Contoh Latihan Soal CPNS
Transcript of Contoh Latihan Soal CPNS
Contoh Latihan Soal CPNSSoal CPNS : Tes Wawasan Kebangsaan TWK1. Pokok ajaran sosialisme yang sejalan dengan ajaran pancasila adalah…. A. Negara harus memelopori upaya penghapusan hak milik pribadiB. Negara harus menjamin perlindungan hak-hak kaum buruh C. Pemerintah negara harus dijalankan oleh diktator ploterariat D. Kaum buruh harus melakukan perjuangan melawan kelas atas dan menengah E. Semua alat negara dipergunakan untuk mewujudkan komunisme
2. Pada umumnya setiap Konstitusi berisi ketentuan tentang….
A. Pembagian kekuasaan negara B. Dasar negara Pancasila C. Perlindungan hak asasi manusia D. Jawaban a dan c benar E. Semua jawaban diatas benar
3. Paham yang menghendaki adanya pembatasan kekuasaan pemerintah melalui hukum dasar yang tertulis disebut…. A. Absolutisme B. Konstitusionalisme C. Negara hukum D. Positivisme e. Rule of law
4. Menurut C.F. Strong, suatu konstitusi disebut kaku apabila….. A. Hanya mengatur hal-hal yang pokok saja B. Mudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman C. Perubahannya dilakukan oleh badan legislatif sehari-hari
D. Tidak mudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman E. Perubahannya tidak dapat dilakukan oleh badan legislatif sehari-hari
5. Di negara demokrasi, Konstitusi/Undang-Undang Dasar berfungsi sebagai sarana…. A. Membatasi kekuasaan lembaga-lembaga negara B. Menentukan kekuasaan lembaga-lembaga negara C. Menjamin hak-hak asasi warga negara D. Semua jawaban a, b dan c di atas benar E. Jawaban a dan c benar
6. Semua peraturan prundang-undangan dalam suatu negara harus tidak bertentangan dengan konstitusi, karena konstitusi berkedudukan sebagai hukum yang….. A. Paling bagus B. Paling mengikat C. Paling mendasar D. Paling tinggi E. Paling lengkap
7. Sebab- sebab perlawanan Diponegoro terhadap Belanda di Yogyakarta antara lain sebagai berikut kecuali .....A. Adanya kekecewaan dan kebencian kerabat istana terhadap tindakan Belanda yang makin intensif mencampuri urusan keratonB. Adanya kebencian rakyat dan para petani akibat tekanan pajak yang sangat memberatkanC. Adanya kekecewaan di kalangan para bangsawan, karena hak-haknya banyak yang dikurangiD. adanya pembuatan jalan oleh Belanda melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. E. Belanda berusaha menguasai pemerintahan Yogyakarta
termasuk keraton
8. Suatu gerakan politik yang efektif dan terorganisir yang muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai ekses-ekses dari Revolusi Industri yaitu .....A. NasionalismeB. LiberalismeC. SosialismeD. Kapitalisme E. Demokrasi
9. Diciptkannya bendera kebangsaan Jepang Hinomoru dan lagu kebangsaan Jepang yaitu Kimigayo adalah pada masa pemerintahan ......A. Meiji TennoB. Shogun Tokugawa C. Iyeyashu TokugawaD. Yoshinobu E. Kaisar K'ang
10. Salah satu gerakan nasional India yang memiliki konsep aliran Ekstrim (radikal) yang menuntut kemerdekaan penuh (purna swaraj) dengan tokohnya Tilak dan Jawaharlal Nehru yaitu .....A. Brahma Samad B. Kongres (All Indian National Congres) 1885C. Rama Krisna D. Santineketan E. Liga Muslim (Muslim League) 1906
11. Salah satu isi pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal 28 Februari 1922 antara Inggris dan Mesir adalah bahwa Inggris berhak atas empat masalah pokok, seperti berikut kecuali .....
A. mempertahankan Terusan SuezB. mempergunakan daerah militer untuk operasi militerC. kedaulatan Mesir belum diakui oleh InggrisD. mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lainE. melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya
12. Sebab-sebab Kerajaan Turki Usmani terus mengalami kemunduran pada abad ke-19 adalah sebagai berikut kecuali ....A. Tidak ada lagi sultan-sultan yang kuat dan besarB. Intrik-intrik dalam istana semakin merajalelaC. Timbulnya kaum terpelajar yang berpaham modern sehingga mereka mengetahui apa itu liberalisme, nasionalisme, dan demokrasiD. Tentara Janisari yang terkenal telah merosot martabatnya menjadi pengacau kerajaan daripada pembela kerajaanE. Revolusi Prancis mengilhami negara-negara bagian untuk merdeka (seperti, Yunani, Bulgaria, Serbia, Rumania, dan Mesir)
13. Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir, merupakan isi dari deklarasi .....A. Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) B. Perjanjian LausanneC. Perjanjian SevresD. Perjanjian Portsmouth E. Declaration of Independce
14. Salah satu faktor intern lahirnya pergerakan nasional Indonesia adalah .....A. Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di IndiaB. Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman
Sriwijaya dan MajapahitC. Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di TurkiD. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905) menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa BaratE. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia, seperti liberalisme, dan lain-lain.
15. Pada masa Dharmawangsa berhasil disadur kitab Mahabaratake dalam bahasa Jawa Kuno yang disebut ....A. kitab Arjuna WiwahaB. kitab Bharatayudha C. kitab HariwangsaD. kitab WirataparwaE. kitab Smaradhahana
16. Kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya disusun oleh ....A. Empu KanwaB. Empu SedahC. Empu PanuluhD. Empu DharmajaE. Empu Tan Akung
17. Raja pertama Singasari yang menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa) yaitu .....A. Ken Arok B. Anusapati C. Tohjoyo D. Ranggawuni E. Kertanegara
18. Kata “negara“ yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta “nagari“ atau “negara“ yang
berarti ....A. tempat tinggalB. wilayah, kota, atau penguasaC. menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiriD. suatu keadaan yang menunjukkan sifatE. keadaan tegak dan tetap
19. Berikut ini yang tidak termasuk nilai dasar Pancasila adalah ....A. Nilai KetuhananB. Nilai KeadilanC. Nilai KemanusiaanD. Nilai KerakyatanE. Nilai Kebangsaan
20. Nilai instrumental Pancasila dapat ditemukan dalam perangkat negara berikut ini kecuali .....A. UUD 1945B. Keputusan Presiden dan Wakil PresidenC. Ketetapan MPRD. Undang-undangE. Pertaturan pemerintah
21. Pancasila sebagai dasar Negara juga disebut sebagai ....A. way of lifeB. philosofische grondslagC. idealismeD. fleksibelitasE. de Staat
22. Pancasila sebagai paradigma mencakup hal-hal berikut kecuali ....A. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politikB. Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi
C. Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budayaD. Pancasila sebagai paradigma pembangunan kepribadian bangsa E. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan dan keamanan
23. Contoh pengamalan nilai-nilai Pancasila sesuai sila ke tiga yaitu ....A. Menyelesaikan permasalahan dan perbedaan melalui musyawarahB. Selalu ikut mewujudkan perdamaian dunia lewat hubungan kerja sama dengan bangsa lainC. Saling menghargaiD. Suka tolong menolongE. Memiliki wakil rakyat untuk melaksanakan kehendak rakyat melalui pemilu
24. Pada masa kerajaan Majapahit istilah Pancasila dikenali terdapat dalam buku Nagarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebut istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” , juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu kecuali .....A. Tidak boleh melakukan kekerasanB. Tidak boleh mabuk minuman kerasC. Tidak boleh berjiwa dengkiD. Tidak boleh berbohongE. Tidak boleh mencampuri urusan oranglain
25. Di samping sebagai kekuatan ritual, Pancasila dijadikan sebagai political force pada masa pemerintahan .....A. Ir SoekarnoB. Suharto
C. MegawatiD. BJ. HabibieE. SBY
26. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) ditetapkan pada tanggal 22 Maret 1978 berdasarkan .....A. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978B. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/196C. Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998D. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000E. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
27. Sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan di negara Indonesia diatur dalam ......A. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XI Pasal 2B. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004C. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966D. Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966E. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967
28. Yang tidak termasuk fungsi hukum di Indonesia adalah .....A. Untuk menyelesaika pertikaianB. Memberikan jaminan dan kepastian HukumC. Menata kehidupan masyarakat agar terib dalam pergaulan hidupD. Melindungi kepentingan manusia dalam masyarakatE. Memelihara dan mempertahankan aturan tata tertib dalam msyarakat
29. Creema dan Rondinelli (1983) membagi desentralisasi menjadi empat tipe yaitu kecuali .......A. Desentralisasi politik
B. Desentralisasi administrasi C. Desentralisasi fiskalD. Desentralisasi ekonomiE. Desentralisasi publik
30. Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah sertapengaturan yang lebih jelas atas sumber-sumber pendapatan negara merupakan konsep otonomi daerah di bidang .....A. sosial budaya B. EkonomiC. Sosial politikD. Umum E. Pusat
31. Salah satu kewenangan pemerintah pusat dalam menyelenggarakan daerah otonom di bidang fiskal misalnya ......A. mendirikan dan membentuk kepolisian negaraB. mendirikan dan membentuk angkatan bersenjataC. mencetak uang dan menentukan nilai mata uangD. menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasianE. memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama
32. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut termasuk dalam kewenangan ......A. PusatB. ProvinsiC. DaerahD. Daerah kabupaten/kotaE. Wakil kepala daerah
33. Contoh hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang diatur dalam ......
A. UU No. 15 tahun 2002B. UU Nomor 1 Tahun 1974.C. UU No.19 Tahun 2002D. UU No. 4 Tahun 2004 E. UU No. 30 Tahun 2002
34. Salah satu kewenangan Mahkamah Agung adalah mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung. Hal ini sesuai dengan .....A. UU No. 3 Tahun 2003B. UU No. 4 Tahun 2004C. UU No. 13 Tahun 2004D. UU No. 25 Tahun 2002E. UU No. 19 Tahun 2002
35. Undang-undang yang mengatur tentang Peradilan Militer yaitu .....A. UU No. 9 Tahun 2004B. UU No. 12 Tahun 2002C. UU No. 7 Tahun 2001D. UU No. 31 Tahun 1997E. UU No. 23 Tahun 1996
36. Korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan cara memperkaya diri dengan menyalahgunakan wewenang karena jabatan atau kedudukan yang berakibat merugikan negara. Pernyataan ini terdapat dalam .....A. UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001B. UU No. 28 Tahun 1999 C. UU No. 20 Tahun 2001D. UU No. 30 Tahun 2002
E. UU No. 28 Tahun 2003
37. UU No. 15 Tahun 2002 mengatur mengenai .....A. tindak pidana korupsiB. sistem mane- jemen sumber daya manusia KPK.C. penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN. D. pemberantasan tindak pidana korupsi. E. tindak pidana pencucian uang
38. Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia ditetapkan dalam .....A. Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999B. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000C. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998D. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1998E. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999
39. Dibawah ini yang merupakan Isi dari Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) adalah…A. Mendobrak kemacetan perekonomianB. Memakmurkan rakyat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945C. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnyaD. Debirokratisasi agar tidak terjadi anarkiE. Menghapuskan aturan yang berbelit-belit
40. Politik Indonesia yang hanya mengejar kemegahan di tengah pergaulan bangsa disebut ….A. bebas aktif B. NEFOC. MercusuarD. KonfrontasiE. Adu domba
41. Pemilihan Umum pertama bagi bangsa Indonesia berhasil dilaksanakan pada masa pemerintahan kabinet ....A. SyahrirB. Amir SyarifudinC. Ali SastroamijoyoD. Burhanudin HarahapE. Djuanda
42. Alasan Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955 karena ...A. tidak membawa suara rakyatB. DPR tidak setuju dengna suara Demokrasi TerpimpinC. DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintahD. DPR tidak setuju dengan manifesto politikE. DPR tidak setuju dengn presiden
43. Pembentukan DPR-GR menurut PenPres No. 3 tahun 1960 didasarkan pada …A. kekuatan partai politikB. kesanggupan bekerjasama dengan pemerintahC. perwakilan dari semua golonganD. hasil pemilu tahun 1955E. keputusan DPR
44. Indonesia membagi dua kekuatan dunia menjadi Nefo dan Oldefo. Politik yang demikian disebut politik ...A. KonfrontasiB. MercusuarC. Bebas aktifD. Balance of powerE. Balance of freedom
45. Panglima Tentara Keenam Belas Jepang di Jawa yang
melantik BPUPKI tanggal 28 Mei 1945 adalah ....A. Letnan Jenderal Kumakici Harada B. Iti BangaseC. Letnan Jendral Kurachi IchigawaD. Jendral KonichiwaE. Ince Bungase
Kunci Jawaban :
1. B. Negara harus menjamin perlindungan hak-hak kaum buruh2. E. Semua jawaban diatas benar3. C. Negara hukum4. E. Perubahannya tidak dapat dilakukan oleh badan legislatif sehari-hari5. D. Semua jawaban a, b dan c di atas benar 6. D. Paling tinggi 7. E. Belanda berusaha menguasai pemerintahan Yogyakarta termasuk keraton8. C. Sosialisme9. A. Meiji Tenno10. B. Kongres (All Indian National Congres) 188511. C. kedaulatan Mesir belum diakui oleh Inggris12. C. Timbulnya kaum terpelajar yang berpaham modern sehingga mereka mengetahui apa itu liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi13. A. Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) 14. B. Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit15. D. kitab Wirataparwa16. C. Empu Panuluh17. A. Ken Arok
18. B. wilayah, kota, atau penguasa19. E. Nilai Kebangsaan 20. B. Keputusan Presiden dan Wakil Presiden21. B. philosofische grondslag22. D. Pancasila sebagai paradigma pembangunan kepribadian bangsa 23. B. Selalu ikut mewujudkan perdamaian dunia lewat hubungan kerja sama dengan bangsa lain24. E. Tidak boleh mencampuri urusan oranglain25. B. Suharto26. A. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/197827. C. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/196628. D. Melindungi kepentingan manusia dalam masyarakat29. E. Desentralisasi publik30. A. sosial budaya 31. C. mencetak uang dan menentukan nilai mata uang32. C. Daerah33. A. UU No. 15 tahun 200234. B. UU No. 4 Tahun 200435. D. UU No. 31 Tahun 199736. A. UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 200137. E. tindak pidana pencucian uang38. B. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 200039. C. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya 40. C. Mercusuar41. D. Burhanudin Harahap42. C. DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah43. A. kekuatan partai politik44. D. Balance of power45. A. Letnan Jenderal Kumakici Harada TAHAPAN SELEKSI MENJADI CALON PRAJA IPDN :
Tahapan Seleksi Penerimaan CPNS Calon Praja IPDN Tahun
Ajaran 2014/2015 menggunakan SISTEM GUGUR, meliputi:
1. Seleksi Administrasi;
2. Psikotest
3. Tes Kesehatan;
4. Tes Kesamaptaan/Jasmani;
5. Tes Kompetensi Dasar (TKD);
6. Wawancara Penentuan Akhir (Pantukhir).
Tes Kompetensi Dasar terdiri dari: Pancasila; UUD 1945;
Pengetahuan Umum (Sejarah, Kebijakan Pemerintah,
Otonomi Daerah, Hukum, Pengetahuan Dalam dan Luar
Negeri); Bahasa Indonesia; Bahasa Inggris; Matematika.
Butir – butir Pancasilaisi butir butir pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannyaterhadap Tuhan Yang Maha Esa.(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang MahaEsa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurutdasar kemanusiaan yang adil dan beradab.(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-bedaterhadap Tuhan Yang Maha Esa.(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dankepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalahmasalah yangmenyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankanibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap TuhanYang Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat danmartabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasisetiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama,kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dansebagainya.(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruhumat manusia.(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasamadengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dankeselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara danbangsa apabila diperlukan.(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah airIndonesia.(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial.(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka TunggalIka.(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusiaIndonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untukkepentingan bersama.(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangatkekeluargaan.(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yangdicapai sebagai hasil musyawarah.(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima danmelaksanakan hasil keputusan musyawarah.(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hatinurani yang luhur.(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkansecara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkatdan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilanmengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayaiuntuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikapdan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdirisendiri.(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifatpemerasan terhadap orang lain.(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifatpemborosan dan gaya hidup mewah.(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan ataumerugikan kepentingan umum.(9) Suka bekerja keras.(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagikemajuan dan kesejahteraan bersama.(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuanyang merata dan berkeadilan sosial.
SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA (Sebagai Ideologi & Dasar Negara)30 Mei 2011 pukul 19:13
Oleh : Junaidi Farhan
Dari berbagai sumber sejarah.
Tiga setengah abad lebih, bangsa kita dijajah bangsa asing.
Tahun 1511 Bangsa Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal sejarah buramnya bangsa ini, disusul Spanyoldan Inggris yang juga berdalih mencari rempah - rempah di bumi Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa Belanda pertama kali datangke Indonesia dibawah pimpinan Houtman dan de Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda mendirikan VOC dan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepadaJepang. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia, sebab tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah melawan tentara Sekutu.
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama tersebut yang dibicarakan khusus mengenai dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama tersebut 2 (dua) Tokoh membahas dan mengusulkan dasar negara yaitu Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.
Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai calon dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan3. Peri Ketuhanan4. Peri Kerakyatan5. Kesejahteraan Rakyat
Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulisyaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa2. Persatuan Indonesia3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno) mengajukan usul mengenai calon dasar negara yaitu :
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)3. Mufakat atau Demokrasi4. Kesejahteraan Sosial5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme2. Sosio demokrasi3. Ketuhanan.
Selanjutnya oleh Bung Karno tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu GOTONG ROYONG.
Selesai sidang pembahasan Dasar Negara, maka selanjutnya pada hari yang sama (1 Juni 1945) para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.
Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas 8 orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno2. Ki Bagus Hadikusumo3. K.H. Wachid Hasjim4. Mr. Muh. Yamin5. M. Sutardjo Kartohadikusumo6. Mr. A.A. Maramis7. R. Otto Iskandar Dinata dan8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujui dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul - usul/ Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo dan Mr. Muh. Yamin. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil merumuskan Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian dikenal dengan sebutan PIAGAM JAKARTA.
Dalam sidang BPUPKI kedua, Tanggal 10 s/d 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Tanggal 9
Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan pada Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan mem-Proklamasi-kan Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama :
1. Mengesahkan Rancangan Hukum Dasar dengan Preambulnya (Pembukaan)
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang sangat panjang, sehingga sebelum mengesahkan Preambul, Drs. Muhammad Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dariIndonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesiabagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata KETUHANAN yang berbunyi 'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan.
Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Bung Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia barusaja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan 'Yang Maha Esa', sehingga Preambule (Pembukaan) UUD1945 disepakati sebagai berikut :
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN (Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilansosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan untuk dapat melaksanakan PANCASILA sebagai ideologi dan dasarnegara sekaligus sebagai pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia, maka Pancasila diterjemahkan dalam butir - butir Pancasila yaitu :
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA :
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang MahaEsa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
Menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankanibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB :
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Berani membela kebenaran dan keadilan. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
3. PERSATUAN INDONESIA :
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dankeselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN :
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA :
Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghormati hak orang lain. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasaN terhadap orang lain. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gayA hidup mewah. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikaN kepentingan umum. Suka bekerja keras. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ideadan logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Ideajuga diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil
perumusan sesuatu pemikiran atau rencana. Kata logia mengandungmakna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal darikata logos dari kata legein yaitu berbicara.
Istilah ideologi sendiri pertama kali dilontarkan oleh AntoineDestutt de Tracy (1754 – 1836), ketika bergejolaknya RevolusiPrancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi dapatdisimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan ataupengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam pikiran.Dalamtinjauan terminologis, ideology is Manner or content of thinkingcharacteristic of an individual or class (cara hidup/ tingkahlaku atau hasil pemikiran yang menunjukan sifat-sifat tertentudari seorang individu atau suatu kelas).
Ideologi adalah ideas characteristic of a school of thinkers aclass of society, a plotitical party or the like (watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalammasyarakat atau partai politik atau pun lainnya). Ideologiternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakanpemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasarini dia harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan.Ketiga, selain kedua hal tadi, dia juga harus memiliki metodepraktis bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan, dijagaeksistesinya dan disebarkan.
Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memilikinilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila telahteruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupanbernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud darikonsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalahsebuah desain negara moderen yang disepakati oleh para pendirinegara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasiladilestarikan dari generasi ke generasi.
Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saatberlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha PersiapanKemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).
Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasarnegara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan dengan
fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam, serta jiwa danhasrat yang mendalam, serta perjuangan suatu bangsa senantiasamemiliki karakter sendiri yang berasal dari kepribadian bangsa.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pancasila secara formalyudiris terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Di sampingpengertian formal menurut hukum atau formal yudiris makaPancasila juga mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti(unsur-unsur yang menyusun Pancasila tersebut). Tepat 64 tahunusia Pancasila, sepatutnya sebagai warga negara Indonesia kembalimenyelami kandungan nilai-nilai luhur tersebut.
Ketuhanan (Religiusitas)Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitanindividu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatansakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan sebagaipandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan,yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupunsemangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baikyang dilakukannya.
Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan YangMaha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiappenduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dankepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatukeharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yangberiman kepada Tuhan, dan masyarakat yang beragama, apapun agamadan keyakinan mereka.
Kemanusiaan (Moralitas)Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatukesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebabsetiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna,yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentulebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untukmengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur,dan mengenal hukum universal.
Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupanmasyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan
usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk sikaphidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.
Persatuan (Kebangsaan) IndonesiaPersatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian,kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untukbersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayangkepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke. PersatuanIndonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dansempit, namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendirisecara lebih objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan RepublikIndonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang danterdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaantersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikanpersatuan Indonesia.
Permusyawaratan dan PerwakilanSebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingandengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadikesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas dasartujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yangmenjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia,mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatanyang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau beradadalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan danpembaharuan.
Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkanrakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, danmembebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok danaliran tertentu yang sempit.
Keadilan SosialNilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkanketidak berpihakkan, keseimbangan, serta pemerataan terhadapsuatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semuabermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secaraorganik, dimana setiap anggotanya mempunyai kesempatan yang samauntuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan
aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupukperwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehinggakesejahteraan tercapai secara merata.
SEJARAH PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA
A. Warisan Kolonial
Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan Staatsblaad
No. 329 yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang
mempunyai keuangan sendiri. Kemudian staatblaad ini deperkuat
dengan Staatblaad No. 137/1905 dan S. 181/1905. Pada tahun 1922,
pemerintah kolonial mengeluarkan sebuah undang-undang S.
216/1922. Dalam ketentuan ini dibentuk sejumlah provincie,
regentschap, stadsgemeente, dan groepmeneenschap yang semuanya
menggantikan locale ressort. Selain itu juga, terdapat
pemerintahan yang merupakan persekutuan asli masyarakat setempat
(zelfbestuurende landschappen).
Pemerintah kerajaan satu per satu diikat oleh pemerintahan
kolonial dengan sejumlah kontrak politik (kontrak panjang maupun
kontrak pendek). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan
kolonial, warga masyarakat dihadapkan dengan dua administrasi
pemerintahan.
B. Masa Pendudukan Jepang
Ketika menjalar PD II Jepang melakukan invasi ke seluruh
Asia Timur mulai Korea Utara ke Daratan Cina, sampai Pulau Jawa
dan Sumatra. Negara ini berhasil menaklukkan pemerintahan
kolonial Inggris di Burma dan Malaya, AS di Filipina, serta
Belanda di Daerah Hindia Belanda. Pemerintahan Jepang yang
singkat, sekitar tiga setengah tahun berhasil melakukan
perubahan-perubahan yang cukup fundamental dalam urusan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di wilayah-wilayah bekas
Hindia Belanda. Pihak penguasa militer di Jawa mengeluarkan
undang-undang (Osamu Seire) No. 27/1942 yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pada masa Jepang pemerintah daerah hampir tidak memiliki
kewenangan. Penyebutan daerah otonom bagi pemerintahan di daerah
pada masa tersebut bersifat misleading.
C. Masa Kemerdekaan
1. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 menitikberatkan pada asas
dekonsentrasi, mengatur pembentukan KND di keresidenan,
kabupaten, kota berotonomi, dan daerah-daerah yang dianggap perlu
oleh mendagri. Pembagian daerah terdiri atas dua macam yang
masing-masing dibagi dalam tiga tingkatan yakni:
1) Provinsi
2) Kabupaten/kota besar
3) Desa/kota kecil.
UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat
darurat dan segera saja. Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri
dari 6 pasal saja dan tidak memiliki penjelasan.
2. Periode Undang-undang Nomor 22 tahun 1948
Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di
Indonesia adalah UU Nomor 22 tahun 1948 yang ditetapkan dan mulai
berlaku pada tanggal 10 Juli 1948. Dalam UU itu dinyatakan bahwa
daerah Negara RI tersusun dalam tiga tingkat yakni:
a) Propinsi
b) Kabupaten/kota besar
c) Desa/kota kecil
d) Yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.
3. Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957
Menurut UU No. 1 Tahun 1957, daerah otonom diganti dengan
istilah daerah swatantra. Wilayah RI dibagi menjadi daerah besar
dan kecil yang berhak mengurus rumah tangga sendiri, dalam tiga
tingkat, yaitu:
1) Daerah swatantra tingkat I, termasuk kotapraja Jakarta Raya
2) Daerah swatantra tingkat II
3) Daerah swatantra tingkat III.
UU No. 1 Tahun 1957 ini menitikberatkan pelaksanaan otonomi
daerah seluas-luasnya sesuai Pasal 31 ayat (1) UUDS 1950.
4. Periode Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959
Penpres No. 6 Tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 7
November 1959 menitikberatkan pada kestabilan dan efisiensi
pemerintahan daerah, dengan memasukkan elemen-elemen baru.
Penyebutan daerah yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri
dikenal dangan daerah tingkat I, tingkat II, dan daerah tingkat
III.
Dekonsentrasi sangat menonjol pada kebijakan otonomi daerah pada
masa ini, bahwa kepala daerah diangkat oleh pemerintah pusat,
terutama dari kalangan pamong praja.
5. Periode Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965
Menurut UU ini, wilayah negara dibagi-bagi dalam tiga tingkatan
yakni:
1) Provinsi (tingkat I)
2) Kabupaten (tingkat II)
3) Kecamatan (tingkat III)
Sebagai alat pemerintah pusat, kepala daerah bertugas
memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisional di daerahnya,
menyelenggarakan koordinasi antarjawatan pemerintah pusat di
daerah, melakukan pengawasasan, dan menjalankan tugas-tugas lain
yang diserahkan kepadanya oleh pemerintah pusat. Sebagai alat
pemerintah daerah, kepala daerah mempunyai tugas memimpin
pelaksanaan kekuasaan eksekutif pemerintahan daerah,
menandatangani peraturan dan keputusan yang ditetapkan DPRD, dan
mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan.
6. Periode Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
UU ini menyebutkan bahwa daerah berhak mengatur, dan
mengatur rumah tangganya berdasar asas desentralisasi. Dalam UU
ini dikenal dua tingkatan daerah, yaitu daerah tingkat I dan
daerah tingkat II. Daerah negara dibagi-bagi menurut tingkatannya
menjadi:
1) Provinsi/ibu kota negara
2) Kabupaten/kotamadya
3) Kecamatan
Titik berat otonomi daerah terletak pada daerah tingkat II
karena daerah tingkat II berhubungan langsung dengan masyarakat
sehingga lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat. Prinsip
otonomi dalam UU ini adalah otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab.
7. Periode Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
Pada prinsipnya UU ini mengatur penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang lebih mengutamakan desentralisasi. Pokok pikiran
dalam penyusunan UU No. 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip
pembagian kewenangan berdasarkan asas desentralisasi dalam
kerangka NKRI.
2) Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan
dekonsentrasi adalah daerah provinsi sedangkan daerah yang
dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten
dan daerah kota.
3) Daerah di luar provinsi dibagi dalam daerah otonomi.
4) Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten.
Secara umum, UU No. 22 tahun 1999 banyak membawa kemajuan
bagi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi
sesuai perkembangan keinginan masyarakat daerah, ternyata UU ini
juga dirasakan belum memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan
bagi masyarakat.
8. Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004
tentang pemerintah Daerah yang dalam pasal 239 dengan tegas
menyatakan bahwa dengan berlakunya UU ini, UU No. 22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi. UU
baru ini memperjelas dan mempertegas hubungan hierarki antara
kabupaten dan provinsi, antara provinsi dan pemerintah pusat
berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah.
Pemerintah pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi, dan
evaluasi terhadap pemerintahan di bawahnya, demikian juga
provinsi terhadap kabupaten/kota. Di samping itu, hubungan
kemitraan dan sejajar antara kepala daerah dan DPRD semakin
dipertegas dan diperjelas.
Sejarah Undang-undang Pemerintahan Daerah
Ditulis oleh Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945,
Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran
serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas,
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, perlu
memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan
antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman
daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan
dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu
diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan
global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut,
daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai
dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan
otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyenggaraan
pemerintahan negara.
Namun seiring dengan adanya perubahan undang-undang
mengenai pemerintahan daerah maka kewenangan
penyelenggaraan daerah juga berbeda dari masing-masing
perubahan tersebut. Dari semenjak kemerdekaan sampai
dengan sekarang sudah terjadi sembilan kali (9x) perubahan
perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan
daerah. Perubahan tersebut terjadi karena adanya berbagai
perubahan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
disesuaikan dengan perubahan zaman.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik untuk membuat makalah dengan judul ”Pengaturan
Kewenangan Pemerintah Daerah sebagai Akibat Perubahan
Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah”.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana sejarah perubahan Undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah dari tahun 1957 sampai dengan sekarang
?
1.2.2. Bagaimana pengaturan Kewenangan Pemerintah Daerah
terkait dengan perubahan undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah ?
2. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum.
Secara umum, penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan
ilmu hukum, utamanya sejarah hukum mengenai perubahan
perundang-undangan di Indonesia.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus ini dibagi menjadi dua, yaitu :
2.2.1. Untuk mengetahui sejarah perubahan Undang-undang
tentang Pemerintahan Daerah dari tahun 1957 sampai dengan
sekarang.
2.2.2. Untuk mengetahui pengaturan Kewenangan Pemerintah
Daerah terkait dengan perubahan undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah.
3. Metode Penelitian
Metode adalah Metode adalah suatu prosedur atau cara
untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah
sistematis [1]. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Jenis Penelitian
Penulis menggunakan Metode Penelitian Hukum Normatif,
dimana penulis ingin menganalisis permasalahan berdasarkan
urutan perundang-undangan yang pernah dan sedang berlaku.
Metode Pendekatan
Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan
perundang-undangan (Statute Approach) dan Pendekatan Sejarah
Hukum (Historical Approach). Pendekatan perundang-undangan
digunakan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan
hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam
penelitian ini[2]. Pendekatan Sejarah Hukum digunakan
karena setiap aturan perundang-undangan pasti memiliki
latar belakang sejarah yang berbeda[3]
Sumber Bahan Hukum
Sumber Bahan Hukum diperoleh dari :
Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat[4]. Dalam makalah ini yang digunakan adalah
undang-undang tentang Pemerintahan Daerah baik yang
pernah berlaku maupun yang sedang berlaku.
Bahan Hukum Skunder, yaitu bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer[5]. Dalam
makalah ini yang digunakan adalah buku-buku dan
pendapat pakar hukum yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Sejarah perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah
dari tahun 1957 sampai dengan sekarang.
Kalau kita ingin tahu tentang baik buruknya dan sebab
musabab diatur sedemikian dalam suatu peraturan perundang-
undangan maka salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah
melihat sejarah perubahan dari berlakunya suatu produk
perundang-undangan. Dalam hal ini, peran sejarah sangat
penting sebagaimana diutarakan oleh sejarawan Polandia B.
Miskiewicz, dikatakan bahwa :
Tugas sejarah adalah memeriksa dengan teliti kejadian-kejadian historis, artinya menelusuri otentisitas dankesungguhan pengetahuan akan fakta-fakta, maupun hubungansatu dengan yang lain di dalam proses sejarah tersebut dandari sini menurunkan dalil-dalil, hukum-hukum dankecenderungan-kecenderungan masyarakat. Fakta-fakta tersebutditentukan berdasarkan bahan-bahan yang digali dari sumber-sumber dan dari sini melalui metode-metode penelitian yangterukur membaca kehidupan individuil dan kemasyarakatanmanusia [6].
Dengan melihat sejarah perubahan perundang-undangan yang
ada kita dapat mengetahui maksud yang diinginkan dari
perubahan tersebut, sehingga dengan demikian kita mudah
memahami norma-norma yang ada dalam suatu produk perundang-
undangan.
Dengan keterbatasan yang dimiliki penulis, dalam makalah
ini penulis ingin menguraikan tentang sejarah perubahan
undang-undang tentang Pemerintahan Daerah mulai dari tahun
1957 sampai dengan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah
yang berlaku sekarang di Indonesia.
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957
Ada 4 (empat) persoalan besar yang mau diselesaikan dalam
undang-undang ini yang sebelumnya belum dapat
diselesaikan, yaitu:
1. Bagaimana seharusnya isi otonomi itu;
2. Berapa selayaknya jumlah tingkat-tingkat yang dapat
dibentuk dalam sistem otonomi itu;
3. Bagaimana seharusnya kedudukan Kepala Daerah berhadapan
dengan otonomi itu; dan
4. Bagaimana dan apa isi pengawasan yang tak boleh tidak
harus dilakukan terhadap daerah-daerah otonomi oleh
penguasa pusat.
Secara umum undang-undang ini bermaksud untuk
mengatur sebaik-baiknya soal-soal yang semata-mata
terletak dalam lapangan otonomi dan ”medebewind” diseluruh
wilayah Negara Republik Indonesia.
Disamping itu, undang-undang ini juga merancang
tentang Pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Dimana
Kepala Daerah haruslah seorang yang dekat kepada dan
dikenal oleh masyarakat daerah yang bersangkutan, oleh
karena itu Kepala Daerah haruslah seorang yang mendapat
kepercayaan dari rakyat tersebut dan diserahi kekuasaan
atas kepercayaan rakyat itu. Akan tetapi meskipun pada
azasnya seorang Kepala Daerah harus dipilih secara
langsung, namun sementara waktu dipandang perlu
memperhatikan pula keadaan yang nyata dan perkembangan
masyarakat di daerah-daerah yang kenyataannya belum bisa
sampai ke taraf itu, yang dapat menjamin berlangsungnya
pemilihan dengan diperolehnya hasil dari pemilihan itu
yang sebaik-baiknya. Untuk sementara waktu Kepala Daerah
tetap dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
mmperhatikan syarat-syarat kecakapan dan pengetahuan yang
diperlukan bagi jabatan tersebut.
b. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965
Perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah
dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 ke Undang-undang
Nomor 18 tahun 1965 dilatarbelakangi karena perkembangan
ketatanegaraan setelah Dekrit Presiden Republik Indonesia
tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakukanya kembali
Undang-undang Dasar 1945, maka undang-undang ini disusun
untuk malaksanakan Pasal 18 UUD dengan berpedoman kepada
Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-garis
Besar Haluan Negara yang dipidatokan Presiden pada tanggal
17Agustus 1959 dan telah diperkuat oleh Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Nomor 1/MPRS/1960
bersama dengan segala pedoman pelaksanaannya.
Sesuai dengan Ketetapan MPRS Nomor: II/MPRS/1960 dan
Keputusan Presiden Nomor: 514 tahun 1961, maka undang-
undang ini mencakup segala pokok-pokok (unsur-unsur) yang
progresif dari Undang-undang No. 22 Tahun 1948, Undang-
undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No. 6 Tahun
1959 (disempurnakan), Penetapan Presiden No. 2 tahun 1960
dan Penetapan Presiden No. 5 Tahun 1960 (disempurnakan)
juncto Penetapan Presiden No. 7 Tahn 1965 dengan maksud
dan tujuan berdasarkan gagasan Demokrasi Terpimpin dalam
rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan berlakunya satu saja undang-undang tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Daerah ini, maka dapatlah
diakhiri kesimpangsiuran dibidang hukum yang menjadi
landasan bagi pembentukan dan penyusunan Pemerintahan
Daerah dan dapat diakhiri pula segala kelemahan demokrasi
liberal, sehingga akan terwujudlah pemerintahan daerah
yang memenuhi sifat-sifat dan syarat-syarat yang
dikehendaki oleh Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yaitu
stabil dan berkewibawaan yang mencerminkan kehendak
rakyat, revolusioner dan gotong royong, serta terjaminnya
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-undang
ini berkehendak membagi habis seluruh Negara Republik
Indonesia dalam tiga tingkatan daerah yang berhak mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri (Otonomi).
c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
Perubahan ini disebabkan karena Undang-undang
sebelumnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan pada waktu itu, dimana sesuai dengan sifat Negara
Kesatuan Republik Indonesia maka kedudukan Pemerintah
Daerah sejauh mungkin diseragamkan. Disamping itu untuk
menjamin terselenggaranya tertib pemerintahan, wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu dibagi atas
daerah besar dan daerah kecil, baik yang bersifat otonom
maupun yang bersifat administratif.
d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
Undang-undang ini pada prinsipnya mengatur
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi, karena
Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut
asas Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah
untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan kata lain
perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah dari
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 ke Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 adalah perubahan dari penyerahan urusan ke
pengakuan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan
menguruh sendiri rumah tangganya.
Hal-hal mendasar dalam undang-undang ini adalah
mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan
prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Oleh
karena itu, undang-undang ini menempatkan otonomi daerah
secara utuh pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, yang
dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 berkedudukan
sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II dan Kotamadya daerah
Tingkat II. Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tersebut
berkedudukan sebagai Daerah Otonom mempunyai kewenangan
dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan
menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. Propinsi daaerah
Tingkat I menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1974, dalam
undang-undang ini dijadikan daerah Propinsi dengan
kedudukan sebagai Daerah Otonom dan sekaligus Wilayah
Administrasi, yang melaksanakan kewenangan Pemerintah
Pusat yang didelegasikan kepada Gubernur. Daerah Propinsi
bukan merupakan Pemerintahan atasan dari daerah Kabupaten
dan Daerah Kota. Dengan demikian, Daerah Otonomi Propinsi
dan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak mempunyai
hubungan hierarki.
Prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah yang
dijadikan pedoman dalam undang-undang ini adalah sebagai
berikut:
1. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan
memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan,
serta potensi dan keanekaragaman daerah;
2. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas,
nyata, dan bertanggungjawab;
3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan
pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Otonomi
Daerah Propinsi merupakan otonomi yang terbatas;
4. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan
konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang
serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah;
5. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan
kemandirian daerah otonom, dan karenanya dalam Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada lagi wilayah
Administrasi;
6. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan
peranan dan fungsi Badan Legislatif Daerah, baik sebagai
fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran
atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
7. Pelaksanaan Asas Dekonsentrasi diletakkan pada Daerah
Propinsi dalam kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi
untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang
dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah;
dan
8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak
hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari
pemerintah dan Daerah kepada Desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
e. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Perubahan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 ke
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, disamping karena adanya
perubahan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945, juga memperhatikan beberapa Ketetapan MPR dan
Keputusan MPR, seperti; Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000
tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah; dan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002
tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan MPR
RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, dan MA pada sidang
tahunan MPR Tahun 2002 dan Keputusan MPR Nomor 5/MPR/2003
tentang Penugasan kepada MPR-RI untuk menyampaikan saran
atas laporan pelaksanaan keputusan MPR-RI oleh Presiden,
DPR,BPK dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2003.
Perubahan ini juga memperhatikan perubahan Undang-
undang terkait dibidang politik, diantaranya ; Undang-
undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilu, Undang-undang
Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,DPR
DPD dan DPRD, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dan lain-lain
1.2. Pengaturan kewenangan Pemerintah Daerah terkait dengan
perubahan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah.
Terkait dengan adanya perubahan undang-undang maka
kewenangan Pemerintah Daerah juga mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan dan iklim politik yang ada. Berikut ini
akan penulis uraikan sejarah kewenangan Pemerintah Daerah
yang diatur pada masing-masing undang-undang yang pernah dan
sedang berlaku tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan
Pemerintah Daerah berdasarkan :
1.2.1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah.
Yang dianggap sebagai Pemerintah Daerah dalam
undang-undang ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan Dewan Pemerintah Daerah (Pasal 5).
Kewenangan DPRD dinyatakan dalam Pasal 31 ayat (1),
35, dan 36 undang-undang ini, diantaranya :
a. Mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga
daerahnya kecuali urusan yang oleh undang-undang ini
diserahkan kepada penguasa lain.
b. Dapat membela kepentingan daerah dan penduduknya ke
hadapan Pemerintah dan Dewan Perwakilan rakyat.
c. Untuk kepentingan daerah atau untuk kepentingan
pekerjaan tersebut dapat membuat peraturan-peraturan
yang disebut dengan peraturan daerah.
Kewenangan Dewan Pemerintah Daerah dinyatakan dalam
Pasal 44, 45, dan 49 undang-undang ini, diantaranya:
a. Menjalankan keputusan-keputusan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
b. Menetapkan peraturan-peraturan penyelenggaraan dari
Peraturan Daerah.
c. Mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan.
Dalam hal-hal yang dipandang perlu Dewan Pemerintah
Daerah dapat menunjuk seorang kuasa untuk
menggantinya.
1.2.2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah
Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan
Dewan Perwakilan Daerah (Pasal 5). Kewenangan Pemerintah
Daerah dinyatakan dalam Pasal 39 ayat (1), dan 40 ayat
(1), diantaranya :
a. Berhak dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah
tangga daerahnya.
b. Urusan-urusan pemerintahan baik sebagian atau
seluruhnya yang telah dipisahkan dari tangan
Pemerintah Pusat.
Kepala Daerah dalam undang-undang ini menjalankan 2
(dua) fungsi yaitu sebagai alat Pemerintah Pusat dan
sebagai alat Pemerintah Daerah. Sebagai alat Pemerintah
Pusat, Kepala Daerah berwenang :
a. Memegang pimpinan kebijaksanaan politik didaerahnya,
dengan mengindahkan wewenang-wewenang yang ada pada
pejabat-pejabat yang bersangkutan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Menyelenggarakan koordinasi antara jawatan-jawatan
Pemerintah Pusat di daerah, antara jawatan-jawatan
tersebut dengan Pemerintah Daerah.
c. Melakukan Pengawasan atas jalannya Pemerintahan
Daerah.
d. Menjalankan tugas-tugas lain yang diserahkan
kepadanya oleh Pemerintah Pusat.
Sebagai alat Pemerintah Daerah, Kepala Daerah
memimpin pelaksanaan kekuasaan eksekutif Pemerintah
Daerah baik dibidang urusan rumah tangga daerah maupun
bidang pembantuan.
Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dinyatakan dalam
Pasal 49 dan 55 undang-undang ini, diantaranya:
a. Menetapkan Peraturan-peraturan daerah untuk
kepentingan daerah atau untuk melaksanakan peraturan-
peraturan yang lebih tinggi tingkatannya yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada daerah.
b. Dapat membela kepentingan daerah dan penduduknya
kepada Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan Kepala Daerah yang lebih
tinggi tingkatannya dengan sepengetahuan Kepala
Daerah yang bersangkutan.
1.2.3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah
Dalam rangka otonomi daerah Pasal 7 undang-undang
ini menyatakan bahwa: ” Daerah berhak, berwenang, dan
berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah dalam
undang-undang ini adalah Kepala Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Kewenangan Kepala Daerah dinyatakan dalam Pasal 22
ayat (1), 23 dan 38, diantaranya:
a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
b. Mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan,
bila dipandang perlu dapat menunjuk seorang kuasa
atau lebih untuk mewakilinya.
c. Menetapkan Peraturan Daerah dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diatur
dalam Pasal 29 undang-undang ini, diantaranya:
a. Mengenai Anggaran
b. Mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota.
c. Meminta Keterangan
d. Mengadakan perubahan
e. Mengajukan pernyataan pendapat
f. Prakarsa
g. Penyelidikan
1.2.4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah
Kewenangan daerah dalam Pasal 7 undang-undang ini
mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama, serta kewenangan bidang lain yang meliputi:
a. kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan nasional secara makro
b. dana perimbangan keuangan
c. sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian
negara
d. pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia
e. pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi
yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional.
Kalau kita kaitkan dengan ”Teori Sisa” maka secara
terperinci mengenai kewenangan daerah adalah selain yang
dikecualikan dalam Pasal 7 diatas. Selain itu yang
menjadi kewenangan daerah yang diatur dalam Pasal 10
undang-undang ini, yaitu mengelola sumber daya nasional
yang tersedia diwilayahnya dan bertanggungjawab
memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam Wilayah laut
meliputi : eksplorasi, pengaturan tata ruang, penegakan
hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah
atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah, dan
bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah
dalam undang-undang ini adalah Kepala Daerah beserta
perangkat daerah lainnya (Pasal 14 ayat (2)). Kewenangan
Kepala Daerah dinyatakan dalam Pasal 44 ayat (1), 69,
diantaranya:
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD
b. menetapkan peraturan daerah atas persetujuan DPRD
dalam rangka penyelenggaraan otonomi Daerah.
Sedangkan Perangkat Daerah lainnya, diantaranya:
a. Sekretariat Daerah, yang berkewajiban membantu Kepala
Daerah dalam menyusun kebijakan serta membina
hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis dan unit
pelaksana lainnya (Pasal 61 ayat (5)).
b. Dinas Daerah, yaitu melaksanakan penyelenggaraan
wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada
Gubernur selaku wakil pemerintah dalam rangka
dekonsentrasi (Pasal 63).
1.2.5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan
menjadi urusan pemerintah, yaitu meliputi: politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional dan agama (Pasal 10 ayat (1) dan (3)).
Urusan pemerintahan daerah dibagi menjadi urusan wajib
dan urusan pilihan. Urusan Wajib adalah urusan yang
sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan
dasar warga negara. Sedangkan Urusan Pilihan adalah
urusan yang secara nyata ada didaerah dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.
Kewenangan Pemerintahan Daerah, diantaranya:
1. Urusan Wajib, dimana urusan dalam skala provinsi
dilaksanakan oleh Pemerintahan Provinsi, yang
berskala kabupaten/Kota dilaksanakan oleh
Pemerintahan Kabupaten/Kota, yang meliputi :
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat
d. penyediaan sarana dan prasarana umum
e. penanganan bidang kesehatan
f. penyelenggaraan pendidikan
g. penanggulangan masalah sosial
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan
i. fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan
menengah
j. pengendalian lingkungan hidup
k. pelayanan pertanahan
l. pelayanan kependudukan dan catatan sipil
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. pelaksanaan administrasi penanaman modal
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh
peraturan perundang-undangan.
2. Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan meliputi
urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di
wilayah laut (Pasal 18 ayat (3)), meliputi:
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan
kekayaan laut;
b. pengaturan administratif;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan
oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oelh
pemerintah;
e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan
f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.
Untuk melaksanakan kewenangannya dalam rangka
penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai hak (Pasal
21), yaitu:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah;
dan
h. mendapatkan hak lainnyayang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah
dalam undang-undang ini adalah Gubernur, Bupati, atau
Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah (Pasal 1 angka 3).
Dimana dalam Pasal 24 ayat (2), dinyatakan bahwa: Kepala
Daerah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten
disebut Bupati dan untuk Kota disebut Walikota.
Kepala Daerah mempunyai kewenangan ( Pasal 25), yaitu
meliputi:
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD;
b. mengajukan rancangan Perda;
c. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan
bersama DPRD;
d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD
kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;
e. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;
f. mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan,
dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Perangkat daerah lain, terdiri dari:
a. Sekretariat Daerah, yang mempunyai tugas dan
kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun
kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan
lembaga teknis daerah.
b. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah
c. Lembaga Teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas
kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk
badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari Pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
1. Sejarah perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan
Daerah dari tahun 1957 sampai dengan sekarang dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diterapkan sistem
Desentralisasi
b. Pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 diterapkan
sistem Sentralisasi
c. Pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 diterapkan sistem
Sentralisasi
d. Pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 diterapkan
sistem Desentralisasi
e. Pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 diterapkan
sistem Desentraisasi namun dalam pelaksanaannya masih
setengah hati.
2. Pengaturan Kewenangan Pemerintah Daerah terkait dengan
perubahan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah selalu
mengalami perubahan sesuai dengan Sistem Pemerintahan yang
diterapkan pada saat undang-undang bersangkutan
diberlakukan.
3.2. Saran
Kepada Para pengambil kebijakan pemerintahan khususnya
dalam hal pembuatan undang-undang yaitu legislatif hendaknya
dalam melakukan perubahan terhadap suatu produk perundang-
undangan memperhatikan faktor-faktor yuridis, filosofis dan
sosiologis dari tujuan perubahan itu, agar produk berikutnya
dapat bertahan lebih lama.
DAFTAR PUSATAKA
I. Buku
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian
Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, 2007,
Sejarah Hukum, Bandung: PT Refika Aditama.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2004, Metodologi
Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ibrahim, Johnny, 2006, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif,
Malang: Bayumedia Publishing.
II. Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1957 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1965 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah