Perancangan Instrumen Kematangan Integrasi ... - Digilib ITS
Instrumen Pemerintah HTN
Transcript of Instrumen Pemerintah HTN
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
INSTRUMEN PEMERINTAH
SEPTIAN DWI PRASETIO
D1A 011 322
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MATARAM
2012
PENDAHULUAN
Jika berbicara tentang Instrumem Pemerintahan tidak lepas
dari alat dan sarana yang digunakan oleh pemerintah atau
administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, intrumen
yuridis yang dipergunakan untuk mengatur indan menjalankan
urusan pemerintahan dan kemasyarakatan seperti perundang-
undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijakan,
perizinan, instrument hukum keperdataan dsb. Instrument
Hukum ini akan menjadi dasar yang digunakan pemerintah dalam
menjakalankan tugas dan kewenangannya.
Indonesia tidak menganut sistem kekuasaan yang
distribution of power atau pembagian kekuasaan, dengan
sentral berada pada pemerintah Indonesia, dimana sebagian
kekuasaan yudikatif dan kekuasaan legislatif oleh eksekutif.
Kekuasaan yang dimiliki eksekutif dalam bidang yudikatif oleh
presiden, namun harus dengan persetujuan DPR. Sedangkan
kekuasaan eksekutif dalam bidang legislatif meliputi
menetapkan Perpu dan Peraturan Pemerintah.
Menurut indroharto suasana hukum tata usaha Negara
menghadapi tingkatan-tingkatan tetapi dalam kombinasi yang
satu dengan yang lain saling berkaitan.
1. Keseluruhan hukum tata usaha Negara dalam
masyrakat itu memiliki struktur tingkat dari yang
sangat umum samapi pada norma yang paling
individual dan konkret yang terkandung dalm
penetapan (beschikking) Kualifikasi sifat keumuman
(aglemeenheid) dan kekkonkretan (concreetheid)
norma hokum adminstrasi diperhatikan mengenai
objek yand dikenai norma hokum (adressa) dan
bentuk normanya.
2. Pembentukan norma hokum tata Negara dalam
masyarakat itu iydak hanya dilakukan oleh pembuat
undang-undang dan badan peradilan tetapi juga
aparat pemerintah
Macam macam sifat norma Hukum menurut H.D van Wijk/Willem
konijinenbelt
-Norma umum-abstrak (algemeen-abstrack) mis: perundang-undang
-Norma individual-konkret (Individueel-concreet)mis: keputusan
tata usaha Negara
-Norma umum-konkret (algemeen-concreet)mis: Peraturan
lalulintas dan rambu
-Norma individual-abstrak (Individueel-abstrack) mis: izin
gangguan
Kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan legislatif adalah hak
diberikan kekuasaan dari peraturan tertinggi yaitu UUD 1945,
untuk menyeragamkan pembagian kekuasaan pemerintahan dan
memberikan wewenang tertentu kepada yang menjalankan tugas
pemerintahan. Pemberian wewenang tersebut tidak diikuti
dengan batasan-batasan terhadap penggunaannya merupakan suatu
kesulitan yang harus ditangani.
Salah satu organ Negara diberikan tugas untuk mengurus
kehidupan masyarakat adalah pemerintah. Hal inilah yang
mendorong mereka diberikan kewenangan untuk melakukan
perbuatan administrasi negara Tata Usaha Negara melalui
instrumen hukum yang ada.
Perbuatan administrasi Negara (TUN) ada 3 antara lain:
a. Mengeluarkan peraturan perundang-undangan (regeling);
b. Mengeluarkan keputusan (beschikking);
c. Melakukan perbuatan material (materielle daad).
Tiga macam perbuatan di atas masing-masing dapat dilakukan
pengujian atau penilaian apakah perbuatan tersebut
bertentangan atau tidak dengan peraturan perundang-undangan.
Tidak banyak pasal dalam UUD 1945 yang telah diatur lebih
lanjut dengan peraturan perundang-undangan di bawahnya dan
pasal-pasal yang mengatur mengenai wewenang organ
pemerintahan. Dalam sejarahnya kekuasaan-kekuasaan lembaga
eksekutif, ydikatif dan legislatif telah banyak menimbulkan
berbagai masalah yang sampai saat itu masih diwarnai pendapat
pro-kontra seputar penggunaannya.
Besarnya kekuasaan tersebut tidak diikuti dengan mekanisme
dan pertanggungjawaban yang jelas, fenomena ketidakpercayaan
masyarakat terhadap pemerintah demikian besar menimbulkan
sensitivitas dalam masyarakat terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah, khususnya berkaitan erat tumbuhnya
kesadaran masyarakat dengan sangat cepat dengan dipicu oleh
reformasi yang terus berjalan sampai saat ini.
Diskusi dan kajian tentang negara di Indonesia pada
umumnya didominasi oleh pendapat kuat yang beranggapan bahwa
negara merupakan sebuah lembaga netral, tidak berpihak,
berdiri di atas semua golongan masyarakat, dan mengabdi pada
kepentingan umum.
Kekuasaan negara butuh pengontrolan sebagai akibat dari
terpusatnya kekuasaan itu pada satu orang dan segala
implikasi negatifnya, tampaknya mengharuskan bangsa ini untuk
mengkaji konsep kekuasaan yang sangat besar untuk menjawab
kenyataan-kenyataan yang terjadi di negara ini. Seluruh hal
tersebut, ditambah dengan adanya tuntutan demokratisasi di
segala bidang yang sudah tidak mungkin ditahan lagi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrumen Pemerintahan
Instrument pemerintahan yang dimaksud adalah yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah alat-alat atau sarana-sarana
yang digunakan oleh pemerintahan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan,
pemerintahan atau administrasi Negara melakukan berbagai
tindakan hukum dengan menggunakan sarana atau instrument
seperti alat tulis menulis, ssarana transportasi dan
komunikasi, gedung-gedung perkantoran dan lain-lain yang
masuk dalam publick domain atau milik public. Pemerintah juga
menggunakan berbagai instrument yuridis dalam menjalankan
kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan
kemasyarakatan, seperti perarturan perundang-undangan,
keputusan-keputusan, peraturan-kebijaksanaan, perizinan,
instrument hukum keperdataan, dan sebagainya. Sebelum
menguraikan macam-macam instrument hukum yang digunakan oleh
pemerintah dalam menjalankan tindakan pemerintahan, terlebih
dahulu perlu disampaikan mengenai struktur norma dalam hukum
administrasi Negara, yang dapat dijadikan sebagai alat bantu
dalam memahami instrument hukum pemerintahan. Norma hukum
yang terdapat dalam hukum perdata atau pidana dapat ditemukan
dengan mudah dalam pasal tertentu, misalnya ketentuan tentang
apa itu pembunuhan atau perjanjian. Sementara itu, untuk
menemukan norma dalam hukum administrasi harus dicari dalam
semua peraturan perundangan-perundangan terkait sejak tingkat
yang paling tinggi dan bersifat umum-abstrak sampai yang
paling rendah yang bersifat individual-konkret. Menurut
Indroharto, dalam suasana hukum tata usaha Negara itu kita
menghadapi berlapis-lapisnya norma-norma hukum yang harus
diterapkan tidak begitu saja kita temukan dalam undang-
undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-peraturan dan
keputusan-keputusan tata usaha Negara yang satu dan lainnya
saling berkaitan. Untuk mengatahui kualifikasi sifat keumuman
(algemeenheid) dan kekontretan (concreted) norma hukum
adminstrasi, perlu diperhatikan mengenai objek yang dikenai
norma hukum (adressaat) dan bentuk normanya. Dengan kata lain,
kepada siapa norma hukum itu ditujukan, apakah untuk umum,
atau untuk orang tertentu.1
H. D van Wijk/Willem Konijnenbelt mengatakan bahwa hukum
material mengatur perbuatan manusia. Peraturan, norma didalam
hukum administrasi negara memiliki struktur yang berbeda
dibandingkan dengan struktur norma hukum perdata dan pidana.2
Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata negara itu
kita menghadapi bertingkat – tingkatnya norma – norma hukum
yang harus kita perhatikan. Lebih lanjut Indroharto
menyebutkan bahwa keseluruhan hukum tata usaha negara dalam
masyarakat itu memiliki struktur bertingkat dari yang sangat
umum dan yang sampai pada norma yang paling individual dan
konkret. Kemudian pembentukan norma – norma hukum tata usaha
negara dalam masyarakat itu tidak hanya dilakukan oleh
pembuat undang – undang dan badan – badan peradilan saja
melainkan juga oleh aparat pemerintah yang menjabat sebagai
tata usaha negara.3
Macam – macam sifat norma hukum :
1 Ridwan HR., hlm 129-1302 H. D van Wijk/Willem Konijnenbelt, op.cit., hlm 1493 Indroharto, op.cit., hlm 139-140
1. Norma umum abstrak misalnya undang – undang
2. Norma individual konkret misalnya keputusan tata usaha
negara.
3. Norma umum konkret misalnya rambu – rambu lalu lintas.
4. Norma individual abstrak misalnya izin gangguan4
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm
yang sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya
adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general). Secara
teoritis, istilah “perundang-undangan” (legislation, wetgeving atau
gesetzgebung) mempunyai dua pengertian sebagai berikut :
1. Perundangan-undangan merupakan proses
pembentukan/proses membentuk peraturan Negara, baik
ditingkat pusat maupun ditingkat pusat maupun
daerah.
2. Perundang-undangan adalah segala peraturan Negara,
yang merupakan hasil pembentukan peraturan-
peraturan, baik ditingkaat pusat maupun daerah.
4 Philipus M Hadjon et. al., cp. cit., hlm 125
Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Peraturan perundang-undangan bersifat umum dan
komprehensif, yang dengan demikian merupakan
kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan terbatas.
2. Peraturan perundangan-undangan bersifat universal,
ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa
yang akan datang yang belum jelas dan kongkretnya.
Oleh karena itu, ia tidak dapat dirumuskan untuk
mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu saja.
3. Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki dirinya sendiri. Pencantuman klausul
yang memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan
kembali.
Berdasarkan kualifikasi norma hukum di atas, peraturan
perundang-undangan itu bersifat umum-abstrak :
1. Waktu (tidak hanya berlaku pada saat tertentu)
2. Tempat (tidak hanya berlaku pada tempat tertentu)
3. Orang (tidak hanya berlaku pada orang tertentu)
4. Fakta hukum (tidak hanya ditujukan pada fakta hukum
terntentu, tetapi untuk berbagai fakta hukum yang dapat
berulang-berulang, dengan kata lain untuk perbuatan
yang berulang-ulang)
Dalam Negara kesejahteraan, tugas pemerintah tidak hanya
terbatas untuk melaksanakan untuk melaksanakan undang-undang
yang telah dibuat oleh lembaga legislative. Dalam perspektif
welfare state, pemerintah dibebani kewajiban untuk
menyelenggarakan kepentingan umum (bestuurszrorg) atau
mengupayakan kesejahteraan social, yang dalam
menyelenggarakan kewajiban itu pemerintah diberi kewenangan
untuk campur tangan (staatsbemoeienis) dalam kehidupan masyarakat,
dalam baytas-batas yang diperkenankan oleh hukum. Bersamaan
dengan kewenangan unutk campur tangan tersebut, pemerintah
juga diberi kewenangan unutk membuat dan menggunakan
peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, pemerintah
memiliki kewenangan dalam bidang legislative.
Dalam praktik, diakui bahwa organ legislative tidak
memiliki instrument pelaksana, waktu, dan sumber daya yang
memadai untuk merumusakn secara detail berbagai hal yang
berkenaan dengan undang-undang sehingga diserahkan pada organ
eksekutif. Meskipun sebagian besar peraturan perundangan itu
dibentuk oleh organ eksekutif, bukan berarti eksistensi
sehingga legislative dalam suatu Negara hokum itu menjadi
tidak perlu. Oleh karena itu, cukup bijaksana jika dikatakan;
“….perhaps be more realistic to say that the government makes the laws subject to
prior parliementery consent” hal itu karena kewenangan legislasi
bagi pemerintah atau organ eksekutif itu pada dasarnya dari
undang-undang –sesuai dengan asas legislasi dalam Negara
hukum- yang berasal dari persetujuan parlemen.
Bagir Manan menyebutkan ketidakmungkinan meniadakan
kewenangan eksekutif (pemerintah) untuk ikut menbentuk
peraturan perundang-undangan, yakni sebagai berikut:
1. Paham pembagian kekuasaan yang lebih menekankan
pada pembagian fungsi daripada pemisahan organ
terdapat dalam ajaran pemisahan kekuasaan. Dengan
demikkian, fungsi terpisah dari fungsi
penyelenggaraan pemerintahan. Fungsi pembentukan
pembentukan peraturan perundangan-undangan dapat
juga dapat dilekatakan pada administrasi Negara,
baik sebagai kekuasaan mandiri atau kekuasan yang
dijalankan secara bersama-sama dengan badan
legislative.
2. Paham yang memberikan kekuasaan pada Negara atau
pemerintah untuk mencampuri peri kehidupan
masyarakat baik secara Negara kekuasaan atau Negara
kesejahteraan . dalam paham negara kekuasaan, ikut
campurnya Negara atau pemerintah dilakukan dalam
rangka membatasi dan mengendalikan rakyat. Sebagai
salah satu penunjang formal pelaksanaan kekuasaan
semacam itu, maka diciptakan berbagai instrument
hukum yang akan memberikan dasar bagi Negara atau
pemerintah untuk bertindak. Sebagai yang 5tidak
mungkin semata-mata diserahkan pada legislative
5 Prof. Dr. H. Murtir Jeddawi, Hukum Administrasi Negara.,
untuk menyelenggarakan kesejahteraan
umum,administrasi Negara memerlukan wewenang untuk
mengatur tanpa mengabaikan asas-asas Negara be
pembuat berrdasarkan hukum dan asas-asas umum
pemerintah yang layak. Dalam keadaan demikian,
makin tumbuh kekuasaan administrasi Negara di
bidang pembentukan peraturan perundang-undangan.
3. Untuk menunjang perubahan masyarakat yang berjalan
makin cepat dan kompleks diperlukan percepatan
pembentukan hukum. Hal ini mendorong administrasi
Negara untuk berperan lebih besar dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan.
4. Berkembangnya berbagai jenis peraturan perundang-
undangan, mulai dari UUD sampai pada peraturan
perundang-undangan daerah. Badan legislative tidak
membentuk segala jenis peraturan perundang-undangan
melainkan terbatas pada terbatas pada undang-undang
dan UUD.
Dalam kepustakaan hukum administrasi, terdapat istilah
langkah mundur pembuat undang-undang (terugtred van de wetgever).
Sikap mundur ini diambil dalam upaya mengaplikasikan norma
hukum administrasi yang bersifat umum-abstrak terhadap
peristiwa konkret dan individual.
Menurut Indroharto, manfaat dari sikap mundur pembuat
undang-undang seperti ini adalah bahwa penentuan dan
penetapan norma-norma hukum oleh badan atau jabatan TUN akan
dapat dilakukan diferensiasi menurut keadaan khusus dalam
masyarakat.
Kewenangan legislasi bagi pemerintah atau administrasi
Negara itu ada yang bersifat mandiri dan ada yang bersifat
tidak mandiri (kolegial). Kewenangan legislasi yang tidak
mandiri, dalam arti kuat bersama-sama pihak lain, berwujud
undang-undang atau peraturan daerah. Secara formal, semua
produk hukum yang dibuat secara kolegial oleh pemerintah
bersama-sama dengan DPR/DPRD disebut undang-undang atau
peraturan daerah. Undang-undang dan peraturan daerah yang
dibuat bersama-sama oleh pemerintah/pemerintah daerah dengan
DPR/DPRD ini dikenal dengan istilah undang-undang dalam arti
formal (wet in formele zin).
Kewenangan legislasi bagi pemerintahan atau administrasi
Negara yang bersifat mandiri, dalam arti hanya dibentuk oleh
pemerintah tanpa keterlibatan DPR, berwujud keputusan-
keputusan (besluiten van algemeen strekking), yang merupakan
atau tergolong sebagai peraturan perundang-undangan (algemeen
veerbinde voorschften).6
C. Ketetapan Tata Usaha Negara
1. Pengertian Ketetapan Tata Usaha Negara
6 Ridwan HR., hlm 133-144
Ketetapan tata usaha Negara pertama kali diperkenalkan
oleh seorang sarjana Jerman,Otto Meyer, dengan istilah
verwaltungsact, yanmg diperkenalkan di Belanda oleh van
Vollenhoven dan C.W.van der poot dengan nama beschikking van
Vollenhoven dan C.W.van der poot.
Di Indonesia istilah beschiking diperkenalkan pertama kali
oleh WF. Prins. Ada yang menerjemahkan istilah beschikking
ini dengan “ketetapan”, seperti E. Utrecht, Bagir Manan,
Sjahran Basah, Indroharto, dan lain-lain, dan dengan
“keputusan” seperti WF. Prins, Philipus M. Hadjon, SF.
Marbun, dan lain-lain. Djenal Hoesen dan Muchsan mengatakan
bahwa penggunaan istilah keputusan barang kali akan lebih
tepat untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dengan
istilah ketetapan. Menurutnya, di Indonesia istilah ketetapan
sudah memiliki pengertian teknis yuridis, yaitu sebagai
ketetapan MPR yang berlaku ke luar dan ke dalam.
a) Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi
Negara yang mempunyai akibat hukum.
b) Beschikking adalah perbuatan hukum public bersegi satu
(yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan
suatu kekuasaan istimewa)
c) Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang bersifat
sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan oleh
suatu badan pemerintah berdasarkan wewenang yang luar
biasa.
2. Unsur - Unsur Ketetapan
Ada beberapa unsure yang terdapat dalam beschikking,
yaitu:
a) Pernyataan kehendak sepihak (enjizdige schriftelijke
wilsverklaring)
b) Di keluarkan oleh organ pemerintahan (bestuursorgaan)
c) Didasarkan pada kewenangan hukm yang bersifat public
(publiekbevoegheid)
d) Ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan
individual
e) Dengan maksud untuk menimbulkan akibat hokum dalam
bidang administrasi.
Pengertian ketetapan berdasarkan pasal 2 UU Administrasi
Belanda (AwB) dan menurut pasal 1 angka 3 UU No. 5 tahun 1986
tentang PTUN yaitu sebagai berikut.
Pernyataan kehendak tertulis secara sepihak dari organ
pemerintahan pusat, yang diberikan berdasarkan kewajiban atau
kewenangan dari hokum tata Negara atau hokum admistrasi, yang
dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau pengakhiran
hubungan hokum baru, perubahan, penghapusan atau penciptaan.
Berdasarkan definisi ini tampak ada enam unsure keputusan,
yaitu sebagai berikut:
a) Suatu pernyataan kehendak tertulis
b) Diberikan berdasrkan kewajiban atau kewenangan dari
hokum tata Negara atau hokum administrasi.
c) Bersifat sepihak
d) Dengan mengecualikan keputusan yang bersifat umum
e) Yang dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau
menciptakan hubungan hokum yang sudah ada, atau
menciptakan hokum baru, yang memuat penolakan sehingga
terjadi penetapan, perubahan, penghapusan, atau
penciptaan
f) Berasal dari organ pemerintahan
KTUN memiliki unsur-unsur antara lain:
a. Pernyataan Kehendak Sepihak Secara Tertulis
Hubungan hukum publik berbeda halnya dengan hubungan hukum
dalam bidang perdata yang selalu bersifat dua pihak
(tweejizdige) atau lebih karena dalam hukumperdata di samping
ada kesamaan kedudukan juga ada asas otonomi yang berupa
kebebasan pihak yang bersangkutan untuk mengadakan hubungan
hokum atau tidak serta menentukan apa isi hubungan hokum itu.
Sebagai wujud dari pernyataan kehendak sepihak, pembuatan dan
penerbitan ketetapan hanya berasal dari pihak pemerintah,
tidak tergantung kepada pihak lain.
Menurut Soehardjo, keputusan TUN adalah keputusan sepihak
dari organ pemerintah. Ini tidak berarti bahwa pihak kepada
siapa keputusan itu ditujukan sebelumnya sama sekali tidak
sama sekali tidak mengetahui akan adnya keputusan itu. Dengan
kata lain, inisiatif sepenuhnya ada pada pihak pemerintah.
Pernyataan kehendak sepihak dituangkan dalam bentuk
tertulis ini muncul dalam dua kemungkinan, yaitu pertama di
tujukan ke dalam (naar binen gericht), dan kedua, ditujukan
ke luar (naar buiten gericht). Pembagian ini lalu dikenal dua
jenis ketetapan, yaitu ketetapan intern (interne beschikking)
dan ketetapan ekstern (externe beschikking).
Persyaratan tertulis di haruskan untuk kemudahan segi
pembuktian. Oleh karena itu, sebuah memo atau nota dapat
memenuhi syarat tertulis tersebut dan akan merupakan
keputusan badan atau pejabat tata usaha negara menurut
Undang-Undang ini apabila sudah jelas :
a) Badan atau pejabat TUN yang mengeluarkannya
b) Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu
c) Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang
ditetapkan didalamnya.
d) Dikeluarkan oleh Pemerintah
Ketetapan yang dimaksudkan disini adalah ketetapan yang
dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi Negara.
Ketetapan yang dikeluarkan oleh organ-organ kenegaraan tidak
termasuk dalam pengertian beschikking berdasarkan hokum
administrasi.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU no. 5 tahun 1986, tata
usaha Negara adalah administrasi yang melaksanakan fungsi
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat
maupun di daerah. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan “urusan pemerintahan’ ialah kegiatan yang
bersifat eksekutif. Dalam kepustakaan disebut bahwa “kata
pemerintah diartikan sama dengan kekuasaan eksekutif. Artinya
pemerintah merupakan bagian dari organ dan fungsi pemerintah,
selain organ dan fungsi pembuatan undang-undang peradilan”.
b. Bersifat Konkret, Individual, dan Final
KTUN bersifat individual artinya niet algemeen, gerekend
naar de geadresseerde van de beslissing (tidak untuk umum,
tertentu berdasarkan apa yang dituju oleh keputusan itu), dan
konkret berarti niet algemeen (niet abstract) naar object,
eveentueel beperkt naar plaats of tijd (tidak bersifat umum
{tidak abstrak} objeknya, yang mungkin terbatas waktu atau
tempatnya).
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 tahun 1986,
sebagaimana disebutkan di atas, ketetapan memiliki sifat
konkret, individual, dan final. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa konkret berarti objek yang diputuskan dalam
KTUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat
ditentukan.
c. Menimbulkan Akibat Hukum
Secara teoritis, tindakan hokum berarti “ de handelingen
die naar hun aard gericht op een bepaald rechtsgevolg,
(tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat
menimbulkan akibat hokum tertentu), atau “Een rechtshandeling
is gericht op het scheppen van rechten of plichten, (tindakan
hokum adalah tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan hak
dan kewajiban). Dengan demikian, tindakan hukum pemerintahan
merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh organ
pemerintahan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu
khususnya di bidang pemerintahan atau administrasi Negara.
d. Seseorang atau Badan Hukum Perdata
Dalam lalu lintas pergaulan hukum (rechtsverkeer)
khususnya dalam bidang keperdataan, dikenal istilah subjek
hukm yaitu “de dragger van de rechten en plichten” atau
pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Subjek hokum ini
terdiri dari manusia (natuurlijke person) dan badan hokum
(rechtspersoon). Kualifikasi untuk menentukan subjek hokum
adalah mampu (bekwaam) atau tidak mampu (onbekwaam) untuk
mendukung atau memikul hak dan kewajiban hokum.
Badan hokum keperdataan dalam keadaan dan alasan tertentu
dapat dikualifikasi sebagai jabatan pemerintahan khususnya
ketika sedang menjalankan salah satu fungsi pemerintahan,
dengan syarat-syarat tertentu.
3. Macam - Macam Ketetapan
Secara teoritis, dalam hokum administrasi, dikenal ada
beberapa macam dan sifat ketetapan, yaitu sebagai berikut.
a) Ketetapan Deklaratoir dan Ketetapan Konstitutif
Ketetapan deklaratoir adalah ketetapan yang tidak mengubah
hak dan kewajiban yang telah ada, tetapi sekadar menyatakan
hak dan kewajiban tersebut (rechtsvaststellende beschikking).
b) Ketetapan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban
Ketetapan bersifat menguntungkan (begunstigende
beschikking) artinya ketetapan itu memberikan hak-hak atau
memberikan kemungkinan untuk memperoleh sesuatu yang tanpa
adanya ketetapan itu tidak akan ada atau bila ketetapan itu
memberikan keringanan beban yang ada atau mungkin ada.
c) Ketetapan Eenmalig dan ketetapan yang Permanen
Ketetapan eenmalig adalah ketetapan yang hanya berlaku
sekali atau atau ketetapan sepintas lalu, yang dalam istilah
lain disebut ketetapan yang bersifat kilat (vluctige
beschikking) seperti IMB atau izin untuk mengadakan rapat
umum, sedangkan ketetapan permanen adalah ketetapan yang
memiliki masa berlaku yang relative lama.
d) Ketetapan yang Bebas dan Ketetapan yang Terikat
Ketetapan yang bersifat bebas adalah ketetapan yang
didasarkan pada kewenangan bebas (vrije beveogdheid) atau
kebebasan bertindak yang dimiliki oleh pejabat tata usaha
Negara baik dalam bentuk kebebasan maupun kebebasan
interpretasi, sementara itu, ketetapan yang terikat adalah
ketetapan
yang didasarkan pada kewenangan pemerintahan yang bersifat
mengikat (geboden bevoegheid),
e) Ketetapan Positif dan Ketetapan Negatif
Ketetapan positif adalah ketetapan yang menimbulkan hak
dan kewajiban bagi yang dikenai ketetapan, sedangkan
ketetapan negative adalah ketetapan yang tidak menimbulkan
perubahan keadaan hokum yang telah ada.
f) Ketetapan Perorangan dan Kebendaan
Ketetapan perorangan (personlijk beschikking) adalah
ketetapan yang diterbitkan berdasarkan kualitas pribadi orang
tertentu atau ketetapan yang berkaitan dengan orang, seperti
ketetapan tentang pengangkatan atau pemberhentian seseorang
sebagai pegawai negeri atau sebagai pejabat Negara,
4. Syarat - Syarat Pembuatan Ketetapan
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan
ketetapan mencakup syarat material dan syarat formal.
a) Syarat-syarat material terdiri dari berikut ini:
1) Organ pemerintahan yang membuat ketetapan harus
berwenang.
2) Karena ketetapan suatu pernyataan kehendak
(wilsverklaring), ketetapan tidak boleh mengandung
kekurangan-kekurangan yuridis (geen juridische
gebreken in de wilsforming), seperti penipuan
(bedrog), paksaan (dwang) atau suap (omkoping),
kesesatan (dwaling).
3) Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi)
tertentu
4) Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa
melanggar peraturan-peraturan lain, serta isi dan
tujuan ketetapan itu harus sesuai dengan isi dan
tujuan peraturan dasarnya.
b) Syarat-syarat formal terdiri dari berikut ini.
1) Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan
persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubung dengan
cara dibuatnya ketatapan harus dipenuhi.
2) Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar dikeluarkannya ketetapan itu.
3) Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan
itu harus dipenuhi.
4) Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-
hal yang menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya
ketetapan itu harus diperhatikan.7
D.Peraturan Kebijaksanaan
1. Freies Ermessen
Secara bahasa freies Ermessen berasal dari kata frei yang
artinya bebas, lepas, tidak terikat, dan merdeka. Freies
artinya orang yang bebas, tidak terikat, dan merdeka.
Sementara itu, Emessen berarti mempertimbangkan, menilai,
7 Ridwan HR., hlm 144-170
menduga, dan memperkirakan. Freies Ermessen berarti orang
yang memiliki kebebasan untuk menilai, menduga, dan
mempertimbangkan sesuatu. Istilah ini kemudian secara khas
digunakan dalam bidang pemerintahan sehingga freies ermessen
(diskresionare) diartikan sebagai salah satu sarana yang
memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan
administrasi Negara untuk melakukan tindakan tanpa harus
terikat sepenuhnya pada undang-undang.
Sebagai sesuatu yang lahir dari freies ermessen dan yang
hanya diberikan kepada pemerintah atau administrasi Negara,
kewenangan pembuatan peraturan kebijaksanaan itu inheren pada
pemerintahan (inherent aan het bestuur).
2. Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi, dan Penormaan
Peraturan Kebijaksanaan
a) Pengertian Peraturan Kebijaksanaan
Menurut Philipus M. Hadjon, peraturan kebijaksanaan pada
hakikatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha Negara
yang bertujuan “naar buiten gebracht schricftelijk beleid”,
yaitu menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis. Peraturan
kebijaksanaan hanya berfungsi sebagai bagian dari operasional
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah sehingga tidak dapat
mengubah atau menyimpangi peraturan perundang-undangan.
Peraturan ini semacam hokum bayangan dari undang-undang atau
jukum. Oleh karena itu, peraturan ini disebut pula dengan
istilah psudo-wetgeving (perundang-undangan semu) atau
spigelsrecht (hukum bayangan/cermin).
b) Ciri-ciri Peraturan Kebijaksanaan
Bagir Manan menyebutkan cirri-ciri peraturan kebijaksanaan
sebagai berikut.
a) Peraturan kebijaksanaan bukan merupakan peraturan
perundang-undangan.
b) Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap
peraturanperundang-undangan tidak dapat diberlakukan
pada peraturan kebijaksanaan.
c) Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara
wetmatigheid, karena memang tiddak ada dasar
peraturan perundang-undangan untuk membuat keputusan
peraturan kebijaksanaan tersebut.
d) Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan freies
ermessen dan ketiadaan wewenang administrasi
bersangkutan membuat perundang-undangan.
e) Pengujian terhadap peraturan kebijaksanaan lebih
diserahkan pada doelmatigheid sehingga batu ujinya
adalah asas-asas umum pemerintahan yang layak.
f) Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk
dan jenis aturan, yakni keputusan, instruksi, surat
edaran, pengumuman, dan lain-lain, bahkan dapat
dijumpai dalam bentuk peraturan.
g) Fungsi dan Penormaan Peraturan Kebijaksanaan
Sebagaiamana pembuatan dan penerapan peraturan perundang-
undangan, yaitu harus memerhatikan beberapa persyaratan,
pembuatan dan penerapan peraturan kebijaksanaan jugaharus
memerhatikan beberapa persyaratan. Menurut Indroharto,
pembuatan peraturab kebijaksanaan harus memerhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a. Ia tidak boleh bertentangan dengan peraturan dasar
yang mengandung wewenang diskresioner yang
dijabarkan itu.
b. Ia tidak boleh nyata-nyata bertentangan dengan
nalar yang sehat.
c. Ia harus dipersiapkan dengan cermat; semua
kepentingan, keadaan-keadaan serta alternatif-
alternatif yang ada perlu dikembangkan.
d. Isi dari kebijaksanaan harus memberikan kejelasan
yang cukup mengenai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dari warga yang terkena peraturan
tersebut.
e. Tujuan-tujuan dan dasar-dasar pertimbangan
mengenai kebijaksanaan yang akan ditempuh harus
jelas.
f. Ia harus memenuhi syarat kepastian hokum material,
artinya hak-hak yang telah diperoleh dari warga
masyarakat yang terkena harus dihormati, kemudian
juga harapan-harapan warga yang pantas telah
ditimbulkan jangan sampai diingkari.8
E. Rencana-rencana
1. Pengertian Rencana
Berdasarkan hukum administrasi Negara, rencana merupakan
bagian dari tindakan hukum pemerintahan
(bestuurrechtshandeling), suatu tindakan yang dimaksudkan
untuk menimbulkan akibat-akibat hukum. Rencana adalah
keseluruhan tindakan pemerintah yang berkesinambungan, yang
mengupayakan terwujudnya suatu keadaan tertentu yang teratur.
Keseluruhan itu disusun dalam format tindakan hokum
administrasi Negara, sebagai tindakan yang menimbulkan
akibat-akibat hukum).
Perencanaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai
berikut.
a. Perencanaan informative (informatieve planning)
b. Perencanaan indikatif (indicatieve planning)
8 Ridwan HR., 129-193
c. Perencanaan operasional atau normative
(operationele of normative planning)
Disamping pembagian tersebut, perencanaan juga dibagi
berdasarkan waktu, tempat, bidang hokum, sifat, metode, dan
sarana. Berdasrkan waktu (naar tijd), perencanaan dibedakan
dalam rencana jangka panjang, menengah, dan pendek.
2. Unsur - Unsur Rencana
Dalam perspektif hukum administrasi Negara, J.B.J.M ten
Berge mengemukakan unsur-unsur rencana sebagai berikut.
a. Schriftelijke Presentatie (gambaran tertulis)
b. Besluit of handeling (keputusan atau tindakan)
c. Bestuurorgaan (organ pemerintahan)
d. Op de toekomst gericht (ditujukan pada masa yang akan
datang)
e. Planelemanten (elemen-elemen rencana)
f. Ongelijksoortig karakter (memiliki sifat yang tidak
sejenis/beragam)
g. Samenhang (keterkaitan)
h. Al dan niet voor een bepaalde duur (untuk waktu
tertentu)
2. Karakter Hukum Rencanateenbee
F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek mengemukakan empat
pendapat tentang sifat hokum rencana, sebagai berikut.
a. Het plan is een beschikking of bundel van
beschikkingen; (rencana adalah ketetapan atau kumpulan
berbagai ketetapan.
b. Het plan is deels (bundel van) beschikking (en), deels
regeling; de kaart met toelichting is de bundel
bescikkingen; de gebruiksvoorschriften hebben het
karakter van de regeling; (renvana adalah sebagian dari
kumpulan ketetapan-ketetapan, sebagian peraturan, peta
dengan penjelasan adalah kumpulan keputusan-keputusan;
penggunaan peraturan memiliki sifat peraturan)
c. Het plan is een rechtsfiguur sui generis; (rencana
adalah bentuk hokum tersendiri)
d. Het plan is een regelling, (rencana adalah peraturan
perundang-undangan).9
F.PERIZINAN ( vergunningen )
a. Pengertian
Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yangmembebaskan sutau perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolakperbuatan tersebut,WF prince mengatakan bahwa dispensasi adalahtindakan pemerintahan yang meyebabkan suatu peraturan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa.Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarkansuatu perusahaan,lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yangmemperkenankan seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan denganizin khusus atau istimewaKonsesi merupakan suatu izin berhubungandengan pekerjaan yang besar dimana kepentingan umum terlibat eratsekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas daripemerintah,tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannyakepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah.Izin menurut sjahran basahadalah perbuatan hukum administrasiNegara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam halkonkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkanoleh ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Unsur – Unsur Perizinan
1. Instrumen Yuridis
Izin merupakan instrument yuridis dalam bentukketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakanoleh pemerintah untuk menghadapi atau mentapkanperistiwa konkret,sebagai ketetapan izin itu dibuat
9 Ridwan HR., 193-203
dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku padaketetapan pada umumnya.
2. Peraturan Perundang – Undangan
Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakantindakan hukum permerintahan,sebagai tindakan hukummaka harus ada wewenang yang diberikan oleh peraturanperundang-undangan atau harus berdasarkan pada asaslegalitas, tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itumenjadi tidak sah,oleh karena itu dalam hal membuat danmenerbitkan izin haruslah didasarkan pada wewenang yangdiberikan oleh peraturan peruUUan yang berlaku, karenatanpa adanya dasar wewenang tersebut ketetapan izintersebut menjadi tidak sah.
3. Organ Pemerintah
Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusanpemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkatdaerah.menurut sjahran basah,dari badan tertinggisampai dengan badan terendah berwenang memberikan izin.
4. Peristiwa Konkret
Izin merupakan instrument yuridis yang berbentukketetapan yang digunakan oleh pemerintah dalammenghadapi peristiwa kongkret dan individual,peristiwakongkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktutertentu, orang tertentu ,tempat tertentu dan faktahukum tertentu.
5. Prosedur dan Persyaratan
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedurtertentu yang ditentukan oleh pemerintah,selaku pemberiizin. Selain itu pemohon juga harus memenuhipersyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secarasepihak oleh pemerintah atatu pemberi izin.prosedur dan
persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenisizin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin. Menurutsoehino,syarat-syarat dalam izin itu bersifatkonstitutif dan kondisional,konstitutif,karenaditentuakn suatu perbuatan atau tingkah laku tertentuyang harus (terlebih dahulu) dipenuhi,kondisional,karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihatserta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah lakuyang disyaratkan itu terjadi.
c. Fundsi dan Tujuan Perizinan
Selaku instrument pemerintah izin berfugsi selaku ujungtombak instrument hokum sebagai pengarah, perekayasa, danperancang masyarakat adil dan makur itu dijelmakan. Mengenaitujuan perizinan secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen)aktivitas-aktivitas terentu (misalnya izinbangunan).
b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izinlingkungan).
c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izinterbang,izin membongkar pada monument-monumen)
d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izinpenghuni di daerah padat penduduk).
e. Izin memberikan pengarahan,dengan menyeleksiorang-orang dan aktivitas-aktivitas (izinberdasarkan “drank en horecawet” dimana pengurusharus memenuhi syarat-syarat tertentu).
d. Bentuk dan Isi Izin
sesuai dengan sifnya,yang merupakan bagian dari ketetapan,izinselalu dibuat dalam bentuk tertulis,sebagai ketetapantertulis,secara umum izin memuat hal-hal sebagai tersebut:
a. organ yang berwenang
dalam izin dinyatakan siapa yangmemberikannya,biasanya dari kepala surat danpenandantangan izin akan nyata organ mana yangmemberikan izin.
b. Yang dialamatkan
Izin ditujukan pada pihak yangberkepentingan,biasanya izin lahir setelah yangberkepentingan mengajukan permohonan untukitu,oleh karena itu keputusan yang memuat izinakan dialamatkan pula kepada pihak yang memohonizin.
c. Dictum
Keputusan yang memuat izin demi alasan kepastianhokum, harus memuat uraian sejelas mungkin untukapa izin itu diberikan.bagian keputusan ini,dimana akibat - akibat hokum yang ditimbulkan olehkeputusan dinamakan dictum, yang merupakan intidari keputusan, memuat hak-hak dan kewajiban yangdituju oleh keputusan itu.
d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan - pembatsan dansyarat-syarat
Ketentuan ialah kewajiban - kewajiban yang dapatdikaitkan pada keputusan yang menguntungkan.Pembatasan-pembatsan dalam izin member,memungkinan untuk secara praktis melingkari lebihlanjut tindakan yang dibolehkan, pembatasan inimerujuk batsa-batas dalam waktu,tempat dan caralain.Juga terdapat syarat,dengan menetapkan syaratakibat-akibat hukum tertentu digantungkan padatimbulnya suatu peristiwa dikemudian hari yangbelum pasti,dapat dimuat syarat penghapusan dansyarat penangguhan.
e. Pemberi alasan
Pemberian alasan dapat memuat hal-hal sepertipenyebutan ketentuan UU, pertimbangan -pertimbangan hukum, dan penetapan fakta.
f. Pemberitahuan - pemberitahuan tambahan
Pemberitahuan tambahan dapat berisi bahwa kepadayang dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat daripelanggaran ketentuan dalam izin, seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan padaketidakpatuhan.mungkin saja juga merupakanpetunjuk - petunjuk bagaimana sebaiknya bertidakdalam mengajukan permohonan-permohonan berikutnyaatau informasi umum dari organ pemerintahan yangberhubungan dengan kebijaksanaannya sekarang ataudikemudian hari.10
G.Instrumen Hukum Keperdataan
Menurut Indroharto, penggunaan instrument keperdataan ini adabeberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut :
a. Warga masyarakat sendiri sejak dahulu sudah biasa berkecimpung dalam suasana kehidupan hukum perdata.
b. Lembaga-lembaga keperdataan itu ternyata juga sudah terbukti kemanfaatannya dan sudah biasa merupakan bentuk-bentuk yang digunakan dalam pengaturan perundang-undangan yang luas maupun yurisprudensi.
c. Lembaga-lembaga keperdataan demikian itu hampir dapat selalu diterapkan umtuk segala keperluan dankebutuhan karena sifatnya yang sangat fleksibel dan jelas sebagai instrument.
10 WF Prince., Ridwan HR.,
d. Lembaga – lembaga keperdataan demikian itu juga selalu dapat diterapkan karena bagi pihak – pihak yang bersangkutan memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri isi dari perjanjian yang hendakmereka buat.
e. Seringkali terjadi di jalur hukum public menemui jalan buntu, tetapi jalur yuridis menurut hukum perdata malah dapat member jalan keluarnya.
f. Ketegangan yang disebabkan oleh tindakan yang selalu bersifat sepihak dari pemerintah dapat dikurangi.
g. Berbeda dengan tindakan-tindakan yang bersifat sepihak dari pemerintah, tindakan-tindakan menuruthukum perdata ini hampir selalu dapat memberikan jaminan-jaminan kebendaan, misalnya untuk ganti rugi.
Instrument Hukum Keperdataan yang Dapat Digunakan Pemerintah
Ada dua kemungkinan kedudukan pemerintah dalam menggunakaninstrument hukum keperdataan tersebut :
a. Pemerintah menggunakan instrument keperdataan sekaligus melibatkan diri dalam hubungan hukum keperdataan dengan kedudukan yang tidak berbeda dengan seseorang atau badanhukum perdata.
b. Pemerintah menggunakan instrument hukum keprdataan tanpamenempatkan diri dalam kedudukan yang sejajar dengan seseorang atau badan hukum.
Dalam rangka menjalankan kegiatan pemerintahannya, pemerintah dapat menggunakan perjanjian, yang bentuknya antara lain sebagai berikut :
1. Perjanjian perdata biasa2. Perjanjian perdata dengan syarat – syarat standar3. Perjanjian mengenai kewenangan public
4. Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintahan11
DAFTAR PUSTAKA
1. Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers,
Jakarta
2. Indroharto, 1991, USAHA MEMAHAMI UNDANG-UNDANG TENTANG
PERADILAN TATA USAHA NEGARA, Sinar Harapan, Jakarta
3. Prof. Dr. H. Murtir Jeddawi, 2006, Hukum Administrasi Negara,
Total Media, Jakarta
11 USAHA MEMAHAMI UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA Indroharto.,