INTRODUKSI KEL 8 A

18
Disusu FAKULT PAPER INTRODUKSI PERAIRAN un Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kulia Manajemen Sumberdaya Perairan Disusun Oleh Kelompok 8: Ajid Abdul A. 230110110017 Gerry Renaldy 230110110021 Pefi Firman N 230110110030 Ahmad Bagdja 230110110035 Annisa H. 230110110052 Riza Sholiha 230110110065 Zeaty Abdillah 230110110078 Rashid M. 230110110120 UNIVERSITAS PADJADJARAN LTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUT PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2014 ah TAN

Transcript of INTRODUKSI KEL 8 A

PAPER

INTRODUKSI PERAIRAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Sumberdaya Perairan

Disusun Oleh

Kelompok 8:

Ajid Abdul A. 230110110017

Gerry Renaldy 230110110021

Pefi Firman N 230110110030

Ahmad Bagdja 230110110035

Annisa H. 230110110052

Riza Sholiha 230110110065

Zeaty Abdillah 230110110078

Rashid M. 230110110120

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR

2014

PAPER

INTRODUKSI PERAIRAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Sumberdaya Perairan

Disusun Oleh

Kelompok 8:

Ajid Abdul A. 230110110017

Gerry Renaldy 230110110021

Pefi Firman N 230110110030

Ahmad Bagdja 230110110035

Annisa H. 230110110052

Riza Sholiha 230110110065

Zeaty Abdillah 230110110078

Rashid M. 230110110120

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR

2014

PAPER

INTRODUKSI PERAIRAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Sumberdaya Perairan

Disusun Oleh

Kelompok 8:

Ajid Abdul A. 230110110017

Gerry Renaldy 230110110021

Pefi Firman N 230110110030

Ahmad Bagdja 230110110035

Annisa H. 230110110052

Riza Sholiha 230110110065

Zeaty Abdillah 230110110078

Rashid M. 230110110120

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR

2014

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

paper yang berjudul “Introduksi Perairan ” untuk tugas mata kuliah Manajemen

Sumberdaya Perairan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan paper ini jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu mohon kritik dan saran yang membangun dari Dosen

yang bersangkutan pada khususnya dan dari pembaca pada umumnya untuk

kesempurnaan pembuatan paper selanjutnya.

Akhir kata, tiada lain harapan dari Penulis, semoga makalah ini dengan

segala kekurangannya dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Jatinangor, 20 Mei 2014

Tim Penulis

iii

DAFTAR ISI

BAB Hal

KATA PENGANTAR ........................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................... iii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 11.2 Tujuan ...................................................................................... 11.3 Manfaat .................................................................................... 2

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Introduksi .............................................................. 32.2 Macam-macam Introduksi ...................................................... 42.3 Studi Kasus Introduksi Organisme ke Perairan ...................... 6

III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan ............................................................................. 143.2 Saran ....................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 15

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terjadinya perkembangan/perpindahan, mobilisasi organisme yang masuk

ke Indonesia adalah sebuah keniscayaan baik sebagai satwa komoditi untuk

diperdagangkan maupun biota dan tumbuhan yang secara tidak sengaja terbawa

atau diselundupkan sebagai barang selundupan melalui cara-cara yang illegal atau

tidak resmi. Dengan makin terbukanya hubungan antar daerah, antar Pulau

maupun antar Negara dan antar Benua, mobilisasi manusia makin tinggi

intensitasnya berpindah dari satu ke tempat lainnya terutama setelah

berkembangnya alat trasportasi lewat darat dengan mobil, lewat laut dengan

kapal laut dan melalui udara dengan pesawat terbang.

Dari kegiatan tersebut timbul masalah yaitu sebagian besar biota air

diintroduksikan secara tidak sengaja untuk berbagai peruntukan seperti untuk

hewan pertunjukan, kebun binatang, burung peliharaan, ikan hias termasuk ikan

yang potensial untuk dibudidayakan. Biota pendatang tersebut ada yang

berkembang sangat cepat populasinya dan menjadi pesaing, atau bahkan bisa

menjadi pemangsa biota lokal sehingga membahayakan kelestarian biota jenis

local (indigenius species) yang dikenal sebagai jenis biota invasif (Invasive Aliens

Species/IAS). Pertukaran materi penelitian untuk kegiatan ilmiah memungkinkan

terbawanya IAS melalui pertukaran materi genetik, spesiment biologi, koleksi

kultur microba, alat-alat laboratorium serta agen hayati (binatang hidup seperti

serangga, dll) dan termasuk pertukaran satwa untuk penangkaran, kebun binatang,

serta sarana berburu.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk menambah wawasan

mengenai introduksi organisme perairan ke suatu daerah perairan dan

menganalisisnya.

2

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan paper ini adalah mengetahui inti materi introduksi

serta permasalahan-permasalahan introduksi yang terjadi di Indonesia dan sebagai

reverensi bahan kuliah.

3

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Introduksi

Introduksi spesies adalah usaha sadar atau tidak sadar memasukkan suatu

jenis hewan atau tumbuhan ke dalam satu habitat yang baru. Masuknya jenis

tersebut melalui alat transportasi antar pulau, akibat adanya hobi/kegemaran

beberapa orang membawa jenis-jenis baru, ataupun sengaja dibiakkan karena

alasan praktis seperti penanganan hamapenyakit.

Di Indonesia, introduksi dan penebaran ikan telah dilakukan sejak dahulu

kala, narnun hanya beberapa kasus saja yang berhasil baik (Sarnita, 1986).

Kegagalan introduksi ikan umurnnya disebabkan intoduksi yang dilakukan kurang

didasari dengan inforrnasi ilrniah yang rnemadai.

Kehadiran ikan introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan

mengancam keberadaan ikan asli yang ada . Kekhawatiran adanya jenis-jenis ini

terhadap kehadiran ikan asli berdasarkan adanya mekanisme hibridisasi dengan

jenis endemik, dismpsi habitat, persaingan makan dan tempat, predasi, dan

introduksi parasit dan penyakit dari luar (Courtenay dan Stauffer, 1984 dalam

Arthington and Lloyd, 1989)

Kehadiran ikan introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan mengancam

keberadaan ikan asli yang ada .

Biota pendatang tersebut ada yang berkembang sangat cepat populasinya

dan menjadi pesaing, atau bahkan bisa menjadi pemangsa biota lokal sehingga

membahayakan kelestarian biota jenis local (indigenius species) yang dikenal

sebagai jenis biota invasif (Invasive Aliens Species/IAS).

Menurut CBD-UNEP definisi IAS adalah spesies yang diintroduksikan

baik secara sengaja maupun tidak dari luar habitat alaminya, bisa pada tingkat

spesies, subspesies, varietas dan bangsa, meliputi organisme utuh, bagian bagian

tubuh, gamet, benih, telur maupun propagul yang mampu hidup dan bereproduksi

pada habitat baru yang kemudian menjadi ancaman bagi biodiversitas, ekosistim,

pertanian, sosial ekonomi maupun kesehatan manusia baik pada tingkat,

4

ekosistim, individu maupun genetik. Spesies asli sdalah spesies yang telah

menjadi bagian suatu ekosistim secara alami, mengalami proses adaptasi yang

telah berlangsung lama. spesies asing adalah spesies yang dibawa/terbawa masuk

ke ekosistim secara tidak alami. Spesies invasif adalah spesies baik asli ataupun

bukan, yang secara luas mempengaruhi habitatnya, dapat menyebabkan kerusakan

lingkungan, kerugian ekonomi, atau membahayakan manusia. Spesies asing tidak

selalu invasif, spesies invasif belum tentu berasal dari luar/asing, jadi spesies

invasif merupakan kombinasi dari spesies asing dan invasif.

2.2 Macam-macam Introduksi

Introduksi spesies yang tidak disengaja

Spesies yang satu ini kita pastinya sudah mengetahuinya bahkan

persebarannya hampir merata dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap

lingkungan barunya. Tikus merupakan spesies jenis omnivora yang berasal dari

daerah Norwegia sehingga namanya “Rathus Norvegicus”. Spesies tikus ini

mengikuti manusia dan terbawa dalam kapal-kapal yang berlayar dari Norwegia

ke berbagai penjuru wilayah di dunia. Tikus merupakan salah satu binatang yang

paling pesat perkembangannya karena sifat reproduksinya sangat tinggi serta

sangat adaptatif terhadap lingkungannya.

Introduksi spesies yang disengaja

Secara umum ikan introduksi (ikan asing) tidak boleh dilakukan tanpa

didahului suatu penelitian yang mendalam mengenai dampaknya. Dalam

Konvensi Biodeversitas pasal 8f dinyatakan bahwa setiap negara wajib sejauh

mungkin menghindari introduksi spesies asing (invasife) yang akan menimbulkan

dampak lingkungan dan kerusakan keanekaragaman hayati spesies asli.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

Pasal 12 Ayat 2, menyebutkan “Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang

dapat membahayakan sumberdaya ikan, lingkungan sumberdaya ikan, dan/atau

kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia” dan

ayat 3 “Setiap orang dilarang membudidayakan hasil rekayasa genetika yang

5

dapat membahayakan sumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan, dan/atau

kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.

Pasal 100B Undang Undang Nomor 45 Tahun 2010 Tentang Perubahan

Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004, menyatakan “dalam hal tindak pidana

dalam pasal 12 yang dilakukan oleh nelayan kecil/dan/atau pembudidaya ikan

kecil dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling

banyak Rp. 250.000.000,-.

Terjadinya pemasukan biota asing ke suatu habitat baru melalui

perdagangan perjalanan antar pulau dan bisa melalui perjalanan internasional baik

secara sengaja maupun tidak sengaja. Pada saat ini telah banyak jenis-jenis biota

air introduksi yang telah berada di Indonesia selama puluhan tahun tetapi tidak

menjadi invasif, tergantung kepada waktu dan periode pemapanan

(establishment), sehingga setiap spesies berbeda antara satu dengan yang lainnya,

tergantung kepada berbagai faktor seperti sifat-sifat biologis biota tersebut, jarak

dan jalur pengangkutan, perubahan iklim serta perilaku manusianya.

Sebagian besar biota air diintroduksikan secara tidak sengaja untuk

berbagai peruntukan seperti untuk hewan pertunjukan, kebun binatang, burung

peliharaan, ikan hias termasuk ikan yang potensial untuk dibudidayakan.

Biasanya jalur-jalur masuknya IAS melalui pintu masuk barang dagangan di

Pelabuhan dan Bandar udara, sedangkan jalur masuk yang khusus melalui: Alat

angkut seperti kapal laut, Ferry, kayu glondongan dan peralatan mesin, hewan air

eksotik, benih dan induk ikan konsumsi melalui air ballast, pesawat udara,

bantuan militer atau bantuan internasional. Pertukaran materi penelitian untuk

kegiatan ilmiah memungkinkan terbawanya IAS melalui pertukaran materi

genetik, spesiment biologi, koleksi kultur microba, alat-alat laboratorium serta

agen hayati (binatang hidup seperti serangga, dll) dan termasuk pertukaran satwa

untuk penangkaran, kebun binatang, serta sarana berburu.

“Cyprinus Carpo” atau yang sering kita sebut ikan tombro atau ikan mas

merupakan spesies asli Asia yang kemudian dibawa ke berbagai negara di Eropa

sekitar tahun 1800 dan merupakan ikan yang sengaja diintroduksikan. Ikan mas

ini merupakan jenis omnivora dan dapat tumbuh serta berkembang dengan pesat

6

dan berukuran sangat besar di kolam-kolam pemeliharaan. Ikan mas sangat

disukai di beberapa negara eropa karena selain mudah beradaptasi juga

dimanfaatkan sebagian orang yang memiliki hobi memancing.

2.3 Studi Kasus Introduksi Organisme ke Perairan

a. Keberhasilan Introduksi Ikan Bilih (Mystacoleucos padangens) ke

Habitatnya yang Baru di Danau Toba, Sumatera Utara

Ikan bilih (Mysfacoleucus padangensis) adalah ikan endemik dan

ekonomis penting yang terdapat di Danau Singkarak, Surnatera Barat. Ikan bilih

yang dikeringkan sernpat rnenjadi komoditas ekspor yang dijual ke negeri jiran

seperti Malaysia dan Singapura. Namun ekspor ikan bilih kering tersebut tidak

berlangsung lama karena hasil tangkapannya kini sudah jauh menurun (Syandri,

1996). Upaya penangkapan ikan bilih di danau tersebut dilakukan sangat intensif,

terutama dengan menggunakan sistem alahan. Pada tahun 2002, total hasil

tangkapan ikan di Danau Singkarak rnencapai 1.200 ton dimana sekitar 85-90%

dari total produksi ikan tangkapan tersebut adalah ikan bilih (Purnorno et al,

2003).

Introduksi ikan adalah salah satu teknik pemacuan stok ikan (stock

enhancement) yang telah lama dan banyak dilakukan di perairan danau dan waduk

untuk rnengisi relung ekologi yang kosong sehingga rnemperbaiki keseimbangan

komposisi jenis dan meningkalkan produksi ikan (Cowx, 1999). Di Indonesia,

introduksi dan penebaran ikan teiah dilakukan sejak dahulu kala, narnun hanya

beberapa kasus saja yang berhasil baik (Sarnita, 1986). Kegagalan introduksi ikan

umurnnya disebabkan intoduksi yang dilakukan kurang didasari dengan inforrnasi

ilmiah yang rnemadai.

Kehadiran ikan introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan

mengancam keberadaan ikan asli yang ada. Kekhawatiran adanya jenis-jenis ini

terhadap kehadiran ikan asli berdasarkan adanya mekanisme hibridisasi dengan

jenis endemik, habitat, persaingan makan dan tempat, predasi, dan introduksi

parasit dan penyakit dari luar (Courtenay dan Stauffer, 1984 dalam Arthington

and Lloyd, 1989)

7

Di Danau Toba, introduksi ikan rnujair telah dilakukan sejak penjajahan

Belanda. Meskipun telah berdampak terhadap peningkatan produksi ikan namun

ikan rnujair disinyalir telah mendesak populasi ikan batak (Neolissochilus

thienemani) sebagai ikan asli ekonornis penting dan ikan adat bagi rnasyarakat

seternpat. Dalam periode 1996-2001, produksi ikan di Danau Toba berkisar antara

1.150-1.320 ton dengan rata-rata 1.244 ton dan didorninasi oleh ikan mujair dan

nila (Dinas Perikanan Provinsi SurnateraUtara). Tingkat produksi ikan tersebut

masih jauh lebih rendah dari potensinya yang mencapai 7.150 ton/tahun

(Krismono dan Sarnita, 2004). Penyebab utama dari rendahnya produksi tersebut

adalah struktur komunitas ikan yang kurang sesuai dengan potensi surnberdaya

yang tersedia. Oleh karena itu, introduksi ikan yang didasari dengan informasi

ilmiah rnulai dari pernilihan jenis ikan yang sesuai dengan habitat perairan yang

akan dijadikan target sampai kepada penyusunan protokolnya rnerupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk rnemecahkan masalah tersebut.

Penebaran dilakukan dengan cara menangkap ikan bilih di Danau

Singkarak untuk kemudian ikan bilih hidup dikemas dalarn kantong plastik dan

dibawa ke Danau Toba untuk ditebarkan. Setiap kantong plastik dengan volume

air 5 liter diisi sebanyak 200 ekor ikan bilih. Sebanyak 12 kantong yang berisi

ikan bilih sebanyak 3.400 ekor dengan ukuran panjang total antara 4,0-5,6 cm dan

rata-rata berat antara 0,6-1,5 gram/ekor dibawa dari Danau Singkarak ke Danau

Toba selama 18 jam. Sebelum dilakukan penebaran, ikan bilih diaklimatisasi

selarna 4 jam dalam kerarnba jarieg apung di daerah Parapat, Danau Toba.

Sebanyak 2.550 ekor ikan bilih yang hidup (75% dari total ikan yang dibawa)

ditebarkan di daerah Parapat dan Ajibata pada tanggal 3 Januari 2003.

Hasil monitoring perkembangan ikan bilih di Danau Toba menunjukkan

bahwa setelah 2 tahun penebaran, ikan bilih dapat tumbuh dan berkembang biak

dengan baik. lkan bilin di Danau Toba tumbuh dengan kisaran panjang total antara

4,0-15,8 crn dan kisaran berat antara 0,5-30,0 gram, sedangkan di Danau

Singkarak mempunyai panjang total antara 4,0-8,5 cm dan kisaran berat antara

0,5-5,1 gram.

8

Ikan bilih yang diintroduksikan ke Danau Toba dapat turnbuh lebih cepat

dan berkembangbiak serta mempunyai fekunditas yang lebih tinggi dari ikan bilih

di Danau Singkarak. Makanan utama ikan bilih di Danau Toba hampir sama

dengan rnakanan ikan bilih di Danau Singkarak, yaitu detritus dan fitoplankton

sebagai makanan utamanya. Habitat pemijahan ikan bilih yang utama terdapat di

di Sungai Sipangolu di Bakara, Sungai Sipiso-piso di Tongging, Sungai Sisodang

di Tomok dan Sungai Naborsahan di Ajibata. Distribusi ikan bilih meliputi

seluruh perairan Danau Toba termasuk daerah pelagis dan limnetiknya. Sentra

penangkapan ikan bilih terdapat di rnuara sungai Sipiso-piso, Tongging dan

Sungai Naborsahan di Ajibata menggunakan alat tangkap gillnet, bubu, jala dan

pancing. Ukuran ikan bilih yang tertangkap mempunyai panjang total antara 10,5-

15,0 crn dan berat antara 8,0-30,0 gram, lebih besar dari rata-rata ikan bilih yang

tertangkap di danau Singkarak. Pada tahun 2005, hasil tangkapan ikan bilih

mencapai 653,6 ton atau 14,6% dari total produksi dan menempati urutan ke tiga

setelah ikan mujair dan nila dengan total nilai produksi ikan bilih sebesar 3,9

milyar rupiah.

b. Jenis-jenis Ikan Introduksi di Perairan Tawar Jawa Barat dan Banten :

Catatan Tentang Taksonomi dan Distribusinya

Spesimen ikan yang diteliti merupakan perolehan basil penelitian

keanekaragaman ikan diperairan umum kawasan taman nasional di Jawa Barat

dan Banten yaitu Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) dan Taman Nasional

Gunung Ciremai (TNGC), dan beberapa sungai di bagian hulu daerah aliran

sungai (DAS) Cijolang (di Kabupaten Kuningan bagian selatan) dan beberapa

sungai di kawasan DAS Cimanuk hulu (Kabupaten Garut).

Berikut ini adalah taksonomi dari ikan introduksi yang ditemukan :

Ikan ini ditemukan di S. Cisadane.

Distribusi alami (native range) : Japan, China dan Asia Tengah

Nama lokal : ikan mas

Nama Inggris :common carp Clarias gariepinus (Burchelll822) (Ciariidae)

9

Morfologi : Sirip anal,-caudal dan dorsal tidak bersatu, panjang kepala adalah

2,9- 3,8 bagian dari panjang baku. Badan dihiasi oleh bercak- bercak putih.

lkan ini ditemukan di S. Cisadane. Distribusi alami: Asia minor, Afrika

Nama Iokal : lele dumbo

Nama Inggris : Liposarcus pardalis (Castelnau 1855) (Loricariidae)

Morfologi : lkan ini bertubuh keras, tubuh ditutupi oleh lempengan-

lempengan tulang (bony plate), mulut terletak di bagian bawah (ventral) dengan

bibir berbentuk cakram. D 10- 13.

lkan ini ditemukan di S. Citanduy, dan disungai-sungai yang mengalir dari

kawasan TNGC bagian barat seperti di S. Cilutung. Ikan ini ditemukan di

Jakarta di perairan sekitar Serpong. Selain itu, L. pardalis ditemukan pula di

DAS Cimanuk (Sjafei, 2004). Distribusi alami : Amerika Latin.

Nama lokal : ikan sapu-sapu

Nama ingris :sucker catfish. Poecilia reticulata (Peters 1860) (Poeciliidae)

Morfologi : Ikan ini memiliki sirip dada yang posisinya lebih tinggi daripada

jenis-jenis biasa. Ikan betina memiliki perut yang membundar sementara ikan

jantan memiliki tubuh yang ramping. D. 7-8. A. 9-10.

Di temukan sekitar TNGC bagian barat ditemukan di S. Cibiuk, S.Cilutung, S.

Cibeet. P reticulata ditemukan pula di DAS Cimanuk (Sjafei eta/., 2004).

Distribusi alami: Amerika Latin.

Nama lokal : bungkreung, tampele

Nama Inggris : guppy Poecilia latipinna (Lesueur 1821) (Poeciliidae)

Morfologi : Ikan ini memiliki sirip dada yang terletak lebih tinggi daripada

jenis-jenis ikan Iainnya. Ikan betina memiliki perut yang membundar. Jantan

memiliki bentuk yang lebih ramping. D. 14-16. A. 9-10. Ikan ini ditemukan di

Sungai Cikaniki (anak S. Cisadane)

Penyebaran alami : Mexico danAmerika Serikat bagian selatan

Nama lokal : bungkreng

Nama Inggris : lesser sail molly Xipophorus hellerii (Heckel1848) (Poeciliidae)

Morfologi : Individu betina memiliki perut yang membundar, sirip ekor yang

normal, sedangkan individu jantan lebih ramping daripada betina, memiliki wama

10

kuning yang lebih menyala dan memiliki sirip ekor bagian

bawahyangmemanjang. D. 12-15;A. 9.

Ikan ini ditemukan di sungai-sungai yang mengalir dari kawasan TNGH

bagian selatan yaitu di S. Cimaja, S. Cibareno, S. Cimadur dan di sungai yang

mengalir dari kawasan TNGH bagian utara yaitu di S.Cilongok (anak S.

Cidurian). Di kawasan TNGC bagian barat ikan ini ditemukan diS. Cibiuk, S.

Cilutung, dan S. Cibeet. Ikan ini terdapat pula di kolam-kolam penduduk.

Penyebaran alami : Mexico

Nama lokal : cingir putri, paris

Nama Inggris : swordtail platy Aequidens pulcher (Gill1858) (Cichlidae)

Morfologi : Ikan ini memiliki hiasan vermikulasi berwarna biru di moncong

dan pipinya. D. XIV, 9 -1 0; A. III, 7-8.

Ikan ini ditemukan di S. Cibaranangsiang (DAS Cimanuk hulu), dan di

sungai-sungai di sekitar TNGC bagian barat yaitu S. Cibiuk dan S. Cilutung.

Penyebaran alaminya di Amerika Selatan

Nama lokal : golosom

Nama Inggris : blue acara Cichlasoma nigrofasciatum (Gunther 1867)(Cichlidae)

Morfologi : Ikan ini memiliki lebih dari tiga buah duri sirip anal, juga

memiliki garis hitam vertikal pada tubuh dimana yang pertama membentuk huruf

Y pada bagian depan punggungnya. D. XVIII-XIX, 7- 9 A.IX-Xl; 6-8.

Ikan ini ditemukan di S. Cibarangsiang (DAS Cimanuk hulu). Penyebaran

alami: Paparan Pasiflk Guatemala, Paparan Atlantik dan Pasiflk Costa Rica

dan Paparan Atlantik Panama. Bentuk putih (pigment hitam sedikit)

ditemukan di Waduk Cirata.

Nama Inggris : convict cichlid Oreochromis mossambicus (Peters I852)

(Cichlidae)

Morfologi : lkan ini memiliki sembilan garis vertikal yang dimulai di atas

tutup insang (operkulum) sampai dengan di pangkal batang ekor. Ada bintik hitam

di bagian ujung -tengah tutup insang dan disirip dorsal yang lemah. Warna tubuh

abu-abu kekuningan. D. XV-XVII, I 0- I3 , A III, 9- I2

11

Ikan ini ditemukan di S. Cimonte (anak S. Cijolang,.DAS Citanduy hulu),

Cibaranangsiang (anak S. Cikuray, DAS Cimanuk hulu), dan di S.Cimadur

dikawasan TNGH selatan. lkan ini dibudidayakan dikolam-kolam sekitar

TNGH dan di sekitar kawasan TNGC bagian barat. Penyebaran alaminya

adalah Afrika.

Nama Iokal : mujaer

Nama Inggris : cichlids Oreochromis niloticus (Linnaeus I758) (Cichlidae)

Morfologi : Ikan ini memiliki wama tubuh kehitaman DXVI-XVII, II -15. A

III, 8- II. lkan ini ditemukan diS. Citaradje (anak S. Cimadur) dikawasan TNGH

bagian selatan. Dibudidayakan di kolam-kolam sekitar kawasan TNGH dan

TNGC.

Sekurang-kurangnya ditemukan sebelas jenis ikan introduksi yang ada di

perairan umum di Jawa Barat. Untuk mencegah meluasnya jenis ikan introduksi

di perairan umum diperlukan adanya rehabilitasi lingkungan dan mengetatkan

perhatian / peraturan-terhadap jenis-jenis ikan hias lainnya yang merupakan

komoditasperdagangan agar tidak lepas ke perairan umum.

c. Dampak Introduksi Biota Air Terhadap Kelestarian Sumber Daya

Perikanan

Terjadinya perkembangan atau perpindahan, mobilisasi organisme yang

masuk ke Indonesia adalah sebuah keniscayaan baik sebagai satwa komoditi

untuk diperdagangkan maupun biota dan tumbuhan yang secara tidak sengaja

terbawa atau diselundupkan sebagai barang selundupan melalui cara-cara yang

ilegal atau tidak resmi.

Jenis-jenis satwa air yang bukan jenis asli Ikan Mujair atau Nila

(Oreochromis niloticus), Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea), Lele Dumbo,

Ikan Grass Carp, ikan Mola, Ikan Sapu-sapu serta Keong Emas adalah contoh

biota air yang berasal dari luar Indonesia yang sudah berkembang biak hidup

sebagai satwa liar di perairan Indonesia. Biota pendatang tersebut dikenal sebagai

jenis biota invasif (Invasive Aliens Species atau IAS).

12

IAS Masuk Ke Daerah Baru

Terjadinya pemasukan biota asing ke suatu habitat baru melalui

perdagangan perjalanan antar pulau dan bisa melalui perjalanan internasional baik

secara sengaja maupun tidak sengaja. Pada saat ini telah banyak jenis-jenis biota

air introduksi yang telah berada di Indonesia selama puluhan tahun tetapi tidak

menjadi invasif, tergantung kepada waktu dan periode pemapanan

(establishment), sehingga setiap spesies berbeda antara satu dengan yang lainnya,

tergantung kepada berbagai faktor seperti sifat-sifat biologis biota tersebut, jarak

dan jalur pengangkutan, perubahan iklim serta perilaku manusianya.

Dampak Masuknya Biota Introduksi

Dampak biota air introduksi bisa positif selama tidak menjadi invasif

terutama yang secara sengaja didatangkan dari luar, bahkan dapat memperkaya

keanekaragaman hayati.

Bila terjadi invasif (IAS) merupakan ancaman terhadap ekosistim dan

keanekaragaman hayati serta dapat menjadi biaya tinggi untuk kegiatan bidang

perikanan, peternakan, pertanian, dan usaha lainnya termasuk terhadap kesehatan

manusia. Pengaruh invasif spesies dapat bersifat tetap (irreversible) dan beragam

terutama terhadap spesies lokal dan ekosistem

Beberapa Jenis Biota Air Introduksi Dari Luar

Beberapa Jenis biota atau ikan introduksi baik sengaja maupun tidak

seperti dibawah ini:

1. Bawal air tawar (Colossoma macropomum) adalah jenis ikan introduksi dari

Amerika Latin yang telah menjadi ikan konsumsi.

2. Lele dumbo (Clarias gariepenus) jenis catfish yang sudah menjadi komoditi

yang sangat komersial untuk dibudidayakan.

3. Ikan mola (Hypothalmchtys molitrik) sebagai jenis ikan introduksi yang

ditebarkan di danau-danau untuk melengkapi trofik level yang tidak lengkap

sehingga ikan mola dapat memanfaatkan fitoplanton.

4. Keong emas (Pomacea canaliculata) telah menyebar dan sudah menjadi biota

invasif, sering menjadi pengganggu terhadap padi di sawah yang baru ditanam.

13

5. Ikan sapu-sapu (Pseudocanthicus serratus) saat ini sudah menjadi satwa

invasif yang dapat hidup di sungai dan danau dengan tingkat adaptasi yang

tinggi walaupun pada habitat yang terkena polusi berat.

6. Grass carp (Ctenopharyngodon idellus) adalah salah satu jenis ikan pendatang

yang sudah dapat dibudidayakan terutama dengan bantuan hormon (induce

breeding).

14

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Introduksi ikan adalah salah satu teknik pemacuan stok ikan (stock

enhancement) yang telah lama dan banyak dilakukan di perairan danau dan waduk

untuk rnengisi relung ekologi yang kosong sehingga rnemperbaiki keseimbangan

komposisi jenis dan meningkalkan produksi ikan (Cowx, 1999).

Kegagalan introduksi ikan umurnnya disebabkan intoduksi yang dilakukan

kurang didasari dengan inforrnasi ilmiah yang memadai. Kehadiran ikan

introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan mengancam keberadaan ikan asli

yang ada.

3.2 Saran

Kegiatan introduksi di suatu perairan yang berlebihan tentunya dapat

merugikan ekosistem tersebut, oleh sebab itu maka harus ditingkatkan kembali

pengawasan terhadap keluar masuknya organisme dari luar negeri ke dalam negeri

dan penetapan sanksi yang berat terhadap pelakunya. Pengendalian terhadap

lingkungan perairan perlu dilakukan apabila tingkat introduksi di suatu perairan

telah melewati batas.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Dampak Introduksi Biota Air Terhadap Kelestarian Sumber DayaPerikanan. http://www.iwf.or.id/detail_content/147. Diakses pada tanggal20 Mei 2014, Pukul 13.45

Arthington, AH. and LN. Lloyd. 1989. Introduced Poeciliids.in Australia and NewZealand, p.333-348. In GK. Meffe and FF. Snelson Jr. (Eds.): Ecology andevolution oflivebearing fishes (Poeciliidae). Prentice Hall, EnglrewoodCliffs, New Jersey. 453 p.

Cowx, I.G. 1999. An appraisai of stocking strategies in the light of developingcountry constraints. Fisheries Management and Ecology. (6); 21-34.

Krismono, A.S.N. dan A. S. Sarnita. 2004. Kualitas air di beberapa daerah didanau Toba dan kesesuaiannya untuk suaka perikanan. Jurnal PenelitianPerikanan Indonesia.

Purnorno, K., E.S. Kartarnihardja dan S. Koeshendrajana. 2003. Pemacuan stokikan di danau Singkarak (Surnatera Barat) dan sungai Batanghari(Jambi). Laporan Hasil Penelitian tahun 2002. Pusat Riset PerikananTangkap, BRKP, DKP. 16 hal.

Sarnita. A.S. 1986. Introduction and stocking of fish in lakes and reservoirs inSouth east Asian Countries, with special reference to Indonesia. IPFCExpert Consultation on inland Fisheries of the Larger Island. Bangkok, 4-9August 1936. 12pp.

Sjafei, D.S.,S. Wnjoatmodjo, M.F. Rahardjo dan S.B. Susilo. 2001. Fauna ikan diSungai Cimanuk Jawa Barat. Jurnal lktiologi lndonesia I (1): 1-6.

Syandri, H. 1996. Aspek reproduksi ikan bilih, Mysfacoleucus padangensisBleeker dan kemungkinan pembenihahnya di danau Singkarak. DisertasiProgram Pascasarjana IPB. 122 hal.