Desain Struktur Organisasi dan Pekerjaan
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Desain Struktur Organisasi dan Pekerjaan
DESAIN STRUKTUR ORGANISASI DAN PEKERJAAN
Pendahuluan
Lingkungan organisasi saat ini telah mengalami perubahan
yang sangat cepat dan penuh dengan ketidakpastian. Perubahan-
perubahan tersebut dapat berwujud perkembangan teknologi dan
informasi, kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas
dan sikap karyawan, meningkatnya tanggung jawab sosial
organisasi dan sebagainya. Hal ini menuntut adanya
penyesuaian-penyesuaian desain organisasi di masa mendatang.
Pengelolaan perubahan secara efektif tidak hanya diperlukan
bagi kelangsungan hidup organisasi saja tetapi juga sebagai
suatu tantangan pengembangan ke depan.
Ditengah ketidakpastian yang meningkat saat ini,
nampaknya bahwa adaptabilitas organisasi semakin menjadi
perhatian penting bagi banyak pemerhati dan praktisi bisnis
karena kenyataan menunjukkan bahwa organisasi bisnis umur
hidupnya sangat singkat. Salah satu penyebab singkatnya umur
hidup dari organisasi ini adalah karena mereka tidak belajar
untuk mengadaptasikan dirinya dengan permintaan perubahan
lingkungan. Banyak diantara mereka yang mengecewakan
pelanggan pada akhirnya mengalami kematian karena kehilangan
pasar atau ditolak oleh komunitas dan lingkungan dimana
organisasi berada. Hal ini mengandung makna bahwa organisasi
yang tidak mampu memahami lingkungan dimana ia berada akan
senantiasa mengalami ketertinggalan, dan hanya bertindak
sebagai pengikut saja, sehingga tidak pernah menjadi pemain
terbaik dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.
Menghadapi situasi yang seperti ini perusahaan harus
lebih proaktif dan agresif dalam menyikapi berbagai perubahan
lingkungan yang terjadi. Perusahaan perlu mengorganisasikan
dirinya untuk belajar dan beradaptasi secara cepat dengan
perubahan lingkungan, termasuk di dalamnya SDM sebagai kunci
sukses organisasi itu sendiri. Organisasi harus mempunyai
komitmen untuk mengembangkan individu dengan meningkatkan
keahlian, kemampuan dan ketrampilan melalui berbagai proses
belajar. Dengan meningkatnya pengetahuan (knowledge) sebagai
hasil dari organisasi dan individu yang belajar ini, maka
pentingnya team base work akan berkembang dan menjadi tumpuan
bagi organisasi. Individu akan lebih memahami kapan mereka
bekerja sendiri dan kapan mereka bekerja sama dengan orang
lain serta bangga dengan prestasi kerja yang dicapai.
Hal ini berarti bahwa kebutuhan untuk melakukan perubahan
dan perbaikan dalam setiap aspek organisasi sudah merupakan
suatu tuntutan nyata. Organisasi harus mampu mengembangkan
kapasitasnya untuk mempelajari tentang sistem, tata nilai,
norma-norma maupun perilaku dan cara kerja baru sehingga
unsur-unsur tersebut dapat ditransformasikan ke dalam
kehidupan organisasi yang lebih mampu menjawab setiap
tantangan yang ada.
Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan beberapa konsep
tentang bentuk organisasi masa depan dan desain pekerjaan
sebagai kerangka berpikir untuk mencapai keunggulan bersaing.
Organisasi Masa Masa Depan
Organisasi masa depan akan cenderung berbentuk datar
(flat) dan ramping (lean). Bentuk organisasi tradisional yang
hirarkhis akan digantikan dengan bentuk jaringan (network)
yang lebih memberdayakan kerja sama kelompok. Organisasi
tidak lagi bersifat hirarkhis, dan menekankan pada pencarian
calon karyawan yang cocok dengan pekerjaan yang sedang lowong
dalam organisasi (sesuai dengan orientasi pekerjaan pada
analisis pekerjaan) karena asumsi ini tidak lagi dapat
menjawab tantangan lingkungan yang semakin kompetitif saat
ini. Walaupun pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan
kemampuan (ability) merupakan persoalan penting namun apabila
hanya didasarkan pada pekerjaan (job), maka relevansi
penilaian pada saat dilakukan proses seleksi dengan tuntutan
pekerjaan di masa mendatang akan menjadi usang. Untuk itulah
maka dewasa ini bentuk organisasi di masa depan akan
cenderung berbentuk datar (flat) dan ramping (lean).Dengan
adanya organisasi yang bersifat datar ini, individu akan
memperoleh informasi dengan mudah dan tidak hanya tergantung
pada pimpinan saja. Pengembangan karir akan lebih didasarkan
pada berbagai bentuk tugas-tugas ketimbang urutan posisi
jabatan yang bertingkat-tingkat. Dalam konteks ini individu
akan bekerja pada organisasi yang bersifat kluster, dimana
individu tidak lagi terikat secara kaku dengan tingkatan
manajemen yang hirarkhis. Agar organisasi yang demikian
berhasil, ada 4 konsidisi yang dibutuhkan organisasi yaitu :
Mission, competency, information dan Culture. Kejelasan misi
merupakan prasyarat bagi keberhasilan suatu organisasi dalam
bentuk apapun sedangkan aspek kompetensi memfokuskan pada
pengembangan kompetensi SDM sebagai faktor penentu
organisasi.
Adaptabilitas organisasi ini dapat dicapai dengan
menggunakan informasi sebagai basis strategis yang
diintegrasikan melalui tiga arena kegiatan yang saling
terkait yaitu : 1) Arena membuat pemahaman (sense making),
dimana informasi diproses dengan menginterpretasikan berita-
berita dan pesan-pesan tentang perubahan lingkungan. Disini
para anggota organisasi dapat memilih informasi yang relevan
dengan kebutuhan organisasi. Membentuk kemungkinan-
kemungkinan atau kesempatan untuk melakukan perubahan dan
tindakan perbaikan dengan melihat pada pengalaman masa lalu.
Langkah selanjutnya adalah saling menukar informasi diantara
anggota organisasi (sharing information) yang pada akhirnya
melahirkan suatu interpretasi yang sama. 2) Arena penciptaan
pengetahuan (knowledge creation), yaitu bagaimana pengetahuan-
pengetahuan yang ada, baik yang dimiliki oleh masing-masing
individu maupun kelompok diterapkan untuk menghasilkan
pengetahuan baru. Hal ini dapat dilakukan melalui transfer
pengetahuan dan sharing informasi antar anggota organisasi
maupun dengan pihak luar seperti perusahaan lain yang sudah
maju melalui proses belajar sambil bekerja (learning-by doing),
atau bisa juga dengan pelanggan, pemasok dan distributor
sebagai faktor kunci dari keberhasilan perusahaan.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut kemudian ditularkan atau
dikomunikasikan kepada anggota atau kelompok organisasi
sehingga melahirkan pengetahuan yang baru bagi organisasi
untuk menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. 3) Arena
pengambilan keputusan (decision making), ketika organisasi
telah memahami dan memiliki pengetahuan untuk bertindak, maka
organisasi diharuskan untuk melakukan pilihan terhadap
kapabilitas yang tersedia, dan komit terhadap keputusan yang
diambil serta strategi yang ditetapkan. Keputusan tersebut
tentunya didasarkan atas apa yang para anggota ketahui dan
yakini sehingga dalam implementasinya tidak mengalami
hambatan karena keputusan yang dibuat berdasarkan pada
komitmen bersama.
Agar informasi di atas dapat berjalan dengan lancar
kesemua level organisasi, perlu diupayakan agar batas-batas
organisasi sedapat mungkin diminimalkan. Ada empat tipe batas
organisasi yang perlu dikaji yaitu : 1) Batas vertikal, yaitu
antar level atau tingkatan orang-orang dalam di dalam
organisasi, biasanya dapat dilihat dari struktur
organisasinya. 2) Batas horisontal, yaitu antar fungsi dengan
departemen. 3) Batas eksternal, yaitu antara organisasi
dengan pemasok, pelanggan dan pembuat aturan. 4) Batas
geografis, yaitu antar negara, budaya dan pasar.
Selama ini batas-batas tersebut digunakan untuk membatasi
tugas, orang dan proses dan tempat, namun dalam organisasi
masa mendatang batas-batas tersebut semaksimal mungkin
dikurangi. Terpisah-pisahnya sistem, yang diwujudkan dengan
terpisahnya manusia dalam pekerjaan, orientasi dan tujuan dan
terpisahnya proses dan tempat serta tidak adanya hubungan
jangka panjang dengan pemasok dan pelanggan sebagai implikasi
dari paradigma spesialisasi dan birokrasi yang diterapkan
pada organisasi masa lalu nampaknya sudah tidak dapat
menjawab lagi tuntutan perubahan lingkungan saat ini. Memang
patut diakui bahwa batasan-batasan seperti ini mampu
menghentar organisasi masa lalu kepada suatu keberhasilan dan
kesuksesan karena lingkungan pada saat itu bersifat stabil
(stable environment), namun tidak akan berhasil bila diterapkan
dalam lingkungan yang berubah dengan sangat cepat dan penuh
dengan ketidakpastian.
Organisasi perlu menyadari bahwa pergerakan dan arus
perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis saat ini sudah
semakin pesat, dimana pada saat ini kita sedang dan akan
memasuki era dunia tanpa batas (boderless world). Dunia tanpa
batas ini ditandai dengan semakin terfokusnya masalah dalam 5
C yang strategik yaitu : 1) customer, 2) company, 3)
competetion, 4) currency dan 5) Country. Jika masalah ini tidak
diantisipasi dengan baik maka suatu organisasi bahkan negara
akan tergilas dalam derasnya arus globalisasi.
Keadaan ini memaksa setiap organisasi untuk mencari
pendekatan baru dalam mengelola sumber daya manusianya (SDM).
Beberapa isu strategi yang muncul pada dekade belakangan ini
yaitu downsizing, reengineering human resources, managing HR diversity,
bahkan boundaryless yang menekankan pada integrasi dan inovasi
karyawan yang meningkat. Kesemuanya ini bertujuan untuk
membuat organisasi menjadi lebih ramping, lebih fleksibel
serta lebih efektif dan efisien dalam menanggapi perubahan.
Selain masalah-masalah internal yang muncul dalam aspek
manajerial, organisasi juga menghadapi masalah utama dengan
pelanggan dan pemasok. Perusahaan semakin dituntut untuk
menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan melalui
komunikasi dan interaksi sehingga muncul kedekatan antara
perusahaan dengan pelanggan. Perusahaan perlu memahami
kebutuhan dan keinginan dari pelanggan, kemudian menyesuaikan
layanan (service) yang dimiliki dengan kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants) dan harapan (expectations) dari pelanggan.
Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang produk
yang ditawarkan kepada konsumen dan memiliki infrastruktur
yang dapat mengakomodir layanan tersebut. Berfokus pada
pelanggan disini mengandung makna bahwa perusahaan tidak
sekedar memberikan apa yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pelanggan saja tetapi memenuhi secara nyata apa
yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggan. Disisi lain
perusahaan juga perlu melakukan kolaborasi dengan supplier
untuk menyediakan kebutuhan pelanggan pada waktu, jumlah dan
tempat yang tepat. Perusahaan yang sanggup mendapatkan
pemasok yang berkualitas mempunyai kesempatan baik untuk
memenangkan persaingan dengan mutu produk yang baik, dan pada
gilirannya akan memuaskan pelanggan. Intinya bahwa perusahaan
harus bisa menciptakan hubungan jangka panjang yang
menguntungkan dengan pemasok dan pelanggan, tampil beda dan
segar serta mempunyai keunikan tersendiri dibanding
pesaingnya.
Menghadapi lingkungan yang berubah dengan cepat dan penuh
dengan ketidakpastian saat ini, apa yang harus organisasi
lakukan ? Organisasi sebagai layaknya mahluk hidup harus
bertahan hidup dan berkembang dengan baik, harus mampu
mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan dimana ia berada
kalau tidak mahluk hidup (organisasi) tersebut akan mati.
Dikatakan demikian karena pada dasarnya hampir semua
perubahan lingkungan eksternal tidak dapat dikendalikan oleh
organisasi.
Tantangan untuk melakukan perubahan dan penyesuaian-
penyesuaian desain organisasi pada saat ini sudah tidak dapat
ditunda lagi. Untuk mencapai keunggulan bersaing yang
berkelanjutan (Competitive adventage), organisasi harus bisa
mendesain ulang struktur, proses, teknologi dan manusianya.
Isu penting yang berkembang saat ini yaitu struktur
organisasi masa lalu yang memiliki struktur vertikal dan
tinggi dianggap sudah tidak layak lagi untuk mengakomodir
kecepatan perubahan lingkungan saat ini. Organisasi seperti
ini cenderung tidak efisien dan bekerja lambat karena
keputusan yang diambil harus melalui mata rantai yang
panjang. Organisasi ini juga cenderung menimbulkan biaya yang
mahal dan tuntutan untuk menjadi organisasi yang fleksibel
menjadi sulit tercapai.
Menyadari akan hal tersebut, dewasa ini telah muncul
bentuk organisasi baru dengan struktur yang lebih datar,
hirarki yang lebih pendek, dengan orang-orang yang lebih
sedikit dengan tujuan untuk membuat organisasi lebih
fleksibel, lebih lincah dan lebih efisien dalam menangani
perubahan. Hingga muncul istilah downsising, yaitu dengan
jalan memangkas atau memotong bagian-bagian organisasi yang
dianggap menjadi beban atau membengkaknya biaya dalam
organisasi. Delayering, dengan tujuan meningkatkan jangkauan
kendali manajemen, dan Flattening, yaitu yaitu suatu cara untuk
membuat struktur organisasi menjadi lebih pendek, lebih
horisontal. Hal ini biasanya dilakukan dengan memangkas atau
mengurangi level dalam struktur organisasi.
Ada tujuh elemen kunci yang perlu diperhatikan dalam
organisasi yang berbentuk datar tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Mengatur pada proses, namun bukan pada tugas, menciptakan
struktur sekitar fungsi atau departemen membangun 3 sampai
5 proses dasar, dengan tujuan kinerja yang spesifik.
2. Hirarki yang lebih datar, yaitu mengurangi supervisi,
menggabung berbagai tugas, mengurangi kesalahan kerja untuk
menambah nilai dan memotong aktivitas dimana setiap proses
menjadi minimum.
3. Menggunakan kelompok untuk mengatur semuanya, yaitu
membentuk tim sebagai fondasi utama dalam organisasi.
4. Membiarkan pelanggan mengatur kinerja, yaitu membuat
pelanggan puas, tidak berdasar pada persediaan atau
keuntungan. Keuntungan akan meningkat jika pelanggan puas.
5. Penghargaan terhadap kinerja kelompok, yaitu merubah
penilaian dan sistim pembayaran untuk memberikan
penghargaan terhadap hasil kerja kelompok, bukan hanya pada
kinerja individu. Mengembangkan karyawan dengan berbagai
keahlian bukan hanya satu keahlian dan memberi penghargaan
untuk hal itu.
6. Memaksimalkan pemasok (supplier) dan kontak dengan pelanggan
(Costumer), yaitu pekerja berhubungan secara langsung secara
reguler dengan pelanggan dan supplier. Bertambahnya
supplier dan pelanggan menunjukkan kinerja kelompok dari
segi pelayanan.
7. Menginformasikan dan mengatur semua pekerja, yaitu
informasi berjalan dengan lancar dari pimpinan sampai
bawahan. Pimpinan mengajak karyawan untuk menggunakan hal
ini untu meningkatkan kinerja mereka dan membuat keputusan
sendiri.
Sedangkan untuk menciptakan organisasi yang horisontal,
ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan :
1. Identifikasi tujuan strategic.
2. Analisis kunci keunggulan kompetitif untuk mencapai
tujuan.
3. Temukan proses dasar, fokuskan pada hal penting untuk
menyelesaikan tujuan.
4. Organisasi disekitar proses, tidak hanya fungsi. Setiap
proses harus berhubungan dengan dengan tugas untuk membuat
produk atau jasa bagi pelanggan (customer).
5. Mengurangi semua aktivitas yang salah untuk menambah nilai
atau kontribusi kepada tujuan.
6. Mengurangi fungsi dan staf departemen untuk
meminimisasikan perlindungan hukum.
7. Mengangkat manajer atau kelompok sebagai pemilik pada
setiap proses dasar.
8. Menciptakan kelompok yang memiliki berbagai keahlian untuk
menjalankan setiap proses.
9. Mengatur kinerja yang spesifik untuk setiap proses
10.Memberi otonomi kepada pekerja dengan kekuasaan dan
informasi untuk mencapai tujuan.
11.Megubah pelatihan, penilaian, pembayaran, dan sistim
pembiayaan untuk mendukung struktur baru dan menghubungkan
hal ini dengan kepuasan konsumen.
Untuk melihat tentang bagaimana strategi dan visi
ditransformasikan kedalam program-program yang ada dalam
setiap tingkatan organisasi serta peran kepemimpinan dalam
proses transformasi tersebut, maka pendekatan yang digunakan
disini berdasarkan konsep dari Gouillert dan Kelly (1995)
yang mencakup 4 Kategori yang disebut “4R” yaitu, Reframe,
Restructure, Revitalize, dan Renewal.
1. Reframing
Pendekatan reframing merupakan suatu pergeseran konsepsi
organisasi tentang bagaimana suatu organisasi bisa mencapai
tujuannya. Dimensi reframing ini ada terdiri dari tiga
unsur penting (1) mencapai mobilisasi (achieve
mobilization), (2) menciptakan visi (create vision) dan (3)
membangun sistem pengukuran (build a meassurement system).
Mencapai mobilisasi merupakan suatu proses yang
mendorong tumbuhnya energi mental yang dibutuhkan untuk
memfasilitasi proses transformasi. Mobilisasi ini mencakup
usaha-usaha untuk menumbuhkan motivasi dan komitmen mulai
dari tingkat individu, tim dan organisasi secara
keseluruhan.
Menciptakan visi organisasi akan mempersiapkan arah
organisasi ke masa depan, sedangkan mobilisasi menciptakan
potensi yang mendorong ke arah pencapaian tujuan.
Visi yang baik harus dapat memberikan energi baru bagi
individu, menciptakan makna dalam kehidupan individu dan
menetapkan strandar dari keberhasilan serta menciptakan
jembatan antara keadaan saat ini dan masa depan. Visi bukan
sekedar retorika belaka tetapi mempunyai kejelasan arah
dan tujuan sehingga dapat dikembangkan secara lebih lanjut
ke dalam strategi serta dituangkan dalam proses
pelaksanaan. Melalui cara ini setiap organisasi dapat
mengembangkan kiat-kiat untuk merealisasikan visi yang
telah ditetapkan.
Membangun sistem pengukuran merupakan suatu langkah
lanjutan dalam organisasi. Pimpinan harus menterjemahkan
visi kedalam seperangkat ukuran-ukuran dan target serta
mendefinsisikan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk
mencapai target yang telah ditetapkan. Sistem pengukuran
ini mencakup aspek manajemen kinerja. Untuk itu dibutuhkan
komitmen bersama dari pimpinan dan personil organisasi
untuk memahami dan mewujudkannya dalam proses pelaksanaan.
2. Restrukturisasi
Restrtukturisasi berkaitan dengan bentuk organisasi dan
tingkat kompetisi yang dapat dicapai. Dalam melakukan
restrukturisasi, organisasi yang berbentuk ramping dan
datar menjadi pertimbangan utama. Restrukturisasi pada
dasarnya merupakan pembenahan atau perombakan mendasar
terhadap seluruh mata rantai bisnis perusahaan dengan
tujuan untuk mencapai daya saing yang tinggi. Dengan kata
lain restrukturisasi menyangkut seluruh fungsi manajemen
dalam perusahaan (fungsi operasi, keuangan, pemasaran dan
manajemen sumber daya manusianya). Apa pun bentuk
restrukturisasi yang dilakukan, baik di bidang operasi,
pemasaran, keuangan dan sebagainya sudah pasti akan
mempengaruhi aspek sumber daya manusianya, dalam hal ini
karyawan perusahaan, karena pada dasarnya restrukturisasi
cenderung mengarah pada terbentuknya organisasi yang
ramping dengan jenjang kendali yang pendek sehingga
operasionalnya semakin efisien dan fleksibel.
Restrukturisasi merupakan domain, dimana pengurangan
karyawan makin meningkat dan kesulitan budaya makin besar.
Kadang-kadang pemberhentian dan kegelisahan pegawai
merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari.
3. Revitalisasi
Sistem revitalisasi merupakan usaha mendorong
pertumbuhan dengan mengkaitkan keseluruhan organisasi
dengan lingkungannya. Revitalisasi ini membedakan
transformasi dari semata-mata melakukan “down-sizing”. Sistem
revitalisasi terdiri dari 3 komponen penting yaitu (1)
achieve market focus, (2) invent new business dan (3) change the rules
through information technology.
Fokus pada pasar merupakan usaha untuk menghubungkan
pola pikir organisasi secara keseluruhan kepada
lingkungannya. Dengan memusatkan perhatian kepada pelanggan
diharapkan dapat membawa pertumbuhan bagi organisasi.
Berfokus pada pelanggan tidak sekedar memberikan perhatian
kepada pelanggan atau sekedar memberikan apa yang diminta
oleh pelanggan tetapi bagaimana memberikan nilai tambah
kepada pelanggan (customer value).
Strategi menemukan bisnis baru merupakan strategi untuk
membangun kemampuan perusahaan melalui berbagai pendekatan
seperti kemitraan (partnership), merger dan akuisisi.
Dengan menyatupadukan kompetensi, kemampuan dan budaya yang
ada diharapkan dapat tercipta kekuatan baru yang
menghasilkan manfaat yang lebih besar kepada pelanggan dan
membawa kehidupan baru bagi organisasi.
Pendekatan merubah aturan melalui teknologi informasi
merupakan usaha memanfaatkan teknologi sebagai dasar untuk
mencari jalan baru menghadapi kompetisi. Teknologi tersebut
dapat diibaratkan sebagai sistem saraf yang menghubungkan
seluruh bagian-bagian yang ada pada tubuh manusia sehingga
dapat memberikan bagi gejala yang dihadapi oleh masing-
masing bagian organ tubuh manusia. Begitupun dalam
organisasi, teknologi dapat menghubungkan berbagai unit
organisasi sehingga dapat mengintegrasikan informasi dan
proses pengambilan keputusan. Dengan adanya teknologi
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan mempercepat
arus informasi dilingkungan organisasi.
4. Renewal System
Stregi pembaharuan organisasi berkaitan dengan dengan
unsur SDM yang mempercepat proses transformasi dan spirit
organisasi. Pembaharuan organisasi menyangkut investasi SDM
sehingga SDM organisasi mempunyai kemampuan baru untuk
menunjang tercapainya tujuan organisasi. Strategi ini
merupakan kekuatan yang penting dalam dimensi transformasi
organisasi. Dalam strategi pembaharuan, ada 3 (tiga) unsur
penting yang perlu dilihat : (1) menciptakan struktur
reward, (2) membangun individu belajar dan (3) pengembangan
organisasi.
Sistem kompensasi hendaknya lebih mempertimbangkan
faktor resiko dalam pekerjaan, kinerja manajemen dan lebih
mendorong individu organisasi untuk mengkaitkan masa depan
mereka dengan transformasi organisasi sehingga mampu
meningkatkan semangat kerja, produktivitas dan kinerja
organisasi secara keseluruhan. Unsur kedua dari renewal
system yaitu adalah membangun individu yang belajar. Disini
organisasi harus mempunyai komitmen untuk mengembangkan
individu dengan meningkatkan keahlian, kemampuan dan
ketrampilan melalui berbagai proses belajar. Terciptanya
organisasi pembelajaran dikarenakan adanya individu yang
belajar. Seperi yang dikemukakan oleh Peter Senge (1990)
bahwa tidak ada organisasi pembelajaran tanpa adanya
individu yang belajar. Pengertian ini mengandung makna
bahwa di dalam mewujudkan organisasi pembelajaran, sangat
diperlukan adanya individu yang belajar. Dengan demikian
individu tersebut perlu difasilitasi oleh iklim dan
budaya organisasi yang meningkatkan tumbuhnya individu yang
belajar dan kelompok belajar menuju organisasi yang
belajar. Unsur ketiga adalah pengembangan organisasi,
Perusahaan perlu mengorganisasikan dirinya untuk belajar
sehingga mampu beradaptasi secara cepat dengan perubahan
lingkungan yang terjadi diluar organisasi. Melalui
strategi ini, organisasi dituntut untuk mengembangkan SDM
yang dapat berpikir secara independen dan bekerja secara
interaktif. Memahami bagaimana bekerja sendiri dan kapan
bekerja dengan orang lain serta bangga atas prestasi
bersama yang dicapai.
Manajemen SDM Berbasis Kompetensi
Berbicara menyangkut aspek kompetensi, sesungguhnya hal
ini bukanlah merupakan suatu konsep baru. Menurut Organisasi
Industri Psikologi Amerika (Mitrani, Palziel and Fiit, 1992)
mengemukakan bahwa gerakan tentang kompetensi telah dimulai
pada tahun 1960 dan awal 1970. Kompetensi itu sendiri
didefinisikan sebagai karakteristik yang mendasari seseorang
dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam
pekerjaannya. (and underlying characteristic’s of and
individual which is causally related to criterion-referenced
effective and or superior performance in job or situation).
Berdasarkan definisi tersebut, kata “underlying
characteristic’s” mengandung makna bahwa kompetensi merupakan
bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang
serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan
dan pekerjaan. Sedangkan kata “causally related” berarti
kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi
kinerja. Selanjutnya kata “criterion-referenced” mengandung
makna bahwa kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang
berkinerja baik dan kurang baik diukur dengan kriteria atau
standar yang digunakan. Misalnya volume produksi dan
penjualan yang dihasilkan.
Menurut Spencer and spencer, (1993) Mitrani et.al (1992)
ada terdapat 5 karakteristik kompetensi yaitu :
1. Motives adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten
berpikir sehingga ia melakukan tindakan.
2. Traits adalah watak yang membuat orang berperilaku atau
bagaimana seseorang merespons sesuatu dengan cara tertentu.
3. Self consept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
seseorang.
4. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk
bidang tertentu. Pengetahuan merupakan kompetensi yang
kompleks.
5. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu, baik secara fisik maupun mental.
Tingkat kompetensi mempunyai implikasi praktis terhadap
perencanaan sumber daya manusia. Kompetensi pengetahuan
(knowledge competencies) dan keahlian (skill competencies) cenderung
lebih nyata dan relatif berada di permukaan sedangkan self-
concept (konsep diri) dan trait (sifat/watak) dan motif
kompetensi lebih tersembunyi (hidden), dan berada pada titik
sentral kepribadian seseorang.
Menurut Spencer and spencer (1993) kompetensi dapat
dibagi atas 2 kategori yaitu “threshold” dan “ differentiating”.
Menurut kriteria yang digunakan, untuk memprediksi kinerja
suatu pekerjaan, “thershold competencies” adalah
karakteristik utama (pengetahuan dan keahlian dasar) yang
dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan suatu
pekerjaan. Sedangkan “differentiating competencies” adalah
faktor-faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi
dan rendah. Misalnya seorang sales yang bermotivasi tinggi
dapat menetapkan target yang jauh melebihi kinerja rata-rata.
Biasanya yang dilihat disini adalah seseorang yang memiliki
orientasi motivasi yang melebihi apa yang ditetapkan
organisasi.
Untuk menerapkan model kompetensi dan pendekatan yang
terintegrasi dalam manajemen sumber daya manusia, maka unsur-
unsur dalam fungsi manajemen SDM yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
1. Rekruitmen dan seleksi.
Sistem rekruitmen yang berbasis kompetensi biasanya
memusatkan pada metode seleksi yang dapat digunakan calon
dari populasi pelamar yang cukup besar secara cepat dan
efisien.Hal ini memerlukan suatu tantangan khusus karena
membutuhkan ketekunan dan ketelitian untuk menseleksi
karyawan dalam jumlah besar dengan kurun waktu yang pendek.
2. Perencanaan dan rencana suksesi.
Penempatan dan rencana suksesi berbasis kompetensi
berorientasi pada usaha identifikasi calon yang dapat
memberikan nilai tambah pada suatu pekerjaan organisasi.
Metode penilaian atas calon karyawan dapat dilakukan
melalui wawancara perilaku, tes, simulasi melalui
assisement centre, menelah laporan evaluasi kinerja atas
penilaian atasan, teman sejawat dan bawahan.
3. Pengembangan karier
Kebutuhan kompetensi untuk pengembangan dan jalur karier
akan menentukan dasar pengembangan karyawan. Karyawan yang
dinilai lemah pada aspek kompetensi tertentu dapat
diarahkan untuk pengembangan kompetensi lainnya sesuai
kemampuan dan bakat yang dimiliki sehingga diharapkan dapat
memperbaiki kinerjanya. Beberapa pilihan pengembangan
kompetensi dapat dilakukan melalui assisement centre, lembaga-
lembaga training, pemberian tugas-tugas pengembangan, mentor
dan sebagainya.
Menghadapi tantangan baru di masa depan dengan bentuk-
bentuk organisasi baru yang akan kita hadapi, ada beberapa
pokok pikiran yang perlu dimiliki oleh eksekutif, manajer dan
karyawan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat eksekutif
Pada tingkat eksekutif, diperlukan adanya kompetensi
tentang (1) strategic thinking, (2) change leadership dan
(3) relationship management.
Strategic thinking adalah kompetensi untuk memahami
kecendrungan perubahan lingkungan yang begitu cepat,
melihat peluang pasar, ancaman, kekuatan dan kelemahan
organisasi agar dapat mengidentifikasi “strategic respons”
secara optimum.
Change leadership adalah kompetensi untuk
mengkomunikasikan visi dan strategi perusahaan kepada
karyawan. Pemahaman atas visi organisasi oleh karyawan akan
membangun motivasi dan komitmen sehingga karyawan dapat
bertindak sebagai sponsor inovasi dan “enterpreneurship”,
terutama dalam pengalokasian sumber daya organisasi sebaik
mungkin untuk menuju kepada proses perubahan.
Sedangkan kompetensi relationship management adalah
kemampuan untuk meningkatkan hubungan dan jaringan kerja
dengan negara lain dalam ekonomi global, supplier dan
customer.
2. Tingkat Manajer
Pada tingkat manajer, diperlukan adanya kompetensi
seperti fleksibilitas, change implementation,
interpersonal understanding dan empowering.
Aspek fleksibilitas adalah kemampuan merubah struktur dan
proses manajerial, apabila perubahan organisasi diperlukan
untuk efektivitas pelaksanaan tugas organisasi. Dimensi
interpersonal understanding adalah kemampuan untuk memahami
nilai dari berbagai tipe manusia dengan latar belakang,
budaya, ras, etnis gender yang berbeda. Sedangkan aspek
pemberdayaan (empowerment) adalah kemampuan untuk berbagi
informasi, gagasan dan ide, pengembangan karyawan,
pendelegasian tugas dan tanggungjawab, saran serta umpan
balik. Selanjutnya dimensi team facilitation adalah
kemampuan untuk menyatukan orang untuk bekerja secara
efektif dan portability adalah kemampuan untuk beradaptasi
dan berfungsi secara efektif dengan lingkungan eksternal.
3. Pada tingkat karyawan
Pada tingkat karyawan, diperlukan adanya kualitas
kompetensi seperti fleksibilitas, kompetensi untuk
mengakses informasi, motivasi berprestasi, kemampuan untuk
belajar, motivasi bekerja dibawah tekanan waktu, kolaborasi
dan orientasi pelayanan kepada pelanggan.
Daftar Bacaan
Barney, J.B & Wright, PM, 1998. on Becoming Strategic Partner
: The Role of Human Resource Management, 37 (1) : 31 –
46
Dharma, Surya. 2002. Transformasi Organisasi Menggunakan 4R,
Manajemen Usahawan Indonesia, No 04 Th XXXI April, 22-
27).
Ulrich, Bilello. 1996. Organizational Transformation and
Learning : A Cybernetic Approach to Management. Mc.
Graw Hill, New York, USA.
Lancourt, J. & Savage, C. 1995, Organization Transformation
and The Changing Role of Human Resource Function.
Compesation & Benefit Manajemen, Autumn, ; 42-49
Mitrani, A,Daziel,M, and Fit, D, (1992) Competency Based
Human Resource Manajemen : Value – Driven Strategies
for Recruitment, Development and Reward ; Kogan Page
Limited ; London
Spencer. M. Lyle and Spencer, M, Signe (1993) Competence at
Work ; Models For Superrior Performance, John Wiley &
Son, Inc, New York, USA.
Schuler R.S, 1990. Repositioning the Human Resources Function
Transformation or Demise ? Academy of Management
Executive, 4 (3) 49-60.