00 Banten 84,02 10,39 5,24 0,05 0,30 100,00 Bali 80,88 13,17 5,65 0,29 0,00 100,00 Nusa Tenggara Barat 89,77 1,70 7,86 0,29 0,38 100,00 Nusa Tenggara Timur 91,28 2,51 4,95 0,90 0,36 100,00 Kalimantan Barat 89,52 3,39 5,01 1,21 0,87 100,00 Kalimantan Tengah 79,12 6,15 8,59 6,08 0,06 100,00 Kalimantan Selatan 81,37 8,68 8,04 1,79 0,12 100,00 Kalimantan Timur 73,53 14,55 8,96 2,56 0,40 100,00 Kalimantan Utara 72,68 16,84 8,53 1,81 0,14 100,00 Sulawesi Utara 78,24 4,61 15,99 0,83 0,33 100,00 Sulawesi Tengah 87,05 3,42 8,40 0,98 0,14 100,00 Sulawesi Selatan 85,59 4,64 8,30 1,31 0,17 100,00 Sulawesi Tenggara 89,46 2,69 7,03 0,71 0,11 100,00 Gorontalo 83,52 1,46 13,88 0,84 0,30 100,00 Sulawesi Barat 92,60 1,70 4,85 0,82 0,02 100,00 Maluku 84,94 3,42 9,42 2,10 0,12 100,00 Maluku Utara 91,51 2,65 4,68 1,07 0,08 100,00 Papua Barat 76,68 10,38 8,87 3,88 0,19 100,00 Papua 87,22 5,19 4,20 3,24 0,15 100,00 Indonesia 82,83 7,34 8,29 1,19 0,35 100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

252

Profil Anak Indonesia 2017

242

Tabel L- 5.56 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi Layak menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Aceh 85,64 52,76 61,99 Sumatera Utara 85,42 53,72 68,70 Sumatera Barat 68,92 38,51 50,49 Riau 92,21 58,32 71,29 Jambi 82,12 56,63 64,38 Sumatera Selatan 86,19 54,40 65,58 Bengkulu 81,75 36,31 50,31 Lampung 82,93 50,28 58,99 Kepulauan Bangka Belitung 90,85 75,55 83,15 Kepulauan Riau 86,53 45,37 79,87 DKI Jakarta 90,82 - 90,82 Jawa Barat 69,39 52,45 64,14 Jawa Tengah 79,65 63,42 70,99 DI Yogyakarta 93,28 71,75 86,35 Jawa Timur 82,89 56,92 69,71 Banten 84,02 44,94 71,09 Bali 95,92 78,49 89,38 Nusa Tenggara Barat 75,73 65,30 69,71 Nusa Tenggara Timur 70,10 31,28 38,48 Kalimantan Barat 82,06 41,48 53,71 Kalimantan Tengah 74,82 36,10 49,74 Kalimantan Selatan 81,42 45,35 60,76 Kalimantan Timur 88,18 55,61 76,29 Kalimantan Utara 78,57 45,88 64,44 Sulawesi Utara 82,06 65,82 73,20 Sulawesi Tengah 78,83 49,64 56,73 Sulawesi Selatan 90,77 67,30 76,07 Sulawesi Tenggara 88,67 60,45 68,41 Gorontalo 75,48 48,59 57,93 Sulawesi Barat 76,15 54,90 59,07 Maluku 80,14 50,85 61,62 Maluku Utara 92,22 50,82 60,89 Papua Barat 77,26 54,80 63,07 Papua 77,53 15,73 30,26

Indonesia 80,31 53,37 66,80 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

253

Profil Anak Indonesia 2017

243

Tabel L-5.57 : Persentase Anak yang Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga Kumuh menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Aceh 5,57 18,27 14,70 Sumatera Utara 7,36 23,63 15,94 Sumatera Barat 9,35 17,31 14,17 Riau 3,74 9,93 7,56 Jambi 7,25 9,68 8,94 Sumatera Selatan 10,34 16,49 14,33 Bengkulu 8,86 15,70 13,59 Lampung 4,62 5,19 5,04 Kepulauan Bangka Belitung 3,16 5,03 4,10 Kepulauan Riau 2,73 6,51 3,34 DKI Jakarta 7,29 - 7,29 Jawa Barat 9,89 11,28 10,32 Jawa Tengah 3,27 2,26 2,73 DI Yogyakarta 2,71 1,14 2,21 Jawa Timur 3,86 4,21 4,04 Banten 4,84 11,29 6,97 Bali 1,70 4,38 2,71 Nusa Tenggara Barat 9,62 13,47 11,84 Nusa Tenggara Timur 17,89 39,61 35,58 Kalimantan Barat 3,70 15,00 11,60 Kalimantan Tengah 6,63 14,09 11,46 Kalimantan Selatan 6,81 10,22 8,76 Kalimantan Timur 4,72 11,05 7,03 Kalimantan Utara 10,60 12,46 11,40 Sulawesi Utara 8,24 17,74 13,43 Sulawesi Tengah 10,93 19,14 17,14 Sulawesi Selatan 4,58 9,60 7,73 Sulawesi Tenggara 7,56 11,71 10,54 Gorontalo 14,23 21,43 18,93 Sulawesi Barat 7,00 20,56 17,89 Maluku 12,22 24,04 19,69 Maluku Utara 5,65 15,35 12,99 Papua Barat 18,01 20,64 19,67 Papua 10,63 65,40 52,53

Indonesia 6,72 13,16 9,95 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

242

Tabel L- 5.56 : Persentase Anak Berumur 0-17 tahun yang Tinggal di Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi Layak menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan (1) (2) (3) (4)

Aceh 85,64 52,76 61,99 Sumatera Utara 85,42 53,72 68,70 Sumatera Barat 68,92 38,51 50,49 Riau 92,21 58,32 71,29 Jambi 82,12 56,63 64,38 Sumatera Selatan 86,19 54,40 65,58 Bengkulu 81,75 36,31 50,31 Lampung 82,93 50,28 58,99 Kepulauan Bangka Belitung 90,85 75,55 83,15 Kepulauan Riau 86,53 45,37 79,87 DKI Jakarta 90,82 - 90,82 Jawa Barat 69,39 52,45 64,14 Jawa Tengah 79,65 63,42 70,99 DI Yogyakarta 93,28 71,75 86,35 Jawa Timur 82,89 56,92 69,71 Banten 84,02 44,94 71,09 Bali 95,92 78,49 89,38 Nusa Tenggara Barat 75,73 65,30 69,71 Nusa Tenggara Timur 70,10 31,28 38,48 Kalimantan Barat 82,06 41,48 53,71 Kalimantan Tengah 74,82 36,10 49,74 Kalimantan Selatan 81,42 45,35 60,76 Kalimantan Timur 88,18 55,61 76,29 Kalimantan Utara 78,57 45,88 64,44 Sulawesi Utara 82,06 65,82 73,20 Sulawesi Tengah 78,83 49,64 56,73 Sulawesi Selatan 90,77 67,30 76,07 Sulawesi Tenggara 88,67 60,45 68,41 Gorontalo 75,48 48,59 57,93 Sulawesi Barat 76,15 54,90 59,07 Maluku 80,14 50,85 61,62 Maluku Utara 92,22 50,82 60,89 Papua Barat 77,26 54,80 63,07 Papua 77,53 15,73 30,26

Indonesia 80,31 53,37 66,80 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

254

255

Profil Anak Indonesia 2017

249

6. lampiran PENDIDIKAN ANAK

256

Profil Anak Indonesia 2017

250

257

Profil Anak Indonesia 2017

251

L-6.1.1 Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perkotaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 11,92 87,39 0,69 100,00 Sumatera Utara 8,86 89,10 2,04 100,00 Sumatera Barat 13,31 85,55 1,14 100,00 Riau 12,73 85,18 2,09 100,00 Jambi 9,83 87,91 2,26 100,00 Sumatera Selatan 8,96 88,48 2,56 100,00 Bengkulu 11,86 86,74 1,39 100,00 Lampung 10,94 85,99 3,07 100,00 Kep. Bangka Belitung 9,84 86,61 3,55 100,00 Kep. Riau 16,43 83,08 0,49 100,00 DKI Jakarta 15,84 81,32 2,84 100,00 Jawa Barat 12,66 83,25 4,09 100,00 Jawa Tengah 11,31 85,57 3,12 100,00 D I Yogyakarta 13,90 85,52 0,59 100,00 Jawa Timur 13,66 84,04 2,30 100,00 Banten 12,23 85,11 2,66 100,00 Bali 12,76 85,64 1,60 100,00 Nusa Tenggara Barat 13,18 84,84 1,98 100,00 Nusa Tenggara Timur 9,89 87,95 2,15 100,00 Kalimantan Barat 11,79 84,47 3,74 100,00 Kalimantan Tengah 11,36 86,00 2,64 100,00 Kalimantan Selatan 13,89 81,50 4,62 100,00 Kalimantan Timur 11,53 87,28 1,19 100,00 Kalimantan Utara 14,74 82,36 2,91 100,00 Sulawesi Utara 8,11 90,19 1,70 100,00 Sulawesi Tengah 12,58 84,29 3,13 100,00 Sulawesi Selatan 12,17 83,70 4,13 100,00 Sulawesi Tenggara 10,30 86,70 3,00 100,00 Gorontalo 10,59 85,29 4,12 100,00 Sulawesi Barat 12,10 83,55 4,35 100,00 Maluku 10,22 87,28 2,50 100,00 Maluku Utara 7,88 89,00 3,12 100,00 Papua Barat 10,74 87,60 1,65 100,00 Papua 12,08 85,68 2,24 100,00 Indonesia 12,36 84,74 2,90 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

250

258

Profil Anak Indonesia 2017

252

Tabel L-6.1.2 Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perdesaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 11,38 86,81 1,81 100,00 Sumatera Utara 11,51 86,36 2,13 100,00 Sumatera Barat 14,28 83,20 2,51 100,00 Riau 13,77 83,00 3,23 100,00 Jambi 10,92 85,12 3,96 100,00 Sumatera Selatan 10,41 84,72 4,87 100,00 Bengkulu 10,59 86,21 3,20 100,00 Lampung 12,85 82,71 4,44 100,00 Kep. Bangka Belitung 13,63 79,80 6,57 100,00 Kep. Riau 13,79 84,70 1,51 100,00 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat 13,85 79,54 6,60 100,00 Jawa Tengah 10,98 83,97 5,05 100,00 D I Yogyakarta 13,90 85,82 0,28 100,00 Jawa Timur 12,92 81,61 5,48 100,00 Banten 11,64 82,79 5,57 100,00 Bali 12,36 85,07 2,56 100,00 Nusa Tenggara Barat 12,46 84,69 2,86 100,00 Nusa Tenggara Timur 12,09 84,13 3,78 100,00 Kalimantan Barat 11,69 83,18 5,13 100,00 Kalimantan Tengah 12,21 82,27 5,53 100,00 Kalimantan Selatan 12,84 82,10 5,06 100,00 Kalimantan Timur 11,52 86,47 2,01 100,00 Kalimantan Utara 13,14 81,65 5,20 100,00 Sulawesi Utara 8,45 87,30 4,25 100,00 Sulawesi Tengah 12,96 82,65 4,39 100,00 Sulawesi Selatan 11,37 83,53 5,10 100,00 Sulawesi Tenggara 10,52 85,55 3,93 100,00 Gorontalo 10,91 83,67 5,42 100,00 Sulawesi Barat 13,04 80,77 6,19 100,00 Maluku 9,78 87,55 2,67 100,00 Maluku Utara 10,97 85,96 3,07 100,00 Papua Barat 15,61 82,23 2,16 100,00 Papua 34,14 62,54 3,31 100,00

Indonesia 12,69 82,82 4,49 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

259

Profil Anak Indonesia 2017

253

Tabel L-6.1.3 Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 11,53 86,97 1,50 100,00 Sumatera Utara 10,27 87,64 2,09 100,00 Sumatera Barat 13,90 84,12 1,97 100,00 Riau 13,38 83,81 2,81 100,00 Jambi 10,60 85,95 3,45 100,00 Sumatera Selatan 9,91 86,02 4,07 100,00 Bengkulu 10,98 86,38 2,64 100,00 Lampung 12,34 83,59 4,07 100,00 Kep. Bangka Belitung 11,75 83,17 5,07 100,00 Kep. Riau 15,98 83,35 0,66 100,00 DKI Jakarta 15,84 81,32 2,84 100,00 Jawa Barat 13,03 82,10 4,87 100,00 Jawa Tengah 11,14 84,71 4,15 100,00 D I Yogyakarta 13,90 85,62 0,48 100,00 Jawa Timur 13,28 82,79 3,93 100,00 Banten 12,03 84,33 3,64 100,00 Bali 12,61 85,42 1,96 100,00 Nusa Tenggara Barat 12,76 84,75 2,49 100,00 Nusa Tenggara Timur 11,68 84,83 3,48 100,00 Kalimantan Barat 11,72 83,56 4,72 100,00 Kalimantan Tengah 11,91 83,59 4,51 100,00 Kalimantan Selatan 13,28 81,85 4,87 100,00 Kalimantan Timur 11,53 86,98 1,49 100,00 Kalimantan Utara 14,03 82,05 3,92 100,00 Sulawesi Utara 8,30 88,61 3,09 100,00 Sulawesi Tengah 12,87 83,05 4,08 100,00 Sulawesi Selatan 11,67 83,59 4,74 100,00 Sulawesi Tenggara 10,46 85,88 3,67 100,00 Gorontalo 10,80 84,23 4,98 100,00 Sulawesi Barat 12,85 81,32 5,83 100,00 Maluku 9,94 87,45 2,61 100,00 Maluku Utara 10,25 86,67 3,08 100,00 Papua Barat 13,85 84,17 1,98 100,00 Papua 29,21 67,72 3,07 100,00

Indonesia 12,53 83,77 3,70 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

252

Tabel L-6.1.2 Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perdesaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 11,38 86,81 1,81 100,00 Sumatera Utara 11,51 86,36 2,13 100,00 Sumatera Barat 14,28 83,20 2,51 100,00 Riau 13,77 83,00 3,23 100,00 Jambi 10,92 85,12 3,96 100,00 Sumatera Selatan 10,41 84,72 4,87 100,00 Bengkulu 10,59 86,21 3,20 100,00 Lampung 12,85 82,71 4,44 100,00 Kep. Bangka Belitung 13,63 79,80 6,57 100,00 Kep. Riau 13,79 84,70 1,51 100,00 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat 13,85 79,54 6,60 100,00 Jawa Tengah 10,98 83,97 5,05 100,00 D I Yogyakarta 13,90 85,82 0,28 100,00 Jawa Timur 12,92 81,61 5,48 100,00 Banten 11,64 82,79 5,57 100,00 Bali 12,36 85,07 2,56 100,00 Nusa Tenggara Barat 12,46 84,69 2,86 100,00 Nusa Tenggara Timur 12,09 84,13 3,78 100,00 Kalimantan Barat 11,69 83,18 5,13 100,00 Kalimantan Tengah 12,21 82,27 5,53 100,00 Kalimantan Selatan 12,84 82,10 5,06 100,00 Kalimantan Timur 11,52 86,47 2,01 100,00 Kalimantan Utara 13,14 81,65 5,20 100,00 Sulawesi Utara 8,45 87,30 4,25 100,00 Sulawesi Tengah 12,96 82,65 4,39 100,00 Sulawesi Selatan 11,37 83,53 5,10 100,00 Sulawesi Tenggara 10,52 85,55 3,93 100,00 Gorontalo 10,91 83,67 5,42 100,00 Sulawesi Barat 13,04 80,77 6,19 100,00 Maluku 9,78 87,55 2,67 100,00 Maluku Utara 10,97 85,96 3,07 100,00 Papua Barat 15,61 82,23 2,16 100,00 Papua 34,14 62,54 3,31 100,00

Indonesia 12,69 82,82 4,49 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

260

Profil Anak Indonesia 2017

254

Tabel L-6.2.1 Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perkotaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 0,12 99,08 0,80 100,00 Sumatera Utara 0,37 97,26 2,38 100,00 Sumatera Barat 0,33 98,32 1,35 100,00 Riau 0,73 96,77 2,50 100,00 Jambi 0,17 97,11 2,72 100,00 Sumatera Selatan 0,34 96,62 3,04 100,00 Bengkulu 0,00 98,36 1,64 100,00 Lampung 0,24 96,14 3,62 100,00 Kep. Bangka Belitung 0,44 95,41 4,16 100,00 Kep. Riau 0,55 98,91 0,54 100,00 DKI Jakarta 0,26 96,28 3,46 100,00 Jawa Barat 0,34 94,87 4,79 100,00 Jawa Tengah 0,41 95,92 3,67 100,00 D I Yogyakarta 0,13 99,17 0,70 100,00 Jawa Timur 0,48 96,79 2,73 100,00 Banten 0,14 96,70 3,16 100,00 Bali 0,41 97,72 1,88 100,00 Nusa Tenggara Barat 0,23 97,40 2,37 100,00 Nusa Tenggara Timur 0,45 97,11 2,44 100,00 Kalimantan Barat 0,40 95,17 4,42 100,00 Kalimantan Tengah 0,16 96,70 3,14 100,00 Kalimantan Selatan 0,58 93,93 5,48 100,00 Kalimantan Timur 0,37 98,22 1,41 100,00 Kalimantan Utara 0,68 95,82 3,50 100,00 Sulawesi Utara 0,42 97,59 1,99 100,00 Sulawesi Tengah 0,70 95,57 3,72 100,00 Sulawesi Selatan 0,88 94,23 4,89 100,00 Sulawesi Tenggara 0,33 96,10 3,57 100,00 Gorontalo 0,51 94,64 4,85 100,00 Sulawesi Barat 0,66 94,22 5,13 100,00 Maluku 0,27 96,77 2,96 100,00 Maluku Utara 0,63 95,79 3,58 100,00 Papua Barat 1,17 96,90 1,93 100,00 Papua 1,03 96,32 2,65 100,00

Indonesia 0,38 96,19 3,42 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

261

Profil Anak Indonesia 2017

255

Tabel L-6.2.2 Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perdesaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 0,12 97,71 2,17 100,00 Sumatera Utara 0,78 96,69 2,53 100,00 Sumatera Barat 0,66 96,33 3,01 100,00 Riau 0,63 95,46 3,91 100,00 Jambi 0,30 95,04 4,66 100,00 Sumatera Selatan 0,37 93,75 5,88 100,00 Bengkulu 0,35 95,86 3,79 100,00 Lampung 0,28 94,36 5,36 100,00 Kep. Bangka Belitung 0,69 91,40 7,92 100,00 Kep. Riau 1,77 96,41 1,83 100,00 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat 0,25 91,91 7,84 100,00 Jawa Tengah 0,32 93,74 5,94 100,00 D I Yogyakarta 0,09 99,58 0,34 100,00 Jawa Timur 0,46 93,07 6,47 100,00 Banten 0,81 92,65 6,55 100,00 Bali 0,39 96,60 3,01 100,00 Nusa Tenggara Barat 0,29 96,27 3,44 100,00 Nusa Tenggara Timur 1,49 94,03 4,48 100,00 Kalimantan Barat 0,96 92,97 6,07 100,00 Kalimantan Tengah 0,41 92,94 6,66 100,00 Kalimantan Selatan 0,33 93,57 6,11 100,00 Kalimantan Timur 0,08 97,49 2,43 100,00 Kalimantan Utara 1,21 92,52 6,27 100,00 Sulawesi Utara 0,37 94,65 4,98 100,00 Sulawesi Tengah 1,51 93,36 5,14 100,00 Sulawesi Selatan 0,54 93,42 6,05 100,00 Sulawesi Tenggara 0,60 94,75 4,65 100,00 Gorontalo 1,06 92,69 6,26 100,00 Sulawesi Barat 1,29 91,42 7,29 100,00 Maluku 0,54 96,31 3,15 100,00 Maluku Utara 0,80 95,63 3,56 100,00 Papua Barat 2,59 94,79 2,62 100,00 Papua 23,20 72,86 3,94 100,00

Indonesia 1,07 93,60 5,33 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

254

Tabel L-6.2.1 Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perkotaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 0,12 99,08 0,80 100,00 Sumatera Utara 0,37 97,26 2,38 100,00 Sumatera Barat 0,33 98,32 1,35 100,00 Riau 0,73 96,77 2,50 100,00 Jambi 0,17 97,11 2,72 100,00 Sumatera Selatan 0,34 96,62 3,04 100,00 Bengkulu 0,00 98,36 1,64 100,00 Lampung 0,24 96,14 3,62 100,00 Kep. Bangka Belitung 0,44 95,41 4,16 100,00 Kep. Riau 0,55 98,91 0,54 100,00 DKI Jakarta 0,26 96,28 3,46 100,00 Jawa Barat 0,34 94,87 4,79 100,00 Jawa Tengah 0,41 95,92 3,67 100,00 D I Yogyakarta 0,13 99,17 0,70 100,00 Jawa Timur 0,48 96,79 2,73 100,00 Banten 0,14 96,70 3,16 100,00 Bali 0,41 97,72 1,88 100,00 Nusa Tenggara Barat 0,23 97,40 2,37 100,00 Nusa Tenggara Timur 0,45 97,11 2,44 100,00 Kalimantan Barat 0,40 95,17 4,42 100,00 Kalimantan Tengah 0,16 96,70 3,14 100,00 Kalimantan Selatan 0,58 93,93 5,48 100,00 Kalimantan Timur 0,37 98,22 1,41 100,00 Kalimantan Utara 0,68 95,82 3,50 100,00 Sulawesi Utara 0,42 97,59 1,99 100,00 Sulawesi Tengah 0,70 95,57 3,72 100,00 Sulawesi Selatan 0,88 94,23 4,89 100,00 Sulawesi Tenggara 0,33 96,10 3,57 100,00 Gorontalo 0,51 94,64 4,85 100,00 Sulawesi Barat 0,66 94,22 5,13 100,00 Maluku 0,27 96,77 2,96 100,00 Maluku Utara 0,63 95,79 3,58 100,00 Papua Barat 1,17 96,90 1,93 100,00 Papua 1,03 96,32 2,65 100,00

Indonesia 0,38 96,19 3,42 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

262

Profil Anak Indonesia 2017

256

Tabel L-6.2.3 Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 0,12 98,09 1,79 100,00 Sumatera Utara 0,59 96,96 2,46 100,00 Sumatera Barat 0,53 97,11 2,35 100,00 Riau 0,67 95,95 3,38 100,00 Jambi 0,26 95,65 4,09 100,00 Sumatera Selatan 0,36 94,76 4,88 100,00 Bengkulu 0,24 96,62 3,14 100,00 Lampung 0,27 94,84 4,89 100,00 Kep. Bangka Belitung 0,56 93,41 6,03 100,00 Kep. Riau 0,76 98,47 0,76 100,00 DKI Jakarta 0,26 96,28 3,46 100,00 Jawa Barat 0,31 93,95 5,74 100,00 Jawa Tengah 0,36 94,75 4,88 100,00 D I Yogyakarta 0,12 99,31 0,58 100,00 Jawa Timur 0,47 94,89 4,64 100,00 Banten 0,37 95,31 4,32 100,00 Bali 0,40 97,29 2,31 100,00 Nusa Tenggara Barat 0,27 96,75 2,99 100,00 Nusa Tenggara Timur 1,29 94,61 4,10 100,00 Kalimantan Barat 0,79 93,62 5,58 100,00 Kalimantan Tengah 0,32 94,28 5,40 100,00 Kalimantan Selatan 0,43 93,72 5,85 100,00 Kalimantan Timur 0,27 97,96 1,78 100,00 Kalimantan Utara 0,91 94,36 4,72 100,00 Sulawesi Utara 0,39 95,99 3,62 100,00 Sulawesi Tengah 1,31 93,89 4,80 100,00 Sulawesi Selatan 0,66 93,72 5,62 100,00 Sulawesi Tenggara 0,53 95,13 4,34 100,00 Gorontalo 0,87 93,35 5,78 100,00 Sulawesi Barat 1,16 91,97 6,87 100,00 Maluku 0,44 96,48 3,08 100,00 Maluku Utara 0,76 95,67 3,57 100,00 Papua Barat 2,06 95,57 2,36 100,00 Papua 18,18 78,17 3,64 100,00

Indonesia 0,73 94,89 4,39 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

263

Profil Anak Indonesia 2017

257

Tabel L- 6.3.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 99,64 99,03 92,29 100,00 99,66 99,29 99,81 99,32 95,86 Sumatera Utara 99,22 96,77 87,23 99,80 97,35 92,31 99,50 97,06 89,73 Sumatera Barat 99,08 96,04 92,76 99,90 99,10 98,91 99,48 97,38 96,07 Riau 98,29 93,57 92,59 99,19 97,73 91,04 98,73 95,74 91,93 Jambi 99,90 96,72 83,68 99,49 97,40 95,95 99,69 97,08 89,22 Sumatera Selatan 99,18 96,00 83,50 99,94 97,66 88,27 99,57 96,76 86,04 Bengkulu 100,00 98,70 88,00 100,00 99,13 98,20 100,00 98,90 92,95 Lampung 99,32 91,68 80,02 99,86 98,23 93,05 99,57 95,09 86,36 Kep. Bangka Belitung 99,51 94,79 81,85 99,32 94,40 84,55 99,41 94,60 83,10 Kep. Riau 99,31 98,55 95,41 99,51 99,83 96,27 99,41 99,22 95,84 DKI Jakarta 99,30 96,50 81,90 99,92 98,42 83,14 99,61 97,47 82,48 Jawa Barat 99,49 91,82 78,09 99,41 95,46 84,47 99,45 93,60 81,29 Jawa Tengah 99,56 95,50 84,76 99,47 96,67 84,62 99,52 96,09 84,69 D I Yogyakarta 100,00 99,68 97,40 99,65 99,17 95,95 99,84 99,43 96,63 Jawa Timur 99,60 97,72 85,99 99,48 98,46 86,10 99,54 98,07 86,05 Banten 99,81 95,33 83,19 99,86 97,51 87,91 99,83 96,47 85,64 Bali 99,82 97,37 93,69 98,69 97,92 91,92 99,26 97,65 92,90 Nusa Tenggara Barat 99,89 98,24 89,58 98,81 98,91 87,86 99,38 98,57 88,86 Nusa Tenggara Timur 99,54 96,37 90,19 99,96 98,69 88,76 99,75 97,53 89,52 Kalimantan Barat 98,57 94,53 79,57 99,87 94,55 88,74 99,22 94,54 84,81 Kalimantan Tengah 99,69 96,64 85,51 99,75 96,29 88,63 99,72 96,46 86,99 Kalimantan Selatan 99,79 91,01 79,93 98,47 91,85 83,33 99,17 91,44 81,72 Kalimantan Timur 99,30 98,61 91,85 99,43 98,93 94,71 99,36 98,77 93,24 Kalimantan Utara 99,22 95,74 79,48 98,64 97,59 87,15 98,96 96,74 83,39 Sulawesi Utara 99,77 96,19 84,87 99,77 97,48 97,76 99,77 96,86 91,64 Sulawesi Tengah 98,22 94,11 90,72 99,46 97,44 82,35 98,79 95,86 86,26 Sulawesi Selatan 98,54 91,60 79,83 98,99 94,40 83,67 98,76 92,97 81,76 Sulawesi Tenggara 99,55 93,58 85,29 100,00 96,93 82,13 99,77 95,35 83,74 Gorontalo 98,99 91,97 68,39 99,48 97,35 90,10 99,23 94,69 77,63 Sulawesi Barat 98,45 89,76 73,55 98,05 95,04 91,42 98,26 92,38 81,52 Maluku 99,63 96,64 86,81 99,55 98,87 87,44 99,59 97,75 87,12 Maluku Utara 98,41 96,15 81,71 100,00 97,00 86,12 99,21 96,57 83,77 Papua Barat 97,37 96,01 91,73 98,25 97,77 96,28 97,79 96,98 93,89 Papua 97,78 97,66 86,03 98,67 98,19 88,83 98,21 97,93 87,33

Indonesia 99,42 95,01 83,90 99,52 97,02 87,26 99,47 96,00 85,56

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

256

Tabel L-6.2.3 Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah Formal dan NonFormal, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Tidak/Belum Bersekolah

Masih Bersekolah

Tidak Bersekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 0,12 98,09 1,79 100,00 Sumatera Utara 0,59 96,96 2,46 100,00 Sumatera Barat 0,53 97,11 2,35 100,00 Riau 0,67 95,95 3,38 100,00 Jambi 0,26 95,65 4,09 100,00 Sumatera Selatan 0,36 94,76 4,88 100,00 Bengkulu 0,24 96,62 3,14 100,00 Lampung 0,27 94,84 4,89 100,00 Kep. Bangka Belitung 0,56 93,41 6,03 100,00 Kep. Riau 0,76 98,47 0,76 100,00 DKI Jakarta 0,26 96,28 3,46 100,00 Jawa Barat 0,31 93,95 5,74 100,00 Jawa Tengah 0,36 94,75 4,88 100,00 D I Yogyakarta 0,12 99,31 0,58 100,00 Jawa Timur 0,47 94,89 4,64 100,00 Banten 0,37 95,31 4,32 100,00 Bali 0,40 97,29 2,31 100,00 Nusa Tenggara Barat 0,27 96,75 2,99 100,00 Nusa Tenggara Timur 1,29 94,61 4,10 100,00 Kalimantan Barat 0,79 93,62 5,58 100,00 Kalimantan Tengah 0,32 94,28 5,40 100,00 Kalimantan Selatan 0,43 93,72 5,85 100,00 Kalimantan Timur 0,27 97,96 1,78 100,00 Kalimantan Utara 0,91 94,36 4,72 100,00 Sulawesi Utara 0,39 95,99 3,62 100,00 Sulawesi Tengah 1,31 93,89 4,80 100,00 Sulawesi Selatan 0,66 93,72 5,62 100,00 Sulawesi Tenggara 0,53 95,13 4,34 100,00 Gorontalo 0,87 93,35 5,78 100,00 Sulawesi Barat 1,16 91,97 6,87 100,00 Maluku 0,44 96,48 3,08 100,00 Maluku Utara 0,76 95,67 3,57 100,00 Papua Barat 2,06 95,57 2,36 100,00 Papua 18,18 78,17 3,64 100,00

Indonesia 0,73 94,89 4,39 100,00

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

264

Profil Anak Indonesia 2017

258

Tabel L- 6.3.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 100,00 96,94 89,51 99,62 97,67 92,43 99,82 97,29 90,97 Sumatera Utara 99,44 95,08 85,23 99,24 96,97 90,11 99,34 95,99 87,57 Sumatera Barat 99,47 93,65 82,56 99,32 97,11 90,19 99,40 95,34 86,41 Riau 99,02 92,51 80,50 98,90 95,42 88,15 98,96 93,93 84,04 Jambi 99,45 93,93 73,20 99,61 95,36 84,69 99,53 94,60 79,04 Sumatera Selatan 99,61 91,00 73,80 99,65 92,85 76,52 99,63 91,90 75,08 Bengkulu 99,47 95,13 80,04 99,68 96,97 85,35 99,57 96,06 82,54 Lampung 99,81 90,83 75,68 99,47 97,49 78,58 99,65 94,04 77,09 Kep. Bangka Belitung 99,08 89,22 62,04 99,11 89,52 72,93 99,09 89,36 67,13 Kep. Riau 98,24 99,55 80,99 99,68 94,33 92,15 98,95 96,72 85,72 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat 99,76 92,60 62,64 99,73 93,34 64,12 99,75 92,97 63,32 Jawa Tengah 99,57 93,94 70,70 99,69 95,73 71,75 99,63 94,83 71,18 D I Yogyakarta 100,00 100,00 100,00 99,66 100,00 95,60 99,85 100,00 97,80 Jawa Timur 99,37 94,48 66,87 99,40 96,35 71,79 99,39 95,37 69,33 Banten 98,05 93,23 62,73 99,27 94,87 74,65 98,66 94,01 68,07 Bali 99,29 98,36 86,38 99,70 96,33 87,84 99,50 97,38 86,95 Nusa Tenggara Barat 99,73 97,34 91,40 99,19 96,44 77,39 99,46 96,90 84,22 Nusa Tenggara Timur 98,12 90,72 75,88 97,74 97,20 77,05 97,94 93,89 76,45 Kalimantan Barat 97,92 89,98 78,25 98,25 92,13 73,74 98,08 91,02 76,04 Kalimantan Tengah 99,48 89,69 73,71 99,26 93,72 66,57 99,37 91,59 70,25 Kalimantan Selatan 99,62 91,78 72,19 99,77 93,82 74,60 99,69 92,82 73,39 Kalimantan Timur 100,00 96,71 90,98 99,71 97,73 85,40 99,86 97,25 88,46 Kalimantan Utara 97,40 93,00 74,56 98,20 87,97 76,96 97,80 90,42 75,63 Sulawesi Utara 98,66 90,93 75,83 99,41 95,73 88,02 99,03 93,17 81,36 Sulawesi Tengah 96,81 89,71 77,86 98,73 92,04 84,14 97,78 90,77 80,58 Sulawesi Selatan 99,30 90,87 72,77 99,36 94,62 77,81 99,33 92,77 75,18 Sulawesi Tenggara 99,11 90,66 78,74 99,06 96,26 82,29 99,09 93,38 80,49 Gorontalo 98,31 84,97 73,30 98,62 93,34 80,47 98,46 88,96 76,86 Sulawesi Barat 97,07 86,01 67,93 99,12 92,81 72,47 98,03 89,37 70,15 Maluku 99,03 95,80 86,26 99,54 96,16 84,40 99,29 95,97 85,34 Maluku Utara 99,24 96,44 79,57 99,00 97,58 77,03 99,13 97,01 78,35 Papua Barat 96,09 96,40 87,78 96,46 97,30 82,88 96,28 96,80 85,48 Papua 77,09 74,05 57,12 75,59 72,04 57,36 76,38 73,15 57,22

Indonesia 98,69 92,68 73,41 98,74 94,95 76,53 98,72 93,79 74,90

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

265

Profil Anak Indonesia 2017

259

Tabel L- 6.3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 99,90 97,56 90,22 99,73 98,24 94,23 99,82 97,89 92,24 Sumatera Utara 99,34 95,84 86,22 99,50 97,15 91,22 99,42 96,48 88,65 Sumatera Barat 99,32 94,67 86,68 99,54 97,86 94,00 99,43 96,17 90,48 Riau 98,75 92,89 85,72 99,01 96,33 89,28 98,87 94,62 87,31 Jambi 99,57 94,70 76,84 99,57 96,05 88,05 99,57 95,35 82,34 Sumatera Selatan 99,47 92,89 76,98 99,75 94,54 81,02 99,61 93,68 78,97 Bengkulu 99,61 96,31 82,68 99,78 97,62 89,77 99,70 96,96 86,05 Lampung 99,67 91,05 76,86 99,58 97,70 82,54 99,63 94,32 79,62 Kep. Bangka Belitung 99,29 91,98 72,19 99,22 92,09 78,81 99,25 92,03 75,27 Kep. Riau 99,12 98,72 92,18 99,53 98,84 95,56 99,33 98,78 93,83 DKI Jakarta 99,30 96,50 81,90 99,92 98,42 83,14 99,61 97,47 82,48 Jawa Barat 99,57 92,06 73,04 99,51 94,79 78,60 99,54 93,41 75,75 Jawa Tengah 99,57 94,65 77,38 99,59 96,17 78,37 99,58 95,41 77,85 D I Yogyakarta 100,00 99,78 98,23 99,66 99,46 95,84 99,84 99,62 96,99 Jawa Timur 99,48 96,07 76,25 99,44 97,38 78,77 99,46 96,69 77,50 Banten 99,23 94,54 75,68 99,65 96,62 83,88 99,43 95,59 79,74 Bali 99,62 97,77 90,63 99,08 97,33 90,43 99,35 97,55 90,55 Nusa Tenggara Barat 99,80 97,71 90,54 99,03 97,48 81,37 99,42 97,60 86,21 Nusa Tenggara Timur 98,35 91,80 79,64 98,12 97,50 79,95 98,24 94,60 79,79 Kalimantan Barat 98,10 91,41 78,66 98,69 92,88 79,54 98,39 92,12 79,12 Kalimantan Tengah 99,55 91,87 78,41 99,43 94,67 75,09 99,49 93,25 76,81 Kalimantan Selatan 99,69 91,44 75,42 99,24 92,94 78,48 99,48 92,21 76,99 Kalimantan Timur 99,56 97,92 91,55 99,53 98,45 91,75 99,54 98,18 91,64 Kalimantan Utara 98,46 94,42 77,34 98,43 93,23 83,34 98,45 93,79 80,24 Sulawesi Utara 99,15 93,23 79,76 99,57 96,59 92,94 99,36 94,89 86,19 Sulawesi Tengah 97,14 90,73 81,04 98,88 93,57 83,55 98,00 92,08 82,20 Sulawesi Selatan 99,02 91,15 75,31 99,23 94,54 80,05 99,12 92,85 77,62 Sulawesi Tenggara 99,24 91,44 80,61 99,32 96,46 82,25 99,28 93,94 81,41 Gorontalo 98,53 87,38 71,50 98,91 94,83 83,38 98,71 91,01 77,12 Sulawesi Barat 97,34 86,71 69,10 98,90 93,23 75,92 98,08 89,93 72,38 Maluku 99,26 96,09 86,50 99,54 97,12 85,68 99,39 96,60 86,09 Maluku Utara 99,06 96,37 80,18 99,24 97,43 79,52 99,14 96,90 79,87 Papua Barat 96,59 96,28 89,40 97,10 97,48 88,45 96,85 96,86 88,95 Papua 81,56 79,02 64,33 80,61 78,66 65,87 81,11 78,86 65,01

Indonesia 99,05 93,82 78,67 99,12 95,98 82,12 99,09 94,88 80,34

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

258

Tabel L- 6.3.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17 7-12 13-15 16-17 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 100,00 96,94 89,51 99,62 97,67 92,43 99,82 97,29 90,97 Sumatera Utara 99,44 95,08 85,23 99,24 96,97 90,11 99,34 95,99 87,57 Sumatera Barat 99,47 93,65 82,56 99,32 97,11 90,19 99,40 95,34 86,41 Riau 99,02 92,51 80,50 98,90 95,42 88,15 98,96 93,93 84,04 Jambi 99,45 93,93 73,20 99,61 95,36 84,69 99,53 94,60 79,04 Sumatera Selatan 99,61 91,00 73,80 99,65 92,85 76,52 99,63 91,90 75,08 Bengkulu 99,47 95,13 80,04 99,68 96,97 85,35 99,57 96,06 82,54 Lampung 99,81 90,83 75,68 99,47 97,49 78,58 99,65 94,04 77,09 Kep. Bangka Belitung 99,08 89,22 62,04 99,11 89,52 72,93 99,09 89,36 67,13 Kep. Riau 98,24 99,55 80,99 99,68 94,33 92,15 98,95 96,72 85,72 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat 99,76 92,60 62,64 99,73 93,34 64,12 99,75 92,97 63,32 Jawa Tengah 99,57 93,94 70,70 99,69 95,73 71,75 99,63 94,83 71,18 D I Yogyakarta 100,00 100,00 100,00 99,66 100,00 95,60 99,85 100,00 97,80 Jawa Timur 99,37 94,48 66,87 99,40 96,35 71,79 99,39 95,37 69,33 Banten 98,05 93,23 62,73 99,27 94,87 74,65 98,66 94,01 68,07 Bali 99,29 98,36 86,38 99,70 96,33 87,84 99,50 97,38 86,95 Nusa Tenggara Barat 99,73 97,34 91,40 99,19 96,44 77,39 99,46 96,90 84,22 Nusa Tenggara Timur 98,12 90,72 75,88 97,74 97,20 77,05 97,94 93,89 76,45 Kalimantan Barat 97,92 89,98 78,25 98,25 92,13 73,74 98,08 91,02 76,04 Kalimantan Tengah 99,48 89,69 73,71 99,26 93,72 66,57 99,37 91,59 70,25 Kalimantan Selatan 99,62 91,78 72,19 99,77 93,82 74,60 99,69 92,82 73,39 Kalimantan Timur 100,00 96,71 90,98 99,71 97,73 85,40 99,86 97,25 88,46 Kalimantan Utara 97,40 93,00 74,56 98,20 87,97 76,96 97,80 90,42 75,63 Sulawesi Utara 98,66 90,93 75,83 99,41 95,73 88,02 99,03 93,17 81,36 Sulawesi Tengah 96,81 89,71 77,86 98,73 92,04 84,14 97,78 90,77 80,58 Sulawesi Selatan 99,30 90,87 72,77 99,36 94,62 77,81 99,33 92,77 75,18 Sulawesi Tenggara 99,11 90,66 78,74 99,06 96,26 82,29 99,09 93,38 80,49 Gorontalo 98,31 84,97 73,30 98,62 93,34 80,47 98,46 88,96 76,86 Sulawesi Barat 97,07 86,01 67,93 99,12 92,81 72,47 98,03 89,37 70,15 Maluku 99,03 95,80 86,26 99,54 96,16 84,40 99,29 95,97 85,34 Maluku Utara 99,24 96,44 79,57 99,00 97,58 77,03 99,13 97,01 78,35 Papua Barat 96,09 96,40 87,78 96,46 97,30 82,88 96,28 96,80 85,48 Papua 77,09 74,05 57,12 75,59 72,04 57,36 76,38 73,15 57,22

Indonesia 98,69 92,68 73,41 98,74 94,95 76,53 98,72 93,79 74,90

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

266

Profil Anak Indonesia 2017

260

Tabel L- 6.4.1 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 98,61 86,90 74,34 98,33 84,73 81,31 98,47 85,88 77,89 Sumatera Utara 94,67 74,84 62,91 95,57 78,40 68,77 95,11 76,62 65,76 Sumatera Barat 97,10 76,54 68,09 99,10 81,70 78,99 98,09 78,80 74,02 Riau 96,47 77,19 68,89 96,86 81,42 75,11 96,66 79,40 71,75 Jambi 98,89 78,77 66,65 98,37 71,74 71,77 98,63 75,01 69,02 Sumatera Selatan 92,79 70,59 62,09 93,57 72,89 67,63 93,19 71,65 64,96 Bengkulu 99,82 84,16 68,65 99,57 80,12 76,05 99,68 82,26 72,14 Lampung 98,53 66,68 65,22 97,41 80,92 69,43 98,01 74,09 67,37 Kep. Bangka Belitung 97,59 76,94 62,51 98,06 78,28 66,29 97,84 77,59 64,24 Kep. Riau 99,15 81,54 71,07 99,38 88,73 70,47 99,27 85,30 70,75 DKI Jakarta 96,68 80,43 61,63 97,36 80,28 56,94 97,01 80,35 59,30 Jawa Barat 97,82 78,81 59,99 97,04 82,81 65,06 97,44 80,76 62,55 Jawa Tengah 97,85 78,55 62,96 96,68 80,12 64,17 97,28 79,33 63,55 D I Yogyakarta 99,49 75,65 66,18 98,88 85,47 69,88 99,21 80,48 67,98 Jawa Timur 98,15 83,11 70,11 97,52 86,53 72,51 97,84 84,73 71,31 Banten 96,86 79,93 60,18 97,41 82,81 63,60 97,12 81,43 61,95 Bali 97,60 83,86 74,41 95,09 85,13 69,35 96,37 84,51 72,08 Nusa Tenggara Barat 98,41 84,70 69,79 97,06 85,18 62,72 97,77 84,94 66,22 Nusa Tenggara Timur 94,84 74,49 70,39 92,22 74,45 72,76 93,52 74,47 71,52 Kalimantan Barat 94,67 67,64 56,62 96,70 65,88 69,12 95,68 66,80 63,48 Kalimantan Tengah 99,28 77,10 64,13 99,12 81,94 67,34 99,20 79,68 65,67 Kalimantan Selatan 98,59 72,54 58,54 96,47 75,14 65,08 97,61 73,88 61,93 Kalimantan Timur 97,30 79,15 70,23 97,25 79,21 68,96 97,28 79,18 69,64 Kalimantan Utara 92,69 81,54 68,29 92,30 80,07 63,94 92,51 80,75 66,08 Sulawesi Utara 94,53 68,57 62,19 92,07 77,53 69,14 93,32 73,24 65,65 Sulawesi Tengah 88,77 67,12 72,23 92,38 80,30 69,93 90,43 74,04 71,04 Sulawesi Selatan 95,30 68,51 66,34 96,25 74,58 62,47 95,76 71,48 64,51 Sulawesi Tenggara 96,35 69,73 64,37 96,92 76,68 63,82 96,63 73,41 64,10 Gorontalo 98,99 63,79 49,78 96,59 63,12 71,83 97,83 63,45 58,76 Sulawesi Barat 96,15 70,83 62,30 95,05 81,50 70,14 95,62 76,12 66,10 Maluku 94,74 74,58 71,47 90,00 79,31 66,68 92,61 76,94 69,12 Maluku Utara 93,79 65,01 68,03 91,13 75,91 71,00 92,45 70,42 69,42 Papua Barat 94,93 73,01 72,60 90,06 74,26 70,29 92,58 73,70 71,51 Papua 93,11 76,78 71,83 92,26 80,65 71,72 92,70 78,74 71,78

Indonesia 97,16 78,16 64,21 96,79 81,33 66,90 96,98 79,73 65,55

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Keterangan Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

267

Profil Anak Indonesia 2017

261

Tabel L- 6.4.2 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 98,56 85,83 63,52 97,49 85,51 70,59 98,04 85,68 67,06 Sumatera Utara 97,80 80,36 64,00 97,94 80,64 72,24 97,87 80,49 67,96 Sumatera Barat 98,47 71,51 53,89 98,14 77,44 70,02 98,31 74,41 61,94 Riau 96,54 74,06 53,83 97,05 82,11 59,40 96,79 78,00 56,53 Jambi 97,87 78,49 51,85 97,06 80,53 58,90 97,48 79,44 55,34 Sumatera Selatan 98,91 77,38 51,80 97,78 81,10 59,22 98,36 79,19 55,31 Bengkulu 97,60 71,98 59,98 97,64 77,13 63,13 97,62 74,59 61,44 Lampung 99,01 76,34 52,65 98,19 83,75 59,06 98,62 79,91 55,73 Kep. Bangka Belitung 95,14 63,69 47,31 96,23 72,59 53,12 95,67 67,72 50,11 Kep. Riau 97,85 81,12 71,02 95,38 75,81 82,08 96,64 78,24 75,54 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat 99,05 76,64 43,37 98,27 78,45 45,61 98,67 77,54 44,40 Jawa Tengah 96,40 77,55 53,92 95,76 79,47 53,03 96,09 78,51 53,50 D I Yogyakarta 98,86 92,48 74,95 99,66 84,74 67,92 99,22 88,33 71,40 Jawa Timur 97,03 75,32 49,97 97,27 81,23 51,80 97,15 78,13 50,87 Banten 97,59 74,89 45,38 97,27 79,80 51,48 97,43 77,23 47,96 Bali 96,26 89,64 75,39 93,25 81,65 64,72 94,73 85,77 71,08 Nusa Tenggara Barat 98,11 82,25 70,35 97,88 81,54 58,57 97,99 81,90 64,36 Nusa Tenggara Timur 96,14 57,18 41,47 94,98 72,45 50,57 95,58 64,64 45,96 Kalimantan Barat 96,21 62,84 45,04 96,64 64,70 41,63 96,43 63,74 43,37 Kalimantan Tengah 98,58 71,53 43,98 98,16 76,71 45,62 98,37 73,98 44,76 Kalimantan Selatan 98,73 65,31 47,96 97,91 78,00 54,90 98,35 71,77 51,33 Kalimantan Timur 97,69 78,47 68,02 95,99 79,91 60,45 96,88 79,23 64,64 Kalimantan Utara 91,71 70,86 57,04 91,81 76,39 59,01 91,76 73,69 57,90 Sulawesi Utara 93,80 69,27 56,09 95,78 77,38 64,18 94,76 73,06 59,67 Sulawesi Tengah 91,94 68,55 59,50 94,15 72,35 61,63 93,06 70,29 60,48 Sulawesi Selatan 97,35 73,83 54,40 98,07 76,06 58,84 97,69 74,97 56,51 Sulawesi Tenggara 95,51 71,24 58,88 96,78 81,86 65,67 96,13 76,39 62,00 Gorontalo 95,72 64,87 45,19 98,25 79,69 65,47 96,93 71,93 55,14 Sulawesi Barat 94,60 64,08 52,37 96,22 71,00 57,53 95,36 67,49 54,77 Maluku 94,98 71,56 57,06 96,08 71,43 62,33 95,54 71,50 59,49 Maluku Utara 98,13 73,67 58,60 97,86 81,13 63,82 98,00 77,42 61,12 Papua Barat 93,26 67,89 56,23 93,43 63,46 55,98 93,34 65,88 56,11 Papua 75,02 43,43 36,10 74,50 51,27 30,19 74,77 46,94 33,35

Indonesia 96,77 74,18 52,47 96,55 78,39 55,77 96,66 76,23 54,04

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Keterangan Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

Profil Anak Indonesia 2017

260

Tabel L- 6.4.1 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 98,61 86,90 74,34 98,33 84,73 81,31 98,47 85,88 77,89 Sumatera Utara 94,67 74,84 62,91 95,57 78,40 68,77 95,11 76,62 65,76 Sumatera Barat 97,10 76,54 68,09 99,10 81,70 78,99 98,09 78,80 74,02 Riau 96,47 77,19 68,89 96,86 81,42 75,11 96,66 79,40 71,75 Jambi 98,89 78,77 66,65 98,37 71,74 71,77 98,63 75,01 69,02 Sumatera Selatan 92,79 70,59 62,09 93,57 72,89 67,63 93,19 71,65 64,96 Bengkulu 99,82 84,16 68,65 99,57 80,12 76,05 99,68 82,26 72,14 Lampung 98,53 66,68 65,22 97,41 80,92 69,43 98,01 74,09 67,37 Kep. Bangka Belitung 97,59 76,94 62,51 98,06 78,28 66,29 97,84 77,59 64,24 Kep. Riau 99,15 81,54 71,07 99,38 88,73 70,47 99,27 85,30 70,75 DKI Jakarta 96,68 80,43 61,63 97,36 80,28 56,94 97,01 80,35 59,30 Jawa Barat 97,82 78,81 59,99 97,04 82,81 65,06 97,44 80,76 62,55 Jawa Tengah 97,85 78,55 62,96 96,68 80,12 64,17 97,28 79,33 63,55 D I Yogyakarta 99,49 75,65 66,18 98,88 85,47 69,88 99,21 80,48 67,98 Jawa Timur 98,15 83,11 70,11 97,52 86,53 72,51 97,84 84,73 71,31 Banten 96,86 79,93 60,18 97,41 82,81 63,60 97,12 81,43 61,95 Bali 97,60 83,86 74,41 95,09 85,13 69,35 96,37 84,51 72,08 Nusa Tenggara Barat 98,41 84,70 69,79 97,06 85,18 62,72 97,77 84,94 66,22 Nusa Tenggara Timur 94,84 74,49 70,39 92,22 74,45 72,76 93,52 74,47 71,52 Kalimantan Barat 94,67 67,64 56,62 96,70 65,88 69,12 95,68 66,80 63,48 Kalimantan Tengah 99,28 77,10 64,13 99,12 81,94 67,34 99,20 79,68 65,67 Kalimantan Selatan 98,59 72,54 58,54 96,47 75,14 65,08 97,61 73,88 61,93 Kalimantan Timur 97,30 79,15 70,23 97,25 79,21 68,96 97,28 79,18 69,64 Kalimantan Utara 92,69 81,54 68,29 92,30 80,07 63,94 92,51 80,75 66,08 Sulawesi Utara 94,53 68,57 62,19 92,07 77,53 69,14 93,32 73,24 65,65 Sulawesi Tengah 88,77 67,12 72,23 92,38 80,30 69,93 90,43 74,04 71,04 Sulawesi Selatan 95,30 68,51 66,34 96,25 74,58 62,47 95,76 71,48 64,51 Sulawesi Tenggara 96,35 69,73 64,37 96,92 76,68 63,82 96,63 73,41 64,10 Gorontalo 98,99 63,79 49,78 96,59 63,12 71,83 97,83 63,45 58,76 Sulawesi Barat 96,15 70,83 62,30 95,05 81,50 70,14 95,62 76,12 66,10 Maluku 94,74 74,58 71,47 90,00 79,31 66,68 92,61 76,94 69,12 Maluku Utara 93,79 65,01 68,03 91,13 75,91 71,00 92,45 70,42 69,42 Papua Barat 94,93 73,01 72,60 90,06 74,26 70,29 92,58 73,70 71,51 Papua 93,11 76,78 71,83 92,26 80,65 71,72 92,70 78,74 71,78

Indonesia 97,16 78,16 64,21 96,79 81,33 66,90 96,98 79,73 65,55

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Keterangan Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

268

Profil Anak Indonesia 2017

262

Tabel L- 6.4.3 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 98,58 86,15 66,42 97,72 85,28 73,54 98,16 85,73 70,00 Sumatera Utara 96,32 77,87 63,45 96,83 79,59 70,48 96,57 78,71 66,85 Sumatera Barat 97,96 73,66 59,65 98,51 79,06 74,06 98,23 76,19 67,12 Riau 96,51 75,20 60,17 96,98 81,84 65,62 96,74 78,53 62,76 Jambi 98,15 78,57 56,57 97,45 77,58 62,65 97,81 78,09 59,52 Sumatera Selatan 96,89 74,81 55,11 96,29 78,21 62,25 96,59 76,43 58,59 Bengkulu 98,20 76,03 63,07 98,24 78,03 67,82 98,22 77,02 65,29 Lampung 98,88 73,89 55,87 97,98 82,95 61,97 98,46 78,34 58,85 Kep. Bangka Belitung 96,31 70,25 55,11 97,17 75,59 59,59 96,75 72,75 57,22 Kep. Riau 98,93 81,47 71,06 98,74 86,40 72,06 98,83 84,06 71,58 DKI Jakarta 96,68 80,43 61,63 97,36 80,28 56,94 97,01 80,35 59,30 Jawa Barat 98,20 78,14 54,52 97,42 81,43 59,40 97,82 79,76 56,92 Jawa Tengah 97,06 78,01 58,33 96,18 79,77 58,66 96,64 78,89 58,49 D I Yogyakarta 99,27 80,83 68,63 99,15 85,22 69,31 99,21 83,05 68,96 Jawa Timur 97,57 79,13 59,65 97,39 83,81 61,88 97,49 81,35 60,76 Banten 97,10 78,04 54,55 97,36 81,80 60,02 97,22 79,93 57,21 Bali 97,10 86,15 74,80 94,38 83,84 67,76 95,75 84,99 71,71 Nusa Tenggara Barat 98,24 83,27 70,10 97,55 83,07 60,41 97,90 83,17 65,19 Nusa Tenggara Timur 95,93 60,49 49,52 94,51 72,84 56,40 95,24 66,56 52,87 Kalimantan Barat 95,79 64,35 48,80 96,66 65,06 51,99 96,22 64,69 50,43 Kalimantan Tengah 98,84 73,28 51,38 98,49 78,64 53,71 98,67 75,92 52,50 Kalimantan Selatan 98,67 68,48 52,36 97,32 76,73 59,46 98,05 72,70 55,91 Kalimantan Timur 97,44 78,90 69,45 96,82 79,49 66,09 97,13 79,20 67,92 Kalimantan Utara 92,28 76,40 63,41 92,07 78,40 62,14 92,18 77,46 62,80 Sulawesi Utara 94,12 68,96 58,82 94,11 77,45 66,67 94,12 73,15 62,50 Sulawesi Tengah 91,19 68,22 62,98 93,79 74,61 64,29 92,48 71,25 63,61 Sulawesi Selatan 96,60 71,80 59,04 97,40 75,53 60,25 96,99 73,67 59,62 Sulawesi Tenggara 95,75 70,84 60,47 96,82 80,29 65,09 96,27 75,54 62,63 Gorontalo 96,80 64,50 46,90 97,70 73,53 67,36 97,23 68,89 56,37 Sulawesi Barat 94,90 65,34 54,34 95,98 72,96 60,19 95,41 69,10 57,08 Maluku 94,89 72,60 62,84 94,09 74,24 64,20 94,50 73,40 63,49 Maluku Utara 97,20 71,50 61,33 96,25 79,84 65,81 96,75 75,68 63,47 Papua Barat 93,91 69,44 63,24 92,23 67,68 61,95 93,06 68,58 62,62 Papua 78,93 50,45 45,32 78,36 58,71 40,91 78,66 54,26 43,27

Indonesia 96,96 76,13 58,37 96,67 79,85 61,61 96,82 77,95 59,95

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan

Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

269

Profil Anak Indonesia 2017

263

Tabel L-6.5.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 111,67 93,49 96,75 110,34 92,01 101,15 111,03 92,79 99,00 Sumatera Utara 108,66 91,20 91,92 110,80 91,64 94,54 109,70 91,42 93,20 Sumatera Barat 108,51 91,10 89,37 109,32 90,29 93,36 108,91 90,74 91,54 Riau 109,17 93,49 86,37 109,65 91,73 93,34 109,40 92,57 89,58 Jambi 119,32 87,66 84,08 113,74 79,13 108,43 116,51 83,09 95,35 Sumatera Selatan 114,90 84,51 103,77 105,87 90,62 105,15 110,24 87,31 104,48 Bengkulu 112,86 92,68 85,86 111,63 87,07 96,61 112,19 90,03 90,93 Lampung 113,99 76,36 99,29 108,44 93,48 100,45 111,42 85,27 99,88 Kep. Bangka Belitung 115,59 86,62 90,72 110,30 84,25 84,44 112,80 85,47 87,83 Kep. Riau 110,93 87,89 92,73 105,74 92,99 86,97 108,24 90,55 89,61 DKI Jakarta 105,27 92,22 73,88 103,33 89,59 72,29 104,32 90,89 73,09 Jawa Barat 108,01 87,58 76,27 106,57 93,44 77,35 107,31 90,45 76,82 Jawa Tengah 110,16 89,27 93,82 108,80 89,90 97,49 109,49 89,59 95,61 D I Yogyakarta 109,02 88,74 99,30 105,67 92,43 86,53 107,46 90,55 93,10 Jawa Timur 107,19 92,25 98,46 105,16 95,36 93,70 106,19 93,72 96,09 Banten 106,59 94,38 80,93 108,94 93,72 77,41 107,70 94,04 79,10 Bali 107,76 92,87 90,18 103,43 93,77 87,05 105,63 93,33 88,74 Nusa Tenggara Barat 109,02 98,29 95,02 106,53 94,57 91,91 107,84 96,45 93,45 Nusa Tenggara Timur 111,83 95,58 102,76 104,22 96,22 102,25 108,00 95,90 102,52 Kalimantan Barat 111,15 79,25 106,96 110,29 77,45 103,57 110,72 78,39 105,10 Kalimantan Tengah 111,85 85,06 96,92 111,77 89,97 94,22 111,81 87,68 95,62 Kalimantan Selatan 109,37 84,91 81,26 107,90 83,45 81,19 108,69 84,15 81,22 Kalimantan Timur 109,24 92,76 104,48 106,31 96,53 91,70 107,77 94,60 98,57 Kalimantan Utara 102,14 103,66 92,67 100,83 100,54 97,75 101,55 101,97 95,25 Sulawesi Utara 112,93 81,93 91,93 105,92 98,37 93,71 109,49 90,50 92,81 Sulawesi Tengah 104,05 93,71 106,33 105,89 93,79 87,64 104,89 93,76 96,63 Sulawesi Selatan 105,57 79,02 94,65 109,35 83,95 85,17 107,40 81,42 90,16 Sulawesi Tenggara 108,51 82,06 89,44 111,36 84,65 87,26 109,88 83,43 88,36 Gorontalo 115,22 76,50 88,80 106,77 71,80 125,24 111,13 74,13 103,65 Sulawesi Barat 106,00 81,21 91,21 102,09 89,85 95,94 104,13 85,49 93,50 Maluku 108,19 90,32 95,54 103,86 100,35 94,90 106,24 95,33 95,23 Maluku Utara 112,66 79,69 97,62 104,80 97,49 92,56 108,71 88,52 95,26 Papua Barat 105,68 89,59 107,86 103,89 104,45 108,64 104,81 97,76 108,23 Papua 108,59 96,04 136,18 103,45 105,15 103,40 106,13 100,66 120,92

Indonesia 108,56 89,37 88,59 107,12 92,08 87,68 107,85 90,71 88,14

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Keterangan Pembagi APK SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

Profil Anak Indonesia 2017

262

Tabel L- 6.4.3 Angka Partisipasi Murni (APM) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 98,58 86,15 66,42 97,72 85,28 73,54 98,16 85,73 70,00 Sumatera Utara 96,32 77,87 63,45 96,83 79,59 70,48 96,57 78,71 66,85 Sumatera Barat 97,96 73,66 59,65 98,51 79,06 74,06 98,23 76,19 67,12 Riau 96,51 75,20 60,17 96,98 81,84 65,62 96,74 78,53 62,76 Jambi 98,15 78,57 56,57 97,45 77,58 62,65 97,81 78,09 59,52 Sumatera Selatan 96,89 74,81 55,11 96,29 78,21 62,25 96,59 76,43 58,59 Bengkulu 98,20 76,03 63,07 98,24 78,03 67,82 98,22 77,02 65,29 Lampung 98,88 73,89 55,87 97,98 82,95 61,97 98,46 78,34 58,85 Kep. Bangka Belitung 96,31 70,25 55,11 97,17 75,59 59,59 96,75 72,75 57,22 Kep. Riau 98,93 81,47 71,06 98,74 86,40 72,06 98,83 84,06 71,58 DKI Jakarta 96,68 80,43 61,63 97,36 80,28 56,94 97,01 80,35 59,30 Jawa Barat 98,20 78,14 54,52 97,42 81,43 59,40 97,82 79,76 56,92 Jawa Tengah 97,06 78,01 58,33 96,18 79,77 58,66 96,64 78,89 58,49 D I Yogyakarta 99,27 80,83 68,63 99,15 85,22 69,31 99,21 83,05 68,96 Jawa Timur 97,57 79,13 59,65 97,39 83,81 61,88 97,49 81,35 60,76 Banten 97,10 78,04 54,55 97,36 81,80 60,02 97,22 79,93 57,21 Bali 97,10 86,15 74,80 94,38 83,84 67,76 95,75 84,99 71,71 Nusa Tenggara Barat 98,24 83,27 70,10 97,55 83,07 60,41 97,90 83,17 65,19 Nusa Tenggara Timur 95,93 60,49 49,52 94,51 72,84 56,40 95,24 66,56 52,87 Kalimantan Barat 95,79 64,35 48,80 96,66 65,06 51,99 96,22 64,69 50,43 Kalimantan Tengah 98,84 73,28 51,38 98,49 78,64 53,71 98,67 75,92 52,50 Kalimantan Selatan 98,67 68,48 52,36 97,32 76,73 59,46 98,05 72,70 55,91 Kalimantan Timur 97,44 78,90 69,45 96,82 79,49 66,09 97,13 79,20 67,92 Kalimantan Utara 92,28 76,40 63,41 92,07 78,40 62,14 92,18 77,46 62,80 Sulawesi Utara 94,12 68,96 58,82 94,11 77,45 66,67 94,12 73,15 62,50 Sulawesi Tengah 91,19 68,22 62,98 93,79 74,61 64,29 92,48 71,25 63,61 Sulawesi Selatan 96,60 71,80 59,04 97,40 75,53 60,25 96,99 73,67 59,62 Sulawesi Tenggara 95,75 70,84 60,47 96,82 80,29 65,09 96,27 75,54 62,63 Gorontalo 96,80 64,50 46,90 97,70 73,53 67,36 97,23 68,89 56,37 Sulawesi Barat 94,90 65,34 54,34 95,98 72,96 60,19 95,41 69,10 57,08 Maluku 94,89 72,60 62,84 94,09 74,24 64,20 94,50 73,40 63,49 Maluku Utara 97,20 71,50 61,33 96,25 79,84 65,81 96,75 75,68 63,47 Papua Barat 93,91 69,44 63,24 92,23 67,68 61,95 93,06 68,58 62,62 Papua 78,93 50,45 45,32 78,36 58,71 40,91 78,66 54,26 43,27

Indonesia 96,96 76,13 58,37 96,67 79,85 61,61 96,82 77,95 59,95

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan

Pembagi APM SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

270

Profil Anak Indonesia 2017

264

Tabel L-6.5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 111,50 102,66 83,51 111,20 100,86 82,82 111,35 101,79 83,16 Sumatera Utara 111,73 91,47 89,40 112,19 88,65 97,52 111,96 90,11 93,31 Sumatera Barat 112,27 91,13 72,08 110,28 91,40 87,08 111,31 91,26 79,56 Riau 111,17 93,79 70,32 109,61 95,48 70,69 110,41 94,62 70,50 Jambi 111,62 91,21 72,35 111,54 97,43 75,21 111,58 94,10 73,76 Sumatera Selatan 116,34 87,54 70,01 116,56 91,06 72,44 116,45 89,25 71,16 Bengkulu 113,56 91,27 78,01 113,48 89,84 81,04 113,52 90,54 79,42 Lampung 112,13 93,32 75,76 110,69 100,24 77,93 111,45 96,65 76,80 Kep. Bangka Belitung 115,55 79,44 71,49 105,68 87,85 68,93 110,71 83,25 70,26 Kep. Riau 115,90 89,04 81,01 107,88 90,21 100,14 111,97 89,68 88,83 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat 109,36 89,06 55,40 110,35 86,23 58,16 109,84 87,65 56,67 Jawa Tengah 111,35 90,21 74,22 107,39 90,35 80,24 109,44 90,28 77,06 D I Yogyakarta 106,44 103,45 91,02 104,16 94,19 86,69 105,41 98,48 88,83 Jawa Timur 110,45 88,94 67,48 109,65 94,12 67,13 110,06 91,40 67,31 Banten 111,58 84,51 55,11 111,74 93,50 59,85 111,66 88,79 57,12 Bali 103,96 100,17 83,33 103,79 101,41 81,23 103,88 100,77 82,48 Nusa Tenggara Barat 112,40 94,25 101,45 113,51 88,07 77,90 112,95 91,21 89,47 Nusa Tenggara Timur 117,60 81,95 69,06 112,92 94,37 72,47 115,34 88,02 70,74 Kalimantan Barat 113,98 78,75 85,13 115,83 82,21 68,98 114,90 80,42 77,19 Kalimantan Tengah 117,61 82,30 71,24 112,80 89,26 65,20 115,21 85,58 68,36 Kalimantan Selatan 115,23 80,87 73,65 111,75 93,04 73,52 113,64 87,06 73,59 Kalimantan Timur 114,21 97,42 93,89 114,04 95,41 83,66 114,13 96,36 89,33 Kalimantan Utara 110,67 90,12 81,33 103,36 90,75 82,36 107,03 90,44 81,78 Sulawesi Utara 109,90 86,37 74,81 111,91 91,22 87,64 110,88 88,64 80,48 Sulawesi Tengah 106,33 86,44 78,11 105,74 89,85 77,68 106,03 88,00 77,91 Sulawesi Selatan 110,58 85,08 77,23 111,55 84,03 82,09 111,05 84,54 79,54 Sulawesi Tenggara 110,23 84,98 77,63 109,73 91,21 80,56 109,98 88,00 78,97 Gorontalo 106,51 86,82 74,43 107,44 91,51 87,87 106,96 89,06 81,02 Sulawesi Barat 106,30 76,29 77,03 107,29 83,75 85,38 106,76 79,98 80,91 Maluku 113,92 90,22 87,65 111,18 85,80 92,56 112,53 88,06 89,91 Maluku Utara 115,67 88,40 76,85 114,55 90,24 81,50 115,15 89,32 79,09 Papua Barat 118,50 90,28 79,23 112,62 88,84 72,45 115,45 89,63 75,94 Papua 93,84 61,32 53,74 89,12 66,24 41,52 91,59 63,52 48,05

Indonesia 111,25 88,48 72,33 110,16 90,69 74,24 110,72 89,55 73,24

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol Keterangan

Pembagi APK SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

271

Profil Anak Indonesia 2017

265

Tabel L-6.5.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 111,54 99,93 87,06 110,96 98,31 87,87 111,26 99,15 87,47 Sumatera Utara 110,27 91,35 90,67 111,54 90,06 96,01 110,89 90,71 93,25 Sumatera Barat 110,85 91,11 79,10 109,91 90,97 89,90 110,39 91,05 84,70 Riau 110,44 93,68 77,08 109,62 94,00 79,66 110,04 93,84 78,30 Jambi 113,73 90,24 76,09 112,18 91,29 84,90 112,97 90,75 80,36 Sumatera Selatan 115,87 86,39 80,85 112,77 90,90 84,25 114,33 88,54 82,51 Bengkulu 113,37 91,74 80,81 112,91 89,00 86,69 113,13 90,38 83,56 Lampung 112,64 89,01 81,78 110,09 98,31 84,24 111,44 93,58 82,98 Kep. Bangka Belitung 115,57 83,00 81,36 108,06 85,96 76,55 111,75 84,38 79,10 Kep. Riau 111,80 88,08 90,22 106,08 92,49 88,78 108,86 90,40 89,47 DKI Jakarta 105,27 92,22 73,88 103,33 89,59 72,29 104,32 90,89 73,09 Jawa Barat 108,43 88,04 69,39 107,73 91,16 71,77 108,09 89,58 70,56 Jawa Tengah 110,81 89,78 83,80 108,04 90,14 88,96 109,46 89,96 86,27 D I Yogyakarta 108,11 93,27 96,98 105,16 93,04 86,57 106,75 93,15 91,87 Jawa Timur 108,86 90,56 82,38 107,44 94,73 80,06 108,17 92,54 81,23 Banten 108,22 90,67 71,11 109,93 93,65 72,23 109,05 92,17 71,65 Bali 106,36 95,77 87,46 103,57 96,60 85,05 104,97 96,19 86,41 Nusa Tenggara Barat 110,92 95,93 98,57 110,64 90,80 84,11 110,78 93,40 91,25 Nusa Tenggara Timur 116,67 84,56 78,44 111,43 94,74 80,29 114,12 89,56 79,34 Kalimantan Barat 113,21 78,91 92,22 114,31 80,74 82,01 113,75 79,79 87,00 Kalimantan Tengah 115,52 83,17 80,67 112,44 89,52 76,01 114,01 86,30 78,44 Kalimantan Selatan 112,88 82,64 76,81 110,17 88,77 76,96 111,63 85,78 76,88 Kalimantan Timur 111,06 94,46 100,75 108,98 96,08 88,98 110,04 95,28 95,38 Kalimantan Utara 105,71 97,14 87,75 102,00 96,11 92,12 103,96 96,60 89,85 Sulawesi Utara 111,25 84,42 82,47 109,22 94,73 90,69 110,26 89,50 86,32 Sulawesi Tengah 105,79 88,13 85,82 105,77 90,97 80,87 105,78 89,48 83,45 Sulawesi Selatan 108,76 82,76 84,01 110,74 84,00 83,28 109,71 83,38 83,66 Sulawesi Tenggara 109,74 84,20 81,04 110,18 89,23 82,69 109,96 86,70 81,81 Gorontalo 109,37 83,26 79,79 107,22 84,18 98,99 108,34 83,71 88,67 Sulawesi Barat 106,24 77,21 79,84 106,22 84,89 87,61 106,23 81,00 83,49 Maluku 111,74 90,25 90,82 108,77 90,98 93,57 110,30 90,61 92,12 Maluku Utara 115,03 86,22 82,84 112,21 92,02 84,56 113,70 89,13 83,67 Papua Barat 113,51 90,07 91,50 109,52 94,94 87,54 111,49 92,44 89,59 Papua 97,03 68,63 75,00 92,24 76,09 57,49 94,74 72,07 66,85

Indonesia 109,93 88,91 80,51 108,66 91,38 81,29 109,31 90,12 80,89

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Keterangan

Pembagi APK SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

Profil Anak Indonesia 2017

264

Tabel L-6.5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

SD SMP SM SD SMP SM SD SMP SM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 111,50 102,66 83,51 111,20 100,86 82,82 111,35 101,79 83,16 Sumatera Utara 111,73 91,47 89,40 112,19 88,65 97,52 111,96 90,11 93,31 Sumatera Barat 112,27 91,13 72,08 110,28 91,40 87,08 111,31 91,26 79,56 Riau 111,17 93,79 70,32 109,61 95,48 70,69 110,41 94,62 70,50 Jambi 111,62 91,21 72,35 111,54 97,43 75,21 111,58 94,10 73,76 Sumatera Selatan 116,34 87,54 70,01 116,56 91,06 72,44 116,45 89,25 71,16 Bengkulu 113,56 91,27 78,01 113,48 89,84 81,04 113,52 90,54 79,42 Lampung 112,13 93,32 75,76 110,69 100,24 77,93 111,45 96,65 76,80 Kep. Bangka Belitung 115,55 79,44 71,49 105,68 87,85 68,93 110,71 83,25 70,26 Kep. Riau 115,90 89,04 81,01 107,88 90,21 100,14 111,97 89,68 88,83 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat 109,36 89,06 55,40 110,35 86,23 58,16 109,84 87,65 56,67 Jawa Tengah 111,35 90,21 74,22 107,39 90,35 80,24 109,44 90,28 77,06 D I Yogyakarta 106,44 103,45 91,02 104,16 94,19 86,69 105,41 98,48 88,83 Jawa Timur 110,45 88,94 67,48 109,65 94,12 67,13 110,06 91,40 67,31 Banten 111,58 84,51 55,11 111,74 93,50 59,85 111,66 88,79 57,12 Bali 103,96 100,17 83,33 103,79 101,41 81,23 103,88 100,77 82,48 Nusa Tenggara Barat 112,40 94,25 101,45 113,51 88,07 77,90 112,95 91,21 89,47 Nusa Tenggara Timur 117,60 81,95 69,06 112,92 94,37 72,47 115,34 88,02 70,74 Kalimantan Barat 113,98 78,75 85,13 115,83 82,21 68,98 114,90 80,42 77,19 Kalimantan Tengah 117,61 82,30 71,24 112,80 89,26 65,20 115,21 85,58 68,36 Kalimantan Selatan 115,23 80,87 73,65 111,75 93,04 73,52 113,64 87,06 73,59 Kalimantan Timur 114,21 97,42 93,89 114,04 95,41 83,66 114,13 96,36 89,33 Kalimantan Utara 110,67 90,12 81,33 103,36 90,75 82,36 107,03 90,44 81,78 Sulawesi Utara 109,90 86,37 74,81 111,91 91,22 87,64 110,88 88,64 80,48 Sulawesi Tengah 106,33 86,44 78,11 105,74 89,85 77,68 106,03 88,00 77,91 Sulawesi Selatan 110,58 85,08 77,23 111,55 84,03 82,09 111,05 84,54 79,54 Sulawesi Tenggara 110,23 84,98 77,63 109,73 91,21 80,56 109,98 88,00 78,97 Gorontalo 106,51 86,82 74,43 107,44 91,51 87,87 106,96 89,06 81,02 Sulawesi Barat 106,30 76,29 77,03 107,29 83,75 85,38 106,76 79,98 80,91 Maluku 113,92 90,22 87,65 111,18 85,80 92,56 112,53 88,06 89,91 Maluku Utara 115,67 88,40 76,85 114,55 90,24 81,50 115,15 89,32 79,09 Papua Barat 118,50 90,28 79,23 112,62 88,84 72,45 115,45 89,63 75,94 Papua 93,84 61,32 53,74 89,12 66,24 41,52 91,59 63,52 48,05

Indonesia 111,25 88,48 72,33 110,16 90,69 74,24 110,72 89,55 73,24

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol Keterangan

Pembagi APK SM menggunakan penduduk usia 16-18 tahun

272

Profil Anak Indonesia 2017

266

Tabel L-6.6.1 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

PIP BSM Tidak Keduanya PIP BSM Tidak

Keduanya PIP BSM Tidak Keduanya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 6,12 5,73 88,15 7,04 8,10 84,86 6,58 6,93 86,49 Sumatera Utara 9,56 4,59 85,84 9,24 5,77 84,99 9,41 5,17 85,42 Sumatera Barat 6,08 9,83 84,10 6,27 11,58 82,16 6,17 10,69 83,14 Riau 3,39 4,94 91,67 3,50 5,41 91,10 3,44 5,18 91,38 Jambi 7,23 5,74 87,03 11,53 7,09 81,38 9,31 6,39 84,30 Sumatera Selatan 16,21 6,82 76,97 15,25 4,84 79,91 15,74 5,84 78,42 Bengkulu 13,12 9,09 77,79 11,22 9,07 79,72 12,18 9,08 78,75 Lampung 20,39 5,39 74,22 20,27 10,04 69,69 20,33 7,69 71,98 Kep. Bangka Belitung 8,20 6,74 85,06 4,54 8,22 87,23 6,46 7,45 86,09 Kep. Riau 11,48 6,57 81,96 4,79 3,28 91,94 8,11 4,91 86,98 DKI Jakarta 5,39 3,70 90,91 10,50 5,22 84,28 7,88 4,44 87,68 Jawa Barat 11,76 7,36 80,88 11,72 6,57 81,71 11,74 6,97 81,29 Jawa Tengah 11,93 9,74 78,32 13,71 11,05 75,24 12,82 10,39 76,79 D I Yogyakarta 14,47 4,07 81,46 9,58 11,47 78,96 12,03 7,76 80,21 Jawa Timur 9,60 9,74 80,67 8,08 9,95 81,97 8,86 9,84 81,30 Banten 8,97 4,17 86,86 4,91 4,91 90,18 7,03 4,52 88,45 Bali 3,56 6,32 90,12 6,18 10,32 83,50 4,84 8,28 86,88 Nusa Tenggara Barat 14,20 15,34 70,47 13,28 16,36 70,36 13,74 15,85 70,41 Nusa Tenggara Timur 10,13 5,30 84,57 13,74 4,95 81,30 11,88 5,13 82,99 Kalimantan Barat 3,61 2,70 93,69 5,88 5,55 88,58 4,77 4,15 91,08 Kalimantan Tengah 5,70 0,71 93,60 3,09 1,44 95,47 4,40 1,07 94,53 Kalimantan Selatan 9,09 3,23 87,69 9,42 3,74 86,85 9,25 3,48 87,27 Kalimantan Timur 2,82 2,62 94,56 4,09 4,12 91,79 3,43 3,34 93,22 Kalimantan Utara 11,19 10,17 78,64 10,41 5,00 84,59 10,79 7,53 81,67 Sulawesi Utara 11,77 7,40 80,82 11,67 5,85 82,48 11,72 6,62 81,66 Sulawesi Tengah 6,43 6,58 86,99 6,45 10,44 83,11 6,44 8,47 85,10 Sulawesi Selatan 4,54 3,66 91,80 6,81 5,31 87,88 5,66 4,47 89,87 Sulawesi Tenggara 9,97 5,63 84,40 6,98 6,12 86,90 8,50 5,87 85,63 Gorontalo 16,81 15,29 67,91 13,34 5,64 81,02 15,18 10,77 74,05 Sulawesi Barat 8,56 12,72 78,72 3,76 6,10 90,14 6,22 9,49 84,29 Maluku 6,93 4,91 88,17 3,48 7,21 89,31 5,18 6,08 88,75 Maluku Utara 2,07 1,49 96,44 3,66 2,04 94,30 2,88 1,77 95,36 Papua Barat 16,60 4,60 78,81 14,11 4,40 81,49 15,49 4,51 80,00 Papua 7,70 9,27 83,03 6,16 2,56 91,28 6,96 6,05 87,00

Indonesia 9,90 6,97 83,13 9,92 7,50 82,58 9,91 7,23 82,86

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

273

Profil Anak Indonesia 2017

267

Tabel L-6.6.2 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

PIP BSM Tidak Keduanya PIP BSM Tidak

Keduanya PIP BSM Tidak Keduanya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 17,84 14,15 68,01 20,37 12,69 66,94 19,07 13,44 67,49 Sumatera Utara 12,17 12,51 75,32 11,69 14,90 73,40 11,94 13,66 74,40 Sumatera Barat 10,11 14,13 75,76 12,46 12,64 74,90 11,26 13,40 75,34 Riau 10,58 8,70 80,71 9,25 6,83 83,92 9,92 7,77 82,31 Jambi 6,59 5,27 88,14 8,07 4,36 87,57 7,33 4,81 87,86 Sumatera Selatan 11,00 6,44 82,56 11,58 8,84 79,58 11,28 7,61 81,11 Bengkulu 15,54 13,32 71,14 13,84 14,78 71,38 14,73 14,02 71,26 Lampung 20,71 11,88 67,40 20,64 12,39 66,97 20,68 12,13 67,19 Kep. Bangka Belitung 10,90 1,43 87,68 3,48 3,45 93,07 7,25 2,42 90,33 Kep. Riau 8,90 8,27 82,83 20,60 6,42 72,98 14,36 7,41 78,23 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat 13,00 13,17 73,83 13,21 14,40 72,39 13,10 13,78 73,12 Jawa Tengah 16,64 13,78 69,58 17,33 13,45 69,22 16,97 13,62 69,41 D I Yogyakarta 19,37 23,33 57,30 19,14 13,28 67,58 19,26 18,66 62,08 Jawa Timur 13,86 12,22 73,92 13,24 16,13 70,63 13,56 14,11 72,33 Banten 11,27 10,67 78,07 15,08 13,99 70,93 13,02 12,20 74,78 Bali 12,41 20,40 67,19 14,40 13,79 71,81 13,37 17,22 69,41 Nusa Tenggara Barat 25,82 17,02 57,16 25,26 19,14 55,59 25,54 18,07 56,38 Nusa Tenggara Timur 22,79 13,18 64,03 27,74 14,28 57,98 25,21 13,72 61,08 Kalimantan Barat 14,61 5,91 79,48 13,54 7,38 79,08 14,10 6,61 79,29 Kalimantan Tengah 9,19 7,16 83,65 3,80 6,33 89,87 6,59 6,76 86,64 Kalimantan Selatan 9,64 6,48 83,88 10,94 4,55 84,51 10,27 5,55 84,18 Kalimantan Timur 7,01 1,61 91,38 9,33 0,00 90,67 8,16 0,81 91,03 Kalimantan Utara 6,79 6,42 86,79 6,94 5,70 87,36 6,87 6,05 87,08 Sulawesi Utara 10,22 9,51 80,27 12,02 12,53 75,45 11,12 11,02 77,86 Sulawesi Tengah 18,19 7,77 74,05 16,42 10,29 73,29 17,34 8,98 73,68 Sulawesi Selatan 13,46 12,16 74,39 15,29 12,48 72,23 14,35 12,32 73,33 Sulawesi Tenggara 17,99 17,61 64,40 15,38 21,78 62,84 16,73 19,62 63,65 Gorontalo 28,31 17,21 54,48 23,17 21,32 55,51 25,83 19,19 54,98 Sulawesi Barat 16,70 16,88 66,42 16,88 17,76 65,36 16,79 17,30 65,92 Maluku 6,19 17,61 76,21 7,22 16,85 75,93 6,68 17,25 76,07 Maluku Utara 6,35 6,54 87,11 9,60 7,08 83,31 7,89 6,80 85,31 Papua Barat 14,47 17,23 68,29 13,37 15,85 70,78 13,94 16,57 69,49 Papua 3,25 16,21 80,54 4,52 15,81 79,66 3,85 16,02 80,13

Indonesia 14,21 12,07 73,72 14,65 13,02 72,33 14,42 12,53 73,05

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

266

Tabel L-6.6.1 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

PIP BSM Tidak Keduanya PIP BSM Tidak

Keduanya PIP BSM Tidak Keduanya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 6,12 5,73 88,15 7,04 8,10 84,86 6,58 6,93 86,49 Sumatera Utara 9,56 4,59 85,84 9,24 5,77 84,99 9,41 5,17 85,42 Sumatera Barat 6,08 9,83 84,10 6,27 11,58 82,16 6,17 10,69 83,14 Riau 3,39 4,94 91,67 3,50 5,41 91,10 3,44 5,18 91,38 Jambi 7,23 5,74 87,03 11,53 7,09 81,38 9,31 6,39 84,30 Sumatera Selatan 16,21 6,82 76,97 15,25 4,84 79,91 15,74 5,84 78,42 Bengkulu 13,12 9,09 77,79 11,22 9,07 79,72 12,18 9,08 78,75 Lampung 20,39 5,39 74,22 20,27 10,04 69,69 20,33 7,69 71,98 Kep. Bangka Belitung 8,20 6,74 85,06 4,54 8,22 87,23 6,46 7,45 86,09 Kep. Riau 11,48 6,57 81,96 4,79 3,28 91,94 8,11 4,91 86,98 DKI Jakarta 5,39 3,70 90,91 10,50 5,22 84,28 7,88 4,44 87,68 Jawa Barat 11,76 7,36 80,88 11,72 6,57 81,71 11,74 6,97 81,29 Jawa Tengah 11,93 9,74 78,32 13,71 11,05 75,24 12,82 10,39 76,79 D I Yogyakarta 14,47 4,07 81,46 9,58 11,47 78,96 12,03 7,76 80,21 Jawa Timur 9,60 9,74 80,67 8,08 9,95 81,97 8,86 9,84 81,30 Banten 8,97 4,17 86,86 4,91 4,91 90,18 7,03 4,52 88,45 Bali 3,56 6,32 90,12 6,18 10,32 83,50 4,84 8,28 86,88 Nusa Tenggara Barat 14,20 15,34 70,47 13,28 16,36 70,36 13,74 15,85 70,41 Nusa Tenggara Timur 10,13 5,30 84,57 13,74 4,95 81,30 11,88 5,13 82,99 Kalimantan Barat 3,61 2,70 93,69 5,88 5,55 88,58 4,77 4,15 91,08 Kalimantan Tengah 5,70 0,71 93,60 3,09 1,44 95,47 4,40 1,07 94,53 Kalimantan Selatan 9,09 3,23 87,69 9,42 3,74 86,85 9,25 3,48 87,27 Kalimantan Timur 2,82 2,62 94,56 4,09 4,12 91,79 3,43 3,34 93,22 Kalimantan Utara 11,19 10,17 78,64 10,41 5,00 84,59 10,79 7,53 81,67 Sulawesi Utara 11,77 7,40 80,82 11,67 5,85 82,48 11,72 6,62 81,66 Sulawesi Tengah 6,43 6,58 86,99 6,45 10,44 83,11 6,44 8,47 85,10 Sulawesi Selatan 4,54 3,66 91,80 6,81 5,31 87,88 5,66 4,47 89,87 Sulawesi Tenggara 9,97 5,63 84,40 6,98 6,12 86,90 8,50 5,87 85,63 Gorontalo 16,81 15,29 67,91 13,34 5,64 81,02 15,18 10,77 74,05 Sulawesi Barat 8,56 12,72 78,72 3,76 6,10 90,14 6,22 9,49 84,29 Maluku 6,93 4,91 88,17 3,48 7,21 89,31 5,18 6,08 88,75 Maluku Utara 2,07 1,49 96,44 3,66 2,04 94,30 2,88 1,77 95,36 Papua Barat 16,60 4,60 78,81 14,11 4,40 81,49 15,49 4,51 80,00 Papua 7,70 9,27 83,03 6,16 2,56 91,28 6,96 6,05 87,00

Indonesia 9,90 6,97 83,13 9,92 7,50 82,58 9,91 7,23 82,86

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

274

Profil Anak Indonesia 2017

268

Tabel L-6.6.3 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

PIP BSM Tidak Keduanya PIP BSM Tidak

Keduanya PIP BSM Tidak Keduanya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 14,58 11,81 73,60 16,47 11,34 72,19 15,51 11,58 72,91 Sumatera Utara 10,95 8,81 80,24 10,53 10,56 78,91 10,75 9,66 79,59 Sumatera Barat 8,53 12,44 79,03 10,00 12,22 77,78 9,25 12,33 78,41 Riau 7,78 7,24 84,98 6,99 6,27 86,74 7,39 6,75 85,86 Jambi 6,79 5,41 87,80 9,08 5,16 85,76 7,92 5,29 86,79 Sumatera Selatan 12,82 6,57 80,61 12,88 7,43 79,70 12,85 6,99 80,16 Bengkulu 14,84 12,09 73,06 13,04 13,04 73,92 13,97 12,55 73,48 Lampung 20,63 10,19 69,18 20,54 11,75 67,71 20,59 10,95 68,47 Kep. Bangka Belitung 9,47 4,24 86,29 4,03 5,89 90,09 6,84 5,03 88,13 Kep. Riau 11,02 6,87 82,11 7,27 3,77 88,96 9,15 5,33 85,52 DKI Jakarta 5,39 3,70 90,91 10,50 5,22 84,28 7,88 4,44 87,68 Jawa Barat 12,13 9,10 78,77 12,16 8,87 78,96 12,15 8,99 78,87 Jawa Tengah 14,41 11,87 73,72 15,55 12,27 72,18 14,97 12,07 72,96 D I Yogyakarta 16,05 10,27 73,69 12,38 12,00 75,62 14,26 11,11 74,63 Jawa Timur 11,76 11,00 77,24 10,68 13,06 76,26 11,23 12,00 76,77 Banten 9,78 6,44 83,78 8,31 7,95 83,74 9,08 7,15 83,76 Bali 6,99 11,78 81,23 9,30 11,64 79,06 8,11 11,71 80,17 Nusa Tenggara Barat 20,89 16,31 62,81 20,07 17,94 62,00 20,48 17,12 62,40 Nusa Tenggara Timur 20,26 11,60 68,14 24,97 12,43 62,60 22,56 12,01 65,44 Kalimantan Barat 11,35 4,96 83,70 11,05 6,79 82,17 11,20 5,85 82,95 Kalimantan Tengah 7,98 4,93 87,09 3,54 4,58 91,88 5,82 4,76 89,42 Kalimantan Selatan 9,41 5,15 85,44 10,30 4,21 85,49 9,85 4,69 85,46 Kalimantan Timur 4,24 2,28 93,48 5,93 2,67 91,40 5,06 2,47 92,47 Kalimantan Utara 9,21 8,48 82,31 8,85 5,31 85,84 9,03 6,87 84,10 Sulawesi Utara 10,95 8,52 80,53 11,85 9,37 78,77 11,40 8,95 79,65 Sulawesi Tengah 15,25 7,47 77,28 13,88 10,33 75,79 14,59 8,85 76,56 Sulawesi Selatan 10,12 8,98 80,90 12,09 9,77 78,14 11,08 9,37 79,55 Sulawesi Tenggara 15,63 14,09 70,29 12,83 17,03 70,15 14,27 15,51 70,22 Gorontalo 24,28 16,54 59,19 19,85 16,03 64,12 22,16 16,29 61,54 Sulawesi Barat 14,91 15,96 69,13 13,89 15,10 71,01 14,42 15,55 70,03 Maluku 6,45 13,04 80,51 5,78 13,15 81,07 6,12 13,09 80,78 Maluku Utara 5,31 5,32 89,36 8,03 5,75 86,23 6,62 5,53 87,85 Papua Barat 15,35 12,01 72,64 13,65 11,50 74,85 14,56 11,77 73,67 Papua 4,24 14,67 81,09 4,90 12,75 82,35 4,55 13,77 81,68

Indonesia 12,06 9,53 78,41 12,25 10,22 77,53 12,16 9,87 77,98

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

275

Profil Anak Indonesia 2017

269

Tabel L-6.7.1 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 91,59 98,70 95,43 Sumatera Utara 92,62 90,05 91,38 Sumatera Barat 97,65 99,03 98,34 Riau 79,77 100,00 90,08 Jambi 68,61 44,07 53,93 Sumatera Selatan 88,12 94,20 91,02 Bengkulu 100,00 93,83 97,18 Lampung 97,20 77,10 87,29 Kep. Bangka Belitung 100,00 100,00 100,00 Kep. Riau 91,36 100,00 93,93 DKI Jakarta 80,54 81,33 81,05 Jawa Barat 91,98 93,49 92,73 Jawa Tengah 85,84 89,50 87,79 D I Yogyakarta 84,61 78,55 82,21 Jawa Timur 77,24 89,52 82,71 Banten 90,65 83,36 88,22 Bali 92,47 72,19 79,80 Nusa Tenggara Barat 95,74 99,14 97,40 Nusa Tenggara Timur 93,55 60,10 74,77 Kalimantan Barat 87,23 95,39 92,36 Kalimantan Tengah 99,82 99,66 99,76 Kalimantan Selatan 100,00 74,18 87,00 Kalimantan Timur 98,84 100,00 99,51 Kalimantan Utara 100,00 93,63 96,87 Sulawesi Utara 95,41 100,00 97,72 Sulawesi Tengah 91,25 99,72 95,39 Sulawesi Selatan 97,89 90,57 93,55 Sulawesi Tenggara 100,00 96,03 98,40 Gorontalo 88,20 77,90 83,97 Sulawesi Barat 100,00 100,00 100,00 Maluku 88,58 96,00 91,11 Maluku Utara 100,00 100,00 100,00 Papua Barat 90,56 92,24 91,24 Papua 100,00 94,36 97,60

Indonesia 89,01 89,35 89,18

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

268

Tabel L-6.6.3 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) atau Bantuan Siswa Miskin (BSM) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan

PIP BSM Tidak Keduanya PIP BSM Tidak

Keduanya PIP BSM Tidak Keduanya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 14,58 11,81 73,60 16,47 11,34 72,19 15,51 11,58 72,91 Sumatera Utara 10,95 8,81 80,24 10,53 10,56 78,91 10,75 9,66 79,59 Sumatera Barat 8,53 12,44 79,03 10,00 12,22 77,78 9,25 12,33 78,41 Riau 7,78 7,24 84,98 6,99 6,27 86,74 7,39 6,75 85,86 Jambi 6,79 5,41 87,80 9,08 5,16 85,76 7,92 5,29 86,79 Sumatera Selatan 12,82 6,57 80,61 12,88 7,43 79,70 12,85 6,99 80,16 Bengkulu 14,84 12,09 73,06 13,04 13,04 73,92 13,97 12,55 73,48 Lampung 20,63 10,19 69,18 20,54 11,75 67,71 20,59 10,95 68,47 Kep. Bangka Belitung 9,47 4,24 86,29 4,03 5,89 90,09 6,84 5,03 88,13 Kep. Riau 11,02 6,87 82,11 7,27 3,77 88,96 9,15 5,33 85,52 DKI Jakarta 5,39 3,70 90,91 10,50 5,22 84,28 7,88 4,44 87,68 Jawa Barat 12,13 9,10 78,77 12,16 8,87 78,96 12,15 8,99 78,87 Jawa Tengah 14,41 11,87 73,72 15,55 12,27 72,18 14,97 12,07 72,96 D I Yogyakarta 16,05 10,27 73,69 12,38 12,00 75,62 14,26 11,11 74,63 Jawa Timur 11,76 11,00 77,24 10,68 13,06 76,26 11,23 12,00 76,77 Banten 9,78 6,44 83,78 8,31 7,95 83,74 9,08 7,15 83,76 Bali 6,99 11,78 81,23 9,30 11,64 79,06 8,11 11,71 80,17 Nusa Tenggara Barat 20,89 16,31 62,81 20,07 17,94 62,00 20,48 17,12 62,40 Nusa Tenggara Timur 20,26 11,60 68,14 24,97 12,43 62,60 22,56 12,01 65,44 Kalimantan Barat 11,35 4,96 83,70 11,05 6,79 82,17 11,20 5,85 82,95 Kalimantan Tengah 7,98 4,93 87,09 3,54 4,58 91,88 5,82 4,76 89,42 Kalimantan Selatan 9,41 5,15 85,44 10,30 4,21 85,49 9,85 4,69 85,46 Kalimantan Timur 4,24 2,28 93,48 5,93 2,67 91,40 5,06 2,47 92,47 Kalimantan Utara 9,21 8,48 82,31 8,85 5,31 85,84 9,03 6,87 84,10 Sulawesi Utara 10,95 8,52 80,53 11,85 9,37 78,77 11,40 8,95 79,65 Sulawesi Tengah 15,25 7,47 77,28 13,88 10,33 75,79 14,59 8,85 76,56 Sulawesi Selatan 10,12 8,98 80,90 12,09 9,77 78,14 11,08 9,37 79,55 Sulawesi Tenggara 15,63 14,09 70,29 12,83 17,03 70,15 14,27 15,51 70,22 Gorontalo 24,28 16,54 59,19 19,85 16,03 64,12 22,16 16,29 61,54 Sulawesi Barat 14,91 15,96 69,13 13,89 15,10 71,01 14,42 15,55 70,03 Maluku 6,45 13,04 80,51 5,78 13,15 81,07 6,12 13,09 80,78 Maluku Utara 5,31 5,32 89,36 8,03 5,75 86,23 6,62 5,53 87,85 Papua Barat 15,35 12,01 72,64 13,65 11,50 74,85 14,56 11,77 73,67 Papua 4,24 14,67 81,09 4,90 12,75 82,35 4,55 13,77 81,68

Indonesia 12,06 9,53 78,41 12,25 10,22 77,53 12,16 9,87 77,98

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

276

Profil Anak Indonesia 2017

270

Tabel L-6.7.2 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 90,38 92,05 91,25 Sumatera Utara 91,92 90,36 91,19 Sumatera Barat 87,48 92,88 90,41 Riau 94,02 89,06 91,72 Jambi 92,77 95,46 94,25 Sumatera Selatan 98,07 94,65 96,36 Bengkulu 94,47 93,13 93,87 Lampung 96,26 89,44 92,98 Kep. Bangka Belitung 100,00 100,00 100,00 Kep. Riau 100,00 81,16 87,38 DKI Jakarta - - - Jawa Barat 89,35 89,66 89,50 Jawa Tengah 93,47 94,45 93,95 D I Yogyakarta 96,98 100,00 98,38 Jawa Timur 86,93 86,75 86,85 Banten 94,11 97,43 95,88 Bali 71,84 71,41 71,62 Nusa Tenggara Barat 99,60 95,33 97,51 Nusa Tenggara Timur 98,24 94,80 96,39 Kalimantan Barat 89,13 82,75 86,21 Kalimantan Tengah 93,10 100,00 95,02 Kalimantan Selatan 100,00 100,00 100,00 Kalimantan Timur 96,99 100,00 98,70 Kalimantan Utara 33,93 100,00 67,82 Sulawesi Utara 93,99 95,23 94,66 Sulawesi Tengah 94,19 88,81 91,74 Sulawesi Selatan 94,53 95,31 94,93 Sulawesi Tenggara 92,48 93,67 93,01 Gorontalo 97,91 97,31 97,65 Sulawesi Barat 100,00 84,82 92,74 Maluku 92,41 85,42 88,78 Maluku Utara 91,45 98,09 95,29 Papua Barat 90,45 87,87 89,26 Papua 91,15 85,72 88,16

Indonesia 92,72 91,71 92,22

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

277

Profil Anak Indonesia 2017

271

Tabel L-6.7.3 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 90,52 92,88 91,76 Sumatera Utara 92,21 90,23 91,27 Sumatera Barat 90,32 94,41 92,50 Riau 91,61 91,21 91,42 Jambi 84,86 76,31 80,01 Sumatera Selatan 93,68 94,46 94,06 Bengkulu 95,89 93,31 94,73 Lampung 96,50 86,14 91,48 Kep. Bangka Belitung 100,00 100,00 100,00 Kep. Riau 92,60 91,62 92,21 DKI Jakarta 80,54 81,33 81,05 Jawa Barat 91,14 92,26 91,70 Jawa Tengah 90,48 92,31 91,41 D I Yogyakarta 89,42 88,27 88,93 Jawa Timur 83,04 87,79 85,23 Banten 92,04 91,90 91,98 Bali 78,27 71,73 74,62 Nusa Tenggara Barat 98,49 96,42 97,48 Nusa Tenggara Timur 97,77 91,01 94,12 Kalimantan Barat 88,95 84,94 87,03 Kalimantan Tengah 94,76 99,89 96,28 Kalimantan Selatan 100,00 90,10 94,94 Kalimantan Timur 97,81 100,00 99,06 Kalimantan Utara 78,03 95,87 86,93 Sulawesi Utara 94,71 97,45 96,14 Sulawesi Tengah 93,88 90,10 92,14 Sulawesi Selatan 95,09 94,30 94,67 Sulawesi Tenggara 93,89 94,06 93,96 Gorontalo 95,55 92,91 94,42 Sulawesi Barat 100,00 85,76 93,44 Maluku 90,93 87,87 89,51 Maluku Utara 92,26 98,32 95,80 Papua Barat 90,50 89,58 90,10 Papua 94,73 88,23 91,43

Indonesia 91,20 90,74 90,97

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

270

Tabel L-6.7.2 Presentase Anak Usia 7-17 yang Memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) menurut Kepemilikan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Provinsi, dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 90,38 92,05 91,25 Sumatera Utara 91,92 90,36 91,19 Sumatera Barat 87,48 92,88 90,41 Riau 94,02 89,06 91,72 Jambi 92,77 95,46 94,25 Sumatera Selatan 98,07 94,65 96,36 Bengkulu 94,47 93,13 93,87 Lampung 96,26 89,44 92,98 Kep. Bangka Belitung 100,00 100,00 100,00 Kep. Riau 100,00 81,16 87,38 DKI Jakarta - - - Jawa Barat 89,35 89,66 89,50 Jawa Tengah 93,47 94,45 93,95 D I Yogyakarta 96,98 100,00 98,38 Jawa Timur 86,93 86,75 86,85 Banten 94,11 97,43 95,88 Bali 71,84 71,41 71,62 Nusa Tenggara Barat 99,60 95,33 97,51 Nusa Tenggara Timur 98,24 94,80 96,39 Kalimantan Barat 89,13 82,75 86,21 Kalimantan Tengah 93,10 100,00 95,02 Kalimantan Selatan 100,00 100,00 100,00 Kalimantan Timur 96,99 100,00 98,70 Kalimantan Utara 33,93 100,00 67,82 Sulawesi Utara 93,99 95,23 94,66 Sulawesi Tengah 94,19 88,81 91,74 Sulawesi Selatan 94,53 95,31 94,93 Sulawesi Tenggara 92,48 93,67 93,01 Gorontalo 97,91 97,31 97,65 Sulawesi Barat 100,00 84,82 92,74 Maluku 92,41 85,42 88,78 Maluku Utara 91,45 98,09 95,29 Papua Barat 90,45 87,87 89,26 Papua 91,15 85,72 88,16

Indonesia 92,72 91,71 92,22

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP) 2016, BPS

278

Profil Anak Indonesia 2017

272

Tabel L-6.8.1 Angka Buta Huruf Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 11,42 12,42 11,91 Sumatera Utara 7,52 7,73 7,62 Sumatera Barat 12,29 10,90 11,61 Riau 10,94 9,76 10,37 Jambi 9,00 7,70 8,35 Sumatera Selatan 9,23 6,94 8,11 Bengkulu 10,72 8,41 9,54 Lampung 9,79 7,80 8,83 Kep. Bangka Belitung 7,65 5,40 6,53 Kep. Riau 14,73 11,11 12,93 DKI Jakarta 8,25 8,33 8,29 Jawa Barat 9,44 8,02 8,75 Jawa Tengah 9,54 8,35 8,95 D I Yogyakarta 9,68 7,65 8,71 Jawa Timur 9,04 8,03 8,55 Banten 7,57 7,56 7,56 Bali 10,36 8,95 9,68 Nusa Tenggara Barat 12,78 13,28 13,02 Nusa Tenggara Timur 7,88 9,48 8,67 Kalimantan Barat 10,14 9,02 9,58 Kalimantan Tengah 10,74 11,24 10,99 Kalimantan Selatan 13,01 10,89 11,98 Kalimantan Timur 7,58 7,60 7,59 Kalimantan Utara 11,32 11,01 11,17 Sulawesi Utara 6,66 5,26 5,96 Sulawesi Tengah 11,52 11,50 11,51 Sulawesi Selatan 12,56 12,27 12,41 Sulawesi Tenggara 11,18 10,43 10,80 Gorontalo 9,07 9,64 9,35 Sulawesi Barat 14,32 15,69 14,98 Maluku 11,32 10,98 11,16 Maluku Utara 14,49 12,74 13,63 Papua Barat 9,94 8,49 9,22 Papua 12,17 11,04 11,63

Indonesia 9,50 8,57 9,04

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

279

Profil Anak Indonesia 2017

273

Tabel L-6.8.2 Angka Buta Huruf Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 14,92 14,92 14,92 Sumatera Utara 12,33 12,15 12,24 Sumatera Barat 16,01 14,09 15,08 Riau 13,49 13,32 13,41 Jambi 11,88 12,21 12,04 Sumatera Selatan 12,55 11,81 12,19 Bengkulu 13,68 9,26 11,49 Lampung 13,39 11,78 12,62 Kep. Bangka Belitung 13,08 13,28 13,17 Kep. Riau 11,10 8,45 9,82 DKI Jakarta - - - Jawa Barat 13,02 10,36 11,73 Jawa Tengah 11,25 9,47 10,39 D I Yogyakarta 9,87 12,07 10,95 Jawa Timur 9,73 8,92 9,33 Banten 14,63 11,38 13,05 Bali 13,08 11,31 12,23 Nusa Tenggara Barat 17,39 15,98 16,69 Nusa Tenggara Timur 17,39 14,92 16,19 Kalimantan Barat 15,03 13,12 14,09 Kalimantan Tengah 14,01 13,87 13,95 Kalimantan Selatan 13,51 13,94 13,72 Kalimantan Timur 11,48 10,69 11,09 Kalimantan Utara 13,44 14,59 14,01 Sulawesi Utara 10,17 8,95 9,59 Sulawesi Tengah 15,14 13,14 14,18 Sulawesi Selatan 16,08 13,59 14,86 Sulawesi Tenggara 15,83 13,86 14,86 Gorontalo 13,76 12,83 13,31 Sulawesi Barat 20,31 14,99 17,79 Maluku 13,14 11,95 12,54 Maluku Utara 16,14 17,17 16,64 Papua Barat 21,72 22,37 22,04 Papua 34,96 37,48 36,14

Indonesia 13,70 12,32 13,03

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

272

Tabel L-6.8.1 Angka Buta Huruf Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 11,42 12,42 11,91 Sumatera Utara 7,52 7,73 7,62 Sumatera Barat 12,29 10,90 11,61 Riau 10,94 9,76 10,37 Jambi 9,00 7,70 8,35 Sumatera Selatan 9,23 6,94 8,11 Bengkulu 10,72 8,41 9,54 Lampung 9,79 7,80 8,83 Kep. Bangka Belitung 7,65 5,40 6,53 Kep. Riau 14,73 11,11 12,93 DKI Jakarta 8,25 8,33 8,29 Jawa Barat 9,44 8,02 8,75 Jawa Tengah 9,54 8,35 8,95 D I Yogyakarta 9,68 7,65 8,71 Jawa Timur 9,04 8,03 8,55 Banten 7,57 7,56 7,56 Bali 10,36 8,95 9,68 Nusa Tenggara Barat 12,78 13,28 13,02 Nusa Tenggara Timur 7,88 9,48 8,67 Kalimantan Barat 10,14 9,02 9,58 Kalimantan Tengah 10,74 11,24 10,99 Kalimantan Selatan 13,01 10,89 11,98 Kalimantan Timur 7,58 7,60 7,59 Kalimantan Utara 11,32 11,01 11,17 Sulawesi Utara 6,66 5,26 5,96 Sulawesi Tengah 11,52 11,50 11,51 Sulawesi Selatan 12,56 12,27 12,41 Sulawesi Tenggara 11,18 10,43 10,80 Gorontalo 9,07 9,64 9,35 Sulawesi Barat 14,32 15,69 14,98 Maluku 11,32 10,98 11,16 Maluku Utara 14,49 12,74 13,63 Papua Barat 9,94 8,49 9,22 Papua 12,17 11,04 11,63

Indonesia 9,50 8,57 9,04

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

280

Profil Anak Indonesia 2017

274

Tabel L-6.8.3 Angka Buta Huruf Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 13,94 14,22 14,08 Sumatera Utara 10,08 10,07 10,07 Sumatera Barat 14,56 12,84 13,72 Riau 12,52 12,01 12,27 Jambi 11,04 10,83 10,94 Sumatera Selatan 11,40 10,12 10,78 Bengkulu 12,79 8,99 10,89 Lampung 12,43 10,72 11,61 Kep. Bangka Belitung 10,46 9,28 9,89 Kep. Riau 14,10 10,67 12,40 DKI Jakarta 8,25 8,33 8,29 Jawa Barat 10,56 8,75 9,68 Jawa Tengah 10,46 8,94 9,72 D I Yogyakarta 9,74 9,14 9,45 Jawa Timur 9,39 8,49 8,95 Banten 9,98 8,84 9,42 Bali 11,40 9,85 10,65 Nusa Tenggara Barat 15,41 14,87 15,15 Nusa Tenggara Timur 15,67 13,90 14,81 Kalimantan Barat 13,59 11,89 12,75 Kalimantan Tengah 12,87 12,93 12,90 Kalimantan Selatan 13,30 12,66 12,99 Kalimantan Timur 9,01 8,72 8,87 Kalimantan Utara 12,25 12,61 12,42 Sulawesi Utara 8,62 7,23 7,94 Sulawesi Tengah 14,28 12,73 13,53 Sulawesi Selatan 14,79 13,10 13,96 Sulawesi Tenggara 14,53 12,87 13,71 Gorontalo 12,15 11,73 11,95 Sulawesi Barat 19,16 15,13 17,24 Maluku 12,45 11,60 12,03 Maluku Utara 15,76 16,12 15,93 Papua Barat 17,49 17,30 17,40 Papua 29,96 31,44 30,66

Indonesia 11,63 10,46 11,06

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

281

Profil Anak Indonesia 2017

275

Tabel L- 6.9.1 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 0,58 0,03 0,31 Sumatera Utara 1,39 0,57 0,99 Sumatera Barat 1,40 0,32 0,87 Riau 1,79 0,82 1,32 Jambi 1,30 0,77 1,03 Sumatera Selatan 1,25 1,56 1,41 Bengkulu 2,20 0,33 1,24 Lampung 2,42 0,07 1,28 Kep. Bangka Belitung 2,96 2,44 2,70 Kep. Riau 0,32 0,17 0,24 DKI Jakarta 1,56 0,72 1,15 Jawa Barat 2,24 1,22 1,74 Jawa Tengah 1,45 0,97 1,21 D I Yogyakarta 0,10 0,58 0,33 Jawa Timur 0,94 0,61 0,78 Banten 0,97 0,58 0,78 Bali 0,15 0,41 0,28 Nusa Tenggara Barat 1,80 1,02 1,43 Nusa Tenggara Timur 1,74 1,04 1,40 Kalimantan Barat 3,26 1,49 2,37 Kalimantan Tengah 1,15 1,31 1,23 Kalimantan Selatan 2,23 2,84 2,53 Kalimantan Timur 0,78 0,47 0,62 Kalimantan Utara 2,35 2,23 2,29 Sulawesi Utara 2,02 0,61 1,31 Sulawesi Tengah 2,13 2,18 2,16 Sulawesi Selatan 2,95 1,87 2,42 Sulawesi Tenggara 2,68 2,61 2,64 Gorontalo 5,08 1,21 3,22 Sulawesi Barat 4,19 2,14 3,21 Maluku 1,14 0,44 0,81 Maluku Utara 1,81 0,68 1,25 Papua Barat 0,87 0,35 0,61 Papua 1,42 0,83 1,14

Indonesia 1,62 0,94 1,29

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

274

Tabel L-6.8.3 Angka Buta Huruf Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 13,94 14,22 14,08 Sumatera Utara 10,08 10,07 10,07 Sumatera Barat 14,56 12,84 13,72 Riau 12,52 12,01 12,27 Jambi 11,04 10,83 10,94 Sumatera Selatan 11,40 10,12 10,78 Bengkulu 12,79 8,99 10,89 Lampung 12,43 10,72 11,61 Kep. Bangka Belitung 10,46 9,28 9,89 Kep. Riau 14,10 10,67 12,40 DKI Jakarta 8,25 8,33 8,29 Jawa Barat 10,56 8,75 9,68 Jawa Tengah 10,46 8,94 9,72 D I Yogyakarta 9,74 9,14 9,45 Jawa Timur 9,39 8,49 8,95 Banten 9,98 8,84 9,42 Bali 11,40 9,85 10,65 Nusa Tenggara Barat 15,41 14,87 15,15 Nusa Tenggara Timur 15,67 13,90 14,81 Kalimantan Barat 13,59 11,89 12,75 Kalimantan Tengah 12,87 12,93 12,90 Kalimantan Selatan 13,30 12,66 12,99 Kalimantan Timur 9,01 8,72 8,87 Kalimantan Utara 12,25 12,61 12,42 Sulawesi Utara 8,62 7,23 7,94 Sulawesi Tengah 14,28 12,73 13,53 Sulawesi Selatan 14,79 13,10 13,96 Sulawesi Tenggara 14,53 12,87 13,71 Gorontalo 12,15 11,73 11,95 Sulawesi Barat 19,16 15,13 17,24 Maluku 12,45 11,60 12,03 Maluku Utara 15,76 16,12 15,93 Papua Barat 17,49 17,30 17,40 Papua 29,96 31,44 30,66

Indonesia 11,63 10,46 11,06

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

282

Profil Anak Indonesia 2017

276

Tabel L- 6.9.2 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 0,61 0,24 0,43 Sumatera Utara 1,57 0,72 1,15 Sumatera Barat 2,85 1,00 1,95 Riau 2,24 1,11 1,69 Jambi 2,05 1,10 1,59 Sumatera Selatan 2,96 1,99 2,49 Bengkulu 2,15 1,28 1,72 Lampung 2,40 0,43 1,46 Kep. Bangka Belitung 4,64 4,92 4,77 Kep. Riau 1,07 0,98 1,03 DKI Jakarta - - - Jawa Barat 1,57 0,94 1,27 Jawa Tengah 1,62 0,54 1,10 D I Yogyakarta - - - Jawa Timur 1,56 1,03 1,30 Banten 1,55 0,54 1,06 Bali 1,26 1,03 1,15 Nusa Tenggara Barat 1,02 0,91 0,97 Nusa Tenggara Timur 3,62 2,05 2,86 Kalimantan Barat 2,79 2,62 2,71 Kalimantan Tengah 2,78 2,23 2,51 Kalimantan Selatan 2,20 1,46 1,85 Kalimantan Timur 1,56 1,31 1,44 Kalimantan Utara 4,31 4,71 4,51 Sulawesi Utara 4,12 1,24 2,75 Sulawesi Tengah 3,44 1,86 2,68 Sulawesi Selatan 3,29 1,91 2,62 Sulawesi Tenggara 3,37 1,80 2,60 Gorontalo 5,55 3,42 4,53 Sulawesi Barat 4,47 2,52 3,53 Maluku 1,61 1,47 1,54 Maluku Utara 2,52 2,00 2,27 Papua Barat 1,89 1,15 1,52 Papua 1,62 1,69 1,65

Indonesia 2,09 1,18 1,65

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

283

Profil Anak Indonesia 2017

277

Tabel L- 6.9.3 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 0,60 0,18 0,39 Sumatera Utara 1,49 0,65 1,08 Sumatera Barat 2,28 0,73 1,52 Riau 2,07 1,00 1,55 Jambi 1,84 1,00 1,43 Sumatera Selatan 2,37 1,84 2,11 Bengkulu 2,16 0,98 1,57 Lampung 2,41 0,33 1,41 Kep. Bangka Belitung 3,82 3,64 3,73 Kep. Riau 0,46 0,31 0,38 DKI Jakarta 1,56 0,72 1,15 Jawa Barat 2,03 1,14 1,59 Jawa Tengah 1,54 0,74 1,15 D I Yogyakarta 0,07 0,38 0,22 Jawa Timur 1,26 0,83 1,05 Banten 1,17 0,57 0,88 Bali 0,58 0,64 0,61 Nusa Tenggara Barat 1,36 0,96 1,16 Nusa Tenggara Timur 3,27 1,86 2,59 Kalimantan Barat 2,93 2,28 2,61 Kalimantan Tengah 2,20 1,90 2,05 Kalimantan Selatan 2,21 2,05 2,14 Kalimantan Timur 1,06 0,77 0,92 Kalimantan Utara 3,21 3,34 3,27 Sulawesi Utara 3,19 0,95 2,09 Sulawesi Tengah 3,13 1,94 2,55 Sulawesi Selatan 3,16 1,90 2,55 Sulawesi Tenggara 3,18 2,03 2,61 Gorontalo 5,39 2,67 4,08 Sulawesi Barat 4,41 2,45 3,47 Maluku 1,43 1,11 1,27 Maluku Utara 2,35 1,67 2,03 Papua Barat 1,51 0,85 1,18 Papua 1,58 1,49 1,54

Indonesia 1,86 1,06 1,47

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

276

Tabel L- 6.9.2 Angka Putus Sekolah Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 0,61 0,24 0,43 Sumatera Utara 1,57 0,72 1,15 Sumatera Barat 2,85 1,00 1,95 Riau 2,24 1,11 1,69 Jambi 2,05 1,10 1,59 Sumatera Selatan 2,96 1,99 2,49 Bengkulu 2,15 1,28 1,72 Lampung 2,40 0,43 1,46 Kep. Bangka Belitung 4,64 4,92 4,77 Kep. Riau 1,07 0,98 1,03 DKI Jakarta - - - Jawa Barat 1,57 0,94 1,27 Jawa Tengah 1,62 0,54 1,10 D I Yogyakarta - - - Jawa Timur 1,56 1,03 1,30 Banten 1,55 0,54 1,06 Bali 1,26 1,03 1,15 Nusa Tenggara Barat 1,02 0,91 0,97 Nusa Tenggara Timur 3,62 2,05 2,86 Kalimantan Barat 2,79 2,62 2,71 Kalimantan Tengah 2,78 2,23 2,51 Kalimantan Selatan 2,20 1,46 1,85 Kalimantan Timur 1,56 1,31 1,44 Kalimantan Utara 4,31 4,71 4,51 Sulawesi Utara 4,12 1,24 2,75 Sulawesi Tengah 3,44 1,86 2,68 Sulawesi Selatan 3,29 1,91 2,62 Sulawesi Tenggara 3,37 1,80 2,60 Gorontalo 5,55 3,42 4,53 Sulawesi Barat 4,47 2,52 3,53 Maluku 1,61 1,47 1,54 Maluku Utara 2,52 2,00 2,27 Papua Barat 1,89 1,15 1,52 Papua 1,62 1,69 1,65

Indonesia 2,09 1,18 1,65

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

284

Profil Anak Indonesia 2017

278

Tabel L-6.10.1 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 21,62 26,68 24,07 Sumatera Utara 32,30 33,53 32,90 Sumatera Barat 40,22 43,86 41,99 Riau 41,15 41,50 41,32 Jambi 35,31 42,83 39,10 Sumatera Selatan 36,79 40,00 38,40 Bengkulu 48,69 48,12 48,40 Lampung 24,93 36,48 30,51 Kep. Bangka Belitung 31,76 40,26 36,05 Kep. Riau 40,73 38,37 39,51 DKI Jakarta 46,61 49,41 47,98 Jawa Barat 32,99 36,76 34,84 Jawa Tengah 39,38 44,11 41,72 D I Yogyakarta 50,07 53,53 51,74 Jawa Timur 44,06 46,08 45,04 Banten 33,90 37,13 35,49 Bali 49,22 51,01 50,10 Nusa Tenggara Barat 23,42 23,68 23,54 Nusa Tenggara Timur 25,11 26,59 25,84 Kalimantan Barat 37,39 42,55 40,00 Kalimantan Tengah 38,70 44,51 41,56 Kalimantan Selatan 42,28 48,18 45,17 Kalimantan Timur 44,78 46,90 45,83 Kalimantan Utara 35,80 42,67 39,13 Sulawesi Utara 36,05 42,79 39,45 Sulawesi Tengah 31,79 43,07 37,34 Sulawesi Selatan 34,81 42,92 38,77 Sulawesi Tenggara 29,39 37,31 33,31 Gorontalo 29,66 40,19 34,72 Sulawesi Barat 24,33 31,46 27,74 Maluku 27,39 36,13 31,49 Maluku Utara 24,90 28,88 26,87 Papua Barat 24,07 33,50 28,76 Papua 22,96 29,71 26,22

Indonesia 36,95 40,62 38,75

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

285

Profil Anak Indonesia 2017

279

Tabel L-6.10.2 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 7,15 9,86 8,46 Sumatera Utara 12,44 15,60 13,98 Sumatera Barat 15,30 19,78 17,49 Riau 14,04 17,51 15,73 Jambi 15,92 19,95 17,86 Sumatera Selatan 12,47 15,14 13,77 Bengkulu 13,41 17,11 15,25 Lampung 13,70 17,05 15,30 Kep. Bangka Belitung 13,87 20,18 16,88 Kep. Riau 14,90 22,59 18,68 DKI Jakarta - - - Jawa Barat 18,25 23,78 20,93 Jawa Tengah 27,44 30,95 29,14 D I Yogyakarta 29,64 38,64 33,97 Jawa Timur 23,16 27,53 25,28 Banten 10,44 14,72 12,53 Bali 34,26 28,55 31,51 Nusa Tenggara Barat 10,01 12,90 11,46 Nusa Tenggara Timur 2,91 4,16 3,52 Kalimantan Barat 9,74 11,15 10,43 Kalimantan Tengah 14,67 15,78 15,21 Kalimantan Selatan 20,75 27,87 24,15 Kalimantan Timur 18,46 21,11 19,75 Kalimantan Utara 16,13 18,82 17,46 Sulawesi Utara 16,19 21,97 18,94 Sulawesi Tengah 10,73 13,58 12,10 Sulawesi Selatan 15,91 21,84 18,80 Sulawesi Tenggara 9,94 15,38 12,61 Gorontalo 12,31 22,09 17,01 Sulawesi Barat 7,22 13,19 10,08 Maluku 6,70 7,45 7,08 Maluku Utara 3,67 3,65 3,66 Papua Barat 8,19 9,18 8,68 Papua 1,86 2,09 1,97

Indonesia 16,26 19,96 18,05

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

278

Tabel L-6.10.1 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 21,62 26,68 24,07 Sumatera Utara 32,30 33,53 32,90 Sumatera Barat 40,22 43,86 41,99 Riau 41,15 41,50 41,32 Jambi 35,31 42,83 39,10 Sumatera Selatan 36,79 40,00 38,40 Bengkulu 48,69 48,12 48,40 Lampung 24,93 36,48 30,51 Kep. Bangka Belitung 31,76 40,26 36,05 Kep. Riau 40,73 38,37 39,51 DKI Jakarta 46,61 49,41 47,98 Jawa Barat 32,99 36,76 34,84 Jawa Tengah 39,38 44,11 41,72 D I Yogyakarta 50,07 53,53 51,74 Jawa Timur 44,06 46,08 45,04 Banten 33,90 37,13 35,49 Bali 49,22 51,01 50,10 Nusa Tenggara Barat 23,42 23,68 23,54 Nusa Tenggara Timur 25,11 26,59 25,84 Kalimantan Barat 37,39 42,55 40,00 Kalimantan Tengah 38,70 44,51 41,56 Kalimantan Selatan 42,28 48,18 45,17 Kalimantan Timur 44,78 46,90 45,83 Kalimantan Utara 35,80 42,67 39,13 Sulawesi Utara 36,05 42,79 39,45 Sulawesi Tengah 31,79 43,07 37,34 Sulawesi Selatan 34,81 42,92 38,77 Sulawesi Tenggara 29,39 37,31 33,31 Gorontalo 29,66 40,19 34,72 Sulawesi Barat 24,33 31,46 27,74 Maluku 27,39 36,13 31,49 Maluku Utara 24,90 28,88 26,87 Papua Barat 24,07 33,50 28,76 Papua 22,96 29,71 26,22

Indonesia 36,95 40,62 38,75

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

286

Profil Anak Indonesia 2017

280

Tabel L-6.10.3 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 11,18 14,53 12,81 Sumatera Utara 21,80 24,12 22,93 Sumatera Barat 25,16 29,24 27,15 Riau 24,25 26,53 25,36 Jambi 21,48 26,92 24,14 Sumatera Selatan 20,82 24,04 22,40 Bengkulu 23,90 26,84 25,38 Lampung 16,72 22,36 19,42 Kep. Bangka Belitung 22,61 30,55 26,50 Kep. Riau 36,06 35,75 35,90 DKI Jakarta 46,61 49,41 47,98 Jawa Barat 28,39 32,78 30,54 Jawa Tengah 32,94 37,15 34,99 D I Yogyakarta 43,23 48,58 45,81 Jawa Timur 33,34 36,61 34,93 Banten 25,81 29,49 27,61 Bali 43,44 42,51 42,99 Nusa Tenggara Barat 15,89 17,30 16,58 Nusa Tenggara Timur 6,99 8,42 7,69 Kalimantan Barat 17,78 20,65 19,21 Kalimantan Tengah 23,20 26,07 24,61 Kalimantan Selatan 29,65 36,53 32,97 Kalimantan Timur 35,21 37,70 36,44 Kalimantan Utara 27,20 32,02 29,56 Sulawesi Utara 24,95 31,75 28,28 Sulawesi Tengah 15,72 20,79 18,17 Sulawesi Selatan 22,86 29,62 26,16 Sulawesi Tenggara 15,37 21,59 18,43 Gorontalo 18,18 28,22 23,00 Sulawesi Barat 10,59 16,78 13,56 Maluku 14,53 17,51 15,98 Maluku Utara 8,63 9,88 9,23 Papua Barat 14,07 18,26 16,15 Papua 6,50 8,55 7,46

Indonesia 26,44 30,25 28,30

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

287

Profil Anak Indonesia 2017

281

Tabel L-6.11.1 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perkotaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/ berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

Email

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 62,31 79,04 17,48 74,87 68,05 2,01 Sumatera Utara 54,90 85,60 13,32 67,93 62,42 1,79 Sumatera Barat 56,27 83,99 10,20 70,14 61,93 3,15 Riau 67,41 85,81 15,89 71,74 65,71 3,54 Jambi 59,02 82,99 20,26 74,86 69,22 4,35 Sumatera Selatan 62,23 81,75 16,64 80,08 58,34 3,05 Bengkulu 63,40 80,47 11,55 79,26 68,46 1,70 Lampung 61,08 80,90 15,25 78,18 61,68 1,92 Kep. Bangka Belitung 71,30 77,33 11,28 78,39 64,02 3,73 Kep. Riau 57,99 85,06 12,51 71,83 61,78 2,20 DKI Jakarta 63,44 80,51 16,74 77,76 70,76 4,62 Jawa Barat 62,79 77,47 15,44 78,30 57,33 3,08 Jawa Tengah 65,16 85,22 16,94 73,39 49,25 2,37 D I Yogyakarta 73,39 86,04 16,14 76,44 61,99 3,51 Jawa Timur 65,82 86,27 16,44 69,46 61,36 3,15 Banten 60,75 73,40 16,20 77,04 60,14 3,66 Bali 68,56 81,90 14,95 80,13 69,88 4,87 Nusa Tenggara Barat 52,83 84,69 12,06 67,22 50,15 1,55 Nusa Tenggara Timur 52,63 83,65 9,30 64,88 38,92 1,23 Kalimantan Barat 63,22 79,04 10,87 74,20 64,99 4,24 Kalimantan Tengah 63,68 82,59 22,87 77,10 63,96 4,75 Kalimantan Selatan 66,58 76,58 14,28 82,96 73,48 5,21 Kalimantan Timur 65,37 83,39 18,77 76,67 69,82 6,26 Kalimantan Utara 50,10 84,65 12,66 67,94 64,99 4,25 Sulawesi Utara 56,38 71,87 14,05 81,12 67,41 4,46 Sulawesi Tengah 53,23 86,29 8,80 77,35 51,58 3,45 Sulawesi Selatan 58,40 79,11 14,08 72,22 62,31 3,45 Sulawesi Tenggara 52,68 86,45 13,73 67,24 43,26 2,94 Gorontalo 47,60 81,68 10,16 75,91 53,11 1,43 Sulawesi Barat 63,60 83,78 9,46 74,63 41,99 1,70 Maluku 44,39 85,35 7,84 70,31 45,87 0,89 Maluku Utara 51,31 90,16 20,24 79,96 40,00 1,75 Papua Barat 64,39 83,29 9,68 74,20 43,40 2,12 Papua 55,41 74,28 17,15 79,82 58,34 2,88

Indonesia 62,74 81,58 15,54 74,80 59,97 3,14

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

280

Tabel L-6.10.3 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) Aceh 11,18 14,53 12,81 Sumatera Utara 21,80 24,12 22,93 Sumatera Barat 25,16 29,24 27,15 Riau 24,25 26,53 25,36 Jambi 21,48 26,92 24,14 Sumatera Selatan 20,82 24,04 22,40 Bengkulu 23,90 26,84 25,38 Lampung 16,72 22,36 19,42 Kep. Bangka Belitung 22,61 30,55 26,50 Kep. Riau 36,06 35,75 35,90 DKI Jakarta 46,61 49,41 47,98 Jawa Barat 28,39 32,78 30,54 Jawa Tengah 32,94 37,15 34,99 D I Yogyakarta 43,23 48,58 45,81 Jawa Timur 33,34 36,61 34,93 Banten 25,81 29,49 27,61 Bali 43,44 42,51 42,99 Nusa Tenggara Barat 15,89 17,30 16,58 Nusa Tenggara Timur 6,99 8,42 7,69 Kalimantan Barat 17,78 20,65 19,21 Kalimantan Tengah 23,20 26,07 24,61 Kalimantan Selatan 29,65 36,53 32,97 Kalimantan Timur 35,21 37,70 36,44 Kalimantan Utara 27,20 32,02 29,56 Sulawesi Utara 24,95 31,75 28,28 Sulawesi Tengah 15,72 20,79 18,17 Sulawesi Selatan 22,86 29,62 26,16 Sulawesi Tenggara 15,37 21,59 18,43 Gorontalo 18,18 28,22 23,00 Sulawesi Barat 10,59 16,78 13,56 Maluku 14,53 17,51 15,98 Maluku Utara 8,63 9,88 9,23 Papua Barat 14,07 18,26 16,15 Papua 6,50 8,55 7,46

Indonesia 26,44 30,25 28,30

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

288

Profil Anak Indonesia 2017

282

Tabel L-6.11.2 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perdesaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

Email

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 60,52 73,35 13,65 75,46 41,50 0,58 Sumatera Utara 56,16 76,71 10,12 71,11 45,06 0,52 Sumatera Barat 50,04 81,13 7,29 66,27 40,41 0,59 Riau 61,56 74,05 14,68 78,75 42,59 0,86 Jambi 60,98 66,86 10,55 81,68 48,75 1,14 Sumatera Selatan 57,70 60,60 10,19 84,22 41,91 0,96 Bengkulu 56,45 73,36 9,51 68,18 48,23 0,92 Lampung 57,41 72,10 8,38 73,58 40,70 0,71 Kep. Bangka Belitung 68,34 70,33 8,15 77,21 47,98 1,84 Kep. Riau 75,65 85,45 13,16 83,56 60,59 1,55 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 60,88 66,44 14,17 81,27 45,74 1,38 Jawa Tengah 62,10 78,12 14,83 72,59 42,47 1,36 D I Yogyakarta 72,78 80,16 17,84 76,22 49,49 3,22 Jawa Timur 62,77 79,34 15,19 75,07 48,21 1,02 Banten 50,71 65,57 14,07 71,34 30,15 0,60 Bali 55,53 79,31 11,25 78,58 62,10 2,28 Nusa Tenggara Barat 58,79 66,14 10,11 75,51 34,67 0,43 Nusa Tenggara Timur 52,90 71,46 10,12 64,66 25,26 0,13 Kalimantan Barat 63,28 60,70 8,70 78,26 54,35 0,89 Kalimantan Tengah 63,18 70,48 9,48 82,08 45,20 1,35 Kalimantan Selatan 66,37 69,71 13,39 80,76 61,76 1,44 Kalimantan Timur 62,75 67,72 12,42 79,28 47,08 1,77 Kalimantan Utara 68,90 78,69 14,11 76,58 56,28 2,14 Sulawesi Utara 53,72 63,50 11,19 81,76 58,67 1,64 Sulawesi Tengah 52,31 74,61 9,03 74,06 37,39 0,20 Sulawesi Selatan 50,96 75,29 11,28 71,42 41,39 0,84 Sulawesi Tenggara 51,60 80,30 6,48 72,50 34,47 0,30 Gorontalo 39,67 79,18 9,44 72,28 33,86 0,47 Sulawesi Barat 50,56 78,94 10,56 72,09 25,78 0,22 Maluku 45,97 75,02 5,38 77,72 32,49 0,38 Maluku Utara 56,56 77,02 8,15 68,30 29,57 0,16 Papua Barat 52,99 72,44 12,78 71,62 48,86 0,13 Papua 69,77 65,99 4,60 79,25 56,40 0,16

Indonesia 59,75 74,06 12,90 75,45 44,71 0,94

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

289

Profil Anak Indonesia 2017

283

Tabel L-6.11.3 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

E-mail

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 61,45 76,33 15,65 75,15 55,38 0,98 Sumatera Utara 55,31 82,74 12,30 68,95 56,85 1,12 Sumatera Barat 53,84 82,87 9,07 68,63 53,54 1,60 Riau 65,15 81,26 15,42 74,45 56,77 1,87 Jambi 60,04 74,58 15,20 78,42 58,55 2,09 Sumatera Selatan 60,42 73,31 14,06 81,73 51,78 1,69 Bengkulu 60,50 77,50 10,70 74,64 60,02 1,16 Lampung 58,97 75,85 11,30 75,53 49,63 1,04 Kep. Bangka Belitung 70,36 75,11 10,29 78,02 58,94 2,79 Kep. Riau 59,59 85,10 12,57 72,89 61,67 2,08 DKI Jakarta 63,44 80,51 16,74 77,76 70,76 4,62 Jawa Barat 62,38 75,13 15,17 78,93 54,87 2,55 Jawa Tengah 63,80 82,06 16,00 73,04 46,24 1,83 D I Yogyakarta 73,24 84,58 16,56 76,39 58,90 3,41 Jawa Timur 64,69 83,70 15,97 71,54 56,49 2,06 Banten 59,19 72,18 15,87 76,15 55,48 2,61 Bali 64,91 81,17 13,92 79,70 67,70 3,88 Nusa Tenggara Barat 55,20 77,30 11,28 70,52 43,98 0,90 Nusa Tenggara Timur 52,73 79,12 9,61 64,80 33,83 0,34 Kalimantan Barat 63,25 72,03 10,04 75,75 60,93 1,89 Kalimantan Tengah 63,48 77,77 17,54 79,08 56,49 2,56 Kalimantan Selatan 66,49 73,66 13,90 82,03 68,50 3,03 Kalimantan Timur 64,86 80,33 17,53 77,18 65,38 4,64 Kalimantan Utara 55,01 83,10 13,04 70,20 62,72 3,32 Sulawesi Utara 55,41 68,81 13,01 81,35 64,22 2,92 Sulawesi Tengah 52,76 80,38 8,91 75,68 44,40 0,98 Sulawesi Selatan 55,02 77,38 12,81 71,86 52,81 1,80 Sulawesi Tenggara 52,15 83,43 10,17 69,82 38,94 1,05 Gorontalo 43,72 80,46 9,81 74,13 43,69 0,79 Sulawesi Barat 55,81 80,89 10,12 73,12 32,31 0,51 Maluku 44,84 82,45 7,15 72,40 42,11 0,56 Maluku Utara 52,90 86,19 16,59 76,44 36,86 0,54 Papua Barat 60,54 79,62 10,73 73,33 45,25 0,87 Papua 58,34 72,59 14,59 79,71 57,95 0,78

Indonesia 61,78 79,15 14,69 75,01 55,06 2,03

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

282

Tabel L-6.11.2 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perdesaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

Email

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 60,52 73,35 13,65 75,46 41,50 0,58 Sumatera Utara 56,16 76,71 10,12 71,11 45,06 0,52 Sumatera Barat 50,04 81,13 7,29 66,27 40,41 0,59 Riau 61,56 74,05 14,68 78,75 42,59 0,86 Jambi 60,98 66,86 10,55 81,68 48,75 1,14 Sumatera Selatan 57,70 60,60 10,19 84,22 41,91 0,96 Bengkulu 56,45 73,36 9,51 68,18 48,23 0,92 Lampung 57,41 72,10 8,38 73,58 40,70 0,71 Kep. Bangka Belitung 68,34 70,33 8,15 77,21 47,98 1,84 Kep. Riau 75,65 85,45 13,16 83,56 60,59 1,55 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 60,88 66,44 14,17 81,27 45,74 1,38 Jawa Tengah 62,10 78,12 14,83 72,59 42,47 1,36 D I Yogyakarta 72,78 80,16 17,84 76,22 49,49 3,22 Jawa Timur 62,77 79,34 15,19 75,07 48,21 1,02 Banten 50,71 65,57 14,07 71,34 30,15 0,60 Bali 55,53 79,31 11,25 78,58 62,10 2,28 Nusa Tenggara Barat 58,79 66,14 10,11 75,51 34,67 0,43 Nusa Tenggara Timur 52,90 71,46 10,12 64,66 25,26 0,13 Kalimantan Barat 63,28 60,70 8,70 78,26 54,35 0,89 Kalimantan Tengah 63,18 70,48 9,48 82,08 45,20 1,35 Kalimantan Selatan 66,37 69,71 13,39 80,76 61,76 1,44 Kalimantan Timur 62,75 67,72 12,42 79,28 47,08 1,77 Kalimantan Utara 68,90 78,69 14,11 76,58 56,28 2,14 Sulawesi Utara 53,72 63,50 11,19 81,76 58,67 1,64 Sulawesi Tengah 52,31 74,61 9,03 74,06 37,39 0,20 Sulawesi Selatan 50,96 75,29 11,28 71,42 41,39 0,84 Sulawesi Tenggara 51,60 80,30 6,48 72,50 34,47 0,30 Gorontalo 39,67 79,18 9,44 72,28 33,86 0,47 Sulawesi Barat 50,56 78,94 10,56 72,09 25,78 0,22 Maluku 45,97 75,02 5,38 77,72 32,49 0,38 Maluku Utara 56,56 77,02 8,15 68,30 29,57 0,16 Papua Barat 52,99 72,44 12,78 71,62 48,86 0,13 Papua 69,77 65,99 4,60 79,25 56,40 0,16

Indonesia 59,75 74,06 12,90 75,45 44,71 0,94

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

290

Profil Anak Indonesia 2017

284

Tabel L-6.12.1 Persentase Anak Berumur 5-6 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perkotaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

Email

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 14,36 10,84 9,18 9,18 100,00 0,20 Sumatera Utara 28,35 37,73 4,44 12,27 84,65 0,16 Sumatera Barat 13,99 15,49 0,00 31,44 84,51 0,44 Riau 52,79 37,87 14,92 19,79 70,26 0,42 Jambi 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Sumatera Selatan 8,75 0,00 0,00 33,02 95,74 0,07 Bengkulu 14,99 0,00 0,00 1,40 98,60 0,00 Lampung 40,01 0,00 0,00 44,01 79,76 0,63 Kep. Bangka Belitung 18,69 0,00 7,98 18,69 92,02 0,20 Kep. Riau 7,96 17,40 0,00 25,45 90,43 0,21 DKI Jakarta 2,79 5,55 2,79 21,03 95,53 0,30 Jawa Barat 25,35 28,45 0,00 20,13 85,65 0,03 Jawa Tengah 3,12 9,31 0,00 14,09 96,22 0,02 D I Yogyakarta 0,00 16,46 0,00 0,00 100,00 0,00 Jawa Timur 18,60 28,70 0,00 11,79 93,90 0,15 Banten 21,87 31,31 9,66 23,72 80,91 0,48 Bali 6,90 6,78 0,00 1,76 89,39 0,53 Nusa Tenggara Barat 0,00 21,16 0,00 8,77 100,00 0,00 Nusa Tenggara Timur 0,00 0,00 0,00 15,15 84,85 0,00 Kalimantan Barat 3,75 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Kalimantan Tengah 0,00 0,00 0,00 9,83 80,39 0,54 Kalimantan Selatan 0,00 0,00 0,00 9,47 100,00 0,29 Kalimantan Timur 25,56 28,57 15,01 13,68 98,70 0,59 Kalimantan Utara 3,94 18,82 0,00 3,94 85,12 0,49 Sulawesi Utara 13,16 24,00 12,29 25,82 100,00 0,00 Sulawesi Tengah 20,52 0,00 0,00 50,37 79,48 0,00 Sulawesi Selatan 15,21 13,23 11,12 27,83 88,23 0,59 Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 0,00 11,44 88,56 0,00 Gorontalo 30,39 72,67 0,00 30,39 100,00 0,00 Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00 51,01 100,00 0,00 Maluku 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Maluku Utara 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Papua Barat 0,00 0,00 0,00 45,23 65,05 0,20 Papua 0,00 36,80 0,00 36,80 63,20 0,00

Indonesia 14,61 17,93 2,75 17,73 90,98 0,17

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

291

Profil Anak Indonesia 2017

285

Tabel L-6.12.2 Persentase Anak Berumur 5-6 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perdesaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

Email

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 16,39 0,00 0,00 0,00 83,61 0,06 Sumatera Utara 0,00 41,51 0,00 0,00 100,00 0,00 Sumatera Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Riau 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Jambi 50,64 0,00 0,00 50,64 49,36 0,00 Sumatera Selatan 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Bengkulu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Lampung 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Kep. Bangka Belitung 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Kep. Riau 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 DKI Jakarta 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jawa Barat 26,69 0,00 12,07 0,00 87,93 0,02 Jawa Tengah 12,06 13,59 0,00 8,32 91,68 0,00 D I Yogyakarta 25,31 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Jawa Timur 8,95 16,85 0,00 40,86 59,14 0,05 Banten 0,00 100,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Bali 0,00 27,76 0,00 27,76 100,00 0,00 Nusa Tenggara Barat 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 Nusa Tenggara Timur 0,00 0,00 0,00 63,56 100,00 0,00 Kalimantan Barat 0,00 0,00 0,00 12,67 100,00 0,00 Kalimantan Tengah 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Kalimantan Selatan 34,87 34,87 0,00 57,30 42,70 0,00 Kalimantan Timur 44,25 0,00 0,00 55,75 0,00 0,00 Kalimantan Utara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sulawesi Utara 0,00 13,53 0,00 44,14 83,72 0,00 Sulawesi Tengah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sulawesi Selatan 4,87 4,87 0,00 8,00 95,13 0,00 Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Gorontalo 49,74 49,74 0,00 100,00 49,74 0,00 Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Maluku 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Maluku Utara 0,00 0,00 0,00 26,81 73,19 0,00 Papua Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Papua 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Indonesia 12,33 12,44 0,65 20,77 79,30 0,01

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

284

Tabel L-6.12.1 Persentase Anak Berumur 5-6 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perkotaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

Email

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 14,36 10,84 9,18 9,18 100,00 0,20 Sumatera Utara 28,35 37,73 4,44 12,27 84,65 0,16 Sumatera Barat 13,99 15,49 0,00 31,44 84,51 0,44 Riau 52,79 37,87 14,92 19,79 70,26 0,42 Jambi 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Sumatera Selatan 8,75 0,00 0,00 33,02 95,74 0,07 Bengkulu 14,99 0,00 0,00 1,40 98,60 0,00 Lampung 40,01 0,00 0,00 44,01 79,76 0,63 Kep. Bangka Belitung 18,69 0,00 7,98 18,69 92,02 0,20 Kep. Riau 7,96 17,40 0,00 25,45 90,43 0,21 DKI Jakarta 2,79 5,55 2,79 21,03 95,53 0,30 Jawa Barat 25,35 28,45 0,00 20,13 85,65 0,03 Jawa Tengah 3,12 9,31 0,00 14,09 96,22 0,02 D I Yogyakarta 0,00 16,46 0,00 0,00 100,00 0,00 Jawa Timur 18,60 28,70 0,00 11,79 93,90 0,15 Banten 21,87 31,31 9,66 23,72 80,91 0,48 Bali 6,90 6,78 0,00 1,76 89,39 0,53 Nusa Tenggara Barat 0,00 21,16 0,00 8,77 100,00 0,00 Nusa Tenggara Timur 0,00 0,00 0,00 15,15 84,85 0,00 Kalimantan Barat 3,75 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Kalimantan Tengah 0,00 0,00 0,00 9,83 80,39 0,54 Kalimantan Selatan 0,00 0,00 0,00 9,47 100,00 0,29 Kalimantan Timur 25,56 28,57 15,01 13,68 98,70 0,59 Kalimantan Utara 3,94 18,82 0,00 3,94 85,12 0,49 Sulawesi Utara 13,16 24,00 12,29 25,82 100,00 0,00 Sulawesi Tengah 20,52 0,00 0,00 50,37 79,48 0,00 Sulawesi Selatan 15,21 13,23 11,12 27,83 88,23 0,59 Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 0,00 11,44 88,56 0,00 Gorontalo 30,39 72,67 0,00 30,39 100,00 0,00 Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00 51,01 100,00 0,00 Maluku 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Maluku Utara 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Papua Barat 0,00 0,00 0,00 45,23 65,05 0,20 Papua 0,00 36,80 0,00 36,80 63,20 0,00

Indonesia 14,61 17,93 2,75 17,73 90,98 0,17

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

292

Profil Anak Indonesia 2017

286

Tabel L-6.12.3 Persentase Anak Berumur 5-6 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

E-mail

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 14,94 7,74 6,55 6,55 95,30 0,10 Sumatera Utara 26,99 37,91 4,23 11,68 85,38 0,07 Sumatera Barat 12,85 14,23 0,00 28,89 85,77 0,17 Riau 41,51 29,78 11,73 15,56 76,61 0,15 Jambi 18,21 0,00 0,00 18,21 81,79 0,00 Sumatera Selatan 6,29 0,00 0,00 23,73 96,94 0,02 Bengkulu 14,99 0,00 0,00 1,40 98,60 0,00 Lampung 29,26 0,00 0,00 32,18 85,20 0,15 Kep. Bangka Belitung 16,01 14,35 6,84 16,01 93,16 0,09 Kep. Riau 7,79 17,04 0,00 24,93 90,62 0,18 DKI Jakarta 2,79 5,55 2,79 21,03 95,53 0,30 Jawa Barat 25,41 27,12 0,56 19,19 85,76 0,03 Jawa Tengah 5,23 10,32 0,00 12,73 95,15 0,01 D I Yogyakarta 10,40 9,70 0,00 0,00 100,00 0,00 Jawa Timur 16,86 26,56 0,00 17,03 87,63 0,10 Banten 20,67 35,08 9,13 22,41 81,96 0,33 Bali 6,40 8,31 0,00 3,66 90,16 0,34 Nusa Tenggara Barat 0,00 18,47 0,00 20,37 87,28 0,00 Nusa Tenggara Timur 0,00 0,00 0,00 37,59 91,87 0,00 Kalimantan Barat 3,15 0,00 0,00 2,01 100,00 0,00 Kalimantan Tengah 0,00 0,00 0,00 9,46 81,14 0,18 Kalimantan Selatan 6,01 6,01 0,00 17,71 90,12 0,12 Kalimantan Timur 28,20 24,53 12,89 19,63 84,75 0,36 Kalimantan Utara 3,94 18,82 0,00 3,94 85,12 0,27 Sulawesi Utara 8,55 20,33 7,98 32,24 94,30 0,00 Sulawesi Tengah 20,52 0,00 0,00 50,37 79,48 0,00 Sulawesi Selatan 13,82 12,10 9,63 25,17 89,15 0,22 Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 0,00 10,71 89,29 0,00 Gorontalo 33,67 68,79 0,00 42,18 91,49 0,00 Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00 51,01 100,00 0,00 Maluku 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Maluku Utara 0,00 0,00 0,00 16,90 83,10 0,00 Papua Barat 0,00 0,00 0,00 45,23 65,05 0,06 Papua 0,00 36,80 0,00 36,80 63,20 0,00

Indonesia 14,32 17,24 2,49 18,11 89,52 0,09

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

293

Profil Anak Indonesia 2017

287

7. lampiran

PERLINDUNGAN KHUSUS

Profil Anak Indonesia 2017

286

Tabel L-6.12.3 Persentase Anak Berumur 5-6 Tahun yang Mengakses Internet menurut Provinsi dan Tujuan Mengakses, 2016

Perkotaan+Perdesaan

Provinsi

Tujuan Mengakses

Mendapat Informasi/

berita

Mengerjakan tugas

sekolah

Mengirim/ menerima

E-mail

Sosial media/ jejaring sosial

Hiburan Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 14,94 7,74 6,55 6,55 95,30 0,10 Sumatera Utara 26,99 37,91 4,23 11,68 85,38 0,07 Sumatera Barat 12,85 14,23 0,00 28,89 85,77 0,17 Riau 41,51 29,78 11,73 15,56 76,61 0,15 Jambi 18,21 0,00 0,00 18,21 81,79 0,00 Sumatera Selatan 6,29 0,00 0,00 23,73 96,94 0,02 Bengkulu 14,99 0,00 0,00 1,40 98,60 0,00 Lampung 29,26 0,00 0,00 32,18 85,20 0,15 Kep. Bangka Belitung 16,01 14,35 6,84 16,01 93,16 0,09 Kep. Riau 7,79 17,04 0,00 24,93 90,62 0,18 DKI Jakarta 2,79 5,55 2,79 21,03 95,53 0,30 Jawa Barat 25,41 27,12 0,56 19,19 85,76 0,03 Jawa Tengah 5,23 10,32 0,00 12,73 95,15 0,01 D I Yogyakarta 10,40 9,70 0,00 0,00 100,00 0,00 Jawa Timur 16,86 26,56 0,00 17,03 87,63 0,10 Banten 20,67 35,08 9,13 22,41 81,96 0,33 Bali 6,40 8,31 0,00 3,66 90,16 0,34 Nusa Tenggara Barat 0,00 18,47 0,00 20,37 87,28 0,00 Nusa Tenggara Timur 0,00 0,00 0,00 37,59 91,87 0,00 Kalimantan Barat 3,15 0,00 0,00 2,01 100,00 0,00 Kalimantan Tengah 0,00 0,00 0,00 9,46 81,14 0,18 Kalimantan Selatan 6,01 6,01 0,00 17,71 90,12 0,12 Kalimantan Timur 28,20 24,53 12,89 19,63 84,75 0,36 Kalimantan Utara 3,94 18,82 0,00 3,94 85,12 0,27 Sulawesi Utara 8,55 20,33 7,98 32,24 94,30 0,00 Sulawesi Tengah 20,52 0,00 0,00 50,37 79,48 0,00 Sulawesi Selatan 13,82 12,10 9,63 25,17 89,15 0,22 Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 0,00 10,71 89,29 0,00 Gorontalo 33,67 68,79 0,00 42,18 91,49 0,00 Sulawesi Barat 0,00 0,00 0,00 51,01 100,00 0,00 Maluku 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 Maluku Utara 0,00 0,00 0,00 16,90 83,10 0,00 Papua Barat 0,00 0,00 0,00 45,23 65,05 0,06 Papua 0,00 36,80 0,00 36,80 63,20 0,00

Indonesia 14,32 17,24 2,49 18,11 89,52 0,09

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, BPS

294

Profil Anak Indonesia 2017

288

295

Profil Anak Indonesia 2017

289

Tabel L-7.1.1 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016 Perkotaan

Provinsi Kelompok Umur

10 - 12 13-14 15-17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 88 229 55 746 88 151 232 126 Sumatera Utara 407 564 287 835 477 966 1 173 365 Sumatera Barat 139 122 76 139 166 360 381 621 Riau 129 699 106 156 155 470 391 325 Jambi 60 066 37 412 67 112 164 590 Sumatera Selatan 153 407 112 088 191 799 457 294 Bengkulu 33 720 21 462 41 108 96 290 Lampung 115 219 89 055 129 765 334 039 Bangka-Belitung 34 823 29 880 44 646 109 349 Kepulauan Riau 92 314 67 208 69 625 229 147 DKI Jakarta 460 971 278 970 418 471 1 158 412 Jawa Barat 1 775 703 1 215 675 1 952 601 4 943 979 Jawa Tengah 797 386 546 864 918 046 2 262 296 D I Y 126 374 55 948 131 894 314 216 Jawa Timur 923 916 611 651 1 086 996 2 622 563 Banten 387 400 301 100 489 703 1 178 203 Bali 126 184 100 188 144 564 370 936 Nusa Tenggara Barat 112 702 95 252 142 149 350 103 Nusa Tenggara Timur 72 559 47 279 89 234 209 072 Kalimantan Barat 89 840 55 453 106 713 252 006 Kalimantan Tengah 54 473 30 146 57 567 142 186 Kalimantan Selatan 91 535 68 013 104 534 264 082 Kalimantan Timur 127 152 73 814 124 548 325 514 Kalimantan Utara 24 034 13 010 22 203 59 247 Sulawesi Utara 59 597 40 513 74 740 174 850 Sulawesi Tengah 38 434 31 417 48 793 118 644 Sulawesi Selatan 187 520 125 700 239 500 552 720 Sulawesi Tenggara 46 582 34 887 59 667 141 136 Gorontalo 21 633 18 191 29 095 68 919 Sulawesi Barat 16 114 12 712 19 983 48 809 Maluku 38 184 28 701 51 112 117 997 Maluku Utara 19 963 11 777 20 610 52 350 Papua Barat 18 342 9 110 16 016 43 468 Papua 45 164 27 210 51 278 123 652

Indonesia 6 915 925 4 716 562 7 832 019 19 464 506

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

288

296

Profil Anak Indonesia 2017

290

Tabel L-7.1.2 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016 Perdesaan

Provinsi Kelompok Umur

10 - 12 13-14 15-17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 210 905 131 922 211 783 554 610 Sumatera Utara 421 765 291 114 432 860 1 145 739 Sumatera Barat 170 317 117 073 182 965 470 355 Riau 254 418 130 671 213 059 598 148 Jambi 129 553 91 896 132 193 353 642 Sumatera Selatan 276 666 206 708 296 222 779 596 Bengkulu 71 142 48 171 76 548 195 861 Lampung 320 631 202 201 326 196 849 028 Bangka-Belitung 36 228 23 142 34 449 93 819 Kepulauan Riau 18 194 13 342 15 877 47 413 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat 667 014 472 761 666 476 1 806 251 Jawa Tengah 872 182 567 648 965 589 2 405 419 D I Y 44 232 37 642 39 793 121 667 Jawa Timur 899 870 601 368 971 569 2 472 807 Banten 209 223 160 230 219 250 588 703 Bali 76 775 46 459 63 423 186 657 Nusa Tenggara Barat 139 967 114 400 162 408 416 775 Nusa Tenggara Timur 283 659 178 752 299 534 761 945 Kalimantan Barat 179 252 127 642 204 518 511 412 Kalimantan Tengah 81 257 63 960 95 655 240 872 Kalimantan Selatan 125 272 74 440 121 136 320 848 Kalimantan Timur 61 847 43 217 62 630 167 694 Kalimantan Utara 13 779 13 303 15 365 42 447 Sulawesi Utara 67 018 40 366 66 324 173 708 Sulawesi Tengah 112 079 80 505 127 530 320 114 Sulawesi Selatan 283 216 202 708 318 062 803 986 Sulawesi Tenggara 116 626 65 612 120 448 302 686 Gorontalo 43 504 22 357 43 041 108 902 Sulawesi Barat 59 885 40 455 69 793 170 133 Maluku 66 446 45 549 68 199 180 194 Maluku Utara 59 800 33 789 55 620 149 209 Papua Barat 39 171 21 481 36 858 97 510 Papua 147 056 97 534 163 838 408 428

Indonesia 6 558 949 4 408 418 6 879 211 17 846 578

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

297

Profil Anak Indonesia 2017

291

Tabel L-7.1.3 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016 Laki-laki

Provinsi Kelompok Umur

10 - 12 13-14 15-17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 147 093 101 577 145 099 393 769 Sumatera Utara 423 688 297 753 451 655 1 173 096 Sumatera Barat 158 810 98 076 172 463 429 349 Riau 195 048 123 193 188 050 506 291 Jambi 91 174 69 995 91 875 253 044 Sumatera Selatan 220 249 163 842 240 985 625 076 Bengkulu 50 170 39 463 58 193 147 826 Lampung 219 901 153 708 252 159 625 768 Bangka-Belitung 36 795 26 808 42 525 106 128 Kepulauan Riau 53 275 44 826 41 356 139 457 DKI Jakarta 234 981 145 050 209 671 589 702 Jawa Barat 1 231 695 885 744 1 329 681 3 447 120 Jawa Tengah 875 534 550 408 952 810 2 378 752 D I Y 85 218 50 374 93 687 229 279 Jawa Timur 936 511 615 406 1 049 325 2 601 242 Banten 300 778 242 064 371 983 914 825 Bali 97 684 82 425 103 772 283 881 Nusa Tenggara Barat 119 307 117 135 151 438 387 880 Nusa Tenggara Timur 175 513 122 773 195 868 494 154 Kalimantan Barat 133 002 98 209 156 071 387 282 Kalimantan Tengah 72 305 45 450 79 822 197 577 Kalimantan Selatan 113 721 70 837 117 900 302 458 Kalimantan Timur 98 828 59 024 104 698 262 550 Kalimantan Utara 18 457 14 425 18 595 51 477 Sulawesi Utara 67 175 39 867 71 768 178 810 Sulawesi Tengah 84 433 50 657 87 516 222 606 Sulawesi Selatan 238 672 170 926 283 602 693 200 Sulawesi Tenggara 78 164 57 250 90 548 225 962 Gorontalo 32 108 22 021 37 017 91 146 Sulawesi Barat 39 794 26 508 45 305 111 607 Maluku 54 432 37 605 60 827 152 864 Maluku Utara 42 746 21 296 34 322 98 364 Papua Barat 28 656 16 681 28 926 74 263 Papua 99 540 66 846 114 814 281 200

Indonesia 6 855 457 4 728 222 7 474 326 19 058 005

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

Profil Anak Indonesia 2017

290

Tabel L-7.1.2 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016 Perdesaan

Provinsi Kelompok Umur

10 - 12 13-14 15-17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 210 905 131 922 211 783 554 610 Sumatera Utara 421 765 291 114 432 860 1 145 739 Sumatera Barat 170 317 117 073 182 965 470 355 Riau 254 418 130 671 213 059 598 148 Jambi 129 553 91 896 132 193 353 642 Sumatera Selatan 276 666 206 708 296 222 779 596 Bengkulu 71 142 48 171 76 548 195 861 Lampung 320 631 202 201 326 196 849 028 Bangka-Belitung 36 228 23 142 34 449 93 819 Kepulauan Riau 18 194 13 342 15 877 47 413 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat 667 014 472 761 666 476 1 806 251 Jawa Tengah 872 182 567 648 965 589 2 405 419 D I Y 44 232 37 642 39 793 121 667 Jawa Timur 899 870 601 368 971 569 2 472 807 Banten 209 223 160 230 219 250 588 703 Bali 76 775 46 459 63 423 186 657 Nusa Tenggara Barat 139 967 114 400 162 408 416 775 Nusa Tenggara Timur 283 659 178 752 299 534 761 945 Kalimantan Barat 179 252 127 642 204 518 511 412 Kalimantan Tengah 81 257 63 960 95 655 240 872 Kalimantan Selatan 125 272 74 440 121 136 320 848 Kalimantan Timur 61 847 43 217 62 630 167 694 Kalimantan Utara 13 779 13 303 15 365 42 447 Sulawesi Utara 67 018 40 366 66 324 173 708 Sulawesi Tengah 112 079 80 505 127 530 320 114 Sulawesi Selatan 283 216 202 708 318 062 803 986 Sulawesi Tenggara 116 626 65 612 120 448 302 686 Gorontalo 43 504 22 357 43 041 108 902 Sulawesi Barat 59 885 40 455 69 793 170 133 Maluku 66 446 45 549 68 199 180 194 Maluku Utara 59 800 33 789 55 620 149 209 Papua Barat 39 171 21 481 36 858 97 510 Papua 147 056 97 534 163 838 408 428

Indonesia 6 558 949 4 408 418 6 879 211 17 846 578

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

298

Profil Anak Indonesia 2017

292

Tabel L-7.4 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016 Perempuan

Provinsi Kelompok Umur

10 - 12 13-14 15-17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 152 041 86 091 154 835 392 967 Sumatera Utara 405 641 281 196 459 171 1 146 008 Sumatera Barat 150 629 95 136 176 862 422 627 Riau 189 069 113 634 180 479 483 182 Jambi 98 445 59 313 107 430 265 188 Sumatera Selatan 209 824 154 954 247 036 611 814 Bengkulu 54 692 30 170 59 463 144 325 Lampung 215 949 137 548 203 802 557 299 Bangka-Belitung 34 256 26 214 36 570 97 040 Kepulauan Riau 57 233 35 724 44 146 137 103 DKI Jakarta 225 990 133 920 208 800 568 710 Jawa Barat 1 211 022 802 692 1 289 396 3 303 110 Jawa Tengah 794 034 564 104 930 825 2 288 963 D I Y 85 388 43 216 78 000 206 604 Jawa Timur 887 275 597 613 1 009 240 2 494 128 Banten 295 845 219 266 336 970 852 081 Bali 105 275 64 222 104 215 273 712 Nusa Tenggara Barat 133 362 92 517 153 119 378 998 Nusa Tenggara Timur 180 705 103 258 192 900 476 863 Kalimantan Barat 136 090 84 886 155 160 376 136 Kalimantan Tengah 63 425 48 656 73 400 185 481 Kalimantan Selatan 103 086 71 616 107 770 282 472 Kalimantan Timur 90 171 58 007 82 480 230 658 Kalimantan Utara 19 356 11 888 18 973 50 217 Sulawesi Utara 59 440 41 012 69 296 169 748 Sulawesi Tengah 66 080 61 265 88 807 216 152 Sulawesi Selatan 232 064 157 482 273 960 663 506 Sulawesi Tenggara 85 044 43 249 89 567 217 860 Gorontalo 33 029 18 527 35 119 86 675 Sulawesi Barat 36 205 26 659 44 471 107 335 Maluku 50 198 36 645 58 484 145 327 Maluku Utara 37 017 24 270 41 908 103 195 Papua Barat 28 857 13 910 23 948 66 715 Papua 92 680 57 898 100 302 250 880

Indonesia 6 619 417 4 396 758 7 236 904 18 253 079

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

299

Profil Anak Indonesia 2017

293

Tabel L-7.5 Penduduk Berumur 10-12 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan Seminggu yang Lalu, 2016

Perkotaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 453 - 85 616 2 160 - 88 229 Sumatera Utara 12 186 - 385 225 9 014 1 139 407 564 Sumatera Barat 2 459 567 133 845 2 251 - 139 122 Riau 1 047 - 126 558 1 047 1 047 129 699 Jambi 725 - 59 341 - - 60 066 Sumatera Selatan - - 146 768 3 402 3 237 153 407 Bengkulu 1 101 - 31 425 1 194 - 33 720 Lampung 2 328 - 109 859 1 878 1 154 115 219 Bangka-Belitung 1 886 - 32 937 - - 34 823 Kepulauan Riau 1 390 - 85 231 3 108 2 585 92 314 DKI Jakarta 2 901 - 440 886 17 184 - 460 971 Jawa Barat 10 641 6 846 1 711 485 35 718 11 013 1 775 703 Jawa Tengah 5 532 - 767 261 15 811 8 782 797 386 D I Y - - 126 374 - - 126 374 Jawa Timur 8 084 - 900 417 9 557 5 858 923 916 Banten 3 148 - 378 580 5 672 - 387 400 Bali 3 948 - 117 150 5 086 - 126 184 Nusa Tenggara Barat 6 004 - 103 299 3 399 - 112 702 Nusa Tenggara Timur 1 507 - 69 066 1 507 479 72 559 Kalimantan Barat 758 - 87 739 1 343 - 89 840 Kalimantan Tengah 523 - 52 871 523 556 54 473 Kalimantan Selatan 1 703 - 87 384 - 2 448 91 535 Kalimantan Timur - - 125 044 2 108 - 127 152 Kalimantan Utara 496 - 23 538 - - 24 034 Sulawesi Utara - - 57 569 2 028 - 59 597 Sulawesi Tengah 1 341 - 35 994 562 537 38 434 Sulawesi Selatan 6 680 - 171 610 5 052 4 178 187 520 Sulawesi Tenggara 2 601 - 40 942 1 890 1 149 46 582 Gorontalo - - 21 092 541 - 21 633 Sulawesi Barat - - 14 232 1 882 - 16 114 Maluku 1 215 - 35 754 852 363 38 184 Maluku Utara 728 - 19 235 - - 19 963 Papua Barat - - 17 863 479 - 18 342 Papua - - 42 850 2 314 - 45 164

Indonesia 81 385 7 413 6 645 040 137 562 44 525 6 915 925

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

292

Tabel L-7.4 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2016 Perempuan

Provinsi Kelompok Umur

10 - 12 13-14 15-17 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 152 041 86 091 154 835 392 967 Sumatera Utara 405 641 281 196 459 171 1 146 008 Sumatera Barat 150 629 95 136 176 862 422 627 Riau 189 069 113 634 180 479 483 182 Jambi 98 445 59 313 107 430 265 188 Sumatera Selatan 209 824 154 954 247 036 611 814 Bengkulu 54 692 30 170 59 463 144 325 Lampung 215 949 137 548 203 802 557 299 Bangka-Belitung 34 256 26 214 36 570 97 040 Kepulauan Riau 57 233 35 724 44 146 137 103 DKI Jakarta 225 990 133 920 208 800 568 710 Jawa Barat 1 211 022 802 692 1 289 396 3 303 110 Jawa Tengah 794 034 564 104 930 825 2 288 963 D I Y 85 388 43 216 78 000 206 604 Jawa Timur 887 275 597 613 1 009 240 2 494 128 Banten 295 845 219 266 336 970 852 081 Bali 105 275 64 222 104 215 273 712 Nusa Tenggara Barat 133 362 92 517 153 119 378 998 Nusa Tenggara Timur 180 705 103 258 192 900 476 863 Kalimantan Barat 136 090 84 886 155 160 376 136 Kalimantan Tengah 63 425 48 656 73 400 185 481 Kalimantan Selatan 103 086 71 616 107 770 282 472 Kalimantan Timur 90 171 58 007 82 480 230 658 Kalimantan Utara 19 356 11 888 18 973 50 217 Sulawesi Utara 59 440 41 012 69 296 169 748 Sulawesi Tengah 66 080 61 265 88 807 216 152 Sulawesi Selatan 232 064 157 482 273 960 663 506 Sulawesi Tenggara 85 044 43 249 89 567 217 860 Gorontalo 33 029 18 527 35 119 86 675 Sulawesi Barat 36 205 26 659 44 471 107 335 Maluku 50 198 36 645 58 484 145 327 Maluku Utara 37 017 24 270 41 908 103 195 Papua Barat 28 857 13 910 23 948 66 715 Papua 92 680 57 898 100 302 250 880

Indonesia 6 619 417 4 396 758 7 236 904 18 253 079

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS

300

Profil Anak Indonesia 2017

294

Tabel L-7.6 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016

Perkotaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 976 - 52 851 1 415 504 55 746 Sumatera Utara 24 568 2 229 241 026 13 276 6 736 287 835 Sumatera Barat 5 980 - 67 078 1 848 1 233 76 139 Riau 5 615 - 100 541 - - 106 156 Jambi 2 774 - 33 198 1 440 - 37 412 Sumatera Selatan 3 567 2 158 104 040 1 244 1 079 112 088 Bengkulu - - 20 361 1 101 - 21 462 Lampung 5 474 - 79 188 3 262 1 131 89 055 Bangka-Belitung 1 245 - 26 108 1 245 1 282 29 880 Kepulauan Riau - - 63 745 3 463 - 67 208 DKI Jakarta 2 790 - 264 909 8 370 2 901 278 970 Jawa Barat - - 1 170 804 38 025 6 846 1 215 675 Jawa Tengah 5 438 - 524 117 13 805 3 504 546 864 D I Y 1 662 - 54 286 - - 55 948 Jawa Timur 21 862 1 913 576 366 7 557 3 953 611 651 Banten 5 984 - 280 312 11 968 2 836 301 100 Bali 11 736 1 138 84 860 1 138 1 316 100 188 Nusa Tenggara Barat 5 549 - 88 231 - 1 472 95 252 Nusa Tenggara Timur 514 - 45 223 1 542 - 47 279 Kalimantan Barat 1 552 - 50 563 1 398 1 940 55 453 Kalimantan Tengah 1 635 - 27 465 - 1 046 30 146 Kalimantan Selatan 1 490 2 448 61 095 2 235 745 68 013 Kalimantan Timur 3 256 1 148 67 114 2 296 - 73 814 Kalimantan Utara - - 12 545 465 - 13 010 Sulawesi Utara 3 145 - 36 758 610 - 40 513 Sulawesi Tengah 3 757 - 27 660 - - 31 417 Sulawesi Selatan 7 482 - 114 890 826 2 502 125 700 Sulawesi Tenggara 7 602 - 25 702 1 583 - 34 887 Gorontalo 541 - 16 426 683 541 18 191 Sulawesi Barat 3 842 - 7 478 696 696 12 712 Maluku 2 808 - 24 552 - 1 341 28 701 Maluku Utara 2 013 - 9 511 253 - 11 777 Papua Barat - - 9 110 - - 9 110 Papua 1 177 - 25 654 379 - 27 210

Indonesia 146 034 11 034 4 393 767 122 123 43 604 4 716 562

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

301

Profil Anak Indonesia 2017

295

Tabel L-7.7 Penduduk Berumur 15-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perkotaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 8 843 2 938 70 722 3 153 2 495 88 151 Sumatera Utara 62 946 10 275 378 508 13 935 12 302 477 966 Sumatera Barat 28 998 2 420 128 589 3 781 2 572 166 360 Riau 19 370 4 664 126 466 4 970 - 155 470 Jambi 8 436 - 52 555 4 422 1 699 67 112 Sumatera Selatan 15 048 12 540 145 338 12 918 5 955 191 799 Bengkulu 7 130 614 28 622 4 128 614 41 108 Lampung 14 895 4 904 105 456 4 510 - 129 765 Bangka-Belitung 8 638 550 31 414 2 394 1 650 44 646 Kepulauan Riau 2 826 2 448 61 624 2 727 - 69 625 DKI Jakarta 28 115 14 146 353 895 14 146 8 169 418 471 Jawa Barat 124 605 102 159 1 555 908 101 871 68 058 1 952 601 Jawa Tengah 113 651 24 342 706 290 57 874 15 889 918 046 D I Y 9 390 - 115 787 4 478 2 239 131 894 Jawa Timur 73 841 6 793 962 546 33 574 10 242 1 086 996 Banten 46 506 34 199 370 112 17 911 20 975 489 703 Bali 18 936 - 114 844 10 784 - 144 564 Nusa Tenggara Barat 23 281 1 414 107 264 7 289 2 901 142 149 Nusa Tenggara Timur 8 957 - 76 660 3 617 - 89 234 Kalimantan Barat 12 477 - 83 129 6 520 4 587 106 713 Kalimantan Tengah 8 327 541 46 917 1 188 594 57 567 Kalimantan Selatan 8 168 7 183 73 768 11 299 4 116 104 534 Kalimantan Timur 9 892 4 472 103 136 5 828 1 220 124 548 Kalimantan Utara 759 380 19 598 1 466 - 22 203 Sulawesi Utara 8 330 6 390 56 186 1 278 2 556 74 740 Sulawesi Tengah 8 644 597 37 597 1 955 - 48 793 Sulawesi Selatan 34 104 4 012 178 344 19 024 4 016 239 500 Sulawesi Tenggara 15 591 1 042 38 511 4 523 - 59 667 Gorontalo 1 963 621 22 685 3 205 621 29 095 Sulawesi Barat 5 668 - 8 304 6 011 - 19 983 Maluku 3 664 1 380 41 904 1 404 2 760 51 112 Maluku Utara 2 501 585 16 208 1 316 - 20 610 Papua Barat 2 199 733 12 690 394 - 16 016 Papua 2 501 - 45 762 1 496 1 519 51 278

Indonesia 749 200 252 342 6 277 339 375 389 177 749 7 832 019

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

294

Tabel L-7.6 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016

Perkotaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 976 - 52 851 1 415 504 55 746 Sumatera Utara 24 568 2 229 241 026 13 276 6 736 287 835 Sumatera Barat 5 980 - 67 078 1 848 1 233 76 139 Riau 5 615 - 100 541 - - 106 156 Jambi 2 774 - 33 198 1 440 - 37 412 Sumatera Selatan 3 567 2 158 104 040 1 244 1 079 112 088 Bengkulu - - 20 361 1 101 - 21 462 Lampung 5 474 - 79 188 3 262 1 131 89 055 Bangka-Belitung 1 245 - 26 108 1 245 1 282 29 880 Kepulauan Riau - - 63 745 3 463 - 67 208 DKI Jakarta 2 790 - 264 909 8 370 2 901 278 970 Jawa Barat - - 1 170 804 38 025 6 846 1 215 675 Jawa Tengah 5 438 - 524 117 13 805 3 504 546 864 D I Y 1 662 - 54 286 - - 55 948 Jawa Timur 21 862 1 913 576 366 7 557 3 953 611 651 Banten 5 984 - 280 312 11 968 2 836 301 100 Bali 11 736 1 138 84 860 1 138 1 316 100 188 Nusa Tenggara Barat 5 549 - 88 231 - 1 472 95 252 Nusa Tenggara Timur 514 - 45 223 1 542 - 47 279 Kalimantan Barat 1 552 - 50 563 1 398 1 940 55 453 Kalimantan Tengah 1 635 - 27 465 - 1 046 30 146 Kalimantan Selatan 1 490 2 448 61 095 2 235 745 68 013 Kalimantan Timur 3 256 1 148 67 114 2 296 - 73 814 Kalimantan Utara - - 12 545 465 - 13 010 Sulawesi Utara 3 145 - 36 758 610 - 40 513 Sulawesi Tengah 3 757 - 27 660 - - 31 417 Sulawesi Selatan 7 482 - 114 890 826 2 502 125 700 Sulawesi Tenggara 7 602 - 25 702 1 583 - 34 887 Gorontalo 541 - 16 426 683 541 18 191 Sulawesi Barat 3 842 - 7 478 696 696 12 712 Maluku 2 808 - 24 552 - 1 341 28 701 Maluku Utara 2 013 - 9 511 253 - 11 777 Papua Barat - - 9 110 - - 9 110 Papua 1 177 - 25 654 379 - 27 210

Indonesia 146 034 11 034 4 393 767 122 123 43 604 4 716 562

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

302

Profil Anak Indonesia 2017

296

Tabel L-7.8 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perkotaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 10 272 2 938 209 189 6 728 2 999 232 126 Sumatera Utara 99 700 12 504 1 004 759 36 225 20 177 1 173 365 Sumatera Barat 37 437 2 987 329 512 7 880 3 805 381 621 Riau 26 032 4 664 353 565 6 017 1 047 391 325 Jambi 11 935 - 145 094 5 862 1 699 164 590 Sumatera Selatan 18 615 14 698 396 146 17 564 10 271 457 294 Bengkulu 8 231 614 80 408 6 423 614 96 290 Lampung 22 697 4 904 294 503 9 650 2 285 334 039 Bangka-Belitung 11 769 550 90 459 3 639 2 932 109 349 Kepulauan Riau 4 216 2 448 210 600 9 298 2 585 229 147 DKI Jakarta 33 806 14 146 1 059 690 39 700 11 070 1 158 412 Jawa Barat 135 246 109 005 4 438 197 175 614 85 917 4 943 979 Jawa Tengah 124 621 24 342 1 997 668 87 490 28 175 2 262 296 D I Y 11 052 - 296 447 4 478 2 239 314 216 Jawa Timur 103 787 8 706 2 439 329 50 688 20 053 2 622 563 Banten 55 638 34 199 1 029 004 35 551 23 811 1 178 203 Bali 34 620 1 138 316 854 17 008 1 316 370 936 Nusa Tenggara Barat 34 834 1 414 298 794 10 688 4 373 350 103 Nusa Tenggara Timur 10 978 - 190 949 6 666 479 209 072 Kalimantan Barat 14 787 - 221 431 9 261 6 527 252 006 Kalimantan Tengah 10 485 541 127 253 1 711 2 196 142 186 Kalimantan Selatan 11 361 9 631 222 247 13 534 7 309 264 082 Kalimantan Timur 13 148 5 620 295 294 10 232 1 220 325 514 Kalimantan Utara 1 255 380 55 681 1 931 - 59 247 Sulawesi Utara 11 475 6 390 150 513 3 916 2 556 174 850 Sulawesi Tengah 13 742 597 101 251 2 517 537 118 644 Sulawesi Selatan 48 266 4 012 464 844 24 902 10 696 552 720 Sulawesi Tenggara 25 794 1 042 105 155 7 996 1 149 141 136 Gorontalo 2 504 621 60 203 4 429 1 162 68 919 Sulawesi Barat 9 510 - 30 014 8 589 696 48 809 Maluku 7 687 1 380 102 210 2 256 4 464 117 997 Maluku Utara 5 242 585 44 954 1 569 - 52 350 Papua Barat 2 199 733 39 663 873 - 43 468 Papua 3 678 - 114 266 4 189 1 519 123 652

Indonesia 976 619 270 789 17 316 146 635 074 265 878 19 464 506

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

303

Profil Anak Indonesia 2017

297

Tabel L-7.9 Penduduk Berumur 10-12 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perdesaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh - - 205 222 5 034 649 210 905 Sumatera Utara 35 233 - 378 378 6 450 1 704 421 765 Sumatera Barat 2 808 - 163 818 2 211 1 480 170 317 Riau - 1 320 245 502 6 357 1 239 254 418 Jambi 2 815 - 121 945 3 884 909 129 553 Sumatera Selatan 2 505 - 267 944 3 712 2 505 276 666 Bengkulu 3 026 - 67 542 574 - 71 142 Lampung 1 701 1 484 303 021 12 763 1 662 320 631 Bangka-Belitung 672 - 33 210 1 674 672 36 228 Kepulauan Riau - - 18 194 - - 18 194 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 5 143 - 636 551 20 177 5 143 667 014 Jawa Tengah 2 409 - 825 418 27 208 17 147 872 182 D I Y 1 709 - 39 496 3 027 - 44 232 Jawa Timur 8 254 - 869 600 11 012 11 004 899 870 Banten 6 823 2 377 195 423 4 600 - 209 223 Bali 9 657 - 61 593 5 525 - 76 775 Nusa Tenggara Barat 8 801 - 126 202 3 685 1 279 139 967 Nusa Tenggara Timur 6 036 528 267 777 6 564 2 754 283 659 Kalimantan Barat 747 - 174 495 2 383 1 627 179 252 Kalimantan Tengah 1 963 - 77 869 1 425 - 81 257 Kalimantan Selatan 6 248 848 112 776 3 704 1 696 125 272 Kalimantan Timur 575 1 150 57 983 713 1 426 61 847 Kalimantan Utara - - 13 494 285 - 13 779 Sulawesi Utara 2 268 1 118 61 300 1 150 1 182 67 018 Sulawesi Tengah 9 717 - 96 634 2 489 3 239 112 079 Sulawesi Selatan 24 716 876 248 540 7 516 1 568 283 216 Sulawesi Tenggara 11 832 - 100 086 2 600 2 108 116 626 Gorontalo 2 204 - 38 587 2 156 557 43 504 Sulawesi Barat 3 923 - 53 383 1 519 1 060 59 885 Maluku - 416 63 151 2 047 832 66 446 Maluku Utara 3 191 - 56 167 - 442 59 800 Papua Barat 1 907 - 36 168 263 833 39 171 Papua 12 478 - 119 618 3 064 11 896 147 056

Indonesia 179 361 10 117 6 137 087 155 771 76 613 6 558 949

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

296

Tabel L-7.8 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perkotaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 10 272 2 938 209 189 6 728 2 999 232 126 Sumatera Utara 99 700 12 504 1 004 759 36 225 20 177 1 173 365 Sumatera Barat 37 437 2 987 329 512 7 880 3 805 381 621 Riau 26 032 4 664 353 565 6 017 1 047 391 325 Jambi 11 935 - 145 094 5 862 1 699 164 590 Sumatera Selatan 18 615 14 698 396 146 17 564 10 271 457 294 Bengkulu 8 231 614 80 408 6 423 614 96 290 Lampung 22 697 4 904 294 503 9 650 2 285 334 039 Bangka-Belitung 11 769 550 90 459 3 639 2 932 109 349 Kepulauan Riau 4 216 2 448 210 600 9 298 2 585 229 147 DKI Jakarta 33 806 14 146 1 059 690 39 700 11 070 1 158 412 Jawa Barat 135 246 109 005 4 438 197 175 614 85 917 4 943 979 Jawa Tengah 124 621 24 342 1 997 668 87 490 28 175 2 262 296 D I Y 11 052 - 296 447 4 478 2 239 314 216 Jawa Timur 103 787 8 706 2 439 329 50 688 20 053 2 622 563 Banten 55 638 34 199 1 029 004 35 551 23 811 1 178 203 Bali 34 620 1 138 316 854 17 008 1 316 370 936 Nusa Tenggara Barat 34 834 1 414 298 794 10 688 4 373 350 103 Nusa Tenggara Timur 10 978 - 190 949 6 666 479 209 072 Kalimantan Barat 14 787 - 221 431 9 261 6 527 252 006 Kalimantan Tengah 10 485 541 127 253 1 711 2 196 142 186 Kalimantan Selatan 11 361 9 631 222 247 13 534 7 309 264 082 Kalimantan Timur 13 148 5 620 295 294 10 232 1 220 325 514 Kalimantan Utara 1 255 380 55 681 1 931 - 59 247 Sulawesi Utara 11 475 6 390 150 513 3 916 2 556 174 850 Sulawesi Tengah 13 742 597 101 251 2 517 537 118 644 Sulawesi Selatan 48 266 4 012 464 844 24 902 10 696 552 720 Sulawesi Tenggara 25 794 1 042 105 155 7 996 1 149 141 136 Gorontalo 2 504 621 60 203 4 429 1 162 68 919 Sulawesi Barat 9 510 - 30 014 8 589 696 48 809 Maluku 7 687 1 380 102 210 2 256 4 464 117 997 Maluku Utara 5 242 585 44 954 1 569 - 52 350 Papua Barat 2 199 733 39 663 873 - 43 468 Papua 3 678 - 114 266 4 189 1 519 123 652

Indonesia 976 619 270 789 17 316 146 635 074 265 878 19 464 506

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

304

Profil Anak Indonesia 2017

298

Tabel L-7.10 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perdesaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 6 491 699 121 267 675 2 790 131 922 Sumatera Utara 56 045 791 222 838 8 884 2 556 291 114 Sumatera Barat 7 878 - 104 737 2 247 2 211 117 073 Riau 6 519 - 113 916 10 236 - 130 671 Jambi 2 909 909 85 285 2 793 - 91 896 Sumatera Selatan 10 293 2 505 183 981 8 631 1 298 206 708 Bengkulu 2 413 - 39 667 4 865 1 226 48 171 Lampung 15 750 - 181 769 3 185 1 497 202 201 Bangka-Belitung 672 1 116 18 894 2 460 - 23 142 Kepulauan Riau - 248 12 831 - 263 13 342 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 10 286 7 912 406 297 24 530 23 736 472 761 Jawa Tengah 30 494 - 504 317 20 219 12 618 567 648 D I Y 1 318 - 36 324 - - 37 642 Jawa Timur 35 766 5 500 510 566 27 520 22 016 601 368 Banten 6 669 - 146 738 2 223 4 600 160 230 Bali 11 819 - 32 430 2 210 - 46 459 Nusa Tenggara Barat 17 526 - 89 504 6 091 1 279 114 400 Nusa Tenggara Timur 9 318 1 056 161 928 4 809 1 641 178 752 Kalimantan Barat 6 118 1 636 114 446 818 4 624 127 642 Kalimantan Tengah 5 330 496 55 696 950 1 488 63 960 Kalimantan Selatan 4 240 3 496 63 000 1 904 1 800 74 440 Kalimantan Timur - 713 41 078 713 713 43 217 Kalimantan Utara 1 057 278 11 690 - 278 13 303 Sulawesi Utara 1 576 394 35 010 2 630 756 40 366 Sulawesi Tengah 9 186 1 281 66 341 2 416 1 281 80 505 Sulawesi Selatan 25 640 876 170 612 2 444 3 136 202 708 Sulawesi Tenggara 12 345 - 52 195 1 072 - 65 612 Gorontalo 3 270 - 17 440 1 647 - 22 357 Sulawesi Barat 8 797 - 28 336 2 120 1 202 40 455 Maluku 2 058 - 41 433 1 237 821 45 549 Maluku Utara 4 089 450 28 767 - 483 33 789 Papua Barat 1 074 - 19 859 548 - 21 481 Papua 13 198 1 080 73 658 3 876 5 722 97 534

Indonesia 330 144 31 436 3 792 850 153 953 100 035 4 408 418

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

305

Profil Anak Indonesia 2017

299

Tabel L-7.11 Penduduk Berumur 15-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perdesaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 29 741 3 713 162 847 10 886 4 596 211 783 Sumatera Utara 116 692 13 278 278 430 12 315 12 145 432 860 Sumatera Barat 31 459 1 797 135 335 11 677 2 697 182 965 Riau 31 216 10 951 158 654 12 238 - 213 059 Jambi 19 084 6 773 96 078 7 342 2 916 132 193 Sumatera Selatan 50 436 5 912 208 874 28 044 2 956 296 222 Bengkulu 12 070 1 246 58 338 3 708 1 186 76 548 Lampung 60 264 1 886 221 446 37 013 5 587 326 196 Bangka-Belitung 9 648 777 21 369 2 655 - 34 449 Kepulauan Riau 591 575 12 882 1 522 307 15 877 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 61 774 65 256 438 080 58 734 42 632 666 476 Jawa Tengah 75 676 37 771 758 387 61 736 32 019 965 589 D I Y 4 617 3 078 25 976 4 600 1 522 39 793 Jawa Timur 123 054 20 059 709 200 85 087 34 169 971 569 Banten 19 738 33 708 141 814 15 184 8 806 219 250 Bali 21 870 - 38 186 2 360 1 007 63 423 Nusa Tenggara Barat 38 724 1 467 112 302 9 915 - 162 408 Nusa Tenggara Timur 44 378 4 494 229 844 17 800 3 018 299 534 Kalimantan Barat 36 310 5 156 147 939 11 119 3 994 204 518 Kalimantan Tengah 15 126 3 669 68 591 5 531 2 738 95 655 Kalimantan Selatan 22 032 7 112 84 408 5 632 1 952 121 136 Kalimantan Timur 10 710 2 445 42 840 4 982 1 653 62 630 Kalimantan Utara 2 360 - 12 683 322 - 15 365 Sulawesi Utara 13 376 3 044 42 832 5 596 1 476 66 324 Sulawesi Tengah 40 675 2 588 70 497 11 154 2 616 127 530 Sulawesi Selatan 76 864 12 234 211 720 12 284 4 960 318 062 Sulawesi Tenggara 44 081 2 922 67 567 5 168 710 120 448 Gorontalo 9 522 579 27 909 4 512 519 43 041 Sulawesi Barat 21 549 - 41 155 6 214 875 69 793 Maluku 6 420 1 425 53 367 6 129 858 68 199 Maluku Utara 8 027 - 45 279 1 447 867 55 620 Papua Barat 6 252 1 134 27 548 790 1 134 36 858 Papua 56 089 3 330 88 865 7 232 8 322 163 838

Indonesia 1 120 425 258 379 4 841 242 470 928 188 237 6 879 211

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

298

Tabel L-7.10 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perdesaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 6 491 699 121 267 675 2 790 131 922 Sumatera Utara 56 045 791 222 838 8 884 2 556 291 114 Sumatera Barat 7 878 - 104 737 2 247 2 211 117 073 Riau 6 519 - 113 916 10 236 - 130 671 Jambi 2 909 909 85 285 2 793 - 91 896 Sumatera Selatan 10 293 2 505 183 981 8 631 1 298 206 708 Bengkulu 2 413 - 39 667 4 865 1 226 48 171 Lampung 15 750 - 181 769 3 185 1 497 202 201 Bangka-Belitung 672 1 116 18 894 2 460 - 23 142 Kepulauan Riau - 248 12 831 - 263 13 342 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 10 286 7 912 406 297 24 530 23 736 472 761 Jawa Tengah 30 494 - 504 317 20 219 12 618 567 648 D I Y 1 318 - 36 324 - - 37 642 Jawa Timur 35 766 5 500 510 566 27 520 22 016 601 368 Banten 6 669 - 146 738 2 223 4 600 160 230 Bali 11 819 - 32 430 2 210 - 46 459 Nusa Tenggara Barat 17 526 - 89 504 6 091 1 279 114 400 Nusa Tenggara Timur 9 318 1 056 161 928 4 809 1 641 178 752 Kalimantan Barat 6 118 1 636 114 446 818 4 624 127 642 Kalimantan Tengah 5 330 496 55 696 950 1 488 63 960 Kalimantan Selatan 4 240 3 496 63 000 1 904 1 800 74 440 Kalimantan Timur - 713 41 078 713 713 43 217 Kalimantan Utara 1 057 278 11 690 - 278 13 303 Sulawesi Utara 1 576 394 35 010 2 630 756 40 366 Sulawesi Tengah 9 186 1 281 66 341 2 416 1 281 80 505 Sulawesi Selatan 25 640 876 170 612 2 444 3 136 202 708 Sulawesi Tenggara 12 345 - 52 195 1 072 - 65 612 Gorontalo 3 270 - 17 440 1 647 - 22 357 Sulawesi Barat 8 797 - 28 336 2 120 1 202 40 455 Maluku 2 058 - 41 433 1 237 821 45 549 Maluku Utara 4 089 450 28 767 - 483 33 789 Papua Barat 1 074 - 19 859 548 - 21 481 Papua 13 198 1 080 73 658 3 876 5 722 97 534

Indonesia 330 144 31 436 3 792 850 153 953 100 035 4 408 418

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

306

Profil Anak Indonesia 2017

300

Tabel L-7.12 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perdesaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 36 232 4 412 489 336 16 595 8 035 554 610 Sumatera Utara 207 970 14 069 879 646 27 649 16 405 1 145 739 Sumatera Barat 42 145 1 797 403 890 16 135 6 388 470 355 Riau 37 735 12 271 518 072 28 831 1 239 598 148 Jambi 24 808 7 682 303 308 14 019 3 825 353 642 Sumatera Selatan 63 234 8 417 660 799 40 387 6 759 779 596 Bengkulu 17 509 1 246 165 547 9 147 2 412 195 861 Lampung 77 715 3 370 706 236 52 961 8 746 849 028 Bangka-Belitung 10 992 1 893 73 473 6 789 672 93 819 Kepulauan Riau 591 823 43 907 1 522 570 47 413 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 77 203 73 168 1 480 928 103 441 71 511 1 806 251 Jawa Tengah 108 579 37 771 2 088 122 109 163 61 784 2 405 419 D I Y 7 644 3 078 101 796 7 627 1 522 121 667 Jawa Timur 167 074 25 559 2 089 366 123 619 67 189 2 472 807 Banten 33 230 36 085 483 975 22 007 13 406 588 703 Bali 43 346 - 132 209 10 095 1 007 186 657 Nusa Tenggara Barat 65 051 1 467 328 008 19 691 2 558 416 775 Nusa Tenggara Timur 59 732 6 078 659 549 29 173 7 413 761 945 Kalimantan Barat 43 175 6 792 436 880 14 320 10 245 511 412 Kalimantan Tengah 22 419 4 165 202 156 7 906 4 226 240 872 Kalimantan Selatan 32 520 11 456 260 184 11 240 5 448 320 848 Kalimantan Timur 11 285 4 308 141 901 6 408 3 792 167 694 Kalimantan Utara 3 417 278 37 867 607 278 42 447 Sulawesi Utara 17 220 4 556 139 142 9 376 3 414 173 708 Sulawesi Tengah 59 578 3 869 233 472 16 059 7 136 320 114 Sulawesi Selatan 127 220 13 986 630 872 22 244 9 664 803 986 Sulawesi Tenggara 68 258 2 922 219 848 8 840 2 818 302 686 Gorontalo 14 996 579 83 936 8 315 1 076 108 902 Sulawesi Barat 34 269 - 122 874 9 853 3 137 170 133 Maluku 8 478 1 841 157 951 9 413 2 511 180 194 Maluku Utara 15 307 450 130 213 1 447 1 792 149 209 Papua Barat 9 233 1 134 83 575 1 601 1 967 97 510 Papua 81 765 4 410 282 141 14 172 25 940 408 428

Indonesia 1 629 930 299 932 14 771 179 780 652 364 885 17 846 578

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

307

Profil Anak Indonesia 2017

301

Tabel L-7.13 Penduduk Berumur 10-12 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Laki-laki

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 453 - 143 323 3 317 - 147 093 Sumatera Utara 21 596 - 390 711 8 538 2 843 423 688 Sumatera Barat 3 853 567 151 660 1 999 731 158 810 Riau 1 047 1 320 187 947 3 687 1 047 195 048 Jambi 2 543 - 86 832 890 909 91 174 Sumatera Selatan 1 298 - 210 960 3 456 4 535 220 249 Bengkulu 2 956 - 47 214 - - 50 170 Lampung 1 701 1 484 205 478 11 238 - 219 901 Bangka-Belitung 1 954 - 34 169 - 672 36 795 Kepulauan Riau - - 49 557 1 133 2 585 53 275 DKI Jakarta 2 901 - 220 476 11 604 - 234 981 Jawa Barat 6 564 - 1 191 285 23 487 10 359 1 231 695 Jawa Tengah 1 946 - 845 946 18 692 8 950 875 534 D I Y - - 83 900 1 318 - 85 218 Jawa Timur 11 742 - 905 984 6 544 12 241 936 511 Banten 4 446 - 288 437 7 895 - 300 778 Bali 7 263 - 80 948 9 473 - 97 684 Nusa Tenggara Barat 7 867 - 108 882 1 279 1 279 119 307 Nusa Tenggara Timur 4 175 528 164 044 4 703 2 063 175 513 Kalimantan Barat 1 505 - 129 955 1 542 - 133 002 Kalimantan Tengah 2 011 - 69 771 523 - 72 305 Kalimantan Selatan 4 137 848 104 702 848 3 186 113 721 Kalimantan Timur - - 94 581 2 821 1 426 98 828 Kalimantan Utara - - 18 457 - - 18 457 Sulawesi Utara 1 182 394 61 601 2 816 1 182 67 175 Sulawesi Tengah 6 772 - 73 854 1 239 2 568 84 433 Sulawesi Selatan 17 458 - 212 380 4 788 4 046 238 672 Sulawesi Tenggara 5 746 - 69 757 516 2 145 78 164 Gorontalo 533 - 29 435 2 140 - 32 108 Sulawesi Barat 3 005 - 34 195 1 993 601 39 794 Maluku 726 - 51 765 1 578 363 54 432 Maluku Utara 3 224 - 39 080 - 442 42 746 Papua Barat 1 052 - 27 078 263 263 28 656 Papua 7 200 - 84 702 2 238 5 400 99 540

Indonesia 138 856 5 141 6 499 066 142 558 69 836 6 855 457

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

300

Tabel L-7.12 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perdesaan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 36 232 4 412 489 336 16 595 8 035 554 610 Sumatera Utara 207 970 14 069 879 646 27 649 16 405 1 145 739 Sumatera Barat 42 145 1 797 403 890 16 135 6 388 470 355 Riau 37 735 12 271 518 072 28 831 1 239 598 148 Jambi 24 808 7 682 303 308 14 019 3 825 353 642 Sumatera Selatan 63 234 8 417 660 799 40 387 6 759 779 596 Bengkulu 17 509 1 246 165 547 9 147 2 412 195 861 Lampung 77 715 3 370 706 236 52 961 8 746 849 028 Bangka-Belitung 10 992 1 893 73 473 6 789 672 93 819 Kepulauan Riau 591 823 43 907 1 522 570 47 413 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat 77 203 73 168 1 480 928 103 441 71 511 1 806 251 Jawa Tengah 108 579 37 771 2 088 122 109 163 61 784 2 405 419 D I Y 7 644 3 078 101 796 7 627 1 522 121 667 Jawa Timur 167 074 25 559 2 089 366 123 619 67 189 2 472 807 Banten 33 230 36 085 483 975 22 007 13 406 588 703 Bali 43 346 - 132 209 10 095 1 007 186 657 Nusa Tenggara Barat 65 051 1 467 328 008 19 691 2 558 416 775 Nusa Tenggara Timur 59 732 6 078 659 549 29 173 7 413 761 945 Kalimantan Barat 43 175 6 792 436 880 14 320 10 245 511 412 Kalimantan Tengah 22 419 4 165 202 156 7 906 4 226 240 872 Kalimantan Selatan 32 520 11 456 260 184 11 240 5 448 320 848 Kalimantan Timur 11 285 4 308 141 901 6 408 3 792 167 694 Kalimantan Utara 3 417 278 37 867 607 278 42 447 Sulawesi Utara 17 220 4 556 139 142 9 376 3 414 173 708 Sulawesi Tengah 59 578 3 869 233 472 16 059 7 136 320 114 Sulawesi Selatan 127 220 13 986 630 872 22 244 9 664 803 986 Sulawesi Tenggara 68 258 2 922 219 848 8 840 2 818 302 686 Gorontalo 14 996 579 83 936 8 315 1 076 108 902 Sulawesi Barat 34 269 - 122 874 9 853 3 137 170 133 Maluku 8 478 1 841 157 951 9 413 2 511 180 194 Maluku Utara 15 307 450 130 213 1 447 1 792 149 209 Papua Barat 9 233 1 134 83 575 1 601 1 967 97 510 Papua 81 765 4 410 282 141 14 172 25 940 408 428

Indonesia 1 629 930 299 932 14 771 179 780 652 364 885 17 846 578

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

308

Profil Anak Indonesia 2017

302

Tabel L-7.14 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Laki-laki

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 5 379 699 91 761 948 2 790 101 577 Sumatera Utara 45 192 1 139 237 198 7 112 7 112 297 753 Sumatera Barat 7 736 - 87 645 - 2 695 98 076 Riau 7 292 - 110 621 5 280 - 123 193 Jambi 3 045 909 64 320 1 721 - 69 995 Sumatera Selatan 10 165 3 456 145 248 2 596 2 377 163 842 Bengkulu 1 839 - 31 603 4 795 1 226 39 463 Lampung 17 095 - 132 607 2 509 1 497 153 708 Bangka-Belitung 1 313 - 22 228 1 985 1 282 26 808 Kepulauan Riau - 248 43 061 1 254 263 44 826 DKI Jakarta - - 142 149 - 2 901 145 050 Jawa Barat 5 538 5 538 848 721 9 333 16 614 885 744 Jawa Tengah 28 821 - 491 117 18 397 12 073 550 408 D I Y 2 980 - 47 394 - - 50 374 Jawa Timur 36 426 7 413 540 918 15 696 14 953 615 406 Banten 9 505 - 219 605 7 895 5 059 242 064 Bali 7 052 - 71 847 2 210 1 316 82 425 Nusa Tenggara Barat 15 927 - 97 178 1 279 2 751 117 135 Nusa Tenggara Timur 5 808 1 056 110 629 4 224 1 056 122 773 Kalimantan Barat 4 482 - 88 091 708 4 928 98 209 Kalimantan Tengah 3 003 496 39 417 - 2 534 45 450 Kalimantan Selatan 5 730 4 034 57 245 2 235 1 593 70 837 Kalimantan Timur 2 108 713 54 777 713 713 59 024 Kalimantan Utara 262 278 13 607 - 278 14 425 Sulawesi Utara 4 111 394 33 786 1 182 394 39 867 Sulawesi Tengah 6 770 677 42 533 - 677 50 657 Sulawesi Selatan 26 166 - 137 578 2 394 4 788 170 926 Sulawesi Tenggara 14 357 - 41 777 1 116 - 57 250 Gorontalo 2 140 - 18 807 533 541 22 021 Sulawesi Barat 5 599 - 17 113 1 898 1 898 26 508 Maluku 1 173 - 35 259 405 768 37 605 Maluku Utara 3 408 450 16 955 - 483 21 296 Papua Barat 789 - 15 629 263 - 16 681 Papua 8 718 1 080 52 728 1 440 2 880 66 846

Indonesia 299 929 28 580 4 201 152 100 121 98 440 4 728 222

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

309

Profil Anak Indonesia 2017

303

Tabel L-7.15 Penduduk Berumur 15-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Laki-laki

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 25 494 3 968 109 084 2 099 4 454 145 099 Sumatera Utara 108 354 14 737 300 990 9 501 18 073 451 655 Sumatera Barat 44 948 2 524 119 597 2 697 2 697 172 463 Riau 28 614 10 704 145 150 3 582 - 188 050 Jambi 17 793 3 676 64 848 2 859 2 699 91 875 Sumatera Selatan 39 662 11 867 175 207 5 338 8 911 240 985 Bengkulu 10 779 614 43 179 1 821 1 800 58 193 Lampung 58 064 2 976 170 513 15 019 5 587 252 159 Bangka-Belitung 11 620 1 327 27 151 777 1 650 42 525 Kepulauan Riau 2 826 271 37 405 547 307 41 356 DKI Jakarta 13 615 5 446 176 995 5 446 8 169 209 671 Jawa Barat 100 158 92 328 1 014 159 53 586 69 450 1 329 681 Jawa Tengah 93 086 31 948 755 914 44 998 26 864 952 810 D I Y 9 529 3 078 78 002 3 078 - 93 687 Jawa Timur 126 855 16 456 855 095 26 262 24 657 1 049 325 Banten 29 386 40 739 272 472 9 351 20 035 371 983 Bali 22 840 - 73 052 7 880 - 103 772 Nusa Tenggara Barat 27 502 2 881 115 346 4 295 1 414 151 438 Nusa Tenggara Timur 33 328 2 280 153 828 4 152 2 280 195 868 Kalimantan Barat 25 894 2 832 118 280 2 653 6 412 156 071 Kalimantan Tengah 16 051 2 056 59 190 505 2 020 79 822 Kalimantan Selatan 22 614 9 243 78 894 5 100 2 049 117 900 Kalimantan Timur 15 192 5 697 79 196 3 798 815 104 698 Kalimantan Utara 2 668 380 15 547 - - 18 595 Sulawesi Utara 15 012 4 064 47 892 2 092 2 708 71 768 Sulawesi Tengah 33 057 1 469 50 374 - 2 616 87 516 Sulawesi Selatan 77 168 5 958 184 544 7 988 7 944 283 602 Sulawesi Tenggara 35 520 1 747 51 019 1 552 710 90 548 Gorontalo 8 406 621 23 949 2 901 1 140 37 017 Sulawesi Barat 19 614 - 23 889 1 802 - 45 305 Maluku 6 144 1 333 48 087 2 597 2 666 60 827 Maluku Utara 7 648 256 24 885 666 867 34 322 Papua Barat 4 797 1 473 21 144 378 1 134 28 926 Papua 32 052 2 216 71 248 2 176 7 122 114 814

Indonesia 1 126 290 287 165 5 586 125 237 496 237 250 7 474 326

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

302

Tabel L-7.14 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Laki-laki

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 5 379 699 91 761 948 2 790 101 577 Sumatera Utara 45 192 1 139 237 198 7 112 7 112 297 753 Sumatera Barat 7 736 - 87 645 - 2 695 98 076 Riau 7 292 - 110 621 5 280 - 123 193 Jambi 3 045 909 64 320 1 721 - 69 995 Sumatera Selatan 10 165 3 456 145 248 2 596 2 377 163 842 Bengkulu 1 839 - 31 603 4 795 1 226 39 463 Lampung 17 095 - 132 607 2 509 1 497 153 708 Bangka-Belitung 1 313 - 22 228 1 985 1 282 26 808 Kepulauan Riau - 248 43 061 1 254 263 44 826 DKI Jakarta - - 142 149 - 2 901 145 050 Jawa Barat 5 538 5 538 848 721 9 333 16 614 885 744 Jawa Tengah 28 821 - 491 117 18 397 12 073 550 408 D I Y 2 980 - 47 394 - - 50 374 Jawa Timur 36 426 7 413 540 918 15 696 14 953 615 406 Banten 9 505 - 219 605 7 895 5 059 242 064 Bali 7 052 - 71 847 2 210 1 316 82 425 Nusa Tenggara Barat 15 927 - 97 178 1 279 2 751 117 135 Nusa Tenggara Timur 5 808 1 056 110 629 4 224 1 056 122 773 Kalimantan Barat 4 482 - 88 091 708 4 928 98 209 Kalimantan Tengah 3 003 496 39 417 - 2 534 45 450 Kalimantan Selatan 5 730 4 034 57 245 2 235 1 593 70 837 Kalimantan Timur 2 108 713 54 777 713 713 59 024 Kalimantan Utara 262 278 13 607 - 278 14 425 Sulawesi Utara 4 111 394 33 786 1 182 394 39 867 Sulawesi Tengah 6 770 677 42 533 - 677 50 657 Sulawesi Selatan 26 166 - 137 578 2 394 4 788 170 926 Sulawesi Tenggara 14 357 - 41 777 1 116 - 57 250 Gorontalo 2 140 - 18 807 533 541 22 021 Sulawesi Barat 5 599 - 17 113 1 898 1 898 26 508 Maluku 1 173 - 35 259 405 768 37 605 Maluku Utara 3 408 450 16 955 - 483 21 296 Papua Barat 789 - 15 629 263 - 16 681 Papua 8 718 1 080 52 728 1 440 2 880 66 846

Indonesia 299 929 28 580 4 201 152 100 121 98 440 4 728 222

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

310

Profil Anak Indonesia 2017

304

Tabel L-7.16 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Laki-laki

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 31 326 4 667 344 168 6 364 7 244 393 769 Sumatera Utara 175 142 15 876 928 899 25 151 28 028 1 173 096 Sumatera Barat 56 537 3 091 358 902 4 696 6 123 429 349 Riau 36 953 12 024 443 718 12 549 1 047 506 291 Jambi 23 381 4 585 216 000 5 470 3 608 253 044 Sumatera Selatan 51 125 15 323 531 415 11 390 15 823 625 076 Bengkulu 15 574 614 121 996 6 616 3 026 147 826 Lampung 76 860 4 460 508 598 28 766 7 084 625 768 Bangka-Belitung 14 887 1 327 83 548 2 762 3 604 106 128 Kepulauan Riau 2 826 519 130 023 2 934 3 155 139 457 DKI Jakarta 16 516 5 446 539 620 17 050 11 070 589 702 Jawa Barat 112 260 97 866 3 054 165 86 406 96 423 3 447 120 Jawa Tengah 123 853 31 948 2 092 977 82 087 47 887 2 378 752 D I Y 12 509 3 078 209 296 4 396 - 229 279 Jawa Timur 175 023 23 869 2 301 997 48 502 51 851 2 601 242 Banten 43 337 40 739 780 514 25 141 25 094 914 825 Bali 37 155 - 225 847 19 563 1 316 283 881 Nusa Tenggara Barat 51 296 2 881 321 406 6 853 5 444 387 880 Nusa Tenggara Timur 43 311 3 864 428 501 13 079 5 399 494 154 Kalimantan Barat 31 881 2 832 336 326 4 903 11 340 387 282 Kalimantan Tengah 21 065 2 552 168 378 1 028 4 554 197 577 Kalimantan Selatan 32 481 14 125 240 841 8 183 6 828 302 458 Kalimantan Timur 17 300 6 410 228 554 7 332 2 954 262 550 Kalimantan Utara 2 930 658 47 611 - 278 51 477 Sulawesi Utara 20 305 4 852 143 279 6 090 4 284 178 810 Sulawesi Tengah 46 599 2 146 166 761 1 239 5 861 222 606 Sulawesi Selatan 120 792 5 958 534 502 15 170 16 778 693 200 Sulawesi Tenggara 55 623 1 747 162 553 3 184 2 855 225 962 Gorontalo 11 079 621 72 191 5 574 1 681 91 146 Sulawesi Barat 28 218 - 75 197 5 693 2 499 111 607 Maluku 8 043 1 333 135 111 4 580 3 797 152 864 Maluku Utara 14 280 706 80 920 666 1 792 98 364 Papua Barat 6 638 1 473 63 851 904 1 397 74 263 Papua 47 970 3 296 208 678 5 854 15 402 281 200

Indonesia 1 565 075 320 886 16 286 343 480 175 405 526 19 058 005

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

311

Profil Anak Indonesia 2017

305

Tabel L-7.17 Penduduk Berumur 10-12 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perempuan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh - - 147 515 3 877 649 152 041 Sumatera Utara 25 823 - 372 892 6 926 - 405 641 Sumatera Barat 1 414 - 146 003 2 463 749 150 629 Riau - - 184 113 3 717 1 239 189 069 Jambi 997 - 94 454 2 994 - 98 445 Sumatera Selatan 1 207 - 203 752 3 658 1 207 209 824 Bengkulu 1 171 - 51 753 1 768 - 54 692 Lampung 2 328 - 207 402 3 403 2 816 215 949 Bangka-Belitung 604 - 31 978 1 674 - 34 256 Kepulauan Riau 1 390 - 53 868 1 975 - 57 233 DKI Jakarta - - 220 410 5 580 - 225 990 Jawa Barat 9 220 6 846 1 156 751 32 408 5 797 1 211 022 Jawa Tengah 5 995 - 746 733 24 327 16 979 794 034 D I Y 1 709 - 81 970 1 709 - 85 388 Jawa Timur 4 596 - 864 033 14 025 4 621 887 275 Banten 5 525 2 377 285 566 2 377 - 295 845 Bali 6 342 - 97 795 1 138 - 105 275 Nusa Tenggara Barat 6 938 - 120 619 5 805 - 133 362 Nusa Tenggara Timur 3 368 - 172 799 3 368 1 170 180 705 Kalimantan Barat - - 132 279 2 184 1 627 136 090 Kalimantan Tengah 475 - 60 969 1 425 556 63 425 Kalimantan Selatan 3 814 - 95 458 2 856 958 103 086 Kalimantan Timur 575 1 150 88 446 - - 90 171 Kalimantan Utara 496 - 18 575 285 - 19 356 Sulawesi Utara 1 086 724 57 268 362 - 59 440 Sulawesi Tengah 4 286 - 58 774 1 812 1 208 66 080 Sulawesi Selatan 13 938 876 207 770 7 780 1 700 232 064 Sulawesi Tenggara 8 687 - 71 271 3 974 1 112 85 044 Gorontalo 1 671 - 30 244 557 557 33 029 Sulawesi Barat 918 - 33 420 1 408 459 36 205 Maluku 489 416 47 140 1 321 832 50 198 Maluku Utara 695 - 36 322 - - 37 017 Papua Barat 855 - 26 953 479 570 28 857 Papua 5 278 - 77 766 3 140 6 496 92 680

Indonesia 121 890 12 389 6 283 061 150 775 51 302 6 619 417

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

304

Tabel L-7.16 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Laki-laki

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 31 326 4 667 344 168 6 364 7 244 393 769 Sumatera Utara 175 142 15 876 928 899 25 151 28 028 1 173 096 Sumatera Barat 56 537 3 091 358 902 4 696 6 123 429 349 Riau 36 953 12 024 443 718 12 549 1 047 506 291 Jambi 23 381 4 585 216 000 5 470 3 608 253 044 Sumatera Selatan 51 125 15 323 531 415 11 390 15 823 625 076 Bengkulu 15 574 614 121 996 6 616 3 026 147 826 Lampung 76 860 4 460 508 598 28 766 7 084 625 768 Bangka-Belitung 14 887 1 327 83 548 2 762 3 604 106 128 Kepulauan Riau 2 826 519 130 023 2 934 3 155 139 457 DKI Jakarta 16 516 5 446 539 620 17 050 11 070 589 702 Jawa Barat 112 260 97 866 3 054 165 86 406 96 423 3 447 120 Jawa Tengah 123 853 31 948 2 092 977 82 087 47 887 2 378 752 D I Y 12 509 3 078 209 296 4 396 - 229 279 Jawa Timur 175 023 23 869 2 301 997 48 502 51 851 2 601 242 Banten 43 337 40 739 780 514 25 141 25 094 914 825 Bali 37 155 - 225 847 19 563 1 316 283 881 Nusa Tenggara Barat 51 296 2 881 321 406 6 853 5 444 387 880 Nusa Tenggara Timur 43 311 3 864 428 501 13 079 5 399 494 154 Kalimantan Barat 31 881 2 832 336 326 4 903 11 340 387 282 Kalimantan Tengah 21 065 2 552 168 378 1 028 4 554 197 577 Kalimantan Selatan 32 481 14 125 240 841 8 183 6 828 302 458 Kalimantan Timur 17 300 6 410 228 554 7 332 2 954 262 550 Kalimantan Utara 2 930 658 47 611 - 278 51 477 Sulawesi Utara 20 305 4 852 143 279 6 090 4 284 178 810 Sulawesi Tengah 46 599 2 146 166 761 1 239 5 861 222 606 Sulawesi Selatan 120 792 5 958 534 502 15 170 16 778 693 200 Sulawesi Tenggara 55 623 1 747 162 553 3 184 2 855 225 962 Gorontalo 11 079 621 72 191 5 574 1 681 91 146 Sulawesi Barat 28 218 - 75 197 5 693 2 499 111 607 Maluku 8 043 1 333 135 111 4 580 3 797 152 864 Maluku Utara 14 280 706 80 920 666 1 792 98 364 Papua Barat 6 638 1 473 63 851 904 1 397 74 263 Papua 47 970 3 296 208 678 5 854 15 402 281 200

Indonesia 1 565 075 320 886 16 286 343 480 175 405 526 19 058 005

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

312

Profil Anak Indonesia 2017

306

Tabel L-7.18 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perempuan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 2 088 - 82 357 1 142 504 86 091 Sumatera Utara 35 421 1 881 226 666 15 048 2 180 281 196 Sumatera Barat 6 122 - 84 170 4 095 749 95 136 Riau 4 842 - 103 836 4 956 - 113 634 Jambi 2 638 - 54 163 2 512 - 59 313 Sumatera Selatan 3 695 1 207 142 773 7 279 - 154 954 Bengkulu 574 - 28 425 1 171 - 30 170 Lampung 4 129 - 128 350 3 938 1 131 137 548 Bangka-Belitung 604 1 116 22 774 1 720 - 26 214 Kepulauan Riau - - 33 515 2 209 - 35 724 DKI Jakarta 2 790 - 122 760 8 370 - 133 920 Jawa Barat 4 748 2 374 728 380 53 222 13 968 802 692 Jawa Tengah 7 111 - 537 317 15 627 4 049 564 104 D I Y - - 43 216 - - 43 216 Jawa Timur 21 202 - 546 014 19 381 11 016 597 613 Banten 3 148 - 207 445 6 296 2 377 219 266 Bali 16 503 1 138 45 443 1 138 - 64 222 Nusa Tenggara Barat 7 148 - 80 557 4 812 - 92 517 Nusa Tenggara Timur 4 024 - 96 522 2 127 585 103 258 Kalimantan Barat 3 188 1 636 76 918 1 508 1 636 84 886 Kalimantan Tengah 3 962 - 43 744 950 - 48 656 Kalimantan Selatan - 1 910 66 850 1 904 952 71 616 Kalimantan Timur 1 148 1 148 53 415 2 296 - 58 007 Kalimantan Utara 795 - 10 628 465 - 11 888 Sulawesi Utara 610 - 37 982 2 058 362 41 012 Sulawesi Tengah 6 173 604 51 468 2 416 604 61 265 Sulawesi Selatan 6 956 876 147 924 876 850 157 482 Sulawesi Tenggara 5 590 - 36 120 1 539 - 43 249 Gorontalo 1 671 - 15 059 1 797 - 18 527 Sulawesi Barat 7 040 - 18 701 918 - 26 659 Maluku 3 693 - 30 726 832 1 394 36 645 Maluku Utara 2 694 - 21 323 253 - 24 270 Papua Barat 285 - 13 340 285 - 13 910 Papua 5 657 - 46 584 2 815 2 842 57 898

Indonesia 176 249 13 890 3 985 465 175 955 45 199 4 396 758

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

313

Profil Anak Indonesia 2017

307

Tabel L-7.19 Penduduk Berumur 15-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perempuan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 13 090 2 683 124 485 11 940 2 637 154 835 Sumatera Utara 71 284 8 816 355 948 16 749 6 374 459 171 Sumatera Barat 15 509 1 693 144 327 12 761 2 572 176 862 Riau 21 972 4 911 139 970 13 626 - 180 479 Jambi 9 727 3 097 83 785 8 905 1 916 107 430 Sumatera Selatan 25 822 6 585 179 005 35 624 - 247 036 Bengkulu 8 421 1 246 43 781 6 015 - 59 463 Lampung 17 095 3 814 156 389 26 504 - 203 802 Bangka-Belitung 6 666 - 25 632 4 272 - 36 570 Kepulauan Riau 591 2 752 37 101 3 702 - 44 146 DKI Jakarta 14 500 8 700 176 900 8 700 - 208 800 Jawa Barat 86 221 75 087 979 829 107 019 41 240 1 289 396 Jawa Tengah 96 241 30 165 708 763 74 612 21 044 930 825 D I Y 4 478 - 63 761 6 000 3 761 78 000 Jawa Timur 70 040 10 396 816 651 92 399 19 754 1 009 240 Banten 36 858 27 168 239 454 23 744 9 746 336 970 Bali 17 966 - 79 978 5 264 1 007 104 215 Nusa Tenggara Barat 34 503 - 104 220 12 909 1 487 153 119 Nusa Tenggara Timur 20 007 2 214 152 676 17 265 738 192 900 Kalimantan Barat 22 893 2 324 112 788 14 986 2 169 155 160 Kalimantan Tengah 7 402 2 154 56 318 6 214 1 312 73 400 Kalimantan Selatan 7 586 5 052 79 282 11 831 4 019 107 770 Kalimantan Timur 5 410 1 220 66 780 7 012 2 058 82 480 Kalimantan Utara 451 - 16 734 1 788 - 18 973 Sulawesi Utara 6 694 5 370 51 126 4 782 1 324 69 296 Sulawesi Tengah 16 262 1 716 57 720 13 109 - 88 807 Sulawesi Selatan 33 800 10 288 205 520 23 320 1 032 273 960 Sulawesi Tenggara 24 152 2 217 55 059 8 139 - 89 567 Gorontalo 3 079 579 26 645 4 816 - 35 119 Sulawesi Barat 7 603 - 25 570 10 423 875 44 471 Maluku 3 940 1 472 47 184 4 936 952 58 484 Maluku Utara 2 880 329 36 602 2 097 - 41 908 Papua Barat 3 654 394 19 094 806 - 23 948 Papua 26 538 1 114 63 379 6 552 2 719 100 302

Indonesia 743 335 223 556 5 532 456 608 821 128 736 7 236 904

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

306

Tabel L-7.18 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perempuan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 2 088 - 82 357 1 142 504 86 091 Sumatera Utara 35 421 1 881 226 666 15 048 2 180 281 196 Sumatera Barat 6 122 - 84 170 4 095 749 95 136 Riau 4 842 - 103 836 4 956 - 113 634 Jambi 2 638 - 54 163 2 512 - 59 313 Sumatera Selatan 3 695 1 207 142 773 7 279 - 154 954 Bengkulu 574 - 28 425 1 171 - 30 170 Lampung 4 129 - 128 350 3 938 1 131 137 548 Bangka-Belitung 604 1 116 22 774 1 720 - 26 214 Kepulauan Riau - - 33 515 2 209 - 35 724 DKI Jakarta 2 790 - 122 760 8 370 - 133 920 Jawa Barat 4 748 2 374 728 380 53 222 13 968 802 692 Jawa Tengah 7 111 - 537 317 15 627 4 049 564 104 D I Y - - 43 216 - - 43 216 Jawa Timur 21 202 - 546 014 19 381 11 016 597 613 Banten 3 148 - 207 445 6 296 2 377 219 266 Bali 16 503 1 138 45 443 1 138 - 64 222 Nusa Tenggara Barat 7 148 - 80 557 4 812 - 92 517 Nusa Tenggara Timur 4 024 - 96 522 2 127 585 103 258 Kalimantan Barat 3 188 1 636 76 918 1 508 1 636 84 886 Kalimantan Tengah 3 962 - 43 744 950 - 48 656 Kalimantan Selatan - 1 910 66 850 1 904 952 71 616 Kalimantan Timur 1 148 1 148 53 415 2 296 - 58 007 Kalimantan Utara 795 - 10 628 465 - 11 888 Sulawesi Utara 610 - 37 982 2 058 362 41 012 Sulawesi Tengah 6 173 604 51 468 2 416 604 61 265 Sulawesi Selatan 6 956 876 147 924 876 850 157 482 Sulawesi Tenggara 5 590 - 36 120 1 539 - 43 249 Gorontalo 1 671 - 15 059 1 797 - 18 527 Sulawesi Barat 7 040 - 18 701 918 - 26 659 Maluku 3 693 - 30 726 832 1 394 36 645 Maluku Utara 2 694 - 21 323 253 - 24 270 Papua Barat 285 - 13 340 285 - 13 910 Papua 5 657 - 46 584 2 815 2 842 57 898

Indonesia 176 249 13 890 3 985 465 175 955 45 199 4 396 758

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

314

Profil Anak Indonesia 2017

308

Tabel L-7.20 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perempuan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 15 178 2 683 354 357 16 959 3 790 392 967 Sumatera Utara 132 528 10 697 955 506 38 723 8 554 1 146 008 Sumatera Barat 23 045 1 693 374 500 19 319 4 070 422 627 Riau 26 814 4 911 427 919 22 299 1 239 483 182 Jambi 13 362 3 097 232 402 14 411 1 916 265 188 Sumatera Selatan 30 724 7 792 525 530 46 561 1 207 611 814 Bengkulu 10 166 1 246 123 959 8 954 - 144 325 Lampung 23 552 3 814 492 141 33 845 3 947 557 299 Bangka-Belitung 7 874 1 116 80 384 7 666 - 97 040 Kepulauan Riau 1 981 2 752 124 484 7 886 - 137 103 DKI Jakarta 17 290 8 700 520 070 22 650 - 568 710 Jawa Barat 100 189 84 307 2 864 960 192 649 61 005 3 303 110 Jawa Tengah 109 347 30 165 1 992 813 114 566 42 072 2 288 963 D I Y 6 187 - 188 947 7 709 3 761 206 604 Jawa Timur 95 838 10 396 2 226 698 125 805 35 391 2 494 128 Banten 45 531 29 545 732 465 32 417 12 123 852 081 Bali 40 811 1 138 223 216 7 540 1 007 273 712 Nusa Tenggara Barat 48 589 - 305 396 23 526 1 487 378 998 Nusa Tenggara Timur 27 399 2 214 421 997 22 760 2 493 476 863 Kalimantan Barat 26 081 3 960 321 985 18 678 5 432 376 136 Kalimantan Tengah 11 839 2 154 161 031 8 589 1 868 185 481 Kalimantan Selatan 11 400 6 962 241 590 16 591 5 929 282 472 Kalimantan Timur 7 133 3 518 208 641 9 308 2 058 230 658 Kalimantan Utara 1 742 - 45 937 2 538 - 50 217 Sulawesi Utara 8 390 6 094 146 376 7 202 1 686 169 748 Sulawesi Tengah 26 721 2 320 167 962 17 337 1 812 216 152 Sulawesi Selatan 54 694 12 040 561 214 31 976 3 582 663 506 Sulawesi Tenggara 38 429 2 217 162 450 13 652 1 112 217 860 Gorontalo 6 421 579 71 948 7 170 557 86 675 Sulawesi Barat 15 561 - 77 691 12 749 1 334 107 335 Maluku 8 122 1 888 125 050 7 089 3 178 145 327 Maluku Utara 6 269 329 94 247 2 350 - 103 195 Papua Barat 4 794 394 59 387 1 570 570 66 715 Papua 37 473 1 114 187 729 12 507 12 057 250 880

Indonesia 1 041 474 249 835 15 800 982 935 551 225 237 18 253 079

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

315

Profil Anak Indonesia 2017

309

Tabel L-7.21 Penduduk Berumur 10-12 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Total

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 453 - 290 838 7 194 649 299 134 Sumatera Utara 47 419 - 763 603 15 464 2 843 829 329 Sumatera Barat 5 267 567 297 663 4 462 1 480 309 439 Riau 1 047 1 320 372 060 7 404 2 286 384 117 Jambi 3 540 - 181 286 3 884 909 189 619 Sumatera Selatan 2 505 - 414 712 7 114 5 742 430 073 Bengkulu 4 127 - 98 967 1 768 - 104 862 Lampung 4 029 1 484 412 880 14 641 2 816 435 850 Bangka-Belitung 2 558 - 66 147 1 674 672 71 051 Kepulauan Riau 1 390 - 103 425 3 108 2 585 110 508 DKI Jakarta 2 901 - 440 886 17 184 - 460 971 Jawa Barat 15 784 6 846 2 348 036 55 895 16 156 2 442 717 Jawa Tengah 7 941 - 1 592 679 43 019 25 929 1 669 568 D I Y 1 709 - 165 870 3 027 - 170 606 Jawa Timur 16 338 - 1 770 017 20 569 16 862 1 823 786 Banten 9 971 2 377 574 003 10 272 - 596 623 Bali 13 605 - 178 743 10 611 - 202 959 Nusa Tenggara Barat 14 805 - 229 501 7 084 1 279 252 669 Nusa Tenggara Timur 7 543 528 336 843 8 071 3 233 356 218 Kalimantan Barat 1 505 - 262 234 3 726 1 627 269 092 Kalimantan Tengah 2 486 - 130 740 1 948 556 135 730 Kalimantan Selatan 7 951 848 200 160 3 704 4 144 216 807 Kalimantan Timur 575 1 150 183 027 2 821 1 426 188 999 Kalimantan Utara 496 - 37 032 285 - 37 813 Sulawesi Utara 2 268 1 118 118 869 3 178 1 182 126 615 Sulawesi Tengah 11 058 - 132 628 3 051 3 776 150 513 Sulawesi Selatan 31 396 876 420 150 12 568 5 746 470 736 Sulawesi Tenggara 14 433 - 141 028 4 490 3 257 163 208 Gorontalo 2 204 - 59 679 2 697 557 65 137 Sulawesi Barat 3 923 - 67 615 3 401 1 060 75 999 Maluku 1 215 416 98 905 2 899 1 195 104 630 Maluku Utara 3 919 - 75 402 - 442 79 763 Papua Barat 1 907 - 54 031 742 833 57 513 Papua 12 478 - 162 468 5 378 11 896 192 220

Indonesia 260 746 17 530 12 782 127 293 333 121 138 13 474 874

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

308

Tabel L-7.20 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Perempuan

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 15 178 2 683 354 357 16 959 3 790 392 967 Sumatera Utara 132 528 10 697 955 506 38 723 8 554 1 146 008 Sumatera Barat 23 045 1 693 374 500 19 319 4 070 422 627 Riau 26 814 4 911 427 919 22 299 1 239 483 182 Jambi 13 362 3 097 232 402 14 411 1 916 265 188 Sumatera Selatan 30 724 7 792 525 530 46 561 1 207 611 814 Bengkulu 10 166 1 246 123 959 8 954 - 144 325 Lampung 23 552 3 814 492 141 33 845 3 947 557 299 Bangka-Belitung 7 874 1 116 80 384 7 666 - 97 040 Kepulauan Riau 1 981 2 752 124 484 7 886 - 137 103 DKI Jakarta 17 290 8 700 520 070 22 650 - 568 710 Jawa Barat 100 189 84 307 2 864 960 192 649 61 005 3 303 110 Jawa Tengah 109 347 30 165 1 992 813 114 566 42 072 2 288 963 D I Y 6 187 - 188 947 7 709 3 761 206 604 Jawa Timur 95 838 10 396 2 226 698 125 805 35 391 2 494 128 Banten 45 531 29 545 732 465 32 417 12 123 852 081 Bali 40 811 1 138 223 216 7 540 1 007 273 712 Nusa Tenggara Barat 48 589 - 305 396 23 526 1 487 378 998 Nusa Tenggara Timur 27 399 2 214 421 997 22 760 2 493 476 863 Kalimantan Barat 26 081 3 960 321 985 18 678 5 432 376 136 Kalimantan Tengah 11 839 2 154 161 031 8 589 1 868 185 481 Kalimantan Selatan 11 400 6 962 241 590 16 591 5 929 282 472 Kalimantan Timur 7 133 3 518 208 641 9 308 2 058 230 658 Kalimantan Utara 1 742 - 45 937 2 538 - 50 217 Sulawesi Utara 8 390 6 094 146 376 7 202 1 686 169 748 Sulawesi Tengah 26 721 2 320 167 962 17 337 1 812 216 152 Sulawesi Selatan 54 694 12 040 561 214 31 976 3 582 663 506 Sulawesi Tenggara 38 429 2 217 162 450 13 652 1 112 217 860 Gorontalo 6 421 579 71 948 7 170 557 86 675 Sulawesi Barat 15 561 - 77 691 12 749 1 334 107 335 Maluku 8 122 1 888 125 050 7 089 3 178 145 327 Maluku Utara 6 269 329 94 247 2 350 - 103 195 Papua Barat 4 794 394 59 387 1 570 570 66 715 Papua 37 473 1 114 187 729 12 507 12 057 250 880

Indonesia 1 041 474 249 835 15 800 982 935 551 225 237 18 253 079

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

316

Profil Anak Indonesia 2017

310

Tabel L-7.22 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Total

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 7 467 699 174 118 2 090 3 294 187 668 Sumatera Utara 80 613 3 020 463 864 22 160 9 292 578 949 Sumatera Barat 13 858 - 171 815 4 095 3 444 193 212 Riau 12 134 - 214 457 10 236 - 236 827 Jambi 5 683 909 118 483 4 233 - 129 308 Sumatera Selatan 13 860 4 663 288 021 9 875 2 377 318 796 Bengkulu 2 413 - 60 028 5 966 1 226 69 633 Lampung 21 224 - 260 957 6 447 2 628 291 256 Bangka-Belitung 1 917 1 116 45 002 3 705 1 282 53 022 Kepulauan Riau - 248 76 576 3 463 263 80 550 DKI Jakarta 2 790 - 264 909 8 370 2 901 278 970 Jawa Barat 10 286 7 912 1 577 101 62 555 30 582 1 688 436 Jawa Tengah 35 932 - 1 028 434 34 024 16 122 1 114 512 D I Y 2 980 - 90 610 - - 93 590 Jawa Timur 57 628 7 413 1 086 932 35 077 25 969 1 213 019 Banten 12 653 - 427 050 14 191 7 436 461 330 Bali 23 555 1 138 117 290 3 348 1 316 146 647 Nusa Tenggara Barat 23 075 - 177 735 6 091 2 751 209 652 Nusa Tenggara Timur 9 832 1 056 207 151 6 351 1 641 226 031 Kalimantan Barat 7 670 1 636 165 009 2 216 6 564 183 095 Kalimantan Tengah 6 965 496 83 161 950 2 534 94 106 Kalimantan Selatan 5 730 5 944 124 095 4 139 2 545 142 453 Kalimantan Timur 3 256 1 861 108 192 3 009 713 117 031 Kalimantan Utara 1 057 278 24 235 465 278 26 313 Sulawesi Utara 4 721 394 71 768 3 240 756 80 879 Sulawesi Tengah 12 943 1 281 94 001 2 416 1 281 111 922 Sulawesi Selatan 33 122 876 285 502 3 270 5 638 328 408 Sulawesi Tenggara 19 947 - 77 897 2 655 - 100 499 Gorontalo 3 811 - 33 866 2 330 541 40 548 Sulawesi Barat 12 639 - 35 814 2 816 1 898 53 167 Maluku 4 866 - 65 985 1 237 2 162 74 250 Maluku Utara 6 102 450 38 278 253 483 45 566 Papua Barat 1 074 - 28 969 548 - 30 591 Papua 14 375 1 080 99 312 4 255 5 722 124 744

Indonesia 476 178 42 470 8 186 617 276 076 143 639 9 124 980

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

317

Profil Anak Indonesia 2017

311

Tabel L-7.23 Penduduk Berumur 15-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Total

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 38 584 6 651 233 569 14 039 7 091 299 934 Sumatera Utara 179 638 23 553 656 938 26 250 24 447 910 826 Sumatera Barat 60 457 4 217 263 924 15 458 5 269 349 325 Riau 50 586 15 615 285 120 17 208 - 368 529 Jambi 27 520 6 773 148 633 11 764 4 615 199 305 Sumatera Selatan 65 484 18 452 354 212 40 962 8 911 488 021 Bengkulu 19 200 1 860 86 960 7 836 1 800 117 656 Lampung 75 159 6 790 326 902 41 523 5 587 455 961 Bangka-Belitung 18 286 1 327 52 783 5 049 1 650 79 095 Kepulauan Riau 3 417 3 023 74 506 4 249 307 85 502 DKI Jakarta 28 115 14 146 353 895 14 146 8 169 418 471 Jawa Barat 186 379 167 415 1 993 988 160 605 110 690 2 619 077 Jawa Tengah 189 327 62 113 1 464 677 119 610 47 908 1 883 635 D I Y 14 007 3 078 141 763 9 078 3 761 171 687 Jawa Timur 196 895 26 852 1 671 746 118 661 44 411 2 058 565 Banten 66 244 67 907 511 926 33 095 29 781 708 953 Bali 40 806 - 153 030 13 144 1 007 207 987 Nusa Tenggara Barat 62 005 2 881 219 566 17 204 2 901 304 557 Nusa Tenggara Timur 53 335 4 494 306 504 21 417 3 018 388 768 Kalimantan Barat 48 787 5 156 231 068 17 639 8 581 311 231 Kalimantan Tengah 23 453 4 210 115 508 6 719 3 332 153 222 Kalimantan Selatan 30 200 14 295 158 176 16 931 6 068 225 670 Kalimantan Timur 20 602 6 917 145 976 10 810 2 873 187 178 Kalimantan Utara 3 119 380 32 281 1 788 - 37 568 Sulawesi Utara 21 706 9 434 99 018 6 874 4 032 141 064 Sulawesi Tengah 49 319 3 185 108 094 13 109 2 616 176 323 Sulawesi Selatan 110 968 16 246 390 064 31 308 8 976 557 562 Sulawesi Tenggara 59 672 3 964 106 078 9 691 710 180 115 Gorontalo 11 485 1 200 50 594 7 717 1 140 72 136 Sulawesi Barat 27 217 - 49 459 12 225 875 89 776 Maluku 10 084 2 805 95 271 7 533 3 618 119 311 Maluku Utara 10 528 585 61 487 2 763 867 76 230 Papua Barat 8 451 1 867 40 238 1 184 1 134 52 874 Papua 58 590 3 330 134 627 8 728 9 841 215 116

Indonesia 1 869 625 510 721 11 118 581 846 317 365 986 14 711 230

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

310

Tabel L-7.22 Penduduk Berumur 13-14 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Total

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 7 467 699 174 118 2 090 3 294 187 668 Sumatera Utara 80 613 3 020 463 864 22 160 9 292 578 949 Sumatera Barat 13 858 - 171 815 4 095 3 444 193 212 Riau 12 134 - 214 457 10 236 - 236 827 Jambi 5 683 909 118 483 4 233 - 129 308 Sumatera Selatan 13 860 4 663 288 021 9 875 2 377 318 796 Bengkulu 2 413 - 60 028 5 966 1 226 69 633 Lampung 21 224 - 260 957 6 447 2 628 291 256 Bangka-Belitung 1 917 1 116 45 002 3 705 1 282 53 022 Kepulauan Riau - 248 76 576 3 463 263 80 550 DKI Jakarta 2 790 - 264 909 8 370 2 901 278 970 Jawa Barat 10 286 7 912 1 577 101 62 555 30 582 1 688 436 Jawa Tengah 35 932 - 1 028 434 34 024 16 122 1 114 512 D I Y 2 980 - 90 610 - - 93 590 Jawa Timur 57 628 7 413 1 086 932 35 077 25 969 1 213 019 Banten 12 653 - 427 050 14 191 7 436 461 330 Bali 23 555 1 138 117 290 3 348 1 316 146 647 Nusa Tenggara Barat 23 075 - 177 735 6 091 2 751 209 652 Nusa Tenggara Timur 9 832 1 056 207 151 6 351 1 641 226 031 Kalimantan Barat 7 670 1 636 165 009 2 216 6 564 183 095 Kalimantan Tengah 6 965 496 83 161 950 2 534 94 106 Kalimantan Selatan 5 730 5 944 124 095 4 139 2 545 142 453 Kalimantan Timur 3 256 1 861 108 192 3 009 713 117 031 Kalimantan Utara 1 057 278 24 235 465 278 26 313 Sulawesi Utara 4 721 394 71 768 3 240 756 80 879 Sulawesi Tengah 12 943 1 281 94 001 2 416 1 281 111 922 Sulawesi Selatan 33 122 876 285 502 3 270 5 638 328 408 Sulawesi Tenggara 19 947 - 77 897 2 655 - 100 499 Gorontalo 3 811 - 33 866 2 330 541 40 548 Sulawesi Barat 12 639 - 35 814 2 816 1 898 53 167 Maluku 4 866 - 65 985 1 237 2 162 74 250 Maluku Utara 6 102 450 38 278 253 483 45 566 Papua Barat 1 074 - 28 969 548 - 30 591 Papua 14 375 1 080 99 312 4 255 5 722 124 744

Indonesia 476 178 42 470 8 186 617 276 076 143 639 9 124 980

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

318

Profil Anak Indonesia 2017

312

Tabel L-7.24 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Total

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 46 504 7 350 698 525 23 323 11 034 786 736 Sumatera Utara 307 670 26 573 1 884 405 63 874 36 582 2 319 104 Sumatera Barat 79 582 4 784 733 402 24 015 10 193 851 976 Riau 63 767 16 935 871 637 34 848 2 286 989 473 Jambi 36 743 7 682 448 402 19 881 5 524 518 232 Sumatera Selatan 81 849 23 115 1 056 945 57 951 17 030 1 236 890 Bengkulu 25 740 1 860 245 955 15 570 3 026 292 151 Lampung 100 412 8 274 1 000 739 62 611 11 031 1 183 067 Bangka-Belitung 22 761 2 443 163 932 10 428 3 604 203 168 Kepulauan Riau 4 807 3 271 254 507 10 820 3 155 276 560 DKI Jakarta 33 806 14 146 1 059 690 39 700 11 070 1 158 412 Jawa Barat 212 449 182 173 5 919 125 279 055 157 428 6 750 230 Jawa Tengah 233 200 62 113 4 085 790 196 653 89 959 4 667 715 D I Y 18 696 3 078 398 243 12 105 3 761 435 883 Jawa Timur 270 861 34 265 4 528 695 174 307 87 242 5 095 370 Banten 88 868 70 284 1 512 979 57 558 37 217 1 766 906 Bali 77 966 1 138 449 063 27 103 2 323 557 593 Nusa Tenggara Barat 99 885 2 881 626 802 30 379 6 931 766 878 Nusa Tenggara Timur 70 710 6 078 850 498 35 839 7 892 971 017 Kalimantan Barat 57 962 6 792 658 311 23 581 16 772 763 418 Kalimantan Tengah 32 904 4 706 329 409 9 617 6 422 383 058 Kalimantan Selatan 43 881 21 087 482 431 24 774 12 757 584 930 Kalimantan Timur 24 433 9 928 437 195 16 640 5 012 493 208 Kalimantan Utara 4 672 658 93 548 2 538 278 101 694 Sulawesi Utara 28 695 10 946 289 655 13 292 5 970 348 558 Sulawesi Tengah 73 320 4 466 334 723 18 576 7 673 438 758 Sulawesi Selatan 175 486 17 998 1 095 716 47 146 20 360 1 356 706 Sulawesi Tenggara 94 052 3 964 325 003 16 836 3 967 443 822 Gorontalo 17 500 1 200 144 139 12 744 2 238 177 821 Sulawesi Barat 43 779 - 152 888 18 442 3 833 218 942 Maluku 16 165 3 221 260 161 11 669 6 975 298 191 Maluku Utara 20 549 1 035 175 167 3 016 1 792 201 559 Papua Barat 11 432 1 867 123 238 2 474 1 967 140 978 Papua 85 443 4 410 396 407 18 361 27 459 532 080

Indonesia 2 606 549 570 721 32 087 325 1 415 726 630 763 37 311 084

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

319

Profil Anak Indonesia 2017

313

Tabel L-7.25 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Formal-Informal, 2016 Perkotaan

Provinsi

Kelompok Umur 10-12 Tahun 13-14 Tahun 15-17 Tahun

Formal In-formal Jumlah Formal In-

formal Jumlah Formal In-formal Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh - 453 453 515 461 976 1 635 7 208 8 843 Sumatera Utara - 12 186 12 186 5 597 18 971 24 568 18 256 44 690 62 946 Sumatera Barat - 2 459 2 459 1 248 4 732 5 980 9 151 19 847 28 998 Riau - 1 047 1 047 2 370 3 245 5 615 7 200 12 170 19 370 Jambi - 725 725 - 2 774 2 774 844 7 592 8 436 Sumatera Selatan - - - - 3 567 3 567 2 382 12 666 15 048 Bengkulu 597 504 1 101 - - - 2 388 4 742 7 130 Lampung - 2 328 2 328 946 4 528 5 474 5 113 9 782 14 895 Bangka-Belitung - 1 886 1 886 641 604 1 245 2 998 5 640 8 638 Kepulauan Riau - 1 390 1 390 - - - 1 542 1 284 2 826 DKI Jakarta - 2 901 2 901 - 2 790 2 790 25 392 2 723 28 115 Jawa Barat - 10 641 10 641 - - - 56 619 67 986 124 605 Jawa Tengah - 5 532 5 532 - 5 438 5 438 67 642 46 009 113 651 D I Y - - - - 1 662 1 662 2 239 7 151 9 390 Jawa Timur - 8 084 8 084 1 929 19 933 21 862 34 532 39 309 73 841 Banten - 3 148 3 148 2 836 3 148 5 984 31 266 15 240 46 506 Bali - 3 948 3 948 3 414 8 322 11 736 8 364 10 572 18 936 Nusa Tenggara Barat - 6 004 6 004 1 133 4 416 5 549 1 487 21 794 23 281 Nusa Tenggara Timur

- 1 507 1 507 - 514 514 2 615 6 342 8 957

Kalimantan Barat - 758 758 689 863 1 552 7 038 5 439 12 477 Kalimantan Tengah - 523 523 - 1 635 1 635 2 758 5 569 8 327 Kalimantan Selatan - 1 703 1 703 - 1 490 1 490 2 034 6 134 8 168 Kalimantan Timur - - - - 3 256 3 256 3 252 6 640 9 892 Kalimantan Utara - 496 496 - - - - 759 759 Sulawesi Utara - - - 507 2 638 3 145 1 940 6 390 8 330 Sulawesi Tengah - 1 341 1 341 - 3 757 3 757 1 083 7 561 8 644 Sulawesi Selatan - 6 680 6 680 1 652 5 830 7 482 7 020 27 084 34 104 Sulawesi Tenggara 477 2 124 2 601 - 7 602 7 602 2 328 13 263 15 591 Gorontalo - - - 541 - 541 1 292 671 1 963 Sulawesi Barat - - - 1 186 2 656 3 842 1 257 4 411 5 668 Maluku - 1 215 1 215 - 2 808 2 808 904 2 760 3 664 Maluku Utara - 728 728 - 2 013 2 013 301 2 200 2 501 Papua Barat - - - - - - 339 1 860 2 199 Papua - - - - 1 177 1 177 1 005 1 496 2 501

Indonesia 1 074 80 311 81 385 25 204 120 830 146 034 314 216 434 984 749 200

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

312

Tabel L-7.24 Penduduk Berumur 10-17 Tahun menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan

Seminggu yang Lalu, 2016 Total

Provinsi Bekerja Penganggur-an Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 46 504 7 350 698 525 23 323 11 034 786 736 Sumatera Utara 307 670 26 573 1 884 405 63 874 36 582 2 319 104 Sumatera Barat 79 582 4 784 733 402 24 015 10 193 851 976 Riau 63 767 16 935 871 637 34 848 2 286 989 473 Jambi 36 743 7 682 448 402 19 881 5 524 518 232 Sumatera Selatan 81 849 23 115 1 056 945 57 951 17 030 1 236 890 Bengkulu 25 740 1 860 245 955 15 570 3 026 292 151 Lampung 100 412 8 274 1 000 739 62 611 11 031 1 183 067 Bangka-Belitung 22 761 2 443 163 932 10 428 3 604 203 168 Kepulauan Riau 4 807 3 271 254 507 10 820 3 155 276 560 DKI Jakarta 33 806 14 146 1 059 690 39 700 11 070 1 158 412 Jawa Barat 212 449 182 173 5 919 125 279 055 157 428 6 750 230 Jawa Tengah 233 200 62 113 4 085 790 196 653 89 959 4 667 715 D I Y 18 696 3 078 398 243 12 105 3 761 435 883 Jawa Timur 270 861 34 265 4 528 695 174 307 87 242 5 095 370 Banten 88 868 70 284 1 512 979 57 558 37 217 1 766 906 Bali 77 966 1 138 449 063 27 103 2 323 557 593 Nusa Tenggara Barat 99 885 2 881 626 802 30 379 6 931 766 878 Nusa Tenggara Timur 70 710 6 078 850 498 35 839 7 892 971 017 Kalimantan Barat 57 962 6 792 658 311 23 581 16 772 763 418 Kalimantan Tengah 32 904 4 706 329 409 9 617 6 422 383 058 Kalimantan Selatan 43 881 21 087 482 431 24 774 12 757 584 930 Kalimantan Timur 24 433 9 928 437 195 16 640 5 012 493 208 Kalimantan Utara 4 672 658 93 548 2 538 278 101 694 Sulawesi Utara 28 695 10 946 289 655 13 292 5 970 348 558 Sulawesi Tengah 73 320 4 466 334 723 18 576 7 673 438 758 Sulawesi Selatan 175 486 17 998 1 095 716 47 146 20 360 1 356 706 Sulawesi Tenggara 94 052 3 964 325 003 16 836 3 967 443 822 Gorontalo 17 500 1 200 144 139 12 744 2 238 177 821 Sulawesi Barat 43 779 - 152 888 18 442 3 833 218 942 Maluku 16 165 3 221 260 161 11 669 6 975 298 191 Maluku Utara 20 549 1 035 175 167 3 016 1 792 201 559 Papua Barat 11 432 1 867 123 238 2 474 1 967 140 978 Papua 85 443 4 410 396 407 18 361 27 459 532 080

Indonesia 2 606 549 570 721 32 087 325 1 415 726 630 763 37 311 084

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

320

Profil Anak Indonesia 2017

314

Tabel L-7.26 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Formal-Informal, 2016 Perdesaan

Provinsi

Kelompok Umur 10-12 Tahun 13-14 Tahun 15-17 Tahun

Formal In-formal Jumlah Formal In-

formal Jumlah Formal In-formal Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh - - - - 6 491 6 491 5 367 24 374 29 741 Sumatera Utara - 35 233 35 233 852 55 193 56 045 12 213 104 479 116 692 Sumatera Barat - 2 808 2 808 - 7 878 7 878 5 394 26 065 31 459 Riau - - - - 6 519 6 519 5 690 25 526 31 216 Jambi - 2 815 2 815 - 2 909 2 909 4 751 14 333 19 084 Sumatera Selatan - 2 505 2 505 2 596 7 697 10 293 15 722 34 714 50 436 Bengkulu - 3 026 3 026 - 2 413 2 413 2 995 9 075 12 070 Lampung - 1 701 1 701 - 15 750 15 750 7 555 52 709 60 264 Bangka-Belitung - 672 672 672 - 672 626 9 022 9 648 Kepulauan Riau - - - - - - 287 304 591 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat - 5 143 5 143 2 374 7 912 10 286 35 020 26 754 61 774 Jawa Tengah - 2 409 2 409 7 950 22 544 30 494 23 684 51 992 75 676 D I Y - 1 709 1 709 - 1 318 1 318 - 4 617 4 617 Jawa Timur - 8 254 8 254 - 35 766 35 766 37 052 86 002 123 054 Banten - 6 823 6 823 2 223 4 446 6 669 13 058 6 680 19 738 Bali - 9 657 9 657 2 114 9 705 11 819 2 360 19 510 21 870 Nusa Tenggara Barat - 8 801 8 801 - 17 526 17 526 1 467 37 257 38 724 Nusa Tenggara Timur - 6 036 6 036 - 9 318 9 318 3 040 41 338 44 378 Kalimantan Barat - 747 747 747 5 371 6 118 17 066 19 244 36 310 Kalimantan Tengah - 1 963 1 963 - 5 330 5 330 5 263 9 863 15 126 Kalimantan Selatan 952 5 296 6 248 848 3 392 4 240 5 968 16 064 22 032 Kalimantan Timur - 575 575 - - - 1 630 9 080 10 710 Kalimantan Utara - - - - 1 057 1 057 935 1 425 2 360 Sulawesi Utara - 2 268 2 268 - 1 576 1 576 1 499 11 877 13 376 Sulawesi Tengah - 9 717 9 717 677 8 509 9 186 8 678 31 997 40 675 Sulawesi Selatan 1 660 23 056 24 716 784 24 856 25 640 12 034 64 830 76 864 Sulawesi Tenggara - 11 832 11 832 556 11 789 12 345 2 163 41 918 44 081 Gorontalo - 2 204 2 204 - 3 270 3 270 1 617 7 905 9 522 Sulawesi Barat - 3 923 3 923 - 8 797 8 797 2 803 18 746 21 549 Maluku - - - - 2 058 2 058 - 6 420 6 420 Maluku Utara - 3 191 3 191 - 4 089 4 089 449 7 578 8 027 Papua Barat - 1 907 1 907 - 1 074 1 074 378 5 874 6 252 Papua - 12 478 12 478 720 12 478 13 198 1 108 54 981 56 089

Indonesia 2 612 176 749 179 361 23 113 307 031 330 144 237 872 882 553 1 120 425

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

321

Profil Anak Indonesia 2017

315

Tabel L-7.27 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Formal-Informal, 2016 Laki-laki

Provinsi

Kelompok Umur 10-12 Tahun 13-14 Tahun 15-17 Tahun

Formal In-formal Jumlah Formal In-

formal Jumlah Formal In-formal Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh - 453 453 515 4 864 5 379 6 303 19 191 25 494 Sumatera Utara - 21 596 21 596 4 269 40 923 45 192 18 833 89 521 108 354 Sumatera Barat - 3 853 3 853 1 248 6 488 7 736 11 862 33 086 44 948 Riau - 1 047 1 047 - 7 292 7 292 7 080 21 534 28 614 Jambi - 2 543 2 543 - 3 045 3 045 3 683 14 110 17 793 Sumatera Selatan - 1 298 1 298 2 596 7 569 10 165 12 728 26 934 39 662 Bengkulu - 2 956 2 956 - 1 839 1 839 3 600 7 179 10 779 Lampung - 1 701 1 701 946 16 149 17 095 11 357 46 707 58 064 Bangka-Belitung - 1 954 1 954 1 313 - 1 313 2 200 9 420 11 620 Kepulauan Riau - - - - - - 1 542 1 284 2 826 DKI Jakarta - 2 901 2 901 - - - 10 892 2 723 13 615 Jawa Barat - 6 564 6 564 - 5 538 5 538 47 571 52 587 100 158 Jawa Tengah - 1 946 1 946 7 950 20 871 28 821 31 097 61 989 93 086 D I Y - - - - 2 980 2 980 - 9 529 9 529 Jawa Timur - 11 742 11 742 1 929 34 497 36 426 33 809 93 046 126 855 Banten - 4 446 4 446 5 059 4 446 9 505 22 706 6 680 29 386 Bali - 7 263 7 263 - 7 052 7 052 6 776 16 064 22 840 Nusa Tenggara Barat - 7 867 7 867 - 15 927 15 927 1 467 26 035 27 502 Nusa Tenggara Timur - 4 175 4 175 - 5 808 5 808 4 152 29 176 33 328 Kalimantan Barat - 1 505 1 505 747 3 735 4 482 10 349 15 545 25 894 Kalimantan Tengah - 2 011 2 011 - 3 003 3 003 6 709 9 342 16 051 Kalimantan Selatan - 4 137 4 137 848 4 882 5 730 6 162 16 452 22 614 Kalimantan Timur - - - - 2 108 2 108 4 882 10 310 15 192 Kalimantan Utara - - - - 262 262 935 1 733 2 668 Sulawesi Utara - 1 182 1 182 507 3 604 4 111 1 600 13 412 15 012 Sulawesi Tengah - 6 772 6 772 677 6 093 6 770 6 643 26 414 33 057 Sulawesi Selatan 784 16 674 17 458 2 436 23 730 26 166 11 894 65 274 77 168 Sulawesi Tenggara - 5 746 5 746 - 14 357 14 357 3 112 32 408 35 520 Gorontalo - 533 533 541 1 599 2 140 1 659 6 747 8 406 Sulawesi Barat - 3 005 3 005 696 4 903 5 599 3 185 16 429 19 614 Maluku - 726 726 - 1 173 1 173 904 5 240 6 144 Maluku Utara - 3 224 3 224 - 3 408 3 408 750 6 898 7 648 Papua Barat - 1 052 1 052 - 789 789 717 4 080 4 797 Papua - 7 200 7 200 720 7 998 8 718 1 622 30 430 32 052

Indonesia 784 138 072 138 856 32 997 266 932 299 929 298 781 827 509 1 126 290

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

314

Tabel L-7.26 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Formal-Informal, 2016 Perdesaan

Provinsi

Kelompok Umur 10-12 Tahun 13-14 Tahun 15-17 Tahun

Formal In-formal Jumlah Formal In-

formal Jumlah Formal In-formal Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh - - - - 6 491 6 491 5 367 24 374 29 741 Sumatera Utara - 35 233 35 233 852 55 193 56 045 12 213 104 479 116 692 Sumatera Barat - 2 808 2 808 - 7 878 7 878 5 394 26 065 31 459 Riau - - - - 6 519 6 519 5 690 25 526 31 216 Jambi - 2 815 2 815 - 2 909 2 909 4 751 14 333 19 084 Sumatera Selatan - 2 505 2 505 2 596 7 697 10 293 15 722 34 714 50 436 Bengkulu - 3 026 3 026 - 2 413 2 413 2 995 9 075 12 070 Lampung - 1 701 1 701 - 15 750 15 750 7 555 52 709 60 264 Bangka-Belitung - 672 672 672 - 672 626 9 022 9 648 Kepulauan Riau - - - - - - 287 304 591 DKI Jakarta - - - - - - - - - Jawa Barat - 5 143 5 143 2 374 7 912 10 286 35 020 26 754 61 774 Jawa Tengah - 2 409 2 409 7 950 22 544 30 494 23 684 51 992 75 676 D I Y - 1 709 1 709 - 1 318 1 318 - 4 617 4 617 Jawa Timur - 8 254 8 254 - 35 766 35 766 37 052 86 002 123 054 Banten - 6 823 6 823 2 223 4 446 6 669 13 058 6 680 19 738 Bali - 9 657 9 657 2 114 9 705 11 819 2 360 19 510 21 870 Nusa Tenggara Barat - 8 801 8 801 - 17 526 17 526 1 467 37 257 38 724 Nusa Tenggara Timur - 6 036 6 036 - 9 318 9 318 3 040 41 338 44 378 Kalimantan Barat - 747 747 747 5 371 6 118 17 066 19 244 36 310 Kalimantan Tengah - 1 963 1 963 - 5 330 5 330 5 263 9 863 15 126 Kalimantan Selatan 952 5 296 6 248 848 3 392 4 240 5 968 16 064 22 032 Kalimantan Timur - 575 575 - - - 1 630 9 080 10 710 Kalimantan Utara - - - - 1 057 1 057 935 1 425 2 360 Sulawesi Utara - 2 268 2 268 - 1 576 1 576 1 499 11 877 13 376 Sulawesi Tengah - 9 717 9 717 677 8 509 9 186 8 678 31 997 40 675 Sulawesi Selatan 1 660 23 056 24 716 784 24 856 25 640 12 034 64 830 76 864 Sulawesi Tenggara - 11 832 11 832 556 11 789 12 345 2 163 41 918 44 081 Gorontalo - 2 204 2 204 - 3 270 3 270 1 617 7 905 9 522 Sulawesi Barat - 3 923 3 923 - 8 797 8 797 2 803 18 746 21 549 Maluku - - - - 2 058 2 058 - 6 420 6 420 Maluku Utara - 3 191 3 191 - 4 089 4 089 449 7 578 8 027 Papua Barat - 1 907 1 907 - 1 074 1 074 378 5 874 6 252 Papua - 12 478 12 478 720 12 478 13 198 1 108 54 981 56 089

Indonesia 2 612 176 749 179 361 23 113 307 031 330 144 237 872 882 553 1 120 425

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

322

Profil Anak Indonesia 2017

316

Tabel L-7.28 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Formal-Informal, 2016 Perempuan

Provinsi

Kelompok Umur 10-12 Tahun 13-14 Tahun 15-17 Tahun

Formal In-formal Jumlah Formal In-

formal Jumlah Formal In-formal Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh - - - - 2 088 2 088 699 12 391 13 090 Sumatera Utara - 25 823 25 823 2 180 33 241 35 421 11 636 59 648 71 284 Sumatera Barat - 1 414 1 414 - 6 122 6 122 2 683 12 826 15 509 Riau - - - 2 370 2 472 4 842 5 810 16 162 21 972 Jambi - 997 997 - 2 638 2 638 1 912 7 815 9 727 Sumatera Selatan - 1 207 1 207 - 3 695 3 695 5 376 20 446 25 822 Bengkulu 597 574 1 171 - 574 574 1 783 6 638 8 421 Lampung - 2 328 2 328 - 4 129 4 129 1 311 15 784 17 095 Bangka-Belitung - 604 604 - 604 604 1 424 5 242 6 666 Kepulauan Riau - 1 390 1 390 - - - 287 304 591 DKI Jakarta - - - - 2 790 2 790 14 500 - 14 500 Jawa Barat - 9 220 9 220 2 374 2 374 4 748 44 068 42 153 86 221 Jawa Tengah - 5 995 5 995 - 7 111 7 111 60 229 36 012 96 241 D I Y - 1 709 1 709 - - - 2 239 2 239 4 478 Jawa Timur - 4 596 4 596 - 21 202 21 202 37 775 32 265 70 040 Banten - 5 525 5 525 - 3 148 3 148 21 618 15 240 36 858 Bali - 6 342 6 342 5 528 10 975 16 503 3 948 14 018 17 966 Nusa Tenggara Barat - 6 938 6 938 1 133 6 015 7 148 1 487 33 016 34 503 Nusa Tenggara Timur - 3 368 3 368 - 4 024 4 024 1 503 18 504 20 007 Kalimantan Barat - - - 689 2 499 3 188 13 755 9 138 22 893 Kalimantan Tengah - 475 475 - 3 962 3 962 1 312 6 090 7 402 Kalimantan Selatan 952 2 862 3 814 - - - 1 840 5 746 7 586 Kalimantan Timur - 575 575 - 1 148 1 148 - 5 410 5 410 Kalimantan Utara - 496 496 - 795 795 - 451 451 Sulawesi Utara - 1 086 1 086 - 610 610 1 839 4 855 6 694 Sulawesi Tengah - 4 286 4 286 - 6 173 6 173 3 118 13 144 16 262 Sulawesi Selatan 876 13 062 13 938 - 6 956 6 956 7 160 26 640 33 800 Sulawesi Tenggara 477 8 210 8 687 556 5 034 5 590 1 379 22 773 24 152 Gorontalo - 1 671 1 671 - 1 671 1 671 1 250 1 829 3 079 Sulawesi Barat - 918 918 490 6 550 7 040 875 6 728 7 603 Maluku - 489 489 - 3 693 3 693 - 3 940 3 940 Maluku Utara - 695 695 - 2 694 2 694 - 2 880 2 880 Papua Barat - 855 855 - 285 285 - 3 654 3 654 Papua - 5 278 5 278 - 5 657 5 657 491 26 047 26 538

Indonesia 2 902 118 988 121 890 15 320 160 929 176 249 253 307 490 028 743 335

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

323

Profil Anak Indonesia 2017

317

Tabel L-7.29 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Formal-Informal, 2016 Total

Provinsi

Kelompok Umur 10-12 Tahun 13-14 Tahun 15-17 Tahun

Formal In-formal Jumlah Formal In-

formal Jumlah Formal In- formal Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh - 453 453 515 6 952 7 467 7 002 31 582 38 584 Sumatera Utara - 47 419 47 419 6 449 74 164 80 613 30 469 149 169 179 638 Sumatera Barat - 5 267 5 267 1 248 12 610 13 858 14 545 45 912 60 457 Riau - 1 047 1 047 2 370 9 764 12 134 12 890 37 696 50 586 Jambi - 3 540 3 540 - 5 683 5 683 5 595 21 925 27 520 Sumatera Selatan - 2 505 2 505 2 596 11 264 13 860 18 104 47 380 65 484 Bengkulu 597 3 530 4 127 - 2 413 2 413 5 383 13 817 19 200 Lampung - 4 029 4 029 946 20 278 21 224 12 668 62 491 75 159 Bangka-Belitung - 2 558 2 558 1 313 604 1 917 3 624 14 662 18 286 Kepulauan Riau - 1 390 1 390 - - - 1 829 1 588 3 417 DKI Jakarta - 2 901 2 901 - 2 790 2 790 25 392 2 723 28 115 Jawa Barat - 15 784 15 784 2 374 7 912 10 286 91 639 94 740 186 379 Jawa Tengah - 7 941 7 941 7 950 27 982 35 932 91 326 98 001 189 327 D I Y - 1 709 1 709 - 2 980 2 980 2 239 11 768 14 007 Jawa Timur - 16 338 16 338 1 929 55 699 57 628 71 584 125 311 196 895 Banten - 9 971 9 971 5 059 7 594 12 653 44 324 21 920 66 244 Bali - 13 605 13 605 5 528 18 027 23 555 10 724 30 082 40 806 Nusa Tenggara Barat - 14 805 14 805 1 133 21 942 23 075 2 954 59 051 62 005 Nusa Tenggara Timur - 7 543 7 543 - 9 832 9 832 5 655 47 680 53 335 Kalimantan Barat - 1 505 1 505 1 436 6 234 7 670 24 104 24 683 48 787 Kalimantan Tengah - 2 486 2 486 - 6 965 6 965 8 021 15 432 23 453 Kalimantan Selatan 952 6 999 7 951 848 4 882 5 730 8 002 22 198 30 200 Kalimantan Timur - 575 575 - 3 256 3 256 4 882 15 720 20 602 Kalimantan Utara - 496 496 - 1 057 1 057 935 2 184 3 119 Sulawesi Utara - 2 268 2 268 507 4 214 4 721 3 439 18 267 21 706 Sulawesi Tengah - 11 058 11 058 677 12 266 12 943 9 761 39 558 49 319 Sulawesi Selatan 1 660 29 736 31 396 2 436 30 686 33 122 19 054 91 914 110 968 Sulawesi Tenggara 477 13 956 14 433 556 19 391 19 947 4 491 55 181 59 672 Gorontalo - 2 204 2 204 541 3 270 3 811 2 909 8 576 11 485 Sulawesi Barat - 3 923 3 923 1 186 11 453 12 639 4 060 23 157 27 217 Maluku - 1 215 1 215 - 4 866 4 866 904 9 180 10 084 Maluku Utara - 3 919 3 919 - 6 102 6 102 750 9 778 10 528 Papua Barat - 1 907 1 907 - 1 074 1 074 717 7 734 8 451 Papua - 12 478 12 478 720 13 655 14 375 2 113 56 477 58 590

Indonesia 3 686 257 060 260 746 48 317 427 861 476 178 552 088 1 317 537 1 869 625

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

316

Tabel L-7.28 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Kelompok Umur,

dan Status Formal-Informal, 2016 Perempuan

Provinsi

Kelompok Umur 10-12 Tahun 13-14 Tahun 15-17 Tahun

Formal In-formal Jumlah Formal In-

formal Jumlah Formal In-formal Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh - - - - 2 088 2 088 699 12 391 13 090 Sumatera Utara - 25 823 25 823 2 180 33 241 35 421 11 636 59 648 71 284 Sumatera Barat - 1 414 1 414 - 6 122 6 122 2 683 12 826 15 509 Riau - - - 2 370 2 472 4 842 5 810 16 162 21 972 Jambi - 997 997 - 2 638 2 638 1 912 7 815 9 727 Sumatera Selatan - 1 207 1 207 - 3 695 3 695 5 376 20 446 25 822 Bengkulu 597 574 1 171 - 574 574 1 783 6 638 8 421 Lampung - 2 328 2 328 - 4 129 4 129 1 311 15 784 17 095 Bangka-Belitung - 604 604 - 604 604 1 424 5 242 6 666 Kepulauan Riau - 1 390 1 390 - - - 287 304 591 DKI Jakarta - - - - 2 790 2 790 14 500 - 14 500 Jawa Barat - 9 220 9 220 2 374 2 374 4 748 44 068 42 153 86 221 Jawa Tengah - 5 995 5 995 - 7 111 7 111 60 229 36 012 96 241 D I Y - 1 709 1 709 - - - 2 239 2 239 4 478 Jawa Timur - 4 596 4 596 - 21 202 21 202 37 775 32 265 70 040 Banten - 5 525 5 525 - 3 148 3 148 21 618 15 240 36 858 Bali - 6 342 6 342 5 528 10 975 16 503 3 948 14 018 17 966 Nusa Tenggara Barat - 6 938 6 938 1 133 6 015 7 148 1 487 33 016 34 503 Nusa Tenggara Timur - 3 368 3 368 - 4 024 4 024 1 503 18 504 20 007 Kalimantan Barat - - - 689 2 499 3 188 13 755 9 138 22 893 Kalimantan Tengah - 475 475 - 3 962 3 962 1 312 6 090 7 402 Kalimantan Selatan 952 2 862 3 814 - - - 1 840 5 746 7 586 Kalimantan Timur - 575 575 - 1 148 1 148 - 5 410 5 410 Kalimantan Utara - 496 496 - 795 795 - 451 451 Sulawesi Utara - 1 086 1 086 - 610 610 1 839 4 855 6 694 Sulawesi Tengah - 4 286 4 286 - 6 173 6 173 3 118 13 144 16 262 Sulawesi Selatan 876 13 062 13 938 - 6 956 6 956 7 160 26 640 33 800 Sulawesi Tenggara 477 8 210 8 687 556 5 034 5 590 1 379 22 773 24 152 Gorontalo - 1 671 1 671 - 1 671 1 671 1 250 1 829 3 079 Sulawesi Barat - 918 918 490 6 550 7 040 875 6 728 7 603 Maluku - 489 489 - 3 693 3 693 - 3 940 3 940 Maluku Utara - 695 695 - 2 694 2 694 - 2 880 2 880 Papua Barat - 855 855 - 285 285 - 3 654 3 654 Papua - 5 278 5 278 - 5 657 5 657 491 26 047 26 538

Indonesia 2 902 118 988 121 890 15 320 160 929 176 249 253 307 490 028 743 335

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

324

Profil Anak Indonesia 2017

318

Tabel L-7.30 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama, 2016 Perkotaan

Provinsi Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama

0 1-14 15-40 >40 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh - 3 737 3 340 3 195 10 272 Sumatera Utara - 58 664 25 420 15 616 99 700 Sumatera Barat - 13 961 12 658 10 818 37 437 Riau 2 332 9 416 9 582 4 702 26 032 Jambi - 4 687 2 747 4 501 11 935 Sumatera Selatan - 7 392 5 016 6 207 18 615 Bengkulu - 4 086 3 565 580 8 231 Lampung - 6 538 9 026 7 133 22 697 Bangka-Belitung - 5 591 2 539 3 639 11 769 Kepulauan Riau - 2 674 - 1 542 4 216 DKI Jakarta - - 8 414 25 392 33 806 Jawa Barat - 44 598 30 360 60 288 135 246 Jawa Tengah - 23 869 35 413 65 339 124 621 D I Y - 3 901 4 912 2 239 11 052 Jawa Timur - 38 089 39 218 26 480 103 787 Banten - 7 620 21 667 26 351 55 638 Bali - 14 334 11 922 8 364 34 620 Nusa Tenggara Barat - 15 812 16 194 2 828 34 834 Nusa Tenggara Timur - 4 581 3 171 3 226 10 978 Kalimantan Barat - 1 199 6 281 7 307 14 787 Kalimantan Tengah - 3 334 4 393 2 758 10 485 Kalimantan Selatan - 3 753 3 812 3 796 11 361 Kalimantan Timur - 4 536 4 276 4 336 13 148 Kalimantan Utara - - 875 380 1 255 Sulawesi Utara 616 1 779 6 172 2 908 11 475 Sulawesi Tengah - 8 647 4 035 1 060 13 742 Sulawesi Selatan - 19 728 18 040 10 498 48 266 Sulawesi Tenggara 846 7 407 14 283 3 258 25 794 Gorontalo - 671 621 1 212 2 504 Sulawesi Barat - 5 348 2 905 1 257 9 510 Maluku - 3 601 3 634 452 7 687 Maluku Utara - 1 297 2 964 981 5 242 Papua Barat - 394 1 072 733 2 199 Papua - 1 381 1 292 1 005 3 678

Indonesia 3 794 332 625 319 819 320 381 976 619

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

325

Profil Anak Indonesia 2017

319

Tabel L-7.31 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama, 2016 Perdesaan

Provinsi Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama

0 1-14 15-40 >40 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 791 11 422 19 553 4 466 36 232 Sumatera Utara - 109 700 84 199 14 071 207 970 Sumatera Barat - 26 452 12 265 3 428 42 145 Riau - 19 107 11 730 6 898 37 735 Jambi - 3 870 16 161 4 777 24 808 Sumatera Selatan - 13 969 29 959 19 306 63 234 Bengkulu 623 12 062 1 186 3 638 17 509 Lampung - 27 599 31 968 18 148 77 715 Bangka-Belitung - 3 003 5 032 2 957 10 992 Kepulauan Riau - 304 - 287 591 DKI Jakarta - - - - - Jawa Barat 2 610 21 062 16 355 37 176 77 203 Jawa Tengah - 29 707 38 665 40 207 108 579 D I Y - 7 644 - - 7 644 Jawa Timur - 64 751 59 843 42 480 167 074 Banten - 4 446 15 629 13 155 33 230 Bali - 27 401 13 708 2 237 43 346 Nusa Tenggara Barat - 36 271 23 030 5 750 65 051 Nusa Tenggara Timur - 33 429 21 765 4 538 59 732 Kalimantan Barat - 4 615 21 162 17 398 43 175 Kalimantan Tengah 718 9 332 8 834 3 535 22 419 Kalimantan Selatan - 15 280 11 640 5 600 32 520 Kalimantan Timur - 3 306 3 858 4 121 11 285 Kalimantan Utara - 1 111 524 1 782 3 417 Sulawesi Utara - 4 487 8 259 4 474 17 220 Sulawesi Tengah - 19 716 19 883 19 979 59 578 Sulawesi Selatan 2 946 63 238 42 150 18 886 127 220 Sulawesi Tenggara - 32 054 29 649 6 555 68 258 Gorontalo - 7 582 5 278 2 136 14 996 Sulawesi Barat - 17 170 11 493 5 606 34 269 Maluku - 3 266 3 880 1 332 8 478 Maluku Utara - 10 414 2 735 2 158 15 307 Papua Barat - 2 927 5 550 756 9 233 Papua - 19 753 59 535 2 477 81 765

Indonesia 7 688 666 450 635 478 320 314 1 629 930

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

318

Tabel L-7.30 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama, 2016 Perkotaan

Provinsi Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama

0 1-14 15-40 >40 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh - 3 737 3 340 3 195 10 272 Sumatera Utara - 58 664 25 420 15 616 99 700 Sumatera Barat - 13 961 12 658 10 818 37 437 Riau 2 332 9 416 9 582 4 702 26 032 Jambi - 4 687 2 747 4 501 11 935 Sumatera Selatan - 7 392 5 016 6 207 18 615 Bengkulu - 4 086 3 565 580 8 231 Lampung - 6 538 9 026 7 133 22 697 Bangka-Belitung - 5 591 2 539 3 639 11 769 Kepulauan Riau - 2 674 - 1 542 4 216 DKI Jakarta - - 8 414 25 392 33 806 Jawa Barat - 44 598 30 360 60 288 135 246 Jawa Tengah - 23 869 35 413 65 339 124 621 D I Y - 3 901 4 912 2 239 11 052 Jawa Timur - 38 089 39 218 26 480 103 787 Banten - 7 620 21 667 26 351 55 638 Bali - 14 334 11 922 8 364 34 620 Nusa Tenggara Barat - 15 812 16 194 2 828 34 834 Nusa Tenggara Timur - 4 581 3 171 3 226 10 978 Kalimantan Barat - 1 199 6 281 7 307 14 787 Kalimantan Tengah - 3 334 4 393 2 758 10 485 Kalimantan Selatan - 3 753 3 812 3 796 11 361 Kalimantan Timur - 4 536 4 276 4 336 13 148 Kalimantan Utara - - 875 380 1 255 Sulawesi Utara 616 1 779 6 172 2 908 11 475 Sulawesi Tengah - 8 647 4 035 1 060 13 742 Sulawesi Selatan - 19 728 18 040 10 498 48 266 Sulawesi Tenggara 846 7 407 14 283 3 258 25 794 Gorontalo - 671 621 1 212 2 504 Sulawesi Barat - 5 348 2 905 1 257 9 510 Maluku - 3 601 3 634 452 7 687 Maluku Utara - 1 297 2 964 981 5 242 Papua Barat - 394 1 072 733 2 199 Papua - 1 381 1 292 1 005 3 678

Indonesia 3 794 332 625 319 819 320 381 976 619

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

326

Profil Anak Indonesia 2017

320

Tabel L-7.32 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin,

dan Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama Laki-laki

Provinsi Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama

0 1-14 15-40 >40 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 791 9 649 15 348 5 538 31 326 Sumatera Utara - 94 996 62 073 18 073 175 142 Sumatera Barat - 24 360 20 614 11 563 56 537 Riau 2 332 15 664 13 001 5 956 36 953 Jambi - 3 527 13 381 6 473 23 381 Sumatera Selatan - 15 032 22 174 13 919 51 125 Bengkulu - 10 768 2 414 2 392 15 574 Lampung - 23 349 30 805 22 706 76 860 Bangka-Belitung - 4 194 5 521 5 172 14 887 Kepulauan Riau - 1 284 - 1 542 2 826 DKI Jakarta - - 5 624 10 892 16 516 Jawa Barat 2 610 26 877 36 405 46 368 112 260 Jawa Tengah - 29 023 40 525 54 305 123 853 D I Y - 7 597 4 912 - 12 509 Jawa Timur - 71 609 67 098 36 316 175 023 Banten - 4 446 13 797 25 094 43 337 Bali - 18 912 12 647 5 596 37 155 Nusa Tenggara Barat - 24 623 20 911 5 762 51 296 Nusa Tenggara Timur - 19 299 17 988 6 024 43 311 Kalimantan Barat - 2 635 17 997 11 249 31 881 Kalimantan Tengah - 7 656 7 710 5 699 21 065 Kalimantan Selatan - 12 378 12 547 7 556 32 481 Kalimantan Timur - 3 798 6 721 6 781 17 300 Kalimantan Utara - 583 636 1 711 2 930 Sulawesi Utara 616 3 755 10 244 5 690 20 305 Sulawesi Tengah - 17 359 13 015 16 225 46 599 Sulawesi Selatan 2 946 59 148 39 226 19 472 120 792 Sulawesi Tenggara 846 24 363 25 602 4 812 55 623 Gorontalo - 3 661 5 320 2 098 11 079 Sulawesi Barat - 13 479 9 626 5 113 28 218 Maluku - 3 481 3 276 1 286 8 043 Maluku Utara - 7 989 3 427 2 864 14 280 Papua Barat - 1 660 3 883 1 095 6 638 Papua - 11 589 34 759 1 622 47 970

Indonesia 10 141 578 743 599 227 376 964 1 565 075

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

327

Profil Anak Indonesia 2017

321

Tabel L-7.33 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin,

dan Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama Perempuan

Provinsi Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama

0 1-14 15-40 >40 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh - 5 510 7 545 2 123 15 178 Sumatera Utara - 73 368 47 546 11 614 132 528 Sumatera Barat - 16 053 4 309 2 683 23 045 Riau - 12 859 8 311 5 644 26 814 Jambi - 5 030 5 527 2 805 13 362 Sumatera Selatan - 6 329 12 801 11 594 30 724 Bengkulu 623 5 380 2 337 1 826 10 166 Lampung - 10 788 10 189 2 575 23 552 Bangka-Belitung - 4 400 2 050 1 424 7 874 Kepulauan Riau - 1 694 - 287 1 981 DKI Jakarta - - 2 790 14 500 17 290 Jawa Barat - 38 783 10 310 51 096 100 189 Jawa Tengah - 24 553 33 553 51 241 109 347 D I Y - 3 948 - 2 239 6 187 Jawa Timur - 31 231 31 963 32 644 95 838 Banten - 7 620 23 499 14 412 45 531 Bali - 22 823 12 983 5 005 40 811 Nusa Tenggara Barat - 27 460 18 313 2 816 48 589 Nusa Tenggara Timur - 18 711 6 948 1 740 27 399 Kalimantan Barat - 3 179 9 446 13 456 26 081 Kalimantan Tengah 718 5 010 5 517 594 11 839 Kalimantan Selatan - 6 655 2 905 1 840 11 400 Kalimantan Timur - 4 044 1 413 1 676 7 133 Kalimantan Utara - 528 763 451 1 742 Sulawesi Utara - 2 511 4 187 1 692 8 390 Sulawesi Tengah - 11 004 10 903 4 814 26 721 Sulawesi Selatan - 23 818 20 964 9 912 54 694 Sulawesi Tenggara - 15 098 18 330 5 001 38 429 Gorontalo - 4 592 579 1 250 6 421 Sulawesi Barat - 9 039 4 772 1 750 15 561 Maluku - 3 386 4 238 498 8 122 Maluku Utara - 3 722 2 272 275 6 269 Papua Barat - 1 661 2 739 394 4 794 Papua - 9 545 26 068 1 860 37 473

Indonesia 1 341 420 332 356 070 263 731 1 041 474

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

320

Tabel L-7.32 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin,

dan Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama Laki-laki

Provinsi Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama

0 1-14 15-40 >40 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 791 9 649 15 348 5 538 31 326 Sumatera Utara - 94 996 62 073 18 073 175 142 Sumatera Barat - 24 360 20 614 11 563 56 537 Riau 2 332 15 664 13 001 5 956 36 953 Jambi - 3 527 13 381 6 473 23 381 Sumatera Selatan - 15 032 22 174 13 919 51 125 Bengkulu - 10 768 2 414 2 392 15 574 Lampung - 23 349 30 805 22 706 76 860 Bangka-Belitung - 4 194 5 521 5 172 14 887 Kepulauan Riau - 1 284 - 1 542 2 826 DKI Jakarta - - 5 624 10 892 16 516 Jawa Barat 2 610 26 877 36 405 46 368 112 260 Jawa Tengah - 29 023 40 525 54 305 123 853 D I Y - 7 597 4 912 - 12 509 Jawa Timur - 71 609 67 098 36 316 175 023 Banten - 4 446 13 797 25 094 43 337 Bali - 18 912 12 647 5 596 37 155 Nusa Tenggara Barat - 24 623 20 911 5 762 51 296 Nusa Tenggara Timur - 19 299 17 988 6 024 43 311 Kalimantan Barat - 2 635 17 997 11 249 31 881 Kalimantan Tengah - 7 656 7 710 5 699 21 065 Kalimantan Selatan - 12 378 12 547 7 556 32 481 Kalimantan Timur - 3 798 6 721 6 781 17 300 Kalimantan Utara - 583 636 1 711 2 930 Sulawesi Utara 616 3 755 10 244 5 690 20 305 Sulawesi Tengah - 17 359 13 015 16 225 46 599 Sulawesi Selatan 2 946 59 148 39 226 19 472 120 792 Sulawesi Tenggara 846 24 363 25 602 4 812 55 623 Gorontalo - 3 661 5 320 2 098 11 079 Sulawesi Barat - 13 479 9 626 5 113 28 218 Maluku - 3 481 3 276 1 286 8 043 Maluku Utara - 7 989 3 427 2 864 14 280 Papua Barat - 1 660 3 883 1 095 6 638 Papua - 11 589 34 759 1 622 47 970

Indonesia 10 141 578 743 599 227 376 964 1 565 075

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

328

Profil Anak Indonesia 2017

322

Tabel L-7.34 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Partisipasi Sekolah, 2016 Perkotaan

Provinsi Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak sekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh - 7 112 3 160 10 272 Sumatera Utara - 76 915 22 785 99 700 Sumatera Barat - 19 510 17 927 37 437 Riau - 14 366 11 666 26 032 Jambi - 6 049 5 886 11 935 Sumatera Selatan - 11 217 7 398 18 615 Bengkulu - 5 877 2 354 8 231 Lampung - 12 771 9 926 22 697 Bangka-Belitung - 6 939 4 830 11 769 Kepulauan Riau - 2 674 1 542 4 216 DKI Jakarta - 5 691 28 115 33 806 Jawa Barat - 36 990 98 256 135 246 Jawa Tengah - 41 459 83 162 124 621 D I Y - 3 901 7 151 11 052 Jawa Timur - 71 003 32 784 103 787 Banten - 21 059 34 579 55 638 Bali - 25 118 9 502 34 620 Nusa Tenggara Barat - 26 131 8 703 34 834 Nusa Tenggara Timur 556 6 640 3 782 10 978 Kalimantan Barat 765 7 873 6 149 14 787 Kalimantan Tengah - 7 133 3 352 10 485 Kalimantan Selatan - 3 753 7 608 11 361 Kalimantan Timur - 7 728 5 420 13 148 Kalimantan Utara - 875 380 1 255 Sulawesi Utara - 3 057 8 418 11 475 Sulawesi Tengah 544 9 993 3 205 13 742 Sulawesi Selatan - 32 076 16 190 48 266 Sulawesi Tenggara - 17 838 7 956 25 794 Gorontalo - 671 1 833 2 504 Sulawesi Barat - 6 719 2 791 9 510 Maluku - 7 687 - 7 687 Maluku Utara - 3 956 1 286 5 242 Papua Barat - 394 1 805 2 199 Papua - 1 381 2 297 3 678

Indonesia 1 865 512 556 462 198 976 619

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

329

Profil Anak Indonesia 2017

323

Tabel L-7.35 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Partisipasi Sekolah, 2016 Perdesaan

Provinsi Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak sekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh - 21 112 15 120 36 232 Sumatera Utara 5 427 157 801 44 742 207 970 Sumatera Barat - 27 931 14 214 42 145 Riau - 22 731 15 004 37 735 Jambi - 9 974 14 834 24 808 Sumatera Selatan - 19 924 43 310 63 234 Bengkulu - 9 660 7 849 17 509 Lampung - 35 533 42 182 77 715 Bangka-Belitung 626 3 629 6 737 10 992 Kepulauan Riau - 304 287 591 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat - 15 801 61 402 77 203 Jawa Tengah - 51 300 57 279 108 579 D I Y - 7 644 - 7 644 Jawa Timur - 61 990 105 084 167 074 Banten - 14 609 18 621 33 230 Bali - 38 922 4 424 43 346 Nusa Tenggara Barat - 48 205 16 846 65 051 Nusa Tenggara Timur 528 35 721 23 483 59 732 Kalimantan Barat - 10 828 32 347 43 175 Kalimantan Tengah - 12 495 9 924 22 419 Kalimantan Selatan 848 19 040 12 632 32 520 Kalimantan Timur - 8 002 3 283 11 285 Kalimantan Utara - 1 478 1 939 3 417 Sulawesi Utara - 8 733 8 487 17 220 Sulawesi Tengah - 30 921 28 657 59 578 Sulawesi Selatan 982 89 970 36 268 127 220 Sulawesi Tenggara 516 57 381 10 361 68 258 Gorontalo - 9 213 5 783 14 996 Sulawesi Barat 1 928 19 653 12 688 34 269 Maluku - 4 447 4 031 8 478 Maluku Utara - 12 250 3 057 15 307 Papua Barat 412 5 411 3 410 9 233 Papua 30 501 34 418 16 846 81 765

Indonesia 41 768 907 031 681 131 1 629 930

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

322

Tabel L-7.34 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Partisipasi Sekolah, 2016 Perkotaan

Provinsi Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak sekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh - 7 112 3 160 10 272 Sumatera Utara - 76 915 22 785 99 700 Sumatera Barat - 19 510 17 927 37 437 Riau - 14 366 11 666 26 032 Jambi - 6 049 5 886 11 935 Sumatera Selatan - 11 217 7 398 18 615 Bengkulu - 5 877 2 354 8 231 Lampung - 12 771 9 926 22 697 Bangka-Belitung - 6 939 4 830 11 769 Kepulauan Riau - 2 674 1 542 4 216 DKI Jakarta - 5 691 28 115 33 806 Jawa Barat - 36 990 98 256 135 246 Jawa Tengah - 41 459 83 162 124 621 D I Y - 3 901 7 151 11 052 Jawa Timur - 71 003 32 784 103 787 Banten - 21 059 34 579 55 638 Bali - 25 118 9 502 34 620 Nusa Tenggara Barat - 26 131 8 703 34 834 Nusa Tenggara Timur 556 6 640 3 782 10 978 Kalimantan Barat 765 7 873 6 149 14 787 Kalimantan Tengah - 7 133 3 352 10 485 Kalimantan Selatan - 3 753 7 608 11 361 Kalimantan Timur - 7 728 5 420 13 148 Kalimantan Utara - 875 380 1 255 Sulawesi Utara - 3 057 8 418 11 475 Sulawesi Tengah 544 9 993 3 205 13 742 Sulawesi Selatan - 32 076 16 190 48 266 Sulawesi Tenggara - 17 838 7 956 25 794 Gorontalo - 671 1 833 2 504 Sulawesi Barat - 6 719 2 791 9 510 Maluku - 7 687 - 7 687 Maluku Utara - 3 956 1 286 5 242 Papua Barat - 394 1 805 2 199 Papua - 1 381 2 297 3 678

Indonesia 1 865 512 556 462 198 976 619

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

330

Profil Anak Indonesia 2017

324

Tabel L-7.36 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin,

dan Partisipasi Sekolah, 2016 Laki-laki

Provinsi Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak sekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh - 19 930 11 396 31 326 Sumatera Utara 2 710 131 135 41 297 175 142 Sumatera Barat - 29 741 26 796 56 537 Riau - 21 702 15 251 36 953 Jambi - 8 301 15 080 23 381 Sumatera Selatan - 19 179 31 946 51 125 Bengkulu - 9 603 5 971 15 574 Lampung - 32 768 44 092 76 860 Bangka-Belitung - 4 744 10 143 14 887 Kepulauan Riau - 1 284 1 542 2 826 DKI Jakarta - 2 901 13 615 16 516 Jawa Barat - 22 038 90 222 112 260 Jawa Tengah - 55 298 68 555 123 853 D I Y - 7 597 4 912 12 509 Jawa Timur - 94 616 80 407 175 023 Banten - 14 903 28 434 43 337 Bali - 30 379 6 776 37 155 Nusa Tenggara Barat - 34 227 17 069 51 296 Nusa Tenggara Timur 1 084 23 191 19 036 43 311 Kalimantan Barat 765 8 246 22 870 31 881 Kalimantan Tengah - 11 849 9 216 21 065 Kalimantan Selatan 848 16 138 15 495 32 481 Kalimantan Timur - 9 435 7 865 17 300 Kalimantan Utara - 1 329 1 601 2 930 Sulawesi Utara - 7 225 13 080 20 305 Sulawesi Tengah 544 23 726 22 329 46 599 Sulawesi Selatan 982 84 306 35 504 120 792 Sulawesi Tenggara 516 41 654 13 453 55 623 Gorontalo - 4 713 6 366 11 079 Sulawesi Barat 1 928 15 186 11 104 28 218 Maluku - 5 922 2 121 8 043 Maluku Utara - 10 410 3 870 14 280 Papua Barat - 3 320 3 318 6 638 Papua 18 086 19 815 10 069 47 970

Indonesia 27 463 826 811 710 801 1 565 075

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

331

Profil Anak Indonesia 2017

325

Tabel L-7.37 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin,

dan Partisipasi Sekolah, 2016 Perempuan

Provinsi Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak sekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (4) Aceh - 8 294 6 884 15 178 Sumatera Utara 2 717 103 581 26 230 132 528 Sumatera Barat - 17 700 5 345 23 045 Riau - 15 395 11 419 26 814 Jambi - 7 722 5 640 13 362 Sumatera Selatan - 11 962 18 762 30 724 Bengkulu - 5 934 4 232 10 166 Lampung - 15 536 8 016 23 552 Bangka-Belitung 626 5 824 1 424 7 874 Kepulauan Riau - 1 694 287 1 981 DKI Jakarta - 2 790 14 500 17 290 Jawa Barat - 30 753 69 436 100 189 Jawa Tengah - 37 461 71 886 109 347 D I Y - 3 948 2 239 6 187 Jawa Timur - 38 377 57 461 95 838 Banten - 20 765 24 766 45 531 Bali - 33 661 7 150 40 811 Nusa Tenggara Barat - 40 109 8 480 48 589 Nusa Tenggara Timur - 19 170 8 229 27 399 Kalimantan Barat - 10 455 15 626 26 081 Kalimantan Tengah - 7 779 4 060 11 839 Kalimantan Selatan - 6 655 4 745 11 400 Kalimantan Timur - 6 295 838 7 133 Kalimantan Utara - 1 024 718 1 742 Sulawesi Utara - 4 565 3 825 8 390 Sulawesi Tengah - 17 188 9 533 26 721 Sulawesi Selatan - 37 740 16 954 54 694 Sulawesi Tenggara - 33 565 4 864 38 429 Gorontalo - 5 171 1 250 6 421 Sulawesi Barat - 11 186 4 375 15 561 Maluku - 6 212 1 910 8 122 Maluku Utara - 5 796 473 6 269 Papua Barat 412 2 485 1 897 4 794 Papua 12 415 15 984 9 074 37 473

Indonesia 16 170 592 776 432 528 1 041 474

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

324

Tabel L-7.36 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin,

dan Partisipasi Sekolah, 2016 Laki-laki

Provinsi Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak sekolah

lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh - 19 930 11 396 31 326 Sumatera Utara 2 710 131 135 41 297 175 142 Sumatera Barat - 29 741 26 796 56 537 Riau - 21 702 15 251 36 953 Jambi - 8 301 15 080 23 381 Sumatera Selatan - 19 179 31 946 51 125 Bengkulu - 9 603 5 971 15 574 Lampung - 32 768 44 092 76 860 Bangka-Belitung - 4 744 10 143 14 887 Kepulauan Riau - 1 284 1 542 2 826 DKI Jakarta - 2 901 13 615 16 516 Jawa Barat - 22 038 90 222 112 260 Jawa Tengah - 55 298 68 555 123 853 D I Y - 7 597 4 912 12 509 Jawa Timur - 94 616 80 407 175 023 Banten - 14 903 28 434 43 337 Bali - 30 379 6 776 37 155 Nusa Tenggara Barat - 34 227 17 069 51 296 Nusa Tenggara Timur 1 084 23 191 19 036 43 311 Kalimantan Barat 765 8 246 22 870 31 881 Kalimantan Tengah - 11 849 9 216 21 065 Kalimantan Selatan 848 16 138 15 495 32 481 Kalimantan Timur - 9 435 7 865 17 300 Kalimantan Utara - 1 329 1 601 2 930 Sulawesi Utara - 7 225 13 080 20 305 Sulawesi Tengah 544 23 726 22 329 46 599 Sulawesi Selatan 982 84 306 35 504 120 792 Sulawesi Tenggara 516 41 654 13 453 55 623 Gorontalo - 4 713 6 366 11 079 Sulawesi Barat 1 928 15 186 11 104 28 218 Maluku - 5 922 2 121 8 043 Maluku Utara - 10 410 3 870 14 280 Papua Barat - 3 320 3 318 6 638 Papua 18 086 19 815 10 069 47 970

Indonesia 27 463 826 811 710 801 1 565 075

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

332

Profil Anak Indonesia 2017

326

Tabel L-7.38 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016 Perkotaan

Provinsi Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Tidak/blm pernah sekolah

Tidak/blm tamat SD SD SMP SMA

keatas Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh - 453 1 638 6 619 1 562 10 272 Sumatera Utara - 10 225 34 427 46 870 8 178 99 700 Sumatera Barat - 11 304 12 716 10 642 2 775 37 437 Riau - 3 513 7 915 12 170 2 434 26 032 Jambi - 2 244 3 508 5 290 893 11 935 Sumatera Selatan - 1 191 4 884 10 032 2 508 18 615 Bengkulu - 1 118 1 177 5 322 614 8 231 Lampung - 3 123 9 386 6 255 3 933 22 697 Bangka-Belitung - 2 382 3 941 4 896 550 11 769 Kepulauan Riau - 1 390 - 2 826 - 4 216 DKI Jakarta - 5 624 8 346 16 936 2 900 33 806 Jawa Barat - 14 454 30 360 75 396 15 036 135 246 Jawa Tengah - 5 629 33 715 68 659 16 618 124 621 D I Y - - 1 662 7 151 2 239 11 052 Jawa Timur - 6 142 33 253 57 778 6 614 103 787 Banten - 3 148 15 979 28 629 7 882 55 638 Bali - 3 736 16 006 13 774 1 104 34 620 Nusa Tenggara Barat - 5 152 12 130 16 065 1 487 34 834 Nusa Tenggara Timur 556 1 112 4 135 5 175 - 10 978 Kalimantan Barat 765 1 904 5 366 4 776 1 976 14 787 Kalimantan Tengah - 2 252 3 258 4 434 541 10 485 Kalimantan Selatan - 4 482 3 812 3 067 - 11 361 Kalimantan Timur - - 7 592 4 472 1 084 13 148 Kalimantan Utara - 380 496 379 - 1 255 Sulawesi Utara - 2 246 3 518 5 049 662 11 475 Sulawesi Tengah 544 2 913 3 270 5 701 1 314 13 742 Sulawesi Selatan - 5 004 16 360 19 882 7 020 48 266 Sulawesi Tenggara - 2 643 11 625 9 042 2 484 25 794 Gorontalo - 1 212 621 671 - 2 504 Sulawesi Barat - 696 5 660 3 154 - 9 510 Maluku - 852 1 215 5 620 - 7 687 Maluku Utara - 1 210 1 568 1 884 580 5 242 Papua Barat - 394 339 - 1 466 2 199 Papua - 778 1 381 1 005 514 3 678

Indonesia 1 865 108 906 301 259 469 621 94 968 976 619

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

333

Profil Anak Indonesia 2017

327

Tabel L-7.39 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016 Perdesaan

Provinsi Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Tidak/blm pernah sekolah

Tidak/blm tamat SD SD SMP SMA

keatas Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh - 2 267 9 542 20 487 3 936 36 232 Sumatera Utara 5 427 34 116 71 703 86 403 10 321 207 970 Sumatera Barat - 9 067 17 799 14 380 899 42 145 Riau - 1 208 17 470 16 212 2 845 37 735 Jambi - 6 566 9 862 6 512 1 868 24 808 Sumatera Selatan - 11 418 20 329 24 947 6 540 63 234 Bengkulu - 5 448 4 202 6 643 1 216 17 509 Lampung - 10 720 25 455 39 709 1 831 77 715 Bangka-Belitung 626 - 8 186 1 554 626 10 992 Kepulauan Riau - - - 304 287 591 DKI Jakarta - - - - - - Jawa Barat - 2 610 39 573 32 192 2 828 77 203 Jawa Tengah - 7 950 51 006 43 622 6 001 108 579 D I Y - - 3 027 4 617 - 7 644 Jawa Timur - 19 653 67 379 68 693 11 349 167 074 Banten - 6 823 13 252 11 029 2 126 33 230 Bali - 6 486 19 364 17 496 - 43 346 Nusa Tenggara Barat - 10 456 19 327 29 459 5 809 65 051 Nusa Tenggara Timur 528 11 386 29 257 17 823 738 59 732 Kalimantan Barat - 10 447 13 556 18 228 944 43 175 Kalimantan Tengah - 2 943 9 865 9 106 505 22 419 Kalimantan Selatan 848 4 424 11 296 14 920 1 032 32 520 Kalimantan Timur - 1 390 2 491 5 751 1 653 11 285 Kalimantan Utara - 1 484 1 144 789 - 3 417 Sulawesi Utara - 3 373 5 906 6 442 1 499 17 220 Sulawesi Tengah - 20 318 13 113 22 687 3 460 59 578 Sulawesi Selatan 982 27 118 39 612 54 598 4 910 127 220 Sulawesi Tenggara 516 8 602 21 797 35 114 2 229 68 258 Gorontalo - 4 737 4 889 5 370 - 14 996 Sulawesi Barat 1 928 7 327 15 545 9 469 - 34 269 Maluku - - 2 556 4 566 1 356 8 478 Maluku Utara - 2 705 5 345 7 257 - 15 307 Papua Barat 412 4 379 1 660 2 370 412 9 233 Papua 30 501 11 182 24 467 15 615 - 81 765

Indonesia 41 768 256 603 599 975 654 364 77 220 1 629 930

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

Profil Anak Indonesia 2017

326

Tabel L-7.38 Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Daerah Tempat Tinggal,

dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2016 Perkotaan

Provinsi Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Tidak/blm pernah sekolah

Tidak/blm tamat SD SD SMP SMA

keatas Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh - 453 1 638 6 619 1 562 10 272 Sumatera Utara - 10 225 34 427 46 870 8 178 99 700 Sumatera Barat - 11 304 12 716 10 642 2 775 37 437 Riau - 3 513 7 915 12 170 2 434 26 032 Jambi - 2 244 3 508 5 290 893 11 935 Sumatera Selatan - 1 191 4 884 10 032 2 508 18 615 Bengkulu - 1 118 1 177 5 322 614 8 231 Lampung - 3 123 9 386 6 255 3 933 22 697 Bangka-Belitung - 2 382 3 941 4 896 550 11 769 Kepulauan Riau - 1 390 - 2 826 - 4 216 DKI Jakarta - 5 624 8 346 16 936 2 900 33 806 Jawa Barat - 14 454 30 360 75 396 15 036 135 246 Jawa Tengah - 5 629 33 715 68 659 16 618 124 621 D I Y - - 1 662 7 151 2 239 11 052 Jawa Timur - 6 142 33 253 57 778 6 614 103 787 Banten - 3 148 15 979 28 629 7 882 55 638 Bali - 3 736 16 006 13 774 1 104 34 620 Nusa Tenggara Barat - 5 152 12 130 16 065 1 487 34 834 Nusa Tenggara Timur 556 1 112 4 135 5 175 - 10 978 Kalimantan Barat 765 1 904 5 366 4 776 1 976 14 787 Kalimantan Tengah - 2 252 3 258 4 434 541 10 485 Kalimantan Selatan - 4 482 3 812 3 067 - 11 361 Kalimantan Timur - - 7 592 4 472 1 084 13 148 Kalimantan Utara - 380 496 379 - 1 255 Sulawesi Utara - 2 246 3 518 5 049 662 11 475 Sulawesi Tengah 544 2 913 3 270 5 701 1 314 13 742 Sulawesi Selatan - 5 004 16 360 19 882 7 020 48 266 Sulawesi Tenggara - 2 643 11 625 9 042 2 484 25 794 Gorontalo - 1 212 621 671 - 2 504 Sulawesi Barat - 696 5 660 3 154 - 9 510 Maluku - 852 1 215 5 620 - 7 687 Maluku Utara - 1 210 1 568 1 884 580 5 242 Papua Barat - 394 339 - 1 466 2 199 Papua - 778 1 381 1 005 514 3 678

Indonesia 1 865 108 906 301 259 469 621 94 968 976 619

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

334

Profil Anak Indonesia 2017

328

Tabel L-7.40 Rata-rata Upah/gaji/pendapatan Penduduk Berumur 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi,

Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2016

Provinsi Perkotaan Perdesaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Aceh 1 029 624 757 210 727 141 1 362 636 810 293 Sumatera Utara 777 860 760 287 789 513 729 012 770 163 Sumatera Barat 771 279 668 074 790 305 430 298 721 915 Riau 586 663 1 118 177 1 005 095 597 916 876 639 Jambi 961 772 777 818 838 702 683 787 819 723 Sumatera Selatan 1 423 011 1 245 628 1 194 578 1 459 360 1 283 240 Bengkulu 412 825 682 059 556 690 501 665 538 581 Lampung 612 658 903 180 873 357 454 577 822 340 Bangka-Belitung 1 062 126 1 114 847 1 211 018 664 098 1 090 615 Kepulauan Riau 800 000 1 500 000 800 000 1 500 000 909 841 DKI Jakarta 1 350 073 - 1 020 000 1 660 000 1 350 073 Jawa Barat 1 144 086 1 216 329 1 094 437 1 271 293 1 173 167 Jawa Tengah 903 353 784 245 895 269 825 068 858 951 D I Y 1 401 026 - 2 000 000 744 000 1 401 026 Jawa Timur 1 010 760 961 928 897 605 1 132 344 981 960 Banten 1 724 244 1 219 400 1 425 768 1 718 850 1 545 940 Bali 1 467 957 581 412 1 621 028 787 483 1 146 166 Nusa Tenggara Barat 344 133 746 011 746 023 290 438 548 491 Nusa Tenggara Timur 562 339 558 731 559 033 566 667 559 904 Kalimantan Barat 1 238 494 968 874 1 182 965 849 069 1 038 734 Kalimantan Tengah 1 251 745 932 356 1 121 242 749 009 1 031 128 Kalimantan Selatan 1 257 770 639 358 930 477 425 820 815 969 Kalimantan Timur 3 875 000 1 245 693 2 802 315 1 750 000 2 593 768 Kalimantan Utara - 1 348 138 1 703 564 50 000 1 348 138 Sulawesi Utara 1 157 268 1 465 876 1 336 338 1 531 351 1 366 975 Sulawesi Tengah 312 463 730 518 716 030 568 187 684 323 Sulawesi Selatan 1 066 091 987 379 1 136 592 730 179 1 014 936 Sulawesi Tenggara 1 354 545 462 613 1 093 455 265 139 896 129 Gorontalo 1 295 090 793 740 1 105 019 549 255 921 856 Sulawesi Barat 1 391 158 1 108 557 1 323 933 823 879 1 181 445 Maluku 480 000 - 480 000 - 480 000 Maluku Utara 1 046 411 1 462 280 1 293 613 1 500 000 1 331 583 Papua Barat 1 664 918 2 663 493 2 383 969 800 000 2 161 717 Papua 1 330 791 885 115 1 163 520 788 950 1 058 959

Indonesia 1 081 087 944 180 1 015 724 999 172 1 009 820

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2016, BPS Catatan :

- Tidak ada atau nol

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUANDAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIAJalan Medan Merdeka Barat No. 15, Jakarta 10110Telp. (021) 3842 638, 3805 563, Fax. (021) 3805 562, 3805 559Web: http://www.kemenpppa.go.id