LATIHAN I AGRIBISNIS BERBASIS
Transcript of LATIHAN I AGRIBISNIS BERBASIS
LATIHAN I
AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN
(Penggemukan Ternak Sapi Potong)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau
budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau
peternakan rakyat., yang diselenggarakan secara teratur dan
terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu
tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan
untuk menghasilkan daging, susu, serta menggemuka suatu jenis
ternak termasuk mengumpulkan, mengedarka dan memasarkan.
Ternak sapi selama ini menjadi “ternak baik” bagi para
petani, karena manfaat tenaga dan limbah organik sebelum
ternak dijual. Namunpada saat ini telah terjadi pergeseran
kedudukan dan fungsi ternak sapi. Ternak sapi pada awalnya
digunakan sebagai tenaga kerja disawah, sekarang usaha ternak
sapi hanya untuk produksi daging, sehingga pemeliharaan sapi
lebih mengarahpada penggemukan dan mengabaikan kotoran yang
dihasilkannya, hal ini disebabkan permintaan daging ternak
potong terus meningkat.
Sapi-sapi ini dalam perkembangannya dalam rangka
perbaikan mutu terjadi perkawinan silang antara sapi Jawa
dengan sapi Ongole sehingga dikenal dengan nama Peranakan
Ongole atau PO. Sapi di Indonesia yang dijadikan sebagai
sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO dan sapi
Madura. Dari berbagai sapi potong yang pentebarannya merata
adalah sapi PO, sapi Bali, dan sapi Madura. Sekarang ada jenis
sapi yang juga dikembangkan dengan adalah sapi Simental, sapi
Brahman, dan sapi Limosin.
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata
pencaharian masyarakat peternakan yang mempunyai prospek yang
cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini terbukti dengan
semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak
kecil, menengahmaupun swasta atau komersial.
Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan
potensi geneti k ternak untuk mendapatkan pertumbuhan bobot
badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta
sarana produksi lainnya, sehinggamenghasilkan nilai tambah
usaha yang ekonomis.
Tujuan dari penggemukan ternak sapi adalah untuk
meningkatkanproduksi daging persatuan ekor, meningkatkan
jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi
lebih banyak, menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun
akibat pemotongan dan dapat menghi ndari pemotongan sapi
betina umur produktif.
Dalam usaha penggemukan sapi potong, selain dapat
memperbaiki kualitas daging dan menaikkan harga jual ternak,
juga dapat meningkatkan nilai tambah dari pupuk kandang yang
dihasilkan ternak sapi. Artinya,pupuk kandang yang diproduksi
kan pada waktu penggemukan itu dapat lebih ditingkatkan nilai
ekonomisnya.
Sapi jantan maupun sapi betina dapat digunakan untuk usaha
penggemukan sapi, namun sapi jantan lebih diminati karena
pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan sapi betina.
Dan sapi jantan dapat segera dijadikan sapi potong sedang sapi
betina produktif dilarang untuk dijadikan ternak potong. Pada
usah penggemukan sapi potong ada beberapa cara antara lain:
1) Sistem penggemukan yaitu penggemukan sapi dengan
digembalakan (pasture lattening).
2) Sistem kereman yaitu sistem penggemukan yaitu sapi
digemukan secara terus menerus didalam kandang dengan
pemberian ransum atau pakan yang menggunakan bahan biji-
bijian (konsentrat) ditambah denga hijauan yang
berkualitas (dry lot fattening).
3) Sistem kombinasi antara penggembalaan dan kereman. Sistem
ini dilakukan pada daerah-daerah tadah hujan yaitu pada
saat musim hujan dimana banyak tumbuh rumput ternak
digembalakan, bila musim kering ternak dikandangkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pada penggemukan
ternak sapi potong adalah:
1) Bibit / bakalan (genetik dan jenis kelamin)
Bibit merupakan bagian awal dari usaha penggemukan , oleh
karena itu penting untuk diperhatikan pemilihan bibit.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan
sapi bakalan atau bibit:
a. Pilih sapi bakalan yang kurus tetapi sehat,dan tidak
cacat.
b. Pemilihan bangsa sesuaikan dengan permintaan pasar.
Pada saat menjelanghari Raya Qurban , pilih sapi PO
atau Peranakan Brahma atau sering disebutsapi putih.
Sedang untuk penggemukan di luar hari Raya Qurban bisa
mengunakan bangsa sapi keturunan impor seperti sapi
keturunan Simental( metal ), Limousin ( merah ), sapi
perah jantan / FH ( putih –hitam ).Sapiketurunan
pertambahan bobot badan lebih baik dibanding sapi PO.
c. Pilih sapi jantan, karena sapi jantan pertambahan
bobot badan jauh lebih tinggi dibanding sapi betina.
Disamping itu pemoyongan sapi betina dilarang oleh
Undang-Undang Peternakan.
d. Bobot badan awal sapi bakalan untuk sapi
putih sebesar 250 kg dan sapi keturunan minimal 300 kg
2) Penyedian dan pemberian pakan, serta
Pakan sangat penting untuk diperhatikan , karena pakan
sangat besar pengaruhnyaterhadap pertambahan bobot badan sapi.
Pakan diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan , reproduksi,
dan produksi daging. Zat gizi utama yang dibutuhkan sapi
potong adalah protein dan energi ( Tillman et al, 1998 ).
Pengertian tentang pakan:Pakan hijauan, merupakan bahan
pakan sumber serat yang mengandung serat kasar lebihdari 20
% , dan memepunyai enegi serta kecernaan yang rendah Sebagai
contoh pakanhijauan antara lain : rumput unggul, runput
lapang, jerami padi dan jagung, daun pucuk tebu dan lain-
lain.Pakan konsentrat, dibedakan menjadi pakan konsentrat
sumber energi, adalah bahan pakan dengan kandungan serat
kurang dari 20 % dan kandungan rnrgi lebih dari2.250kkalori/
kg. Contoh pakan dalam kelompok ini antara lain : ubi jalar,
ketela pohon, pati , teyes, dedak , bisa dedak padi,
jagung,dll. Sedang pakan konsentrat yang satunyadigolongkan
kedalam pakan konsentrat yang mengandung protein kasar lebih
dari 20 % .Contoh pakan yang masuk dalam kelompok ini adalah :
ampas tahu, bungkil kedele,ampas bir dan daun kacang-kacangan.
Dasar Teori
Penggemukan sapi potong adalah memelihara sapi dewasa
yang dalm keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya
melalui pembesaran daging dengan dipelihara selama 3-5 bulan.
Ciri-ciri bakalan yang baik diantaranya berumur diatas 2,5
tahun, jenis kelamin jantan, bentuk tubuh panjang, bulat dan
lebar, panjang minimal 170 cm,tinggi pundak 135 cm,dan lingkar
dada 133 cm,tubuh kurus tulang menonjol tetapi sehat,
pandangan mata bersinar cerah,bulu halus dan kotoran normal.
Sapi merupakan hewan ruminansia yang mempunyai rumen
sehingga pencernaannya melalui tiga proses yaitu secara
mekanis didalam mulut dengan bantuan air ludah.Secara
fermentatif dengan bantuan mikroba, dan secara enzimatis
setelah melewati rumen.
TUJUAN
Tujuan dilaksanakan praktikum usaha penggemukan ternak
sapi potong adalah :
- Mahasiswa tahu teknik penggemukan sapi potong dari
penyediaan bakalan (bibit). Penyediaan dan pemberian
pakan dan perawatan (management)
- Mahasiswa tahu dan bisa membedakan tentang jenis-
jenis ternak sapi potong.
- Mahasiswa tahu tentang berbagai masalah tentang
penggemukan sapi potong.
LOKASI
Unit pelaksanaan teknis (UPT) Aneka Usaha Peternakan Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purbalingga, Ds. Mipiran,
Kecamatan Padamara, Kab. Purbalingga.
PROFIL USAHA :
1) Sistem Perkandangan
Kandang yang digunakan pada peternakan sapi di UPT Aneka
Usaha Peternakan dinas Pertanian dan Perikana, Ds. Mipiran,
Kecamatan Padamara, Kab. Purbalingga adalah dengan sistem
kandang individu yang di buat untuk 40 ekor sapi dengan tiap
petak kandang mempunyai jarak ( 2,5 X 1,5 m) untuk 1 ekor sapi
ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan karena tidak ada
kompetisi untuk mendapatkan makanan dan membatasi ruang gerak
sapi sehingga energi yang diperoleh oleh sapi hanya untuk
pertumbuhan ini menyebabkan sapi menjadi cepat gemuk.
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja untuk mengurus sapi yaitu sebanyak 40 ekor
sapi adalah 2 orang yang bertugas untuk mengambil hijauan,
membersihkan kandang sapi,memandikan sapi dan memberikan pakan
pada sapi.
3) Jenis Sapi Yang Dipelihara
Jenis sapi yang di pelihara pada peternakan ini adalah
sapi peranakan ongole sejumlah 40 ekor dengan ciri warna merah
,putih pada kaki dari lutut kebawah dan ke pantat dan dapat
beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
4) Waktu Pemeliharaan
Waktu pemeliharaan sapi ini adalah selama 4 bulan,pakan
yang digunakan adalah pakan hijauan ( rumput rumputan) dan
pakan konsentrat ( ampas tahu,ampa tebu,kulit biji kedelai).
5) Penyediaan Pakan
Pada pagi hari kandang di bersihkan dari kotoran sapi
yang ada agar sapi tidak terkena penyakit .
Setelah kandang bersih kemudian sapi dimandikan.
Jam 08.00 sapi diberi makan konsentrat.
Jam 10.00 – 13.00 sapi di beri makan pakan hijauan.
Jam 15.00 sapi diberi makan konsentrat.
Jam 17.00 – 19.00 sapi diberi makan hijauan
Untuk air minum sebaiknya selalu di sediakan dan air
minum sebaiknya harus bersih dan diganti paling sedikit
dua kali dalam sehari.
6) Perawatan
Perawatan ternak sapi potong yaitu pada awal disuntik
vaksin cacing atau alternatif lain yaitu diberi pete.
ANALISIS PEMBIAYAAN
1) Analisis Rendabilitas
a) Biaya Tetap
Kandang Sapi = Rp 100.000.000,- (n.e. 20 tahun)
Biaya Penyusutan Kandang Sapi =Nb−NlNe =
Rp100.000.000−0240
=Rp416.667 / bulan
masa penggemukan sapi 4 bulan 4 x Rp416667=Rp 1.666.668,-
b) Biaya Variable
Pembelian bakalan sapi sebanyak 40 ekor, harga per
ekor Rp 6.000.000
=40 x Rp 6.000.000,- = Rp
240.000.000,-
Pakan hijauan membutuhkan 30kg/ekor dengan harga
hijauan Rp 200,-/kg
30kg x Rp 200,- x 40 ekor x 120 hari= Rp
28.800.000,-
Pakan konsentrat membutuhkan 5kg/hari dengan harga
Rp 2.000,-/kg
5kg x 40 ekor x Rp 2.000,- x 120 hari=
Rp 48.000.000,-
Gaji tenaga kerja Rp.1000,-/ekor yang mengurus 40
ekor sapi adalah 2 tenaga kerja. Jadi gaji tenaga
kerja untuk 120 hari:
2 tenaga kerja x Rp 1.000,- x 40 ekor x 120 hari =
Rp 9.600.000,-
Pemberian vaksin hati pada awal pemeliharaan Rp
50.000,-/ekor. Vaksin untuk 40 ekor sapi adalah 40
ekor x Rp 50.000,- = Rp 2.000.000,-
Total Biaya Variabel = Rp
328.400.000,-
Biaya Variabel Rata-rata = Rp
8.210.000,-
c) Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
Rp 1.666.668,- + Rp 328.400.000,- =
Rp 330.066.668,-
d) Penerimaan
Haraga sapi setelah dipelihara 4 bulan harga jualnya Rp
9.000.000,-/ekor.
Total Penerimaan= 40 ekor x Rp 9.000.000,- Rp
360.000.00,-
e) Pendapatan (Keuntungan)
Pendapatan (Keuntungan) = Total Penerimaan-Total Biaya
Rp. 360.000.000 - Rp 330.066.668=
Rp29.933.332,-
2) Analisis Nisbah Penerimaan dan Biaya
R/C ratio = TotalPenerimaanTotalBiaya = 360.000.000330.066.668 = 1,090
3) Analisis Titik Impas
BEP produksi (ekor) =TotalBiayaTetap
Hargajualperekor–biayavariabelrata−rata
= 1.666.668(9.000.000−8.210.000)
= 2,10
BEP penerimaan = BiayaTetap
1−BaiyaVariabelPenerimaan
= 1.666.668
1−328.400.000360.000.000
=Rp 18.518.533
ROI = KeuntunganTotalBiaya×100%
= 29.933.332330.066.668
x100%
= 9,06 %
KESIMPULAN :
Usaha pembesaran sapi (peternakan sapi) PADA Unit pelaksanaan
teknis (UPT) Aneka Usaha Peternakan Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Purbalingga, Ds. Mipiran, Kecamatan
Padamara, Kab. Purbalingga.
LATIHAN I
AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN
(Penggemukan Ternak Sapi Potong)
PENDAHULUAN
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan
keseluruhan yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani
berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi
tinggi,meningkatkan pendapatan petani peternak,serta menambah
devisa dan memperluas kesempatan kerja. Hal ini lah yang
mendorong pembangunan sektor peternakan sehingga pada masa
yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
nyata dalam pembangunan perekonomian bangsa.
Untuk mencapai pembangunan pertanian pada umumnya dan
sektor peternakan khususnya, maka sebagai penunjang kebutuhan
protein hewani yang merupakan bagian dari kebutuhan dasar
manusia perlu di usahakan produktifitas yang maksimal sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani peternak.
Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan
pendapatan peternak,maka pemerintah dan peternak telah
berupaya mendayagunakan sebagian besarsumber komoditi ternak
yang dikembangkan, diantaranya adalah ayam pedaging (broiler).
Sebagai mana diketahui ayam broiler merupakan ternak penghasil
daging yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak
potong lainnya. Hal inilah yang medorong sehingga banyak
peternak yang mengusahakan peternakan ayambroiler ini.
Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri
hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm),perusahaan
pakan ternak (Feed Mill),perusahaan obat hewan dan peralatan
peternakan (Saragih, 2000).
Dalam kegiatan ternak pada peternakan rakyat bertindak
sebagai pengelolaan sebagai pekerja sekaligus sebagai pemilik
modal. Pendapatan dari kegiatan usaha ini di peroleh dari
selisih penerimaan dan pengeluaran yang dihitung dalam satu
periode pemeliharan ( ± 1,5 bulan) pendapatan atau di sebut
juga balas jasa dalam jerih payah peternak tersebut digunakan
untuk berbagai keprluan antara lain untuk :
-memenuhi keperluan hidupan sehari-hari,
-memenuhi keprluan sosial;
-melanjutkan usahanya, dan lain-lain.
Analisis pendapatan berbagai pertenak mempunyai kegunaan
sebagai berikut:
-memberikan gambaran keadaan usaha pada waktu sekarang;
-memberikan gambaran keguanaan yang akan datang: dan
Perencanaan atau tindakan yang perlu dulakukan untuk
usaha nya
Suatu usaha peternakan ayan pedaging dapat dikatakan berhasil
bila memenuhi berbagai persyaratan antara lain:
-Cukup untuk membaya semua sarana produksi yang
diperlikan (DOC, pakan,obat-obatan,kemudian dan biay a
pemeliharaan peralatan),
-Cukup membayar upah tenaga kerja,
-Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan, sewa
lahan, dan biaya penyusutan kandang, dan peralatan
produksi.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
suatu usaha yaitu analisis input (pengelaran usaha tani ),
analisis output (penerimaan usaha tani ), dan analisis
pendapatan usaha tani. Analisis ini sering disebut dengan
analisis rendabilitas.
Analisis pendapatan seperti tersebut di atas biasanya
untuk menghitung kegiatan usaha tani keluarga. Tetapi apabila
usaha tani tersebut sudah cukup berkembang dn menjadi besar
maka perlu juga diperhitungkan analisis ekonomi dan keuangan.
Analisis ekonomi keuangan harus didasarkan dengan suku bunga
komersial yang berlaku pada waktu itu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
ekonomi dan keuangan usaha pertenakan ayam pedaging adalah
sebagai berikut :
1. Investasi, dapat dihitung dari pembelian/sewa tanah ,
bangunan, (kandang dan lainnya) dan peralatan.
2. Biaya tetap, dapat dihiting dari biyaya yang harus
dikeluarkan tetapi tidak mempengaruhi produksi misalnya,
pajak,biaya penyusutan dll.
3. Biaya penyusutan (defresiasi) dihiting dari investasi
dibagi umur ekonomis atau nilai baru dikurangi nilai sisa
dibagi lama pemakaian.
4. Biaya opersional / biaya variabel adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi pedaging.
5. Pendapatan kotor atau penerimaan di hitung dari hasil
prosuksi dikali harga jual.
6. Pendapatan bersih, dihitung pendapatan kotor (pernerimaan
)dikurangi biaya produksi( biaya tetap ditambah biaya
variabel )
7. Untuk menyimpulkan apakah usaha tani tadi layak untuk
ditruskan / dikembangkan dapat di analisi dengan BEP,R/C,
dan ROI
Usaha peternakan usaha peternakan rakyat sebagian besar
dilakukan dengan model kemitraan usaha, dimana peternak
bermitra dengan pengusaha poultry shoop dengan hak dan
kewajiban masing-masing pihak lain :
- Menyediakan kandang dan perlengkapan.
- Menyediakan tena produksi dengan harnaga kerja
- Menerima bantuan sarana produksi dengan sistem yarnen.
- Meneriama pendampingan technical service
- Menjual ayam kepada mitra kerja, sesuai dengan harga
pasar.
- Menerima hasil penjualan setelahsetelah dikurangi biaya
produksi, poultry shoop.
- Memberikan bantuan sarana sarana produksi dengan sistem
yarnen.
- Menyediakan technical service
- Membeli semua ayam yang dihsilkan peternak dengan harga
beli sesuai dengan harga pasar.
II. TUJUAN
Mahasiswa tahu kegunaan analisis finansial pada suatu
usaha peternakan unggas ( ayam pedaging )
Mahasiswa mengetahui beberapa investasi awal yang
dikeluarkan, biaya tetap dan biaya operasional per
satu kali produksi, total biaya, penerimaan
( pendapatan kotor), dan pendapatan ( hasil bersih )
Mahasiswa dapat membuat kesimpulan tentang bisnis usaha
pemeliharaan ayam pedaging dilihat dari BEP produksi
(kg / ekor ), BEP penerimaan (Rp), R/C ratio dan
efisiensi penggunaan modal (ROI)
III. LOKASI
Praktikum analisi pebiayaan (usaha peternakan ayam niaga pedaging pada peternakan rakyat) dilaksanakan di desa kebumen kecamatan baturaden Rt 04/01, yang diusahakan oleh bapak imam sugianto, 43 tahun.
IV. PROFIL USAHA
Usaha ini dilakukan dengan melakukan kemitraan PT. Bawor Unggas Jaya. Kemitraan ini bertanggung jawab didalam penyediaan DOC, pakan, obat pemeliharaan dan lain-lain. Sedangkan
V . ANALISIS USAHA
1. Investasi awal :
investasi awal pada pada usaha Peternakan Ayam Niaga
Pedaging di UD Berkah Lancar yang dimiliki oleh bapak
Imam Sugianto berupa lahan dan kandang tipe panggung yang
senilai Rp 200.000.000,- dengan nilai efisiensi 20 tahun.
2. Biaya produksi (per sekali produksi)
A. Biaya Tetap (FC) :
Kandang Ayam = Rp 100.000.000,- ( n.e 10
tahun )
Peralatan :
Galon pakan dan galon minum 180 set @ Rp
45.000,- / set = Rp 8.100.000 ( n. e 3
tahun )
Biaya penyusutan kandang ayam = Nb−NLNҽ =
Rp100.000.000−012x20 = Rp100.000.000240 = Rp
416.666,67 / bulan
Masa pemeliharaan ayam niaga pedaging dalam
satu periode 40 hari =
Rp 555.555,56,-
Biaya penyusutan peralatan = Nb−NLNҽ =
Rp8.100.000−012x3 = =Rp8.100.00036
Rp225.000,−¿ /
bulan
Masa pemeliharaan ayam niaga pedaging dalam
satu periode 40 hari
= Rp 300.000,-
Total Biaya Tetap (TFV)
= Rp 555.555,56,- + Rp 300.000 = Rp 855.555,56
B. Biaya Variabel ( VC)
Biaya pembelian DOC = 3.000 ekor @ Rp 3.700 =
Rp 11.100.000,-
Biaya pembelian pakan ternak = 190 sak, 1 sak
(50 kg) @ Rp 6.350 per kg
= 190 x 50 x Rp 6.350 = Rp
60.325.000,-
Biaya pembelian obat ( OVK ) @ RP 600 per ekor
= 3000 ekor x Rp 600 =
Rp 1.800.000,-
Biaya pembelian abu sekam 130 sak @ Rp 5.000
per sak = 130 x Rp 5.000 =
Rp 650.000,-
Biaya pembelian koran 25 kg @ Rp 2.500 = 25 x
Rp 2.500
= Rp 62.500,-
Biaya pemanas = 60 tabung (3 kg) @ Rp 15.000,-
= Rp 900.000,-
Iaya tenaga kerja = Rp
1.500.000,-
Biaya pemasaran = Rp
300.000,-
Biaya listrik = Rp 150.000,- / bulan
Masa pemeliharaan ayam niaga pedaging dalam
satu periode 40 hari
= Rp 200.000,-
Total Biaya Variabel (TVC)
= Rp 11.100.000,- + Rp 60.325.000,- + Rp
1.800.000,- + Rp 650.000,- + Rp 62.500,- + Rp
1.500.000,- + Rp 300.000,- + Rp 200.000,-
= Rp
75.937.500,-
Biaya Variabel Rata-Rata= Rp
25.312,-
Total Biaya (TC)
(TFC +TVC)
( Rp 855.555,56 + Rp 75.937.500,- )= Rp
76.793.055,56
3. Penerimaan (R)
Per ekor ayam rata-rata memiliki bobot 2 kg dengan harga
jual Rp13.650,- / kg
= 3000 ekor x 2 x Rp 13.650,- = Rp
81.900.000,-
4. Pendapatan
( R – TC )
( Rp 81.900.000,- + Rp 76.793.055,56 )= Rp
5.106.944,44
5. BEP
BEP dalam unit=BiayaTetap
hargajualdagingperayam–biayavariabelrata−rata
=855.555,56
[ (13.650X2kg)–25.312 ]
= 430 ekor
BEP dalam penerimaan = BiayaTetap
1−BaiyaVariabelPenerimaan
= 855.555
1− 75.93750081.900.00
= Rp 12.222.214,-
BEP harga per unit(Rp/kg) = Rp12.222.214,− ¿3000
¿
= Rp 4.074/kg
R/C ratio = TotalPenerimaanTotalBiaya
= 81.900.00076.793.055,56
= 1,066
ROI = KeuntunganTotalBiayax100 %
= 5.106.944,4476.793.055,56
x100%
= 6,65 %
KESIMPULAN
LATIHAN III
PEMBUATAN KOMPOS KADANG UNGGUL DAN MEDIA TANAM
PENDAHULUAN
Pemanfaatan sumber daya lokal dibidang pertanian semakin
inyensif dilakukan dengan sedikit atau sama sekalo tidak
menggunakan input luar. Karena terbatasnya akses sebagian
besar petani terhadap input buata dari luar, maka sebagian
besar petani sudah mulai memikirka penggunaan input dari
sumber daya alam yang ada disekitar petani baik itu berupa
produk organik maupun agensia hayati sebagai obat penyakit dan
hama tanaman.
Untuk mewujudkan pertanian dengan input luar rendah dan
pertanian organik dibutuhkan sekali penggunaan pupuk organik
yang sering disebut dengan kompos. Kompos adalah hasil
penguraian dan campuran bahan-bahan organik yang dapt
dipercepat dengan menggunakan berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, baik aerobik maupun
an-aerobik. Pengomposa adalah proses dimana bahanorganik
mengalami penguraian secara biologis, oleh mikroba yang
memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai sumber energi.
Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami
pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan
warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan
sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos
dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara
lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi
pencemaran lingkungan. Proses pengomposan adalah proses
menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (<
20). Selamaproses pengomposan, terjadi perubahan-perubahan
unsur kimia Kompos Organik yaitu : 1). karbohidrat, selulosa,
hemiselulosa, lemak dan lilinmenjadi CO2 dan HO, 2) penguraian
senyawa organik menjadisenyawa yang dapat diserap tanaman.
Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan
kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah
akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara
berlebihan yang berakibat rusaknya struktur tanah dalamangka
waktu lama.
Mengingat pentingnya pupuk kompos dalam memperbaiki
struktur tanah dan melambungnya harga pupuk buatan maka perlu
disusun buku petunjuk teknis pembuatan kompos organic berbahan
kotoran sapi untuk memudahkan petani dalam memanfaatkan
kotoran sapi, sekaligus memproduksi pupuk organic yang
akhirnya akan menambah pendapatan.
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami
penguraian dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya,
namun proses pengomposan secara alami tersebut berlangsung
secara lambat dengan waktu yang lama. Untuk mempercepat waktu
pengomposan telah banyak dilakukan dengan menambah
bioaktivator yang berupa mikroba baik yang bersifa aerob
maupun an-aerob. Bioaktivator tersebut sekarang sudah banya
diperoleh dipasaran dengan menggunakan berbagai merk antara
lain Stardec, Starbio, Superdec, EM4, Promi (promoting microbes)
dan Superfarm (efectif microorganism). Setiap bioaktivator ini
memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Kebutuhan kompos saat ini cukup banyak disamping untuk
mencukupi kebutuhan pertanian tanaman pangan, perkebunan, juga
untuk kebutuhan pecinta tanaman hias, sehingga mengembangkan
bisnis kompos dapat merupakan pilihan. Apalagi bila kompos
organik tersebut dikemas dengan baik, digiling atau dibuat
sebagaimana bentuk pupuk kimia, seperti kompos granule atau
kompos pril, pasti sangat disukai oleh petani karena
kepraktisannya.
1. Dasar teori
Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat dengan menggunakan
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab, baik aerobik maupun an-aerobik.
Poroses pengomposoan : Proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, oleh mikroba yang
memanfaatkan bahan organik tersebut sebagai sumber energi.
Pada proses pembuatan pupuk kompos yang menggunakan
limbah dari kotoran sapi yang merupakan proses pengubahan
limbah organik menjadi pupuk organik ini menggunakan bahan
dasar kotoran sapi yaitu 80-83%, serbuk gergaji ( bisa sekam,
jerami padi ) yang banyaknya berkisar 50 %, bahan pemacu
mikroorganisme 0,25%, abu sekam 10% dan kalsit atau kapur 2%
dan kotoran sapi 45%.
II.TUJUAN
Mahasiswa mengetahui teknik pembuatan kompos dan media
tanam yang dilakukan oleh managemen KIKKU.
Mahasiswa mengetahui manfaat penggunaan kompos dalam
berbagai usaha bisnis pertanian.
Mahasiswa mengetahui analisis usaha pembuatan kompos
menggunakan kompos kandang unggul.
Analisis usaha pembuatan kompos
A.Biaya produksi 1. Biaya Tetap (asumsi Rp 100.000.000 / 20 Tahun) / 12 bulan
= Rp 416.666
Cangkul (asumsi Rp 50000 x 10 / 2 tahun) / 12 bulan
= Rp 20.833
2. Biaya variable
- Fases @ 100 ton
= Rp 500.000
- Abu jerami @4 ton
= Rp 600.000
- Serbuk gergaji @3 ton = Rp
200.000
- Kalsit @1 ton
= Rp 350.000
- Bioaktivator @ 7kg
= Rp 115.000
- Tenaga kerja @10× 30.000 / hari
= Rp 300.000
- Karung @70000kg25 × Rp1.300
= Rp3.640.000+¿
Total biaya variabel = Rp 5.705.000
Biaya variabel rata-rata = Rp 81,5
3. Penerimaan (R) =70.000 kg/25 × Rp 15000
= Rp 42.000.000
4. Pendapatan
Penerimaan Rp42.000.000 (100%)
Biaya variabel Rp 5.705.000 (13,583%) -
Laba kontribusi Rp 36.295.000 (86,417%)
Biaya tetap Rp 437.499 (1,041%)-
Pendapatan Rp 35.857.501 (85,375%)
5. BEP
BEP dalam unit (kg) =biayatetap
(hargajualkompos–biayavariabelrata−rata)
= 437.499(15.000–81,5)
= 437.49914918,5
= 29,325 kg
BEP harga per unit = BEP dalam unit (kg) × harga
jual kompos
= 29,325 kg x 15.000
= Rp 439.875
BEP dalam penerimaan (Rp) = biayatetaplabakontribusi(%)
= 437.49986,417%
= 439.875
6. Ratio = RTC
=42000000
Rp5.705.000
= 7,36 %
Kesimpulannya adalah bisnis ini layak di usahakan dan
menguntungkan karna nilai ratio lebih dari 1 (satu)
7. ROI = keuntungan(pendapatan)TC = 100%
= Rp35.857.501Rp5.705.000 = 100%
= 6,28%
ACARA IVPEMBUATAN TELUR ITIK ASIN
SECARA HIGINIS DAN SEDERHANA
Prosedur kerja :
1. Bersihkan telur dari kotoran yang melekat dalam kulit telur 2. Masukkan telur ke dalam toples3. Sediakan air matang sebanyak ± 1,5 liter dan garam ± 200 grm4. larutkan garam dapur halus ke dalam air sampai garam jenuh
(tidak ada lagi garam yang larut dalam air ) 5. masukkaan larutan garam tadi ke dalam toples yang sudah ada
telur asinnya hingga penuh dan telur asin mengapung ( air yangdigunakan sebanyak 1 liter , garam yang digunakan sebnayak 200grm )
6. Toples di tutup dengan menggunakan lakban7. Telur dibiarkan selama 14 hari ( mulai tanggal 24 november
2012 – 7 desember 2012 )8. Telur yang telah diasinkan dikukus selama 2 jam
Hasil telur asin :
a. Warna kulit telur asin Berwarna biru muda agak keputihan
b. Warna dalam putih telur asin Berwarna putih segar
c. Warna kuning telur asin Berwarna merah jingga dan tidak ada minyaknya
d. Rasa telur asin Ttingkat kasinannya cukup asin
Aanalisis finansial
Alat dan bahan :1. Telur asin2. Air matang 3. Garam4. Ember5. Tenaga kerja langsung
Asumsi pembuatan telur asin : Satu kali produksi Pembuatan telur asin selama 14 - 15 hari Pembuatan telur asin sebanyak 100 butir telur itik @ Rp 1500 Biaya pembelian 8 bungkus garam dapur halus @ Rp 1500 ( 250
gr ) Biaya pembelian 1 buah ember @ Rp 25000 (n.e 2 tahun) Gaji 1 orang Tenaga kerja Rp 20.000 / produksi Harga jual telur asin Rp 2.500 / butir telur asin
1. Biaya Tetap (FC)
Peralatan : Ember
Biaya penyusutan ember = Nb−NLNҽ = Rp25.000−012x2 =
Rp25.00024
= Rp 1.041,67 / bln= masa produksi setengah bulan (14 - 15 hari) Rp 1.041,67 : 2 = Rp 520,83 sekali produksi
Total Biaya Tetap (TFC)
= Rp 520,83
2.Biaya Variabel (VC)
Biaya pembelian telur itik 100 butir @ Rp 1500 100 x Rp 1.500
= Rp 150.000,- Biaya pembelian 8 bungkus garam dapur halus @ Rp 1.500
(250 grm) Rp 8 x Rp 1.500 = Rp 12.000
Biaya tenaga kerja sekali produksi 1 orang = Rp 20.000
Total Biaya Tetap (TVC)
= Rp 150.000 + Rp 12.000 + Rp 20.000 = Rp 182.000,-
3. Total Biaya (TC)
( FC + VC) += Rp 520,83 + Rp 182.000,- = Rp 182.520,83
4. Penerimaan
Hasil pembuatan telu asin 100 butir denagn harga jual Rp 2.500,-
100 x Rp 2.500,- = Rp 250.000
5. Pendapatan
(R – TC)= Rp 250.000,- – Rp 182.520,83 =Rp 67.479,17
Pembuktian :
R/C = Rp250.000,− ¿Rp182.520,83
¿ = 1,37 > 1 (Menguntungkan)
ROI = KeuntunganModal x 100 %
= Rp67.479,17Rp182.520,83 x 100%
= 36,97 %
Kesimpulan :
Usaha pembuatan telur asin (telur itik) layak untuk diusahakan karena masih memberikan keuntungan karena R/C lebih dari 1 (1,37)
Pendapatan dalam usaha pembuatan telur asin sebesar Rp 67.479,17 per tiap produksi
ROI pembuatan telur asin sebesar 36,97 yang artinya dapatmemberikan keuntungan setiap pengeluaran sebesar Rp 100 yang digunakan akan memberikan keuntungan Rp 36,97 rupiah.