Contoh Latihan Soal CPNS

71
Contoh Latihan Soal CPNS Soal CPNS : Tes Wawasan Kebangsaan TWK 1. Pokok ajaran sosialisme yang sejalan dengan ajaran pancasila adalah…. A. Negara harus memelopori upaya penghapusan hak milik pribadi B. Negara harus menjamin perlindungan hak-hak kaum buruh C. Pemerintah negara harus dijalankan oleh diktator ploterariat D. Kaum buruh harus melakukan perjuangan melawan kelas atas dan menengah E. Semua alat negara dipergunakan untuk mewujudkan komunisme 2. Pada umumnya setiap Konstitusi berisi ketentuan tentang…. A. Pembagian kekuasaan negara B. Dasar negara Pancasila C. Perlindungan hak asasi manusia D. Jawaban a dan c benar E. Semua jawaban diatas benar 3. Paham yang menghendaki adanya pembatasan kekuasaan pemerintah melalui hukum dasar yang tertulis disebut…. A. Absolutisme B. Konstitusionalisme C. Negara hukum D. Positivisme e. Rule of law 4. Menurut C.F. Strong, suatu konstitusi disebut kaku apabila….. A. Hanya mengatur hal-hal yang pokok saja B. Mudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman C. Perubahannya dilakukan oleh badan legislatif sehari-hari

Transcript of Contoh Latihan Soal CPNS

Contoh Latihan Soal CPNSSoal CPNS : Tes Wawasan Kebangsaan TWK1. Pokok ajaran sosialisme yang sejalan dengan ajaran pancasila adalah…. A. Negara harus memelopori upaya penghapusan hak milik pribadiB. Negara harus menjamin perlindungan hak-hak kaum buruh C. Pemerintah negara harus dijalankan oleh diktator ploterariat D. Kaum buruh harus melakukan perjuangan melawan kelas atas dan menengah E. Semua alat negara dipergunakan untuk mewujudkan komunisme

2. Pada umumnya setiap Konstitusi berisi ketentuan tentang….

A. Pembagian kekuasaan negara B. Dasar negara Pancasila C. Perlindungan hak asasi manusia D. Jawaban a dan c benar E. Semua jawaban diatas benar

3. Paham yang menghendaki adanya pembatasan kekuasaan pemerintah melalui hukum dasar yang tertulis disebut…. A. Absolutisme B. Konstitusionalisme C. Negara hukum D. Positivisme e. Rule of law

4. Menurut C.F. Strong, suatu konstitusi disebut kaku apabila….. A. Hanya mengatur hal-hal yang pokok saja B. Mudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman C. Perubahannya dilakukan oleh badan legislatif sehari-hari

D. Tidak mudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman E. Perubahannya tidak dapat dilakukan oleh badan legislatif sehari-hari

5. Di negara demokrasi, Konstitusi/Undang-Undang Dasar berfungsi sebagai sarana…. A. Membatasi kekuasaan lembaga-lembaga negara B. Menentukan kekuasaan lembaga-lembaga negara C. Menjamin hak-hak asasi warga negara D. Semua jawaban a, b dan c di atas benar E. Jawaban a dan c benar

6. Semua peraturan prundang-undangan dalam suatu negara harus tidak bertentangan dengan konstitusi, karena konstitusi berkedudukan sebagai hukum yang….. A. Paling bagus B. Paling mengikat C. Paling mendasar D. Paling tinggi E. Paling lengkap

7. Sebab- sebab perlawanan Diponegoro terhadap Belanda di Yogyakarta antara lain sebagai berikut kecuali .....A. Adanya kekecewaan dan kebencian kerabat istana terhadap tindakan Belanda yang makin intensif mencampuri urusan keratonB. Adanya kebencian rakyat dan para petani akibat tekanan pajak yang sangat memberatkanC. Adanya kekecewaan di kalangan para bangsawan, karena hak-haknya banyak yang dikurangiD. adanya pembuatan jalan oleh Belanda melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. E. Belanda berusaha menguasai pemerintahan Yogyakarta

termasuk keraton

8. Suatu gerakan politik yang efektif dan terorganisir yang muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai ekses-ekses dari Revolusi Industri yaitu .....A. NasionalismeB. LiberalismeC. SosialismeD. Kapitalisme E. Demokrasi

9. Diciptkannya bendera kebangsaan Jepang Hinomoru dan lagu kebangsaan Jepang yaitu Kimigayo adalah pada masa pemerintahan ......A. Meiji TennoB. Shogun Tokugawa C. Iyeyashu TokugawaD. Yoshinobu E. Kaisar K'ang

10. Salah satu gerakan nasional India yang memiliki konsep aliran Ekstrim (radikal) yang menuntut kemerdekaan penuh (purna swaraj) dengan tokohnya Tilak dan Jawaharlal Nehru yaitu .....A. Brahma Samad B. Kongres (All Indian National Congres) 1885C. Rama Krisna D. Santineketan E. Liga Muslim (Muslim League) 1906

11. Salah satu isi pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal 28 Februari 1922 antara Inggris dan Mesir adalah bahwa Inggris berhak atas empat masalah pokok, seperti berikut kecuali .....

A. mempertahankan Terusan SuezB. mempergunakan daerah militer untuk operasi militerC. kedaulatan Mesir belum diakui oleh InggrisD. mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lainE. melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya

12. Sebab-sebab Kerajaan Turki Usmani terus mengalami kemunduran pada abad ke-19 adalah sebagai berikut kecuali ....A. Tidak ada lagi sultan-sultan yang kuat dan besarB. Intrik-intrik dalam istana semakin merajalelaC. Timbulnya kaum terpelajar yang berpaham modern sehingga mereka mengetahui apa itu liberalisme, nasionalisme, dan demokrasiD. Tentara Janisari yang terkenal telah merosot martabatnya menjadi pengacau kerajaan daripada pembela kerajaanE. Revolusi Prancis mengilhami negara-negara bagian untuk merdeka (seperti, Yunani, Bulgaria, Serbia, Rumania, dan Mesir)

13. Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir, merupakan isi dari deklarasi .....A. Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) B. Perjanjian LausanneC. Perjanjian SevresD. Perjanjian Portsmouth E. Declaration of Independce

14. Salah satu faktor intern lahirnya pergerakan nasional Indonesia adalah .....A. Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di IndiaB. Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman

Sriwijaya dan MajapahitC. Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di TurkiD. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905) menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa BaratE. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia, seperti liberalisme, dan lain-lain.

15. Pada masa Dharmawangsa berhasil disadur kitab Mahabaratake dalam bahasa Jawa Kuno yang disebut ....A. kitab Arjuna WiwahaB. kitab Bharatayudha C. kitab HariwangsaD. kitab WirataparwaE. kitab Smaradhahana

16. Kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya disusun oleh ....A. Empu KanwaB. Empu SedahC. Empu PanuluhD. Empu DharmajaE. Empu Tan Akung

17. Raja pertama Singasari yang menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa) yaitu .....A. Ken Arok B. Anusapati C. Tohjoyo D. Ranggawuni E. Kertanegara

18. Kata “negara“ yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta “nagari“ atau “negara“ yang

berarti ....A. tempat tinggalB. wilayah, kota, atau penguasaC. menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiriD. suatu keadaan yang menunjukkan sifatE. keadaan tegak dan tetap

19. Berikut ini yang tidak termasuk nilai dasar Pancasila adalah ....A. Nilai KetuhananB. Nilai KeadilanC. Nilai KemanusiaanD. Nilai KerakyatanE. Nilai Kebangsaan

20. Nilai instrumental Pancasila dapat ditemukan dalam perangkat negara berikut ini kecuali .....A. UUD 1945B. Keputusan Presiden dan Wakil PresidenC. Ketetapan MPRD. Undang-undangE. Pertaturan pemerintah

21. Pancasila sebagai dasar Negara juga disebut sebagai ....A. way of lifeB. philosofische grondslagC. idealismeD. fleksibelitasE. de Staat

22. Pancasila sebagai paradigma mencakup hal-hal berikut kecuali ....A. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politikB. Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi

C. Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budayaD. Pancasila sebagai paradigma pembangunan kepribadian bangsa E. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan dan keamanan

23. Contoh pengamalan nilai-nilai Pancasila sesuai sila ke tiga yaitu ....A. Menyelesaikan permasalahan dan perbedaan melalui musyawarahB. Selalu ikut mewujudkan perdamaian dunia lewat hubungan kerja sama dengan bangsa lainC. Saling menghargaiD. Suka tolong menolongE. Memiliki wakil rakyat untuk melaksanakan kehendak rakyat melalui pemilu

24. Pada masa kerajaan Majapahit istilah Pancasila dikenali terdapat dalam buku Nagarakertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebut istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” , juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu kecuali .....A. Tidak boleh melakukan kekerasanB. Tidak boleh mabuk minuman kerasC. Tidak boleh berjiwa dengkiD. Tidak boleh berbohongE. Tidak boleh mencampuri urusan oranglain

25. Di samping sebagai kekuatan ritual, Pancasila dijadikan sebagai political force pada masa pemerintahan .....A. Ir SoekarnoB. Suharto

C. MegawatiD. BJ. HabibieE. SBY

26. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) ditetapkan pada tanggal 22 Maret 1978 berdasarkan .....A. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978B. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/196C. Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998D. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000E. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012

27. Sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan di negara Indonesia diatur dalam ......A. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XI Pasal 2B. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004C. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966D. Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966E. Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967

28. Yang tidak termasuk fungsi hukum di Indonesia adalah .....A. Untuk menyelesaika pertikaianB. Memberikan jaminan dan kepastian HukumC. Menata kehidupan masyarakat agar terib dalam pergaulan hidupD. Melindungi kepentingan manusia dalam masyarakatE. Memelihara dan mempertahankan aturan tata tertib dalam msyarakat

29. Creema dan Rondinelli (1983) membagi desentralisasi menjadi empat tipe yaitu kecuali .......A. Desentralisasi politik

B. Desentralisasi administrasi C. Desentralisasi fiskalD. Desentralisasi ekonomiE. Desentralisasi publik

30. Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah sertapengaturan yang lebih jelas atas sumber-sumber pendapatan negara merupakan konsep otonomi daerah di bidang .....A. sosial budaya B. EkonomiC. Sosial politikD. Umum E. Pusat

31. Salah satu kewenangan pemerintah pusat dalam menyelenggarakan daerah otonom di bidang fiskal misalnya ......A. mendirikan dan membentuk kepolisian negaraB. mendirikan dan membentuk angkatan bersenjataC. mencetak uang dan menentukan nilai mata uangD. menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasianE. memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama

32. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut termasuk dalam kewenangan ......A. PusatB. ProvinsiC. DaerahD. Daerah kabupaten/kotaE. Wakil kepala daerah

33. Contoh hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang diatur dalam ......

A. UU No. 15 tahun 2002B. UU Nomor 1 Tahun 1974.C. UU No.19 Tahun 2002D. UU No. 4 Tahun 2004 E. UU No. 30 Tahun 2002

34. Salah satu kewenangan Mahkamah Agung adalah mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung. Hal ini sesuai dengan .....A. UU No. 3 Tahun 2003B. UU No. 4 Tahun 2004C. UU No. 13 Tahun 2004D. UU No. 25 Tahun 2002E. UU No. 19 Tahun 2002

35. Undang-undang yang mengatur tentang Peradilan Militer yaitu .....A. UU No. 9 Tahun 2004B. UU No. 12 Tahun 2002C. UU No. 7 Tahun 2001D. UU No. 31 Tahun 1997E. UU No. 23 Tahun 1996

36. Korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan cara memperkaya diri dengan menyalahgunakan wewenang karena jabatan atau kedudukan yang berakibat merugikan negara. Pernyataan ini terdapat dalam .....A. UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001B. UU No. 28 Tahun 1999 C. UU No. 20 Tahun 2001D. UU No. 30 Tahun 2002

E. UU No. 28 Tahun 2003

37. UU No. 15 Tahun 2002 mengatur mengenai .....A. tindak pidana korupsiB. sistem mane- jemen sumber daya manusia KPK.C. penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN. D. pemberantasan tindak pidana korupsi. E. tindak pidana pencucian uang

38. Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia ditetapkan dalam .....A. Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999B. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000C. Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998D. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1998E. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999

39. Dibawah ini yang merupakan Isi dari Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) adalah…A. Mendobrak kemacetan perekonomianB. Memakmurkan rakyat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945C. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnyaD. Debirokratisasi agar tidak terjadi anarkiE. Menghapuskan aturan yang berbelit-belit

40. Politik Indonesia yang hanya mengejar kemegahan di tengah pergaulan bangsa disebut ….A. bebas aktif B. NEFOC. MercusuarD. KonfrontasiE. Adu domba

41. Pemilihan Umum pertama bagi bangsa Indonesia berhasil dilaksanakan pada masa pemerintahan kabinet ....A. SyahrirB. Amir SyarifudinC. Ali SastroamijoyoD. Burhanudin HarahapE. Djuanda

42. Alasan Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun 1955 karena ...A. tidak membawa suara rakyatB. DPR tidak setuju dengna suara Demokrasi TerpimpinC. DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintahD. DPR tidak setuju dengan manifesto politikE. DPR tidak setuju dengn presiden

43. Pembentukan DPR-GR menurut PenPres No. 3 tahun 1960 didasarkan pada …A. kekuatan partai politikB. kesanggupan bekerjasama dengan pemerintahC. perwakilan dari semua golonganD. hasil pemilu tahun 1955E. keputusan DPR

44. Indonesia membagi dua kekuatan dunia menjadi Nefo dan Oldefo. Politik yang demikian disebut politik ...A. KonfrontasiB. MercusuarC. Bebas aktifD. Balance of powerE. Balance of freedom

45. Panglima Tentara Keenam Belas Jepang di Jawa yang

melantik BPUPKI tanggal 28 Mei 1945 adalah ....A. Letnan Jenderal Kumakici Harada B. Iti BangaseC. Letnan Jendral Kurachi IchigawaD. Jendral KonichiwaE. Ince Bungase

 

Kunci Jawaban :

1. B. Negara harus menjamin perlindungan hak-hak kaum buruh2. E. Semua jawaban diatas benar3. C. Negara hukum4. E. Perubahannya tidak dapat dilakukan oleh badan legislatif sehari-hari5. D. Semua jawaban a, b dan c di atas benar 6. D. Paling tinggi 7. E. Belanda berusaha menguasai pemerintahan Yogyakarta termasuk keraton8. C. Sosialisme9. A. Meiji Tenno10. B. Kongres (All Indian National Congres) 188511. C. kedaulatan Mesir belum diakui oleh Inggris12. C. Timbulnya kaum terpelajar yang berpaham modern sehingga mereka mengetahui apa itu liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi13. A. Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) 14. B. Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit15. D. kitab Wirataparwa16. C. Empu Panuluh17. A. Ken Arok

18. B. wilayah, kota, atau penguasa19. E. Nilai Kebangsaan 20. B. Keputusan Presiden dan Wakil Presiden21. B. philosofische grondslag22. D. Pancasila sebagai paradigma pembangunan kepribadian bangsa 23. B. Selalu ikut mewujudkan perdamaian dunia lewat hubungan kerja sama dengan bangsa lain24. E. Tidak boleh mencampuri urusan oranglain25. B. Suharto26. A. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/197827. C. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/196628. D. Melindungi kepentingan manusia dalam masyarakat29. E. Desentralisasi publik30. A. sosial budaya 31. C. mencetak uang dan menentukan nilai mata uang32. C. Daerah33. A. UU No. 15 tahun 200234. B. UU No. 4 Tahun 200435. D. UU No. 31 Tahun 199736. A. UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 200137. E. tindak pidana pencucian uang38. B. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 200039. C. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya 40. C. Mercusuar41. D. Burhanudin Harahap42. C. DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah43. A. kekuatan partai politik44. D. Balance of power45. A. Letnan Jenderal Kumakici Harada TAHAPAN SELEKSI MENJADI CALON PRAJA IPDN :

Tahapan Seleksi Penerimaan CPNS Calon Praja IPDN Tahun

Ajaran 2014/2015 menggunakan SISTEM GUGUR, meliputi:

1.         Seleksi Administrasi;

2.         Psikotest

3.         Tes Kesehatan;

4.         Tes Kesamaptaan/Jasmani;

5.         Tes Kompetensi Dasar (TKD);

6.         Wawancara Penentuan Akhir (Pantukhir). 

Tes Kompetensi Dasar terdiri dari: Pancasila; UUD 1945;

Pengetahuan Umum (Sejarah, Kebijakan Pemerintah,

Otonomi Daerah, Hukum, Pengetahuan Dalam dan Luar

Negeri); Bahasa Indonesia; Bahasa Inggris; Matematika.

Butir – butir Pancasilaisi butir butir pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannyaterhadap Tuhan Yang Maha Esa.(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang MahaEsa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurutdasar kemanusiaan yang adil dan beradab.(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara

pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-bedaterhadap Tuhan Yang Maha Esa.(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dankepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalahmasalah yangmenyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankanibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap TuhanYang Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat danmartabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasisetiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama,kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dansebagainya.(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruhumat manusia.(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasamadengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dankeselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara danbangsa apabila diperlukan.(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah airIndonesia.(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial.(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka TunggalIka.(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan

(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusiaIndonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untukkepentingan bersama.(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangatkekeluargaan.(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yangdicapai sebagai hasil musyawarah.(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima danmelaksanakan hasil keputusan musyawarah.(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hatinurani yang luhur.(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkansecara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkatdan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilanmengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayaiuntuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikapdan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.(4) Menghormati hak orang lain.

(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdirisendiri.(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifatpemerasan terhadap orang lain.(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifatpemborosan dan gaya hidup mewah.(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan ataumerugikan kepentingan umum.(9) Suka bekerja keras.(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagikemajuan dan kesejahteraan bersama.(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuanyang merata dan berkeadilan sosial.

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA (Sebagai Ideologi & Dasar Negara)30 Mei 2011 pukul 19:13

Oleh : Junaidi Farhan

Dari berbagai sumber sejarah. 

 

 

Tiga setengah abad lebih, bangsa kita dijajah bangsa asing.

Tahun 1511 Bangsa Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal sejarah buramnya bangsa ini, disusul Spanyoldan Inggris yang juga berdalih mencari rempah - rempah di bumi Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa Belanda pertama kali datangke Indonesia dibawah pimpinan Houtman dan de Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda mendirikan VOC dan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC.

 

Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepadaJepang. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia, sebab tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah melawan tentara Sekutu.

 

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

 

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama tersebut yang dibicarakan khusus mengenai dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama tersebut 2 (dua) Tokoh membahas dan mengusulkan dasar negara yaitu Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.

 

Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai calon dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan3. Peri Ketuhanan4. Peri Kerakyatan5. Kesejahteraan Rakyat

 

Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulisyaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa2. Persatuan Indonesia3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno) mengajukan usul mengenai calon dasar negara yaitu :

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)3. Mufakat atau Demokrasi4. Kesejahteraan Sosial5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

 

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:

1. Sosio nasionalisme2. Sosio demokrasi3.  Ketuhanan.

Selanjutnya oleh Bung Karno tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu GOTONG ROYONG.

 

Selesai sidang pembahasan Dasar Negara, maka selanjutnya pada hari yang sama (1 Juni 1945) para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.

 

Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas 8 orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno2. Ki Bagus Hadikusumo3. K.H. Wachid Hasjim4. Mr. Muh. Yamin5. M. Sutardjo Kartohadikusumo6. Mr. A.A. Maramis7. R. Otto Iskandar Dinata dan8. Drs. Muh. Hatta

 

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujui dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul - usul/ Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo dan Mr. Muh. Yamin. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil merumuskan Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian dikenal dengan sebutan PIAGAM JAKARTA.

 

Dalam sidang BPUPKI kedua, Tanggal 10 s/d 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Tanggal 9

Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan pada Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan mem-Proklamasi-kan Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama :

1. Mengesahkan Rancangan Hukum Dasar dengan Preambulnya (Pembukaan)

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang sangat panjang, sehingga sebelum mengesahkan Preambul, Drs. Muhammad Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dariIndonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesiabagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata KETUHANAN yang berbunyi 'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan.

 

Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Bung Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia barusaja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan 'Yang Maha Esa', sehingga Preambule (Pembukaan) UUD1945 disepakati sebagai berikut : 

 

UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

 

PEMBUKAAN (Preambule)

 

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan perikeadilan.

 

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. 

 

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

 

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilansosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Dan untuk dapat melaksanakan PANCASILA sebagai ideologi dan dasarnegara sekaligus sebagai pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia, maka Pancasila diterjemahkan dalam butir - butir Pancasila yaitu :

 

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA :

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang MahaEsa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

Menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankanibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

 

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB :

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Berani membela kebenaran dan keadilan. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh

umat manusia. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama

dengan bangsa lain.

3. PERSATUAN INDONESIA :

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dankeselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air

Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka

Tunggal Ika. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN :

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat

kekeluargaan. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang

dicapai sebagai hasil musyawarah.

Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA :

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghormati hak orang lain. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat

berdiri sendiri. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat

pemerasaN terhadap orang lain. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat

pemborosan dan gayA hidup mewah. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau

merugikaN kepentingan umum. Suka bekerja keras. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi

kemajuan dan kesejahteraan bersama. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan

yang merata dan berkeadilan sosial.

 

Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ideadan logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Ideajuga diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil

perumusan sesuatu pemikiran atau rencana. Kata logia mengandungmakna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal darikata logos dari kata legein yaitu berbicara.

Istilah ideologi sendiri pertama kali dilontarkan oleh AntoineDestutt de Tracy (1754 – 1836), ketika bergejolaknya RevolusiPrancis untuk mendefinisikan sains tentang ide. Jadi dapatdisimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan ataupengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam pikiran.Dalamtinjauan terminologis, ideology is Manner or content of thinkingcharacteristic of an individual or class (cara hidup/ tingkahlaku atau hasil pemikiran yang menunjukan sifat-sifat tertentudari seorang individu atau suatu kelas).

Ideologi adalah ideas characteristic of a school of thinkers aclass of society, a plotitical party or the like (watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalammasyarakat atau partai politik atau pun lainnya). Ideologiternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakanpemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasarini dia harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan.Ketiga, selain kedua hal tadi, dia juga harus memiliki metodepraktis bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan, dijagaeksistesinya dan disebarkan.

Pancasila dijadikan ideologi dikerenakan, Pancasila memilikinilai-nilai falsafah mendasar dan  rasional. Pancasila telahteruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupanbernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud darikonsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalahsebuah desain negara moderen yang disepakati oleh para pendirinegara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasiladilestarikan dari generasi ke generasi.

Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saatberlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha PersiapanKemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).

Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasarnegara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan dengan

fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam, serta jiwa danhasrat yang mendalam, serta perjuangan suatu bangsa senantiasamemiliki karakter sendiri yang berasal dari kepribadian bangsa.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pancasila secara formalyudiris terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Di sampingpengertian formal menurut hukum atau formal yudiris makaPancasila juga mempunyai bentuk dan juga mempunyai isi dan arti(unsur-unsur yang menyusun Pancasila tersebut). Tepat 64 tahunusia Pancasila, sepatutnya sebagai warga negara Indonesia kembalimenyelami kandungan nilai-nilai luhur tersebut.

Ketuhanan (Religiusitas)Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitanindividu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatansakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan sebagaipandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan,yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupunsemangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baikyang dilakukannya.

Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan YangMaha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiappenduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dankepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatukeharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yangberiman kepada Tuhan, dan masyarakat yang beragama, apapun agamadan keyakinan mereka.

Kemanusiaan (Moralitas)Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatukesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebabsetiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna,yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentulebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untukmengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur,dan mengenal hukum universal.

Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupanmasyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan

usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk sikaphidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.

Persatuan (Kebangsaan) IndonesiaPersatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian,kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untukbersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayangkepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke. PersatuanIndonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dansempit, namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendirisecara lebih objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan RepublikIndonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang danterdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaantersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikanpersatuan Indonesia.

Permusyawaratan dan PerwakilanSebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingandengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadikesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas dasartujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yangmenjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia,mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatanyang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau beradadalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan danpembaharuan.

Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkanrakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, danmembebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok danaliran tertentu yang sempit.

Keadilan SosialNilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkanketidak berpihakkan, keseimbangan,  serta pemerataan terhadapsuatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semuabermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secaraorganik, dimana setiap anggotanya mempunyai kesempatan yang samauntuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan

aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupukperwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehinggakesejahteraan tercapai secara merata.

SEJARAH PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

A.       Warisan Kolonial

Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan Staatsblaad

No. 329 yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang

mempunyai keuangan sendiri. Kemudian staatblaad ini deperkuat

dengan Staatblaad No. 137/1905 dan S. 181/1905. Pada tahun 1922,

pemerintah kolonial mengeluarkan sebuah undang-undang S.

216/1922. Dalam ketentuan ini dibentuk sejumlah provincie,

regentschap, stadsgemeente, dan groepmeneenschap yang semuanya

menggantikan locale ressort. Selain itu juga, terdapat

pemerintahan yang merupakan persekutuan asli masyarakat setempat

(zelfbestuurende landschappen).

Pemerintah kerajaan satu per satu diikat oleh pemerintahan

kolonial dengan sejumlah kontrak politik (kontrak panjang maupun

kontrak pendek). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan

kolonial, warga masyarakat dihadapkan dengan dua administrasi

pemerintahan.

B.       Masa Pendudukan Jepang

Ketika menjalar PD II Jepang melakukan invasi ke seluruh

Asia Timur mulai Korea Utara ke Daratan Cina, sampai Pulau Jawa

dan Sumatra. Negara ini berhasil menaklukkan pemerintahan

kolonial Inggris di Burma dan Malaya, AS di Filipina, serta

Belanda di Daerah Hindia Belanda. Pemerintahan Jepang yang

singkat, sekitar tiga setengah tahun berhasil melakukan

perubahan-perubahan yang cukup fundamental dalam urusan

penyelenggaraan pemerintahan daerah di wilayah-wilayah bekas

Hindia Belanda. Pihak penguasa militer di Jawa mengeluarkan

undang-undang (Osamu Seire) No. 27/1942  yang mengatur

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Pada masa Jepang pemerintah daerah hampir tidak memiliki

kewenangan. Penyebutan daerah otonom bagi pemerintahan di daerah

pada masa tersebut bersifat misleading.

C.       Masa Kemerdekaan

1.         Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 menitikberatkan pada asas

dekonsentrasi, mengatur pembentukan KND di keresidenan,

kabupaten, kota berotonomi, dan daerah-daerah yang dianggap perlu

oleh mendagri. Pembagian daerah terdiri atas dua macam yang

masing-masing dibagi dalam tiga tingkatan yakni:

1)    Provinsi

2)    Kabupaten/kota besar

3)    Desa/kota kecil.

UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat

darurat dan segera saja. Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri

dari 6 pasal saja dan tidak memiliki penjelasan.

2.         Periode Undang-undang Nomor 22 tahun 1948

Peraturan kedua yang mengatur tentang otonomi daerah di

Indonesia adalah UU Nomor 22 tahun 1948 yang ditetapkan dan mulai

berlaku pada tanggal 10 Juli 1948. Dalam UU itu dinyatakan bahwa

daerah Negara RI tersusun dalam tiga tingkat yakni:

a)    Propinsi

b)    Kabupaten/kota besar

c)    Desa/kota kecil

d)   Yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.

3.         Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957

Menurut UU No. 1 Tahun 1957, daerah otonom diganti dengan

istilah daerah swatantra. Wilayah RI dibagi menjadi daerah besar

dan kecil yang berhak mengurus rumah tangga sendiri, dalam tiga

tingkat, yaitu:

1)    Daerah swatantra tingkat I, termasuk kotapraja Jakarta Raya

2)    Daerah swatantra tingkat II

3)    Daerah swatantra tingkat III.

UU No. 1 Tahun 1957 ini menitikberatkan pelaksanaan otonomi

daerah seluas-luasnya sesuai Pasal 31 ayat (1) UUDS 1950.

4.         Periode Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959

Penpres No. 6 Tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 7

November 1959 menitikberatkan pada kestabilan dan efisiensi

pemerintahan daerah, dengan memasukkan elemen-elemen baru.

Penyebutan daerah yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri

dikenal dangan daerah tingkat I, tingkat II, dan daerah tingkat

III.

Dekonsentrasi sangat menonjol pada kebijakan otonomi daerah pada

masa ini, bahwa kepala daerah diangkat oleh pemerintah pusat,

terutama dari kalangan pamong praja.

5.         Periode Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965

Menurut UU ini, wilayah negara dibagi-bagi dalam tiga tingkatan

yakni:

1)    Provinsi (tingkat I)

2)    Kabupaten (tingkat II)

3)    Kecamatan (tingkat III)

Sebagai alat pemerintah pusat, kepala daerah bertugas

memegang pimpinan kebijaksanaan politik polisional di daerahnya,

menyelenggarakan koordinasi antarjawatan pemerintah pusat di

daerah, melakukan pengawasasan, dan menjalankan tugas-tugas lain

yang diserahkan kepadanya oleh pemerintah pusat. Sebagai alat

pemerintah daerah, kepala daerah mempunyai tugas memimpin

pelaksanaan kekuasaan eksekutif pemerintahan daerah,

menandatangani peraturan dan keputusan yang ditetapkan DPRD, dan

mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan.

6.         Periode Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974

UU ini menyebutkan bahwa daerah berhak mengatur, dan

mengatur rumah tangganya berdasar asas desentralisasi. Dalam UU

ini dikenal dua tingkatan daerah, yaitu daerah tingkat I dan

daerah tingkat II. Daerah negara dibagi-bagi menurut tingkatannya

menjadi:

1)    Provinsi/ibu kota negara

2)    Kabupaten/kotamadya

3)    Kecamatan

Titik berat otonomi daerah terletak pada daerah tingkat II

karena daerah tingkat II berhubungan langsung dengan masyarakat

sehingga lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat. Prinsip

otonomi dalam UU ini adalah otonomi yang nyata dan bertanggung

jawab.

7.         Periode Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

Pada prinsipnya UU ini mengatur penyelenggaraan pemerintahan

daerah yang lebih mengutamakan desentralisasi. Pokok pikiran

dalam penyusunan UU No. 22 tahun  1999 adalah sebagai berikut:

1)   Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip

pembagian kewenangan berdasarkan asas desentralisasi dalam

kerangka NKRI.

2)   Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan

dekonsentrasi adalah daerah provinsi sedangkan daerah yang

dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten

dan daerah kota.

3)   Daerah di luar provinsi dibagi dalam daerah otonomi.

4)   Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten.

Secara umum, UU No. 22 tahun 1999 banyak membawa kemajuan

bagi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi

sesuai perkembangan keinginan masyarakat daerah, ternyata UU ini

juga dirasakan belum memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan

bagi masyarakat.

8.         Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Pada tanggal 15 Oktober disahkan UU No. 32 tahun 2004

tentang pemerintah Daerah yang dalam pasal 239 dengan tegas

menyatakan bahwa dengan berlakunya UU ini, UU No. 22 tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi. UU

baru ini memperjelas dan mempertegas hubungan hierarki antara

kabupaten dan provinsi, antara provinsi dan pemerintah pusat

berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah.

Pemerintah pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi, dan

evaluasi terhadap pemerintahan di bawahnya, demikian juga

provinsi terhadap kabupaten/kota. Di samping itu, hubungan

kemitraan dan sejajar antara kepala daerah dan DPRD semakin

dipertegas dan diperjelas.

Sejarah Undang-undang Pemerintahan Daerah

Ditulis oleh Remaja

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. Permasalahan

Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945,

Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran

serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas,

daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan

keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi

dan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, perlu

memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan

antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman

daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan

dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan

umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya

dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu

diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan

global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut,

daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai

dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan

otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyenggaraan

pemerintahan negara.

Namun seiring dengan adanya perubahan undang-undang

mengenai pemerintahan daerah maka kewenangan

penyelenggaraan daerah juga berbeda dari masing-masing

perubahan tersebut. Dari semenjak kemerdekaan sampai

dengan sekarang sudah terjadi sembilan kali (9x) perubahan

perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan

daerah. Perubahan tersebut terjadi karena adanya berbagai

perubahan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang

disesuaikan dengan perubahan zaman.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik untuk membuat makalah dengan judul ”Pengaturan

Kewenangan Pemerintah Daerah sebagai Akibat Perubahan

Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana sejarah perubahan Undang-undang tentang

Pemerintahan Daerah dari tahun 1957 sampai dengan sekarang

?

1.2.2. Bagaimana pengaturan Kewenangan Pemerintah Daerah

terkait dengan perubahan undang-undang tentang

Pemerintahan Daerah ?

2. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum.

Secara umum, penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan

ilmu hukum, utamanya sejarah hukum mengenai perubahan

perundang-undangan di Indonesia.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus ini dibagi menjadi dua, yaitu :

2.2.1. Untuk mengetahui sejarah perubahan Undang-undang

tentang Pemerintahan Daerah dari tahun 1957 sampai dengan

sekarang.

2.2.2. Untuk mengetahui pengaturan Kewenangan Pemerintah

Daerah terkait dengan perubahan undang-undang tentang

Pemerintahan Daerah.

3. Metode Penelitian

Metode adalah Metode adalah suatu prosedur atau cara

untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah

sistematis [1]. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Jenis Penelitian

Penulis menggunakan Metode Penelitian Hukum Normatif,

dimana penulis ingin menganalisis permasalahan berdasarkan

urutan perundang-undangan yang pernah dan sedang berlaku.

Metode Pendekatan

Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan

perundang-undangan (Statute Approach) dan Pendekatan Sejarah

Hukum (Historical Approach). Pendekatan perundang-undangan

digunakan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan

hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam

penelitian ini[2]. Pendekatan Sejarah Hukum digunakan

karena setiap aturan perundang-undangan pasti memiliki

latar belakang sejarah yang berbeda[3]

Sumber Bahan Hukum

Sumber Bahan Hukum diperoleh dari :

Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang

mengikat[4]. Dalam makalah ini yang digunakan adalah

undang-undang tentang Pemerintahan Daerah baik yang

pernah berlaku maupun yang sedang berlaku.

Bahan Hukum Skunder, yaitu bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer[5]. Dalam

makalah ini yang digunakan adalah buku-buku dan

pendapat pakar hukum yang ada kaitannya dengan

permasalahan yang dibahas.

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Sejarah perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah

dari tahun 1957 sampai dengan sekarang.

Kalau kita ingin tahu tentang baik buruknya dan sebab

musabab diatur sedemikian dalam suatu peraturan perundang-

undangan maka salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah

melihat sejarah perubahan dari berlakunya suatu produk

perundang-undangan. Dalam hal ini, peran sejarah sangat

penting sebagaimana diutarakan oleh sejarawan Polandia B.

Miskiewicz, dikatakan bahwa :

Tugas sejarah adalah memeriksa dengan teliti kejadian-kejadian historis, artinya menelusuri otentisitas dankesungguhan pengetahuan akan fakta-fakta, maupun hubungansatu dengan yang lain di dalam proses sejarah tersebut dandari sini menurunkan dalil-dalil, hukum-hukum dankecenderungan-kecenderungan masyarakat. Fakta-fakta tersebutditentukan berdasarkan bahan-bahan yang digali dari sumber-sumber dan dari sini melalui metode-metode penelitian yangterukur membaca kehidupan individuil dan kemasyarakatanmanusia [6].

Dengan melihat sejarah perubahan perundang-undangan yang

ada kita dapat mengetahui maksud yang diinginkan dari

perubahan tersebut, sehingga dengan demikian kita mudah

memahami norma-norma yang ada dalam suatu produk perundang-

undangan.

Dengan keterbatasan yang dimiliki penulis, dalam makalah

ini penulis ingin menguraikan tentang sejarah perubahan

undang-undang tentang Pemerintahan Daerah mulai dari tahun

1957 sampai dengan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah

yang berlaku sekarang di Indonesia.

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957

Ada 4 (empat) persoalan besar yang mau diselesaikan dalam

undang-undang ini yang sebelumnya belum dapat

diselesaikan, yaitu:

1. Bagaimana seharusnya isi otonomi itu;

2. Berapa selayaknya jumlah tingkat-tingkat yang dapat

dibentuk dalam sistem otonomi itu;

3. Bagaimana seharusnya kedudukan Kepala Daerah berhadapan

dengan otonomi itu; dan

4. Bagaimana dan apa isi pengawasan yang tak boleh tidak

harus dilakukan terhadap daerah-daerah otonomi oleh

penguasa pusat.

Secara umum undang-undang ini bermaksud untuk

mengatur sebaik-baiknya soal-soal yang semata-mata

terletak dalam lapangan otonomi dan ”medebewind” diseluruh

wilayah Negara Republik Indonesia.

Disamping itu, undang-undang ini juga merancang

tentang Pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Dimana

Kepala Daerah haruslah seorang yang dekat kepada dan

dikenal oleh masyarakat daerah yang bersangkutan, oleh

karena itu Kepala Daerah haruslah seorang yang mendapat

kepercayaan dari rakyat tersebut dan diserahi kekuasaan

atas kepercayaan rakyat itu. Akan tetapi meskipun pada

azasnya seorang Kepala Daerah harus dipilih secara

langsung, namun sementara waktu dipandang perlu

memperhatikan pula keadaan yang nyata dan perkembangan

masyarakat di daerah-daerah yang kenyataannya belum bisa

sampai ke taraf itu, yang dapat menjamin berlangsungnya

pemilihan dengan diperolehnya hasil dari pemilihan itu

yang sebaik-baiknya. Untuk sementara waktu Kepala Daerah

tetap dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan

mmperhatikan syarat-syarat kecakapan dan pengetahuan yang

diperlukan bagi jabatan tersebut.

b. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965

Perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah

dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 ke Undang-undang

Nomor 18 tahun 1965 dilatarbelakangi karena perkembangan

ketatanegaraan setelah Dekrit Presiden Republik Indonesia

tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan berlakukanya kembali

Undang-undang Dasar 1945, maka undang-undang ini disusun

untuk malaksanakan Pasal 18 UUD dengan berpedoman kepada

Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-garis

Besar Haluan Negara yang dipidatokan Presiden pada tanggal

17Agustus 1959 dan telah diperkuat oleh Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Nomor 1/MPRS/1960

bersama dengan segala pedoman pelaksanaannya.

Sesuai dengan Ketetapan MPRS Nomor: II/MPRS/1960 dan

Keputusan Presiden Nomor: 514 tahun 1961, maka undang-

undang ini mencakup segala pokok-pokok (unsur-unsur) yang

progresif dari Undang-undang No. 22 Tahun 1948, Undang-

undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No. 6 Tahun

1959 (disempurnakan), Penetapan Presiden No. 2 tahun 1960

dan Penetapan Presiden No. 5 Tahun 1960 (disempurnakan)

juncto Penetapan Presiden No. 7 Tahn 1965 dengan maksud

dan tujuan berdasarkan gagasan Demokrasi Terpimpin dalam

rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan berlakunya satu saja undang-undang tentang

Pokok-pokok Pemerintahan Daerah ini, maka dapatlah

diakhiri kesimpangsiuran dibidang hukum yang menjadi

landasan bagi pembentukan dan penyusunan Pemerintahan

Daerah dan dapat diakhiri pula segala kelemahan demokrasi

liberal, sehingga akan terwujudlah pemerintahan daerah

yang memenuhi sifat-sifat dan syarat-syarat yang

dikehendaki oleh Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yaitu

stabil dan berkewibawaan yang mencerminkan kehendak

rakyat, revolusioner dan gotong royong, serta terjaminnya

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-undang

ini berkehendak membagi habis seluruh Negara Republik

Indonesia dalam tiga tingkatan daerah yang berhak mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri (Otonomi).

c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974

Perubahan ini disebabkan karena Undang-undang

sebelumnya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

keadaan pada waktu itu, dimana sesuai dengan sifat Negara

Kesatuan Republik Indonesia maka kedudukan Pemerintah

Daerah sejauh mungkin diseragamkan. Disamping itu untuk

menjamin terselenggaranya tertib pemerintahan, wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu dibagi atas

daerah besar dan daerah kecil, baik yang bersifat otonom

maupun yang bersifat administratif.

d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

Undang-undang ini pada prinsipnya mengatur

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih

mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi, karena

Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut

asas Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,

dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah

untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Dengan kata lain

perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah dari

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 ke Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 adalah perubahan dari penyerahan urusan ke

pengakuan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan

menguruh sendiri rumah tangganya.

Hal-hal mendasar dalam undang-undang ini adalah

mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan

prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta

masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Oleh

karena itu, undang-undang ini menempatkan otonomi daerah

secara utuh pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, yang

dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 berkedudukan

sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II dan Kotamadya daerah

Tingkat II. Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tersebut

berkedudukan sebagai Daerah Otonom mempunyai kewenangan

dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan

menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. Propinsi daaerah

Tingkat I menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1974, dalam

undang-undang ini dijadikan daerah Propinsi dengan

kedudukan sebagai Daerah Otonom dan sekaligus Wilayah

Administrasi, yang melaksanakan kewenangan Pemerintah

Pusat yang didelegasikan kepada Gubernur. Daerah Propinsi

bukan merupakan Pemerintahan atasan dari daerah Kabupaten

dan Daerah Kota. Dengan demikian, Daerah Otonomi Propinsi

dan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak mempunyai

hubungan hierarki.

Prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah yang

dijadikan pedoman dalam undang-undang ini adalah sebagai

berikut:

1. Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan,

serta potensi dan keanekaragaman daerah;

2. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas,

nyata, dan bertanggungjawab;

3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan

pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Otonomi

Daerah Propinsi merupakan otonomi yang terbatas;

4. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan

konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan yang

serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah;

5. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan

kemandirian daerah otonom, dan karenanya dalam Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada lagi wilayah

Administrasi;

6. Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan

peranan dan fungsi Badan Legislatif Daerah, baik sebagai

fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran

atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

7. Pelaksanaan Asas Dekonsentrasi diletakkan pada Daerah

Propinsi dalam kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi

untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang

dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah;

dan

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak

hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari

pemerintah dan Daerah kepada Desa yang disertai dengan

pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya

manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan

mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.

e. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Perubahan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 ke

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, disamping karena adanya

perubahan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945, juga memperhatikan beberapa Ketetapan MPR dan

Keputusan MPR, seperti; Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000

tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan

Otonomi Daerah; dan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002

tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan MPR

RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, dan MA pada sidang

tahunan MPR Tahun 2002 dan Keputusan MPR Nomor 5/MPR/2003

tentang Penugasan kepada MPR-RI untuk menyampaikan saran

atas laporan pelaksanaan keputusan MPR-RI oleh Presiden,

DPR,BPK dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2003.

Perubahan ini juga memperhatikan perubahan Undang-

undang terkait dibidang politik, diantaranya ; Undang-

undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilu, Undang-undang

Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,DPR

DPD dan DPRD, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, dan lain-lain

1.2. Pengaturan kewenangan Pemerintah Daerah terkait dengan

perubahan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah.

Terkait dengan adanya perubahan undang-undang maka

kewenangan Pemerintah Daerah juga mengalami perubahan sesuai

dengan perkembangan dan iklim politik yang ada. Berikut ini

akan penulis uraikan sejarah kewenangan Pemerintah Daerah

yang diatur pada masing-masing undang-undang yang pernah dan

sedang berlaku tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan

Pemerintah Daerah berdasarkan :

1.2.1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah.

Yang dianggap sebagai Pemerintah Daerah dalam

undang-undang ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dan Dewan Pemerintah Daerah (Pasal 5).

Kewenangan DPRD dinyatakan dalam Pasal 31 ayat (1),

35, dan 36 undang-undang ini, diantaranya :

a. Mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga

daerahnya kecuali urusan yang oleh undang-undang ini

diserahkan kepada penguasa lain.

b. Dapat membela kepentingan daerah dan penduduknya ke

hadapan Pemerintah dan Dewan Perwakilan rakyat.

c. Untuk kepentingan daerah atau untuk kepentingan

pekerjaan tersebut dapat membuat peraturan-peraturan

yang disebut dengan peraturan daerah.

Kewenangan Dewan Pemerintah Daerah dinyatakan dalam

Pasal 44, 45, dan 49 undang-undang ini, diantaranya:

a. Menjalankan keputusan-keputusan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

b. Menetapkan peraturan-peraturan penyelenggaraan dari

Peraturan Daerah.

c. Mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan.

Dalam hal-hal yang dipandang perlu Dewan Pemerintah

Daerah dapat menunjuk seorang kuasa untuk

menggantinya.

1.2.2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan

Dewan Perwakilan Daerah (Pasal 5). Kewenangan Pemerintah

Daerah dinyatakan dalam Pasal 39 ayat (1), dan 40 ayat

(1), diantaranya :

a. Berhak dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah

tangga daerahnya.

b. Urusan-urusan pemerintahan baik sebagian atau

seluruhnya yang telah dipisahkan dari tangan

Pemerintah Pusat.

Kepala Daerah dalam undang-undang ini menjalankan 2

(dua) fungsi yaitu sebagai alat Pemerintah Pusat dan

sebagai alat Pemerintah Daerah. Sebagai alat Pemerintah

Pusat, Kepala Daerah berwenang :

a. Memegang pimpinan kebijaksanaan politik didaerahnya,

dengan mengindahkan wewenang-wewenang yang ada pada

pejabat-pejabat yang bersangkutan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Menyelenggarakan koordinasi antara jawatan-jawatan

Pemerintah Pusat di daerah, antara jawatan-jawatan

tersebut dengan Pemerintah Daerah.

c. Melakukan Pengawasan atas jalannya Pemerintahan

Daerah.

d. Menjalankan tugas-tugas lain yang diserahkan

kepadanya oleh Pemerintah Pusat.

Sebagai alat Pemerintah Daerah, Kepala Daerah

memimpin pelaksanaan kekuasaan eksekutif Pemerintah

Daerah baik dibidang urusan rumah tangga daerah maupun

bidang pembantuan.

Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dinyatakan dalam

Pasal 49 dan 55 undang-undang ini, diantaranya:

a. Menetapkan Peraturan-peraturan daerah untuk

kepentingan daerah atau untuk melaksanakan peraturan-

peraturan yang lebih tinggi tingkatannya yang

pelaksanaannya ditugaskan kepada daerah.

b. Dapat membela kepentingan daerah dan penduduknya

kepada Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Kepala Daerah yang lebih

tinggi tingkatannya dengan sepengetahuan Kepala

Daerah yang bersangkutan.

1.2.3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah

Dalam rangka otonomi daerah Pasal 7 undang-undang

ini menyatakan bahwa: ” Daerah berhak, berwenang, dan

berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku”. Yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah dalam

undang-undang ini adalah Kepala Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Kewenangan Kepala Daerah dinyatakan dalam Pasal 22

ayat (1), 23 dan 38, diantaranya:

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

b. Mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan,

bila dipandang perlu dapat menunjuk seorang kuasa

atau lebih untuk mewakilinya.

c. Menetapkan Peraturan Daerah dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diatur

dalam Pasal 29 undang-undang ini, diantaranya:

a. Mengenai Anggaran

b. Mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota.

c. Meminta Keterangan

d. Mengadakan perubahan

e. Mengajukan pernyataan pendapat

f. Prakarsa

g. Penyelidikan

1.2.4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah

Kewenangan daerah dalam Pasal 7 undang-undang ini

mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,

kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,

pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,

agama, serta kewenangan bidang lain yang meliputi:

a. kebijakan tentang perencanaan nasional dan

pengendalian pembangunan nasional secara makro

b. dana perimbangan keuangan

c. sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian

negara

d. pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia

e. pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi

yang strategis, konservasi dan standarisasi nasional.

Kalau kita kaitkan dengan ”Teori Sisa” maka secara

terperinci mengenai kewenangan daerah adalah selain yang

dikecualikan dalam Pasal 7 diatas. Selain itu yang

menjadi kewenangan daerah yang diatur dalam Pasal 10

undang-undang ini, yaitu mengelola sumber daya nasional

yang tersedia diwilayahnya dan bertanggungjawab

memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dalam Wilayah laut

meliputi : eksplorasi, pengaturan tata ruang, penegakan

hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah

atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah, dan

bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah

dalam undang-undang ini adalah Kepala Daerah beserta

perangkat daerah lainnya (Pasal 14 ayat (2)). Kewenangan

Kepala Daerah dinyatakan dalam Pasal 44 ayat (1), 69,

diantaranya:

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD

b. menetapkan peraturan daerah atas persetujuan DPRD

dalam rangka penyelenggaraan otonomi Daerah.

Sedangkan Perangkat Daerah lainnya, diantaranya:

a. Sekretariat Daerah, yang berkewajiban membantu Kepala

Daerah dalam menyusun kebijakan serta membina

hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis dan unit

pelaksana lainnya (Pasal 61 ayat (5)).

b. Dinas Daerah, yaitu melaksanakan penyelenggaraan

wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada

Gubernur selaku wakil pemerintah dalam rangka

dekonsentrasi (Pasal 63).

1.2.5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan

menjadi urusan pemerintah, yaitu meliputi: politik luar

negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan

fiskal nasional dan agama (Pasal 10 ayat (1) dan (3)).

Urusan pemerintahan daerah dibagi menjadi urusan wajib

dan urusan pilihan. Urusan Wajib adalah urusan yang

sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan

dasar warga negara. Sedangkan Urusan Pilihan adalah

urusan yang secara nyata ada didaerah dan berpotensi

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah.

Kewenangan Pemerintahan Daerah, diantaranya:

1. Urusan Wajib, dimana urusan dalam skala provinsi

dilaksanakan oleh Pemerintahan Provinsi, yang

berskala kabupaten/Kota dilaksanakan oleh

Pemerintahan Kabupaten/Kota, yang meliputi :

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat

d. penyediaan sarana dan prasarana umum

e. penanganan bidang kesehatan

f. penyelenggaraan pendidikan

g. penanggulangan masalah sosial

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan

i. fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan

menengah

j. pengendalian lingkungan hidup

k. pelayanan pertanahan

l. pelayanan kependudukan dan catatan sipil

m. pelayanan administrasi umum pemerintahan

n. pelaksanaan administrasi penanaman modal

o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh

peraturan perundang-undangan.

2. Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan

potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di

wilayah laut (Pasal 18 ayat (3)), meliputi:

a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan

kekayaan laut;

b. pengaturan administratif;

c. pengaturan tata ruang;

d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan

oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oelh

pemerintah;

e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan

f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.

Untuk melaksanakan kewenangannya dalam rangka

penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai hak (Pasal

21), yaitu:

a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

b. memilih pimpinan daerah;

c. mengelola aparatur daerah;

d. mengelola kekayaan daerah;

e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya

alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah;

g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah;

dan

h. mendapatkan hak lainnyayang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah

dalam undang-undang ini adalah Gubernur, Bupati, atau

Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah (Pasal 1 angka 3).

Dimana dalam Pasal 24 ayat (2), dinyatakan bahwa: Kepala

Daerah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten

disebut Bupati dan untuk Kota disebut Walikota.

Kepala Daerah mempunyai kewenangan ( Pasal 25), yaitu

meliputi:

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD;

b. mengajukan rancangan Perda;

c. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan

bersama DPRD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD

kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

e. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

f. mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan,

dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Perangkat daerah lain, terdiri dari:

a. Sekretariat Daerah, yang mempunyai tugas dan

kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun

kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan

lembaga teknis daerah.

b. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah

c. Lembaga Teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas

kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk

badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Dari Pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa :

1. Sejarah perubahan Undang-undang tentang Pemerintahan

Daerah dari tahun 1957 sampai dengan sekarang dapat

digambarkan sebagai berikut :

a. Pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diterapkan sistem

Desentralisasi

b. Pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 diterapkan

sistem Sentralisasi

c. Pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 diterapkan sistem

Sentralisasi

d. Pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 diterapkan

sistem Desentralisasi

e. Pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 diterapkan

sistem Desentraisasi namun dalam pelaksanaannya masih

setengah hati.

2. Pengaturan Kewenangan Pemerintah Daerah terkait dengan

perubahan undang-undang tentang Pemerintahan Daerah selalu

mengalami perubahan sesuai dengan Sistem Pemerintahan yang

diterapkan pada saat undang-undang bersangkutan

diberlakukan.

3.2. Saran

Kepada Para pengambil kebijakan pemerintahan khususnya

dalam hal pembuatan undang-undang yaitu legislatif hendaknya

dalam melakukan perubahan terhadap suatu produk perundang-

undangan memperhatikan faktor-faktor yuridis, filosofis dan

sosiologis dari tujuan perubahan itu, agar produk berikutnya

dapat bertahan lebih lama.

DAFTAR PUSATAKA

I. Buku

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian

Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, 2007,

Sejarah Hukum, Bandung: PT Refika Aditama.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2004, Metodologi

Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ibrahim, Johnny, 2006, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Normatif,

Malang: Bayumedia Publishing.

II. Perundang-undangan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1957 tentang

Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1965 tentang

Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah