Laporan Uji coba Instrumen di SD

104
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh kualitas pendidikan yang di negara itu. Kualitas pendidikan sangat penting dalam menyiapkan generasi-generasi muda yang terampil dan siap menghadapi tantangan dunia. Keterampilan dan kecakapan generasi muda inilah yang dapat membawa negaranya maju dan dapat bersaing dengan negara lain yang lebih maju. Keberhasilan pendidikan dapat diketahui dari ketercapaian belajar peserta didik sesuai tujuan pembelajaran. Ketercapaian ini dapat diukur melalui penilaian. Dalam hal ini, peran guru sangat penting dalam melakukan penilaian. Guru tidak hanya mampu mendidik tetapi juga mampu memberikan penilaian terhadap ketercapaian belajar peserta didik. Hal ini sesuai dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik

Transcript of Laporan Uji coba Instrumen di SD

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas

sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

ditentukan oleh kualitas pendidikan yang di negara itu.

Kualitas pendidikan sangat penting dalam menyiapkan

generasi-generasi muda yang terampil dan siap menghadapi

tantangan dunia. Keterampilan dan kecakapan generasi muda

inilah yang dapat membawa negaranya maju dan dapat

bersaing dengan negara lain yang lebih maju.

Keberhasilan pendidikan dapat diketahui dari

ketercapaian belajar peserta didik sesuai tujuan

pembelajaran. Ketercapaian ini dapat diukur melalui

penilaian. Dalam hal ini, peran guru sangat penting dalam

melakukan penilaian. Guru tidak hanya mampu mendidik

tetapi juga mampu memberikan penilaian terhadap

ketercapaian belajar peserta didik. Hal ini sesuai dalam

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

pasal 1 yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik

2

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, dan menilai. Oleh karena itu

sudah jelas bahwa guru mempunyai peran penting dalam

proses penilaian terhadap belajar peserta didik.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005

mempertegas Undang-undang No. 14 tahun 2005 bahwa

terdapat delapan standar nasional pendidikan antara lain

standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,

pengelolaan, dan penilaian. Salah satu standar nasional

pendidikan seperti yang telah disebutkan yaitu standar

penilaian. Standar penilaian ini masih dipertegas oleh

Peraturan Mendiknas No. 20 tahun 2007 pasal 1 (1) bahwa

penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan berdasarkan

standar penilaian pendidikan yang berlaku secara

nasional. Jadi jelaslah bahwa di dalam pendidikan itu

tidak hanya terbatas pada interaksi guru dan peserta

didik dalam mencapai tujuan pendidikan melainkan juga

3

terdapat proses penilaian terhadap ketercapaian belajar

peserta didik yang berlaku secara nasional.

Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah

assessment, bukan dari istilah evaluation. Menurut Depdikbud

(1994) yang dikutip oleh Zainal Arifin (2011: 4)

penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan

informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang

proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Endang

Poerwanti, dkk (2008: 1.3) menjelaskan asesmen sebagai

berikut.

Asesmen adalah proses untuk mendapatkan informasidalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasarpengambilan keputusan tentang siswa baik yangmenyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya,iklim sekolah, maupun kebijakan-kebijakan sekolah.

Cece Rakhmat dan Didi Suhedi (1999: 14) juga

mengungkapkan pengertian penilaian yaitu kegiatan

pembuatan keputusan mengenai derajat keberhasilan belajar

masing-masing siswa dan keberhasilan siswa dalam kelas

tersebut secara keseluruhan, serta keberhasilan guru

dalam mengajar. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat

4

disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau

kegiatan untuk memperoleh informasi secara menyeluruh dan

berkesinambungan sebagai dasar pengambilan keputusan

mengenai keberhasilan belajar siswa dan semua aspek yang

berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Kemampuan penilaian harus dimiliki oleh guru. Hal

ini dikarenakan penilaian akan digunakan guru untuk

mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam

mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Setelah

mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam

mencapai kompetensi, hasil dari penilaian dapat digunakan

oleh guru dalam menentukan langkah yang akan diambil

selanjutnya. Langkah ini nantinya dapat digunakan guru

untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran

sehingga keberhasilan belajar peserta didik akan semakin

meningkat. Penilaian keberhasilan belajar juga dapat

menjadi motivasi bagi peserta didik untuk meningkatkan

prestasi belajar.

Penilaian keberhasilan belajar peserta didik dapat

diketahui dari hasil pengukuran terhadap pencapaian

5

indikator hasil belajar. Endang Poerwanti, dkk (2008:

1.4) mengemukakan pengertian pengukuran sebagai kegiatan

atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka

pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga

hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat yang

digunakan dalam pengukuran yaitu berupa tes dan hasil

dari pengukuran diwujudkan dalam bentuk skor. Bentuk tes

dapat berupa objektif dan uraian.

Kemampuan guru tidak hanya terbatas pada penilaian

melainkan juga pengembangan dari penilaian tersebut. Cara

mengembangkan penilaian dimulai dari menentukan

kompetensi dasar yang akan dinilai. Dari kompetensi dasar

itu akan dijabarkan ke dalam indikator-indikator. Acuan

untuk menentukan sejauh mana peserta didik dalam mencapai

keberhasilan belajar melalui indikator-indikator

tersebut. Oleh karena itu, penjabaran indikator dilakukan

sedetail mungkin sesuai kompetensi yang diharapkan. Hal

ini dapat bermanfaat untuk mempermudah dan memperjelas

guru dalam mengembangkan indikator menjadi butir-butir

soal. sebelum mengembangkan menjadi butir-butir soal,

6

guru harus memilih strategi penilaian apa yang sesuai

untuk menilai indikator yang telah dibuat.

Penilaian yang dilakukan oleh guru di sekolah yaitu

dengan menggunakan tes. Ada yang tes objektif dan ada

pula yang tes uraian atau kedua-duanya. Dalam melakukan

penilaian, guru dihadapkan pada kemampuan untuk membuat

butir-butir tes yang baik. Tes yang baik yaitu yang dapat

memperhatikan syarat-syarat tes. Apabila tes tersebut

dapat memenuhi syarat-syarat tes yang baik maka hal ini

dapat berdampak baik pula bagi pencapaian kompetensi yang

ditentukan dan perkembangan belajar peserta didik. Tes

sebagai alat ukur dalam penilaian yang dilakukan oleh

guru, dapat membedakan antara peserta didik yang

berkemampuan tinggi dengan yang rendah. Hal ini sebagai

dasar guru untuk memberikan tindak lanjut terhadap

ketercapaian belajar setiap peserta didik. Selain itu,

tes juga dibuat dengan kategori yang merata dan

bertingkat, mulai dari yang mudah, sedang, sampai ke yang

sukar. Hal tersebut bertujuan agar pola berpikir peserta

didik dapat berkembang.

7

Namun kenyataan yang ada di lapangan, banyak guru

yang dalam pembuatan tes tidak memenuhi syarat-syarat tes

yang baik. Guru juga kurang dapat menjabarkan kompetensi

dasar menjadi indikator-indikator yang jelas sehingga

dalam menentukan sejauh mana peserta didik memahami

pelajaran sesuai komperensi menjadi kurang jelas. Ada

pula yang dalam pembuatan tes terlalu mudah ataupun

terlalu sukar. Tes yang seperti itu kurang baik untuk

perkembangan belajar peserta didik. Tes yang terlalu

mudah dapat menyebabkan peserta didik kurang serius dalam

belajar karena terlalu menyepelekan. Tes yang terlalu

sukar juga kurang baik karena akan menyebabkan peserta

didik menjadi putus asa dan kurang bersemangat dalam

belajar. Hal ini berdampak pada kecenderungan peserta

didik yang akan melakukan hal-hal buruk, salah satunya

yaitu mencontek saat ujian. Guru diharapkan dapat

memperhatikan syarat-syarat dalam pembuatan tes yang baik

sehingga tes dapat berkualitas. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini, penyusun akan meneliti terhadap butir-

8

butir soal yang telah dibuat dengan mempertimbangkan

syarat-syarat tes.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa besar keefektifan pengecoh butir soal?

2. Seberapa besar tingkat kesukaran pada butir soal?

3. Apakah butir soal dapat membedakan antara siswa yang

berkemampuan atas dan bawah?

4. Apakah butir soal memenuhi syarat validitas?

5. Apakah soal yang dibuat memenuhi syarat reliabilitas?

BAB IIKAJIAN TEORI

9

A. Pengertian Tes

Istilah tes berasal dari kata testum yang berarti

piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (Suharsimi

Arikunto, 2012: 66). Menurut Sugihartono, dkk (2007: 141)

tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana yang telah ditentukan dan

dengan cara serta aturan-aturan yang sudah ditentukan.

James S Cangelosi (1995: 21) yang dikutip oleh Sigit

Suryono (2012) mengemukakan bahwa tes adalah pengukuran

terencana yang dipakai guru untuk mencoba menciptakan

kesempatan bagi para siswanya untuk memperlihatkan

prestasi mereka dalam kaitannya dengan tujuan yang telah

ditentukan. Selain itu juga Endang Poerwanti, dkk (2008:

1.5) menjelaskan pengertian tes sebagai berikut.

Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakanatau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab olehpeserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman danpenguasaannya terhadap cakupan materi yangdipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajarantertentu.

Dari beberapa pengertian tes di atas, dapat

disimpulkan bahwa tes adalah alat yang digunakan oleh

10

guru dalam melakukan penilaian untuk mengetahui dan

mengukur tingkat kemampuan belajar peserta didik dalam

penguasaan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes

berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab peserta

didik dan hasilnya dapat diketahui tingkat ketercapaian

peserta didik. Oleh karena itu, alat ukur jenis tes biasa

digunakan guru untuk mengukur sejauh mana peserta didik

dapat menguasai materi.

Endang Poerwanti, dkk (2008: 4.5-4.12) membedakan

jenis-jenis tes menjadi lima antara lain:

1. Berdasarkan tujuan penyelenggaraan

a. Tes seleksi (Selection test)

Tes seleksi diselenggarakan dengan tujuan untuk

memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan

yang menuntut kemampuan tertentu. Hasil dari tes

seleksi nantinya akan menjadi dasar pertimbangan

peserta dapat dinyatakan lolos atau tidak untuk

mengikuti program kegiatan selanjutnya. Sebagai

contoh yaitu tes seleksi untuk mengikuti olimpiade

matematika. Peserta didik yang berminat mengikuti

11

olimpiade akan mengikuti tes seleksi yang

diselenggarakan sekolah. Apabila peserta didik

berhasil, maka selanjutnya akan dibina untuk dapat

bersaing dalam olimpiade tersebut.

b. Tes penempatan (Placement test)

Salah satu karakteristik peserta didik yaitu

tingkat kemampuan yang dimilikinya berbeda-beda. Di

dalam suatu kelas, kemampuan peserta didik

bermacam-macam, mulai dari yang tinggi, sedang,

maupun rendah. Adanya perbedaan kemampuan dapat

menyebabkan ketidaklancaran dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, tes penempatan

umumnya dilakukan untuk menempatkan pesera didik

pada kelompok yang sesuai tingkat kemampuan yang

dimilikinya.

c. Tes hasil belajar (Achievement test)

Jenis tes yang lebih sering diketahui yaitu tes

hasil belajar. Tes hasil belajar bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh peserta didik mampu

menguasai materi yang telah diajarkan sesuai dengan

12

tujuan pembelajaran. Isi dari tes hasil belajar ini

harus disusun secara jelas agar dapat mengukur

tingkat ketercapaian peserta didik dalam menguasai

materi.

d. Tes diagnostik (Diagnostic test)

Tes diagnostik dirancang untuk menemukan kesulitan

belajar yang dihadapi peserta didik. Apabila telah

ditemukan kesulitannya, selanjutnya dapat dijadikan

dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran

sebelumnya dan lebih disesuaikan dengan tingkat

kemampuan peserta didik. Tes diagnostik dilakukan

apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar

peserta didik gagal dalam mengikuti proses

pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil

tes ini akan memberikan informasi tentang konsep

yang belum dipahami dan telah dipahami oleh peserta

didik.

e. Tes uji coba

Guru pasti pernah mengembangkan tes. Pengembangan

tes belum tentu memenuhi kualifikasi sebagai tes

13

yang baik sehingga perlu adanya uji coba untuk

memperoleh informasi mengenai validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda dan juga

segi lain yang meliputi kecukupan waktu, kejelasan

tulisan maupun bahasa, perintah tes, dan lain-lain.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis,

termasuk tes uji coba. Hal tersebut karena pada

penelitian ini, penulis melakukan pengembangan penilaian

yang dijabarkan ke dalam indikator untuk menyusun butir-

butir tes. Butir-butir tes ini selanjutnya akan

diujicobakan ke peserta didik untuk mendapatkan informasi

mengenai tingkat kesukaran butir tes yang dibuat,

keefektifan pengecoh, daya beda, validitas, dan

reliabilitas.

2. Berdasarkan waktu penyelenggaraan

a. Tes masuk (Entrance test)

Tes masuk dilakukan pada saat menjelang suatu

program pembelajaran baru. Tes masuk sama halnya

dengan tes seleksi yaitu mengetahui dan menentukan

peserta yang berhasil untuk melanjutkan program

14

kegiatan selanjutnya.tes masuk dirancang sesuai

dengan tujuan program pembelajaran. Semakin sesuai

isi tes masuk dengan pokok program pembelajaran,

makan akan semakin tinggi tingkat relevansi dan

keefektifan dari tes masuk tersebut.

b. Tes formatif (Formative test)

Tes formatif dilakukan pada saat program

pembelajaran sedang berlangsung. Tes ini bertujuan

untuk mengetahui jalannya pembelajaran sampai tahap

tertentu. Tes ini dilakukan secara periodik

sepanjang rentang proses pembelajaran. Materi tes

yang dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap

pokok bahasan atau sub materi. Jadi, tes formatif

digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar dan

untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

c. Tes sumatif (Summative test)

Tes sumatif dilakukan untuk mengetahui hasil

pembelajaran secara keseluruhan. Hal tersebut

berarti bahwa item tes sumatif mencakup seluruh

materi yang telah disampaikan. Hasil tes ini

15

sebagai dasar untuk menentukan keberhasilan peserta

didik dalam belajar. Tingkat keberhasilan dapat

dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian

sertifikat, dan lain-lain.

d. Pra-tes dan post-test

Untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik di

awal pembelajaran, kadang-kadang guru akan

melakukan tes yang disebut pra-tes. Hasil pra-tes

ini dapat digunakan untuk mengetahui dan menentukan

sejauh mana kemajuan peserta didik di dalam

belajar. Kemajuan ini dapat dilihat dengan

membandingkan tes di akhir pembelajaran. Tes di

akhir pembelajaran disebut post-tes.

Dilihat dari jenis-jenis tes berdasarkan waktu

penyelenggaraan, penelitian yang dilakukan oleh penyusun

cenderung termasuk tes formatif. Hal ini karena soal yang

diujicobakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

belajar peserta didik dalam menguasai kompetensi dasar

tertentu. Dalam hal ini dipilih kompetensi dasar mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V semester 1

16

yaitu mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam,

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan

pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan

lingkungan sekitar..

3. Berdasarkan cara mengerjakan

a. Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara

tertulis baik soal maupun jawabannya. Tes yang

soalnya berupa lisan sedangkan jawabannya

dikerjakan secara tertulis masih dapat

dikategorikan ke dalam tes tertulis. Lain halnya

apabila soal disampaikan secara tertulis namun

jawaban disampaikan secara lisan, tidak dapat

dikategorikan ke dalam tes tertulis.

b. Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang dilakukan secara lisan

baik soal maupun jawabannya. Hasil dari tes lisan

biasanya hanya menjadi pelengkap dari instrumen

asesmen yang lain karena tes lisan relative tidak

memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku.

17

c. Tes unjuk kerja

Tes unjuk kerja biasanya peserta didik diminta

untuk melakukan sesuatu sebgai indikator pencapaian

kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

Apabila dilihat berdasarkan cara mengerjakan, tes

yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk tes

tertulis. Hal ini karena soal tes dan jawaban yang

diberikan peserta didik dilakukan secara tertulis.

4. Berdasarkan cara penyusunan

a. Tes buatan guru (Teacher-made test)

Dalam melakukan evaluasi, seorang guru harus dapat

mengembangkan alat ukur, salah satunya melalui tes.

Tes yang dikembangkan oleh guru disebut tes buatan

guru. Jadi, tes buatan guru adalah tes yang

dirancang dan dikembangkan oleh guru yang mengacu

pada karakteristik tes yang baik, dan dilakukan

secara cermat, serta tetap menjamin validitas dan

reliabilitasnya.

18

b. Tes terstandar (Standardized test)

Tes terstandar adalah tes yang dikembangkan dengan

mengikuti prosedur serta prinsip pengembangan tes

secara ketat. Semua prosedur pengembangan tes

diikuti sehingga karakteristik tes yang baik dapat

dipenuhi.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji coba butir-

butir tes yang telah dikembangkan sendiri oleh penulis.

Oleh karena itu, apabila dilihat berdasarkan cara

penyusunan, tes termasuk tes buatan guru karena

dikembangkan sendiri dengan mengacu karakteristik tes

yang baik. Dari segi bahasa, penulis mencoba

mengembangkan butir-butir soal dengan menggunakan bahasa

yang jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik. Selain

itu juga memperhatikan cara menyusun pengecoh yang baik.

5. Berdasarkan bentuk jawaban

a. Tes esei (Essay-type test)

Tes esei atau tes dalam bentuk uraian adalah tes

yang menuntut peserta didik mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajari

19

dengan cara mengemukakan dalam bentuk tulisan.

Keungggulan tes uraian, guru dapat mengetahui

kemampuan peserta didik dalam mengemukakan

pendapat, mengorganisasikan pikirannya, dan

mengungkapkan gagasan melalui kata-kata atau

kalimat sendiri.

b. Tes jawaban pendek

Tes jawaban pendek adalah tes yang peserta didiknya

hanya memberikan jawaban-jawaban pendek dalam

bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas,

maupun angka-angka. Tes jenis ini termasuk tes yang

mengisi bagian kosong dari sebuah kalimat atau teks

sehingga diharapkan peserta tes dapat menjawab

sesingkat mungkin.

c. Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi

yang diperlukan untuk menjawab tes sudah tersedia.

Tes ini disebut juga tes pilihan jawaban. Tes

objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya

dapat dilakukan secara objektif sehingga pemberian

20

skor dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Tes

objektif hanya memberikan jawaban benar dan salah

sehingga penilaian tidak bergradasi. Variasi tes

objektif antara lain benar-salah, pilihan ganda,

menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.

Dari berbagai jenis tes berdasarkan bentuk jawaban,

tes dalam penelitian ini termasuk tes objektif yaitu

pilihan ganda, jawaban pendek, dan esei. Pilihan ganda

biasanya lebih sering digunakan oleh guru. Tes pilihan

ganda menurut Sumadi Suryabrata (2004: 85) yaitu tes yang

terdiri batang tubuh soal (stem), yang berupa pertanyaan

pengantar atau pernyataan tidak lengkap, dan dua atau

lebih kemungkinan jawaban. Suharsimi Arikunto (2012: 183)

juga memberikan penjelasan tentang tes pilihan ganda. Tes

pilihan ganda yaitu tes yang terdiri atas suatu

keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian

yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih

satu dari beberapa kemungkinan. Kemungkinan jawaban yang

benar disebut jawaban (kunci), dan yang lainnya disebut

21

pengecoh (distractors). Kesemua kemungkinan jawaban dalam

bahasa Inggris disebut option.

Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai

berikut (H. Sujati, 2010: 22-23):

1. Pokok soal atau stem harus dirumuskan secarajelas sehingga mudah dipahami maknanya oleh siswa.

2. Hindari pernyataan negatif pada pokok soal ataustem.

3. Usahakan option atau kemungkinan jawabanbersifat homogeny atau sejenis.

4. Di antara option harus ada satu jawaban yangbenar atau tepat.

5. Pengecoh harus berfungsi bukan asal ada.6. Hindari adanya semacam petunjuk terhadapjawaban yang benar.

7. Apabila option berbentuk angka susunlah mulai

dari angka terkecil.

Menurut Zainal Arifin (2011: 143) menyebutkan

beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal dalam

bentuk pilihan ganda antara lain:

1. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikatorsoal.

2. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.3. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan

dengan apa yang sudah dipelajari peserta didik.4. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan

persoalan yang jelas dan berarti.

22

5. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakankesatuan kalimat yang tidak terputus.

6. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogeny, danlogis.

7. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebihpendek daripada itemnya.

8. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudahdiasosiasikan.

9. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangansistematis.

10. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu

jawaban yang benar.

Dalam kumpulan materi yang dihimpun oleh H. Sujati

(2010: 23) menambahkan langkah-langkah penyusunan alat

penilaian sebagai berikut:

1. Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapatditentukan lingkup pertanyaan, terutama materipelajaran, baik luasnya maupun kedalamannya.

2. Merumuskan tujuan dan indikator keberhasilanbelajar agar mudah dalam menentukan materi yangakan diujikan.

3. Membuat kisi-kisi atau blue print alat penilaian.Dalam kisi-kisi harus tampak kemampuan yangdiukur, lingkup materi/bahan yang diujikan,tingkat kesulitan soal, jenis alat penilaian yangdigunakan, jumlah soal.pertanyaan, dan perkiraanwaktu yang diperlukan untuk mengerjakansoal/pertanyaan tersebut.

4. Menulis soal-soal/pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam penulisan soal,perhatikan aturan penulisan soal sebagai alatpenilaian hasil belajar.

23

5. Membuat kunci jawaban soal agar pemeriksamempunyai pemahaman dan kriteria yang sama atasjawaban yang diberikan siswa.

Tes pilihan ganda memiliki kelebihan dan kelemahan.

Adapaun kelebihan dari tes pilihan ganda yaitu:

1. Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat,

dan objektif.

2. Dapat menilai kemampuan peserta didik dari aspek

kognitif.

3. Dapat mengukur kemampuan peserta didik berdasarkan

domain yang dikehendaki.

4. Semua indikator dapat terwakili.

5. Dapat digunakan berulang-ulang.

6. Cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak.

Dari beberapa kelebihan, tes pilihan ganda juga terdapat

kelemahannya yaitu:

1. Cenderung menekankan pada aspek kognitif saja.

2. Membutuhkan waktu lama untuk membuat soal yang benar-

benar baik.

3. Membiasakan peserta didik berpikir untung-untungan

dari tebakan.

24

4. Kurang memacu peserta didik berpikir analisis.

5. Kurang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa peserta

didik, mengemukakan gagasan, dan pemecahan masalah

melalui tulisan.

B. Syarat-syarat Tes

1. Keefektifan Pengecoh

Soal pilihan ganda terdapat alternatif jawaban

(opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik

yaitu pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta

didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang

kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata

Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik

yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah

ideal. Menurut Zainal Arifin (2011, 279) indeks pengecoh

dapat dihitung dengan rumus:

IP= P(N−B )/ (n−1 )

×100%

25

Keterangan:IP = indeks pengecohP = jumlah peserta didik yang memilih pengecohN = jumlah peserta didik yang ikut tesB = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiapsoaln = jumlah alternatif jawaban (opsi)1 = bilangan tetap

Adapun kualitas pengecoh berdasar indeks pengecoh

(Zainal Arifin, 2011: 280) adalah:

Sangat baik IP= 76% - 125%Baik IP = 51% - 75% atau 126% - 150%Kurang baik IP= 26% - 50% atau 151 % - 175%Jelek IP = 0% - 25% atau 176 %- 200% Sangat jelek IP = lebih dari 200%

Selain itu juga terdapat langkah-langkah untuk

mengetahui apakah suatu opsi (alternative jawaban) dari

setiap soal berfungsi secara efektif atau tidak. Langkah-

langkahnya sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah peserta didik (N)

b.Menentukan jumlah sampel (n), baik untuk kelompok

atas maupun kelompok bawah, yaitu 27% x N.

c. Membuat tabel pengujian efektivitas opsi sebagai

berikut:

Opsi

a b c D e

26

KelompokAtasBawah

d.Menghitung jumlah alternatif jawaban yang dipilih

peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun

kelompok bawah.

e.Menentukan efektivitas fungsi opsi dengan kriteria:

1) Untuk opsi kunci:

a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah

berada di antara 25% - 75%.

b) Rumusnya:

∑ PKA+∑PKBn1+n2

×100%

Keterangan:PKA = jumlah pemilih kelompok atasPKB = jumlah pemilih kelompok bawahn1 = jumlah sampel kelompok atas (27%)n2 = jumlah sampel kelompok bawah (27%)

c) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih besar

daripada jumlah pemilih kelompok bawah.

2) Untuk opsi pengecoh:

a) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah

tidak kurang dari:

27

25 %× 12 (∑d )

× (Ka + Kb )

Keterangan:d = jumlah opsi pengecohKa = kelompok atasKb = kelompok bawah

b) Jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih besar

daripada jumlah pemilih kelompok atas.

Suharsimi Arikunto (2012: 234) mengemukakan

pendapatnya bahwa suatu distraktor (pengecoh) dapat

dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh

5% pengikut tes. Dari dua pendapat yang berbeda, dalam

penelitian ini, untuk mengetahui keefektifan pengecoh

menggunakan pendapat Suharsimi Arikunto. Hal ini juga

disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang diteliti

sebanyak 20 orang. Jumlah ini menurut Suharsimi Arikunto

(2012) termasuk kelompok kecil sehingga tidak membutuhkan

sampel 27% seperti yang dikemukakan Zainal Arifin (2011)

didalam rumusnya, melainkan cukup membagi jumlah tersebut

menjadi dua yaitu 5% kelompok atas dan 50% kelompok

bawah.

28

2. Indeks Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa

besar derajat kesukaran suatu soal (Zainal Arifin, 2011:

266). Soal yang baik yaitu yang memiliki tingkat

kesukarannya seimbang. Soal tes hendaknya tidak terlalu

sukar dan tidak terlalu mudah. Sebagai contoh, sebuah

soal sebaiknya memiliki proporsi penyebaran 25% sukar,

50% sedang, dan 25% mudah (Cece Rakhmat dan Didi Suherdi,

1999: 69). Saifuddin Azwar (2012: 134) juga menambahkan

bahwa indeks kesukaran item merupakan rasio antara

penjawab dengan benar dan banyaknya penjawab item. Untuk

menghitung tingkat kesukaran butir soal dapat diperoleh

dengan menggunakan rumus (H. Sujati, 2012) :

Keterangan:P = indeks kesukaran soalB = subjek yang menjawab soal benarS = jumlah subjek yang mengikuti tes

Untuk kategori tingkat kesukaran antara sebagai berikut:

No. Skor Kategori1. ≥ 0, 80 Mudah2. 0,35 – 0,79 Sedang

P = BS

29

3. ≤ 0,34 Sukar

3. Daya Beda

Menurut Suharsimi Arikunto (2012: 226) daya pembeda

soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Semakin tinggi

koefisien daya pembeda suatu butir soal, maka semakin

mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik

yang mampu menguasai kompetensi (pandai) dengan yang

kurang menguasai kompetensi (bodoh).

Penentuan daya beda dilakukan dengan cara seluruh

pengikut tes dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok

atas (pandai) dan kelompok bawah (bodoh). Untuk

menentukan daya beda pada kelompok kecil (kurang dari

100) dengan cara seluruh kelompok testee dibagi menjadi

dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari skor teratas

sampai skor terbawah, lalu dibagi menjadi dua (Suharsimi

Arikunto, 2012: 227). Untuk kelompok besar (100 orang ke

atas) dilakukan dengan cara mengambil kedua kutubnya saja

30

yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor

terbawah sebagai kelompok bawah.

Untuk menghitung daya beda menggunakan rumus (H.

Sujati, 2012):

D = Pu-Pl

Keterangan:D = daya bedaPu = proporsi kelompok atas yang menjawab benarPl = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori Daya Beda

No. Skor Kategori1. 1, 00 Sangat baik2. 0,80 – 0, 99 Baik3. 0, 56 - 0, 79 Sedang4. 0, 55 Kurang

4. Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:

121). Alat ukur dikatakan valid/sahih apabila dapat

mengungkapkan secara cermat apa yang seharusnya diukur.

Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999: 187) juga

31

menambahkan bahwa yang dimaksud validitas/kesahihan

adalah ketepatan suatu tes dalam menghasilkan data atau

informasi yang relevan dengan tujuan atau keputusan yang

akan dibuat.

Cece Rakhmat dan Didi Suherdi (1999:187-200)

membedakan jenis-jenis validitas/kesahihan menjadi tiga

antara lain:

a.Kesahihan isi (content validity)

Kesahihan isi sangat penting di dalam tes hasil

belajar yaitu untuk mengetahui sejauh mana peserta

didik menguasai materi yang telah diajarkan dan

perubahan-perubahan psikologis apa yang timbul pada

diri peserta didik setelah mengalami proses

pembelajaran tertentu. Pengujian kesahihan isi

dilakukan secara logis dan rasional dengan cara

menimbang kesesuaian setiap soal dengan indikator

sehingga acuan dalam penimbangan soal adalah ruang

lingkup materi dan indikator yang diwujudkan dalam

bentuk kisi-kisi tes. Di dalam kisi-kis tes terdapat

indikator, banyak butir, dan nomor butir. Jadi kisi-

32

kisi tes sebagai pedoman dalam pembuatan butir-butir

tes. Adanya kisi-kisi tes maka pengujian validitas

dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

b.Kesahihan konstruk (construct validity)

Kesahihan konstruk digunakan dalam tes psikologi

yang akan menunjukkan sejauh mana tes dapat mengukur

konstruk yang dimaksud. Konstruk merupakan kualitas

psikologi yang secara teoritis tercakup dalam aspek

perilaku. Contohnya konstruk tentang konsep

intelegensi. Analisis kesahihan konstruk dilakukan

secara rasional maupun empirik. Analisis rasional

dilakukan dengan cara menimbang kesesuaian butir-

butir soal dengan konstruk yang dimaksud sedangkan

analisis empiris dengan teknis analisis faktor.

c.Kesahihan kriteria (criterion validity)

Kesahihan kriteria diuji secara empirik dengan

menggunakan tolak ukur eksternal sebagai patokannya.

Proses pengujiannya dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor tes yang akan divalidasikan

dengan skor tes yang dijadikan kriterianya. Apabila

33

kriteria yang digunakan berupa prestasi atau

perilaku mendatang maka validitasnya disebut

validitas prediktif. Validitas prediktif menunjukkan

tingkat ketepatan skor tes dalam memprediksikan

prestasi mendatang. Apabila kriterianya berupa

perilaku saat ini juga maka disebut concurrent validity

atau congruent validity.

Zainal Arifin (2011: 248-258) juga membedakan jenis-

jenis validitas menjadi lima sebagai berikut:

a.Validitas permukaan

Validitas permukaan hanya melihat dari sisi muka

atau tampang dari instrumen itu sendiri. Apabila

suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk

mengukur apa yang harus diukur, maka tes tersebut

sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas

permukaan.

b.Validitas isi

Validitas isi sering digunakan dalam penilaian hasil

belajar. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana

peserta didik menguasai mata pelajaran yang telah

34

disampaikan dan perubahan-perubahan psikologis apa

yang timbul pada diri peserta didik setelah

mengalami proses pembelajaran tertentu. Jika dilihat

dari segi kegunaannya dalam penilaian hasil belajar,

maka validitas isi disebut juga validitas kurikuler

dan perumusan. Validitas kurikuler berkaitan dengan

pertanyaan apakah materi tes relevan dengan

kurikulum yang sudah ditentukan. Validitas kurikuler

dapat dilakukan dengan cara mencocokkan materi tes

dengan silabus dan kisi-kisi, melakukan diskusi

dengan sesame pendidik, atau mencermati kembali

substansi dari konsep yang akan diukur. Validitas

perumusan berkaitan dengan pertanyaan apakah aspek-

aspek dalam soal-soal itu benar-benar tercakup dalam

perumusan tentang apa yang akan diukur.

c.Validitas empiris

Validitas empiris biasanya menggunakan teknik

statistik yaitu analisis korelasi. Validitas ini

mencari hubungan antara skor tes dengan suatu

kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di

35

luar tes yang bersangkutan. Kriteria tersebut harus

relevan dengan apa yang akan diukur. Ada tiga macam

validitas empiris yaitu validitas prediktif,

kongruen, dan sejenis. Validitas prediktif adalah

jika kriteria standar yang digunakan adalah untuk

meramalkan prestasi belajar murid di masa yang akan

datang. Validitas kongruen adalah jika kriteria

standarnya berlainan. Misalnya skor tes bahasa

Inggris dikorelasikan dengan skor tes bahasa

Indonesia. Sebaliknya, jika kriteria standarnya

sejenis maka validitas tersebut disebut validitas

sejenis.

d.Validitas konstruk

Konstruk adalah konsep yang dapat diobservasi dan

diukur. Validitas ini disebut juga validitas logis.

Validitas konstruk banyak dikenal dan digunakan

dalam tes-tes psikologi untuk mengukur gejala

perilaku yang abstrak.

e.Validitas faktor

36

Penilaian hasil belajar sering menggunakan skala

pengukuran tentang suatu variabel yang terdiri atas

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diperoleh

berdasarkan indikator dari variabel yang diukur

sesuai dengan apa yang terungkap dalam konstruksi

teoritisnya. Kriterium yang digunakan dalam

validitas faktor dapat diketahui dengan menghitung

homogenitas skor setiap faktor dengan total skor dan

antara skor dari faktor yang satu dengan skor dari

faktor yang lain.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan validitas

isi. Seperti yang telah dijelaskan, validitas isi

digunakan untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana

peserta didik dapat menguasai materi yang telah

diajarkan. Untuk mengetahui ketercapaian peserta didik

menguasai materi, maka dari kompetensi dasar akan

dijabarkan ke dalam indikator-indikator yang jelas agar

dalam proses penilaian juga menjadi jelas. Sebagai acuan

penilaian ini yaitu kisi-kisi tes yang berisi indikator,

jumlah butir, dan nomor butir.

37

Penelitian ini mengambil mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam kelas V semester 1 dengan kompetensi

dasar yaitu mengidentifikasi perubahan yang terjadi di

alam, hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan

pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan

lingkungan sekitar. Adapun kisi-kisi tes sebagai

berikut:

Kisi-Kisi Tes

No. Indikator Banyak

Butir

Nomor Butir

Objektif

Jawaban

Singkat

Esai

38

1.

Menentukan zatyang dibutuhkanmanusia untukbernafas.

1 1 0 0

2.Menyebutkansifat-sifat zatgas.

1 2 0 0

3.Menyebutkansifat-sifat zatcair.

5 3 12,16, 17 23

4.

Menyebutkanbenda-bendayang termasukzat padat.

1 4 0 0

5.Menentukanperubahan wujudbenda. 7 5

11,13,14,15

21, 22

6.

Menyebutkanperistiwaperubahanbenda.

2 6, 7 0 0

7.

Menyebutkancontohpelestarianalam.

5 9 18, 19 24, 25

8.Menyebutkancontohperusakan alam.

3 8, 10 20 0

Jumlah 10 10 5

Untuk menghitung indeks validitas tes pada pilihan

ganda digunakan rumus (H. Sujati, 2012):

Indeks validitas (γ) = Mp−MtSd √pq

39

Keterangan:γ = koefisien validitas yang dicariMp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul pada

item yang dicari validitasnya.Mt = rerata skor totalSd = simpangan baku

√∑ X2

N −(∑ XN )

2

p = proporsi siswa yang menjawab butir soal itu benar

p=banyaknya siswa yang benarjumlah seluruh siswa

q = proporsi siswa yang menjawab butir soal itu salah(q= 1 – p)

Skor butir soal dikatakan memiliki validitas yang

memuaskan apabila indeks validitas 0,3 (Saifuddin Azwar,

2012: 179). Jadi, apabila skor butir hasil penghitungan

berada di bawah atau kurang dari 0,30 maka butir soal

tersebut tidak valid.

5. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi

dari suatu instrumen (Zainal Arifin, 2011: 258). Suatu

tes dapat dikatakan reliabel apabila selalu memberikan

hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama

pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Menurut Gronlund

40

(1985) dalam Zainal Arifin (2011: 258) mengemukakan ada

empat faktor yang mempengaruhi reliabilitas, antara lain:

a.Panjang tes berarti banyaknya soal tes. Ada

kecenderungan semakin panjang suatu tes, tingkat

reliabilitas juga akan tinggi.

b.Sebaran skor. Besarnya sebaran skor akan membuat

tingkat reliabilitas menjadi lebih tinggi karena

koefisien reliabilitas yang lebih besar diperoleh

ketika peserta didik tetap pada posisi yang relative

sama dalam satu kelompok pengujian ke pengujian

berikutnya.

c.Tingkat kesukaran. Pada penilaian yang menggunakan

pendekatan penilaian acuan normal, soal yang mudah

maupun yang sukar cenderung menghasilkan tingkat

reliabilitas yang rendah karena keduanya berada pada

sebaran skor yang terbatas. Tingkat kesukaran soal

yang ideal untuk meningkatkan koefisien reliabilitas

adalah soal yang menghasilkan sebaran skor berbentuk

kurva normal.

41

d.Objektivitas menunjukkan skor tes kemampuan yang

sama antara peserta didik yang satu dengan lainnya.

Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan

berbagai cara antara lain (Sugiyono, 2009: 130-132):

a.Test-retest

Uji reliabilitas dengan cara mencobakan instrumen

beberapa kali pada responden. Instrumen yang dibuat

sama, responden sama, dan waktu berbeda.

Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara

percobaan pertama dengan berikutnya. Bila koefisien

korelasi positif dan signifikan maka instrumen

dinyatakan reliabel.

b.Ekuivalen

Pengujian dilakukan dengan cara sekali, tetapi

instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu

sama, dan instrumen berbeda. Reliabilitas dihitung

dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen

yang satu dengan data instrumen yang dijadikan

equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan,

maka instrumen tersebut reliabel.

42

c.Gabungan

Reliabilitas instrumen dilakukan dengan

mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu

dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya

dikorelasikan secara silang.

d.Internal consistency

Uji reliabilitas dengan cara mencobakan instrumen

sekali saja kemudian data yang diperoleh dianalisis

dengan teknik tertentu, antara lain:

1) Rumus Spearman Brown

ri=2rb

1+rb

Keterangan:ri = reliabilitas internal seluruh instrumenrb = korelasi product momen antara belahan

pertama dan kedua

2) Rumus KR.20 (Kuder Richardson)

43

ri=k

(k−1) {s2−∑ piqi

s2 }Keterangan:k = jumlah item dalam instrumenpi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab

pada item 1qi = 1 - pi

s2 = varians total

3) Rumus KR.21

ri=k

(k−1) √1−M(k−M)

ks2

Keterangan:k = jumlah item dalam instrumenM = mean skor totals2 = varians total

4) Analisis varians Hoyt (Anova Hoyt)

ri=1−MKeMKs

Keterangan:MKs = mean kuadrat antara subjekMKe = mean kuadrat kesalahanri = reliabilitas instrumen

Menurut Feldt & Brennan (1989: 106) yang dikutip

oleh Friyatmi (2012) menyatakan bahwa suatu instrumen

sudah dianggap reliabel jika memiliki koefisien

reliabilitas minimal 0,7. Pernyataan tersebut juga

44

diperkuat oleh Kaplan (1982: 106) yang dikutip oleh S.

Eko Putro Widoyoko (2010: 155) mengemukakan bahwa harga

kritik atau standar reliabilitas untuk indeks

reliabilitas instrumen adalah 0,7. Artinya bahwa suatu

instrumen dikatakan reliabel sekurang-kurangnya bernilai

0,7.

BAB III

45

HASIL UJI COBA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Coba

Uji coba tes dilakukan di SD Negeri Deresan yang

beralamat di Jalan Cempaka RT 014/05, Condongcatur,

Depok, Yogyakarta. Peserta tes yaitu kelas V yang

berjumlah 31 siswa. Hasil uji coba tes IPA yaitu sebagai

berikut:

No.

B1 B2 B3

B4 B5 B6 B7

B8

B9

B10

X X2 KET.

1. 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B2. 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 64 A3. 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 49 B4. 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9 C5. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A6. 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 49 B7. 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 B8. 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 64 A9. 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 49 B10.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

11.

1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B

12.

1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16 C

13.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

14.

1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A

15.

1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A

46

16.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

17.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

18.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

19.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

20.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

21.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

22.

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81 A

23.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

24.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

25.

1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A

26.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

27.

1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36 B

28.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

29.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

30.

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81 A

31.

1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A

Jumlah 253

2149

B. Pembahasan

47

1. Keefektifan pengecoh

Butir 1

Distribusi Jawaban Peserta Didika b* c d

Kelompok Atas 0 22 0 0Kelompok Bawah 0 9 0 0Persentase 0% * 0% 0%

Kategori Tidakefektif * Tidak

efektifTidak

efektifSesuai pernyataan Zainal Arifin (2011) bahwa butir

soal yang baik itu pengecohnya akan dipilih secara merata

oleh peserta didik yang menjawab salah. Pada butir 1

menunjukkan pengecoh tidak dipilih secara merata sehingga

butir tersebut dapat dikatakan tidak baik. Apabila

dilihat pengecoh satu per satu dapat diketahui bahwa

pengecoh a, c, dan d sama sekali tidak ada yang memilih

sehingga pengecoh tersebut tidak efektif karena isinya

yang tidak relevan atau kalimat yang tidak tersusun

dengan baik sehingga tampak jelas sebagai pilihan yang

salah.

Butir 2

Distribusi Jawaban Peserta Didika* b c d

Kelompok Atas 22 0 0 0

48

Kelompok Bawah 9 0 0 0Persentase * 0% 0% 0%

Kategori *Tidakefekti

f

Tidakefektif

Tidakefektif

Butir 2 menunjukkan pengecoh tidak dipilih secara

merata sehingga butir tersebut dapat dikatakan tidak

baik. Dilihat pengecoh satu per satu dapat diketahui

bahwa pengecoh a, c, dan d tidak efektif karena sama

sekali tidak ada yang memilih. Hal ini dapat dikarenakan

isinya yang tidak relevan atau kalimat yang tidak

tersusun dengan baik sehingga tampak jelas sebagai

pilihan yang salah.

Butir 3

Distribusi Jawaban Peserta Didika b c d*

Kelompok Atas 2 1 0 19Kelompok Bawah 2 0 1 6Persentase 20% 5% 5% *

Kategori Efektif

Efektif Efektif *

Pada tabel terlihat bahwa distribusi jawaban peserta

didik terhadap pengecoh merata. Hal ini ditunjukkan oleh

pengecoh a, b, c dan d dipilih oleh peserta didik. Dapat

dikatakan bahwa butir 3 ini mampu mengecoh siswa.

49

Pengecoh a efektif karena dapat mengecoh sebesar 20%.

Pengecoh b dan c efektif karena dapat mengecoh sebesar 5%

seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto. Menurut

Suharsimi Arikunto (2012) menjelaskan bahwa pengecoh

berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5%

dari pengikut tes.

Butir 4

Distribusi Jawaban Peserta Didika b c* D

Kelompok Atas 1 0 20 1Kelompok Bawah 0 0 8 1Persentase 5% 0% * 10%

Kategori Efektif

Tidakefektif

* Efektif

Butir 4 menunjukkan bahwa pengecoh a dapat mengecoh

sebesar 5% dan pengecoh d dapat mengecoh sebesar 10%.

Sedangkan pengecoh b tidak efektif karena tidak ada

satupun siswa yang memilih pengecoh b.

Butir 5

Distribusi Jawaban Peserta Didika* b c d

50

Kelompok Atas 20 0 2 0Kelompok Bawah 4 0 3 2Persentase * 0% 25% 10%

Kategori *Tidakefekti

fEfektif Efektif

Sama seperti butir nomor 4, butir nomor 5 memiliki 2

pengecoh yang efektif yaitu pengecoh c dan d dan memiliki

satu pengecoh yang tidak efektif yaitu pengecoh b.

Pengecoh c mampu mengecoh sebesar 25%, pengecoh d mampu

mengecoh sebesar 10%. Sedangkan pengecoh b tidak ada

siswa yang memilihnya sehingga pengecoh tersebut tidak

efektif.

Butir 6

Distribusi Jawaban Peserta Didika* b c d

Kelompok Atas 22 0 0 0Kelompok Bawah 8 0 1 0Persentase * 0% 5% 0%

Kategori *TidakEfekti

fEfektif Tidak

efektif

Butir soal nomor 6 ada dua pengecoh yang tidak

efektif karena tidak ada satu pun yang memilih opsi

tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa pengecoh tersebut

51

tampak jelas sebagai pilihan yang salah. Pengecoh c

berfungsi efektif. Pengecoh c dapat mengecoh sebesar 5%.

Apabila dilihat secara keseluruhan pengecoh, butir soal

tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai soal yang baik

karena pengecoh tidak dipilih secara merata oleh peserta

tes (peserta didik).

Butir 7

Distribusi Jawaban Peserta Didika b c* d

Kelompok Atas 8 5 9 0Kelompok Bawah 5 2 1 1Persentase 65% 35% * 5%

Kategori Efektif

Efektif * Efektif

Pada tabel dapat dilihat bahwa semua pengecoh

berfungsi efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penghitungan yang menunjukkan bahwa pengecoh a sebesar

65% dan b dapat mengecoh sebesar 35% sedangkan pengecoh d

sebesar 5%. Hal tersebut lebih besar dari standar

keefektifan pengecoh yaitu sebesar 5% dari seluruh

peserta didik yang mengikuti tes. Distribusi jawaban juga

52

secara merata dipilih oleh peserta didik yang menjawab

salah dan lebih banyak kelompok bawah yang terkecoh.

Jadi, butir soal nomor 7 termasuk soal yang baik.

Butir 8

Distribusi Jawaban Peserta Didika b c d

Kelompok Atas 0 0 0 22Kelompok Bawah 2 1 2 4Persentase 10% 5% 10% *

Kategori Efektif Efektif Efektif *

Pada tabel di atas menujukkan ketiga pengecoh yaitu

a, b dan c dapat berfungsi efektif karena pada pengecoh

tersebut ada yang memilih baik dari kelompok atas maupun

bawah. Pengecoh a dan c berfungsi efektif yang dapat

mengecoh peserta didik yang menjawab salah sebesar 10%.

Pemilih pengecoh b juga efektif yang mampu mengecoh siswa

sebesar 5%. Selain itu, distribusi jawaban merata

keseluruh pengecoh sehingga dapat disimpulkan bahwa butir

soal nomor 8 termasuk soal yang baik.

Butir 9

Distribusi Jawaban Peserta Didika b* c d

Kelompok Atas 4 18 0 0

53

Kelompok Bawah 3 4 0 2Persentase 35% * 0% 10%

Kategori Efektif * Tidak

efektif Efektif

Butir nomor 9 menunjukkan ketidak efektifan dari

semua pengecoh. Pengecoh a dapat mengecoh sebesar 35%,

pengecoh d sebesar 10%. Sedangkan pengecoh c tidak

efektif. Distribusi jawaban tidak merata tidak dipilih

oleh seluruh peserta didik yang menjawab salah. Secara

keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 9

termasuk soal yang tidak baik.

Butir 10

Distribusi Jawaban Peserta Didika b c d*

Kelompok Atas 1 0 0 1Kelompok Bawah 1 2 1 3Persentase 10% 10% 5% *

Kategori Efektif

Efektif Efektif *

Sama halnya dengan butir soal nomor 8, butir nomor

10 juga menunjukkan keefektifan semua pengecoh. Pada

tabel dapat dilihat bahwa penegcoh a dapat mengecoh

sebesar 10%, pengecohbc sebesar 10%, dan pengecoh c

sebesar 5%. Angka tersebut lebih besar atau sama dengan

54

5% keseluruhan peserta didik yang mengikuti tes. Terdapat

adanya distribusi jawaban yang merata terhadap semua

pengecoh dapat disimpulkan bahwa butir soal tersebut

baik.

2. Indeks kesukaran

IndeksKesukaran

Butir

HasilPenghitungan Kategori

B1 1 MudahB2 1 MudahB3 0,81 MudahB4 0,90 MudahB5 0,77 SedangB6 0,97 MudahB7 0,32 SukarB8 0,84 MudahB9 0,71 SedangB10 0,84 Mudah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa indeks

kesukaran butir soal meliputi kategori mudah, sedang, dan

sukar. Keseluruhan butir soal, indeks kesukarannya yaitu

mudah. Hal ini dapat dilihat dari butir soal yang

55

berkategori mudah berjumlah 7, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6,

8 dan 10. Butir soal yang kategorinya sedang yaitu butir

soal nomor 5 dan 9. Hal ini disebabkan hampir seluruh

siswa mampu menjawab soal dengan benar. Untuk butir soal

yang sukar yaitu nomor 7. Butir soal nomor 7 hanya dapat

dijawab benar oleh 10 siswa. Dari data tersebut, soal

yang digunakan dalam penelitian ini termasuk soal yang

kurang baik karena mayoritas soal mudah dan dapat dijawab

benar oleh kebanyakan siswa. Sesuai pada pendapat Cece

Rakhmat dan Didi Suherdi (1999) yang menyatakan bahwa

soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu

mudah dan memiliki proporsi penyebaran 25% sukar, 50%

sedang, dan 25% mudah. Dari tabel di atas telah

ditunjukkan bahwa soal terlalu mudah tidak sesuai

proporsi penyebaran yang telah diungkapkan di atas.

3. Daya beda

Daya BedaButir

HasilPenghitungan

Kategori

B1 0, 84 Baik

56

B2 0, 84 BaikB3 0, 84 BaikB4 0,77 SedangB5 1, 03 Sangat baikB6 0,90 BaikB7 0,52 KurangB8 1,16 Sangat baikB9 0, 90 BaikB10 1, 03 Sangat baik

Daya beda merupakan kemampuan butir untuk membedakan

peserta tes antara kelompok atas dengan kelompok bawah.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di bab sebelumnya

yaitu semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir

soal, maka semakin mampu butir soal tersebut membedakan

antara peserta didik yang mampu menguasai kompetensi

(pandai) dengan yang kurang menguasai kompetensi (bodoh).

Dari tabel di atas menunjukkan koefisien daya beda yang

termasuk kategori sangat baik sebanyak tiga soal yaitu

butir nomor 5, 8 dan 10 sedangkan yang baik pada butir

nomor 1, 2, 3, 6, dan 9. Butir soal yang daya bedanya

sedang sebanyak satu soal yaitu pada butir nomor 4

sedangkan selebihnya yaitu sebanyak satu soal berkategori

kurang. Hal ini menunjukkan bahwa soal yang dibuat sudah

57

baik dalam membedakan antara kelompok atas dan kelompok

bawah.

4. Validitas

Indeks ValiditasButir

HasilPenghitungan

Kategori

B1 0 Tidak validB2 0 Tidak validB3 0,56 ValidB4 0,03 Tidak validB5 0,82 ValidB6 0,57 ValidB7 0,5 ValidB8 0,1 Tidak validB9 0,58 ValidB10 0,6 Valid

Validitas suatu butir soal dicapai apabila hasil

penghitungan lebih dari atau sama dengan 0,3 seperti yang

dijelaskan oleh Saifuddin Azwar (2012). Berdasarkan tabel

di atas, terlihat bahwa hasil penghitungan yang mencapai

lebih dari atau sama dengan 0,3 sebanyak 6 butir yaitu

58

pada butir soal nomor 3, 5, 6, 7, 9, dan 10. Oleh karena

itu, butir soal yang valid sebanyak 6 butir. Butir soal

yang tidak valid pada butir soal nomor 1, 2, 4, dan 8.

Secara keseluruhan soal tersebut termasuk valid karena

lebih banyak soal yang valid dibandingkan dengan yang

tidak valid. Semakin rendah indeks validitas suatu butir

soal, maka butir soal tersebut tidak baik untuk

digunakan. Dari data pada tabel di atas, indeks validitas

terendah yaitu 0 pada butir nomor 1, 2 dan 0,03 pada

butir nomor 4.

5. Reliabilitas

Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya

bahwa reliabilitas adalah tingkat atau derajat

konsistensi dari suatu instrumen (Zainal Arifin, 2011:

59

258). Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila selalu

memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok

yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Kaplan

(1982: 106) yang dikutip oleh S. Eko Putro Widoyoko

(2010: 155) mengemukakan bahwa harga kritik atau standar

reliabilitas untuk indeks reliabilitas instrumen adalah

0,7.

Dari hasil penghitungan menggunakan rumus KR21,

indeks reliabilitas pada butir soal yang diuji coba yaitu

0,4995. Angka tersebut di bawah indeks minimal

reliabilitas sebesar 0,7. Dapat disimpulkan bahwa soal

tes termasuk tidak baik karena tidak reliabel. Apabila

diujicobakan kembali kepada subjek yang sama, dengan soal

yang sama, tetapi waktunya berbeda akan menunjukkan hasil

yang berbeda. Oleh karena itu, butir soal yang telah

dibuat dalam penelitian ini tidak reliabel.

Berdasarkan faktor penyebab tidak reliabelnya soal

menurut Gronlund (1985) dalam Zainal Arifin (2011: 258),

ada kemungkinan soal yang digunakan penelitian ini kurang

panjang (banyaknya soal hanya 10) karena menurutnya ada

60

kecenderungan semakin panjang tes/soal maka tingkat

reliabilitas akan semakin tinggi. Hal tersebut juga

dipengaruhi oleh tingkat validitasnya. Semakin panjang

tes, akan semakin menggambarkan apa yang hendak diukur

secara jelas. Apabila dilihat tingkat validitas pada soal

tes dalam penelitian ini, tingkat validitasnya masih

kurang karena antara yang valid dengan yang tidak valid

jumlahnya seimbang sehingga hal ini menyebabkan soal

menjadi tidak reliabel.

PEMBAHASAN SOAL JAWABAN SINGKAT

No.

B11

B12

B13

B14

B15

B16

B17

B18

B19

B20

X KET.

1. 2 0 2 0 2 0 2 2 2 0 12

A

2. 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18

A

3. 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18

A

4. 0 0 0 0 2 2 2 2 0 2 10

B

5. 2 0 2 0 2 0 0 2 2 2 12

A

6. 0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14

A

7. 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 12

A

8. 2 0 2 0 2 0 2 2 2 2 1 A

61

49. 0 0 0 0 2 0 0 2 2 2 8 B10.

2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19

A

11.

2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 16

A

12.

0 0 2 0 0 2 2 0 0 0 6 B

13.

0 0 2 0 0 2 0 2 0 2 8 B

14.

2 0 2 2 2 0 2 2 2 2 16

A

15.

2 0 2 2 2 0 2 2 0 0 12

A

16.

2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18

A

17.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

A

18.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

A

19.

2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19

A

20.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

A

21.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

A

22.

0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18

A

23.

0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 12

A

24.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

A

25.

0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14

A

26.

2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18

A

27.

0 0 2 0 0 0 2 2 2 2 10

B

62

28.

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

A

29.

0 0 2 2 2 0 0 2 0 2 10

B

30.

0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14

A

31.

0 0 2 0 2 2 2 2 2 2 14

A

Jumlah

Soal untuk jawaban singkat berjumlah 10 butir. Dalam

setiap butir soal jika siswa menjawab benar akan

mendapatkan skor 2 atau jumlah soal yang dijawab siswa

dengan benar akan dikalikan 2. Berdasarkan tabel tersebut

terlihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai A lebih

banyak dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan nilai

B. Secara keseluruhan siswa dapat menjawab soal tersebut

terbukti banyak siswa yang mendapatkan skor di atas 10.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal jawaban singkat

tersebut termasuk dalam kategori mudah, karena sebagian

besar siswa mampu menjawabnya. Terlihat bahwa siswa yang

mendapat nilai A ada sebanyak 25 siswa. Sedangkan siswa

yang mendapatkan nilai B ada sebanyak 6 orang. Terjadi

perbandingan yang sangat jelas, dimana nilai A lebih

63

dominan dibandingkan nilai A. Siswa mendapatkan nilai A

jika skor total ≥ 11. Jika ≤ 10 maka siswa tersebut

akan mendapatkan nilai B.

Untuk setiap butir soal memiliki kategori sendiri.

Butir soal 11 pada soal jawaban singkat berdasarkan tabel

di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab salah

ada sebanyak 13 siswa, yang menjawab benar sebanyak 18.

Sehingga dapat disimpulkan bawa butir soal 11

dikategorikan dalam soal yang mudah karena lebih dari

setengah siswa mampu menjawab soal tersebut.

Butir soal 12 siswa mampu menjawab benar sebanyak 14

orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak

17 orang. Soal tersebut dikategorikan tingkat

kesukarannya sedang karena tidak lebih dari setengah

siswa yang mampu menjawab benar soal.

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa butir

soal 13 hanya 2 orang siswa saja yang menjawab salah

soal, selebihnya atau sebanyak 29 siswa mampu menjawab

soal dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan bawa butir

64

soal 13 dikategorikan dalam soal yang mudah karena

sebagian besar siswa mampu menjawab soal tersebut.

Sama seperti butir soal 12, butir soal 14 siswa

mampu menjawab benar sebanyak 14 orang. Sedangkan siswa

yang menjawab salah ada sebanyak 17 orang. Soal tersebut

dikategorikan tingkat kesukarannya sedang karena tidak

lebih dari setengah siswa yang mampu menjawab benar soal.

Butir soal 15 siswa mampu menjawab benar sebanyak 28

orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 3

orang. Soal tersebut dikategorikan mudah karena

mayoritas atau sebagian besar siswa mampu menjawab benar

soal.

Butir soal 16 siswa mampu menjawab benar sebanyak 22

orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 9

orang. Soal tersebut dikategorikan mudah karena lebih

dari setengah siswa yang mampu menjawab benar soal.

Butir soal 17 siswa mampu menjawab benar sebanyak 27

orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 4

orang. Hampir sama seperti butir soal 15 karena mayoritas

65

atau lebih dari setengah siswa mampu menjawab soal dengan

benar maka butir soal 17 ini dikatakan mudah.

Butir soal 18 siswa mampu menjawab benar sebanyak 30

orang. Sedangkan siswa yang menjawab salah hanya ada 1

orang. Soal tersebut dikategorikan mudah karena

mayoritas atau sebagian besar siswa mampu menjawab benar

soal.

Sama seperti butir soal 16, butir soal 19 siswa mampu

menjawab benar sebanyak 22 orang. Sedangkan siswa yang

menjawab salah ada sebanyak 9 orang. Soal tersebut

dikategorikan mudah karena lebih dari setengah siswa

yang mampu menjawab benar soal.

Sama seperti butir soal 11 dan 15, butir soal 20

mampu dijawab benar oleh siswa sebanyak 28 orang.

Sedangkan siswa yang menjawab salah ada sebanyak 3 orang.

Soal tersebut dikategorikan mudah karena mayoritas atau

sebagian besar siswa mampu menjawab benar soal.

PEMBAHASAN SOAL ESAI

No B2 B2 B2 B2 B2 X X2 KET

66

. 1 2 3 4 5 .1. 5 0 0 0 0 5 25 C2. 10 0 3 10 5 28 784 B3. 15 15 0 15 0 45 2025 A4. 10 0 3 10 5 28 784 B5. 10 0 3 15 5 33 1089 B6. 15 0 5 15 5 40 1600 A7. 15 0 3 15 5 38 1444 A8. 15 0 3 15 0 33 1089 B9. 15 0 3 15 5 38 1444 A10.

20 15 5 15 5 60 3600 A

11.

0 0 0 0 0 0 0 C

12.

5 0 5 10 5 25 625 B

13.

0 0 5 10 3 18 324 B

14.

15 0 5 15 5 40 1600 A

15.

25 0 5 15 5 50 2500 A

16.

15 0 5 15 5 40 1600 A

17.

30 15 5 15 5 70 4900 A

18.

10 0 5 15 5 35 1225 A

19.

15 0 5 15 5 40 1600 A

20.

25 0 5 15 5 50 2500 A

21.

30 15 5 15 5 70 4900 A

22.

30 0 5 15 5 55 3025 A

23.

15 0 5 15 5 40 1600 A

67

24.

10 0 5 15 5 35 1225 A

25.

15 0 5 15 5 40 1600 A

26.

30 15 5 15 5 70 4900 A

27.

10 0 5 15 5 35 1225 A

28.

25 7 5 15 5 57 3249 A

29.

20 0 5 15 5 45 2025 A

30.

15 0 5 15 5 40 1600 A

31.

15 0 5 15 5 40 1600 A

Total 1.243

57.707

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa soal esai

berjumlah 5 soal dan memiliki skor yang berbeda-beda

setiap butir soal tergantung dari bobot soal. Namun

sebagian besar siswa mampu menjawab soal dengan skor yang

tinggi. Terlihat siswa yang mendapat nilai A ada sebanyak

23 siswa, yang mendapatkan nilai B ada sebanyak 6 siswa

dan ada 2 orang yang mendapatkan nilai C. Nilai A

diperoleh siswa jika skor total siswa tersebut ≥ 35.

Nilai B diperoleh siswa jika skor total siswa tersebut

68

antara 16-34. Nilai C diperoleh siswa jika skor total

siswa tersebut 0-15. Karena lebih dari setengah atau

mayoritas siswa mendapatkan nilai A yaitu sebanyak 23

siswa maka soal esai tersebut dikategorikan sebagai soal

yang mudah.

Berbeda dengan soal pilihan ganda dan soal jawaban

singkat, soal esai ini setiap siswa dalam setiap butir

soal mendapatkan skor yang berbeda-beda sesuai dengan

bobot jawaban siswa. Untuk butir soal 21 ada siswa yang

hanya menjelaskan saja perubahan wujud tanpa memberikan

contoh dari perubahan wujud yang telah ditentukan. Namun

ada pula siswa yang hanya menyebutkan contohnya saja dan

tidak memberikan penjelasan padahal dalam soal sudah

jelas siswa diminta untuk menjelaskan dan menyebutkan

contohnya. Hal tersebut bisa terjadi mungkin karena siswa

kurang teliti dalam membaca soal atau mungkin juga lupa

dan terburu-buru sehingga tidak mengecek kembali soal dan

jawabannya.

Dalam butir soal 22 ini sebagian besar siswa salah

dalam menjawab soal, banyak yang mendapatkan skor 0.

69

Berdasarkan hasil wawancara dan keluhan siswa selama uji

coba tes soal tersebut, hal tersebut terjadi karena

sebagian besar siswa lupa bahwa materi telah disampaikan

oleh gurunya, ada juga yang mengaku kalau soal tersebut

belum pernah dijelaskan oleh gurunya, namun ada sebagian

kecil siswa yang mengaku kalau itu sudah dijelaskan oleh

gurunya. Berdasarkan masalah tersebut dapat diketahui

bawa soal dalam butir ini terjadi miss comunication antara

guru dengan siswa karena ada siswa yang mengaku belum

dijelaskan materi tersebut sehingga membuat siswa merasa

kesusahan dalam menjawab soal tersebut.

Butir soal 23 sebagian besar siswa mampu menjawab

soal dengan benar dan banyak yang mendapatkan skor tinggi

pada butir soal tersebut. Namun ada juga siswa yang

menjawab soal hanya menyebutkan satu atau dua saja sifat-

sifat zat cair sehingga membuat siswa kurang mendapatkan

nilai sempurna. Nilai sempurna akan didapat siswa jika

menyebutkan sifat-sifat zat cair sebanyak 3 atau lebih

jawaban. Namun sebagian besar siswa mendapat skor baik

sehingga soal tersebut dalam kategori soal yang mudah.

70

Untuk butir soal 24 dan 25 dikategorikan dalam soal

yang mudah karena hanya sedikit siswa yang merasa

kesusuahna dalam menjawab soal tersebut. Mayoritas siswa

mampu menjawab butir soal 24 dan 25.

Penghitungan Reliabilitas

Diketahui:

Mt = Jumlahskor

Jumlahpeserta=1243

31=40,1

Sd = √∑ X2

N −(∑ XN )

2

=√5770731−(124331 )

2

¿√1,86−49,84¿√−47,98¿−6,9

Diketahui: k= 5

M= 40, 1

S = Sd2 = (-6, 9)2 = 47, 61

Ditanya: KR21 = ….?

Jawab:

KR21 = ( kk−1 )(1−

M (k−M )kS )

71

=( 55−1)(1−

40,1 (5−40,1 )5×47,61 )

= (54 )(1−40,1 (−35,1)

238,05 )= (1,25 )(1−

−1,42238,05 )

= 1,25×0,01= 0,0125

Dari hasil penghitungan menggunakan rumus KR21,

indeks reliabilitas pada butir soal yang diuji coba yaitu

0,0125. Angka tersebut di bawah indeks minimal

reliabilitas sebesar 0,7. Dapat disimpulkan bahwa soal

tes termasuk tidak baik karena tidak reliabel. Apabila

diujicobakan kembali kepada subjek yang sama, dengan soal

yang sama, tetapi waktunya berbeda akan menunjukkan hasil

yang berbeda. Oleh karena itu, butir soal yang telah

dibuat dalam penelitian ini tidak reliabel.

72

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penghitungan dan pembahasan di

atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan keefektifan pengecoh masih kurang

karena dari 10 butir soal yang pengecohnya dijawab

secara merata oleh peserta didik hanya empat butir

saja.

2. Tingkat kesukaran pada butir soal yang diujicobakan

belum termasuk baik karena terlalu mudah dijawab oleh

siswa. (tidak sesuai proporsi 25% sukar, 50% sedang,

dan 25% mudah).

3. Butir soal secara keseluruhan sudah dapat membedakan

antara kelompok atas dan bawah karena daya beda yang

sangat baik sebanyak tiga butir, yang baik sebanyak

lima butir, yang sedang sebanyak satu butir sedangkan

yang kurang baik sebanyak satu butir.

73

4. Butir soal sudah dapat memenuhi syarat validitas

karena jumlah antara yang valid dengan yang tidak

valid jumlahnya lebih banyak yang valid.

5. Soal yang dibuat tidak memenuhi syarat reliabilitas

atau dengan kata lain soal tidak reliabel karena

berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan dibawah dari

harga reliabel.

DAFTAR PUSTAKA

Cece Rakhmat dan Didi Suherdi. 1999. Evaluasi Pengajaran.

Jakarta: Depdikbud.

Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Friyatmi. 2012. Analisis Butir Tes dengan Pendekatan Teori Tes Klasik.Diambil pada tanggal 25 Desember 2012 darihttp://friyatmi.blogspot.com/2012/09/analisis-item-klasik.html.

74

H. Sujati. 2010. Kumpulan Materi Perkuliahan Penilaian Hasil BelajarSekolah Dasar. Jakarta: Direktur Tenaga Kependidikan.

------------. 2012. Parameter Kualitas Tes. Diambil padatanggal 24 Desember 2012 dari power point ParameterKualitas Tes.

S. Eko Putro Widoyoko. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sigit Suryono. 2012. Pengertian Tes, Pengukuran, dan PenilaianPembelajaran. Diambil pada tanggal 23 Desember 2012dari http://ciget.info/?p=373.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY

Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. 2004. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.

Yogyakarta: Andi.

Zainal Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

75

LAMPIRAN

76

A. Kompetensi Inti : Memahami pengetahuan faktual dan

konseptual dengan cara mengamati,

menanya, mencoba berdasarkan rasa

ingin tahu tentang dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan

benda-benda yang dijumpainya di rumah,

di sekolah dan tempat bermain.

B. Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi perubahan yang

terjadi di alam, hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam, dan

pengaruh kegiatan manusia terhadap

keseimbangan lingkungan sekitar.

C. Indikator :

1. Menentukan zat yang dibutuhkan manusia untuk

bernafas.

2. Menyebutkan sifat-sifat zat gas.

3. Menyebutkan sifat-sifat zat cair.

4. Menyebutkan benda-benda yang termasuk zat padat.

5. Menentukan perubahan wujud benda.

77

6. Menyebutkan peristiwa perubahan benda.

7. Menyebutkan contoh pelestarian alam.

8. Menyebutkan contoh perusakan alam.

D. Kisi-kisi

Kisi-Kisi Tes

No. Indikator Banyak

Butir

Nomor Butir

Objektif

Jawaban

Singkat

Esai

1.

Menentukan zatyang dibutuhkanmanusia untukbernafas.

1 1 0 0

2.Menyebutkansifat-sifat zatgas.

1 2 0 0

78

3.Menyebutkansifat-sifat zatcair.

5 3 12,16, 17 23

4.

Menyebutkanbenda-bendayang termasukzat padat.

1 4 0 0

5.Menentukanperubahan wujudbenda. 7 5

11,13,14,15

21, 22

6.

Menyebutkanperistiwaperubahanbenda.

2 6, 7 0 0

7.

Menyebutkancontohpelestarianalam.

5 9 18, 19 24, 25

8.Menyebutkancontohperusakan alam.

3 8, 10 20 0

Jumlah 10 10 5

E. Butir-butir Soal

79

Mata Pelajaran : IPATahun Ajaran : 2014/ 2015Kelas/ Semester : 5 /1Tema 1 : Benda-Benda di Lingkungan Sekitar

Nama Lengkap : Kelas : Nama Sekolah :

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d didepan jawaban yang paling tepat!

1. Zat yang dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas adalah. . . a. nitrogen c. karbondioksida b. oksigen d. uap air

2. Balon jika dilepaskan akan terbang. Hal itu terjadi karena di dalam balon ada . . . a. gas c. benda cairb. benda padat d. minyak

3. Sifat dari benda cair adalah . . . a. bentuk tetap c. dapat mengembang dan

menyusut b. dapat dimampatkan d. meresap melalui celah-

celah kecil

4. Benda-benda dibawah ini termasuk zat padat, yaitu . . . a. minyak, buku, dan penghapus c. batu, kapas dan

kertas

80

b. air, kayu dan papan tulis d. kayu, kaca, dan minyak

5. Perubahan wujud padat menjadi gas disebut . . . a. menyublim c. mengembunb. mencair d. menguap

6. Peristiwa perubahan benda yang dapat kembali ke wujud semula adalah . . . a. lilin yang dibakar dan dibekukan kembalib. kayu yang dibakar dan didinginkan c. kain yang dibakar dan didinginkan d. kertas yang dibakar dan didinginkan

7. Peristiwa perubahan wujud benda yang tidak dapat kembali kebentuk semula adalah. . . a.telur yang direbus dan didinginkan b.plastik yang dipanaskan dan didinginkan c.kayu yang dibakar dan didinginkan d.karet yang dibakar dan didinginkan

8. Penebangan hutan yang tak terkendali bisa menyebabkan,kecuali. . . a. hilangnya tempat tinggal para hewan b. tanah longsor didaerah tinggi c. gersangnya tanah hutan d. meningkatnya jumlah populasi hewan

9. Berikut hewan yang dilindungi di Indonesia adalah. . .a. koala c. kambingb. orang utan d. ayam

10. Kabut asap kebanyakan disebabkan oleh, kecuali... . . a. pembakaran hutan c. asap kendaraan tak

terkendali b. asap pabrik d. kegiatan memasak

rumah tangga

81

B. Isilah titik-titik pada soal berikut dengan jawaban yang tepat!

11. Persamaan wujud benda gas dan benda cair adalah . . .

12. Air teh yang diberi gula dan diaduk menjadi manis. Peristiwa ini menunjukkan sifat air . . .

13. Ketika kamu memasukkan air ke dalam kulkas, akan terjadi perubahan wujud benda dari . . . . . . . . . .ke . . . . .

14. Contoh benda yang mengalami penyubliman adalah . . .. . . . . . . . . . . . . dan . . . . .

15. Kamar mandi menjadi harum karena adanya kamper. Perubahan pada kamper disebut . . .

16. Benda cair yang tenang permukaannya selalu . . . 17. Air yang direbus jika dibiarkan lama-kelamaan akan

habis. Peristiwa itu disebut . . . 18. Sikap kita terhadap hewan atau tumbuhan langka

adalah . . . 19. Melindungi makhluk hidup dari kepunahan adalah

tujuan dari . . . 20. Salah satu contoh perusakan alam adalah . . .

C. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 21. Jelaskan perubahan wujud benda di bawah ini beserta beri contohnya!

a. Mengembun b. Menyublim c. Mengkristal

22. Apa perbedaan perubahan wujud fisika dan perubahan wujud kimia? Berikan contohnya!

23. Sebutkan sifat-sifat benda cair!

82

24. Sebutkan 3 cara melestarikan alam! 25. Jelaskan mengapa manusia harus menghemat penggunaan

bahan bakar minyak/gas?

PEMBERIAN SKOR DALAM SETIAP BUTIR SOAL

83

ButirSoal

Kunci Jawaban SkorJawaban

Keterangan

1. B 1 Soal pilihanganda, setiapjawaban benarakan mendapatkanskor 1. Jikasalah, makatidak akanmendapatkan skoratau skor 0.Jadi keseluruhanskor total untuksoal pilihanganda adalah 10.

2. A 13. D 14. C 15. A 16. A 17. C 18. D 19. B 110. D 1

11. Menempati ruang 2 Setiap pilihanjawaban singkatakan mendapatkanskor 2. Untuk no13 dan 14 jikamenjawab hanya 1maka akanmendapatkan skor1. Jika salahsemua akanmendapatkan skor0. Jadi skortotal untuk soaljawaban singkatadalah 20.

12. Melarutkan gula 213. Cair, Padat 214. Pewangi ruangan,

kapur barus2

15. Menyublim 216. Datar 217. Menguap 218. Melestarikannya 219. Menjaga

kelestarian alam2

20. Penebangan hutansecara liar

2

21. a. Mengembunadalahperubahan wujuddari gas kecair. Contohnyaadalah airembun di pagihari

b. Menyublim

30 Setiap poin jikadijelaskan dandiberi contohakan mendapatkanskor 10 sehinggaskor total dalam1 nomor adalah30. Jika hanyamenjelaskan saja

84

adalahperubahan wujuddari padat kegas. contohnyaadalah kapurbarus yangdidiamkan ditempat terbukalama kelamaanakan habis.

c. Mengkristaladalahperubahan wujuddari gas kepadat.Contohnya airlaut melaluiprosespenjemuran akanmenghasilkanbutir-butirkristal yaitugaram.

tanpa ada contohdan sebaliknyahanyamenyebutkancontoh sajatanpamenjelasakanmaka setiap poinakan mendapatkanskor 5.

22. Perubahan wujudfisika adalahperubahan bendatanpa menghasilkanzat baru.Contohnya adalahberas yangditumbuk menjaditepung.Perubahan wujudkimia adalahperubahan bendayang menghasilkanzat baru dengansifat awalnya.Contohnya adalah

15 Jika dijawablengkap adapenjelasan dancontoh akanmendapatkan skortotal 15. Jikatidak dibericontoh atautidak dijelaskanmaka hanya akanmendapatkan skor7,5.

85

pembakaran kertasyang menghasilkanabu.

23. a. Mengikutiwadahnya

b. Mengalir daritempat tinggike tempat yanglebih rendah

c. Meresap dalamcelah-celahkecil

5 Skor 5 hanyadidapat jikasiswamenyebutkan 3sifat zat cair.Jika hanyamenyebutkan 2akan mendapatkanskor 3, jikahanyamenyebutkan 1maka akanmendapatkan skor1. Sedangkanjika tidakmenjawab soalatau jawabansalah maka dapatskor 0.

24. a. Reboisasi ataupenghijauan

b. Membuang sampahpada tempatnya

c. Melindungihewan dantumbuhan darikepunahan

15 Jawaban lengkapdisebutkanketiga-tiganyaakan mendapatkanskor total 15.Jika hanyamenyebutkan 2maka akanmendapatkan skor10, jikamenjawab hanyasatu maka hanyaakan mendapatkanskor 5.

25. Karena bahan bakarminyak/gasmerupakan sumber

5 Jawaban siswayang benara akanmendapatkan skor

86

daya yang tidakdapat diperbaruisehingga perludihemat untukkelagsungan hidupmanusia agar tidakcepat habis.

5.

Total skor keseluran 100

87

TABEL HASIL TES IPA PILIHAN GANDA KELAS V

NO NAMA B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 X X2 KET.1. Aditya Zaky

Naufal1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B

2. Ainun 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 64 A3. Alya Rosa

Rachmawati1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 49 B

4. Amelda RiskiLuftami

1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9 C

5. Avya Satya R. D. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A6. Azzahra Febby

Deyanda1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 49 B

7. Azzarel F. K. 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 49 B8. Bhemodeta Aurora

A. K.1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 64 A

9. Bima Alista 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 49 B10.

Bunga Devriani 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

11.

Deka Wafa Ananta 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 49 B

12 Dera Wulandari 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16 C

88

.13.

Dihya KevaMaulana

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

14.

Dinda Aulia SetiaSari

1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A

15.

Dita Nugrahani 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 64 A

16.

Ihval Razzan F. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

17.

Kania Kanawijaya 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

18.

M. Rizky J. P. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

19.

M. Rovihan N. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

20.

Morista SasiApriliana

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

21.

Ninda Dewi AnjaniP.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

22.

Nur Oktaviana 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 81 A

23.

Raffa DevinoKautsar P.

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

24 Ramadhan F. A. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

89

.25.

Safronius FiloSophia

1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A

26.

Talitha NesyaAzaria

1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

27.

Widiastuti 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36 B

28.

Wina Widiartaya 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81 A

29.

Winarsih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 A

30.

YessantariAstadiarso

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 81 A

31.

Yulfarinda DeaIka S.

1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 64 A

Jumlah 253 2149

PARAMETER KUALITAS TES

Lampiran Keefektifan Pengecoh

Butir Jumlah Pilihan yang DipilihA B C D

B1 0 31(K) 0 0B2 31(K) 0 0 0B3 4 1 1 25 (K)B4 1 0 28(K) 2B5 24(K) 0 5 2B6 30(K) 0 1 0B7 13 7 10(K) 1B8 2 1 2 26(K)B9 7 22(K) 0 2B10 2 2 1 26(K)

Keterangan:

K = Kunci jawaban yang benar

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. pengecoh yang efektif terdapat pada

butir soal nomor 3, 7, 8, dan 10 karena mampu

mengecoh siswa dalam memilih jawaban sehingga

pilihan A, B, C, dan D rata dipilih oleh siswa.

2. pengecoh yang tidak efektif antara

lain:

a. Butir soal nomor 1 pengecoh A, C, D

karena tidak ada siswa yang memilih. Semua memilih

B.

b. Butir soal nomor 2 pengecoh B, C, D

karena tidak ada siswa yang memilih. Semua memilih

A.

90

c. Butir soal nomor 4 pengecoh B karena

tidak ada siswa yang memilih.

d. Butir soal nomor 5 pengecoh B karena

tidak ada siswa yang memilih.

e. Butir soal nomor 6 pengecoh B dan D

karena tidak ada siswa yang memilih.

f. Butir soal nomor 9 pengecoh C karena

tidak ada siswa yang memilih.

Penghitungan Keefektifan Pengecoh

Butir 1

Pengecoh a

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 031

×100%=0%

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 031

×100%=0%

Pengecoh d

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=031

×100%=0%

91

Butir 2

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 031

×100%=0%

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 031

×100%=0%

Pengecoh d

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 031

×100%=0%

Butir 3

Pengecoh a

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 431

×100%=13%

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=131

×100%=3%

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=131

×100%=3%

Butir 4

92

Pengecoh a

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 131

×100%=3%

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=031

×100%=0%

Pengecoh d

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=231

×100%=7%

Butir 5

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=031

×100%=0%

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 531

×100%=16%

Pengecoh d

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=231

×100%=7%

Butir 6

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 031

×100%=0%

93

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 131

×100%=3%

Pengecoh d

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=031

×100%=0%

Butir 7

Pengecoh a

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=1331

×100%=42%

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=731

×100%=23%

Pengecoh d

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=131

×100%=3%

Butir 8

Pengecoh a

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=231

×100%=7%

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=131

×100%=3%

94

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 231

×100%=7%

Butir 9

Pengecoh a

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=731

×100%=23%

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%= 031

×100%=0%

Pengecoh d

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=231

×100%=7%

Butir 10

Pengecoh a

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=231

×100%=7%

Pengecoh b

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=231

×100%=7%

Pengecoh c

jumlahpemilihpadapengecohjumlahseluruhsiswa

×100%=131

×100%=3%

95

Lampiran Penghitungan Indeks Kesukaran dan Daya Beda

1. P1 = BS=3131

=1

2. P2 = BS=3131

=1

3. P3 = BS=2531

=0,81

4. P4 = BS=2831

=0,90

5. P5 = BS=2431

=0,77

96

6. P6 = BS=3031

=0,97

7. P7 = BS=1031

=0,32

8. P8 = BS=2631

=0,84

9. P9 = BS=2231

=0,71

10. P10 = BS=2631

=0,84

Daya Beda

1. D1 = 2215,5

− 915,5

= 1315,5 ¿0,84

2. D2 = 2215,5

−9

15,5=

1315,5 ¿0,84

3. D3 = 1915,5

− 615,5

= 1315,5

=0,84

4. D4 = 2015,5

− 815,5

= 1215,5

=0,77

5. D5 = 2015,5

−4

15,5=

1615,5

=1,03

6. D6 = 2215,5

− 815,5

= 1415,5

=0,90

7. D7 = 915,5

− 115,5

= 815,5

=0,52

8. D8 = 2215,5

−4

15,5=

115,5

=1,16

97

9. D9 = 1815,5

−4

15,5=

1415,5

=0,90

10. D10 = 2115,5

− 515,5

= 1615,5

=1,03

Lampiran Penghitungan Validitas dan Reliabilitas

Diketahui:

Mt = Jumlahskor

Jumlahpeserta=25331

=8,16

Sd = √∑ X2

N −(∑ XN )

2

=√214931−(25331 )

2

¿√69,32−66,59¿√2,73¿1,65

1. Butir nomor 1

Mp1 = 25331

= 8,16

γ1=Mp−Mt

Sd √pq¿8,16−8,16

1,65 √ 3131031¿0

98

2. Butir nomor 2

Mp2= 25331

= 8,16

γ1=Mp−Mt

Sd √pq¿8,16−8,16

1,65 √ 3131031¿0

3. Butir nomor 3

Mp3 = 21525

= 8,6

γ3=Mp−Mt

Sd √pq¿8,6−8,16

1,65 √ 2531631¿0,441,65 √0,810,19

¿0,27×2,06¿0,56

99

4. Butir nomor 4

Mp4 = 22928

= 8,18

γ4=Mp−Mt

Sd √pq¿8,18−8,16

1,65 √ 2831331¿0,021,65 √0,900,09

¿0,01×3,16¿0,03

5. Butir nomor 5

Mp5 = 21224

= 8,83

γ5=Mp−Mt

Sd √pq¿8,83−8,16

1,65 √ 2431731¿0,671,65 √0,80,2

¿0,41×2

100

¿0,82

6. Butir nomor 6

Mp6 = 25030

= 8,33

γ6=Mp−Mt

Sd √pq¿8,33−8,16

1,65 √ 3031131¿0,171,65 √0,970,03

¿0,10×5,69¿0,57

7. Butir nomor 7

Mp7 = 9410

= 9,4

γ7=Mp−Mt

Sd √pq¿9,4−8,16

1,65 √ 10312131101

¿1,241,65 √0,30,7

¿0,75×0,66¿0,5

8. Butir nomor 8

Mp8 = 22626

= 8,7

γ8=Mp−Mt

Sd √pq¿8,7−8,16

1,65 √ 2631531¿0,541,65 √ 0,840,16

¿0,33×0,29¿0,1

9. Butir nomor 9

Mp9 = 19322

=8,77

γ9=Mp−Mt

Sd √pq

102

¿8,77−8,16

1,65 √ 2231931¿0,611,65 √0,710,29

¿0,37×1,57¿0,58

10. Butir nomor 10

Mp10 = 22426

= 8,62

γ10=Mp−Mt

Sd √pq¿8,62−8,16

1,65 √ 2631531¿0,461,65 √0,80,2

¿0,3×2¿0,6

Reliabilitas

Diketahui: k=10

M= 8, 16

103

S = Sd2 = (1,65)2 = 2,7225

Ditanya: KR21 = ….?

Jawab:

KR21 = ( kk−1 )(1−

M (k−M )kS )

=( 1010−1 )(1−

8,16 (10−8,16)10×2,7225 )

= (109 )(1−8,16 (1,84)27,225 )

= (1,11 )(1−15,014427,225 )

= 1,11×0,45= 0,4995

Yogyakarta, 10 November 2014

Mengetahui,

Pembuat Rancangan Guru KelasRatna Sari A, S. Pd.

104